PERBANDINGAN KADAR FIBRINOGEN ANTARA
HIPERTENSI DISLIPIDEMIA DENGAN
HIPERTENSI NON DISLIPIDEMIA
T E S I S
Oleh:
D E S I A N A
DEPARTEMEN PATOLOGI KLINIK
PERBANDINGAN KADAR FIBRINOGEN ANTARA
HIPERTENSI DISLIPIDEMIA DENGAN
HIPERTENSI NON DISLIPIDEMIA
T E S I S
Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Magister Dalam Bidang Patologi Klinik Pada Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
Oleh:
D E S I A N A
DEPARTEMEN PATOLOGI KLINIKFAKULTAS KEDOKTERAN
USU / RSUP H. ADAM MALIK
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat
dan hidayahnya, sehingga saya dapat mengikuti dan menyelesaikan
Program Pendidikan Magister Patologi Klinik Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara dan dapat menyelesaikan karya tulis (
tesis) ini yang berjudul Perbandingan Kadar Fibrinogen antara Hipertensi Dislipidemia dengan Hipertensi Non Dislipidemia. Selama saya mengikuti pendidikan, saya telah mendapat banyak
bimbingan,nasehat,bantuan dan arahan serta juga dukungan dari
berbagai pihak sehingga saya dapat menyelesaikan pendidikan.Untuk
semua itu pada kesempatan ini perkenankanlah saya menyampaikan
rasa hormat dan terima kasih yang tak terhingga kepada:
Yth, Prof. Dr. Adi Koesoema Aman, SpPK-KH,FISH sebagai Ketua Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara/Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan
sekaligus sebagai pembimbing akademi saya yang telah bersusah
payah dan setiap saat meluangkan waktunya dan memberi
kesempatan kepada saya sebagai peserta Program Pendidikan
Magister Patologi Klinik dan selama pendidikan saya telah banyak
memberikan bimbingan, arahan, wawasan, motivasi serta nasehat
kepada saya sejak saya mulai pendidikan terutama sekali pada saat
saya melaksanakan penelitian dan menyelesaikan tesis ini. Semoga
Tuhan membalas semua kebaikannya.
Yth, Prof. DR. Dr. Ratna Akbari Ganie, SpPK-K,FISH sebagai Ketua Program Studi Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara/Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik
Medan yang selama ini telah banyak memberikan bimbingan, nasehat,
arahan dan petunjuk serta motivasi baik selama saya mengikuti
Yth, Dr. Ricke Loesnihari, SpPK-K, Sekretaris Program Studi Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara/Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan, yang telah
banyak memberi bimbingan, arahan dan petunjuk selama saya
mengikuti pendidikan.
Yth, Dr. Sally Rossefi Nasution SpPD KGH sebagai Ketua Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Sumatera
Utara/RSUP H.Adam Malik Medan sekaligus sebagai Pembimbing II
saya yang telah memberi izin kepada saya untuk mengambil sample
penelitian pada Departemen Ilmu Penyakit Dalam dan juga telah
banyak memberikan bimbingan, nasehat, arahan, bantuan sejak awal
sampai selesainya tesis ini.
Yth, seluruh guru-guru saya, Prof.Dr. Herman Hariman PhD SpPK-KH, FISH, Prof. Dr. Burhanuddin Nasution, SpPK-KN,FISH, Dr Muzahar, DMM, SpPK-K, Dr. Zulfikar Lubis, SpPK, Dr. Tapisari Tambunan SpPK-K, Dr. Ozar Sanuddin, SpPK-K, Dr. Farida Siregar SpPK, Dr. Ulfa Mahiddin, SpPK, Dr.Lina , SpPK dan Dr. Nelly Elfrida Samosir, SpPK, yang telah banyak memberikan bimbingan, nasehat, arahan, dan dukungan selama saya mengikuti
pendidikan dan hingga selesainya tesis ini.
Yth, Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M. Kes, yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan bantuan di bidang statistic sejak
awal penyusunan sampai hingga selesainya tesis ini.
Yang saya hormati, seluruh teman-teman sejawat PPDS Departemen Penyakit Dalam FK USU/RSUP.H.Adam Malik Medan,
yang telah memberikan bantuan kepada saya dengan bekerja sama
yang baik pada saat saya melakukan penelitian.
Terimakasih yang tak terhingga dan setulus-tulus nya saya
sampaikan kepada kedua orang tua saya, Ayahanda Prof. DR. Gunawan, Msc dan ibunda Dra. Yuniar yang telah melahirkan, mengasuh dan mendidik serta memberi dukungan baik moril maupun
materil dan memberikan pengorbanan dan perhatian yang tak
terhingga.
Akhirnya terima kasih yang tak terhingga saya sampaikan
kepada suami tercinta Prof. DR. Sabaruddin Zakaria, Magr. Yang telah mendampingi saya dengan penuh pengertian, perhatian dan
dorongan serta pengorbanan selama ini. Demikian juga pada kedua
permata hati saya Ashraf Afif dan Shahnaz Fatinna yang telah banyak kehilangan perhatian dan kasih saying selama saya mengikuti
pendidikan.
Demikian juga kepada seluruh keluarga besar kami yang dengan
ikhlas telah membantu, membimbing dan memotivasi selama saya
mengikuti pendidikan, serta kepada semua pihak yang tidak dapat
saya sebutkan satu persatu.
Akhirul kalam, semoga tesis ini kiranya dapat bermanfaat bagi
kita semua. Amin Ya Robbal A’lamin.
Penulis
( Dr. DESIANA )
DAFTAR ISI 1.2. Perumusan Masalah……….. 1.3. Hipotesa Penelitian ……… 1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Umum ………... 1.4.2. Tujuan Khusus ……… 1.5. Manfaat Penelitian ………...
BAB II. Tinjauan Kepustakaan
2.1. Fibrinogen ………... 2.2. Fungsi Fibrinogen ... 2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi kadar plasma fibrinogen... 2.4. Hipertensi ... 2.5. Patofisiologi Hipertensi ... 2.6. Klasifikasi Hipertensi ... 2.7. Dislipidemia……… 2.8. Fisiologi Lipid………. 2.9. Tipe Dislipidemia………... 3.0. Kadar Fibrinogen pada Dislipidemia……….
BAB III. Metode Penelitian
3.1. Desain Penelitian ………. 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ……… 3.3. Populasi dan Subyek Penelitian
3.3.1. Kriteria Inklusi ……….. 3.3.2. Kriteria Eklusi ……….. 3.4. Batasan dan Definisi Operasional…... 3.5. Perkiraan besar sampel………. 3.6. Pengambilan sampel……….. 3.7. Analisa Data... 3.8. Ethical Clearance dan Informed concent... 3.9. Bahan dan Cara kerja
3.9.3. Prosedur Kalibrasi dan pemeriksaan Fibrinogen... 3.10. Pemantapan Kualitas……….. 3.11. Kerangka Kerja Operasional...
Bab IV.Hasil Penelitian
4.1. Distribusi umur dan karakteristik pada kelompok hipertensi dislipidemia dan non dislipidemia...
4.2. Perbandingan Kadar Fibrinogen Pada Penderita dengan
Hipertensi Dislipidemia dan Hipertensi Non Dislipidemia...
4.3. Perbandingan Kadar Fibrinogen antara Jenis Kelamin Laki-laki
dan Perempuan...
4.4. Korelasi Kadar Fibrinogen dengan Profil Lipid Pada Kelompok
Hipertensi dengan Dislipidemia...
4.5. Distribusi Pemakaian obat anti hipertensi pada kelompok
Hipertensi dislipidemia dan hipertensi non dislipidemia...
DAFTAR GRAFIK
1. Grafik 1.Kurva kalibrasi fibrinogen... 30
2. Grafik 2. Scater diagram hubungan kadar fibrinogen dengan
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Status Pasien……….56
DAFTAR SINGKATAN
LDL : Low Density Lipoprotein
HDL : High Density Lipoprotein
FFA : Free Fatty acid
NHNES : Health and Nutrition Examination Survey
VLDL : Very Low Density Lipoprotein
HTD : Hipertensi Dislipidemia
HTND : Hipertensi Non Dislipidemia
RINGKASAN
Fibrinogen merupakan suatu glikoprotein yang sangat penting,
disintesa di hati dan dikumpulkan didalam alfa granul trombosit.
Fibrinogen merupakan protein fase akut dimana dimana kadarnya
akan meningkat sebagai respon terhadap terjadinya infeksi,
peradangan, stress, tindakan bedah, trauma dan nekrosis jaringan
akibat peningkatan kadar fibrinogen ini akan menyebabkan
peningkatan viskositas plasma dan peningkatan agregasi trombosit
serta eritrosit.
Pada beberapa penelitian secara prospektif melaporkan bahwa
terdapat fibrinogen yang tinggi pada penyakit-penyakit kardiovaskular
seperti hipertensi dan dislipidemia dan mereka membuktikan bahwa
peningkatan kadar fibrinogen berhubungan dengan kejadian
hipertensi dan dislipidemia. Hipertensi dalah penyakit multifaktorial
yang timbul akibat adanya interaksi antara factor-faktor resiko tertentu
misalnya terdapat ketidak seimbangan antara modulator vasodilatasi
dan vasokonstriksi.
