• Tidak ada hasil yang ditemukan

Estimasi Asupan Flavonoid Dan Karotenoid Pada Usia Dewasa Di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Estimasi Asupan Flavonoid Dan Karotenoid Pada Usia Dewasa Di Indonesia"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

ESTIMASI ASUPAN FLAVONOID DAN KAROTENOID

PADA USIA DEWASA DI INDONESIA

LINDA RISKI SEFRINA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Estimasi Asupan Flavonoid dan Karotenoid pada Usia Dewasa di Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2017

Linda Riski Sefrina

(4)

RINGKASAN

LINDA RISKI SEFRINA. Estimasi Asupan Flavonoid dan Karotenoid pada Usia Dewasa di Indonesia. Dibimbing oleh DODIK BRIAWAN, TIURMA SINAGA dan DEWI PERMAESIH.

Kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) di dunia dan Indonesia semakin meningkat. Salah satu pencegahan PTM adalah peningkatan konsumsi sayur dan buah yang mengandung flavonoid dan karotenoid. Estimasi asupan flavonoid dan karotenoid masih berbeda antar negara dan belum pernah dilakukan di seluruh wilayah Indonesia.

Tujuan umum dari penelitian ini untuk melakukan estimasi asupan flavonoid dan karotenoid pada usia dewasa di tingkat provinsi dan seluruh wilayah Indonesia dengan tujuan khusus antara lain: (1) Mengetahui kandungan flavonoid dan karotenoid bahan pangan di Indonesia; (2) Menganalisis perbedaan konsumsi kelompok pangan sumber flavonoid dan karotenoid berdasarkan karakteristik subjek pada usia dewasa; (3) Menganalisis perbedaan asupan flavonoid dan karotenoid berdasarkan karakteristik subjek dan konsumsi kelompok pangan pada usia dewasa; (4) Menganalisis hubungan antara karakteristik subjek dan konsumsi kelompok pangan terhadap asupan flavonoid dan karotenoid; (5) Mengetahui gambaran konsumsi kelompok pangan dan asupan flavonoid dan karotenoid berdasarkan riwayat PTM pada usia dewasa.

Penelitian ini menggunakan data sekunder SKMI 2014 dan RISKESDAS 2013. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus 2016. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dengan jumlah subjek sebesar 86 036 subjek. Kriteria inklusi yang ditetapkan adalah subjek dengan kondisi biologis

“sehat” dan berusia ≥19 tahun. Kandungan flavonoid dan karotenoid didapatkan dari USDA Database for the Flavonoid Contents of Selected Food Release 3.2 tahun 2015, USDA Database for the Isoflavone Contents of Selected Food Release

2 tahun 2008, USDA National Nutrient Database for Standard Reference, Release 28 tahun 2015, TKPI dan jurnal ilmiah lainnya. Analisis bivariat yang digunakan uji Mann-Whitney dan Kruskall-walls Analisis multivariat yang digunakan adalah uji regresi logistik.

(5)

adalah 25.02 mg/hari. Asupan total flavonoid lebih besar pada perempuan, berusia 50-64 tahun, di perkotaan, berpendidikan tinggi, bekerja, status ekonomi tinggi dan memiliki riwayat PTM. Median asupan total karotenoid subjek adalah 551.62 µg/hari. Asupan total karotenoid lebih besar pada perempuan, berusia 30-49 tahun, di perkotaan, berpendidikan tinggi, tidak bekerja, status ekonomi tinggi dan memiliki riwayat PTM. Usia, jenis kelamin, klasifikasi daerah, status ekonomi, dan konsumsi kelompok pangan berhubungan signifikan dengan asupan total flavonoid. Semua karakteristik subjek dan konsumsi kelompok pangan berhubungan signifikan dengan kuartil rendah asupan total karotenoid.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa asupan total flavonoid dan karotenoid di Indonesia masih rendah. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh konsumsi kelompok pangan sumber flavonoid dan karotenoid terutama sayur dan buah di Indonesia masih rendah. Berdasarkan hasil penelitian ini perlu dilakukan peningkatan upaya sosialisasi peningkatan konsumsi sayur dan buah sebagai sumber flavonoid dan karotenoid melalui kerjasama berbagai pihak.

(6)

SUMMARY

LINDA RISKI SEFRINA. Estimation of Flavonoid and Carotenoid Intake in Indonesian Adults. Supervised by DODIK BRIAWAN, TIURMA SINAGA and DEWI PERMAESIH.

Non-communicable diseases (NCDs) deaths are increasing in the world and Indonesia. One of the prevention of NCDs is increasing vegetable and fruit consumption that contain flavonoid and carotenoid. Estimation of intake of flavonoid was still differ between countries and there has never been the research that estimates flavonoid intake and carotenoid with national data in Indonesia.

The main objective of this study was to estimate intake of flavonoid and carotenoid in adult by province and Indonesia. The specific objectives were: (1) to know flavonoid and carotenoid content of food items in Indonesia; (2) to analyze the differences of consumption of food group sources of flavonoids and carotenoids based on subject charactersitics; (3) to analyze differences flavonoids and carotenoids intake based on subject characteristics and food group consumption; (4) to analyze correlation between characteristics food consumption and flavonoid and carotenoid intake; (5) to describe food group consumption, flavonoid and carotenoid intake based on NCDs history of subjects.

This study used secondary data from SKMI 2014 and RISKESDAS 2013. The study was conducted at May-August 2016. The research design was cross-sectional with a total of 86 036 subjects. The inclusion criteria were healthy subject and aged ≥ 19 years old. The content of flavonoid and carotenoid were obtained from USDA Database for the Flavonoid Contents of Selected Food Release 3.2 in 2015, USDA Database for the Isoflavones Contents of Selected Food Release 2 in 2008, USDA National Nutrient Database for Standard Reference Release 28 in 2015, TKPI and other scientific journals. Bivariate analysis of this study used Mann-Whitney and Kruskal-walls test. Multivariate analysis of this study used logistic regression.

(7)

with total flavonoid intake. All of characteristic of the subjects and food group consumption were associated with total carotenoid intake.

The results of this study showed the intake of flavonoid and carotenoid in Indonesia was still low compare with other countries. It could be affected by the low consumption of food group as sources of flavonoid and carotenoid, especially vegetables and fruit in Indonesia. Based on these results, this study suggested to increase efforts to socialize the fruit and vegetable consumption as a source of flavonoid and carotenoid through the cooperation of stakeholders.

(8)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2017 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(9)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Gizi

ESTIMASI ASUPAN FLAVONOID DAN KAROTENOID

PADA USIA DEWASA DI INDONESIA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2017

(10)
(11)
(12)

Judul : Estimasi Asupan Flavonoid dan Karotenoid pada Usia Dewasa di Indonesia

Nama : Linda Riski Sefrina

NIM : I151140331

Disetujui oleh, Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Dodik Briawan, MCN Ketua

Dr Tiurma Sinaga, MFSA Anggota

Dr Ir Dewi Permaesih, MKes Anggota

Diketahui oleh,

Ketua Program Studi IlIlmu Gizi

Prof Dr Ir Dodik Briawan, MCN

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MSc Agr

(13)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga usulan penelitian yang berjudul “Estimasi Asupan Flavonoid dan Karotenoid pada Usia Dewasa di Indonesia” sebagai syarat untuk melakukan penelitian tesis pada Program studi Ilmu Gizi, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor dapat terselesaikan dengan baik.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Dodik Briawan, MCN, Dr Tiurma Sinaga, MFSA dan Dr Ir Dewi Permaesih, MKes selaku komisi pembimbing. Usulan penelitian ini dapat disusun dan ditulis dengan baik tidak terlepas dari dukungan dan bantuan banyak pihak. Penulis menyadari dalam penulisan terdapat beberapa kekeliruan dalam penulisan, oleh sebab itu penulis berharap dapat menerima kritik dan saran sehingga nantinya dalam pelaksanaan penelitian dapat menunjukkan hasil yang optimal, sesuai harapan dan dapat berguna oleh berbagai pihak. Atas perhatian sekalian, penulis mengucapkan terimakasih.

Bogor, Februari 2017

(14)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

Hipotesis 3

2 TINJAUAN PUSTAKA 3

Penyakit Tidak Menular dan Stres Oksidatif 3

Antioksidan 5

Flavonoid 6

Karotenoid 7

Kerangka Pemikiran 12

3 METODE 12

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian 12

Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek 12

Jumlah dan Cara Pengumpulan Data 13

Pengolahan dan Analisis Data 14

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 19

Database Kandungan Flavonoid dan Karotenoid 19

Karakteristik Subjek 21

Konsumsi Kelompok Pangan Sumber Flavonoid dan Karotenoid 22

Asupan Flavonoid dan Karotenoid 25

Riwayat PTM 31

SIMPULAN DAN SARAN 37

DAFTAR PUSTAKA 38

LAMPIRAN 46

(15)

DAFTAR TABEL

1 Pangan sumber subkelas flavonoid 7

2 Penelitian terkait peran flavonoid pada kesehatan 10 3 Penelitian terkait peran karotenoid pada kesehatan 11

4 Jenis, definisi operasional dan sumber data 14

5 Kuartil asupan total flavonoid dan karotenoid 19

6 Jumlah bahan pangan yang mengandung flavonoid

dan/atau karotenoid 21

7 Sumber data kandungan flavonoid berdasarkan kelompok pangan 22 8 Sumber data kandungan karotenoid berdasarkan kelompok pangan 22

