• Tidak ada hasil yang ditemukan

Genetic transformation of rice using rhizobium and agrobacterium and functional analysis of OsHox6 Gene

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Genetic transformation of rice using rhizobium and agrobacterium and functional analysis of OsHox6 Gene"

Copied!
240
0
0

Teks penuh

(1)

i

TRANSFORMASI GENETIKA PADI DENGAN

PERANTARA

RHIZOBIUM

DAN

AGROBACTERIUM

DAN ANALISIS PERANAN GEN

OsHox

6

SYAMSIDAH RAHMAWATI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Transformasi Genetika Padi dengan Perantara Rhizobium dan Agrobacterium dan Analisis Peranan Gen

OsHox6 adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Januari 2012

(4)
(5)

ABSTRACT

SYAMSIDAH RAHMAWATI. Genetic Transformation of Rice using Rhizobium and Agrobacterium and Functional Analysis of OsHox6 Gene. Under direction of SUHARSONO, DIDY SOPANDIE, and INEZ HORTENSE SLAMET-LOEDIN

Rice (Oryza sativa) is not only the most important crop in the world, but also a model plant for functional genomic studies. Genetic transformation is a routine technique for transferring important traits into plants including rice genome and for gene function analysis. Agrobacterium transformation technique is the most commonly used for genetic transformation of plants. However, the complexity of patents landscape surrounds this technology restricts its use for agricultural development in developing countries. In this study, the effectiveness of Rhizobium transformation techniques were evaluated in three rice cultivars Ciherang, Nipponbare, and Rojolele, and compared to Agrobacterium. Six-day old callus induced from immature embryos were co-cultivated with Rhizobium leguminosarum ANU845 and Agrobacterium tumefaciens LBA288 both carrying the plasmid pCAMBIA 5106. pCAMBIA 5106 is a cointegrative vector. The T-DNA contained an hpt gene and a GUSPlus each controlled by the CaMV 35S promoter. This study showed that the Rhizobium could transfer genes into rice genome as efficient as that of Agrobacterium based on evaluation on transformation efficiency, transgene expression, copy number, segregation pattern, and plant growth and fertility. Drought is one of abiotic factors that inhibit rice growth and production. A number of genes responsible for drought tolerance have been identified, isolated and tested in different plant species. However, none of these genes was effective in the fields. In this study, a drought inducible gene, OsHox6, was selected to be studied further. Bioinformatics analysis of OsHox6 promoter sequences indicated that the OsHox6 promoter contains cis-regulatory elements important to drought and ABA responses. Temporal and spatial expression patterns of GUSPlus gene fused to OsHox6 promoter through histochemical visualization of GUSPlus in transgenic plant of Ciherang and Nipponbare showed that promoter activity was increased during dehydrated condition in vegetative and generative organs, although the expression was relatively low. Promoter activity was higher in meristematic tissues. Transgenic rice plants containing an extra copy of OsHox6 genes controlled by OsLEA3 promoter were obtained. Four transgenic of IR64 lines (I.19, I.23, I.33, and I.40) containing an extra copy of OsHox6 gene were more tolerant to drought condition, showing higher survival rate compare to wild type plants. It is anticipated that the increase in the survival rate was associated with the expression level of OsHox6 gene. Thus, the expression of OsHox6 gene will be further evaluated. The growths of transgenic rice plants were similar to its wild type counterpart. Further studies are needed to understand the modulation of drought tolerant by the OsHox6 gene.

(6)
(7)

RINGKASAN

SYAMSIDAH RAHMAWATI. Transformasi Genetika Padi dengan Perantara Rhizobium dan Agrobacterium dan Analisis Peranan Gen OsHox6. Dibimbing oleh SUHARSONO, DIDY SOPANDIE, dan INEZ HORTENSE SLAMET-LOEDIN

Padi merupakan tanaman yang sangat penting, salah satu makanan pokok penduduk dunia dan tanaman model untuk penelitian functional genomic. Transformasi genetik merupakan teknik yang rutin digunakan saat ini untuk mentransfer berbagai sifat penting pada tanaman termasuk padi dan untuk analisis fungsi gen. Teknik transformasi Agrobacterium merupakan teknik transformasi yang paling umum digunakan karena besar kemungkinan untuk mendapatkan tanaman dengan salinan gen tunggal. Namun, teknik ini telah dipatenkan sehingga perlu agen transformasi alternatif yang memiliki kemampuan transfer gen seperti Agrobacterium. Penggunaan bakteri selain Agrobacterium sebagai agen transformasi genetik memungkinkan untuk dilakukan dengan melibatkan T-DNA dan gen-gen virulen dari plasmid Ti yang telah dimodifikasi. Efektifitas teknik transformasi Rhizobium dievaluasi pada tiga kultivar padi, Ciherang (Indica), Nipponbare (Japonica), dan Rojolele (Javanica), dibandingkan dengan Agrobacterium. Kalus umur 6 hari yang diinduksi dari embrio padi masak susu (immature) dikokultivasi dengan Rhizobium leguminosarum bv trifolii ANU845 dan Agrobacterium tumefaciens LBA288 yang membawa plasmid pCAMBIA 5106. Plasmid pCAMBIA 5106 ini mengandung satu set minimal gen virulen dan T-DNA yang penting dalam proses transfer gen. Didalam T-DNA terdapat gen GUSPlus dan gen hpt masing-masing dikendalikan oleh promoter CaMV 35S. Efisiensi transformasi (jumlah tanaman PCR positif hpt dibagi jumlah kalus yang diinokulasi) bervariasi antara 1,14 hingga 12,05% tergantung pada genotipe dan bakteri yang digunakan. Efisiensi transformasi dan regenerasi tertinggi (12,05% dan 59,38%) diperoleh pada Ciherang yang ditransformasi dengan R. leguminosarum. Hampir semua tanaman transgenik yang diperoleh baik hasil transformasi dengan Agrobacterium maupun Rhizobium secara morfologi normal dan fertil. Integrasi, ekspresi dan pola pewarisan gen, dibuktikan dengan analisis molekuler dan genetik pada tanaman T0 dan T1

(8)

sekuen promoter OsHox6, tidak ditemukan. Hasil analisis pola ekspressi temporal dan spasial promoter gen OsHox6 melalui visualisasi gen GUSPlus secara histokimia pada jaringan tanaman transgenik Ciherang dan Nipponbare menunjukkan bahwa aktivitas promoter ini meningkat saat kekeringan pada organ vegetatif (batang, daun, dan akar) dan generatif (bunga). Aktivitas promoter lebih kuat pada daerah dimana terdapat jaringan meristem yang aktif membelah.

Untuk mempelajari peranan gen OsHox6 dalam merespon kekeringan, digunakan tanaman padi transgenik mengandung gen OsHox6 yang dikendalikan oleh promoter OsLEA3 untuk meningkatkan ekspresi gen OsHox6. Empat galur padi transgenik mengandung ekstra salinan gen OsHox6 (IR64 I.19, I.23, I.33, dan I.40) lebih tahan pada kondisi kekeringan pada fase vegetatif, ditunjukkan oleh persentase recovery yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman kontrol tipe liarnya (IR64). Diduga peningkatan persentase recovery berhubungan dengan tingkat ekspresi gen OsHox6. Oleh karena itu konfirmasi ekspresi gen OsHox6 akan dilakukan. Penampilan morfologi (tinggi tanaman) padi hasil transformasi dengan gen OsHox6 yang dikendalikan oleh promoter OsLEA3 tidak berbeda dengan tanaman padi tipe liarnya. Karena aktivitas promoter OsHox6 lebih tinggi pada daerah akar lateral, maka diduga OsHox6 penting dalam pembentukan akar lateral. Oleh karena itu penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengamati morfologi akar tanaman transgenik yang mengoverekspresikan OsHox6.

(9)

Hak cipta milik IPB, tahun 2012 Hak dilindungi undang-undang

Dilarang mengutip sebahagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(10)
(11)

TRANSFORMASI GENETIKA PADI DENGAN

PERANTARA

RHIZOBIUM

DAN

AGROBACTERIUM

DAN ANALISIS PERANAN GEN

OsHox

6

SYAMSIDAH RAHMAWATI

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Departemen Biologi

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)
(13)

Judul : Transformasi Genetika Padi dengan Perantara Rhizobium dan Agrobacterium dan Analisis Peranan Gen OsHox6

Nama Mahasiswa : Syamsidah Rahmawati

NRP : G361060111

Program Studi : Biologi

Disetujui, Komisi Pembimbing

Ketua

Prof. Dr. Ir. Suharsono, DEA

Dr. Ir. Inez Hortense Slamet-Loedin

Anggota Anggota

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr

Diketahui,

Ketua Program Studi Biologi Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Dedy Duryadi Solihin, DEA Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr

(14)
(15)

PRAKATA

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kenikmatan yang sangat banyak serta kemudahan-kemudahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan disertasi ini. Penulis sangat beruntung mendapat kesempatan untuk melakukan penelitian Transformasi Genetika Padi dengan Perantara Rhizobium dan Agrobacterium dan Analisis Peranan Gen OsHox6. Penelitian ini merupakan penelitian yang sangat menarik bagi penulis karena memberikan wawasan baru tentang adanya teknik transformasi alternatif bagi tanaman dengan menggunakan bakteri selain Agrobacterium dan bagaimana mempelajari fungsi suatu gen. Penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk mendukung karier penulis sebagai peneliti di masa mendatang.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Suharsono, Prof. Didy Sopandie, dan Dr. Inez Hortense Slamet-Loedin atas kesediannya membimbing penulis dalam melakukan penelitian ini. Ucapan terimakasih disampaikan kepada Kepala Puslit Bioteknologi LIPI yang telah memberikan izin untuk melanjutkan studi pada program S3, kepada Kementrian Riset dan Teknologi dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia yang telah memberikan beasiswa kepada penulis selama pendidikan berlangsung, kepada Dekan Sekolah Pascasarjana dan Ketua Departemen Biologi IPB yang telah memberi kesempatan untuk mengikuti pendidikan S3 di Sekolah Pascasarjana Departemen Biologi IPB. Kepada Dr. Satya Nugroho dan Dr. Amy Estiati atas izin peggunaan fasilitas di Lab. Biologi Molekuler Puslit Bioteknologi LIPI. Kepada keluarga besar di Bogor dan di Medan saya ucapkan terimakasih atas semua dukungan dan doa sehingga penulis tetap bersemangat dalam menyelesaikan disertasi ini. Juga kepada semua teman dari lab “Padi” Puslit Bioteknologi LIPI, angkatan 2006 Pascasarjana IPB atas semua dukungan, bantuan, serta doanya saya ucapkan terimakasih.

