• Tidak ada hasil yang ditemukan

Produksi Ikan Neon Tetra Paracheirodon innesi Ukuran L dengan Padat Tebar 60, 80, 100 Ekor/Liter Menggunakan Sistem Pergantian Air

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Produksi Ikan Neon Tetra Paracheirodon innesi Ukuran L dengan Padat Tebar 60, 80, 100 Ekor/Liter Menggunakan Sistem Pergantian Air"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

PRODUKSI IKAN NEON TETRA (

Paracheirodon innesi

)

UKURAN L DENGAN PADAT TEBAR 60, 80, 100

EKOR/LITER MENGGUNAKAN SISTEM PERGANTIAN AIR

RAFLIE YUSHAN RUMAIN

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Produksi Ikan Neon Tetra (Paracheirodon innesi) Ukuran L dengan Padat Tebar 60, 80, 100 Ekor/Liter Menggunakan Sistem Pergantian Air adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

Raflie Yushan Rumain

(4)

ABSTRAK

RAFLIE YUSHAN RUMAIN. Produksi Ikan Neon Tetra (

Paracheirodon innesi) Ukuran L dengan Padat Tebar 60, 80, 100 Ekor/Liter Menggunakan Sistem Pergantian Air. Dibimbing oleh TATAG BUDIARDI dan YANI HADIROSEYANI.

Peningkatan padat tebar ikan untuk optimasi produksi dalam sistem budidaya harus disertai dengan pengelolaan air agar kualitas air tetap bagus untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja produksi ikan neon tetra ukuran L dengan peningkatan padat tebar menggunakan sistem pergantian air. Ikan uji yang digunakan adalah ikan neon tetra berukuran sedang (M) dengan panjang awal 1,78±0,01 cm. Hasil menunjukkan bahwa budidaya neon tetra dalam akuarium berukuran 30 cm x 30 cm x 33 cm dengan padat tebar 60, 80 dan 100 ekor/liter menghasilkan ikan ukuran L seperti yang ditargetkan. Diantara ketiga perlakuan, padat tebar 80 ekor/liter menghasilkan kinerja produksi terbaik, yaitu derajat kelangsungan hidup sebesar 82,47% dan keuntungan Rp 10.625.828per bulan.

Kata kunci: ikan hias neon tetra Paracheirodon innesi, padat tebar, pergantian air.

ABSTRACT

RAFLIE YUSHAN RUMAIN. Production of Neon Tetra Paracheirodon innesi at density 60, 80, 100 fish/L in water exchange system culture. Supervised by TATAG BUDIARDI and YANI HADIROSEYANI.

Increasing stocking density intended for fish production optimization in the culture system which should be accompanied with water management to maintain water quality remains good for support the survival and growth of fish. This study aimed to analyze the production performance of neon tetra rearing with increased stocking density in water exchange system culture. The fish samples used were neon tetra with the initial length of 1.78 ± 0.01 cm. The results showed that the cultivation of neon tetra in aquarium with size of 30 cm x 30 cm x 33 cm with stocking densities of 60, 80 and 100 individuals/liter with water exchange system could reached the L size of fish as targeted. Among the treatments, stocking density 80 fish/liter produce the best production performance, i.e the survival rate was 82.47% which giving profit value as much Rp 10,625,828 per month.

(5)

PRODUKSI IKAN NEON TETRA (

Paracheirodon innesi

)

UKURAN L DENGAN PADAT TEBAR 60, 80, 100

EKOR/LITER MENGGUNAKAN SISTEM PERGANTIAN AIR

RAFLIE YUSHAN RUMAIN

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Budidaya perairan

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Produksi Ikan Neon Tetra Paracheirodon innesi Ukuran L dengan Padat Tebar 60, 80, 100 Ekor/Liter Menggunakan Sistem Pergantian Air

Nama : Raflie Yushan Rumain

NIM : C14070093

Disetujui oleh

Dr. Ir. Tatag Budiardi, M.Si. Pembimbing I

Ir. Yani Hadiroseyani, M.M. Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Sukenda, M.Sc. Ketua Departemen

(8)
(9)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat, rahmat dan karunia-Nya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ”Produksi Ikan Neon Tetra (Paracheirodon innesi) Ukuran L dengan Padat Tebar 60, 80, 100 Ekor/Liter Menggunakan Sistem Pergantian Air”.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Tatag Budiardi M.Si dan Ibu Ir. Yani Hadiroseyani MM selaku dosen pembimbing yang telah memberikan banyak masukan dan bimbingan, Bapak Ir. Harton Arfah M.Si selaku dosen pembimbing akademik dan dosen penguji atas kesabaran dalam membimbing, mengarahkan dan memberi masukan kepada penulis selama menuntut ilmu di IPB. Ayahku Abdullah Rumain, Ibuku Umiyati Pandey dan Kakakku Diah Ranti Rumain serta seluruh keluarga besar atas doa, dukungan, kesabaran, perhatian dan kasih sayangnya. Kemudian kepada staf pengajar departemen Budidaya Perairan yang sangat bersahabat dan membantu dan memberikan ilmu yang bermanfaat. Ka Dama, Ka Abe dan Ka Asep atas kesabaran dan bantuannya selama penulis melakukan penelitian di Laboratorium basah Teknik Produksi dan Manajemen Akuakultur. Anitta Nurlaela dan teman-teman satu perjuangan BDP 44, kakak tingkat BDP 43 dan adik-adik BDP 45 atas setiap momen kebersamaan dan berbagai bantuan yang telah diberikan selama ini. Semua pihak yang telah membantu dan memberi masukan dalam penyelesaian penulisan ini.

Penulis berharap hasil penelitian ini bermanfaat bagi yang memerlukannya.

