PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATE1\1ATIKA.SISWA
ANTARA YANG DIAJAR MENGGUNAKAN
l\:IODEL PEIWBELAJARAN KOOPERATIF
TEKNIK
Tlf/NK-PAIR-SQUAREDENGAN
YANG
MENGGl!NAKAN METODE DISCOVERY LEARNING
(Stu di Kasus di SMP Negeri 169 Jakarta Barat)
Jl!RllSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKllLTAS ILJVIU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNUFERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
pgセセGustN「セサLH|セセ|セセMゥ[ャ@
NamaNIM Jurusan
Angkatan Tahun Alamat
: Juliah Dayrini : I 02017023942
: Pendidikan Matematika : 2002
---.-<.--•--•-¥ .• .-.. -. - - - - ·
: JI. Peta Barat Rawalele Rt. 005/010 Kalideres Jak- Bar
MENYATAKANDENGANSESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul "PERBANDINGAN HASIL BELAJAR
MATEMATIKASISWAANTARA YANGDIAJAMENGGUNAKAN
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK THINK-PAIR-SQUARE
DENGAN YANG MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY LEARNING( Studi
Kasus di SMP Negeri 169 Jakarta Barat)
adalah benar hasil karya sendiri di
bawah bimbingan dosen :
Nama
Dosen Jumsan
: 1.
R. Bambang Aryan S, M.Pd
NIP.
131974684
2.
Muhlisrarini, M.Pd
NIP.
150 293 220
: Pendidikan Matematika
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya
siap menerima segala konsekuensi apabila skripsi ini bukan hasil karya
saya sendiri.
Jakarta, September
2007
Yang menyatakan
LEMEAR PENGESAHAN PEMBIMBINGAN SKRIPSI
Skripsi berjudul Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa antara yang Diajar dengan Menggnnakan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik
Think-Pair-Square dengan yang Menggnnakan Metode Discove1y Leaming
yang disusun oleh Juliah Dayrini Nomor lnduk Mahasiswa: I 02017023942, Jurusan Pendidikan Maternatika telah melalui birnbingan dinyatakan syah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujik.an pada sidang munaqosah sesuai ketentuan yang ditetapkan fakultas.
Pembimbing I
R. Bambang Aryan S. M. Pd NIP. 131 974 684
Yang Mengesahkan
Jakarta, September 2007
Pembimbing II
セー@
セMM セ@
Diajar dengan Menggnnakan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik
Think-Pair-Square dengan yang Menggunakan Metode Discovery Learning
yang disusun oleh Juliab Dayrini Nomor Induk Mahasiswa: 102017023942. Telah diujikan pada tanggal 7 Januari 2009 yang telah diterima dan disahkan oleh dewan penguji skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini telah diterima dengan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata satu (S-1) pada Jurusan Pendidikan Matematika.
Jakarta 7 Januari 2009 Panitia Ujian Munaqosyab
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/ Program Studi)
Maifalinda Fatra M.Pd NIP. 150 277 129
Sekretaris ( Sekretaris Jurusan/ Prodi ) Otong Subyanto M.Si
NIP 150 293 239 Penguji I
Drs. H.M. Ali Hamzab M. Pd NIP. 150 210 082
Penguji II
Tita Kbalis Maryati S. Si, M. Korn NIP. 150 293 238
Tanggal TandaTangan
... 2 ... .
THE COMPARATION STUDY RESULT BETWEEN STUDENTS WHO ARE TOUGHT BY THINK-PAIR-SQUARE COOPERATIVE
TECHNIKANDSTUDENTSARETOUGHT BY DISCOVERY LEARNING METHOD.
The purpose of research is to now is there difference between studens who are tought by Think-Pair-Square cooperative technic and students who are tought by discovery Learning method. The researched is implemented at 169 Goverment Junior High School Jakarta in 2007. I take two classes from five exist class for sample. These are class VII-A for ferst experiment class and class VII-B for second experiment class.
The method of theis research is quast experiment. The data is got by giving five alternative answer test to the students. They free to choose the god pnswer according to their own thinking analisis test this research is by testing the
two everage similarity answer using t-test.
( Studi Kasus di SMP Negeri 169 Jakarta)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetabui apakab terdapat perbedaan basil belajar siswa antara yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik
think-pair-square dengan yang menggunakan metode discovery learning.
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 169 Jakarta pada smester genap tabun ajaran 2006/2007 dengan sampel dua kelas dari lima kelas yang ada, yaitu kelas VII-A sebagai kelas eksperimen1 dan VII-B sebagai kelas eksperimen2 •
Metode penelitian adalab quasi experiment. Data diperoleb dengan menggunakan tes piliban ganda dengan lima altematifjawaban. Pengujian analisis pada penelitian ini adalab dengan menguji kesamaan dua rata-rata menggunakan t-test.
Dari basil penelitian dapat disimpulkan babwa tidak terdapat perbedaan basil belajar matematika siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think-pair-square dengan yang menggunakan metode discovery
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbi! 'aalamin, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, penguasa alam semesta atas ridho dan kenikmatan lahir dan batin yang telah dilimpahkan-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaika skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabatnya, dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini banyak mendapat kesulitan dan hambiltan namun berkat bimbingan, dorongan serta masukan- masukan postif atas karya ilmiah ini semua dapat teratasi. Oleh sebab itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
I. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. !bu Maifalinda Fatra, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Bapak Otong Suhyanto, M.Si, selaku Sekertaris Jurusan Pendidikan Matematika sekaligus Dosen Penasehat Akademik.
3. Bapak Bambang Aryan, M.Pd, sebagai Dosen pembimbing skripsi I dan !bu Dra. Mukhlisrarini, M.Pd sebagai dosen pembimbing skripsi II, yang bersedia meluangkan waktu serta pikirannya untuk membimbing penulis.
4. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu penetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan. Semoga ilmu yang Bapak dan !bu berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT,amin.
yang diperlukan .
7. Teristimewa untuk kedua orang tuaku, Ayahanda H. Jaiman dan Ibunda Hj. Dawiyah, yang tak henti-hentinya mendo'akanku dan melimpahkan kasih sayangnya )5;,9adaku dan memberikan dukungan moril maupun materil kepad'1ku. Hanya Allah SWT, yang dapat membalasnya, semoga penulis dapat memberikan yang terbaik untuk kalian.
8. Adikku tercinta Didi Rohadi yang selalu memberikan doa dan dukungannya kepada penulis.
9. Ustadz H.Romli, S.Ag dan keluarga, yang tak henti-hentinya dan tak kenal bosan untuk selalu memberikan semangat dan doanya kepada penulis.
I 0. Sahabat-sahabatku Rahma, Reni, Intan, Cocom, K Nur, Ihsan, Faris, Iik, Aep dan teman-teman seperjuangan angkatan 2002 Pendidikan Matematika yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah berjuang keras melewati hari-hari perkuliahan yang penuh suka dan duka.
