• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah (Studi Kasus Di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin Provinsi Jambi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah (Studi Kasus Di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin Provinsi Jambi)"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN USAHA INDUSTRI KECIL PANGAN

TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH

(STUDI KASUS DI KECAMATAN BANGKO

KABUPATEN MERANGIN PROVINSI JAMBI)

T E S I S

Oleh

ARZALVERY AGUS

067003004 / PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERAN USAHA INDUSTRI KECIL PANGAN

TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH

(STUDI KASUS DI KECAMATAN BANGKO

KABUPATEN MERANGIN PROVINSI JAMBI)

T E S I S

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains

Dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

ARZALVERY AGUS

067003004 / PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Penelitian : PERAN USAHA INDUSTRI KECIL PANGAN TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH (STUDI KASUS DI KECAMATAN BANGKO KABUPATEN MERANGIN PROVINSI JAMBI)

Nama : ARZALVERY AGUS

NIM : 067003004

Program Studi : PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH DAN PERDESAAN (PWD – PWK)

Menyetujui Komisi Pembimbing

Prof. Bachtiar Hassan Miraza Ketua

Prof. Aldwin Surya, S.E, M.Pd, Ph.D Anggota

Kasyful Mahalli, S.E, M.Si Anggota

Ketua Program Studi,

Prof. Bachtiar Hassan Miraza

Direktur,

(4)

Tanggal Lulus : 14 Februari 2008 Telah diuji pada

Tanggal : 14 Februari 2008

Panitia Penguji Tesis

Ketua : Prof. Bachtiar Hassan Miraza

Anggota : Prof. Aldwin Surya, S.E, M.Pd, Ph.D Kasyful Mahalli, S.E, M.Si

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Karya tulis saya, tesis ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (magister), baik di Universitas Sumatera Utara maupun di perguruan tinggi lain.

2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing.

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Medan, Februari 2008 Yang Membuat Pernyataan,

(6)

ABSTRACT

This research is entitled “The Role of Food Small Industry to Regional Development (A Case Study in Bangko Sub-district, Merangin Regency, Jambi Province) under the assistance of Prof. Bachtiar Hassan Miraza as Chairman of Consultant Committee, Prof. Aldwin Surya, M.Pd, Ph.D and Kasyful Mahalli, SE, M.Si as the member of Consultant Committee.

The background of this research is taken from small and medium industry business in Merangin regency from 2004 up to 2006 with the increased number for 164 units or it is increased for 24,5%. The needs for the labors is also increased for 512 persons or 17,12%. From the available small industries in Bangko sub-district, it is dominated by food small industry, namely food and beverage processing with the number for 102 units. The objective of this research is to know the description of the availability of food small industry, to analyze the influence of production factors to the output of food small business and to know the role of small business industry tothe regional development in Merangin regency, particularly in Bangko sub-district.

The method of research is descriptive analytical using frequency distribution table and equation regression model of Coubb-Douglas. It is used to answer of how is the influence between production factors (labor and working capital) to the output production with data processing analysis using Software SPSS 13,00 program.

The result of research shows that the activities of food small business in Bangko sub-district, Merangin regency gives positive influence to the regional development such as therecruitment of labors, the availability of work for the labors in the small food business and to reduce the unemployment rate in Merangin regency, the increased of community income obtained by the entrepreneurs and the wage accepted by the labors, the usage of local raw material, the existence of science transformation which is performing by the entrepreneurs to the labors. The marketing of production is not only in the local region, but also beyond of the region.

It is suggested for the government of Merangin regency in order to attempt the creation of conducive climate for business, as the facilitator between Micro Financial Institution either for the bank or non-bank with small industry in the case of capital aids by enlarging the special credit skim and the facilitating in business license procedure for the labors, taxes reduction and others. Small industry and it is particularly food small industry may form the association and promotion development among business doers for adding the role in the development of information network which is required for food small business development.

(7)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah (Studi Kasus Di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin Provinsi Jambi)” di bawah bimbingan Prof. Bachtiar Hassan Miraza sebagai Ketua Komisi Pembimbing, Prof. Aldwin Surya, M.Pd, Ph.D dan Kasyful Mahalli, SE, M.Si sebagai anggota Komisi Pembimbing.

Latar belakang dari penelitian ini adalah usaha industri kecil dan menengah di Kabupaten Merangin dari tahun 2004 hingga tahun 2006 mengalami peningkatan jumlah unit usaha sebanyak 164 atau naik sebesar 24,5 % dan juga untuk penyerapan tenaga kerja mengalami peningkatan sebanyak 512 orang atau naik sebesar 17,12 %. Kemudian dari industri kecil yang ada di wilayah Kecamatan Bangko sebanyak 298 unit usaha industri kecil tersebut lebih banyak didominasi oleh usaha industri kecil pangan yakni usaha pengolahan makanan dan minuman dengan jumlah industri kecil yang ada sebanyak 102 unit usaha. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran keberadaan usaha industri kecil pangan, menganalisis pengaruh faktor-faktor produksi terhadap hasil produksi usaha industri kecil pangan dan mengetahui peran apa saja dari kegiatan industri kecil pangan terhadap pengembangan wilayah di Kabupaten Merangin khususnya di Kecamatan Bangko.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analisis dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi dan model persamaan regresi Coubb-Douglas

digunakan untuk menjawab bagaimana pengaruh antara faktor-faktor produksi (modal kerja dan tenaga kerja) terhadap hasil produksidengan analisis pengolahan data menggunakan bantuan program Software SPSS 13,00.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin memberikan pengaruh yang positif terhadap pengembangan wilayah di antaranya perekrutan tenaga kerja yang dapat menyerap tenaga kerja dan terserapnya tenaga kerja ikutan akibat adanya kegiatan usaha industri kecil pangan ini, sehingga dapat mengurangi jumlah angka pengangguran di Kabupaten Merangin, peningkatan pendapatan masyarakat dari keuntungan yang diperoleh oleh pengusaha dan upah yang diterima oleh pekerja, penggunaan bahan baku lokal, adanya transformasi ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh para pengusaha industri kecil pangan kepada para pekerjanya dan pemasaran hasil produksi tidak hanya pada wilayah lokal tetapi juga pada wilayah luar daerah.

Beberapa yang perlu disarankan adalah perlunya pemerintah daerah Kabupaten Merangin mengupayakan terciptanya iklim usaha yang kondusif, menjadi fasilitator antara Lembaga Keuangan Mikro (LKM) baik bank atau non bank dengan industri kecil dalam hal bantuan permodalan dengan memperluas skim kredit khusus, dan penyederhanaan prosedur perizinan usaha, keringanan pajak dan sebagainya. Industri kecil khususnya industri kecil pangan dapat membentuk asosiasi dan pengembangan promosi bersama.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan hidayah-Nya sehingga dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah (Studi Kasus Di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin Provinsi Jambi). Tesis ini dibuat untuk melengkapi kewajiban studi pada Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) Universitas Sumatera Utara.

Secara general masalah pokok yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah bagaimanakah peran usaha industri kecil pangan terhadap pengembangan wilayah di Kabupaten Merangin khususnya di Kecamatan Bangko. Dengan demikian apabila permasalahan ini dapat dijawab maka hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan informasi bagi perencanaan pembangunan dan pengambil kebijaksanaan dalam merumuskan rencana pengembangan usaha industri kecil khususnya industri kecil pangan di wilayah Kabupaten Merangin khususnya di Kecamatan Bangko.

Keberhasilan pengerjaan dan penyusunan tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof. Bachtiar Hassan Miraza, Prof. Aldwin Surya, S.E, M.Pd, Ph.D dan Kasyful

Mahalli, S.E, M.Si., selaku komisi pembimbing yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan petunjuk, pengarahan dan membimbing penulis sejak awal penyusunan proposal sampai selesainya tesis ini.

2. Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Bachtiar Hassan Miraza, selaku Ketua Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) Universitas Sumatera Utara.

(9)

5. Drs. Rujiman, MA, DR. lic.rer.reg. Sirojuzilam, S.E dan Ir. Agus Purwoko, M.Si., selaku dosen pembanding yang telah memberikan banyak masukan dan saran bagi kesempurnaan tesis ini.

6. Seluruh dosen dan karyawan Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak Bupati Merangin H. Rotani Yutaka, SH atas bantuan dan dukungannya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) Universitas Sumatera Utara.

8. Kepala Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Merangin, Camat dan Sekcam Bangko serta seluruh staf yang telah membantu dalam proses penelitian studi ini.

9. Ayahanda H. Agusram, S.IP dan Drs. Syamsir, ibunda tercinta Hj. Ratna Dewi dan Adiwarti, B.Sc., adikku Arnifitry Agus dan Satria Ronaldy, S.Kom yang telah memberikan semangat dan dukungan serta do’anya.

