commit to user
i
PREFERENSI PETA PEMILIH PADA PEMILUKADA KOTA SURAKARTA TAHUN 2010
BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)
SKRIPSI
Disusun Oleh : Hanggoro Purnawan
K 5407025
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
ii
PREFERENSI PETA PEMILIH PADA PEMILUKADA KOTA SURAKARTA TAHUN 2010
BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)
Oleh :
Hanggoro Purnawan K 5407025
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Geografi
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, Maret 2011
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Drs. Sugiyanto, M.Si.,M.Si NIP. 19600606 198603 1 005
Pembimbing II
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan.
Hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Partoso Hadi, M.Si. ________________
Sekretaris : Setya Nugraha, S.Si.,M.Si ________________
Anggota I : Drs.Sugiyanto,M.Si.,M.Si ________________
Anggota II : Rita Noviani, S.Si.,M.Sc ________________
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan
Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.
commit to user
v ABSTRAK
Hanggoro Purnawan. PREFERENSI PETA PEMILIH PADA
PEMILUKADA KOTA SURAKARTA TAHUN 2010 BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG). Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, April 2011.
Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui sebaran pemilih dalam Pemilukada Kota Surakarta tahun 2010, (2) Mengetahui perbandingan sebaran pemilih masing-masing kandidat dalam Pemilukada Kota Surakarta tahun 2010 dengan sebaran pemilih partai pendukungnya dalam Pemilu Legislatif 2009, (3) Mengetahui karakteristik pemilih dalam Pemilukada Kota Surakarta tahun 2010, (4) Mengetahui alasan pemilih dalam Pemilukada di Kota Surakarta tahun 2010.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif spasial. Populasinya adalah masyarakat Kota Surakarta yang memiliki hak pilih. Penentuan sampel menggunakan
metode multistage random sampling sejumlah 150 orang. Teknik pengumpulan data
penelitian adalah menggunakan data primer berupa wawancara dengan angket dan data sekunder berupa studi dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskripsi dengan SPSS berupa tabulasi frekuensi dan tabulasi silang (crosstabs) dan analisis Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan Arc View 3.3.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Sebaran pemilih pasangan kandidat hasil Pemilukada Kota Surakarta tahun 2010 memiliki kecenderungan merata di seluruh PPK baik pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo maupun Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie. Total perolehan suara pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo 90,09% sedangkan pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie memperoleh 9,91% suara. (2) Perolehan suara partai pendukung yang tergabung dalam koalisi partai tidak selalu mencerminkan perolehan suara pasangan kandidat. (3) Karakteristik pemilih terhadap pilihan pasangan kandidat cenderung memiliki pola dan variasi yang sama. (4) Alasan pemilih dapat mencerminkan jenis kategori pemilih. Mayoritas pemilih pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo adalah pemilih rasional karena alasan mereka didominasi kemampuan kandidat (40,7%) dan program/isu yang ditawarkan (22%). Sedangkan pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie mayoritas dipilih oleh pemilih tradisional karena alasan mereka lebih karena didukung oleh partai politik (5,3%), kepribadian kandidat (2,7%) dan kesamaan latar belakang (0,7%).
commit to user
vi ABSTRACT
Hanggoro Purnawan. THE VOTER MAP PREFERENCE IN 2010 LOCAL CHIEF GENERAL ELECTION OF SURAKARTA CITY. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University, April 2011.
The objectives of research are: (1) to find out the voter distribution in 2010 Local Chief General Election of Surakarta City, (2) to find out the comparison between voter distribution for each candidate in 2010 Local Chief General Election of Surakarta City and the voter distribution of supporting party in 2009 Legislative General Election, (3) to find out the characteristics of voter in 2010 Local Chief
General Election of Surakarta City, and (4) to find out the voter’s reasoning in 2010
Local Chief General Election of Surakarta City.
This study employed a descriptive spatial. The population was Surakarta City residents having right to vote. The sampling technique used was multistage random sampling obtaining 150 respondents. Techniques of collecting data used were interview and questionnaire for primary data and documentation study for secondary data. Technique of analyzing data used was a descriptive analysis using SPSS with frequency tabulation and crosstabs and Geographical Information System (SIG) with Arc View 3.3.
Considering the result of research it can be concluded that: (1) the voter distribution of candidate couple of 2010 Local Chief General Election of Surakarta City result, that is, the one obtaining the highest vote in each subdistrict of Surakarta City is Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo couple. This couple obtains 90.09% vote while Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie couple obtains 9.91% vote, (2) the vote gain of supporting parties integrating in party coalition not always reflect on the vote gain of candidate couples, (3) the voter characteristic in choosing the candidate
couple tends to have similar pattern and variation, (4) the voter’s reasoning in
choosing the candidate couple can reflect on the type of voter categories. Majority voters choosing Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo couple are the rational chooser because their reason is dominated by the competency of candidate (40,7%) and the program/issue they offers (22%). Meanwhile, Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie is chosen by traditional chooser because their reason is more dominated by political party’s support (5,3%), candidate’s personality (2,7%) and background similarity (0,7%).
commit to user
vii
MOTTO
”
Tugas kita di dunia bukanlah untuk berhasil, tetapi tugas kita di dunia
adalah untuk mencoba, karena di dalam mencoba itulah kita menemukan
dan belajar membangun kesempatan untuk berhasil”
(Mario Teguh)
“
orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu.
Orang-orang yang masih terus belajar, akan menjadi pemilik masa depan
”
(Mario Teguh)
”Berkarakter kuat dan cerdas”
(FKIP UNS)
”Seiring datangnya kekuatan yang besar, maka akan datang pula tanggung
jawab yang besar”
(spiderman)
”Sabar itu tak ada batasannya”
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan kepada :
1.
Ibu dan Bapakku terhormat
2.
Kakak-kakak dan adikku tercinta
3.
Rinduku yang tertulis di lauhul mahfuz
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat, hidayah, inayah serta nikmat-Nya kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PREFERENSI PETA PEMILIH PADA
PEMILUKADA KOTA SURAKARTA TAHUN 2010 BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)”.
Skripsi ini ditulis guna memenuhi salah satu syarat dalam menempuh program
Strata I Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak, oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof.Dr.Much.Syamsulhadi,Sp.Kj selaku Rektor Universitas Sebelas
Maret Surakarta;
2. Bapak Prof.Dr.Muhammad Furqon Hidayatullah,M.Pd selaku Dekan FKIP
Universitas Sebelas Maret Surakarta;
3. Bapak Drs.Saiful Bachri,M.Pd. selaku Ketua Jurusan P.IPS FKIP
Universitas Sebelas Maret Surakarta;
4. Bapak Drs.Partoso Hadi,M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Geografi Jurusan P.IPS FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta;
5. Bapak Setya Nugraha,S.Si.,M.Si. selaku Sekretaris Program Studi
Pendidikan Geografi Jurusan P.IPS FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta;
6. Bapak Dr.Sarwono,M.Pd selaku Pembimbing Akademik (PA);
7. Bapak Drs.Sugiyanto,M.Si.,M.Si. selaku Pembimbing I;
8. Ibu Rita Noviani,S.Si.,M.Sc. selaku Pembimbing II;
9. Segenap pimpinan dan staf KPU Kota Surakarta;
commit to user
x
11. Teman-teman yang tergabung dalam
”Tim Liar”
Futsal CommunityGeo’07;
12. Teman-teman di Ikatan Eksekutif Pemuda Pulosari (IEPP), tetap ”all for
one, one for all”;
13. Asisten-asisten pelatihan SIG (Lilik, Yaskinul, Nova Ari,Yunus, Eri, dan
Isna) terima kasih atas pelatihan SIG’nya, Pak Yasin terima kasih sudah
berkenan berdiskusi di awal pengajuan proposal dulu.
