• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerjemahan dialog Arab dalam film Ayat-ayat cinta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerjemahan dialog Arab dalam film Ayat-ayat cinta"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

i Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S)

Oleh:

MELLY AMALIA 106024000936

J U R U S A N T A R J A M A H

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

▸ Baca selengkapnya: bacaan ayat 15 arab

(2)

ii Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, berupa pencabutan gelar.

Jakarta, 16 Juni 2010

(3)

iii Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S)

Oleh:

Melly Amalia 106024000936

Pembimbing

Ali Hasan Al-Bahar, LC, MA NIP: 197606152003121002

J U R U S A N T A R J A M A H

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(4)

iv

Skripsi berjudul “Penerjemahan Dialog Arab Dalam Film Ayat-Ayat Cinta

telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta pada Rabu, 16 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra (S.S.) pada Program

Studi Tarjamah.

Jakarta, 16 Juni 2010

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Drs. Ikhwan Azizi, M.Ag Ahmad Saekhuddin, M.Ag

NIP: 195708161994031001 NIP: 197005052000031003

Anggota

Ali Hasan Al-Bahar, LC, MA

(5)

v rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sastra Jurusan Tarjamah pada Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih kepada:

(1) Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA. Selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah dan Dr. H. Abd. Wahid Hasyim, M.Ag. Selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora. (2) Drs. Ikhwan Azizi, M.Ag. Selaku Ketua Jurusan Tarjamah dan Ahmad

Saekhuddin, M.Ag. Selaku Sekretaris Jurusan Tarjamah.

(3) Ali Hasan Al-Bahar, LC, MA selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini. (4) Dosen Tarjamah: Ibu Karlina Helmanita, M.Ag, Bpk. Syarif Hidayatullah,

M.Hum, Bpk. Dr. Syukron Kamil, MA, Bpk. Irfan Abubakar, MA, dan lainnya. (5) Penguji Bpk Ahmad Saekhuddin, M.Ag, terima kasih ya pa atas masukan dan

saran-saran yang bapak berikan pada saya.

(6) Abah dan mamah, serta kakak dan adik yang telah memberikan doa, perhatian, dan kasih sayangnya dalam penyusunan skripsi ini.

(7) My Soulmate yang saya sayangi, Ahmad Wahyudin dan Wulandari karena telah setia menemani kemanapun, dimanapun dan kapanpun disaat saya membutuhkan. (8) Teman-teman Seperjuangan Tarjamah Angkatan 2006 yang saya cintai, Erna,

Elid, Fufu, Nisa, Meri, Leni, Daus, Ofah, Olis, Aini, Emvi, Ujah, Mida, Suty, Rina, Uton, Yatm, Yuli Yome, dan Yu2n karena telah memberikan bantuan/dukungan/doa dalam segala hal untuk kelancaran penyusunan skripsi ini.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Jakarta, 16 Juni 2010

(6)

vi latin. Transliterasi ini berdasarkan Pedoman Transliterasi Arab-Latin dalam Buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah” CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

1. Padanan Aksara

Huruf Arab Huruf Latin Huruf Arab Huruf Latin

ا ط t

ب b ظ z

ت t ع ‘

ث ts غ gh

ج j ف f

ح h ق q

خ kh ك k

د d ل l

ذ dz م m

ر r ن n

ز z و w

س s ة h

ش sy ء `

ص s ي y

ض d

2. Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

A. Vokal tunggal

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

َ◌

a Fathah

ِ◌

----

i Kasrah

ُ◌

---

u Dammah

B. Vokal rangkap

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

َ◌

---ي ai a dan i

َ◌

---و au a dan u

C. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab

(7)

vii

ي ِ◌

---و ُ◌ û u dengan topi di atas

3. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu لا , dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf

syamsiyyah maupun huruf qamariyyah. Contoh : al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwânbukan ad- dîwân.

4. Syaddah (Tasydîd)

Syaddah atau Tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda--- ّ◌ dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah

itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda

syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf

syamsiyyah. Misalnya, kata ةروﺮّﻀﻟاtidak ditulis ad-darûrahmelainkan

al- darûrah, demikian seterusnya.

5. Ta Marbûtah

Jika huruf Ta Marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (contoh no.1). hal yang sama juga berlaku, jika Ta Marbûtah tersebut diikuti oleh (na’t) atau kata sifat (contoh no.2). namun jika huruf Ta Marbûtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (contoh no.3)

No. Kata Arab Alih Aksara

1 ﺔﻘﯾﺮط tarîqah

2 ﺔﯿﻣﻼﺳﻹا ﺔﻌﻣﺎﺠﻟا al-jâmi’ah al-islâmiyah

3 دﻮﺟﻮﻟا ةﺪﺣو wihdat al-wujûd

6. Huruf kapital

(8)

viii

PERNYATAAN………... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING………... iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN………... iv

UCAPAN TERIMA KASIH………... v

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN………... vi

DAFTAR ISI………... viii

ABSTRAK... x

BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang... 1

I.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4

I.3. Tujuan Penelitian ... 4

I.4. Tinjauan Pustaka... 4

I.5. Metodologi Penelitian... 5

I.6. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II. TEORI PENERJEMAHAN II.1. Pentingnya Penerjemahan ... 9

II.1.1. Definisi Penerjemahan... 10

II.1.2. Metode Penerjemahan... 12

II.2. Penerjemahan Teks Film ... 17

II.2.1. Subtitling... 18

II.2.2. Dubbing(Sulih Suara) ... 20

II.2.3. Unsur Naratif dan Unsur Sinematik ... 21

II.4. Jenis-jenis Film... 23

II.4.1. Film Dokumenter... 24

II.4.2. Film Fiksi... 24

(9)

ix III.1.1. Latar Belakang Pembuatan Film Ayat-ayat Cinta... 29 III.1.2. Kedudukan Film Ayat-ayat Cintadalam Islam ... 31 III.2. Pesan Moral dari Film Ayat-ayat Cinta... 33

BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN IV.1. Analisis Data

IV.1.1 Analisis Data Potongan Ayat Al-Qur’an dalam Film Ayat-ayat Cinta.. 35 IV.1.2 Analisis Data Dialog Arab dalam Film Ayat-ayat Cinta... 43 IV.2 Pembahasan

IV.2.1 Berdasarkan Bentuk Bahasa Arab Fasih (Fushâ) ... 45 IV.2.2 Berdasarkan Bentuk Bahasa Arab Umum (‘Âmiyyah)... 56

BAB V. PENUTUP

V.1. Kesimpulan ... 67 V.2. Saran... 68

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Lampiran I Dialog Pendek Pada Film Ayat-ayat Cinta

Lampiran II Dialog Panjang Pada Film Ayat-ayat Cinta

Lampiran III Skenario Yang Terdapat Surat Al-Imran

Lampiran IV Skenario Yang Terdapat Surat Maryam

Lampiran V Skenario Yang Terdapat Surat Annisa dan Hadis Rasul

Lampiran VI Skenario Yang Terdapat Surat Yusuf

Lampiran VII Skenario Yang Terdapat Hadis Rasul

Lampiran VIII Skenario Yang Terdapat Hadis Rasul

(10)

x Jakarta: Jurusan Tarjamah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah, 2010. Dibawah bimbingan Ali Hasan Al-Bahar, LC, MA

Film merupakan media komunikasi yang sangat efektif untuk menyampaikan pesan. Disaat film diperkenalkan pertama kali di Indonesia, film dibuat oleh orang-orang belanda dan cina. Tujuannya hanya untuk menghibur semata dan sebagai alat dagang untuk mencapai keuntungan tanpa memperdulikan isi pesan yang ada dalam film tersebut.

Dalam sebuah film pasti terdapat dialog yang merupakan suatu alat sebagai percakapan antar dua karakter atau lebih, kemudian disampaikan secara jelas agar terkesan hidup lebih nyata dari skenario yang dibuat untuk dihafal oleh para pemainnya karena bahasa film merupakan kombinasi antara bahasa suara dan bahasa gambar.

Hasil suatu terjemahan itu dinilai baik atau buruk, jelas atau tidak, sangat bergantung dari siapa yang menerjemahkan, meskipun seorang penerjemah itu adalah sebagai pencipta tetapi ia tidak punya kebebasan seluas kebebasan yang dimiliki penulis naskah aslinya, karena ia harus menciptakan terjemahannya dari dunia ciptaan yang sudah ada. Misalnya dalam penerjemahan film memiliki dialog arab yang merujuk pada skenario.

Permasalahan yang terdapat pada hasil terjemahan dari dialog film

Ayat-ayat Cinta menurut Penulis masih ada yang kurang tepat. Misalnya, penggunaan gaya terjemahan harfiah yang mendominan sehingga hasil terjemahan kurang enak untuk dibaca dan ada beberapa bahasa Arab yang tidak sesuai dengan skenario.

