KARAKTERISTIK PENDERITA STRUMA RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN
TAHUN 2005-2009
SKRIPSI
Oleh :
NIM. 061000085 KIKI RISMADI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KARAKTERISTIK PENDERITA STRUMA RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN
TAHUN 2005-2009
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
NIM. 061000085 KIKI RISMADI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judu l :
KARAKTERISTIK PENDERITA STRUMA RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN
TAHUN 2005-2009
Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :
NIM. 061000085 KIKI RISMADI
Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 28 Juni 2010 dan
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima
Tim Penguji
Ketua Penguji Penguji I
Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH
NIP.194904171979021001 NIP.196404041992031005 Drs.Jemadi,M.Kes
Penguji II Penguji III
Prof. dr. Nerseri Barus, MPH drh.Hiswani.M.Kes
NIP. 194508171973022001 NIP. 196501121994022001
Medan, Juni 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara Dekan
ABSTRAK
Struma adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran
kelenjar tiroid akibat kelainan glandula tiroid dapat berupa gangguan fungsi atau perubahan susunan kelenjar dan morfologinya. Berdasarkan hasil survei nasional tahun 2003 PR struma pada anak sekolah dasar di Indonesia sebesar 11,1 % dan PR struma di Provinsi Sumatera adalah sebagai berikut Sumatera Utara 5,3 %, Sumatera Barat 5,8 %, Riau 1,7 %, Jambi 5,5 %, Sumatera Selatan 9,9 %, Bengkulu 2,5 %, dan Lampung 13,2 %. Terdapat 155 penderita Struma di RS Santa Elisabeth tahun 2005-2009.
Untuk mengetahui karakteristik penderita struma rawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2005-2009 dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series. Polulasi dan sample berjumlah 155 orang (total sampling). Data diperoleh dari rekam medik, analisa data dengan uji Chi-square dan Anova.
Hasil penelitian didapat kenaikan trend menurut garis persamaan Y= 14,8+5,4x. Proporsi tertinggi penderita struma pada kelompok umur 20-40 tahun 28,9%, jenis kelamin perempuan (80,0%), suku Batak (72,6%), agama Kristen Protestan (49,7%), pekerjaan karyawan/pegawai swasta (39,8%), status perkawinan menikah (98,7%), jenis struma non toksik 60,0%, penatalaksanaan medis non bedah (56,8%), lama rawatan rata-rata 7,63 hari (8 hari), pulang berobat jalan (89,1%). Tidak ada perbedaan yang bermakna antara umur berdasarkan jenis struma (p=0,691). Tidak ada perbedaan yang bermakna antara jenis kelamin berdasarkan jenis struma (p=0,059). Tidak ada perbedaan yang bermakna antara status perkawinan berdasarkan jenis struma (p=0,161). Proporsi penatalaksanaan medis bedah secara bermakana lebih tinggi pada struma non toksik dibandingkan struma toksik (63,9% vs 36,1%; χ2 = 16,72; p = 0,000). Tidak ada perbedaan lama rawatan berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p=0,302)
Pihak RS Santa Elisabeth Medan diharapkan untuk melengkapi pencatatan rekam medis misalnya suku, pekerjaan dan status perkawinan. Kepada dokter dan perawat RS Santa Elisabeth Medan agar memberikan pemahaman kepada pasien dalam penatalaksanaan medis yang sesuai dengan jenis struma.
ABSTRACT
Goiter is a swelling of the neck because of the enlargement of the thyroid gland as a glandula thyroid disfunction or change the arrangement of glands and morfology. Based on the results of a national survey in 2003 prevalence rate goiter in elementary school children in Indonesia is 11,1% and prevalence rate goiter in Sumatra following the North Sumatera 5,3%, West Sumatera 5,8%, Riau 1,7%, Jambi 5,5%, South Sumatra 9,9%, Bengkulu 2,5%, and Lampung 13,2%. There are 155 patients with goiter in a hospital in Santa Elisabeth 2005-2009.
To determine the characteristic of struma patients hospitalized at Santa Elisabeth Hospital Medan in 2005-2009 conducted a descriptive study with a case series design. Population and sample amounted to 155 persons (total sampling). Data collected from medical records, analyzed the data using Chi-square test and Anova.
The results obtained by increasing trend line equation Y = 14,8+ 5,4 x. The highest proportion of patients with goiter in the age group 20-40 years 28,9%, with female (80,0%), Batak ethnic (72,6%), Protestant (49,7%), private officials (39,8%), married (98,7%), non-toxic goiter of 60,0%, non-surgical management of medic (5,8%, ), duration of treatment on average 7,63 days (8 days), clinical stage (89,1%) . There was no significant difference between the age based on the type of goiter (p = 0,691). There were no significant difference between sex based on the type of goiter (p = 0,059). There was no significant difference between the status of marriage based on the type of goiter (p = 0,161). Proportion of surgical procedure in which medical treatment significance was higher in toxic non goiter compared with toxic goiter (63,9% vs 36,1%, χ2 = 16,72, p = 0,000 ). There was no significant difference between duration of treatment on average based on condition out of hospital (p = 0,302).
