• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Kadar Fibrinogen antara Hipertensi Dislipidemia dengan Hipertensi Non Dislipidemia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbandingan Kadar Fibrinogen antara Hipertensi Dislipidemia dengan Hipertensi Non Dislipidemia"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN KADAR FIBRINOGEN ANTARA

HIPERTENSI DISLIPIDEMIA DENGAN

HIPERTENSI NON DISLIPIDEMIA

T E S I S

Oleh:

D E S I A N A

DEPARTEMEN PATOLOGI KLINIK

(2)

PERBANDINGAN KADAR FIBRINOGEN ANTARA

HIPERTENSI DISLIPIDEMIA DENGAN

HIPERTENSI NON DISLIPIDEMIA

T E S I S

Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Magister Dalam Bidang Patologi Klinik Pada Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

Oleh:

D E S I A N A

DEPARTEMEN PATOLOGI KLINIKFAKULTAS KEDOKTERAN

USU / RSUP H. ADAM MALIK

(3)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat

dan hidayahnya, sehingga saya dapat mengikuti dan menyelesaikan

Program Pendidikan Magister Patologi Klinik Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara dan dapat menyelesaikan karya tulis (

tesis) ini yang berjudul Perbandingan Kadar Fibrinogen antara Hipertensi Dislipidemia dengan Hipertensi Non Dislipidemia. Selama saya mengikuti pendidikan, saya telah mendapat banyak

bimbingan,nasehat,bantuan dan arahan serta juga dukungan dari

berbagai pihak sehingga saya dapat menyelesaikan pendidikan.Untuk

semua itu pada kesempatan ini perkenankanlah saya menyampaikan

rasa hormat dan terima kasih yang tak terhingga kepada:

Yth, Prof. Dr. Adi Koesoema Aman, SpPK-KH,FISH sebagai Ketua Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara/Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan

sekaligus sebagai pembimbing akademi saya yang telah bersusah

payah dan setiap saat meluangkan waktunya dan memberi

kesempatan kepada saya sebagai peserta Program Pendidikan

Magister Patologi Klinik dan selama pendidikan saya telah banyak

memberikan bimbingan, arahan, wawasan, motivasi serta nasehat

kepada saya sejak saya mulai pendidikan terutama sekali pada saat

saya melaksanakan penelitian dan menyelesaikan tesis ini. Semoga

Tuhan membalas semua kebaikannya.

Yth, Prof. DR. Dr. Ratna Akbari Ganie, SpPK-K,FISH sebagai Ketua Program Studi Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara/Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik

Medan yang selama ini telah banyak memberikan bimbingan, nasehat,

arahan dan petunjuk serta motivasi baik selama saya mengikuti

(4)

Yth, Dr. Ricke Loesnihari, SpPK-K, Sekretaris Program Studi Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara/Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan, yang telah

banyak memberi bimbingan, arahan dan petunjuk selama saya

mengikuti pendidikan.

Yth, Dr. Sally Rossefi Nasution SpPD KGH sebagai Ketua Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Sumatera

Utara/RSUP H.Adam Malik Medan sekaligus sebagai Pembimbing II

saya yang telah memberi izin kepada saya untuk mengambil sample

penelitian pada Departemen Ilmu Penyakit Dalam dan juga telah

banyak memberikan bimbingan, nasehat, arahan, bantuan sejak awal

sampai selesainya tesis ini.

Yth, seluruh guru-guru saya, Prof.Dr. Herman Hariman PhD SpPK-KH, FISH, Prof. Dr. Burhanuddin Nasution, SpPK-KN,FISH, Dr Muzahar, DMM, SpPK-K, Dr. Zulfikar Lubis, SpPK, Dr. Tapisari Tambunan SpPK-K, Dr. Ozar Sanuddin, SpPK-K, Dr. Farida Siregar SpPK, Dr. Ulfa Mahiddin, SpPK, Dr.Lina , SpPK dan Dr. Nelly Elfrida Samosir, SpPK, yang telah banyak memberikan bimbingan, nasehat, arahan, dan dukungan selama saya mengikuti

pendidikan dan hingga selesainya tesis ini.

Yth, Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M. Kes, yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan bantuan di bidang statistic sejak

awal penyusunan sampai hingga selesainya tesis ini.

Yang saya hormati, seluruh teman-teman sejawat PPDS Departemen Penyakit Dalam FK USU/RSUP.H.Adam Malik Medan,

yang telah memberikan bantuan kepada saya dengan bekerja sama

yang baik pada saat saya melakukan penelitian.

(5)

Terimakasih yang tak terhingga dan setulus-tulus nya saya

sampaikan kepada kedua orang tua saya, Ayahanda Prof. DR. Gunawan, Msc dan ibunda Dra. Yuniar yang telah melahirkan, mengasuh dan mendidik serta memberi dukungan baik moril maupun

materil dan memberikan pengorbanan dan perhatian yang tak

terhingga.

Akhirnya terima kasih yang tak terhingga saya sampaikan

kepada suami tercinta Prof. DR. Sabaruddin Zakaria, Magr. Yang telah mendampingi saya dengan penuh pengertian, perhatian dan

dorongan serta pengorbanan selama ini. Demikian juga pada kedua

permata hati saya Ashraf Afif dan Shahnaz Fatinna yang telah banyak kehilangan perhatian dan kasih saying selama saya mengikuti

pendidikan.

Demikian juga kepada seluruh keluarga besar kami yang dengan

ikhlas telah membantu, membimbing dan memotivasi selama saya

mengikuti pendidikan, serta kepada semua pihak yang tidak dapat

saya sebutkan satu persatu.

Akhirul kalam, semoga tesis ini kiranya dapat bermanfaat bagi

kita semua. Amin Ya Robbal A’lamin.

Penulis

( Dr. DESIANA )

(6)

DAFTAR ISI 1.2. Perumusan Masalah……….. 1.3. Hipotesa Penelitian ……… 1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum ………... 1.4.2. Tujuan Khusus ……… 1.5. Manfaat Penelitian ………...

BAB II. Tinjauan Kepustakaan

2.1. Fibrinogen ………... 2.2. Fungsi Fibrinogen ... 2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi kadar plasma fibrinogen... 2.4. Hipertensi ... 2.5. Patofisiologi Hipertensi ... 2.6. Klasifikasi Hipertensi ... 2.7. Dislipidemia……… 2.8. Fisiologi Lipid………. 2.9. Tipe Dislipidemia………... 3.0. Kadar Fibrinogen pada Dislipidemia……….

BAB III. Metode Penelitian

3.1. Desain Penelitian ………. 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ……… 3.3. Populasi dan Subyek Penelitian

3.3.1. Kriteria Inklusi ……….. 3.3.2. Kriteria Eklusi ……….. 3.4. Batasan dan Definisi Operasional…... 3.5. Perkiraan besar sampel………. 3.6. Pengambilan sampel……….. 3.7. Analisa Data... 3.8. Ethical Clearance dan Informed concent... 3.9. Bahan dan Cara kerja

(7)

3.9.3. Prosedur Kalibrasi dan pemeriksaan Fibrinogen... 3.10. Pemantapan Kualitas……….. 3.11. Kerangka Kerja Operasional...

Bab IV.Hasil Penelitian

4.1. Distribusi umur dan karakteristik pada kelompok hipertensi dislipidemia dan non dislipidemia...

4.2. Perbandingan Kadar Fibrinogen Pada Penderita dengan

Hipertensi Dislipidemia dan Hipertensi Non Dislipidemia...

4.3. Perbandingan Kadar Fibrinogen antara Jenis Kelamin Laki-laki

dan Perempuan...

4.4. Korelasi Kadar Fibrinogen dengan Profil Lipid Pada Kelompok

Hipertensi dengan Dislipidemia...

4.5. Distribusi Pemakaian obat anti hipertensi pada kelompok

Hipertensi dislipidemia dan hipertensi non dislipidemia...

(8)

DAFTAR GRAFIK

1. Grafik 1.Kurva kalibrasi fibrinogen... 30

2. Grafik 2. Scater diagram hubungan kadar fibrinogen dengan

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Status Pasien……….56

(10)

DAFTAR SINGKATAN

LDL : Low Density Lipoprotein

HDL : High Density Lipoprotein

FFA : Free Fatty acid

NHNES : Health and Nutrition Examination Survey

VLDL : Very Low Density Lipoprotein

HTD : Hipertensi Dislipidemia

HTND : Hipertensi Non Dislipidemia

(11)

RINGKASAN

Fibrinogen merupakan suatu glikoprotein yang sangat penting,

disintesa di hati dan dikumpulkan didalam alfa granul trombosit.

Fibrinogen merupakan protein fase akut dimana dimana kadarnya

akan meningkat sebagai respon terhadap terjadinya infeksi,

peradangan, stress, tindakan bedah, trauma dan nekrosis jaringan

akibat peningkatan kadar fibrinogen ini akan menyebabkan

peningkatan viskositas plasma dan peningkatan agregasi trombosit

serta eritrosit.

Pada beberapa penelitian secara prospektif melaporkan bahwa

terdapat fibrinogen yang tinggi pada penyakit-penyakit kardiovaskular

seperti hipertensi dan dislipidemia dan mereka membuktikan bahwa

peningkatan kadar fibrinogen berhubungan dengan kejadian

hipertensi dan dislipidemia. Hipertensi dalah penyakit multifaktorial

yang timbul akibat adanya interaksi antara factor-faktor resiko tertentu

misalnya terdapat ketidak seimbangan antara modulator vasodilatasi

dan vasokonstriksi.