Penulis menarik Kesimpulan bahwa hasil terjemahan dialog film

(11)

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Dialog merupakan pembicaraan antar karakter (kadang tidak punya tujuan

storytelling, cuma sekedar chitchat). Menulis skenario dalam sebuah dialog film

tidak semudah para pemain menghafalnya, Dalam budaya yunani kuno

(Aristoteles) Dramaturgi dibangun berdasarkan plot (aksi) yang didalamnya

terdapat aksi dengan meniru aksi dari kehidupan nyata. Yang penting showing,

baru kemudian telling. Dalam film, dianggap penting tapi tanpa dialog storytelling

bisa jalan. Hal ini terjadi pada film Ayat-ayat Cinta.

Adapun berbagai fungsi dialog yaitu mengetahui karakterisasi siapa yang

berbicara, mengetahui ilustrasi hubungan antara siapa yang berbicara dengan

karakter lainnya (termasuk pilihan kata ketika berinteraksi dengan orang lain),

bisa memperkaya aksi dan informasi tentang hasrat pikiran pemain. Dialog

memiliki beberapa teknik didalamnya yang terdiri dari point dialog yang

disampaikan secara jelas agar terkesan hidup realis sebagai pertanyaan untuk

seorang pemainnya, dalam dialog film juga terdapat prinsip-prinsip dialog yang

merupakan alat sebagai pembicaraan antara dua karakter atau lebih, dialek, aksen,

intonasi, diksi yang mengarahkan pitch, loudness, timbre yang sangat terlihat

fonetiknya karena dialog menempel pada bahasa tubuh karakter dimana dalam

dialog itu tidak hanya apa yang dikatakan tetapi bagaimana cara mengatakannya.

Film merupakan sebuah karya seni, yang didalamnya juga terdapat

berbagai macam jenis seni-seni yang lain, seni film lebih menonjol pada

(12)

Setelah membaca peran yang akan dijalankan serta penyesuaian dengan skenario

yang telah diatur oleh sutradara. Para pemeran, memerankan apa yang

diperankan dalam skenario sebuah cerita film dengan olah peran penuh ekspresi

yang meyakinkan para penonton.

Di dalam alur cerita film, para aktor maupun aktrisnya akan mengikuti

pada teks skenario yang disodorkan oleh sang sutradara dan sesuai dengan tema

maupun judul dari film yang diputar. Dalam sebuah film terdapat banyak sisi-sisi

kesenian nyata, yang semua sisinya mengandung estetika manifestasi seni. Seni

memang indah serta enjoy, enak bahkan sejuk dilihat, tapi tidak menutup

kemungkinan sifat seni yang liberal, dapat mengesampingkan etika atau moral

seniman. Oleh sebab itu keindahan seni yang diciptakan para seniman harus

equilibrium (seimbang) dengan moral atau etika para pekerja seni.

Dalam mengalihkan pesan dari bahasa ke bahasa lain, yang harus

dipertahankan sedapat mungkin ialah isi, sedangkan bentuk di-nomor-duakan

kecuali dalam kasus-kasus tertentu seperti dalam puisi. Oleh karena itu, agar

pengalihan suatu bahasa terjemahan tersebut dapat dipahami dan dimengerti,

maka harus diperhatikan bentuk bahasa sasarannya. Eugena A. Nida

mengungkapkan bahwa: “menerjemahkan berarti menciptakan padanan paling

dekat dalam bahasa penerima terhadap pesan Bsu, pertama dalam hal makna dan

kedua pada gaya bahasanya.1

Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan pada film ayat-ayat cinta

ini memiliki terjemahan Arab-Indonesia yang sangat berbeda dengan bahasa versi

yang lain, karena dalam setiap percakapan arabnya yang para pemain ucapkan

1

(13)

memiliki arti perumpamaan, seperti pada contoh percakapan dalam ucapan berikut

ini:

١

.

ﻢﻜﻴﻠﻋ ﻭ ﺎﻨﻴﻠﻋ

2

Contoh yang ini membalas ucapan seseorang yang mengatakan ucapan

terima kasih kepadanya lalu diartikan dalam film ayat-ayat cinta seperti: “Terima

kasih juga”. Jika dibandingkan dengan arti sebenarnya yaitu: “Untuk kami dan

untuk kalian”.

٣

.

ﻢﻗ ﺍﺭﻮﻧ

...

ﻢﻗ ﺍﺭﻮﻧ

...

ﻢﻗ

3

Pada contoh yang satu ini memiliki kesalahan pada ucapan yang

seharusnya kata

ﻢﻗ

itu merujuk kepada seorang laki-laki tetapi disini kata

ﻢﻗ

diperuntukan kepada perempuan, jadi dalam film ayat-ayat cinta diterjemahkan

seperti: “Bangun Nauro....Nauro bangun...bangun”. Seharusnya jika kepada

seorang perempuan menggunakan kata

ﻰﻤﻗ

.

Dari kedua contoh diatas berasal dari bahasa arab yang diucapkan oleh

para pemain yang memerankan film ayat-ayat cinta dan diubah menjadi tulisan

arab dari apa yang terdengar oleh Penulis dalam kesalahan masing-masing yang

juga memiliki terjemahan yang berbeda pula dalam setiap percakapannya.

2

Dialog tersebut terdapat di dalam film Ayat-ayat Cinta karya Hanung Bramantyo yang sengaja Penulis ubah dalam bahasa Arab dari apa yang terdengar.

3

(14)

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis hendak mengkaji lebih jauh

dengan menemukan hal-hal yang unik didalamnya lalu mengangkat judul

“Penerjemahan Dialog Arab dalam Film Ayat-ayat Cinta”.

I.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Mengingat begitu banyaknya percakapan dalam sebuah film layar lebar

pembatasan penelitian ini dilakukan pada beberapa percakapan yang berhubungan

dengan Bahasa Arab saja yaitu dari 80 ucapan menjadi 20 ucapan serta kumpulan

beberapa ayat Alquran dan hadis rasul. Adapun perumusan masalah yang

dilakukan sebagai berikut:

1. Apakah terjemahan dialog arab dalam Film Ayat-ayat Cintasudah tepat?

I.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

a. Penulis ingin menggunakan sebuah metode penerjemahan dalam film.

b. Mengetahui metode apa yang dipergunakan oleh penerjemah dalam

tulisan.

I.4. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan tinjauan penelitian buku-buku, skripsi, dan tesis yang pernah diteliti

bahwa penelitian yang sama dengan judul ini belum pernah ada yang

membahasnya. Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk membahas judul ini

(15)

Adapun skripsi yang sudah pernah diteliti yaitu mengenai analisis

penerjemahan Arab-Indonesia terhadap film Al-Risalah karya Mustapha Akkad

yang diteliti oleh Abdul Rohman pada tahun 2009 yang lalu.

I.5. Metodologi Penelitian

Seorang penerjemah haruslah mampu mencarikan padanan yang tepat dari Bsu ke

dalam Bsa. Satu kesalahan bila seorang penerjemah memadankan sebuah kata

atau konteks kalimat ke dalam bahasa sasaran tidak sesuai dengan bahasa sumber,

hal itu dapat mengakibatkan perubahan makna dan dapat memberikan kesalahan

informasi yang diterima oleh pembaca karya terjemahan maupun film-film asing

yang ada terjemahannya. Seorang penerjemah harus cermat dalam menganalisis

teks dan terampil dalam mengolah kata-kata yang sepadan dengan konteks

kalimat yang ditemukan. Kesesuaian dan kesepadanan antara konteks bahasa

sumber dan konteks bahasa sasaran merupakan salah satu syarat penerjemahan.

Selain itu, penguasaan bahasa sasaran yang baik juga merupakan prasyarat

agar semua detil dan nuansa karya asli dapat terwakili dalam karya terjemahan.

Selain kriteria-kriteria tersebut, ada tambahan bagi seorang penerjemah film, baik

subtitle maupun dubbing, yaitu penguasaan teknik dan penyelarasan teks dalam

penerjemahan film.

Proses penelitian ini mengacu pada teks skenario asli dan subtitle pada film Ayat-ayat Cinta karena dari beberapa hal tersebut merupakan rangkuman alur dari seluruh penelitian ini.

(16)

2. Penyaringan; kumpulan dialog-dialog arab diseleksi menurut bentuk dan makna pada potongan ayat Al-Qur’an, adapun menurut dialek dan subtitle untuk mengetahui ketepatan.

3. Penganalisisan; setiap dialog arab yang siap dianalisis berdasarkan bentuk, makna serta dialek ataupun ketepatan dalam subtitle.

4. Penyimpulan; penarikan kesimpulan dari hasil analisis, dimana setiap kesimpulan harus menjawab setiap rumusan masalah yang telah ditetapkan.

