KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA DI KOTA DUMAI TAHUN 2005-2009
SKRIPSI
Oleh:
WILMA PANGGABEAN NIM. 061000164
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA DI KOTA DUMAI TAHUN 2005-2009
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh:
WILMA PANGGABEAN NIM. 061000164
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi dengan Judul :
KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA DI KOTA DUMAI TAHUN 2005-2009
Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh:
Ketua Penguji
Prof. dr.Nerseri Barus, MPH. NIP. 19450817 197302 2 001
Penguji II
WILMA PANGGABEAN NIM: 061000164
Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 24 Juni 2010 dan
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima
Tim Penguji
Penguji I
drh. Hiswani, MKes NIP. 19650112 199402 2 001
Drs. Jemadi, MKes NIP. 19640404 199203 1 005
Penguji III
NIP. 19590818 198503 2 002
Medan, Juni 2010
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Dekan,
dr. Ria Masniari Lubis, MSi
drh. Rasmaliah, MKes
ABSTRAK
Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium melalui perantaraan tusukan (gigitan) nyamuk Anopheles sp infektif. API Indonesia selama tahun 2008 sebesar 3,82‰, tahun 2007 sebesar 3,10‰. Di Kota Dumai tahun 2005-2009 tercatat 5.472 penderita malaria.
Untuk mengetahui karakteristik penderita malaria di Kota Dumai tahun 2005-2009, dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series. Populasi 5.472 data penderita dan sampel penelitian 373 data penderita yang diambil secara simple random sampling per wilayah kerja Puskesmas.
Trend penderita malaria berdasarkan data tahun 2005-2009 menunjukkan penurunan dengan persamaan garis Y = 1.170 – 25,2X. Proporsi tertinggi sosiodemografi pada kelompok umur 26-33 tahun 23,6%, laki-laki 63,3%, Melayu 67%, Islam 86,3%, dan petani 35,4%. AMI tertinggi wilayah kerja Puskesmas Sungai Sembilan 155,35‰, malaria positif 50,4%, Plasmodium vivax 31,1%.
Tidak ada perbedaan yang bermakna proporsi jenis diagnosa malaria berdasarkan kecamatan (p=0,312), umur berdasarkan penyebab malaria (p=0,302), jenis kelamin berdasarkan penyebab malaria (p=0,88). Tidak dapat dilakukan uji statistik penyebab malaria berdasarkan kecamatan dengan uji Chi Suare karena ada frekuensi harapan <5.
Sebaiknya Kecamatan Sungai Sembilan sebagai daerah yang endemisitasnya tinggi lebih diperhatikan oleh Kepala Wilayah Kecamatan Sungai Sembilan beserta Dinas Kesehatan Kota Dumai.
ABSTRACT
Malaria is a disease caused by parasites of the genus Plasmodium through the intercession of a puncture (bite) infective Anopheles sp. API Indonesia during the year 2008 amounted to 3,82 ‰, the year 2007 amounted to 3,10 ‰. There are 5.472 malaria data in Dumai City in 2005-2009.
To determine the characteristics of malaria patients in Dumai City in 2005-2009, doing research with a descriptive case series design. The population 5.472 of patient data and sample 373 of patient data are taken by simple random sampling per work area of Health Center.
The trend of malaria patients based on data for 2005-2009 showed a decrease with the line equation Y = 1170 to 25.2 X. Sociodemographic highest proportion in the age group 26-33 years 23,6%, male 63,3%, 67% Malays, Muslim 86,3%, and 35,4% of farmer. The highest AMI in work area Health Center of Sungai Sembilan 155,35 ‰, positive malaria 50,4%, Plasmodium vivax 31,1%.
There was no significant difference in the proportion of malaria diagnosis based on district (p=0,312), age based on cause of malaria (p=0,302) and gender based on cause of malaria (p=0,88). There is no statistical test can be done cause of malaria based on district with Chi Suare because there are expected frequency <5.
District of Sungai Sembilan as an area of high endemicity should get more attention by district leader of Sungai Sembilan District and Health Department of Dumai City.
RIWAYAT HIDUP PENULIS
1. Nama : Wilma Panggabean
2. Tempat/ Tgl Lahir : Duri/ 01 November 1988
3. Agama : Kristen Protestan
4. Anak ke : 1
5. Nama Ayah : J. Panggabean
6. Nama Ibu : A. Hutapea
7. Alamat : Jl. Sultan Hasannudin No. 20 Dumai
8. Riwayat Pendidikan
a. Tahun 1993 – 2000 : SD Santo Tarcisius Dumai b. Tahun 2000 – 2003 : SLTP Santo Tarcisius Dumai
c. Tahun 2003 – 2006 : SMA N Binaan Khusus Dumai
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul :
“ Karakteristik Penderita Malaria Di Kota Dumai Tahun 2005-2009”.
Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH, selaku Ketua Departemen Epidemiologi FKM USU.
3. Ibu Prof. dr. Nerseri Barus, MPH, selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak
memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
4. Bapak Drs. Jemadi, MKes, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
6. Ibu drh. Rasmaliah, MKes, selaku Dosen Penguji II yang telah banyak
memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini. 7. Bapak dr. Surya Dharma, MPH, selaku Dosen Penasihat Akademik.
8. Para dosen dan pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.
9. Bapak dr. Desio Isanov, MARS, selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota Dumai
yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Kota Dumai.
10.Ibu Romauli Tambunan, SKM, yang telah banyak memberikan bantuan dan
bimbingan kepada penulis selama penelitian di Dinas Kesehatan Kota Dumai. 11.Bapak dan Ibu tercinta, adik-adikku tersayang Fanry Haholongan Panggabean,
Grasela Panggabean, Elsya Yolanda Panggabean, Deo Feliks Panggabean, pamanku K. Panggabean serta saudaraku semuanya atas doa, dukungan dan semangat yang telah diberikan kepada penulis.
12.Rekan-rekan peminatan Epidemiologi dan sahabat-sahabatku di FKM USU atas doa, bantuan dan semangat yang telah diberikan kepada penulis.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan penelitian
selanjutnya.
Medan, Juni 2010
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Persetujuan ... i
Abstrak ... ii
Riwayat Hidup ...iv
Kata Pengantar ... v
Daftar Isi ... viii
Daftar Tabel ...xi
Daftar Gambar ... xii
Daftar Lampiran... xiii
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 5
1.3.1. Tujuan Umum... 5
1.3.2. Tujuan Khusus ... 5
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1. Definisi malaria ... 7
2.2. Agent Penyakit Malaria ... 8
2.2.1. P.falciparum ... 8
2.2.2. P.vivax ... 8
2.2.3. P.malariae ... 8
2.2.4. P.ovale ... 8
2.3. Patogenesis Malaria ... 10
2.4. Gejala Malaria ... 10
2.5.1. Stadium dingin ... 11
2.5.2. Stadium Demam ... 12
2.5.3. Stadium Berkeringat ... 12
2.5. Penularan Malaria ... 14
2.5.1. Penularan secara alamiah ... 14
2.5.1. Penularan yang tidak alamiah ... 15
2.6. Epidemiologi Penyakit Malaria ... 16
2.6.1. Distribusi Frekuensi Malaria ... 16
2.6.2. Determinan Malaria ... 19
2.7. Pencegahan Malaria ... 26
2.7.1. Pencegahan Primer ... 26
2.7.2. Pencegahan Sekunder ... 29
BAB 3. KERANGKA KONSEP ... 33
3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 33
3.2. Definisi Operasional ... 33
BAB 4. METODE PENELITIAN... 36
4.1. Jenis Penelitian ... 36
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36
4.2.1. Lokasi Penelitian ... 36
4.2.2. Waktu Penelitian ... 36
4.3. Populasi dan Sampel ... 36
4.4. Teknik Pengambilan Sampel ... 37
4.5. Metode Pengumpulan Data Analisa Data ... 38
4.5. Analisa Data... 39
BAB 5. HASIL PENELITIAN ... 40
5.1. Gambaran Umum Kota Dumai ... 40
5.2. Distribusi Proporsi Penderita Malaria Berdasarkan Tahun ... 42
