• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pendidikan Dan Kompetensi Terhadap Kinerja Pegawai Pada Biro Hukum Sekretarisat Daerah Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat Pendidikan Dan Kompetensi Terhadap Kinerja Pegawai Pada Biro Hukum Sekretarisat Daerah Jawa Barat"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

ALDI DWI PRIADI UNIKOM ABSTRACT

Education levels of each employee can be considered still less than

achievement, because there are still employees who are high school educated.

education can improve the knowledge and ability of each employee which leads to

increased competence and performance which are owned by each employee. the

Legal Bureau of West Java Regional Secretariat provide education in the form of

training and educational programs provided to employees who wish to follow the

program. The purpose of this study was to determine the effect of education level

and competency Against Employee Performance.

This research method using descriptive method verification, the unit of

analysis in this study are employees of the Legal Bureau of the Regional Secretariat

of West Java with a total population of 53 people who were taken through

techniques census methods, methods of analysis using path analysis, using SPSS

19.0 for Windows.

the results of path analysis concludes that a significant influence on the level

of education and competence of employees. Education and Competence levels

simultaneously affect the performance of the employee. related to one another very

(2)

Latar Belakang Penelitian

Kinerja menurut Armstrong dan Baron (1998 : 15) dalam Wibowo (2009:7)

merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis

organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi. Lebih jauh

Menurut Moeheriono (2012 : 95) mengatakan bahwa kinerja dapat diketahui dan

diukur jika individu atau sekelompok pegawai telah mempunyai standar

keberhasilan tolak ukur yang ditetapkan oleh organisasi.

Oleh karena itu, jika tanpa tujuan dan target yang ditetapkan dalam

pengukuran, maka kinerja pada seseorang atau kinerja organisasi tidak mungkin

dapat diketahui bila tidak ada tolak ukur keberhasilannya.

Seorang Pegawai Negeri Sipil yang berkinerja baik maka mereka memiliki

kompetensi yang baik pula. menurut Lyle Spencer & Signe Spencer yang di

terjemahkan oleh Sudarmanto (2009:46) kompetensi merupakan “karakteristik

dasar perilaku individu yang berhubungan dengan kriteria acuan efektif dan kinerja

unggul di dalam pekerjaan atau situasi”.

Kompetensi sebagai karakteristik yang mendasari seseorang berkaitan

dengan efektivitas kinerja individu dalam pekerjaannya atau karakteristik dasar

individu yang memiliki hubungan sebab-akibat yang berarti bahwa seseorang yang

memiliki tingkat kompetensi yang tinggi, maka pegawai tersebut memiliki kinerja

yang tinggi pula.

(3)

berkaitan erat dengan kemampuan profesionalitas pegawai yang bersangkutan yang

tercermin pada kualitas pegawai dalam menjalankan fungsi, peran dan tugasnya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tinggi rendahnya kinerja sangat

dipengaruhi oleh kualitas pendidikan pegawai itu sendiri.

Fenomena yang terlihat disini adalah dari tingkat pendidikan pegawai di

Biro Hukum Sekretariat Daerah Jawa Barat yang cenderung masih rendah, Hal ini

dilihat dari latar belakang pendidikan pegawai yang rendah serta tidak sesuai

dengan kebutuhan instansi.

Contohnya masih banyak karyawan yang belum disiplin dan belum tepat

waktu, serta kompetensi yang dimiliki pegawai bisa dikatakan rendah, maka

penanganan dari instansi untuk membantu pegawai dalam meningkatkan

kompetensi serta kinerja mereka, yaitu dengan diadakannya program pendidikan

dan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan mereka dari berbagai aspek.

Melihat permasalahan yang terjadi serta kajian teori yang menjadi

pendukung dalam penelitian, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Kompetensi Terhadap Kinerja

(4)

di rumuskan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana Tingkat Pendidikan pada pegawai Biro Hukum Sekretariat Daerah

Jawa Barat

2. Bagaimana Kompetensi pada pegawai Biro Hukum Sekretariat Daerah Jawa

Barat

3. Bagaimana Kinerja pegawai pada pegawai Biro Hukum Sekretariat Daerah

Jawa Barat

4. Bagaimana Tingkat Pendidikan berpengaruh terhadap Kompetensi pegawai

pada Biro Hukum Sekretariat Daerah Jawa Barat

5. Apakah Tingkat Pendidikan berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Pegawai

pada Biro Hukum Sekretariat Daerah Jawa Barat

6. Apakah Kompetensi berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Pegawai pada

Biro Hukum Sekretariat Daerah Jawa Barat

7. Apakah Tingkat Pendidikan dan Kompetensi Secara Simultan berpengaruh

Signifikan terhadap Kinerja Pegawai pada Biro Hukum Sekretariat Daerah

Jawa Barat

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang ada dalam latar belakang maka penelitian

(5)

Jawa Barat

3. Untuk mengetahui kinerja pegawai di Biro Hukum Sekretariat Daerah Jawa

Barat

4. Untuk mengetahui Tingkat Pendidikan berpengaruh terhadap Kompetensi

pegawai di Biro Hukum Sekretariat Daerah Jawa Barat

5. Untuk mengetahui Tingkat Pendidikan berpengaruh Signifikan terhadap

Kinerja Pegawai pada Biro Hukum Sekretariat Daerah Jawa Barat

6. Untuk mengetahui Kompetensi berpengaruh Signifikan terhadap Kinerja

Pegawai pada Biro Hukum Sekretariat Daerah Jawa Barat

7. Untuk mengetahui Tingkat Pendidikan dan Kompetensi Secara Simultan

berpengaruh Signifikan Terhadap Kinerja Pegawai pada Biro Hukum

Sekretariat Daerah Jawa Barat

KAJIAN PUSTAKA

Kajian pustaka berisi studi pustaka terhadap buku, artikel, jurnal ilmiah,

penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan topik penelitian. Uraian kajian

pustaka diarahkan untuk menyusun kerangka pemikiran atau konsep yang akan

digunakan dalam penelitian. Adapun tinjauan pustaka pada penelitian ini meliputi

(6)

kepribadian manusia. Menurut Soekidjo (2009 : 27) pendidikan khususnya kepada

pegawai secara tidak langsung berakibat pada meningkatnya kemampuan dalam

melaksanakan tugas atau pekerjaan.

Kompetensi

Kompetensi ialah karakteristik yang mendasari seorang berkaitan dengan

efektivitas kinerja individu dalam pekerjaannya atau karakteristik yang mendasari

seseorang berkaitan dengan efektifitas kinerja individu dalam pekerjaannya

Kemudian, Moeheriono (2012:5) mengatakan bahwa kompetensi ialah merupakan

sebuah karakteristik dasar seseorang yang mengindikasikan cara berpikir, bersikap,

dan bertindak serta menarik kesimpulan yang dapat dilakukan dan dipertahankan

oleh seseorang pada waktu periode tertentu.

Kinerja Pegawai

Kinerja ialah perbandingan hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga

kerja per satuan waktu (lazimnya per jam). Selanjutnya Gomes dalam

Mangkunegara (2009: 9) mengemukakan bahwa kinerja sebagai ungkapan seperti

output, efisiensi serta efektivitas sering dihubungkan dengan produktivitas. Maka

diambil kesimpulan bahwa kinerja pegawai adalah merupakan suatu tingkat

kemajuan seseorang pegawai atas hasil dari usahanya untuk meningkatkan

(7)

adalah sebagai berikut : “Objek penelitian adalah sarana ilmiah untuk mendapatkan

data dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal objektif, valid dan

reliable tentang suatu hal.”

Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data penelitiannya. Metode penelitian ini menggunakan metode

deskriptif dan verifikatif. Dengan menggunakan metode penelitian akan diketahui

pengaruh atau hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti sehingga

menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang

diteliti.

POPULASI DAN SAMPEL

Populasi adalah seluruh data yang menjadi objek penelitian (Margono,

2010:118). Menurut Sugiyono (2012:115) populasi dapat didefinisikan sebagai

wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan

kemudian ditarik kesimpulan.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai Biro Hukum

Sekretariat Daerah Jawa Barat yang berjumlah 53 orang yang merupakan jumlah

(8)

(indeks validitas) diperoleh hasil uji validitas sebagai berikut:

1. Variabel Tingkat Pendidikan

Hasil Pengujian Validitas Tingkat Pendidikan

Variabel No

Hasil Pengujian Validitas Kompetensi Pegawai

(9)

Variabel

Item Validitas Kritis Kesimpulan

Kinerja Pegawai

Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa semua butir pernyataan untuk

variabel kinerja pegawai valid dan layak digunakan sebagai alat ukur penelitian

serta dapat digunakan untuk analisis selanjutnya.

