• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh defisit transaksi berjalan, kurs, dan inflasi terhadap utang luar negeri pemerintah sebelum dan sesudah krisis global 2008: studi kasus Indonesia 2004-2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh defisit transaksi berjalan, kurs, dan inflasi terhadap utang luar negeri pemerintah sebelum dan sesudah krisis global 2008: studi kasus Indonesia 2004-2012"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH DEFISIT TRANSAKSI BERJALAN, KURS, DAN INFLASI TERHADAP UTANG LUAR NEGERI PEMERINTAH SEBELUM DAN

SESUDAH KRISIS GLOBAL 2008 (STUDI KASUS : INDONESIA 2004-2012)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

Ella Dhanila Kartika Sari NIM: 1111084000049

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama Lengkap : Ella Dhanila Kartika Sari 2. Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 12 Desember 1992

3. Alamat : Jalan DR.KRT. Radjiman W.D Rt.007/014 nomor 13 Jakarta Timur 13930

4. Telepon : 085710024522

5. E-mail : e.dhanila@gmail.com

II. PENDIDIKAN FORMAL

1. SD Negeri Jatinegara 06 Tahun 1998-2004

2. SMP Negeri 255 Jakarta Tahun 2004-2007

3. SMA Negeri 103 Jakarta Tahun 2007-2010

4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakata Tahun 2011-2015

III. PENGALAMAN ORGANISASI

1. 2012-2013 : Anggota SEIS Dance FEB UIN Syahid Jakarta

2. 2012-2013 : Divisi Humas dan Media HMJ IESP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. 2008-2009 : Bendahara II OSIS SMAN 103 Jakarta

IV. SEMINAR

1. Dialog Umum Aksi Kemanusiaan dan Donor Darah, UIN Jakarta 2012 2. Seminar ” How to Get International Scholarship” , UIN Jakarta 2012 3. Studium General jurusan IESP, UIN Jakarta 2012

V. KEPANITIAAN

1. Panitia Pembantu Pengawas Pemilu KADA Provinsi DKI Jakarta 2012 2. Panitia pada seminar ”Islamic Economy Revivalism; Between Theory and

(7)

ii VI.LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Alm. Dahnil Iskandar

2. Tempat/Tanggal lahir : Padang, 13 Januari 1954

3. Ibu : Kartini

4. Tempat/tanggal Lahir : Padang, 15 Maret 1964

5. Alamat : Jalan DR.KRT. Radjiman W.D Rt.007/014 nomor 13 Jakarta Timur 13930

6. Telepon : 081317480438

(8)

iii

ABSTRACT

The study is aimed to analyze how far the influence of current account deficit, exchange rate, and inflation to government foreign debt before and after the 2008 global crisis in Indonesia.

The analytical method is Ordinary Least Square (OLS). Regression results show that 89% of official foreign debt is explained current account deficit, exchange rate, inflation and the global crisis of 2008. Results of the analysis show that variable of current account deficit and the exchange rate have negative and significant influence to the government's foreign debt. While variable of inflation significantly and positively influences to the government debt in Indonesia.

Keywords: Foreign Debt Government, Current Account Deficit, Exchange Rate, Inflation, and the global crisis in 2008

(9)

iv ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis seberapa besar pengaruh defisit transaksi berjalan, kurs, dan inflasi terhadap utang luar negeri pemerintah sebelum dan sesudah krisis global 2008 di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Bank Indonesia periode 2004-2012.

Metode analisis yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS) dengan menggunakan software Eviews 6.0. Hasil regresi menunjukan bahwa 89 % utang luar negeri pemerintah dijelaskan oleh variabel defisit transaksi berjalan, kurs, inflasi dan krisis global 2008. Sedangkan 11% utang luar negeri pemerintah dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian. Hasil analisis menunjukan variabel defisit transaksi berjalan dan kurs berpengaruh signifikan dan negatif terhadap utang luar negeri pemerintah. Sedangkan variabel inflasi berpengaruh signifikan dan positif terhadap utang luar negeri pemerintah di Indonesia.

(10)

v

KATA PENGANTAR Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Alhamdulillahi rabbil alamin, segala puja dan puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ” Pengaruh Defisit Transaksi Berjalan, Kurs, dan Inflasi terhadap Utang Luar Negeri Pemerintah Sebelum dan Sesudah Krisis Global 2008”. Shalawat serta salam tercurah kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW serta para sahabat yang telah membimbing umatnya dari zaman yang gelam ke zaman yang terang benderang.

Skripsi ini disusun sebagai syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Terselesaikannya skripsi ini dapat terwujud berkat dukungan, bantuan dan doa dari orang-orang baik yang menemani penulis selama proses pengerjaan skripsi ini. Oleh karenanya, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Allah SWT, yang dengan Ridho dan Karunia-Nya penulis tidak akan mampu menyelesaikan skripsi ini. Puji Syukur atas segala nikmat Islam, iman dan sehat yang telah Allah berikan kepada penulis.

(11)

vi

saya M. Fayyaz Putra Andika terimakasih sudah menjadi penyemangat di dalam rumah.

3. Keponakan saya yang lucu-lucu Gilang, Zahwa, Farrel, Shafira, dan Agam terimakasih sudah membuat hidup lebih berwarna.

4. Bapak Dr. Arief Mufraini selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memimpin Fakultas ini dengan baik dan memberikan ilmu yang sangat berharga selama perkuliahan. Semoga Allah SWT mambalas semua kebaikan bapak.

5. Bapak Arif Fitrijanto, M.Si dan Ibu Fitri Amalia S.Pd, M.Si selaku Ketua dan Sekertaris Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memimpin Jurusan IESP dengan baik dan memberikan ilmu yag sangat berharga selama perkuliahan. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan bapak.

6. Bapak Dr. Pheni Chalid S.F.,MA.,Ph.d selaku Dosen Pembimbing Skripsi 1 yang dengan keikhlasannya memberikan pengarahan, ilmu yang berharga, serta bimbingan yang berarti selama proses penyelesaian skripsi. Terima kasih atas bimbingannya. Semoga Allah SWT membalas kebaikan bapak.

(12)

vii

yang telah Bapak berikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Semoga Allah SWT membalas kebaikan bapak.

8. Seluruh jajaran dosen, staf, dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat dan berharga bagi saya serta kelancaran selama perkuliahan yang saya jalani. Semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian semua.

9. Sahabat terbaik yang selalu ada dan menemani saya selama masa kuliah. Mirna Fitri Setiawati, Isti Destriani, Ina Kurniati yang dalam suka dan duka selalu menghibur dan memberikan dukungan walaupun saya sering merepotkan kalian semua. Terima kasih sahabat terbaik, semoga persahabatan ini selalu terjalan sampai kita tua nanti, wuff youuu!! . 10.Orang yang selalu sabar dan selalu aku repotin Miftachul Ulum S.E,

makasih ya buat waktu, doa, dan supportnya selama ngerjain skripsi ini. Makasih juga selalu nemenin aku dan selalu ada cara ngilangin mumet aku pas skripsian. Semoga kamu selalu dilindungi Allah .

11.Seluruh teman-teman IESP 2011, Azhar, Indri, Mona, Puguh, Ario, Ziko, Pepeng, Nilam, Julia, Annisa, Rudi, Vina, Geo, Yulianti, Wihda, Aldila, Dian, Risna, Asmah. Mohon maaf untuk yang namanya tidak dapat saya tuliskan semuanya. Salam IESP 2011, semoga sukses menyertai kita semua, see you on top guys!! .

(13)

viii

13.Teman-teman SEIS Dance 2011, Tia, Mona, Yosi, Rika, Putri, Nurfathia, Dede, Dina, Vina, Farah, Aya, Ratri yang selalu semangat kalo latihan walaupun badan jadi biru-biru . makasih buat pengalamannya ya sahabat

 .