10.Istriku yang tersayang dr. Nur Ekasari yang telah menemani penulis dalam suka maupun duka selalu memberikan dorongan semangat dan pengertiannya selama ini dalam usaha penyelesaian penulisan tesis.

11.Teman-teman kuliah di Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) Universitas Sumatera Utara khusunya kepada Nasir, Dharmawan, Welly, Jimmy dan Achmad terima kasih atas dukungannya.

12.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih belum sempurna maka diharapkan kepada para akademisi, mahasiswa dan para pembaca kiranya dapat memberikan sumbang saran, sumbang pendapat dan kritikan yang sifatnya membangun untuk perbaikan dan penyempurnaan yang akan datang.

Medan, Januari 2008

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bangko Kabupaten Merangin Provinsi Jambi pada tanggal 24 Agustus 1980 sebagai anak sulung dari tiga bersaudara dari ayah yang bernama H. Agusram, S.IP dan ibu Hj. Ratna Dewi. Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan pada tahun 1992 di SDN 188/VI Bangko, menamatkan Sekolah Menengah Tingkat Pertama tahun 1995 di SMPN 3 Bangko dan Sekolah Menengah Umum Titian Teras Jambi tahun 1998. Memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan Pemerintahan pada Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN) di Bandung pada tahun 2002.

(11)

DAFTAR ISI

2.1. Pengembangan Wilayah... 10

2.2. Pengertian dan Jenis-jenis Industri Kecil... 14

2.3. Faktor-faktor Produksi ... 19

2.4. Pengertian Pendapatan ... 21

2.5. Peranan Industri Kecil Dalam Pembangunan Wilayah ... 22

2.6. Industri Pangan ... 25

2.7. Penelitian Terdahulu ... 29

(12)

2.9. Hipotesis... 33

3.5. Definisi Operasional... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 45

4.1. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Merangin dan Kecamatan Bangko... 45

4.1.1 Kondisi Umum Kabupaten Merangin dan Kecamatan Bangko ... 45

4.1.2 Penduduk... 48

4.1.3 Kondisi Perekonomian Kabupaten Merangin . 52 4.1.4. Kondisi Sosial Ekonomi Kecamatan Bangko 54 4.2. Karakteristik Responden ... 61

4.3. Gambaran Keberadaan Usaha Industri Kecil Pangan Di Kecamatan bangko Kabupaten Merangin... 67

4.4. Pendapatan ... 75

4.5. Hasil Produksi ... 77

4.6. Pengujian Hipotesis... 78

4.7. Pengembangan Wilayah... 87

4.8. Temuan Kajian ... 92

4.9. Implikasi Kajian ... 94

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 97

(13)
(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

Tabel 1.1. Perkembangan Usaha Industri Kecil dan Menengah (IKM)

Kabupaten Merangin Tahun 2004 s/d 2006... 6

Tabel 3.1. Jenis Komoditi Industri Kecil Pangan di Kecamatan Bangko

Kabupaten Merangin... 38

Tabel 3.2. Penentuan Sampel Usaha Industri Kecil Pangan di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin ... 39

Tabel 4.1. Luas Wilayah Kecamatan Bangko per Kelurahan dan Desa ... 47

Tabel 4.2. Luas Penduduk Kabupaten Merangin menurut Kecamatan

Pada Tahun 2000 – 2006 ... 49

Tabel 4.3. Jumlah Penduduk dan Jumlah Kepala Keluarga Kecamatan

Bangko per Kelurahan dan desa Tahun 2006 ... 51

Tabel 4.4. Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Merangin menurut Lapangan Usaha Tahun 2003- 2006, berdasarkan harga

konstan tahun 2000 ... 52

Tabel 4.5. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Merangin

Tahun 2003 – 2006 ... 54

Tabel 4.6. Banyaknya Lapangan Usaha Keluarga menurut Mata

Pencaharian di Kecamatan Bangko Tahun 2006 ... 55

Tabel 4.7. Banyaknya Fasilitas Pendidikan, Murid/Mahasiswa dan

Guru/Dosen di Kecamatan Bangko Tahun 2006 ... 57

Tabel 4.8. Banyaknya Sarana Kesehatan di Kecamatan Bangko

Tahun 2006 ... 59

Tabel 4.9. Banyaknya Tenaga Kesehatan di RSUD dan RS DKT menurut

Jenis Keahlian Tahun 2006... 60

Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan

(15)

Tabel Judul Halaman

Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan

Status Kepemilikan Modal... 68

Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan

Jumlah Tenaga Kerja ... 69

Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan

Struktur Permodalan Modal Kerja ... 71

Tabel 4.14. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan

Sumber Bahan Baku ... 72

Tabel 4.15. Perkembangan Produksi Palawija di Kabupaten Merangin

Tahun 2006 ... 73

Tabel 4.16. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan

Pemasaran Hasil Produksi... 74

Tabel 4.17. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan

Pendapatan Responden ... 75

Tabel 4.18. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan

Besarnya Hasil Produksi ... 77

Tabel 4.19. Hasil Analisis Statistik antara Hasil Produksi dengan

Modal Kerja dan Jumlah Tenaga Kerja ... 84

Tabel 4.20. Perkembangan Usaha Industri Kecil Pangan di Kecamatan

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran... 32

3.1 Peta Kabupaten Merangin... 35

4.1 Grafik Umur Pengusaha Industri Kecil Pangan... 62

4.2 Grafik Tingkat Pendidikan Pengusaha Industri Kecil Pangan…... 63

4.3 Grafik Pengalaman Kerja Pengusaha Industri Kecil Pangan... 65

4.4 Grafik Tanggungan Keluarga Pengusaha Industri Kecil Pangan... 65

4.5 Hasil Pengujian Normalitas... 80

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian... 104

2 Data Primer Hasil Penelitian... 109

3 Data Primer Hasil Penelitian... 110

4 Hasil Analisis Uji Statistik... 111

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Salah satu visi pembangunan Indonesia untuk jangka menengah (2004 –

2009) adalah terwujudnya perekonomian yang mampu menyediakan kesempatan

kerja dan penghidupan yang layak serta memberikan fondasi yang kokoh bagi

pembangunan yang berkelanjutan. Hal ini berarti pembangunan ekonomi diarahkan

pada pendayagunaan sumber daya alam dan sumber daya manusia secara efektif dan

efisien sehingga menghasilkan out put berupa produk yang dapat meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

Wujud dari kesejahteraan masyarakat itu adalah terlaksananya pembangunan

yang merupakan suatu proses berkelanjutan guna mencapai suatu keadaan yang lebih

baik dari keadaan yang sebelumnya. Berbagai usaha selalu dijalankan dengan

memperhatikan situasi, kondisi, potensi dan sumber daya serta keterbatasan yang ada.

Besar kecilnya kegiatan usaha yang berhubungan dengan pendayagunaan

kemampuan lokal dalam membantu mewujudkan kesejahteraan masyarakat

tergantung dari jenis usaha yang digeluti oleh masyarakat dalam pembangunan. Hasil

pembangunan tidak hanya ditujukan untuk mencapai tingkat pertumbuhan dibidang

ekonomi saja tetapi juga untuk tujuan-tujuan lainnya yang berdampak luas seperti

(19)

Tidak dapat dipungkiri bahwa industrialisasi di Indonesia sejak Pelita pertama

hingga saat ini telah mencapai hasil yang diharapkan. Setidaknya industrialisasi telah

mengakibatkan transformasi struktural di Indonesia. Pola pertumbuhan ekonomi

secara sektoral di Indonesia agaknya sejalan dengan kecenderungan proses

transformasi struktural yang terjadi di berbagai negara, di mana terjadi penurunan

kontribusi sektor pertanian (sering disebut sektor primer), sementara kontribusi sektor

sekunder dan tersier cenderung meningkat. Kecenderungan ini terlihat pada tahun

1965, sektor pertanian merupakan sektor penyumbang terbesar terhadap Produk

Domestik Bruto (56 %); sementara sektor industri baru menyumbang 13 % dari

Produk Domestik Bruto. Dengan pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 11,9 %

selama 1965-1980 dan 6,1 % selama 1980-1992, ternyata sektor industri telah

menggeser peranan sektor pertanian dalam pembangunan. Pada tahun 1992, sektor

industri secara keseluruhan menyumbang 40 % terhadap Produk Domestik Bruto, di

mana peranan industri manufaktur cukup menonjol karena menyumbang 21 %

terhadap Produk Domestik Bruto. Pada tahun yang sama, sumbangan sektor pertanian

merosot drastis hingga tinggal 19 % dari Produk Domestik Bruto. Ini sejalan dengan

menurunnya laju pertumbuhan sektor pertanian, dari rata-rata 4,3 % per tahun selama

1965-1980 menjadi 3,1 % selama 1980-1992. Singkatnya sektor industri manufaktur

muncul menjadi penyumbang nilai tambah yang dominan dan telah tumbuh pesat

melampaui laju pertumbuhan sektor pertanian (Kuncoro, 2007).

