STUDI FENOMENOLOGI
PENGALAMAN KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI RT 001 RW 012 KELURAHAN BINTARO KECAMATAN PESANGGRAHAN
JAKARTA SELATAN TAHUN 2015
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
OLEH :
WIDIANY NURRAHMAH NIM : 1111104000017
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE SCHOOL OF NURSING
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF JAKARTA
Undergraduate Thesis, December 2015
Widiany Nurrahmah, ID Number : 1111104000017
The experience of community preparedness in facing the flood in RT 001 RW 012 Bintaro Urban Village District of South Jakarta Pesanggrahan year 2015
Xviii + 80 pages + 1 table+ 7 attachments
ABSTRACT
Flood is one of the natural disaster which is frequently happened in Indonesia. DKI Jakarta has a very high frequency of flood, that requires preparedness. Flood prevention efforts are useful to anticipate losses that ensued and minimize casualties. The experience of citizens against floods have different responses - depending on the disaster preparedness measures undertaken. This study aims to explore the experience of community preparedness in facing the flood in RT 001 RW 012 Bintaro Urban Village District of South Jakarta Pesanggrahan year 2015. This study is a qualitative research design of descriptive phenomenology through FGD (Focus Group Discussion)and field notes. The informants are included
people who have experienced in flood incident obtained through purposive
sampling technique. The data which are collected in the form of FGD recordings, interviews and field notes were analyzed by Colaizzi method. This study identifies four themes, namely: 1) The impact of flooding experienced by the community; 2) Sources of knowledge gained by public about flood prevention programs; 3) Community preparedness efforts in facing the flood; 4) The role of government in the flood disaster preparedness efforts. The results could provide an overview of community preparedness experience in facing the flood. Further research is needed on deeper exploration of the role of nurses in the form of community involvement in flood disaster management.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Skripsi, Desember 2015
Widiany Nurrahmah, NIM : 1111104000017 Studi Fenomenologi
Pengalaman Kesiapsiagaan Masyarakat Menghadapi Bencana Banjir di RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2015 Xviii+ 80 halaman + 1 tabel + 7 lampiran
ABSTRAK
Banjir merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia. Provinsi DKI Jakarta memiliki frekuensi banjir sangat tinggi, sehingga menuntut adanya upaya kesiapsiagaan. Upaya penanggulangan banjir berguna untuk mengantisipasi kerugian yang terjadi setelahnya dan meminimalisir korban jiwa.
Pengalaman warga saat menghadapi banjir memiliki respon yang berbeda – beda
terhadap tindakan kesiapan bencana yang dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir di RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2015. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan
desain fenomenologi deskriptif melalui FGD (Focus Group Discussion)dan
catatan lapangan. Informan meliputi masyarakat yang telah mengalami kejadian
banjir minimal yang diperoleh melalui teknik purposive sampling. Data yang
dikumpulkan berupa hasil rekaman FGDdan catatan lapangan yang dianalisis
dengan metode Colaizzi. Penelitian ini mengidentifikasi empat tema yaitu : 1) Dampak banjir yang dialami oleh masyarakat; 2) Sumber pengetahuan yang diperoleh masyarakat tentang program penanggulangan banjir; 3) Upaya kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir; 4) Peran pemerintah terhadap upaya kesiapsiagaan bencana banjir. Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran pengalaman kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir. Diperlukan penelitian selanjutnya mengenai eksplorasi lebih mendalam berupa keterlibatan peran perawat komunitas dalam penanggulangan bencana banjir.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Widiany Nurrahmah
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 10 Desember 1992
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Jalan Madrasah RT 001 RW 012 No. 20 Kelurahan
Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan 12330
HP : +6281218924182
E-mail : wiwidiany@yahoo.com
Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/
Program Studi Ilmu Keperawatan
5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2011-Sekarang
PERSEMBAHAN
Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan?” (QS.Ar-Rahman:!3)
Skripsi ini Aku persembahkan Untuk Ayahanda dan Ibunda tercinta Setiap tetesan keringat yang jatuh dari keningmu
Menjadi penyemangat untuk menggantikan posisimu di masa depan… Ayah Setiap lelah yang selalu kau sembunyikan menjadi motivasi untukku… Ibu
Lantunan doa yang kalian panjatkan disetiap shalat malam Menjadi kekuatan dan keyakinan untuk mengarungi hidupku Ayah… Ibu…
Untuk Kakak dan adik tersayang
Setiap canda dan tawa yang kalian berikan menjadi energi baru untukku Untuk Sahabat – sahabat terbaik
Setiap suka duka yang kita lewati bersama menjadi kenangan tak terlupakan Terima kasih untuk selalu menjadi penyemangat hidupku
Terima kasih Allah telah Engkau anugerahi mereka untukku Karena perjuangan tidak pernah mengkhianati hasil
Sebab kehidupan adalah sebuah pembelajaran
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmaniirrahim
Segala puji hanya milik Allah Tuhan semesta alam yang hanya
kepada-Nyalah kita meminta pertolongan dan memohon ampunan. Salawat serta salam
tak lupa tercurahkan kepada junjungan Nabi Agung Nabi Muhammad SAW
berkat perjuangan Beliau kita bisa sampai zaman ini.
Alhamdulillah atas rahmat, karunia dan Ridha Allah sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi dnegan judul “Studi Fenomenologi Pengalaman
Kesiapsiagaan Masyarakat Menghadapi Bencana Banjir di RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2015”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam
penyusunan skripsi ini, penulis banyak sekali mendapat kesulitan yang disebabkan
karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan penulis dalam
memecahkan masalah yang ada. Namun, berkat dukungan, bantuan, semangat dan
doa dari berbagai pihak, baik secara langsung dan tidak langsung, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Dengan ini,
penulis ingin mengungkapkan rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan
yang tidak terhingga, kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A selaku Rektor Universitas Islam Negeri
2. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, S.KM., M.Kes selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Ibu Ernawati, S.Kp,
M.Kep, Sp. KMB selaku Sekretaris Program Studi IImu Keperawatan.
4. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc selaku pembimbing akademik yang
selalu memberikan nasehat, dukungan dan motivasi selama proses pendidikan
di Program Studi Ilmu Keperawatan.
5. IbuNs. Eni Nuraini Agustini, S. Kep, M.Sc, selaku pembimbing I yang telah
membimbing dan memberikan masukan serta support demi terselesainya
penulisan skripsi ini.
6. Bapak Jamaludin, S.Kp, M.Kep selaku pembimbing II yang telah
membimbing dan memberikan masukan dalam penulisan proposal penelitian
ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah
mengajarkan dan membimbing penulis selama 4 tahun dibidang pendidikan
keperawatan, serta staf akademik yang telah memudahkan dalam proses
birokrasi.
8. Ibu Aditha Rachmanti, ST selaku Kepala Lurah Bintaro, Perawat Puskesmas
Kelurahan Bintaro, Bapak Komarudin selaku Ketua RT 001 dan Bapak
M.Ridwan selaku Ketua RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan
Pesanggrahan Jakarta Selatan yang telah memberikan izin dan membantu
9. Warga RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta
Selatan yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.
10.Kedua orangtuaku Mama dan Papa yang selalu memberikan dukungan,
semangat, dan doa yang terus mengalir disetiap sujudnya serta kakak dan
kedua adikku Aa Avan, Azmi dan Azka kalianlah semangat perjuangan
bagiku.
11.Saudaraku Nisa, Linda, Bella yang selalu memberikan semgat dan tak
hentinya membuat penulis terharu
12.Sahabat Sosialita (Suci, Rifka, Susi, Ratna, Tristi, Dina dan Ita), teman-teman
satu bimbingan (Silvi, Rahma, Manda, Cava, Devi dan Azmi), adik-adik,
kakak-kakak dan teman-teman seperjuangan PSIK 2011.
