• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh etika, Indenpendensi, pengalaman, dan keahlian auditor terhadap opini audit : studi empiris pada kantor akuntan publik di jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh etika, Indenpendensi, pengalaman, dan keahlian auditor terhadap opini audit : studi empiris pada kantor akuntan publik di jakarta"

Copied!
155
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH ETIKA, INDEPENDENSI, PENGALAMAN, DAN

KEAHLIAN AUDITOR TERHADAP OPINI AUDIT

(

Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta

)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Dita Justiana

NIM : 106082002526

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

i

PENGARUH ETIKA, INDEPENDENSI, PENGALAMAN, DAN KEAHLIAN AUDITOR TERHADAP OPINI AUDIT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh: Dita Justiana NIM : 106082002526

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ahmad Rodoni Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si

NIP: 19690203 200112 1 003 NIP: 19760924 200604 2 002

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

ii

Hari ini Jumat Tanggal Tiga Puluh Bulan April Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Dita Justiana NIM: 106082002526 dengan judul Skripsi ”PENGARUH ETIKA, INDEPENDENSI, PENGALAMAN, DAN KEAHLIAN AUDITOR TERHADAP OPINI AUDIT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta)”.

Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 30 April 2010

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Rini, SE., Ak., M.Si. Reskino, SE., Ak., M.Si.

Ketua Sekretaris

Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si

(4)

iii

Hari ini Selasa Tanggal Dua Puluh Dua Bulan Juni Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Dita Justiana NIM: 106082002526 dengan judul Skripsi ”PENGARUH ETIKA, INDEPENDENSI, PENGALAMAN, DAN KEAHLIAN AUDITOR TERHADAP OPINI AUDIT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta)”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 22 Juni 2010

Tim Penguji Ujian Skripsi

Prof. Dr. Ahmad Rodoni Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si

Pembimbing I Pembimbing II

Dr.Amilin, SE., Ak., M.Si Rini, SE., Ak., M.Si

(5)

iv

I. DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Dita Justiana 2. Jenis Kelamin : Perempuan

3. Tempat/Tgl Lahir : Jakarta, 30 Januari 1989 4. Agama : Islam

5. Alamat : Jl. Pertiwi V blok B.7 Rt 002/Rw 006 Komplek Bappenas Sawangan Depok 16516

6. Telepon : (021) 74711594/085691470038 7. E-mail : dita_justiana@yahoo.com

II. PENDIDIKAN FORMAL

1. SDN Kedaung 01 Komplek Bappenas Tahun 1994 2. SLTP Negeri 2 Ciputat Tahun 2000

3. SMA Negeri 1 Ciputat Tahun 2003

4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2006

III. PENDIDIKAN NON-FORMAL

1. Arya Course Tahun 2001-2003

IV. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Anggota Paduan Suara SDN Kedaung 01 tahun 1999 2. Anggota PMR SLTP Negeri 2 Ciputat tahun 2002-2003

3. Anggota MADING Furetion SMA Negeri 1 Ciputat 2004-2005

IV. LATAR BELAKANG KELUARGA

Ayah : Eddy Junaedi

Tempat/Tgl Lahir : Jakarta, 1 Januari 1961 Pekerjaan : PNS

Ibu : Sugiarti

Tempat/Tgl Lahir : Jakarta, 19 April 1965 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

(6)

v

INFLUENCE OF ETHICS, INDEPENDENCE, EXPERIENCE, AND AUDITOR’S EXPERTISE TO AUDIT OPINION

(Empirical Studies On Public Accounting Office in Jakarta)

By Dita Justiana

Islamic State University Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRACT

The purpose of the research is to examine empirically the influence of ethics, independence, experience, and auditor’s expertise toward audit opinion. The statistic method are used to examine the hypotheses on this research is multiple regression. The sample in this research are fifty eight auditors public accountant firm in Jakarta. Data is selected using method Convenience Sampling Design.

The result of regression shows that Independence and Auditor’s Expertise are significant to Audit Opinion, whereas Ethics and Experience doesn’t have significant to Audit Opinion. The most variable dominant is Auditor’s Expertise.

(7)

vi

PENGARUH ETIKA, INDEPENDENSI, PENGALAMAN, DAN KEAHLIAN AUDITOR TERHADAP OPINI AUDIT

(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta)

Oleh: Dita Justiana

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh etika, independensi, pengalaman, dan keahlian auditor terhadap opini audit. Metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi berganda. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 58 orang yang terdiri dari auditor-auditor yang bekerja di beberapa kantor akuntan publik yang ada di Jakarta. Besarnya sampel dipilih dengan menggunakan metode Convenience Sampling Design.

Hasil uji regresi ditemukan bahwa variabel Independensi dan Keahlian Auditor berpengaruh positif signifikan terhadap Opini audit, sedangkan variabel Etika dan Pengalaman tidak berpengaruh signifikan terhadap Opini audit. Keahlian Auditor merupakan Variabel Independen yang paling dominan terhadap Opini audit.

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan. Shalawat dan salam penulis limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah menuntun umatnya dengan penuh kesabaran menuju jalan yang diridhoi Allah SWT, juga kepada keluarga, sahabat dan umatnya sepanjang zaman.

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Etika, Independensi, Pengalaman, dan Keahlian Auditor Terhadap Opini Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta)”. Penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi.

Penulisan skripsi akan semakin tertunda dan tidak selesai tanpa bantuan semua pihak. Dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Papah dan Mamahku yang tercinta, yang selalu memberikan limpahan kasih sayang, perhatian dan dukungan moril, spiritual maupun materil yang tiada henti. Semoga apa yang Papah dan Mamah berikan memberikan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin.

2. Adikku yang Aku sayang, Muhamad Difda, yang selalu memberikan semangat.

3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan kesempatan, mencurahkan perhatian dan memberikan banyak masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.

4. Ibu Yessi Fitri, SE, Ak., M.Si selaku Dosen Pembimbing II dan Sekertaris Jurusan Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kesempatan, mencurahkan perhatian dan memberikan banyak masukan untuk kesempurnaan penelitian ini.

(9)

viii

6. Bapak Afif Sulfa, SE, Ak., M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan segenap ilmunya.

8. Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

9. Seluruh Kantor Akuntan Publik di Jakarta dan para auditor yang telah bersedia menjadi responden dan memberikan banyak informasi.

10. Sahabat-sahabat terbaikku, Made, Adis, Hafifah, Fuad, Senja, Gilang, Era, Tyas, Novi, Achi, Maulida, Feri, Anisa Quartin, Risthy, anggota koperasi 7 syahida, terimakasih buat support, semangatnya, inspirasi, dan semoga persahabatan kita takkan pernah lekang oleh waktu ya, teman-temanku seperjuangan angkatan 2006 Akun A dan Audit A, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Meskipun penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan yang dimilki untuk menyempurnakan skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik untuk perbaikan skripsi ini sangat penulis harapkan.