14. Semua pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Surakarta, April 2011
commit to user
xi
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN ABSTRAK ... v
HALAMAN MOTTO ... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR PETA ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Pembatasan Masalah ... 6
D. Perumusan Masalah... 7
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 9
1. Pemilihan Umum Kepala Daerah Langsung ... 9
2. Perilaku Pemilih ... 10
a. Pengertian ... 10
b. Orientasi Pemilih ... 16
c. Jenis-Jenis Pemilih ... 18
3. Faktor Analisis Hubungan Pemilih Dengan Kandidat ... 21
commit to user
xii
7. Sistem Informasi Geografi (SIG) ... 30
B. Penelitian Yang Relevan ... 32
C. Kerangka Berpikir ... 35
D. Batasan Operasional ... 37
BAB III METODE PENELITIAN A.Tempat dan Waktu Penelitian ... 39
B. Metode Penelitian ... 39
C Sumber Data ... 41
D. Populasi dan Teknik Sampling ... 43
E. Teknik Pengumpulan Data ... 47
F. Analisis Data ... 48
C. BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 53
1. Keadaan Geografis ... 53
2. Keadaan Penduduk ... 57
B. Hasil dan Pembahasan ... 66
1. Sebaran Pemilih Dalam Pemilukada Kota Surakarta tahun 2010 ... 66
2. Perbandingan Sebaran Pemilih Kandidat dengan Pemilih Partai Pendukung ... 70
a. Hasil Perolehan Suara Partai-Partai Pendukung ... 70
b. Perbandingan Perolehan Suara Pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo dengan Partai Pendukungnya ... 71
c. Perbandingan Perolehan Suara Pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie dengan Partai Pendukungnya... 77
3. Karakteristik Pemilih Dalam Pemilukada Kota Surakarta tahun 2010 ... 81
a. Hasil Survei Pemilih ... 81
b. Analisis Tabulasi Silang Karakteristik Pemilih Dengan Pilihan Pasangan Kandidat ... 84
commit to user
xiii
B. Implikasi ... 126
C. Saran ... 127
commit to user
xiv
Tabel 1.1 Hasil Perolehan Suara Pemilukada Kota Surakarta Tahun 2010 5
Tabel 2.1 Penelitian Yang Relevan 33
Tabel 3.1 Jenis Dan Sumber Data Penelitian 42
Tabel 3.2 Jumlah Sampel Tingkat Kecamatan 45
Tabel 3.3 Metode Pengumpulan Sampel Tingkat Kelurahan 45
Tabel 3.4 Faktor, Indikator Dan Kriteria Karakteristik Pemilih Pada Pemilukada
Kota Surakarta Tahun 2010 51
Tabel 3.5 Faktor Dan Indikator Alasan Memilih 52
Tabel 4.1 Luas Dan Banyaknya Kecamatan, Kelurahan, RT, RW Di Kota
Surakarta Tahun 2008 55
Tabel 4.2 Luas Penggunaan Lahan Kota Surakarta 56
Tabel 4.3 Luas, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk di Kota
Surakarta Tahun 2008 58
Tabel 4.4 Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2008 59
Tabel 4.5 Penduduk Kota Surakarta Menurut Kelompok Umur Tahun 2008 61
Tabel 4.6 Penduduk Kota Surakarta Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2008 62
Tabel 4.7 Penduduk Menurut Agama Yang Dianut di Kota Surakarta Tahun 2008 63
Tabel 4.8 Penduduk Kota Surakarta Menurut Mata Pencaharian Tahun 2008 65
Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil Pemilukada Kota Surakarta Tahun 2010 66
Tabel 4.10 Perolehan Suara Partai Pendukung Yang Mendapatkan Kursi DPRD
Kota Surakarta Hasil Pemilu Legislatif 2009 71
Tabel 4.11 Perbandingan Perolehan Suara Pasangan Joko Widodo-FX.Hadi
Rudyatmo Dalam Pemilukada Kota Surakarta Tahun 2010 72
Tabel 4.12 Perbandingan Perolehan Suara Pasangan Eddy S. Wirabhumi-
Supradi Kertamenawie Dalam Pemilukada Kota Surakarta Tahun 2010 77
Tabel 4.13 Hasil Tabulasi Silang Responden Pemilih Dengan Pilihan Pasangan
Kandidat di Tiap Kecamatan 81
Tabel 4.14 Tabulasi Silang Jenis Kelamin Dengan Pilihan Pasangan Kandidat
commit to user
xv
Tabel 4.16 Tabulasi Silang Umur Dengan Pilihan Pasangan Kandidat Di Masing-
Masing Kecamatan 92
Tabel 4.17 Tabulasi Silang Pendidikan Dengan Pilihan Pasangan Kandidat
Di Masing-Masing Kecamatan 95
Tabel 4.18 Tabulasi Silang Pekerjaan Dengan Pilihan Pasangan Kandidat
Di Masing-Masing Kecamatan 99
Tabel 4.19 Tabulasi Silang Penghasilan Dengan Pilihan Pasangan Kandidat
Di Masing-Masing Kecamatan 104
Tabel 4.20 Tabulasi Silang Agama Dengan Pilihan Pasangan Kandidat
Di Masing-Masing Kecamatan 107
Tabel 4.21 Tabulasi Silang Pengalaman Dengan Pilihan Pasangan Kandidat
Di Masing-Masing Kecamatan 111
Tabel 4.22 Tabulasi Silang Pilihan Partai Dengan Pilihan Pasangan Kandidat
Di Masing-Masing Kecamatan 115
Tabel 4.23 Tabulasi Silang Alasan Memilih Dengan Pilihan Pasangan Kandidat
commit to user
xvi
Gambar 2.1 Pembagian Jenis Pemilih 11
Gambar 2.2 Konfigurasi Pemilih 18
Gambar 3.1 Bagan Tahapan Pengambilan Sampel 47
Gambar 4.1 Prosentase Luas Kecamatan Kota Surakarta Tahun 2008 55
Gambar 4.2 Prosentase Luas Penggunaan Lahan Kota Surakarta Tahun 2008 57
Gambar 4.3 Grafik Kepadatan Penduduk Kota Surakarta Tahun 2008 58
Gambar 4.4 Perbandingan Jumlah Penduduk Laki-Laki Dan Perempuan
Di Kota Surakarta Tahun 2008 59
Gambar 4.5 Grafik Penduduk Kota Surakarta Menurut Kelompok Umur
Dan Jenis Kelamin Tahun 2008 61
Gambar 4.6 Grafik Penduduk Kota Surakarta Menurut Tingkat Pendidikan
Tahun 2008 62
Gambar 4.7 Grafik Penduduk Kota Surakarta Menurut Agama Yang Dianut
Tahun 2008 64
Gambar 4.8 Grafik Penduduk Kota Surakarta Menurut Mata Pencaharian
Tahun 2008 65
Gambar 4.9 Grafik Perbandingan Suara Pasangan Joko Widodo-FX.Hadi
Rudyatmo Dengan Partai Pendukung 73
Gambar 4.10 Grafik Perbandingan Suara Pasangan Eddy S. Wirabhumi-
Supradi Kertamenawie Dengan Partai Pendukung 78
Gambar 4.11 Grafik Hasil Tabulasi Silang Responden Pemilih Dengan
Pilihan Pasangan Kandidat di Tiap Kecamatan 82
Gambar 4.12 Grafik Hasil Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Pilihan Pasangan
Kandidat di Tiap Kecamatan 86
Gambar 4.13 Grafik Hasil Tabulasi Silang Status Marital dengan Pilihan Pasangan
Kandidat di Tiap Kecamatan 89
Gambar 4.14 Grafik Hasil Tabulasi Silang Umur dengan Pilihan Pasangan
Kandidat di Tiap Kecamatan 93
commit to user
xvii
Kandidat di Tiap Kecamatan
Gambar 4.17 Grafik Hasil Tabulasi Silang Penghasilan dengan Pilihan Pasangan
Kandidat di Tiap Kecamatan 105
Gambar 4.18 Grafik Hasil Tabulasi Silang Agama dengan Pilihan Pasangan
Kandidat di Tiap Kecamatan 108
Gambar 4.19 Grafik Hasil Tabulasi Silang Pengalaman dengan Pilihan Pasangan
Kandidat di Tiap Kecamatan 112
Gambar 4.20 Grafik Hasil Tabulasi Silang Pilihan Partai dengan Pilihan Pasangan
Kandidat di Tiap Kecamatan 117
Gambar 4.21 Grafik Hasil Tabulasi Silang Alasan Memilih dengan Pilihan Pasangan
commit to user
xviii
Peta 1 Administrasi Kota Surakarta 54
Peta 2 Hasil Pemilukada Kota Surakarta Tahun 2010 69
Peta 3 Perbandingan Perolehan Suara Jokowi-Rudy dengan Koalisi Partai 76
Peta 4 Perbandingan Perolehan Suara Eddy-Supradi dengan Koalisi Partai 80
Peta 5 Sebaran Pemilih Pemilukada Kota Surakarta Tahun 2010 83
Peta 6 Sebaran Pemilih Berdasarkan Jenis Kelamin Pemilukada Kota Surakarta
Tahun 2010 87
Peta 7 Sebaran Pemilih Berdasarkan Status Marital Pemilukada Kota Surakarta
Tahun 2010 90
Peta 8 Sebaran Pemilih Berdasarkan Umur Pemilukada Kota Surakarta
Tahun 2010 94
Peta 9 Sebaran Pemilih Berdasarkan Pendidikan Pemilukada Kota Surakarta
Tahun 2010 97
Peta 10 Sebaran Pemilih Berdasarkan Pekerjaan Pemilukada Kota Surakarta
Tahun 2010 102
Peta 11 Sebaran Pemilih Berdasarkan Penghasilan Pemilukada Kota Surakarta
Tahun 2010 106
Peta 12 Sebaran Pemilih Berdasarkan Agama Pemilukada Kota Surakarta
Tahun 2010 109
Peta 13 Sebaran Pemilih Berdasarkan Pengalaman Pemilukada Kota Surakarta
Tahun 2010 113
Peta 14 Sebaran Pemilih Berdasarkan Pilihan Partai Pemilukada Kota Surakarta
Tahun 2010 118
Peta 15 Sebaran Pemilih Berdasarkan Alasan Memilih Pemilukada Kota Surakarta
commit to user
commit to user 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam sistem politik yang demokratis, rakyat mempunyai hak untuk memilih
wakil rakyat yang terhimpun dalam partai politik untuk duduk di parlemen dan juga
mempunyai hak untuk terlibat aktif dalam kontestasi politik itu sendiri. Oleh karena
itu, pemilu merupakan mekanisme paling penting sampai dengan saat ini dalam
sistem politik modern yang bisa digunakan rakyat dalam membuat pilihan terbaiknya
untuk memilih calon-calon yang menurut pandangannya mampu menjalankan roda
pemerintahan, baik di level daerah, legislatif (DPR/DPD/DPRD), maupun pimpinan
tertinggi eksekutif.
