• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Gender terhadap Keberhasilan Program Diklat FPTP Pusbindiklat LIPI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Gender terhadap Keberhasilan Program Diklat FPTP Pusbindiklat LIPI"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS GENDER TERHADAP KEBERHASILAN

PROGRAM DIKLAT FPTP PUSBINDIKLAT LIPI

RESTY NUR OCTAVIANA

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Gender terhadap Keberhasilan Program Diklat FPTP Pusbindiklat LIPI adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2013

(4)

ABSTRAK

RESTY NUR OCTAVIANA. Analisis Gender terhadap Keberhasilan Program Diklat FPTP Pusbindiklat LIPI. Dibimbing oleh AIDA VITAYALA SJAFRI HUBEIS.

Tujuan dari penelitian ini, yaitu: 1) Menganalisis karakteristik individu masing-masing peserta laki-laki dan perempuan (usia, status pernikahan, lama kerja, tingkat pendapatan, dan tingkat pendidikan) yang mengikuti program Diklat FPTP LIPI; 2) Menganalisis hubungan karakteristik individu peserta laki-laki dan perempuan terhadap tingkat kesetaraan gender (tingkat akses dan tingkat kontrol) pada program Diklat FPTP LIPI; 3) Menganalisis hubungan tingkat kesetaraan gender (tingkat akses dan tingkat kontrol) laki-laki dan perempuan peserta program Diklat terhadap keberhasilan program Diklat FPTP LIPI. Alat analisis gender yang digunakan dalam penelitian ini adalah akses (peluang mengikuti Diklat dan perolehan fasilitas) dan kontrol (kuasa untuk membuat keputusan terhadap segala kebijakan selama Diklat). Keberhasilan program ini, yaitu tercapainya tujuan Diklat FPTP yang dirasakan oleh peserta laki-laki dan perempuan melalui terpenuhinya kebutuhan praktis gender dan kebutuhan strategis gender. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa program Diklat FPTP telah berhasil dilaksanakan, dengan terpenuhinya kebutuhan praktis gender dan kebutuhan strategis gender peserta laki-laki dan perempuan. Namun, program ini belum sepenuhnya berkesetaraan gender, karena masih terdapat kesenjangan dalam perolehan akses pada peserta perempuan dibandingkan laki-laki.

Kata kunci: keberhasilan, analisis gender, kebutuhan praktis gender, kebutuhan strategis gender.

ABSTRACT

RESTY NUR OCTAVIANA. Gender Analysis of The Success of The First Level of Functional Training of Researchers Pusbindiklat LIPI. Supervised by AIDA VITAYALA SJAFRI HUBEIS.

The purpose of this study: 1) to analyze the individual characteristics of each participant of men and women; 2) to analyze the relationship between individual characteristics of men and women participants of The Level of Gender Equality at Training Program FPTP LIPI; 3) to analyze the relationship between The Level of Equality Gender men and women participants of the training program success rate FPTP LIPI. This study uses quantitative and qualitative methods. Gender analysis tools used in this study is the access (acquisition opportunities following training facilities) and control (power to make edecisions on all policy during training). The results of this study indicate that the FPTP training program has been successfully implemented, with the fulfillment of the practical gender needs and strategic gender needs of men participants and women. However, this program has not been fully gender equality, because there are still gaps ingaining access to the women participants than men.

(5)

ANALISIS GENDER TERHADAP KEBERHASILAN

PROGRAM DIKLAT FPTP PUSBINDIKLAT LIPI

RESTY NUR OCTAVIANA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memeroleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

Judul Skripsi : Analisis Gender terhadap Keberhasilan Program Diklat FPTP Pusbindiklat LIPI

Nama : Resty Nur Octaviana NIM : I34090039

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Aida Vitayala S. Hubeis Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS Ketua Departemen

(9)

PRAKATA

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT. yang telah mencurahkan Rahmat dan Hidayah-Nya yang tak ternilai sehingga Penulis dapat menyelesaikan Skripsi berjudul “Analisis Gender terhadap Keberhasilan Program Diklat FPTP Pusbindiklat LIPI”. Penulisan skripsi ini disusun dalam rangka untuk memenuhi syarat memeroleh gelar sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Aida Vitayala Sjafri Hubeis selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan saran dan masukkan selama proses penulisan hingga tahap penyelesaikan skripsi ini. Serta seluruh dosen pengajar bidang studi Gender yang telah membantu memberikan masukan pada Penulis terhadap skripsi ini. Ibunda Nina Kurniasih dan Ayahanda Ismail selaku orang tua tercinta serta Rizky Zulfikar selaku kakak yang telah memberikan doa dan dukungan kepada Penulis. Didik Tryascipta yang selalu memberikan dukungan penuh terhadap Penulis, memberikan motivasi, kritik, dan saran untuk kebaikan Penulis kedepannya. Teman-teman Penulis yaitu Selvi Anggraini, Nindya Ayu Wradsari, Intan Endawaty, Wahyuni Latifah Sari, Relita Resa, Siti Chairunnisa, Sri Wahyuni, Adi Pamungkas, M. Rangga Husein, Jajang Somantri dan teman-teman lainnya yang tidak bisa Penulis cantumkan satu-persatu yang selalu memberikan semangat dan dukungan dalam proses penulisan laporan ini. Tidak lupa juga Penulis mengucapkan terimakasih kepada teman-teman sesama keluarga besar Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat angkatan 45, 46, dan 47 yang memberikan segala bentuk semangat yang positif serta masukan bagi Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2013

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Masalah Penelitian 3

Tujuan Penelitian 4

Kegunaan Penelitian 4

TINJAUAN PUSTAKA 7

Diklat 7

Definisi Gender 8

Keadilan dan Kesetaraan Gender 9

Pembagian Kerja (Peran) Gender 10

Gender dalam Pembangunan 11

Isu Ketimpangan Gender dalam Pekerjaan 13

Analisis Gender dalam Program Diklat 14

Pusat Pembinaan Diklat (Pusbindiklat) Peneliti LIPI 16

Kerangka Pemikiran 17

Hipotesis Penelitian 19

Definisi Operasional 19

METODE PENELITIAN 23

Lokasi dan Waktu 23

Teknik Pengumpulan Data 23

Teknik Pemilihan Informan dan Responden 24

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 24

GAMBARAN UMUM PROFIL ORGANISASI 27

Visi dan Misi Organisasi 28

Struktur Organisasi Pusbindiklat LIPI 29

Program dan Fasilitas 30

Program Jangka Panjang 30

Program Tahunan 30

Sarana dan Prasarana 30

Syarat Keikutsertaan Peserta Diklat FPTP 31

Materi Utama Diklat 31

KARAKTERISTIK PESERTA DIKLAT FPTP 33

Umur 33

Status Pernikahan 34

Lama Bekerja 35

Tingkat Pendapatan 36

(11)

ANALISIS GENDER TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM DIKLAT

FPTP 39

Akses Peserta terhadap Sumberdaya Diklat FPTP 39 Kontrol Peserta terhadap Sumberdaya Diklat FPTP 42 ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN KESETARAAN GENDER TERHADAP SUMBERDAYA DIKLAT FPTP 45

Hubungan Umur dengan Akses terhadap Sumberdaya Diklat FPTP 46 Hubungan Umur dengan Kontrol terhadap Sumberdaya Diklat FPTP 47 Hubungan Status Pernikahan dengan Akses terhadap Sumberdaya Diklat FPTP

47

Hubungan Status Pernikahan dengan Kontrol terhadap Sumberdaya Diklat FPTP

49

Hubungan Lama Bekerja dengan Akses terhadap Sumberdaya Diklat FPTP 49 Hubungan Lama Bekerja dengan Kontrol terhadap Sumberdaya Diklat

FPTP 51

Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Akses terhadap Sumberdaya Diklat

FPTP 51

Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Kontrol terhadap Sumberdaya

Diklat FPTP 53

Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Akses terhadap Sumberdaya Diklat

FPTP 53

Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Kontrol terhadap Sumberdaya

Diklat FPTP 54

KEBERHASILAN PROGRAM DIKLAT FUNGSIONJAL PENELITI

TINGKAT PERTAMA 57

Pemenuhan Kebutuhan Praktis Peserta terhadap Sumberdaya Diklat FPTP 57 Pemenuhan Kebutuhan Strtegis Peserta terhadap Sumberdaya Diklat FPTP 58

SIMPULAN DAN SARAN 61

Simpulan 61

Saran 62

DAFTAR PUSTAKA 63

LAMPIRAN 67

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Perbedaan Seks dan Gender 8

Tabel 2 Perbedaan laki-laki dan perempuan dari aspek sifat,

fungsi, ruang lingkup, dan tanggungjawab 8

Tabel 3 Klasifikasi Peran Gender 11

Tabel 4 Definisi operasional penelitian analisis gender terhadap

keberhasilan program diklat FPTP Pusbindiklat LIPI 19 Tabel 5 Jumlah dan persentase sebaran responden peserta Diklat