Santa Elisabeth Hospital Medan are expected to complete the posting medical record such ethnic, employment and marriage status. To the doctor and nurse Santa Elisabeth Hospital Medan give understanding to the management medic of patient which represents the type of goiter.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama : Kiki Rismadi
Tempat/Tanggal Lahir : Belawan/ 9 Januari 1989
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
Jumlah anggota keluarga : 5 (lima) bersaudara
Alamat rumah : Komplek TNI-AL Lumba- Lumba Blok E No. 6
Belawan Medan
Riwayat Pendidikan : 1. 1997-2002 : SD Muhammadiyah 04
2. 2002-2004 : SLTP Muhammadiyah 06
3. 2004-2006 : SMA Hang Tuah
4. 2006-2010 : Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
atas berkah dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“Karakteristik Penderita Struma Rawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2005-2009”.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH. selaku ketua Departemen
Epidemiologi dan Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah memberikan
pengarahan, masukan, dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Drs. Jemadi, M.Kes. selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah
memberikan pengarahan, masukan, dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Prof. dr. Nerseri Barus, MPH. selaku Dosen Pembanding I yang telah
memberikan saran dan masukan untuk penyempurnaan skripsi ini.
5. Ibu drh. Hiswani, M.Kes. selaku Dosen Pembanding II yang telah
memberikan saran dan masukan untuk penyempurnaan skripsi ini.
6. Ibu Ir. Indra Cahaya M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis di
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
7. Seluruh dosen dan pegawai di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.
8. Direktur RS Santa Elisabeth Medan yang telah memberi izin bagi penulis
untuk melakukan penelitian di rumah sakit tersebut, serta pegawai Diklat dan
Rekam Medis yang turut membantu dalam pengumpulan data.
9. Orangtua tercinta Ayahanda Sumadi dan Ibunda Rini Riswati yang telah
memberikan doa, semangat, dukungan moril dan materi bagi penulis dalam
meyelesaikan seluruh jenjang pendidikan.
10. Adikku tersayang (Nurul Rismadi, Masyita Rismadi, Siti Maulidya Rismadi
dan Restu Ibrahim Rismadi) terima kasih atas doa dan semangatnya.
11. Temen-temen peminatan Epidemiologi FKM-USU, Bella, Enda, Tessi, Erna,
Dian, Cindy, Wilma, Geni, Ayu, Adel, Regina, Icha dan lainya terima kasih
atas doa, bantuan, semangat dan kebersamaanya
12. Sahabat- sahabat terbaik (Lia, Fitri, Elvi, Dedek, Wina, Novita, Leny, Arni
dan lainnya) yang telah membantu dan memberikan semangat serta doanya
kepeda penulis
13. Temen-teman pengurus dan mantan pengurus HMI FKM-USU dan PEMA
terima kasih atas dukungan kepada penulis.
Akhirnya kepada seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materi, penulis
ucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya.
Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam skripsi ini masih jauh
dari sempurna dan memiliki banyak kekurangan. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Medan, Juni 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan ... i
Abstrak ... ii
Daftar Riwayat Hidup ... iii
Kata Pengantar ... iv
Daftar Isi ... vi
Daftar Tabel ... viii
Daftar Gambar ... ix
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 4
1.3. Tujuan Penelitian ... 4
1.3.1 Tujuan Umum ... 4
1.3.2 Tujuan Khusus ... 4
1.4. Manfaat Penelitian ... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Struma ... 7
2.2. Anatomi Tiroid ... 7
2.3. Fisiologi Tiroid ... 8
2.4. Patogenesis Struma ... 9
2.5. Klasifikasi Struma ... 10
2.5.1Berdasarkan Fisiologisnya………..10
2.5.2Berdasarkan Klinisnya………12
2.6. Epidemiologi Struma ... 14
2.6.1 Distribusi Frekuensi ... 14
2.6.2 Determinan Struma ... 15
2.7. Pencegahan ... 17
2.7.1. Pencegahan Primer ... 17
2.7.2. Pencegahan Sekunder... 18
2.7.3. Pencegahan Tersier ... 22
BAB 3 KERANGKA KONSEP 3.1. Kerangka Konsep ... 23
3.2. Defenisi Operasional Variabel ... 23
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 27
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27
4.2.1 Lokasi Penelitian... 27
4.2.2 Waktu Penelitian ... 27
4.3. Populasi dan Sampel ... 27
4.3.1 Populasi ... 27
4.3.2 Sampel ... 27
4.4. Metode Pengumpulan Sampel ... 28
4.5. Teknik Analisa Data ... 28
5.2. Sosiodemografi Penderita Struma ... 30
5.2.1Umur dan Jenis Kelamin...30
5.2.2Suku...31
5.2.3Agama...32
5.2.4Pekerjaan...32
5.2.5Status Perkawinan...33
5.3. JenisStruma...34
5.4. Penatalaksanaan Medis Penderita Struma ... 34
5.5. Lama Rawatan Rata-rata Penderita Struma ... 35
