• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Pertumbuhan Penduduk, Pengeluaran Pemerintah Dan Investasi Terhadap PDRB Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pengaruh Pertumbuhan Penduduk, Pengeluaran Pemerintah Dan Investasi Terhadap PDRB Sumatera Utara"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN PENDUDUK, PENGELUARAN PEMERINTAH DAN INVESTASI TERHADAP PDRB SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan oleh :

TUTI CHAIRANI BINTANG

NIM : 070523002

Jurusan : Ekonomi Pembangunan

Guna memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

NAMA

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

: TUTI CHAIRANI BINTANG N I M : 070523002

JURUSAN : EKONOMI PEMBANGUNAN

J U DU L : ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN PENDUDUK, PENGELUARAN PEMERINTAH DAN INVESTASI TERHADAP PDRB SUMATERA UTARA

Tanggal KETUA JURUSAN

Wahyu Ario Pratomo, SE, MEc NIP. 132 206 574

Tanggal DEKAN

Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec NIP.

(3)

Pertumbuhan ekonomi adalah tujuan dan cita-cita pemerintah. Pemerintah ingin mewujudkan pertumbuhan ekonomi karena pertumbuhan ekonomi dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu daerah atau negara. walaupun disadari bahwa peoses pembanguan bukan hanya ditentukan oleh faktor ekonomi seperti : Sumber daya alam, akumulasi modal, organisasi, kemajuan teknologi, pembagian kerja dan skala produksi tetapi juga faktor nonekonomi seperti : faktor sosial, faktor manusia, faktor politik dan adminsitratif.

Tujujan dari penelitian ini adalah untuk menganalis pengaruh pertumbuhan penduduk, pengeluaran pemerintah, dan investasi terhadap PDRB Sumatera Utara dengan menggunakan data dalam kurun waktu 1987-2007 dengan metode OLS.

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara di dominasi oleh sektor pertanian sebagai sektor utama. Kondisi ini menggambarkan struktur ekonomi Sumatera Utara merupakan sektor pertanian.

Hasil estimasi data time series dengan model Ordinary Least Square (OLS) menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk, dan investasi berpengaruh signifikan terhadap PDRB Sumatera Utara. Sedangkan pengeluaran pemerintah tidak berpengaruh signifikan terhadap PDRB Sumatera Utara.

(4)

ABSTRACT

High economic growth is all government target. All government want to reach this goal because economic growth can describe the society condition and can show us about welfare index in a country or region. It is true that development process affected not only by economic factors such as natural resources, capital accumulation, organization, technological progress, labour specialization, and production scale but also by non economic factors such as social factor, human factor, political factor, and administrative factor.

The research is aimed at analyzing the effect factors of people growth, government expenditures, investment in term of Gross Domestic Region Bruto in North Sumatera, in periods of 1987-2007 using Ordinary Least Square (OLS).

Estimation result with series data using Ordinary Least Square (OLS) show that people growth, investment are significantly affecting Gross Domestic Region Bruto in North Sumatera. On the other side, government expenditure has not significant affecting Gross Domestic Region Bruto in North Sumatera.

(5)

KATA PENGANTAR

Dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan Puji dan Syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sejak masa perkuliahan sampai dengan selesainya penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Pertumbuhan Penduduk, Pengeluaran Pemerintah dan Investasi Terhadap PDRB

Sumatera Utara“ dimana isi dan materi skripsi ini didasarkan pada studi literatur

dengan menganalisis data-data sekunder yang diperoleh dari instansi yang terkait.

Dalam berbagai bentuk, penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, hal ini tidak terlepas dari kurangnya pengalaman dan terbatasnya ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna mencapai kesempurnaan tulisan ini pada masa mendatang.

Salah satu bagian yang paling menggembirakan dalam penulisan skripsi ini adalah kesempatan untuk menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, memberikan bimbingan, saran, dan dorongan moril baik selama masa perkuliahan maupun dalam penyusunan skripsi, antara lain :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

(6)

3. Bapak Syarif Fauzi, SE, M. Ak, sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dalam memberikan masukan, saran, dan bimbingan yang baik mulai dari awal penulisan hingga selesainya skripsi ini.

4. Bapak Kasyful Mahali, SE, M.Si, sebagai dosen penguji I yang telah memberikan saran dan masukan bagi penulis dalam rangka penyempurnaan skripsi ini

5. Bapak Ingrita Gusti Sari, SE, M.Si, sebagai dosen penguji II dan sebagai dosen wali yang telah memberikan bimbingan selama masa perkuliahan. 6. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi Fakultas Ekonomi Universitas

Sumatera Utara khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan.

7. Seluruh staf pegawai Badan Pusat Statistik Tingkat I Sumatera Utara yang telah banyak membantu dalam memperoleh data yang berhubungan dengan skripsi ini.

8. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Drs. H. Dja,far Bintang dan Ibunda Hj. R. Panggabean, yang telah mengasuh, mendidik, dan memberikan nasihat serta motivasi baik moril maupun materi.

9. Kepada semua kakak dan abang-abangku yang tersayang. Yang selalu memberikan dukungan dan doanya.

(7)

bantuan ide yang diberikan, sahabat dan teman lama yang telah memberikan doa dan semangat dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Medan, Maret 2010

Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Hipotesis ... 6

1.4 Tujuan ... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

2.1 Pertumbuhan Ekonomi ... 8

2.1.1 Indikator Pertumbuhan Ekonomi... 8

(9)

2.1.2.1 Teori Harrod-Domar ... 10

2.1.2.2 Aliran Klasik ... 11

2.2 Produk Domestik Regional Bruto ... 12

2.2.1 Pengertian PDRB ... 12

2.2.2 Metode Perhitungan PDRB ... 13

2.2.3 PDRB Menurut Pendekatan Produksi ... 15

2.3 Pertumbuhan Penduduk ... 17

2.3.1 Faktor yang Mempercepat Perkembangan Penduduk17 2.3.2 Pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi.18 2.3.3 Dinamika Penduduk ... 19

2.3.4 Teori-teori Kependudukan ... 20

2.3.4.1 Teori Malthus ... 20

2.3.4.2 Arseno Dumont ... 21

2.4 Pengeluaran Pemerintah ... 21

2.4.1 Teori Pengeluaran Pemerintah ... 23

2.4.2 Peranan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 25

(10)

2.4.5. Pengeluaran Pembangunan ... 26

2.5 Investasi ... 27

2.5.1 Pengertian Investasi ... 27

2.5.2 Teori Investasi ... 29

2.5.2.1 Teori Investasi dari Keynes ... 29

2.5.2.2 Aliran Neo klasik ... 29

2.5.3 Jenis-jenis Investasi ... 30

2.6 Peneliti Terdahulu ... 31

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 34

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 34

3.3 Pengolahan Data ... 35

3.4 Model dan Metode Analisis Data ... 35

3.4.1 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 36

3.4.2 Uji Kesesuaian ... 39

3.5 Definisi Operasional ... 41

(11)

4.1.1 Kondisi Geografis Sumatera Utara ... 42

4.1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara ... 43

4.1.2.1 PDRB Menurut Lapangan Usaha ... 44

4.1.2.2 PDRB Menurut Penggunaan ... 47

4.1.3 Jumlah Penduduk ... 49

4.1.4 Perkembangan Pengeluaran Pemerintah ... 50

4.1.5 Investasi ... 54

4.2 Hasil dan Analisa ... 56

4.2.1 Interpretasi Model... 56

4.2.2 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 57

4.2.3 Uji Kesesuaian ... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 63

5.2 Saran... 64

DAFTAR PUSTAKA

(12)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

4.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara 2001-2005 45

4.2 Struktur Perekonomian Sumatera Utara Tahun 2001-2005 47

4.3 Distribusi Persentase PDRB Sumatera Utara

Menururt Penggunaan Tahun 2001-2005 48

4.4 Perkembangan Jumlah Penduduk di

Sumatera Utara Tahun 1987-2007 51

4.5 Realisasi Pengeluaran Pemerintah Propinsi

Sumatera Utara Tahun 1987-2007 53

4.6 Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri dan

Penanaman Modal Asing 1987-2007 55

4.7 Hasil Uji Multikolinieritas 57

4.8 Hasil Regresi Analisis Pengaruh Pertumbuhan Penduduk,

Pengeluaran Pemerintah dan Investasi

(13)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kurva Uji D-W 39

(14)

Pertumbuhan ekonomi adalah tujuan dan cita-cita pemerintah. Pemerintah ingin mewujudkan pertumbuhan ekonomi karena pertumbuhan ekonomi dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu daerah atau negara. walaupun disadari bahwa peoses pembanguan bukan hanya ditentukan oleh faktor ekonomi seperti : Sumber daya alam, akumulasi modal, organisasi, kemajuan teknologi, pembagian kerja dan skala produksi tetapi juga faktor nonekonomi seperti : faktor sosial, faktor manusia, faktor politik dan adminsitratif.