Semoga Disertasi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Bogor, Januari 2012

(16)
(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan Tapanuli Utara tanggal 8 April 1969, anak sulung dari Bapak Saman dan Ibu Amijah Porman Marpaung. Pendidikan Sarjana ditempuh di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara Medan, lulus pada tahun 1992. Pada tahun 1997 penulis mendapatkan kesempatan mengikuti program S2 LINK Institut Teknologi Bandung dengan University of New South Wales Australia melalui program Beasiswa STAID yang dikoordinir oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), lulus tahun 1999. Pada tahun 2006, penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan S3 di Sekolah Pascasarjana IPB, Departemen Biologi dengan beasiswa dari Kementrian Riset dan Teknologi pada tahun pertama dan kedua, dan kemudian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia pada tahun ke tiga dan ke empat.

Penulis bekerja sebagai staf peneliti di Pusat Penelitian Bioteknologi sejak tahun 1993 pada bidang konservasi benih, kemudian sejak tahun 1996 pindah ke bidang biologi molekuler hingga sekarang. Penulis terlibat dalam kegiatan penelitian padi sejak tahun 1999 hingga sekarang terutama untuk transformasi genetika padi untuk memperbaiki sifat toleran padi terhadap cekaman biotik dan abiotik.

Selama mengikuti program S3, penulis mendapat kesempatan untuk mengikuti training mengenai “Rice:Research to Production” di International Rice Research Institute (IRRI) Filipina selama 3 minggu pada tahun 2008. Topik penelitian untuk Disertasi adalah Transformasi Genetika Padi dengan Perantara Rhizobium dan Agrobacterium dan Analisis Peranan Gen OsHox6. Comparative analysis of rice transformation using Agrobacterium tumefaciens and Rhizobium leguminosarum yang merupakan bagian dari Disertasi ini telah dipublikasi di Indonesian Journal of Biotechnology Volume 15 No. 1 Juni 2010.

(18)
(19)

DAFTAR ISI

Halaman

Daftar Tabel ... iii

Daftar Gambar ... v

Daftar Lampiran ... . vii

I. PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 5

Manfaat Penelitian ... 5

Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA Padi Sebagai Tanaman Penting ... 9

Cekaman Kekeringan ... 10

Mekanisme Toleran Kekeringan pada Tanaman ... 11

Identifikasi Gen yang Terlibat dalam Mekanisme Toleran Kekeringan ... 12

Faktor Transkripsi ... 13

HD-Zip ... 16

Analisis Fungsi Gen ... 18

Transformasi Genetika Tanaman ... 21

III. ANALISIS KOMPARATIF TRANSFORMASI GENETIK PADI MENGGUNAKAN AGROBACTERIUM TUMEFACIENS DAN RHIZOBIUM LEGUMINOSARUM Abstrak ... 27

Abstract ... 27

Pendahuluan ... 28

Bahan dan Metode ... 29

Hasil ... 33

Pembahasan ... 38

(20)

IV. ANALSIS REGULASI PROMOTER OsHox6 PADA TANAMAN PADI

Abstrak ... 41

Abstract ... 41

Pendahuluan ... 42

Bahan dan Metode ... 43

Hasil ... 48

Pembahasan ... 56

Simpulan ... 58

V. OVEREKSPRESI GEN OsHox6 PADA TANAMAN PADI Abstrak ... 59

Abstract ... 59

Pendahuluan ... 60

Bahan dan Metode ... 62

Hasil ... 65

Pembahasan ... 70

Simpulan ... 72

VI. PEMBAHASAN UMUM Rhizobium Sebagai Agen Tranformasi Genetik Alternatif... 73

Pendekatan Reverse Genetic untuk Mempelajari Fungsi Gen OsHox6... 75

Upaya Lebih Lanjut Analisis Fungsi Gen OsHox6 pada Tanaman Padi... 77

VII. SIMPULAN UMUM DAN SARAN SIMPULAN UMUM... 79

SARAN ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 81

(21)

iii

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Gen yang terlibat dalam respon terhadap cekaman kekeringan

dan fungsinya... 14 2 Contoh faktor transkripsi tanaman dan peranannya dalam respon

kekeringan... 15 3 Subfamili HD-Zip dan fungsinya... 18 4 Media yang digunakan untuk transformasi tiga varietas padi

(Ciherang, Nipponbare, dan Rojolele)... 32 5 Efisiensi transformasi tiga varietas padi hasil transformasi

dengan Rhizobium leguminosarum dan Agrobacterium

tumefaciens... 34 6 Ekspresi GUS dan HPT pada tiga varietas padi hasil

transformasi dengan Rhizobium leguminosarum dan Agrobacterium tumefaciens berdasarkan uji GUS dan

higromisin pada daun... 35 7 Prakiraan jumlah gen hpt pada galur tanaman transgenik

terpilih hasil transformasi dengan Agrobacterium (A) dan

Rhizobium (R)... 37 8 Segregasi gen hpt pada populasi tanaman T1 galur terpilih... 37 9 Pertumbuhan dan fertilitas beberapa galur transgenik terpilih

hasil transformasi dengan Rhizobium dan Agrobacterium... 38 10 Kandidat cis-acting element responsif kekeringan dan ABA

pada 1 kb daerah promoter OsHox6... 50 11 Segregasi gen hpt pada populasi tanaman T1 Ciherang dan IR64

yang ditransformasi dengan gen OsHox6 yang dikendalikan oleh promoter OsLEA3... 67 12 Tingkat recovery tanaman transgenik pada kondisi

kekeringan... 69 13 Perbandingan antara transformasi menggunakan bantuan A.

(22)
(23)

v

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Diagram alur penelitian... 7 2 Skema struktur protein unik dari setiap subfamili HD-Zip... 18 3 T-DNA di dalam pCAMBIA 5106... 31 4 Amplifikasi fragmen gen hpt tanaman transgenik terpilih hasil

transformasi dengan A. tumefaciens atau R. leguminosarum

pembawa plasmid pCAMBIA 5106... 34 5 Daun tanaman padi transgenik yang mengekspresikan β

-glucuronidase dan higromisin fosfotransferase ... 35 6 Contoh hasil hibridisasi Southern... 36 7 Penampilan morfologi Niponbare, Ciherang, dan Rojolele hasil

transformasi dengan A. tumefaciens LBA288 (pCAMBIA5106)

and R. leguminosarum (pCAMBIA5106)... 38 8 Skema proses kloning untuk pembentukan fusi promoter OsHox6

dengan gen pelapor GUSPlus ... 46 9 Posisi elemen cis-acting responsif kekeringan pada daerah promoter

OsHox6... 50 10 Hasil pensejajaran sekuen kandidat promoter OsHox6 yang diisolasi

dari padi Ciherang dengan sekuen acuan dari Nipponbare... 51 11 Contoh hasil PCR menggunakan primer spesifik untuk gen hpt... 52 12 Ekspresi GUSPlus pada berbagai organ tanaman padi cv Ciherang

dan Nipponbarehasil transformasi dengan gen GUSPlus yang

dikontrol oleh promoter terinduksi kekeringan OsHOx6 dan promoter konstitutif CaMV 35S pada saat ada atau tidak ada induksi

kekeringan... 54 13 Pola ekspresi GUSPlus yang dikontrol oleh promoter OsHox6 pada

berbagai organ tanaman... 55 14 Penampang melintang dan membujur bagian buku batang padi yang

telah di uji GUS... 56 15 T-DNA di dalam pCAMBIA 1301H OsHox6... 65 16 Tahapan kultur jaringan untuk menghasilkan tanaman padi varietas

Ciherang atau IR64 yang mengandung OsLEA3::OsHox6 ... 68 17 Hasil hibridisasi Southern DNA tanaman IR64 yang ditransformasi

dengan gen OsHox6... 69 18 Recovery tanaman transgenik galur IR64 tahan higromisin

mengandung 1 salinan gen hasil transformasi dengan gen OsHox6

(24)
(25)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

(26)

Latar Belakang

Padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditas strategis, makanan pokok

penduduk Indonesia dan penduduk di berbagai belahan dunia terutama Asia,

Timur Tengah dan Amerika Latin. Selain sebagai makanan pokok, padi juga

merupakan tanaman model untuk kelompok monokotil, karena dibandingkan

dengan tanaman lain dari kelompok monokotil, padi memiliki ukuran genom yang

relatif kecil (430 Mb), umur relatif singkat, menyerbuk sendiri, diploid sehingga

memudahkan dalam melakukan analisis genom (http://www.patentlens.