5.3. Distribusi Proporsi Penderita Malaria Berdasarkan Sosiodemografi ... 43
5.4. Distribusi Proporsi Penderita Malaria Berdasarkan Diagnosa ... 45
5.5. Distribusi Proporsi Penderita Malaria Berdasarkan Penyebab (Agent) ... 46
5.6. Analisis Bivariat... 46
5.6.1. Distribusi Proporsi Jenis Diagnosa Malaria Berdasarkan Tempat Tinggal Penderita Malaria ... 46
5.6.2. Distribusi Proporsi Umur Penderita Malaria Berdasarkan Penyebab Malaria ... 47
5.6.3. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Malaria Berdasarkan Penyebab Malaria ... 48
5.6.4. Distribusi Proporsi Penyebab Malaria Berdasarkan Kecamatan ... 49
BAB 6. PEMBAHASAN ... 51
6.1. Trend Penderita Malaria Berdasarkan Tahun ... 51
6.2. Distribusi Proporsi Penderita Malaria Berdasarkan Sosiodemografi ... 52
6.2.1. Umur dan Jenis Kelamin ... 52
6.2.2. Suku... 53
6.2.3. Agama ... 54
6.2.4. Pekerjaan ... 55
6.5. Distribusi Proporsi Penderita Malaria Berdasarkan Penyebab ... 59
6.6. Analisa Statistik ... 61
6.6.1. Distribusi Proporsi Diagnosa Malaria Berdasarkan Kecamatan ... 61
6.6.2. Distribusi Proporsi Umur Penderita Malaria Berdasarkan Penyebab Malaria ... 62
6.6.3. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Malaria Berdasarkan Penyebab Malaria ... 63
6.6.4. Distribusi Proporsi Penyebab Malaria Berdasarkan Tempat Tinggal Penderita Malaria ... 64
BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN ... 66
7.1. Kesimpulan ... 66
7.2. Saran ... 67
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, Jumlah Kepala Keluarga serta Kepadatan Berdasarkan Kecamatan di Kota Dumai Tahun 2009 ... 41 Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita Malaria Berdasarkan Tahun di Kota
Dumai Tahun 2005-2009 ... 42 Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Malaria Berdasarkan Umur dan Jenis
Kelamin di Kota Dumai Tahun 2005-2009 ... 43
Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita Malaria Berdasarkan Suku Bangsa, Agama, dan Pekerjaan, di Kota Dumai Tahun 2005-2009... 44
Tabel 5.5. Distribusi Annual Malaria Incidence (AMI) Penderita Malaria Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas di Kota Dumai Tahun 2005-2009 ... 45 Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita Malaria Berdasarkan Jenis Diagnosa
di Kota Dumai Tahun 2005-2009 ... 45
Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Penderita Malaria Berdasarkan Penyebab di Kota Dumai Tahun 2005-2009 ... 46
Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Jenis Diagnosa Malaria Berdasarkan Kecamatan di Kota Dumai Tahun 2005-2009 ... 46
Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Umur Penderita Malaria Berdasarkan Penyebab Malaria Positif di Kota Dumai Tahun 2005 -2009 ... 47
Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Malaria Berdasarkan Penyebab Malaria Positif di Kota Dumai Tahun 2005-2009 ... 48 Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Penyebab Malaria Positif Berdasarkan
Kecamatan di Kota Dumai Tahun 2005-2009 ... 49 Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Penyebab Malaria Positif Berdasarkan
DAFTAR GAMBAR
Gambar 6.1. Grafik Distribusi Penderita Malaria Berdasarkan Tahun di Kota Dumai Tahun 2005-2009 ... 51 Gambar 6.2. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Malaria Berdasarkan
Umur dan Jenis Kelamin di Kota Dumai Tahun ... 52 Gambar 6.3. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Malaria Berdasarkan
Suku di Kota Dumai Tahun 2005-2009 ... 53 Gambar 6.4. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Malaria Berdasarkan
Agama di Kota Dumai Tahun 2005-2009 ... 54 Gambar 6.5. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Malaria Berdasarkan
Pekerjaan di Kota Dumai Tahun 2005-2009 ... 55 Gambar 6.7. Diagram Bar Distribusi Annual Malaria Incidence (AMI)
Penderita Malaria Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas di Kota Dumai Tahun 2005-2009 ... 57 Gambar 6.8. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Malaria Berdasarkan
Jenis Diagnosa di Kota Dumai Tahun 2005-2009 ... 58 Gambar 6.9. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Malaria Berdasarkan
Penyebab di Kota Dumai Tahun 2005-2009 ... 59 Gambar 6.10. Diagram Pie Distribusi Proporsi Umur Penderita Malaria
Berdasarkan Penyebab Malaria di Kota Dumai Tahun
2005-2009 ... 62 Gambar 6.11. Diagram Pie Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita
Malaria Berdasarkan Penyebab Malaria di Kota Dumai Tahun 2005-2009 ... 63 Gambar 6.12. Diagram Pie Distribusi Proporsi Diagnosa Malaria Berdasarkan
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Master Data Penelitian
Lampiran 2 : Output Data Distribusi dan Uji Chi-Square
Lampiran 3 : Surat Permohonan Izin Penelitian dari FKM USU
ABSTRAK
Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium melalui perantaraan tusukan (gigitan) nyamuk Anopheles sp infektif. API Indonesia selama tahun 2008 sebesar 3,82‰, tahun 2007 sebesar 3,10‰. Di Kota Dumai tahun 2005-2009 tercatat 5.472 penderita malaria.
Untuk mengetahui karakteristik penderita malaria di Kota Dumai tahun 2005-2009, dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series. Populasi 5.472 data penderita dan sampel penelitian 373 data penderita yang diambil secara simple random sampling per wilayah kerja Puskesmas.
Trend penderita malaria berdasarkan data tahun 2005-2009 menunjukkan penurunan dengan persamaan garis Y = 1.170 – 25,2X. Proporsi tertinggi sosiodemografi pada kelompok umur 26-33 tahun 23,6%, laki-laki 63,3%, Melayu 67%, Islam 86,3%, dan petani 35,4%. AMI tertinggi wilayah kerja Puskesmas Sungai Sembilan 155,35‰, malaria positif 50,4%, Plasmodium vivax 31,1%.
Tidak ada perbedaan yang bermakna proporsi jenis diagnosa malaria berdasarkan kecamatan (p=0,312), umur berdasarkan penyebab malaria (p=0,302), jenis kelamin berdasarkan penyebab malaria (p=0,88). Tidak dapat dilakukan uji statistik penyebab malaria berdasarkan kecamatan dengan uji Chi Suare karena ada frekuensi harapan <5.
Sebaiknya Kecamatan Sungai Sembilan sebagai daerah yang endemisitasnya tinggi lebih diperhatikan oleh Kepala Wilayah Kecamatan Sungai Sembilan beserta Dinas Kesehatan Kota Dumai.
ABSTRACT
Malaria is a disease caused by parasites of the genus Plasmodium through the intercession of a puncture (bite) infective Anopheles sp. API Indonesia during the year 2008 amounted to 3,82 ‰, the year 2007 amounted to 3,10 ‰. There are 5.472 malaria data in Dumai City in 2005-2009.
To determine the characteristics of malaria patients in Dumai City in 2005-2009, doing research with a descriptive case series design. The population 5.472 of patient data and sample 373 of patient data are taken by simple random sampling per work area of Health Center.
The trend of malaria patients based on data for 2005-2009 showed a decrease with the line equation Y = 1170 to 25.2 X. Sociodemographic highest proportion in the age group 26-33 years 23,6%, male 63,3%, 67% Malays, Muslim 86,3%, and 35,4% of farmer. The highest AMI in work area Health Center of Sungai Sembilan 155,35 ‰, positive malaria 50,4%, Plasmodium vivax 31,1%.
There was no significant difference in the proportion of malaria diagnosis based on district (p=0,312), age based on cause of malaria (p=0,302) and gender based on cause of malaria (p=0,88). There is no statistical test can be done cause of malaria based on district with Chi Suare because there are expected frequency <5.
