• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Hukum Terhadap Kontrak Pengadaan Barang Dan Jasa Oleh Dinas Kelautan Dan Perikanan Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Hukum Terhadap Kontrak Pengadaan Barang Dan Jasa Oleh Dinas Kelautan Dan Perikanan Sumatera Utara"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS HUKUM TERHADAP KONTRAK PENGADAAN

BARANG DAN JASA OLEH DINAS KELAUTAN DAN

PERIKANAN SUMATERA UTARA

Diajukan untuk Melengkapi Tugas - Tugas dan Memenuhi Syarat – Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

KIKI FITRI M.MANURUNG

060200149

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS HUKUM TERHADAP KONTRAK PENGADAAN

BARANG DAN JASA OLEH DINAS KELAUTAN DAN

PERIKANAN SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Tugas Akhir Untuk Memperoleh

Gelar Kesarjanaan Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh :

KIKI FITRI M.MANURUNG

060200149

DEPARTEMEN : HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN : PERDATA BW

Disetujui Oleh :

KETUA DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

Prof. Dr. TAN KAMELLO, SH. MS NIP. 196204211988031004

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. TAN KAMELLO, SH. MS ZULKIFLI SEMBIRING NIP. 196204211988031004 NIP.196101181988031010

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI

ANALISIS HUKUM TERHADAP KONTRAK PENGADAAN

BARANG DAN JASA OLEH DINAS KELAUTAN DAN

PERIKANAN SUMATERA UTARA

Disusun Oleh :

KIKI FITRI M.MANURUNG

060200149

Disetujui Oleh :

Ketua Departemen Hukum Keperdataan

(Prof. Dr. H. TAN KAMELLO, S.H., M.S) NIP. 1962 0421 1988 03 1004

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(Prof. Dr. H. TAN KAMELLO, SH., M.S) ZULKIFLI SEMBIRING NIP. 1962 0421 1988 03 1004 NIP.196101181988031010

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan YME atas segala anugerah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan skripsi ini, guna melengkapi syarat untuk mencapai gelar Sarjana pada Universitas Sumatera Utara. Adapun judul skripsi ini mengenai “Analisis Hukum Terhadap Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa Oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera Utara.”

Penulis sadar dalam penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh pihak-pihak tertentu baik berupa bimbingan, kritik, saran bahkan pengarahan, oleh karenanya penulis pada kesempatan ini menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini. Semoga Tuhan YME membalas orang-orang yang berbuat baik dan menolong saudaranya. Terima kasih saya ucapkan kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH.M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara .

2. Prof. Dr. H.Tan Kamello, SH., M.S, Selaku Ketua Jurusan Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Zulkifli Sembiring,SH Selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar memberikan bimbingan selama proses penyusunan skripsi ini, terima kasih untuk segala nasehat dan saran-saran yang diberikan untuk penulis.

(5)

5. Keluargaku tercinta, papa ku M.T Manurung , mamaku A.Y.Iswahyuti ,kakak ku Asri Martha N.Manurung, serta seluruh Keluarga Besar Manurung, yang sudah memberikan dukungan yang begitu besar.

6. Terima kasih juga buat Gomgoman Halomoan Simbolon yang telah mengisi hati dan hidupku serta mendukung dalam tiap langkah ku selama 2 tahun terakhir ini. Whatever people said,I’ll be always love u.

7. Buat sahabat-sahabat ku di Fakutas Hukum’06: Sheila Miranda Hsb, Maya Sari, Rizka Utami Wijaya, Andri Manurung, Frans Daniel Sitorus, Alex Tobing, Tanzila Nst, Okki Hariady,Irene Kartika Sari, Semoga Persahabatan itu tidak terputus sampai dibangku kuliah.

8. Teman- teman seperjuangan ku di Fakultas Hukum terutama di Group C ,Tim Klinis ku dan semua nama yg tidak bisa disebut satu persatu. Kebersamaan menjadi indah karena berbagi tawa dan airmata.

9. Sahabat- sahabat ku yang selalu memberi dukungan : Paskalia Marlina Lumbanbatu, Regina Junho, Novianti Hutagalung, Benedic Yan, Leny Zega, Eliz Usen, Meymie Fachriena, Dini Andini, Maria Leonita Pinem, Veronika Theresia, Lisa Siboro, Lestari Viktoria, Theresia D.marlina. Thanks Guys I love u so much.

10. Rekan- rekan PERMAHI DPC Medan yang tidak bisa kusebutkan satu persatu. PERMAHI adalah keluarga ku dan keluargaku adalah Permahi.

11. Sahabat- Sahabat katolik ku di KMK ALBERTUS MAGNUS terkhusus KMK FIDELIS Huku m. Dei Gloriam At Mayorem.

(6)

12. Bang Said Andri, Yang telah membantu memberikan informasi tentang isi skripsi ini.

13. Kepada pegawai di Fakultas Hukum yang telah membantu selama pengurusan akademik penulis selama di Fakultas Hukum USU.

14. Kepada semua orang yang tidak dapat ku sebutkan satu persatu yang telah mencintaiku dan memberikan motivasi dalam hidup ku selama 21 tahun ini.

Terima kasih banyak untuk semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan dari semua pihak, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Medan, 10 Maret 2010 Penulis,

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 3

D. Tinjauan Kepustakaan ... 4

E. Metode Penulisan ... 8

F. Keaslian Penulisan ... 9

G. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONTRAK ... 11

A. Pengertian dan Asas Dalam Kontrak ... 11

B. Syarat Sahnya Suatu Kontrak ... 26

C. Jenis-Jenis Kontrak ... 28

D. Tahap Pembuatan Kontrak dan Struktur dari Sebuah Kontrak ... 31

BAB III KONTRAK PENGADAAN BARANG DAN JASA ... 42

A. Pengertian Pengadaan Barang Dan Jasa ... 42

(8)

C. Prakuallifiaksi dan Pasca Kualifikasi Dalam

Dalam Pengadaan Barang dan Jasa ... 53

D. Prosedur dalam Pengadaan Barang dan Jasa Dilihat Dari Perpres No. 95 Tahun 2007 ... 60

E. Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Pengadaan Barang dan Jasa ... 67

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP KONTRAK PENGADAAN BARANG DAN JASA OLEH DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN SUMATERA UTARA ... 71

A. Proses Pembuatan Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa Oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera Utara ... 71

B. Jaminan Dalam Perjanjian Pengadaan Barang dan Jasa ... 87

C. Analisis Kontrak Hukum yang Kemungkinan Bermasalah Dan Penyelesainnya... 89

D. Penyelesaian Sengketa Terhadap Kontrak yang Bermasalah ... 102

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 106

A. Kesimpulan ... 106

B. Saran ... 111

(9)

Abstraksi

Tidak jarang kontrak dibuat asal jadi dan masing-masing pihak tidak begitu memperhatikan sampai sejauh mana kontrak yang akan disepakatinya tersebut akan mempengaruhi keberhasilan atau malah sebaliknya justru menimbulkan kegagalan ataupun kerugian baginya. Semuanya itu memberikan gambaran yang kuat bahwa banyak permasalahan-permasalahan bisnis di lapangan ternyata sebagian besar dipicu oleh kekurang pahaman para pelaku terhadap pengertian dari kontrak yang pada umumnya menjadi dasar dari aktivitas bisnis tersebut. Pengalaman ini harus membuat para perancang kontrak harus lebih hati-hati dalam membuat kontrak bisnis.

Dalam skripsi ini permasalahan yang diangkat oleh penulis adalah Apakah yang menjadi permasalahan dalam kontrak pengadaan barang dan jasa di Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera Utara, Apakah kontrak pengadaan barang dan jasa Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera Utara sudah memenuhi Perpres No.95 tahun 200 serta Bagaimana Penyelesaian sengketa Terhadap kontrak yang Bermasalah.

Pada Pendahuluan Bab I memberikan informasi yang bersifat umum dan menyeluruh serta sistematis terdiri dari latar belakang, permasalahan, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Pada Bab II Tinjauan Umum kontrak dan Struktur dari Sebuah Kontrak,Hal ini terdiri dari pembahasan mengenai pengertian. Pengertian dan Asas Dalam Kontrak , Syarat Sahnya Suatu Kontrak, Jenis- jenis Kontrak, Tahap Pembuatan Kontrak dan Struktur dari Sebuah Kontrak Pada Bab III Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa ,Memberikan penjelasan mengenai Pengertian Pengadaan Barang dan Jasa ,Cara-cara Menjadi Peserta Pengadaan Barang Dan Jasa Dilihat dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Prakualifikasi dan Pasca Kualifikasi Dalam Pengadaan Barang dan Jasa , Prosedur dalam Pengadaan Barang dan Jasa dilihat dari Pepres No.95 tahun 2007, Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Pengadaan Barang dan jasa Pada Bab IV Analisis Hukum Terhadap Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa Oleh Dinas Kelautan Dan Perikanan Sumatera Utara.Memberikan penjelasan mengenai, Proses Pembuatan Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa Oleh Dinas Kelauatan dan Perikanan Sumatera Utara, Jaminan dalam Perjanjian Pengadaan Barang dan jasa, Analisis Kontrak Hukum yang Kemungkinan Bermasalah dan Penyelesaiannya , Penyelesaian sengketa Terhadap kontrak yang Bermasalah Pada Bab V yaitu Kesimpulan Dan Saran Merupakan bagian akhir yang berisikan kesimpulan dan saran dari hasil penulisan dan kaitannya dengan masalah yang diidentifikasikan

(10)
(11)

Abstraksi

Tidak jarang kontrak dibuat asal jadi dan masing-masing pihak tidak begitu memperhatikan sampai sejauh mana kontrak yang akan disepakatinya tersebut akan mempengaruhi keberhasilan atau malah sebaliknya justru menimbulkan kegagalan ataupun kerugian baginya. Semuanya itu memberikan gambaran yang kuat bahwa banyak permasalahan-permasalahan bisnis di lapangan ternyata sebagian besar dipicu oleh kekurang pahaman para pelaku terhadap pengertian dari kontrak yang pada umumnya menjadi dasar dari aktivitas bisnis tersebut. Pengalaman ini harus membuat para perancang kontrak harus lebih hati-hati dalam membuat kontrak bisnis.

