ANALISIS PERBANDINGAN PENERIMAAN PAJAK
REKLAME DAN PAJAK PENERANGAN JALAN TERHADAP
PENDAPATAN ASLI DAERAH SEBELUM DAN SESUDAH
PEMEKARAN DAERAH PADA PEMERINTAHAN
KABUPATEN TANGERANG
Oleh:
IKHWAN SUGIONO 106082002617
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
ANALISIS PERBANDINGAN PENERIMAAN PAJAK REKLAME DAN PAJAK PENERANGAN JALAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH SEBELUM DAN SESUDAH PEMEKARAN DAERAH PADA
PEMERINTAHAN KABUPATEN TANGERANG
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
IKHWAN SUGIONO 106082002617
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Ikhwan Sugiono
2. Tempat/ Tanggal Lahir : Lamongan, 25 Februari 1985
3. Alamat : Jl. Raya Keben No. 124, Keben RT. 04
RW. 02 Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan, Jawa Timur 62252
4. Telepon : 08567297989
II. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. TK Al-Jinan : 1990 - 1992
2. Madrasah Ibtidaiyyah Keben Turi Lamongan : 1992 – 1997
3. SLTPN 1 Turi Lamongan : 1997 - 2000
4. Pondok Modern DARUSSALAM GONTOR Ponorogo : 2000 - 2004
5. UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta : 2006 – 2013
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Nursalim
2. Tempat/ Tanggal Lahir : Lamongan, 15 September 1962
3. Alamat : Jl. Raya Keben No. 124, Keben RT. 04
RW. 02 Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan, Jawa Timur 62252
4. Telepon : 085732938923
5. Ibu : Artini
6. Tempat/ Tanggal Lahir : Lamongan, 24 Juli 1968
7. Alamat : Jl. Raya Keben No. 124, Keben RT. 04
RW. 02 Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan, Jawa Timur 62252
COMPARATIVE ANALYSIS OF REVENUE OF ADVERTISING TAX AND STREET LIGHTNING TAX ON LOCAL OWN REVENUE (PAD)
BEFORE AND AFTER THE REGIONAL EXPANSION ON TANGERANG REGENCY
ABSTRACT
The aim of this research is to know the comparison revenue of advertisement tax and street lighting tax on Local Own Revenue (PAD) before and after the regional expansion on Tangerang Regency. This research used primary and secondary data obtained from Tangerang regency Revenue Office in the form of financial statements and interviews. Methods of research using descriptive analysis method, the data are expressed in the form of words, sentences and image. Determination of the sample is done by using non-probability sampling with acidental sampling method. While analyzing data to test the hypothesis test used Descriptive Statistic and Mann-Whitney U Test.
After the regional expansion, revenue of advertisement tax fell by Rp. 9.893.210.612 and street lighting tax increase of Rp. 21.028.786.415. The results using descriptive statistics and Mann-Whitney U Test showed that the difference of revenue of advertisement tax and street lighting tax is not significant on Local Own Revenue (PAD) before and after the regional expansion on Tangerang Regency. Each year the revenue target of advertisement tax and street lighting tax unstable. Although it had declined, but the Tangerang Regency Government can bounce back and make efforts to increase local tax revenues.
ANALISIS PERBANDINGAN PENERIMAAN PAJAK REKLAME DAN PAJAK PENERANGAN JALAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH SEBELUM DAN SESUDAH PEMEKARAN DAERAH PADA
PEMERINTAHAN KABUPATEN TANGERANG ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan penerimaan Pajak Reklame dan Pajak Penerangan Jalan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebelum dan sesudah pemekaran daerah di Kabupaten Tangerang. Dalam penelitian ini digunakan data sekunder dan primer yang diperoleh dari Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dalam bentuk Laporan Keuangan dan hasil wawancara. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat dan juga gambar. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan non-probability sampling dengan cara acidental sampling. Sedangkan penganalisaan data untuk menguji hipotesis digunakan statistik deskriptif dan uji Mann-Whitney U Test.
Setelah pemekaran daerah, penerimaan pajak reklame turun sebesar Rp. 9.893.210.612 dan pajak penerangan jalan naik sebesar Rp. 21.028.786.415. Hasil penelitian dengan menggunakan statistik deskriptif dan uji Mann-Whitney U Test menunjukan bahwa perbedaan penerimaan pajak reklame dan pajak penerangan jalan tidak signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebelum dan sesudah pemekaran daerah di Kabupaten Tangerang. Setiap tahunnya target penerimaan Pajak Reklame dan Pajak Penerangan Jalan tidak stabil. Walaupun sempat mengalami penurunan, namun Pemerintah Kabupaten Tangerang dapat bangkit kembali dan melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak daerahnya.
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur penulis selalu panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan seru sekalian alam yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta karunia-Nya berupa iman, islam dam kesehatan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga kita selalu mendapatkan hidayah-Nya sehingga kita tergolong dalam orang-orang yang berada dalam jalan, jalan yang diridhoi bukan jalan yang dimurkai.
Shalawat serta salam penulis panjatkan kepada Junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang telah menyiarkan Agama Islam dan membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang benerang seperti pada saat ini.
Alhamdulillah berkat kesabaran dan petunjuk yang telah Allah SWT berikan kepada penulis sehingga skripsi dengan judul “Analisis Perbandingan Penerimaan Pajak Reklame dan Pajak Penerangan Jalan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Sebelum dan Sesudah Pemekaran Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Tangerang” dapat penulis selesaikan dengan baik. Disamping itu, penulis skripsi tidak mungkin selesai sebagaimana mestinya tanpa bantuan dan dorongan dari pihak-pihak yang membantu baik berupa materi, pengetahuan, tenaga, waktu, dan doa, sehingga skripsi ini terlaksana dengan baik. Oleh karena itu, penulis menyampaikan apresiasi yang mendalam dan tak terbatas khususnya kepada:
1. Keluarga terutama kedua orang tua tercinta (Bapak Nursalim dan Emak Artini). Terima kasih atas kasih sayang, dorongan baik materiil maupun non materiil serta pengorbanannya sehingga saya dapat melanjutkan studi hingga perguruan tinggi dan menyelesaikan studi ini. Adikku Irna Sugianti dan suami (Adik Dzulfa) yang jauh di sana, terima kasih atas suntikan dana dan moralnya selama ini.
serta meluangkan waktunya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
3. Ibu Yessi Fitri, SE, Ak, M.Si selaku dosen pembimbing II yang selalu meluangkan waktu dan memberikan semangat, ide-ide, motivasi, arahan, dan bimbingan selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Prof. DR. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Rahmawati, SE, MM selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Yessi Fitri, SE, M.Si., Ak selaku sekretaris jurusan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Seluruh Dosen dan Staff yang telah memberikan bekal pengetahuan kepada penulis.
8. Teman spesial terutama Ratna Sari Ningsih yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas bantuannya terutama suntikan semangatnya.
9. Semua teman-teman Angkatan 2006, terutama teman-teman kelas C: Reza, Jamal, Tompra, Fuad, Haidar, Fajar, Asmi, Hatya dll yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang selama ini telah berjuang bersama dan saling memberikan dukungan.
10.Teman-teman dari Lingkar Studi-Aksi untuk Demokrasi Indonesia (LS-ADI). Rizal, Wahyu, Sule, Bagus, Didi, Ipung, mamet, Bunga dll. Tetap semangat kawan untuk memperjuangkan Indonesia tercinta.
11.Teman-teman dari Koperasi Mahasiswa (KOPMA) UIN Syarif Hidayatullah yang telah memberikan semangat, do'a, dukungan serta canda tawanya dalam penyusunan skripsi ini.
