• Tidak ada hasil yang ditemukan

Figur Surya Paloh dan Persepsi Pendukung Nasional Demokrat (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Pendukung Organisasi Massa Nasional Demokrat Terhadap Surya Paloh Sebagai Figur Sentral Dalam Bingkai Komunikasi Politik).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Figur Surya Paloh dan Persepsi Pendukung Nasional Demokrat (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Pendukung Organisasi Massa Nasional Demokrat Terhadap Surya Paloh Sebagai Figur Sentral Dalam Bingkai Komunikasi Politik)."

Copied!
226
0
0

Teks penuh

(1)

FIGUR SURYA PALOH DAN PERSEPSI PENDUKUNG

NASIONAL DEMOKRAT

(Studi Deskriptif Tentang Persepsi Pendukung Organisasi Massa Nasional Demokrat Terhadap Surya Paloh Sebagai Figur Sentral Dalam Bingkai

Komunikasi Politik)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Strata 1 (S-1) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Departemen Ilmu Komuniakasi

Disusun Oleh: FANNY YULIA

060904040

Program Studi Jurnalistik

       

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAKSI

Skripsi ini berjudul Persepsi Pendukung Organisasi Massa Nasional Demokrat Terhadap Surya Paloh Sebagai Figur Sentral Dalam Bingkai Komunikasi Politik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi pendukung ormas Nasional Demokrat, yang dalam hal ini adalah deklarator Nasional Demokrat tentang sosok Surya Paloh sebagai Ketua Umum Nasional Demokrat dan tokoh yang menjadi figur utama di organisasi tersebut. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori persepsi, konstruktivisme,

endorser atau penokohan, strategi komunikasi politik dan organisasi massa.

Subjek penelitian ini adalah deklarator Nasional Demokrat Pusat dan Wilayah Sumatera Utara. Jumlah deklarator Pusat dan Wilayah Sumut berjumlah 88 orang, dari jumlah tersebut diambil 7 orang deklarator Pusat dan 2 orang deklarator Wilayah Sumut sebagai narasumber. Pemilihan ini didasarkan pada kriteria subjek penelitian sebagai representasi komposisi latar belakang masing-masing deklarator yang cukup beragam.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Dalam pemilihan jumlah subjek penelitian yang diwawancarai, menggunakan jenis sampel purposive sampling. Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data, yakni studi lapangan dengan metode wawancara mendalam dengan subjek penelitian, observasi non-partispan (pengamatan), dan dokumentasi, kemudian dengan studi kepustakaan untuk menghimpun data dari buku dan literatur lainnya. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dipresentasikan. Kemudian diuraikan dalam bentuk narasi induktif.

(3)

KATA PENGANTAR

Syukur dan doa tanpa putus selalu peneliti untaikan ke hadirat Dzat Maha

Pengatur Kuasa Allah SWT, karena tiada kuasa yang dilimpahkan untuk manusia

tanpa seizin-Nya, begitu pun kuasa untuk menyelesaikan skripsi ini hingga kuasa

para pemimpin di negeri ini untuk membawa kebaikan hidup bagi rakyat.

Shalawat senantiasa dilantunkan untuk Baginda Rasulullah SAW, seorang

pemimpin sejati, dan pemimpin teragung sepanjang masa.

Skripsi yang berjudul Skripsi yang berjudul Figur Surya Paloh dan

Persepsi Pendukung Nasional Demokrat (Studi Deskriptif Tentang Persepsi

Pendukung Organisasi Massa Nasional Demokrat Terhadap Surya Paloh Sebagai

Figur Sentral Dalam Bingkai Komunikasi Politik) merupakan salah satu

persyaratan untuk menyelesaikan studi peneliti di program sarjana Ilmu

Komunikasi FISIP Universitas Sumatera Utara.

Proses pembelajaran yang diamanatkan Rasulullah, dimulai dari ayunan

hingga ke menutup usia, merupakan pertanda proses ini selalu berkelanjutan.

Demikian pula peneliti, skripsi ini merupakan salah satu dari sekian banyak

pembelajaran menuju aktualisasi hidup. Dan dalam aktualisasi, diperlukan

dukungan dan masukan bahkan teguran untuk bisa menghasilkan sesuatu yang

lebih baik di kemudian hari.

Banyak pihak yang telah membantu dan mendukung peneliti untuk bisa

sampai di titik ini. Peneliti mempersembahkan skripsi ini kepada kedua orang tua,

Ayahanda Famizar dan Ibunda Arnita. Walaupun keduanya tidak pernah

mengecap bangku perguruan tinggi, Ama dan Apa betul-betul bersimpah duka dan

perjuangan untuk bisa melihat setiap anaknya menjadi sarjana. Skripsi ini menjadi

skripsi pertama yang akan mengisi ruang di lemari buku. Dukungan dan motivasi

dan materi tidak pernah diputus untuk membentangkan jalan Ananda dalam upaya

‘mambangkik batang tarandam.’ Doa yang hadir dari setiap tetes keringat Ama

dan Apa, kiranya dapat Ananda balas nantinya dan diganti dengan jannah oleh

Allah SWT. Kepada ke tiga adik peneliti, Malvino Lovianda, Ferlyana Jenifer,

(4)

setelah Unang dapat meretasnya terlebih dahulu. Menjadi role model untuk

Adinda sekalian adalah motivasi yang tidak berkesudahan bagi Unang untuk terus

memperbaiki diri.

Skripsi ini juga tidak dapat terlaksana jika tanpa bantuan banyak pihak.

Terima kasih untuk semua keikhlasan dalam uluran tangan, tepukan di punggung,

silang pendapat, dan diskusi yang panjang. Peneliti berterima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Drs. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakukltas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Amir Purba, MA, selaku Ketua Departemen Ilmu

Komunikasi FISIP Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Dewi Kurniawati, M.Si, selaku Sekretaris Departemen Ilmu

Komunikasi FISIP Universitas Sumatera Utara

4. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A selaku Dosen Wali.

5. Bapak Drs. Hendra Harahap, M.Si selaku Dosen Pembimbing.

6. Bapak Surya Paloh sebagai tokoh yang menjadi pokok penelitian

dalam skripsi ini. Terima kasih telah memberikan ilmu kepemimpinan

dan semangat nasionalisme secara tidak langsung ketika peneliti

mengetahui lebih jauh perjalanan hidup Bapak di setiap proses

pengerjaan skripsi ini.

7. Mbak Meutya Hafid yang telah sangat membantu peneliti

mendapatkan akses untuk mewawancarai deklarator Nasional

Demokrat Pusat dan Wilayah Sumatera Utara. Karena kepastian akses

inilah, peneliti memberanikan diri berangkat ke Jakarta untuk

penelitian.

8. Bapak H. Syamsul Mu'arif, B.A, Sekjen Nasional Demokrat yang

bersedia membuat memo disposisi untuk memudahkan peneliti

mewawancarai tokoh deklarator Nasional Demokrat.

9. Bapak Willy Aditya, narasumber peneliti sekaligus motivator untuk

peneliti agar kembali menjadikan buku sebagai sahabat utama untuk

(5)

langsung turut mempengaruhi Saya untuk bisa berbuat sesuatu bagi

bangsa ini.

10.Bapak Djafar H. Assegaff, tokoh senior yang membuat peneliti merasa

‘nyambung’ dalam wawancara walaupun rentang pengalaman yang

sangat jauh. Terima kasih untuk motivasinya, Pak. Kelak anak

pedagang sapi ini akan menjadi pemimpin, dengan mendobrak dinding

close society, sehingga vertical mobility bisa berjalan efektif.

11.Semua deklarator yang telah peneliti wawancarai, Prof. Dr. Didik J.

Rachbini, Ferry Mursyidan Baldan, Martin Manurung, Ali Umri, dan

John Waas, yang telah bersedia peneliti wawancarai dan berbagi ilmu.

Terima kasih untuk Bapak Anhar Monel, Sekretaris Nasional

Demokrat Wilayah Sumut yang membantu peneliti menghubungi

deklarator Sumut.

12.Abangda Febri Ichwan Butsi, Vinsensius Sitepu, dan Liston Damanik

yang mau menerima penulis sebagai mahasiswa dadakan. Terima kasih

yang tidak terhingga peneliti ucapkan, atas kesediaan Abangda sebagai

tempat bertanya di kala tertumbuk, tempat berdiskusi di sela-sela

masa.

13.Staf Renlitbang Nasional Demokrat, Bang Gandha, Mas Doni, dan

Mas Koko yang membantu serta menerima peneliti untuk ‘duduk’ di

ruangan Renlitbang. Bang Afik, Bang David, Mas Rifqi, dan Mas Opik

yang juga menjadi teman peneliti selama di Jakarta. Bang Ardy yang

membantu peneliti menghubungi beberapa deklarator, dan Mbak Deta.

Tidak terkecuali, terima kasih peneliti ucapkan kepada semua pihak

yang peneliti temui di sekretariat Nasional Demokrat Pusat.

14.Sahabat peneliti, Rodhiah dan Fiqi Listya Fujiasih yang mau

menyibukkan diri dan banyak membantu dalam proses penulisan

skripsi ini. Semangat dan motivasi tanpa tendensi membuat peneliti

memandang hidup lebih luas dan bergairah. Rizki Wahyuni, sahabat

peneliti di rumah kos. Terima kasih untuk saling membantu

(6)

15.Teman-teman, kakanda, dan adik-adik di SUARA USU tanpa

terkecuali. Terima kasih semangat dan perjuangan yang pernah dilalui

bersama di Jln. Universitas no. 32B. Tempat yang dinamis tak berjeda,

tempat Saya merasa siap untuk kesulitan hidup di esok hari.

