• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ulasan Perbaikan Tata Letak Lantai Produksi Pada PT. Bluescope Lysaght Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Ulasan Perbaikan Tata Letak Lantai Produksi Pada PT. Bluescope Lysaght Indonesia"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

USULAN PERBAIKAN TATA LETAK LANTAI PRODUKSI

PADA PT. BLUESCOPE LYSAGHT INDONESIA

KARYA AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Oleh

HARDIANTA TARIGAN NIM : 025204052

P R O G R A M STUDI TEKNIK MANAJEMEN PABRIK

P R O G R A M D I P L O M A I V

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

USULAN PERBAIKAN TATA LETAK LANTAI PRODUKSI

PADA PT. BLUESCOPE LYSAGHT INDONESIA

KARYA AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Oleh

HARDIANTA TARIGAN NIM : 025204052

Disetujui oleh

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(Ir. Mangara M. Tambunan, MSc) (Ir. Juliza Hidayati, MT)

P R O G R A M STUDI TEKNIK MANAJEMEN PABRIK

P R O G R A M D I P L O M A I V

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

RINGKASAN

PT. BlueScope Lysaght Indonesia adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur pembuatan produk bahan konstruksi baja ringan. Adapun kebijakan yang dipilih oleh PT. BlueScope Lysaght Indonesia dalam melaksanakan proses pembuatan bahan konstruksi baja ringan berdasarkan pesanan (Job Order). Dalam kegiatan produksi pada PT. BlueScope Lysaght Indonesia, pemindahan bahan merupakan suatu kegiatan yang dominan. Tata letak pada PT. BlueScope Lysaght Indonesia yang sekarang memiliki efektifitas waktu yang rendah akibat kegiatan pemindahan bahan yang kurang efisien. Maka dengan demikian perlu dicoba mencari alternatif susunan tata letak yang lebih baik, yang mampu melakukan kegiatan pemindahan bahan dengan lebih efisien, dengan jarak yang sependek-pendeknya.

Pada perancangan tata letak usulan terdapat rancangan I yang memiliki total momen Material Handling adalah 110.052 meter perpindahan/tahun. Pada rancangan II total momen Material Handling adalah 108.832 meter perpindahan/tahun. Pada rancangan III total momen Material Handling 92.191 meter perpindahan/tahun. Rancangan IV total momen Material Handling setelah dilakukan iterasi sebanyak 3 kali, maka didapat layout dengan total momen Material Handling sebesar 84.837,39 meter perpindahan/tahun.

Analisa momen Material Handling pada rancangan I sebesar -2,983%, rancangan II -3,713%, rancangan III sebesar 13,731% dan rancangan IV sebesar 20,612%.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha esa atas

berkat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Akhir ini. Karya Akhir

ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti seminar karya akhir di

Program Studi Teknik dan Manajemen Pabrik, Program Diploma IV , Fakultas

Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Judul Karya Akhir ini yaitu “Usulan Perbaikan Tata Letak Lantai Produksi pada PT. BlueScope Lysaght Indonesia”. PT. BlueScope Lysaght Indonesia adalah perusahaan yang bergerak dibidang industri manufaktur

pembuatan produk bahan konstruksi baja ringan. Dalam kegiatan produksi pada

PT. BlueScope Lysaght Indonesia, pemindahan bahan merupakan suatu kegiatan

yang cukup dominan. Dengan demikian, maka perlu dilakukan penelitian untuk

mengevaluasi tata letak mesin dan peralatan di bagian produksi, terutama dalam

hal pemindahan bahan, disebabkan rendahnya efektifitas waktu akibat kegiatan

pemindahan bahan yang kurang efisien, maka peneliti mencoba mencari alternatif

susunan tata letak baru yang lebih baik, yang mampu melakukan kegiatan

pemindahan bahan dengan lebih efisien, dengan jarak yang sependek-pendeknya.

Penulis menyadari bahwa laporan Karya Akhir ini masih jauh dari

sempurna baik dari segi ilmiah maupun penyusunannya, maka untuk itu penulis

(5)

Penulis mengharapkan semoga laporan ini dapat bermafaat bagi semua pihak serta

dunia pendidikan pada umumnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA, MEDAN PENULIS.

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penulisan Karya Akhir ini penulis telah mendapatkan bimbingan

dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa moral, materil, informasi maupun

segi administrasi. Oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT. Selaku Ketua Departemen Teknik Industri

2. Bapak Aulia Ishak, ST, MT. selaku koordinator Karya Akhir dalam

pelaksanaan penelitian Karya Akhir.

3. Bapak Ir. Mangara M. Tambunan, MSc. selaku dosen pembimbing I yang

telah meluangkan waktu untuk memberi begitu banyak masukan dan

bimbingan dalam penulisan Karya Akhir ini .

4. Ibu Ir. Juliza Hidayati, MT. Selaku dosen pemimbing II yang telah

menyediakan waktu dan perhatian untuk membimbing penulis dalam

menyelesaikan Karya Akhir ini.

5. Bapak Yurif Patompo, Bapak Yudha, Bapak Dalvin ginting, Bapak

Sumardi dan Bapak Edi Sumantri selaku pembimbing lapangan yang

membimbing, memberikan data dan informasi selama penelitian di

PT. BlueScope Lysaght Indonesia.

6. Filma Artina Sukatendel, untuk dukungan, bantuan dan kerjasama demi

terlaksananya Karya Akhir ini.

7. Abang Adi Yesaya, ST, untuk informasi dan bantuannya untuk

(7)

DAFTAR ISI

Bab Halaman

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ... I-1

1.2. Perumusan Masalah ... I-3

1.3. Tujuan dan Manfaat ... I-3

1.3.1. Tujuan ... I-3

1.3.2. Manfaat ... I-3

1.4. Batasan Masalah dan Asumsi ... I-4

1.4.1. Batasan Masalah... I-4

1.4.2. Asumsi ... I-5

(8)

DAFTAR ISI

(Lanjutan)

Bab Halaman

II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-1

2.3. Organisasi dan Manajemen ... II-2

2.3.1. Definisi Organisasi ... II-2

2.3.2. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-4

2.3.3. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-5

2.3.4. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja Perusahaan ... II-12

2.3.5. Sistem Pengupahan dan Fasilitas yang Digunakan ... II-15

2.4. Proses Produksi ... II-17

2.4.1. Bahan-bahan yang Digunakan ... II-17

2.4.1.1. Bahan Baku ... II-17

2.4.1.2. Bahan Tambahan ... II-18

2.4.1.3. Bahan Penolong ... II-19

2.4.2. Spesifikasi Produk ... II-19

2.4.3. Uraian Proses Produksi ... II-23

2.4.3.1. Uraian Proses Produk SMARTRUSS ... II-24

(9)

DAFTAR ISI

(Lanjutan)

Bab Halaman

2.4.3.3. Uraian Proses Produk ROOFING ... II-25

2.4.3.4. Uraian Proses Produk FLASHING ... II-26

2.4.4. Mesin dan Peralatan Produksi ... II-27

2.4.4.1. Mesin Produksi ... II-28

2.4.4.2. Peralatan (Equipment) ... II-38

2.4.5. Utilitas ... II-39

2.4.6. Safety and Fire Protection ... II-39

2.4.7. Waste Treatment ... II-40

III. TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Definisi Perencanaan Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan ... III-1

3.2. Tujuan Perencanaan dan Pengaturan Tata Letak Pabrik ... III-2

3.3. Prinsip-prinsip Dasar Didalam Perencanaan Tata Letak Pabrik ... III-6

3.4. Tipe-tipa Tata Letak dan Dasar Pemilihannya ... III-9

3.4.1. Product Layout ... III-9

3.4.2. Fixed Position Layout ... III-11

(10)

DAFTAR ISI

(Lanjutan)

Bab Halaman

3.4.4. Group Layout ... III-14

3.5. Persoalan Pemindahan Bahan dan Pengaruhnya Terhadap Perencanaan

Tata Letak Pabrik ... III-15

3.5.1. Pengertian Umum Pemindahan Bahan... III-16

3.5.2. Tujuan Utama Kegiatan Pemindahan Bahan ... III-17

3.6.Pola Aliran Pemindahan Bahan ... III-19

3.7. Prosedur Perancangan Tata Letak Fasilitas Produksi ... III-21

3.8. Peta Proses Operasi ... III-23

3.9. Computerized Relative Allocation of Facilities Tecnique (CRAFT) ... III-26

IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Objek Penelitian ... IV-1

4.2. Jenis Penelitian... IV-1

4.3. Waktu Penelitian ... IV-1

4.4. Identifikasi Masalah ... IV-2

4.5. Alat Penelitian yang Digunakan ... IV-2

4.6. Metode Pengumpulan Data ... IV-2

(11)

DAFTAR ISI

(Lanjutan)

