• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komparasi Land Rent Usahatani Padi Sawah Dengan Industri Real Estate Di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Komparasi Land Rent Usahatani Padi Sawah Dengan Industri Real Estate Di Kota Medan"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

KOMPARASI LAND RENT USAHATANI

PADI SAWAH DENGAN INDUSTRI REAL ESTATE

DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

Oleh:

EVI SUKMA DIANTI

060304034

SEP-AGRIBISNIS

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

KOMPARASI LAND RENT USAHATANI

PADI SAWAH DENGAN INDUSTRI REAL ESTATE

DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

Oleh

EVI SUKMA DIANTI

060304034

SEP-AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh

Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Dr. Ir. Tavi Supriana, MS) (Ir. Iskandarini, MM)

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

EVI SUKMADIANTI (060304034), dengan judul skripsi “KOMPARASI LAND RENT USAHATANI PADI SAWAH DENGAN INDUSTRI REAL ESTATE DI KOTA MEDAN”. Penelitian ini dilakukan di Kota Medan, propinsi

Sumatera Utara. Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS., selaku Ketua Dosen Pembimbing dan Ibu Ir. Iskandarini, MM., selaku Anggota Komisi Pembimbing.

Kota Medan adalah salah satu Kota di Propinsi Sumatera Utara yang dalam 10 (sepuluh) tahun terakhir terus mengalami konversi lahan, khususnya lahan sawah. Konversi ini mengakibatkan luas lahan sawah di Kota Medan terus mengalami penurunan. Lahan yang paling banyak terkonversi adalah jenis lahan sawah, yang beralih fungsi menjadi lahan kering, dan menjadi lahan non pertanian, seperti digunakan untuk bangunan, perumahan (real estate) dan industri lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan konversi lahan sawah di Kota Medan, untuk menganalisis pengaruh konversi lahan terhadap jumlah produksi padi di Kota Medan, untuk menganalisis proyeksi konversi lahan dan produksi padi pada tahun 2018 di Kota Medan, serta untuk menganalisis komparasi land rent usaha tani padi sawah dengan industri

real estate di Kota Medan. Metode yang dipakai pada penelitian ini adalah metode

deskriptif, metode analisis regresi linier sederhana dan metode peramalan (forecasting).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang menyebabkan konversi lahandi karenakan nilai land rent tinggi 12 orang, pertumbuhan penduduk 10 orang, harga jual produksi rendah 4 orang, kebutuhan lain yang mendesak 4 orang, serta harga jual lahan mahal dan harga input produksi mahal 1 orang. Konversi lahan berpengaruh nyata terhadap jumlah produksi padi di Kota Medan. Luas lahan pertanian pada tahun 2018 diramalkan sebesar 419,533 Ha, dimana luas sawah pada tahun 2018 mengalami penurunan sebesar 2.320,467 Ha dibandingkan luas lahan tahun 2008. Sedangkan produksi padi pada tahun 2018 diramalkan sebesar 4.703,627 Ton, dimana produksi padi pada tahun 2018 akan mengalami penurunan sebesar 4.612,373 Ton dibandingkan produksi padi pada tahun 2008. Serta ada perbedaan nilai land rent usaha tani dan industri real estate.

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK. ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 6

Tujuan Penelitian ... 6

Kegunaan Penelitian ... 7

TINJAUAN PUSTAKA Definisi Land Ren... 8

Konversi Lahan... 8

Hubungan Real Estate dan Konversi Lahan... 11

Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Konversi Lahan... 12

Dampak Konversi Lahan... 14

Teori Lokasi... 15

Proyeksi Alih Fungsi Lahan dengan Analisis trend... 17

Kerangka Pemikiran ... 18

Hipotesis Penelitian ... 20

METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 21

Metode Penentuan Sampel Penelitian ... 22

Metode Pengumpulan Data ... 22

Metode Analisis Data ... 23

Defenisi dan Batasan Operasional ... 26

Defenisi ... 26

(5)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL

Deskripsi Daerah Penelitian ... 28

Penggunaan Lahan... 29

Keadaan Penduduk... 30

Sarana Pendidikan... 32

Pekerjaan... 33

Karakteristik Sampel (responden) Penelitian... 33

Letak Geografis Kecamatan Medan Marelan... 33

Keadaan Penduduk di Kecamatan Medan Marelan... 34

Ketenagakerjaan Kecamatan Medan Marelan... 34

Letak Geografis Kecamatan Medan Amplas... 35

Letak Geografis Kecamatan Medan Sunggal... 35

Letak Geografis Kecamatan Medan Helvetia... 36

Umur... 36

Pendidikan... 37

Luas lahan... 38

Pendapatan... 38

HASIL DAN PEMBAHASAN Faktor-Faktor yang Menyebabkan Konversi Lahan Sawah di Kota Medan... 41

Pengaruh Konversi Lahan Sawah terhadap Jumlah Produksi Padi di Kota Medan... 45

Proyeksi Luas Lahan Sawah dan Produksi Padi di Kota Medan Dalam Sepuluh Tahun Kedepan... 51

Proyeksi Luas Lahan Sawah Kota Medan tahun 2018... 53

Proyeksi Produksi Padi Kota Medan tahun 2018... 55

Komparasi Land Rent Usaha Tani Padi Sawah dengan Industri Real Estate di Kota Medan... 57

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 64

Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 66

(6)

DAFTAR TABEL

No

Halaman

1. Data luas lahan Kota Medan Kecamatan Medan Amplas, Medan

Sunggal, Medan Helvetia dan Medan Marelan... 21

2. Jenis-jenis data dan sumber data diperoleh ... 23

3. Luas lahan sawah di Kota Medan tahun 1999-2008... 29

4. Luas Wilayah Kota Medan menurut Kecamatan... 30

5. Distribusi jumlah penduduk Kota Medan tahun 2001- 2010... 31

6. Distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin tahun 2010... 32

7. Jenis dan jumlah tingkat Pendidikan dari tingkat SD sampai Perguruan Tinggi... 32

8. Komposisi suku berdasarkan jenis pekerjaan... 33

9. Data jumlah penduduk di Kecamatan Medan Marelan tiap Desa/kelurahan... 34

10. Data jumlah mata pencaharian penduduk Kecamatan Medan Marelan.... 35

11. Distribusi responden berdasarkan kelompok umur... 36

12. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan... 37

13. Distribusi responden berdasarkan luas lahan sawah... 38

14. Distribusi responden berdasarkan pendapatan usaha tani padi... 39

15. Distribusi responden berdasarkan pendapatan industri real estate... 40

16. Luas lahan sawah dan produksi padi di Kota Medan tahun 1999-2010... 47

(7)

18. Luas Lahan dan Produksi Padi Sawah Kota Medan

tahun 1999-2008... 51 19. Luas lahan sawah dan produksi padi Kota Medan tahun 1999-2008... 52 20. Perbedaan land rent usaha tani padi sawah dengan industri atau

real estate di Kecamatan Medan Sunggal/tahunnya... . 57 21. Perbedaan land rent usaha tani padi sawah dengan industri atau

real estate di Kecamatan Medan Marelan/tahunnya... 58 22. Perbedaan land rent usaha tani padi sawah dengan industri atau

Real estate di Kecamatan Medan Helvetia/tahunnya... 59 23. Perbedaan land rent usaha tani padi sawah dengan industri atau

real estate di Kecamatan Medan Amplas/tahunnya... 59 24. Perbedaan land rent usaha tani padi sawah dengan industri atau

real estate di KotaMedan pertahun... 60 25. Hasil uji perbedaan nilai land rent usaha tani padi sawah dan

(8)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Skema Kerangka Pemikiran... 20 2. Faktor – faktor petani mengkonversi lahan... 45 3. Luas lahan sawah Kota Medan dalam kurun waktu sepuluh

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Data luas lahan sawah per kecamatan di Kota Medan tahun 1999 – 2008... 68

2. Data luas lahan sawah pertahun di Kota Medan tahun 1999 – 2008 dan perubahanya ... 70

3. Lampiran 3. Karakteristik Responden... 71

4. Data produksi padi per kecamatan di Kota Medan tahun 1999 – 2008... 78

5. Data produksi padi pertahun di Kota Medan tahun 1999 – 2008 dan perubahanya... 80

6. Pengaruh luas lahan sawah terhadap produksi padi di Kota Medan... 81

7. Proyeksi luas lahan sawah di Kota Medan sepuluh tahun mendatang... 84

8. Perhitungan luas lahan sawah sepuluh tahun ke depan (2018)... 87

9. Proyeksi produksi padi sawah di Kota Medan sepuluh tahun Mendatang... 88

10. Perhitungan produksi padi sawah sepuluh tahun ke depan (2018)... 91

11. Besarnya nilai rent (pendapatan) usaha tani padi sawah dan industri real estate untuk luas lahan sama yang di usahakan/tahun... 92

12. Pengujian nilai land rent usaha tani padi sawah dan industri real estate... 93

13. Gambar grafik Kecamatan terpilih sebagai tempat penelitian di Kota Medan dari 21 Kecamatan... 96

(10)

ABSTRAK

EVI SUKMADIANTI (060304034), dengan judul skripsi “KOMPARASI LAND RENT USAHATANI PADI SAWAH DENGAN INDUSTRI REAL ESTATE DI KOTA MEDAN”. Penelitian ini dilakukan di Kota Medan, propinsi

Sumatera Utara. Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS., selaku Ketua Dosen Pembimbing dan Ibu Ir. Iskandarini, MM., selaku Anggota Komisi Pembimbing.

