• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Tersangka Penderita Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Panyabungan Jae Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Tersangka Penderita Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Panyabungan Jae Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2015"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

3 53 6 2 1 3 1 1 1 1 1 2 2 2 2 . .

4 14 2 1 1 2 1 1 1 2 2 1 2 1 2 . .

5 38 5 2 2 5 1 1 1 1 1 2 2 2 1 2 1

6 5 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 2 . .

7 2 1 1 2 1 1 1 2 1 2 1 2 1 2 . .

8 4 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 2 . .

9 53 6 2 2 5 1 1 1 1 1 2 2 2 2 . .

10 13 2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 2 1 2 . .

11 57 7 2 1 3 1 1 2 1 1 2 2 2 2 . .

12 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2

13 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2

14 75 7 2 2 6 1 1 2 1 1 2 2 2 2 . .

15 24 3 2 2 6 1 1 1 1 2 1 2 2 2 . .

16 21 3 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2

17 11 2 1 1 2 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1

18 62 7 2 2 6 1 1 1 1 1 1 2 2 2 . .

19 38 5 2 2 5 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1

20 46 6 2 2 3 1 1 2 1 2 2 2 2 2 . .

21 62 7 2 2 6 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1

22 55 7 2 1 4 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 2

23 32 4 2 2 6 1 1 1 1 2 1 2 2 2 . .

(5)

32 10 2 1 1 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 . .

33 35 5 2 1 4 1 1 2 1 1 2 2 2 2 . .

34 67 7 2 2 3 1 1 1 2 2 2 2 2 2 . .

35 14 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 . .

36 44 5 2 2 6 1 1 2 1 1 2 2 1 2 . .

37 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 2 2 . .

38 30 4 2 2 5 1 1 2 2 1 1 2 2 2 . .

39 18 3 2 1 2 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1

40 14 2 1 1 2 2 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1

41 51 6 2 2 6 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1

42 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2

43 10 2 1 1 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 . .

44 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 2 . .

45 5 2 1 2 1 2 1 2 1 2 2 2 1 2 . .

46 6 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 . .

47 33 4 2 2 3 1 1 2 1 2 2 2 2 2 . .

48 20 3 2 1 2 1 1 2 1 2 2 2 1 2 . .

49 16 3 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 . .

50 9 2 1 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 . .

51 3 1 1 1 1 2 1 2 1 2 2 2 1 2 . .

52 9 2 1 1 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 . .

53 21 3 2 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 . .

54 10 2 1 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 . .

(6)

61 14 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2 . .

62 13 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1

63 19 3 2 1 2 1 1 1 1 2 1 2 2 2 . .

64 21 3 2 1 2 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1

65 35 5 2 2 6 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 2

66 11 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1

67 7 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 . .

68 45 6 2 2 6 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1

69 26 4 2 2 4 1 1 2 1 2 2 2 1 2 . .

70 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 2 1 2 . .

71 21 3 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 . .

72 35 5 2 2 6 1 1 2 1 1 1 2 2 2 . .

73 19 3 2 2 2 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1

74 3 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 2 1 1 1

75 12 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1 2 2 2 . .

76 2 1 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 2 . .

77 56 7 2 2 5 1 1 1 1 2 2 2 2 2 . .

78 50 6 2 2 6 1 1 1 1 2 2 2 2 2 . .

79 45 6 2 2 6 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1

80 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1

(7)

90 6 2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 1 1 2 . .

91 6 2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 1 2 2 . .

92 22 3 2 2 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2 . .

93 60 7 2 2 6 1 1 1 1 2 2 2 2 2 . .

94 32 4 2 2 6 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2

95 16 3 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 . .

96 10 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2 . .

97 11 2 1 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 . .

98 55 7 2 1 3 1 1 1 1 2 2 2 2 2 . .

99 25 4 2 2 6 1 1 1 1 1 2 2 2 2 . .

100 31 4 2 2 3 1 1 2 1 1 2 2 2 2 . .

101 14 2 1 2 3 1 1 1 1 2 2 2 2 2 . .

102 52 6 2 1 4 1 1 2 1 2 2 2 2 2 . .

103 62 7 2 2 6 1 1 1 1 2 1 2 2 2 . .

104 61 7 2 1 5 1 1 1 1 2 2 2 2 2 . .

105 25 4 2 2 6 1 1 1 2 2 2 2 2 2 . .

106 52 6 2 2 6 1 1 1 1 2 2 2 2 2 . .

107 14 2 1 2 3 1 1 1 1 2 2 2 2 2 . .

108 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1

109 6 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 . .

110 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 2 1 2 . .

111 3 1 1 2 1 1 1 2 1 2 2 1 1 2 . .

112 40 5 2 1 4 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1

(8)

119 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1

120 3 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 2

121 9 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2 2 2 2 . .

122 40 5 2 1 4 1 1 1 1 2 2 2 2 2 . .

123 54 6 2 1 5 1 1 1 1 2 2 2 2 2 . .

124 13 2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 2 1 2 . .

125 12 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 2 1 2 . .

126 56 7 2 2 6 1 1 1 1 1 2 2 2 2 . .

127 10 2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 2 1 2 . .

128 45 6 2 2 6 1 1 2 1 1 2 2 2 2 . .

129 8 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 2 . .

130 15 3 1 1 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 . .

131 19 3 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 . .

132 55 7 2 2 4 1 1 1 1 2 2 2 2 2 . .

133 47 6 2 2 6 1 1 2 1 1 2 2 2 2 . .

134 13 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 . .

135 67 7 2 2 6 1 1 2 1 1 2 2 2 2 . .

(9)

Frequency Percent Valid Percent

Umur Penderita Malaria Laki-laki

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Umur Penderita Malaria Perempuan

Frequency Percent Valid Percent

(10)

Sekolah 47 34,6 34,6 56,6

Umur Penderita Malaria Positif

(11)

Valid Laki-laki 16 57,1 57,1 57,1

Tempat Tinggal Penderita Malaria Positif

(12)
(13)

Non ACT 9 32,1 32,1 100,0

Total 28 100,0 100,0

Crosstabs

Umur Penderi ta * Jenis Parasit Malaria Crosstabulation

13 0 13 % wit hin Jenis Parasit Malaria

Count

% wit hin Umur Penderita % wit hin Jenis Parasit Malaria

Count

% wit hin Umur Penderita % wit hin Jenis Parasit Malaria

Computed only f or a 2x2 table a.

2 cells (50,0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is ,46.

(14)

16 0 16 % wit hin Jenis Parasit Malaria

Count

Expected Count % wit hin Jenis Kelamin % wit hin Jenis Parasit Malaria

Count

Expected Count % wit hin Jenis Kelamin % wit hin Jenis Parasit Malaria

Laki-laki

Prempuan Jenis Kelamin

Total

f alciparum v iv ax Total

Chi-Square Tests

Computed only f or a 2x2 table a.

2 cells (50,0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is ,43.

(15)

18 1 19

Computed only f or a 2x2 table a.

2 cells (50,0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is ,32.

(16)

Arsin, A.A., 2012. Malaria di Indonesia Tinjauan Aspek Epidemiologi. Masagena Press: Makasar

Budiarto, E., 2003. Pengantar Epidemiologi. Edisi Kedua. EGC: Jakarta.

Dahlan, Sopiyudin.M., 2009. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Salemba Medika: Jakarta.

Darmadi., 2002. Hubungan Kondisi Fisik Rumah dan Lingkungan Sekitar Rumah serta Praktik Pencegahan dengan Kejadian Malaria di Desa Buaran Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara. Semarang. FKM UNDIP.

Depkes R.I., 2003. Modul Surveilans Malaria. Ditjen PPM dan PLP. Jakarta.

————— 2008. Pedoman Tatalaksana Kasus Malaria di Indonesia. Ditjen PPM dan PL. Jakarta.

Dinas Kesehatan Sumatera Utara, 2015. Laporan dan Pengendalian Penyakit Program Malaria Tahun 2015. Dikutip dari http://diskes.sumutprov.go.id/a

rtikel-106-laporan-pengendalian-penyakit-program-malaria-tahun-2015.html. Diakses pada Tanggal 7 Maret 2016.

Dinas Kesehatan Mandailing Natal, 2014. Profil Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2014. Kantor Pusat Penanggulangan Malaria. Panyabungan.

Gusra, dkk., 2013. Gambaran Penyakit Malaria di Puskesmas Tarusan dan Puskesmas Balai Selasa Kabupaten Pesisir Selatan periode Januari- Maret 2013. Dikutip dari http://jurnal.fk.unand.ac.id.

