• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh penggunaan metode fun teaching terhadap hasil belajar matematika (studi eksperimen di MI Nurul Hidayah Pamulang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh penggunaan metode fun teaching terhadap hasil belajar matematika (studi eksperimen di MI Nurul Hidayah Pamulang)"

Copied!
186
0
0

Teks penuh

(1)

OLEH :

MUHAEMIN

103017027241

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)

Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar anak didik di kelas. Salah satu kegiatan yang harus guru lakukan adalah melakukan pemilihan dan penentuan metode yang akan dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar salah satunya adalah metode Fun Teaching. Kurang tepatnya dalam penentuan metode dalam pembelajaran dabat berakibat fatal terhadap siswa sehingga hasil belajar pun tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Belajar yang dikemas dengan suasana hati yang penuh suka cita mampu menjadikan pikiran dan kretifitas yang tajam. Proses belajar dengan bermain menghilangkan tekanan-tekanan dan rasa jenuh sehingga belajar pun dapat terlaksanan dengan baik.

FunTeaching adalah metode pembelajaran yang dapat menjadikan suasana yang menyenangkan sehingga kegiatan belajar mengajar pun tidak menjadi monoton dan membosankan. Dalam pelaksanaannya, proses kegiatan belajar dengan menggunakan Fun Teaching tidak terbatas hanya dengan bermain atau pun bercerita akan tetapi metode ini menjadikan guru dan siswa menjadi lebih kreatif, suasana keakraban antara siswa dan guru makin erat sehingga pembelajaran matematika pun tidak menjadi suatu momok yang menakutkan lagi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah metode ”Fun Teaching” berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen dengan desain penelitian hanya menggunakan postes. Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV MI Nurul Hidayah Pamulang. Sampel diambil dari 2 kelas dan pemilihan sampel didasarkan pada purposive sampling, dimana keseluruhan kelas IV tersebut dinilai memiliki taraf kemampuan yang sama. Kelas IV-A sebagai kelas eksperimen yang diberikan pembelajaran dengan menggunakan metode Fun Teaching dan kelas IV-B sebagai kelas kontrol menggunakan metode konvensional. Instrumen yang digunakan adalah tes hasil belajar matematika berbentuk pilihan isian soal sebanyak 24 soal. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t, dan berdasarkan perhitungan uji-t diperoleh thitung 1,85 dan ttabel 1,67 pada taraf signifikansi 5% yang berarti thitung > ttabel (1,84 > 1,67). Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan metode Fun Teaching terhadap hasil belajar matematika siswa.

(11)

ABSTRACT

Muhaemin. The Influence of Using Fun Teaching Method on the Result of Learning Mathematic, Skripsi, Department of Mathematic Education, Faculty of Tarbiya and Teachers Training, State Islamic University Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Teacher as one of the source in learning activity has a duty to facilitate creative learning environment for the students in the classroom. One of the teachers activity makes an election and decides method that will do in teaching learning activities. One of them is Fun Teaching method. If a teacher is not wise on deciding the method of teaching, itt could be made a bad influence to the students. So, the results of the learning activity is not good like what teachers want.

Study with full of good condition, happiness could made a good concentration and creativity. Learning processes with playing, can handle bad push on the students boredom and unenthusiasm. Finally, learning processes could happened well.

Fun Teaching is learning method which can make a good condition in the class. It does not make students boredom. In the fact, learning processes activity using fun teaching not only deal with playing or telling a stories but also make both of teacher and student be more creative and can make a good relationship. So that, learning mathematic not be like a “monster” for the students.

The goal of this research to know whether “Fun Teaching” method can be influenced to the learning result of the students. This research will be done by using quasi experiment method with research design only uses post test. In this research, population include all of the student class IV MI Nurul Hidayah Pamulang. The sample taken from two classes and sample election based on purposive sampling which all of class IV was valued have a same level of skillls. Class IV A as an experiment class that using Fun Teaching and class IV B as a class control using conventional method. The instrument uses learning mathematic test result with 24 item in the test are essay form. The technique analysis data uses in this research is ttest and based on ttest get tcount 1,85 and ttable 1,67 o the level of significant 5%. It means tcount > ttable ( 1,84 > 1,67 ). It simply illustrates that there is obvious difference using Fun Teaching method on the learning of mathematic results of the students.

Key word: fun teaching, method.

(12)

i

Puji sukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta karunia nikmatNya yang tiada batas sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Metode Fun Teaching Terhadap

Hasil Belajar Matematika” ini dengan baik. Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan atas baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan cahaya dalam hidup penulis berupa cahaya Islam.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan. Walaupun waktu, tenaga dan pikiran telah diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis miliki, demi terselesaikannya skripsi ini agar bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga atas bimbingan, pengarahan, dukungan serta bantuan dari berbagai pihak kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis sangat berterima kasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Dede Rosada, M.A. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Maifalinda Fatra, M.Pd dan Otong Suhyanto, M.Si Ketua dan Sekretaris

Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan kemudahan khususnya bagi penulis guna menyelesaikan masa studi, semoga Allah memberikan pahala yang berlipat ganda.

3. Abd. Muin, S.Si, M.Pd dosen pembimbing I dan Otong Suhayanto, M.Si. dosen pembimbing II yang selalu sabar dan teliti dalam mengoreksi dan membimbing penulis dalam membuat skripsi ini.

(13)

ii

umumnya dan Jurusan Pendidikan Matematika khususnya yang telah memberikan kontribusi pemikiran melalui pengajaran dan diskusi yang berkaitan dengan skripsi ini.

7. Dra. H. Sri Mulyani selaku Kepala Sekolah MI Nurul Hidayah pamulang, serta segenap guru dan karyawan sekolah yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

8. Paling istimewa untuk ayahanda Adang dan Ibunda Enah tercinta yang nuraninya mengalir indah dalam darahku, yang telah tulus merawat, membesarkan, mendidik, dan mencurahkan kasih sayang serta tak

bosan-bosannya memberikan dukungan moril, materil, semangat dan do’a untuk

penulis serta adik-adikku yang tersayang.

9. Istriku tercinta Aisyah Henri, S.Pd yang selalu mengisi hari-hari saya dengan keindahan dan keceriaan. Terutama anakku yang masih dalam

kandungan.

10.Seluruh kakak-kakak UKM Pramuka warga racana Fatahillah-Nyi Mas Gandasari 07-081/07-082 yang senantiasa selalu memberikan dukungannya selama penulis melakukan penelitian.

11.Keluarga Mahasiswa Islam Karawang (KMIK) terima kasih atas segala doa dan dukungannya yang telah membuat penulis mendapatkan manfaat. 12.Sahabat sejatiku, Mahasiswa Satu Angkatan 2003, Jurusan Pendidikan

(14)

iii

istriku dan anakku yang masih dalam kandungan 6 bulan dan dedikasi ini penulis persembahkan buat anakku, alm. bunda Mukhlisrarini yang semasa hidupnya telah banyak memberikan masukan dan dukungannya, UKM Pramuka yang telah banyak memberikan dukungan moral selama penulis berada di kampus tercinta UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mendapatkan ridho Allah SWT.

Penulis berharap dan berdo’a kepada Allah SWT, agar seluruh pengorbanan yang telah diberikan kepada penulis, akan mendapatkan balasan yang setimpal disisiNya, jazakumullah akhsanal jaza.