Dalam skripsi ini permasalahan yang diangkat oleh penulis adalah Apakah yang menjadi permasalahan dalam kontrak pengadaan barang dan jasa di Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera Utara, Apakah kontrak pengadaan barang dan jasa Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera Utara sudah memenuhi Perpres No.95 tahun 200 serta Bagaimana Penyelesaian sengketa Terhadap kontrak yang Bermasalah.

Pada Pendahuluan Bab I memberikan informasi yang bersifat umum dan menyeluruh serta sistematis terdiri dari latar belakang, permasalahan, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Pada Bab II Tinjauan Umum kontrak dan Struktur dari Sebuah Kontrak,Hal ini terdiri dari pembahasan mengenai pengertian. Pengertian dan Asas Dalam Kontrak , Syarat Sahnya Suatu Kontrak, Jenis- jenis Kontrak, Tahap Pembuatan Kontrak dan Struktur dari Sebuah Kontrak Pada Bab III Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa ,Memberikan penjelasan mengenai Pengertian Pengadaan Barang dan Jasa ,Cara-cara Menjadi Peserta Pengadaan Barang Dan Jasa Dilihat dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Prakualifikasi dan Pasca Kualifikasi Dalam Pengadaan Barang dan Jasa , Prosedur dalam Pengadaan Barang dan Jasa dilihat dari Pepres No.95 tahun 2007, Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Pengadaan Barang dan jasa Pada Bab IV Analisis Hukum Terhadap Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa Oleh Dinas Kelautan Dan Perikanan Sumatera Utara.Memberikan penjelasan mengenai, Proses Pembuatan Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa Oleh Dinas Kelauatan dan Perikanan Sumatera Utara, Jaminan dalam Perjanjian Pengadaan Barang dan jasa, Analisis Kontrak Hukum yang Kemungkinan Bermasalah dan Penyelesaiannya , Penyelesaian sengketa Terhadap kontrak yang Bermasalah Pada Bab V yaitu Kesimpulan Dan Saran Merupakan bagian akhir yang berisikan kesimpulan dan saran dari hasil penulisan dan kaitannya dengan masalah yang diidentifikasikan

(12)
(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia adalah negara yang sedang membangun (developing country), dimana pada saat ini sedang giat melaksanakan pembangunan disegala bidang. Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.1

Pembangunan Nasional tidak terlepas dari partisipasi berbagai pihak.Dalam pelaksanaannya, pembangunan proyek-proyek ini melibatkan berbagai pihak seperti pemborong, pemberi tugas, arsitek, agraria, Pemda dan sebagainya. Disamping itu perlu diperhatikan peralatan-peralatan yang canggih yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pembangunan tersebut.

Oleh karena itu hasil- hasil pembangunan harus dapat dinikmati seluruh rakyat sebagai peningkatan kesejahteraan lahir dan batin secara adil dan merata. Dalam mensukseskan pembangunan disegala bidang perlu adanya partisipasi dari seluruh lapisan masyarakat Indonesia agar terciptanya tujuan dari Pembangunan nasional tersebut

Pembangunan Nasional sangat banyak jenis dan macamnya, salah satu bentuk realisasi dari pembangunan yaitu pembangunan proyek-proyek sarana dan prasarana umum. Sebagai contohnya adalah pembangunan saluran-saluran air, jalan-jalan, jembatan, perkantoran,perumahan rakyat,dan masih banyak lagi.

1

Djumialdji,S.H. Hukum Bangunan Dasar-Dasar Hukum Dalam Proyek dan Sumber

(14)

Dalam pelaksanaan pembangunan ini antara pihak- pihak yang melaksankannya perlu adanya suatu perjanjian, salah satu bentuk perjanjian itu adalah perjanjian/ kontak pengadaan barang dan jasa.

Perjanjian pengadaan barang dan jasa termasuk dalam perjanjian pemborongan yang terdapat dalam KUHPerdata dan Pasal 1601,Pasal 1601b dan Pasal 1604 dan sampai dengan Pasal 1616 bahwa agar pengadaan barang dan jasa pemerintah dapat dilaksanakan dengan efektif, efisien, dengan prinsip persaingan sehat, transparan,terbuka dan perlakuan yang adil dan layak bagi semua pihak,sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan baik dari segi fisik, keuangan, maupun manfaatnya bagi kelancaran tugas pemerintah dan pelayanan.

(15)

berpedoman pada peraturan- peraturan yang ada agar pembangunan nasional di Indonesia dapat berjalan dengan sukses.

B. Perumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang di atas, adapun yang menjadi perumusan masalahan dalam skripsi ini adalah :

A. Apakah yang menjadi permasalahan dalam kontrak pengadaan barang dan jasa di Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera Utara?

B. Apakah kontrak pengadaan barang dan jasa Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera Utara sudah memenuhi Perpres No.95 tahun 2007?

C. Bagaimana Penyelesaian sengketa Terhadap kontrak yang Bermasalah?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan dan manfaat penulisan skripsi ini adalah sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah yang menjadi permasalahan dalam kontrak pengadaan barang dan jasa di Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera Utara.

(16)

3. Untuk meneliti, mempelajari dan akhirnya mengetahui proses penyelesaian sengketa terhadap kontrak yang bermasalah.

Manfaat penulisan skripsi ini adalah :

1. Secara teoritis, untuk menambah pengetahuan penulis tentang kontrak pengadaan barang dan jasa yang dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera Utara,

2. Secara praktis, diharapkan agar dapat menjadi bahan masukan bagi penulis dan dapat pula bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan khususnya mahasiswa agar memahami dan dapat menambah wawasan pengetahuan terutama mengenai pengadaan barang dan jasa.

D. Tinjauan Kepustakaan

”Analisis Hukum Terhadap Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa

Oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera Utara .”

Dari judul diatas dapat diambil pengertian baik secara etimologis maupun dapat diambil dari pengertian Black Law dictionary. Setiap kata demi kata mengandung arti yang dapat dijelaskan secara luas:

”Analisis ” ,menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2

2 Purwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka,1985

(17)

arti keseluruhan.Sedangkan menurub Baddudu Zain3

”Hukum”, menurut pendapat sarjana Hukum J.C.T Simorangkir, menjelaskan

pengertian hukum adalah Peraturan- peraturan yang bersifat memaksa yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran maupun terhadap peraturan-peraturan tadi yang mengakibatkan diambilnya tindakan yaitu dengan hukuman tertentu.

alisisis adalah Penelitian terhadap suatu peristiwa untuk diketahui sebab musababnya; duduk perkaranya;atau prosesnya.

4

”Kontrak” adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh dua atau lebih pihak

dimana masing-masing pihak yang ada didalamnya dituntut untuk melakukan satu atau lebih prestasi. Dalam pengertian demikian kontrak merupakan perjanjian. Namun demikian kontrak merupakan perjanjian yang berbentuk tertulis.

5

Pada Asasnya suatu perjanjian harus dibuat dalam suatu bentuk tertentu, artinya dapat dibuat dalam bentuk tertulis namun dapat juga dalam bentuk tidak tertulis. Akan tetapi ada beberapa jenis perjanjian yang menurut undang-undang harus dalam bentuk tertulis. Pengaturan tentang kontrak diatur terutama di dalam KUH Perdata (BW), tepatnya dalam Buku III, di samping mengatur mengenai Menurut Satrio kontrak adalah suatu perjanjian (tertulis) diantara dua atau lebih orang (pihak) yang menciptakan (hak) dan kewajiban untuk melakukan sesuatu,atau tidak melakukan sesuatu hal khusus.

3

Baddudu Zain (1994:46)

4 Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, hal 41

(18)

perikatan yang timbul dari perjanjian, juga mengatur perikatan yang timbul dari undang-undang misalnya tentang perbuatan melawan hukum. Pasal 1338 KUH Perdata (BW), yang menyiratkan adanya 3 (tiga asas) yang seyogyanya dalam perjanjian :

1. Mengenai terjadinya perjanjian

Asas yang disebut konsensualisme, artinya menurut BW perjanijan hanya terjadi apabila telah adanya persetujuan kehendak antara para pihak (consensus,

consensualisme).

2. Tentang akibat perjanjian

Bahwa perjanjian mempunyai kekuatan yang mengikat antara pihak-pihak itu sendiri. Asas ini ditegaskan dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata yang menegaskan bahwa perjanjian dibuat secara sah diantara para pihak, berlaku sebagai Undang-Undang bagi pihak-pihak yang melakukan perjanjian tersebut.

3. Tentang isi perjanjian

Sepenuhnya diserahkan kepada para pihak (contractsvrijheid atau partijautonomie) yang bersangkutan.

Dengan kata lain selama perjanjian itu tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku, kesusilaan, mengikat kepentingan umum dan ketertiban, maka perjanjian itu diperbolehkan.