Gomes, L., 2001. Hubungan Malaria Falciparum dan Vivax pada Ibu Hamil dengan Kejadian Anemia di Kabupaten Purworejo Propinsi Jawa Tengah. http://digib.litbang.depkes.go.id. Program Pascasarjana-UGM,Yogyakarta.

Harijanto, P.N., 2009. Malaria dari Molekuler ke klinis. Edisi kedua. EGC: Jakarta.

Kemenkes R. I., 2011. Epidemiologi Malaria di Indonesia. Ditjen PP dan PL. Jakarta.

(17)

2019. Jakarta.

Nasution, H.A., 2005. Study Prevalensi dan Analisis Pelaksanaan Program Pemberantasan Penyakit Malaria di Kecamatan Panyabungan Kota Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2004. Skripsi. Mahasiswa FKM USU. Medan.

Notoatmodjo S, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta.

Novelina, C., 2012. Karakteristik Penderita Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Sambau Batam Kecamatan Nongsa Kota Batam Tahun 2012. Skripsi

Mahasiswa FKM USU. Medan.

Prabowo, A., 2008. Malaria, Mencegah, dan Mengatasinya. Cetakan I. Puspa Swara: Jakarta.

Sari, Arnida., 2013. Karakteristik Penderita Malaria Terhadap Kejadian Malaria di Kecamatan Suka Makmur Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012. Program

S1 Kesehatan Masyarakat U’Budiyah Banda Aceh. Jurnal Kesehatan

Masyarakat.

Sembel, D. T., 2009. Entomologi Kedokteran. ANDI: Yogyakarta.

Silalahi, V., 2011. Karakteristik Penderita Malaria Dengan Parasit Positif Yang Dirawat Inap Di RSD Kolonel Abundjani Bangko Kabupaten Merangin Provinsi Jambi Tahun 2009. Skripsi Mahasiswa FKM USU. Medan.

Suparman, E., 2005. Malaria Pada Kehamilan. Jurnal Cerminan Dunia Kedokteran No 146.Jakarta.

Soedarto, 2009. Pengobatan penyakit parasit. Cetakan Pertama. Sagung Seto: Surabaya.

Soedarto. 2011. Malaria Epidemiologi Global PlasmodiumAnopheles Penatalaksa naan Penderita Malaria. Sugeng Seto: Jakarta.

Sorontou, Y., 2013. Ilmu Malaria Klinik. EGC: Jakarta.

(18)

Papua. Loka Litbang P2B2 Banjarnegara, 2006.

Susana, D., 2010. Dinamika Penularan Malaria. UI Press :Jakarta.

Syilviana, W.H., 2010. Karakteristik Penderita Malaria Dengan Parasit Positif Pada Anak di Klinik Malaria Rayon Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2009. Skripsi Mahasiswa FKM USU. Medan.

Timmreck, T.C., 2004. Epidemiologi Suatu Pengantar. Edisi 2. EGC; Jakarta.

Tuti, S., 2004. Malaria Di Pulau Samosir Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara tahun 2003. Buletin Penelitian Kesehatan Vol 32 No 3, 2004 : 93-104.

WHO., 2013. World Malaria Report 2014. http://www.who.int/malaria/media/wor ld _malaria_report_2014/en/Diakses tanggal 5 maret 2016.

WHO. 2014.World Malaria Report 2014.http://www.who.int/malaria/media/world _malaria_report_2014/en/Diakses tanggal 5 maret 2016.

Zulkoni, A., 2010. Parasitologi.Cetakan Pertama. Nuha Medika: Yogyakarta.

Yayan, S., 2006. Analisis Faktor Risiko Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Bosnik Kecamatan Biak Timur Kabupaten Biak Numfor Papua Tahun 2006. Tesis S2. Universitas Diponegoro. Semarang.

(19)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan bersifat deskriptif dengan menggunakan desain

case series.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Panyabungan Jae

Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal. Pemilihan lokasi

penelitian ini dilakukan atas dasar ketersediaan data yang

dibutuhkan tentang penderita malaria, kesedian pihak Puskesmas Panyabungan

Jae Kecamatan Panyabungan dalam memberikan izin penelitian dan Puskesmas

Panyabungan Jae belum pernah dilakukan penelitian tentang karakteristik

penderita malaria tahun 2015.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai pada bulan Maret – Agustus 2016.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data tersangka penderita

malaria yang memiliki hasil pemeriksaan laboratorium di Puskesmas

(20)

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari tersangka penderita malaria yang memiliki

hasil pemeriksaan laboratorium di Puskesmas Panyabungan Jae tahun 2015 dan

dianggap mewakili seluruh populasi. Menurut Lameshow Penarikan besar

sampel adalah dengan menggunakan rumus yaitu (Notoadmodjo, 2005):

N

n = ————

1+ N (d )2

Keterangan :

n= besar sampel minimum

d= derajat Penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan 5% (0,05)

N= besar populasi

206

n = ——————

1+ 206 (0,05)2

206

n = ———— 1,515

n =135,97

n= 136

3.4. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel dipih dengan cara Systematic Random Sampling yaitu suatu

metode pengambilan sampel, yaitu unsur pertama dipilih secara acak sedangkan

(21)

sampel yang dipilih maka dilakukan dengan membagi populasi dan besar sampel

yang diinginkan sehingga diperoleh interval. Populasi 206 dan besar sampel yang

diinginkan 136 penderita, maka diperoleh interval dengan 206: 136 = 1,51atau 2

Sampel pertama diambil secara acak dengan cara mengundi, sampel

selanjutnya adalah sampel dengan interval 2 dan seterusnya yang diambil mulai

dari nomor sampel pertama yang terpilih sampai diperoleh besar sampel yang

dibutuhkan. Jika seluruh sampel telah terambil , maka kartu status penderita

malaria dikembalikan ke dalam kumpulan seluruh rekam medis pasien sesuai

dengan nomor urut semula.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diperoleh dari kartu

status tersangka penderita malaria yang telah memilki hasil pemeriksaan

laboratorium tahun 2015 yang bersumber dari rekam medis pasien rawat jalan

Puskesmas Panyabungan Jae Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing

Natal.

3.6 Analisis Data

Data yang sudah dikumpulkan diolah dengan menggunakan sistem

perangkat lunak komputer. Data dianalisa secara deskriptif, dan diuji secara

statistik dengan Chi Square, kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk tabel

(22)

3.7 Definisi Operasional

3.7.1 Tersangka Penderita Malaria

Tersangka Penderita Malaria adalah manusia atau penjamu yang di

diagnosa menderita penyakit malaria dan memilki hasil pemeriksaan laboratorium

di Puskesmas Panyabungan Jae Kecamatan Panyabungan.

3.7.2 Umur

Umur adalah usia penderita malaria saat datang berobat sesuai dengan

yang tercatat di Puskesmas Panyabungan Jae Kecamatan Panyabungan.

Umur dalam penelitian ini dikategorikan atas (Riskesdas, 2013):

1. 1-4 tahun 2. 5-14 tahun 3. 15-24 tahun 4. 25-34 tahun 5. 35-44 tahun 6. 45-54 tahun 7. ≥ 55 tahun

Untuk uji statistik, umur dikategorikan atas (Riskesdas, 2013):

1. < 15 tahun 2. ≥ 15 tahun

3.7.3 Jenis Kelamin

Jenis Kelamin adalah ciri khas (organ reproduksi) yang dimiliki penderita

sesuai yang tercatat dalam kartu status, yang dibedakan atas:

1. Laki-laki 2. Prempuan

3.7.4 Pekerjaan

(23)

3. PNS/TNI/POLRI 4. Wiraswasta 5. Petani/Buruh

6. Ibu Rumah Tangga/ IRT

3.7.5 Tempat Tinggal

Tempat tinggal adalah tempat penderita tinggal atau berdomisili menetap

sesuai yang tercatat dalam kartu status, dikelompokkan atas:

1. Panyabungan 2. Luar Panyabungan

3.7.6 Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Hasil Pemeriksaan laboratorium adalah hasil pemeriksaan yang

diperoleh dari laboratorium bertujuan untuk memastikan menderita malaria, yaitu:

1. Malaria Positif 2. Malaria Klinis

3.7.7 Jenis Parasit Malaria

Jenis parasit malaria adalah parasit Plasmodium yang menyebabkan

terjadinya malaria, dikelompokkan atas:

1. Plasmodium falciparum

2. Plasmodium vivax

3.7.8 Gejala Malaria

Gejala malaria adalah keadaan penderita sewaktu datang berobat ke

Puskesmas Panyabungan Jae dan tercatat dalam kartu status, dikelompokkan atas

(Kemenkes R.I, 2011):

1. Demam

(24)

6. Diare 7. Batuk

3.7.9 Jenis Pengobatan Malaria

Jenis pengobatan malaria adalah jenis pengobatan yang diberikan kepada

penderita yang bertujuan untuk mendapat kesembuhan klinis dan parasitologik

serta memutuskan rantai penularan sesuai yang tercatat pada kartu status,

dikelompokkan atas:

1. ACT

2. Non ACT

(25)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Puskesmas Panyabungan Jae merupakan puskesmas yang terletak di

Kecamatan Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal. Luas wilayah kerja

Puskesmas Panyabungan Jae adalah 11. 689,85 km2 dengan luas gedung adalah

473,20 m2, dapat dilalui oleh semua kenderaan.