Serta senua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Mudah-mudahan bantuan, bimbingan, arahan dan doa yang telah diberikan menjadi amal shaleh dan diterima oleh Allah SWT serta mendapat balasan yang berlipat ganda, amin. Dan semoga karya tulis ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pengembangan ilmu pengetahuan umumnya. Wassalam
Jakarta, September 2007
DAFTARISI
ABSTRAKSI ... i
KATAPENGANTAR ... , ... m DAFTARISI ... : ... -;-_:···:··· v
DAFTAR TABEL ... : ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTARLAMPIRAN ... ix
BABI BAB II PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah . .. . . .. . .. . .. . . .. . . .. . .. . .. . . I B. Identifikasi Masalah .. .. ... ... . . .. . .. . . .. . .. . . .. . .. . .... 3
C. Pembatasan Masalah . . . ... 3
D. Perumusan Masalah . . . ... 3
E. Tujuan Penelitian . . . 4
F. Manfaat Hasil Penelitian . . .. . .. . .. . .. . . .. . .. . . .. . ... .. 4
DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritis . . . 5
I. Belajar dan Hasil Bela jar . . . ... 5
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar . . ... 13
3. Model Pembelajaran KooperatifTeknik Think-Pair-Square ... 14
4. Metode Discovery Learning ... 23
BAB IV
BAB IV
B. Metode dan Disain Penelitian . . . .. 29
C. Populasi dan Sampel Penelitian . . . ... 30
D. Teknik Pengumpulan Data . . .. . . .. . . .. . .. . .. ... . . ... 30
E. Daya Pembeda . . .. . .. . .. . .. . . .. . ... .. . . .. . . .. . .. ... . .. . . 34
F. Teknik Analisis Data . . .. . . .. . ... .. . . .. . .. . . ... 3"-G. ·Hipotesis Statistik .: ... : ... 38
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data . . . .. ... ... . .. . . .. . .. .. . . .. . .. . . .. . . .. 39
1. Hasil Belajar Siswa yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran KooperatifTeknik Think-Pair-Square ... 40
2. Hasil Belajar Siswa yang Diajar dengan Menggunakan Metode Discovery Learning ... 42
B. Pengujian Persyaratan Analisis ... 43
1. Uji Normalitas ... 43
2. Uji Homogenitas ... 43
C. Pengujian Hipotesis ... 43
D. Interprestasi Data . . . .. . . .. . . .. . . .. . . .. 46
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 49
B. Saran ... 50
DAFTARPUSTAKA ... 52
LAMPIRAN-LAMPIRAN . . . .. . .. . . .. . . .. . .. . . .. . .. . . ... .. . .. 54
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Keunggulan dan Kelemahan Teknik Think-Pair-Square ... 23
Tabel 2 : Keunggulan dan Kelemahan Metode Discovery Learning., ... 26
Tabel 3 : Disain Penelitian ... 29
Tabel 4 : Kisi-kisi Instrumen ... 31
Tabel 5 : Tingkat Kesukaran ... 33
Tabel 6 :Hasil teks kelas eksperimen1 dan eksperimen2 ... 40
[image:11.595.57.434.109.684.2]Tabel 7 :Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen1 ... 41
Tabel 8 : Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen1 .... 42
Tabel 9 : Kriteria penilaian ... 47
Tabel 10 : Perhitungan Uji Validitas ... 96
Tabel 11 : perhitungan Reliabilitas ... 97
Tabel 12 : TarafKesukaran ... 98
Tabel 13 : Daya beda soal .. .. .. .. .. .... .. .... .. . .. .... .. .... .. .... .. ... .. .. .. .... 99
Tabel 14 : Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen1 ... 102
Tabel 15 : Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen2.... ... ... 105
Tabel 16 : Luas Wilayah Z ... 107
Tabel 17 : Nilai Kritis L untuk Uji Lilifors ... 108
Tabel 18 : Distribusi F ... 109
Gambar 1
S;imbar 2
: Histogram dan Poligon Frekuensi Hasil Belajar Siswa
Kelas Eksperimen1 •••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••• 41
: Histogram dan Poligon Frekuensi Hasil Belajar Siswa
DAFTAR LAMPIRAN
Lampi ran I : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) . . . ... 54
Lampiran 2 : Instrumen Hasil Belajar Matematika ... 79
Lampiran 3 : Jawaban Instrum"'-':"asil Belajar Matematika ... 83
Lampiran 4 : Lembar KerJa Siswa,.:_··· 84
Lampiran 5 : Perhitungan Validitas Butir Soal ... 96
Lampiran 6 : Perhitungan Reliabilitas Tes ... 97
Lampiran 7 : Taraf Kesukaran Soal ... 98
Lampiran 8 : Daya Beda Soal . . . 99
Lampiran 9 : Pembuatan Daftar Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen1)00 Lampiran I 0 : Uji Normalitas Data hasil Belajar Kelas Eksperimen1 ••••••• I 02 Lampiran 11 : Pembuatan Daftar Distribusi Frekuensi Kelas eksperimen2 .103 Lampiran 12 : Uji Normalitas Data hasil Belajar Kelas Eksperimen2 •••••• 105 Lampiran 13 : Perhitungan Uji Homogenitas ... 106
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan masalah yang penting bagi setiap negara, karena pendidikan merupakan salah satu dasar kebutuhan manusia untuk bersaing dengan negara-negara lain. Pendidikan diharapkan mampu me;ciptakan smnber daya manusia yang berkualitas dan berwawasan yang meiµbentuk peradaban manusia yang bermartabat. Ini adalah fungsi dan tujuan pendidika; nasional di Indonesia yang tertulis dalam UU RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 Bab II pasal 3, yaitu:
"Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan m6mbentuk watak serta peradaban yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab".1
Untuk memenuhi tujuan pendidikan maka diselenggarakan rangkaian kependidikan secara sengaja, berencana, terarah, berjenjang, dan sistematis melalui pendidikan formal seperti sekolah. Di sekolah siswa harus menguasai semua bidang studi, salah satunya matematika.
Tujuan umum diberikannya matematika pada pendidikan dasar dan rr.enengah, yaitu:
"mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu 'berkerr.bang, melalui latihan bertindak alas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif, dan efisien, serta mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehdupan sehari-hari, dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan".2
Jadi dengan pembelajaran matematika di sekolah siswa diharapkan dapat mengahadapi. perubahan dunia yang selalu berkembang dan menggunakan
1 Undang-undang RI no.20 tahun 2003, Tentang Pendidikan Nasional(Jakarta: Tamita Utama,2004), h.7
1 Erman Suhcnnan, et all, Strategi Peff1be/ajara11 Matematika Konten1porer,(Bandung:
2
pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam membantu mempelajari ilmu pengetahuan lainnya. Sehingga, matematika sekolab memegang peranan pentng. Untuk itu matematika diajarkan dari mulai SD bingga SMU dan babkan di Perguruan Tinggi.
Namun kenyataanya dikalangan pelajar, masih banyak siswa yang tidak suka matematika. Soegeng Santoso mengatakan, karena metode pengajaran guru kurang bisa menerapkan bagaimana caranya agar anak suka matematika.3 Hal ini bukan tidak mungkin menjadi salab satu faktor yang menyebabkan rendahnya basil belajar matematika siswa.
Untuk itulah dalam proses belajar, guru memiliki peranan yang penting. Guru harus mampu menyampaikan materi dengan metode yang telah dirancang, agar tujuan pembelajaran yang telab dirumuskan yaitu basil belajar matematika tercapai. Bila metode pengajaran tidak cocok dengan materi yang diajarkan, maka kemungkinan besar siswa kurang memahami konsep tersebut. Sehingga diperlukan metode pembelajaran matematika yang membuat siswa merasa lebib mudah dan menyenangkan dalam mempelajari matematika. untuk selanjutnya diharapkan akan memperoleb basil belajar yang memuaskan.
Dalam pembelajaran matematika terdapat beberapa metode diantaranya: model pembelajaran kooperatif teknik think-pair-square dan metode discovery
learning. Pada dasarnya tidak ada metode yang mutlak benilai paling tepat,
karena setiap metode memiliki keunggulan dan kelemaban.
Model pembelajaran kooperatif teknik think-pair-square. adalah salah satu metode st·uktur pembelajaran kooperatif untuk menciptakan po!a interaksi siswa dalam bekerja sama untuk dapat memaksimalkan proses pembelajaran Sedangkan Metode discovery learning ( belajar menemukan) adalab belajar mencari dan memukan sendiri baban yang dipelajarinya. Kedua metode tersebut merupakan metode pembelajaran yang menuntut siswa bisa
3 Socgeng Santoso, "Men1buat Anak Menyukai Matematika" dalam Mom & Kiddie,
aktif dalam belajarnya di kelas. Sehingga diharapkan hasil belajar yang
memuaskan.
Untuk memperoleh infonnasi sejauh mana perbandingan hasil belajar
matematika siswa yang dicapai dari penggunaan kedua metode tersebut, maka
perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam. Sehingga judul penelitian
yang disusun adalah: "Perbandingan basil belajar matematika siswa
antara yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tekuik
think-pair-square dengan yang menggunakan metode discovery learning''.
B. Ideutifikasi Masalah
Dari penjelasan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, dapat
diidentifikasi beberapa masalah, yaitu:
I. Rendahnya hasil belajar matematika siswa
2. Kurang bisanya guru menerapkan metode yang tepat dalam mengajar
matematika
3. Terdapat kesulitan bagi guru dalam menemukan variasi metode mengajar
matematika untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
4. Perbedaan hasil belajar matematika siswa antara yang menggunakan
model pembelajaran kooperatif teknik think-pair-square dengan yang
menggunakan metode discovery learning
C. Pembatasan Masalah
Dalam peneltian ini masalah hanya dibatasi pada hasil belajar
matematika siswa yaug ditinjau dari aspek kognitif antara yang diajarkan
dengan menggunakan dengan metode pembelajaran kooperatif teknik
think-pair-square dan siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode discovery
4
D. Perumusan Masalab
Berdasarkan identifikasi dan pembantasan masalab, maka rumusan
masalab penelitian ini adalab :
1. Bagaimana basil belajar matematika siswa yang diajar dengan model
pembelajaran kooperatif teknik think..pair-square?