Oleh karena itu dalam penelitian ini yang pertama kali dilakukan adalah

pencarian data. Yakni dengan mencari kalimat-kalimat yang berhubungan dengan

bahasa Arab dan penulis menggunakan metode random samplingatau penentuan

sample secara acak, lalu menggunakan metode penelitian studi kasus teks Arab,

yaitu dengan memindahkan apa yang diucapkan para pemain pada film ayat-ayat

cintakemudian data tersebut dianalisa.

Adapun data primer yang digunakan dalam penelitian adalah film

“ayat-ayat cinta”dalam format VCD. Alasannya karena format VCD ini memiliki

rasio layar yang sama dengan layar televisi. Data sekunder yang penulis peroleh

berasal dari literatur buku-buku, internet, koran, kamus serta penelitian-penelitian

terdahulu. Penelitian ini bermaksud mengungkapkan suatu masalah dengan

memberikan penilaian secara menyeluruh, luas dan mendalam dari sudut pandang

ilmu yang relevan.

Metode pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah:

1. Menonton film “ayat-ayat cinta” dalam format VCD.

2. Mengamati keseluruhan cerita beserta dialog-dialog yang dilakukan para

pemain dalam film “ayat-ayat cinta”.

3. Menentukan dialog arab serta mengubahnya kedalam tulisan Arab sesuai

(17)

4. Mentranskrip dialog-dialog dalam film “ayat-ayat cinta”.

5. Memilih dialog-dialog yang berhubungan dengan permasalahan yang akan

diteliti dengan menggunakan kamus sebagai alat penerjemahan dari bahasa

sumber kepada bahasa sasaran, kemudian dibahas sesuai dengan kajian.

I.6. Sistematika Penulisan

Teknik penulisan yang digunakan dalam skripsi ini mengacu kepada buku

Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi, yang disusun oleh tim UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta”. Adapun sistematika pembahasan sebagai berikut:

Bab pertama, merupakan bagian pendahuluan atau berisi pengantar, yang

memuat latar belakang masalah yang menyangkut tentang judul yang dibahas,

yaitu tentang penerjemahan dialog arab dalam film ayat-ayat cinta, perumusan

dan pembatasan masalah yang terdapat didalamnya yaitu tentang pertanyaan dan

jawaban apa yang ditanyakan dan dibahas dalam judul tersebut, tujuan

penelitiannya mengetahui seluk-beluk tentang isi apa yang ingin diketahui oleh

penulis, metode penelitian bersifat kajian pustaka sedangkan metode yang

penulis gunakan adalah menganalisis dengan memberikan gambaran dan

sistematika penulisan.

Bab kedua, membahas tentang pentingnya penerjemahan, definisi

penerjemahan, metode penerjemahan, kemudian kesetiaan dalam penerjemahan

yang akan memberikan pemahaman tentang perbedaan antara bahasa arab dan

bahasa indonesia serta gambaran umum tentang penerjemahan dalam parameter

dimensi zaman. Adapula penerjemahan teks film seperti subtitling dan dubbing

(18)

Bab ketiga, berupa gambaran umum pembuatan filmayat-ayat cinta yang

bisa dilihat dari sejarah lahirnya film ayat-ayat cinta dan kedudukan film

ayat-ayat cinta dalam islam, kemudian kita juga dapat mengetahui pesan moral yang

ada dalam film ayat-ayat cintamelaui resensi yang terdapat pada film tersebut.

Bab keempat, membahas yang berkaitan dengan judul yaitu penerjemahan

dialog arab dalam film ayat-ayat cinta. Adapun isi bab tersebut tentang beberapa

ayat Al-Qur’an dalam film tersebut yang juga bisa dilihat dari ketepatan subtitle

dan terjemahan sebenarnya dari dialog film ayat-ayat cinta.

(19)

BAB II

TEORI PENERJEMAHAN II.1. Pentingnya Penerjemahan

Perkembangan ilmu teknologi telah berkembang begitu sangat pesat dalam

beberapa dekade terakhir ini. Fenomena ini telah membawa dampak yang

begitu besar terhadap kehidupan umat manusia. Perkembangan ilmu yang

pesat berarti adanya peningkatan kemampuan manusia dalam menguasai

lingkungan telah memberikan kemudahan-kemudahan bagi kehidupan umat

manusia itu sendiri.

Dalam memasuki abad ke-21 sebagai abad informasi, manusia

dihadapkan dengan arus informasi yang mengalir sangat deras dan dengan

cepat menjangkau hampir seluruh pelosok dunia. Ini berarti bahwa jarak

tempuh antara bagian dunia yang satu dan yang lainnya semakin tidak berarti.

Penerjemahan yang baik hanya bisa dihasilkan oleh seorang

penerjemah yang memiliki kualifikasi yang tinggi karena proses

penerjemahan melibatkan dua bahasa, yaitu bahasa sumber dan bahasa

sasaran. Dengan demikian, penerjemahan juga melibatkan

perbedaan-perbedaan budaya untuk mengungkapkan ide dan makna dari bahasa sumber

ke bahasa sasaran.4

4

(20)

II.1.1. Definisi Penerjemahan

Penerjemahan selama ini didefinisikan secara beragam oleh para pakar

bahasa yang bergelut atau berkecimpung dalam penerjemahan. Sebagian pakar

bahasa mendefinisikan terjemahan berdasarkan pada pengalihan bentuk-bentuk

dari suatu bahasa ke dalam bahasa lain. Ada juga sebagian pakar bahasa yang

menekankan terjemahan sebagai pengalihan arti dan pesan dari suatu bahasa

sumber (BSu) ke dalam bahasa sasaran (BSa), atau bahkan berdasarkan

perspektif bahwa terjemahan sebagai suatu proses transfer budaya. Berikut ini

beberapa petikan definisi dari pakar bahasa tentang penerjemahan yang kerap

kali dijadikan acuan para penerjemah dan pengamat penerjemahan.

Catford, dalam bukunya A Linguistic Theory of Translation

mendefinisikan terjemahan: translation is the replacement of textual material

in one language by equivalent textual material in another language.5 Dari

definisi tersebut Dia menekankan bahwa wacana alihan haruslah sepadan

dengan wacana aslinya. Karena padanan merupakan kata kunci dalam proses

terjemahan, dengan sendirinya pesan dalam wacana alihan akan sebanding

dengan pesan pada wacana aslinya. Sebaliknya, jika wacana alihan dan wacana

asli tidak sepadan, wacana alihan tidaklah dianggap sebagai suatu terjemahan.6

Berbeda dari Catford, Levy dalam bukunya Translation as A Decition

Process (dikutip dalam Holidaja, 1993: 49) mengemukakan bahwa terjemahan

adalah suatu proses kreatif yang selalu memberi kebebasan atau pilihan kepada

penerjemah dalam menghasilkan makna situasional. Lebih lanjut Levy

5

J. Catford, Linguistic Theory of Translation(London: Oxford University Press, 1978), h. 20.

6

(21)

mengatakan sebagai suatu proses kreatif, terjemahan memberi peluang kepada

penerjemah dalam bentuk kebebasan atau otonomi untuk menemukan

kesepadanan yang persis menurut konteks situasi. Dengan otonomi ini, seorang

penerjemah memiliki peluang yang besar dan signifikan dalam

mengembangkan keterampilan dan kebisaannya. Dia bebas untuk berkreasi

menginterpretasikan apa yang telah dituliskan oleh penulis asli selama tidak

keluar dari konteks.

Senada dengan pendapat Levy, Larson, dalam bukunya

Meaning-Based Translation: A Guide to Cross-Language Equivalence, mendefinisikan

terjemahan: translation concist of translating the meaning of the source

language into the receptor language.7Perubahan bentuk dari BSu ke dalam

BSa yang harus dipelihara adalah maknanya. Dia juga memaparkan bahwa

terjemahan terdiri berdasarkan penelusuran leksikon, struktur gramatikal,

situasi komunikasi, dan konteks budaya BSu yang kemudian baru menentukan

makna dan kemudian baru diadaptasikan ke dalam leksikon dan struktur

gramatikal BSa dengan wajar. Dengan kata lain, pengalihan makna harus

dilakukan melalui struktur semantis dan ia harus dipertahankan walaupun

bentuknya berubah.

Dari beberapa pendapat para ahli bahasa tentang penerjemahan di atas,

dapat diambil kesimpulan bahwa terjemahan, baik lisan maupun tulisan,

memberikan penekanan lebih kepada makna atau pesan yang akan

disampaikan. Bukanlah hal masalah prinsipil, apakah hasil terjemahan patuh

7

(22)

kepada bentuk bahasa sumbernya, melainkan yang terpenting adalah hasil

terjemahan mempunyai maksud dan makna yang sama persis dengan pesan

bahasa sumbernya. Jadi terdapat keakuratan, kewajaran dan kejelasan makna

antara bahasa sumber dan bahasa sasaran.