”Pengadaan” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses, cara,

(19)

”Barang ” menurut Keppres No. 80 Tahun 2003 Barang, adalah benda dalam

berbagai bentuk dan uraian, yang meliputi bahan baku, bahan setengah jadi, barang jadi/peralatan yang spesifikasinya ditetapkan oleh pengguna barang/jasa

”Jasa ” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perbuatan yg baik atau

berguna dan bernilai bagi orang lain, negara, instansi, dsb: pemimpin itu banyak jasa nya bagi negara; perbuatan yg memberikan segala sesuatu yg diperlukan

orang lain; layanan; servis; aktivitas, kemudahan, manfaat, dsb yg dapat dijual kpd orang lain (konsumen) yg menggunakan atau menikmatinya;

”Pengadaan Barang dan Jasa” menurut Keppres no 80 tahun 2003 adalah

kegiatan pengadaan barang/jasa yang dibiayai dengan APBN/APBD, baik yang dilaksanakan secara swakelola maupun oleh penyedia barang/jasa;

”Dinas” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bagian kantor

pemerintah yg mengurus pekerjaan tertentu; jawatan; segala sesuatu yg bersangkutan dng jawatan (pemerintah), bukan swasta, bertugas, bekerja

”Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera Utara”adalah Instansi Pemerintah

yang bergerak dalam bidang kelautan dan perikanan di Sumatera Utara. Dinas Perikanan dan Kelautan adalah unsur Pelaksana Pemerintah Propinsi yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas, berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah. Dinas Perikanan dan Kelautan mempunyai tugas menyelenggarakan sebagaian Kewenangan Pemerintah Propinsi dan Tugas Dekonsentrasi dibidang perikanan dan kelautan.

(20)

• Menyiapkan bahan perumusan perencanaan/program dan kebijaksanaan teknis dibidang perikanan dan kelautan.

• Menyelenggarakan pembinaan perencanaan, prasarana, pengembangan pesisir dan pulau-pulau kecil, produksi dan teknologi, usaha tani dan pengolahan hasil, pengawasan dan perlindungan.

• Melaksanakan tugas-tugas yang terkait dengan perikanan dan kelautan sesuai ketetapan Kepala Daerah.

Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera Utara berada di Jl. Sei Batugingging No. 6 Medan,Sumatera Utara – Indonesia.

E. Metode Penulisan

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif (yuridis normative) , yakni penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder. Penelitian dilakukan melalui wawancara langsung dengan Sekretrais Pengadaan Barang dan Jasa Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera Utara, untuk mengumpulkan data atau bahan untuk selanjutnya dianalisa dan diamati sehingga nantinya mendukung teori-teori yang diperoleh dari bahan kepustakaan. Sedangkan data yang dipergunakan dalam penelitian skripsi ini adalah data sekunder. Adapun data sekunder yang dimaksudkan penulis antara lain bahan hukum primer, sekunder dan tersier.

(21)

hukum sekunder, yaitu semua dokumen resmi yang merupakan informasi atau hasil kajian tentang kontrak pengadaan barang dan jasa, seperti seminar hukum, buku-buku teks, karya tulis ilmiah, jurnal hukum dan beberapa sumber dari situs internet yang berkaitan dengan persoalan di atas, sedangkan bahan hukum tersier, yaitu semua dokumen yang berisi konsep-konsep dan keterangan-keterangan yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus, ensiklopedia, bibiograpi, dan lain-lain.

Dalam penulisan skripsi ini digunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :

1. Field research (penelitian lapangan)

Sehubungan dengan pengumpulan data atau bahan-bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini, juga dilakukan studi lapangan, yaitu pengumpulan data-data mengenai objek yang diteliti dalam hal ini dilakukan melalui wawancara dengan Bapak Said Andri sebagai Sekretaris Pengadaan Barang dan Jasa Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera Utara.

2. Library research (penelitian kepustakaan)

(22)

F. Keaslian Penulisan

”Analisis Hukum Terhadap Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa

Oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera Utara .”

Yang diangkat menjadi judul skripsi ini belum pernah ditulis di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Penulis menyusun melalui referensi buku-buku, media elektronik (internet) sebagai sarana penunjang informasi jaringan perpustakaan terluas, dan studi kasus pada data sekunder yaitu menelaah surat kontrak Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera Utara ,dan bantuan dari berbagai pihak.

G. Sistematika Penulisan

Bab I : Pendahuluan

Merupakan bab yang memberikan ilustrasi guna memberikan informasi yang bersifat umum dan menyeluruh serta sistematis terdiri dari latar belakang, permasalahan, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II : Tinjauan Umum kontrak dan Struktur dari Sebuah Kontrak

Hal ini terdiri dari pembahasan mengenai pengertian. Pengertian dan Asas Dalam Kontrak , Syarat Sahnya Suatu Kontrak, Jenis- jenis Kontrak, Tahap Pembuatan Kontrak dan Struktur dari Sebuah Kontrak Bab III : Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa

(23)

Kualifikasi Dalam Pengadaan Barang dan Jasa , Prosedur dalam Pengadaan Barang dan Jasa dilihat dari Pepres No.95 tahun 2007, Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Pengadaan Barang dan jasa

Bab IV : Analisis Hukum Terhadap Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa Oleh Dinas Kelautan Dan Perikanan Sumatera Utara

Memberikan penjelasan mengenai, Proses Pembuatan Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa Oleh Dinas Kelauatan dan Perikanan Sumatera Utara, Jaminan dalam Perjanjian Pengadaan Barang dan jasa, Analisis Kontrak Hukum yang Kemungkinan Bermasalah dan Penyelesaiannya , Penyelesaian sengketa Terhadap kontrak yang Bermasalah

Bab V : Kesimpulan Dan Saran

(24)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG KONTRAK

A. Pengertian dan Asas Dalam Berkontrak

1. Pengertian Kontrak

Didalam perundang-undangan tidak disebutkan secara tegas pengertian kontrak, tetapi menurut Para pakar hukum bahwa kontrak adalah ” Kaidah/ aturan hukum yang mengatur hubungan hukum antar para pihak berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum untuk melaksanakan suatu prestasi/obyek perjanjian” .Pengaturan umum tentang kontrak diatur dalam KUHPerdata buku III.

Istilah hukum perjanjian atau kontrak merupakan terjemahan dari bahasa Inggris yaitu contract law, sedangkan dalam bahasa Belanda disebut dengan istilah overeenscomsrecht.6 Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.7

6 Salim H.S, “Hukum Kontrak: Teori & Teknik Penyusunan Kontrak,” Cet. II, (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), hal. 3

7

Subekti , “Hukum Perjanjian,” Cet. XII, (Jakarta: PT. Intermasa, 1990), hal. 1.

(25)

Perikatan adalah suatu perhubungan hukum anatara dua orang atau dua pihak, berdasarkan yang mana pihak yang satu berhak menunutut sesuatu hal dari pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu. Maka hubungan hukum antara perikatan dan perjanjian adalah bahwa perjanjian itu menerbitkan perikatan. Perjanjian adalah sumber perikatan. Hubungan hukum adalah hubungan yang menimbulkan akibat hukum. Akibat hukum disebabkan karena timbulnya hak dan kewajiban, dimana hak merupakan suatu kenikmatan, sedangkan kewajiban merupakan beban. Adapun unsur-unsur yang tercantum dalam hukum perjanjian/kontrak dapat dikemukakan sebagai berikut:8

Istilah lain dari subjek hukum adalah rechtperson. Rechtperson diartikan sebagai pendukung hak dan kewajiban. Dalam hal ini yang menjadi subjek hukum

1. Adanya kaidah hukum

Kaidah dalam hukum perjanjian dapat terbagi menjadi dua macam, yakni tertulis dan tidak tertulis. Kaidah hukum perjanjian tertulis adalah kaidah-kaidah hukum yang terdapat di dalam peraturan perundang-undangan, traktat, dan yurisprudensi. Sedangkan kaidah hukum perjanjian tidak tertulis adalah kaidah-kaidah hukum yang timbul, tumbuh, dan hidup dalam masyarakat, seperti: jual beli lepas, jual beli tahunan, dan lain sebagainya. Konsep-konsep hukum ini berasal dari hukum adat.

2. Subyek hukum

8

(26)

dalam hukum kontrak adalah kreditur dan debitur. Kreditur adalah orang yang berpiutang, sedangkan debitur adalah orang yang berutang.

3. Adanya Prestasi

Prestasi adalah apa yang menjadi hak kreditur dan kewajiban debitur. Suatu prestasi umumnya terdiri dari beberapa hal sebagai berikut: memberikan sesuatu;berbuat sesuatu;tidak berbuat sesuatu.

4. Kata sepakat

Di dalam Pasal 1320 KUHPer ditentukan empat syarat sahnya perjanjian seperti dimaksud diatas, dimana salah satunya adalah kata sepakat (konsensus). Kesepakatan ialah persesuaian pernyataan kehendak antara para pihak.

5. Akibat hukum

Setiap Perjanjian yang dibuat oleh para pihak akan menimbulkan akibat hukum. Akibat hukum adalah timbulnya hak dan kewajiban.

Pengertian perjanjian sebagai kesepakatan yang dibuat oleh para pihak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat. Adapun pengertian kontrak tidak disebut secara tegas dalam literatur hukum. Kontrak lebih merupakan istilah yang digunakan dalam perikatan-perikatan bisnis disamping MoU dan LoI, yang pemakaian istilahnya bersifat khusus untuk perikatan bisnis. Kontrak yang dibuat dalam hubungan bisnis memiliki sifat yang tidak berbeda dengan perjanjian, yaitu ikatan yang memiliki akibat hukum.