Batas wilayah kerja Puskesmas Panyabungan Jae yaitu sebelah utara

berbatasan dengan Kecamatan Panyabungan Utara, sebelah selatan berbatasan

dengan Kecamatan Panyabungan Selatan, sebelah timur berbatasan dengan desa

Sigalapang dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Panyabungan Barat.

Wilayah kerja Puskesmas Panyabungan Jae terdiri dari 9 kelurahan dan 16

desa dan seluruhnya berada di Kecamatan Panyabungan. Dalam upaya memberi

pelayanan kesehatan kepada masyarakat, di wilayah kerja Puskesmas

Panyabungan Jae memilki 3 puskesmas pembantu yaitu Puskesmas Pembantu

Parbangunan terletak di desa Parbangunan atau Aek Godang, Puskesmas

Pembantu Kota Siantar terletak di desa Kota Siantar dan Puskesmas Pembantu

Pidoli terletak di desa Pidoli.

Adapun Visi Puskesmas Panyabungan Jae adalah” Menjadikan Puskesmas

Panyabungan Jae sebagai pusat pelayanan berkualitas pilihan masyarakat di

Kecamatan Panyabungan”. Untuk mencapai visi tersebut Puskesmas Panyabungan

(26)

1. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, tepat waktu, proaktif dan

terintegritas.

2. Menjadikan puskesmas sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat.

3. Menggerakkan masyarakat untuk ikut serta dalam pembangunan kesehatan.

Dalam memberikan pelayanan kesehatan, Puskesmas Panyabungan jae

didukung oleh 113 tenaga kesehatan yang terdiri:

Tabel 4.1 Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Panyabungan Jae

No Jenis Tenaga Kesehatan Jumlah

(27)

4.2 Analisis Deskriptif

4.2.1 Karakteristik Sosiodemografi :Umur, Jenis Kelamin, Pekerjaan, dan Tempat Tinggal

Distribusi proporsi sosiodemografi : umur, jenis kelamin, pekerjaan dan

tempat tinggal tersangka penderita malaria di wilayah kerja Puskesmas

Panyabungan Jae tahun 2015 secara jelas dapat dilihat pada tabel 4.2 dibawah

ini.

(28)

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa proporsi tersangka penderita

malaria di Puskesmas Panyabungan Jae tahun 2015 berdasarkan kelompok umur

tertinggi pada kelompok umur 5-14 tahun yaitu 38 orang (27,9%) dan kelompok

umur terendah 35-44 tahun yaitu 12 orang (8,8%). Umur tersangka penderita

malaria termuda adalah 1 tahun dan umur tersangka penderita malaria tertua

adalah 75 tahun.

Berdasarkan jenis kelamin proporsi tersangka penderita malaria di

Puskesmas Panyabungan Jae tahun 2015 tertinggi terdapat pada laki-laki yaitu 71

orang (52,2%) sedangkan perempuan yaitu 65 orang (47,8%).

Berdasarkan pekerjaan proporsi tertinggi tetrsangka penderita malaria di

Puskesmas Panyabungan Jae tahun 2015 tertinggi adalah sekolah yaitu 47 orang

(34,6 %) dan terendah adalah petani yaitu 8 orang (5,9%).

Berdasarkan tempat tinggal proporsi tersangka penderita malaria yang

datang berobat ke Puskesmas Panyabungan Jae tahun 2015 tertinggi adalah

wilayah Panyabungan yaitu 127 orang (93,4%) sedangkan tersangka penderita

malaria yang datang berobat dari wilayah luar Panyabungan yaitu 9 orang

(29)

4.2.2 Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Proporsi tersangka penderita malaria berdasarkan hasil pemeriksaan

laboratorium di wilayah kerja Puskesmas Panyabungan Jae tahun 2015 dapat

dilihat pada tabel 4.3

Tabel 4.3 Distribusi Proporsi Tersangka Penderita Malaria Berdasarkan Hasil

Pemeriksaan Laboratorium di Wilayah Kerja Puskesmas

Panyabungan Jae Tahun 2015

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa proporsi tersangka penderita

malaria tertinggi di Puskesmas Panyabungan Jae tahun 2015 berdasarkan hasil

pemeriksaan laboratorium adalah penderita dengan malaria klinis yaitu 108 orang

(79,4%) sedangkan penderita dengan malaria positif yaitu 28 orang (20,6 %).

(30)

Jumlah 28 100

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa proporsi penderita malaria

Positif di Puskesmas Panyabungan Jae tahun 2015 berdasarkan sosiodemografi:

umur, jenis kelamin, pekerjaan dan tempat tinggal tertinggi pada umur 1-4 tahun

yaitu 9 orang (32,1%), jenis kelamin pada laki-laki yaitu 16 orang (57,1%),

pekerjaan pada sekolah yaitu 9 orang (32,1%), tempat tinggal di wilayah

Panyabungan yaitu 27 orang (96,4 %).

Tabel 4.4 diatas tidak akan di bahas dalam pembahasan karena penulis

hanya ingin memberikan gambaran tentang penderita malaria positif berdasarkan

(31)

4.2.3 Jenis Parasit Malaria

Proporsi penderita malaria positif berdasarkan jenis parasit malaria di

wilayah kerja Puskesmas Panyabungan Jae tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 4.5

dibawah ini.

Tabel 4.5 Distribusi Proporsi Penderita Malaria Positif Berdasarkan Jenis Parasit Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Panyabungan Jae

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa proporsi penderita malaria

positif di Puskesmas Panyabungan Jae tahun 2015 tertinggi berdasarkan jenis

parasit malaria adalah Plasmodium falciparum yaitu 27 orang (96,4%) sedangkan

Plasmodium vivax hanya 1 orang (3,6%).

4.2.4 Gejala Malaria

Proporsi tersangka penderita malaria berdasarkan gejala malaria di

wilayah kerja Puskesmas Panyabungan Jae tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 4.6

dibawah ini.

(32)

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa proporsi tersangka penderita

malaria di Puskesmas Panyabungan Jae tahun 2015 berdasarkan gejala malaria

tertinggi adalah demam yaitu 136 orang (100%) dan terendah adalah diare yaitu

20 orang (14,7 %).

4.2.4 Jenis Pengobatan Malaria

Proporsi penderita malaria positif berdasarkan jenis pengobatan malaria

di wilayah kerja Puskesmas Panyabungan Jae tahun 2015 dapat dilihat pada tabel

4.7dibawah ini.

Tabel 4.7 Distribusi Proporsi Penderita Malaria Positif Berdasarkan Jenis Pengobatan Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Panyabungan Jae Tahun 2015

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa proporsi penderita malaria

positif di Puskesmas Panyabungan Jae tahun 2015 berdasarkan jenis pengobatan

tertinggi adalah jenis pengobatan ACT yaitu 19 orang (67,9%) sedangkan jenis

pengobatan Non ACT yaitu 9 orang (32,1%).

4.3 Analisis Bivariat

4.3.1 Umur Penderita Malaria Positif Berdasarkan Jenis Parasit Malaria

Proporsi umur penderita malaria positif berdasarkan jenis parasit malaria

(33)

Tabel 4.8 Distribusi Proporsi Umur Penderita Malaria Positif Berdasarkan Jenis Parasit Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Panyabungan Jae Malaria Tahun 2015

No Jenis Parasit

Malaria

Umur (tahun)

Jumlah

≤ 15 tahun ≥ 15 tahun

f % f % f %

1. Plasmodium falciparum 13 48,1 14 51,9 27 100 2. Plasmodium vivax 0 0 1 100 1 100

p= 1

Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa dari 27 penderita malaria

positif dengan Plasmodium falciparum proporsi tertinggi pada kelompok umur ≥

15 tahun yaitu 14 orang (51,9 %) sedangkan penderita malaria positif dengan

Plasmodium vivax hanya terdapat pada kelompok umur ≥ 15 tahun yaitu 1 orang

(100 %).

Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square tidak dapat

digunakan karena ada 2 sel (50 %) dengan frekuensi harapan < 5, maka uji yang

digunakan adalah Exact Fisher. Berdasarkan hasil uji Exact Fisher diperoleh

(p=1), p>0,05 artinya tidak ada perbedaan proporsi umur penderita malaria Positif

dengan jenis parasit malaria.