16.Semua keluarga peneliti yang telah membesarkan peneliti dengan

penuh cinta dan semangat untuk maju, Ayek Ahmad Ramli, Ama

Nenek Rosmalati, Etek Armailis, Adang Ardinal, Acik Erwin, dan

semua sepupu. Keluarga di Medan, Pak Uwo Delfitri, Mak Uwo, Kak

Lia, Kak Ana, Landa, dan Ridho. Keluarga di Jakarta, Tante Upik &

Om Ketok, Tante Wila & Om Roni, Tek Ci & Pak Etek David, dan

Uda Ang.

17.Teman-teman diskusi dan berbagi suka peneliti selama skripsi, Bang

Adela Eka Putra Marza, Bang Roni Eko Wisuda Rambe, Bang Arifin

Sufi, Imaniuri Silaban, dan Kak Gelora, yang mau meminjamkan

buku-buku dan memberi semangat.

18.Teman-teman di Ilmu Komunikasi, Riri, Ryan, Ardi, Huda, Hendra,

Bayu, Anggina, dan semua teman yang pernah menjadi bagian dari

perjalanan 4,5 tahun peneliti di kampus ini yang tidak dapat disebutkan

satu-persatu.

Akhir kata, peneliti kembali menyebut asma Allah sebagai tanda

kesyukuran, agar semua upaya yang telah dikerahkan tidak sia-sia kiranya.

Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat dan motivasi pembaca untuk

bisa mengupayakan perubahan bagi bangsa. Jadilah bagian dari perubahan, karena

perubahan adalah keniscayaan.

Medan, Desember 2010

Peneliti

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ... i

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR GAMBAR ...ix

DAFTAR TABEL ...x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah...1

1.2 Perumusan Masalah ...8

1.3 Pembatasan Masalah...8

1.4 Tujuan dan Manfaat Penulisan...9

1.4.1 Tujuan Penulisan...9

1.4.2 Manfaat Penulisan...9

1.5 Kerangka Teori...10

1.5.1 Organisasi Massa...10

1.5.2 Strategi Komunikasi Politik...12

1.5.3 Endorser atau Ketokohan...14

1.5.4 Konstruktivisme...16

1.5.5 Persepsi...17

1.6 Kerangka Konsep...19

1.7 Model Teoritis ...20

1.8 Variabel dan Definisi Variabel Operasional...20

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Organisasi Massa...23

2.1.1 Gerakan Perubahan...26

2.2 Strategi Komunikasi Politik...29

2.2.1 Komunikasi...29

(8)

2.2.3 Langkah Strategik...33

2.3 Endorser atau Ketokohan...36

2.3.1 Karakter Kepemimpinan...37

2.3.2 Endorser...42

2.4 Konstruktivisme...44

2.4.1 Pencitraan...48

2.5 Persepsi...52

2.5.1 Persepsi Interpersonal ...53

2.5.2 Dalil-Dalil Persepsi...55

2.5.3 Kesan...57

2.5.4 Atribusi...60

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian...63

3.1.1 Profil Organisasi Massa Nasional Demokrat...63

3.1.2 Deklarator Nasional Demokrat Pusat dan Wilayah Sumatera Utara...70

3.2 Metode Penelitian...73

3.3 Waktu Penelitian...74

3.4 Subjek Penelitian...75

3.5 Teknik Pengumpulan Data...76

3.6 Teknik Analisis Data...78

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data...80

4.1.1 Pelaksanaan Penelitian...80

4.1.2 Gambaran Umum Subjek Penelitian...82

4.1.2.1 Nasional Demokrat Pusat...84

4.1.2.1.1 Didik J. Rachbini...84

4.1.2.1.2 Willy Aditya...85

(9)

4.1.2.1.4 Ferry Mursyidan Baldan...89

4.1.2.1.5 Djafar H. Assegaff...90

4.1.2.1.6 Syamsul Mu’arif...92

4.1.2.1.7 Martin Manurung...93

4.1.2.2 Nasional Demokrat Wilayah Sumut...95

4.1.2.2.1 Ali Umri...95

4.1.2.2.2 John Waas...96

4.2 Analisis Pengamatan dan Hasil Wawancara...102

4.3 Kelemahan dan Kendala Penelitian...199

4.3.1 Kelemahan Penelitian...199

4.3.2 Kendala Penelitian...200

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan...201

5.2 Rekomendasi...207

5.2.1 Rekomendasi Teoritikal...207

5.2.2 Rekomendasi Praktikal...208

5.2.3 Rekomendasi Akademik...209

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Model Teoritis Dalam Penelitian...20

Gambar 2. Proses Untuk Mencapai Kesamaan Makna Pesan...31

Gambar 3. Model Kepemimpinan Politik Integratif...41

Gambar 4. Pengaruh Terhadap Partisipasi Politik...47

Gambar 5. Konstruksi Citra Politik...51

Gambar 6. Logo Nasional Demokrat...63

Gambar 7. Platfom Organisasi Massa Nasional Demokrat...68

Gambar 8. Alur Pencapaian Restorasi Indonesia...70

Gambar 9. Surya Paloh...80

Gambar 10. Didik J. Rachbini...84

Gambar 11 Willy Aditya...85

Gambar 12 Meutya Hafid...87

Gambar 13 Ferry Mursyidan Baldan...89

Gambar 14 Djafar H. Assegaff...90

Gambar 15 Syamsul Mu’arif...92

Gambar 16 Martin Manurung...93

Gambar 17 Ali Umri...95

Gambar 18 John Waas...96

 

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Variabel Operasional Dalam Penelitian...21

Tabel 2. Daftar Deklarator Nasional Nasdem...70

Tabel 3. Deklarator Daerah Sumatera Utara...71

Tabel 4. Gambaran Umum Tentang Subjek Penelitian...97

Tabel 5. Gambaran Tentang Latar Belakang Pribadi Perihal Kesediaan Sebagai Deklarator...117

Tabel 6. Gambaran Terhadap Penerimaan Gagasan Yang Dibawa Surya Paloh...125

Tabel 7. Gambaran Mengenai Kesamaan Pandangan Terhadap Kondisi Indonesia...131

Tabel 8. Gambaran Tentang Pandangan Terhadap Surya Paloh Sebagai Ketua Umum...140

Tabel 9. Gambaran Pandangan Tentang Kemampuan Manajerial Surya Paloh...145

Tabel 10. Gambaran Tentang Pandangan Deklarator Mengenai Problem Eksterna/Isu dan Kaitannya dengan Surya Paloh...150

Tabel 11. Gambaran Mengenai Kemampuan Komunikasi Politik Surya Paloh...153

Tabel 12. Gambaran Mengenai Kemampuan Orasi Surya Paloh...158

Tabel 13. Gambaran Mengenai Percontohan Perilaku dalam Organisasi....161

Tabel 14. Gambaran Tentang Pengaruh Surya Paloh di Politik Nasional...166

Tabel 15. Gambaran Tentang Basis Massa Surya Paloh di Luar Nasdem...168

Tabel 16. Gambaran Kekuatan Organisasi dari Ketokohan Surya Paloh....174

Tabel 17. Gambaran Kekritisan Surya Paloh Mengenai Kondisi Bangsa dan Negara...180

Tabel 18. Gambaran Tentang Pandangan Terhadap Kepribadian Surya Paloh...192

Tabel 19. Gambaran Pendapat Mengenai Kharisma Surya Paloh...198

(12)

ABSTRAKSI

Skripsi ini berjudul Persepsi Pendukung Organisasi Massa Nasional Demokrat Terhadap Surya Paloh Sebagai Figur Sentral Dalam Bingkai Komunikasi Politik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi pendukung ormas Nasional Demokrat, yang dalam hal ini adalah deklarator Nasional Demokrat tentang sosok Surya Paloh sebagai Ketua Umum Nasional Demokrat dan tokoh yang menjadi figur utama di organisasi tersebut. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori persepsi, konstruktivisme,

endorser atau penokohan, strategi komunikasi politik dan organisasi massa.

Subjek penelitian ini adalah deklarator Nasional Demokrat Pusat dan Wilayah Sumatera Utara. Jumlah deklarator Pusat dan Wilayah Sumut berjumlah 88 orang, dari jumlah tersebut diambil 7 orang deklarator Pusat dan 2 orang deklarator Wilayah Sumut sebagai narasumber. Pemilihan ini didasarkan pada kriteria subjek penelitian sebagai representasi komposisi latar belakang masing-masing deklarator yang cukup beragam.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Dalam pemilihan jumlah subjek penelitian yang diwawancarai, menggunakan jenis sampel purposive sampling. Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data, yakni studi lapangan dengan metode wawancara mendalam dengan subjek penelitian, observasi non-partispan (pengamatan), dan dokumentasi, kemudian dengan studi kepustakaan untuk menghimpun data dari buku dan literatur lainnya. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dipresentasikan. Kemudian diuraikan dalam bentuk narasi induktif.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Di dalam kehidupan, dari segi apapun, selalu ada satu karakter atau pribadi

yang menjadi sorotan, karena kemampuannya sebagai pemimpin. Karakter

tersebut sedari awal sudah menunjukkan perbedaannya dengan pribadi yang lain,

karena kemampuan dan kualitas kepemimpinan seperti datang dengan pemikiran

yang visioner dan revolusioner dan selalu berorientasi kepada perubahan, atau

sebagai orator yang ulung dengan semangat berapi-api. Namun tidak mudah

menjadi pribadi seperti ini, dan oleh karena itu pula, sosok seperti di atas akan

selalu menjadi sorotan dan tokoh di garda depan untuk mencitrakan kekuatan

suatu kelompok atau komunitas. Hanya orang-orang tertentu saja yang bisa

ditempatkan sebagai figur utama, yang tujuannya adalah pembawa visi kemudian

juga berfungsi sebagai bagian dari pencitraan kelompok tersebut secara utuh

melalui satu individu tersebut.

