• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengkajian metode Near Infrared (NIR) untuk evaluasi mutu pakan ayam broiler secara cepat dan akurat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengkajian metode Near Infrared (NIR) untuk evaluasi mutu pakan ayam broiler secara cepat dan akurat"

Copied!
208
0
0

Teks penuh

(1)

E D O T E M N A I J A K G N E

P NEARI NFRARED(NIR )UNTUK N

A K A P U T U M I S A U L A V

E AYAMBROILER

T A P E C A R A C E

S DANAKURAT

N I M A N O R K U Y S . M

A N A J R A S A C S A P H A L O K E S

R O G O B N A I N A T R E P T U T I T S N I

R O G O B

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)

l u d u

J Tesis : Pengkaijan Metode Nea rInfrared (NIR )un tu Ek valuas i u

t u

M PakanAyamBroliersecaraCepa tdanAkurat a

m a

N : M .SyukronAmin M

I

N : D051050111

s i D etujui

g n i b m i b m e P i s i m o K

. r I .r

D AhmadDarobinLubis ,M.Sc D.rI .rI .WayanBudiasrta ,M .Agr a

u t e

K Anggota

e k i

D tahui:

KetuaDepatremen a.n.DekanSekolahPascaSajranaI PB n

a d i s ir t u N u m

lI Teknolog iPakan S ekretair sProgramMagister

. r I .r

D Ida tGailhPermana , . cMS .Agr D .rI r .NaresworoNugroho ,MS

n a ij U l a g g n a

(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)

xxi

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xxiii

DAFTAR GAMBAR ... xxv

DAFTAR LAMPIRAN ... xxvii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 2

Tujuan Penelitian... 3

Manfaat Penelitian... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 5

Pakan Ayam Broiler ... 5

Komposisi Nutrien Pakan ... 6

Near Infrared (NIR) untuk Analisa Pakan Ternak ... 10

MATERI DAN METODE PENELITIAN ... 17

Tempat dan Waktu Penelitian ... 17

Materi Penelitian ... 17

Metode Penelitian ... 17

Preparasi Sampel ... 17

Metode Uji Kimia ... 18

Metode Pengujian Menggunakan NIR ... 23

Uji Banding ... 29

Analisis Data ... 30

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31

Hasil Kalibrasi NIR ... 31

Spektra ... 31

Spektra kadar Air ... 32

Spektra kadar Abu ... 33

Spektra kadar Protein Kasar ... 33

Spektra kadar Lemak Kasar ... 34

Spektra kadar Serat Kasar ... 34

Spektra Kalsium ... 35

Spektra Fosfor ... 35

Hasil Statistik Kalibrasi dan Validasi NIR ... 36

Kadar Air dan Protein Kasar ... 38

Kadar Abu ... 39

Kadar Lemak Kasar, Serat Kasar dan Fosfor ... 40

Kalsium ... 42

(21)

xxii

SIMPULAN DAN SARAN... 47

Simpulan ... 47

Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 49

(22)

xxiii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Persyaratan mutu pakan ayam broiler starter dan finisher ... 6

2. Metode uji kimia ... 18

3. Jumlah sampel dan spektra untuk kalibrasi NIR ... 31

4. Statistik Hasil Kalibrasi NIR ... 36

5. Statistik Hasil Validasi NIR ... 37

6. Statistik nilai uji metode kalibrasi NIR dan metode kimia serta uji t ... 44

7. Hubungan hasil uji metode kimia dan prediksi kalibrasi NIR

(23)
(24)

xxv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Struktur umum protein ... 8

2. Skema metode kalibrasi dan validasi NIR serta uji banding ... 24

3. Skema interferometer ... 25

4. Skema NIR Spectroscopy ... 26

5. Spektra asli sebelum dilakukan kalibrasi NIR ... 32

6. Spektra kadar Air ... 32

7. Spektra kadar Abu ... 33

8. Spektra kadar Protein Kasar ... 33

9. Spektra kadar Lemak Kasar ... 34

10. Spektra kadar Serat Kasar ... 34

11. Spektra Kalsium ... 35

12. Spektra Fosfor ... 35

13. Kurva kalibrasi dan validasi NIR pada Kadar Air ... 39

14. Kurva kalibrasi dan validasi NIR pada Kadar Protein Kasar ... 39

15. Kurva kalibrasi dan validasi NIR pada Kadar Abu... 40

16. Kurva kalibrasi dan validasi NIR pada Kadar Lemak Kasar ... 41

17. Kurva kalibrasi dan validasi NIR pada Kadar Serat Kasar ... 41

18. Kurva kalibrasi dan validasi NIR pada Fosfor ... 42

19. Kurva kalibrasi dan validasi NIR pada Kalsium ... 42

(25)
(26)

xxvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Hasil kalibrasi dan validasi NIR pada Kadar Air ... 53

2. Hasil kalibrasi dan validasi NIR pada Kadar Abu ... 55

3. Hasil kalibrasi dan validasi NIR pada Kadar Protein Kasar ... 58

4. Hasil kalibrasi dan validasi NIR pada Kadar Lemak Kasar ... 60

5. Hasil kalibrasi dan validasi NIR pada Kadar Serat Kasar ... 63

6. Hasil kalibrasi dan validasi NIR pada Kalsium ... 65

7. Hasil kalibrasi dan validasi NIR pada Fosfor Total ... 67

8. Hasil uji banding antara hasil uji kimia dengan kalibrasi NIR

kadar air, abu dan protein kasar ... 70

9. Hasil uji banding antara hasil uji kimia dengan kalibrasi NIR

kadar lemak kasar dan serat kasar ... 74

10. Hasil uji banding antara hasil uji kimia dengan kalibrasi NIR

(27)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Keberhasilan usaha peternakan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor

antara lain : bibit, pakan, kesehatan hewan, manajemen dan sumberdaya peternak.

Pakan merupakan faktor yang paling berperan dalam usaha peternakan yaitu

sekitar 70 – 80 % dari jumlah biaya produksi. Pada tahun 2009, produksi pakan

tercatat sebesar 9,68 juta ton, tahun 2010 menjadi 10,27 juta ton dan tahun 2011

kebutuhan pakan diperkirakan akan meningkat tipis menjadi 10,30 juta ton

(Natalia 2011). Untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak, pada saat ini di

Indonesia terdapat 60 pabrik pakan skala besar di 8 propinsi, yaitu Sumatera Utara

(9 pabrik), Lampung (4 pabrik), Banten (10 pabrik), DKI Jakarta (4 pabrik), Jawa

Barat (8 pabrik), Jawa Tengah (6 pabrik), Jawa Timur (17 pabrik), Sulawesi

Selatan (3 pabrik) (Ditjennak 2009).

Pakan yang diproduksi pabrik pakan yang diedarkan ke agen/distributor

dan peternak diharapkan konsisten mutunya sesuai persyaratan mutu pakan.

Pemerintah mengawasi mutu pakan yang beredar yang mengacu pada Peraturan

Menteri Pertanian no. 65/Permentan/ OT.140/9/2007 tentang Pedoman

Pengawasan Mutu Pakan. Pengujian mutu pakan dilakukan untuk membantu

pengawas mutu pakan atau petugas mutu pakan yang berada di

provinsi/kabupaten/kota dalam melakukan tindak lanjut, apabila ditemukan hasil

uji yang tidak sesuai dengan persyaratan mutu pakan yang berlaku. Oleh karena

itu, hasil pengujian yang diterbitkan lembaga penguji diupayakan secepat

mungkin bisa diterima oleh pengawas mutu pakan atau petugas mutu pakan di

daerah agar kemungkinan terjadinya penyimpangan mutu pakan dapat diantisipasi

dengan baik.

Pengujian mutu pakan dapat dilakukan secara uji fisik, uji kimia dan uji

biologis. Umumnya pengujian yang banyak dilakukan adalah pengujian yang

menggunakan kimia. Parameter uji yang umum dilakukan dalam rangka

pengawasan mutu pakan ayam broiler adalah kadar air, abu, protein kasar, lemak

kasar, serat kasar, kalsium dan fosfor total. Parameter uji ini adalah pengujian

mutu pakan secara kasar yang prosedurnya mengacu pada metode Association of

(28)

Hasil uji ini dapat digunakan untuk mengetahui mutu pakan ternak dan akan

disesuaikan dengan persyaratan mutu yang berlaku. Pakan yang bermutu sesuai

standar belum tentu akan memberikan performance ternak yang baik, apabila

tidak sesuai dengan kebutuhan nutrisi ternaknya. Walaupun demikian, pemerintah

menetapkan standar yaitu batas ambang minimal atau maksimal dari kandungan

pakan tersebut untuk mempermudah pengawas/petugas mutu pakan di daerah

dalam melakukan pengawasan mutu pakan.

Metode Near Infrared (NIR) adalah salah satu alternatif cara menguji yang

cepat dan murah. Metode ini pengoperasionalannya tanpa bahan kimia dengan

sampel yang telah digiling pada ukuran partikel 0.75 mm (AOAC 2005).

