• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Kecelakaan Lalu Lintas Di Kota Pematang Siantar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisa Kecelakaan Lalu Lintas Di Kota Pematang Siantar"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

Daftar Pustaka

Robertus dan Sadar, (2007), Analisa Kecelakaan Lalu Lintas Di Kota

Semarang dan Faktor Penyebabnya, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil Universitas Diponegoro, Semarang.

Antoro, H., D., (2006), Analisis Hubungan Kecelakaan Dan V/C Ratio (Studi Kasus : Jalan Tol Jakarta – Cikampek), Tesis, Pasca Sarjana, Universitas Dipenogoro, Semarang.

Firman, (2011), Studi Potensi Lokasi Rawan Kecelakaan Busway Transjakarta di Koridor Sembilan, The 14th FSTPT International Symposium. Pekanbaru.

Hermariza, U., (2008), Studi Identifikasi Daerah Rawan Kecelakaan di Ruas Jalan Tol Jakarta-Cikampek, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil Universitas Indonesia, Jakarta.

Khisty, C., J., dan B. Kent Lall., (2003), Dasar-dasar Rekayasa Transportasi Jilid 2, Penebit Erlangga.

Anonim, (2004), Penanganan lokasi rawan kecelakaan lalu lintas (Pd.T-09-2004- B), Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah.

Putu, H., dan Oka, (2011), Analisa Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas di

Jalan Prof. Ida Bagus Mantra (Ruas Tohapati – Kusamba), The 14th FSTPT International Symposium, Pekanbaru.

Simamora, M., A., (2011), Analisa Kecelakaan Lalu Linta Di Jalan Tol

Belmera, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara, Medan.

Mokoginta, A., K., (2011), Analisa Tingkat Kecelakaan di Kota Ambon, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil ITS, Surabaya.

Anonim, (2009), Undang-Undang Republik Indonesia No.22 Tahun 2009,Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Sekretariat Negara, Jakarta.

(2)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Umum

Untuk mencapai suatu penelitian yang sistematis, terorganisir dan dapat

berjalan secara efektif, efisien serta tepat sasaran, diperlukan suatu metode

penelitian yang didalamnya memuat proses rencana dan pelaksanaan penelitian.

Pelaksanaan penelitian disesuaikan dengan tujuan penelitian dan termasuk tata

cara penyelesaian sehingga tiap-tiap bagian memiliki keterkaitan satu dengan

yang lain secara berurutan dengan demikian diharapkan hasil akhir yang baik

sehingga mendapatkan nilai yang maksimal.

III.2 Langkah Kerja Penelitian

Garis besar langkah kerja penelitian ini meliputi :

1. Penentuan tujuan penelitian, yaitu :

a. Menganalisa faktor penyebab kecelakaan di Kota Pematang Siantar.

b. Menganalisa daerah rawan kecelakaan lalu lintas di Kota Pematang Siantar.

c. Menganalisa hubungan antara jumlah kecelakaan dengan faktor penyebab

kecelakaan.

2. Metode yang digunakan, yaitu :

a. Metode Karateristik, digunakan untuk menganalisa faktor penyebab

kecelakaan.

b. Metode Tingkat Kecelakaan, digunakan untuk mengetahui tingkat

(3)

dan menganalisa daerah rawan kecelakaan.

c. Metode Angka Ekivalen Kecelakaan, digunakan untuk menganalisa daerah

rawan kecelakaan.

d. Metode analisis Uji Korelasi dan Regresi, digunakan untuk menganalisa

hubungan antara jumlah kecelakaan dengan faktor penyebab kecelakaan.

3. Penentuan lokasi penelitian, yaitu hanya pada ruas jalan di Kota Pematang

Siantar.

4. Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Data laporan kecelakaan lalu lintas, meliputi data jumlah kecelakaan selama

5 tahun, mulai tahun 2007 – 2011.

b. Data volume lalu lintas yang meliputi data lalu lintas harian rata-rata

(LHRT), dan data geometrik jalan.

5. Pengolahan data

a. Ekstraksi data menurut kebutuhan yang diperlukan sesuai metode yang

digunakan.

b. Pengelompokan data menurut kebutuhan yang diperlukan sesuai metode

yang digunakan.

6. Analisa dan pembahasan.

7. Kesimpulan dan saran.

(4)

Metode yang digunakan: 1. Metode Karakteristik 2. Metode Tingkat Kecelakaan 3. Metode Angka Ekivalen Kecelakaan

4.Metode Analisis Uji Korelasi dan Regresi

1. Menganalisa faktor penyebab kecelakaan di Kota Pematang Siantar 2. Menganalisa daerah rawan kecelakaan di Kota Pematang Siantar 3. Menganalisa hubungan antara jumlah kecelakaan dengan faktor

(5)

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

Hasil :

1. Faktor penyebab kecelakaan di Kota Pematang Siantar 2. Lokasi daerah rawan kecelakaan di Kota Pematang Siantar 3. Hubungan antara jumlah kecelakaan dengan faktor penyebab kecelakaan

Pengolahan Data Pengolahan Data

(6)

III.3 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder yang

diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum dan Satlantas Polresta Pematang Siantar.

Data sekunder yang akan dianalisa adalah data selama 5 tahun yaitu pada tahun

2007 s.d 2011. Data ini antara lain :

1. Data kecelakaan lalu lintas

Data kecelakaan lalu lintas merupakan data yang berisi catatan

kejadian-kejadian kecelakaan dan laporan bulanan kecelakaan yang dikumpulkan setiap

tahunnya. Jenis data kecelakaan lalu lintas yang diperoleh dari kantor Satlantas ini

berisi catatan mengenai :

a. Jumlah kecelakaan berdasarkan waktu kejadian

b. Jumlah kecelakaan berdasarkan lokasi kejadian

c. Jumlah kecelakaan berdasarkan tipe kecelakaan/tipe tabrakan

d. Jumlah kecelakaan berdasarkan umur dan jenis kelamin

e. Jumlah kecelakaan berdasarkan jenis korban, dan sebagainya yang dapat dilihat

pada analisa data pada bab berikutnya.

2. Data geometrik jalan

Data geometrik jalan merupakan data kondisi jalan. Data ini meliputi panjang

jalan, lebar jalan, status jalan, fungsi jalan dan sistem jaringan jalan.

(7)

III.4 Metode Analisa Data

Penelitian dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara atau sudut pandang.

Menurut pendekatan analisisnya penelitian dibagi atas 2 macam yaitu:

1. Penelitian Kuantitatif

Menekankan analisisnya pada data-data numerik (angka) yang diolah

dengan metoda statistika. Pada dasarnya pendekatan kuantitatif

dilakukan pada penelitian inferensial (dalam rangka pengujian

hipotesis) dan menyandarkan kesimpulan hasilnya pada suatu

probabilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil. Dengan metoda

kuantitatif akan diperoleh signifikansi perbedaan penelitian kuantitatif

yang merupakan sample besar.

2. Penelitian kualitatif

Analisis lebih ditekankan pada proses penyimpulan deduktif dan

induktif serta analisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena

yang diamati dengan menggunakan logika ilmiah. Hal ini bukan berarti

bahwa pendekatan kualitatif sama sekali tidak menggunakan dukungan

data kuantitatif akan tetapi penekanannya tidak pada pengujian

hipotesis melainkan pada usaha menjawab pertanyaan penelitian

melalui cara-cara berfikir formal dan argumentataif. Banyak penelitian

(8)

Jika dilihat dengan kedalaman analisisnya, jenis penelitian terbagi atas:

1. Penelitian Deskriptif

Melakukan analisis hanya sampai taraf deskripsi yaitu menganalisis

dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah

untuk dipahami dan disimpulkan. Penelitian ini bertujuan untuk

mendapatkan gambaran yang benar mengenai subjek yang diteliti.

Kebanyakan pengolahan datanya didasarkan pada analisis persentase

dana analisis kecenderungan (trend) tanpa mengkaitkan dengan

keadaan populasi dimana data tersebut diambil.

2. Penelitian Inferensial

Melakukan analisis variabel dengan pengujian hipotesis. Dengan

demikian kesimp[ulan penelitian jauh melebihi sajian data kuantitatif

saja. Dalam penelitian inferensial dapat berbicara mengenai besarnya

peluang kesalahan dalam pengambilan keputusan.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kuantitatif

dekriptif persentase yang merupakan proses penggambaran lokasi penelitian, yaitu

pada lokasi kecelakaan di ruas jalan Kota Pematang Siantar. Dalam penelitian ini

akan diperoleh gambaran tentang :

1. Karateristik kecelakaan lalu lintas selama 5 tahun pada periode

2007-2011

di Kota Pematang Siantar dalam bentuk angka dan persentase.

2. Penentuan daerah rawan kecelakaan pada ruas jalan Kota Pematang

(9)

III.5 Keterbatasan Penelitian

Ada beberapa keterbatasan yang dihadapi terkait dengan pengumpulan

data sekunder. Keterbatasan tersebut menyebabkan data yang telah terkumpul

tidak dapat dianalisa secara tajam dan lebih mendalam. Keterbatasan itu antara

lain :

• Kesulitan memperoleh data yang dibutuhkan terutama mengenai informasi

yang terkait dengan laporan kecelakaan dengan parameter cuaca dan

kondisi lingkungan, karena data tersebut tidak bisa diakses ke penyidik.

Tersedianya tambahan informasi yang lebih mendetail tentang kondisi

mesin,sistem kemudi, sistem pengereman, sistem penerangan dan pemberi

isyarat/signal tentu akan membantu memperlancar proses analisa kejadian

kecelakaan terutama yang diduga diakibatkan oleh faktor kendaraan.

Tersedianya informasi tentang kondisi fisik kendaraan setelah tabrakan

akan sangat membantu proses rekonstruksi terjadinya kecelakaan.