13.Sahabat SMA (Fitria, Tami, dan Dyah), teman-teman liqo Hafidzoh (Ka Lala,
Hana, Syifa, mba Uut, Naqiyah dan mba Ifah), adik-adik mentoring (Nindya,
Alif, Vivi, Via, Hanum) dan teman-teman IAR SMAN 29 Jakarta.
14.Restiya Maulana,teman seperjuangan yang selalu memberikan semangat,
motivasi, dan doa hingga tak pernah hentinya membuat senyuman ini terlukis.
Dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT, penulis berharap semua
kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT dan semua
kesalahan diampuni oleh Allah. Aamiin.
Jakarta, 23 Desember 2015
DAFTAR ISI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... viii
PERSEMBAHAN ... ix
F. Ruang Lingkup Penelitian ... 7
BAB II ... 9
2. Faktor-faktor penyebab banjir ... 17
4. Dampak banjir ... 19
5. Upaya Penanggulangan Banjir ... 20
D. Kesiapsiagaan ... 25
1. Pengertian Kesiapsiagaan ... 25
2. Upaya Kesiapsiagaan ... 26
BAB III ... 30
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH ... 30
A. Kerangka Konsep ... 30
B. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 33
C. Informan Penelitian ... 34
D. Teknik Pengumpulan Data ... 34
E. Teknik Validasi Data ... 37
F. Teknik Analisis Data ... 40
G. Etika Penelitian ... 42
BAB V ... 44
HASIL PENELITIAN ... 44
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ... 44
B. Karakteristik Informan ... 45
C. Hasil Analisis Tematik ... 45
Tema 1. Dampak banjir yang dialami oleh masyarakat ... 46
Tema 2. Sumber pengetahuan yang diperoleh masyarakat tentang program penanggulangan banjir ... 49
Tema 3. Upaya Kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir... 51
Tema 4. Peran pemerintah terhadap upaya kesiapsiagaan bencana banjir... 53
BAB VI ... 57
PEMBAHASAN ... 57
A. Interpretasi Hasil Penelitian dan Diskusi ... 57
Tema 1. Dampak banjir yang dialami oleh masyarakat ... 57
Tema 2. Sumber pengetahuan program penanggulangan banjir ... 62
Tema 3. Upaya kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir ... 67
Tema 4. Peran pemerintah dalam menghadapi bencana banjir ... 70
BAB VII ... 78
PENUTUP ... 78
A. Kesimpulan ... 78
B. Saran ... 79
DAFTAR SINGKATAN
BNPB : Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Depkes : Departemen Kesehatan
BPBD : Badan Penanggulangan Bencana Daerah
KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia
UNESCO :United Nations Educational Scientific Cultural
Organization
WHO : World Health Organization
PAHO : Pan American Health Organization
DAS : Daerah Aliran Sungai
ISPA : Infeksi Saluran Penafasan Akut
LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat
PSN : Pemberantasan Sarang Nyamuk
SPAL : Saluran Pembuangan Air Limbah
JEDI : Jakarta Dredging Emergency Initiative
BKT : Banjir Kanal Timur
FGD : Focus Group Discussion
PROMISE : Program For Hydro-Meteorological Risk Mitigation
Secondary Cities in Asia
SAR : Search and Rescue
Basarnas : Badan SAR Nasional
LIPI :Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
ISDR : International Strategy for Disaster Reduction
Satkorlak : Satuan Kordinasi Pelaksana
ADPC : Asian Disaster Preparedness Center
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Judul Tabel Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 2. Surat izin Dinas Kesehatan
Lampiran 3. Surat izin Kelurahan
Lampiran 4. Informed consent
Lampiran 5. Lembar Persetujuan Informan
Lampiran 6. Pedoman Focus Group Discussion (FGD)
Lampiran 7. Matriks Analisis tematik
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Wilayah Indonesia berada pada daerah yang rawan bencana.
Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi bencana
yang sangat tinggi dan juga sangat bervariasi dari aspek jenis bencana.
Kondisi alam tersebut serta adanya keanekaragaman penduduk dan budaya
di Indonesia menyebabkan timbulnya risiko terjadinya bencana alam,
bencana ulah manusia dan kedaruratan kompleks (BNPB, 2008). Bencana
yang terjadi di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan
data rekapitulasi bencana oleh BNPB (2014) bencana yang paling sering
terjadi di Indonesia dari tahun 1815-2011 adalah banjir 3990 kejadian
(39%), angin puting beliung 1771 kejadian (17%) dan tanah longsor 1600
kejadian (16%).
Menurut BNPB (2014) bencana adalah peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor
non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis. Bencana dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu bencana alam,
bencana non-alam dan bencana sosial (Undang-undang Nomor 24 Tahun
2007).
Bencana alam terjadi diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor (UU
No. 24 tahun 2007).Akibat yang ditimbulkan dari bencana alam diantaranya
jatuhnya korban jiwa, rusaknya fasilitas kesehatan, dan krisis kesehatan.
Berdasarkan data statistik Depkes (2013) korban akibat bencana alam
selama tahun 2013 tercatat sebanyak 823 orang meninggal, 2.748 orang
lukaberat/dirawat inap, 154.870 orang luka ringan/ dirawat jalan, 192 orang
hilang dan 312.620 orang mengungsi.
Bencana alam dapat mengakibatkan krisis kesehatan seperti jatuhnya
korban massal yang menimbulkan kematian, cedera, maupun pengungsian
dan rusaknya infrastruktur, termasuk didalamnya adalah fasilitas kesehatan
seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Polindes, dan lain-lain. Selama kurun
waktu 5 tahun, antara tahun 2009-2013, terdapat 1.738 kejadian krisis
kesehatan akibat bencana alam di Indonesia, dengan 442 kejadian banjir,
239 kejadian tanah longsor, 187 kejadian angin puting beliung, dan 137
peristiwa konflik sosial (Depkes, 2013). Jenis fasilitas kesehatan yang paling
banyak terjadi kerusakan adalah Polindes/Poskesdes yaitu sejumlah 81 unit
(33%). Kerusakan tersebut umumnya disebabkan oleh bencana banjir (118
kejadian).
Banjir merupakan bencana alam yang paling sering terjadi di
Indonesia (BNPB, 2014). Wilayah Indonesia yang paling rawan bencana
banjir berada di Pulau Jawa termasuk provinsi DKI Jakarta. Provinsi DKI
Jakarta merupakan Ibu Kota Republik Indonesia yang merupakan dataran
rendah (24.000 hektar) dengan ketinggian rata-rata di bawah permukaan air
wilayah DKI Jakarta memiliki kerawanan yang tinggi terhadap banjir. Banjir
di Jakarta terbagi menjadi dua, yaitu banjir yang disebabkan oleh meluapnya
sungai-sungai karena curah hujan yang tinggi dan banjir yang terjadi karena
kiriman dari daerah hulu, yaitu Bogor. (BNPB, 2008). Daerah yang terkena
banjir akibat curah hujan diantaranya Pesing, Sunter, Mampang, Bintaro,
Hankam Slipi dan Bukit Duri. Daerah yang terkena banjir akibat hulu sungai
diantaranya Jakarta Barat yang disebabkan meluapnya Sungai Cisadane
adalah kelurahan Kedoya, Kembangan, Cengkareng, Kapuk, dan Bojong
Indah. Jakarta Pusat Kwitang, Gunung Sahari, RSAL Bendungan Hilir,
Jakarta Timur sungai Sunter dan Sungai Cipinang daerah Cipinang,
Cipinang Muara, Jatinegara Kaum, Sungai Ciliwung Kampung melayu,
Bidara Cina (Gunawan, 2010).
