PERAN USAHA INDUSTRI KECIL PANGAN
TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH
(STUDI KASUS DI KECAMATAN BANGKO
KABUPATEN MERANGIN PROVINSI JAMBI)
T E S I S
Oleh
ARZALVERY AGUS
067003004 / PWD
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERAN USAHA INDUSTRI KECIL PANGAN
TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH
(STUDI KASUS DI KECAMATAN BANGKO
KABUPATEN MERANGIN PROVINSI JAMBI)
T E S I S
Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains
Dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
ARZALVERY AGUS
067003004 / PWD
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Penelitian : PERAN USAHA INDUSTRI KECIL PANGAN TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH (STUDI KASUS DI KECAMATAN BANGKO KABUPATEN MERANGIN PROVINSI JAMBI)
Nama : ARZALVERY AGUS
NIM : 067003004
Program Studi : PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH DAN PERDESAAN (PWD – PWK)
Menyetujui Komisi Pembimbing
Prof. Bachtiar Hassan Miraza Ketua
Prof. Aldwin Surya, S.E, M.Pd, Ph.D Anggota
Kasyful Mahalli, S.E, M.Si Anggota
Ketua Program Studi,
Prof. Bachtiar Hassan Miraza
Direktur,
Tanggal Lulus : 14 Februari 2008 Telah diuji pada
Tanggal : 14 Februari 2008
Panitia Penguji Tesis
Ketua : Prof. Bachtiar Hassan Miraza
Anggota : Prof. Aldwin Surya, S.E, M.Pd, Ph.D Kasyful Mahalli, S.E, M.Si
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Karya tulis saya, tesis ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (magister), baik di Universitas Sumatera Utara maupun di perguruan tinggi lain.
2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.
Medan, Februari 2008 Yang Membuat Pernyataan,
ABSTRACT
This research is entitled “The Role of Food Small Industry to Regional Development (A Case Study in Bangko Sub-district, Merangin Regency, Jambi Province) under the assistance of Prof. Bachtiar Hassan Miraza as Chairman of Consultant Committee, Prof. Aldwin Surya, M.Pd, Ph.D and Kasyful Mahalli, SE, M.Si as the member of Consultant Committee.
The background of this research is taken from small and medium industry business in Merangin regency from 2004 up to 2006 with the increased number for 164 units or it is increased for 24,5%. The needs for the labors is also increased for 512 persons or 17,12%. From the available small industries in Bangko sub-district, it is dominated by food small industry, namely food and beverage processing with the number for 102 units. The objective of this research is to know the description of the availability of food small industry, to analyze the influence of production factors to the output of food small business and to know the role of small business industry tothe regional development in Merangin regency, particularly in Bangko sub-district.
The method of research is descriptive analytical using frequency distribution table and equation regression model of Coubb-Douglas. It is used to answer of how is the influence between production factors (labor and working capital) to the output production with data processing analysis using Software SPSS 13,00 program.
The result of research shows that the activities of food small business in Bangko sub-district, Merangin regency gives positive influence to the regional development such as therecruitment of labors, the availability of work for the labors in the small food business and to reduce the unemployment rate in Merangin regency, the increased of community income obtained by the entrepreneurs and the wage accepted by the labors, the usage of local raw material, the existence of science transformation which is performing by the entrepreneurs to the labors. The marketing of production is not only in the local region, but also beyond of the region.
It is suggested for the government of Merangin regency in order to attempt the creation of conducive climate for business, as the facilitator between Micro Financial Institution either for the bank or non-bank with small industry in the case of capital aids by enlarging the special credit skim and the facilitating in business license procedure for the labors, taxes reduction and others. Small industry and it is particularly food small industry may form the association and promotion development among business doers for adding the role in the development of information network which is required for food small business development.
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah (Studi Kasus Di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin Provinsi Jambi)” di bawah bimbingan Prof. Bachtiar Hassan Miraza sebagai Ketua Komisi Pembimbing, Prof. Aldwin Surya, M.Pd, Ph.D dan Kasyful Mahalli, SE, M.Si sebagai anggota Komisi Pembimbing.
Latar belakang dari penelitian ini adalah usaha industri kecil dan menengah di Kabupaten Merangin dari tahun 2004 hingga tahun 2006 mengalami peningkatan jumlah unit usaha sebanyak 164 atau naik sebesar 24,5 % dan juga untuk penyerapan tenaga kerja mengalami peningkatan sebanyak 512 orang atau naik sebesar 17,12 %. Kemudian dari industri kecil yang ada di wilayah Kecamatan Bangko sebanyak 298 unit usaha industri kecil tersebut lebih banyak didominasi oleh usaha industri kecil pangan yakni usaha pengolahan makanan dan minuman dengan jumlah industri kecil yang ada sebanyak 102 unit usaha. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran keberadaan usaha industri kecil pangan, menganalisis pengaruh faktor-faktor produksi terhadap hasil produksi usaha industri kecil pangan dan mengetahui peran apa saja dari kegiatan industri kecil pangan terhadap pengembangan wilayah di Kabupaten Merangin khususnya di Kecamatan Bangko.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analisis dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi dan model persamaan regresi Coubb-Douglas
digunakan untuk menjawab bagaimana pengaruh antara faktor-faktor produksi (modal kerja dan tenaga kerja) terhadap hasil produksidengan analisis pengolahan data menggunakan bantuan program Software SPSS 13,00.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin memberikan pengaruh yang positif terhadap pengembangan wilayah di antaranya perekrutan tenaga kerja yang dapat menyerap tenaga kerja dan terserapnya tenaga kerja ikutan akibat adanya kegiatan usaha industri kecil pangan ini, sehingga dapat mengurangi jumlah angka pengangguran di Kabupaten Merangin, peningkatan pendapatan masyarakat dari keuntungan yang diperoleh oleh pengusaha dan upah yang diterima oleh pekerja, penggunaan bahan baku lokal, adanya transformasi ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh para pengusaha industri kecil pangan kepada para pekerjanya dan pemasaran hasil produksi tidak hanya pada wilayah lokal tetapi juga pada wilayah luar daerah.
Beberapa yang perlu disarankan adalah perlunya pemerintah daerah Kabupaten Merangin mengupayakan terciptanya iklim usaha yang kondusif, menjadi fasilitator antara Lembaga Keuangan Mikro (LKM) baik bank atau non bank dengan industri kecil dalam hal bantuan permodalan dengan memperluas skim kredit khusus, dan penyederhanaan prosedur perizinan usaha, keringanan pajak dan sebagainya. Industri kecil khususnya industri kecil pangan dapat membentuk asosiasi dan pengembangan promosi bersama.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan hidayah-Nya sehingga dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah (Studi Kasus Di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin Provinsi Jambi). Tesis ini dibuat untuk melengkapi kewajiban studi pada Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) Universitas Sumatera Utara.
Secara general masalah pokok yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah bagaimanakah peran usaha industri kecil pangan terhadap pengembangan wilayah di Kabupaten Merangin khususnya di Kecamatan Bangko. Dengan demikian apabila permasalahan ini dapat dijawab maka hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan informasi bagi perencanaan pembangunan dan pengambil kebijaksanaan dalam merumuskan rencana pengembangan usaha industri kecil khususnya industri kecil pangan di wilayah Kabupaten Merangin khususnya di Kecamatan Bangko.
Keberhasilan pengerjaan dan penyusunan tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof. Bachtiar Hassan Miraza, Prof. Aldwin Surya, S.E, M.Pd, Ph.D dan Kasyful
Mahalli, S.E, M.Si., selaku komisi pembimbing yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan petunjuk, pengarahan dan membimbing penulis sejak awal penyusunan proposal sampai selesainya tesis ini.
2. Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Prof. Bachtiar Hassan Miraza, selaku Ketua Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) Universitas Sumatera Utara.
5. Drs. Rujiman, MA, DR. lic.rer.reg. Sirojuzilam, S.E dan Ir. Agus Purwoko, M.Si., selaku dosen pembanding yang telah memberikan banyak masukan dan saran bagi kesempurnaan tesis ini.
6. Seluruh dosen dan karyawan Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) Universitas Sumatera Utara.
7. Bapak Bupati Merangin H. Rotani Yutaka, SH atas bantuan dan dukungannya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) Universitas Sumatera Utara.
8. Kepala Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Merangin, Camat dan Sekcam Bangko serta seluruh staf yang telah membantu dalam proses penelitian studi ini.
