• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis efisiensi teknis usahatani labu zucchini (Studi Kasus : Petani Mitra CV. Agro Segar Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis efisiensi teknis usahatani labu zucchini (Studi Kasus : Petani Mitra CV. Agro Segar Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)"

Copied!
180
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS USAHATANI LABU ZUCCHINI

(Studi Kasus : Petani Mitra CV. Agro Segar Desa Ciherang,

Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)

ASTARI HAQI APRILIYANTI H34070079

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ii

RINGKASAN

ASTARI HAQI APRILIYANTI. Analisis Efisiensi Teknis Usahatani Labu

Zucchini (Studi kasus :Petani Mitra CV. Agro Segar Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan Suharno).

Tingkat konsumsi sayuran yang diperkirakan akan semakin meningkat disebabkan oleh adanya peningkatan jumlah penduduk dan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk hidup sehat. Terlihat dari rata-rata laju pertumbuhan produktivitas sayuran di Indonesia dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2008 sebesar 1,0325%. Beragam trend di dunia bisnis hortikultura seperti salah satu trend saat ini yang sedang berkembang di dunia hortikultura adalah trend sayuran Jepang dan Korea. CV. Agro Segar merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang bisnis hortikultura yang khusus mengembangkan sayuran Jepang dan Korea. Dalam pengadaan pasokan pihak perusahaan bekerja sama dengan petani sekitar perusahaan. Salah satu komoditi unggulan dengan tingkat permintaan tertinggi adalah labu zucchini. Namun pihak CV. Agro Segar maupun petani mitra belum mengetahui tingkat efisiensi dan faktor-faktor yang berpengaruh pada tingkat produksi dan inefisiensi secara teknis guna memperoleh hasil yang optimal dalam kegiatan produksi. Adanya keberagaman petani dalam penerapan teknologi budidaya labu zucchini yang diadopsi dari pihak perusahaan menyebabkan tingkat efisiensi dari setiap petani mitra menjadi berbeda-beda. Maka dari itu diperlukan informasi mengenai tingkat efisiensi teknis usahatani labu

zucchini di lokasi penelitian untuk menemukan batas (frontier) dari kombinasi

input-input produksi sehingga menghasilkan output yang optimal. Dengan diketahui tingkat efisiensi dari setiap petani

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produksi dan menyebabkan inefisiensi teknis usahatani labu zucchini yang dijalankan oleh petani mitra CV. Agro Segar, (2) menganalisis

fungsi produksi stochastic frontier petani mitra usahatani labu zucchini di CV.

Agro Segar serta faktor-faktor yang mempengaruhinya, dan (3) menganalisis

tingkat efisiensi teknis usahatani petani mitra labu zucchini CV. Agro Segar.

Hasil estimasi dari parameter Maximum Likelihood untuk fungsi produksi

Cobb-Douglass Stochastic Frontier menunjukan bahwa variabel yang berpengaruh nyata terhadap produksi labu zucchini adalah variabel lahan, sedangkan variabel lebar bedeng, benih, pupuk kandang, pupuk kimia, obat cair, dan tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap produksi labu zucchini. Variabel yang berpengaruh positf terhadap produksi labu zucchini adalah lahan, benih, pupuk kandang, dan tenaga kerja. Variabel yang berdampak negatif terhadap tingkat produksi labu zucchini adalah lebar bedeng, pupuk kimia dan obat cair.

(3)

iii inefisiensi teknis usahatani labu zucchini adalah variabel umur, pendidikan formal, dan status kepemilikan lahan. Variabel pengalaman dan penyuluhan berpengaruh negatif terhadap inefisiensi teknis usahatani labu zucchini. Variabel yang berpengaruh nyata terhadap inefisiensi teknis labu zucchini CV. Agro Segar adalah umur dan pendidikan normal pada taraf kepercayaan masing-masing 95 persen dan 75 persen.

(4)

iv

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS USAHATANI LABU ZUCCHINI

(Studi Kasus : Petani Mitra CV. Agro Segar Desa Ciherang,

Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur,

Jawa Barat)

ASTARI HAQI APRILIYANTI H34070079

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

v

Judul Skripsi : Analisis Efisiensi Teknis Labu Zucchini

(Studi Kasus : Petani Mitra CV. Agro Segar Desa

Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)

Nama : Astari Haqi Apriliyanti

NIM : H34070079

Menyetujui,

Pembimbing

Dr. Ir. Suharno, M. Adev

NIP . 19610610 198611 1 001

Mengetahui

Ketua Departemen Agribisnis

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

(6)

vi

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Efisiensi

Teknis Usahatani Labu Zucchini (Studi Kasus :Petani Mitra CV. Agro Segar Desa

Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)” adalah karya sendiri

dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun

tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juni 2011

Astari Haqi Apriliyanti

(7)

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 2 April 1989. Penulis adalah anak

kedua dari dua bersaudara dari pasangan Ayahanda Baehaki dan Ibunda Dian

Rustriyani. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Pengadilan 3

Bogor pada tahun 2001 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun

2004 di SLTP Negeri 4 Bogor. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMA Negeri

1 Bogor diselesaikan pada tahun 2007.

Penulis diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Efisiensi

Teknis Labu Zucchini (Studi Kasus Petani Mitra CV. Agro Segar Desa Ciherang,

Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat).

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efisiensi teknis usahatani petani

labu zucchini yang bermitra dengan CV. Agro Segar. Selain itu penelitian ini

bertujuan untuk menanalisis faktor-faktor yang menyebabkan inefisiensi pada

usahatani labu zucchini yang dijalankan petani mitra CV. Agro Segar.

Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena

keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran

dan kritik yang membangun kearah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat

bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Juni 2011

(9)

ix

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai

bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan ucapan terima

kasih dan penghargaan kepada :

1. Dr. Ir. Suharno, M. Adev selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan,

dukungan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama

penyusunan skripsi ini. Beliau telah memberikan banyak pencerahan kepada

penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Ir. Dwi Rachmina, MS selaku dosen penguji utama dan Ir. Narni

Farmayanti, MS selaku dosen penguji komisi pendidikan pada sidang

penulis yang telah meluangkan waktu serta memberikan kritik dan saran

demi perbaikan skripsi ini.

3. Ir. Harmini, MSi dan Yeka Hendra Fatika, SP, yang telah memberikan

banyak pencerahan bagi penulis dalam penyusunan skripsi, serta seluruh

dosen dan staf Departemen Agribisnis yang telah menjadi keluarga bagi

penulis di Bogor.

4. Orangtua dan keluarga tercinta untuk setiap doa dan dukungan pada penulis

dan semoga hasil dari penulisan ini bisa menjadi persembahan terbaik.

5. Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur atas data

informasi dan kerja sama yang baik dalam memberikan informasi dan

gambaran sistem agribisnis sayuran di Kecamatan Pacet. Semoga agribisnis

sayuran, khususnya labu zucchini di Kecamatan Pacet mampu mengangkat

kesejahteraan rakyat.

6. Bapak Santoso selaku pemilik CV. Agro Segar yang bersedia memberikan

informasi mengenai usahatani labu zucchini yang selama ini sudah

dijalankan dan profil mengenai perusahaan. Semoga bisnis labu zucchini

yang dikembangkan dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan dan

masyarakat sekitar khususnya petani melalui pengadaan lapangan

(10)

x

7. Petani labu zucchini mitra CV. Agro Segar di Desa Ciherang Kecamatan

Pacet Kabupaten Cianjur Jawa Barat yang telah bersedia menjadi responden

penelitian ini..

8. Kharisma Affan Farisi, Ana Zufrida, dan Yusnizar yang merupakan teman

satu bimbingan penulis yang telah memberikan dukungan dan doa selama

ini. Semoga penelitian yang kami lakukan bisa memberikan manfaat bagi

lingkungan sekitar khususnya bagi pertanian Indonesia.

9. Putri, Venty, Anten, Decy, Octiasari, Meutia, Dinar, Azzy, Agy, Faris, Lika,

Risa, dan Jihan yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan

pada penulis selama proses penyusunan skripsi ini.

10. Teman-teman seperjuangan dan teman-teman Agribisnis angkatan 44 atas

semangat kekeluargaan selama kuliah di Agribisnis IPB. Serta seluruh

pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas

bantuannya.