Proses demokrasi yang terus bergulir di Indonesia telah mencatat sejarah baru
yaitu berupa pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah yang dilakukan secara
langsung. Siapapun yang terpilih dalam hal ini akan lebih ditentukan oleh kuantitas
suara rakyat pemilih dan bukan lagi oleh rekayasa politik yang dilakukan oleh
sejumlah elite partai. (Soebroto, www.surabayapost.com, 9 Juli 2010).
Di bawah Undang-Undang Pemerintahan Daerah Nomor 32 Tahun 2004,
Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) diselenggarakan secara langsung.
Pemilukada di kota/kabupaten maupun provinsi dilakukan langsung oleh rakyatnya
yang memiliki hak pilih. Pemilukada ini merupakan suatu langkah baru dalam
kehidupan demokrasi di Indonesia.
Pemilukada langsung diharapkan akan menghasilkan figur kepemimpinan
yang aspiratif dan berkualitas. Pemilukada langsung akan mendekatkan pemerintah
dengan yang diperintah dan akuntabilitas kepala daerah benar-benar tertuju kepada
rakyat. Di samping itu, Pemilukada langsung merupakan tuntutan dan desakan rakyat
yang menghendaki bahwa kepala daerah tidak lagi dipilih oleh DPRD tetapi rakyat
commit to user 2 Menurut Undang-Undang No. 32 tahun 2004 pasal 59 ayat (1), dinyatakan
bahwa pasangan calon yang diusulkan secara berpasangan oleh partai politik atau
gabungan partai-partai politik. Sedangkan partai politik atau gabungan partai politik
yang dapat mendaftarkan pasangan calon adalah partai politik atau gabungan partai
politik yang telah memenuhi persyaratan perolehan sekuarang-kurangnya 15% dari
jumlah kursi DPRD atau 15% dari akumulasi perolehan suara sah dalam pemilihan
anggota DPRD yang bersangkutan.
Pemilukada secara langsung pada akhirnya menarik untuk dianalisis tentang
kecenderungan pemilih terhadap pilihan politiknya. Di titik inilah preferensi politik
dalam memilih kepala daerah perlu kita lihat relevansinya terhadap motivasi
seseorang (voter) untuk memberikan hak suaranya dalam Pemilukada.
Pemilukada sangat menarik untuk dianalisis dalam ilmu geografi. Pendekatan
analisis dalam geografi menggunakan bermacam-macam hampiran (approach) yaitu
pendekatan analisis keruangan (spatial analysis), analisis ekologi (ecological
analysis), dan analisis kompleks wilayah (regional complex analysis) (Bintarto, 1983:
12). Berdasarkan pengertian ini, geografi memandang suatu fenomena secara
menyeluruh meliputi persamaan maupun perbedaan fenomena geosfer, salah satunya
adalah kajian tentang perilaku sosial politik masyarakat.
Geografi politik merupakan salah satu aspek dari geografi manusia, salah satu
kajian yang lebih besar tetapi di dalamnya terkandung elemen pembeda yang
membuatnya lebih bersifat khusus. Dalam usaha untuk menggabungkan ilmu politik
dengan geografi, pakar geografi terpaksa menghadapi berbagai ilmu yang
berhubungan dengan kajiannya. Dibandingkan dengan bidang geografi yang lain,
geografi politik paling banyak terdapat perbedaan pendapat dan definisi yang tidak
seragam. Geografi kawasan tertentu sangat mempengaruhi keadaan politiknya dan
kawasan-kawasan yang berdekatan dengannya. Pergerakan politik bergantung kepada
kekurangan dan kelebihan yang timbul oleh perbedaan-perbedaan antar kawasan.
commit to user 3
politik mencoba mengkaji hubungan tersebut ( Fauzi, http://umrefjournal.um.edu.
Diakses tanggal 12 Maret 2011).
Lebih lanjut Fauzi (2006) menjelaskan bahwa geografi politik memberikan
tumpuan untuk memperhatikan, menganalisis, dan mencatat segala hal politik yang
ada serta menyatukannya ke dalam corak atau bentuk ruang (space). Pendekatan ini
memiliki kelemahan yaitu membatasi kajian pada bukti-bukti aktivitas dan organisasi
manusia yang dapat dilihat. Meskipun demikian, pakar-pakar geografi politik dari
dari aliran ini telah menghasilkan kajian yang mempunyai azas yang luas. Azas
geografi politik adalah perbedaan fenomena politik antara satu tempat dengan tempat
lain di muka bumi. Selain itu, geografi politik dianggap sebagai ilmu kawasan politik
atau lebih khusus lagi, kajian negara sebagai satu ciri kawasan yang berhubungan
dengan ciri-ciri kawasan yang lain. Oleh karena itu, pendekatan analisis keruangan
(spatial analysis) dapat digunakan untuk kajian geografi politik hasil Pemilukada.
Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini,
penggunaan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) dalam
komputer menjadi semakin penting dan memiliki banyak manfaat di dalam
penggunaannya. Dalam ilmu geografi pun, penggunaan komputer semakin memiliki
arti penting untuk mempermudah analisis khususnya data keruangan dan data statistik
guna memperoleh hasil penelitian yang baik dan berkualitas.
Geografi mutakhir telah menggunakan statistik dan metode kuantitatif dalam
penelitiannya bahkan telah pula digunakan komputer untuk menyimpan, mengolah
dan menganalisa data. Hal ini sangat berfaedah seperti menentukan batas suatu
wilayah, menentukan gerakan penduduk, menentukan pola penyebaran fenomena
geografi, mencari kaitan antar satu variabel dengan variabel yang lain (Bintarto,
1983:7).
Bentuk perkembangan teknologi komputer dalam analisis geografi yaitu
dengan adanya Sistem Informasi Geografis (SIG). Menurut Aronoff, SIG adalah
commit to user 4 memanipulasi informasi-informasi geografi. SIG dirancang untuk mengumpulkan,
menyimpan dan menganalisis obyek-obyek dan fenomena dimana lokasi geografi
merupakan karakteristik yang penting atau kritis untuk dianalisis. Dengan demikian,
SIG merupakan sistem komputer yang memiliki empat kemampuan berikut dalam
menangani data yang bereferensi geografi : (a). masukan, (b). manajemen data
(penyimpanan dan pemanggilan data), (c). analisis dan manipulasi data, (d). keluaran
(Prahasta, 2001:57).