14.Kelompok KKN SERASI, Desa Curug Bitung, Cibereum, Bogor Adam, Bule, Novi, Mirna, Ario, Puguh, Rizki, Imel, Dita, Miftah, Russdy, Aufa, Rivia yang udah bareng-bareng selama satu bulan menghabiskan waktu bercanda dan bekerja yang ngasih pengalaman yang seru, kapan kita jalan-jalan ke hutan lagi sampe keabisan air dan harus minum air sungai hahahha.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk masukan, baik kritik maupun saran yang membangun dari berbagai pihak.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

(14)

ix DAFTAR ISI

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... i

ABSTRACT ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 14

A. Landasan Teori ... 14

1. Utang Luar Negeri ... 14

a. Definisi Utang Luar Negeri... 14

b. Penyebab Utang Luar Negeri ... 16

c. Perkembangan Utang Luar Negeri di Negara Asia ... 17

d. Motivasi Negara Donor ... 17

e. Teori Utang Luar Negeri ... ... 18

2. Defisit Transaksi Berjalan ... 22

a. Definisi Defisit Transaksi Berjalan ... 22

b. Teori Defisit Transaksi Berjalan ... 22

c. Hubungan Defisit Transaksi Berjalan dengan Utang Luar Negeri ... 23

3. Kurs ... 25

a. Definisi Kurs ... 25

(15)

x

c. Perubahan-Perubahan Kurs ... 27

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kurs ... 29

e. Teori Kurs ... 31

f. Hubungan Kurs dengan Utang Luar Negeri ... 32

4. Inflasi ... ... 33

a. Definisi Inflasi ... 33

b. Jenis-jenis Inflasi ... 34

c. Kebijakan dalam Menanggulangi Inflasi ... 35

d. Efek Buruk Inflasi ... 37

e. Teori Inflasi... ... 40

f. Hubungan Inflasi dengan Utang Luar Negeri ... 42

5. Konsep Dummy Variabel ... 43

B. Penelitian Terdahulu ... 43

C. Kerangka Pemikiran ... 57

D. Hipotesis ... 61

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 62

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 62

B. Metode Pengumpulan Data ... 62

C. Metode Analisis Data ... 63

1. Model Analisis ... 63

2. Uji Asumsi Klasik ... 64

a. Uji Normalitas ... 64

b. Uji Multikolinearitas ... 64

c. Uji Heteroskedastisitas ... 66

d. Uji Autokorelasi ... 67

3. Pengujian Hipotesis ... 67

a. Uji – t ... 67

b. Uji – F ... 68

4. Koefisien Determinasi ... 68

(16)

xi

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 72

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 72

B. Penemuan dan Pembahasan ... 73

1. Analisis Deskriptif ... 73

a. Analisis Deskriptif Utang Luar Negeri Pemerintah ... 73

b. Analisis Deskriptif Defisit Transaksi Berjalan ... 76

c. Analisis Deskriptif Kurs ... 77

d. Analisis Deskriptif Inflasi ... 79

2. Uji Asumsi Klasik ... 81

a. Uji Normalitas ... 81

b. Uji Multikolinearitas ... 82

c. Uji Heteroskedastisitas ... 82

d. Uji Autokorelasi ... 83

3. Pengujian Hipotesis ... 84

a. Uji-t dan Interpretasi Hasil Analisis ... 86

b. Uji F dan Interpretasi Hasil Analisis ... 89

4. Koefisien Determinasi ... 91

5. Analisis Ekonomi ... 91

a. Pengaruh Krisis Global 2008 terhadap Utang Luar Negeri Pemerintah ... 91

b. Pengaruh Defisit Transaksi Berjalan terhadap Utang Luar Negeri Pemerintah ... 92

c. Pengaruh Kurs terhadap Utang Luar Negeri Pemerintah ... 94

d. Pengaruh Inflasi terhadap Utang Luar Negeri Pemerintah ... 96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 99

A. Kesimpulan ... 99

B. Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA ... 101

(17)

xii

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

1.1 Perkembangan Transaksi Berjalan Kuartal I 2007 – Kuartal IV (dalam juta US$),2009

6

1.2 Perkembangan Utang Luar Negeri Pemerintah Indonesia 8

2.1 Penelitian Terdahulu 54

3.1 Operasional Variabel Penelitian 70

4.1 Utang Luar Negeri Pemerintah di Indonesia 2004-2012 74 4.2 Kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika 2004-2012 77 4.3 Perkembangan Inflasi di Indonesia Periode 2004-2012 79 4.4

4.5 4.6 4.7 4.8 4.9

Correlation Matrix 2004-2012 Uji Heterokedasitas

Uji Breusch Godfrey Serial Correlation LM test Uji t

Uji F

Uji Adj R2 ( Adj R Square)

(18)

xiii

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

1.1 Laju Inflasi Kuartal I-2006 – Kuartal IV-2010 3 1.2 Kurs Rupiah/USD dan IHSG, Januari 2008-Oktober 2009 5

2.1 Kurva Perubahan Permintaan Valuta Asing 27

2.2 Kurva Perubahan Permintaan Valuta Asing 28

2.3 Kerangka Pemikiran 60

2.4 Hubungan Variabel 61

4.1 Grafik Perkembangan Utang Luar Negeri Pemerintah di Indonesia 2004 Q1-2012 Q4

75

4.2 Grafik Perkembangan Transaksi Berjalan di Inonesia Tahun 2004 Q1- 2012 Q4

76

4.3 Grafik Perkembangan Kurs di Indonesia Tahun 2004 Q1-2012 Q4 79

4.4 Perkembangan Inflasi di Indonesia Periode 2004 Q1-2012 Q4 80

4.5 Uji Normalitas 81

[image:18.612.114.529.93.594.2]
(19)

xiv

No. Keterangan Halaman

1 Data Penelitian 103

2 Regresi Linier Berganda 106

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

“Indonesia merupakan negara yang sudah merdeka sejak 1945, namun posisi Indonesia saat ini belum merdeka secara hakiki, Indonesia yang sudah berumur 69 tahun seharusnya semakin mantap kematangannya dalam mengambil tindakan dan juga seharusnya Indonesia lebih kuat dalam membangun dan menciptakan bargaining position (daya tawar ) kepada negara lain agar tidak dikerdilkan dengan negara lain” (Hasan dalam Antara News,2014).

(21)

2

pertumbuhan semakin cepat . Selanjutnya, dibalik pertumbuhan ekonomi di negara Asia tersebut, terdapat kerapuhan. Kerapuhan tersebut baru disadari setelah terjadinya krisis moneter yang melanda Asia pada tahun 1997 silam. Kerapuhan tersebut dikarenakan, kebijakan perekonomian hanya dipusatkan pada pertumbuhan ekonomi, sedangkan pembangunan fundamental diabaikan. Hal tersebut yang menyebabkan bubble economy, dimana pertumbuhan tinggi namun secara fundamental rendah. Padahal fundamental perekonomian sangat penting dalam menopang akselerasi pertumbuhan yang sangat cepat.

Widharma, Budhi, dan Marhaeni (2008: 3-4) menambahkan “krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997-1998 membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar terdepresiasi sangat tajam”. Hal ini membuat Indonesia kesulitan dalam hal ekonomi, salah satunya dalam hal pinjaman luar negeri, karena beban utang yang dirasa semakin tinggi.

(22)

3

dan pasar uang. Arus keluar kepemilikan asing di saham, surat utang negara (SUN),maupun SBI masih terus berlangsung.

Purna, dkk (2009:2) menyebutkan bahwa krisis keuangan global 2008 menyebabkan naiknya laju inflasi di Indonesia, dorongan tersebut berasal dari lonjakan harga minyak dunia yang mendorong dikeluarkannya kebijakan harga bahan bakar minyak bersubsidi. Tekanan inflasi terjadi karena harga komoditi global yang terus naik. Pada akhir 2008 inflasi berangsur-angsur menurun dan harga komoditi serta harga bahan bakar minyak juga berangsur-angsur menurun. Hal ini bisa dilihat dalam gambar 1.1 dibawah ini :

[image:22.612.114.527.193.567.2]

Gambar 1.1

Laju Inflasi Kuartal I-2006 – Kuartal IV-2010

Sumber : Bank Indonesia, SEKI 2014 (data diolah)

(23)

4

berdampak pada kenaikan harga yang ditentukan pemerintah dalam menaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi. Pada kuartal IV-2008, tingkat inflasi mulai menurun karena turunnya harga komoditi internasional, pangan dan energi dunia dan juga kebijakan pemerintah dalam menurunkan harga bahan bakar minyak jenis solar dan premium pada akhir 2008 serta produksi pangan dalam negeri yang relatif bagus.

(24)
[image:24.612.114.528.90.560.2]

5

Gambar 1.2

Kurs Rupiah/USD dan IHSG, Januari 2008-Oktober 2009

Sumber : Bank Indonesia, SEKI 2009 (data diolah)

Gambar 1.2 memperlihatkan nilai kurs rupiah terhadap dolar AS terdepresiasi dari Rp 9.076,00 hingga hampir menembus Rp 13.000,00 atau mengalami depresiasi lebih dari 30% sejak Januari 2008. Lemahnya kurs mata uang rupiah terhadap dollar berdampak pada utang luar negeri pemerintah, jika rupiah terdepresiasi, maka utang luar negeri pemerintah akan meningkat drastis.

