PENGARUH FAKTOR SOSIODEMOGRAFI, PSIKOLOGIS PASIEN SERTA FAKTOR PENYEDIA PELAYANAN KESEHATAN
TERHADAP PEMANFAATAN POLI GIGI DAN MULUT DI PUSKESMAS BUHIT KECAMATAN PANGURURAN
KABUPATEN SAMOSIR
T E S I S
Oleh
MURNI DEWI MARGARETHA TAMPUBOLON 097032012/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
THE INFLUENCE OF PATIENT’S SOCIO-DEMOGRAPHIC, PSYCHOLOGICAL FACTORS AND HEALTH SERVICE FACTORS ON THE USE OF DENTAL
AND MOUTH CLINIC AT BUHIT HEALTH CENTER, PANGURURAN SUBDISTRICT, SAMOSIR DISTRICT
T H E S I S
By
MURNI DEWI MARGARETHA TAMPUBOLON 097032012/IKM
MAGISTER OF PUBLIC STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA
PENGARUH FAKTOR SOSIODEMOGRAFI, PSIKOLOGIS PASIEN SERTA FAKTOR PENYEDIA PELAYANAN KESEHATAN
TERHADAP PEMANFAATAN POLI GIGI DAN MULUT DI PUSKESMAS BUHIT KECAMATAN PANGURURAN
KABUPATEN SAMOSIR
T E S I S
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Oleh
MURNI DEWI MARGARETHA TAMPUBOLON 097032012/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Tesis : PENGARUH FAKTOR SOSIODEMOGRAFI, PSIKOLOGIS PASIEN SERTA FAKTOR PENYEDIA PELAYANAN KESEHATAN
TERHADAP PEMANFAATAN POLI GIGI DAN MULUT DI PUSKESMAS BUHIT KECAMATAN PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR
Nama Mahasiswa : Murni Dewi Margaretha Tampubolon Nomor Induk Mahasiswa : 097032012
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, M.Si) (Siti Khadijah Nasution, S.K.M, M.Kes Ketua Anggota
)
Ketua Program Studi Dekan
(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si) (Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
Telah diuji
Pada Tanggal : 29 September 2011
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, M.Si Anggota : 1. Siti Khadijah Nasution, S.K.M, M.Kes
PERNYATAAN
PENGARUH FAKTOR SOSIODEMOGRAFI, PSIKOLOGIS PASIEN SERTA FAKTOR PENYEDIA PELAYANAN KESEHATAN
TERHADAP PEMANFAATAN POLI GIGI DAN MULUT DI PUSKESMAS BUHIT KECAMATAN PANGURURAN
KABUPATEN SAMOSIR
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Oktober 2011
ABSTRAK
Kesadaran masyarakat masih rendah untuk berkunjung ke Poli Gigi dan Mulut Puskesmas di Kabupaten Samosir. Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir, salah satu puskesmas yang rendah pemanfaatannya adalah Puskesmas Buhit dengan jumlah kunjungan rata-rata 20,9 orang per bulan pada tahun 2009 dan 21,6 orang per bulan pada tahun 2010.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh faktor sosiodemografi dan psikologis pasien serta faktor penyedia pelayanan kesehatan terhadap pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir. Jenis penelitian survei explanatory. Populasi dalam penelitian ini seluruh pasien yang berkunjung ke Puskesmas Buhit, sebanyak 15.960 orang. Sampel sebanyak 81 orang, diambil dengan teknik simple random sampling. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner, dianalisis dengan regresi logistik berganda pada α=0,05.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik faktor sosiodemografi (pekerjaan), psikologis pasien (persepsi tentang penyakit dan persepsi tentang pelayanan) serta faktor penyedia pelayanan kesehatan (ketersediaan obat dan peralatan medis) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut. Variabel persepsi tentang penyakit memiliki pengaruh yang terbesar.
Disarankan kepada Puskesmas Buhit dan Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir untuk meningkatkan promosi tentang kesehatan gigi dan mulut secara terus menerus melalui media siaran radio, brosur/leaflet, spanduk, posyandu dan melibatkan tokoh agama dan tokoh masyarakat. Memperbaiki manajemen waktu buka dan membuat kartu rencana perawatan gigi serta melengkapi alat dan bahan seperti alat pembersih karang gigi (scaller) dan bahan tambalan gigi. Dokter Gigi dan Perawat Gigi perlu memperbaiki sikap (keramahan, kesopanan), meningkatkan kompetensinya, serta meningkatkan rasa peduli dengan mengunjungi wilayah kerja puskesmas sehingga dapat mendorong masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan Poli Gigi dan Mulut.
ABSTRACT
Public awareness is still low for a visit to the tooth and poly dental and mouth of Health Center in Samosir District. Based on the profile of Samosir District Health Office, one of the health center are not yet optimal utilization is Buhit Health Center with the number of visits an average of 20.9 people per month in 2009 and 21.6 people per month in 2010.
The purpose of this explanatory survey was to analyze the influence of sociodemographic factors, psychological patient factors and health care providers factors on the utilization of poly dental and mouth of Buhit Health Center, Pangururan subdistrict, Samosir District. The population of this study were all of the 15,960 who visited the Buhit Health Center and 81 of them were selected to be sample through simple random sampling technique The data for this study were obtained through interviews using questionnaires. The data obtained were analyzed through multiple logistic regression test at α = 5%.
The result of this study showed that statistically the sociodemographic factors (occupation), psychological patient factors (perception of illness and perceptions of service) and health care provider factors (availability of medicines and medical equipment) had significant influenced on the utilization of poly dental and mouth. The variable of perception about the disease was the greatest influence.
It is recommended to the Health Center and Buhit Samosir District Health Office to increase the dental and oral health promotion continuously by broadcast media, brochures / leaflets, banners, integrated service post (posyandu) and involve religious leaders and community leaders. Improving load time management and make dental care plan card, and it should complement purifier tartar (scaller) and patched dental materials in Poly Dental and Oral. Dentists and Dental Nurses need to improve their attitude (friendliness, politeness), increase competence, and increasing a sense of caring by visiting the health center working area so it can encourage people to take advantage of Dental and Oral Poly services.
KATA PENGANTAR
Penulis memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
berkat dan rahmat serta pertolonganNya yang berlimpah sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul "Pengaruh Faktor Sosiodemografi dan Psikologis Pasien serta Faktor Penyedia Pelayanan Kesehatan terhadap Pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir".
Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk
menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat
Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
Penulis, dalam menyusun tesis ini mendapat bantuan, dorongan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, yaitu Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu,
DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K).
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.
3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, dan
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.
4. Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan Siti
Khadijah Nasution, S.K.M, M.Kes, selaku anggota komisi pembimbing yang
dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan
meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga
penulisan tesis selesai.
5. Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D dan drg. Nevy Yanti, M.Kes selaku penguji tesis
yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan
meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga
penulisan tesis selesai.
6. Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir yang telah berkenan memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan dan sekaligus
memberikan izin belajar pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara.
7. Kepala Puskesmas Buhit beserta staf yang telah berkenan memberikan
kesempatan melakukan penelitian dalam penyelesaian tesis pada Program Studi
S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Sumatera Utara.
8. Dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan
9. Ayahanda St. Drs. M. Tampubolon, M.S dan Ibunda G br. Marbun atas segala
jasanya sehingga penulis selalu mendapat pendidikan terbaik.
10 Suami tercinta dr. H. Siahaan, M.Kes serta anak-anak: Stephani Siahaan, Davita
Siahaan dan Mauritz Siahaan dan adik-adik tersayang yang penuh pengertian,
kesabaran, pengorbanan dan doa serta rasa cinta yang dalam setia menunggu,
memotivasi dan memberikan dukungan moril agar bisa menyelesaikan pendidikan
ini tepat waktu.
Penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang
membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan,
semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan, dan
pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.