12.Teman-teman yang ada di HIMABI, terutama Cak Ragil Baidowi, Cak Amir, Cak Ainul, Aam, dll.
14.Sahabat Alumni GONTOR Angkatan 2004 yang tidak bisa disebutin satu-satu, terima kasih buat motivasinya juga selama ini. Keep contact dan tetap semangat.
15.Terima kasih kepada seluruh pihak yang ada di PT. BUMI DIPA (Pak JS, Pak Imam, Pak Towil, Pak Erwo, Mas Agus, Mas Amin) yang telah memberikan do'a, bantuan, semangat dan perhatiannya semua dan kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk dapat bekerja disana.
16.Dan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang tak bisa penulis sebutkan satu per satu atas bantuannya dalam terselasainya penyusunan skripsi ini. Semoga amal kebaikan kalian semua dapat dibalas oleh Allah SWT
Penulis sangat menyadari bahwa masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis menerima segala jenis kritik dan saran yang dapat membangun dari berbagain pihak. Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi semua pihak.
Jakarta, Mei 2013
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... i
LEMBAR KELENGKAPAN UJIAN KOMPREHENSIF ... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iii
LEMBAR SURAT PERNYATAAN ... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v
ABSTACT ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ...xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Manfaat Penelitian ... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12
A. Tinjauan Teoritis ... 12
2. Pengertian Pajak ... 18
3. Pengklasifikasian Pajak ... 19
4. Fungsi Pajak ... 21
5. Pajak Daerah ... 22
a. Definisi Pajak Daerah ... 22
b. Jenis Pajak Daerah ... 23
c. Subjek Pajak dan Wajib Pajak Daerah ... 26
d. Objek Pajak Daerah ... 29
e. Dasar Pengenaan Pajak dan Tarif Pajak Daerah ... 32
f. Pajak Reklame dan Pajak Penerangan Jalan ... 35
1. Pajak Reklame ... 35
2. Pajak Penerangan Jalan ... 41
6. Pendapatan Asli Daerah (PAD) ... 44
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 47
C. Kerangka Berpikir ... 53
D. Hipotesis ... 55
BAB III METODE PENELITIAN ... 57
A. Ruang Lingkup Penelitian ... 57
B. Metode Menentukan Sampel ... 57
C. Metode Pengumpulan Data ... 58
D. Jenis dan Sumber Data ... 58
E. Teknik Pengumpulan Data ... 59
1. Efektivitas Pajak Daerah ... 60
2. Kontribusi Pajak Daerah Terhadap PAD ... 62
3. Laju Pertumbuhan ... 63
4. Statistik Non Parametrik ... 63
5. Uji Mann-Whitney (U Test) ... 64
6. Analisi Statistik Deskriptif ... 66
7. Uji Spss Menggunakan Mann Whitney Test Statisticsb ... 66
G. Definisi Operasional Variabel ... 67
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 69
A. Tinjauan Umum Kabupaten Tangerang ... 69
1. Gambaran Umum Profil Daerah KabupatEn Tangerang ... 69
2. Struktur Pemerintahan ... 72
3. Kependudukan ... 76
4. Kondisi Sosial Ekonomi ... 77
5. Keuangan Daerah, Pendapatan Domestik Bruto (PDRB),dan Inflasi ... 84
B. Gambaran Umum DISPENDA Kabupaten Tangerang ... 87
1. Kedudukan ... 87
2. Tugas Pokok ... 87
3. Struktur Organisasi ... 88
C. Hasil Penelitian ... 89
1. Penerimaan Pajak Reklame ... 89
b. Kontribusi Penerimaan Pajak Reklame Terhadap
Pendapatan Asli Daerah ... 92
2. Penerimaan Pajak Penerangan Jalan ... 95
a. Efektifitas Pajak Penerangan Jalan ... 95
b. Kontribusi penerimaan Pajak Penerangan Jalan Terhadap Pendapatan Asli Daerah ... 99
D. Hasil Uji Penelitian ... 102
1. Uji Mann-Whitney (U Test) ... 102
a. Penerimaan Pajak Reklame Terhadap Pendapatan Asli Daerah ... 102
b. penerimaan Pajak Penerangan Jalan Terhadap Pendapatan Asli Daerah ... 103
c. Penerimaan Pendapatan Asli Daerah ... 105
2. Uji SPSS ... 107
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 118
A. Kesimpulan ... 118
B. Implikasi ... 120
C. Saran ... 120
DAFTAR PUSTAKA ... 123
DAFTAR TABEL
No Keterangan
Halaman
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 51
3.1 Interpretasi Kriteria Efektivitas ... 61
3.2 Interpretasi Kriteria Efektivitas ... 62
3.3 Defenisi Operasional Variabel ... 67
4.1 Jumlah Kecamatan, kelurahan dan Desa Kabupaten Tangerang ... 72
4.2 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Kabupaten Tangerang
Tahun 2010 ... 76
4.3 Pendapatan Daerah dan Realisasi Kab. Tangerang Tahun 2006-2011 .... 84
4.4 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan
Kabupaten Tangerang Tahun 2006-2011 ... 86
4.5 Inflasi Kab. Tangerang Tahun 2006-2011 ... 86
4.6 Tingkat Efektivitas Pajak Reklame di Kabupaten Tangerang
Sebelum Pemekaran (2006-2008) ... 89
4.7 Tingkat Efektivitas Pajak Reklame di Kabupaten Tangerang
Setelah Pemekaran (2009-2011) ... 90
4.8 Kontribusi Pajak Reklame Terhadap PAD di Kabupaten Tangerang
Sebelum Pemekaran (2006-2008) ... 93
4.10 Tingkat Efektivitas Pajak Penerangan Jalan di Kabupaten Tangerang
Sebelum Pemekaran (2006-2008) ... 96
4.11 Tingkat Efektivitas Pajak Penerangan Jalan di Kabupaten Tangerang
Setelah Pemekaran (2009-2011) ... 96
4.12 Kontribusi Pajak Penerangan Jalan Terhadap PAD
di Kabupaten Tangerang Sebelum Pemekaran (2006-2008) ... 99
4.13 Kontribusi Pajak Penerangan Jalan Terhadap PAD
di Kabupaten Tangerang Setelah Pemekaran (2009-2011) ... 100
4.14 Penerimaan Pajak Reklame Kab. Tangerang ... 102
4.15 Penerimaan Pajak Penerangan Jalan Kab. Tangerang ... 104
4.16 Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kab. Tangerang ... 105
4.17
Descriptive Statistic
Pajak Reklame ... 107
4.18
Descriptive Statistic
Pajak Penerangan Jalan ... 108
4.19
Descriptive Statistic
Pendapatan Asli Daerah ... 108
4.20
Rank
Pajak Reklame ... 109
4.21
Rank
Pajak Penerangan Jalan ... 110
4.22
Rank
Pendapatan Asli Daerah ... 110
4.23
Test Statistics
bPajak Reklame ... 111
4.24
Test Statistics
bPajak Penerangan Jalan ... 113
DAFTAR GAMBAR
No Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Berpikir ... 54
4.1 Diagram Tingkat Efektivitas Pajak Reklame di Kab. Tangerang
Sebelum dan Setelah Pemekaran (2006-2011) ... 92
4.2 Diagram Tingkat kontribusi Pajak Reklame Terhadap PAD
di Kab. Tangerang Sebelum dan Setelah Pemekaran (2006-2011) ... 95
4.3 Diagram Tingkat Efektivitas Pajak Penerangan Jalan di
Kab. Tangerang Sebelum dan Setelah Pemekaran (2006-2011) ... 98
4.4 Diagram Tingkat kontribusi Pajak Penerangan Jalan Terhadap PAD
DAFTAR LAMPIRAN
No Keterangan Halaman
1 Target dan Realisasi Pajak Reklame ... 125
2 Target dan Realisasi Pajak Penerangan Jalan ... 125
3 Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) ... 125
4 Descriptive Statistics Pajak Reklame ... 126
5 Ranks Pajak Reklame ... 126
6 Test Statisticsb Pajak Reklame ... 126
7 Descriptive Statistics Pajak Penerangan Jalan ... 127
8 Ranks Pajak Penerangan Jalan ... 127
9 Test Statisticsb Pajak Penerangan Jalan ... 127
10 Descriptive Statistics Pendapatan Asli Daerah (PAD) ... 128
11 Ranks Pendapatan Asli Daerah (PAD) ... 128
12 Test Statisticsb Pendapatan Asli Daerah (PAD) ... 128
BAB I
PEN
DAHULUAN
A. Latar Belakang
Bangsa Indonesia, tidak henti-hentinya melakukan pembangunan di segala
bidang. Pembangunan-pembangunan ini dilaksanakan di segala lapisan baik di
tingkat pusat maupun daerah, hal ini bertujuan meningkatkan taraf hidup bangsa
Indonesia dan mengejar ketertinggalan dari bangsa-bangsa yang lain, terutama
bangsa-bangsa yang sudah maju terlebih dahulu.
Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah
menerapkan suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah
pembangunan nasional. Pengertian pembangunan adalah suatu proses yang
multidimensional yang melibatkan perubahan-perubahan yang mendasar dalam
struktur sosial, setiap masyarakat dan kelembagaan nasional, pengurangan
kesenjangan sosial dan pemberantasan kemiskinan absolut. Untuk itu, pemerintah
harus berusaha meningkatkan pendapatan dalam rangka mencapai tujuan
pembangunan yang telah dicanangkan.
Pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah akan meningkatkan
kebutuhan penerimaan dana untuk membiayai pembangunan tersebut. Dana ini
diambil dari penerimaan yang kuat, dimana sumber pembiayaan diusahakan tetap
bertumpu pada penerimaan dalam negeri, sedangkan penerimaan dari
sumber-sumber luar negeri hanya digunakan sebagai pelengkap. Salah satu sumber-sumber
Tidak ketinggalan, dalam menunjang keberhasilan pembangunan,
kemandirian pembangunan sangat diperlukan baik ditingkat pusat maupun daerah.
Hal ini sangatlah penting karena keberhasilan penyelenggaraan pemerintah
propinsi maupun kabupaten/kota merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
pemerintah pusat dengan kebijaksanaannya. Pemerintah pusat menetapkan
kebijakan-kebijakan tentang keuangan daerah agar pemerintah daerah mampu
membiayai pembangunan daerahnya sesuai dengan prinsip daerah otonomi yang
telah ada.
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah, yang selanjutnya telah diganti dengan
Undang-Undang Nomor 32 dan 33 tahun 2004 merupakan landasan bagi daerah untuk
membangun daerahnya secara mandiri dengan lebih mengandalkan kemampuan
dan potensi yang dimiliki daerah. Dengan diberlakukannya Undang-Undang
Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan pemerintah antara pusat
dan daerah yang dapat dijadikan dasar berpijak bagi kegiatan pembangunan yang
mencerminkan rencana-rencana investasi yang memerlukan biaya didalam
pelaksanaannya. Substansi dari undang-undang diatas adalah adanya pembagian
kekuasaan (political sharing) dan pembagian keuangan (financial sharing) antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah (Basri dan Hamidi, 2010:2). Dalam
menjalankan kewenangan tersebut diatas pemerintah daerah mendapatkan dana
dari pemerintah pusat yakni Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi
Pendapatan Daerah sah lainnya. Implikasinya adalah bagi daerah kabupaten dan
kota, untuk tidak hanya terfokus pada dana perimbangan keuangan, namun lebih
kepada penggalian dan mengembangkan potensi ekonomi daerahnya sehingga
sumber dana pembangunan bagi daerah yang bersumber dari Pendapatan Asli
daerah dapat lebih dioptimalkan serta menjadi kontributor dana pembangunan
daerah kedepan.
Dalam upaya merealisasikan tujuan pembangunan daerah, diperlukan
sumber-sumber pembiayaan yang memadai (Darmono, 2010:84). Untuk mencapai
itu, pemerintah pusat mengeluarkan kebijaksanaan dibidang penerimaan daerah
yang berorientasi pada peningkatan kemampuan daerah untuk membiayai urusan
rumah tangganya sendiri dan diprioritaskan pada penggalian dana mobilisasi
sumber-sumber daerah. Sumber pendapatan daerah menurut Undang-Undang
Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat
Dan Pemerintahan Daerah adalah:
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD), terdiri dari:
a. Hasil pajak daerah.
b. Hasil retribusi daerah.
c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.
d. Lain-lain Pendapatan asli daerah yang sah.
2. Dana perimbangan.
3. Lain-lain pendapatan.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebenarnya merupakan sumber
daerah otonom. Jumlah penerimaan komponen pajak daerah dan retribusi daerah
sangat dipengaruhi oleh banyaknya jenis pajak daerah dan retribusi daerah yang
ditetapkan serta disesuaikan dengan peraturan yang berlaku yang terkait dengan
penerimaan kedua komponen tersebut (Riduansyah, 2003:49). PAD diharapkan
dan diupayakan dapat menjadi penyangga utama dalam membiayai kegiatan
pembangunan di daerah, oleh karena itu pemerintah daerah harus dapat
mengupayakan peningkatan penerimaan yang berasal dari daerah sendiri. Dengan
demikian akan memperbesar tersedianya keuangan daerah yang dapat digunakan
untuk berbagai kegiatan pembangunan yang bersifat mandiri. Akan tetapi di
beberapa daerah kontribusi PAD terhadap pendapatan dan belanja daerah masih
kecil. Selama ini dominasi sumbangan pemerintah pusat kepada daerah-daerah
tersebut masih besar, maka untuk mengurangi ketergantungan kepada pemerintah
pusat, pemerintah daerah perlu berusaha meningkatkan PAD yang salah satunya
dengan penggalian potensi daerah.
Kabupaten Tangerang sebagai bagian dari Propinsi Banten, salah satu
Daerah yang mempunyai Daerah Pemekaran atau disebut juga dengan Daerah
Otonom Baru (DOB) yaitu Kota Tangerang Selatan, maka DOB baru tersebut
juga akan berusaha untuk meningkatkan pembangunan daerahnya selepas dari
induknya yaitu Kabupaten Tangerang. Sejak disahkan oleh Menteri Dalam Negeri
sebagai Daerah Otonom Baru (DOB) pada 29 Oktober 2008, dan diperkuat
dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008 pada tanggal 29
September 2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan Selatan, maka
semua semua hal yang berkaitan/bersumber dari Pendapatan Daerah khususnya
yang ada wilayah Kota Tangerang Selatan.
Sebagai salah satu daerah otonom yang baru, Kota Tangerang Selatan
tentunya dalam menyelenggarakan pembangunan daerah juga memerlukan
sumber penerimaan yang dapat diandalkan. Dana pembangunan tersebut
diusahakan sepenuhnya oleh pemerintah daerah dan bersumber dari penerimaan
pemerintah daerah Kota Tangerang Selatan itu sendiri. Sumber pembiayaan
kebutuhan pemerintah yang mana biasa dikenal dengan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) berasal dari pengolahan sumber daya yang dimiliki daerah di samping
penerimaan dari pemerintah propinsi, pemerintah pusat serta penerimaan daerah
lainnya. Sejalan dengan kewenangan tersebut, Pemerintah Daerah diharapkan
untuk dapat lebih mampu menggali sumber-sumber keuangan khususnya untuk
memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintahan dan pembangunan di daerahnya
melalui Pendapatan Asli Daerah (Hakki, 2008:1).