Kota Medan adalah salah satu Kota di Propinsi Sumatera Utara yang dalam 10 (sepuluh) tahun terakhir terus mengalami konversi lahan, khususnya lahan sawah. Konversi ini mengakibatkan luas lahan sawah di Kota Medan terus mengalami penurunan. Lahan yang paling banyak terkonversi adalah jenis lahan sawah, yang beralih fungsi menjadi lahan kering, dan menjadi lahan non pertanian, seperti digunakan untuk bangunan, perumahan (real estate) dan industri lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan konversi lahan sawah di Kota Medan, untuk menganalisis pengaruh konversi lahan terhadap jumlah produksi padi di Kota Medan, untuk menganalisis proyeksi konversi lahan dan produksi padi pada tahun 2018 di Kota Medan, serta untuk menganalisis komparasi land rent usaha tani padi sawah dengan industri

real estate di Kota Medan. Metode yang dipakai pada penelitian ini adalah metode

deskriptif, metode analisis regresi linier sederhana dan metode peramalan (forecasting).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang menyebabkan konversi lahandi karenakan nilai land rent tinggi 12 orang, pertumbuhan penduduk 10 orang, harga jual produksi rendah 4 orang, kebutuhan lain yang mendesak 4 orang, serta harga jual lahan mahal dan harga input produksi mahal 1 orang. Konversi lahan berpengaruh nyata terhadap jumlah produksi padi di Kota Medan. Luas lahan pertanian pada tahun 2018 diramalkan sebesar 419,533 Ha, dimana luas sawah pada tahun 2018 mengalami penurunan sebesar 2.320,467 Ha dibandingkan luas lahan tahun 2008. Sedangkan produksi padi pada tahun 2018 diramalkan sebesar 4.703,627 Ton, dimana produksi padi pada tahun 2018 akan mengalami penurunan sebesar 4.612,373 Ton dibandingkan produksi padi pada tahun 2008. Serta ada perbedaan nilai land rent usaha tani dan industri real estate.

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia. Lahan diperlukan dalam setiap kegiatan manusia, seperti untuk pertanian, daerah industri, daerah perumahan (real estate), jalan untuk transportasi, daerah rekreasi atau daerah-daerah yang dipelihara kondisi alamnya untuk tujuan ilmiah. Sumberdaya lahan (land resources) sebagai lingkungan fisik terdiri dari iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan. Lahan juga merupakan sumberdaya strategis yang memiliki nilai secara ekonomis. Saat ini, jumlah luasan lahan pertanian tiap tahunnya terus mengalami pengurangan. Berkurangnya jumlah lahan pertanian ini merupakan akibat dari adanya peningkatan jumlah dan aktivitas penduduk serta aktivitas pembangunan. Kondisi ini mengakibatkan permintaan akan lahan pun meningkat. Konversi lahan yang terjadi tidak lepas dari kepentingan berbagai pihak seperti pemerintah, swasta dan komunitas atau masyarakat (Pasandaran, 2006).

(12)

lahan sawah sulit dinilai karena lebih mengedepankan pada manfaat lingkungan dan sosial, bukan semata ekonomi(Sitorus, 2001).

Penggunaan konversi lahan sawah tidak terlepas dari situasi ekonomi secara keseluruhan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi menyebabkan beberapa sektor ekonomi tumbuh dengan cepat. Pertumbuhan sektor ekonomi akan membutuhkan lahan yang lebih luas. Apabila lahan sawah letaknya lebih dekat dengan sumber ekonomi maka akan menggeser penggunaannya kebentuk lain, untuk perumahan (real estate), industri manufaktur dan fasilitas infrastruktur. Hal ini terjadi karena

land rent persatuan luas yang diperoleh dari aktivitas baru lebih tinggi daripada yang

dihasilkan sawah. Namun konversi lahan sawah yang terjadi ditentukan juga oleh pertumbuhan sektor tanaman pangan (Ashari, 2003).

(13)

Disini internal sektor pertanian, berbagai karakteristik dari usaha tani sendiri belum sepenuhnya mendukung kearah pelaksanaan pelastarian lahan pertanian yang ada. Sempitnya rata-rata luas lahan yang di usahakan petani karena proses pragmentasi. Sempitnya lahan berakibat pada tidak tercukupinya hasil kegiatan usaha pertanian teknologi baru untuk peningkatan produktivitas, yang terjadi kemudian bukan moderenisasi tapi penjualan lahan sawah untuk penggunaan lainnya (konversi lahan sawah). Hal ini yang memperparah adalah dengan adanya desentralisasi maka daerah berlomba-lomba untuk meningkatkan pertumbuhan untuk pendapatan daerah yang lebih besar. Selanjutnya daerah mengutamakan pengembangan sarana dan prasarana fisik yang juga berakibat pada penggunaan lahan sawah secara langsung atau peningkatan nilai lahan (land rent) karena penawaran yang lebih baik (Fauzi, 2002).

(14)

ketergantungan terhadap impor sifatnya tidak stabil dan akan menimbulkan kerawanan pangan dan pada gilirannya akan mengancam kestabilan nasional (Ilham, dkk, 2003).

Bagi pemilik lahan, mengkonversi lahan sawah untuk kepentingan nonsawah saat ini memang lebih menguntungkan. Secara ekonomis, terutama lahan sawah, harga jualnya tinggi karena biasanya berada di lokasi yang berkembang. Namun, bagi petani penggarap dan buruh tani, konversi lahan menjadi bencana karena mereka tidak bisa beralih pekerjaan. Pertumbuhan penduduk yang cepat diikuti dengan kebutuhan perumahan (real estate) menjadikan lahan-lahan pertanian berkurang di berbagai daerah. Lahan petani yang semakin sempit semakin terfragmentasi akibat kebutuhan perumahan (real estate) dan lahan industri. Petani lebih memilih bekerja di sektor informal daripada bertahan di sektor pertanian. Daya tarik sektor pertanian yang terus menurun juga menjadikan petani cenderung melepas kepemilikan lahannya. Pelepasan kepemilikan lahan cenderung diikuti dengan konversi lahan (Gunanto, 2007).

(15)

sawah memerlukan tenaga kerja, biaya pembelian pupuk dan obat-obatan yang tinggi, namun harga jual berasnya sangat rendah (Sumaryanto, 2001).

Salah satu sebab terjadinya konversi juga adalah karena perbedaan nilai lahan. Rent yang kecil dari penggunaan pertanian mengakibatkan sulit dicegahnya para pemilik lahan mengkonversikan lahannya kepenggunaan yang lain. Selain itu konversi juga terjadi karena besarnya tingkat urbanisasi yang disebabkan oleh lambannya proses pembangunan di wilayah pedesaan. Peningkatan jumlah anggota kelompok berpendapatan menengah dan atas di wilayah perkotaan mengakibatkan permintaan terhadap sarana industri dan perumahan (real estate) semakin besar (Effendi, 2005 : 9).

(16)

Oleh karena itu selain untuk mengetahui faktor-faktor penyebab konversi, pengaruh konversi lahan sawah terhadap jumlah produksi padi juga untuk menganalisis proyeksi konversi lahan sawah dan produksi padi serta komparasi land rent usaha tani padi sawah dengan industri perumahan (real estate). Dengan berbagai penjelasan penulis marasa perlu dilakukan adanya penelitian mengenai komparasi land rent usaha tani padi sawah dengan industri real estate di Kota Medan.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Apa faktor – faktor yang menyebabkan konversi lahan di daerah penelitian? 2. Bagaimana pengaruh konversi lahan terhadap produksi padi di daerah penelitian? 3. Bagaimana proyeksi konversi lahan dan produksi padi di daerah penelitian?

4. Bagaimana komparasi land rent usaha tani padi sawah dengan industri real

estate di daerah penelitian?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan konversi lahan sawah di daerah penelitian.

(17)

3. Untuk menganalisis proyeksi konversi lahan dan produksi padi di daerah penelitian.

4. Untuk menganalisis komparasi land rent usaha tani padi sawah dengan industri

real estate di daerah penelitian.

Kegunaan Penelitian

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Land Rent

Land rent adalah penerimaan bersih yang diterima dari sumberdaya lahan. Menurut

(Heady dan Jensen, 2001) penggunaan lahan paling efisien secara ekonomi adalah hasil maksimal yang dapat diperoleh dari tingkat penggunaan lahan. Tujuan ini dapat dicapai dengan mengalokasikan lahan bagi penggunaan yang mempunyai nilai lebih atau surplus (rent) dari satuan lahan (marginal unit), dari berbagai keperluan yang bersaing diantara berbagai alternatif penggunaan lahan. Lahan yang mempunyai nilai

land rent yang lebih tinggi relatif lebih mudah menekan dan mengkonversi

penggunaan lahan dengan nilai land rent rendah. Berdasarkan definisinya nilai land

rent adalah hasil bersih (ouput) dikurangi dengan biaya (input) dan pajak lahan.

(19)

Konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan. Konversi lahan juga dapat diartikan sebagai perubahan untuk penggunaan lain disebabkan oleh faktor-faktor yang secara garis besar meliputi keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik. Irawan (2005) mengemukakan bahwa konversi lahan lebih besar terjadi pada lahan sawah dibandingkan dengan lahan kering karena dipengaruhi oleh tiga faktor, pertama, pembangunan kegiatan non pertanian seperti komplek perumahan (real estate), pertokoan, perkantoran, dan kawasan industri lebih mudah dilakukan pada tanah sawah yang lebih datar dibandingkan dengan lahan kering. Kedua, akibat pembangunan masa lalu yang terfokus pada upaya peningkatan produk padi maka infrastruktur ekonomi lebih tersedia di daerah persawahan daripada daerah tanah kering. Ketiga, daerah persawahan secara umum lebih mendekati daerah konsumen atau daerah perkotaan yang relatif padat penduduk dibandingkan daerah tanah kering yang sebagian besar terdapat di wilayah perbukitan dan pegunungan. Sebagai konsekuensi logis dari pertambahan penduduk dan pembangunan ekonomi, maka terjadi perubahan alokasi sumberdaya, khususnya sumberdaya lahan sulit dihindari.