Banjir yang terjadi di Jakarta pada tahun 2007 adalah salah satu banjir
terbesar di mana hampir 60 persen wilayah Jakarta terendam banjir dan
telah banyak menimbulkan korban jiwa, korban yang meninggal akibat
banjir sekitar 8 orang dan meningkat menjadi 19 orang pada Januari 2014, 4
korban meninggal karena asap dari genset sedangkan 15 korban lainnya
karena sakit, hanyut, tersengat listrik, jatuh dan tenggelam (BNPB, 2014).
Selain itu, banjir juga merugikan diberbagai sektor, banyak orang yang
terhambat pekerjaannya akibat tidak bisa mengakses jalan karena dilalui
oleh banjir, anak – anak sekolah yang bangunan sekolahnya terendam banjir
dan terpaksa mengikuti aktivitas kegiatan belajar mengajar ditempat lain,
serta timbulnya berbagai macam penyakit seperti gatal-gatal, leptospirosis,
Kerugian yang diakibatkan dari bencana banjir membuat kapasitas
pengendalian banjir Jakarta terus ditingkatkan menyangkut infrastruktur,
sarana dan prasarana, sistem informasi dan sumber daya manusianya. Untuk
mengatasi dampak banjir di Jakarta, pemerintah Jakarta telah
mempersiapkan cara untuk menanggulangi bahaya banjir seperti
membangun waduk, sosialisasi, pelatihan dan lain-lain, sedangkan
pembuatan 2.000 sumur resapan oleh Pemda DKI maupun perbaikan
pompa-pompa air di berbagai lokasi dilakukan untuk mengurangi dampak
bencana banjir (BPBD DKI Jakarta, 2013). Hanya saja, seiring dengan
beralih fungsinya lahan menjadi pemukiman, beban kepadatan penduduk
dan perilaku manusia dan berbagai kendala lain dalam penanganan banjir
menyebabkan kapasitas tersebut menjadi tidak optimal.
Upaya kesiapsiagaan terhadap bencana tidak hanya dilakukan oleh
pemerintah, masyarakat juga perlu melakukan kesiapsiagaan bencana guna
mengurangi kerugian akibat bencana. Kesiapsiagaan bencana dapat
didefinisikan sebagai upaya yang memungkinkan pemerintah, organisasi,
komunitas dan individu untuk merespon kejadian bencana secara cepat dan
efektif (Carter, 2008). Upaya kesiapsiagaan pada setiap individu atau
kelompok tidak sama tergantung pada tingkat kesiapsiagaan bencana yang
dipengaruhi oleh faktor sosial demografi, jejaring sosial, dan pengalaman
kebanjiran sebelumnya (Lindell and Perry, 2000 dalam Kirschenbaum,
2002).Tingkat pengetahuan tentang kesiapan bencana yang dimiliki tiap
individu berbeda-beda sehingga akan menimbulkan respon yang beragam
non-alam. Tingkat pengetahuan yang baik akan berkontribusi terhadap
terciptanya rasa aman dan minimalisasi korban bencana. Dalam hal ini,
masyarakat telah memiliki inisiatif dalam menghadapi ancaman bencana di
provinsi DKI Jakarta, khususnya banjir. Upaya tersebut diwujudkan dalam
berbagai bentuk kegiatan. Dari mulai penyadaran masyarakat, pemetaan
kawasan rawan bencana, membuat dan menyiapkan jalur evakuasi,
peringatan dini banjir, membentuk kelompok siaga bencana dan lain
sebagainya (BPBD DKI Jakarta, 2013).
Penelitian mengenai bencana banjir di Jakarta memang sudah banyak
dilakukan, namun dalam hal pengalaman mengenai upaya kesiapsiagaan
masyarakat dalam menghadapi bencana banjir belum pernah dilakukan.
Terlebih lagi bagi profesi keperawatan yang bekerja di setting komunitas
yang memainkan peran pada upaya kesehatan dalam tindakan preventif
program penanggulangan bencana banjir. Peran perawat komunitas sebagai
pelaksana kesehatan dalam mencapai tujuan kesehatan melalui upaya
promotif dan preventif dalam kaitannya untuk meningkatkan status
kesehatan masyarakat (Iqbal & Nurul, 2009).
Penelitian ini, dilakukan didaerah yang terkena banjir, yaitu di RT 001
RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan
dengan jumlah 57 KK (Kepala Keluarga) yang terkena dampak banjir
(Laporan Kependudukan RT 001 RW 012 tahun 2014). Berdasarkan tingkat
keparahannya, dari 8 RT yang berada di wilayah RW 012 Kelurahan
Bintaro, RT 001 merupakan daerah yang sering terkena banjir dan belum
berpikir bahwa upaya kesiapsiagaan bencana banjir bagi masyarakat penting
untuk diteliti, sehingga peneliti tertarik ingin mengkaji lebih mendalam
mengenai “Studi Fenomenologi Pengalaman Kesiapsiagaan Masyarakat
Menghadapi Bencana Banjir di RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2015”
B. Perumusan Masalah
Provinsi DKI Jakarta memiliki frekuensi banjir sangat tinggi sehingga
menuntut adanya upaya kesiapsiagaan, penelitian sebelumnya (Sagala,
Dodon & Wimbardana, 2014) menunjukkan bahwa kesadaran mengenai
pentingnya kesiapsiagaan dan mitigasi bencana belum dimiliki oleh
masyarakat dan bukan berasal dari pelatihan atau pemberitahuan dari
pemerintah melainkan pengalaman mereka yang telah lama mengalami
bencana banjir.
Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti di RT 006 RW
012 Kelurahan Bintaro, dari salah satu informan yang telah diwawancarai,
yaitu ibu Y (43 tahun) mengatakan bahwa upaya kesiapsiagaan yang telah
dilakukan dalam menghadapi bencana banjir masih belum maksimal dan
seadanya, hanya sebatas mengungsikan barang berharga seperti pakaian,
buku sekolah dan barang elektronik ke tempat yang lebih aman. Dengan
demikian masalah penelitian ini adalah “Bagaimana pengalaman
C. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana pengalaman kesiapsiagaan warga RT 001 RW 012 dalam
menghadapi bencana banjir?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan atau mengeksplorasi
pengalaman masyarakat terhadap upaya kesiapsiagaan menghadapi bencana
banjir di wilayah Kelurahan Bintaro, Jakarta Selatan.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan edukasi mengenai
upaya kesiapsiagaan dalam penanggulangan bencana banjir khususnya di
wilayah RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan
Jakarta Selatan.
2. Bagi Institusi Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan bagi institusi
keperawatan khususnya keperawatan komunitas dalam mencanangkan
program penanggulangan banjir bagi masyarakat.
3. Bagi Peneliti selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dokumen akademik yang
berguna untuk dijadikan acuan penelitian selanjutnya.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir di wilayah RT 001 RW 012
Kelurahan Bintaro.