Kelemahan metode ini adalah tidak dapat langsung digunakan, tetapi terlebih

dahulu dilakukan kalibrasi dan validasi NIR. Metode NIR dapat diterapkan untuk

pengujian, apabila telah dilakukan uji banding dengan metode kimia. Untuk itu

perlu dilakukan suatu pengkajian agar metode NIR ini valid dan dapat digunakan

dalam pengawasan mutu pakan.

Perumusan Masalah

Pakan yang diproduksi pabrik pakan yang beredar di masyarakat belum

secara keseluruhan diawasi mutunya karena pakan yang diambil untuk

pengawasan oleh pemerintah provinsi/kabupaten/kota masih dalam jumlah

terbatas. Hal ini terjadi, karena pakan yang diuji di lembaga penguji

membutuhkan waktu uji lama dan biaya mahal, sehingga pakan yang beredar di

wilayah provinsi/kabupaten/kota dilakukan pengawasan dalam jumlah terbatas.

Berdasarkan data pakan yang diproduksi pabrik pakan menurut SNI

19-0428-1998 tentang petunjuk pengambilan contoh padatan, mestinya dari jumlah

produksi tersebut dilakukan pengujian sekitar 5.187 sampel/tahun dan

kenyataannya pakan ternak yang diuji di Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak

(BPMPT) Bekasi, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan,

Kementerian Pertanian pada tahun 2010 adalah sekitar 2.158 sampel (BPMPT

(29)

3

pengujian dalam rangka pengawasan mutu pakan. Belum semua produk pabrik

pakan dilakukan pengawasan mutu pakan karena salah satu faktor penyebabnya

adalah lamanya waktu pengujian.

Pengujian dengan metode kimia tidak dapat memberikan hasil uji yang

cepat, selain peralatannya yang rumit dalam pengoperasian juga perlu tenaga

penguji yang terlatih serta perhatian khusus terhadap penanganan limbah kimia.

Pada saat ini sejumlah teknik instrumentasi yang didasarkan pada sifat

fisik pakan telah dikembangkan yang pekerjaannya cepat dan akurat. Salah satu

teknik tersebut adalah pengukuran reflektan cahaya near infrared (NIR) yang

dipancarkan ke pakan. Keuntungan metode NIR adalah pengukuran yang

dilakukan tanpa persiapan sampel yang rumit pada material yang sudah digiling

atau bentuk tepung, namun bisa juga bentuk utuh (non-destructive), mudah

ditransfer, cepat, murah, beberapa hasil uji pada sampel yang sama, mudah

digunakan dan ramah lingkungan (Buchi 2006).

Selama ini beberapa pabrik pakan dan lembaga penelitian yang

menggunakan alat NIR sebagai metode uji masih menilai prediksi alat NIR

dengan cara kimia. Belum dilakukan uji banding antara hasil kalibrasi NIR

dengan melakukan uji banding antara metode NIR dengan metode kimia untuk

mengukur validitas metode NIR. Untuk itu BPMPT Bekasi ingin memastikan

hasil uji metode NIR dengan metode cara kimia yang lebih akurat pada sampel

yang sama dalam rangka menerapkan kompetensi persyaratan pengujian sesuai

SNI ISO 17025 2008.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah melakukan pengkajian metode NIR untuk

evaluasi mutu pakan ayam broiler secara cepat dan akurat.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu BPMPT Bekasi, industri

pakan dan peternak dalam mengevaluasi pakan ayam broiler dengan cepat dan

akurat, sehingga apabila terdapat penyimpangan pada pakan tersebut dapat cepat

(30)

Ayam broiler merupakan salah satu jenis ternak sumber pangan bagi

manusia yang banyak mengandung gizi. Budidaya ayam broiler agar dapat

berlangsung cepat dan aman untuk konsumsi manusia, maka diperlukan pakan

yang bermutu dengan formulasi pakan pada komposisi zat makanan yang

seimbang sesuai kebutuhan gizi ternak. Pakan adalah campuran dari beberapa

bahan baku pakan, baik yang sudah lengkap maupun yang masih akan dilengkapi,

yang disusun secara khusus untuk dapat dipergunakan sebagai pakan sesuai

dengan jenis ternaknya (Deptan 2007; Mulyantini 2010). Mutu pakan yang baik

harus ada keseimbangan antara protein, energi, vitamin, mineral dan air.

Kebutuhan pakan untuk ayam bergantung pada strain, umur, besar ayam,

aktivitas, suhu lingkungan, kecepatan tumbuh, kesehatan dan imbangan zat pakan.

Zat makanan untuk ternak umumnya terdiri dari 6 jenis, yaitu air, karbohidrat,

protein, lemak, vitamin dan mineral. Untuk mengetahui berapa jumlah zat-zat gizi

yang diperlukan oleh tubuh ternak serta bagaimana menyusun pakan, diperlukan

pengetahuan mengenai mutu dan kuantitas zat-zat gizi. Untuk itu diperlukan

pengujian terhadap kandungan air, mineral, protein kasar, lemak kasar, serat

kasar, asam amino, vitamin dan energi termetabolis (Amrullah 2004; Wahju 1997;

Mulyantini 2010).

Menurut Wahju (1997), faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan

zat-zat makanan dan yang sangat penting harus diperhatikan adalah

hubungan-hubungan antara : (1) makanan dan genetik; (2) makanan dan penyakit,

cekaman-cekaman lainnya; dan (3) hubungan-hubungan yang menyangkut fungsi-fungsi

khusus seperti mempertahankan mutu daging.

Beberapa perusahaan menggolongkan pakan ayam broiler dalam 3 fase

yaitu pakan fase starter untuk ayam dari umur 1-18 hari, pakan grower 19-30 hari

dan pakan finisher 31-42 hari (Mulyantini 2010). Menurut BSN (2006), jenis

pakan ayam broiler dibedakan menjadi dua jenis yaitu :

1. Pakan ayam broiler starter, biasa disebut BR1 merupakan pakan berbentuk

tepung, pelet atau crumble yang diberikan kepada ayam broiler (ayam

(31)

6

2. Pakan ayam broiler finisher, biasa disebut BR2 merupakan pakan berbentuk

tepung, pelet atau crumble yang diberikan kepada ayam broiler (ayam

pedaging) mulai umur 22 hari sampai panen.

Tabel 1. Persyaratan mutu pakan ayam broiler starter dan finisher

No. Jenis pengujian Kandungan nutrisi pakan (%)

Ayam broiler Starter Ayam broiler Finisher

1. Air Max 14 Max 14

2. Abu Max 8 Max 8

3. Protein Kasar Min 19 Min 18

4. Lemak kasar Max 7,40 Max 8

5. Serat Kasar Max 6 Max 6

6. Kalsium 0,90 - 1,20 0,90 - 1,20

7. Fosfor Total 0,60 - 1,00 0,60 - 1,00

Sumber : Badan Standardisasi Nasional (BSN) Tahun 2006

Perbedaan ayam broiler starter dengan finisher terdapat pada kandungan

nutrisinya (Tabel 1). Hal ini mengacu kepada tingkat imbangan energi metabolis

dan protein yang berbeda untuk kedua masa atau umur ayam broiler.

Formula pakan ayam broiler umumnya terdiri dari bahan pakan : jagung

40-50%, bungkil kedelai 25-30%, dedak/pollar 3%, bungkil kelapa 10%, tepung

ikan/tepung daging dan tulang 5 %, minyak kelapa 3 %, mineral

(limestone/dicalsiumphosphat)+vitamin 1-1,5% (Amrullah 2004).

Komposisi Nutrien Pakan

Mutu pakan ayam broiler merupakan faktor yang sangat penting

diperhatikan di dalam industri pakan ternak. Bila suatu pakan tidak memenuhi

persyaratan mutu yang telah ditetapkan, maka pertumbuhan atau produksi ternak

akan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Kecuali air, yang hanya satu macam,

kini tidak kurang 15-21 macam mineral, 2 asam lemak, 8-11 asam amino

dianggap esensial bagi hidup ternak. Disamping itu masih terdapat lagi 13-15

vitamin dan bermacam-macam zat makanan yang berupa karbohidrat dan

(32)

kompleks dan disederhanakan dengan mengelompokkan zat-zat makanan

berdasarkan sifat fisik dan kimianya. Metode ini dikenal dengan Analisis

Proksimat, yaitu metode terdekat dalam menggambarkan komposisi zat makanan

suatu bahan makanan (Amrullah 2004; Tillman dkk. 1998). Pengujian kimia yang

umum dilakukan pada pakan ayam broiler adalah air, abu, protein kasar, lemak

kasar, serat kasar, kalsium dan fosfor. Pengujian kimia masih menjadi metode uji

yang akurat untuk memberikan hasil uji suatu produk.

Kadar Air

Kadar air dalam pakan berhubungan erat dengan stabilitas pada saat

penyimpanan. Jika pakan ayam broiler yang diproduksi pabrik pakan mengandung

air yang tinggi, maka pabrik pakan akan mengalami kerugian akibat penyusutan.