(20)

menyatakan bahwa terjadinya konversi lahan sawah sangat dipengaruhi oleh permintaan terhadap lahan menurut sektor perekonomian, yaitu penggunaan untuk non pertanian dan pertanian. Konversi lahan sawah ke penggunaan non pertanian menunjukkan jumlah yang lebih besar dibanding ke penggunaan pertanian lainnya, seperti untuk perumahan (real estate), zona industri, sarana dan prasarana serta penggunaan lainnya. Data luas konversi lahan sawah menurut periode, sampai saat ini diyakini belum ada yang akurat, dan bervariasi antara satu sumber data dan sumber lainnya. Hal ini diungkapkan juga olehnya bahwa faktor utama yang menyebabkan terjadinya kondisi demikian adalah: (1) Belum adanya koordinasi antara instansi dalam pendataan masalah sawah, (2) Masing-masing instansi cenderung mengungkapkan data lahan yang sesuai dengan kepentingannya sendiri, misalnya Dinas Pengairan, PU cenderung menerbitkan data luas sawah irigasi teknis yang lebih besar dari fakta di lapangan agar anggaran pemeliharaan irigasi menjadi lebih besar lagi, (3) Setiap instansi menggunakan pendekatan dan metode yang berbeda dalam memonitor perkembangan luas lahan.

(21)

pemerintah, atau untuk lahan tempat tinggal pemilik lahan yang bersangkutan). Proses konversi lahan sawah cenderung berlangsung lambat jika motivasi untuk mengubah fungsi terkait dengan degradasi fungsi lahan sawah, misalnya akibat kerusakan jaringan irigasi sehingga lahan tidak dapat difungsikan lagi sebagai lahan sawah (Gunanto, 2007).

Hubungan Real Estate dan Konversi Lahan

(22)
(23)

Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Konversi Lahan

Menurut Lestari (2005), proses terjadinya konversi lahan pertanian ke penggunaan non pertanian disebabkan oleh beberapa faktor. Ada tiga faktor penting yang menyebabkan terjadinya konversi lahan sawah yaitu:

1. Faktor Eksternal. Merupakan faktor yang disebabkan oleh adanya dinamika pertumbuhan perkotaan, demografi maupun ekonomi.

2. Faktor Internal. Faktor ini lebih melihat sisi yang disebabkan oleh kondisi sosial ekonomi rumah tangga pertanian pengguna lahan.

3. Faktor Kebijakan, yaitu aspek regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat maupun daerah yang berkaitan dengan perubahan fungsi lahan pertanian.

Secara empiris menurut Winoto (2005) ditambahkan, lahan pertanian yang paling rentan terhadap konversi lahan adalah sawah. Hal ini disebabkan oleh : (1) kepadatan penduduk di pedesaan yang mempunyai agroekosistem dominan sawah pada umumnya jauh lebih tinggi dibandingkan agroekosistem lahan kering, sehingga tekanan penduduk atas lahan juga lebih inggi; (2) daerah pesawahan banyak yang lokasinya berdekatan dengan daerah perkotaan; (3) akibat pola pembangunan di masa sebelumnya, infrastruktur wilayah pesawahan pada umumnya lebih baik dari pada wilayah lahan kering; dan (4) pembangunan sarana dan prasarana perumahan (real

estate), kawasan industri, dan sebagainya cenderung berlangsung cepat di wilayah

(24)

Konversi secara langsung terjadi akibat keputusan para pemilik lahan untuk mengkonversi sawah mereka ke penggunaan lainnya seperti untuk industri, perumahan (real estate), sarana dan prasarana atau pertanian lahan kering. konversi kategori ini didorong oleh motif ekonomi, dimana penggunaan lahan setelah dikonversikan memiliki nilai jual atau sewa (land rent) yang lebih tinggi dibandingkan penggunaan lahan untuk sawah (Iqbal, dkk, 2007).

Ilham dkk (2003) menyatakan bahwa harga lahan, aktivitas ekonomi suatu wilayah, pengembangan pemukiman, dan daya saing produk pertanian merupakan faktor-faktor ekonomi yang menentukan konversi lahan sawah. Tekanan ekonomi pada saat krisis ekonomi menyebabkan banyak petani menjual asetnya berupa sawah untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dampaknya secara umum meningkatkan konversi lahan sawah dan makin meningkatkan penguasaan lahan pada pihak-pihak pemilik modal.

Dampak Konversi Lahan

(25)

industri di Pulau Jawa, di satu sisi menambah terbukanya lapangan kerja di sektor nonpertanian seperti jasa konstruksi, dan industri, akan tetapi juga menimbulkan dampak negatif yang kurang menguntungkan. Dampak negatif tersebut antara lain : 1. Berkurangnya luas sawah yang mengakibatkan turunnya produksi padi, yang

mengganggu tercapainya swasembada pangan serta mengakibatkan bergesernya lapangan kerja dari sektor pertanian ke nonpertanian. Apabila tenaga kerja tidak terserap seluruhnya akan meningkatkan angka pengangguran.

2. Investasi pemerintah dalam pengadaan sarana dan prasarana pengairan menjadi tidak optimal pemanfaatannya.

3. Kegagalan investor dalam melaksanakan pembangunan perumahan maupun industri, sebagai dampak krisis ekonomi, atau karena kesalahan perhitungan mengakibatkan tidak termanfaatkannya tanah yang telah diperoleh, sehingga meningkatkan luas lahan tidur yang pada gilirannya juga menimbulkan konflik sosial seperti penjarahan lahan.

Teori Lokasi

(26)

pembangunan sarana dan prasarana lainnya. Akibatnya, lahan disekitar pinggiran perkotaan tersebut akan terjadi proses realokasi, jika lahannya lahan sawah akan terkonversi secara alamiah atau (Prayudho, 2009).

Model klasik dari alokasi lahan adalah model Ricardo (Ricardian Rent). Menurut model ini, alokasi lahan akan mengarah pada penggunaan yang menghasilkan surplus ekonomi (land rent) yang lebih tinggi, yang tergantung pada derajat kualitas lahan yang ditentukan oleh kesuburannya serta kelangkaan lahan. Menurut von Thunen nilai land rent bukan hanya ditentukan oleh kesuburannya tetapi merupakan fungsi dari lokasinya. Pendekatan von Thunen mengibaratkan pusat perekonomian adalah suatu kota yang dikelilingi oleh lahan yang kualitasnya homogen. Tataguna lahan yang dihasilkan dapat dipresentasikan sebagi cincin-cincin lingkaran yang bentuknya konsentris yang mengelilingi kota. Pendekatan von Thunen mencoba untuk menerangkan berbagai jenis pertanian dalam arti luas yang berkembang disekeliling daerah perkotaan yang merupakan pasar komoditi pertanian (Prayudho, 2009).

Hubungan antara nilai land rent dan alokasi sumber daya lahan diantara berbagai kompetisi penggunaan kegiatan sektor yang komersial dan strategis mempunyai land

rent yang tinggi, sehingga sektornya berada pada kawasan strategis, sebaliknya sektor

(27)

1. Sewa kontrak (contract rent) 2. Sewa lahan (land rent)

3. Nilai rent ekonomi dari lahan (Economic rent)

Economic rent sama dengan surplus ekonomi merupakan kelebihan nilai produksi

total diatas biaya total. Suatu lahan sekurang-kurangnya memiliki empat jenis rent, yaitu:

1. Ricardian rent, menyangkut fungsi kualitas dan kelangkaan lahan; 2. Locational rent, menyangkut fungsi eksesibilitas lahan;

3. Ecological rent, menyangkut fungsi ekologi lahan; 4. Sosiological rent, menyangkut fungsi sosial dari lahan.

Umumnya land rent yang merupakan cermin dari mekanisme pasar hanya mencakup

ricardian rent dan locational rent, sedangkan ecological rent dan sosiological rent

(28)

rendah dibandingkan kegiatan lain. Menurut Nasoetion dan Winoto (2005), lahan pertanian dibanding kawasan industri atau perumahan (real estate) perbandingannya bisa mencapai 1:500.

Proyeksi Alih Fungsi Lahan dengan Analisis trend

Trend adalah salah satu peralatan statistik yang dapat digunakan untuk memperkiraan

keadaan dimasa yang akan datang berdasarkan pada data masa lalu. Trend juga merupakan gerakan dan data deret berkala selama beberapa tahun dan cenderung menuju pada suatu arah, dimana arah tersebut bisa naik, turun maupun mendatar. Perhitungan trend linear menggunakan analisis regresi linier sederhana, yang dapat dinyatakan dalam bentuk : Y = a + b (x). Proyeksi ini menjelaskan hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya. Trend linear dilihat melalui garis lurus pada grafik trend yang dibentuk berdasarkan data proyeksi. Penyimpangan trend menunjukkan besarnya kesalahan nilai proyeksi dengan data yang aktual (Ibrahim, 2009).

