• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Psikososial Remaja Dan Kepuasan Hidup Remaja Di Pemukiman Marjinal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perkembangan Psikososial Remaja Dan Kepuasan Hidup Remaja Di Pemukiman Marjinal"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL REMAJA DAN KEPUASAN

HIDUP REMAJA DI WILAYAH PERMUKIMAN MARJINAL

SHELLY NURCAHYA ROSANDY

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perkembangan Psikososial Remaja dan Kepuasan Hidup Remaja di Permukiman Marjinal adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Shelly Nurcahya Rosandy

(4)
(5)

ABSTRAK

SHELLY NURCAHYA ROSANDY. Perkembangan Psikososial Remaja dan Kepuasan Hidup remaja di Pemukiman Marjinal. Dibimbing oleh EUIS SUNARTI.

Keluarga adalah susunan orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan darah atau adopsi, terdiri dari suami, istri, anak-anak, serta anggota keluarga lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh perkembangan psikososial remaja terhadap kepuasan hidup remaja di permukiman marjinal. Disain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan lokasi penelitian di Kelurahan Balumbang Jaya dan Kelurahan Kebon Pedes, Kota Bogor. Masing-masing kelurahan dilakukan simple random sampling sehingga diperoleh total sebanyak 160 keluarga lengkap memiliki anak remaja. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan alat bantu kuesioner. Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif, uji korelasi, dan uji pengaruh. Hasil menujukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara karakteristik keluarga, karakteristik remaja terhadap perkembangan psikososial remaja dan kepuasan hidup remaja. Faktor yang berpengaruh terhadap Perkembangan psikososial tahap initiative dan identity

secara konsisten berpengaruh terhadap kepuassan hidup remaja.

Kata kunci: kepuasan hidup remaja, perkembangan psikososial remaja, permukiman marjinal, remaja.

ABSTRACT

SHELLY NURCAHYA ROSANDY. Psychosocial Development and Adolescent Life Satisfaction in Marginalized Settlement. Supervised by EUIS SUNARTI.

Families are united by blood or adoption, consisting of husband, wife, children and other family member. The aim of this research was to analyze the effect of psychosocial development on adolescent life satisfaction. The cross sectional study was used as the design of this research. This research were located in Balumbang Jaya and Kebon Pedes district in Bogor. In each district were chosen by simple random sampling technique then total was 160 families with adolescent. Data were collected by interview using questionnaire. Data were analyzed by descriptive, correlation test and regression test. The result showed that family and adolescent characteristic have no correlation with psychosocial development and adolescent life satisfaction. Psychosocial development have positive significant correlation with adolescent life satisfaction. Initiative and identity constantly has positive significant effect toward adolescent life satisfaction.

Keywords: adolescent life satisfaction, adolescent pshychosocial development, marginalized settlement, adolescent.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL REMAJA DAN KEPUASAN

HIDUP REMAJA DI PERMUKIMAN MARJINAL

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan usulan penelitian ini, penelitian ini berjudul Perkembangan Psikososial Remaja dan Kepuasan Hidup Remaja di Wilayah Permukiman Marjinal. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof Dr Ir Euis Sunarti, MSi selaku dosen skripsi yang telah membimbing dan memberikan dukungan, motivasi dan arahan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

2. Dr Ir Dwi Hastuti, MSc dan Alfiasari, SP MSi selaku dosen penguji atas masukannya dalam penyempurnaan skripsi ini.

3. Dr Ir Herien Puspitawati, MSc, MSc selaku pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menempuh pendidikan di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen.

4. Seluruh dosen dan staf Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama menempuh pendidikan di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen.

5. Ayahanda tercinta, A. Firdaus Andriansyah dan Ibunda tercinta, Icah serta adik kandung saya Anggi Agustian dan kepada teman-teman atas segala doa dan dungan dan kasih sayangnya.

6. Rekan satu bimbingan Riska Anggraeni Prastya, Evi Oktaviyanti, Afromalika, dan Siti Maesaroh serta teman-teman Ilmu Keluarga dan Konsumen angkatan 48 lainnya yang telah memberikan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR iii

DAFTAR LAMPIRAN iv

PENDAHULUAN 1

Latar belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

KERANGKA PEMIKIRAN 3

METODE PENELITIAN 4

Disain, Waktu, dan Lokasi Penelitian 5 Teknik Pengambilan Contoh 5 Data dan Cara Pengumpulan Data 6 Pengolahan dan Analisis Data 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 10

Hasil 10

Pembahasan 20

SIMPULAN DAN SARAN 23

Simpulan 23

Saran 24

DAFTAR PUSTAKA 24

LAMPIRAN 27

(14)

DAFTAR TABEL

1 Variabel, skala data, dan sumber kuesioner 6 2 Sebaran contoh menurut karakteristik keluarga 11 3 Sebaran contoh menurut karakteristik remaja 11 4 Sebaran indeks capaian komponen perkembangan psikososial

remaja tahap trust 12

5 Sebaran indeks capaian komponen perkembangan psikososial

remaja tahap autonomy 13 6 Sebaran indeks capaian berdasarkan komponen perkembangan

psikososial remaja tahap initiative 13 7 Sebaran indeks capaian berdasarkan komponen perkembangan

psikososial remaja tahap industry 14 8 Sebaran indeks capaian berdasarkan komponen perkembangan

psikososial remaja tahap identity 14 9 Sebaran indeks capaian perkembangan psikososial remaja 15 10 Sebaran indeks capaian komponen kepuasan hidup remaja

terhadap keluarga 16

11 Sebaran indeks capaian komponen kepuasan hidup remaja

terhadap sekolah 16

12 Sebaran indeks capaian komponen kepuasan hidup remaja

terhadap teman 17

13 Sebaran indeks capaian komponen kepuasan hidup remaja

terhadap diri sendiri 17 14 Sebaran indeks capaian komponen kepuasan hidup remaja

terhadap lingkungan 18

15 Sebaran indeks capaian kepuasan hidup remaja 18 16 Koefisien korelasi antara karakteristik keluarga, karakteristik

remaja, perkembangan psikososial, dan kepuasan hidup remaja 19 17 Koefisien korelasi antara karakteristik keluarga, karakteristik

remaja, perkembangan psikososial, dan kepuasan hidup remaja 19 18 Hasil uji regresi, variabel karakteristik keluarga, karakteristik

remaja, perkembangan psikososial remaja, dan kepuasan hidup

remaja 20

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pikir perkembangan psikososial remaja dan kepuasan

hidup remaja 4

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Pengaruh perkembangan psikososial remaja terhadap kepuasan

hidup remaja 28

2 Pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik remaja,

perkembangan psikososial remaja terhadap kepuasan hidup remaja 28 3 Koefisien regresi komponen perkembangan psikososial remaja

terhadap kepuasan hidup remaja 29 4 Pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik remaja, komponen

perkembangan psikososial remaja terhadap kepuasan hidup remaja 29 5 Koefisien korelasi karakteristik keluarga, karakteristik remaja,

(16)
(17)

1

PENDAHULUAN

Latar belakang

Populasi penduduk dunia saat ini hampir seperlimanya adalah anak usia remaja (10 – 24). Menurut data Kemenkes 2013, populasi penduduk saat ini mencapai 248.4 juta dengan jumlah remaja sabanyak 65.7 juta. Hal tersebut menunjukkan proporsi anak remaja mencapai 38 persen dari total populasi penduduk. Negara Indonesia merupakan salah satu negara dengan laju pertumbuhan penduduk yang sangat cepat. Menurut data BPS 2010, pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 1.49% per tahun dan diproyeksikan untuk tahun berikutnya tidak jauh berbeda. Laju pertumbuhan penduduk yang sangat cepat akan berdampak terhadap berbagai masalah salah satunya yaitu masalah terkait ketersediaan tempat tinggal yang kurang terhadap akses serta sarana dan prasarana yang memadai untuk proses tumbuh kembang anak termasuk anak usia remaja. Kondisi tersebut akan memaksa keluarga untuk tinggal di permukiman liar termasuk di dalamnya permukiman kumuh dan permukiman marjinal.

Menurut Undang-undang No. 4 pasal 22 tahun 1992 permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni antara lain karena berada pada lahan yang tidak sesuai dengan peruntukkan atau tata ruang, kepadatan bangunan yang sangat tinggi dalam luasan yang sangat terbatas, rawan penyakit sosial dan penyakit lingkungan, kualitas umum bangunan yang rendah, tidak terlayani prasarana lingkungan yang memadai, membahayakan keberlangsungan kehidupan penghuninya. Sementara itu, pemukiman marjinal adalah zona perumahan yang sewanya murah, karena kondisi tanah yang paling tidak menguntungkan dari motivasi ekonomi, misalnya di pinggiran bantaran sungai; atau secara geografis wilayah-wilayah kota yang sering tergenang banjir di musim hujan dan yang tidak ditunjang fasilitas kota (Sulistyawati 2007). Keluarga yang bermukim di wilayah yang rentan terhadap berbagai masalah, baik ekonomi, pendidikan, kesehatan dan masalah sosial lainnya menyebabkan keluarga tersebut tidak dapat menjalan peran dan fungsinya dengan baik serta kurang memperhatikan perkembangan anak (Nurhidayah 2013).