Adanya SIG maka data keruangan maupun data atribut dapat diolah sehingga
menghasilkan peta tematik. Data keruangan seperti Kota Surakarta dan data atribut
berupa hasil Pemilukada dapat diolah sehingga akan menghasilkan peta politik.
Dalam hal ini dikenal dengan adanya kajian pemetaan politik yang mulai digunakan
sebagai sarana untuk menentukan kebijakan politik sehingga sesuai dengan kondisi
masyarakat di wilayah tertentu.
Surakarta adalah salah satu kota yang pada tanggal 26 April 2010 untuk kedua
kalinya menyelenggarakan Pemilukada untuk memilih walikota dan wakil walikota
secara langsung. Dalam Pemilukada ini, terdapat dua pasangan calon walikota dan
wakil walikota yang bersaing untuk memenangkan proses Pemilukada. Pasangan
pertama adalah Joko Widodo dan FX. Hadi Rudyatmo yang didukung oleh PDI-P,
PKS, PAN, Partai Gerindra dan PDS. Sedangkan pasangan kedua adalah Eddy
S.Wirabumi dan Supradi Kertamenawie yang diusung oleh Partai Demokrat, Partai
Golkar.dan Partai Hanura.
Berdasarkan hasil rekapitulasi penghitungan suara yang dilakukan KPU Kota
Surakarta diketahui bahwa perolehan suara masing-masing pasangan adalah sebagai
commit to user 5 Tabel 1.1. Hasil Perolehan Suara Pemilukada Kota Surakarta Tahun 2010
No Pasangan Calon Perolehan
Suara
Sumber : KPU Kota Surakarta (Diolah)
Dari hasil rekapitulasi perolehan suara tersebut dapat diketahui bahwa
pasangan nomor urut satu yaitu Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo menang mutlak
dengan prosentase 90,09 % suara mengalahkan pasangan nomor urut dua yaitu Eddy
S. Wirabumi dan Supradi Kertamenawie yang hanya meraih 9,91 % suara. Selain
didukung oleh partai besar berpengaruh di Kota Surakarta, pasangan Joko Widodo
-FX. Hadi Rudyatmo juga merupakan incumbent di Pemilukada Kota Surakarta.
Mereka telah menjabat sebagai walikota dan wakil walikota Surakarta selama lima
tahun setelah memenangkan Pemilukada tahun 2005 lalu dan sekarang maju kembali
sebagai calon incumbent Pemilukada tahun 2010.
Dilihat dari perolehan suara, masing-masing pasangan calon memiliki
kecenderungan sendiri-sendiri. Pasangan pertama jumlah perolehan suara jauh lebih
besar dibandingkan dengan perolehan suara partai-partai yang mendukungnya.
Sedangkan pasangan kedua meraih suara yang jauh lebih sedikit dibandingkan
dengan perolehan suara partai-partai pendukungnya. Ini artinya, pasangan nomor urut
dua banyak kehilangan suara dari partai-partai yang mengusungnya sedangkan
pasangan nomor urut satu berhasil memperoleh tambahan suara dari pemilih
partai-partai yang mendukung pasangan lawan.
Hasil Pemilukada Kota Surakarta memiliki catatan yang sangat menarik untuk
dikaji. Pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo memperoleh 90,09 % suara
commit to user 6 Legislatif 2009. Sedangkan pasangan Eddy S. Wirabumi-Supradi Kertamenawie
hanya memperoleh 9,91 % suara dengan jumlah perolehan suara koalisi partai yang
mendukungnya mencapai 27,70 %.
Hasil perolehan suara masing-masing pasangan tersebut menjadi sangat
menarik untuk dianalisis tentang preferensi pemilih di Kota Surakarta. Dari data
keruangan yang dikomparasikan data pendukung berupa data statistik pemilih pada
Pemilukada 2010 di Kota Surakarta akan menghasilkan Peta Politik Pemilukada.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis menyusun skripsi
dengan judul : “PREFERENSI PETA PEMILIH PADA PEMILUKADA KOTA
SURAKARTA TAHUN 2010 BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, ada masalah yang dapat diidentifikasi
yaitu : Pasangan Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo memperoleh 90,09 % suara
dimana perolehan total suara koalisi partai pendukung sebesar 59,72% sedangkan
pasangan Eddy S. Wirabhumi-Supradi Kertamenawie memperoleh 9,91% suara
dimana perolehan total suara koalisi partai pendukung sebesar 27,70%.
C. Pembatasan Masalah
Sehubungan dengan luasnya permasalahan yang timbul dari topik kajian maka
pembatasan masalah perlu dilakukan untuk memperoleh kedalaman kajian.
Pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu :
1. Hasil Pemilukada yang dianalisis adalah Pemilukada Kota Surakarta 2010.
2. Partai-partai pendukung (koalisi partai) yang dianalisis adalah partai politik
yang memperoleh kursi di DPRD Kota Surakarta pada Pemilu Legislatif 2009.
3. Penelitian terhadap pemilih dalam Pemilukada dibatasi pada karakteristik
commit to user 7
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana sebaran pemilih dalam Pemilukada di Kota Surakarta tahun 2010?
2. Bagaimana perbandingan sebaran pemilih masing-masing kandidat dalam
Pemilukada Kota Surakarta tahun 2010 dengan sebaran pemilih partai- partai
pendukungnya dalam Pemilu Legislatif 2009?
3. Bagaimana karakteristik pemilih dalam Pemilukada di Kota Surakarta tahun
2010?
4. Bagaimana alasan pemilih dalam Pemilukada Kota Surakarta tahun 2010?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian sangat penting karena dengan ini kita dapat mengetahui
tingkat keberhasilan dalam penelitian. Adapun tujuannya adalah :
1. Mengetahui sebaran pemilih dalam Pemilukada Kota Surakarta tahun 2010.
2. Mengetahui perbandingan sebaran pemilih masing-masing kandidat dalam
Pemilukada Kota Surakarta tahun 2010 dengan sebaran pemilih partai –partai
pendukungnya dalam Pemilu Legislatif 2009.
3. Mengetahui karakteristik pemilih dalam Pemilukada Kota Surakarta tahun
2010.
4. Mengetahui alasan pemilih dalam Pemilukada di Kota Surakarta tahun 2010.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk mengembangkan ilmu geografi, khususnya dalam pemanfaatan
Sistem Informasi Geografis dalam pemetaan politik Pemilukada.
b. Untuk memperkaya khasanah keilmuan geografi politik. Selama ini
ilmu-ilmu sosial hanya dipandang sebelah mata sebagai ilmu-ilmu yang tidak memiliki
makna dalam mendukung kehidupan manusia seperti ilmu-ilmu teknik yang
commit to user 8 Pemilukada maka geografi politik akan memberikan pencerahan bahwa hasil
Pemilukada tidak hanya bisa dikaji oleh ilmu politik tetapi juga oleh geografi
politik.
c. Penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran dan pendidikan
di sekolah dalam bidang studi Geografi tingkat SMA/MA Program IPS
Kelas XII pada pokok bahasan pemanfaatan Sistem Informasi Geografis.
2. Manfaat Praktis
Memberikan sumbangan pemikiran kajian geografi politik mengenai peta
commit to user 9
BAB II
LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka
1. Pemilihan Umum Kepala Daerah Langsung
Pemilihan kepala daerah langsung adalah instrumen untuk meningkatkan
participatory democracy. Melalui Pemilukada, masyarakat memilih langsung
kepala daerahnya yang dianggap paling baik dan memenuhi semua unsur yang
diharapkan. Sesungguhnya demokrasi itu bersifat lokal, maka salah satu tujuan
Pilkada itu adalah untuk memperkuat legitimasi demokrasi itu sendiri. Meskipun
demikian, dalam praktek di negera-negara lain, keberhasilan Pemilukada langsung
tidaklah berdiri sendiri, tetapi juga ditentukan oleh kematangan dan kesiapan
partai politik dan aktor politik, budaya politik yang tumbuh di masyarakat serta
kesiapan dukungan administrasi penyelenggaraan Pemilukada. Kondisi politik
lokal yang sangat heterogen, kesadaran dan pengetahuan politik masyarakat yang
rendah, serta buruknya sistem pencatatan kependudukan dan penyelenggaraan
pemilihan (electoral governance) seringkali menyebabkan kegagalan tujuan
Pemilukada langsung (Prasojo, 2009:186).