Bogor, Juni 2011

(11)

xi

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN RESPONDEN ... 38

5.1 Gambaran Umum CV.Agro Segar ... 38

(12)

xii

Labu Zucchini Petani Mitra CV. Agro Segar ... 43

5.3.1 Kelompok Tani Agro Segar ... 43

5.3.2 Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Agro Farm ... 44

VI ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI TEKNIS ... 52

6.1 Analisis Produksi Stochastic Frontier ... 52

6.1.1 Pendugaan Model Fungsi Produksi Stochastic Frontier ... 52

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Kinerja PDB Komoditas Hortikultura Indonesia Atas Dasar

Harga Berlaku periode 2003-2006 (miliar Rp) …… 2

2. Perkembangan Luas Panen, Jumlah Produksi, dan Produktivitas Komoditi sayuran Indonesia tahun 2003-2008 .………... 2

3. Keragaan Luas Panen, Jumlah Produksi, dan Produktivitas Komoditi sayuran Jawa Barat tahun 2004-2008... 3

4. Tingkat Permintaan rata-rata Produk Sayuran Eksotis Terhadap Kelompok Tani Agro Segar ……… 5

5. Beberapa Varietas dan Ciri-ciri labu Zucchini ……… 10

6. Distribusi Usia Petani Responden Tahun 2011 ... 39

7. Distribusi Pengalaman Petani responden Tahun 2011 ... 40

8. Distribusi Tingkat Pendidikan Formal Petani responden Tahun 2011 ... 40

9. Distribusi Penyuluhan Petani Responden Tahun 2011 ... 42

10. Distribusi Status Kepemilikan Lahan Petani Responden Tahun 2011 ... 42

11. Distribusi Status Keanggotaan Petani Responden Tahun 2011 ... 43

12. Distribusi Pembibitan Petani Responden 2011 ... 47

13. Distribusi Intensitas Pemupukan Petani responden Tahun 2011 ... 50

14. Distribusi Dosis Pemupukan Petani Responden Tahun 2011 ... 50

15. Distribusi Intensitas Pengobatan Petani Responden Tahun 2011 ... 51

16. Pendugaan Model Fungsi Produksi Cobb-Douglas Sochastic Frontier Labu Zucchini dengan Metode MLE periode Desember 2010 Februari2011 ... 53

17. Ringkasan Statistik Bebas Variabel Model Inefisiensi Teknis ... 58

(14)

xiv

19. Pendugaan Parameter Maximum- Likelihood Model

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Hubungan TP, PM, PR, dan Elastisitas Produksi ... 21

2. Fungsi Produksi Stochastic Frontier ... 25

3. Efisiensi Teknis dan Alokatif ... 27

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Kuisioner ... 69

2. Pola Tanam Petani Responden Tahun 2010 ... 77

3. Hasil Olahan SPSS 11.5 ... 78

4. Hasil Olahan Frontier 4.1 ... 79

(17)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan sistem agribisnis

karena Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam dengan

iklim yang mendukung. Salah satu bukti kekayaan alam Indonesia adalah daratan

dengan luas 19,853 juta hektar yang terbentang dari Sabang sanpai Merauke.

(Badan Pusat Statistik, 2009). Kekayaan sumber daya yang dimiliki hampir tak

terbatas sehingga dapat menghasilkan produk-produk agribisnis yang beragam.

Setiap subsektor agribisnis yang saling mendukung, dari hulu sampai hilir, pun

sangat potensial dikembangkan guna menjaga keberlangsungan pertanian

Indonesia.

Salah satu subsektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan

adalah subsektor hortikultura karena terjadi peningkatan setiap tahunnya ditinjau

dari segi permintaan, prospek permintaan domestik akan produk hortikultura

cenderung meningkat, sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk, peningkatan

pendapatan masyarakat serta berkembangnya pusat kota, industri dan pariwisata.

Sementara itu dari segi kualitas permintaan, segmentasi produk hortikultura

menjadi semakin beragam sejalan dengan preferensi konsumen yang semakin

memahami pengetahuan akan gizi, serta berkembangnya sentra pasar dan

perkembangan industri pengolahan produk berbasis hortikultura.1

Dalam jangka panjang diperkirakan permintaan terhadap komoditas

hortikultura dengan laju yang lebih cepat dibandingkan komoditas pangan

lainnya. Hal ini ditunjang dengan adanya peningkatan jumlah penduduk dan dapat

dirangsang oleh beberapa faktor lainnya yaitu, pertimbangan kesehatan konsumsi

pangan yang cenderung bergeser pada bahan pangan non-kolesterol terutama

pada kelompok rumah tangga berpendapatan tinggi atau di negara-negara maju.

Pada Tabel 1 terlihat adanya peningkatan Produk Domestik Bruto

Hortikultura atas dasar harga berlaku dalam tahun 2003-2006. PDB sayuran

1

(18)

2 merupakan kedua terbesar setelah PDB buah-buahan. PDB sayuran mengalami

peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 6,34 persen per tahun.

(Direktorat Jenderal Hortikultura, 2010).

Tabel 1. Kinerja PDB Komoditas Hortikultura Indonesia Atas dasar Harga Berlaku periode 2003-2006 (Miliar Rp)

Kelompok Komoditas

PDB per Tahun

2003 2004 2005 2006

Buah-buahan 28.246 30.765 31.694 35.448

Sayuran 20.573 20.749 22.630 24.694

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, 2010

Dilihat dari perkembangan luas panen, jumlah produksi, dan produktifitas

yang selalu positif, agribisnis sayuran mengalami perkembangan yang cukup

pesat. Pada Tabel 2 dapat kita lihat perkembangan dari luas panen, jumlah

produksi, dan produktivitas agribisnis sayuran periode tahun 2003 sampai dengan

tahun 2008.

Tabel 2. Perkembangan Luas Panen, Jumlah Produksi, dan Produktivitas Komoditi Sayuran Indonesia Tahun 2003-2008

Tahun

Luas Panen Produksi Produktivitas

Luas Panen

(19)

3 Secara keseluruhan produksi sayuran mengalami peningkatan dari tahun

ke tahun, walaupun sempat mengalami penurunan pada tahun 2007. Peningkatan

produksi diakibatkan adanya peningkatan areal tanam pada tahun sebelumnya

sehingga hasil tanaman yang diperoleh pun mengalami peningkatan.

Jawa Barat merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki

potensi sumberdaya alam yang sangat besar, terutama potensi sumberdaya di

sektor pertanian.2 Jawa Barat merupakan wilayah yang tepat untuk dijadikan

sentra hortikultura dengan komoditas sayuran karena memiliki kesesuaian lahan

dan iklim.

Tabel 3. Keragaan Luas Panen, Jumlah Produksi dan Produktivitas Sayuran Jawa Barat 2004-2008

Tahun

Luas Panen Produksi Produktivitas

Jumlah

Sumber : Dinas Pertanian Jawa Barat 20093

Namun pada Tabel 3 terilhat adanya perbedaan antara kondisi agribisnis

sayuran Indonesia dengan agribinisnis sayuran di Jawa Barat. Perkembangan luas

lahan, jumlah produksi, dan tingkat produktivitas sayuran untuk propinsi Jawa

Barat cenderung fluktuatif. Hal ini dapat diakibatkan oleh banyak faktor seperti

2

http://sjabar.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=category&layout=bl og&id=47&Itemid=51. (Diakses pada tanggal 10 Januari 2011).

3

(20)

4 cuaca maupun tingkat efisiensi produksi petani yang kurang baik. Apabila

dibandingkan laju pertumbuhan produktivitas sayuran rata-rata Indonesia periode

2004-2008 yang hanya sebesar 1,0325%, laju pertumbuhan produktivitas sayuran

di Jawa barat untuk periode 2004-2008 lebih besar yaitu 8,99125%.

Adanya perkembangan dari agribisnis sayuran ini tidak terlepas dari

pelaku-pelaku agribisnis itu sendiri. Adapun untuk sektor pertanian pada Agustus

2010, jumlah pekerja tercatat sebesar 41,49 juta orang. Jumlah itu menjadikan

pertanian sebagai sektor penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja di

Indonesia dengan porsi 38,4 % dari total jumlah penduduk bekerja sebesar 108,2

juta orang.4 Saat ini diperlukan berbagai inovasi dalam mengembangkan pertanian

khususnya sayuran, salah satunya adalah dengan memilih produk yang memiliki

nilai jual yang tinggi. Namun dalam pengembangan suatu bisnis dengan produk

baru dibutuhkan sumberdaya dan teknologi yang mendukung.

Salah satu produk yang saat ini yang menjadi trend baru dalam bisnis

sayuran adalah sayuran Jepang dan Korea. Peluang pasar untuk sayuran Jepang

dan Korea masih terbuka lebar seiring dengan bermunculan restaurant Jepang dan

Korea. Di Indonesia ada sekitar 55 restaurant Jepang yang dapat dijadikan pasar

potensial. Pada kenyataannya tidak banyak petani yang menanam sayuran Jepang

dan Korea tersebut karena masalah input-input dalam produksinya yang tergolong

relatif mahal dan teknologi pendukung yang dimiliki oleh petani masih terbatas.

Sebagian besar petani Indonesia merupakan buruh tani yang memiliki tingkat

pendidikan formal yang rendah bahkan tidak menyelesaikan pendidikan dasar.

Rendahnya tingkat pendidikan berdampak pada kemampuan petani dalam

mengelola usahataninya menjadi tidak berkembang dengan baik.5

Oleh karena itu diperlukan adanya kerjasama antara pihak yang mampu

menyediakan input-input faktor produksi dan memiliki teknologi budidaya

sayuran Jepang Korea untuk ditransfer kepada petani. CV Agro Segar merupakan

4

http://www.mediaindonesia.com/read/2010/12/12/185331/4/2/Jumlah-Pekerja-di-Sektor-Pertanian-terus-Menurun. (Diakses pada tanggal 11 Januari 2011).

5

Sugindo, Ibraham. 2010. Sumber Daya manusia Pertanian.