Tujujan dari penelitian ini adalah untuk menganalis pengaruh pertumbuhan penduduk, pengeluaran pemerintah, dan investasi terhadap PDRB Sumatera Utara dengan menggunakan data dalam kurun waktu 1987-2007 dengan metode OLS.

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara di dominasi oleh sektor pertanian sebagai sektor utama. Kondisi ini menggambarkan struktur ekonomi Sumatera Utara merupakan sektor pertanian.

Hasil estimasi data time series dengan model Ordinary Least Square (OLS) menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk, dan investasi berpengaruh signifikan terhadap PDRB Sumatera Utara. Sedangkan pengeluaran pemerintah tidak berpengaruh signifikan terhadap PDRB Sumatera Utara.

(15)

ABSTRACT

High economic growth is all government target. All government want to reach this goal because economic growth can describe the society condition and can show us about welfare index in a country or region. It is true that development process affected not only by economic factors such as natural resources, capital accumulation, organization, technological progress, labour specialization, and production scale but also by non economic factors such as social factor, human factor, political factor, and administrative factor.

The research is aimed at analyzing the effect factors of people growth, government expenditures, investment in term of Gross Domestic Region Bruto in North Sumatera, in periods of 1987-2007 using Ordinary Least Square (OLS).

Estimation result with series data using Ordinary Least Square (OLS) show that people growth, investment are significantly affecting Gross Domestic Region Bruto in North Sumatera. On the other side, government expenditure has not significant affecting Gross Domestic Region Bruto in North Sumatera.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth); pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan

sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi. Menurut Todaro bahwa pembangunan haruslah diartikan sebagai proses multi dimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, dalam lembaga-lembaga nasional, termasuk peningkatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketimpangan dan pemberantasan kemiskinan yang absolut.

Pembangunan Nasional mengusahakan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, yang pada akhirnya memungkinkan terwujudnya peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh rakyat agar menjadi manusia seutuhnya yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

(17)

secara optimal dan terpadu dalam mengisi otonomi daerah yang nyata dinamis, serasi serta memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Sebagai upaya memperbesar peran dan kemampuan daerah dalam pembangunan, pemerintah daerah dituntut untuk lebih mandiri dalam membiayai kegiatan operasional rumah tangga. Dalam melaksanakan kegiatan pembangunan, pemerintah daerah tingkat satu memanfaatkan segala sumber daya yang tersedia di daerah itu dan dituntut untuk bisa lebih mandiri. Terlebih dengan diberlakukannya otonomi daerah, maka pemerintah daerah tingkat satu harus bisa mengoptimalkan pemberdayaan semua potensi yang dimiliki dan pemerintah daerah tingkat satu tidak boleh terlalu mengharapkan bantuan dari pemerintah pusat seperti pada tahun-tahun sebelumnya.

Salah satu indikator kemajuan perekonomian suatu negara atau daerah adalah melalui pencapaian tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) untuk tingkat nasional dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk tingkat daerah. Prof. Simon Kuznets mendefenisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan makin banyak barang-barang ekonomi kepada penduduknya, kemampuan ini tumbuh seiring dengan kemajuan tekhnologi. Ada beberapa kegunaan dari pertumbuhan ekonomi yaitu : Meningkatkan kesejahteraan masyarakat, Memperluas kesempatan kerja, Memperbaiki distribusi pendapatan, Sebagai persiapan untuk kemajuan selanjutnya.

(18)

ruang lingkup nasional tetapi juga harus mengkaji secara global. Pengaruh pertumbuhan penduduk pada pembangunan ekonomi telah menarik perhatian ekonom.

Pertumbuhan penduduk dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi juga dapat sebagai penghalang bagi pertumbuhan ekonomi. Di negara maju pertumbuhan penduduk mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi, karena didukung oleh investasi yang tinggi, tekhnologi yang tinggi dan lain-lain. Akan tetapi di negara berkembang, akibat pertumbuhan penduduk terhadap pembangunan tidaklah demikian, karena kondisi yang berlaku sama sekali berbeda dengan kondisi ekonomi negara maju. Ekonomi negara berkembang modal kurang, tekhnologi masih sederhana, tenaga kerja kurang ahli. Karena itu, pertumbuhan penduduk benar-benar dinggap sebagai hambatan pembangunan ekonomi, dimana pertumbuhan penduduk yang cepat memperberat tekanan pada lahan dan menyebabkan pengangguran dan akan mendorong meningkatnya beban ketergantungan. Penyediaan fasilitas pendidikan dan sosial secara memadai samakin sulit terpenuhi (Todaro,1995). Positif atau negatifnya pertambahan penduduk bagi upaya pembangunan ekonomi sepenuhnya tergantung pada kemampuan sistem perekonomian yang bersangkutan untuk menyerap dan secara produktif memanfaatkan tambahan tenaga kerja. Kemampuan itu dipengaruhi oleh tingkat dan jenis akumulasi modal dan tersedianya input atau faktor-faktor penunjang, seperti kecakapan manajerial dan administrasi.

(19)

angkatan kerja menuntut ketersediaan lapangan kerja agar mereka dapat terserap pada lapangan kerja tersebut. Penyerapan tenaga kerja di Provinsi Sumatera Utara cukup baik, sebab dalam kurun waktu 2006–2007, penduduk yang bekerja bertambah sebanyak 457.466 orang. Pada Agustus 2006, jumlah penduduk Sumatera Utara yang bekerja sebanyak 5.082.797, orang dan pada Agustus 2007 naik menjadi 5.540.263 orang. Sejalan dengan penambahan jumlah penduduk yang bekerja tersebut di atas, jumlah pengangguran turun sebanyak 16.795 orang. Pada Agustus 2006, jumlah pengangguran terbuka sebanyak 571.334 orang, dan pada Agustus 2007 turun menjadi 554.539 orang. Dengan demikian, tingkat pengangguran terbuka (TPT) turun dari 10,10 persen pada Agustus 2006 menjadi 9,10 persen pada Agustus 2007. Penurunan tingkat pengangguran ini terkait dengan telah kucurnya dana-dana Pembangunan Daerah (APBD) baik Provinsi maupun Kabupaten / Kota yang bertindak sebagai stimulan dalam mendorong bergairahnya sektor-sektor kegiatan ekonomi baik secara regionan maupun nasional. (Berita Resmi Statistik, 2007).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hotma Marida mengenai Analisis Pengaruh Pertumbuhan Penduduk dan Investasi terhadap PDRB Sumatera Utara selama lima belas tahun (1989-2004), di peroleh hasil bahwa pertumbuhan penduduk berpengaruh negatif terhadap PDRB Sumatera Utara dan investasi berpengaruh positif terhadap PDRB Sumataera Utara.

(20)

membiayai pelaksanaan roda pemerintahan sehari-hari, belanja barang, berbagai macam subsidi (subsidi daerah dan subsidi harga barang), angsuran dan bunga utang pemerintah, serta sejumlah pengeluaran lain. Pengeluaran pemerintah dapat dipakai sebagai indikator besarnya kegiatan pemerintah karena semua kegiatan pemerintah selalu membutuhkan pembiayaan yang bersumber dari berbagai penerimaan daerah. Oleh karena itu, kemampuan dan kesanggupan daerah dalam melaksanakan pembangunan ekonomi akan sangat ditentukan oleh berbagai sumber penerimaan daerah tersebut dari pendapatan asli daerahnya.

Pembentukan modal tetap sektor swasta atau yang sering dinyatakan investasi

merupakan pengeluaran untuk membeli barang modal yang dapat menaikkan produksi

barang dan jasa pada masa yang akan datang. Investasi menurut Smith (1776) merupakan

unsur produksi yang secara aktif menentukan tingkat output. Jumlah dan tingkat

pertumbuhan output tergantung pada pertumbuhan investasi (stok capital). Investasi di Provinsi Sumatera Utara dalam penelitian ini digunakan investasi yang berasal dari penanaman modal dalam negeri dan Penanaman Modal Asing (PMDN dan PMA) dalam kurun waktu 1987-2007.

(21)

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membuat penelitian yang membahas masalah tersebut diatas dengan judul : “ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN PENDUDUK, PENGELUARAN

PEMERINTAH DAN INVESTASI TERHADAP PDRB SUMATERA

UTARA”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dalam penelitian ini penulis terlebih dahulu merumuskan pokok permasalahannya dengan jelas sebagai arah terhadap penelitian yang dilakukan.