(29)

Kerangka Pemikiran

Dalam beberapa hal konversi lahan pertanian ke penggunaan lainnya bersifat dilematis. Sebagai akibatnya terjadi persaingan yang ketat dalam pemanfaatan lahan yang berakibat pada meningkatnya nilai lahan (land rent) maka penggunaan lahan untuk pertanian akan selalu dikalahkan oleh peruntukan lain seperti perumahan (real

estate) dan industri lain yang lebih menguntungkan (Nasoetion dan Winoto, 2005).

Pada awalnya fungsi utama lahan sawah ialah untuk bercocok tanam padi. Kini dengan gencarnya industrialisasi, lahan-lahan produktif pertanian berubah menjadi pabrik-pabrik, jaIan tol, perumahan (real estate), perkantoran, dan lain sebagainya. Namun seiring dengan pertumbuhan penduduk, ekonomi, maupun industri telah menyebabkan terjadinya peningkatan kebutuhan terhadap daerah perumahan (real

estate) dan perindustrian. Konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau

seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang membawa dampak terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Ada dua faktor penting yang menyebabkan terjadinya konversi lahan sawah yaitu: 1. Faktor Eksternal. Merupakan faktor yang disebabkan oleh adanya dinamika

pertumbuhan perkotaan, demografi maupun ekonomi.

(30)
[image:30.612.94.512.277.580.2]

Proyeksi luas lahan sawah dan produksi padi akan dianalisis trendnya melalui regresi linier sederhana. Sedangkan nilai rent yang dihasilkan dari industri real estate dan produksi padi akan dianalisis dengan menggunakan paired sample t tess. Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, lebih jelasnya dapat dilihat dalam skema kerangka pemikiran pada gambar 1.

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan: = Hubungan Tetap Lahan

Sawah

Konversi

Real Estate

Produksi

Rent Rent

Lahan Sawah

Faktor-Faktor Penyebab: • Internal • Eksternal Proyeksi

(31)

Hipotesis Penelitian

1. Konversi lahan sawah berpengaruh terhadap jumlah produksi padi di Kota Medan.

2. Proyeksi luas lahan sawah dan produksi padi sepuluh tahun kedepan di Kota Medan cenderung menurun.

3. Ada perbedaan nilai land rent usaha tani padi sawah dengan industri real estate di Kota Medan.

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara Purposive (sengaja) yaitu di Kota Medan. Kota Medan merupakan pusat perkotaan, sehingga banyak lahan sawah di konversi menjadi industri perumahan (real estate), pusat bisnis, pertokoan dan lain-lain. Dengan bertambahnya luas konversi lahan sawah, produksi padi juga semakin berkurang.

(32)

Hipotesis Penelitian

1. Konversi lahan sawah berpengaruh terhadap jumlah produksi padi di Kota Medan.

2. Proyeksi luas lahan sawah dan produksi padi sepuluh tahun kedepan di Kota Medan cenderung menurun.

3. Ada perbedaan nilai land rent usaha tani padi sawah dengan industri real estate di Kota Medan.

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara Purposive (sengaja) yaitu di Kota Medan. Kota Medan merupakan pusat perkotaan, sehingga banyak lahan sawah di konversi menjadi industri perumahan (real estate), pusat bisnis, pertokoan dan lain-lain. Dengan bertambahnya luas konversi lahan sawah, produksi padi juga semakin berkurang.

(33)

kondisi konversi lahan sawah di Kota Medan yang terlihat dari penurunan luas lahan sawah dalam sepuluh tahun terakhir serta mempertimbangkan faktor waktu, kemampuan dan jangkauan peneliti. Tabel 1 menunjukkan Data luas lahan Kota Medan Kecamatan Medan Amplas, Medan Sunggal, Medan Helvetia dan Medan Marelan.

Tabel 1. Data luas lahan Kota Medan Kecamatan Medan Amplas, Medan Sunggal, Medan Helvetia dan Medan Marelan

Kecamatan Tahun

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Amplas 92 92 165 165 165 58 80 20 20 20 20 Sunggal 114 114 114 114 115 72 72 72 72 72 72 Helvetia 116 116 116 116 116 70 70 70 70 70 70 Marelan 966 966 1156 1086 1385 911 1281 412 580 580 580 Sumber: BPS Kota Medan berbagai tahun terbit

Metode Penentuan Sampel Penelitian

Sampel yang diambil didalam penelitian ini adalah petani yang mengkonversikan lahannya menjadi industri dan perumahan (real estate) Kecamatan Medan Amplas, Medan Sunggal, Medan Helvetia dan Medan Marelan Kota Medan.

Sampel yang akan diteliti sebanyak 30 orang petani padi, diambil secara acak dari populasi dengan menggunakan metode penelusuran (Accidental Sampling). Menurut Roscoe dan Champion untuk penelitian yang menggunakan analisis dan uji statistik, ukuran sampel paling minimum dan efektif adalah 30 sampel (Mustafa, 2000).

[image:33.612.103.532.256.325.2]
(34)
[image:34.612.112.507.398.571.2]

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden dengan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu sesuai dengan tujuan dan kebutuhan penelitian. Data sekunder diambil dari instansi-instansi terkait seperti Dinas Pertanian Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik Kota Medan dan literatur yang mendukung penelitian ini. Tabel 2 menunjukkan jenis-jenis data dan sumber data yang diambil.

Tabel 2. Jenis-jenis data dan sumber data yang diambil

No Jenis Data Sumber

1 Data Primer

Kuisioner Petani yang mengkonversikan

lahan sawahnya ke real estate dan industri lain.

2 Data Sekunder

a. Data luas lahan sawah Kota Medan/Kecamatan tahun 1999- 2008

BPS – Sumut dan BPS Kota Medan b. Data Luas Panen, Produksi Padi

Kota Medan tahun 1999-2008

1. BPS – Sumut dan BPS Kota Medan 2. Dinas Pertanian

(35)

Setelah data dikumpulkan, selanjutnya data dianalisis sesuai dengan hipotesis yang akan diuji.

Identifikasi masalah 1, di gunakan metode diskriptif yaitu dengan mentabulasi data yang di peroleh dari responden untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan konversi lahan sawah di daerah penelitian.

Identifikasi masalah 2 dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linear sederhana. Data yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis 2 ini adalah data luas lahan sawah dan data produksi tanaman padi, dengan rumus :

y = a + bx + µ

Dimana : y = Produksi padi µ = error term a = konstanta

b = Koefien regresi x = Luas lahan sawah

Pengukuran pengaruh variabel bebas (produksi padi) terhadap variabel terikat (luas lahan sawah) diuji dengan uji t, dengan ketentuan :

Jika thitung≤ ttabel, tolak H1;terima H0

Jika thitung > ttabel, tolak H0;terima H1

Identifikasi masalah 3 dianalisis dengan metode proyeksi (trend) dengan menggunakan analisa regresi linear sederhana. Dalam Pasaribu (1981), persamaan garis trend linier dapat di bentuk sebagai berikut:

(36)

Dimana: y = Luas lahan sawah (Ha) dan produksi padi (Ton) x = Tahun (dinotasikan dengan angka)

a = Koefisien intercept

b. Koefisient regresi dari x, nilai a dan b dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

( )( )

( )

− −

= 2 2

x x n y x xy n b

( )

2

2 2

∑ ∑ ∑ ∑

− − = x x n xy x y x a

Dimana ( x = -4, -3, -2, -1,0,1,2,3,4); ∑x = 0 maka :

( )

2

=

x xy

b dan

= 2 2 x n y x a

setelah persamaan garis trend yang linier tersusun, kemudian dapat diramalkan garis trend linier untuk masa mendatang dengan persamaan berikut :

y* = a + bx*

Dimana : y* = Nilai untuk tahun ke – i yang diramalkan a = konstanta

b = Koefien regresi dari x

x* = Tahun yang diramalkan, yang dinotasikan dengan angka

(37)

perbedaan antara dua kelompok sampel yang berhubungan. Maksudnya di sini adalah sebuah sampel tetapi mengalami dua perlakuan yang berbeda. Data yang diperlukan dalam uji t ini adalah data pendapatan dari usahatani dan pendapatan dari industri real

estate yang di peroleh dengan mengurangi penerimaan dengan biaya.

Pendapatan = Penerimaan − Biaya

Pengukuran perbedaan nilai land rent usaha tani padi sawah dengan industri real

estate diuji dengan uji t, dengan kriteria pengujian sebagai berikut:

Jika -ttabel ≤ thitung ≤ ttabel, tolak H1;terima H0

Jika -thitung < -ttabel atau thitung > ttabel tolak H0;terima H1 Berdasarkan probabilitas:

H0 diterima jikaPvalue > 0,05

H0 ditolak jika Pvalue < 0,05

Defenisi dan Batasan Operasional

Defenisi

1. Konversi lahan sawah adalah peralihan fungsi lahan produktif dari sektor pertanian menjadi non pertanian.

(38)

3. Produksi padi adalah total produksi padi di Kota Medan yang dihitung dalam ton.

4. Luas lahan sawah adalah luas lahan sawah yang digunakan untuk komoditi padi yang di hitung dalam satuan Ha.

5. Real estate adalah hak untuk memiliki sebidang tanah dan memanfaatkan apa

saja yang ada didalamnya.

6. Komparasi adalah perbedaan nilai rent antara produksi padi dengan industri real

estate di Kota Medan.

7. Proyeksi yaitu hubungan luas areal lahan sawah dan produksi padi.

Batasan Operasional

1. Daerah Penelitian ini dilakukan di Kota Medan Sumatera Utara yang terletak pada Kecamatan Medan Sunggal, Medan Helvetia, Medan Marelan dan Medan Amplas.

2. Waktu penelitian dilaksanakan pada tahun 2010, dengan menggunakan data sekunder selama 10 tahun mulai dari tahun 1999-2008.