(27)

luas dapat berarti sebagai kesepakatan yang mempunyai konsekuensi hukum dan juga kesepakatan yang tidak mempunyai konsekuensi hukum. Agreement akan mempunyai kualitas atau pengertian perjanjian atau kontrak apabila ada akibat hukum yang dikenakan terhadap pelanggaran janji (breach of contract) dalam agreement tersebut. Dalam pengertian kesepakatan para pihak yang mempunyai

konsekuensi hukum yang mengikat, maka agreement sama artinya dengan perjanjian. Dari uraian ini dapat disimpulkan istilah kontrak juga merupakan agreement karena agreement dalam bahasa Indonesia merupakan perjanjian,

sedangkan sebuah perjanjian merupakan persetujuan yang melahirkan perikatan, maka istilah perjanjian, kontrak, ataupun agreement memiliki pengertian yang sama. Dalam paparan tulisan ini, penggunaan ketiga istilah itu merujuk kepada hal yang sama.

Sekalipun dalam KHUPerdata definisi dari perikatan tidak dipaparkan secara tegas, akan tetapi dalam Pasal 1233 KUHPerdata ditegaskan bahwa perikatan selain dari Undang-undang, perikatan dapat juga dilahirkan dari perjanjian. Dengan demikian suatu perikatan belum tentu merupakan perjanjian sedangkan perjanjian merupakan perikatan. Dengan kalimat lain, bila definisi dari pasal 1313 KUHPerdata tersebut dihubungkan dengan maksud dari pasal 1233 KUHPerdata, maka terlihat bahwa pengertian dari perikatan, karena perikatan tersebut dapat lahir dari perjanjian itu sendiri.

(28)

Perjanjian mengenai perbedaan pengertian dari perikatan dengan perjanjian. Beliau memberikan definisi dari perikatan sebagai berikut:

“Suatu perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang

atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal

dari pihak lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu.”9

“Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji

kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk

melaksanakan sesuatu hal.”

Sedangkan perjanjian didefinisikan sebagai berikut:

10

Hakekat antara perikatan dan perjanjian pada dasarnya sama, yaitu merupakan hubungan hukum antara pihak-pihak yang diikat didalamnya, namun pengertian perikatan lebih luas dari perjanjian, sebab hubungan hukum yang ada dalam perikatan munculnya tidak hanya dari perjanjian tetapi juga dari aturan perundang-undangan. Hal lain yang membedakan keduanya adalah bahwa perjanjian pada hakekatnya merupakan hasil kesepakatan para pihak, jadi sumbernya benar-benar kebebasan pihak-pihak yang ada untuk diikat dengan perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1338 KUHPerdata. Sedangkan perikatan selain mengikat karena adanya kesepakatan juga mengikat karena diwajibkan oleh undang undang, contohnya perikatan antara orangtua dengan anaknya muncul bukan karena adanya kesepakatan dalam perjanjian diantara ayah dan anak tetapi karena perintah undang-undang.

9 Prof. Subekti, SH, “Hukum Perjanjian,” Cet. XII, (Jakarta: PT. Intermasa, 1990), hal.

(29)

Selain itu, perbedaan antara perikatan dan perjanjian juga terletak pada konsekuensi hukumnya. Pada perikatan masing-masing pihak mempunyai hak hukum untuk menuntut pelaksanaan prestasi dari masing-masing pihak yang telah terikat. Sementara pada perjanjian tidak ditegaskan tentang hak hukum yang dimiliki oleh masing-masing pihak yang berjanji apabila salah satu dari pihak yang berjanji tersebut ternyata ingkar janji, terlebih karena pengertian perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPerdata menimbulkan kesan seolah-olah hanya merupakan perjanjian sepihak saja. Definisi dalam pasal tersebut menggambarkan bahwa tindakan dari satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih, tidak hanya merupakan suatu perbuatan hukum yang mengikat tetapi dapat pula merupakan perbuatan tanpa konsekuensi hukum.

Konsekuensi hukum lain yang muncul dari dua pengertian itu adalah bahwa oleh karena dasar perjanjian adalah kesepakatan para pihak, maka tidak dipenuhinya prestasi dalam perjanjian menimbulkan ingkar janji (wanprestasi), sedangkan tidak dipenuhinya suatu prestasi dalam perikatan menimbulkan konsekuensi hukum sebagai perbuatan melawan hukum (PMH).

(30)

tersebut tidak melaksanakan atau terlambat melaksanakan prestasi, pihak yang dirugikan akibat dari perbuatan melawan hukum tersebut berhak untuk menuntut pemenuhan prestasi atau penggantian kerugian dalam bentuk biaya, ganti rugi dan bunga.

Uraian ini memperlihatkan bahwa perikatan dapat meliputi dua arti, yaitu pada satu sisi sebagai perjanjian yang memang konsekuensi hukumnya sangat tergantung pada pihak-pihak yang terikat didalamnya, dan pada sisi lain merupakan perikatan yang mempunyai konsekuensi hukum yang jelas. Sekalipun perjanjian sebagai suatu perikatan muncul bukan dari undang-udang tetapi memiliki kekuatan hukum yang sama dengan perikatan yang muncul dari undang-undang, yaitu berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang diikat didalamnya.

2 Asas-asas Hukum Kontrak

Berdasarkan teori, di dalam suatu hukum kontrak terdapat 5 (lima) asas yang dikenal menurut ilmu hukum perdata. Kelima asas itu antara lain adalah: asas kebebasan berkontrak (freedom of contract), asas konsensualisme (concsensualism), asas kepastian hukum (pacta sunt servanda), asas itikad baik (good faith) dan asas kepribadian (personality). Berikut ini adalah penjelasan mengenai asas-asas dimaksud:

(31)

Asas kebebasan berkontrak dapat dianalisis dari ketentuan Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata, yang berbunyi: “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.”

Asas ini merupakan suatu asas yang memberikan kebebasan kepada para pihak untuk:

1). membuat atau tidak membuat perjanjian; 2). mengadakan perjanjian dengan siapa pun;

3). menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya, serta 4). menentukan bentuk perjanjiannya apakah tertulis atau lisan.

Latar belakang lahirnya asas kebebasan berkontrak adalah adanya paham individualisme yang secara embrional lahir dalam zaman Yunani, yang diteruskan oleh kaum Epicuristen dan berkembang pesat dalam zaman renaissance melalui antara lain ajaran-ajaran Hugo de Grecht, Thomas Hobbes, John Locke dan J.J. Rosseau.11

11

Salim HS, op.cit, hal. 9

(32)

cengkeraman pihak yang kuat sperti yang diungkap dalam exploitation de homme par l’homme.

Pada akhir abad ke-19, akibat desakan paham etis dan sosialis, paham individualisme mulai pudar, terlebih-lebih sejak berakhirnya Perang Dunia II. Paham ini kemudian tidak mencerminkan keadilan. Masyarakat menginginkan pihak yang lemah lebih banyak mendapat perlindungan. Oleh karena itu, kehendak bebas tidak lagi diberi arti mutlak, akan tetapi diberi arti relatif dikaitkan selalu dengan kepentingan umum. Pengaturan substansi kontrak tidak semata-mata dibiarkan kepada para pihak namun perlu juga diawasi. Pemerintah sebagai pengemban kepentingan umum menjaga keseimbangan kepentingan individu dan kepentingan masyarakat. Melalui penerobosan hukum kontrak oleh pemerintah maka terjadi pergeseran hukum kontrak ke bidang hukum publik. Oleh karena itu, melalui intervensi pemerintah inilah terjadi pemasyarakatan hukum kontrak/perjanjian.

b. Asas Konsensualisme (concensualism)

(33)

konsensualisme, tetapi lebih dikenal dengan sebutan perjanjian riil dan perjanjian formal. Perjanjian riil adalah suatu perjanjian yang dibuat dan dilaksanakan secara nyata (dalam hukum adat disebut secara kontan). Sedangkan perjanjian formal adalah suatu perjanjian yang telah ditentukan bentuknya, yaitu tertulis (baik berupa akta otentik maupun akta bawah tangan). Dalam hukum Romawi dikenal istilah contractus verbis literis dan contractus innominat. Yang artinya bahwa terjadinya perjanjian apabila memenuhi bentuk yang telah ditetapkan. Asas konsensualisme yang dikenal dalam KUHPer adalah berkaitan dengan bentuk perjanjian.

c. Asas Kepastian Hukum (pacta sunt servanda)

(34)

dikuatkan dengan sumpah dan tindakan formalitas lainnya. Sedangkan istilah nudus pactum sudah cukup dengan kata sepakat saja.

d. Asas Itikad Baik (good faith)

Asas itikad baik tercantum dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata yang berbunyi: “Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.” Asas ini merupakan asas bahwa para pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur harus melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh maupun kemauan baik dari para pihak. Asas itikad baik terbagi menjadi dua macam, yakni itikad baik nisbi dan itikad baik mutlak. Pada itikad yang pertama, seseorang memperhatikan sikap dan tingkah laku yang nyata dari subjek. Pada itikad yang kedua, penilaian terletak pada akal sehat dan keadilan serta dibuat ukuran yang obyektif untuk menilai keadaan (penilaian tidak memihak) menurut norma-norma yang objektif.12

Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang yang akan melakukan dan/atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan perseorangan saja. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUHPerdata. Pasal 1315 KUHPer menegaskan: “Pada umumnya seseorang tidak dapat mengadakan perikatan atau perjanjian selain untuk dirinya sendiri.” Inti ketentuan ini sudah jelas bahwa untuk mengadakan suatu perjanjian, orang tersebut harus untuk kepentingan dirinya sendiri. Pasal 1340 KUHPerdata berbunyi: “Perjanjian hanya berlaku antara pihak yang membuatnya.” Hal ini

5. Asas Kepribadian (personality)

(35)

mengandung maksud bahwa perjanjian yang dibuat oleh para pihak hanya berlaku bagi mereka yang membuatnya. Namun demikian, ketentuan itu terdapat pengecualiannya sebagaimana diintridusir dalam Pasal 1317 KUHPerdata yang menyatakan:

“Dapat pula perjanjian diadakan untuk kepentingan pihak ketiga, bila suatu perjanjian yang dibuat untuk diri sendiri, atau suatu pemberian kepada orang lain, mengandung suatu syarat semacam itu.”