Endotel pembuluh darah berperan penting, tetapi remodeling
dari endotel, otot polos dan intertisium juga memberikan kontribusi
termasuk ketidak seimbangan metabolisme lipid. Selain itu juga
berperan system otokrin setempat pada sisterm rennin, angiotensin
Sementara dislipidemia adalah kelainan metabilisme lipid yang
ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam
plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar
kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida dan penurunan kadar
kolesterol HDL. Di Indonesia, prevalensi gangguan profil lipid dalam
plasma cenderung meningkat dari tahun ke tahun sementara itu di
Negara-negara maju hal ini juga merupakan masalah karena 50%
populasinya menunjukkan kelainan transport lipid yang dapat
merupakan factor resiko serius untuk timbulnya komplikasi
kardiovaskular lainnya seperti penyakit jantung koroner.
Hiperfibrinogenemia merupakan suatu keadaan terjadinya
peningkatan kadar fibrinogen didalam darah. Faktor-faktor resiko yang
menyertai adalah umur, jenis kelamin, hiperglikemi, hipertensi,
dislipidemia, obesitas, genetic dan merokok.
Selama periode Maret 2010 sampai Juni 2010 telah dilakukan
suatu penelitian Cross Sectional Study di Departemen Patologi Klinik
dan bekerja sama dengan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK
USU/RSUP.H.Adam Malik Medan. Darah diambil dari vena cubiti
dengan Dysposible Syringe 10 cc yang dibagi atas 3 bagian yaitu : 4
cc darah tanpa antikoagulan untuk mendapatkan serum dilakukan
untuk pemeriksaan fungsi hati, kadar gula darah sewaktu, profil lipid,
fungsi ginjal. 2 cc darah EDTA untuk pemeriksaan darah lengkap dan
3,6 cc darah dengan 0,4 cc antikoagulan Na-Citrat 3,8% untuk
Dari penelitian ini didapatkan bahwa ada perbedaan yang
bermakna antara kadar Fibrinogen pada kelompok Hipertensi dengan
Dislipidemia (467,00±67,29) dibandingkan dengan kelompok
hipertensi non dislipidemia (331,36±71,74) dengan nilai p<0,05.
Penelitian ini juga melihat hubungan antara kadar fibrinogen
dengan profil lipid, dan didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara
kadar fibrinogen dengan kolesterol total, trigliserida dan HDL tetapi
ternyata terdapat korelasi yang positif antara kadar fibrinogen dengan
LDL dengan nilai p<0,05. Dimana LDL sangat berperan untuk
terjadinya kelainan endotel pembuluh darah dan juga menyebabkan
terjadinya plak yang apabila tidak stabil dapat rupture serta
menyebabkan terjadi aggregasi trombosit yang diperantarai oleh
RINGKASAN
Fibrinogen merupakan suatu glikoprotein yang sangat penting,
disintesa di hati dan dikumpulkan didalam alfa granul trombosit.
Fibrinogen merupakan protein fase akut dimana dimana kadarnya
akan meningkat sebagai respon terhadap terjadinya infeksi,
peradangan, stress, tindakan bedah, trauma dan nekrosis jaringan
akibat peningkatan kadar fibrinogen ini akan menyebabkan
peningkatan viskositas plasma dan peningkatan agregasi trombosit
serta eritrosit.
Pada beberapa penelitian secara prospektif melaporkan bahwa
terdapat fibrinogen yang tinggi pada penyakit-penyakit kardiovaskular
seperti hipertensi dan dislipidemia dan mereka membuktikan bahwa
peningkatan kadar fibrinogen berhubungan dengan kejadian
hipertensi dan dislipidemia. Hipertensi dalah penyakit multifaktorial
yang timbul akibat adanya interaksi antara factor-faktor resiko tertentu
misalnya terdapat ketidak seimbangan antara modulator vasodilatasi
dan vasokonstriksi.
Endotel pembuluh darah berperan penting, tetapi remodeling
dari endotel, otot polos dan intertisium juga memberikan kontribusi
termasuk ketidak seimbangan metabolisme lipid. Selain itu juga
berperan system otokrin setempat pada sisterm rennin, angiotensin
Sementara dislipidemia adalah kelainan metabilisme lipid yang
ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam
plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar
kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida dan penurunan kadar
kolesterol HDL. Di Indonesia, prevalensi gangguan profil lipid dalam
plasma cenderung meningkat dari tahun ke tahun sementara itu di
Negara-negara maju hal ini juga merupakan masalah karena 50%
populasinya menunjukkan kelainan transport lipid yang dapat
merupakan factor resiko serius untuk timbulnya komplikasi
kardiovaskular lainnya seperti penyakit jantung koroner.
Hiperfibrinogenemia merupakan suatu keadaan terjadinya
peningkatan kadar fibrinogen didalam darah. Faktor-faktor resiko yang
menyertai adalah umur, jenis kelamin, hiperglikemi, hipertensi,
dislipidemia, obesitas, genetic dan merokok.
Selama periode Maret 2010 sampai Juni 2010 telah dilakukan
suatu penelitian Cross Sectional Study di Departemen Patologi Klinik
dan bekerja sama dengan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK
USU/RSUP.H.Adam Malik Medan. Darah diambil dari vena cubiti
dengan Dysposible Syringe 10 cc yang dibagi atas 3 bagian yaitu : 4
cc darah tanpa antikoagulan untuk mendapatkan serum dilakukan
untuk pemeriksaan fungsi hati, kadar gula darah sewaktu, profil lipid,
fungsi ginjal. 2 cc darah EDTA untuk pemeriksaan darah lengkap dan
3,6 cc darah dengan 0,4 cc antikoagulan Na-Citrat 3,8% untuk
Dari penelitian ini didapatkan bahwa ada perbedaan yang
bermakna antara kadar Fibrinogen pada kelompok Hipertensi dengan
Dislipidemia (467,00±67,29) dibandingkan dengan kelompok
hipertensi non dislipidemia (331,36±71,74) dengan nilai p<0,05.
Penelitian ini juga melihat hubungan antara kadar fibrinogen
dengan profil lipid, dan didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara
kadar fibrinogen dengan kolesterol total, trigliserida dan HDL tetapi
ternyata terdapat korelasi yang positif antara kadar fibrinogen dengan
LDL dengan nilai p<0,05. Dimana LDL sangat berperan untuk
terjadinya kelainan endotel pembuluh darah dan juga menyebabkan
terjadinya plak yang apabila tidak stabil dapat rupture serta
menyebabkan terjadi aggregasi trombosit yang diperantarai oleh
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN
Fibrinogen merupakan suatu glikoprotein yang sangat penting,
disintesa dihati dan dikumpulkan didalam alfa granul trombosit. Kadar
fibrinogen dalam plasma 1.5-4.0 g/l, yaitu sekitar 75 % dari fibrinogen
yang beredar. Sekitar 10-25 % didistribusikan ekstravaskular di dalam
cairan intertitial dan getah bening. Kadar minimum yang diperlukan
untuk fungsi hemostasis hanya 0.5 g/l. (1,2 )
Produksi di hati distimulasi oleh sitokin yang diekskresi oleh
makrofag yang aktif atau sel endotel yang rusak dan mekanisme
umpan balik yang berhubungan dengan terbentuknya FDP (Fibrin
Degradasi Product). Fibrinogen merupakan protein fase akut dimana
kadarnya akan meningkat sebagai respon terhadap terjadinya infeksi,
peradangan, stress, tindakan bedah, trauma dan nekrosis jaringan
akibat peningkatan kadar fibrinogen ini akan menyebabkan
peningkatan viskositas plasma dan peningkatan agregasi trombosit
serta eritrosit.
Pada beberapa penelitian secara prospektif melaporkan bahwa
seperti hipertensi dan dislipidemia mereka membuktikan bahwa
peningkatan kadar fibrinogen berhubungan dengan kejadian hipetensi
dan dislipidemia. Hipertensi adalah penyakit multifaktorial yang timbul
akibat adanya interaksi antara faktor-faktor risiko tertentu misalnya
ketidak seimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi :
endotel pembuluh darah berperan utama, tetapi remodelling dari
endotel , otot polos dan interstisium juga memberikan konstribusi.
Pengaruh sistem otokrin setempat berperan pada sistem renin ,
angitensin dan aldosteron.(2,3,4)
Sementara dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang
ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam
plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar
kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida dan penurunan kadar
kolesterol HDL. Di Indonesia, prevalensi gangguan profil lipid dalam
plasma darah cenderung meningkat dari tahun ke tahun sementara itu
di negara-negara maju hal ini juga merupakan suatu masalah karena
50% populasinya menunjukkan kelainan transport lipid yang
merupakan faktor resiko serius untuk timbulnya komplikasi utama
penyakit jantung. (3,4)
Hiperfibrinogenemia merupakan suatu keadaan terjadi
peningkatan kadar fibrinogen didalam darah. Fakto-faktor resiko yang
menyertai adalah umur, jenis kelamin, hiperglikemia,hipertensi,
dislipidemia, obesitas, genetik dan merokok. Beberapa penelitian
peningkatan kadar fibrinogen, pada binatang percobaan
memperlihatkan bahwa free fatty acid ( FFA) dapat menIngkatkan
biosintesa dari fibrinogen. Kecepatan sintesa fibrinogen di hati
ditingkatkan oleh glukosa dan FFA, terutama palmitat. Kadar fibrinogen
yang tinggi pada hipertensi dan dislipidemia merupakan faktor resiko
untuk terjadinya penyakit-penyakit kardiovaskular.