Dalam kesempatan ini, penulis hanya membatasi masalah dan menganalisa:

1. Apakah ada pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap PDRB Sumatera Utara.

2. Apakah ada pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap PDRB Sumatera Utara.

3. Apakah ada pengaruh investasi terhadap PDRB Sumatera Utara.

1.3 Hipotesis

(22)

1. Pertumbuhan penduduk berpengaruh negatif terhadap PDRB Sumatera Utara, ceteris paribus.

2. Pengeluaran pemerintah berpengaruh positif terhadap PDRB Sumatera Utara, ceteris paribus.

3. Investasi berpengaruh positif terhadap PDRB Sumatera Utara, ceteris paribus.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap PDRB Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap PDRB Sumatera Utara.

3. Untuk mengetahui pengaruh investasi terhadap PDRB Sumatera Utara.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Menambah wawasan bagi penulis dan ilmu pengetahuan dibidang penelitian.

2. Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pemerintah Propinsi Sumatera Utara dalam mengambil kebijakan yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi.

(23)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pertumbuhan Ekonomi

2.1.1. Indikator Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat (Sukirno, 1994:10). Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan GDP (Gross Domestic Product) tanpa memandang bahwa kenaikan itu lebih besar atau lebih

kecil dari pertumbuhan penduduk dan tanpa memandang apakah ada perubahan dalam struktur ekonominya (Suryana, 2000:5). Menurut Zaris, (1987:82) pertumbuhan ekonomi adalah sebagian dari perkembangan kesejahteraan masyarakat yang diukur dengan besarnya pertumbuhan domestik regional bruto per kapita (PDRB per kapita). Samuelson (1995:436) mendefenisikan bahwa pertumbuhan ekonomi menunjukkan adanya perluasan atau peningkatan dari Gross Domestic Product potensial/output dari suatu negara. Ada 4 faktor yang

menyebabkan pertumbuhan ekonomi yaitu : a. Sumber daya manusia.

(24)

produktivitas tinggi atas kondisi-kondisi lokal hampir selalu menuntut tersedianya manajemen, keterampilan produksi, dan keahlian yang hanya bisa diperoleh melalui angkatan kerja terampil yang terdidik.

b. Sumber daya alam

Faktor produksi kedua adalah tanah. Tanah yang dapat ditanami merupakan faktor yang paling berharga. Selain tanah, sumber daya alam yang penting antara lain minyak-minyak, gas, hutan, air dan bahan-bahan mineral lainnya.

c. Pembentukan modal.

Untuk pembentukan modal, diperlukan pengorbanan berupa pengurangan konsumsi, yang mungkin berlangsung selama beberapa puluh tahun. Pembentukan modal dan investasi ini sebenarnya sangat dibutuhkan untuk kemajuan cepat di bidang ekonomi.

d. Perubahan teknologi dan inovasi.

Salah satu tugas kunci pembangunan ekonomi adalah memacu semangat kewiraswastaan. Perekonomian akan sulit untuk maju apabila tidak memiliki para wiraswastawan yang bersedia menanggung resiko usaha dengan mendirikan berbagai pabrik atau fasilitas produksi, menerapkan teknologi baru, menghadapi berbagai hambatan usaha, hingga mengimpor berbagai cara dan teknik usaha yang lebih maju (samuelson, 1995:436-439).

(25)

diukur dari perkembangan pendapatan nasioanal riil yang dicapai suatu negara. Menurut Boediono, (1992:9) pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses dari kenaikan output perkapita dalam jangka waktu yang panjang. Pertumbuhan ekonomi disini meliputi 3 aspek yaitu :

1. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses (aspek ekonomis) suatu perekonomian berkembang, berubah dari waktu ke waktu.

2. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan adanya kenaikan output perkapita, dalam hal ini ada dua aspek penting yaitu output total dibagi jumlah penduduk.

3. Pertumbuhan ekonomi dikaitkan dengan perspektif waktu jangka panjang. Dikatakan tumbuh bila dalam jangka panjang waktu yang cukup lama (5 tahun) mengalami kenaikan output.

2.1.2 Teori- teori Pertumbuhan Ekonomi

2.1.2.1. Teori Harrod-Domar

(26)

domestik untuk keperluan investasi berasal dari bagian produksi (pendapatan nasional) yang ditabung.

2.1.2.2. Aliran Klasik

Aliran Klasik dipelopori oleh Adam Smith berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi disebabkan karena faktor kemajuan teknologi dan perkembangan jumlah penduduk. Kemajuan tekhnologi tergantung kepada pembentukan modal. Dengan adanya akumulasi modal akan mumungkinkan dilaksanakannya spesialisasi atau pembagian kerja sehingga produktivitas tenaga kerja dapat ditingkatkan. Dampaknya akan mendorong penambahan investasi (pembentukan modal) dan persediaan modal (capital stok), yang selanjutnya diharapkan akan meningkatkan kemajuan tekhnologi dan menambah pendapatan. Bertambahnya pendapatan berarti meningkatkan kemakmuran (kesejahteraan penduduk). Peningkatan kemakmuran mendorong bertambahnya jumlah penduduk. Bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan berlakunya hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang (low of diminishing returns), yang selanjutnya menurunkan akumulasi modal.

(27)

terus dan semakin meningkat. Bila ada pasar yang cukup besar dan akumulasi modal akan mendorong pembagian kerja dan meningkatkan pendapatan nasional dan memperbesar jumlah penduduk. Penduduk selain merupakan pasar karena pendapatannya meningkat, merupakan pula sumber tabungan yang digunakan untuk akumulasi modal, dan selanjutnya akan mendorong pertumbuhan semakin meningkat.

2.2 Produk Domestik Regional Bruto

2.2.1 Pengertian PDRB

Indikator yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) baik dihitung atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan.

(28)

2.2.2 Metode Perhitungan Pendapatan Regional Domestik Bruto (PDRB)

Ada tiga cara perhitungan pendapatan nasional yaitu : 1. Metode Produksi

Dari segi produksi, PDRB merupakan jumlah nilai produk barang-barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh uni-tunit produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu.

2. Metode Pendapatan (income approach)

Menurut pendekatan pendapatan, PDRB adalah merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi dalam suatu region/wilayah dalam jangka waktu tertentu. Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah/gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan, sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya.

Dalam definisi ini PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak tak langsung netto. Jumlah semua komponen pendapatan ini persektor disebut sebagai nilai tambah bruto sektoral. Oleh karena itu PDRB merupakan jumlah dari nilai tambah bruto seluruh sector (lapangan usaha).

3. Metode Pengeluaran (Expenditure Approach)

(29)

Secara konsep ketiga pendekatan tersebut memberikan jumlah yang sama antara jumlah pengeluaran dengan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan dan harus sama pula dengan jumlah pendapatan untuk factor-faktor produksinya. Selanjutnya PDRB atas dasar harga pasar mencakup komponen pajak tidak langsung neto. Selain itu dari PDRB dapat diturunkan ukuranukuran penting lainnya, yaitu :

1. Produk Regional Bruto, merupakan produk domestik regional bruto ditambah dengan pendapatan neto dari luar kabupaten. Pendapatan netto ini sendiri merupakan pendapatan atas factor produksi (tenaga kerja dan modal) milik penduduk suatu kabupaten yang diterima dari luar kabupaten dikurangi pendapatan kabupaten lain/asing yang diperoleh di kabupaten tersebut.

2. Produk Domestik Regional Netto, merupakan produk regional bruto dikurangi dengan seluruh nilai penyusutan atas dasar barang-barang modal tetap yang digunakan selama setahun.

3. Produk Domestik Regional Netto atas Dasar Biaya Faktor Produksi (Pendapatan Regional), adalah produk regional netto atas dasar harga pasar dikurangi dengan pajak tak langsung netto. Pajak tak langsung netto merupakan pajak tidak langsung yang dipungut oleh pemerintah dikurangi subsidi, keduanya berhubungan kuat dengan barang dan jasa yang diproduksi ataupun dijual, perbedaannya apabila pajak tak langsung seolaholah menaikkan harga, sedangkan subsidi sebaliknya.

(30)

Adapun manfaat penghitungan nilai PDRB adalah :

1. Mengetahui dan menelaah struktur atau susunan daerah termasuk daerah industri, pertanian atau jasa dan berapakah besar sumbangan masing-masing sektornya.

2. Membandingkan perekonomian dari waktu ke waktu. Oleh karena nilai PDRB dicatat tiap tahun, maka akan didapat catatan angka dari tahun ke tahun. Dengan demikian diharapkan dapat diperoleh keterangan kenaikan ataupun penurunan apakah ada perubahan atau pengurangan kemakmuran material atau tidak.

3. Batas wilayah perhitungan PDRB adalah negara (domestik). Hal ini memungkinkan kita mengukur sejauh mana kebijaksanaan ekonomi diterapkan pemerintah mampu mendorong aktifitas perekonomian domestik.

2.2.3. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pendekatan Produksi

Menurut metode ini, PDRB adalah total output (produksi) yang dihasilkan oleh suatu perekonomian. Cara perhitungannya adalah dengan membagi-bagi perekonomian menjadi beberapa sektor produksi. Jumlah produksi masing-masing sektor merupakan jumlah output seluruh perekonomian. Dalam metode ini yang dijumlahkan adalah nilai tambah (value added) masing-masing sektor. Yang dimaksud nilai tambah adalah selisih antara nilai output dengan nilai input antara.