(21)

5 salah satu perusahaan yang merupakan produsen komoditi sayuran Jepang dan

Korea untuk beberapa kota besar dan menjadi salah satu percontohan untuk

agroindustri di Kabupaten Cianjur. Bapak Santoso yang merupakan pemilik CV.

Agro Segar sudah bisa menangkap peluang pasar yang baik dengan

mengembangkan komoditas sayuran Korea dan Jepang yang belum banyak

ditanam di Indonesia dan sangat potensial untuk dikembangkan, seperti horenso,

labu zucchini, altari, dan lain-lain.

Permintaan pasar terhadap produk sayuran Korea dan Jepang yang

bervariasi dan memiliki tingkat permintaan yang berbeda-beda mengharuskan

petani untuk selalu berinovasi agar mampu memenuhi spesifikasi kebutuhan dan

permintaan konsumen dan pasar. Berikut adalah data tingkat permintaan rata-rata

per bulan untuk sayuran Jepang dan Korea terhadap CV Agro Segar.

Tabel 4. Tingkat Permintaan Rata-rata Produk Sayuran Jepang dan Korea Terhadap CV Agro Segar

Komoditi Jumlah Rata-rata permintaan perbulan (kg)

Altari 600

Kacang Edamame 300

Pakchoy 450

Terung Korea 450

Youlmu Lokal 600

Youlmu Korea 1200

Sumber : Database CV Agro Segar (2010).

Komoditi yang akan diteilti adalah salah satu dari sayuran Jepang dan

Korea yang dikembangkan oleh CV Agro Segar, yaitu labu zucchini. Menurut

data pada Tabel 4, labu zucchini merupakan produk sayuran Jepang dan Korea

yang memiliki tingkat permintaan terbesar dibandingkan sayuran Jepang dan

Korea lainnya yang dikembangkan oleh CV Agro Segar. Selain itu masih sedikit

(22)

6 mengembangkan budidaya labu zucchini yaitu Cikole lembang, Cipanas, dan

Cianjur. Permintaan akan labu zucchini dari pasar swalayan, restoran, dan hotel

mencapai puluhan ton per hari.6

1.2. Perumusan Masalah

CV. Agro Segar merupakan salah satu perusahaan yang mengembangkan

sayuran Jepang dan Korea sebagai komoditi unggulannya. Seperti kita ketahui

sayuran Jepang memiliki prospek yang sangat baik untuk dikembangkan di

Indonesia karena sudah banyak sekali restaurant Korea dan Jepang maupun pasar

modern yang menjual sayuran Jepang dan Korea. Salah satu produk sayuran

Jepang yang dikembangkan CV. Agro Segar dengan tingkat permintaan tertinggi

adalah labu zucchini. Dalam hal pengadaan pasokan pihak CV. Agro Segar

melakukan kerja sama dengan petani labu zucchini di sekitar tempat usaha.

Kerjasama yang terjalin antara petani dengan pihak CV Agro Segar

merupakan salah satu bentuk kepedulian perusahaan untuk memberdayakan

petani di sekitar tempat usaha. Pihak perusahaan memberikan alternatif produk

yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan produk hortikultura

lainnya. Dikarenakan proses budidaya yang belum diketahui oleh petani sayuran

secara umum, maka pihak perusahaan mentransfer teknologi kepada para petani

mitra melalui kegiatan penyuluhan. Namun kegiatan penyuluhan ini hanya untuk

petani mitra yang merupakan anggota kelompok tani Agro Segar yang merupakan

kelompok tani binaan CV. Agro Segar. Petani mitra yang bukan anggota

kelompok tani Agro Segar mengadopsi teknik budidaya labu zucchini dari petani

mitra anggota kelompok tani Agro Segar.

Pada kenyatannya penerapan teknik budidaya labu zucchini antar petani

tidak sama karena perilaku dan keterampilan dari setiap petani mitra yang

berbeda-beda. Kemampuan dari setiap petani dengan karakteristik yang beragam

dalam pengaplikasian teknologi pun menjadi faktor yang dapat mempengaruhi

tingkat produksi labu zucchini.

6

(23)

7 Adanya perbedaan perlakuan petani ini dikarenakan adanya perbedaan

keputusan dari setiap petani dalam mengalokasikan setiap faktor-faktor

produksinya (korbanan produksi). Petani belum mengetahui kombinasi yang tepat

dari faktor-faktor produksi tersebut agar dapat menghasilkan jumlah output yang

optimal karena para petani labu zucchini yang bekerja sama dengan CV. Agro

Segar ini hanya mengaplikasikan teknologi yang ditransfer oleh pihak CV. Agro

Segar sesuai dengan kemampuan mereka sehingga petani dan pihak perusahaan

belum mengetahui tingkat efisiensi dari pengalokasian input-input produksi

tersebut. Faktor-faktor produksi tersebut sangat menentukan keberhasilan suatu

usahatani. Produksi yang optimal dapat dicapai apabila pelaku usahatani dapat

menggunakan input-input produksi dengan kombinasi yang tepat sehingga secara

teknis usahatani labu zucchini yang dijalankan oleh petani mitra tersebut dapat

dikatakan sudah efisien.

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani mitra CV. Agro Segar,

permasalahan yang biasa ditemui saat mengembangkan usahatani labu zucchini

tidak terlalu berpengaruh karena pihak perusahaan tidak melakukan ekspansi

pasar sehingga tingkat permintaan dibatasi dan cenderung stabil. Namun kondisi

ini membuat petani dan pihak perusahaan tidak mengetahui tingkat efisiensi dari

usahatani labu zucchini yang dijalankan selama ini. Efisiensi teknis usahatani

yang dijalankan dapat digunakan sebagai pertimbangan pengambilan keputusan

pengkombinasian input usahatani yang optimal dan kebijakan CV. Agro Segar

pada masa yang akan datang.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan permasalahannya

adalah :

1. Apakah usahatani labu zucchini yang dijalankan oleh petani yang bekerja

sama dengan pihak CV. Agro Segar sudah efisien dilihat dari teknis

produksinya?

2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi tingkat produksi dan

menyebabkan inefisiensi teknis dari usaha budidaya zucchini yang

dijalankan petani labu zucchini yang bermitra dengan CV. Agro Segar?

(24)

8

3. Bagaimana fungsi produksi stochastic frontier dari usahatani labu zucchini

yang dijalankan oleh petanilabu zucchiniyang bermitra dengan CV. Agro

Segar?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui tingkat efisiensi teknis petani labu zucchini yang bekerja sama

dengan CV. Agro Segar.

2. Menduga dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

produksi dan inefisiensi dari usaha budidaya zucchini yang dijalankan

petani labu zucchini yang bermitra dengan CV. Agro Segar.

3. Menganalisis fungsi produksi stochastic frontier usahatani labu zucchini

yang dijalankan oleh petani labu zucchini yang bermitra dengan CV. Agro

Segar.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan informasi bagi petani labu zucchini maupun pihak CV.

Agro Segar dalam mengambil keputusan pada usaha budidaya zucchini

guna meningkatkan efisiensi teknis sehingga mampu meningkatkan

produktivitas dari usaha budidaya zucchini.

2. Sebagai referensi bagi institusi terkait dalam mengambil keputusan yang

berkaitan dengan efisiensi teknis usahatani labu zucchini.

3. Memberikan tambahan informasi bagi pembaca mengenai efisiensi

produksi usahatani labu zucchini.

4. Sebagai sarana pembelajaran bagi penulis dalam melakukan penulisan

ilmu dan penelitian.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan ruang lingkup perusahaan yaitu CV.Agro

Segar dengan labu zucchini sebagai komoditi yang akan diteliti. Petani yang

dijadikan responden dalam penelitian ini adalah petani labu zucchini yang bekerja

(25)

9 teknis petani labu zucchini yang bekerja sama dengan pihak CV. Agro Segar.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model fungsi Cobb-

(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Gambaran Umum Labu Zucchini

Zucchini (Curcubita pepo L) tergolong ke dalam keluarga labu namun

bentuknya sepintas serupa dengan mentimun. Sayuran yang terkenal dengan

“Summer Squash” ini memiliki permukaan halus, berwarna hijau atau

kuning,bahkan ada yang bergaris ataupun berbintik. Tanaman zucchini tumbuh

tegak seperti tanaman labu pada umumnya.

Tanaman yang memiliki tinggi antara 25 sampai 40 cm ini memiliki

tangkai daun panjang, berbentuk hampir silindris dengan pangkal membesar, dan

helai daun bulat yang menjari. Bunga labu zucchini yang berwarna kuning keluar

dari daerah antara batang utama dengan tangkai daun.

Labu zucchini ini mengandung vitamin C, mangan, magnesium, vitamin

A, kalium, kalsium, besi, folat, tembaga, riboflavin, niasin, dan fosfor. Dalam 100

gram labu zucchini terkandung 1,6 gram serat; protein 0,9 gram; lemak 0,3 gram,

karbohidrat 4,3 gram; dan kalori sebanyak 20 kalori. Labu zucchini sangat baik

dikonsumsi ketika menjalani program diet karena labu zucchini rendah kalori dan

lemak. Serat yang terkandung dalam labu zucchini mampu mengikat zat

karsinogen yang dapat menyebabkan penyakit kanker di dalam tubuh.