(25)

6

Purna,dkk (2009:1) menyebutkan bahwa menurunnya tingkat kurs, juga berdampak pada menurunnya kinerja neraca pembayaran yang menunjukkan penurunan sejak triwulan III-2008. Sebagaimana tercermin dari peningkatan defisit transaksi berjalan (current account) dan mulai meningkatnya defisit neraca transaksi modal dan finansial (financial account). Peningkatan defisit transaksi berjalan terutama bersumber dari anjloknya kinerja ekspor sejalan dengan kontraksi perekonomian global yang diiringi dengan merosotnya harga berbagai komoditas ekspor. Hal ini bisa dilihat dari Tabel 1.1 berikut :

[image:25.612.114.523.156.623.2]

Tabel 1.1

Perkembangan Transaksi Berjalan Kuartal I 2007 – Kuartal IV (dalam juta US$),2009

Periode DTB ( Juta USD)

2007

Q1 2.638

Q2 2.27

Q3 2.144

Q4 3.438

2008

Q1 2.742

Q2 -1.013

Q3 -967

Q4 -637

2009

Q1 2.691

Q2 2.377

Q3 1.781

Q4 3.781

Sumber : Bank Indonesia, SEKI 2010 (data diolah)

(26)

7

yang menyebabkan anjloknya harga barang-barang ekspor. Sehingga ekspor menurun pada waktu tersebut. Pada awal 2009, defisit transaksi berjalan kembali ke angka 2691 juta US$ karena sudah terjadi pemulihan paska krisis keuangan global .

Tambunan, (2008:249) mengatakan “sejak krisis pada awal 1980-an, masalah utang luar negeri yang dialami negara berkembang tidak semakin baik. Banyak negara-negara debitur terjerumus dalam krisis utang luar negeri sehingga tidak sanggup membayar dan mengharuskan mereka melakukan program penyesuaian struktural atas desakan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasioal (IMF) untuk mendapatkan pinjaman baru”. Selanjutnya, tingginya utang luar negeri di negara berkembang disebabkan terutama oleh tiga jenis defisit : defisit transaksi berjalan atau yang biasa disebut trade gap, yakni ekspor lebih sedikit dibandingkan impor ; defisit investasi atau I-S gap, yakni dana yang dibutuhkan untuk membiayai investasi (I) di dalam negeri lebih besar daripada tabungan domestik ; dan defisit fiskal atau fiscal gap. Dari faktor-faktor tersebut defisit transaksi berjalan sering disebut pada literatur sebagai penyebab utama membengkaknya utang luar negeri di negara berkembang.

(27)

8

[image:27.612.112.532.151.557.2]

dari tahun ke tahun sejalan dengan peningkatan jumlah utang luar negeri”. Hal ini bisa dilihat dari tabel 1.2 berikut:

Tabel 1.2

Perkembangan Utang Luar Negeri Pemerintah Indonesia

Tahun

ULNp (Juta USD)

Persentase (%) 2007 80,609 ---

2008 86,600 7,43

2009 99,265 14,62

2010 118,624 19,50

2011 118,642 0,01

2012 126,119 6,30

Sumber : Bank Indonesia, SEKI 2014 ( data diolah)

Dari tabel 1.2 diatas terlihat bahwa persentase utang luar negeri pemerintah cenderung meningkat dari tahun ketahun. Hal ini merupakan hal wajar yang terjadi pada negara berkembang karena kebutuhan pembangunan. Namun, apakah utang luar negeri ini digunakan untuk kegiatan yang produktif ataukah hanya digunakan untuk kegiatan konsumtif sehingga pemerintah tidak terpacu dalam berproduksi agar utang luar negeri semakin berkurang.

(28)

9

Keempat, kebutuhan akan modal asing menjadi menurun segera setelah perubahan struktural benar-benar terjadi ( meskipun modal asing dimasa selanjutnya lebih produktif).

Kuncoro,(2010:359) mengatakan “terdapat beberapa ahli yang berpendapat tentang teori ketergantungan, bahwa utang luar negeri berpengaruh positif terhadap perekonomian suatu negara. Para penganut teori itu adalah Samir Amin, Paul Baran, Cardoso, Gunder Frank, Prebish dan Dos Santos”. Hipotesis mereka adalah :

 PMA dan bantuan luar negeri dalam jangka pendek memperbesar pertumbuhan ekonomi, namun dalam jangka panjang (5-20 tahun) menghambat pertumbuhan ekonomi.

 Makin banyak negara bergantung pada PMA dan bantuan luar negeri, makin besar perbedaan penghasilan dan pada gilirannya tujuan pemerataan tidak tercapai.

(29)

10

Alternatif lain sebuah negara untuk mengurangi ketergantungan terhadap Utang Luar Negeri adalah dengan kebijakan fiskal yang menjadi andalan bagi penerimaan pemerintahan. GBHN 1999-2004 secara khusus membahas soal utang luar negeri dalam empat butir yang tercakup dalam arah kebijakan bidang ekonomi. Selain di GBHN 1999-2004, amanat pengurangan ketergantungan pemerintah (APBN) terhadap utang luar negeri juga dituangkan dalam Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) 2000-2004 mengenai program atau pedoman secara rinci pengelolaan utang pemerintah. Program ini bertujuan untuk mewujudkan kemandirian pembiayaan pembangunan. Adapun sasarannya adalah tercapainya penggunaan pinjaman pemerintah, baik dalam negeri maupun luar negeri, untuk keperluan pembangunan secara optimal dan menurunnya beban utang luar negeri (Tambunan, 2008: 267).

Seperti yang sudah disinggung diatas, kondisi perekonomian seperti krisis keuangan global 2008 juga dapat mempengaruhi besarnya utang luar negeri pemerintah. Gejolak finansial yang terjadi karena krisis akan segera diikuti oleh kontraksi ekonomi secara menyeluruh (Prasetyantoko,2008:12).

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul:

(30)

11

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pemaparan sebelumnya, bahwa secara teoritis utang luar negeri pemerintah dipengaruhi oleh defisit transaksi berjalan. Disamping itu utang luar negeri pemerintah juga dipengaruhi oleh kurs dan inflasi dimana variabel ini rentan terhadap perekonomian dalam dan luar negeri.

Dalam melakukan pembangunannya, negara berkembang wajar jika melakukan utang luar negeri. Jika pendapatan suatu negara tidak cukup untuk membiayai pembangunan, pemerintah dapat meminjam modal dari negara kreditur, namun yang menjadi masalah adalah utang luar negeri pemerintah yang selalu merangkak naik tiap tahunnya, apakah masalah ekonomi dan kesejahteraan masyarakat semakin membaik, lantas apa penyebab nainya utang luar negeri dari tahun ke tahun di Indonesia.

Berdasarkan latar belakang dan pemaparan sebelumnya, permasalahan pokok dalam penelitian ini diarahkan untuk menganalisa variabel- variabel ekonomi seperti defisit transaksi berjalan, kurs, dan inflasi terhadap utang luar negeri pemerintah. Pokok permasalahan yang diajukan adalah :

1. Berapa besar pengaruh defisit transaksi berjalan, kurs, inflasi, dan krisis global 2008 terhadap utang luar negeri pemerintah periode 2004 – 2012 secara parsial?

(31)

12

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan atas apa yang telah diuraikan penulis dalam rumusan masalah, maka dalam penelitian kali ini penulis mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh defisit transaksi berjalan, kurs, inflasi, dan krisis global 2008 terhadap utang luar negeri pemerintah di Indonesia periode tahun 2004 – 2012 secara parsial .

2. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh defisit transaksi berjalan, kurs, inflasi, dan krisis global 2008 terhadap utang luar negeri pemerintah di Indonesia periode 2004 – 2012 secara simultan .

D. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi penulis

Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis agar dapat mengembangkan ilmu yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, selain itu penulis dapat membandingkan antara teori dan praktek yang terjadi di lapangan.

2. Bagi Ilmu Pengetahuan

(32)

13

(33)

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Utang Luar Negeri

a. Definisi Utang Luar Negeri

Hall dan Tunner (2012:341) berpendapat bahwa “utang adalah janji atau pinjaman yang dibuat oleh debitur kepada kreditur untuk dibayarkan kembali”. Jadi, utang luar negeri dapat diartikan sebagai sejumlah dana yang berasal dari negara kreditur yang digunakan untuk pembiayaan dalam negeri (negara debitur) terkait dengan pembangunan disegala aspek yang dilakukan akibat kekurangan dana dalam negeri.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pinjaman berarti utang yang dipinjam dari pihak lain dengan kewajiban di bayarkan kembali. Jadi dapat diartikian pinjaman luar negeri adalah pinjaman yang berasal dari negara lain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan wajib dibayarkan kembali.

(34)

15

ke negara berkembang (belakangan ini juga juga dari negara-negara OPEC ke negara Dunia Ketiga)”.

Arsyad (1993:98) berpendapat “bantuan asing (luar negeri) adalah

bantuan yang bersumber dan pemerintah maupun swasta. Hampir semua bantuan melalui pemerintah mempunyai syarta-syarat yang longgar (konsensional) atau lunak; yakni diberikan sebagai hibah semata-mata (grants) atau sebagai pinjaman dengan tingkat bunga rendah dan dengan jangka waktu pembayaran yang lebih lama daripada yang ditawarkan pada pasar modal swasta internasional”. Bantuan ini dapat dibagi lagi atas bantuan bilateral, diberikan langsung oleh sebuah negara kepada negara lainnya, dan bantuan multilateral, dimana dana-dana mengalir ke sebuah perwakilan internasioanl seperti PBB, Bank Dunia, dan bank-bank pembangunan regional, yang selanjutnya meminjamkan atau menyalurkan dana-dana tersebut ke negara sedang berkembang penerima. Pada akhirnya bantuan luar negeri tersebut berbentuk bantuan teknis, pemberian tenaga-tenaga terampil atau ahli; atau bantuan modal, pemberian dana atau komoditi-komoditi untuk berbagai tujuan.