Kandungan air yang tinggi dapat menyebabkan tumbuhnya bakteri dan jamur

yang dapat menurunkan mutu pakan dan membahayakan ternak yang

mengkonsumsinya. Hal tersebut berakibat menurunkan reputasi pabrik pakan

ternak yang memproduksinya. Oleh karena itu, kadar air dalam pakan perlu

dikontrol (Bates 1993; Tillman dkk. 1998; Amrullah 2004). Menurut BSN (2006),

kandungan air pakan ayam broiler baik starter maupun finisher adalah maksimal

14 %.

Kadar Abu

Kadar abu pada analisis proksimat tidak memberikan nilai nutrisi yang

penting. Jumlah abu dalam makanan hanya penting untuk menentukan

perhitungan BETN. Komponen unsur-unsur mineral dalam bahan makanan yang

berasal dari tanaman sangat bervariasi sehingga nilai abu tidak dapat dipakai

sebagai indeks untuk menentukan jumlah unsur mineral tertentu atau kombinasi

unsur-unsur yang penting. Pada bahan makanan yang berasal dari hewan, kadar

abu berguna sebagai indeks untuk menaksir kadar kalsium dan fosfor. Apabila

kadar abu pakan ayam broiler tinggi, maka nilai mineral terutama kalsium juga

tinggi, begitu sebaliknya, namun agar lebih pasti dilakukan pengujian terhadap

mineral (Tillman dkk. 1998). Menurut BSN (2006) kandungan abu pakan ayam

(33)

8

Kadar Protein Kasar

Protein merupakan nutrisi utama yang mengandung nitrogen dan

merupakan unsur utama dari jaringan dan organ tubuh hewan dan juga senyawa

nitrogen lainnya seperti asam nukleat, enzim, hormone, vitamin dan lain-lain.

Protein dibutuhkan sebagai sumber energi utama karena protein ini terus menerus

diperlukan dalam makanan untuk pertumbuhan, produksi ternak dan perbaikan

jaringan yang rusak (Wahju 1998). Menurut BSN (2006), kandungan protein

kasar pakan ayam broiler baik starter maupun finisher adalah berturut-turut

minimal 19 % dan 18 %.

Protein mengandung karbon sebanyak 50–55 %, hidrogen 5-7 % dan

oksigen 20-25 %, juga mengandung nitrogen rata-rata 16 %, sebagian lagi

merupakan unsur sulfur dan sedikit mengandung fosfat dan besi (Perlak I.L.

2009). Protein-protein tersebut dibentuk oleh berbagai kombinasi asam amino

yang terdiri dari 25 atau lebih asam amino yang berikatan dengan ikatan peptida.

Ikatan-ikatan peptida ini dengan berbagai jumlah asam amino menghasilkan

formasi protein seperti pada Gambar 1 (Perry et al. 2003; Tillman dkk. 1998).

COOH O H

R C NH C R

H NH2

Gambar 1. Struktur umum protein

Kadar Lemak Kasar

Lemak dalam pakan ayam broiler digunakan untuk memenuhi kebutuhan

energi pakan, mempertinggi palatabilitas, mencegah pemisahan bahan baku

pakan, menaikkan penyerapan vitamin A dan karoten, mengangkut zat nutrisi non

lemak tertentu, seperti vitamin A, D, E, dan K dan membantu penyerapan

mineral-mineral tertentu, seperti kalsium. Keberadaan lemak juga dapat

menyebabkan pakan menjadi cepat tengik, untuk itu perlu ditambahkan

(34)

Faktor kritis yang perlu diperhatikan mengenai lemak yang terkandung di

dalam pakan adalah potensi terjadinya oksidasi selama penyimpanan. Hal ini

disebabkan oleh rasio antara hidrogen dan oksigen pada lemak sangat besar,

sehingga potensi terjadinya pengikatan oksigen menjadi besar. Pengikatan

oksigen di titik dimana adanya ikatan rangkap pada asam lemak tidak jenuh

menyebabkan terbentuknya aldehid dan keton. Aldehid dan keton ini

menyebabkan bau tengik pada pakan (Perry et al. 2003). Menurut BSN (2006),

kandungan lemak kasar pakan ayam broiler baik starter maupun finisher adalah

berturut-turut minimal 7,4 % dan 8 %.

Kadar Serat Kasar

Karbohidrat bermacam-macam jenisnya dan berbeda-beda pula

manfaatnya bagi tubuh. Karbohidrat menjadi dua komponen yaitu serat kasar

yang sukar dicerna dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) yang bersifat mudah

dicerna. Serat kasar adalah karbohidrat yang tidak larut setelah dimasak oleh asam

dan basa. Serat kasar diduga kaya akan lignin dan selulosa sehingga sulit dicerna

oleh monogastrik, sebaliknya BETN yang berisi zat-zat mono, di, tri, dan

polisakaride terutama pati dan kesemuanya mudah larut dalam larutan asam dan

basa mempunyai daya cerna yang tinggi. Serat kasar terdiri dari hemiselulosa,

selulosa dan lignin. Ayam dapat menggunakan hemiselulosa sebagai sumber

energi tapi dalam keadaan terbatas, karena ayam tidak mempunyai enzim selulose.

Pakan yang mengandung serat yang tinggi akan menurunkan mutu nutrisi dan

palatabilitas ternak. Pakan yang lebih tinggi kandungan serat kasarnya lebih amba

dan umumnya lebih rendah nilai energinya. (Tillman dkk. 1998; Amrullah 2004).

Menurut BSN (2006), kandungan serat kasar pakan ayam broiler baik starter

maupun finisher adalah maksimal 6 %.

Kalsium dan Fosfor

Mineral dibutuhkan dalam jumlah kecil, tetapi peranannya mencakup

seluruh fungsi pengelolaan, pertumbuhan dan produksi. Terdapat 16 mineral

esensial yang dibagi menjadi dua golongan, yaitu 7 macam mineral makro dan 9

macam mineral mikro. Pembagian ini didasarkan kepada konsentrasi yang

(35)

10

ayam broiler adalah kalsium dan fosfor total. Mineral ini berfungsi membantu

pembentukan dan pemeliharaan struktur kerangka tubuh, sistem-sistem enzim,

transpor energi, pembekuan darah, kontraksi otot dan saraf serta keseimbangan

asam basa. Kelebihan kalsium akan mengganggu penggunaan magnesium,

mangan dan seng serta menyebabkan terbentuknya Ca3(PO4)2 tak larut, yang akan

menyebabkan defisiensi fosfor. Kekurangan Ca dan P akan mengalami gangguan

pada tulang dan paruh, lunaknya tulang, lemahnya urat daging dan pertumbuhan

terhambat (Tillman dkk. 1998; Amrullah 2004).

Menurut Mulyantini (2010), kebutuhan mineral, khususnya Ca dan P

sangat mungkin akan banyak direvisi apabila fitase, enzim pendagradasi kompleks

mioinositol, dipertimbangkan perannya dalam pakan. Kalsium dan P merupakan

mineral esensial yang saling berhubungan dalam proses biologis unggas. Oleh

karena itu imbangan kedua mineral tersebut sangat penting. Level P dapat

berpengaruh terhadap penyerapan Ca. Imbangan optimum Ca dan P tersedia

dalam pakan unggas berkisar 1:1 sampai 2:1. Vitamin D dapat membantu

penyerapan kalsium.

Menurut BSN (2006), kandungan kalsium dan fosfor total pakan ayam

broiler baik starter maupun finisher adalah berturut-turut 0,9-1,2 % dan 0,6-1 %.

Near Infrared (NIR) untuk Analisa Pakan Ternak

Metode NIR dapat diterapkan dalam pengujian, apabila telah dilakukan

validasi metode yaitu membandingkannya dengan metode kimia. Untuk itu perlu

dilakukan suatu pengkajian agar metode NIR ini valid dan dapat digunakan dalam

pengawasan mutu pakan di daerah.

Prinsip kerja NIR adalah bila suatu radiasi berinteraksi dengan sampel, ia

akan diabsorpsi, diteruskan atau dipantulkan. Hukum konservasi energi

memungkinkan kejadian tersebut dapat diperhitungkan. Total energi radiasi pada

sampel sama dengan jumlah energi yang diabsorbsi, diteruskan dan dipantulkan.