Akhirnya dengan segala keterbatasan yang dimiliki, penulis ingin mempersembahkan skripsi ini bagi semua pihak yang menaruh perhatian bagi perkembangan dunia pendidikan khususnya bidang penelitian di Indonesia dengan harapan akan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Jakarta, Juni 2010

(10)

ix

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Skripsi... i

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif... ii

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi... iii

Daftar Riwayat Hidup……… iv A. Latar Belakang Penelitian ………...1

B. Perumusan Masalah………...8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………...8

1. Tujuan Penelitian...8

2. Manfaat Penelitian...9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Auditing………...10

1. Audit Laporan Keuangan ....……….….14

2. Audit Kepatuhan...……….……….14

3. Audit Operasional……...…...……….14

(11)

x

1. Auditor Independen ...……….17

2. Auditor Internal………...17

3. Auditor Pemerintah……….18

E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Auditor………...20

1. Etika...20

a. Pengertian Etika...20

b. Prinsip Dasar Etika Profesi...22

c. Dilema Etika...26

1) Pendapat wajar tanpa Pengecualian...35

2) Pendapat wajar tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelas...36

3) Pendapat wajar dengan Pengecualian...37

4) Pendapat tidak wajar...38

5) Pernyataan tidak memberikan pendapat...39

F. Penelitian Terdahulu...39

G. Keterkaitan Antar Variabel...42

H. Kerangka Pemikiran...44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian...45

B. Sampel Penelitian...45

C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel...46

1. Variabel tidak Terikat (Independent variabel)...46

2. Variabel Terikat (Dependent Variabel)...47

(12)

xi

a. Koefisien Determinasi (R2)...54

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)...56

c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)...57

F. Operasional Variabel Penelitian...58

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian...61

1. Tempat dan Waktu Penelitian...61

2. Karakteristik Responden...62

B. Penemuan dan Pembahasan...65

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ...65

2. Hasil Uji Instrumen Penelitian...……...………..67

a. Hasil uji validitas...67

b. Hasil uji reliabilitas...70

3. Hasil Uji Asumsi Klasik...………..72

a. Hasil Uji Normalitas...72

b. Hasil Uji Multikolonieritas...74

c. Hasil Uji Heteroskedastisitas...75

4. Hasil Uji Hipotesis...76

a. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)...76

(13)

xii

c. Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)……...78

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan...83

B. Implikasi...84

C. Keterbatasan dan Saran………...85

DAFTAR PUSTAKA...86

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

No Keterangan Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu 40

3.1 Operasionalisasi Variabel 58

4.1 Nama dan Alamat Kantor Akuntan Publik 61

4.2 Data Penyebaran Kuesioner 62

4.3 Data Sampel Penelitian 63

4.4 Deskripsi Responden Auditor Eksternal 64

4.5 Hasil Uji Statistik Deskriptif 66

4.6 Hasil Uji Validitas Variabel Etika 67

4.7 Hasil Uji Validitas Variabel Independensi 68 4.8 Hasil Uji Validitas Variabel Pengalaman 69 4.9 Hasil Uji Validitas Variabel Keahlian Auditor 69 4.10 Hasil Uji Validitas Variabel Opini Audit 70 4.11 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Etika 71 4.12 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Independensi 71 4.13 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Pengalaman 71 4.14 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Keahlian Auditor 72 4.15 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Opini Audit 72 4.16 Hasil Uji Multikolonieritas (Coefficients) 74

4.17 Hasil Uji Koefisien Determinasi 76

4.18 Hasil Uji F Statistik 77

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

No Keterangan Halaman

2.1 Kerangka Penelitian 44

4.1 Hasil Uji Normalitas (P-Plot) 73

4.2 Hasil Uji Normalitas (Histogram) 73

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Riset 91

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian 93

Lampiran 3 Skor Jawaban Kuesioner 105

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Dewasa ini kebutuhan mengenai laporan keuangan memiliki peran penting dalam dunia bisnis. Hal ini disebabkan laporan keuangan dapat mencerminkan bagus tidaknya posisi keuangan suatu perusahaan sehingga dapat menentukan keberlangsungan usaha suatu perusahaan (going concern). Seiring berjalannya waktu, laporan keuangan suatu perusahaan pasti membutuhkan jasa seorang akuntan publik (auditor) untuk mengaudit laporan keuangan tersebut.

Standar Professional Akuntan Publik pada seksi 341 menyebutkan bahwa pertimbangan auditor atas kemampuan kesatuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya harus berdasarkan pada ada tidaknya kesangsian dalam diri auditor itu sendiri terhadap kemampuan suatu kesatuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode satu tahun sejak tanggal keuangan auditan.

(18)

2 Maraknya kejahatan akuntansi korporat yang terjadi akhir-akhir ini membuat kepercayaan para pemakai laporan keuangan khususnya laporan keuangan auditan terhadap auditor mulai menurun. Akibat kejahatan tersebut, para pemakai laporan keuangan seperti Investor dan kreditur mulai mempertanyakan kembali eksistensi akuntan publik sebagai pihak independen yang menilai kewajaran laporan keuangan melibatkan akuntan publik yang seharusnya menjadi pihak independen.

(19)

3 perangkat hukum yang mengatur perusahaan (korporat) dan praktik akuntan publik dengan antara lain mengeluarkan ”Sarbanes-Oxley Act of 2002” dan juga ”Public Company Accounting Reform and Investor Protection Act of 2002” untuk pengaturan praktik akuntan publik (Purba, 2002 dalam Ludigdo 2006).

Kasus di Indonesia, terjadinya kegagalan audit sering dihubungkan sebagai salah satu penyebab krisis ekonomi yang dimulai di tahun 1997. Buruknya praktik akuntansi di Indonesia ditengarai ikut mendorong memburuknya krisis ekonomi yang terjadi (ADB, 2003 dalam Koroy 2007). Menurut media massa, integritas dan tanggungjawab auditor Indonesia dipertanyakan khususnya pada pengauditan Bank. Bank yang memperoleh opini auditor wajar tanpa pengecualian dalam laporan keuangannya justru mengalami kebangkrutan (Bisnis Indonesia, 1999 dalam Koroy 2007).

(20)

4 Untuk mencegah agar tidak terjadi kasus-kasus seperti diatas, maka khususnya di Indonesia dibuat suatu aturan dalam Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002 tentang jasa akuntan publik dan diatur lebih lanjut oleh Peraturan Bapepam Nomor VIII.A.2 (Bapepam, 2002 dalam Koroy, 2007) tentang Independensi akuntan yang memberikan jasa audit di pasar modal. Peraturan Bapepam ini menyatakan akuntan tidak independen bila mempunyai kepentingan keuangan langsung atau tidak langsung yang material pada klien, mempunyai hubungan pekerjaan dengan klien, mempunyai hubungan usaha secara langsung maupun tidak langsung dengan klien dan memberikan jasa-jasa non audit kepada klien. Selain itu agar akuntan tetap independen dipersyaratkan agar mempunyai sistem pengendalian mutu dan pembatasan penugasan audit. Dengan mencegah hal diatas dan menjalankan persyaratan, auditor diharapkan mampu bersikap independen.

(21)

5 Penelitian etika (akuntan) di Indonesia telah banyak dilakukan. Namun penelitian ini masih terbatas pada aspek kognitif akuntan (berkaitan dengan pengambilan keputusan etis). Penelitian ditekankan pada aspek kognitif tersebut referensi utamanya adalah Theory of Moral Reasoning yang dikembangkan oleh Kohlberg dan Defining Issues Test (DIT) yang dikembangkan oleh Rest. Mendasarkan pada kedua model ini, penelitian etika pada umumnya mengembangkan instrumen yang berisi situasi pengambilan keputusan etis dan pendekatannya positivistik. Ini antara lain tampak dari yang dilakukan oleh Maryani dan Ludigdo (2001) dengan hasil surveinya yang mendeskripsikan secara parsial faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku etis akuntan, Sihwayuni dan Gudono (2000) yang berfokus pada masalah persepsi akuntan terhadap kode etik akuntan dan etika bisnis, serta Khomsiyah dan Indriantoro (1998) yang menguji pengaruh orientasi etika terhadap komitmen dan sensitivitas etika (Ludigdo, 2006).