Diselenggarakannya Pemilukada secara langsung mendatangkan optimisme
dan pesimisme tersendiri. Pemilukada dinilai sebagai perwujudan pengembalian
hak-hak dasar masyarakat di daerah dengan memberikan kewenangan yang utuh
dalam rangka rekruitmen pimpinan daerah sehingga mendinamisir kehidupan
demokrasi di tingkat lokal. Keberhasilan Pemilukada langsung untuk melahirkan
kepemimpinan daerah yang demokratis sesuai kehendak dan tuntutan rakyat
sangat tergantung kritisisme dan rasionalitas rakyat sendiri (Nasution, 2009:37).
Pada tanggal 26 April 2010 lalu, Kota Surakarta telah menyelenggarakan
Pemilukada untuk kedua kalinya setelah era reformasi digulirkan. Pemilukada
Kota Surakarta diselenggarakan pertama kali pada tahun 2005 dimana istilah yang
commit to user 10 Surakarta kembali menyelenggarakan pemilihan kepala daerah secara langsung
pada tahun 2010 yang kini berganti dengan istilah Pemilukada. Penyelenggaraan
Pemilukada Kota Surakarta tahun 2010 memiliki catatan tersendiri yang sangat
menarik untuk dikaji. Pemilukada ini diikuti oleh dua pasangan calon dimana
pasangan nomor urut satu yaitu Joko Widodo-FX. Hadi Rudyatmo meraih
kemenangan terbesar sepanjang sejarah penyelenggaraan Pemilukada di Indonesia
yaitu perolehan suaranya mencapai 90,09 %. Sedangkan pasangan yang lain yaitu
Eddy S. Wirabumi-Supradi Kertamenawie hanya memperoleh 9,91 % suara.
2. Perilaku Pemilih
a. Pengertian
Pemilih diartikan sebagai semua pihak yang menjadi tujuan utama para
kontestan untuk mereka pengaruhi dan yakinkan agar mendukung dan
kemudian memberikan suaranya kepada kontestan yang bersangkutan
(Firmanzah, 2009:102).
Adapun perilaku pemilih menurut Ramlan Surbakti dalam Nasution
(2009:30) adalah aktivitas pemberian suara oleh individu yang berkaitan erat
dengan kegiatan pengambilan keputusan untuk memilih atau tidak memilih (to
vote or not to vote) didalam suatu Pemilu. Bila voters memutuskan untuk
memilih maka voters akan memilih atau mendukung kandidat tertentu.
Keputusan untuk memberikan dukungan dan suara tidak akan terjadi
apabila tidak terdapat loyalitas pemilih yang cukup tinggi kepada kandidat
jagoannya. Begitu juga sebaliknya, pemilih tidak akan memberikan suaranya
kalau mereka menganggap bahwa sebuah partai atau kandidat tidak loyal serta
tidak konsisten dengan janji dan harapan yang telah mereka berikan.
Perilaku pemilih juga sarat dengan ideologi antara pemilih dengan partai
politik atau kontestan pemilu. Masing-masing kontestan membawa ideologi
yang saling berinteraksi. Selama periode kampanye pemilu, muncul kristalisasi
commit to user 11 mengelompokkan dirinya kepada kontestan yang memiliki ideologi sama
dengan yang mereka anut sekaligus juga menjauhkan diri dari ideologi yang
berseberangan dengan mereka (Nasution, 2009:31).
Pemilih dalam hal ini dapat berupa konstituen masyarakat pada
umumnya. Konstituen adalah kelompok masyarakat yang merasa diwakili oleh
suatu ideologi tertentu dan kemudian termanifestasikan dalam institusi politik
seperti partai politik dan seorang pemimpin. Kelompok masyarakat ini adalah
para pendukung atau konstituen suatu partai politik di lingkungan internal atau
konstituen dan pendukung pesaing-pesaing di lingkungan eksternal. Di samping
itu, pemilih merupakan bagian masyarakat luas yang bisa saja tidak menjadi
konstituen partai politik dan kandidat tertentu. Masyarakat terdiri dari beragam
kelompok. Terdapat kelompok masyarakat yang memang non-partisan, dimana
ideologi dan tujuan politik mereka tidak diikatkan kepada suatu partai politik
tertentu atau kandidat tertentu. Mereka “menunggu” sampai ada suatu partai
politik atau kandidat yang bisa menawarkan program kerja yang terbaik
menurut mereka, sehingga partai politik atau kandidat tersebutlah yang akan
mereka pilih.
Berikut bagan pembagian jenis pemilih :
Internal Eksternal
Gambar 2.1. Pembagian Jenis Pemilih (Firmanzah, 2007:103)
Konstituen
Non-partisan
Pemilih
commit to user 12 Perilaku pemilih dapat ditujukan dalam memberikan suara dan
menentukan siapa yang akan dipilih menjadi kepala daerah dan wakil kepala
daerah dalam Pemilukada secara langsung. Pemberian suara atau voting secara
umum dapat diartikan sebagai sebuah proses dimana seorang anggota dalam
suatu kelompok menyatakan pendapatnya dan ikut menentukan konsensus
diantara anggota kelompok seorang pejabat maupun keputusan yang diambil.
Pemberian suara dalam Pemilukada langsung diwujudkan dengan memberikan
suara pada pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yang
didukungnya atau ditujukan dengan perilaku masyarakat dalam memilih
pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah.
Menurut Asfar dalam Nasution (2009:31-33), perilaku pemilih dapat
dianalisis dengan tiga pendekatan, yaitu :
1) Pendekatan Sosiologis
Pendekatan sosiologis sebenarnya berasal dari Eropa, kemudian
Amerika. Karena itu, Flannagan menyebutnya sebagai model sosiologi
politik Eropa. David Denver, ketika menggunakan pendekatan ini
untuk menjelaskan perilaku pemilih masyarakat Inggris, menyebut
model ini sebagai social determinism approach.
Pendekatan ini pada dasarnya menjelaskan bahwa karakteristik
sosial mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam menentukan
perilaku pemilih seseorang. Karakteristik sosial dan karakteristik atau
latar belakang sosiologis (seperti agama, wilayah, jenis kelamin, dan
umur) merupakan faktor penting dalam menentukan pilihan politik.
Pendek kata, pengelompokan sosial seperti umur( tua-muda), jenis
kelamin (laki-perempuan), agama dan semacamnya dianggap
mempunyai peranan yang cukup menentukan dalam membentuk
pengelompokan sosial baik secara formal seperti keanggotaan
commit to user 13 pengelompokan informal seperti keluarga, pertemanan, ataupun
kelompok-kelompok kecil lainnya, merupakan sesuatu yang sangat
vital dalam memahami perilaku politik seseorang karena
kelompok-kelompok inilah yang mempunyai peranan besar dalam menentukan
sikap, persepsi, dan orientasi seseorang.
Menurut Bone dan Ranney ada tiga tipe utama pengelompokan
sosial, yaitu:
a) Kelompok kategorial, yang terbentuk berdasarkan faktor perbedaan
jenis kelamin, usia, dan pendidikan.
b) Kelompok sekunder, terdiri dari kelompok pekerjaan, status sosio
ekonomi dan kelas sosial serta kelompok-kelompok etnis yang
meliputi ras, agama dan daerah asal.
c) Kelompok primer, termasuk pasangan-pasangan suami istri,
orangtua dan anak-anak, serta kelompok bermain.
(Prasetyo, 2009:27).
2) Pendekatan Psikologis
Pendekatan ini berkembang di Amerika Serikat berasal dari
Eropa Barat, pendekatan psikologis merupakan fenomena Amerika
Serikat karena dikembangkan sepenuhnya oleh Amerika Serikat
melalui survey research center di Universitas Michigan. Oleh karena
itu, pendekatan ini juga disebut Mazhab Michigan. Pelopor utama
pendekatan ini adalah Angust Campbell.