9 Distribusi subjek berdasarkan karakteristik 23

10 Konsumsi kelompok pangan sumber flavonoid dan karotenoid

menurut karakteristik subjek 26

11 Asupan flavonoid subjek 27

12 Asupan total flavonoid berdasarkan karakteristik subjek 28

13 Asupan karotenoid subjek 31

14 Asupan subkelas flavonoid, karakteristik subjek dan konsumsi

kelompok pangan menurut kuartil asupan total karotenoid 31 15 Hubungan variabel bebas dengan asupan total flavonoid

dan karotenoid 33

16 Prevalensi riwayat PTM menurut karakteristik subjek 35 17 Konsumsi kelompok pangan berdasarkan riwayat PTM 36 18 Asupan total flavonoid dan karotenoid berdasarkan riwayat PTM 37

DAFTAR GAMBAR

1 Tahapan pembentukan radikal hidroksil dari oksigen 4

2 Struktur kimia flavonoid 6

3 Struktur kimia subkelas karotenoid 8

4 Kerangka pemikiran penelitian asupan flavonoid dan karotenoid

pada usia dewasa di Indonesia 12

5 Diagram penentuan kadar flavonoid bahan pangan berdasarkan

database dan jurnal ilmiah 17

6 Proses penapisan subjek penelitian 18

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Jumlah bahan pangan, kandungan flavonoid dan karotenoid

berdasarkan kelompok pangan SKMI 2014 52

2 Distribusi subjek berdasarkan jenis kelamin, golongan usia dan

klasifikasi daerah 52

3 Distribusi subjek berdasarkan status pendidikan,status pekerjaan,

status ekonomi dan riwayat PTM 53

4 Konsumsi kelompok pangan sumber flavonoid dan karotenoid

berdasarkan provinsi di Indonesia 54

5 Database kandungan flavonoid dan karotenoid bahan pangan

Indonesia 55

6 Output uji regresi logistik asupan flavonoid 98

(17)
(18)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penyakit Tidak Menular (PTM) atau Non-communicable Diseases (NCDs)

merupakan penyakit kronis yang berkembang dalam waktu yang lama dan lambat serta sering muncul pada usia dewasa. Kematian akibat PTM mencapai 38 juta jiwa setiap tahunnya. Jenis PTM penyebab kematian yang sering terjadi antara lain Penyakit Jantung Koroner (PJK) (46.4%), kanker (21.7%), hipertensi (12.8%) dan diabetes (4.0%) (WHO 2014). Menurut RISKESDAS 2013, peningkatan prevalensi dari tahun 2007 dibandingkan tahun 2013 terdapat pada penyakit Diabetes Melitus (DM) dari 1.1% menjadi 1.5%, hipertensi dari 7.6% menjadi 9.4%, dan stroke dari

6.0‰ menjadi 7.0‰ (Balitbangkes 2013). Kematian sebelum usia 70 tahun (premature deaths) padaangka kematian akibat PTM di dunia terjadisebesar 42%, 30% diantaranya terjadi pada usia 15-59 tahun (WHO 2011; WHO 2014). Pertambahan usia juga menjadi faktor risiko PTM di Indonesia yang ditunjukkan dengan peningkatan prevalensi PTM mulai terjadi pada usia 23 tahun dan prevalensinya terus meningkat sesuai pertambahan usia. Prevalensi tertinggi menurut usia berdasarkan jenis PTM yaitu kanker pada usia >75 tahun, DM pada usia 55-64 tahun, hipertensi pada usia >75 tahun, PJK pada usia >65-74 tahun dan stroke pada usia >75 tahun (Balitbangkes 2013; WHO 2014).

Gaya hidup dan kebiasaan makan yang tidak sehat merupakan faktor risiko yang dapat diubah untuk pencegahan PTM (WHO/ FAO 2002; WHO 2014). Perilaku yang dapat menurunkan risiko PTM salah satunya adalah peningkatan konsumsi sayur dan buah (Boeing et al. 2012). Peningkatan 1 porsi konsumsi sayur dan buah per hari menurunkan risiko PJK sebesar 4% (Joshipura et al. 2001). Laporan Studi Konsumsi Makanan Individu (SKMI) 2014 menunjukkan konsumsi sayur dan buah masyarakat Indonesia masih rendah (Balitbangkes 2014). Sayur dan buah mengandung vitamin, mineral, serat dan phytonutrient.

Flavonoid dan karotenoid adalah subkelas phytonutrient yang terbanyak dikonsumsi manusia dan berfungsi sebagai antioksidan dengan sifat melawan radikal bebas. Kedua antioksidan ini terbukti mampu menurunkan risiko PTM. Penelitian pada subjek berusia ≥ 19 tahun menunjukkan asupan flavonoid mampu menurunkan risiko kanker 41%, PJK 18%, hipertensi 9%, DM 8%, gagal jantung 19%, dan stroke 10% (Zamora-Ros et al. 2013; Mc Collough et al. 2012; Lajous et al. 2016; Wedick et al. 2012; Mursu et al. 2008; Cassidy et al. 2012). Asupan karotenoid mampu menurunkan risiko kanker 32%, PJK 39%, DM tipe 2 16%, dan stroke 32% (Michaud et al. 2000; Liu et al. 2001; Sluijs et al. 2015; Holick et al.

2012). Pencegahan PTM membutuhkan minimal asupan total flavonoid sebesar 199.6 mg/hari dan asupan total karotenoid sebesar 6 792 µg/hari. Asupan minimal

tersebut dapat tercukupi dengan konsumsi sayur ≥217 g/hari dan buah ≥281.7 g/hari (Holick et al. 2002; Zamora-Ros et al. 2013).

Estimasi asupan flavonoid dan karotenoid pada penelitian sebelumnya berbeda antar negara. Rata-rata asupan total flavonoid di Jepang 16.7±9.2 mg/hari, di Australia 454 mg/hari, di USA 268 mg/hari, dan di Eropa 428±49 mg/hari (Arai

et al. 2000; Johannot dan Somerset 2006; Mc Collough et al. 2012; Vogiatzoglou

(19)

2

Perbedaan ini dapat disebabkan oleh perbedaan sosiodemografi. Penelitian Chun et al (2007) menunjukkan bahwa konsumsi pangan, jenis kelamin dan etnik meripakan prediktor kuat terhadap asupan flavonoid subjek dewasa di USA.

Penelitian sebelumnya di Indonesia hanya menilai asupan pada tingkat kota dan suku. Pada responden berusia 30-65 tahun di suku Minangkabau memiliki rata-rata asupan flavonoid 105.0 ± 48.1 mg/hari dan β-karoten sebesar 15 000 ± 6 700 µg /hari (Helmizar et al. 2010). Penelitian Puspita (2016) dengan responden masyarakat Kota dan Kabupaten Bogor menunjukkan estimasi rata-rata asupan flavonoid sebesar 149.52 mg/ hari (49.41% isoflavon, 24.01% flavonol, 9.43% flavanon, 7.02% flavan-3-ol, 5.98% flavon dan 4.16% antosianidin) dan karotenoid sebanyak 7 600 µg/hari (49.85% β-karoten, 19.92% likopen, 13.50% lutein dan zeaxantin, 6.90% α-karoten, 2.57% β-kriptoxantin). Penelitian ini juga menunjukkan bahwa semua kelompok pangan berkontribusi terhadap asupan flavonoid dan karotenoid. Pada asupan flavonoid, kontribusi terbesar dari kacang-kacangan dan olahannya (70.74%) sedangkan terkecil dari telur dan hasil olahannyanya (0.02%). Pada asupan karotenoid, kontribusi terbesar dari sayuran dan olahannya (53.92%) (Puspita 2016). Perbedaan nilai asupan flavonoid dan karotenoid dapat dipengaruhi proses pengolahan, lokasi demografi, waktu pengambilan data. Oleh karena itu perlu dilakukan estimasi asupan flavonoid dan karotenoid di Indonesia dengan cakupan data yang lebih besar.

Perumusan Masalah

RISKESDAS 2013 menunjukkan peningkatan penyakit tidak menular (PTM) dan masih tingginya masalah gizi di masyarakat berkaitan dengan perubahan pola konsumsi pangan di masyarakat. Berdasarkan hasil analisis SKMI 2014 menunjukkan konsumsi kelompok sayuran dan hasil olahannya serta buah-buahan dan olahan masyarakat Indonesia masih rendah. Flavonoid dan karotenoid dalam sayur dan buah berfungsi sebagai antioksidan untuk mencegah PTM. Penelitian yang berkaitan dengan asupan flavonoid dan karotenoid masih terbatas di Indonesia dan belum pernah dilakukan dengan data nasional. Estimasi asupan flavonoid dan karotenoid masyarakat dapat digunakan sebagai dasar untuk studi lanjutan dan program pencegahan PTM. Berdasarkan latar belakang tersebut, terdapat beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Berapa kandungan flavonoid dan karotenoid bahan pangan di Indonesia? 2. Apakah terdapat perbedaan konsumsi kelompok pangan sumber flavonoid dan

karotenoid berdasarkan karakteristik subjek pada usia dewasa di Indonesia? 3. Apakah terdapat perbedaan asupan flavonoid dan karotenoid berdasarkan

karakteristik subjek dan konsumsi kelompok pangan pada usia dewasa di Indonesia?