Bab Halaman

4.8. Analisa dan Evaluasi ... IV-7

V. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data ... V-1

5.1.1. Data Primer ... V-1

5.1.2. Data Sekunder ... V-2

5.1.3. Tata Letak Lantai Produksi ... V-2

5.1.4. Data Proses Produksi di Lantai Pabrik ... V-3

5.1.4.1. Urutan Proses Setiap Jenis Produk ... V-6

5.1.4.2. Data Volume Produksi dari Setiap Jenis Produk ... V-6

5.1.5. Data Spesifikasi Bahan dan Produk ... V-7

5.1.6. Data Jumlah Output Produksi ... V-8

5.2. Pengolahan Data ... V-8

5.2.1. Operation Process Chart ... V-8

5.2.2. Analisa Kondisi Awal Lantai Produksi ... V-14

5.2.2.1. Pembagian Departemen ... V-14

5.2.2.2. Analisa Perpindahan Material ... V-15

5.2.2.3. Perpindahan Bahan dalam Proses Produksi ... V-16

(12)

DAFTAR ISI

(Lanjutan)

Bab Halaman

5.2.4. Perhitungan Momen Material Handling ... V-20

5.2.5. Perancangan Tata Letak Usulan ... V-21

5.2.5.1. Rancangan I ... V-21

5.2.5.2. Rancangan II ... V-22

5.2.5.3. Rancangan III ... V-23

5.2.5.4. Rancangan IV ... V-24

VI. ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisa Operation Process Chart ... VI-1

6.2. Analisa Travel Chart... VI-1

6.3. Analisa Jumlah Perpindahan Setiap Jenis Produk ... VI-2

6.4. Analisa Momen Material Handing dan Pemilihan Tata Letak Terbaik ... VI-2

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan ... VII-1

7.2. Saran ... VII-2

DAFTAR PUSTAKA

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Perincian Jumlah Tenaga Kerja pada PT. BlueScope

Lysaght Indonesia ... II-14

2.2. Spesifikasi Produk PT. BlueScope Lysaght Indonesia ... II-23

5.1. Kondisi Lantai Produksi PT. BlueScope Lysaght Indonesia ... V-2

5.2. Proses-proses Pada Lantai Pabrik PT. BlueScope Lysaght Indonesia ... V-4

5.3. Urutan Proses Produk ... V-6

5.4. Volume Produksi dan Ukuran Lot Produk ... V-6

5.5. Data Jenis Bahan ... V-7

5.6. Data Spesifikasi Produk ... V-7

5.7. Data Jumlah Output Produksi Bulan Juli 2006 s/d Juni 2007 ... V-8

5.8. Jumlah Perpindahan Setiap Jenis Produk per Tahun ... V-16

5.9. Perpindahan Pada Jenis Produk ROOFING ... V-17

5.10. Perpindahan Pada Jenis Produk SMARTRUSS ... V-17

5.11. Perpindahan Pada Jenis Produk FLASHING ... V-17

5.12. Perpindahan Pada Jenis Produk U-RUNNER ... V-17

5.13. Jumlah Packing Produk Bulan Juli 2006 s/d Juni 2007 di

PT.BlueScope Lysaght Indonesia ... V-18

(14)

DAFTAR TABEL

(Lanjutan)

Tabel Halaman

5.15. Perhitungan Momen Material Handling Pada Proses Produksi

Di PT. BlueScope Lysaght Indonesia ... V-21

5.16. Perhitungan Momen Material Handling Pada Tata Letak Usulan I ... V-22

5.17. Perhitungan Momen Material Handling Pada Tata Letak Usulan II ... V-23

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Struktur Organisasi PT. BlueScope Lysaght Indonesia ... II-11

2.2. Profil Produk SMARTRUSS ... II-20

2.3. Profil Produk U-RUNNER ... II-20

2.4. Profil Produk AUSDEK ... II-21

2.5. Profil Produk SPANDEK II ... II-22

2.6. Profil Produk FLASHING ... II-22

2.7. Un-Coiler Folder Machine ... II-29

2.8. Mesin Un-Coiler C-75 ... II-30

2.9. Un-Coiler RF Machine ... II-31

2.10. Un-Coiler Manual ... II-32

2.11. Cut to Length Machine ... II-33

2.12. Folder Machine ... II-34

2.13. C-75 Machine ... II-35

2.14. RF Machine ... II-36

2.15. Up-Ender Machine ... II-37

2.16. Air Compressor ... II-37

2.17. Crane ... II-38

(16)

DAFTAR GAMBAR

(Lanjutan)

Gambar Halaman

4.1. Flow Chart Pengumpulan Data ... IV-4

4.2. Flow Chart Pengolahan dan Analisis ... IV-6

4.3. Tahapan Proses Penelitian... IV-8

5.1. Peta Proses Operasi Produk ROOFING ... V-10

5.2. Peta Proses Operasi Produk SMARTRUSS ... V-11

5.3. Peta Proses Operasi Produk FLASHING ... V-12

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Layout Lantai Produksi PT. BlueScope Lysaght Indonesia Medan ... L-1

2. Diagram Aliran PT. BlueScope Lysaght Indonesia ... L-2

3. Flow Process Chart PT. BlueScope Lysaght Indonesia ... L-3

4. Tata Letak Awal Lantai Produksi PT. BlueScope

Lysaght Indonesia Medan ... L-4

5. Tata Letak Usulan I Lantai Produksi PT. BlueScope Lysaght

Indonesia Medan ... L-5

6. Tata Letak Usulan II Lantai Produksi PT. BlueScope Lysaght

Indonesia Medan ... L-6

7. Tata Letak Usulan III Lantai Produksi PT. BlueScope Lysaght

Indonesia Medan ... L-7

8. Tata Letak Usulan IV (Software) Lantai Produksi PT. BlueScope

Lysaght Indonesia Medan ... L-8

9. Final Layout Lantai Produksi PT. BlueScope Lysaght Indonesia

Medan ... L-9

10. Travel Chart ... L-10

11. Panjang Lintasan Stasiun Kerja Tata Letak Awal (meter) ... L-11

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

(Lanjutan)

Lampiran Halaman

13. Panjang Lintasan Stasiun Kerja Tata Letak Usulan II (meter) ... L-13

14. Panjang Lintasan Stasiun Kerja Tata Letak Usulan III (meter) ... L-14

15. Initial Layout PT. BlueScope Lysaght Indonesia dengan Software ... L-15

16. Final Layout PT. BlueScope Lysaght Indonesia dengan Software ... L-16

17. Layout Analysis PT. BlueScope Lysaght After 3 – way Exchange ... L-17

18. Rectilinear Distances After 3 – way Exchange PT. BlueScope Lysaght . L-18

19. Jurnal Internet Analisa Tata Letak Pabrik untuk Meminimalisasi

Material Handling pada Pabrik Koper ... L-19

20. Berita Acara Bimbingan Karya Akhir (Pembimbing I) ... L-20

21. Berita Acara Bimbingan Karya Akhir (Pembimbing II) ... L-21

22. Surat Permohonan Karya Akhir ... L-22

23. Formulir Penetapan Karya Akhir ... L-23

24. Surat Balasan dari Pabrik ... L-24

(19)
(20)

RINGKASAN

PT. BlueScope Lysaght Indonesia adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur pembuatan produk bahan konstruksi baja ringan. Adapun kebijakan yang dipilih oleh PT. BlueScope Lysaght Indonesia dalam melaksanakan proses pembuatan bahan konstruksi baja ringan berdasarkan pesanan (Job Order). Dalam kegiatan produksi pada PT. BlueScope Lysaght Indonesia, pemindahan bahan merupakan suatu kegiatan yang dominan. Tata letak pada PT. BlueScope Lysaght Indonesia yang sekarang memiliki efektifitas waktu yang rendah akibat kegiatan pemindahan bahan yang kurang efisien. Maka dengan demikian perlu dicoba mencari alternatif susunan tata letak yang lebih baik, yang mampu melakukan kegiatan pemindahan bahan dengan lebih efisien, dengan jarak yang sependek-pendeknya.

Pada perancangan tata letak usulan terdapat rancangan I yang memiliki total momen Material Handling adalah 110.052 meter perpindahan/tahun. Pada rancangan II total momen Material Handling adalah 108.832 meter perpindahan/tahun. Pada rancangan III total momen Material Handling 92.191 meter perpindahan/tahun. Rancangan IV total momen Material Handling setelah dilakukan iterasi sebanyak 3 kali, maka didapat layout dengan total momen Material Handling sebesar 84.837,39 meter perpindahan/tahun.

Analisa momen Material Handling pada rancangan I sebesar -2,983%, rancangan II -3,713%, rancangan III sebesar 13,731% dan rancangan IV sebesar 20,612%.

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Tata letak atau pengaturan dari fasilitas produksi dan area kerja yang ada

adalah suatu masalah yang sering dijumpai dalam dunia industri. Masalah ini tidak

dapat dihindari, sekalipun hanya sekedar mengatur peralatan atau mesin di dalam

bangunan yang ada, serta dalam ruang lingkup yang kecil dan sederhana.

Tata letak adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Tata letak pabrik

berhubungan erat dengan segala proses perencanaan dan pengaturan letak dari mesin,

peralatan, bahan, dan orang-orang yang bekerja di masing-masing stasiun kerja yang

ada.