Hasil Uji Reliabilitas

Berikut adalah hasil uji reliabilitas dari ketiga (3) variabel dalam penelitian

ini yaitu, Tingkat Pendidikan, Kompetensi dan Kinerja Pegawai, yang dapat dilihat

(10)

Tingkat

Pendidikan 0,777 0,700 Reliabel

Kompetensi 0,875 0,700 Reliabel

Kinerja 0,912 0,700 Reliabel

Berdasarkan hasil uji reliabilitas dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa

ketiga (3) variabel dalam penelitian ini dinyatakan reliabel karena hasil uji

reliabilitas variabel berada diatas nilai kritis, yaitu 0,700.

Pengujian Jalur (Path Analysis)

Pada pengujian pertama variabel Tingkat Pendidikan berperan sebagai variabel

independen dan Kompetensi sebagai variabel dependen. Selanjutnya untuk menguji

pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Kompetensi pegawai ditempuh dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menghitung Koefisien Jalur

Karena variabel independen hanya satu variabel (Tingkat

Pendidikan), maka nilai koefisien korelasi sekaligus menjadi koefisien jalur.

(11)

Tabel 4.23

Koefisien Jalur Tingkat Pendidikan Terhadap Kompetensi Pegawai

Berdasarkan tabel output di atas diperoleh koefisien jalur Px1x2= 0,646 pada

tabel diatas merupakan nilai koefisien jalur penilaian Tingkat Pendidikan terhadap

Kompetensi. Maka koefisien determinasi merupakan kuadrat dari koefisien jalur

yang lainnya sama dengan koefisien korelasi. Dengan demikian maka secara

matematis koefisien determinasi dapat dirumuskan sebagai berikut:

2 2

1 2 1 2

x x x x

KDrp

dimana px1x2 : Koefisien jalur, dan

rx1x2 : Koefisien korelasi antara variabel X1 dengan variabel X2

Berikut adalah nilai koefisien korelasi dan koefisien determinasi hasil

(12)

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai rx1x2 sebesar 0,646 yang lainnya

sama dengan koefisien jalur yang telah disajikan sebelumnya. Dengan demikian

maka koefisien determinasi dapat dihitung sebagai berikut:

2

0, 646 0, 418 41,8%

KD  

Dari hasil perhitungan di atas terlihat bahwa nilai koefisien determinasi

yang diperoleh sub struktur pertama sebesar 41,8%. Hal ini menunjukan bahwa

tingkat pendidikan memberikan kontribusi pengaruh terhadap kompetensi pegawai

sebesar 41,8%, sedangkan sisanya sebesar 58,2% merupakan pengaruh dari

variabel lain. Dalam arti lain maka tingkat pendidikan yang dimiliki masing-masing

pegawai merupakan faktor penunjang dalam menciptakan kompetensi yang baik

dan dibutukan oleh instansi khususnya Biro Hukum Sekretariat Daerah Jawa Barat.

Dengan demikian, maka diperoleh persamaan jalur sebagai berikut:

Gambar 4.6

(13)

terhadap kompetensi pegawai, maka dilakukan pengujian hipotesis dengan

rumusan hipotesis sebagai berikut:

H0 : px1x2= 0 Artinya, tingkat pendidikan tidak berpengaruh signifikan terhadap

kompetensi pegawai di Biro Hukum Sekretariat Daerah Jawa Barat.

H1 : px1x2≠ 0 Artinya, tingkat pendidikan berpengaruh signifikan terhadap

kompetensi pegawai di Biro Hukum Sekretariat Daerah Jawa Barat.

Dengan taraf signifikansi 0,05

Kriteria : Tolak H0 jika t hitung lebih besar dari t tabel, terima dalam hal lainnya

Dengan menggunakan SPSS statistic 20.0, diperoleh hasil uji hipotesis

Tingkat Pendidikan Terhadap Kompetensi Pegawai sebagai berikut:

Tabel 4.25

Pengujian Hipotesis Tingkat Pendidikan Terhadap Kompetensi Pegawai Koefisien

Jalur thitung ttabel(db:51) p-value H0 H1

0,646 6,047 2,008 0,000 Ditolak Diterima

Berdasarkan tabel di atas diperoleh informasi bahwa nilai t-hitung yang

diperoleh tingkat pendidikan sebesar 6,047. Nilai ini akan dibandingkan dengan

nilai t-tabel pada tabel distribusi t. Dengan α=0,05, df=n-k-1=53-1-1=51, untuk

pengujian dua sisi diperoleh nilai t-tabel sebesar ± 2,008. Dari nilai-nilai di atas

(14)

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian menurut Fitra Syabania

Nur (2014) yang menyatakan bahwa Tingkat Pendidikan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Kompetensi Pegawai.

Jika disajikan dalam grafik, nilai t-hitung dan t-tabel tersebut dapat dilihat

pada tabel berikut ini:

Gambar 4.7

Kurva Hipotesis Tingkat Pendidikan Terhadap Kompetensi Pegawai Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang disertai dengan

teori-teori yang mendukung mengenai “Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Kompetensi

Terhadap Kinerja Pegawai, maka penulis mengambil beberapa kesimpulan sebagai

berikut:

Daerah Penerimaan H0

Daerah penolakan Ho

t tabel= -2,008 0 t tabel = 2,008

t hitung =6,047 Daerah

(15)

dimiliki masing-masing pegawai secara keseluruhan sudah baik dan

menandakan bahwa Jenjang Pendidikan pegawai sesuai dengan standar yang

telah ditentukan instansi, namun masih ada indikator yang memiliki kriteria

cukup tinggi, yaitu Kesesuaian Jurusan, artinya masih ada pegawai yang

kesesuaian jurusannya masih kurang sesuai dengan bidang pekerjaannya saat

ini.

2. Berdasarkan tanggapan responden mengenai Kompetensi Pegawai pada Biro

Hukum Sekretariat Daerah Jawa Barat dengan indikator Intelektual, Emosional

serta Sosial termasuk dalam kriteria baik, artinya kemampuan intelektual dan

emosional serta sosial yang dimiliki masing-masing pegawai sesuai dengan

kriteria yang ditetapkan instansi.

3. Berdasarkan tanggapan responden mengenai Kinerja Pegawai pada Biro

Hukum Sekretariat Daerah Jawa Barat dengan indikator Kuantitas, Kualitas,

Pengetahuan Kerja, Efisiensi, Keandalan, Sikap Pegawai, Kreatifitas Pegawai

termasuk kedalam kriteria baik, namun masih ada indikator yang memiliki

kriteria baik, yaitu Kuantitas Kinerja Pegawai, artinya sebagian pegawai masih

ragu-ragu dalam melaksanakan tugas pekerjaan, sebagian pegawai menyatakan

bahwa mereka masih ragu apabila jumlah dari pekerjaan mereka masih kurang

(16)

5. Berdasarkan pengujian Hipotesis secara simultan, Tingkat Pendidikan serta

Kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai di Biro Hukum

Sekretariat Daerah Jawa Barat.

6. Berdasarkan pengujian Hipotesis secara parsial, tingkat pendidikan

berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai di Biro Hukum Sekretariat

Daerah Jawa Barat.

7. Berdasarkan pengujian Hipotesis secara parsial, kompetensi berpengaruh

signifikan terhadap kinerja pegawai di Biro Hukum Sekretariat Daerah Jawa

Barat.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas di Bab IV dan dari

penarikan kesimpulan di atas mengenai Pengaruh Tingkat Pendidikan dan

Kompetensi Terhadap Kinerja Pegawai Pada Biro Hukum Sekretariat Daerah Jawa

Barat, maka dapat diajukan saran sebagai berikut :

1. Tingkat Pendidikan Pegawai pada Biro Hukum Setda Jabar di nilai tinggi.

Akan tetapi sebaiknya organisasi tersebut diwajibkan selalu untuk

memperhatikan kemampuan dari masing-masing pegawainya, jenjang

pendidikan pegawai serta kesesuaian jurusan yang dimiliki masing-masing

pegawai harus selalu diperhatikan, selain itu pendidikan non formal di dalam

(17)

pegawainya dan karyawan memiliki kompetensi yang baik seperti dibutuhkan

instansi.