Dengan adanya daerah otonom yang baru di wilayah Kabupaten
Tangerang, mau tidak mau maka pendapatan dari Kabupaten Tangerang yang
sebelumnya berada di Wilayah Kota Tangerang Selatan harus diserahkan kepada
pemerintah baru yang ada Kota Tangerang Selatan untuk dikelola pemerintah baru
tersebut. Hal ini tentu akan berdampak kepada penerimaan pendapatan yang
diperoleh oleh Kabupaten Tangerang.
Pendapatan suatu daerah termasuk Kabupaten Tangerang terangkum
dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD). Salah satu komponen Pendapatan Asli
dioptimalkan oleh Pemerintah Daerah untuk meningkatkan pendapatan asli
daerahnya. Jenis-jenis pajak Kabupaten/Kota menurut Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah adalah:
1. Pajak Hotel
2. Pajak Restoran
3. Pajak Hiburan
4. Pajak Reklame
5. Pajak Penerangan Jalan
6. Pajak Parkir
7. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
8. Pajak Air Tanah
9. Pajak Sarang Burung Walet
10. PBB Pedesaan & Perkotaan
11. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
Sebagaimana yang kita ketahui bahwasanya pajak merupakan iuran wajib
rakyat kepada negara. Berdasarkan pada perkembangan realisasi pajak sebenarnya
pemerintah kabupaten/kota dapat meningkatkan target penerimaan pajaknya, hal
ini dapat dikatakan bahwa pemerintah kabupaten/kota tidak mengetahui potensi
yang dimiliki oleh daerahnya tersebut. Kemampuan keuangan daerah di dalam
membiayai kegiatan pembangunan di daerah merupakan pencerminan dari
pelaksanaan otonomi di daerah. Desentralisasi fiskal dari pemerintah pusat ke
pemerintah daerah ini dipandang sebagai bagian dari paket reformasi untuk
pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan publik (Davoodi dan Heng-fu,
1998:224)
Berdasarkan pendapat tersebut, bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam
pemberian otonomi daerah adalah terwujudnya otonomi daerah yang nyata,
dinamis dan bertanggung jawab. Otonomi yang nyata mengandung arti bahwa
pemberian otonomi kepada daerah adalah didasarkan pada faktor-faktor,
perhitungan dan tindakan-tindakan atau kebijakan yang benar-benar menjamin
daerah bersangkutan untuk mengelola rumah tangga di daerahnya.
Beberapa penelitian tentang analisis perbandingan penerimaan pajak
terhadap pendapatan asli daerah sebelum dan sesudah otonomi daerah telah
dilakukan. Penelitian Riduansyah (2000) dengan judul ”Kontribusi Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Guna Mendukung Pelaksanaan Otonomi
Daerah (Studi Kasus Pemerintah Daerah Kota Bogor)” hasilnya kontribusi
penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap total perolehan penerimaan
Pemda Bogor tercermin dalam APBD-nya, dikaitkan dengan kemampuannya
untuk melaksanakan otonomi daerah terlihat cukup baik. Penelitain lain dilakukan
oleh Darmono (2010) dengan judul “Analisis Dana Bagi Hasil Pajak Sebelum
Dan Sesudah Otonomi Daerah Di Kabupaten Berau” dengan hasil otonomi daerah
memberikan pengaruh bagi penerimaan Daerah Kabupaten Berau pada pos
penerimaan dana bagi hasil pajak. Penelitian lain juga telah dilakukan oleh Basri
dan Hamidi (2010) dengan judul “Analisis Penerimaan Pajak Hotel Dan Restoran
realisasi penerimaan pajak restoran dan rumah makan dibandingkan potensinya
setelah adanya otonomi daerah di Kabupaten Bengkalis. Penelitian lain juga telah
dilakukan oleh Hakki (2008) dengan judul “Analisis Penerimaan Pajak Dan
Retribusi Daerah Sebelum Dan Pada Masa Otonomi Daerah Di Kota Bogor”,
penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa kebijakan otonomi daerah tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan pajak dan retribusi
daerah di Kota Bogor pada periode tahun 2001-2005.
Berdasarkan temuan dari penelitian-penelitian diatas, peneliti tertarik
untuk meneliti ulang. Adapun yang menjadi perbedaan dari penelitian sebelumnya
adalah:
1. Periode penelitian
Penelitian sebelumnya dilakukan pada tahun 2000, 2008, dan 2010 sedangkan
penelitian ini dilakukan pada tahun 2013.
2. Tempat penelitian
Penelitian sebelumnya melakukan riset diberbagai daerah kabupaten/kota yang
berbeda sedangkan pada penelitian ini mengambil tempat di Kabupaten
Tangerang dan Kota Tangerang Selatan.
3. Variabel yang digunakan
Penelitian sebelumnya meenggunakan pajak daerah, retribusi daerah, dana
bagi hasil pajak, pajak hotel, dan pajak restoran sebagai variabelnya.
Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan pajak reklame dan pajak
Berdasarkan penjelasan hal tersebut di atas maka penulis ingin mengetahui
sebenarnya “Analisis Perbandingan Penerimaan Pajak Reklame Dan Pajak
Penerangan Jalan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Sebelum Dan Sesudah
Pemekaran Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Tangerang”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, rumusan masalah
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana efektivitas pajak reklame di Kabupaten Tangerang sebelum dan
sesudah dilakukannya Pemekaran Daerah?
2. Bagaimana kontribusi pajak reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten Tangerang sebelum dan sesudah dilakukannya Pemekaran Daerah?
3. Bagaimana efektivitas pajak penerangan Jalan di Kabupaten Tangerang
sebelum dan sesudah dilakukannya Pemekaran Daerah?
4. Bagaimana kontribusi pajak penerangan Jalan terhadap Pendapatan Asli
Daerah Kabupaten Tangerang sebelum dan sesudah dilakukannya Pemekaran
Daerah?
5. Apakah terdapat perbedaan penerimaan pajak reklame terhadap Pendapatan
Asli Daerah Kabupaten Tangerang sebelum dan sesudah dilakukannya
Pemekaran Daerah?
6. Apakah terdapat perbedaan penerimaan pajak penerangan Jalan terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tangerang sebelum dan sesudah
7. Apakah terdapat perbedaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tangerang
sebelum dan sesudah dilakukannya Pemekaran Daerah?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis efektivitas pajak reklame di Kabupaten Tangerang
sebelum dan sesudah dilakukannya Pemekaran Daerah.
2. Untuk menganalisis kontribusi pajak reklame terhadap Pendapatan Asli
Daerah Kabupaten Tangerang sebelum dan sesudah dilakukannya Pemekaran
Daerah.
3. Untuk menganalisis efektivitas pajak penerangan jalan di Kabupaten
Tangerang sebelum dan sesudah dilakukannya Pemekaran Daerah.
4. Untuk menganalisis kontribusi pajak penerangan jalan terhadap Pendapatan
Asli Daerah Kabupaten Tangerang sebelum dan sesudah dilakukannya
Pemekaran Daerah
5. Untuk menganalisis perbedaan penerimaan pajak reklame terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tangerang sebelum dan sesudah
dilakukannya Pemekaran Daerah.
6. Untuk menganalisis perbedaan penerimaan pajak penerangan Jalan terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tangerang sebelum dan sesudah
dilakukannya Pemekaran Daerah.