9. Ayahanda H. Agusram, S.IP dan Drs. Syamsir, ibunda tercinta Hj. Ratna Dewi dan Adiwarti, B.Sc., adikku Arnifitry Agus dan Satria Ronaldy, S.Kom yang telah memberikan semangat dan dukungan serta do’anya.
10.Istriku yang tersayang dr. Nur Ekasari yang telah menemani penulis dalam suka maupun duka selalu memberikan dorongan semangat dan pengertiannya selama ini dalam usaha penyelesaian penulisan tesis.
11.Teman-teman kuliah di Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) Universitas Sumatera Utara khusunya kepada Nasir, Dharmawan, Welly, Jimmy dan Achmad terima kasih atas dukungannya.
12.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih belum sempurna maka diharapkan kepada para akademisi, mahasiswa dan para pembaca kiranya dapat memberikan sumbang saran, sumbang pendapat dan kritikan yang sifatnya membangun untuk perbaikan dan penyempurnaan yang akan datang.
Medan, Januari 2008
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bangko Kabupaten Merangin Provinsi Jambi pada tanggal 24 Agustus 1980 sebagai anak sulung dari tiga bersaudara dari ayah yang bernama H. Agusram, S.IP dan ibu Hj. Ratna Dewi. Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan pada tahun 1992 di SDN 188/VI Bangko, menamatkan Sekolah Menengah Tingkat Pertama tahun 1995 di SMPN 3 Bangko dan Sekolah Menengah Umum Titian Teras Jambi tahun 1998. Memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan Pemerintahan pada Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN) di Bandung pada tahun 2002.
DAFTAR ISI
2.1. Pengembangan Wilayah... 10
2.2. Pengertian dan Jenis-jenis Industri Kecil... 14
2.3. Faktor-faktor Produksi ... 19
2.4. Pengertian Pendapatan ... 21
2.5. Peranan Industri Kecil Dalam Pembangunan Wilayah ... 22
2.6. Industri Pangan ... 25
2.7. Penelitian Terdahulu ... 29
2.9. Hipotesis... 33
3.5. Definisi Operasional... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 45
4.1. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Merangin dan Kecamatan Bangko... 45
4.1.1 Kondisi Umum Kabupaten Merangin dan Kecamatan Bangko ... 45
4.1.2 Penduduk... 48
4.1.3 Kondisi Perekonomian Kabupaten Merangin . 52 4.1.4. Kondisi Sosial Ekonomi Kecamatan Bangko 54 4.2. Karakteristik Responden ... 61
4.3. Gambaran Keberadaan Usaha Industri Kecil Pangan Di Kecamatan bangko Kabupaten Merangin... 67
4.4. Pendapatan ... 75
4.5. Hasil Produksi ... 77
4.6. Pengujian Hipotesis... 78
4.7. Pengembangan Wilayah... 87
4.8. Temuan Kajian ... 92
4.9. Implikasi Kajian ... 94
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 97
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
Tabel 1.1. Perkembangan Usaha Industri Kecil dan Menengah (IKM)
Kabupaten Merangin Tahun 2004 s/d 2006... 6
Tabel 3.1. Jenis Komoditi Industri Kecil Pangan di Kecamatan Bangko
Kabupaten Merangin... 38
Tabel 3.2. Penentuan Sampel Usaha Industri Kecil Pangan di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin ... 39
Tabel 4.1. Luas Wilayah Kecamatan Bangko per Kelurahan dan Desa ... 47
Tabel 4.2. Luas Penduduk Kabupaten Merangin menurut Kecamatan
Pada Tahun 2000 – 2006 ... 49
Tabel 4.3. Jumlah Penduduk dan Jumlah Kepala Keluarga Kecamatan
Bangko per Kelurahan dan desa Tahun 2006 ... 51
Tabel 4.4. Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Merangin menurut Lapangan Usaha Tahun 2003- 2006, berdasarkan harga
konstan tahun 2000 ... 52
Tabel 4.5. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Merangin
Tahun 2003 – 2006 ... 54
Tabel 4.6. Banyaknya Lapangan Usaha Keluarga menurut Mata
Pencaharian di Kecamatan Bangko Tahun 2006 ... 55
Tabel 4.7. Banyaknya Fasilitas Pendidikan, Murid/Mahasiswa dan
Guru/Dosen di Kecamatan Bangko Tahun 2006 ... 57
Tabel 4.8. Banyaknya Sarana Kesehatan di Kecamatan Bangko
Tahun 2006 ... 59
Tabel 4.9. Banyaknya Tenaga Kesehatan di RSUD dan RS DKT menurut
Jenis Keahlian Tahun 2006... 60
Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan
Tabel Judul Halaman
Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan
Status Kepemilikan Modal... 68
Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan
Jumlah Tenaga Kerja ... 69
Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan
Struktur Permodalan Modal Kerja ... 71
Tabel 4.14. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan
Sumber Bahan Baku ... 72
Tabel 4.15. Perkembangan Produksi Palawija di Kabupaten Merangin
Tahun 2006 ... 73
Tabel 4.16. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan
Pemasaran Hasil Produksi... 74
Tabel 4.17. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan
Pendapatan Responden ... 75
Tabel 4.18. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan
Besarnya Hasil Produksi ... 77
Tabel 4.19. Hasil Analisis Statistik antara Hasil Produksi dengan
Modal Kerja dan Jumlah Tenaga Kerja ... 84
Tabel 4.20. Perkembangan Usaha Industri Kecil Pangan di Kecamatan
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran... 32
3.1 Peta Kabupaten Merangin... 35
4.1 Grafik Umur Pengusaha Industri Kecil Pangan... 62
4.2 Grafik Tingkat Pendidikan Pengusaha Industri Kecil Pangan…... 63
4.3 Grafik Pengalaman Kerja Pengusaha Industri Kecil Pangan... 65
4.4 Grafik Tanggungan Keluarga Pengusaha Industri Kecil Pangan... 65
4.5 Hasil Pengujian Normalitas... 80
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Halaman
1 Kuesioner Penelitian... 104
2 Data Primer Hasil Penelitian... 109
3 Data Primer Hasil Penelitian... 110
4 Hasil Analisis Uji Statistik... 111
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Salah satu visi pembangunan Indonesia untuk jangka menengah (2004 –
2009) adalah terwujudnya perekonomian yang mampu menyediakan kesempatan
kerja dan penghidupan yang layak serta memberikan fondasi yang kokoh bagi
pembangunan yang berkelanjutan. Hal ini berarti pembangunan ekonomi diarahkan
pada pendayagunaan sumber daya alam dan sumber daya manusia secara efektif dan
efisien sehingga menghasilkan out put berupa produk yang dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Wujud dari kesejahteraan masyarakat itu adalah terlaksananya pembangunan
yang merupakan suatu proses berkelanjutan guna mencapai suatu keadaan yang lebih
baik dari keadaan yang sebelumnya. Berbagai usaha selalu dijalankan dengan
memperhatikan situasi, kondisi, potensi dan sumber daya serta keterbatasan yang ada.
Besar kecilnya kegiatan usaha yang berhubungan dengan pendayagunaan
kemampuan lokal dalam membantu mewujudkan kesejahteraan masyarakat
tergantung dari jenis usaha yang digeluti oleh masyarakat dalam pembangunan. Hasil
pembangunan tidak hanya ditujukan untuk mencapai tingkat pertumbuhan dibidang
ekonomi saja tetapi juga untuk tujuan-tujuan lainnya yang berdampak luas seperti
Tidak dapat dipungkiri bahwa industrialisasi di Indonesia sejak Pelita pertama
hingga saat ini telah mencapai hasil yang diharapkan. Setidaknya industrialisasi telah
mengakibatkan transformasi struktural di Indonesia. Pola pertumbuhan ekonomi
secara sektoral di Indonesia agaknya sejalan dengan kecenderungan proses
transformasi struktural yang terjadi di berbagai negara, di mana terjadi penurunan
kontribusi sektor pertanian (sering disebut sektor primer), sementara kontribusi sektor
sekunder dan tersier cenderung meningkat. Kecenderungan ini terlihat pada tahun
1965, sektor pertanian merupakan sektor penyumbang terbesar terhadap Produk
Domestik Bruto (56 %); sementara sektor industri baru menyumbang 13 % dari
Produk Domestik Bruto. Dengan pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 11,9 %
selama 1965-1980 dan 6,1 % selama 1980-1992, ternyata sektor industri telah
menggeser peranan sektor pertanian dalam pembangunan. Pada tahun 1992, sektor
industri secara keseluruhan menyumbang 40 % terhadap Produk Domestik Bruto, di
mana peranan industri manufaktur cukup menonjol karena menyumbang 21 %
terhadap Produk Domestik Bruto. Pada tahun yang sama, sumbangan sektor pertanian
merosot drastis hingga tinggal 19 % dari Produk Domestik Bruto. Ini sejalan dengan
menurunnya laju pertumbuhan sektor pertanian, dari rata-rata 4,3 % per tahun selama
1965-1980 menjadi 3,1 % selama 1980-1992. Singkatnya sektor industri manufaktur
muncul menjadi penyumbang nilai tambah yang dominan dan telah tumbuh pesat
melampaui laju pertumbuhan sektor pertanian (Kuncoro, 2007).
