• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh naungan dan jenis pupuk kandang terhadap pertumbuhan lidah Buaya (Aloe vera var. chinensis)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh naungan dan jenis pupuk kandang terhadap pertumbuhan lidah Buaya (Aloe vera var. chinensis)"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH NAUNGAN DAN JENIS PUPUK KANDANG

TERHADAP PERTUMBUHAN LIDAH BUAYA

(

Aloe vera

var. Chinensis)

ENDRIANI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis ini yang berjudul :

Pengaruh Naungan dan Jenis Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan Lidah Buaya (Aloe vera var. chinensis)

merupakan gagasan atau hasil penelitian tesis saya sendiri dengan bimbingan dari Komisi Pembimbing saya, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lainnya.

Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, 9 Mei 2006

(3)

ABSTRAK

ENDRIANI. 2006. Pengaruh Naungan dan Jenis Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan Lidah Buaya (Aloe vera var. chinensis). Dibimbing oleh SUDIRMAN YAHYA dan SUDRADJAT.

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari adaptasi tanaman lidah buaya terhadap naungan, pemberian berbagai jenis pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman lidah buaya, interaksi naungan dan jenis pupuk kandang terhadap pertumbuhan tanaman lidah buaya. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang adaptasi lidah buaya pada kondisi cahaya rendah dan jenis pupuk kandang yang baik bagi pertumbuhan tanaman lidah buaya. Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikarawang Darmaga Bogor pada bulan September 2004 – Juni 2005 dengan ketinggian tempat penelitian 240 m dpl.

Percobaan menggunakan rancangan faktorial dua faktor disusun dalam rancangan petak terbagi (Split Plot Design). Faktor pertama sebagai petak utama adalah naungan terdiri dari tiga taraf yaitu : tanpa naungan (N0), naungan 50 %

(N1), naungan 75 % (N2) dan faktor kedua sebagai anak petak adalah jenis pupuk

kandang terdiri dari empat jenis yaitu : tanpa pupuk (P0), pupuk kandang ayam

(P1), pupuk kandang domba (P2), pupuk kascing (P3) dengan dosis masing-

masing 2 kg/polibag dengan tiga ulangan. Data hasil penelitian dianalisis dengan analisis varian (anova) dan dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf 5 %.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian naungan pada awal tanam berpengaruh positif terhadap pertumbuhan tanaman lidah buaya. Pada umur lebih lanjut naungan nyata menekan pertumbuhan lidah buaya. Pertumbuhan dan hasil lidah buaya dipengaruhi oleh pupuk kan dang. Pupuk kandang ayam menghasilkan pertumbuhan dan hasil yang lebih tinggi dibandingkan pupuk kandang domba, pupuk kascing dan kontrol.

Interaksi antara naungan dan pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, panjang pelepah, tebal pelepah, bobot basah total dan bobot pelepah ke 1-6. Kombinasi perlakuan tanpa naungan dengan pupuk kandang menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan perlakuan dengan naungan 50 % dengan pupuk kandang, maupun pada naungan 75 % dengan pupuk kandang dan tanpa naungan tanpa pupuk kandang. Kombinasi tanpa naungan dengan pupuk kandang ayam menghasilkan pertumbuhan yang terbaik dibandingkan dengan jenis pupuk lainnya.

(4)

ABSTRACT

ENDRIANI. 2006. The effect of shading and stable manure on growth of Aloe vera var chinensis. Supervised by Sudirman Yahya and Sudradjat.

The aimed of this reseach was to study the effect of shading, stable manure and their interaction on growth of Aloe vera var. chinensis. This reseach hopely will give information on the adaptation aloe vera on low light and better stable manure for growth aloe vera. The experiment was conducted at Cikarawang Experimental Farm of IPB from September 2004 to June 2005. The experiment was arranged on Split Plot Design, the main plot was shading (0 %, 50 % and 75 %) and the sub plot was the kinds of stable manure (control, chicken, sheep and casting) with three replications. Each treatment consisted of 12 plants.

The results indicated that at the early growth, shading significantly increased plant growth. There was no interaction between shade and stable manure on parameters of leaf number, chloro phyl a, chlorophyl b and total chlorophyl. The shading combined with stable manure application significantly increased plant height, leaf length, leaf size, leaf area at the early growth. At the end this research without shading treatment (0 %) gave better growth. Those were showed on plant height and leaf length 4.9 % and 13.4 %, leaves number 9.8 %, leaf size 8.7 % and 25.8 %, and leaf area 6.0 % and 23.0 % higher compared 50 % shade and 75 % shade. The non-shade and chicken manure treatment combination gave the best growth.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bagansiapiapi pada tanggal 23 Oktober 1971 sebagai anak keenam dari sebelas bersaudara pasangan Bapak H. Miswardi dan Ibu Hj. Raimah Syam. Pendidikan formal dimulai pada tahun 1979 penulis memasuki jenjang pendidikan dasar di SD Negeri 03 Bagansiapiapi Kecamatan Bangko Kabupaten Rokan Hilir hingga tahun 1985. Tahun 1985 penulis memasuki jenjang pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 02 Bagansiapiapi hingga tahun 1988. Tahun 1988 penulis melanjutkan ke SMU Negeri 01 Bagansiapiapi hingga tamat tahun 1991. Pada tahun 1995 penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang Universitas di Fakultas Pertanian Universitas Lancang Kuning hingga tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis diangkat sebagai sekretaris di Pusat Penelitian Universitas Lancang Kuning. Pada tahun 2000 sampai sekarang penulis bertugas sebagai dosen tetap di Fakultas Pertanian.

(6)

PENGARUH NAUNGAN DAN JENIS PUPUK KANDANG

TERHADAP PERTUMBUHAN LIDAH BUAYA

(

Aloe vera

var. Chinensis)

ENDRIANI

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada

Program Studi Agronomi

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

@ Hak cipta milik Endriani, tahun 2006

Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari

Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam

(8)

Judul

: Pengaruh Naungan dan Jenis Pupuk Kandang terhadap

Pertumbuhan Lidah Buaya (

Aloe vera

var.

chinensis

)

Nama mahasiswa

: Endriani

NRP

: P03500012

Program studi

: Agronomi

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Yahya, MSc

Dr Ir. H. Sudradjat, MS

Ketua

Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Agronomi

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Satriyas Ilyas, MS Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, MSc

(9)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan tesis ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ayahanda tercinta H. Miswardi (alm) yang telah memberikan semangat dan dorongan untuk penulis melanjutkan pendidikan dan ibunda tercinta Hj. Raimah Syam atas doa, cinta dan kasih, motivasi dan materi yang senantiasa dicurahkan buat penulis.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Sudirman Yahya, MSc, dan Bapak Dr. Ir. Sudradjat, MS., selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga selesai tesis ini.

3. Bapak Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, MS selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan mas ukan bagi penulis.

4. Pemerintah Provinsi Riau dan Rektor Universitas Lancang Kuning yang telah memberikan beasiswa dan izin sekolah sehingga penulis dapat melanjutkan pendidikan.

5. Karyawan Kebun Percobaan Cikarawang atas bantuan selama penelitian. 6. Buat H. Erdian Rizmadi, SPd, Erdiana BA, Erfienny Miza BA, Erfienti

SSi, Endri Misra, SPd, Efriansyah, SSi, Efrianita, Erri Ervansyah, Ermiza Novwan, SE dan Ermi Desriza, Amd.kom, serta Rian, Yuniza, Rizal, Tia, Rina, Andi, Nisa dan Abi, atas dukungan dan semangatnya.

7. Adek-adekku di Pondok Rizq i atas kebersamaan dan dukungannya.

Akhirnya mudah-mudahan tesis ini dapat berguna dalam pengembangan tanaman lidah buaya khususnya dan ilmu pengetahuan umumnya.

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

PENDAHULUAN... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 4

Hipotesis ... 4

TINJAUAN PUSTAKA... 5

Tanaman Lidah Buaya ... 5

Pengaruh Naungan terhadap Pertumbuhan ... 7

Adaptasi Tanaman terhadap Cahaya... 9

Pupuk Kandang dan Peranan bagi Tanaman ... 10

BAHAN DAN METODE ... 12

Tempat dan Waktu ... 12

Bahan dan Alat ... 12

Metode Penelitian... 12

Rancangan Percobaan ... 12

Pelaksanaan Penelitian ... 13

Analisis Data ... 15

HASIL DAN PEMBAHASAN... 16

Hasil Penelitian ... 16

Kondisi Umum... 16

Respon Pertumbuhan Tanaman... 17

Pembahasan ... 30

Pertumbuhan tanaman ... 30

Hasil Pelepah ... 37

Mutu Pelepah ... 42

KESIMPULAN DAN SARAN... 44

Kesimpulan ... 44

Saran... 45

DAFTAR PUSTAKA... 46

(11)

PENGARUH NAUNGAN DAN JENIS PUPUK KANDANG

TERHADAP PERTUMBUHAN LIDAH BUAYA

(

Aloe vera

var. Chinensis)

ENDRIANI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis ini yang berjudul :

Pengaruh Naungan dan Jenis Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan Lidah Buaya (Aloe vera var. chinensis)

merupakan gagasan atau hasil penelitian tesis saya sendiri dengan bimbingan dari Komisi Pembimbing saya, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lainnya.

Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, 9 Mei 2006

(13)

ABSTRAK

ENDRIANI. 2006. Pengaruh Naungan dan Jenis Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan Lidah Buaya (Aloe vera var. chinensis). Dibimbing oleh SUDIRMAN YAHYA dan SUDRADJAT.