Jakarta, 28 Februari 2011 Penulis,

(15)

iv

Daftar tabel ………... vi

Daftar grafik ………. vii

Daftar lampiran ………. viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Identifikasi Penelitian ……… 5

C. Batasan Masalah …..……….. 5

D. Perumusan Masalah ………... 5

E. Tujuan Penelitian ……… 6

F. Manfaat Penelitian ……….. 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritis ... 7

1. Hasil Belajar Matematika ... 7

a. Pengertian Belajar ... 7

b. Pengertian Matematika ... 11

c. Hasil Belajar Matematika ... 14

2. Pengertian Pembelajaran Fun Teaching ... 17

a. Pengertian Metode Pembelajaran ... 17

b. Metode Pembelajaran Fun Teaching ... 20

c. Metode Pembelajaran Konvensional ... 28

B. Rencana Kegiatan Belajar Mengajar ... 29

C. Contoh Bahan Ajar ... 32

D. Penelitian Yang Relevan ... 33

E. Kerangka Berpikir ………. 34

(16)

v

D. Teknik Pengumpulan Data ... 39

E. Instrumen penelitian ... 43

F. Teknik Analisis Data ... 43

G. Hipotesis Statistik ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ... 48

1. Tes Hasil Belajar Siswa yang menggunakan metode “Fun Teaching” (Kelas Eksperimen) .……….. 49

2. Tes Hasil Belajar Siswa yang menggunakan Metode Konvensional (Kelas Kontrol) ……….. 51

B. Pengujian Persyaratan Analisis ..………... 54

1. Uji Normalitas ………... 54

2. Uji Homogenitas ……… 55

C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan ……… 56

1. Pengujian Hipotesis da Pembahasan ………. 56

2. Pembahasan Hasil Pengujian ………. 56

D. Keterbatasa Penelitian …..……….. 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……….……… 60

B. Saran ……….……….. 61

DAFTAR PUSTAKA ……… 62

(17)

vi

Tabel 4.1Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen ………... 50

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kelas Kontrol ……….. 51

Tabel 4.3 Perbandingan Hasil Post test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ………... 53

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ….. 55

Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol… 55 Tabel 4.6 Hasil Uji-t ………... 56

Tabel L.6 Kisi-Kisi Uji Coba Instrument Tes Hasil Belajar Matematika (Bilangan Pecahan dan Bilangan Romawi) ……… 123

Tabel L.8 Perhitungan Validitas Tes Uraian ……….. 128

Tabel L.10 Reliabilitas ………. 131

Tabel L.12 Tingkat kesukaran ………. 134

Tabel L.14 Daya pembeda……… 137

Tabel L.16 Kisi-Kisi Instrument Tes Hasil Belajar Matematika (Bilangan Pecahan dan Bilangan Romawi) ………... 140

Tabel L.18 Nilai Hasil Belajar Kelas Eksperimen ……….. 144

Tabel L.19 Nilai Hasil Belajar Kelas Kontrol…… ………. 145

Tabel L.20 Perhitungan Distribusi Kelas Eksperimen ……… 146

Tabel L.21 Perhitungan Distribusi Kelas Eksperimen ……… 149

Tabel L.22 Uji normalitas kelas eksperimen ……… 152

(18)

vii

Kelas Eksperimen ……… 50 Grafik 4.2 Histogram dan Poligon Frekuensi Hasil Pos test

[image:18.595.125.528.81.475.2]
(19)

viii

kelas eksperimen ………... 65

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) kelas kontrol………... 89

Lampiran 3 Dokumentasi Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Metode “Fun Teaching”………... 113

Lampiran 4 Lembar Kegiatan Siswa (Lks) ……… 115

Lampiran 5 Jawaban soal LKS ……….. 120

Lampiran 6 Kisi-Kisi Uji Coba Instrument Tes Hasil Belajar Matematika (Bilangan Pecahan dan Bilangan Romawi) ……… 123

Lampiran 7 Instrumen Uji Coba Tes Hasil Belajar Matematika ………... 124

Lampiran 8 Perhitungan Validitas Tes Uraian ……….. 128

Lampirang 9 Langkah-langkah Penghitungan Validitas Test Uraian ……. 130

Lampiran 10 Relabilitas ……….. 131

Lampiran 11 Langkah-langkah Penghitungan Reliabilitas Test Uraian .... 133

Lampiran 12 Tingkat kesukaran ………... 134

Lampiran 13 Langkah-langkah Penghitungan Tingkat Kesukaran Test Uraian ……..……… 136

Lampiran 14 Daya pembeda ………..……….…………. 137

Lampiran 15 Langkah-langkah Penghitungan Daya Pembeda Test Uraian ………... 139

Lampiran 16 Kisi-Kisi Instrument Tes Hasil Belajar Matematika ………. 140

Lampiran 17 Instrumen Tes Hasil Belajar Matematika ……….. 142

Lampiran 18 Nilai Hasil Belajar Kelas Eksperimen ………... 144

Lampiran 19 Nilai Hasil Belajar Kelas Eksperimen ………... 145

Lampiran 20 Perhitungan Distribusi Kelas Eksperimen ………. 146

Lampiran 21 Perhitungan Distribusi Kelas Eksperimen ………. 149

(20)
(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kegiatan pendidikan merupakan usaha untuk mencapai cita-cita bangsa yakni untuk menciptakan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan pada masa sekarang sangatlah menuntut keselarasan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tidak diragukan lagi bahwa matematika merupakan salah satu puncak kegemilangan intelektual. Disamping pengetahuan mengenai matematika itu sendiri, matematika memberikan bahasa, proses dan teori, yang memberikan ilmu suatu bentuk dan kekuasaan. Perhitungan matematis menjadi dasar bagi disain ilmu teknik, metode matematis memberikan inspirasi kepada pemikiran dibidang sosial dan ekonomi.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) pada masa sekarang ini telah banyak memberikan pengaruh dalam berbagai kehidupan

manusia tidak terkecuali bidang pendidikan. Perkembangan tersebut memungkinkan untuk menerima informasi atau pengetahuan baru dari seluruh dunia secara cepat dan mudah.

Untuk mengahadapi tantangan perkembangan iptek tersebut dibutuhkan sumber daya yang mampu berkompetisi dan memiliki keterampilan yang melibatkan pemikiran kritis, sistematis, logis dan kreatif. Proses berpikir seperti ini pada dasarnya dikembangkan melalui pembelajaran matematika.

Matematika adalah ilmu terstruktur dan bertingkat. Hampir semua materi matematika yang akan dipelajari itu saling berkaitan. Untuk bisa memahami beberapa konsep lebih tinggi diperlukan pemahaman terhadap konsep di bawahnya. Sehingga agar tidak bermasalah dengan beberapa konsep di level yang lebih tinggi, konsep-konsep di level sebelumnya itu harus dikuasai dan tidak boleh dilupakan.1

1

(22)

Proses belajar matematika merupakan suatu proses yang penting, hal ini dikarenakan peranan matematika yang sangat besar dalam dimensi kehidupan.

Problematika yang ada sekarang adalah rendahnya penguasaan siswa terhadap matematika yang dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain kemampuan siswa, metode penyampaian yang digunakan oleh guru, serta kondisi belajar yang kurang positif secara fisik, emosional, dan sosial. Dari pihak siswa, banyak yang mengeluhkan matematika sebagai mata pelajaran yang sulit di cerna, ditambah lagi dengan objek yang abstrak, dan algoritma (langkah-langkah) jawaban soal-soal yang terkadang kurang dipahami oleh siswa sehingga mengakibatkan banyak siswa yang pada akhirnya tidak menyukai dan malas terhadap pelajaran matematika. Seperti yang diungkapkan Ruseffendi dalam Gusni, ”....matematika (ilmu pasti) bagi anak-anak pada umumnya merupakan pelajaran yang tidak disenangi, kalau bukan sebagian mata pelajaran yang dibenci.”2

Untuk menanggulangi problematika yang ada, guru matematika dituntut untuk dapat menjadikan pelajaran matematika lebih menarik dan disenangi oleh siswa. Berbagai metode telah diterapkan demi menunjang kegiatan belajar mengajar matematika di kelas untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam pembelajaran matematika. Inovasi-inovasi baru yang menyenangkan, rileks, dan menarik dalam pembelajaran mutlak diperlukan, bahkan penggunaan alat peraga yang mencoba mengkonkretkan objek matematika yang abstrak pun dilakukan.