Proses industrialisasi harus mampu mendorong berkembangnya industri

(20)

ekonomi dan perluasan lapangan kerja. Dengan demikian industrialisasi merupakan

instrumen yang harus mampu mentransformasikan sektor pertanian, pariwisata,

pertambangan dan energi, perhubungan dan jasa yang semakin produktif.

Pelaksanaan pembangunan perlu diusahakan keterkaitan yang semakin erat antar

sektor industri dan sektor-sektor pembangunan lainnya. Pembangunan antar sektor

yang berkaitan tersebut harus dikembangkan dengan dasar saling menguntungkan dan

menunjang antara industri besar, menengah dan industri kecil, dengan adanya proses

industrialisasi ini maka akan menghasilkan permintaan yang meningkat akan

bahan-bahan baku dan barang-barang setengah jadi serta komponen-komponen bagi industri

pada berbagai tahapannya untuk meningkatkan hasil produksi dalam negeri karena

industri kecil dapat membantu kebutuhan industri berskala menengah dan besar

sehingga diperoleh struktur ekonomi yang seimbang.

Menurut Mahalli (2006) peranan industri kecil dan menengah kembali

menarik perhatian banyak pengamat pasca krisis ekonomi ekonomi. Hal ini terlihat

dari banyaknya usaha kecil dan menengah yang bertahan ditengah krisis ekonomi

menerpa bangsa Indonesia. Kemudian menurut Tambunan dalam Mahalli (2006),

masa krisis ekonomi Asia pada tahun 1997 sesungguhnya telah memberikan suatu

pelajaran bagi bangsa Indonesia, khususnya bagi pemerintah utamanya dalam

perencanaan ekonomi. Penghargaan itu adalah kegagalan pilihan strategis berbasis

usaha besar dimana pemerintah telah memberi bantuan yang besar, baik itu bantuan

fisik (fasilitas) ataupun alokasi kredit (permodalan) tetapi berakhir pada piramida

(21)

menyimpulkan bahwa kalau bukan karena peranan usaha kecil menengah

keterpurukan ekonomi akan lebih buruk dari apa yang dialami pada periode krisis

hingga pemulihan ekonomi (1997-2004).

Sektor usaha kecil memiliki peranan yang penting dalam menjawab

tantangan-tantangan pembangunan yaitu perluasan tenaga kerja bagi angkatan kerja

yang terus bertambah jumlahnya dan peningkatan ekspor. Oleh karena itu, kita harus

memelihara komitmen yang besar terhadap upaya meningkatkan sektor usaha kecil

(Jusuf, 1996). Pembangunan sektor industri yang berskala kecil perlu ditingkatkan

dan diperluas karena mempunyai potensi besar dalam proses pembangunan

khususnya dalam menyerap tenaga kerja dan memperluas lapangan kerja apabila

dibandingkan dengan kelompok industri lainnya. Hal ini disebabkan karena industri

kecil sering dikaitkan dengan modal kecil, teknologi rendah, karakter tradisional dan

tingkat efisiensi yang rendah.

Berdasarkan uraian di atas maka suatu perencanaan pembangunan wilayah

penting dilakukan agar dapat merangsang terciptanya kesempatan kerja dan mampu

mengurangi pengangguran pada suatu daerah khususnya pada Kabupaten Merangin

dengan salah satu alternatifnya adalah pengembangan industri kecil. Menurut

Hasibuan dalam Saragih (1997) industri kecil dan kerajinan rumah tangga dapat

berfungsi sebagai memperluas kesempatan kerja; membuka kesempatan berusaha;

meningkatan pendapatan; menumbuhkan kemampuan dan kemandirian dan penghasil

devisa. Di samping itu, terdapat beberapa alasan yang kuat tentang eksistensi industri

(22)

daerah pedesaan sehingga jika dikaitkan dengan kenyataan tenaga kerja yang

semakin meningkat serta luas tanah garapan yang relatif berkurang maka industri

kecil merupakan jalan keluar, beberapa jenis industri kecil banyak menggunakan

bahan baku dari sumber dilingkungan terdekat sehingga menyebabkan biaya produksi

dapat ditekan rendah dan harga jual relatif murah dan tingkat pendapatan kelompok

bawah yang rendah sesungguhnya merupakan kondisi tersendiri yang memberi

peluang bagi industri kecil untuk tetap bertahan (Saleh, 1986).

Kabupaten Merangin merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jambi

dengan luas wilayah 7.679 Km² yang terdiri dari 9 (sembilan) Kecamatan dan salah

satu diantaranya adalah Kecamatan Bangko yang merupakan ibu kota dari Kabupaten

Merangin. Daerah ini memiliki jumlah penduduk 289.296 jiwa dengan rata-rata

pertumbuhan penduduk mencapai 2,01% selama kurun waktu 2000 – 2006.

Pendapatan regional perkapita di Kabupaten Merangin pada tahun 2006 atas dasar

harga konstan 2002 adalah Rp. 2.717.825,00 berarti terjadi peningkatan sebanyak

Rp. 26.548 atau 0,99% jika dibandingkan dengan tahun 2005 yaitu sebesar Rp.

2.691.277,00 (Bappeda Kabupaten Merangin, 2006).

Di Kabupaten Merangin terdapat 834 unit usaha industri kecil dan menengah

dengan jumlah tenaga kerja yang terpakai sebanyak 3.502 orang pada tahun 2006 dan

di antaranya terdapat di Kecamatan Bangko sebanyak 298 unit usaha industri kecil

dari berbagai jenis komoditi yang dihasilkan berdasarkan data potensi prioritas

industri kecil tahun 2006 yang dikeluarkan oleh Dinas Koperasi, Perindustrian dan

(23)

Tabel 1.1. Perkembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kabupaten Merangin Tahun 2004 s/d 2006

NO Tahun Unit Usaha Tenaga Kerja

1 2004 670 2.990

2 2005 717 3.128

3 2006 834 3.502

Sumber : Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Merangin, Tahun 2006.

Dari tabel di atas diketahui bahwa industri kecil dan menengah di Kabupaten

Merangin dari tahun 2004 hingga tahun 2006 mengalami peningkatan jumlah unit

usaha sebanyak 164 atau naik sebesar 24,5 % dan juga untuk penyerapan tenaga kerja

mengalami peningkatan sebanyak 512 orang atau naik sebesar 17,12 %. Kemudian

dari industri kecil yang ada di wilayah Kecamatan Bangko sebanyak 298 unit usaha

industri kecil tersebut lebih banyak didominasi oleh usaha industri kecil pangan yakni

usaha pengolahan makanan dan minuman dengan jumlah industri kecil yang ada

sebanyak 102 unit usaha.

Untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan yang lebih mendalam

terhadap keberadaan usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko Kabupaten

Merangin, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang

bagaimana peran usaha industri kecil pangan terhadap pengembangan wilayah,

dengan penelitian yang berjudul ”Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap

Pengembangan Wilayah (Studi Kasus Di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin

(24)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukan dari latar belakang di atas, maka

dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pengaruh faktor-faktor produksi (modal kerja dan tenaga kerja)

terhadap hasil produksi usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko

Kabupaten Merangin ?

2. Bagaimanakah peran usaha industri kecil pangan terhadap pengembangan

wilayah di Kabupaten Merangin khususnya di Kecamatan Bangko ?

1.2.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah penelitian maka tujuan

dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor produksi (modal kerja dan tenaga kerja)

terhadap hasil produksi usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko.

2. Untuk mengetahui peran apa saja dari kegiatan industri kecil pangan terhadap

pengembangan wilayah di Kabupaten Merangin khususnya di Kecamatan

(25)

1.4. Kegunaan Penelitian

Kajian ini diharapkan berguna untuk:

1. Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Provinsi

a. Sebagai bahan masukan dan informasi tambahan bagi pemerintah terutama

Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi khususnya

pemerintah Kabupaten Merangin dalam merumuskan strategi pembangunan

wilayah dan menetapkan kebijaksanaan serta pengambilan keputusan yang

berkaitan dengan masalah usaha industri kecil pangan.

b. Sebagai bahan informasi bagi para perencana pembangunan dan pengambil

kebijakan untuk pengembangan usaha industri kecil pangan di wilayah

Kabupaten Merangin.

2. Pelaku usaha industri kecil pangan, yaitu untuk menambah informasi kepada para

pengusaha industri kecil khususnya pengusaha industri kecil pangan dalam

meningkatkan hasil produksinya.