District of Sungai Sembilan as an area of high endemicity should get more attention by district leader of Sungai Sembilan District and Health Department of Dumai City.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan adalah upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai indikator, yang meliputi indikator angka harapan hidup,
angka kematian, angka kesakitan, dan status gizi masyarakat.1
Adapun salah satu program pokok pembangunan kesehatan adalah program pemberantasan penyakit menular dan imunisasi yaitu untuk menurunkan angka
kesakitan, kecacatan dan kematian dari penyakit menular dan mencegah penularan serta mengurangi dampak sosial dari akibat penyakit sehingga tidak menjadi masalah
kesehatan.2
Penyakit malaria hingga kini masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat dunia termasuk Indonesia dan endemik di 92 negara dengan 41%
penduduk dunia berada dalam keadaan risiko. Malaria tersebar di daerah tropis dan subtropis seperti India, Amerika Selatan (kecuali Cili), Afghanistan, Sri Lanka,
Thailand, Indonesia, Kamboja, Cina, Filipina, Amerika Tengah, Meksiko, dan Afrika. Epidemi malaria terakhir di Cili terjadi pada Maret 1945 dan tidak ditemukan adanya laporan kasus sejak saat itu. Berdasarkan data WHO (2004), di dunia setiap
WHO (2008), di dunia terdapat 243 juta kasus malaria dengan 863.000 kematian dan
85 % kematian terjadi pada anak-anak di bawah 5 tahun.3,4,5
Transmisi malaria yang tinggi dijumpai di daerah pinggiran hutan di Amerika selatan (Brasil), Asia Tenggara (Thailand dan Indonesia) dan di seluruh Sub-Sahara
Afrika.Menurut WHO (2008), malaria menyebabkan 2.414 kematian setiap hari di dunia, dengan lebih dari 90% kematian terjadi di Sub-Sahara Afrika. Malaria adalah
suatu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Asia Tenggara. Annual Parasite Incidence (API) malaria tertinggi dilaporkan dari Timor Leste (42,5‰) diikuti oleh
Myanmar (10,2‰) dan Indonesia (3,8‰) sedangkan API terendah dilaporkan dari Sri
Lanka (0,1‰) diikuti oleh Nepal (0,17‰) dan Bhutan (0,67‰).6,7
Di Indonesia penyakit malaria tersebar diseluruh pulau dengan derajat
endemisitas yang berbeda-beda dan dapat berjangkit didaerah dengan ketinggian sampai 1800 meter diatas permukaan laut. Malaria merupakan masalah kesehatan yang penting di Indonesia, oleh karena penyakit ini endemik di sebagian besar
wilayah Indonesia, terutama di luar Jawa dan Bali. Menurut WHO (2008), API Indonesia selama tahun 2008 sebesar 3,82‰ atau mengalami peningkatan jika
dibandingkan tahun 2007 sebesar 3,10‰. Target Indonesia untuk API tahun 2010 adalah 2,01 per 1.000 penduduk.Daerah dengan kasus malaria tinggi dilaporkan dari kawasan Timur Indonesia antara lain Propinsi Papua, Nusa Tenggara Timur, Maluku
dan Sulawesi Tenggara. Di kawasan lain angka malaria dilaporkan masih cukup tinggi antara lain di Propinsi Kalimantan Barat, Bangka Belitung, Sumatera Selatan,
Menurut Laihad dan Arbani dalam Harijanto (2009), malaria masih
merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, karena mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu melahirkan, serta menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Jumlah kabupaten/kota endemik tahun 2004 sebanyak
424 dari 579 kabupaten/kota, dengan perkiraan persentase penduduk yang berisiko penularan sebesar 42,42%.10
Angka kasus malaria di Jawa-Bali atau yang dikenal dengan API selama tahun 2008 sebesar 0,16‰ . Di luar Jawa-Bali, angka klinis malaria per 1.000 penduduk yang dikenal dengan Annual Malaria Incidence (AMI) selama tahun 2008 sebesar
18,82‰. Proporsionate Mortality Ratio (PMR) karena malaria berdasarkan survei kesehatan rumah tangga pada tahun 2001 sebesar 2%. Dalam periode ini, KLB
malaria terjadi di 23 propinsi, 51 kabupaten/kota, meliputi 108 desa dengan jumlah penderita 11.597 dan kematian 298 jiwa.10
Di Propinsi luar Jawa dan Bali pada tahun 2008, AMI tertinggi adalah di
Papua Barat yaitu sebesar 167,47 per 1.000 penduduk, diikuti oleh NTT (104,10‰), Papua (84,74‰), dan Maluku Utara (51,42‰). Sedangkan untuk wilayah Jawa dan
Bali, API tertinggi adalah Propinsi Jawa Timur sebesar 0,71 per 1.000 penduduk, diikuti Jawa Barat 0,58 per 1.000 penduduk.1
Berdasarkan data Depkes tahun 2007 dalam Harijanto (2009) di Sumatera
utara malaria endemis di Kabupaten Nias, Mandailing Natal, Simalungun, Nias Selatan, Padang Lawas, dan Labuhan Batu.7 Tahun 2006 jumlah kasus malaria klinis
antara 0,28 – 16,29 per 1.000 penduduk. AMI terendah di Kota Pekanbaru yaitu 0,28
per 1.000 penduduk dan AMI tertinggi di Kab. Pelalawan yaitu 16,29 per 1.000 penduduk.11 Di Rumah Sakit Moehammad Hoesin Palembang, malaria ditemukan 35 kasus pada tahun 1999, dan 57 kasus pada tahun 2000 dengan Case Fatality Rate
(CFR) masing-masing 5,7% dan 5,2% . 3
Berdasarkan data klinis malaria, Kota Dumai termasuk daerah dengan tingkat
endemisitas malaria rendah yang diukur dengan indikator AMI yaitu angka kesakitan malaria klinis dalam 1 tahun < 10 kasus per 1.000 penduduk. Namun tingkat mobilisasi penduduk Kota Dumai dari dan ke daerah dengan tingkat
endemisitas malaria tinggi seperti Batam, Kepulauan Riau, Tanjung Balai Karimun, Bengkalis serta adanya pembukaan lahan daerah transmigrasi, Kota Dumai
mempunyai resiko berjangkitnya penyakit malaria yang dapat menimbulkan Kejadian Luar Biasa.12
Sejak tahun 2005 sampai tahun 2009 kasus dan AMI di Kota Dumai adalah
sebagai berikut : 909 kasus tahun 2005 (4,21‰), 1.292 kasus tahun 2006 (5,99‰), 1.263 kasus tahun 2007 (5,66‰), 1.158 kasus tahun 2008 (5,03‰), dan 850 kasus
tahun 2009 (3,31‰).12
1.2. Perumusan Masalah
Belum diketahui karakteristik penderita malaria di Kota Dumai tahun 2005-2009.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui karakteristik penderita malaria di Kota Dumai tahun 2005-2009
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui trend penderita malaria di Kota Dumai berdasarkan data tahun 2005-2009.
b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita malaria berdasarkan sosiodemografi antara lain : umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, suku bangsa. c. Untuk mengetahui Annual Malaria Incidence (AMI) penderita malaria
berdasarkan wilayah kerja Puskesmas dan Kecamatan.
d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita malaria berdasarkan jenis
diagnosa malaria (positif dan klinis) di Kota Dumai tahun 2005-2009
e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita malaria berdasarkan penyebab (agent) malaria (P. falciparum, P. vivax dan P. mixed) di Kota Dumai tahun
2005-2009
f. Untuk mengetahui proporsi jenis diagnosa berdasarkan Kecamatan di Kota Dumai
g. Untuk mengetahui proporsi penyebab (agent) malaria berdasarkan jenis kelamin
penderita malaria di Kota Dumai tahun 2005-2009.
h. Untuk mengetahui proporsi penyebab (agent) malaria berdasarkan umur penderita malaria di Kota Dumai tahun 2005-2009.
i. Untuk mengetahui penyebab (agent) malaria berdasarkan Kecamatan di Kota Dumai tahun 2005-2009.
1.4. Manfaat Penelitian
a. Sebagai informasi dan masukan bagi pengelola program penanggulangan
penyakit malaria di Puskesmas maupun Dinas Kesehatan Kota Dumai.
b. Sebagai bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut serta menambah wawasan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Malaria
Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan tusukan (gigitan)
nyamuk Anopheles spp. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki endemisitas tinggi. 13
Malaria maupun penyakit yang menyerupai malaria telah diketahui ada selama lebih dari 4.000 tahun yang lalu. Malaria dikenal secara luas di daerah Yunani pada abad ke-4 SM dan dipercaya sebagai penyebab utama berkurangnya penduduk
kota. Penyakit malaria sudah dikenal sejak tahun 1753, tetapi baru ditemukan parasit dalam darah oleh Alphonse Laxeran tahun 1880. Untuk mewarnai parasit, pada tahun
1883 Marchiafava menggunakan metilen biru sehingga morfologi parasit ini lebih mudah dipelajari. Siklus hidup plasmodium di dalam tubuh nyamuk dipelajari oleh Ross dan Binagmi pada tahun 1898 dan kemudian pada tahun 1900 oleh Patrick
Manson dapat dibuktikan bahwa nyamuk adalah vektor penular malaria. 14,15
Pada tahun 1890 Giovanni Batista Grassi dan Raimondo Feletti adalah dua
peneliti Italia yang pertama kali memberi nama dua parasit penyebab malaria pada manusia, yaitu Plasmodium vivax dan Plasmodium malariae. Pada tahun 1897 seorang Amerika bernama William H. Welch memberi nama parasit penyebab
malaria tertiana sebagai Plasmodium falciparum dan pada 1922 John William Watson
Penyakit malaria hingga kini masih merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat dunia yang utama. Malaria menyebar di berbagai negara, terutama di kawasan Asia, Afrika,dan Amerika Latin. Di berbagai negara, malaria bukan hanya permasalahan kesehatan semata. Malaria telah menjadi masalah sosial-ekonomi,
seperti kerugian ekonomi, kemiskinan dan keterbelakangan.13
2.2. Agent Penyakit Malaria
Agent penyakit malaria adalah genus plasmodia, family plasmodiidae, dan
order Coccidiidae. Ada empat jenis parasit malaria, yaitu:
2.2.1. Plasmodium falciparum
Menyebabkan malaria falciparum atau malaria tertiana yang maligna (ganas)
atau dikenal dengan nama lain sebagai malaria tropika yang menyebabkan demam setiap hari.
2.2.2. P. vivax
Menyebabkan malaria vivax atau disebut juga malaria tertiana benigna (jinak).
2.2.3. P. malariae
Menyebabkan malaria kuartana atau malaria malariae.
2.2.4. P. ovale
Seorang penderita dapat dihinggapi oleh lebih dari satu jenis plasmodium.