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari adaptasi tanaman lidah buaya terhadap naungan, pemberian berbagai jenis pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman lidah buaya, interaksi naungan dan jenis pupuk kandang terhadap pertumbuhan tanaman lidah buaya. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang adaptasi lidah buaya pada kondisi cahaya rendah dan jenis pupuk kandang yang baik bagi pertumbuhan tanaman lidah buaya. Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikarawang Darmaga Bogor pada bulan September 2004 – Juni 2005 dengan ketinggian tempat penelitian 240 m dpl.

Percobaan menggunakan rancangan faktorial dua faktor disusun dalam rancangan petak terbagi (Split Plot Design). Faktor pertama sebagai petak utama adalah naungan terdiri dari tiga taraf yaitu : tanpa naungan (N0), naungan 50 %

(N1), naungan 75 % (N2) dan faktor kedua sebagai anak petak adalah jenis pupuk

kandang terdiri dari empat jenis yaitu : tanpa pupuk (P0), pupuk kandang ayam

(P1), pupuk kandang domba (P2), pupuk kascing (P3) dengan dosis masing-

masing 2 kg/polibag dengan tiga ulangan. Data hasil penelitian dianalisis dengan analisis varian (anova) dan dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf 5 %.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian naungan pada awal tanam berpengaruh positif terhadap pertumbuhan tanaman lidah buaya. Pada umur lebih lanjut naungan nyata menekan pertumbuhan lidah buaya. Pertumbuhan dan hasil lidah buaya dipengaruhi oleh pupuk kan dang. Pupuk kandang ayam menghasilkan pertumbuhan dan hasil yang lebih tinggi dibandingkan pupuk kandang domba, pupuk kascing dan kontrol.

Interaksi antara naungan dan pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, panjang pelepah, tebal pelepah, bobot basah total dan bobot pelepah ke 1-6. Kombinasi perlakuan tanpa naungan dengan pupuk kandang menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan perlakuan dengan naungan 50 % dengan pupuk kandang, maupun pada naungan 75 % dengan pupuk kandang dan tanpa naungan tanpa pupuk kandang. Kombinasi tanpa naungan dengan pupuk kandang ayam menghasilkan pertumbuhan yang terbaik dibandingkan dengan jenis pupuk lainnya.

(14)

ABSTRACT

ENDRIANI. 2006. The effect of shading and stable manure on growth of Aloe vera var chinensis. Supervised by Sudirman Yahya and Sudradjat.

The aimed of this reseach was to study the effect of shading, stable manure and their interaction on growth of Aloe vera var. chinensis. This reseach hopely will give information on the adaptation aloe vera on low light and better stable manure for growth aloe vera. The experiment was conducted at Cikarawang Experimental Farm of IPB from September 2004 to June 2005. The experiment was arranged on Split Plot Design, the main plot was shading (0 %, 50 % and 75 %) and the sub plot was the kinds of stable manure (control, chicken, sheep and casting) with three replications. Each treatment consisted of 12 plants.

The results indicated that at the early growth, shading significantly increased plant growth. There was no interaction between shade and stable manure on parameters of leaf number, chloro phyl a, chlorophyl b and total chlorophyl. The shading combined with stable manure application significantly increased plant height, leaf length, leaf size, leaf area at the early growth. At the end this research without shading treatment (0 %) gave better growth. Those were showed on plant height and leaf length 4.9 % and 13.4 %, leaves number 9.8 %, leaf size 8.7 % and 25.8 %, and leaf area 6.0 % and 23.0 % higher compared 50 % shade and 75 % shade. The non-shade and chicken manure treatment combination gave the best growth.

(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bagansiapiapi pada tanggal 23 Oktober 1971 sebagai anak keenam dari sebelas bersaudara pasangan Bapak H. Miswardi dan Ibu Hj. Raimah Syam. Pendidikan formal dimulai pada tahun 1979 penulis memasuki jenjang pendidikan dasar di SD Negeri 03 Bagansiapiapi Kecamatan Bangko Kabupaten Rokan Hilir hingga tahun 1985. Tahun 1985 penulis memasuki jenjang pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 02 Bagansiapiapi hingga tahun 1988. Tahun 1988 penulis melanjutkan ke SMU Negeri 01 Bagansiapiapi hingga tamat tahun 1991. Pada tahun 1995 penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang Universitas di Fakultas Pertanian Universitas Lancang Kuning hingga tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis diangkat sebagai sekretaris di Pusat Penelitian Universitas Lancang Kuning. Pada tahun 2000 sampai sekarang penulis bertugas sebagai dosen tetap di Fakultas Pertanian.

(16)

PENGARUH NAUNGAN DAN JENIS PUPUK KANDANG

TERHADAP PERTUMBUHAN LIDAH BUAYA

(

Aloe vera

var. Chinensis)

ENDRIANI

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada

Program Studi Agronomi

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(17)

@ Hak cipta milik Endriani, tahun 2006

Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari

Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam

(18)

Judul

: Pengaruh Naungan dan Jenis Pupuk Kandang terhadap

Pertumbuhan Lidah Buaya (

Aloe vera

var.

chinensis

)

Nama mahasiswa

: Endriani

NRP

: P03500012

Program studi

: Agronomi

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Yahya, MSc

Dr Ir. H. Sudradjat, MS

Ketua

Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Agronomi

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Satriyas Ilyas, MS Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, MSc

(19)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan tesis ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ayahanda tercinta H. Miswardi (alm) yang telah memberikan semangat dan dorongan untuk penulis melanjutkan pendidikan dan ibunda tercinta Hj. Raimah Syam atas doa, cinta dan kasih, motivasi dan materi yang senantiasa dicurahkan buat penulis.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Sudirman Yahya, MSc, dan Bapak Dr. Ir. Sudradjat, MS., selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga selesai tesis ini.

3. Bapak Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, MS selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan mas ukan bagi penulis.

4. Pemerintah Provinsi Riau dan Rektor Universitas Lancang Kuning yang telah memberikan beasiswa dan izin sekolah sehingga penulis dapat melanjutkan pendidikan.

5. Karyawan Kebun Percobaan Cikarawang atas bantuan selama penelitian. 6. Buat H. Erdian Rizmadi, SPd, Erdiana BA, Erfienny Miza BA, Erfienti

SSi, Endri Misra, SPd, Efriansyah, SSi, Efrianita, Erri Ervansyah, Ermiza Novwan, SE dan Ermi Desriza, Amd.kom, serta Rian, Yuniza, Rizal, Tia, Rina, Andi, Nisa dan Abi, atas dukungan dan semangatnya.

7. Adek-adekku di Pondok Rizq i atas kebersamaan dan dukungannya.

Akhirnya mudah-mudahan tesis ini dapat berguna dalam pengembangan tanaman lidah buaya khususnya dan ilmu pengetahuan umumnya.

(20)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

PENDAHULUAN... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 4

Hipotesis ... 4

TINJAUAN PUSTAKA... 5

Tanaman Lidah Buaya ... 5

Pengaruh Naungan terhadap Pertumbuhan ... 7

Adaptasi Tanaman terhadap Cahaya... 9

Pupuk Kandang dan Peranan bagi Tanaman ... 10

BAHAN DAN METODE ... 12

Tempat dan Waktu ... 12

Bahan dan Alat ... 12

Metode Penelitian... 12

Rancangan Percobaan ... 12

Pelaksanaan Penelitian ... 13

Analisis Data ... 15

HASIL DAN PEMBAHASAN... 16

Hasil Penelitian ... 16

Kondisi Umum... 16

Respon Pertumbuhan Tanaman... 17

Pembahasan ... 30

Pertumbuhan tanaman ... 30

Hasil Pelepah ... 37

Mutu Pelepah ... 42

KESIMPULAN DAN SARAN... 44

Kesimpulan ... 44

Saran... 45

DAFTAR PUSTAKA... 46

(21)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Jenis asam amino yang terkandung dalam tanaman lidah buaya... 6

2. Data iklim mikro di lokasi penelitian pada bulan Mei 2005 ... 16

3. Interaksi naungan dan jenis pupuk kandang terhadap tinggi tanaman

lidah buaya... 17

4. Pengaruh naungan dan jenis pupuk kandang terhadap tinggi tanaman

lidah buaya ... 18

5. Interaksi naungan dan jenis pupuk kandang terhadap panjang pelepah lidah buaya ... 21

6. Pengaruh naungan dan jenis pupuk kandang terhadap panjang pelepah lidah buaya... 22

7. Pengaruh naungan dan jenis pupuk kandang terhadap jumlah pelepah

lidah buaya ... 23

8. Interaksi naungan dan jenis pupuk kandang terhadap tebal pelepah

lidah buaya... 24

9. Pengaruh naungan dan jenis pupuk kandang terhadap lebar pelepah

lidah buaya... 25

10.Interaksi naungan dan jenis pupuk kandang terhadap bobot basah

total pelepah lidah buaya ... 27

11. Interaksi naungan dan jenis pupuk kandang terhadap bobot basah tiap pelepah lidah buaya ke ... 28

12.Pengaruh jenis pupuk kandang terhadap kadar klorofil a, klorofil b

(22)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Data curah hujan bulan September 2004 – Juni 2005... 54 2. Hasil analisis tanah awal... 55 3. Hasil analisis pupuk kandang ... 56 4. Hasil analisis tanah akhir ... 57 5. Prosedur analisis klorofil pelepah lid ah buaya... 58 6. Tabel sidik ragam pengaruh naungan dan pupuk kandang terhadap

tinggi tanaman pada 3 – 37 MST ... 59

7. Tabel sidik ragam pengaruh naungan dan pupuk kandang terhadap

panjang pelepah lidah buaya pada 3 – 37 MST ... 60

8. Tabel sidik ragam pengaruh naungan dan pupuk kandang terhadap

jumlah pelepah lidah buaya pada 3 – 37 MST... 61

9. Tabel sidik ragam pengaruh naungan dan pupuk kandang terhadap

tebal pelepah lidah buaya pada 3 – 37 MST ... 62

10.Tabel sidik ragam pengaruh naungan dan pupuk kandang terhadap

lebar pelepah lidah buaya pada 3 – 37 MST ... 63

11.Tabel sidik ragam pengaruh naungan dan pupuk kandang terhadap bobot basah total tanaman lidah buaya pada 3 - 37 MST ... 64