4. Apakah terdapat hubungan karakteristik subjek dan konsumsi kelompok pangan dengan asupan flavonoid dan karotenoid?

(20)

Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk melakukan estimasi asupan flavonoid dan karotenoid pada usia dewasa di setiap provinsi dan di Indonesia. Tujuan khusus penelitian ini sebagai berikut:

1. Mengetahui kandungan flavonoid dan karotenoid bahan pangan di Indonesia 2. Menganalisis perbedaan konsumsi kelompok pangan sumber flavonoid dan

karotenoid berdasarkan karakteristik subjek pada usia dewasa

3. Menganalisis perbedaan asupan flavonoid dan karotenoid berdasarkan karakteristik subjek dan konsumsi kelompok pangan pada usia dewasa

4. Menganalisis hubungan antara karakteristik subjek dan konsumsi kelompok pangan dengan asupan flavonoid dan karotenoid

5. Mengetahui gambaran konsumsi kelompok pangan dan asupan flavonoid dan karotenoid berdasarkan riwayat PTM pada usia dewasa

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan gambaran dan informasi kepada masyarakat tentang pangan sumber flavonoid dan karotenoid. Informasi yang dihasilkan dalam penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam upaya sosialisasi dan promosi untuk meningkatkan konsumsi bahan pangan sumber antioksidan, mengubah perilaku gizi dengan mengatur pola konsumsi mencegah Penyakit Tidak Menular (PTM). Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan bagi instansi terkait dalam menyusun program dalam bidang gizi yang berkaitan dalam upaya sosialisasi dan penerapan Pedoman Gizi Seimbang (PGS).

Hipotesis

1. Terdapat perbedaan konsumsi kelompok pangan sumber flavonoid dan karotenoid berdasarkan karakteristik subjek

2. Terdapat perbedaan asupan flavonoid dan karotenoid berdasarkan karakteristik subjek dan konsumsi kelompok pangan

3. Terdapat hubungan antara karakteristik subjek dan konsumsi kelompok pangan dengan asupan flavonoid dan karotenoid

2 TINJAUAN PUSTAKA

Penyakit Tidak Menular dan Stres Oksidatif

Menurut WHO (2014), Penyakit Tidak Menular (PTM) atau

(21)

4

dalam mempertahankan berat badan dan tekanan darah dan lipid plasma (Kant et al. 2004).

Penelitian klinis maupun epidemiologi telah menunjukkan bahwa radikal bebas dan oksidan berperan dalam PTM. Radikal bebas secara normal diproduksi oleh tubuh dengan melibatkan komponen reaktif dalam tubuh manusia seperti oksigen dan nitrogen. Saat sel menggunakan oksigen untuk menghasilkan energi (adenosine triphospate atau ATP), terdapat hasil lain yaitu radikal bebas (Sies 2015). Proses ini merupakan pembentukan radikal bebas endogen. Radikal bebas selain endogen (iskemia, metabolisme seluler, rangkaian transport elektron, respon inflamasi) juga dapat berasal dari lingkungan yaitu berupa asap rokok, polusi udara, karsinogenik dan radiasi (Willcox et al. 2004).

Gambar 1 Tahapan pembentukan radikal hidroksil dari oksigen

Molekul normal memiliki 2 elektron berpasangan pada orbitnya. Radikal bebas merupakan molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan pada orbit luarnya sehingga bersifat tidak stabil dan reaktif sehingga radikal bebas mudah bereaksi dengan molekul lain untuk mencapai stabil. Jenis-jenis radikal bebas yang dihasilkan oleh tubuh dan radikal bebas dari lingkungan berupa: (1) Reactive Oxygen Spesies (ROS) terdiri dari radikal bebas superoksida (O2), hidroksil (OH),

alkoksil (RO), peroksil (RO2), lipid peroksil (LOO), dan senyawa bukan radikal

bebas tetapi mudah mengalami perubahan menjadi radikal bebas (oksidan) seperti hidrogen peroksida (H2O2), singlet oksigen (1O2), ozon (O3), lipid peroksida

(LOOH) dan asam hipoklorus (HOCl); (2) Reactive Nitrogen Spesies (RNS) terdiri dari radikal bebas nitrit oksida (NO), nitrodioksida (NO2), dan senyawa bukan

radikal seperti peroksinitrit (ONOO-), asam nitrit (HNO2) dan dinitrit trioksida

(N2O3). ROS dan RNS pada tingkat rendah dan sedang bermanfaat dalam proses

signal sel, fungsi imun, dan mekanisme pertahanan. Radikal bebas dan oksidan pada tingkat tinggi mengeneralisasi stres oksidatif, sebuah proses yang merusak membaran sel dan struktur lain seperti lipid, protein, lipoprotein, dan DNA (Deoxyribonucleic Acid). Proses ini dapat meningkat ketika sel tidak mampu menghancurkan kelebihan radikal bebas yang terbentuk. Stres oksidatif mencerminkan ketidakseimbangan antara pembentukan dan netralisasi ROS dan RNS (Pham-Huy et al. 2008). Dampak stres oksidatif dalam jangka panjang ialah kerusakan DNA. Kerusakan sel karena radikal bebas muncul menjadi kontributor utama penuaan dan penyakit degeneratif seperti kanker, kardiovaskuler, katarak, penurunan sistem kekebalan tubuh dan disfungsi otak (Sies 2015).

Kanker

Kanker atau karsinoma merupakan suatu pertumbuhan sel-sel baru abnormal melampaui batas normal, kemudian dapat menyerang dan menyebar ke organ lain. Gejala yang dialami penderita berbeda-beda menurut stadium dan letak kanker.

(22)

Gejala umum yang sering muncul adalah nyeri, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan. Faktor risiko penyakit kanker antara lain yaitu faktor genetik, karsinogenik (zat kimia, radiasi, virus, hormon, dsb), dan gaya hidup (merokok, pola makan tidak sehat, konsumsi alkohol dan kurang aktifitas fisik) (Bode et al. 2009).

Penyakit kardiovaskuler

Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit multifaktor atau faktor risiko yang bervariasi. Faktor risiko yang sering terjadi yaitu hiperkolesterolemia, hipertensi, merokok, diabetes, diet kualitas rendah, stres, physical inactivity, dan lain sebagainya (Bahorun et al. 2006). Pada penyakit kardiovaskular, oksidasi LDL (Low Density Lipoprotein) terjadi di dinding pembuluh darah. Peroksidasi lipid memiliki peran yang sangat penting pada atherogenesis. Atherogenesis terjadi pada bagian dengan kerusakan endotelial lokasi plak terbentuk dengan penangkapan

monocyte aktif dan T-limfosit ke lapisan sel endotelial pada bagian yang rusak. Transformasi monocyte ini menjadi makrofag aktif yang memproduksi ROS, mengawali oksidasi LDL dan stimulasi produksi foam cell (Rimm dan Stampfer 2000).

Antioksidan

Pembentukan radikal bebas dapat dikendalikan secara alami oleh senyawa antioksidan. Antioksidan dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu dari dalam tubuh (endogenous antioxidants) dan dari luar tubuh (exogenous antioxidants). Antioksidan endogen adalah beberapa enzim antioksidan dalam beberapa bentuk, seperti membran, sistosolic dan bentuk plasma dari glutation peroksidase yang diisolasi dan SOD (Superoxide Dismutase). Tingkat dan lokasi antioksidan sesuai dengan pertahanan sel. Enzim antioksidan, SOD, GPX (Glutathione Peroxidase) dan catalase (CAT) bekerja dalam sel untuk melepaskan superoksida dan peroksida sebelum mereka bereaksi dengan logam ion untuk membentuk lebih banyak radikal bebas reaktif. Reaksi rangkaian peroksidatif dimulai oleh radikal bebas yang lepas lolos dari pertahanan antioksidan yang diakhiri dengan rantai pemecahan air atau antioksidan larut lemak (Hutcheson dan Rocic 2012).

Perlindungan sel dan sistem organ tubuh melawan ROS melibatkan sistem perlindungan antioksidan kompleks. Ketika radikal bebas dihasilkan, terdapat 3 pertahanan antioksidan dalam mempertahankan organisme dari kerusakan oksidatif. Garis pertahanan pertama, antioksidan pencegah seperti peroksidase dan metal chelating protein menekan pembentukan radikal bebas. SOD mengkatalisis dismutasi dari superoksida ke H2O2 kemudian mengkatalisisnya lagi menjadi air

(23)

6

Flavonoid

Flavonoid merupakan golongan terbesar dari senyawa fenol yang dibentuk dalam tanaman dari asam amino aromatik fenilalanin, tyrosin dan malonat. Antioksidan ini merupakan secondary plant products yang dikonsumsi manusia. Struktur dasar flavonoid adalah inti flavan yang mengandung 15 atom karbon dalam tiga cincin (C6-C3-C6) (Gambar 2). Kelas flavonoid berbeda menurut tingkat oksidasi dan pola subtitusi cincin karbonnya. Flavonoid terdapat dalam sayur-sayuran, buah-buahan, biji-bijian, kacang-kacangan, rempah-rempah, tanaman obat dan wine atau beer (Tabel 1).

Gambar 2 Struktur Kimia Flavonoid

Flavonoid merupakan antioksidan yang kuat dan “pemakan” radikal bebas.

Dua mekanisme flavonoid sebagai antioksidan yaitu: (1) Flavonoid menghambat enzim yang bekerja memproduksi anion superoksida (xantin oxidase dan protein kinase C), enzim pembentukan ROS (cyclooxygenase, lipoxygenase, microsomal monooxygenase, glutathione S-transferase, mitochondrial succinoxidase, dan

NADH oxidase), dan berperan dalam metabolisme oksigen; (2) karena kemampuan memperkecil redoks (0.23< E7<0.75 V), flavonoid (FI-OH) secara termodinamik mampu menurunkan tingginya oksidasi radikal bebas dengan potensi redoks dalam kisaran 2.13-1.0 V, seperti radikal superoksida, proksil, aloksil dan hidroksil oleh donasi atom hidrogen (Pietta 2000).