Tidak tersedianya data volume lalu lintas secara runtut waktu (time series)

bagi ruas di Kota Pematang Siantar. Pihak Dinas Perhubungan

menyatakan bahwa anggaran untuk survey lalu lintas tidak dialokasikan

secara rutin setiap tahunnya, sehingga untuk keperluan survey setiap tahun

atau keperluan lain yang mendesak Dinas Perhubungan harus selalu

mengajukan anggaran ke Pemko. Ini pun belum tentu disetujui. Hal ini

cukup memprihatinkan mengingat informasi tentang volume lalu lintas

merupakan kebutuhan vital bagi perencana transportasi dalam

(10)

BAB IV

ANALISIS DATA

IV.1 Karakteristik Kecelakaan Lalu Lintas

Karakteristik kecelakaan lalu lintas yang terjadi di jalan berbeda-beda baik

jalan Tol maupun Non-Tol. Jalan Non-Tol juga memiliki karateristik berbeda

antara jalan dalam kota, jalan antar kota dan jalan antar provinsi. Dalam penelitian

ini hanya dilakukan pada jalan dalam kota, khususnya ruas jalan di Kota

Pematang Siantar.

Karakteristik kecelakaan dikelompokkan berdasarkan beberapa jenis. Pada

penelitian ini karakteristik kecelakaan ditentukan berdasarkan hari, berdasarkan

waktu terjadinya kecelakaan, berdasarkan fatalitas (tingkat keparahan),

berdasarkan jenis kendaraan, berdasarkan jenis korban, berdasarkan jenis kelamin,

berdasarkan usia, dan berdasarkan jenis pekerjaan.

IV.1.1 Karakteristik Kecelakaan Berdasarkan Hari

Karateristik kecelakaan berdasarkan hari di Kota Pematang Siantar

dilakukan dengan parameter jumlah hari dalam satu minggu, yaitu : Senin, Selasa,

Rabu, Kamis, Jum’at, Sabtu, Minggu. Jumlah kecelakaan berdasarkan hari di Kota

(11)

Tabel 4.1 Jumlah Kecelakaan berdasarkan Hari tahun 2007 – 2011

Sumber : Polresta Pematang Siantar (2007-2011)

Dengan melihat jumlah kecelakaan berdasarkan hari tahun 2007 – 2011

pada tabel 4.1 jumlah kejadian kecelakaan tahun 2007 – 2011 di Kota Pematang

Siantar sebanyak 744 kecelakaan, dengan rincian 82 kecelakaan terjadi pada

tahun 2007, 57 kecelakaan terjadi pada tahun 2008, 60 kecelakaan terjadi pada

tahun 2009, 245 kecelakaan terjadi pada tahun 2010, dan 300 kecelakaan terjadi

pada tahun 2011.

Jumlah kecelakaan berdasarkan hari untuk tahun 2007 – 2011 pada tabel

4.1 didapat karateristik kecelakaan berdasarkan Hari di Kota Pematang Siantar

bahwa Hari Sabtu merupakan jumlah terbanyak dengan jumlah kecelakaan

sebanyak 241 kecelakaan dengan persentase 32,40 %. Hari Minggu sebanyak 120

kecelakaan dengan persentase 16,12 %. Hari Senin sebanyak 94 kecelakaan

dengan persentase 12,64 %. Hari Jum’at sebanyak 78 kecelakaan dengan

persentase 10,48 %. Hari Selasa sebanyak 74 kecelakaan dengan persentase 9,94

%. Hari Kamis sebanyak 73 kecelakaan dengan persentase 9,82%. Hari Rabu

(12)

Gambar 4.1 Kecelakaan berdasarkan Hari tahun 2007 – 2011

Hari Sabtu merupakan akhir pekan dengan padat mobilitas, terutama

banyaknya arus lalu lintas menuju Kota Pematang Siantar baik dari Kota Medan

maupun daerah sekitar Kota Pematang Siantar untuk mencari hiburan di akhir

pekan.

IV.1.2 Karakteristik Kecelakaan Berdasarkan Waktu Kejadian

Karakteristik kecelakaan berdasarkan waktu kejadian di Kota Pematang

Siantar dilakukan dengan parameter waktu Terang (06.00-18.00) dan waktu Gelap

(19.00-05.00). Jumlah kecelakaan berdasarkan waktu kejadian di Kota Pematang

Siantar dapat dilihat dalam tabel 4.2.

Tabel 4.2 Jumlah Kecelakaan berdasarkan Waktu Kejadian tahun 2007 – 2011

Waktu Kejadian Tahun Total

2007 2008 2009 2010 2011 Jumlah %

Terang (06.00-18.00) 28 28 29 140 171 396 53,22

Gelap (19.00-05.00) 34 26 31 125 129 345 46.78

Total 82 57 60 245 300 744 100

Sumber : Polresta Pematang Siantar (2007-2011)

Dengan melihat jumlah kecelakaan berdasarkan waktu kejadian tahun

2007 – 2011 pada tabel 4.2 jumlah kejadian kecelakaan tahun 2007 – 2011 di

Kota Pematang Siantar sebanyak 744 kecelakaan, dengan rincian 82 kecelakaan

terjadi pada tahun 2007, 57 kecelakaan terjadi pada tahun 2008, 60 kecelakaan

(13)

terjadi pada tahun 2009, 245 kecelakaan terjadi pada tahun 2010, dan 303

kecelakaan terjadi pada tahun 2011.

Jumlah kecelakaan berdasarkan waktu kejadian untuk tahun 2007 – 2011

pada tabel 4.2 didapat karateristik kecelakaan berdasarkan waktu kejadian di Kota

Pematang Siantar bahwa waktu Terang (06.00-18.00) merupakan jumlah

terbanyak dengan jumlah kecelakaan sebanyak 396 kecelakaan dengan persentase

53,22 %. Waktu Gelap (19.00-05.00) sebanyak 348 kecelakaan dengan persentase

46,78 %.

Ga

mbar 4.2 Kecelakaan berdasarkan Waktu Kejadian tahun 2007 – 2011

Waktu terang dengan durasi pukul 06.00 – 18.00 merupakan waktu yang

banyak digunakan oleh sebagian besar masyarakat untuk melakukan aktivitas

sehari-hari. Sedangkan waktu gelap dengan durasi 19.00 – 05.00 merupakan

waktu yang banyak didominasi oleh kendaraan lintas, baik truk ekspedisi antar

pulau dan provinsi maupun bus antar kota dan provinsi yang melintas di Kota

Pematang Siantar.

53,22%

46,78% Terang (06.00-18.00)

(14)

IV.1.3 Karakteristik Kecelakaan Berdasarkan Fatalitas (Tingkat Keparahan)

Karakteristik kecelakaan berdasarkan fatalitas di Kota Pematang Siantar

dilakukan dengan parameter tingkat fatalitas, yaitu : Kecelakaan Fatal,

Kecelakaan Berat, Kecelakaan Ringan, Kecelakaan Kendaraan. Jumlah

kecelakaan berdasarkan fatalitas di Kota Pematang Siantar dapat dilihat dalam

tabel 4.3.

Tabel 4.3 Jumlah Kecelakaan berdasarkan Fatalitas tahun 2007 – 2011

Fatalitas

Sumber : Polresta Pematang Siantar (2007-2011)

Dengan melihat jumlah kecelakaan berdasarkan fatalitas tahun 2007 –

2011 pada tabel 4.3 jumlah kejadian kecelakaan tahun 2007 – 2011 di Kota

Pematang Siantar sebanyak 744 kecelakaan, dengan rincian 82 kecelakaan terjadi

pada tahun 2007, 57 kecelakaan terjadi pada tahun 2008, 60 kecelakaan terjadi

pada tahun 2009, 245 kecelakaan terjadi pada tahun 2010, dan 300 kecelakaan

terjadi pada tahun 2011.

Jumlah kecelakaan berdasarkan fatalitas untuk tahun 2007 – 2011 pada

tabel 4.3 didapat karateristik kecelakaan berdasarkan Fatalitas di Kota Pematang

Siantar bahwa Kecelakaan Fatal merupakan jumlah terbanyak dengan jumlah

kecelakaan sebanyak 437 kecelakaan dengan persentase 58,74 %. Kecelakan

Berat sebanyak 180 kecelakaan dengan persentase 24,20 %. Kecelakaan Ringan

sebanyak 125 kecelakaan dengan persentase 16,80 %. Kecelakaan Kendaraan

(15)

Gambar 4.3 Kecelakaan berdasarkan Fatalitas tahun 2007 – 2011

Kecelakaan Fatal didominasi oleh banyaknya korban meninggal dunia

menyebabkan tingginya tingkat fatalitas kecelakaan lalu lintas di Kota Pematang

Siantar yaitu sebesar 58,74 %. Besarnya jumlah korban meninggal dunia menjadi

faktor utama fatalitas kecelakaan.

IV.1.4 Karakteristik Kecelakaan Berdasarkan Tipe Tabrakan

Karakteristik kecelakaan berdasarkan Tipe Tabrakan di Kota Pematang

Siantar dilakukan dengan parameter tipe tabrakan kendaraan, yaitu : Tabrakan

Depan-Belakang, Tabrakan Depan-Depan, Tabrakan Menyudut, Tabrakan Sisi

(menyudut), Tabrakan Beruntun (massal), Tabrakan Pejalan Kaki, Tabrakan

Parkir, Tabrakan Tunggal, Tabrak Lari, Lepas Kontrol. Jumlah kecelakaan

berdasarkan tipe tabrakan di Kota Pematang Siantar dapat dilihat dalam tabel 4.4.