Tabel 5. Beberapa Varietas dan Ciri-ciri Labu Zucchini

Varietas Bentuk Kanopi Ukuran

Buah (cm)

Warna Buah Bentuk

Buah

Vignet F1 Menutup kompak 12-16 Hijau bertotol Lonjong

pendek

Grey zucchini Sedikit membuka 14-18 Hijau abu-abu

lurik

Sedikit lonjong

Starr’s green Sedikit membuka 16-22 Hijau menarik Silinder

Black jack F1 Sedikit membuka 18-24 Hijau gelap Silinder

panjang Golden

zucchini

Sedikit membuka 16-22 Kuning emas Langsing

TS 105 f1 Sedikit membuka 14-18 Hijau terang Lonjong

Tender finger Sedikit membuka 16-20 Hijau terang Lonjong

Jemmy Sedikit membuka 16-22 Kuning

mengilap

Langsing

(27)

11 Terdapat beberapa varietas dari labu zucchini dan kebanyakan merupakan

hasil perkawinan silang. Varietas yang sudah banyak dibudidayakan di Indonesia

adalah tender finger dan jemmy.

Teknis penanaman dan pembibitan sama dengan sayuran semusim seperti

mentimun. Pertumbuhan labu zucchini sangat cepat sehingga dapat dipanen

dengan cepat hasilnya. Pada kegiatan budidaya labu zucchini yang terpenting

adalah pengolahan tanah, pembibitan, penanaman, dan pemeliharaan.

Labu zucchini merupakan salah satu jenis sayuran baru di Indonesia yang

sangat potensial untuk dikembangkan karena belum banyak petani yang

mengembangkan labu zucchini, hanya di beberapa daerah saja seperti Cikole,

Cipanas, dan Cianjur. Pada awalnya labu zucchini ini hanya ditanam di daerah

subtropis, namun setelah adanya berbagai inovasi labu zucchini bisa

dikembangkan di daerah beriklim tropis salah satunya Indonesia, dengan kualitas

produk yang lebih baik. Selain dapat dikonsumsi dalam masakan segar, labu

zucchini dapat dijadikan asinan yang dikemas dalam kemasan kalengan atau

botol. Hal ini merupakan peluang baru di bisnis makanan olahan yang

dikembangkan secara agroindustri.

2. 2. Tinjauan Empiris Labu Zucchini

Labu zucchini belum banyak diteliti dari berbagai disiplin ilmu, namun

penelitian mengenai efisiensi teknis usahatani zucchini secara khusus belum

pernah dilakukan. Berikut adalah penelitian mengenai analisis usahatani labu

zucchini.

Totok (2004) meneliti mengenai usahatani labu zucchini dengan studi

kasus di Desa Nongko Sewu Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang.

Perhitungan efisiensi yang diperoleh dari penelitian ini yaitu 1,65 yang

menunjukkan bahwa segi efisiensi labu zucchini di Desa Nongko sewu kecamatan

Poncokusumo Kabupaten Malang efisien.

Dengan menggunakan uji t, maka diperoleh hasil t hitung 14,50 yang

lebih besar dari tabel t tabel sebesar 1,75. Dari hasil perhitungan dapat

disimpulkan bahwa usahatani labu zucchini di Desa Nongko Sewu kecamatan

(28)

12 yang sesuai, pengalaman para petani dalam menanam labu zucchini, solidaritas

yang tinggi dalam pengambilalihan usahatani, pola pemanenean yg bergilir guna

memperoleh hasil yang maksimal, serta permintaan akan labu zucchini yang baik

sehingga usahatani labu zucchini ini dapat meningkatkan pendapatan dan

produksi.

2. 3 Tinjauan Empiris Fungsi Produksi Cobb Douglass

Fungsi produksi merupakan bentuk hubungan antara input dan output

produksi. Faktor produksi merupakan input yang dibutuhkan dalam kegiatan

produksi tersbut yang terdiri dari tanah, modal, tenaga kerja, manajemen, iklim,

dan faktor sosial ekonomi produsen (Septiana, 2005). Berikut ini adalah beberapa

penelitian yang meneliti faktor-faktor produksi.

Suciaty (2004) melakukan penelitian untuk mengetahui efisiensi

penggunaan faktor-faktor produksi dalam usahatani bawang merah. penelitian

dilakukan di Desa Pabuaran Lor Kecamatan Ciledug Kabupaten Cirebon.

Faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap usahatani bawang merah ini adalah

lahan (X1), bibit (X2), pestisida (X3), tenaga kerja (X4), dan pupuk buatan (X5).

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan model fungsi Cobb-

Douglas. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa lahan merupakan faktor

produksi paling berpengaruh dalam tingkat produksi pada usahatani bawang

merah karena memiliki koefisien terbesar dibandingkan faktor-faktor produksi

yang lain. Koefisien determinasi (R2) sebesar 99,3 persen. Diperoleh nila F

sebesar 1.303,127 dengan signifikasi sebesar 0,000 berarti seluruh faktor produksi

berpengaruh terhadap tingkat produksi yang dicapai. Besar pemakaian faktor

produksi yang efisien adalah 5,2 ha untuk lahan, 259 kg/ha untuk bibit, 495 kg/ha

untuk pupuk buatan, 16,5 liter/ha untuk pestisida, dan 56 HKSP/ha untuk tenaga

kerja sehingga petani akan memperoleh produksi yang optimum. Pergerakan

usahatani yang dijalankan di daerah penelitian berada pada skala usahatani yan g

menguntungkan dengan jumlah koefisien regresi sebesar 1,903.

Hutauruk (2008) mengenai analisis efisiensi padi benih bersubsidi di

Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang Jawa Barat menggunakan

(29)

13 penelitian, faktor-faktor yang berpengaruh dalam musim tanam dengan

menggunakan benih sendiri adalah lahan, benih/lahan, pupuk KCL/lahan, pupuk

NPK/lahan, tenaga kerja luar keluarga/lahan dan tenaga kerja dalam

keluarga/lahan sedangkan musim tanam dengan benih bantuan pemerintah adalah

lahan, pupuk KCL/lahan dan tenaga kerja luar keluarga/lahan.

Wijayanti (2008) meneliti mengenai analisis pendapatan dan efisiensi

faktor produksi usahatani benih mentimun lokal pada program kemitraan dengan

PT. East West Seed Indonesia dengan studi kasus di Kecamatan Sukowono

Kabupatem Jember Musim Tanam 2005. Metode penelitian yang digunakan

adalah deskriptif dan korelasional. Metode analisis data yang digunakan adalah

analisis pendapatan, analisis fungsi produksi cobb-douglas, dan analisis efisiensi

penggunaan input.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan usahatani mentimun

lokal berada dalam kondisi yang menguntungkan. Faktor-faktor produksi yang

berpengaruh nyata secara fisik terhadap usahatani benih mentimun lokal ini

adalah pupuk KCl, pupuk lain, obat-obatan, dan tenaga kerja. Sedangkan

faktor-faktor produksi yang tidak berpengaruh nyata secara fisik terhadap produksi

benih mentimun lokal adalah luas lahan, pupuk SP36, pupuk Za, dan benih.

Apabila dilihat dari segi efisiensi ekonomis, faktor produksi pupuk SP36, pupuk

Za, obat-obatan, dan tenaga kerja ekonomis belum efisien. Sedangkan faktor

produksi luas lahan, pupuk KCl, dan pupuk lain secara ekonomis tidak efisien.

Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya, faktor-faktor yang diduga

berpengaruh pada tingkat produksi labu zucchini pada penelitian ini adalah luas

lahan (ha), lebar bedeng (m), jumlah benih (kg), jumlah pupuk kandang (kg),

jumlah pupuk kimia (kg), jumlah obat cair (liter), dan tenaga kerja (HOK).

2. 4 Tinjauan Empiris Efisiensi Teknis

Sampai saat ini penulis belum menemukan pen eltian yang secara spesifik

menganalisis tentang efisiensi teknis labu zucchini, namun ada beberapa

penelitian yang melakukan penelitian mengenai analisis efisiensi produksi dengan

(30)

14 Sukiyono (2004) melakukan penelitian mengenai analisa fungsi produksi

dan efisiensi teknis dengan aplikasi fungsi produksi frontier pada usahatani cabai

. lokasi penelitian di Kecamatan Selupu Rejang, Kabupaten Rejang Lebong.

Berdasarkan hasil perhitungan produksi stochastic frontier dengan

menggunakan metode MaksimumLikelihood (MLE) yang diestimasi

menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Parameter fungsi yang

berpengaruh nyata dan positif terhadap jumlah produksi adalah benih, pupuk

TSP, dan pupuk kandang. Variabel Urea, KCl, dan pestisida tidak berpengaruh

nyata terhadap produksi. Variabel tenaga kerja berpengaruh nyata namun

berpengaruh negative terhadap jumlah produksi. Hasil uji hipotesa dengan

menggunakan Likelihood Ratio Test usahatani cabai di lokasi penelitian sebesar

29,2859 yang lebih besar dibandingkan dengan X21 (3,84146) dapat disimpulkan

bahwa tidak ada bukti usahatani cabai yang dilakukan oleh petani di Kecamatan

Selupu Rejang adalah 100 persen efisien. Tingkat efisiensi yang dicapai oleh

petani cukup bervariasi dari Sembilan persen sampai dengan sembilan puluh

sembilan persen. Rata-rata tingkat efisiensi teknis di tingkat petani responden

adalah enam puluh dua persen.