12.Tabel sidik ragam pengaruh naungan dan pupuk kandang terhadap

bobot pelepah ke 1 – 6 tanaman lidah buaya pada 37 MST... 65

13.Tabel sidik ragam pengaruh naungan dan pupuk kandang terhadap kadar klorofil a, klorofil b dan klorofil total pelepah lidah buaya

(23)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Lidah buaya (Aloe vera) merupakan tanaman sukulen yang dimanfaatkan

sebagai bahan baku kosmetik, makanan dan minuman. Kecenderungan masyarakat untuk kembali ke pengobatan alami menyebabkan pemanfaatan lidah

buaya sebagai suplem en dan pengobatan semakin maju sehingga mengakibatkan semakin beragamnya produk olahan lidah buaya.

Gel yang diekstrak dari daun lidah buaya digunakan sebagai obat

tradisional untuk perawatan eksternal maupun internal pada manusia dan hewan.

Gel lidah buay a mengandung berbagai macam mineral, vitamin dan enzim yang

berpotensi sebagai obat. Taryono dan Agus (2001) mengemukakan bahwa lidah buaya mengandung lebih dari 75 macam zat yang sangat diperlukan oleh tubuh

dan aman untuk dikonsumsi. Lendir lidah buaya mengandung berbagai macam zat

mineral yang sangat berguna untuk pertumbuhan tulang, pembentukan dan

pergantian jaringan, pengaturan metabolisme dalam tubuh dan pengaturan urat

syaraf (Sudarto, 1997). Lidah buaya juga bermanfaat untuk menurunkan panas,

mengatasi peradangan, mengurangi gatal-gatal, membunuh bakteri penyebab

infeksi, melebarkan pembuluh kapiler dan mempercepat penyembuhan luka

(Tarigans, 2001).

Berbagai manfaat dari lidah buaya dapat dirasakan oleh masyarakat

menyebabkan kebutuhannya terus meningkat. Komarudin (2001) melaporkan pada tahun 2000 terdapat 60 perusahaan lokal menggunakan tepung lidah buaya

dengan kebutuhan rata-rata 40 kg tepung/bulan dan total kebutuhan industrinya

28.8 ton tepung/tahun. Hanya sekitar 5 - 10 ton tepung/tahun saja yang dapat

dipenuhi oleh perusahaan tepung lokal dari total kebutuhan tersebut, sisanya

masih harus diimpor. Permintaan ekspor untuk produk tepung lidah buaya sebesar 57.6 ton/tahun dan tepung kulitnya mencapai 144 ton/tahun.

Peningkatan kebutuhan baik di dalam dan di luar negeri mendorong

(24)

2

tanaman tahunan sebagai tanaman sela dengan kondisi lingkungan tumbuh yang

berbeda di antaranya dengan naungan. Lidah buaya membutuhkan tempat yang terbuka sehingga pada kondisi tertentu cahaya akan menjadi faktor pembatas bagi

pertumbuhan. Peranan cahaya bagi tanaman terlihat jelas dalam proses

fotosintesis, cahaya akan ditangkap oleh klorofil untuk menghasilkan fotosintat

melalui serangkaian reaksi kimia dan digunakan bagi pertumbuhan tanaman. Hasil

fotosintesis juga digunakan untuk membangun struktur tubuh tanaman (Gardner,

Pearce dan Mitchell, 1991).

Naungan akan mengurangi intensitas radiasi surya dan berpengaruh

terhadap perubahan suhu maksimum, suhu tanah dan kelembaban nisbi. Cahaya

dan suhu akan menentukan kegiatan fisiologi, translokasi dan akumulasi asimilat

(Gardner, et al, 1991).

Hasil penelitian Las (1983) pada tanaman padi gogo menunjukkan bahwa

besarnya proporsi naungan akan berpengaruh terhadap komponen pertumbuhan.

Tinggi tanaman akan meningkat seiring dengan meningkatnya proporsi naungan,

demikian juga jumlah anakan dan bobot kering tanaman kecuali indek luas daun

yang tidak dipengaruhi oleh naungan. Harris (1999) menyatakan peningkatan luas daun merupakan salah satu mekanisme toleransi tanaman terhadap naungan untuk

memperoleh cahaya yang lebih tinggi atau optimasi penerimaan cahaya oleh

tanaman. Peningkatan luas daun ini menurut Halle dan Occurt (1987) sebagai

upaya pengurang an penggunaan metabolit dan mengurangi jumlah cahaya yang ditransmisikan dan direfleksikan. Suhardi (2000) menyatakan karakter morfologi

yang diduga berkaitan erat dengan toleransi terhadap naungan adalah karakter

daun seperti : luas daun, ketebalan daun, tegakan dan bentuk daun. Pengaruh

naungan pada tanaman lidah buaya penting dipelajari, mengingat ukuran daun

(pelepah) yakni tebal, lebar dan panjang daun merupakan kriteria pelepah yang dapat dipasarkan.

Selain pengaruh intensitas cahaya, tempat tumbuh juga merupakan as pek yang perlu diperhatikan dalam pengembangan lidah buaya. Perbaikan terhadap

(25)

3

memacu pertumbuhan tanaman. Menurut Sudarto (1997) penambahan pupuk

sangat diperlukan untuk penanaman lidah buaya di tanah mineral sehingga pemberian pupuk organik seperti pupuk kandang akan meningkatkan bahan

organik tanah. Penelitian Kurnianingsih (2004) mendapatkan lidah buaya tumbuh

baik pada kondisi tanah yang kaya bahan organik (gambut).

Pupuk kandang sebagai pupuk organik berperan dalam menambah

ketersediaan unsur hara, memperbaiki struktur tanah dan mendorong aktivitas

jasad renik tanah, selain itu pupuk kandang juga mengandung unsur-unsur mikro

(tembaga, mangan dan boron) yang penting bagi pertumbuhan tanaman.

Penguraian yang terjadi dalam pupuk kandang dapat mempertinggi humus.

Menurut Stevenson (1994), Asmara dan Rahayu (2001) humus berwarna hitam

kelam, berukuran koloidal pada tanah gambut dapat menyerap air 20 kali lipat

berat sendiri sedangkan pada tanah mineral dapat memperbaiki struktur tanah dan

porositas tanah, sebagai bahan perekat karena mengandung gugus karboksil dan

hidroksil, mampu berikatan dengan ion-ion logam, tidak larut dalam air, sebagai

bahan penyangga dan sebagai sumber hara tanaman.

Tisdale et al (1995) menambahkan bahwa pupuk kandang yang diberikan ke dalam tanah dapat mensuplai nitrogen, meningkatkan P dan unsur mikro.

Pupuk kandang juga dapat meningkatkan daya mengikat air, kelembaban tanah

dan kadar CO2. Menurut Suhardjo (1993) pupuk organik dapat menetralisir sifat

racun dari Al dan Fe. Kurnianingsih (2004) dan Tatipata (2005) menyatakan bahwa peningkatan pH tanah, menurunkan kejenuhan basa dan menurunkan KTK

tanah dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman pada lahan gambut.

Pemberian bahan organik seperti pupuk kandang diharapkan dapat

menciptakan kondisi tanah yang remah dan gembur sehingga mendukung

pertumbuhan tanaman lidah buaya mengingat perakarannya yang dangkal dengan tipe serabut dan berada di permukaan tanah. Atas dasar pemikiran tersebut maka

(26)

4

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah :

1. Mempelajari adaptasi tanaman lidah buaya terhadap naungan.

2. Mempelajari pemberian berbagai jenis pupuk kandang terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman lidah buaya.

3. Mempelajari interaksi naungan dan jenis pupuk kandang terhadap

pertumbuhan tanaman lidah buaya.

Hipótesis

Hipótesis yang digunakan pada penelitian ini adalah :

1. Perlakuan naungan sampai taraf tertentu belum menekan produksi dan

kualitas pelepah lidah buaya.

2. Pengaruh pupuk kandang terhadap pertumbuhan tanaman lidah buaya

berbeda di antara jenis pupuk kandang.

3. Pengaruh naungan terhadap pertumbuhan tanaman lidah buaya berbeda

(27)

5

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Lidah Buaya

Tanaman lidah buaya (Aloe vera) berasal dari Afrika. Aloe vera berasal

dari kata Alloeh dalam bahasa Arab berarti sangat pahit, Vera berasal dari kata verus yang berarti betul-betul. Menurut Wahyono dan Koesnandar (2002), di

Indonesia dikenal sebagai lidah buaya, di Malaysia disebut jadam dan di Prancis, Jerman dan lain-lain disebut Aloe. Aguilar dan Brink (1999), menyatakan terdapat

tiga jenis lidah buaya yang umum dibudidayakan, yaitu : Curacao aloe ( Aloe

barbadensis Miller), Cape aloe ( Aloe ferox Miller) dan Socotrine aloe ( Aloe

chinensis Baker).