Sampai saat ini data tentang pasien –pasien hipertensi berasal
dari negara-negara yang sudah maju. Data dari The National Healt and
Nutrition Examination Survey (NHNES) menunjukkan bahwa dari tahun
1999-2000, insiden hipertensi pada orang dewasa adalah sekitar
29-31%, yang berarti terdapat 58-65 juta orang yang menderita hipertensi di
Amerika dan data dari Framingham Heart Study bahwa individu dengan
normotensi pada usia 55 tahun memiliki kecenderungan sebesar 90%
untuk terjadi hipertensi. Sementara Hipertensi essensial merupakan 95%
dari seluruh kasus hipertensi. (18 )
Taj Muhammad Khan dkk 2005, melakukan penelitian terhadap 70
subjek dengan umur antara 30-60 tahun dengan 35 subjek dengan
normotensi dan 35 subjek dengan hipertensi terdapat peningkatan
kadar fibrinogen yang lebih tinggi pada subjek dengan hipertensi
dibandingkan dengan normotensi. (8)
James J. Stec dkk 2000 melakukan penelitian terhadap 2632
subject pada Framingham Offspring Population yang diukur kadar
fibrinogennya yang terdiri dari 1256 subjek laki - laki dan 175
perempuan dan 92 diantaranya dengan penyakit kardiovaskular,
terdapat adanya hubungan yang bermakna antara kadar fibrinogen
yang diukur dengan faktor – faktor resiko seperti total cholesterol, HDL
cholesterol, triglyserides dan kadar fibrinogen meningkat pada subjek
dengan penyakit kardiovascular dibandingkan yang tidak menderita
penyakit kardiovaskular. (9)
Shankar A dkk pada tahun 2006 juga melaporkan dari penelitian
yang mereka lakukan secara cohort studi pada 3654 subject selama 2
tahun di Australia mendapatkan kadar fibrinogen juga meningkat pada
hipertensi dibandingkan dengan kontrol dengan normotensi.(10)
Leonardo A sechi dkk, pada tahun 2000 melaporkan dari
penelitian yang mereka lakukan pada 352 partisipan laki-laki dan
perempuan yang diukur kadar fibrinogennya meningkat pada penderita
hipertensi dibandingkan dengan normotensi, pada penelitian ini
didapati bahwa tidak ada pengaruh kadar fibrinogen yang diukur pada
penderita yang di terapi dengan obat – obatan antihipertensi. (11)
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapatlah dirumuskan
permasalahannya sebagai berikut:
Bagaimana perbedaan kadar fibrinogen pada penyakit Hipertensi
1.3 Hipotesa Penelitian
Terdapat perbedaan kadar fibrinogen, pada Hipertensi dengan
Dislipidemia lebih tinggi kadarnya dibandingkan dengan penderita
hipertensi non Dislipidemia.
1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1.Tujuan Umum
Untuk melihat hubungan antara pemeriksaan kadar fibrinogen pada
penyakit Hipertensi dengan Dislipidemia dan Hipertensi non
dislipidemia.
1.4.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui besarnya perbedaan kadar fibrinogen pada
Hipertensi dan Dislipidemia.
2. Untuk mengetahui perbedaan kadar fibrinogen antara laki-laki dan
perempuan dengan hipertensi
3. Untuk mengetahui korelasi antara kadar fibrinogen dengan profil
lipid
1.5 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan bahwa peningkatan kadar
karenanya kadar fibrinogen dapat menggambarkan prediktor dan akibat
dari tingginya kadar fibrinogen pada penyakit hipertensi. Hasil penelitian
ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan kemajuan ilmu
pengetahuan terutama dalam pemahaman patogenesis serta perjalanan
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. Fibrinogen
Pada manusia terdiri dari 3 pasang rantai polipeptida, yaitu
Aα (BM 66.500 D) B ( BM 52.000 D) dan (BM 46.500). Rantai α
mengandung 610 macam asam amino, rantai B mengandung 461 asam
amino dan rantai mengandung 411 asam amino. Ketiga pasang rantai
ini dihubungkan oleh ikatan disulfida untuk membentuk molekul yang
simetris dan terbagi dua. Molekul fibrinogen ini terbagi atas 2 domain D
yang letaknya dibagian ujung dan domain E yang terletak di bagian
tengah atau diantara kedua domain D dari molekul fibrinogen tersebut
yang diikat oleh ikatan disulfida yang berbentuk helik. Fibrinogen juga
merupakan reaktan fase akut yang disintesa di liver dan sintesa rantainya
dikoordinasi oleh ketiga lokasi gen pada kromosom 4 pada bagian Q 28.(
1,2,3,4)
Fibrinogen terutama disintesa dihati dan merupakan suatu
glikoprotein yang larut dalam plasma dengan BM 340.000 kilo dalton.
Fibrinogen terdapat di dalam plasma dan trombosit α granul, dan
merupakan komponen yang sangat penting dalam proses pembekuan.
memegang peranan penting pada proses trombosis, juga berperan
dalam meningkatkan viskositas darah sehingga memacu proses
terbentuknya plak ateromatous dan selanjutnya trombosis. Terbentuknya
plak ini bersamaan dengan adanya pengendapan kolesterol LDL. Sintesa
fibrinogen dapat meningkat sampai 20 kali bila terjadi inflamasi yang
luas. Sitokin khususnya interleukin – 6 akan merangsang sel hati untuk
menaikkan produksi fibrinogen. Pada reaksi inflamasi fibrinogen
berfungsi sebagai jembatan molekul dalam interaksi sel –sel. Kadar
fibrinogen dapat meningkat 2 sampai 4 kali lipat kadar basal setelah 3 -5
hari, kemudian dapat menurun secara perlahan mencapai kadar basal
setelah resolusi peradangan. Akibat adanya peningkatan kadar
fibrinogen di dalam plasma ini maka viskositas plasma juga akan
meningkat, sehingga meningkatkan agregasi trombosit dan eritrosit.(2,3
4,5,6)
Trombin yang terdapat pada Domain E akan menghasilkan 2
Fibrinopeptida A (Aα 1-16) dan 2 Fibrinopeptida B ( B 1-14) dari molekul
fibrinogen secara proteolitik. Hal ini akan mengakibatkan pelepasan dari
fibrinopeptida yang akan membuka ikatan pada Domain E untuk
melepaskan fibrin monomer, aktivasi semacam ini juga terjadi pada
Domain D yang akan melepaskan monomer yang lain selama proses
polimerase ini terjadi protein-protein lain pada plasma akan terlihat pada
permukaan fibrin monomer tersebut termasuk : sistem fibrinolitik dan
permukaan dari fibrin monomer ini akan mempengaruhi generasi,
cross-linking dan lisis dari fibrin.(2,3,4,5,7)
2.2. Fungsi Fibrinogen
Fungsi yang paling nyata adalah membentuk bekuan darah pada
proses koagulasi dan meningkatkan viskositas darah. Mekanisme
koagulasi dari jalur intrinsik dan jalur ekstrinsik hasil akhirnya akan
membentuk trombin dari protrombin. Trombin yang terbentuk akan
memecah fibrinogen menjadi fibrin dan setelah fase agregasi trombosit
akan terjadi proses pembekuan darah. Kemudian agar tidak terbentuk
trombus maka fibrin dipecah oleh plasmin menjadi fibrinogen degradation
product (FDP). Aktivasi plasmin dan plasminogen akan dirangsang oleh
aktivator fibrinolisis, diantaranya adalah tissue plasminogen aktivator
(t-PA). FDP akan menghambat polimerasi fibrin dan kerja trombin melalui
mekanisme umpan balik.( 2,3)
2.3. Faktor –Faktor yang mempengaruhi Kadar Plasma Fibrinogen
Hipertensi
Menurut Framingham study dan beberapa penelitian yang dilakukan
dilaporkan bahwa pada penderita hipertensi selalu dijumpai adanya
peningkatan kadar fibrinogen dalam plasma dibandingkan dengan
hipertensi jika tekanan darah sistole ≥ 140 mmHg dan Tekanan Darah
diastole ≥ 90 mmHg pada seseorang tanpa mengkonsumsi obat anti
hipertensi.(2,3,4,7)
Diabetes Melitus
Pada penderita Diabetes Melitus dilaporkan juga terjadi peningkatan
kadar fibrinogen baik pada laki-laki maupun perempuan dan sudah
banyak dilaporkan. Pada framingham study juga menunjukkan adanya
korelasi yang positif antara kadar fibrinogen plasma dengan kadar gula
darah. Adanya peningkatan kadar fibrinogen ini juga akan meningkatkan
resiko untuk terjadinya komplikasi vaskular pada penderita DM.(4,5,6)
Dislipidemia
Peningkatan kadar kolesterol LDL dan trigliserida yang tinggi diikuti
dengan penurunan kolesterol HDL mengakibatkan terjadinya
peningkatan juga pada fibrinogen, hal ini telah cukup lama diketahui,
tetapi mekanismenya masih belum jelas sampai sekarang ini.(2,5)
Infeksi
Berhubungan dengan salah satu fungsi dari fibrinogen sebagai
protein fase akut dan mempunyai korelasi yang positif dengan marker
infeksi misalnya neutrofil, tetapi mekanismenya masih belum jelas.(2,5,6)
Variasi – variasi genetik pada gen fibrinogen memiliki pengertian
dalam prognosis pada pasien-pasien dengan gangguan kardiovaskular
Etnis
Dibandingkan dengan etnis lainnya etnis Asia memiliki kadar
fibrinogen yang lebih redah
Variasi Geografis
Di negara- negara yang memiliki empat musim ternyata dilaporkan
bahwa fibrinogen meningkat pada musim dingin
Merokok
Pada salah satu penelitian Framingham dilaporkan terjadi
peningkatan fibrinogen pada prokok dibandingkan yang bukan perokok.
