• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu Terhadap Kejang Demam pada Anak di Kelurahan Kwala Bekala Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu Terhadap Kejang Demam pada Anak di Kelurahan Kwala Bekala Tahun 2015"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Chyntia Omega

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/14 Mei 1994

Warga Negara : Indonesia

Status : Belum Menikah

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jalan Luku 1 Gang Sepadan No.3 Padang Bulan,

Medan

Nomor Handphone : 085762036772

Email : chyntiaog@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. TK Budi Murni 2 Medan (1999-2000) 2. SD Budi Murni 2 Medan (2000-2006) 3. SMP Negeri 1 Medan (2006-2009) 4. SMA Negeri 1 Medan (2009-2012)

5. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2012-Sekarang)

Riwayat Pelatihan :

(2)

3. Peserta Get Together SCORE PEMA FK USU 2013

4. Peserta PIM (Pekan Ilmiah Nasional) SCORE PEMA FK USU 2013

Riwayat Organisasi :

(3)

Lampiran 2

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PARTISIPAN PENELITIAN

Saya yang bernama Chyntia Omega adalah mahasiswi Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang “Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu Terhadap Kejang Demam Pada Anak di Kelurahan Kwala Bekala Tahun 2015”. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan partisipasi ibu untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini dan bersedia mengisi kuesioner dengan jujur dan apa adanya. Identitas pribadi dan semua informasi yang ibu berikan akan dirahasiakan dan hanya akan digunakan untuk keperluan penelitian ini. Partisipasi ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela sehingga ibu bebas untuk mengundurkan diri tanpa ada sanksi apapun.

Atas perhatian dan kesediaan ibu menjadi partisipan dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.

Medan, _______ 2015

Peneliti Partisipan

(4)

Lampiran 3

SURAT PERSETUJUAN

(INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Umur : Alamat : Menyatakan bahwa:

1. Saya telah mendapat penjelasan segala sesuatu mengenai penelitian Gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu terhadap kejang demam pada anak.

2. Setelah saya memahami penjelasan tersebut, dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari siapapun bersedia ikut serta dalam penelitian ini dengan kondisi:

a. Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya dan hanya dipergunakan untuk kepentingan ilmiah.

b. Apabila saya inginkan, saya boleh memutuskan untuk keluar/tidak berpartisipasi lagi dalam penelitian ini tanpa harus menyampaikan alasan apapun.

Medan, _______ 2015

Peneliti Partisipan

(5)

Lampiran 4

KUESIONER PENELITIAN

Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu terhadap Kejang Demam Pada Anak di Kelurahan Kwala Bekala Tahun 2015

Petunjuk :

1. Isilah identitas pribadi anda

2. Pilih dan isilah jawaban yang menurut Anda benar. No. Responden :

Data Pribadi

Nama :

Umur : tahun Alamat :

Pekerjaan : Pendidikan :

Umur Anak : bulan/tahun

Anak pernah kejang demam : Ya Tidak

A.

Pengetahuan

No. Pertanyaan Ya Tidak

1. Apakah demam tinggi dapat menyebabkan kejang pada anak?

2. Apakah kejang demam hanya terjadi pada bayi dan balita?

3. Apakah kejang demam sering disebabkan oleh infeksi atau peradangan, misalnya: infeksi saluran pernafasan, infeksi telinga, atau infeksi virus?

4. Apakah serangan kejang dapat timbul lebih dari satu kali selama anak demam?

5. Apakah anak yang pernah kejang demam akan memiliki IQ yang lebih rendah dari saudara kandungnya yang tidak pernah kejang demam?

6. Apakah anak yang mengalami kejang demam akan beresiko epilepsi (ayan)?

7. Apakah kejang demam berhubungan dengan faktor keturunan?

8. Apakah kejang demam dapat mengancam jiwa (menyebabkan kematian) ?

9. Apakah kejang demam dapat menyebabkan kecacatan pada anak?

(6)

B.

Sikap

No.

Pertanyaan

Setuju Tidak

Setuju

1.

Setujukah anda setiap demam akan

menyebabkan kejang?

2.

Setujukah anda melakukan kompres untuk

menurunkan demam anak pada saat anak

demam?

3.

Setujukah anda untuk mengukur suhu badan

anak saat demam untuk mengantisipasi

kejang demam?

4.

Setujukah anda untuk menekan lidah anak

dengan sendok semasa anak kejang agar

kejang segera berhenti?

5.

Setujukah anda untuk memposisikan anak

telungkup dengan kepala menghadap ke

samping semasa anak kejang?

C.

Tindakan

No.

Tindakan yang dilakukan

Ya

Tidak

1.

Mengukur suhu tubuh anak menggunakan

termometer pada saat anak demam.

2.

Melindungi anak dengan membaringkan anak

pada tempat aman dan nyaman pada saat anak

demam atau kejang demam.

3.

Memberikan anak minum air seperlunya jika

anak mengalami demam.

4.

Memegangi dan menahan tangan dan kaki

anak semasa anak kejang demam.

(7)

Kunci Jawaban Kuesioner Penelitian

A. Pengetahuan

1. Ya 2. Ya 3. Ya 4. Ya 5. Tidak 6. Ya 7. Ya 8. Tidak 9. Tidak 10.Ya

B. Sikap

1. Tidak Setuju 2. Setuju 3. Setuju 4. Tidak Setuju 5. Setuju

C. Tindakan

(8)

Sistem Skoring Kuesioner Penelitian

A. Pengetahuan

Peng. P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10

Ya 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1

Tidak 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0

B. Sikap

Sikap S1 S2 S3 S4 S5

Setuju 0 1 1 0 1

Tidak Setuju 1 0 0 1 0

C. Tindakan

Tindakan T1 T2 T3 T4 T5

Ya 1 1 1 0 0

(9)
(10)
(11)
(12)

Lampiran 7

Uji Validitas dan Reabilitas Pengetahuan Kuesioner Penelitian

Correlations

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Ptot P1 Pearson

Correlation

1 .535 .524 .764* .655* .764* .655* .429 .535 .764* .875**

Sig. (2-tailed) .111 .120 .010 .040 .010 .040 .217 .111 .010 .001

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

P2 Pearson Correlation

.535 1 .535 .408 .816** .408 .408 .802** .583 .408 .843**

Sig. (2-tailed) .111 .111 .242 .004 .242 .242 .005 .077 .242 .002

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

P3 Pearson Correlation

.524 .535 1 .218 .655* .764* .218 .429 .535 .218 .679*

Sig. (2-tailed) .120 .111 .545 .040 .010 .545 .217 .111 .545 .031

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

P4 Pearson Correlation

.764 *

.408 .218 1 .500 .375 .500 .327 .408 .375 .644*

Sig. (2-tailed) .010 .242 .545 .141 .286 .141 .356 .242 .286 .045

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

P5 Pearson Correlation

.655 *

.816** .655* .500 1 .500 .600 .655* .816** .500 .898**

Sig. (2-tailed) .040 .004 .040 .141 .141 .067 .040 .004 .141 .000

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

P6 Pearson Correlation

.764 *

.408 .764* .375 .500 1 .500 .327 .408 .375 .718*

Sig. (2-tailed) .010 .242 .010 .286 .141 .141 .356 .242 .286 .019

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

P7 Pearson Correlation

.655 *

.408 .218 .500 .600 .500 1 .218 .408 .500 .659*

Sig. (2-tailed) .040 .242 .545 .141 .067 .141 .545 .242 .141 .038

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

P8 Pearson Correlation

.429 .802** .429 .327 .655* .327 .218 1 .356 .327 .692*

Sig. (2-tailed) .217 .005 .217 .356 .040 .356 .545 .312 .356 .026

(13)

P9 Pearson Correlation

.535 .583 .535 .408 .816** .408 .408 .356 1 .408 .721*

Sig. (2-tailed) .111 .077 .111 .242 .004 .242 .242 .312 .242 .019

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

P10 Pearson Correlation

.764 *

.408 .218 .375 .500 .375 .500 .327 .408 1 .644*

Sig. (2-tailed) .010 .242 .545 .286 .141 .286 .141 .356 .242 .045

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

Ptot Pearson Correlation

.875 **

.843** .679* .644* .898** .718* .659* .692* .721* .644* 1

Sig. (2-tailed) .001 .002 .031 .045 .000 .019 .038 .026 .019 .045

N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized Items N of Items

(14)