Medan, Oktober 2011 Penulis
RIWAYAT HIDUP
Murni Dewi Margaretha Tampubolon, lahir pada tanggal 15 Februari 1971 di
Medan, anak pertama dari enam bersaudara dari pasangan Ayahanda, St. Drs. M.
Tampubolon, MS dan Ibunda G br. Marbun.
Pendidikan formal penulis, dimulai dari pendidikan dasar di Sekolah Dasar
St. Antonius V / VI Medan, selesai Tahun 1984, Sekolah Menengah Pertama di SMP
Trisakti Medan, selesai Tahun 1987, Sekolah Menengah Atas di SMA St. Thomas 1
Medan, selesai tahun 1990, dan Fakultas Kedokteran Gigi di USU Medan, selesai
Tahun 1996.
Mulai bekerja sebagai dokter gigi PTT di Puskesmas Hutabaginda Tarutung,
tahun 1997 sampai tahun 2000, dokter gigi PTT di Puskesmas Situmeang Habinsaran
Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2000 sampai tahun 2004. Dokter gigi fungsional di
Puskesmas Hutabaginda tahun 2004 sampai tahun 2008, dokter gigi fungsional di
Puskesmas Buhit Kabupaten Samosir tahun 2008 sampai tahun 2011 dan dokter gigi
fungsional di Puskesmas Pasar Merah Kotamadya Medan, Juli 2011 sampai sekarang.
Penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan
DAFTAR ISI
2.1 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ... 10
2.1.1 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ... 13
2.1.2 Faktor yang Memengaruhi Kunjungan Ulang... 19
2.2 Persepsi ... 21
2.3 Perilaku ... 23
2.3.1 Definisi Perilaku... 23
2.3.2 Aspek-aspek Perilaku ... 24
2.3.3 Perilaku Konsumen ... 26
2.3.4 Faktor-Faktor yang memengaruhi Perilaku ... 28
2.4 Pusat Kesehatan Masyarakat ... 30
2.4.1 Program Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas ... 32
2.4.2. Tugas Tenaga Kesehatan Gigi di Puskesmas ... 33
3.3 Populasi dan Sampel ... 39
3.6.1 Metode Pengukuran Variabel Bebas ... 47
3.6.2 Metode Pengukuran Variabel Terikat ... 48
3.7 Metode Analisis Data ... 49
BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 51
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 51
4.2 Pengaruh Faktor Sosiodemografi dan Psikologis Pasien serta Faktor Penyedia Pelayanan Kesehatan terhadap Pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir ... 54
4.2.1 Faktor Sosiodemografi ... 54
4.2.2 Faktor Psikologis ... 58
4.2.3 Faktor Penyedia Pelayanan Kesehatan... 62
4.3 Pemanfaatan Pelayanan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit . 67 4.4 Analisis Bivariat ... 68
4.4.1 Hubungan Faktor Sosiodemografi dengan Pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan ... 69
4.4.2 Hubungan Faktor Psikologis dengan Pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan ... 71
4.4.3 Hubungan Faktor Penyedia Pelayanan Kesehatan dengan Pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit ... 72
4.5 Analisis Multivariat ... 73
BAB 5. PEMBAHASAN ... 76
5.1 Pengaruh Faktor Sosiodemografi dan Psikologis Pasien serta Faktor Penyedia Pelayanan Kesehatan terhadap pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir ... 76
5.2 Pengaruh Faktor Sosiodemografi terhadap Pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit ... 76
5.2.2 Pengaruh Pendidikan terhadap Pemanfaatan Poli Gigi dan
Mulut di Puskesmas Buhit ... 79
5.2.3 Pengaruh Pekerjaan terhadap Pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit ... 81
5.2.4 Pengaruh Penghasilan terhadap Pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit ... 83
5.2.5 Pengaruh Pengetahuan terhadap Pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit ... 84
5.3 Pengaruh Faktor Psikologis Pasien terhadap Pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit ... 86
5.3.1 Pengaruh Persepsi tentang Penyakit terhadap Pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit ... 86
5.3.2 Pengaruh Persepsi tentang Pelayanan terhadap Pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit ... 90
5.4. Pengaruh Faktor Penyedia Pelayanan Kesehatan terhadap Pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit ... 92
5.4.1 Pengaruh Sikap Petugas Medis terhadap Pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit ... 92
5.4.2 Pengaruh Ketersediaan Obat dan Peralatan Medis terhadap Pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit ... 96
5.5 Pemanfatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit ... 98
5.6 Keterbatasan Penelitian ... 101
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 102
6.1 Kesimpulan ... 102
6.2 Saran ... 102
DAFTAR PUSTAKA ... 104
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1.1 Jumlah Kunjungan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit Tahun 2010 6
3.1 Distribusi Sampel menurut Desa ... 42
3.2 Aspek Pengukuran Variabel Bebas ... 48
3.3 Aspek Pengukuran Variabel Terikat ... 49
4.1 Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Penduduk
Miskin di Wilayah Kerja Puskesmas Buhit Tahun 2011 ... 52
4.2 Distribusi Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan di Puskesmas Buhit Tahun 2011 ... 53
4.3 Jenis dan Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Buhit Tahun 2011 ... 53
4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Identitas di Puskesmas Buhit
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir ... 55
4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan di Puskesmas Buhit
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir ... 56
4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan di Puskesmas Buhit
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir ... 57
4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi tentang Penyakit di
Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir ... 59
4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi terhadap Penyakit Gigi dan
Mulut di Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir ... 60
4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi tentang Pelayanan di
Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir ... 61
4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi tentang Pelayanan di
Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir ... 61
4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Petugas Medis di Puskesmas
4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Petugas Medis di Puskesmas
Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir ... 65
4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Ketersediaan Obat dan Peralatan
Medis di Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir ... 66
4.14 Distribusi Responden Berdasarkan Ketersediaan Obat dan Peralatan
Medis di Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir ... 67
4.15 Distribusi Responden Berdasarkan Pemanfaatan Pelayanan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit ... 67
4.16 Distribusi Responden Berdasarkan Pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut
Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir ... 68
4.17 Hubungan Faktor Sosiodemografi dengan Pemanfaatan Poli Gigi dan
Mulut di Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan ... 70
4.18 Hubungan Faktor Psikologis dengan Pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan ... 71
4.19 Hubungan Faktor Penyedia Pelayanan Kesehatan dengan Pemanfaatan
Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan ... 72
4.20 Analisis Regresi Berganda Pengaruh Faktor Sosiodemografi dan Psikologis Pasien serta Faktor Penyedia Pelayanan Kesehatan terhadap
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 Model Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan. ... 13
2.2 Model Perilaku Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan. ... 16
2.3 Determinan Perilaku Manusia ... 29
2.4 Landasan Teori. ... 37
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1 Kuesioner Penelitian ... 108
2 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 113
3 Uji Univariat dan Bivariat ... 118
4 Hasil Uji Regresi ... 142
5 Surat Izin Survei Pendahuluan ... 145
6 Surat Izin Penelitian ... 146
7 Surat Selesai Melaksanakan Penelitian ... 147
5. Dokumentasi Penelitian ... 154
6. Surat Izin Penelitian dari Pascasarjana USU ... 155
ABSTRAK
Kesadaran masyarakat masih rendah untuk berkunjung ke Poli Gigi dan Mulut Puskesmas di Kabupaten Samosir. Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir, salah satu puskesmas yang rendah pemanfaatannya adalah Puskesmas Buhit dengan jumlah kunjungan rata-rata 20,9 orang per bulan pada tahun 2009 dan 21,6 orang per bulan pada tahun 2010.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh faktor sosiodemografi dan psikologis pasien serta faktor penyedia pelayanan kesehatan terhadap pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir. Jenis penelitian survei explanatory. Populasi dalam penelitian ini seluruh pasien yang berkunjung ke Puskesmas Buhit, sebanyak 15.960 orang. Sampel sebanyak 81 orang, diambil dengan teknik simple random sampling. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner, dianalisis dengan regresi logistik berganda pada α=0,05.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik faktor sosiodemografi (pekerjaan), psikologis pasien (persepsi tentang penyakit dan persepsi tentang pelayanan) serta faktor penyedia pelayanan kesehatan (ketersediaan obat dan peralatan medis) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut. Variabel persepsi tentang penyakit memiliki pengaruh yang terbesar.