2. Bagaimana basil belajar matematika yang diajar dengan metode discovery
learning?
3. Apakah terdapat perbedaan rata-rata basil belajar matematika siswa antara
yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperat!f teknik
think-pair-square dengan metode discovery learning?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetabui apakab ada perbedaan
rata-rata basil belajar matematika siswa yang diajar menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Teknik Think-Pair-Square dengan yang
menggunakan Metode discove1y Learning.
E. Manfaat Hasil Peuelitian
Penelltian ini dibarapkan bermanfaat bagi beberapa pibak, diantaranya :
!. Bagi siswa, dibarapkan dapat memberikan suasana belajar yang efektif,
meningkatkan basil belajar siswa, serta kemampuan bersosialisasi siswa.
2. Bagi guru, dibarapkan dapat memberikan informasi tentang model
pembelajaran yang bervariasi dan dapat meningkatkan keaktifan dalan.
proses pembelajaran dikelas.
3. Bagi peneliti, penelitian ini dapat dijadikan tambaban wawasan
pengetabuan untuk menangani masalab-masalah yang terjadi dalam
A. Deskripsi Teoritis
1. Belajar dan Hasil Belajar Matematika
Belajar merupakan salah satu kegiatan yang sangat dibutuhkan oleh
セ・エゥ。ー@ manusia dan akan dialami selama hidupnya. Apabila kita memperhatikan ayat-ayat yang pertama kali diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW, maka nyatalah bahwa Allah menekankan perlunya orang belajar baca tulis dan belajar ilmu pengetahuan.
Firman Allah dalam Surat Al Alaq ayat 1-5:
J セッ@ ,.. ,.. o ,.. ,,. Ill .-1 i o
セIェ@
l}I
<">
セ[[LNNN@
"
i'.JLlVI
J.l;:. (\) J.l;:.
セNNui@
セI@
セT@
l}I
,, .... ,,. ... ,..
.... .... ,.. 0 Ill ,..,.. 0 Ill Ill 0 ..-o
(O)
セセ|a@
ゥGNjキセi@
セ@
(t)セセセセZゥャャ@
(f)セjsGui@
Artinya:
Bacalah dengan namaTuhanmu yang telah menciptakan Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah tuhanmu yang Maha
Pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahui.
Dari ayat-ayat tersebut, jelaslah bahwa agama Islam mendorong umatnya agar menjadi umat yang pandai, dimulai dengan belajar baca tulis dan diteruskan dengan berbagai macam ilmu pengetahuan tidak terkecuali dalam belajar matematika.
Belajar matematika memerlukan daya nalar yang tinggi dan manusia telah dibekali potensi/k:emampuan ini seperti yang tecantum dalam firman Allah Surat Al-Nahl ayat 78:
6
Artinya:
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui apa-apa, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan,
dan af-idah (daya nalar), agar kamu bersyukur.
Kata "af-idah" dalam ayat tersebut menurut seorang pakar tafsir al-Quran, Dr. Quraisy Sihab (1992) berarti "daya nalar'', yaitu potensi/kemampuan berpikir logis atau dengan kata lain "aka!". 1
Banyak pendapat yang mengemukakan tentimg belajar, · namun ha! tersebut belum sepenuhnya usai karena belajar merupakan kegiatan yang terjadi dalam diri seseorang yang sukar untuk diamati secara langsung. Muhibbin Syah mengatakan dalam bukunya bahwa belajar adalah dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.2 Sedangkan menurut Herman Hudojo, pengalaman belajar didefinisikan sebagai interaktif antara siswa dan topik bahasan sehingga interaksi itu menyebabkan tingkah laku siswa. 3
Perubahan tingkah laku merupakan sesuatu yang penting dalam proses belajar. Manusia melakukan perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang dengan belajar. Perubahan-perubahan yang terjadi ini relatif berkembang dengan belajar atau belum. Proses belajar dapat berlangsung, salah satunya adalah dengan pembentukan hubungan antara stimulus dan respon.
Guru berperan penting di kelas untuk mengontrol dan mengarahkan kegiatan belajar mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Pengalaman yang berupa belajar akan menghasilkan perubahan pada siswa, baik perubahan nilai, konsep, dan tingkah laku. Secara umum belajar
1 Muhibbin Syah,
Psiko/ogi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, ( Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2003), cet.VIII, h. 102.
2
Ibid. h. 93
3
h.120.
merupakan aktivitas dengan melibatkan mental ataupun psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif di dalam lingkungan yang menghasilkan perubahan berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Hasil belajar menurut Sujana adalah "Perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar mengajar
yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan
pembelajaran".4 Menurut Dimyati, hasil belajar merupakan hasil dari suatu interak'si tindakan belajar mengajar.5 Sedangkan menurut Ngalim Purwanto, hasil belajar adalah prestasi yang dapat digunakan oleh guru untuk menilai hasil pelajaran yang diberikan kepada siswa dalam waldu tertentu.6 Setelah menyelesaikan suatu materi pelajaran, seorang pendidik biasanya mengadakan tes untuk mengetahui sejauh mana siswa-siswanya mengerti akan materi yang diberikan.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah tingkat penguasaan seseorang yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai akibat dari proses belajar yang diuji, salah satunya dengan memberikan tes. Hasil tes tersebut dapat berfungsi sebagai umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar, dan dapat memberikan gambaran kemajuan bagi siswa.
Menurut Jujun S, matematika dengan obyeknya yang abstrak telah mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan untuk melakukan pengukuran secara kuantitati£ 7
Beberapa pengertian lain matemaiika menurut para tokoh matematika yang dikutip dalam kamus Erman Suherman, antara lain :8
I. James dan James (1976) mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep
4
Nana Sujana, Peni/aian Hasi/ Be/ajar Mengajar, (Bandung: Rosda Karya, 2004), h.3.
5
Dimyati dan Mujiyono, Be/ajar dan Pernbelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 3.
6
M. Ngalim Purwanto, I/mu Pendidikan dan Teoritis, ( Bandung : Rosda Karya, 2000),
7
Jujun S. Suryasumantri, Filsafat I/mu, (Jakarta: Sinar Harapan, 1999), h. 203.
8
yang berhubungan satu dengan yang alinnya yang terbagi dalam tiga budang yaitu aljabar, analisis, dan geometri.
2. Johnson dan Rising (1972) mengatakan bahwa matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logic, matematika adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan symbol dan padat, lebih berupa bahasa ウケュ「」ZG[ャエセョァ・ョ。ゥ@ ide daripada bunyi.
3. Reys, dkk (1984) me:.gatakan bahwa matematika adalah telaah tentang
. -- I ·- Mセ@ •
pola dan hubungan, suattu jalan atau pola berpikir, suatu seno, suatu bahasa, dan suatu alat.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan bagian cari ilmu pengetahuan yang di dalamnya terdapat ilmu tentang logika, serta terdapat konsep-konsep yang saling berhubungan dan dipersentasikan dengan bahasa symbol.
Matematika yang diajarkan di sekolah atau yang lazim dikenal dengan matematika sekolah diberikan mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Matematika sekolah adalah unsur-unsur atau bagian-bagian matematika yang dipilih berdasarkan atau berorientasi kepada kepentingan pendidikan dan pengembangan IPTEK ( Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ). Hal ini menunjukkan perlunya siswa belajar matematika. Alasan lain perlunya siswa belajar matematika diantaranya :9
I). Menurut Cornelius, ada 5 alasan perlunya belajar matematika yaitu matem!ltika merupakan :
a. Berpikir jelas dan logis
b. Untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari c. Mengenal pola hubungan dan generalisasi pengalaman d. Untuk mengembangkan kreatifitas
e. Untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya
9
Mulyono Abdurahman," Pendidikan Bagi Anak Berkesu/itn Be/ajar'',( Jakarta: PT.