Penelitian ini merupakan penelitian fenomenologi dengan pendekatan
kualitatif. Pengumpulan data menggunakan instrument penelitian berupa
wawancara, observasi dan catatan lapangan. Informan penelitian ini
sebanyak 6 orang dan teknik yang digunakan yaitu, teknik purposive
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Pengalaman
Pengalaman diartikan sebagai sesuatu hal yang pernah dialami (dijalani,
dirasa, ditanggung) (KBBI, 2008). James dalam Herdiansyah, (2015)
mendefinisikan pengalaman adalah proses yang berjalan terus dan saling
berhubungan satu sama lain, sehingga di balik pengalaman tersebut terdapat
cara untuk menginterpretasikan suatu peristiwa melalui interaksi dengan orang
lain (Endraswara, 2006). Pengalaman merupakan sumber pengetahuan dan
suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang
kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang
dihadapi masa lalu (Notoatmodjo, 2010). Sumber pengetahuan adalah
pengalaman dan pengamatan panca indera yang memberi data dan fakta bagi
pengetahuan (Dua dan Keraf, 2010). Berdasarkan pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa pengalaman merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan
dari diri seseorang dan didapatkan dari kejadian atau peristiwa yang terjadi
dalam kehidupan sehari-hari.
Pengalaman menyebabkan orang dapat menafsirkan ungkapan, ekspresi
wajah, pesan secara lebih cermat yang diperoleh dari belajar secara formal dan
non-formal (Yulia dan Gunarsa, 2002). Pengalaman yang dirasakan individu
saat terjadi bencana dapat membuat seseorang menjadi trauma terhadap
bencana, respon yang ditunjukkan membuat seseorang menterjemahkan
melalui ungkapan dan ekspresi, diantaranya marah, sedih, kehilangan,
B. Bencana
1. Definisi Bencana
Menurut UU No. 24 tahun 2007 bencana adalah peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda, dan dampak psikologis. Kamus Besar Bahasa Indonesia
mendefinisikan bencana sebagai sesuatu yang menyebabkan
(menimbulkan) kesusahan, kerugian, atau penderitaan, kecelakaan dan
bahaya. WHO (2002) mendefinisikan bencana sebagai kejadian yang
menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia,
atau memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada skala
tertentu yang memerlukan respon dari luar masyarakat atau wilayah yang
terkena. Dari beberapa pengertian bencana, maka dapat ditarik kesimpulan
bencana merupakan suatu kejadian atau peristiwa yang tidak terduga
akibat dari alam dan non alam yang dapat mengancam kelangsungan
hidup.
2. Penyebab Bencana
Penyebab bencana dapat dibagi menjadi dua (Kodoatie dan Syarif,
2010) yaitu:
a. Alam
Secara alami bencana selalu terjadi di muka bumi, misal Tsunami,
gempa bumi, gunung meletus, jatuhnya benda-benda langit ke bumi
yang relatif lama sehingga menimbulkan kekeringan atau sebaliknya
curah hujan yang sangat tinggi di suatu lokasi menimbulkan bencana
banjir dan tanah longsor.
b. Manusia
Bencana oleh aktifitas manusia terutama akibat eksploitasi alam yang
berlebihan. Eksploitasi ini disebabkan pertumbuhan penduduk yang
terus meningkat. Pertumbuhan ini mengakibatkan kebutuhan pokok
dan non-pokok meningkat, kebutuhan infrastruktur meningkat, alih
atau guna lahan meningkat.
Sementara itu, Ramli (2010) menyebutkan bahwa penyebab bencana
adalah :
a. Faktor Alam
Bencana alam antara lain berupa gempa bumi, letusan gunung api,angin
topan, tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan/lahan karena faktor
alam, hama penyakit tanaman, epidemi, wabah, kejadian luar biasa, dan
kejadian antariksa/benda – benda angkasa.
b. Perbuatan Manusia
Bencana buatan manusia antara lain berupa kebakaran hutan/lahan yang
disebabkan ulah manusia, kecelakaan transportasi, kegagalan konstruksi
atau teknologi, dampak industri, ledakan nuklir, pencemaran
c. Sosial
Bencana sosial terjadi karena rusak dan kurang harmonisnya hubungan
sosial antara anggota masyarakat yang disebabkan berbagai faktor baik
sosial, budaya, suku, atau ketimpangan sosial.
3. Jenis Bencana
BNPB (2014) mengklasifikasikan jenis – jenis bencana menjadi :
a. Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di
permukaan bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng
bumi, patahan aktif, akitivitas gunung api atau runtuhan batuan.
b. Letusan gunung api merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang
dikenal dengan istilah "erupsi". Bahaya letusan gunung api dapat
berupa awan panas, lontaran material (pijar), hujan abu lebat, lava,
gas racun, tsunami dan banjir lahar.
c. Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti gelombang ombak
lautan ("tsu" berarti lautan, "nami" berarti gelombang ombak).
Tsunami adalah serangkaian gelombang ombak laut raksasa yang
timbul karena adanya pergeseran di dasar laut akibat gempa bumi.
d. Tanah longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau
batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar
lereng akibat terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun
lereng.
e. Banjir adalah peristiwa atau keadaan dimana terendamnya suatu
f. Banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba dengan
debit air yang besar yang disebabkan terbendungnya aliran sungai
pada alur sungai.
g. Kekeringan adalah ketersediaan air yang jauh di bawah kebutuhan
air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan
lingkungan. Adapun yang dimaksud kekeringan di bidang pertanian
adalah kekeringan yang terjadi di lahan pertanian yang ada tanaman
(padi, jagung, kedelai dan lain-lain) yang sedang dibudidayakan .
h. Kebakaran adalah situasi dimana bangunan pada suatu tempat
seperti rumah/pemukiman, pabrik, pasar, gedung dan lain-lain
dilanda api yang menimbulkan korban dan/atau kerugian.
i. Kebakaran hutan dan lahan adalah suatu keadaan di mana hutan
dan lahan dilanda api, sehingga mengakibatkan kerusakan hutan dan
lahan yang menimbulkan kerugian ekonomis dan atau nilai
lingkungan. Kebakaran hutan dan lahan seringkali menyebabkan
bencana asap yang dapat mengganggu aktivitas dan kesehatan
masyarakat sekitar.
j. Angin puting beliung adalah angin kencang yang datang secara
tiba-tiba, mempunyai pusat, bergerak melingkar menyerupai spiral
dengan kecepatan 40-50 km/jam hingga menyentuh permukaan
bumi dan akan hilang dalam waktu singkat (3-5 menit).
k. Gelombang pasang atau badai adalah gelombang tinggi yang
ditimbulkan karena efek terjadinya siklon tropis di sekitar wilayah
Indonesia bukan daerah lintasan siklon tropis tetapi keberadaan
siklon tropis akan memberikan pengaruh kuat terjadinya angin
kencang, gelombang tinggi disertai hujan deras.
l. Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut
dan arus laut yang bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga
erosi pantai. Kerusakan garis pantai akibat abrasi ini dipicu oleh
terganggunya keseimbangan alam daerah pantai tersebut. Walaupun
abrasi bisa disebabkan oleh gejala alami, namun manusia sering
disebut sebagai penyebab utama abrasi.
m. Kecelakaan transportasi adalah kecelakaan moda transportasi yang
terjadi di darat, laut dan udara.
n. Kecelakaan industri adalah kecelakaan yang disebabkan oleh dua
faktor, yaitu perilaku kerja yang berbahaya (unsafe human act) dan
kondisi yang berbahaya (unsafe conditions). Adapun jenis
kecelakaan yang terjadi sangat bergantung pada macam industrinya,
misalnya bahan dan peralatan kerja yang dipergunakan, proses
kerja, kondisi tempat kerja, bahkan pekerja yang terlibat di
dalamnya.
o. Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya
kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara
epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Status
Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI
p. Konflik Sosial atau kerusuhan sosial atau huru hara adalah suatu
gerakan massal yang bersifat merusak tatanan dan tata tertib sosial
yang ada, yang dipicu oleh kecemburuan sosial, budaya dan
ekonomi yang biasanya dikemas sebagai pertentangan antar suku,
agama, ras (SARA).
q. Aksi Teror adalah aksi yang dilakukan oleh setiap orang yang
dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan
sehingga menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang
secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat masal,
dengan cara merampas kemerdekaan sehingga mengakibatkan
hilangnya nyawa dan harta benda, mengakibatkan kerusakan atau
kehancuran terhadap obyek-obyek vital yang strategis atau
lingkungan hidup atau fasilitas publik internasional.
r. Sabotase adalah tindakan yang dilakukan untuk melemahkan musuh
melalui subversi, penghambatan, pengacauan dan/ atau
penghancuran. Dalam perang, istilah ini digunakan untuk
mendiskripsikan aktivitas individu atau grup yang tidak
berhubungan dengan militer, tetapi dengan spionase. Sabotase dapat
dilakukan terhadap beberapa struktur penting, seperti infrastruktur,
struktur ekonomi, dan lain-lain.