Disarankan kepada Puskesmas Buhit dan Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir untuk meningkatkan promosi tentang kesehatan gigi dan mulut secara terus menerus melalui media siaran radio, brosur/leaflet, spanduk, posyandu dan melibatkan tokoh agama dan tokoh masyarakat. Memperbaiki manajemen waktu buka dan membuat kartu rencana perawatan gigi serta melengkapi alat dan bahan seperti alat pembersih karang gigi (scaller) dan bahan tambalan gigi. Dokter Gigi dan Perawat Gigi perlu memperbaiki sikap (keramahan, kesopanan), meningkatkan kompetensinya, serta meningkatkan rasa peduli dengan mengunjungi wilayah kerja puskesmas sehingga dapat mendorong masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan Poli Gigi dan Mulut.
ABSTRACT
Public awareness is still low for a visit to the tooth and poly dental and mouth of Health Center in Samosir District. Based on the profile of Samosir District Health Office, one of the health center are not yet optimal utilization is Buhit Health Center with the number of visits an average of 20.9 people per month in 2009 and 21.6 people per month in 2010.
The purpose of this explanatory survey was to analyze the influence of sociodemographic factors, psychological patient factors and health care providers factors on the utilization of poly dental and mouth of Buhit Health Center, Pangururan subdistrict, Samosir District. The population of this study were all of the 15,960 who visited the Buhit Health Center and 81 of them were selected to be sample through simple random sampling technique The data for this study were obtained through interviews using questionnaires. The data obtained were analyzed through multiple logistic regression test at α = 5%.
The result of this study showed that statistically the sociodemographic factors (occupation), psychological patient factors (perception of illness and perceptions of service) and health care provider factors (availability of medicines and medical equipment) had significant influenced on the utilization of poly dental and mouth. The variable of perception about the disease was the greatest influence.
It is recommended to the Health Center and Buhit Samosir District Health Office to increase the dental and oral health promotion continuously by broadcast media, brochures / leaflets, banners, integrated service post (posyandu) and involve religious leaders and community leaders. Improving load time management and make dental care plan card, and it should complement purifier tartar (scaller) and patched dental materials in Poly Dental and Oral. Dentists and Dental Nurses need to improve their attitude (friendliness, politeness), increase competence, and increasing a sense of caring by visiting the health center working area so it can encourage people to take advantage of Dental and Oral Poly services.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masyarakat sering tidak menyadari bahwa kesehatan merupakan hal yang
sangat mahal yang tidak dapat dibayar. Ketika seseorang mengalami suatu penyakit,
barulah orang tersebut merasa bahwa nilai kesehatan itu sangat berharga dan tidak
dapat ditukar dengan nilai apapun, salah satu diantaranya adalah penyakit gigi dan
mulut. Perawatan gigi dan mulut apabila dapat dirawat sedini mungkin dan efisien,
sangat membantu dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia pada
umumnya. Pembangunan kesehatan bertujuan mewujudkan manusia Indonesia yang
seutuhnya yang sehat jasmani dan rohani. Ruang lingkup kesehatan masyarakat
mencakup seluruh aspek kehidupan, baik kesehatan fisik, mental maupun kesehatan
sosial (Depkes RI, 2009).
Hasil Susenas (1998), menunjukkan bahwa dari 1,3% dari penduduk yang
mengeluh sakit gigi (potential demand) hanya 13 % berobat ke fasilitas pelayanan
kesehatan (effective demand for dental care). Di antara yang mengeluh, 35,5 %
berobat ke Puskesmas, 25,2 % ke dokter gigi dan 17,8 % ke tenaga kesehatan,
selebihnya berobat ke fasilitas kesehatan lainnya (Depkes RI, 2000).
Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2004), menunjukkan bahwa
penyakit gigi dan mulut diderita oleh 90% masyarakat Indonesia dengan kategori
yaitu jaringan yang rusak tidak dapat utuh kembali (Depkes RI, 2006). Keadaan ini
menunjukkan penyakit gigi dan mulut di Indonesia masih tinggi dan kebutuhan akan
perawatan gigi penduduk Indonesia (dental treatment needs) masih besar.
Azwar (1996), menyatakan peningkatan derajat kesehatan hanya dapat dicapai
apabila kebutuhan (needs) dan permintaan (demands) perseorangan, keluarga,
kelompok dan atau masyarakat terhadap kesehatan, pelayanan kedokteran dapat
terpenuhi. Kebutuhan dan permintaan ini terdapat pada pihak pemakai jasa pelayanan
kesehatan.
Kesadaran masyarakat yang rendah terhadap kesehatan gigi dan mulut dewasa
ini menyebabkan jumlah kunjungan pasien di unit pelayanan kesehatan gigi dan
mulut juga masih rendah. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
pentingnya perawatan kesehatan gigi dan mulut, dokter gigi sebaiknya memberikan
penjelasan yang mudah dimengerti dan dipahami. Beberapa faktor yang dapat
menghambat masyarakat untuk melakukan perawatan kesehatan gigi dan mulut
adalah takut akan rasa sakit, waktu perawatan yang lama, rasa tidak nyaman dan
biaya /ekonomi yang tinggi (Depkes RI, 2004).
Penelitian Budisuari (2003), mengungkapkan bahwa pemanfaatan poli gigi di
Puskesmas Jatirejo masih rendah karena belum mencapai target nasional atau standar
stratifikasi Puskesmas untuk kesehatan gigi dan mulut sebesar 4% dari jumlah
penduduk wilayah kerja Puskesmas. Demikian juga hasil penelitian Sinaga (2007), di
Poliklinik Gigi Rumah Sakit Umum dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar
oleh beberapa faktor yaitu, 80% tingkat pengetahuan pasien rendah dan 41,70%
pasien kurang percaya serta 66,70% pasien sesuai dengan diagnosa dokter gigi
(evaluated need) harus berkunjung ulang ternyata tidak berkunjung ulang.
Menurut Jacobalis (2000), bahwa tingkat pendidikan turut menentukan
seseorang untuk berpersepsi semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi
pengetahuan dan semakin kritis seseorang terhadap kebutuhannya akan pelayanan
kesehatan. Begitu juga sebaliknya semakin rendah pengetahuan seseorang, maka
semakin rendah juga pemahamannya tentang kebutuhannya akan pelayanan
kesehatan.
Hasil penelitian Manurung (2007), di Kota Pematangsiantar yang
mengungkapkan prevalensi karies gigi masih cukup tinggi (97,2%). Evaluated need
dan perceived need masyarakat berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan
kesehatan gigi serta evaluated need menunjukkan hubungan yang lebih kuat
dibandingkan perceived need. Menurut Donabedian dan Dever dalam Notoatmodjo
(2005), evaluated need dan perceived need masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan
kesehatan dipengaruhi faktor sosiodemografis, sosiopsikologis dan faktor penyedia
pelayanan kesehatan. Green (1980) dalam Notoatmodjo (2005), mengungkapkan
bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan
ditentukan faktor predisposisi atau pemungkin (predisposing factor), faktor-faktor
pendukung (enabling factor) dan faktor yang memperkuat atau mendorong
Situmorang (2001), mengungkapkan masalah kesehatan gigi dan mulut dapat
memengaruhi kualitas hidup individu dengan terganggunya fungsi fisik, fungsi psikis
dan fungsi sosial. Masalah ini menjadi isu penting sejalan dengan bertambah
banyaknya jumlah penduduk usia lanjut dengan harapan tercapainya hidup sehat
sampai tua (healthy years of life).