Infeksi demikian disebut infeksi campuran (mixed infection). Biasanya paling banyak dua jenis parasit, yakni campuran antara P. falciparum dengan P. vivax atau P. malariae. Kadang-kadang dijumpai tiga jenis parasit sekaligus, meskipun hal ini
jarang sekali terjadi. Infeksi campuran biasanya terdapat di daerah yang tinggi angka penularannya.17
Masa inkubasi malaria atau waktu antara gigitan nyamuk dan munculnya gejala klinis sekitar 7-14 hari untuk P. falciparum, 8-14 hari untukP. vivax dan P. ovale, dan 7-30 hari untuk P. malariae. Masa inkubasi ini dapat memanjang antara
8-10 bulan terutama pada beberapa strain P. vivax di daerah tropis. Pada infeksi melalui transfusi darah, masa inkubasi tergantung pada jumlah parasit yang masuk dan
biasanya singkat tetapi mungkin sampai 2 bulan. Dosis pengobatan yang tidak adekuat seperti pemberian profilaksis yang tidak tepat dapat menyebabkan memanjangnya masa inkubasi.6
P. falciparum, salah satu organisme penyebab malaria, merupakan jenis yang
paling berbahaya dibandingkan dengan jenis plasmodium lain yang menginfeksi
2.3. Patogenesis Malaria
Patogenesis malaria sangat kompleks, dan seperti patogenesis penyakit infeksi pada umumnya melibatkan faktor parasit, faktor penjamu, dan lingkungan. Ketiga faktor tersebut saling terkait satu sama lain, dan menentukan manifestasi klinis
malaria yang bervariasi mulai dari yang paling berat ,yaitu malaria dengan komplikasi gagal organ (malaria berat), malaria ringan tanpa komplikasi, atau yang
paling ringan, yaitu infeksi asimtomatik.10
Tanda dan gejala klinis malaria yang timbul bervariasi tergantung pada berbagai hal antara lain usia penderita, cara transmisi, status kekebalan, jenis
plasmodium, infeksi tunggal atau campuran. Selain itu yang tidak kalah penting adalah kebiasaan menggunakan obat anti malaria yang kurang rasional yang dapat
mendorong timbulnya resistensi. Berbagai faktor tersebut dapat mengacaukan diagnosis malaria sehingga dapat disangka demam tifoid atau hepatitis, terlebih untuk daerah yang dinyatakan bebas malaria atau yang Annual Parasite Incidence –nya
rendah.18
2.4. Gejala Malaria
Secara klinis, gejala dari penyakit malaria terdiri atas beberapa serangan demam dengan interval tertentu yang diselingi oleh suatu periode dimana penderita
bebas sama sekali dari demam.Gejala klinis malaria antara lain sebagai berikut.8 a. Badan terasa lemas dan pucat karena kekurangan darah dan berkeringat.
c. Mual-mual kadang-kadang diikuti muntah.
d. Sakit kepala yang berat, terus menerus, khususnya pada infeksi dengan plasmodium Falciparum.
e. Dalam keadaan menahun (kronis) gejala diatas, disertai pembesaran limpa.
f. Malaria berat, seperti gejala diatas disertai kejang-kejang dan penurunan.
g.
Pada anak, makin muda usia makin tidak jelas gejala klinisnya tetapi yang
menonjol adalah mencret (diare) dan pusat karena kekurangan darah (anemia) serta adanya riwayat kunjungan ke atau berasal dari daerah malaria.
Malaria menunjukkan gejala-gejala yang khas, yaitu: 17
a. Demam berulang yang terdiri dari tiga stadium: stadium kedinginan, stadium panas, dan stadium berkeringat
b. Splenomegali (pembengkakan limpa) c. Anemi yang disertai malaise
Serangan malaria biasanya berlangsung selama 6-10 jam dan terdiri dari tiga
tingkatan, yaitu:10
2.4.1. Stadium dingin
Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan yang sangat dingin. Gigi gemeretak dan penderita biasanya menutup tubuhnya dengan segala macam pakaian dan selimut yang tersedia nadi cepat tetapi lemah. Bibir dan jari jemarinya
pucat kebiru-biruan, kulit kering dan pucat. Penderita mungkin muntah dan pada anak-anak sering terjadi kejang. Stadium ini berlangsung antara 15 menit sampai 1
2.4.2. Stadium Demam
Setelah merasa kedinginan, pada stadium ini penderita merasa kepanasan. Muka merah, kulit kering dan terasa sangat panas seperti terbakar, sakit kepala dan muntah sering terjadi, nadi menjadi kuat lagi. Biasanya penderita merasa sangat haus
dan suhu badan dapat meningkat sampai 41°C atau lebih. Stadium ini berlangsung antara 2 sampai 4 jam. Demam disebabkan oleh pecahnya skizon darah yang telah
matang dan masuknya merozoit darah ke dalam aliran darah.
Pada P. vivax dan P. ovale skizon-skizon dari setiap generasi menjadi matang setiap 48 jam sekali sehingga demam timbul setiap tiga hari terhitung dari
serangan demam sebelumnya. Nama malaria tertiana bersumber dari fenomena ini. Pada P. malaria, fenomena tersebut 72 jam sehingga disebut malaria P. vivax/P.
ovale, hanya interval demamnya tidak jelas. Serangan demam diikuti oleh periode
laten yang lamanya tergantung pada proses pertumbuhan parasit dan tingkat kekebalan yang kemudian timbul pada penderita.
2.4.3. Stadium Berkeringat
Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali sampai-sampai
tempat tidurnya basah. Suhu badan meningkat dengan cepat, kadang-kadang sampai dibawah suhu normal. Penderita biasanya dapat tidur nyenyak. Pada saat bangun dari tidur merasa lemah tetapi tidak ada gejala lain, stadium ini berlangsung antara 2
Gejala-gejala yang disebutkan diatas tidak selalu sama pada setiap penderita,
tergantung pada spesies parasit dan umur dari penderita, gejala klinis yang berat biasanya terjadi pada malaria tropika yang disebabkan oleh plasmodium falciparum. Hal ini disebabkan oleh adanya kecenderungan parasit (bentuk trofozoit dan skizon)
untuk berkumpul pada pembuluh darah organ tubuh seperti otak, hati dan ginjal sehingga menyebabkan tersumbatnya pembuluh darah pada organ-organ tubuh
tersebut.
Gejala berupa koma/pingsan, kejang-kejang sampai tidak berfungsinya ginjal. Kematian paling banyak disebabkan oleh jenis malaria ini. Kadang–kadang gejalanya
mirip kolera atau disentri. Black water fever yang merupakan gejala berat adalah munculnya hemoglobin pada air seni yang menyebabkan warna air seni menjadi
merah tua atau hitam. Gejala lain dari black water fever adalah ikterus dan muntah-muntah yang warnanya sama dengan warna empedu, black water fever biasanya dijumpai pada mereka yang menderita infeksi P. falcifarum yang berulang -ulang dan
infeksi yang cukup berat.8
Secara klasik demam terjadi setiap dua hari untuk parasit tertiana (P.
falciparum, P. vivax, dan P. ovale) dan setiap tiga hari untuk parasit quartan (P.
malariae). CDC (2004) dalam Sembel (2009) mengemukakan bahwa karakteristik
parasit malaria dapat mempengaruhi adanya malaria dan dampaknya terhadap
populasi manusia. P. falciparum lebih menonjol di Afrika bagian selatan Sahara dengan jumlah penderita yang lebih banyak, demikian juga yang meninggal
dan P. ovale memiliki tingkatan hynozoites yang dapat tetap dorman dalam sel hati
untuk jangka waktu tertentu (bulan atau tahun) sebelum direaktivasi dan menginvasi darah. P. falciparum dan P. vivax kemungkinan mampu mengembangkan ketahanannya terhadap obat antimalaria.4
2.5. Penularan Malaria
Malaria ditularkan ke penderita dengan masuknya sporozoit plasmodium melalui gigitan nyamuk betina Anopheles yang spesiesnya dapat berbeda dari satu daerah dengan daerah lainnya. Terdapat lebih dari 15 spesies nyamuk Anopheles
yang dilaporkan merupakan vektor malaria di Indonesia. Penularan malaria dapat juga terjadi dengan masuknya parasit bentuk aseksual (tropozoit) melalui transfusi
darah, suntikan atau melalui plasenta (malaria congenital).6
Dikenal adanya berbagai cara penularan malaria:
2.5.1. Penularan secara alamiah (natural infection)10
Penularan ini terjadi melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang
infektif. Nyamuk menggigit orang sakit malaria maka parasit akan ikut terhisap bersama darah penderita malaria. Di dalam tubuh nyamuk parasit akan berkembang dan bertambah banyak, kemudian nyamuk menggigit orang sehat, maka melalui
2.5.2. Penularan yang tidak alamiah17
a. Malaria bawaan (congenital)
Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya menderita malaria. Disebabkan adanya kelainan pada sawar plasenta sehingga tidak ada penghalang
infeksi dari ibu kepada bayi yang dikandungnya. b. Secara mekanik
Penularan terjadi melalui transfusi darah atau melalui jarum suntik. Penularan melalui jarum suntik banyak terjadi pada para pecandu obat bius yang menggunakan jarum suntik yang tidak steril.
c. Secara oral (melalui mulut)
Cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung, ayam (P.gallinasium)
burung dara (P.Relection) dan monyet (P.Knowlesi).
Pada umumnya sumber infeksi bagi malaria pada manusia adalah manusia lain yang sakit malaria baik dengan gejala maupun tanpa gejala klinis. Kecuali bagi
simpanse di Afrika yang dapat terinfeksi oleh penyakit malaria, belum diketahui ada hewan lain yang dapat menjadi sumber bagi plasmodium yang biasanya menyerang
manusia.