Pasal ini mengkonstruksikan bahwa seseorang dapat mengadakan perjanjian/kontrak untuk kepentingan pihak ketiga, dengan adanya suatu syarat yang ditentukan. Sedangkan di dalam Pasal 1318 KUHPerdata, tidak hanya mengatur perjanjian untuk diri sendiri, melainkan juga untuk kepentingan ahli warisnya dan untuk orang-orang yang memperoleh hak daripadanya. Jika dibandingkan kedua pasal itu maka Pasal 1317 KUHPerdata mengatur tentang perjanjian untuk pihak ketiga, sedangkan dalam Pasal 1318 KUHPerdata untuk kepentingan dirinya sendiri, ahli warisnya dan orang-orang yang memperoleh hak dari yang membuatnya. Dengan demikian, Pasal 1317 KUHPerdata mengatur tentang pengecualiannya, sedangkan Pasal 1318 KUHPerdata memiliki ruang lingkup yang luas.

(36)

berhasil dirumuskannya delapan asas hukum perikatan nasional.13

Perjanjian sebagai figur hukum mengandung kepastian hukum. Kepastian ini terungkap dari kekuatan mengikatnya perjanjian, yaitu sebagai undang-undang bagi yang membuatnya.

Kedelapan asas tersebut adalah sebagai berikut:

1. Asas Kepercayaan

Asas kepercayaan mengandung pengertian bahwa setiap orang yang akan mengadakan perjanjian akan memenuhi setiap prestasi yang diadakan diantara mereka dibelakang hari.

2. Asas Persamaan Hukum

Asas persamaan hukum mengandung maksud bahwa subjek hukum yang mengadakan perjanjian mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dalam hukum. Mereka tidak boleh dibeda-bedakan antara satu sama lainnya, walaupun subjek hukum itu berbeda warna kulit, agama, dan ras.

3. Asas Kesimbangan

Asas keseimbangan adalah asas yang menghendaki kedua belah pihak memenuhi dan melaksanakan perjanjian. Kreditur mempunyai kekuatan untuk menuntut prestasi dan jika diperlukan dapat menuntut pelunasan prestasi melalui kekayaan debitur, namun debitur memikul pula kewajiban untuk melaksanakan perjanjian itu dengan itikad baik.

4. Asas Kepastian Hukum

(37)

5. Asas Moralitas

Asas moral ini terikat dalam perikatan wajar, yaitu suatu perbuatan sukarela dari seseorang tidak dapat menuntut hak baginya untuk menggugat prestasi dari pihak debitur. Hal ini terlihat dalam zaakwarneming, yaitu seseorang melakukan perbuatan dengan sukarela (moral). Yang bersangkutan mempunyai kewajiban hukum untuk meneruskan dan menyelesaikan perbuatannya. Salah satu faktor yang memberikan motivasi pada yang bersangkutan melakukan perbuatan hukum itu adalah didasarkan pada kesusilaan (moral) sebagai panggilan hati nuraninya.

6. Asas Kepatutan

Asas kepatutan tertuang dalam Pasal 1339 KUHPerdata. Asas ini berkaitan dengan ketentuan mengenai isi perjanjian yang diharuskan oleh kepatutan berdasarkan sifat perjanjiannya.

7. Asas Kebiasaan

Asas ini dipandang sebagai bagian dari perjanjian. Suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk apa yang secara tegas diatur, akan tetapi juga hal-hal yang menurut kebiasaan lazim diikuti.

8. Asas Perlindungan

(38)

demikian dapat dipahami bahwa keseluruhan asas diatas merupakan hal penting dan mutlak harus diperhatikan bagi pembuat kontrak/perjanjian sehingga tujuan akhir dari suatu kesepakatan dapat tercapai dan terlaksana sebagaimana diinginkan oleh para pihak.

B. Syarat Sahnya Suatu Kontrak

Dalam Burgerlijk Wetboek (BW) yang kemudian diterjemahkan oleh Prof. R. Subekti, SH dan R. Tjitrosudibio menjadi Kitab Undang-Undang Hukum Perdata bahwa mengenai hukum perjanjian diatur dalam Buku III tentang Perikatan, dimana hal tersebut mengatur dan memuat tentang hukum kekayaan yang mengenai hak-hak dan kewajiban yang berlaku terhadap orang-orang atau pihak-pihak tertentu. Sedangkan menurut teori ilmu hukum, hukum perjanjian digolongkan kedalam Hukum tentang Diri Seseorang dan Hukum Kekayaan karena hal ini merupakan perpaduan antara kecakapan seseorang untuk bertindak serta berhubungan dengan hal-hal yang diatur dalam suatu perjanjian yang dapat berupa sesuatu yang dinilai dengan uang. Keberadaan suatu perjanjian atau yang saat ini lazim dikenal sebagai kontrak, tidak terlepas dari terpenuhinya syarat-syarat mengenai sahnya suatu perjanjian/kontrak seperti yang tercantum dalam Pasal 1320 KUHPerdata, antara lain sebagai berikut:

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya; 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan; 3. Suatu hal tertentu;

(39)

Berikut penjelasannya, yaitu:

1. Berdasarkan kesepakatan para pihak

Kesepakatan merupakan faktor esensial yang menjiwai perjanjian, kesepakatan biasanya diekspresikan dengan kata “setuju” disertai pembubuhan tanda tangan sebagai bukti persetujuan atas segala hal yang tercantum dalam perjanjian. Dalam perjanjian suatu kesepakatan dinyatakan tidak sah, apabila kesepakatan yang dicapai tersebut terjadi karena kekhilafan atau dibuat dengan suatu tindakan pemaksaan atau penipuan.

2. Pihak-pihak dalam perjanjian harus cakap untuk membuat

perjanjian

Setiap orang dan badan hukum (legal entity) adalah subjek hukum, namun KUHPerdata membatasi subjek hukum yang dapat menjadi pihak dalam perjanjian. Untuk itu kita perlu mengetahui siapa saja yang menurut hukum tidak cakap atau tidak mempunyai kedudukan hukum untuk membuat perjanjian. Berikut adalah pihak-pihak yang tidak cakap secara hukum untuk membuat perjanjian:

1. Orang yang belum dewasa, yaitu orang yang belum berumur 21 tahun.

2. Orang-orang yang ditaruh dibawah pengampuan, misalnya: anak-anak, orang yang pikirannya kurang sehat atau mengalami gangguan mental.

(40)

melakukan perjanjian untuk transaksi-transaksi tertentu harus mendapatkan persetujuan suami.

3. Perjanjian menyepakati suatu hal

Hukum mewajibkan setiap perjanjian harus mengenai sesuatu hal sebagai objek dari perjanjian, misalnya tanah sebagai objek perjanjian jual beli.

4. Dibuat berdasarkan suatu sebab yang halal

Perjanjian menuntut adanya itikad baik dari para pihak dalam perjanjian, oleh karena itu perjanjian yang disebabkan oleh sesuatu yang tidak halal, misalnya karena paksaaan atau tipu muslihat tidak memenuhi syarat sebagai suatu perjanjian.

Dengan dipenuhinya empat syarat sahnya perjanjian tersebut, maka suatu perjanjian menjadi sah dan mengikat secara hukum bagi para pihak yang membuatnya.

C. Jenis- jenis Kontrak

(41)

terkait dengan kontrak tersebut serba bersahaja. Kontrak yang tidak bersahaja yang dimaksud adalah sebagai berikut:14

Kontrak manasuka atau alternative ini mungkin jarang kita temui dalam praktik, tetapi hal ini dimungkinkan dalam hukum kontrak. Dalam hal terjadi kontrak manasuka ini, debitur diperkenankan untuk memilih salah satu dari beberapa pilihan yang ditentukan dalam kontrak. Hak untuk memilih dalam kontrak mana suka ini selalu dianggap diberikan kepada debitur, kecuali kalau secara tegas hak memilih tersebut diberikan kepada kreditor.

1. Kontrak Bersyarat

Kontrak bersyarat adalah kontrak yang digantungkan pada suatu peristiwa yang akan datang dan peristiwa tersebut belum tentu akan terjadi.Kontrak bersyarat ini dapat dibagi dua yaitu kontrak dengan syarat tangguh dan kontrak dengan syarat batal.Suatu kontrak dengan syarat tangguh jika untuk lahirya kontrak tersebut digantungkan pada suatu peristiwa tertentu yang akan datang dan belum tentu akan terjadi sedangkan suatu kontrak disebut dengan syarta batal jika untuk batalnya atau berakhirnya kontrak tersebut digantungkan pada suatu peristiwa yang akan datang dan belum tentu akan terjadi.

2. Kontrak dengan ketetapan waktu

Berbeda dari kontrak bersyarat, kontrak dengan ketetapan waktu ini tidak menangguhkan terjadinya atau lahirnya kontrak, melainkan menangguhkan pelaksanaan kontrak.