2. Kompetensi pegawai pada Biro Hukum Setda Jabar di nilai baik. Akan tetapi

seorang pimpinan masing-masing Biro khususnya Biro Hukum diwajibkan

untuk selalu mengukur kompetensi yang dimiliki masing-masing pegawai,

dalam artian peran Intelektual, Emosional serta peran Aspek Sosial pun

menjadi faktor penting dalam membedakan kompetensi yang dimiliki satu

pegawai dengan pegawai lainnya, pegawai yang memiliki kompetensi yang

baik mereka akan selalu terpacu untuk selalu bekerja lebih giat dan mereka

selalu memiliki suatu tanggung jawab akan pekerjaannya. Akan tetapi peran

pendidikan masing-masing pegawai juga merupakan faktor penunjang dalam

menentukan tingkat kompetensi yang dimiliki masing-masing pegawai.

3. Kinerja Pegawai pada Biro Hukum Setda Jabar di nilai baik. Tetapi seorang

pimpinan Biro harus lebih memberikan motivasi untuk para pegawainya, agar

seorang pegawai menjadi seseorang yang memiliki kualitas, kuantitas,

pengetahuan kerja, efisiensi, keandalan, sikap pegawai, serta kreatifitas

pegawai yang baik. Dan secara tidak langsung hal-hal tersebut membantu

instansi dalam mewujudkan visi dan misi yang dimiliki instansi khususnya

(18)

yang dimiliki masing-masing pegawai.

5. Tingkat pendidikan serta kompetensi secara simultan berpengaruh terhadap

kinerja pegawai, akan tetapi Biro Hukum Sekretariat Daerah Jawa Barat

diwajibkan untuk memperhatikan pengaruh lain faktor yang meningkatkan

kinerja pegawai. Hal ini merupakan bentuk evaluasi serta kemajuan yang

berguna bagi Biro Hukum Sekretariat Daerah Jawa Barat.

6. Hasil pengujian hipotesis secara parsial tingkat pendidikan berpengaruh

signifikan terhadap kinerja pegawai, hal ini menunjukan bahwa Instansi wajib

memberikan program pendidikan serta pelatihan kepada masing-masing

pegawai yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja masing-masing pegawai.

7. Hasil pengujian hipotesis secara parsial kompetensi berpengaruh signifikan

terhadap kinerja pegawai, hal ini menunjukan bahwa instansi diwajibkan

mengevaluasi kompetensi yang dimiliki masing-masing pegawai agar pegawai

(19)

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Tingkat Pendidikan 2.1.1.1 Pengertian Pendidikan

Menurut Soekidjo (2009 : 16) mengatakan pendidikan merupakan upaya

untuk mengembangkan sumber daya manusia, terutama untuk mengembangkan

kemampuan dalam intelektual dan kepribadian manusia. Menurut Soekidjo (2009 :

27) akhir proses dilaksanakannya program pendidikan di dalam suatu organisasi

diharapkan menjadi perubahan dalam bentuk perilaku yang dimiliki masing-masing

pegawai. Yakni meningkatnya kemampuan dalam melaksanakan tugas atau

pekerjaan. Ini berarti bahwa program pendidikan yang dilakukan oleh

masing-masing organisasi bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja. Kemampuan

baru (hasil perubahan) itu dirumuskan dalam suatu tujuan pendidikan (educational

objective). Pada dasarnya tujuan pendidikan adalah suatu deskripsi dari

pengetahuan, sikap, tindakan, penampilan, dan sebagainya yang diharapkan akan

memiliki sasaran pelatihan pada periode tertentu.

Kecepatan dan kecermatan pun perlu selalu diperhatikan, ditingkatkan dan

(20)

berfungsi untuk terus memperbaiki kinerja agar semakin baik. Maka yang

diuntungkan dari hal itu adalah pegawai itu sendiri, pimpinan dan organisasi.

2.1.1.2 Hal Pokok Pendidikan

Dari pengertian tersebut terdapat tiga hal pokok pendidikan, yaitu :

1. Merupakan suatu proses belajar mengajar dengan mempergunakan teknik dan

metode

2. Sebagai suatu proses, pendidikan merupakan serangkaian kegiatan yang

berlangsung relatif lama dan diselenggarakan dengan pendekatan yang formal

dan structured. Structured artinya pendidikan diselenggarakan oleh satuan

kerja yang melembaga dan kegiatannya diarahkan kepada seseorang atau

sekelompok orang yang dipandang menguasai materi yang hendak dialihkan

kepada orang lain yang mengikuti program pendidikan yang bersangkutan.

3. Melalui serangkaian kegiatan, baik sifatnya stukturer maupun ekstra kurikuler,

yang telah disusun dan dipersiapkan, standar pengetahuan tertentu yang ingin

dialihkan kepada yang akan diajar oleh yang mengajar, artinya sesuatu program

pendidikan diarahkan kepada pemenuhan standar pengetahuan dan akademik

tertentu.

2.1.1.3 Pemberian Pendidikan Terhadap Pegawai Negeri Sipil

Pegawai Negen Sipil (PNS) sebagai unsur utama Sumber Daya Manusia

(SDM) Aparatur Negara mempunyai peranan yang menentukan keberhasilan

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Sosok PNS yang mampu

(21)

diindikasikan dan sikap dan perilakunya yang penuh dengan kesetiaan dan ketaatan

kepada Negara, bermoral, dan bermental baik, profesional, sadar akan

tanggungjawabnya sebagai pelayan publik, serta mampu menjadi perekat persatuan

dan kesatuan bangsa. Untuk dapat membentuk sosok PNS seperti tersebut di atas,

pertu diberikan pendidikan yang mengarah kepada upaya peningkatkan : sikap dan

semangat pengabdian yang berorientasi pada kepentingan masyarakat, bangsa,

negara, dan tanah air; kompetensi teknis, manajerial, dan atau kepemimpinannya

dan efisiensi, efektifitas, dan kualitas pelaksanaan tugas yang dilakukan dengan

semangat kerjasama dan tanggung jawab sesuai dengan lingkungan kerja

organisasinya.

2.1.1.4 Tujuan Pemberian Pendidikan Terhadap Pegawai Negeri Sipil

Menurut UU 48 pasal 2 tahun 2009 yang berjudul “PEDOMAN

PEMBERIAN TUGAS BELAJAR BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL” fungsinya

ialah sebagai berikut:

a. memenuhi kebutuhan akan tenaga yang memiliki keahlian atau kompetensi

tertentu dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi serta pengembangan

organisasi;

b. meningkatkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, serta sikap dan

kepribadian profesional PNS sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam

(22)

2.1.1.5 Cara Memperoleh Pendidikan

Terdapat tiga cara Pegawai Negeri Sipil memperoleh pendidikan, yaitu :

1. Program Diklat (Pendidikan dan Pelatihan)

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan

dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil, kepemerintahan yang baik adalah

kepemerintahan yang mengembangkan dan menerapkan prinsip-prinsip

profesionalisme, akuntabilitas, tranparansi, pelayanan prima, demokrasi, efisiensi,

efektivitas, supremasi hukum, dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat.

2. Program Tugas Belajar

Tugas belajar adalah mengikuti Sekolah Formal untuk melanjutkan ke

jenjang yang lebih tinggi dengan biaya ditanggung oleh Negara. Penyusunan

rencana kebutuhan tugas belajar dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan akan

PNS yang memiliki pengetahuan, kemampuan, keterampilan, serta sikap dan

kepribadian profesional sebagai salah satu persyaratan dalam melaksanakan tugas

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di bidang pendidikan.

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, dapat diketahui bahwa pendidikan

merupakan suatu proses kegiatan untuk memberikan bekal pengetahuan,

keterampilan dan kecakapan tertentu, juga pembentukan sikap atau kepribadian

seseorang dalam jangka waktu yang relatif cukup lama.

3. Program Izin Belajar

Izin belajar adalah mengikuti sekolah formal untuk melanjutkan ke jenjang

(23)

mengganggu tugas pekerjaan sehari-hari, program izin belajar menggunakan biaya

masing-masing pegawai dan biaya tidak ditanggung oleh negara. Program ini

bertujuan khususnya pada pegawai yang belum pernah mengikuti jenjang

perkuliahan dan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kedisiplinan

masing-masing pegawai.