Endotel pembuluh darah berperan penting, tetapi remodeling

dari endotel, otot polos dan intertisium juga memberikan kontribusi

termasuk ketidak seimbangan metabolisme lipid. Selain itu juga

berperan system otokrin setempat pada sisterm rennin, angiotensin

(12)

Sementara dislipidemia adalah kelainan metabilisme lipid yang

ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam

plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar

kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida dan penurunan kadar

kolesterol HDL. Di Indonesia, prevalensi gangguan profil lipid dalam

plasma cenderung meningkat dari tahun ke tahun sementara itu di

Negara-negara maju hal ini juga merupakan masalah karena 50%

populasinya menunjukkan kelainan transport lipid yang dapat

merupakan factor resiko serius untuk timbulnya komplikasi

kardiovaskular lainnya seperti penyakit jantung koroner.

Hiperfibrinogenemia merupakan suatu keadaan terjadinya

peningkatan kadar fibrinogen didalam darah. Faktor-faktor resiko yang

menyertai adalah umur, jenis kelamin, hiperglikemi, hipertensi,

dislipidemia, obesitas, genetic dan merokok.

Selama periode Maret 2010 sampai Juni 2010 telah dilakukan

suatu penelitian Cross Sectional Study di Departemen Patologi Klinik

dan bekerja sama dengan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK

USU/RSUP.H.Adam Malik Medan. Darah diambil dari vena cubiti

dengan Dysposible Syringe 10 cc yang dibagi atas 3 bagian yaitu : 4

cc darah tanpa antikoagulan untuk mendapatkan serum dilakukan

untuk pemeriksaan fungsi hati, kadar gula darah sewaktu, profil lipid,

fungsi ginjal. 2 cc darah EDTA untuk pemeriksaan darah lengkap dan

3,6 cc darah dengan 0,4 cc antikoagulan Na-Citrat 3,8% untuk

(13)

Dari penelitian ini didapatkan bahwa ada perbedaan yang

bermakna antara kadar Fibrinogen pada kelompok Hipertensi dengan

Dislipidemia (467,00±67,29) dibandingkan dengan kelompok

hipertensi non dislipidemia (331,36±71,74) dengan nilai p<0,05.

Penelitian ini juga melihat hubungan antara kadar fibrinogen

dengan profil lipid, dan didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara

kadar fibrinogen dengan kolesterol total, trigliserida dan HDL tetapi

ternyata terdapat korelasi yang positif antara kadar fibrinogen dengan

LDL dengan nilai p<0,05. Dimana LDL sangat berperan untuk

terjadinya kelainan endotel pembuluh darah dan juga menyebabkan

terjadinya plak yang apabila tidak stabil dapat rupture serta

menyebabkan terjadi aggregasi trombosit yang diperantarai oleh

(14)

RINGKASAN

Fibrinogen merupakan suatu glikoprotein yang sangat penting,

disintesa di hati dan dikumpulkan didalam alfa granul trombosit.

Fibrinogen merupakan protein fase akut dimana dimana kadarnya

akan meningkat sebagai respon terhadap terjadinya infeksi,

peradangan, stress, tindakan bedah, trauma dan nekrosis jaringan

akibat peningkatan kadar fibrinogen ini akan menyebabkan

peningkatan viskositas plasma dan peningkatan agregasi trombosit

serta eritrosit.

Pada beberapa penelitian secara prospektif melaporkan bahwa

terdapat fibrinogen yang tinggi pada penyakit-penyakit kardiovaskular

seperti hipertensi dan dislipidemia dan mereka membuktikan bahwa

peningkatan kadar fibrinogen berhubungan dengan kejadian

hipertensi dan dislipidemia. Hipertensi dalah penyakit multifaktorial

yang timbul akibat adanya interaksi antara factor-faktor resiko tertentu

misalnya terdapat ketidak seimbangan antara modulator vasodilatasi

dan vasokonstriksi.

Endotel pembuluh darah berperan penting, tetapi remodeling

dari endotel, otot polos dan intertisium juga memberikan kontribusi

termasuk ketidak seimbangan metabolisme lipid. Selain itu juga

berperan system otokrin setempat pada sisterm rennin, angiotensin

(15)

Sementara dislipidemia adalah kelainan metabilisme lipid yang

ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam

plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar

kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida dan penurunan kadar

kolesterol HDL. Di Indonesia, prevalensi gangguan profil lipid dalam

plasma cenderung meningkat dari tahun ke tahun sementara itu di

Negara-negara maju hal ini juga merupakan masalah karena 50%

populasinya menunjukkan kelainan transport lipid yang dapat

merupakan factor resiko serius untuk timbulnya komplikasi

kardiovaskular lainnya seperti penyakit jantung koroner.

Hiperfibrinogenemia merupakan suatu keadaan terjadinya

peningkatan kadar fibrinogen didalam darah. Faktor-faktor resiko yang

menyertai adalah umur, jenis kelamin, hiperglikemi, hipertensi,

dislipidemia, obesitas, genetic dan merokok.

Selama periode Maret 2010 sampai Juni 2010 telah dilakukan

suatu penelitian Cross Sectional Study di Departemen Patologi Klinik

dan bekerja sama dengan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK

USU/RSUP.H.Adam Malik Medan. Darah diambil dari vena cubiti

dengan Dysposible Syringe 10 cc yang dibagi atas 3 bagian yaitu : 4

cc darah tanpa antikoagulan untuk mendapatkan serum dilakukan

untuk pemeriksaan fungsi hati, kadar gula darah sewaktu, profil lipid,

fungsi ginjal. 2 cc darah EDTA untuk pemeriksaan darah lengkap dan

3,6 cc darah dengan 0,4 cc antikoagulan Na-Citrat 3,8% untuk

(16)

Dari penelitian ini didapatkan bahwa ada perbedaan yang

bermakna antara kadar Fibrinogen pada kelompok Hipertensi dengan

Dislipidemia (467,00±67,29) dibandingkan dengan kelompok

hipertensi non dislipidemia (331,36±71,74) dengan nilai p<0,05.

Penelitian ini juga melihat hubungan antara kadar fibrinogen

dengan profil lipid, dan didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara

kadar fibrinogen dengan kolesterol total, trigliserida dan HDL tetapi

ternyata terdapat korelasi yang positif antara kadar fibrinogen dengan

LDL dengan nilai p<0,05. Dimana LDL sangat berperan untuk

terjadinya kelainan endotel pembuluh darah dan juga menyebabkan

terjadinya plak yang apabila tidak stabil dapat rupture serta

menyebabkan terjadi aggregasi trombosit yang diperantarai oleh

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Fibrinogen merupakan suatu glikoprotein yang sangat penting,

disintesa dihati dan dikumpulkan didalam alfa granul trombosit. Kadar

fibrinogen dalam plasma 1.5-4.0 g/l, yaitu sekitar 75 % dari fibrinogen

yang beredar. Sekitar 10-25 % didistribusikan ekstravaskular di dalam

cairan intertitial dan getah bening. Kadar minimum yang diperlukan

untuk fungsi hemostasis hanya 0.5 g/l. (1,2 )

Produksi di hati distimulasi oleh sitokin yang diekskresi oleh

makrofag yang aktif atau sel endotel yang rusak dan mekanisme

umpan balik yang berhubungan dengan terbentuknya FDP (Fibrin

Degradasi Product). Fibrinogen merupakan protein fase akut dimana

kadarnya akan meningkat sebagai respon terhadap terjadinya infeksi,

peradangan, stress, tindakan bedah, trauma dan nekrosis jaringan

akibat peningkatan kadar fibrinogen ini akan menyebabkan

peningkatan viskositas plasma dan peningkatan agregasi trombosit

serta eritrosit.

Pada beberapa penelitian secara prospektif melaporkan bahwa

(18)

seperti hipertensi dan dislipidemia mereka membuktikan bahwa

peningkatan kadar fibrinogen berhubungan dengan kejadian hipetensi

dan dislipidemia. Hipertensi adalah penyakit multifaktorial yang timbul

akibat adanya interaksi antara faktor-faktor risiko tertentu misalnya

ketidak seimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi :

endotel pembuluh darah berperan utama, tetapi remodelling dari

endotel , otot polos dan interstisium juga memberikan konstribusi.

Pengaruh sistem otokrin setempat berperan pada sistem renin ,

angitensin dan aldosteron.(2,3,4)

Sementara dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang

ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam

plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar

kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida dan penurunan kadar

kolesterol HDL. Di Indonesia, prevalensi gangguan profil lipid dalam

plasma darah cenderung meningkat dari tahun ke tahun sementara itu

di negara-negara maju hal ini juga merupakan suatu masalah karena

50% populasinya menunjukkan kelainan transport lipid yang

merupakan faktor resiko serius untuk timbulnya komplikasi utama

penyakit jantung. (3,4)

Hiperfibrinogenemia merupakan suatu keadaan terjadi

peningkatan kadar fibrinogen didalam darah. Fakto-faktor resiko yang

menyertai adalah umur, jenis kelamin, hiperglikemia,hipertensi,

dislipidemia, obesitas, genetik dan merokok. Beberapa penelitian

(19)

peningkatan kadar fibrinogen, pada binatang percobaan

memperlihatkan bahwa free fatty acid ( FFA) dapat menIngkatkan

biosintesa dari fibrinogen. Kecepatan sintesa fibrinogen di hati

ditingkatkan oleh glukosa dan FFA, terutama palmitat. Kadar fibrinogen

yang tinggi pada hipertensi dan dislipidemia merupakan faktor resiko

untuk terjadinya penyakit-penyakit kardiovaskular.