Maryono (2008) melakukan penelitian mengenai analisis efisiensi dan

pendapatan usahatani program benih bersertifikat dengan pendekatan stochastic

production frontier. Lokasi penelitian di Desa Pasirtalaga, Kecamatan Telagasari,

Kabupaten Karawang.

Berdasarkan hasil perhitungan produksi stochastic frontier dengan metode

MLE, pada masa tanam I diperoleh faktor-faktor produksi urea, dan tenaga kerja

bernilai positif dan berpengaruh nyata terhadap produksi. Koefisien jumlah benih

bernilai negatif serta memiliki pengaruh nyata terhadap produksi. Sedangkan pada

masa tanam II, urea, obat-obatan, dan tenaga kerja bernilai positif dan

berpengaruh nyata terhadap produksi. Sebaliknya koefisien jumlah benih TSP

bernilai negatif serta berpengaruh nyata terhadap produksi.

Pada masa tanam II terjadi penurunan tingkat efisiensi teknis petani

responden dengan angka rata-rata tingkat efisiensi teknis pada masa tanam I

sebesar 0,966 dengan nilai terendah 0,805 dan nilai tertinggi adalah 0,994. Pada

(31)

15 tertinggi 0,990. Artinya dengan adanya program benih bersertifikat ini justru

menurunkan efisiensi teknis rata-rata sebesar 6,935 persen. Berdasarkan uji

statistik berbeda nyata (signifikan ) pada selang kepercayaan 99 persen.

Hasil pendugaan efisiensi teknis menunjukkan pada masa tanam I variabel

yang berpengaruh nyata terhadap efisiensi teknis adalah dummy bahan organic

dan dummy bahan legowo. Pada masa tanam II faktor-faktor yang nyata

berpengaruh dalam menjelaskan inefisiensi teknis di dalam proses produksi petani

responden adalah pengalaman, pendidikan dan rasio urea TSP.

Biaya total yang dikeluarkan oleh petani setelah program lebih besar

dibandingkan biaya sebelum program, yaitu Rp 2.271.919,71 sebelum program

dan RP 2.536.338,32 setelah program. Namun pada masa tanam II petani lebih

hemat dalam penggunaan faktor-faktor produksi. Pendapatan nominal atas biaya

tunai sebelum program adalah Rp 10.840.285,08 dan setelah program Rp

13.830.289,43.sedangkan pendapatan atas biaya total sebelum program Rp

5.275.576,64 dan setelah program sebesar RP 7.653.601,38. Pendapatan riil atas

biaya tunai masa tanam II lebih rendah dibandingkan masa tanam I, yaitu Rp

10.334.768,46 pada musim tanam II, sedangkan pada masa tanam I Rp

10.840.285,08. Pendapatan riil atas biaya total masa tanam II lebih kecil

dibandingkan masa tanam I yaitu Rp 4.800.566,74 pada masa tanam II dan Rp

5.275.576,64 pada masa tanam I. artinya peningkatan pendapatn terjadi karena

adanya peningkatan harga, bukan karena adanya peningkatan produktivitas. R/C

rasio atas biaya tunai sebelum program sebesar 4,97 sedangkan setelah program

nilai nominalnya sebesar 7,09 dan nilai riilnya sebesar 5,74. R/C atas biaya total

setelah program secara nominal mengalami peningkatan dibandingkan dengan

sebelum program, namun secara riil mengalami penurunan, yaitu R/C atas biaya

total sebelum program sebesar 1,64 sedangkan setelah program nilai nominalnya

sebesar 1,91 dan nilai riilnya sebesar 1,62.

Podesta (2009) melakukan penelitian mengenai pengaruh penggunaan

benih bersertifikat terhadap efisiensi dan pandapatan usahatani padi pandan wangi

di Kabupaten Cianjur menggunakan pendekatan Cobb-Douglas Stochastic

(32)

16 benih bersertifikat faktor produksi yang berpengaruh hanya pupuk P, sedangkan

pada usahatani non sertifikat hanya variabel tenaga kerja yang berpengaruh nyata.

Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa rata-rata tingkat efisiensi teknis

petani pandan wangi benih sertifikat adalah 0,96 sedangkan petani pandan wangi

benih non sertifikat adalah 0,71 dengan frekuensi tersebar. Berdasarkan hasil

penelitiannya ternyata hanya faktor dummy pendidikan non formal saja yang

berpengaruh nyata bagi usahatani padi pandan wangi benih non sertifikat dan

tidak ada faktor yang nyata berpengaruh bagi usahatani padi pandan wangi benih

bersertifikat. Hasil analisis pendapatan usahatani beras pandan wangi di

Kabupaten Cianjur menunjukan bahwa pendapatan atas biaya tunai dan biaya total

usahatani padi pandan wangi baik benih sertifikat maupun non sertifikat pada

musim tanam II mengalami peningkatan jika dibandingkan pada saat musim

tanam I. Bahkan nilai R/C rasio atas biaya tunai usahatani padi pandan wangi

benih non sertifikat musim tanam II lebih besar dibandingkan R/C rasio yang lain

yakni sebesar 7,54. Hal ini dikarenakan komponen biaya tunai terbesar berasal

dari biaya benih dan benih yang digunakan merupakan benih non sertifikat

sehingga harganya lebih murah dibandingkan benih sertifikat. Hal ini

mengakibatkan petani lebih memilih benih non sertifikat dibandingkan benih

sertifikat.

Tidak ada perbedaan yang terlalu signifikan antara penelitian analisis

efisiensi teknis yang telah dijabarkan sebelumnya dengan penelitian analisis

efisiensi teknis usahatani labu zucchini dengan studi kasus petani mitra CV. Agro

Segar Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

(33)

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3. 1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Ruang Lingkup Usahatani

Menurut Mubyarto (1979) usahatani merupakan himpunan sumberdaya

alam yang terdapat di suatu tempat yang diperlukan untuk produksi pertanian,

seperti tanah, air, perbaikan-perbaikan yang dilakukan atas tanah itu. Dalam

Suratiyah (2008) ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari tentang

perilaku seseorang dalam mengusahakan dan mengkoordinasikan penggunaan

faktor-faktor produksi dengan seefektif dan seefisien mungkin guna mendapatkan

manfaat yang maksimal yang akan berpengaruh pada tingkat pendapatan petani

yang akan maksimal juga. Berikut adalah beberapa definisi usahatani menurut

beberapa pakar.

Menurut Vink (1984) ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari

norma-norma yang digunakan untuk mengatur usahatani dengan tujuan untuk

memperoleh pendapatan yang setinggi-tingginya. Menurut Prawirokusumo (1990)

ilmu usahatani merupakan ilmu terapan yang mempelajari cara menggunakan

sumberdaya seefisien mungkin pada suatu usaha pertanian, peternakan, atau

perikanan. Selain itu, dengan adanya ilmu usahatani membantu para petani untuk

membuat dan melaksanakan keputusan pada usahatani yang dijalankan guna

mendapatkan pendapatan yang maksimal.

Dari berbagai definisi yang dipaparkan sebelumnya, dapat disimpulkan

bahwa dengan produksi pertanian yang berlebih maka diharapkan memperoleh

pendapatan tinggi. Namun produksi pertanian tersebut harus diawali dengan

perencanaan dan untuk mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi

seefisien mungkin sehingga dapat memperoleh pendapatan yang maksimal. Dalam

usahatani terdapat pertimbangan, baik dari segi ekonomis maupun teknis.

3.1.2. Faktor Produksi

Menurut Moehar (2004) kegiatan produksi dalam usaha pertanian melalui

proses yang berisiko dan membutuhkan waktu yang panjang tergantung pada

(34)

18 apabila semua faktor-faktor produksi yang mendukung kegiatan produksi tersebut

sudah terpenuhi.

Ada empat faktor produksi pada proses produksi pertanian, yaitu lahan

pertanian, tenaga kerja, modal, dan manajemen. Ketiga faktor awal merupakan

syarat mutlak pada suatu kegiatan produksi. Faktor manajemen keberadaannya

tidak dapat menyebabkan suatu kegiatan produksi akan batal ataupun gagal,

namun faktor ini sangat diperlukan untuk usaha tani yang maju dan berorientasi

pasar. Keempat faktor tersebut belum cukup untuk menjelaskan suatu kegiatan

produksi. Oleh karena itu dibutuhkan faktor-faktor sosial ekonomi lainnya seperti,

tingkat pendidikan, tingkat keterampilan, dan lain-lain.

Dalam Soekartawi (1990) terdapat penjelasan lebih lanjut mengenai

keempat faktor produksi yang telah disebutkan sebelumnya sebagai berikut.