Pemanfaatan pelayanan kesehatan yang rendah terkait dengan beberapa
faktor. Menurut Donabedian dalam Dever (2005), beberapa faktor yang dapat
memengaruhi seseorang terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan, yaitu faktor
sosiokultural, faktor organisasional dan faktor yang berhubungan dengan konsumen
(consumer factors). Faktor yang berhubungan dengan konsumen adalah kebutuhan
yang dirasakan (perceived need) dan diagnosa klinis (evaluated need) serta faktor
yang berhubungan dengan produsen (provider factors), yaitu tipe pelayanan
kesehatan, sikap petugas, serta fasilitas yang dimiliki oleh pelayanan kesehatan.
Pemanfaatan unit pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang rendah pada
Puskesmas menunjukkan fenomena yang memengaruhi tercapainya hidup sehat.
Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2001, gambaran pemanfaatan unit
pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada Puskesmas rata-rata 5 orang perhari
sedangkan target nasional pemanfaatan Puskesmas sebanyak 9 orang perhari dan
pemanfaatan rumah sakit umum kelas B rata-rata kunjungan sebanyak 23 orang
Pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Propinsi Sumatera Utara
berdasarkan profil kesehatan tahun 2010 rata-rata 11 orang perbulan atau 0,5 orang
perhari pada Puskesmas, sedangkan pemanfaatan poliklinik gigi untuk rumah sakit
umum kelas B rata-rata 12 orang perhari (Dinkes Propinsi Sumatera Utara, 2010).
Jumlah Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan di Kabupaten Samosir
sebanyak 11 Puskesmas. Data laporan Sistem Pencatatan Pelaporan Terpadu
Puskesmas (SP2TP) dari seluruh puskesmas yang dirangkum di Dinas Kesehatan
Kabupaten Samosir, ditemukan bahwa salah satu puskesmas dengan jumlah
kunjungan pasien Poli Gigi dan Mulut yang rendah adalah Puskesmas Buhit. Jumlah
kunjungan pasien Poli Gigi dan Mulut Tahun 2009 sebanyak 285 orang 0,94% dari
30.178 jumlah penduduk (rata-rata 20,9 orang perbulan) di wilayah kerja Puskesmas
Buhit. Dengan demikian terlihat bahwa jumlah pasien yang berkunjung ke Poli Gigi
dan Mulut di Puskesmas Buhit belum mencapai target yang telah ditetapkan yang
merupakan target nasional, yaitu sebesar 4% (Puskesmas Buhit, 2010).
Gambaran yang menunjukkan rendahnya pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di
Puskesmas Buhit ditunjukkan oleh jumlah kunjungan pasien selama tahun 2010
sebanyak 259 orang dari jumlah penduduk sebanyak 30.178 jiwa (rata-rata 0,86 orang
perhari), dengan demikian persentase kunjungan hanya 0,83%. Perincian jumlah
Tabel l.1. Jumlah Kunjungan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit Kabupaten Samosir Tahun 2010
Bulan Jumlah Kunjungan Trend Kunjungan
Januari 23 -
Sumber: SP2TP Puskesmas Buhit, 2011.
Tabel 1.1. di atas menunjukkan jumlah kunjungan pasien ke Poli Gigi dan
Mulut di Puskesmas Buhit mengalami penurunan terbesar pada bulan Juli-Agustus,
yaitu sebesar 82,3%. Peningkatan kunjungan terbesar pasien Poli Gigi dan Mulut
terjadi pada bulan April–Mei, yaitu sebesar 33,33%.
Survei awal untuk menggali penyebab fenomena tersebut, dilakukan kepada
masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi Puskesmas Buhit. Hasil survei
menunjukkan bahwa masalah sosiodemografi yang terkait dengan kunjungan pasien
ke Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit adalah tingkat pengetahuan masyarakat
tentang kesehatan gigi dan mulut yang rendah diakibatkan pendidikannya juga rendah
serta penghasilan yang kurang mencukupi untuk melakukan pemeliharaan kesehatan
gigi dan mulut. Dari survei awal juga ditemukan bahwa persepsi pasien tentang rasa
untuk berobat ke Poli Gigi dan Mulut sebagai suatu kebutuhan yang dirasakan
(perceived need). Berdasarkan temuan survei awal tersebut diduga rendahnya
kunjungan terkait dengan faktor sosiodemografi dan psikologis pasien serta faktor
Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit sebagai penyedia pelayanan kesehatan.
Poli Gigi dan Mulut Puskesmas Buhit sebagai sarana kesehatan yang
menyediakan pelayanan kesehatan gigi di wilayah kerja puskesmas, lokasinya tidak
jauh dari pemukiman penduduk sehingga cukup mudah ditempuh dengan kenderaan
pribadi dan angkutan umum. Sedangkan sarana pelayanan lainnya seperti: praktek
dokter gigi, Poli Gigi dan Mulut rumah sakit cukup jauh dari tempat tinggal
penduduk sehingga sulit untuk menjangkaunya.
Sarana dan prasarana pelayanan yang tersedia di Poli Gigi dan Mulut
Puskesmas Buhit, seperti: peralatan untuk cabut gigi, penambalan gigi, pembersihan
karang gigi dan obat-obatan yang cukup untuk pemeriksaan dan pengobatan penyakit
gigi dan mulut secara umum. Dalam pelayanannya didukung oleh tenaga kesehatan
dengan latar belakang pendidikan kedokteran gigi maupun keperawatan gigi yaitu
dokter gigi 1 orang dan perawat gigi sebanyak 2 orang.
Gambaran Poli Gigi dan Mulut Puskesmas Buhit yang telah memenuhi syarat
seharusnya dapat mendukung peningkatan derajat kesehatan gigi dan mulut
masyarakat. Keberadaan belum dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas Buhit.
Pemanfaatan kembali pelayanan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas untuk
pelayanan rawat jalan Puskesmas, sementara kunjungan pasien baru menunjukkan
minat pasien saat ini untuk memanfaatkan pelayanan Poli Gigi dan Mulut di
Puskesmas.
Jumlah pasien baru gigi dan mulut untuk berobat ke Poli Gigi dan Mulut yang
berkunjung yang mengalami penurunan menunjukkan rendahnya minat pasien dalam
memanfaatkan Puskesmas Buhit Kabupaten Samosir. Sarana pelayanan kesehatan
dikatakan dimanfaatkan apabila pasien melakukan kunjungan berulang. Menurut
Depkes RI (2004) frekuensi kunjungan ke sarana pelayanan kesehatan seperti Poli
Gigi dan Mulut puskesmas minimal sekali 6 bulan atau 2 kali dalam setahun.
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan antara lain: menambah tenaga perawat gigi, pelatihan-pelatihan bagi
petugas, melengkapi sarana dan prasarana pelayanan Poli Gigi dan Mulut di
Puskesmas oleh Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara maupun Dinas Kesehatan
Kabupaten Samosir, namun upaya tersebut belum dapat meningkatkan jumlah
kunjungan pasien lama maupun baru di Poli Gigi dan Mulut Puskesmas Buhit.
Minat masyarakat yang rendah dalam memanfaatkan pelayanan Poli Gigi dan
Mulut perlu diteliti di Puskesmas Buhit Kabupaten Samosir. Berdasarkan beberapa
uraian di atas maka peneliti ingin mengetahui ”Pengaruh Faktor Sosiodemografidan
Psikologis Pasien Serta Faktor Penyedia Pelayanan Kesehatan terhadap Pemanfaatan
1.2 Permasalahan
Bagaimana pengaruh faktor sosiodemografi dan psikologis pasien sertafaktor
penyedia pelayanan kesehatan terhadap pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut
di Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir?.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh faktor
sosiodemografi dan psikologis pasien serta faktor penyedia pelayanan kesehatan
terhadap pemanfaatan Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit Kecamatan
Pangururan Kabupaten Samosir.