7. Untuk menganalisis perbedaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan tidak hanya bermanfaat bagi penulis, namun juga
bagi Pemerintah Daerah dan peneliti lainnya. Manfaat yang diperoleh dari
penelitian ini adalah:
1. Bagi Akademik
Dapat menambah kepustakaan dan dapat memberikan masukan di
bidang perpajakan, khususnya mengenai penerimaan pajak reklame dan
pajak penerangan jalan sebagai salah satu sumber pajak daerah yang
pemungutanya merupakan hak kewenangan daerah terhadap peningkatan
Pendapatan Asli Daerah.
2. Bagi Instansi atau Pemerintah
Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah dalam
mengambil kebijakan dalam usahanya untuk meningkatkan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) guna membiayai pembangunan daerah khususnya
penerimaan yang berasal dari pajak daerah. Diharapkan sebagai bahan dan
informasi bagi peneliti selanjutnya terhadap masalah dan tempat yang
sama dengan kajian yang lebih mendalam untuk meningkatkan
penerimaan pajak.
3. Bagi Penulis
Penelitian ini digunakan sebagai salah satu syarat untuk mencapai
studi program strata satu (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, serta untuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Otonomi Daerah dan Desentralisasi
Dasar pelaksanaan otonomi daerah Indonesia adalah pasal 18
Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi sebagai berikut: pembagian
daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil dengan bentuk susunan
pemerintahannya ditetapkan dengan Undang-undang dengan memandang
dan mengingat dasar pemusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara
dan hak-hak urus daerah yang bersifat istimewa.
Dalam penjelasan pasal tersebut dirumuskan: Daerah Indonesia akan
dibagi dalam daerah propinsi dan propinsi akan dibagi pula dalam daerah
yang lebih kecil. Daerah-daerah itu bersifat otonom atau bersifat daerah
administrasi belaka, semuanya menurut aturan yang akan ditetapkan
dengan Undang-undang.
Secara etimologis kata otonomi berasal dari bahasa Latin, “Autos”
yang berarti “sendiri” dan “Nomos” aturan. Muslimin mengatakan otonomi
itu termasuk salah satu sari azas-azas pemerintahan negara, dimana
pemerintah suatu negara dalam pelaksanaan kepentingan umum untuk
mencapai tujuan. Disamping itu, Syafruddin mengemukakan bahwa
kemerdekaan. Kemerdekaan terbatas atau kemandirian itu adalah wujud
pemberian kesempatan yang harus dipertanggungjawabkan.
Kewenangan otonomi luas adalah keleluasaan daerah untuk
penyelenggaraan pemerintahan yang mencakup kewenangan semua bidang
luar negeri, pertahanan, keamanan, peradilan moneter dan fiskal, agama
serta kewenangan bidang lainnya yang akan ditetapkan dengan peraturan
pemerintah. Selain itu keleluasaan otonomi mencakup pula kewenangan
yang utuh dan bulat dalam penyelenggaraannya mulai dari perencanaan,
penggerakan dan evaluasi.
Jadi otonomi untuk daerah propinsi diberikan secara terbatas
meliputi kewenangan lintas kabupaten dan kota, dan kewenangan dibidang
pemerintahan lainnya. Prinsip-prinsip pemberian otonomi daerah
berdasarkan Undang-Undang nomor 22 tahun 1999 adalah sebagai berikut:
a. Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memperhatikan
aspek demokrasi, keadilan, pemerataan serta potensi dan
keanekaragaman.
b. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi luas dan
bertanggung jawab.
c. Pelaksanaan otonomi yang luas dan utuh diletakkan pada daerah
kabupaten dan daerah kota, sedang otonomi daerah propinsi merupakan
d. Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan konstitusi negara
sehingga tetap terjamin hubungan yang serasi antara pusat dan daerah,
serta antar daerah.
e. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan kemandirian
daerah otonomi dan karenanya dalam daerah kabupaten dan daerah kota
tidak ada lagi wilayah administratif.
f. Demikian pula di kawasan-kawasan khusus yang dibangun oleh
pemerintah atau pihak lain, seperti badan otorita, kawasan industri,
kawasan perumahan, kawasan pertambangan, kawasan kehutanan,
kawasan perkotaan baru, kawasan pariwisata, dan semacamnya berlaku
ketentuan daerah otonomi.
g. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peranan dan
fungsi badan legislatif daerah, baik sebagai fungsi legislatif, fungsi
pengawasan maupun fungsi anggaran atas penyelenggaraan
pemerintahan daerah.
h. Pelaksanaan asas desentralisasi diletakkan pada daerah propinsi dalam
kedudukannya sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan
kewenangan sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan
pemerintahan tertentu yang dilimpahkan kepada gubernur sebagai wakil
pemerintah.
i. Pelaksanaan asas tugas pembantuan dimungkinkan tidak hanya dari
pemerintah kepada daerah, tetapi juga dari pemerintah dan daerah
serta sumberdaya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan
dan pertanggungjawaban kepada yang menugaskan.
Agar pelaksanaan tugas otonomi dapat berjalan dengan baik perlu
memperhatikan: sumber pendapatan daerah, teknologi, struktur organisasi
pemerintah daerah, dukungan hukum, perilaku masyarakat, faktor
kemimpinan. Disamping itu hal-hal yang mempengaruhi pengembangan
otonomi daerah menurut Kaho sebagai berikut:
a. Faktor manusia pelaksana yang baik
b. Faktor keuangan daerah yang cukup dan baik
c. Faktor peralatan yang cukup dan baik
d. Faktor organisasi dan manajemen yang baik
Menurut Undang-Undang dan beberapa pendapat para ahli tentang
Otonomi Daerah:
a. Menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Pasal 1 ayat 5. “Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.” (Undang-undang Otonomi Daerah
2004:4).
b. Menurut kamus Webster’s Third New International Dictionary.
Kata autonomy berasal dari bahasa Yunani (Greek), yakni dari kata
autonomia, yang artinya: The quality or state being independent, free,
control possed by a minority group, territorial division or political unit
in its relations to the state or political community of which it forms a
part and extending from local to full independence. (Saragih, 2003:9
dan 40).
c. Menurut Encyclopedia of Social Science.
Dalam pengertiannya yang orisinil, otonomi adalah The legal self
suffiency of social body and its actual independence (Yani, 2002:5).
d. Menurut Black’s Law Dictionary.
Definisikan autonomy adalah The political independence of a nation,
the right (and condition) of power of self government. The negation of a
state of political influence from without or from foreign powers
(Ibid:2000:5).
Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Pasal 1 butir 7, menyebutkan bahwa desentralisasi adalah penyerahan
wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sitem Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hal ini berarti pengelolaan daerah
lebih dititik beratkan kepada kabupaten/kota. Mengenai sistem hubungan
pusat dan daerah, berdasarkan undang-undang yang berlaku dapat
dirangkum dalam tiga prinsip, yaitu:
1. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh
pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
2. Dekosentrasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah kepada
gubernur sebagai wakil pemerintah.
3. Tugas pembantuan adalah penugasan dari pemerintah kepada daerah
dan/atau desa atau sebutan lain dengan kewajiban melaporkan dan
mempertanggung-jawabkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan.
Prinsip pemberian otonomi kepada pemerintah daerah pada
dasarnya adalah untuk membantu pemerintah pusat dalam penyelenggaraan
pemerintahan di daerah. Pada masa sekarang ini titik berat ekonomi daerah
diberikan kepada daerah tingkat II yaitu pemerintah kabupaten/kota. Hal ini
erat kaitannya dengan fungsi utama pemerintah daerah sebagai penyedia
pelayanan kepada masyarakat dan pelaksana pembangunan disamping
sebagai pembina kestabilan politik, sosial, ekonomi dan kesatuan bangsa.