4.3.2 Jenis Kelamin Penderita Malaria Positif Berdasarkan Jenis Parasit

Malaria

Proporsi jenis kelamin penderita malaria positif berdasarkan jenis parasit

malaria di wilayah kerja Puskesmas Panyabungan Jae tahun 2015 dapat dilihat

(34)

Tabel 4.9 Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Malaria Positif Berdasarkan Jenis Parasit Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Panyabungan Jae Tahun 2015

No Jenis Parasit Malaria

Jenis Kelamin

Jumlah

Laki-laki Perempuan

f % f % f %

1. Plasmodium falciparum 16 59,2 11 40,8 27 100 2. Plasmodium vivax 0 0 1 100 1 100

p=0,429 Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa dari 27 penderita malaria

positif dengan Plasmodium falciparum proporsi tertinggi pada jenis kelamin

laki-laki yaitu 16 orang (59,2 %) sedangkan penderita malaria positif dengan

Plasmodium vivax hanya terdapat pada jenis kelamin perempuan yaitu 1 orang

(100 %).

Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square tidak dapat

digunakan karena ada 2 sel (50 %) dengan frekuensi harapan < 5, maka uji yang

digunakan adalah Exact Fisher. Berdasarkan hasil uji Exact Fisher diperoleh

(p=0,429), p>0,05 artinya tidak ada perbedaan proporsi jenis kelamin penderita

malaria Positif dengan jenis parasit malaria.

4.3.3 Jenis Pengobatan Malaria Berdasarkan Jenis Parasit Malaria

Proporsi jenis pengobatan malaria berdasarkan jenis parasit malaria di

wilayah kerja Puskesmas Panyabungan Jae tahun 2015 dapat dilihat pada tabel

(35)

Tabel 4.10 Distribusi Proporsi Jenis Pengobatan Malaria Berdasarkan Jenis Parasit Malaria Wilayah Kerja Puskesmas Panyabungan Jae Tahun 2015

No Jenis Parasit

Malaria

Jenis Pengobatan Malaria

Jumlah

ACT Non ACT

f % f % f %

1 Plasmodium falciparum 18 66,7 9 33,3 27 100 2 Plasmodium vivax 1 100 0 0 1 100

p=1

Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa dari 28 penderita malaria

positif yang mendapat pengobatan ACT terbanyak pada Plasmodium falciparum

yaitu 18 orang (66,7 %) dan pengobatan dengan Non ACT pada Plasmodium

falciparum yaitu 9 orang (33,3%), sedangkan proporsi penderita malaria positif

yang mendapat pengobatan ACT dengan Plasmodium vivax hanya 1 orang (100

%).

Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square tidak dapat

digunakan karena ada 2 sel (50 %) dengan frekuensi harapan < 5, maka uji yang

digunakan adalah Exact Fisher. Berdasarkan hasil uji Exact Fisher diperoleh

(p=1), p>0,05 artinya tidak ada perbedaan proporsi jenis pengobatan malaria

(36)

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Distribusi Proporsi

5.1.1 Distribusi Proporsi Tersangka Penderita Malaria Berdasarkan Karakteristik Sosiodemografi :Umur, Jenis Kelamin, Pekerjaan, dan Tempat Tinggal

Distribusi proporsi sosiodemografi tersangka penderita malaria di wilayah

kerja Puskesmas Panyabungan Jae tahun 2015 terdiri : umur, jenis kelamin,

pekerjaan dan tempat tinggal.

a. Umur dan Jenis Kelamin

Proporsi tersangka penderita malaria berdasarkan umur dan jenis kelamin

di Puskesmas Panyabungan Jae tahun 2015 dapat dilihat pada gambar 5.1 di

(37)

Berdasarkan gambar 5.1 dapat dilihat bahwa proporsi tersangka penderita

malaria berdasarkan kelompok umur tertinggi pada kelompok umur 5-14 tahun

yaitu 54,9 % (laki-laki 39,5 % dan perempuan 15,4%) dan kelompok umur

terendah 35-44 tahun yaitu 17,8 % (laki-laki 7,0 % dan perempuan 10,8%).

Secara umum dapat dikatakan bahwa pada dasarnya setiap orang dapat

terkena malaria. Perbedaan angka kesakitan malaria pada laki-laki dan perempuan

atau pada berbagai golongan umur dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti

kekebalan, status gizi, kebiasaan dan lingkungan tempat tinggal dan hal lainnya

yang mendukung (Sorontou, 2013).

Anak-anak lebih rentan terhadap infeksi parasit malaria dibandingkan

orang dewasa karena imunitas atau daya tahan tubuhnya lebih rendah dari orang

dewasa. Anak < 15 tahun merupakan kelompok terbanyak yang berisiko terkena

malaria ( Harijanto, 2009).

Perilaku nyamuk mencari darah juga ikut menentukan dalam proses

penularan malaria, penularan tidak hanya terjadi di luar rumah oleh nyamuk

golongan eksofagik namun juga terjadi di dalam rumah oleh nyamuk golongan

endofagik, sehingga anak-anak menjadi sasaran utama terhadap serangan penyakit

malaria (Sembel, 2009).

Selain itu kebiasaan anak-anak bermain diluar rumah pada sore atau

malam hari menjadi perilaku yang beresiko untuk tertular oleh malaria.

Anak-anak biasanya bermain dengan teman dan bahkan kebiasaan Anak-anak laki-laki pada

saat bermain hanya mengenakan celana pendek dan tidak mengenakan baju atau

(38)

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sulistya (2013) di Kota Bengkulu

Tahun 2012 menemukan dari 248 penderita positif malaria kelompok umur

tertinggi adalah kelompok usia 1-10 tahun yaitu 103 penderita (41,5 %).

b. Pekerjaan

Proporsi tersangka penderita malaria berdasarkan pekerjaan di Puskesmas

Panyabungan Jae tahun 2015 dapat dilihat pada gambar 5.2 di bawah ini.

Gambar 5.2 Diagram Bar Distribusi Proporsi Tersangka Penderita Malaria Berdasarkan Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Panyabungan Jae Tahun 2015

Berdasarkan gambar 5.2 dapat dilihat bahwa proporsi tersangka penderita

(39)

Hasil dari penelitian ini di peroleh bahwa penderita malaria terbanyak

pada kelompok umur 5-14 tahun dan merupakan usia sekolah. Hal ini

kemungkinan terjadi karena mulai berkurangnya protektif orangtua kepada

anak-anaknya sehingga kebiasaan saat tidur tidak lagi menggunakan kelambu, atau

menggunakan kelambu yang sudah tidak layak pakai lagi. Kemungkinan

penyebab lain adalah kebiasaan anak yang masih belajar pada malam hari tanpa

menggunakan perlindungan terhadap gigitan nyamuk, sehingga sangat

memungkinkan untuk digigit oleh nyamuk penyebab malaria (Syilviana, 2010).

Hal ini juga diasumsikan bahwa Mandailing Natal merupakan daerah

yang masih tinggi nilai –nilai religious, sehingga Pemerintah daerah mewajibkan

anak < 15 tahun mengikuti belajar membaca al- quran yang dilaksanakan pada

malam hari yaitu mulai jam 19.00 sampai 21.00. Anak-anak tidak langsung

pulang ke rumah masing-masing tapi kebanyakan anak-anak masih bermain

bersama temannya di luar rumah tanpa memakai lotion anti nyamuk, sehingga

berpeluang untuk digigit nyamuk.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sunaryo yang

berjudul “Dinamika PenularanMalaria Di Kabupaten Biak Numfor Provinsi

Papua”. Sunaryo mengatakan bahwa pada saat survey di desa Orwer Puskesmas

Bosnik ditemukan penderita malaria dengan Plasmodium falciparum terbanyak

pada usia sekolah yaitu 42% Sehingga dapat disimpulkan bahwa penularan

(40)

c. Tempat Tinggal

Proporsi tersangka penderita malaria berdasarkan tempat tinggal di

Puskesmas Panyabungan Jae tahun 2015 dapat dilihat pada gambar 5.3 di bawah

ini.

Gambar 5.3 Diagram Pie Distribusi Tersangka Proporsi Penderita Malaria Berdasarkan Tempat Tinggal di Wilayah Kerja Puskesmas Panyabungan Jae Tahun 2015

Berdasarkan gambar 5.3 dapat dilihat bahwa proporsi penderita malaria

berdasarkan tempat tinggal tertinggi adalah wilayah Panyabungan yaitu 93,4%

sedangkan wilayah luar Panyabungan yaitu 6,6%.

