3 53 6 2 1 3 1 1 1 1 1 2 2 2 2 . .
4 14 2 1 1 2 1 1 1 2 2 1 2 1 2 . .
5 38 5 2 2 5 1 1 1 1 1 2 2 2 1 2 1
6 5 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 2 . .
7 2 1 1 2 1 1 1 2 1 2 1 2 1 2 . .
8 4 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 2 . .
9 53 6 2 2 5 1 1 1 1 1 2 2 2 2 . .
10 13 2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 2 1 2 . .
11 57 7 2 1 3 1 1 2 1 1 2 2 2 2 . .
12 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2
13 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2
14 75 7 2 2 6 1 1 2 1 1 2 2 2 2 . .
15 24 3 2 2 6 1 1 1 1 2 1 2 2 2 . .
16 21 3 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2
17 11 2 1 1 2 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1
18 62 7 2 2 6 1 1 1 1 1 1 2 2 2 . .
19 38 5 2 2 5 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1
20 46 6 2 2 3 1 1 2 1 2 2 2 2 2 . .
21 62 7 2 2 6 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1
22 55 7 2 1 4 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 2
23 32 4 2 2 6 1 1 1 1 2 1 2 2 2 . .
32 10 2 1 1 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 . .
33 35 5 2 1 4 1 1 2 1 1 2 2 2 2 . .
34 67 7 2 2 3 1 1 1 2 2 2 2 2 2 . .
35 14 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 . .
36 44 5 2 2 6 1 1 2 1 1 2 2 1 2 . .
37 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 2 2 . .
38 30 4 2 2 5 1 1 2 2 1 1 2 2 2 . .
39 18 3 2 1 2 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1
40 14 2 1 1 2 2 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1
41 51 6 2 2 6 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1
42 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2
43 10 2 1 1 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 . .
44 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 2 . .
45 5 2 1 2 1 2 1 2 1 2 2 2 1 2 . .
46 6 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 . .
47 33 4 2 2 3 1 1 2 1 2 2 2 2 2 . .
48 20 3 2 1 2 1 1 2 1 2 2 2 1 2 . .
49 16 3 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 . .
50 9 2 1 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 . .
51 3 1 1 1 1 2 1 2 1 2 2 2 1 2 . .
52 9 2 1 1 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 . .
53 21 3 2 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 . .
54 10 2 1 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 . .
61 14 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2 . .
62 13 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1
63 19 3 2 1 2 1 1 1 1 2 1 2 2 2 . .
64 21 3 2 1 2 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1
65 35 5 2 2 6 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 2
66 11 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1
67 7 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 . .
68 45 6 2 2 6 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1
69 26 4 2 2 4 1 1 2 1 2 2 2 1 2 . .
70 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 2 1 2 . .
71 21 3 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 . .
72 35 5 2 2 6 1 1 2 1 1 1 2 2 2 . .
73 19 3 2 2 2 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1
74 3 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 2 1 1 1
75 12 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1 2 2 2 . .
76 2 1 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 2 . .
77 56 7 2 2 5 1 1 1 1 2 2 2 2 2 . .
78 50 6 2 2 6 1 1 1 1 2 2 2 2 2 . .
79 45 6 2 2 6 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1
80 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1
90 6 2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 1 1 2 . .
91 6 2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 1 2 2 . .
92 22 3 2 2 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2 . .
93 60 7 2 2 6 1 1 1 1 2 2 2 2 2 . .
94 32 4 2 2 6 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2
95 16 3 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 . .
96 10 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2 . .
97 11 2 1 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 . .
98 55 7 2 1 3 1 1 1 1 2 2 2 2 2 . .
99 25 4 2 2 6 1 1 1 1 1 2 2 2 2 . .
100 31 4 2 2 3 1 1 2 1 1 2 2 2 2 . .
101 14 2 1 2 3 1 1 1 1 2 2 2 2 2 . .
102 52 6 2 1 4 1 1 2 1 2 2 2 2 2 . .
103 62 7 2 2 6 1 1 1 1 2 1 2 2 2 . .
104 61 7 2 1 5 1 1 1 1 2 2 2 2 2 . .
105 25 4 2 2 6 1 1 1 2 2 2 2 2 2 . .
106 52 6 2 2 6 1 1 1 1 2 2 2 2 2 . .
107 14 2 1 2 3 1 1 1 1 2 2 2 2 2 . .
108 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1
109 6 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 . .
110 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 2 1 2 . .
111 3 1 1 2 1 1 1 2 1 2 2 1 1 2 . .
112 40 5 2 1 4 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1
119 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1
120 3 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 2
121 9 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2 2 2 2 . .
122 40 5 2 1 4 1 1 1 1 2 2 2 2 2 . .
123 54 6 2 1 5 1 1 1 1 2 2 2 2 2 . .
124 13 2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 2 1 2 . .
125 12 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 2 1 2 . .
126 56 7 2 2 6 1 1 1 1 1 2 2 2 2 . .
127 10 2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 2 1 2 . .
128 45 6 2 2 6 1 1 2 1 1 2 2 2 2 . .
129 8 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 2 . .
130 15 3 1 1 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 . .
131 19 3 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 . .
132 55 7 2 2 4 1 1 1 1 2 2 2 2 2 . .
133 47 6 2 2 6 1 1 2 1 1 2 2 2 2 . .
134 13 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 . .
135 67 7 2 2 6 1 1 2 1 1 2 2 2 2 . .
Frequency Percent Valid Percent
Umur Penderita Malaria Laki-laki
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Umur Penderita Malaria Perempuan
Frequency Percent Valid Percent
Sekolah 47 34,6 34,6 56,6
Umur Penderita Malaria Positif
Valid Laki-laki 16 57,1 57,1 57,1
Tempat Tinggal Penderita Malaria Positif
Non ACT 9 32,1 32,1 100,0
Total 28 100,0 100,0
Crosstabs
Umur Penderi ta * Jenis Parasit Malaria Crosstabulation
13 0 13 % wit hin Jenis Parasit Malaria
Count
% wit hin Umur Penderita % wit hin Jenis Parasit Malaria
Count
% wit hin Umur Penderita % wit hin Jenis Parasit Malaria
Computed only f or a 2x2 table a.
2 cells (50,0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is ,46.
16 0 16 % wit hin Jenis Parasit Malaria
Count
Expected Count % wit hin Jenis Kelamin % wit hin Jenis Parasit Malaria
Count
Expected Count % wit hin Jenis Kelamin % wit hin Jenis Parasit Malaria
Laki-laki
Prempuan Jenis Kelamin
Total
f alciparum v iv ax Total
Chi-Square Tests
Computed only f or a 2x2 table a.
2 cells (50,0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is ,43.
18 1 19
Computed only f or a 2x2 table a.
2 cells (50,0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is ,32.
Arsin, A.A., 2012. Malaria di Indonesia Tinjauan Aspek Epidemiologi. Masagena Press: Makasar
Budiarto, E., 2003. Pengantar Epidemiologi. Edisi Kedua. EGC: Jakarta.
Dahlan, Sopiyudin.M., 2009. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Salemba Medika: Jakarta.
Darmadi., 2002. Hubungan Kondisi Fisik Rumah dan Lingkungan Sekitar Rumah serta Praktik Pencegahan dengan Kejadian Malaria di Desa Buaran Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara. Semarang. FKM UNDIP.
Depkes R.I., 2003. Modul Surveilans Malaria. Ditjen PPM dan PLP. Jakarta.
————— 2008. Pedoman Tatalaksana Kasus Malaria di Indonesia. Ditjen PPM dan PL. Jakarta.
Dinas Kesehatan Sumatera Utara, 2015. Laporan dan Pengendalian Penyakit Program Malaria Tahun 2015. Dikutip dari http://diskes.sumutprov.go.id/a
rtikel-106-laporan-pengendalian-penyakit-program-malaria-tahun-2015.html. Diakses pada Tanggal 7 Maret 2016.
Dinas Kesehatan Mandailing Natal, 2014. Profil Malaria Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2014. Kantor Pusat Penanggulangan Malaria. Panyabungan.
Gusra, dkk., 2013. Gambaran Penyakit Malaria di Puskesmas Tarusan dan Puskesmas Balai Selasa Kabupaten Pesisir Selatan periode Januari- Maret 2013. Dikutip dari http://jurnal.fk.unand.ac.id.