Malaria, baik yang disebabkan oleh P. falciparum, P. vivax, P. malariae dan P. ovale semuanya ditularkan oleh nyamuk anopheles. Nyamuk yang menjadi vektor
Vektor malaria yang dominan terhadap penularan malaria di Indonesia adalah
sebagai berikut:
i. Wilayah Indonesia Timur, yaitu Papua, Maluku, dan Maluku Utara, di wilayah pantai adalah An. subpictus, An. farauti, An. koliensis dan An.
punctulatus sedangkan di wilayah pegunungan adalah An. farauti.
ii. Wilayah Indonesia Tengah, yaitu Pulau Sulawesi, Pulau Kalimantan, NTT
dan NTB, vektor yang berperan di daerah pantainya adalah An. subpictus, An. barbirostris. Khusus di NTB adalah An. subpictus dan An. sundaicus.
Sedangkan di wilayah pegunungan adalah An. barbirostris, An. flavirostris,
An letifer. Khusus wilayah Kalimantan, selain Anopheles tersebut di atas juga
An. balabacencis.
iii. Untuk daerah pantai di wilayah Sumatera, An. sundaicus; daerah pegunungan An. leucosphyrus, An. balabacencis, An. sinensis, dan An. maculatus.
iv. Wilayah Pulau Jawa. Vektor yang berperan di daerah pantai adalah An.
sundaicus dan An. subpictus dan di pegunungan adalah An. maculatus, An.
balabacencis dan An. aconitus.10
2.6. Epidemiologi Penyakit Malaria 2.6.1. Distribusi Frekuensi Malaria
a. Orang
Di Indonesia, malaria merupakan masalah kesehatan yang penting, oleh
Jawa dan Bali. Epidemi malaria seringkali dilaporkan dari berbagai wilayah dengan
angka kematian yang lebih tinggi pada anak-anak di bawah 5 tahun dibanding orang dewasa.8
Penelitian Yulius (2007) dengan desain case series di Kabupaten Bintan
Kepulauan Riau tahun 2005-2006 terdapat 384 penderita malaria, 243 orang (63,3%) laki-laki dan 141 orang (36,7%) perempuan, kelompok umur 5-14 tahun 23 orang
(6%), 15-44 tahun 326 orang (84,9%), dan >45 tahun 35 orang (9,1%).20
Penelitian Yoga dalam Sarumpaet dan Tarigan (2006) tahun 1999 di Kabupaten Jepara Jawa Tengah, diperoleh bahwa dari 145 kasus malaria yang
diteliti, 44% berasal dari pekerjaan petani serta tidak ditemukan pada PNS/TNI/POLRI.21
Penelitian Sunarsih, dkk tahun 2004-2007 dengan desain kasus kontrol, kasus malaria di wilayah Puskesmas Pangkalbalam Kota Pangkalpinang banyak diderita responden berumur 21-25 tahun (17,6%), umur 36-40 tahun (14,7%). Namun
secara keseluruhan fenomena tersebut menunjukkan bahwa penyakit malaria menyerang hampir seluruh kelompok umur, 80 orang mempunyai jenis kelamin
laki-laki (58,8%), perempuan 41,2% (56 orang).22
b. Tempat
Batas dari penyebaran malaria adalah 64°LU (Rusia) dan 32°LS
Plasmodium vivax mempunyai distribusi geografis yang paling luas, mulai dari
daerah beriklim dingin, subtropik sampai kedaerah tropik.6
Malaria di suatu daerah dikatakan endemik apabila kesakitannya yang disebabkan oleh infeksi alamiah, kurang lebih konstan selama beberapa tahun
berturut-turut. Berdasarkan hasil Spleen Rate (SR), yaitu persentase penduduk yang limpanya membesar dari seluruh penduduk yang diperiksa pada kelompok umur2-9
tahun, suatu daerah dapat diklasifikasikan menjadi 4 tingkat endemisitas : 17 i. Hipoendemik SR < 10%
ii. Mesoendemik SR 11-50%
iii. Hiperendemik SR > 50% (SR dewasa tinggi > 25 %) iv. Holoendemik SR >75 % (SR dewasa rendah).
Berdasarkan AMI, daerah malaria dapat diklasifikasikan menjadi :10 i. Low Malaria Incidence, AMI < 10 kasus per 1.000 penduduk
ii. Medium, AMI 10-50 kasus per 1.000 penduduk
iii. High, AMI > 50 kasus per 1.000 penduduk
Penelitian Ahmadi, dkk tahun 2008 di di Desa Lubuk Nipis Kecamatan
Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim, terlihat bahwa dari 54 responden, yang positif malaria terdapat 53 (98,1 %) responden yang mempunyai tempat tinggal dengan jarak kurang dari 200 m dari hutan/kebun/semak-semak/sawah dan 1 (1,9 %)
responden yang mempunyai tempat tinggal yang berjarak lebih dari 200 m. Digunakan jarak 200 m adalah karena 200 m adalah jarak terbang maksimum
c. Waktu
Menurut data Profil Dinkes Sumut dalam Sarumpaet dan Tarigan (2006), di Propinsi Sumatera Utara terjadi kasus malaria klinis rata-rata 82.405 per tahun (selama tahun 1996-2000). Penyakit malaria sampai saat ini menduduki rangking
ke-7 dari 10 penyakit terbesar di Propinsi Sumatera Utara. Berdasarkan data laporan bulanan malaria, kejadian malaria di Kawasan Ekosistem Leuser berdasarkan Annual
Malaria Incidence (AMI) terjadi peningkatan malaria, yaitu dari 12,8 ‰ tahun 2003
meningkat menjadi 14,3 ‰ tahun 2004 dan 25,4 ‰ tahun 2005.21
2.6.2. Determinan Malaria
Dalam epidemiologi selalu ada 3 faktor yang diselidiki : Host (umumnya manusia), Agent (penyebab penyakit) dan Environment (lingkungan).17
a. Faktor Host
Penyakit malaria mempunyai keunikan karena ada 2 macam host yakni manusia sebagai host intermediate (dimana siklus aseksual parasit terjadi) dan
nyamuk anopheles betina sebagai host definitive (tempat siklus seksual parasit berlangsung).
a.1. Manusia (Host Intermediate)
Secara umum dapat dikatakan bahwa pada dasarnya setiap orang dapat terkena malaria. Setiap orang rentan terhadap penularan kecuali pada mereka yang
dimana gigitan nyamuk anopheles berlangsung bertahun-tahun.Faktor-faktor yang
berpengaruh pada manusia ialah: a.1.1. Kekebalan / Imunitas
Kekebalan pada penyakit malaria dapat didefinisikan sebagai adanya
kemampuan tubuh manusia untuk menghancurkan plasmodium yang masuk atau membatasi perkembangbiakannya. Ada dua macam kekebalan, yaitu kekebalan
alamiah dan kekebalan yang didapat. Kekebalan alamiah timbul tanpa memerlukan infeksi lebih dahulu. Kekebalan yang didapat ada yang merupakan kekebalan aktif sebagai akibat dari infeksi sebelumnya atau vaksinasi, dan ada juga kekebalan pasif
didapat melalui pemindahan antibodi dari ibu kepada anak atau pemberian serum dari seseorang yang kebal penyakit.
Penelitian Karunaweera dkk tahun 1998 di Srilanka, penderita malaria di daerah endemis memiliki densitas parasit yang lebih rendah (mean=0,06%) daripada yang tidak di daerah endemis (mean=0.12%).24
Faktor imunitas berperan penting menentukan beratnya infeksi. Hal tersebut dibuktikan pada penduduk di daerah endemis. Pada penduduk di daerah endemis
ditemukan parasitemia berat namun asimtomatik, sebaliknya pasien non-imun dari daerah non-endemis lebih mudah mengalami malaria berat. Hal ini mungkin dikarenakan pada individu di daerah endemis imun sudah terbentuk antibody
a.1.2. Umur dan Jenis Kelamin
Perbedaan angka kesakitan malaria pada laki-laki dan wanita atau pada berbagai kelompok umur sebenarnya disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti pekerjaan, pendidikan, perumahan, migrasi penduduk, kekebalan dan lain-lain.