Sampai saat ini data tentang pasien –pasien hipertensi berasal

dari negara-negara yang sudah maju. Data dari The National Healt and

Nutrition Examination Survey (NHNES) menunjukkan bahwa dari tahun

1999-2000, insiden hipertensi pada orang dewasa adalah sekitar

29-31%, yang berarti terdapat 58-65 juta orang yang menderita hipertensi di

Amerika dan data dari Framingham Heart Study bahwa individu dengan

normotensi pada usia 55 tahun memiliki kecenderungan sebesar 90%

untuk terjadi hipertensi. Sementara Hipertensi essensial merupakan 95%

dari seluruh kasus hipertensi. (18 )

Taj Muhammad Khan dkk 2005, melakukan penelitian terhadap 70

subjek dengan umur antara 30-60 tahun dengan 35 subjek dengan

normotensi dan 35 subjek dengan hipertensi terdapat peningkatan

kadar fibrinogen yang lebih tinggi pada subjek dengan hipertensi

dibandingkan dengan normotensi. (8)

James J. Stec dkk 2000 melakukan penelitian terhadap 2632

subject pada Framingham Offspring Population yang diukur kadar

fibrinogennya yang terdiri dari 1256 subjek laki - laki dan 175

(20)

perempuan dan 92 diantaranya dengan penyakit kardiovaskular,

terdapat adanya hubungan yang bermakna antara kadar fibrinogen

yang diukur dengan faktor – faktor resiko seperti total cholesterol, HDL

cholesterol, triglyserides dan kadar fibrinogen meningkat pada subjek

dengan penyakit kardiovascular dibandingkan yang tidak menderita

penyakit kardiovaskular. (9)

Shankar A dkk pada tahun 2006 juga melaporkan dari penelitian

yang mereka lakukan secara cohort studi pada 3654 subject selama 2

tahun di Australia mendapatkan kadar fibrinogen juga meningkat pada

hipertensi dibandingkan dengan kontrol dengan normotensi.(10)

Leonardo A sechi dkk, pada tahun 2000 melaporkan dari

penelitian yang mereka lakukan pada 352 partisipan laki-laki dan

perempuan yang diukur kadar fibrinogennya meningkat pada penderita

hipertensi dibandingkan dengan normotensi, pada penelitian ini

didapati bahwa tidak ada pengaruh kadar fibrinogen yang diukur pada

penderita yang di terapi dengan obat – obatan antihipertensi. (11)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapatlah dirumuskan

permasalahannya sebagai berikut:

Bagaimana perbedaan kadar fibrinogen pada penyakit Hipertensi

(21)

1.3 Hipotesa Penelitian

Terdapat perbedaan kadar fibrinogen, pada Hipertensi dengan

Dislipidemia lebih tinggi kadarnya dibandingkan dengan penderita

hipertensi non Dislipidemia.

1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1.Tujuan Umum

Untuk melihat hubungan antara pemeriksaan kadar fibrinogen pada

penyakit Hipertensi dengan Dislipidemia dan Hipertensi non

dislipidemia.

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui besarnya perbedaan kadar fibrinogen pada

Hipertensi dan Dislipidemia.

2. Untuk mengetahui perbedaan kadar fibrinogen antara laki-laki dan

perempuan dengan hipertensi

3. Untuk mengetahui korelasi antara kadar fibrinogen dengan profil

lipid

1.5 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan bahwa peningkatan kadar

(22)

karenanya kadar fibrinogen dapat menggambarkan prediktor dan akibat

dari tingginya kadar fibrinogen pada penyakit hipertensi. Hasil penelitian

ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan kemajuan ilmu

pengetahuan terutama dalam pemahaman patogenesis serta perjalanan

(23)

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Fibrinogen

Pada manusia terdiri dari 3 pasang rantai polipeptida, yaitu

Aα (BM 66.500 D) B ( BM 52.000 D) dan (BM 46.500). Rantai α

mengandung 610 macam asam amino, rantai B mengandung 461 asam

amino dan rantai mengandung 411 asam amino. Ketiga pasang rantai

ini dihubungkan oleh ikatan disulfida untuk membentuk molekul yang

simetris dan terbagi dua. Molekul fibrinogen ini terbagi atas 2 domain D

yang letaknya dibagian ujung dan domain E yang terletak di bagian

tengah atau diantara kedua domain D dari molekul fibrinogen tersebut

yang diikat oleh ikatan disulfida yang berbentuk helik. Fibrinogen juga

merupakan reaktan fase akut yang disintesa di liver dan sintesa rantainya

dikoordinasi oleh ketiga lokasi gen pada kromosom 4 pada bagian Q 28.(

1,2,3,4)

Fibrinogen terutama disintesa dihati dan merupakan suatu

glikoprotein yang larut dalam plasma dengan BM 340.000 kilo dalton.

Fibrinogen terdapat di dalam plasma dan trombosit α granul, dan

merupakan komponen yang sangat penting dalam proses pembekuan.

(24)

memegang peranan penting pada proses trombosis, juga berperan

dalam meningkatkan viskositas darah sehingga memacu proses

terbentuknya plak ateromatous dan selanjutnya trombosis. Terbentuknya

plak ini bersamaan dengan adanya pengendapan kolesterol LDL. Sintesa

fibrinogen dapat meningkat sampai 20 kali bila terjadi inflamasi yang

luas. Sitokin khususnya interleukin – 6 akan merangsang sel hati untuk

menaikkan produksi fibrinogen. Pada reaksi inflamasi fibrinogen

berfungsi sebagai jembatan molekul dalam interaksi sel –sel. Kadar

fibrinogen dapat meningkat 2 sampai 4 kali lipat kadar basal setelah 3 -5

hari, kemudian dapat menurun secara perlahan mencapai kadar basal

setelah resolusi peradangan. Akibat adanya peningkatan kadar

fibrinogen di dalam plasma ini maka viskositas plasma juga akan

meningkat, sehingga meningkatkan agregasi trombosit dan eritrosit.(2,3

4,5,6)

Trombin yang terdapat pada Domain E akan menghasilkan 2

Fibrinopeptida A (Aα 1-16) dan 2 Fibrinopeptida B ( B 1-14) dari molekul

fibrinogen secara proteolitik. Hal ini akan mengakibatkan pelepasan dari

fibrinopeptida yang akan membuka ikatan pada Domain E untuk

melepaskan fibrin monomer, aktivasi semacam ini juga terjadi pada

Domain D yang akan melepaskan monomer yang lain selama proses

polimerase ini terjadi protein-protein lain pada plasma akan terlihat pada

permukaan fibrin monomer tersebut termasuk : sistem fibrinolitik dan

(25)

permukaan dari fibrin monomer ini akan mempengaruhi generasi,

cross-linking dan lisis dari fibrin.(2,3,4,5,7)

2.2. Fungsi Fibrinogen

Fungsi yang paling nyata adalah membentuk bekuan darah pada

proses koagulasi dan meningkatkan viskositas darah. Mekanisme

koagulasi dari jalur intrinsik dan jalur ekstrinsik hasil akhirnya akan

membentuk trombin dari protrombin. Trombin yang terbentuk akan

memecah fibrinogen menjadi fibrin dan setelah fase agregasi trombosit

akan terjadi proses pembekuan darah. Kemudian agar tidak terbentuk

trombus maka fibrin dipecah oleh plasmin menjadi fibrinogen degradation

product (FDP). Aktivasi plasmin dan plasminogen akan dirangsang oleh

aktivator fibrinolisis, diantaranya adalah tissue plasminogen aktivator

(t-PA). FDP akan menghambat polimerasi fibrin dan kerja trombin melalui

mekanisme umpan balik.( 2,3)

2.3. Faktor –Faktor yang mempengaruhi Kadar Plasma Fibrinogen

Hipertensi

Menurut Framingham study dan beberapa penelitian yang dilakukan

dilaporkan bahwa pada penderita hipertensi selalu dijumpai adanya

peningkatan kadar fibrinogen dalam plasma dibandingkan dengan

(26)

hipertensi jika tekanan darah sistole ≥ 140 mmHg dan Tekanan Darah

diastole ≥ 90 mmHg pada seseorang tanpa mengkonsumsi obat anti

hipertensi.(2,3,4,7)

Diabetes Melitus

Pada penderita Diabetes Melitus dilaporkan juga terjadi peningkatan

kadar fibrinogen baik pada laki-laki maupun perempuan dan sudah

banyak dilaporkan. Pada framingham study juga menunjukkan adanya

korelasi yang positif antara kadar fibrinogen plasma dengan kadar gula

darah. Adanya peningkatan kadar fibrinogen ini juga akan meningkatkan

resiko untuk terjadinya komplikasi vaskular pada penderita DM.(4,5,6)

Dislipidemia

Peningkatan kadar kolesterol LDL dan trigliserida yang tinggi diikuti

dengan penurunan kolesterol HDL mengakibatkan terjadinya

peningkatan juga pada fibrinogen, hal ini telah cukup lama diketahui,

tetapi mekanismenya masih belum jelas sampai sekarang ini.(2,5)