Tabel 4.4 Jumlah Kecelakaan berdasarkan Tipe Tabrakan tahun 2007 – 2011

Tipe Tabrakan Tahun Total

(16)

Tabrakan Pejalan Kaki 12 10 11 56 21 110 14,91

Tabrakan Parkir 0 0 0 0 0 0 0

Tabrakan Tunggal 2 3 5 13 20 43 5,77

Tabrak Lari 11 11 10 0 66 98 14,24

Lepas Kontrol 0 0 0 0 0 0 0

Total 82 57 60 245 300 744 100

Sumber : Polresta Pematang Siantar (2007-2011)

Dengan melihat jumlah kecelakaan berdasarkan tipe tabrakan tahun 2007 –

2011 pada tabel 4.4 jumlah kejadian kecelakaan tahun 2007 – 2011 di Kota

Pematang Siantar sebanyak 744 kecelakaan, dengan rincian 82 kecelakaan terjadi

pada tahun 2007, 57 kecelakaan terjadi pada tahun 2008, 60 kecelakaan terjadi

pada tahun 2009, 245 kecelakaan terjadi pada tahun 2010, dan 300 kecelakaan

terjadi pada tahun 2011.

Jumlah kecelakaan berdasarkan tipe tabrakan untuk tahun 2007 – 2011

pada tabel 4.4 didapat karateristik kecelakaan berdasarkan tipe tabrakan di Kota

Pematang Siantar bahwa Tabrakan Depan-Depan merupakan jumlah terbanyak

dengan jumlah kecelakaan sebanyak 243 kecelakaan dengan persentase 31,72 %.

Tabrakan Sisi (samping) sebanyak 120 kecelakaan dengan persentase 15,86 %.

Tabrakan Depan-Belakang sebanyak 115 kecelakaan dengan persentase 15,45 %.

Tabrakan Pejalan Kaki sebanyak 110 kecelakaan dengan persentase 14,91 %.

Tabrak Lari sebanyak 98 kecelakaan dengan persentase 14,24 %. Tabrakan

Tunggal sebanyak 43 kecelakaan dengan persentase 5,77 %. Tabrakan Beruntun

(massal) sebanyak 13 kecelakaan dengan persentase 1,74 %. Tabrakan Menyudut

(17)

Gambar 4.1 Diagram Kecelakaan berdasarkan Hari tahun 2007 – 2011

Gambar 4.4 Kecelakaan berdasarkan Tipe Tabrakan tahun 2007 – 2011

Kecelakaan tipe tabrakan depan-depan merupakan kecelakaan terbanyak

sebesar 31,72 % dikarenakan faktor jarak pandang kendaraan yang kurang dan

kurangnya konsentrasi pengemudi dalam berkendara khususnya pengemudi

sepeda motor yang sering ugal-ugalan di jalan dan mengganggu pemakai jalan

lainnya.

IV.1.5 Karakteristik Kecelakaan Berdasarkan Jenis Kendaraan

Karakteristik kecelakaan berdasarkan jenis kendaraan di Kota Pematang

Siantar dilakukan dengan parameter jenis kendaraan, yaitu : Sepeda Motor, Mobil

Penumpang, Bus, Pick-UP, Truck, Truck 2AS, Trailer, Kereta Api. Jumlah

kecelakaan berdasarkan tipe tabrakan di Kota Pematang Siantar dapat dilihat

dalam tabel 4.4.

Tabel 4.5 Jumlah Unit Kendaraan berdasarkan Jenis Kendaraan tahun 2007–2011

Jenis Kendaraan Tahun Total

(18)

Truck 2AS 3 1 2 3 14 23 2,64

Trailer 1 2 3 5 11 22 2,53

Kereta Api 1 3 2 0 4 10 1,15

Total 149 110 112 88 409 868 100

Sumber : Polresta Pematang Siantar (2007-2011)

Dengan melihat jumlah unit kendaraan berdasarkan jenis kendaraan tahun

2007 – 2011 pada tabel 4.5 jumlah unit kendaraan tahun 2007 – 2011 di Kota

Pematang Siantar sebanyak 868 unit kendaraan, dengan rincian 149 unit

kendaraan terjadi pada tahun 2007, 110 unit kendaraan terjadi pada tahun 2008,

112 unit kendaraan terjadi pada tahun 2009, 88 unit kendaraan terjadi pada tahun

2010, dan 409 unit kendaraan terjadi pada tahun 2011.

Jumlah unit kendaraan berdasarkan jenis kendaraan untuk tahun 2007 –

2011 pada tabel 4.5 didapat karateristik kecelakaan berdasarkan tipe tabrakan di

Kota Pematang Siantar bahwa Sepeda Motor merupakan jumlah terbanyak dengan

jumlah 552 unit dengan persentase 63,59 %. Mobil penumpang sebanyak 140 unit

dengan persentase 16,12 %. Truck sebanyak 76 unit dengan persentase 8,75 %.

Pick-UP sebanyak 27 unit dengan persentase 3,11 %. Truck 2AS sebanyak 23 unit

dengan persentase 2,64 %. Trailer sebanyak 22 unit dengan persentase 2,53 %.

Bus sebanyak 18 unit dengan persentase 0,41 %. Kerata Api sebanyak 10 unit

dengan persentase 1,15 %.

Gambar 4.1 Diagram Kecelakaan berdasarkan Hari tahun 2007 – 2011

(19)

Kecelakaan dengan jenis kendaraan sepeda motor merupakan kecelakaan

terbanyak sebesar 63,59 % hal ini dikarenakan mudahnya memiliki sepeda motor

dan mudahnya mendapatkan ijin (SIM) mengendarai sepeda motor. Besarnya

kepemilikan unit sepeda motor menjadikan faktor jenis kendaraan sepeda motor

menjadi faktor kecelakaan berdasarkan jenis kendaraan.

IV.1.6 Karakteristik Kecelakaan Berdasarkan Jenis Korban

Karakteristik kecelakaan berdasarkan jenis korban di Kota Pematang

Siantar dilakukan dengan parameter jenis korban, yaitu : Meninggal Dunia (MD),

Luka Berat (LB), Luka Ringan (LR). Jumlah kecelakaan berdasarkan jenis korban

di Kota Pematang Siantar dapat dilihat dalam tabel 4.6.

Tabel 4.6 Jumlah Korban Kecelakaan berdasarkan Jenis Korban tahun 2007 –

2011

Jenis Korban Tahun Total

2007 2008 2009 2010 2011 Jumlah %

Meninggal Dunia (MD) 30 23 38 66 62 219 19,75

Luka Berat (LB) 44 34 44 57 99 278 26,07

Luka Ringan (LR) 46 44 47 145 330 612 55,18

Total 120 101 129 268 491 1.109 100

Sumber : Polresta Pematang Siantar (2007-2011)

Dengan melihat jumlah korban kecelakaan berdasarkan jenis korban tahun

2007 – 2011 pada tabel 4.6 jumlah kejadian kecelakaan tahun 2007 – 2011 di

Kota Pematang Siantar sebanyak 1.109 orang, dengan rincian 120 orang pada

tahun 2007, 101 orang terjadi pada tahun 2008, 129 orang pada tahun 2009, 268

orang pada tahun 2010, dan 491 orang pada tahun 2011.

Jumlah korban kecelakaan berdasarkan jenis korban untuk tahun 2007 –

2011 pada tabel 4.6 didapat karateristik kecelakaan berdasarkan jenis korban di

(20)

dengan jumlah kecelakaan sebanyak 612 orang dengan persentase 55,18 %.

Meninggal Dunia (MD) sebanyak 219 orang dengan persentase 19,75 %. Luka

berat (LB) sebanyak 278 orang dengan persentase 26,07 %.

Gambar 4.6 Korban Kecelakaan berdasarkan Jenis Korban tahun 2007 – 2011

Kecelakaan dengan jenis korban Luka Ringan (LR) sebesar 55,18%

didominasi oleh banyaknya korban kecelakaan yang telah mengerti akan

keselamatan dalam berkendara di jalan. Memakai atribut keselamatan seperti helm

dan patuh pada peraturan berlalu lintas, khususnya pengemudi sepeda motor yang

mendominasi kecelakaan di Kota Pematang Siantar. Selain patuh pada peraturan,

konsentrasi dan kondisi fisik juga menjadi faktor dalam berkendara guna

mengurangi jumlah korban kecelakaan.

19,75%

26,07% 55,18%

Meninggal Dunia (MD)

Luka Berat (LB)

(21)

IV.1.7 Karakteristik Kecelakaan Berdasarkan Jenis Kelamin

Karakteristik kecelakaan berdasarkan jenis kelamin di Kota Pematang

Siantar dilakukan dengan parameter jenis kelamin laki-laki dan waktu jenis

kelamin perempuan. Jumlah korban kecelakaan berdasarkan jenis kelamin di Kota

Pematang Siantar dapat dilihat dalam tabel 4.7.

Tabel 4.7 Jumlah Korban Kecelakaan berdasarkan Jenis Kelamin tahun 2007 –

2011

Jenis Kelamin Tahun Total

2007 2008 2009 2010 2011 Jumlah %

Laki-laki 118 111 138 310 606 1.283 73,18

Perempuan 37 27 27 107 272 470 26,82

Total 155 138 165 417 878 1.753 100

Sumber : Polresta Pematang Siantar (2007-2011)

Dengan melihat jumlah korban kecelakaan berdasarkan jenis kelamin

tahun 2007 – 2011 pada tabel 4.7 jumlah korban kecelakaan tahun 2007 – 2011

di Kota Pematang Siantar sebanyak 1.753 orang, dengan rincian 155 orang pada

tahun 2007, 138 orang pada tahun 2008, 165 orang pada tahun 2009, 417 orang

pada tahun 2010, dan 878 orang pada tahun 2011.

Jumlah korban kecelakaan berdasarkan jenis kelamin untuk tahun 2007 –

2011 pada tabel 4.7 didapat karateristik kecelakaan berdasarkan jenis kelamin di

Kota Pematang Siantar bahwa jenis kelamin laki-laki merupakan jumlah

terbanyak dengan jumlah korban kecelakaan sebanyak 1.283 orang dengan

persentase 73,18 %. Jenis kelamin perempuan sebanyak 470 orang dengan

(22)

Gambar 4.7 Korban Kecelakaan berdasarkan Jenis Kelamin tahun 2007 – 2011

Kecelakaan dengan jenis laki-laki didominasi oleh banyaknya korban

kecelakaan sebagai pengemudi dalam berkendara di jalan sebesar 74,82 %.