Lingkungan merupakan aspek yang berpengaruh secara langsung terhadap perkembangan anak khususnya remaja yang pada periode usia tersebut anak mulai mengembangkan gambaran mengenai dirinya dalam masyarakat. Harapan masyarakat terhadap remaja untuk ikut serta dalam kegiatan sosial di lingkungan merupakan bentuk capaian perkembangan remaja yang salah satunya ditunjukkan melalui perkembangan psikososial. Berdasarkan tahap perkembangan psikososial Erikson remaja mulai mengambangkan diri termasuk peran sertanya dalam lingkungan masyarakat. Namun pada masa ini remaja seringkali dihadapkan dengan masalah melihat kedudukan remaja dalam masyarakat yang menuntut untuk selalu diterima oleh lingkungan sekitarnya (Martiastuti 2008). Permasalahan-permasalahan tersebut menuntut suatu penyelesaian agar tidak menjadi beban yang dapat mengganggu perkembangan di masa selanjutnya sehingga remaja merasa puas terhadap hidupnya (Martiastuti 2008).

(18)

2

puas atau tidaknya kehidupan yang dijalaninya dari mulai anak-anak, remaja, dan orang dewasa (Janiati 2011). Kepuasan hidup remaja dapat diukur melalui perspektif unidimensional dan multidimensional (Yacoob et al 2012). Domain kepuasan hidup remaja berdasarkan perspektif multidimensional mencakup bagaimana kepuasan remaja terhadap diri sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, teman sebaya, dan kepuasan terhadap lingkungan (Yacoob et al 2012).

Kepuasan hidup pada remaja meruapakan hal yang penting. Remaja yang merasa tidak puas akan menuntut pada dirinya, keluarga, lingkungan tempat tinggal, dan teman sebayanya agar terpenuhi kepuasannya. Remaja perlu untuk dapat menilai kepuasan hidupnya, karena sebelum mencapai kepuasasan, remaja akan memiliki cita-cita dan harapan untuk dicapai pada masanya. Terkait hal tersebut, penting dilakukan penelitian yang mengkaji tentang perkembangan psikososial remaja terhadap kepuasan hidup remaja di wilayah permukiman marjinal.

Perumusan Masalah

Wilayah perkotaan mengalami peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya (BPS 2013). Kondisi tersebut menjadi alasan setiap tahunnya pemukiman marjinal semakin padat, dikarenakan pemerintah belum mampu menyediakan lokasi pemukiman yang layak. Permukiman marjinal tersorot sebagai pemukiman dengan kondisi lingkungan yang masih rendah, dikarenakan pemukiman tersebut tumbuh dalam ruang yang padat. Lingkungan dengan kualitas rendah berpengaruh terhadap proses tumbuh kembang anak khususnya remaja karena pada masa ini remaja berada pada tahap pengembangan diri dengan melihat bagaimana remaja dapat mengoptimalisasikan dirinya di tengah-tengah lingkungan dimana remaja tersebut tinggal. Remaja yang tidak mampu menempatkan dirinya dalam lingkungan masyarakat akan menyebabkan berbagai masalah kenakalan remaja. Menurut data Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor, kasus kenakalan remaja di Kota Bogor mencapai angka 58.3 persen dari jumlah populasi remaja yang ada.

Perkembangan anak usia remaja yang tinggal di pemukiman marjinal menarik untuk dikaji lebih lanjut salah satunya yaitu perkembangan psikososial. Penelitian (Faramuli 2014) menyatakan bahwa capaian pemenuhan tugas perkembangan anak yang hidup di pemukiman marjinal masih tergolong rendah. Perkembangan psikososial berarti perkembangan sosial individu ditinjau dari sudut pandang psikologi. Hubungan antara anak dengan dan keluarga, teman sebaya dan sekolah mempengaruhi perkembangan psikososial remaja. Pengalaman remaja di masa kanak-kanak akan berimplikasi terhadap kepuasan hidup remaja itu sendiri. Remaja yang puas terhadap hidupnya akan lebih menimbulkan emosi positif dibandingkan dengan remaja yang tidak puas terhadap hidupnya (Diener 1997). Berdasarkan uraian tersebut, ada beberapa permasalahan yang akan dianalisis dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana karakteristik keluarga dan karakteristik remaja di wilayah permukiman marjinal?

(19)

3

3. Apakah terdapat pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik remaja, dan perkembangan psikososial remaja terhadap kepuasan hidup remaja di wilayah permukiman marjinal?

Tujuan Penelitian Tujuan umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh perkembangan psiikososial remaja terhadap kepuasan hidup remaja.

Tujuan khusus

1. Menganalisis karakteristik keluarga, karakteristik remaja;

2. Menganalisis perkembangan psikososial remaja dan kepuasan hidup remaja; dan

3. Menganalisis pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik remaja, perkembangan psikososial remaja terhadap kepuasan hidup remaja.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti mengenai perkembangan psikososial remaja dan kepuasan hidup remaja di wilayah permukiman marjinal. Penelitian ini juga diharapkan dapat menyediakan informasi bagi penelitian di bidang ilmu keluarga dan anak yang dapat digunakan sebagai acuan dalam proses belajar mengajar. Selain itu, Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan yang terkait dengan keluarga yang fokus terhadap upaya mewujudkan kesejahteraan keluarga dan perkembangan anak remaja.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka berpikir mengenai pengaruh perkembangan psikologi remaja terhadap kepuasan hidup remaja di wilayah perrmukiman marjinal disajikan pada Gambar 1. Kerangka pemikiran menunjukkan bahwa keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Karakteristik keluarga meliputi usia orang tua, besar keluarga, lama pendidikan, status pekerjaan dan pendapata per kapita. Sementara itu karakterisktik remaja meliputi usia, jenis kelamin, lama pendidikan dan pendidikan remaja. Melalui pendekatan struktural fungsional keluarga berinteraksi dengan beragam lingkungan beserta fungsi dan peran dalam setiap sistemnya (Sunarti 2006). Sementara itu, teori lingkungan keluarga yang merupakan turunan dari teori ekologi keluarga menggambarkan adanya interaksi antara keluarga dengan lingkungan sekitarnya sebagai bentuk adaptasi keluarga terhadap lingkungan (Sunarti 2007).

(20)

4

lingkungan masyarakat. Pada masa ini orang tua mempunyai peran penting dalam pemenuhan kebutuhan psikologis remaja untuk menciptakan kepuasan hidup remaja sesuai dengan yang diharapkan (Janiati 2011). Dimensi kepuasan hidup remaja terdiri dari lima komponen, yaitu kepuasan terhadap keluarga; kepuasan terhadap sekolah; kepuasan terhadap diri sendiri; kepuasan terhadap hubungan pertemanan; dan kepuasan terhadap lingkungan hidup (Yacoob et al 2012). Perkembangan psikososial menekankan pentingnya tahun-tahun pertama kehidupan anak sebagai tahap awal pembentukan dasar-dasar kepribadiannya (Gunarsa 2010). Pengalaman-pengalaman remaja di masa kanak-kanak akan merefleksikan kepuasan hidupnya pada saat berada di usia remaja. dimensi perkembangan psikososial yang diukur meliputi komponen trust; autonomy; initiative; industry; dan komponen identity.

(21)

5

METODE PENELITIAN

Disain, Waktu, dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung yang berjudul

“Lingkungan Spasial, Modal Sosial, Perkembangan Remaja, dan Kesejahteraan Keluarga di Pemukiman Marjinal Kota Bogor”. Penelitian ini menggunakan disain cross sectional study. Penelitian ini menggunakan teknik wawancara, serta

indept interview dengan menggunakan alat bantu kuesioner. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Bogor Barat dan Tanah Sareal yaitu Kelurahan Balumbang Jaya dan Kelurahan Kebon Pedes. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara purposive Pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2014 hingga Juli 2015.