3, Kontrak mana suka atau alternative

(42)

4. Kontrak Tanggung renteng atau tanggung menanggung

Suatu kontrak dikatakan tanggung menanggung jika dalam kontrak tersebut terdiri atas bebrapa orang kreditor, dan dalam kontrak tersebut secara tegas dinyatakan bahwa masing- masing kreditor berhak untuk menagih seluruh utang atau pembayaran seluruh utang kepada salah seorang kreditor akan membebaskan debitur pada kreditor . Dengan demikian, apabila debitur belum digugat di depan pengadilan, debitur baerhak memilih kepada siapa dia akan membayar utangnya.

5. Kontrak yang dapat dibagi dan tak dapat dibagi

Suatu kontrak digolongkan dapat dibagi atau tidak dapat dibagi tergantung pada kontrak yang prestasinya berupa barang atau jasa yang dapat dibagi atau tidak dapat dibagi, baik secara nyata maupun secara perhitungan. Namun demikian, walaupun barang dan jasa tersebut sifatnya dapat dibagi,, suatu kontrak dianggap tidak dapat dibagi jika berdasarkan maksud kontrak penyerahan barang atau pelaksanaan jasa tersebut tidak dapat dibagi.

6. Kontrak dengan ancaman hukuman

Ancaman hukuman merupakan suatu klausul kontrak yang memberikan jaminan kepada kreditor bahwa debitur akan memenuhi prestasi, dan ketika debitur tidak memenuhi prestasi tersebut, debitur diwajibkan melakukan sesuatu atau menyerahkan sesuatu.

7. Kuasi kontrak

(43)

(implied contract), namun istilah tersebut tidak ditemukan dalam BW, maka untuk menganalisis apa sebenarnya kuasi kontrak tersebut,menurut Munir Fuadi adalah ” Tidak semua kontrak dapat terlihat dengan jelas adanya kata sepakat. Namun, sampai batas- batas tertentu bahkan suatu kontrak dianggap sudah terbentuk, sungguh pun kesepakatan kehendak tidak jelas- jelas kelihatan. Misalnya kesepakatan kehendak dalam jenis kontrak yang disebut dengan ” kontrak tersamar” (implied contract, quast contract). Kontrak tersamar ini diketemukan baik dalam tradisi hukum eropa kontinental, amupun dalam tradisi hukum anglo saxon.15

Pembuatan suatu Perjanjian sangat tergantung terhadap aspek bisnis yang diperjanjikan dalam Perjanjian, sehingga diperlukan pengetahuan yang memadai atas bisnis tersebut. Biasanya keuntungan yang ditawarkan oleh jenis bisnis tertentu menyebabkan pelaku bisnis tertarik untuk melakukan investasi atau kerjasama, namun tidak semua jenis bisnis dikuasai oleh para pelaku bisnis sehingga diperlukan orang yang menguasai bisnis tersebut yang dapat membantu para pelaku bisnis memahami seluk beluk bisnis dimaksud. Ada baiknya pelaku

D.Tahap Pembuatan Kontrak dan Struktur dari Sebuah Kontrak

Sebelum membuat Perjanjian sebaiknya terlebih dahulu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Penguasaan Terhadap Bisnis dalam Perjanjian

(44)

bisnis yang hendak melakukan Perjanjian bisnis meminta bantuan pihak yang mempunyai wawasan luas tentang bisnis tersebut.

2. Identifikasi Para Pihak

Suatu Perjanjian merupakan bentuk kesepakatan pihak-pihak yang melakukan perjanjian, sehingga dalam penyusunan perjanjian dituntut ketepatan penempatan pihak. Kesalahan penempatan pihak dalam Perjanjian akan berakibat tidak mengikatnya pihak yang dikehendaki sebagai pihak, misalkan apabila yang menjadi pihak dalam perjanjian adalah perseroan, maka hendaknya perjanjian ditandatangani oleh wakil perseroan menurut anggaran dasar, yaitu direksi sesuai dengan kewenangan direksi tersebut atau setidaktidaknya pihak yang menerima kuasa untuk melakukan Perjanjian tersebut;

Disamping aspek legal formal diatas, juga patut dipertimbangkan latar belakang kebudayaan serta kekuatan ekonomi serta aspek-aspek lain yang akan mempengaruhi isi perjanjian. Aspek-aspek tersebut akan menentukan materi dan teknik melakukan negosiasi atas materi-materi (hal-hal) yang akan menjadi bahan dalam perjanjian-perjanjian antara para pihak.

3. Penguasaan Regulasi

(45)

regulasi besar sampai yang terkecilnya, mulai dari undang-undang sampai pada keputusan kepala instansi terkait. Kadangkala beberapa ketentuan dalam regulasi tidak menunjang aspek Perjanjian, maka perlu disepakati untuk dikesampingkan. Ketentuan-ketentuan dalam regulasi ada yang dapat dikesampingkan dan ada yang tidak, maka diperlukan pengenalan terhadap sifat-sifat dari ketentuan dalam regulasi terkait.

4. Penggunaan Tenaga Lain

Untuk memastikan suatu perjanjian dibuat dengan baik, maka sebaiknya pihak yang melakukan perjanjian meminta bantuan tenaga-tenaga profesional sesuai dengan aspek bisnis yang diperjanjikan. Bila meminta bantuan penasihat hukum, hendaknya penasihat hukum yang tidak hanya mengerti hukumnya tetapi juga yang mengerti bisnisnya, dan sedapat mungkin pada Perjanjian-Perjanjian yang sifatnya sangat khusus dilibatkan pihak-pihak yang ahli di bidangnya.

5. Praktek Kebiasaan Internasional atau Regional (lokal)

(46)

1. Tahapan-Tahapan Perancangan Perjanjian

Suatu Perjanjian tidak terjadi begitu saja, tetapi setelah melalui tahapan-tahapan tertentu, maka kita perlu mengetahui tahapan-tahapan-tahapan-tahapan penyusunan hingga berakhirnya suatu Perjanjian sebagai berikut:16

16 Fajar Herbudi Arifianto Staff Legal PT WIRATMAN & Associates, Hukum Kontrak Dasar

a. Munculnya kesepakatan dasar diantara para pihak untuk membuat Perjanjian;

b. Negosiasi atas rancangan Perjanjian; c. Penandatanganan Perjanjian;

d. Penerapan Perjanjian; dan

e. Timbulnya perselisihan dalam Perjanjian. Berikut ini adalah ulasan atas tahapan-tahapan diatas

a. Munculnya kesepakatan diantara para pihak untuk membuat

Perjanjian

Tahapan ini diawali melalui pembicaraan rencana pembuatan Perjanjian diantara pihak-pihak dengan saling menjajaki hal yang disepakati dalam bisnis sebelum menuangkannya dalam Perjanjian. Dalam bentuk formalnya penjajakan ini biasanya dituangkan dalam bentuk Letter of Intent (LoI) atau Memorandum of Understanding (MoU). Kesepakatan dalam LoI atau MoU belum merupakan

sebuah kesepakatan Perjanjian, sehingga tidak mengikat tetapi menjadi garis-garis besar penyusunan Perjanjian.

(47)

Perjanjian memuat kepentingan para pihak dan karena kepentingan pihak-pihak yang telibat dalam Perjanjian berbeda, maka untuk mencapai kesepakatan perlu dilakukan persesuaian diantara kepentingan tersebut. Tahapan ini diwarnai dengan tawar menawar keinginan masing-masing pihak. Karena tidak semua kepentingan para pihak dapat disepakati, maka diperlukan kerelaan masing-masing pihak untuk tidak terlalu memaksakan hal-hal yang sifatnya hakiki dalam Perjanjian demi tercapainya kesepakatan. Tahapan ini merupakan tahapan paling alot dan kesempatan bagi para pihak untuk mengetahui sejauh mana posisi masing-masing kebutuhan dalam Perjanjian, hal-hal yang diprioritaskan, kelemahan-kelemahan rancangan Perjanjian, dan tidak jarang diselingi dengan penggunaaan kekuatan posisi untuk memaksa pihak lain menerima tawaran kepentingannya. Dengan demikian klausul-klausul rancangan Perjanjian bisa mengalami pengurangan dan/atau penambahan.

c. Penandatanganan Perjanjian

Hal-hal yang telah disepakati dalam negosiasi kemudian dituangkan dalam bentuk akhir Perjanjian untuk ditandatangani oleh para pihak. Sebelum Perjanjian ini ditandatangani, sebaiknya terlebih dahulu dilakukan pengecekan akhir, untuk memastikan hal-hal yang dimuat dalam Perjanjian merupakan hal-hal yang telah disepakati dalam tahapan perundingan, termasuk pengecekan terhadap pihak-pihak yang menandatangani Perjanjian.

d. Penerapan Perjanjian

(48)

disepakati. Hal-hal yang belum diatur dalam Perjanjian hanya dapat dilaksanakan sepanjang tidak bertentangan dengan Perjanjian, namun demikian sebaiknya dibicarakan terlebih dahulu diantara para pihak dan bila perlu dilakukan kesepakatan tambahan sepanjang Perjanjian mengijinkannya.