Bogor, Januari 2014

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 2

METODE 2

Waktu dan Tempat 2

Rancangan Percobaan 2

Tahap Penelitian 2

Prosedur Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Hasil 5

Pembahasan 9

KESIMPULAN DAN SARAN 13

Keimpulan 13

Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 13

LAMPIRAN 15

(11)

DAFTAR TABEL

1 Parameter produksi selama pemeliharaan 6

2 Kualitas air selama pemeliharaan 8

3 Analisis keuntungan pada setiap perlakuan 9

DAFTAR GAMBAR

1. Derajat kelangsungan hidup (%) ikan neon tetra Paracheirodon innesi yang dipelihara dengan kepadatann 60, 80 dan 100 ekor/liter 6 2. Pertumbuhan panjang mutlak ikan neon tetra Paracheirodon innesi yang dipelihara dengan kepadatan 60, 80 dan 100 ekor/liter 6 3. Laju pertumbuhan spesifik (SGR) ikan neon tetra Paracheirodon innesi yang dipelihara dengan kepadatan 60, 80 dan 100 ekor/liter 7 4. Koefisien keragaman ikan neon tetra Paracheirodon innesi yang dipelihara dengan kepadatan 60, 80 dan 100 ekor/liter 7 5. Konversi pakan ikan neon tetra Paracheirodon innesi yang dipelihara dengan kepadatan 60, 80 dan 100 ekor/liter 8

DAFTAR LAMPIRAN

1 Tata letak dan komponen sistem pemeliharaan dalam penelitian 15

2 Alur distribusi dari air tandon ke akuarium pemeliharaan 15

3 Asumsi ekonomi dalam penelitian 16

4 Analisis usaha ikan neon tetra 17

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang menduduki urutan kelima terbesar sebagai pengekspor ikan hias setelah Ceko, Thailand, Jepang dan Singapura dengan nilai ekspor pada tahun 2012 sebesar 43,96 juta US$ dan pada tahun 2013 ditargetkan mencapai 65 juta US$ (KKP 2013). Jenis ikan hias yang diproduksi sangat beragam, diantaranya ikan hias neon tetra Paracheirodon innesi. Pada kondisi di lapangan, produksi ikan hias terutama neon tetra masih relatif rendah. Umumnya para pembudidaya ikan neon tetra memelihara ikan ukuran M dengan padat tebar 45-50 ekor/liter. Namun berdasarkan Gemawaty (2006) padat tebar dapat ditingkatkan menjadi 60 ekor/liter pada budidaya sistem resirkulasi. Meningkatkan padat tebar ikan merupakan cara untuk optimasi budidaya ikan hias. Namun demikian, peningkatan padat tebar harus diiringi dengan peningkatan daya dukung melalui intensitas pengelolaan. Menurut Montero et al. (1999) kepadatan ikan yang tinggi berdampak pada rendahnya pertumbuhan dan meningkatnya stres pada ikan. Tingginya interaksi sosial pada ikan dengan kepadatan tinggi akan menimbulkan heterogenitas ukuran ikan (Cavero et al. 2003

dalam Brandao 2004). Akan tetapi peningkatan kepadatan ikan akan meningkatkan total produksi (Hepher and Pruginin 1981) dan biaya produksi per unit menjadi rendah (Islam et al. 2006). Pada kepadatan ikan yang rendah berdampak pada pertumbuhan yang baik dan tingginya derajat kelangsungan hidup, tetapi produksi per area rendah (Gomes et al. 2000). Pada kepadatan yang rendah, buangan metabolik yang disekresikan ikan dan sisa pakan yang tidak termakan tidak mengakibatkan penurunan kualitas air. Hal ini membuat kondisi perairan ideal dan optimal untuk pertumbuhan ikan, namun hasil produksi relatif rendah dan tidak efisien.

Permasalahan yang sering muncul dalam budidaya ikan neon tetra yaitu ikan mudah mengalami stres ketika terjadi perubahan kualitas air. Dengan demikan diperlukannya kualitas air yang relatif stabil selama masa pemeliharaan untuk mendapatkan produksi yang optimal. Akan tetapi para pembudidaya umumnya tidak terbiasa menggunakan sistem resirkulasi seperti yang dilakukan Gemawaty (2006), karena masalah biaya dan ketersediaan fasilitas pendukung seperti listrik. Peningkatan padat tebar harus disertai peningkatan pengelolaan air agar kualitas air tetap bagus untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan. Salah satu cara pengelolaan air yang lebih umum dilakukan adalah pergantian air yang tidak membutuhkan peralatan dan fasilitas yang rumit serta mahal tetapi efektif untuk mempertahankan kualitas air dalam wadah budidaya.

(13)

2

efisien, sehingga produksi yang dihasilkan maksimal dan menghasilkan efisiensi usaha yang tinggi.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja produksi ikan neon tetra ukuran L dengan peningkatan padat tebar menggunakan sistem pergantian air. Parameter kinerja produksi yang dianalisis meliputi pertumbuhan, kelangsungan hidup, koefisien keragaman, serta efisiensi ekonomi.

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan selama 28 hari, yaitu sejak bulan April hingga Mei 2012. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Produksi dan Manajemen Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Rancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan tiga ulangan, yaitu perlakuan padat tebar 60, 80 dan 100 ekor/liter. Ikan yang telah diketahui panjang dan bobot tubuhnya pada awal penelitian ditebar pada akuarium sesuai perlakuan secara acak (Lampiran 1).

Tahapan Penelitian dilakukan pemasangan satu titik aerasi pada akuarium untuk menjaga kecukupan suplai oksigen di dalam media. Alur distribusi air tertera pada Lampiran 2.