3. Luas lahan pertanian dibatasi hanya pada lahan sawah saja.

(39)
(40)

Deskripsi Daerah Penelitian

Daerah penelitian yaitu Kota Medan, Kota Medan merupakan salah satu dari Daerah Tingkat II di Sumatera Utara, yang merupakan ibu kota dari provinsi Sumatera Utara dan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I provinsi Sumatera Utara.

Kota Medan memiliki luas 26.510 Hektar (265,10 Km2) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainnya, Kota Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil, tetapi dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis Kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi Kota Medan cenderung miring ke Utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter diatas permukaan laut. Kota Medan memiliki batas – batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara berbatasan dengan : Kabupaten Deli Serdang Sebelah Timur berbatasan dengan : Kabupaten Deli Serdang Sebelah Selatan berbatasan dengan : Kabupaten Deli Serdang Sebelah Barat berbatasan dengan : Kabupaten Deli Serdang

Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan sumber daya alam (SDA), khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan.

(41)

wilayah Kota Medan rata – rata 82-84%, dengan kecepatan angin rata-rata sebesar 1,38 m/sec (BPS Kota Medan: Medan dalam Angka 2008).

Penggunaan Lahan

[image:41.612.114.529.471.626.2]

Kota Medan terdiri dari 21 kecamatan yang menempati area seluas 265,10 Km2 dengan luas areal persawahan 2.740 Ha pada tahun 2006-2008. Tahun 2000 luas areal persawahan mengalami peningkatan hingga tahun 2002 dan mengalami penurunan luas areal sawah seluas 2.800Ha pada tahun 2003, kemudian mengalami peningkatan areal sawah seluas 792 Ha, hal ini tidak sebanding dengan penurunan luas sawah di tahun 2003. Selanjutnya mengalami penurunan seluas 1.463 Ha hingga luas lahan sawah menjadi 1.849 Ha tahun 2005. Tabel 3 menunjukkan luas lahan sawah di Kota Medan tahun 1999-2008.

Tabel 3. Luas lahan sawah di Kota Medan tahun 1999-2008

Tahun Luas lahan (Ha)

1999 2903

2000 3611

2001 3539

2002 5320

2003 2520

2004 3312

2005 1849

2006 2740

2007 2740

2008 2740

Sumber : BPS – Medan dalam Angka berbagai tahun terbit

(42)
[image:42.612.118.510.101.433.2]

Tabel 4. Luas Wilayah Kota Medan menurut Kecamatan

No Kecamatan Luas area (Km2) Persentase (%)

1 Medan Tuntungan 20,68 7,80

2 Medan Johor 12,81 4,83

3 Medan Amplas 14,58 5,50

4 Medan Denai 11,19 4,22

5 Medan Area 9,05 3,41

6 Medan Kota 7,99 3,01

7 Medan Maimun 5,27 1,99

8 Medan Polonia 5,52 2,08

9 Medan Baru 5,84 2,20

10 Medan Selayang 9,01 3,40

11 Medan Sunggal 2,98 1,13

12 Medan Helvetia 15,44 5,83

13 Medan Petisah 13,16 4,97

14 Medan Barat 6,82 2,57

15 Medan Timur 5,3 2,01

16 Medan Perjuangan 7,76 2,93

17 Medan Tembung 4,09 1,54

18 Medan Deli 5,52 7,86

19 Medan Labuhan 36,67 13,83

20 Medan Marelan 44,47 8,99

21 Medan Belawan 26,25 9,90

TOTAL 265,10 100

Sumber: BPS-Medan dalam Angka 2008 menurut Kecamatan

Keadaan Penduduk

(43)

Laju pertumbuhan penduduk Kota Medan periode tahun 2000-2004 cenderung mengalami peningkatan, dimana tingkat pertumbuhan penduduk pada tahun 2000 adalah 0,09% dan menjadi 0,63% pada tahun 2004. Sedangkan tingkat kapadatan penduduk mengalami peningkatan dari 7.183 jiwa per Km2 pada tahun 2004. jumlah penduduk paling banyak ada di Kecamatan Medan Deli, disusul kecamatan Medan Helvetia dan Medan Tembung. Jumlah penduduk yang paling sedikit , terdapat di Kecamatan Medan Baru, Medan Maimun dan Medan Polonia. Tingkat kepadatan Penduduk tertinggi ada di kecamatan Medan Perjuangan, Medan Area dan Medan Maimun (BPS Kota Medan berbagai tahun terbit).

[image:43.612.114.516.505.668.2]

Berdasarkan Sensus Penduduk Indonesia tahun 2010, penduduk Kota Medan berjumlah 2.109.339 jiwa. Penduduk Medan terdiri atas 1.040.680 laki-laki dan 1.068.659 perempuan. Tabel 5 menunjukkan distribusi jumlah penduduk dari tahun 2001-2010.

Tabel 5. Distribusi jumlah penduduk Kota Medan tahun 2001- 2010

Tahun Jumlah Penduduk

2001 1.926.052

2002 1.963.086

2003 1.993.060

2004 2.006.014

2005 2.036.018

2006 2.050.015

2007 2.083.156

2008 2.102.105

2009 2.121.053

2010 2.109.339

(44)
[image:44.612.113.520.211.295.2]

Dilihat dari struktur umur, penduduk, Medan dihuni lebih kurang 1.377.751 jiwa berusia produktif, (15-59 tahun). Table 6 menunjukkan jumlah penduduk Kota Medan berdasarkan jenis kelamin tahun 2010.

Tabel 6. Distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin tahun 2010

No Jenis kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Laki-laki 1.040.680 49,34

2 Perempuan 1.068.659 50,66

Jumlah 2.109.339 100

Sumber : Sensus Penduduk Indonesia 2010

Sarana Pendidikan

[image:44.612.111.512.664.708.2]

Selanjutnya dilihat dari tingkat pendidikan, rata-rata lama sekolah penduduk telah mencapai 10,5 tahun. Dengan demikian, secara relatif tersedia tenaga kerja yang cukup, yang dapat bekerja pada berbagai jenis perusahaan, baik jasa, perdagangan, maupun industri manufaktur. Medan memiliki jumlah universitas dan sekolah yang lumayan banyak dan mencukupi, diantaranya 827 Sekolah Dasar (SD), 337 Sekolah Menengah Pertama (SMP), 288 Sekolan Menengah Atas (SMA), dan 72 Perguruan Tinggi telah terdaftar ke pemerintah Kota Medan. Tabel 7 menunjukkan jumlah lembaga pendidikan yang ada di Kota Medan saat ini dari tingkat SD sampai pada tingkat perguruan tinggi.

Tabel 7. Jenis dan jumlah tingkat Pendidikan dari tingkat SD sampai Perguruan Tinggi

Pendidikan Jumlah

SD 827

(45)

SMA 288

Perguruan Tinggi 72

Sumber: BPS-Medan dalam Angka

Pekerjaan

[image:45.612.118.498.481.637.2]

Sebagai kota terbesar di Pulau Sumatera dan di Selat Malaka, penduduk Kota Medan banyak yang berprofesi di bidang perdagangan. Sedangkan profesi yang memerlukan keahlian dan pendidikan tinggi, seperti pengacara, dokter, notaris, dan wartawan, mayoritas digeluti oleh orang Minangkabau. Profesi yang memerlukan keahlian dan pendidikan tinggi, seperti pengacara, dokter, notaris,dan wartawan. Tabel 8 menunjukkan komposisi suku berdasarkan jenis pekerjaan.

Tabel 8. Komposisi suku berdasarkan jenis pekerjaan

No Suku Pekerjaan

Pengacara Dokter Notaris Wartawan 1 Minang Kabau 36,8% 20,6% 29,7% 37,7% 2 Mandailing 23,6% 14,1% 14,8% 18,3%

3 Batak 13,2% 15,9% 18,5% 8,5%

4 Jawa 5,3% 15,9% 11,1% 10,4%

5 Karo 5,3% 10% 7,4% 0,6%

6 Melayu 5,3% 5,9% 3,7% 17,7%

7 Tionghoa 0 14,7% 7,4% 1,2%

8 Aceh 2,6% 3,9% 0 3,7%

9 Sunda 0 0 3,7% 10,4%

(46)

Karakteristik Sampel (responden) Penelitian

Letak Geografis Kecamatan Medan Marelan

Kecamatan Medan Marelan terletak di sebelah Utara Kota Medan yang memiliki area seluas 23,82 km² dengan kepadatan 3.727,53 Km² dan jumlah penduduk sebanyak 88.790 jiwa , serta memiliki 5 Desa/kelurahan.

Sebelah Utara berbatasan dengan : Kecamatan Medan Belawan Sebelah Timur berbatasan dengan : Kecamatan Medan Labuhan Sebelah Selatan berbatasan dengan : Kecamatan Medan Helvetia Sebelah Barat berbatasan dengan : Kabupaten Deli Serdang.

Keadaan Penduduk di Kecamatan Medan Marelan

[image:46.612.110.520.544.685.2]

Penduduk kecamatan ini terdiri dari berbagai suku antara lain jawa, batak, mandailing, karo. Data jumlah penduduk di Kecamatan Medan Marelan untuk setiap Desa/kelurahan dapat di lihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Data jumlah penduduk di Kecamatan Medan Marelan tiap Desa

NO Kelurahan Jumlah Lingkungan

Luas Area(Km2)

Jumlah Laki-laki Jumlah Perempuan Jumlah Penduduk Kepadatn Penduduk (Km2) 1

Labuhan

Deli 10 4,50 7.422 7.110 14.532 3.229 2

Rengas

(47)

Ketenagakerjaan Kecamatan Medan Marelan

[image:47.612.115.519.387.528.2]

Dominasi mata pencahariannya adalah pegawai swasta dan petani, namun ada juga yang memiliki mata pencaharian lain seperti TNI, pegawai negeri dan pedagang. Tabel 10 menunjukkan jumlah mata pencaharian penduduk Kecamatan Medan Marelan.