Infeksi

Berhubungan dengan salah satu fungsi dari fibrinogen sebagai

protein fase akut dan mempunyai korelasi yang positif dengan marker

infeksi misalnya neutrofil, tetapi mekanismenya masih belum jelas.(2,5,6)

(27)

Variasi – variasi genetik pada gen fibrinogen memiliki pengertian

dalam prognosis pada pasien-pasien dengan gangguan kardiovaskular

Etnis

Dibandingkan dengan etnis lainnya etnis Asia memiliki kadar

fibrinogen yang lebih redah

Variasi Geografis

Di negara- negara yang memiliki empat musim ternyata dilaporkan

bahwa fibrinogen meningkat pada musim dingin

Merokok

Pada salah satu penelitian Framingham dilaporkan terjadi

peningkatan fibrinogen pada prokok dibandingkan yang bukan perokok.

ternyata bertambahnya setiap rokok yang dihisap maka/ hari maka akan

meningkatkan rata – rata plasma fiobrinogen 35 mg/dl. Dan penyakit

kardiovaskular yang merupakan efek dari merokok berperan dalam

peningkatan kadar plasma fibrinogen. (16,18)

Status Hormonal

Terdapat peningkatan kadar fibrinogen pada wanita-wanita

menopause, kehamilan dan pemakaian pil-pil kontrasepsi. Beberapa

penelitian pernah melaporkan bahwa penggunaan pil kontrasepsi dapat

(28)

plasma fibrinogen. Peningkatan fibrinogen dan kolesterol pada wanita

menopause akan meningkatkan resiko dan kematian penyakit jantung

iskemik dibandingkan dengan wanita premenopause. Secara

keseluruhan bukti dari pengaruh menopause pada plasma fibrinogen

sampai saat ini tidak begitu jelas. (2,3)

Usia

Secara umum peningkatan kadar plasma fibrinogen meningkat pada

usia tua kemungkinan disebabkan oleh sangat lambatnya rata-rata

pengeluaran dari fibrinogen sedangkan produksinya meningkat. (2,3,5,6)

Latihan Fisik

Pada individu yang sehat dan sakit yang melakukan latihan fisik

selama lebih dari 4 minggu dapat menurunkan kadar plasma fibrinogen

dan mencegah terjadinya resiko penyakit kardiovaskular. Pada pasien

dengan hipertensi yang dilakukan latihan fisik selama 12 minggu akan

menghasilkan penurunan kadar fibrinogen. (2,3)

Obat-obatan yang dapat menurunkan kadar fibrinogen

Beberapa penelitian melaporkan pengobatan terhadap

dislipidemia dapat menurunkan kadar fibrinogen disamping menurunkan

kadar lipid didalam darah sebanyak 17 – 45%. Pengobatan anti agregasi

trombosit seperti tiklopidin dapat menurunkan kadar fibrinogen plasma

(29)

hingga 24 jam paska terapi trombolitik. Diet tinggi Omega 3 dan Omega 6

dapat menurunkan kadar fibrinogen, sementara pemakaian obat-obatan

seperti steroid, androgen, phenobarbital, streptokinase, urobinase dan

vaproic acid serta pemakaian estrogen dapat meningkatkan kadar

fibrinogen.(11,28)

2.4. HIPERTENSI

Hipertensi merupakan penyakit yang hampir mengenai 1 milyar

penduduk dunia dan menjadi suatu masalah tersendiri yang harus

dihadapi. Di Amerika Serikat, meskipun kewaspadaan terhadap

hipertensi telah mencapai 79%, akan tetapi tekanan darah yang telah

terkontrol baru mencapai 34%. Hipertensi merupakan faktor risiko yang

amat besar dalam menimbulkan berbagai penyakit jantung koroner

(PJK), gagal jantung, stroke dan gagal ginjal pada usia dewasa muda

maupun usia lanjut. Diketahui faktor genetik ternyata berperan sangat

besar dalam terjadinya hipertensi yaitu 40-50% sedangkan faktor

lingkungan 10-30%. ( 18,19,20)

Batasan hipertensi yang ditentukan oleh World Health Organization

(WHO) pada tahun 1999 adalah 160/95 mmHg, yang kemudian

diperketat menjadi 140/90 mmHg pada tahun 2003. Hal itu karena masih

banyak risiko terjadinya stroke, PJK dan gagal jantung. Kriteria hipertensi

tersebut sesuai dengan yang dikeluarkan oleh Joint National Commite on

Prevention, Detection, Evaluation and Treatment on High Blood Pressure

(30)

Menurut Prospective Studies Collaborative yang melakukan meta

analisis pada 61 penelitian menunjukkan pengaruh usia dan tekanan

darah terhadap peningkatan mortalitas akibat stroke dan penyakit jantung

sistemik. Data dari Framingham Study memperlihatkan peningkatan

resiko penyakit kardiovaskular pada kelompok tekanan darah tinggi

menurut klasifikasi Joint National Commite. ( 18,19,20,25 )

2.5. Patofisiologi Hipertensi

Tekanan darah berfungsi mendorong darah melalui sistem

pembuluh untuk memenuhi kebutuhan perfusi organ. Pengaturan

tekanan darah dilakukan oleh suatu fungsi fisiologi kompleks yang

melibatkan integrasi sistem kardiovaskular, ginjal, syaraf dan endkorin.

Gangguan terhadap pengaturan rerata tekanan darah akan

mengakibatkan hipertensi. Patofisiologi hipertensi mempelajari

mekanisme regulasi tekanan darah normal dan mencari bukti gangguan

yang menyebabkan hipertensi atau mendahului terjadinya peningkatan

tekanan darah. Studi patofisiologik telah berhasil menguraikan berbagai

faktor penyebab yang mendasari perbedaan antara normotensi dan

hipertensi, akan tetapi gagal menelusuri akar penyebab hipertensi. (

12,18,20)

Secara klinis peningkatan tekanan darah yang kronik dapat

menyebabkan kerusakan jantung, pembuluh darah dan ginjal, akan tetapi

pada stadium awal tidak menimbulkan gangguan fungsi. Batas tingkat

(31)

diketahui. Gangguan kardiovaskular muncul sebagai mekanisme

kompensasi akibat peningkatan tekanan darah yang menyebabkan

kerusakan pembuluh darah dan hipertrofi ventrikel kiri atau pengaruh

akibat kerusakan pembuluh darah misalnya aterosklerosis atau

nefroasklerosis. ( 18,20,23 )

Mekanisme hipertensi jarang disebabkan faktor tunggal tetapi

merupakan bagian dan interaksi dari berbagai faktor. Faktor genetik dan

faktor lingkungan berperan dalam mekanisme terjadinya

hipertensi.Terjadinya hipertensi dipengaruhi oleh ekspresi gen mayor

individu yang berpengaruh terhadap tekanan darah. Faktor lain yang

berperan dalam peningkatan tekanan darah misalnya obesitas, resistensi

insulin, asupan alkohol atau garam yang tinggi, stres dan asupan kalium

atau kalsium rendah. Dalam klinik selain patofisiologi penting dipahami

patogenesis hipertensi yang mempelajari proses terjadinya dan faktor

penyebab yang dikaitkan dengan hipertensi. Dalam menjalankan

fungsinya tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung (Cardiac

Output) dan resistensi vaskular perifer ( Peripheral vascular resistence).

Tekanan darah digambarkan sebagai hasil perkalian antara curah

jantung dan resistensi vaskular perifer. ( 18,19,23, 25)

Setiap perubahan pada curah jantung atau resistensi vaskular

perifer akan mempengaruhi tekanan darah. Perubahan tekanan pre-load

dan kontraktilitas akan berpengaruh pada curah jantung sedangkan

resistensi vaskular perifer dipengaruhi oleh vasokonstriksi fungsional dan

(32)

faktor stres, perubahan genetik dapat menganggu keseimbangan curah

jantung dan resistensi vaskular perifer dan berpengaruh terhadap

tekanan darah. Faktor yang berasal dari endothelium dan renin

angiotensin aldosteron berpengaruh terhadap patogenesis hipertensi. (18 )

2.6. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi hipetensi dibedakan bedasarkan faktor penyebab dan

klasifikasi klinik. Klasifikasi klinik lebih menekankan derajat tingginya

tekanan darah dan kaitannya dengan prevensi, deteksi, evaluasi maupun

pengobatan. Hipertensi dibedakan atas dua jenis yaitu Hipertensi primer

atau hipertensi esensial adalah hipertensi yang tidak diketahui

penyebabnya. Hipertensi primer meliputi lebih dari 90% kasus sedangkan

selebihnya hipertensi yang penyebabnya dapat diidentifikasi atau disebut

hipertensi sekunder. Klasifikasi hipertensi menurut laporan terbaru dari

Joint National Commite (JNC) VII merupakan pedoman pengobatan

hipertensi yang tergolong baru. Klasifikasi ini berlaku bagi individu

dewasa usia 18 tahun atau lebih berdasarkan rerata pengukuran tekanan

darah minimal dua kali pada posisi duduk dan dalam dua kunjungan yang

(33)

Hipertensi std II ≥ 160 ≥ 100

Pre hipertensi walaupun tidak dikatagorikan penyakit tetapi mempunyai

resiko tinggi untuk menjadi hipertensi. Hal ini penting bagi individu dan

dokter yang bersangkutan untuk berupaya mencegah terjadinya

hipertensi. ( 18,19 )

2.7. Dislipidemia

Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai

dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma.

Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah peningkatan kadar

kolesterol total, kolesterol LDL terutama jenis LDL kecil padat (small

dense LDL), trigliserida serta penurunan kadar kolesterol HDL.

Dislipidemia berkaitan dengan sindroma metabolik dan merupakan faktor

resiko penyakit kardiovaskular. ( 21,22,24 )

2.8. Fisiologi Lipid

Lipid diangkut dalam plasma sebagai komponen dari lipoprotein

kompleks. Lipoprotein adalah partikel kompleks yang berbentuk spherical

yang terbuat dari ratusan molekul lipid dan protein. Protein yang dikenal

dengan sebutan apolipoprotein menempati permukaan lipoprotein. Ada

beberapa jenis lipoprotein berdasarkan densitas, komposisi, ukuran dan

(34)

1. Kilomikron : merupakan lipoprotein yang mengangkut trigliserida

yang berasal dari makanan serta akan menuju kedalam plasma

melalui pembuluh limfe.

2. VLDL (Very Low Density Lipoprotein) : Lipoprotein yang

mengangkut sintesis kolesterol dan trigliserida endogen.

3. LDL ( Low Density Lipoprotein) : Lipoprotein yang mengangkut

kolesterol pada sel hepar dan jaringan perifer, sehingga kolesterol

dapat digunakan untuk kepentingan sel-sel tersebut.

4. HDL : Lipoprotein yang mengangkut kolesterol dari jaringan perifer

kembali ke hepar.(31)

Terdapat 3 jalur utama yang bertanggung jawab dalam pembentukan dan

pengangkutan lipid dalam tubuh.

1. Jalur Eksogen

Lipid yang berasal dari makanan mengalami proses pencernaan dan

penyerapan, kemudian diangkut dalam bentuk kilomikron dalam

sel-sel epitel usus halus. Kilomikron masuk ke dalam darah melalui

pembuluh limfa usus. Didalam pembuluh darah, trigiserida dalam

kilomikron akan mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase

(LPL) yang berasal dari endothel menjadi asam lemak bebas. Asam

lemak bebas dapat disimpan sebagai trigliserid kembali di jaringan

lemak (adiposa), tetapi bila terdapat dalam jumlah yang banyak

sebagian akan diambil oleh hati menjadi bahan untuk pembentukan

(35)

trigliserid akan menjadi kilomikron remnant yang mengandung

kolesterol ester dan akan dibawa ke hepar. ( 22,24 )

2. Jalur Endogen

Trigliserid dan kolesterol yang disintesis di hepar akan diekskresikan

ke dalam sirkulasi sebagai VLDL. Dalam sirkulasi, VLDL akan

mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase ( LPL) menjadi

asam lemak dan gliserol, kemudian VLDL menjadi IDL ( Intermediate

Density Lipoprotein), suatu lipoprotein yang lebih kecil dan lebih

padat. Sebagian dari IDL akan kembali ke hepar ditangkap oleh

reseptor LDL, partikel IDL yang lainnya dihidrolisis menjadi LDL.

Sebagian dari kolesterol di LDL akan dibawa ke hepar dan jaringan

steroidogenik lainnya seperti kelenjar adrenal, testis, dan ovarium

yang mempunyai reseptor LDL juga. LDL merupakan pembawa

utama kolesterol dalam sirkulasi tubuh.

3. Jalur Reverse Cholesterol Transport

Suatu proses yang membawa kolesterol dari jaringan kembali ke

hepar. HDL merupakan lipoprotein yang berperan pada jalur ini. ( 22,24,)

2.9. Tipe Dislipidemia

1. Dislipidemia primer

Gangguan ini menyebabkan produksi lipoprotein berlebihan atau

(36)

hiperkolesterol familial, hipertrigliseridemia familial, hiperlipidemia

kombinasi familial.

Karakteristik dari Hiperkolesterol familial adalah:

a. Peningkatan selektif kadar LDL plasma

b. Deposisi LDL dalam tendon (xantoma) dan arteri (aterom)

c. Diturunkan secara autosomal dominan

2. Dislipidemia Sekunder : berhubungan dengan kondisi tertentu.

Penyebab Dislipidemia Sekunder

1. Hiperkolesterolnemia

Hipotiroidisme, penyakit hepar obstruksi, sindrom nefrotik, anorexia

nervosa, porfiria intermitten akut, obat-obatan: progesteron,

siklosporin, thiazide, beta bloker, isotretionin.

2. Hipertrigiseridemia

Obesitas, diabetes melitus, kehamilan, gagal ginjal kronik, lipodistropi,

glikogen storage disease, alkohol, stress, hepatitus akut, SLE,

monoklonal gammapati, obat-obatan: beta bloker, glukokortikoid,

resin, thiazid.

3. HDL rendah

Diabetes Melitus tipe 2, rhematoid artritis, malnutrisi, obesitas,

merokok, beta bloker, progesteron. ( 14,15,16,17,18,22,24)

3.0. Kadar Fibrinogen pada Dislipidemia

(37)

peerubahan pada kadar fibrinogen. Halle mengatakan bahwa kadar

fibrinogen meningkat pada pasien dengan peninggian kadar

trigliserida dan kolesterol LDL. Demikian juga halnya pada penderita

dengan kadar kolesterol HDL yang menurun, dengan batas ambang

kadar fibrinogen > 2,90 g/dl. Hubungan antara kedua hal ini telah

lama diketahui, dan hampir selama 30 tahun terus dicari bagaimana

mekanisme sebenarnya yang terjadi. Penelitian secara in vitro dan

pada binatang percobaan memperlihatkan bahwa free fatty acid (

FFA) menekan kontrol biosintesa fibrinogen. Kecepatan sintesa

fibrinogen di hati ditingkatkan oleh glukosa dan FFA, terutama oleh

palmitat. Hipotesa lain mengatakan bahwa partikel LDL kolesterol

disintesa dan disekresi secara langsung oleh hati. Pada

hiperfibrinogenemia dimana dijumpai peningkatan FFA dan trigliserida

mungkin menyebabkan stimulasi baik fibrinogen dan apolipoprotein

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara studi cross sectional (potong lintang)

bentuk observasi (non eksperimental). Pengukuran variabel dilakukan

hanya satu kali.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan mulai bulan Maret di Departemen Patologi Klinik

RSUP H. Adam Malik Medan bekerja sama dengan Divisi Nefrologi dan

Hipertensi Departemen Penyakit Dalam FK-USU RSUP H. Adam Malik

Medan.

3.3. Populasi Penelitian dan Subyek Penelitian

Kelompok kasus adalah Semua penderita hipertensi yang datang ke

poliklinik Penyakit Dalam di RSUP H.Adam Malik yang di diagnosa

dengan hipertensi dengan dislipidemia dan sebagai kelompok

(39)

peserta yang ikut dalam penelitian ini diberikan informed-consent dan

telah mendapat penjelasan tentang prosedur penelitian dan kemungkinan

efek yang kurang menyenangkan yang mungkin timbul meskipun kecil.

3.3.1. Kriteria Inklusi

1. Bersedia ikut dalam penelitian

2. Penderita hipertensi yang ditegakkan berdasarkan ketetapan JNC

VII 2003 ( The Seventh Report of the Joint National Commite on

Detection, Evaluation dan Treatment of high Blood Pressure) yaitu

: bila terdapat tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau

tekanan diastolik ≥ 90 mmHg.

3. Penderita hipertensi dengan hiperkolesterolnemia

4. Penderita hipertensi dengan umur ≥ 18 tahun

3.3.2. Kriteria Ekslusi

Penderita akan dikeluarkan dari penelitian jika:

1. Tidak mau ikut serta dalam penelitian ini

2. Penderita-penderita yang secara klinis terbukti adanya penyakit

inflamasi

3. Penderita hipertensi dengan keganasan

4. Kehamilan

5. Penyakit ginjal

(40)

7. Penyakit hati

8. Penderita yang sedang mengkonsumsi pemakaian kontrasepsi

oral

3.4. Batasan dan Definisi Operasional

a. Hipertensi

Yang dimaksud dengan penderita hipertensi adalah penderita

dengan riwayat hipertensi atau pada pemeriksaan fisik ditemukan

adanya hipertensi. Kriteria hipertensi sesuai dengan ketetapan

JNC VII 2003 ( The Seventh Report of The Joint National Commite

on Detection, Evaluation dan Treatment of High Blood Pressure)

yaitu: bila terdapat tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau

tekanan diastolik ≥ 90 mmHg.(32)

b. Dislipidemia

Dislipidemia ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan profil lipid

penderita dengan merujuk pada klasifikasi menurut NCEP AT III (

National Cholesterol Education Program Adul Panel III, 2001 yaitu

bila dijumpai salah satu dari kadar kolesterol total ≥200mg/dl,

trigliserida≥ 200mg/dl, LDL > 130 mg/dl, HDL ≤ mg / dl (pria) dan

HDL≤ 45 mg / dl (perempuan). (33)

(41)

Disebut DM bila terdapat riwayat memakan obat antidiabetik,

injeksi insulin atau pada pemeriksaan didapatkan KGD puasa

≥126 mg / dl, KGD 2 jam PP ≥ 200 mg/dl dan atau KGD sewaktu

≥ 200 mg/dl.

d. Obesitas

Ditentukan berdasarkan IMT (Indeks Masa Tubuh), digunakan

untuk membuat penggolongan apakah seseorang tersebut obesitas,

overweight, ataukah normal.Untuk orang Asia, disebut obesitas bila

IMT > 25 kg/m2 , overweight bila IMT 23-24,9 kg/m2 dan normal bila

IMT 18,5-22,9 kg/m2 , berat badan kurang ( underweight) bila IMT <

18,5 kg/m2 .(30,34)

3.5. Perkiraan Besar Sampel

Sampel dipilih secara consecutive sampling dengan perkiraan

besar sampel minimum dan subjek yang diteliti dipakai rumus uji

Hipotesa berpasangan

N =

2 (Zα + Z β) Sd

(42)

(1,96 + 1,036).1,05 0,55 2

= 33

Dimana : Zα = 1,96 α = 0,05

Z = 1,036 = 0,15

Dimana :

Zα = Nilai batas normal dari tabel Z yang besar nya tergantung pada nilai

α yang ditentukan. Untuk α = 0,05 dan Zα = 1,96.