Dengan adanya desentralisasi daerah, pemerintah daerah mempunyai
beberapa keuntungan, antara lain:
1. Dengan adanya desentralisasi, pemerintah daerah dapat lebih
mengetahui keinginan masyarakatnya.
2. Dengan desentralisasi diharapkan pembuatan keputusan dapat lebih
efektif.
3. Daerah akan dapat melakukan pendekatan dengan cara yang
berbeda-beda dalam menggali potensi di daerahnya masing-masing.
Dalam melaksanakan desentralisasi fiskal, prinsip money should
follow function merupakan salah satu prinsip yang harus diperhatikan dan
wewenang pemerintahan membawa konsekuensi pada anggaran yang
diperlukan untuk melaksanakan kewenangan tersebut (Saragih, 2003:83).
Kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerah merupakan derivatif
dari kebijakan otonomi daerah. Artinya, semakin banyak wewenang yang
dilimpahkan, maka kecenderungan semakin besar biaya yang dibutuhkan
oleh daerah
2. Pengertian Pajak
Pengertian pajak menurut Mardiasmo (2009:1) adalah:
“Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”
Soemahamidjaja dalam bukunya Santoso (2003:34) dalam
desertasinya yang berjudul pajak berdasarkan asas gotong royong, Pajak
adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh
penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya
produksi barang-barang jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan
umum.
Menurut undang-undang nomor 28 tahun 2007:
“Kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang
1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaanya
yang sifatnya dapat dipaksakan.
2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya
kontraprestasi individual oleh pemerintah.
3. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah.
4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang
bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, maka akan digunakan
untuk membiayai public investment.
3. Pengklasifikasian Pajak
Mardiasmo (2009:5) menulis, ”Pajak dapat dikelompokkan tiga
kelompok besar menurut golongan, sifat, dan lembaga pemungutnya”.
Berikut ini adalah pengelompokkannya:
a. Menurut Golongan
Menurut golongan pajak dikelompokkan menjadi dua yaitu pajak
langsung dan pajak tidak langsung.
1) Pajak langsung yaitu pajak yang harus dipikul atau ditanggung
sendiri oleh wajib pajak dan tidak bisa dilimpahkan atau
dibebankan kepada orang lain atau pihak lain. Pajak harus menjadi
beban sendiri oleh wajib pajak yang bersangkutan.
Contoh: pajak penghasilan (PPh), Pajak Bumi Dan Bangunan
2) Pajak tidak langsung yaitu pajak yang pada akhirnya dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga.
Pajak tidak langsung terjadi jika terdapat suatu kegiatan, peristiwa,
perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak, misal terjadi
penyerahan barang atau jasa.
Contoh: pajak pertambahan nilai (PPN)
b. Menurut Sifat
Menurut sifatnya pajak dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu
pajak subjektif dan pajak objektif.
1) Pajak subjektif pajak yang pengenaannya memperhatikan pada
keadaan pribadi wajib pajak atau pengenaan pajak yang
memperhatikan keadaan subjeknya.
Contoh: pajak penghasilan (PPh)
2) Pajak obyektif pajak yang pengenaannya memperhatikan pada
objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan, atau peristiwa
yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa
memperhatikan keadaan pribadi subjek pajak (wajib pajak)
maupun tempat tinggal
Contoh: pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak penjualan atas
barang mewah (PPnBM)
c. Menurut Lembaga Pemungut
Menurut lembaga pemungutnya, pajak dapat dikelompokkan
1) Pajak Negara atau Pajak Pusat yaitu pajak yang dipungut oleh
pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga
negara.
Contoh: Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB)
2) Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah
dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
Contoh: Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Kendaraan
Bermotor
4. Fungsi Pajak
Pembangunan yang ada selama ini tidak terlepas dari peran serta
masyarakat dalam membayar pajak, karena hasil dari penerimaan pajak
tersebut digunakan pemerintah untuk melaksanakan pembangunan bagi
kesejahteraan rakyat. Dengan demikian pajak mempunyai beberapa fungsi,
menurut Mardiasmo (2009:1), fungsi pajak antara lain:
a. Fungsi Penerimaan (Budgetar)
Dalam fungsinya sebagai penerimaan, pajak dipergunakan
sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan
pemerintah, terutama kegiatan- kegiatan rutin.
b. Fungsi Mengatur (Regular)
Pajak berfungsi sebagai alat pengatur untuk mengatur atau
menujupertumbuhan ekonomi yang lebih cepat, mengadakan distribusi
pendapatan serta stabilitas ekonomi.
4. Pajak Daerah
a. Definisi Pajak Daerah
Menurut Pasal 1 ayat 6 undang-undang Nomor 34 Tahun 2004
tentang perubahan atas undang-undang No.18 Tahun 1997 tentang
Pendapatan Daerah dan Retribusi Daerah yang mengatakan Pajak
Daerah sebagai berikut.
“Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah”.
Pajak daerah sebagai salah satu Pendapatan Asli Daerah
diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan daerah, untuk meningkatkan dan
memeratakan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, daerah
mampu melaksanakan otonomi, yaitu mampu mengatur dan mengurus
rumah tangganya sendiri. Meskipun beberapa jenis pajak daerah sudah
ditetapkan dalam undang-undang Nomor 34 tahun 2004, daerah
kabupaten/kota diberi peluang dalam mengali potensi sumber-sumber
keuangannya dengan menetapkan jenis pajak selain yang telah
b. Jenis Pajak Daerah
Jenis pajak propinsi menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah antara lain:
1) Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas Air.
2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraaan di atas Air.
3) Pajak Bahan Bakar Kendaraaan Bermotor.
4) Pajak Air Permukaan.
5) Pajak Rokok.
Kabupaten/kota memungut pajak berdasarkan Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah
antara lain:
1) Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh
hotel.
2) Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan restoran.
3) Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan,
sedangkan yang dimaksud dengan hiburan adalah semua jenis
tontonan, pertunjukan, permainan, dan/atau keramaian yang
dinikmati dengan dipungut bayaran.
4) Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame,
sedangkan yang dimaksud dengan reklame reklame adalah
benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak
ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan,
umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat
dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan/atau dinikmati oleh
umum.
5) Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga
listrik, dengan ketentuan bahwa di wilayah derah tersebut tersedia
penerangan jalan, yang rekeningnya dibayar oleh Pemerintah
Daerah.
6) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak atas kegiatan
pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari
sumber alam di dalam dan/atau permukaan bumi untuk
dimanfaatkan. Sedangkan yang dimaksud dengan Mineral Bukan
Logam dan Batuan adalah mineral bukan logam dan batuan
sebagaimana dimaksud di dalam peraturan perundang-undangan
di bidang mineral dan batubara.
7) Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir
di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan
pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha,
termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor.
Sedangkan yang dimaksud dengan parkir adalah keadaan tidak
bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara
8) Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan/atau
Tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau
batuan di bawah permukaan tanah.
9) Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan
pengambilan dan/atau pengusahaan sarang burung walet.
Sedangkan yang dimaksud dengan Burung Walet adalah satwa
yang termasuk marga collocalia, yaitu collocalia fuchliap haga,
collocalia maxina, collocalia esculanta, dancollocalia linchi.
10)Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah
pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai,
dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali
kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan,
perhutanan, dan pertambangan. Sedangkan yang dimaksud dengan
Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan
perairan pedalaman serta laut wilayah kabupaten/kota. Bangunan
adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara
tetap pada tanah dan/atau perairan pedalaman dan/atau laut.