Gomes, L., 2001. Hubungan Malaria Falciparum dan Vivax pada Ibu Hamil dengan Kejadian Anemia di Kabupaten Purworejo Propinsi Jawa Tengah. http://digib.litbang.depkes.go.id. Program Pascasarjana-UGM,Yogyakarta.
Harijanto, P.N., 2009. Malaria dari Molekuler ke klinis. Edisi kedua. EGC: Jakarta.
Kemenkes R. I., 2011. Epidemiologi Malaria di Indonesia. Ditjen PP dan PL. Jakarta.
2019. Jakarta.
Nasution, H.A., 2005. Study Prevalensi dan Analisis Pelaksanaan Program Pemberantasan Penyakit Malaria di Kecamatan Panyabungan Kota Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2004. Skripsi. Mahasiswa FKM USU. Medan.
Notoatmodjo S, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta.
Novelina, C., 2012. Karakteristik Penderita Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Sambau Batam Kecamatan Nongsa Kota Batam Tahun 2012. Skripsi
Mahasiswa FKM USU. Medan.
Prabowo, A., 2008. Malaria, Mencegah, dan Mengatasinya. Cetakan I. Puspa Swara: Jakarta.
Sari, Arnida., 2013. Karakteristik Penderita Malaria Terhadap Kejadian Malaria di Kecamatan Suka Makmur Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012. Program
S1 Kesehatan Masyarakat U’Budiyah Banda Aceh. Jurnal Kesehatan
Masyarakat.
Sembel, D. T., 2009. Entomologi Kedokteran. ANDI: Yogyakarta.
Silalahi, V., 2011. Karakteristik Penderita Malaria Dengan Parasit Positif Yang Dirawat Inap Di RSD Kolonel Abundjani Bangko Kabupaten Merangin Provinsi Jambi Tahun 2009. Skripsi Mahasiswa FKM USU. Medan.
Suparman, E., 2005. Malaria Pada Kehamilan. Jurnal Cerminan Dunia Kedokteran No 146.Jakarta.
Soedarto, 2009. Pengobatan penyakit parasit. Cetakan Pertama. Sagung Seto: Surabaya.
Soedarto. 2011. Malaria Epidemiologi Global PlasmodiumAnopheles Penatalaksa naan Penderita Malaria. Sugeng Seto: Jakarta.
Sorontou, Y., 2013. Ilmu Malaria Klinik. EGC: Jakarta.
Papua. Loka Litbang P2B2 Banjarnegara, 2006.
Susana, D., 2010. Dinamika Penularan Malaria. UI Press :Jakarta.
Syilviana, W.H., 2010. Karakteristik Penderita Malaria Dengan Parasit Positif Pada Anak di Klinik Malaria Rayon Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2009. Skripsi Mahasiswa FKM USU. Medan.
Timmreck, T.C., 2004. Epidemiologi Suatu Pengantar. Edisi 2. EGC; Jakarta.
Tuti, S., 2004. Malaria Di Pulau Samosir Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara tahun 2003. Buletin Penelitian Kesehatan Vol 32 No 3, 2004 : 93-104.
WHO., 2013. World Malaria Report 2014. http://www.who.int/malaria/media/wor ld _malaria_report_2014/en/Diakses tanggal 5 maret 2016.
WHO. 2014.World Malaria Report 2014.http://www.who.int/malaria/media/world _malaria_report_2014/en/Diakses tanggal 5 maret 2016.
Zulkoni, A., 2010. Parasitologi.Cetakan Pertama. Nuha Medika: Yogyakarta.
Yayan, S., 2006. Analisis Faktor Risiko Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Bosnik Kecamatan Biak Timur Kabupaten Biak Numfor Papua Tahun 2006. Tesis S2. Universitas Diponegoro. Semarang.
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan bersifat deskriptif dengan menggunakan desain
case series.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Panyabungan Jae
Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal. Pemilihan lokasi
penelitian ini dilakukan atas dasar ketersediaan data yang
dibutuhkan tentang penderita malaria, kesedian pihak Puskesmas Panyabungan
Jae Kecamatan Panyabungan dalam memberikan izin penelitian dan Puskesmas
Panyabungan Jae belum pernah dilakukan penelitian tentang karakteristik
penderita malaria tahun 2015.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai pada bulan Maret – Agustus 2016.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data tersangka penderita
malaria yang memiliki hasil pemeriksaan laboratorium di Puskesmas
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari tersangka penderita malaria yang memiliki
hasil pemeriksaan laboratorium di Puskesmas Panyabungan Jae tahun 2015 dan
dianggap mewakili seluruh populasi. Menurut Lameshow Penarikan besar
sampel adalah dengan menggunakan rumus yaitu (Notoadmodjo, 2005):
N
n = ————
1+ N (d )2
Keterangan :
n= besar sampel minimum
d= derajat Penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan 5% (0,05)
N= besar populasi
206
n = ——————
1+ 206 (0,05)2
206
n = ———— 1,515
n =135,97
n= 136
3.4. Teknik Pengambilan Sampel
Sampel dipih dengan cara Systematic Random Sampling yaitu suatu
metode pengambilan sampel, yaitu unsur pertama dipilih secara acak sedangkan
sampel yang dipilih maka dilakukan dengan membagi populasi dan besar sampel
yang diinginkan sehingga diperoleh interval. Populasi 206 dan besar sampel yang
diinginkan 136 penderita, maka diperoleh interval dengan 206: 136 = 1,51atau 2
Sampel pertama diambil secara acak dengan cara mengundi, sampel
selanjutnya adalah sampel dengan interval 2 dan seterusnya yang diambil mulai
dari nomor sampel pertama yang terpilih sampai diperoleh besar sampel yang
dibutuhkan. Jika seluruh sampel telah terambil , maka kartu status penderita
malaria dikembalikan ke dalam kumpulan seluruh rekam medis pasien sesuai
dengan nomor urut semula.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diperoleh dari kartu
status tersangka penderita malaria yang telah memilki hasil pemeriksaan
laboratorium tahun 2015 yang bersumber dari rekam medis pasien rawat jalan
Puskesmas Panyabungan Jae Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing
Natal.
3.6 Analisis Data
Data yang sudah dikumpulkan diolah dengan menggunakan sistem
perangkat lunak komputer. Data dianalisa secara deskriptif, dan diuji secara
statistik dengan Chi Square, kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk tabel
3.7 Definisi Operasional
3.7.1 Tersangka Penderita Malaria
Tersangka Penderita Malaria adalah manusia atau penjamu yang di
diagnosa menderita penyakit malaria dan memilki hasil pemeriksaan laboratorium
di Puskesmas Panyabungan Jae Kecamatan Panyabungan.
3.7.2 Umur
Umur adalah usia penderita malaria saat datang berobat sesuai dengan
yang tercatat di Puskesmas Panyabungan Jae Kecamatan Panyabungan.
Umur dalam penelitian ini dikategorikan atas (Riskesdas, 2013):
1. 1-4 tahun 2. 5-14 tahun 3. 15-24 tahun 4. 25-34 tahun 5. 35-44 tahun 6. 45-54 tahun 7. ≥ 55 tahun
Untuk uji statistik, umur dikategorikan atas (Riskesdas, 2013):
1. < 15 tahun 2. ≥ 15 tahun
3.7.3 Jenis Kelamin
Jenis Kelamin adalah ciri khas (organ reproduksi) yang dimiliki penderita
sesuai yang tercatat dalam kartu status, yang dibedakan atas:
1. Laki-laki 2. Prempuan
3.7.4 Pekerjaan
3. PNS/TNI/POLRI 4. Wiraswasta 5. Petani/Buruh
6. Ibu Rumah Tangga/ IRT
3.7.5 Tempat Tinggal
Tempat tinggal adalah tempat penderita tinggal atau berdomisili menetap
sesuai yang tercatat dalam kartu status, dikelompokkan atas:
1. Panyabungan 2. Luar Panyabungan
3.7.6 Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Hasil Pemeriksaan laboratorium adalah hasil pemeriksaan yang
diperoleh dari laboratorium bertujuan untuk memastikan menderita malaria, yaitu:
1. Malaria Positif 2. Malaria Klinis
3.7.7 Jenis Parasit Malaria
Jenis parasit malaria adalah parasit Plasmodium yang menyebabkan
terjadinya malaria, dikelompokkan atas:
1. Plasmodium falciparum
2. Plasmodium vivax
3.7.8 Gejala Malaria
Gejala malaria adalah keadaan penderita sewaktu datang berobat ke
Puskesmas Panyabungan Jae dan tercatat dalam kartu status, dikelompokkan atas
(Kemenkes R.I, 2011):
1. Demam
6. Diare 7. Batuk
3.7.9 Jenis Pengobatan Malaria
Jenis pengobatan malaria adalah jenis pengobatan yang diberikan kepada
penderita yang bertujuan untuk mendapat kesembuhan klinis dan parasitologik
serta memutuskan rantai penularan sesuai yang tercatat pada kartu status,
dikelompokkan atas:
1. ACT
2. Non ACT
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Lokasi Penelitian
Puskesmas Panyabungan Jae merupakan puskesmas yang terletak di
Kecamatan Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal. Luas wilayah kerja
Puskesmas Panyabungan Jae adalah 11. 689,85 km2 dengan luas gedung adalah
473,20 m2, dapat dilalui oleh semua kenderaan.