ternyata bertambahnya setiap rokok yang dihisap maka/ hari maka akan
meningkatkan rata – rata plasma fiobrinogen 35 mg/dl. Dan penyakit
kardiovaskular yang merupakan efek dari merokok berperan dalam
peningkatan kadar plasma fibrinogen. (16,18)
Status Hormonal
Terdapat peningkatan kadar fibrinogen pada wanita-wanita
menopause, kehamilan dan pemakaian pil-pil kontrasepsi. Beberapa
penelitian pernah melaporkan bahwa penggunaan pil kontrasepsi dapat
plasma fibrinogen. Peningkatan fibrinogen dan kolesterol pada wanita
menopause akan meningkatkan resiko dan kematian penyakit jantung
iskemik dibandingkan dengan wanita premenopause. Secara
keseluruhan bukti dari pengaruh menopause pada plasma fibrinogen
sampai saat ini tidak begitu jelas. (2,3)
Usia
Secara umum peningkatan kadar plasma fibrinogen meningkat pada
usia tua kemungkinan disebabkan oleh sangat lambatnya rata-rata
pengeluaran dari fibrinogen sedangkan produksinya meningkat. (2,3,5,6)
Latihan Fisik
Pada individu yang sehat dan sakit yang melakukan latihan fisik
selama lebih dari 4 minggu dapat menurunkan kadar plasma fibrinogen
dan mencegah terjadinya resiko penyakit kardiovaskular. Pada pasien
dengan hipertensi yang dilakukan latihan fisik selama 12 minggu akan
menghasilkan penurunan kadar fibrinogen. (2,3)
Obat-obatan yang dapat menurunkan kadar fibrinogen
Beberapa penelitian melaporkan pengobatan terhadap
dislipidemia dapat menurunkan kadar fibrinogen disamping menurunkan
kadar lipid didalam darah sebanyak 17 – 45%. Pengobatan anti agregasi
trombosit seperti tiklopidin dapat menurunkan kadar fibrinogen plasma
hingga 24 jam paska terapi trombolitik. Diet tinggi Omega 3 dan Omega 6
dapat menurunkan kadar fibrinogen, sementara pemakaian obat-obatan
seperti steroid, androgen, phenobarbital, streptokinase, urobinase dan
vaproic acid serta pemakaian estrogen dapat meningkatkan kadar
fibrinogen.(11,28)
2.4. HIPERTENSI
Hipertensi merupakan penyakit yang hampir mengenai 1 milyar
penduduk dunia dan menjadi suatu masalah tersendiri yang harus
dihadapi. Di Amerika Serikat, meskipun kewaspadaan terhadap
hipertensi telah mencapai 79%, akan tetapi tekanan darah yang telah
terkontrol baru mencapai 34%. Hipertensi merupakan faktor risiko yang
amat besar dalam menimbulkan berbagai penyakit jantung koroner
(PJK), gagal jantung, stroke dan gagal ginjal pada usia dewasa muda
maupun usia lanjut. Diketahui faktor genetik ternyata berperan sangat
besar dalam terjadinya hipertensi yaitu 40-50% sedangkan faktor
lingkungan 10-30%. ( 18,19,20)
Batasan hipertensi yang ditentukan oleh World Health Organization
(WHO) pada tahun 1999 adalah 160/95 mmHg, yang kemudian
diperketat menjadi 140/90 mmHg pada tahun 2003. Hal itu karena masih
banyak risiko terjadinya stroke, PJK dan gagal jantung. Kriteria hipertensi
tersebut sesuai dengan yang dikeluarkan oleh Joint National Commite on
Prevention, Detection, Evaluation and Treatment on High Blood Pressure
Menurut Prospective Studies Collaborative yang melakukan meta
analisis pada 61 penelitian menunjukkan pengaruh usia dan tekanan
darah terhadap peningkatan mortalitas akibat stroke dan penyakit jantung
sistemik. Data dari Framingham Study memperlihatkan peningkatan
resiko penyakit kardiovaskular pada kelompok tekanan darah tinggi
menurut klasifikasi Joint National Commite. ( 18,19,20,25 )
2.5. Patofisiologi Hipertensi
Tekanan darah berfungsi mendorong darah melalui sistem
pembuluh untuk memenuhi kebutuhan perfusi organ. Pengaturan
tekanan darah dilakukan oleh suatu fungsi fisiologi kompleks yang
melibatkan integrasi sistem kardiovaskular, ginjal, syaraf dan endkorin.
Gangguan terhadap pengaturan rerata tekanan darah akan
mengakibatkan hipertensi. Patofisiologi hipertensi mempelajari
mekanisme regulasi tekanan darah normal dan mencari bukti gangguan
yang menyebabkan hipertensi atau mendahului terjadinya peningkatan
tekanan darah. Studi patofisiologik telah berhasil menguraikan berbagai
faktor penyebab yang mendasari perbedaan antara normotensi dan
hipertensi, akan tetapi gagal menelusuri akar penyebab hipertensi. (
12,18,20)
Secara klinis peningkatan tekanan darah yang kronik dapat
menyebabkan kerusakan jantung, pembuluh darah dan ginjal, akan tetapi
pada stadium awal tidak menimbulkan gangguan fungsi. Batas tingkat
diketahui. Gangguan kardiovaskular muncul sebagai mekanisme
kompensasi akibat peningkatan tekanan darah yang menyebabkan
kerusakan pembuluh darah dan hipertrofi ventrikel kiri atau pengaruh
akibat kerusakan pembuluh darah misalnya aterosklerosis atau
nefroasklerosis. ( 18,20,23 )
Mekanisme hipertensi jarang disebabkan faktor tunggal tetapi
merupakan bagian dan interaksi dari berbagai faktor. Faktor genetik dan
faktor lingkungan berperan dalam mekanisme terjadinya
hipertensi.Terjadinya hipertensi dipengaruhi oleh ekspresi gen mayor
individu yang berpengaruh terhadap tekanan darah. Faktor lain yang
berperan dalam peningkatan tekanan darah misalnya obesitas, resistensi
insulin, asupan alkohol atau garam yang tinggi, stres dan asupan kalium
atau kalsium rendah. Dalam klinik selain patofisiologi penting dipahami
patogenesis hipertensi yang mempelajari proses terjadinya dan faktor
penyebab yang dikaitkan dengan hipertensi. Dalam menjalankan
fungsinya tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung (Cardiac
Output) dan resistensi vaskular perifer ( Peripheral vascular resistence).
Tekanan darah digambarkan sebagai hasil perkalian antara curah
jantung dan resistensi vaskular perifer. ( 18,19,23, 25)
Setiap perubahan pada curah jantung atau resistensi vaskular
perifer akan mempengaruhi tekanan darah. Perubahan tekanan pre-load
dan kontraktilitas akan berpengaruh pada curah jantung sedangkan
resistensi vaskular perifer dipengaruhi oleh vasokonstriksi fungsional dan
faktor stres, perubahan genetik dapat menganggu keseimbangan curah
jantung dan resistensi vaskular perifer dan berpengaruh terhadap
tekanan darah. Faktor yang berasal dari endothelium dan renin
angiotensin aldosteron berpengaruh terhadap patogenesis hipertensi. (18 )
2.6. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipetensi dibedakan bedasarkan faktor penyebab dan
klasifikasi klinik. Klasifikasi klinik lebih menekankan derajat tingginya
tekanan darah dan kaitannya dengan prevensi, deteksi, evaluasi maupun
pengobatan. Hipertensi dibedakan atas dua jenis yaitu Hipertensi primer
atau hipertensi esensial adalah hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya. Hipertensi primer meliputi lebih dari 90% kasus sedangkan
selebihnya hipertensi yang penyebabnya dapat diidentifikasi atau disebut
hipertensi sekunder. Klasifikasi hipertensi menurut laporan terbaru dari
Joint National Commite (JNC) VII merupakan pedoman pengobatan
hipertensi yang tergolong baru. Klasifikasi ini berlaku bagi individu
dewasa usia 18 tahun atau lebih berdasarkan rerata pengukuran tekanan
darah minimal dua kali pada posisi duduk dan dalam dua kunjungan yang
Hipertensi std II ≥ 160 ≥ 100
Pre hipertensi walaupun tidak dikatagorikan penyakit tetapi mempunyai
resiko tinggi untuk menjadi hipertensi. Hal ini penting bagi individu dan
dokter yang bersangkutan untuk berupaya mencegah terjadinya
hipertensi. ( 18,19 )
2.7. Dislipidemia
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai
dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma.
Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah peningkatan kadar
kolesterol total, kolesterol LDL terutama jenis LDL kecil padat (small
dense LDL), trigliserida serta penurunan kadar kolesterol HDL.
Dislipidemia berkaitan dengan sindroma metabolik dan merupakan faktor
resiko penyakit kardiovaskular. ( 21,22,24 )
2.8. Fisiologi Lipid
Lipid diangkut dalam plasma sebagai komponen dari lipoprotein
kompleks. Lipoprotein adalah partikel kompleks yang berbentuk spherical
yang terbuat dari ratusan molekul lipid dan protein. Protein yang dikenal
dengan sebutan apolipoprotein menempati permukaan lipoprotein. Ada
beberapa jenis lipoprotein berdasarkan densitas, komposisi, ukuran dan
1. Kilomikron : merupakan lipoprotein yang mengangkut trigliserida
yang berasal dari makanan serta akan menuju kedalam plasma
melalui pembuluh limfe.
2. VLDL (Very Low Density Lipoprotein) : Lipoprotein yang
mengangkut sintesis kolesterol dan trigliserida endogen.
3. LDL ( Low Density Lipoprotein) : Lipoprotein yang mengangkut
kolesterol pada sel hepar dan jaringan perifer, sehingga kolesterol
dapat digunakan untuk kepentingan sel-sel tersebut.
4. HDL : Lipoprotein yang mengangkut kolesterol dari jaringan perifer
kembali ke hepar.(31)
Terdapat 3 jalur utama yang bertanggung jawab dalam pembentukan dan
pengangkutan lipid dalam tubuh.
1. Jalur Eksogen
Lipid yang berasal dari makanan mengalami proses pencernaan dan
penyerapan, kemudian diangkut dalam bentuk kilomikron dalam
sel-sel epitel usus halus. Kilomikron masuk ke dalam darah melalui
pembuluh limfa usus. Didalam pembuluh darah, trigiserida dalam
kilomikron akan mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase
(LPL) yang berasal dari endothel menjadi asam lemak bebas. Asam
lemak bebas dapat disimpan sebagai trigliserid kembali di jaringan
lemak (adiposa), tetapi bila terdapat dalam jumlah yang banyak
sebagian akan diambil oleh hati menjadi bahan untuk pembentukan
trigliserid akan menjadi kilomikron remnant yang mengandung
kolesterol ester dan akan dibawa ke hepar. ( 22,24 )
2. Jalur Endogen
Trigliserid dan kolesterol yang disintesis di hepar akan diekskresikan
ke dalam sirkulasi sebagai VLDL. Dalam sirkulasi, VLDL akan
mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase ( LPL) menjadi
asam lemak dan gliserol, kemudian VLDL menjadi IDL ( Intermediate
Density Lipoprotein), suatu lipoprotein yang lebih kecil dan lebih
padat. Sebagian dari IDL akan kembali ke hepar ditangkap oleh
reseptor LDL, partikel IDL yang lainnya dihidrolisis menjadi LDL.
Sebagian dari kolesterol di LDL akan dibawa ke hepar dan jaringan
steroidogenik lainnya seperti kelenjar adrenal, testis, dan ovarium
yang mempunyai reseptor LDL juga. LDL merupakan pembawa
utama kolesterol dalam sirkulasi tubuh.
3. Jalur Reverse Cholesterol Transport
Suatu proses yang membawa kolesterol dari jaringan kembali ke
hepar. HDL merupakan lipoprotein yang berperan pada jalur ini. ( 22,24,)
2.9. Tipe Dislipidemia
1. Dislipidemia primer
Gangguan ini menyebabkan produksi lipoprotein berlebihan atau
hiperkolesterol familial, hipertrigliseridemia familial, hiperlipidemia
kombinasi familial.
Karakteristik dari Hiperkolesterol familial adalah:
a. Peningkatan selektif kadar LDL plasma
b. Deposisi LDL dalam tendon (xantoma) dan arteri (aterom)
c. Diturunkan secara autosomal dominan
2. Dislipidemia Sekunder : berhubungan dengan kondisi tertentu.
Penyebab Dislipidemia Sekunder
1. Hiperkolesterolnemia
Hipotiroidisme, penyakit hepar obstruksi, sindrom nefrotik, anorexia
nervosa, porfiria intermitten akut, obat-obatan: progesteron,
siklosporin, thiazide, beta bloker, isotretionin.
2. Hipertrigiseridemia
Obesitas, diabetes melitus, kehamilan, gagal ginjal kronik, lipodistropi,
glikogen storage disease, alkohol, stress, hepatitus akut, SLE,
monoklonal gammapati, obat-obatan: beta bloker, glukokortikoid,
resin, thiazid.
3. HDL rendah
Diabetes Melitus tipe 2, rhematoid artritis, malnutrisi, obesitas,
merokok, beta bloker, progesteron. ( 14,15,16,17,18,22,24)
3.0. Kadar Fibrinogen pada Dislipidemia
peerubahan pada kadar fibrinogen. Halle mengatakan bahwa kadar
fibrinogen meningkat pada pasien dengan peninggian kadar
trigliserida dan kolesterol LDL. Demikian juga halnya pada penderita
dengan kadar kolesterol HDL yang menurun, dengan batas ambang
kadar fibrinogen > 2,90 g/dl. Hubungan antara kedua hal ini telah
lama diketahui, dan hampir selama 30 tahun terus dicari bagaimana
mekanisme sebenarnya yang terjadi. Penelitian secara in vitro dan
pada binatang percobaan memperlihatkan bahwa free fatty acid (
FFA) menekan kontrol biosintesa fibrinogen. Kecepatan sintesa
fibrinogen di hati ditingkatkan oleh glukosa dan FFA, terutama oleh
palmitat. Hipotesa lain mengatakan bahwa partikel LDL kolesterol
disintesa dan disekresi secara langsung oleh hati. Pada
hiperfibrinogenemia dimana dijumpai peningkatan FFA dan trigliserida
mungkin menyebabkan stimulasi baik fibrinogen dan apolipoprotein
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara studi cross sectional (potong lintang)
bentuk observasi (non eksperimental). Pengukuran variabel dilakukan
hanya satu kali.
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan mulai bulan Maret di Departemen Patologi Klinik
RSUP H. Adam Malik Medan bekerja sama dengan Divisi Nefrologi dan
Hipertensi Departemen Penyakit Dalam FK-USU RSUP H. Adam Malik
Medan.
3.3. Populasi Penelitian dan Subyek Penelitian
Kelompok kasus adalah Semua penderita hipertensi yang datang ke
poliklinik Penyakit Dalam di RSUP H.Adam Malik yang di diagnosa
dengan hipertensi dengan dislipidemia dan sebagai kelompok
peserta yang ikut dalam penelitian ini diberikan informed-consent dan
telah mendapat penjelasan tentang prosedur penelitian dan kemungkinan
efek yang kurang menyenangkan yang mungkin timbul meskipun kecil.
3.3.1. Kriteria Inklusi
1. Bersedia ikut dalam penelitian
2. Penderita hipertensi yang ditegakkan berdasarkan ketetapan JNC
VII 2003 ( The Seventh Report of the Joint National Commite on
Detection, Evaluation dan Treatment of high Blood Pressure) yaitu
: bila terdapat tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau
tekanan diastolik ≥ 90 mmHg.