Dengan demikian bila energi yang dipantulkan dapat diukur dan energi yang

diteruskan diatur supaya mempunyai nilai nol maka energi yang diabsorbsi dapat

(36)

Suatu molekul mempunyai energi dalam berbagai bentuk misalnya energi

vibrasi yang disebabkan perubahan periodik pada atomnya dari posisi

kesetimbangannya. Di samping itu molekul juga mempunyai energi rotasi

berdasarkan atas perputaran terhadap pusat gravitasinya. Besarnya perbedaan

energi vibrasi dan rotasi pada molekul yang diradiasi akan mempengaruhi

absorbsi near infrared (Adrizal 2007)

Data absorbsi near infrared sangat potensial digunakan untuk analisis

mutu pakan ternak. Keuntungan penggunaan near infrared adalah cepat, murah,

persiapan sampel sederhana, tanpa menggunakan bahan kimia (Leeson &

Summers 1997, 2001; Fontaine et al. 2001; Farrel 1999; Wrigley 1999). Prediksi

dengan metode ini hanya membutuhkan beberapa gram sampel dalam bentuk

tepung dengan ketebalan sampel pada cawan petri minimal 1 mm sampai dengan

7 mm, kemudian disinari menggunakan near infrared. Data reflektan dari

penyinaran tersebut dikonversi menjadi nilai absorbsi, kemudian digunakan untuk

memprediksi komposisi kandungan pakan. Kalibrasi hubungan antara data

absorbsi near infrared dengan masing-masing kandungan gizi pakan adalah

sangat penting. Proses kalibrasi membutuhkan sampel yang banyak dan algoritma

yang sesuai, tetapi bila proses kalibrasi telah selesai maka proses analisis untuk

setiap sampel membutuhkan waktu beberapa menit saja sekitar 10 menit

(Williams & Norris 1990; Osborne et al. 1993).

Basis near infrared spectroscopy adalah chemometric yang

mengaplikasikan matematika ke analisis kimia. Teknik ini merupakan integrasi

spectroscopy, statistik dan ilmu komputer. Model matematika dibangun atas dasar

hubungan antara komposisi kimia dengan absorbansi radiasi sinar near infrared

pada panjang gelombang antara 4000 – 10.000 cm-1 . Pada spektrum tersebut kita

mengukur terutama vibrasi hidrogen pada ikatan kimia dimana hidrogen terikat

dengan atom lain seperti nitrogen, oksigen dan karbon. Pada umumnya pakan

ternak tidak tembus cahaya, oleh sebab itu analisis near infrared cenderung

menggunakan reflektan daripada transmitan. Cahaya yang dipantulkan oleh

sampel digunakan secara tidak langsung untuk mengukur jumlah energi yang

diabsorbsi oleh sampel. Analisis near infrared mengukur absorbs radiasi oleh

(37)

12

gelombang tertentu. Komponen lain juga mengabsorbsi energi, namun bersifat

mengganggu. Untuk mengurangi efek tersebut dilakukan perlakuan matematik

dan regresi linear atau prosedur statistik lainnya pada data tersebut (Williams &

Norris 1990; Osborne et al. 1993).

Menurut Buchi (2006), metode kalibrasi yang banyak digunakan adalah

Multiple Linear Regression (MLR), Principal Component Regression (PCR), dan

Partial Least Squares Regression (PLS). MLR adalah metode penetapan

kuantitatif yang klasik, dimana sudah banyak yang tidak menggunakan lagi.

Metode ini adalah kalibrasi multivariat, dimana tujuannya adalah untuk

memprediksi konsentrasi konstituen berdasarkan pada spektrumnya untuk

mendapatkan persamaan regresi dari semua dimensi secara sederhana. Panjang

gelombang yang digunakan adalah 4000 – 10.000 cm-1.

Menurut Harjono (2008), Principal components analysis (PCA) secara

umum dikenal sebagai teknik interprestasi multivariat, dimana “the loading

dipilih untuk menjelaskan secara maksimal keragaman di dalam variabel. Akan

tetapi, kita akan mempertimbangkan disini sebagai alat statistik melalui

penggunaan komponen-komponen yang diturunkan adalam sebuah model regresi

untuk memprediksi variabel respon yang tidak teramati menggunakan komponen

utama. Komponen utama bertujuan untuk menjelaskan sebanyak mungkin

keragaman data dengan kombinasi linier yang ditemukan yang saling bebas satu

sama lain dan didalam arah keragaman paling besar. Tiap-tiap komponen utama

merupakan kombinasi linier dari semua variabel. Komponen utama pertama

menjelaskan variasi terbesar dari data diikuti dengan komponen utama kedua dan

seterusnya. Terdapat komponen utama yang jumlahnya sama dengan jumlah

variabel yang ada, tetapi biasanya hanya memilih sedikit komponen utama

pertama untuk analisis regresi.

Partial least squares (PLS) adalah sebuah metode reduksi dimensi data,

sejenis dengan PCA, untuk mencari faktor-faktor yang paling relevan dalam

memprediksi dan menginterprestasi data. Regresi PLS meningkatkan

kemampuannya model dari PCA dengan menggunakan variabel respon secara

aktif dalam dekomposisi bilinier prediktor. PCA terfokus pada keragaman di

(38)

prediktor-prediktor. Dengan jalan menyeimbangkan informasi antara prediktor

dan respon, PLS mereduksi dampak dari banyaknya prediktor yang tidak relevan

dengan keragaman data. Estimasi kesalahan prediktor ditingkatkan dengan cara

validasi silang. PCA yang dilanjutkan dengan pemodelan regresi dan PLS-R

dapat diterapkan untuk kalibrasi yang melibatkan dimensi prediktor relatif besar

dengan respon yang relatif sedikit.

Principal Component Regression (PCR) merupakan teknik analisis

multivariat yang dilakukan dengan terlebih dahulu mereduksi komponen dengan

teknik Principal omponent Analysis (PCA) dilanjutkan dengan teknik analisis

regresi antara komponen utama yang baru terhadap respon. PCA telah mulai

dilakukan oleh Pearson (1901) dan kemudian dikembangkan oleh Hotelling

(1933). Aplikasi dari PCA didiskusikan oleh Rao (1964), Cooley dan Lohnes

(1971), dan Gnanadesikan (1977). Perlakuan statistik yang menakjubkan dengan

PCA ditemukan oleh Kshirsagar (1972), Morrison (1976), dan Mardia, Kent, dan

Bibby (1979).

PCR secara khas digunakan untuk model-model regresi linier, dimana

jumlah variabel bebas (prediktor) p adalah sangat banyak, atau dimana antar

prediktor berkorelasi tinggi (multikolinieritas). Salah satu aplikasi PCR yang

cukup penting adalah kalibrasi multivariat, dimana tujuannya adalah untuk

memprediksi konsentrasi konstituen berdasarkan pada spektrumnya. Spektrum

secara khas terdiri dari nilai-nilai yang menjangkau panjang gelombang dengan

kisaran yang luas, sehingga terdiri dari ratusan komponen yang harus dianalisis,

sedangkan faktor konsentrasi umumnya terbatas.

Keuntungan utama dari kalibrasi PCR adalah sebagai berikut:

a. Dekomposisi dari matrik absorbansi menjadi matrik ortogonal yang lebih kecil

memungkinkan terjadinya pengurangan permasalahan dimensional dalam

kasus sistem yang dikondisikan buruk. Jadi, jika terdapat spektrum dengan

korelasi yang tinggi, kita akan selalu memperoleh solusi yang terbaik dalam

hal matrik yang mendekati tunggal.

b. Komponen tambahan yang tidak diketahui atau komponen background dapat

secara otomatis dimodelkan sebagai komponen utama jika konsentrasi dari

(39)

14

Partial Least-squared regression (PLS-R) pertama kali dikembangkan

oleh Herman Wold, yang tertarik pada aplikasi untuk ilmu sosial khususnya

bidang ekonomi. Namun demikian, PLS-R pertama kali dipopulerkan oleh ahli

kimia dan telah digunakan untuk mengatasi permasalahan kalibrasi dengan

dimensi yang besar, sebagai contoh penggunaan jumlah pengukuran reflektan

yang banyak untuk mengestimasi konsentrasi suatu larutan. PLS juga telah

digunakan oleh Davies dalam kalibrasi multivariat pada angka oktan

menggunakan 226 panjang gelombang NIR.

PLS-R adalah sama dengan PCR yang bertujuan untuk mengestimasi

koefisien regresi dalam model regresi linier dimana terdapat jumlah variabel x

dengan multikolinieritas yang tinggi. Dalam tahap pertama PCR, skor diperoleh

dengan mengekstraksi informasi yang ada didalam variabel x dengan menerapkan

analisis komponen utama (PCA) tanpa menggunakan informasi apapun mengenai

variabel y. Sebaliknya, skor dalam PLS-R dihitung dengan memaksimalkan

kriteria kovarian antara variabel x dan y sehingga dalam teknik ini respon telah

dilibatkan dalam analisis sejak awal. PLS dapat menangani multikolinieritas,

jumlah prediktor yang banyak, dan akibat fokus prediksi, bukan penjelasan, tidak

adanya pemahaman yang baik mengenai hubungan respon terhadap prediktor

tidak menjadi suatu masalah.

Keunggulan utama dari metode PLS-R didasarkan pada proses

dekomposisi matrik konsentrasi C dan matrik absorbansi A yang saling

berhubungan, sehingga dengan algoritma ini dapat diperoleh model kalibrasi yang

sempurna.