Penebaran Benih

(14)

3 Pemberian Pakan

Pakan yang diberikan berupa cacing sutra (Oligochaeta sp.) yang telah dibersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan air mengalir. Pakan diberikan dua kali sehari, yaitu pada pagi (pukul 07.00) dan sore hari (15.00) secara at satiation. Sebelum diberikan ke ikan, pakan cacing direndam terlebih dahulu menggunakan kalium permanganat (PK) untuk mencegah penyebaran jamur, bakteri dan penyakit lainnya yang dibawa tubuh cacing. Pakan kemudian ditimbang dan pakan yang tersisa ditimbang kembali setelah 2 jam pemberian pakan. Penimbangan ini dilakukan untuk menghitung jumlah konsumsi pakan per hari.

Pengelolaan Kualitas Air

Sebelum pakan diberikan, setiap hari dilakukan penyifonan kotoran pada dasar akuarium. Penyifonan dilakukan dengan menyedot air pada bagian dasar wadah dan disekat dengan menggunakan akuarium kaca yang sesuai dengan luasan akuarium sehingga ikan tidak ikut tersaring ketika proses penyifonan.

Air yang digunakan terlebih dahulu diendapkan, difilter, dan diaerasi pada tandon. Tandon pada penelitian ini mengggunakan tandon pusat (bak) dan tandon akuarium untuk menghasilkan kualitas air yang optimal dan sesuai dengan neon tetra. Pada tandon akuarium, digunakan termostat sehingga suhu pada tandon sama dengan suhu air pada akuarium pemeliharaan. Dalam penelitian ini dilakukan pergantian air sebanyak 50% setelah 2 jam pemberian pakan, yang dilakukan pada pagi dan sore hari. Sebelumnya dilakukan penyifonan menggunakan selang berdiameter ¼ inci. Untuk pembuangan air digunakan selang dengan diameter ½ inci sampai 50% dari total volume air. Kemudian air tandon diisikan kedalam akuarium menggunakan pompa secara perlahan. Untuk mengetahui kualitas air dilakukan pengukuran setiap satu minggu sekali, yang meliputi parameter suhu, kandungan oksigen terlarut (DO), pH, amoniak (NH3), nitrit (NO2) dan alkalinitas.

Parameter Uji

Derajat kelangsungan hidup dihitung menggunakan rumus Boyd (1982) : SR = (Nt/No) x 100%

Keterangan : SR = Derajat kelangsungan hidup (%) Nt = Jumlah ikan akhir (ekor)

No = Jumlah ikan awal (ekor)

Pertumbuhan mutlak biomassa ikan dihitung dengan rumus Goddard (1996) : PPM = LtLo

Keterangan: PPM = Pertumbuhan panjang mutlak ikan (cm) Lt = Panjang rata-rata akhir ikan (cm)

(15)

4

Laju pertumbuhan spesifik dihitung dengan rumus Goddard (1996) : SGR = ((ln Wt – ln Wo) / t) x 100%

Keterangan : SGR = Laju pertumbuhan spesifik (%/hari)

Wt = Bobot rata-rata ikan pada akhir pemeliharaan (gram) Wo = Bobot rata-rata ikan pada awal pemeliharaan (gram) t = Masa pemeliharaan (hari)

Koefisien keragaman dihitung menggunakan rumus (Steel dan Torrie 1981) : KK = (S/Y) x 100%

Keterangan : KK = Koefisien keragaman panjang ikan S = Simpangan baku

Y = Rata-rata contoh

Perhitungan konversi pakan menggunakan rumus (Zonneveld et al. 1991) : FCR = (F/ (Wt – Wo + Wd)) x 100%

Efisiensi ekonomi dibutuhkan untuk mengetahui aspek ekonomi pada perlakuan penelitian. Berikut ini beberapa parameter yang diamati dalam efisiensi ekonomi (Kadariah et al. 1976) :

1) Keuntungan (profit)

Keuntungan dihitung menggunakan rumus :

Keuntungan = penerimaan – biaya produksi

2) R/C dihitung menggunakan rumus berikut :

R/C = penerimaan/total biaya operasional 3) BEP (break even point) dihitung dengan rumus :

BEP (Rp) = biaya tetap / (1 – (biaya variabel/penerimaan)) BEP unit dihitung menggunakan rumus berikut :

BEP unit (ekor) = biaya tetap / (harga – (biaya variabel/volume produksi)) 4) HPP (harga pokok produksi) dihitung menggunakan rumus berikut :

HPP = biaya produksi/volume produksi 5) PP (payback period) dihitung dengan rumus :

(16)

5 Analisis Data

Data yang telah diperoleh ditabulasi dan diolah kemudian dianalisis menggunakan bantuan program Microsoft Excel 2007 dan SAS 9.0 yang meliputi analisis ragam (ANOVA) dengan uji F pada selang kepercayaan 95%. Analisis ini digunakan untuk menentukan apakah perlakuan berpengaruh nyata terhadap derajat kelangsungan hidup, panjang pertumbuhan mutlak, laju pertumbuhan bobot spesifik, konversi pakan (FCR) dan koefisien keragaman panjang. Analisis deskripsi kuantitatif digunakan untuk menjelaskan parameter kualitas air bagi kelayakan media pemeliharaan ikan serta parameter ekonomi (keuntungan usaha).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Parameter produksi pada penelitian ini meliputi derajat kelangsungan hidup, pertumbuhan panjang mutlak, laju pertumbuhan bobot spesifik, koefisien keragaman panjang dan konversi pakan (Tabel 1). Derajat kelangsungan hidup (SR) pada padat tebar 80 ekor/liter memberikan hasil terbaik dibandingkan padat tebar 60 ekor/liter dan 100 ekor/liter. Pada minggu keempat terjadi kematian sebesar 156 ekor pada padat tebar 100 ekor/liter, sedangkan kematian pada padat tebar 60 ekor/liter sebesar 28 ekor dan padat tebar 80 ekor/liter sebesar 24 ekor (Gambar 1). Hingga akhir pemeliharaan padat tebar 60 ekor/liter menghasilkan nilai SR sebesar 78,50%, lalu padat tebar 80 ekor/liter sebesar 82,47% dan padat tebar 100 ekor/liter sebesar 72,47%.