FPTP periode tahun 2012 menurut golongan umur dan

jenis kelamin 33

Tabel 6 Jumlah dan persentase sebaran responden menurut status

pernikahan dan jenis kelamin peserta Diklat FPTP, 2013 34 Tabel 7 Jumlah dan persentase sebaran responden menurut lama

bekerja dan jenis kelamin peserta Diklat FPTP, 2013 35 Tabel 8 Jumlah dan persentase sebaran responden menurut

tingkat pendapatan dan jenis kelamin peserta Diklat

FPTP, 2013 36

Tabel 9 Jumlah dan persentase sebaran responden menurut tingkat pendidikan dan jenis kelamin peserta Diklat

FPTP, 2013 37

Tabel 10 Jumlah dan persentase sebaran responden menurut akses terhadap sumberdaya Diklat FPTP dan jenis kelamin,

2013 39

Tabel 11 Rangkuman nilai koefisien korelasi dan signifikansi

karakteristik individu dengan tingkat akses, 2013 42 Tabel 12 Rangkuman nilai koefisien korelasi dan signifikansi

karakteristik individu dengan tingkat kontrol, 2013 45 Tabel 13 Jumlah dan persentase sebaran responden menurut

kontrol terhadap Diklat FPTP dan jenis kelamin, 2013 45 Tabel 14 Jumlah dan persentase sebaran responden menurut umur

dan akses terhadap sumberdaya Diklat FPTP, 2013 46 Tabel 15 Jumlah dan persentase sebaran responden menurut umur

dan kontrol terhadap sumberdaya Diklat FPTP, 2013 47 Tabel 16 Jumlah dan persentase sebaran responden menurut status

pernikahan dan akses terhadap sumberdaya Diklat FPTP,

2013 48

Tabel 17 Jumlah dan persentase sebaran responden menurut status pernikahan dan kontrol terhadap sumberdaya Diklat

(13)

Tabel 18 Jumlah dan persentase sebaran responden menurut lama bekerja dan akses terhadap sumberdaya Diklat FPTP,

2013 50

Tabel 19 Jumlah dan persentase sebaran responden menurut lama bekerja dan kontrol terhadap sumberdaya Diklat FPTP,

2013 51

Tabel 20 Jumlah dan persentase sebaran responden menurut tingkat pendapatan dan akses terhadap sumberdaya

Diklat FPTP, 2013 52

Tabel 21 Jumlah dan persentase sebaran responden menurut tingkat pendapatan dan kontrol terhadap sumberdaya

Diklat FPTP, 2013 53

Tabel 22 Jumlah dan persentase sebaran responden menurut tingkat pendidikan dan akses terhadap sumberdaya Diklat

FPTP, 2013 54

Tabel 23 Jumlah dan persentase sebaran responden menurut tingkat pendidikan dan kontrol terhadap sumberdaya

Diklat FPTP, 2013 55

Tabel 24 Jumlah dan persentase sebaran responden menurut kebutuhan praktis yang dirasakan terhadap Diklat FPTP

dan jenis kelamin, 2013 57 Tabel 25 Jumlah dan persentase sebaran responden menurut

kebutuhan strategis yang dirasakan terhadap Diklat FPTP

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Analisis Gender Terhadap

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Peta Pusbindiklat LIPI Kompleks Science Center

Cibinong 67

Lampiran 2 Hasil Uji Korelasi dan Signifikansi Peserta Perempuan 68 71 Lampiran 2 Hasil Uji Korelasi dan Signifikansi Peserta Laki-laki

Lampiran 3 Kerangka Sampling dan Sampel Penelitian Peserta

Perempuan 75

Lampiran 3 Kerangka Sampling dan Sampel Penelitian Peserta

Laki-laki 77

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan bangsa yang memiliki wilayah yang cukup besar dan berbentuk kepulauan. Hal ini akan berbanding lurus dengan jumlah penduduk yang menempati berbagai daerah di Indonesia. Harapan agar tercapainya kesatuan dan persatuan bangsa tetap terjaga, maka para pendiri negara berusaha untuk membuat peraturan dan kebijakan yang mengatur kehidupan rakyatnya. Fakta bahwa komposisi rakyat Indonesia terdiri dari jenis kelamin laki-laki dan perempuan, maka para pendiri negara pun membuat suatu kebijakan yang dapat mendukung hak dan kewajiban masing-masing sebagai warga negara dengan tidak mendiskriminasikan salah satu pihak. Sesuai yang tercantum pada penyusunan UUD 1945, tidak ada satu kata pun yang mengandung unsur diskriminatif terhadap pihak perempuan ataupun laki-laki. Menurut Kantor Menteri Negara Peranan Wanita (1998) pada GBHN 1993 pun disebutkan bahwa perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan laki-laki dalam pembangunan. Selain itu, para pengambil keputusan juga telah mengesahkan konvensi penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan dalam UU No. 7 Tahun 1984. Laki-laki dan perempuan mempunyai persamaan kedudukan, hak, kewajiban, dan kesempatan dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, dan bernegara maupun dalam kegiatan pembangunan di segala bidang (Kantor Menteri Negara Peranan Wanita 1998). Kaitannya dengan kedudukan, baik laki-laki maupun perempuan mempunyai kedudukan yang sama, yaitu sebagai subjek pembangunan. Laki-laki dan perempuan mempunyai peranan yang sama dalam merencanakan, melaksanakan, memantau, dan menikmati hasil pembangunan.

(17)

yang strategis, mulai dari pembuatan kerangka kebijakan pemerintah yang berkompeten dengan sensitivitas gender sampai dengan membentuk sistem yang mampu mengakomodasi gender sebagai isu penting dalam formulasi, implementasi, dan evaluasi kebijakan. Hal-hal demikian dibutuhkan agar perempuan dan laki-laki mendapatkan porsi yang sama dalam pembangunan.

Warga negara yang memiliki akses terhadap pembangunan maksudnya yaitu masyarakat yang turut berpartisipasi dalam segala bentuk kegiatan pembangunan, termasuk salah satunya yaitu dalam hal pekerjaan. Warga negara yang bekerja baik pada sektor formal maupun informal dapat membantu perkembangan negara dari segi ekonomi. Selain itu, dengan bekerja juga dapat membantu memperbaiki taraf hidup tiap anggota masyarakat. Bidang pekerjaan pada sektor formal mempunyai kontribusi yang besar terhadap perekonomian Indonesia. Perihal struktur pendapatan dan peranan sektor formal, khususnya sektor non pertanian lebih dominan dalam kontribusinya terhadap pendapatan rumah tangga. Salah satu bidang kerja yang bergerak di sektor formal, yaitu Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) merupakan lembaga pemerintah non kementrian yang dikoordinasikan oleh Kementrian Negara Riset dan Teknologi. LIPI berwenang dalam hal memberikan rekomendasi kepada pemerintah Republik Indonesia tentang penetapan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selayaknya suatu lembaga pada umumnya tentu memiliki kebijakan, aturan, ataupun program yang memiliki ciri khas masing-masing yang menyangkut pengembangan sumberdaya tenaga kerjanya. Tanpa kinerja yang baik dari tenaga kerja dalam suatu lembaga, maka lembaga tersebut tidak akan berjalan dan berkembang sesuai dengan yang diharapkan. Sumberdaya manusia memiliki faktor kendali yang dapat menentukan keberlangsungan sebuah perusahaan (Engel 2001 dalam Mursidi 2009). Oleh karena itu, faktor sumberdaya manusia dalam hal kualitasnya dapat menentukan kualitas suatu bidang kerja yang selanjutnya akan berpengaruh juga pada masing-masing individu.

(18)

bekerja sebagai pekerja profesional dan kepemimpinan, pejabat, pelaksana, dan ketatausahaan. Peningkatan ini diharapkan berkesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan. Tetapi fakta yang terjadi di lapangan dari tahun ke tahun tetap menunjukkan bahwa pekerjaan yang membutuhkan keterampilan, profesionalisme, dan kepemimpinan masih didominasi oleh laki-laki, sedangkan perempuan hanya sebagai tenaga usaha jasa.

Melihat dari berbagai isu yang sedang berkembang di masyarakat, isu gender dalam pemberian fasilitas kerja terhadap pekerja laki-laki dan perempuan menjadi sorotan yang penting untuk diangkat. Terjadinya kesenjangan gender pada pekerjaan pun dapat terlihat cukup jelas, dimana biasanya jenis usaha formal lebih didominasi oleh laki-laki sedangkan jenis usaha informal lebih didominasi oleh perempuan. Meskipun misalnya perempuan bekerja di pada suatu jenis usaha milik keluarga, hal tersebut masih dianggap sebagai perpanjangan dari tugas domestik saja. Kesenjangan gender pada pekerjaan ini masih terlihat pada beberapa program suatu bidang kerja. Belum setara gender, berarti belum tercapainya keadilan dalam hal akses, kontrol, partisipasi, dan manfaat yang diterima oleh tenaga kerja laki-laki dan perempuan, dimana sebagian besar pihak perempuan sering berada pada posisi yang tidak lebih diuntungkan daripada laki-laki. Bahkan kemungkinan realitas yang terjadi misalnya yaitu, ketika suatu lembaga telah membuat kebijakan dan memberikan fasilitas yang sama kepada laki-laki dan perempuan, namun pada penerimaannya perempuan masih kurang merasakan manfaat dari kebijakan dan fasilitas tersebut dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini dapat disebabkan karena masih resistennya ideologi gender pada perempuan yang menganggap bahwa perempuan tidak dapat lebih berkembang dari laki-laki. Maka dari itu, perlu ditinjau kembali praktik-praktik diskriminasi apa saja yang masih terjadi pada suatu bidang kerjater hadap fasilitas yang diberikan kepada penerima program yang diduga masih terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan atau hal-hal apa saja yang menyebabkan terjadinya kesenjangan gender pada laki-laki dan perempuan agar dapat diperbaiki sehingga masing-masing pihak mendapatkan keadilan yang sama rata.