Fontaine et al. (2001), telah menggunakan NIR untuk memprediksi

kandungan asam amino esensial beberapa bahan pakan yaitu kedelai, rapeseed

meal, tepung biji bunga matahari, kacang polong, tepung ikan, tepung daging dan

tepung produk samping pemotongan ayam (poultry meal). Kalibrasi dilakukan

dengan Modified Partial Least Squares Regression (MPLS). Hasil terbaik dari

kalibrasi dan validasi untuk tepung ikan menunjukkan koefisien korelasi (r)

berkisar antara 0,92 – 0,96. Hasil validasi menunjukkan koefisien determinasi

(R2) sebesar 0,89 – 0,93. SEC berkisar 0,026 % - 1.545 % untuk koefisien

(40)

Valdes dan Leesons (1992), telah menggunakan NIR dengan metode

MPLS untuk memprediksi kandungan energi metabolis pada pakan unggas dan

menunjukkan nilai SEP yaitu 58 kkal/kg pakan dari rata-rata 2996 kkal/kg dan

standar deviasi (SD) sebesar 211 kkal/kg. Cozzolino dan Moron (2004), telah

menggunakan NIR dengan metode MPLS untuk memprediksi kandungan trace

mineral dari bahan pakan leguminosa di Uruguay. Hasil yang diperoleh adalah

akurasi yang masih rendah dimana rasio SD/SEP berkisar antara 1.61 sampai

3.70. Prediksi komposisi nutrien pakan kelinci telah dilakukan oleh Xiccato et al.

(1999) dengan mendapatkan nilai SEC dan SEP protein sebesar 0.75 % dan

(41)

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Balai Pengujian Mutu Pakan

Ternak (BPMPT) – Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi dan beberapa

laboratorium pabrik pakan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2008 sampai

dengan bulan Maret 2010.

Materi Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan adalah pakan ayam broiler starter (BR1)

dan finisher (BR2) dari berbagai pabrik pakan di Indonesia. Bahan yang

digunakan adalah Kjeltec tablet, H2SO4, NaOH, methyl merah dan biru, H3BO3,

HCl (Protein kasar), heksan, selongsong lemak (Lemak kasar), H2SO4, NaOH,

etanol, kertas saring (serat kasar), HCl, HNO3, La2O3, NH4OH, standar kalsium

(Kalsium), Ammonium molibdat – vanadat, HClO4, dan standar fosfor (Fosfor).

Peralatan penelitian yang digunakan adalah oven, tanur, digestor protein,

kjeltec destilasi, buret, soctex, kompor serat kasar, spektrofotometer, atomic

absorption spectrophotometer (AAS) dan Near Infrared (NIR) merk Buchi

NIRLab N-200.

Metode Penelitian

Preparasi Sampel

Pakan ayam broiler starter (BR1) dan finisher (BR2) dari beberapa produk

pabrik pakan dikumpulkan minimal 60 sampel. Sampel tersebut diperoleh dari

sampel yang datang ke BPMPT Bekasi sebagai pelanggan dan dari beberapa

pabrik pakan yang disertai dengan hasil ujinya. Selanjutnya semua pakan

dilakukan pengujian kimia dengan mengacu metode Association of Official

Analytical Chemists (AOAC), metode pabrik pakan atau Standar Nasional

Indonesia (SNI) yang dikerjakan di BPMPT Bekasi dan laboratorium beberapa

pabrik pakan seperti pada Tabel 2. Jenis pengujian yang dilakukan adalah kadar

(42)

Tabel 2. Metode uji kimia

Jenis uji Metode uji kimia

Air Oven 105 ºC, 3 jam

Abu Tanur 600 ºC, 2 jam

Protein kasar Kjeldahl, katalis Cu, H3BO4 4%, HCl 0,1 N

Lemak kasar Soctex, pelarut heksan

Serat kasar Ekstraksi H2SO4 1,25% dan NaOH 3,25 %

Kalsium AAS

Fosfor Spektrofotometer

Metode Uji Kimia

Metode Pengujian Kadar Air

Penentuan kadar air menurut SNI 01-2891-1992 butir 5.1 adalah untuk

mengetahui persentase kadar air yang terkandung dalam pakan. Prinsip metode uji

ini adalah kehilangan berat pada pemanasan selama 3 jam menggunakan oven

pada suhu 105 ºC dianggap sebagai kadar air yang terdapat pada pakan.

Sampel ditimbang sebanyak 2 gram dimasukkan ke dalam vochdoos dan

dipanaskan sesuai metode uji. Berat sampel setelah dipanaskan dicatat sampai

bobot konstan dengan selisih penimbangan 10 mg. Kadar air dihitung dengan

rumus :

W1 - W2

Kadar Air = x 100 % ……...…...……...………...……….. 1

W

dimana W = berat sampel (g)

W1 = berat sampel sebelum dikeringkan (g)

W2 = berat sampel setelah dipanaskan (g)

Metode Pengujian Kadar Abu

Metode uji penentuan kadar abu menurut Association of Official Analytical

Chemists (AOAC 2005) Metode 942.05, adalah untuk mengetahui persentase

kadar abu yang terkandung dalam pakan. Prinsip metode uji ini adalah proses

(43)

19

organik diuraikan menjadi H2O, CO2 dan gas lain yang menguap, sedangkan

sisanya yang tertinggal adalah berupa oksida mineral (abu).

Sampel ditimbang sebanyak 2 gram dimasukkan ke dalam crusibel dan

dipanaskan sesuai metode uji. Berat sampel setelah dipanaskan dicatat sampai

bobot konstan dengan selisih penimbangan 10 mg. Kadar abu dihitung dengan

rumus :

W2 - W1

Kadar Abu = x 100 % ….……...………...……….. 2

W

dimana W = berat sampel (g)

W1 = berat crusibel kosong setelah dipanaskan (g)

W2 = berat crusibel + sampel setelah dipanaskan (g)

Metode Pengujian Kada Protein Kasar

Metode uji penentuan kadar protein kasar menurut Association of Official

Analytical Chemists (AOAC 2005) Metode 2001.11 (Kjeldahl), adalah untuk

mengetahui persentase kadar protein kasar yang terkandung dalam pakan. Prinsip

metode uji ini adalah pengubahan N menjadi NH3 dengan proses destruksi,

destilasi dan titrasi.

Sampel ditimbang sekitar 0,5-1 gram dimasukkan ke dalam tabung

destruksi 250 ml, ditambahkan 2 tablet katalisator (kjeltab Cu) atau 7 g

CuSO4.5H2O + 0,8 g K2SO4, lalu ditambahkan 15 ml H2SO4 97% dan dipanaskan

dengan kompor digestor pada suhu 420ºC dalam lemari asam selama 1 jam atau

sampai larutan menjadi biru jernih, kemudian didinginkan. Pindahkan tabung

destruksi ke alat destilasi (Kjeltec), tambahkan akuades 75 ml dan 60 ml NaOH

40%. Letakkan larutan penerima pada erlenmeyer 250 ml yang berisi 25 ml

larutan H3BO4 4% dan 3 tetes mix indicator (campuran 0,0667 g metil biru dan

0,1333 g metil merah, kemudian dilarutkan dengan ethanol sampai 100 ml sampai

homogen), kemudian lakukan destilasi sampai tertampung kira-kira 150 ml

destilat dalam erlenmeyer. Larutan destilat dititrasi dengan HCl 0,1N sampai

terjadi perubahan warna menjadi abu-abu. Lakukan juga penetapan blanko. Kadar

nitrogen (N %) dihitung dengan rumus :

(44)

(ml HCl – ml blanko) x normalitas HCl x 14.007

N (%) = x 100 % ….….. 3 mg sampel

Berdasarkan persentase N dapat ditentukan kadar protein kasar dengan persamaan

4 berikut :

Protein kasar (%) = % N x 6,25 ………..………. 4

Metode Pengujian Lemak Kasar

Metode uji penentuan kadar lemak kasar menurut AOAC Metode 2003.06

(AOAC 2005) ekstraksinya menggunakan soxtec, adalah untuk mengetahui

persentase kadar lemak kasar yang terkandung dalam pakan. Prinsip metode uji

ini adalah lemak dapat diekstraksi dengan menggunakan heksan/zat pelarut lemak

lainnya, bila zat pelarutnya diuapkan maka akan tertinggal lemak kasarnya.

Sampel ditimbang sebanyak 2 gram dimasukkan ke dalam selongsong

kertas, lalu ditutup dengan kapas non lemak dan masukkan ke dalam alat soxtec.

Letakkan wadah lemak berisi heksan 70 ml pada alat soxtec dan selongsong kertas

yang berisi sampel harus terendam heksan. Lakukan ekstraksi selama 1 jam pada

suhu 140 ºC dengan tahapan pembakaran 20 menit, pencucian 30 menit dan

penguapan 10 menit. Selanjutnya wadah yang berisi lemak hasil ekstraksi

dipanaskan dalam oven pada suhu 105 ºC selama 1 jam. Berat sampel setelah

dipanaskan dicatat sampai bobot konstan dengan selisih penimbangan 10 mg.