(31)

produksi tersebut dalam penyajian ini dikelompokkan menjadi 9 kelompok lapangan usaha, yaitu :

1. Pertanian

2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5. Konstruksi

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi

(32)

2.3 Pertumbuhan Penduduk

2.3.1 Faktor Yang Mempercepat Perkembangan Penduduk

Perkembangan penduduk dunia yang besar jumlahnya tersebut disebabkan oleh dua faktor. Yang pertama adalah jumlah penduduk yang sudah terlalu banyak dewasa ini. Semenjak permulaan abad lalu, yaitu dalam satu abad, penduduk dunia telah berkembang dari 1,6 Milyar menjadi lebih 6 Milyar. Pertambahan penduduk yang demikian besar dalam waktu singkat tersebut belum pernah terjadi dalam sejarah.

Faktor kedua dan yang lebih penting, yang menyebabkan perkembangan penduduk yang sangat pesat dewasa ini adalah tingkat pertambahan penduduk yang relatif sangat cepat dalam beberapa dasawarsa belakangan ini. Bahwa pada masa ini cepatnya tingkat pertambahan penduduk adalah lebih besar daripada masa-masa sebelumnya sudah dapat disimpulkan dari gambaran mengenai keadaan perkembangan penduduk yang baru saja dijelaskan. Banyak usaha telah dibuat untuk memperkirakan lajunya tingkat perkembangan penduduk pada masa-masa lalu. Salah satunya adalah Batelson dan menurut perhitungannya, diantara tahun 1650-1750 laju rata-rata pertambahan penduduk adalah sebesar 0,3 persen. Tingkat ini jauh lebih cepat dari yang dicapai pada masa sebelumnya.

(33)

menimbulkan kesulitan kepada negara berkembang unutk mempertinggi tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Telah ditunjukkan bahwa diantara negara-negara tersebut ada yang mengalami perkembangan Produk Domestik Bruto yang cukup tinggi. Disamping data kenaikan Produk Domestik Bruto yang tinggi ini, didapat pula data yang menggambarkan bahwa tingkat pendapatan perkapita tidak menunjukkan gambaran yang terlalu menggembirakan. Perbedaan yang besar antara tingkat pertumbuhan Produksi Domestik Bruto dan tingkat pertambahan pendapatan perkapita disebabkan oleh tingkat perkembangan penduduk yang sangat tinggi.

2.3.2 Pertumbuhan Penduduk dan Pembangunan Ekonomi

Jumlah penduduk biasanya dikaitkan dengan pertumbuhan ‘income per capita’ negara tersebut. Yang secara kasar menerminkan perekonomian negara tersebut. Ada yang berpendapat bahwa jumlah penduduk yang besar adalah sangat menguntungkan bagi pembangunan ekonomi. Tetapi ada pula yang berpendapat bahwa penduduk yang sedikit yang dapat mempercepat pembangunan ekonomi kearah yang lebih baik. Disamping itu ada pendapat yang mengatakan bahwa jumlah penduduk suatu negara harus seimbang dengan jumlah sumber-sumber ekonominya, baru dapat diperoleh kenaikan pendapatan nasional. Inilah yang dikemukakan dengan teori penduduk optimum.

(34)

alami untuk menyediakan kebutuhan-kebutuhan dasar (basic needs) dari penduduk yang jumlahnya terus meningkat itu. Jika penduduk bertambah lebih cepat daripada kemampuan ekonomi maka pertumbuhan penduduk harus dikendalikan atau dikontrol, sebab kalau tidak akan menyebabkan penderitaan umat manusia yang semakin berat.

2.3.3 Dinamika Penduduk

Pertumbuhan penduduk adalah merupakan keseimbangan yang dinamis antara kekuatan-kekuatan yang menambah dan kekuatan-kekuatan yang mengurangi jumlah penduduk. Secara terus menerus akan dipengaruhi oleh jumlah bayi yang lahir (menambah jumlah penduduk), tetapi secara bersamaan pula akan dikurangi oleh jumlah kematian yang terjadi pada semua golongan umur. Sementara itu Migrasi berperan yaitu “imigran” (pendatang) akan menambah dan “emigran” akan mengurangi jumlah penduduk.

(35)

Pertumbuhan penduduk tersebut dapat dinyatakan dengan formulasi sebagai berikut :

Pt = P0 + (B – D) + (Mi – Mo) Dimana :

P0 : Jumlah penduduk tahun dasar Pt : Jumlah penduduk tahun tertentu B : Angka kelahiran

D : Jumlah kematian Mo : Migrasi keluar Mi : Migrasi masuk

2.3.4 Teori-teori Kependudukan

2.3.4.1. Teori Malthus

(36)

penduduk, maka manusia akan mengalami kekurangan bahan makanan. Inilah sumber kemelaratan dan kemiskinan manusia (Ida Bagoes, 2003).

Menurut Malthus pembatasan tersebut dapat dilakukan dengan dua cara yaitu Preventive checks, dan positip checks. Preventive checks adalah pengurangan penduduk melalui penekanan kelahiran. Positip checks adalah pengurangan penduduk melalui proses kematian. Apabila di suatu wilayah jumlah penduduk melebihi jumlah persediaan bahan makanan, maka tingkat kematian akan meningkat mengakibatkan terjadinya kelaparan, wabah penyakit dan sebagainya. Proses ini akan terus berlangsung sampai jumlah penduduk seimbang dengan persediaan bahan pangan.

2.3.4.2. Arseno Dumont.

Arseno melancarkan teori penduduk baru yang disebut dengan Teori Kapilaritas Sosoial (Theori of Sosial Capilarity). Kapilaritas sosial mengacu kepada keinginan seseorang untuk mencapai kedudukan yang tinggi di masyarakat. Untuk mencapai itu keluarga yang besar merupakan beban berat dan perintang.

2.4 Pengeluaran Pemerintah

(37)

pertumbuhan ekonomi, pemerataan pendapatan, peningkatan kesejahteraan, dan program yang menyentuh langsung kawasan yang terbelakang. Pemerintah daerah dituntut dapat berperan aktif dalam mengelola dan mengembangkan sektor publik dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah. Pendekatan pada upaya peningkatan pertumbuhan tidak semata-mata menentukan pertumbuhan sebagai satu-satunya tujuan pembangunan daerah, namun pertumbuhan merupakan salah satu ciri pokok terjadinya proses pembangunan. Terdapat berbagai instrumen yang digunakan pemerintah untuk mempengaruhi perekonomian. Salah satu diantaranya adalah pembelanjaan atau pengeluaran pemerintah. Apabila pemerintah telah menetapkan kebijakan untuk membeli barang dan jasa, pengeluaran pemerintah mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk melaksanakan kebijakan tersebut.

Menurut Budiono (1981), pengeluaran pemerintah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut. Pertama, pembelian faktor-faktor produksi (input) dan pembelian produk (output). Kedua, untuk pengeluaran konsumsi pemerintah (belanja rutin) serta untuk investasi pemerintah (belanja pembangunan/barang-barang modal). Pengeluaran pemerintah yang diukur dari pengeluaran rutin dan pembangunan mempunyai peranan dan fungsi cukup besar mendukung sasaran pembangunan dalam menunjang kegiatan pemerintah serta peningkatan jangkauan dan misi pelayanan yang secara langsung berkaitan dengan pembentukan modal untuk tujuan peningkatan produksi.

(38)

Meningkatnya PDRB merupakan indikasi timbulnya suatu perekonomian yang akan menambah penerimaan. Menurut Susanti (2000), pengeluaran pemerintah akan meningkat seiring dengan peningkatan kegiatan perekonomian suatu negara. Kaidah ini dikenal dengan hukum Wagner, yaitu adanya korelasi positif antara pengeluaran pemerintah dengan tingkat pendapatan nasional. Walaupun demikian, peningkatan pengeluaran pemerintah belum tentu berakibat baik terhadap aktivitas perekonomian. Oleh karena itu, perlu juga dilihat efisiensi penggunaan pengeluaran pemerintah tersebut.

2.4.1. Teori Pengeluaran Pemerintah

1. Teori Keynes

Keynes berpendapat tingkat kegiatan dalam perekonomian ditentukan oleh perbelanjaan agregat. Pada umumnya perbelanjaan agregat dalam suatu periode tertentu adalah kurang dari perbelanjaan agregat yang diperlukan untuk mencapai tingkat full employment. Keadaan ini disebabkan karena investasi yang dilakukan para pengusaha biasanya lebih rendah dari tabungan yang akan dilakukan dalam perekonomian full employment. Keynes berpendapat sistem pasar bebas tidak akan dapat membuat penyesuaian-penyesuaian yang akan menciptakan full employment. Untuk mencapai kondisi tersebut diperlukan kebijakan pemerintah.