Penelitian Askling, dkk tahun 1997-2003 di Swedia dengan desain penelitian kasus kontrol menunjukkan bahwa wisatawan penderita malaria kemungkinan 1,7
dan 4,8 kali adalah pria dan anak-anak umur <1-6 tahun dibandingkan dengan wisatawan yang tidak menderita malaria dengan nilai OR 1,7 (95% CI:1,3–2,3) dan OR 4,8 (95% CI:1,5–14,8).25
a.1.3. Status Gizi
Faktor nutrisi mungkin berperan terhadap malaria berat. Menurut Nugroho
dalam Harijanto, dkk (2009), malaria berat sangat jarang di temukan pada anak-anak malnutrisi.10
Penelitian Nyakeriga tahun 2004 di Kenya dengan desain penelitan kohort,
diketahui bahwa insidens malaria klinis secara signifikan lebih rendah pada anak-anak yang menderita defisiensi zat besi dengan Relative Risk (RR) 0,7 (95% CI:0,51–
0,99).26 Defisiensi besi, riboflavin, para-amino-benzoic acid (PABA) mungkin mempunyai efek protektif terhadap malaria berat, karena menghambat pertumbuhan parasit.10
Penelitian dengan desain kasus kontrol oleh Siswanto dan Sidia di RSU Sumbawa tahun 1997 tentang gambaran klinik penderita malaria yang dirawat di
Dari 24 penderita malaria berat, 70,8% termasuk gizi baik, 25,0% gizi kurang dan
4,2% termasuk gizi buruk.27 a.2. Nyamuk (Host Definitive)
Penelitian Friaraiyatini, dkk tahun 2005, spesies nyamuk yang diidentifikasi
berperan dalam penularan malaria di Kabupaten Barito Selatan adalah Anopheles latifer (56,9 %) mulai menggigit manusia mulai jam 18.00, Anopheles maculatus
(32,8 %) mulai menggigit manusia mulai jam 19.00, dan Anopheles balabacensis (10,3 %) mulai menggigit manusia jam 20.00 waktu setempat. Puncak aktivitas gigitan nyamuk terjadi pada jam 22.00 waktu setempat.28
a.2.1. Perilaku nyamuk4
Beberapa perilaku nyamuk yang penting, yaitu tempat hinggap atau istirahat
(di luar atau dalam rumah), tempat menggigit (di luar atau dalam rumah), objek yang digigit (manusia atau manusia). Nyamuk anopheles hanya mengigit satu orang setiap kali mengisap darah, berbeda dengan nyamuk aedes yang bisa menggigit banyak
orang saat mengisap darah. a.2.2. Umur nyamuk (longevity)
Diperlukan waktu untuk perkembangbiakan gametosit dalam tubuh nyamuk menjadi sporozoit yakni bentuk parasit yang siap menginfeksi manusia sehat. Apabila umur nyamuk lebih pendek dari proses sporogoni, yakni replikasi parasit dalam tubuh
a.2.3. Kerentanan nyamuk terhadap infeksi gametosit
Nyamuk yang terlalu banyak parasit dalam perutnya tentu bisa melebihi kapasitas perut nyamuk itu sendiri. Perut bisa meletus dan mati karenanya.
a.2.4. Frekuensi menggigit manusia
Semakin sering seekor nyamuk yang membawa sporozoit dalam kelenjar ludahnya, semakin besar kemungkinan nyamuk berperan sebagai vektor penular
penyakit malaria.
a.2.5. Siklus gonotrofik
Waktu yang diperlukan untuk matangnya telur sebagai indikator untuk
mengukur interval menggigit nyamuk pada objek yang digigit (manusia).
b. Faktor Agent
Penyebab penyakit malaria adalah genus plasmodia family plasmodiidae dan ordo coccidiidae. Sampai saat ini di Indonesia dikenal 4 macam parasit malaria yaitu: b.1. Plasmodium vivax
b.2. Plasmodium malariae b.3. Plasmodium ovale
b.4. Plasmodium falciparum.6
Penelitian Yasinzai dan Kakarsulemankhel tahun 2004-2006 di Barkhan dan Kohlu Pakistan dari 3340 kasus suspek malaria, 1095 (32.78%) ditemukan positif
parasit malaria pada sediaan darah. Dari kasus positif, 579 (52.87%) didentifikasi sebagai infeksi P. falciparum dan 516 (47.12%) kasus P. vivax. Tidak ditemukan
c. Faktor Environment
Penelitian Suwito, dkk, tahun 2005 di Puskesmas Benteng Bangka Belitung dengan desain penelitian kasus kontrol, diperoleh bahwa adanya rawa-rawa di sekitar lingkungan rumah juga merupakan faktor risiko kejadian malaria. Hasil analisis
diperoleh nilai OR 2,6 (95% CI: 1,08-6,14). Artinya responden yang menderita malaria 2,6 kali kemungkinan di sekitar rumahnya terdapat rawa-rawa dibandingkan
dengan responden yang tidak menderita malaria.30
Penelitian Sunarsih, dkk dengan desain kasus kontrol tahun 2004-2007 di wilayah Puskesmas Pangkalbalam Kota Pangkalpinang , faktor lingkungan yang
mempunyai hubungan signifikan dengan kejadian malaria adalah keberadaan genangan air di sekitar rumah dengan OR 3,267 (95% CI:1,600 – 6,671). Kuatnya
asosiasi ini didukung hasil uji multivariat dengan nilai OR 3,445 (95% CI:1,550 – 7,661). Artinya, responden yang menderita malaria kemungkinan 3,445 kali memiliki genangan air di sekitar rumah dibandingkan yang tidak menderita malaria.22
Faktor lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan dimana manusia dan nyamuk berada, lingkungan tersebut terbagi atas lingkungan fisik, lingkungan kimia,
lingkungan biologik dan lingkungan sosial budaya.17 c.1. Lingkungan fisik meliputi :
c.1.1. Suhu udara, sangat mempengaruhi panjang pendeknya siklus sporogoni atau
masa inkubasi ekstrinsik. Makin tinggi suhu (sampai batas tertentu) makin pendek masa inkubasi ekstrinsik.
c.1.3. Hujan, hujan yang diselingi oleh panas akan memperbesar kemungkinan
berkembangbiakan anopheles.
c.1.4. Angin, jarak terbang nyamuk dapat diperpendek arau diperpanjang tergantung kepada arah angin.
c.1.5. Sinar matahari, pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda-beda.
c.1.6. Arus air, An. barbirostris menyukai tempat perindukan denga air yang statsi atau mengalir sedikit, sedangkan An. minimus menyukai aliran air cukup deras.
c.2. Lingkungan kimiawi, dari lingkungan ini yang baru diketahui pengaruhnya adalah kadar garam dari tempat perindukan.
c.3. Lingkungan biologik, tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan lain dapat mempengaruhi kehidupan larva nyamuk karena dapat menghalangi sinar matahari yang masuk atau melindungi dari serangan
makhluk hidup lain.
c.4. Lingkungan sosial budaya, kebiasaan untuk berada di luar rumah sampai larut
malam, di mana vektornya lebih bersifat eksofilik (lebih suka hinggap/ istirahat di luar rumah) dan eksofagik (lebih suka menggigit di luar rumah) akan memperbesar jumlah gigitan nyamuk, penggunaan kelambu, kawat kasa dan
repellent akan mempengaruhi angka kesakitan malaria dan pembukaan lahan dapat menimbulkan tempat perindukan buatan manusia sendiri (man made
2.7. Pencegahan Malaria 2.7.1. Pencegahan Primer a. Tindakan terhadap manusia14
a.1. Edukasi adalah faktor terpenting pencegahan malaria yang harus diberikan kepada setiap pelancong atau petugas yang akan bekerja di daerah endemis.
Materi utama edukasi adalah mengajarkan tentang cara penularan malaria, risiko terkena malaria, dan yang terpenting pengenalan tentang gejala dan tanda malaria, pengobatan malaria, pengetahuan tentang upaya menghilangkan tempat
perindukan.
a.2. Melakukan kegiatan sistem kewaspadaan dini, dengan memberikan penyuluhan
pada masyarakat tentang cara pencegahan malaria.
a.3. Proteksi pribadi, seseorang seharusnya menghindari dari gigtan nyamuk dengan menggunakan pakaian lengkap, tidur menggunakan kelambu, memakai obat
penolak nyamuk, dan menghindari untuk mengunjungi lokasi yang rawan malaria.
a.4. Modifikasi perilaku berupa mengurangi aktivitas di luar rumah mulai senja sampai subuh di saat nyamuk anopheles umumnya mengigit.
b. Kemoprofilaksis (Tindakan terhadap Plasmodium sp)6
Walaupun upaya pencegahan gigitan nyamuk cukup efektif mengurangi paparan dengan nyamuk, namun tidak dapat menghilangkan sepenuhnya risiko
risiko jatuh sakit jika telah digigit nyamuk infeksius. Beberapa obat-obat antimalaria
yang saat ini digunakan sebagai kemoprofilaksis adalah klorokuin, meflokuin (belum tersedia di Indonesia), doksisiklin, primakuin dan sebagainya. Dosis kumulatif maksimal untk pengobatan pencegahan dengan klorokuin pada orang dewasa adalah
100 gram basa.
Untuk mencegah terjadinya infeksi malaria terhadap pendatang yang
berkunjung ke daerah malaria pemberian obat dilakukan setiap minggu; mulai minum obat 1-2 minggu sebelum mengadakan perjalanan ke endemis malaria dan dilanjutkan setiap minggu selama dalam perjalanan atau tinggal di daerah endemis malaria dan
selama 4 minggu setelah kembali dari daerah tersebut.
Pengobatan pencegahan tidak diberikan dalam waktu lebih dari 12-20 minggu
dengan obat yang sama. Bagi penduduk yang tinggal di daerah risiko tinggi malaria dimana terjadi penularan malaria yang bersifat musiman maka upaya pencegahan terhadap gigitan nyamuk perlu ditingkatkan sebagai pertimbangan alternatif terhadap
pemberian pengobatan profilaksis jangka panjang dimana kemungkinan terjadi efek samping sangat besar.
c. Tindakan terhadap vektor31
c.1. Pengendalian secara mekanis
Dengan cara ini, sarang atau tempat berkembang biak serangga dimusnahkan,
misalnya dengan mengeringkan genangan air yang menjadi sarang nyamuk. Termasuk dalam pengendalian ini adalah mengurangi kontak nyamuk dengan
c.2. Pengendalian secara biologis
Pengendalian secara biologis dilakukan dengan menggunakan makhluk hidup yang bersifat parasitik terhadap nyamuk atau penggunaan hewan predator atau pemangsa serangga. Dengan pengendalian secara biologis ini, penurunan populasi
nyamuk terjadi secara alami tanpa menimbulkan gangguan keseimbangan ekologi. Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk, melakukan radiasi terhadap nyamuk
jantan sehingga steril dan tidak mampu membuahi nyamuk betina. Pada saat ini sudah dapat dibiakkan dan diproduksi secara komersial berbagai mikroorganisme yang merupakan parasit nyamuk. Bacillus thuringiensis merupakan salah satu bakteri
yang banyak digunakan, sedangkan Heterorhabditis termasuk golongan cacing nematode yang mampu memeberantas serangga.