Uji Validitas dan Reabilitas Sikap Kuesioner Penelitian

Correlations

S1 S2 S3 S4 S5 Stot

S1 Pearson Correlation 1 .167 .583 .667* .535 .748* Sig. (2-tailed) .645 .077 .035 .111 .013

N 10 10 10 10 10 10

S2 Pearson Correlation .167 1 .167 .667* .535 .641* Sig. (2-tailed) .645 .645 .035 .111 .046

N 10 10 10 10 10 10

S3 Pearson Correlation .583 .167 1 .667* .535 .748* Sig. (2-tailed) .077 .645 .035 .111 .013

N 10 10 10 10 10 10

S4 Pearson Correlation .667* .667* .667* 1 .802** .962** Sig. (2-tailed) .035 .035 .035 .005 .000

N 10 10 10 10 10 10

S5 Pearson Correlation .535 .535 .535 .802** 1 .857** Sig. (2-tailed) .111 .111 .111 .005 .002

N 10 10 10 10 10 10

Stot Pearson Correlation .748* .641* .748* .962** .857** 1 Sig. (2-tailed) .013 .046 .013 .000 .002

N 10 10 10 10 10 10

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's Alpha

Based on Standardized

Items N of Items

(15)

Uji Validitas dan Reabilitas Tindakan Kuesioner Penelitian

Correlations

T1 T2 T3 T4 T5 Ttot

T1 Pearson Correlation 1 .102 1.000** .408 .408 .722*

Sig. (2-tailed) .779 .000 .242 .242 .018

N 10 10 10 10 10 10

T2 Pearson Correlation .102 1 .102 .667* .667* .707*

Sig. (2-tailed) .779 .779 .035 .035 .022

N 10 10 10 10 10 10

T3 Pearson Correlation 1.000** .102 1 .408 .408 .722*

Sig. (2-tailed) .000 .779 .242 .242 .018

N 10 10 10 10 10 10

T4 Pearson Correlation .408 .667* .408 1 .583 .825**

Sig. (2-tailed) .242 .035 .242 .077 .003

N 10 10 10 10 10 10

T5 Pearson Correlation .408 .667* .408 .583 1 .825**

Sig. (2-tailed) .242 .035 .242 .077 .003

N 10 10 10 10 10 10

Ttot Pearson Correlation .722* .707* .722* .825** .825** 1

Sig. (2-tailed) .018 .022 .018 .003 .003

N 10 10 10 10 10 10

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's Alpha

Based on Standardized

Items

N of

Items

(16)

Lampiran 8

Data Induk Penelitian

No. Usia Peker-jaan

Pendi-dikan

Usia

Anak Pernah

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Ptot S1 S2 S3 S4 S5 Stot T1 T2 T3 T4 T5 Ttot

Ibu Anak Kjg

Demam

1 34 Wrswasta SMA 4 thn Tidak 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 5 1 1 1 0 1 4 1 1 1 0 0 3

2 44 PNS S1 3 thn Tidak 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 6 1 1 1 0 1 4 1 1 1 1 0 4

3 28 IRT SMA 5 thn Tidak 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 5 1 1 1 1 1 5 1 1 1 0 0 3

4 32 Wrswasta SMK 5 thn Ya 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 5 1 1 1 1 1 5 1 1 1 0 0 3

5 37 PNS D3 6 bln Tidak 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 7 1 1 1 1 1 5 1 1 1 0 0 3

6 34 IRT S1 3 thn Tidak 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 7 1 1 1 0 1 4 1 1 1 0 0 3

7 32 IRT SMA 5 thn Tidak 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 5 1 1 1 1 0 4 1 1 1 0 0 3

8 27 IRT SMK 10bln Tidak 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 6 1 1 1 0 1 4 1 1 1 0 0 3

9 21 IRT SMA 1 thn Tidak 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 5 1 1 1 1 1 5 1 1 1 0 0 3

10 33 IRT SMA 2 thn Tidak 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 5 1 1 1 0 1 4 1 1 1 0 0 3

11 25 IRT D3 2 thn Tidak 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 4 1 1 1 0 0 3 1 1 1 0 0 3

12 30

Pegawai

Swasta S1 4 thn Ya 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 8 1 1 1 0 1 4 1 1 1 0 0 3

13 27 Wrswasta SMA 3 thn Tidak 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 5 1 1 1 1 0 4 1 1 1 0 0 3

14 26 PNS S1 3 thn Tidak 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 5 1 1 1 0 0 3 1 1 1 0 0 3

15 37 Wrswasta SMA 6 bln Tidak 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 4 1 1 1 1 1 5 1 1 1 0 0 3

16 32 IRT SMA 1 thn Tidak 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 7 1 1 1 1 1 5 1 1 0 0 1 3

17 30 PNS S1 5 thn Tidak 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 4 1 1 1 0 1 4 1 1 0 0 0 2

(17)

19 24 IRT SMA 3 thn Tidak 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 7 1 1 1 0 0 3 1 1 1 0 0 3

20 26 IRT SMA 1 thn Tidak 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 7 1 1 1 0 0 3 1 1 1 0 0 3

21 36 Wrswasta SMA 3 thn Tidak 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 6 1 1 1 0 0 3 1 1 1 0 1 4

22 38 Wrswasta SMP 5 thn Tidak 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 5 0 1 1 0 0 2 1 1 1 0 0 3

23 32 IRT SMA 2 thn Tidak 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 7 1 1 1 0 1 4 1 1 1 0 0 3

24 47 IRT SMA 5 thn Tidak 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 7 1 1 1 0 1 4 1 1 1 1 0 4

25 31 IRT SMA 3 thn Tidak 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 5 1 1 1 1 1 5 1 0 1 1 0 3

26 39 IRT SD 3 thn Ya 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 5 1 1 1 1 0 4 1 1 1 0 0 3

27 22 IRT SMA 2 thn Tidak 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 6 1 1 1 0 0 3 1 1 1 0 0 3

28 33 Wrswasta S1 4 thn Tidak 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 4 0 1 1 1 1 4 1 1 1 0 0 3

29 36 IRT SD 5 thn Tidak 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 5 1 1 1 1 0 4 1 1 1 0 0 3

30 36 IRT SMA 5 thn Tidak 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 5 1 1 1 0 0 3 1 1 1 0 0 3

31 31 Wrswasta SMP 5 thn Tidak 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 6 1 0 1 0 1 3 1 1 0 0 1 3

32 35 Wrswasta S1 1 thn Tidak 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 5 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 0 4

33 44 IRT SMA 2 thn Ya 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 5 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 0 4

34 39 IRT SMA 3 thn Tidak 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 3 0 1 1 1 1 4 1 1 1 1 0 4

35 23 IRT SMP 4 thn Tidak 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 3 0 1 1 1 1 4 1 1 1 1 0 4

36 26 IRT SD 6 bln Tidak 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 6 1 1 1 1 0 4 1 1 1 1 0 4

37 20 IRT SMP 1 thn Tidak 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 5 0 1 1 0 1 3 1 1 0 0 0 2

38 22 IRT SMP 4 thn Tidak 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 5 0 1 1 0 1 3 1 1 0 0 0 2

39 42 IRT SMA 4 thn Tidak 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 5 1 1 1 0 1 4 1 1 0 0 0 2

40 34 Wrswasta SMA 4 thn Tidak 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 2 0 1 1 0 0 2 1 1 1 0 0 3

41 41 IRT SMA 6 bln Tidak 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 5 1 1 1 0 0 3 1 1 1 0 0 3

42 30 IRT SMA 10bln Tidak 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 5 1 1 1 1 1 5 1 1 1 0 0 3

(18)

44 21 IRT SMA 10bln Tidak 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 5 1 1 1 1 1 5 1 1 1 0 0 3

45 19 IRT SMA 10bln Tidak 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 6 1 1 1 0 1 4 1 1 0 0 0 2

46 34 IRT SMA 4 thn Tidak 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 4 1 1 1 0 1 4 1 1 1 0 0 3

47 26 IRT SMK 6 bln Tidak 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 4 1 1 1 0 1 4 1 1 1 0 0 3

48 37 IRT SMP 1 thn Tidak 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 6 1 1 1 0 1 4 1 1 1 1 0 4

49 32 IRT SMA 5 thn Tidak 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 5 1 1 1 0 0 3 1 1 1 0 0 3

50 25

Pegawai

Swasta SMA 2 thn Tidak 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 5 1 1 1 1 1 5 1 1 0 0 0 2

51 23 IRT SMA 10bln Tidak 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 3 1 1 0 1 1 4 0 0 1 1 1 3