1. Lahan

Lahan merupakan faktor yang terdiri dari beberapa faktor alam lainnya

seperti udara, air, temperatur, sinar matahari, dan lainnya. Hal-hal yang

harus diperhatikan untuk faktor lahan ini adalahn ukuran luas lahan dan

ukuran nilai tanah. Ada beberapa ukuran luas lahan misalnya ru, bata,

jengkal, patok, dan bahu. Semua ukuran tersebut harus dimengerti oleh

peneliti karena akan ditrensformasikan ke dalam hektar. Nilai dari suatu

lahan dipengaruhi oleh beberapa hal seperti tingkat kesuburan tanah,

lokasi lahan, topografi, status lahan, dan faktor lingkungan.

2. Tenaga Kerja

Faktor tenaga kerja tidak hanya dilihat dari ketersediannya, namun dari

kualitas dan macam tenaga kerja itu sendiri. Beberapa hal yang perlu

diperhatikan dari tenaga kerja yaitu jenis kelamin, tenaga kerja musiman,

dan upah tenaga kerja.

3. Modal

Dalam produksi pertanian modal dibedakan menjadi dua macam, yaitu

modal tetap dan modal variabel. Modal tetap merupakan modal yang

dikeluarkan dalam proses produksi yang tidak habis dalam sekali proses

produksi, meliputi tanah, bangunan, dan mesin-mesin. Modal variabel

(35)

19 dalam satu kali proses produksi, misalnya biaya yang dikeluarkan untuk

membeli benih, pupuk, obat-obatan, atau yang dibayarkan untuk

pembayaran tenaga kerja. Besar kecilnya modal dalam usaha pertanian

tergantung pada skala usaha, macam komoditas, dan ketersediaan kredit,

4. Manajemen

Faktor manajemen menjadi sangat penting dalam usahatani modern karena

diperlukan kemampuan untuk merencanakan, mengorganisasi,

melaksanakan, dan mengevaluasi dari suatu proses produksi. Beberapa

aspek yang mempengaruhi faktor manajemen yaitu tingkat pendidikan,

tingkat keterampilan, skala usaha, besar kecilnya kredit, dan macam

komoditas. Setiap petani melakukan manajemen produksi dari hulu ke

hilir guna mengontrol penggunaan faktor-faktor produksi sehingga

memperoleh hasil yang optimal.

3.1.3. Teori Fungsi Produksi

Fungsi produksi merupakan gambaran jumlah masukan yang dipakai,

sehingga dapat diperkirakan berapa produksi yang akan dihasilkan. Masukan

(input-input produksi) yang dapat mempengaruhi besar kecilnya produksi seperti

tanah, pupuk, tenaga kerja, modal, iklim, dan sebagainya.

Menurut Soekartawi (1986) , fungsi produksi merupakan hubungan fisik

antara masukan dan produksi. Masukan seperti tanah, pupuk, tenaga kerja, modal,

iklim, dan sebagainya merupakan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi

jumlah output. Dapat dimisalkan Y merupakan produksi dan Xi adalah masukan

i, maka besar kecilnya Y tergantung dari besarnya X1, X2, X3,…Xm yang

digunakan. Hubungan Y dan X secara aljabar dapat ditulis sebagai berikut :

Y = f (X1, X2, …… , Xm) (3.1)

Keterangan :

Y = Hasil produksi/output

X1,X2,…,Xm = Faktor produksi/input

Ada beberapa macamfungsi produksi yang telah dikenal dan dipergunakan

(36)

20 Menurut Soekartawi (1986) terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam

menentukkan bentuk aljabar fungsi produksi, yaitu :

1. Bentuk fungsi produksi harus dapat menggambarkan dan mendekati keadaan

usahatani sebenarnya.

2. Bentuk fungsi produksi yang dugunakan mudah diukur atau dihitung secara

statistik.

3. Fungsi produksi mudah diartikan secara ekonomi dari parameter yang

menyusun fungsi produksi tersebut.

Menurut Soekartawi (1990) ada dua pendekatan dalam ilmu ekonomi, yaitu

memaksimumkan keuntungan dan meminimumkan biaya. Pendekatan ini

dibedakan pada behavior dari petani itu sendiri. Berdasarkan Suratiyah (2002)

hubungan antara satu output dan satu input dalam satu fungsi produksi dapat

menggambarkan pula produk marginal (PM) dan produk rata-rata (AP). Produk

marjinal (PM) adalah tambahan output yang diperoleh akibat adanya tambahan

satu satuan input produksi. Produk rata-rata (PR) adalah tingkat produktivitas dari

setiap satuan produksi. Kedua tolak ukur ini dirumuskan sebagai berikut :

(3.2)

(3.3)

Perubahan dari hasil produksi yang disebabkan oleh faktor produksi dapat

dinyatakan dengan elastisitas produksi. Elastisitas produksi (Ep) merupakan

perbandingan perubahan output produksi dan perubahan input secara relatif.

Besarnya elastisitas bergantung pada besar kecilnya marginal produk suatu input.

Elastisitas dapat dirumuskan sebagai berikut:

(3.4)

Fungsi produksi terbagi menjadi tiga daerah yaitu daerah I (Stage I) di

sebelah kiri titik PR maksimum, daerah II (Stage II) di antara PR maksimum dan

PM=0, dan daerah III (Stage III) di sebelah kanan PM = 0 (PM > 0). Daerah I dan

daerah III merupakan daerah tidak rasional. Elastisitas produksi pada saat PM

(37)

21 PM berpotongan dengan garis PR pada titik maksimum. Di saat kondisi PM > PR

besarnya elastisitas produksi kurang dari satu (Ep < 1), sedangkan disaat PM < PR

besar elastisitas produksi melebihi satu (Ep > 1).

Gambar 1. Hubungan antara TP, PM, PR, dan elastisitas produksi

Sumber : Soekartawi 2002

Berdasarkan Nugraha (2010) hubungan total produksi (TP), produk

marginal (PM), produk rata-rata (PR), dan elastisitas dapat digambarkan dalam

kurva pada Gambar 1. Hubungan antara PM dan TP yang terlihat pada Gambar 1

bahwa apabila TP dalam keadaan naik maka PM akan bernilai positif sedangkan

apabila TP sudah mulai menurun maka nilai PM menjadi menurun. Bila TP

mencapai maksimum maka nilai PM sama dengan nol. Di saat TP naik pada tahap

increasing rate, maka PM bertambah pada decreasing rate. Apabila PM sama

dengan PR, maka PR dalam keadaan maksimum. Pada kondisi Ep > 1 produksi

Y Stage I Stage II Stage III

0 X

TP

PR

PM Y

X

X1 Ep=1 X3

(38)

22 tidak efisien dan tidak rasional karena pada saat TP mulai menurun dan klurva PM

sudah negatif. Pada tahap ini dengan adanya pengurangan faktor produksi akan

menyebabkan jumlah output menjadi lebih tinggi.

Tahap II dimana 0 < Ep <1 produksi termasuk rasional dan efisien. Namun

pada kondisi ini hanya diketahui efisiensi fisik saja dan untuk mengetahui

efisiensi ekonomi perlu diketahui harga faktor produksi maupun input produksi

dan dimasukkan ke dalam fungsi produksi.

3.1.4. Fungsi Cobb- Douglas

Fungsi produksi yang umum dipakai adalah fungsi Cobb- Douglas yang

melibatkan dua atau lebih variabel, yaitu variabel dependen yang dijelaskan (Y)

dan variabel independen yang menjelaskan (X). Kaidah –kaidah pada regresi

berlaku dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas. Fungsi Cobb-Douglas dapat

dirumuskan sebagai berikut :

(3.5)

Keterangan :

Y = f(X1, X2,..., Xi,..., Xn),

Y = variabel yang dijelaskan,

X = variabel yang menjelaskan,

a, b = besaran yang akan diduga,

u = kesalahan (disturbance term), dan

e = logaritma natural, e = 2,718

Untuk memudahkan pendugaan tersebut maka persamaan di atas dapat

dirubah menjadi bentuk linier berganda dengan melogaritmakan persamaan

seperti berikut :

Log Y = log a + b1 log X1 + b2 log X2 + v ; (3. 6)

Berdasarkan Soekartawi (2002) beberapa persyaratan yang harus dipenuhi

sebelum peneliti menggunakan fungsi Cobb-Douglas, yaitu :

a. Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol, sebab logaritma dari nol

(39)

23

b. Diperlukan asumsi dalam fungsi produksi bahwa tidak ada perbedaan

teknologi pada setiap pengamatan (non-neutral difference in the respective

technologies). Tiap variabel X adalah perfect competition.

c. Perbedaan lokasi (pada fungsi tersebut) seperti iklim adalah sudah

tercakup pada faktor kesalahan, u.

3.1.5. Fungsi Produksi Stochastic Frontier

Berdasarkan Soekartawi (2003) fungsi produksi frontier adalah fungsi

produksi yang digunakan untuk mengukur suatu fungsi produksi yang sebenarnya

terhadap posisi frontiernya. Fungsi produksi frontier merupakan hubungan fisik

faktor produksi dan produksi pada frontier yang terletak pada garis isokuan yang

merupakan garis tempat titik-titik yang menunjukkan titik kombinasi penggunaan

masukan produksi yang optimal.