(39)

pengeluaran dan berusaha mengurangi pajak. Kebijakan moneter dilakukan dengan mempengaruhi jumlah uang beredar dan tingkat suku bunga. Pengawasan langsung dilakukan dengan membuat peraturan-peraturan.

2. Teori Peacock dan Wiseman

Teori mereka didasarkan pada suatu pandangan bahwa pemerintah senantiasa berusaha untuk memperbesar pengeluaran sedangkan masyarakat tidak suka membayar pajak yang semakin besar untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang semakin besar tersebut. Teori Peacock dan Wiseman (1961) adalah sebagai berikut: Pertumbuhan ekonomi (PDB) menyebabkan pemungutan pajak semakin meningkat walaupun tarif pajak tidak berubah, dan meningkatnya penerimaan pajak menyebabkan pengeluaran pemerintah juga semakin meningkat.

Oleh karena itu, dalam keadaan normal, meningkatnya PDB menyebabkan penerimaan pemerintah yang semakin besar, begitu juga dengan pengeluaran pemerintah menjadi semakin besar. Apabila keadaan normal tersebut terganggu, misalnya karena adanya perang, maka pemerintah harus memperbesar pengeluarannya untuk membiayai perang. Karena itu penerimaan pemerintah dari pajak juga meningkat dan pemerintah meningkatkan penerimaannya tersebut dengan cara menaikkan tarif pajak sehingga dana swasta untuk investasi dan konsumsi menjadi berkurang.

(40)

pemerintah masih mempunyai kewajiban untuk mengembalikan pinjaman tersebut.

Sehingga pengeluaran pemerintah meningkat karena PDB yang mulai meningkat , pengembalian pinjaman dan aktivitas baru setelah perang. Ini yang disebut efek inspeksi (inspection effect). Adanya gangguan sosial juga akan menyebabkan terjadinya konsentrasi kegiatan ke tangan pemerintah dimana kegiatan ekonomi tersebut semula dilaksanakan untuk swasta. Ini disebut efek konsentrasi (concentration effect). Adanya ketiga efek tersebut menyebabkan aktivitas pemerintah bertambah. Setelah perang selesai dan keadaan kembali normal maka tingkat pajak akan turun kembali.

2.4.2. Peranan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ari Perdana (2005), menyimpulkan bahwa terdapat hubungan timbal balik antara pertumbuhan ekonomi dengan total pengeluaran pemerintah. Hasil estimasi dengan metode Granger causality menunjukkan bahwa secara signifikan pertumbuhan ekonomi

(41)

bahwa apabila terjadi shock terhadap produk domestik bruto maka pengeluaran pemerintah akan merespon setelah tahun pertama dan setelah tahun ketujuh akan mengarah menuju konvergen kembali.

2.4.3. Pengeluaran Rutin Pemerintah

Pengeluaran rutin pemerintah yaitu pengeluaran untuk pemeliharaan atau penyelenggaraan pemerintah sehari-hari. Yang termasuk dalam pengeluaran rutin adalah belanja pegawai, belanja barang, subsidi daerah otonom, bunga dan cicilan hutang dan lain-lain.

Anggaran belanja rutin memegang peranan penting untuk menunjang kelancaran mekanisme sistem pemerintahan serta upaya peningkatan efisiensi dan produktifitas, yang pada gilirannya akan menunjang tercapainya sasaran dan tujuan setiap tahap pembangunan. Penghematan dan efisiensi pengeluaran rutin perlu dilakukan untuk menambah besarnya tabungan pemerintah yang diperlukan untuk pembiayaan pembangunan nasional. Penghematan dan efisiensi tersebut antara lain dapat diupayakan melalui pinjaman, alokasi pengeluaran rutin, dan pengendalian koordinasi pelaksanaan pembelian barang-barang dan jasa kebutuhan departemen/lembaga negara non departemen. Dan pengurangan berbagai macam subsidi secara bertahap.

2.4.4. Pengeluaran Pembangunan

(42)

Pengeluaran pembagunan merupakan pengeluaran yang ditujukan untuk membiayai program-program pembangunan, sehingga anggarannya selalu disesuaikan dengan dana yang berhasil dimobilisasi. Dana ini kemudian dialokasikan pada berbagai bidang sesuai dengan prioritas yang direncanakan dalam Repelita. Misalnya, dalam Pelita I pembangunan dititik beratkan pada sektor pertanian dan industri yang mendukung pertanian, dan Pelita II menitik beratkan pada sektor pertanian dengan meningkatkan industri yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku dan seterusnya.

Selain membiayai pengeluaran sektoral melalui departemen/lembaga pengeluaran pembangunan juga membiayai proyek-proyek khusus daerah yang dikenal sebagai proyek inpres (instruksi presiden), pusat maupun masing-masing daerah.

2.5 Investasi

2.5.1. Pengertian Investasi

Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau perbelanjaan penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian (Sukirno,1994:107). Investasi tidak hanya untuk memaksimalkan output, tetapi untuk menentukan distribusi tenaga kerja dan distribusi pendapatan, pertumbuhan dan kualitas penduduk serta teknologi.

(43)

Investasi atau pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan mengganti dan untuk menambah barang-barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksi barang dan jasa di masa depan. Investasi atau pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan produksi dibedakan menjadi investasi perusahaan swasta, perubahan inventaris perusahaan dan investasi yang dilakukan oleh pemerintah. Investasi perusahaan merupakan komponen yang terbesar dari investasi dalam suatu negara. Pengeluaran investasi tersebut terutama meliputi mendirikan bangunan industri, membeli mesin-mesin dan peralatan produksi lain dan pengeluaran untuk menyediakan bahan mentah. Investasi yang dilakukan di masa kini sangat erat hubungannya dengan prospek memperoleh keuntungan di masa depan.

Harrod dan Dommar memberikan peranan kunci kepada investasi terhadap peranannya dalam proses pertumbuhan ekonomi khususnya mengenai watak ganda yang dimiliki investasi. Pertama, investasi memiliki peran ganda dimana dapat menciptakan pendapatan, dan kedua, investasi memperbesar kapasitas produksi perekonomian dengan cara meningkatkan stok modal (Jhingan, 1999:291).

Investasi dibedakan ke dalam dua jenis utama yaitu investasi tetap (fixed investment), dan investasi persediaan (inventory investment). Joseph Alois

(44)

investasi yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang bersifat jangka panjang seperti adanya penemuan baru, perkembangan teknologi dan sebagainya.

2.5.2. Teori Investasi

2.5.2.1. Teori Investasi dari Keynes

Jhon Maynard Keynes mendasarkan teori tentang permintaan investasi atas konsep efesiensi marjinal kapital (Marginal Efficiency of Capital/MEC). MEC dapat didefenisikan sebagai perolehan bersih yang diharapkan atau pengeluaran kapital tambahan. Tepatnya MEC adalah tingkat diskonto yang menyamakan aliran perolehan yang diharapkan dimasa yang akan datang dengan biaya sekarang dari kapital tambahan.

2.5.2.2. Aliran Neoklasik

Teori klasik tentang investasi merupakan teori tentang akumulasi kapital optimal. Menurut teori ini kapital yang diinginkan ditentukan oleh ooutput harga dari jasa kapital relatif terhadap harga barang-barang modal, tingkat bunga, dan perlakuan pajak atas pendapatan perusahaan. Jadi menurut teori ini perubahan didalam output atau harga dari jasa kapital relatif terhadap harga output akan mengubah atau mempengaruhi stok kapital yang diinginkan dan juga investasi.

(45)

dana internal, perlakuan pajak atas pendapatan perusahaan adalah merupakan hal yang penting. Namun menurut aliran Neo klasik, pajak perusahaan penting dikarenakan pengaruhnya tas ketersediaan dana internal.

Berbeda dengan teori akselator dan teori dana internal, teori Neo Klasik mengatakan bahwa tingkat bunga merupakan faktor penentu dari stok kapital yang diinginkan. Jadi, kebijakan moneter melalui pengaruhnya atau mengubah stok kapital yang diinginkan dan investasi.

2.5.3. Jenis-jenis Investasi

Adapun jenis-jenis investasi adalah :

1. Investasi terdororng (induced investment) dan investasi otonom (autonomous investment).

Investasi yang terdorong yakni investasi yang dipengaruhi oleh tingkat pendapatan. Baik pendapatan daerah ataupun pendapatan pusat atau nasional. Investasi otonom adalah investasi yang dilakukan pemerintah karena disamping biayanya yang sangat besar juga investasi ini kurang memberikan keuntungan, dimana besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh pendapatan baik itu pendapatan daerah maupun pendapatan nasional. Tetapi dapat berubah karena adanya perubahan-perubahan faktor-faktor diluar pendapatan, seperti tingkat teknologi, kebijaksanaan pemerintah, harapan para pengusaha dan sebagainya.