II.1.2. Metode Penerjemahan

Dalam proses penerjemahan, perlu kiranya seorang penerjemah

mengetahui metode penerjemahan terdahulu agar ia dapat memilah metode

apa yang perlu diterapkan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Terjemahan itu

banyak ragamnya, begitu pula namanya. Oleh karena itu menurut Newmark

metode penerjemahan ini dapat digambarkan seperti diagram V berikut ini.

BSu BSa katademikata adaptasi

harfiah bebas setia idiomatik semantis komunikatif Diagram V (Newmark 1988:45)

a. Penerjemahan Kata Demi Kata (Word for Word Translation)

Metode penerjemahan ini pada dasarnya kata-kata bahasa sasaran

diposisikan di bawah versi bahasa sumber. Kata-kata bahasa sumber

diterjemahkan diluar konteks dan sangat terkait dalam tatanan kata.

(23)

sasaran tanpa mengubah susunan kata bahasa sasaran. Dengan kata lain,

penerjemahannya apa adanya.

Contoh:

ﺐﺘﻛ ﻪﺛﻸﺛ ﻱﺪﻨﻋ ﻭ

Terjemahannya : Dan di sisiku tiga buku-buku.8

b. Penerjemahan Harfiah (Literal Translation)

Kategori ini melingkupi terjemahan-terjemahan yang sangat setia terhadap

teks sumber, seperti urutan-urutan bahasa, bentuk frase, bentuk kalimat dan

sebagainya. Akibat yang sering muncul dari terjemah kategori ini adalah, hasil

terjemahannya menjadi saklek dan kaku karena penerjemah memaksakan

aturan-aturan tata bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Padahal, keduanya

mempunyai perbedaan yang mendasar. Hasilnya dapat dengan mudah

dibayangkan, yakni bahasa Indonesia yang bergramatika bahasa Arab,

sehingga sangat aneh untuk di baca penutur bahasa sasaran (bahasa

Indonesia).9

Contoh:

ﺭﻭﺰﻳ

ﺎﶈﺍ

ﻆﻓ

ﺔﻘﻳﺪﺣ

ﺍﻮﻴﳊﺍ

Terjemahannya: Mengunjungi Gubernur kebun binatang.10

8

. Moch Syarif , Diktat Teori dan Permasalahan Terjemah…, h.5

9

Ibnu Burdah, Menjadi Penerjemah: Metode dan Wawasan Menerjemah Teks Arab (Yogyakarta: Tiara kencana, 2004), h.16.

10

(24)

c. Penerjemahan Semantis (Semantic Translation)

Dibandingkan dengan penerjemahan harfiah, penerjemahan semantis lebih

lentur. Karena penerjemahan semantis dapat dikompromikan dengan struktur

gramatikal bahasa sasaran. Selain itu, penerjemahan semantis masih

mempertimbangkan unsur-unsur bahasa sumber selama masih dalam batas

kewajaran. Contoh:

ﻦﻣﻭ

ﻝﺪﺒﺘﻳ

ﺮﻔﻜﻟﺍ

ﻥﺎﳝﻹﺎﺑ

ﺪﻘﻓ

ﻞﺿ

ﺀﺍﻮﺳ

ﻞﻴﺒﺴﻟﺍ

)

ﺓﺮﻘﺒﻟﺍ

:

١٠٨

(

Terjemahannya: Barangsiapa mengambil kekufuran sebagai pengganti

keimanan, ia tersesat dari jalan yang benar.11

d. Penerjemahan Adaptasi (Adaptation Translation)

Adaptasi merupakan metode penerjemahan yang paling bebas dan paling

dekat dengan bahasa sasaran. Biasanya metode ini di pakai dalam

menerjemahkan drama atau puisi, yaitu yang mempertahankan tema, karakter

dan alur. Ini berarti bahwa unsur budaya dalam teks sumber disulih

(substituted) dengan unsur budaya pembaca TSa. .12

Contoh :

ﺖﺷﺎﻋ

ﺓﺪﻴﻌﺑ

ﺚﻴﺣ

ﻮﻄﲣ

ﻡﺪﻗ

ﺪﻨﻋ

ﻊﻴﺑﺎﻨﻴﻟﺍ

ﻰﻠﻋﺎﺑ

ﺮﻬﻨﻟﺍ

11

M.Mansyur dan Kustiawan, Pedoman Bagi Penerjemah Arab-Indonesia-Indonesia Arab (Jakarta: Moyo Segoro Agung, 2002), h.47.

12

Benny Hoedoro Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan(Jakarta: Pustaka Jaya, 2006), h 64.

13

(25)

Terjemahannya : Dia hidup jauh dari jangkauan, diatas gemericik air sungai

yang terdengar jernih. .13

e. Penerjemahan Bebas (Free Translation)

Metode penerjemahan bebas lebih mengutamakan isi dengan

mengorbankan bentuk teks bahasa sumber. Terjemahan bebas, pada umumnya

lebih laik diterima, ketimbang terjemahan harfiah, karena dalam terjemahan

bebas biasanya tidak terjadi penyimpangan makna maupun pelanggaran

norma-norma BSu. Kekurangan teknik penerjemahan bebas ialah bahwa yang

disampaikan oleh terjemahan bebas ke dalam teks BSu bukan padanan makna

BSa, tapi gambaran situasi yang menghasilkan perolehan padanan situasi.14

Contoh :

ﻥﺃ

ﻝﺎﳌﺍ

ﻞﺻﺃ

ﻢﻴﻈﻋ

ﻦﻣ

ﻞﺻ

ﺩﺎﺴﻔﻟﺍ

ﺓﺎﻴﳊ

ﺱﺎﻨﻟﺍ

ﲔﻌﲨﺃ

Terjemahannya: Harta sumber malapetaka.15

f. Penerjemahan Idiomatik (Idiomatic Translation)

Metode ini bertujuan memproduksi pesan dalam teks BSu, tetapi sering

dengan menggunakan kesan keakraban dan ungkapan idiomatik yang tidak

didapati pada versi aslinya. Dengan demikian, banyak terjadi distorsi nuansa

makna. Beberapa pakar penerjemahan kaliber dunia seperti Seleskovitch

14

Salihen Moentaha, Bahasa dan Terjemahan, Language and Translation the New Millenium Publication (Jakarta: Kesaint Blanc, 2006),h. 52-53

15

(26)

menyukai metode penerjemahan ini, yang dianggapnya “hidup” dan “alami”

(dalam arti akrab) .16

Contoh :

ﺎﻣﻭ

ﺓﺬﻠﻟﺍ

ﻻﺇ

ﺪﻌﺑ

ﺐﻌﺘﻟﺍ

Terjemahannya : Berakit-rakit ke hulu, berenang ke tepian.17

g. Penerjemahan Komunikatif

Metode ini mengupayakan mereproduksi makna kontekstual yang

demikian rupa, sehingga baik dari aspek kebahasaan maupun aspek isi

langsung dapat dimengerti oleh pembaca. Oleh karena itu versi TSa-nya pun

langsung diterima. Sesuai dengan namamya metode ini memperhatikan

prinsip-prinsip komunikasi, yaitu khalayak pembaca dan tujuan

penerjemahan.18

Metode ini adalah yang banyak digunakan dalam penerjemahan.

Dalam metode ini yang di pentingkan adalah penyampaian pesannya,

sedangkan terjemahannya sendiri lebih diarahkan pada bentuk yang berterima

dan wajar dalam BSa.19

Contoh :

ﺭﻮﻄﺘﻧ

ﻦﻣ

ﺔﻔﻄﻧ

ﻦﻣ

ﺔﻘﻠﻋ

ﻦﻣ

ﺔﻐﻀﻣ

16

Machali, Pedoman Bagi Penerjemah, h. 54.

17

Moch Syarif,Diktat Teori dan Permasalahan Terjemah…,h. 5.

18

Machali, Pedoman Bagi Penerjemah, h. 54.

19

(27)

Terjemahannya : kita tumbuh dari mani, lalu segumpal darah, dan

kemudian segumpal daging.20

II.2. Penerjemahan Teks Film

Film pertama kali diperkenalkan kepada masyarakat pada akhir abad

19. film pada masa itu masih berbentuk film bisu, yaitu film yang hanya

menampilkan gambar tapi tidak ada dialognya. Film dan bioskop pertama lahir

di Perancis yang kemudian menyebar dan terus berkembang keseluruh dunia.

Dampak terjemahan karya-karya tertulis dari zaman ke zaman sudah kita lihat.