5.6. Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Struma ... 36
5.7. Analisa Statistik ... 37
5.7.1. Umur Berdasarkan Jenis Struma ... 37
5.7.2. Jenis Kelamin Berdasarkan Jenis Struma... 38
5.7.3. Status Perkawinan Berdasarkan Jenis Struma ... 38
5.7.4. Jenis Struma Berdasarkan Penatalaksanaan Medis ... 39
5.7.5. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 40
BAB 6 PEMBAHASAN 6.1. Trend (Kecenderungan) Kunjungan Penderita Struma Berdasarkan Data Tahun 2005-2009 ... 41
6.2. Sosiodemografi Penderita Struma ... 42
6.2.1. Umur dan Jenis Kelamin ... 42
6.2.2. Suku ... 43
6.2.3. Agama ... 44
6.2.4. Pekerjaan ... 45
6.2.5Status Perkawinan...46
6.3. Distribusi Proporsi Penderita Struma Berdasarkan Jenis Struma ... 47
6.4. Distribusi Proporsi Penderita Struma Berdasarkan Penatalaksanaan Medis ... 48
6.5. Lama Rawatan Rata-rata Penderita Struma ... 49
6.6. Distribusi Proporsi Penderita Struma Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 50
6.7. Analisis Statistik ... 51
6.7.1. Umur Berdasarkan Jenis Struma ... 51
6.7.2. Jenis Kelamin Berdasarkan Jenis Struma... 52
6.7.3. Status Perkawinan Berdasarkan Jenis Struma ... 53
6.7.4. Jenis Struma Berdasarkan Penatalaksanaan Medis ... 54
6.7.5. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 56
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan ... 58
7.2. Saran ... 59 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Distribusi Proporsi Penderita Struma Berdasarkan Tahun yang Rawat Inap di RS Santa Elisabeth Medan Tahun
2005-2009……… 29
Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita Struma Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin yang Rawat Inap di RS Santa Elisabeth Medan Tahun
2005-2009……… 30
Tabel 5.3 Distribusi Proporsi Penderita Struma Berdasarkan Suku yang Rawat Inap di RS Santa Elisabeth Medan Tahun
2005-2009………
31 Tabel 5.4 Distribusi Proporsi Penderita Struma Berdasarkan Suku
Tercatat yang Rawat Inap di RS Santa Elisabeth Medan Ta
hun 2005 - 2009……… 31
Tabel 5.5 Distribusi Proporsi Penderita Struma Berdasarkan Agama yang Rawat Inap di RS Santa Elisabeth Medan Tahun
2005-2009……… 32
Tabel 5.6 Distribusi Proporsi Penderita Struma Berdasarkan Pekerjaan yang Rawat Inap di RS Santa Elisabeth Medan Tahun
2005-2009……… 32
Tabel 5.7 Distribusi Proporsi Penderita Struma Berdasarkan Pekerjaan Tercatat yang Rawat Inap di RS Santa Elisabeth Medan Tahun
2005-2009……… 33
Tabel 5.8 Distribusi Proporsi Penderita Struma Berdasarkan Status Perkawinan yang Rawat Inap di RS Santa Elisabeth Med an
Tahun 2005-2009……… 33
Tabel 5.9 Distribusi Proporsi Penderita Struma Berdasarkan Status Perkawinan Tercatat yang Rawat Inap di RS Santa Elisab
ethMedan Tahun 2005-2009……… 34
Tabel 5.10 Distribusi Proporsi Penderita Struma Berdasarkan Jenis Struma yang Rawat Inap di RS Santa Elisabeth Medan
Tahun 2005
Tabel 5.11 Distribusi Proporsi Penderita Struma Berdasarkan Penatalaksanaan Medis yang Rawat Inap di RS Santa Elisabeth Medan Tahun
2005-2009……… 35
Tabel 5.12 Lama Rawatan Rata-rata Penderita Struma yang Rawat
Inap di
RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2005 -2009……… 35
Tabel 5.13 Distribusi Proporsi Penderita Struma Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang yang Rawat Inap di RS Santa Elisabeth Medan Tahun
2005-2009……… 36
Tabel 5.14 Distribusi Proporsi Umur Penderita Struma Berdasarkan Jenis Struma yang Rawat Inap di RS Santa Elisabeth Medan Tahun
2005-2009……….. 37
Tabel 5.15 Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Struma Berdasarkan Jenis Struma yang Rawat Inap di RS Sa
nta Elisabeth Medan Tahun 2005-2009………... 38
Tabel 5.16 Distribusi Proporsi Status Perkawinan Penderita Struma Berdasarkan Jenis Struma yang Rawat Inap di RS Sa
nta Elisabeth Medan Tahun 2005 -2009……… 38
Tabel 5.17 Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Jenis Struma yang Rawat Inap di RS Santa Elisabeth Medan Tahun
2005-2009……… 39
Tabel 5.18 Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Struma Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang yang Rawat Inap Di RS Santa Elisabeth Medan Tahun
ABSTRAK
Struma adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran
kelenjar tiroid akibat kelainan glandula tiroid dapat berupa gangguan fungsi atau perubahan susunan kelenjar dan morfologinya. Berdasarkan hasil survei nasional tahun 2003 PR struma pada anak sekolah dasar di Indonesia sebesar 11,1 % dan PR struma di Provinsi Sumatera adalah sebagai berikut Sumatera Utara 5,3 %, Sumatera Barat 5,8 %, Riau 1,7 %, Jambi 5,5 %, Sumatera Selatan 9,9 %, Bengkulu 2,5 %, dan Lampung 13,2 %. Terdapat 155 penderita Struma di RS Santa Elisabeth tahun 2005-2009.