Maka dari itu tingkat pendidikan seorang pegawai sangat penting bagi

sebuah perusahaan agar pencapaian visi dan misi perusahaan dapat berkembang

optimal yang disebabkan oleh terciptanya sumber daya manusia yang kreatif dan

memiliki sebuah profesionalitas yang tinggi dari masing-masing individu, semakin

tinggi pendidikan seseorang maka semakin luas pengetahuan seseorang, akan

semakin tinggi daya analisanya, sehingga pada akhirnya dia akan mampu

memecahkan masalah yang dihadapinya, juga akan lebih besar tingkat tanggung

jawabnya.

2.1.1.6 Indikator Tingkat Pendidikan

Menurut UU SISDIKNAS No. 20 (2003), Pendidikan adalah usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Indikator

tingkat pendidikan terdiri dari jenjang pendidikan dan kesesuaian jurusan. Jenjang

(24)

perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang

dikembangkan, terdiri dari:

1. Pendidikan dasar: Jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun pertama

masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

2. Pendidikan menengah: Jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar.

3. Pendidikan tinggi: Jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang

mencakup program sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang Tujuannya

ialah untuk mengukur perubahan yang terjadi seperti; rejust turn over rate

(pemecatan pegawai dan memasukan pegawai baru), penurunan biaya-biaya

yang terjadi, peningkatan efisiensi, peningkatan kualitas dan kuantitas kinerja

pegawai.

Kesesuaian jurusan adalah sebelum pegawai direkrut terlebih dahulu

perusahaan menganalisis tingkat pendidikan dan kesesuaian jurusan pendidikan

pegawai tersebut agar nantinya dapat ditempatkan pada posisi jabatan yang sesuai

dengan kualifikasi pendidikannya tersebut. Dengan demikian pegawai dapat

memberikan kinerja yang baik bagi perusahaan.

2.1.2 Kompetensi

2.1.2.1 Pengertian Kompetensi

Pengerian dan arti kompetensi oleh Moeheriono dalam bukunya yang

berjudul “pengukuran kinerja berbasis kompetensi” (2012:5) dapat didefinisikan

bahwa kompetensi ialah sebagai karakteristik yang mendasari seorang berkaitan

(25)

mendasari seseorang berkaitan dengan efektifitas kinerja individu dalam

pekerjaannya atau karakteristik dasar individu yang memiliki hubungan kausal atau

sebagai sebab akibat dengan kriteria yang dijadikan acuan, efektif atau berkinerja

prima atau superior di tempat kerja atau pada situasi tertentu. Menurut Moeheriono

(2012:5) menyebutkan bahwa berdasarkan dari definisi kompetensi diatas, maka

banyak mengandung beberapa makna yang terkandung di dalamnya adalah sebagai

berikut :

1. Karakteristik dasar (underlying characteristic) kompetensi adalah bagian dari

kepribadian yang mendalam dan melekat pada seseorang serta mempunyai

perilaku yang dapat diprediksi pada berbagai keadaan tugas pekerjaan.

2. Hubungan kausal (causally related) berarti kompetensi dapat menyebabkan

atau digunakan untuk memprediksikan kinerja seseorang artinya jika

mempunyai kompetensi yang tinggi maka akan mempunyai kinerja yang tinggi

pula.

3. Kriteria (criterian referenced) yang dijadikan sebagai acuan, bahwa

kompetensi secara nyata akan memprediksikan seseorang agar dapat bekerja

dengan baik, harus terukur dan spesifik atau terstandar.

Kemudian, ia mengatakan bahwa kompetensi ialah merupakan sebuah

karakteristik dasar seseorang yang mengindikasikan cara berpikir, bersikap, dan

bertindak serta menarik kesimpulan yang dapat dilakukan dan dipertahankan oleh

seseorang pada waktu periode tertentu. Selanjutnya, ia juga mengatakan bahwa

dari karakteristik dasar tersebut tampak tujuan penentuan tingkat kompetensi atau

(26)

mengkategorikan tingkat tinggi atau di bawah rata-rata. Oleh karena itu, penentuan

ambang kompetensi tersebut sangat dibutuhkan dan penting sekali tentunya, karena

akan dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan bagi proses rekruitmen, seleksi,

perencanaan, evaluasi kinerja dan pengembangan sumber daya manusia lainnya.

Namun demikian Moeheriono mengungkapkan bahwa kompetensi

sehubungan dengan sikap, watak, kepribadian dan pengetahuan yang diperolehnya.

Sedangkan perspektif lainnya seperti pendekatan US Approach, mengatakan bahwa

kompetensi lebih banyak diwujudkan dalam bentuk sertifikasi dan akreditasi.

Elemen kompetensi diidentifikasikan sebagai fungsi-fungsi yang diperlukan

individu yang kompeten agar mampu menyelesaikan sesuatu.

Peraturan Pemerintah (PP) No. 23 Tahun 2004, tentang Badan Nasional

Sertifikasi Profesi (BNSP) menjelaskan tentang sertifikasi kompetensi kerja

sebagai suatu proses pemberian sertifikat kompetensi yang dilakukan secara

sistimatis dan objektif melalui uji kompetensi yang mengacu kepada standar

kompetensi kerja nasional Indonesia dan atau Internasional

Menurut Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negeri Nomor: 46A tahun

2003, tentang pengertian kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang

dimiliki oleh seorang Pegawai Negeri Sipil berupa pengetahuan, keterampilan, dan

sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya, sehingga

Pegawai Negeri Sipil tersebut dapat melaksanakan tugasnya secara profesional,

(27)

Dari pengertian kompetensi tersebut di atas, kita simpulkan bahwa

kompetensi ini, merupakan suplemen atau pelengkap terhadap deskripsi jabatan

(job description) atau spesifikasi jabatan (job spesification) yang sudah kita kenal

dalam manajemen sumber daya manusia selama ini. Sebab, pada prinsipnya dalam

model kompetensi ini telah memerinci lebih jauh lagi mengenai pengetahuan,

keterampilan, serta atribut personal individu seseorang, apakah yang dibutuhkan

pada suatu posisi tertentu sudah terpenuhi atau tidak. Akhirnya pihak manajemen

lebih mudah dan leluasa memanage pengembangan sumber daya manusia,

lebih-lebih untuk jenjang karier pegawai selanjutnya.

2.1.2.2 Karakteristik Kompetensi

Kompetensi merupakan karakteristik yang mendasar pada setiap individu

yang dihubungkan dengan kriteria yang dideferensiasikan terhadap kinerja yang

unggul dan efektif dalam sebuah pekerjaan atau situasi. Spencer and spencer

(1993:9) yang dikutip oleh Wibowo (2009:90) menyatakan bahwa :

Kompetensi merupakan landasan dasar karakteristik orang dan

mengindikasikan cara berperilaku atau berfikir, menyamakan situasi, dan

mendukung untuk periode waktu yang cukup lama.

Wibowo (2009:91) menyatakan lima tipe karakteristik kompetensi yang ada

di dalam diri pegawai, yaitu :

1. Motif adalah sesuatu yang secara konsisten dipikirkan atau diinginkan orang

yang menyebabkan tindakan. Motif mendorong, mengarahkan, dan memilih

(28)

2. Sifat adalah karakteristik fisik dan respons yang konsisten terhadap situasi atau

informasi. Kecepatan reaksi dan ketajaman mata merupakan ciri fisik

kompetensi seorang pilot tempur.

3. Konsep diri adalah sikap, nilai-nilai, atau citra diri seseorang. Percaya diri

merupakan keyakinan orang bahwa mereka dapat efektif dalam hampir setiap

situasi adalah bagian dari konsep diri orang.

4. Pengetahuan adalah informasi yang dimiliki orang dalam bidang spesifik.

Pengetahuan ialah kompetensi yang kompleks.

5. Keterampilan adalah kemampuan mengerjakan tugas fisik atau mental tertentu.

Kompetensi mental atau keterampilan kognitif termasuk berfikir analitis dan

konseptual.

2.1.2.3 Tipe Kompetensi Kerja

Spencer and spencer dalam Dharma (2012:21) menyatakan bahwa

kompetensi dapat dibagi dua kategori yaitu :

1. Threshold Competencies

Merupakan karakteristik utama (biasanya pengetahuan atau keahlian dasar

seperti kemampuan untuk membaca) yang harus dimiliki oleh seseorang agar

dapat melaksanakan pekerjaannya. Tetapi tidak untuk membedakan seseorang

(29)

2. Differntiating Competities

Merupakan faktor-faktor yang membedakan individu berkinerja tinggi dan

rendah. Misalnya, pegawai yang memiliki motivasi biasanya diperhatikan pada

penetapan tujuan yang melebihi apa yang ditetapkan organisasi.