Untuk itu diperlukan metode pengajaran yang tepat, karena setiap metode dalam belajar mengajar mempunyai keunggulan dan kelemahan, bukan hanya dari segi tujuan tetapi juga terhadap kondisi dan situasi dalam proses belajar mengajar. Dengan kata lain, suatu proses belajar mengajar merupakan suatu kondisi dimana interaksi antar siswa dan guru harus dapat

2

(23)

berjalan dengan baik demi tercapainya tujuan pembelajaran. Interaksi yang baik akan mencapai tujuannya apabila suasana menyenangkan terjadi dalam proses pembelajaran dan bermakna bagi siswa dan guru sehingga tidak terdapat lagi siswa yang membenci matematika, karena suasana belajar sudah menyenangkan bagi mereka. Menurut wahyudin ”Untuk membuat membuat matematika mudah, guru harus bekerja keras mengajarkan matematika pada murid dengan cara yang menyenangkan dan sesuai kebutuhan murid.3

Proses pembelajaran di sekolah tentunya tidak terlepas dari berbagai permasalahan yang berkaitan dengan kurangnya hasil belajar siswa, seperti diungkapkan oleh guru matematika kelas IV MI Nurul Hidayah Pamulang Tangerang, bahwa sebagian besar siswa memiliki rata-rata yang kurang dari nilai ketuntasan yang telah ditetapkan oleh sekolah, hal ini merupakan masalah yang mendorong dilakukannya penelitian.

Rendahnya hasil belajar yang dimiliki siswa disebabkan oleh suasana yang kurang mendukung, pengetahuan awal siswa yang kurang kuat, serta proses belajar mengajar yang dirasakan siswa kurang nyaman dan

menyenangkan. Hal ini ditunjukan dari jawaban angket yang peneliti sebarkan pada pra penelitian kepada 15 orang siswa, 33% siswa menyatakan pembelajaran matematika selama ini menyenangkan dan 67% siswa menyatakan tidak menyenangkan. 87% siswa merasakan kesulitan belajar matematika dan 13% menyatakan tidak. 60% siswa menyatakan kesulitan belajar karena materinya dan 40% karena cara penyampaina gurunya. 80% siswa menyatakan pembelajaran matematika menegangkan dan 20% menyatakan tidak.

Merujuk pada penelitian pendahuluan, berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan angket siswa kelas IV tampak bahwa masih banyak siswa yang menganggap matematika kurang disukai dan mengalami kesulitan dalam belajar matematika. Maka ada beberapa indikator yang mengungkapkan bahwa sebagian siswa kelas IV kurang memiliki inteligensi yang cukup dan memahami mata pelajaran atau mengalami kesulitan dalam

3

(24)

belajar matematika sehingga cara belajar mereka kurang optimal. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu tindakan untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Fun teaching merupakan metode yang dapat dijadikan salah satu alternative kegiatan belajar mengajar dikarenakan fun teaching mampu memberikan siswa yang mengikutinya dapat memahami materi yang diajarkan dengan secara menyeluruh dengan konsep pembelajaran yang menyenangkan dan menarik untuk diikuti karena materi yang diajarkan melalui ice breaking, permainan, bercerita, sistem kelompok dengan suasana yang menyenangkan dan bergembira.

Salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan memberikan pembelajaran matematika melalui metode Fun Teaching. Fun Teaching adalah salah satu metode pembelajaran yang menciptakan suasana belajar yang gembira dan menyenangkan. Bukan berarti menciptakan suasana glamour dan hura-hura. Tujuan kegembiraan disini adalah menciptakan suasana yang happy, membangkitkan minat (gairah untuk belajar/motivasi), merangsang keterlibatan penuh serta menciptakan

pemahaman atas materi yang dipelajari.4 Metode Fun Teaching dalam pembelajaran matematika diharapkan dapat memberikan motivasi pada siswa untuk mengikuti pembelajaran matematika dengan baik sehingga pembelajaran dapat berlangsung secara optimal dan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

Orang belajar memang tergantung pada faktor fisik (suasana lingkungan), faktor emosional (suasana hati) dan faktor sosiologi atau lingkungan teman, guru, orang tua dan budaya sekitar. Maka berilah suasana pencerahan pada lingkungan, suasana hati dan suasana sosiologi anak.

Agar kita, anak, siswa dan siapa saja bisa merasakan suasana belajar yang menyenangkan maka harus membiasakan untuk berfikir kreatif. Hidup ini indah atau susah memang ditentukan oleh suasana hati dan fikiran. Berfikir kreatif, bukanlah masalah kerja lebih keras, tetapi berfikir dengan banyak alternatif. Orang yang kreatif senang selalu mencoba, melakukan

4

(25)

petualangan dan bermain-main dengan tantangan. Salah satu latihan kreatif adalah bercerita tentang kejadian sehari-hari. Ibu guru, bapak guru dan ayah-ibu di rumah perlu untuk menyisihkan sedikit waktu agar bisa sharing dan berbagi cerita tentang indah dan mudahnya hidup ini dengan anak”. Bahwa siswa/anak perlu untuk mengulang materi pelajaran akan meningkatkan daya ingat dan pemahaman, sehingga belajar itu akhirnya memang bisa jadi asyik, nyaman dan menyenangkan.5

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pengruh Penggunaan

Metode Fun Teaching Terhadap Hasil belajar Matematika”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka identifikasi masalah diuraikan sebagai berikut :

1. Proses pembelajaran matematika yang diajarkan tidak menarik dan membosankan siswa.

2. Hasil belajar matematika tidak memuaskan sesuai target.

3. Metode yang digunakan kurang tepat dan membuat jenuh siswa.

C. Batasan Masalah

Masalah yang diteliti hanya dibatasi pada perbedaaan hasil belajar matematika antara siswa yang diajarkan dengan metode “Fun Teaching” dengan siswa yang diajarkan dengan metode konvensional dengan membandingkan rata-rata hasil belajar siswa dari dua kelompok yang diberi perlakuan berbeda. Hasil belajar matematika yang dimaksud adalah hasil tes formatif yang diberikan pada siswa kelas IV pada pokok bahasan bilangan pecahan dan bilangan romawi.

5

(26)

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti menetapkan perumusan masalah di atas yaitu:

Apakah metode ”Fun Teaching” berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode fun teching terhadap hasil belajar matematika siswa.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dibuat agar dapat memberikan manfaat untuk beberapa pihak, antara lain:

1. Bagi siswa, pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa dan melatih keberanian siswa dalam

mengemukakan pendapat pada saat pembelajaran di kelas.

2. Bagi Guru, penelitian ini diharapkan dapat menjadi alternatif dalam memberikan motivasi dan dapat mengurangi kesulitan selama belajar matematika pada siswa. Selain itu, guru diharapkan dapat meningkatkan cara-cara yang kreatif dan menyenangkan dalam mengajar siswa.

3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat menjadi informasi untuk meningkatkan mutu pendidikan.

4. Bagi pembaca dan mahasiswa, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan kajian untuk diteliti lebih lanjut dan mendalam.

(27)

7

1. Hasil Belajar Matematika

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah sebuah proses yang dialami oleh setiap manusia sejak lahir sampai akhir hidupnya. Dengan belajar manusia mengalami

perubahan-perubahan dalam kehidupannya. Secara psikologis, belajar dapat didefenisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.1 Defenisi ini menyiratkan dua makna. Pertama, bahwa belajar merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan tertentu yaitu, untuk mendapatkan perubahan tingkah laku. Kedua, perubahan tingkah laku yang terjadi harus secara sadar.

Definisi belajar menurut Dalyono adalah “Belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya”.2

Dengan demikian, seseorang dikatakan belajar apabila setelah melakukan kegiatan belajar ia menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi suatu perubahan. Misalnya, ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, ketrampilannya meningkat, sikapnya semakin positif, dan sebagainya. Secara singkat dapat dikatakan bahwa perubahan tingkah laku tanpa usaha dan tanpa disadari bukanlah belajar.