Teknik Pengambilan Contoh

Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga lengkap bertempat tinggal di pinggiran sungai atau bantaran rel kereta api. Contoh dalam penelitian adalah 160 keluarga memiliki anak remaja usia 12-19 tahun dengan teknik simple random sampling di masing-masing kelurahan. Contoh diambil dari dua kelurahan, Kebon Pedes dan Balumbang Jaya. Data populasi diperoleh dari Kelurahahan, RW, dan RT Kebon Pedes dan Balumbang Jaya. Unit analisis dalam penelitian ini keluarga, dan responden penelitian ibu dan bapak. Penentuan jumlah contoh yang diambil dari populasi tersebut menggunakan rumus Slovin:

n=

=

=

159.75 ≈ 160 orang

Keterangan :

n = jumlah keluarga yang diambil (dijadikan contoh)

N = jumlah keluarga lengkap memiliki anak remaja di Kelurahan Kebon Pedes dan Balumbang Jaya

e = batas kesalahan pengambilan contoh

Gambar 2 Kerangka Pengambilan Contoh Remaja pada Keluarga di Pemukiman Marjinal

(22)

6

Data dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan berdasarkan sumbernya yaitu dalam bentuk data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melaui wawancara dan pengamatan kepada ibu dan pengukuran kepada anak. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi data umum kondisi wilayah dan data garis kemiskinan Kota Bogor dari BPS Jawa Barat tahun 2013. Jenis dan variabel penelitian terdiri 4 aspek yaitu aspek karakteristik keluarga yang meliputi usia istri, usia suami, lama pendidikan istri, lama pendidikan suami, besar keluarga, lama menikah, pendapatan per kapita keluarga, dan status istri bekerja. Aspek karakteristik remaja meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan, dan lama pendidikan. Perkembangan psikososial remaja diukur menggunakan The Erikson Inventory Scale (EPSI) (Rosenthal et al 1981) yang dikembangkan oleh (nurhidayah 2013) yang telah dimodifikasi menjadi 57 item pertanyaan menggunakan skala likert 1 (tidak pernah), 2 (pernah), 3 (sering), dan 4 (selalu) (Cronbach’s Alpha= 0.903). Selanjutnya, kepuasan hidup remaja diukur menggunakan Multidimensional Students’ Life Satisfaction Scale (MSLSS) (Huebner 2011) yang telah dimodifikasi menjadi 38 item pertanyaan menggunakan skala likert 1 (Tidak pernah), 2 (Pernah), 3 (Sering), dan 4 (Selalu) (Cronbach’s Alpha= 0.872). Keseluruhan data primer tersebut dikumpulkan melalui alat bantu kuesioner. Secara lengkap rincian jenis data dan cara pengumpulan data disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1 Variabel, skala data, dan sumber kuesioner

Variabel Skala Data Sumber Kuesioner

Karakteristik Keluarga

Besar keluarga (orang) Rasio

Usia istri (tahun) Rasio

Usia suami (tahun) Rasio

Lama pendidikan orangtua (tahun) Rasio Pendapatan perkapita (Rp/kapita/bulan) Rasio

Kepuasan terhadap keluarga Interval Multidimensional

Students’Life Satisfaction Scale (MSLSS) (Huebner 2011) Cronbach’s Alpha= 0.872

Kepuasan terhadap sekolah Interval

(23)

7

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah diperoleh selanjutnya diolah melalui beberapa tahapan, yakni proses editing, coding, scoring, entry data, cleaning, analyzing, dan interpretasi data. Data dianalisis menggunakan program Microsoft Excel dan

Statistical Package for Social Science (SPSS) for Windows. Data kemudian dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis inferensia. Analisis deskriptif meliputi frekuensi distribusi, nilai rataan, standar deviasi, nilai mksimum, nilai minimum, dan tabulasi silang. Analisis yang digunakan dyaitu analisis inferensia, meliputi uji hubungan korelasi Pearson dan uji pengaruh menggunakan uji regresi linier.

Langkah selanjutnya yaitu dilakukan terhadap data dengan uraian sebagai berikut:

1. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis karakteristik keluarga (usia istri, usia suami, lama pemdidikan istri, lama pendidikan suami, besar keluarga, lama menikah, pendapatan per kapita per bulan); karakteristik remaja (usia, jenis kelamin, pendidikan dan lama pendidikan). Variabel perkembangan psikososial dan kepuasan hidup remaja diukur skor indeks dengan mentransformaasikan nilai skor yang diperoleh menjadi skor indeks. Indeks presentase dihitung menggunakan rumus :

Skor indeks = (Skor yang dicapai - skor trendah) x 100 Skor tertinggi – skor terendah

2. Uji asumsi klasik dilakukan sebelum melakukan uji regresi, data penelitian harus memenuhi syarat-syarat untuk melakukan uji regresi. Uji regresi dilakukan untuk melihat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif keluarga. Syarat untuk melakukan uji regresi adalah dengan melakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolineritas, dan autokorelasi. Uji normalitas yang digunakan pada penelitian ini adalah uji P-Plot. Pinsip pengujiannya adalah dengan melihat penyebaran data (titik) di sekitar garis diagonal grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Data dikatakan menyebar normal jika menyebar di sekitar garis diagonal atau pada grafik histogram menunjukkan model lonceng. Jika data (titik) menyebar sejauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti antargaris diagonal maka pola distribusinya tidak normal, sehingga model regresi dikatakan tidak memenuhi asumsi normalitas (Ghozali 2011). Uji multikolineritas merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antarvariabel bebas yang diteliti. Variabel yang diharapkan dari uji tersebut agar dapat memenuhi syarat untuk melakukan uji regresi adalah variabel yang tidak terjadi multikolineritas. Cara untuk mengetahui apakah terdapat multikolineritas atau tidak pada model regresi adala dengan melihat nilai

Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai Tolerance

dibawah 0.1 dan nilai Variance Inflation Fctor (VIF) di atas 10 maka terdapat multikolineritas (Ghozali 2011).

(24)

8

Jika tidak terjadi heterokdesitas, maka uji regresi dapat dilakukan. Model regresi dikatakan memiliki heterokdesitas apabila nilai signifikansinya di bawah 0.05 dan pada grafik scatterplot titik-titik tidak menyebar di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y (Ghozali 2011). Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah pada model regresi ada korelasi antara kesalahan pengguna pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (Ghozali 2011). Cara untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi pada variabel yang diteliti adalah dengan melihat Durbin-Watson dari model regresi. Apabila model Durbin-Durbin-Watson mendektai +2 maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi autokorelasi pada model regresi. 3. Uji regresi linier digunakan untuk mengidentifikasi pengaruh karakteristik

keluarga, karakteristik remaja, perkembangan psikososial terhadap kepuasan hidup remaja.

X1 = Perkembangan psikososial remaja

X1a– X1e = Komponen perkembangan psikososial remaja

X2a– X2j = Komponen karakteristik keluarga (usia istri,

usia suami, besar keluarga, lama pendididkan istri, lama pendidikan suami, lama menikah, pendapatan perkapita, lama menetap, lama tinggal di wilayah).

Perkembangan psikososial adalah tahap perkembangan psikososial remaja yang diukur melalui pencapaian tahapan trust, autonomy, initiative, industry,

dan identity.

Perkembangan psikososial tahap trust adalah perkembangan rasa percaya dan mampu membentuk harapan sepanjang hidup bahwa dunia adalah tempat yang baik dan menyenangkan untuk hidup.

(25)

9

Perkembangan psikososial tahap initiative adalah perkembangan dalam pengembangkan rasa tanggungjawab dan inisiatif serta keberanian

untuk membayangkan dan mengejar sebuah tujuan.

Perkembangan psikososial tahap industry adalah perkembangan untuk gigih, merasa mampu dan berkeinginan untuk menyelesaikan pekerjaan.

Perkembangan psikososial tahap identityadalah perkembangan menemukan siapa diri dan tumbuhnya keyakinan penuh pada prinsip tertentu kemampuan untuk memutuskan, bagaimana bersikap, percaya dengan rekan-rekan remaja atau orang dewasa.

Kepuasan hidup remaja yaitu kepuasan hidup remaja yang diukur melalui capaian kepuasan hidup remaja terhadap keluarga, kepuasan remaja terhadap sekolah, kepuasan remaja terhadap diri sendiri, kepuasan remaja terhadap hubungan pertemanan, dan kepuasan remaja terhadap lingkungan hidup.

Kepuasan terhadap keluarga adalah dimensi pengukuran kepuasan hidup remaja yang mengukur kepuasan remaja terhadap lingkungan keluarga termasuk di dalamnya hubungan interpersonal dengan keluarga.

Kepuasan terhadap sekolah adalah dimensi pengukuran kepuasan hidup remaja yang mengukur kepuasan remaja terhadap lingkungan sekolah.

Kepuasan terhadap diri sendiri adalah dimensi pengukuran kepuasan hidup remaja yang mengukur kepuasan remaja terhadap persepsi diri sendiri.

Kepuasan terhadap hubungan pertemanan adalah dimensi pengukuran kepuasan hidup remaja yang mengukur kepuasan remaja terhadap hubungan ibterpersonalnya dengan teman yang ada di lingkungan remaja tersebut tinggal.

Kepuasan terhadap lingkungan hidup adalah dimensi pengukuran kepuasan hidup remaja yang mengkur kepuasan remaja terhadap lingkungan hidup yang berada di sekitar remaja.

Permukiman marjinal adalah pemukiman yang berada di bantaran sungai, sepanjang rel kereta api, dimana penduduknya sebagian besar tidak bekerja memiliki jarak antar rumah kurang dari 1 meter, kurang tersedianya tempat pembuangan sampah dan rawan bencana, termasuk di dalamnya pemukiman kumuh dan pemukiman liar.