Proses industrialisasi harus mampu mendorong berkembangnya industri
ekonomi dan perluasan lapangan kerja. Dengan demikian industrialisasi merupakan
instrumen yang harus mampu mentransformasikan sektor pertanian, pariwisata,
pertambangan dan energi, perhubungan dan jasa yang semakin produktif.
Pelaksanaan pembangunan perlu diusahakan keterkaitan yang semakin erat antar
sektor industri dan sektor-sektor pembangunan lainnya. Pembangunan antar sektor
yang berkaitan tersebut harus dikembangkan dengan dasar saling menguntungkan dan
menunjang antara industri besar, menengah dan industri kecil, dengan adanya proses
industrialisasi ini maka akan menghasilkan permintaan yang meningkat akan
bahan-bahan baku dan barang-barang setengah jadi serta komponen-komponen bagi industri
pada berbagai tahapannya untuk meningkatkan hasil produksi dalam negeri karena
industri kecil dapat membantu kebutuhan industri berskala menengah dan besar
sehingga diperoleh struktur ekonomi yang seimbang.
Menurut Mahalli (2006) peranan industri kecil dan menengah kembali
menarik perhatian banyak pengamat pasca krisis ekonomi ekonomi. Hal ini terlihat
dari banyaknya usaha kecil dan menengah yang bertahan ditengah krisis ekonomi
menerpa bangsa Indonesia. Kemudian menurut Tambunan dalam Mahalli (2006),
masa krisis ekonomi Asia pada tahun 1997 sesungguhnya telah memberikan suatu
pelajaran bagi bangsa Indonesia, khususnya bagi pemerintah utamanya dalam
perencanaan ekonomi. Penghargaan itu adalah kegagalan pilihan strategis berbasis
usaha besar dimana pemerintah telah memberi bantuan yang besar, baik itu bantuan
fisik (fasilitas) ataupun alokasi kredit (permodalan) tetapi berakhir pada piramida
menyimpulkan bahwa kalau bukan karena peranan usaha kecil menengah
keterpurukan ekonomi akan lebih buruk dari apa yang dialami pada periode krisis
hingga pemulihan ekonomi (1997-2004).
Sektor usaha kecil memiliki peranan yang penting dalam menjawab
tantangan-tantangan pembangunan yaitu perluasan tenaga kerja bagi angkatan kerja
yang terus bertambah jumlahnya dan peningkatan ekspor. Oleh karena itu, kita harus
memelihara komitmen yang besar terhadap upaya meningkatkan sektor usaha kecil
(Jusuf, 1996). Pembangunan sektor industri yang berskala kecil perlu ditingkatkan
dan diperluas karena mempunyai potensi besar dalam proses pembangunan
khususnya dalam menyerap tenaga kerja dan memperluas lapangan kerja apabila
dibandingkan dengan kelompok industri lainnya. Hal ini disebabkan karena industri
kecil sering dikaitkan dengan modal kecil, teknologi rendah, karakter tradisional dan
tingkat efisiensi yang rendah.
Berdasarkan uraian di atas maka suatu perencanaan pembangunan wilayah
penting dilakukan agar dapat merangsang terciptanya kesempatan kerja dan mampu
mengurangi pengangguran pada suatu daerah khususnya pada Kabupaten Merangin
dengan salah satu alternatifnya adalah pengembangan industri kecil. Menurut
Hasibuan dalam Saragih (1997) industri kecil dan kerajinan rumah tangga dapat
berfungsi sebagai memperluas kesempatan kerja; membuka kesempatan berusaha;
meningkatan pendapatan; menumbuhkan kemampuan dan kemandirian dan penghasil
devisa. Di samping itu, terdapat beberapa alasan yang kuat tentang eksistensi industri
daerah pedesaan sehingga jika dikaitkan dengan kenyataan tenaga kerja yang
semakin meningkat serta luas tanah garapan yang relatif berkurang maka industri
kecil merupakan jalan keluar, beberapa jenis industri kecil banyak menggunakan
bahan baku dari sumber dilingkungan terdekat sehingga menyebabkan biaya produksi
dapat ditekan rendah dan harga jual relatif murah dan tingkat pendapatan kelompok
bawah yang rendah sesungguhnya merupakan kondisi tersendiri yang memberi
peluang bagi industri kecil untuk tetap bertahan (Saleh, 1986).
Kabupaten Merangin merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jambi
dengan luas wilayah 7.679 Km² yang terdiri dari 9 (sembilan) Kecamatan dan salah
satu diantaranya adalah Kecamatan Bangko yang merupakan ibu kota dari Kabupaten
Merangin. Daerah ini memiliki jumlah penduduk 289.296 jiwa dengan rata-rata
pertumbuhan penduduk mencapai 2,01% selama kurun waktu 2000 – 2006.
Pendapatan regional perkapita di Kabupaten Merangin pada tahun 2006 atas dasar
harga konstan 2002 adalah Rp. 2.717.825,00 berarti terjadi peningkatan sebanyak
Rp. 26.548 atau 0,99% jika dibandingkan dengan tahun 2005 yaitu sebesar Rp.
2.691.277,00 (Bappeda Kabupaten Merangin, 2006).
Di Kabupaten Merangin terdapat 834 unit usaha industri kecil dan menengah
dengan jumlah tenaga kerja yang terpakai sebanyak 3.502 orang pada tahun 2006 dan
di antaranya terdapat di Kecamatan Bangko sebanyak 298 unit usaha industri kecil
dari berbagai jenis komoditi yang dihasilkan berdasarkan data potensi prioritas
industri kecil tahun 2006 yang dikeluarkan oleh Dinas Koperasi, Perindustrian dan
Tabel 1.1. Perkembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kabupaten Merangin Tahun 2004 s/d 2006
NO Tahun Unit Usaha Tenaga Kerja
1 2004 670 2.990
2 2005 717 3.128
3 2006 834 3.502
Sumber : Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Merangin, Tahun 2006.
Dari tabel di atas diketahui bahwa industri kecil dan menengah di Kabupaten
Merangin dari tahun 2004 hingga tahun 2006 mengalami peningkatan jumlah unit
usaha sebanyak 164 atau naik sebesar 24,5 % dan juga untuk penyerapan tenaga kerja
mengalami peningkatan sebanyak 512 orang atau naik sebesar 17,12 %. Kemudian
dari industri kecil yang ada di wilayah Kecamatan Bangko sebanyak 298 unit usaha
industri kecil tersebut lebih banyak didominasi oleh usaha industri kecil pangan yakni
usaha pengolahan makanan dan minuman dengan jumlah industri kecil yang ada
sebanyak 102 unit usaha.
Untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan yang lebih mendalam
terhadap keberadaan usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko Kabupaten
Merangin, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang
bagaimana peran usaha industri kecil pangan terhadap pengembangan wilayah,
dengan penelitian yang berjudul ”Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap
Pengembangan Wilayah (Studi Kasus Di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukan dari latar belakang di atas, maka
dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pengaruh faktor-faktor produksi (modal kerja dan tenaga kerja)
terhadap hasil produksi usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko
Kabupaten Merangin ?
2. Bagaimanakah peran usaha industri kecil pangan terhadap pengembangan
wilayah di Kabupaten Merangin khususnya di Kecamatan Bangko ?
1.2.Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah penelitian maka tujuan
dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor produksi (modal kerja dan tenaga kerja)
terhadap hasil produksi usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko.