Tingkat kandungan flavonoid dalam makanan dipengaruhi oleh faktor genetik seperti spesies, kondisi lingkungan (cahaya, kematangan), dan perlakuan pascapanen (processing). Teh hijau memiliki kandungan fenolik tertinggi diantara bahan pangan lain, sampai dengan 35% pada bahan kering (Yao et al. 2004). Flavonoid tahan panas tapi mudah hilang karena pemasakan dan penggorengan. Hal ini dapat diakibatkan karena flavonoid bersifat polar. Estimasi rata-rata asupan flavonoid yang akurat sulit dilakukan karena varietas flavonoid yang banyak dan distribusi luas pada banyak jenis tanaman. Sumber pangan dan asupan flavonoid juga dapat berbeda berdasarkan populasi, tergantung pada ketersediaan pangan sumber flavonoid, praktek dan kebiasaan makan setiap kelompok pada demografi tertentu (Thilakarathna dan Rupasinghe 2013). Oleh karena itu pengukuran asupan flavonoid bergantung pada kriteria survei, metode yang digunakan, dan referensi komposisi yang digunakan.

(24)

atau derivatif flavon), konjugasi dengan fenolik lain, ukuran molekul, derajat polimerisasi dan solubilitas (Aherne dan Obrien 2002).

Tabel 1 Pangan sumber subkelas flavonoid

Subkelas Komponen Bahan pangan

Antosianidin Pelargonidin, Cyanidin,

Delphinidin, Petunidin, Malvidin

Berries (strawberry, blueberries), anggur Flavan-3ol/ flavanol Catechin, Epicatechin,

Gallocatechin

Apel, teh, anggur, coklat, beer, plums,

berries, red wine.

Flavanon Naringenin, Eriodictyol,

Hesperitin

Jeruk, lemon, teh, pisang

Flavon Apigenin, Luteolin Bawang bombai,

bawang putih, bawang merah,

Flavonol Kaempferol, Quercetin,

Myricetin

Apel, anggur merah,

berries, bawang bombai, red wine, teh, brokoli.

Isoflavon Daidzein, Genistein Biji-bijan, kacang,

kedelai

Sumber: Bhagwat et al. 2013

Sebagian besar flavonoid mengalami sulfation, metilasi dan glukuronidasi di usus halus dan hati sehingga metabolit yang terkonjugasi dapat ditemukan dalam plasma setelah proses menelan makanan sumber flavonoid. Konjugasi flavonoid pertama terjadi di usus halus kemudian di hati. Komponen yang tidak diserap oleh usus akan mencapai usus besar dan mengalami perubahan struktur oleh mikroflora usus besar. Flavonoid glukuronida yang kembali masuk dalam sirkulasi enterohepatik melalui ekskresi empedu akan dihidrolisis oleh mikrobiota menjadi aglikon (bentuk bebas). Aglikon selanjutnya dikatabolis menjadi komponen dengan berat molekul rendah agar siap untuk diabsorbsi (Thilakarathna dan Rupasinghe 2013). Kedua, derajat dan jumlah metabolit flavonoid bergantung pada jenis dan posisi gugus gula. Seperti pada isoflavon, bioavailibilitas bentuk aglikonnya lebih tinggi dari bentuk glikosida (Steensma et al. 2006). Perbedaan metabolisme dan biovailibilitas pada flavonoid juga mempengaruhi perbedaan efek pada penyakit tertentu (Thilakarathna dan Rupasinghe 2013). Tabel 2 menunjukkan beberapa penelitian yang berkaitan dengan estimasi flavonoid dan manfaat asupan flavonoid bagi kesehatan.

Karotenoid

(25)

8

dari 700 karotenoid di alam, hanya sekitar 50 jenis yang biasa dikonsumsi manusia dan 20 jenis diantaranya berada dalam darah dan jaringan manusia (Khachik 2006).

Gambar 3 Struktur kimia subkelas karotenoid

Gambar 3 menunjukkan subkelas karotenoid yang beredar dalam plasma darah manusia, terdiri atas α-karoten, β-karoten, β-kriptoxantin, lutein, zeaxantin, dan likopen (Khachik 2006). Sebagian besar karotenoid termasuk larut lemak. Golongan karoten seperti α-karoten, β-karoten dan likopen adalah hidrokarbon dan sangat larut lemak sehingga pada proses pencernaan mengikuti jalur absorpsi lemak. Golongan xantofil, seperti lutein dan zeaxantin, mengandung paling tidak 1 gugus hikroksil, lebih polar, sehingga bersifat hidrofilik. Bahan pangan karotenoid antara lain: (1) α-karoten: wortel, kubis, pisang, jagung, labu; (2) β-karoten: wortel, mangga, labu, sayur hijau; (3) β-kriptoxantin: pepaya, buah merah, cabai merah; (4) lutein + zeaxantin: kubis, bayam, brokoli, telur ; (5) likopen: tomat merah, jambu biji, pepaya. Dalam tubuh manusia, golongan karoten ditransportasi terutama bersama LDL, sedangkan xantofil didistribusikan dalam jumlah sama antara HDL dan LDL pada serum darah (Maiani et al. 2009).

Karotenoid pada manusia disimpan di hati dan jaringan adiposa. Karotenoid disimpan dalam jumlah yang tinggi di kelenjar adrenal, korpus luteum, testis, kulit dan retina. Karotenoid dalam jumlah lebih kecil terdapat di ginjal, ovarium, dan jaringan stem otak. Biovailibilitas karotenoid pada manusia dipengaruhi oleh proses absorpsi dan metabolisme karotenoid, faktor genetik, status gizi, jenis kelamin, penuaan, dan infeksi subjek. Proses pencernaan dan absorpsi karotenoid diawali dari gerakan mekanik dan kimia yang menghasilkan pelepasan karotenoid dari food matrix, melalui proses dispersi ke dalam partikel emulsi lemak, kemudian larut dalam campuran bile salt micelle. Campuran ini bergerak melewati unstirred water layer yang dekat dengan mikrofili kemudian diserap oleh enterosit dan bergabung dengan lipoprotein lemak. Penyerapan karotenoid di dalam enterosit tergantung pada strukturnya. Pada karoten, misalnya β-karoten, memerlukan pemotongan rantai yang melibatkan enzim β-karoten-15,15’-dioxygenase. Pada xantofil yang bersifat lebih polar, penyerapan secara langsung dari kilomikron ke HDL (High Density Lipoprotein), sehingga penyerapannya lebih cepat dibandingkan kelompok

β-kriptoxantin

α-karoten

β -karoten

Lutein

Zeaxantin

(26)

karoten. Faktor lain yang dapat mempengaruhi penyerapan karotenoid adalah keasaman lambung dan diet rendah lemak (Lu dan Li 2008; Fiedor et al. 2014) .

Dalam hubungannya dengan penyakit tidak menular, karotenoid mampu melindungi struktur biologi termasuk DNA dari kerusakan oksidasi dan menurunkan peroksidasi lipid. Karotenoid sangat efisien untuk menetralkan ROS terutama singlet oksigen (1O2) (Fiedor et al. 2014). Beberapa penelitian yang

(27)

10

Tabel 2 Penelitian terkait peran flavonoid pada kesehatan

No Negara

(Penulis)

Metode Penelitian Hasil Penelitian

1 Indonesia (Helmizar et al. 2009)

Cross sectional, konsumsi pangan sumber antioksidan pada 215 dewasa (laki-laki dan perempuan); 30-65 tahun; Mei-Juli 2008.

Rata-rata ± SD: β-karoten 15.0±6.7 mg/hari; flavonoid 105.0±48.1 mg/hari;vitamin C 66.3±30.6 mg/hari;vitamin E 17.8±11.8 mg/hari. Perbedaan bermakna rata-rata trigliserida dan rasio kolesterol LDL/HDL menurut kuartil konsumsi flavonoid; konsumsi total antioksidan dan serat kuartil tinggi memiliki kolesterol total, LDL dan rasio LDL/HDL yang lebih rendah dibanding kelompok kuartil rendah (p<0.05).

2 Amerika Serikat (McCullough

et al. 2012)

CPS II Nutrition Cohort pada 38 180 laki-laki (rata-rata 70 tahun) dan 60 289 perempuan (rata-rata 69 tahun).

Rata-rata dan median asupan flavonoid total: laki-laki 268 dan 203 mg/hari (persentil 10-90: 99-498 mg/hari); perempuan 268 dan 201 mg/ hari (persentil 10-90: 92-522 mg/hari). Laki-laki dan wanita dengan asupan flavonoid total pada kuintil tertinggi memiliki risiko CVD lebih rendah (p<0.05) (RR: 0.82; 95% CI: 0.73-0.92).

4 Rumania (Suceveanu

et al. 2014)

Kohort; Konsumsi cocoa: dark, manis, susu atau coklat putih pada 85 pasien; 18-84 tahun selama 5 tahun.

Konsumsi cocoa > 35% dari European rules. Konsumsi dark chocolate

(cocoa > 35 %) menurunkan 23 % risiko CVD, 19% kematian CVD, 28 % kejadian diabetes, dan 32 % kejadian iskemik otak.

5 Finlandia

Median flavonol dan flavon: 8.0 mg.

Pada model multivariat, flavonol dan flavon tidak berhubungan dengan stroke.

6 Finlandia (Knekt et al.

2002)

Survei konsumsi makanan pada 10 054 laki-laki dan perempuan; Rata-rata ± SD usia: 39.3±15.8 tahun

(28)

Tabel 3 Penelitian terkait asupan dan peran karotenoid pada kesehatan

No Negara

(Penulis)

Metode Penelitian Hasil penelitian

1 Indonesia 19.92% likopen, 13.50% lutein+zeaxantin, 6.90% α-karoten, 2.57%. β-kriptoxantin)

2 Amerika

0.10; β-kriptoxantin 0.15 s.d 0.17; lutein+zeaxantin 0.37 s.d 0.40; likopen 0.43 s.d 0.44.