52 24 IRT SMK 1 thn Tidak 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 5 1 1 1 0 0 3 1 1 1 0 0 3

53 31 Wrswasta D3 6 bln Tidak 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 5 1 1 1 0 0 3 1 1 1 0 0 3

54 26 Wrswasta D3 8 bln Tidak 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 5 1 1 1 0 1 4 1 1 1 0 1 4

55 40 Wrswasta SMK 10bln Tidak 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 6 1 1 1 0 1 4 1 1 1 0 0 3

56 31 IRT SMP 6 bln Tidak 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 6 0 1 1 0 0 2 1 1 1 1 0 4

57 18 IRT SMP 8 bln Tidak 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 5 1 1 1 0 1 4 1 1 1 1 0 4

58 42 Wrswasta SMA 4 thn Tidak 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 5 1 1 1 1 0 4 1 1 1 1 1 5

59 37 PNS PGTK 1 thn Tidak 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 6 1 1 1 0 0 3 1 1 0 0 0 2

60 25 Wrswasta SMA 1 thn Tidak 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 4 1 1 1 0 0 3 1 1 1 0 0 3

61 46 Wrswasta S1 5 thn Tidak 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 4 1 1 1 0 0 3 1 1 1 1 1 5

62 45

Pegawai

Swasta D3 5 thn Tidak 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 6 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 0 4

63 26 Wrswasta SMA 5 thn Tidak 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 5 1 1 1 0 0 3 1 1 1 0 0 3

64 30 IRT SMA 5 thn Tidak 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 4 0 1 1 0 1 3 1 1 1 0 0 3

65 29 IRT SMA 4 thn Tidak 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 2 1 1 1 0 1 4 1 1 1 1 1 5

66 23 IRT SMP 10bln Tidak 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 3 0 1 1 1 1 4 1 1 1 1 0 4

(19)

68 28 IRT SMK 5 thn Tidak 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 6 1 1 1 1 1 5 1 1 1 0 0 3

69 40 IRT SMA 3 thn Tidak 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 4 1 1 1 0 0 3 1 1 1 0 0 3

70 33 PNS D3 5 thn Ya 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 7 1 1 1 1 0 4 1 1 1 1 0 4

71 42 IRT SMA 5 thn Tidak 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 4 1 1 1 0 1 4 1 1 1 0 0 3

72 26 IRT SMA 6 bln Tidak 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 5 1 1 1 0 0 3 1 1 1 0 0 3

73 42 Wrswasta SMA 5 thn Ya 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 8 1 1 1 1 1 5 1 1 1 0 0 3

74 34 Wrswasta S1 5 thn Tidak 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 4 1 1 1 0 1 4 1 1 1 0 0 3

75 29 IRT SMA 5 thn Tidak 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 5 1 0 0 1 0 2 1 1 1 0 0 3

76 29 Wrswasta S1 6 bln Tidak 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 8 1 1 1 0 1 4 1 1 1 0 0 3

77 36

Pegawai

Swasta SMA 5 thn Tidak 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 6 1 0 1 1 0 3 1 1 1 0 0 3

78 31 IRT SMA 5 thn Tidak 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 4 1 1 1 1 1 5 1 1 0 0 0 2

79 33

Pegawai

Swasta S1 5 thn Tidak 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 5 1 1 1 1 0 4 1 1 1 0 0 3

80 37

Pegawai

Swasta SMA 5 thn Tidak 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 5 1 1 1 0 1 4 1 1 1 1 0 4

81 34 IRT D3 3 thn Tidak 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 7 1 1 1 0 1 4 1 1 1 0 0 3

82 37 IRT S1 2 thn Tidak 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 3 1 1 1 0 1 4 1 1 0 0 0 2

83 34 IRT SMA 10bln Tidak 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 5 1 1 1 0 1 4 1 1 0 0 0 2

84 40

Pegawai

Swasta SMA 5 thn Tidak 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 8 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 0 4

85 43

Pegawai

Swasta D3 4 thn Tidak 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 4 1 1 1 0 1 4 1 1 1 0 0 3

86 28 IRT SMA 6 bln Tidak 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 5 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 0 4

87 34 Wrswasta S1 3 thn Ya 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 7 1 1 1 0 0 3 1 1 1 0 1 4

88 27

Pegawai

Swasta S1 2 thn Tidak 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 7 1 1 1 0 1 4 1 1 1 0 0 3

(20)

90 39 IRT D3 5 thn Tidak 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 5 1 1 1 0 1 4 1 1 0 0 0 2

91 30

Pegawai

Swasta S1 5 thn Tidak 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 4 1 1 1 1 1 5 1 1 1 0 0 3

92 41 Wrswasta SMA 5 thn Tidak 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 5 0 1 1 1 1 4 1 0 1 0 0 2

93 35

Pegawai

Swasta D3 6 bln Ya 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 6 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 0 4

94 26 Wrswasta D3 10bln Tidak 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 4 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 0 4

95 26 IRT SMA 6 bln Tidak 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 5 0 1 1 0 1 3 1 1 1 0 0 3

96 36 IRT SMA 6 bln Tidak 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 7 0 1 1 0 0 2 1 1 1 0 0 3

97 35 IRT D3 5 thn Tidak 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 6 1 0 1 1 0 3 1 1 1 0 0 3

98 27 Wrswasta SMA 2 thn Tidak 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 5 1 1 1 0 1 4 1 1 1 0 0 3

99 32 IRT SMA 3 thn Tidak 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 5 0 1 1 0 1 3 1 1 1 0 0 3

(21)

Lampiran 9

Karakteristik Responden

Kelompok Umur ibu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 18-27 30 30.0 30.0 30.0

28-37 50 50.0 50.0 50.0

38-47 20 20.0 20.0 20.0

Total 100 100.0 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid IRT 59 59.0 59.0 59.0

Pegawai Swasta 11 11.0 11.0 70.0

PNS 6 6.0 6.0 76.0

Wiraswasta 24 24.0 24.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SD 4 4.0 4.0 4.0

SMP 10 10.0 10.0 10.0

SMA/SMK 56 56.0 56.0 56.0

PT 30 30.0 30.0 30.0

(22)

Umur Anak

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 tahun 10 10.0 10.0 10.0

10 bulan 9 9.0 9.0 19.0

2 tahun 9 9.0 9.0 28.0

3 tahun 15 15.0 15.0 43.0

4 tahun 13 13.0 13.0 56.0

5 tahun 29 29.0 29.0 85.0

6 bulan 13 13.0 13.0 98.0

8 bulan 2 2.0 2.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Anak Pernah Kejang Demam

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 91 91.0 91.0 91.0

Ya 9 9.0 9.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Hasil Uji Variabel Pengetahuan

P1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 6 6.0 6.0 6.0

Benar 94 94.0 94.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

P2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 65 65.0 65.0 65.0

Benar 35 35.0 35.0 100.0

(23)

P3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 37 37.0 37.0 37.0

Benar 63 63.0 63.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

P4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 11 11.0 11.0 11.0

Benar 89 89.0 89.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

P5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 79 79.0 79.0 79.0

Benar 21 21.0 21.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

P6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 22 22.0 22.0 22.0

Benar 78 78.0 78.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

P7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 79 79.0 79.0 79.0

Benar 21 21.0 21.0 100.0

(24)

P8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 92 92.0 92.0 92.0

Benar 8 8.0 8.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

P9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 81 81.0 81.0 81.0

Benar 19 19.0 19.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

P10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 9 9.0 9.0 9.0

Benar 91 91.0 91.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Hasil Uji Variabel Sikap

S1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 15 15.0 15.0 15.0

Benar 85 85.0 85.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

S2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 4 4.0 4.0 4.0

Benar 96 96.0 96.0 100.0

(25)

S3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 2 2.0 2.0 2.0

Benar 98 98.0 98.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

S4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 59 59.0 59.0 59.0

Benar 41 41.0 41.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

S5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 33 33.0 33.0 33.0

Benar 67 67.0 67.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Hasil Uji Variabel Tindakan

T1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 1 1.0 1.0 1.0

Benar 99 99.0 99.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

T2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 4 4.0 4.0 4.0

Benar 96 96.0 96.0 100.0

(26)

T3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 15 15.0 15.0 15.0

Benar 85 85.0 85.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

T4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 76 76.0 76.0 76.0

Benar 24 24.0 24.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

T5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 91 91.0 91.0 91.0

Benar 9 9.0 9.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Perilaku

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Kurang 1 1.0 1.0 1.0

Sedang 89 89.0 89.0 90.0

Baik 10 10.0 10.0 100.0

(27)

42

DAFTAR PUSTAKA

Aickin, R & Shepherd, M, 2010. Convulsion - febrile. Starship Children’s Health

Clinical Guideline, 1-4. Available from:

http://www.adhb.govt.nz/starshipclinicalguidelines/_Convulsions%20-%20Febrile%20.pdf [ Accessed 6 May 2015 ]

Amalia, K, Fatimah, Bennu, M, 2013. Faktor risiko kejadian kejang demam pada anak balita diruang perawatan anak rumah sakit umum daerah daya kota Makassar, 1 (6): 1-11

Behrmann, Kliegman, Arvin, 2000. Ilmu kesehatan anak nelson. Dalam : Wahab Asmik (ed.),. Edisi 15, vol. 3. Jakarta: EGC, 2059-2060.