3. Penderita hipertensi dengan hiperkolesterolnemia
4. Penderita hipertensi dengan umur ≥ 18 tahun
3.3.2. Kriteria Ekslusi
Penderita akan dikeluarkan dari penelitian jika:
1. Tidak mau ikut serta dalam penelitian ini
2. Penderita-penderita yang secara klinis terbukti adanya penyakit
inflamasi
3. Penderita hipertensi dengan keganasan
4. Kehamilan
5. Penyakit ginjal
7. Penyakit hati
8. Penderita yang sedang mengkonsumsi pemakaian kontrasepsi
oral
3.4. Batasan dan Definisi Operasional
a. Hipertensi
Yang dimaksud dengan penderita hipertensi adalah penderita
dengan riwayat hipertensi atau pada pemeriksaan fisik ditemukan
adanya hipertensi. Kriteria hipertensi sesuai dengan ketetapan
JNC VII 2003 ( The Seventh Report of The Joint National Commite
on Detection, Evaluation dan Treatment of High Blood Pressure)
yaitu: bila terdapat tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau
tekanan diastolik ≥ 90 mmHg.(32)
b. Dislipidemia
Dislipidemia ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan profil lipid
penderita dengan merujuk pada klasifikasi menurut NCEP AT III (
National Cholesterol Education Program Adul Panel III, 2001 yaitu
bila dijumpai salah satu dari kadar kolesterol total ≥200mg/dl,
trigliserida≥ 200mg/dl, LDL > 130 mg/dl, HDL ≤ mg / dl (pria) dan
HDL≤ 45 mg / dl (perempuan). (33)
Disebut DM bila terdapat riwayat memakan obat antidiabetik,
injeksi insulin atau pada pemeriksaan didapatkan KGD puasa
≥126 mg / dl, KGD 2 jam PP ≥ 200 mg/dl dan atau KGD sewaktu
≥ 200 mg/dl.
d. Obesitas
Ditentukan berdasarkan IMT (Indeks Masa Tubuh), digunakan
untuk membuat penggolongan apakah seseorang tersebut obesitas,
overweight, ataukah normal.Untuk orang Asia, disebut obesitas bila
IMT > 25 kg/m2 , overweight bila IMT 23-24,9 kg/m2 dan normal bila
IMT 18,5-22,9 kg/m2 , berat badan kurang ( underweight) bila IMT <
18,5 kg/m2 .(30,34)
3.5. Perkiraan Besar Sampel
Sampel dipilih secara consecutive sampling dengan perkiraan
besar sampel minimum dan subjek yang diteliti dipakai rumus uji
Hipotesa berpasangan
N =
2 (Zα + Z β) Sd
(1,96 + 1,036).1,05 0,55 2
= 33
Dimana : Zα = 1,96 α = 0,05
Z = 1,036 = 0,15
Dimana :
Zα = Nilai batas normal dari tabel Z yang besar nya tergantung pada nilai
α yang ditentukan. Untuk α = 0,05 dan Zα = 1,96.
Z = Nilai batas normal dari tabel Z yang besar nya tergantung pada
nilai yang ditentukan. Untuk = 0,15 dan Z = 1,036
Sd = Standar deviasi Fibrinogen adalah 1,05
D = Presisi rerata yang dianggap bermakna
Besar sampel minimal untuk masing – masing kelompok adalah 33
orang.
3.6. Pengambilan Sampel
Pengambilan sampling berdasarkan consecutive sampling, dimana
pengambilannya dalam rentang waktu 3 bulan yaitu bulan maret 2010
sampai dengan bulan Mei 2010, dimana apabila pada rentang waktu
tersebut sampel telah mencukupi kriteria sampel minimal maka penelitian
akan dihentikan.
Untuk menjelaskan variabel karakteristik antara kedua kelompok
disajikan dalam bentuk tabulasi dan dideskripsikan.
Untuk melihat perbedaan kadar fibrinogen pada pasien Hipertensi
dengan Dislipidemia dan Hipertensi tanpa Dislipidemia dilakukan uji T
Independent jika data kedua kelompok berdistribusi normal, jika
sebaliknya digunakan Mann-Whitney dan dikatakan bermakna apabila p
< 0,05. Sementara untuk melihat hubungan kadar fibrinogen dengan
kadar trigliserida, kolesterol total,HDL dan LDL digunakan uji korelasi
Pearson. Dimana kriteria dari korelasi ini sendiri meliputi :
1. Jika angka koefisien korelasi menunjukkan 0, maka kedua
variabel tidak mempunyai hubungan
2. Jika angka koefisien korelasi mendekati 1, maka kedua
variabel mempunyai hubungan yang semakin kuat
3. Jika angka koefisien korelasi mendekati 0, maka kedua
variabel mempunyaim hubungan semakin lemah
4. Jika angka koefiien korelasi sama dengan 1, maka kedua
variabel mempunyai hubungan linier sempurna positif
5. Jika angka koefisien korelasi sama dengan -1, maka kedua
variabel mempunyai hubungan linier sempurna negatif
3.8. Ethical clearance dan Inform Consent
Ethical clearance diperoleh dari komite Penelitian Bidang Kesehatan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan. Inform consent
ikut dalam penelitian setelah mendapat penjelasan mengenai maksud
dan tujuan dari penelitian ini.
3.9. Bahan dan Cara Kerja
3.9.1. Persiapan dan Pengambilan Sampel
Pengambilan Sampel
Sampel darah diperoleh melalui vena punksi pada vena mediana cubiti
menggunakan aseptik dengan alkohol 70% dan dibiarkan kering.
Pengambilan darah dilakukan dengan menggunakan disposible syringe
sebanyak 10 cc yang dibagi atas 3 bagian yaitu:
a. 4 cc darah tanpa antikoagulan untuk mendapatkan serum
dilakukan untuk pemeriksaan fungsi hati, kadar gula darah
sewaktu, profil lipid, fungsi ginjal.
b. 3,6 cc darah dengan 0,4 cc antikoagulan Na-citrat 3,8%
untuk mendapatkan plasma dilakukan untuk pemeriksaan
kadar fibrinogen.
c. 2 cc darah Ehylene Diamine Tetra Acetate ( EDTA)
KERANGKA KERJA
Populasi pasien hipertensi
Anamnesa, TD, BB,IMT
Kriteria Inklusi
Kriteria Eklusi
Pengambilan sampel darah 1x
3.9.3. Pemeriksaan Kadar Fibrinogen
Darah citrat dengan perbandingan 9: 1 segera disentrifuge selama 15
menit, dengan kecepatan 2000 g kemudian plasma dipindahkan secara
hati-hati kedalam tabung plastik tertutup. Spesimen tersebut disimpan
dalam tabung plastik pada temperatur -30C selama dua minggu dan
kemudian setelah sampel terkumpul sampel lalu dikeluarkan segera
pada temperatur ruangan kemudian dilakukan pemeriksaan fibrinogen.
Sementara menurut Laboratory Procedure Manual yang dikeluarkan oleh
universitas Washington Medical Centre plasma dapat disimpan selama 9
bulan pada suhu -700 C.(40)
Pemeriksaan dilakukan berdasarkan metode Clauss dengan alat
CoaLab 6000
Metode: Clauss
Prinsip : Turbodensitometric
Didasarkan pada kecepatan terbentuknya bekuan dari plasma citrat yang
diencerkan setelah penambahan trombin. Waktu yang dibutuhkan untuk
terbentuknya bekuan setelah penambahan trombin ke dalam plasma
yang diencerkan sebanding kadar fibrinogen dalam plasma.(17)
Bahan : Plasma citrat
Reagensia
Fibroquant yang terdiri dari :
- Thrombin reagen
- Owren’s veronal buffer ( pH7,4
Alat : CoaLAB 6000
3.9.4 Prosedur Kalibrasi dan Pemeriksaan Fibrinogen Prosedur Kalibrasi
Pembuatan kurva kalibrasi ini dilakukan secara otomatis dengan alat
CoaLaB 6000. Prosedur dalam pembuatan kurva kalibrasi :
1. Thrombin dicampur dengan 500 µl suspensi kaolin dan 500 µl air
suling, tunggu 5 menit, jangan dikocok tetapi goyangkan
perlahan-lahan sampai homogen biarkan selama 10 menit
2. Kalibrator fibrinogen dicampur dengan 1 cc air suling, tunggu 5 menit,
jangan dikocok tetapi goyangkan perlahan-lahan sampai homogen
dan biarkan selama 10 menit
Tabung no. I II III
Owren’s buffer - 450 µl 700 µl
Fibrinogen kalibrator 600 µl 150 µl 100 µl
Larutan (kalibrator) - 1 : 4 1 : 8
Konsentrasi
fibrinogen ( C)
4 x C 2 x C C
3. Masukkan menu rutin
4. Masukkan larutan kalibrator ke dalam cup sampel
5. Program alat untuk test kalibrasi
6. Masukkan larutan thrombin dan washing solution
Gambar 1. Kurva Kalibrasi fibrinogen
0 200 400 600 800 1000 1200
25.4 12.8 8.1
Tim e (sec)
Mg
/d
l
Pemeriksaan Fibrinogen
1. Larutkan sampel plasma dengan owrens buffer 1: 8
2. Masukkan sejumlah reagent Fibroquant thrombin dan washing
solution.
8. Program alat untuk mengukur kadar fibrinogen plasma
Interpretasi Hasil :
6. Konsentrasi fibrinogen didalam 1 : 8 larutan plasma
menggambarkan 100% konsentrasi fibrinogen dari sampel
7. Sampel dengan hasil Fibrinogen mean error ( FME) harus
dilakukan pemeriksaan ulang.