Pendekatan ini menggunakan dan mengembangkan konsep
psikologi terutama konsep sosialisasi dan sikap untuk menjelaskan
perilaku pemilih. Variabel-variabel itu tidak dapat dihubungkan
dengan perilaku memilih jika ada proses sosialisasi. Oleh karena itu,
menurut pendekatan ini sosialisasilah yang menentukan perilaku
commit to user 14 Penganut pendekatan ini menjelaskan sikap seseorang sebagai
refleksi dari kepribadian seseorang dan merupakan variabel yang
cukup menentukan dalam mempengaruhi perilaku politik seseorang.
Oleh karena itu, pendekatan psikologis menekankan pada tiga aspek
psikologis sebagai kajian utama yaitu ikatan emosional pada suatu
partai politik, orientasi terhadap isu-isu, dan orientasi terhadap
kandidat.
3) Pendekatan Rasional
Penggunaan pendekatan rasional dalam menjelaskan perilaku
pemilih oleh ilmuwan politik sebenarnya diadaptasi dari ilmu
ekonomi. Mereka melihat adanya analogi antara pasar (ekonomi) dan
perilaku pemilih (politik). Apabila secara ekonomi masyarakat dapat
bertindak secara rasional, yaitu menekan ongkos sekecil-kecilnya
untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya, maka dalam perilaku
politikpun maka masyarakat dapat bertindak rasional, yakni
memberikan suara ke partai politik atau kandidat yang dianggap
mendatangkan keuntungan sebesar-besarnya dan menekan kerugian.
Teori tentang ekonomi politik ini diadaptasi dari lapangan
ekonomi. Ahli politik mengadaptasi teori tersebut untuk menjelaskan
perilaku pemilih dengan memperhitungkan apa dampak yang bisa
dirasakan langsung oleh pemilih di masa datang kalau ia memilih
partai tertentu. Seperti dalam lapangan ekonomi, pilihan seseorang atas
kandidat tertentu didasarkan pada penilaian terhadap masa lalu dan
penilaian atas kondisi ekonomi di masa datang. Disini, pilihan
seseorang atas kandidat tertentu didasarkan pada pertimbangan
rasional terutama kemampuan dalam mengatasi dan menangani
commit to user 15
4) Pendekatan Domain Kognitif (Pendekatan Marketing)
Menurut model ini, perilaku pemilih ditentukan oleh tujuan
domain kognitif yang berbeda dan terpisah, sebagai berikut :
a. Isu dan kebijakan politik
b. Citra sosial
c. Perasaan emosional
d. Citra kandidat
e. Peristiwa mutakhir
f. Peristiwa personal
g. Faktor-faktor epistemik
Faktor internal dan eksternal individu secara simultan
mempengaruhi cara individu dalam berfikir dan mengikatkan dirinya
secara politik dengan partai tertentu. Pilihan politik seseorang dapat
dilihat dari dua perspektif antara environment-determinist dengan
free-choice. Paradigma pertama, individu dianggap sebagai produk
masyarakat. Sistem nilai dan perilaku yang muncul pada
masing-masing individu merupakan hasil bentukan lingkungan. Sedangkan
paradigma kedua, melihat individu dianggap memiliki derajat
kebebasan yang cukup tinggi untuk berbeda dengan lingkungannya.
Keputusan akhir dari perilaku yang akan diambil ditentukan sendiri
oleh setiap individu (Firmanzah, 2007:128).
Lebih lanjut Firmanzah (2007:130) menyatakan bahwa
pertimbangan (judgment) pemilih dipengaruhi tiga faktor pada saat
bersamaan : (1) kondisi awal pemilih, (2) media massa, (3) partai
politik atau kontestan. Kondisi awal diartikan sebagai karakteristik
yang melekat pada diri si pemilih. Tingkat pendidikan dan ekonomi
misalnya, diyakini dapat mempengaruhi pemilih dalam membuat
commit to user 16 massa. Kemampuan media massa untuk mendistribusikan informasi
merupakan kekuatan untuk pembentukan opini publik. Opini publik
sendiri sangat ditentukan oleh seberapa besar informasi yang diberikan
kepada masyarakat. Faktor ketiga adalah karakteristik partai politik
dan kontestan itu sendiri. Atribut kontestan seperti reputasi, image,
citra, latar belakang, ideologi, dan kualitas para politikusnya akan
sangat mempengaruhi penilaian masyarakat atas partai yang
bersangkutan.
Dalam penelitian ini menggunakan kombinasi antara keempat
pendekatan tersebut di atas. Kombinasi pendekatan tersebut akan
menghasilkan karakteristik pemilih baik dari segi sosiologis,
psikologis, rasionalitas dan domain kognitif.
b. Orientasi Pemilih
Firmanzah (2007:115) membagi orientasi pemilih menjadi dua hal yang
bisa dijadikan ukuran mengenai cara memilih dalam menilai kedekatannya
dengan partai politik atau seorang kontestan. Kedua hal tersebut yaitu :
1) Kesamaan mengenai cara pemecahan masalah (policy problem
solving)
Pemilih menaruh perhatian yang sangat tinggi atas cara
kontestan (partai politik atau calon pemimpin) dalam menawarkan
solusi sebuah permasalahan. Semakin efektif seseorang/suatu
kontestan dalam menawarkan solusi yang tepat untuk menjawab
permasalahan, semakin tinggi pula probabilitas untuk dipilih oleh para
pemilih. Para pemilih memiliki kecenderungan untuk tidak memilih
partai politik atau calon pemimpin yang kurang mampu menawarkan
program kerja dan hanya mengandalkan spekulasi serta jargon-jargon
commit to user 17 Sementara itu, Chappel dan Veiga dalam Firmanzah (2007:117)
menyimpulkan dalam studi mereka bahwa kinerja ekonomi dan
tanggung jawab politik kontestan secara bersamaan mempengaruhi
hasil akhir Pemilu. Persoalan ekonomi menjadi pusat perhatian karena
sangat erat kaitannya dengan tingkat kesejahteraan masyarakat.
Pemilih akan cenderung memilih partai politik atau kontestan yang
menawarkan solusi yang paling menarik untuk menyelesaikan
persoalan ekonomi seperti pengangguran, inflasi, investasi dan pajak.
Pemilih akan memberikan penilaian yang nantinya akan
termanifestasikan dalam bentuk penghargaan (reward) atau hukuman
(punishment) bagi partai atau kontestan yang sedang berkuasa.
Penilaian tentang policy-problem solving bisa dilakukan secara ex-post
dan ex-ante. Penilaian ex- post berarti menilai apa saja yang telah
dilakukan sebuah partai atau pemimpin yang berkuasa untuk
memperbaiki kondisi yang ada. Sementara ex-ante dilakukan dengan
mengukur dan menilai kemungkinan program kerja dan solusi yang
ditawarkan sebuah partai atau kandidat ketika diterapkan untuk
memecahkan sebuah persoalan. Reputasi masa lalu kontestan dan
pengaruh pemimpin karismatik dari sebuah partai berkontribusi pada
kesan serius dan legitimasi program kerja yang ditawarkan.
2) Kesamaan dalam paham serta nilai dasar ideologi (ideology)
Struktur ideologi pemilih sangat menentukan partai apa dan
kandiddat seperti apa yang menurut mereka akan menyuarakan suara
mereka. Pemilih memiliki kecenderungan untuk memilih partai atau
kandidat yang memiliki kesamaan ideologi dengan mereka daripada
partai politik atau kandidat yang memiliki ideologi yang berbeda.
Terdapat beberapa hal yang digunakan partai politik atau kandidat
commit to user 18 masyarakat yang memiliki kesamaan ideologi dengan mereka. Kedua,
partai politik atau kandidat berusaha memperkenalkan dan meyakinkan
kepada kelompok-kelompok masyarakat yang tidak memiliki
kesamaan ideologi dengan mereka.