11)Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak atas
perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan. Perolehan Hak atas
Tanah dan/atau Bangunan adalah perbuatan atau peristiwa
hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah
c. Subjek Pajak dan Wajib Pajak Daerah
Adapun bagian dari subjek pajak dan wajib pajak daerah adalah:
1) Subjek kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air adalah
orang pribadi atau badan yang memiliki dan/atau menguasai
kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air. Wajib pajaknya
adalah orang pribadi atau badan yang memiliki kendaraan
bermotor dan kendaraan di atas air. Subjek pajak bea balik nama
kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air adalah orang
pribadi atau badan yang menerima penyerahan kendaraan
bermotor dan kendaraan di atas air. Wajib pajaknya adalah orang
pribadi atau badan yang menerima penyerahan kendaraan
bermotor dan kendaraan di atasair.
2) Subjek pajak bahan bakar kendaraan bermotor adalah konsumen
bahan bakar kendaraan bermotor. Wajib pajaknya adalah orang
pribadi atau badan yang menggunakan kendaraan bermotor.
3) Subjek pajak air permukaan adalah orang pribadi atau badan
yang dapat melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan air
permukaan. Wajib pajak air permukaan adalah orang pribadi
atau badan yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan
air permukaan.
4) Subjek pajak rokok adalah konsumen rokok. Wajib pajak rokok
yang memiliki izin berupa Nomor Pokok Pengusaha Barang
Kena Cukai.
5) Subjek pajak hotel adalah orang pribadi atau badan yang
melakukan pembayaran kepada hotel. Wajib pajaknya adalah
pengusaha hotel.
6) Subjek pajak restoran adalah orang pribadi atau badan yang
melakukan pembayaran kepada restoran. Wajib pajaknya adalah
pengusaha restoran.
7) Subjek pajak hiburan adalah orang pribadi atau badan yang
menonton dan/atau menikmati hiburan. Wajib pajaknya adalah
orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan hiburan.
8) Subjek pajak reklame adalah orang pribadi atau badan yang
menyelenggarakan atau melakukan pemesanan reklame. Wajib
pajaknya adalah orang pribadi.
9) Subjek pajak penerangan jalan adalah orang pribadi atau badan
yang menggunakan tenaga listrik. Wajib pajaknya adalah orang
pribadi atau badan yang menjadi pelanggan listrik dan atau
pengguna tenaga listrik.
10) Subjek pajak parkir adalah orang pribadi atau badan yang
melakukan pembayaran atas tempat parkir. Wajib pajaknya
adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan tempat
11) Subjek pajak mineral bukan logam dan batuan adalah orang
pribadi atau badan yang dapat mengambil mineral bukan
logam dan batuan. Wajib pajak mineral bukan logam dan
batuan adalah orang pribadi atau badan yang mengambil
mineral bukan logam dan batuan.
12) Subjek pajak air tanah adalah orang pribadi atau badan yang
melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah. Wajib
pajak air tanah adalah orang pribadi atau badan yang
melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah.
13) Subjek pajak sarang burung walet adalah orang pribadi atau
badan yang melakukan pengambilan dan/atau mengusahakan
sarang burung walet. Wajib pajak sarang burung walet adalah
orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan
dan/atau mengusahakan sarang burung walet.
14) Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata
mempunyai suatu hak atas bumi dan/atau memperoleh
manfaat atas bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau
memperoleh manfaat atas bangunan. Wajib Pajak Bumi dan
Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah orang pribadi atau
badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi
dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau memiliki,
15) Subjek Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas
tanah dan/atau bangunan. Wajib pajak bea perolehan hak atas
tanah dan bangunan adalah orang pribadi atau badan yang
memperoleh hak atas tanah dan/atau bangunan.
d. Objek Pajak Daerah
1) Objek pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air adalah
kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor dan
kendaraan di atas air.
2) Objek pajak bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di
atas air adalah penyerahaan kendaraan bermotor dan kendaraan di
atas air.
3) Objek pajak bahan kendaraan bermotor adalah bahan bakar
kendaraan bermotor yang disediakan atau dianggap digunakan
untuk kendaraan bermotor, termasuk bahan bakar yang digunakan
untuk kendaraan di atas air.
4) Objek Pajak Air Permukaan adalah pengambilan dan/atau
pemanfaatan Air Permukaan.
5) Objek Pajak Rokok adalah konsumsi rokok. Rokok sebagaimana
yang dimaksud meliputi sigaret, cerutu, dan rokok daun.
6) Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan hotel
a) Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek.
b) Pelayanan penunjang sebagai kelengkapan fasilitas penginapan
atau tinggal jangka pendek yang sifatnya memberikan
kemudahan dan kenyamanan.
c) Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di
hotel.
6) Objek Pajak Restoran adalah pelayanan yang disediakan restoran
dengan pembayaran.
7) Objek Pajak Hiburan adalah penyelenggaraan hiburan dengan
dipungut bayaran.
8) Objek Pajak Reklame adalah semua penyelenggaraan reklame.
9) Objek Pajak Penerangan Jalan adalah penggunaan tenaga listrik,
di wilayah daerah yang tersedia penerangan jalan yang
rekeningnya dibayar oleh pemerintah daerah.
10) Objek Pajak Parkir adalah penyelenggaraan tempat Parkir di
luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok
usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk
penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor.
11) Objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah
kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan
yang meliputi: asbes; batu tulis; batu setengah permata; batu
kapur; batu apung; batu permata; bentonit; dolomit; feldspar;
leusit; magnesit; mika; marmer; nitrat; opsidien; oker; pasir dan
kerikil; pasir kuarsa; perlit; phospat; talk; tanah serap (fullers
earth); tanah diatome; tanah liat; tawas (alum); tras; yarosif;
zeolit; basal; trakkit; dan Mineral Bukan Logam dan Batuan
lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
12) Objek Pajak Air Tanah adalah pengambilan dan/atau
pemanfaatan Air Tanah. Dikecualikan dari objek Pajak Air Tanah
adalah:
a. pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah untuk
keperluan dasar rumah tangga, pengairan pertanian dan
perikanan rakyat, serta peribadatan;
b. pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah lainnya yang
diatur dengan Peraturan Daerah.
13) Objek Pajak Sarang Burung Walet adalah pengambilan
dan/atau pengusahaan Sarang Burung Walet.
14) Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah
Bumi dan/atau Bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau
dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan
yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan,
dan pertambangan.
15) Objek Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah
e. Dasar Pengenaan Pajak dan Tarif Pajak Daerah
1) Dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dihitung sebagai
perkalian dari 2 (dua) unsur pokok, yaitu:
a) Nilai Jual Kendaraan Bermotor
b) Bobot yang mencerminkan secara relative kadar kerusakan
jalan dan pencemaran lingkungan akibat penggunaan
kendaraan bermotor.
Tarif Pajak Kendaraan Bermotor ditetapkan sebesar 1,5%
untuk kendaraan bermotor bukan umum, 1% untuk kendaraan
bermotor umum, dan 0,5% untuk kendaraan bermotor alat-alat
berat dan besar.
2) Dasar pengenaan Pajak Kendaraan di Atas Air dihitung
berdasarkan nilai jual kendaraan di atas air. Tarif ditetapkan
sebesar 1,5%.
3) Dasar pengenaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan
Kendaraan di Atas Air adalah nilai jual kendaraan bermotor.
Tarifnya ditetapkan sebagai berikut:
a) Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor atas penyerahan
pertama 10% untuk kendaraan bermotor bukan umum, 10%
untuk kendaraan bermotor umum, dan 3% untuk kendaraan
bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar.
b) Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor atas penyerahan
umum, 1% untuk kendaraan bermotor umum, dan 0,3% untuk
kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar.
c) Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor atas penyerahan
karena warisan: 0,1% untuk kendaraan bermotor bukan
umum, 1% untuk kendaraan bermotor umum, dan 0,3% untuk
kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar.
Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor atas
penyerahan pertama ditetapkan 5% untuk penyerahan kedua dan
selanjutnya sebesar 1%, dan untuk penyerahan karena warisan
ditetapkan sebesar 0,1%.
4) Dasar Pengenaan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah
nilai jual bahan bakar kendaraan bermotor. Tarifnya ditetapkan
sebesar 5%.
5) Dasar pengenaan Pajak Air Permukaan adalah Nilai Perolehan
Air Permukaan. Tarif Pajak Air Permukaan ditetapkan paling
tinggi sebesar 10%.
6) Dasar pengenaan Pajak Rokok adalah cukai yang ditetapkan
oleh Pemerintah terhadap rokok.Tarif Pajak Rokok ditetapkan
sebesar 10% dari cukai rokok.
7) Dasar Pengenaan Pajak Hotel adalah jumlah pembayaran yang
dilakukan kepada hotel. Tarifnya ditetapkan paling tinggi 10%.
8) Dasar Pengenaan Pajak Restoran adalah jumlah pembayaran yang
9) Dasar Pengenaan Pajak Hiburan adalah jumlah pembayaran atau
yang seharusnya dibayar untuk menonton dan/atau menikmati
hiburan. Tarifnya ditetapkan paling tinggi sebesar 35%.
10) Dasar Pengenaan Pajak Reklame adalah nilai sewa reklame.
Tarifnya ditetapkan paling tinggi sebesar 25%.
11) Dasar Pengenaan Pajak Penerangan Jalan adalah nilai jual tenaga
listrik. Tarifnya ditetapkan paling tinggi sebesar 20%.
12) Dasar Pengenaan Pajak Parkir adalah jumlah pembayaran atau
yang seharusnya dibayar untuk pemakaian tempat parkir. Tarifnya
ditetapkan paling tinggi sebesar 20%.
13) Dasar pengenaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah
Nilai Jual Hasil Pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan.
Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ditetapkan
paling tinggi sebesar 25%.
14) Dasar pengenaan Pajak Air Tanah adalah Nilai Perolehan Air
Tanah. Tarifnya ditetapkan paling tinggi sebesar 20%.
15) Dasar pengenaan Pajak Sarang Burung Walet adalah Nilai
Jual Sarang Burung Walet. Tarif Pajak Sarang Burung Walet
ditetapkan paling tinggi sebesar 10%.
16) Dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan adalah NJOP. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan
17) Dasar pengenaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan adalah Nilai Perolehan Objek Pajak. Tarif Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ditetapkan paling
tinggi sebesar 5%.
f. Pajak Reklame dan Pajak Penerangan Jalan
1. Pajak Reklame
a. Pengertian Pajak Reklame
Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame,
sedangkan yang dimaksud dengan reklame adalah benda, alat,
perbuatan atau media yang menurut bentuk dan corak
ragamnya untuk tujuan komersial, dipergunakan untuk
memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan suatu barang,
jasa atau orang, ataupun untuk menarik perhatian umum kepada
suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau dapat
dilihat, dibaca, dan/atau didengar dari suatu tempat oleh umum
kecuali yang dilakukan oleh Pemerintah.
b. Sangsi atas Pelanggaran Pajak Reklame
Sangsi yang dikenakan pada wajib pajak berupa denda
atau pidana bila kewajiban perpajakannya tidak ditaati
sepenuhnya. Sangsi tersebut berupa:
2. Dikenakan denda sebesar 25% apabila angsuran yang
dibayar tidak tepat waktu.
3. Selain pidana dikenakan juga hukuman kurungan
selama-lamanya tiga bulan.
c. Macam-macam Bentuk Reklame
Dalam Peraturan Daerah No.10 Tahun 1998 tentang
Pajak Reklame disebutkan macam-macam bentuk reklame
adalah:
1. Reklame billboard adalah papan iklan yang ditempatkan di
ruang luar (ruang terbuka) yang terbuat dari
papan/kayu/besi/seng/bahan lain yang dipasang dengan
tiang.
2. Reklame megatron adalah papan iklan yang ditempatkan
di ruang luar (ruang terbuka) yang terbuat dari
papan/besi/seng/bahan lain yang dipasang dengan tiang
dan ditambah peralatan mekanik elektronik sehingga
menampilkan gambar atau pesan yang bervariasi.
3. Reklame kain dan sejenisnya adalah reklame yang dibuat
dari kain atau bahan yang dipersamakan dengan kain.
Yang termasuk reklame kain antara lain spanduk, banner,
4. Reklame neonbox adalah papan reklame iklan yang
ditempatkan di ruang luar (ruang terbuka) atau di dalam
ruangan yang terbuat dari box yang bersinar.
5. Reklame selebaran dan sejenisnya adalah reklame yang
terbuat dari kertas, plastik, atau bahan yang
sejenis/dipersamakan dalam bentuk selebaran.
6. Reklame berjalan adalah reklame yang ditulis atau
ditempatkan (dipasang) pada kendaraan antara lain roda
dua, tiga, empat atau kendaraan lain yang dipersamakan.
7. Reklame udara adalah reklame yang melayang di udara
antara lain balon.
8. Reklame suara adalah reklame dengan kata-kata yang
diucapkan atau dengan suara yang ditimbulkan oleh
perantaraan alat.
9. Reklame film/slide adalah reklame yang menggunakan
klise berupa kaca film atau bahan-bahan lain yang
diproyeksikan pada layar putih atau benda lain.
10.Reklame peragaan adalah sejenis reklame yang dalam
bentuk peragaan atau demonstrasi dari suatu hasil produksi
barang yang diadakan khusus untuk tujuan promosi.
11.Reklame dengan cahaya adalah reklame yang berbentuk
tulisan dan atau gambar yang terdiri dari atau dibentuk dari
12.Reklame tine plate adalah papan iklan yang ditempatkan di
ruang luar (ruang terbuka) yang terbuat dari plate/seng
atau bahan yang dipersamakan dipasang dengan tiang
ataupun menempel dalam bentuk yang sederhana
13.Reklame baliho adalah papan iklan yang ditempatkan di
ruang luar (ruang terbuka) yang terbuat dari papan atau
triplek atau bahan yang dipersamakan.
14.Reklame shopsign adalah papan reklame yang terbuat dari
kayu/besi/seng atau bahan lain yang dipersamakan yang
menempel/melekat pada bidang bangunan.
d. Subjek, Objek dan Wajib Pajak Reklame serta Tarif Pajak
Yang dimaksud dengan subjek Pajak Reklame adalah:
1. Orang dan atau badan hukum yang memasang reklame
dalam wilayah daerah pemungutan pajak.
2. Orang dan atau badan hukum yang ditunjuk untuk
dipungut pajak reklame atau sebagai wajib pajak
pengganti.
3. Pemegang izin pemasang iklan
Sedangkan yang menjadi objek pajak reklame adalah
reklame yang diijinkan untuk dipasang di wilayah daerah
pemungut pajak berdasarkan jenis-jenis pajak yang ditentukan.
pajak reklame adalah nilai sewa reklame yang tarifnya
ditetapkan paling tinggi sebesar 25%.
e. Dasar Perhitungan Pajak Reklame
Besarnya pajak ditetapkan berdasarkan:
1. Tarif yang berlaku
2. Jenis reklame
3. Luas reklame
4. Masa berlakunya reklamee. Lokasi pemasangan reklame
f. Pembebasan dan Pengecualian Pa