Kita pun dapat merasakan dampak itu, baik dalam kehidupan biasa sehari-hari,

kehidupan kesenian, maupun kehidupan intelektual. Akan tetapi, memang

diperlukan waktu berabad-abad (bukan sekedar beberapa tahun saja) untuk

terjadinya dampak itu. Kemajuan dibidang percetakan, komunikasi, informasi,

dan transportasi telah menyebabkan penyebaran hasil penerjemahan terjadi

dalam waktu yang cepat. Pengaruh buku terjemah dan film terjemahan pada

masyarakat kita tentunya makin cepat terjadi.21

Stasiun televisi maupun bioskop-bioskop yang bertebaran di setiap

penjuru kota memiliki program acara yang terdiri dari program acara lokal dan

program acara bahasa asing. Untuk membantu penonton memahami suatu film

yang ditayangkan maka sudah tentu diperlukan seorang penerjemah.

Penerjemah berfungsi mengalihbahasakan isi film bahasa sumber (bahasa asing

yang bersangkutan) ke bahasa sasaran (bahasa Indonesia) sehingga pemirsa

dapat menangkap isi yang disampaikan oleh sebuah film.

20

Moch Syarif,Diktat Teori dan Permasalahan Terjemah…,h. 5.

21

(28)

Penerjemahan televisi berbeda dengan penerjemahan pada umumnya.

Televisi adalah media audio-visual, karena itu penerjemahan film televisi

bertumpu kepada audio dan visual. Pada dasarnya, penerjemahan film televisi

terbagi atas dua, yaitu subtitlingdan dubbing (sulih suara). Subtitleadalah teks

terjemahan yang muncul di bagian bawah layar televisi. Dubbing adalah sulih

suara, mengganti audio bahasa sumber dengan audio bahasa sasaran.22

II.2.1. Subtitling

Subtitel, yaitu memberikan sebuah terjemahan dari dialog bahasa

sumber ke dalam bahasa sasaran dalam bentuk disinkronkan keterangannya,

biasanya di bagian bawah layar, Subtitling sebagai bentuk foreignisasi

merupakan pendekatan untuk penerjemahan yang dapat digambarkan sebagai

"mengirim pembaca ke luar negeri". Subtitle dapat membawa penonton ke

dalam suasana budaya dan cita rasa bahasa asing tanpa harus pergi ke negara

yang bersangkutan tapi cukup dengan melihat dan menonton film asing

tersebut. Selain itu, dalam dunia industri film, penerjemahan cara subtitle

menjadi pilihan karena secara finansial lebih ekonomis dan praktis.23

Prinsip subtitling adalah membantu pemirsa memahami isi film,

bukan membuat pemirsa sibuk membaca. Oleh karena itu, bahasa subtitling

haruslah merupakan bahasa yang singkat, padat dan tepat sasaran. Bahasa yang

dipergunakan adalah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dibawah ini akan

22

Moch Syarif,Diktat Teori dan Permasalahan Terjemah…,h. 92.

23

(29)

disebutkan hal-hal yang harus diperhatikan oleh penerjemah film metode

subtitleyaitu :

1. Nama sutradara, produser, aktor dan tim kru yang muncul di openingdan

ending titletidak perlu diterjemahkan.

1. Lirik lagu hanya diterjemahkan jika merupakan bagian dari isi film. Kalau

sekedar merupakan musik ilustrasi, tidak perlu diterjemahkan.

2. Kalau ada repetisi kata, cukup satu yang diterjemahkan.

3. Kalau kalimatnya tidak jelas, cukup menerjemahkan kalimat yang jelas.

4. Tulisan di papan nama, surat, email, dll. yang ada kaitannya dengan isi

cerita harus diterjemahkan.

5. Ungkapan dan peribahasa jangan diterjemahkan secara harafiah, namun

dicari padanannya dalam bahasa Indonesia.

6. Tidak perlu menerjemahkan semua detil. Kalimat boleh disederhanakan

dengan tetap menganut pola Subyek-Predikat- Obyek.

Dalam subtitling, yang harus diperhatikan adalah dalam timeframe

pemunculan subtitle yang didasarkan pada time code (ukuran waktu dalam

hh:mm:ss:ff). pemunculan subtitleamat ditentukan oleh penentuan in-pointdan

out-point time code. Waktu pemunculan subtitle adalah antara 2-7 detik. Satu

subtitle maksimal terdiri dari 2 baris dan satu baris maksimal 35 karakter.

Pemenggalan kalimat perlu diperhatikan, dengan mempertimbangkan

tatabahasa dan logika dalam satu kalimat.24

24

(30)

II.2.2. Dubbing (Sulih Suara)

Dubbing (sulih suara) diketahui menjadi metode yang memodifikasi

sebagian besar teks sumber sehingga menjadikannya biasa dan familiar dengan

penonton melalui domestifikasi. Ini adalah sebuah metode dimana dialog

bahasa asing disesuaikan dengan pergerakan mulut aktor yang terdapat di film

tersebut dengan menggunakan bahasa sasaran (penonton), yang bertujuan

untuk membuat para penonton merasa jika mereka benar-benar mendengarkan

aktor berbicara dengan bahasa target.25Ditinjau dari segi ideologi, kebijakan

sulih suara ini merupakan ideology domestication. Sulih suara film tidak dapat

dilepaskan dari soal penerjemahan, penyelarasan naskah, dan pengarahan

dialog.26

Dalam proses sulih suara ada kegiatan pengisian suara yang

merupakan bagian yang memberikan hasil akhir yang ditonton dan

didengarkan oleh penonton. Dalam kenyataan, proses ini dilakukan di bawah

arahan pengarah dialog yang juga harus menguasai segi kebahasaannya. Secara

teknis sinematografis suara harus sesuai dengan karakter suara tokoh yang

disulih. Pengisi suara harus memahami benar tokoh dan situasi sosial budaya

yang melatarinya. Dalam hubungan ini, kemampuan mengatur artikulasi sangat

penting. Ia harus seperti seorang dalang yang dapat menuturkan

kalimat-kalimatnya dengan karakter sosial dan intonasi serta tekanan yang tepat. Inilah

segi kebahasaan yang harus diterapkan dalam proses pengisian suara.

25

Agnieszka Szarskowska, “The Power of Film Translation”

26

(31)

Pengawasan dan pengarahan proses pengisian suara dilakukan oleh pengarah

dialog.27

Dalam sulih suara, bahasa Indonesia yang dipergunakan adalah bahasa

Indonesia yang luwes, baik dan benar. Dalam sulih suara, bahasa Indonesia

yang baik dan benar bukanlah berarti menggunakan bahasa Indonesia yang

formal, tapi menggunakan bahasa yang sesuai dengan situasi, kondisi, konteks

film dan jenis film dengan tetap mengacu kepada kaidah yang berlaku.

Secara garis besar, yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

1. Panjang pendek terjemahan sama dengan panjang pendek kalimat

bahasa sumber.

1. Kalimat terjemahan lip-syncdengan kalimat bahasa sumber.

2. Hubungan antar kalimat tidak terputus.

3. Mengikuti tatabahasa bahasa Indonesia.

4. Kalimat/kata sesuai dengan gambar.

5. Bahasa terjemahan mampu menunjukkan strata sosial pemeran.28

II.2.3. Unsur Naratif dan Unsur Sinematik

Film secara umum dapat dibagi atas dua unsur pembentuk yakni, unsur

naratif dan unsur sinematik. Dua unsur tersebut saling berinteraksi dan

berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk sebuah film. Masing-masing

unsur tersebut tidak akan dapat membentuk film jika hanya berdiri sendiri. Bisa

27 Beni Hoedoro Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan,h.108-109.

28

(32)

kita katakan bahwa unsur naratif adalah bahan (materi) yang akan diolah,

sementara unsur sinematik adalah cara (gaya) untuk mengolahnya. 29

Unsur naratif berhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Setiap film

cerita tidak mungkin lepas dari unsur naratif. Setiap cerita pasti memiliki

unsur-unsur seperti tokoh, masalah, konflik, lokasi, waktu, serta lainnya. Seluruh

elemen tersebut membentuk unsur naratif secara keseluruhan. Elemen-elemen

tersebut saling berinteraksi serta berkesinambungan satu sama lain untuk

membentuk sebuah jalinan peristiwa yang memiliki maksud dan tujuan. Seluruh

peristiwa tersebut terikat sebuah aturan hukum kausalitas (logika- sebab-akibat).

Aspek kausalitas bersama unsur ruang dan waktu adalah elemen-elemen pokok

pembentuk naratif. 30

Mise en scene

Sinematografi

Editing

Suara

Unsur sinematik merupakan aspek-aspek teknis dalam produksi sebuah

film. scene adalah segala hal yang berada di depan kamera.