Pemilih yang cenderung mementingkan ideologi suatu partai
atau kandidat akan menekankan aspek –aspek subyektivitas seperti
kedekatan nilai, budaya, norma, emosi dan psikografis. Semakin dekat
kesamaan partai atau kontestan pemilu, pemilih akan cenderung
memberikan suaranya ke partai politik atau kandidat tersebut
(Nasution, 2009:34).
c. Jenis-Jenis Pemilih
Firmanzah (2007:133) menggunakan kedua orientasi pemilih tersebut
untuk mengasumsikan penggunaannya oleh pemilih untuk menentukan
pilihannya. Orientasi pemilih pada policy-problem solving berkisar antara
rendah (low) dan tinggi (high). Hal yang sama juga terdapat pada orientasi
pemilih pada ideology, yakni berkisar dari intensitas rendah (low) dan tinggi
(high). Konfigurasi dari kedua faktor tersebut dapat dilihat dalam gambar
commit to user 19 Berdasarkan konfigurasi pemilih tersebut terdapat empat jenis pemilih,
yaitu:
1) Pemilih Rasional
Pemilih rasional memiliki orientasi yang tinggi pada
policy-problem solving dan berorientasi rendah untuk faktor ideologi. Pemilih
dalam hal ini lebih mengutamakan kemampuan partai politik atau
kandidat dalam program kerjanya. Program kerja atau platform dapat
dianalisis dalam dua hal :1) kinerja partai atau kandidat di masa lalu
(backward looking) dan 2) tawaran program untuk menyelesaikan
permasalahan yang ada (forward looking).
Pemilih jenis ini memiliki ciri khas yang tidak begitu
mementingkan ikatan ideologi kepada suatu partai atau kandidat.
Faktor seperti paham, asal usul, nilai tradisional, budaya, agama dan
psikografis memang dipertimbangkan juga, tetapi bukan hal yang
signifikan. Pemilih cenderung melepaskan hal-hal yang bersifat
dogmatis, tradisional, dan ikatan lokasi dalam kehidupan politiknya.
Analisis kognitif dan pertimbangan logis sangat dominan dalam proses
pengambilan keputusan. Hal terpenting bagi jenis pemilih ini adalah
apa yang bisa dan yang telah dilakukan oleh sebuah partai atau
kandidat daripada paham dan nilai partai atau kandidat.
2) Pemilih Kritis
Pemilih jenis ini adalah perpaduan antara tingginya orientasi
pada kemampuan partai atau kandidat dalam menuntaskan
permasalahan yang ada maupun tingginya orientasi mereka dalam
hal-hal yang bersifat ideologis.
Pemilih jenis ini bisa terjadi melalui dua mekanisme. Pertama,
jenis pemilih ini menjadikan nilai ideologis sebagai pijakan untuk
commit to user 20 berpihak dan selanjutnya mereka akan mengkritisi kebijakan yang
akan atau yang telah dilakukan. Kedua, bisa juga terjadi sebaliknya,
pemilih tertarik dulu dengan program kerja yang ditawarkan sebuah
partai atau kandidat baru kemudian mencoba memahami nilai-nilai
dan paham yang melatarbelakangi pembuatan sebuah kebijakan.
3) Pemilih Tradisional
Pemilih tradisional memiliki orientasi ideologi yang sangat
tinggi dan tidak terlalu melihat kebijakan partai politik atau kandidat
sebagai sesuatu yang penting dalam pengambilan keputusan. Pemilih
tradisional sangat mengutamakan kedekatan sosial-budaya, nilai,
asal-usul, paham, dan agama sebagai ukuran untuk memilih sebuah partai
politik atau kandidat. Biasanya pemilih ini lebih mementingkan figur
dan kepribadian pemimpin, mitos, nilai historis sebuah partai politik
atau kandidat. Salah satu karakteristik mendasar pemilih jenis ini
adalah tingkat pendidikan yang rendah dan sangat konservatif dalam
memegang nilai serta paham yang dianut. Pemilih tradisional
merupakan pemilih yang mudah dimobilisasi selama periode
kampanye.
4) Pemilih Skeptis
Pemilih ini tidak memiliki orientasi yang cukup tinggi dengan
sebuah partai politik atau seorang kandidat, juga tidak menjadikan
kebijakan sebagai sesuatu yang penting. Keinginan untuk terlibat
dalam sebuah partai politik pada pemilih jenis ini sangat kurang karena
ikatan ideologis mereka memang rendah sekali. Mereka juga kurang
memperdulikan platform dan kebijakan sebuah partai politik atau
kandidat.
Penelitian ini akan mengkategorikan jenis pemilih menjadi dua macam
commit to user 21 perbedaannya melalui alasan pemilih memilih pasangan kandidat. Alasan
memilih karena kemampuan kandidat dan program/isu yang ditawarkan
menunjukkan ciri dari pemilih rasional. Sedangkan alasan karena kepribadian
kandidat, didukung partai pilihan dan kesamaan latar belakang menunjukkan
ciri pemilih tradisional.
3. Faktor Analisis Hubungan Pemilih Dengan Kandidat Dalam Pemilukada Ada berbagai macam faktor yang dapat menjadi analisis hubungan pemilih
dengan kandidat dalam Pemilukada. Faktor-faktor tersebut dapat disarikan dari
berbagai macam pendekatan dalam menganalisis perilaku pemilih (voter
behaviour). Dengan mulai berkembangnya penelitian tentang studi perilaku
pemilih, banyak hasil penelitian yang mencoba menyelidiki hubungan faktor
preferensi pemilih dengan pemilih partai politik atau kandidat tertentu dalam
Pemilukada khususnya faktor internal yang berupa karakteristik sosial pemilih
(Prasetyo, 2009:29).
Acuan analisis dapat menggunakan karakteristik pemilih yang dijadikan
variabel dalam penelitian ini. Adapun karakteristik pemilih dapat dijelaskan
sebagai berikut :
a. Faktor Demografis, meliputi :
1) Jenis Kelamin
Secara psikologis ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam
mengambil suatu keputusan. Ada pertimbangan yang berbeda antara
keduanya yang dapat diteliti. Perilaku pemilih berdasarkan jenis kelamin
akan sangat menarik untuk dikaji dalam Pemilukada. Peran perempuan
semakin lama semakin sejajar dengan laki-laki termasuk peranan dalam
bidang politik khususnya dalam menentukan pilihan terhadap kandidat.
2) Umur
Umur merupakan salah satu indikator perkembangan manusia baik
commit to user 22 keputusan untuk menentukan pilihan terhadap kandidat. Pemilih dengan
umur yang relatif tua cenderung memiliki sifat yang konservatif dan sulit
untuk menerima perubahan ataupun hal-hal yang baru. Sebaliknya, umur
yang relatif muda cenderung menginginkan hal-hal yang baru dan mudah
menerima perubahan.
3) Status Marital
Manusia secara fitrah memiliki rasa kebutuhan terhadap lawan jenis,
termasuk dalam hal pernikahan. Seseorang yang telah menikah akan
memiliki pemikiran dan sikap yang berbeda dengan orang yang belum
menikah termasuk dalam bidang politik. Perbedaan status kedua fase
tersebut terhadap pilihan kandidat menarik untuk dikaji.
b. Faktor Pendidikan
Dalam buku ”Higher Education for America Democracy” yang dikutip Noorsyam,dkk (1981:3) dinyatakan sebagai berikut :
”Education is an institution of civilized society, but the purposes of education are not the same in all societies. An educational system finds its the guiding principles and ultimate goals in the aims and
philosophy of the social order in which in functions.”
Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan
kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya baik rohani
(pikir, karsa, rasa, cipta dan budinurani) maupun jasmani (panca indera serta
ketrampilan-ketrampilan (Noorsyam dkk, 1981:6).
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang mendasar.
Salah satu tujuan pendidikan adalah untuk membentuk manusia yang baik dan
berbudi pekerti yang luhur menurut cita-cita dan nilai-nilai masyarakat serta
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu sarana untuk memperoleh
pendidikan adalah melalui pendidikan formal.
Pendidikan formal adalah struktur dari suatu sistem pengajaran yang
commit to user 23 sampai dengan perguruan tinggi. Sedangkan pendidikan non formal merupakan
pengajaran sistematis di luar sistem pendidikan formal bagi sekelompok
masyarakat untuk memenuhi keperluan khusus. Perbedaan tingkat pendidikan
seseorang akan mempengaruhi cara pandang dan sikap terhadap suatu masalah
yang dihadapi.