Masalah Penelitian

(19)

menjadi lebih optimal, maka lembaga tersebut berupaya untuk memberikan fasilitas kepada pekerja, salah satunya yaitu fasilitas peningkatan mutu dan kapasitas tenaga kerja melalui program pendidikan dan pelatihan.

Namun, tidak jarang dijumpai isu gender pada bidang pekerjaan. Praktik diskriminasi masih cukup terasa pada pemberian fasilitas-fasilitas kerja yang sebagian besar dirasakan oleh kaum perempuan. Selain itu diduga masih melekatnya ideologi gender pada laki-laki ataupun perempuan yang menyebabkan adanya ketimpangan gender meskipun suatu lembaga telah memberikan kesempatan atau peluang yang sama pada pekerja laki-laki maupun perempuan baik dari segi akses, kontrol, manfaat, dan partisipasi terhadap kebijakan atau fasilitas suatu program yang diberikan. Program pelatihan dan pendidikan yang dapat menunjang kapasitas kinerja karyawan untuk menghasilkan kualitas dan produktivitas kinerja yang lebih tinggi pun menjadi salah satu kegiatan yang berpeluang terjadinya kesenjangan gender. Maka dari itu, rumusan permasalahan penelitian ini adalah:

1) Bagaimana karakteristik individu peserta laki-laki dan perempuan (umur, status pernikahan, lama kerja, tingkat pendapatan, dan tingkat pendidikan) yang mengikuti program Diklat FPTP LIPI?

2) Bagaimana hubungan karakteristik individu peserta laki-laki dan perempuan terhadap tingkat kesetaraan gender (tingkat akses dan tingkat kontrol) pada program Diklat FPTP LIPI?

3) Bagaimana hubungan tingkat kesetaraan gender (tingkat akses dan tingkat kontrol) pada peserta baik laki-laki dan perempuan terhadap keberhasilan program Diklat FPTP LIPI?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1) Menganalisis karakteristik individu masing-masing peserta laki-laki dan perempuan (umur, status pernikahan, lama kerja, tingkat pendapatan, dan tingkat pendidikan) yang mengikuti program Diklat FPTP LIPI.

2) Menganalisis hubungan karakteristik individu peserta laki-laki dan perempuan terhadap tingkat kesetaraan gender (tingkat akses dan tingkat kontrol) pada program Diklat FPTP LIPI.

3) Menganalisis hubungan tingkat kesetaraan gender (tingkat akses dan tingkat kontrol) laki-laki dan perempuan peserta program Diklat terhadap keberhasilan program Diklat FPTP LIPI.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan dimanfaatkan oleh berbagai pihak, diantaranya yaitu:

1) Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memberikan pengalaman mengenai kegiatan pengembangan kapasitas kinerja melalui program Diklat yang dianalisis menggunakan teknik analisis gender. 2) Bagi Pusat Pembinaan, Pendidikan, dan Pelatihan (Pusbindiklat) LIPI

(20)

Unit kerja LIPI ini memberikan fasilitas terhadap peneliti tingkat pertama. Maka dari itu, untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas kinerja karyawan menjadi lebih optimal Pusbindiklat LIPI memberikan fasilitas berupa program Diklat untuk peneliti, baik laki-laki maupun perempuan sebagai calon ilmuwan sekaligus Pejabat Fungsional Peneliti di lingkungan instansi pemerintah. Melalui penelitian ini, diharapkan pihak yang menyelenggarakan program Diklat dapat memberikan fasilitas yang adil dan setara berdasarkan kebutuhan praktis gender dan kebutuhan strategis gender peserta laki-laki dan perempuan.

3) Bagi masyarakat umum, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan informasi mengenai program Diklat yang dapat memengaruhi kapasistas serta kualitas karyawan dalam bekerja, serta mengetahui isu gender yang terdapat dalam segala bidang kehidupan masyarakat khsusnya pada program Diklat.

(21)
(22)

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bagian ini, disajikan tinjauan literatur yang berkaitan dengan beberapa konsep yang dibahas dan digunakan dalam penelitian ini. Tinjauan literatur tersebut diantaranya yaitu konsep pelatihan dan pendidikan, definisi gender, teori analisis gender, keadilan dan kesetaraan gender, peran (pembagian kerja) gender, serta analisis gender pada program pelatihan dan pendidikan.

Diklat

Menurut Nurhalis (2007), pendidikan adalah usaha-usaha untuk membina kepribadian dan mengambangkan kemampuan manusia yang berlangsung seumur hidup dengan menggunakan metode teori. Sedangkan pelatihan adalah bagian dari pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk meningkatkan dan memeroleh keterampilan dalam waktu yang relatif singkat dengan menggunakan metode praktek. Pendidikan pengembangan kemampuan dan jati diri peserta didik sebagai kepribadian yang utuh melalui program pengajaran yang diarahkan melalui kurikulum program studi. Pendidikan mempunyai tugas mempersiapkan sumberdaya manusia untuk pembangunan. Pelatihan merupakan suatu pendidikan jangka pendek bagi karyawan operasional untuk memeroleh keterampilan teknis operasional secara sistematis.

Setiap karyawan tentu memiliki keinginan untuk dapat mengembangkan karirnya. Maka dari itu, dibutuhkan sikap mental dari masing-masing individu karyawan untuk berusaha mencari peluang atau kesempatan untuk terus memperbaiki mutu kerja. Menurut Simanjuntak (2001) dalam Nurhalis (2007) meyatakan bahwa faktor-faktor yang dapat memengaruhi produktivitas kerja adalah: pendidikan, keterampilan, kedisiplinan, motivasi, sikap dan etika kerja, gizi dan kesehatan, tingkat penghasilan, jaminan sosial, teknologi, manajemen, sasaran produksi, dan kesempatan berprestasi.

(23)

Definisi Gender

Menurut Hubeis (2010), gender adalah konstruksi sosial yang mengacu pada perbedaan sifat perempuan dan laki-laki yang tidak didasarkan pada perbedaan biologis tetapi pada nilai-nilai sosial budaya yang menentukan peranan perempuan dan lelaki dalam kehidupan perseorangan (pribadi) dan dalam tiap bidang masyarakat yang menghasilkan peran gender. Dengan kata lain gender adalah konsep yang merujuk pada suatu sistem peranan dan hubungan antara laki-laki dan perempuan yang tidak ditentukan oleh perbedaan biologis, namun ditentukan oleh lingkungan sosial, budaya, politik, dan ekonomi. Sedangkan seks menurut BKKBN (2007) adalah perbedaan jenis kelamin yang ditentukan secara biologis. Seks melekat pada fisik sebagai alat reproduksi. Oleh karena itu, seks merupakan kodrat atau ketentuan Tuhan sehingga bersifat permanen dan universal.

Bentukan sosial antara laki-laki dan perempuan antara lain: perempuan dikenal sebagai makhluk yang lemah lembut, cantik, emosional, atau keibuan, sedangkan laki-laki dianggap sebagai makhluk yang kuat, rasional, jantan, dan perkasa. Perbedaan peran dan fungsi gender pada laki-laki maupun perempuan tidak ditentukan biologis atau kodrati, melainkan dibedakan berdasarkan peran, fungsi, dan kedudukan masing-masing pada berbagai bidang kehidupan. Berikut perbedaan yang jelas antara konsep gender dengan seks menurut BKKBN (2007): Tabel 1 Perbedaan seks dan gender

Gender Seks/ Jenis kelamin

 Bisa berubah

 Dapat dipertukarkan  Tergantung musim

 Tergantung budaya masing-masing  Bukan kodrat (buatan masyarakat)

 Tidak bisa berubah

 Tidak dapat dipertukarkan  Berlaku sepanjang masa  Berlaku dimana saja

 Kodrat (ciptaan tuhan): perempuan menstruasi, hamil, menyusui, melahirkan

Menurut BKKBN (2007) laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan yang dapat dilihat dari aspek sifat, fungsi, ruang lingkup, dan tanggung jawab seperti yang dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 2 Perbedaan laki-laki dan perempuan dari aspek sifat, fungsi, ruang lingkup, dan tanggungjawab

Aspek Laki-laki Perempuan

(24)