1.4 Hipotesis
Faktor sosiodemografi dan psikologis pasien serta faktor penyedia pelayanan
kesehatan gigi dan mulut berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemanfaatan
Poli Gigi dan Mulut di Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Memberikan masukan bagi Puskesmas Buhit dan Dinas Kesehatan Kabupaten
Samosir dalam manajemen pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
2. Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Donabedian dalam Notoatmodjo (2005), pemanfaatan pelayanan kesehatan
adalah interaksi antara konsumen dengan provider (penyedia pelayanan).
Pemanfaatan pelayanan kesehatan erat hubungannya dengan kapan seseorang
memerlukan pelayanan kesehatan dan seberapa jauh efektifitas pelayanan tersebut.
Hubungan antara keinginan sehat dan pernyataan akan pelayanan kesehatan hanya
kelihatannya saja sederhana, tetapi sebenarnya sangat kompleks.
Donabedian dalam Notoatmodjo (2005), ada beberapa faktor - faktor yang
dapat memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan, yaitu:
1. Faktor Sosiokultural
a. Teknologi
Kemajuan teknologi dapat memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan,
dimana kemajuan dibidang teknologi disatu sisi dapat meningkatkan pemanfaatan
pelayanan kesehatan seperti transplantasi organ, penemuan organ-organ artifisial,
serta kemajuan dibidang radiologi. Sedangkan disisi lain kemajuan teknologi dapat
menurunkan pemanfaatan pelayanan kesehatan, sebagai contoh dengan
ditemukannya berbagai vaksin untuk pencegahan penyakit menular akan
b. Norma dan nilai yang ada di masyarakat.
Norma, nilai sosial dan keyakinan yang ada di masyarakat akan memengaruhi
seseorang dalam bertindak, termasuk dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan.
2. Faktor Organisasional
a. Ketersediaan Sumber Daya
Suatu sumber daya tersedia apabila sumber daya itu ada atau bisa didapat, tanpa
mempertimbangkan sulit ataupun mudahnya penggunaannya. Suatu pelayanan
hanya bisa digunakan apabila jasa tersebut tersedia.
b. Akses Geografis
Akses geografis dimaksudkan pada faktor-faktor yang berhubungan dengan tempat
yang memfasilitasinya atau menghambat pemanfaatan, ini ada hubungan antara
lokasi suplai dan lokasi klien, yang dapat diukur dengan jarak waktu tempuh, atau
biaya tempuh. Hubungan antara akses geografis dan volume dari pelayanan
tergantung dari jenis pelayanan dan jenis sumber daya yang ada. Peningkatan akses
yang dipengaruhi oleh berkurangnya jarak, waktu tempuh ataupun biaya tempuh
mungkin mengakibatkan peningkatan pelayanan yang berhubungan dengan
keluhan-keluhan ringan. Dengan kata lain, pemakaian pelayanan preventif lebih
banyak dihubungkan dengan akses geografis dari pada pemakaian pelayanan
kuratif sebagai mana pemanfaatan pelayanan umum bila dibandingkan dengan
pelayanan spesialis. Semakin hebat suatu penyakit atau keluhan, dan semakin
canggih atau semakin khusus sumber daya dari pelayanan, semakin berkurang
pentingnya atau berkurang kuatnya hubungan antara akses geografis dan volume
c. Akses Sosial
Akses sosial terdiri atas dua dimensi, yaitu dapat diterima dan terjangkau. Dapat
diterima mengarah kepada faktor psikologis, sosial, dan faktor budaya, sedangkan
terjangkau mengarah kepada faktor ekonomi. Konsumen memperhitungkan sikap
dan karakteristik yang ada pada provider seperti etnis, jenis kelamin, umur, ras,
dan hubungan keagamaan.
d. Karakteristik dari stuktur perawatan dan proses
Praktek pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, praktek dokter tunggal, praktek
dokter bersama, grup praktek dokter spesialis atau yang lainnya membuat pola
pemanfaatan yang berbeda.
3. Faktor yang berhubungan dengan konsumen
Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah interaksi antara konsumen dengan
provider (penyedia pelayanan). Tingkat kesakitan atau kebutuhan yang dirasakan
oleh konsumen berhubungan langsung dengan pengunaan atau permintaan terhadap
pelayanan kesehatan.
Kebutuhan, terdiri atas kebutuhan yang dirasakan (perceived need) dan
diagnosa klinis (evaluated need). Kebutuhan yang dirasakan (perceived need) ini
dipengaruhi oleh:
a. Faktor sosiodemografis yang terdiri dari umur, jenis kelamin, ras, suku bangsa,
status perkawinan, jumlah keluarga, dan status sosial ekonomi (pendidikan,
pekerjaan, penghasilan).
b. Faktor sosiopsikologis terdiri dari persepsi, dan kepercayaan terhadap pelayanan
4. Faktor yang berhubungan dengan produsen.
Faktor yang berhubungan dengan produsen, yaitu faktor ekonomi konsumen
tidak sepenuhnya memiliki referensi yang cukup akan pelayanan yang diterima,
sehingga mereka menyerahkan hal ini sepenuhnya ketangan provider. Karakteristik
provider, yaitu tipe pelayanan kesehatan, sikap petugas, serta fasilitas yang dimiliki
oleh pelayanan kesehatan yang bersangkutan. Model pemanfaatan pelayanan
kesehatan menurut Dever dalam Notoatmodjo (2005), dapat dilihat pada gambar
dibawah ini :
Gambar 2.1 Model Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Sumber : Dever dalam Notoatmodjo (2005)
2.1.1 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan dan
tuntutan pemakai jasa pelayanan kesehatan akan meningkatkan penerimaan
Sociocultural factors Organizational factors
Consumer – Provider Interaction
Consumer Factors - Sociodemographic - Sociopsyhological - Epidemiological
Perceived Evaluated
Provider Factors
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Pelanggan yang puas akan membuka
peluang hubungan yang harmonis antara pemberi jasa dan konsumen, memberikan
dasar yang baik bagi kunjungan ulang, loyalitas pelanggan dan membentuk
rekomendasi promosi dari mulut ke mulut (word of mouth) yang menguntungkan
pemberi jasa (Peter et al, 2000).
Keputusan konsumen untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan tidak terlepas
dari faktor perilaku yang dimiliki oleh masing-masing individu. Adapun faktor-faktor
yang merupakan penyebab perilaku dapat dijelaskan dengan Teori Green dalam
Notoatmodjo (2005), yang dibedakan dalam tiga faktor yaitu :
a) Faktor predisposisi (Predisposing factors)
Faktor ini merupakan faktor anteseden terhadap perilaku yang menjadi dasar
atau motivasi bagi perilaku. Termasuk dalam faktor ini adalah pengetahuan, sikap,
keyakinan, nilai dan persepsi yang berkenaan dengan motivasi seseorang atau
kelompok untuk bertindak.
b) Faktor pemungkin (Enabling factors)
Faktor pemungkin adalah faktor anteseden terhadap perilaku yang
memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana. Termasuk dalam faktor
pemungkin adalah ketrampilan, sumber daya pribadi dan komunitas. Seperti
tersedianya pelayanan kesehatan termasuk alat-alat kontrasepsi, keterjangkauan,
c) Faktor penguat (Reinforcing factors)
Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan
memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat tentu saja tergantung pada tujuan
dan jenis program. Faktor ini terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan
atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Konsumen akan memutuskan menggunakan atau memanfaatkan sarana
pelayanan kesehatan berdasarkan perilaku dan faktor-faktor yang memengaruhinya.