(22)

6 Ashton (1991), Choo dan Trootman (1991), Libby dan Libby (1989) dalam Mayangsari (2003) mengatakan bahwa pengalaman dan pengetahuan merupakan faktor penting yang berkaitan dengan pemberian audit. Knapp (1985) dalam Mayangsari (2003) mengatakan bahwa yang mempengaruhi pemberian pendapat audit adalah kemampuan auditor untuk tetap bersikap independen meskipun ada tekanan dari pihak manajemen.

Di pihak lain, pekerjaan auditor adalah pekerjaan yang melibatkan keahlian (expertise). Salah satu ciri keahlian (expertise) auditor yang sudah diteliti dalam riset keperilakuan adalah mengenai perhatiannya terhadap informasi negatif dan positif (auditor attendance to negative and positive information), yang telah ditunjukkan Anderson dan Maletta (1994). Hasil studi mereka didasarkan pada temuan dalam pengauditan dan psikologi yang menunjukkan pengalaman memainkan peran penting dalam sejauh mana perilaku konservatif/berorientasi negatif diperlihatkan.

Haynes et al (1998) lebih cenderung mengaitkannya dengan faktor eksternal dari auditor, yaitu insentif kontekstual. Hal yang juga penting dikaitkan dengan hal ini adalah berkaitan dengan karakteristik individual auditor yang berpengalaman itu. Berbagai penelitian pengauditan menunjukkan bahwa semakin berpengalaman seorang auditor semakin mampu dia menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam tugas-tugas yang semakin kompleks (Libby, 1995).

(23)

7 audit dan Independensi seorang auditor yang dalam penerapannya akan terkait dengan etika. Keahlian audit berkaitan erat dengan struktur pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki auditor dan dapat menyebabkan perbedaan pendapat audit terhadap suatu kasus tertentu. Sedangkan Independensi merupakan hal yang melekat pada diri auditor, sehingga independensi menjadi syarat mutlak yang harus dimiliki. Variabel penelitian ini meliputi etika, independensi, pengalaman, keahlian auditor, dan opini audit. Penelitian ini mengevaluasi hubungan antara etika, independensi, pengalaman, keahlian auditor, dan opini audit.

Penelitian ini merupakan replikasi penelitian yang dilakukan oleh Megasari (2008) yang berjudul ”Pengaruh Etika, Keahlian Audit, dan Independensi terhadap Opini Audit”. Penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam lagi penelitian ini karena etika, independensi, pengalaman, dan keahlian auditor merupakan keempat hal yang penting dan harus dimiliki seorang auditor dalam menjalankan profesi mereka. Penelitian ini mempunyai beberapa perbedaan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Megasari (2008), diantaranya:

1. Periode Penelitian. Penelitian sebelumnya dilakukan pada tahun 2008, sedangkan penelitian sekarang tahun 2010.

(24)

8 Preferensi Klien dan Pengalaman Audit Terhadap Pertimbangan Auditor”. 3. Pada Penelitian sebelumnya objek penelitian adalah Auditor dengan

pengalaman kerja yang bervariasi dan bekerja di KAP yang berada di Jabodetabek sedangkan penelitian sekarang adalah Auditor dengan pengalaman kerja yang bervariasi dan bekerja di KAP yang berada diwilayah Jakarta.

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh etika, independensi, pengalaman, dan keahlian auditor terhadap opini audit?

2. Variabel Independen apakah yang paling dominan mempengaruhi opini audit?

C. TUJUAN PENELITIAN

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis pengaruh etika, independensi, pengalaman, dan keahlian

auditor terhadap opini audit.

(25)

9

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi semua pihak, diantaranya:

1. Auditor

Auditor diharapkan melakukan pengambilan keputusan yang etis, independen dengan pengalaman dan keahlian audit yang mereka miliki berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) sehingga auditor tersebut dapat memberikan Opini Audit dengan tepat.

2. Bagi Pemakai Jasa Akuntan

Agar klien auditor mengerti hal-hal yang berhubungan dengan Etika, Independensi, Pengalaman, Keahlian Auditor terhadap Opini Audit. Selain itu, diharapkan kepada klien auditor dapat terus mempertahankan keberlangsungan usahanya sesuai dengan aturan bisnis yang legal dan tidak melakukan manipulasi bisnis yang dapat merugikan pihak-pihak lain seperti stakeholder, investor, pemegang saham, dan lainnya.

3. Penulis

(26)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Auditing

Auditing menurut Boynton (2005:5) adalah Suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Beberapa ciri penting yang ada dalam definisi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Suatu proses sistematis berupa serangkaian langkah atau prosedur yang logis, terstruktur, dan terorganisir.

2. Memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif berarti memeriksa dasar asersi serta mengevaluasi hasil pemeriksaan tersebut tanpa memihak dan berprasangka, baik untuk atau terhadap perorangan (atau entitas) yang membuat asersi tersebut.

3. Asersi tentang kegiatan dan peristiwa ekonomi merupakan representasi yang dibuat oleh perorangan atau entitas.

(27)

11 5. Kriteria yang telah ditetapkan adalah standar-standar yang digunakan

sebagai dasar untuk menilai asersi atau pernyataan.

6. Penyampaian hasil diperoleh melalui laporan tertulis yang menunjukkan derajat kesesuaian antara asersi dan kriteria yang telah ditetapkan.

7. Pihak-pihak yang berkepentingan adalah mereka yang menggunakan (atau mengandalkan) temuan-temuan auditor.

Auditing adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen (Arens, 2008).

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Auditing merupakan suatu proses untuk mendapatkan dan mengumpulkan bukti-bukti yang berkaitan dengan informasi atau asersi suatu kegiatan dan peristiwa untuk menentukan, menetapkan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi atau asersi dengan kriteria yang telah ditetapkan.

B. Standar Auditing

(28)

12 Standar auditing menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam SA Seksi 150 berbeda dengan prosedur auditing, yaitu ”prosedur” berkaitan dengan tindakan yang harus dilaksanakan, sedangkan ”standar” berkaitan dengan kriteria atau ukuran mutu kinerja tindakan tersebut, dan berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai melalui penggunaan prosedur tersebut. Standar auditing yang berbeda dengan prosedur auditing, berkaitan dengan tidak hanya kualitas profesional auditor namun juga berkaitan dengan pertimbangan yang digunakan dalam pelaksanaan auditnya dan dalam laporannya. Standar auditing terdiri dari tiga jenis standar, yaitu standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan (IAI, 2009:150.1). a) Standar Umum

1. Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. b) Standar Pekerjaan Lapangan

1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.

(29)

13 3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

c) Standar Pelaporan

1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

(30)

14

C. Jenis-Jenis Audit

Menurut Boynton (2005:6) tiga jenis audit yang ada umumnya menunjukkan karakteristik kunci yang tercakup dalam definisi auditing yang telah disampaikan diatas. Jenis-jenis audit tersebut adalah Audit Laporan Keuangan (Financial statement audit), Audit Kepatuhan (Compliance audit), dan Audit Operasional (Operational audit).

1. Audit Laporan Keuangan (Financial statement audit).

Audit laporan keuangan (financial statement audit) berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti tentang laporan-laporan entitas dengan maksud agar dapat memberikan pendapat apakah laporan laporan tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, yaitu prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (Generally Accepted Accounting Principle—GAAP).

2. Audit Kepatuhan (Compliance audit).

Audit Kepatuhan (Compliance audit) berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan memeriksa bukti-bukti untuk menetapkan apakah kegiatan keuangan atau operasi suatu entitas telah sesuai dengan persyaratan, ketentuan, atau peraturan tertentu.