Lidah buaya Pontianak dikategorikan sebagai Aloe vera chinensis Baker karena dideskripsikan oleh Baker pada tahun 1877. Ciri-ciri tanaman ini adalah

bunga berwarna orange, pelepah berwarna hijau muda, pelepah bagian atas agak

cekung, ber totol putih saat masih muda, mempunyai duri lunak di bagian pinggir,

batang pendek dan akar tipe serabut yang pendek berada di sekitar permukaan

tanah (Wahid, 2000; Wahjono dan Koesnandar, 2002).

Daun lidah buaya mengandung cairan kuning (aloin) yang berlendir

mencapai 30% (Duryatmo dan Raharjo, 1999). Hagen (2001) menambahkan

bahwa daun lidah buaya mempunyai kandungan gizi yang sama dengan

kandungan sayuran hijau lainnya. Secara kimia, lidah buaya terdiri dari 90% air,

4% karbohidrat dan sisanya terdiri atas mineral dan 17 macam asam amino (Kurnianingsih, 2004). Jenis kandungan asam amino lidah buaya dapat dilihat

pada Tabel 1.

Menurut Sudarto (1997) lidah buaya dapat tumbuh dari dataran rendah

sampai dataran tinggi, dengan ketinggian 0 – 1500 m dpl, keasaman (pH) yang

diinginkan 5.5 - 6.0, suhu optimum berkisar 16 - 33°C, curah hujan 1000 - 3000 mm/tahun. Pada jenis tanah latosol, podsolik, andosol atau regosol dengan

(28)

6

Tanaman lidah buaya dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di lahan gambut

(Kurnianingsih, 2004; Tatipata, 2005; Wasonowati, 2005 dan Wentasari , 2005).

Tabel 1. Jenis asam amino yang terkandung dalam tanaman lidah buaya

Jenis asam amino Kandungan (ppm) Jenis asam amino Kandungan

(ppm) Histidin Asam glutamat Prolina Serina Asam aspartat Phenil alanina Glisina Alanina Tirosina 48.61 41.68 38.18 36.54 36.23 35.98 33.62 31.29 26.63 Methionina Lisina Sistina Valina Treonina Isoleusina Arginina Leusina 26.54 26.38 23.80 21.57 21.45 15.79 10.28 5.21

Sumber : Kurnianingsih (2004)

Tanaman ini merupakan tanaman serofit tahunan yang efisien dalam penggunaan air untuk pertumbuhannya sehingga dapat tumbuh di daerah basah

atau kering dengan daya adaptasi yang tinggi (Sudarto, 1997). Berdasarkan

metabolisme CO2 tanaman lidah buaya digolongkan sebagai tanaman CAM

(Crassulaceae Acid Metabolism). Salisbury dan Ross (1995), Loveless (1991)

bahwa tanaman CAM dapat memfiksasi CO2 pada malam hari dan melakukan

fotosíntesis pada siang hari dengan stomata tertutup. Gardner et al (1991)

menyatakan bahwa tanaman lidah buaya efisiensi dalam penggunaan air dengan

(29)

7

Pengaruh Naungan terhadap Pertumbuhan

Pemberian naungan dilakukan untuk mengurangi intensitas cahaya yang sampai pada tanaman. Naungan dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman baik

secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Darjanto (1983), naungan

bukanlah faktor yang berdiri sendiri tetapi pengaruhnya terdiri dari berbagai

faktor seperti intensitas cahaya, suhu dan kelembaban.

Cahaya

Selain curah hujan, unsur cuaca dan iklim yang sangat penting dalam

sistem produksi tanaman adalah cahaya dan suhu. Variasi lingkungan yang

berhubungan dengan perubahan dari variabel diatas dapat mempengaruhi

produktifitas tanaman. Radiasi surya merupakan sumber energi utama bagi

pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan tanaman berhubungan erat dengan jumlah

total radiasi surya yang diterima oleh tanaman (Buhr dan Sinclair, 1998).

Cahaya yang sampai ke tanaman mempengaruhi tanaman dalam tiga hal

yaitu mempengaruhi : (a) laju pertumbuhan; (b) laju transpirasi; (c) pada titik

kritis pertumbuahan cahaya yang tinggi dapat menyebabkan terbakar (Squire, 1993). Januwati dan Muhammad (1997) menambahkan pengaruh intensitas

penyinaran terhadap pertumbuhan tanaman lebih besar dibanding pengaruh dari

perubahan dalam mutu penyinaran.

Menurut Gardner et al. (1991), cahaya yang diserap selama siang hari oleh permukaan tanaman budidaya dibagi dalam beberapa kegiatan :75 % - 85 %

digunakan untuk menguapkan air, 5 % - 10 % menjadi cadangan bahang dalam

tanah, 5 % - 10 % lainnya menjadi bahan pertukaran bahan dengan atmosfir bumi

melalui proses konveksi dan 1 % - 5 % berfungsi dalam proses fotosintesis.

Pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill) pemberian naungan 50% merupakan intensitas cahaya terbaik untuk pertumbuhan dan hasil (Evita,

2000). Penambahan cahaya empat jam pada umur 30 hari setelah tanam memberikan pertumbuhan vegetatif dan reproduktif tanaman mentha yang terbaik

(30)

8

menghasilkan jumlah biji pertangkai dan berat biji gandum varietas lumai 22

lebih rendah dibandingkan varietas yannong 15 (Wang et al., 2003).

Suhu

Faktor lingkungan lain yang penting dapat mempengaruhi produksi

tanaman adalah suhu. Suhu ekstrim di lahan dapat membatasi tipe-tipe tanaman

yang dapat tumbuh dan waktu tanam yang sesuai untuk tumbuh. Suhu yang lebih

hangat dan meningkat hingga optimum menyebabkan laju pertumbuhan yang

lebih cepat (Buhr dan Sinclair, 1998).

Laju perkembangan tanaman berkorelasi tin ggi dengan suhu. Jumlah buku,

tinggi tanaman, dan laju perkembangan lainnya berkorelasi positif dengan

akumulasi panas daripada dengan fotosintesis (Boote dan Gardner, 1998).

Tanaman Gloxinia yang tumbuh dalam stadia vegetatif dan generatif berada di

lingkungan dataran rendah lebih cepat berbunga dibandingkan dengan tanaman

Gloxinia yang stadia vegetatif dimodifikasi lingkungan dataran tinggi dan dan

stadia generatifnya modifikasi lingkungan dataran rendah (Sanjaya, Prasetio,

Sutater, 1992).

Kelembaban

Chang (1968) mengemukakan bahwa kelembaban nisbi yang tinggi

memberikan dua pengaruh terhadap tanaman : 1) uap air yang terdapat diudara dapat diserapnya, 2) meningkatkan laju fotosintesis sehingga laju pertumbuhan

meningkat akibat pertumbuhan akar dan efisiensi penyerapan air lebih baik.

Kelembaban udara yang rendah dapat meningkatkan kehilangan

kandungan air tanaman akibat evaporasi melebihi kapasitas tanaman untuk

menggantikannya dengan air yang ada, sehingga akan terjadi pelayuan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hasil pembibitan dipercepat pertumbuhannya

ketika dilakukan pada ruang yang dirancang spesifik dimana kelembaban relatif dipertahankan pada level 65% dan faktor-faktor lingkungan lainnya dikontrol

(31)

9

ageratum, Pink Cascade petunia dan semaian. Double Eagle marigold dapat

meningkat dua sampai lima kali lipat bila kelembaban relatif ditingkatkan dari 40% menjadi 65% pada suhu 18oC di malam hari dan 24oC pada siang hari. Namun demikian peningkatan kelembaban relatif sampai 90% tidak berpengaruh

nyata pada kultivar -kultivar tersebut. Kelembaban nisbi = 70% memberikan hasil

yang baik terhadap pertumbuhan dan mutu planlet kelapa sawit di prapembibitan

(Subronto, 1997).

Adaptasi Tana man terhadap Cahaya

Tanaman yang mendapat cekaman cahaya dapat menyebabkan energi

cahaya yang diabsorbsi lebih besar dari pada energi yang digunakan dalam

fotosintesis dan berpengaruh terhadap pigmen -pigmen klorofil. Hasil penelitian

Adams et al. (1996) menyatakan bahwa rasio klorofil a/b tanaman Crassula

argentea pada kondisi naungan menunjukkan angka lebih kecil dari pada tanpa

naungan.

Hasil penelitian Allard, Nelson dan Pallardi, (1991); Kephard, Buxton and

Taylor, (1992), memperlihatkan bahwa rumput-rumputan merespon naungan dengan mengurangi bahan kering untuk mempertahankan luas daun, panjang

batang dan pertumbuhan akar. Lukitariati et al. (2000) yang melakukan penelitian

pada tanaman manggis mendapatkan pertumbuhan semai manggis yang lebih baik

dengan naungan daripada tanpa naungan.