(35)

16

1) Sebagai sumber pembiayaan pembangunan atau pertumbuhan ekonomi sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari pembangunan ekonomi dan sosial.

2) Sebagai pembiayaan untuk pengembangan industri manufaktur.

3) Sebagai pembiayaan berbagai macam program, mulai dari pendidikan,kesehatan, hingga transmigrasi.

Secara umum utang luar negeri merupakan pinjaman yang harus dikembalikan dalam bentuk valuta asing ataupun rupiah, baik dimiliki oleh pemerintah pusat, baik dalam bentuk bilateral, multilateral, fasilitas kredit ekspor, komersial, leasing, dan surat berharga negara (SBN) yang dikeluarkan diluar atau dalam negeri yang dimiliki oleh bukan penduduk.

b. Penyebab Utang Luar Negeri

(36)

17

membengkaknya utang luar negeri di negara berkembang (Tambunan, 2008:249-250) .

c. Perkembangan Utang Luar Negeri di Negara Berkembang di Asia Tambunan (2009:208) mengatakan bahwa “perkembangan jumlah

utang luar negeri dari negara berkembang di Asia Tenggara, Indonesia merupakan negara kedua dengan utang luar negeri terbesar setelah Singapura”. Hanya saja terdapat perbedaan dalam jenis utang luar negeri antara kedua negara tersebut. Utang luar negeri Singapura lebih didominasi oleh pinjaman perusahaan-perusahaan swasta kepada pasar modal dan pinjaman-pinjaman multilateral. Jadi bisa dikatakan bahwa utang luar negeri yang dilakukan oleh Singapura terjadi karena perkembangan sektor swasta dan bisnis dalam negeri bukan untuk pembangunan negara. Berbeda dengan Indoenesia yang mana sebagian utang luar negeri-nya adalah dari pemerintah untuk pembiayaan proyek dan program pembangunan, termasuk pengentasan kemiskinan dan pembangunan, sektor pendidikan, dan kesehatan.

d. Motivasi Negara Donor

Menurut Ruttan (1989), “terdapat dua alasan yang

(37)

18

tanggung jawab moral dari penduduk negara kaya kepada penduduk negara miskin”.

Kuncoro, (2010:360) menjelaskan “pemberian bantuan akan

memperkuat ikatan keuangan antara negara donor dengan negara penerima bantuan”. Sebagai contoh, pembangunan jaringan transportasi dan instalasi listrik di negara sedang berkembang akan menimbulkan permintaan akan peralatan baru ataupun mengganti peralatan yang telah usang dari negara donor. Hal seperti ini sering dijumpai pada bantuan-bantuan yang bersifat mengikat (tied aid). Contoh lain adalah bantuan teknis seperti mesin dalam produksi pertanian, hal ini dikarenakan meningkatnya permintaan negara donor akan hasil pertanian dari negara penerima bantuan. Dengan kata lain, di satu sisi bantuan luar negeri dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi negara penerima bantuan, di sisi lain juga menimbulkan dampak perluasan permintaan barang dan jasa dari negara donor. Hal ini terbukti dari peningkatan elastisitas permintaan akan impor barang dan jasa dari negara donor.

e. Teori Utang Luar Negeri

(38)

19

yang lebih besar di masa yang akan datang. Selanjutnya, mereka akan terkena pajak, untuk itu mereka harus menabung dengan jumlah yang sama dengan jumlah pajak yang akan mereka bayarkan, agar terjadi keseimbangan. Ricardo juga menganjurkan agar orang-orang mengerti bahwa terdapat kendala pada anggaran pemerintah dan melanjutkan untuk membelanjakannya tanpa menghiraukan tujuan dari pajak ataupun hutang, karena mereka tahu pada akhirnya mereka akan dibebankan biaya. Pemikiran ini dikenal dengan persamaan Ricardian.

Dari penjabaran diatas dapat diketahui pada teori utang luar negeri adalah sebagai berikut:

1) Ricardian Equivalence

Dalam teori ini, tidak ada perbedaan jika pemerintah memilih antara menaikkan pajak sekarang dan meminjam uang sekarang, membayar pajak setelahnya. Karena kedua kebijakan tersebut sama-sama akan menghasilkan biaya pajak yang lebih tinggi pula.

2) Teori Ketergantungan (dependensia)

(39)

20

internasional, keuangan internasional dan struktur produksi, bantuan luar negeri ditujukan untuk mengeksploitasi sumber daya alam negara penerima bantuan. Sehingga para penganut teori dependensia, menganggap bahwa bantuan luar negeri dapat digunakan sebagai sebuah instrumen untuk perlindungan dan ekspansi negara kaya ke negara miskin, sebuah sistem untuk mengekalkan ketergantungan (Kuncoro,2010:359).

3) Model dua kesenjangan ( Two Gap Model)

Model ini mengatakan bahwa negara-negara berkembang menghadapi kendala berupa keterbatasan tabungan domestik yang jauh dari cukup untuk menggarap peluang investasi yang ada, serta kelangkaan devisa yang tidak memungkinkan mengimpor barang-barang. Secara sistematis, model dua kesenjangan dapat dirumuskan sebagai berikut :

1) Kesenjangan Tabungan (Saving Gap), yaitu:

I > F ... (2.1) Dimana:

I = Investasi

F = Arus pemasukan modal

(40)

21

2) Kesenjangan Devisa (Foreign-Exchange Gap), yaitu:

X < M ... (2.2) Dimana:

X = Ekspor M = Impor

Dalam persamaan 2.2 jika ekspor lebih kecil dari impor maka bisa dipastikan bahwa telah terjadi kesenjangan devisa di negara tersebut. Yang akan berimbas pada defisit transaksi berjalan. Jika setiap tahun terjadi defisit transaksi berjalan, maka cadangan devisa akan habis untuk menutupinya.

Salah satu dari kedua kesenjangan di atas akan menjadi faktor penghambat suatu negara untuk mencapai suatu pertumbuhan. Tingkat Investasi dan tingkat pertumbuhan output akan menjadi lebih rendah karena salah satu kesenjangan tersebut.

(41)

22

Model kedua kesenjangan ini hanya merupakan suatu metodologi untuk menentukan kebutuhan serta kemampuan relatif dari masing-masing negara berkembang dalam menggunakan utang luar negeri secara efektif. Akibat dari dua kesenjangan tersebut, negara-negara berkembang akhirnya melakukan pinjaman luar negeri untuk menutupi salah satu masalah yang terja di negaranya.

2. Defisit Transaksi Berjalan

a. Definisi Defisit Transaksi Berjalan

Tambunan (2008:249) mengatakan “defisit transaksi berjalan

adalah selisih antara ekspor dan impor. Jika impor lebih besar dari pada ekspor maka akan menyebabkan defisit”. Defisit inilah yang disebut

defisit transaksi berjalan. Sebaiknya,dalam suatu negara transaksi berjalan jangan sampai menunjukkan angka negatif tiap tahunnya, karena akan mengurangi cadangan devisa negara, karena cadangan devisa sangat dibutuhkan dalam suatu negara, terlebih pada negara berkembang.

b. Teori Defisit Transaksi Berjalan

(42)

23

X < M ... (2.3) Dimana:

X = Ekspor M = Impor

Dalam persamaan 2.3 jika ekspor lebih kecil dari impor maka bisa dipastikan bahwa telah terjadi kesenjangan devisa di negara tersebut, yang akan berimbas pada defisit transaksi berjalan. Jika setiap tahun terjadi defisit transaksi berjalan, maka cadangan devisa akan habis untuk menutupinya.

Sejak terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1997/98 ketergantungan Indonesia pada utang luar negeri tidak pernah menyurut karena pada saat itu, pemerintah membutuhkan dana dalam jumlah banyak untuk pemulihan ekonomi, sehingga terpaksa melakukan utang luar negeri. Berdasarkan fenomena diatas dapat dibuat persamaan sebagai berikut:

TB = (X-M) + F ... (2.4) Dimana :

X = Ekspor barang dan jasa M = Impor barang dan jasa

F = Transfer internasional atau arus modal masuk neto.

c. Hubungan Defisit Transaksi Berjalan dengan Utang Luar Negeri Tambunan, (2009:205) mengatakan “defisit transaksi berjalan

(43)

24

banyak negara berkembang”. Besarnya transaksi berjalan melebihi surplus

neraca modal (jika saldonya memang positif) mengakibatkan defisit neraca pembayaran (BOP), yang berarti juga cadangan devisa berkurang. Apabila saldo transaksi berjalan setiap tahun negatif, maka cadangan devisa dengan sendirinya akan habis jika tidak ada sumber-sumber lain (misalnya modal investasi dari luar negeri), seperi yang dialami oleh negara-negara paling miskin di benua Afrika. Padahal devisa sangat diperlukan terutama untuk membiayai impor barang-barang modal dan pembantu untuk kebutuhan kegiatan produksi di dalam negeri.