Untuk mengetahui karakteristik penderita struma rawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2005-2009 dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series. Polulasi dan sample berjumlah 155 orang (total sampling). Data diperoleh dari rekam medik, analisa data dengan uji Chi-square dan Anova.
Hasil penelitian didapat kenaikan trend menurut garis persamaan Y= 14,8+5,4x. Proporsi tertinggi penderita struma pada kelompok umur 20-40 tahun 28,9%, jenis kelamin perempuan (80,0%), suku Batak (72,6%), agama Kristen Protestan (49,7%), pekerjaan karyawan/pegawai swasta (39,8%), status perkawinan menikah (98,7%), jenis struma non toksik 60,0%, penatalaksanaan medis non bedah (56,8%), lama rawatan rata-rata 7,63 hari (8 hari), pulang berobat jalan (89,1%). Tidak ada perbedaan yang bermakna antara umur berdasarkan jenis struma (p=0,691). Tidak ada perbedaan yang bermakna antara jenis kelamin berdasarkan jenis struma (p=0,059). Tidak ada perbedaan yang bermakna antara status perkawinan berdasarkan jenis struma (p=0,161). Proporsi penatalaksanaan medis bedah secara bermakana lebih tinggi pada struma non toksik dibandingkan struma toksik (63,9% vs 36,1%; χ2 = 16,72; p = 0,000). Tidak ada perbedaan lama rawatan berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p=0,302)
Pihak RS Santa Elisabeth Medan diharapkan untuk melengkapi pencatatan rekam medis misalnya suku, pekerjaan dan status perkawinan. Kepada dokter dan perawat RS Santa Elisabeth Medan agar memberikan pemahaman kepada pasien dalam penatalaksanaan medis yang sesuai dengan jenis struma.
ABSTRACT
Goiter is a swelling of the neck because of the enlargement of the thyroid gland as a glandula thyroid disfunction or change the arrangement of glands and morfology. Based on the results of a national survey in 2003 prevalence rate goiter in elementary school children in Indonesia is 11,1% and prevalence rate goiter in Sumatra following the North Sumatera 5,3%, West Sumatera 5,8%, Riau 1,7%, Jambi 5,5%, South Sumatra 9,9%, Bengkulu 2,5%, and Lampung 13,2%. There are 155 patients with goiter in a hospital in Santa Elisabeth 2005-2009.
To determine the characteristic of struma patients hospitalized at Santa Elisabeth Hospital Medan in 2005-2009 conducted a descriptive study with a case series design. Population and sample amounted to 155 persons (total sampling). Data collected from medical records, analyzed the data using Chi-square test and Anova.
The results obtained by increasing trend line equation Y = 14,8+ 5,4 x. The highest proportion of patients with goiter in the age group 20-40 years 28,9%, with female (80,0%), Batak ethnic (72,6%), Protestant (49,7%), private officials (39,8%), married (98,7%), non-toxic goiter of 60,0%, non-surgical management of medic (5,8%, ), duration of treatment on average 7,63 days (8 days), clinical stage (89,1%) . There was no significant difference between the age based on the type of goiter (p = 0,691). There were no significant difference between sex based on the type of goiter (p = 0,059). There was no significant difference between the status of marriage based on the type of goiter (p = 0,161). Proportion of surgical procedure in which medical treatment significance was higher in toxic non goiter compared with toxic goiter (63,9% vs 36,1%, χ2 = 16,72, p = 0,000 ). There was no significant difference between duration of treatment on average based on condition out of hospital (p = 0,302).