Tabel 10. Data jumlah mata pencaharian penduduk Kecamatan Medan Marelan.

NO Kelurahan Pegawai Negeri

Pegawai Swasta

TNI/

Polri Petani Nelayan Pedagang

1

Labuhan

Deli 180 2004 7 76 947 37

2

Rengas

Pulau 204 2.241 62 2.024 16 334

3 Terjun 201 722 8 4.173 119 39

4 Tanah 600 113 859 8 768 14 56

5 Paya Pasir 25 892 18 361 82 47

Total 723 6.718 103 7.402 1.177 513

Sumber: BPS-Medan Marelan dalam Angka

Letak Geografis Kecamatan Medan Amplas

(48)

Sebelah Utara berbatasan dengan : Kecamatan Medan Kota dan Medan Denai Sebelah Timur berbatasan dengan : Kabupaten Deli Serdang

Sebelah Selatan berbatasan dengan : Kabupaten Deli Serdang Sebelah Barat berbatasan dengan : Kecamatan Medan Johor

Letak Geografis Kecamatan Medan Sunggal

Kecamatan Medan Sunggal memiliki area seluas 15,44 Km² dengan kepadatan 6.722,99 jiwa/Km² dan jumlah penduduk sebanyak 103.803 jiwa, serta memiliki 6 Desa/kelurahan.

Sebelah Utara berbatasan dengan : Kecamatan Medan Helvetia Sebelah Timur berbatasan dengan : Kecamatan Medan Baru Sebelah Selatan berbatasan dengan : Kecamatan Medan Selayang Sebelah Barat berbatasan dengan : Kabupaten Deli Serdang

Letak Geografis Kecamatan Medan Helvetia

Kecamatan Medan Sunggal memiliki area seluas 13,16 Km² dengan kepadatan 9.737,39 jiwa/Km² dan jumlah penduduk sebanyak 128.144 jiwa, serta memiliki 7 Desa/kelurahan.

(49)

Sebelah Barat berbatasan dengan : Kecamatan Medan Sunggal

Responden dalam penelitian ini adalah petani padi sawah yang mengkonversi lahannya menjadi real estate dan industri lain. Karakteristik petani dalam penelitian ini terdiri dari umur, pendidikan, luas lahan (Ha) dan pendapatan.

Umur

[image:49.612.112.512.349.437.2]

Keadaan umur responden penelitian ditunjukkan pada Tabel 11. Tabel 11. Distribusi responden berdasarkan kelompok umur

No Kelompok umur (tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 0 – 9 0 0

2 10 – 39 9 30

3 40 – 60 18 60

4 > 60 3 10

Jumlah 30 100

Sumber : Data diolah dari lampiran3

Tabel 11 menunjukkan bahwa range umur petani responden terbesar berada pada kelompok umur 40 – 60 tahun dengan persentase 60 % sebanyak 18 jiwa. Sedangkan yang terkecil pada kelompok umur 10 - 39 dan > 60 dengan persentase 10 % sebanyak masing-masing 3 dan 9 jiwa.

Pendidikan

(50)

No Tingkat pendidikan (tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Buta huruf 0 0

2 SD / SR 12 40

3 SMP 11 36,66

4 SMA/SLTA 2 6,67

5 Sarjana/sederajat 5 16,67

Jumlah 30 100

Sumber : Data diolah dari lampiran 3

Tabel 12 menunjukkan bahwa pendidikan petani pada umumnya adalah SD /SR sebanyak 12 jiwa atau 40 %. Sedangkan pendidikan paling sedikit adalah SMA dan buta huruf yakni sebanyak masing-masing 2 orang atau 6,67 % dari keseluruhan responden.

Luas Lahan

[image:50.612.114.527.594.709.2]

Keadaan Luas lahan responden di tunjukkan pada Tabel 13. Tabel 13. Distribusi responden berdasarkan luas lahan sawah

No. Luas lahan (Ha) Lahan yang dijual Jumlah (orang)

1 < 0,10 6

2 0,10 – 0,24 6

3 0,25 – 0,49 5

4 0,50 – 0.99 3

(51)

6 2,00 – 2,99 0

7 ≥ 3,00 1

Jumlah 30

Sumber : Data diolah dari lampiran 3

Tabel 13 menunjukkan bahwa sebagian besar petani responden yang mengkonversikan lahan sawahnya memiliki luas lahan < 0,10 sebanyak 6 0rang, 0,10 - 0,24 sebanyak 6 orang, 0,25 - 0,49 sebanyak 5 orang, 0,50 – 0,99 sebanyak 3 orang. 0,50 - 0.99 sebanyak 3 orang. 1,00 - 1,99 sebanyak 9 orang, dan petani responden yang memiliki luas lahan ≥ 3,00 adalah 1 orang.

Pendapatan

[image:51.612.115.527.85.135.2]

Pendapatan petani sampel (responden) sangat bervariasi, dari mulai Rp. 1.000.000,00 sampai Rp. 34.000.000,00 untuk pendapatan petani padi sawah dalam dua kali musim panen pertahun. Tabel 14 menunjukkan distribusi responden berdasarkan pendapatan usaha tani padi.

Tabel 14. Distribusi responden berdasarkan pendapatan usaha tani padi

No. Pendapatan (Rp) Jumlah (orang)

1 1.100.000 − 5.000.000 18

2 5.100.000 – 10.000.000 2

3 10.100.000 – 15.000.000 1

4 15.100.000 – 20.000.000 6

5 20.100.000 – 25.000.000 2

[image:51.612.117.528.570.698.2]
(52)

7 30.100.000 − 35.000.000 1

Jumlah 30

Sumber: Data diolah dari lampiran 3

Tabel 14 menunjukkan bahwa sebagian besar petani responden yang menerima pendapatan sebesar Rp. 1.100.000 − Rp. 5.000.000 sebanyak 18 orang. Selanjutnya dengan pendapatan Rp. 5.100.000 – Rp .10.000.000 sebanyak 2 orang, pendapatan Rp. 10.100.000 – Rp. 15.000.000 sebanyak 1 orang, pendapatan Rp. 15.100.000 – Rp. 20.000.000 sebanyak 6 orang, pendapatan Rp. 20.100.000 – Rp. 25.000.000 sebanyak 2 orang, dan petani padi dengan pendapatan 30.100.000 − 35.000.000 sebanyak 1 orang.

[image:52.612.117.529.616.713.2]

Untuk pendapatan di bidang industri atau real estate juga memiliki nilai yang berbeda – beda, dari mulai Rp. 12.000.000,00 sampai tingkat milyaran. Tabel 15 berikut menunjukkan distribusi responden berdasarkan pendapatan industri real estate.

Tabel 15. Distribusi responden berdasarkan pendapatan industri real estate

No. Pendapatan (Rp) Jumlah (orang)

1 11.000.000 − 500.000.000 20

2 510.000.000 – 1.0000.000.000 6

(53)

5 2.010.000.000 – 2.5000.000.000 0 6 2.510.000.000 – 3.000.000.000 0 7 3.010.000.000 − 3.5000.000.000 1

Jumlah 30

Sumber: Data diolah dari lampiran 3

Tabel 15 menunjukkan bahwa sebagian besar untuk industri real estate responden yang menerima pendapatan sebesar Rp. 11.000.000 − Rp. 500.000.000 sebanyak 20 orang. Selanjutnya dengan pendapatan Rp. 510.000.000 – Rp .1000.000.000 sebanyak 6 orang, pendapatan Rp. 1.010.000.000 – Rp. 1.500.000.000 sebanyak 3 orang. Selanjutnya tidak ada responden dengan pendapatan Rp. 1.510.000.000 – Rp. 2.000.000.000, pendapatan Rp. 2.010.000.000 – Rp. 2.5000.000.000 dan pendapatan Rp. 2.510.000.000 − Rp. 3.000.000.000. Sedangkan responden yang menerima pendapatan sebanyak diatas Rp. 3.000.000.000 sebanyak 1 orang.

(54)

Faktor-Faktor yang Menyebabkan Konversi Lahan Sawah di Kota Medan

Alasan yang menyebabkan tingginya tingkat konversi lahan antara lain adalah karena investasi di bidang non sawah jauh lebih menjanjikan. Bahkan menurut Syafa’at, dkk 1995, dalam Sumaryanto (2001) di sekitar pusat pembangunan, nilai rent lahan sawah dibandingkan dengan lahan untuk perumahan (real estate) dan industri berturut-turut bisa mencapai 1:622 dan 1:500. Lagi pula budi daya padi sawah memerlukan tenaga kerja, biaya pembelian pupuk dan obat-obatan yang tinggi, namun harga jual berasnya sangat rendah.

Dari hasil wawancara dengan responden dapat diketahui bahwa alasan utama petani padi sawah mengkonversi lahannya adalah 40 % atau 12 orang dikarenakan nilai land

rent tinggi, dimana pernyataan ini sesuai dengan model Ricardo (Ricardian Rent)

menjelaskan bahwa alokasi lahan akan mengarah pada penggunaan yang menghasilkan surplus ekonomi (land rent) yang lebih tinggi, yang tergantung pada derajat kualitas lahan yang ditentukan oleh kesuburannya serta kelangkaan lahan. Menurut von Thunen nilai land rent bukan hanya ditentukan oleh kesuburannya tetapi merupakan fungsi dari lokasinya.