Berdasarkan konsep stochastic frontiers, nilai variabel X dan Y

berubah-ubah karena adanya faktor lain yang mempengaruhi. Secara matematis konsep

tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut.

Y = f(X) exp (v-u) (3. 7)

Stochastic production frontier digambarkan dengan f(X) exp (v-u).

Menurut Forsund(1980) dalam Soekartawi (1994), v harus menyebar mengikuti

sebaran yang simetrik sehingga dapat mengetahui kesalahan (error) dan variabel

lainnya yang mempengaruhi nilai X dan nilai Y. Nilai technical in-efficiency

ditunjukkan oleh exp (u) dimana u > 0.

Dalam Soekartawi (1990), fungsi produksi frontier diperkenalkan pertama

kali oleh Farrell (1957) mengajukan pengukuran efisiensi, yaitu efisiensi teknis

dan efisiensi alokatif. Efisiensi teknis menggambarkan kemampuan perusahaan

untuk mendapatkan output maksimum dari kombinasi input yang tersedia.

Sedangkan efisiensi alokatif menggambarkan kemampuan perusahaan dalam

menggunakan input dalam proporsi yang optimal yang sesuai dengan harga dari

masing-masing input produksi. Gabungan dari kedua efisiensi ini merupakan

efisien ekonomi. Adanya pengukuran efisiensi ini untuk mengetahui tingkat

(40)

24 Para peneliti mengembangkan dan menggunakan teknik-teknik dasar dari

fungsi produksi Cobb-Douglas yaitu deterministic parametric frontiers,

deterministic stastical frontiers, dan stochastic frontiers.

Fungsi produksi frontier stochastic yang secara independent dirintis oleh

Aigner, Lovell dan Shcmidt (1977) merupakan fungsi produksi yang dispesifikasi

untuk data silang (cross-sectional data) dengan error term yang memiliki dua

komponen, yaitu random effects dan inefisiensi teknis. Model fungsi produksi ini

dapat dirumuskan sebagai berikut.

i

Yi = produksi (logaritma dari produksi) dari perusahaan ke –i,

Xi = vektor kx1 dari (transformasi) jumlah output perusahaan ke-i,

= vektor dari parameter yang tidak diketahui,

Vi = variabel random yang diasumsikan iid(identically distributed),

Ui = variabel non negatif random yang diasumsikan disebabkan oleh

inefisiensi , N(0, U2).

Model yang dinyatakan dalam persamaan di atas disebut sebagai fungsi

produksi stochastic frontier karena nilai output dibatasi oleh variabel acak

(stochastic) yaitu nilai harapan dari xi +vi atau exp (xi +vi). Output dari

stochastic frontier bisa bernilai positif ataupun negatif. Pada Gambar 4 dapat

digambarkan struktur dasar dari model stochastic frontier dengan sumbu x

mewakili input sedangkan sumbu y mewakili output. Komponen deterministic

dari model frontier , Y=exp (xi ), dengan asumsi berlakunya hukum diminishing

return to scale.

Pada Gambar 2 terdapat dua petani yaitu petani i dan j, pada petani i

dengan jumlah input yang digunakan sebesar xi dapat mengasilkan yi output

stochastic frontier melampaui fungsi produksi f (xi; ). Kondisi terjadi karena

kegiatan produksi petani i dipengaruhi oleh kondisi yang menguntungkan dimana

variabel vi bernilai positif. Sedangkan petani j menggunakan input xj dan

menghasilkan output sebesar yj yang berada di bawah fungsi produksi karena

kegiatan produksi dipengaruhi oleh kondisi yang tidak menguntungkan dengan vj

(41)

25

dibandingkan dengan deternministik dari frontiernya apabila random error yang

sesuai lebih besar dari efek inefesiensinya (vj>uj).

Gambar 2. Fungsi Produksi Stochastic Frontier

Sumber : Coelli, Rao, Battase (1998)

Konsep fungsi produksi ini telah digunakan sebagai aplikasi empiris,

namun saat ini telah diperluas dalam berbagai cara yang mencangkup asumsi

distribusi umum untuk Ui, seperti truncated normal distributions atau

two-parameter gamma distributions. Kedua distribusi tersebut memiliki bentuk

distribusi yang lebih luas. Model pemotongan terhadap penyebaran normal lebih

mudah dibandingkan dengan model gamma. Penyebaran pemotongan normal

merupakan generalisasi dari penyebaran setengah normal. Penyebaran ini

diperoleh dari pemotongan pada nilai nol dari penyebaran normal dengan nilai

harapan variasinya adalah dan 2. Jika nilai =0, maka distribusinya setengah

normal.

Fungsi produksi, y = exp

(x )

Frontier output (yj*),

exp (xj + vj), jika vj < 0

X

X

X

X y

yj

yi

xi xj x

Frontier output (yi*),

(42)

26

3.1.6. Konsep Efisiensi

Dalam Mubyarto (1979) produktivitas merupakan penggabungan antara

konsepsi efisiensi usaha (fisik) dengan kapasitas tanah untuk mengukur

banyaknya hasil produksi yang dapat diperoleh. Banyaknya hasil produksi secara

fisik yang diperoleh dari sejumlah input yang digunakan yang kemudian dinilai

dengan uang akan dapat menghitung efisiensi secara ekonomi.

Sebuah kegiatan produksi dapat dikatakan efisien apabila keuntungan yang

diperoleh mencapai tingkat maksimum dengan penggunaan biaya yang minimum,

sehingga pelaku produksi akan menambah jumlah input yang digunakan selama

adanya penambahan jumlah output yang dihasilkan yang besarnya sama atau lebih

besar dari biaya yang dikeluarkan akibat adanya pertambahan penggunaan faktor

produksi.

Sedangkan menurut Moehar (2004) usahatani dapat dikatakan efisien

apabila seorang pelaku usahatani dalam melakukan usahataninya dapat

mengalokasikan `input seefisien mungkin untuk mendapatkan hasil yang optimal

dan mendapatkan keuntungan yang maksimum.

Dalam Soekartawi (2002) dijelaskan bahwa peranan input tidak hanya

dilihat dari segi macam ataupun ketersediaannya saat dibutuhkan, tetapi ditinjau

juga dari segi efisiensi penggunaan faktor produksi tersebut. Hal ini yang dapat

menyebabkan senjang produktifitas (yield gap)antara produktivitas yang

seharusnya dan produktivitas yang dihasilkan oleh petani. Senjang produktivitas

ini disebabkan oleh faktor yang sulit diukur oleh manusia (petani) seperti

teknologi yang tidak dapat dipindahkan dan perbedaan lingkungan seperti iklim.

Sejang produktivitas yang disebabkan oleh kedua faktor tersebut dikenal dengan

yield gap I. Sedangkan senjang produktivitas yang di akibatkan oleh petani itu

sendiri dikenal dengan yield gap II. Ada dua faktor utama yang menyebabkan

yield gap II yaitu kendala biologi (misalnya perbedaan varietas, adanya tanaman

pengganggu, serangan hama penyakit, masalah tanda, perbedaan kesuburan tanah,

dan sebagainya) dan kendala sosial ekonomi (misalnya kebiasaan dan sikap,

tingkat pendidikan petani, risiko usahatani, dan lain-lain).

Upaya yang dilakukan petani agar dapat memperoleh tingkat produktivitas

(43)

27 (2002) menjelaskan bahwa konsep efisiensi mengandung tiga pengertian yaitu

efisiensi teknis, efisiensi harga/alokatif, dan efisiensi ekonomi. Efisiensi teknis

ditujukan untuk mencapai tingkat produksi yang tinggi dengan mengalokasikan

faktor produksi yang ada. Efisiensi harga dapat tercapai apabila petani dapat

memperoleh keuntungan dalam jumlah yang besar dari hasil usahataninya. Hal ini

merupakan hasil dari pengalokasian faktor produksi secara efisien sehingga

berpengaruh pada tingkat harga. Sedangkan efisiensi ekonomis tercapai saat

pengalokasian faktor produksi dapat menghasilkan keuntungan yang maksimum.

Apabila petani mampu meningkatkan produksinya dengan harga yang dapat

ditekan tetapi harga jual produksinya tinggi. Pada kondisi ini petani telah

melakukan efisiensi teknis dan efisiensi harga secara bersamaan.

Menurut Coelli, Rao, dan Battese (1998) seorang petani dapat dikatakan

lebih efisien apabila dalam penggunaan jenis dan jumlah input sama dengan

petani lain, namun hasil produksi secara fisik lebih tinggi tanpa melibatkan harga.

Gambar 3. Efisiensi Teknis dan Alokatif

Sumber : Coelli, Rao, dan Battese (1998)

Pada Gambar 3 isoquant ditunjukkan oleh garis SS’ yang merupakan

berbagai kombinasi input x1 dan x2 untuk mendapatkan jumlah y yang optimal.