2). Menurut Cockroft, mengemukakan bahwa matematika perlu diajarkan kepada siswa karena :
a. Selalu digunakan dalam segi kehidupan
b.Semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai
c. Merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, danjelas d. Dapat digunakan untuk menyajikan informsi dalam 「・イォ[[セZ@ earn e. Meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitia•. , dan kesadaran
kerungan
f. Memberikan kepuasan terhadap usaha memecahakn maslah yang menantang
dengan demikian scara singkat, penting bagi guru di sekcl.ah untuk
mengajarkan matematika kepada siswa karenamatematika
berhubungan dngan kehidupan sehari-hari.
Pelajaran matematika merupakan pelajaran yang membutuhkan penalaran tinggi karena objeknya yang bersifat abstrak, perlu memanipulasi simbol-simbol tertentu, dan berfungsi sebagai alat, pola pikir, serta ilmu pengetahuan. Belajar matematika adalah belajar tentang ilmu tentang struktur dan hubungan-hubungannya memerlukan simbol-simbol, di mana simbol-simbol tersebut penting untuk memanipulasi aturan-aturan dengan operasi yang 、ゥエ・エ。ーAセ。ョN@ Menurut Burner, belajar matematika akan lebih berhasil jika proses pengajaran diarahkan kepada konsep-konsep dan struktur-struktur yang 'terbuat dalam pokok bahasan yang diajarkan, di samping hubungan yang terkait antara konsep-konsep dan struktur-struktur.10
Berdasarkan pengertian yang dipaparkan di alas, belajar matematika adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dalam mempelajari
matematika untuk mendapatkan perubahan dalam pengertian,
keterampilan, keeakapan, pemecahan masalah, proses berpikir, kebiasaan, sikap yang berlangsung cukup lama. Sedangkan basil belajar matematika
10
adalah tingkat penguasaan seseorang yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik selama mengikuti pelajar matematika waktu tertentu yang dapat diuji.
2. Landasan Teori Belajar Aktif
Teori konstruktivisma adalah dasar dari prinsip belajar yang melibatkan partisipasi belajar aktif anak. Menurut Pieget, seorang anak blajar melalui pengalaman konkrit dengn cara merefleksikan pengalaman nya. Ketika menemukan pengalainan baru, anak akan menyesuaikannya dengan pengalaman yang telah dimiliki sbelumnya melalui proses asimilasi dan akomodasi. Karakteristik perkembangan berpikir anak berbeda-beda menurut tahapan usianya, dan tahapan ini berimplikasi pada pada perbedaan cara belajar anak dan cara mengajar guru. Oleh karena itu, kurikulum dirancang sesuai dengan apa yang telah diketahui anak sebelumnya secara konkrit sehingga anak mampu melakukannya, dan selanjutnya secara bertahap anak diperkenalkan kepada konsep dan kompetensi baru. Teori kontrukstivisme ini pada dasarnya mengajarkan anak " bagaimana belajar yang efektif".
Menurut Caine dan Caine (1994) proses belajar meliatkan aspek emosi, di samping aspek kognitif 1• Seseorang akan belajar lebih efektif
dan mengingat lebih kuat kalau melibatkan emosi anak ketika berhadapan dengan materi yang sedang dipelajarinya. Salah satu cara untuk melibatkan emosi anak adalah dengan mmberi materi yang sesuai dengan konteks kehidupan (keluarga, sekolah, luar sekolah, sosial-budaya).
Beberapa butir teori yang mendukung pentingnya prinsip belajar secara aktifadalah sebagai berikut :12
• Menurut teori brain-based learnig (belajar berdasarkan ranah otak) : (a) proses belajar melibatkan sluruh aspek dimensi manusia, (b) manusia yang selalu berkeinginan untuk mencari makna atau arti
11 Ratna Mcgawati dkk,
"Pendidikan Holisik", (Jakarta: PT PP London Surnatera
Indonesia Tbk, 2008), h. 44
12
adalah sesuatu yang alami, serta (c) manusia akan lebih mudah mengerti dengan diberikan fakta secara alami, atau ingatan spatial (bentuk atau gambar); karenanya, siswa belajar aktif yang melibatkan pengalaman konkrit dan kntekstual sehingga seluruh aspek (kognitif, emosi, fisik) terlibat merupakan cara yang sesuai dengan teori ini.
Belajar aktif dapat meningkatkan kemampuan fisik, krativitas, emosi, sosial, dan akademik.
• Anak-anak sebenamya gemar mencari penyelesaian masalah, dengan
kata lain menyukai tantangan. Hal ini dapat dilihat dari dorongan instingnya yang selalu ingin tahu, melontarkan pertanyaan dan permasalahan. Apabila mereka diberi sajian pembelajaran berupa kegiatan yang menarik dan eksploratif, maka ha! ini akan merangsang insting tersebut untuk berfungsi sehingga mereka tertarik untuk mengerjakannya. Apabila kegiatan selesai, anak akan lebih termotivasi lagi untuk mengetahuinya lebih lanjut. Maria Montesori berkata bahwa" ... pendidikan bukanlah sesuatu yang dilakukan oleh guru, tetapi merupakan ssuatu proses alami yang terjadi secara spontan pada manusia. Hal ini tidak akan diperoleh dari menyimak kata-kata, tetapi dari pengalaman berharga yang diperoleh ketika seorang anak melakukan sesuatu di lingkungan sekitamya.
Belajar aktif dapat meningkatkan kreatifitas dan kemampuan akademik
• Istilah Pieget adalah periode concrete operational thinking atau periode berpikir operasi konkret.periode berpikir operasi konkret ini berlangsung sampai usia 12 tahun, yaitu masih memerlukan benda atau pengalaman nyata, di samping memakai simbol-simbol yang sudah bisa dipahami oleh anak.
12
• Menurut Katz dan Chard (1989) anak-anak mmerlukan keterlibatan fisik untuk menccgah mereka dari kelelahan dan kebosanan. Cara belajar yang membuat anak harus duduk diam dan mndengarkan dalam waktu yang lama, atau anak hanya menjadi objek pasif, tidak baik untuk perkembangan fisik dan akademik mreka. Dengan belajar aktif, motorik halus dan motorik kasar mereka akan berkembang dengar セMZ[セLォN@
セa。ェ。イ@ aktif dapat meningkatkan keragaman fisik
• Dalam prose belajar aktif, guru lebh berperan sebagai fasilitator. Guru akan melontarkan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa, selain s1swa melontarkan pertanyaan -pertanyaan kritis, sehingga para siswa tecdoron untuk terlibat dalam diskusi. Selain itu, metode diskusi dapat meningkatkan rasa keingintahuan anak, sehingga ada
motivasi dalam diri anak untuk belajar lebih banyak.
Belajar aktif dapat meningkatkan kemampuan akademik, emosi (percaya diri), berbahasa dan sosial anak (komunikasi)
• Memberikan peluang bagi anak unli1k belajar Jalam kelompok,
misalnya mengerjakan tugas brsama, sehingga anak dapat saling bertukar pikiran, serta belajar berorganisasi.
Belajar aktif dapat meningkatkan kemampuan sosial (komunikasi dan kerjasama)
• Menurut Vygotsky (1978), anak-anak memerlukan bahasa untuk
menuangkan pikirannya. Dengan mendapat kesempatan
"mengeluarkan kata-kata" untuk mengekspresikan pikirannya ketika sedang mmpelajari sesuatu, anak-anak akan belajar secara efektif. Ketika mereka terlibat dalam tugas konkrit, mereka mempunyai kesempatan untuk mendskusikan apa yang sedang dipelajari. Kelas yang sunyi, di mana anak-anak tidak mempunyai kesmpatan uantuk mengungkapkan pemikirannya secara verbal, mrupkn kelas yng tidak efektif. Adalah ha! yang normal jika anak-anak berbicara sendiri
diminati/dipelajarinya. Semakin sulit subyek yang dipelajarinya, semakin perlu bagi anak untuk menggunakan verbalnya supaya mengerti. Vygotsky menambahkan bahwa dengan melibatkan anak untuk berbicara, maka mereka akan menginternalisasikan dan merefleksikan apa yang telah dikatakannya, menjadi "inner spech"
atau "inner dialogue" (merenungkan atau merefleksikan apa yang
telah dipelajarinya). Hal ini merupakan pre .;;s awal bagi anak untuk mengetahui tentang dirinya sendi .i sehingga ia nanti mampu
.
mengevaluasi diri; menganalisis kekurangan atau kekuatan yang ada. Proses ini adalah tahapan berpikir yang lebih tinggi lagi, yang disebut meta-cognition.