Tabel 1 Parameter produksi selama pemeliharaan

Parameter Padat Tebar (ekor/liter)

60 80 100

Kelangsungan hidup (%) 78.50±1.44a 82.47±1.81b 72.47±1.23a

Pertumbuhan panjang mutlak (cm) 1.09±0.01a 1.06±0.03ab 1.04±0.04b

Laju pertumbuhan bobot spesifik (%) 2.52±0.02a 2.37±0.01b 2.13±0.03b

Koefisien keragaman panjang (%) 3.48±0.03a 5.36±0.02ab 7.42.±0.04b

Konversi pakan (%) 1.42±0.01a 1.59±0.02ab 1.93±0.03b

(17)

6

Gambar 1 Derajat kelangsungan hidup (%) ikan neon tetra Paracheirodon innesi yang dipelihara selama 4 minggu dengan kepadatan 60, 80 dan 100 ekor/liter

Selama masa pemeliharaan pertumbuhan panjang mutlak selalu meningkat. Terlihat pada Gambar 2 bahwa hingga minggu akhir pemeliharaan padat tebar 60 ekor/liter memberikan hasil terbaik yaitu 1,09 cm dan diikuti padat tebar 80 ekor/liter sebesar 1,06 cm kemudian yang terendah pada padat tebar 100 ekor/liter sebesar 1,04 cm.

Gambar 2 Pertumbuhan panjang mutlak ikan neon tetra Paracheirodon innesi

yang dipelihara selama 4 minggu dengan kepadatan 60, 80 dan 100 ekor/liter

(18)

7

.

Gambar 3 Laju pertumbuhan spesifik (SGR) ikan neon tetra Paracheirodon innesi

yang dipelihara selama 4 minggu dengan kepadatan 60, 80 dan 100 ekor/liter.

Terlihat pada Gambar 4 bahwa selama pemeliharaan koefisien keragaman terus mengalami peningkatan kecuali pada minggu kedua pada padat tebar 60 ekor/liter terjadi penurunan sebesar 2,4% dan di minggu pertama pada padat tebar 80 ekor/liter sebesar 2,7%. Hingga akhir pemeliharaan padat tebar 60 ekor/liter menghasilkan nilai koefisien keragaman sebesar 3,48%, lalu padat tebar 80 ekor/liter sebesar 5,36% dan padat tebar 100 ekor/liter sebesar 7,42%.

Gambar 4 Koefisien keragaman ikan neon tetra Paracheirodon innesi yang dipelihara selama 4 minggu dengan kepadatan 60, 80 dan 100 ekor/liter

(19)

8

Gambar 5 Konversi pakan ikan neon tetra Paracheirodon innesi yang dipelihara selama 4 minggu dengan kepadatan 60, 80 dan 100 ekor/liter

Parameter Kualitas Air

Kualitas air selama pemeliharaan tertera pada Tabel 2. Kualitas air selama pemeliharaan masih dalam rentang kelayakan bagi kehidupan dan pertumbuhan ikan neon tetra.

(20)

9 Tabel 3. Analisis keuntungan pada setiap perlakuan

Parameter Padat Tebar (ekor/liter)

60 80 100

Investasi (Rp) 10.441.500 10.441.500 10.441.500

Biaya tetap (Rp) 1.580.000 1.580.000 1.580.000

Biaya tidak tetap (Rp) 16.604.000 22.136.000 27.660.000

Biaya total (Rp/bulan) 18.184.000 23.716.000 29.240.000

Penerimaan (Rp/bulan) 25.003.506 34.341.828 36.900.999

Keuntungan (Rp/bulan) 6.819.506 10.625.828 7.660.999

BEP (Rp) 4.703.317 4.445.425 6.309.229

Keberhasilan suatu produksi dapat dilihat dari pertumbuhan dan derajat kelangsungan hidup. Derajat kelangsungan hidup dapat digunakan sebagai parameter untuk melihat sejauh mana ketahanan atau daya adaptasi ikan dalam hubungannya dengan lingkungan, pakan, dan penyakit. Secara umum, derajat kelangsungan hidup ikan neon tetra pada pemeliharaan sampai hari ke 28 relatif tinggi, yaitu lebih dari 70% (Gambar 1). Pada umumnya, ikan pada kepadatan tinggi akan lebih agresif untuk mencari ruang gerak dan mencari pakan, namun di kepadatan rendah ikan kurang agresif karena tidak adanya kompetisi untuk memperoleh ruang gerak dan mencari pakan. Berdasarkan pengamatan, kematian tertinggi terjadi di kepadatan 100 ekor/liter yaitu sebesar 156 ekor ikan pada minggu keempat. Hal ini disebabkan meningkatnya padat tebar menyebabkan ruang gerak yang semakin sempit dan persaingan pakan yang semakin besar sedangkan kebutuhan oksigen semakin tinggi sehingga ikan mudah mengalami stres. Dampak dari stres ini antara lain daya tahan tubuh ikan menurun yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian. Selain itu, peningkatan padat tebar akan mengakibatan peningkatan biomassa ikan yang selanjutnya akan menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air. Peningkatan biomassa berdampak pada peningkatan konsumsi oksigen ikan dan berakibat konsentrasi oksigen terlarut pada media pemeliharaan mengalami penurunan dan selanjutnya akan mempengaruhi kelangsungan hidup.

(21)

10

mutlak yang mengalami peningkatan dari awal tebar pada perlakuan kepadatan berturut-turut pada padat tebar 60 ekor/liter, 80 ekor/liter dan 100 ekor/liter sebesar 1,09 cm, 1,06 cm dan 1,04 cm (Gambar 2). Peningkatan pertumbuhan panjang mutlak diduga karena kebutuhan pakan dan dukungan kualitas air pada ikan neon tetra telah tercukupi dengan baik. Karena kedua faktor tersebut belum menjadi pembatas, maka panjang akhir dapat dicapai secara bersamaan. Menurut Wedemeyer (1996) ikan akan tumbuh dan berkembang dengan optimal jika lingkungan dan kebutuhan nutrisinya tercukupi dengan baik.

Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran dalam volume, panjang serta biomassa terhadap satuan waktu tertentu. Pertumbuhan ikan bergantung pada beberapa faktor, yaitu jenis ikan, kemampuan memanfaatkan makanan, dan ketahanan terhadap penyakit, serta didukung oleh faktor lingkungan atau kualitas air, pakan, dan ruang gerak/padat tebar (Hepher dan Puriginin 1981). Selama masa pemeliharaan laju pertumbuhan bobot spesifik terus mengalami penurunan. Terlihat pada Gambar 3 bahwa hingga akhir pemeliharaan padat tebar 60 ekor/liter memberikan hasil terbaik yaitu 2,52% dan diikuti padat tebar 80 ekor/liter sebesar 2,37% kemudian yang terendah pada padat tebar 100 ekor/liter sebesar 2,13%. Perbedaan laju pertumbuhan bobot spesifik terjadi diduga karena ruang gerak ikan yang semakin sempit dengan meningkatnya padat tebar sehingga mempengaruhi kompetisi pakan dan kondisi fisiologis ikan. Kompetisi pakan mengakibatkan peluang ikan memperoleh makanan secara merata menjadi lebih kecil. Peningkatan padat tebar juga mampu meningkatkan stres pada ikan sehingga akan mengganggu kondisi fisiologis ikan. Akibat lanjut dari proses tersebut adalah penurunan nafsu makan ikan yang berdampak pada penurunan pemanfaatan makanan dan pertumbuhan. Wedemeyer (1996) menyatakan bahwa peningkatan padat penebaran akan mengganggu proses fisiologi dan tingkah laku ikan terhadap ruang gerak yang pada akhirnya dapat menurunkan kondisi kesehatan dan fisiologis ikan. Akibat lanjut dari proses tersebut adalah penurunan pemanfaatan makanan, pertumbuhan dan kelangsungan hidup mengalami penurunan. Peningkatan biomassa ikan akan menyebabkan peningkatan persaingan dalam pemanfaatan makanan dan penurunan kualitas air terutama penurunan konsentrasi oksigen. Hal tersebut berakibat pada terganggunya sistem metabolisme tubuh yang pada akhirnya dapat menyebabkan pertumbuhan menurun.

Salah satu tujuan dari produksi ikan neon tetra adalah menghasikan ikan yang berukuran seragam. Ukuran yang seragam akan mengurangi efek negatif akibat adanya kompetisi pakan dan dominansi ikan dalam mendapatkan ruang, pakan dan oksigen. Semakin kecil nilai koefisien keragamannya, semakin baik kualitas ikan yang dihasilkan dan semakin tinggi nilai jualnya, begitu pula sebaliknya.

(22)

11 ukuran yang seragam harganya akan lebih tinggi daripada ikan yang ukurannya tidak seragam. Nilai koefisien keragaman dalam percobaan ini masih di bawah 10%, sehingga masih dapat dianggap seragam.

Konversi pakan (FCR) merupakan rasio pakan yang dapat dimaanfaatkan oleh ikan menjadi biomassa tubuhnya. Selama masa pemeliharaan didapatkan bahwa nilai FCR (feed conversion ratio) meningkat dengan peningkatan padat tebar. Selama pemeliharaan, nilai FCR tertinggi pada padat tebar 100 ekor/liter sebesar 1,93% diikuti padat tebar 80 ekor/liter sebesar 1,59% dan terendah pada padat tebar 60 ekor/liter sebesar 1,42%. Hasil yang didapat ini sesuai dengan pernyataan Amrial (2009), bahwa peningkatan padat tebar akan mengakibatkan peningkatan konversi pakan. Hal tersebut diduga karena faktor ruang gerak yang semakin sempit menyebabkan peningkatan stres pada ikan akibat dari kompetisi ikan dalam mencari makanan. Kondisi stres membuat ikan banyak mengonsumsi pakan namun tidak mencernanya dengan baik. Akibat lanjut dari peningkatan stres tersebut yaitu energi yang didapat dari makanan cenderung digunakan untuk bertahan dari stres sehingga terjadi peningkatan nilai FCR.

Pada proses pemeliharaan ikan neon tetra ini, suhu air selama masa pemeliharaan selalu dikontrol stabil pada kisaran 27-29 oC. Kisaran suhu air tersebut adalah kisaran yang optimum bagi kehidupan ikan neon tetra. Suhu air mempengaruhi pertumbuhan ikan karena sangat berkaitan dengan laju metabolisme. Kenaikan suhu yang masih dapat ditolerir ikan akan diikuti oleh peningkatan metabolisme dan kebutuhan oksigen. Kenaikan suhu akan meningkatkan kebutuhan energi pemeliharaan dan ikan akan aktif mencari makan (Goddard 1996).

Selama pemeliharaan pH air stabil pada kisaran 6,1-6,8. Perlakuan kepadatan tidak mempengaruhi nilai pH. Keadaan ini ideal untuk menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidupan ikan neon tetra. Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam. Nilai alkalinitas selama pemeliharaan berada pada kisaran 16,18-18,14 mg/l. Alkalinitas selama pemeliharaan relatif rendah tetapi masih dalam batas yang bisa ditolerir oleh ikan neon tetra, sehingga masih dapat hidup dan tumbuh dengan baik. Nilai alkalinitas yang disarankan sebesar 20-200 mg/l ekuivalen CaC03 (Liu 1989 dalam

Gemawaty 2006).