Keluarga di pemukiman marjinal adalah susunan orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan darah atau adopsi, terdiri dari suami, istri, anak-anak, serta anggota keluarga lainnya yang bertempat tinggal di daerah marjinal

Karakteristik keluarga adalah ciri-ciri yang dimiliki oleh keluarga yang tinggal di daerah marjinal yang meliputi usia suami-istri, besar keluarga, pendidikan suami-istri, pendapatan perkapita per bulan, dan lama menetap di tempat tinggal.

Usia adalah usia suami dan isteri yang dinyatakan dalam tahun.

Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah atau yang masih menjadi tanggungan orang tua dalam memenuhi kebutuhan hidup.

(26)

10

Pendapatan per kapita keluarga adalah rata-rata penghasilan per bulan yang diperoleh dari pekerjaan utama maupun tambahan ayah dan ibu yang dinilai dengan uang.

Remaja adalah individu berada pada kategori remaja awal (12-15 tahun), remaja tengah (15-18 tahun), dan remaja akhir (18-21 tahun).

Karakteristik remaja adalah ciri yang dimiliki oleh remaja yang meliputi: usia, jenis kelamin, lama pendidikan dan pendidikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kelurahan Balumbang Jaya terletak di wilayah Bogor Barat dan Kelurahan Kebon Pedes terletak di wilayah Tanah Sareal. Kelurahan Balumbang Jaya mempunyai luas sebesar 124,595 Ha dengan jumlah RW sebanyak 13 dan RT sebanyak 45. Letak geografis Kelurahan Balumbang Jaya 200 M di permukaan laut dengan curah hujan 3000-4000 mm. Kelurahan Balumbang Jaya mempunyai batas wilayah sebelah Utara dengan Kelurahan Situ Gede, sebelah Timur dengan Kelurahan Bubulak dan Kelurahan Situ Gede, sebelah Selatan dengan Kelurahan Marga Jaya, serta sebelah Barat dengan Desa Babakan Kecamatan Dramaga. Kelurahan Kebon Pedes terletak diwilayah Tanah Sareal. Kelurahan Kebon Pedes mempunyai luas 104 Ha dengan jumlah RW sebanyak 13 RW dan RT sebanyak 74. Letak geografis Kelurahan Kebon Pedes berada pada ketinggian 250 M dengan curah hujan rata-rata 3500-4000 mm. Kelurahan Kebon Pedes mempunyai batas wilayah sebelah Utara dengan Kelurahan Kedung Badak, sebelah Selatan dengan Kelurahan Cibogor, sebelah Barat dengan Kelurahan Ciwaringin dan sebelah Timur dengan Kelurahan Tanah Sareal.

Kedua kelurahan tersebut berada di bantaran sungai, pemukiman yang rawan bencana, memiliki tingkat kepadatan yang tinggi dengan jarak rumah kurang dari satu meter. Berdasarkan ciri-ciri tersebut, maka lokasi penelitian termasuk dalam wilayah pemukiman marjinal yang secara umum tidak layak untuk ditempati. Selain itu, lingkungan memberikan potensi terhadap perkembangan anak termasuk remaja. Kedua wilayah yang diteliti tidak memiliki fasilitas untuk menunjang kegiatan remaja seperti karang taruna.

(27)

11

kategori miskin, dengan rata-rata pendapatan perkapita kurang dari Rp 360518. Rata-rata lama menikah yaitu 21.52 tahun.

Tabel 2 Sebaran contoh menurut karakteristik keluarga

Karakteristik Min. Maks. Rataan±St.dev

Usia istri (tahun) 32 66 41.49±5.81

Usia suami (tahun) 32 74 46.49±7.13

Lama pendidikan istri (tahun) 0 16 7.57±2.81

Lama pendidikan suami (tahun) 0 15 8.31±2.76

Besar keluarga (orang) 3 9 4.88±1.06

Lama menikah (tahun) 6 40 21.52±5.90

Pendapatan perkapita (rupiah) 10000 1375000 3.50068.67±187131.21

Karakteristik Remaja

Usia contoh berkisar antara 12-19 tahun dengan persentase 33.8 persen pada usia 12 sampai dengan 15 tahun dan 66.3 persen pada usia 16 sampai 19 tahun. (Arnet 2007 dalam Nurhidayah 2013) mengkategorikan usia remaja ke dalam tiga periode yaitu early adolescence (10-14 tahun), late adolescence (15-18 tahun) dan emerging adolescence (19-25 tahun), sedangkan Monks mengelompokkan usia remaja ke dalam tiga periode, yaitu periode remaja awal (12-15), periode remaja tengah (16-18), dan periode remaja akhir (19-21). Dengan demikian usia contoh berada pada periode early adolescence dan late adolescence (Arnet 2007) dan termasuk kelompok remaja tengah menurut (Monks 1999).

Tabel 3 menunjukkan contoh yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 88 orang (sebanyak 6 dari 10 contoh berjenis kelamin laki-laki berjumlah 72 orang (45.00%) dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 88 orang (55.00%). Tingkat pendidikan contoh menunjukkan persentase tertinggi 46.9 persen adalah tingkat SMP, tingkat SMA sebesar 44.4 persen dan tingkat SD dengan peresentase terendah sebesar 4.4 persen.

Tabel 3 Sebaran contoh menurut karakteristik remaja

Karakteristik n Min. Maks. Rataan±St.dev

(28)

12

Perkembangan Psikososial Remaja

Erikson dalam Papalia et. al (2008) menyebutkan bahwa krisis yang terjadi di masyarakat memengaruhi kepribadian individu. Delapan tahap perkembangan yang mencakup teori kepribadian Erikson disebut dengan perkembangan psikososial. Penelitian ini menggunakan lima tahap perkembangan psikososial, yaitu kompunen trust, autonomy, initiative, industry, dan komponen identiy. Berdasarkan sebaran capaian perkembangan psisososial remaja tahapan trust

(tabel 4), perkembangan tahapan trust tertinggi disebabkan oleh kepercayaan terhadap orang sekitar diperoleh sebesar 75.20 persen. Contoh membangun kepercayaan melalui keyakinan akan kemampuan diri sendiri dengan skor 71.12 persen. Kesiapan untuk menghadapi kemugkinan hal buruk yang akan terjadi menunjukkan capaian terendah dengan capaian sebesar 36.66 persen atau hanya 3 dari 10 contoh yang merasa siap untuk menghadapi kemungkinan buruk yang akan terjadi. Item lain dengan capaian yang rendah yaitu sulit percaya terhadap orang lain sebesar 43.12 ersen.

Tabel 4 Sebaran indeks capaian komponen perkembangan psikososial remaja tahap trust

Komponen tahap trust Indeks

Mampu mengontrol diri saat marah 52.08

Dunia merupakan tempat yang penuh harapan 62.91

Tidak takut kehilangan kontrol diri pada saat merasa kecewa 66.04

Keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri 71.12

Pemahaman orang lain terhadap keadaan diri sendiri 51.87

Keyakinan bahwa hal baik akan berlangsung lama 60.83

Kesukaan terhadap orang dikenal 75.20

Keyakinan bahwa dunia dipenuhi orang yang baik 63.75

Perasaan senang pada saat membantu orang lain 71.87

Kesiapan menghadapi hal buruk yang akan terjadi 36.66

Merasa sama baiknya dengan orang lain 48.75

Sulit percaya terhadap orang lain 43.12

Subtotal pencapaian 58.85

Tabel 5 menunjukkan indeks capain perkembangan psikososial remaja tahapan autonomy. Pencapaian tertinggi tahap perkembangan autonomy

disebabkan oleh usaha yang dilakukan untuk mewujudkan apa yang diinginkan (75.62%), hal tersebut menunjukkan 7 dari 10 contoh mamiliki usaha yang baik untuk mewujudkan apa yang diinginkan. Capaian autonomy terbesar kedua yaitu usaha yang tinggi untuk bangkit dari keadaan yang tidak baik (75.20%). Capaian tahapan autonomy lainnya menunjukkan 5 dari 10 contoh suka terhadap kebebasan yang memiliki capaian sebesar 58.33 persen. capaian tersebut merupakan capaian terkecil dari perkembangan psikososial untuk komponen

(29)

13

Tabel 5 Sebaran indeks capaian komponen perkembangan psikososial remaja tahap autonomy

Komponen tahap autonomy Indeks

Menerima sesuatu apa adanya 71.66

Berpikir sebelum bertindak 73.33

Berusaha bangkit dari keadaan yang buruk 75.20

Dapat membagi waktu untuk diri sendiri dan orang lain 59.58

Keyakinan akan kemampuan yang dimiliki 74.37

Tidak merasa malu dengan keadaan saat ini 54.58

Berusaha terus mandiri 74.79

Memtuskan pilihan sendiri 59.79

Berusaha keras mencapai apa yang diinginkan 75.62

Keyakinan bahwa keberhasilan dipengaruhi kemampuan diri 62.50

Focus menjalani kehidupan 72.70

Suka terhadap kebebasan 58.33

Subtotal pencapaian 67.70

Komponen perkembangan psikososial tahap initiative menunjukkan bahwa capaian tertinggi perkembangan initiative disebabkan oleh perasaan semangat dan senang pada saat menemukan pengalaman baru sebesar 73.95 persen. Capaian tertinggi kedua yaitu semangat untuk melakukan hal yang baik sebesar 72.08 persen. Capaian perkembanga autonomy yang rendah disebabkan oleh inisiatif dalam mengeluarkan pendapat atau ide baru sebesar 42.70 persen, memiliki kemampuan yang sama satu sama lain sebesar 43.8 persen (Tabel 6). Rata-rata capaian tahap initiative contoh sebesar 59.20 persen.