29

Rana Biru, “Film Psychodelic,” artikel diakses pada tanggal 16 Maret 2010 dari http://ranabiru.blogspot.com/2010/02/unsur-unsur pembentuk-film.html

30

Himawan Pratista, Memahami Film(Yogyakarta: Homerian Pustaka,2008), h. 2 FILM

(33)

scene memiliki empat elemen pokok yakni, setting atau latar, tata cahaya, kostum

dan make up, serta akting dan pergerakan pemain. Sinematografi adalah perlakuan

terhadap kamera dan filmnya serta hubungan kamera dengan obyek yang diambil.

Editing adalah transisi sebuah gambar (shot) ke gambar (shot) lainnya. Sedangkan

suara adalah segala hal dalam film yang mampu kita tangkap melaui indra

pendengaran. 31

II.3. Jenis-jenis Film

Sebelum lebih jauh masuk ke dalam pembahasan yang lebih rinci kita perlu

mengetahui jenis-jenis film secara umum. Secara umum film dapat dibagi menjadi

tiga jenis, yakni: dokumenter, fiksi, dan eksperimental. Pembagian ini didasarkan

atas cara bertuturnya yakni, naratif (cerita) dan non naratif (non cerita).

Film fiksi memiliki struktur naratif yang jelas sementara film dokumenter

dan eksperimental tidak memiliki struktur naratif. Film dokumenter yang

memiliki konsep realisme (nyata) berada di kutub yang berlawanan dengan film

eksperimental yang memiliki konsep formalisme (abstrak). Sementara film fiksi

berada persis di tengah-tengah dua kutub tersebut.

Dokumentar Fiksi Eksperimental

(nyata) (rekaan) (abstrak)

II.3.1. Film Dokumenter

Kunci utama dari film dokumenter adalah penyajian fakta. Film

dokumenter berhubungan dengan orang-orang, tokoh, peristiwa, dan lokasi yang

nyata. Film dokumenter tidak menciptakan suatu peristiwa atau kejadian namun

31

(34)

merekam peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi atau otentik. Tidak seperti film

fiksi, film dokumentar tidak memiliki plot namun memiliki struktur yang

umumnya didasarkan oleh tema atau argumen dari sineasnya.

Film dokumenter juga tidak memiliki tokoh protagonis dan antagonis,

konflik serta penyelesaian seperti halnya film fiksi. Struktur bertutur film

dokumenter umumnya sederhana dengan tujuan agar memudahkan penonton

untuk memahami dan mempercayai fakta-fakta yang disajikan. 32 Dalam

menyajikan faktanya, film dokumenter dapat menggunakan beberapa metode.

Film dokumenter dapat merekam langsung pada saat peristiwa tersebut

benar-benar terjadi.

II.3.2. Film Fiksi

Berbeda dengan jenis film dokumenter, film fiksi terikat oleh plot. Dari

sisi cerita, film fiksi sering menggunakan cerita rekaan di luar kejadian nyata serta

memiliki konsep pengadeganan yang telah dirancang sejak awal. Struktur cerita

film juga terikat hukum kausalitas. Cerita biasanya juga memiliki karekter

protagonis dan antagonis, masalah dan konflik, penutupan serta pola

pengembangan cerita yang jelas.

Dari sisi produksi, film fiksi relatif lebih kompleks ketimbang dua jenis

film lainnya, baik masa pra-produksi, produksi, pasca-produksi. Manajemen

produksinya juga lebih kompleks karena biasanya menggunakan pemain serta kru

dalam jumlah yang besar. Produksi film fiksi juga memakan waktu relatif lebih

32

(35)

lama. Persiapan teknis seperti lokasi syuting serta setting dipersiapkan secara

matang baik di studio maupun non studio.33

Film fiksi yang berada di tengah-tengah dua kutub, nyata dan abstrak,

sering kali memiliki tendensi ke salah satu kutubnya, baik secara naratif maupun

sinematik. Seperti telah kita singgung sebelumnya film fiksi sering menggunakan

teknik gaya dokumenter.

II.3.3. Film Eksperimental

Film eksperimental merupakan jenis film yang sangat berbeda dengan dua

jenis film lainnya. Para eksperimental umumnya bekerja di luar industri film

utama (mainstream) dan bekerja pada studio independen atau perorangan. Mereka

umumnya terlibat penuh dalam seluruh produksi filmnya sejak awal hingga akhir.

Film eksperimental tidak memiliki plot namun tetap memiliki struktur.

Strukturnya sangat dipengaruhi oleh insting subyektif seperti gagasan, ide, emosi,

serta pengalaman batin mereka.

Film eksperimental juga umumnya tidak bercerita tentang apapun bahkan

kadang menentang kausalitas. Film-film eksperimental umumnya berbentuk

abstrak dan tidak mudah dipahami. Hal ini disebabkan karena mereka

menggunakan simbol-simbol personal yang mereka ciptakan sendiri. Para

eksperimental kadang mengeksplorasi berbagai kemungkinan dari medium film.34

33

Himawan Pratista, Memahami Film,h. 6.

34

(36)

BAB III

GAMBARAN UMUM FILM AYAT-AYAT CINTA

III.1. Sejarah Lahirnya Film Ayat-Ayat Cinta

Ayat-Ayat Cinta adalah sebuah film Indonesia karya Hanung Bramantyo yang

dibintangi oleh Fedi Nuril, Rianti Cartwright, Carissa Putri, Zaskia Adya Mecca,

dan Melanie Putria. Film ini merupakan film religi hasil adaptasi dari sebuah

novel best sellerkarya Habiburrahman El Shirazy berjudul Ayat Ayat Cinta, dan

melakukan penayangan perdana pada pertama tahun 2008. Walaupun kisah dalam

film dan novel Ayat-Ayat Cinta berlatarkan kehidupan di Kairo, namun proses

pengambilan gambar tidak dilakukan di kota itu.35

Penulis akan menjelaskan beberapa kota yang dipakai sebagai tempat

shooting ketika melakukan pengambilan gambar yang berlatarkan kairo. Ternyata

dalam film itu tidak dilakukan langsung di kairo itu sendiri. Akan tetapi,

dilakukan di kota Semarang yang juga mengikut sertakan menghadirkan seekor

unta dari Kebun Binatang Gembiraloka Jogjakarta. 36 Adapun metro yang

dibangun bangsa Prancis bertempat di stasiun Manggarai. Perpustakaan Al Azhar

dan ruang Talaqi masjid Al Azhar di Gedung Cipta Niaga Jakarta Kota. Yang

dijadikan Flat Fahri, Flat Maria dan Pasar El Khalili sebenarnya berada di kota

lama dan Gedung Lawang Sewu Semarang serta ruang sidang pengadilan Fahri

menggunakan di Gereja Imanuel Jakarta. Kemudian tim ayat-ayat cinta hijrah ke

India untuk menghadirkan Sungai Nil dan Padang Pasir.

35

Ayat-ayat Cinta, “Ayat-Ayat Cinta (film)” diakses pada tanggal 17 februari 2010 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Ayat-Ayat_Cinta_(film)

36

(37)

Dikisahkan, Maria Girgis (Carissa Putri), putri Tuan Butros dan Maddame

Nafed bertetangga flat (apartemen) dengan Fahri, mahasiswa Indonesia yang

kuliah di Universitas al-Azhar. Maria, terlahir dari keluarga Kristen Koptik,

digambarkan mengagumi Al-Qur'an, karena ayat-ayatnya yang dilantunkan indah,

bersimpati pada Fahri. Simpati yang akhirnya berubah menjadi cinta. Sayang

sekali, Maria tidak pernah mengutarakan perasaan hatinya. Ia hanya

menuangkannya dalam diary saja.

Selain Maria, ada juga Nurul (diperankan Melanie Putri), mahasiswi asal

Indonesia, anak seorang kyai yang cukup kesohor, yang juga menimba ilmu di

Al-Azhar. Sebenarnya Fahri menaruh hati kepadanya, tetapi sayang rasa cinta itu

dihalangi oleh perasaan mindernya, karena Fahri hanya anak seorang petani. Cinta

yang akhirnya tak terucapkan. Ada juga tetangga yang selalu disiksa "ayahnya",

dan Fahri ingin menolongnya, tetapi justru itulah yang menjadi awal bencana

baginya. Fahri harus beberapa saat mendekam di penjara, karena tuduhan fitnah

telah memperkosanya. Saat badai fitnah menimpa, saat itu Fahri sudah menikah

dengan Aisha, gadis Turki yang menjadi warga Negara Jerman. Pendekatan

diplomatik Indonesia buntu, gagal membebaskan Fahri.

Tetapi berkat kewarganegaraan Jerman yang dimiliki Aisha, pengadilan

Mesir melunak. Fahri bebas, setelah dibuktikan bahwa tuduhan itu fitnah belaka.