Kadar lemak kasar dihitung dengan rumus :

W2 - W1

Kadar lemak kasar = x 100 % ….………...……….……….. 5 W

dimana W = berat sampel (g)

W1 = berat wadah lemak kosong setelah dipanaskan (g)

W2 = berat wadah lemak + sampel setelah dipanaskan (g)

Metode Pengujian Kadar Serat Kasar

Metode uji penentuan kadar serat kasar menurut SNI 01-2891-1992 butir

(45)

21

pakan. Prinsip metode uji ini adalah semua senyawa organik akan larut dalam

perebusan dengan H2SO4 1,25 % dan NaOH 3,25 % kecuali serat kasar dan abu,

bila ampas yang tidak larut kemudian dibakar sempurna maka serat kasarnya akan

menguap menjadi gas dan sisanya berupa abu.

Sampel ditimbang sebanyak 2 gram dimasukkan ke dalam beaker gelas

500 ml, lalu penghilangan lemak dengan ditambah heksan 15 ml lalu larutan

lemak yang ada di bagian atas dibuang dan sampel didiamkan sampai kering, lalu

direbus/ekstraksi dengan ditambah 50 ml H2SO4 1,25 % selama 30 menit dan 50

ml NaOH 3,25 % selama 30 menit selanjutnya disaring dengan kertas saring no.41

dan bilas sampai netral secara beturut-turut dengan larutan H2SO4 1,25% panas,

akuades panas dan ethanol secukupnya. Setelah itu lakukan pemanasan dan

pembakaran sampel. Kertas saring berisi sampel dimasukkan ke dalam crusibel

untuk dipanaskan didalam oven pada suhu 105 ºC selama 2-3 jam dan selanjutnya

dibakar didalam tanur pada suhu 550ºC selama 2 jam. Berat sampel setelah

dipanaskan dicatat sampai bobot konstan dengan selisih penimbangan 10 mg.

Kadar serat kasar dihitung dengan rumus :

W1 - W2 - B

Kadar serat kasar = x 100 % ……….……….. 6 W

dimana W = berat sampel (g)

W1 = berat crucibel + sampel setelah dipanaskan oven (g)

W2 = berat crusibel + sampel setelah dibakar tanur (g)

B = berat kertas saring setelah dioven (g)

Metode Pengujian Kadar Kalsium

Metode uji penentuan kadar kalsium menurut AOAC metode 968.08

(AOAC 2005), adalah untuk mengetahui persentase kadar kalsium yang

terkandung dalam pakan. Prinsip metode uji ini adalah abu sampel yang

dilarutkan dalam asam ditambahkan dengan lanthanum oksida untuk mencegah

terbentuknya ion selain kalsium pada saat penetapan dengan menggunakan alat

Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS).

Penentuan kadar kalsium diawali dengan pengabuan sampel pada suhu 550

(46)

dipanaskan selama 10 menit pada suhu 70-80 ºC, dilanjutkan pembuatan larutan

sampel pada labu takar dengan menyaring larutan tersebut dan dibilas dengan

akuades sampai volume 200 ml. Membuat larutan kurva standard pada

konsentrasi 0, 2, 4, 8, 12, 16 dan 20 mg/l dan ambil 2-5 ml dari larutan sampel,

masing – masing dimasukkan pada labu takar 50 ml yang sudah ditambahi larutan

lanthanum oksida (La2O3) sebanyak 10 ml, lalu dibaca dengan alat Atomic

Absorption Spectrophotometer (AAS) yang sudah diverifikasi. Kadar kalsium

dihitung dengan rumus :

C xV1 x V3

Kadar kalsium = ………...………..……….. 7 W x V2 x 10.000

dimana W = berat sampel (g)

V1 = volume larutan sampel (ml)

V2 = volume larutan yang diambil dari larutan sampel (ml)

V3 = volume larutan sampel final yang akan dibaca AAS (ml)

C = konsentrasi sampel (mg/l) diambil dari persamaan

linear,yaitu:

C = (y-a)/b, dimana y = absorbansi sampel,

b = slope dan

a = intercept

10.000 = nilai konstanta hasil konversi dari mg/l menjadi persen (%)

Metode Pengujian Kadar Fosfor

Metode uji penentuan kadar fosfor menurut AOAC metode 965.17

(AOAC, 2005), adalah persentase kadar fosfor yang terkandung dalam pakan.

Prinsip metode ini adalah abu sampel yang dilarutkan dalam asam ditambahkan

dengan larutan molybdate-vanadate untuk memberikan warna yang dapat diserap

sinar yang dipancarkan oleh spektrofotometer pada panjang gelombang tertentu.

Penentuan kadar fosfor sama seperti kadar kalsium sampai pada proses

pembuatan larutan sampel yang diawali dengan pengabuan sampel sampai

memperoleh larutan sampel 200 ml. Membuat larutan kurva standard pada

konsentrasi 0, 2, 4, 8 dan 12 mg/l dan ambil 5-10 ml dari larutan sampel, masing –

(47)

23

molybdate-vanadate sebanyak 10 ml, lalu dibaca dengan alat spektrofotometer

yang sudah dikalibrasi. Kadar fosfor dihitung dengan rumus :

C xV1 x V3

Kadar fosfor = ………..………..…….….. 8 W x V2 x 10.000

dimana W = berat sampel (g)

V1 = volume larutan sampel (ml)

V2 = volume larutan yang diambil dari larutan sampel (ml)

V3 = volume larutan sampel final yang akan dibaca (ml)

C = konsentrasi sampel (mg/l) diambil dari persamaan linear,

C = (y-a)/b, dimana y= absorbansi sampel,

b= slope,

a= intercept

10.000 = nilai konstanta hasil konversi dari mg/l menjadi persen (%)

Metode Pengujian menggunakan NIR

Kalibrasi NIR

Kalibrasi NIR merupakan tahapan pertama sebelum alat NIR digunakan.

Hasil uji kimia dan sampel pakan yang mencukupi minimal 60 sampel dalam

keadaan sudah halus dengan ukuran partikel 0.75 mm, dimasukkan pada cawan

petri secukupnya dan ditekan, lalu dimasukkan ke alat NIR. Data tersebut akan

diubah menjadi spektrum. Kumpulan spektrum/spektra dibagi menjadi 2 (dua)

yaitu 2/3 bagian untuk kalibrasi NIR dan 1/3 bagian untuk validasi. Validasi NIR

bertujuan untuk memastikan bahwa kalibrasi NIR sudah baik dan dapat digunakan

sebagai alat pengujian. Parameter yang digunakan dalam menganalisa kalibrasi

NIR adalah nilai Q, koefisien korelasi (r), Standard Error of Estimation (SEE),

Standard Error of Prediction (SEP), konsistensi, bias dan metode NIR yaitu

Principle Component Regression (PCR) dan Partial Least Squares Regression

(48)

Gambar 2. Skema metode kalibrasi dan validasi NIR serta uji banding

Cara kerja NIR spectrometer dapat dibagi menjadi interferometer dan NIR

spectroscopy seperti pada Gambar 3 dan Gambar 4. Prinsip kerja NIRLab N-200

adalah interaksi antara molekul pada sampel dengan cahaya yang dipancarkan

pada panjang gelombang antara 4000 – 10.000 cm-1. Cahaya infrared yang

dibentuk oleh sumber cahaya akan dipisah didalam interferometer dan akan

bergabung lagi untuk membentuk interferogram. Sumber cahaya berasal dari

lampu Wolfram halogen. Cahayanya diatur oleh beam splitter (cahaya pemisah)

untuk berinteraksi dengan molekul pada sampel yang sebagian cahaya akan

diserap dengan panjang gelombang sesuai struktur kimianya, sedangkan sebagian

cahaya yang tidak diserap akan dipantulkan sesuai sistem optik lainnya sampai

diterima detector. Detector berfungsi mengkonversi panjang gelombang

elektromagnetik menjadi data elektrik untuk mengukur intensitas cahaya dan oleh

analog-digital converter (ADC) akan mengkonversi data analog ke data digital

yang selanjutnya dapat diproses dengan software. Data reflektan yang dihasilkan

akan ditransformasikan menjadi bentuk data absorbansi (penyerapan) dengan

mengubahnya menjadi log (1/R). Melalui analog-digital converter (ADC) data KALIBRASI NIR

Nilai Reflektan, Data Treatment

Data Uji Metode Kimia

Regresi Linear

Hasil Kalibrasi NIR Jumlah Sampel

Data Uji Metode Kimia

Nilai Reflektan, Data treatment,

Persamaan Kalibrasi, Pengukuran kandungan nutrisi

Hasil Validasi NIR Jumlah Sampel

Evaluasi Uji Banding

Jumlah Sampel

Metode Kimia

T a h a p

I

T a h a p

(49)

25

analog akan dikonversi ke data digital. Selanjutnya diproses dengan Fourier

transformation (FFT) untuk menghasilkan spektrum (Buchi, 2005).

Aplikasi pengukuran dibuat sesuai parameter uji, yaitu air, abu, protein

kasar, lemak kasar, serat kasar, kalsium dan fosfor.

Ssampel akan direspon dengan melakukan pre-treatment pada spektra.