Tabel 6 Sebaran indeks capaian berdasarkan komponen perkembangan psikososial remaja tahap initiative

Komponen tahapan Initiative Indeks

Menjadi yang pertama dalam mengeluarkan ide-ide baru. 42.70

Memiliki kemampuan yang sama dengan orang lain. 43.12

Inisiatif dalam mengeluarkan ide 61.04

Tidak merasa ada kekurangan pada penampilan saya. 42.08

Tidak takut melakukan hal yang benar 62.29

Semangat dalam melakukan banyak hal. 72.08

Dapat menahan diri untuk tidak melakukan hal yang tidak baik. 70.20 Berusaha memperbaiki diri pada saat menyadari kesalahan 69.16

Semangat ketika menemukan pengalaman yang baru. 73.95

Suka mencari tahu ,mengenai hal-hal yang baru. 68.54

Lebih suka menjadi pengikut dibandingkan menjadi pemimpin. 42.70 Mampu menahan diri pada saat berniat melakukan hal yang tidak baik. 62.50

Subtotal pencapaian 59.20

(30)

14

capaian tertinggi kedua untuk komponen perkembangan tahap industry (76.66%). Capaian rata-rata tahap perkembangan komponen industry sebesar 64.50 persen.

Tabel 7 Sebaran indeks capaian berdasarkan komponen perkembangan psikososial remaja tahap industry

Komponen tahapan Industry Indeks

Merasa putus asa pada saat apa yang inginkan tidak tercapai 64.16

Senang menunda-nunda pekerjaan. 65.41

Pekerja keras. 62.91

Merasa berguna bagi orang lain. 58.54

Berusaha keras untuk mencapai cita-cita 76.66

Menghabiskan waktu untuk hal yang berguna. 64.37

Sabar walaupun diejek teman 64.58

Menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan sebelum mengerjakan tugas. 67.08

Tidak menunda masalah berlarut-larut 55.20

Yakin setiap masalah dapat diselesaikan. 76.45

Subtotal capaian 59.58

Pada perkembangan psikososial remaja pada tahap identity, remaja perlu menentukan identitasnya (Erikson dalam Papalia et al. 2008). Tabel 8 menunjukkan sebaran contoh yang sebagian besar mampu membedakan yang baik dan yang buruk (80.62%) capaian tersebut merupakan capaian tertinggi dari komponen perkembangan tahap identity.

Tabel 8 Sebaran indeks capaian berdasarkan komponen perkembangan psikososial remaja tahap identity

Komponen tahapan Identity Indeks

Mengatasi kekurangan yang ada pada diri sendiri 62.29

Menjadi pemimpin pada saat berkumpul dengan orang lain. 43.12

Bersikap sopan. 76.04

Memiliki tujuan dan cita-cita yang jelas. 79.16

Mampu memegang apa yang menjadi prinsip hidup. 66.66

Saya berlaku jujur dalam bertindak. 68.12

Membuat keputusan yang tepat untuk hidup 63.54

Bangga dengan apa yang diperjuangkan. 77.08

Memahami kodrat sebagai laki-laki/perempuan. 75.20

Mampu membedakan mana yang baik dan buruk. 80.62

Terlibat dalam berbagai kegiatan. 59.58

Subtotal capaian 68.31

(31)

15

dengan rataan capaian sebesar 45.6 persen. Hal ini menunjukkan bahwa semakin individu mampu menentukan dan memutuskan tujuan hidupnya makan akan semakin mampu menentukan identitas dirinya.

Lima tahap pertama dari delapan perkembangan psikososial remaja yaitu trust vs mistrust, otonomi vs perasaan malu dan ragu-ragu, inisiatif vs rasa bersalah, produktivitas vs inferioritas, identitas vs kekacauan. Krisis identitas bukan peristiwa yang membawa bencana melaikan sebuah kesempatan untuk mengembangkan sikap penyesuaian diri yang bersifat adaptif maupun maladaptive (Feist & Feist dalam Nurhidayah 2013). Tabel 9 memperlihatkan bahwa rata-rata ketercapaian tertinggi contoh berada pada dimensi perkembangan tahap identity sebesar 68.31 persen, diikuti dengan dimensi perkembangan tahap

autonomy sebesar 67.70 persen. Sedangkan dimensi yang paling rendah ketercapaiannya adalah dimensi pada tahap perkembangan trust sebesar 58.85 persen. Secara keseluruhan, rata-rata capaian perkembangan psikososial remaja diperoleh sebesar 62.73 persen.

Tabel 9 Sebaran indeks capaian perkembangan psikososial remaja

Subvariabel Perkembangan Psikososial Indeks

Dimensi perkembangan tahap Trust (12 item) 58.85

Dimensi perkembangan tahap autonomy (12 item) 67.70

Dimensi perkembangan tahap initiative (12 item) 59.20

Dimensi perkembangan tahap industry (10 item) 59.58

Dimensi perkembangan tahap identity (11 item) 68.31

Subtotal capaian perkembangan psikososial remaja 62.73

Kepuasan Hidup remaja

Kepuasan hidup remaja ditunjukkan melalui tingkat kepuasan terhadap keluarga, kepuasan terhadap sekolah, kepuasan terhadap teman, kepuasan terhadap diri sendiri, dan kepuasan terhadap lingkungan. Tabel 10 menunjukkan sebaran capaian kepuasan hidup remaja terhadap keluarga. Capaian tertinggi yaitu kesenangan pada saat berada di rumah bersama keluarga sebesar 78.95 persen. Kesenangan menghabiskan waktu bersama keluarga sebagai capaian tertinggi kedua yang berdampak terhadap kepuasan hidup terhadap keluarga dengan capaian sebesar 74.37 persen. Capaian terendah terdapat pada rutinitas dalam melakukan hal yang menyenangkan bersama keluarga sebesar 63.12 persen. capaian terendah kedua berada pada item bahwa contoh merasa keluarga yang dimilikinya lebih baik dari keluarga yang lainnya yang dicapai sebesar 71.75 persen. Namun, kedua capaian tersebut masih menunjukkan capaian optimal, karena lebih dari separuh contoh telah mencapai tugas dengan baik. Capaian rata-rata keseluruhan komponen kepuasan terhadap keluarga yaitu sebesar 72.79 persen yang menunjukkan bahwa 7 dari 10 remaja kepuasan hidup terhadap keluarganya sudah terpenuhi dengan baik. Komunikasi yang baik ditunjukkan dengan

(32)

16

Tabel 10 Sebaran indeks capaian komponen kepuasan hidup remaja terhadap keluarga

Kepuasan terhadap Keluarga Indeks

Senang saat berada di rumah dengan keluarga 78.95

Keluarga berkomunikasi dengan baik satu sama lain 74.37

Menghabiskan waktu dengan keluarga 75.00

Melakukan hal-hal yang menyenangkan bersama orang tua 63.12 Keluarga sendiri lebih baik bila dibandingkan dengan keluarga lainnya 71.25 Semua anggota keluarga berbicara dengan bahasa yang baik. 73.75

Diperlakukan dengan adil di dalam keluarga. 73.12

Subtotal capaian 72.79

Tabel 11 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan kepuasan hidup terhadap sekolah. Sebagian besar contoh memiliki harapan yang besar untuk dapat berprestasi di sekolah sebesar 86.25 persen. Harapan untuk terus bersekolah diperoleh sebesar 90.83 persen memperoleh capaian tertinggi pada komponen kepuasan hidup terhadap sekolah. Capaian rata-rata kepuasan hidup terhadap sekolah sebesar 79.71 persen.