Laki-laki juga mendominasi sebagai tersangka pada kasus-kasus kecelakaan dalam

laporan kecelakaan kepolisian, hal inilah yang menjadi faktor utama korban

kecelakaan didominasi oleh jenis kelamin laki-laki. Sedangkan korban kecelakaan

dengan jenis kelamin perempuan cenderung sebagai korban, jarang ditemui

sebagai tersangka pada kasus kecelakaan.

IV.1.8 Karakteristik Kecelakaan Berdasarkan Usia

Karakteristik kecelakaan berdasarkan usia di Kota Pematang Siantar

dilakukan dengan parameter usia, yaitu : usia 0-9 tahun, usia 10-15 tahun, usia

16-30 tahun, usia 31-40 tahun, usia 41-50 tahun, usia diatas 51 tahun. Jumlah korban

kecelakaan berdasarkan usia di Kota Pematang Siantar dapat dilihat dalam tabel

4.8.

73,18% 26,82%

Laki-laki

(23)

Tabel 4.8 Jumlah Korban Kecelakaan berdasarkan Usia tahun 2007 – 2011

Usia (tahun)

Tahun Total

2007 2008 2009 2010 2011 Jumlah %

00 – 09 3 2 3 21 17 46 2,62

10 – 15 1 3 10 33 131 178 7,13

16 – 30 81 87 88 262 445 963 55,80

31 – 40 25 20 20 33 90 188 10,38

41 – 50 19 10 17 30 75 151 6,45

>>51 26 16 27 38 120 227 11,92

Total 155 138 165 417 878 1753 100

Sumber : Polresta Pematang Siantar (2007-2011)

Dengan melihat jumlah korban kecelakaan berdasarkan usia tahun 2007 –

2011 pada tabel 4.8 jumlah korban kecelakaan tahun 2007 – 2011 di Kota

Pematang Siantar sebanyak 1753 orang, dengan rincian 155 orang pada tahun

2007, 138 orang pada tahun 2008, 165 orang pada tahun 2009, 417 orang pada

tahun 2010, dan 878 orang pada tahun 2011.

Jumlah korban kecelakaan berdasarkan usia untuk tahun 2007 – 2011

pada tabel 4.8 didapat karateristik kecelakaan berdasarkan usia di Kota Pematang

Siantar bahwa usia diatas 16-30 tahun merupakan jumlah terbanyak dengan

jumlah 963 orang dengan persentase 55,80 %. Usia diatas 51 tahun sebanyak 227

orang dengan persentase 11,92 %. Usia 31-40 tahun sebanyak 188 orang dengan

persentase 10,38 %. Usia 10-15 tahun sebanyak 178 orang dengan persentase 7,13

%. Usia 41-50 tahun sebanyak 151 orang dengan persentase 6,45 %. Usia 0-9

(24)

Gambar 4.1 Diagram Kecelakaan berdasarkan Hari tahun 2007 – 2011

Gambar 4.8 Korban Kecelakaan berdasarkan Usia tahun 2007 – 2011

Korban kecelakaan dengan usia diatas 16-30 tahun merupakan yang

terbanyak sebesar 55,80 % hal ini dikarenakan faktor masih kurangnya

pemahaman keselamatan dan peraturan dalam berlalu lintas yang didominasi usia

pelajar dan mahasiswa.

IV.1.9 Karakteristik Kecelakaan Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Karakteristik kecelakaan berdasarkan jenis pekerjaan di Kota Pematang

Siantar dilakukan dengan parameter jenis pekerjaan, yaitu : Pelajar/Mahasiswa,

Ibu Rumah Tangga, Wiraswata, Pegawai Negari Sipil, Pegawai Swata/Karyawan,

Tidak bekerja/ Lain-lain. Jumlah korban kecelakaan berdasarkan jenis pekerjaan

di Kota Pematang Siantar dapat dilihat dalam tabel 4.9.

Tabel 4.9 Jumlah Korban Kecelakaan berdasarkan jenis pekerjaan tahun 2007 –

2011

2,62%

7,13%

55,80% 10,38%

7,15%

11,92%

00-09 tahun

10-15 tahun

16-30 tahun

31-40 tahun

41-50 tahun

(25)

Jenis Pekerjaan Tahun Total 2007 2008 2009 2010 2011 Jumlah %

Pelajar/Mahasiswa 33 30 18 46 126 253 17,11

Ibu Rumah Tangga 13 7 7 30 50 107 6,16

Wiraswasta 25 16 30 74 173 318 18,42

Pegawai Negeri Sipil 17 14 16 36 59 142 7,30

Peg. Swasta/Karyawan 44 41 50 126 265 526 27,61

Tidak bekerja/Lain-lain 23 30 44 105 205 407 23,39

Total 155 138 165 417 878 1753 100

Sumber : Polresta Pematang Siantar (2007-2011)

Dengan melihat jumlah korban kecelakaan berdasarkan jenis tahun 2007 –

2011 pada tabel 4.9 jumlah korban kecelakaan tahun 2007 – 2011 di Kota

Pematang Siantar sebanyak 1753 orang, dengan rincian 155 orang pada tahun

2007, 138 orang pada tahun 2008, 165 orang pada tahun 2009, 417 orang pada

tahun 2010, dan 878 orang pada tahun 2011.

Jumlah korban kecelakaan berdasarkan jenis pekerjaan untuk tahun 2007 –

2011 pada tabel 4.9 didapat karateristik kecelakaan berdasarkan jenis pekerjaan

di Kota Pematang Siantar bahwa jenis pekerjaan pegawai swasta/karyawan

merupakan jumlah terbanyak dengan jumlah 526 orang dengan persentase 27,61

%. Tidak bekerja/Lain-lain sebanyak 407 orang dengan persentase 23,39 %.

Pelajar/Mahasiswa sebanyak 253 orang dengan persentase 17,11 %. Wiraswata

sebanyak 318 orang dengan persentase 18,42 %. Pegawai Negeri Sipil sebanyak

142 orang dengan persentase 7,30 %. Ibu Rumah Tangga sebanyak 107 orang

(26)

Gambar 4.9 Korban Kecelakaan berdasarkan Jenis Pekerjaan tahun 2007 – 2011

Korban kecelakaan dengan jenis pekerjaan pegawai swasta/karyawan

merupakan yang terbanyak sebesar 27,61 % hal ini dikarenakan faktor mobilitas

berkendara yang tinggi dan faktor waktu tempuh sebagai pengemudi yang

mendominasi jenis pekerjaan ini. Dengan adanya ketersediaan bus karyawan

dapat mengurangi jumlah korban kecelakaan jenis pekerjaan pegawai

swasta/karyawan baik di perusahaan atau pun pabrik. Dengan demikian,

masyarakat yang sebelumnya menggunakan sepeda motor menuju tempat bekerja

dapat dikurangi dengan adanya bus dikarenakan banyaknya pengemudi sepeda

motor yang menjadi korban kecelakaan.

IV.1.10 Faktor Penyebab Kecelakaan

Berdasarkan hasil identifikasi data diketahui bahwa faktor-faktor penyebab

kecelakaan di ruas jalan kota Pematang Siantar dapat dikelompokkan menjadi

empat golongan, yaitu faktor manusia, kendaraan, jalan dan lingkungan. Hasil

17,11%

6,16%

18,42%

7,30% 27,61%

23,39%

Pelajar/Mahasiswa

Ibu Rumah Tangga

Wiraswasta

Pegawai Negari Sipil

Peg.Swasta/Karyawan

(27)

analisis mengenai pengaruh masing-masing faktor penyebab kecelakaan tersebut

dapat dilihat pada tabel 4.10.

Tabel 4.10 Jumlah Faktor Penyebab Kecelakaan tahun 2007-2011

Faktor Penyebab Tahun Total

2007 2008 2009 2010 2011 Jumlah %

Manusia 73 47 50 235 286 691 92,88

Kendaraan 2 3 3 2 3 13 1,74

Jalan 5 6 4 3 4 22 2,96

Lingkungan 2 1 3 5 7 18 2,42

Total 82 57 60 245 300 744 100

Sumber : Polresta Pematang Siantar (2007-2011)

Dengan melihat tabel jumlah faktor penyebab kecelakaan tahun 2007-2011

pada tabel 4.10 di atas dapat diketahui bahwa faktor manusia adalah faktor

terbesar penyebab kecelakaan di kota Pematang Siantar dengan persentase

92,88%. Disusul oleh faktor jalan sebesar 2,96%, faktor lingkungan sebesar

2,42% dan faktor kendaraan sebesar 1,74%.

Gambar 4.10 Faktor Penyebab Kecelakaan di Kota Pematang Siantar tahun 2007 – 2011

92,88% 1,74% 2,96% 2,42%

Pengemudi

Kendaraan

Jalan

(28)

Adapun dari hasil analisis, faktor manusia tersebut dapat diuraikan sebagai

berikut dalam tabel 4.11.

Tabel 4.11 Uraian Faktor Penyebab Kecelakaan berdasarkan Faktor Manusia

Uraian Permasalahan Tahun Total

2007 2008 2009 2010 2011 Jumlah %

Lengah/Kurang Hati-hati 43 31 34 120 155 383 55,42

Lelah 0 0 0 0 0 0 0

Mengantuk 0 0 2 9 7 18 2,6

Tidak Terampil 5 0 0 6 10 21 3,03

Mabuk 0 0 0 0 0 0 0

Kecepatan Tinggi 24 16 14 97 114 265 38,35

Tidak Menjaga Jarak 1 0 0 0 0 1 0,14

Kesalahan Pejalan 0 0 0 3 0 3 0,43

Gangguan Binatang 0 0 0 0 0 0 0

TOTAL 73 47 50 235 286 691 100

Dengan melihat tabel uraian tersebut, dapat diketahui bahwa faktor

manusia yang sering menyebabkan terjadinya kecelakaan adalah karena

lengah/kurang kehati-hatian pengemudi, yaitu sebesar 55,42% (383 dari 691

kejadian), disusul kemudian oleh karena kecepatan tinggi sebesar 38,35% (265

dari 691 kejadian), tidak tertib sebesar 3,03% (21 dari 691 kejadian), mengantuk

2,6% (18 dari 691 kejadian), kesalahan pejalan sebesar 0,43% (3 dari 691

(29)

Gambar 4.11 Uraian Faktor Penyebab Kecelakaan berdasarkan Faktor Manusia di

Kota Pematang Siantar tahun 2007-2011

IV.2 Analisa Lokasi Rawan Kecelakaan (Black Spot)

Lokasi rawan kecelakaan adalah suatu lokasi dimana angka kecelakaan

tinggi dengan kejadian kecelakaan berulang dalam suatu ruang dan rentang waktu

yang relatif sama yang diakibatkan oleh suatu penyebab tertentu

(Pd-T-09-2004-B).