Batas wilayah kerja Puskesmas Panyabungan Jae yaitu sebelah utara
berbatasan dengan Kecamatan Panyabungan Utara, sebelah selatan berbatasan
dengan Kecamatan Panyabungan Selatan, sebelah timur berbatasan dengan desa
Sigalapang dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Panyabungan Barat.
Wilayah kerja Puskesmas Panyabungan Jae terdiri dari 9 kelurahan dan 16
desa dan seluruhnya berada di Kecamatan Panyabungan. Dalam upaya memberi
pelayanan kesehatan kepada masyarakat, di wilayah kerja Puskesmas
Panyabungan Jae memilki 3 puskesmas pembantu yaitu Puskesmas Pembantu
Parbangunan terletak di desa Parbangunan atau Aek Godang, Puskesmas
Pembantu Kota Siantar terletak di desa Kota Siantar dan Puskesmas Pembantu
Pidoli terletak di desa Pidoli.
Adapun Visi Puskesmas Panyabungan Jae adalah” Menjadikan Puskesmas
Panyabungan Jae sebagai pusat pelayanan berkualitas pilihan masyarakat di
Kecamatan Panyabungan”. Untuk mencapai visi tersebut Puskesmas Panyabungan
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, tepat waktu, proaktif dan
terintegritas.
2. Menjadikan puskesmas sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat.
3. Menggerakkan masyarakat untuk ikut serta dalam pembangunan kesehatan.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan, Puskesmas Panyabungan jae
didukung oleh 113 tenaga kesehatan yang terdiri:
Tabel 4.1 Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Panyabungan Jae
No Jenis Tenaga Kesehatan Jumlah
4.2 Analisis Deskriptif
4.2.1 Karakteristik Sosiodemografi :Umur, Jenis Kelamin, Pekerjaan, dan Tempat Tinggal
Distribusi proporsi sosiodemografi : umur, jenis kelamin, pekerjaan dan
tempat tinggal tersangka penderita malaria di wilayah kerja Puskesmas
Panyabungan Jae tahun 2015 secara jelas dapat dilihat pada tabel 4.2 dibawah
ini.
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa proporsi tersangka penderita
malaria di Puskesmas Panyabungan Jae tahun 2015 berdasarkan kelompok umur
tertinggi pada kelompok umur 5-14 tahun yaitu 38 orang (27,9%) dan kelompok
umur terendah 35-44 tahun yaitu 12 orang (8,8%). Umur tersangka penderita
malaria termuda adalah 1 tahun dan umur tersangka penderita malaria tertua
adalah 75 tahun.
Berdasarkan jenis kelamin proporsi tersangka penderita malaria di
Puskesmas Panyabungan Jae tahun 2015 tertinggi terdapat pada laki-laki yaitu 71
orang (52,2%) sedangkan perempuan yaitu 65 orang (47,8%).
Berdasarkan pekerjaan proporsi tertinggi tetrsangka penderita malaria di
Puskesmas Panyabungan Jae tahun 2015 tertinggi adalah sekolah yaitu 47 orang
(34,6 %) dan terendah adalah petani yaitu 8 orang (5,9%).
Berdasarkan tempat tinggal proporsi tersangka penderita malaria yang
datang berobat ke Puskesmas Panyabungan Jae tahun 2015 tertinggi adalah
wilayah Panyabungan yaitu 127 orang (93,4%) sedangkan tersangka penderita
malaria yang datang berobat dari wilayah luar Panyabungan yaitu 9 orang
4.2.2 Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Proporsi tersangka penderita malaria berdasarkan hasil pemeriksaan
laboratorium di wilayah kerja Puskesmas Panyabungan Jae tahun 2015 dapat
dilihat pada tabel 4.3
Tabel 4.3 Distribusi Proporsi Tersangka Penderita Malaria Berdasarkan Hasil
Pemeriksaan Laboratorium di Wilayah Kerja Puskesmas
Panyabungan Jae Tahun 2015
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa proporsi tersangka penderita
malaria tertinggi di Puskesmas Panyabungan Jae tahun 2015 berdasarkan hasil
pemeriksaan laboratorium adalah penderita dengan malaria klinis yaitu 108 orang
(79,4%) sedangkan penderita dengan malaria positif yaitu 28 orang (20,6 %).
Jumlah 28 100
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa proporsi penderita malaria
Positif di Puskesmas Panyabungan Jae tahun 2015 berdasarkan sosiodemografi:
umur, jenis kelamin, pekerjaan dan tempat tinggal tertinggi pada umur 1-4 tahun
yaitu 9 orang (32,1%), jenis kelamin pada laki-laki yaitu 16 orang (57,1%),
pekerjaan pada sekolah yaitu 9 orang (32,1%), tempat tinggal di wilayah
Panyabungan yaitu 27 orang (96,4 %).
Tabel 4.4 diatas tidak akan di bahas dalam pembahasan karena penulis
hanya ingin memberikan gambaran tentang penderita malaria positif berdasarkan
4.2.3 Jenis Parasit Malaria
Proporsi penderita malaria positif berdasarkan jenis parasit malaria di
wilayah kerja Puskesmas Panyabungan Jae tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 4.5
dibawah ini.
Tabel 4.5 Distribusi Proporsi Penderita Malaria Positif Berdasarkan Jenis Parasit Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Panyabungan Jae
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa proporsi penderita malaria
positif di Puskesmas Panyabungan Jae tahun 2015 tertinggi berdasarkan jenis
parasit malaria adalah Plasmodium falciparum yaitu 27 orang (96,4%) sedangkan
Plasmodium vivax hanya 1 orang (3,6%).
4.2.4 Gejala Malaria
Proporsi tersangka penderita malaria berdasarkan gejala malaria di
wilayah kerja Puskesmas Panyabungan Jae tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 4.6
dibawah ini.
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa proporsi tersangka penderita
malaria di Puskesmas Panyabungan Jae tahun 2015 berdasarkan gejala malaria
tertinggi adalah demam yaitu 136 orang (100%) dan terendah adalah diare yaitu
20 orang (14,7 %).
4.2.4 Jenis Pengobatan Malaria
Proporsi penderita malaria positif berdasarkan jenis pengobatan malaria
di wilayah kerja Puskesmas Panyabungan Jae tahun 2015 dapat dilihat pada tabel
4.7dibawah ini.
Tabel 4.7 Distribusi Proporsi Penderita Malaria Positif Berdasarkan Jenis Pengobatan Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Panyabungan Jae Tahun 2015
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa proporsi penderita malaria
positif di Puskesmas Panyabungan Jae tahun 2015 berdasarkan jenis pengobatan
tertinggi adalah jenis pengobatan ACT yaitu 19 orang (67,9%) sedangkan jenis
pengobatan Non ACT yaitu 9 orang (32,1%).
4.3 Analisis Bivariat
4.3.1 Umur Penderita Malaria Positif Berdasarkan Jenis Parasit Malaria
Proporsi umur penderita malaria positif berdasarkan jenis parasit malaria
Tabel 4.8 Distribusi Proporsi Umur Penderita Malaria Positif Berdasarkan Jenis Parasit Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Panyabungan Jae Malaria Tahun 2015
No Jenis Parasit
Malaria
Umur (tahun)
Jumlah
≤ 15 tahun ≥ 15 tahun
f % f % f %
1. Plasmodium falciparum 13 48,1 14 51,9 27 100 2. Plasmodium vivax 0 0 1 100 1 100
p= 1
Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa dari 27 penderita malaria
positif dengan Plasmodium falciparum proporsi tertinggi pada kelompok umur ≥
15 tahun yaitu 14 orang (51,9 %) sedangkan penderita malaria positif dengan
Plasmodium vivax hanya terdapat pada kelompok umur ≥ 15 tahun yaitu 1 orang
(100 %).
Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square tidak dapat
digunakan karena ada 2 sel (50 %) dengan frekuensi harapan < 5, maka uji yang
digunakan adalah Exact Fisher. Berdasarkan hasil uji Exact Fisher diperoleh
(p=1), p>0,05 artinya tidak ada perbedaan proporsi umur penderita malaria Positif
dengan jenis parasit malaria.
4.3.2 Jenis Kelamin Penderita Malaria Positif Berdasarkan Jenis Parasit
Malaria
Proporsi jenis kelamin penderita malaria positif berdasarkan jenis parasit
malaria di wilayah kerja Puskesmas Panyabungan Jae tahun 2015 dapat dilihat
Tabel 4.9 Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Malaria Positif Berdasarkan Jenis Parasit Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Panyabungan Jae Tahun 2015
No Jenis Parasit Malaria
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-laki Perempuan
f % f % f %
1. Plasmodium falciparum 16 59,2 11 40,8 27 100 2. Plasmodium vivax 0 0 1 100 1 100
p=0,429 Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa dari 27 penderita malaria
positif dengan Plasmodium falciparum proporsi tertinggi pada jenis kelamin
laki-laki yaitu 16 orang (59,2 %) sedangkan penderita malaria positif dengan
Plasmodium vivax hanya terdapat pada jenis kelamin perempuan yaitu 1 orang
(100 %).
Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square tidak dapat
digunakan karena ada 2 sel (50 %) dengan frekuensi harapan < 5, maka uji yang
digunakan adalah Exact Fisher. Berdasarkan hasil uji Exact Fisher diperoleh
(p=0,429), p>0,05 artinya tidak ada perbedaan proporsi jenis kelamin penderita
malaria Positif dengan jenis parasit malaria.
4.3.3 Jenis Pengobatan Malaria Berdasarkan Jenis Parasit Malaria
Proporsi jenis pengobatan malaria berdasarkan jenis parasit malaria di
wilayah kerja Puskesmas Panyabungan Jae tahun 2015 dapat dilihat pada tabel
Tabel 4.10 Distribusi Proporsi Jenis Pengobatan Malaria Berdasarkan Jenis Parasit Malaria Wilayah Kerja Puskesmas Panyabungan Jae Tahun 2015
No Jenis Parasit
Malaria
Jenis Pengobatan Malaria
Jumlah
ACT Non ACT
f % f % f %
1 Plasmodium falciparum 18 66,7 9 33,3 27 100 2 Plasmodium vivax 1 100 0 0 1 100
p=1
Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa dari 28 penderita malaria
positif yang mendapat pengobatan ACT terbanyak pada Plasmodium falciparum
yaitu 18 orang (66,7 %) dan pengobatan dengan Non ACT pada Plasmodium
falciparum yaitu 9 orang (33,3%), sedangkan proporsi penderita malaria positif
yang mendapat pengobatan ACT dengan Plasmodium vivax hanya 1 orang (100
%).
Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square tidak dapat
digunakan karena ada 2 sel (50 %) dengan frekuensi harapan < 5, maka uji yang
digunakan adalah Exact Fisher. Berdasarkan hasil uji Exact Fisher diperoleh
(p=1), p>0,05 artinya tidak ada perbedaan proporsi jenis pengobatan malaria
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Distribusi Proporsi
5.1.1 Distribusi Proporsi Tersangka Penderita Malaria Berdasarkan Karakteristik Sosiodemografi :Umur, Jenis Kelamin, Pekerjaan, dan Tempat Tinggal
Distribusi proporsi sosiodemografi tersangka penderita malaria di wilayah
kerja Puskesmas Panyabungan Jae tahun 2015 terdiri : umur, jenis kelamin,
pekerjaan dan tempat tinggal.
a. Umur dan Jenis Kelamin
Proporsi tersangka penderita malaria berdasarkan umur dan jenis kelamin
di Puskesmas Panyabungan Jae tahun 2015 dapat dilihat pada gambar 5.1 di
Berdasarkan gambar 5.1 dapat dilihat bahwa proporsi tersangka penderita
malaria berdasarkan kelompok umur tertinggi pada kelompok umur 5-14 tahun
yaitu 54,9 % (laki-laki 39,5 % dan perempuan 15,4%) dan kelompok umur
terendah 35-44 tahun yaitu 17,8 % (laki-laki 7,0 % dan perempuan 10,8%).
Secara umum dapat dikatakan bahwa pada dasarnya setiap orang dapat
terkena malaria. Perbedaan angka kesakitan malaria pada laki-laki dan perempuan
atau pada berbagai golongan umur dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti
kekebalan, status gizi, kebiasaan dan lingkungan tempat tinggal dan hal lainnya
yang mendukung (Sorontou, 2013).
Anak-anak lebih rentan terhadap infeksi parasit malaria dibandingkan
orang dewasa karena imunitas atau daya tahan tubuhnya lebih rendah dari orang
dewasa. Anak < 15 tahun merupakan kelompok terbanyak yang berisiko terkena
malaria ( Harijanto, 2009).
Perilaku nyamuk mencari darah juga ikut menentukan dalam proses
penularan malaria, penularan tidak hanya terjadi di luar rumah oleh nyamuk
golongan eksofagik namun juga terjadi di dalam rumah oleh nyamuk golongan
endofagik, sehingga anak-anak menjadi sasaran utama terhadap serangan penyakit
malaria (Sembel, 2009).
Selain itu kebiasaan anak-anak bermain diluar rumah pada sore atau
malam hari menjadi perilaku yang beresiko untuk tertular oleh malaria.
Anak-anak biasanya bermain dengan teman dan bahkan kebiasaan Anak-anak laki-laki pada
saat bermain hanya mengenakan celana pendek dan tidak mengenakan baju atau
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sulistya (2013) di Kota Bengkulu
Tahun 2012 menemukan dari 248 penderita positif malaria kelompok umur
tertinggi adalah kelompok usia 1-10 tahun yaitu 103 penderita (41,5 %).
b. Pekerjaan
Proporsi tersangka penderita malaria berdasarkan pekerjaan di Puskesmas
Panyabungan Jae tahun 2015 dapat dilihat pada gambar 5.2 di bawah ini.
Gambar 5.2 Diagram Bar Distribusi Proporsi Tersangka Penderita Malaria Berdasarkan Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Panyabungan Jae Tahun 2015
Berdasarkan gambar 5.2 dapat dilihat bahwa proporsi tersangka penderita
Hasil dari penelitian ini di peroleh bahwa penderita malaria terbanyak
pada kelompok umur 5-14 tahun dan merupakan usia sekolah. Hal ini
kemungkinan terjadi karena mulai berkurangnya protektif orangtua kepada
anak-anaknya sehingga kebiasaan saat tidur tidak lagi menggunakan kelambu, atau
menggunakan kelambu yang sudah tidak layak pakai lagi. Kemungkinan
penyebab lain adalah kebiasaan anak yang masih belajar pada malam hari tanpa
menggunakan perlindungan terhadap gigitan nyamuk, sehingga sangat
memungkinkan untuk digigit oleh nyamuk penyebab malaria (Syilviana, 2010).
Hal ini juga diasumsikan bahwa Mandailing Natal merupakan daerah
yang masih tinggi nilai –nilai religious, sehingga Pemerintah daerah mewajibkan
anak < 15 tahun mengikuti belajar membaca al- quran yang dilaksanakan pada
malam hari yaitu mulai jam 19.00 sampai 21.00. Anak-anak tidak langsung
pulang ke rumah masing-masing tapi kebanyakan anak-anak masih bermain
bersama temannya di luar rumah tanpa memakai lotion anti nyamuk, sehingga
berpeluang untuk digigit nyamuk.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sunaryo yang
berjudul “Dinamika PenularanMalaria Di Kabupaten Biak Numfor Provinsi
Papua”. Sunaryo mengatakan bahwa pada saat survey di desa Orwer Puskesmas
Bosnik ditemukan penderita malaria dengan Plasmodium falciparum terbanyak
pada usia sekolah yaitu 42% Sehingga dapat disimpulkan bahwa penularan
c. Tempat Tinggal
Proporsi tersangka penderita malaria berdasarkan tempat tinggal di
Puskesmas Panyabungan Jae tahun 2015 dapat dilihat pada gambar 5.3 di bawah
ini.