Tabel 11 Sebaran indeks capaian komponen kepuasan hidup remaja terhadap sekolah

Kepuasan terhadap Sekolah Indeks

Berharap bisa berprestasi di sekolah 86.25

Sekolah adalah kegiatan yang menyenangkan. 80.41

Sekolah hal yang menarik 78.95

Berharap terus bersekolah 90.83

Ada banyak hal yang tidak menyenangkan di sekolah 71.66

Menikmati kegiatan yang ada di sekolah 72.29

Sekolah mengajarkan banyak hal 81.25

Kenyamanan berada di sekolah 76.04

Subtotal capaian 79.71

(33)

17

Tabel 12 Sebaran indeks capaian komponen kepuasan hidup remaja terhadap teman

Kepuasan terhadap Teman Indeks

Perlakuan baik dari teman 73.33

Teman- teman semuanya baik 74.16

Harapan memiliki teman yang berbeda 58.12

Teman memberikan banyak manfaat 75.62

Rasa bangga terhadap teman 61.25

Pengalaman buruk dengan teman 71.66

Memiliki banyak pengalaman menyenangkan dengan teman 72.08

Memiliki banyak teman 77.29

Teman membantu pada saat mengalami kesulitan 69.58

Subtotal capaian 70.34

Tabel 13 menunjukkan sebaran kepuasan hidup remaja terhadap diri sendiri. Capaian tertinggi yaitu rasa bangga terhadap diri sendiri sebesar 80.00 persen. ketertarikan terhadap hal baru berdampak pada kepuasan terhadap diri sendiri yang merupakan capaian tertinggi kedua dengan capaian sebesar 72.29 persen. Rata-rata capaian komponen kepuasan remaja terhadap diri sendiri yaitu sebesar 64.40 persen.

Tabel 13 Sebaran indeks capaian komponen kepuasan hidup remaja terhadap diri sendiri

Kepuasan terhadap Diri Sendiri Indeks

Merasa cantik/tampan 54.16

Berguna bagi lingkungan sekitar. 67.08

Berlaku baik pada orang lain. 69.58

Banyak kesamaan dengan orang di sekitar 43.33

Tertarik terhadap hal-hal baru. 72.29

Bangga terhadap diri saya sendiri. 80.00

Subtotal capaian 64.40

(34)

18

Tabel 14 Sebaran indeks capaian komponen kepuasan hidup remaja terhadap lingkungan

Kepuasan terhadap Lingkungan Sebaran

Merasa nyaman dengan lingkungan tempat tinggal 77.50

Harapan ada orang baru tinggal di lingkungan sekitar 67.70

Harapan untuk dapat pindah rumah ke tempat lain 68.12

Harapan orang-orang berlaku baik 69.16

Kesukaan terhadap lingkungan tempat tinggal 59.79

Lingkungan saya membosankan 68.33

Tetangga bersikap baik terhadap terhadap keluarga 66.87

Terdapat hal yang menyenangkan di lingkungan tempat tinggal 66.79

Subtotal capaian 68.41

Diener diacu dalam (Yacoob et al. 2012) mendefinisikan kepuasan hidup sebagai evaluasi kognitif individu pada beberapa domain. Kepuasan hidup dapat diukur dengan dua jenis pengukuran, yaitu menggunakan dimensi umum dan dimensi khusus. Namun dimensi khusus dinilai lebih efektif dalam mengukur kepuasan hidup remaja. Huebner membagi dimensi khusus tersebut ke dalam lima komponen yaitu, hubungan interpersonal dengan keluarga, lingkungan sekolah, persepsi diri, hubungan pertemanan, dan lingkungan hidup (Huebner 1994 dalam Yacoob et al. 2012). Tabel 15 menunjukkan capaian kepuasan hidup remaja. Capaian rata-rata tertinggi yaitu pada tingkat kepuasan terhadap sekolah sebesar 79.71 persen, capaian tertinggi kedua berada pada tingkat kepuaan terhadap keluarga yang dicapai sebesar 72.79 persen. Sementara itu capaian terendah berada pada tingkat kepuasan terhadap diri sendiri sebesar 64.40 persen. Secara keseluruhan, rata-rata capaian pemenuhan tugas kepuasan hidup remaja berada pada kategori tinggi dengan capaian rata-rata sebesar 71.13 persen.

Tabel 15 Sebaran indeks capaian kepuasan hidup remaja

Komponen Kepuasan Hidup Remaja Indeks

Kepuasan terhadap keluarga 72.79

Kepuasan terhadap sekolah 79.71

Kepuasan terhadap teman 70.34

Kepuasan terhadap diri sendiri 64.40

Kepuasan terhadap lingkungan 68.41

Subtotal capaian kepuasan hidup remaja 71.13

Uji Hubungan antar Karakteristik Keluarga, Karakteristik Remaja, Perkembangan Psikososial, dan Kepuasan Hidup Remaja

(35)

19

semakin tinggi capaian perkembangan psikososial remaja maka kepuassan hidup remaja akan semakin meningkat. (Tabel 16).

Tabel 16 Koefisien korelasi antara karakteristik keluarga, karakteristik remaja, perkembangan psikososial, dan kepuasan hidup remaja

Lama pendidikan istri .154 -.013

Lama pendidikan suami -.005 -.052

Besar keluarga .009 -0.36

Lama menikah .039 .055

Pendapatan per kapita -.092 -.135

Usia remaja .068 -.029

Lama pendidikan remaja .070 -055

Kepuasan hidup remaja 1 .559**

*signifikan pada p<0.05; **signifikan pada p<0.01

Uji Hubungan antar Variabel Perkembangan Psikososial Remaja dan Kepuasan Hidup remaja

Hasil uji korelasi antar variabel perkembangan psikososial remaja dan kepuasan hidup remaja menjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara perkembangan psikososial remaja dan kepuasan hidup remaja. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi perkembangan psikososial remaja maka kepuasan hidup remaja akan semakin meningkat.

Tabel 17 Koefisien korelasi antara karakteristik keluarga, karakteristik remaja, perkembangan psikososial, dan kepuasan hidup remaja

Variabel Kepuasan hidup remaja

Komponen tahap trust .393**

Komponen tahap autonomy .443**

Komponen tahap initiative .500**

Komponen tahap industry .291**

Komponen tahap identity .585**

*signifikan pada p<0.05; **signifikan pada p<0.01

Pengaruh Karakteristik keluarga, Karakteristik Remaja, Perkembangan Psikososial Remaja, dan Kepuasan Hidup remaja

(36)

20

perkembangan psikososial, yaitu pada tahap intiative dan identity. Hal ini menujukkan bahwa semakin meningkat perkembangan tahap initiative dan identity maka remaja akan semakin memenuhi kepuasan hidupnya Subvariabel lain dari perkembangan psikososial yang berpengaruh negative signifikan secara konsisten adalah komponen perkembangan pada tahap industry. Semakin meningkat perkembangan pada tahap industry maka remaja akan semakin tidak dapat memenuhi kepuasan hidupnya. Karakteristik keluarga, karakteristik remaja secara konsisten tidak berpengaruh terhadap kepuasan hidup remaja.

Tabel 18 Hasil uji regresi, variabel karakteristik keluarga, karakteristik remaja, perkembangan psikososial remaja, dan kepuasan hidup remaja

Variabel β F Sig. Adj. R2

Model Y1: α+ β1X1+ ε

Konstanta regresi 71.842 .000 .308

Perkembangan psikososial remaja .573 .000**

Model Y2: α+ β2X2+ β3X3+ β4X4+ … + β10X10+ β31X31 + β32X32+ ε

Konstanta regresi 8.057 .000 .307

Perkembangan psikososial remaja .598 .000**

Model Y3: α+ β1aX1a+ β1bX1b+ β1cX1c+ β1dX1d + β1eX1e + ε

Konstanta regresi 20.164 .000 .376

Item tahap initiative .177 .034*

Item tahap industry -.173 .027*

Item tahap identity .375 .000**

Model Y4: α + β1aX1a + β1bX1b + β1cX1c + … + β2aX2a + β2bX2b + β2cX2c + … +

β2jX2j+ β3aX3a+ β3bX3b + ε

Konstanta regresi 8.226 .000 .389

Item tahap initiative .176 .039*

Item tahap industry -.195 .017*

Item tahap identity .402 .000**

*signifikan pada p<0.05; **signifikan pada p<0.01

Pembahasan

(37)

21

(BPS 2013). Kondisi tersebut memberikan gambaran bahwa wilayah permukiman marjinal memiliki potensi penduduk miskin lebih besar.

Perkembangan psikososial pada remaja berkenaan dengan pencarian identitas (Erikson dalam Papalia et al. 2008). Identitas terbentuk ketika remaja berhasil memecahkan tiga masalah utama, yaitu pilihan pekerjaan, adopsi nilai yang diyakini dan dijalani, dan perkembangan identitas seksual yang memuaskan. Sepanjang krisis masa anak-anak pertengahan, yaitu tahap industry vs inferioritas,

anak-anak menguasai keterampilan yang dibutuhkan untuk sukses dalam kultur mereka. Pada saat memasuki usia remaja, mereka harus mencari jalan menggunakan keterampilan tersebut. Remaja juga harus mampu menunjukkan kebingungan dengan mundur ke masa kanak-kanak untuk menghindari pemecahan konflik atau dengan melibatkan diri mereka secara impulsif ke dalam serangkaian tindakan yang buruk (Papalia et al. 2008).