Belajar aktif dapat meingkatkan ォ・ュ。ューャGセョ@ sosial, spirtual, dan akademik.
Vernon A. Magnesen mengatakan "Kita Belajar : I 0 % dari apa yang kita baca; 20% dari apa yang kita dengar; 30 % dari apa yang kita lihat; 50% dari apa yang kita lihat dan dengar; 70 % dari apa yang kita katakan; 90 % dari apa yang kita katakan dan lakukan'"3
3. Faktor-faktor yang Mcmpcngaruhi Hasil Belajar
Belajar adalah suatu aktifitas yang tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhi proses :ersebut, faktor ini akan menunjang berhasil tidaknya proses belajar dan mencapai hasil yang optimal.
A<lapun faktor-faktor yang m.:mpengaruhi proses dan hasil belajar secara garis besar terbagi menjadi dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal siswa. Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar, faktor ini mencakuo faktor fisiologi dan psikologi pada diri individu. Sedangkan faktor eksternal, yaitu faktor yang ada di luar individu yang sedang belajar, faktor ini mencakup faktor longkungan dan faktor instrumental.
59
14
1. Faktor Internal
a) Faktor Fisiologi
Faktor fisologi adalah faktor yang berasal dari diri peserta didik yang lebih menmtjukan pada kondisi fisik dan kondisi panca indra siswa.
b) Faktor psikologi merupakan faktor yang berasal dari peserta didik yang bersifat kejiwaan yang terdiri dari: minat, bakat, intelegensi, motivasi, kemampuan berpikir, dan sebagainya.
2. Faktor Eksterrial
a) faktor lingkungan diantaranya adalah keadaan suhu, letak gedung sekolah, budaya, dan lain-lain
b) faktor instrumental diantaranya adalah gedung sekolah, sarana pengajaran, media pembelajaran, guru, strategi belajar mengajar, serta kurikulum.
Dari keseluruhan faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, faktor instumental merupakan faktor yang sangat penting dan paling menentukan dalam pencapaian hasil yang diinginkan, karena faktor instrumental inilah yang menentukan bagaimana beljar mengajar itu akan te1jadi di dalam diri siswa. 14 Dalam faktor instrumental ini terdapat upaya belajar yang dilakukan siswa meliputi strategi dan metode pembelajaran.
3. Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Think- Pair- Square
Manusia adalah makhluk sosial dan ュセュ・イャオォ。ョ@ orang lain untuk mencapai tujuan hidupnya, bahkan untuk bertahan hidup. Berdasarkan hal tersebut, siswa sebagai subjek dalam proses belajar membutuhkan teman-temannya untuk mencapai tujuan belajar, yaitu hasil belajar yang baik.
Model pembelajaran perlu dipahami guru agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan hasil pembelajaran. Dalam penerapannya, model pembelajaran harus dilakukan sesuai dengan
14 Alisuf sabri.
kebutuhan siswa karena masing-masing model pembelajaran memiliki tujuan, prinsip, dan tekanan utama yang berbeda-beda.
Model pembelajaran menurut Joice dan Weil (1990) adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar dikelasnya.15 Sedangkan coopertive
learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu
bersama-sama dengan sating membantu satu sama lainnya sebagai suatu kelompok atau satu tim.16 Dalam penerapannya model pembelajaran ini harus sesuai dengan kebutuhan siswa. maka perlu diperhatikan relevansinya dengan pencapaian tujuan pengajaran.
Beberapa pengertian Cooperative Learning menurut para tokoh antara lain:17
I. Slavin (1995), cooperative learning adalah suatu model pembelajaran di mana system belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.
2. Johson dan Johson (1994), cooperative learning adalah
mengelompokkan siswa di dalam kelas kedalam kelompok kecil agar siswa dapat bekerjasama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut 3. Sunal dan Haas (1993), mengemukakan, bahwa cooperative learning
merupakan pendekatan atau serangkaian strtegi yang khusus dirancang uncuk memberikan dorongan kepada peserta didik agar bekerjasama dalam berlangsungnya proses pembelajaran.
Menurut Nurhadi, "Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok siswa untuk bekerja sama dengan memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai
15 Isjoni, Cooperative Leari1dng, n1engen1bangkan ken1a111puan be/ajar kelornpok, (Jakarta
: Alfabeta, 2007), h. 49
16 Ibid, h. 15
h. 114
16
tujuan belajar".18 Sementara itu Ratna Megawati dkk mengemukakan
"cooperatif learning adalah sebuah metode, yaitu siswa bekerjasama,
berhadapan muka dalam kelompok kecil dan melakukn tugas yang sudah terstruktur". 19
Dari beberapa pendapat di alas dapat disimpulkan bahwa cooperative learning merupakan strategi yang menempatkan siswa belajar dalam .· _:Jmpok yang beranggotakan 4-6 siswa dengan tingkat kemampuan atas jenis kelamin atau latar belakang yang berbeda dan menekankan kerjasama dalam kelompok untuk mencapai tujuan yang sama.
Pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil untuk memeksimslkan belajar mereka dan belajar anggota anggota lainnya dalam
ォセiッューッォ@ itu. Siswa diharapkan mampu bekerjasama dalam menyelesaikan suatu masalah dengan saling menolong, berdiskusi, beragumentasi, serta saling memberi atau melengkapi pengetahuan. Penerapan pembelajaran koaperatif diharapkan dapat menggantikan proses belajar yang berpusat pada guru dan individualisasi siswa, menurut Anita Lie, "Belajar adalah suatu proses pribadi, tetapi juga proses sosiul yang terjadi ketika masing-masing orang berhubungan dengan yang lain dan membangun pengertian dan pengetahuan bersama.20
Jika pembelajaran kooperatif terorganisir dengan baik, maka siswa akan bekerjasama dengan yang lainnya dan memastikan bahwa anggota kelompoknya menguasai konsep yang diajarkan oleh guru. Belajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif bukan hanya belajar dan bekerja di dalam kelompok. Namun ada beberapa unsur yang membedakan pembelajaran kooperatif dengan belajar kelompok biasa. Cooperative Leaming memiliki lima karakteristik dalam pembelajarannya :21
18 Nurhadi, "Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jmvaban'', ( Jakarta : Grasindo, 2004 ),
19 Ratna Megawati dkk, "Pendidikan Ho/isik", (Jakarta: PT PP London Sumatera
Indonesia Tbk, 2008), h.65 20
Anita Lie, Cooperative Learning ,Me111praktikan Cooperative Learning di
Ruang-Ruang Ke/os, ( Jakarta: Grasindo, 2005), h. 5-6.
a. Rasa saling ketergantungan positif
Dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan kelompok sangat tergantung dari usaha setiap anggotanya. Oleh karena itu antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya saling membutuhkan, dan setiap siswa bekerjasama demi tercapainya satu tujuan yang sama.
b. Tanggung jawab perseorangan
Unsur ini mempakan akib;;i: セ。イゥ@ unsur yang pertama. Setiap siswa akan merasa bertanggur セ@ jawab untuk melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.
c. Tatap muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan intera•,si ini akan memberikan kesempatan para siswa untuk dapat membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggotanya. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing. Setiap anggota kelompok memang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda, namun hal tersebut dapat dijadikan modal utarna dalam proses belajar kooperatif.
d. Komunikasi antar anggota
Tidak setiap anggota kelompok mempunyai keahlian dalam bekerjasama. Keberhasilan suatu kelompok juga tergantung dari kemampuan mereka dalam mengutarakan pendapat dan kesediaan para anggotanya untuk saling menghargai pendapat yang lain.
d. Evaluasi proses kelompok
Perlu disediakan waktu untuk mengevaluasi proses kerja kelompok agar selanjutnya mereka dapat bekerjasama lebih baik lagi.