4. Akibat Bencana
Beberapa akibat yang ditimbulkan dari bencana (Pan American
Health Organization (PAHO), 2007) antara lain :
b. Penyakit menular
c. Perpindahan penduduk
d. Pajanan terhadap unsur –unsur
e. Makanan dan gizi
f. Persediaan air bersih dan pembuangan air kotor
g. Kesehatan jiwa
h. Kerusakan infrastruktu
C. Banjir
1. Pengertian Banjir
Banjir adalah dimana suatu daerah dalam keadaan tergenang oleh
air dalam jumlah yang begitu besar (Ramli, 2010). Lebih lanjut banjir
menurut Yulaelawati dan Usman (2008) yaitu meluapnya aliran sungai
akibat air melebihi kapasitas tampungan sungai sehingga meluap dan
menggenangi dataran atau daerah yang lebih rendah di sekitarnya. Depkes
(2014) mendefinisikan banjir adalah peristiwa dimana air menggenangi
suatu wilayah yang biasanya tidak di genangi air dalam selang waktu
tertentu, yang di sebabkan hujan yang terus menerus, mengakibatkan
meluapnya air sungai/danau/laut/drainase saat aliran melebihi volume air
yang dapat di tampung dalam,sungai,danau,rawa,maupun saluran air
lainnya. Dari beberapa pengertian banjir diatas penulis dapat
menyimpulkan bahwa banjir adalah naiknya permukaan air akibat hujan
yang terus – menerus yang disebabkan oleh tingginya permukaan volume
2. Faktor-faktor penyebab banjir
Penyebab timbulnya banjir pada dasarnya dapat dibedakan menjadi 3
(tiga) faktor (Yulaelawati & Usman , 2008) yaitu:
1. Pengaruh aktivitas manusia, seperti:
a. Pemanfaatan dataran banjir yang digunakan untuk pemukiman dan
industri
b. Penggundulan hutan dan yang kemudian mengurangi resapan pada
tanah dan meningkatkan larian tanah permukaan
c. Permukiman di dataran banjir dan pembangunan di daerah dataran
banjir dengan mengubah saluran-saluran air yang tidak
direncanakan dengan baik
d. Membuang sampah sembarangan dapat menyumbat
saluran-saluran air, terutama di perumahan-perumahan
2. Kondisi alam yang bersifat tetap (statis) seperti:
a. Kondisi geografi yang berada pada daerah yang sering terkena
badai atau siklon
b. Kondisi topografi yang cekung, yang merupakan dataran banjir
c. Kondisi alur sungai, seperti kemiringan dasar sungai yang datar,
berkelok-kelok, timbulnya sumbatan atau berbentuk seperti botol
(bottle neck), dan adanya sedimentasi sungai membentuk sebuah pulau (ambal sungai)
3. Peristiwa alam yang bersifat dinamis, seperti:
a. Curah hujan yang tinggi
b. Terjadinya pembendungan atau arus balik yang sering terjadi di
c. Penurunan muka tanah atau amblesan
d. Pendangkalan dasar sungai karena sedimentasi yang cukup tinggi
Adapun penyebab terjadinya banjir di Jakarta menurut BNPB (2008) yaitu
:
a. Sistem drainase yang tidak berfungsi dengan optimal serta
tersumbatnya sungai dan saluran air oleh sampah
b. Pembangunan bangunan hunian pada lahan basah atau daerah resapan
air serta semakin padatnya pembangunan fisik menyebabkan
kemampuan tanah menyerap air menjadi sangat berkurang
c. Pembangunan prasarana dan sarana pengendalian banjir yang belum
berfungsi maksimal
d. Banjir juga terjadi akibat rob yang melanda beberapa wilayah yang
berada di pantai utara DKI Jakarta diantaranya Kamal Muara, Pluit,
Penjaringan, Kalibaru, Cilincing dan Marunda
3. Jenis-jenis banjir
Ada 3 (tiga) jenis banjir yang umumnya terjadi. Ketiga jenis tersebut
(Yulaelawati & Usman , 2008) adalah:
a. Banjir bandang
Banjir bandang adalah banjir besar yang terjadi secara tiba-tiba dan
berlangsung hanya sesaat. Banjir bandang umumnya terjadi hasil dari
curah hujan berintensitas tinggi dengan durasi (jangka waktu) pendek
yang menyebabkan debit sungai naik secara cepat.
Banjir sungai biasanya disebabkan oleh curah hujan yang terjadi di
daerah aliran sungai (DAS) secara luas dan berlangsung lama.
Selanjutnya air sungai yang ada meluap dan menimbulkan banjir dan
menggenangi daerah di sekitarnya.
c. Banjir pantai
Banjir ini berkaitan dengan adanya badai siklon tropis dan pasang
surut air laut. Banjir besar yang terjadi dari hujan sering diperburuk
oleh gelombang badai yang diakibatkan oleh angin yang terjadi di
sepanjang pantai.
4. Dampak banjir
Mistra (2007) mengungkapkan bahwa dampak banjir akan terjadi pada
beberapa aspek dengan tingkat kerusakan berat pada aspek-aspek berikut
ini:
a. Aspek Penduduk, antara lain berupa korban jiwa/meninggal, hanyut,
tenggelam, luka-luka, korban hilang, pengungsian, berjangkitnya wabah
dan penduduk terisolasi
b. Aspek Pemerintahan, antara lain berupa kerusakan atau hilangnya
dokumen, arsip, peralatan, perlengkapan kantor dan terganggunya jalannya
pemerintahan.
c. Aspek Ekonomi, antara lain berupa hilangnya mata pencaharian,tidak
berfungsinya pasar tradisional, kerusakan, hilangnya harta benda, ternak
d. Aspek Sarana/Prasarana, antara lain berupa kerusakan rumah penduduk,
jembatan, jalan, bangunan gedung perkantoran, fasilitas sosial dan fasilitas
umum, instalasi listrik, air minum dan jaringan komunikasi.
e. Aspek Lingkungan, antara lain berupa kerusakan eko-sistem, obyek
wisata, persawahan/lahan pertanian, sumber air bersih dan kerusakan
tanggul/jaringan irigasi.
Disamping itu, dampak banjir juga menimbulkan beberapa penyakit
(Depkes, 2014) diantaranya :
1. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)
2. Diare
3. Penyakit kulit
4. Kecelakaan (tersengat listrik,tenggelam,terbawa arus )
5. Leptospirosis
6. Konjungtivitas
7. Gigitan binatang
5. Upaya Penanggulangan Banjir
Program untuk mengatasi banjir di Jakarta menurut BPBD DKI Jakarta
( 2014) dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :
1. Jangka Pendek :
a. Membangun tanggul pengaman Rob di Kamal Muara, Muara
Baru, Kali Baru, Matradinata dan Muara Angke
b. Melaksanakan pengerukan sungai, waduk dan saluran Jakarta
Emergency Dredging Initiative (JEDI)
d. Melakukan relokasi penduduk yang bermukim di bantaran kali
dalam rangka penataan Kali Ciliwung
e. Membangun kesadaran dan partisipasi masyarakat tidak
membuang sampah dan mendirikan bangunan di kali dan saluran.