Indonesia sejak dulu memang mampu mencetak pribadi pemimpin yang

berkualitas, dihargai di dunia internasional, umumnya menjadi pemimpin politik

atau gerakan massa. Hingga sekarang pun, Indonesia memiliki puluhan sosok

pemimpin dari berbagai organisasi yang memiliki kemampuan untuk

(14)

pemimpin di Indonesia ini, adalah Surya Paloh, yang kisah hidupnya sudah

dibukukan dalam biografi berjudul Editorial Kehidupan Surya Paloh.1

Surya Paloh terlahir dengan nama Surya Dharma Paloh.2 Masa kecil dan

remaja Surya Paloh lebih banyak dilalui di daerah Sumatera Utara, tepatnya di

Labuhan Ruku, Serbelawan, dan Medan. Itulah sebabnya ia lebih akrab dengan

kultur dan karakter sebagai anak Medan, daripada sebagai putra Tanah Rencong.

Ia melanjutkan pendidikan tinggi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

(USU) dan menamatkan Strata satu di Fakultas Sosial Politik di Universitas Islam

Sumatera Utara (UISU).

Pengalaman organisasinya dimulai sejak umur belia, dan ia banyak

menggagas organisasi. Beberapa organisasinya adalah Kesatuan Aksi Pemuda

Pelajar Indonesia (KAPPI).3 Karena kepiawaiannya di dunia bisnis sewaktu muda,

ia pun pernah menjabat Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI)

Sumut (1974-1977) dan salah satu ketua BPP HIPMI (1977-1979). Pada tahun

1969, ia pun mulai bersentuhan dengan Partai Golkar, dengan menjadi Ketua

Koordinator PPMG (Pemuda Pelajar Mahasiswa Golkar) Medan tahun

1969-       1

Buku Editorial Kehidupan Surya Paloh setebal 590 halaman ini ditulis oleh Usamah

Hisyam, dkk untuk mempertingati ulang tahun Surya Paloh ke 50 tahun pada 16 Juli 2001. 

2

Surya Paloh merupakan putra pasangan Daud Paloh dan Nursiah pada tanggal 16 Juli 1951 di rumahnya, di Jalan Teuku Nyak Arief, Kutaraja (sekarang Banda Aceh), tepat di depan kantor Gubernur Daerah Istimewa Aceh. Bagi keluarga Daud Paloh, nama Paloh merupakan identitas keluarga, yakni singkatan dari Panglima Hasan, panggilan ayah Daud Paloh di lingkungan teman-temannya. Kebetulan di daerah kampung halamannya, Pidie, Aceh Utara,

terdapat juga sebuah desa bernama Desa Paloh. 

3

Organisasi massa yang menentang kebijakan yang salah dari pemerintahan orde lama. Surya Paloh menjadi salah seorang pimpinan KAPPI. Setelah KAPPI bubar, ia menjadi Koordinator Pemuda dan Pelajar pada Sekber Golkar. Beberapa tahun kemudian, Surya Paloh mendirikan Organisasi Putra-Putri ABRI (PP-ABRI), lalu ia menjadi Pimpinan PT-ABRI Sumut. Bahkan organisasi ini, pada tahun 1978, didirikannya bersama anak ABRI yang lain, di tingkat pusat Jakarta, dikenal dengan nama Forum Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan Indonesia

(15)

1972. Pada pemilu 1971, pemilu pertama di era Orde Baru, Surya Paloh masuk

dalam Daftar Calon Sementar (DCS) anggota legislatif termuda untuk DPRD II

Kota Medan, saat umur 19 tahun. Namun ia mengundurkan diri, karena menyadari

kemampuan belum cukup untuk memasuki politik praktis dan Surya membidik

posisi legislatif di DPR-RI. Pada pemilu berikutnya, di umur 25 tahun, ia pun

lolos sebagai Anggota MPR pada tahun 1977-1982 dan kembali menjadi Anggota

MPR tahun 1982-1987. Terakhir, pada tahun 1987 juga terpilih sebagai Anggota

MPR/DPR RI dari Golkar namun urung dilantik karena Prioritas, koran miliknya

dibredel.4

Pembredelan koran di masa Soeharto ini5 mengakhiri umur Prioritas yang

baru 13 bulan. Bagi Surya Paloh, walau ia dibesarkan di Golkar, namun ia tidak

segan-segan menelanjangi berbagai penyimpangan yang ada pada masa Orde

Baru yang merupakan masa berjaya Golkar. Semangat dalam mewujudkan

demokrasi politik, yang dilandasi dengan kemerdekaan dan kebebasan pers

menjadi pokok pikiran dan tujuannya. Konsistensi Surya Paloh terhadap

keyakinannya dengan kebebasan pers tetap dipertahankan hingga sekarang. Media

       4

Pembredelan inilah puncak sekaligus awal kontroversi politik Surya Paloh, yang membawanya ke sebuah vonis kematian perdata dan hak-hak politik dalam waktu lama sampai ia

memunculkan gagasan Konvensi Presiden Partai Golkar pada tahun 2004. 

5

Periode 1966-1973, kebebasan pers seolah-olah dibuka dan sikap pemerintah seakan-akan siap dikritik. Namun setelah peristiwa 15 Januari 1974, 12 media ditutup sekaligus oleh pemerintah. Rezim Orde Baru memperkenalkan lembaga perizinan berupa SIUPP (Surat Izin Usaha Penerbitan Pers). Lalu, sejak 1984, pelaksanaan pembredelan pers diperparah dengan dikeluarkannya Permenpen Nomor 01/Per/Menpen/1984. Padahal, undang-undang pers tahun 1966 dan tahun 1967 melarang sensor dan pembredelan terhadap pers. Tahun 1978, tangan besi pemerintah kembali menimpa tujuh koran—kali ini sehubungan dengan Sidang Umum MPR tahun 1978. Pembredelan tetap berlanjut, termasuk terhadap tiga media ber-SIUPP, yakni Sinar Harapan, Prioritas, dan Monitor. Selain banyak media yang dibredel, banyak juga wartawan yang dipenjarakan, beberapa di antaranya dibuang ke Pulau Buru.

(16)

Group yang membawahi Harian Media Indonesia dan stasiun televisi berita Metro

TV merupakan jalannya untuk berkiprah di dunia pers Indonesia. Semenjak

berdirinya stasiun tersebut pada 25 Oktober 1999, Surya Paloh lebih dikenal

publik Indonesia. Dengan mengambil spesifikasi siaran yang 70 persen berita,

menempatkan stasiun ini menjadi stasiun televisi berita pertama di Indonesia. Dan

hal ini tentu menjadi salah satu keinginan Surya Paloh dalam mengembangkan

dunia pers dan jurnalistik yang lebih matang, bebas, serta demokratis di Indonesia.

Kiprah politiknya kembali ditunjukkan pada era reformasi, yaitu

gagasannya untuk mengadakan Konvensi Calon Presiden Partai Golkar Menuju

Pemilu Presiden 2004 untuk membangun kembali citra Golkar. Ia pun ikut

menjadi salah satu calon dan mengusung sebuah konsep tentang kepemimpinan

nasional serta menyiapkan sejumlah agenda penyelamatan bangsa dari krisis

multidimensional, yang disebutnya sebagai Restorasi Nasional.6 Visi yang

       6

Gagasan Restorasi Nasional terdapat 12 program restorasi non-konvensional di bidang politik, ekonomi dan kesra. Bidang politik adalah prioritas utama. Pertama, adalah program memantapkan stabilitas politik melalui rekonsiliasi dan pardon nasional, kemudian menciptakan keamanan, ketertiban masyarakat, menghentikan konflik sosial, etnik, dan agama, serta peningkatan peran aparat Kepolisian untuk melindungi dan mengayomi masyarakat.

Kedua, meningkatkan partisipasi publik agar mendukung penuh program pembangunan.

Setiap kebijakan publik harus dikomunikasikan terlebih dahulu dengan bebagai komponen masyarakat dengan hubungan komunikasi bottom up. Ketiga, memperkuat kembali kekuatan pemersatu bangsa yakni semangat kebhineka tunggal ika-an yang kini mulai rapuh. Keempat, menegakkan supremasi hukum dalam rangka menciptakan clean and good governance, masyarakat yang tertib hukum, serta berorientasi kepada “hukum sebagai panglima”. Kelima, melanjutkan otonomi daerah dalam kerangka NKRI dengan meningkatkan percepatan pembangunan di daerah dalam segala bidang agar dapat mengejar ketertinggalannya.

Sementara di bidang ekonomi, restorasi nasional terdapat lima prioritas program restorasi sebagai langkah pemulihan. Pertama, menjaga stabilitas ekonomi makro. Kedua, melaksanakan restrukturisasi manajemen hutang luar negeri. Ketiga, mencanangkan reformasi pajak yang mengarah pada prinsip keadilan. Keempat, mendorong tumbuhnya investasi dengan memberikan insentif serta kemudahan-kemudahan perizinan. Kelima, membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya dalam rangka mengurangi angka pengangguran.