Secara genetik tanaman yang tahan terhadap naungan mempunyai

kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan (Mohr dan

Schoofer, 1995). Berdasarkan hal di atas maka Smith (1983) mengelompokkan

tanaman menjadi tiga bagian yaitu : tanaman suka cahaya (sun plant), tanaman

suka naungan (shade plant) dan tanaman toleran naungan. Levitt, (1980)

menambahkan ada dua mekanisme adaptasi tanaman terhadap cekaman

(32)

10

Tanaman di bawah naungan biasanya menunjukkan perubahan morfologi

anatomi dan fisiologi sebagai respon adaptasi terhadap penyinaran (Hidema et al, 1992). Karakter morfologi dan anatomi yang berkaitan dengan toleransi nau ngan

adalah karakter daun seperti luas daun, ketebalan daun dan bentuk daun (Sahardi,

2000) dan tangkai bunga (Widiastoety, Prasetio dan Solvia, 2000). Daun

cenderung menjadi lebih tipis dan lebih luas ( Fitter dan Hay, 1991),

Taiz dan Zeiger, (1991) men gemukakan bahwa penipisan daun ini

disebabkan oleh berkurangnya jumlah dan ukuran sel palisade, di mana sel-selnya

mengecil sehingga hanya berbeda sedikit ukurannya dengan sel bunga karang.

Sebaliknya kondisi terang, sel-sel palisade lebih panjang dibandingkan sel-sel

bunga karang. Selain itu daun-daun yang ternaungi memiliki sel-sel spongi (bunga

karang) yang bentuknya tidak beraturan. Hal ini menyebabkan banyaknya rongga

udara dan air yang terbentuk. Akibatnya pancaran cahaya menjadi baik dan

mempertinggi jumlah cahaya yang bisa mencapai sel

Karakter fisiologi tanaman yang dipengaruhi oleh naung an antara lain :

kandungan karbohidrat pada fase pembungaan menurun, N terlarut pada buku

padi dan N total pada daun dan batang meningkat (Chaturvedi, 1996; Supriyono, 1999; Soverda, 2002).

Pupuk Kandang dan Peranannya bagi Tanaman

Pupuk dalam pertanian modern digunakan untuk menyediakan hara tanaman, agar diperoleh hara tanaman pada tingkat yang cukup, membantu

tanaman bertahan pada kondisi cekaman, untuk mengelola kesuburan tanah yang

optimum dan meningkatkan kualitas tanaman. Pupuk yang sering digunakan

dalam pertanian ada dua macam yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik.

Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari perubahan atau penguraian bagian tanaman atau hewan. Salah satu jenis pupuk organik yang

berasal dari kotoran hewan adalah pupuk kandang. Pupuk kandang merupakan campuran kotoran padat, air seni, amparan dan sisa makanan ternak (Soepardi,

(33)

11

Menurut Abdulrachman et al (2001), pengaruh pupuk kandang terhadap

sifat fisik tanah adalah menurunkan berat isi tanah, meningkatkan permeabilitas air tanah, dan peningkatan bahan organik tanah. Selanjutnya Simanjuntak (1997);

Leomo (1998) menyatakan pupuk kandang dapat meningkatkan total pori tanah,

air tersedia dan kemantapan agregat tanah.

Pupuk kandang mempunyai susunan kimia yang berbeda- beda dari satu

tempat ke tempat lain tergantung jenis ternak, umur dan keadaan ternak, sifat dan

jumlah amparan, cara penanganan penyimpanan sebelum digunakan (Soepardi,

1983), jenis pakan (Tisdale dan Nelson, 1995).

Penelitian Santoso (2003) pada tanaman lidah buaya menunjukkan bahwa

pemberian pupuk kandang nyata meningkatkan tinggi tanaman dan jumlah daun.

Urnemi (2003) menunjukkan bahwa pemberian pupuk P dan herbal dapat

meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman, luas daun dan bobot basah tanaman

jinten. Melati dan Andriyani (2005) menyatakan bahwa pemberian pupuk

kandang ayam dosis 10t/ha meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan produksi

kedelai organik. Sudiarto et al (2002), aplikasi pupuk kandang dapat

meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman, bobot basah tanaman dan bobot basah daun katuk. media organik PHC (peanut husk charcoal) menghasilkan luas

(34)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Cikarawang IPB Darmaga,

Bogor terletak pada ketinggian 240 m di atas permukaan laut dengan jenis tanah

Latosol Darmaga. Penelitian telah dilaksanakan mulai bulan Oktober 2004

sampai Juni 2005.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah bibit tanaman lidah

buaya (Aloe vera var chinensis Baker) berasal dari pertanaman lidah buaya yang

ada di Kebun Percobaan Cikarawang, dengan ukuran tinggi 20 – 25 cm dan telah

berpelepah 5 – 6 buah. Sebagai wadah media tumbuh adalah polibag ukuran 40

cm x 40 cm. Naungan menggunakan paranet 50 % dan 75 %. Pupuk yang

digunakan adalah pupuk kandang ayam, pupuk kandang domba dan pupuk

kascing. Pupuk dasar adalah N dari Urea, P2O5 dari SP-36, K2O dari KCl.

Pencegahan hama dan penyakit menggunakan fungisida Dithane M-45 dan Benlate. Bahan untuk analisis kimia adalah Aseton.

Alat yang digunakan adalah jangka sorong, penggaris, pisau, timbangan

analitik, pH meter dan spektrophotometer UV VIS.

Metode Penelitian Rancangan Percobaan

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan

faktorial dua faktor yang disusun dalam Rancangan Petak Terbagi (Split Plot

Design) dengan tiga ulangan. Faktor pertama sebagai petak utama adalah naungan (N) terdiri dari tiga taraf yaitu : tanpa naungan (N0), naungan 50 % (N1), naungan

75 % (N2) dan faktor kedua sebagai anak petak adalah jenis pupuk kandang (P)

(35)

13

kandang domba (P2), pupuk kascing (P3) dengan dosis masing - masing dua

kg/polibag.

Model linier aditif dari Rancangan Split Plot menurut Mattjik dan

Sumertajaya (2000) sebagai berikut :

Yijk = µ + Bi + Nj + γij + Pk + (NP)jk + εijk

Ket : i = 1, 2, 3 (ulangan) j = 1, 2, 3, (naungan)

k = 1, 2, 3, 4 (jenis pupuk kandang)

Yijk = nilai pengamatan pengaruh naungan ke-j, jenis pupuk kandang ke-k, dan

ulangan ke-i. µ = nilai tengah.

Bi = pengaruh Blok ke-i.

Nj = pengaruh naungan ke-j.

γij = pengaruh galat yang muncul pada naungan ke-j, ulangan ke-i.

Pk = pengaruh jenis pupuk kandang ke-k.

(NP)jk = pengaruh interaksi antara naungan ke-j dan jenis pupuk kandang ke-k. εijk = pengaruh galat anak petak, nau ngan ke-j dan jenis pupuk kandang ke-k

pada ulangan ke-i.

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan lahan. Terlebih dahulu diambil contoh tanah untuk dianalisis, meliputi : hara makro (N, P, K, Ca dan Mg), C-organik dan kemasaman tanah.

Analisis dilakukan oleh Laboratorium Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat

Bogor. Selanjutnya lahan dibersihkan dari vegetasi dan sampah yang ada di sekitarnya dan diratakan.

Pembuatan naungan dan persiapan media. Naungan dibuat dengan sistem para-para dengan ukuran 7 m x 7 m dengan tinggi dua meter dan disusun

sesuai dengan pengacakan perlakuan. Polibag diisi media tanah dan pupuk

(36)

14

kemudian disusun dalam naungan dengan jarak tanam 50 cm x 50 cm dan jarak

antar ulangan satu meter dan dibiarkan selama seminggu.

Penanaman. Lidah buaya ditanam sampai kedalaman 20 cm dalam polibag yang telah diberi perlakuan dalam naungan dengan cara

membenamkannya. Sebelum ditanam akar bibit lidah buaya direndam dulu dalam

fungisida Benlate untuk menghindari serangan jamur. Bersamaan dengan itu

dilakukan juga pemupukan NPK standar yaitu berupa pupuk Urea 20 gram,

SP-36 10 gram dan KCl 10 gram/tanaman.

Pemeliharaan tanaman. Penyiangan dilakukan untuk membersihkan areal di sekitar polibag dan didalam polibag dari gulma yang tumbuh yang dapat

mengganggu pertumbuhan tanaman lidah buaya. Penyiangan dilakukan secara

menual dengan cara mencabut gulma yang tumbuh dan dilakukan jika dibutuhkan.

Bersamaan dengan itu dilakukan juga pen yulaman untuk menggantikan

tanaman yang mati atau pertumbuhan yang tidak baik dengan tanaman baru yang

merupakan tanaman pinggir. Penyulaman dilakukan mulai 1 – 3 minggu setelah

tanam. Penyiraman dilakukan dua hari sekali pada awal tanam selama sebulan

dengan asumsi tidak turun hujan. Selanjutnya dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Pengendalaian penyakit tanaman dengan menggunakan Dithane M-45 dan

dilakukan bila diperlukan.

Pemisahan anakan dilakukan bila anakan sudah mulai keluar, dilakukan

dengan cara mencabut anakan dari induknya dan ditanam ke tempat lain untuk digunakan sebagai bibit baru. Pemisahan dilakukan agar anakan tidak

mengganggu tanaman induk, sehingga induk dapat tumbuh tanpa tersaingi.