Berikut ini faktor-faktor dalam membuat spektra kalibrasi dan validasi NIR yang

dilakukan secara otomatis oleh Software NIRCal adalah sebagai berikut :

1. Tipe/jenis pretreatment yang dipilih

Tipe/jenis pretreatment pada software NIRCal ini terdapat 19 jenis, dimana

untuk melakukan kalibrasi dapat menggunakan satu atau dua jenis

pretreatment tergantung metode yang digunakan PCR atau PLS.

2. Metode yang dipilih

Metode yang digunakan dalam membuat kalibrasi NIR ada 3 (tiga) jenis,

yaitu MLR, PCR dan PLS, tetapi yang banyak digunakan adalah PLS dan

PCR

Gambar 3. Skema interferometer

Sumber cahaya NIR

Sampel Balok splitter

Cermin kaku

(50)

Gambar 4. Skema NIR Spectroscopy

Pretreatment spektra digunakan untuk memperbaiki dan meminimalkan

pengaruh yang tidak diinginkan. Spektra NIR dipengaruhi oleh berbagai

parameter seperti variasi kimia dan fisik dari sampel pada proses pengukuran dan

perubahan pada spektrometer yang akan mempengaruhi hasil spektrum. Beberapa

pengaruh yang umumnya muncul sebagai masalah adalah : serapan yang tumpang

tindih, tidak linear, pemisahan cahaya dan gangguan acak data. Salah satu cara

untuk memperbaiki masalah tersebut adalah signal spektra original akan

ditransformasi secara matematika yang disebut pretreatment. NIRCal membagi

jenis data pretreatment dan akan diseleksi oleh NIRCal software.

Spektra diperoleh umumnya ditentukan oleh fungsi PRESS (Predicted

Residual Error Sum Square) atau jumlah perbedaan antara nilai data uji (original)

dan nilai prediksi dari NIR. Pretreatment ditentukan juga oleh panjang

gelombang. Adapun rumus PRESS adalah sebagai berikut :

N

PRESS = ∑ (Xn– Yn)2 n=1

(51)

27

Keterangan :

Xn = nilai data uji (original)

Yn = nilai prediksi (NIR)

n = nomor spektra (data kalibrasi atau validasi)

Jenis grafik spektra yang umum dipilih oleh NIRCal software adalah :

1. Normalization by Closure (NC). Jenis grafik ini masih seperti aslinya hanya

memperbaiki signal yang diperoleh. Adapun rumusnya menurut (Buchi 2006)

sebagai berikut :

N.T NC = ---

N ∑ Ti i=1

Keterangan :

N = jumlah data

T = transmisi atau reflektan (NIR)

i = nomor spektra (data kalibrasi atau validasi)

2. Turunan pertama BCAP untuk mengeliminasi ordinat linear yang tidak dipakai

Rumus kedua dari turunan pertama BCAP sebagai berikut :

f(Xi+2) + f(Xi+1)- f(Xi-1) – f(Xi-2) f’(Xi) = ---

4

Keterangan ;

f ‘ = jumlah data yang diturunkan X = ordinat

i = nomor spektra (data kalibrasi atau validasi)

3. Vector Normalization to Unit Length (VN) untuk mengurangi variasi dari

baseline dan mengeliminasi ordinat linear yang tidak dipakai. Rumus ketiga

dari Vector Normalization to Unit Length sebagai berikut :

T T

(52)

Keterangan :

T = transmisi atau reflektan (NIR)

4. Multiplicative Scatter Correction (MSC full) untuk mengurangi atau

meningkatkan pengaruh baseline yang disebabkan oleh pemisahan cahaya.

Adapun rumus MSC full sebagai berikut :

bT + Ē MSC full = ---

b

Keterangan :

b = slope regresi

T = rata-rata

E = error

5. Smooth Savitzky-Golay 9 Points untuk mengurangi gangguan dalam spektra

dan resolusi spektra serta masih seperti spektra original. Adapun rumus

Smooth Savitzky-Golay 9 Points sebagai berikut :

( -21f(Xi+4)+14f(Xi+3)+39f(Xi+2)+54f(Xi+1)+59f(Xi)+54f(Xi-1)+39f(Xi-2) + 14f(Xi-3) - 21f(Xi-4)

f smooth (Xi) = --- 231

Keterangan :

f = jumlah data yang diturunkan

X = ordinat

i = nomor spektra (data kalibrasi atau validasi)

Parameter yang diukur dari kalibrasi dan validasi NIR adalah nilai Q,

koefisien korelasi (r), Standard Error of Estimation (SEE), Standard Error of

Prediction (SEP), konsistensi, bias dan metode NIR (PCR/PLS).

Indikator keberhasilan kalibrasi dan validasi NIR adalah :

1. Nilai Q adalah indikator kualitas kalibrasi / validasi NIR secara keseluruhan

dengan nilai mendekati 1.

2. Nilai r adalah hubungan antara data uji kimia dengan data uji NIR dengan

(53)

29

3. Standard Error of Estimation (SEE) dan Standard Error of Prediction (SEP)

adalah standar deviasi yang diperoleh dari proses kalibrasi dan validasi untuk

mengukur ketelitian nilai. Semakin kecil semakin baik

4. Bias adalah rata-rata deviasi nilai prediksi NIR dengan nilai kimia mendekati

0 (nol)

5. Konsistensi : perbandingan nilai SEE dan SEP untuk mengukur keakuratan

dengan nilai kisaran 80 % - 110 %

6. Metode kalibrasi (PLS/PCR) : teknik analisis multivariat yang dilakukan

dengan mereduksi komponen dengan teknik Principal Component Analysis

(PCA) dilanjutkan dengan teknik analisis regresi antara komponen utama

yang baru terhadap respon

Adapun rumus KVhitung dan KVHorwitz adalah :

SEE atau SEP

KVhitung : --- x 100 % Rata-rata (X)

KVHorwitz : 2^1-0.5log(X/100)

Keterangan :

SEE : Standar Error of Estimation (data kalibrasi)

SEP : Standar Error of Prediction (data validaasi)

X : Rata-rata (dari data kalibrasi atau validasi)

Uji Banding

Tahap ini bertujuan untuk memvalidasi metode NIR hasil kalibrasi.

Metode uji banding seperti pad Gambar 2, yaitu dengan cara membandingkan

metode NIR dan metode kimia. Metode kimia mengacu pada AOAC (2005) dan

SNI (1992) seperti pada Tabel 2. Sampel pakan pada penelitian ini menggunakan

pakan BR1 dan pakan BR2 sebanyak 63 sampel. Seluruh sampel diuji kadar air

dan serat kasar mengacu metode SNI (1992), sedangkan abu, protein kasar, lemak

kasar, kalsium dan fosfor mengacu metode AOAC (2005). Selanjutnya sampel

(54)

Lama waktu uji menggunakan metode AOAC dan/atau SNI sekitar 3 hari

per sampel sedangkan menggunakan metode NIR sekitar 10 menit per sampel.

Analisis Data

Keakuratan metode NIR dapat dihitung menggunakan perhitungan uji t,

yaitu t-hitung ≤ t-tabel (Williams & Norris 1990) dan uji ketelitian/ keragaman

yaitu Koefisien Varian (KV) (Nasoetion 1970; Wood et al. 1998). Apabila hasil

perhitungan metode NIR ≤ t-tabel, berarti metode tersebut akurat dengan metode

kimia.

Hipotesis dari penelitian ini adalah :

H0 : Kandungan nutrisi prediksi dengan NIR = kandungan nutrisi dengan

metode kimia

H1 : Kandungan nutrisi prediksi dengan NIR ≠ kandungan nutrisi dengan

(55)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Kalibrasi NIR

Spektra

Kalibrasi NIR dapat dilakukan apabila telah terkumpul data uji minimal 60

sampel yang telah diubah menjadi spektrum. Pada penelitian ini telah terkumpul

jumlah sampel pakan broiler dan spektra dari tiap jenis uji seperti pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah sampel dan spektra untuk kalibrasi NIR

Jenis uji Jumlah sampel/ spektra

Jumlah Spektra Kalibrasi

Jumlah Spektra Validasi

Air 60 (180 spektra) 120 60

Abu 74 (222 spektra) 148 74

Protein Kasar 60 (180 spektra) 120 60

Lemak Kasar 280 (840 spektra) 560 280

Serat kasar 60 (180 spektra) 120 60

Kalsium 60 (180 spektra) 120 60

Fosfor 220 (660 spektra) 440 220

Hasil kalibrasi diperoleh dari proses penyinaran Infrared pada sampel dengan

panjang gelombang antara 4000 – 10.000 cm-1. Radiasi yang dipancarkan ini adalah

khas karena mempunyai panjang gelombang yang karakteristik pada ikatan kimia

yang dimiliki tiap nutrien. Dasar analisis menggunakan teknik NIR adalah bahwa

dengan mengukur besarnya absorbsi oleh ikatan kimia dari suatu nutrien, maka

konsentrasi nutrien itu dapat ditentukan. Semakin besar absorbsinya, maka

konsentrasinya semakin besar (Buchi 2005; Williams & Norris 1990). Absorbansi

NIR dipengaruhi oleh jumlah dan tipe ikatan C-H, N-H dan O-H yang unsur

pokoknya adalah molekul organik dalam pakan dan ukuran partikel sampel (Osborne

et al. 1993; Williams & Norris 1990).