Pengendalian nyamuk dewasa dapat dilakukan oleh masyarakat yang memiliki temak lembu, kerbau, babi. Karena nyamuk An. aconitus adalah nyamuk yang senangi menyukai darah binatang (ternak) sebagai sumber mendapatkan darah,
untuk itu ternak dapat digunakan sebagai tameng untuk melindungi orang dari serangan An. aconitus yaitu dengan menempatkan kandang ternak diluar rumah
(bukan dibawah kolong dekat dengan rumah). c.3. Pengendalian secara kimiawi
Pengendalaian secara kimiawi adalah pengendalian serangga mengunakan
insektisida. Dengan ditemukannya berbagai jenis bahan kimiayang bersifat sebagai pembunuh serangga yang dapat diproduksi secara besar-besaran, maka pengendalian
2.7.2. Pencegahan Sekunder
a. Pencarian penderita malaria10
Pencarian secara aktif melalui skrining yaitu dengan penemuan dini penderita malaria dengan dilakukan pengambilan slide darah dan konfirmasi diagnosis
(mikroskopis dan /atau RDT (Rapid Diagnosis Test)) dan secara pasif dengan cara malakukan pencatatan dan pelaporan kunjungan kasus malaria.
b. Diagnosa dini
b.1. Gejala Klinis
Diagnosis malaria sering memerlukan anamnesis yang tepat dari penderita
tentang keluhan utama (demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare, dan nyeri otot atau pegal-pegal), riwayat berkunjung dan
bermalam 1-4 minggu yang lalu ke daerah endemis malaria, riwayat tinggal di daerah endemis malaria, riwayat sakit malaria, riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir, riwayat mendapat transfusi darah. Selain itu juga dapat dilakukan
pemeriksaan fisik berupa :
b.1.1. Demam (pengukuran dengan thermometer ≥37.5 °C)
b.1.2. Anemia
b.1.3. Pembesaran limpa (splenomegali) atau hati (hepatomegali)
b.2. Pemeriksaan Laboratorium
b.2.1. Pemeriksaan mikroskopis
b.3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi umum penderita, meliputi pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah leukosit, eritrosit dan trombosit. Bisa juga dilakukan pemeriksaan kimia darah, pemeriksaan foto toraks,
EKG (Electrokardiograff), dan pemeriksaan lainnya.
c. Pengobatan yang tepat dan adekuat
Berbeda dengan penyakit-penyakit yang lain, malaria tidak dapat disembuhkan meskipun dapat diobati untuk menghilangkan gejala-gejala penyakit. Malaria menjadi penyakit yang sangat berbahaya karena parasit dapat tinggal dalam
tubuh manusia seumur hidup. Sejak 1638, malaria diobati dengan ekstrak kulit tanaman cinchona. bahan ini sangat beracun tetapi dapat menekan pertumbuhan
protozoa dalam darah. Saat ini ada tiga jenis obat anti malaria, yaitu Chloroquine, Doxycyline, dan Melfoquine. Tanpa pengobatan yang tepat akan dapat mengakibatkan
kematian penderita. Pengobatan harus dilakukan 24 jam sesudah terlihat adanya
gejala.4
Pengobatan spesifik untuk semua tipe malaria:
c.1. Pengobatan untuk mereka yang terinfeksi malaria adalah dengan menggunakan chloroquine terhadap P. falciparum, P. vivax, P. malariae dan P. ovale yang masih sensitif terhadap obat tersebut.
c.2. Untuk pengobatan darurat bagi orang dewasa yang terinfeksi malaria dengan komplikasi berat atau untuk orang yang tidak memungkinkan diberikan obat
c.3. Untuk infeksi malaria P. falciparum yang didapat di daerah dimana ditemukan
strain yang resisten terhadap chloroquine, pengobatan dilakukan dengan memberikan quinine.
c.4. Untuk pengobatan infeksi malaria P. vivax yang terjadi di Papua New Guinea
atau Irian Jaya (Indonesia) digunakan mefloquine.
c.5. Untuk mencegah adanya infeksi ulang karena digigit nyamuk yang mengandung
malaria P. vivax dan P. ovale berikan pengobatan dengan primaquine. Primaquine tidak dianjurkan pemberiannya bagi orang yang terkena infeksi malaria bukan oleh gigitan nyamuk (sebagai contoh karena transfusi darah) oleh
karena dengan cara penularan infeksi malaria seperti ini tidak ada fase hati.4
2.7.3. Pencegahan Tertier
a. Penanganan akibat lanjut dari komplikasi malaria10
Kematian pada malaria pada umumnya disebabkan oleh malaria berat karena infeksi P. falciparum. Manifestasi malaria berat dapat bervariasi dari kelainan
kesadaran sampai gangguan fungsi organ tertentu dan gangguan metabolisme. Prinsip penanganan malaria berat:
a.1. Pemberian obat malaria yang efektif sedini mungkin
a.2. Penanganan kegagalan organ seperti tindakan dialisis terhadap gangguan fungsi ginjal, pemasangan ventilator pada gagal napas.
b. Rehabilitasi mental/ psikologis
BAB 3
KERANGKA KONSEP
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
3.2. Definisi Operasional
3.2.1. Penderita malaria adalah manusia atau penjamu yang didiagnosa menderita penyakit malaria yang tercatat di Dinas Kesehatan Kota Dumai.
KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA
1. Trend tahun
2. Orang Umur
Jenis Kelamin Agama
Pekerjaan Suku Bangsa
3. AMI
Puskesmas Kecamatan
4. Jenis Diagnosa Malaria Positif Malaria Klinis 5. Penyebab (agent)
3.2.2. Umur adalah usia penderita malaria yang tercatat di Dinas Kesehatan Kota
Dumai, yaitu : 1. 2-9 tahun 2. 10-17 tahun 3. 18-25 tahun 4. 26-33 tahun 5. 34-41 tahun 6. 42-49 tahun 7. 50-57 tahun 8. 58-65 tahun 9. 66-73 tahun 10.74-80 tahun
Untuk uji statistik, umur dibagi dalam 2 kategori, yaitu: 31 1. < 28 tahun (di bawah nilai median)
2. ≥ 28 tahun (di atas nilai median)
3.2.3. Jenis kelamin adalah ciri fisik (organ reproduksi) yang dimiliki individu,
yaitu:
1. Laki-laki 2. Perempuan
3.2.4. Agama adalah kepercayaan yang dianut oleh penderita malaria, yaitu:
1. Islam
2. Protestan
3. Khatolik
4. Budha
3.2.5. Pekerjaan adalah mata pencaharian penderita malaria yang berusia, dikategorikan atas:
1. Petani 2. Nelayan
3.2.6. Suku bangsa adalah ras atau etnik penderita malaria, yaitu:
1. Melayu 2. Jawa 3. Batak 4. Minang 5. Lain-lain
3.2.7. AMI adalah angka klinis malaria per 1.000 penduduk yang dihitung berdasarkan wilayah kerja Puskesmas dan kecamatan.
AMI = Jumlah Kasus Klinis Malaria
3.2.8. Diagnosa malaria adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk memastikan bahwa penderita malaria menderita malaria, yaitu :
x 1.000
Jumlah Penduduk
1. Malaria Positif (Pemeriksaan Laboratorium) 2. Malaria Klinis (Pemeriksaan Klinis/ Fisik)
3.2.9. Penyebab (Agent) adalah jenis Plasmodium yang terdapat dalam nyamuk jenis Anopheles, yang menyebabkan terjadinya penyakit malaria, dikategorikan: 1. Plasmodium falciparum
2. Plasmodium vivax
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan desain Case Series, menggunakan data sekunder dari Dinas Kesehatan Kota Dumai.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kota Dumai, dengan pertimbangan Kota Dumai adalah daerah endemis malaria serta tersedianya data penderita malaria di
Kota Dumai tahun 2005-2009.
4.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan mulai dari bulan Januari sampai Juni tahun 2010.