Muhibbin Syah mengatakan bahwa “belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.” Ini berarti bahwa

1

Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2010), h.2

2

(28)

berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika siswa berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Oleh karenanya, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik khususnya para guru.3

Para ahli banyak mengungkapkan tentang defenisi belajar. Menurut Ngalim Purwanto dalam buku Psikologi Pendidikannya terdapat

beberapa pendapat tentang pengertian belajar, diantaranya :

1. Hilgard dan Bower, dalam buku Theoris of Learning (1975). Mengemukakan ” belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respons pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan lain sebagainya).”

2. Gagne, dalam buku The Conditions of Learning (1977) menyatakan bahwa: ”belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dai waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia sesudah mengalami.”

3. Morgan dalam bukunya Introductional of Psychology menyatakan bahwa ”belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalm tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.”

4. Withearingthon dalam bukunya Educational Psychology mengemukakan bahwa ”belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.”4

Sejalan dengan itu, James O. Wittaker mendefinisikan ”learning may be defined as the process by which behavior originates or is altered

3

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Jakarta : PT. Remaja Rosdakarya, 2010), cet. Ke 15, h. 87

4

(29)

through training or experience"5 yaitu belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.

Sedangkan menurut Herman ” belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Pengetahuan keterampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan dengan belajar.”6

Alisuf Sabri mengemukakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman atau latihan,

dapat berupa memperoleh tingkah laku baru atau memperbaiki tingkah laku yang telah ada, dapat berupa positif atau negatif.7 Perubahan tingkah laku tersebut diperoleh melalui usaha, relatif menetap dan mencakup semua aspek kepribadian atau tingkah laku individu baik pengetahuan, kemampuan, ketrampilan, sikap dan sebagainya.

M. Sobry Sutikno mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.8 Perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang terjadi secara sadar atau disengaja dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.

Belajar diartikan pula sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya.9

Ketika seseorang berinteraksi dengan lingkungannya, maka otaknya akan terbentuk struktur kognitif tertentu. Struktur kognitif itu disebut skemata yang merupakan suatu organisasi mental yang akan

5

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2006), h.104 6

Herman Hodojo., Mengajar Belajar Matematika, (Jakarta : Depdikbud, 1988), h.1 7

Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. Ke-2, h.55

8

Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Refika Aditama, 2007), h. 5.

9

(30)

memudahkan individu untuk menghadapi tuntutan lingkungannya semakin meningkat. Siswa tidak boleh diberikan bagian-bagian yang terpisah, penyerdehanaan masalah, dan pengulangan keterampilan dasar, tetapi sebaliknya siswa dihadapkan pada lingkungan belajar yang kompleks, terlihat samar-samar, dan masalah yang tidak beraturan.

Masalah-masalah yang kompleks itu harus dihubungkan pada aktivitas dan tugas yang otentik, karena keberagaman situasi yang dihadapi tersebut, seperti juga aplikasi yang mereka hadapi tentang dunia

nyata.

Berkaitan dengan anak dan lingkungan belajarnya menurut pandangan konstruktivisme, sebagaimana yang dikutip oleh Hamzah, Driver dan Bell mengajukan karakteristik pembelajaran konstruktivisme sebagai berikut:10

1. siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan

2. belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa

3. pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi secara personal

4. pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi kelas

5. kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran, materi dan sumber.

Di bawah ini beberapa pendapat pengertian belajar menurut para ahli lainnya, diantaranya :

“Moh. Surya (1997) belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Witherington (1952) belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang

10

(31)

baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan. Crow & Crow dan (1958) belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru. Hilgard (1962) belajar adalah proses dimana suatu perilaku muncul perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi. Di Vesta dan Thompson (1970) belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman. Gagne & Berliner belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang yang muncul karena pengalaman”.11

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar adalah suatu proses yang dapat mengubah untuk menjadikannya lebih baik perilaku seseorang dengan melalui proses-proses yang disengaja atau melalui pengalaman seseorang.

b. Pengertian Matematika

Matematika mempunyai akar kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Sampai saat ini belum ada

kesepakatan yang bulat diantara para matematikawan apa yang disebut matematika. Sasaran penelaahan matematika tidaklah konkret, tetapi abstrak.

Menurut Hudojo matematika itu tidak hanya berhubungan dengan bilangan-bilangan serta operasi-operasinya, melainkan juga unsur ruang sebagai sasarannya. Matematika merupakan salah satu alternatif untuk menghasilkan manusia yang bersumber daya tinggi. Herman Hudoyo mengemukakan bahwa, Matematika dapat didefinisikan sebagai penelaahan tentang struktur - struktur.12

Berikut pengertian matematika menurut para ahli:13

 Albert Einstein menyatakan bahwa "sejauh hukum-hukum matematika merujuk kepada kenyataan, mereka tidaklah

pasti, dan sejauh mereka pasti, mereka tidak merujuk kepada kenyataan."

11

http://j3sra3l.wordpress.com/2010/10/11/pengertian-belajar/ 12

Herman Hudoyo, Mengajar Belajar Matematika, (Jakarta : Depdikbud, 1998), h.3. 13

(32)

 Johnson dan Rising (1972) dalam bukunya mengatakan

bahwa matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika itu

adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi.

 Reys, dkk (1984) dalam bukunya mengatakan bahwa

matematika itu adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat.

 Kemudian Kline (1973) dalam bukunya mengatakan pula,

bahwa matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan mengatasi permasalahan sosial,ekonomi dan alam.

Sementara Kitcher (dalam Jackson, 1992:753) lebih memfokuskan perhatiannya kepada komponen dalam kegiatan matematika diantaranya:14

1. Bahasa (language) yang dijalankan oleh para matematikawan.

2. Pernyataan (statements) yang digunakan oleh para matematikawan

3. Pertanyaan(questions) penting yang hingga saaat ini belum terpecahkan

4. Alasan (reasonings) yang digunakan untuk menjelaskan pernyataan

5. Ide matematika itu sendiri.

14

(33)

Berbagai pendapat muncul tentang pengertian matematika tersebut, dipandang dari pengetahuan dan pengalaman masing-masing yang berbeda. Ada yang mengatakan bahwa matematika itu bahasa symbol, matematika adalah bahasa numerik, matematika adalah bahasa yang dapat menghilangkan sifat kabur, majemuk, dan emosional, matematika adalah metode berpikir logis, matematika adalah sarana berpikir; matematika adalah logika pada masa dewasa, matematika adalah ratunya ilmu dan sekaligus menjadi pelayannya, matematika adalah sains

mengenai kuantitas dan besaran, matematika adalah suatu sains yang bekerja menarik kesimpulan-kesimpulan yang perlu, matematika adalah sains formal yang murni, matematika adalah sains yang memanipulasi symbol, matematika adalah ilmu tentang bilangan dan ruang; matematika adalah ilmu yang mempelajari hubungan pola, bentuk, struktur, matematika adalah ilmu yang abstrak dan deduktif, matematika adalah aktivitas manusia.