Tata letak dapat didefenisikan sebagai perencanaan dan penggabungan atau

integrasi dari aliran komponen-komponen suatu produk untuk mendapatkan interelasi

yang paling efektif dan paling ekonomis antara pekerja, peralatan dan pemindahan

bahan-bahan mulai dari penerimaan sampai pengolahan bahan dan akhirnya

pengiriman produk jadi ke konsumen.

Dalam perencanaan tata letak layout, maka harus pula dipikirkan mengenai

sistem pemindahan bahan (material handling). Proses pemindahan bahan merupakan

(22)

antara satu mesin dengan mesin yang lain, atau satu departemen dengan departemen

yang lain.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa kegiatan pemindahan bahan

mulai dari berbentuk bahan baku hingga menjadi produk jadi, bisa mencapai 50 %

sampai 70 % dari keseluruhan aktivitas produksi. Pemindahan bahan ini akan

memerlukan biaya yang tidak kecil jumlahnya, yang biasa disebut dengan biaya

pemindahan bahan (material handling costs). Besarnya biaya bahan ini berkisar 25 %

atau lebih dari total biaya produksi dikeluarkan. Proses pemindahan bahan dalam

kegiatan produksi sangat mempengaruhi waktu penyelesaian produk. Waktu

penyelesaian produk juga mempengaruhi kemampuan untuk perusahaan dalam

menyediakan produk dengan tepat waktu kepada konsumen. Dalam beberapa hal

pemindahan bahan yang efektif dan efisien secara langsung akan mengurangi biaya

produksi, sehingga meningkatkan keuntungan perusahaan.

PT. BlueScope Lysaght Indonesia merupakan suatu perusahaan bergerak

dalam bidang pembuatan bahan konstruksi baja ringan. Adapun kebijakan yang

dipilih oleh PT. BlueScope Lysaght Indonesia dalam melaksanakan proses

pembuatan dan perakitan produk adalah berdasarkan pesanan dari pihak konsumen

atau pelanggan (Assemble to Order) yang spesifikasinya sudah disetujui antara pihak

perusahaan dan pihak pembeli, dan dipesan dalam jangka waktu tertentu sesuai

dengan kesepakatan antara pihak perusahaan dengan pihak pembeli.

Pada lantai produksi dijumpai suatu susunan mesin-mesin yang kurang tepat

(23)

jarak yang jauh antar mesin yang memiliki frekuensi perpindahan tinggi. Dalam

kegiatan produksi pada PT. BlueScope Lysaght Indonesia, pemindahan bahan

(material handling) merupakan suatu kegiatan yang cukup dominan.

Dari keadaan di atas, peneliti ingin melakukan perhitungan terhadap momen

perpindahan bahan yang terjadi di lantai produksi, selain itu peneliti juga ingin

mencoba mencari alternatif layout baru yang memiliki momen perpindahan bahan

yang lebih minimal.

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka perumusan

masalah adalah susunan tidak teratur dari mesin-mesin maupun peralatan produksi

pada lantai produksi pabrik yang menyebabkan terjadinya back tracking, aliran bahan

yang tidak teratur dan tingginya momen material handling.

1.3.Tujuan dan Manfaat

1.3.1. Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah merancang

alternatif layout lantai produksi yang lebih baik dari layout yang saat ini digunakan

(24)

1.3.2. Manfaat

a. Untuk perusahaan :

Penelitian ini akan menunjukkan jumlah momen perpindahan bahan yang akan

terjadi pada lantai produksi sekarang. Penelitian ini juga akan memberikan

alternatif rancangan layout beserta momen perpindahan dari alternatif layout. Dari

hasil penelitian ini, perusahaan dapat menjadikan rancangan layout sebagai bahan

pertimbangan dalam perubahan tata letak pabrik.

b. Untuk mahasiswa :

Penelitian ini dapat dijadikan studi kasus dalam persoalan tata letak pabrik dan

mencari solusi dari sudut pandang akademis.

1.4. Batasan Masalah dan Asumsi

1.4.1. Batasan Masalah

Pembatasan masalah digunakan agar tujuan pembatasan lebih terarah dan

menghindari penyimpangan dari maksud yang sebenarnya. Agar penelitian ini tepat

sasaran maka ruang lingkupnya perlu dibatasi, untuk itu perlu dilakukan pembatasan

masalah, sebagai berikut :

1. Evaluasi tata letak yang dilakukan adalah untuk mengetahui total momen

pemindahan bahan berdasarkan unsur jarak dan frekuensi perpindahan, serta

volume produksi.

2. Objek penelitian hanya pada bagian produksi PT. BlueScope Lysaght

(25)

3. Karena PT. BlueScope Lysaght Indonesia memiliki kebijakan Assemble to

Order, jadi produk yang dihasilkan memiliki berbagai macam ukuran. Maka

peneliti hanya mengambil ukuran yang banyak diproduksi.

4. Layout baru yang akan diusulkan dipilih dari alternatif-alternatif layout yang

dikembangkan, yang kemudian dipilih berdasarkan total jarak pemindahan

bahan yang paling pendek dari masing-masing alternatif.

5. Tidak dilakukan pembahasan mengenai pemilihan jenis alat yang digunakan

sebagai alat pemindahan bahan.

6. Tidak dilakukan pembahasan mengenai aspek ekonomi, dengan kata lain

perusahaan dianggap telah melakukan tindakan ekonomis dalam menentukan

mutu produksinya.

1.4.2. Asumsi

Asumsi-asumsi yang digunakan untuk memecahkan masalah adalah sebagai

berikut :

1. Tidak terjadi penambahan jenis produk baru yang selama ini tidak pernah

diproduksi oleh PT. BlueScope Lysaght Indonesia.

2. Tidak ada penambahan mesin dan peralatan baru, baik jenis dan jumlahnya.

3. Kondisi perusahaan tidak berubah selama penelitian.

4. Proses produksi berlangsung secara normal dan tidak ada gangguan atau

(26)

5. Ukuran efektifitas layout yang digunakan adalah jumlah perpindahan dari

setiap produk dalam satu tahun dikalikan dengan jarak perpindahannya.

1.5. Sistematika Penulisan Laporan

Untuk memudahkan penulisan, pembahasan, dan penilaian Karya Akhir ini,

maka dalam pembuatannya akan dibagi menjadi beberapa bab dengan sistematika

sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi uraian tentang latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pembatasan masalah,

asumsi yang digunakan dan sistematika penulisan laporan.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Bab ini memuat secara ringkas mengenai perusahaan yang menjadi

objek studi, sejarah perusahaan, ruang lingkup bidang usaha,

organisasi dan manajemen perusahaan, jenis produk yang dihasilkan,

bahan yang digunakan, proses produksi, dan ketenagakerjaan, serta

mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi.

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini diuraikan tentang teori-teori yang menjadi acuan untuk

pelaksanaan penelitian yang meliputi teori tentang perencanaan tata

letak pabrik dan pemindahan bahan, terutama tata letak mesin dan

(27)

perencanaan tata letak baru untuk meningkatkan efisiensi pemindahan

bahan.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi metodologi yang digunakan untuk mencapai tujuan

penelitian meliputi langkah-langkah dan tahapan-tahapan penelitian,

serta penjelasan dari setiap tahapan tersebut secara ringkas disertai

dengan diagram alirnya.

BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini berisi tentang pengumpulan dan pengolahan data, dimana data

yang dikumpulkan dari penelitian di lapangan, diolah berdasarkan

teori-teori tata letak pabrik dan pemindahan bahan, sehingga diperoleh

hasil tingkat efisiensi dari layout yang diteliti, kemudian direncanakan

layout baru yang akan diusulkan sebagai layout yang lebih baik.

BAB VI ANALISA DAN EVALUASI

Bab ini mengemukakan analisa dan evaluasi yang dilakukan dari hasil

pengolahan data.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan yang dapat diambil dari seluruh

tahapan penelitian yang dilakukan, serta saran-saran yang dapat

diberikan peneliti bagi perusahaan berdasarkan kesimpulan yang

(28)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT. BlueScope Lysaght Indonesia merupakan Perusahaan Milik Asing (PMA)

yang bergerak dalam bidang industri manufaktur pembuatan bahan konstruksi baja

yang berlokasi di Jalan Rumah Potong Hewan no. 177 Mabar, Medan. PT. BlueScope

Lysaght Indonesia ini berdiri sejak tahun 1973 di Indonesia.

PT. BlueScope Lysaght Indonesia merupakan perusahaan milik asing yang

memproduksi dan memasok produk penutup atap dan dinding lapis baja dan

berwarna dengan merk LYSAGHT. Pusat dari PT. BlueScope Lysaght terdapat di

Chester Hill, Australia.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. BlueScope Lysaght Indonesia merupakan perusahaan industri manufaktur

yang memproduksi bahan konstruksi baja ringan untuk kebutuhan bahan-bahan

bangunan.