Erman Suherman pun mengatakan bahwa, ada beberapa hal yang perlu dipenuhi dalam cooperative learning agar lebih menjamin para siswa bekerja secara kooperatif, hal-hal tersebut meliputi :
sebuah kelornpok harus rnenyadari bahwa rnasalah yang rnereka hadapi adalah masalah kelornpok dan bahwa berhasil tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggung jawab bersarna oleh seluruh anggota kelornpok itu. Ketiga untuk rnencapai hasil yang rnaksirnurn, para siswa yang tergabung dalarn kelornpok itu harus berbicara satu sarna lain dalarn mendiskusikan masalah yang dihadapinya. Akhirnya para siswa yang tergabung dalarn satu kelornpok harus rnenyadari bahwa setiap pekerjaan siswa rnempunyai akibat langsung pada keberhasilan kelompok.22
Untuk mengoptimalkan manfaat pembelajaran kooperatif, pernbagian kelornpok dilakukan secara heterogen. Seperti yang
、ゥオョァォセー@
ole11 :Lie "Pengelornpokan heterogenitas rnerupakan ciri-ciri yang rnenonjolkan dalarn rnetode pernbelajaran kooperatif'.23 Pembentukan kelompok heterogen dapat dilihat dari kemarnpuan kognitif siswa atau karakteristik lainnya.Pernbentukan kelompok heterogen berdasarkan kernarnpuan kogriitif atau akademis siswa lebih mudah diterapkan dan digunakan. Setiap kelompok siswa terdiri atas siswa berkernarnpuan tinggi, rnenengah, dan rendah. Siswa berkernarnpuan menengah dan rendah dapat bertanya kepada ternannya yang berkemarnpuan tinggi akan rnernperoleh dan meningkatkan kemampuan menjadi lebih baik.
Agar dapat menciptakan lingkungan yang kondusifuntuk cooperatve
learning, maka da 3 ha! yang perlu diperhatikan :
I. Siswa harus merasa aman dari ancarnan dan beban, namun harus merasa tertantang dengan tugas yang diberikan.
2. Kelompok harus cukup kecil untuk membuat setiap anggota kelompok terlibat dalam memberikan kontribusi. Kelompok yang terlalu besar akan menciptakan beberapa ji-ee-rider ( anggota kelompok yang tidak ikut bekerja ).
3. Instrnksi mengenai tugas harus diberikan dengan jelas dan siswa memahami tujuan yang harus dicapai.
22
/bid, h. 260.
Dengan adanya metode pembelajaran kelompok m1, maka dapat menjadi tempat di mana :24
•!• Siswa dapat berpartisipasi aktif.
•!• Siswa dapat menjadi guru bagi kawannya ( saling berbagi kemampuan ).
•!• Penghargaan diberikan kepada setiap individu.
•!• Tugas dan pertanyaan yang diberikan akan memacu minat anak untuk mengerjakannya.
•!• Setiap kontribusi individu dapat dihargai. ·
•!• Siswa mepelajari kemampuan bermusyawarah ketika terjadi perbedaan.
Sebuah hasil riset tentang cooperative learning learning
menunjukka11 bahwa par siswa bisa lebih mengerti secra mendalam /" »,_ --,
tentang, matri yand dipelajarinya, meningkatkan peiformance para siswa,
\'-,.,__ ________ _
meningkatkan kepercayaan diri, dan motivasi yang lebih tinggi untuk menvelesaikan tugasnya. Beberapa keunggulan dari metode belajar kelompok ini adalah sebagai berikut :
セ@ Segala perbedaan dihargai
Para siswa belajar untuk bekerja dengan bermacam tipe kepribadian. Ketika berinteraksi di dalam kelompok, setiap anak mempuyai kesempatan untuk mengekspresikan pikirannya, dan ini sangat dipengaruhi oleh latar belakang sosial-budaya di mana masing-masing siswa dibesarkan. Oleh karenanya, p&ra siswa dapat belajar mengenai perbedaan pandangan dari setiap siswa yang mempunyai latar belakang berbeda-beda.
セ@ Belajar melihat perspktif yang lebih Jengkap
Ketika sebuah pertanyaan diajukan dalam diskusi kelompok, setiap siswa akan memberikan respon yang berbeda, sehingga akan ada berbagai alternatif jawaban. Dngan demikian, setiap
24 http
20
siswa akan mendapat gambaran yang lebih kmprehensif dan utuh tentang sebuah fenomena yang sedang dipelajarinya.
? Pengmbangan kemampuan interpersonal
Siswa belajar untuk bckerjasama dengan kawannya seperti halnya mereka sedang bekerja dalam sebuah kelompok perusahaan. Hal ini akan menolong para siswa yang mempunyai kesulitan dalam berinteraksi sosial dengan kawannya.
? Mencelupkan anak diam kegiatan yang mengasyikkan
Setiap anak merasa mempunyai kontribusi pnting dalam kelompok, sehingga mereka akan lebih percaya diri, dan berpikir kreatif agar kontribusinya dalam kelompok meningkat.
? Memberikan kesemptn untuk mendaptka umpan balik
Adanya diskusi dalam kelompok memberi peluang kepada setiap anak untuk mendapatkan umpan balik atau respon dari kawannya mngenai peran atau kontribusi yang telah dibcrikannya. Respon yang prsonal ini sulit didapatkan anak dalam kelompok yang lebih b0sar, apalagi dalam sebuah kelas.
Para guru harus mengctahui kunci sukses metode belajar kelompok (
cooperative learning ) ini. Beberapa kunci keberhasilan dari metode
belajar dengan kelompok adalah sebagai berikut : ./ Seluruh siswa harus telibat
Dalam kelompok di mana ada seorang anak yang dominan, akan membuat anak-anak lain yang lebih pemalu untuk berdiam diri. Untuk menghindari ha! ini, maka guru perlu memberikan tugas dalam kelompok untuk setiap anak. Misalnya, ada yang brperan
sebagai ketua/moderator yang memberi petunjuk atau
shingga setiap anak rnerasa rnendapatkan tugasnya. Hal ini dapat rnernbeikan peluang bagi setiap anak untuk rnernainkan berbagai peran, terrnasuk untuk rnenjadi pernirnpin .
./ Siswa duduk saling berhadapan.
Ruang kelas diatur agar setiap kelornpok dapat duduk rnelingkar atau saling berhadapan. Dngan cara berhadapan ini, setiap anak dapat ber; · セᄋZ。ォウゥ@ de nan rnenatap wajah kawannya, sehingga jalawya diskusi atau kerja kelornpok rnenjadi lebih efktif. Cara ini juga akan mencegah keributan di dalam kclas, karna setiap anak dapat berbicara perlahan-lahan kalau berhadapan secara dekat dengan kawan kelornpoknya .
./ Berikan kesernpatan siswa untuk mempresentasikan hasilnya di depan kelas.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara bergiliran, sehinga setiap anak nantinya terbiasa untuk berani tampil di depan umurn. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa teknik, salah satunya adalah teknik think-pair- square.
Teknik belajar mengajar T11ink-Pair-Square atau
Berpikir-Berpasangan-Berempat dikembangkan oleh Kagan sebagai salah satu
rnetode struktur yang dirancang untuk pembelajaran kooperatif. Teknik ini Gapat digunakan untuk berbagai rnata pelajaran dan sernua tingkatan usia anak didik. Think-Pair-Square terdiri atas tiga tahap yaitu siswa inengerjakan masalah dengan kemampuan sendiri, siswa berdiskusi berpasangan, dan siswa berdiskusi dengan kelompoknya.
Berikut ini tahapan dalam rnelaksanakan teknik Think-Pair-Square yang dilakukan dalam proses pembelajaran di sekolah menurut Lie : a. Guru membagi siswa dalam kelompok berernpat dan memberikan
tugas kepada semua kelompok.
b. Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri. c. Siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelornpok dan
22
d. Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa mcmpunyai kesempatan untuk mcmbagikan hasil kerjanya kepada kelompok berempat.25
...
セ@ ᄋセᄋ@ ., ;
1. Kemukakan Soalan. 2. Fikir1& Tulis secara individu
3 KerJa Berpasangan 4 Oya Pasangan Berbincang
!lustrasi Teknik Think Pair Square 26
Berdasarkan tahapan-tahapan di atas, Think-Pair-Square
memberikan kesempatan siswa bekcrja mandiri, mendiskusikan ide, dan menyediakan cara agar mereka dapat mengerti menyelesaikan masalah. Jika satu pasangan siswa tidak niampu menyelesaikan masalah, maka pasangan yang lainnya dapat mengkombinasikan hasil pekerjaan mereka dan menyimpulkanjawaban menyeluruh.