Santa Elisabeth Hospital Medan are expected to complete the posting medical record such ethnic, employment and marriage status. To the doctor and nurse Santa Elisabeth Hospital Medan give understanding to the management medic of patient which represents the type of goiter.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Perubahan negara agraris ke negara industri banyak memberi andil terhadap
perubahan pola fertilitas, gaya hidup, sosial ekonomi, yang pada gilirannya dapat
memacu semakin meningkatnya penyakit tidak menular. Pentingnya pengetahuan
tentang penyakit tidak menular dilatar belakangi dengan kecenderungan semakin
meningkatnya prevalensi PTM (Penyakit Tidak Menular) dalam masyarakat,
termasuk kalangan masyarakat Indonesia. 1
Menurut WHO (2004), proporsi kematian di dunia yang disebabkan oleh
penyakit tidak menular sebesar 60% dan proporsi kesakitan sebesar 47%, dan
diperkirakan pada tahun 2020 proporsi kematian akan meningkat menjadi 73%
dan proporsi kesakitan menjadi 60%. 2
Kelenjar tiroid berfungsi mengatur proses oksidasi, pengeluaran
karbondioksida, pada anak mempengaruhi perkembangan fisik dan mental,
kelenjar ini juga mensekresi hormon tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) yang
berasal dari yodium yang masuk ke dalam tubuh dari makanan dan air minum.3,4
Struma merupakan penyakit yang diakibatkan oleh kekurangan yodium
sebagai unsur utama dalam pembentukan hormon T3 dan T4 sehingga untuk
mengimbangi kekurangan tersebut, kelenjar tiroid bekerja lebih aktif dan
menimbulkan pembesaran yang mudah terlihat di kelenjar tiroid.
Struma dapat diklasifikasikan berdasarkan fisiologis yaitu termasuk di
dalamnya eutirodisme, hipotiroidisme, dan hipertiroidisme. Berdasarkan
dan struma nodular serta berdasarkan klinis dibedakan atas struma toksik dan
struma non toksik.5
Menurut hasil penelitian Tunbridge, et al di Inggris tahun 1977 IR
(incidence rate) penyakit Graves yang merupakan struma difusa toksik
100-200/100.000 penduduk,11 dan tahun 1995 IR penyakit Graves pada perempuan
80/100.000 perempuan tiap tahunnya.6 Hasil penelitian Allan, C, et al di
Denmark (1997-2000), PR (prevalence rate) hipotiroidisme 33/100.000
penduduk tiap tahunnya.7
Hasil penelitian Abraham, et al di Swedia tahun 2003-2005 ditemukan IR
hipertiroidisme 32,7/100.000 penduduk tiap tahunnya, IR Graves 24,5/100.000
penduduk tiap tahunnya.8 Hasil penelitian Guth S, et al di Jerman tahun 2006
yang dilakukan pada 635 orang (210 perempuan dan 425 orang laki-laki) yang
menjalani pemeriksaan USG kelenjar tiroid ditemukan 432 orang (68,03%)
mengalami struma.9
Penelitian H. Moayeri dan Z. Haghshenas di Iran University of Medical
Sciences tahun 2004 menemukan 384 kasus yang didiagnosis menderita struma
diantaranya 320 orang (83,4%) eutiroidisme, 49 orang (12,7%) hipotiroidisme
dan 15 orang (3,9%) hipertiroidisme.10
Penelitian Rebecca, et al di India tahun 2005 dilakukan pemeriksaan
terhadap 505 perempuan dengan usia antara 20-80 tahun ditemukan 80 orang
(15,8%) menderita disfungsi tiroid, 425 orang (84,2%) eutiroidisme, 58 orang
(11,5%) hipotiroidisme, dan 9 orang (1,8%) hipertiroidisme.11
Penelitian Chandra, et al di India tahun 2009 PR (prevalence rate) struma
Bangladesh pada September 2004 – Maret 2005, PR struma 6,2% pada 7.233
anak – anak dan PR struma 55,6% pada 6.408 perempuan. 13
Berdasarkan hasil Depkes RI tahun 2003 program pencegahan dan penan
ggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) di Indonesia PR
struma difusa non toksik (gondok) pada anak sekolah dasar di Indonesia sebesar
11,1%.14 Berdasarkan data Depkes tahun 2005, dari 56.890 kasus penyakit
metabolik dan lainnya yang dirawat inap di rumah sakit seluruh Indonesia
sebanyak 913 kasus (1,6%) tirotoksikosis dengan CFR (case fatality rate) 7,3%
dan 4.065 kasus (7,14%) struma lainnya dengan CFR 3,6%.15
Penelitian Azamris di Rumah Sakit Perjan Dr. M Jamil Padang pada Mei-
November 2004 pada 30 orang penderita struma (25 wanita dan 5 pria) dilakukan
pemeriksaan histopatologi ditemukan keganasan struma pada 4 orang (0,13%). 16
Penelitian Retno Adriyanto di Kecamatan Bulak Surabaya tahun 2008, pada 23
siswa kelas IV yang dipilh secara acak kemudian diperiksa pembesaran kelenjar
gondok secara palpasi diketahui PR struma 24,3%.17
Penelitian Gunanti dan Inang Retno di Desa Randegesari Jawa Timur
selama Maret 2004-Agustus 2004, PR GAKY pada anak usia sekolah 26,8%
dengan mengambil sampel sejumlah 50 orang anak usia sekolah dasar dan
dilakukan pemeriksaan dengan metode palpasi kelenjar gondok.18
Berdasarkan hasil survey nasional tahun 2003 PR GAKY pada anak sekolah
dasar di Indonesia sebesar 11,1 % dan PR GAKY di Provinsi Sumatera adalah
sebagai berikut Sumatera Utara 5,3 %, Sumatera Barat 5,8 %, Riau 1,7 %, Jambi
Hasil survei awal yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Santa Elisabeth
Medan terdapat 135 orang penderita struma pada tahun 2005-2009. Pada tahun
2005 ada 17 kasus, 2006 ada 25 kasus, 2007 ada 34 kasus, 2008 ada 36 kasus,
2009 ada 40 kasus. Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu dilakukan
penelitian tentang karakteristik penderita struma rawat inap di Rumah Sakit
Umum Santa Elisabeth Medan tahun 2005-2009
1.2. Perumusan Masalah
Belum diketahui karakteristik penderita struma rawat inap di Rumah Sakit
Umum Santa Elisabeth Medan Tahun 2005-2009.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui karakteristik penderita struma rawat inap di
Rumah Sakit Umum Santa Elisabeth tahun 2005-2009.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui trend kunjungan penderita struma rawat inap
berdasarkan data tahun 2005-2009
b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita struma berdasarkan s
osiodemografi yang meliputi umur, jenis kelamin, suku,
agama, pekerjaan dan status perkawinan
c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita struma berdasarkan jenis
d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita struma berdasarkan
penatalaksanaan medis yang diberikan.