Keadilan dan Kesetaraan Gender

Setiap aspek kehidupan bermasyarakat yang masih didominasi oleh budaya patriarki, akan menimbulkan kesenjangan peran antara laki-laki dengan perempuan. Pemberian hak dan tanggung jawab dari masing-masing sebagai makhluk sosial pihak masih cukup banyak dijumpai bentuk ketidakadilan dan ketidaksetaraan, khususnya pada kaum perempuan. Keadilan gender (gender equity) adalah proses untuk berlaku adil pada perempuan (Hubeis 2010). Instruksi presiden dalam pedoman PUG dalam Pembangunan Nasional mendefinisikan kesetaraan gender sebagai kesamaan kondisi bagi perempuan dan laki-laki untuk memeroleh kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi, sosial, budaya pertahanan dan keamanan, serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan. Keadilan gender adalah suatu proses untuk menjadi lebih adil terhadap perempuan dan laki-laki. Konsep Kesetaraan Gender dalam pelaksanaan peraturan kerja perusahaan berarti kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memeroleh kesempatan serta hak-haknya sebagai pekerja, agar dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik dan meningkatkan produktivitas kerja serta kesamaan dalam menikmati hasilnya (Hubeis 2010). Wujud Kesetaraan dan Keadilan Gender (Reilly 2005) adalah: 1) Akses, yaitu kesempatan yang sama bagi perempuan dan laki-laki pada

sumberdaya pembangunan

2) Partisipasi, yaitu perempuan dan laki-laki memilih hak dan kepentingan untuk terlibat dalam setiap proses pengambilan keputusan

3) Kontrol, yaitu perempuan dan laki-laki memiliki kekuasaan yang sama pada sumberdaya pembangunan

4) Manfaat, yaitu pembangunan harus mempunyai manfaat yang sama bagi perempuan dan laki-laki

Terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara laki-laki dan perempuan, dengan demikian keduanya memeroleh akses, kesempatan berpartisipasi, dan kontrol atas pembangunan serta memeroleh manfaat yang setara dan adil dalam pembangunan. Memiliki akses dan partisispasi berarti laki-laki dan perempuan memiliki hak dan kepentingan untuk terlibat dalam setiap proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kepentingannya. Memiliki kontrol berarti memiliki kewenangan penuh untuk mengambil keputusan atas penggunaan dari hasil pembangunan dan sumberdaya, sehingga laki-laki dan perempuan memeroleh manfaat yang sama dari pembangunan. Manfaat yang diterima atau dirasakan oleh kaum laki-laki dan perempuan dalam perspektif gender adalah terpenuhinya kebutuhan praktis dan kebutuhan strategis.

(25)

atau diskriminasi gender. Adapun bentuk-bentuk ketidakadilan gender menurut Simatauw et al. (2001), yaitu:

1) Marjinalisasi (peminggiran) ekonomi

Lemahnya kesempatan perempuan meliputi akses dan kontrol perempuan terhadap sumber-sumber ekonomi, seperti tanah, kredit, dan pasar. Perempuan dipinggirkan dalam berbagai kegiatan yang lebih memerlukan laki-laki.

2) Subordinasi (penomorduaan)

Keyakinan bahwa salah satu jenis kelamin lebih baik, lebih penting, atau lebih diutamakan dibandingkan jenis kelamin yang lain. Terdapat batasan-batasan yang berasal dari kultural, agama, atau kebijakan terhadap perempuan dalam melakukan sesuatu. Perempuan cenderung tidak memiliki peluang untuk mengambil keputusan bahkan yang menyangkut dengan dirinya sendiri. Perempuan diharuskan tunduk terhadap keputusan yang dibuat oleh laki-laki. Laki-laki sebagai pencari nafkah utama dan perempuan hanya sebagai pencari nafkah tambahan.

3) Beban kerja berlebih (over burden)

Adanya pembagian peran meliputi produktif, reproduktif, memelihara masyarakat, dan politik masyarakat. Perempuan biasanya hanya memiliki tiga peran yaitu produktif, reproduktif, dan memelihara masyarakat. Sedangkan peran laki-laki hanya dominan pada peran produktif dan politik masyarakat. 4) Cap negatif (Stereotype)

Pelabelan negatif pada salah satu jenis kelamin, dan umumnya perempuan. Perempuan digambarkan sebagai sosok yang emosional, tidak rasional, lemah, dan lainnya. Padahal laki-laki juga dapat berperilaku seperti demikian. Pelabelan negatif dapat melahirkan ketidakadilan yang merugikan dan berdampak buruk bagi salah satu pihak.

5) Kekerasan (Violence)

Kekerasan terhadap kaum perempuan, baik berupa kekerasan fisik, ataupun psikologis. Kekerasan terjadi akibat dari adanya konstruksi sosial yang sering dibudayakan di dalam masyarakat.

Peran (pembagian kerja) Gender

Identitas gender adalah definisi sesorang tentang dirinya, khususnya tentang dirinya sebagai perempuan atau laki-laki yang merupakan interaksi kompleks antara kondisi biologisnya sebagai perempuan dan berbagai karakteristik perilakunya yang ia kembangkan sebagai hasil proses sosialisasinya (Sadli dan Padmonodewo 1995). Peran merupakan suatu status yang dijalankan oleh seorang individu yang berada pada suatu kelompok atau situasi sosial tertentu. Maksud dari peran gender menurut Hubeis (2010):

(26)

Secara universal peran gender antara laki-laki dan perempuan diklasifikasikan ke dalam tiga peran pokok, yaitu peran reproduktif (domestik), peran produktif (publik) dan peran sosial (masyarakat), Hubeis (2010):

1) Peran Reproduktif (domestik)

Merupakan peran yang dilakukan seseorang untuk melakukan kegiatan yang terkait dengan pemeliharaan sumberdaya insani (SDI) dan tugas kerumahtanggaan. Tidak jarang kegiatan reproduktif ini tidak dianggap sebagai suatu pekerjaan yang konkret dan tidak diperhitungkan sebagai pekerjaan produktif yang menghasilkan pendapatan.

2) Peran Produktif

Merupakan peran yang menyangkut pekerjaan yang menghasilkan barang dan jasa perihal kebedaan tanggung jawab antara laki-laki dengan perempuan. Misalnya laki-laki identik melakukan pekerjaan yang berat dengan menggunakan bantuan mesin, sedangkan perempuan melakukan pekerjaan yang ringan.

3) Peran Masyarakat (sosial)

Peran masyarakat terkait dengan kegiatan jasa partisipasi politik. Kegiatan jasa masyarakat banyak yang bersifat relawan dan biasanya dilakukan oleh perempuan. Sedangkan kegiatan politik di masyarakat terkait dengan status dan kekuasaan seseorang, sehingga pada umumnya dilakukan oleh laki-laki.Terdapat klasifikasi tiga peran gender (Hubeis 2010):

Tabel 3 Klasifikasi peran gender

Gender Reproduktif Produktif Sosial Perempuan Peran utama: Laki-laki Bapak kepala

rumah tangga

(27)

dengan laki-laki menyebabkan produktivitas perempuan cenderung lebih rendah daripada laki-laki.

Menurut Mosse (1996) beberapa unsur penting dari suatu proses pembangunan, misalnya:

1) penanggulangan kemiskinan;

2) keterlibatan semua orang secara adil dalam perekonomian;

3) perbaikan kualitas hidup perempuan dan laki-laki berkenaan dengan akses tehadap barang dan jasa yang esensial, bersama-sama dengan informasi yang diperlukannya untuk membuat pilihan;

4) penciptaan berbagai macam basis produktif untuk memenuhi kebutuhan penduduk dan memungkinkan keadaan perekonomian negara berubah dalam perekonomian internasional;

5) pembentukan kembali pembagian kerja seksual;

6) penciptaan pranata politik yang melindungi dan memungkinkan pelaksanaan hak asasi warganegara dan sosial (termasuk hak-hak perempuan), dan menyediakan kondisi-kondisi bagi akses terhadap hak-hak ini dalam cara yang memungkinkan konflik sosial dipecahkan secara damai; dan

7) pengahargaan terhadap nilai kultural dan aspirasi berbagai kelompok sosial. Disamping isu-isu ketimpangan gender dalam pembangunan yang terjadi saat ini, terutama dalam hal pekerjaan, pemerintah pun melakukan upaya dengan menetapkan peraturan tentang ketenagakerjaan khusus untuk perempuan, salah satunya yaitu pemerintah telah meratifikasi Covention of Elimination All Forms of Discrimination Againts Women (CEDAW) menjadi undang-undang No.7/1984 tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan untuk melindungi perempuan dari berbagai praktik diskriminasi. Pada bagian III Pasal 11 mengenai ketenagakerjaan Ayat 1 mengemukakan tentang hal yang penting untuk diperhatikan, yaitu untuk menghapus diskriminasi terhadap perempuan di lapangan pekerjaan guna menjamin hak-hak yang sama atas dasar persamaan antara laki-laki dan perempuan, dalam hal:

1) Hak untuk bekerja sebagai hak asasi manusia;

2) Hak atas kesempatan kerja yang sama termasuk dalam hal seleksi;

3) Hak memilih profesi dan pekerjaan, mendapat promosi, jaminan pekerjaan, semua tunjangan, serta fasilitas kerja, pelatihan kejuruan, dan pelatihan ulang; 4) Hak menerima upah yang sama termasuk tunjangan, termasuk persamaan

perlakuan dalam hal penilaian kualitas kerja;

5) Hak atas jaminan sosial, khususnya dalam pensiun, pengangguran, sakit, cacat, lanjut usia, serta lain-lain, ketidakmampuan untuk bekerja, hak atas masa cuti yang dibayar; dan

6) Hak atas perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja, termasuk usaha perlindungan terhadap fungsi melanjutkan keturunan.