2. Untuk mengetahui peran apa saja dari kegiatan industri kecil pangan terhadap
pengembangan wilayah di Kabupaten Merangin khususnya di Kecamatan
1.4. Kegunaan Penelitian
Kajian ini diharapkan berguna untuk:
1. Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Provinsi
a. Sebagai bahan masukan dan informasi tambahan bagi pemerintah terutama
Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi khususnya
pemerintah Kabupaten Merangin dalam merumuskan strategi pembangunan
wilayah dan menetapkan kebijaksanaan serta pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan masalah usaha industri kecil pangan.
b. Sebagai bahan informasi bagi para perencana pembangunan dan pengambil
kebijakan untuk pengembangan usaha industri kecil pangan di wilayah
Kabupaten Merangin.
2. Pelaku usaha industri kecil pangan, yaitu untuk menambah informasi kepada para
pengusaha industri kecil khususnya pengusaha industri kecil pangan dalam
meningkatkan hasil produksinya.
3. Kalangan Akademisi
Diharapkan dengan penelitian ini akan menjadi bahan masukan dan referensi bagi
peneliti selanjutnya khususnya mengenai usaha industri kecil pangan.
4. Lembaga keuangan bank dan bukan bank, yaitu sebagai bahan acuan dan
pertimbangan bagi lembaga bank dan bukan bank untuk dapat menyalurkan kredit
sebagai sumber modal bagi usaha industri kecil pangan sehingga dapat
1.5. Batasan Penelitian
Adapun yang menjadi batasan dalam penelitian ini adalah:
1. Menganalisis gambaran keberadaan usaha industri kecil pangan di Kabupaten
Merangin khususnya di Kecamatan Bangko dilihat dari status kepemilikan
usaha, status kepemilikan modal, jumlah tenaga kerja, struktur permodalan
usaha, sumber bahan baku dan pemasaran hasil produksi.
2. Menganalisis faktor-faktor produksi yaitu modal kerja dan tenaga kerja terhadap
hasil produksi usaha industri kecil pangan di wilayah Kecamatan Bangko
Kabupaten Merangin.
3. Menganalisis peran usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko
Kabupaten Merangin terhadap pengembangan wilayah dilihat dari penyerapan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Pengembangan Wilayah
Pembangunan berdasarkan pendekatan wilayah dimaksudkan sebagai suatu
rencana dan aktivitas pembangunan yang terkait antara satu daerah dengan daerah
lainnya sehingga arah pembangunan antar daerah dalam suatu wilayah menampung
kebutuhan yang semakin tinggi. Perlu ada kerja sama antar daerah didalam
melaksanakan aktivitas pembangunan di daerah, pada dasarnya memiliki karakteristik
potensi ekonomi dan sosial yang hampir sama bahkan saling menguatkan. Kerjasama
ini dimaksudkan agar pembangunan daerah bisa berjalan secara optimal melalui
penciptaan sinergi atas penggunaan potensi ekonomi yang ada. Untuk saat ini
pembangunan di daerah berlandaskan pada potensi sumber daya alam dan sumber
daya manusia didaerah. Pemanfaatan kedua potensi inilah yang perlu dikerjasamakan
sehingga dapat menciptakan suatu hasil atau manfaat yang lebih besar jika
dibandingkan dengan bekerja sendiri. (Miraza, 2005). Oleh karena itu, diharapkan
pemerintah terutama pemerintah daerah kabupaten/kota mampu bekerja sama dengan
masyarakat dalam melaksanakan kegiatan perencanaan dan pengembangan wilayah
yang dapat dilihat dari pembangunan masyarakat yang mendiami wilayah tersebut
sehingga memerlukan suatu keteraturan dan rambu-rambu yang nantinya tidak
Pentingnya perencanaan dan pengembangan wilayah terpadu yang akan
mengkombinasikan semua potensi yang dimiliki oleh kabupaten/kota, semakin terasa
sejalan dengan banyaknya pemekaran Kabupaten/kota di Indonesia. Meskipun
masing-masing kabupaten/kota memiliki keunggulan dan potensi kewilayahan yang
akan membedakannya dengan wilayah lain yang bersampiran, namun keunggulan itu
idealnya dipadukan dengan keunggulan dari kawasan lain, sehingga synergy effect
yang ditimbulkan akan semakin memperkuat kedua kawasan tersebut (Surya, 2006).
Pengembangan wilayah dalam pembangunan adalah berbagai jenis kegiatan,
baik yang tercakup dalam sektor pemerintah maupun dalam masyarakat, dilaksanakan
dan diatur dalam rangka usaha-usaha untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup
masyarakat. Usaha-usaha tersebut pada dasarnya dalah bersifat meningkatkan
pemenuhan berbagai kebutuhan-kebutuhan, baik melalui produk-produk maupun
melalui berbagai jenis kegiatan yang membawa pengaruh peningkatan kawasan
(Samosir, 2000). Peningkatan kawasan dapat pula diartikan sebagai peristiwa
pengembangan wilayah pada wilayah yang bersangkutan, sehingga keseluruhan usaha
yang menjurus pada perbaikan dalam tingkat kesejahteraan hidup masyarakat, dapat
dipandang sebagai penyebab berlangsungnya proses perkembangan wilayah
(Purnomosidi, 1981).
Sukirno (1985) memberikan pengertian wilayah atau daerah dalam tiga hal
yaitu: daerah homogen, daerah modal dan daerah administratif. Pengertian pertama
menganggap bahwa suatu daerah sebagai suatu space atau ruang dimana kegiatan
seperti pendapatan penduduk, agama, suku bangsa atau struktur ekonominya.
Pengertian kedua bahwa daerah sebagai ruang ekonomi yang dikuasai oleh satu atau
beberapa pusat kegiatan ekonomi. Pengertian yang ketiga adalah memberikan batasan
suatu daerah berdasarkan pembagian administrasi dari suatu negara seperti provinsi,
kabupaten, desa dan sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa wilayah administrasi
merupakan wilayah perencanaan yang merupakan suatu ruang ekonomi yang berada
di bawah satu tingkat tertentu seperti provinsi, kabupaten, desa dan sebagainya.
Untuk tujuan analisis dan pembahasan aspek pembangunan wilayah dalam penelitian
ini digunakan pengertian wilayah administrasi sebagai unit analisis wilayah
perencanaan.
Menurut Miraza (2005) perencanaan wilayah adalah suatu perencanaan yang
berjangka panjang, bertahap dan tersistematik dengan suatu tujuan yang jelas. Tujuan
yang jelas itu adalah yang menyangkut pada keseluruhan kepentingan steakholders,
baik masyarakat dari berbagai lapisan, kelompok pengusaha maupun pemerintah
sendiri. Perencanaan wilayah menyangkut pada bagaimana pemanfaatn potensi
wilayah, baik potensi alam maupun potensi buatan, harus dilaksanakn secara fully dan
efficiently agar pemanfaatan potensi dimaksud benar-benar berdampak pada
kesejahteraan masyarakat secara maksimal. Disamping itu kita juga perlu
memikoirkan bagaimana dunia usaha dapat berkiprah secara ekonomis serta
pemerintah mendapatkan manfaat dari semua keadaan ini bagi melangsungkan
Meskipun terdapat banyak konsep tentang perencanaan pembangunan wilayah
tetapi pakar ekonomi wilayah sependapat bahwa tujuan pembangunan wilayah
merupakan bagian dari tujuan pembangunan nasional yang antara lain adalah
mencapai pertumbuhan pendapatan per kapita yang lebih tepat dan menyediakan
kesempatan kerja yang cukup serta wilayah menjadi lebih baik disegala sektor yang
meliputi sektor jasa, industri, pertanian dan sektor lainnya dengan memperhatikan
dan menyelaraskan penggunaan potensi yang ada secara baik dan benar. Tujuan
utama dari pengembangan wilayah adalah menyerasikan berbagai kegiatan
pembangunan sektor dan wilayah, sehingga pemanfaatan ruang dan sumber daya
yang ada di dalamnya dapat optimal mendukung kegiatan kehidupan masyarakat
sesuai dengan tujuan dan sasaran pembangunan wilayah yang diharapkan (Riyadi,
2002). Kemudian Menurut Hadjisaroso (1994) sasaran pengembangan wilayah harus
diterjemahkan kedalam kerangka pembangunan nasional dan Negara kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) yaitu dengan tujuan :
1. Mencapai pertumbuhan pertumbuhan pendapatan perkapita yang cepat
2. Menyediakan kesempatan kerja yang cukup,
3. Pemerataan pendapatan,
4. Mengurangi perbedaan antara tingkat pendapatan, kemakmuran, pembangunan
serta kemampuan antar daerah,
2.2Pengertian dan jenis-jenis industri kecil
Pemberdayaan usaha kecil sangat penting dan strategis dalam mengantisipasi
perekonomian kedepan terutama dalam memperkuat struktur perekonomian nasional.