Jadi, defisit transaksi berjalan yang terjadi terus menerus membuat banyak negara berkembang harus tetap bergantung pada pinjaman luar negeri, terutama negara-negara yang kondisi ekonominya tidak menggairahkan investor-investor asing sehingga sulit bagi negara-negara tersebut untuk mensubstitusikan pinjaman luar negeri dengan investasi, misalnya dalam bentuk penanaman modal asing.

Dari uraian diatas dapat dibuat fungsi model sebagai berikut :

ULN = ƒ ( DTB ) ... (2.5) Dimana :

ULN = Utang Luar Negeri

(44)

25

3. Kurs

a. Definisi Kurs

Kurs valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukkan harga atau nilai mata uang suatu negara yang dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. “Kurs valuta asing dapat juga didefinisikan sebagai jumlah

uang domestik yang dibutuhkan,yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan, untuk memperoleh satu unit uang asing. Kurs valuta diantara dua negara kerapkali berbeda di antara satu masa dengan masa lainnya” (Sukirno,2006:397).

Todaro (2000:164) mengatakan “nilai tukar resmi adalah suatu patokan dimana Bank Sentral negara yang bersangkutan bersedia melakukan transaksi mata uang setempat dengan mata uang asing di pasar-pasar valuta asing yang telah ditentukan.nilai tukar resmi atas suatu mata uang lokal (negara-negara selain Amerika Serikat) biasanya dinyatakan dalam dollar Amerika Serikat”. Nilai tukar resmi valuta asing

tidak selalu ditetapkan persis sama atau mendekati harga ekuilibrium ekonomi untuk valuta asing, yaitu harga yang ditetapkan oleh kekuatan-kekuatan permintaan dan penawaran terhadap suatu valuta tanpa adanya pengaturan atau intervensi dari pemerintah (murni atas mekanisme pasar).

(45)

26

tertentu. Kurs dapat berubah-ubah setiap waktu, tergantung dengan kondisi ekonomi yang terjadi di negara tersebut” .

b. Sistem Kurs

Dalam suatu negara akan terus berlaku aliran masuk dan keluar modal yang berupa jangka panjang maupun jangka pendek. Sukirno (2006:397) menyatakan bahwa sistem kurs dibedakan menjadi 2 sistem, yaitu :

1) Sistem kurs tetap

Sistem kurs tetap ( fixed exchange rate) adalah penentuan sistem nilai mata uang asing dimana bank sentral menetapkan harga berbagai mata uang asing tersebut dan harga tersebut tidak dapat diubah dalam jangka masa yang lama. Pemerintah (otoritas moneter) dapat menetukan kurs valuta asing dengan tujuan untuk memastikan kurs yang berwujud tidak akan menimbulkan efek yang buruk atas perekonomian. Kurs yang ditetapkan ini berbeda dengan kurs yang ditetapkan melalui pasar bebas.

2) Sistem Kurs Fleksibel

(46)

27

c. Perubahan- perubahan Kurs

Sukirno (2006:403-405) menyatakan “kurs yang ditentukan oleh pasar bebas dapat mengalami dua bentuk perubahan, yaitu perubahan permintaan dan perubahan penawaran”.

1) Efek kenaikan permintaan

[image:46.612.114.529.174.702.2]

Dalam gambar 2.1 ditunjukkan perubahan yang diakibatkan oleh perubahan permintaan mata uang US dollar. Dimisalkan bahwa pada mulanya permintaan atas dollar adalah D dan penawaran adalah S. Maka kurs pertukaran adalah satu dolar sama dengan 150 yen, dan quantitas dolar yang diperjualbelikan adalah Q1. Sebagai akibat dari suatu kenaikan dalam permintaan atas dolar, kurva permintaan dolar bergerak dari D1 ke D2. Kuva permintaan yang baru ini menaikkan harga dolar dari 150 yen ke 200 yen.

Gambar 2.1

Kurva Perubahan Permintaan Valuta Asing

D2

D1

Q1 Q2

150 200

Harga dollar

Quantitas dollar

(47)

28

2) Efek Perubahan Penawaran

[image:47.612.115.522.171.586.2]

Dalam gambar 2.2 menunjukkan perubahan penawaran. Kurva S dan D menggambarkan penawaran dan permintaan dollar yang mulanya wujud. Sesudahnya penawaran bertambah dari S1 ke S2. Sebagai akibatnya (i) kurs pertukaran untuk setiap dolar turun dari 200 yen menjadi 150 yen, dan (ii) kuantitas mata uang dolar yang diperjualbelikan bertambah dari Q1 dolar menjadi Q2.

Gambar 2.2

Kurva Perubahan Permintaan Valuta Asing

Oleh karena kurs pertukaran ditentukan oleh mekanisme pasar dimana kurs tersebut akan terus menerus mengalami perubahan sesuai dengan perubahan dalam permintaan dan penawaran uang asing, maka

D

S1 S

2

150 200

Q1 Q2 Quantitas dollar

(48)

29

kurs pertukaran yang ditentukan oleh mekanisme pasar dinamakan kurs pertukaran berubah bebas dan kurs pertukaran terapung. Sedangkan kurs pertukaran yang ditentukan pemerintah dinamakan kurs pertukaran tetap atau kurs pertukaran resmi.

d. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kurs

Sukirno (2006:400-403) menyatakan “beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan dalam permintaan dan penawaran sesuatu valuta, yang selanjutnya menyebabkan perubahan dalam kurs valuta, disebabkan oleh banyak faktor”. Yang terpenting di antaranya adalah seperti yang diuraikan di bawah ini :

1) Perubahan dalam citarasa masyarakat

Citarasa masyarakat mempengaruhi corak konsumsi suatu masyarakat. Dengan adanya perubahan citarasa maka akan mengubah corak konsumsi masyarakat atas barang yang dihasilkan di dalam negeri ataupun terhadap barang yang diimpor dari luar negeri. Maka akan mengurangi impor, sebaliknya jika terdapat perbaikan kualitas barang impor maka akan mengurangi permintaan .

2) Perubahan Harga Barang Expor dan Impor

(49)

30

diimpor. Jika suatu barang dalam negeri murah, maka akan menaikkan ekspor dan jika harganya naik maka akan mengurangi ekspor. Sedangkan jika harga barang luar negeri turun maka akan menaikkan jumlah impor sebaliknya jika barang luar negeri naik, maka akan menurunkan permintaan impor. Jadi dapat kita ketahui harga berperan sangat penting dalam penentuan quantity yang diminta dalam suatu perdagangan luar negeri.

3) Perubahan Suku Bunga dan Tingkat Pengembalian Investasi

Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi sangat penting peranannya dalam mempengaruhi aliran modal. Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang rendah cenderung akan menyebabkan modal dalam negeri mengalir keluar negeri. Sedangkan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang rendah cenderung akan menyebabkan modal dalam negeri mengalir ke luar negeri.

(50)

31

e. Teori Kurs

Teori-teori yang memberikan landasan faktor-faktor yang menetukan kurs: 1) Teori Paritas Daya Beli (Purchasing Power Parity)

“Teori paritas daya beli (PPP-purchasing power parity) menyatakan bahwa kurs antara dua mata uang akan melakukan penyesuaian yang mencerminkan perubahan tingkat harga dari kedua negara. Dasar dari teori PPP menyatakan bahwa perbandingan nilai satu mata uang dengan mata uang lain ditentukan oleh daya beli uang tersebut (terhadap barang dan jasa) di masing-masing negara” (Mishkin, 2006:439-440).

Perubahan kurs dalam jangka panjang diantara dua negara ditentukan oleh perubahan tingkat harga relatif di kedua negara. Faktor lain yang mempengaruhi kurs dalam jangka panjang adalah tarif dan kuota, permintaan impor, permintaan ekspor dan produktifitas.

2) Teori Pendekatan Perdagangan ( Elasticities Approach)

Berdasarkan teori ini, “kurs didasarkan pada pertukaran barang

(51)

32

f. Hubungan Kurs dengan Utang Luar Negeri

Kuncoro (2009:53) menyatakan bahwa “setelah runtuhnya sistem Bretton Woods dan berkembangnya sistem kurs mengambang, bagi negara berkembang seperti Indonesia, peranan kurs valas menjadi sangat penting, terutama terhadap mata uang keras ( hard currencies) seperti dolar AS dan Yen Jepang”. Kurs valas sangat penting bagi negara yang sedang melakukan pembangunan ekonomi, karena kurs valas akan berhubungan langsung dengan sektor-sektor perdagangan luar negeri, investasi, dan juga dengan utang luar negeri yang merupakan sumber dana pembangunan. Oleh karena itu kestabilan dan keterjangkauan kurs mutlak diperlukan.