2. Public Invesment dan Private Investment

(46)

Private Investment adalah investasi yang dilakukan oleh swasta, dimana keuntungan menjadi prioritas utama. Berbeda dengan public investment yang diarahkan untuk melayani dan menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat banyak.

3. Domestic Investment dan Foreign Investment

Domestic investment adalah penanaman modal dalam negeri, sedangkan foreign investment adalah penanaman modal asing.

4. Gross Investment atau Net Investment

Gross investment adalah total seluruh investasi yang diadakan atau yang dilaksanakan pada suatu waktu. Net investment adalah selisih antara investasi bruto dengan penyusutan. Misalnya investasi tahun ini adalah 25 juta sedangkan penyusutan yang terjadi selama tahun yang lalu sebesar 10 juta. Maka investasii netto adalah 15 juta.

2.6. Peneliti Terdahulu

1. Nasara, 1997 mengadakan penelitian dengan judul Pertumbuhan Ekonomi Regional Indonesia dengan menggunakan model persamaan :

Ln Y = Ln α + β0 Ln X0+ β1 Ln X1+ β2 Ln X2+ β3 LnX3 + µ

Dimana : Y : PDRB

α : Konstanta

X0 : Tenaga kerja

X1 : Pembentukan modal

(47)

X3 : Aglomerasi

Hasil penelitian yang dilakukan tentang pengaruh penggunaan variabel demografi dalam model pertumbuhan ekonomi daerah pada 25 propinsi di Indonesia adalah bahwa variabel pembentukan modal, tenaga kerja, mutu modal manusia dan aglomerasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap PDRB masing-masing daerah penelitian tersebut.

2. Arif Yunarko, 2007 mengadakan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Tingkat Investasi, Pendapatan Asli Daerah dan Tenaga Kerja Terhadap PDRB Jawa Tengah dengan menggunakan model persamaan :

Ln Y = Ln α + β1 Ln X1+ β2 Ln X2+ β3 LnX3 + µ

Dimana : Y : PDRB

α : Kontanta

X1 : Investasi

X2 : Pendapatan Asli Daerah X3 : Tenaga Kerja

Hasil daripada penelitian yang dilakukan adalah bahwa variabel tingkat investasi, pendapatan asli daerah, dan tenaga kerja secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah. Berdasarkan uji t dengan tingkat signifikansi 5 persen diketahui

(48)

karena hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang, karena dalam jangka panjang perekonomian akan mencapai keadaan stationary state Dengan rendahnya tingkat investasi maka lapangan pekerjaan yang tersedia juga semakin sedikit sehingga produktivitas yang dihasilkan juga semakin menurun. Untuk dapat meningkatkan produktivitas maka yang diperlukan adalah peningkatan akumulasi modal. Jumlah penduduk yang banyak tetapi efisien dan produktifitas sangat tinggi ini akan dapat meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi.

3. Hotma Marida, 2006 mengadakan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Pertumbuhan Penduduk dan Investasi Terhadap PDRB Sumatera Utara dengan menggunakan model persamaan :

Y = α + β1 X1+ β2 X2 + µ

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesa penelitian.

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh diantara variabel X1 (Pertumbuhan Penduduk), X2 (Pengeluaran Pemerintah), dan X3 (investasi) terhadap Y (PDRB). Periode kajian yang dipergunakan adalah 21 tahun yakni dari tahun 1987 sampai dengan tahun 2007.

3.2 Jenis dan Sumber Data

(50)

3.3 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program eviews 5.

3.4 Model dan Analisis Data

Model analisa data yang digunakan dimulai dengan pembentukan model matematis, yaitu suatu pernyataan hubungan matematis yang digunakan dalam menentukan hubungan yang berlaku diantara laju pertumbuhan penduduk, tingkat konsumsi dan investasi terhadap PDRB Sumatera Utara.

Dalam menganalisa besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, penelitian ini menggunakan alat analisa ekonometrika, yaitu meregresikan variabel-variabel yang ada dengan Ordinary Least Square (OLS). Data-data yang digunakan dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan analisa statistik yaitu persamaan regresi linier berganda (multiple regression).

Fungsi persamaannyan adalah sebagai berikut : Y = f (X1,X2,X3)...(1)

Dengan spesifikasi model adalah sebagai berikut :

LogY = α + β1 LogX1+ β2 LogX2+ β3 LogX3 + µ ...(2)

Dimana :

Y = Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku (Juta Rupiah)

α = Konstanta

β1, β2, β3 = Koefisien Regresi

X1 = Pertumbuhan Penduduk (persen)

(51)

Secara matematika, bentuk hipotesanya menjadi :

Jika terjadi peningkatan pada X1 (pertumbuhan penduduk), maka Y (PDRB) akan mengalami penurunan, ceteris paribus.

• 0

Jika terjadi peningakatan pada X2 (pengeluaran pemerintah), maka Y (PDRB) akan mengalami peningkatan, ceteris paribus.

• 0

Jika terjadi peningkatan pada X3 (investasi), maka Y (PDRB) akan mengalami peningkatan, ceteris paribus.

3.4.1. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan regresi, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik untuk melihat apakah data terbebas dari masalah multikolinieritas, dan autokorelasi. Uji asumsi klasik penting dilakukan untuk menghasilkan estimator yang linier tidak bias dengan varian yang minimum (Best Linier Unbiased Estimator = BLUE), yang berarti model regresi tidak mengandung masalah.

1. Uji Multikolinearitas

(52)

perfect datau exact di antara beberapa atau semua variabel bebas dari suatu model

regresi. Akibatnya akan kesulitan untuk dapat melihat pengaruh variabel penjelas terhadap variabel yang dijelaskan.

Cara medeteksi masalah multikolinieritas :

a. Nilai R2 yang dihasilkan dari hasil estimasi model empiris sangat tinggi, tetapi tingkat signifikan variabel bebas berdasarkan uji t-statistik sangat kecil atau bahkan tidak ada variabel bebas yang signifikan.

b. Menggunakan Korelasi Parsial (Examination of Partial Correlations) Langkah-Langkah yang digunakan yaitu :

1) Melakukan estimasi atau regresi dengan model awal y = (x1,x2). Dari hasil estimasi model ini, nilai R2 yang ditemukan disebut dengan

2 R2 yang ditemukan, kemudian masing-masing disebut dengan 2, ,

3

3) Rule of Thumb yang digunakan sebagai pedoman adalah bila nilai 2

R maka dalam model empiris tidak ditemukan adanya

(53)

2. Uji Autokorelasi

Autokorelasi terjadi apabila error term (µ) dari waktu yang berbeda atau mengalami korelasi serial apabila :Var (ei, ej) ≠ 0 untuk i ≠ j, dalam hal ini dapat dikatakan memiliki masalah autokorelasi. Faktor-faktor yang menyebabkan autokorelasi antaralain kesalahan dalam menentukan model, penggunaan log pada model dan tidak memasukkan variabel yang penting. Akibat dari adanya autokorelasi adalah parameter yang diestimasi menjadi bias dan variansnya tidak minimum, sehingga tidak efisien

Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson (D-Wtest) sebagai berikut :

(

)

Bentuk hipotesisnya adalah sebagai berikut : Ho : p = 0, artinya tidak ada autokorelasi H0 : p ≠ 0, artinya ada autokorelasi

Dengan jumlah sampel tertentu dan jumlah variabel independen tertentu diperoleh nilai kritis dl dan du dalam tabel distribusi Durbin-Watson untuk

berbagai nilai α, hipotesis yang digunakan adalah :

1. Tolak Ho yang mengatakan tidak ada autokorelasi positif, bila nilai D-W statistik terletak antara 0 < d < d1

2. Tolak Ho yang mengatakan tidak adal autokorelasi negatif, bila nilai D-W statistik terletak antara 4-d1 < d < 4.

(54)

4. Ragu-Ragu (inconclusive) tidak ada autokorelasi positif bila d1≤ d ≤ 4-d1. 5. Ragu-ragu (inconclusive) tidak ada autokorelasi negatif bila du≤ d ≤ 4-d1.

Autokorelasi (+) Ho diterima Autokorelasi (-)

Conclusive (No serial Correlation) Conclusive

0 dl du 2 4-du 4-dl 4

Gambar 3.1 : Durbin Watson Test

3.4.2. Test of Goodnes Of Fit (Uji Kesesuaian)

1. Koefisien Determinasi (R-Square)

Koefisien Determinasi yang dinotasikan R2, merupakan suatu ukuran yang penting dalam regresi karena dapat menginformasikan baik atau tidaknya model regresi yang diestimasi. Nilai koefisien determinasi mencermikan seberapa besar variasi dari variabel terikat dapat diterangkan oleh variabel bebasnya. Bila R2 = 0 artinya, variasi dari variabel terikat dapat diterangkan oleh variabel bebasnya.