Chung, Sajun M.D., 2014. Febrile Seizure. Korean J Pediatr, 57(9):384-395.

Capovilla, G., Mastrangelo, M., Romeo, A., Vigevano, F., 2009. Recommendations for the management of “febrile seizures”.Epilepsia, 50 (supple.1): 2-6. Available from: www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19125941[Accessed 10 November 2015] Fuadi, Bahtera, T, Wijayahadi, N, 2010. Faktor Resiko Bangkitan Kejang Demam

pada Anak. Sari Pediatri, 12 (3): 142-149.

Graves, Reese C., Karen Oehler, Leslie E Tingle, 2012. Febrile Seizure: Risks, Evaluation, and Prognosis. American Academy of Family Physicians, 85 (2): 149-153.

Guyton, AC & Hall, JE, 2006, Textbook of medical physiology, 11th ed. Pennsylvania: Elsevier Saunders.

(28)

43

Kayserili, E., Unalp. A., Apa, H., Asilsoy, S., 2008. Parental Knowledge and Practices Regarding Febrile Convulsion in Turkish Children. Turkish Journal Medicine Science, 38(4): 343-350. Available from: dergipark.ulakbim.gov.tr/tbtkmedical/article/view/5000030152 [Accessed 10 November 2015].

Kolahi, Ali-Asghar &Tahmooreszadeh, S, 2008. First febrile convulsions: inquiry about the knowledge,attitudes and concerns of the patients’ mothers. Eur J Pediatr 168:167171.

Lilihata, Gracia & Handriastuti, Setyo, 2014, ‘Kejang Demam’. Dalam : Chris Tanto, Frans Liwang, Soma Hanifati, Eka Adip Pradipta, ed.4. Kapita selekta kedokteran, Essential of medicine. Jakarta: Media Aesculapius, 102-105.

Lumbantobing, S.M., 2007. Kejang Demam (Febrile Convulsions). Jakarta: Balai Penerbit FK UI.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2003. Ilmu kesehatan masyarakat: prinsip-prinsip dasar. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 114-135.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2007. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2010. Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 47-68.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2010. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Joeharno, 2012. Panduan penentuan skoring kriteria kuesioner. Diunduh dari:

http://lentera-pena.blogspot.co.id/2012/06/panduan-penentuan-skoring-kriteria.html

(29)

44

Pusponegoro, H.D., Widodo, D.P., Ismael, S., 2006. Konsensus penatalaksanaan Kejang demam. Badan Penerbit IDAI: 1-15.

Ravanipour, M., Akaberian, S., Hatami, G., 2014. Mothers’ perceptions of fever in children. Available from: http://www.jehp.net [Accessed 21 June 2015].

Shellhaas Renee, Jerome Engel Jr, Peter Camfield, Carol Camfield, 2014. Febrile seizure. Available from: http://www.medlink.com/cip.asp?UID=mlt002fc [Accessed 09 May 2015].

Soetomenggolo, 1999. Kejang demam. Dalam: Soetomenggolo, Ismael, Buku Ajar Neurologi Anak. Jakarta: Balai Penerbit IDAI, 244-252.

Sugiyono, 2010. Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: ALFABETA

Tambunan, W.N, 2013. Statistik Daerah Kecamatan Medan Johor 2013. Badan Pusat Statistik Kota Medan.

Udin, M.A.A., 2014. Pengaruh penyuluhan tentang kejang demam anak terhadap

peningkatan pengetahuan orang tua. Diunduh

dari:http://eprints.undip.ac.id/44819/ [Diakses pada 6 Mei 2015].

Vicknes, S, 2014. Tingkat pengetahuan ibu yang berkunjung ke poliklinik anak RSUP Haji Adam Malik Medan tentang kejang demam pada anak. Diunduh dari: http://repository.usu.ac.id [Diakses pada 15 November 2015].

Waruiru, C, Appleton R, 2004. Febrile seizures: An Update. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1720014/ [ Accessed 25 March 2015 ].

Wijaya, Tony. 2011. Cepat menguasai SPSS 19. Yogyakarta: Penerbit Cahaya Atma. Zaluchu, Fotarisman. 2006. Metodologi Penelitian Kesehatan. Bandung: Penerbit

(30)

21

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

[image:30.595.137.478.257.408.2]

3.1. Kerangka Konsep

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Variabel dan Definisi Operasional

Variabel dalam penelitian ini adalah pengetahuan, sikap, dan perilaku mengenai kejang demam pada anak.

Kejang Demam Pengetahuan

Sikap

(31)
[image:31.595.114.525.123.550.2]

22

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No . Variabel Definisi operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1. Pengetahuan Segala sesuatu yang

diketahui responden tentang kejang demam pada anak.

Kuesioner 1: Baik 2: Sedang 3: Kurang

Ordinal

2. Sikap Tanggapan atau pendapat responden mengenai kejang demam pada anak.

Kuesioner 1: Baik 2: Sedang 3: Kurang

Ordinal

3. Perilaku - Respon atau reaksi yang dilakukan responden tentang kejang demam pada anak.

- Respon dapat berupa respon pasif (berpikir, berpendapat, bersikap),

maupun aktif

(melakukan tindakan).

Kuesioner 1: Baik 2: Sedang 3: Kurang

Ordinal

3.3. Cara Ukur

3.3.1. Pengetahuan

Pengetahuan responden diukur melalui 10 pertanyaan. Jika pertanyaan dijawab benar oleh responden maka diberi nilai 1, jika responden menjawab salah maka diberi nilai 0. Sehingga skor total yang tertinggi adalah 10.

(32)

23

a. Baik, apabila responden mengetahui sebagian besar atau seluruhnya tentang Kejang Demam pada Anak (skor jawaban responden >75% dari nilai tertinggi yaitu >7).

b. Sedang, apabila responden mengetahui sebagian tentang Kejang Demam pada Anak (skor jawaban responden 40%-75% dari nilai tertinggi yaitu 4-7).

c. Kurang, apabila responden mengetahui sebagian kecil tentang Kejang Demam pada Anak (skor jawaban responden <40% dari nilai tertinggi yaitu <4).

3.3.2. Sikap

Sikap diukur melalui 5 pertanyaan dengan menggunakan skala Guttman, responden yang menjawab benar akan diberi skor 1 sedangkan jika menjawab salah diberi skor 0. Sehingga total skor tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 5.

Selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang dan kurang dengan definisi sebagai berikut:

a. Baik, apabila skor jawaban responden >75% dari nilai tertinggi yaitu >4. b. Sedang, apabila skor jawaban responden 40%-75% dari nilai tertinggi

yaitu 2-4.

c. Kurang, apabila skor jawaban responden <40% dari nilai tertinggi yaitu <2.

3.3.3. Perilaku

(33)

24

menjawab benar akan diberi skor 1 sedangkan jika menjawab salah diberi skor 0. Sehingga total skor tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 5.

Pengukuran tindakan dikategorikan atas baik, sedang, dan kurang dengan definisi sebagai berikut:

a. Baik, apabila skor jawaban responden >75% dari nilai tertinggi yaitu >4. b. Sedang, apabila skor jawaban responden 40%-75% dari nilai tertinggi

yaitu 2-4.

c. Kurang, apabila skor jawaban responden <40% dari nilai tertinggi yaitu <2.