(52)

33

Dari uraian diatas dapat dibuat fungsi model sebagai berikut :

ULN = ƒ ( K ) ... (2.6) Dimana :

ULN = Utang Luar Negeri K = Kurs

4. Inflasi

a. Definisi Inflasi

“Inflasi adalah naiknya harga-harga secara menyeluruh dan umum dalam suatu negara dan dalam periode tertentu. Jika hanya satu barang yang mengalami kenaikan harga itu tidak bisa dikatakan inflasi, kecuali jika kenaikan harga barang itu mengakibatkan harga barang lain menjadi ikut naik” (Pratomo, 2006:105).

Boediono (1985:161) menyatakan “inflasi adalah kecendrungan dari harga-harga yang naik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (atau mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga barang-barang lain. Kenaikan harga-harga karena musiman, menjelang hari-hari besar, atau yang terjadi sekali saja tidak disebut sebagai inflasi” .

(53)

34

Inflasi dapat meningkat secara tiba-tiba yang bisa disebabkan karena suatu peristiwa ekonomi seperti penurunan nilai mata uang (depresiasi) yang sangat besar ataupun adanya keadaan politik yang tidak stabil. Masih banyak faktor-faktor lain di luar sana yang menyebabkan inflasi.

b. Jenis - Jenis Inflasi

1) Inflasi Tarikan Permintaan

Inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian berkembang dengan pesat. Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi pula sehingga pengeluaran pun bertambah namun tidak diimbangin dengan kemampuan perekonomian dalam mengciptakan barang dan jasa sehingga terjadinya pengeluaran yang berlebihan yang menyebabkan terjadinya inflasi.

2) Inflasi Desakan Biaya

(54)

35

3) Inflasi Diimpor

Inflasi ini disebabkan karena kenaikan harga barang-barang yang diimpor. Secara otomatis akan menaikkan harga barang ketika sudah masuk ke dalam negeri. Harga barang produksi yang diimpor dari luar negeri yang sedang mengalami inflasi akan menaikkan harga faktor produksi itu sendiri, sehingga biaya produksi dan biaya jualnya pun juga ikut naik.

c. Kebijakan Dalam Menanggulangi Inflasi

Inflasi yang terus menerus dapat mengakibatkan kondisi perekonomian semakin hancur. Untuk itu perlu diambil tindakan-tindakan dari pemerintah dalam menanggulangi inflasi tersebut. Terdapat dua jenis kebijakan pemerintah, yaitu kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Pratomo, (2006:114) menjabarkan kebijakan tersebut sebagai berikut: 1) Kebijakan moneter

(a) Tight money policy, adalah kebijakan untuk mengurangi jumlah uang beredar. Pengurangan jumlah uang beredar akan mengurangi tingkat inflasi.

(55)

36

bank tersebut harus mengumpulkan dana sebanyak-banyaknya agara dapat membeli sertifikat Bank Indonesia tersebut.

(c) Memperbaiki nilai tukar mata uang, dengan melakukan intervensi terhadap mata uang asing, maka nilai tukar akan dapat diatur, sehingga pada akhirnya akan mempermudah dan mempermudah biaya impor barang-barang material (input).

2) Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal adalah segala kebijakan pemerintah dalam kegiatan ekonomi riil yang menyangkut keuangan pemerintah seperti pemungutan pajak, pengeluaran pemerintah atau pemberian subsidi. Untuk menanggulangi inflasi pemerintah dapat melakukan kebijakan sebagai berikut:

(a) Menaikkan pajak,salah satu cara untuk meredam inflasi akibat cost push inflation adalah dengan mengurangi agregat demand, yaitu dengan menaikkan pajak.

(56)

37

(c) Mengurangi ekonomi yang tinggi, dengan melakukan deregulasi-deregulasi dalam perizinan serta kemudahan dalam pendistribusian barang dapat mengakibatkan harga barang menjadi turun atau paling tidak tetap, sehingga perekonomian tidak berada dalam keadaan inflasi.

d. Efek Buruk Inflasi

(57)

38

Lain halnya dampak yang dirasakan oleh masyarakat akibat terjadinya inflasi, menurut Sukirno (2006:338-339) dampak buruk yang dirasakan masyarakat akan terjadinya inflasi adalah sebagai berikut : 1) Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang

berpendapatan tetap. Pada umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan harga-harga. Maka inflasi akan menurunkan upah riil individu-individu yang berpendapatan tetap.

2) Inflasi akan mengurangi kekayaan yang berbentuk uang. Sebagian kekayaan masyarakat disimpan dalam bentuk uang. Simpanan di bank, simpanan tunai, dan simpanan dalam institusi-institusi keuangan lain merupakan simpanan keuangan. Nilai riilnya akan menurun apabila inflasi berlaku.

3) Memperburuk pembagian kekayaan, maksudnya adalah terjadinya perbedaan pendapatan antara orang- orang yang memiliki gaji tetap dan orang-orang memiliki kekayaan dalam harta tetap.

Pratomo (2006:119) berpendapat bahwa dampak dari inflasi adalah sebagai berikut:

(58)

39

kenaikkan harga-harga barang konsumsi membuat kemampuan daya beli semakin menurun.

2) Bunga yang semakin tinggi, inflasi akan cenderung menyebabkan suku bunga semakin meningkat. Ada beberapa pandangan antara Keynes dan Monetaris tentang fenomena ini.

Keynesian: naiknya tingkat harga akan meningkatkan pengeluaran nominal. Meningkatnya pengeluaran nominal, mengakibatkan permintaan akan uang untuk transaksi juga meningkat. Bila jumlah uang beredar tetap, maka akan mengakibatkan suku bunga menjadi meningkat.

Monetaris: ekspektasi terhadap inflasi menyebabkan suku bunga nominal meningkat. Irving Fisher megatakan bahwa ada hubungan antara inflasi dengan tingkat bunga. Menurut Fisher, sesorang akan memperoleh keuntungan secara riil jika tingkat bunga nominal melebihi tingkat inflasi. Akan tetapi jika tingkat bunga nominal berada di bawah inflasi maka secara riil orang yang menabungkan uangnya akan mengalami kerugian.

(a) Ketidakpastian dan spekulasi

(59)

40

(b) Problem pada Balance of Payment (BOP)

Jika inflasi di dalam negeri lebih besar dari negara lain (partner berdagang) maka barang kita akan kalah bersaing, ekspor akan menurun, dan negara partner akan diuntungkan. Dengan kata lain inflasi menyebabkan ekspor menjadi lesu, dan impor menjadi lebih diminati. Sehingga nerasa transaksi berjalan semakin memburuk, lalu muncullah spekulasi akan terjadinya devaluasi mata uang.

e. Teori Inflasi

Boediono (1985:167-176) menjabarkan secara garis besar terdapat 3 kelompok mengenai teori inflasi,masing-masing menyoroti aspek-aspek tertentu dari proses inflasi. Teori tersebut adalah sebagai berikut:

1) Teori Keynes

(60)

41

masyarakat berusaha untuk mendapatkan dana yang lebih besar lagi (baik dengan pencetakan uang baru atau melakukan kredit) inflasi ini akan terus berlangsung selama terjadi kelebihan permintaan dibandingkan jumlah output yang dihasilkan masyarakat.

2) Teori Kuantitas Uang (Irving Fisher)

Teori kuantitas uang adalah teori yang paling tua mengenai inflasi, teori ini dikembangkan oleh Irving Fisher dalam bukunya The Quantity of Money, teori ini berpandangan bahwa terdapat hubungan langsung antara jumlah uang beredar dengan kenaikan harga-harga umum (inflasi). Namun teori ini (yang akhir-akhir ini mengalami penyempurnaan-penyempurnaan oleh kelompok ahli ekonomi Universitas Chicago) masih sangat berguna untuk menerangkan proses inflasi di zaman modern ini, terutama di negara-negara sedang berkembang. Persamaan dalam teori ini adalah:

M V = P T ... (2.7) Dimana :

M = Jumlah uang beredar

V = Perputaran uang dalam satu periode biasanya satu tahun P = Harga barang dan jasa

T = Trade (volume transaksi)

Teori ini menyoroti peranan dalam proses inflasi dari (a) jumlah uang beredar, dan (b) psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan harga-harga (expectations).