Sedangkan menurut Johnson dan Myklebust (1967:244), Matematika adalah simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan kuantitatif dan keruangan yaitu menunjukan kemampuan strategi dalam merumuskan, menafsirkan dan menyelesaikan model matematika dalam pemecahan masalah, sedangkan fungsi teoritisnya untuk memudahkan berfikir.15

Meskipun tidak terdapat satu pengertian matematika yang tunggal dan disepakati oleh semua tokoh matematika, namun dapat terlihat adanya ciri-ciri khusus atau karakteristik yang dapat merangkum pengertian matematika secara umum. Karakteristik tersebut adalah :

1. Memiliki obyek abstrak 2. Bertumpu kepada kesepakatan 3. Berpola pikir deduktif

15

(34)

4. Memiliki simbol yang kosong dari arti 5. Memperhatikan semesta pembicaraan 6. Konsisten dalam sistemnya.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat dikemukakan bahwa matematika merupakan suatu pola pikir yang membutuhkan pembuktian-pembuktian dan merupakan bentuk dari simbol-simbol yang telah disepakati.

c. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (produlct) menunjukan pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional.16

Sedangkan pengertian belajar adalah aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap (Winkel, 1999: 53)17

H. Erman (2003 : 1) menjelaskan bahwa evaluasi disebut juga asesmen (assessment), yaitu suatu proses untuk menentukan efisiensi dan efektivitas kegiatan pembelajaran. Evaluasi selama pembelajaran berlangsung disebut evaluasi proses dan evaluasi setelah pembelajaran disebut evaluasi produk.18

Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Pengetahuan ketrampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar. Karena itu seseorang dikatakan belajar, bila dapat diasumsikan dalam diri itu menjadi suatu

proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku.

16

Dr.Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 44 17 Dr.Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar………, h. 39

18

(35)

Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam proses pendidikan disekolah, hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik.

Proses belajar dapat berlangsung, salah satunya dengan pembentukan hubungan antara stimulus dan respon. Guru berperan penting di kelas untuk mengontrol dan mengarahkan kegiatan belajar mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Pengalaman yang berupa

belajar akan menghasilkan perubahan pada siswa, baik perubahan tingkah laku, konsep, dan nilai.

Hasil belajar adalah kemampuan - kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.19 Dalam system pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.20 Aspek kognitif berkaitan dengan pengetahuan dan pemikiran, aspek afektif berkaitan dengan sikap, sedangkan aspek psikomotorik berkaitan dengan keterampilan dan gerak tubuh.

Oleh karena itu, seorang guru perlu mengetahui kemampuan siswanya setelah terjadi proses pembelajaran dengan cara mengadakan tes. Hasil tes tersebut dapat berfungsi sebagai umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar, dan dapat memberikan gambaran kenajuan belajar siswa bagi siswa.

Hasil adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjuk sesuatu yang dicapai seseorang setelah melakukan suatu usaha. Bila dikaitkan

dengan belajar berarti hasil menunjuk pada sesuatu yang dicapai oleh seseorang yang belajar dalam selang waktu tertentu.

19

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), h. 22

20

(36)

Di dalam proses belajar mengajar tingkat penguasaan siswa dapat diketahui dari hasil belajar. Dalam hal ini tingkat keberhasilan siswa dalam belajar dapat terlihat dari hasil tes yang diberikan setelah proses belajar mengajar.

Sedangkan menurut Mulyono Abdurahman, hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.21 Belajar itu sendiri merupakan suatu proses diri seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif

menetap. Alisuf Sabri dalam bukunya Psikologi Pendidikan, didapat kesimpulan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan, perubahan tersebut berupa perilaku yang baru atau memperbaiki perilaku yang sudah ada.22

Setiap guru memiliki pandangan yang berbeda sejalan dengan filsafatnya untuk mengatakan bahwa suatu proses belajar mengajar telah dapat dikatakan berhasil. Suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dapat dinyatakan berhasil apabila tujuan instruksional khusus (TIK)-nya dapat tercapai.23 Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.24 Menurut Howard dan Kingsley hasil belajar dibagi menjadi tiga macam, yaitu: ketrampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum.

Gagne dan Briggs menyatakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh seseorang setelah mengikuti proses belajar. Dalam kaitannya dengan hasil belajar tersebut, Gagne dan Briggs juga mengemukakan adanya lima kemampuan yang dapat diperoleh

21

Mulyono Abdurahman Abror, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h.37.

22

Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h.55. 23

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zein, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet Ke-3, h. 119.

24

(37)

seseorang sebagai hasil belajar, yaitu ketrampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, ketrampilan motorik dan sikap.25

Hasil belajar adalah nilai hasil pengajaran yang telah diberikan oleh guru kepada murid-murid dalam jangka waktu tertentu. Kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar dengan merencanakan indikator untuk tujuan pengajaran dan untuk mengetahui apakah tujuan bidang studi sudah dicapai. Maka tes evaluasi sebagai alat evaluasi dan juga sebagai alat

ukur.

Dalam proses belajar mengajar guru berusaha semaksimal mungkin agar input yang dalam hal ini berupa mata pelajaran yang disampaikan dapat diproses di dalam kelas dengan pola-pola tertentu, sehingga outputnya adalah peserta didik mendapatkan pemahaman, pemecahan, pengertian, dan kemampuan dalam pemecahan masalah, untuk kemudian bila diperlukan dapat diproduksi kembali.

Hasil belajar merupakan tolak ukur berhasil atau tidaknya seorang subyek didik dalam menyelesaikan program belajar yang dibebankan kepada siswa, sehingga terlihat adanya perubahan tingkah laku secara keseluruhan. Dalam hal ini penentu baik atau tidaknya hasil belajar siswa adalah siswa itu sendiri, karena siswalah yang bertanggung jawab terhadap komitmen dirinya menjalani proses belajar dari gurunya, hasil belajar dapat diukur melalui tes dalam bentuk nilai atau diamati dengan jalan membandingkan sebelum dan sesudah belajar. Indikator keberhasilan pencapaian suatu tujuan belajar dapat diamati dari penilaian hasil belajar.26

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar

adalah segala sesuatu yang dicapai dalam proses perubahan prilaku

25

Wahyudin Nur Nasution, Efektivitas Strategi Pembelajaran Koperatif dan Ekspositori Terhadap Hasil Belajar Sains ditinjau dari Cara Berpikir,

(http://www.ligatama.org/Jurnal/Edisi5/StrategiPemb.htm) 26

(38)

manusia yang dilakukan secara sengaja dan dalam jangka waktu tertentu karena seseorang mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar . Dan hasil belajar merupakan salah satu hal yang dijadikan pusat perhatian dalam dunia pendidikan, karena hasil belajar menentukan tingkat keberhasilan dari proses belajar mengajar.

Dari semua pengertian di atas, hasil belajar matematika adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mempelajari

matematika dengan tujuan kognitif. Hasil belajar matematika di tingkat sekolah dasar dan menengah umumnya dinyatakan dengan nilai (angka), sehingga siswa yang belajar matematika akan mempunyai kemampuan baru tentang matematika sebagai tambahan dari kemampuan yang telah ada. Hasil belajar matematika adalah tolak ukur keberhasilan yang dicapai siswa dalam belajar matematika dengan tujuan kognitif, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Sebelum seorang guru menilai hasil belajar siswa dalam penguasaan terhadap mata pelajaran yang ditekuninya, guru tersebut sebaiknya mengukur hasil belajar siswa dalam penguasaan pelajaran tersebut. Kegiatan pengukuran hasil belajar siswa dapat dilakukan antara lain melalui ulangan, ujian, tugas, dan sebagainya.

2. Metode Pembelajaran Fun Teaching

a. Pengertian Metode Pembelajaran

Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah,maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek

yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan.

(39)

disusun tercapai secara optimal.27 Sedangkan menurut Dwi Salma metode adalah cara-cara atau teknik yang dianggap jitu untuk menyampaikan materi ajar.28

Pengetahuan tentang metode-metode mengajar sangat di perlukan oleh para pendidik, sebab berhasil atau tidaknya siswa belajar sangat bergantung pada tepat atau tidaknya metode mengajar yang digunakan oleh guru.

Pembelajaran berasal dari kata "ajar" yang mendapat awalan "ber"

sehingga terjadi kata pembelajaran. Dalam proses selanjutnya, bentuk baru ini mendapat awalan "pe" dan akhiran "an" yang berarti kata benda abstrak dari kata kerja asal. Dilihat dari asal kata pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berasal dari kata belajar, yang ditambahkan afiks awalan pe dan afiks akhiran an, yang dasarnya dari kata ajar.