Selanjutnya dapat dilakukan pengukuran perilaku dengan total nilai dari pengetahuan, sikap, dan tindakan yang dikategorikan atas baik, sedang, dan kurang dengan definisi sebagai berikut:

(34)

25

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian deskriptif (menggambarkan pengetahuan, sikap, dan perilaku) dengan variabel keluaran berupa variabel kategorik (baik, sedang, kurang). Penelitian ini dilakukan dengan pengamatan sewaktu (studi cross-sectional) yang pengukuran variabel-variabelnya dilakukan hanya satu kali, pada satu saat. Metode cross-sectional relatif mudah, murah, hasilnya cepat didapat, dan dapat dipakai untuk meneliti banyak variabel sekaligus. Melalui metode penelitian deskriptif juga membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Kwala Bekala, Kecamatan Medan Johor, Medan. Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan (Agustus-November 2015) terhadap ibu yang memiliki anak balita. Tempat ini dipilih karena memiliki penduduk yang cukup padat dan banyak ibu yang mempunyai anak balita di tempat ini, sehingga peneliti ingin mengetahui bagaimana pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu terhadap kejang demam pada anak, serta belum pernahnya dilakukan penelitian mengenai hal tersebut di tempat ini.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak dengan faktor risiko kejang demam dilihat dari usia anak yaitu ibu yang memiliki anak balita di Kelurahan kwala bekala yang memenuhi kriteria inklusi.

4.3.2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling. Adapun kriteria inklusi adalah sebagai berikut:

(35)

26

b. Telah tinggal di Kelurahan Kwala Bekala minimal selama satu tahun. c. Ibu yang mampu membaca, menulis, dan berkomunikaasi dengan baik.

Menurut Notoatmodjo, 2010, kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel. Kriteria tersebut menjadi kriteria inklusi pada penelitian ini, karena ibu yang memiliki anak dengan faktor risiko seharusnya memiliki pengetahuan, sikap, dan perilaku yang benar dan tepat terhadap kejang demam. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kwala Bekala, sehingga yang menjadi sampel adalah ibu yang tinggal di Kelurahan Kwala Bekala minimal satu tahun, karena lamanya waktu tinggal di lingkungan tempat tinggal dapat mempengaruhi pola pikir seseorang. Seperti yang diungkapkan Notoatmodjo, 2010, bahwa dengan sendirinya pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan sangat dipengaruhi intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang dapat membawa hasil atau mencapai tujuan, sehingga komunikasi efektif dapat tercapai jika dilakukan dengan orang yang sehat jiwa, jasmani, dan rohani. Hal tersebut diatas yang menjadi alasan peneliti untuk menjadikan ketiga kriteria ini menjadi kriteria inklusi.

4.3.3 Besar Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak 6 bulan sampai 5 tahun yang tinggal di Kelurahan Kwala Bekala, Kecamatan Medan Johor, Medan. Dikarenakan data ibu yang memiliki anak usia 6 bulan sampai dengan 5 tahun yang terdapat di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor tidak diketahui, dan peneliti mendapatkan belum ada penelitian sebelumnya yang dilakukan maka peneliti menetapkan nilai p sebesar 50%. Nilai 50% dipilih karena perkalian P x Q akan maksimal jika nilai p = 50%. Tingkat kepercayaan yang dikehendaki adalah sebesar 95% dan tingkat kemaknaan, alfa yang

ditetapkan adalah 5% sehingga untuk Zα = 1,96. Kesalahan peneliti yang masih

(36)

27

n = Zα² x P x Q d²

n = (1,96) ² (0.5) (0.5) (0.1)²

n = 96.04 n ≈ 100 Keterangan :

n = besar sampel minimum

Zα = tingkat kemaknaan yang ditetapkan oleh peneliti P = proporsi di populasi

Q = (1-P)

d = tingkat kesalahan absolut yang dikehendaki

Berdasarkan perhitungan diatas, maka besar sampel yang diperlukan adalah 96,04 orang dan dibulatkan menjadi 100 orang.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan oleh peneliti berupa data primer, yaitu data yang langsung diambil dari sampel penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang berada di Kelurahan Kwala Bekala. Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kuesioner yang sebelumnya sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Validitas yaitu istilah yang menggambarkan kemampuan sebuah instrument untuk mengukur apa yang ingin diukur. Reliabilitas adalah kemampun alat ukur untuk tetap konsisten meskipun ada perubahan waktu. Ada berbagai metode yang digunakan dalam uji validitas seperti korelasi product moment pearson (seperti metode analisis korelasi) atau melihat nilai corrected item total correlation pada pengujian reliabilitas dan analisis faktor. Untuk mengetahui apakah nilai korelasi tiap-tiap pertanyaan itu significant, maka dapat menggunakan SPSS untuk mengujinya. Untuk item-item pertanyaan yang tidak valid harus dibuang atau tidak dipakai sebagai instrumen pertanyaan.

(37)

28

kemudian kuesioner yang sudah diisi selanjutnya dikembalikan kepada peneliti, kemudian dapat dilakukan pengumpulan data dari seluruh sampel penelitian dan dilanjutkan ke tahap pengolahan dan analisa data.

4.5. Uji Validitas dan Reabilitas

Instrumen penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini telah diuji

validitas dan reabilitasnya dengan menggunakan teknik korelasi “product moment

dan uji Cronbach (Cronbach Alpha) dengan menggunakan program Statistic Package

for Social Science (SPSS) 18.0.

Uji validitas dan reabilitas ini dilakukan dengan melibatkan 10 sampel yang

memiliki karakteristik sama dengan sampel penelitian tetapi dilakukan pada wilayah

yang berbeda dengan sampel penelitian. Hasil uji validitas dan reabilitas dapat dilihat

pada tabel 4.1.

Berdasarkan kriteria Guilford (1956), dapat menentukan keeratan hubungan

koefisien reliabilitas yang telah dihitung yaitu Alpha 0,70 - < 0,90 termasuk memiliki

hubungan yang erat (reliabel) dan untuk Alpha 0,90 - < 1,00 dikatakan memiliki

hubungan yang sangat erat (sangat reliabel). Untuk uji validitas dikatakan valid jika

(38)
[image:38.595.112.513.122.473.2]

29

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner

Variabel Nomor

Pertanyaan

Total Pearson Corelation

Status Alpha Status

Pengetahuan 1 0,875 Valid 0,909 Reliabel

2 0,843 Valid Reliabel

3 0,679 Valid Reliabel

4 0,644 Valid Reliabel

5 0,898 Valid Reliabel

6 0,718 Valid Reliabel

7 0,659 Valid Reliabel

8 0,692 Valid Reliabel

9 10 0,721 0,644 Valid Valid Reliabel Reliabel

Sikap 1 0,748 Valid 0,849 Reliabel

2 0,641 Valid Reliabel

3 0,748 Valid Reliabel

4 0,962 Valid Reliabel

5 0,857 Valid Reliabel

Tindakan 1 0,722 Valid 0,817 Reliabel

2 0,707 Valid Reliabel

3 0,722 Valid Reliabel

4 0,825 Valid Reliabel

5 0,825 Valid Reliabel

.

4.6. Pengolahan dan Analisa Data

Pada penelitian ini variabel pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu akan dianalisa dengan bantuan komputer menggunakan program SPSS. Pengolahan data meliputi beberapa tahapan, yaitu:

1. Editing, yaitu memeriksa nama dan kelengkapan identitas maupun data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah terisi sesuai petunjuk.

2. Coding, yaitu memberi kode atau angka tertentu tertentu pada kuesioner untuk mempermudah saat mengadakan tabulasi dan analisa.

(39)

30

4. Cleaning, yaitu memeriksa kembali data yang telah dimasukkan untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak.

(40)

31

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu terhadap kejang demam pada anak di Kelurahan Kwala Bekala, Kecamatan Medan Johor. Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Agustus-November 2015 dengan melibatkan 100 orang ibu yang memiliki anak usia 6 bulan sampai 5 tahun yang telah bersedia mengikuti penelitian dan menjawab seluruh pertanyaan yang ada di kuesioner. Selain menjawab pertanyaan penelitian mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku ibu terhadap kejang demam pada anak, dalam bab ini juga ditampilkan deskripsi karakteristik responden yang berada di Kelurahan Kwala Bekala, Kecamatan Medan Johor.

5.1 Hasil

5.1.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian

(41)

32

5.1.2 Karakteristik Dasar Responden Penelitian

[image:41.595.107.517.217.322.2]

Pada tabel 5.1 dapat dilihat bahwa responden yang paling banyak berusia 28-37 tahun (50%) sedangkan yang paling sedikit berusia 38-47 tahun (20%).

Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Umur Frekuensi (n) Persen (%)

18-27 tahun 30 30

28-37 tahun 50 50

38-47 tahun 20 20

Total 100 100

Dari tabel 5.2, dapat dilihat mayoritas responden mempunyai pendidikan terakhir dijenjang SMA/ Sederajat yaitu 56 orang (56%) dan yang paling sedikit adalah yang mempunyai pendidikan terakhir dijenjang SD sebanyak 4 orang (4%).

Tabel 5.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Variabel Frekuensi (n) Persen (%)

Pendidikan terakhir

SD 4 4

SMP 10 10

SMA/ Sederajat 56 56

PT/ Sederajat 30 30

Total 100 100

[image:41.595.109.529.467.618.2]
(42)
[image:42.595.111.520.135.284.2]

33

Tabel 5.3 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Variabel

Pekerjaan

Frekuensi (n) Persen (%)

Ibu Rumah Tangga 59 59

Wiraswasta 24 24

Pegawai Swasta 11 11

PNS 6 6

Total 100 100

Dari tabel 5.4, dapat dilihat bahwa kelompok responden yang paling banyak adalah kelompok yang memiliki anak berusia 5 tahun yaitu sebesar 29% sedangkan yang paling sedikit adalah jumlah responden yang memiliki anak berusia 9-11 bulan dan anak berusia 2 tahun yaitu sebesar 9%.

Tabel 5.4 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Anak

Umur Frekuensi (n) Persen (%)

6-8 bulan 15 15

9-11 bulan 9 9

1 tahun 10 10

2 tahun 9 9

3 tahun 15 15

4 tahun 13 13

5 tahun 29 29

Total 100 100

Dari tabel 5.5, dapat dilihat bahwa kelompok responden yang memiliki anak dengan riwayat kejang demam sebanyak 9% dan yang tidak memiliki riwayat kejang demam sebanyak 91%.

[image:42.595.109.519.425.616.2]
(43)

34

Tabel 5.5 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Kejadian kejang Demam pada anak

Anak pernah kejang demam Frekuensi (n) Persen (%)

Ya 9 9

Tidak 91 91

Total 100 100

5.1.3 Pengetahuan Responden

Dari tabel 5.6, dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan yang baik mengenai kejang demam pada anak memiliki persentase yang paling rendah yaitu 4%, tingkat pengetahuan sedang memiliki persentase paling tinggi yaitu 88% dan yang memiliki tingkat pengetahuan kurang sebesar 8%.

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Kejang Demam Pada Anak di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor

Pengetahuan Frekuensi (n) Persen (%)

Baik 4 4

Sedang 88 88

Buruk 8 8

Total 100 100

[image:43.595.106.522.156.239.2] [image:43.595.104.521.441.546.2]
(44)

35

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pengetahuan Responden Tiap Pertanyaan Pengetahuan Mengenai Kejang Demam

No. Item Pertanyaan Pengetahuan

Benar Salah N(%) N(%) 1. Mengetahui demam tinggi menyebabkan kejang demam 94 6 2. Mengetahui bahwa kejang demam hanya dialami bayi

dan balita

35 65

3. Mengetahui penyakit yang paling sering menyebabkan kejang demam pada anak

63 37

4. Mengetahui frekuensi serangan kejang demam dapat terjadi lebih dari satu kali selama anak demam

89 11

5. Mengetahui prognosis kejang demam bahwa kejang demam tidak menyebabkan IQ anak rendah

21 79

6. Mengetahui peningkatan risiko epilepsi pada anak yang pernah kejang demam

78 22

7. Mengetahui faktor genetik sebagai salah satu faktor risiko kejang demam

21 79

8. Mengetahui prognosis kejang demam bahwa kejang demam tidak menyebabkan kematian

8 92

9. Mengetahui prognosis kejang demam bahwa kejang demam tidak menyebabkan kecacatan

19 81

10. Mengetahui bahwa kejang demam dapat terjadi lebih dari satu kali seumur hidup

91 9

5.1.4 Sikap Responden

[image:44.595.119.509.156.614.2]
(45)
[image:45.595.114.522.155.260.2]

36

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Sikap Responden Mengenai Kejang Demam pada Anak di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor

Sikap Frekuensi (n) Persen (%)

Baik 23 23

Sedang 77 77

Buruk 0 0

Total 100 100

Dari tabel 5.9 pernyataan yang paling banyak dijawab dengan sikap positif adalah pertanyaan nomor tiga yaitu sebesar 98%. Pernyataan yang paling sedikit dijawab dengan sikap positif adalah pernyataan nomor lima yaitu sebesar 33%.

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Sikap Responden Mengenai Kejang Demam Berdasarkan Tiap Pernyataan

No. Item Pertanyaan Pengetahuan

Sikap Positif

Sikap Negatif N (%) N(%) 1. Setiap demam akan menyebabkan kejang 85 15 2. Melakukan kompres adalah cara untuk menurunkan

demam anak

96 4

3. Mengukur suhu badan anak saat demam adalah cara yang tepat mengantisipasi kejang demam

98 2

4. Menekan lidah anak dengan sendok bukanlah cara untuk menghentikan kejang pada saat anak kejang demam

59 41

5. Anak yang mengalami kejang demam perlu diposisikan menghadap ke samping untuk mencegah aspirasi

[image:45.595.115.511.407.677.2]
(46)

37

5.1.5 Tindakan Responden

[image:46.595.107.519.258.365.2]

Dari tabel 5.10, dapat dilihat mayoritas tindakan responden mengenai kejang demam pada anak termasuk kategori sedang yaitu sebesar 96%, sedangkan tindakan yang kurang 1% dan tindakan yang baik sebesar 3%.

Tabel 5.10 Distribusi Tindakan Responden Mengenai Kejang Demam Pada Anak di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor

Tindakan Frekuensi (n) Persen (%)

Baik Sedang

3 96

3 96

Kurang 1 1

Total 100 100

Dari tabel 5.11, pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar adalah pada nomor satu yaitu sebesar 99%, sedangkan yang paling banyak menjawab salah pada nomor lima yaitu sebesar 9%.

Tabel 5.11Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tindakan Responden Mengenai Kejang Demam Pada Anak Berdasarkan Tiap Pertanyaan

No. Item Pernyataan Tindakan

Benar Salah N (%) N(%)

1. Melakukan penilaian anak demam 99 1

2. Melakukan penanganan pada saat anak demam atau kejang demam

96 4

3. Melakukan penanganan awal saat anak demam 85 15 4. Tindakan memegangi dan menahan tangan dan kaki anak

tidak perlu dilakukan pada saat anak kejang demam

24 76

5. Tindakan membangunkan anak tidak perlu dilakukan pada saat anak kejang demam

[image:46.595.110.512.510.742.2]
(47)

38

5.1.6 Perilaku Responden

Dari tabel 5.12, dapat dilihat perilaku responden terhadap kejang demam pada anak paling tinggi pada kategori sedang yaitu sebesar 89%, sedangkan perilaku yang kurang 1% dan perilaku yang baik sebesar 10%.

Tabel 5.12 Distribusi Perilaku Responden Mengenai Kejang Demam Pada Anak di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor

Perilaku Frekuensi (n) Persen (%)

Baik Sedang

10 89

10 89

Kurang 1 1

Total 100 100

5.2 Pembahasan

5.2.1 Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Kejang Demam Pada Anak di Kelurahan Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor

[image:47.595.109.518.258.364.2]
(48)

39

dan pekerjaan sedangkan faktor eksternal terdiri dari faktor lingkungan dan sosial budaya. Tingkat pengetahuan yang berbeda ini dapat dikarenakan factor internal dan eksternal tersebut. Semakin banyak orang mendapatkan informasi baik dari lingkungan keluarga, lingkungan tetangga, dari petugas kesehatan maupun media cetak akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.

Dari tabel 5.7, dapat dilihat pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar oleh responden adalah pertanyaan nomor satu yaitu sebesar 94% mengenai bahwa demam tinggi dapat menyebabkan kejang demam. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Vicknes, 2014, kebanyakan ibu mendapatkan informasi baik dari lingkungan tenaga kesehatan, dari teman dan keluarga maupun media cetak. Pada tabel 5.7 juga dapat dilihat pertanyaan yang paling banyak dijawab salah adalah pertanyaan nomor delapan yaitu sebesar 8%, mengenai prognosis kejang demam. Sebanyak 92 responden meyakini bahwa kejang demam akan menyebabkan kematian. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukakn oleh Kolahi, 2009, dimana kejadian kejang dianggap mengerikan bagi kebanyakan orang tua dan ketika mereka melihat terjadinya kejang pada anaknya, kebanyakan orang tua akan sangat khawatir dan berpikir bahwa anaknya akan mati.