Peraturan mengenai masa cuti diatur dalam pasal 104 yang berisi mengenai: 1) Pekerja perempuan tidak boleh diwajibkan bekerja pada hari pertama dan

kedua waktu haid;

(28)

3) Pekerja perempuan harus diberi istirahat selama satu bulan sebelum saatnya menurut perhitungan dokter/ bidan melahirkan anak dan dua bulan sesudah melahirkan;

4) Pekerja perempuan mengalami gugur kandungan diberi istirahat selama satu setangah bulan; dan

5) Waktu istirahat sebelum saat pekerja perempuan menurut perhitungan dokter/ bidan melahirkan anak, dapat diperpanjang sampai selama-lamanya tiga bulan, jika dalam suatu keterangan dokter dinyatakan bahwa dalam hal itu perlu untuk menjaga kesehatannya.

Isu Ketimpangan Gender dalam Pekerjaan

Praktek manajemen sumberdaya manusia mengalami isu sensitif berkenaan dengan keanekaragaman pekerja. Isu ini tampak pada perbedaan individu yang berperan sebagai pekerja, seperti suku, ras, agama, dan jenis kelamin termasuk di dalamnya adalah peran perempuan yang dapat dikaitkan dengan isu gender dalam management development. MSDM merupakan instrumen utama organisasi dalam menggunakan (utilisasi) aset terpenting, yakni manusia secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Melalui kebijakan MSDM, organisasi mampu menyusun program yang semakin beragam dengan melahirkan serangkaian kegiatan alternatif yang mengedepankan empati organisasi terhadap kualitas kehidupan kerja (quality of life). Pegawai tidak hanya mendapat jaminan kesehatan yang diukur semata dari nilai material berupa gaji yang memadai, namun juga mendapat perlindungan immaterial berupa keselamatan, keadilan, dan kenyamanan dalam bekerja (Irianto 2007).

Adanya budaya patriarkhi yang masih dominan mengakibatkan terciptanya pelabelan terhadap kaum perempuan. Anggapan yang menilai bahwa perempuan pada dasarnya memiliki sifat yang cenderung lemah, lembut, memelihara dan rajin berakibat bahwa perempuan sangatlah cocok mengerjakan pekerjaan domestik atau pekerjaan rumah tangga. Apabila perempuan memiliki pekerjaan di luar pekerjaan rumah tangga, maka ia memikul beban kerja ganda. Bias gender mengakibatkan beban kerja tersebut seringkali diperkuat dan disebabkan oleh adanya pandangan atau keyakinan di masyarakat bahwa pekerjaan yang dianggap masyarakat sebagai jenis “pekerjaan perempuan” seperti semua pekerjaan domestik, dianggap dan dinilai lebih rendah dibandingkan dengan jenis pekerjaan yang dianggap sebagai “pekerjaan laki-laki” serta dikategorikan sebagai “bukan produktif” sehingga tidak diperhitungkan dalam statistik ekonomi negara (Fakih 1999).

(29)

teori mengenai kesetaraan gender yang telah dimasukkan dalam perencanaan pembangunan tidak akan sesuai dengan kejadian yang sesungguhnya. Budaya patriarki menggambarkan dominasi laki-laki atas perempuan dan anak di dalam keluarga dan berlanjut pada dominasi laki-laki dalam semua lingkup kemasyarakatan lainnya. Pelanggaran di berbagai bentuk ketidakadilan pada kehidupan sosial cenderung lebih merugikan kaum perempuan daripada laki-laki. Akibatnya posisi perempuan tersubordinasi sekaligus terlemahkan.

Faktor yang menyebabkan ketidakseimbangan atau ketidakadilan gender adalah akibat gender yang telah dikonstruksi secara sosial dan budaya. Menurut Fakih (1999), ketimpangan atau ketidakadilan gender termanifestasikan ke dalam beberapa bentuk, salah satunya yaitu marginalisasi. Praktik marginalisasi berarti peminggiran terhadap kaum perempuan, yang meliputi empat dimensi (Scott 1996):

1) Marginalisation as exclusion from productive employment (sebagai proses pengucilan), bahwa perempuan dikucilkan dari jenis kerja upahan tertentu; 2) Marginalisation as concentration on the margins of the labor market (sebagai

proses pergeseran perempuan ke pinggiran dari pasar tenaga kerja), dimana posisi perempuan dalam sektor publik terpinggirkan pada jenis-jenis pekerjaan yang berupah rendah, kondisi kerja buruk, dan tidak memiliki kestabilan kerja;

3) Marginalisation as feminisation or segregation (sebagai proses feminisasi atau segregasi). Feminisasi adalah penggunaan tenaga kerja perempuan untuk sektor produktif tertentu. Segregasi adalah pemisahan kegiatan-kegiatan tertentu berdasarkan jenis kelamin; dan

4) Marginalisation as economic inequality (sebagai proses ketimpangan ekonomi yang makin meningkat) yaitu pelebaran ketimpangan ekonomi antara laki-laki dan perempuan yang diindikasikan oleh perbedaan upah serta ketidaksamaan akses keuntungan dan fasilitas kerja, termasuk akses terhadap program-program pelatihan untuk pengembangan karir.

Analisis Gender Pada Program Diklat

(30)

1) Teknik Analisis Harvard 2) Moser

3) Longwe 4) Munro

5) CVA (Capacities and Vulnerabilities Analysis) 6) Analisis Longframe

Dari berbagai macam teknik analisis gender, untuk mengidentifikasi suatu program pelatihan dan pendidikan yang sesuai adalah dengan menggunakan kerangka Harvard dan Moser.

1) Model Harvard digunakan untuk melihat suatu profil gender dari suatu kelompok sosial dan peran gender dalam proyek pembangunan. Model Harvard juga dapat digunakan untuk menganalisis situasi sebelum membuat perencanaan program pembangunan. Model Harvard didasarkan pada pendekatan efisiensi WID (Woman in Development) yang merupakan kerangka analisis gender paling awal. Komponen dasar dari model Harvard yaitu:

a. Pembagian kerja: produktif, reproduktif, dan sosial budaya;

b. Akses dan kontrol terhadap sumberdaya dan manfaat yang diterima; dan c. Faktor-faktor yang memengaruhi peranan di dalam masyarakat.

Faktor-faktor yang memengaruhi aktivitas, akses, dan kontrol perempuan atas proyek pembangunan adalah, kondisi ekonomi secara umum (misalnya kemiskinan, inflasi, distribusi pendapatan), sktruktur kelembagaan (birokrasi, teknologi, skill), demografi, sosio kultural, norma-norma masyarakat dan keagamaan, Diklat, serta faktor politik. Analisis terhadap siklus proyek dilakukan untuk melihat bagaimana perencanaan, pelaksanaan, dan dampaknya terhadap perempuan (Handayani dan Sugiarti 2008).

2) Model Moser adalah suatu teknik analisis yang membantu perencana atau peneliti dalam menilai, mengevaluasi, merumuskan usulan dalam tingkat kebijaksanaan program dan proyek yang lebih peka gender dengan menggunakan pendekatan terhadap persoalan perempuan (kesetaraan, keadilan, anti kemiskinan, efesiensi, penguatan atau pemberdayaan), identifikasi terhadap peran majemuk perempuan (reproduksi, produksi, sosial budaya), serta identifikasi kebutuhan praktis dan kebutuhan strategis. Komponen dasar dari model Moser ini, yaitu:

a. Pembagian peran produktif, reproduktif, dan sosial budaya; b. Kebutuhan praktis (menyangkut kondisi); dan

(31)

Pusat Pembinaan Diklat (Pusbindiklat) LIPI

Pusat Pembinaan Diklat LIPI (Pusbindiklat LIPI) merupakan unit kerja eselon II berdasarkan Keputusan Kepala LIPI No. 3212/M/2004 yang mengemban fungsi LIPI sebagai Pembina Peneliti Nasional dan bertanggung jawab terhadap standar mutu Diklat penelitinya, baik standar mutu Diklat Fungsional Peneliti, Diklat Teknis Pendukung, maupun standar mutu terhadap pembinaan jabatan peneliti beserta pelayanannya. Tugas yang diemban Pusbindiklat LIPI adalah: 1) Melaksanakan urusan kepegawaian, keuangan, persuratan, perlengkapan,

rumah tangga, dan ketertiban serta pemeliharaan sarana dan prasarana;

2) Melaksanakan penyusunan program, kurikulum, materi, pengkajian, dan evaluasi pembinaan serta Diklat;

3) Melaksanakan koordinasi dan penyelenggaraan Diklat fungsional peneliti pusat dan daerah, serta Diklat teknis serta kedinasan bagi pegawai LIPI; 4) Melaksanakan penyiapan bahan penilaian angka kredit dan penetapan angka

kredit serta akreditasi, penyuluhan dan informasi jabatan fungsional peneliti pusat dan daerah.