Karotenoid berhubungan signifikan terhadap peningkatan kolesterol HDL (p≤0.0005),

konsentrasi homosistein serum berhubungan positif dengan konsumsi pangan EDNP (Enegy Dense Nutrient Poor).

3 Finlandia 0.9), lutein+zeaxantin dengan subarachnoid hemorrhage (RR 0.47, 95% CI 0.24-0.93), likopen dengan cerebral infarction (RR 0.74, 95% CI 0.59-0.92) dan intracerebral hemorrhage (RR 0.45, 95% CI 0.24-0.86)

4 Selandia Baru (Zino et al.

1997)

Pemberian 8 porsi buah dan sayur selama 8 minggu

87 relawan; 18-61 tahun

Rata-rata asupan β-karoten: baseline: kontrol 1793 μg/hari; intervensi 1995 μg/hari; Minggu keempat: kontrol 1597 μg/hari; intervensi 4683 μg/hari. Perbedaan asupan β -karoten sebesar 3 312 (95% CI 2 380-4 245) μg/hari. Perbedaan rata-rata (95% CI) konsentrasi lipid: Total kolesterol -0,02 (−0.29 s.d 0.25) mmol/l; kolesterol LDL 0.02 (-0.23 s.d 0.27) mmol/l; kolesterol HDL -0.08 (-0.15 s.d 0.001) mmol/l; trigliserida

Asupan karotenoid dari makanan dan suplemen

37 penelitian; 40-84 tahun

Suplementasi β-karoten berkisar 15 000-50 000 µg /hari. Perbandingan suplemen β -karoten dengan plasebo: RR 1.10 (95% CI: 0.89-1.36; p=0.39); Perbandingan asupan karotenoid total dan konsentrasi serum karotenoid total: RR 0.79 (0.71-0.87; P=0.001) dan 0.70 (0.44-1.11; P=0.14); setiap 500 μg peningkatan asupan β-karoten harian berhubungan dengan 1 % penurunan risiko kanker paru-paru (dose-response pooled

(29)

12

KERANGKA PEMIKIRAN

PTM merupakan suatu penyakit yang dapat timbul akibat adanya radikal bebas. Sumber radikal bebas dalam tubuh manusia berasal dari metabolisme seluler, respon inflamasi, iskemia, ionisasi, radiasi, polusi udara dan asap rokok. Ketika radikal bebas dalam tubuh meningkat, maka akan terjadi oksidasi pada beberapa bagian tubuh, karena radikal bebas membutuhkan energi berupa elektron dari substansi lain dalam tubuh. Rantai oksidasi semakin panjang akan berakibat pada kerusakan jaringan, selanjutnya akan menghasilkan PTM.

Kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4. Antioksidan mampu menghambat dan menghentikan perambatan rangkaian oksidasi dalam tubuh, misalnya flavonoid dan karotenoid. Pangan sumber flavonoid dan karotenoid sebagian besar adalah pangan dari tanaman. Semakin banyak seseorang mengkonsumsi sayur dan buah semakin tinggi pula asupan total flavonoid dan karotenoidnya. Asupan flavonoid dan karotenoid berbeda sesuai dengan jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi serta kandungan flavonoid dan karotenoid pada bahan pangan. Asupan flavonoid dan karotenoid selanjutnya dianalisis untuk melihat perbedaannya berdasarkan karakteristik dan konsumsi pangan serta dan gambarannya berdasarkan riwayat PTM.

Gambar 4 Kerangka pemikiran penelitian asupan flavonoid dan karotenoid pada usia dewasa di Indonesia (modifikasi dari Willcox et al. 2004)

= Variabel yang diteliti = Variabel yang tidak diteliti Konsumsi pangan sumber

Riwayat PTM Penyakit Tidak

(30)

3 METODE

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Penelitian ini menggunakan data sekunder berasal dari Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) 2014 dan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013 yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (BALITBANGKES KEMENKES RI). Tempat pengambilan data SKMI 2014 dilakukan di seluruh wilayah Indonesia. SKMI 2014 merupakan tahap awal dari Studi Diet Total (SDT) 2014. Pelaksanaan SDT tahun 2014 telah memperoleh persetujuan etik dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan (KEPK), BALITBANGKES KEMENKES RI dengan nomor LB.02.01/5.2/KE.189/2014. Tempat dan waktu penelitian estimasi asupan flavonoid dan karotenoid dilakukan di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, pada bulan Mei – Agustus 2016.

Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek

Populasi dalam SKMI 2014 adalah semua Rumah Tangga (RT) yang mewakili seluruh estimasi provinsi di Indonesia. Subjek SKMI 2014 adalah semua RT yang sudah didatangi dan terdaftar pada data RISKESDAS 2013. Pengambilan sampel SKMI 2014 dilakukan dengan two-stage stratified sampling. Kerangka sampel yang digunakan terdiri dari dua jenis, yaitu kerangka sampel untuk penarikan sampel tahap pertama dan tahap kedua. Sampel RT diperoleh dari Blok Sensus (BS) yang dipilih secara acak dari 3 000 BS sampel RISKESDAS 2013 keterwakilan Provinsi (33 Provinsi, 497 Kab/Kota). Respons rate untuk data teranalisis SKMI 2014 adalah 75.9%. Besar sampel RT yang dikunjungi dihitung berdasarkan Relative Standar Error (RSE) konsumsi makanan RISKESDAS 2010. RSE yang digunakan dalam SKMI 2014 adalah 5% yaitu 42 904 rumah tangga (pembulatan = 43 000 rumah tangga), ditambahkan 25% (antisipasi dropout) menjadi 51 127 rumah tangga yang tersebar di 2 080 BS di seluruh provinsi. Rerata individu dalam 1 rumah tangga adalah 3.8. Menurut RISKESDAS 2013, pengambilan sampel minimal untuk estimasi nasional adalah 25 000 RT atau 1 000 BS. Dalam SKMI 2014 telah melampaui batas minimal sampel minimal untuk estimasi nasional yaitu sebanyak 46 238 RT diwawancarai kemudian sebesar 45 802 RT [143 360 Anggota Rumah Tangga (ART)] yang dapat dianalisis (Balitbangkes 2014).

Subjek penelitian ini merupakan ART teranalisis dan sudah melalui tahap

cleaning dan imputasi (nilai energi: <1/3 Angka Kecukupan Energi (AKE) atau >1 2/3 AKE dan energi kurang dari 500 Kkal) dari Laboratorium Manajemen Data BALITBANGKES KEMENKES RI yaitu sebesar 92 134 subjek. Kriteria inklusi untuk penelitian ini adalah berusia ≥19 tahun dan termasuk dalam kondisi biologis

“sehat”. Kriteria eksklusi adalah (1) subjek dalam keadaan selain “sehat” seperti

(31)

14

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya adalah data sekunder. Data diperoleh dalam bentuk entry data (electronic file) hasil cleaning SKMI 2014. Jenis data disesuaikan dengan variabel yang diteliti yaitu karakteristik subjek, konsumsi pangan sumber flavonoid, konsumsi pangan sumber karotenoid, asupan flavonoid per hari, asupan karotenoid per hari.

Tabel 4 Jenis, definisi operasional dan sumber data

Variabel Definisi Operasional Sumber data

(kategori SKMI)

Perubahan kategori5

(Referensi) Karakteristik subjek

Identitas subjek

Identitas subjek berupa nomor kode sampel

Kuesioner SKMI 2014 RT1

BI dan BIV2

-

Provinsi Provinsi tempat tinggal subjek saat pengambilan

Pekerjaan yang digeluti subjek data kepemilikan aset atau barang tahan lama Rumah Tangga

Kuesioner SKMI 2014 IND4 kolom Pengenalan

Tempat yang disesuaikan dengan Kuesioner SKMI 2014 RT BI baris 6,7,9,

database RISKESDAS 2013 (kuintil: terbawah;

menengah bawah;

(32)

Tabel 4 Jenis, definisi operasional dan sumber data (lanjutan)

Variabel Definisi Operasional Sumber data

(kategori SKMI)

Perubahan kategori5

(Referensi) Karotenoid sesuai Bahan Pangan SKMI 2014

Jumlah konsumsi setiap bahan pangan (gram) terpilih yang dikonsumsi dalam sehari

Kuesioner SKMI 2014 IND

BX K14, 15,16,17;

Pedoman Konversi berat matang-mentah, Berat hasil olahannya; ikan, hewan laut dan hasil olahannya; telur dan hasil olahannya; susu dan hasil olahannya; minyak, lemak dan olahan; gula, sirup, dan konfeksioneri; bumbu dan olahannya; minuman; makanan komposit; air; suplemen) SKMI berdasarkan hasil diagnosis dokter, didapatkan dari database

RISKESDAS 2013

RISKESDAS 2013

(33)

16

diterima dari Laboratorium Manajemen Data BALITBANGKES KEMENKES RI; (3) Cleaning dan encoding data; (4) Perhitungan asupan flavonoid dan karotenoid; (5) Uji statistik untuk mengetahui perbedaan dan hubungan antar variabel. Keseluruhan pengolahan dan analisis data menggunakan software Ms. Excel 2013

dan SPSS for Windows ver. 16.

Pengolahan data diawali dengan pembuatan database kandungan flavonoid dan karotenoid bahan pangan. Penentuan kandungan flavonoid pada bahan pangan dalam penelitian ini menggunakan United States Department of Agriculture

(USDA) Database for the Flavonoid Contents of Selected Food Release 3.2 tahun 2015, USDA Database for the Isoflavone Contents of Selected Food Release 2 tahun 2008, dan jurnal ilmiah lainnya. Kandungan total flavonoid merupakan penjumlahan 6 subkelas flavonoid (antosianidin, flavan-3-ol, flavanon, flavon, flavonol, dan isoflavon).