Pengamatan. Pengamatan terdiri dari parameter pertumbuhan dan analisis kimia. Peubah pertumbuhan yang diamati meliputi :

1. Tinggi tanaman (cm) : diukur dari pangkal batang hingga ujung pelepah terpanjang. Pengamatan dilakukan mulai dari 3 – 32 MST

(37)

15

2. Pertumbuhan pelepah : pengamatan dimulai dari 3 – 32 MST dengan

interval waktu dua minggu sekali dilakukan pada tanaman sampel yang diambil secara acak sebanyak 6 sampel tiap satuan percobaan.

Pengamatan meliputi :

a. Jumlah pelepah (helai) : dilakukan dengan menghitung jumlah

pelepah yang terbentuk.

b. Panjang pelepah (cm) : pengukuran dimulai dari berkas

pertautan pelepah sampai ujung pelepah terpanjang, diukur

dengan menggunakan meteran.

c. Lebar pelepah (cm) : pengukuran dilakukan pada bagian

terlebar pelepah terpanjang dengan jarak 5 cm dari pertautan

pelepah dengan menggunakan jangka sorong.

d. Tebal pelepah (cm) : pengukuran dilakukan pada bagian

terlebar pelepah terpanjang dengan jarak 5 cm dari pertautan

pelepah dengan menggunakan jangka sorong.

3. Bobot basah pelepah (g) : dengan cara ditimbang pelepah pada saat

panen yang diambil secara acak dari masing-masing sampel percobaan. Panen dilakukan pada 37 MST.

Parameter kimia yang diamati adalah kandungan klorofil pelepah dimana

tanaman sampel yang diambil adalah pelepah yang terpanjang.

Analisis data

Data yang didapat dari hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam,

apabila hasil analisis menunjukkan adanya pengaruh perlakuan yang nyata maka

(38)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Kondisi Umum

Struktur tanah di lahan percobaan adalah lempung liat berpasir dengan derajat

kemasaman 4.7, cukup sesuai dengan syarat tumbuh tanaman lidah buaya. Selama

penelitian berlangsung suhu rata-rata 31.5

o

C, kelembaban rata-rata 85.7 %, radiasi

surya rata-rata 9.04 MJ/m

2

/hari dan curah hujan rata-rata 454 mm/bulan. Data iklim

[image:38.612.113.532.336.537.2]

mikro di lokasi penelitian disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Data iklim mikro di lokasi penelitian pada bulan Mei 2005

Naungan (%)

Unsur iklim

Waktu

0

50

75

Suhu

0

C

07.30

24

24

24

12.00

29

28

28

15.00

26

24

22

RH (%)

07.30

90

92

94

12.00

69

70

71

15.00

71

72

76

Intensitas (Lx)

07.30

67.75

30

12.7

12.00

317

249

137

15.00

75.35

34

14

Data yang didapat dari hasil pengamatan terhadap iklim mikro ini tidak

dianalisis secara statistik. Suhu udara, kelembaban nisbi dan intensitas cahaya di

bawah naungan lebih rendah dibandingkan dengan intensitas cahaya di luar naungan.

Adanya perbedaan suhu udara, kelembaban nisbi udara di bawah berbagai tingkat

naungan disebabkan oleh perbedaan jumlah intensitas cahaya yang sampai di bawah

(39)

17

Respon Pertumbuhan Tanaman

Tinggi tanaman

. Hasil sidik ragam (Tabel Lampiran 6) menunjukkan bahwa

naungan dan jenis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman

lidah buaya selama pengamatan sedangkan interaksi keduanya berpengaruh sangat

nyata terhadap tinggi tanaman terjadi pada 5, 7, 29 MST.

Hasil uji lanjut interaksi naungan dan jenis pupuk kandang terhadap tinggi

tanaman dapat dilihat pada Tabel 3 dan pengaruh naungan dan jenis pupuk kandang

terhadap tinggi tanaman dapat dilihat pada Tabel 4. Interaksi yang nyata

menunjukkan bahwa pengaruh jenis pupuk kandang berbeda pada taraf naungan yang

[image:39.612.108.532.375.667.2]

berbeda.

Tabel 3. Interaksi naungan dan jenis pupuk kandang terhadap tinggi tanaman

lidah buaya pada umur 5, 7 dan 29 MST (cm)

Naungan (%)

Pengamatan

minggu ke

Pupuk kandang

0

50

75

5 MST

Kontrol

25.56cde

25.48cde

24.72e

Ayam

27.05ab

27.08ab

27.44a

Domba

26.52abc

26.80ab

26.44abc

Kascing

26.19bcd

26.25bcd

25.25de

7MST

Kontrol

25.92de

26.44de

25.38e

Ayam

29.47b

31.41a

29.41b

Domba

28.94bc

29.58b

27.05de

Kascing

26.97de

27.55cd

25.97de

29 MST

Kontrol

44.28f

41.76fg

38.75h

Ayam

66.03a

61.52b

54.43c

Domba

60.38b

54.12c

52.18cd

Kascing

50.53de

48.63e

39.97gh

(40)

18

Tabel 4. Pengaruh naungan dan jenis pupuk kandang terhadap tinggi tanaman lidah buaya (cm)

Minggu Setelah Tanam (MST) Perlakuan

3 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 31 33 35 37

Naungan (%)

0 25.62a 29.53b 36.43a 40.17b 43.52a 45.77a 47.35a 48.53a 50.42a 52.06a 53.66a 56.69a 57.38a 58.37a 59.41a

50 24.69 b 31.36a 37.60a 41.65a 43.72a 45.68a 46.31a 47.90a 48.82b 49.89b 50.81b 52.70b 53.52b 54.70b 56.33b

75 24.46c 29.16b 34.06b 37.47c 39.73b 40.96b 42.34b 43.33b 44.61c 44.95c 45.47c 47.32c 48.12c 49.69c 50.18c

P upuk kandang

Kontrol 24.04d 27.10c 31.28 d 33.80d 35.11d 36.29d 37.15d 38.09d 39.02d 39.72d 40.66d 41.95d 42.93d 44.20d 44.15d

Ayam 25.63a 32.45a 40.17a 45.05a 48.62a 51.45a 53.58a 55.65a 57.42a 58.68a 59.66a 62.83a 63.58a 65.34a 66.42a

Domba 25.37b 31.61a 38.20b 42.47b 45.38b 47.18b 48.27b 49.97b 51.45b 52.99b 53.92b 57.23b 58.18b 59.15b 61.25b

Kascing 24.66c 28.90b 34.47c 37.74c 40.18c 41.63c 42.34c 42.66c 43.91c 44.48c 45.68c 46.94c 47.33c 48.31c 49.03d

[image:40.792.75.717.196.406.2]
(41)

19

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa pengaruh naungan berbeda

dengan berbedanya jenis pupuk kandang. Pada 5 MST, tinggi tanaman lidah buaya

yang terbaik diperoleh pada naungan 75 % yang diberi pupuk kandang ayam,

pengamatan 7 MST terdapat pada naungan 50 % diberi pupuk kandang ayam dan

pengamatan 29 MST, tanpa naungan yang diberi pupuk kandang ayam.

Naungan dan jenis pupuk kandang masing-masing sangat nyata menurunkan

tinggi tanaman lidah buaya. Dari Tabel 4 pada pengamatan 37 MST dapat diketahui

bahwa tinggi tanaman lidah buaya tertinggi terdapat pada naungan 0 % (tanpa

naungan) meningkat sebesar 13.5 % dibandingkan pada naungan 75 %. Dan pengaruh

pupuk yang tertinggi pada pupuk ayam, sangat nyata meningkatkan tinggi tanaman

lidah buaya sebesar 35.8 % dibandingkan dengan kontrol.

Panjang pelepah

. Hasil sidik ragam yang disajikan pada Tabel Lampiran 7

menunjukkan bahwa naungan berpengaruh sangat nyata terhadap panjang pelepah

lidah buaya selama penga matan kecuali pada 5 MST tidak nyata. Jenis pupuk

kandang berpengaruh sangat nyata terhadap panjang pelepah lidah buaya selama

pengamatan sedangkan interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap panjang

pelepah lidah buaya pada 7, 13, 15, 17, 19, 23, 25, 27, 29 MST. Interaksi naungan

dan jenis pupuk kandang terhadap panjang pelepah disajikan pada Tabel 5.

Sedangkan pengaruh naungan dan pupuk kandang disajikan pada Tabel 6.

Tabel 5 menunjukkan bahwa panjang pelepah lidah buaya memberi tanggap

yang berbeda terhadap naungan dan jenis pupuk kandang mulai dari 7 MST – 29

MST. Pada 7 MST panjang pelepah yang tertinggi diperoleh pada naungan 50 %

diberi pupuk kandang ayam dan naungan 0 % diberi pupuk kandang ayam pada

pengamatan 29 MST. Pada kombinasi ini panjang pelepah lidah buaya meningkat

sebesar 21 % (7 MST ) dan 34 % (29 MST) dibandingkan dengan kontrol.

Pada pengamatan 37 MST naungan nyata menurunkan panjang pelepah, hal

(42)

20

dan 13,4 % pada naungan 75 % dibandingkan dengan tanpa naungan. Pemberian

pupuk kandang nyata meningkatkan tinggi tanaman. Pemberian pupuk kandang ayam

memberikan panjang pelepah tertinggi meningkat 35.8 % dibandingkan kontrol.

Jumlah pelepah.