3. Audit Operasional (Operational audit).

(31)

15 Menurut Arens (2008:16) akuntan publik melakukan tiga jenis utama audit, yaitu Audit Operasional (Operational Audit), Audit Ketaatan (Compliance Audit), dan Audit Laporan Keuangan (Financial statement audit).

1. Audit Operasional (Operational audit).

Audit operasional (operational audit) mengevaluasi efisiensi dan efektifitas setiap bagian dari prosedur dan metode operasi organisasi. Pada akhir audit operasional, manajemen biasanya mengharapkan saran-saran untuk memperbaiki operasi. Dalam audit operasional, review atau penelaahan yang dilakukan tidak terbatas pada akuntansi, tetapi dapat mencakup evaluasi atas struktur organisasi, operasi komputer, metode produksi, pemasaran, dan semua bidang lain dimana auditor menguasainya.

2. Audit Ketaatan (Compliance audit).

Audit Ketaatan (Compliance audit) dilaksanakan untuk menentukan apakah pihak yang diaudit mengikuti prosedur, aturan, atau ketentuan tertentu yang ditetapkan oleh otoritas yang lebih tinggi. Hasil dari audit ketaatan biasanya dilaporkan kepada manajemen, karena manajemen adalah kelompok utama yang berkepentingan dengan tingkat ketaatan terhadap prosedur dan peraturan yang digariskan. Sebagian besar pekerjaan jenis ini dilakukan auditor yang bekerja pada unit organisasi itu. 3. Audit Laporan Keuangan (Financial statement audit).

(32)

16 menentukan apakah laporan keuangan (informasi yang diverifikasi) telah dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu. Biasanya, kriteria yang berlaku adalah Prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (Generally Accepted Accounting Principal―GAAP). Dalam menentukan apakah laporan keuangan telah dinyatakan secara wajar sesuai dengan GAAP, auditor mengumpulkan bukti untuk menetapkan apakah laporan keuangan itu mengandung kesalahan yang material atau salah saji lainnya.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa umumnya terdapat tiga jenis audit yaitu Audit Laporan Keuangan, Audit Operasional, dan Audit Ketaatan dimana masing-masing jenis audit tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda. Audit Laporan Keuangan dilakukan untuk menentukan apakah laporan keuangan telah terbebas dari salah saji material dan disajikan sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum. Sedangkan Audit Operasional dilakukan untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi kegiatan operasi yang berhubungan dengan setiap bagian prosedur dan metode operasi dalam suatu entitas. Audit Ketaatan dilakukan untuk menentukan apakah pihak yang diaudit telah melaksanakan serangkaian prosedur dan aturan tyang telah ditetapkan oleh pihak otoritas tertinggi

D. Jenis-Jenis Auditor

(33)

17

auditor), dan Auditor Pemerintah (Government Auditor). Berikut adalah penjelasannya:

1. Auditor Independen (Independent auditor).

Auditor Independen (Independent auditor) di Amerika Serikat biasanya adalah Certified Public Accountant (CPA) yang bertindak sebagai praktisi perorangan ataupun anggota kantor akuntan publik yang memberikan jasa auditing profesional kepada klien. Pada umumnya lisensi diberikan kepada mereka yang telah lulus dalam ujian persamaan CPA serta memiliki pengalaman praktik dalam bidang auditing. Karena pendidikan dan pelatihan yang mereka peroleh serta pengalaman yang mereka miliki, auditor independen memiliki kualifikasi untuk melaksanakan setiap jenis audit. Sedangkan klien para auditor independen tersebut dapat berasal dari perusahaan bisnis yang berorientasi laba, organisasi nirlaba, kantor pemerintah, atau perorangan.

2. Auditor Internal (Internal auditor).

Auditor Internal (Internal auditor) adalah pegawai dari organisasi yang diaudit. Auditor jenis ini melibatkan diri dalam suatu kegiatan penilaian independen, yang dinamakan audit internal, dalam lingkungan organisasi sebagai bentuk jasa bagi organisasi. Tujuan audit internal adalah untuk membantu manajemen organisasi dalam memberikan pertanggungjawaban yang efektif.

(34)

18 kepatuhan dan operasional. Selain itu, pekerjaan audit internal juga dapat melengkapi pekerjaan auditor independen dalam melakukan audit laporan keuangan.

3. Auditor Pemerintah (Government auditor).

Auditor Pemerintah (Government auditor) dipekerjakan oleh berbagai kantor pemerintahan di tingkat federal, negara bagian, dan lokal di Amerika Serikat. Pada tingkat federal, terdapat tiga kantor utama, yaitu

the General Accounting Office (GAO), Internal Revenue Service (IRS), dan Defence Contract Audit Agency (DCAA).

Menurut Arens (2008:19) ada beberapa jenis auditor yang dewasa ini berpraktik. Jenis yang umum adalah kantor akuntan publik, auditor badan akuntabilitas pemerintah, agen-agen penerimaan Negara (internal revenue), dan auditor internal. Berikut adalah penjelasannya:

1. Auditor badan akuntabilitas pemerintah.

Auditor badan akuntabilitas pemerintah adalah auditor yang bekerja untuk

Government Accountability Office (GAO) Amerika Serikat yaitu sebuah badan nonpartisipan dalam cabang legislatif pemerintah federal. Tanggung jawab utama GAO adalah melaksanakan fungsi audit bagi Kongres, dan badan ini memikul banyak tanggung jawab audit yang sama seperti sebuah Kantor Akuntan Publik (KAP).

2. Agen-agen penerimaan Negara (Internal revenue).

Agen-agen penerimaan Negara (Internal revenue)/IRS dibawah arahan

(35)

19 memberlakukan peraturan pajak federal. Salah satu tanggung jawab utama IRS adalah mengaudit SPT Pajak wajib pajak untuk menentukan apakah SPT itu sudah mematuhi peraturan pajak yang berlaku. Audit ini murni bersifat audit ketaatan. Auditor yang melakukan pemeriksaan ini disebut

internal revenue agent (agen penerimaan Negara). 3. Auditor Internal

Auditor Internal dipekerjakan oleh perusahaan untuk melakukan audit bagi manajemen, sama seperti GAO mengaudit untuk Kongres. Tanggung jawab auditor internal sangat beragam, tergantung pada si pemberi kerja. Banyak juga auditor Internal yang terlibat dalam audit operasional atau memiliki keahlian dalam mengevaluasi sistem komputer.

(36)

20

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Auditor

1. Etika

a. Pengertian Etika

Etika dalam bahasa Yunani terdiri dari dua kata yaitu: etos

berarti kebiasaan atau adat, dan ethiokos berarti perasaan batin atau kecenderungan batin mendorong manusia dalam bertingkah laku. ”Etika sebenarnya meliputi suatu proses penentuan yang kompleks tentang apa yang harus dilakukan seseorang dalam situasi tertentu. Etika (ethics) menurut Arens (2008:98) secara garis besar dapat didefinisikan sebagai serangkaian prinsip atau nilai moral.

Maryani dan Ludigdo (2001) dalam Ludigdo (2006) mendefinisikan etika sebagai seperangkat aturan atau norma atau pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok atau segolongan manusia atau masyarakat atau profesi. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi sikap dan perilaku etis akuntan serta faktor yang dianggap oleh sebagian besar akuntan mempengaruhi sikap dan perilaku tidak etis akuntan.

(37)

21

Moral Reasoning yang dikembangkan oleh Kohlberg dan Defining Issues Test (DIT) yang dikembangkan oleh Rest. Mendasarkan pada kedua model ini, penelitian etika pada umumnya mengembangkan instrumen yang berisi situasi pengambilan keputusan etis dan pendekatannya positivistik.