Kebijakan yang dipilih oleh PT. BlueScope Lysaght Indonesia dalam

melaksanakan proses pembuatan dan perakitan produk adalah berdasarkan adanya

pesanan dari pihak konsumen atau pelanggan (Assemble to order). Sehingga produk

yang dihasilkan oleh PT. BlueScope Lysaght Indonesia ini disesuaikan dengan

(29)

2.3. Organisasi dan Manajemen

2.3.1. Definisi organisasi

Untuk organisasi banyak sekali diberikan interpretasi. Banyak orang bisa

melihat pada organisasi suatu perusahaan, sebenarnya hanya melihat kepada

orang-orangnya saja. Hal ini bisa membawa kearah yang salah karena lingkungan organisasi

mempunyai pengertian yang jauh lebih luas daripada hanya melihat secara sederhana

kepada orangnya.

Salah satu definisi yang terkenal mengenai organisasi dinyatakan oleh Oliver

Shelden, “Organisasi adalah suatu proses mengkombinasikan pekerjaan yang mana

orang-orangnya atau kelompok-kelompok harus mengerjakan dengan fasilitas yang

diperlukan untuk pelaksanaannya, sehingga kewajiban-kewajiban yang dikerjakan itu

menimbulkan saluran yang baik untuk melaksanakan usaha yang ada secara efisien,

sistematis, positif dan terkordinasi.

Jadi, organisasi menyangkutkan dirinya sendiri untuk mengkombinasikan dan

mengkordinasikan individu sebagai suatu kegiatan kelompok dalam suatu badan

usaha. Dalam pengertian ini, struktur organisasi dapat dipikirkan. Organisasi

mengintergrasikan berbagai macam pekerjaan dari badan usaha ke dalam suatu

kerangka pekerjaan yang efektif untuk mengadakan pencapaian dari tujuan

perusahaan dan manajemen mencapai tujuan ini dengan cara seefisien mungkin

melalui mesin yang efektif kita namakan organisasi.

Sebagian besar dari kita mempunyai pengertian tentang nilai organisasi

didalam proses managerial secara menyeluruh, juga pengetahuan tentang bagaimana

(30)

Jadi kita harus mengerti lebih baik tentang aspek-aspek ini, maka kita harus melihat

dulu bentuk dasar yang dipakai oleh struktur-struktur organisasi.

Banyak bentuk organisasi yang dipakai oleh perusahaan, tetapi umumnya ada

tiga struktur organisasi yang dikenal antara lain :

1. Organisasi Lini

Organisasi garis adalah organisasi yang paling sederhana. Ciri-cirinya antara

lain adalah adanya wewenang dari atasan ke eksekutif terus kebawah kepada pekerja

secara langsung. Jadi tidak ada kedudukan staf atau penasehat.

Anggota organisasi ini tidak mengalami kesukaran dalam menentukan kepada

siapa mereka harus melapor dan siapa yang bertanggung jawab kepadanya. Struktur

organisasi ini juga memperlihatkan secara jelas pembagian wewenang dan tanggung

jawab antara manager.

Organisasi garis ini biasanya membuat keputusan secara mudah dan cepat dan

juga dapat jauh lebih stabil, bentuk organisasi garis ini juga jauh lebih murah.

2. Organisasi Fungsional

Organisasi fungsional berasal dari Frederick W. Taylor. Taylor memisahkan

pekerjaan yang bersifat mental dan administrasi dari pekerjaan bengkel atau produksi.

Salah satu keuntungan dari organisasi fungsional ini adalah setiap fungsi itu dipimpin

oleh seorang spesialis. Jenis organisasi semacam ini, mempraktekkan prinsip-prinsip

spesialisasi, yang didasarkan kepada kecakapan dan pengetahuan khusus seseorang.

Karena adanya spesialisasi, pekerja didalam organisasi fungsional ini dapat

(31)

3. Organisasi Lini dan Staf

Tujuan utama dari organisasi garis dan staf adalah untuk mempertahankan

stabilisasi dan disiplin, dimana para staf atau bagian fungsional memberikan keahlian

untuk mengatasi persoalan. Kelemahan dari struktur organisasi ini adalah wewenang

dan tanggung jawab dapat menjadi kabur bila tidak dinyatakan secara jelas. Akibat

dari kekaburan ini dapat menimbulkan perselisihan dan iri hati antar anggota

mengenai siapa yang mempunyai wewenang untuk melakukan sesuatu. Organisasi ini

sering dipergunakan pada perusahaan-perusahaan besar.

2.3.2. Struktur Organisasi Perusahaan

Sistem organisasi yang dijalankan pada PT. BlueScope Lysaght Indonesia

adalah pemberian delegasi kekuasaan (Delegation of Authority) yang disentralisasi

oleh kantor pusat yang berkedudukan di Jakarta.

Struktur organisai PT. BlueScope Lysaght Indonesia adalah berdasarkan

struktur organisasi fungsional-garis, yaitu gabungan antara struktur organisasi

fungsional dan struktur organisasi garis. Secara fungsional setiap

departemen-departemen yang terdapat di dalam perusahaan, dipimpin oleh orang yang memiliki

keahlian yang sesuai dengan departemen yang dipimpin. Secara garis seorang

bawahan melaksanakan seluruh kegiatan, tanggung jawab, wewenang serta haknya

kepada atasan yang hanya satu orang. Tenaga kerja yang bekerja di perusahaan ini

dibagi atas tiga golongan yaitu :

1. Staff,

(32)

3. Karyawan harian tetap (kontraktor).

Adapun keuntungan dari organisasi ini adalah :

1. Pekerja dapat ditempatkan dan digunakan secara lebih efektif,

2. Tidak ada kesukaran dalam menentukan kepada siapa harus melapor atau

bertanggung jawab,

3. Rasa solidaritas yang tinggi, karna karyawan saling mengenal,

4. Garis pimpinan berjalan secara tegas, tidak mungkin terjadi simpang siur karena

pimpinan langsung berhubungan dengan bawahan,

5. Kesatuan perintah terjamin sepenuhnya karena pimpinan berada pada satu tangan.

Struktur organisasi pada PT. BlueScope Lysaght Indonesia dapat dilihat pada

gambar 2.1.

2.3.3. Uraian Tugas dan Tanggung jawab

Dari struktur organisasi, dapat diuraikan tugas dan tanggung jawab

masing-masing bagian dalam struktur organisasi di PT. BlueScope Lysaght Indonesia adalah

sebagai berikut :

1. President Director

a) Memimpin dan mengelola semua faktor produksi demi kelangsungan

perusahaan,

b) Menetapkan target, strategi, kebijakan dan tujuan,

c) Meninjau ulang kebijakan manajemen dalam kurun waktu tertentu yang telah

ditetapkan untuk memastikan efektifitas sistem manajemen yang

(33)

d) Memastikan adanya tanggung jawab untuk meningkatkan sistem manajemen

dan pelayanan kepada pelanggan,

e) Memformulasi dan merekomendasikan strategi dan kebijakan keuangan dan

pengembangan usaha,

f) Ketepatan dan integritas produk dan jasa yang diberikan oleh perusahaan,

g) Memastikan perusahaan memiliki target yang jelas, sumber daya tersedia dan

cukup termotivasi untuk mencapai hasil usaha yang lebih baik.

2. Secretary

a) Bertanggung jawab kepada Presiden Direktur,

b) Menyelenggarakan dan memelihara pembukuan organisasi,

c) Mengatur hubungan dengan pihak luar atau tamu,

d) Menyelenggarakan surat menyurat yang berhubungan dengan perusahaan,

e) Menyusun dokumentasi, laporan berkala dan laporan organisasi,

f) Menyelenggarakan notulen rapat pengurus dan rapat anggota.

3. Management Representative

a) Partisipasi dalam program Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan,

b) Mengelola sistem manajemen mutu untuk memastikan sistem yang efektif dan

proses perbaikan berkelanjutan,

c) Melapor kepada manajemen pusat mengenai kinerja sistem manajemen dan

(34)

d) Mempromosikan kepedulian atas kepuasan pelanggan diseluruh PT.

BlueScope Lysaght Indonesia.

4. Safety Health EnvironmentManager

a) Pemberian rekomendasi dan pendapat mengenai Keselamatan, Kesehatan dan

Lingkungan,

b) Informasi kepada karyawan mengenai Keselamatan, kesehatan dan

Lingkungan,

c) Pencegahan terhadap kecelakaan,

d) Kepastian bahwa kecelakaan ditangani dengan perlakuan yang profesional,

e) Memastikan semua peralatan dan perlengkapan pemadam kebakaran sudah

pada tempatnya dan dapat digunakan.

5. Human Resource and Admin Manager

a) Pengadaan, pelatihan dan pengembangan karyawan,

b) Sistem penggajian dan penilaian pekerja,

c) Kebijakan sumber daya manusia dan strategi,

d) Hubungan industrial.

6. National Sales Manager

a) Pencapaian budget sales,

b) Mengembangkan sales dan marketing team untuk lebih fokus ke pelanggan,

(35)

d) Perjanjian penjualan,

e) Manajemen pemesanan,

f) Mengelola interaksi pelanggan,

g) Menciptakan hubungan dengan distributor, pelanggan utama dan pelanggan

langsung.