Gambar 5.3 Diagram Pie Distribusi Tersangka Proporsi Penderita Malaria Berdasarkan Tempat Tinggal di Wilayah Kerja Puskesmas Panyabungan Jae Tahun 2015
Berdasarkan gambar 5.3 dapat dilihat bahwa proporsi penderita malaria
berdasarkan tempat tinggal tertinggi adalah wilayah Panyabungan yaitu 93,4%
sedangkan wilayah luar Panyabungan yaitu 6,6%.
Hal ini disebabkan wilayah Panyabungan adalah wilayah kerja Puskesmas
Panyabungan Jae, dan Panyabungan merupakan tempat lokasi puskesmas dan
93,4 % 6,6 %
Tempat Tinggal
Panyabungan
belum diterapkan sistem cocok tanam yang serentak sehingga selalu ada
genangan air di areal persawahan yang menjadi tempat yang strategis untuk jentik
nyamuk Anopheles berkembang biak. Hal ini juga di dukung dengan jumlah
kepadatan penduduk yang cukup tinggi dan jarak antar rumah yang terlalu rapat,
banyaknya genangan air sekitar rumah membuat penularan malaria semakin
mudah dan kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan masih
rendah (Susana, 2010).
Penelitian Yawan (2007) dengan desain case control mengatakan bahwa
ada hubungan bermakna antara genangan air dengan kejadian malaria. Hasil
analisis diperoleh nilai OR 3,683 (95% CI : 1,062-12,771). Artinya orang yang
tinggal di rumah dengan keberadaan adanya genangan air disekitar rumah
mempunyai risiko terkena penyakit malaria sebesar 3,683 kali lebih besar
daripada orang yang tinggal di rumah dengan tidak adanya genangan air di sekitar
rumah.
Menurut Prabowo (2008) dalam Novelina, dikatakan bahwa keadaan
lingkungan seperti danau air payau, genangan air, persawahan tambak ikan,
pembukaan hutan, dan pertambangan di suatu daerah berpengaruh besar terhadap
ada tidaknya malaria, dimana hal tersebut akan meningkatkan kemungkinan
timbulnya penyakit malaria karena tempat-tempat tersebut merupakan tempat
5.1.2 Distribusi Proporsi Tersangka Penderita Malaria Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Proporsi tersangka penderita malaria berdasarkan hasil pemeriksaan
laboratorium di Puskesmas Panyabungan Jae tahun 2015 dapat dilihat pada
gambar 5.4 di bawah ini.
Gambar 5.4 Diagram Pie Distribusi Proporsi Tersangka Penderita Malaria Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium di Wilayah Kerja Puskesmas Panyabungan Jae Tahun 2015
Berdasarkan gambar 5.4 dapat dilihat bahwa proporsi tersangka penderita
malaria berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium adalah malaria klinis yaitu
79,4%, sedangkan penderita dengan malaria positif yaitu 20,6 %.
Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa tersangka penderita malaria di
Puskesmas Panyabungan Jae lebih tinggi malaria klinis. Meskipun sudah
79,4 %
20,6 %
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Malaria Klinis (Pemeriksaan Klinis/Fisik)
dilakukan pemeriksaan laboratorium tapi hasilnya tetap negatif atau tidak
ditemukan parasit malaria. Seseorang dapat diketahui terkena malaria adalah
dengan pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh petugas kesehatan dengan melihat
gejala-gejala yang dirasakan penderita seperti demam, menggigil, sakit kepala,
nyeri otot, mual/ muntah,diare, dan batuk. Tetapi gejala ini belum bisa di pastikan
seseorang terkena malaria sebelum dilakukan pemeriksaan darah dilaboratorium
dan masih diduga sebagai malaria klinis. Setelah diperoleh hasilnya maka
dilakukan tindakan seperti pemberian obat. Untuk yang negatif tidak diberikan
OAM (Obat Anti Malaria) tetapi hanya diberikan obat untuk mengobati gejala
yang dirasakan penderita misalnya paracetamol untuk demam. Sedangkan malaria
positif atau ditemukan parasit dalam darah maka diberikan OAM (Puskesmas
Panyabungan Jae, 2015).
Informasi yang diperoleh dari petugas pengelola malaria di Puskesmas
Panyabungan Jae bahwa masyarakat yang mengalami gejala seperti demam,
menggigil mereka langsung membeli obat malaria yang dijual bebas diwarung,
yang masih resisten terhadap parasit malaria dan biasanya masyarakat sebut pil
pahit atau kina, ketika gejala itu masih muncul, lalu mereka pergi berobat ke
puskesmas sehingga ketika di periksa di laboratorium tidak ditemukan parasit
malaria dan di diagnosa sebagai malaria klinis.
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Novelina (2012) di Kota Batam
yang menunjukkan bahwa proporsi penderita malaria terbesar adalah penderita
5.1.3 Distribusi Proporsi Penderita Malaria Positif Berdasarkan Jenis Parasit Malaria
Proporsi penderita malaria positif berdasarkan jenis parasit malaria di
Puskesmas Panyabungan Jae tahun 2015 dapat dilihat pada gambar 5.5 di bawah
ini.
Gambar 5.5 Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Malaria Positif Berdasarkan Jenis Parasit Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Panyabungan Jae Tahun 2015
Berdasarkan gambar 5.5 dapat dilihat bahwa proporsi penderita malaria
positif berdasarkan jenis parasit adalah Plasmodium falciparum yaitu 96,4 %
sedangkan Plasmodium vivax yaitu 3,6%.
Plasmodium falciparum merupakan penyebab malaria tropika, paling
berbahaya dibandingkan dengan jenis Plasmodium lain yang menginfeksi manusia
96,4 % 3,6 %
Jenis Parasit Malaria
Plasmodium falciparum
yaitu Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, dan
Plasmodium ovale.
Plasmodium falciparum jarang sekali terdapat di daerah yang beriklim
dingin, namun paling sering ditemukan pada wilayah beriklim tropis. Plasmodium
vivax mempunyai distribusi geografis yang luas, mulai dari daerah yang beriklim
dingin, subtropik, sampai ke daerah tropik (Andi, 2012). Dari hasil penelitian ini
hanya Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax yang terdapat di
Kabupaten Mandailing Natal.
Hal ini sejalan dengan penelitian Sylviana (2010) di Klinik Malaria Rayon
Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2009 bahwa proporsi penderita
malaria dengan parasit positif pada anak berdasarkan jenis parasit tertinggi adalah
Plasmodium falciparum 99,7% dan plasmosium vivax 0,3%.
Menurut buku profil malaria Kabupaten Mandailing Natal (2015)
disebutkan bahwa jenis nyamuk yang pernah ditangkap di Kelurahan
Sipolu-polu Kecamatan Panyabungan, ditemukan jenis Anopheles nigerimus,dan
Anopheles vagus, seluruh jenis nyamuk ini berkembang biak di daerah
5.1.4 Distribusi Proporsi Tersangka Penderita Malaria Berdasarkan Gejala Malaria
Proporsi tersangka penderita malaria berdasarkan gejala malaria di
Puskesmas Panyabungan Jae tahun 2015 dapat dilihat pada gambar 5.6 di bawah
ini.
Gambar 5.6 Diagram Bar Distribusi Proporsi Tersangka Penderita Malaria Berdasarkan Gejala Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Panyabungan Jae Tahun 2015
Berdasarkan gambar 5.6 dapat dilihat bahwa proporsi tersangka penderita
malaria berdasarkan gejala malaria tertinggi adalah demam yaitu 100 %,
menggigil yaitu 85,3 %, sakit kepala yaitu 56,6 %, nyeri otot yaitu 32,4 %, mual/
muntah yaitu 30,1, batuk yaitu 23,5 % dan diare yaitu 14,7 %.
bukan disebabkan karena malaria, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan
laboratorium untuk mendapatkan diagnosa pasti ( Kemenkes RI, 2011).