2. Uji t-Statistik

(55)

mneganggap variabel independen lainnya konstan. Dalam hal ini digunakan hipotesis sebagai berikut :

Ho : β1 = 0

H1: β2≠ 0

Dengan kriteria sebagai berikut : a. Ho diterima jika thitung < ttabel

Artinya variabel bebas tidak mempengaruhi variabel terikat b. Ho ditolak jika thitung > ttabel

Artinya variabel bebas mempengaruhi variabel terikat. 3. Uji F Statistik

Uji F statistik ini dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Untuk pengujian ini digunakan hipotesia sebagai berikut :

Ho : β1 = 0

H1: β1≠ 0

Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan nilai hitung dengan F-tabel, dengan kriteria sebagai berikut :

a. Ho diterima jika Fhitung < Ftabel

Artinya variabel bebas tidak mempengaruhi variabel terikat b. Ho ditolak jika Fhitung > Ftabel

Artinya variabel bebas mempengaruhi variabel terikat Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus :

(56)

Dimana :

R2 = koefisien determinasi

k = jumlah variabel independen ditambah intercept dari suatu model persamaan

n = jumlah sampel

Dengan kriteria pengujian pada tingkat kepercayaan (1-α) 100% sebagai berikut : a. Jika probabilitas (signifikansi) > 0,05 (α) maka Ho diterima.

b. Jika probabilitas (signifikansi) < 0,05 (α) maka Ho ditolak.

3.5 Defenisi Operasional

Untuk membatasi ruang lingkup yang ada, maka akan dijelaskan defenisi operasional variabel dependen dan variabel independen sebagai berikut:

1. PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) adalah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi atau jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi dalam kurun waktu tertentu berdasarkan harga konstan yang diukur dalam satuan Juta Rupiah.

2. Pertumbuhan penduduk adalah peningkatan jumlah penduduk pada suatu daerah pada jangka waktu tertentu yang diukur dalam satuan persen.

3. Pengeluaran pemerintah adalah pengeluaran rutin dan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah Provinsi Sumatera Utara dalam satu tahun dari Tahun 1987-2007, yang diukur dengan satuan Milyar Rupiah.

(57)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1. Kondisi Geografis Sumatera Utara

Provinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada 10-40 Lintang Utara dan 980-1000 Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Daerah Istimewa Aceh, sebelah Timur dengan Malaysia di selat Malaka, sebelah Selatan berbatasan dengan Propinsi Riau dan Sumatera Barat dan si sebelah barat dengan Samudera Hindia.

Luas daratan Propinsi Sumatera Utara adalah 71.680,68 km2, sebagain besar barada di daratan pulau Sumatera, dan sebagain kecil berada di pulau Nias, pulau Batu serta beberapa pulau kecil, baik di bagin barat maupun di bagian Timur Pantai Pulau Sumatera. Berdasarkan kondisi letak dan kondisi alam, Sumatera Utara dibagi dalam tiga kelompok wilayah yaitu Pantai Barat, Dataran Tinggi dan Pantai Timur.

a. Iklim

(58)

Sebagaimana Propinsi lainnya di Indonesia, Provinsi Sumatera Utara mempunyai musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Juni sampai dengan September dan musim penghujan biasanya terjadi pada bulan November sampai dengan bulan Maret, diantara kedua musim itu diselingi musim pancaroba.

b. Kondisi Demografi

Sumatera Utara didiami oleh berbagai suku seperti: Batak, Melayu, Nias, Minangkabau, dan Jawa ini merupakan propinsi keempat terbesar jumlah penduduknya di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Menurut hasil sensus penduduk yang dilakukan pada Tahun 2000 tepatnya tanggal 30 Juni 2000, penduduk Sumatera Utara berjumlah 11,506 Juta Jiwa.

Jumlah penduduk yang tinggal di daerah pedesaan sekitar 6,6 juta jiwa atau sekitar 75,36% dari jumlah penduduk di Sumatera Utara. Sedangkan sisanya yaitu sekitar 4,906 juta jiwa tinggal di daerah perkotaan atau sekitar 42,64% dari jumlah penduduk Sumatera Utara.

4.1.2. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara

(59)

daerah secara tidak langsung merupakan gambaran kemakmuran suatu daerah. Perhitungan pertumbuhan ekonomi dilakukan atas dasar angka PDRB.

4.1.2.1 PDRB Menurut Lapangan Usaha

Provinsi Sumatera Utara adalah provinsi terbesar di pulau Sumatera baik ditinjau dari jumlah penduduk maupun nilai PDRB. Nilai PDRB Sumatera Utara tahun 2005 atas dasar harga berlaku sebesar Rp. 136,90 triliun, dimana nilai ini merupakan 5,01 persen dari total PDB Indonesia, yang sebesar Rp. 2.729,70 triliun. Sementara berdasarkan harga konstan 2000, PDRB Sumatera Utara tahun 2005 bernilai Rp. 87,89 triliun. Nilai ini sekitar 5,02 persen dari nilai PDB Indonesia yang sebesar Rp. 1.749,57 trilliun.

(60)

Tabel 4.1

Laju Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara

Tahun 2001-2005 (Persen) 6 Perdagangan, hotel &

restoran 4,16 4,95 2,88 6,11 4,95

Jika diamati pertumbuhan ekonomi persektor, maka setiap sektor mengalami pertumbuhan yang positif. Pertumbuhan yang cukup tinggi terjadi pada sektor Konstruksi/Bangunan yang tumbuh sebesar 12,96 persen, di susul oleh sektor Angkutan dan Komunikasi sebesar 10,11 persen dan sektor Lembaga Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan yang tumbuh sebesar 7,15 persen.

(61)

sebesar 4,76 persen, jika dibanding tahun sebelumnya, maka kedua sektor itu mengalami sedikit penurunan.

Apabila dilihat dari peranan sektor ekonomi (Tabel 4.2), sektor pertanian, sektor industri, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran masih memegang peranan dalam pembentukan PDRB Sumatera Utara. Ketiga sektor tersebut memberikan kontribusi sebesar 68,31 persen terhadap perekonomian Sumatera Utara. Peranan ini sedikit manurun dari tahun sebelumnya yang sebesar 68,34 persen. Gambaran ini memberikan petunjuk bahwa Provinsi Sumatera Utara masih sangat tergantung pada ketiga sektor ini. Lumpuhnya sektor-sektor ini juga akan melumpuhkan perekonomian Sumatera Utara.

(62)

Tabel 4.2

Struktur Perekonomian Sumatera Utara

Tahun 2001-2005 6 Perdagangan, hotel &

restoran 18,64 18,49 18,48 18,51 18,09

7 Angkutan & komunikasi 6,79 7,56 7,83 8,03 8,61 8 Bank & Lembaga

Keuangan 5,82 6,02 5,99 6,09 6,1

9 Jasa-jasa 9,04 9,14 9,54 9,42 9,33

PDRB Sumatera Utara 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara

4.1.2.2 PDRB Menurut Penggunaan

Jika dilihat dari penggunaan nilai tambah yang diperoleh, sebagian besar (54,37 persen) digunakan untuk keperluan konsumsi rumah tangga pada tahun 2005. Persentase tersebut yang tercatat lebih besar daripada tahun sebelumnya. Besarnya nilai tambah yang digunakan untuk konsumsi rumah tangga karena masyarakat lebih mendahulukan kebutuhan primernya daripada kebutuhan yang lain.

(63)

Tabel 4.3

Distribusi Persentase PDRB Sumatera Utara Menurut Penggunaan

Tahun 2001-2005 Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara

Walaupun persentase konsumsi rumahtangga terhadap total PDRB sangat besar, namun masyarakat Sumatera Utara juga cukup perhatian dalam sarana dan prasarana lingkungannya. Pernyataaan tersebut didukung dari data yang ada, dimana pembentukan modal tetap bruto (PDRB atas dasar harga konstan 2000) selama tahun 2005 sedikit meningkat dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2005, besarnya nilai tambah yang digunakan untuk pembentukan barang modal sebesar Rp. 22,59 triliun atau 16,50 persen dari nilai PDRB Sumatera Utara.

Selain digunakan oleh masyarakat untuk konsumsi dan pembentukan modal, PDRB Sumatera Utara juga digunakan untuk konsumsi pemerintah, lembaga nirlaba, dan ekspor. Jika dikumulatifkan, nilai PDRB yang digunakan untuk ketiga kebutuhan tersebut mencapai 26,85 persen dari total PDRB.

4.1.3. Jumlah Penduduk

(64)
(65)
(66)

Tabel 4.4

Perkembangan Jumlah Penduduk di Sumatera Utara

Tahun 1987-2007 (Juta Jiwa)

Tahun Jumlah Penduduk

1987 9901862

4.1.4. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah

(67)

tergantung dari kebijaksanaan pemerintah daerah, baik sektor industri, pertanian dan kehutanan, sumber daya air dan irigasi dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan pembangunan daerah pada saat itu.