net/daisy/RiceGenome/3649/3593.html

Kekeringan adalah salah satu faktor utama penghambat produksi tanaman

termasuk padi. Kekeringan menurunkan produksi tanaman dengan menghambat

pertumbuhan dan fotosintesis (Shou et al. 2004). Menurunnya produksi akibat

kekeringan berdampak pada peningkatan harga produk pertanian dan

memperburuk kemiskinan

). Meskipun variasi ukuran genom dan

ploidi pada tanaman monokotil sangat besar, genom padi dan tanaman monokotil

lainnya sangat konservatif baik dalam hal sekuen dari gen yang ada, juga dalam

urutan gen atau “synteni”. Sehingga informasi yang ada pada genom tanaman

padi dapat digunakan sebagai acuan untuk mempelajari genom tanaman

monokotil lainnya.

tahun terakhir dan prediksi 50 tahun ke depan menggunakan model perubahan

iklim global mengindikasikan bahwa kekeringan akan semakin sering terjadi

(Naylor et al. 2007). Kekeringan dapat terjadi kapan saja selama fase

pertumbuhan padi, namun yang paling merugikan adalah kekeringan yang terjadi

pada fase generatif. Perakitan padi toleran kekeringan sangat penting untuk

mengantisipasi perubahan iklim yang ekstrim. Upaya untuk mempelajari sifat

toleran kekeringan pada level molekul sangat aktif dilakukan di seluruh dunia

untuk membantu mengungkap mekanisme molekuler tanaman pada kondisi

kekurangan air. Pemahaman ini sangat membantu upaya perakitan padi toleran

(27)

2

Sifat toleran kekeringan sangat kompleks, dikendalikan oleh banyak gen

(multigenik) yang tersebar di banyak lokus dan diwariskan secara kuantitatif

(Valliyodan & Nguyen 2006; Fleury et al. 2010; Lang & Buu 2010). Selain itu

tanaman memiliki mekanisme yang berbeda (escape, penghindaran atau

avoidance, atau toleran) dalam merespon kekeringan (Levit 1972). Tanaman

escape kekeringan dengan mempersingkat siklus hidupnya. Sebahagian tanaman

menghindari kekeringan dengan meningkatkan penyerapan air dan meminimalkan

kehilangan air. Tanaman toleran kekeringan melibatkan mekanisme osmotic

adjustment, antioksidan, dan ketahanan desikasi. Namun bagaimana mekanisme

molekuler tanaman dalam merespon dan beradaptasi terhadap kekeringan belum

sepenuhnya dimengerti.

Berbagai pendekatan telah diupayakan untuk mempercepat pengungkapan

mekanisme toleran kekeringan pada level molekuler. Sejumlah gen terinduksi

kekeringan telah berhasil diidentifikasi pada level transkripsi menggunakan

analisis microarray pada tanaman model Arabidopsis dan padi (Seki et al. 2001;

Seki et al. 2002; Rabbani et al. 2003; Zhou et al. 2007), namun belum semua

fungsi gen berhasil diungkapkan. Analisis fungsional genomik sangat penting

dilakukan untuk memahami lebih lanjut fungsi gen terkait dan bagaimana

mekanisme pengaturannya pada level molekuler.

Berdasarkan pengaturan ekspresi gen, Yamaguchi-Shinozaki dan Shinozaki

(1993a) mengelompokkan gen-gen yang terlibat dalam mekanisme toleran

kekeringan ke dalam dua kelompok utama, yaitu kelompok yang ekspresinya

bergantung pada ABA (ABA dependent) dan tidak bergantung pada ABA

(ABA-independen). Berdasarkan peran atau fungsi proteinnya maka Shinozaki et al.

(2003) mengelompokkan gen-gen yang terlibat dalam mekanisme toleran

kekeringan pada dua kelompok utama, protein fungsional (seperti osmoprotektan,

LEA, transporter, chaperon) dan protein regulator (misalnya faktor transkripsi

dan protein kinase). Yang et al. (2010) membagi gen responsif kekeringan

berdasarkan fungsi biologisnya ke dalam 3 kelompok; yaitu yang berperan dalam

(1) regulasi transkripsi, (2) post-transkripsi RNA atau fosforilasi protein, dan (3)

metabolisme osmoprotektan atau molekul chaperon. Selain itu masih ada

(28)

Oleh karena kompleksnya sifat toleran kekeringan, penyisipan satu gen

yang memiliki fungsi tunggal tidak cukup untuk mengembalikan fungsi sel dan

membuat tanaman lebih toleran kekeringan (Bohnert et al. 1995; Mitra 2001).

Untuk mengatasi hal tersebut akhir-akhir ini penelitian lebih diarahkan pada

penggunaan faktor transkripsi yang bertanggungjawab pada sifat toleran

kekeringan. Faktor transkripsi berperan dalam mengatur ekspresi gen-gen lain

melalui pengikatan spesifik antara protein faktor transkripsi dengan elemen

cis-acting promoter gen target. Sejumlah faktor transkripsi terinduksi kekeringan

pada tanaman telah berhasil diungkap. Secara umum faktor transkripsi yang

responsif terhadap kekeringan tersebut dikelompokkan ke dalam beberapa famili

seperti AP2/ERF, bZIP, NAC, MYB, MYC, Cys2His2 zinc finger dan WRKY

(Vinocur & Altman 2005; Bartels & Sunkar 2005; Shinozaki &

Yamaguchi-Shinozaki 2007).

Setelah sekuen genom padi dan Arabidopsis berhasil diungkap, faktor

transkripsi yang ada pada tanaman padi dan Arabidopsis dapat diidentifikasi (Seki

et al. 2002; Shinozaki & Yamaguchi-Shinozaki 2007; Agalou et al. 2008).

Berbagai teknik reverse genetik telah dikembangkan untuk mempelajari fungsi

faktor transkripsi. Secara umum teknik reverse genetik ini dibagi ke dalam 2

pendekatan, yaitu overekspresi dan knockout (Zhang 2003). Selain itu analisis

promoter yang difusikan dengan gen pelapor digunakan untuk mempelajari

mekanisme regulasi proses transkripsi gen pada level molekuler dan aktivitas

promoter secara spasial dan temporal (Hiwatashi & Fukuda 2000; Xiao & Xue

2001; Johannesson et al. 2003; Itoh et al. 2008).

HD-Zip adalah salah satu faktor transkripsi yang unik ditemukan pada

tanaman, dikenali dengan adanya homeodomain yang penting untuk pengikatan

DNA dan motif leucin zipper yang membantu proses dimerisasi protein. Proses

dimerisasi protein diperlukan untuk membantu proses pengikatan DNA. HD-Zip

merupakan suatu famili faktor transkripsi yang besar yang dibagi ke dalam IV

sub-famili berdasarkan kespesifikan pengikatan DNA oleh homeodomain, struktur

dan fungsi gen, dan adanya motif lain (Ariel et al. 2007). HD-Zip memiliki

fungsi yang sangat beragam. Ekspresi Gen HD-Zip sub-famili I dan II di

(29)

4

perkembangan tanaman pada saat terjadi cekaman (Olsson et al. 2004; Dezar et

al. 2005a; Agalou et al. 2008). Faktor transkripsi HD-Zip di tanaman padi baru

diteliti beberapa tahun belakangan ini. Informasi tentang fungsi dan mekanisme

regulasinya masih sangat terbatas. Dari 31 gen HD-Zip sub-famili I,II, dan III

yang ada pada padi, baru 2 yang dipelajari fungsinya, yaitu OsHox1 dan OsHox4.

OsHox1 berperan dalam differensiasi jaringan pembuluh (Scarpella et al. 2000),

sedangkan OsHox4 berperan dalam pemanjangan dan pembesaran sel pembuluh

(Agalou et al. 2008).

Pada penelitian ini fungsi gen faktor transkripsi OsHox6 yang diisolasi dari

tanaman padi dipelajari. Gen OsHox6, merupakan anggota HD-Zip sub-famili I,

dilaporkan meningkat ekspresinya pada saat kekeringan (Purwantomo 2007;

Agalou et al. 2008), sehingga diduga berperan penting dalam menentukan sifat

toleran kekeringan. Untuk mempelajari lebih lanjut fungsi gen OsHox6 dalam

adaptasi toleran kekeringan, aktivitas native promoter OsHox6 yang difusikan

dengan gen GUSPlus diamati pada tanaman padi saat kekeringan. Kekeringan

meningkatkan ekspresi gen OsHox6 pada berbagai organ (batang, akar, daun, dan

bunga) tanaman padi, namun ekspresinya rendah. Oleh karena itu pada percobaan

tahap berikutnya dilakukan penambahan jumlah salinan gen OsHox6 yang

dikendalikan oleh promoter terinduksi kekeringan OsLEA3 untuk meningkatkan

ekspresi gen OsHox6 padi pada kondisi kekeringan. Sebelumnya, Xiao et al.

(2007) melaporkan bahwa OsLEA3 menunjukkan aktivitas yang tinggi pada

kondisi kekurangan air. Selanjutnya toleransi tanaman padi yang mengandung

tambahan gen OsHox6 terhadap kekeringan dievaluasi.

Selanjutnya untuk mendukung kegiatan analisis fungsi gen, pengembangan

teknik transformasi menggunakan Rhizobium sebagai upaya untuk menyediakan

teknik transformasi alternatif untuk tanaman khususnya padi akan di pelajari.

Teknik yang umum digunakan saat ini untuk mengintroduksi gen pada tanaman,

khususnya padi, adalah menggunakan transformasi Agrobacterium. Teknik ini

memiliki keunggulan dimana kemungkinan untuk menghasilkan satu salinan gen

lebih besar dan dapat digunakan untuk mentransformasi berbagai tanaman

(30)

dipatenkan yang mana dapat menjadi ganjalan bila produk akan dipasarkan. Oleh

karena itu perlu diupayakan teknik transformasi alternatif.