Hal ini disebabkan wilayah Panyabungan adalah wilayah kerja Puskesmas

Panyabungan Jae, dan Panyabungan merupakan tempat lokasi puskesmas dan

93,4 % 6,6 %

Tempat Tinggal

Panyabungan

(41)

belum diterapkan sistem cocok tanam yang serentak sehingga selalu ada

genangan air di areal persawahan yang menjadi tempat yang strategis untuk jentik

nyamuk Anopheles berkembang biak. Hal ini juga di dukung dengan jumlah

kepadatan penduduk yang cukup tinggi dan jarak antar rumah yang terlalu rapat,

banyaknya genangan air sekitar rumah membuat penularan malaria semakin

mudah dan kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan masih

rendah (Susana, 2010).

Penelitian Yawan (2007) dengan desain case control mengatakan bahwa

ada hubungan bermakna antara genangan air dengan kejadian malaria. Hasil

analisis diperoleh nilai OR 3,683 (95% CI : 1,062-12,771). Artinya orang yang

tinggal di rumah dengan keberadaan adanya genangan air disekitar rumah

mempunyai risiko terkena penyakit malaria sebesar 3,683 kali lebih besar

daripada orang yang tinggal di rumah dengan tidak adanya genangan air di sekitar

rumah.

Menurut Prabowo (2008) dalam Novelina, dikatakan bahwa keadaan

lingkungan seperti danau air payau, genangan air, persawahan tambak ikan,

pembukaan hutan, dan pertambangan di suatu daerah berpengaruh besar terhadap

ada tidaknya malaria, dimana hal tersebut akan meningkatkan kemungkinan

timbulnya penyakit malaria karena tempat-tempat tersebut merupakan tempat

(42)

5.1.2 Distribusi Proporsi Tersangka Penderita Malaria Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Proporsi tersangka penderita malaria berdasarkan hasil pemeriksaan

laboratorium di Puskesmas Panyabungan Jae tahun 2015 dapat dilihat pada

gambar 5.4 di bawah ini.

Gambar 5.4 Diagram Pie Distribusi Proporsi Tersangka Penderita Malaria Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium di Wilayah Kerja Puskesmas Panyabungan Jae Tahun 2015

Berdasarkan gambar 5.4 dapat dilihat bahwa proporsi tersangka penderita

malaria berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium adalah malaria klinis yaitu

79,4%, sedangkan penderita dengan malaria positif yaitu 20,6 %.

Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa tersangka penderita malaria di

Puskesmas Panyabungan Jae lebih tinggi malaria klinis. Meskipun sudah

79,4 %

20,6 %

Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Malaria Klinis (Pemeriksaan Klinis/Fisik)

(43)

dilakukan pemeriksaan laboratorium tapi hasilnya tetap negatif atau tidak

ditemukan parasit malaria. Seseorang dapat diketahui terkena malaria adalah

dengan pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh petugas kesehatan dengan melihat

gejala-gejala yang dirasakan penderita seperti demam, menggigil, sakit kepala,

nyeri otot, mual/ muntah,diare, dan batuk. Tetapi gejala ini belum bisa di pastikan

seseorang terkena malaria sebelum dilakukan pemeriksaan darah dilaboratorium

dan masih diduga sebagai malaria klinis. Setelah diperoleh hasilnya maka

dilakukan tindakan seperti pemberian obat. Untuk yang negatif tidak diberikan

OAM (Obat Anti Malaria) tetapi hanya diberikan obat untuk mengobati gejala

yang dirasakan penderita misalnya paracetamol untuk demam. Sedangkan malaria

positif atau ditemukan parasit dalam darah maka diberikan OAM (Puskesmas

Panyabungan Jae, 2015).

Informasi yang diperoleh dari petugas pengelola malaria di Puskesmas

Panyabungan Jae bahwa masyarakat yang mengalami gejala seperti demam,

menggigil mereka langsung membeli obat malaria yang dijual bebas diwarung,

yang masih resisten terhadap parasit malaria dan biasanya masyarakat sebut pil

pahit atau kina, ketika gejala itu masih muncul, lalu mereka pergi berobat ke

puskesmas sehingga ketika di periksa di laboratorium tidak ditemukan parasit

malaria dan di diagnosa sebagai malaria klinis.

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Novelina (2012) di Kota Batam

yang menunjukkan bahwa proporsi penderita malaria terbesar adalah penderita

(44)

5.1.3 Distribusi Proporsi Penderita Malaria Positif Berdasarkan Jenis Parasit Malaria

Proporsi penderita malaria positif berdasarkan jenis parasit malaria di

Puskesmas Panyabungan Jae tahun 2015 dapat dilihat pada gambar 5.5 di bawah

ini.

Gambar 5.5 Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Malaria Positif Berdasarkan Jenis Parasit Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Panyabungan Jae Tahun 2015

Berdasarkan gambar 5.5 dapat dilihat bahwa proporsi penderita malaria

positif berdasarkan jenis parasit adalah Plasmodium falciparum yaitu 96,4 %

sedangkan Plasmodium vivax yaitu 3,6%.

Plasmodium falciparum merupakan penyebab malaria tropika, paling

berbahaya dibandingkan dengan jenis Plasmodium lain yang menginfeksi manusia

96,4 % 3,6 %

Jenis Parasit Malaria

Plasmodium falciparum

(45)

yaitu Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, dan

Plasmodium ovale.

Plasmodium falciparum jarang sekali terdapat di daerah yang beriklim

dingin, namun paling sering ditemukan pada wilayah beriklim tropis. Plasmodium

vivax mempunyai distribusi geografis yang luas, mulai dari daerah yang beriklim

dingin, subtropik, sampai ke daerah tropik (Andi, 2012). Dari hasil penelitian ini

hanya Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax yang terdapat di

Kabupaten Mandailing Natal.

Hal ini sejalan dengan penelitian Sylviana (2010) di Klinik Malaria Rayon

Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2009 bahwa proporsi penderita

malaria dengan parasit positif pada anak berdasarkan jenis parasit tertinggi adalah

Plasmodium falciparum 99,7% dan plasmosium vivax 0,3%.

Menurut buku profil malaria Kabupaten Mandailing Natal (2015)

disebutkan bahwa jenis nyamuk yang pernah ditangkap di Kelurahan

Sipolu-polu Kecamatan Panyabungan, ditemukan jenis Anopheles nigerimus,dan

Anopheles vagus, seluruh jenis nyamuk ini berkembang biak di daerah

(46)

5.1.4 Distribusi Proporsi Tersangka Penderita Malaria Berdasarkan Gejala Malaria

Proporsi tersangka penderita malaria berdasarkan gejala malaria di

Puskesmas Panyabungan Jae tahun 2015 dapat dilihat pada gambar 5.6 di bawah

ini.

Gambar 5.6 Diagram Bar Distribusi Proporsi Tersangka Penderita Malaria Berdasarkan Gejala Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Panyabungan Jae Tahun 2015

Berdasarkan gambar 5.6 dapat dilihat bahwa proporsi tersangka penderita

malaria berdasarkan gejala malaria tertinggi adalah demam yaitu 100 %,

menggigil yaitu 85,3 %, sakit kepala yaitu 56,6 %, nyeri otot yaitu 32,4 %, mual/

muntah yaitu 30,1, batuk yaitu 23,5 % dan diare yaitu 14,7 %.

(47)

bukan disebabkan karena malaria, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan

laboratorium untuk mendapatkan diagnosa pasti ( Kemenkes RI, 2011).

Hal ini menunjukkan bahwa tersangka penderita malaria yang berobat ke

Puskesmas Panyabungan Jae pada umumnya datang dengan gejala demam,

menggigil, sakit kepala, nyeri otot, mual/muntah, diare dan batuk. Demam

merupakan gejala yang sering dirasakan tersangka penderita malaria dan demam

merupakan gejala awal yang muncul dari suatu penyakit.

Gejala klinis malaria merupakan keluhan dan tanda klinis yang tampak

dari penderita malaria dan merupakan petunjuk penting dalam diagnosa malaria.

Gejala klinis ini dipengaruhi oleh strain Plasmodium, imunitas tubuh dan jumlah

parasit yang menginfeksi manusia (Harijanto, 2009).

Gejala utama infeksi malaria adalah demam yang diduga berhubungan

dengan proses skizogoni (pecahnya merozoit/ skizon) dan terbentuknya sitokin

atau toksin lainnya.Gambaran karakteristik dari malaria ialah demam periodik

disertai menggigil, berkeringat, anemia dan splenomegali dan sering terdapat

gejala prodormal seperti malaise, sakit kepala/ pusing, nyeri otot, nyeri

epigastrium, mual/ muntah, anoreksia, pada anak- anak disertai gejala diare dan

batuk (Warouw dalam Harijanto,2010).

Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Tuti S. dkk (2004) di Pulau

Samosir tahun 2003, bahwa dilakukan pemeriksaan terhadap penderita malaria

pada anak-anak dan yang menunjukkan proporsi gejala malaria tertinggi adalah

(48)

Hal ini sejalan dengan penelitian Silalahi (2011) di RSD Kolonel

Abundjani Bangko Kabupaten Merangin Provinsi Jambi menemukan dari 118

penderita malaria parasit positif mengalami gejala demam yaitu 94,9%.

5.1.5 Distribusi Proporsi Penderita Malaria Positif Berdasarkan Jenis Pengobatan Malaria

Proporsi penderita malaria positif berdasarkan jenis pengobatan malaria di

Puskesmas Panyabungan Jae tahun 2015 dapat dilihat pada gambar 5.7 di bawah

ini.

Gambar 5.7 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Malaria Positif Berdasarkan Jenis Pengobatan Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Panyabungan Jae Tahun 2015

Berdasarkan gambar 5.7 dapat dilihat bahwa proporsi penderita malaria

positif berdasarkan jenis pengobatan malaria tertinggi adalah jenis pengobatan

67,9 % 32,1 %

Jenis Pengobatan Malaria

ACT

(49)

OAM (Obat Anti Malaria) hanya diberikan pada penderita malaria positif

atau ditemukan parasit malaria dalam darah penderita. Diagnosis dini dan

pengobatan yang tepat adalah komponen yang utama dari strategi global pada

pemberantasan malaria. Penggunaan obat yang tepat dari obat anti malaria tidak

hanya mempersingkat lamanya penyakit malaria tetapi juga menurunkan insiden

dari komplikasi dan kematian. Selain itu persyaratan obat anti malaria yang ideal

adalah obat mempunyai efek terhadap semua jenis dan stadium parasit, cara

pemakaian yang mudah, harga terjangkau dan ketersediaan, serta efek samping

ringan dan toksisitas rendah. Walaupun kelompok derivat artemisinin (ACT)

sudah dianjurkan digunakan di seluruh dunia, namun tidak dapat membunuh

semua stadium parasit (parasit dalam hati atau hipnozoit dan gametosit matang

(Harijanto, 2009).

Informasi yang diperoleh dari petugas di Puskesmas Panyabungan Jae

bahwa tidak semua penderita malaria dapat diberikan pengobatan dengan ACT

dikarenakan berbagai penyebab terutamanya disesuaikan dengan gejala penderita

pada saat berobat.Obat ACT dapat diberikan kepada penderita dengan gejala berat

yang memiliki imunitas baik. Pemberian ACT memiliki efek samping gangguan

saluran cerna termasuk mual/muntah sehingga penderita malaria yang datang

dengan gejala ada mual/muntah maka tidak diberikan ACT karena akan

menambah rasa mual/muntah tersebut. Alasan lain ACT tidak dapat diberikan

karena terkadang persediaan obat ACT yang terbatas di puskesmas. Oleh karena

itu, petugas di Puskesmas Panyabungan Jae memberikan pengobatan non-ACT

(50)

5.2Analisis Bivariat

5.2.1 Umur Penderita Malaria Positif Berdasarkan Jenis Parasit Malaria

Proporsi umur penderita malaria positif berdasarkan jenis parasit malaria

di Puskesmas Panyabungan Jae tahun 2015 dapat dilihat pada gambar 5.8 di

bawah ini.

Gambar 5.8 Diagram Bar Distribusi Proporsi Umur Penderita Malaria Positif Berdasarkan Jenis Parasit Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Panyabungan Jae Tahun 2015

Berdasarkan gambar 5.8 dapat dilihat bahwa proporsi umur penderita

malaria positif berdasarkan jenis parasit malaria dapat diketahui bahwa dari 27

penderita malaria positif dengan Plasmodium falciparum proporsi tertinggi pada

kelompok umur ≥ 15 tahun yaitu 51,9 % sedangkan penderita malaria positif

Umur Berdasarkan Jenis Parasit Malaria

(51)

Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square tidak dapat

digunakan karena ada 2 sel (50 %) dengan frekuensi harapan < 5, maka uji yang

digunakan adalah Exact Fisher. Berdasarkan hasil uji Exact Fisher diperoleh

(p=1), p>0,05 artinya tidak ada perbedaan proporsi umur penderita malaria Positif

dengan jenis parasit malaria.

Secara umum, dapat dikatakan bahwa pada dasarnya semua orang dapat

terkena malaria. Perbedaan angka kesakitan malaria pada berbagai golongan umur

dapat disebabkan oleh faktor lain seperti kekebalan, status gizi, kebiasaan,

lingkungan tempat tinggal dan hal lainya yang mendukung. Namun dalam

penelitian ini penderita malaria dengan parasit malaria lebih tinggi pada kelompok

umur ≥ 15 tahun yaitu penderita malaria dengan Plasmodium falciparum dan

Plasmodium vivax.

Kelompok umur ≥ 15 tahun merupakan kelompok umur produktif yang

memiliki peluang lebih besar terkena malaria, hal ini berkaitan dengan akitivitas

di luar rumah lebih banyak pada orang dewasa dibandingkan anak-anak,

khususnya perilaku dan kebiasaan melakukan aktifitas diluar rumah pada malam

hari, sebagaimana teori yang mengatakan bahwa kebiasaan untuk berada di luar

rumah sampai larut malam, dimana vektornya bersifat eksofilik dan eksofagik

akan memudahkan gigitan nyamuk.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Gusra, dkk (2013) di Puskesmas

Tarusan dan Puskesmas Balai Selasa Kabupaten Pesisir Selatan selama bulan

Januari sampai Maret 2013 diperoleh bahwa proporsi insiden malaria terbanyak

(52)

5.2.2 Jenis Kelamin Penderita Malaria Positif Berdasarkan Jenis Parasit Malaria

Proporsi jenis kelamin penderita malaria positif berdasarkan jenis parasit

malaria di puskesmas panyabungan jae tahun 2015 dapat dilihat pada gambar 5.9

di bawah ini.

Gambar 5.9 Diagram Bar Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Malaria Positif Berdasarkan Jenis Parasit Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Panyabungan Jae Tahun 2015

Berdasarkan gambar 5.9 dapat dilihat bahwa proporsi jenis kelamin

penderita malaria positif berdasarkan jenis parasit malaria dapat diketahui bahwa

dari 27 penderita malaria positif dengan Plasmodium falciparum proporsi

tertinggi pada jenis kelamin laki-laki yaitu 59,2 %, sedangkan penderita malaria

positif dengan Plasmodium vivax terdapat pada jenis kelamin perempuan yaitu

59,2 %

Jenis Kelamin Penderita Malaria Positif Berdasarkan Jenis Parasit Malaria

Laki-laki

(53)

Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square tidak dapat

digunakan karena ada 2 sel (50 %) dengan frekuensi harapan < 5, maka uji yang

digunakan adalah Exact Fisher. Berdasarkan hasil uji Exact Fisher diperoleh

(p=0,429), p>0,05 artinya tidak ada perbedaan proporsi jenis kelamin penderita

malaria positif dengan jenis parasit malaria.

Secara Umum, infeksi malaria tidak membedakan jenis kelamin laki-laki

dan perempuan. Semua jenis parasit malaria akan menginfeksi semua orang tanpa

membedakan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Namun dalam penelitian ini

lebih tinggi menginfeksi pada laki-laki.

Hal ini diasumsikan laki- laki banyak terkena malaria karena nyamuk

Anopheles mempunyai keaktifan menggigit pada malam hari dan juga perilaku

laki-laki sering beraktifitas di luar rumah pada malam hari karena pekerjaan atau

kebiasaan. Laki- laki memiliki kebiasaan keluar rumah sampai larut malam untuk

ronda atau begadang di malam hari hanya sekedar senda gurau, hal ini dilakukan

untuk melepas kepenatan setelah bekerja seharian.

Menurut Darmadi (2002) berada di luar rumah pada malam hari antara

pukul 21.00 s/d 22.00 berhubungan erat dengan kejadian malaria, karena

frekuensi mengisap darah jam tersebut tinggi terutama pada laki-laki yang tinggal

di pedesaan yang memilki kebiasaan memeriksa air sawah dan sering melakukan

ronda malam.

Hal ini sejalan dengan penelitian Sari (2013) di Kecamatan Suka Makmur

Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012 diperoleh bahwa dari 42 responden penderita

(54)

5.2.3Jenis Pengobatan Malaria Berdasarkan Jenis Parasit Malaria

Proporsi jenis pengobatan malaria berdasarkan jenis parasit malaria di

Puskesmas Panyabungan Jae tahun 2015 dapat dilihat pada gambar 5.10 di bawah

ini.