Dari segi arti, kata ini kemudian mengandung proses atau peristiwa dari kata kerja tersebut. Dengan kata lain istilah pembelajaran mengandung arti suatu proses yang berhubungan dengan belajar. Melihat dari arti menurut asal kata di atas, maka dapat dikemukakan tentang pengertian pembelajaran itu sendiri. Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan kemampuan baru.29

Menurut Baroody ( Ansari, 2004), mengemukakan bahwa pembelajaran harus dapat membantu siswa mengkomunikasikan ide matematika melalui lilma aspek komunikasi yaitu representing, listening, reading, discussing, dan writing.30

27

Dr. Wina Sanjaya, strategi Pembelajaran Berorientasi StandarProses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Premada Media Group, 2009), h. 145

28

Dewi Salma, Prinsip Disain Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 18

29

Dr. Wina Sanjaya, strategi Pembelajaran Berorientasi StandarProses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Premada Media Group, 2009), h. 127

30

(40)

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan yang melibatkan guru, siswa dan komponen lainnya dalam proses pembelajaran yang saling mempengaruhi satu sama lain dalam rangka tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

b. Metode Pembelajaran Fun Teaching

Fun memiliki arti menyenangkan, sedangkan teaching berarti pengajaran, maka fun teaching berarti menciptakan suasana belajar yang

gembira dan menyenangkan. Bukan berarti menciptakan suasana glamour dan hura-hura. Kegembiraan disini berarti membangkitkan minat (gairah untuk belajar/motivasi), merangsang keterlibatan penuh serta menciptakan pemahaman atas materi yang dipelajari.

Pembelajaran yang menyenangkan adalah pembelajaran yang membuat siswa nyaman, aman, dan tenang hatinya karena tidak ada ketakutan (dicemooh, dilecehkan) dalam mengaktualisasikan kemampuan dirinya.31

Penyajian metode belajar yang bervariatif perlu diberikan kepada siswa agar tidak terjadi kejenuhan dalam belajar. Suasana belajar harus diciptakan sedemikian rupa agar siswa tidak merasa terbebani dengan beragam materi, perasaan senang dapat hadir seiring dengan tujuan pendidikan yang dapat diserap dengan baik dan mudah.

Hal tersebut terjadi karena seseorang yang berada dalam kondisi yang menyenangkan tahan dan sigap dalam menghadapi beragam bentuk tantangan. Sebaliknya, seseorang yang sulit mengendalikan emosi akan mengalami Emotional Hijacking atau pembajakan emosi, berarti orang tersebut akan dilanda nervous (kegugupan) dan mudah keliru dalam mengambil keputusan atau menggunakan IQ-nya.

31

(41)

Dave Meiler (2002:36) memberikan menyenangkan atau fun sebagai suasana belajar dalam keadaan gembira. Suasana gembira disini bukan berarti suasana ribut, hura-hura, kesenangan yang sembrono dan kemeriahan yang dangkal. Ciri-ciri suasana yang belajar yang menyenangkan dan tidak menyenangkan diantaranya sebagai berikut :

Ciri suasana belajar yang menyenangkan adalah 1) Rileks

2) Bebas dari tekanan

3) Aman 4) Menarik

5) Bangkitnya minat belajar 6) Adanya keterlibatan penuh 7) Perhatian peserta didik tercurah

8) Lingkungan belajar yang menarik (misalnya keadaan kelas terang, pengaturan tempat duduk leluasa untuk peserta didik bergerak)

9) Bersemangat 10)Perasaan gembira 11)Konsentrasi tinggi

Ciri suasana belajar yang tidak menyenangkan adalah sebagai berikut:

1) Tertekan

2) Perasaan terancam 3) Perasaan menakutkan 4) Merasa tidak berdaya 5) Tidak bersemangat 6) Malas/tidak berminat

7) Jenuh/bosan

8) Suasana belajar monoton

9) Pembelajaran tidak menarik siswa.32

32

(42)

Jika seorang siswa sudah senang dengan sesuatu, maka itu akan bersemangat untuk meraihnya, walau tidak diberikan fasilitas yang memadai, siswa akan berusaha mencarinya. Kata kuncinya adalah, seseorang yang senang dalam belajar sesungguhnya ia tidak sedang belajar.

Menurut Yonny, kegembiraan membuat siswa siap belajar dengan mudah dan bahkan dapat mengubah sikap negatif menjadi positif, hubungan yang kaku menjadi cair33.

Mulailah mengawali hari dengan mengucapkan “bersenanglah” maka kalimat tersebut akan segera mengambil alih kehidupan anda.

(“Fun everyone fun, all of your troubles will vanish like bubbles)”34

Jika belajar dikemas dalam suasana Fun akan mendapat reaksi yang positif dari siswa. Sebaliknya, jika ketegangan yang dimunculkan, maka jangan salahkan siswa jika mereka kehilangan antusias dalam belajar. Kalau suasana belajar selalu Fun, maka motivasi belajar siswa akan muncul dan terus bertambah. Dengan demikian kegiatan belajar akan berjalan dengan baik.

Salah satu asas utama dari fun teaching adalah menjadikan belajar semakin asyik dengan. Belajar tidak selalu berurusan dengan hal-hal yang bersifat serius. Sesungguhnya, kemampuan bermain merupakan unsur penting dalam banyak hal, terlebih kreativitas. Bermain mencakup semua bentuk senang-senang, termasuk mainan, olahraga, bercanda, serta aktifitas lain yang mungkin tampak remeh namun dapat memberikan dampak yang begitu besar. Apapun bentuknya, dalam bermain kita menanggalkan sikap serius yang berlebih, namun dibalik itu

kita menemukan beragam sisi baik, dan sisi yang terpenting adalah perubahan.

33

Yonny Acep, Begini Menjadi Guru Inspiratif dan Disenangi siswa, (Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2011), h. 29

34

(43)

Ditinjau dari kegiatan siswa , pembelajaran yang menyenangkan adalah pembelajaran yang dapat membuat siswa berani mencoba dan berbuat, berani bertanya, berani mengemukakan pendapat, dan berani mengemukakan pendapat. Ditinjau dari kegiatan guru, pembelajaran yang menyenangkan adalah pembelajaran yang menuntut guru agar dapat membuat suasana belajar belajar yang menyenangkan dalam arti siswa tidak takut salah dalam mencoba/bereksperimen, siswa tidak khawatir ditertawakan kemampuannya, dan siswa tidak takut dianggap

sepele35

Berikut adalah langkah-langkah pembelajaran Fun Teaching:

a. Bermain

Belajar tidak selalu berurusan dengan hal-hal yang bersifat serius, kemampuan bermain merupakan unsur penting dalam banyak hal dan dapat menjadikan suasana belajar menyenangkan.

b. Bercerita

Bercerita adalah sebuah cara untuk menyampaikan informasi/atau pengetahuan secara lisan.

c. Bernyanyi

Bernyanyi merupakan strategi yang paling gampang dalam proses transformasi ilmu kepada murid

d. Humor

Suasana yang menarik bisa menghilangkan kejenuhan yang sering dialami oleh siswa

e. Tebak-tebakan

Tebak-tebakan dapat melatih daya ingat dan konsentrasi siswa

selama pembelajaran.

35

(44)

Bawalah suasana kelas yang menyenangkan peserta didik. Suasana yang menyenangkan dapat menimbulkan minat belajar.36 Dengan menjadikan suasana yang fun, guru harus mempunyai konsep dan cara untuk membuat kelas dapat senyaman mungkin dan membuat siswa merasa rilek serta dan menyenangkan, salah satunya dengan memberikan games agar suasana belajar tidak menjenuhkan.

Dalam pelaksanaannya bermain bisa dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut:

a. Play

Permainan sederhana, bebas atau tanpa kendali yang memungkinkan siswa mengadakan eksperimen dan memanipulasi media-media permainannya yang beragam.