Di bidang kesejahteran rakyat, ada dua program. Pertama, menekan tingkat kemiskinan serendah mungkin dengan mengupayakan terciptanya lapangan pekerjaan seluas-luasnya. Kedua, mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan memberikan dan

(17)

tujuannya memperbaiki kondisi kebangsaan dari semua aspek dan dari seluruh

masyarakat Indonesia ini. Namun di 2004, dia tidak berhasil terpilih, begitu juga

pada pemilihan Ketua Umum Partai Golkar tahun 2009.

Surya Paloh tidak berhenti hanya karena kekalahan sebelumnya di politik,

bahkan ia tetap konsisten mengusung tema perubahan dan menawarkan solusi

alternatif untuk perbaikan kondisi kebangsaan. Sehingga di tahun 2010 ini, Surya

Paloh bersama 44 deklarator lainnya pada tanggal 1 Februari lalu

mendeklarasikan sebuah gerakan massa baru yang bernama Nasional Demokrat,

mengusung tema restorasi yang hampir sama dengan slogannya ketika di

Konvensi Golkar 2004, yakni Restorasi Indonesia. Gerakan ini sebagai tujuan dan

jalan yang ditempuh gerakan massa ini. Surya Paloh sebagai inisiator organisasi

ini menempatkan pokok pemikirannya yang paling mendasar, yaitu merestorasi

seperti prinsip Restorasi Meiji di Jepang pada 1866-1869, yang merupakan

rangkaian kejadian untuk perubahan pada struktur politik dan sosial Jepang di

awal kekaisaran Meiji. Sehingga Surya Paloh dan deklarator yang ikut dalam

mengumumkan berdirinya organisasi massa tersebut meyakini gerakan Restorasi

Indonesia dapat mengembalikan kejayaan Indonesia dan memberikan wadah

demokrasi bagi warga negara.

Sebenarnya mendirikan organisasi massa (ormas) adalah hal yang biasa

dalam era reformasi ini. Tetapi Nasional Demokrat ini memang mencuri

perhatian, karena banyaknya tokoh yang menjadi deklarator ormas ini. Para

pendiri atau inisiator sentral ormas ini adalah Surya Paloh dan Sultan Hamengku

(18)

Maarif, Siswono Yudhohusodo, Anies Baswedan, Eep Saifulloh Fatah, Khofifah

Indar Parawansa, Ferry Mursyidan Baldan, Syamsul Mua'rif, Enggar Tyasto

Lukito, Didik J. Rachbini, Akbar Faisal, Franky Sahilatua, Budiman Sudjatmiko,

dan beberapa tokoh dari latar belakang yang beragam. Bahkan deklarasi ini turut

dihadiri oleh Megawati, Jusuf Kalla, Akbar Tanjung, dan Wiranto.

Sebagai inisiator, Surya Paloh dan Sri Sultan Hamengku Buwono X cukup

berhasil merangkul berbagai kalangan dan dari berbagai partai. Ada tokoh

Muhammadiyah, Syafii Maarif, Khofifah Indar Parawansa dari PKB, Ferry

Mursyidan dari Golkar, Budiman Sudjatmiko dari PDIP, Didik J. Rachbini dari

PAN, dan Akbar Faisal dari Hanura. Ada pengamat politik yang terjun berpolitik

praktis seperti Anies Baswedan dan Eep Saifulloh Fatah, ada pula akademisi dan

beberapa guru besar, seperti Prof. Dr. T. Bahri Anwar dari Universitas Sumatera

Utara dan Prof. Dr. Bachtiar Aly, M.A dari Universitas Indonesia. Tidak itu saja,

Nasional Demokrat juga didukung oleh budayawan Franky Sahilatua, dan

wartawan senior Djaffar H. Assegaff.

Untuk memperkuat dasar ormas ini hingga ke akar rumput, dari awal

pendirian Nasional Demokrat, para deklarator yang diwakili oleh Meutya Hafid

saat konferensi pers di Istora Senayan pada 1 Februari 2010 mengatakan bahwa

organisasi massa ini memang juga akan didirikan di daerah sebagai perwakilan

dan cabang dari Nasional Demokrat pusat. Karena dari awal, organisasi massa ini

ingin memeratakan semua arus demokrasi hingga ke seluruh Indonesia. Oleh

karena itu, tidak berselang beberapa lama, Nasional Demokrat cabang Makassar

(19)

2010. Kemudian disusul di Propinsi Bangka Belitung pada tanggal 3 April, di DI

Yogyakarta pada 15 April, dan 18 April di Nangroe Aceh Darussalam. Hingga

November ini, telah 18 daerah di Indonesia yang telah resmi mendeklarasikan

Nasional Demokrat daerah, dan rencananya deklarasi ini akan digenapkan di 33

propinsi seluruh Indonesia sebelum ulang tahun Nasional Demokrat yang

pertama.

Restorasi Indonesia yang diusung oleh Surya Paloh memang

membutuhkan otoritas dan dukungan. Faktor pemimpin yang mampu

mengomunikasikan ide dan gagasannya dalam tujuan memperbaiki kondisi dan

mencari jalan keluar, memang dibutuhkan di dalam kondisi kemasyarakatan

Indonesia saat ini. Nasional Demokrat sebagai organisasi massa yang berbasis

nasional dan merambah ke daerah telah mendapatkan sambutan yang sangat baik.

Tokoh sentralnya, Surya Paloh meletakkan dasar pemikirannya dalam organisasi

ini. Banyaknya tokoh nasional yang bergabung ke dalam organisasi massa ini,

serta tingginya respon masyarakat terutama pejabat daerah yang menyatakan

dukungannya, menunjukkan adanya satu keterkaitan antara sosok Surya Paloh

dengan dukungan yang meluas ini. Dukungan yang sangat besar dalam jangka

waktu yang cukup singkat, yakni 3 bulan sejak dideklarasikan secara resmi di

Jakarta ini melibatkan persepsi para komunikannya dalam memandang sebuah

organisasi yang dipimpin oleh sosok Surya Paloh. Oleh karena tingginya

antusiasme para tokoh dan pejabat daerah untuk bergabung ke dalam ormas ini,

(20)

Nasional Demokrat terhadap Surya Paloh sebagai figur sentral Nasional Demokrat

dalam bingkai komunikasi politik.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut: “Bagaimanakah persepsi pendukung organisasi

massa Nasional Demokrat terhadap Surya Paloh sebagai figur sentral dalam

bingkai komunikasi politik?”

1.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari terjadinya pengembangan masalah di luar ruang lingkup

dan kekaburan dalam penelitian, maka peneliti merasa perlu melakukan

pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah yang peneliti kemukakan

adalah:

1. Penelitian ini bersifat deskriptif, bertujuan untuk memberikan gambaran

mengenai persepsi pendukung Nasional Demokrat terhadap figur Surya

Paloh sebagai tokoh sentral.

2. Subjek penelitian ini adalah pendukung Nasional Demokrat, baik itu

deklarator Nasional dan pengurus Nasional Demokrat di wilayah Sumatera

Utara.

3. Subjek penelitian dipilih berdasarkan kriteria-kriteria tertentu yang telah

(21)

diwawancarai dengan metode wawancara mendalam dan observasi

lapangan.

4. Waktu penelitian ini berkisar antara bulan Oktober-November 2010.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut;

1. Untuk mengetahui gambaran mengenai persepsi pendukung ormas Nasional

Demokrat terhadap figur Surya Paloh sebagai tokoh sentral.

2. Untuk mengetahui bentuk strategi komunikasi politik dalam menarik

dukungan dan penyampaian gagasan baru oleh Surya Paloh dalam

pembentukan Nasional Demokrat.

1.4.2 Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, penelitian ini ditujukan untuk memperkaya khasanah

penelitian tentang komunikasi penghimpunan massa oleh pemilik gagasan

dalam awal pembentukan sebuah organisasi massa.

2. Secara praktis, hasil analisis ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca

agar mengetahui strategi komunikasi citra dan ketokohan, serta persepsi

sebagai hasil dari komunikasi.

3. Secara akademis, penelitian ini dapat disumbangkan kepada Departemen

Ilmu Komunikasi FISIP USU, guna memperkaya bahan penelitian dan

(22)

4. Secara sosial, penelitian ini memiliki manfaat kritik bagi kondisi demokrasi

di Indonesia yang tidak menjangkau rakyat secara keseluruhan.

1.5 Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir

dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu, perlu disusun

kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari

sudut mana masalah penelitian akan disoroti.7

Menurut Kerlinger, teori adalah himpunan konstruk atau konsep, defenisi,

dan proporsi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan

menjabarkan relas di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala

tersebut.8 Dalam penelitian ini, teori yang dianggap relevan adalah sebagai

berikut:

1.5.1 Organisasi Massa

Organisasi menurut William G, Scott, yang dalam hal ini dikategorikan ke

dalam organisasi formal, adalah sebuah sistem kegiatan-kegiatan terkoordinasi

dari sekelompok orang yang bekerja bersama-sama, menuju arah tujuan bersama

di bawah kewenangan dan kepemimpinan.9 Organisasi massa atau ormas

merupakan suatu gerakan politik yang pada prinsipnya juga bentuk dari partai.

       7

Hadari Nawawi, Metode Penelitian Sosial, Yogyakarta, 1995, hlm. 39. 

8

Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta, 1993, hlm. 6. 

9

Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan: Apakah Kepemimpinan Abnormal Itu?,

(23)

Pengertian organisasi massa menurut undang-undang10 adalah yang

dimaksud dengan Organisasi Kemasyarakatan adalah organisasi yang dibentuk

oleh anggota masyarakat Warganegara Republik Indonesia secara sukarela atas

dasar kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan

Yang Maha Esa, untuk berperanserta dalam pembangunan dalam rangka

mencapai tujuan nasional dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia

yang berdasarkan Pancasila.