(23)

12

meningkatnya jumlah dan ukuran ikan. Dengan bertahannya ukuran ikan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk respirasi semakin besar.

Di perairan alam, nitrit (NO2) biasanya ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit, lebih sedikit dari pada nitrat, karena bersifat tidak stabil dengan keadaan oksigen. Di perairan, kadar nitrit jarang melebihi 0,1 mg/l. Kadar nitrit yang lebih dari 0,05 mg/l bersifat toksik bagi organisme perairan. Selama masa pemeliharaan, tercatat nilai kisaran nitrit yaitu 0,076-0,095 mg/l. Dalam kondisi ini, kadar nitrit masih <1 mg/l sehingga tidak begitu membahayakan bagi ikan neon tetra.

Amonia yang terukur dalam perairan berupa amonia total, yaitu dalam bentuk amoniak (NH3) yang tidak terionisasi dan dalam bentuk amonium (NH4+) yang terionisasi. Amoniak bersifat toksik terhadap organisme akuatik. Ikan tidak dapat bertoleransi terhadap kadar amoniak bebas yang terlalu tinggi karena dapat mengganggu proses peningkatan oksigen oleh darah dan pada akhirnya dapat mengakibatkan sufokasi (kematian akibat terhambatnya saluran udara menuju paru-paru) (Froose dan Pauly 2003). Selama masa pemeliharaan, kadar amoniak masih dalam batas toleransi yaitu berkisar 0,0061-0,0108 mg/l. Pada pH 7 atau kurang, sebagian besar amonia akan mengalami ionisasi. Kandungan amoniak di perairan dapat ditoleransi ikan neon tetra hingga 0,02 mg/l (Froose dan Pauly 2003). Kondisi amoniak tersebut tidak memberikan dampak yang buruk bagi kehidupan ikan neon tetra karena masih kurang dari 0,02 mg/l. Konsentrasi amoniak yang rendah diduga karena pergantian air yang rutin dilakukan sehingga kadar amoniak tidak mengendap atau bertahan dalam air pemeliharan. Dari keseluruhan parameter kualitas air yang dapat diamati menunjukkan bahwa kualitas air selama masa pemeliharaan masih berada pada kondisi yang layak untuk kehidupan dan pertumbuhan ikan neon tetra.

Parameter produksi yang dihasilkan akan mempengaruhi keuntungan ekonomis yang akan diperoleh. Selain itu penerapan usaha budidaya ikan neon tetra dengan pola padat tebar yang berbeda berkaitan erat dengan efisiensi ekonomis usaha tersebut, khususnya biaya produksi dan nilai profit (keuntungan). Kepadatan yang berbeda akan menyebabkan biaya operasional yang berbeda juga. Hal ini akan mempengaruhi tingkat keuntungan yang diterima. Oleh karena itu, untuk menganalisis pengaruh kepadatan terhadap efisiensi usaha digunakan analisis usaha, khususnya analisis keuntungan.

(24)

13

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa padat tebar 80 ekor/liter menunjukkan produksi dan efisiensi yang terbaik dibandingkan dengan padat tebar 60 dan 100 ekor/liter. Hal ini terlihat dari aspek kualitas produksi dan efisiensi ekonomi yang ditandai dengan tingginya nilai produksi (derajat kelangsungan hidup dan nilai ekonomisnya).

Saran

Disarankan untuk produksi ikan neon tetra, pembudidaya menggunakan padat tebar 80 ekor/liter untuk efisiensi usaha.

DAFTAR PUSTAKA

Amrial Y. 2009. Produksi ikan corydoras Corudoras aenus pada padat penebaran 8,

12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Brandao FR, Gomes LC, Chagas EC, Araujo LD, Silva ALF, Silva CR. 2004. Stocking density of matrinxa juveniles during second growth phase in cages. Fish culture performance in the tropics, Manaus.

Boyd CE. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. New York (US): Elsevier Sci. Publ. Comp.

Froose R, Pauly D. 2003. Neon Tetra. http://langsite.com/legacy/f-neon.htm [10 September 2013].

Gemawaty N. 2006. Produksi ikan neon tetra Paracheirodon innesi ukuran L pada padat penebaran 20, 40, dan 60 ekor/L dalam sistem resirkulasi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Goddard S. 1996. Feed Management in Intensive Aquaculture. Chapman & Hall, USA.

Gomes LC, Baldisserotto B, Senhorini JA. 2000. Effect of stocking density on water quality, survival, and growth of larvae of the matrinxã, Brycon cephalus (Characidae), in Ponds. Journal Aquaculture, 183 (1): 73-81. Hepher B, Pruginin Y. 1981. Commercial Fish Farming With Special Reference

to Fish Culture in Israel. Jhon Wiley and Sons. New York.

Islam MS, Rahman M, Tanaka M. 2006. Stocking density positively influences the

yield and farm profitability in cage aquaculture of suchi catfish, Pangasius

sutchi. Journal of Apllied Ichtyology, 22(5): 441-445.

Kadariah, L. Karlina, C Gray. 1976. Pengantar Evaluasi Proyek Jilid 1. Jakarta (ID): Universitas Indonesia.

Kementrian Kelautan Perikanan. 2013. KKP dalam Angka 2013.

Montero D, Izquierdo MS, Tort L, Robaina L, Vergara JM (1999). High stocking density produces crowding stres altering some physiological and biochemical

parameter in gilthead seabream, Sparus aurata, juveniles. Journal Fish

Physiology and Biochemistry, 20 (1): 53-60

(25)

14

Gramedia Pustaka Utama.