e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita struma berdasarkan lama
rawatan rata-rata.
f. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita struma berdasarkan
keadaan sewaktu pulang.
g. Untuk mengetahui perbedaan proporsi umur penderita struma
berdasarkan jenis struma.
h. Untuk mengetahui perbedaan proporsi jenis kelamin penderita struma
berdasarkan jenis struma.
i. Untuk mengetahui perbedaan proporsi status perkawinan penderita
struma berdasarkan jenis struma.
j. Untuk mengetahui perbedaan proporsi jenis struma berdasarkan
penatalaksanaan medis.
k. Untuk mengetahui perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan
keadaan sewaktu pulang.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Sebagai bahan masukan bagi pihak Rumah Sakit Umum Santa Elisabeth
Medan dalam usaha peningkatan pelayanan kesehatan sehubungan dengan
upaya perawatan dan pengobatan terhadap penderita struma.
1.4.2. Sebagai bahan masukan atau referensi bagi peneliti yang akan melakukan
penelitian tentang struma, dan sebagai sarana meningkatkan wawasan dan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Struma
Struma disebut juga goiter adalah suatu pembengkakan pada leher oleh
karena pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan glandula tiroid dapat berupa
gangguan fungsi atau perubahan susunan kelenjar dan morfologinya.20
Dampak struma terhadap tubuh terletak pada pembesaran kelenjar tiroid
yang dapat mempengaruhi kedudukan organ-organ di sekitarnya. Di bagian
posterior medial kelenjar tiroid terdapat trakea dan esophagus. Struma dapat
mengarah ke dalam sehingga mendorong trakea, esophagus dan pita suara
sehingga terjadi kesulitan bernapas dan disfagia. Hal tersebut akan berdampak
terhadap gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi serta cairan dan elektrolit. Bila
pembesaran keluar maka akan memberi bentuk leher yang besar dapat asimetris
atau tidak, jarang disertai kesulitan bernapas dan disfagia.21
2.2. Anatomi Tiroid
Kelenjar tiroid/gondok terletak di bagian bawah leher, kelenjar ini
memiliki dua bagian lobus yang dihubungkan oleh ismus yang masing-masing
berbetuk lonjong berukuran panjang 2,5-5 cm, lebar 1,5 cm, tebal 1-1,5 cm dan
berkisar 10-20 gram. Kelenjar tiroid sangat penting untuk mengatur metabolisme
dan bertanggung jawab atas normalnya kerja setiap sel tubuh. Kelenjar ini
memproduksi hormon tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) dan menyalurkan
hormon tersebut ke dalam aliran darah. Terdapat 4 atom yodium di setiap molekul
T4 dan 3 atom yodium pada setiap molekul T3. Hormon tersebut dikendalikan oleh
dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar hipofisis. Yodium adalah bahan dasar
pembentukan hormon T3 dan T4 yang diperoleh dari makanan dan minuman yang
mengandung yodium.4 Gambar anatomi tiroid dapat dilihat di bawah ini.