(49)

40

kelompok orang tua meyakini bahwa kejang demam dapat mengancam keselamatan jiwa anak. Dari kedua penelitian ini, dilihat bahwa sulit untuk mengubah persepsi yang sudah terbentuk dalam pikiran seseorang. Oleh sebab itu, petugas kesehatan perlu untuk menginformasikan kepada orang tua pada setiap kesempatan yang ada, bahwa kejang demam bukanlah penyakit yang membahayakan dan memiliki prognosis jangka panjang yang baik.

5.2.2 Sikap Ibu Terhadap Kejang Demam Pada Anak di Kelurahan Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor

Dari hasil penelitian didapat bahwa sikap ibu terhadap kejang demam pada anak di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor sebagian besar termasuk kategori sedang dengan persentase yaitu sebesar 77%, sedangkan sikap yang baik sebesar 23% dan tidak ada responden yang termasuk kategori kurang. Pada tabel 5.13 dapat dilihat perbandingan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Pohan, 2010, mengenai gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu mengenai kejang demam di Kelurahan Medan Tembung, hasil yang didapatkan sedikit berbeda, dimana pada penelitian Pohan, 2010, sebagian besar sikap responden termasuk kategori baik. Hal ini dikarenakan pengetahuan yang ada akan membentuk sikap dan tindakan. Banyaknya informasi yang benar dan tepat yang didapatkan responden akan sangat mempengaruhi sikap yang dimilikinya.

Tabel 5.13 Perbandingan Distribusi Sikap Responden Mengenai Kejang Demam Pada Anak di Kelurahan Kwala Bekala dan Kelurahan Medan Tembung.

Sikap Persen (%)

Kel. Kwala Bekala Kel. Medan Tembung

Baik 23 72,2

Sedang 77 24,4

Kurang 0 3,3

[image:49.595.110.518.610.739.2]
(50)

41

Menurut Notoadmojo, 2003, Sikap merupakan suatu reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Berdasarkan WHO, ciri-ciri sikap adalah pemikiran dan perasaan, adanya orang lain yang menjadi acuan, sumber daya yang tersedia, dan sosial budaya. Pada penelitian ini didapatkan sikap ibu mengenai kejang demam dalam kategori sedang dan baik, sesuai dengan tingkat pengetahuan ibu yang sebagian besar termasuk kategori sedang, dengan demikian terlihat bahwa pengetahuan akan mempengaruhi sikap yang terbentuk.

Dari 9 ibu yang memiliki anak yang pernah kejang demam, didapatkan ada 5 ibu yang memiliki sikap kategori baik dan 4 ibu yang memiliki sikap kategori sedang. Dibandingkan dengan ibu yang anaknya tidak pernah kejang demam, didapatkan 18 dari 91 ibu memiliki sikap kategori baik. Jika dilihat perbandingannya, didapatkan bahwa ibu dengan anak yang pernah kejang demam memiliki sikap yang lebih baik dibandingkan ibu yang memiliki anak tidak pernah kejang demam. Hal ini menunjukkan pengalaman yang dimiliki seseorang mempengaruhi sikap yang terbentuk pada pikirannya.

(51)

42

5.2.3 Perilaku Ibu Terhadap Kejang Demam Pada Anak di Kelurahan Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor

Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap rangsangan dari luar. Perilaku dikelompokkan menjadi dua yaitu perilaku tertutup (pengetahuan dan sikap) dan perilaku terbuka (tindakan). Untuk menilai perilaku maka perlu ditinjau dari pengetahuan, sikap, dan tindakan. Untuk variabel pengetahuan dan sikap sudah dibahas pada paragraf diatas. Dari penelitian ini dapat dilihat sebagian besar tindakan responden mengenai kejang demam pada anak termasuk kategori sedang yaitu sebesar 96%, sedangkan tindakan yang kurang 1% dan tindakan yang baik sebesar 3%. Suatu sikap yang dilaksanakan secara nyata disebut tindakan, namun suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk terwujudnya sikap untuk menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan (Notoadmojo,2003). Dilihat dari sikap ibu dengan anak yang pernah kejang demam, 5 orang ibu memiliki sikap yang baik. Namun dilihat dari distribusi tindakan ibu yang memiliki anak pernah kejang demam, semua ibu ( 9 orang) memiliki tindakan kategori sedang. Sedangkan pada ibu yang anaknya tidak pernah kejang demam, terdapat 3 orang ibu yang memiliki tindakan yang termasuk kategori baik. Hal ini menunjukkan pengetahuan dan sikap yang baik belum tentu akan diwujudkan dalam bentuk tindakan yang tepat. Menurut peneliti, hal ini berkaitan dengan emosional ibu yang memiliki kekhawatiran dan ketakutan yang tinggi ketika melihat anaknya mengalami kejang demam

(52)

43

anak kejang demam. Orang tua harus berusaha untuk tetap tenang dan melindungi anak pada tempat yang aman dan nyaman agar anak terhindar dari cedera.

Dari tabel 5.12, dapat dilihat perilaku responden terhadap kejang demam pada anak dengan sebagian besar termasuk pada kategori sedang yaitu sebesar 89%, sesuai dengan gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan yang didapat dari hasil penelitian ini yaitu sebagian besar termasuk kategori sedang. Dari penelitian ini juga didapatkan perilaku yang kurang 1% dan perilaku yang baik sebesar 10%. Hasil penelitian yang didapat berbeda dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Pohan, 2010, mengenai gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu mengenai kejang demam di Kelurahan Medan Tembung, dimana pada penelitian tersebut didapatkan mayoritas responden memiliki perilaku baik (73,3%). Pada tabel 5.14 dapat dilihat persentase perbandingan hasil yang didapat mengenai perilaku ibu mengenai kejang demam pada dua daerah penelitian yang berbeda.

Tabel 5.14 Perbandingan Distribusi Perilaku Responden Mengenai Kejang Demam Pada Anak di Kelurahan Kwala Bekala dan Kelurahan Medan Tembung.

Sikap Persen (%)

Kel. Kwala Bekala Kel. Medan Tembung

Baik 10 73,3

Sedang 89 24,4

Kurang 1 2,2

Total 100 100

[image:52.595.112.519.464.593.2]
(53)

44

tepat mengenai kejang demam pada anak, dan pada daerah ini mungkin sering diadakan penyuluan atau pengabdian masyarakat, sehingga masyarakat daerah tersebut memiliki perilaku yang lebih baik. Sementara daerah Kelurahan Kwala Bekala yang berada di Kecamatan Medan Johor, kemungkinan masih sedikit menerima informasi yang benar dan tepat, hal ini dapat dikarenakan minimnya penyuluhan, informasi, dan edukasi yang diberikat oleh petugas kesehatan. Hal ini seharusnya menjadi perhatian khusus bagi petugas kesehatan yang berada di wilayah setempat untuk dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku yang tepat mengenai kejang demam pada anak.

(54)

45

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan data yang diperoleh dari kuesioner, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Tingkat pengetahuan responden untuk kategori baik sebesar 4%, kategori sedang memiliki persentase paling tinggi yaitu 88% dan tingkat pengetahuan kategori kurang sebesar 8%. Hal ini menunjukkan pengetahuan responden terhadap kejang demam pada anak cukup baik. 2. Sikap responden mengenai kejang demam pada anak untuk kategori baik sebesar 23%, kategori sedang sebesar 77%, dan tidak ada responden yang termasuk kategori kurang. Hal ini menunjukkan bahwa sikap responden terhadap kejang demam pada anak cukup baik. 3. Perilaku responden terhadap kejang demam pada anak termasuk

kategori baik sebesar 10%, kategori sedang sebesar 89%, sedangkan yang termasuk kategori kurang sebanyak 1%. Hal ini menunjukkan perilaku responden terhadap kejang demam pada anak termasuk kategori sedang sampai baik

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, bahwa sebagian besar pengetahuan, sikap, dan perilaku hanya berada pada kategori sedang. Seharusnya ibu yang tinggal di daerah perkotaan yang memiliki fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan yang lebih baik dari segi kualitas dan kuantitas dapat memiliki pengetahuan, sikap, dan perilaku yang lebih baik.