Near Infrared (NIR) adalah sebuah metode vibrasi spekroskopi yang sangat

penting dalam industri obat-obatan, pakan dan pangan (Buchi 2006; Frederick H

2008). Hasil pengukuran NIR dengan panjang gelombang 4000 – 10000 cm-1 pada

pakan ayam broiler memiliki spektra yang berbeda-beda berkaitan dengan ikatan

(56)

ayam broiler memiliki kandungan air, abu, protein kasar, lemak kasar, serat kasar,

kalsium dan fosfor.

Pretreatment spektra digunakan untuk memperbaiki dan meminimalkan

pengaruh yang tidak diinginkan. Spektra NIR dipengaruhi oleh berbagai parameter

seperti variasi kimia dan fisik dari sampel pada proses pengukuran dan perubahan

pada spectrometer yang akan mempengaruhi hasil spektrum. Beberapa pengaruh yang

umumnya muncul sebagai masalah adalah : serapan yang tumpang tindih, tidak linear,

pemisahan cahaya dan gangguan acak data. Salah satu cara untuk memperbaiki

masalah tersebut adalah signal spektra original akan ditransformasi secara matematika

yang disebut pretreatment.

Spektra semua parameter uji (air, abu, protein kasar, lemak kasar, serat kasar,

Ca dan P) pada pakan ayam broiler sebelum dilakukan kalibrasi NIR mempunyai

bentuk tampilan grafik yang sama seperti pada Gambar 5.

Gambar 5. Spektra asli sebelum dilakukan kalibrasi NIR

Spektra pada masing-masing parameter uji setelah proses kalibrasi NIR

dilakukan adalah seperti :

1. Spektra kadar air

(57)

33

Spektra kadar air seperti pada Gambar 6 diperoleh dari 180 data uji yang

digunakan untuk kalibrasi sebanyak 132 data (2/3 nya) dan validasi sebanyak 48 data

(1/3nya). Jenis grafik spektra yang dipilih adalah Normalization by Closure (NC).

Jenis grafik ini masih seperti aslinya hanya memperbaiki signal yang diperoleh.

2. Spektra kadar abu

Gambar 7. Spektra kadar abu hasil kalibrasi NIR

Spektra kadar abu seperti pada Gambar 7 diperoleh dari 220 data uji yang

digunakan untuk kalibrasi sebanyak 169 data (2/3 nya) dan validasi sebanyak 51 data

(1/3nya). Jenis spektra yang dipilih adalah Normalization by Closure (NC), turunan

pertama BCAP dan Vector Normalization to Unit Length (VN). Jenis grafik ini

gabungan tiga jenis pretreatment. Tujuan dari Normalization adalah untuk

mengurangi variasi dari baseline sedangkan turunan pertama BCAP adalah untuk

mengeliminasi ordinat linear yang tidak dipakai

3. Spektra kadar protein kasar

(58)

Spektra kadar protein kasar seperti pada Gambar 8 diperoleh dari 180 data uji

yang digunakan untuk kalibrasi sebanyak 132 data (2/3 nya) dan validasi sebanyak 48

data (1/3nya). Jenis grafik spektra yang dipilih adalah Normalization by Closure (NC)

dan turunan pertama BCAP. Jenis grafik ini gabungan dari dua jenis pretreatment.

Tujuan dari turunan pertama BCAP adalah untuk mengeliminasi ordinat linear yang

tidak dipakai.

4. Spektra kadar lemak kasar

Gambar 9. Spektra kadar lemak kasar hasil kalibrasi NIR

Spektra kadar lemak kasar seperti pada Gambar 9 diperoleh dari 839 data uji

yang digunakan untuk kalibrasi sebanyak 568 data (2/3 nya) dan validasi sebanyak

271 data (1/3nya). Jenis grafik spektra yang dipilih adalah turunan pertama BCAP

yaitu untuk mengeliminasi ordinat linear yang tidak dipakai.

5. Spektra kadar serat kasar

(59)

35

Spektra kadar serat kasar seperti pada Gambar 10 diperoleh dari 180 data uji

yang digunakan untuk kalibrasi sebanyak 123 data (2/3 nya) dan validasi sebanyak 54

data (1/3nya), tetapi ada 3 spektra yang tidak digunakan dalam kalibrasi dan validasi

karena merusak hasil. Jenis grafik spektra yang dipilih adalah Normalization by

Closure (NC). Tujuan dari NC adalah memperbaiki dari spektra original.

6. Spektra kalsium

Gambar 11.Spektra kalsium hasil kalibrasi NIR

Spektra kadar kalsium seperti pada Gambar 11 diperoleh dari 180 data uji

yang digunakan untuk kalibrasi sebanyak 126 data (2/3 nya) dan validasi sebanyak 51

data (1/3nya), tetapi terdapat tiga spektra yang tidak digunakan dalam kalibrasi dan

validasi karena merusak hasil. Jenis grafik spektra yang dipilih adalah Multiplicative

Scatter Correction (MSC full). Tujuan MSC adalah mengurangi atau meningkatkan

pengaruh baseline yang disebabkan oleh pemisahan cahaya.

7. Spektra fosfor

Gambar 12. Spektra fosfor hasil kalibrasi NIR

Spektra fosfor seperti pada Gambar 12 diperoleh dari 660 data uji yang

(60)

(1/3nya). Jenis grafik spektra yang dipilih oleh NIRCal software adalah Smooth

Savitzky-Golay 9 Points. Tujuan dari smoothing adalah untuk mengurangi gangguan

dalam spektra dan resolusi spektra serta masih seperti spektra original.

Hasil Statistik Kalibrasi dan Validasi NIR

Proses kalibrasi NIR juga menghasilkan kurva kalibrasi dan validasi serta

pengolahan data statistiknya seperti tercantum pada Tabel 4 dan 5.

Tabel 4. Statistik Hasil Kalibrasi NIR

Jenis Pengujian

Nilai Q

Metode

Jml Faktor

Sekun der/ Utama

Hasil Kalibrasi NIR

Jml spek tra

Bias (%)

SEE

(%) r

SD (%)

Rata- Rata

(%)

KV hitung

(%)

KV Hor-witz (%)

Air 0.88 PLS 11/11 132 -4.89

x10-15 0.22 0.91 0.52 10.63 2.07 2.80

Abu 0.80 PLS 10/10 169 -2.70

x10-15 0.20 0.98 0.97 6.27 3.19 3.03

PK 0.86 PLS 5/6 132 6.59

x10-15 0.56 0.96 2.11 20.16 2.78 2.55

LK 0.67 PLS 4/13 568 -1.96

x10-14 0.42 0.90 0.97 6.93 6.06 2.99

SK 0.68 PLS 9/10 123 -1.26

x10-14 0.30 0.97 1.14 3.48 8.62 3.32

Kalsium 0.23 PLS 7/10 126 -6.36

x10-15 0.16 0.60 0.20 1.06 15.09 3.97

Fosfor 0.62 PCR 18/23 449 5.03

x10-15 0.04 0.82 0.08 0.74 5.41 4.19

Keterangan : PK = Protein kasar LK = Lemak kasar SK = Serat kasar

PLS = Partial Least Sequare Regression PCR = Principle Component Regression SEE = Standar error of estimation SEP = Standar error of prediction r = koefisien korelasi

Gambar

Gambar 2. Skema metode kalibrasi dan validasi NIR serta uji banding
Gambar 3. Skema interferometer
Gambar 4. Skema NIR Spectroscopy
Gambar 5. Spektra asli sebelum dilakukan kalibrasi NIR
+7

Referensi

Dokumen terkait

Data yang lengkap ini diperlukan sebab transaksi e-commerce merupakan bisnis dalam dunia maya, artinya pelaku usaha tidak bertemu secara langsung dengan konsumen..

Berdasarkan hasil persentase penghambatan udem tiap perlakuan menunjukkan bahwa fraksi air daun mahkota dewa dengan dosis 0,5 g/kgBB memiliki nilai persen penghambatan

Pernyataan yang sama juga dikemukakan oleh Schermerhorn Jr et al (2010), cara yang lain selain diferensiasi kontekstual adalah mengandalkan manajer menengah untuk

1) Tindak tutur dan peristiwa tutur yang termasuk ke dalam delik hukum terorisme, penghinaan dan pencemaran nama baik dalam konteks peristiwa teks surat

[r]

Komunitas Kelas Menulis Pustakawan yang didirikan tahun 2015 dengan tujuan untuk berbagi melalui tulisan telah menerbitkan enam (6) judul buku bunga rampai (antologi) yaitu:

Begitupun antara kondisi ansietas dengan kemampuan mengubah pikiran dan perilaku negatif, hasil data pada tabel diatas menunjukkan p value > 0.005 sehingga dapat

Kesulitan keuangan yang diderita beberapa perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (dahulu Bursa Efek Jakarta) sejak 1997 disebabkan oleh krisis ekonomi 1997.