Kandungan karotenoid didapatkan dari USDA National Nutrient Database for Standard Reference, Release 28 tahun 2015, Tabel Komposisi Pangan Indonesia (TKPI), dan jurnal ilmiah lainnya. Kandungan total karotenoid merupakan penjumlahan 5 subkelas karotenoid (α-karoten, β-karoten, β-cryptoxanthin, lutein+zeaxanthin dan likopen). Lima subkelas ini merupakan jenis karotenoid yang umum ditemukan dalam sampel darah manusia dengan konsentrasi tinggi. Apabila terdapat kadar karotenoid bahan pangan yang tidak diketahui maka diperkirakan dengan menggunakan data kadar karotenoid jenis bahan pangan yang memiliki kesamaan atau kemiripan. Pada database karotenoid telah memperhitungkan hampir semua cara pengolahan (USDA 2015).

Pemilihan jenis bahan pangan dari referensi menyesuaikan dengan jenis bahan pangan yang terdapat dalam SKMI 2014. Pada proses ini dilakukan pernerjemahan bahan pangan SKMI 2014 dalam bahasa inggris atau spesiesnya, misalnya teh hijau diasumsikan sama dengan “Beverages, tea, green, brewed,

regular” (kode 14278 pada database USDA) dan kokosan dihitung sebagai

Lansium domesticum. Pemilihan jurnal ilmiah dilakukan dengan memperhitungkan kesamaan metode analisis kandungan dengan USDA. Database USDA tidak menggunakan hasil penelitian dengan metode thin layer/ paper chromatography, radioimmunoassay, pH differential methods, dan spectrophotometric quantitation. Pembuatan database penelitian ini hanya menggunakan jurnal yang menyajikan data kandungan per 100 gram fresh weight of edible part. Hal ini dilakukan untuk menghindari perbedaan kandungan akibat keragaman hasil perhitungan kandungan. Baik pada SKMI 2014 maupun USDA menggunakan bobot mentah sebagai acuan perhitungan asupan zat gizi. Beberapa ketentuan dalam menentukan nilai kadar flavonoid berdasarkan informasi dalam database flavonoid adalah sebagai berikut (Bhagwat et al. 2013):

1. Kadar flavonoid diasumsikan nol, jika makanan berupa daging hewan ternak, unggas, ataupun hasil laut (tanpa tambahan bahan lainya).

2. Apabila suatu bahan pangan diperkirakan tidak mengandung suatu jenis subkelas flavonoid, maka kadar subkelas flavonoid bahan pangan tersebut diasumsikan bernilai nol.

(34)

4. Perhitungan kandungan flavonoid dalam bentuk yang berbeda (mentah/matang atau segar/ kering) dari suatu bahan pangan menggunakan

food yield (misalnya perubahan berat) dan faktor retensi flavonoid. Menurut Harnly dalam Bhagwat et al. (2013), faktor retensi untuk subkelas antosianidin adalah 50% dan sub kelas lainnya 85%.

5. Yield factor digunakan untuk menghitung makanan kaleng dengan menyesuaikan hasil dari makanan padat setelah mengeluarkan bagian cairnya. 6. Untuk makanan yang terdiri dari lebih dari satu bahan (makanan campuran), maka kadar flavonoid makanan tersebut merupakan gabungan dari kadar flavonoid bahan-bahan yang menyusunnya, dengan memperhitungkan faktor proporsi berat bahan tersebut terhadap berat total makanan. Bahan pangan dengan proporsi <5% diasumsikan tidak memberikan kontribusi terhadap kandungan flavonoid makanan (dianggap bernilai nol), kecuali untuk bahan tertentu seperti bubuk kakao, isolat protein kedelai dan tepung kedelai oleh karena kadar flavonoidnya yang cukup tinggi.

7. Terdapat beberapa bahan pangan tertentu yang kadar isoflavonnya diasumsikan bernilai nol, lampiran nama-nama bahan pangan tersebut ada pada USDA Database for the Isoflavone Contents of Selected Food Release 2.0.

Gambar 5 Diagram penentuan kadar flavonoid bahan pangan berdasarkan database

dan jurnal ilmiah

Pada penelitian ini dilakukan beberapa penyesuaian penentuan kandungan flavonoid sesuai Bhagwat et al. (2013). Penyesuaian dilakukan karena bobot

database USDA dan jurnal ilmiah

Kandungan flavonoid dari bahan pangan tersebut

diasumsimkan nol

Digunakan data kandungan flavonoid dari jenis pangan yang memiliki

kesamaan/ kemiripan Data kandungan flavonoid tidak

ditemukan

(35)

18

makanan/hidangan SKMI 2014 tidak dapat diakses. Penyesuaian yang dilakukan pada saat pembuatan database flavonoid dan karotenoid sesuai bahan pangan SKMI 2014 disajikan pada Gambar 5.

Data yang diterima dari Laboratorium Manajemen Data BALITBANGKES KEMENKES RI merupakan e-file yang terdiri dari karakteristik subjek (jenis kelamin, usia (tahun), status pendidikan, status pekerjaan, jenis pekerjaan utama, dan status ekonomi, riwayat PTM, konsumsi bahan pangan (bobot mentah dan bobot matang). Jumlah data individu yang memiliki data konsumsi sebesar 91 984 subjek. Cleaning tahap pertama mengeluarkan 5 774 subjek dan tahap kedua mengeluarkan 174 subjek (Gambar 6). Total subjek yang dianalisis adalah 86 036 subjek berasal dari 33 provinsi di Indonesia. Proporsi subjek per provinsi hasil

cleaning terhadap data mentah berkisar antara 91.0% (Papua Barat) hingga 95.4% (Kep. Riau). Jumlah subjek terbanyak terdapat di Jawa Timur dan terkecil di Papua Barat. Selanjutnya dilakukan editing dan encoding seperti pada Tabel 4.

Gambar 6 Proses penapisan subjek penelitian

Tahap selanjutnya adalah perhitungan konsumsi bahan pangan mengandung flavonoid dan karotenoid. Data konsumsi yang diperoleh merupakan gram bobot mentah dan matang. Data yang digunakan untuk perhitungan asupan flavonoid dan karotenoid adalah data bobot mentah bahan pangan. Perhitungan asupan flavonoid memperhitungkan cara pengolahan pada bahan pangan, tapi pada penelitian ini data cara pengolahan tidak dapat diakses sehingga digunakan asumsi berdasarkan Mc. Collough et al. (2012) dan Bhagwat et al. (2013). Menurut Mc. Collough et al.

(2012) jika data bahan pangan melalui olahan dan cara pengolahan tidak tersedia maka yang digunakan dalam perhitungan kandungan adalah bobot mentah. Menurut Bhagwat et al. 2013, bahwa estimasi flavonoid pada bahan pangan yang melalui pengolahan dapat dilakukan dengan memperhitungkan food yield seperti perubahan berat dan faktor konversi. Data teranalisis SKMI 2014 telah memperhitungkan faktor konversi yang sesuai untuk bahan pangan di Indonesia (Balitbangkes 2014). Perbedaan bobot mentah dan matang digunakan untuk menentukan bahan pangan mengalami pengolahan atau tidak, asumsi ini

Jumlah subjek sebelum ditapis 91 984 subjek

Cleaning awal pada data (n=5 774):

- Usia 18 tahun: 1 898 subjek (2.1%)

- Data riwayat PTM tidak lengkap: 407 subjek (0.4%)

- Kondisi biologis sakit: 2 026 subjek (2.2%)

- Kondisi biologis hamil: 497 subjek (0.5%)

- Kondisi biologis menyusui: 946 subjek (1.0%)

Cleaning data konsumsi

Hanya konsumsi garam : 174 subjek (0.2%)

Jumlah subjek: 86 036 subjek Jumlah subjek:

(36)

selanjutnya digunakan dalam menentukan nilai retensi flavonoid. Apabila suatu bahan pangan terdapat perbedaan antara bobot mentah dan bobot matang, maka diasumsikan bahan pangan tersebut mengalami pengolahan, perhitungan yang dilakukan tetap menggunakan berat mentah kemudian asupan flavonoid dilakukan dengan memperhitungkan retensi flavonoid (Gambar 7). Perhitungan asupan flavonoid menggunakan rumus sebagai berikut (Bhagwat et al. 2013):

Asupan subkelas flavonoid (mg/hari) =

Bobot mentah bahan pangan g

g x kandungan flavonoid mg − retensi

Gambar 7 Proses penentuan dan perhitungan retensi akibat pengolahan

Pengolahan data secara deskriptif yang telah dilakukan menunjukkan data

skewed positif dan tidak terdistribusi normal. Penyajian data konsumsi kelompok pangan dalam rata-rata (median) g/hari. Rata-rata tetap digunakan meskipun data tidak terdistribusi normal karena sebagian besar median konsumsi bernilai nol. Penyajian data asupan flavonoid dan karotenoid menggunakan median (persentil 5-95) mg/hari.