Diskusi tentang etika telah berlangsung selama berabad-abad semenjak jaman Yunani Kuno. Berbagai aliran pemikiran etika dalam mengkaji moralitas suatu tindakan telah berkembang sedemikian luasnya. Berdasarkan historisnya, pemikiran-pemikiran etika berkembang meliputi aliran-aliran etika klasik yang berasal dari pemikiran para filosof Yunani, etika kontemporer dari pemikiran Eropa abad pertengahan sampai abad 20-an, serta aliran etika dari pemikiran kalangan agamawan Islam yang selalu mengacu pada Al-Qur’an dan As-Sunah (Ludigdo, 2006).

(38)

22 Untuk kalangan profesional, dimana pengaturan etika dibuat untuk menghasilkan kinerja etis yang memadai maka kemudian asosiasi profesi merumuskan suatu kode etik. Kode etik profesi dan sebagai dasar terbentuknya kepercayaan masyarakat karena dengan mematuhi kode etik, akuntan diharapkan dapat menghasilkan kualitas kinerja yang paling baik bagi masyarakat (Baidaie, 2000 dalam Ludigdo, 2006). Dalam kerangka inilah Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) merumuskan suatu kode etik yang meliputi mukadimah dan delapan prinsip etika yang harus dipedomani oleh semua anggota, serta aturan etika dan interpretasi aturan etika yang wajib dipatuhi oleh masing-masing anggota kompartemen.

b. Prinsip Dasar Etika Profesi

Menurut Kode Etik Profesi Akuntan Publik Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI, 2009:4-5) ada lima jenis Prinsip Dasar Etika Profesi yaitu Prinsip Integritas, Prinsip Objektivitas, Prinsip Kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian professional (professional competence and due care), Prinsip Kerahasiaan, dan Prinsip Perilaku Profesional. Berikut adalah penjelasan dari kelima jenis prinsip, yaitu: 1) Prinsip Integritas.

(39)

23 2) Prinsip Objektivitas.

Setiap praktisi tidak boleh membiarkan subjektivitas, benturan kepentingan, atau pengaruh yang tidak layak (undue influence) dari pihak-pihak lain mempengaruhi pertimbangan professional atau pertimbangan bisnisnya.

3) Prinsip Kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian professional (professional competence and due care).

Setiap praktisi wajib memelihara pengetahuan dan keahlian profesionalnya pada suatu tingkatan yang dipersyaratkan secara berkesinambungan, sehingga klien atau pemberi kerja dapat menerima jasa profesional yang diberikan secara kompeten berdasarkan perkembangan terkini dalam praktik, perundang-undangan, dan metode pelaksanaan pekerjaan. Setiap praktisi harus bertindak secara profesional dan sesuai dengan standar profesi dan kode etikprofesi yang berlaku dalam memberikan jasa profesionalnya.

4) Prinsip Kerahasiaan.

(40)

24 Informasi rahasia yang diperoleh dari hubungan profesional dan hubungan bisnis tidak boleh digunakan oleh Praktisi untuk keuntungan pribadinya atau pihak ketiga.

5) Prinsip Perilaku Profesional.

Setiap praktisi wajib mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku dan harus menghindari semua tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.

Menurut Joseph Institute For Advancement of Ethics (Arens, 2008:99) yang merupakan sebuah organisasi nirlaba bagi pengembangan kualitas etika masyarakat di Amerika, Prinsip-prinsip etika ada enam, yaitu Dapat dipercaya (trustworthiness), Penghargaan (respect), Pertanggungjawaban (responsibility), Kelayakan (fairness), Perhatian (caring), dan Kewarganegaraan (citizenship).

1) Dapat dipercaya (trustworthiness).

(41)

25 2) Penghargaan (respect).

Mencakup gagasan seperti kepantasan (civility), kesopansantunan (courtesy), kehormatan, toleransi, dan penerimaan. Seseorang yang terhormat akan memperlakukan pihak lainnya dengan penuh pertimbangan dan menerima perbedaan serta keyakinan pribadi tanpa berprasangka buruk.

3) Pertanggungjawaban (responsibility).

Berarti bertanggungjawab atas tindakan seseorang serta dapat menahan diri. Pertanggungjawaban juga berarti berusaha sebaik mungkin dan memberi teladan dengan contoh, mencakup juga ketekunan serta upaya untuk terus melakukan perbaikan.

4) Kelayakan (fairness).

Kelayakan dan keadilan mencakup isu-isu tentang kesamaan penilaian, sikap tidak memihak, proporsionalitas, keterbukaan, dan keseksamaan. Perlakuan yang layak berarti bahwa situasi yang serupa akan ditangani dengan cara yang serupa pula.

5) Perhatian (caring).

Berarti sungguh-sungguh memperhatikan kesejahteraan pihak lain dan mencakup tindakan yang memperhatikan kepentingan sesama serta memperlihatkan perbuatan baik.

6) Kewarganegaraan (citizenship).

(42)

26 dalam masyarakat berjalan dengan baik, antara lain pemungutan suara, bertindak sebagai juri pengadilan di Amerika Serikat, dan melindungi sumber daya alam yang ada.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa persamaan antara Prinsip etika menurut IAPI di Indonesia dengan Prinsip etika menurut Josephson Institute for Ethics

di Amerika yaitu setiap Praktisi harus memiliki Prinsip Integritas, Objektivitas, Kejujuran, Kompetensi, Kerahasiaan, Loyalitas, Tanggung jawab, serta Patuh terhadap peraturan perundangan yang berlaku. Prinsip-prinsip etika tersebut harus dijunjung tinggi oleh seorang Auditor agar mencerminkan perilaku profesional dalam menjalankan tugasnya.

c. Dilema Etika

Menurut Arens (2008:100) Dilema etika (ethical dilemma) adalah situasi yang dihadapi oleh seseorang dimana ia harus mengambil keputusan tentang perilaku yang tepat. Para auditor, akuntan, serta pelaku bisnis lainnya menghadapi banyak dilema etika dalam karier bisnis mereka. Auditor yang menghadapi klien yang mengancam akan mencari auditor baru kecuali bersedia menerbitkan suatu pendapat wajar tanpa pengecualian, akan mengalami dilema etika bila pendapat wajar tanpa pengecualian itu tidak tepat.

(43)

27 etika. Tujuan dari kerangka kerja seperti itu adalah membantu mengidentifikasi isu-isu etis dan memutuskan serangkaian tindakan yang tepat dengan menggunakan nilai dari orang itu sendiri. Pendekatan enam langkah berikut ini dimaksudkan agar dapat menjadi suatu pendekatan yang relatif sederhana untuk menyelesaikan dilema etika:

1) Memperoleh fakta yang relevan.

2) Mengidentifikasi isu-isu etis berdasarkan fakta tersebut.

3) Menentukan siapa yang akan terpengaruh oleh akibat dari dilema etika tersebut dan bagaimana setiap orang atau kelompok itu terpengaruhi.

4) Mengidentifikasi berbagai alternatif yang tersedia bagi orang yang harus menyelesaikan dilema tersebut.

5) Mengidentifikasi konsekuensi yang mungkin terjadi dari setiap alternatif.

6) Memutuskan tindakan yang tepat.