Broothaerts et al. (2005) melaporkan bahwa sejumlah bakteri yang

berasosiasi dengan tumbuhan, jika dilengkapi dengan gen-gen virulen dan T-DNA

dari plasmid Ti mampu mentransfer T-DNA ke dalam genom tanaman. Bakteri

Sinorhizobium meliloti, Rhizobium sp dan Mesorhizobium loti mengandung

plasmid Ti dari Agrobacterium dapat mentransfer T-DNA ke dalam genom padi,

tembakau dan Arabidopsis dengan efisiensi transformasi yang bervariasi antara

1-40% tergantung pada spesies dan pengujian yang digunakan. Evaluasi efektititas

bakteri selain Agrobacterium dalam mentransfer gen ke dalam genom tanaman

dibandingkan dengan A. tumefaciens belum pernah dilakukan. Informasi ini

penting sebagai langkah awal dalam upaya pengembangan transformasi genetik

menggunakan bakteri selain Agrobacterium. Selanjutnya perubahan faktor yang

mempengaruhi keberhasilan transformasi diharapkan dapat meningkatkan

efisiensi transformasi di masa mendatang.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk;

1. Mengevaluasi efektifitas sistem transformasi Rhizobium pada tanaman padi

dibandingkan dengan sistem transformasi Agrobacterium,

2. Menjelaskan regulasi gen OsHox6 melalui studi bioinformatik promoter gen

OsHox6 serta analisis pola ekspresinya pada tanaman padi transgenik yang

mengandung fusi promoter OsHox6 dengan gen penyandi β-glucuronidase, dan

3. Menjelaskan peranan faktor transkripsi OsHox6 pada tanaman transgenik

mengandung ekstra salinan gen OsHox6 pada kondisi kekeringan.

Manfaat Penelitian

1. Teknik transformasi alternatif perlu ada selain untuk menghindari kendala

paten juga untuk meningkatkan efisiensi transformasi tanaman yang sulit di

(31)

6

2. Informasi tentang peranan gen OsHox6 dalam mekanisme toleran

kekeringan tanaman padi penting untuk diketahui dalam upaya mencari

gen-gen potensial untuk toleran kekeringan.

3. Promoter terinduksi kekeringan dapat digunakan untuk mengendalikan

ekspresi gen-gen penting terkait toleran kekeringan.

4. Padi toleran kekeringan sangat diperlukan untuk antisipasi fluktuasi iklim

ekstrim (kemarau panjang) yang semakin sering terjadi akibat pemanasan

global yang mengakibatkan gagal panen di daerah utama padi sawah yang

rawan kekeringan.

Ruang Lingkup Penelitian

Untuk mencapai tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini dibagi dalam

3 tahap percobaan. Pada tahap awal dilakukan penelitian pendahuluan dengan

topik “Analisis komparatif transformasi genetik padi menggunakan

Agrobacterium tumefaciens dan Rhizobium leguminosarum”. Untuk

mengevaluasi keefektifan teknik transformasi Rhizobium dibandingkan dengan

transformasi Agrobacterium pada tanaman padi, maka pengamatan difokuskan

pada efisiensi regenerasi dan transformasi masing-masing sistem, ekspresi gen,

kecenderungan jumlah salinan gen, pola pewarisan gen, dan pertumbuhan dan

kesuburan (fertilitas) tanaman yang dihasilkan oleh kedua sistem transformasi ini.

Pada tahap berikutnya dilakukan isolasi dan konstruksi vektor yang

mengandung promoter OsHox6 yang difusikan dengan gen GUSPlus. Selanjutnya

vector ini ditransformasikan ke dalam genom tanaman padi. Aktivitas promoter

OsHox6 diamati pada tanaman padi yang mengandung promoter OsHox6 yang

difusikan dengan gen GUSPlus pada kondisi air terbatas (kekeringan) atau tidak

kekurangan air (normal). Selanjutnya, pengamatan dilakukan pada organ

vegetatif (batang, akar, daun) dan generatif (bunga). Untuk mengamati jaringan

yang mengakumulasikan GUSPlus dilakukan irisan secara melintang dan

membujur.

Percobaan tahap berikutnya dilakukan penambahan jumlah salinan gen

OsHox6 yang dikendalikan oleh promoter terinduksi kekeringan OsLEA3 untuk

(32)

ketahanan tanaman padi yang mengandung tambahan gen OsHox6 terhadap

kekeringan dievaluasi. Seluruh kegiatan penelitian dalam disertasi ini dirangkum

[image:32.595.108.474.84.715.2]

dalam alur penelitian yang disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Diagram alur penelitian

Pembentukan populasi tanaman mengandung OsHox6P:: GUSPlus

Pembentukan populasi tanaman mengandung OsLEA3P:: OsHox6 Isolasi Promoter OsHox6 dan konstruksi vektor pCAMBIA1305.1

OsHox6P::GUSPlus Studi transformasi padi

Ciherang, Rojolele dan Nipponbare dengan

Rhizobium dan Agrobacterium

Evaluasi efektifitas transformasi

Analisis ekspresi gen yang dikendalikan oleh promoter OsHox6

(33)
(34)

Padi Sebagai Tanaman Penting

Padi tergolong ke dalam genus Oryza, sub-famili Oryzoideae, famili

Poaceae kelas monocotyledoneae. Padi yang dibudidayakan tergolong ke dalam

2 spesies, yaitu Oryza sativa L. umum ditanam di Asia dan Oryza glaberrima

Steud atau disebut juga padi Afrika. Dari kedua spesies tersebut O. sativa adalah

yang paling banyak dibudidayakan. O. sativa diperkirakan terdiri dari sedikitnya

140,000 varietas dan secara umum dikelompokkan ke dalam 3 grup atau

sub-spesies; yaitu Indica, Japonica dan Javanica (Tropical Japonica).

Padi merupakan tanaman yang memiliki nilai ekonomi sangat penting,

makanan pokok lebih dari separuh penduduk dunia. Berdasarkan nilai ekonomi

tanaman pangan secara global tahun 2005-2009, padi menempati urutan teratas

dibandingkan dengan tanaman pangan penting lainnya (jagung, gandum, kentang,

singkong dan sorghum), sedangkan berdasarkan jumlah produksi, padi menempati

urutan kedua setelah jagung (FAOSTAT

urutan pertama dari 7 komoditas pangan utama baik dari segi produksi maupun

nilai ekonomi (FAOSTAT 2009; B

Selain sebagai makanan pokok, padi juga merupakan tanaman model untuk

kelompok monokotil. Sebagai tanaman model padi memiliki ukuran genom yang

relatif kecil (∼430 Mb), umur relatif singkat, dan jumlah set kromosom sederhana

(diploid)

sehingga memudahkan dalam analisis sekuen genom. Selanjutnya tersedianya

protokol transformasi genetika tanaman padi dengan efisiensi tinggi (Hiei et al.

1994; Hiei & Komari 2006), peta fisik dan genetika dengan kepadatan tinggi

(Harushima et al. 1998; Temnykh et al. 2001; McCouch et al. 2002), dan

kenyataan bahwa antara tanaman sereal memiliki derajat ‘synteni’ yang tinggi,

menjadikan padi sebagai organisme yang unik untuk mempelajari fisiologi,

biologi pertumbuhan dan perkembangan, serta genetika dan evolusi tumbuhan.

Tahun 2002 sekuen lengkap genom padi berhasil diungkap dan dipublikasi

(Goff et al. 2002; Yu et al. 2002), sebagai langkah awal dari upaya pemahaman

(35)

10

memprediksi padi mengandung ∼32.000 gen. Jumlah ini lebih sedikit dibandingkan dengan prediksi sebelumnya (30-50 ribu gen) oleh Goff et al.

(2002). Sebanyak 28.469 cDNA utuh telah berhasil disekuen dan berdasarkan

pencarian BLASTN dan BLASTX menunjukkan bahwa 75,86% diantaranya

merupakan gen yang menyandikan protein yang mirip dengan data yang ada

dipangkalan data (Rice Full-Length cDNA Consortium 2003). Sisanya, masih

belum dipelajari. Oleh karena itu tugas berikutnya adalah mempelajari fungsi dari

gen-gen tersebut.

Cekaman Kekeringan

Kekeringan adalah salah satu faktor yang menghambat pertumbuhan dan

produksi tanaman termasuk padi. Kekeringan menyebabkan kerugian ekonomi

yang nyata (Kalsim 2007). Kerugian akibat kekeringan ditaksir mencapai

milyaran rupiah setiap tahunnya. Kerugian akibat kekeringan sangat bergantung

pada genotipe yang digunakan, fase pertumbuhan dimana kekeringan terjadi, dan

lama serta tingkat keparahan kekeringan (Setter et al. 1995). Fase generatif

merupakan fase yang sangat sensitif terhadap kekeringan (Yue et al. 2006).

Kekeringan yang terjadi pada fase generatif dapat menyebabkan berkurangnya

jumlah malai dan hasil, bahkan dapat mengakibatkan puso.

Dalam beberapa tahun terakhir kasus kekeringan semakin sering terjadi

akibat adanya perubahan iklim yang disebabkan oleh pemanasan global. Menurut

prediksi menggunakan model perubahan iklim global berdasarkan data iklim dan

produksi padi di Jawa dan bali 25 tahun terakhir mengindikasikan bahwa

kekeringan akan semakin sering terjadi 50 tahun ke depan (Naylor et al. 2007).

Oleh karena itu perakitan padi toleran kekeringan sangat penting untuk

mengantisipasi fluktuasi iklim yang ekstrim.