Z = Nilai batas normal dari tabel Z yang besar nya tergantung pada

nilai yang ditentukan. Untuk = 0,15 dan Z = 1,036

Sd = Standar deviasi Fibrinogen adalah 1,05

D = Presisi rerata yang dianggap bermakna

Besar sampel minimal untuk masing – masing kelompok adalah 33

orang.

3.6. Pengambilan Sampel

Pengambilan sampling berdasarkan consecutive sampling, dimana

pengambilannya dalam rentang waktu 3 bulan yaitu bulan maret 2010

sampai dengan bulan Mei 2010, dimana apabila pada rentang waktu

tersebut sampel telah mencukupi kriteria sampel minimal maka penelitian

akan dihentikan.

(43)

Untuk menjelaskan variabel karakteristik antara kedua kelompok

disajikan dalam bentuk tabulasi dan dideskripsikan.

Untuk melihat perbedaan kadar fibrinogen pada pasien Hipertensi

dengan Dislipidemia dan Hipertensi tanpa Dislipidemia dilakukan uji T

Independent jika data kedua kelompok berdistribusi normal, jika

sebaliknya digunakan Mann-Whitney dan dikatakan bermakna apabila p

< 0,05. Sementara untuk melihat hubungan kadar fibrinogen dengan

kadar trigliserida, kolesterol total,HDL dan LDL digunakan uji korelasi

Pearson. Dimana kriteria dari korelasi ini sendiri meliputi :

1. Jika angka koefisien korelasi menunjukkan 0, maka kedua

variabel tidak mempunyai hubungan

2. Jika angka koefisien korelasi mendekati 1, maka kedua

variabel mempunyai hubungan yang semakin kuat

3. Jika angka koefisien korelasi mendekati 0, maka kedua

variabel mempunyaim hubungan semakin lemah

4. Jika angka koefiien korelasi sama dengan 1, maka kedua

variabel mempunyai hubungan linier sempurna positif

5. Jika angka koefisien korelasi sama dengan -1, maka kedua

variabel mempunyai hubungan linier sempurna negatif

3.8. Ethical clearance dan Inform Consent

Ethical clearance diperoleh dari komite Penelitian Bidang Kesehatan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan. Inform consent

(44)

ikut dalam penelitian setelah mendapat penjelasan mengenai maksud

dan tujuan dari penelitian ini.

3.9. Bahan dan Cara Kerja

3.9.1. Persiapan dan Pengambilan Sampel

Pengambilan Sampel

Sampel darah diperoleh melalui vena punksi pada vena mediana cubiti

menggunakan aseptik dengan alkohol 70% dan dibiarkan kering.

Pengambilan darah dilakukan dengan menggunakan disposible syringe

sebanyak 10 cc yang dibagi atas 3 bagian yaitu:

a. 4 cc darah tanpa antikoagulan untuk mendapatkan serum

dilakukan untuk pemeriksaan fungsi hati, kadar gula darah

sewaktu, profil lipid, fungsi ginjal.

b. 3,6 cc darah dengan 0,4 cc antikoagulan Na-citrat 3,8%

untuk mendapatkan plasma dilakukan untuk pemeriksaan

kadar fibrinogen.

c. 2 cc darah Ehylene Diamine Tetra Acetate ( EDTA)

(45)

KERANGKA KERJA

Populasi pasien hipertensi

Anamnesa, TD, BB,IMT

Kriteria Inklusi

Kriteria Eklusi

Pengambilan sampel darah 1x

(46)

3.9.3. Pemeriksaan Kadar Fibrinogen

Darah citrat dengan perbandingan 9: 1 segera disentrifuge selama 15

menit, dengan kecepatan 2000 g kemudian plasma dipindahkan secara

hati-hati kedalam tabung plastik tertutup. Spesimen tersebut disimpan

dalam tabung plastik pada temperatur -30C selama dua minggu dan

kemudian setelah sampel terkumpul sampel lalu dikeluarkan segera

pada temperatur ruangan kemudian dilakukan pemeriksaan fibrinogen.

Sementara menurut Laboratory Procedure Manual yang dikeluarkan oleh

universitas Washington Medical Centre plasma dapat disimpan selama 9

bulan pada suhu -700 C.(40)

Pemeriksaan dilakukan berdasarkan metode Clauss dengan alat

CoaLab 6000

Metode: Clauss

Prinsip : Turbodensitometric

Didasarkan pada kecepatan terbentuknya bekuan dari plasma citrat yang

diencerkan setelah penambahan trombin. Waktu yang dibutuhkan untuk

terbentuknya bekuan setelah penambahan trombin ke dalam plasma

yang diencerkan sebanding kadar fibrinogen dalam plasma.(17)

Bahan : Plasma citrat

Reagensia

Fibroquant yang terdiri dari :

- Thrombin reagen

- Owren’s veronal buffer ( pH7,4

(47)

Alat : CoaLAB 6000

3.9.4 Prosedur Kalibrasi dan Pemeriksaan Fibrinogen Prosedur Kalibrasi

Pembuatan kurva kalibrasi ini dilakukan secara otomatis dengan alat

CoaLaB 6000. Prosedur dalam pembuatan kurva kalibrasi :

1. Thrombin dicampur dengan 500 µl suspensi kaolin dan 500 µl air

suling, tunggu 5 menit, jangan dikocok tetapi goyangkan

perlahan-lahan sampai homogen biarkan selama 10 menit

2. Kalibrator fibrinogen dicampur dengan 1 cc air suling, tunggu 5 menit,

jangan dikocok tetapi goyangkan perlahan-lahan sampai homogen

dan biarkan selama 10 menit

Tabung no. I II III

Owren’s buffer - 450 µl 700 µl

Fibrinogen kalibrator 600 µl 150 µl 100 µl

Larutan (kalibrator) - 1 : 4 1 : 8

Konsentrasi

fibrinogen ( C)

4 x C 2 x C C

3. Masukkan menu rutin

4. Masukkan larutan kalibrator ke dalam cup sampel

5. Program alat untuk test kalibrasi

6. Masukkan larutan thrombin dan washing solution

(48)

Gambar 1. Kurva Kalibrasi fibrinogen

0 200 400 600 800 1000 1200

25.4 12.8 8.1

Tim e (sec)

Mg

/d

l

Pemeriksaan Fibrinogen

1. Larutkan sampel plasma dengan owrens buffer 1: 8

2. Masukkan sejumlah reagent Fibroquant thrombin dan washing

solution.

8. Program alat untuk mengukur kadar fibrinogen plasma

Interpretasi Hasil :

6. Konsentrasi fibrinogen didalam 1 : 8 larutan plasma

menggambarkan 100% konsentrasi fibrinogen dari sampel

7. Sampel dengan hasil Fibrinogen mean error ( FME) harus

dilakukan pemeriksaan ulang.

8. Sampel dengan NCF ( no clotting found ) harus diulang

(49)

9. Sampel dengan Konsentrasi fibrinogen < 80 mg/dl harus

diulang dengan 1 : 4 larutan plasma, dan hasilnya dibagi

dua

10. Sampel dengan konsentrasi > 600 mg/dl harus diulang

dengan membuat larutan plasma 1 : 12 , dan hasilnya

dikalikan dua

11. Nilai target yang diharapkan adalah 150 – 400 mg/dl

3.9.5. Pemeriksaan Faal Hati

Pemeriksaan yang dilakukan : SGOT, SGPT, Alkali

Phosphatase dengan metoda International federation of Clinical

Chemistry (IFFC) (UV test). Bilirubin Total, Bilirubin Direct dengan

metoda Jendrassik- Grof ( kolorimetri) menggunakan alat Cobass

6000 C 501

3.9.6. Pemeriksaan Fungsi Ginjal

Pemeriksaan yang dilakukan adalah : Penilaian Creatinin

clearance untuk menentukan fungsi ginjal dipakai rumus Cockroft and

Gault. (29,15)

KrCl = Berat badan x (140 – umur )

Kadar creatinin serum x 72

(50)

3.9.7. Pemeriksaan Kadar Gula Darah Sewaktu

Pemeriksaan ini dilakukan dengan metoda enzimatiK

berdasarkan reaksi hexokinase (UV test) dengan alat Automatic Cobass

6000 C 501. Sampel yang digunakan adalah serum.

3.9.8. Pemeriksaan Lipid Profile

Pemeriksaan ini dilakukan dengan metoda enzimatik kolorimetrik

dengan Automatic Cobass 6000 C 501. Bahan sampel adalah serum.