Gambar 5.10 Diagram Bar Distribusi Proporsi Jenis Pengobatan Malaria Berdasarkan Jenis Parasit Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Panyabungan Jae Tahun 2015

Berdasarkan gambar 5.10 dapat dilihat bahwa proporsi jenis pengobatan

malaria berdasarkan jenis parasit malaria dapat diketahui bahwa dari 27 penderita

malaria yang mendapat pengobatan ACT proporsi tertinggi pada Plasmodium

falciparum yaitu 66,7 %, dan pengobatan ACT dengan Plasmodium vivax yaitu

J

enis Pengobatan Malaria Berdasarkan Jenis Parasit Malaria

ACT

(55)

Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square tidak dapat

digunakan karena ada 2 sel (50 %) dengan frekuensi harapan < 5, maka uji yang

digunakan adalah Exact Fisher. Berdasarkan hasil uji Exact Fisher diperoleh

(p=1), p>0,05 artinya tidak ada perbedaan proporsi jenis pengobatan malaria

dengan jenis parasit malaria.

Hasil ini sejalan dengan pedoman WHO yang merekomendasikan untuk

pengobatan malaria secara global dengan penggunaan obat ACT (Artemisinin

Combination Therapy). Sejak tahun 2004 komisi ahli malaria dari Depkes RI

sepakat dan menyetujui penggunaan obat ACT sebagai obat lini I di seluruh

Indonesia. Pada tahun 2009 Depkes RI telah mempersiapkan obat ACT baru,

yaitu kombinasi DHP (Dihidroartemisinin Piperakuin) sebagai dosis tetap dan

kombinasi ini efektif terhadap Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax.

Puskesmas Panyabungan Jae menggunakan DHP sebagai obat antimalaria dari

golongan ACT.

ACT merupakan obat antimalaria yang efektif, radikal, membunuh semua

stadium parasit yang ada di dalam tubuh. Tujuan dari pengobatan adalah

penyembuhan klinis, parasitologik dan memutuskan rantai penularan.Penggunaan

obat ACT ini harus disertai dengan ditemukannya parasit malaria secara

mikroskopik atau dengan pemeriksaan RDT (Rapid Diagnostic Test)

(56)
(57)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

6.1.1 Proporsi tersangka penderita malaria berdasarkan sosiodemografi tertinggi

pada kelompok umur 5-14 tahun yaitu 27,9%, jenis kelamin pada

laki-laki yaitu 52,2%, pekerjaan pada sekolah yaitu 34,6 %, dan tempat tinggal

di wilayah Panyabungan yaitu 93,4%.

6.1.2 Proporsi tersangka penderita malaria berdasarkan hasil pemeriksaan

laboratorium tertinggi adalah penderita dengan malaria klinis yaitu 79,4%.

6.1.3 Proporsi penderita malaria positif berdasarkan jenis parasit malaria tetinggi

adalah Plasmodium falciparum yaitu 96,4 %.

6.1.4 Proporsi tersangka penderita malaria berdasarkan gejala malaria tertinggi

adalah demam yaitu 100%.

6.1.5 Proporsi penderita malaria positif berdasarkan jenis pengobatan malaria

tertinggi adalah jenis pengobatan ACT yaitu 67,9%.

6.1.7 Tidak ada perbedaan proporsi umur penderita malaria positif berdasarkan

jenis parasit malaria (p=1).

6.1.8 Tidak ada perbedaan proporsi jenis kelamin penderita malaria positif

berdasarkan jenis parasit malaria (p=0,429).

6.1.9 Tidak ada perbedaan proporsi jenis pengobatan malaria berdasarkan jenis

(58)

6.2 Saran

6.2.1 Tingginya proporsi penderita malaria pada kelompok umur 5-14 tahun,

maka disarankan kepada orang tua agar meningkatkan perlindungan

terhadap anak dari penyakit malaria. Misalnya menggunakan kelambu

pada saat anak tidur agar terhindar dari gigitan nyamuk, membersihkan

sarang- sarang pembiakan nyamuk disekitar rumah terutama adanya

genangan air dan tempat- tempat penampungan air, membiasakan tidak

menggantung baju yang sudah dipakai di dalam rumah.

6.2.2 Diharapkan kepada pihak Puskesmas Panyabungan Jae agar meningkatkan

penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat tentang pencegahan malaria

dan menganjurkan kepada masyarakat agar selalu memakai kelambu

berinsektisida pada saat tidur dan memberikan informasi tentang

(59)

2.1 Definisi Malaria

Malaria adalah penyakit yang telah lama diketahui sejak zaman Yunani.

Penyakit ini memiliki tanda yang khas yaitu demam yang naik turun dan teratur

disertai menggigil. Febris tersiana dan febris kuartana telah dikenal pada masa itu.

Selain menyebabkan limpa membesar dan mengeras atau Splenomegali, malaria

dahulu disebut demam kura (Sorontou, 2013 ).

Walaupun malaria telah lama dikenal, namun penyebab malaria belum di

ketahui. Dahulu, penyakit malaria diduga disebabkan oleh kutukan dewa seiring

wabah yang terjadi pada waktu itu disekitar Kota Roma. Penyakit malaria banyak

ditemukan di daerah rawa-rawa yang mengeluarkan bau busuk disekitarnya.

Sehingga menjadi dasar penamaan malaria. Malaria berasal dari bahasa Italia

yaitu mal (buruk) dan area (udara) sehingga diartikan bahwa malaria adalah udara

buruk atau penyakit yang sering terjadi pada daerah dengan udara buruk akibat

lingkungan yang buruk (Zulkoni, 2010).

Abad ke-19 Laveran menemukan “bentuk pisang”dalam darah seorang

penderita malaria, setelah itu diketahui bahwa malaria disebabkan oleh

Plasmodium yang ditularkan oleh nyamuk. Pada tahun 1898, siklus hidup

Plasmodium di dalam tubuh dipelajari oleh Ross dan Binagmi. Pada tahun 1900

Manson membuktikan bahwa nyamuk adalah vektor yang menularkan penyakit

malaria. Tahun 1984-1954, siklus plasmodium diteliti secara mendalam dan

(60)

Plasmodium, yaitu plasmodium falciparum, plasmodium vivax, plasmodium

ovale, dan plasmodium malariae (Sembel, 2009).

Malaria adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh protozoa

obligat intraseluler dari genus plasmodium, Penyakit ini secara alami ditularkan

oleh gigitan nyamuk Anopheles betina (Arsin, 2012). Plasmodium malaria hidup

dan berkembang dalam sel darah merah (eritrosit), menyerang semua orang baik

laki-laki ataupun perempuan pada semua golongan umur dari bayi, anak-anak dan

orang dewasa. Parasit ini ditularkan dari satu orang ke orang lainnya melalui

gigitan nyamuk Anopheles betina (Kemenkes R.I, 2014).

2.2 Etiologi Malaria

Penyakit malaria disebabkan oleh Plasmodium sp yang merupakan parasit

dari kelompok Protozoa, genus Plasmodium, family Plasmodiidae, ordo

Coccidiidae. Plasmodium dengan spesies yang menginfeksi manusia adalah

Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, Plasmodium

ovale (Arsin, 2012). Baru-baru ini melalui metode Polymerase Chain Reaction

(PCR) ditemukan jenis Plasmodium lain yaitu Plasmodium knowlesi. Plasmodium

ini masih dalam proses penelitian dan ditemukan pertama kali di Sabah.

Reservoar utama Plasmodium ini adalah kera ekor panjang atau Macaca Sp

(Kemenkes R.I, 2014).

Morfologi Plasmodium dalam darah manusia memilki sitoplasma dengan

bentuk tidak teratur pada berbagai stadium pertumbuhan dan mengandung

(61)

metabolisme parasit dengan bahan-bahan dari eritrosit, dan pigmen ini tidak ada

pada parasit eksoerotrositik yang terdapat dalam sel hati. Gametosit dapat

dibedakan dari tropozoit tua karena sitoplasma lebih padat, tidak ada pembelahan

kromatin dan pigmen yang tersebar dibagian tepi.

Tropozoit muda tampak sebagai cincin dengan inti pada satu sisi, sehingga

merupakan cincin stempel, bila tropozoit tumbuh maka bentuknya tidak teratur

dan setelah 36 jam tropozoit mengisi sel darah merah (eritrosit), setengah sel

darah merah akan membesar dan intinya membelah menjadi skizon. Setelah 48

jam skizon mengisi sel darah hingga penuh dan mencapai ukuran 8-10 mikron dan

mengalami segmentasi. Pigmen berkumpul dipinggir, inti yang membelah dengan

bagian-bagian sitoplasma membentuk 16-18 sel berbentuk bulat atau lonjong,

berdiameter 1,5 mikron dan disebut merozoit (Arsin, 2012).