Hasil penelitian menunjukkan capaian perkembangan psikososial remaja secara keseluruhan yang terdiri dari lima dimensi diperoleh sebesar 62.73 persen. Dimensi perkembangan tahap autonomy dan identity memberikan kontribusi tertinggi terhadap total capaian perkembangan psikososial remaja, sedangkan capaian perkembangan tahapan trust 58.85 persen, initiative 59.20 persen, dan

industry 59.58 persen masih menunjukkan capaian yang kurang optimal. Dimensi perkembangan tahapan trust disebut juga masa oral sensorik. Dimensi polaritasnya adalah memperoleh dasar kepercayaan dan di pihak lain mengatasi dasar ketidak percayaan (Gunarsa 2010). Hasil uji menunjukkan bahwa pencapaian perkembangan tahapan trust tertinggi disebabkan oleh kepercayaan terhadap orang sekitar dengan kontribusi capaian yang tinggi. Contoh membangun kepercayaan melalui keyakinan akan kemampuan diri sendiri dengan skor 71.12 persen. Kesiapan contoh dalam menghadapi kemungkinan buruk yang terjadi menempati skor capaian paling rendah yaitu sebesar 36.66 persen yang berarti hanya 4 dari 10 contoh yang siap menghadapi kemungkinan situasi buruk terjadi. Hal ini diduga karena wilayah marjinal berpotensi terhadap bencana khususnya untuk wilayah Kelurahan Kebon Pedes yang memiliki intensitas bencana banjir yang cukup tinggi. Dengan demikian, sebagian besar contoh menjadi tidak percaya terhadap lingkungan karena dianggap lingkungan tempat tinggal membahayakan bagi sebagian besar contoh. Capaian perkembangan tahap

initiative memberikan kontribusi yang rendah terhadap perkembangan psiksosial remaja secara keseluruhan. Contoh memiliki inisiatif yang kurang untuk mengeluarkan ide baru (42.70%) yang menunjukkan bahwa hanya 4 dari 10 contoh memiliki inisiatif untuk mengeluarkan ide. Contoh yang memiliki kepercayaan diri terhadap penampilannya hanya sebesar 42.08 persen dan sisanya sebanyak 57.92 persen tidak percaya diri dengan penampilan yang ada pada dirinya. Hal tersebut diduga karena contoh tinggal di lingkungan yang kurang memadai sehingga menimbulkan rasa tidak percaya diri pada saat keluar dan berinteraksi dengan orang lain yang berasal dari lingkungan yang berbeda.

(38)

22

kepuasan terhadap diri sendiri dan kepuasan terhadap lingkungan diperoleh sebesar 71.13 persen. Hal tersebut menunjukkan 7 dari 10 contoh kepuasan hidupnya telah terpenuhi. Kepuasan terhadap sekolah merupakan capaian tertinggi 79.71 persen. Kepuasan terhadap sekolah mencakup hal yang berkaitan dengan harapan untuk dapat terus bersekolah dan motivasi untuk meraih prestasi di sekolah. Hal ini sejalan dengan penelitian (Sobirin 2007) yang menyatakan bahwa motivasi untuk berprestasi yang tinggi berpeluang untuk menimbulkan kepuasan pada lingkungan sekolah. Sementara itu, capaian kepuasan terendah berada pada komponen kepuasan terhadap diri sendiri 64.40 persen. Komponen kepuasan terhadap diri sendiri mencakup hal yang berkaitan dengan penghargaan terhadap diri sendiri dan rasa percaya akan kemampuan diri (Huebner 2011). Merasa bahwa diri contoh cantik atau tampan diperoleh capaian sebesar 54.16 persen yang artinya setengah dari keseluruhan contoh memiliki penghargaan terhadap diri yang rendah. Item lain dari kepuasan terhadap diri sendiri dengan capaian rendah yaitu kesamaan dengan orang di sekitarnya 43.33 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh merasa dirinya berbeda dengan kebanyak orang yang di lingkungan sekitar sehingga contoh menjadi tidak percaya diri dengan apa yang ada pada dirinya.

Hasil uji menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik keluarga dan karakteristik remaja terhadap perkembangan psikososial remaja maupun terhadap kepuasan hidup remaja. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian (Chang et al. 2003) yang menyebutkan bahwa pendidikan orang tua, pendidikan anak, dan usia berhubungan positif terhadap kepuasan hidup remaja. Terdapat hubungan positif sangat signifikan antara komponen perkembangan psikososial terhadap kepuasan hidup remaja. Hal ini menjukkan bahwa semakin tinggi capaian perkembangan psikososial remaja maka akan meningkatkan kepuasan hidup remaja. Hasil uji pengaruh menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara karakteristik keluarga maupun karakteristik remaja terhadap kepuasan hidup remaja. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian (Chang et al. 2003) yang menyebutkan bahwa faktor pendidikan remaja, usia remaja, usia remaja, dan pendidikan orang tua berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan hidup remaja. Komponen perkembangan psikososial tahap trust

berkaitan dengan terbentuknya rasa percaya terhadap orang terdekat yang dibangun melalui kedekatan dengan orang sekitar khususnya dengan orang tua. Hasil uji menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara komponen perkembangan tahap trust dengan kepuasan hidup remaja. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian (Claudia & Huebner 2008) yang menyatakan bahwa kedekatan orang tua dengan anak berkaitan dengan kepuasan hidup anak. Komponen

(39)

23

et al. 2014) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif signifikan antara penghargaan diri dengan kepuasan hidup remaja dan sejalan pula dengan penelitian (Saric et al. 2008) yang menyatakan bahwa self esteem berpengaruh positif terhadap kepuasan hidup remaja. akan semakin terpenuhi. Komponen tahap

industry berpengaruh negatif signifikan terhadap kepuasan hidup remaja. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi capaian perkembangan maka kepuasan hidup remaja semakin tidak terpenuhi. Komponen identity berpengaruh positif sangat signifikan terhadap kepuasan hidup remaja. Komponen perkembangan psikososial tahap identity mencakup hal yang berkenaan dengan lingkungan peer group

remaja. Hasil uji pengaruh tidak sejalan dengan penelitian (Saric et al. 2008) yang menyatakan bahwa lingkungan peer group berpengaruh negatif terhadap kepuasan hidup remaja.

Penelitian ini akan lebih bermakna apabila penggalian informasi tidak hanya dilakukan kepada remaja saja tanpa mengklarifikasi kembali dengan bertanya kepada ibu. Selain itu, penelitian ini juga hanya dilakukan di dua wilayah saja sebaiknya dapat dilakukan di beberapa kelurahan lain yang memiliki karakteristik lingkungan yang hampir sama untuk dapat dilakukan perbandingan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Rata-rata usia istri dan suami termasuk dalam kategori dewasa madya, lebih dari separuh istri dan suami belum menyelesaikan pendidikan lebih dari sembilan tahun, keluarga merupakan keluarga sedang dengan lama pernikahan lebih dari dua puluh satu tahun serta pendapatan perkapita yang sebagian besar masih berada di bawah garis kemiskinan Kota Bogor (2013). Rata-rata usia remaja termasuk dalam kategori remaja madya, mayoritas pendidikan remaja menempuh pendidikan menengah pertama (SMP). Capaian perkembangan psikososial remaja dengan komponen capaian tertinggi berada pada tahap perkembangan identity,

sedangkan trust merupakan tahapan yang memiliki capaian terendah. Secara keseluruhan, capaian pemenuhan kepuasan hidup remaja diperoleh dengan kontribusi tertinggi pada tingkat kepuasan terhadap sekolah, harapan untuk dapat terus melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi merupakan faktor penyebab tingginya capaian tersebut. Sementara itu capaian terendah berada pada tingkat kepuasan terhadap diri sendiri. Komponen tahap initiative dan identity konsisten signifikan berpengaruh positif terhadap kepuasan hidup remaja. Hal ini menujukkan bahwa semakin meningkat perkembangan tahap initiative dan

(40)

24

Saran

Berdasarkan simpulan tersebut, disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti faktor lain yang memengaruhi kepuasan hidup remaja di pemukiman marjinal yang memiliki karakteristik lingkungan yang lebih beragam dengan kondisi keluarga yang juga lebih beragam misalnya mengambil contoh remaja pada keluarga dengan orangtua tunggal. Peneliti diharapkan lebih memperkaya karakteristik yang terdapat pada diri remaja seperti urutan kelahiran dan uang saku per hari. Peneliti lebih memfokuskan variabel yang diteliti ke arah yang bersifat menggali pengalaman yang dialami oleh remaja di masa kanak-kanak. Pemerintah diharapkan dapat menyelenggarakan program khusus bagi remaja, seperti program Bina Keluarga Remaja untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orang tua atau keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak dan remaja, sehingga keluarga mampu mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia. Jakarta (ID): BPS.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Jumlah dan persentase peduduk miskin, garis kemiskinan, indeks kedalaman kemiskinan (P1), dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menurut Provinsi. Jakarta (ID): Institut Pertanian Bogor. [BPS] Badan Pusat Statistik Indonesia. http://bps.go.id [7 Juli 2015]

[Kemenkes RI] Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Profil Kesehatan Indonesia 2013. Jakarta (ID): Kemenkes RI.