2.1.2.4 Cara Menentukan Kompetensi

Menurut Moeheriono (2012:7) kerangka dasar untuk menentukan

kompetensi mengacu pada langkah-langkah yang disebut FAC, yaitu singkatan dari

Function kemudian, Activities atau Process, baru kemudian, Competency. Caranya

ialah, misalnya menentukan kompetensi apa saja yang diperlukan pada suatu posisi

pekerjaan tertentu. Pertama, perlu menentukan fungsi-fungsi khusus pada suatu

posisi (function of job) terlebih dahulu. Kemudian, langkah kedua, baru

mempelajari secara khusus bagaimanakah aktivitas dalam proses mengerjakan

pekerjaan tersebut (activities atau process) dapat dilaksanakan. Selanjutnya,

langkah ketiga, baru menentukan kompetensi apa saja yang diperlukan.

(competency) pada posisi jabatan tersebut. Berikut piramida kerangka dasar

kompetensi yang disajikan.

Gambar 2.1

Piramida Kerangka Dasar Kompetensi

(30)

Dari gambar tersebut, dapat kita simpulkan bahwa fungsi penting dalam

konsep kompetensi meliputi beberapa aspek antara lain: kerangka acuan dasar

dimana disini kompetensi dikonstruksi dengan melibatkan pengukuran standar

yang diakui oleh perusahaan yang terkait, berupa fungsi dari jabatan yang dimiliki

oleh pegawai lalu aspek selanjutnya kompetensi ini tidak hanya diperlihatkan

kepada pihak lain tapi harus dibuktikan dalam menjalankan fungsi kerja / aktivitas

di mana di sini tiap individu harus menyadari bahwa pengetahuan yang dimilikinya

merupakan nilai tambah dalam memperkuat aktivitas atau proses yang diperlukan

oleh sebuah organisasi. Selain itu kompetensi harus merupakan nilai yang merujuk

pada satisfactory perfomance of individual atau kompetensi harus memiliki kaitan

erat dengan kemampuan melaksanakan tugas yang merefleksikan adanya

persyaratan tertentu.

Standar kompetensi adalah bentuk ketrampilan dan pengetahuan yang harus

dimiliki seseorang untuk dapat melaksanakan suatu tugas tertentu. atau standar

kompetensi adalah pernyataan-pernyataan mengenai pelaksanaan tugas di tempat

kerja yang digambarkan dalam bentuk hasil output. Dalam menetapkan standar

kompetensi perlu melibatkan bebeapa pihak seperti pengusaha, serikat pekerja, ahli

pendidikan, pemerintah serta organisasi profesional terkait.

2.1.2.5 Keuntungan Mengembangkan Sistem Kompetensi

Sistem perkembangan kompetensi pada setiap organisasi wajib dan harus

dikembangkan seluas-luasnya, lebih-lebih pada pada organisasi pemerintahan pada

(31)

agar pegawai bisa bersaing dengan pegawai lainnya dan memiliki tanggung jawab

dalam mengerjakan tugasnya, manfaat dan keuntungan dalam pengembangan

sistem kompetensi ini adalah sebagai berikut :

1. Dapat dipakai sebagai acuan kesuksesan awal bekerja seseorang. Model

kompetensi yang akurat ini akan dapat menentukan dengan tepat pengetahuan

serta keterampilan apa saja yang dibutuhkan untuk keberhasilan dalam suatu

pekerjaan tersebut. Apabila seseorang memegang posisi jabatan tertentu, maka

harus mampu memiliki kompetensi yang dipersyaratkan pada posisinya,

niscaya ia akan diprediksikan sukses dan berhasil dalam mengemban tugas

pekerjaannya.

2. Dapat dipakai sebagai dasar penilaian dan pengembangan pegawai selanjutnya.

Hasil identifikasi kompetensi pekerjaan yang akurat dapat juga dipakai sebagai

tolak ukur kemampuan seseorang. Dengan demikian, berdasarkan sistem

kompetensi ini dapat diketahui apakah seseorang sudah memiliki kompetensi

tertentu yang dipersyaratkan. Kemudian, apabila belum dilakukan, bagaimana

cara mengembangkannya? Apakah dengan pendidikan dan pelatihan? Ataukah

perlu dimutasikan ke bagian yang lain?

2.1.2.6 Dimensi Kompetensi Kinerja

Menurut Spencer and Spencer (1993:34), dikutip oleh Umi Narimawati

(2007:75) Kompetensi individual dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu:

a. Kompetensi intelektual adalah karakter sikap dan perilaku atau kemauan dan

(32)

pemahaman profesional, pemahaman konseptual dan lain-lain) yang bersifat

relatif stabil ketika menghadapi permasalahan di tempat kerja, yang dibentuk

dari sinergi antara watak konsepdiri. Motivasi internal, serta kapasitas

pengetahuan konstektual. Spencer and Spencer (1993:34).

b. Kompetensi emosional adalah karakter sikap dan perilaku atau kemauan dan

kemampuan untuk menguasai diri dan memahami lingkungan secara objektif

dan moralis sehingga pola emosinya relatif stabil dalam menghadapi

permasalahan ditempat kerja, yang dibentuk dari sinergi antara watak

konsepdiri. Motivasi internal, serta kapasitas pengetahuan emosional. Spencer

and Spencer (1993:35).

c. Kompetensi sosial adalah karakter sikap dan perilaku atau kemauan dan

kemampuan untuk membangun simpul-simpul kerja sama dengan orang lain

yang relatif bersifat stabil ketika menghadapi permasalahan di tempat kerja

yang terbentuk melalui sinergi antara watak, konsep diri motivasi internal serta

kapasitas pengetahuan sosial konseptual. Spencer and Spencer (1993:36).

2.1.3 Kinerja

2.1.3.1 Pengertian Kinerja

Di bawah ini adalah definisi-definisi tentang kinerja pegawai yang

(33)

Pendapat Bambang Kusriyanto dalam Mangkunegara (2009: 9) adalah :

“perbandingan hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan

waktu (lazimnya per jam)”. Gomes dalam Mangkunegara (2009: 9)

mengemukakan:

“sebagai ungkapan seperti output, efisiensi serta efektivitas sering

dihubungkan dengan produktivitas”

Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja pegawai

adalah merupakan suatu tingkat kemajuan seseorang pegawai atas hasil dari

usahanya untuk meningkatkan kemampuan secara positif dalam pekerjaannya.

2.1.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai

Menurut Gibson et.all (dalam Mangkunegara, 2009: 10) terdapat tiga faktor

yang dapat mempengaruhi kinerja yaitu:

1. Atribut Individu

Dengan adanya berbagai atribut yang melekat pada individu akan dapat

membedakan individu yang satu dengan yang lainnya. Faktor ini merupakan

kecakapan individu untuk menyelesaikan tugas-tugas yang telah ditentukan

(capacity to perform) terdiri dari:

a. Karakteristik demografi, misalnya: umur, jenis kelamin dan lain-lain.

b. Karakteristik kompetisi, misalnya: bakat, kecerdasan, kemampuan dan

(34)

c. Karakteristik psikologi, yaitu niliai-nilai yang dianut, sikap dan kepribadian.

2. Kemampuan untuk Bekerja

Dengan berbagai atribut yang melekat pada individu menunjukan adanya

kesempatan yang sama untuk mencapai suatu prestasi, hanya untuk mencapai

kinerja yang baik diperlukan usaha atau kemauan untuk bekerja keras karena

kemauan merupakan suatu kekuatan pada individu yang dapat memacu usaha

kerja serta dapat memberikan suatu arah dan ketekunan.

3. Dukungan Organisasi

Dalam mencapai kinerja pegawai yang tinggi diperlukan juga adanya dukungan

atau kesempatan dari organisasi/perusahaan. Hal ini untuk mengantisipasi

keterbatasan baik dari pegawai maupun perusahaan.

Misal: kelengkapan peralatan dan perlengkapan kejelasan dalam memberikan

informasi.