Suatu lokasi dinyatakan sebagai lokasi rawan kecelakaan lalu lintas

apabila :

a. memiliki angka kecelakaan yang tinggi

b. lokasi kejadian kecelakaan relatif menumpuk

c. lokasi kecelakaan berupa persimpangan atau segmen ruas jalan sepanjang

(30)

untuk jalan perkotaan, ruas jalan sepanjang 1 Km untuk jalan antar kota

d. kecelakaan terjadi dalam ruang dan rentang waktu yang relatif sama

e. memiliki penyebab kecelakaan dengan faktor yang spesifik

Data kinerja ruas jalan pada jam sibuk khusus jalan utama di Kota

Pematang Siantar didapat dari Dinas Perhubungan Kota Pematang Siantar berupa

keterangan ruas jalan, fungsi jalan, panjang ruas, volume lalu lintas, kapasitas,

V/C ratio,dan kecepatan , dapat dilihat dalam Tabel 4.12

Tabel 4.12 Kinerja Ruas Jalan Pada Jam Sibuk Khusus Jalan Utama

di Kota Pematang Siantar.

No.

Ruas Jalan Fungsi Jalan

Panjang

Nilai Kinerja Ruas Jalan 0,624 41,923

(31)

Identifikasi lokasi rawan kecelakaan lalu lintas pada dasarnya memberikan

suatu persyaratan penentuan lokasi kecelakaan terburuk atau lokasi rawan

kecelakaan yang memiliki prioritas tertinggi untuk mendapatkan penanganan.

Suatu segmen diidentifikasi sebagai titik rawan apabila terjadi kecelakaan

dalam frekuensi yang lebih tinggi dari nilai kritis yang telah ditetapkan, yaitu 10

kejadian kecelakaan per tahun. Selanjutnya dari hasil identifikasi masing – masing

jalur untuk setiap tahunnya akan dianalisa lebih lanjut lokasi mana yang benar –

benar merupakan titik rawan (blackspot). Dalam hal ini, angka kritis 10 ditetapkan

untuk menunjukkan lokasi titik rawan kecelakaan dengan skala prioritas tertinggi

(Maya.2011)

Dari data kecelakaan Polresta Pematang Siantar didapatkan 12 ruas jalan

terburuk berdasarkan jumlah kecelakaan yang terjadi dalam periode tahun 2007 –

2011. Frekuensi kecelakaan pada ruas jalan Kota Pematang Siantar tahun 2007 –

2011 dapat dilihat pada tabel 4.11

Tabel 4.13 Frekuensi Kecelakaan pada ruas jalan Kota Pematang Siantar (2007 – 2011)

No. Lokasi Jumlah Kecelakaan

1. Jln. SM. Raja 43

2. Jln. Medan 25

3. Jln. Sangnawaluh 24

4. Jln. Merdeka 22

5. Jln. Dr. Sutomo 20

6. Jln. Melanthon Siregar 15

7. Jln. Parapat 10

8. Jln. Rakutta Sembiring 8

9. Jln. Gereja 6

10. Jln. Ade Irma Suryani Nst 5

11. Jln. Jend. Ahmad Yani 5

(32)

IV.2.1 Analisa Lokasi Rawan Kecelakaan dengan Metode Tingkat

Kecelakaan

Pada metode ini untuk mengetahui tingkat kecelakaan (accident rate)

suatu ruas jalan adalah jumlah kecelakaan setiap 100 juta km per perjalanan

(Pignataro,1973), dinyatakan dalam persamaan (2.1). Maka didapat analisa lokasi

rawan kecelakaan (Blackspot) pada ruas jalan di Kota Pematang Siantar

berdasarkan tingkat kecelakaan ruas jalan. Tingkat kecelakaan ruas jalan Kota

Pematang Siantar pada tahun 2007-2011 dapat dilihat pada tabel 4.13.

Tabel 4.14 Tingkat kecelakaan ruas jalan Kota Pematang Siantar pada tahun

2007-2011

Dari tabel 4.14 didapat bahwa Jln. SM. Raja adalah ruas jalan dengan

tingkat kecelakaan tertinggi dengan tingkat kecelakan 5,454 orang / (100JPKP).

Jalan SM. Raja merupakan merupakan salah satu jalan arteri primer dan menjadi

(33)

yang besar. Jln. SM. Raja didominasi oleh kendaraan berat yaitu : Trailer, Truck

2AS, Truck dan Bus antar provinsi. Hal inilah yang menjadikan faktor utama Jln.

SM. Raja memiliki tingkat kecelakaan tertinggi. Pada gambar 4.10 dapat dilihat

lokasi ruas Jln. SM. Raja pada jaringan jalan Kota Pematang Siantar.

Gambar 4.12 Peta Ruas Jalan SM. Raja

Dari tabel 4.14 didapat bahwa Jln. Merdeka adalah ruas jalan tertinggi

(34)

merupakan salah satu jalan arteri primer yang menjadi pusat keramaian di kota

Pematang Siantar, khususnya untuk kegiatan perekonomian yang didominasi

kendaraan sepeda motor dan mobil penumpang sehingga memiliki arus lalu lintas

yang tinggi. Pada gambar 4.11 dapat dilihat lokasi ruas Jln. Merdeka pada

jaringan jalan Kota Pematang Siantar

Gambar 4.13 Peta Ruas Jalan Merdeka

Dari tabel 4.14 didapat bahwa Jln. Sangnawaluh adalah ruas jalan tertinggi

ketiga dengan tingkat kecelakaan 2,709 orang / (100 JPKP). Jalan Sangnawaluh

(35)

masyarakat Kota Pematang Siantar khususnya untuk kegiatan perekonomian. Pada

gambar 4.12 dapat dilihat lokasi ruas Jln. Sangnawaluh pada jaringan jalan Kota

Pematang Siantar.

(36)

IV.2.2 Analisa Rawan Kecelakaan dengan Metode Angka Ekivalen

Kecelakaan

Tabel 4.15 Tingkat Kecelakaan ruas jalan Kota Pematang Siantar dengan Metode

Angka Ekivalen Kecelakaan

No Lokasi Kejadian Total

laka

Sumber : Polresta Pematang Siantar (2007-2011)

Dari data dianalisa mengenai tingkat kecelakaannya dengan pendekatan

Angka Ekivalen Kecelakaan (AEK) dan selanjutnya dilakukan rangking dari 12

lokasi kejadian kecelakaan untuk mengetahui lokasi mana yang memiliki tingkat

kecelakaan tertinggi sesuai dengan tingkat keparahannya.

Dari tabel 4.15 lokasi yang memiliki tingkat kecelakaan tertinggi yaitu di

(37)

kemudian tingkat kecelakaan tertinggi kedua yaitu di ruas jalan Sangnawaluh

dengan Angka Ekivalen Kecelakaan sebesar 268, dan tingkat kecelakaan tertinggi

ketiga adalah di ruas jalan Medan dengan Angka Ekivalen Kecelakaan sebesar

249.

IV.3 Analisa Hubungan antara Jumlah Kecelakaan dengan Faktor Penyebab

Kecelakaan

Dalam hal ini, untuk mengetahui hubungan antara jumlah kecelakaan

dengan faktor penyebab kecelakaan adalah dengan menggunakan metode analisis

Uji Korelasi dan Regresi. Hubungan antar variabel dapat berbentuk searah (+)

atau terbalik (-). Sementara nilai koefisien korelasi berkisar antara -1 sampai +1.

Koefisien korelasi bernilai + (searah), dalam model regresi bermakna semakin

tinggi nilai X maka semakin tinggi nilai Y. Koefisien korelasi bernilai - (terbalik),

dalam model regresi bermakna semakin tinggi nilai X maka semakin rendah nilai

Y.

Bila nilai koefisien korelasi signifikan, usaha selanjutnya yaitu melihat

bentuk hubungan antara kedua variabel tersebut (dependen – independent).

Koefisien regresi bertujuan untuk mendapatan persamaan garis yang dibentuk dari

kedua variabel.

Analisis Uji Korelasi dan Regresi dilakukan terhadap beberapa faktor yang

mempengaruhi, diantaranya adalah:

3. Jumlah kecelakaan dengan waktu kejadian (Jam).

(38)

IV.3.1 Analisa Hubungan Jumlah Kecelakaan dengan Waktu Kejadian

1. Analisa Uji Korelasi

a. Waktu Terang (06.00 – 18.00)

Correlations

JumlahKecelaka

an Terang

JumlahKecelakaan Pearson Correlation 1 .996**

Sig. (2-tailed) .000

N 5 5

Terang Pearson Correlation .996** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 5 5

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

b. Waktu Gelap (19.00 – 05.00)

Correlations

JumlahKecelaka

an Gelap

JumlahKecelakaan Pearson Correlation 1 .990**

Sig. (2-tailed) .001

N 5 5

Gelap Pearson Correlation .990** 1

Sig. (2-tailed) .001

N 5 5

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa hubungan antara Jumlah

(39)

Siantar sangat kuat, yang ditunjukkan dengan angka pearson correlation untuk

waktu terang sebesar 0,996 dan untuk waktu gelap 0,990. Hal ini berarti jumlah

kecelakaan mempunyai hubungan yang signifikan dengan waktu kejadian

kecelakaan (Gelap atau Terang).