8. Sampel dengan NCF ( no clotting found ) harus diulang
9. Sampel dengan Konsentrasi fibrinogen < 80 mg/dl harus
diulang dengan 1 : 4 larutan plasma, dan hasilnya dibagi
dua
10. Sampel dengan konsentrasi > 600 mg/dl harus diulang
dengan membuat larutan plasma 1 : 12 , dan hasilnya
dikalikan dua
11. Nilai target yang diharapkan adalah 150 – 400 mg/dl
3.9.5. Pemeriksaan Faal Hati
Pemeriksaan yang dilakukan : SGOT, SGPT, Alkali
Phosphatase dengan metoda International federation of Clinical
Chemistry (IFFC) (UV test). Bilirubin Total, Bilirubin Direct dengan
metoda Jendrassik- Grof ( kolorimetri) menggunakan alat Cobass
6000 C 501
3.9.6. Pemeriksaan Fungsi Ginjal
Pemeriksaan yang dilakukan adalah : Penilaian Creatinin
clearance untuk menentukan fungsi ginjal dipakai rumus Cockroft and
Gault. (29,15)
KrCl = Berat badan x (140 – umur )
Kadar creatinin serum x 72
3.9.7. Pemeriksaan Kadar Gula Darah Sewaktu
Pemeriksaan ini dilakukan dengan metoda enzimatiK
berdasarkan reaksi hexokinase (UV test) dengan alat Automatic Cobass
6000 C 501. Sampel yang digunakan adalah serum.
3.9.8. Pemeriksaan Lipid Profile
Pemeriksaan ini dilakukan dengan metoda enzimatik kolorimetrik
dengan Automatic Cobass 6000 C 501. Bahan sampel adalah serum.
Prinsip pemeriksaan masing-masing sebagai berikut :
1. Kolesterol total adalah dengan tes enzimatik kolorimetrik
CHOD-PAP ( cholesterol Oxidase-Phenazone anti
Peroxidase).
2. Trigliserida dengan tes enzimatikkolorimetrik GPO-PAP
(Glycerol Phosphat Oxidase – Phenazone Anti Peroxidase).
3. HDL dengan tes enzimatik kolorimetrik.
4. LDL didapatkan dengan tes enzimatik kolorimetri
Pemeriksaan Darah lengkap
Dengan alat automatic cell counting Sysmex XT 1800i.
Kontrol Kualitas
Pemantapan kualitas dilakukan untuk menjamin ketepatan
hasil pemeriksaan dalam batas yang dapat dipercaya (valid). Sebelum
dilakukan pemeriksaan harus dilakukan kalibrasi terhadap alat-alat yang
digunakan, agar penentuan konsentrasi zat yang belum diketahui
seakurat mungkin tidak bergantung dari lot reagen, kondisi reagen dan
kondisi analyzer.
Pemantapan kualitas untuk pemeriksaan plasma fibrinogen dilakukan dengan menggunakan plasmatrol di mana hasil pemeriksaan
tersebut harus terletak dalam nilai batas yang dapat diterima dengan nilai
target 150 – 400 mg/dl (kurva kalibrasi). Setelah didapatkan hasil,
pemeriksaan selanjutnya dilakukan pemeriksaan plasma fibrinogen
sampel penderita.
Tabel 3. Pemeriksaan kadar Fibrinogen pada kedua kelompok
Tanggal N Hipertensi Dislipidemia
Hipertensi non Dislipidemia
2-5-2010 44 22 23
3.10. Kerangka Konsepsional
Fibrinogen Meningkat pd Hipertensi dan
Dislipidemia
- Lipid Profile - Fungsi Hati - Fungsi Ginjal - KGD sewaktu - DL
- IMT Hipertensi
std I ( JNC 7)
Kriteria Eksklusi Kriteria
Inklusi
Non Dislipidemia Dislipidemia
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Secara keseluruhan didapatkan 74 penderita yang diteliti terdiri
dari 38 perempuan dan 36 laki-laki dan sebanyak 8 orang dikeluarkan
dari penelitian ini karena 3 orang dengan hipertensi dengan penyakit
ginjal kronik,3 orang dengan gangguan fungsi hati, 1 orang hipertensi
dengan leukemia kronik dan 1 orang dengan karsinoma mammae.
Jumlah penderita yang diikutkan dalam perhitungan statistik 33 orang
dengan hipertensi dislipidemia dan 33 orang non dislipidemia. Dalam
penelitian ini penderita terdiri dari 14 (42,4%) laki-laki dan 19 (57,6%)
perempuan dengan umur rerata untuk Hipertensi dengan dislipidemia
55,30±11,78 dan non dislipidemia terdiri dari laki-laki 14(42,4%) dan
Tabel 1.Distribusi umur dan karakteristik pada hipertensi dislipidemia dan non dislipidemia
No Variabel
tinggi dibandingkan laki-laki 14 orang (42,4%). Dalam hal ini jenis
kelamin tidak dijumpai perbedaan bermakna antara laki-laki dan
perempuan pada kelompok hipertensi dengan dislipidemia dengan
non dislipidemia (p>0,05).
Berdasarkan kelompok umur, pada kedua kelompok terbanyak
pada rentang usia 41 sampai 60 tahun 15(45,5%), tidak dijumpai
perbedaan bermakna antara umur 41 sampai dengan 60 tahun pada
kelompok hipertensi dengan dislipidemia dan non dislipidemia.
Pada pengukuran tekanan darah sistolik dan diastolik didapati
rerata tekanan daran sistolik pada kelompok hipertensi dengan
dislipidemia adalah 154,85±13,02 dan pada kelompok non dislipidemia
adalah 159,09±14,66. Tidak dijumpai perbedaan bermakna antara
tekanan darah sistolik pada kelompok hipertensi dengan dislipidemia
dan non dislipidemia (p > 0,05), sedangkan pada pengukuran tekanan
darah diastolik pada kelompok hipertensi dengan dislipidemia didapati
rerata tekanan darah 97,58±7,51 dan kelompok non dislipidemia
didapati rerata tekanan darah 94,24±7,91. Dalam hal ini tidak dijumpai
dijumpai perbedaan bermakna antara tekanan darah diastolik pada
kelompok hipertensi dialipidemia dan non dislipidemia ( p > 0,05)
Gambaran Indek Masa tubuh pada kedua kelompok didapati
rerata 25,48±3,36 pada kelompok hipertensi dengan dislipidemia dan
rerata 25,23±3,76 pada kelompok non dislipidemia dalam hal ini tidak
kelompok hipertensi dengan dislipidemia dan non dislipidemia ( p >
0,05).
Pada pemeriksaan kolesterol total didapat rerata 262,70±73,77
pada kelompok hipertensi dengan dislipidemia dan didapati rerata
kadar kolesterol total 157,91±25,67 pada kelompok non dislipidemia.
Dijumpai perbedaan bermakna antara kadar kolesterol total pada
kelompok hipertensi dengan dislipidemia dan kelompok non
dislipidemia ( p < 0,05), sementara pada pemeriksaan kadar
trigliserida yang dilakukan pada kedua kelompok didapat rerata kadar
trigliserida dalam darah adalah 176,21±79,99 untuk kelompok
hipertensi dengan dislipidemia dan rerata 102,64±24,71 untuk
kelompok non dislipidemia. Dalam hal ini dijumpai adanya perbedaan
yang bermakna antara kadar trigliserida pada kelompok hipertensi
dengan dislipidemia dan non dislipidemia ( p <0,05)
Pada pemeriksaan HDL didapat rerata 67,85±25,83 pada
kelompok hipertensi dengan dislipidemia dan rerata 78,52±32,03 untuk
non dislipidemia dan tidak dijumpai perbedaan bermakna antara HDL
pada hipertensi dislipidemia dan non dislipidemia ( p > 0,05)
sementara pada pemeriksaan LDL pada kedua kelompok didapati
rerata kadar LDL pada kelompok hipertensi dislipidemia adalah
176,39±70,99 dan rerata LDL pada kelompok non dislipidemia adalah
107,21±23,04. Dijumpai perbedaan bermakna kadar LDL pada kedua
Tabel 2. Perbandingan Kadar Fibrinogen Pada Penderita dengan Hipertensi Dislipidemia dan non Dislipidemia
Diagnosa N Fibrinogen
(Mean±SD)
P
Hipertensi Dislipidemia 33 467,00±67,29
Hipertensi non
Dislipidemia
33 331,36±71,74 P<0,05
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa pada kelompok Hipertensi dengan
dislipidemia rerata kadar fibrinogen adalah 467,00±67,29 mg/dl, lebih
tinggi dibandingkan pada kelompok non dislipidemia dengan rerata
331,36±71,74 mg/dl dan secara statistik perbedaan ini berbeda
signifikan, dengan nilai p<0,05.
Tabel 3. Perbandingan kadar Fibrinogen antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan.