2. Jangka Menengah :
a. Normalisasi Kali Pesanggrahan, Kali Angke, dan Kali Sunter dan
revitalisasi Kali Ciliwung
b. MembangunSodetan Kali Ciliwung ke BKT
c. Membangun Cengkareng Drain 2
d. MembangunWaduk Ciawi dan Waduk Cimanggis
e. Memperkuat tanggul Rob di sepanjang pantura Jakarta.
f. Meningkatkan RTH dan penghutanan kembali di kawasan hulu
g. Menahan penurunan muka tanah dengan memasalkan
pembangunan sumur resapan
h. MembangunTerowongan Bawah Tanah Multifungsi bila hasil
kajian kelayakannya positif
3. Jangka Panjang :
a. Membangun Tanggul Laut Raksasa (Giant Sea Wall)
mengantisipasi banjir, penampungan cadangan air baku dan
pengolahan air limbah
b. Memantapkan kerjasama dengan Pemerintah Daerah
Bodetabekjur, Jabar dan Banten serta Pemerintah Pusat
Adapun upaya yang harus di lakukan petugas kesehatan sebelum, saat dan
setelah terjadi banjir (Depkes, 2014) adalah :
A. Sebelum Banjir
1. Membuat peta rawan dan jalur evakuasi
2. Menyusun rencana kontijensi (perencanaan kegiatan
penanggulangan bencana yang di susun sebelum bencana terjadi)
3. Menigkatkan kegiatan penyuluhan kesehatan lingkungan
4. Membentuk tim kesehatan di setiap jejaring administrasi
5. Menyiapkan obat dan logistik kesehatan lain
(PAC,Kaporit,kantong sampah,dll)
6. Meningkatkan kemampuan petugas dengan pelatihan
7. Menyiapkan sarana komunikasi dan transportasi
8. Menyiapkan perlengkapan lapangan (tenda velbet,genset,dll)
B. Saat Banjir
1. Mengaktifkan unit pelayanan kesehatan dan membuat pos
kesehatan di lokasi
2. Memberikan pelayanan kesehatan dan rujukan
3. Melakukan penilaian cepat kesehatan (Rapid Healt Assessment)
C. Setelah Banjir
1. Melakukan perbaikan kualitas air bersih
2. Melakukan surveilans penyakit potensi KLB
3. Membantu perbaikan kualitas jaman dan saluran pembuangan
Sebagai salah satu petugas kesehatan perawat komunitas juga memiliki
peran penting dalam manajemen bencana (Efendi dan Makhfuldi, 2009) :
A. Peran Perawat dalam Fase Pre-impact
1. Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga
kesehatan dalam penaggulangan ancaman bencana untuk setiap
fasenya
2. Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintahan,
organisasi lingkungan, palang merah nasional, maupun lembaga
– lembaga kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan
simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana kepada
masyarakat
3. Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk
meningkatkan kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana
yang meliputi hal – hal berikut :
a. Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut)
b. Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti
menolong anggota keluarga yang lain
c. Pembekalan informasi tentang bagaimana menyimpan dan
membawa persediaan makanan dan penggunaan air yang
aman
d. Perawat juga dapat memberikan beberapa alamat dan nomor
telepon darurat seperti dinas kebakaran, rumah sakit dan
e. Memberikan informasi tempat – tempat alternative
penampungan atau posko – posko bencana
f. Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat
dibawa, seperti pakaian seperlunya, radio portable, senter
beserta baterainya, dan lainnya
B. Peran Perawat dalam Fase Impact
1. Bertindak cepat
2. Do not promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan pasti, dengan maskud memberikan harapan yang besar
pada korban selamat
3. Berkonsentrasilah penuh pada apa yang dilakukan
4. Koordinasi dan menciptakan kepemimpinan (coordination and
create leadership)
5. Untuk jangka panjang, bersama – sama pihak yang terkait dapat
mendiskusikan dan merancang master plan of revitalizing,
biasanya untuk jangka waktu 30 bulan pertama
C. Peran Perawat dalam Fase Post-impact
1. Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik,
sosial, dan psikologis korban
2. Stress psikologis yang terjadi dapat terus berkembang hingga
terjadi post-traumatic stress disorder (PTSD) yang merupakan
sindrom dengan tiga kriteria utama. Pertama, gejala trauma pasti
dapat dikenali. Kedua, individu tersebut mengalami gejala ulang
peristiwa yang memacunya. Ketiga, individu akan emnunjukkan
gangguan fisik. Selain itu, individu dengan PTSD dapat
mengalami penurunan konsentrasi, perasaan bersalah, dan
gangguan memori
3. Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait
bekerja sama dengan unsur lintas sektor menangani masalah
kesehatan masayrakat pasca-gawat darurat serta mempercepat
fase pemulihan (recovery) menuju keadaan sehat dan aman
D. Kesiapsiagaan
1. Pengertian Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan (preparedness) adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta
melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna (BPBD DKI Jakarta,
2013). Menurut BNPB (2008) kesiapsiagaan menghadapi bencana
merupakan suatu aktivitas lintas-sektor yang berkelanjutan. Kesiapsiagaan
dalam menghadapi banjir terdiri dari kegiatan yang memungkinkan
masyarakat dan individu untuk dapat bertindak dengan cepat dan efektif
ketika terjadi banjir. Hal ini membantu masyarakat dalam membentuk dan
merencanakan tindakan apa saja yang perlu dilakukan ketika banjir
(UNESCO, 2008).
Tujuan khusus dari upaya kesiapsiagaan bencana adalah menjamin
bahwa sistem, prosedur, dan sumber daya yang tepat siap ditempatnya
korban bencana sehingga dapat mempermudah langkah-langkah
pemulihan dan rehabilitasi layanan (BNPB, 2008)
2. Upaya Kesiapsiagaan
Upaya kesiapsiagaan banjir dapat dilakukan dalam tiga waktu secara
berkesinambungan, yaitu sebelum banjir, saat banjir, dan sesudah banjir
Ramli (2010) di antaranya :
A. Sebelum banjir
1. Di tingkat warga
a. Bersama aparat terkait dan pengurus RT/RW terdekat
bersihkan lingkungan sekitar, terutama pada saluran air atau
selokan dari timbunan sampah
b. Tentukan lokasi Posko Banjir yang tepat untuk mengungsi
lengkap dengan fasilitas dapur umum dan MCK, berikut
pasokan air bersih melalui koordinasi dengan aparat terkait,
bersama pengurus RT/RW di lingkungan Anda
c. Bersama pengurus RT/RW di lingkungan Anda, segera bentuk
tim penanggulangan banjir di tingkat warga, seperti
pengangkatan Penanggung Jawab Posko Banjir
d. Koordinasikan melalui RT/RW, Dewan Kelurahan setempat,
dan LSM untuk pengadaan tali, tambang, perahu karet dan
pelampung guna evakuasi
e. Pastikan pula peralatan komunikasi telah siap pakai, guna
memudahkan mencari informasi, meminta bantuan atau
2. Di tingkat keluarga
a. Simak informasi terkini melalui TV, radio atau peringatan Tim
Warga tentang curah hujan dan posisi air pada pintu air
b. Lengkapi dengan peralatan keselamatan seperti : radio baterai,
senter, korek gas dan lilin, selimut, tikar, jas hujan, ban karet
bila ada
c. Siapkan bahan makanan mudah saji seperti mie instan, ikan
asin, beras, makanan bayi, gula, kopi, teh, dan persediaan air
bersih
d. Siapkan obat – obatan darurat seperti : oralit, anti diare, anti
influenza
e. Amankan dokumen penting seperti : akte kelahiran, kartu
keluarga, buku tabungan, sertifikat dan benda –benda berharga
dari jangkauan air dan tangan jahil
B. Saat Banjir
1. Matikan aliran listrik di dalam rumah atau hubungi PLN untuk
mematikan aliran listrik di wilayah yang terkena bencana
2. Mengungsi ke daerah aman sedini mungkin saat genangan air
masih memungkinkan untuk diseberangi
3. Hindari berjalan di dekat saluran air untuk menghindari terseret
arus banjir. Segera mengamankan barang – barang berharga
4. Jika air terus meninggi hubungi instansi yang terkait dengan
penanggulangan bencana seperti Kantor Kepala Desa, Lurah,
ataupun Camat
C. Setelah Banjir
1. Secepatnya membersihkan rumah, dimana lantai pada umumnya
tertutup lumpur dan gunakan antiseptik untuk membunuh kuman
penyakit
2. Cari dan siapkan air bersih untuk menghindari terjangkitnya
penyakit diare yang sering berjangkit setelah kejadian banjir
3. Waspada terhadap kemungkinan binatang berbisa seperti ular dan
lipan, atau binatang penyebar penyakit seperti tikus, kecoa, lalat
dan nyamuk
4. Usahakan selalu waspada apabila kemungkinan terjadi banjir
susulan
Berikut ini adalah contoh upaya kesiapan/kesiapsiagaan yang biasanya
dilakukan oleh pemerintah di tingkat lokal (ADPC, 2007) yaitu :
1. Memasang tanda ancaman pada jembatan yang rendah agar tidak
dilalui masyarakat pada saat banjir.