Jadi kesimpulannya adalah tinggi rendahnya kinerja yang dicapai pegawai

dipengaruhi tiga hal kemauan, dukungan serta kesempatan yang diberikan

perusahaan adalah hak yang mutlak diperlukan sedangkan kemampuan

merupakan sesuatu yang ada di dalam diri pegawai sendiri yang dapat

(35)

2.1.3.3 Dimensi Dalam Kinerja

Menurut Fuad Mas’ud (2004:40) mengemukakan bahwa kinerja pegawai

mengacu pada prestasi seseorang yang diukur berdasarkan standar dan kriteria yang

ditetapkan oleh perusahaan. Pengelolaan untuk mencapai kinerja sumber daya

manusia tinggi dimaksudkan guna meningkatkan kinerja perusahaan secara

keseluruhan. Lanjut lagi menurut fuad (2004:40) kinerja ialah hasil pencapaian dari

usaha yang telah dilakukan dan dapat diukur dengan indikator. Maka terdapat

indikator-indikator menurut Mas’ud (2004) dalam Dea Irnita Maharani (2011:6)

yaitu :

1. Kuantitas kerja pegawai.

2. Kualitas kerja pegawai.

3. Pengetahuan kerja pegawai.

4. Efisiensi

5. Keandalan

6. Sikap

(36)

2.1.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu disajikan untuk menggambarkan sejauh mana tingkat

orisinalitas penelitian ini.

No

Peneliti /

Tahun Judul Kesimpulan Persamaan Perbedaan

(37)
(38)

Studi Kasus di

PT.Petrokimia

Gresik

2.2 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran menguraikan keterkaitan antar variabel yang menjadi

kasus penelitian, yaitu antara tingkat pendidikan, kompetensi dan kinerja pegawai.

Melalui keterkaitan yang didasarkan pada konsep teoritis maupun empiris tersebut

akan diperoleh gambaran bahwa keterkaitan tersebut telah memperoleh rujukan

kuat dari teori maupun penelitian sebelumnya yang sudah diteliti oleh peneliti lain.

2.2.1 Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Kinerja Pegawai

Menurut Soekidjo (2009 : 16) mengatakan pendidikan merupakan upaya

untuk mengembangkan sumber daya manusia, terutama untuk mengembangkan

kemampuan dalam intelektual dan kepribadian manusia. Menurut Soekidjo (2009 :

27) akhir proses dilaksanakannya program pendidikan di dalam suatu organisasi

diharapkan menjadi perubahan dalam bentuk perilaku yang dimiliki masing-masing

pegawai. Yakni meningkatnya kemampuan dalam melaksanakan tugas atau

pekerjaan. Ini berarti bahwa program pendidikan yang dilakukan oleh

masing-masing organisasi bertujuan untuk meningkatkan kinerja pegawai. Kemampuan

baru (hasil perubahan) itu dirumuskan dalam suatu tujuan pendidikan (educational

(39)

Kecepatan dan kecermatan pun perlu selalu diperhatikan, ditingkatkan dan

dipelihara oleh para pegawai, sehingga dari kombinasi tersebut dapat selalu

berfungsi untuk terus memperbaiki kinerja agar semakin baik. Maka yang

diuntungkan dari hal itu adalah pegawai itu sendiri, pimpinan dan organisasi.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan

adalah faktor untuk membangun kinerja pegawai dalam bentuk perubahan perilaku

serta pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan

tugas atau pekerjaan.

2.2.2 Pengaruh Kompetensi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai

Spencer & Spencer dalam Umi Narimawati (2007:75) menyatakan bahwa

kompetensi merupakan karakteristik dasar seseorang yang terdiri dari knowledge,

skills, dan attitude, yang ada hubungannya sebab-akibatnya dengan kinerja yang

luar biasa dengan efektifitas kerja. Knowledge (pengetahuan) merupakan

kemampuan yang dimiliki pegawai yang berorientasi pada cara pengoperasian

mesin, pemahaman semua aturan dan teori yang berkaitan dengan pekerjaan,

pelayanan yang baik serta berfikir kreatif dan memberikan ide-ide dalam pekerjaan,

skills (keterampilan) merupakan kemampuan pegawai dalam bekerja sama,

memecahkan masalah dan berkomunikasi serta bertanggung jawab dalam pekerjaan

sedangkan attitude (sikap), yaitu perasaan senang-tidak senang, suka-tidak suka

(40)

2.2.3 Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Kompetensi Pegawai

Menurut Moeheriono (2012) proses pendidikan terhadap pegawai dirancang

untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan secara khusus untuk

mencapai hasil kerja yang berbasis target kinerja yang telah ditetapkan. Oleh karena

itu pemberian pendidikan terhadap pegawai sangat fleksibel dalam proses

kesempatan untuk memperoleh kompetensi dengan berbagai cara.

The National Training Board Australian dalam upaya mendorong sistem

pelaksanaan pendidikan mengeluarkan standar nasional yang dikembangkan oleh

industri. Tujuan utama pemberian pendidikan terhadap pegawai ialah sebagai

berikut:

1. Pendidikan terhadap pegawai dimaksudkan untuk menghasilkan kompetensi

dalam menggunakan keterampilan yang ditentukan untuk pencapaian standar

pada suatu kondisi yang telah ditetapkan dalam berbagai pekerjaan dan jabatan.

2. Penelusuran (penilaian) kompetensi yang telah dicapai dengan sertifikasi, hasil

pemberian pendidikan terhadap pegawai hendaknya dapat dihubungkan

dengan kebutuhan standar kompetensi yang akan diberikan.

2.2.4 Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Kompetensi Terhadap Kinerja Pegawai

Menurut Soekidjo (2009 : 16) mengatakan pendidikan merupakan upaya

untuk mengembangkan sumber daya manusia, terutama untuk mengembangkan

kemampuan dalam intelektual dan kepribadian manusia. Menurut Soekidjo (2009 :

(41)

diharapkan menjadi perubahan dalam bentuk perilaku yang dimiliki masing-masing

pegawai. Yakni meningkatnya kompetensi yang dimiliki masing-masing pegawai

yang berujung pada efektivitas kinerja pegawai dalam melaksanakan tugas atau

pekerjaan.

Berdasarkan keterkaitan tersebut, selanjutnya disajikan paradigma

penelitian sebagai berikut :

Tingkat Pendidikan

 Kreatifitas Pegawai

(42)

Tabel 2.1 Paradigma Penelitian 2.3 Hipotesis

Menurut Sugiyono (2011:64) menjelaskan tentang hipotesis sebagai berikut :

“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

kalimat pernyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan

baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta –fakta

empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga

dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian,

belum jawaban yang empirik”.

Hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat

sementara terhadap masalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang

terkumpul dan harus diuji secara empiris. Berdasarkan uraian kerangka pemikiran

di atas, maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Tingkat Pendidikan pada Biro Hukum Sekretariat Daerah Jawa Barat dinilai

cukup baik.

2. Kompetensi Pegawai pada Biro Hukum Sekretariat Daerah Jawa Barat dinilai

cukup baik.

3. Kinerja Pegawai pada Biro Hukum Sekretariat Daerah Jawa Barat dinilai

cukup baik.

4. Tingkat Pendidikan berpengaruh cukup baik dan signifikan terhadap

(43)

5. Tingkat pendidikan berpengaruh cukup baik dan signifikan terhadap kinerja

pegawai pada Biro Hukum Sekretariat Daerah Jawa Barat.

6. Kompetensi berpengaruh cukup baik dan signifikan terhadap kinerja pegawai

pada Biro Hukum Sekretariat Daerah Jawa Barat.

7. Tingkat Pendidikan dan Kompetensi Secara Simultan berpengaruh Signifikan

(44)

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan permasalahan yang diteliti. Objek dari

penelitian ini adalah Tingkat Pendidikan, Kompetensi pengaruhnya terhadap

Kinerja Pegawai. Penelitian ini dilaksanakan pada Biro Hukum Sekretariat Daerah

Jawa Barat. Penulis memilih Biro Hukum Sekretariat Daerah Jawa Barat ini

didasarkan pada pertimbangan bahwa Biro Hukum Sekretariat Daerah Jawa Barat

memiliki data yang diperlukan untuk penyusunan tugas akhir ini.

Pengertian objek penelitian menurut Sugiyono (2009:38) ialah:“Suatu

atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.”

Objek dalam penelitian ini adalah Tingkat Pendidikan (X1), Kompetensi

(X2) dan Kinerja Pegawai (Y). Penelitian Dilakukan di Biro Hukum Sekretariat

Daerah Jawa Barat.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam

(45)

“Metode Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan

data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan, dan dikembangkan

suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk

memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah”.

Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data penelitiannya. Metode penelitian ini menggunakan metode

deskriptif dan verifikatif. Dengan menggunakan metode penelitian akan diketahui

pengaruh atau hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti sehingga

menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang

diteliti.

Pengertian metode deskriptif menurut Sugiyono (2011:147) adalah sebagai berikut:

“Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menganalisis data

dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul

sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku

untuk umum atau generalisasi”.

Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan rumusan masalah satu

sampai empat. Data yang dibutuhkan adalah data yang sesuai dengan

masalah-masalah yang ada sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga data dapat

dikumpulkan, dianalisis, dan ditarik kesimpulan dengan teori-teori yang telah

(46)

Narimawati Umi (2010:29) adalah sebagai berikut:

“Metode verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk

menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di

tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan”

Metode verifikatif dilakukan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan

alat uji statistik yaitu Analisis Jalur (Path Analysis).

3.2.1 Desain Penelitian

Sebelum melakukan penelitian sangatlah perlu kita melakukan suatu

perencanaan dan perancangan penelitian, agar penelitian yang dilakukan dapat

berjalan dengan lancar dan sistematis.

Desain penelitian menurut Narimawati Umi (2008) adalah sebagai berikut:

“Desain Penelitian adalah Suatu Rencana Struktur, dan Strategi untuk

menjawab permasalahan, yang mengoptimasi validitas”.

Desain penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Mencari dan menetapkan fenomena yang terjadi pada perusahaan selanjutnya

menetapkan judul penelitian.

2. Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi.

3. Merumuskan masalah penelitian termasuk membuat spesifikasi dari tujuan dan

hipotesis untuk diuji. Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah Tingkat

(47)

5. Menetapkan hipotesis penelitian sesuai dengan fenomena yang terjadi

berdasarkan teori.

6. Menetapkan data-data mengenai Tingkat Pendidikan dan kompetensi

pengaruhnya terhadap Kinerja Pegawai.

7. Melakukan analisis mengenai informasi tentang Tingkat Pendidikan dan

Kompetensi pengaruhnya terhadap Kinerja Pegawai.

TABEL 3.1

T-1 Descriptive Descriptive Survey

Biro Hukum Setda Jabar

Cross Sectional T-2 Descriptive Descriptive

Survey

Biro Hukum Setda Jabar

Cross Sectional T-3 Descriptive Descriptive

(48)

Gambar 3.1 Desain Penelitian

3.2.2 Operasional Variabel

a. Variabel Independent (Varibel X)

Definisi variabel bebas menurut Sugiyono (2010:59) merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

dependent (terikat). Variabel indefendent dalam penelitian ini adalah Tingkat

Pendidikan (X1), Kompetensi (X2), variable-variabel ini di tentukan dengan skala

ordinal, data- data di peroleh melalui kuisioner.

b. Variabel Dependent (Varibel Y)

Definisi variabel terikat menurut Sugiyono (2010:59) merupakan variabel yang

dipengaruhi oleh variabel lain.Variabel dependent dalam penelitian ini adalah

kinerja pegawai (Y). Tingkat Pendidikan

(X1)

Kompetensi

(X2)

Kinerja

(49)

Operasional Variabel Penelitian Tingkat Pendidikan (X1)

variabel Konsep Variabel Indikator Ukuran No Kuesioner sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana

(50)

Operasional Variabel Penelitian Kompetensi (X2)

Kompetensi (X2)

kompetensi merupakan karakteristik dasar seseorang yang terdiri dari

knowledge, skills, dan attitude, yang ada hubungannya sebab-akibatnya dengan kinerja

(51)

bersemangat

Operasional Variabel Penelitian Kinerja Pegawai (Y)

Kinerja standar dan kriteria yang ditetapkan oleh perusahaan.

Mas’ud (2004) dalam Dea

(52)
(53)
(54)

7. Kreatifitas

3.2.3 Sumber dan Teknik Pengelompokan Data

3.2.3.1 Sumber data

Menurut Sugiyono (2012:137), sumber data dapat dibagi menjadi dua garis

besar, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder, seperti dijelaskan

sebagai berikut:

1. Data Primer

Sugiyono (2012:137) menyatakan bahwa sumber primer merupakan sumber

data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data primer

merupakan data yang diperoleh secara langsung dari objek yang diteliti baik

dari pribadi (responden) maupun dari suatu permasalahan yang mengolah data

(55)

berhubungan sesuai dengan judul penelitian yang dilakukan.

2. Data Sekunder

Sugiyono (2012:137) menyatakan bahwa sumber sekunder merupakan sumber

data yang diperoleh dengan cara membaca, mempelajari dan memahami

melalui media lain yang bersumber dari literatur, buku-buku serta dokumen

perusahaan. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari buku dan

artikel-artikel dari jurnal ilmiah.

3.2.3.2 Teknik Pengelompokan Data

Untuk memfokuskan diri pada data yang ingin diperoleh dalam penelitian ini,

peneliti mengelompokan data kedalam satu kelompok yaitu populasi yang sekaligus

merupakan sampel dengan menggunakan metode sensus, maka yang dimaksud

yaitu :

1. Populasi

Populasi adalah seluruh data yang menjadi objek penelitian (Margono,

2010:118). Menurut Sugiyono (2012:115) populasi dapat didefinisikan sebagai

wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan

kemudian ditarik kesimpulan.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai Biro Hukum Sekretariat

Daerah Jawa Barat yang berjumlah 53 orang yang merupakan jumlah sampel

(56)

Populasi Penelitian

No Bagian Jumlah Pegawai

1 Kepala Biro Hukum Setda Jabar 1

2 Kepala Bagian Biro Hukum Setda Jabar 4

3 Kepala Sub Bagian Biro Hukum Setda Jabar 10

4 Pengkaji dan Pengkonsepan Produk Hukum 7

5 Pelaksana 13

6 Pengacara/Kuasa Hukum 4

7 Adm Kepegawaian 5

8 Koordinator Tata Usaha Biro Hukum Setda Jabar 3

9 Pemeriksa Hasil Pengukuran Kinerja 6

Jumlah 53

Sumber : Tata Usaha Biro Hukum Sekretariat Daerah Jawa Barat 3.2.4 Teknik Pengumpulan Data

3.2.4.1 Uji Validitas

Validitas bertujuan untuk menguji sejauh mana alat ukur, dalam hal ini

kuesioner mengukur apa yang hendak diukur atau sejauh mana alat ukur yang

digunakan mengenai sasaran. Semakin tinggi validitas suatu alat tes, maka alat

tersebut akan semakin mengenai sasarannya, atau semakin menunjukkan apa yang

seharusnya diukur. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pertanyaan mana yang valid

dan mana yang tidak valid dengan mengkonsultasikan data tersebut dengan tingkat

r kritis. Menurut Masrun dalam Sugiyono (2009:134) : “Item yang mempunyai

korelasi yang positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi

menunjukan item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat

minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r=0,3.

Berdasarkan dari pernyataan tersebut maka hal ini dilakukan untuk

mengetahui pernyataan kuesioner mana yang valid dan mana yang tidak valid,

(57)

pada kriteria : r hitung < r kritis maka tidak valid r hitung < r kritis maka tidak valid

Pengujian validitas dilakukan dengan menghitung korelasi diantara

masing-masing pernyataan dengan skor total. Adapun rumus dari pada korelasi pearson

adalah sebagai berikut :

Keterangan :

r = koefisien korelasi pearson

x = skor item pertanyaan

y = skor total item pertanyaan

N = jumlah responden dalam pelaksanaan uji coba instrumen

Taraf signifikan ditentukan 5%. Jika diperoleh hasil korelasi yang lebih

besar dari r tabel pada taraf signifikan 0,05 berarti butir pertanyaan tersebut valid.

Apabila koefisien korelasinya > 0,03 maka pernyataan tersebut dinyatakan valid,

sedangkan jika korelasinya < 0,03 menunjukan bahwa data tersebut tidak valid dan

akan disisihkan dari analisis selanjutnya.

Berikut ini merupakan tabel uji validitas dari masing-masing variabel, yaitu

(58)

Hasil uji validitas Tingkat Pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

TABEL 3.6

Hasil Pengujian Validitas Tingkat Pendidikan Variabel No Item Koefisien

Validitas

( Sumber : Hasil Kuesioner (Diolah))

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa seluruh koefisien validitas pernyataan

variabel Tingkat Pendidikan melebihi titik kritis = 0,300. Sehingga dapat

dinyatakan bahwa seluruh item pernyataan Tingkat Pendidikan valid.