Gambar 2.1. Kelenjar Tiroid 5
2.3. Fisiologi Kelenjar Tiroid
Hormon tiroid memiliki efek pada pertumbuhan sel, perkembangan dan
metabolisme energi. Selain itu hormon tiroid mempengaruhi pertumbuhan
pematangan jaringan tubuh dan energi, mengatur kecepatan metabolisme tubuh
dan reaksi metabolik, menambah sintesis asam ribonukleat (RNA), menambah
produksi panas, absorpsi intestinal terhadap glukosa,merangsang pertumbuhan
somatis dan berperan dalam perkembangan normal sistem saraf pusat. Tidak
adanya hormon-hormon ini, membuat retardasi mental dan kematangan
neurologik timbul pada saat lahir dan bayi.3,22
2.4. Patogenesis Struma
Struma terjadi akibat kekurangan yodium yang dapat menghambat
pembentukan hormon tiroid oleh kelenjar tiroid sehingga terjadi pula
penghambatan dalam pembentukan TSH oleh hipofisis anterior. Hal tersebut
kemudian menyebabkan sel-sel tiroid mensekresikan tiroglobulin dalam jumlah
yang besar (kolid) ke dalam folikel, dan kelenjar tumbuh makin lama makin
bertambah besar. Akibat kekurangan yodium maka tidak terjadi peningkatan
pembentukan T4 dan T3, ukuran folikel menjadi lebih besar dan kelenjar tiroid
dapat bertambah berat sekitar 300-500 gram.20
Selain itu struma dapat disebabkan kelainan metabolik kongenital yang
menghambat sintesa hormon tiroid, penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia
(goitrogenic agent), proses peradangan atau gangguan autoimun seperti penyakit
Graves. Pembesaran yang didasari oleh suatu tumor atau neoplasma dan
penghambatan sintesa hormon tiroid oleh obat-obatan misalnya thiocarbamide,
sulfonylurea dan litium, gangguan metabolik misalnya struma kolid dan struma
non toksik (struma endemik).23
2.5. Klasifikasi Struma
2.5.1. Berdasarkan Fisiologisnya
Berdasakan fisiologisnya struma dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Eutiroidisme
Eutiroidisme adalah suatu keadaan hipertrofi pada kelenjar tiroid yang
disebabkan stimulasi kelenjar tiroid yang berada di bawah normal sedangkan
kelenjar hipofisis menghasilkan TSH dalam jumlah yang meningkat. Goiter atau
struma semacm ini biasanya tidak menimbulkan gejala kecuali pembesaran pada
leher yang jika terjadi secara berlebihan dapat mengakibatkan kompresi trakea.24
b. Hipotiroidisme
Hipotiroidisme adalah kelainan struktural atau fungsional kelenjar tiroid
untuk mempertahankan kadar plasma yang cukup dari hormon. Beberapa pasien
hipotiroidisme mempunyai kelenjar yang mengalami atrofi atau tidak mempunyai
kelenjar tiroid akibat pembedahan/ablasi radioisotop atau akibat destruksi oleh
antibodi autoimun yang beredar dalam sirkulasi.25,26 Gejala hipotiroidisme adalah
penambahan berat badan, sensitif terhadap udara dingin, dementia, sulit
berkonsentrasi, gerakan lamban, konstipasi, kulit kasar, rambut rontok, mensturasi
berlebihan, pendengaran terganggu dan penurunan kemampuan bicara. 27,28
Gambar penderita hipotiroidisme dapat terlihat di bawah ini.
Gambar 2.2 Hipotiroidisme 5 c. Hipertiroidisme
Dikenal juga sebagai tirotoksikosis atau Graves yang dapat didefenisikan
sebagai respon jaringan-jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik hormon
tiroid yang berlebihan.29 Keadaan ini dapat timbul spontan atau adanya sejenis
antibodi dalam darah yang merangsang kelenjar tiroid, sehingga tidak hanya
produksi hormon yang berlebihan tetapi ukuran kelenjar tiroid menjadi besar.
Gejala hipertiroidisme berupa berat badan menurun, nafsu makan meningkat,
keringat berlebihan, kelelahan, leboh suka udara dingin, sesak napas. Selain itu
mata melotot (eksoftalamus), diare, haid tidak teratur, rambut rontok, dan atrofi
otot.27,28 Gambar penderita hipertiroidisme dapat terlihat di bawah ini.
Gambar 2.3. Hipertiroidisme 5
2.5.2. Berdasarkan Klinisnya
Secara klinis pemeriksaan klinis struma toksik dapat dibedakan menjadi
sebagai berikut :
a. Struma Toksik
Struma toksik dapat dibedakan atas dua yaitu struma diffusa toksik dan
struma nodusa toksik. Istilah diffusa dan nodusa lebih mengarah kepada
perubahan bentuk anatomi dimana struma diffusa toksik akan menyebar luas ke
jaringan lain. Jika tidak diberikan tindakan medis sementara nodusa akan
memperlihatkan benjolan yang secara klinik teraba satu atau lebih benjolan
(struma multinoduler toksik).30
Struma diffusa toksik (tiroktosikosis) merupakan hipermetabolisme karena
jaringan tubuh dipengaruhi oleh hormon tiroid yang berlebihan dalam darah.