Adapun tujuan umum dari Pusat Pembinaan Diklat (Pusbindiklat) LIPI, adalah sebagai berikut:

1) Meningkatkan penguasaan pengetahuan, keahlian, dan keterampilan serta meningkatkan profesionalisme dalam bidang penelitian;

2) Menanamkan pola pikir yang dinamis dan komprehensif untuk melaksanakan tugas-tugas umum pemerintah, khususnya bidang penelitian;

3) Memantapkan semangat pengabdian dan berorientasi pada pelayanan profesional dan pengembangan partisipasi masyarakat dalam pembangunan; 4) Meningkatkan kesadaran darma bakti PNS kepada negara dan pemerintah RI

melalui bidang penelitian.

Visi dari Pusat Pembinaan Diklat (Pusbindiklat) LIPI, yaitu:

Prima dalam Pelayanan, Unggul dalam Pembinaan dan Pengembangan Peneliti”

Sedangkan Misi Pusat Pembinaan Diklat (Pusbindiklat) LIPI, yaitu:

1) Membina dan mengembangkan jabatan peneliti untuk mampu menjawab tantangan pembangunan serta mampu menjadi acuan bagi fungsional lainnya; 2) Menjalin kemitraan dan kerjasama antar instansi Departemen dan lembaga internasional, nasional, dan daerah dalam menumbuhkan kesamaan persepsi penelitian dan pengembangannya;

3) Membentuk iklim, sarana, prasarana, dan struktur kelembagaan litbang yang produktif, inovatif, kreatif, efektif, dan efisien;

4) Mewujudkan masyarakat peneliti yang beretika dan berkarakter; 5) Tersedianya standar peraturan-peraturan peneliti secara nasional;

(32)

Kerangka Pemikiran

Program Diklat Fungsional Peneliti Tingkat Pertama (FPTP) yang dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) ditujukan untuk para peneliti atau calon peneliti di seluruh Indonesia. Program ini diselenggarakan secara nasional oleh bagian eselon II LIPI, yaitu Pusat Pembinaan, Pendidikan, dan Pelatihan Peneliti LIPI. Pembinaan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan karyawan baik secara teoritis, konseptual, keahlian, maupun sikap mental. Agar mampu membentuk individu yang lebih berpotensi dan berkualitas, maka pembinaan harus dilakukan secara terus-menerus. Melalui departemen yang khusus mengelola masalah Diklat dengan segala macam aspeknya maka pelaksanaan Diklat dilakukan secara teratur dan terus menerus dengan melibatkan seluruh peserta, yaitu para peneliti atau kandidat peneliti yang harus selalu siap untuk berperan serta dalam program kegiatan yang diselaraskan dengan bidang kerja masing-masing dalam rangka menjamin adanya kesempatan kerja dan perkembangan kualitas atau kemampuan dalam bidang penelitian dan pengembangan. Secara umum pelaksanaan program ini dilakukan dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta yang diperlukan dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawab sebagai peneliti, sedangkan secara khusus program Diklat ini dilakukan untuk memperluas wawasan dan membentuk kepribadian/sikap kandidat peneliti sebagai calon ilmuan sekaligus Pejabat Fungsional Peneliti di lingkungan instansi pemerintah.

(33)

Karakteristik Demografi dan Sosial Budaya Individu Terpilah Jenis Kelamin (X1) X1. 1 Umur

X1. 2 Status Pernikahan X1. 3 Lama Kerja

X1. 4 Tingkat Pendapatan X1. 5 Tingkat Pendidikan

Analisis Gender terhadap Tingkat Kesetaraan pada Program Diklat FPTP (X2) X2. 1 Tingkat Akses Peserta

terhadap Sumberdaya X2. 2 Tingkat Kontrol Peserta

terhadap sumberdaya

Keberhasilan Program Diklat FPTP (Y), dilihat

dari terpenuhinya kebutuhan praktis gender

dan kebutuhan strategis gender

Keterangan :

: Berhubungan

(34)

Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

1) Terdapat hubungan antara karakteristik individu peserta terpilah berdasarkan jenis kelamin dengan tingkat kesetaraan gender program Diklat FPTP.

a. Terdapat hubungan antara umur peserta dengan akses dalam program Diklat FPTP.

b. Terdapat hubungan antara umur peserta dengan kontrol dalam program Diklat FPTP.

c. Terdapat hubungan antara status pernikahan peserta dengan akses dalam program Diklat FPTP.

d. Terdapat hubungan antara status pernikahan peserta dengan kontrol dalam program Diklat FPTP.

e. Terdapat hubungan antara lama kerja peserta dengan akses dalam program Diklat FPTP.

f. Terdapat hubungan antara lama kerja peserta dengan kontrol dalam program Diklat FPTP.

g. Terdapat hubungan antara tingkat pendapatan peserta dengan akses dalam program Diklat FPTP.

h. Terdapat hubungan antara tingkat pendapatan peserta dengan kontrol dalam program Diklat FPTP.

i. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan peserta dengan akses dalam program Diklat FPTP.

j. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan peserta dengan kontrol dalam program Diklat FPTP.

2) Terdapat pengaruh antara tingkat kesetaraan gender dalam program Diklat FPTP dengan keberhasilan program.

a. Terdapat pengaruh antara akses peserta program Diklat FPTP dengan keberhasilan program Diklat FPTP.

b. Terdapat pengaruh antara kontrol peserta program Diklat FPTP dengan keberhasilan program Diklat FPTP.

Definisi Operasional

(35)

Tabel 4 Definisi operasional penelitian analisis gender terhadap keberhasilan program diklat FPTP Pusbindiklat LIPI

No. Variabel Definisi Pengukur Data Skala Pengukuran 1. Karakteristik Individu Peserta Program Diklat FPTP

a. Umur Rentang kehidupan

Jumlah rata-rata uang yang diterima peserta atas pekerjaan utama dan sampingan setiap bulan sekolah tertinggi yang ditamatkan oleh

2. Tingkat Kesetaraan Gender Pada Program Diklat FPTP a. Akses kegiatan Diklat, hak-hak perempuan, fasilitas yang memadai (sanitasi, air minum, kantin, kamar asrama, tempat ibadah, sarana kesehatan), suasana selama kegiatan Diklat yang sehat.

(36)

Lanjutan Tabel

No. Variabel Definisi Pengukur Data Skala Pengukuran 3. Keberhasilan Program Diklat FPTP

Tingkat Keberhasilan

(37)
(38)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu

Penelitian Analisis Gender Terhadap Keberhasilan Program Diklat FPTP LIPI dilakukan di Pusat Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan LIPI yang berada di Cibinong, Kabupaten Bogor. Diklat FPTP merupakan kepanjangan dari Diklat Fungsional Peneliti Tingkat Pertama yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan LIPI (Pusbindiklat LIPI). Pusbindiklat LIPI merupakan unit kerja eselon II berdasarkan Keputusan Kepala LIPI No. 3212/M/2004 yang mengemban fungsi LIPI sebagai Pembina Peneliti Nasional dan bertanggung jawab terhadap standar mutu Diklat penelitinya, baik standar mutu Diklat Fungsional Peneliti, Diklat Teknis Pendukung, maupun standar mutu terhadap pembinaan jabatan peneliti beserta pelayanannya. Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive). Pemilihan lokasi dilakukan karena telah melakukan survey langsung ke kantor Pusbindiklat LIPI yang berada di Kompleks Cibinong Science Center Jalan Raya Bogor Km. 46, Cibinong-Bogor. Pemilihan lokasi ini didasarkan atas beberapa pertimbangan: (1) lokasi tersebut sesuai dengan topik penelitian dimana terdapat program Diklat dengan peserta yaitu para calon peneliti yang berasal dari berbagai Balai Penelitian dan Pengembangan (litbang) suatu lembaga, baik laki-laki maupun perempuan, (2) program Diklat yang diselenggarakan merupakan prasyarat bagi para calon peneliti yang sudah PNS untuk mengembangkan kapasitasnya sebagai peneliti. Penelitian dilaksanakan dalam jangka waktu enam bulan, mulai dari bulan Januari hingga Juni 2013 (lampiran 3) kegiatan penelitian meliputi penyusunan proposal skripsi, kolokium, pengambilan data lapangan, penulisan draft skripsi, sidang skripsi, dan perbaikan laporan penelitian.