2. Uji Validitas Kompetensi Pegawai (X2)

Hasil uji validitas Kompetensi dapat dilihat pada tabel berikut ini:

TABEL 3.7

Hasil Pengujian Validitas Kompetensi Pegawai Variabel No Item Koefisien

(59)

p9 0,743 0,300 Valid ( Sumber : Hasil Kuesioner (Diolah))

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa seluruh koefisien validitas

pernyataan variabel Kompetensi Pegawai melebihi titik kritis = 0,300. Sehingga

dapat dinyatakan bahwa seluruh item pernyataan Kompetensi Pegawai valid.

3. Uji Validitas Kinerja Pegawai (Y)

Hasil uji validitas Kompetensi dapat dilihat pada tabel berikut ini:

TABEL 3.8

Hasil Pengujian Validitas Kinerja Pegawai Variabel No Item Koefisien

Validitas

(60)

pernyataan variabel Kinerja Pegawai melebihi titik kritis = 0,300. Sehingga dapat

dinyatakan bahwa seluruh item pernyataan Kinerja Pegawai valid.

3.2.4.2 Uji Reliabilitas

Menurut Cooper (2006:716) dalam Umi Narimawati, Sri Dewi Anggadini

dan Linna Ismawati (2010:43), reliabilitas adalah :

"Reliabilitas adalah karakteristik dari pengukuran dengan akurasi, presisi dan

konsistensi".

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk uji reliabilitas adalah

Split Half Method (Spearman – Brown Correlation), teknik belah dua. Metode ini

menghitung reliabilitas dengan cara memberikan tes pada sejumlah subjek dan

kemudian hasil tes tersebut dibagi menjadi dua bagian yang sama besar

(berdasarkan pemilihan genap – ganjil).

Cara kerjanya adalah sebagai berikut :

1. Item dibagi dua secara acak (misalnya item ganjil/genap), kemudian

dikelompokkan dalam kelompok I dan kelompok II

2. Skor untuk masing – masing kelompok dijumlahkan sehingga skor total untuk

kelompok I dan kelompok II

3. Korelasikan skor total kelompok I dan skor total kelompok II

4. Korelasikan skor total kelompok I dan total kelompok II

(61)

sebagai berikut :

Dimana :

Ґ = reliabilitas internal seluruh item

Ґ� = korelasi product moment antara belahan pertama dan belahan kedua

Selain valid, alat ukur juga harus memiliki keandalan atau reliabilitas, suatu

alat ukur dapat diandalkan jika alat ukur tersebut digunakan berulangkali akan

memberikan hasil yang relatif sama (tidak beberda jauh). Untuk melihat andal

tidaknya suatu alat ukur digunakan pendekatan secara statistika, yaitu melalui

koefisien reliabilitas. Apabila koefisien reliabilitas lebih besar dari 0.70 maka

secara keseluruhan pernyataan dinyatakan andal (reliabel).

Adapun hasil uji reliabel dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 3.5

berikut ini :

Tabel 3.9 Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Koefisien

Reliabilitas Titik Kritis Kesimpulan

Tingkat

Pendidikan 0,777 0,700 Reliabel

(62)

Kinerja 0,912 0,700 Reliabel

( Sumber : Hasil Kuesioner (Diolah))

Hasil Pengujian Reliabilitas instrumen dengan metode Split Half Method,

Tingkat Pendidikan (X1) adalah sebesar 0,777, Kompetensi Pegawai (X2) sebesar

0,875 dan Kinerja Pegawai (Y) sebesar 0,912. Karena r hasil perhitungan

menunjukan nilai lebih besar dar r tabel (0,70) sehingga semua variabel yang

digunakan reliabel.

3.2.4.3 Uji MSI (Method of Successive Interval )

Untuk memenuhi syarat data yang digunakan terhadap data yang diperoleh

dari kuesioner dengan skala pengukuran ordinal terlebih dahulu di transformasikan

menjadi skala pengukuran interval menggunakan Method of successive interval

(MSI).

Adapun untuk melakukan transformasi data melalui Method of successive

interval (MSI) dengan Langkah-langkah kerja sebagai berikut (Harun

Al-Rasyid;2003) :

1. Ambil data ordinal hasil kuesioner. Untuk setiap butir pertanyaan tentukan

berapa orang yang mendapat skor 1,2,3,4,5 yang disebut frekuensi.

2. Setiap frekuensi dibagi banyak responden dan hasilnya disebut proporsi (P).

setiap pertanyaan, dihitung proporsi jawaban untuk setiap kategori jawaban

dan hitung proporsi komulatifnya.

3. Menjumlahkan proporsi secara berurutan untuk setiap responden sehingga

(63)

Pk = P1 + Pk1

Pk = Pk1 + Pk2

4. Menentukan nilai batas Z untuk pada setiap setiap pilihan jawaban (Untuk data

n>30 diaggap mendekati luas daerah dibawah kurva normal).

5. Untuk setiap nilai Z tentukan nilai Density dengan rumus.

6. Menghitung scale value (SV) untuk masing-masing responden dengan rumus

Dimana :

Density at Lower Limit = Kepadatan Batas Bawah.

Density at Upper Limit = Kepadatan Batas Atas.

Area Under Upper Limit = Daerah di bawah batas atas.

Area Under Lower Limit = Daerah di bawah batas bawah.

7. Merubah scale (SV) terkecil menjadi sama dengan satu (1) dan

mentransformasikan masing-masing skala menurut perubahan skala terkecil

sehingga diperoleh transformed scale value (TSV). Nilai Transformasi = Nilai

(64)

Agar penulis dapat menghasilkan data yang dapat dipercaya maka harus

dilakukan tahapan analisis dan pengujian hipotesis. Untuk melakukan sebuah

analisis data dan pengujian hipotesis, terlebih dahulu penulis akan menentukan

metode apa yang digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian dan

merancang metode untuk menguji sebuah hipotesis.

3.2.5.1 Rancangan Analisis

Rancangan analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang telah diperoleh dari hasil observasi lapangan, dan dokumentasi dengan

cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun kadalam pola, memilih mana yang lebih penting dan

yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri

sendiri maupun orang lain. Peneliti melakukan analisa terhadap data yang telah

diuraikan dengan menggunakan metode deskriftif (kualitatif) dan verifikatif

(Kuantitatif).

1. Analisis Deskriptif (Kualitatif)

Dalam pelaksanaan, penelitian ini menggunakan jenis atau alat bentuk

penelitian deskriptif yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan.

Penelitian Deskriptif adalah jenis penelitian yang menggambarkan apa yang

dilakukan oleh Biro Hukum Sekretariat Daerah Jawa Barat berdasarkan fakta-fakta

Gambar

Tabel 4.23
Tabel 4.24
Tabel 4.25
Gambar 4.7 Kurva Hipotesis Tingkat Pendidikan Terhadap Kompetensi Pegawai
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di ruang rawat inap Puskesmas Sidareja terhadap 10 responden dengan menggunakan kuesioner diperoleh data

keunikan dan limited edition secara simultan terhadap minat beli konsumen, 2). Pengaruh keunikan dan limited edition secara parsial terhadap minat beli konsumen. Populasi

Penggelapan dana simpanan nasabah bank adalah jenis kejahatan perbankan yang dilakukan oleh pegawai bank atau karyawan bank dengan berbagai modus operandi (cara

Prendono la parola le «vecchie» militanti, quelle più legate al partito, che per più tempo delle altre hanno creduto (e che forse credono ancora) che Lotta Conti- nua avrebbe

Untuk mendapatkan desain akhir berupa Pusat Perawatan Kecantikan Herbal di Tawangmangu, metode yang digunakan mengacu pada konsep Ekologi Arsitektur yang diaplikasikan

Guru tidak hanya dituntut untuk menyelesaikan bahan pelajaran yang telah ditetapkan, tetapi guru juga harus menguasai dan menghayati secara mendalam semua materi yang

Pertumbuhan PDRB Provinsi DKI Jakarta berdasarkan lapang usaha terdapat tiga sektor utama yang memberikan konstribusi terbesar yaitu, sektor Perdagangan besar dan eceran;

terdapat sanksi-sanksi baik dari hukum administrasi negara serta sanksi-sanksi hukum pidana, pertanggung jawaban pidana badan usaha.dalam hal penegakan hukum pidana