Prinsip pemeriksaan masing-masing sebagai berikut :

1. Kolesterol total adalah dengan tes enzimatik kolorimetrik

CHOD-PAP ( cholesterol Oxidase-Phenazone anti

Peroxidase).

2. Trigliserida dengan tes enzimatikkolorimetrik GPO-PAP

(Glycerol Phosphat Oxidase – Phenazone Anti Peroxidase).

3. HDL dengan tes enzimatik kolorimetrik.

4. LDL didapatkan dengan tes enzimatik kolorimetri

Pemeriksaan Darah lengkap

Dengan alat automatic cell counting Sysmex XT 1800i.

(51)

Kontrol Kualitas

Pemantapan kualitas dilakukan untuk menjamin ketepatan

hasil pemeriksaan dalam batas yang dapat dipercaya (valid). Sebelum

dilakukan pemeriksaan harus dilakukan kalibrasi terhadap alat-alat yang

digunakan, agar penentuan konsentrasi zat yang belum diketahui

seakurat mungkin tidak bergantung dari lot reagen, kondisi reagen dan

kondisi analyzer.

Pemantapan kualitas untuk pemeriksaan plasma fibrinogen dilakukan dengan menggunakan plasmatrol di mana hasil pemeriksaan

tersebut harus terletak dalam nilai batas yang dapat diterima dengan nilai

target 150 – 400 mg/dl (kurva kalibrasi). Setelah didapatkan hasil,

pemeriksaan selanjutnya dilakukan pemeriksaan plasma fibrinogen

sampel penderita.

Tabel 3. Pemeriksaan kadar Fibrinogen pada kedua kelompok

Tanggal N Hipertensi Dislipidemia

Hipertensi non Dislipidemia

2-5-2010 44 22 23

(52)

3.10. Kerangka Konsepsional

Fibrinogen Meningkat pd Hipertensi dan

Dislipidemia

- Lipid Profile - Fungsi Hati - Fungsi Ginjal - KGD sewaktu - DL

- IMT Hipertensi

std I ( JNC 7)

Kriteria Eksklusi Kriteria

Inklusi

Non Dislipidemia Dislipidemia

(53)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Secara keseluruhan didapatkan 74 penderita yang diteliti terdiri

dari 38 perempuan dan 36 laki-laki dan sebanyak 8 orang dikeluarkan

dari penelitian ini karena 3 orang dengan hipertensi dengan penyakit

ginjal kronik,3 orang dengan gangguan fungsi hati, 1 orang hipertensi

dengan leukemia kronik dan 1 orang dengan karsinoma mammae.

Jumlah penderita yang diikutkan dalam perhitungan statistik 33 orang

dengan hipertensi dislipidemia dan 33 orang non dislipidemia. Dalam

penelitian ini penderita terdiri dari 14 (42,4%) laki-laki dan 19 (57,6%)

perempuan dengan umur rerata untuk Hipertensi dengan dislipidemia

55,30±11,78 dan non dislipidemia terdiri dari laki-laki 14(42,4%) dan

(54)

Tabel 1.Distribusi umur dan karakteristik pada hipertensi dislipidemia dan non dislipidemia

No Variabel

(55)

tinggi dibandingkan laki-laki 14 orang (42,4%). Dalam hal ini jenis

kelamin tidak dijumpai perbedaan bermakna antara laki-laki dan

perempuan pada kelompok hipertensi dengan dislipidemia dengan

non dislipidemia (p>0,05).

Berdasarkan kelompok umur, pada kedua kelompok terbanyak

pada rentang usia 41 sampai 60 tahun 15(45,5%), tidak dijumpai

perbedaan bermakna antara umur 41 sampai dengan 60 tahun pada

kelompok hipertensi dengan dislipidemia dan non dislipidemia.

Pada pengukuran tekanan darah sistolik dan diastolik didapati

rerata tekanan daran sistolik pada kelompok hipertensi dengan

dislipidemia adalah 154,85±13,02 dan pada kelompok non dislipidemia

adalah 159,09±14,66. Tidak dijumpai perbedaan bermakna antara

tekanan darah sistolik pada kelompok hipertensi dengan dislipidemia

dan non dislipidemia (p > 0,05), sedangkan pada pengukuran tekanan

darah diastolik pada kelompok hipertensi dengan dislipidemia didapati

rerata tekanan darah 97,58±7,51 dan kelompok non dislipidemia

didapati rerata tekanan darah 94,24±7,91. Dalam hal ini tidak dijumpai

dijumpai perbedaan bermakna antara tekanan darah diastolik pada

kelompok hipertensi dialipidemia dan non dislipidemia ( p > 0,05)

Gambaran Indek Masa tubuh pada kedua kelompok didapati

rerata 25,48±3,36 pada kelompok hipertensi dengan dislipidemia dan

rerata 25,23±3,76 pada kelompok non dislipidemia dalam hal ini tidak

(56)

kelompok hipertensi dengan dislipidemia dan non dislipidemia ( p >

0,05).

Pada pemeriksaan kolesterol total didapat rerata 262,70±73,77

pada kelompok hipertensi dengan dislipidemia dan didapati rerata

kadar kolesterol total 157,91±25,67 pada kelompok non dislipidemia.

Dijumpai perbedaan bermakna antara kadar kolesterol total pada

kelompok hipertensi dengan dislipidemia dan kelompok non

dislipidemia ( p < 0,05), sementara pada pemeriksaan kadar

trigliserida yang dilakukan pada kedua kelompok didapat rerata kadar

trigliserida dalam darah adalah 176,21±79,99 untuk kelompok

hipertensi dengan dislipidemia dan rerata 102,64±24,71 untuk

kelompok non dislipidemia. Dalam hal ini dijumpai adanya perbedaan

yang bermakna antara kadar trigliserida pada kelompok hipertensi

dengan dislipidemia dan non dislipidemia ( p <0,05)

Pada pemeriksaan HDL didapat rerata 67,85±25,83 pada

kelompok hipertensi dengan dislipidemia dan rerata 78,52±32,03 untuk

non dislipidemia dan tidak dijumpai perbedaan bermakna antara HDL

pada hipertensi dislipidemia dan non dislipidemia ( p > 0,05)

sementara pada pemeriksaan LDL pada kedua kelompok didapati

rerata kadar LDL pada kelompok hipertensi dislipidemia adalah

176,39±70,99 dan rerata LDL pada kelompok non dislipidemia adalah

107,21±23,04. Dijumpai perbedaan bermakna kadar LDL pada kedua

(57)

Tabel 2. Perbandingan Kadar Fibrinogen Pada Penderita dengan Hipertensi Dislipidemia dan non Dislipidemia

Diagnosa N Fibrinogen

(Mean±SD)

P

Hipertensi Dislipidemia 33 467,00±67,29

Hipertensi non

Dislipidemia

33 331,36±71,74 P<0,05

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa pada kelompok Hipertensi dengan

dislipidemia rerata kadar fibrinogen adalah 467,00±67,29 mg/dl, lebih

tinggi dibandingkan pada kelompok non dislipidemia dengan rerata

331,36±71,74 mg/dl dan secara statistik perbedaan ini berbeda

signifikan, dengan nilai p<0,05.

Tabel 3. Perbandingan kadar Fibrinogen antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan.

Jenis kelamin N Hipertensi dislipidemia

Laki-Laki 33 478,00±58,61 458,00±45,01 Perempuan 33 458,90±73,53 455.34±35,55

(58)

Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa ternyata pada laki-laki kadar fibrinogen

lebih tinggi dengan rerata 478,00±58,61 pada kelompok hipertensi

dengan dislipidemia dibandingkan dengan kadar fibrinogen pada

kelompok perempuan dengan rerata 458,90±73,53 dan tidak dijumpai

perbedaan yang bermakna antara kadar fibrinogen laki-laki dan

perempuan dengan nilai p>0,05

Tabel 4. Korelasi kadar Fibrinogen dengan Profil Lipid pada kelompok hipertensi dislipidemia

Profil Lipid HTD

(r)

P

HTND

(r)

P

Kolesterol Total 0,227 p>0,05 0,294 p>0,05

Trigliserida 0,121 p>0,05 -0,180 p>0,05

HDL 0,33 p>0,05 -0,257 p>0,05

LDL 0,377 P<0,05 0,033 p>0,05

Htd: hipertensi dislipidemia HTND: hipertensi non dislipidemia

Pada tabel 4 yaitu pada kelompok Dislipidemia dijumpai hubungan

bermakna yang berbanding lurus antara kadar fibrinogen dengan LDL

(p<0,05), tidak dijumpai hubungan yang bermakna antara fibrinogen

dengan kadar trigliserida, kadar LDL kolesterol, kadar HDL kolesterol

(59)

Grafik : Scater diagram hubungan kadar fibrinogen dengan LDL

Tabel 5. Distribusi pemakaian obat anti hipertensi pada kelompok hipertensi dislipidemia dan non dislipidemia

No Golongan obat Anti

Hipertensi

(60)

Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa dari kedua kelompok yang diterapi

dengan obat anti hipertensi pada kelompok dengan hipertensi dengan

dislipidemia terdapat 8( 24,2%) yang diterapi dengan golongan ACEI,

4(12,1%) golongan ARB, BB 3(9,1%), CCB 10(30,3%), dan terdapat

2(6,1%) yang diterapi dengan kombinasi ACEI+Diuretik 2(6,1%),

ARBS+Diuretik 2(6,1%), BBS+Diuretik 2 (6,1%), ACEI+CCB 2(6,1%).