2. Independensi

Independensi dianggap sebagai karakteristik auditor yang paling kritis, bahkan nilai auditing sangat bergantung pada persepsi publik atas independensi auditor (Arens et al, 2008:111). Kwanbo (2009) mendefinisikan Independensi sebagai berikut:

(44)

28 Ikatan Akuntan Indonesia (IAI, 2009) melalui Standar Profesional Akuntan Publik SA Seksi 220 mendefinisikan independensi sebagai berikut:

”Independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun, mengakui kewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan (paling tidak sebagian) atas laporan auditor independen”.

Standar umum yang kedua mengatur sikap mental auditor dalam menjalankan tugasnya. Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Menurut IAI dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP,2009) yaitu pada standar umum kedua berbunyi: ”Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor”. Standar ini mengharuskan auditor bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum (dibedakan dalam hal ini Ia berpraktik sebagai auditor intern).

(45)

29 besarnya audit fee. Responden yang dipilih meliputi direktur keuangan perusahaan yang telah go public, partner KAP, pejabat kredit bank dan lembaga keuangan non bank, dan Bapepam.

Selanjutnya Nicholas dan Price (1976) dalam Alim, Hapsari, dan Purwanti (2007) menemukan bahwa ketika auditor dan manajemen tidak mencapai kata sepakat dalam aspek kinerja, maka kondisi ini dapat mendorong manajemen untuk memaksa auditor melakukan tindakan yang melawan standar, termasuk dalam pemberian opini. Kondisi ini akan sangat menyudutkan auditor sehingga ada kemungkinan bahwa auditor akan melakukan apa yang diinginkan oleh pihak manajemen.

Deis dan Giroux (1992) mengatakan bahwa pada konflik kekuatan, klien dapat menekan auditor untuk melawan standar profesional dan dalam ukuran yang besar, kondisi keuangan klien yang sehat dapat digunakan sebagai alat untuk menekan auditor dengan cara melakukan pergantian auditor. Hal ini dapat membuat auditor tidak akan dapat bertahan dengan tekanan klien tersebut sehingga menyebabkan independensi mereka melemah. Posisi auditor juga sangat dilematis dimana mereka dituntut untuk memenuhi keinginan klien namun di satu sisi tindakan auditor dapat melanggar standar profesi sebagai acuan kerja mereka .

3. Pengalaman

(46)

30 Kusumastuti,2008). Pengalaman berdasarkan lama bekerja merupakan pengalaman auditor yang dihitung berdasarkan satuan waktu/tahun. Sehingga auditor yang telah lama bekerja sebagai auditor dapat dikatakan auditor berpengalaman. Semakin lama bekerja menjadi auditor, maka akan memperluas pengetahuan auditor dibidang akuntansi dan auditing.

Choo dan Trootman (1991) memberikan bukti empiris bahwa auditor berpengalaman lebih banyak menemukan item-item yang tidak umum (atypical) dibandingkan auditor yang kurang berpengalaman, tetapi antara auditor yang berpengalaman dengan yang kurang berpengalaman tidak berbeda dalam menemukan item-item umum (typical). Penelitian serupa dilakukan oleh Tubbs (1992) menunjukkan bahwa subyek yang mempunyai pengalaman audit lebih banyak, maka akan menemukan kesalahan yang lebih banyak dan item-item kesalahannya lebih besar dibandingkan auditor yang pengalaman auditnya lebih sedikit.

(47)

31 Haynes et al (1998) membahas hasil ini berkaitan dengan insentif yang bertentangan (conflicting incentives) yang dihadapi auditor yang semakin berpengalaman itu. Di satu pihak, auditor diharuskan untuk dapat mempertahankan klien yang menuntut auditor untuk membangun dan menjaga hubungan baik dengan klien. Di pihak lain, auditor juga harus mencegah kerugian di masa datang yang diakibatkan adanya tuntutan atau litigasi hukum dan hilangnya reputasi dalam memandang pengaruh pengalaman terhadap pertimbangan auditor menghadapi preferensi klien. Haynes et al (1998) lebih cenderung mengaitkannya dengan faktor eksternal dari diri auditor, yaitu insentif kontekstual. Hal yang juga penting dikaitkan dengan hal ini adalah berkaitan dengan karakteristik individual auditor yang berpengalaman itu. Jadi, efek pengalaman dalam hal ini dihubungkan sebagai faktor internal dalam karakteristik diri auditor itu.

(48)

32

4. Keahlian Auditor

1. Definisi Keahlian (Kompetensi)

Menurut Kamus Kompetensi LOMA (1998) yang dikutip Lasmadi (2002) dalam Alim, Hapsari, dan Purwanti (2007) Kompetensi didefinisikan sebagai aspek-aspek pribadi dari seorang pekerja yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja superior. Aspek-aspek pribadi ini mencakup sifat, motif-motif, sistem nilai, sikap, pengetahuan dan ketrampilan dimana kompetensi akan mengarahkan tingkah laku akan menghasilkan kinerja.

Susanto (2000) dalam Alim, Hapsari, dan Purwanti (2007) definisi tentang kompetensi yang sering dipakai adalah karakteristik-karakteristik yang mendasari individu untuk mencapai kinerja superior. Kompetensi juga merupakan pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan, serta kemampuan yang dibutuhkan untuk pekerjaan-pekerjaan non-rutin. Definisi kompetensi dalam bidang auditing pun sering diukur dengan pengalaman (Mayangsari, 2003).

(49)

33 unsur lain selain pengalaman. Pendapat ini didukung oleh Schmidt et al (1988) yang memberikan bukti empiris bahwa terdapat hubungan antara pengalaman bekerja dengan kinerja dimoderasi dengan lama pengalaman dan kompleksitas tugas. Selain itu, penelitian yang dilakukan Bonner (1990) menunjukkan bahwa pengetahuan mengenai spesifik tugas dapat meningkatkan kinerja auditor berpengalaman, walaupun hanya dalam penetapan risiko analitis. Hal ini menunjukkan bahwa pendapat auditor yang baik akan tergantung pada kompetensi dan prosedur audit yang dilakukan oleh auditor (Hogart, 1991).

Bedard (1989) menggunakan kombinasi variabel yang berkaitan dengan pengalaman praktis dan pendidikan ke dalam suatu ukuran dari keahlian dengan menggunakan pendekatan analisis faktor. Bedard sendiri mengatakan bahwa keahlian adalah seseorang yang memiliki pengetahuan dan keahlian prosedural yang luas yang ditunjukkan dalam pengalaman audit.

2. Kriteria Keahlian.

(50)

34 a) Komponen Pengetahuan (Knowledge Component).

Merupakan komponen penting dalam suatu keahlian. Komponen ini meliputi pengetahuan terhadap fakta-fakta, prosedur-prosedur, dan pengalaman.

b) Ciri-ciri Psikologis (Psychological traits).

Meliputi kemampuan dalam berkomunikasi, kreatifitas, kemampuan bekerjasama dengan orang lain, dan kepercayaan kepada keahlian.

c) Kemampuan berfikir (Cognitive abilities).

Kemampuan berfikir merupakan kemampuan untuk mengakumulasi dan mengolah informasi. Beberapa karakter yang dapat dimasukkan kedalam komponen ini antara lain kemampuan untuk beradaptasi pada situasi yang baru, kemampuan untuk memfokuskan pada fakta-fakta yang relevan dan mengabaikan fakta-fakta yang tidak relevan, serta kemampuan untuk dapat menghindari tekanan-tekanan.

d) Strategi Penentuan Keputusan (Decision strategis).

Kemampuan seorang auditor membuat keputusan secara sistematis baik formal maupun informal akan membantu dalam mengatasi keterbatasan manusia.

e) Komponen Pengalaman (Experience decision).