Sebenarnya Fahri hanya difitnah, kesaksian Noura palsu karena dinyatakan di

bawah tekanan Bahadur, "ayah"nya. Padahal Bahadur, yang ternyata bukan ayah

kandungnya, justru dialah yang memperkosanya, dan ingin menjualnya menjadi

seorang pelacur. Sementara itu, Maria sedang sakit, karena tekanan batin yang

(38)

dirinya. Tetapi berkat kegigihan Aisha, istri Fahri, Maria berhasil dihadirkan ke

pengadilan. Kedatangannya menolong Fahri, karena ia menjadi saksi ketika Fahri

dan Nurul menyembunyikan Noura di rumah Nurul, demi menyelamatkan Noura

dari amukan Bahadur.

Justru Aisha sendiri, yang ketika Maria terbaring sakit, membaca

diary-nya. Ternyata Maria memendam rindu kepada Fahri, cinta yang dibawanya

sampai ia terbaring sakit. Aisha terharu. Ia akhirnya bersedia "membagi cinta"

dengan Maria. Fahri dan Maria pun menikah atas restunya karena itulah

satu-satunya obat bagi kesembuhannya. Madamme Girgis, ibu Maria, sangat berterima

kasih dengan pengorbanan Aisha. Madamme Girgis memeluk erat Aisha, ketika

wanita keturunan Turki itu menghindar dari akad nikah yang sedang

diselenggarakan antara Fahri dan Maria yang sedang berbaring sakit, karena tidak

bisa menahan gejolak jiwanya.

Beberapa menit terakhir film ini diisi dengan adegan kebersamaan antara

Fahri dengan kedua istrinya. Ada cemburu antara kedua istri Fahri, tetapi

keduanya berusaha keras "menjaga hati". Sementara Fahri mempergumulkan

makna keadilan bagi kedua istrinya. Aisha sedang hamil tua dan menunggu

kelahiran bayinya, sementara Maria kembali jatuh sakit. "Ajarilah aku shalat",

ucap Maria kepada Fahri, "karena aku ingin shalat bersama kalian". Fahri dan

Aisha terkejut luar biasa. Dan dalam keadaan terbaring Maria shalat bersama

Fahri dan Aisha, dan gadis Kristen Koptik itu mengehembuskan nafas terakhirnya

sebagai seorang muslimah.37

37

(39)

III.1.1. Latar Belakang Pembuatan Film Ayat-ayat Cinta

Fenomena atas suksesnya film "Ayat-ayat Cinta", arahan Hanung Bramantyo ini

adalah menarik untuk dicermati. Film layar lebar yang diangkat dari novel karya

Habiburrahman el-Shirazy ini dalam waktu singkat telah berhasil meraup pemirsa

lebih dari 3 juta orang di seluruh tanah air. Ada yang menonton karena memang

lebih dahulu sudah membaca novelnya, ada pula yang hanya “sekedar ingin tahu",

karena penyambutan film ini yang cukup luas. Bukan hanya Dr. Din Syamsudin,

Ketua PP Muhammadiyah, akan tetapi juga melibatkan Presiden SBY, Wakil

Presiden Jusuf Kala, yang memberikan sambutan antusias. 38

Ada yang memuji, ada pula yang menanggapi biasa-biasa saja tetapi ada

pula yang serius mencermati kaitan film dan novel ini dengan hubungan

Kristen-Islam di Mesir. Meskipun orang Muslim atau orang Kristen di Mesir sama-sama

berbahasa Arab, tetapi antara keduanya tetap bisa dibedakan. Idiom-idiom

keagamaan mereka berbeda. Di koran-koran berbahasa Arab, ucapan bela

sungkawa orang Kristen biasanya diawali ungkapan : Intiqala ila Amjadis

samawat (Telah berpulang kepada Kemuliaan Surgawi), cukup mudah dibedakan

dengan kaum Muslim: Inna Iillahi wa Inna Ilayhi Raji’un (Sesungguhnya semua

karena Allah dan kepada-Nya pula semua akan kembali).

Beberapa tokoh dalam film ini gagal memerankan tokoh orang Mesir.

Madamme Nafed (Marini), mamanya Maria, saat mengucapkan kata: "bisyur'ah"

(cepat!), tampak kurang ekspresif. Alangkah lebih "Egypt" nuansanya, bila ia

berkata dengan penekanan: "Yala, yala, bisyur'ah, Ya Maria!", misalnya. Begitu

38

(40)

juga, sebagai sosok gadis Mesir, Maria yang diperankan Carissa Putri, rasanya

terlalu calm dan "melankolis". Ketika ia mengucapkan "Afwan" (terima kasih

kembali), menjawab kata-kata Fahri ketika menerima kiriman juice mangga yang

dikirim Maria melalui tariakan keranjang kecil dari jendela kamarnya:

“Musyakirin awi’ala ashir Manggo" (Terima kasih banyak atas juice mangga).

Lebih ekspresif, seandainya Maria mengatakan: "Afwan Ya Habibi!".

Malahan dalam suatu pesta perkawinan yang digambarkan dalam film

tersebut, tidak ada bunyi jagreed (suatu bunyi siulan ibu-ibu yang menandai

pe-nyambutan acara-acara kegembiraan mereka). Yang juga tidak kalah penting

untuk dicermati, dialek Arab tokoh Maria ketika bertanya : Qamus 'Arabi?,

diucapkan dalam dialek terlalu "Saudi Arabia": Qomus ‘Arabi? Saya kira ini salah

satu kekhasan mahasiswa Islam asal Indonesia, karena ketika belajar bahasa Arab

di pesantren, lebih mirip dialek Saudi Arabia yang memang lebih "fushah"

(klasik). Tetapi tidak demikian dengan dialek Mesir, mereka tidak mengucapkan:

Subhro, Mubarok, Rohmat, melainkan: Subhra, Mubarak, Rahmat, dan

sebagainya.

Begitu juga, ungkapan salah seorang Mesir ketika melerai pertengkaran:

"Khalash! Khalash!" (sudah, sudah!), lebih "Mesir" lagi kalau diucapkan:

"Khalash, khalash ba'ah!". Begitu juga, biasanya seorang Mesir mengucapkan

kara "La, la, la" (tidak, tidak, tidak!), sambil dengan jari terlunjuk bergerak-gerak,

dan bibir berdecak. Ucapan "ahlan", biasanya diucapkan berkali-kali : "Ahlan,

ahlan, ahlan..." Yang lebih mengganjal lagi, dalam salah satu percakapan, seorang

tokoh mengucapkan dialek Mesir bercampur dengan bahasa Arab klasik: Asyan

(41)

bahibik awi. Asyan adalah ucapan cepat dari alashan, sedangkan Ana Bahibak,

Ana bahibik, dalam bentuk klasiknya: Ana uhibuka, Ana uhibuki.

Lokasi syuting yang memang tidak dibuat di Mesir, membuat penonton

tidak bisa secara utuh mengikuti dan membayangkan "suasana Mesir". Mulai

ru-mah-rumah warga kelas menengah ke atas, lengkap dengan mashrabiya-nya,

jalan-jalan kota lama Cairo yang macet, tidak terkecuali Midan Tahrir dengan

wa-rung-warung Asher (juice) segarnya. Masih banyak adat kebiasaan lain, yang

dalam film ini tidak berhasil ditonjolkan dengan baik, sehingga ber-"suasana

Indonesia dan India", ketimbang ber-"suasana Mesir", dan negara-negara Arab di

Timur Tengah pada umumnya.

III.1.2. Kedudukan Film Ayat-ayat Cintadalam Islam

Ini adalah kisah cinta. Tapi bukan cuma sekedar kisah cinta yang biasa. Ini

tentang bagaimana menghadapi turun-naiknya persoalan hidup dengan cara Islam.

Salah satu topik yang diangkat dalam film yang diambil dari novel karya

Habiburrahman El Shirazy dengan judul yang sama ini mengemukakan mengenai

poligami yang “terpaksa” harus dilakukan oleh Fahri, Aisha dan Maria, dan

bagaimana gejolak rumah tangga mereka bertiga diawal pernikahan keduanya.

Mengapa Fahri sampai melakukan poligami terpapar dengan sangat jelas karena

dengan poligami itu bisa menyelamatkan paling tidak tokoh Maria, Fahri sendiri,

dan masa depan anak Fahri - Aisha.39

Dalam ‘Ayat-ayat Cinta’ disebutkan Ahlu dzimmah adalah semua

non-Muslim yang berada di dalam negara kaum non-Muslimin, masuk secara legal,

39

(42)

membayar visa, punya paspor, hukumnya sama dengan ahlu dzimmah, darah dan

kehormatan mereka harus dilindungi. “Barangsiapa menyakiti orang dzimmi, dia

telah menyakiti diriku, dan siapa yang menyakiti diriku berarti dia menyakiti

Allah.” Menempatkan turis asing sebagai dzimmi di negeri Muslim bukan saja

tidak memiliki argumentasi syar’iyah, tetapi juga merusak tatanan syar’i secara

keseluruhan.