Dalam hal ini terlihat bahwa pada kelompok hipertensi dengan

dislipidemia pemakaian obat anti hipertensi yang terbanyak adalah

golongan CCB sebesar 10(30,3%) dan pemakaian golongan obat anti

hipertensi yang paling sedikit adalah kombinasi golongan obat anti

hipertensi ACEI+Diuretik, ARBS+Diuretik , BBS+Diuretik,ACEI+CCB

masing-masing sebesar 2(6,1%).

Pada kelompok hipertensi non dislipidemia terdapat 10(30,3%) yang

diterapi dengan golongan obat ACEI, dan terdapat 5(12,5%) pemakaian

golongan ARB, sementara terdapat 2(6,1%) pemakaian golongan BB,

dan sebanyak 7 (21,2%) diterapi dengan golongan CCB. Sementara

yang diberikan terapi dengan golongan obat yang dikombinasi

masing-masing adalah 3(9,1) kombinasi ACEI+Diuretik, 1(3,0) BBS+Diuretik dan

kombinasi antara golongan obat antihipertensi CCB+ACEI adalah

5(15,2%). Dalam hal ini terlihat pemakaian obat anti hipertensi paling

banyak pada kelompok hipertensi non dislipidemia adalah golongan

ACEI sebesar 10 (30,3%) dan yang paling sedikit adalah yang diterapi

(61)

BAB V PEMBAHASAN

Plasma fibrinogen merupakan komponen yang sangat penting pada

kaskade koagulasi dan merupakan salah satu protein reaktan fase

akut. Dari beberapa penelitian membuktikan bahwa peningkatan dari

kadar plasma fibrinogen dihubungkan dengan peningkatan resiko

kejadian penyakit kardiovaskular termasuk hipertensi dan juga

peningkatan profil lipid sesuai dengan penelitian James J Stec pada

tahun 2006(10)

Pada penelitian ini pemeriksaan kadar fibrinogen dilakukan pada

dua kelompok yaitu kelompok hipertensi dengan dislipidemia ( kasus)

sebanyak 33 orang dengan karakteristik jenis kelamin terdiri dari 14

laki-laki (42,4%) dan 19 perempuan ( 57,6%), usia rata-rata 55,30±11,8

dengan penyebaran terbanyak pada kelompok usia 60 – 69 tahun, dan

indek masa tubuh rata-rata 25,48±3,36.

Kedua, kelompok hipertensi non dislipidemia ( kontrol ) sebanyak

33 orang dengan karakteristik jenis kelamin terdiri dari 14 laki-laki

(42,4%) dan perempuan19 ( 57,6%) dengan usia rata-rata 55,12±11,91

dengan penyebaran terbanyak pada kelompok usia 40-59 tahun dan

50-59 tahun masing – masing 30,3% dan indek masa tubuh rata-rata

25,23±3,76. Pada kedua kelompok ini tidak memperlihatkan ada

perbedaan proporsi jenis kelamin penderita hipertensi dislipidemia

(62)

perbedaan bermakna pada kelompok usia penderita maupun indek

masa tubuh ( p>0,05).

Kadar fibrinogen pada kelompok hipertensi dengan dislipidemia

dengan jenis kelamin laki-laki (n=14) rerata adalah 478,00±58,61 mg/dl

sedangakan dengan jenis kelamin perempuan (n=19) adalah

458,90±73,53 mg/dl (tabel 6) dan memperlihatkan tidak ada perbedaan

bermakna ( p>0,05) kadar fibrinogen antara kedua sub-kelompok

tersebut demikian juga pada kelompok hipertensi non dislipidemia juga

tidak memperlihatkan adanya hubungan yang bermakna kadar

fibrinogen pada jenis kelamin laki-laki dan perempuan.

Anoop Shankar, tahun 2006, menyatakan kadar fibrinogen pada

penderita hipertensi dengan dislipidemia laki-laki rendah dibandingkan

perempuan (11) .

Berbeda dengan hasil yang didapatkan pada penelitian ini dimana

kadar fibrinogen pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan wanita pada

kelompok hipertensi dengan dislipidemia demikian juga pada kelompok

hipertensi non dislipidemia (p>0,05).

Sedangkan kadar fibrinogen menunjukkan adanya perbedaan

yang bermakna antara kadar fibrinogen yang diukur pada kedua

kelompok dimana pada kelompok hipertensi dengan dislipidemia

didapati rerata kadar fibrinogen 467,00±67,29 dan pada kelompok non

dislipidemia didapati rerata kadar fibrinogen 331,36±71,74 (p< 0,05)

sesuai dengan penelitian James J stec yang dilakukan pada tahun

(63)

kadar fibrinogen dan total kolesterol serta HDL(10) (p<0,05) sementara

tidak menunjukkan hubungan yang bermakna antara kadar fibrinogen

dengan trigliserida dan LDL.

Pada penelitian ini dijumpai hubungan yang bermakna antara

kadar fibrinogen dengan kadar LDL kolesterol ( p <0,05) dan tidak

dijumpai hubungan yang bermakna antara kadar fibrinogen dengan

kolesterol total, trigliserida, HDL . James J Stec mengatakan bahwa

fibrinogen dapat meningkat pada penyakit-penyakit kardiovaskular

melalui beberapa mekanisme seperti agregasi trombosit, viskositas

plasma dan formasi fibrin dan fibrinogen ini merupakan suatu protein

fase akut yang dapat tinggi kadarnya pada penyakit inflamasi (10).

NPHS ( Northwick Park Heart Study ) menyatakan bahwa insiden PJK

akan meningkat pada orang yang hiperfibrinogenemia (38). Dan

fibrinogen merupakan prediktor yang kuat untuk terjadinya penyakit

jantung iskemi dibandingkan kolesterol .Demikian juga dengan

penelitian-penelitian lainnya seperti: Framingham Heart Study yang

menyatakan perokok dengan kadar fibrinogen sebesar 312 mg/dl

mempunyai resiko infark miokard 6 kali lipat (38,37)

Pada penelitian ini juga dijumpai adanya perbedaan yang

bermakna pada pengukuran parameter seperti umur, tekanan darah

sitole,tekanan darah diastole dan indek masa tubuh, pada kedua

kelompok (p>0,05) sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Taj

(64)

Krobot K mengatakan bahwa orang yang gemuk cenderung

mengalami peningkatan kadar fibrinogen dan indek masa tubuh

mempunyai korelasi yang kuat dengan kadar fibrinogen, tetapi pada

penelitian ini tidak terlihat. (39)

Dalam hal pemakaian obat anti hipertensi didapati pemakaian

obat anti hipertensi yang terbanyak adalah dari golongan CCB

8(30,3%) dan ACEI(24,2%) pada kelompok hipertensi dengan

dislipidemia sementara pemakaian obat anti hipertensi terbanyak pada

(65)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1. KESIMPULAN

Pada penelitian ini dijumpai :

1. Peningkatan kadar fibrinogen pada hipertensi dislipidemia berbeda

bermakna bila dibandingkan dengan non dislipidemia (p < 0,05)

2. Tidak ada korelasi peningkatan kadar fibrinogen dengan jenis

kelamin, umur, indek masa tubuh (IMT)

3. Tidak ada korelasi kadar kolesterol, kadar trigliserida, kadar

kolesterol HDL pada hipertensi dislipidemia dan non dislipidemia,

namun ada korelasi yang positif antara kadar fibrinogen dengan

LDL kolesterol.

VI.2. SARAN

1. Penderita hipertensi dengan dislipidemia dianjurkan untuk

Gambar

Gambar 1. Kurva Kalibrasi fibrinogen
Tabel 1.Distribusi umur dan karakteristik pada hipertensi
Tabel 2. Perbandingan Kadar Fibrinogen Pada Penderita dengan
Tabel 4. Korelasi kadar Fibrinogen dengan Profil Lipid pada
+2

Referensi

Dokumen terkait

Konsentrasi sari buah tomat mempengaruhi daya lekat dari sediaan H&amp;B lotion sari buah tomat, semakin besar konsentrasi sari buah tomat yang digunakan menunjukkan

(3) Pemeriksaan Post Mortem sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, harus dilaksanakan oleh Petugas yang berwenang di ruangan dalam Rumah Pemotongan Hewan/Unggas yang terang

Dalam percakapan antara penjual dan pembeli dalam melakukan transaksi jual beli ayam adalah menggambarkan alih kode yang dilakukan oleh penjual dan pembeli dari

Suku Banjar di Kalimantan Selatan, Universitas Pendidikan Indonesia, 2015. Strauss, Cluade Levi, Myth and Meaning, New York: University of Toronto

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas V SDN 1 Krobokan Kecamatan Juwangi Kabupaten Boyolali dengan jumlah siswa 31 pada mata pelajaran

Tesis ini berjudul “Penerapan Model Respons Analisis dan Model Moody dalam Pembelajaran Apresiasi Cerita Pendek (Kajian Eksperimen terhadap Siswa Kelas II SMAN

Berdasarkan hasil simulasi yang telah dilakukan menggunakan data tahun 2012 ternyata masih ada ketidaksesuaian model dengan kondisi eksisting sekarang dikarenakan kurangnya

J.Co merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang restaurant yang menawarkan produk olahan kopi (Coffee), donat, dan yoghurt beku. Kata Kunci: kualitas pelayanan,