Adanya krisis perekonomian nasional seperti sekarang ini sangat mempengaruhi
stabilitas sosial, ekonomi, politik yang imbasannya berdampak pada kegiatan usaha
besar yang semakin terpuruk, sementara usaha kecil masih dapat mempertahankan
kegiatan usahanya (Prawirikusumo, 2001).
Perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) memiliki potensi
yang besar dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat. Dalam krisis ekonomi yang
terjadi di negara kita sejak beberapa waktu yang lalu, dimana banyak usaha berskala
besar yang mengalami stagnasi bahkan berhenti aktivitasnya, sektor industri kecil
terbukti lebih tangguh dalam menghadapi krisis tersebut. Pengembangan industri
kecil perlu mendapatkan perhatian yang besar baik dari pemerintah maupun
masyarakat agar dapat berkembang lebih kompetitif bersama pelaku ekonomi
lainnya. Kebijakan pemerintah kedepan perlu diupayakan lebih kondusif bagi tumbuh
dan berkembangnya industri kecil. Pemerintah perlu meningkatkan perannya dalam
memberdayakan industri kecil Pengembangan industri kecil sebagai salah satu
strategi kebijakan nasional, berperan penting untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi secara menyeluruh. Industri kecil mempunyai peran yang strategis dalam
pembangunan ekonomi nasional, oleh sebab selain berperan dalam pertumbuhan
ekonomi dan penyerapan tenaga kerja, memperluas lapangan kerja dan kontribusinya
Selain itu mengembangkan kemitraan usaha yang saling menguntungkan antara
pengusaha besar dengan pengusaha kecil dan meningkatkan kualitas sumber daya
manusianya.
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 26/1/UKK tanggal 29 Mei 1993
yang dimaksud dengan usaha kecil adalah “usaha yang memiliki total asset
maksimum Rp. 600 juta tidak termasuk tanah dan rumah yang ditempati”. Pengertian
usaha kecil ini meliputi usaha perseorangan, badan usaha swasta dan koperasi,
sepanjang asset yang dimiliki tidak melebihi nilai Rp. 600 juta. Sedangkan
berdasarkan Undang-undang No. 9 tahun 1995 tentang usaha kecil, yang dimaksud
dengan usaha kecil adalah “kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dalam
memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan seperti kepemilikan
sebagaimana diatur dalam undang-undang ini”.
Definisi industri kecil berdasarkan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995
adalah dilihat dari segi keuangan dan modal yang dimiliki oleh industri kecil tersebut.
Adapun kriteria usaha kecil menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tersebut
adalah sebagai berikut :
1 Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah),
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2 Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak satu milyar rupiah;
4 Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan
Usaha Menengah atau Usaha Besar;
5 Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum,
atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.
Sementara Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Mahalli (2006) telah
memberikan batasan tentang industri kecil dan menengah (IKM) berdasarkan kriteria
besarnya jumlah tenaga kerja yaitu :
1. Kerajinan rumah tangga dengan jumlah tenaga kerja kurang dari 5 orang termasuk
tenaga kerja yang tidak dibayar.
2. Usaha kecil dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 5 – 19 orang.
3. Usaha menengah sebanyak 20 – 99 orang.
Sedangkan menurut Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 133 Tahun 1979
dalam Samosir (2000), pada prinsipnya didasarkan pada kriteria investasi di luar
gedung dan tanah tidak lebih dari Rp. 70 juta atau nilai invetasi per tenaga kerja tidak
lebih dari Rp. 625.000,- dan telah disesuaikan kembali melalui Keputusan Menteri
Perindustrian Nomor 13 Tahun 1990 dikatakan bahwa industri kecil adalah kegiatan
yang nilai kekayaannya tidak lebih dari Rp. 600 juta, tidak termasuk nilai rumah dan
tanah yang ditempati.
Melihat perkembangan bisnis diera global, peluang bisnis bagi industri kecil
semakin besar. Salah satu penyebanya adalah terjadinya peningkatan pemilikan
semakin luas. Menurut Surya (2002), sejumlah peluang bisnis bisa diraih usaha kecil
antara lain di bidang manufaktur, jasa, waralaba (franchising), grosir dan pengecer.
Di bidang grosir dan pengecer, peluang bisnis usaha kecil semakin marak sejalan
dengan banyaknya pemukiman di daerah pinggiran yang dibangun oleh para
pengembang (developer), terutama pasca pemekaran wilayah. Peluang itu misalnya
dalam penyediaan bahan baku makanan seperti sayuran dan buah-buahan serta
beragam jenis komoditi industri kecil pangan. Di beberapa kabupaten/kota, jenis
komoditi hasil industri kecil pangan memberi kontribusi pendapatan yang berarti bagi
warga sehingga dapat membantu pendapatan keluarga.
Secara umum sektor usaha industri kecil memiliki karakteristik sebagai
berikut :
1. Sistem pembukuan yang relatif sederhana dan cenderung tidak mengikuti kaidah
administrasi pembukuan standar. Kadangkala pembukuan tidak direvisi terus
menerus sehingga sulit untuk menilai kinerja usahanya.
2. Margin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang tinggi.
3. Modal terbatas.
4. Pengalaman manajerial dalam mengelola perusahaan masih sangat terbatas.
5. Skala ekonomi yang terlalu kecil, sehingga sulit mengharapkan untuk mampu
menekan biaya mencapai titik efisiensi jangka panjang.
6. Kemampuan pemasaran hasil produksi dan negoisasi serta diversifikasi pasar
7. Kemampuan untuk memperoleh sumber dana dari pasar modal rendah, mengingat
keterbatasan dalam sistem administrasinya. Untuk mendapatkan dana di pasar
modal, sebuah perusahaan harus mengikuti sistem administrasi standar dan harus
transparan ( Anoraga dan Sudantoko, 2002).
Sedangkan menurut Tulus Tambunan (2002) dalam Siregar (2003),
karakteristik dari industri kecil adalah:
1. Kategori industri kecil lebih modern dibandingkan industri rumah tangga. Proses
produksi lebih mechanized, dan kegiatannya dilakukan ditempat khusus (pabrik)
yang biasanya berlokasi disamping rumah si pengusaha atau pemilik usaha.
2. Membuat produk non-inferior untuk kelas masyarakat berpendapatan menengah
ke atas.
3. Penghasilan relatif tinggi.
4. Kegiatan ditentukan oleh pasar output.
5. Nilai investasi awal besar.
6. Pertumbuhan besar dan memakai lebih banyak tenaga kerja dibayar serta tujuan
usaha adalah maksimalisasi profit.
7. Pendidikan pengusaha lebih tinggi yaitu di atas SD.
Hasil sensus industri menyatakan bahwa karakteristik industri kecil di
Indonesia dalam Siregar (2003) adalah :
1. Industri kerajinan merupakan mayoritas dilihat dari segi jumlah unit
2. Hampir seluruhnya belum menggunakan tenaga mesin, dengan kata lain masih
menggunakan tenaga manusia.
3. Tenaga kerja sebagian besar adalah pekerja keluarga.
4. Bentuk hukum usahanya dalah perseorangan.
Menurut pembagian BPS industri pengelolaan menjadi terbagi menjadi 9
subsektor yang terdiri dari industri makanan dan minuman; industri tekstil; industri
barang dari kulit dan alas kaki, barang dari kayu dan hasil hutan lainnya; industri
kertas dan barang cetakan; industri pupuk, kimia dan barang dari karet; industri
semen dan barang galian bukan logam; industri logam dasar besi dan baja; industri
alat angkutan, mesin, dan peralatannya dan barang industri lainnya.
2.3Faktor-faktor Produksi
Menurut Sukirno (2005) yang dimaksud dengan faktor-faktor produksi adalah
benda-benda yang disediakan oleh alam atau diciptakan oleh manusia yang dapat
digunakan untuk memproduksi barang dan jasa. Faktor-faktor produksi adakalanya
dinyatakan dengan istilah lain, yaitu sumber-sumber daya. Faktor-faktor produksi
yang tersedia dalam perekonomian akan menentukan sampai dimana suatu negara
dapat menghasilkan barang dan jasa. Faktor produksi yang tersedia dalam
perekonomian dibedakan kepada empat jenis, yaitu seperti yang diterangkan di bawah
ini.