Hal ini menunjukkan bahwa tersangka penderita malaria yang berobat ke
Puskesmas Panyabungan Jae pada umumnya datang dengan gejala demam,
menggigil, sakit kepala, nyeri otot, mual/muntah, diare dan batuk. Demam
merupakan gejala yang sering dirasakan tersangka penderita malaria dan demam
merupakan gejala awal yang muncul dari suatu penyakit.
Gejala klinis malaria merupakan keluhan dan tanda klinis yang tampak
dari penderita malaria dan merupakan petunjuk penting dalam diagnosa malaria.
Gejala klinis ini dipengaruhi oleh strain Plasmodium, imunitas tubuh dan jumlah
parasit yang menginfeksi manusia (Harijanto, 2009).
Gejala utama infeksi malaria adalah demam yang diduga berhubungan
dengan proses skizogoni (pecahnya merozoit/ skizon) dan terbentuknya sitokin
atau toksin lainnya.Gambaran karakteristik dari malaria ialah demam periodik
disertai menggigil, berkeringat, anemia dan splenomegali dan sering terdapat
gejala prodormal seperti malaise, sakit kepala/ pusing, nyeri otot, nyeri
epigastrium, mual/ muntah, anoreksia, pada anak- anak disertai gejala diare dan
batuk (Warouw dalam Harijanto,2010).
Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Tuti S. dkk (2004) di Pulau
Samosir tahun 2003, bahwa dilakukan pemeriksaan terhadap penderita malaria
pada anak-anak dan yang menunjukkan proporsi gejala malaria tertinggi adalah
Hal ini sejalan dengan penelitian Silalahi (2011) di RSD Kolonel
Abundjani Bangko Kabupaten Merangin Provinsi Jambi menemukan dari 118
penderita malaria parasit positif mengalami gejala demam yaitu 94,9%.
5.1.5 Distribusi Proporsi Penderita Malaria Positif Berdasarkan Jenis Pengobatan Malaria
Proporsi penderita malaria positif berdasarkan jenis pengobatan malaria di
Puskesmas Panyabungan Jae tahun 2015 dapat dilihat pada gambar 5.7 di bawah
ini.
Gambar 5.7 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Malaria Positif Berdasarkan Jenis Pengobatan Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Panyabungan Jae Tahun 2015
Berdasarkan gambar 5.7 dapat dilihat bahwa proporsi penderita malaria
positif berdasarkan jenis pengobatan malaria tertinggi adalah jenis pengobatan
67,9 % 32,1 %
Jenis Pengobatan Malaria
ACT
OAM (Obat Anti Malaria) hanya diberikan pada penderita malaria positif
atau ditemukan parasit malaria dalam darah penderita. Diagnosis dini dan
pengobatan yang tepat adalah komponen yang utama dari strategi global pada
pemberantasan malaria. Penggunaan obat yang tepat dari obat anti malaria tidak
hanya mempersingkat lamanya penyakit malaria tetapi juga menurunkan insiden
dari komplikasi dan kematian. Selain itu persyaratan obat anti malaria yang ideal
adalah obat mempunyai efek terhadap semua jenis dan stadium parasit, cara
pemakaian yang mudah, harga terjangkau dan ketersediaan, serta efek samping
ringan dan toksisitas rendah. Walaupun kelompok derivat artemisinin (ACT)
sudah dianjurkan digunakan di seluruh dunia, namun tidak dapat membunuh
semua stadium parasit (parasit dalam hati atau hipnozoit dan gametosit matang
(Harijanto, 2009).
Informasi yang diperoleh dari petugas di Puskesmas Panyabungan Jae
bahwa tidak semua penderita malaria dapat diberikan pengobatan dengan ACT
dikarenakan berbagai penyebab terutamanya disesuaikan dengan gejala penderita
pada saat berobat.Obat ACT dapat diberikan kepada penderita dengan gejala berat
yang memiliki imunitas baik. Pemberian ACT memiliki efek samping gangguan
saluran cerna termasuk mual/muntah sehingga penderita malaria yang datang
dengan gejala ada mual/muntah maka tidak diberikan ACT karena akan
menambah rasa mual/muntah tersebut. Alasan lain ACT tidak dapat diberikan
karena terkadang persediaan obat ACT yang terbatas di puskesmas. Oleh karena
itu, petugas di Puskesmas Panyabungan Jae memberikan pengobatan non-ACT
5.2Analisis Bivariat
5.2.1 Umur Penderita Malaria Positif Berdasarkan Jenis Parasit Malaria
Proporsi umur penderita malaria positif berdasarkan jenis parasit malaria
di Puskesmas Panyabungan Jae tahun 2015 dapat dilihat pada gambar 5.8 di
bawah ini.
Gambar 5.8 Diagram Bar Distribusi Proporsi Umur Penderita Malaria Positif Berdasarkan Jenis Parasit Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Panyabungan Jae Tahun 2015
Berdasarkan gambar 5.8 dapat dilihat bahwa proporsi umur penderita
malaria positif berdasarkan jenis parasit malaria dapat diketahui bahwa dari 27
penderita malaria positif dengan Plasmodium falciparum proporsi tertinggi pada
kelompok umur ≥ 15 tahun yaitu 51,9 % sedangkan penderita malaria positif
Umur Berdasarkan Jenis Parasit Malaria
Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square tidak dapat
digunakan karena ada 2 sel (50 %) dengan frekuensi harapan < 5, maka uji yang
digunakan adalah Exact Fisher. Berdasarkan hasil uji Exact Fisher diperoleh
(p=1), p>0,05 artinya tidak ada perbedaan proporsi umur penderita malaria Positif
dengan jenis parasit malaria.
Secara umum, dapat dikatakan bahwa pada dasarnya semua orang dapat
terkena malaria. Perbedaan angka kesakitan malaria pada berbagai golongan umur
dapat disebabkan oleh faktor lain seperti kekebalan, status gizi, kebiasaan,
lingkungan tempat tinggal dan hal lainya yang mendukung. Namun dalam
penelitian ini penderita malaria dengan parasit malaria lebih tinggi pada kelompok
umur ≥ 15 tahun yaitu penderita malaria dengan Plasmodium falciparum dan
Plasmodium vivax.
Kelompok umur ≥ 15 tahun merupakan kelompok umur produktif yang
memiliki peluang lebih besar terkena malaria, hal ini berkaitan dengan akitivitas
di luar rumah lebih banyak pada orang dewasa dibandingkan anak-anak,
khususnya perilaku dan kebiasaan melakukan aktifitas diluar rumah pada malam
hari, sebagaimana teori yang mengatakan bahwa kebiasaan untuk berada di luar
rumah sampai larut malam, dimana vektornya bersifat eksofilik dan eksofagik
akan memudahkan gigitan nyamuk.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Gusra, dkk (2013) di Puskesmas
Tarusan dan Puskesmas Balai Selasa Kabupaten Pesisir Selatan selama bulan
Januari sampai Maret 2013 diperoleh bahwa proporsi insiden malaria terbanyak
5.2.2 Jenis Kelamin Penderita Malaria Positif Berdasarkan Jenis Parasit Malaria
Proporsi jenis kelamin penderita malaria positif berdasarkan jenis parasit
malaria di puskesmas panyabungan jae tahun 2015 dapat dilihat pada gambar 5.9
di bawah ini.
Gambar 5.9 Diagram Bar Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Malaria Positif Berdasarkan Jenis Parasit Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Panyabungan Jae Tahun 2015
Berdasarkan gambar 5.9 dapat dilihat bahwa proporsi jenis kelamin
penderita malaria positif berdasarkan jenis parasit malaria dapat diketahui bahwa
dari 27 penderita malaria positif dengan Plasmodium falciparum proporsi
tertinggi pada jenis kelamin laki-laki yaitu 59,2 %, sedangkan penderita malaria
positif dengan Plasmodium vivax terdapat pada jenis kelamin perempuan yaitu
59,2 %
Jenis Kelamin Penderita Malaria Positif Berdasarkan Jenis Parasit Malaria
Laki-laki
Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square tidak dapat
digunakan karena ada 2 sel (50 %) dengan frekuensi harapan < 5, maka uji yang
digunakan adalah Exact Fisher. Berdasarkan hasil uji Exact Fisher diperoleh
(p=0,429), p>0,05 artinya tidak ada perbedaan proporsi jenis kelamin penderita
malaria positif dengan jenis parasit malaria.