2. Analisa Regresi Linier

a. Waktu Terang (06.00 – 18.00)

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: JumlahKecelakaan

Model Summary

a. Predictors: (Constant), Terang

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 53383.441 1 53383.441 379.720 .000a

Residual 421.759 3 140.586

(40)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 53383.441 1 53383.441 379.720 .000a

Residual 421.759 3 140.586

Total 53805.200 4

a. Predictors: (Constant), Terang

b. Dependent Variable: JumlahKecelakaan

Coefficientsa

a. Dependent Variable: JumlahKecelakaan

Dari output pengujian analisa regresi linier diatas didapat beberapa hasil

sebagaimana berikut :

• Didapat persamaan regresi :

Y= 19.638 + 1.638 X + e

Angka korelasi 1.638 diartikan bahwa dengan adanya kenaikan 1

(satu) satuan variabel X (Waktu Terang) maka disertai dengan

kenaikan variabel Y (Jumlah Kecelakaan) sebesar 1.638 satuan.

• Uji distribusi t (t-test)

Pengujian ini berguna untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh

antara faktor-faktor variabel independen (X) terhadap variabel

dependen (Y).

(41)

Ho = tidak adanya pengaruh yang signifikan antara variabel X

terhadap Y

Ha = adanya pengaruh yang signifikan antara variabel X terhadap Y

Maka : Ho diterima apabila: t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel

Ho ditolak apabila: t hitung < t tabel atau t hitung > t tabel

T tabel diketahui dengan melihat distribusi tabel distribusi t statistik

yang mengacu kepada signifikansi 0.05 dan derajat kebebasan (df) =

n-k, dimana n adalah jumlah observasi dan k adalah jumlah varibel

dependen dan independen. Jadi df = 5 – 2 = 3 , maka dari tabel statistik

didapat angka distribusi t = 2,35336.

 Waktu Terang

T hitung 19.486> 2,35336 maka Ho ditolak dan menerima Ha

dimana adanya pengaruh yang signifikan antara variabel Waktu

Terang (X) dengan variabel Jumlah Kecelakaan (Y).

b. Waktu Gelap (19.00 – 05.00)

Y = Jumlah Kecelakaan X = Waktu Gelap

Variables Entered/Removedb

Model

Variables

Entered

Variables

Removed Method

(42)

Variables Entered/Removedb

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: JumlahKecelakaan

Model Summary

a. Predictors: (Constant), Gelap

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 52752.530 1 52752.530 150.339 .001a

Residual 1052.670 3 350.890

Total 53805.200 4

a. Predictors: (Constant), Gelap

b. Dependent Variable: JumlahKecelakaan

Coefficientsa

(43)

Dari output pengujian analisa regresi linier diatas didapat beberapa hasil

sebagaimana berikut :

• Didapat persamaan regresi :

Y= 1.112 + 2.131 X + e

Angka korelasi 2.131 diartikan bahwa dengan adanya kenaikan 1

(satu) satuan variabel X (Waktu Gelap) maka disertai dengan kenaikan

variabel Y (Jumlah Kecelakaan) sebesar 1.638 satuan.

• Uji distribusi t (t-test)

Pengujian ini berguna untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh

antara faktor-faktor variabel independen (X) terhadap variabel

dependen (Y).

Dalam pengujian ini hipotesis yang digunakan adalah :

Ho = tidak adanya pengaruh yang signifikan antara variabel X

terhadap Y

Ha = adanya pengaruh yang signifikan antara variabel X terhadap Y

Maka : Ho diterima apabila: t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel

Ho ditolak apabila: t hitung < t tabel atau t hitung > t tabel

T tabel diketahui dengan melihat distribusi tabel distribusi t statistik

yang mengacu kepada signifikansi 0.05 dan derajat kebebasan (df) =

n-k, dimana n adalah jumlah observasi dan k adalah jumlah varibel

dependen dan independen. Jadi df = 5 – 2 = 3 , maka dari tabel statistik

didapat angka distribusi t = 2,35336.

(44)

T hitung 12.261> 2,91999 maka Ho ditolak dan menerima Ha

dimana adanya pengaruh yang signifikan antara variabel Waktu

Gelap (X) dengan variabel Jumlah Kecelakaan (Y).

IV.3.2 Analisa Hubungan Jumlah Kecelakaan dengan Pelaku Kecelakaan

(Jenis Kelamin)

1. Analisa Uji Korelasi

a. Laki-laki

Pearson Correlation 1 .999**

Sig. (2-tailed) .000

N 5 5

Laki Pearson Correlation .999** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 5 5

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

b. Perempuan

Pearson Correlation 1 .998**

Sig. (2-tailed) .000

N 5 5

Perempuan Pearson Correlation .998** 1

Sig. (2-tailed) .000

(45)

Correlations

JumlahKecelaka

anJenisKelamin Perempuan

JumlahKecelakaanJenisKela

min

Pearson Correlation 1 .998**

Sig. (2-tailed) .000

N 5 5

Perempuan Pearson Correlation .998** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 5 5

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa hubungan antara Jumlah

Kecelakaan dengan Pelaku Kecelakaan (Laki-laki atau Perempuan) di Kota

Pematang Siantar sangat kuat, yang ditunjukkan dengan angka pearson

correlation untuk jenis kelamin laki-laki sebesar 0,999 dan untuk jenis kelamin

perempuan 0,998. Hal ini berarti jumlah kecelakaan mempunyai hubungan yang

signifikan dengan jenis kelamin pelaku kecelakaan (Laki-laki atau Perempuan).

2. Analisa Regresi Linier

(46)

Variables Entered/Removedb

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: JumlahKecelakaanJenisKelamin

Model Summary

a. Predictors: (Constant), Laki

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 400030.623 1 400030.623 2.762E3 .000a

Residual 434.577 3 144.859

Total 400465.200 4

a. Predictors: (Constant), Laki

b. Dependent Variable: JumlahKecelakaanJenisKelamin

Coefficientsa

(47)

Dari output pengujian analisa regresi linier diatas didapat beberapa hasil

sebagaimana berikut :

• Didapat persamaan regresi :

Y= - 32.563 + 1.493 X + e

Angka korelasi 1.493 diartikan bahwa dengan adanya kenaikan 1

(satu) satuan variabel X (Laki-laki) maka disertai dengan kenaikan

variabel Y (Jumlah Kecelakaan) sebesar 1.493 satuan.

• Uji distribusi t (t-test)

Pengujian ini berguna untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh

antara faktor-faktor variabel independen (X) terhadap variabel

dependen (Y).

Dalam pengujian ini hipotesis yang digunakan adalah :

Ho = tidak adanya pengaruh yang signifikan antara variabel X

terhadap Y

Ha = adanya pengaruh yang signifikan antara variabel X terhadap Y

Maka : Ho diterima apabila: t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel

Ho ditolak apabila: t hitung < t tabel atau t hitung > t tabel

T tabel diketahui dengan melihat distribusi tabel distribusi t statistik

yang mengacu kepada signifikansi 0.05 dan derajat kebebasan (df) =

n-k, dimana n adalah jumlah observasi dan k adalah jumlah varibel

dependen dan independen. Jadi df = 5 – 2 = 3 , maka dari tabel statistik

didapat angka distribusi t = 2,35336.

(48)

T hitung 52.550 > 2,35336 maka Ho ditolak dan menerima Ha

dimana adanya pengaruh yang signifikan antara variabel jenis

kelamin Laki-laki (X) dengan variabel Jumlah Kecelakaan (Y).

b. Perempuan

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: JumlahKecelakaanJenisKelamin

Model Summary

a. Predictors: (Constant), Perempuan

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 398696.456 1 398696.456 676.236 .000a

Residual 1768.744 3 589.581

(49)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 398696.456 1 398696.456 676.236 .000a

Residual 1768.744 3 589.581

Total 400465.200 4

a. Predictors: (Constant), Perempuan

b. Dependent Variable: JumlahKecelakaanJenisKelamin

Coefficientsa

a. Dependent Variable: JumlahKecelakaanJenisKelamin

Dari output pengujian analisa regresi linier diatas didapat beberapa hasil

sebagaimana berikut :

• Didapat persamaan regresi :

Y= 67.898 + 3.007X + e

Angka korelasi 3.007 diartikan bahwa dengan adanya kenaikan 1

(satu) satuan variabel X (Perempuan) maka disertai dengan kenaikan

variabel Y (Jumlah Kecelakaan) sebesar 3.007 satuan.

• Uji distribusi t (t-test)

Pengujian ini berguna untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh

antara faktor-faktor variabel independen (X) terhadap variabel

(50)

Dalam pengujian ini hipotesis yang digunakan adalah :

Ho = tidak adanya pengaruh yang signifikan antara variabel X

terhadap Y

Ha = adanya pengaruh yang signifikan antara variabel X terhadap Y

Maka : Ho diterima apabila: t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel

Ho ditolak apabila: t hitung < t tabel atau t hitung > t tabel

T tabel diketahui dengan melihat distribusi tabel distribusi t statistik

yang mengacu kepada signifikansi 0.05 dan derajat kebebasan (df) =

n-k, dimana n adalah jumlah observasi dan k adalah jumlah varibel

dependen dan independen. Jadi df = 5 – 2 = 3 , maka dari tabel statistik

didapat angka distribusi t = 2,35336.