Ada tiga prinsip dasar dari partai politik11, yakni partai sebagai koalisi,

partai sebagai organisasi, dan partai sebagai pembuat kebijakan (policy making).

Dari ketiga prinsip dasar partai politik di atas, organisasi massa masuk ke dalam

prinsip ke dua, yaitu suatu gerakan (movement), dan prinsip ketiga, yaitu

kelompok penekan (pressure group).

Gerakan adalah kelompok atau golongan yang ingin mengadakan

perubahan, atau menciptakan suatu lembaga baru dengan memakai cara – cara

politik. Sedangkan kelompok penekan (pressure group) adalah kelompok yang

memperjuangkan kepentingan dan berusaha memberi pengaruh terhadap kekuatan

politik yang ada di pemerintahan. Kelompok ini bisa terdiri dari perkumpulan,

golongan, ataupun partai yang berada di luar pemerintahan.

       10

Undang-Undang Nomor 8 tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan, Bab I,

Pasal 1 

11

M. Eric Harramain. 2010. “Persepsi Publik Terkait Pembentukan Ormas Nasional

(24)

1.5.2 Strategi Komunikasi Politik

Komunikasi politik telah dikenal sejak zaman Aristoteles, dan sudah ada

ketika manusia berpolitik dan berkomunikasi. Muller dalam Arifin12 mengatakan

bahwa komunikasi politik sebagai hasil yang bersifat politik dari kelas sosial, pola

bahasa, dan pola sosialisasi. Galnoor juga menyebutkan bahwa komunikasi politik

merupakan infrastruktur politik, yakni suatu kombinasi dari berbagai interaksi

sosial di mana informasi yang berkaitan dengan usaha bersama dan hubungan

kekuasaan masuk ke dalam peredaran.

Komunikasi politik yang bersinggungan dengan organisasi atau kelompok

menjadi jiwa dari organisasi politik tersebut. Melalui itu, terdapat beberapa tujuan

yang hendak dicapai untuk memasyarakatkan suatu organisasi politik seperti yang

dijelaskan oleh Redi Panuju, yakni dengan menyosialisasikan keberadaannya

kepada masyarakat, membangun citra positif dalam rangka mencari dukungan,

menggalang opini publik dalam rangka membangun, menyeleksi isu, dan

merangkumnya menjadi formulasi kebijakan, dan membangun jaringan dalam

rangka efektivitas kerja.13 Oleh karena itu dibutuhkan suatu strategi komunikasi

politik untuk mewujudkan empat tujuan tersebut.

Dalam realitas politik, yang banyak dialami oleh khalayak bukanlah

sesuatu yang dirasakan secara langsung, melainkan disampaikan melalui

lambang-lambang yang signifikan (dapat berupa slogan, logo, dan figur). Politik

adalah kegiatan simbolik yang menyentuh sejumlah besar orang karena

orang-      

12 Anwar Arifin, 

Komunikasi Politik: Paradigma-Teori-Aplikasi-Strategi & Komunikasi Politik Indonesia, Jakarta, 2003, hlm. 9. 

13

Redi Panuju, Komunikasi Organisasi: Dari Konseptual-Teoritik ke Empirik,

(25)

orang menemukan makna dalam penggunaan lambang, pembuatan lambang,

ataupun penyalahgunaan lambang pada komunikator politik.14

Langkah dalam strategi komunikasi politik adalah merawat ketokohan,

memantapkan kelembagaan, meningkatkan kemampuan dan dukungan lembaga

dalam menyusun pesan politik, menetapkan metode, dan memilih media politik

yang tepat. Suatu strategi dalam komunikasi politik adalah keseluruhan keputusan

kondisional pada saat tertentu mengenai tindakan yang akan dijalankan guna

mencapai tujuan politik pada masa depan.15

Hal yang menjadi sangat penting dalam sebuah sistem politik atau ide

politik baru agar dapat diterima khalayak adalah menumbuhkan citra yang baik

dan menjaga kredibilitas yang diasosiasikan kepada satu ketokohan. Ketokohan

ini selalu diidentikkan sebagai suatu figur yang ditempatkan sebagai pemimpin,

sehingga erat kaitannya dengan kepemimpinan atau tokoh sentral. Kepemimpinan

menurut Tannenbaum, Weschler, dan Massarik adalah pengaruh antarpribadi

yang dilaksanakan dan diarahkan melalui proses komunikasi, ke arah pencapaian

tujuan atau tujuan-tujuan tertentu.16 Sehingga dalam kepemimpinan atau

ketokohan selalu ada indikator yang menjadi karakteristik, sehingga bisa

dirumuskan menjadi bagian dari proses komunikasi, yang dalam hal ini adalah

komunikasi politik. Penempatan figur yang tepat dalam menjalankan proses ini

merupakan langkah atau strategi untuk mencapai tujuan.

       14

Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Media, Bandung, 2005,

hlm. 114. 

15

Anwar Arifin, op. cit., hlm. 145. 

16

Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Sosial, Psikologi Kelompok, dan Psikologi

(26)

1.5.3 Endorser atau Ketokohan

Perlambangan yang merupakan suatu identitas merek yang dibawakan

dalam komunikasi politik merupakan jalan untuk mencitrakan sesuatu yang

bertujuan untuk dikenal dan dilekatkan ke benak publik. Bagi personal yang

memiliki identitas yang khas dan spesifik akan memudahkan untuk diidentifikasi

di antara yang lainnya. Dalam hal ini, perncitraan yang difokuskan adalah kepada

personal atau tokoh. Menurut Anwar Arifin, pencitraan merupakan suatu tujuan

dari komunikasi politik yang terbentuk berdasarkan informasi yang diterima oleh

khalayak. Pencitraan dalam politik berkaitan dengan pembentukan pendapat

umum yang terbangun melalui citra politik dan hal ini terwujud sebagai

konsekuensi kognitif dari komunikasi politik.17

Endorser merupakan salah satu komponen dari proses pencitraan dalam

komunikasi politik. Dalam kajian komunikasi politik, endorser adalah strategi

penonjolah sosok ketokohan dalam sebuah partai. Merawat ketokohan dan

memantapkan kelembagaan. Ketokohan adalah orang yang memiliki kredibilitas,

daya tarik, dan kekuasaaan. Dengan kata lain, ketokohan merupakan gabungan

antara kredibilitas, atraksi, dan kekuasaan.18

Selain pengertian di atas, endorser juga dapat dipahami19 sebagai sebuah

merek, dan lazim disebut sebagai tokoh ikon. Para tokoh ini biasanya dipilih

karena kecakapan, dan cukup dikenal luas oleh masyarakat. Pemilihan ikon tentu

       17

Anwar Arifin, op. cit., hlm. 105. 

18

Ibid., hlm. 146. 

19

 M. Eric Harramain. 2010. “Persepsi Publik Terkait Pembentukan Ormas Nasional

(27)

saja dilakukan dengan berbagai pertimbangan, misalnya kesesuaian personalitas

dengan karakter mereknya. Keberadaan endorser sangat penting dalam

mempertegas pemosisian merek di mata khalayak. Dalam kajian komunikasi

politik, endorser lebih cenderung kepada tokoh-tokoh politik yang memiliki

kecakapan dalam berpolitik dan beretorika, dan dapat mewakili intelek,

berwibawa, tegas, bertenaga, modern, bersih dari korupsi, bersih dari catatan

buruk di masa lalu, berprestasi, dan lain sebagainya. Tanpa karakter yang sesuai,

sebuah merek atau partai akan kehilangan ruhnya.

Menurut Asto S Subroto, endorser dilihat dari beberapa hal.20 Kredibilitas

dan daya pikat merupakan dua atribut yang berperan penting dalam memfasilitasi

komunikasi secara efektif. Kedua atribut tersebut juga penting dalam menilai

seberapa efektif ketokohan bekerja. Kredibilitas berarti adanya tendensi kuat

dalam memercayai seseorang. Ketika seorang tokoh dipersepsikan sebagai

kredibel, maka sikap komunikan akan berubah lewat sebuah proses psikologis

yang dinamakan internalisasi. Proses ini terjadi ketika penerima pesan menerima

posisi endorser sebagai isu yang sama dengan dirinya. Kredibilitas sebagai

kriteria dasar kenapa seorang dijadikan endorser. Seseorang yang dipercaya dan

dipersepsi memiliki pandangan dan visi yang yang baik terhadap partai akan

mudah memengaruhi khalayak. Dengan kata lain, kredibilitas adalah kata kunci

efektivitas endorser atau tokoh.

       20

(28)

1.5.4 Konstruktivisme

Dalam cara pandang melihat dan menilai realitas, terdapat beberapa

pandanga, yakni positivisme, konstruktivisme, dan kritis. Positivisme percaya

bahwa realitas yang benar itu ada. Sedangkan paradigma konstruktivisme

menolak secara radikal pandangan tersebut. Menurut aliran konstruktivisme,

realitas itu sebenarnya tidak ada, sebab yang ada hanya konstruksi individu atau

suatu realitas yang diterimanya. Konstruksi itulah yang menentukan bagaimana

suatu peristiwa dipahami yang dianggap sebagai realitas.21

Teori konstruktivis atau konstruktivisme menyatakan bahwa individu

menginterpretasikan dan beraksi menurut kategori konseptual dari pikiran.