(61)

42

Teori strukturalis adalah teori mengenai inflasi yang didasarkan atas pengalaman di negara-negara Amerika Latin. Teori ini memberi tekanan pada ketegaran (rigidities) dari struktur perekonomian negara-negara sedang berkembang. Karena inflasi dikaitkan dengan faktor-faktor struktural dari perekonomian ( yang menurut definisi, faktor-faktor ini hanya bisa berubah secara gradual dan dalam jangka panjang), maka teori ini bisa disebut teori inflasi “jangka panjang”.

f. Hubungan Inflasi dengan Utang Luar Negeri

Dalam menganalisa hubungan tingkat inflasi terhadap utang luar negeri, dapat digunakan teori imported inflation. Dimana saat negara Indonesia mengalami inflasi, maka nilai tukar rupiah terhadap dollar akan lemah. Indonesia masih bergantung terhadap produk dari luar baik bahan baku atau barang setengah jadi disektor barang dan jasa. Sehingga saat terjadi inflasi di Indonesia, pemerintah membutuhkan dana yang lebih untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri tersebut dan dibutuhkanlah utang luar negeri. Jadi, dapat dikatakan bahwa hubungan antara inflasi dengan utang luar negeri pemerintah adalah berpengaruh positif.

Dari uraian diatas dapat dibuat fungsi model sebagai berikut : ULN = ƒ ( Inf ) ... (2.8) Dimana :

(62)

43

5. Konsep Dummy Variabel

Dalam statistik dan ekonometrik, terutama dalam analisis regresi, variabel dummy juga dikenal sebagai variabel indikator atau variabel kualitatif sebagai salah satu cara untuk mengambil nilai 0 atau 1 yang menunjukkan tidak adanya atau kehadiran beberapa efek kategoris yang dapat diharapkan untuk menggeser hasilnya (Gujarati, 2006: 1).

Dalam penelitian ini tolak ukur dalam variabel dummy adalah krisis global 2008. Dimana sebelum krisis global dilambangkan dengan angka 0 dan setelah krisis global dilambangkan dengan angka 1.

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang utang luar negeri di Indonesia maupun di negara lain telah banyak dilakukan, penelitian tesebut banyak digunakan sebagai referensi penelitian dimasa yang akan datang. Penelitian tentang utang luar negeri telah dilakukan oleh :

1) A. Tony Prasetyantono (1996)

(63)

44

metode regresi linier berganda. Data yang digunakan adalah data sekunder. Fungsi model dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

Y1 = ƒ (X1, X2)

Y1 = β0 + β1X1 + β1X1+ µ

ULN = β0 + β1DTB + β1ULN(-1) + µ

Dimana :

ULN = Utang Luar Negeri

DTB = Defisit Transaksi Berjalan

ULN(-1) = Utang Luar Negeri pada periode sebelumnya

β1 = koefisien regresi

µ = error term

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa defisit transaksi berjalan mempunyai hubungan negatif dengan utang luar negeri dan variabel utang pada periode tahun sebelumnya berpengaruh positif dan signifikan terhadap utang luar negeri. Hal ini mengindikasikan bahwa kenaikan defisit transaksi berjalan yang tinggi akan menurunkan utang luar negeri .

2) Gohoon Kwon, Lavern McFarlane, and Wayne Robinson (2009)

Penelitiannya berjudul “Public Debt, Money Supply, and Inflation: A Cross-Country Study” dalam periode 1962-2004 . Variabel yang digunakan adalah Public Debt, Money Supply, GDP, and Inflation. Fungsi model dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

(64)

45

Y1 = β0 + β1X1 + β2X2+ β3 X3 + e

PB = β0 +β1I + β2M1+ β3 GDP + e Dimana :

PB = Public Debt

I = Inflation

M1 = Money Supply

GDP = Gross Domestic Product β1 = Koefisien regresi

e = error term

Hasil dari penelitian ini adalah kenaikan inflasi dapat meningkatkan tingkat hutang tidak hanya secara langsung tetapi juga secara tidak langsung . Hasil regresi dalam penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan antara utang dan inflasi menempati α : range1/4 (mean group

estimator) to ½ ( GMM estimator) . Hal ini menyiratkan bahwa efek dari ekspektasi inflasi bisa menjadi lebih besar dari PDB yang menurun sebanyak 1/3 – ½.

3) I Wayan Gayun Widharma, I Made Kembar Sri Budhi, dan A A I N Marhaeni (2011)

Penelitiannya yang berjudul “Utang Luar Negeri Pemerintah

(65)

46

Path Analisis. Fungsi model dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

Y = ƒ (X1,X2,X3,X4,X5,X6)

Y = β0+β1X1+β2X2+β3X3+β4X4+β5X5+β6X6 + e

ULNp = β0+β1P+β2DA+β3PCU+β4PP+β5KD+β6ULNt-1 + e Dimana :

ULNp = Utang Luar Negeri Pemerintah P = Pajak

DA = Defisit Anggaran

PCU = Pembayaran Cicilan Utang PP = Pengeluaran Pembangunan KD = Kurs Dollar

ULNPt-1= Pengeluaran Pemerintah Tahun Sebelumnya β1β2β3 = koefisien regresi

e = error term

(66)

47

utang luar negeri pemerintah. Dapat ditarik kesimpulan bahwa pengeluaran pemerintah, kurs, dan utang luar negeri tahun sebelumnya berpengaruh baik secara parsial maupun simultan terhadap utang luar negeri pemerintah. Artinya pemerintah menutup utang dengan utang sehingga mengakibatkan jumlah utang luar negeri pemerintah jumlahnya sangat besar.

4) Yerimias Manuhutu (2010)

Penelitiannya yang berjudul “Nilai Tukar Berpengaruh pada Pinjaman Luar Negeri Indonesia”, dalam periode 1997-2007. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai tukar dan pinjaman luar negeri. Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan metode Vector Autoregression (VAR) . Fungsi model dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

Y = ƒ (X1)

Y = β0 + β1X1 + e

PLN = β0 +β1NT + e Dimana :

PLN = Pinjaman Luar Negeri

NT = Nilai Tukar

β1 = koefisien regresi

e = error term

(67)

48

negeri. Pada periode awal komposisi terbesar dipengaruhi oleh inovasi dirinya sendiri dan pada periode selanjutnya variabel nilai tukar memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap varibel pinjaman luar negeri.

5) Dungdang Hutapea (2007)

Penelitiannya yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Utang Luar Negeri di Indonesia”.Variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah rasio defisit keuangan pemerintah dengan GDP, inflasi, tingkat pertumbuhan ekonomi, suku bunga internasional (LIBOR), dan dummy variabel kestabilan politik. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data kuartalan dari tahun 1995-2005. Metode yang digunakan adalah Error Correction Model. Fungsi model dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

ULN_GDP = f(GD_GDP, INF, PE, LIBOR)

ULN_GDPt = b0 + b1GD_GDPt + b2INFt + b3PEt + b4LIBORt + Ut

Dimana:

ULN_GDPt = Jumlah utang luar negeri pemerintah pada periode t (miliar rupiah),

GD_GDPt = Posisi keuangan pemerintah riil (Government Defisit) pada peride t (milia rupiah) INFt = Inflasi pada periode t (persen),

PEt = Pertumbuhan ekonomi (persen),

LIBORt = London Inter Bank Offered Rate pada periode t (persen),

(68)

49

Hasil penelitian menunjukkan bahwa defisit keuangan pemerintah memiliki hubungan negatif dengan volume penyerapan utang luar negeri dalam jangka panjang, namun tidak berpengaruh dalam jangka pendek. Tingkat pertumbuhan ekonomi berhubungan negatif tapi tidak signifikan pada jangka panjang dan berhubungan negatif pada jangka pendek. Inflasi berhubungan positif tapi tidak signifikan pada jangka panjang dan berhubungan negatif dan signifikan pada jangka pendek. LIBOR berhubungan negatif dalam jangka panjang dan positif dalam jangka pendek. Kondisi kestabilan politik berhubungan positif dalam jangka pendek.

6) Donneil Cain, Thaxter, Thomas and Walker (2012)

Penelitian ini berjudul “The Original Sin and Exchange Rate Dynamics: Panel Cointegration Evidence” ,tujuan utama penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara utang pemerintah dan perubahan nilai tukar, sedangkan variabel tambahan yang digunakan adalah perubahan konsumsi, GDP, NIR, dan M1. Dengan menggunakan unbalance panel data cointegration techniques on 87 low dan data yang digunakan adalah data time series periode 1960-2006. Fungsi model dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

FD = ƒ (ER, C ,GDP, US t-bill, NIR, M1)

(69)

50

FD = λ – β1 ER + β2 C + β3 GDP + β4 US t-bill + β5 NIR + β6 M1 + µ

Dimana :

FD = Foreign Debt

ER = Exchange rate

GDP = Gross Domestic Product US t-bill = Tax

NIR = Net International Reserve M1 = Jumlah uang beredar β1β2β3 = koefisien regresi µ = error term

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam jangka panjang GDP, NIR, dan nilai tukar berbanding terbalik terhadap utang luar negeri, tetapi konsumsi mempunyai hubungan positif dengan utang luar negeri, begitupun dengan US t-bill rate mempunyai hubungan positif dengan utang luar negeri. M1 tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap utang luar negeri dalam jangka panjang . Dalam jangka pendek perubahan konsumsi, NIR dan M1 mempunyai pengaruh negatif terhadap utang luar negeri. Selanjutnya perubahan utang luar negeri dipengaruhi secara positif oleh perubahan GDP, nilai tukar dan US t-bill.