 Perempuan

T hitung 26.005> 2,35336 maka Ho ditolak dan menerima Ha

dimana adanya pengaruh yang signifikan antara variabel jenis

kelamin Perempuan (X) dengan variabel Jumlah Kecelakaan

(51)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Hasil analisis terhadap kecelakaan lalu lintas di Kota Pematang Siantar

didapat kesimpulan sebagai berikut :

1. Selama periode 2007-2011 di Kota Pematang Siantar terjadi sebanyak 744

kecelakaan lalu lintas, dengan karateristik sebagai berikut :

a. Hari Sabtu sebanyak 241 kecelakaan dengan persentase 32,40 %.

b. Waktu Terang (06.00-18.00) sebanyak 396 kecelakaan dengan

persentase 53,22 %.

c. Kecelakaan Fatal sebanyak 437 kecelakaan dengan persentase 58,74

%.

d. Tabrakan Depan-Depan sebanyak 243 kecelakaan dengan persentase

31,72 %.

e. Sepeda Motor sebanyak 552 unit dengan persentase 63,59 %

f. Luka Ringan (LR) sebanyak 612 orang dengan persentase 55,18 %.

g. Jenis kelamin laki-laki sebanyak 1.283 orang dengan persentase 73,18

%.

h. Usia diantara 16-30 tahun sebanyak 963 orang dengan persentase

55,80%.

i. Jenis pekerjaan peg. swasta/karyawan sebanyak 526 orang dengan

(52)

Berdasarkan hasil karakteristik kecelakaan diketahui bahwa faktor

penyebab kecelakaan tertinggi di Kota Pematang Siantar adalah karena

faktor manusia, yaitu sebesar 92,88%, dimana faktor manusia yang sering

menyebabkan terjadinya kecelakaan adalah karena lengah/kurang

kehati-hatian pengemudi, yaitu sebesar 55,42% (383 dari 691 kejadian), disusul

kemudian oleh karena kecepatan tinggi sebesar 38,35% (265 dari 691

kejadian), tidak tertib sebesar 3,03% (21 dari 691 kejadian), mengantuk

2,6% (18 dari 691 kejadian), kesalahan pejalan sebesar 0,43% (3 dari 691

kejadian), dan tidak menjaga jarak sebesar 0,14% (1 dari 691 kejadian).

2. Lokasi rawan kecelakaan (Blackspot) pada ruas jalan Kota Pematang

Siantar dengan Metode Tingkat Kecelakaan dan Metode Angka Ekivalen

Kecelakaan didapat bahwa ruas Jln. SM. Raja adalah daerah rawan

kecelakaan, jumlah AEK sebanyak 483 kecelakaan, dengan tingkat

kecelakaan 5,545 orang / (100JPKP)

3. Kecelakaan terbanyak terjadi waktu terang (06:00 – 18:00) sebesar

53,22% dan terkecil pada waktu gelap (01:00 – 06:00) sebesar 46,78%.

Dari hasil uji analisa korelasi dan analisa regresi terdapat hubungan dan

pengaruh jumlah kecelakaan di Kota Pematang Siantar dengan waktu

kejadian.

Jenis kelamin pelaku kejadian kecelakaan laki-laki sebesar 73,18%,

sedangkan perempuan sebesar 26,82%. Dari hasil uji analisa korelasi dan

analisa regresi terdapat hubungan dan pengaruh jumlah kecelakaan di Kota

(53)

V.2 Saran

1. Untuk penelitian selanjutnya dapat diteliti mengenai perkembangan

kendaraan terhadap kecelakaan lalu lintas.

2. Untuk penelitian sejenis dapat diteliti analisa kecelakaan lalu lintas

berdasarkan kepemilikan SIM pengendara kendaraan bermotor.

3. Untuk penelitian sejenis dapat diteliti analisa kecelakaan lalu lintas

berdasarkan data dari rumah sakit atau dari pihak asuransi.

4. Untuk penelitian sejenis dapat diteliti analisa kecelakaan lalu lintas

berdasarkan faktor kecepatan kendaraan dan faktor cuaca.

5. Diperlukannya pemeliharaan jalan yang baik pada perkerasan jalan

sehingga meminimalisir permukaan jalan yang berlubang atau

bergelombang, penerangan jalan yang cukup untuk memberikan

pencahayaan di malam hari dan kelengkapan fasilitas jalan (marka,

(54)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengertian Kecelakaan Lalu Lintas

Definisi kecelakaan lalu lintas menurut Undang-undang lalu lintas dan

angkutan jalan no. 22 Tahun 2009 menyatakan ; “Kecelakaan Lalu Lintas adalah

suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan

Kendaraan dengan atau tanpa Pengguna Jalan lain yang mengakibatkan korban

manusia dan/atau kerugian harta benda.”

Definisi kecelakaan lalu lintas menurut PT Jasa Marga adalah suatu

peristiwa atau kejadian yang terjadi dengan tiba-tiba atau tidak disangka-sangka di

jalan umum yang melibatkan satu atau lebih kendaraan yang bergerak dan

mengakibatkan kerugian material, luka-luka atau korban jiwa.

Korban pada kecelakaan lalu lintas digolongkan menjadi 3 kategori, yaitu:

1. Korban mati, adalah korban yang dipastikan mati sebagai akibat kecelakaan

lalu lintas dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah

kecelakaan tersebut.

2. Korban luka berat, adalah korban yang karena luka-lukanya menderita cacat

tetap atau harus dirawat dalam jangka waktu lebih dari 30 (tiga puluh) hari sejak

terjadi kecelakaan.

3. Korban luka ringan, adalah korban yang tidak termasuk dalam pengertian

korban mati dan korban luka berat.

Hal lain yang perlu diketahui sehubungan dengan kecelakaan adalah

(55)

kecelakaan yang hanya memperhatikan angka kejadian kecelakaan semata.

Sedangkan yang dimaksud kualitas kecelakaan adalah tinjauan kejadian

kecelakaan yang tidak semata melihat angka kejadian kecelakaan saja, namun

meninjau produk kejadian kecelakaan tersebut yaitu tingkat keparahan korban

maupun kendaraan kecelakaan karena setiap jenis jalan akan mempunyai tingkat

keparahan yang berbeda.

Penggolongan dan Penanganan Perkara Kecelakaan Lalu Lintas pada Pasal

229 :

(1) Kecelakaan Lalu Lintas digolongkan atas:

a. Kecelakaan Lalu Lintas ringan;

b. Kecelakaan Lalu Lintas sedang; atau

c. Kecelakaan Lalu Lintas berat.

(2) Kecelakaan Lalu Lintas ringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

merupakan kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan Kendaraan dan/atau

barang.

(3) Kecelakaan Lalu Lintas sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

merupakan kecelakaan yang mengakibatkan luka ringan dan kerusakan Kendaraan

dan/atau barang.

(4) Kecelakaan Lalu Lintas berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c

merupakan kecelakaan yang mengakibatkan korban meninggal dunia atau luka

berat.

(5) Kecelakaan Lalu Lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

disebabkan oleh kelalaian Pengguna Jalan, ketidaklaikan Kendaraan, serta

(56)

dan/atau lingkungan.

II.2 Karateristik Kecelakaan

Kecelakaan dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa faktor. Secara

garis besar kecelakaan diklasifikasikan berdasarkan tipe kecelakaan, korban

kecelakaan, kondisi kendaraan saat kecelakaan, kendaraan terlibat kecelakaan,

waktu kecelakaan (hari dan jam), cuaca saat kecelakaan terjadi, lokasi kecelakaan,

tipe tabrakan, jenis kendaraan dan penyebab kecelakaan. Menurut Pedoman

Penanganan lokasi rawan kecelekaan lalu lintas (Pd T-09-2004-B ) analisis data

menitik-beratkan kepada kajian antara tipe kecelakaan yang dikelompokkan atas

tipe kecelakaan dominan.

Analisis data dilakukan dengan pendekatan “5W + 1H” , yaitu Why

(penyebab kecelakaan), What (tipe kecelakaan), Where (lokasi kecelakaan), Who

(pengguna jalan yang terlibat), When (waktu kejadian) dan How (tipe pergerakan

kendaraan).

1. Why : Faktor penyebab kecelakaan (modus operandi)

Analisis ini dimaksudkan untuk menemukenali faktor-faktor dominan

penyebab suatu kecelakaan, antara lain :

a. terbatasnya jarak pandang pengemudi,

b. pelanggaran terhadap rambu lalu lintas,

c. kecepatan tinggi seperti melebihi batas kecepatan yang diperkenankan,

d. kurang antisipasi terhadap kondisi lalu lintas seperti mendahului tidak

aman,

(57)

f. parkir ditempat yang salah,

g. kurangnya penerangan,

h. tidak memberi tanda kepada kendaraan lain,dsb.

2. What : Tipe tabrakan

Analisis tipe tabrakan bertujuan untuk menemukenali tipe tabrakan yang

dominan disuatu lokasi kecelakaan, antara lain :

a. menabrak orang (pejalan kaki),

b. tabrak depan-depan,

c. tabrak depan-belakang,

d. tabrak depan-samping,

e. tabrak samping-samping,

f. tabrak belakang-belakang,

g. tabrak benda tetap di badan jalan,

h. kecelakaan sendiri / lepas kendali.

3. Who : Keterlibatan pengguna jalan

Keterlibatan pengguna jalan di dalam kecelakaan di kelompokkan sesuai

dengan tipe pengguna jalan atau tipe kendaraan, antara lain :

a. pejalan kaki,

b. mobil penumpang umum,

c. mobil angkutan barang,

d. bus,

e. sepeda motor,

f. kendaraan tak bermotor (sepeda, becak, kereta dorong, dsb)

(58)

Lokasi kejadian kecelakaan atau yang dikenal dengan tempat kejadian

perkara (TKP) mengacu kepada lingkungan lokasi kecelakaan seperti :

a. lingkungan pemukiman,

b. lingkungan perkantoran atau sekolah,

c. lingkungan tempat pembelanjaan,

d. lingkungan pedesaan,

e. lingkungan pengembangan, dsb.