(55)

dikonversikan memiliki nilai jual atau sewa (land rent) yang lebih tinggi dibandingkan penggunaan lahan untuk sawah.

Harga jual lahan mahal menyusul dari faktor yang menyebabkan petani padi sawah menjual lahannya, yakni 33,3% atau 10 dari 30 orang. Beberapa kasus menunjukkan jika di suatu lokasi terjadi konversi lahan, maka dalam waktu yang tidak lama lahan di sekitarnya juga terkonversi secara progresif. Menurut Irawan (2005), hal tersebut disebabkan oleh dua faktor. Pertama, sejalan dengan pembangunan kawasan perumahan (real estate) atau industri di suatu lokasi konversi lahan, maka aksesibilitas di lokasi tersebut menjadi semakin kondusif untuk pengembangan perumahan (real estate) dan industri yang akhirnya mendorong meningkatnya permintaan lahan oleh investor lain atau spekulan tanah sehingga harga lahan di sekitarnya meningkat. Kedua, peningkatan harga lahan selanjutnya dapat merangsang petani lain di sekitarnya untuk menjual lahan.

(56)

Selanjutnya disusul kebutuhan lain yang mendesak atau tepatnya desakan ekonomi 13,3% atau 4 orang yang mendorong petani padi sawah mengkonversi lahannya. Pada saat timbul masalah internal (ekonomi) dalam rumah tangga, petani padi sawah cenderung berfikir menjadikan nilai rupiah dari investasi yang ada, namun cenderung mengarah pada konversi lahannya karena hal ini di nilai lebih cepat prosesnya dan menjanjikan. Seperti biaya mendesak untuk biaya anak sekolah, biaya rumah sakit, dan biaya untuk kebutuhan mendesak lainnya. Sedangkan hasil yang diperoleh dari usaha taninya tidak mencukupi untuk melengkapi biaya yang dibutuhkan. Situasi seperti ini mendorong petani untuk mengkonversi lahannya.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Lestari (2005), meyebutkan bahwa proses terjadinya konversi lahan pertanian ke penggunaan non pertanian salah satu disebabkan oleh faktor internal yaitu petani lebih melihat sisi yang disebabkan oleh kondisi sosial ekonomi rumah tangga pengguna lahan. Menurut penelitian yang dilakukan Ilham, dkk (2003), menyatakan bahwa tekanan ekonomi pada saat krisis ekonomi menyebabkan banyak petani menjual asetnya berupa sawah untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dampaknya secara umum meningkatkan konversi lahan sawah dan makin meningkatkan penguasaan lahan pada pihak-pihak pemilik modal.

(57)

yang telah dikeluarkan pada saat proses penanaman produksi petani tidak menerima surplus sesuai yang diharapkan. Misalnya untuk memproduksi 1 Ha padi memerlukan tenaga kerja, biaya pembelian pupuk dan obat-obatan yang tinggi, namun harga jual berasnya sangat rendah. Hal ini membuat petani padi sawah berfikir cepat untuk mengkonversi lahannya ke arah yang mempunyai nilai rent yang tinggi.

(58)

0 5 10 15 20 25 30 35 40

Jumlah (orang) 12 1 0 1 0 4 2 10

Persentase (%) 40 3.3 0 3.3 0 13.3 6.7 33.3

A B C D E F G H

Gmbar 2. Faktor – faktor petani mengkonversi lahan Keterangan Gambar:

A : Land rent tinggi B : Tenaga kerja mahal C : Ikut-ikutan

D : Harga input produksi mahal E : Serangan hama penyakit F : Kebutuhan mendesak G : Harga jual produksi rendah H : Harga jual lahan mahal

Pengaruh Konversi Lahan Sawah terhadap Jumlah Produksi Padi di Kota Medan

(59)
[image:59.612.116.519.334.617.2]

pertanian, seperti digunakan untuk bangunan, industri, perumahan (real estate), pusat bisnis dan sebagainya. Menurut data BPS, pada tahun 2004 terjadi penurunan jumlah luas lahan sawah di Kota Medan dari 3.312 Ha menjadi 1.849 Ha di tahun 2005. Terlihat bahwa ada penurunan luas panen dalam kurun waktu satu tahun sebesar 1.463 Ha yang mengindikasikan adanya gejala konversi lahan sawah di Kota Medan. Luas lahan sawah yang semakin berkurang di Kota Medan, sudah tentu akan ikut mempengaruhi jumlah produksi padi. Selengkapnya penurunan luas lahan sawah di Kota Medan dalam kurun waktu sepuluh tahun (1999-2008) ditunjukkan pada Gambar 3. 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Tahun L u a s L a h a n ( H a ) Su

mber :Medan dalam angka berbagai tahun terbit

(60)
[image:60.612.116.525.204.364.2]

Untuk melihat pengaruh konversi lahan dan produksi padi di Kota Medan tahun 1999-2010 untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Luas lahan sawah dan produksi padi di Kota Medan tahun 1999-2010 Tahun Luas Lahan (Ha) (x) Produksi (Ton) (y)

1999 2.903 14.515

2000 3.611 18.055

2001 3.539 17.695

2002 5.320 26.600

2003 2.520 12.600

2004 3.312 16.560

2005 1.849 9.245

2006 2.740 13.700

2007 2.740 10.960

2008 2.740 9.316

Sumber: Lampiran 6

Sebagian besar pengurangan produksi padi akibat konversi lahan sawah terjadi di tahun 2003 dengan proporsi sekitar 12.000 ton dari tahun 2002. Posisi kedua terjadi pada tahun 2005, terjadi penurunan produksi padi sebanyak 7.315 Ton dari tahun sebelumnya. Selanjutnya terjadi penurunan produksi sebanyak 2.740 Ton dan 1.644 Ton pada tahun 2007 dan 2008.

Untuk mengetahui pengaruh konversi lahan sawah terhadap jumlah produksi padi di daerah penelitian disini digunakan model regresi linier sederhana melalui program SPSS (Statistical Product and Service Solution).

(61)
[image:61.612.112.523.249.367.2]

Tabel 17. Hasil perhitungan pengaruh konversi lahan sawah terhadap produksi padi di Kota Medan

Variabel Nilai

Konstanta - 1.826,281

Koefesien regresi 5,356

R2 0,915

R 0,957

tThitung 9,267

ttabel 2,306

Signifikansi 0,000

Sumber : Data di olah dari lampiran 6

Hasil estimasi koefisien regresi fungsi produksi padi tahun 1999 - 2008 di atas dapat diartikan sebagai berikut ini.

Nilai 5,356 ini berarti bahwa luas sawah tanaman padi berpengaruh positif terhadap produksi padi sawah di daerah penelitian, yakni jika terjadi peurunan luas sawah sebesar 1 Ha, maka akan mampu meningkatkan jumlah produksi padi sebanyak 5,356 Ton selama setahun. Simpulan tersebut signifikan karena secara statistik didukung dengan hasil uji t statistik dengan tingkat signifikansi pengujian sebesar α = 5%. Dimana thitung > ttabel (9,267 > 2,306) dengan demikian Ho di tolak dan H1 di terima,

(62)

R2 adalah sebesar 0,915 ini berarti bahwa 91,5% persen variasi perubahan dari variabel independen (luas sawah) menentukan naik turunnya perubahan variabel dependen (produksi padi) di setiap kecamatan di Kota Medan, dan sisanya 8,5 % ditentukan oleh faktor diluar model.

Nilai r adalah 0,957 ini berarti bahwa ada hubungan positif dan sempurna serta tergolong sangat kuat antara variabel independen (luas lahan sawah) dengan variabel dependen (produksi padi) di daerah penelitian (Kota Medan).

Menurut Mubyarto (2000:76), dalam pertanian di Indonesia faktor produksi lahan mempunyai kedudukan yang paling penting. Lahan merupakan satu faktor produksi seperti halnya modal dan tenaga kerja, dapat pula dibuktikan dari tinggi rendahnya balas jasa (sewa bagi hasil) sesuai dengan permintaan dan penawaran tanah. Selanjutnya, Arifin (1999) meneliti tentang faktor faktor yang mempengaruhi produksi padi, antara lain faktor produksi luas lahan. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa variabel tersebut menunjukkan pengaruh positif dan nyata terhadap produksi padi.

Sebagai konsekuensi logis dari pertambahan penduduk dan pembangunan ekonomi, maka terjadi perubahan alokasi sumberdaya, khususnya sumberdaya lahan sulit dihindari. Akibat tidak diperhatikannya skala prioritas alokasi penggunaan sumberdaya lahan, maka terjadi pula konflik alokasi sumberdaya lahan untuk penyediaan sumber pangan dan pembangunan sarana dan prasarana perumahan (real

(63)

konversi lahan sawah di Jawa Barat dalam kurun waktu 1987-1991 mencapai 7.407 Ha pertahun, dan di Jawa Tengah dalam kurun waktu 1989-1993 telah terjadi konversi lahan sawah ke non sawah sebesar 8.638 Ha per tahun, dan dinyatakan juga bahwa terjadinya konversi lahan sawah sangat dipengaruhi oleh permintaan terhadap lahan menurut sektor perekonomian, yaitu penggunaan untuk non pertanian dan pertanian. Konversi lahan sawah ke penggunaan non pertanian menunjukkan jumlah yang lebih besar dibanding ke penggunaan pertanian lainnya, seperti untuk perumahan (real estate), zona industri, sarana dan prasarana serta penggunaan lainnya.