4.3. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah seluruh data penderita klinis penyakit malaria selama tahun 2005-2009 yang tercatat di Dinas Kesehatan Kota Dumai yaitu 5.472
Mengingat populasi penelitian cukup besar maka besar sampel penelitian
ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 33 N
n =
1 + N (d2)
5.472 n =
1 + 5.472 (0,052)
Keterangan:
N = Besar Populasi
n = Besar Sampel
n = 372,75 373 data
4.4. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara menghitung proporsi sampel pada setiap puskesmas. Untuk menentukan proporsi sampel setiap puskesmas dihitung dengan cara:
Jumlah seluruh data penderita malaria
setiap Puskesmas di Kota Dumai tahun 2005-2009 X Jumlah Sampel (373) Jumlah seluruh data penderita malaria
di Kota Dumai tahun 2005-2009
Sehingga diperoleh jumlah sampel pada setiap puskesmas seperti pada tabel di bawah ini:
No Kecamatan Puskesmas Populasi Sampel %
1 Dumai Timur Puskesmas Dumai Timur 397 27 7,2
Puskesmas Bumi Ayu 29 2 0,5
Puskesmas Jaya Mukti 24 2 0,5
Jumlah 450 31 8,2
2 Dumai Barat Puskesmas Dumai Barat 128 9 2,4
Puskesmas Bukit Timah 7 1 0,3
3 Bukit Kapur Puskesmas Bukit Kapur 490 33 8,8
Jumlah 490 33 8,8
4 Sungai Sembilan
Puskesmas Sungai Sembilan
4.125 281 75,3
Jumlah 4.125 281 75,3
5 Medang Kampai Puskesmas Medang Kampai
178 12 3,2
Jumlah 178 12 3,2
Total 5.472 373 100,0
Kemudian pengambilan sampel dilakukan dengan metode simple random sampling dari daftar seluruh penderita malaria per wilayah kerja puskesmas.
4.5. Metode Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari Dinas Kesehatan Kota Dumai tahun 2005-2009.
4.6. Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan diolah dengan menggunakan komputer
melalui program SPSS, data dianalisa secara deskriptif, dan diuji secara statistik dengan Chi Square kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi
BAB 5
HASIL PENELITIAN
5.1. Gambaran Umum Kota Dumai
Kota Dumai merupakan salah satu kota hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkalis sesuai dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 1999. Kota Dumai
terletak di Pesisir Timur Sumatera berhadapan dengan Selat Malaka dengan luas wilayah 1.727.385 Km² yang. Dengan batas wilayah administrasi, sebagai berikut :
Sebelah Utara : Selat Rupat
Sebelah Timur : Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis Sebelah Selatan : Kecamatan Mandau dan Bukit Batu Kabupaten
Bengkalis
Sebelah Barat : Kecamatan Tanah Putih dan Bangko Kabupaten Rokan Hilir
Kota Dumai yang terbagi dalam 5 Wilayah Kecamatan dan 32 Kelurahan, yaitu : Kecamatan Dumai Timur : terdiri dari 9 kelurahan
Kecamatan Dumai Barat : terdiri dari 10 kelurahan Kecamatan Bukit Kapur : terdiri dari 4 kelurahan Kecamatan Sungai Sembilan : terdiri dari 5 kelurahan
Tabel 5.1. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, Jumlah Kepala Keluarga serta Kepadatan Berdasarkan Kecamatan di Kota Dumai Tahun 2009
No Kecamatan Luas (Km2) Penduduk KK Kepadatan/ Km2
1 Dumai Timur 59,00 97.087 18.762 1.645
2 Dumai Barat 120,00 87.067 16.533 725
3 Bukit Kapur 200,00 36.695 7.155 183
4 Sungai Sembilan 975,00 26.552 5.283 27
5 Medang Kampai 373,00 9.087 1.974 24
Kota Dumai 1.727,00 256.488 49.707 148
Jumlah fasilitas sarana pelayanan kesehatan baik milik pemerintah dan
swasta di kot a Dumai, yaitu :
Rumah Sakit Umum Daerah : 1 Unit Rumah Sakit Swasta : 2 Unit
Puskesmas Rawat Inap : 3 Unit
Puskesmas Biasa : 6 Unit
Balai Pengobatan Swasta : 40 Unit Puskesmas Pembantu : 16 Unit
Poskeskel : 32 Unit
Puskesmas Keliling Roda 4 : 13 Unit
59 85
[image:59.612.115.531.182.290.2]5.2. Distribusi Proporsi Penderita Malaria Berdasarkan Tahun di Kota Dumai Tahun 2005-2009
Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita Malaria Berdasarkan Tahun di Kota Dumai Tahun 2005-2009
No. Tahun F %
1 2005 909 16,61
2 2006 1.292 23,61
3 2007 1.263 23,08
4 2008 1.158 21,16
5 2009 850 15,54
Jumlah 5.472 100,00
Dari Tabel 5.2. dapat dilihat bahwa berdasarkan tahun di Kota Dumai tahun
2005-2009 proporsi penderita malaria tertinggi ada pada tahun 2006 yaitu 1.292 penderita (23,61%) dan yang terendah pada tahun 2009 yaitu 850 penderita (15,54%). Frekuensi kasus malaria dari tahun 2005-2009 menurun sebanyak 59 kasus dengan
simple ratio penurunan 1,07 kali (KKK ) dan persentase penurunan 6,49% ( x 100%). Trend penderita malaria di Kota Dumai pada tahun 2005-2009
berdasarkan data tahun 2005-2009 berada pada persamaan garis y= 1.170-25,2x.
5.3. Distribusi Proporsi Penderita Malaria Berdasarkan Sosiodemografi (Umur, Jenis Kelamin, Agama, Pekerjaan, dan Suku Bangsa) di Kota Dumai Tahun 2005-2009
Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Malaria Berdasarkan Umur di Kota Dumai Tahun 2005-2009
No Sosiodemografi Jenis Kelamin Jumlah
Laki-laki Perempuan
f % f % f %
1 Umur
1. 2-9 tahun 2. 10-17 tahun 3. 18-25 tahun 4. 26-33 tahun 5. 34-41 tahun 6. 42-49 tahun 7. 50-57 tahun 8. 58-65 tahun 9. 66-73 tahun 10.74-80 tahun
29 32 41 57 49 13 6 3 4 2 7,8 8,6 11,0 15,3 13,1 3,5 1,6 0,8 1,1 0,5 16 17 23 31 23 16 6 4 1 0 4,3 4,5 6,2 8,3 6,2 4,3 1,6 1,1 0,2 0 45 49 64 88 72 29 12 7 5 2 12,1 13,1 17,2 23,6 19,3 7,8 3,2 1,9 1,3 0,5
Jumlah 236 63,3 137 36,7 373 100,00
Dari Tabel 5.3. dapat dilihat bahwa berdasarkan kelompok umur, proporsi penderita malaria tertinggi adalah kelompok umur 26-33 tahun 23,6% dan yang
terendah adalah kelompok umur 74-81 tahun 0,5%. Umur termuda adalah 2 tahun dan yang tertua adalah 80 tahun.
Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki lebih banyak daripada perempuan dengan
Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita Malaria Berdasarkan Suku Bangsa Agama, dan Pekerjaan di Kota Dumai Tahun 2005-2009
No Sosiodemografi f %
1 Suku Bangsa : 1. Melayu 2. Jawa 3. Batak 4. Minang 5. Lain-lain 250 49 35 23 16 67,0 13,1 9,4 6,2 4,3
Jumlah 373 100,00
2 Agama : 1. Islam 2. Protestan 3. Khatolik 4. Budha 322 31 7 13 86,3 8,3 1,9 3,5
Jumlah 373 100,00
3 Pekerjaan : 1. Petani 2. Nelayan
3. Pegawai Swasta 4. Wiraswasta 5. Pelajar 6. Tidak bekerja
132 38 33 31 72 67 35,4 10,2 8,8 8,3 19,3 18,0
Jumlah 373 100,00
Dari Tabel 5.4. dapat dilihat bahwa berdasarkan suku dapat dilihat bahwa proporsi penderita malaria tertinggi adalah suku melayu yaitu 250 penderita (67%)
dan yang terendah adalah suku lain-lain 16 penderita (4,3%).
Berdasarkan agama proporsi penderita malaria tertinggi adalah agama Islam
yaitu 322 penderita (86,3%) dan yang terendah adalah agama Khatolik 7 penderita (1,9%).
Berdasarkan pekerjaan dapat dilihat bahwa proporsi penderita malaria
Tabel 5.5. Distribusi Annual Malaria Incidence (AMI) Penderita Malaria Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas di Kota Dumai Tahun 2005-2009
No Kecamatan
Puskesmas f Jumlah
Penduduk
AMI(‰)
1 Dumai Timur Puskesmas Dumai Timur 397 49.678 7,99
Puskesmas Bumi Ayu 29 24.996 1,16
Puskesmas Jaya Mukti 24 22.413 1,07
Jumlah 450 97.087 4.64
2 Dumai Barat Puskesmas Dumai Barat 128 39.072 3,28
Puskesmas Bukit Timah 7 26.283 0,27
Puskesmas Purnama 94 21.712 4,33
Jumlah 229 87.067 2,63
3 Bukit Kapur Puskesmas Bukit Kapur 490 36.695 13,35
Jumlah 490 36.695 13,35
4 Sungai Sembilan
Puskesmas Sungai Sembilan
4.125 26.552 155,35
Jumlah 4.125 26.552 155,35
5 Medang Kampai
Puskesmas Medang Kampai
178 9.087 19,59
Jumlah 178 9.087 19,59
Total 5.472 256.488 21,33
Dari Tabel 5.5.dapat dilihat bahwa berdasarkan tempat tinggal AMI tertinggi
terdapat di wilayah kerja Puskesmas Sungai Sembilan Kecamatan Sungai Sembilan yaitu 155,35‰ dan yang terendah adalah di wilayah kerja Puskesmas Bukit Timah Kecamatan D