(55)

46

berkuliah pada bidang kesehatan juga harus dapat memberikan partisipasi aktif untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat mengenai kejang demam yang masih perlu ditingkatkan. Partisipasi yang dapat diberikan dapat berupa penyuluhan, pembagian leaflet, atau dalam bentuk pengabdian masyarakat. Melalui peningkatan sosialisasi ini diharapkan agar nantinya terjadi peningkatan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu terhadap kejang demam pada anak. Bagi petugas kesehatan atau puskesmas juga diharapkan dapat membantu pihak ibu untuk memahami cara penanganan yang baik dan benar mengenai kejang demam pada anak.

(56)

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Tentang Kejang Demam 2.1.1. Definisi

Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal lebih dari 38ºC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, dan bayi yang berumur kurang dari 4 minggu tidak termasuk kejang demam (Soetomenggolo, 1999).

Pada American Academy of Pediatrics (2008) menggambarkan kejang demam sebagai sebuah kejang yang terjadi pada anak demam pada usia antara 6 bulan sampai 60 bulan yang tidak mengalami infeksi intrakranial, gangguan metabolik, atau riwayat kejang demam sebelumnya (Chung, 2014).

Menurut IDAI dalam Amalia dkk (2013) mengemukakan bahwa Kesepakatan Undang – Undang Kedokteran (UUK) Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) - saraf anak Perdossi, Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh >38ºC yang disebabkan oleh suatu proses ektrakranial.

2.1.2. Epidemiologi

Kejang demam terjadi pada 2 – 5 % anak dan biasanya terjadi pada usia antara 3 bulan – 5 tahun, dengan kejadian terbanyak pada usia 18 bulan. Kira-kira 6-15% terjadi pada usia 4 tahun dan jarang terjadi pada usia lebih dari 6 tahun (Waruiru, 2004).

Di Asia prevalensi kejang demam meningkat dua kali lipat bila dibandingkan di Eropa dan di Amerika. Kejadian kejang demam bekisar 3,4-9,3% pada anak-anak di Jepang, 5-10% pada anak-anak di India, tetapi hanya 2% - 5% pada anak-anak di Amerika Serikat dan Eropa Barat, dan prevalensi tertinggi 14%

(57)

5

2.1.3. Faktor Risiko

Faktor yang penting pada kejang demam ialah demam, umur, genetik, prenatal dan perinatal (Soetomenggolo,1999). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Fuadi dkk, 2010 dikatakan bahwa faktor-faktor yang berperan dalam risiko kejang demam yaitu, faktor demam, usia, dan riwayat keluarga, dan riwayat prenatal (usia saat ibu hamil), riwayat perinatal (asfiksia, usia kehamilan, dan bayi berat lahir rendah) (Fuadi dkk, 2010).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Fuadi dkk, 2010 dengan jumlah sampel 164 anak, didapati bahwa anak dengan demam lebih besar dari 39ºC memiliki risiko 10 kali lebih besar untuk menderita bangkitan kejang demam dibanding dengan anak yang demam kurang 39ºC. Anak usia kurang dari dua tahun mempunyai risiko 8,9 kali lebih besar dibanding anak yang lebih dari dua tahun.

2.1.4. Etiologi

Beberapa teori dikemukakan mengenai penyebab terjadinya kejang demam, dua diantaranya adalah karena lepasnya sitokin inflamasi (IL-1-beta), atau hiperventilasi yang menyebabkan alkalosis dan meningkatnya pH otak sehingga terjadi kejang.

Kejang demam juga diturunkan secara genetic sehingga eksitasi neuron terjadi lebih mudah. Pola penurunan genetic masih belum jelas, namun beberapa studi menunjukkan keterkaitan dengan kromosom tertentu seperti 19p dan 8q13-21, sementara studi lain menunjukkan pola autosomal dominan.

(58)

6

2.1.5. Klasifikasi

[image:58.595.110.509.228.404.2]

Secara klinis, kejang demam dibagi menjadi dua, yaitu kejang demam simpleks/sederhana dan kejang demam kompleks. Keduanya memiliki perbedaan prognosis dan rekurensi.

Tabel 2.1 Karakteristik kejang demam sederhana dan kompleks

No Klinis KD sederhana KD kompleks

1 Durasi < 15 menit ≥15 menit

2 Tipe kejang Umum Umum/fokal

3 Berulang dalam satu episode (24 jam) 1 kali >1 kali

4 Defisit neurologis - ±

5 Riwayat keluarga kejang demam ± ±

6 Riwayat keluarga kejang tanpa demam ± ±

7 Abnormalitas neurologis sebelumnya - ±

(Udin, 2014)

Kejang demam simpleks lebih banyak ditemukan dan memiliki prognosis baik. Kejang demam kompleks memiliki risiko lebih tinggi terjadinya kejang demam berulang dan epilepsi di kemudian hari (Lilihata et al., 2014).

2.1.6. Patofisiologi

Demam adalah kenaikan suhu tubuh oleh karena adanya kenaikan titik ambang regulasi panas hipotalamus. Pusat regulasi suhu hipotalamus dapat mengendalikan suhu tubuh dengan menyeimbangkan sinyal dari reseptor – reseptor neuronal perifer dingin dan panas sehingga suhu tubuh berada pada suhu normal.

(59)

7

oleh sel – sel radang dapat dirangsang oleh berbagai macam agen seperti agen infeksius, imunologis, atau agen yang berikatan dengan toksin (pirogen eksogen). Pirogen endogen ini adalah sitokine, misalnya interleukin (IL-1 dan IL-6), tumor necrosis factor (TNFa dan TNFb), dan interferon-a (INF). Sitokin endogen yang bersifat pirogen akan menstimulasi metabolisme asam arakhidonat di hipotalamus. Stimulasi ini akan memproduksi prostaglandin (E2), yang mengatur titik ambang pengaturan suhu. Transmisi neuronal ke perifer menyebabkan konservasi dan pembentukan panas. Keadaan ini menyebabkan terjadinya peningkatan suhu 15 tubuh bagian dalam (Guyton, 2006).

(60)

8

Na+ influx sehingga menimbulkan keadaan depolarisasi, disamping itu demam tinggi dapat menurunkan kemampuan inhibisi akibat kerusakan neuron GABA-nergik. Setiap kenaikan suhu 0,3°C secara cepat akan menimbulkan discharge di daerah oksipital, discharge di daerah oksipital dapat dilihat dan hasil rekaman EEG. Kenaikan mendadak suhu tubuh menyebabkan kenaikan kadar asam glutamat dan menurunkan kadar glutamin tetapi sebaliknya kenaikan suhu tubuh secara pelan tidak menyebabkan kenaikan kadar asam glutamat. Perubahan glutamin menjadi asam glutamat dipengaruhi oleh kenaikan suhu tubuh. Asam glutamat merupakan eksitator, sedangkan GABA sebagai inhibitor tidak dipengaruhi oleh kenaikan suhu tubuh mendadak (Fuadi, 2010).

Patofisiologi dari kejang demam belum sepenuhnya dipahami. Peran aktivasi sistem sitokin saat ini masih sedang terus diteliti. Adanya sitokin meningkatkan kecurigaan terhadap kejang demam yang berhubungan dengan varian tertentu dari gen peradangan terkait, khususnya alel interleukin, sedangkan yang lain mungkin sebagai pelindung. Pada penelitian meta-analisis yang dilakukan Wu dkk, menduga bahwa keterkaitan ini cukup kompleks, dengan adanya hubungan peran alel interleukin dengan keja

Gambar

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner  Variabel  Nomor Total Pearson Status
Tabel 5.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
+7

Referensi

Dokumen terkait

USU, Medan.. Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang menjadi faktor penyebab anak putus sekolah di Kelurahan Kwala Bekala Kecmatan Medan Johor Kota Medan disebabkan oleh kurangnya minat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Apakah ada Pengaruh Profesi Orangtua terhadap Pembentukan Moral anak di Kelurahan Kwala Bekala, Kecamatan Medan Johor, Kota

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan program Raskin di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor, menganalisis bagaimana respon

Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang menjadi faktor penyebab anak putus sekolah di Kelurahan Kwala Bekala Kecmatan Medan Johor Kota Medan disebabkan oleh kurangnya minat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang menjadi faktor penyebab anak putus sekolah di Kelurahan Kwala Bekala Kecmatan Medan Johor Kota Medan disebabkan oleh kurangnya minat

Peserta pada kegiatan pengabdian kepada masyarakat yaitu ibu-ibu Persatuan Wirid Batak Islam (PWBI) Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor telah mendapatkan pengetahuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan ibu mengenai kejang demam pada anak di Kelurahan Tembung Kecamatan Medan