Persoalannya, bukan pada perlakuan kasar atau halus terhadap turis,

melainkan pada posisi yang disematkan, bahwa sesungguhnya kedudukan turis

tidak sama dengan ahludz dzimmah, baik hak maupun kewajibannya.

Perbedaan itu antara lain, pertama, ahludz dzimmah (dzimmi) adalah

orang kafir yang menjadi warganegara Negara Islam. Sedangkan turis tidak

memiliki hak kewarganegaraan, tetapi hanya memiliki hak pelayanan sebagai

tamu. Kedua, dzimmi mempunyai hak dan kewajiban sebagai warga negara.

Bilamana pemerintah tidak bisa memenuhi hak kewarganegaraan orang dzimmi,

maka mereka tidak wajib lagi membayar jizyah (pajak). Sedangkan pembayaran

visa bagi turis yang berkunjung ke sebuah negara Islam tidak dapat dianggap

sebagai jizyah, karena orang Islam yang bukan penduduk negara yang

dikunjunginya juga harus membayar visa.

Ketiga, pada keadaan darurat, pemerintah negara Islam dapat mewajibkan

penduduk dzimmi untuk menjalani wajib militer. Berbeda dengan turis, apabila

datang ke suatu negara yang sedang dalam keadaan darurat perang tidak bisa

dipaksa ikut wajib militer bagi negeri yang dikunjunginya.40

40

(43)

III.2. Pesan Moral dari Film Ayat-ayat Cinta

Jika Anda sudah menonton Film Ayat-Ayat Cinta, anda akan memperoleh banyak

pesan moral untuk diri kita sendiri. Film ini becerita tentang kisah cinta. Tapi

bukan cuma sekedar kisah cinta yang biasa. Ini tentang bagaimana menghadapi

turun-naiknya persoalan hidup. Fahri bin Abdillah (Fedi Nuril) adalah pelajar

Indonesia yang berusaha menggapai gelar masternya di Al Ahzar. Berjibaku

dengan panas-debu Mesir. Berkutat dengan berbagai macam target dan

kesederhanaan hidup. Bertahan dengan menjadi penerjemah buku-buku agama.

Semua target dijalani Fahri dengan penuh antusiasme kecuali satu:

menikah. Kenapa? Karena Fahri adalah laki-laki taat yang begitu 'lurus'. Dia tidak

mengenal pacaran sebelum menikah. Dia kurang artikulatif saat berhadapan

dengan mahluk bernama perempuan. Hanya ada sedikit perempuan yang dekat

dengannya selama ini. Neneknya, Ibunya dan saudara perempuannya.41

Pesan moral dan spiritual yang ingin disampaikan dalam film ini menurut

pendapat saya adalah sbb :

1. Jangan kita sombong dan selalu menggangap bahwa kita paling benar,

karena kita tidak tahu apa maksud Tuhan dibalik itu semua.

2. Banyak orang yang berpandangan sempit, & menjadikan agama hanya

sebagai alat untuk kepentingan dirinya atau golongannya saja, Padahal agama

salah satunya berfungsi memberikan kebutuhan akan ketenangan hati dan fikiran

kita, bukan hanya simbol untuk dipertentangkan, di film ini agama secara spiritual

dilihat dari sisi Rahamatan Lil Alamin (Menjadikan Kesejahteraan Kepada

41

(44)

Seluruh Alam) dan mungkin anda semua masih ingat bahwa semua agama asalnya

dari 1 sumber.

3. Ini berhubungan dengan Entrepreneur yaitu IKHLAS & SABAR, ada

beberapa dari kita yang menganggap semua kesuksesan dalam Usaha/Bisnis

adalah menunjukan kehebatan kita, seolah2 semua tergantung pada kita, sehingga

lupa pada yang menciptakan Alam Semesta, bisa jadi kita berhasil dalam satu

sisi/bidang sekarang ini, tapi kita tidak tahu maksud Tuhan 1,2,4 atau beberapa

puluh tahun kemudian. Kalaupun kita belum berhasil, selain dengan berusaha kita

juga diharuskan untuk Ikhlas & Sabar.

4. Kalau tidak salah ada peribahasa yang berbunyi " Jangan Melihat Buku

Hanya Dari Sampulnya", Makna yang lebih luas saya fikir kita diharuskan melihat

kedalam hati kita yang dalam, bahwa tidak semua yang terlihat diluar begitu juga

dalamnya.

Contoh yang paling segar dalam fikiran kita, ketika kita melihat seorang

artis yang selalu terlihat di Layar Televisi dan terlibat dalam pemakaian narkoba,

meskipun dia sudah beristeri tapi dia selalu terlihat kemana-mana berjalan dengan

wanita lain ditempat-tempat "Keramaian", dan ketika dia tertangkap dan diadili

dengan simbol2nya seolah-olah dia seorang laki-laki baik yang taat kepada

agama.42

42

(45)

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

IV.1. Analisis Data

IV.1.1 Analisis Data Potongan Ayat Al-Qur’an dalam Film Ayat-ayat Cinta

Dari 80 sampel penelitian yang diperoleh dalam dialog Arab film Ayat-ayat Cinta

hanya 3 surat dalam Alquran yang kemudian menjadi beberapa potongan ayat

serta beberapa hadis rasul yang terdapat didalamnya. Penulis akan menganalisis

data dalam film tersebut seperti contoh dibawah ini:

 Contoh percakapan pertama yang berhubungan dengan Alquran:

٠١















































































“Katakanlah:Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan

kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari

orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki

dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala

kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

(Al-Imran: 26)43

Dalam skenario potongan ayat tersebut hanya ditulis dalam huruf latin

seperti ini: Qulillahuma mulki tu’ta mantasya dan tidak mencakup sampe 1 ayat

atau lebih padahal tertulis dalam skenario bahwa potongan ayat itu berasal dari

Surat Ali Imron ayat 22-23, tetapi ketika ditemukan dalam Alquran potongan ayat

43

(46)

tersebut terdapat pada ayat ke-26 Surat Al-Imran. Adapun terjemahan yang

digunakan tidak sesuai dengan apa yang diterjemahkan Departemen Agama RI

karena dalam skenario diterjemahkan menjadi “jika Allah menghendaki, siapapun

bisa menjadi jodohmu. Jangan sekali-kali melangkahi kehendaknya”.

 Contoh percakapan kedua yang berhubungan dengan Alquran:

٠٢





















































































































“Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan

menggendongnya. kaumnya berkata: "Hai Maryam, Sesungguhnya kamu telah

melakukan sesuatu yang Amat mungkar.”(Maryam: 27)44

“Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang

yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina.”(Maryam: 28)45

“Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. mereka berkata: "Bagaimana

Kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?”

(Maryam: 29)46

Surat Maryam yang dibaca oleh salah satu pemain film tersebut yaitu

Maria adalah seorang gadis kristen koptik yang pintar dan juga banyak memahami

tentang ajaran agama Islam terutama pada hal mengagumi Alquran, ayat-ayat

44

Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahannya, h. 307

45

Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahannya, h. 307

46

(47)

Gambar

Grafika, 2003, cet. ke-8.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam konteks penelitian ini, scene dan shot mengenai cinta dan persahabatan dapat mengaplikasikan dalam memperkuat tentang makna yang terdapat dalam sebuah film, yaitu Film

Metode yang digunakan dalam penelitian bersifat deskriptif kualitatif dengan melakukan analisis wacana kritis dalam film “Berbagi Suami” dan “Ayat-ayat Cinta” melalui

Adapun masalah yang ingin diungkap dalam penelitian ini adalah ingin melihat bagaimana isi cerita dalam dialog film Dalam Mihrab Cinta yang mengandung unsur

Dari latar belakang yang diuraikan diatas, maka dapat diidentifikasikan bahwa dengan tingginya minat masyarakat untuk menonton film Ayat-Ayat Cinta membuat penulis

Peneliti menyimpulkan bahwa representasi tokoh perempuan pada film Titian Serambut Dibelah Tujuh dan Ayat-Ayat Cinta 2 adalah kurangnya kesempatan menuntut ilmu perempuan pada

Berdasarkan paparan data pada bab IV bahwa dalam film Cahaya Cinta Pesantren ditemukan karakter tanggung jawab kepada keluarga yang terdapat dalam penggalan dialog sebagai

Hal ini dilakukan untuk memilah data yang terkait seperti alur, tokoh, latar, persamaan dan perbedaan yang telah dikum- pulkan di dalam Novel Ayat-Ayat Cinta 2 Karya Habiburrahman El

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga kaidah sastra profetik yang terdapat dalam novel Ayat- Ayat Cinta 1 dan 2, menunjukkan ada amanat mendasar yang ingin disampaikan