Untuk dapat merakit padi toleran kekeringan diperlukan pemahaman yang

komprehensif tentang mekanisme pengaturan sifat toleran kekeringan pada

tanaman. Oleh karena itu kajian tentang mekanisme pengaturan sifat toleran

kekeringan pada level molekuler sangat penting dilakukan. Data hasil kajian yang

telah berhasil diperoleh hingga saat ini dapat dijadikan sebagai dasar di dalam

(36)

tanaman sereal lainnya. Tanaman toleran kekeringan adalah tanaman yang

mampu hidup, tumbuh, dan memberikan hasil yang memuaskan pada kondisi air

terbatas (Turner 1979, diacu dalam Fleury et al. 2010). Padi toleran kekeringan

yang ideal adalah padi yang dalam kondisi tercekam kekeringan memberikan hasil

yang tinggi dibandingkan padi lainnya (Fukai & Cooper 1995) atau memberikan

hasil stabil dan mampu bertahan pada kondisi kekeringan (Price et al. 2002).

Mekanisme Toleran Kekeringan pada Tanaman

Tanaman tidak seperti makhluk hidup lain yang dapat bergerak atau berlari

menghindar dari bahaya yang mengancam dirinya. Oleh karena itu untuk

mengatasi cekaman lingkungan yang tidak menguntungkan, tanaman

mengembangkan suatu mekanisme toleransi (Levit 1980; Mundree et al. 2002).

Setiap tanaman memiliki kemampuan ini dengan derajat yang berbeda beda.

Kemampuan tanaman dalam mengatasi cekaman lingkungan sangat dipengaruhi

oleh mekanisme yang dimiliki tumbuhan untuk menghindari atau mengatasi

cekaman yang dihadapinya dan tingkat keparahan cekaman.

Untuk dapat mengatasi cekaman lingkungan, tanaman memberikan

tanggapan dan adaptasi melalui perubahan morfologi, fisiologi, biokimia dan

perkembangan, termasuk menginduksi ekspresi gen dan sintesis sejumlah protein

(Takahashi et al. 2000). Tanaman yang berada di bawah cekaman menunjukkan

perubahan pada aktivitas enzim daun, akumulasi mRNA, fotosintesis, kandungan

karbohidrat dan asam amino (Foyer et al. 1998).

Secara umum mekanisme yang dikembangkan oleh tumbuhan untuk

mengatasi cekaman lingkungan (kekeringan) dikelompokkan ke dalam tiga

kelompok (Levit 1980; Chaves et al. 2003), yaitu escape, penghindaran

(avoidance), dan toleran. Mekanisme adaptasi tanaman ini tidak saling terpisah.

Suatu tanaman dapat menggabungkan berbagai mekanisme yang berbeda untuk

proses adaptasi terhadap cekaman (Ludlow 1989, diacu dalam Chavez et al.

(37)

12

Identifikasi Gen yang Terlibat dalam Mekanisme Toleran Kekeringan

Salah satu kunci utama dalam pemuliaan tanaman toleran kekeringan adalah

mengetahui gen-gen yang mengendalikan sifat toleran kekeringan. Diduga ada

ratusan gen yang terlibat dalam mekanisme toleran kekeringan. Berbagai

pendekatan telah dilakukan untuk mengidentifikasi gen responsif kekeringan,

diantaranya adalah substractive hybridization (Ouvrard et al. 1996; Deokar et al.

2011), differential display RT-PCR (Medini et al. 2009), cDNA AFLP (Gao et al.

2009), dan DNA microarray (Seki et al. 2001; Seki et al. 2002; Rabbani et al.

2003; Lorenz et al. 2011).

Seki et al. (2001) mengamati 1300 gen Arabidopsis menggunakan cDNA

microarray dan menemukan 40 gen terinduksi kekeringan, 14 diantaranya sudah

pernah dilaporkan sebelumnya (rd29A/cor78, cor15a, kin1, kin2, rd17/cor47,

erd10, dan rd20), sedangkan 30 sisanya belum diketahui fungsinya. Kemudian

Seki et al. (2002) mengamati 7000 gen Arabidopsis lainnya dan menemukan 277

gen terinduksi kekeringan. Sebanyak 128 diantaranya ekspresinya hanya

terinduksi oleh kekeringan, sedangkan sisanya diinduksi oleh kekeringan,

salinitas, dan ABA. Rabbani et al. (2003) mengamati 1700 cDNA tanaman padi

menggunakan cDNA microarray dan menemukan 67 gen terinduksi kekeringan,

sebahagian diantaranya belum diketahui fungsinya. Akhir-akhir ini Gao et al.

(2009) membandingkan ekspresi gen terinduksi kekeringan pada padi sawah dan

padi gogo. Dari hasil kajian tersebut ditemukan bahwa ada 57 gen yang secara

spesifik diekspresikan pada padi gogo dan 38 gen yang secara spesifik

diekspresikan pada padi sawah mengindikasikan adanya ekspresi gen yang

berbeda antara padi gogo dan padi sawah.

Berdasarkan pengaturan ekspresinya Shinozaki dan Yamaguchi-Shinozaki

(1997) membagi gen terinduksi kekeringan ke dalam dua kelompok, yaitu yang

ekspresinya diinduksi oleh ABA (ABA-dependent) dan tidak diinduksi ABA

(ABA-independent). Berdasarkan fungsinya, Shinozaki dan Yamaguchi-Shinozaki

(2007) membagi produk dari gen-gen ini ke dalam 2 grup, yaitu: protein

fungsional dan protein regulator. Protein fungsional meliputi protein yang

berperan dalam merespon kekeringan misalnya protein yang berperan sebagai

(38)

makromolekul, (LEA protein dan Chaperon), dan enzim kunci untuk biosintesa

osmolit (prolin, gula). Protein regulator meliputi protein yang mengatur ekspresi

gen lain, misalnya faktor transkripsi, protein kinase, dan protein yang mengatur

biosintesa ABA. Menurut Cushman dan Bohnert (2000) setidaknya ada 8

kelompok gen responsif kekeringan berdasarkan fungsi gennya, yaitu yang

berperan dalam sintesa osmoprotektan, reactive oxygen spesies (ROS), protein

stres, ion atau proton transporter, protein yang mengendalikan status air sel,

komponen sinyal, kontrol transkripsi, dan pengaturan pertumbuhan. Beberapa

gen yang berperan dalam mekanisme toleran kekeringan disajikan pada Tabel 1.

Pada masa awal pengembangan tanaman toleran kekeringan, pendekatan

yang digunakan adalah memanfaatkan atau meningkatkan ekspresi satu gen

dengan fungsi tunggal seperti osmoprotektan, protein LEA, atau heat shock

protein. Tanaman yang dihasilkan, berdasarkan pengamatan di Laboratorium atau

di rumah kaca, memiliki ketahanan yang lebih baik dari tetuanya. Namun, hingga

saat ini belum ada tanaman toleran kekeringan hasil rekayasa genetika yang telah

berhasil dilepas secara komersial.

Karena kompleksnya sifat toleran kekeringan yang melibatkan banyak gen

penting, rekayasa satu enzim atau protein kelihatannya tidak cukup untuk

membantu tanaman menghadapi kondisi cekaman kekeringan (Nakashima &

Yamaguchi-Shinozaki 2005; Bhatnagar-Mathur et al. 2008). Oleh karena itu

akhir-akhir ini pengembangan padi toleran kekeringan dengan pendekatan

rekayasa genetika diarahkan pada penggunaan faktor transkripsi yang

mengendalikan sekaligus beberapa gen terkait toleran kekeringan

(Bhatnagar-Mathur et al. 2008).

Faktor Transkripsi

Faktor transkripsi, disebut juga faktor pengikat sekuen DNA tertentu

(sequence-specific DNA-binding factor), adalah suatu protein yang menempel

pada urutan DNA tertentu dan mengatur proses transkripsi satu atau lebih gen.

Sejak sekuen lengkap genom beberapa tanaman berhasil diungkap, faktor

(39)

14

Tabel 1 Gen yang terlibat dalam respon terhadap cekaman kekeringan dan fungsinya

Kelompok/ Fungsi

Kemungkinan mekanisme

Produk Gen

Osmo protektan Penyesuaian osmotic (osmotic adjustment); perlindungan atau stabilisasi membrane/ protein, pemusnah reactive (OH-)

• Asam amino (prolin, ektoin)

• Senyawa dimetil sulfonium (glisin betain, DMSP)

• Polyol (mannitol, D-ononitol, sorbitol)

• Gula (sucrose, trehalose, fruktan)

•Dadc (Capel et al. 2004),

ectABC (Nakayama et al. 2000), AtP5CS (Yamada

et al. 2005)

CMO (Shirasawa et al. 2006)

mtlD (Karakas et al. 1997), IMT1 (Sheveleva

et al. 1997)

OtsA, OtsB (Garg et al. 2002)

Reactive oxygen scavengers

Detoksifikasi spesies oksigen reaktif (ROS)

• Enzim (catalase, Fe/Mn superoxide dismutase, askorbat peroksidase, enzim siklus glutation, glutathione S-transferase, glutation peroksidase, gamma-glutamilsistein sintetase, alternative oksidase)

• Non enzim (askorbat, flavon, karotenoid, antosianin)

chlCU/ZN SOD (Chatzidimitriadou et al. 2009), PpAPX (Li et al. 2009), SOD, APX (Lu et al. 2010), Eltayeb et al. 2007)

Protein stres Stabilisasi protein, stabilisasi membrane, chaperon

Protein LEA (late embryogenesis abundant ); mis. dehidrin

HaDhn1,2 (Cellier et al. 1998), OsLEA3-1 (Xiao

et al. 2007) Status air Tingkah laku stomata,

pengaturan jumlah AQP pada tonoplas dan membrane plasma

Aquaporin atau lubang (channel) air

OsPIP2-2 (Guo et al. 2006)

Komponen sinyal

Transduksi sinyal yang dimediasi oleh sensor Ca 2+

Homolog histidin kinase (AtRR1/2), MAP kinase (PsMAPK, HOG), Ca /

fosforilasi

2+

SNF1/kinase, protein fosfatase (ABI1/2), system sinyal CAN/B,Ca

dependent protein kinase,

2+

inositol kinase sensor (SOS3),

OsMPK5 (Xiong & Yang 2003), OsSIK1 (Ouyang

et al. 2010).