Untuk memastikan pelaksanaan Perjanjian sesuai kesepakatan, maka para pihak sepatutnya melakukan pengawasaan terhadap pelaksanaanya, demi mencegah terjadinya wanprestasi yang berpotensi timbulnya perselisihan diantara para pihak

e. Timbulnya Perselisihan Dalam Perjanjian

Kunci dari Perjanjian adalah kesepakatan dari para pihak. Perselisihan dalam Perjanjian muncul karena adanya penerapan Perjanjian yang bertentangan dengan kesepakatan dalam Perjanjian, atau tidak dipenuhinya hal-hal (prestasi) dalam Perjanjian, bahkan tidak jarang perselisihan muncul akibat bunyi klausula Perjanjian yang multitafsir dalam pelaksanannya yang disebabkan oleh penyusunan Perjanjian yang tidak matang dan terukur. Sama halnya dengan hakekat Perjanjian, maka hakekat penyelesaian perselisihan dalam Perjanjian adalah kesepakatan diantara para pihak, baik oleh kemauan sendiri maupun karena hasil putusan pihak atau badan yang disepakati untuk menyelesaikannya, sehingga dapat dikatakan pada dasarnya suatu perselisihan menimbulkan perik

(49)

(MOU). Seteleh penandatanganan MOU (kalau ada), Selanjutnya dilakukan langkah- langkah atau tahap-tahap berikut.17

17 Ibid hal 26-27

a. Pembuatan draft pertama b. pertukaran draft kontrak c. revisi

d. penyelesaian akhir e.penandatangan para pihak

Tidak semua kontrak tertulis harus melalui tahap tersebut diatas, karena dapat saja terjadi bahwa hanya satu pihak yang membuat draft kontrak kemudian diserahkan lepada pihak lain untuk mencermati apa-apa yang maíz perlu disepakati oleh pihak lanilla, kemudian diadakanlah perbaikan-perbaikan seperlunya ingá terjadi kesepakatan mengenai seluruh klausul yang terdapat dalam draft kontrak tersebut. Setelah itu para pihak menandatangani kontrak itu.

2. Struktur Dari Sebuah Kontrak

(50)

Walaupun tidak ditentukan suatu format baku di dalam perundang-undangan, dalam praktek biasanya penulisan kontrak bisnis mengikuti suatu pola umum yang merupakan anatomi dari sebuah kontrak, sebagai berikut :

(1) Judul; (2) Pembukaan; (3) Pihak-pihak;

(4) Latar belakang kesepakatan (Recital); (5) Isi;

(6) Penutupan.

Apabila kita berbicara mengenai kontrak yang lebih rumit atau kontrak bisnis, pada dasarnya susunan bagian- bagian kontrak tetap dibagi atas bagian pendahuluan, bagian isi, dan penutup. Ketiga hal itu dapat diuraikan sebagai berikut.18

18 Ibid hal 127-128 dan Himahanto, Anatomi Kontrak Bisnis (modul III) a. Bagian Pendahuluan terdiri atas:

1. Sub bagian pembuka, memuat tiga hal berikut:

a) sebutan atau nama kontrak dan penyebutan selanjutnya (penyingkatan yang dilakukan)

b) tanggal kontrak yang dibuat dan ditandatangai c) tempat dibuat dan ditandatangai kontrak

2. Sub bagian pencantuman identitas para pihak, ada tiga hal yang perlu diperhatikan:

(51)

b) orang yang menandatangani harus disebutkan kapasitasnya sebagai apa. c) pendefinisian pihak- pihak yang terlibat dalam kontrak.

3. Sub bagian penjelasan

Pada bagian ini diberikan penjelasan mengapa para pihak mengadakan kontrak (sering disebut bagian premis)

b. Bagian isi, terdiri atas sebagai berikut:

1. Klausul definisi

Klausul definisi ini biasanya memuat berbagai definisi untuk keperluan kontrak. Definisi ini hanya berlaku pada kontrak tersebut dan dapat menyimpang dari pengertian umum. Klausul definisi penting dalam rangka mendefinisikan klausul- klausul selanjutnya karena tidak perlu diadakan pengulangan.

2. Klausul transaksi

Klausul transaksi adalah klausul- klausul yang berisi tentang transaksi yang dilakukan. Misalnya dalam jual beli aset, harus diatur tentang objek yang akan dibeli dan pembayarannya.

3) Klausul spesifik

Klausuk spesifik mengatur tentang hal- hal yang spesifik dalam suatu transaksi.

4) Klausul ketentuan umum

(52)

c. Bagian Penutup terdiri atas:

1. Sub bagian kata penutup

Sub bagian ini biasanya menerangkan bahwa perjanjian tersebut dibuat dan ditandatangani oleh pihak- pihak yang memiliki kapasitas untuk itu, atau para pihak menyatakan ulang bahwa mereka akan terikat dengan isi kontrak.

2. Sub bagian penempatan ruang tanda tangan

Sub bagian ini merupakan tempat pihak- pihak menandatangani perjanjian atau kontrak dengan menyebut nama pihak yang terlibat dalam kontrak,nama jelas orang menandatangani dan jabatan dari orang yang menandatangani.

Menurut UU No 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi pasal 22 ayat (2) kontrak minimal harus terdiri atas:19

11. Keadaan memaksa 1. Para pihak

2. Rumusan pekerjaan 3. Nilai pekerjaan

4. Masa pertanggungan/pemeliharaan 5. Tenaga ahli

6. Hak dan kewajiban 7. Cara pembayaran 8. Cedera janji

9. Penyelesaian perselisihan 10. Pemutusan kontrak kerja

(53)
(54)

BAB III

KONTRAK DALAM PENGADAAN BARANG DAN JASA

A. Pengertian Pengadaan Barang dan Jasa

Proses pengadaan barang ataupun jasa dalam institusi pemerintah tidak semudah pengadaan di institusi swasta. Seluruh pengadaan barang yang pembiayaannya melalui APBN/APBD, baik sebagian atau keseluruhan, harus mengacu kepada aturan yang berlaku 20

1. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) adalah pejabat yang diangkat oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran sebagai pemilik pekerjaan yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa

Ada beberapa istilah yang digunakan dalam proses pengadaan ini, diantaranya:

2. Penyedia barang/jasa, adalah badan usaha atau perseorangan yang menyediakan barang/jasa

3. Barang, adalah benda dalam berbagai bentuk dan uraian, yang meliputi bahan baku, bahan setengah jadi, barang jadi/peralatan yang spesifikasinya ditetapkan oleh pengguna barang/jasa

4. Khusus jasa, terbagi atas 3 jenis, yaitu Jasa Pemborongan, Jasa Konsultasi dan Jasa lainnya

APBN merupakan sumber pembiayaan pembangunan yang paling dominan yang dapat mencakup keseimbangan alokasi dan distribusi sumber daya yang langka keseluruh wilayah negara. Sejak tahun 1980 mulai dilakukan

(55)

pengaturan mengenai pelaksanaan APBN dengan suatu Keputusan Presiden dimulai dengan Keppres no. 14/1980 dan kemudian disempurnakan beberapa kali hingga sampai Keppres no. 29/1984 yang merupakan Keppres yang paling lama bertahan dan disempurnakan kembali dengan Keppres no. 16/1994, disempurnakan kembali dengan Keppres no. 18/2000 dan terakhir Keppres no. 80/2003 yang diterbitkan tanggal 3 November 2003 dan selanjutnya diikuti dengan Keputusan Menteri Kimpraswil no. 339/2003 yang diterbitkan tanggal 31 Desember 2003 sebagai Petunjuk Pelaksanaannya dalam Jasa Konstruksi.

Pengadaan barang/jasa pemerintah adalah kegiatan pengadaan

barang/jasa yang dibiayai dengan APBN/APBD, baik yang dilaksanakan secara swakelola maupun oleh penyedia barang/jasa;

(56)

Keppres juga mengatur dalam pasal tersendiri (Pasal 5) tentang etika pengadaan yang harus dipatuhi oleh pengguna barang /jasa, penyedia barang/jasa dan para pihak yang terkait dalam pelaksanaan meliputi :

(i) melaksanakan tugas secara tertib disertai rasa tanggung jawab, (ii) bekerja secara profesional dan mandiri atas dasar kejujuran,

(iii) tidak saling mempengaruhi langsung / tidak langsung untuk mencegah persaingan tidak sehat,

(iv) menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan sesuai kesepakatan para pihak,

(v) menghindari dan mencegah terjadinya kepentingan para pihak langsung/tidak langsung (conflict of interest),

(vi) menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran, (vii) menghindari dan mencegah penyalah gunaan wewenang dan / atau kolusi yang secara langsung/tidak langsung merugikan negara,

(viii) tidak menerima, tidak menawarkan atau tidak menjanjikan untuk memberi atau menerima hadiah, imbalan berupa apa saja kepada siapapun yang diketahui atau patut dapat diduga berkaitan dengan pengadaan barang/jasa.

Ruang lingkup yang diatur dalam Keppres no. 80/2003 meliputi pengadaan barang/jasa yang pembiayaannya sebagian atau seluruhnya :

(57)

(ii) dibiayai dari Pinjaman / Hibah Luar Negeri (PHLN) yang sesuai atau yang tidak bertentangan dengan pedoman dan ketentuan pengadan barang/jasa dari pemberi pinjaman/hibah bersangkutan,

(iii) untuk investasi dilingkungan BI, BHMN, BUMN, BUMD dibebankan kepada APBN. Keppres no. 80/2003 juga mengatur bahwa pengadaan barang/jasa pemerintah yang dibiayai dari dana APBN, apabila ditindak lanjuti dengan Keputusan Menteri / Pemimpin Lembaga / Panglima TNI / Kapolri / Direksi BI / Pemimpin BHMN / Direksi BUMN dan Peraturan Daerah / Keputusan Kepala Daerah yang mengatur pengadaan barang / pemerintah yang dibiayai dari dana APBD,7 semuanya harus tetap berpedoman serta tidak boleh bertentangan dengan ketentuan Keppres

.