Realitas tidak menggambarkan diri individu namun harus disaring melalui cara

pandang orang terhadap realitas tersebut. Konstruktivis melakukan pendekatan

pemahaman produksi pesan dimulai dari sistem kognitif individu. Bentuk

pengetahuan menurut konsep ini adalah memandang suatu subyek berperan aktif

dalam menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan

lingkungan dan subjek sebagai faktor sentral dalam menganalisis pesan serta

hubungan-hubungan sosialnya. Sehingga manusialah yang membangun makna

terhadap suatu realita. Pengalaman manusia terdiri dari interpretasi bermakna

terhadap kenyataan dan bukan reproduksi kenyataan.22

Kajian pokok dalam paradigma konstruktivisme menurut Weber,

menerangkan bahwa substansi bentuk kehidupan di masyarakat tidak hanya

       21

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarya, 2001,

hlm. 54. 

22

(29)

dilihat dari penilaian objektif saja, melainkan dilihat dari tindakan perorangan

yang timbul dari alasan-alasan subjektif. Konstruktivisme juga menjelaskan

bahwa perilaku manusia secara fundamental berbeda dengan perilaku alam.

Manusia bertindak sebagai agen dalam bertindak mengkonstruksi realias sosial.

Cara konstruksi yakni dengan memahami atau memberikan makna terhadap

perilaku mereka sendiri.23

Konsep konstruktivisme berpendapat bahwa semesta secara epistimologi

merupakan hasil konstruksisosial. Pengetahuan manusia adalah konstruksi yang

dibangun dari proses kognitif dengan interaksinya dengan dunia objek material.

Pengalaman manusia terdiri dari interpretasi bermakna terhadap kenyataan dan

bukan reproduksi kenyataan. Keberagaman kognitif merupakan hasil dari

lingkungan historis, kultural, dan personal yang digali secara terus-menerus.

1.5.5 Persepsi

Persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih,

mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan, dan proses

tersebut mempengaruhi perilaku.24 Sedangkan menurut Desideto25, persepsi

adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang

diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan yang

memberikan makna pada stimulus inderawi manusia.

       23

M. Eric Harramain. 2009. “Fondasi Filosofi dan Perspektif Kajian Ilmu Komunikasi

Perspektif Konstrukstivisme & Kritikal” < www.scribd.com> [25/05/2010] 

24

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Jakarta, 2005, hlm. 167.  

25

(30)

Proses menerima dan menafsirkan pesan pada banyak model komunikasi

sering disebut dengan penyandian-balik (decoding), proses ini melibatkan

persepsi atau meliputi rangsangan perasaan dan proses komunikasi selanjutnya.

Psikologi modern seperti yang diungkapkan oleh Berelson dan Steiner, persepsi

merupakan proses yang kompleks di mana orang memilih, mengorganisasikan,

dan menginterpretasikan respon terhadap suatu rangsangan ke dalam situasi

masyarakat dunia yang penuh arti dan logis. Sedangkan Scott menyatakan bahwa

persepsi merupakan tindakan melihat sebuah pembelajaran tingkah laku yang

melibatkan aktivitas kognitif.26

Tahapan terpenting dalam persepsi adalah interpretasi atas informasi yang

diperoleh melalui panca indera, namun sebenarnya manusia tidak dapat

menginterpretasikan makna setiap objek secara langsung, melainkan

menginterpretasikan makna informasi yang dipercayai mewakili suatu objek.

Maka pengetahuan melalui persepsi bukanlah mengenai objek itu sebenarnya,

namun bagaimana tampaknya objek tersebut.27

Persepsi manusia terhadap manusia disebut juga dengan persepsi sosial,

dan hal ini lebih kompleks, karena manusia adalah makhluk yang dinamis.

Persepsi manusia terhadap manusia lainnya dan reaksi mereka terhadap hal-hal

yang berkaitan dengan itu, berdasarkan pengalaman dan pembelajaran di masa

lalu, yang berkaitan dengan orang (objek) yang sama.

       26

Werner Severin dan James Tankard, Jr, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan

Terapan di Dalam Komunikasi Massa, Jakarta, 2008, hlm. 84. 

27

(31)

1.6 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis

dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Kerangka

konsep akan menuntun penelitian dalam menentukan hipotesa28. Pembatasan

konsep dalam penelitian ini tidak saja untuk menghindari salah maksud dalam

memahami konsep penelitian, tetapi batasan konsep diperlukan untuk penjabaran

variabel penelitian maupun indikator variabel.29

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Figur Surya Paloh sebagai Tokoh Sentral Ormas Nasional Demokrat

Sosok Surya Paloh sebagai inisiator ormas Nasional Demokrat memiliki

citra dan nilai tersendiri yang dapat dilihat dari rekam jejak pengalaman

organisasi, buah pemikiran, dan kepribadian berciri pemimpin.

Penempatan Surya Paloh sebagai tokoh sentral bagi organisasi massa yang

baru berdiri dianggap sebagai salah satu langkah strategi komunikasi

politik dalam hal kekuatan ketokohan.

2. Persepsi Pendukung Organisasi Massa Nasional Demokrat

Persepsi yang dimiliki oleh komunikan yang menerima pesan ketokohan

Surya Paloh dalam organisasi massa Nasional Demokrat, berdasarkan

pengalaman mengenai figur tersebut, peristiwa, atau hubungan-hubungan

lainnya yang dapat membentuk suatu persepsi (penyimpulan informasi dan

penafsiran pesan). Para pendukung organisasi massa ini terdiri dari

      

28 

Hadari Nawawi, op. cit., hlm. 40. 

29

Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif ,

(32)

kalangan yang terpelajar dan juga mengetahui seluk beluk politik. Mereka

memiliki persepsi tertentu yang membuat kalangan ini mendukung

Nasional Demokrat.

1.7 Model Teoritis

Model teoritis merupakan pradigma yang mentransformasikan

permasalahan terkait antara satu dengan yang lainnya. Adapun model teoritis

dalam penelitian ini adalah:

Gambar 1. Model Teoritis Dalam Penelitian

1.8 Variabel dan Definisi Variabel Operasional

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di

atas, maka dapat dibuat operasional variabel untuk membentuk kesatuan dan

kesesuaian dalam penelitian. Komponen indikator untuk variabel Surya Paloh

Figur Surya Paloh Persepsi Pendukung Organisasi Massa Nasional Demokrat

1. Organisasi Massa 2. Strategi Komunikasi

Politik

3. Endorser atau Penokohan 4. Konstruktivisme

(33)

Sebagai Figur Sentral disarikan dari uraian Sarlito Wirawan Sarwono30,

sedangkan untuk variabel Persepsi Pendukung Organisasi Massa Nasional

Demokrat, indikatornya disarikan dari Deddy Mulyana.31 Adapun variabel

operasional dalam penelitian ini sebagai berikut:

KOMPONEN INDIKATOR DEFINISI

Surya Paloh sebagai figur sentral

1. Citra atau Image

2. Rekam jejak atau

Pandangan terhadap Surya Paloh yang tersusun melalui persepsi yang berkaitan dengan gejala politik.

Pengalaman dan sejarah kehidupan politik Surya Paloh yang diketahui.

Teknik komunikasi Surya Paloh dalam menyampaikan visi (gagasan dalam politik) ketika diskusi dan orasi.

Sifat-sifat Surya Paloh yang tampak dan telah dikenal.

Pola pikir dan cara pandang Surya Paloh dalam permasalahan

demokrasi dan ke-Indonesia-an.

Mencakup prestasi dan kompetensi Surya Paloh dalam pengelolaan organisasi.

Aspek atraktif yang menjadi penarik dalam pribadi Surya Paloh, baik fisik dan non fisik

Kemampuan Surya Paloh dalam mempengaruhi orang dan

aspek-       30

Sarlito Wirawan Sarwono, op. cit., hlm. 40-64 

31

(34)

aspek pendukung yang dimilikinya untuk tetap memiliki pengaruh. Persepsi

Pengalaman dasar yang berhubungan dengan alat indera objek penelitian.

Perhatian berdasarkan selektivitas yang juga dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal objek

penelitian. Perhatian didorong oleh motivasi yang timbul dalam diri secara sadar ataupun tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan.

Tahapan menganalisa dan memaknai informasi mengenai suatu peristiwa, menjadi nilai-nilai yang dipercaya dan dipegang teguh.

Informasi yang diterima objek penelitian diorganisasikan dan dianalisis sehingga mempengaruhi struktur kognitif. Karena ada kesamaan atau kedekatan konteks serta melihat informasi dari esensi dan latar belakangnya.

Tabel 1. Variabel Operasional Dalam Penelitian

Karakteristik objek penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menjadi salah satu dari dua hal berikut; deklarator Nasional Demokrat

dan/atau Pengurus Nasional Demokrat cabang propinsi.

2. Berlatar belakang pekerjaan salah satu dari pekerjaan berikut; penggiat

sosial, aktivis, wartawan, akademisi (civitas akademika), pejabat daerah,

dan politisi.

(35)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Organisasi Massa

Masyarakat kita merupakan masyarakat yang terdiri dari

organisasi-organisasi, karena masyarakat sekarang sangat berbeda dengan masyarakat di

masa lampau. Masyarakat modern dewasa ini lebih mengutamakan rasionalitas

efektivitas dan efisiensi sebagai nilai-nilai moral yang tinggi. Peradaban modern

pada hakikatnya sangat bergantung pada organisasi sebagai bentuk

pengelompokkan sosial yang paling rasional dan efisien. Organisasi

menggabungkan sumber daya tenaga manusia yang dimilikinya dengan sumber

daya lain, yaitu dengan menjalin para pemimpin, kelompok pengikut atau pekerja,

dan sistem serta sturktur.32

Menurut De Vito33 yang dikutip oleh Burhan Bungin menjelaskan bahwa

pengertian organisasi adalah sebagai suatu kelompok individu yang diorganisasi

untuk mencapai tujuan tertentu. Jumlah anggota organisasi bervariasi, dari tiga

atau empat hingga mencapai ribuan orang. Organisasi memiliki tujuan umum dan

tujuan spesifik, untuk mencapai tujuan tersebut, maka dibuat norma aturan yang

diatuhi oleh semua anggota organisasi.