Jenis kelamin N Hipertensi dislipidemia
Laki-Laki 33 478,00±58,61 458,00±45,01 Perempuan 33 458,90±73,53 455.34±35,55
Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa ternyata pada laki-laki kadar fibrinogen
lebih tinggi dengan rerata 478,00±58,61 pada kelompok hipertensi
dengan dislipidemia dibandingkan dengan kadar fibrinogen pada
kelompok perempuan dengan rerata 458,90±73,53 dan tidak dijumpai
perbedaan yang bermakna antara kadar fibrinogen laki-laki dan
perempuan dengan nilai p>0,05
Tabel 4. Korelasi kadar Fibrinogen dengan Profil Lipid pada kelompok hipertensi dislipidemia
Profil Lipid HTD
(r)
P
HTND
(r)
P
Kolesterol Total 0,227 p>0,05 0,294 p>0,05
Trigliserida 0,121 p>0,05 -0,180 p>0,05
HDL 0,33 p>0,05 -0,257 p>0,05
LDL 0,377 P<0,05 0,033 p>0,05
Htd: hipertensi dislipidemia HTND: hipertensi non dislipidemia
Pada tabel 4 yaitu pada kelompok Dislipidemia dijumpai hubungan
bermakna yang berbanding lurus antara kadar fibrinogen dengan LDL
(p<0,05), tidak dijumpai hubungan yang bermakna antara fibrinogen
dengan kadar trigliserida, kadar LDL kolesterol, kadar HDL kolesterol
Grafik : Scater diagram hubungan kadar fibrinogen dengan LDL
Tabel 5. Distribusi pemakaian obat anti hipertensi pada kelompok hipertensi dislipidemia dan non dislipidemia
No Golongan obat Anti
Hipertensi
Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa dari kedua kelompok yang diterapi
dengan obat anti hipertensi pada kelompok dengan hipertensi dengan
dislipidemia terdapat 8( 24,2%) yang diterapi dengan golongan ACEI,
4(12,1%) golongan ARB, BB 3(9,1%), CCB 10(30,3%), dan terdapat
2(6,1%) yang diterapi dengan kombinasi ACEI+Diuretik 2(6,1%),
ARBS+Diuretik 2(6,1%), BBS+Diuretik 2 (6,1%), ACEI+CCB 2(6,1%).
Dalam hal ini terlihat bahwa pada kelompok hipertensi dengan
dislipidemia pemakaian obat anti hipertensi yang terbanyak adalah
golongan CCB sebesar 10(30,3%) dan pemakaian golongan obat anti
hipertensi yang paling sedikit adalah kombinasi golongan obat anti
hipertensi ACEI+Diuretik, ARBS+Diuretik , BBS+Diuretik,ACEI+CCB
masing-masing sebesar 2(6,1%).
Pada kelompok hipertensi non dislipidemia terdapat 10(30,3%) yang
diterapi dengan golongan obat ACEI, dan terdapat 5(12,5%) pemakaian
golongan ARB, sementara terdapat 2(6,1%) pemakaian golongan BB,
dan sebanyak 7 (21,2%) diterapi dengan golongan CCB. Sementara
yang diberikan terapi dengan golongan obat yang dikombinasi
masing-masing adalah 3(9,1) kombinasi ACEI+Diuretik, 1(3,0) BBS+Diuretik dan
kombinasi antara golongan obat antihipertensi CCB+ACEI adalah
5(15,2%). Dalam hal ini terlihat pemakaian obat anti hipertensi paling
banyak pada kelompok hipertensi non dislipidemia adalah golongan
ACEI sebesar 10 (30,3%) dan yang paling sedikit adalah yang diterapi
BAB V PEMBAHASAN
Plasma fibrinogen merupakan komponen yang sangat penting pada
kaskade koagulasi dan merupakan salah satu protein reaktan fase
akut. Dari beberapa penelitian membuktikan bahwa peningkatan dari
kadar plasma fibrinogen dihubungkan dengan peningkatan resiko
kejadian penyakit kardiovaskular termasuk hipertensi dan juga
peningkatan profil lipid sesuai dengan penelitian James J Stec pada
tahun 2006(10)
Pada penelitian ini pemeriksaan kadar fibrinogen dilakukan pada
dua kelompok yaitu kelompok hipertensi dengan dislipidemia ( kasus)
sebanyak 33 orang dengan karakteristik jenis kelamin terdiri dari 14
laki-laki (42,4%) dan 19 perempuan ( 57,6%), usia rata-rata 55,30±11,8
dengan penyebaran terbanyak pada kelompok usia 60 – 69 tahun, dan
indek masa tubuh rata-rata 25,48±3,36.
Kedua, kelompok hipertensi non dislipidemia ( kontrol ) sebanyak
33 orang dengan karakteristik jenis kelamin terdiri dari 14 laki-laki
(42,4%) dan perempuan19 ( 57,6%) dengan usia rata-rata 55,12±11,91
dengan penyebaran terbanyak pada kelompok usia 40-59 tahun dan
50-59 tahun masing – masing 30,3% dan indek masa tubuh rata-rata
25,23±3,76. Pada kedua kelompok ini tidak memperlihatkan ada
perbedaan proporsi jenis kelamin penderita hipertensi dislipidemia
perbedaan bermakna pada kelompok usia penderita maupun indek
masa tubuh ( p>0,05).
Kadar fibrinogen pada kelompok hipertensi dengan dislipidemia
dengan jenis kelamin laki-laki (n=14) rerata adalah 478,00±58,61 mg/dl
sedangakan dengan jenis kelamin perempuan (n=19) adalah
458,90±73,53 mg/dl (tabel 6) dan memperlihatkan tidak ada perbedaan
bermakna ( p>0,05) kadar fibrinogen antara kedua sub-kelompok
tersebut demikian juga pada kelompok hipertensi non dislipidemia juga
tidak memperlihatkan adanya hubungan yang bermakna kadar
fibrinogen pada jenis kelamin laki-laki dan perempuan.
Anoop Shankar, tahun 2006, menyatakan kadar fibrinogen pada
penderita hipertensi dengan dislipidemia laki-laki rendah dibandingkan
perempuan (11) .
Berbeda dengan hasil yang didapatkan pada penelitian ini dimana
kadar fibrinogen pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan wanita pada
kelompok hipertensi dengan dislipidemia demikian juga pada kelompok
hipertensi non dislipidemia (p>0,05).
Sedangkan kadar fibrinogen menunjukkan adanya perbedaan
yang bermakna antara kadar fibrinogen yang diukur pada kedua
kelompok dimana pada kelompok hipertensi dengan dislipidemia
didapati rerata kadar fibrinogen 467,00±67,29 dan pada kelompok non
dislipidemia didapati rerata kadar fibrinogen 331,36±71,74 (p< 0,05)
sesuai dengan penelitian James J stec yang dilakukan pada tahun
kadar fibrinogen dan total kolesterol serta HDL(10) (p<0,05) sementara
tidak menunjukkan hubungan yang bermakna antara kadar fibrinogen
dengan trigliserida dan LDL.
Pada penelitian ini dijumpai hubungan yang bermakna antara
kadar fibrinogen dengan kadar LDL kolesterol ( p <0,05) dan tidak
dijumpai hubungan yang bermakna antara kadar fibrinogen dengan
kolesterol total, trigliserida, HDL . James J Stec mengatakan bahwa
fibrinogen dapat meningkat pada penyakit-penyakit kardiovaskular
melalui beberapa mekanisme seperti agregasi trombosit, viskositas
plasma dan formasi fibrin dan fibrinogen ini merupakan suatu protein
fase akut yang dapat tinggi kadarnya pada penyakit inflamasi (10).
NPHS ( Northwick Park Heart Study ) menyatakan bahwa insiden PJK
akan meningkat pada orang yang hiperfibrinogenemia (38). Dan
fibrinogen merupakan prediktor yang kuat untuk terjadinya penyakit
jantung iskemi dibandingkan kolesterol .Demikian juga dengan
penelitian-penelitian lainnya seperti: Framingham Heart Study yang
menyatakan perokok dengan kadar fibrinogen sebesar 312 mg/dl
mempunyai resiko infark miokard 6 kali lipat (38,37)
Pada penelitian ini juga dijumpai adanya perbedaan yang
bermakna pada pengukuran parameter seperti umur, tekanan darah
sitole,tekanan darah diastole dan indek masa tubuh, pada kedua
kelompok (p>0,05) sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Taj
Krobot K mengatakan bahwa orang yang gemuk cenderung
mengalami peningkatan kadar fibrinogen dan indek masa tubuh
mempunyai korelasi yang kuat dengan kadar fibrinogen, tetapi pada
penelitian ini tidak terlihat. (39)
Dalam hal pemakaian obat anti hipertensi didapati pemakaian
obat anti hipertensi yang terbanyak adalah dari golongan CCB
8(30,3%) dan ACEI(24,2%) pada kelompok hipertensi dengan
dislipidemia sementara pemakaian obat anti hipertensi terbanyak pada
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
VI.1. KESIMPULAN
Pada penelitian ini dijumpai :
1. Peningkatan kadar fibrinogen pada hipertensi dislipidemia berbeda
bermakna bila dibandingkan dengan non dislipidemia (p < 0,05)
2. Tidak ada korelasi peningkatan kadar fibrinogen dengan jenis
kelamin, umur, indek masa tubuh (IMT)
3. Tidak ada korelasi kadar kolesterol, kadar trigliserida, kadar
kolesterol HDL pada hipertensi dislipidemia dan non dislipidemia,
namun ada korelasi yang positif antara kadar fibrinogen dengan
LDL kolesterol.
VI.2. SARAN
1. Penderita hipertensi dengan dislipidemia dianjurkan untuk