7. Manufacturing Manager

a) Proses produksi di tiga wilayah (Jakarta, Surabaya dan Medan),

b) Fungsi teknis produksi dan produk,

c) Kualitas produk,

d) Fungsi engineering dan pemeliharaan.

8. Technical Service Manager

a) Pencapaian budget sales Pre Engineering Building,

b) Perjanjian penjualan,

c) Manajemen pemesanan,

d) Mengelola interaksi pelanggan,

e) Menciptakan hubungan dengan pemasok, BluScope Lysaght Indonesia dan

pelanggan.

9. Business System Manager

a) Menyediakan, mengidentifikasi, mereview dan memodifikasi sistem informasi

(36)

b) Memberdayakan MOVEX dan Information System lainnya, agar data yang

diperoleh tepat dan dapat dipertanggung jawabkan,

c) Menyediakan pelatihan guna memberdayakan MOVEX dan Information

System lainnya,

10.Commercial Manager

a) Mendukung sistem informasi,

b) Sebagai pemberi manajemen informasi,

c) Laporan perusahaan dalam posisi yang tepat sesuai dengan posisi keuangan,

d) Memastikan adanya pengawasan internal dan bekerja secara efektif,

e) Fasilitas perbankan dan keuangan,

f) Kewajiban hukum perseroan seperti perijinan,

g) Pertanggungan asuransi meliputi hal-hal yang diperlukan,

h) Mengelola resiko hutang bersama dengan manajer penjualan dan pemasaran,

i) Tingkat keuntungan dari produk dan pelanggan.

11.Marketing Manager

a) Mengidentifikasi, mengembangkan dan melaksanakan peluang pertumbuhan,

b) Mempersiapkan data pasar (inteligen pasar) untuk pengambilan keputusan,

c) Mengikuti perkembangan proyek-proyek besar dan berfokus pada solusi,

(37)

12.Logistic and Supply Manager

a) Pengelolaan jumlah bahan baku,

b) Input data bahan baku, barang jadi dan pesanan pelanggan ke dalam data

base,

c) Pengelolaan pesanan,

d) Perencanaan material dan produksi,

e) Pemesanan dan pengelolaan stok.

13.Karyawan PT. BlueScope Lysaght Indonesia

a) Melaksanakan dan mematuhi kebijakan, strategi dan tujuan mutu perusahaan,

b) Menjamin bahwa setiap persyaratan pelanggan (internal dan external) telah

disetujui dan dimengerti sebelum pekerjaan dimulai,

c) Setiap pekerjaan yang mereka lakukan harus berorientasi kepada kepuasan

(38)

President Director

Manager Team Operator Team Security

Assistant Product Consultant

: Garis Lini : Garis Fungsional

(39)

2.3.4. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam kerja Perusahaan

Tenaga kerja pada PT. BlueScope Lysaght Indonesia terdiri dari tenaga kerja

langsung, tenaga kerja tidak langsung dan tenaga kerja honorer. Tenaga kerja

langsung ini meliputi semua tenaga kerja yang langsung berhubungan dengan proses

pembuatan produk, seperti pekerja dibagian produksi. Sedangkan tenaga kerja tidak

langsung meliputi semua karyawan/ tenaga kerja tidak langsung berhubungan

pembuatan produk, seperti bagian administrasi, keamanan dan lain-lain. Tenaga kerja

honorer adalah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk hal-hal tertentu.

Penempatan jabatan (job placement) terhadap seorang karyawan dilakukan

pihak manajemen perusahanaan dengan menganut “the right man on the right place”.

Sebelum diputuskan jabatan bagi seorang karyawan terlebih dahulu dilakukan

pertimbangan yang matang dari pihak manajemen. Hal ini berlaku baik untuk

promosi jabatan ke jenjang yang lebih tinggi, demosi ke jabatan yang Iebih rendah

ataupun mutasi posisi ke bidang lain yang posisinya sama.

Bahan pertimbangan yang digunakan perusahaan dalam penempalan jabatan

(job placement) antara lain:

1. Data umum tentang karyawan,

2. Data hasil tes dan training karyawan,

3. Jenjang pendidikan karyawan,

4. Catatan tentang ketrampilan khusus yang dimiliki karyawan,

5. Riwayat perjalanan karir karyawan dalam perusahaan.

Perincian jumlah tenaga kerja yang ada di PT. BlueScope Lysaght Indonesia

(40)

Dalam menjalankan aktivitasnya, PT. BlueScope Lysaght Indonesia memiliki

ketentuan jam kerja yang dibuat menurut aturan pemerintah yang berlaku.

PT. BlueScope Lysaght Indonesia memiliki 5 hari kerja dalam satu minggu (Senin

sampai Jumat) dan 8 jam kerja dalam satu hari. Diatas 8 jam per hari, maka dihitung

sebagai jam kerja lembur.

Jam kerja yang ada digolongkan menjadi dua bagian, yaitu :

1. Jam kerja untuk karyawan kantor/administrasi dan proses produksi berlangsung

dari hari Senin sampai Jumat, dengan perincian sebagai berikut :

- Kerja aktif : 08.00 – 12.00 WIB

- Istirahat : 12.00 – 13.00 WIB

- Kerja aktif : 13.00 – 17.00 WIB

Selain untuk jam kerja normal terdapat tiga shift sebagai berikut :

- Jam kerja shift 1 : 06.30-14.30 WIB

- Jam kerja shift 2 : 14.30-23.00 WIB

- Jam kerja shift 3 : 23.00-06.30 WIB

2. Jam kerja untuk karyawan yang berhubungan dengan keamanan pabrik bekerja

secara bergiliran dengan cara pembagian 3 shift kerja, yaitu :

- Shift I : 07.00 – 15.00 WIB

- Shift II : 15.00 – 23.00 WIB

(41)

Tabel 2.1. Perincian Jumlah Tenaga Kerja pada PT. BlueScope Lysaght

Indonesia

No Jabatan Jumlah (Orang)

1 President Director 1*

2 Secretary 1*

3 Manager Representative 1*

4 Safety Health Environment Manager 1* 5 Human Resource and Adm Manager 1*

6 National Sales Manager 1*

7 Manufacturing Manager 1*

8 Technical Service Manager 1*

9 Commercial Manager 1*

10 Marketing Manager 1*

11 Logistic and Supply Manager 1*

12 Internal Sales Manager 1*

13 StaffNational Sales Manager 7

14 Staff Manufacturing Manager 4

15 Staff Commercial Manager 1

16 Staff Logistic and Supply Manager 1 17 Staff Internal Sales Supervisor 1

18 Operator 14

19 Security 6

Total 34

(42)

2.3.5. Sistem Pengupahan dan Fasilitas yang Digunakan

Dalam hal upah atau gaji karyawan, PT. BlueScope Lysaght Indonesia

memberikannya sekali setiap bulan. Besar upah atau gaji yang diberikan perusahaan

sesuai atau lebih dari ketentuan Upah Minimum Regional (UMR), yaitu sebesar

± Rp. 30.000,-/hari. Untuk melihat disiplin karyawannya, bagian personalia

mempunyai beberapa kode absensi yang dapat membandingkan apakah seorang

karyawan disiplin atau tidak dan tidak hadir kerja karena sesuatu hal yang wajar.

Kode absensi itu dapat dilihat sebagai berikut :

DLK : Dinas Luar Kota

CD : Sakit dengan surat dokter

S : Sakit tanpa surat dokter

CT : Cuti Tahunan atau Cuti Besar

CH : Cuti Haid atau datang bulan

CHM : Cuti hamil atau melahirkan

I : Tidak masuk dengan izin

M : Tidak masuk tanpa izin atau mangkir

Perusahaan juga memberikan kebijakan untuk meninggalkan pekerjaan,

namun tetap mendapat upah dengan batas ketidakhadiran yang ditentukan seperti :

− Hari perkawinan karyawan atau karyawati : 2 hari

− Pernikahan anak karyawan atau karyawati : 2 hari

− Pernikahan adik kandung karyawan atau karyawati : 1 hari

(43)

− Kerabat meninggal dunia : 2 hari

− Khitanan atau baptis anak karyawan atau karyawati : 1 hari

− Cuti haid atau datang bulan : 2 hari

− Cuti tahunan : 12 hari

− Cuti hamil atau melahirkan : 90 hari

− Melaksanakan hak dan kewajiban sebagai warga negara : 1 hari

Selain memberikan kebijaksanaan bagi karyawan dalam hal ketidakhadiran

yang disebabkan hal-hal yang telah disebutkan sebelumnya, perusahaan juga

memberikan tambahan gaji kepada karyawan, diberikan berdasarkan insentif yang

besarnya didasarkan pada lamanya bekerja dan prestasi kerja.