Faktor produksi ini disediakan alam. Faktor produksi ini meliputi tanah, berbagai
jenis barang tambang, hasil hutan dan sumber alam yang dapat dijadikan modal
seperti air yang dibendung untuk irigasi atau pembangkit tenaga listrik.
2. Tenaga Kerja
Faktor produksi ini bukan saja berarti jumlah buruh yang terdapat dalam
perekonomian. Pengertian tenaga kerja meliputi juga keahlian dan ketrampilan
yang mereka miliki. Dari segi keahlian dan pendidikannya, tenaga kerja
dibedakan kepada tiga golongan berikut:
a. Tenaga kerja kasar adalah tenaga kerja yang tidak berpendidikan atau rendah
pendidikannya dan tidak memiliki keahlian dalam suatu bidang pekerjaan.
b. Tenaga kerja terampil adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dari
pelatihan atau pengalaman kerja seperti montir mobil, tukang kayu dan
keahlian mereparasi TV dan radio.
c. Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki pendidikan cukup
tinggi dan ahli dalam bidang tertentu seperti dokter, akuntan, ahli ekonomi
dan insinyur.
3. Modal
Faktor produksi ini merupakan benda yang diciptakan oleh manusia dan
digunakan untuk memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang mereka
butuhkan. Beberapa contoh adalah sistem pengairan, jaringan jalan raya,
bangunan pabrik dan pertokoan, mesin-mesin dan peralatan pabrik dan ala-alat
4. Keahlian Keusahawan
Faktor produksi ini berbentuk keahlian dan kemampuan pengusaha untuk
mendirikan dan mengembangkan berbagai kegiatan usaha. Dalam menjalankan
suatu kegiatan ekonomi, para pengusaha akan memerlukan ketiga faktor produksi
yang lain yaitu tanah, modal dan tenaga kerja. Keahlian keusahawan meliputi
kemahirannya mengorganisasi berbagai sumber atau faktor produksi tersebut
secara efektif dan efisien sehingga usahanya berhasil dan berkembang serta dapat
menyediakan barang dan jasa untuk masyarakat.
2.4Pengertian Pendapatan
Untuk memenuhi kebutuhan hidup diperlukan pendapatan. Sejumlah
pendapatan ini akan dipergunakan sebagai alat pemuas kebutuhan. Pendapatan ini
diperoleh dari berbagai unsur seperti: pertanian, perdagangan, hasil industri berupa
gaji/upah, jasa dan lain-lain. Pendapatan adalah sejumlah uang yang diterima oleh
suatu keluarga atau seseorang selama jangka waktu tertentu biasanya satu tahun
(Samuelson dan William, 1998). Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
pendapatan masyarakat merupakan jumlah seluruh penerimaan yang diterima
masyarakat pada satu periode tertentu, biasanya satu tahun, baik itu berasal dari hasil
pertanian, perdagangan, hasil industri atau sektor lainnya. Sedangkan pendapatan
pengusaha adalah nilai omzet atau hasil penjualan yang diperoleh pengusaha dari
2.5Peranan Industri Kecil Dalam Pembangunan Wilayah
Sejak awal dasawarsa tujuh puluhan secara tajam mulai disadari, bahwa
meskipun mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat, namun kebanyakan negara
berkembang belumlah berhasil menyediakan lapangan pekerjaan yang layak bagi
angkatan kerja pada umumnya, baik ditinjau dari segi pendapatan ataupun kesesuaian
pekerjaan terhadap keahlian. Harapan bahwa pertumbuhan yang pesat dari sektor
industri modern akan dapat menyelesaikan masalah kemiskinan dan pengangguran
secara tuntas ternyata masih berada pada rentang perjalanan yang panjang. Bertitik
tolak dari kenyataan inilah maka eksistensi industri kecil telah mengambil bagian
dalam masalah kesempatan kerja dan ketenagakerjaan di negara berkembang.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sektor industri kecil merupakan
salah satu sektor yang mempunyai andil yang cukup kuat dalam mengatasi
pengangguran dan kesempatan kerja serta mewujudkan pengembangan wilayah dan
pembangunan nasional.
Perihal pentingnya industri kecil itu secara asasi tidaklah terlepas dari data
empiris atau berbagai aspek nalariah yang melatarbelakanginya. Presentase jumlah
usaha industri kecil terhadap unit usaha di sektor industri pengolahan menunjukkan
porsi penyerapan tenaga kerja yeng lebih besar dibandingkan pada industri besar
maupun sedang. Industri kecil selain memberikan manfaat dalam ketenagakerjaan,
juga memberikan manfaat sosial yang berarti bagi perekonomian, yaitu:
1. Industri kecil dapat menciptakan peluang berusaha yang luas dengan pembiayaan
2. Industri kecil turut mengambil peranan dalam peningkatan dan mobilisasi
tabungan domestik.
3. Industri kecil mempunyai kedudukan komplementer terhadap industri besar dan
sedang, karena industri kecil menghasilkan produk yang relatif murah dan
sederhana, yang biasanya dihasilkan oleh industri besar dan sedang (Jakti, 1986).
Hasil penelitian Tambunan (1989), membuktikan bahwa industri berskala
kecil berperan penting dalam menanggulangi problem sosial ekonomi negara-negara
berkembang. Dimana subsektor industri kecil memberikan kesempatan kerja bukan
saja bagi masyarakat pedalaman yang tidak memiliki penghasilan tambahan tetapi
juga kepada petani yang kehilangan sumber penghasilan utamanya di sektor tersebut
di luar musim panen.
Hasil penelitian Haryadi (1995), menyatakan industri kecil merupakan
penyedia kesempatan kerja baik di desa maupun perkotaan. Sebagai salah satu
kegiatan ekonomi di luar sektor pertanian, sub sektor industri kecil meperlihatkan
kemampuan menampung semakin banyak tenaga kerja yang tidak dapat diserap pada
sektor pertanian.
Dari uraian dan beberapa penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa
pengembangan industri kecil merupakan kebijaksanaan yang strategis dalam
pengembangan atau pembangunan wilayah. Hal ini dapat dilihat dengan penyerapan
tenaga kerja dan memberikan sumbangan terhadap peningkatan pendapatan yang
Menurut Sulaeman (2004) Pengembangan usaha kecil dan menengah dalam
menghadapi pasar regional dan global harus didasari pada upaya yang keras dan terus
menerus dalam menjadikan UKM (Usaha Kecil dan Menengah) sebagai usaha yang
tangguh. Oleh karena itu, produk yang diusahakan UKM (Usaha Kecil dan
Menengah) sekurang-kurangnya mempunyai keunggulan komparatif, bahkan sangat
diharapkan mempunyai keunggulan kompetitif. Pendekatan klaster bisnis merupakan
upaya pengembangan usaha UKM (Usaha Kecil dan Menengah) secara sistemik,
sehingga UKM (Usaha Kecil dan Menengah) yang ada di dalamnya mempunyai
peluang untuk menjadi usaha yang handal dan kompetitif. Strategi pengembangan
usaha UKM (Usaha Kecil dan Menengah) harus atas dasar kekuatan dan
tantangannya, olehkarena itu harus ditopang secara kuat terutama oleh adanya akses
ke sumber dana, pasar, sumber bahan baku, teknologi dan Informasi serta
manajemen.