Teknik Pengumpulan Data

(39)

Teknik Pemilihan Informan dan Responden

Responden adalah individu yang memberikan keterangan atau informasi mengenai dirinya sendiri melalui pengisian kuesioner yang diberikan oleh peneliti. Sedangkan informan adalah individu yang memberikan informasi mengenai dirinya sendiri juga mampu memberikan informasi mengenai pihak lain (Prastiwi dan Sumarti 2011). Pada penelitian responden yang dimaksud adalah para peneliti atau calon peneliti LIPI yang berstatus pegawai negeri sipil (PNS) yang pernah mengikuti program Diklat FPTP periode tahun 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta yang mengikuti program Diklat FPTP yang bekerja di LIPI bagian wilayah Cibinong dan responden dipilih sebanyak 30 orang yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 15 orang perempuan. Penentuan responden dilakukan dengan cara purposive karena tidak semua peserta Diklat dalam satu periode dijadikan responden, melainkan dipilih secara sengaja para peserta Diklat LIPI yang bertugas atau bekerja di wilayah LIPI Cibinong dengan tujuan untuk memudahkan pengambilan data kuantitatif dan kualitatif dari masing-masing responden.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data penelitian yang telah dikumpulkan ini kemudian diolah secara kuantitatif. Apabila data telah terkumpul, hal yang dilakukan selanjutnya adalah melakukan pengkodean data. Kegiatan pengkodean ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan kemudahkan dalam memasukkan data. Hal selanjutnya yang dilakukan setelah pengkodean data adalah pemberian skor yang kemudian dilakukan perhitungan persentase jawaban responden yang dibuat dalam bentuk tabel frekuensi dan tabulasi silang menggunakan Microsoft Excel 2007 dan SPSS Statistics17.00. Data kuantitatif yang diolah menggunakan tabel frekuensi dan tabulasi silang digunakan untuk menyajikan gambaran hubungan data terpilah berdasarkan jenis kelamin (laki-laki dan perempuan) dengan karakteristik individu peserta Diklat FPTP dengan kesetaraan gender pada program Diklat FPTP, dan tingkat keberhasilan Diklat FPTP. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman untuk mencari hubungan atau menguji signifikansi hipotesis asosiatif bila masing-masing variabel yang dihubungkan berbentuk ordinal dan sumber data antar variabel tidak harus sama (Sugiyono 2011).

Menurut Sarwono (2009), korelasi atau koefisien korelasi adalah pengukuran statistik kovarian atau asosiasi antara dua variabel. Besarnya koefisien korelasi berkisar antara +1 sampai dengan -1. Koefisien korelasi menunjukkan kekuatan hubungan linier dan arah hubungan dua variabel acak. Jika koefisien korelasi positif, maka kedua variabel memiliki hubungan searah. Artinya, jika nilai variabel X tinggi, maka variabel Y akan tinggi juga. Sebaliknya, jika koefisien korelasi negatif, maka kedua variabel mempunyai hubungan terbalik. Artinya, jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan rendah. Adapun kriteria kekuatan hubungan antara dua variabel, yaitu: 1) 0 : Tidak ada korelasi antara dua variabel

(40)

4) >0,5 – 0,75 : Korelasi Kuat

5) >0,75 – 0,99 : Korelasi sangat kuat 6) 1 : Korelasi sempurna

Agar dapat mengetahui apakah hubungan antara dua variabel tersebut signifikan atau tidak. Signifikansi/ probabilitas/ α memberikan gambaran mengenai bagaimana hasil riset/ penelitian mempunyai kesempatan untuk benar. Nilai signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 0,01 dan 0.05. Nilai signifikansi 0,01 artinya hasil riset/ penelitian mempunyai kesempatan untuk besar sebesar 99% dan untuk salah sebesar 1%. Sedangkan nilai signifikansi 0,05 artinya tingkat kepercayaannya sebesar 95% (Sarwono 2009). Adapun kriteria pengujian signifikansi pada SPSS, yaitu:

1) Jika angka signifikansi hasil riset/ penelitian <0,05 atau <0,01 maka hubungan kedua variabel signifikan

(41)
(42)

GAMBARAN UMUM PROFIL ORGANISASI

Pusat Pembinaan, Pendidikan, dan Pelatihan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (Pusbindiklat Peneliti LIPI) merupakan unit kerja eselon II yang berada di bawah Sekretariat Utama LIPI berdasarkan Keputusan Kepala LIPI No 3212/M/2004 dipimpin oleh seorang Kepala Pusat (Eselon II A) yang bertanggung jawab kepada Kepala LIPI. Berdasarkan Keputusan Kepala LIPI Nomor 3212/M/2004 Tanggal 28 Oktober 2004 tentang Perubahan atas Keputusan Kepala LIPI Nomor 1151/M/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja LIPI, Pasal 378A menyatakan bahwa Pusbindiklat LIPI mempunyai tugas melaksanakan pembinaan, pendidikan, dan pelatihan serta pengembangan jabatan fungsional peneliti, baik untuk peneliti Pusat maupun Daerah, dan penyelenggaraan Diklat bagi pegawai LIPI, serta melaksanakan kerjasama, jasa dan informasi, dalam rangka meningkatkan kompetensi peneliti dan kapasitas institusi penelitian dan pengembanganya di Pusat dan Daerah. Pusbindiklat LIPI merupakan bagian dari LIPI dan di bawah koordinasi Sekretariat Utama LIPI, melalui:

1) Penguatan kompetensi inti (competence building) melalui Diklat yang bermutu dan berkualitas;

2) Mendukung pemanfaatan SDM dengan membuka kesempatan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan;

3) Pembinaan terhadap peneliti melalui sistem penilaian jabatan yang mendukung pengembangan karir dan peningkatan kompetensi inti;

4) Mendukung perbaikan insentif bagi peneliti dan memberikan penghargaan bagi peneliti yang berprestasi serta menduduki jenjang paling tinggi dengan dikukuhkan sebagai profesor riset; dan

5) Penyusunan peraturan atau kajian untuk pengembangan jabatan fungsional peneliti sebagai unsur utama pengembangan iptek.

Latar belakang dibentuknya organisasi ini adalah adanya prospek perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang tidak terlepas dari kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan yang akan dihadapi, serta perubahan lingkungan strategis yang terjadi baik di dalam maupun di luar organisasi. Kemajuan peradaban manusia juga merupakan indikator penting dalam melihat perkembangan IPTEK, karena melalui perkembangan dan kemajuan IPTEK kualitas SDM dan organisasi dalam mencapai keunggulannya akan dapat mendayagunakan sumber daya yang dimiliki. Kunci dari keunggulan SDM dalam perkembangan suatu bangsa atau negara di masa yang akan datang terletak pada efektivitas penerapan IPTEK serta dibarengi dengan kemampuan SDM yang harus berpikir secara sistematis dalam melakukan analisis terhadap berbagai masalah organisasi. Sehingga, agar dapat menghadapi tantangan dan era global yang diikuti pesatnya arus informasi, LIPI mempunyai tanggung jawab untuk: 1) Mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagai manifestasi tanggung jawab kepada

(43)

2) Mempertinggi kompetensi keilmuan untuk memberi sumbangan yang berarti bagi perkembangan dunia ilmu pengetahuan yang bersifat multi-disiplin; dan

3) Menjalin hubungan yang saling bermanfaat dengan para pemegang kepentingan (stakeholders) dan pengguna (users) dalam usaha pembangunan ekonomi nasional.

Oleh karena itu, LIPI sebagai lembaga yang bersifat dan mewadahi komunitas ilmiah (scientific community) harus menjunjung tinggi etika ilmiah (science ethics), memegang teguh integritas ilmiah (scientific integrity) yang sesuai dengan konvensi dan nilai-nilai ilmiah (scientific convention) yang berlaku. Dengan demikian LIPI dapat lebih berfungsi sebagai lembaga referensi/rujukan ilmiah (scientific reference) maupun sebagai penengah dalam konflik-konflik prinsip keilmuan (scientific arbitary).

Visi dan Misi Organisasi Visi

Dari uraian seperti dikemukakan di atas, tampak bahwa penyusunan dan penataan kembali organisasi Pusat Pembinaan, Pendidikan, dan Pelatihan (Pusbindiklat) LIPI merupakan kebutuhan yang sangat mendesak guna melaksanakan tugas, fungsi dan kewenangan yang diembannya secara lebih profesional sesuai dengan visi yang ditetapkan dalam rencana kegiatan tahun 2010-2014, yaitu:

Prima dalam Pelayanan, Unggul dalam Pembinaan dan Pengembangan Peneliti”

Misi

Agar visi tersebut dapat tercapai, Pusat Pembinaan, Pendidikan, dan Pelatihan (Pusbindiklat) LIPI menetapkan misi sebagai berikut:

1. Membina dan mengembangkan jabatan peneliti untuk mampu menjawab tantangan pembangunan dan mampu menjadi acuan bagi jabatan fungsional lainnya;

2. Menjalin kemitraan dan kerja sama antarinstansi dan lembaga internasional, nasional, dan daerah dalam menumbuhkan kesamaan persepsi penelitian dan pengembangannya;

3. Mewujudkan masyarakat peneliti yang beretika dan berkarakter; 4. Mengusahakan kompensasi bagi peningkatan kesejahteraan peneliti; 5. Menyediakan standar peraturan peneliti secara nasional;

6. Mewujudkan diklat bagi peneliti dan non peneliti yang bermutu dan berkualitas; dan

(44)

Struktur Organisasi Pusbindiklat LIPI

Pusbindiklat LIPI dipimpin oleh seorang Kepala Pusat yang membawahi Bagian Tata Usaha, Bidang Perencanaan dan Pengembangan, Bidang Penyelenggaraan Diklat dan Bidang Penilaian dan Akreditasi serta Kelompok jabatan fungsional. Jumlah seluruh pegawai Pusbindiklat Peneliti LIPI sebanyak lima puluh orang, dengan pembagian kerja/ bidang kerja sebagai kepala Pusbindiklat sebanyak satu orang, bidang kerja Perencanaan dan Pengembangan sebanyak delapan orang, bidang kerja Penyelenggaraan Diklat sebanyak 14 orang, bidang kerja Penilaian dan Akreditasi sebanyak empat belas orang, dan bidang Kerja Tata Usaha sebanyak tiga belas orang.