3. Kalangan Akademisi

Diharapkan dengan penelitian ini akan menjadi bahan masukan dan referensi bagi

peneliti selanjutnya khususnya mengenai usaha industri kecil pangan.

4. Lembaga keuangan bank dan bukan bank, yaitu sebagai bahan acuan dan

pertimbangan bagi lembaga bank dan bukan bank untuk dapat menyalurkan kredit

sebagai sumber modal bagi usaha industri kecil pangan sehingga dapat

(26)

1.5. Batasan Penelitian

Adapun yang menjadi batasan dalam penelitian ini adalah:

1. Menganalisis gambaran keberadaan usaha industri kecil pangan di Kabupaten

Merangin khususnya di Kecamatan Bangko dilihat dari status kepemilikan

usaha, status kepemilikan modal, jumlah tenaga kerja, struktur permodalan

usaha, sumber bahan baku dan pemasaran hasil produksi.

2. Menganalisis faktor-faktor produksi yaitu modal kerja dan tenaga kerja terhadap

hasil produksi usaha industri kecil pangan di wilayah Kecamatan Bangko

Kabupaten Merangin.

3. Menganalisis peran usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko

Kabupaten Merangin terhadap pengembangan wilayah dilihat dari penyerapan

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Pengembangan Wilayah

Pembangunan berdasarkan pendekatan wilayah dimaksudkan sebagai suatu

rencana dan aktivitas pembangunan yang terkait antara satu daerah dengan daerah

lainnya sehingga arah pembangunan antar daerah dalam suatu wilayah menampung

kebutuhan yang semakin tinggi. Perlu ada kerja sama antar daerah didalam

melaksanakan aktivitas pembangunan di daerah, pada dasarnya memiliki karakteristik

potensi ekonomi dan sosial yang hampir sama bahkan saling menguatkan. Kerjasama

ini dimaksudkan agar pembangunan daerah bisa berjalan secara optimal melalui

penciptaan sinergi atas penggunaan potensi ekonomi yang ada. Untuk saat ini

pembangunan di daerah berlandaskan pada potensi sumber daya alam dan sumber

daya manusia didaerah. Pemanfaatan kedua potensi inilah yang perlu dikerjasamakan

sehingga dapat menciptakan suatu hasil atau manfaat yang lebih besar jika

dibandingkan dengan bekerja sendiri. (Miraza, 2005). Oleh karena itu, diharapkan

pemerintah terutama pemerintah daerah kabupaten/kota mampu bekerja sama dengan

masyarakat dalam melaksanakan kegiatan perencanaan dan pengembangan wilayah

yang dapat dilihat dari pembangunan masyarakat yang mendiami wilayah tersebut

sehingga memerlukan suatu keteraturan dan rambu-rambu yang nantinya tidak

(28)

Pentingnya perencanaan dan pengembangan wilayah terpadu yang akan

mengkombinasikan semua potensi yang dimiliki oleh kabupaten/kota, semakin terasa

sejalan dengan banyaknya pemekaran Kabupaten/kota di Indonesia. Meskipun

masing-masing kabupaten/kota memiliki keunggulan dan potensi kewilayahan yang

akan membedakannya dengan wilayah lain yang bersampiran, namun keunggulan itu

idealnya dipadukan dengan keunggulan dari kawasan lain, sehingga synergy effect

yang ditimbulkan akan semakin memperkuat kedua kawasan tersebut (Surya, 2006).

Pengembangan wilayah dalam pembangunan adalah berbagai jenis kegiatan,

baik yang tercakup dalam sektor pemerintah maupun dalam masyarakat, dilaksanakan

dan diatur dalam rangka usaha-usaha untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup

masyarakat. Usaha-usaha tersebut pada dasarnya dalah bersifat meningkatkan

pemenuhan berbagai kebutuhan-kebutuhan, baik melalui produk-produk maupun

melalui berbagai jenis kegiatan yang membawa pengaruh peningkatan kawasan

(Samosir, 2000). Peningkatan kawasan dapat pula diartikan sebagai peristiwa

pengembangan wilayah pada wilayah yang bersangkutan, sehingga keseluruhan usaha

yang menjurus pada perbaikan dalam tingkat kesejahteraan hidup masyarakat, dapat

dipandang sebagai penyebab berlangsungnya proses perkembangan wilayah

(Purnomosidi, 1981).

Sukirno (1985) memberikan pengertian wilayah atau daerah dalam tiga hal

yaitu: daerah homogen, daerah modal dan daerah administratif. Pengertian pertama

menganggap bahwa suatu daerah sebagai suatu space atau ruang dimana kegiatan

(29)

seperti pendapatan penduduk, agama, suku bangsa atau struktur ekonominya.

Pengertian kedua bahwa daerah sebagai ruang ekonomi yang dikuasai oleh satu atau

beberapa pusat kegiatan ekonomi. Pengertian yang ketiga adalah memberikan batasan

suatu daerah berdasarkan pembagian administrasi dari suatu negara seperti provinsi,

kabupaten, desa dan sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa wilayah administrasi

merupakan wilayah perencanaan yang merupakan suatu ruang ekonomi yang berada

di bawah satu tingkat tertentu seperti provinsi, kabupaten, desa dan sebagainya.

Untuk tujuan analisis dan pembahasan aspek pembangunan wilayah dalam penelitian

ini digunakan pengertian wilayah administrasi sebagai unit analisis wilayah

perencanaan.

Menurut Miraza (2005) perencanaan wilayah adalah suatu perencanaan yang

berjangka panjang, bertahap dan tersistematik dengan suatu tujuan yang jelas. Tujuan

yang jelas itu adalah yang menyangkut pada keseluruhan kepentingan steakholders,

baik masyarakat dari berbagai lapisan, kelompok pengusaha maupun pemerintah

sendiri. Perencanaan wilayah menyangkut pada bagaimana pemanfaatn potensi

wilayah, baik potensi alam maupun potensi buatan, harus dilaksanakn secara fully dan

efficiently agar pemanfaatan potensi dimaksud benar-benar berdampak pada

kesejahteraan masyarakat secara maksimal. Disamping itu kita juga perlu

memikoirkan bagaimana dunia usaha dapat berkiprah secara ekonomis serta

pemerintah mendapatkan manfaat dari semua keadaan ini bagi melangsungkan

(30)

Meskipun terdapat banyak konsep tentang perencanaan pembangunan wilayah

tetapi pakar ekonomi wilayah sependapat bahwa tujuan pembangunan wilayah

merupakan bagian dari tujuan pembangunan nasional yang antara lain adalah

mencapai pertumbuhan pendapatan per kapita yang lebih tepat dan menyediakan

kesempatan kerja yang cukup serta wilayah menjadi lebih baik disegala sektor yang

meliputi sektor jasa, industri, pertanian dan sektor lainnya dengan memperhatikan

dan menyelaraskan penggunaan potensi yang ada secara baik dan benar. Tujuan

utama dari pengembangan wilayah adalah menyerasikan berbagai kegiatan

pembangunan sektor dan wilayah, sehingga pemanfaatan ruang dan sumber daya

yang ada di dalamnya dapat optimal mendukung kegiatan kehidupan masyarakat

sesuai dengan tujuan dan sasaran pembangunan wilayah yang diharapkan (Riyadi,

2002). Kemudian Menurut Hadjisaroso (1994) sasaran pengembangan wilayah harus

diterjemahkan kedalam kerangka pembangunan nasional dan Negara kesatuan

Republik Indonesia (NKRI) yaitu dengan tujuan :

1. Mencapai pertumbuhan pertumbuhan pendapatan perkapita yang cepat

2. Menyediakan kesempatan kerja yang cukup,

3. Pemerataan pendapatan,

4. Mengurangi perbedaan antara tingkat pendapatan, kemakmuran, pembangunan

serta kemampuan antar daerah,

(31)

2.2Pengertian dan jenis-jenis industri kecil

Pemberdayaan usaha kecil sangat penting dan strategis dalam mengantisipasi

perekonomian kedepan terutama dalam memperkuat struktur perekonomian nasional.

Adanya krisis perekonomian nasional seperti sekarang ini sangat mempengaruhi

stabilitas sosial, ekonomi, politik yang imbasannya berdampak pada kegiatan usaha

besar yang semakin terpuruk, sementara usaha kecil masih dapat mempertahankan

kegiatan usahanya (Prawirikusumo, 2001).

Perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) memiliki potensi

yang besar dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat. Dalam krisis ekonomi yang

terjadi di negara kita sejak beberapa waktu yang lalu, dimana banyak usaha berskala

besar yang mengalami stagnasi bahkan berhenti aktivitasnya, sektor industri kecil

terbukti lebih tangguh dalam menghadapi krisis tersebut. Pengembangan industri

kecil perlu mendapatkan perhatian yang besar baik dari pemerintah maupun

masyarakat agar dapat berkembang lebih kompetitif bersama pelaku ekonomi

lainnya. Kebijakan pemerintah kedepan perlu diupayakan lebih kondusif bagi tumbuh

dan berkembangnya industri kecil. Pemerintah perlu meningkatkan perannya dalam

memberdayakan industri kecil Pengembangan industri kecil sebagai salah satu

strategi kebijakan nasional, berperan penting untuk mendorong pertumbuhan

ekonomi secara menyeluruh. Industri kecil mempunyai peran yang strategis dalam

pembangunan ekonomi nasional, oleh sebab selain berperan dalam pertumbuhan

ekonomi dan penyerapan tenaga kerja, memperluas lapangan kerja dan kontribusinya

(32)

Selain itu mengembangkan kemitraan usaha yang saling menguntungkan antara

pengusaha besar dengan pengusaha kecil dan meningkatkan kualitas sumber daya

manusianya.

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 26/1/UKK tanggal 29 Mei 1993

yang dimaksud dengan usaha kecil adalah “usaha yang memiliki total asset

maksimum Rp. 600 juta tidak termasuk tanah dan rumah yang ditempati”. Pengertian

usaha kecil ini meliputi usaha perseorangan, badan usaha swasta dan koperasi,

sepanjang asset yang dimiliki tidak melebihi nilai Rp. 600 juta. Sedangkan

berdasarkan Undang-undang No. 9 tahun 1995 tentang usaha kecil, yang dimaksud

dengan usaha kecil adalah “kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dalam

memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan seperti kepemilikan

sebagaimana diatur dalam undang-undang ini”.

Definisi industri kecil berdasarkan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995

adalah dilihat dari segi keuangan dan modal yang dimiliki oleh industri kecil tersebut.

Adapun kriteria usaha kecil menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tersebut

adalah sebagai berikut :

1 Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah),

tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2 Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak satu milyar rupiah;

(33)

4 Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang

dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan

Usaha Menengah atau Usaha Besar;

5 Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum,

atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

Sementara Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Mahalli (2006) telah

memberikan batasan tentang industri kecil dan menengah (IKM) berdasarkan kriteria

besarnya jumlah tenaga kerja yaitu :

1. Kerajinan rumah tangga dengan jumlah tenaga kerja kurang dari 5 orang termasuk

tenaga kerja yang tidak dibayar.

2. Usaha kecil dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 5 – 19 orang.

3. Usaha menengah sebanyak 20 – 99 orang.

Sedangkan menurut Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 133 Tahun 1979

dalam Samosir (2000), pada prinsipnya didasarkan pada kriteria investasi di luar

gedung dan tanah tidak lebih dari Rp. 70 juta atau nilai invetasi per tenaga kerja tidak

lebih dari Rp. 625.000,- dan telah disesuaikan kembali melalui Keputusan Menteri

Perindustrian Nomor 13 Tahun 1990 dikatakan bahwa industri kecil adalah kegiatan

yang nilai kekayaannya tidak lebih dari Rp. 600 juta, tidak termasuk nilai rumah dan

tanah yang ditempati.

Melihat perkembangan bisnis diera global, peluang bisnis bagi industri kecil

semakin besar. Salah satu penyebanya adalah terjadinya peningkatan pemilikan

(34)

semakin luas. Menurut Surya (2002), sejumlah peluang bisnis bisa diraih usaha kecil

antara lain di bidang manufaktur, jasa, waralaba (franchising), grosir dan pengecer.

Di bidang grosir dan pengecer, peluang bisnis usaha kecil semakin marak sejalan

dengan banyaknya pemukiman di daerah pinggiran yang dibangun oleh para

pengembang (developer), terutama pasca pemekaran wilayah. Peluang itu misalnya

dalam penyediaan bahan baku makanan seperti sayuran dan buah-buahan serta

beragam jenis komoditi industri kecil pangan. Di beberapa kabupaten/kota, jenis

komoditi hasil industri kecil pangan memberi kontribusi pendapatan yang berarti bagi

warga sehingga dapat membantu pendapatan keluarga.

Secara umum sektor usaha industri kecil memiliki karakteristik sebagai

berikut :

1. Sistem pembukuan yang relatif sederhana dan cenderung tidak mengikuti kaidah

administrasi pembukuan standar. Kadangkala pembukuan tidak direvisi terus

menerus sehingga sulit untuk menilai kinerja usahanya.

2. Margin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang tinggi.

3. Modal terbatas.

4. Pengalaman manajerial dalam mengelola perusahaan masih sangat terbatas.

5. Skala ekonomi yang terlalu kecil, sehingga sulit mengharapkan untuk mampu

menekan biaya mencapai titik efisiensi jangka panjang.

6. Kemampuan pemasaran hasil produksi dan negoisasi serta diversifikasi pasar

(35)

7. Kemampuan untuk memperoleh sumber dana dari pasar modal rendah, mengingat

keterbatasan dalam sistem administrasinya. Untuk mendapatkan dana di pasar

modal, sebuah perusahaan harus mengikuti sistem administrasi standar dan harus

transparan ( Anoraga dan Sudantoko, 2002).

Sedangkan menurut Tulus Tambunan (2002) dalam Siregar (2003),

karakteristik dari industri kecil adalah:

1. Kategori industri kecil lebih modern dibandingkan industri rumah tangga. Proses

produksi lebih mechanized, dan kegiatannya dilakukan ditempat khusus (pabrik)

yang biasanya berlokasi disamping rumah si pengusaha atau pemilik usaha.

2. Membuat produk non-inferior untuk kelas masyarakat berpendapatan menengah

ke atas.

3. Penghasilan relatif tinggi.

4. Kegiatan ditentukan oleh pasar output.

5. Nilai investasi awal besar.

6. Pertumbuhan besar dan memakai lebih banyak tenaga kerja dibayar serta tujuan

usaha adalah maksimalisasi profit.

7. Pendidikan pengusaha lebih tinggi yaitu di atas SD.

Hasil sensus industri menyatakan bahwa karakteristik industri kecil di

Indonesia dalam Siregar (2003) adalah :

1. Industri kerajinan merupakan mayoritas dilihat dari segi jumlah unit

(36)

2. Hampir seluruhnya belum menggunakan tenaga mesin, dengan kata lain masih

menggunakan tenaga manusia.

3. Tenaga kerja sebagian besar adalah pekerja keluarga.

4. Bentuk hukum usahanya dalah perseorangan.

Menurut pembagian BPS industri pengelolaan menjadi terbagi menjadi 9

subsektor yang terdiri dari industri makanan dan minuman; industri tekstil; industri

barang dari kulit dan alas kaki, barang dari kayu dan hasil hutan lainnya; industri

kertas dan barang cetakan; industri pupuk, kimia dan barang dari karet; industri

semen dan barang galian bukan logam; industri logam dasar besi dan baja; industri

alat angkutan, mesin, dan peralatannya dan barang industri lainnya.

2.3Faktor-faktor Produksi

Menurut Sukirno (2005) yang dimaksud dengan faktor-faktor produksi adalah

benda-benda yang disediakan oleh alam atau diciptakan oleh manusia yang dapat

digunakan untuk memproduksi barang dan jasa. Faktor-faktor produksi adakalanya

dinyatakan dengan istilah lain, yaitu sumber-sumber daya. Faktor-faktor produksi

yang tersedia dalam perekonomian akan menentukan sampai dimana suatu negara

dapat menghasilkan barang dan jasa. Faktor produksi yang tersedia dalam

perekonomian dibedakan kepada empat jenis, yaitu seperti yang diterangkan di bawah

ini.

(37)

Faktor produksi ini disediakan alam. Faktor produksi ini meliputi tanah, berbagai

jenis barang tambang, hasil hutan dan sumber alam yang dapat dijadikan modal

seperti air yang dibendung untuk irigasi atau pembangkit tenaga listrik.

2. Tenaga Kerja

Faktor produksi ini bukan saja berarti jumlah buruh yang terdapat dalam

perekonomian. Pengertian tenaga kerja meliputi juga keahlian dan ketrampilan

yang mereka miliki. Dari segi keahlian dan pendidikannya, tenaga kerja

dibedakan kepada tiga golongan berikut:

a. Tenaga kerja kasar adalah tenaga kerja yang tidak berpendidikan atau rendah

pendidikannya dan tidak memiliki keahlian dalam suatu bidang pekerjaan.

b. Tenaga kerja terampil adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dari

pelatihan atau pengalaman kerja seperti montir mobil, tukang kayu dan

keahlian mereparasi TV dan radio.

c. Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki pendidikan cukup

tinggi dan ahli dalam bidang tertentu seperti dokter, akuntan, ahli ekonomi

dan insinyur.