Besar kecilnya pengeluaran ini sangat dipengaruhi atau sangat tergantung pada besarnya penerimaan. Makin besar penerimaan maka pengeluaran makin besar pula. Selama kurun waktu tahun 1997-2002 peningkatan pengeluaran pemerintah berfluktuasi. Pada tahun 1997 pengeluaran rutin sebesar 576 Milyar (74,7% dari total pengeluaran tahun 1997). Tetapi pada kurun waktu tahun 1998-1999 pengeluaran rutin mengalami penurunan, dimana pada tahun 1998 terjadi penurunan pengeluaran rutin sebesar 65,2% dibanding tahun sebelumnya. Dari seluruh jenis pengeluaran rutin, belanja pegawai merupakan pengeluaran yang terbesar selama kurun waktu tersebut.

Selama kurun waktu 2003-2007, pengeluaran rutin tidak lagi merupakan prioritas utama dalam struktur pengeluaran pemerintah. Pada tahun 2003 kontribusi pengeluaran pembangunan terhadap total pengeluaran pada tahun 2003 mengalami peningkatan sebesar 58,38% dari sebelumnya hanya sebesar 31,12%. Proporsi yang terbesar untuk pengeluaran pembangunan ini digunakan untuk sektor pembangunan daerah transmigrasi yakni sebesar 46,7% Milyar (59,2% dari total pengeluaran pembangunan tahun 2003).

(68)

meningkat menjadi 2717,9 Milyar yakni 24,41% meningkat dari anggaran tahun 2006.

Tabel 4.5

Realisasi Pengeluaran Pemerintah Propinsi Sumatera Utara

Tahun 1987 – 2007 (Milyar Rupiah)

Tahun Pengeluaran Pemerintah

(69)

4.1.5. Investasi

Secara keseluruhan dari semua rencana investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) yang telah disetujui Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) tahun 1994-2002 terjadi penurunan jika dilihat angka realisasi proyeknya.

Dari tahun 1994 PMDN dan PMA mengalami peningkatan yang tinggi baik itu rencana maupun realisasi. Proyek investasi titik tertinggi adalah rencana investai PMDN dan PMA adalah pada tahun 1997 dalam rencana PMDN sebesar 4.710.475,17 juta rupiah dan rencana PMA sebesar 2.186.967,78 ribu US$. Akibat krisis yang melanda Indonesia termasuk Sumatera Utara hanya 9,44% dari rencana PMDN yang akhirnya direalisasikan dan untuk rencana PMA hanya sebesar 2,15% yang akhirnya direalisasikan.

Realisasi PMDN di Sumatera Utara sampai dengan tahun 2002 ada sebanyak 301 proyek dengan total realisasi investasi Rp. 5.316.056.610.000 (27%). Realisasi penggunaan tenaga kerja adalah 187.841 orang dimana 98 diantaranya merupakan tenaga kerja asing.

(70)

Tabel 4.6

Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal

Asing (PMA) 1987-2007

Tahun PMDN (Juta Rp) PMA (US$)

1987 134700.47 9045.89

1988 240427.74 40840.88

1989 130724.2 6851.87

1990 307421.82 531018.71

1991 324393.91 16051.3

1992 199515.58 89349

1993 442172.29 16566.06

1994 552053.56 59855.63

1995 316447.01 88850.04

1996 243353.07 61589.05

1997 444803.5 47233.05

1998 37239.13 81419.4

1999 89038.93 58805.03

2000 80120.65 77076

2001 226383.47 39877.11

2002 547205.68 10882.57

2003 579293.26 96975.26

2004 417053.58 64021.79

2005 132160.02 39978.13

2006 596055.25 177677.07

2007 1672463.33 330250.53

(71)

4.2. Hasil dan Analisa

4.2.1. Interpretasi Model

Untuk melihat ada tidaknya pengaruh pertumbuhan penduduk, pengeluaran pemerintah dan investasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara akan kita lihat dari hasil regresi yang akan dilakukan terhadap variabel-variabel tersebut. Adapun model persamaan yang dibentuk adalah model persamaan linier berganda.

LogY = α + β1 LogX1+ β2 LogX2+ β3 LogX3 + µ

Dimana :

Y = Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku (Juta Rupiah)

α = Konstanta

β1, β2, β3 = Koefisien Regresi

X1 = Pertumbuhan Penduduk (Persen)

X2 = Pengeluaran Pemerintah (Milyar Rupiah) X3 = Investasi (PMDN dan PMA) dalam Juta Rupiah µ = Term of Error

(72)

4.2.2. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

1. Uji Multikolinieritas

Cara medeteksi masalah multikolinieritas :

Menggunakan Korelasi Parsial (Examination of Partial Correlations)

Kriteria yang digunakan sebagai pedoman adalah bila nilai 2

maka dalam model empiris tidak ditemukan adanya multikolinieritas.

R 0,937546 0,831812 Tidak Ada Multikolinearitas

2 , ,1 3

2x x

x

R 0,937546 0,780551 Tidak Ada Multikolinearitas

2 , , 2 1 3x x

x

R 0,937546 0,560902 TidakAda Multikolinearitas

(73)

2. Uji Autokorelasi

Uji Durbin Watson digunakan untuk mengetahui jawaban apakah didalam model yang digunakan terdapat autokorelasi diantara variabel-variabel yang diamati. Dengan jumlah sampel dan jumlah variabel independen tertentu, diperoleh nilai dl dan du dalam distribusi Durbin Watson untuk berbagai nilai α. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Tolak Ho yang mengatakan tidak ada autokorelasi positif, bila nilai DW hitung terletak antara 0 < d , dl.

2. Tolak Ho yang mengatakan tidak ada autokorelasi negatif apabila nilai DW statistik terletak antara 4-dl < d <4.

3. Terima Ho yang mengatakan tidak ada autokorelasi negatif ataupun autokorelasi positif, bila nilai DW statistik terletak antara du < d < 4-du. 4. Ragu-ragu (inconclusive) tidak ada autokorelasi positif bila dl ≤ d ≤ du. 5. Ragu-ragu (inconclusive) tidak ada autokorelasi negatif bila du ≤ d ≤ 4-dl.

Berdasarkan hasil output program eviews diperoleh D-W hitung yaitu sebesar 2.157915 (lampiran 2) sementara nilai-nilai tabel yang diperoleh :

du = 1,67

dl = 1,03

4-du = 2,33

(74)

Autokorelasi (+) Ho diterima Autokorelasi (-) Conclusive No serial Correlation) Conclusive

0 1,03 1,67 2 2,15 2,33 2,97 4 Gambar 4.5 : Durbin Watson Test

Dari hasil yang diperoleh maka terlihat bahwa nilai du < d < 4-du. Berarti Ho diterima yang mengatakan tidak ada autokorelasi negatif ataupun autokorelasi positif.

4.2.3. Uji Kesesuaian

1. Uji F-statistik

Untuk mengetahui secara serentak apakah varabel-variabel bebas yaitu variabel perumbuhan penduduk, pengeluaran pemerintah dan investasi mempengaruhi PDRB Sumatera Utara, maka dapat diketahui melalui uji F yaitu :

Hipotesa : Ho: β1= β2= β3 = 0 Ha : β1≠ β2≠ β3≠ 0

Kriteria : Ho diterima jika Fhitung < Ftabel Ha diterima jika Fhitung > Ftabel

α = 5%

Gambar

Gambar 3.1 : Durbin Watson Test
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari rangkaian kegiatan promosi internasional tersebut, buyer dapat menginap di Hotel Best Western Premier Solo, dan para buyer yang.. sudah menginap di Hotel Best

Identifikasi masalah penelitian ini adalah apakah ekstrak daun petai cina (Leucaena leucocephala) berefek antelmintik terhadap cacing Ascaris suum secara in

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian “RI.1” tidak berpengaruh nyata (P&gt;0,05) terhadap pertambahan bobot badan, konsumsi pakan, konversi pakan, mortalitas serta bobot

(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Go Public di Indonesia Periode

Data skunder dalam penelitian ini antara lain data yang bersifat konsep teoritis mengenai teknologi informasi dalam kaitannya dengan sistem informasi, sistem

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1) Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kredit macet pada nasabah BMT KUBE COLOMADU. 2) Mengetahui faktor

a) Tingkat bunga. Meskipun tingkat bunga konstan, harga obligasi sangat berfluktuasi. Harga obligasi sangat tergantung kepada kebijakan pemerintah atau bank sentral. Tingkat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi guru pendidikan jasmani terhadap Elemen Perubahan Kurikulum 2013 dalam pembelajaran pendidikan jasmani di SMA Negeri se-Kabupaten