5. When : Waktu kejadian kecelakaan

Waktu kejadian kecelakaan dapat ditinjau dari kondisi penerangan di TKP

atau jam kejadian kecelakaan.

a. ditinjau dari kondisi penerangan, waktu kejadian dibagi atas:

1). malam gelap / tidak ada penerangan,

2). malam ada penerangan,

3). siang terang

4). siang gelap (hujan, berkabut, asap),

5). subuh atau senja.

b. ditinjau dari jam kejadian mengacu kepada periode waktu yang terdapat

pada formulir kecelakaan

6. How : Kejadian kecelakaan

Suatu kecelakaan lalu lintas terjadi pada dasarnya didahului oleh suatu

manuver pergerakaan tertentu. Tipikal manuver pergerakan kendaraan antara lain

:

a. gerak lurus,

(59)

c. berbelok (kiri atau kanan),

d. berputar arah,

e. berhenti (mendadak, menaik-turunkan penumpang),

f. keluar masuk tempat parkir,

g. bergerak terlalu lambat, dsb.

Klasifikasi kecelakaan yang dipakai PT. Jasa Marga (Persero) dalam

(Dwiyogo dan Prabowo,2006) , (Robertus dan Sadar,2007) dan (Maya,2011)

adalah :

1. Berdasarkan tingkat kecelakaan, berdasarkan tingkat kecelakaannya maka

kecelakaan dibagi dalam empat golongan yaitu :

1) kecelakaan sangat ringan (damage only) : kecelakaan yang hanya

mengakibatkan kerusakan/korban benda saja.

2) kecelakaan ringan : kecelakaan yang mengakibatkan korban luka ringan.

3) kecelakaan berat : kecelakaan yang mengakibatkan korban luka berat.

4) kecelakaan fatal : kecelakaan yang mengakibatkan korban meninggal dunia.

2. Berdasarkan kelas korban kecelakaan, maka korban kecelakaan

diklasifikasikan menjadi :

a) korban luka ringan

Adalah kecelakaan yang mengakibatkan korban mengalami luka–luka yang

tidak membahayakan jiwa dan tidak memerlukan pertolongan lebih lanjut

dari rumah sakit.

(60)

Adalah kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan korban mengalami luka-

luka yang dapat membahayakan jiwa dan memerlukan

pertolongan/perawatan lebih lanjut di rumah sakit.

c) korban meninggal dunia

Adalah kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan korban jiwa/meninggal

dunia.

3. Berdasarkan faktor penyebab kecelakaan, kecelakaan disebabkan beberapa

faktor yaitu faktor pengemudi, faktor kendaraan, faktor jalan dan faktor

lingkungan.

4. Berdasarkan waktu kecelakaan, jenis kecelakaan ini ditetapkan menurut satu

periode waktu tertentu.

5. Berdasarkan lokasi terjadinya kecelakaan

a) Lokasi jalan lurus 1 lajur, 2 lajur maupun 1 lajur searah atau berlawanan

arah

b) Tikungan jalan

c) Persimpangan jalan

6. Berdasarkan jenis kendaraan, sesuai dengan penggolongan kendaraan yang

diterapkan oleh pengelola jalan yaitu golongan I, golongan IIa, dan golongan

IIb dengan jenis-jenis kendaraan seperti : sedan, jeep, pick up, mini bus, bus

sedang, bus besar 2 as, bus besar > 3 as, truk kecil, truk besar 2 as, truk besar >

3 as, truk trailer dan truk gandeng.

7. Berdasarkan cuaca saat kejadian kecelakaan, menurut cuaca diklasifikasikan

(61)

8. Berdasarkan jenis kecelakaan yang terjadi, diklasifikasikan atas beberapa

tabrakan, yaitu depan-depan, depan-belakang, tabrakan sudut, tabrakan sisi,

lepas kontrol, tabrak lari, tabrak massal, tabrak pejalan kaki, tabrak parkir, dan

tabrakan tunggal. Dimana PT Jasa Marga mengelompokkan jenis tabrakan

yang melatarbelakangi terjadinya kecelakaan lalu lintas menjadi :

a) Tabrakan depan – depan

Adalah jenis tabrakan antara dua kendaraan yang tengah melaju dimana

keduanya saling beradu muka dari arah yang berlawanan, yaitu bagian

depan kendaraan yang satu dengan bagian depan kendaraan lainnya.

b) Tabrakan depan – samping

Adalah jenis tabrakan antara dua kendaraan yang tengah melaju dimana

bagian depan kendaran yang satu menabrak bagian samping kendaraan

lainnya.

c) Tabrakan depan – belakang

Adalah jenis tabrakan antara dua kendaraan yang tengah melaju dimana

bagian depan kendaraan yang satu menabrak bagian belakang kendaraan di

depannya

dan kendaraan tersebut berada pada arah yang sama.

d) Tabrakan samping – samping

Adalah jenis tabrakan antara dua kendaraan yang tengah melaju dimana

bagian samping kendaraan yang satu menabrak bagian yang lain.

e) Menabrak penyeberang jalan

Adalah jenis tabrakan antara kendaraan yang tengah melaju dan pejalan kaki

(62)

f) Tabrakan sendiri

Adalah jenis tabrakan dimana kendaraan yang tengah melaju mengalami

kecelakaan sendiri atau tunggal.

g) Tabrakan beruntun

Adalah jenis tabrakan dimana kendaraan yang tengah melaju menabrak

mengakibatkan terjadinya kecelakaan yang melibatkan lebih dari dua

kendaraan secara beruntun.

h) Menabrak obyek tetap

Adalah jenis tabrakan dimana kendaraan yang tengah melaju menabrak

(63)

Tabel 2.1 Klasifikasi Kecelakaan Berdasarkan Posisi Terjadinya

Gambar / Lambang Klasifikasi Keterangan / Keterangan

Tabrak Depan

• Terjadi pada jalan lurus yang berlawanan arah.

•Terjadi pada satu ruas jalan searah

•Pengereman mendadak

•Jarak kendaraan yang tidak terkontrol

•Terjadi pada jalan lurus dan searah

•Pelaku menyiap kendaraan

•Terjadi pada jalan lurus lebih dari 1 lajur dan pada persimpangan jalan

•Kendaraan yang mau menyiap

•Tidak tersedia pengaturan lampu lalu lintas atau rambu-rambu pada persimpangan jalan

•Mengemudikan kendaraan

dengan kecepatan tinggi

•Terjadi pada saat pengemudi kehilangan konsentrasi

•Kendaraan mengalami hilang kendali

Sumber : Djoko Setijowarno,2003, Pengantar Rekayasa Dasar Transportasi dalam (Hermariza,2003)

dan (Maya,2011)

Berdasarkan urain diatas maka klasifikasi kecelakaan yang dipakai dalam

penelitian ini adalah :

1. Berdasarkan waktu kecelakaan, untuk waktu kecelakaan diklasifikasikan

(64)

2. Berdasarkan tingkat kecelakaan, berdasarkan tingkat kecelakaannya maka

kecelakaan dibagi dalam empat golongan yaitu kecelakaan sangat ringan

(kendaraan), kecelakaan ringan, kecelakaan berat, dan kecelakaan fatal.

3. Berdasarkan tipe tabrakan yang terjadi, diklasifikasikan atas beberapa

tabrakan, yaitu depan-belakang, depan-depan, tabrakan sudut, tabrakan

sisi, tabrak lari, tabrak massal, tabrak pejalan kaki,tabrak parkir, dan

tabrakan tunggal, lepas kontrol.

4. Berdasarkan jenis kendaraan, sesuai dengan penggolongan kendaraan yang

diterapkan oleh pengelola jalan yaitu golongan I, golongan IIa, dan

golongan IIb dengan jenis-jenis kendaraan seperti : sepeda motor, mobil

penumpang, pick up, bus, truck, truck 2 as, truck trailer.

5. Berdasarkan kelas korban kecelakaan, maka korban kecelakaan

diklasifikasikan menjadi korban luka ringan, korban luka berat, dan korban

meninggal dunia.

6. Berdasarkan jenis kelamin, diklasifikasikan menjadi laki-laki dan

perempuan.

7. Berdasarkan usia, dikalasifikasikan menjadi usia dibawah 15 tahun sampai

diatas usia 45 tahun.

8. Berdasarkan jenis pekerjaan, diklasifikasikan menjadi pelajar/mahasiswa,

ibu rumah tangga, pegawai negeri sipil, wiraswasta, pegawai

Gambar

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
Tabel 4.1 Jumlah Kecelakaan berdasarkan Hari tahun 2007 – 2011
Gambar 4.1 Kecelakaan berdasarkan Hari tahun 2007 – 2011 Minggu
Tabel 4.4 Jumlah Kecelakaan berdasarkan Tipe Tabrakan tahun 2007 – 2011
+7

Referensi

Dokumen terkait

adalah data kecelakaan lalu lintas berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi. kecelakaan yang terjadi di Kabupaten Labuhan Batu untuk

Merekap data kecelakaan lalu lintas di Kota Bandar Lampung berdasarkan jumlah kejadian kecelakaan, tingkat keparahan korban, kendaraan yang terlibat kecelakaan, faktor

tujuan penelitian, yang meliputi data jumlah kecelakaan yang terjadi di daerah Sragen.

Data kejadian kecelakaan dari tahun 2007, 2008, 2009, 2010, dan 2011, jumlah korban kecelakaan, jenis kelamin korban kecelakaan, umur korban kecelakaan, angka

Proporsi jumlah korban kecelakaan lalu lintas sepeda motor merupakan yang terbesar dibandingkan dengan proporsi korban kecelakaan lalu lintas yang lain yang terjadi di Kota

Penulisan skripsi yang berjudul “Resistensi Supir Angkutan Kota Terhadap Relokasi Terminal Sukadame Kota Pematang Siantar “ Studi deskriptif pada Supir angkutan kota Pematang

mengalikan angka kecelakaan berdasarkan tingkat keparahan korban dengan biaya kecelakaan pada tabel 5.2 Berikut merupakan contoh perhitungan biaya kecelakaan disalah satu ruas

Data kejadian kecelakaan dari tahun 2007, 2008, 2009, 2010, dan 2011, jumlah korban kecelakaan, jenis kelamin korban kecelakaan, umur korban kecelakaan, angka