Garis ini menunjukkan garis frontier dari fungsi produksi rata-rata. Garis biaya

isocost ditunjukkan oleh garis AA’ yang merupakan kombinasi biaya yang

dialokasikan untuk sejumlah input x1 dan x2 sehingga mendapatkan biaya yang

optimal. Penggunaan teknologi dari sebuah usaha ditunjukkan oleh garis OP.

(44)

28 diukur dengan rasio EA = OR/OQ, sedangkan efisiensi ekonomi dapat diukur

dengan rasio EE = OR/OP. Efisiensi ekonomi merupakan hasil dari perkalian

efisiensi teknis dan efisiensi alokatif yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

ET x EA = (OQ/OP) x (OR/OQ) = (OR/OP) = EE ( 3.9)

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Diperkirakan permintaan akan sayuran akan terus meningkat seiring

berjalannya waktu. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan jumlah penduduk dan

pertimbangan kesehatan yang mendorong masyarakat untuk mengkonsumsi

makanan sehat, karena seperti kita ketahui sayuran merupakan bahan pangan yang

mengandung berbagai macam vitamin dan nutrisi yang sangat baik untuk tubuh.

Dapat dilihat dari produktivitas sayuran di Inonesia yang hampir selalu

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dengan rata-rata laju pertumbuhan

produktivitas sayuran di Indonesia periode tahun 2003 sampai dengan tahun 2008

sebesar 1,0325%.

Beragam sayuran telah dikembangkan di Indonesia karena didukung

dengan kondisi iklim yang mendukung. Salah satu trend sayuran saat ini adalah

sayuran Jepang dan Korea. Belum banyak petani yang mengembangkan sayuran

Jepang dan Korea. Hal ini merupakan peluang bagi para petani sayuran untuk

mengembangkan sayuran tesebut. Namun dalam mengembangkan sayuran yang

tergolong masih jarang di Indonesia ini harus didukung dengan ketersediaan

sumber daya dan teknologi.

CV. Agro Segar ,yang menjadi tempat penelitian dalam penyusunan

skripsi ini merupakan salah satu perusahaan yang telah menangkap peluang ini.

Perusahaan yang didirikan di Desa Ciherang Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur

Jawa Barat ini memilih untuk mengembangkan sayuran yang tidak banyak

ditanam di Indonesia yaitu sayuran yang berasal dari Korea dan Jepang, seperti

horenso, chaisin, altari, zucchini, dan lain-lain. Bapak Santoso yang merupakan

pemilik CV. Agro Segar ini telah memiliki jalur pemasaran khusus yang cukup

(45)

29 Salah satu jenis sayuran Jepang dan Korea yang paling tinggi

permintaannya terhadap CV. Agro Segar adalah labu zucchini. Labu zucchini

tergolong dalam jenis sayuran yang baru dikembangkan di beberapa wilayah di

Jawa Barat, yaitu Cikole, Cipanas, dan Cianjur. Tingkat permintaan terhadap

zucchini ini cukup tinggi namun peredarannya masih sangat terbatas. Harga dari

sayuran ini pun termasuk stabil dan cenderung meningkat. Berdasarkan informasi

dari Bapak Santoso, kisaran harga zucchini di tingkat petani berkisar dari Rp

3.000- Rp 6.000 per kilogramnya. Bahkan harga zucchini sempat mencapai Rp

10.000,00 per kilogramnya. Selain itu labu zucchini memiliki banyak manfaat

bagi kesehatan. Dengan masih terbatasnya petani yang membudidayakan

zucchini, menjadikan peluang bagi CV. Agro Segar untuk menjadikan labu

zucchini sebagai komoditi yang sangat potensial untuk dikembangkan.

Dalam pengadaan produk pihak Agro Segar bermitra dengan petani sekitar

Desa Ciherang. Namun setiap petani mitra memiliki perilaku, keterampilan dan

kemampuan yang berbeda-beda dalam mengaplikasikan teknologi budidaya labu

zucchini yang telah ditransfer dari perusahaan. Keberagaman ini dapat

mempengaruhi tingkat produksi.

Adanya perbedaan perlakuan petani ini dikarenakan adanya perbedaan

keputusan dari setiap petani dalam mengalokasikan setiap faktor-faktor

produksinya (korbanan produksi). Namun setiap petani tetap berusaha

menjalankan usahatani labu zucchini seefisien mungkin. Petani belum mengetahui

kombinasi yang tepat dari faktor-faktor produksi tersebut agar dapat menghasilkan

jumlah output yang optimal karena para petani labu zucchini yang bekerja sama

dengan CV. Agro Segar ini hanya mengaplikasikan teknologi yang ditransfer oleh

pihak CV. Agro Segar sehingga petani maupun pihak perusahaan belum

mengetahui tingkat efisiensi dari pengalokasian input-input produksi tersebut.

Faktor-faktor produksi tersebut sangat menentukan keberhasilan suatu usahatani.

Produksi yang optimal dapat dicapai apabila pelaku usahatani dapat menggunakan

faktor-faktor produksi dengan kombinasi yang tepat sehingga secara teknis

usahatani labu zucchini yang dijalankan oleh petani mitra tersebut dapat dikatakan

sudah efisien. . Adapun faktor-faktor yang dimaksud adalah luas lahan, lebar

(46)

30 Pengalokasian faktor-faktor produksi tersebut tentu akan berpengaruh pada

tingkat produksi labu zucchini yang dijalankan.

Faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap tingkat produksi labu

zucchini diduga dengan menggunakan model fungsi produksi Cobb-Douglas

Stochastic Frontier untuk melihat pengaruh faktor- tersebut terhadap produksi

labu zucchini. Tahap selanjutnya dilakukan analisis fungsi produksi Stochastic

Frontier untuk menganalisis seberapa jauh pengaruh dari setiap variabel yang

diduga akan mempengaruhi tingkat inefisiensi petani mitra CV. Agro Segar.

Variabel yang diduga mempengaruhi inefisiensi usahatani labu zucchini adalah

umur petani, pengalaman berusahatani labu zucchini, pendidikan formal,

penyuluhan, dan status kepemilikan lahan. Berdasarkan hasil analisis ini akan

terlihat tingkat efisiensi dari masing-masing petani sehingga dapat digunakan

untuk pengambilan keputusan pengkombinasian input-input usahatani yang

optimal dan melihat faktor efisiensi teknis yang mempengaruhi usahatani labu

(47)

31

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional

Sayuran Jepang Korea yang menjadi salah satu trend sayuran saat ini. Salah satu perusahaan yang mengembangkan produk ini adalah CV. Agro Segar yang memiliki teknologi dan sumber

daya untuk mengembangkan produk ini . Sayuran yang memiliki tingkat permintaan tertinggi adalah labu zucchini.

Permintaan konsumen terhadap sayuran semakin meningkat dan beragam serta tingkat persaingan

di bisnis pertanian semakin meningkat

Dalam pengadaan produk, CV. Agro Segar melakukan kerjasama dengan petani labu zucchini sekitar perusahan. Masalah yang

timbul :

- Keragaman petani dari perilaku, keterampilan, kemampuan dalam penerapan teknologi yang ditransfer pihak perusahaan.

- Adanya perbedaan keputusan dari setiap petani dalam mengalokasikan setiap faktor-faktor produksinya (korbanan produksi).

- Petani mitra ,maupun perusahaan belum mengetahui tingkat efisiensi usahatani labu zucchini yang mereka jalankan.

Analisis Faktor Produksi dan Efisiensi

Faktor-faktor produksi diduga : - Luas lahan

Fungsi Produksi Cobb-Douglass dan Stochastic Frontier Production

Tingkat Efisiensi Produksi Zucchini

Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi (inefisiensi) teknis usahatani :

- Umur

- Pengalaman - Pendidikan formal - Penyuluhan

- Status kepemilikan lahan

Gambar

Tabel 1. Kinerja PDB Komoditas Hortikultura Indonesia Atas dasar           Harga Berlaku periode 2003-2006 (Miliar Rp)
Tabel  4. Tingkat Permintaan Rata-rata Produk Sayuran Jepang dan Korea                   Terhadap CV  Agro Segar
Tabel 5. Beberapa Varietas dan Ciri-ciri Labu Zucchini
Gambar 1.  Hubungan antara TP, PM, PR, dan elastisitas produksi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka beberapa saran yang diajukan dalam upaya peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani antara lain: (1) petani dapat

Analisis fungsi produksi stochastic frontier dapat digunakan untuk mengukur efisiensi teknis dari usahatani padi pasang surut dari sisi output dan faktor-faktor yang

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi pada usahatani padi sawah; 2) Mengetahui tingkat efisiensi teknis yang

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa saran yang dapat diberikan untuk peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani paprika hidroponik di Desa Pasirlangu, antara

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi pada usahatani padi sawah; 2) Mengetahui tingkat efisiensi teknis yang

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor mempengaruhi produksi padi sawah lebak, menganalisis efisiensi teknis usahatani padi sawah lebak dengan

Pentingnya efisiensi teknis usahatani cabai adalah untuk mengukur keberhasilan faktor produksi (luas lahan, bibit, tenaga kerja, mulsa plastik, pupuk, dan

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi pada usahatani padi sawah; 2) Mengetahui tingkat efisiensi teknis yang