       32

Amitai Etzioni, Organisasi-Organisasi Modern , Jakarta, 1985, hlm. 1. 

33

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi

(36)

Organisasi massa atau ormas merupakan suatu gerakan politik yang pada

prinsipnya juga bentuk dari partai. Pengertian organisasi massa menurut

undang-undang. Dalam Pasal 1 UU No 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan

(Ormas) Bab I (1), yang dimaksud dengan Organisasi Kemasyarakatan adalah

organisasi yang dibentuk oleh anggota masyarakat Warganegara Republik

Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, agama,

dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, untuk berperanserta dalam

pembangunan dalam rangka mencapai tujuan nasional dalam wadah Negara

Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.

Organisasi massa di Indonesia didirikan pada dasarnya dilatarbelakangi

oleh kepentingan.34 Seperti misalnya kepentingan sosial dengan mengangkat

isu-isu sosial dan usaha-usaha pembelaan terhadap kaum marginal, kepentingan

ekonomi sebagai upaya mengangkat derajat kemakmuran dan kesejahteraan

kelompoknya, kepentingan politik sebagai upaya rektrutmen massa politik untuk

kemudian disalurkan aspirasi politiknya melalui partai politik tertentu yang

mempunyai kesepahaman ideologi yang sama pada awalnya. Kemudian

kepentingan religius yang merupakan upaya untuk perkuatan kelompok religi

dalam melakukan pembinaan dan rekrutmen, selanjutnya kepentingan budaya

yang fokus pada upaya konservasi kebudayaan, kepentingan profesi untuk

peningkatan kualitas profesionalime di bidang profesi tertentu, dan kepentingan

networking atau lobi sebagai upaya perluasan jaringan (network) dalam rangka

penguatan pengaruh yang bermanfaat untuk melobi kekuasaan.

      

34

(37)

Namun di era demokrasi sekarang kepentingan lebih menjadi faktor

perekat yang signifikan, nilai-nilai kesamaan ideologi menjadi tidak esensial

selama tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945. Dalam perjalanan

mencapai tujuannya, ormas memerlukan suatu pondasi yang menjadi basis

kekuatan dari ormas tersebut.

Kekuatan Ormas di Indonesia masih mengandalkan beberapa faktor.35

Pertama, figur sentris atau ketokohan para pemimpin, karena menjadi suatu hal

yang sangat krusial dalam membangun dan memperkuat kekuatan ormas tersebut.

Kedua, fleksibilitas ideologi menjadi titik awal kebesaran ormas dikarenakan

besar kecilnya ormas akan tergantung dari eksklusifitas atau ekstrofertifitas dari

ormas tersebut. Ketiga, adanya dukungan pemerintah, karena rekognisi dari

pemerintah dan dukungan fasilitas pemerintah masih menjadi darah untuk

keberlangsungan ormas. Keempat, faktor militansi dari segenap organ ormas yang

menjadi isu sentral dalam perjalanan pembinaan ormas, terutama dalam hal

voluntarisme kader untuk membesarkan ormas. Intinya benefit secara ekonomis

dan politis masih menjadi daya tarik terkuat untuk kader bergabung dengan

ormas. Kelima, faktor moral dari segenap organ ormas, dan kepatuhan dan

ketaatan terhadap Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ormas. Keenam,

faktor administrasi, karena ormas-ormas yang ada masih memiliki kesulitan dalam

hal administrasi, terutama dalam hal pembukuan keuangan dan pendataan

anggota.

      

35

(38)

2.1.1 Gerakan Perubahan

Dalam analisis politik modern, partisipasi politik merupakan suatu

masalah yang penting, dan akhir-akhir ini banyak dipelajari terutama dalam

hubungannya dengan negara berkembang. Pada awalnya studi mengenai

partisipasi politik menfokuskan diri pada partai politik sebagai pelaku utama,

tetapi dengan berkembangnya demokrasi banyak muncul kelompok masyarakat

yang juga ingin memengaruhi proses pengambilan keputusan mengenai kebijakan

umum. Kelompok-kelompok ini kecewa dengan kinerja partai politik dan

cenderung untuk memusatkan perhatian pada satu masalah tertentu, dengan

harapan akan lebih efektif memengaruhi proses pengambilan keputusan melalui

direct action36.

Pendapat Miriam Budiardjo di atas juga dijelaskan secara lebih kongkrit

dengan melihat organisasi massa memakai prinsip pergerakan (movement) dan

sebagai kelompok penekan (pressure group). Gerakan adalah kelompok atau

golongan yang ingin mengadakan perubahan, atau menciptakan suatu lembaga

baru dengan memakai cara – cara politik. Sedangkan kelompok penekan (pressure

group) adalah kelompok yang memperjuangkan kepentingan dan berusaha

memberi pengaruh terhadap kekuatan politik yang ada di pemerintahan.

Kelompok ini bisa terdiri dari perkumpulan, golongan, ataupun partai yang berada

di luar pemerintahan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Gabriel A. Almond dan

G. Bingham Powell Jr. melalui buku Comparative Politics: A Developmental

Approach, mereka memperkenalkan suatu istilah ‘sistem politik’ yang keluar dari

       36

(39)

pemaknaan tradisional. Sistem politik yang mereka perkenalkan tidak hanya

terdiri dari institusi pemerintahan, namun juga semua sturktur dalam aspek-aspek

politik di negara tersebut. Sehingga sistem yang ada menyebabkan ketergantungan

antara satu dengan bagian lain, dan memiliki batas di antara mereka dan

lingkungannya.37

Di negara-negara demokaratis pada umumnya dianggap jika lebih banyak

partispasi masyarakat, maka lebih baik. Dalam alam pemikiran ini,, tingginya

tingkat partisipasi menunjukkan bahwa warga mengikuti dan memahami masalah

politik dan ingin melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan itu. Hal itu juga

menunjukkan bahwa rezim yang bersangkutan memiliki kadar keabsahan atau

legitimasi yang tinggi. Dalam kehidupan demokratis, juga dikenal istilah struktur

politik, yang memiliki sistem merujuk pada organisasi dan institusi yang

memelihara atau mengubah struktur politik, dan secara khusus menampilkan

fungsi-fungsi sosialisasi, rekrutmen, dan komunikasi politik. Struktur politik ini

dapat dibedakan menjadi dua, yakni yang bersifat formal dan informal. Menurut

Almond dan Coleman, struktur politik dibedakan atas infrastruktur yang terdiri

dari struktur masyarakat, suasana kehidupan masyarakat, dan sektor politiknya.

Sedangkan suprastruktur terdiri dari sektor pemerintahan, suasana, dan sektor

politik pemerintahan.38

Struktur formal merupakan mesin politik yang dengan absah

mengidentifikasi segala masalah, menentukan dan melaksanakan segala keputusan

       37

Almond dalam Riant Nugroho Dwidjowijoto, Komunikasi Pemerintahan: Sebuah

Agenda Bagi Pemimpin Pemerintahan Indonesia, Jakarta, 2004, hlm. 59. 

38

Almond dan Colleman dalam Budi Winarno, Sistem Politik Indonesia Era Reformasi ,

(40)

yang mempunyai kekuatan mengikat kepada seluruh masyarakat, sedangkan

sturktur informal merupakan struktur yang mampu memengaruhi cara kerja aparat

masyarakat untuk mengemukakan, menyalurkan, menerjemahkan,

mengonversikan tuntutan, dukungan, dan masalah tertentu yang berhubungan

dengan kepentingan umum. Organisasi massa termasuk ke dalam struktur politik

informal, sebagaimana partai politik, kelompok-kelompok kepentingan, media

massa, dan lembaga non-pemerintah lainnya.

Salah satu sebab masyarakat mulai membentuk kelompok-kelompok ini,

karena mulai menyadari bahwa suara satu orang (misalnya dalam pemilihan

umum) sangat kecil pengaruhnya, terutama di negara-negara berpenduduk dengan

jumlah besar seperti Indonesia. Gerakan kelompok ini dari upaya penggabunngan

diri individu dengan orang lain, agar suara dan aspirasinya menjadi lebih didengar

oleh pemerintah. Tujuan kelompok ini adalah mempengaruhi kebijakan

pemerintah agar lebih menguntungkan mereka. Pada era reformasi di Indonesia,

kelompok atau lembaga non-pemerintah ini semakin mengakar dalam masyarakat,

dengan perhatian dan konstentrasi yang beragam, misalnya di bidang demokrasi,

globalisasi, good governance, pemberdayaan konsumen, media, pertanian,

korupsi, isu lingkungan, pemberdayaan perempuan, dan lain-lain. Organisasi ini

terlibat aktif memengaruhi kebijakan publik berkenaan dengan bidang-bidang

mereka masing-masing, terlibat dengan lobi-lobi politik di DPR dan pemerintah

agar kepentingan mereka diperhatikan dan tujuan mereka tercapai melalui sistem

politik.39

       39

(41)