Beberapa keunggulan dan kelemahan teknik Think-Pair-Square
adalah sebagai berikut:
25
Ibid, h. 58.
Tabel 1
Kcunggulan dan Kelemahan Think-Pair-Square Keunggulan
a. optimalisasi partisipasi
siswa
b. mudah dipecah menjadi
berpasangan
c. Lebih banyak ide muncul
d. Lebih banyak tugas yang bisa dilakukan
e. Guru mudah memonitor.
3. Mctodc Discovery Learning
kelcmahan
a. jumlah anggota kelompok harus empat orang
b. membutuhkan lebih banyak waktu
c. membutuhkan yang Iebih baik
d. jumlah genap
menyulitkan pengambilan suara
sosialisasi
bisa proses
e. kurang kesempatan untuk kontribusi individu
f. siswa mudah melepaskan diri dari keterlibatan dan tidak
h "k '7 memper at1
an.-Discovery berasal dari kata "discover" yang berarti menemukan, dan "discovery" adalah penemuan.28Bahasa Indonesia Memberi pengertian discover sebagai menemukan. Makna menemukari dalam pembelajhran
tampaknya mendekati pengertian memperoleh pengetahuan yang
membawa kepada suatu pandangan.
Cara belajar dengan menemukan (discovery learning) ini pertama kali digunakan oleh Socrates. Pengajaran dengan metode penemuan berharap agar siswa benar-benar aktif belajar menemukan bahan yang dipelajarinya. Seperti yang dikatakan oleh Sayful Bahri dan Aswan Zaini
27
Ibid. h. 47
28
[image:36.595.82.441.123.599.2]24
bahwa "Discovery Learning adalah belajar mencari dan menemukan sendiri".29
Secara ekstrim, siswa benar- benar seorang penemu yang aktif menemukan dasar pandangan sendiri. Namun metode seperti itu tidak mungkin dilaksanakan yaitu apabila guru hanya bertindak sebagai seorang pengawas yang pasif, sedangkan siswanya harus belajar dengan caranya sendiri.
Karena apa yang dihadapi s1swa itu adalah ha! yang baru, maka siswa memerlukan bimbingan dari guru. Beberapa petunjuk atau instruksi perlu diberikan kepada siswa apabila tidak menunjukan kemampuan. Dalam metode discovery terbimbing sebagian besar perencanaan dibuat oleh guru, selain itu guru menyediakan kesempatan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa. Jadi metode Discovery Leaming dalam penelitian ini dilakukan secara terbimbing. Dalam metode penemuan terbimbing, langkah yang ditempuh guru adalah menyatakan masalah kemudian membimbing siswa untuk menemukan penyelesaian masalah itu dengan instruksi-instruksi seminimal mungkin. Selanjutnya siswa mengikuti instruksi itu, dan berusaha menemukan sendiri penyelesaiannya. Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh siswa adalah:
a. Memahami masalah
b. Memproses data dari keterangan atau menyederhanakan masalah c. Melihat pola yang terjadi dan membuat dugaan
d. Menguj i dugaan tersebut
e. Menggeneralisasi atau menyatakan dalam bentuk umum 30
Pada umumnya metode discovery terbimbing dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
a. problema untuk masing-masing kegiatan dapat dinyatakan sebagai pernyataan atau pertanyaan biasa.
29 Saiful Bahri dan As\van Zaini, Strategi Be/ajar Mengajar,
( Jakarta: Rineka cゥーセ@
2006), h. 19
b. Konsep-konsep atau preinsip yang harus ditemukan s1swa melalui kegiatan belajar hams dituliskan denganjelas dan tepat.
c. Alat atau bahan hams disediakan sesuai dengan kebutuhan setiap siswa untuk melakukan kegiatan.
d. Diskusi pengarahan berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada siswa atau kelas untuk didiskusikan sebelum para siswa
r :::.1kukan kegiatan discovery.
e. Kegiatan metode discovery oleh siswa berupa kegiatan percobaan atau penyelidikan yang dilakukan oleh siswa untuk menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh guru.
f. Proses berpikir kritis dan ilmiah menunjukan tentang mental operation sis•va yang diharapkan selama kegiatan berlangsung.
g. Pertanyaan yang bersifat ッセ⦅イゥMセ」ャLᆱN、@ harus berupa pertanyaan yang me-ngarah kepada pengembangan penyelidikan yang dapat dilakukan oleh siswa.
h. Catalan guru berupa catatan-catatan yang meliputi penjelasan tentang hal-hal atau bagian-bagian yang sulit dari kegiatan-kegiatan belajar dan isi atau materi pelajaran yang relevan dengan kegiatan.31
Karakteristik metode ini terletak pada peranan siswa dalam proses pemahaman definisi dan teorema yang ditemukan sendiri dan mengujinya, serta peranan guru yang membantu kebutuhan siswa dan memberikan latihan. Proses tersebut masih dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan dalam membantu pemahaman siswa pada pembelajaran dalam kelas.
Beberapa keunggulan dan kelemahan metode penemuan adalah sebagai berikut :
31
26
Tabel 2
Keunggulan dan Kelemahan Metode Penemnan
Keunggulan
a. siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan
menggunakan kemampuan
untuk menemukan hasil akhir. b. siswa memahami benar bah2 ·
pelajaran, sebab mengalami proses menemukannya.
c. menemukan sendiri
menimbulkan rasa puas. metode ini melatih siswa untuk Jebih banyak belajar mandiri.
B. Kerangka Berpikir
kelemahan
a. Metode ini ban yak
menyita waktu.
b. tidak semua guru
c.
d.
mempunyai selera atau
kemampuan mengaJar
dengan cara penemuan. tidak semua siswa mampu melakukan penemuan.
kelas yang ban yak
siswanya akan sangat
merepotkan guru dalam
memberikan bimbingan
dan pengarahan belajar dengan
pertemuan. 32
metode
Tidak dapat dipungkiri bahwa masih ada sebagian s1swa yang menganggap kalau mateinatika adalah pelajaran yang menakutkan. Banyak ha! yang menyebabkan anggapan itu masih ada dalam diri siswa, diantaranya dilihat dari objek matematika itu sendiri yang bersifat abstrak.
U ntuk itulah guru sebagai pendidik dituntut bagaimana caranya agar siswa merasa mudah dan senang dalam belajar matematika. Karena kita ketahui bersama bahwa pelajaran matematika sangat penting bagi siswa untuk membekali mereka kemampuan berpikir logis dalam kehidupan demokratis di masyarakat global.
32
Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu faktor yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar.
Dalam mengajar, guru jarang sekali menggunakan satu metode, karena mereka menyadari bahwa semua metode ada kebaikan dan kelemahannya. Penggunaan satu metode cenderung menghasilkan kegiatan belajar mengajar yang membosankan bagi anak didik. Oleh karena itu diperlukan variasi metode dalam belajar yang diharapkan mampu meningkatkan kesenarcgan siswa terhadap matematika dan selanjutnya dapat meningkatkan hasil betajar matematika siswa. Metode yang dipakai dalam belajar diantaranya adalah metode pembelajaran kooperatif teknik Think- Pair- Square dan metode Discovery Learning.
Think-Pair-Square atau berpikir-berpasangan-berempat adalah salah
satu metode struktur pembelajaran kooperatif untuk menciptakan pola interaksi siswa dalam belajar. Teknik ini telah memiliki tahapan-tahapan yang jelas dalam pembelajaran di kelas. Diantara keunggulan metode ini adalah optimalisasi partisipasi siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk dikenali serta menunjukan partisipasi mereka pada siswa lain.
Sedangkan metode Discove1y Learning ( belajar menemukan ) adalah belajar mencari dan menemukan sendiri bahan yang dipelajarinya. Diantara keunggulan metode ini adalah siswa aktif dalam kegiatan !:ielajar, karena ia berpikir dan menggunakan kemampuan dalam menemukan hasil akhir dan melatih siswa untuk belajar mandiri.
C. Pengajuan Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
PERPUSTAKl\J.\N
Mセᄋ}@
UIN SYAHID JAlv\RTA
28
Ho : Tidak ada perbedaan rata-rata yang signifikan antara hasil belajar matematika siswa yang menggunakan teknik think-Pair-Square dengan
siswa yang menggunakan melode Discovery Learning.