Kontrol transkripsi

Pengaktifan transkripsi

Faktor transkripsi famili: APETELA2 (AP2), bZIP, zinc-finger, MYB, MYC, NAC,HD-Zip

OsDREB1 (Ito et al. 2006)

OsbZIP23 (Xiang et al. 2008)

WRKY11 (Wu et al. 2009),

OsMyb4 (Mattana et al. 2005)

SNAC1 (Hu et al. 2006)

• Hahb4 (Dezar et al. 2005a) Pengatur pertumbuh an Perubahan homeostasis hormon

Mengubah jalur biosintesis atau level konjugat ABA, sitokinin dan/atau brassinosteroid

ARR4 and ARR5 (Miyata

et al. 1998)

[image:39.595.44.479.87.784.2]
(40)

bioinformatik. Konsorsium faktor transkripsi tanaman, menggunakan data dari 50

spesies tanaman, memperkirakan tanaman mengandung ribuan faktor transkripsi

yang dibagi ke dalam 58 famili berdasarkan struktur dari domain penempelannya

(binding domain) (Zhang et al. 2011). Jumlah ini diperkirakan akan meningkat

dimasa mendatang seiring dengan bertambahnya spesies tanaman yang dipelajari.

Setiap tanaman memiliki komposisi faktor transkripsi yang berbeda. Arabidopsis,

misalnya, diprediksi mengandung 2023 faktor transkripsi yang dikelompokkan ke

dalam 58 famili. Sementara padi Japonica dan Indica diprediksi masing-masing

mengandung 2438 dan 1943 faktor transkripsi yang dikelompokkan kedalam 56

famili. Setiap famili memiliki anggota yang bervariasi jumlahnya mulai dari

puluhan hingga ribuan anggota dan baru sedikit yang sudah dipelajari. Dari 58

famili faktor transkripsi yang ada pada tanaman beberapa dilaporkan terkait

dengan toleran kekeringan, yaitu famili AP2/ERF, C2H2 Zinc finger, NF-YA,

bZip, NAC, MYB, WRKY, dan HD-Zip. Beberapa contoh anggota dari

masing-masing famili dan fungsi yang diperankan terkait dengan toleran kekeringan

disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Contoh faktor transkripsi tanaman dan peranannya dalam respon kekeringan

Family Gen Mekanisme Pustaka

AP2/ERF DREB

CBF4 HARDY

GmERF3 SHN1/WIN1

Biosintesa osmoprotectan, protein LEA, & pengaturan pertumbuhan

Pengaturan pertumbuhan Meningkatkan efisiensi penggunaan air (WUE) Biosintesa osmoprotektan Biosintesa lapisan lilin

Ito et al. 2006;

Lopato & Langridge 2011

Haake et al. 2002 Karaba et al. 2007

Zhang et al. 2009 Aharoni et al. 2004 C2H2 Zinc

Finger

dst Pengaturan stomata Huang et al. 2009

WRKY BhWRKY1 Signaling oligosakarida famili rafinosa

Wang et al. 2009

NF-YA NFYA5 Pengaturan stomata Li et al. 2008,

Cominelli et al. 2010

MYB MYB96

AtMYB60

Pengaturan lapisan lilin kutikula

Pengaturan stomata

Seo et al. 2011

Cominelli et al. 2005

NAC SNAC

ONAC045

Pengaturan stomata Hu et al. 2006 Zheng et al. 2009 bZip PtrABF Scavenging ROS Huang et al. 2010 HD-Zip Hahb4 Pengaturan perpanjangan sel

atau pertumbuhan

(41)

16

HD-Zip

HD-Zip atau homeodomain leucin zipper protein adalah faktor transkripsi

yang unik pada tumbuhan. Protein HD-Zip memiliki ciri yang unik yaitu adanya

homeodomain (HD) dan leucin zipper motif yang penting untuk proses

pembentukan protein dimer. Homo ataupun heterodimerisasi protein diperlukan

dalam proses pengikatan DNA. Faktor transkripsi HD-Zip ditemukan pada

berbagai tumbuhan, mulai dari tumbuhan tingkat rendah lumut (Sakakibara et al.

2001), paku (Aso et al. 1999), hingga tumbuhan tingkat tinggi poplar (Populus

tricocarpa) (Robischon et al. 2011), dari kelas monokotil seperti padi (Agalou et

al. 2008) dan jagung (Whipple et al. 2011), maupun dikotil misalnya Arabidopsis

(Henriksson et al. 2005), bunga matahari (Manavella et al. 2008), dan tumbuhan

gurun Craterostigma plantagineum (Deng et al. 2002), tanaman C3 padi dan

tanaman C4 jagung.

Pusat bioinformatik China memprediksi secara total ada 1419 gen dari

famili HD-Zip pada tanaman yang sudah diidentifikasi (http://planttfdb.cbi.

pku.edu.cn/

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya pada berbagai tanaman

menunjukkan gen HD-Zip memiliki fungsi yang sangat beragam (Tabel 3).

Beberapa protein HD-Zip yang terkenal adalah GLABRA dari sub-famili IV dan

PHABULOSA, CORONA dan REVOLUTA dari sub-famili III. Gen GLABRA

penting dalam pembentukan trikoma (Rerie et al. 1994), sedangkan gen

REVOLUTA, PHABULOSA dan CORONA berperan dalam perkembangan

daun, jaringan pembuluh dan inisiasi jaringan meristem (Prigge et al. 2005).

Akhir-akhir ini gen dari faktor transkripsi HD-Zip khususnya sub-famili I dan II

banyak dipelajari terkait respon kekeringan. Pada tanaman gurun yang sangat ). Pada Arabidopsis thaliana, misalnya, terdapat 56 gen HD-Zip,

kemudian pada bunga matahari ada 15, sedangkan pada padi Indica dan pada padi

Japonica secara berturut-turut adalah 46 dan 61 (Zhang et al. 2011). Gen HD-Zip

ini dibagi kedalam empat sub-famili (I-IV) berdasarkan empat kriteria, yaitu; (1)

konservasi domain HD-Zip yang menggambarkan spesifisitas pengikatan DNA,

(2) struktur gen, (3) motif conserved tambahan, dan (4) berdasarkan fungsinya

(Ariel et al. 2007). Perbedaan struktur protein dari masing-masing sub-famili

(42)

toleran kekeringan Craterostigma plantagineum telah diisolasi 5 gen HD-Zip

(CpHB3, 4, 5, 6, 7) responsif kekeringan (Deng et al. 2002). Sebelumnya, Frank

et al. (1998) telah mengisolasi 2 gen HD-Zip (CpHB1 & 2) responsif kekeringan

dari spesies yang sama. Namun, belum ada laporan lebih lanjut mengenai fungsi

atau mekanisme toleran yang diperankan oleh masing gen HD-Zip ini dalam

merespon kekeringan. Pada Arabidopsis 26 gen HD-Zip dari sub-famili I dan II

telah berhasil diisolasi. Empat (AtHB5, 6, 7, dan 12) diantaranya responsif

terhadap kekeringan. Kekeringan menurunkan ekspresi gen AtHB5 dan 6, dan

sebaliknya meningkatkan ekspresi gen AtHB7 dan 12 (Ariel et al. 2007).

Overekspresi gen AtHB7 dan 12 mengakibatkan tanaman menjadi lebih pendek

karena panjang sel berkurang (Hjellstrom et al. 2003; Olsson et al. 2004), namun

belum membuktikan bahwa gen AtHB7 dan 12 meningkatkan ketahanan terhadap

kekeringan. Penelitian yang menunjukkan bahwa gen HD-Zip meningkatkan

ketahanan tanaman terhadap kekurangan air dilaporkan oleh Dezar et al. (2005a)

menggunakan gen Hahb-4 (HD-Zip sub-famili I) bunga matahari. Overekspresi

Hahb-4 dengan promoter CaMV35S menyebabkan tanaman lebih toleran

kekeringan dengan tingkat survival yang lebih tinggi dari tetuanya. Hal ini

menunjukkan potensi pemanfaatan gen HD-Zip dalam perakitan tanaman toleran

kekeringan di masa mendatang.

Pada tanaman padi gen HD-Zip baru dipelajari beberapa tahun terakhir ini.

Hasil analisis in silico terhadap sekuen utuh genom padi yang dilakukan oleh

Agalou et al. (2008) berhasil mengidentifikasi 26 gen HD-Zip sub-famili I dan II.

Delapan (yaitu OsHox4, 6, 11, 19, 20, 22, 24, dan 27) dari 26 gen HD-Zip tersebut

responsif kekeringan pada dua varitas padi Zhensan97 (padi sawah sensitif

kekeringan) dan IRAT109 (padi gogo toleran kekeringan) berdasarkan hasil

analisis ekspresi menggunakan real-time PCR. Overekspresi OsHox4

menggunakan promoter CaMV35S pada tanaman Arabidopsis dan padi

meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kekeringan. Namun, tanaman menjadi

kerdil akibat ukuran sel yang pendek dan steril (Agalou et al. 2008). Hal ini

mengindikasikan bahwa OsHox4 berperan dalam pemanjangan sel. Fungsi gen

responsif kekeringan OsHox lainnya belum diketahui, sehingga analisis fungsi gen

(43)

18

Gambar 2 Skema struktur protein unik dari setiap sub-famili HD-Zip. HD

homeodomain, LZ leucin zipper, CPSCE asam amino konservatif Cys, Pro, Ser, Cys, Glu dengan sandi satu huruf, domain

MEKHLA asam amino konservatif Met, Glu, Lys, His, Leu, Ala ,

N-term consensus ujung-N, SAD START-adjacent domain, START (steroidogenic acute regulatory protein-related lipid transfer ( Ariel et al. 2007).