Proses penggunaan atau pemanfaatan sarana kesehatan oleh masyarakat atau
konsumen selanjutnya dijelaskan oleh Anderson dalam Notoatmodjo (2005), yang
menyatakan bahwa keputusan seseorang dalam menggunakan atau memanfaatkan
sarana pelayanan tergantung pada :
1. Karakteristik Predisposisi (Predisposing Characteristic)
Karakteristik predisposisi menggambarkan fakta bahwa individu mempunyai
kecenderungan untuk menggunakan atau memanfaatkan pelayanan kesehatan yang
berbeda-beda. Karakteristik predisposisi dapat dibagi ke dalam 3 kelompok yakni :
a) Ciri-ciri demografi : umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah anggota
keluarga.
b) Struktur sosial : jenis pekerjaan, status sosial, pendidikan, ras, agama, kesukuan.
c) Sikap dan keyakinan individu terhadap pelayanan kesehatan.
2. Karakteristik Pendukung (Enabling Characteristic)
a) Sumber daya keluarga (family resources) meliputi penghasilan keluarga,
b) Sumber daya masyarakat (community resources) meliputi jumlah sarana pelayanan
kesehatan, jumlah tenaga kesehatan, rasio penduduk dengan tenaga kesehatan dan
lokasi sarana., ketercapaian pelayanan dan sumber-sumber yang ada didalam
masyarakat.
3. Karakteristik Kebutuhan (Need Characteristik)
Kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan
pelayanan kesehatan, bilamana tingkat predisposisi dan pendukung itu ada.
Karakteristik kebutuhan itu sendiri dapat dibagi menjadi 2 (dua) kategori yakni :
a) Kebutuhan yang dirasakan (perceived need), yaitu keadaan kesehatan yang
dirasakan.
b) Evaluate clinical diagnosis yang merupakan penilaian keadaan sakit didasarkan
oleh penilaian petugas.
Pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan yang diajukan oleh Anderson
dalam Notoatmodjo (2005), sering disebut sebagai model penentu siklus kehidupan
(life cycle determinants model) atau model perilaku pemanfaatan fasilitas pelayanan
kesehatan (behaviour model of health services utilization).
Gambar 2.2 Model Perilaku Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Predisposing
- Family Composition - Social Structure - Health Beliefs
Enabling
- Family Resources - Community Resources
Need
Illnes Response
Cumming dalam Notoatmodjo (2005), mengungkapkan suatu set kategori
variabel utama yang muncul dari analisa terhadap model-model yang terdahulu
bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh : (1). Hal-hal yang
menyangkut kemudahan memperoleh pelayanan kesehatan, seperti kemampuan
individu membayar biaya pelayanan dan pemeliharaan kesehatan, kesadaran mereka
untuk menggunakan pelayanan kesehatan, dan tersedianya fasilitas pelayanan
kesehatan; (2). Hal-hal yang menyangkut sikap individu terhadap pelayanan
kesehatan, seperti kepercayaan terhadap manfaat pengobatan, dan kepercayaan
terhadap kualitas pelayanan yang tersedia; (3). Hal-hal yang menyangkut ancaman
penyakit seperti persepsi individu terhadap gejala-gejala penyakit dan kepercayaan
terhadap gangguan serta akibat-akibat penyakit tersebut; (4). Hal-hal yang berkaitan
dengan pengetahuan tentang penyakit; (5). Hal-hal yang berkaitan dengan interaksi
sosial individu, norma sosial dan struktur sosial, dan (6). Hal-hal yang berkaitan
dengan karakteristik demografi (status sosial, penghasilan dan pendidikan).
Model penggunaan pelayanan kesehatan yang sering dipakai adalah Health
Belief Model dicetuskan oleh Becker dalam Notoatmodjo (2005), yaitu model
kepercayaan kesehatan menjelaskan kesiapan individu dalam memahami perilaku
pemanfaatan pelayanan kesehatan. Ada 4 (empat) variabel yang terlibat dalam
tindakan tersebut yaitu :
a. Perceived seriousness (keseriusan yang dirasakan), yaitu persepsi seseorang
terhadap keseriusan dari penyakit yang didasarkan pada penilaian terhadap
giginya berlubang namun tidak merasakan keluhan, maka dia tidak akan langsung
mencari pengobatan. Tetapi apabila seseorang telah merasakan sakit gigi bahkan
sampai bengkak, maka dia akan segera mencari pengobatan.
b. Perceived susceptibility (kerentanan yang dirasakan), yaitu kepekaan seseorang
terhadap penyakit, agar seseorang bertindak untuk mengobati atau mencegah
penyakitnya, maka dia harus merasakan bahwa dia rentan atau peka terhadap
penyakit tersebut. Seorang pasien akan yakin terhadap pentingnya kesehatan gigi
apabila dia sering merasakan sakit gigi, sehingga timbul kesadarannya agar
penyakitnya tidak timbul lagi atau bagaimana untuk mengobati serta mencegah
penyakit tersebut.
c. Perceived benefits (manfaat yang dirasakan), yaitu persepsi seseorang terhadap
manfaat yang diperoleh apabila mengambil tindakan untuk mengobati atau
mencegah penyakit. Sebagai contoh seorang pasien akan berperilaku memelihara
kesehatan gigi dan mulutnya apabila dia merasakan manfaat dimana mencegah
lebih murah daripada mengobati.
d. Perceived barriers (hambatan-hambatan yang dirasakan), yaitu persepsi
seseorang terhadap hambatan-hambatan dalam bertindak untuk mengobati atau
mencegah penyakit, dapat berupa keadaan yang tidak menyenangkan atau rasa
sakit yang ditimbulkan pada perawatan. Disamping itu hambatan dapat berupa
biaya baik bersifat monetary cost yaitu biaya pengobatan ataupun time cost
dan waktu yang digunakan ke tempat pelayanan kesehatan), serta kualitas
pelayanan yang diberikan.
Faktor-faktor yang menyangkut kemudahan memperoleh pelayanan
kesehatan, seperti kemampuan individu membayar biaya pelayanan dan pemeliharaan
kesehatan, kesadaran mereka untuk menggunakan pelayanan kesehatan, dan
tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan harus diperhatikan. Hal-hal yang
menyangkut sikap individu terhadap pelayanan kesehatan, seperti kepercayaan
terhadap manfaat pengobatan, dan kepercayaan terhadap kualitas pelayanan yang
tersedia. Hal-hal yang menyangkut ancaman penyakit seperti persepsi individu
terhadap gejala-gejala penyakit dan kepercayaan terhadap gangguan serta
akibat-akibat penyakit tersebut. Hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan tentang
penyakit. Hal-hal yang berkaitan dengan interaksi sosial individu, norma sosial dan
struktur sosial, dan hal-hal yang berkaitan dengan karakteristik demografi (status
sosial, penghasilan dan pendidikan).
2.1.2 Faktor yang Memengaruhi Kunjungan Ulang
Perilaku pembeli atau pengguna dapat dijadikan kiat dasar untuk
menghubungkan kualitas pelayanan dan minat. Perilaku konsumen untuk
menggunakan pelayanan yang sama apabila mereka merasa terpenuhi keinginannya
dengan pelayanan yang mereka terima. Pembeli atau pengguna yang merasa
terpenuhi keinginannya akan kualitas jasa yang mereka terima akan membeli atau
membeli atau menggunakan jasa dari pemberi jasa yang sama sangat dipengaruhi
oleh pengalaman terhadap pelayanan yang diberikan sebelumnya.
Pengguna yang sudah terbiasa akan suatu produk atau jasa yang khusus
tidaklah selalu sama, dikarenakan faktor pemilihan alternatif yang unik. Faktor lain
lagi yang berhubungan dalam hal suka atau tidak suka, menolak tetapi sebenarnya
menyukai dan beberapa fanatik yang tidak pernah mempertimbangkan pilihan lain.