3. Modal

Faktor produksi ini merupakan benda yang diciptakan oleh manusia dan

digunakan untuk memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang mereka

butuhkan. Beberapa contoh adalah sistem pengairan, jaringan jalan raya,

bangunan pabrik dan pertokoan, mesin-mesin dan peralatan pabrik dan ala-alat

(38)

4. Keahlian Keusahawan

Faktor produksi ini berbentuk keahlian dan kemampuan pengusaha untuk

mendirikan dan mengembangkan berbagai kegiatan usaha. Dalam menjalankan

suatu kegiatan ekonomi, para pengusaha akan memerlukan ketiga faktor produksi

yang lain yaitu tanah, modal dan tenaga kerja. Keahlian keusahawan meliputi

kemahirannya mengorganisasi berbagai sumber atau faktor produksi tersebut

secara efektif dan efisien sehingga usahanya berhasil dan berkembang serta dapat

menyediakan barang dan jasa untuk masyarakat.

2.4Pengertian Pendapatan

Untuk memenuhi kebutuhan hidup diperlukan pendapatan. Sejumlah

pendapatan ini akan dipergunakan sebagai alat pemuas kebutuhan. Pendapatan ini

diperoleh dari berbagai unsur seperti: pertanian, perdagangan, hasil industri berupa

gaji/upah, jasa dan lain-lain. Pendapatan adalah sejumlah uang yang diterima oleh

suatu keluarga atau seseorang selama jangka waktu tertentu biasanya satu tahun

(Samuelson dan William, 1998). Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

pendapatan masyarakat merupakan jumlah seluruh penerimaan yang diterima

masyarakat pada satu periode tertentu, biasanya satu tahun, baik itu berasal dari hasil

pertanian, perdagangan, hasil industri atau sektor lainnya. Sedangkan pendapatan

pengusaha adalah nilai omzet atau hasil penjualan yang diperoleh pengusaha dari

(39)

2.5Peranan Industri Kecil Dalam Pembangunan Wilayah

Sejak awal dasawarsa tujuh puluhan secara tajam mulai disadari, bahwa

meskipun mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat, namun kebanyakan negara

berkembang belumlah berhasil menyediakan lapangan pekerjaan yang layak bagi

angkatan kerja pada umumnya, baik ditinjau dari segi pendapatan ataupun kesesuaian

pekerjaan terhadap keahlian. Harapan bahwa pertumbuhan yang pesat dari sektor

industri modern akan dapat menyelesaikan masalah kemiskinan dan pengangguran

secara tuntas ternyata masih berada pada rentang perjalanan yang panjang. Bertitik

tolak dari kenyataan inilah maka eksistensi industri kecil telah mengambil bagian

dalam masalah kesempatan kerja dan ketenagakerjaan di negara berkembang.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sektor industri kecil merupakan

salah satu sektor yang mempunyai andil yang cukup kuat dalam mengatasi

pengangguran dan kesempatan kerja serta mewujudkan pengembangan wilayah dan

pembangunan nasional.

Perihal pentingnya industri kecil itu secara asasi tidaklah terlepas dari data

empiris atau berbagai aspek nalariah yang melatarbelakanginya. Presentase jumlah

usaha industri kecil terhadap unit usaha di sektor industri pengolahan menunjukkan

porsi penyerapan tenaga kerja yeng lebih besar dibandingkan pada industri besar

maupun sedang. Industri kecil selain memberikan manfaat dalam ketenagakerjaan,

juga memberikan manfaat sosial yang berarti bagi perekonomian, yaitu:

1. Industri kecil dapat menciptakan peluang berusaha yang luas dengan pembiayaan

(40)

2. Industri kecil turut mengambil peranan dalam peningkatan dan mobilisasi

tabungan domestik.

3. Industri kecil mempunyai kedudukan komplementer terhadap industri besar dan

sedang, karena industri kecil menghasilkan produk yang relatif murah dan

sederhana, yang biasanya dihasilkan oleh industri besar dan sedang (Jakti, 1986).

Hasil penelitian Tambunan (1989), membuktikan bahwa industri berskala

kecil berperan penting dalam menanggulangi problem sosial ekonomi negara-negara

berkembang. Dimana subsektor industri kecil memberikan kesempatan kerja bukan

saja bagi masyarakat pedalaman yang tidak memiliki penghasilan tambahan tetapi

juga kepada petani yang kehilangan sumber penghasilan utamanya di sektor tersebut

di luar musim panen.

Hasil penelitian Haryadi (1995), menyatakan industri kecil merupakan

penyedia kesempatan kerja baik di desa maupun perkotaan. Sebagai salah satu

kegiatan ekonomi di luar sektor pertanian, sub sektor industri kecil meperlihatkan

kemampuan menampung semakin banyak tenaga kerja yang tidak dapat diserap pada

sektor pertanian.

Dari uraian dan beberapa penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa

pengembangan industri kecil merupakan kebijaksanaan yang strategis dalam

pengembangan atau pembangunan wilayah. Hal ini dapat dilihat dengan penyerapan

tenaga kerja dan memberikan sumbangan terhadap peningkatan pendapatan yang

(41)

Menurut Sulaeman (2004) Pengembangan usaha kecil dan menengah dalam

menghadapi pasar regional dan global harus didasari pada upaya yang keras dan terus

menerus dalam menjadikan UKM (Usaha Kecil dan Menengah) sebagai usaha yang

tangguh. Oleh karena itu, produk yang diusahakan UKM (Usaha Kecil dan

Menengah) sekurang-kurangnya mempunyai keunggulan komparatif, bahkan sangat

diharapkan mempunyai keunggulan kompetitif. Pendekatan klaster bisnis merupakan

upaya pengembangan usaha UKM (Usaha Kecil dan Menengah) secara sistemik,

sehingga UKM (Usaha Kecil dan Menengah) yang ada di dalamnya mempunyai

peluang untuk menjadi usaha yang handal dan kompetitif. Strategi pengembangan

usaha UKM (Usaha Kecil dan Menengah) harus atas dasar kekuatan dan

tantangannya, olehkarena itu harus ditopang secara kuat terutama oleh adanya akses

ke sumber dana, pasar, sumber bahan baku, teknologi dan Informasi serta

manajemen.

Dari uraian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pengembangan

wilayah peran industri kecil tidak hanya berperan dalam penyerapan tenaga kerja

tetapi juga dalam pemasaran hasil produk yang diharapkan mampu memiliki

keunggulan kompetitif terutama dalam menghadapi persaingan pasar regional dan

(42)

2.6Industri Pangan

Secara sederhana industri pangan mencangkup kegiatan produksi pangan

mentah, kegiatan pengolahan dan kegiatan distribusi. Kegiatan di bidang produksi

bahan mentah adalah kegiatan yang berhubungan dengan teknologi pertanian yaitu

pembibitan dan penanaman, pemeliharaan selama pertumbuhan, pemanenan atau

pemotongan, penyimpanan, penanganan atau pengepakan dan distribusi bahan

mentah untuk proses selanjutnya. Kegiatan pengolahan adalah proses pembuatan

suatu bahan dari bahan mentah atau bahan asal serta kegiatan-kegiatan penanganan

dan pengawetan bahan tersebut. Kegiatan distribusi meliputi penyimpanan,

pengangkutan dan pengolahan. Industri pengolahan pangan di Indonesia antara lain

meliputi misalnya pabrik susu bubuk, susu kental manis, susu kedelai, tepung

gandum, roti, kue kering, sosis, supermi, bir, limun, brem dan lain-lainnya. Selain itu

terdapat pula industri-industri menengah dan industri rumah yang terutama mengolah

makanan secara trasidisional misalnya terasi, petis, kerupuk, ikan asin, ikan pindang,

dendeng, kopra, telur asin, telur pindang, tempe, kecap, tauco, oncom, tape, arak,

gaplek, sosis, ham dan lain-lainya. Industri minyak makan juga banyak didirikan

yaitu meliputi minyak goreng dari kelapa, minyak goreng dari kacang tanah dan

margarin (FG. Winarno, Srikandi Fardiaz, Dedi Fardiaz : 1980)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa industri pangan merupakan

industri pengolahan yang mengolah bahan mentah baik itu yang bentuknya padat

(43)

Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Klasifikasi Baku

Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) tahun 2005, industri pengolahan terdiri dari

industri makanan dan minuman, industri pengolahan tembakau, industri tekstil,

industri pakaian jadi, industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki, industri kayu,

barang-barang dari kayu (tidak termasuk furnitur) dan barang-barang anyaman dari

rotan, bambu dan sejenisnya, industri kertas, barang dari kertas dan sejenisnya,

industri penerbitan, percetakan dan reproduksi media rekaman, industri batu bara,

pengilangan minyak bumi dan pengolahan gas bumi, barang-barang dari hasil

pengilangan minyak bumi dan bahan bakar nuklir, industri kimia dan barang-barang

dari bahan kimia, industri karet, barang dari karet dan barang dari plastik, industri

barang galian bukan logam, industri logam dasar, industri barang dari logam, kecuali

mesin dan peralatannya, industri mesin dan perlengkapannya, industri mesin dan

peralatan kantor, akuntansi dan pengolahan data, industri mesin listrik lainnya dan

perlengkapannya, industri radio, televisi dan peralatan komunikasi serta

perlengkapannya, industri peralatan kedokteran, alat-alat ukur, peralatan navigasi,

peralatan optik, jam dan lonceng, industri kendaraan bermotor, industri alat angkutan

selain kendaraan bermotor roda empat atau lebih, industri furnitur dan industri

pengolahan lainnya dan industri daur ulang. Industri pangan menurut Klasifikasi

Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) termasuk ke dalam industri pengolahan

(44)

a. Pengolahan dan pengawetan daging, ikan, buah-buahan, sayuran, minyak dan

lemak

Golongan ini mencakup usaha pemotongan hewan, pengolahan/pengawetan

daging, ikan atau biota air dan buah-buahanatau sayuran serta pengolahan minyak

makan dan lemak dari nabati atau hewani. Pengolahan dan pengawetan daging,

ikan atau biota air dan buah-buahan atau sayuran dilakukan dengan cara

pengalengan, pengasapan, pengeringan, pembekuan, pengasinan/pemanisan,

pelumatan, dan sebagainya. Pengolahan bahan-bahan dari lemak nabati maupun

hewani menjadi minyak kasar (minyak makan), margarine, minyak goreng (dari

minyak kelapa dan kelapa sawit), minyak goreng lainnya, minyak makan dan

lemak lainnya. Termasuk juga pengolahan lemak dari nabati maupun hewani yang

dapat digunakan sebagai bahan makanan, seperti: minyak bunga matahari, minyak

ikan, minyak/lemak babi, lemak sapi dan lemak unggas. Termasuk dalam

golongan ini kegiatan pengurusan hasil sampingannya, seperti: pementangan

kulit, penjemuran tulang, penyortiran bulu dan pembersihan lemak.

b. Industri susu dan makanan dari susu

Golongan ini mencakup usaha pembuatan susu bubuk, susu kental, susu cair, susu

asam dan susu kepala termasuk usaha pengawetannya. Juga industri makanan dari

susu seperti: mentega, keju, dan makanan bayi. Termasuk pembuatan bubuk es

(45)

c. Industri penggilingan padi-padian, tepung dan makanan ternak

Golongan ini mencakup usaha penggilingan/pembersihan/pengupasan

padi-padian, biji-bijian, kacang-kacangan, umbi-umbian, dan sejenisnya serta industri

pati ubi kayu, industri berbagai macam pati palma, dan industri pati lainnya.

Termasuk industri makanan ternak, seperti: ransum dan konsentrat pakan ternak.

d. Industri makanan lainnya

Golongan ini mencakup usaha pembuatan dan pengolahan makanan lainnya,

seperti: pembuatan segala macam roti, kue kering dan sejenisnya, pembuatan gula

pasir, gula merah, gula lainnya, sirop, dan industri pengolahan gula lainnya selain

sirop; pengolahan biji coklat, dan pembuatan bubuk coklat, serta makanan dari

coklat dan kembang gula; industri macaroni, mie, spagheti, bihun, so’un dan

sejenisnya, serta industri makanan lainnya yang belum tercakup sebelumnya,

seperti: pengolahan the dan kopi, industri es, kecap, tempe, makanan dari kedele

dan kacang-kacangan lainnya selain kecap dan tempe, kerupuk dan sejenisnya,

bumbu masak dan penyedap masakan, kue-kue basah, dan industri makanan

lainnya yang belum termasuk golongan manapun.

e. Industri minuman

Golongan ini mencakup usaha pembuatan dan pengolahan minuman yang

menggunakan bahan baku alcohol (ethyl alcohol) dengan proses destiling,

rectifying dan blending, seperti minuman keras jenis: whisky, brandy, rum dan

pencampuran minuman keras. Juga pengolahan minuman secara fermentasi

(46)

sayuran, daun, batang, dan akar; dan industri pembuatan malt (kecambah barley

atau sereal lainnya yang dikeringkan) serta minuman keras dari malt, seperti: bir,

ale, porter, stout, temulawak dan legen. Termasuk usaha pembuatan minuman

ringan (tidak mengandung alcohol), seperti: limun, air soda, krim soda, markisa,

beras kencur, air tebu, dan air mineral dalam kemasan/air minum dalam kemasan.

2.7Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan berkenaan dengan

penelitian tesis ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Samosir (2000), menulis

tesis yang berjudul ”Pengaruh pengrajin industri kecil terhadap tingkat pendapatan

dan penyerapan tenaga kerja di dalam mendorong pengembangan wilayah di

Kecamatan Medan Denai Kotamadya Medan” mengemukakan bahwa pengrajin

industri kecil termasuk di dalamnya industri kecil pangan memberikan pengaruh

positif terhadap peningkatan dan penyerapan tenaga kerja di dalam mendorong

pengembangan wilayah di Kecamatan Medan Denai Kotamadya Medan. Hal ini

tercermin melalui koefisien pengganda (multiplier effect) dari subsektor pengrajin

industri kecil yaitu: rata-rata 9,86 % untuk peningkatan pendapatan dan 40,28 %

untuk penyerapan tenaga kerja. Untuk meningkatkan pengembangan pengrajin

industri kecil di wilayah Kecamatan Medan denai Kotamadya Medan, disarankan

perlu perhatian pihak pengambil keputusan dan instansi terkait dalam hal penyediaan

dana dan bantuan permodalan atau kredit dengan syarat tingkat bunga yang relatif

(47)

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Saragih (1997) menulis tesis yang

berjudul ”Pengembangan industri kecil dan pengaruhnya terhadap pengembangan

wilayah di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Deli Serdang” mengemukan bahwa

sub sektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga masih mendominasi struktur

industri di daerah Kecamatan Perbaungan dimana selama periode tahun 1991 – 1995

sub sektor terus menunjukkan perkembangannya untuk unit usaha 2,0 % per tahun

dan penyerapan tenaga kerja 1,89 % per tahun serta peningkatan investasi rata-rata

sebesar 5,31 % per tahun. Dari hasil penelitian terhadap faktor-faktor yang

mempengaruhi keberhasilan industri kecil di Kecamatan Perbaungan adalah modal

tenaga kerja (X1), peubah jumlah tenaga (X2), tingkat pendidikan tenaga kerja (X3),

harga bahan baku (X4), dan fasilitas kredit (X6), sementara peubah sistem pemasaran

(X5) tidak mempunyai pengaruh yang diperhitungkan dalam keberhasilan industri

kecil di Kecamatan Perbaungan. Hasil penelitian terhadap profil beberapa industri

kecil yang menonjol di Kecamatan Perbaungan memperlihatkan masih banyaknya

kendala yanng harus diperhatikan dalam upaya pengembangan industri tersebut,

terutama pada aspek permodalan, peningkatan mutu atau kualitas produk yang

dihasilkan dan juga kemampuan untuk menerobos pasar masih lemah. Hal ini

disebabkan pengetahuan dan tingka pendidikan para pengusaha yang pada umumnya

hanya lulusan sekolah dasar dan sekolah lanjutan menengah pertama. Cabang industri

kecil pangan adalah merupakan atau dapat dijadikan sebagai sektor ekonomi basis

wilayah Kecamatan Perbaungan dari sub sektor industri. Kemudian disarankan

(48)

penembangan wilayah maka perlu ditingkatkan pengembangan industri kecil. Agar

supaya peranan dan pengaruhnya terus dapat meningkat dalam perekonomian

wilayah, maka seyogyanya diperlukan untuk lebih meningkatkan produksi subsektor

ini, terutama dalam bentuk tujuan ekspor. Sehubungan dengan hal tersebut maka

terlebih dahulu perlu daicarikan jaln keluar dari hambatan-hambatan yang

menyangkut pengembangannya seperti permasalahan permodalan produktivitas dan

pemasaran produk. Untuk pengembangan industri kecil didalam udaha memperluas

pemasaran maka para pengusaha perlu dibina melalui pendidikan dan pelatihan

khusus yang menyangkut pada bidang penentuan harga dan kualitas bahan baku, baik

yang dilakukan oleh dinas yang terkait maupun koperasi dan perusahaan bapak

angkat sehingga ada keterkaitan antara industri kecil dengan industri besar dan

(49)

2.8Kerangka Pemikiran

Untuk mempermudah pemahaman kita tentang konsep penelitian ini, maka

dapat dilihat pada gambar 2.1 sebagai berikut:

Usaha Industri Kecil Pangan

Modal Kerja

Tenaga Kerja

Produksi Faktor-faktor Produksi

Pengembangan Wilayah Pemasaran Hasil Produk

Penyerapan Tenaga Kerja

Industri Kecil Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin

2.9Hipotesis

(50)

2.9 Hipotesis

Sesuai dengan latar belakang masalah dan tujuan penelitian, maka hipotesis

terhadap penelitian ini adalah adalah sebagai berikut:

1. Usaha industri kecil pangan memberikan pengaruh yang positif terhadap

peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja di wilayah Kabupaten

Merangin khususnya di Kecamatan Bangko.