Wedemeyer GA. 1996. Physiology of Fish in Intensive Culture Systems. Northwest Biological Science Center National Biological Service U. S Departement of the Interior. Chapman ang Hall

(26)

15 LAMPIRAN

Lampiran 1. Tata letak akuarium pemeliharaan ikan Neon Tetra

Y Z X

Keterangan :

A1 : Perlakuan Padat Penebaran 60ekor/liter ulangan 1 A2 : Perlakuan Padat Penebaran 60ekor/liter ulangan 2 A3 : Perlakuan Padat Penebaran 60ekor/liter ulangan 3 B1 : Perlakuan Padat Penebaran 80ekor/liter ulangan 1 B2 : Perlakuan Padat Penebaran 80ekor/liter ulangan 2 B3 : Perlakuan Padat Penebaran 80ekor/liter ulangan 3 C1 : Perlakuan Padat Penebaran 100ekor/liter ulangan 1 C2 : Perlakuan Padat Penebaran 100ekor/liter ulangan 2 C3 : Perlakuan Padat Penebaran 100ekor/liter ulangan 3 X : Hi-Blow

Y : Pipa saluran aerasi Z : Selang aerasi

Lampiran 2. Alur distribusi air dari tandon ke akuarium pemeliharaan

(27)

16

Lampiran 3. Asumsi ekonomi dalam penelitian

Efisiensi ekonomi dihitung dalam jangka waktu satu tahun dan semua perhitungan usaha didasarkan pada volume efektif 1000 liter (1 m3) sehingga akuarium yang digunakan sebanyak 100 akuarium dengan masing-masing akuarium bervolume 10 liter. Analisis usaha pada setiap perlakuan pada Tabel 3. Asumsi yang digunakan dalam analisis usaha adalah sebagai berikut:

a. Satu tahun dapat dilakukan 12 siklus produksi, dengan waktu 28 hari pada setiap siklus produksi.

b. Harga faktor produksi dianggap tetap selama siklus produksi.

c. Kelangsungan hidup pada perlakuan padat tebar 60 ekor/liter, 80 ekor/liter dan 100 ekor/liter secara berturut-turut adalah 78,50%, 82,47% dan 72,47%

d. Nilai FCR perlakuan padat tebar 60 ekor/liter, 80 ekor/liter dan 100 ekor/liter secara berturut-turut adalah 1,42%, 1,59% dan 1,93%

e. Biaya tenaga kerja sebesar Rp 900.000/siklus. f. Biaya listrik Rp. 80.000/bulan

g. Harga benih ikan neon tetra ukuran 1,777 cm sebesar Rp. 275/ekor.

h. Harga jual benih ikan neon tetra ukuran L (> 2,8 cm) sebesar Rp. 550/ekor i. Harga pakan cacing sutra per liter sebesar Rp 8.000 dengan bobot per takar

(28)

Lampiran 4. Analisis usaha ikan neon tetra a. Biaya investasi

No Komponen biaya Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp) Jumlah Biaya (Rp) Umur Ekonomis

(Tahun) Penyusutan

1. Rak Akuarium 2 tingkat

(4x0.8x2) buah 1 Rp 1.500.000,00 Rp 1.500.000,00 5 Rp 300.000,00 2.. Pompa air (2000 l/jam) buah 3 Rp 350.000,00 Rp 1.050.000,00 3 Rp 350.000,00

3. Air Pump buah 1 Rp 400.000,00 Rp 400.000,00 3 Rp 133.333,33

4. Akuarium (30x30x33)cm3 buah 100 Rp 16.000,00 Rp 1.600.000,00 2 Rp 8.000,00

5. Bak fiber filter (200 L) buah 3 Rp 100.000,00 Rp 300.000,00 3 Rp 100.000,00

6. Selang

selang ¼ meter 4 Rp 2.000,00 Rp 8.000,00 2 Rp 4.000,00

selang ½ meter 20 Rp 3.000,00 Rp 60.000,00 2 Rp 30.000,00

bak fiber (100 L) buah 3 Rp 150.000,00 Rp 450.000,00 2 Rp 225.000,00

7. Instalasi pipa

paralon ¾ batang 4 Rp 19.000,00 Rp 76.000,00 3 Rp 25.333,33

paralon 2 batang 4 Rp 30.000,00 Rp 120.000,00 3 Rp 40.000,00

dop ¾ buah 2 Rp 2.500,00 Rp 5.000,00 3 Rp 1.666,67 dop 2 buah 4 Rp 4.000,00 Rp 16.000,00 3 Rp 5.333,33 T pipa ¾ buah 3 Rp 2.500,00 Rp 7.500,00 3 Rp 2.500,00

T pipa 2 buah 3 Rp 4.000,00 Rp 12.000,00 3 Rp 4.000,00

L pipa ¾ buah 4 Rp 2.500,00 Rp 10.000,00 3 Rp 3.333,33

L pipa 2 buah 4 Rp 4.000,00 Rp 16.000,00 3 Rp 5.333,33

(29)

Lanjutan biaya investasi

No Komponen Biaya Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp) Jumlah Biaya (Rp) Umur Ekonomis

(Tahun) Penyusutan lem paralon Buah 4 Rp 8.000,00 Rp 32.000,00 2 Rp 16.000,00

Sealtip Buah 4 Rp 2.500,00 Rp 10.000,00

kawat pengikat Meter 20 Rp 1.000,00 Rp 20.000,00 2 Rp 10.000,00

Gergaji Buah 1 Rp 9.000,00 Rp 9.000,00 2 Rp 4.500,00

Tang Buah 1 Rp 15.000,00 Rp 15.000,00 3 Rp 5.000,00

9 Instalasi aerasi

selang aerasi Meter 100 Rp 450,00 Rp 45.000,00 2 Rp 22.500,00

batu aerasi Buah 20 Rp 1.000,00 Rp 20.000,00 2 Rp 10.000,00

katup aerasi Buah 20 Rp 700,00 Rp 14.000,00 2 Rp 7.000,00

10 Packaging

Tabung Oksigen Buah 1 Rp 3.000.000,00 Rp 3.000.000,00 5 Rp 600.000,00

11 Alat-alat lain

Ember Buah 4 Rp 30.000,00 Rp 120.000,00 2 Rp 60.000,00

(30)