Tabel 3 Sub-famili HD-Zip dan fungsinya

Sub-famili Fungsi

HD-Zip I Respon terhadap cekaman abiotik , respon terdap ABA, de-etiolasi, sinyal cahaya biru

HD-Zip II Respon terhadap keadaan pencahayaan,toleran naungan (Shade avoidance), respon terhadap auxin

HD-Zip III Embriogenesis, pengaturan meristem, inisiasi organ lateral, polaritas daun, perkembangan jaringan pembuluh, transport auxin

HD-Zip IV Differensiasi sel epidermis, akumulasi antosianin, perkembangan akar, pembentukan trikom

Sumber: Ariel et al. 2007

Analisis Fungsi Gen

Tujuan jangka panjang dari proyek sekuensing genom adalah diketahuinya

fungsi setiap gen yang ada di dalam genom dan bagaimana interaksinya dengan

gen lain. Data ini sangat penting dalam memahami biologi tanaman pada level

molekuler dan untuk memuliakan tanaman pada masa mendatang. Secara umum

ada 2 pendekatan untuk melakukan analisis fungsi gen, yaitu dengan pendekatan

forward dan reverse genetic (Peters et al. 2003). Forward genetic adalah

pendekatan yang digunakan untuk mengidentifikasi gen yang bertanggung jawab

menentukan fenotipe tertentu dalam suatu organisme. Sebaliknya reverse genetic

meliputi pendekatan yang digunakan untuk mengetahui fenotipe dari suatu gen

(44)

Forward genetic secara umum dilakukan untuk mengindentifikasi gen atau

mutasi gen yang menentukan fenotipe mutan yang spesifik. Fenotipe mutan yang

spesifik menjadi bahan dasar kajian dari forward genetic. Tanaman mutan

diperoleh dari hasil mutasi alam atau mutasi buatan. Mutasi alam terjadi sangat

jarang dan kemungkinannya sangat kecil sehingga untuk mendapatkan populasi

mutan yang besar diperlukan induksi mutasi. Ada beberapa pendekatan yang

digunakan untuk menginduksi mutasi pada tanaman, yaitu dengan menggunakan

senyawa kimia (mis. EMS, NaN3

Secara ringkas tahapan yang dilakukan untuk mengidentifikasi gen

menggunakan teknik map-based cloning atau disebut juga positional cloning

adalah; (1) membuat populasi mapping yang besar dengan menyilangkan tanaman

mutan dengan tipe liarnya, (2) mengidentifikasi marka yang bertautan (linkage)

erat dengan gen target, (3) mengidentifikasi pustaka YAC (yeast artificial

chromosom) atau BAC (bacterial artificial chromosom) yang berhibridisasi

dengan pelacak marka, (4) membuat atau mencari marker baru dari YAC atau

BAC (biasanya sekuen dari ujung klon) yang berkosegregasi dengan gen target,

(5) skrining ulang (jika diperlukan) dari klon YAC atau BAC yang berbeda untuk

memperoleh marker yang berkosegregasi dengan gen target, (6) mengidentifikasi

kandidat gen dari klon BAC atau YAC yang berkosegregasi dengan gen target, (7)

melakukan komplementasi genetika, dengan transformasi kandidat gen ke ), radiasi ion (mis. sinar gamma), transformasi

T-DNA atau dengan penyisipan transposon (Ramachandran & Sundaresan 2001;

Walden 2002; Kim et al. 2006; Al-Qurainy & Khan 2009; Suprasanna et al.

2009). Identifikasi gen dari mutan hasil induksi dengan senyawa kimia atau

iradiasi sinar gamma membutuhkan proses yang panjang dan memerlukan waktu

dan tenaga yang banyak karena harus menggunakan teknik map-based cloning

(Peters et al. 2003). Sebaliknya, identifikasi gen pada mutan yang diperoleh

dengan transformasi T-DNA dan penyisipan transposon lebih mudah dan cepat

dengan menggunakan sequen yang ada pada daerah T-DNA atau transposon

sebagai pelacak. Namun, keberhasilan insersi T-DNA dan transposon biasanya

tergantung pada genotipe tanaman yang digunakan dan hanya dapat dilakukan

pada tanaman dimana sistem transformasinya sudah dikuasai dengan baik (Gepts

(45)

20

tanaman mutan, untuk memulihkan fenotipe tipe liar, dan terakhir (8) menyekuen

gen dan mengidentifikasi sekuen untuk menentukan fungsinya (McClean 1998).

Saat ini banyak teknik yang dikembangkan untuk memudahkan identifikasi

gen pada tanaman menggunakan pendekatan insertional mutagenesis. Beberapa

dari teknik tersebut adalah T-DNA tagging, transposon tagging, retrotransposon

tagging, activation tagging, dan entrapmen tagging. Masing-masing memiliki

keunggulan dan kelemahan (Jeon & An 2001; Ramachandran & Sundaresan

2001). DNA tagging atau gene tagging secara sederhana dapat diartikan sebagai

penandaan atau pelabelan gen sehingga mudah dilacak. Pada dasarnya tahapan

yang dilakukan untuk mengidentifikasi gen pada mutan hasil insertional

mutagenesis adalah sama meskipun teknik insertional mutagenesis yang dipilih

berbeda. Tahapan yang dilakukan meliputi (1) pembentukan populasi mutan yang

besar menggunakan teknik transformasi tanaman, (2) karakterisasi molekuler

mutan untuk mencari galur-galur dengan satu salinan, (3) penapisan galur mutan

stabil dengan teknik PCR, (4) penapisan galur stabil dengan fenotipe yang

diharapkan, (5) isolasi sekuen DNA yang mengapit daerah yang diberi label (mis.

dengan thermal asymmetric interlaced (TAIL) PCR, adapter-ligated PCR, inverse

PCR, atau plasmid rescue), (6) Sekuensing DNA yang mengapit daerah yang

diberi label dan identifikasi sekuen untuk menentukan fungsinya dengan studi

bioinformatik (Vandenbusschea et al. 2003).

Pendekatan reverse genetic memanfaatkan data yang ada di pangkalan data

hasil proyek sekuen genom, EST, atau transcript profiling. Reverse genetic

dimulai dengan pemilihan gen target kemudian melihat pengaruh yang

ditimbulkan terhadap fenotipenya akibat perubahan yang dibuat pada gennya.

Secara umum pendekatan yang digunakan untuk mempelajari fungsi gen secara

reverse genetika terdiri dari beberapa percobaan; (1) menghilangkan fungsi (loss

of function) gen target, (2) meningkatkan fungsi (gain of function) gen target, (3)

tracking dan (4) kajian ekspresi

Percobaan untuk menghilangkan fungsi suatu gen melibatkan pembuatan

atau manipulasi DNA secara in vitro dengan teknik tertentu sehingga gen tersebut

(46)

knockout dan silencing gen. Knockout gen menghilangkan fungsi gen dengan

mengubah suatu sekuen gen menjadi tidak aktif sedangkan silencing gen

menghilangkan fungsi gen dengan menghambat proses transkripsinya

(Thorneycroft et al. 2001). Knockout dapat dilakukan diantaranya dengan insersi

T-DNA atau transposon (Thorneycroft et al. 2001), sedangkan silencing dapat

dilakukan dengan teknik RNAi (Kusaba 2004). Konstruk gen dari hasil

modifikasi ditransformasikan kembali ke dalam genom tanaman untuk melihat

pengaruhnya pada fenotipe yang dikendalikan.

Kegiatan meningkatkan fungsi (gain of function) suatu gen adalah kebalikan

dari loss of function. Kegiatan ini biasanya diparalelkan dengan loss of function

untuk mendapatkan data atau hasil yang lebih komprehensif. Prosesnya sama

seperti loss of function hanya konstruknya dirancang untuk meningkatkan fungsi

gen. Umumnya dengan menambah ekstra salinan gen disertai dengan

penggunakan promoter yang lebih kuat (Lloyd 2003; Cho & Hong 2006)

Tracking dilakukan untuk menggali informasi tentang lokalisasi dan

interaksi protein terkait. Salah satu cara untuk melakukan ini adalah

menggabungkan sekuen gen aslinya dengan gen pelapor misalnya green

fluorescent protein (GFP) yang memudahkan visualisasi produk modifikasi

genetika dalam sel atau jaringan tanaman (Boulin et al. 2006; Ko et al. 2007).

Kajian ekspresi bertujuan mengetahui dimana dan kapan protein tertentu

dihasilkan. Dalam melakukan penelitian ekspressi gen, promoter gen target

difusikan dengan suatu gen pelapor (mis. gus, atau GFP) dan ditransformasikan

kembali ke dalam sistem tanaman. Expresi gen kemudian diamati pada berbagai

sel atau jaringan, pada tahap pertumbuhan tertentu, atau pada kondisi lingkungan

tertentu (Boulin et al. 2006; Ko et al. 2007).