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa naungan

berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah pelepah selama pengamatan, sedangkan

pada 7, 9, 11 MST berpengaruh tidak nyata dan jenis pupuk kandang berpengaruh

sangat nyata terhadap jumlah pelepah lidah buaya selama pengamatan. Interaksi

keduanya tidak berpengaruh nyata selama pengamatan (Tabel Lampiran 8). Pengaruh

naungan dan jenis pupuk kandang terhadap jumlah pelepah lidah buaya selama

pengamatan dapat dilihat pada Tabel 7.

Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa jumlah pelepah yang dihasilkan berbeda

pada semua taraf naungan. Pada pengamatan 13 – 15 MST naungan nyata

meningkatkan jumlah pelepah lidah buaya, dimana jumlah pelepah tertinggi diperoleh

pada naungan 50 %. Pada pengamatan selanjutnya naungan nyata menurunkan

jumlah pelepah, hal ini dapat dilihat pada penurunan jumlah pelepah sebesar 9.8 %

pada perlakuan naungan 75 % dibandingkan tanpa naungan. Pengaruh jenis pupuk

kandang berbeda diantara pupuk kandang lainnya. Pupuk kandang ayam memberikan

hasil yang tertinggi, meningkat sebesar 35.4 % dan berturut-turut diikuti pupuk

kandang domba 24.0 % dan pupuk kascing 10.8 % dibandingkan tanpa pupuk

(43)
[image:43.792.88.714.173.478.2]

21

Tabel 5. Interaksi naungan dan jenis pupuk kandang terhadap panjang pelepah lidah buaya (cm)

Minggu Setelah Tanam (MST) Perlakuan

7 13 15 17 19 23 25 27 29

Naungan (%) Pupuk kandang

0 Kontrol 25.92de 34.06d 35.10f 36.61e 37.01d 38.62e 39.33f 40.37e 40.58f

Ayam 28.60b 41.45b 45.40ab 47.68ab 50.51a 53.66a 54.78a 55.63a 56.08a

Domba 28.37b 41.17b 43.58bc 45.56bc 46.47b 50.30b 50.54b 51.37b 52.43b

Kascing 26.80 37.18c 39.82e 41.10d 41.73c 42.93d 44.47de 44.87d 45.31e

50 Kontrol 25.84de 32.91d 33.98fg 34.84ef 35.15de 35.56f 37.15fg 37.51f 38.33g

Ayam 31.30a 44.48a 47.07a 49.92a 50.94a 52.68ab 53.77a 54.14a 54.26ab

Domba 28.23bc 41.65b 43.73bc 44.53c 45.00b 46.27c 46.65cd 47.22c 47.77cd Kascing 27.12bcd 38.99bc 40.15de 41.22d 41.61c 42.52d 42.93e 43.30d 43.66e

75 Kontrol 25.30e 29.65e 32.17g 32.48f 33.42e 34.30f 34.67h 35.18g 35.58h

Ayam 28.41b 40.98b 42.48cd 44.80c 45.86b 46.77c 47.26 47.78c 48.18c

Domba 26.47de 38.80bc 40.48de 41.33d 42.45c 44.00cd 44.57de 44.88d 45.61de

Kascing 25.86de 32.80d 33.72fg 35.00e 35.84de 36.73ef 36.90gh 37.30fg 37.68gh

(44)
[image:44.792.75.713.221.461.2]

22

Tabel 6. Pengaruh naungan dan jenis pupuk kandang terhadap panjang pelepah lidah buaya (cm)

Minggu Setelah Tanam (MST)

Perlakuan

3

5

9

11

21

31

33

35

37

Naungan (%)

0

25.62a

26.33

28.60b

35.15a

44.99a

50.96a

50.43a

51.05a

51.71a

50

24.72b

26.32

30.65a

36.14a

43.52a

46.78b

47.22b

48.20b

49.18b

75

24.46c

25.85

28.11b

32.98b

40.05b

42.32c

43.05c

44.13c

44.82c

Pupuk kandang

Kontrol

24.04d

25.14d

26.59c

30.20c

35.39d

38.88d

39.64d

40.90d

41.23d

Ayam

25.63a

27.19a

31.36a

38.49a

50.35a

53.95a

54.54a

55.10a

56.00a

Domba

25.41b

26.45b

30.57a

37.09a

45.53b

59.32b

50.16b

50.95b

52.20b

Kascing

24.66c

25.89c

27.96 b

33.26 b

40.14c

44.58c

43.27c

44.22c

44.86c

(45)
[image:45.792.77.711.179.396.2]

23

Tabel 7. Pengaruh naungan dan jenis pupuk kandang terhadap jumlah pelepah lidah buaya (helai)

Perlakuan Minggu Setelah Tanam (MST)

11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37

Naungan (%)

0 8.97 10.22a 10.88a 11.52a 11.91a 12.25a 11.84a 11.70a 12.33a 13.02a 13.65a 14.19a 14.38a 14.75a 50 9.40 10.41a 11.01a 11.22a 11.34b 11.62b 11.80a 12.22b 12.37a 12.75a 13.29a 13.54b 13.95b 14.11b 75 9.16 9.62b 9.95b 10.30b 10.55c 10.65c 10.77b 11.01c 11.33b 11.58b 11.98b 12.36c 13.05c 13.31c

Pupuk kandang

Kontrol 8.50d 9.12d 9.77d 10.00d 10.05d 10.33d 10.50d 10. 70d 10.90d 11.09d 11.25d 11.50d 11.88d 12.03d

Ayam 9.75a 10.92a 11.53a 11.85a 12.18a 12.37a 12.22a 12.68a 13.05a 13.72a 14.31a 14.96a 15.59a 15.94a

Domba 9.44b 10.46b 10.88b 11.37b 11.62b 11.88b 11.77b 12.01b 12.46b 13.00b 13.18b 14.22b 14.64b 14.92b Kascing 9.01c 9.83c 10.27c 10.85c 11.22c 11.44c 11.41c 11.18c 11.62c 12.00c 12.51c 12.77c 13.07c 13.33c

(46)

24

Tebal pelepah

. Hasil sidik ragam Tabel Lampiran 9 menunjukkan bahwa

naungan dan jenis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tebal pelepah

lidah buaya selama pengamatan sedangkan interaksi keduanya berpengaruh sangat

nyata pada 9, 13,15 17, 19 MST. Interaksi naungan dengan jenis pupuk kandang

[image:46.612.113.529.278.677.2]

terhadap tebal pelepah disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Interaksi naungan dan jenis pupuk kandang terhadap tebal pelepah

lidah buaya pada 9, 13, 15, 17 dan 19 MST (cm)

Naungan (%)

Pengamatan

minggu ke

Pupuk kandang

0

50

75

9 MST

Kontrol

1.08d

1.10d

0.93e

Ayam

1.27b

1.52a

1.27b

Domba

1.16cd

1.31b

1.12cd

Kascing

1.13cd

1.22bc

0.94e

13 MST

Kontrol

1.21ef

1.15f

0.94h

Ayam

1.48b

1.58a

1.35cd

Domba

1.43bc

1.40bc

1.24ef

Kascing

1.34cd

1.27de

1.01g

15 MST

Kontrol

1.26de

1.17e

0.96g

Ayam

1.55a

1.59a

1.37bc

Domba

1.45b

1.42b

1.26de

Kascing

1.38bc

1.31cd

1.07f

17 MST

Kontrol

1.28 f

1.18 g

0.97 i

Ayam

1.57 ab

1.61 a

1.38 de

Domba

1.49 bc

1.43 cd

1.30 ef

Kascing

1.40 cde

1.34 def

1.08 h

19 MST

Kontrol

1.30e

1.20f

1.00g

Ayam

1.57a

1.62a

1.42cd

Domba

1.54ab

1.46bc

1.33de

Kascing

1.30cde

1.36

1.10f

(47)

25

Tebal pelepah yang diukur pada umur 9,13, 15, 17 dan 19 MST tampak

bahwa pada tiap jenis pupuk kandang terjadi perbedaan yang nyata antara tanaman di

bawah naungan dengan tanaman tanpa naungan. Pemberian naungan pada berbagai

jenis pupuk kandang jelas pengaruhnya pada tebal pelepah, dilihat dari tebal pelepah

dari pertanaman pada kombinasi perlakuan naungan 50 % yang diberi pupuk kandang

ayam mempunyai nilai tertinggi yaitu meningkat 5.0 % dibandingkan pada naungan

75 % diberi pupuk kascing pada umur 19 MST.

Selanjutnya pengamatan pada umur 37 MST (akhir pengamatan) tebal pelepah

tanaman tanpa naungan lebih baik pada semua jenis pupuk kandang. Tebal pelepah

tanpa naungan meningkat sebesar 23.0 % dibandingkan pada naungan 75 %.

Perlakuan pupuk kandang berbeda nyata dengan pupuk kandang lainnya, pupuk

kandang ayam mempunyai nilai tertinggi meningkat 37.4 % diantara semua jenis

pupuk kandang.

Lebar Pelepah

. Hasil sidik ragam Tabel Lampiran 10 menunjukkan bahwa

naungan dan jenis pupuk kandang masing-masing berpengaruh sangat nyata terhadap

lebar pelepah lidah buaya selama pengamatan. Pengaruh naungan dan jenis pupuk

kandang terhadap lebar pelepah lidah buaya disajikan pada Tabel 9.