Secara Umum, infeksi malaria tidak membedakan jenis kelamin laki-laki
dan perempuan. Semua jenis parasit malaria akan menginfeksi semua orang tanpa
membedakan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Namun dalam penelitian ini
lebih tinggi menginfeksi pada laki-laki.
Hal ini diasumsikan laki- laki banyak terkena malaria karena nyamuk
Anopheles mempunyai keaktifan menggigit pada malam hari dan juga perilaku
laki-laki sering beraktifitas di luar rumah pada malam hari karena pekerjaan atau
kebiasaan. Laki- laki memiliki kebiasaan keluar rumah sampai larut malam untuk
ronda atau begadang di malam hari hanya sekedar senda gurau, hal ini dilakukan
untuk melepas kepenatan setelah bekerja seharian.
Menurut Darmadi (2002) berada di luar rumah pada malam hari antara
pukul 21.00 s/d 22.00 berhubungan erat dengan kejadian malaria, karena
frekuensi mengisap darah jam tersebut tinggi terutama pada laki-laki yang tinggal
di pedesaan yang memilki kebiasaan memeriksa air sawah dan sering melakukan
ronda malam.
Hal ini sejalan dengan penelitian Sari (2013) di Kecamatan Suka Makmur
Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012 diperoleh bahwa dari 42 responden penderita
5.2.3Jenis Pengobatan Malaria Berdasarkan Jenis Parasit Malaria
Proporsi jenis pengobatan malaria berdasarkan jenis parasit malaria di
Puskesmas Panyabungan Jae tahun 2015 dapat dilihat pada gambar 5.10 di bawah
ini.
Gambar 5.10 Diagram Bar Distribusi Proporsi Jenis Pengobatan Malaria Berdasarkan Jenis Parasit Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Panyabungan Jae Tahun 2015
Berdasarkan gambar 5.10 dapat dilihat bahwa proporsi jenis pengobatan
malaria berdasarkan jenis parasit malaria dapat diketahui bahwa dari 27 penderita
malaria yang mendapat pengobatan ACT proporsi tertinggi pada Plasmodium
falciparum yaitu 66,7 %, dan pengobatan ACT dengan Plasmodium vivax yaitu
J
enis Pengobatan Malaria Berdasarkan Jenis Parasit MalariaACT
Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square tidak dapat
digunakan karena ada 2 sel (50 %) dengan frekuensi harapan < 5, maka uji yang
digunakan adalah Exact Fisher. Berdasarkan hasil uji Exact Fisher diperoleh
(p=1), p>0,05 artinya tidak ada perbedaan proporsi jenis pengobatan malaria
dengan jenis parasit malaria.
Hasil ini sejalan dengan pedoman WHO yang merekomendasikan untuk
pengobatan malaria secara global dengan penggunaan obat ACT (Artemisinin
Combination Therapy). Sejak tahun 2004 komisi ahli malaria dari Depkes RI
sepakat dan menyetujui penggunaan obat ACT sebagai obat lini I di seluruh
Indonesia. Pada tahun 2009 Depkes RI telah mempersiapkan obat ACT baru,
yaitu kombinasi DHP (Dihidroartemisinin Piperakuin) sebagai dosis tetap dan
kombinasi ini efektif terhadap Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax.
Puskesmas Panyabungan Jae menggunakan DHP sebagai obat antimalaria dari
golongan ACT.
ACT merupakan obat antimalaria yang efektif, radikal, membunuh semua
stadium parasit yang ada di dalam tubuh. Tujuan dari pengobatan adalah
penyembuhan klinis, parasitologik dan memutuskan rantai penularan.Penggunaan
obat ACT ini harus disertai dengan ditemukannya parasit malaria secara
mikroskopik atau dengan pemeriksaan RDT (Rapid Diagnostic Test)
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
6.1.1 Proporsi tersangka penderita malaria berdasarkan sosiodemografi tertinggi
pada kelompok umur 5-14 tahun yaitu 27,9%, jenis kelamin pada
laki-laki yaitu 52,2%, pekerjaan pada sekolah yaitu 34,6 %, dan tempat tinggal
di wilayah Panyabungan yaitu 93,4%.
6.1.2 Proporsi tersangka penderita malaria berdasarkan hasil pemeriksaan
laboratorium tertinggi adalah penderita dengan malaria klinis yaitu 79,4%.
6.1.3 Proporsi penderita malaria positif berdasarkan jenis parasit malaria tetinggi
adalah Plasmodium falciparum yaitu 96,4 %.
6.1.4 Proporsi tersangka penderita malaria berdasarkan gejala malaria tertinggi
adalah demam yaitu 100%.
6.1.5 Proporsi penderita malaria positif berdasarkan jenis pengobatan malaria
tertinggi adalah jenis pengobatan ACT yaitu 67,9%.
6.1.7 Tidak ada perbedaan proporsi umur penderita malaria positif berdasarkan
jenis parasit malaria (p=1).
6.1.8 Tidak ada perbedaan proporsi jenis kelamin penderita malaria positif
berdasarkan jenis parasit malaria (p=0,429).
6.1.9 Tidak ada perbedaan proporsi jenis pengobatan malaria berdasarkan jenis
6.2 Saran
6.2.1 Tingginya proporsi penderita malaria pada kelompok umur 5-14 tahun,
maka disarankan kepada orang tua agar meningkatkan perlindungan
terhadap anak dari penyakit malaria. Misalnya menggunakan kelambu
pada saat anak tidur agar terhindar dari gigitan nyamuk, membersihkan
sarang- sarang pembiakan nyamuk disekitar rumah terutama adanya
genangan air dan tempat- tempat penampungan air, membiasakan tidak
menggantung baju yang sudah dipakai di dalam rumah.
6.2.2 Diharapkan kepada pihak Puskesmas Panyabungan Jae agar meningkatkan
penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat tentang pencegahan malaria
dan menganjurkan kepada masyarakat agar selalu memakai kelambu
berinsektisida pada saat tidur dan memberikan informasi tentang
2.1 Definisi Malaria
Malaria adalah penyakit yang telah lama diketahui sejak zaman Yunani.
Penyakit ini memiliki tanda yang khas yaitu demam yang naik turun dan teratur
disertai menggigil. Febris tersiana dan febris kuartana telah dikenal pada masa itu.
Selain menyebabkan limpa membesar dan mengeras atau Splenomegali, malaria
dahulu disebut demam kura (Sorontou, 2013 ).
Walaupun malaria telah lama dikenal, namun penyebab malaria belum di
ketahui. Dahulu, penyakit malaria diduga disebabkan oleh kutukan dewa seiring
wabah yang terjadi pada waktu itu disekitar Kota Roma. Penyakit malaria banyak
ditemukan di daerah rawa-rawa yang mengeluarkan bau busuk disekitarnya.
Sehingga menjadi dasar penamaan malaria. Malaria berasal dari bahasa Italia
yaitu mal (buruk) dan area (udara) sehingga diartikan bahwa malaria adalah udara
buruk atau penyakit yang sering terjadi pada daerah dengan udara buruk akibat
lingkungan yang buruk (Zulkoni, 2010).
Abad ke-19 Laveran menemukan “bentuk pisang”dalam darah seorang
penderita malaria, setelah itu diketahui bahwa malaria disebabkan oleh
Plasmodium yang ditularkan oleh nyamuk. Pada tahun 1898, siklus hidup
Plasmodium di dalam tubuh dipelajari oleh Ross dan Binagmi. Pada tahun 1900
Manson membuktikan bahwa nyamuk adalah vektor yang menularkan penyakit
malaria. Tahun 1984-1954, siklus plasmodium diteliti secara mendalam dan
Plasmodium, yaitu plasmodium falciparum, plasmodium vivax, plasmodium
ovale, dan plasmodium malariae (Sembel, 2009).
Malaria adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh protozoa
obligat intraseluler dari genus plasmodium, Penyakit ini secara alami ditularkan
oleh gigitan nyamuk Anopheles betina (Arsin, 2012). Plasmodium malaria hidup
dan berkembang dalam sel darah merah (eritrosit), menyerang semua orang baik
laki-laki ataupun perempuan pada semua golongan umur dari bayi, anak-anak dan
orang dewasa. Parasit ini ditularkan dari satu orang ke orang lainnya melalui
gigitan nyamuk Anopheles betina (Kemenkes R.I, 2014).