Acun Kapikiran N, Korukcu O, Kapikiran S. 2014. The Relation of Parental Attitudes to Life Satisfaction and Depression in Early Adolescent: The mediating role of self esteem. Educational Sciences Theory and Practice. 14 (4): 1246-1252.

Astuti NP. 2014. Pengalaman psikososial anak remaja putri di panti sosial asuhan anak putra utama 3 Tebet. [skripsi]. Jakarta (ID): Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Chang L, Chang CM, Stewart SM, Ernest. 2003. Life satisfaction, self concept, and family relations in Chinese adolescent and children. International Journal of Behavioral Development. 27 (2): 182-189.

Claudia Q. Huebner ES. 2008. Attachment relationships and adolescent’s life satisfaction: Some relationships matter more to girls than boys.

Psychology in the School. 45 (2): 177-190.

Diener Ed, Suh E, Oishi S. (1997). Recent finding on Subjective well-being. The Indian Journal of Clinical Psychology. Maret.

Faramuli, W. 2014. Pengaruh kesejahteraan objektif keluarga dan stimulasi psikososial terhadap pemenuhan tugas perkembangan anak usia 3-5 tahun di pemukiman marjinal. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Ghozali I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19.

(41)

25

Gunarsa SD. 2010. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta(ID): Gunung Mulia.

Huebner S. 2001. Manual for the Multidimensional Students’ Life Satisfaction Scale. Columbia: University of South Carolina Department of Psychology.

Hurlock E. 1980. A-Life-Span Approach. New York (USA): McGraw-Hill.Inc>Ed Ke 5.

Janiati D. 2011. Psikodrama untuk meningkatkan happiness pada remaja yang tinggal di panti asuhan Muhammadiyah Malang. [skripsi]. Malang(ID): Universitass Negeri Malang.

Martiyastuti I. 2008. Hubungan pola asuh demokratis orang tua dan kemandirian dengan kemampuan menyelesaikan masalah masalah pada remaja. [skripsi]. Surakarta (ID): Universitas Muhammdadiyah Surakarta.

Monks,FJ & Knoers AMP, Haditono.1999. Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya, (Penerjemah: siti Rahayu Haditono). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Nurhidyah S. 2013. Ketahanan keluarga, pengasuhan, dan intervensi sosial, serta pengaruhnya terhadap perkembangan psikososial remaja pada keluarga miskin di Kota Bekasi. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Oiesvold C. 2010. The relationship between self regulation in schoolwork and physical activity, and life satisfaction in adolescent. [artikel ilmiah]: Unversity of Bergensis.

Papalia, Diener E. 2008. Human Development. Penterjemah: A.K. Anwar. Jakarta: Prenada Media Group.

Rosenthal DA, Gurney RM. Moore SM. 1981. From Trust to Intimacy: A New

Inventory for Examining Erikson’s Stages of psychosocial Development. Journal of Youth and Adolescence: Vol. 10, No. 6, 525-544.

Saric ZR, Andreza, Sakic M. 2008. Life Satisfaction in Adolescents: The effects of perceived family economic status, self esteem and quality of family and peer relationship. [artikel ilmiah]. Zagreb: Institute of Social Sciences Ivo Pilar.

Sobirin. 2007. Pengaruh motivasi dan kedisiplinan terhadap kepuasan siswa SMK Negeri 1 Pemalang. [tesis]. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Sulistyawati. 2007. Arsitektur dan pemukiman kelompok sosial terpinggirkan di

Kota Denpasar. Jurnal pemukiman natah.5(2) edisi Agustus. Denpasar. Sunarti E. 2006. Indikator Keluarga Sejahtera: Sejarah pengembangan, evaluasi,

dan keberlanjutannya. Bogor (ID): IPB Press.

Sunarti E. 2007. Ekologi Keluarga, Ekologi Manusia. Adiwibowo, editor Fakultas Ekologi Manusia IPB (ID). FEMA IPB

Yacoob S, Tan S, Tan J, Rumaya J. 2012. Malaysian adolescents’ life satisfaction.

(42)
(43)

27

(44)

28

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pengaruh perkembangan psikososial remaja terhadap kepuasan hidup remaja

Kepuasan hidup remaja

Variabel Independen

B β Sig.

Konstanta regresi 35.474 .000

Perkembangan psikososial .573 .559

F 71.842

Sig. .000

R2 .313

Adj. R2 .308

Lampiran 2 Pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik remaja, perkembangan psikososial remaja terhadap kepuasan hidup remaja

Kepuasan hidup remaja

Variabel Independen

B β Sig.

Konstanta regresi 41.713 .000

Karakteristik keluarga

Usia istri .114 .059 .682

Usia suami .016 .010 .936

Lama pendidikan istri -.224 -.056 .570

Lama pendidikan suami -.056 .011 .904

Besar keluarga -.832 -.079 .290

Lama menikah -.074 -.039 .721

Pendapatan per kapita -4.009E-6 -.087 .239

Karakteristik remaja

Usia remaja .174 .030 .819

Lama pendidikan remaja .906 .154 .438

Perkembangan psikososial .600 .585 .000

F 6.285

Sig. .000

R2 .378

(45)

29

Lampiran 3 Koefisien regresi komponen perkembangan psikososial remaja terhadap kepuasan hidup remaja

Kepuasan hidup remaja

Variabel Independen

B β Sig.

Konstanta regresi 39.375 .000

Perkembangan psikososial

Komponen tahap trust .110 .125 .123

Komponen tahap autonomy -.002 -.003 .976

Komponen tahap iniative .177 .205 .034*

Komponen tahap industry -.173 -.185 .027*

Komponen tahap identity .375 .512 .000**

F 20.164

Sig. .000

R2 .396

Adj. R2 .376

Lampiran 4 Pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik remaja, komponen perkembangan psikososial remaja terhadap kepuasan hidup remaja

Kepuasan hidup remaja

Variabel Independen

B β Sig.

Konstanta regresi 41.713 .000

Karakteristik keluarga

Pendapatan per kapita -4.009E-6 -.067 .342

Karakteristik remaja

Usia remaja .152 .026 .833

Lama pendidikan remaja -.739 -.126 .300

Perkembangan psikososial

Komponen tahap trust .131 .149 .074

Komponen tahap autonomy -.002 -.002 .980

Komponen tahap iniative .176 .203 .039*

Komponen tahap industry -.195 -.208 .017*

Komponen tahap identity .402 .549 .000**

F 8.226

Sig. .000

R2 .443

Adj. R2 .389

(46)

30

Keterangan : 1= Usia istri, 2= Usia suami, 3= lama pendidikan istri, 4= lama pendidikan suami, 5= besar keluarga, 6= lama menikah, 7= pendapatan/kapita, 8= usia remaja, 9= lama pendidikan remaja, 10= skor perkembangan psikososial remaja, 11= skor kepuasan hidup remaja.

Lampiran 6 Uji asumsi klasik regresi linier

Normalitas

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1 1

2 .834** 1

3 -.074 -.062 1

4 -.011 -.004 .635** 1

5 .074 .118 -.020 .-011 1

6 .729** .658** -.163* -.003 .236** 1 7 .005 -.047 .218** .169* -.298** -.083 1

8 .232** .133 -.056 .015 -.035 .306** -.027 1

9 .177* .111 .014 .125 -.069 .194* -.082 .838** 1

10 -.026 .062 .154 -.005 .009 .039 -.092 .068 .070 1

11 .064 .101 -.013 -.052 -.036 .055 -.135 -.029 -.039 .559** 1

Gambar

Gambar 1 Kerangka pikir perkembangan psikososial remaja dan kepuasan hidup remaja
Gambar 2 Kerangka Pengambilan Contoh
Tabel 1 Variabel, skala data, dan sumber kuesioner
Tabel 3  Sebaran contoh menurut karakteristik remaja
+7

Referensi

Dokumen terkait

FAKTOR SUHU PADA PEMBUATAN METIL ESTER SULFONAT (MES) BERBASIS MINYAK SAWIT KASAR (CPO) DENGAN PENSULFONASI.. KALIUM HIDROGEN

direalisasikan secara teratur dan suistanable (berkelanjutan) agar lingkungan sehat tetap terjaga. Peran mahasiswa disini ialah turut menjaga dan melestarikannya serta

Melalui penelitian ini juga ditunjukkan bahwa secara umum dari ketiga media periklanan: televisi, majalah, dan radio, yang paling efektif dalam menyampaikan pesan iklan kepada

Faktor-faktor yang digunakan adalah kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan, leverage , kualitas auditor, proporsi dewan komisaris independen

Diharapkan dapat meningkatkan dan mensosialisasikan pendidikan pada santri secara merata atau melakukan pemberdayaan santri melalui pendidikan keaksaraan, yang

a). Alis mata, adalah bagian yang terdapat di atas kelopak mata yang tersusun atas rambut – rambut. Alis mata berfungsi untuk melindungi mata dari air dan

[r]

Kompetensi guru harus betul-betul memahami materi yang yang akan disampaikan. Selain itu, guru harus memahami karakteristik siswa yang akan diajar. Guru harus