Transformasi Genetika Tanaman

Transformasi genetika tanaman adalah salah satu teknik yang sangat penting

dalam penelitian biologi molekuler dan pemuliaan tanaman. Transformasi

genetika memungkinkan pemindahan dan penyisipan satu atau beberapa DNA/gen

dari berbagai sumber (bakteri, fungi, hewan dan tumbuhan) ke dalam suatu genom

(47)

22

dalam 2 kelompok, yaitu teknik transformasi langsung (penembakan DNA,

elektroporasi, mikroinjeksi, dan PEG), dan dengan bantuan bakteri Agrobacterium

(Jahne et al. 1995; Komari et al. 1998; Tzfira & Citovsky 2006). Teknik

transformasi secara langsung dapat diaplikasikan pada berbagai jenis tanaman,

namun cenderung menyisipkan gen dengan jumlah salinan banyak pada satu lokus

(Dai et al. 2001). Hal ini menyebabkan tingginya DNA rearrangement

(penyusunan kembali) atau pembungkaman gen, sehingga dapat menimbulkan

kesalahan dalam interpretasi data (Kohli et al. 1998; Reddy et al. 2003).

Transformasi Agrobacterium merupakan teknik yang paling umum digunakan saat

ini, karena memiliki kelebihan antara lain tidak memerlukan peralatan yang

mahal, dapat diaplikasikan secara luas baik pada kelompok tanaman dikotil

maupun monokotil, pola integrasi DNA lebih mudah diprediksi dan yang paling

penting adalah kemungkinan untuk mendapatkan tanaman dengan satu salinan

gen sangat tinggi (Roy et al. 2000; Dai et al. 2001). Tanaman homozigot dengan

satu salinan gen sangat penting didalam pemuliaan tanaman dan kajian fungsi gen

karena tanaman dianggap sudah stabil dan lebih mudah dalam interpretasi

datanya.

Secara alami Agrobacterium tumefaciens adalah bakteri patogen tanah

yang dapat menyebabkan penyakit tumor pada tumbuhan dari kelas

dikotiledoneae. Dalam sistematika mikroorganisme Agrobacterium

diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom

Phylum

Class

Ordo

Famili

Genus : Agrobacterium

Tumor disebabkan oleh suatu plasmid Agrobacterium yang sangat besar

yang kemudian disebut dengan plasmid Ti (Tumor inducing). Plasmid Ti

mengandung T-DNA yang diapit oleh 23 pasang sekuen basa berulang dan satu

(48)

untuk mengangkut T-DNA dari sel bakteri dan menyisipkannya ke dalam genom

tanaman. T-DNA mengandung gen penyandi senyawa opine (octopin, nopalin,

atau leucinopin) yang diperlukan oleh Agrobacterium dan gen penyandi hormon

pertumbuhan tanaman yang mengakibatkan pertumbuhan sel tidak terkendali dan

membentuk tumor. Proses transfer gen oleh Agrobacterium sudah banyak diulas

sebelumnya diantaranya oleh Sheng dan Citovsky (1996) dan Tinland (1996).

Hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa T-DNA dapat

dipisahkan secara fisik dari gen virulen menjadi dua plasmid yang terpisah yang

kemudian dikenal dengan sistim biner (Hoekema et al. 1984). Sifat onkogenik

tetap terpelihara selama kedua plasmid berada di dalam Agrobacterium yang

sama. Selanjutnya setiap DNA asing yang disisipkan ke dalam T-DNA dapat

ditransfer ke dalam sel tanaman. Hal ini sangat menguntungkan karena plasmid

lebih kecil dan mudah dimanipulasi. Selanjutnya onkogen dapat dihilangkan dari

T-DNA agar tanaman tumbuh normal, dan situs restriksi unik ditambahkan untuk

memudahkan penyisipan gen asing (Riva et al. 1998; Lee & Gelvin 2008).

Transformasi Agrobacterium kemudian digunakan secara luas pada tanaman

dikotil, namun tidak pada monokotil karena tanaman dari kelompok ini bukan

inang dari Agrobacterium. Keberhasilan transformasi dari kelompok monokotil

pertama kali dilaporkan oleh Hiei et al. (1994) pada tanaman padi Japonica

kultivar Tsukinohikasi, Asanohikari, dan Koshihikari. Dari berbagai eksplan yang

diuji, kalus embriogenik dari skutellum umur tiga hari adalah bahan yang paling

sesuai untuk infeksi Agrobacterium. Kalus diko-kultivasi dengan A. tumefaciens

strain LBA4404 dan EHA101, masing-masing mengandung plasmid pTOK233

atau pIG121Hm, selama tiga hari pada media mengandung 100 µM asetosyringon.

Plasmid pTOK233 dan pIG121Hm masing-masing mengandung gen penanda gus

dan penyeleksi hpt. Hasil analisis berdasarkan gen β-glucuronidase (gus) dan gen penyeleksi hygromycin phosphotransferase (hpt) pada tanaman transgenik R1 dan

R2 menunjukkan integrasi, ekspresi, dan pewarisan gen yang stabil (Hiei &

Komari 1996). Meskipun efisiensi transformasi Agrobacterium masih dianggap

rendah pada saat itu dan sulit untuk padi Indica, penelitian ini telah menginspirasi

peneliti untuk meningkatkan efisiensi transformasi pada tanaman padi.

(49)

24

dipelajari, diantaranya pengaruh genotipe tanaman, strain Agrobacterium,

plasmid, senyawa penginduksi gen virulen (vir), komposisi media, dan jaringan

yang digunakan (Opabode 2006). Faktor lain yang juga penting menentukan

keberhasilan transformasi tanaman adalah perlakuan osmotik pada eksplan, lama

ko-kultivasi, kerapatan A. tumefaciens, pengeringan eksplan, perlakuan

antinekrotik, suhu selama ko-kultivasi, penambahan surfaktan, media inokulasi

dan ko-kultur, antibiotik dan agen penyeleksi yang digunakan. Saat ini

transformasi tanaman padi Japonica sangat mudah dilakukan dengan efisiensi

transformasi yang tinggi. Selanjutnya protokol transformasi untuk tanaman padi

Indica juga sudah tersedia (Toki 1997; Saharan et al. 2004; Lin & Zhang 2005;

Hiei & Komari 2006). Sejumlah sifat agronomi penting telah ditransformasi ke

dalam genom tanaman padi dengan bantuan Agrobacterium untuk meningkatkan

ketahanan cekaman biotik dan abiotik, dan meningkatkan kualitas nutrisinya (Roy

et al. 2000).

Higga saat ini Agrobacterium masih dianggap sebagai satu-satunya genus

bakteri yang mampu melakukan transfer gen ke dalam genom tanaman dan

digunakan secara luas pada tanaman termasuk padi. Namun, kebanyakan

teknologi yang terlibat di dalamnya dilindungi oleh paten di berbagai belahan

dunia, yang kebanyakan dipegang oleh perusahaan multi nasional. Hal ini dapat

menjadi kendala dalam pemanfaatan teknik ini untuk pemuliaan tanaman

(Jambresic 2005), sehingga ada upaya untuk mencari bakteri alternatif selain

Agrobacterium.

Adanya kenyataan bahwa gen virulen dan T-DNA yang terlibat dalam

transfer gen tidak dipatenkan kemudian dimanfaatkan untuk merekayasa bakteri

selain Agrobacterium untuk digunakan sebagai agen transfer gen. Ide ini pertama

kali direalisasikan oleh Broothaerts et al. (2005) yang merekayasa bakteri dari

golongan Rhizobia agar dapat dimanfaatkan sebagai agen transfer gen. Bakteri

yang tergolong ke dalam kelompok Rhizobia adalah bakteri tanah yang sudah

lama dikenal berasosiasi dengan tanaman membentuk bintil akar yang penting

untuk proses fiksasi nitrogen dari udara (Weir 2011). Contoh bakteri yang

(50)

Ensifer/Shinorhizobium, dan Bradyrhizobium. Semua masuk dalam famili

Rhizobiaceae.

Proses transfer gen yang terjadi pada Rhizobia hasil rekayasa adalah

dengan melibatkan gen virulen dan T-DNA dari Agrobacterium (Broothaerts et al.

2005).

Gambar

Gambar 1  Diagram alur penelitian
Tabel 1  Gen yang terlibat dalam respon terhadap cekaman kekeringan dan
Tabel 4  Media yang digunakan untuk transformasi tiga varietas padi (Ciherang, Nipponbare, dan Rojolele)
Gambar 7  Penampilan morfologi  a. Niponbare, b. Ciherang, dan c. Rojolele
+7

Referensi

Dokumen terkait

Data hasil preprocessing selanjutnya akan dilakukan proses ekstraksi ciri menggunakan Principal Component Analysis (PCA) sehingga akan menghasilkan kumpulan vektor citra

Sebagai bahan pelaksanaan kegiatan selama Tahun 2015, Renja juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan kegiatan yang dilaksanakan dalam satu tahun bagi

Tidak hanya pada siswa berkebutuhan khusus namun juga pada siswa regular, sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran dukungan sosial teman sebaya

HUBUNGANPENGETAHUAN SII'AP DlN'IINDA(ANKONIAK SERUMAH DENGAN KEJADIAN KUSTA DI KABU?ATEN... Itljddor rsn di kblF€D

Berdasarkan hasil Evaluasi Dokumen Penawaran dan Evaluasi Kualifikasi Pemilihan Langsung, dengan ini kami mengundang Perusahaan Saudara untuk melakukan Pembuktian

Hipoteze su formirane na temelju pitanja kakav je stil pregovaranja u Hrvatskoj, koriste li se pregovarači BATNA-om i na koji način se pripremaju za pregovore, na koji način

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang dan membangun sistem untuk memprediksi tinggi muka air pada suatu pos pengamatan yaitu pintu air

Berdasarkan pada permasalahan yang ter- ungkap dalam wawancara, maka penting untuk dilakukan penelitian guna melihat pengaruh workplace spirituality dan