2. Adanya pengaruh faktor-faktor produksi (modal kerja dan tenaga kerja) terhadap

hasil produksi usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko Kabupaten

Merangin.

3. Usaha industri kecil pangan memberikan peran yang positif terhadap

pengembangan wilayah di Kabupaten Merangin khususnya di Kecamatan

(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Lokasi dan Waktu

Sesuai dengan tujuan penelitian maka penelitian dilakukan di Kecamatan

Bangko Kabupaten Merangin. Alasan pemilihan dilakukannya penelitian dilokasi ini

adalah sebagian besar usaha industri kecil yang ada di Kabupaten Merangin berada di

Kecamatan Bangko termasuk didalamnya usaha industri kecil pangan yang perlu

dikembangkan dan juga peneliti berasal dari daerah ini. Kecamatan Bangko

merupakan ibukota Kabupaten Merangin sekitar 252 Km dari Kota Jambi Provinsi

Jambi.

Penelitian yang akan dilakukan diperkirakan berlangsung selama 3 bulan yaitu

mulai September 2007 sampai dengan November 2007. Lokasi penelitian disajikan

pada peta berikut dan keterangan untuk lokasi penelitian yaitu di Kecamatan Bangko

(52)

Sumber : Bappeda Kabupaten Merangin, 2007

(53)

3.2Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh melalui penyebaran kuisioner dengan pengisian

daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan untuk penelitian ini dan observasi langsung

kelapangan dengan menggunakan teknik wawancara dengan responden yang diambil

dari para pengusaha industri kecil pangan yang ada di Kecamatan Bangko Kabupaten

Merangin.

Data sekunder diperoleh melalui dokumentasi dari berbagai informasi atau

instansi terkait yang berhubungan dengan ruang lingkup penelitian, yaitu: Badan

Pusat Statistik (BPS), Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten

Merangin dan Kantor Camat Bangko serta hasil penelitian terdahulu dan literatur

yang dianggap relevan dalam mendukung penelitian ini.

3.3Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah usaha industri kecil pangan di

Kecamatan Bangko yang terdaftar pada data potensi prioritas industri kecil yang

dikeluarkan oleh Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten

Merangin tahun 2006 sebanyak 102 unit usaha dari 18 komoditi usaha industri kecil

pangan, seperti yang terlihat pada Tabel 3.1. jenis komoditi usaha industri kecil

(54)

Untuk penelitian ini diambil sampel sebanyak 30% dari jumlah populasi, hal

ini merujuk pada pendapat Gulo (2002) yang mengatakan bahwa penarikan sampel

sebesar 25% dari total populasi dalam penelitian sosial dianggap cukup reprensetatif.

Berdasarkan hal tersebut di atas maka penarikan sampel dilakukan secara

purposive random sampling dengan menetapkan sampel sebesar 30% dari jumlah

populasi sebanyak 102 unit usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko,

sehingga sampel ditarik sebanyak 31 unit usaha industri kecil pangan. Sampel

dianggap reprensentatif dan penentuan sampel terpilih dilakukan secara sistematik,

seperti yang terlihat pada Tabel 3.2. penentuan sampel usaha industri kecil pangan di

Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin. Pengambilan sampel ini telah memenuhi

dengan yang disarankan oleh Roscoe dalam Sugiono (2003), dalam penelitian sosial,

ukuran sampel yang layak digunakan antara 30 hingga 500 responden. Berikut ini

disajikan tabel jenis komoditi usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko

(55)

Tabel 3.1. Jenis Komoditi Usaha Industri Kecil Pangan di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin.

No. Jenis Komoditi Unit Usaha

1. Pengolahan Daging 3 Sumber : Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Merangin,

(56)

Tabel 3.2. Penentuan Sampel Usaha Industri Kecil Pangan di Kecamatan

Sumber : Diolah dari Tabel 3.1.

3.4 Teknik Analisis Data

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan analisa

deskriptif dan kuantitatif. Analisis deskriptif dilakukan dengan menggunakan tabel

distribusi frekuensi. Dalam menjabarkan keadaan objek penelitian dilakukan secara

statistik deskriptif. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis variabel

yang dinyatakan dengan sebaran, baik secara angka-angka maupun persentase.

(57)

pangan (untuk menguji hipotesis pertama) dan peran usaha industri kecil pangan

terhadap pengembangan wilayah dengan melihat indikator penyerapan tenaga kerja

dan pemasaran hasil produksi (untuk menguji hipotesis ketiga) di Kabupaten

Merangin khususnya di Kecamatan Bangko.

Analisis kuantitatif dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu

menganalisa pengaruh antar variabel, dengan menggunakan statistik Coubb-Douglas.

Untuk menguji hipotesis ketiga, model persamaan statistik Coubb-Douglas dapat

digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh antara faktor-faktor produksi

terhadap hasil produksi. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini untuk

mengetahui hasil produksi usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko

Kabupaten Merangin adalah modal kerja dan tenaga kerja. Analisis fungsi

Coubb-Douglas adalah suatu fungsi persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel,

dimana variabel yang satu disebut variabel dependen, yang dijelaskan (Y) dan yang

lainnya disebut variabel independen, yang menjelaskan (X). Untuk mengetahui

dimana variabel Xi berpengaruh terhadap Yi dapat dilihat dengan melakukan model

persamaan Coubb-Douglas sebagai berikut:

Q = A K

L

Dengan Q adalah hasil produksi

K adalah input (modal)

L adalah tenaga kerja

(58)

Selanjutnya persaman tersebut diasosiasikan kedalam persamaan multiple regresi

linier dengan persamaan :

Y = bo X

1b1

X

2 b2e

Selanjutnya persamaan tersebut ditransformasikan menjadi bentuk linier berganda

dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut menjadi :

Log Y = Log b

0

+ b

1

Log X

1

+ b

2

Log X

2

+

ε

Log Y

= Produksi (Kg)

Log b

0 = Konstanta

b

1

,b

2 = Koefisien regresi masing-masing variabel

X

1 = Modal kerja (Rupiah)

X

2 = Jumlah Tenaga kerja (Orang)

= Error

Pengujian model

Analisis data diikuti dengan melakukan uji statistik. Hal ini digunakan untuk

mengetahui apakah variabel-variabel independen secara individu dan secara bersama

Gambar

Gambar                                                  Judul
Tabel 1.1. Perkembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kabupaten Merangin Tahun 2004 s/d 2006
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran 2.9 Hipotesis
Gambar 3.1. Peta Kabupaten Merangin
+7

Referensi

Dokumen terkait

semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum pertemuan (pertemuan antarsuku). Kini metode itu sudah digunakan sebagai metode pembelajaran ruang

Sebaliknya, seni yang komersial bisa mengandung unsur seni (estetika). Jika tidak disenangi orang, hasil karyanya tidak akan laku. Berdasar pada pemahaman ini, jika seseorang

Musharakah. •   Walaubagaimanapun, dari perspektif undang-undang berdasarkan amalan standard di Malaysia, pihak yang terbabit di dalam Musharakah akan bersetuju

PENEGAKAN HUKUM MENYALAKAN LAMPU UTAMA DI SIANG HARI BAGI PENGENDARA SEPEDA MOTOR DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN Studi Kasus

Tujuan Penulisan untuk menggambarkan upaya apa saja yang harus dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan motivasi guru dalam mengajar di sekolah.. Agar motivasi dapat

Dalam penelitian ini pada konsentrasi glukosa dalam molases 10% (107 g/lt) dan pada konsentrasi Ca-alginat 6 % w/v merupakan kondisi yang optimum dimana menghasilkan kadar,

” Analisis Nilai-Nilai Pendidikan pada Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata”.. e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa

Selesai mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan memiliki pemahaman dan mampu menjelaskan konsep psikologi olahraga, kebermaknaan psikologi olahraga dalam menumbuhkembangkan