(51)

35 Dalam kaitannya dengan penelitian ini, maka penulis mengambil kesimpulan mengenai kriteria keahlian yang menjadi tolak ukur dalam penelitian ini. Oleh karena itu, kriteria kehliannya menjadi:

a. Lama bekerja sebagai auditor paling tidak selama tiga tahun atau lebih.

b. Telah mengikuti pendidikan profesi, diklat, seminar atau lokakarya sebanyak dua kali atau lebih.

c. Sedang atau telah menjabat sebagai ketua tim auditor.

5. Opini Audit

Laporan audit adalah langkah terakhir dari keseluruhan proses audit. Bagian yang terpenting yang merupakan informasi utama dari laporan audit adalah opini audit menurut standar professional akuntan publik (PSA 29 SA Seksi 508), ada 5 Jenis opini auditor yaitu Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified opinion), Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas (Unqualified with Explanatory Language), Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion), Pendapat tidak wajar (Adverse opinion), dan Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaemer Opinion).

1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified opinion).

(52)

36 tertentu yang memerlukan bahasa penjelas. Dalam SA 411 paragraf 04 dikatakan bahwa laporan keuangan yang wajar dihasilkan setelah melalui apakah:

a) Prinsip akuntansi yang dipilih dan dilaksanakan telah berlaku umum

b) Prinsip akuntansi yang dipilih tepat untuk keadaan yang bersangkutan

c) Laporan keuangan beserta catatannya memberikan informasi cukup yang dapat mempengaruhi penggunaannya, pemahamannya, dan penafsirannya.

d) Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan diklasifikasikan dan diikhtisarkan dengan semestinya, yang tidak terlalu rinci ataupun terlalu ringkas.

e) Laporan keuangan mencerminkan peristiwa dan transaksi yang mendasarinya dalam suatu cara yang menyajikan posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas dalam batas-batas yang dapat diterima, yaitu batas-batas yang rasional dan praktis untuk dicapai dalam laporan keuangan.

2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas (Unqualified Opinion with Explanatory Language).

(53)

37 terdapat keadaan atau kondisi tertentu yang memerlukan bahasa penjelas. Kondisi atau keadaan yang memerlukan bahasa penjelas tambahan antara lain dapat diuraikan sebagai berikut:

a) Pendapat auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor independen lain. Auditor harus menjelaskan hal ini dalam paragraf untuk menegaskan pemisahan tanggung jawab dalam pelaksanaan audit.

b) Adanya penyimpangan dari prinsip akuntansi yang ditetapkan oleh IAI. Penyimpangan tersebut adalah penyimpangan yang terpaksa dilakukan agar tidak menyesatkan pemakai laporan keuangan.

3. Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion).

Sesuai dengan SA 508 paragraf 38 dikatakan bahwa jenis pendapat ini diberikan apabila:

a) Tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan lingkup audit yang material tetapi tidak mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan.

(54)

38 Umum yaitu menyangkut resiko atau ketidakpastian, dan pertimbangan materalitas. Penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia yang menyangkut resiko atau ketidakpastian umumnya dikelompokkan kedalam satu diantara tiga golongan:

a) Pengungkapan yang tidak memadai, jika auditor berkesimpulan bahwa hal yang berkaitan dengan resiko atau ketidakpastian tidak diungkapkan secara memadai dalam laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, auditor harus menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar.

b) Ketidaktepatan prinsip akuntansi, Standar Akuntansi Keuangan yang berkaitan dengan kontijensi atau estimasi hasil peristiwa masa depan tipe tertentu menjelaskan situasi yang didalamnya ketidakmampuan untuk membuat estimasi yang dapat menimbulkan pertanyaan tentang ketetapan prinsip akuntansi yang digunakan, dan jika auditor berkesimpulan bahwa prinsip akuntansi yang digunakan menyebabkan laporan keuangan salah disajikan secara material, Ia harus menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar.

4. Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion).

(55)

39 menjelaskan alasan pendukung pendapat tidak wajar, dan dampak utama dari hal yang menyebabkan pendapat diberikan terhadap laporan keuangan. Penjelasan tersebut harus dinyatakan dalam paragraf terpisah sebelum paragraf pendapat.

5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer of opinion atau No opinion).

Pernyataan auditor tidak memberikan pendapat ini diberikan apabila: a) Ada pembatasan lingkup audit yang sangat material baik oleh klien

maupun karena kondisi tertentu.

b) Auditor tidak Independen terhadap klien.

F. Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya oleh Megasari (2008) dengan Judul ”Pengaruh Etika, Keahlian Audit, dan Independensi terhadap Opini Audit”. Penelitian ini dilakukan pada Kantor Akuntan Publik di Jabodetabek dan hasilnya menunjukkan bahwa Etika, Independensi, dan Keahlian Audit secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Opini Audit. Keahlian Audit dan Independensi secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Opini Audit, tetapi Etika secara Parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Opini Audit.

(56)

40 pengaruh yang signifikan terhadap Opini Audit, akan tetapi secara parsial Pengalaman dan Keahlian Audit tidak berpengaruh signifikan terhadap Opini Audit.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Nursyofah (2007) dengan Judul ”Analisis Pengaruh Faktor Keahlian dan Independensi Auditor terhadap OpiniAudit”. Penelitian ini dilakukan pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta dan hasilnya menunjukkan bahwa Faktor Keahlian dan Independensi Auditor secara bersama-sama maupun secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Opini Audit.

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

No Nama

Peneliti

Judul Variabel Hasil penelitian

(57)

41 Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Nama

Peneliti

Judul Variabel Hasil penelitian

(58)

42

G. Keterkaitan Antar Variabel

1. Pengaruh Etika Terhadap Opini Audit

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Megasari (2008) dengan Judul ”Pengaruh Etika, Keahlian Audit, dan Independensi terhadap Opini Audit” menunjukkan bahwa variabel Etika memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,857 nilai ini lebih besar dari 0,05 sehingga tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap Opini Audit. Jadi, dapat diduga bahwa Etika tidak mempengaruhi Opini Audit sehingga dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ha1: Etika tidak berpengaruh terhadap Opini Audit. 2. Pengaruh Independensi Terhadap Opini Audit

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nursyofah (2007) dengan Judul ”Analisis Pengaruh Faktor Keahlian dan Independensi Auditor terhadap Opini Audit” menunjukkan bahwa variabel Independensi memiliki nilai signifikansi dibawah 0,05 sehingga terdapat pengaruh yang signifikan terhadap Opini Audit.

(59)

43 Ha2: Independensi berpengaruh terhadap Opini Audit.

3. Pengaruh Pengalaman Terhadap Opini Audit

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Muttaqin (2008) dengan Judul ”Pengaruh Pengalaman dan Keahlian Audit terhadap Pendapat Audit”. Jadi, dapat diduga bahwa Pengalaman tidak mempengaruhi Opini Audit sehingga dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ha3: Pengalaman tidak berpengaruh terhadap Opini Audit. 4. Pengaruh Keahlian Auditor Terhadap Opini Audit

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nursyofah (2007) dengan Judul ”Analisis Pengaruh Faktor Keahlian dan Independensi Auditor terhadap Opini Audit” menunjukkan bahwa variabel Keahlian memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,008 nilai ini lebih kecil dari 0,05 sehingga terdapat pengaruh yang signifikan terhadap Opini Audit.

Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Megasari (2008) dengan Judul ”Pengaruh Etika, Keahlian Audit, dan Independensi terhadap Opini Audit” menunjukkan bahwa variabel Keahlian Audit memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,033 nilai ini lebih kecil dari 0,05 sehingga terdapat pengaruh yang signifikan terhadap Opini Audit. Jadi, dapat diduga bahwa Keahlian Auditor mempengaruhi Opini Audit sehingga dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

(60)

44

H. Kerangka Pemikiran

Gambar dibawah ini menunjukkan kerangka pemikiran yang dibuat mengenai pengaruh Etika, Independensi, Pengalaman, Keahlian auditor terhadap Opini Audit.

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Etika

independensi

Pengalaman

Keahlian Auditor

(61)

45

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Jakarta pada bulan Februari 2010 dengan objek penelitian Auditor Kantor Akuntan Publik (KAP). Penelitian ini difokuskan kepada Pengaruh Etika, Independensi, Pengalaman, dan Keahlian Auditor terhadap Opini Audit dalam proses pemeriksaan Laporan Keuangan. Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas, yaitu melakukan pengujian pengaruh antara empat variabel independen, yaitu Etika, Independensi, Pengalaman, Keahlian Auditor, sedangkan sebagai Variabel dependen, yaitu Opini Audit.

B. Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah Auditor Kantor Akuntan Publik (KAP). Sampel penelitian ini adalah 80 auditor kantor Akuntan Publik yang ada di Jakarta. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah metode pemilihan sampel yang digunakan adalah convenience sampling design.

(62)

46

C. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel

1. Variabel tidak terikat (Independent variable)

a. Etika.

Penerapan Etika akuntan publik adalah aplikasi seperangkat aturan atau norma atau pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang dianut oleh kalangan profesi akuntan publik. Ada dua dimensi untuk mengukur variabel penerapan etika akuntan publik yaitu: dimensi kesadaran etis dan dimensi kepedulian pada etika profesi. Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan Instrumen pengukuran variabel yang digunakan oleh Suraida (2003) dalam Prastamawasti (2008). Semua item pernyataan diukur pada skala likert 1 (sangat tidak setuju) sampai dengan skala 5 (sangat setuju). b. Independensi.

(63)

47 c. Pengalaman.

Pengalaman adalah keseluruhan pelajaran yang diperoleh seseorang dari peristiwa-peristiwa yang dialami dalam perjalanan hidupnya (Anoraga, 1995:47 yang dikutip Widiyanto dan Yuhertian, 2005 dalam Kusumastuti, 2008). Variabel Pengalaman audit ini diukur berdasarkan jangka waktu (tahun)/berapa lama seorang auditor bekerja. Responden diminta untuk memberikan tanggapan terhadap pernyataan dengan menjawab pada skala likert 1 (sangat tidak setuju) sampai dengan skala 5 (sangat setuju).

d. Keahlian Auditor (Kompetensi).

Kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk menguasai pekerjaannya dengan baik, ahli dalam bidangnya dan mampu menyelesaikan setiap masalah dengan baik. Kompetensi seorang auditor dapat diukur dari lamanya auditor itu bekerja, tingkat pendidikan, seringnya melakukan program pelatihan, memiliki pengetahuan dan cakap dalam bidangnya. Pengukuran kompetensi dilakukan dengan memberikan enam pernyataan lewat kuesioner yang didapat dari Rinaldi (2008) dengan menggunakan skala likert, yaitu skala 1 (sangat tidak setuju) sampai dengan skala 5 (sangat setuju).

2. Variabel Terikat (dependent variable)

a.Opini Audit.

(64)

48 pada jenis-jenis opini audit yang digunakan seperti: Pendapat wajar tanpa pengecualian, pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan, pendapat wajar dengan pengecualian, pendapat tidak wajar, dan tidak memberikan pendapat. Pengukuran opini audit dilakukan dengan memberikan sepuluh pernyataan lewat kuesioner yang didapat dari Sari (2008) dengan menggunakan skala likert, yaitu skala 1 (sangat tidak setuju) sampai dengan skala 5 (sangat setuju).

D. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan menggunakan data primer, sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli atau tidak melalui media perantara. Dimana pengumpulan data dilakukan melalui metode survei dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner yang dikirimkan kepada para Auditor yang terdaftar di Kantor Akuntan Publik (KAP) yang tersebar di wilayah Jakarta. Pengiriman kuesioner dilakukan secara langsung.

E. Metode Analisis Data

Metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis yaitu dengan menggunakan regresi berganda dengan bantuan perangkat lunak SPSS for windows 15.0, setelah semua data-data dalam penelitian ini terkumpul, maka selanjutnya dilakukan analisis data yang terdiri dari:

1. Statistik Deskriptif

(65)

49 2. Uji Kualitas Data

Pengujian kualitas data yang dilakukan dengan penyebaran kuesioner, maka kesediaan dan ketelitian dari para responden untuk menjawab setiap pertanyaan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam penelitian ini. Untuk itu, dalam melakukan uji kualitas data atas data primer ini peneliti melakukan uji validitas dan uji reliabilitas.

1) Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Jadi, validitas ingin mengukur apakah pertanyaan dalam kuesioner yang sudah kita buat betul-betul dapat mengukur apa yang hendak kita ukur. Mengukur validitas dapat menggunakan Pearson Correlation dan dilakukan dengan cara melakukan korelasi bivariate antara masing-masing skor indikator pertanyaan terhadap total konstruk dengan menunjukkan hasil yang signifikan yaitu dibawah 0,05. Jika masing-masing indikator pertanyaan mempunyai tingkat signifikansi dibawah 0,05 berarti dikatakan valid (Ghozali, 2009:49).

2) Uji Reliabilitas

(66)

50 terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan cara One Shot

atau pengukuran sekali saja: Disini pengukurannya hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60 (Nunally, 1960 dalam Ghozali, 2009:45).

3. Uji Asumsi Klasik 1) Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik (Ghozali, 2009:147).

a. Analisis Grafik

(67)

51 dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali, 2009:147).

b. Analisis Statistik

Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak hati-hati secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik bisa sebaliknya. Oleh sebab itu, dianjurkan disamping uji grafik dilengkapi dengan uji statistik. Uji statistik sederhana dapat dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan skewness dari residual (Ghozali, 2009:149).

2) Uji Multikolonieritas

Gambar

Tabel 2.1
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Tabel 3.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi saudari MUNAWATI dengan Nomor Induk Mahasiswa 11407185 yang beijudul ’ PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AL QUR’AN MELALUI METODE STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK

Ejaan yang baku sangat penting untuk dikuasai dan digunakan ketika membuat suatu karya tulis ilmiah. Ejaan baku adalah ejaan yang benar, sedangkan ejaan tidak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil perhitungan dan hasil analisis kinerja laporan keuangan dengan rasio profitabilitas dan rasio solvabilitas pada PT Kereta

“Bagaimanakah kinetika laju pertumbuhan dan hasil isolasi DNA genomik konsorsium bakteri dari perairan hydrothermal vent Kawio menggunakan medium campuran 25% BHMS +

Bahan yang diperlukan dalam kegiatan penelitian adalah benih Eucalyptus pellita , tanah ( top soil ), kompos, kotoran domba, sekam padi, polybag , cocopeat ,.. peat moss ,

Media ini dapat dijadikan sebagai media pembelajaran bagi berbagai bidang ilmu salah satunya Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) baik sebagai media

Ateo on pe4ormoce'o1 Bonk Pembo.ngunon Daerch (BpD) in tndonesio; (ii) onolyze the dilfetence between Eoik pembongunon Doeroh (BI,D) locoted in Jowo istond BpDs

Penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang sedikit berbeda, bahwa pemberian ekstrak dan fraksi daun katuk pada tikus bunting hari ke-12 terhadap gambaran kadar Hb masih