7) Sasumbar Saleh

Penelitian ini berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pinjaman Luar Negeri serta Imbasnya terhadap APBN”. Variabel yang digunakan

(70)

51

periode 1970-2008. Estimasi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model ekonometris dinamis, khususnya Eror Correction Model dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Fungsi model penelitian ini adalah sebagai berikut :

Y = ƒ (X1,X2,X3,X4, D) GFD = ƒ ( BD, ER, X, YR,D)

Sehingga persamaanya sebagai berikut : Y = β0+β1X1+β2X2+β3X3+β4X4+β5X5 + e ULNp = β0+β1BD+β2ER+β3X+β4YR+β5D+ e

Dimana:

GFD = Government Foreign Debt

BD = Budget Deficit ( Defisit Anggaran)

ER = Exchange Rate (nilai tukar)

YR = tingkat GNP

X = Expor

D = Dummy variabel (krisis 1997)

e = error term

(71)

52

(72)
[image:72.612.108.550.142.703.2]

53

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Penelitian

Variabel Alat

Analisis

Hasil Penelitian Terikat Bebas

1

A. Tony Prasetiant ono (1996)

“Utang Luar Negeri dan Defisit Transaksi Berjalan terhadap Perekonomi an Indonesia” Utang Luar Negeri Defisit Transaksi Berjalan dan Utang Luar Negeri periode sebelumnya Regresi berganda Defisit transaksi berjalan mempunyai hubungan negatif

dengan utang luar negeri dan variabel utang pada periode tahun sebelumnya berpengaruh positif dan signifikan terhadap utang luar negeri . 2 Gohoon Kwon, Lavern McFarlan e, and Wayne Robinson (2009) “Public Debt, Money Supply, and Inflation: A Cross-Country Study” Public Debt Money Supply, GDP, and Inflation” Pooled Regression Kenaikan inflasi dapat meningkatkan tingkat hutang tidak hanya secara

langsung tetapi juga secara tidak langsung

3

(73)

54 Pemerintah Sebelumny a. Kurs dollar berpengaruh signifikan terhadap utang luar negeri pemerintah. 4 Yeremias Manuhutu (2003)

(74)

55 berpengaruh dalam jangka pendek.pertu mbuhan ekonomi berhubungan negative pada jangka pendek,inflasi berhubungan positif tapi tidak signifikan pada jangka panjang dan berhubungan negative dan signifikan pada jangka pendek. LIBOR berhubungan negative dalam jangka panjang dan positif dalam jangka pendek.Kondi si kestabilan politik berhubungan positif dalam jangka pendek. 6 Donneil Cain, Thaxter, Thomas and Walker (2012) The Original Sin and Exchange Rate Dynamics: Panel Cointegratio n Evidence Foreign Debt Exchange rate, GDP, consumpsti on, US t-bill, NIR, M1 Unbalance panel data cointegrati on techniques on 87 low

(75)
(76)

57

Sumber: Berbagai jurnal

C. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran digunakan untuk menunjukkan arah penyusunan penelitian dan mempermudah dalam menganalisa masalah yang dihadapi, maka diperlukan suatu kerangka pemikiran yang akan memberikan gambaran tahap-tahap penelitian untuk mencapai suatu kesimpulan. Dalam konsep dasar dari penelitian ini adalah menguji pengaruh defisit transaksi berjalan, kurs, dan inflasi terhadap utang luar negeri pemerintah di Indonesia sebelum dan sesudah krisis global 2008 periode 2004-2012. Dalam penelitian ini, dilakukan terhadap tiga variabel makro ekonomi (variabel independen) yang diduga berpengaruh terhadap utang luar negeri pemerintah di Indonesia (variabel dependen).

Todaro (1997:163) mengatakan “ utang luar negeri adalah seluruh pinjaman serta hibah konsensional resmi, baik itu dalam bentuk utang tunai maupun bentuk aktiva-aktiva lainnya, yang secara umum ditunjukkan untuk mengalihkan sejumlah sumber daya dari negara maju ke negara berkembang “. Terdapat variabel yang diduga mempengaruhi utang luar negeri, yaitu defisit transaksi berjalan, kurs dan inflasi. Hubungan diantara variabel tersebut mempunyai keterkaitan dengan utang luar negeri.

(77)

58

Defisit transaksi berjalan adalah jumlah ekspor yang lebih sedikit daripada impor. Defisit transaksi berjalan diduga mempengaruhi utang luar negeri karena, jika besarnya transaksi berjalan melebihi surplus neraca modal akan mengakibatkan defisit neraca pembayaran (BOP), yang berarti juga cadangan devisa berkurang, maka suatu negara akan kekurangan modal untuk membiayai impor barang-barang baru dan untuk kebutuhan kegiatan produksi dalam negeri, jika sudah terjadi seperti itu maka dibutuhkanlah modal dari luar negeri (Tambunan,2008:250).

Mishkin (2006:442) menjelaskan bahwa foreign exchange rate atau yang lebih dikenal dengan kurs adalah harga dari mata uang satu negara dalam mata uang negara lainnya. Pada saat krisis global nilai kurs mengalami penurunan nilainya atau mengalami depresiasi,dan pada saat yang bersamaan inflasi mengalami lonjakan yang sangat tajam. Berdasarkan teori paritas daya beli, kurs antara dua mata uang akan melakukan penyesuaian yang mencerminkan perubahan tingkat harga dari kedua negara. Jika rupiah Indonesia menguat terhadap dollar maka utang luar negeri akan menurun. Penurunan nilai mata uang rupiah terhadap dolar akan menyebabkan tingginya utang luar negeri dikarenakan utang luar negeri menggunakan valuta asing.

(78)

59

(79)
[image:79.612.115.529.120.628.2]

60

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran

Defisit Transaksi Berjalan - Foreign Exchange Gap (Tambunan,2008)

Kurs -Teori Paritas Daya Beli (Mishkin,2006)

Inflasi - Imported Inflation (Sukirno, 2006) Masalah

- Runtuhnya stabilisasi global - Naiknya laju inflasi di Indonesia

- Kurs rupiah terdepresiasi tajam saat krisis global - Defisit transaksi berjalan semakin tinggi

- Utang luar negeri meningkat

- Utang luar negeri semakin naik terutama pada negara berkembang.

Identifikasi

- Lonjakan harga minyak saat krisis global yang membuat inflasi naik. - Gejolak pasar modal dan pasar uang membuat kurs rupiah terdepresiasi - Menurunnya kinerja neraca pembayaran sehingga terjadi peningkatan defisit transaksi berjalan

- Negara debitur terjebak dalam krisis utang Grand Theory

Jurnal

- A. Tony Prasetiantono (1996)

Defisit transaksi berjalan dan kurs berpengaruh negatif terhadap utang luar negeri pemerintah sedangk

Gambar

Grafik Perkembangan Utang Luar Negeri Pemerintah di Indonesia
Laju Inflasi Kuartal I-2006 Gambar 1.1 – Kuartal IV-2010
Gambar 1.2 Kurs Rupiah/USD dan IHSG, Januari 2008-Oktober 2009
Perkembangan Transaksi Berjalan Kuartal I 2007 Tabel 1.1 – Kuartal IV (dalam
+7

Referensi

Dokumen terkait

Minyak atsiri dihasilkan dari tanaman dan mempunyai sifat mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai dengan bau

yaitu kelompok 1 sebagai kontrol negatif hanya diberi pakan, kelompok 2 sebagai kontrol positif diberi pakan serta diinduksi ovalbumin, kelompok 3 selain diberikan pakan dan

Mendapatkan informasi tentang persepsi, stigma dan dukungan sosial menurut orang yang hidup dengan herpes (people living with herpes/PLWH), masyarakat dan petugas kesehatan

Dengan demikian, dapat dikatakan simbol merupakan pemadatan bahasa yang di dalamnya terdapat dua makna atau lebih dari simbolik itu sendiri.. Simbol dalam karya

Perusahaan yang lean menciptakan tim yang terdiri dari orang-orang yang bekerja sama dalam memaksimalkan penciptaan nilai melalui value stream, guna pengembangan value stream

Film ialah karya cipta seni dan budaya yang merupakan bagian dari media komunikasi massa pandang-dengar (audiovisual) yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan

Berdasarkan hasil perhitungan dan pengujian hipotesis pada pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara Activity Based Costing