Kesimpulannya adalah pengurangan lahan sawah (konversi) baik secara nasional maupun menurut propinsi dan kabupaten menunjukkan angka yang bervariasi. Dari hasil penelitian ini, dengan menggunakan metode proyeksi (trend) diperoleh gambaran bahwa dalam kurun waktu sepuluh tahun (2008-2018) di Kota Medan telah terjadi pengurangan lahan sawah seluas 2.320,467 Ha (lampiran 8). Secara umum konversi lahan sawah lebih banyak terjadi pada provinsi atau kebupaten yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan penduduk yang relatif tinggi, serta kabupaten-kabupaten yang merupakan penyangga pusat-pusat pertumbuhan. Provinsi Sumatera Utara khususnya di Kota Medan.

(64)

Proyeksi Luas Lahan Sawah dan Produksi Padi di Kota Medan Dalam Sepuluh Tahun Kedepan

[image:64.612.117.522.455.611.2]

Konversi lahan sawah ke penggunaan non sawah akan mengakibatkan luas lahan sawah menjadi semakin sempit di Kota Medan. Keberadaan luas lahan sawah yang semakin sempit ini akan mempengaruhi jumlah produksi padi di Kota Medan. Tabel 18 menunjukkan luas lahan sawah dan produksi dalam sepuluh tahun terakhir di Kota Medan.

Tabel 18. Luas lahan dan produksi padi sawah Kota Medan tahun 1999-2008 No Tahun Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton)

1 1999 2903 14.515

2 2000 3611 18.055

3 2001 3539 17.695

4 2002 5320 26.600

5 2003 2520 12.600

6 2004 3312 16.560

7 2005 1849 9.245

8 2006 2740 13.700

9 2007 2740 10.960

10 2008 2740 9.316

Sumber: Data diolah dari lampiran 1 dan lampiran 4

(65)

tetapi kenaikan luas lahan tersebut belum mampu mengimbangi penurunan luas lahan yang terkonversi sejak tahun1999-2008, sama halnya peningkatan produksi memang terjadi akan tetapi peningkatan ini belum mampu mengimbangi penurunan produksi padi yang terjadi sejak tahun 1999 – 2008.

Berdasarkan lampiran 2 dan lampiran 5 dapat di lihat bahwa luas lahan sawah berkurang sebesar 163 Ha atau sebesar 5,6% dan produksi padi juga ikut berkurang sebesar 5.199 Ton atau 35,8% sejak tahun 1999 sampai tahun 2008. Dengan demikian dapat dilihat bahwa konversi lahan sawah ke penggunaan non sawah atau industri lain, selain mengurangi luas lahan sawah juga menyebabkan penurunan produksi padi di Kota Medan.

[image:65.612.117.521.561.698.2]

Luas lahan sawah dan produksi padi Kota Medan sepuluh tahun mendatang yaitu tahun 2018 merupakan suatu hasil proyeksi luas lahan dan produksi padi pada tahun sebelumnya. Luas lahan sawah dan produksi padi tahun 2018 diramalkan dari data luas lahan sawah dan produksi padi selama sembilan tahun yaitu di mulai dari tahu 2000–2008. Tabel 19 menunjukkan luas lahan sawah dan produksi padi Kota Medan di mulai dari tahun 2000 sampai tahun 2008.

Tabel 19. Luas lahan sawah dan produksi padi Kota Medan tahun 1999-2008. No Tahun Notasi Tahun

(x)

Luas Lahan (Ha) (y) Produksi (Ton) (y)

1 2000 - 4 3611 18.055

2 2001 - 3 3539 17.695

3 2002 - 2 5320 26.600

4 2003 -1 2520 12.600

5 2004 0 3312 16.560

6 2005 1 1849 9.245

(66)

8 2007 3 2740 10.960

9 2008 4 2740 9.316

Sumber: Data di olah dari lampiran 1 dan lampiran 4

Luas lahan sawah dan produksi padi Kota Medan diperoleh dari suatu hasil metode proyeksi yang dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana melalui program SPSS (Statistical Product and Service Solution).

Proyeksi Luas Lahan Sawah Kota Medan tahun 2018

Berdasarkan lampiran 7 diperoleh persamaan regresi dari tabel 19 yaitu:

y* = 3.152,333 − 195,2x*

Persamaan menunjukkan bahwa setiap bertambah 1 tahun luas sawah di Kota Medan maka akan berkurang sebesar 195,2 Ha. Proyeksi Luas lahan sawah Kota Medan tahun 2018 seperti yang di tunjukkan pada lampiran 7 yakni seluas 419,533 Ha. Ditunjukkan bahwa proyeksi luas lahan sawah cenderung menurun dalam waktu 10 tahun sejak tahun 2008 adalah sebesar 2.320,467 Ha (lampiran 8).

(67)

sawah Kota Medan sejak tahun 2008 - 2018 maka diproyeksikan sebesar −2.320,467 Ha atau 84% luas lahan sawah dikonversi ke industri non sawah seperti perumahan (real estate) dan industri lain. Namun mengingat bahwa Kota Medan adalah daerah perkotaan besar dengan pertumbuhan penduduk yang padat maka secara otomatis akan capat sekali lahan sawah yang ada dikonversi menjadi seperti perumahan (real

estate) dan industri lain hingga mencapai 84% selama 10 tahun sejak tahun 2008 -

2018.

Untuk lebih jelas grafik luas lahan sawah dan hasil proyeksi luas lahan sawah pada tahun 2018 di Kota Medan dapat dilihat pada Gambar 4.

Proyeksi Luas lahan Sawah Kota Medan tahun 2018

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2018

Tahun

L

u

as

L

ah

an

(

H

a)

Ga mbar 4. Proyeksi Luas Lahan Sawah di Kota Medan (1999-2018)

(68)

Kegiatan ini di dukung dalam teori lokasi (Prayudho, 2009) menyebutkan bahwa pertambahan jumlah penduduk dikawasan pinggiran secara akumulatif ikut menambah luas kawasan kota karena realokasi kawasan. Semakin berkembangnya kawasan perkotaan tersebut diduga sangat erat hubungannya dengan proses konversi lahan sawah karena selain merupakan pasar potensial bagi kawasan industri juga merupakan pasar potensial bagi pembangunan perumahan (real estate) maupun pembangunan sarana prasarana lainnya. Selanjutnya, lahan disekitar pinggiran perkotaan akan terjadi proses realokasi, jika lahannya lahan sawah akan terkonversi secara alamiah.

Proyeksi Produksi Padi Kota Medan tahun 2018

Dari hasil lampiran 9 diperoleh persamaan regresi dari tabel 19 yaitu:

y* = 14.970,111 − 1.405,267 x*

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa setiap bertambah 1 tahun produksi padi Kota Medan cenderung berkurang sebesar 1.405,267 Ton. Proyeksi produksi padi Kota Medan tahun 2018 sebagaimana di tunjukkan pada lampiran 10 yaitu sebesar 4.703,627 Ton. Dapat dilihat bahwa proyeksi padi cenderung menurun dalam waktu sepuluh tahun dari tahun 2008 – 2018 sebesar 4.612,373 Ton.

(69)

berkurang sebanyak 49,5% (lampiran 10) dari tahun 2008 – 2018 disebabkan oleh konversi lahan. Dengan cepatnya konversi lahan sawah menyebabkan turunnya produksi padi sawah di Kota Medan. Diproyeksikan akibat dari konversi lahan produksi padi akan berkurang sebesar 49,5% dari produksi padi tahun 2008.

Untuk lebih jelas grafik produksi padi dan hasil proyeksi produksi padi pada tahun 2018 di Kota Medan dapat dilihat pada Gambar 5.

Proyeksi Produksi padi Kota Medan tahun 2018

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2018

tahun

pr

od

uks

i

Gambar

Gambar 1.   Skema Kerangka Pemikiran
Tabel 1. Data luas lahan Kota Medan Kecamatan Medan Amplas, Medan  Sunggal, Medan Helvetia dan Medan Marelan Kecamatan Tahun
Tabel 2. Jenis-jenis data dan sumber data yang diambil No Jenis Data
Tabel 3. Luas lahan sawah di Kota Medan tahun 1999-2008 Tahun Luas lahan (Ha)
+7

Referensi

Dokumen terkait

(3) Kendala yang dialami sekolah dalam meningkatkan hasil ujian nasional adalah kejenuhan yang dialami siswa, dan perkembangan mental siswa dalam mempersiapkan ujian

Analisis tambahan dilakukan oleh peneliti guna mengetahui perbedaan religiusitas dengan pertumbuhan pasca trauma pada penyintas bencana Tsunami Selat Sunda di

H1 : Audit tenure , kepemilikan institusional, komisaris independen, dan ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan pada sub

Pengujian perkembangan populasi dan preferensi makan kutudaun dilakukan pada tanaman dan daun kacang panjang yang diberi perlakuan kitosan.. Tanaman kontrol tidak diberi

Fitur yang terdapat dalam aplikasi ini yaitu pengguna dapat melihat peta dengan jelas, mencari tempat, mencari jalan, pengguna dapat mendapatkan informasi seperti

Dari hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan wawasan dan pengetahuan tambahan teoritis bagi penulis dan pembaca umum, terutama para pihak yang terkait dengan gaya

Dari hasil penelitian, pengolahan citra, perancangan, pembuatan, dan pengujian sistem pada penelitian ini, didapatkan simpulan bahwa metode learning vector

Babakan Ciparay Kasubsi Kesejahteraan Kasi Pemerintahan Kel.. Sukahaji Kasi