Beberapa manfaat dari permainan bebas ini. (kebiasaan) adalah: 1) Manfaat pertama Kemandirian

2) Manfaat kedua Enjoy

3) Manfaat ketiga Bermain bersama teman 4) Manfaat keempat Inisiatif

5) Manfaat kelima Antusias 6) Manfaat keenam Spontan

7) Manfaat ketujuh Ambil Keputusan

8) Manfaat kedelapan Antar guru dan murid terjadi komunikasi 9) Manfaat kesembilan Nilai minat siswa terbaca

b. Game

Seorang guru atau salah satu siswa menjadi kendali pada permainan ini. Murid tidak lagi seenaknya bermain karena sudah mulai

ada aturan dan penilaian, bahkan seringkali permainan ini menjadi sebuah pertandingan.

36

(45)

Hal-hal yang harus dipersiapkan dalam menentukan model permainan ini yaitu:

1) Goal setting (tujuan pembelajaran) 2) Judul (tema)

3) Planning (teknik bermain)

4) Media (sarana atau perlengkapan permainan)

Fun teaching memiliki teknik mengajar yang memberikan kemampuan kepada guru untuk masuk ke dalam hati para siswa, yaitu:

a. Mengerti dan Memahami Siswa Langkah-langkahnya antara lain:

1. Seorang guru harus mampu mengambil hati para siswa yang sedang berkembang, yaitu dengan berusaha memahami dan mengerti apa yang diinginkan oleh siswa.

2. Menghargai Alam Sadar Lain dari Seorang Siswa. Guru bukan membuyarkan lamunan atau angan-angan siswa melainkan melibatkan diri untuk bergabung pada Alam Sadar Lain Siswa.

3. Membentuk seorang guru menjadi selebritis minimal didalam komunitasnya, dengan upaya menjadi guru yang menyenangkan dan mampu memberikan keriangan serta kegembiraan kepada siswa-siswa dari hari ke hari lewat upaya kreatif.

b. Keyakinan Diri

Keyakinan pada diri seorang guru sangat membantu terlahirnya kekuatan diri. Sebagaimana ungkapan motivasi yang sering di dengar, kalau anda berpikir bisa, maka anda pasti bisa, jika anda berpikir tidak bisa maka anda tidak akan bisa. Percaya diri adalah energi besar yang memberikan rangsangan begitu kuat yang melahirkan pemikiran kreatif.

c. Memanfaatkan Potensi Diri

(46)

d. Kreatif

Guru menjadikan setiap hari penuh dengan eksperimen-eksperimen dengan media yang berhubungan dengan mengajar, membangkitkan inspirasi dengan permainan dan menciptakan ide-ide yang segar yang dapat menarik perhatian siswa dalam belajar.

e. Unik

Guru melangkah ke dalam eksplorasi diri dengan konsentrasi pada kemampuan alamiah yang muncul akibat proses evaluasi diri yang

berubah menjadi sesuatu yang berbeda dari orang lain.

Permainan (games), populer dengan berbagai sebutan antara lain

pemanasan (ice-breaker) atau penyegaran (energizer). Arti harfiah

ice-breaker adalah „pemecah es’. Jadi, arti pemanasan dalam proses belajar

adalah pemecah situasi kebekuan fikiran atau fisik peserta. Permainan

juga dimaksudkan untuk membangun suasana belajar yang dinamis,

penuh semangat, dan antusiasme.

Karakteristik permainan adalah menciptakan suasana belajar yang

menyenangkan (fun) serta serius tapi santai (sersan). Permainan

digunakan untuk penciptaan suasana belajar dari pasif ke aktif, dari

kaku menjadi gerak (akrab), dan dari jenuh menjadi riang (segar).

Metode ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai secara efisien

dan efektif dalam suasana gembira meskipun membahas hal-hal yang

sulit atau berat.Sebaiknya permainan digunakan sebagai bagian dari

proses belajar, bukan hanya untuk mengisi waktu kosong atau sekedar

permainan.

Permainan sebaiknya dirancang menjadi suatu „aksi’ atau kejadian

yang dialami sendiri oleh peserta, kemudian ditarik dalam proses

refleksi untuk menjadi hikmah yang mendalam (prinsip, nilai, atau

pelajaran-pelajaran). Wilayah perubahan yang dipengaruhi adalah rana

sikap-nilai.

(47)

PAKEM dan metode Permainan, metode Fun Teaching adalah metode yang menuntut guru bersikap humoris dan disukai anak-anak dengan kegiatan yg eksplor yaitu mencairkan kebekuan suasana belajar dari awal belajar sampai akhir dengan melalui games, bercerita/mendongeng dengan menyisipkan materi matematika yang sedang dipelajari. Sedangkan metode PAKEM dan Permainan tidak secara menyeluruh dari awal hingga akhir mencairkan suasana kebekuan melainkan hanya diawal atau ditengah dalam proses belajar mengajar.

Karakteristik dari metode Fun Teaching ini adalah suasana belajar

yang asyik mulai dari awal hingga akhir tanpa terasa belajar akan tetapi sebenarnya materi pelajaran sudah mereka pelajari. Seorang siswa dikatakan dapat merasakan belajar menyenangkan adalah dapat dilihat dari tingkahlaku selama siswa itu belajar seperti konsentrasi penuh terhadap gurunya.37

Menurut Erma metode mengajar yang cerdas dan menyenangkan dapat dilakukan dengan cara read, repeat, dan distribute. Metode tersebut berguna untuk memperkuat ingatan. Dengan cara tersebut siswa dapat belajar dengan aktif, kreatif, dan menyenangkan.

Pakar pendidikan dari Singapura Jasmine Simon mengatakan, belajar yang menyenangkan dapat diciptakan dengan menjadikan ruang belajar mengajar menjadi ruang bermain yang nyaman dan menyenangkan (Edutainment Method). Lebih dari itu, mengajar merupakan pekerjaan yang mulia. Apabila mengajar atas dasar itu, semua akan terasa mudah.

“Mengajar itu menyenangkan. Semua tergantung bagaimana metode mengajar agar murid merasa senang dan dekat dengan guru,” 38

.

Dari pembahasan Fun Teaching di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Fun Teaching merupakan metode pembelajaran yang menghasilkan begitu banyak kretivitas, seorang guru harus bisa

37

Wawancara pengarang buku Fun teaching (CD terlampir)

38

(48)

menciptakan kreativitas dan bisa membuat suasana belajar siswa menyenangkan mulai dari awal hingga akhir tanpa terasa belajar sehingga menciptakan lingkungan yang aktif dan kreatif, sehingga proses belajar mengajar menjadi menyenangkan dan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa dengan cara menggunakan unsur yang ada pada guru, siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas seperti bermain, bercerita, tebak-tebakan, bernyanyi, dan homoris.

Dengan suasana belajar yang menyenangkan pastilah akan bermunculan inspirasi-inspirasi baru yang menyegarkan.

c. Metode Pembelajaran Konvensional

Kata konvensional berasal dari kata konvensi. Istilah konvensi awalnya digunakan untuk menyatakan atau mengkomunikasikan segala sesuatu yang didasarkan kepada kesepakatan.39

Menurut Nasution ciri-ciri pembelajaran konvensional40 yaitu: 1. Bahan pelajaran disajikan kepada kelompok tanpa memperhatikan

siswa secara individual

2. Kegiatan pembelajaran pada umumnya berbentuk ceramah, tugas tertulis dan media lainnya menurut pertimbangan guru

3. Siswa bersifat fasif karena harus mendengarkan penjelasan guru 4. Dalam kecepatan belajar, siswa harus belajar menurut kecepatan pada

umumnya yang ditentukan oleh kecepatan guru mengajar

5. Keberhasilan belajar umumnya dinilai oleh guru secara subjektif 6. Hanya sebaqgian kecil yang menguasai sumber bahan pelajaran

secara tuntas

7. Guru terutama berfungsi sebagai sumber informasi atau pengetahuan.

39

http://jalius12.wordpress.com/2009/10/06/konvensional/ 40

(49)

Proses-proses pembelajaran dengan pendekatan konvensional pada umumnya adalah sebagai berikut:

1. Siswa duduk mencatat, mendengarkan dan menghafal 2. Sumber informasi hanyalah guru

3. Siswa tidak dituntut untuk menemukan konsep 4. Metode yang digunakan guru adalah metode ceramah 5. Suasana kelas membosankan

6. Guru lebih aktif

7. Materi pelajaran banyak dan berat 8. Banyak waktu yang terbuang.

Kesimpulannya adalah pembelajaran konvensional mengutamakan hasil bukan proses. Guru mendominasi kegiatan di kelas dan siswa dianggap sebgai penonton. Biasanya pembelajaran dilakukan dengan metode ekspositori. Metode ekspositori memberikan siswa konsep yang telah dipersiapkan secara rapi, matematis dan lengkap. Konsep tersebut berupa bahan ajar yang dipersiapkan guru untuk selanjutnya diajarkan kepada siswa, sehingga siswa hanya menyimak dan mencerna saja secra tertib dan teratur.