2.2 Etiologi Malaria
Penyakit malaria disebabkan oleh Plasmodium sp yang merupakan parasit
dari kelompok Protozoa, genus Plasmodium, family Plasmodiidae, ordo
Coccidiidae. Plasmodium dengan spesies yang menginfeksi manusia adalah
Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, Plasmodium
ovale (Arsin, 2012). Baru-baru ini melalui metode Polymerase Chain Reaction
(PCR) ditemukan jenis Plasmodium lain yaitu Plasmodium knowlesi. Plasmodium
ini masih dalam proses penelitian dan ditemukan pertama kali di Sabah.
Reservoar utama Plasmodium ini adalah kera ekor panjang atau Macaca Sp
(Kemenkes R.I, 2014).
Morfologi Plasmodium dalam darah manusia memilki sitoplasma dengan
bentuk tidak teratur pada berbagai stadium pertumbuhan dan mengandung
metabolisme parasit dengan bahan-bahan dari eritrosit, dan pigmen ini tidak ada
pada parasit eksoerotrositik yang terdapat dalam sel hati. Gametosit dapat
dibedakan dari tropozoit tua karena sitoplasma lebih padat, tidak ada pembelahan
kromatin dan pigmen yang tersebar dibagian tepi.
Tropozoit muda tampak sebagai cincin dengan inti pada satu sisi, sehingga
merupakan cincin stempel, bila tropozoit tumbuh maka bentuknya tidak teratur
dan setelah 36 jam tropozoit mengisi sel darah merah (eritrosit), setengah sel
darah merah akan membesar dan intinya membelah menjadi skizon. Setelah 48
jam skizon mengisi sel darah hingga penuh dan mencapai ukuran 8-10 mikron dan
mengalami segmentasi. Pigmen berkumpul dipinggir, inti yang membelah dengan
bagian-bagian sitoplasma membentuk 16-18 sel berbentuk bulat atau lonjong,
berdiameter 1,5 mikron dan disebut merozoit (Arsin, 2012).
Plasmodium ditemukan di dalam sel-sel parenkim hati adalah skizon
preeritrositik dengan ukuran dan jumlah merozoit di dalamnya yang berbeda.
Skizon preeritrositik pada Plasmodium vivax berisi 12.000 merozoit yang
berukuran sekitar 42 mikron, Plasmodium falciparum 40.000 merozoit berukuran
60x30 mikron, Plasmodium ovale memiliki 15.000 berukuran 75x45 mikron dan
Plasmodium malariae skizon preeritrositik belum pernah ditemukan (Sorontou,
2013).
2.3 Siklus Hidup Plasmodium
Plasmodium malaria mempunyai dua host untuk siklus hidupnya, yaitu
tubuh manusia yang disebut Skizogoni, dan siklus Seksual yang membentuk
Sporozoit berlangsung dalam tubuh nyamuk disebut Sporogoni (Arsin, 2012).
2.3.1 Siklus Seksual (Sporogoni)
Siklus sporogoni disebut siklus seksual karena menghasilkan bentuk
sporozoit yang siap ditularkan ke manusia, terjadi dalam tubuh nyamuk. Siklus ini
disebut juga siklus ekstrinsik karena masuknya gametosit ke dalam tubuh nyamuk
hingga menjadi sporozoit yang terdapat di dalam kelenjar ludah nyamuk.
Gametosit yang masuk ke dalam bersama darah, tidak dicernakan bersama darah
lain. Dalam waktu 12 sampai 24 jam setelah nyamuk mengisap darah, zigot
berubah bentuk menjadi ookinet yang dapat menembus dinding lambung dan akan
berubah menjadi ookista yang besarnya lima kali lebih besar dari ookinet. Di
dalam ookista dibentuk ribuan sporozoit, dengan pecahnya ookista, sprozoit
dilepaskan ke dalam rongga badan dan bergerak ke seluruh jaringan nyamuk.
Ketika nyamuk sedang menusuk manusia, sporozoit masuk ke dalam darah dan
jaringan dan awal terjadinya siklus eritrositik (Susana, 2010).
2.3.2 Siklus Aseksual (Skizogoni)
Siklus aseksual (Skizogoni) terjadi dalam tubuh manusia. Siklus aseksual
terbagi menjadi dua siklus, yaitu siklus dalam sel darah merah (Skizogoni
Eritrosit) dan siklus dalam parenkim hati (Skizogoni Eksoeritrosit).
1) Fase Hati (Skizogoni Eksoeritrosit)
Sporozoit infektif dari kelenjar ludah nyamuk Anopheles akan masuk ke
menjadi skizon dan mengalami pembelahan yang menghasilkan merozoit di
dalam satu sel hati (Susana, 2010). Dalam waktu 7-21 hari parasit akan tumbuh
dan berkembang biak, sehingga memenuhi seluruh sel hati. Selanjutnya sel hati
pecah dan parasit masuk ke aliran darah, menginfeksi sel darah merah (eritrosit).
Hal ini berlaku untuk infeksi Plasmodium falciparum dan Plasmodium
malariae. Pada infeksi Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale, sejumlah
parasit tetap berada dalam hati dan tidak berkembang (dorman). Parasit yang
dorman ini dapat menyebabkan kekambuhan pada pasien dengan infeksi
Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale (Kemenkes R.I, 2011).
2) Fase Sel darah merah (Skizogoni Eritrosit)
Pada saat merozoit dalam sel hati pecah, maka akan membebaskan
Tropozoit yang akan menginfeksi sel darah merah dan tumbuh menjadi skizon
muda. Skizon muda akan matang dan membelah menjadi banyak merozoit.
Kemudian sel darah merah pecah dan merozoit, pigmen dan residu keluar serta
masuk ke dalam plasma darah. Parasit ada yang masuk sel darah merah lagi untuk
mengulangi siklus skizogoni. Beberapa merozoit yang memasuki eritrosit tidak
membentuk skizon, tetapi membentuk gametosit yaitu stadium seksual. Parasit
malaria yang masuk ke dalam tubuh manusia dalam bentuk sporozoit dan apabila
terhisap oleh nyamuk Anopheles sp betina siap melakukan perkembangbiakan
Gambar 2.3 Siklus Hidup Plasmodium Malaria
Masa inkubasi adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk sampai
timbulnya gejala klinis yang ditandai dengan demam. Sedangkan masa prepaten
adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk sampai parasit dapat di deteksi dalam
darah yaitu dengan melakukan pemeriksaan mikroskopik (Kemenkes R.I, 2008).
Masa inkubasi bervariasi pada setiap Plasmodium, untuk Plasmodium
falciparum sekitar 9-14 hari, Plasmodium vivax sekitar 12-17 hari, Plasmodium
ovale sekitar 16-18 hari,Plasmodium malariae sekitar 18-40 hari (Harijanto,2009)
2.4 Cara Penularan Malaria
Penularan malaria terjadi melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang
2.4.1 Penularan Secara Alamiah
Penularan ini terjadi melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang
infektif. Saat nyamuk menggigit orang yang sakit malaria, maka parasit akan ikut
terhisap bersama darah penderita malaria. Di dalam tubuh nyamuk parasit
berkembang dan bertambah banyak, kemudian nyamuk menggigit orang sehat dan
melalui gigitan tersebut parasit ditularkan ke orang lain (Achmadi, 2008).
Malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles dari orang sakit
kepada orang yang sehat, orang yang sakit malaria dapat menjadi sumber
penularan penyakit malaria (Kemenkes R.I, 2011).
2.4.2 Penularan Secara Tidak Alamiah
Penularan penyakit malaria terjadi tidak langsung melalui gigitan nyamuk
Anopheles infektif kepada manusia, tetapi dengan cara yaitu:
a. Malaria Bawaan (Kongenital)
Penularan terjadi pada bayi yang dilahirkan melalui tali pusat dan
plasenta. Plasenta berfungsi sebagai sumber makanan bagi janin, juga mempunyai
fungsi sebagai protective barrier dari berbagai kelainan yang terdapat dalam
darah ibu sehingga parasit malaria akan ditemukan di plasenta bagian maternal
dan hanya dapat masuk ke sirkulasi janin bila terdapat kerusakan plasenta
(Suparman, 2005).
Prevalensi malaria plasenta biasanya ditemukan lebih tinggi daripada
malaria pada sediaan darah tepi wanita hamil, hal ini karena plasenta merupakan
tempat parasit bermultiplikasi. Disebabkan karena ibunya menderita malaria dan