Perencanaan Pengadaan adalah tahap awal dalam kegiatan pengadaan barang dan jasa pemerintah yang peranannya sangat stratejik dan menentukan. Kegiatan ini bertujuan untuk mempersiapkan secara rinci mengenai target, waktu, mutu, biaya, dan manfaat dari paket-paket pengadaan barang & jasa untuk keperluan pemerintah, yang dibiayai dari dana APBN maupun Bantuan Luar Negeri

B. Cara-cara Menjadi Peserta Pengadaan Barang Dan Jasa dilihat dari

Kitab Undang- Undang Hukum Perdata

(58)

perorangan atau badan usaha yang bukan badan hukum atau badan hukum. Dalam melakukan kontrak, pihak- pihak yang terlibat dalam kontrak tersebut dapat bertindak untuk kepentingan dan atas namanya sendiri, namun dapat pula bertindak atas nama sendiri, namun untuk kepentingan orang lain bahkan dapat bertindak untuk kepentingan dan atas nama orang lain.

1. Subjek Perjanjian Pengadaan Barang dan Jasa

Dalam dunia hukum perikatan orang (person) berarti pembawa hak, yaitu sesuatu yang mempunyai hak dan kewajiban dan disebut sebagai subjek hukum. Dewasa ini subjek hukum itu terdiri dari:

a. Manusia

Sekarang boleh dikatakan tiap manusia baik warga negara ataupun orang asing dengan tidak memandang agama atau kebudayaannya adalah subjek hukum. Sebagai subjek hukum, sebagai pembawa hak, manusia mempunyai hak-hak dan kewajiban-kewajiban untuk melakukan sesuatu tindakan hukum, ia dapat mengadakan persetujuan- persetujuan untuk menikah, membuat wasiat dan sebagainya.

Berlakunya manusia itu sebagai pembawa hak, mulai dari saat ia dilahirkan dan berakhir pada saat ia meninggal dunia, malah seorang anak yang masih dalam kandungan ibunya dapat dianggap sebagai pembawa hak (dianggap telah lahir) jika kepentingannya memerlukannya (untuk menjadi ahli waris)

(59)

b. Badan Hukum

Disamping manusia pribadi sebagai pembawa hak, terdapat pula badan- badan (kumpulan manusia) yang oleh hukum diberi status ”persoon” yang mempunyai hak dan kewajiban. Seperti manusia, yang disebut ”badan hukum”. Badan hukum sebagai pembawa hak tidak berjiwa dapat melalukan persetujuan- persetujuan, memiliki kekayaan yang sama sekali terlepas dari kekayaan anggota- anggotanya. Bedanya , dengan manusia ialah bahwa badan hukum itu dapat dihukum penjara (kecuali hukuman denda)

Adapun badan hukum itu bermacam- macam bentuknya:

a. Badan Hukum Publik, yaitu Negara, daerah swatantra Tingkat 1 dan 1, kotamadya.Kotapraja,desa

b. Badan Hukum Perdata, yang dapat dibagi dalam:

1). Badan hukum (perdata) Eropa, seperti Perseroan terbatas, Yayasan. 2). Badan Hukum Indonesia seperti: Gereja Indonesia, mesjid,

wakaf,koperasi Indonesia.

Dalam menjalankan peranannya di lalu lintas hukum, badan hukum ini dianggap sama dengan subjek hukum manusia yaitu dengan perantaraan pengurusnya badan hukum dapat menggugat atau digugat dimuka hakim.

2. Obyek Perjanjian

(60)

para pihak dalam perjanjian sehubungan dengan tujuan untuk apa dibuat perjanjian tersebut.

Jadi dengan kata lain Obyek suatu perjanjian adalah hal yang diwajibkan kepada pihak yang berkewajiban (debitur)dan hal mana pihak yang berhak (kreditur) mempunyai hak.

Dalam kitab Undang- Undang Hukum Perdata ditentukan beberapa syarat tertentu agar suatu hal dapat menjadi obyek perjanjian, yaitu:21

3. Pasal 1334 ayat 1 mengatakan: ”Barang- barang yang abru akan ada dikemudian hari dapat juga menjadi pokok persetujuan”.Istilah ”belum ada” dapat bearti mutlak seperti misalnya orang menjual beras dimana padinya belum

1. Pasal 1332 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata mengatakan :” Hanya barang- barang yang dapat diperdagangkan saja yang dapat menjadi pokok persetujuan.” Pasal ini biasanya ditafsirkan bahwa benda- benda yang dipergunakan untuk kepentingan umum adalah termasuk benda-benda diluar perdagangan seperti misalnya: jalan,pantai, sungai, pelabuhan, dan lain- lain.

2. Pasal 1333 Kitab Undang- Undang Hukum perdata menyatakan: ”Suatu persetujuan harus mempunyai sebagai pokok suatu barang yang paling sedikit ditentukan jenisnya. Tidaklah menjadi halangan bahwa jumlah barang tidak tentu, asal saja jumlah tersebut terkemudian dapat ditentukan atau dihitung.

Jadi untuk menjadi obyek perjanjian benda tersebut harus tertentu paling tidak diketahui jenisnya,Mengenai jumlah tidak perlu ditentukan terlebih dahulu asal ada kemungkinan untuk ditentukan kemudian.

21

(61)

ditanam, tetapi dapat berarti tidak mutlak seperti misalnya orang menjual beras yang memang sudah berwujud beras tetapi masih menjadi milik orang lain.

Kemudian Obyek perjanjian selain berupa benda atau barang dapat pula berupa bukan benda seperti misalnya perjanjian pemborongan pekerjaan dalam pengadaan barang dan jasa, obyek dalam perjanjian pemborongan untuk melakukan pekerjaan adalah bukan suatu benda meskipun secara tidak langsung perjanjian ini menyangkut sesuatu benda yaitu benda yang dihasilkan dari pekerjaan yang diborongkan, Obyek dalam perjanjian yang dapat berupa suatu barang menurut Keputusan Presiden no 80 tahun 2003.

(62)

3. Didalam Keppres no 80 tahun 2003 Pihak-pihak yang terkait

dengan pengadaan barang dan jasa antara lain:

a. Panitia Pengadaan

Apabila sebuah pengadaan barang/jasa dilakukan dengan menggunakan pihak ketiga, yaitu melalui penyedia barang dan jasa, maka proses pengadaannya harus melalui panitia atau pejabat pengadaan.

Panitia pengadaan dibentuk bila nilai pengadaan di atas Rp. 50.000.000 (Lima Puluh Juta Rupiah), sedangkan dibawah itu cukup dengan pejabat pengadaan.

Jumlah panitia pengadaan minimal 3 orang dan berjumlah ganjil sesuai dengan nilai pengadaan dan harus berasal dari pegawai negeri, baik dari instansi sendiri maupun instansi lainnya.

Panitia pengadaan harus memahami tentang prosedur pengadaan, jenis pekerjaan yang diadakan maupun substansi pengadaan, tidak memiliki hubungan keluarga dengan pejabat yang mengangkat dan menetapkan sebagai panitia dan memiliki sertifikat pengadaan barang/jasa pemerintah.

(63)

Dalam klausul mengenai panitia juga ditegaskan, bahwa panitia harus memahami substansi dari pengadaan. Apabila di institusi itu tidak ada orang yang memahami mengenai substansi, maka disilakan untuk mengambil orang dari unit/institusi lain. Contoh, sebuah institusi hendak mengadakan perangkat server dan kelengkapannya, sedangkan di institusi itu tidak ada seorangpun yang memahami tentang server, maka dapat mengambil panitia dari bagian data atau institusi yang menangani TI.

b.Pejabat Pembuat Komitmen (PPK),

Bendaharawan, dan pejabat yang bertugas melakukan verifikasi surat permintaan pembayaran (SPP) dan/atau pejabat yang bertugas menandatangani surat perintah membayar (SPM) dilarang duduk sebagai panitia/pejabat pengadaan. Pegawai pada BPKP, Itjen, Inspektorat Utama, dan unit pengawas lainnya juga dilarang menjadi panitia/pejabat pengadaan pada institusi lain. Mereka hanya bisa menjadi panitia/pejabat pengadaan pada institusi masing-masing.

c. Penyedia Barang/Jasa

Bukan hanya panitia saja yang memiliki persyaratan, tapi penyedia barang/jasa juga memiliki persyaratan untuk dapat mengikuti kegiatan pengadaan. Persyaratan penyedia barang/jasa adalah:

Referensi

Dokumen terkait

Perumusan masalah yang akan diajukan dalam penulisan ini adalah Bagaimana bentuk perjanjian pengadaan barang/jasa pemerintah pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, Bagaimana

Tujuan penelitian adalah meneliti dan mengetahui pelaksanaan perjanjian pengadaan barang dan jasa yang terdapat di lingkungan perusahaan KKKS ditinjau dari Pasal

Dalam KUHPerdata terdapat Pasal-Pasal yang mengatur mengenai hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian pemborongan tetapi hanya sedikit. KUHPerdata menjelaskan

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (yang selanjutnya disebut Perpres No. 4Tahun 2015), yang secara teknis diatur lebih lanjut dalam Peraturan Kepala.. Lembaga Kebijakan

Ketentuan mengenai perjanjian pemborongan telah diatur dalam Pasal 1601 b Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan pemborongan pekerjaan

Bidang kegiatan pada Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara adalahmengenai sebagian dari urusan pemerintah pusat dalam bidang perikanan darat, perikanan

- Jasa konsultan perencanaan breakwater 45.000.000 Sendang Sikucing, Rwsr Belanja Barang/Jasa Pengadaan jasa konsultansi. 1 paket

Perumusan masalah yang akan diajukan dalam penulisan ini adalah Bagaimana bentuk perjanjian pengadaan barang/jasa pemerintah pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, Bagaimana