Dasar dari kelompok ini adalah ‘protes’, dan mereka sangat kritis terhadap

cara-cara berpolitik para politisi dan pejabat. Mereka menginginkan desentralisasi

dan kekuasaan negara, desentralisasi pemerintah, partisipasi dalam peningkatan

swadaya masyarakat, terutama masyarakat lokal. Kelompok-kelompok ini

kemudian berkembang menjadi gerakan sosial (social movement) dan mulai

berkembang istilah group politics ataupun new politics untuk mengidentifikasi

gerakan sosial ini. Sejalan memang dengan pasal 1 UU No 8 Tahun 1985 tentang

Organisasi Kemasyarakatan (Ormas), bahwa gerakan sosial merupakan bentuk

perilaku kolektif yang berakar dalam kepercayaan dan nilai-nilai yang dianut

bersama. T. Tarrow dalam bukunya Power in Movement (1994) berpendapat

bahwa gerakan sosial adalah tantangan kolektif oleh orang-orang yang

mempunyai tujuan bersama berbasis solidaritas, yang dilaksanakan melalui

interaksi secara terus-menerus dengan para elite, lawan-lawannya dan

pejabat-pajabat.40

2.2 Strategi Komunikasi Politik 2.2.1 Komunikasi

Gordon I. Zimmerman yang dikutip oleh Deddy Mulyana41 mengatakan

bahwa manusia melakukan komunikasi dengan dua tujuan besar, yakni untuk

menyelesaikan tugas-tugas penting yang menjadi kebutuhan manusia yang

mendasar, dan selanjutnya untuk menciptakan dan memupuk hubungan dengan

orang lain. Sehingga komunikasi memiliki fungsi isi, melibatkan pertukaran

       40

T. Tarrow dalam Miriam Budiardjo, op. cit., hlm. 383. 

41

(42)

informasi yang diperlukan oleh manusia untuk menyelesaikan tugas, dan fungsi

hubungan yang melibatkan pertukaran informasi mengenai hubungan dengan

pihak lain. Fungsi komunnikasi tidak dapat dilepaskan dari kegunaannya dalam

konteks sosial, dan dalam hal pengambilan keputusan untuk melakukan sesuatu

atau tidak. Karena dalam keputusan terdapat suatu proses informasi yang

melibatkan persuasi sehingga manusia memperoleh dukungan terhadap apa yang

diputuskan dan dilakukannya. Dengan tujuan adalah menyamakan pengertian

terhadap suatu informasi yang diproses dengan apa yang dipahami oleh orang

lain.

Komunikasi memiliki banyak ruang dan sisi, sehingga pada prakteknya

komunikasi juga bersifat multifaset. Riant N. Dwidjowijoto mengungkapkan

bahwa faset komunikasi mencakup dua hal pokok yang bersifat teknis yakni pesan

dan media.42 Komunikasi yang efektif hanya bisa dicapai minimal, pesannya

benar, mudah dipahami, dan mudah dikomunikasikan, serta media atau cara

penyampaiannya sesuai dengan kondisi komunikator dan komunikannya. Hal

tersebut dapat dijelaskan dengan gambar berikut:

       42

(43)

Konteks Psikologis

Komunikator Pesan Media Komunikan

Konteks Sosiologis

Gambar 2. Proses Untuk Mencapai Kesamaan Makna Pesan

Sumber: Riant Nugroho Dwidjowijoto, 2004. Komunikasi Pemerintahan: Sebuah Agenda Bagi Pemimpin Pemerintahan Indonesia, hlm. 74

Dari gambar di atas tampak bahwa proses untuk mencapai kesamaan

makna dipengaruhi oleh tiga faset atau sisi, yaitu sisi komunikasinya sendiri, sisi

psikologi dari masing-masing, dan sisi sosiologis dari masing-masing. Faset

psikologis berkenaan dengan nilai psikologis dari komunikator dan komunikan.

Dalam bahasa yang lebih umum yang disebut sebagai nilai psikologis adalah

kondisi kebutuhan dari masing-masing individu dalam melaksanakan komunikasi

tersebut. Faset sosiologis merupakan konteks sosial dari individu, misalnya

lingkungan, sistem nilai budaya, dan bentuk-bentuk sosial lainnya yang dapat

mempengaruhi pengertian pesan antara komunikator dan komunikan.

Jika komunikasi dipandang dalam arti yang lebih luas meliputi seluruh

pertukaran pesan di antara individu-individu warga masyarakat dari mulai

kelompok terkecil hingga sampai pada kelompok yang lebih luas. Dalam

jangkauannya, komunikasi tidak hanya berlangsung dalam ruang lingkup internal,

(44)

2.2.2 Komunikasi Politik

Politik dan komunikasi merupakan dua entitas yang saling berhubungan,

baik dilihat dari sudut panndang relasi empirik ataupun dalam tinjauan akademis.

Secara empirik, politik adalah sebuah proses kekuasaan yang menyebabkan

dinamika kehidupan berjalan secara struktural, formal, dan asimetris. Sedangkan

untuk kajian maupun tinjauan akademis, politik dilihat dari bagaimana kekuasaan

dan pemerintahan dilihat dari teori-teori yang ada, digunakan dalam menganalisis

fenomena yang terjadi. Dalam kaitannya dengan komunikasi, di sini komunikasi

menjadi instrumen yang akan menjelaskan baik secara vertikal maupun

horizontal. Kata menjelaskan di sini adalah mempertegas dan menyebarluaskan

inti dan hakikat dari politik kepada masyarakat.

Jurgen Habermas mengatakan bahwa untuk mencapai kekuasaan melalui

politik, caranya adalah dengan meletakkan komunikasi sebagai sebuah politik,

karena komunikasi merupakan sebuah proses perebutan pengaruh yang paling

demokratis yang pernah ada. Cara memperoleh legitimasi atau dukungan ada

beberapa jalan, antara lain melalui kekuatan fisik (termasuk militer), dengan uang,

jabatan, dan pemerasan. Namun keempat hal di atas bukanlah sarana yang cukup

fair jika dibandingkan dengan komunikasi. Di dalam komunikasi, mereka yang

berebut kekuasaan harus mampu memengaruhi orang banyak baik dengan

cara-cara yang kharismatikal ataupun cara-cara-cara-cara yang intelektual. Karena komunikasi

merupakan sarana paling adil, bahkan paling manusiawi untuk saling

mempertukarkan pengaruh dan memperebutkan kekuasaan.43

       43

(45)

Komunikasi politik yang bersinggungan dengan organisasi atau kelompok

menjadi jiwa dari organisasi politik tersebut.44 Melalui itu, terdapat beberapa

tujuan yang hendak dicapai untuk memasyarakatkan suatu organisasi politik

seperti yang dijelaskan oleh Redi Panuju, yakni dengan menyosialisasikan

keberadaannya kepada masyarakat, membangun citra positif dalam rangka

mencari dukungan, menggalang opini publik dalam rangka membangun,

menyeleksi isu, dan merangkumnya menjadi formulasi kebijakan, dan

membangun jaringan dalam rangka efektivitas kerja. Oleh karena itu dibutuhkan

suatu strategi komunikasi politik untuk mewujudkan empat tujuan tersebut.

2.2.3 Langkah Strategik

Di kalangan militer terdapat ungkapan yang amat terkenal yang berbunyi

“To win the war, not to win the battle” yang berarti memenangkan perang, bukan

memenangkan pertempuran. Dalam hal ini, sangat diperlukan strategi untuk

memenangkan perang, sedangkan taktiknya adalah untuk memenangkan

pertempuran. Demikian pula dalam komunikasi, lebih-lebih komunikasi yang

dilancarkan suatu organisasi, apakah itu komunikasi politik atau komunikasi

bisnis. Pada ahli komunikasi, terutama di negara-negara yang sedang berkembang,

dalam tahun-tahun terkahir ini menumpahkan perhatian yang besar terhadap

strategi komunikasi atau communication strategy, dalam hubungannya dengan

penggiatan pembangunan nasional di negara masing-masing. Fokus perhatian ini

memang penting untuk ditujukan kepada strategi komunikasi, karena berhasil

       44

Gambar

Figur Surya Paloh
Tabel 1. Variabel Operasional Dalam Penelitian
Gambar 2. Proses Untuk Mencapai Kesamaan Makna Pesan Sumber: Riant Nugroho Dwidjowijoto, 2004
Gambar 3. Model Kepemimpinan Politik Integratif Sumber: Hamdi Muluk, 2010. Mozaik Psikologi Politik Indonesia, hlm
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Adapun kesimpulan yang dapat disampaikan adalah bahwa perlakuan padat tebar rumput laut ( Gracilaria sp.) yang berbeda berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan yaitu penambahan

Di dalam Alkitab pun ada 2 wanita yang mempunyai kesamaan dan membawa pengaruh bagi umat Israel dan Kristen, tetapi mempunyai perbedaan yang sangat besar dengan

Harapan konsumen dipengaruhi oleh pengalaman mereka terehadap penggunaan merek dari barang atau jasa yang berbeda dari orang lain. Confirmation terjadi bila harapan sesuai

Kikitori (Shokyuu) sesuai dengan pola kalimat yang sudah dipelajari pada mata kuliah Bunpo 1.. Pelaksanaan kuliah menggunakan pendekatan komunikatif dalam bentuk tanya jawab

Staphylococcus merupakan salah satu penyakit yang umum pada unggas dan mempunyai dampak ekonomik yang penting terhadap gangguan pertumbuhan, produksi telur yang

Pengujian ini diperlukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel pergantian manajemen, financial distress, ukuran KAP, presentase perubahan ROA, ukuran

Semakin baik product quality (kualitas produk) yang di berikan oleh Happy Drink maka akan meningkatkan keputusan pembelian konsumen terhadap produk.. Kualitas produk ( product quality