Menurut Kotler (2000), beberapa faktor yang memengaruhi pemanfaatan
barang atau jasa, yaitu ;
1. Faktor pertama adalah marketing stimuli, faktor ini terdiri dari product, price,
place dan promotion.
2. Faktor kedua adalah stimuli lain yang terdiri dari technological, political dan
cultural.
Faktor ini akan masuk dalam buyer box yang terdiri dari dua (2) faktor, yaitu
buyer characteristic yang memiliki variabel cultural, personal dan psychological,
serta buyer decision process merupakan proses yang terjadi saat seseorang
memutuskan untuk mengkonsumsi atau menggunakan suatu produk atau jasa.
Tahapan proses keputusan pembelian yang merupakan bagian dari perilaku konsumen
meliputi proses pengenalan kebutuhan, proses pencarian informasi dan proses
evaluasi alternatif. Proses pemanfaatan di mulai saat konsumen mengenali sebuah
masalah atau kebutuhan.
Mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen, pemasar dapat
kategori produk. Konsumen yang tergugah kebutuhannya akan terdorong untuk
mencari informasi lebih banyak yang dapat dilakukan baik secara aktif maupun pasif.
Konsumen akan membentuk preferensi tahap evaluasi atas merek dalam kumpulan
pilihan konsumen, juga mungkin membentuk niat untuk membeli atau menggunakan
produk yang disukai atau memanfaatkan ulang fasilitas kesehatan yang disukai.
2.2 Persepsi
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (2006) persepsi diartikan sebagai:
(a) tangapan (penerimaan) langsung dari sesuatu dan (b) proses seseorang mengetahui
beberapa hal melalui panca inderanya. Menurut Komarudin (2006), secara
etimologis, persepsi berasal dari bahasa Latin percipere yang mempuyai pengertian:
(a) kesadaran intuitif (berdasarkan firasat) terhadap kebenaran atau kepercayaan
langsung terhadap sesuatu, (b) proses dalam mengetahui objek-objek dan
peristiwa-peristiwa obyektif, (c) sesuatu proses psikologis yang memproduksi bayangan
sehingga dapat mengenal obyek melalui berfikir asosiatif dengan cara inderawi
sehingga kehadiran bayangan itu dapat disadari yang disebut juga dengan wawasan.
Persepsi seseorang dipengaruhi oleh : (a) frame of reference yaitu kerangka
pengetahuan yang dimiliki yang diperoleh dari pendidikan, pengamatan, atau bacaan ;
(b) field of experience, yaitu pengalaman yang telah dialami yang tidak terlepas dari
lingkungan sekitarnya. Pembentukan persepsi sangat dipengaruhi oleh informasi atau
rangsangan yang pertama kali diperolehnya. Pengalaman pertama yang tidak
benar mengenai Poli Gigi dan Mulut akan berpengaruh terhadap pembentukan
persepsi seorang terhadap kebutuhan untuk melakukan pemeliharaan kesehatan gigi
dan mulut.
Menurut Zastrow et al (2004), persepsi merupakan suatu proses yang timbul
akibat adanya aktifitas (pelayanan yang diterima) yang dapat dirasakan oleh suatu
objek. Mengingat bahwa persepsi setiap orang terhadap suatu objek akan
berbeda-beda. Oleh karena itu persepsi memiliki sifat subjektif yang merupakan suatu rasa
puas atau tidak oleh adanya pelayanan.
Persepsi adalah awal dari segala macam kegiatan belajar yang bisa terjadi
dalam setiap kesempatan, disengaja atau tidak. Persepsi sebagai “suatu proses
penerimaan informasi yang rumit, yang diterima atas diekstraksi manusia dari
lingkungan, persepsi termasuk penggunaan indra manusia”. Kemp dan Dayton dalam
Prawiradilaga dan Eveline (2004), menyatakan persepsi “sebagai satu proses dimana
seseorang menyadari keberadaan lingkungannya serta dunia yang mengelilinginya”.
Persepsi terjadi karena setiap manusia memiliki indra untk menyerap objek-objek
serta kejadian di sekitarnya. Pada akhirnya, persepsi dapat mempengaruhi cara
berpikir, bekerja, serta bersikap pada diri seseorang. Hal ini terjadi karena orang
tersebut dalam mencerna informasi dari lingkungan berhasil melakukan adaptasi
sikap, pemikiran, atau perilaku terhadap informasi tersebut (Prawiradilaga dan
Eveline, 2004).
Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan diatas terdapat perbedaan
menguatkan, yaitu bahwa yang dimaksud dengan persepsi adalah suatu proses yang
muncul lewat panca indera, baik indera penglihat, pendengar, peraba, perasa, dan
pencium, kemudian terus-menerus berproses sehingga mencapai sebuah kesimpulan
yang berhubungan erat dengan informasi yang diterima dan belum sampai kepada
kenyataan yang sebenarnya, proses ini yang dimaksud dengan persepsi.
2.3 Perilaku
2.3.1 Definisi Perilaku
Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus
(rangsangan dari luar). Perilaku juga dapat dikatakan sebagai totalitas penghayatan
dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil bersama antara beberapa faktor.
Sebagian besar perilaku manusia adalah operant response yang berarti respons yang
timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus tertentu yang disebut
reinforcing stimulation atau reinfocer yang akan memperkuat respons. Oleh karena
itu untuk membentuk perilaku perlu adanya suatu kondisi tertentu yang dapat
memperkuat pembentukan perilaku.
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme
(makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis
semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan
manusia itu berperilaku, karena mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang
dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas
berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan
sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku
(manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati
langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Skiner dalam Notoatmodjo (2003), bahwa perilaku merupakan
respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dilihat dari
bentuk respon terhadap stimulus ini maka perilaku dapat dibedakan menjadi 2 (dua) :
1. Perilaku tertutup (covert behavior)
Respon atau reaksi terhadap stimulus ini terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan atau kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima
stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respons terhadap stimulus ini sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek
(practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain
(Notoatmodjo, 2003).
2.3.2 Aspek-aspek Perilaku
Aspek-aspek perilaku terdiri dari tiga bagian, sebagai berikut:
a. Pengetahuan, adalah aspek perilaku yang merupakan hasil tahu, dimana ini terjadi
bila seseorang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu.
b. Sikap, merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap ini terdiri dari berbagai
tingkatan seperti menerima, merespon, menghargai dan bertanggungjawab.
c. Tindakan, adalah sesuatu yang dilakukan. Suatu sikap belum terwujud dalam
tindakan. Untuk terwujudnya sikap agar menjadi perbuatan yang nyata diperlukan
faktor pendukung dari pihak lain.
Perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti
keinginan, minat, kehendak, pengetahuan, emosi, berpikir, sifat, motivasi, reaksi dan
sebagainya, namun demikian sulit dibedakan refleksi dan gejala kejiwaan yang mana
seseorang itu berperilaku tertentu. Apabila kita telusuri lebih lanjut, gejala kejiwaan
yang tercermin dalam perilaku manusia itu adalah pengalaman, keyakinan, sarana
fisik, sosio masyarakat dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005).
Dalam memahami konsumen sebagai pengguna Puskesmas, dapat dilihat
dengan menggunakan pendekatan perilaku konsumen, seperti yang didefinisikan oleh
Schiffman dan Kanuk dalam Prasetijo (2004), yaitu merupakan proses yang dilalui
oleh seseorang dalam mencari dan membeli, menggunakan, mengevaluasi dan
bertindak pasca konsumsi produk maupun jasa yang diharapkan bisa memenuhi
kebutuhannya. Proses ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
a) Tahap perolehan (aquisition) : mencari (searching) dan membeli (purchasing)
b) Tahap konsumsi (consumption) menggunakan (using) dan mengevaluasi
(evaluating).