2. Mempersiapkan keperluan darurat selama banjir, seperti peralatan
untuk tindakan penyelamatan, misalnya perahu karet, kendaraan dan
bahan bakarnya; persediaan bahan pokok yang diperlukan pada
kondisi tanggap darurat, seperti makanan pokok, obat-obatan, air
bersih, selimut, peralatan memasak untuk di tempat evakuasi,
3. Melakukan perencanaan untuk melakukan evakuasi. Hal ini terkait
dengan koordinasi antara satu dengan yang lainnya, siapa
melakukan apa pada saat keadaan darurat, serta bagaimana
menyelamatkan diri menuju tempat yang aman (menentukan jalur
evakuasi dan tempat evakuasi) serta melakukan latihan evakuasi.
4. Mengorganisasikan sistem keamanan pada keadaan darurat,
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH A. Kerangka Konsep
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan, banjir di Jakarta
merupakan kejadian bencana yang sering melanda warga Jakarta. Dampak
yang terjadi akibat banjir antara lain, terhambatnya pekerjaan, terganggunya
aktivitas sekolah, masalah ketersediaan air bersih, munculnya berbagai
penyakit, lumpuhnya kegiatan ekonomi warga hingga kehilangan sanak
saudara. Upaya penanggulangan banjir berguna untuk mengantisipasi kerugian
yang terjadi setelahnya dan meminimalisir koban jiwa.
Pengalaman warga saat menghadapi banjir memiliki respon yang berbeda
– beda terhadap tindakan kesiapan bencana yang dilakukan. Kesiapsiagaan
menghadapi bencana banjir masih kurang diekspos bagi warga karena
kurangnya kesadaran diri, sering terjadinya banjir di daerah tersebut sehingga
warga sudah terbiasa dengan kondisi saat banjir dan bukan merupakan suatu
permasalahan yang besar. Peneliti ingin mengeksplor lebih mendalam tentang
B. Definisi Istilah
1. Pengalaman merupakan suatu kejadian atau peristiwa yang pernah dialami,
dirasa dan dijalani seseorang dalam kehidupan sehari-hari.
2. Kesiapsiagaan adalah tindakan dan upaya antisipasi dalam menghadapi
suatu kejadian yang tidak terduga dan tidak dapat diprediksi guna
meminimalisir kerugian yang akan terjadi setelahnya.
3. Banjir adalah naiknya permukaan air akibat hujan yang terus- menerus
yang disebabkan oleh tingginya permukaan volume sungai dan
BAB IV
METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan suatu pendekatan
atau penelusuran untuk mengeksplorasi dan memahami suatu gejala sentral
(Creswell, 2012). Menurut Moleong (2013) penelitian kualitatif adalah
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan
dan lain-lain. Pada penelitian kualitatif ini, di mana fokusnya adalah
pemahaman arti pengalaman dari perspektif individu (Houser, 2011). Sejalan
dengan hal itu, metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang
mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang
sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang
tampak (Sugiyono, 2011). Metode kualitatif yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu pengamatan, diskusi kelompok, wawancara atau penelaah dokumen.
Fenomenologi didefinisikan sebagai suatu studi untuk memberikan
gambaran tentang suatu arti dari pengalaman-pengalaman beberapa individu
mengenai konsep tertentu (Polkinghorne 1989 dalam Herdiansyah 2015).
Tujuan penelitian fenomenologis adalah menjelaskan pengalaman-pengalaman
apa yang dialami oleh orang didalam kehidupan ini, termasuk interaksinya
dengan orang lain (Danim, 2003).
Peneliti mengidentifikasi tiga tahap untuk menjelaskan fenomenologi
(describing) (Streubert & Carpenter, 2003). Tahap pertama yaitu intuisi, peneliti menjadi sepenuhnya terlibat dalam investigasi fenomena. Proses
dimana peneliti mulai mengetahui tentang fenomena seperti yang dijelaskan
oleh para informan, pengalaman kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi
bencana banjir.
Tahap kedua yaitu analisis, yang melibatkan identifikasi esensi dari
fenomena yang diteliti berdasarkan data yang diperoleh dan bagaimana data
disajikan. Peneliti akan membedakan fenomena tersebut berkaitan dengan
elemen atau unsur, peneliti juga mengeksplorasi hubungan dan koneksi
dengan fenomena yang berdekatan yang dialami informan. Tahap ketiga yaitu
deskripsi, merupakan bagian integral dari intuisi dan analisis. Meskipun
ditangani secara terpisah, intuisi dan analisis sering terjadi secara bersamaan.
Pada tahap deskripsi peneliti akan mengkomunikasikan dan membawa ke
penjelasan tertulis dan lisan yang berbeda, juga elemen-elemen penting dari
fenomena tersebut. Peneliti akan menguraikan penjelasan dengan
mengklasifikasikan atau mengelompokan pada tiap fenomena tersebut.
Melalui pendekatan ini diharapkan dapat menggali informasi mengenai
pengalaman kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi banjir di RT 001
RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan.
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro
Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan pada bulan Juli 2015. Jumlah warga
yang terkena banjir di RT 001 RW 012 kelurahan Bintaro yaitu sekitar 57 KK
C. Informan Penelitian
Informan pada penelitian ini adalah warga yang terkena banjir yang
berada di wilayah RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro. Pemilihan informan
pada penelitian ini menggunakan teknik Purposive sampling, dengan prinsip
kesesuaian (appropriateness) dan kecukupan (adequancy). Teknik purposive
sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010).