(45)

Program dan Fasilitas Program jangka panjang

Program jangka panjang dituangkan dalam rencana kegiatan tahun 2010-2014 yang merupakan penjabaran dari rencana strategis LIPI dan rencana koordinatif Sekretaris Utama LIPI. Agar sasaran LIPI dapat tercapai, Pusbindiklat Peneliti LIPI sebagai bagian dari LIPI dan dibawah koordinasi Sekretariat Utama LIPI kebijakan diarahkan untuk mendukung sasaran yang ditetapkan oleh LIPI, yaitu melalui:

1) Penguatan kompetensi inti (competence building) melalui Diklat yang bermutu dan berkualitas;

2) Mendukung pemanfaatan SDM dengan membuka kesempatan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan;

3) Pembinaan terhadap peneliti melalui sistem penilaian jabatan yang mendukung pengembangan karir dan peningkatan kompetensi inti;

4) Mendukung perbaikan insentif bagi peneliti dan memberikan penghargaan bagi peneliti yang berprestasi serta menduduki jenjang paling tinggi dengan dikukuhkan sebagai profesor riset; dan

5) Penyusunan peraturan atau kajian untuk pengembangan jabatan fungsional peneliti sebagai unsur utama pengembangan IPTEK.

Program tahunan

Program tahunan Pusbindiklat LIPI merupakan penjabaran dari rencana kegiatan yang telah ditetapkan yang memfokuskan pada pembinaan, pendidikan dan pelatihan bagi Peneliti dengan ditunjang pengembangan sarana prasarana, sumber daya manusia, pengembangan organisasi dan pelayanan yang baik bagi stakeholder. Program tahunan tersebut dituangkan dalam rencana kerja dan anggaran kementerian/lembaga (RKAKL) Pusbindiklat Peneliti LIPI yang disusun setiap tahunnya.

Sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana yang tersedia di kampus Pusbindiklat LIPI Cibinong saat ini adalah gedung administrasi, gedung kelas, gedung asrama, dan ruang makan besar, selasar penghubung, serta tempat parkir untuk kendaraan roda dua maupun roda empat. Fasilitas dari sarana dan prasarana yang sudah tersedia meliputi:

1) Gedung Administrasi, memiliki dua lantai, dimana lantai satu terdiri dari ruang tunggu tamu, beberapa ruangan kerja berstandar (dilengkapi meja/kursi kerja, lemari,filling kabinet, komputer dan telepon), satu ruang penyimpanan data peneliti, satu ruang rapat besar, dapur dan gudang. Sedangkan di lantai dua terdiri beberapa ruangan kerja berstandar, mushola, dan satu ruang rapat besar yang dapat menampung sekitar 40 orang;

(46)

dua terdiri dari dua ruang kelas, satu ruang outbound indoor, satu ruang baca/perpustakaan, dan satu ruang lab komputer;

3) Gedung Asrama, memiliki dua lantai, dimana masing-masing lantai terdiri dari 24 kamar, sehingga jumlah kamar seluruhnya sebanyak 48 kamar;

4) Gedung Ruang Makan, terdiri dari ruang makan besar dengan kapasitas 200 orang, ruang dapur bersih, ruang saji, gudang, dan toilet;

5) Selasar Penghubung, merupakan prasarana penghubung antara gedung kelas, asrama dan ruang makan besar;

6) Tempat parkir kendaraan roda dua dan roda empat tersedia dibeberapa tempat, diantaranya di samping Gedung Administrasi untuk kendaraan roda dua dan untuk kendaraan roda empat di depan Gedung Kelas; dan

7) Tempat Penampungan Air, merupakan prasarana penting dalam menunjang kegiatan Diklat. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi terganggunya pasokan air dari Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Bogor, sehingga apabila terjadi gangguan, maka cadangan air dalam tempat penampungan tersebut dapat memenuhi kebutuhan peserta diklat untuk kegiatan mandi dan lainnya.

Syarat keikutsertaan peserta Diklat FPTP

Peserta Diklat FPTP adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang memenuhi persyaratan:

1) Kandidat peneliti (bekerja di unit Litbang); 2) Pangkat/golongan minimal Penata Muda – III/A;

3) Paling rendah berpendidikan Sarjana (Strata S1) atau Diploma IV; 4) Usia paling tinggi 40 tahun;

5) Mampu mengoperasikan Personal Komputer;

6) Mengirimkan surat pengusulan dari instansi yang ditandatangani oleh kepala instansi;

7) Mengisi formulir pencalonan yang telah mendapatkan persetujuan dari Kepala Instansi atau atasan langsung minimal Eselon III;

8) Melampirkan fotocopy SK PNS; 9) Bukti pembayaran diklat;

10) Pas foto berwarna ukuran 3x4 sebanyak 2 lembar; 11) Surat keterangan sehat dari dokter; dan

12) Menyerahkan draft Karya Tulis Ilmiah dan data-data pendukungnya, sesuai topik yang diusulkan pada formulir pencalonan

Materi utama Diklat

Melalui tenaga pengajar yang berkualitas dan berkompeten, Pusbindiklat LIPI memberikan beberapa materi yang juga bermanfaat kepada peserta, diantaranya yaitu:

1) Pengantar dan Formulasi Usulan Penelitian; 2) Rancangan Penelitian;

3) Sumber dan Koleksi Data;

(47)

Hampir seluruh responden menyatakan alasan mereka mengikuti kegiatan Diklat FPTP adalah selain merupakan suatu kewajiban untuk menjadi peneliti, juga karena persyaratan yang harus dipenuhi sangatlah mudah. Bahkan khusus untuk pegawai yang bekerja di LIPI, persyaratan sudah dipenuhi oleh Litbang masing-masing, seperti yang diungkapkan responden di bawah ini:

(48)

KARAKTERISTIK PESERTA DIKLAT FPTP

Karakteristik individu merupakan faktor internal yang dimiliki oleh masing-masing peserta yang mengikuti Diklat FPTP. Karakeristik individu terbagi menjadi enam variabel, yaitu umur, status pernikahan, golongan kerja, lama bekerja, tingkat pendapatan, dan tingkat pendidikan.

Umur

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa rentang umur responden yaitu berkisar 23 tahun sampai dengan 40 tahun. Umur terendah dari responden pada penelitian ini adalah 25 tahun dan umur tertinggi responden adalah 41 tahun. Peneliti mengkategorikan umur responden berdasarkan data lapang, dimana terdapat kriteria untuk mengikuti kegiatan Diklat FPTP dengan umur maksimal 40 tahun. Adapun jumlah dan persentase sebaran responden peserta Diklat FPTP berdasarkan golongan umur dan jenis kelamin tercantum pada tabel di bawah ini:

Tabel 5 Jumlah dan persentase sebaran responden peserta Diklat FPTP periode Tahun 2012 menurut golongan umur dan jenis kelamin, 2013

Kategori Umur Jenis Kelamin n (%) Total n (%) Laki-laki Perempuan

Muda 23-28 tahun 5 (33.3) 3 (20.0) 8 (26.7) Pertengahan 29-34 tahun 8 (53.3) 7 (46.7) 15 (50.0)

Dewasa 35-40 tahun 2 (13.4) 5 (33.3) 7 (23.3) Total n (%) 15 (100.0) 15 (100.0) 30 (100.0)

Gambar

Tabel 3  Klasifikasi peran gender
Gambar 1  Kerangka pemikiran analisis gender terhadap keberhasilan
Tabel 4 Definisi operasional penelitian analisis gender terhadap keberhasilan program diklat FPTP Pusbindiklat LIPI
Gambar 2 Struktur Organisasi Pusbindiklat Peneliti LIPI
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gambaran Umum nspektorat Kota Bogor adalah salah satu perangkat dari Pemerintah Kota Bogor yang mempunyai tugas membantu Walikota Bogor yang dalam kedudukannya sebagai Kepala Daerah

Dari hasil yang di dapat penulis di lapangan dapat di simpulkan bahwa peran paramedis sebagi pendidik yaitu memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan

Jika seseorang segera datang saat anda selesai menelpon pada telepon umum.. Ragam

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN (09) Kode/Nama Satker (018) : : JAWA TENGAH KEMENTERIAN PERTANIAN : 2 Halaman : III.. (dalam ribuan rupiah) KODE

Penentuan kadar asam urat dapat dilakukan dengan metode spektrofotometri pada panjang gelombang 293 nm dengan adanya menggunakan enzim urikase yang dapat

selaku dosen pembimbing dan Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Antasari Banjarmasin yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan

sedangkan bangunan seperti wantilan, asagan, liang kuburan, dan bangunan lainnya sebagai ragan setra yang sekaligus juga sebagai madia mandala, serta areal di sekitar kuburan

CMIFed dapat merubah lingkungan penyajian multimedia yang berisi gabungan komponen multimedia ditambah dengan interaksi pengguna.Berdasarkan pemaparan tersebut, dibangunlah