Hasil pengamatan pada umur lebih lanjut (37 MST) lebar pelepah lidah

buaya tanpa naungan lebih baik pada semua jenis pupuk kandang. Lebar pelepah

lidah buaya tanpa naungan meningkat 9,7 % dan 25.8 % dibandingkan pada naungan

50 % dan 75 %. Perlakuan pupuk kandang ayam mempunyai nilai tertinggi diantara

(48)

26

Tabel 9. Pengaruh naungan dan jenis pupuk kandang terhadap lebar pelepah lidah buaya (cm)

Minggu Setelah Tanam (MST)

Perlakuan

3

5

7

9

11

13

15

17

19

21

23

25

27

37

Naungan (%)

0

2.09b 2.58b

2.72b 2.97b 3.76b 4.09b 4.40a 4.82a 5.00a 5.31a 5.78a 6.17a 6.61a 7.60a

50

2.28a 2.91a

3.15a 3.68a 3.99a 4.24a 4.52a 4.75a 5.02a 5.25a 5.54a 5.79b 5.99b 6.87b

75

2.25a 2.51b

2.61b 2.95b 3.23c 3.38c 3.69b 3.90b 3.97b 4.21b 4.49b 4.67c 4.90c 5.64c

Pupuk kandang

Kontrol

2.10c 2.44c

2.52d 2.81d 3.05d 3.12d 3.16d 3.31d 3.45d 3.59d 3.83d 4.10d 4.27d 4.98d

Ayam

2.31a 2.85a

3.13a 3.55a 4.29a 4.71a 5.33a 5.83a 6.18a 6.54a 6.90a 7.20a 7.53a 8.56a

Domba

2.23b 2.75ab 2.92b 3.41b 3.96b 4.30b 4.70b 4.98b 5.12b 5.51b 5.86b 6.14b 6.41b 7.49b

Kascing

2.18b 2.63b

2.74c 3.01c 3.36c 3.49c 3.62c 3.84c 3.91c 4.06c 4.48c 4.73c 5.13c 5.79c

[image:48.792.111.713.158.403.2]
(49)

27

Bobot basah total tanaman.

Hasil sidik ragam Tabel Lampiran 11

menunjukkan bahwa naungan, jenis pupuk kandang serta interaksi keduanya

berpengaruh sangat nyata terhadap bobot total tanaman lidah buaya. Interaksi

naungan dan jenis pupuk kandang terhadap bobot total tanaman lidah buaya disajikan

[image:49.612.115.528.259.392.2]

pada Tabel 10.

Tabel 10. Interaksi naungan dan jenis pupuk kandang terhadap bobot basah

total tanaman lidah buaya pada 37 MST (g)

Naungan (%)

Pupuk kandang

0

50

75

Kontrol

858.05ef

683.77ef

365.27f

Ayam

4561.16a

3649.83b

2239.94c

Domba

3760.22b

2507.83c

1610.16d

Kascing

1655.11d

1245.55de

599.44f

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%.

Naungan berpengaruh nyata terhadap bobot basah total pada tanaman yang

diberi pupuk kandang, terutama pupuk kandang ayam dan pupuk kandang domba.

Tanpa pemberian pupuk kandang tanaman tidak memberikan tanggap terhadap

perbedaan taraf naungan.

Pemberian naungan nyata menurunkan pertumbuhan pada tanaman yang

mendapatkan pupuk kandang terutama pupuk kandang ayam dan pupuk kandang

domba. Bobot basah total tertinggi diperoleh pada tanaman dengan perlakuan pupuk

kandang ayam, diikuti berturut-turut pada perlakuan pupuk kandang domba dan

(50)

28

Bobot basah pelepah.

Hasil sidik ragam

pada

Tabel Lampiran 11

menunjukkan bahwa naungan, jenis pupuk kandang dan interaksi keduanya

berpengaruh sangat nyata terhadap bobot basah pelepah lidah buaya. Interaksi

naungan dan jenis pupuk kandang terhadap bobot basah pelepah lidah buaya disajikan

[image:50.612.132.529.251.667.2]

pada Tabel 11.

Tabel 11. Interaksi naungan dan jenis pupuk kandang terhadap bobot basah

tiap pelepah lidah buaya pada 37 MST (g)

Naungan (%) Bobot pelepah

ke- Pupuk kandang 0 50 75

1 Kontrol 133.33ef 101.05efg 61.66g Ayam 455.77a 357.94b 273.88c Domba 390.22b 270.88c 198.11d Kascing 211.83d 154.55de 80.83fg 2 Kontrol 121.38gh 87.16hi 51.66i

Ayam 442.66a 335.88b 254.44cd Domba 376.33b 263.11c 185.77ef Kascing 202.11de 146.16fg 76.38hi 3 Kontrol 113.88ef 79.16fg 49.72g

Ayam 424.44a 318.61b 239.44c Domba 361.77b 249.27c 174.72d Kascing 187.77d 141.88de 72.50fg 4 Kontrol 101.11fg 75.05gh 45.83h

Ayam 405.11a 302.66b 215.55cd Domba 343.27b 226.11c 161.88e Kascing 174.33de 134.83ef 68.88gh 5 Kontrol 93.33fg 70.50gh 39.44h

Ayam 390.11a 292.77b 195.11cd Domba 328.88b 214.94c 149.55de Kascing 158.50de 122.88ef 61.38gh 6 Kontrol 79.44fg 65.05fgh 32.22h

Ayam 367.44a 278.61b 178.33cd Domba 310.44b 198.22c 136.55de Kascing 140.94de 108.55ef 56.11gh

(51)

29

Bobot basah pelepah pada berbagai taraf naungan nyata pada semua jenis

pupuk kandang. Pengaruh naungan terhadap bobot basah pelepah pertama nyata pada

pupuk kandang ayam dan pupuk kandang domba tetapi tidak nyata pada bobot basah

pelepah tanpa pupuk kandang. Naungan nyata menurunkan pertumbuhan tanaman

yang diberi pupuk kandang ayam dan pupuk kandang domba sedangkan pada pupuk

kascing dan kontrol tidak memberikan tanggap terhadap perbedaan taraf naungan.

Bobot pelepah tertinggi pada tanaman yang mendapat pupuk kandang ayam disusul

pupuk kandang domba dan pupuk kascing. Demikian pada bobot basah pelepah

kedua, ketiga, keempat, kelima dan keenam bahwa naungan nyata menurunkan bobot

basah pelepah terutama pada pupuk kandang ayam dan pupuk kandang domba (Tabel

11).

Kadar klorofil.

Hasil sidik ragam pada Tabel Lampiran 12 menunjukkan

bahwa naungan dan interaksi naungan dan jenis pupuk kandang tidak berpengaruh

nyata terhadap kadar klorofil a, klorofil b dan klorofil total pelepah lidah buaya.

Sedangkan pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap kadar klorofil a, kadar

klorofil b dan klorofil total pelepah lidah buaya. Pengaruh jenis pupuk kandang

terhadap kadar klorofil a, klorofil b dan klorofil total pelepah lidah buaya disajikan

[image:51.612.114.529.564.674.2]

pada Tabel 12.

Tabel 12. Pengaruh jenis pupuk kandang terhadap kadar klorofil a, klorofil b

dan klorofil total pelepah lidah buaya pada 37 MST (mg/g)

Pupuk kandang

Klorofil a

Klorofil b

Klorofil Total

Kontrol

0.0767b

0.0415b

0.1184b

Ayam

0.1194a

0.0663a

0.1857a

Domba

0.1130ab

0.0584a

0.1713a

Kascing

0.1010b

0.0590a

0.1701a

(52)

30

Pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa kadar klorofil a tanaman yang

mendapatkan pupuk kandang ayam nyata lebih tinggi dari pupuk kascing dan kontrol.

Kadar klorofil a dan klorofil b pada perlakuan pupuk kandang domba tidak beda

nyata dengan pupuk kandang ayam, pupuk kascing dan kontrol.

Pembahasan

Pertumbuhan Tanaman

Gambar

Tabel 1. Jenis asam amino yang terkandung dalam tanaman lidah buaya
Tabel 2. Data iklim mikro di lokasi penelitian pada  bulan Mei 2005
Tabel 3. Interaksi naungan dan jenis pupuk kandang terhadap tinggi  tanaman                lidah buaya pada umur 5, 7 dan 29 MST (cm)
Tabel 4. Pengaruh naungan dan jenis pupuk kandang terhadap tinggi tanaman lidah buaya (cm)
+7

Referensi

Dokumen terkait

diatas diperoleh informasi mengenai rangking/peringkat untuk faktor penyebab terjadinya klaim konstruksi adalah (1) Curah hujan yang lebih tinggi dari biasanya

Dalam artikel ini, penulis memaparkan beberapa langkah strategi pembelajaran yang dikaitkan dengan pengintegrasian nilai-nilai Islam yang dapat dilakukan dalam pembelajaran

Terdapat 5 latent class yang terbentuk untuk rumah tangga dengan karakteristik, yaitu untuk latent class pertama merupakan kelompok rumah tangga dengan tingkat

Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam. Jabatan Fungsional Diplomat sesuai dengan

Tunjangan Jabatan Fungsional Dokter Pendidik Klinis, yang selanjutnya disebut dengan Tunjangan Dokter Pendidik Klinis adalah tunjangan jabatan fungsional yang diberikan kepada

improving the quality of modelling datasets, and the process description of water, solute, and heat transport in a pesticide-leaching model, plus the process description of

sempurna. 2) ASI termasuk kolostrum yang mengandung zat kekebalan tubuh, meliputi immunoglobulin, lactoferin, enzyme, macrofag, lymphosit, dan bifidus factor. Semua faktor

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) peranan Koperasi Mitra Mandiri dalam meningkatkan produktivitas sektor pertanian di Kecamatan Mojolaban, (2)