Dari uraian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pengembangan
wilayah peran industri kecil tidak hanya berperan dalam penyerapan tenaga kerja
tetapi juga dalam pemasaran hasil produk yang diharapkan mampu memiliki
keunggulan kompetitif terutama dalam menghadapi persaingan pasar regional dan
2.6Industri Pangan
Secara sederhana industri pangan mencangkup kegiatan produksi pangan
mentah, kegiatan pengolahan dan kegiatan distribusi. Kegiatan di bidang produksi
bahan mentah adalah kegiatan yang berhubungan dengan teknologi pertanian yaitu
pembibitan dan penanaman, pemeliharaan selama pertumbuhan, pemanenan atau
pemotongan, penyimpanan, penanganan atau pengepakan dan distribusi bahan
mentah untuk proses selanjutnya. Kegiatan pengolahan adalah proses pembuatan
suatu bahan dari bahan mentah atau bahan asal serta kegiatan-kegiatan penanganan
dan pengawetan bahan tersebut. Kegiatan distribusi meliputi penyimpanan,
pengangkutan dan pengolahan. Industri pengolahan pangan di Indonesia antara lain
meliputi misalnya pabrik susu bubuk, susu kental manis, susu kedelai, tepung
gandum, roti, kue kering, sosis, supermi, bir, limun, brem dan lain-lainnya. Selain itu
terdapat pula industri-industri menengah dan industri rumah yang terutama mengolah
makanan secara trasidisional misalnya terasi, petis, kerupuk, ikan asin, ikan pindang,
dendeng, kopra, telur asin, telur pindang, tempe, kecap, tauco, oncom, tape, arak,
gaplek, sosis, ham dan lain-lainya. Industri minyak makan juga banyak didirikan
yaitu meliputi minyak goreng dari kelapa, minyak goreng dari kacang tanah dan
margarin (FG. Winarno, Srikandi Fardiaz, Dedi Fardiaz : 1980)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa industri pangan merupakan
industri pengolahan yang mengolah bahan mentah baik itu yang bentuknya padat
Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Klasifikasi Baku
Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) tahun 2005, industri pengolahan terdiri dari
industri makanan dan minuman, industri pengolahan tembakau, industri tekstil,
industri pakaian jadi, industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki, industri kayu,
barang-barang dari kayu (tidak termasuk furnitur) dan barang-barang anyaman dari
rotan, bambu dan sejenisnya, industri kertas, barang dari kertas dan sejenisnya,
industri penerbitan, percetakan dan reproduksi media rekaman, industri batu bara,
pengilangan minyak bumi dan pengolahan gas bumi, barang-barang dari hasil
pengilangan minyak bumi dan bahan bakar nuklir, industri kimia dan barang-barang
dari bahan kimia, industri karet, barang dari karet dan barang dari plastik, industri
barang galian bukan logam, industri logam dasar, industri barang dari logam, kecuali
mesin dan peralatannya, industri mesin dan perlengkapannya, industri mesin dan
peralatan kantor, akuntansi dan pengolahan data, industri mesin listrik lainnya dan
perlengkapannya, industri radio, televisi dan peralatan komunikasi serta
perlengkapannya, industri peralatan kedokteran, alat-alat ukur, peralatan navigasi,
peralatan optik, jam dan lonceng, industri kendaraan bermotor, industri alat angkutan
selain kendaraan bermotor roda empat atau lebih, industri furnitur dan industri
pengolahan lainnya dan industri daur ulang. Industri pangan menurut Klasifikasi
Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) termasuk ke dalam industri pengolahan
a. Pengolahan dan pengawetan daging, ikan, buah-buahan, sayuran, minyak dan
lemak
Golongan ini mencakup usaha pemotongan hewan, pengolahan/pengawetan
daging, ikan atau biota air dan buah-buahanatau sayuran serta pengolahan minyak
makan dan lemak dari nabati atau hewani. Pengolahan dan pengawetan daging,
ikan atau biota air dan buah-buahan atau sayuran dilakukan dengan cara
pengalengan, pengasapan, pengeringan, pembekuan, pengasinan/pemanisan,
pelumatan, dan sebagainya. Pengolahan bahan-bahan dari lemak nabati maupun
hewani menjadi minyak kasar (minyak makan), margarine, minyak goreng (dari
minyak kelapa dan kelapa sawit), minyak goreng lainnya, minyak makan dan
lemak lainnya. Termasuk juga pengolahan lemak dari nabati maupun hewani yang
dapat digunakan sebagai bahan makanan, seperti: minyak bunga matahari, minyak
ikan, minyak/lemak babi, lemak sapi dan lemak unggas. Termasuk dalam
golongan ini kegiatan pengurusan hasil sampingannya, seperti: pementangan
kulit, penjemuran tulang, penyortiran bulu dan pembersihan lemak.
b. Industri susu dan makanan dari susu
Golongan ini mencakup usaha pembuatan susu bubuk, susu kental, susu cair, susu
asam dan susu kepala termasuk usaha pengawetannya. Juga industri makanan dari
susu seperti: mentega, keju, dan makanan bayi. Termasuk pembuatan bubuk es
c. Industri penggilingan padi-padian, tepung dan makanan ternak
Golongan ini mencakup usaha penggilingan/pembersihan/pengupasan
padi-padian, biji-bijian, kacang-kacangan, umbi-umbian, dan sejenisnya serta industri
pati ubi kayu, industri berbagai macam pati palma, dan industri pati lainnya.
Termasuk industri makanan ternak, seperti: ransum dan konsentrat pakan ternak.
d. Industri makanan lainnya
Golongan ini mencakup usaha pembuatan dan pengolahan makanan lainnya,
seperti: pembuatan segala macam roti, kue kering dan sejenisnya, pembuatan gula
pasir, gula merah, gula lainnya, sirop, dan industri pengolahan gula lainnya selain
sirop; pengolahan biji coklat, dan pembuatan bubuk coklat, serta makanan dari
coklat dan kembang gula; industri macaroni, mie, spagheti, bihun, so’un dan
sejenisnya, serta industri makanan lainnya yang belum tercakup sebelumnya,
seperti: pengolahan the dan kopi, industri es, kecap, tempe, makanan dari kedele
dan kacang-kacangan lainnya selain kecap dan tempe, kerupuk dan sejenisnya,
bumbu masak dan penyedap masakan, kue-kue basah, dan industri makanan
lainnya yang belum termasuk golongan manapun.
e. Industri minuman
Golongan ini mencakup usaha pembuatan dan pengolahan minuman yang
menggunakan bahan baku alcohol (ethyl alcohol) dengan proses destiling,
rectifying dan blending, seperti minuman keras jenis: whisky, brandy, rum dan
pencampuran minuman keras. Juga pengolahan minuman secara fermentasi
sayuran, daun, batang, dan akar; dan industri pembuatan malt (kecambah barley
atau sereal lainnya yang dikeringkan) serta minuman keras dari malt, seperti: bir,
ale, porter, stout, temulawak dan legen. Termasuk usaha pembuatan minuman
ringan (tidak mengandung alcohol), seperti: limun, air soda, krim soda, markisa,
beras kencur, air tebu, dan air mineral dalam kemasan/air minum dalam kemasan.
2.7Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan berkenaan dengan
penelitian tesis ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Samosir (2000), menulis
tesis yang berjudul ”Pengaruh pengrajin industri kecil terhadap tingkat pendapatan
dan penyerapan tenaga kerja di dalam mendorong pengembangan wilayah di
Kecamatan Medan Denai Kotamadya Medan” mengemukakan bahwa pengrajin
industri kecil termasuk di dalamnya industri kecil pangan memberikan pengaruh
positif terhadap peningkatan dan penyerapan tenaga kerja di dalam mendorong
pengembangan wilayah di Kecamatan Medan Denai Kotamadya Medan. Hal ini
tercermin melalui koefisien pengganda (multiplier effect) dari subsektor pengrajin
industri kecil yaitu: rata-rata 9,86 % untuk peningkatan pendapatan dan 40,28 %
untuk penyerapan tenaga kerja. Untuk meningkatkan pengembangan pengrajin
industri kecil di wilayah Kecamatan Medan denai Kotamadya Medan, disarankan
perlu perhatian pihak pengambil keputusan dan instansi terkait dalam hal penyediaan
dana dan bantuan permodalan atau kredit dengan syarat tingkat bunga yang relatif
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Saragih (1997) menulis tesis yang
berjudul ”Pengembangan industri kecil dan pengaruhnya terhadap pengembangan
wilayah di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Deli Serdang” mengemukan bahwa
sub sektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga masih mendominasi struktur
industri di daerah Kecamatan Perbaungan dimana selama periode tahun 1991 – 1995
sub sektor terus menunjukkan perkembangannya untuk unit usaha 2,0 % per tahun
dan penyerapan tenaga kerja 1,89 % per tahun serta peningkatan investasi rata-rata
sebesar 5,31 % per tahun. Dari hasil penelitian terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan industri kecil di Kecamatan Perbaungan adalah modal
tenaga kerja (X1), peubah jumlah tenaga (X2), tingkat pendidikan tenaga kerja (X3),
harga bahan baku (X4), dan fasilitas kredit (X6), sementara peubah sistem pemasaran
(X5) tidak mempunyai pengaruh yang diperhitungkan dalam keberhasilan industri
kecil di Kecamatan Perbaungan. Hasil penelitian terhadap profil beberapa industri
kecil yang menonjol di Kecamatan Perbaungan memperlihatkan masih banyaknya
kendala yanng harus diperhatikan dalam upaya pengembangan industri tersebut,
terutama pada aspek permodalan, peningkatan mutu atau kualitas produk yang
dihasilkan dan juga kemampuan untuk menerobos pasar masih lemah. Hal ini
disebabkan pengetahuan dan tingka pendidikan para pengusaha yang pada umumnya
hanya lulusan sekolah dasar dan sekolah lanjutan menengah pertama. Cabang industri
kecil pangan adalah merupakan atau dapat dijadikan sebagai sektor ekonomi basis
wilayah Kecamatan Perbaungan dari sub sektor industri. Kemudian disarankan
penembangan wilayah maka perlu ditingkatkan pengembangan industri kecil. Agar
supaya peranan dan pengaruhnya terus dapat meningkat dalam perekonomian
wilayah, maka seyogyanya diperlukan untuk lebih meningkatkan produksi subsektor
ini, terutama dalam bentuk tujuan ekspor. Sehubungan dengan hal tersebut maka
terlebih dahulu perlu daicarikan jaln keluar dari hambatan-hambatan yang
menyangkut pengembangannya seperti permasalahan permodalan produktivitas dan
pemasaran produk. Untuk pengembangan industri kecil didalam udaha memperluas
pemasaran maka para pengusaha perlu dibina melalui pendidikan dan pelatihan
khusus yang menyangkut pada bidang penentuan harga dan kualitas bahan baku, baik
yang dilakukan oleh dinas yang terkait maupun koperasi dan perusahaan bapak
angkat sehingga ada keterkaitan antara industri kecil dengan industri besar dan
2.8Kerangka Pemikiran
Untuk mempermudah pemahaman kita tentang konsep penelitian ini, maka
dapat dilihat pada gambar 2.1 sebagai berikut:
Usaha Industri Kecil Pangan
Modal Kerja
Tenaga Kerja
Produksi Faktor-faktor Produksi
Pengembangan Wilayah Pemasaran Hasil Produk
Penyerapan Tenaga Kerja
Industri Kecil Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin
2.9Hipotesis
2.9 Hipotesis
Sesuai dengan latar belakang masalah dan tujuan penelitian, maka hipotesis
terhadap penelitian ini adalah adalah sebagai berikut:
1. Usaha industri kecil pangan memberikan pengaruh yang positif terhadap
peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja di wilayah Kabupaten
Merangin khususnya di Kecamatan Bangko.