Beberapa tunjangan yang diberikan perusahaan bagi para karyawan, antara

lain :

− Tunjangan Transport,

− Penggantian biaya kendaraan,

− Tunjangan uang makan,

− Tunjangan Shift,

− Bantuan Cuti Tahunan,

− Tunjangan Hari Raya Agama,

− Program bonus prestasi,

− Jaminan Sosial Tenaga Kerja,

− Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK),

(44)

− jaminan Hari Tua – Asuransi,

− Dana Pensiun Perusahaan BSLI (BlueScope Lysaght Indonesia),

− Jaminan Perawatan Kesehatan,

− Tunjangan Masa Kerja.

Sedangkan untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan, PT. BlueScope

Lysaght Indonesia memberikan beberapa fasilitas yang meliputi :

a. Fasilitas pengobatan cuma-cuma, di poliklinik atau rumah sakit yang ditetapkan

perusahaan,

b. Pakaian kerja (seragam),

c. Fasilitas training dan pelatihan.

2.4. Proses Produksi

2.4.1. Bahan bahan yang Digunakan

Berikut ini akan diuraikan tentang; bahan baku, bahan tambahan, dan bahan

penolong yang digunakan untuk memproduksi bahan konstruksi baja.

2.4.1.1. Bahan baku

Yang dimaksud dengan bahan baku adalah semua bahan yang membentuk

bagian integral dari suatu produk dimana bahan tersebut dapat dengan mudah

ditelusuri sampai ke produk atau barang jadi. Bahan baku utama yang digunakan

dalam pembuatan produk bahan konstruksi baja ringan adalah perpaduan antara

(45)

Lembaran paduan logam ini berbentuk gulungan dengan ukuran lebar tertentu yang

disebut Coil Steel.

Coil Steel tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Bare (Un Painted), yang terdiri dari 3 jenis yaitu :

1. ZINCALUME (AZ 150)

2. ABADI (AZ 100)

3. INTERIOR (AZ 50)

2. Painted, yang terdiri dari 3 jenis yaitu :

1. COLORBOND (AZ 150)

2. PELANGI (AZ 150)

3. GEMILANG (AZ 100)

2.4.1.2. Bahan Tambahan

Selain menggunakan bahan baku juga digunakan bahan tambahan sebagai

bahan pelengkap dalam proses dan meningkatkan kualitas dari produk yang

dihasilkan. Bahan tambahan yang digunakan dalam proses produksi sehingga

memberikan nilai tambah pada produk bahan konstruksi baja. Bahan tambahan yang

digunakan dalam pembuatan produk bahan konstruksi baja ringan ini berupa cat

digunakan untuk melapisi bahan dasar Bare (Un-painted) untuk membuat produk

jenis COLORBOND, PELANGI dan GEMILANG. Cat yang digunakan produk dari

(46)

2.4.1.3. Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan yang digunakan sebagai bahan penolong baik

secara langsung atau tidak langsung pada produk agar proses produksi dapat berjalan

dengan baik, tetapi bahan tersebut tidak terkandung dalam produk yang dihasilkan.

Bahan penolong yang digunakan adalah:

1. Pembungkus ber etiket

Bahan pembungkus yang terbuat dari plastik kedap air yang telah diberi etiket.

2. Iron Tie

Digunakan untuk mengikat produk yang sudah di packing.

3. Label

Digunakan untuk pemberi keterangan jumlah produk dan tujuan produk.

2.4.2. Spesifikasi Produk

PT. BlueScope Lysaght Indonesia ini menghasilkan tiga jenis produk yaitu

Kuda-kuda baja ringan (SMARTRUSS), Roofing (ROOFING) dan Accesories

sebagai berikut :

1. Kuda-kuda baja ringan

Produk kuda-kuda baja ringan terdiri atas dua jenis, yaitu :

a. SMARTRUSS

Terbuat dari bahan ABADI yaitu inti baja yang memiliki lapisan Zinc dan

Alumunium yang lebih tebal dibandingkan bahan ZINCALUME. Adapun

(47)

Gambar 2.2. Profil produk SMARTRUSS

b. U-RUNNER

Terbuat dari bahan ABADI yaitu inti baja yang memiliki lapisan Zinc dan

Alumunium yang lebih tebal dibandingkan bahan ZINCALUME. Adapun

bentuk U-RUNNER dapat dilihat pada Gambar 2.3.

(48)

2. ROOFING

Produk roofing terdiri atas dua jenis yaitu :

c. AUSDEK

Terbuat dari ZINCALUME (inti baja yang terdiri dari Zinc dan

Alumunium) dan COLORBOND (bahan ZINCALUME yang diberi warna).

Adapun bentuk profil AUSDEK dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4. Profil produk AUSDEK

d. SPANDEK II

Terbuat dari ZINCALUME (inti baja yang terdiri dari Zinc dan

Alumunium) dan COLORBOND (bahan ZINCALUME yang diberi warna).

(49)

Gambar 2.5. Profil produk SPANDEK II

3. Accesories atau FLASHING, terbuat dari ZINCALUME dan COLORBOND.

Bentuk profil dari produk FLASHING dapat dilihat pada gambar 2.6.

(50)

Adapun data spesifikasi produk PT. BlueScope Lysaght Indonesia dapat

dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2. Spesifikasi Produk PT. BlueScope Lysaght Indonesia

Nama Produk Komponen Ketebalan

(mm) Permukaan

2.4.3. Uraian Proses Produksi

PT. BlueScope Lysaght Indonesia dapat membuat beberapa jenis produk

bahan konstruksi baja ringan sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan.

Proses produksi untuk pembuatan produk bahan konstruksi baja ringan dapat

diuraikan berdasarkan kelompok mesin-mesin yang digunakan, yaitu:

1. Folder Machine (FLASHING)

2. C-75 Machine (SMARTRUSS)

3. U-Runner Machine (U-RUNNER)

(51)

2.4.3.1. Uraian Proses Produk SMARTRUSS

1. Bahan baku utama (Coil) yang ada di area bahan baku diangkat ke Up-Ender

Machine dengan menggunakan forklift. Pada Up-Ender Machine bahan baku

(Coil) diputar dari posisi vertikal ke posisi horizontal,

2. Dari Up-Ender Machine bahan baku (Coil) dibawa ke Un-Coiler Machine dengan

menggunakan forklift dan crane. Pada produk SMARTRUSS (C-75 Machine)

Coil dipasangkan pada Un-Coiler Machine yang memiliki Coil Car,

3. Terlebih dahulu dilakukan setting pada mesin,

4. Ujung dari Coil dipasang ke C-75 Machine. Coil dipasangkan ke C-75 Machine

melalui Loop-Up,

5. Coil dibentuk menjadi produk SMARTRUSS dengan menggunakan C-75

Machine,

6. Produk kemudian dipotong pada C-75 Machine sesuai dengan ukuran yang

dipesan oleh pembeli,

7. Pemeriksaan produk dengan menggunakan Truss Chord Gauge,

8. Selanjutnya produk dibawa ke area packing dan kemudian produk dipacking,

9. Produk yang sudah dipacking dibawa ke area produk jadi dengan menggunakan

crane.

2.4.3.2. Uraian Proses Produk U-RUNNER

1. Bahan baku utama (Coil) yang ada di pelataran gudang bahan baku diangkat ke

Up-Ender Machine dengan menggunakan forklift. Pada Up-Ender Machine bahan

(52)

2. Dari Up-ender Machine bahan baku (Coil) dibawa ke Un-Coiler Manual dengan

menggunakan forklift dan crane,

3. Terlebih dahulu dilakukan setting pada mesin,

4. Ujung dari Coil dipasang ke U-Runner Machine,

5. Coil dibentuk menjadi produk U-RUNNER dengan menggunakan U-Runner

Machine,

6. Produk kemudian dipotong pada U-Runner Machine sesuai dengan ukuran yang

dipesan oleh pembeli,

7. Pemeriksaan produk dengan menggunakan Truss Chord Gauge,

8. Selanjutnya produk dibawa ke area packing dan kemudian produk dipacking,

9. Produk yang sudah dipacking dibawa kegudang produk jadi dengan

menggunakan crane.

2.4.3.3. Uraian Proses Produk ROOFING

1. Bahan baku utama (Coil) yang ada di pelataran gudang bahan baku diangkat ke

Up-Ender Machine dengan menggunakan forklift. Pada Up-Ender Machine bahan

baku (Coil) diputar dari posisi vertikal ke posisi horizontal,

2. Dari Up-Ender Machine bahan baku (Coil) dibawa ke Un-Coiler Machine dengan

menggunakan Crane,

3. Ujung dari Coil dipasang ke RF Machine. Untuk RF Machine memiliki dua buah

Catridge yang masing-masing Catridge untuk dua jenis produk ROOFING yang

berbeda. Produk tersebut adalah AUSDEK dan SPANDEK II,

(53)

5. Kemudian produk dipotong pada RF Machine sesuai dengan ukuran yang telah

dipesan oleh pembeli,

6. Pemeriksaan produk dengan menggunakan alat Ausdek and Spandek Check

Gauge,

7. Produk ROOFING dipindahkan ke area packing kemudian produk dipacking,

8. Produk yang sudah dipacking dibawa ke area produk jadi dengan menggunakan

Crane.