B. Rencana Kegiatan Belajar Mengajar

a. Contoh RPP kelas eksperimen

Sekolah : MI Nurul Hidayah Pamulang Tangerang Selatan Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : IV /II Tahun Pelajaran : 2010/2011

Pokok Bahasan : Bilangan Pecahan

Standar Kompetensi

 Mengenal dan menggunakan pecahan dalam kehidupan sehari-hari

Kompetensi Dasar

(50)

 Menyederhanakan pecahan

 Penjumlahan dan pengurangan pecahan

Indikator

 Siswa dapat mengenal pecahan sederhana  Menuliskan letak pecahan pada garis bilangan

Alokasi Waktu: 2  35 Menit

a. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, siswa diharapkan dapat :

- menyatakan beberapa bagian dari keseluruhan ke bentuk pecahan - menuliskan letak pecahan pada garis bilangan.

b. Materi Ajar

1. Pengertian Pecahan

2. Letak pecahan pada garis bilangan.

c. Metode Pembelajaran

1. bercerita 2. teka teki 3. demonstrasi 4. bernyanyi 5. tanya jawab 6. latihan

7. games

d. Langkah-langkah Kegiatan

1. Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)

Pembukaan, mengucap salam, mengabsen, ice breaking dan mendemonstrasikan sederhana tentang pecahan.

(51)

 Memberikan catatan deduktif-deskriptif tentang pengertian

pecahan.

 Bercerita dan game yang berkaitan dengan pecahan agar suasana

kelas tidak kaku dan membuat siswa fun riang gembira  Diskusi kelompok tentang materi yang dipelajari

 Salah satu siswa mempresentasikan hasilnya di depan kelas, dan

siswa lain menanggapi. Guru meluruskan jika ada yang menyimpang.  Bernyanyi dan tebak-tebakan dipandu oleh guru secara humoris

agar suasana hati penuh suka cita dan merangsang konsentrasi siswa.  Siswa berkelompok mengerjakan Latihan soal.

 Tanya jawab.

3. Kegiatan Penutup (10 Menit)  Refleksi

Dengan bimbingan guru, siswa mengemukakan kembali materi yang telah dipelajari dan materi yang belum dipahami. Guru menginformasikan materi untuk pertemuan selanjutnya.

 Penugasan

Guru memberikan tugas individu dan tugas rumah, yang terdapat pada buku pegangan siswa (nomor-soal terpilih) untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan.

e. Sumber, Alat/Media

1. Sumber

- Buku paket Matematika SD dan MI Kelas IV Semester Genap. Penerbit: Pusat Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional.

- Buku paket Matematika Progresif SD dan MI Kelas IV Semester Genap. Penerbit : PT. Widya Utama.

2. Alat/Media

(52)

f. Penilaian

1. Teknik penilaian

Teknik penilaian yang digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa adalah tes tertulis.

2. Bentuk penilaian

Bentuk penilaian yang digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa adalah soal-soal uraian.

3. Contoh penilaian

1) berapa bagian pecahan dari gambar yang berwana gelap?

2) Apa bila skala garis bilangan sama maka lengkapilah nilai pecahan yang tepat untuk mengisi titik-titik pada garis bilangan di bawah ini adalah ...

0

5 1

...

5 3

5 4

1

C. Contoh bahan ajar

Pecahan:

(53)

Pecahan ½ dibaca setengah atau satu perdua atau seperdua “1” disebut pembilang yaitu merupakan bagian pengambilan atau 1 bagian yang diperhatikan dari keseluruhan bagian yang sama. “2” disebut penyebut yaitu merupakan bagian yang sama dari keseluruhan

Bilangan romawi :

I = 1 II = 2 III = 3 IV = 4 V = 5 VI = 6 VII = 7 VIII = 8 IX = 9 X = 10

L = 50 C = 100 D = 500 M = 1000

Jika angka romawi di sebelah kanan lebih besar dari angka romawi sebelah kiri, maka nilai bilangan romawi tersebut adalah hasil pengurangan bilangan romawi di sebelah kanan dengan di sebelah kiri. Contohnya : IX artinya 10 – 1 = 9

XL artinya 50 – 10 = 40 XC artinya 100 – 10 = 90 CM artinya 1000 – 100 = 900

Jika angka romawi di sebelah kanan lebih kecil dari angka romawi sebelah kiri, maka nilai bilangan romawi tersebut adalah jumlah bilangan romawi di sebelah kanan dan di sebelah kiri.

Contohnya : XI artinya 10 + 1 = 11 LX artinya 50 + 10 = 60 CX artinya 100 + 10 = 110 CM artinya 1000 + 100 = 1100

D. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu

(54)

bahwa metode pembelajaran dengan teknik TGT dapat menciptakan suasana belajar matematika yang lebih menarik dan menyenangkan serta dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar matematika siswa.

E. Kerangka Berpikir

Dalam dunia pendidikan, khususnya pembelajaran matematika, para siswa sering dihadapkan pada masalah sehubungan dengan matematika. Pembelajaran matematika yang monoton yang dilakukan oleh guru membuat

siswa menjadi bosan, sulit menerima pembelajaran matematika dengan baik, kurang termotivasi untuk belajar, kurang berusaha menyelesaikan latihan yang diberikan

Gambar

Grafik 4.1 Histogram dan Poligon Frekuensi Hasil Postest
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi
+7

Referensi

Dokumen terkait

1. Dalam proses belajar mengajar, guru diharapkan tidak hanya bertumpu pada metode ceramah saja. Guru bisa menerapkan berbagai strategi, metode maupun model yang sesuai

Akar penyebab kurangnya kemandirian belajar matematika siswa KMI Ta’mirul Islam Surakarta kelas VIIIB, seperti : (1) dalam proses pembelajaran matematika, guru

terhadap peran guru, pada umumnya guru banyak mendominasi jalannya proses pembelajaran matematika di sekolah, (2) kurangnya pengkuan dan penghargaan terhadap individu siswa,

1.. hari di sekolah yang dilakukan siswa, seperti mengerjakan tugas dan mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas pada saat guru mengajar. Motivasi belajar juga penting

Dari ketiga ranah tersebut ranah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah adalah ranah kognitif. Karena ranah kognitif berkaitan dengan kemampuan para siswa

Hal ini tentunya berkaitan dengan mata pelajaran Fiqih, dimana guru dalam membelajarkan mapel ini memerlukan model pembelajaran yang efektif untuk memberikan hasil belajar yang utuh

Kurangnya motivasi dari guru dalam memberi penguatan bagaimana siswa dapat belajar dengan aktif dan guru sudah terbiasa dengan pola pembelajaran yang berkesan

Guru sebagai tenaga pendidik mempunyai tujuan utama dalam kegiatan pembelajaran di sekolah yaitu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, dapat menarik minat dan