2. Adanya pengaruh faktor-faktor produksi (modal kerja dan tenaga kerja) terhadap
hasil produksi usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko Kabupaten
Merangin.
3. Usaha industri kecil pangan memberikan peran yang positif terhadap
pengembangan wilayah di Kabupaten Merangin khususnya di Kecamatan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Lokasi dan Waktu
Sesuai dengan tujuan penelitian maka penelitian dilakukan di Kecamatan
Bangko Kabupaten Merangin. Alasan pemilihan dilakukannya penelitian dilokasi ini
adalah sebagian besar usaha industri kecil yang ada di Kabupaten Merangin berada di
Kecamatan Bangko termasuk didalamnya usaha industri kecil pangan yang perlu
dikembangkan dan juga peneliti berasal dari daerah ini. Kecamatan Bangko
merupakan ibukota Kabupaten Merangin sekitar 252 Km dari Kota Jambi Provinsi
Jambi.
Penelitian yang akan dilakukan diperkirakan berlangsung selama 3 bulan yaitu
mulai September 2007 sampai dengan November 2007. Lokasi penelitian disajikan
pada peta berikut dan keterangan untuk lokasi penelitian yaitu di Kecamatan Bangko
Sumber : Bappeda Kabupaten Merangin, 2007
3.2Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui penyebaran kuisioner dengan pengisian
daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan untuk penelitian ini dan observasi langsung
kelapangan dengan menggunakan teknik wawancara dengan responden yang diambil
dari para pengusaha industri kecil pangan yang ada di Kecamatan Bangko Kabupaten
Merangin.
Data sekunder diperoleh melalui dokumentasi dari berbagai informasi atau
instansi terkait yang berhubungan dengan ruang lingkup penelitian, yaitu: Badan
Pusat Statistik (BPS), Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Merangin dan Kantor Camat Bangko serta hasil penelitian terdahulu dan literatur
yang dianggap relevan dalam mendukung penelitian ini.
3.3Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah usaha industri kecil pangan di
Kecamatan Bangko yang terdaftar pada data potensi prioritas industri kecil yang
dikeluarkan oleh Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Merangin tahun 2006 sebanyak 102 unit usaha dari 18 komoditi usaha industri kecil
pangan, seperti yang terlihat pada Tabel 3.1. jenis komoditi usaha industri kecil
Untuk penelitian ini diambil sampel sebanyak 30% dari jumlah populasi, hal
ini merujuk pada pendapat Gulo (2002) yang mengatakan bahwa penarikan sampel
sebesar 25% dari total populasi dalam penelitian sosial dianggap cukup reprensetatif.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka penarikan sampel dilakukan secara
purposive random sampling dengan menetapkan sampel sebesar 30% dari jumlah
populasi sebanyak 102 unit usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko,
sehingga sampel ditarik sebanyak 31 unit usaha industri kecil pangan. Sampel
dianggap reprensentatif dan penentuan sampel terpilih dilakukan secara sistematik,
seperti yang terlihat pada Tabel 3.2. penentuan sampel usaha industri kecil pangan di
Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin. Pengambilan sampel ini telah memenuhi
dengan yang disarankan oleh Roscoe dalam Sugiono (2003), dalam penelitian sosial,
ukuran sampel yang layak digunakan antara 30 hingga 500 responden. Berikut ini
disajikan tabel jenis komoditi usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko
Tabel 3.1. Jenis Komoditi Usaha Industri Kecil Pangan di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin.
No. Jenis Komoditi Unit Usaha
1. Pengolahan Daging 3 Sumber : Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Merangin,
Tabel 3.2. Penentuan Sampel Usaha Industri Kecil Pangan di Kecamatan
Sumber : Diolah dari Tabel 3.1.
3.4 Teknik Analisis Data
Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan analisa
deskriptif dan kuantitatif. Analisis deskriptif dilakukan dengan menggunakan tabel
distribusi frekuensi. Dalam menjabarkan keadaan objek penelitian dilakukan secara
statistik deskriptif. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis variabel
yang dinyatakan dengan sebaran, baik secara angka-angka maupun persentase.
pangan (untuk menguji hipotesis pertama) dan peran usaha industri kecil pangan
terhadap pengembangan wilayah dengan melihat indikator penyerapan tenaga kerja
dan pemasaran hasil produksi (untuk menguji hipotesis ketiga) di Kabupaten
Merangin khususnya di Kecamatan Bangko.
Analisis kuantitatif dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu
menganalisa pengaruh antar variabel, dengan menggunakan statistik Coubb-Douglas.
Untuk menguji hipotesis ketiga, model persamaan statistik Coubb-Douglas dapat
digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh antara faktor-faktor produksi
terhadap hasil produksi. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini untuk
mengetahui hasil produksi usaha industri kecil pangan di Kecamatan Bangko
Kabupaten Merangin adalah modal kerja dan tenaga kerja. Analisis fungsi
Coubb-Douglas adalah suatu fungsi persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel,
dimana variabel yang satu disebut variabel dependen, yang dijelaskan (Y) dan yang
lainnya disebut variabel independen, yang menjelaskan (X). Untuk mengetahui
dimana variabel Xi berpengaruh terhadap Yi dapat dilihat dengan melakukan model
persamaan Coubb-Douglas sebagai berikut:
Q = A K
L
Dengan Q adalah hasil produksi
K adalah input (modal)
L adalah tenaga kerja
Selanjutnya persaman tersebut diasosiasikan kedalam persamaan multiple regresi
linier dengan persamaan :
Y = bo X
1b1X
2 b2eSelanjutnya persamaan tersebut ditransformasikan menjadi bentuk linier berganda
dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut menjadi :
Log Y = Log b
0+ b
1Log X
1+ b
2Log X
2+
ε
Log Y
= Produksi (Kg)Log b
0 = Konstantab
1,b
2 = Koefisien regresi masing-masing variabelX
1 = Modal kerja (Rupiah)X
2 = Jumlah Tenaga kerja (Orang)= Error
Pengujian model
Analisis data diikuti dengan melakukan uji statistik. Hal ini digunakan untuk
mengetahui apakah variabel-variabel independen secara individu dan secara bersama