2.4.3.4. Uraian Proses Produksi FLASHING

1. Bahan baku utama (Coil) yang ada di pelataran gudang bahan baku diangkat ke

Up-Ender Machine dengan menggunakan forklift. Pada Up-Ender Machine bahan

baku (Coil) dibalik dari posisi vertikal ke posisi horizontal,

2. Dari Up-Ender Machine bahan baku (Coil) dibawa ke Un-Coiler Machine dengan

menggunakan forklift dan crane,

3. Setting mesin oleh operator serta pemasangan meja geser secara manual,

4. Ujung dari Coil dipasang ke Cut-To-Lenght Machine. Kemudian Coil ditarik

sesuai dengan ukuran yang dipesan oleh pembeli lalu dipotong,

5. Coil yang telah berbentuk plat dibawa ke Folder Machine dengan menggunakan

meja geser. Kemudian plat tersebut diberi tanda oleh operator secara manual.

6. Operator melakukan setting pada Folder Machine serta membubuhkan minyak

pada roda sharp strip,

7. Plat coil dipotong menjadi dua bagian lalu dibentuk dengan menggunakan Folder

(54)

8. Produk terlebih dahulu diperiksa secara visual oleh operator sebelum produk

dibawa ke area packing,

9. Produk kemudian dibawa ke area packing kemudian produk dipacking.

10.Produk yang sudah dipacking dibawa dengan menggunakan crane ke area produk

jadi.

2.4.4. Mesin dan Peralatan Produksi

Mesin-mesin dan peralatan yang digunakan sebagian besar adalah buatan luar

negeri, dan sebagian kecil buatan dalam negeri, dan semuanya dapat beroperasi

dengan baik. Mesin dan peralatan yang digunakan dalam berproduksi sebagian sudah

otomatis yaitu pada proses pembuatan produk SMARTRUSS. Tetapi masih ada juga

yang semi otomatis yaitu mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses

pembuatan produk ROOFING dan U-RUNNER. Disamping ada juga peralatan yang

masih dibantu secara manual, yaitu pada proses pembuatan produk FLASHING.

Untuk jalannya proses produksi yang dilakukan oleh mesin masih diperlukan

keterampilan manusia atau tenaga kerja. PT. BlueScope Lysaght Indonesia dapat

dikatakan atau dikategorikan belum menggunakan teknologi tinggi. Sejauh ini

kondisi mesin-mesin dan peralatan yang digunakan pada perusahaan ini belum pernah

mengalami gangguan proses produksi yang serius akibat kerusakan mesin dan

peralatan. Adapun gangguan yang dihadapi adalah dikarenakan ketidak telitian oleh

para operator pabrik.

Secara umum kondisi mesin dan peralatan pada PT. BlueScope Lysaght

(55)

yang terjadi pada mesin ataupun peralatan produksi yang dapat menghambat proses

produksi, maka segera dilakukan perbaikan terhadap mesin dan peralatan tersebut.

Perawatan yang diberikan dapat berupa pemeriksaan terhadap kemampuan mesin dan

peralatan dalam melakukan operasi, pemberian pelumas maupun bahan-bahan khusus

bagi bagian mesin yang bergerak. Membersihkan mesin dan peralatan setelah

digunakan secara teratur. Semua kegiatan-kegiatan diatas dilakukan oleh depertemen

perawatan (Maintenance) yang akan menangani khusus perawatan mesin-mesin dan

peralatan, dimana nantinya akan melakukan koordinasi dengan departemen produksi,

sehingga jadwal perawatan atau pemeliharaan mesin dan peralatan dapat dilakukan.

Adanya departemen perawatan, maka dapat dilakukan perawatan secara teratur dan

kontinu dan diharapkan tingkat kerusakan dari mesin dan peralatan dapat

diminimisasi.

2.4.4.1. Mesin Produksi

Mesin-mesin yang digunakan dalam proses pengolahan produk bahan

konstruksi baja ringan adalah sebagai berikut:

1. Nama mesin : Un-Coiler Folder (Gambar 2.7)

Tahun : 1997

Asal : Australia

Jumlah : 1 unit

Tenaga : 4 bar

Sumber Energi : Compressor

(56)

Gambar 2.7. Un-Coiler Folder Machine

2. Nama mesin : Un-Coiler C-75 (Gambar 2.8)

Tahun : 2000

Asal : New Zealand

Daya : 3 HP

Tegangan : 400 Volt

Kuat arus : 10 Ampere

Jumlah : 1 unit

Frekuensi : 50 Hz

RPM : 970

Cos φ : 0,71

(57)

Gambar 2.8. Mesin Un-Coiler C-75

3. Nama mesin : Un-Coiler RF ( Gambar 2.9)

Tahun : 2000

Asal : New Zealand

Daya : 3 HP

Tegangan : 380 Volt

Kuat arus : Ampere

Jumlah : 1 unit

Frekuensi : 50 Hz

(58)

Gambar 2.9. Un-Coiler RF Machine

4. Nama mesin : Un-Coiler Manual ( Gambar 2.10)

Tahun : 1997

Asal : Indonesia

Jumlah : 1 unit

(59)

Gambar 2.10. Un-Coiler Manual

5. Nama mesin : Cut-To-Lenght Machine (Gambar 2.11)

Tahun : 1997

Asal : Australia

Daya : 2 HP

Tegangan : 415 Volt

Kuat arus : 38 Ampere

Jumlah : 1 unit

Frekuensi : 50 Hz

(60)

Gambar 2.11. Cut-To-Lenght Machine

6. Nama mesin : Folder Machine (Gambar 2.12)

Tahun : 1981

Asal : Taiwan

Daya : 5 HP

Tegangan : 208 Volt

Kuat arus : 14,8 Ampere

Jumlah : 1 unit

Frekuensi : 50 Hz

(61)

Gambar 2.12. Folder Machine

7. Nama mesin : C-75 Machine (Gambar 2.13)

Tahun : 2000

Asal : Australia

Daya : 3 HP

Tegangan : 380 Volt

Kuat arus : 60 Ampere

Jumlah : 1 unit

Frekuensi : 50 Hz

Cos φ : 0,85

Fungsi : Membentuk dan memotong plat Coil menjadi produk

(62)

Gambar 2.13. C-75 Machine

8. Nama mesin : RF Machine (Gambar 2.14)

Tahun : 2000

Asal : New Zealand

Daya : 3 HP

Tegangan : 400 Volt

Kuat arus : 10 Ampere

Jumlah : 1 unit

Frekuensi : 50 Hz

RPM : 970

Cos φ : 0,71

(63)

Gambar 2.14. RF Machine

9. Nama mesin : Up-Ender Machine (Gambar 2.15)

Tahun : 1997

Asal : Australia

Tegangan : 415 Volt

Jumlah : 1 unit

Frekuensi : 50 Hz

Fungsi : Mengubah posisi Coiler dari posisi vertikal menjadi

(64)

Gambar 2.15. Up-Ender Machine

10. Nama mesin : Air Compressor (Gambar 2.16)

Asal : Taiwan

Daya : 10 HP

Tegangan : 380-680 Volt

Jumlah : 1 unit

Fungsi : Untuk menghasilkan udara bertekanan.

(65)

2.4.4.2. Peralatan (Equipment)

Peralatan yang digunakan untuk proses produksi antara lain:

1. Crane

Alat yang digunakan untuk memindahkan material yang bobotnya sangat

berat. Kapasitas maksimum dari Crane sebesar 6,3 ton. Crane yang

digunakan dapat dilihat pada gambar 2.17.

2. Forklift

Alat yang juga digunakan untuk memindahkan material yang bobotnya lebih

berat dari tenaga angkut manusia atau Material Handling yang sederhana.

Forklift yang digunakan memiliki daya angkut maksimum 1,5 ton.(Gambar

2.18).

Gambar 2.17. Crane

(66)

2.4.5. Utilitas

Unit pembantu/utilitas pada PT. BlueScope Lysaght Indonesia adalah sebagai

berikut:

1. Listrik, bersumber dari PLN sebagai sumber tenaga listrik.

2. Ruang Maintenance

Fungsi : Sebagai tempat perbaikan peralatan yang rusak dan menyimpan

suku cadang mesin.

3. Genset

Fungsi : Sebagai pembantu cadangan tenaga listrik.

2.4.6. Safety and Fire Protection

PT. BlueScope Lysaght Indonesia sangat menjaga keselamatan kerja para

karyawannya, PT. BlueScope Lysaght Indonesia merupakan perusahaan yang

bergerak dibidang pembuatan produk bahan konstruksi baja ringan yang tingkat

kecelakaan yang mungkin terjadi pada saat bekerja sangatlah minim. Kondisi ini

sangat dipengaruhi oleh kebijakan perusahaan dalam hal penciptaan kondisi kerja

yang aman. Hal ini sangat terlihat dimana setiap operator yang bekerja yang

berhubungan dengan mesin-mesin wajib menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)

baik berupa helm pengaman, rompi, dan sarung tangan. Demikian juga batas-batas

daerah kerja setiap fasilitas diberi tanda, dimana daerah kerja operator dan dimana

gang –gang yang digunakan diberi tanda batas yang jelas. Disamping itu penggunaan

penutup pengaman (guarding) untuk bagian-bagian mesin yang berputar atau

(67)

Untuk menjaga keamanan dan keselamatan kerja juga ada beberapa stasiun

kerja mendapat perhatian khusus. Hal ini disebabkan oleh operator bekerja

menggunakan mesin yang secara tidak langsung bila tidak hati-hati menggunakannya

maka akan dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Hal ini sangat diperhatikan sekali

oleh PT. BlueScope Lysaght Indonesia.