Dalam politik, pendidikan seseorang sangat mempengaruhi dalam
menentukan pilihannya. Orang yang berpendidikan tinggi cenderung
menggunakan pikiran-pikiran yang rasional dalam memilih. Berbeda dengan
orang yang berpendidikan rendah cenderung mengesampingkan hal-hal yang
rasional.
c. Faktor Ekonomi, meliputi :
1) Pekerjaan
Manusia dituntut untuk bekerja agar kebutuhan ekonominya dapat
tercukupi dengan baik. Jenis pekerjaan seseorang dapat mencerminkan
tingkat kemampuan, ketrampilan dan pola pikir. Dari ketiga hal tersebut
dapat mempengaruhi seseorang untuk memilih kandidat.
2) Penghasilan
Kondisi ekonomi yang berbeda dapat dilihat dari penghasilan yang
diperoleh seseorang. Adanya perbedaan penghasilan seseorang akan dapat
mempengaruhi cara bertindak dan berfikir dalam menghadapi suatu masalah
tertentu.
d. Faktor Agama
Dalam ideologi Pancasila dinyatakan : ”Ketuhanan Yang Maha Esa”, ini
menunjukkan bahwa agama di Indonesia memegang peranan penting dalam
kehidupan masyarakat. Agama di Indonesia berpengaruh secara kolektif
terhadap politik, ekonomi, dan budaya.
commit to user 24 played a more important role in shaping party vote choice in Belgium, Canada,
South Africa and Switzerland than did language or class. In the United States,
recent studies find an upsurge of religious traditionalism among voters
(Layman 1997; Layman and Carmines 1997). In Indonesia, as elaborated
below, religious orientation in particular the cleavage between pious and
nominal Muslims has long been claimed to be the main determinant of party
choice. Moreover, as a new democracy Indonesia might be particularly
susceptible to religious voting because weaker, uninstitutionalized political
parties are less able to play a mediating role between voters’ most basic
loyalties and the national political process”. (Liddle,
http://democracy.stanford.edu/Syllabi/TokaVBPPPE.htm, 19 Juli 2010).
Agama merupakan salah satu faktor penting yang menentukan motivasi
seseorang untuk menentukan pilihannya. Faktor sentimen agama masih sering
muncul pada masyarakat pemilih di Indonesia.
e. Faktor Pengalaman
Pengalaman mempengaruhi kecermatan persepsi. Pengalaman tidak
selalu melalui proses belajar formal dan dapat bertambah melalui rangkaian
peristiwa yang dihadapi. Pengalaman mengikuti Pemilukada dapat menjadikan
seseorang lebih siap dan hati-hati dalam memilih kandidat.
4. Partai Politik Dalam Pemilukada
a. Pengertian Partai Politik
Partai politik menurut Undang-Undang No. 2 Tahun 2008 tentang Partai
Politik adalah: ”Organisa si politik yang dibentuk oleh sekelompok warga negara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar persamaan kehendak
dan cita-cita untuk memperjuangkan anggota, masyarakat, bangsa dan negara
melalui pemilihan umum”.
Menurut pendapat Sigmund Neumann (Budiardjo, 2000:162) bahwa:
commit to user 25 menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat atas dasar
persaingan dengan suatu golongan atau golongan-golongan lain yang
mempunyai pandangan yang berbeda. Pendapat Sigmund Neuman tersebut,
menekankan bahwa partai politik merupakan tempat berkumpulnya aktivis
politik dan terdapat persaingan antargolongan yang memiliki pandangan yang
berbeda untuk menguasai pemerintahan.
Dari definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan partai politik adalah
organisasi warga negara yang memiliki tujuan untuk merebut atau
mempertahankan kekuasaan terhadap pemerintahan melalui proses pemilihan
umum untuk mencapai tujuan bersama yang telah disepakati oleh seluruh
anggota partai.
b. Fungsi Partai Politik
Fungsi partai politik menurut UU No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik
adalah sebagai sarana:
1) Pendidikan politik bagi anggotanya dan masyarakat luas agar menjadi
Warga Negara Republik Indonesia yang sadar akan hak dan
kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
2) Penciptaan iklim yang kondusif dan program yang konkret serta
sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa untuk menyejahterakan
masyarakat.
3) Penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik masyarakat
secara konstitusional dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan
negara.
4) Partisipasi politik warga negara.
5) Rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui
commit to user 26 Dengan lahirnya UU No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik, partai
politik diharapkan memberikan pendidikan politik kepada setiap warga negara
untuk menumbuhkan kesadaran akan hak dan kewajibannya. Selain itu, partai
politik menjadi bagian dalam upaya pemersatu bangsa untuk menciptakan
kesejahteraan masyarakat dan penyerap, penyalur aspirasi rakyat. Jika ketiga
fungsi partai politik tersebut terpenuhi maka diharapkan partai politik dapat
meningkatkan partisipasi politik warga negara sehingga proses rekruitmen
politik untuk mengisi jabatan politik menjadi tahap akhir dari proses fungsi
partai politik.
Menurut Budiardjo (2002: 163-164), dalam negara demokratis partai
politik menyelenggarakan beberapa fungsi yaitu :
1) Partai sebagai sarana komunikasi politik
2) Partai sebagai sarana sosialisasi politik
3) Partai sebagai sarana rekruitmen politik
4) Partai sebagai sarana pengatur konflik
Dari beberapa pendapat ahli tersebut maka dapat disarikan bahwa fungsi
partai politik dalam kehidupan demokrasi Indonesia adalah sebagai wadah
aspirasi rakyat sebagai wujud hak politik dalam membangun negara yang lebih
demokratis dan sejahtera melalui proses pendidikan politik, partisipasi politik,
dan rekruitmen politik untuk meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa.
c. Peran Partai Politik Dalam Pemilukada
Dalam sistem demokrasi partai politik (Parpol) mempunyai beberapa
fungsi yang penting dan utama, anatara lain fungsi rekrutmen, pendidikan dan
pelatihan bagi orang-orang yang layak untuk menduduki posisi-posisi di
legislatif maupun eksekutif (seleksi kandidat) atau sebagai pengurus partai,
pengumpulan dan artikulasi kepentingan kelompok-kelompok tertentu, dan
commit to user 27 Dalam lingkup daerah parpol pada dasarnya juga berfungsi sebagai
“jembatan” antara masyarakat dan sistem politik yang memberikan kesempatan
kepada warga untuk berpartisipasi secara aktif dalam dunia politik.
Dengan meluasnya gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang perlu
diperhitungkan serta diikutsertakan dalam proses politik, maka partai politik
telah lahir secara spontan dan berkembang menjadi penghubung antara rakyat
di satu pihak dan pemerintah di pihak lain. Partai politik umumnya dianggap
sebagai manifestasi dari suatu sistem politik yang sudah modern atau yang
sedang dalam proses modernisasi diri. Maka dari itu, dewasa ini di
negara-negara baru pun partai sudah menjadi lembaga politik yang biasa dijumpai
(Budiardjo, 2002:159).
Dalam perspektif komunikasi, Pemilukada langsung diharapkan akan
lebih menjamin kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut terlihat dari unsur-unsur
di dalamnya yang abstrak sebab berkaitan dengan persoalan psikologis, hingga
terminologi Pemilukada langsung yang akan menjamin kesejahteraan rakyat
yang merupakan tema umum dan masih diperdebatkan hingga kini.
Di sisi lain, pasangan calon yang akan maju dalam Pemilukada harus
didukung oleh parpol atau koalisi parpol. Menurut Undang-undang No. 32
tahun 2004 pasal 59 ayat (1), dinyatakan bahwa pasangan calon yang diusulkan
secara berpasangan oleh partai politik atau gabungan partai-partai politik.
Sedangkan partai politik atau gabungan partai politik yang dapat mendaftarkan
sebagai pasangan calon adalah partai politik atau gabungan partai politik yang
telah memenuhi persyaratan perolehan sekuarang-kurangnya 15% dari jumlah
kursi DPRD atau 15% dari akumulai perolehan suara sah dalam pemilihan
anggota DPRD yang bersangkutan (Pasal 59 ayat (2)UU No. 32 Th.2004 ).
Mekanisme hubungan antara parpol dengan pemilih atau konstituen
sangatlah sederhana, yaitu parpol membutuhkan suara pemilih dalam pemilihan