Informan artinya individu yang memberikan informasi dalam
menjawab pertanyaan – pertanyaan penelitian. Penentuan teknik pengambilan
sampel atau informan ini bergantung pada topik dan tujuan penelitian itu
sendiri. Informan dalam penelitian ini yaitu warga yang terkena bencana
banjir yang berada di RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro dengan kriteria :
a. Informan yang diwawancarai dalam 1 KK yaitu suami atau istri
b. Informan adalah masyarakat di RT 001 RW 012 dan pernah mengalami
banjir
c. Dapat berkomunikasi dengan baik sehingga dapat menjawab semua
pertanyaan peneliti
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yaitu tahapan kajian dengan mencari dan
mengumpulkan data dari informan atau sampel. Berkenaan dengan upaya
pengumpulan data, terdapat setidaknya dua hal yang sangat menentukan
kualitas dari data, yakni teknik pengumpulan data dan alat (instrument) yang
digunakan (Sugiyono, 2005). Teknik pengumpulan data melibatkan prosedur
standar metode, seperti wawancara mendalam (in-depth interview), focus
Dalam memperoleh data yang dibutuhkan sebagai bahan pembuatan
laporan penelitian, ada beberapa teknik, cara, metode yang dilakukan oleh
peneliti yang disesuaikan dengan penelitian kualitatif. Pengumpulan data
dilakukan oleh peneliti langsung, pada penelitian ini teknik pengumpulan data
yang digunakan dengan cara :
1. FGD (Focus Group Discussion)
Diskusi kelompok terarah atau Focus Group Discussion (FGD) adalah
suatu proses pengumpulan informasi suatu masalah tertentu yang sangat
spesifik melalui diskusi kelompok (Irwanto, 1998). Metode FGD merupakan
salah satu metode pengumpulan data penelitian dengan hasil akhir
memberikan data yang berasal dari hasil interaksi sejumlah partisipan suatu
penelitian, seperti umumnya metode-metode pengumpulan data lainnya
(Afiyanti, 2008).
2. Catatan Lapangan (Field Note)
Catatan lapangan, menurut (Bogdan dan Biklen 1982 dalam Moleong
2013) merupakan catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami,
dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data
dalam penelitian kualitatif. Catatan itu berupa coretan seperlunya yang sangat
dipersingkat, berisi kata-kata kunci, frasa, pokok-pokok isi pembicaraan atau
pengamatan, misalnya gambar, sketsa, sosiogram, diagram dan lain-lain.
Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Juli tahun 2015. Penelitian
ini menggunakan instrument seperti alat pencatat, alat perekam video
Langkah – langkah tahap pengumpulan data :
a. Setelah proposal penelitian disetujui oleh penguji, peneliti mengajukan
surat permohonan ijin penelitian ke Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Peneliti menyerahkan surat permohonan ijin penelitian kepada Kepala
Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik kota Administrasi Jakarta Selatan.
c. Setelah surat permohonan ijin penelitian disetujui oleh Kepala Kantor
Kesatuan Bangsa dan Politik kota Administrasi Jakarta Selatan, peneliti
mengajukan permohonan ijin penelitian ke Kepala Kelurahan Bintaro
Jakarta Selatan
d. Setelah ijin penelitian disetujui oleh Kepala Kelurahan Bintaro Jakarta
Selatan, peneliti diberikan surat pengantar penelitian oleh Kepala Seksi
Satuan Pelaksana PTSP Kelurahan Bintaro untuk diajukan ke ketua RT
001 dan RW 012 Kelurahan Bintaro
e. Setelah ijin penelitian disetujui oleh ketua RW dan RT, selanjutnya
peneliti mendata informan yang sesuai dengan kriteria penelitian dan
kemudian memberikan penjelasan kepada informan mengenai tujuan
penelitian, manfaat, prosedur, jumlah informan, etika penelitian dan
inform consent.
f. Jika calon informan bersedia menjadi informan, mereka dapat membaca
lembar persetujuan kemudian menandatanganinya.
g. Setelah informan menandatangani lembar persetujuan, informan
informan dianjurkan bertanya apabila ada pertanyaan ataupun pernyataan
yang kurang jelas.
E. Teknik Validasi Data
Data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang
dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang
diteliti (Sugiyono, 2011). Pada penelitian kualitatif banyak hasil penelitian
yang diragukan kebenarannya karena beberapa hal, seperti subjektivitas
peneliti yang dominan pada penelitian, alat penelitian yang digunakan adalah
wawancara dan observasi yang memiliki kelemahan karena dilakukan secara
terbuka dan tanpa control (observasi partisipatif), dan sumber data kualitatif
yang kurang credible akan memengaruhi hasil akurasi penelitian (Bungin,
2011). Oleh karena itu, untuk menghindari ketidakvalidan dan ketidaksesuaian
instrumen penelitian maka dilakukan uji validitas dan uji kredibilitas. Uji
validitas pada penelitian kualitatif meliputi uji, credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas), dan confirmability (obyektivitas) (Sugiyono 2011, Moleong 2013).
1. Uji Kredibilitas
Setiap penelitian harus memiliki kredibilitas sehingga dapat
dipertanggungjawabkan. Kredibilitas penelitian kualitatif adalah
keberhasilan mencapai maksud mengeksplorasi masalah yang majemuk
atau keterpercayaan terhadap hasil data penelitian. Uji kredibilitas data
atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif dapat dilakukan
a. Perpanjangan pengamatan ,peneliti melakukan perpanjangan
pengamatan yang berarti kembali ke lapangan, melakukan
pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui
maupun yang baru (Sugiyono, 2011). Bersama informan di lapangan
akan membantu peneliti memahami budaya dan tradisi informan,
memahami makna-makna budaya, makna simbol, dan berbagai makna
lainnya yang hidup dan tumbuh di masyarakat dimana informan hidup
bersama peneliti (Bungin, 2011).
b. Peningkatan ketekunan, berarti melakukan pengamatan secara lebih
cermat dan terus-menerus (Sugiyono, 2011). Dengan meningkatkan
ketekunan pengamatan, maka peneliti dapat melakukan pengecekan
kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak dan
validitas data dapat ditingkatkan pula.
c. Triangulasi, merupakan teknik pemeriksaan validitas data yang memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2013). Triangulasi dalam
pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari
berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu (Sugiyono,
2011).
d. Peer debriefing (pengecekan melalui diskusi) yaitu dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam
bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat yang ahli dalam penelitian
e. Mengadakan member check, yaitu dengan menguji kemungkinan data yang diperoleh berbeda, sehingga data yang diperoleh sesuai dengan
apa yang dimaksud oleh informan.
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan kredibilitas
Peer debriefing. Data dikumpulkan peneliti untuk dibuat transkrip data. Data yang sudah dibuatkan transkrip kemudian dibicarakan dan
didiskusikan oleh pembimbing tentang hal-hal yang dialami informan.
2. Transferabilitas (Transferability)
Transferabilitas dapat diartikan sebagai hasil dari penelitian yang dapat
diterapkan atau digunakan ditempat lain (Sugiyono, 2011). Hasil
penelitian kualitatif dapat dikatakan memiliki standar transferabilitas
tinggi bilamana para pembaca laporan penelitian memperoleh gambaran
dan pemahaman yang jelas tentang konteks dan fokus penelitian (Bungin,
2008). Peneliti dalam membuat laporan harus memberikan uraian yang
rinci, jelas, sistematis dan dapat dipercaya.
3. Dependabilitas (dependabality)
Dalam penelitian kualitatif, jika dua atau beberapa kali diadakan
pengulangan suatu studi dalam suatu kondisi yang sama dan hasilnya
secara esensial sama, maka dikatakan reliabilitasnya tercapai (Moleong,
2013). Pada penelitian ini, peneliti membuat transkrip data secara singkat,
maksud, tujuan, proses dan hasil penelitian. Uji dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian
(Sugiyono, 2011). Dalam hal ini auditor eksternal yang diikutsertakan