Lanjutan biaya investasi

No Komponen biaya Satuan Jumlah Harga satuan (Rp) Jumlah biaya (Rp) Umur ekonomis

(Tahun) Penyusutan Gayung buah 2 Rp 5.000,00 Rp 10.000,00 2 Rp 5.000,00 Gunting buah 2 Rp 3.000,00 Rp 6.000,00 2 Rp 3.000,00 Cuter buah 1 Rp 10.000,00 Rp 10.000,00 2 Rp 5.000,00 12 Tandon 3x3 m2 unit 1 Rp 1.500.000,00 Rp 1.500.000,00 5 Rp 300.000,00

Jumlah Rp. 10.441.500,00 Rp. 3.082.833.00

b. Biaya produksi Jumlah

Benih per bulan SR (%)

Total jumlah produksi (ekor)

per bulan

Harga satuan

Penjualan (Rp)

Per bulan Per tahun

60.000 78,50 47100 550 25.003.506 300.042.072

80.000 82,47 65976 550 34.341.828 412.101.930

100.000 72,47 72470 550 36.900.999 442.811.992

(31)
(32)

c. Biaya operasional

1 Benih Neon Tetra ukuran M ekor/siklus 60.000 275 16.500.000

2 Pakan cacing sutera takar/siklus 13 8.000 104.000

Total biaya variabel 16.604.000

Biaya tetap Hitungan 1 bulan 1 Pekerja orang 1 900.000 900.000

(33)

Padat tebar 100 ekor/liter

No Struktur biaya Satuan

Jumlah

fisik Biaya persatuan (Rp)

Jumlah biaya per bulan (Rp)

Biaya variabel

1 Benih Neon Tetra ukuran M ekor/siklus 100.000 275 27.500.000 2 Pakan cacing sutera takar/siklus 20 8.000 160.000

Total biaya variabel 27.660.000

Biaya tetap Hitungan 1 bulan 1 Pekerja orang 1 900.000 900.000 2 Air bulan 1 50.000 50.000 3 Listrik bulan 1 80.000 80.000 4 sewa lahan/tempat bulan 1 200.000 200.000 5 obat-obatan buah/bln 1 100.000 100.000 6 Packing paket/bln 1 100.000 100.000 7 Transportasi bulan 1 150.000 150.000

Total biaya tetap 1.580.000

Total biaya operasional 29.240.000

(34)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Serang pada tanggal 28 Juni 1989 dari Bapak Abdullah Rumain dan Ibu Umiyati Pandey. Penulis merupakan putra pertama dari dua bersaudara. Penulis lulus dari SMA N 3 Cilegon pada tahun 2007. Pada tahun yang sama, penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada program studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah magang di pembenihan udang vaname Litopenaeus vannamei di PT. Triwindu Graha Manunggal (TWM), Anyer, BANTEN. Kemudian di IPB penulis pun aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) FORCES IPB tahun 2008, UKM Futsal IPB dan Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Al-Hurriyah IPB sebagai staf Pengembangan Potensi Sumber Daya Mahasiswa serta sebagai kepala pengawas Himpunan Mahasiswa Akuakultur (HIMAKUA) 2010. Penulis pun aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) sebagai Ketua Departemen Pengembangan Potensi Sumber Daya Mahasiwa (PPSDM) 2009-2010 dan di Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) IPB sebagai MENTERI PPSDM IPB 2011 serta tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiwa Seluruh Indonesia (BEM SI). Selain itu penulis juga ikut dalam kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa Pemberdayaan Masyarakat (PKMM) yang didanai DIKTI dengan judul “Agrifihesry for dhuafa program, membangun kemandirian yayasan Bunda Shahir Bogor dengan basis pertanian terpadu.” dan penulis berperan aktif dalam pembinaan remaja DKM Masjid Al-Furqan Taman Darmaga Permai, Ciampea, Bogor.

Penulis melakukan penelitian dengan judul “Produksi Ikan Hias Neon Tetra (Paracheirodon innesi) ukuran L dengan padat tebar 60, 80 & 100 (ekor/liter) melalui sistem pergantian air 100% perhari” untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan.

(35)
(36)

Gambar

Gambar 1   Derajat kelangsungan hidup (%) ikan neon tetra Paracheirodon
Gambar 4 Koefisien keragaman ikan neon tetra Paracheirodon innesi yang
Tabel 2  Kualitas air selama pemeliharaan
Tabel 3. Analisis keuntungan pada setiap perlakuan

Referensi

Dokumen terkait

Judul Skripsi : Hubungan Retensio Sekundinae dan Endometritis dengan Efisiensi Reproduksi pada Sapi Perah: Studi Kasus di Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara

Menepuk debu dengan dua tapak tangan secara perlahan dan jari terbuka untuk kali kedua di tempat yang lain kemudianI. menipiskannya dengan meniup atau menengkuh

Skripsi ini merupakan karya yang penulis tuntaskan guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Ilmu Admnistrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan

Da bi se ostvarila regulacija izvedenog modela potrebno je odrediti trajektor ije gibanja članaka za što se radi plan profila zglobova robo ta. Predviđeno je da se robot koji se

Selanjutanya dianalisis fenomena ini dengan teori feminisme, karena adanya indikasi eksistensi wanita untuk menjadi Satpol PP, lalu bagaimana pengaruh budaya patriarki

Bahasa Belanda biasa digunakan didalam dunia pendidikan dan pemerintahan yang dimana sering dipakai unuk percakapan antara kepala sekolah dengan para guru pengajar tetapi

Tujuan pembelajaran utama yang ingin dicapai oleh kurikulum 2013 adalah membentuk afektif yang baik pada siswa melalui langkah pembelajaran yang mengutamakan proses bukan hasil untuk

[r]