Ha : Ada perbedaan rata-rata yang signifikan antara hasil belajar matematika siswa yang menggunakan teknik Think-Pair-Square dengan siswa yang
A. Tcmpat dan Waktu Pcnclitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 169 Jakarta Baral, pada bulan April sampai dengan Mei 2007 semester genap pada tahun ajaran 2006/2007.
B. Metodc Pcnclitian
Metode peneltian yang digunakan adsalah metode penelitian quasi eksperimen dengan melibatkan dua kelompok subjek, yaitu kelompok eksperimen1 dan kelompok eksperimen2. Kelompok eksperimen1 diberi perlakuan dengan pembelajaran kooperatif teknik think-pair-square dan kelompok eksperirnen2 diberikan perlakuan dengan discovery learning. Penelitian ini dilakukan sebanyak 8 kali perternuan (terlampir). Pada akhir pertemuan kedua kelompok itu diberikan tes akhir untuk membandingkan hasil belajar matematika diantara kedua kelompok tersebut.
Penelitian ini rnengg,makan desain penelitian Rendomezed control group
[image:42.595.47.441.193.615.2]only desegn. Disain penelitan tersebut dinyatakan sebagai berikut: 1
Tabel 3
Dcsain Penelitian
セ@
KELOMPOK PERLAKUAN POST TEST
(R)E1 X1 T
( R)E2 X2 T
Keterangan :
E1 = Kelas Eksperimen1
E2 = Kelas Eksperimen2
X1 = Perlakuan pada kelas Eksperimen1
X2 = Perlakuan pada kelas Eksperimen2 R = Pemilihan Subjek secara random
T = Tes akhir yang sr · ·" pada kedua kelas sesudah diberi perlakuan
C. Populasi dau Teknik Pengambilan Sampel Penelitian
1. Populasi
30
Populasi adalah suatu kumpulan dari suatu objek yang merupakan perhatian peneliti. Adapur populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMPN 169 Jakarta Baral, tahun ajaran 2006/2007.
2. Sampel
Sampel pada penelitian ini diambil yaitu seluruh siswa kelas VII semester 2 tahun ajaran 2006/2007.
3. Teknik Penambilan Sampel
Sampel diambil dengan menggunakan dengan prosedur sebagai berikut:
a. Dari 5 ( lima ) kelas yang ada, diamsusikan mempunyai hasil belajar matematika yang sama.
b. Dari 5 kelas tersebut diambil dua kelas secara acak.
c: Dua kelas yang di dapat dari hasil pemilihan secara random tersebut adalah kelas yang diberi perlakuan model pemtelajaran kooperatif teknik think-pair-square dan metode discoery learning.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: dengan menggunakan tes sebagai instrumen penelitian. Tes yang dilakukan berupa PosHest yang diberikan kepada kedua kelompok yaitu kelompok
mendapat tes yang sama setelah kedua kelas diberi perlakuan yang berbeda. Sehingga akan diperoleh data yang berupa hasil dari kedua kelompok tersebut. Uji coba soal tes diberikan secara tertulis dalam bentuk pilihan ganda yang berjumlah 30 soal, dengan empat pilihan( option) dan setiap nomor yang jawabannya benar diberi nilai I (satu), sedangkan yang salah diberi nilai 0 (nol). Sebelum instrumen digunakan, instumen tersebut harus terlebih dahulu memenuhi uji prasyarat yaitu uji validitas dan reliabilitas soe/;'.;clain itu juga dicari taraf kesukaran dan daya beda tes. Kisi-kisi instrur •en tes pilihan ganda dibuat berdasarkan kepada Kurikulum 2006 (KTSP) untuk SMP Kelas VII Semester 2. Adapun kisi-kisi insrtumen tes dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 4
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITI.tN
Indikator Nomor Butir Soal Jumlah
I. Menentukan ban gun I I
datar segiempat
2. Menentukan sifat-sifat 2,3 2
bangun datar segiempat
3. Menentukan panjangf 4 I
sisi dilihat dari sifat-sifat segiempat
4. Menentukan besar 5,6, 7,8,9, I 0, 11 7
sudut dilihat dari
sifat-' sifat segiempat
5. Menentukan keliling 12, 13, 14, 15, 16,17,18, 14
dan luas segiempat 20,21,22,23,25,26,27
6. Mcnyclcsaikan so al 19,24,28,29,30 5
segiempat yang
berhubungan dcngan
kchidupan schari-hari
32
I. Pengnjian validitas
Sebelum tes dilakukan, tes tersebut harus terlebih dahulu memenuhi persyaratan seperti yang dikemukakan oleh Suharsimi : " lnstrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel.2
Dalam penelitian ini digunakan validitas isi ( content validity ) yang berarti tes disusun sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkan. Sedangkan pengujian validitas instrumen ( validitas butir ) menggunakan rumus korelasi point biserial.3
. ' - Mp-Alt
Hp
r
pb1 - SDtq
Keterangan :
rpbi = koefisien korelasi point biserial yang dianggap sebagai koefisien
validitas item
Mr = skor rata-rata hitung yang dijawab benar M1 = Skor rata-rata total
SD, = Standar deviasi
p = proporsi siswa yang menjawab betul terhadap butir item
q = Proporsi siswa yang menjawab salah terhadap butir item
2. pセョァオェゥ。ョ@ Reliabilitas
Reliabilitas adalah ketetapan I ketelitian suatu alat evaluasi. Suatu alat evaluasi atau tes disebut reliabel, jika tes tersebut dapat dipercaya, konsisten atau stabil produktif, jadi yang diperhitungkah disini adalah ketelitiannya. Pengujian reliabilitas ini menggunakan K-R 20 ( Kuder Richardson 20 ), yaitu :
r11 =
(-k-)
(St2 - 'I,pq) dengan S,2= n'I,xi-('I,xi)k-1 St' - n(n-1)
Keterangan :
2
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta : Rineka Cipta, 1993) h.135
3 Anas Sudjono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta ; Pl' Raja Grafindo,
r11 Reliabilitas secara keseluruhan
p Proporsi subjek yang menjawab item soal dengan benar
q Proporsi subjek yang menjawab item soal dengan salah (q = 1-p)
k Banyak butir soal
:Epq Jumlah perkalian antara p dan q
n Banyak siswa
S, 2 Varians Total
3. Pengujian Taraf Kesukaran
Untuk mengetahui apakah soal itu sukar, sedang atau mudah maka soal-soal tersebut diuji tarafkesukaranmya terlebih dahulu. Pengujian taraf kesukaran ini menggunakan rumus : 4
Keterangan : B p= JS
Keterangan :
B = Banyak siswa yang menjawab soal dengan benar
JS = .Jt.mlah seluruh siswa peserta tes p = Indeks Kesukaran
[image:46.595.58.446.90.662.2]Klasifikasi indeks kesukaran yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 5:5
4
Ibid, h. 133
5
Ibid,. h. 134
Tabel 5 Tingkat kesukaran
lndeks Kesukaran IK = 0,00 0,00 < IK ::;0,30 0,30 < IK :50, 70 0,70 < IK :51,00
Keterangan Soal terlalu sukar
Soal sukar Soal sedang Soal mudah
34
E. Daya Pembeda
Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang pandai dan kurang pandai. Rumus yang digunakan adalah :
D = PA - PB dimana PA = BA dan P8 = BB
JA JB
Keterangan : .. ::>.
D = D'.iya Pembeda Soal PA = Proporsi Kelas atas · PB = Proporsi kelas bawah
BA= Banyak siswa kelas alas yang menjawab benar untuk setiap butir soal BB= Banyak s.iswa kelas bawah yang menjawab benar umtuk setiap butir soal JA = Jumlah siswa kelas atas
JB = Jumlah siswa kelas bawah Klasifikasi daya pembeda soal : D = 0,7-1,00 =Baik Sekali
D = 0,4-0,7 =Baik
D =0,2-0,4 = Cukup
D = 0,0-0,2 = Kurang
F. Teknik Analisis Data
Untuk menguji hipotesis digunakan statistik Uji-t dengan taraf signifikan
o
= 0,05. Sebelum pengujian hipotesis dilakukan, perlu dilakukan uji prasyarat tersebut terlebih dahulu.1. Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan yang digunakan adalah Uji Lilliefors. Langkah-langkah untuk mengadakan u