2.3.3 Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen adalah interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi,
perilaku dan kejadian di sekitar di mana manusia melakukan aspek pertukaran dalam
hidup mereka. Perilaku konsumen dapat juga disebut sebagai tindakan yang langsung
terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa
termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusul tindakan ini (Peter,
2000).
Beberapa macam teori tentang perilaku, antara lain (1) perilaku merupakan
hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya
yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan praktik atau tindakan, (2)
perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek yaitu aspek fisik, psikis dan sosial yang
secara terinci merupakan refleksi dari berbagai gejolak kejiwaan seperti :
pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya yang ditentukan dan
dipengaruhi oleh faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik dan sosial budaya
masyarakat (Dharmmesta, 2000).
Perilaku seseorang terdiri dari tiga bagian penting, yaitu kognitif, afektif dan
psikomotor. Kognitif dapat diukur dari pengetahuan, afektif dari sikap atau tanggapan
dan psikomotori diukur melalui tindakan (praktik) yang dilakukan (Dharmmesta,
2000). Dalam proses pembentukan dan perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang berasal dari dalam dan luar individu. Faktor dari dalam individu
mencakup pengetahuan, kecerdasan, persepsi, sikap, emosi dan motivasi yang
lingkungan sekitar baik fisik maupun non fisik seperti iklim, manusia, sosial,
ekonomi, budaya dan sebagainya.
Peter (2000), menyatakan untuk mendorong pelanggan agar mau merubah
sikapnya yang semula tidak berminat memanfaatkan pelayanan kesehatan menjadi
mau memanfaatkan, dapat dilakukan strategi :
a. Mengubah komponen afektif
Merupakan hal biasa bagi perusahaan untuk memengaruhi rasa suka
konsumen terhadap merek tertentu secara tidak langsung. Jika upaya ini berhasil,
maka rasa suka yang meningkat tersebut cenderung meningkatkan kepercayaan
positif yang dapat mengarah ke perilaku pembelian atau pemnafaatan sementara itu,
cara umum untuk memengaruhi komponen afektif secara langsung adalah melalui
classical conditioning. Berdasarkan pendekatan ini, perangsang yang digemari oleh
kebanyakan orang secara konsisten dapat dihubungkan dengan merek.
b. Mengubah komponen perilaku
Perilaku pembelian mungkin mendahului perkembangan kognisi dan afektif.
Contohnya, seorang konsumen tidak menyukai deterjen merek tertentu karena yakin
bahwa deterjen tersebut tak dapat membersihkan kotoran secara sempurna. Tetapi
karena terbujuk oleh temannya, akhirnya ia ingin mencoba dan percobaan itu
mengubah persepsinya. Hal ini kemudian menuntunnya pada peningkatan
pengetahuan yang dapat mengubah komponen kognitif.
Faktor-faktor pembentukan sikap untuk mencoba-coba produk tertentu harus
tersebut, misalnya dengan membujuk atau memberikan sampel produk sehingga
konsumen tertarik untuk mencobanya.
c. Mengubah komponen kognitif
Pendekatan yang paling umum untuk mengubah sikap adalah berfokus pada
komponen kognitif. Dengan berubahnya kepercayaan, perasaan dan perilaku, sikap
juga akan berubah. Keikutsertaan seseorang di dalam suatu aktivitas tertentu sangat
erat hubungannya dengan pengetahuan, sikap, niat dan perilakunya. Pengetahuan
terhadap manfaat suatu kegiatan akan menyebabkan orang mempunyai sikap yang
positif terhadap hal tersebut. Selanjutnya sikap yang positif ini akan memengaruhi
niat untuk ikut serta dalam kegiatan tersebut.
Niat untuk ikut serta dalam suatu kegiatan sangat tergantung pada seseorang
mempunyai sikap positif atau tidak terhadap kegiatan. Adanya niat untuk melakukan
suatu kegiatan akhirnya sangat menentukan apakah kegiatan akhirnya dilakukan.
Kegiatan yang sudah dilakukan inilah yang disebut dengan perilaku.
2.3.4 Faktor-Faktor yang memengaruhi Perilaku
Notoatmodjo (2003), menyatakan bahwa faktor-faktor yang membedakan
respons terhadap stimulus yang berbeda disebut juga determinan perilaku, yang dapat
dibedakan menjadi dua yakni :
a) Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik individu yang bersangkutan
yang bersifat bawaan, misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis
b) Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, politik. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan
yang mewarnai perilaku seseorang.
Menurut WHO (World Health Organisation) dalam Notoatmodjo (2005),
alasan seseorang berperilaku tertentu adalah karena pengetahuan, persepsi, sikap,
kepercayaan-kepercayaan, dan penilaian seseorang terhadap objek.
Gambar 2.3 Determinan Perilaku Manusia
Model kepercayaan terhadap suatu produk tertentu tersebut diperkuat dengan
pengaruh yang mendasari pada perilaku konsumen seperti yang dikemukakan oleh
Engel et.al (2000), pengaruh tersebut terdiri dari 3 faktor, yaitu :
a. Pengaruh lingkungan, meliputi : budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi, keluarga
dan situasi.
b. Perbedaan dan pengaruh individu, meliputi : sumber daya konsumen, motivasi dan
keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya hidup dan demografi.
c. Proses psikologis, meliputi : pengolahan informasi, pembelajaran dan perubahan
sikap dan perilaku. Pengalaman Keyakinan Fasilitas Sosial Budaya
Pengetahuan Persepsi Sikap Keinginan Kehendak Motivasi Niat
Sedangkan faktor yang memengaruhi diterima atau tidaknya suatu produk
tertentu dapat dijelaskan dengan model kepercayaan Irwin M. Rosentock dalam
Kotler et.al (2000), yaitu :
a. Faktor demografi, meliputi umur, jenis kelamin, ras, dan etnik.
b. Faktor sosio psikologis meliputi personality, kelas sosial, dan kelompok rujukan.
c. Faktor struktural, meliputi pengetahuan dan sikap
d. Faktor keberadaan dan keseriusan masalah kesehatan yang diderita.
e. Faktor kepercayaan penerimaan dan penolakan terhadap untung ruginya tindakan
medis tertentu, pengaruh berita dan informasi yang diperoleh dari media massa,
kelompok masyarakat atau keluarga yang dipercaya, serta pengalaman orang lain.
f. Berita-berita yang diterima dari majalah, koran, pelayanan keluarga, teman dan
lain-lain.
2.4 Pusat Kesehatan Masyarakat
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah suatu kesatuan organisasi
kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat
yang membina peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan kesehatan
secara menyeluruh dan terpadu kepada mesyarakat di wilayah kerjanya dalam
kegiatan pokok (Depkes RI, 2004).
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan Kabupaten/Kota yang
bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerja.
pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, serta berperan menyelenggarakan
sebagian dari tugas teknis operasional, (b) pembangunan kesehatan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal, (c) Puskesmas
bertanggungjawab hanya untuk sebagian upaya pembangunan kesehatan yang
dibebankan oleh dinas kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan kemampuannya, dan
(d) secara nasional, standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu kecamatan, tetapi
apabila di satu kecamatan terdapat lebih satu Puskesmas, maka tanggung jawab
wilayah kerja dibagi dua (Depkes RI, 2004).
Tugas pokok Puskesmas meliputi 3 aspek, yaitu: (1) Memberikan pelayanan
bermutu, terjangkau, cakupannya luas, dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat,
(2) Membina peran serta masyarakat dalam berbagai upaya kesehatan,
(3) Mengembangkan usaha-usaha inovatif agar terjamin pemerataan pelayanan dan
tergalinya potensi masyarakat (Depkes RI, 2004).
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan
perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, keduanya ditinjau dari sistem kesehatan
nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya pelayanan yang
diselenggarakan adalah :
1. Pelayanan kesehatan masyarakat, yaitu upaya promotif dan preventif pada