Tabel 5 Kuartil asupan total flavonoid dan karotenoid

Kuartil Median asupan total

Flavonoid (mg/hari) Karotenoid (µg/hari)

Rendah (kuartil 1 dan 2) 0.00-25.01 0.00-551.61

Tinggi (kuartil 3 dan 4) 25.02 - 1 681.60 551.62 - 172 318.91

Uji statistik yang digunakan adalah uji komparatif Mann-Whitney untuk mengetahui perbedaan konsumsi kelompok pangan dan asupan total flavonoid maupun karotenoid jenis kelamin, klasifikasi daerah, status pendidikan, status

Bobot mentah = bobot matang Asupan flavonoid dihitung tanpa retensi Tidak

Retensi antosianidin

=Bobot mentah bahan pangan g g x kandungan flavonoid mg x .85

Retensi subkelas flavan-3-ol, flavanon, flavon, flavonol, dan isoflavon

=Bobot mentah bahan pangan g g x kandungan flavonoid mg x .5

Ya

(37)

20

pekerjaan, dan status ekonomi. Uji Kruskall-walls post-hoc Mann-Whitney

digunakan untuk mengetahui perbedaan perbedaan konsumsi kelompok pangan asupan total flavonoid dan karotenoid berdasarkan golongan usia.

Setelah analisis bivariat, selanjutnya dilakukan analisis multivariat. Analisis multivariat yang digunakan adalah analisis regresi logistik. Uji regresi logistik digunakna untuk mengetahui variabel yang memiliki hubungan kuat dengan asupan total flavonoid dan karotenoid. Variabel bebas yang digunakan adalah umur (tahun), jenis kelamin, klasifikasi daerah, status pendidikan, status pekerjaan, status ekonomi, dan konsumsu kelompok pangan. Variabel terikat yang digunakan adalah kuartil tinggi asupan total flavonoid atau karotenoid. Kuartil asupan dikategorikan seperti yang tertera pada tabel 5. Variabel yang memiliki nilai uji bivariat p<0.25 maka dimasukkan dalam uji regresi logistik. Analisis regresi logistik dilakukan dengan menggunakan metode Backward: Wald dengan tingkat kepercayaan CI 95% (Dahlan S 2011). Model regresi logistik dengan persamaan:

��� − � = = � + �� + � + ⋯ + �

Keterangan:

= kuartil asupan total flavonoid atau karotenoid (rendah=0; tinggi=1)

� = konstanta = umur (tahun)

= jenis kelamin (laki-laki=0; perempuan=1) = klasifikasi daerah (perkotaan=1; perdesaan=0) = status pendidikan (rendah=0; tinggi=1)

= status pekerjaan (tidak bekerja=0; bekerja=1) = status ekonomi (rendah=0; tinggi=1)

= konsumsi umbi-umbian dan hasil olahannya (gram/hari) = konsumsi kacang-kacangan, biji (gram/hari)

= konsumsi sayuran dan hasil olahannya (gram/hari) = konsumsi buah dan hasil olahannya (gram/hari) = konsumsi bumbu dan olahannyanya (gram/hari) = konsumsi minuman (gram/hari)

(38)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Database kandungan flavonoid dan karotenoid

Pada penelitian ini telah dilakukan pengembangan database flavonoid dan karotenoid berdasarkan bahan pangan SKMI 2014. Kelompok pangan yang tidak termasuk dalam database ini adalah air, daging, jeroan dan suplemen. Bahan pangan yang tidak mengandung flavonoid dan karotenoid adalah bahan pangan mengandung yang belum diketahui atau tidak memiliki kandungan flavonoid dan/atau karotenoidnya per 100 gram fresh weight of edible part (Bhagwat et al.

2013).

Tabel 6 Jumlah bahan pangan yang mengandung flavonoid dan/atau karotenoid

Jenis kandungan Flavonoid Total

Ya Tidak

Karotenoid Ya 545 (83%) 203 (37%) 748 (62%)

Tidak 109 (17%) 346 (63%) 455 (38%)

Total 654 (100%) 549 (100%) 1203 (100%)

Total bahan pangan SKMI 2014 yang termasuk dalam database flavonoid dan karotenoid sebesar 1203 bahan pangan (13 kelompok pangan) yang terdiri atas 534 bahan pangan dan 669 produk olahan. Dari 1203 bahan pangan, sebanyak 857 bahan pangan mengandung flavonoid dan/atau karotenoid, 549 bahan pangan tidak mengandung flavonoid dan 455 bahan pangan tidak mengandung karotenoid. Dari 857 bahan pangan mengandung flavonoid dan/atau karotenoid, terdiri atas 109 bahan pangan mengandung flavonoid tidak mengandung karotenoid, 203 bahan pangan mengandung karotenoid tidak mengandung flavonoid dan 545 bahan pangan mengandung flavonoid maupun karotenoid (Tabel 6).

Tabel 6 menunjukkan bahan pangan yang mengandung flavonoid sebesar 654 bahan pangan. Berdasarkan 654 bahan pangan tersebut, sebagian besar kandungan flavonoid didapatkan dari database USDA, yaitu sebesar 570 bahan pangan atau 87% (Tabel 7). Jumlah bahan pangan terbanyak yang mengandung flavonoid berasal dari kelompok pangan sayuran dan hasil olahannya (120 bahan pangan). Tabel 6 juga menunjukkan 748 bahan pangan mengandung karotenoid. Berdasarkan 748 bahan pangan tersebut, sebanyak 618 bahan pangan atau 82% didapatkan dari database USDA (Tabel 7). Kelompok pangan serealia dan hasil olahannya merupakan kelompok pangan dengan jumlah bahan pangan terbanyak (147 bahan pangan) (Lampiran 1).

(39)

22

Tabel 7 Sumber data kandungan flavonoid berdasarkan kelompok pangan

Kelompok Pangan

Kandungan flavonoid Total

Ya Tidak

USDA Spesies Genus Resep Total

Serealia dan hasil olahannya 116 0 0 0 116 67 183

Umbi-umbian dan hasil

olahannya 38 0 0 0 38 11 49

Tabel 8 Sumber data kandungan karotenoid berdasarkan kelompok pangan

Kelompok pangan

Kandungan karotenoid Total

Ya Tidak

USDA Spesies Genus Resep Total

Serealia dan hasil olahannya 147 0 0 0 147 36 183

Umbi-umbian dan hasil

olahannya 36 8 0 0 44 5 49

(40)

kacang-kacangan, dan pada kandungan karotenoid adalah bumbu dan olahannyanya. Menurut USDA bahwa beberapa faktor seperti geografi, kultivar, iklim, teknik pertanian, pemrosesan dan penyimpanan dapat mempengaruhi variasi substansi kandungan flavonoid dalam bahan pangan (USDA 2003).

Karakteristik Subjek

Berdasarkan data yang diterima kemudian melalui proses cleaning

didapatkan subjek penelitian sebesar 86 036 (Tabel 9). Jumlah subjek terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Timur (10 072 subjek) dan terendah di Papua Barat (646 subjek). Jumlah subjek perempuan (45 632 subjek) lebih banyak dari laki-laki (40 404 subjek). Persentase subjek perempuan lebih besar dari laki-laki terdapat di semua provinsi kecuali Bengkulu, Lampung, Sulawesi Utara, dan Papua (Lampiran 2). Hal ini sesuai dengan laporan SKMI 2014 yang menjelaskan bahwa jumlah subjek perempuan (50.2%) lebih besar dari laki-laki (Balitbangkes 2014).

Tabel 9 Distribusi subjek berdasarkan karakteristik dan riwayat PTM subjek

Variabel Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Seluruh subjek 40 404 47.0 45 632 53.0 86 036 100.0

Karakteristik Golongan Usia

19-29 tahun 7 010 17.3 7 688 16.8 14 698 17.1

30-49 tahun 19 179 47.5 23 189 50.8 42 368 49.2

50-64tahun 10 576 26.2 10 759 23.6 21 335 24.8

65-80 tahun 3 319 8.2 3 523 7.7 6 842 8.0

>80 tahun 320 0.8 473 1.0 793 0.9

Klasifikasi Daerah

Perkotaan 17 932 44.4 20 679 45.3 38 611 44.9

Perdesaan 22 472 55.6 24 953 54.7 47 425 55.1

Status Pendidikan

Rendah 26 439 65.4 32 925 72.2 59 364 69.0

Tinggi 13 965 34.6 12 707 27.8 26 672 31.0

Status Pekerjaan

Tidak bekerja 4 369 10.8 23 878 52.3 28 247 32.8

Bekerja 36 035 89.2 21 754 47.7 57 789 67.2

Status ekonomi

Rendah 15 250 37.7 17 151 37.6 32 401 37.7

Tinggi 25 154 62.3 28 481 62.4 53 635 62.3

(41)

24

DKI Jakarta. Provinsi dengan persentase tertinggi pada subjek berpendidikan rendah yaitu Nusa Tenggara Timur (77.7%). Jumlah subjek yang bekerja (67.2%) lebih besar dari yang tidak bekerja (32.8%). Subjek perempuan yang bekerja hanya sebesar 47.7%. Bali merupakan provinsi dengan persentase subjek yang bekerja (79.1%) tertinggi di Indonesia (Lampiran 3). Subjek dengan status ekonomi tinggi lebih besar dari status ekonomi rendah (62.3% atau 53 635subjek). Persentase tertinggi subjek dengan status ekonomi rendah adalah Nusa Tenggara Timur dan persentase tertinggi subjek dengan status ekonomi tinggi yaitu DKI Jakarta (Lampiran 3).

Konsumsi Kelompok Pangan Sumber Flavonoid dan Karotenoid

Konsumsi subjek terdiri dari 13 kelompok pangan dan 847 bahan pangan. Berdasarkan pengembangan database flavonoid dan karotenoid, kelompok pangan dengan kandungan tertinggi adalah umbi-umbian dan hasil olahannya, kacang-kacangan dan biji, kacang-kacang-kacangan dan biji, sayuran dan hasil olahannya, buah dan hasil olahannya, bumbu dan olahannya serta minuman (Lampiran 1). Hal ini sesuai dengan konsumsi subjek yang menunjukkan bahwa kelompok pangan tersebut berperan dalam memberikan asupan flavonoid maupun karotenoid (Gambar 8 dan 9).