Untuk pencegahan bahaya kebakaran, PT. BlueScope Lysaght Indonesia telah

menyediakan beberapa tabung pemadam kebakaran pada beberapa sudut rawan

kebakaran, dimana alat pemadam ini mudah terlihat dan mudah dijangkau oleh para

karyawan sehingga apabila terjadi kebakaran maka karyawan dapat dengan cepat

melakukan pemadaman api sebelum api menyebar kedaerah lain.

2.4.7. Waste Treatment

Limbah yang dihasilkan dari sisa proses produksi sebagian besar berupa scrap

dari baja ringan. Scrap yang masih bisa terpakai dilakukan daur ulang oleh

PT. BlueScope Lysaght Indonesia digunakan untuk keperluan pabrik itu sendiri,

misalnya membuat meja, rak dan lain-lain. Jadi hasil limbah yang dihasilkan oleh

PT. BlueScope Lysaght Indonesia ini tidak berbahaya dan mencemarkan lingkungan.

Perusahaan ini dari kegiatan proses produksinya tidak ada menghasilkan limbah cair

(68)

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Definisi Perencanaan Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan

Tata letak pabrik (plant layout) atau tata letak fasilitas (facilities layout)

dapat didefenisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas pabrik guna

menunjang kelancaran proses produksi, dimana dalam pengaturan tersebut akan

dilakukan pemanfaatan luas area (space) untuk penempatan mesin atau fasilitas

penunjang produksi lainnya, kelancaran gerakan pemindahan material,

penyimpanan material (storage) baik yang bersifat temporer maupun permanen,

personel pekerja dan sebagainya. Tata letak pabrik berhubungan erat dengan

segala proses perencanaan dan pengaturan letak dari mesin, peralatan, aliran

bahan, dan manusia yang bekerja di masing-masing stasiun kerja yang ada. Pada

umumnya tata letak pabrik yang terencana dengan baik akan ikut menentukan

efisiensi dan dalam beberapa hal akan juga menjaga kelangsungan hidup ataupun

kesuksesan kerja suatu pabrik. Peralatan dan suatu desain produk yang bagus akan

tidak ada artinya akibat perencanaan layout yang sembarangan saja.1

Secara garis besar tujuan utama dari tata letak pabrik ialah mengatur area

kerja dan segala fasilitas produksi yang paling ekonomis untuk operasi produksi

aman dan nyaman sehingga akan dapat menaikkan moral kerja dan performance

3.2. Tujuan Perencanaan dan Pengaturan Tata Letak Pabrik

1

(69)

dari operator. Lebih spesifik lagi suatu tata letak yang baik akan dapat

memberikan keuntungan-keuntungan dalam sistem produksi, yaitu antara lain

sebagai berikut :

a. Menaikkan output produksi

Suatu tata letak yang baik akan memberikan keluaran (output) yang lebih

besar dengan ongkos yang relatif sama atau lebih kecil, jam kerja manusia

(manhours) lebih kecil, dan mengurangi jam kerja mesin (machine hours).

b. Mengurangi waktu tunggu (delay)

Mengatur keseimbangan antara waktu operasi produksi dan beban dari

masing-masing departemen atau mesin adalah bagian kerja dari mereka yang

bertanggung jawab terhadap desain tata letak pabrik. Pengaturan tata letak

yang terkoordinir dan terencana dengan baik akan dapat mengurangi waktu

tunggu (delay) yang berlebihan.

c. Mengurangi proses pemindahan bahan (material handling)

Biaya pemindahan bahan merupakan salah satu elemen biaya dari total biaya

produksi yang harus dikeluarkan perusahaan. Perhitungan biaya pemindahan

bahan ini biasanya proporsional dengan jarak pemindahan bahan yang harus

ditempuh, sedangkan jarak pemindahan bahan dapat dianalisis dengan

memperhatikan tata letak fasilitas produksi yang ada di pabrik. Karena itu,

dalam perancangan tata letak pabrik, setiap perancang selalu berusaha agar

(70)

d. Penghematan penggunaan luas lantai produksi

Suatu perencanaan tata letak pabrik yang optimal akan mampu mengatasi

segala pemborosan pemakaian ruangan yang disebabkan oleh lalu lintas bahan

dalam pabrik, penumpukan material, jarak antar mesin yang berlebihan, dan

lain-lain, serta akan berusaha untuk mengkoreksi semua pemborosan tersebut.

e. Pendayagunaan yang lebih besar dari pemakaian mesin, tenaga keja dan

fasilitas produksi lainnya

Faktor-faktor pemanfaatan mesin, tenaga kerja, dan lain-lain adalah erat

kaitannya dengan biaya produksi. Suatu tata letak yang terencana baik akan

banyak membantu pendayagunaan elemen-elemen produksi secara lebih

efektif dan lebih efisien.

f. Mengurangi inventory in-process

Sistem produksi pada dasarnya mengkehendaki sedapat mungkin bahan baku

untuk berpindah dari suatu operasi langsung ke operasi berikutnya

secepat-cepatnya dan berusaha mengurangi bertumpuknya bahan setengah jadi

(material in process). Problem ini terutama bisa dilaksanakan dengan

mengurangi waktu tunggu (delay) dan bahan yang menunggu untuk segera

diproses.

g. Proses manufacturing yang lebih singkat

Dengan memperpendek jarak antara operasi satu dengan operasi satu dengan

operasi berikutnya dan mengurangi bahan yang menunggu serta storage yang

tidak diperlukan maka waktu yang diperlukan dari bahan baku untuk

(71)

diperpendek sehingga secara total waktu produksi akan dapat pula

diperpendek.

h. Mengurangi resiko bagi kesehatan dan keselamatan kerja dari operator

Perencanaan tata letak pabrik adalah juga ditujukan untuk membuat suasana

kerja yang nyaman dan aman bagi mereka yang bekerja didalamnya. Hal-hal

yang bisa dianggap membahayakan bagi kesehatan dan keselamatan kerja dari

operator haruslah dihindari.

i. Memperbaiki moral dan kepuasan pekerja

Pada dasarnya orang menginginkan untuk bekerja dalam suatu pabrik yang

segala sesuatunya diatur secara tertib, rapi dan baik. Penerangan yang cukup,

sirkulasi yang enak, dan lain-lain akan menciptakan suasana lingkungan kerja

yang menyenangkan sehingga moral dan kepuasan kerja akan lebih dapat

ditingkatkan. Hasil positif dari kondisi ini tentu saja berupa performansi kerja

yang lebih baik dan menjurus kearah peningkatan produktivitas kerja.

j. Mempermudah aktivitas supervisi

Tata letak pabrik yang terencana dengan baik akan dapat mempermudah

aktivitas supervisi. Dengan meletakkan kantor atau ruangan diatas, maka

seorang supervisor akan dapat dengan mudah mengamati segala aktivitas yang

sedang berlangsung di area kerja yang dibawah pengawasan dan tanggung

jawabnya.

k. Mengurangi kemacetan dan kesimpang-siuran

Material yang menunggu, gerakan pemindahan yang tidak perlu, serta

Gambar

Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. BlueScope Lysaght Indonesia
Gambar 2.3. Profil produk U-RUNNER
Gambar 2.4. Profil produk AUSDEK
Gambar 2.5. Profil produk SPANDEK II
+7

Referensi

Dokumen terkait

penjabaran dari visi dan misi kepala desa (atau desa) yang memuat arah kebijakan pembangunan desa, arah kebijakan keuangan desa, kebijakan.. umum, program

ISOLASI DAN KARAKTERISASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER DARI FRAKSI AKTIF KULIT BATANG DUKU (Lansium domesticum Corr) TERHADAP BRINE SHRIMPS LETHALITY BIOASSAY.. Skripsi

Penaw aran asli; Jaminan penawar an asli dikir im melalui pos/ jasa pengir iman atau diserahkan kepada Panitia Pengadaan Bar ang dan Jasa BPS Provinsi Jawa Tengah ke alamat Jl.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan pemahaman konsep yang menggunakan strategi REACT ( Relating, Experiencing, Applying, Cooperating,

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa pada pokok bahasan Prisma dan Limas dengan pembelajaran model Missouri

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik arus, mengetahui nilai MPT saat pasang menuju surut dan saat surut menuju pasang pada

Ketika teman saya membicarakan tentang sesuatu yang baru, saya tidak tertarik untuk

Hasil penelitian kadar natrium serum pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi angkatan 2010 didapatkan data seluruh responden dalam penelitian memiliki