Plasmodium ditemukan di dalam sel-sel parenkim hati adalah skizon

preeritrositik dengan ukuran dan jumlah merozoit di dalamnya yang berbeda.

Skizon preeritrositik pada Plasmodium vivax berisi 12.000 merozoit yang

berukuran sekitar 42 mikron, Plasmodium falciparum 40.000 merozoit berukuran

60x30 mikron, Plasmodium ovale memiliki 15.000 berukuran 75x45 mikron dan

Plasmodium malariae skizon preeritrositik belum pernah ditemukan (Sorontou,

2013).

2.3 Siklus Hidup Plasmodium

Plasmodium malaria mempunyai dua host untuk siklus hidupnya, yaitu

(62)

tubuh manusia yang disebut Skizogoni, dan siklus Seksual yang membentuk

Sporozoit berlangsung dalam tubuh nyamuk disebut Sporogoni (Arsin, 2012).

2.3.1 Siklus Seksual (Sporogoni)

Siklus sporogoni disebut siklus seksual karena menghasilkan bentuk

sporozoit yang siap ditularkan ke manusia, terjadi dalam tubuh nyamuk. Siklus ini

disebut juga siklus ekstrinsik karena masuknya gametosit ke dalam tubuh nyamuk

hingga menjadi sporozoit yang terdapat di dalam kelenjar ludah nyamuk.

Gametosit yang masuk ke dalam bersama darah, tidak dicernakan bersama darah

lain. Dalam waktu 12 sampai 24 jam setelah nyamuk mengisap darah, zigot

berubah bentuk menjadi ookinet yang dapat menembus dinding lambung dan akan

berubah menjadi ookista yang besarnya lima kali lebih besar dari ookinet. Di

dalam ookista dibentuk ribuan sporozoit, dengan pecahnya ookista, sprozoit

dilepaskan ke dalam rongga badan dan bergerak ke seluruh jaringan nyamuk.

Ketika nyamuk sedang menusuk manusia, sporozoit masuk ke dalam darah dan

jaringan dan awal terjadinya siklus eritrositik (Susana, 2010).

2.3.2 Siklus Aseksual (Skizogoni)

Siklus aseksual (Skizogoni) terjadi dalam tubuh manusia. Siklus aseksual

terbagi menjadi dua siklus, yaitu siklus dalam sel darah merah (Skizogoni

Eritrosit) dan siklus dalam parenkim hati (Skizogoni Eksoeritrosit).

1) Fase Hati (Skizogoni Eksoeritrosit)

Sporozoit infektif dari kelenjar ludah nyamuk Anopheles akan masuk ke

(63)

menjadi skizon dan mengalami pembelahan yang menghasilkan merozoit di

dalam satu sel hati (Susana, 2010). Dalam waktu 7-21 hari parasit akan tumbuh

dan berkembang biak, sehingga memenuhi seluruh sel hati. Selanjutnya sel hati

pecah dan parasit masuk ke aliran darah, menginfeksi sel darah merah (eritrosit).

Hal ini berlaku untuk infeksi Plasmodium falciparum dan Plasmodium

malariae. Pada infeksi Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale, sejumlah

parasit tetap berada dalam hati dan tidak berkembang (dorman). Parasit yang

dorman ini dapat menyebabkan kekambuhan pada pasien dengan infeksi

Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale (Kemenkes R.I, 2011).

2) Fase Sel darah merah (Skizogoni Eritrosit)

Pada saat merozoit dalam sel hati pecah, maka akan membebaskan

Tropozoit yang akan menginfeksi sel darah merah dan tumbuh menjadi skizon

muda. Skizon muda akan matang dan membelah menjadi banyak merozoit.

Kemudian sel darah merah pecah dan merozoit, pigmen dan residu keluar serta

masuk ke dalam plasma darah. Parasit ada yang masuk sel darah merah lagi untuk

mengulangi siklus skizogoni. Beberapa merozoit yang memasuki eritrosit tidak

membentuk skizon, tetapi membentuk gametosit yaitu stadium seksual. Parasit

malaria yang masuk ke dalam tubuh manusia dalam bentuk sporozoit dan apabila

terhisap oleh nyamuk Anopheles sp betina siap melakukan perkembangbiakan

(64)

Gambar 2.3 Siklus Hidup Plasmodium Malaria

Masa inkubasi adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk sampai

timbulnya gejala klinis yang ditandai dengan demam. Sedangkan masa prepaten

adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk sampai parasit dapat di deteksi dalam

darah yaitu dengan melakukan pemeriksaan mikroskopik (Kemenkes R.I, 2008).

Masa inkubasi bervariasi pada setiap Plasmodium, untuk Plasmodium

falciparum sekitar 9-14 hari, Plasmodium vivax sekitar 12-17 hari, Plasmodium

ovale sekitar 16-18 hari,Plasmodium malariae sekitar 18-40 hari (Harijanto,2009)

2.4 Cara Penularan Malaria

Penularan malaria terjadi melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang

(65)

2.4.1 Penularan Secara Alamiah

Penularan ini terjadi melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang

infektif. Saat nyamuk menggigit orang yang sakit malaria, maka parasit akan ikut

terhisap bersama darah penderita malaria. Di dalam tubuh nyamuk parasit

berkembang dan bertambah banyak, kemudian nyamuk menggigit orang sehat dan

melalui gigitan tersebut parasit ditularkan ke orang lain (Achmadi, 2008).

Malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles dari orang sakit

kepada orang yang sehat, orang yang sakit malaria dapat menjadi sumber

penularan penyakit malaria (Kemenkes R.I, 2011).

2.4.2 Penularan Secara Tidak Alamiah

Penularan penyakit malaria terjadi tidak langsung melalui gigitan nyamuk

Anopheles infektif kepada manusia, tetapi dengan cara yaitu:

a. Malaria Bawaan (Kongenital)

Penularan terjadi pada bayi yang dilahirkan melalui tali pusat dan

plasenta. Plasenta berfungsi sebagai sumber makanan bagi janin, juga mempunyai

fungsi sebagai protective barrier dari berbagai kelainan yang terdapat dalam

darah ibu sehingga parasit malaria akan ditemukan di plasenta bagian maternal

dan hanya dapat masuk ke sirkulasi janin bila terdapat kerusakan plasenta

(Suparman, 2005).

Prevalensi malaria plasenta biasanya ditemukan lebih tinggi daripada

malaria pada sediaan darah tepi wanita hamil, hal ini karena plasenta merupakan

tempat parasit bermultiplikasi. Disebabkan karena ibunya menderita malaria dan

Gambar

Tabel 4.1 Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Panyabungan Jae
Tabel 4.4 Distribusi Proporsi Penderita Malaria Positif Berdasarkan Sosiodemografi: Umur, Jenis Kelamin, Pekerjaan dan Tempat Tinggal di Wilayah Kerja Puskesmas Panyabungan Jae Tahun 2015
Tabel 4.6 Distribusi Proporsi  Tersangka Penderita Malaria Berdasarkan Gejala Malaria di   Wilayah Kerja Puskesmas Panyabungan Jae
Tabel 4.8  Distribusi Proporsi Umur Penderita Malaria Positif  Berdasarkan Jenis Parasit Malaria  di Wilayah Kerja Puskesmas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Diagram Bar Proporsi Gejala Batuk Penderita Malaria dengan Parasit Positif pada Anak Berdasarkan Jumlah Leukosit di Klinik Malaria Rayon Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal

p&gt;0,05 artinya tidak ada perbedaan yang bermakna pada distribusi proporsi jenis diagnosa malaria berdasarkan Kecamatan di kota Dumai. Distribusi Proporsi Umur Penderita

Faktor risiko kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Cikeusik Kabupaten Pandeglang adalah umur &lt;20 tahun, pekerjaan, lama tinggal di daerah endemis &gt;2

Distribusi Proporsi Status Pernikahan Berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Baru Tahun 2013 ……….

Malaria, yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang sehat yang terbebas.. dari penularan malaria pada tahun 2020, seperti target yang tercantum pada. Keputusan Menteri

Data yang dikumpulkan adalah data tentang umur, jenis kelamin, tempat tinggal, riwayat tempat kejadian, dan waktu kejadian setiap penderita malaria di wilayah

Distribusi penderita Hepatitis B rawat inap berdasarkan sosiodemografi (umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan dan tempat tinggal),

Pengukuran faktor-faktor yang berkaitan dengan kejadian malaria dilakukan terhadap kharakteristik responden (umur, jenis kelamin, tempat tinggal dan pekerjaan),