Gambar 8 menunjukkan kelompok pangan yang memberikan kontribusi besar baik pada flavonoid adalah kacang-kacangan dan biji (43%), sayuran dan hasil olahannya (28%), buah dan hasil olahannya (8%), bumbu dan olahannya (12%) serta minuman (7%). Bahan pangan yang paling berkontribusi dari kelompok kacang-kacangan dan biji (rata-rata konsumsi) adalah tempe kedelai murni mentah (16.0 g/hari), tahu mentah (22.0 g/hari), dan tempe kedelai pasar mentah (60.6 g/hari). Bahan pangan yang paling berkontribusi dari kelompok sayuran dan hasil olahannya adalah kol merah kol putih (210.6 g/hari), kacang panjang (21.3 g/hari), dan daun singkong (13.7 g/hari). Bahan pangan yang paling berkontribusi dari kelompok buah dan hasil olahannya adalah jeruk manis (2.0 g/hari), pisang kepok (10.5 g/hari), dan salak (0.6 g/hari). Bahan pangan yang paling berkontribusi dari kelompok bumbu dan olahannya adalah bawang merah (4.9 g/hari), cabai merah segar (3.3 g/hari) dan cabai rawit segar (1.7 g/hari). Bahan pangan yang paling berkontribusi dari kelompok minuman adalah teh hitam daun kering (0.8 g/hari), teh melati daun kering (0.6 g/hari), dan teh hijau daun kering (0.2 g/hari).

(42)

bumbu dan olahannya yaitu cabai rawit segar (1.7 g/hari), cabai merah segar (3.3 g/hari) dan cabai merah kering (0.1 g/hari).

Gambar 8 Kontribusi kelompok pangan terhadap asupan flavonoid

Gambar 9 Kontribusi kelompok pangan terhadap asupan karotenoid

Tabel 10 menunjukkan jumlah konsumsi kelompok pangan sumber flavonoid dan karotenoid menurut karakteristik subjek. Konsumsi pangan sumber flavonoid dan karotenoid pada kelompok umbi-umbian dan hasil olahannya, kacang-kacangan dan biji serta buah dan hasil olahannya memiliki median nol (0.0 g/hari). Hal ini menunjukkan bahwa hanya sekitar 50 % subjek yang mengkonsumsi bahan pangan sumber flavonoid dan karotenoid berasal dari kelompok pangan tersebut.

Subjek laki-laki mengonsumsi umbi-umbian dan hasil olahannya, kacang-kacangan dan biji, serta minuman lebih besar dari perempuan. Perempuan mengonsumsi sayuran dan hasil olahannya, buah dan hasil olahannya serta bumbu dan olahannya lebih besar dari laki-laki. Berdasarkan golongan usia, subjek berusia 30-49 tahun mengonsumsi umbi-umbian dan hasil olahannya paling besar dibandingkan usia lainnya. Subjek berusia 50-64 tahun mengonsumsi kacang-kacangan dan biji, sayuran dan hasil olahannya, buah dan hasil olahannya, bumbu dan olahannya serta minuman paling besar dibandingkan golongan usia lainnya. Subjek yang bertempat tinggal di perkotaan mengonsumsi kacang-kacangan dan biji, buah dan hasil olahannya, bumbu dan olahannya serta minuman lebih besar

Kacang-kacangan & biji

43%

Sayuran dan hasil olahannya

28%

Buah dan hasil olahannya

8% Bumbu dan olahan

12%

Minuman 7%

Umbi-umbian dan hasil olahannya

5%

Kacang-kacangan & biji 4%

Sayuran dan hasil olahannya

68% Buah dan hasil

olahannya

9%

(43)

26

dari subjek di perdesaan. Sebaliknya, subjek di perdesaan mengonsumsi umbi-umbian dan hasil olahannya serta sayuran dan hasil olahannya lebih besar dari subjek perkotaan. Hasil ini sesuai dengan Laporan SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) 2014 yang menunjukkan bahwa pengeluaran subjek di perkotaan untuk kelompok pangan kacang-kacangan, buah-buahan, bumbu-bumbuan lebih besar dari subjek di perdesaan. Subjek di perdesaan memiliki rata-rata pengeluaran per kapita dalam sebulan untuk kelompok umbi-umbian dan sayur-sayuran, lebih besar dari subjek di perkotaan (BPS 2014).

Tabel 10 Konsumsi kelompok pangan menurut karakteristik subjek Karakteristik Konsumsi kelompok pangan sumber flavonoid dan karotenoid (g/hari)

1

1Rata-rata (Median); 2Umbi-umbian dan hasil olahannya; 3Kacang-kacangan dan biji; 4Sayuran dan

hasil olahannya; 5Buah dan hasil olahannya; 6Bumbu dan olahannya; 7Minuman (tidak termasuk air

putih, susu dan hasil olahannya); aSignifikan pada p<0.05; bSignifikan pada p<0.001

(44)

buah dan hasil olahannya, bumbu dan olahannya, serta minuman lebih besar dari subjek berstatus ekonomi rendah (Tabel 10).

Berdasarkan provinsi, median konsumsi umbi-umbian dan hasil olahannya memiliki nilai nol di semua provinsi kecuali Papua sebesar 108.6 g/ hari. Median konsumsi kacang-kacangan dan biji tertinggi terdapat di DI Yogyakarta (76.2 g/hari). Konsumsi tertinggi pada sayuran dan hasil olahannya terdapat di NTT (82.0 g/ hari) dan terendah di Kalimantan Selatan (28.8 g/ hari). Konsumsi buah dan hasil olahannya tertinggi terdapat di Maluku Utara (9.1 g/ hari). Konsumsi bumbu dan olahannya tertinggi terdapat di Jambi (23.1 g/ hari) dan terendah di NTT (2.7 g/ hari). Konsumsi kelompok minuman tertinggi di Banten (6.0 g/hari) dan terendah di Gorontalo (0.0 g/ hari) (Lampiran 4). Konsumsi pangan sumber pangan flavonoid dan karotenoid di Indonesia masih rendah dan bervariasi antar subjek. Konsumsi pangan yang rendah akan menimbulkan asupan zat gizi yang rendah pula. Menurut Nguyen et al. (2013), asupan zat gizi dapat dipengaruhi beberapa faktor, salah satunya adalah konsumsi pangan. Faktor sosial, budaya, demografi dan gaya hidup dapat mempengaruhi konsumsi pangan.

Estimasi Asupan Flavonoid dan Karotenoid

Estimasi Asupan Flavonoid

Secara keseluruhan, median asupan total flavonoid subjek adalah 25.02 mg/hari. Asupan total flavonoid penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan penelitian di Perancis (median 34.00 mg/hari) dan Spanyol (median 48.00 mg/hari) (Vogiatzoglou et al. 2015). Median asupan total flavonoid di Indonesia lebih besar dari penelitian lain yang menggunakan recall 1x24 hours yaitu di Belgia (8.00 mg/hari), Jerman (7.00 mg/hari), dan Finlandia (13.00 mg/hari) (Vogiatzoglou et al.. 2015). Nilai persentil 95 asupan total flavonoid (146.66 mg/hari) 5 kali lipat dari nilai median menunjukkan bahwa terdapat variasi cukup besar pada asupan total flavonoid subjek.

Tabel 11 Asupan flavonoid subjek

Jenis asupan Median (persentil 5-95) asupan flavonoid (mg/hari)

Total flavonoid 25.02 (1.64-146.66)

Subkelas flavonoid

Antosianidin 0.41 (0.00-38.02)

Flavan-3-ol 0.91 (0.00-23.53)

Flavanon 0.00 (0.00-1.01)

Flavon 1.43 (0.00-13.48)

Flavonol 4.22 (0.14-26.53)

Isoflavon 0.20 (0.00-90.94)

Gambar

Tabel 1  Pangan sumber subkelas flavonoid
Gambar 3 Struktur kimia subkelas karotenoid
Tabel 2 Penelitian terkait peran flavonoid pada kesehatan
Tabel 3   Penelitian terkait asupan dan peran karotenoid pada kesehatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pelanggan terhadap Loyalitas pelanggan smartphone merek Samsung sedangkan penelitian sebelumnya yang menggunakan variabel Pengaruh Kepercayaan dan Kepuasan

Dari hasil pembahasan yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, dapat diambil beberapa kesimpulan: (1) secara simultan variabel nilai tukar rupiah terhadap US$ dan ekspor

Hal ini juga memberikan ide kepada penulis untuk mencari tau mengenai masalah apa saja yang ditemui dalam proses pembuatan karya untuk kompetisi Marching Band berdasarkan

Dari tabel 5.2 dapat dijelaskan bahwa provider wasantara menurut pelanggan mempunyai tingkat kepentingan pada faktor tersebut tinggi pada : Kecepatan akses, Keamanan

Java adalah bahasa pemrograman yang berorientasi objek (OOP) dan dapat dijalankan pada berbagai platform sistem operasi.. Perkembangan Java tidak hanya terfokus

b. Distribusi responden berdasarkan bagaimana responden memaknai nyeri, respon adaptasi, dukungan orang terdekat dan gaya koping serta kecemasan responden

Karya tulis ilmiah yang dapat disusun oleh guru di antaranya (a) laporan hasil penelitian, (b) makalah yang disajikan dalam suatu seminar, (c) kajian

Khlorin bereaksi dengan lignin secara Oksidasi dan substitusi. Reaksi-reaksi ini mengeluarkan lignin dan oleh karena itu, beberapa akan terlarut dalam tahap Khlorinasi. Khlorin