goiter), bentuk tiroktosikosis yang paling banyak ditemukan diantara
hipertiroidisme lainnya.31
Perjalanan penyakitnya tidak disadari oleh pasien meskipun telah diiidap
selama berbulan-bulan. Antibodi yang berbentuk reseptor TSH beredar dalam
sirkulasi darah, mengaktifkan reseptor tersebut dan menyebabkan kelenjar tiroid
hiperaktif. 32
Meningkatnya kadar hormon tiroid cenderung menyebabkan peningkatan
pembentukan antibodi sedangkan turunnya konsentrasi hormon tersebut sebagai
hasilpengobatan penyakit ini cenderung untuk menurunkan antibodi tetapi buka
n mencegah pembentukyna.32 Apabila gejala gejala hipertiroidisme bertambah ber
at dan mengancam jiwa penderita maka akan terjadi krisis tirotoksik. Gejala klinik
adanya rasa khawatir yang berat, mual, muntah, kulit dingin, pucat, sulit berbicara
dan menelan, koma dan dapat meninggal.20
b. Struma Non Toksik
Struma non toksik sama halnya dengan struma toksik yang dibagi menjadi
struma diffusa non toksik dan struma nodusa non toksik. Struma non toksik
disebabkan oleh kekurangan yodium yang kronik. Struma ini disebut sebagai
simple goiter, struma endemik, atau goiter koloid yang sering ditemukan di daerah
yang air minumya kurang sekali mengandung yodium dan goitrogen yang
menghambat sintesa hormon oleh zat kimia.31
Apabila dalam pemeriksaan kelenjar tiroid teraba suatu nodul, maka
pembesaran ini disebut struma nodusa. Struma nodusa tanpa disertai tanda-tanda
hipertiroidisme dan hipotiroidisme disebut struma nodusa non toksik. Biasanya
multinodular pada saat dewasa. Kebanyakan penderita tidak mengalami keluhan
karena tidak ada hipotiroidisme atau hipertiroidisme, penderita datang berobat
karena keluhan kosmetik atau ketakutan akan keganasan. Namun sebagian pasien
mengeluh adanya gejala mekanis yaitu penekanan pada esofagus (disfagia) atau
trakea (sesak napas), biasanya tidak disertai rasa nyeri kecuali bila timbul
perdarahan di dalam nodul.31
Struma non toksik disebut juga dengan gondok endemik, berat ringannya
endemisitas dinilai dari prevalensi dan ekskresi yodium urin. Dalam keadaan
seimbang maka yodium yang masuk ke dalam tubuh hampir sama dengan yang
diekskresi lewat urin. Kriteria daerah endemis gondok yang dipakai Depkes RI
adalah endemis ringan prevalensi gondok di atas 10 %-< 20 %, endemik sedang
20 % - 29 % dan endemik berat di atas 30 %.33
2.6. Epidemiologi Struma 2.6.1. Distribusi dan Frekuensi a. Orang
Data rekam medis Divisi Ilmu Bedah RSU Dr. Soetomo tahun 2001-2005
struma nodusa toksik terjadi pada 495 orang diantaranya 60 orang laki-laki (12,12
%) dan 435 orang perempuan (87,8 %) dengan usia terbanyak yaitu 31-40 tahun
259 orang (52,3 2%), struma multinodusa toksik yang terjadi pada 1.912 orang
diantaranya17 orang laki-laki (8,9 %) dan 174 perempuan (91,1%) dengan usia
b. Tempat dan Waktu
Penelitian Ersoy di Jerman pada tahun 2009 dilakukan palpasi atau
pemeriksaan benjolan pada leher dengan meraba leher 1.018 anak ditemukan 81
anak (8,0%) mengalami struma endemis atau gondok.35 Penelitian Tenpeny K.E
di Haiti pada tahun 2009 menemukan PR struma endemis 26,3 % yang dilakukan
pemeriksaan pada 1.862 anak usia 6-12 tahun.36
Penelitian Arfianty di Kabupaten Madiun tahun 2005 dengan sampel 40
anak yang terdiri dari 20 anak penderita gondok dan 20 anak bukan penderita
gondok menunjukan PR GAKY 31,9 % di Desa Gading (daerah endemik) dan
0,65 % di Desa Mejaya (daerah non endemik).37
2.6.2. Determinan Struma a. Host
Kasus struma lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki
namun dengan bertambah beratnya endemik, perbedaan seks tersebut hampir tidak
ada. Struma dapat menyerang penderita pada segala umur namun umur yang
semakin tua akan meningkatkan resiko penyakit lebih besar. Hal ini disebabkan
karena daya tahan tubuh dan imunitas seseorang yang semakin menurun seiring
dengan bertambahnya usia. 33
Berdasarkan penelitian Hemminichi K, et al yang dilakukan berdasarkan
data rekam medis pasien usia 0-75 tahun yang dirawat di rumah sakit tahun
1987-2007 di Swedia ditemukan 11.659 orang (50,9 %) mengalami struma non toxic,
9.514 orang (41,5 %) Graves disease, dan 1.728 orang (7,54%) struma nodular
b. Agent
Agent adalah faktor penyebab penyakit dapat berupa unsur hidup atau mati
yang terdapat dalam jumlah yang berlebihan atau kekurangan. Agent kimia
penyebab struma adalah goitrogen yaitu suatu zat kimia yang dapat menggangu
hormogenesis tiroid. Goitrogen menyebabkan membesarnya kelenjar tiroid seperti
yang terdapat dalam kandungan kol, lobak, padi-padian, singkong dan goitrin
dalam rumput liar. Goitrogen juga terdapat dalam obat-obatan seperti
propylthiouraci, lithium, phenylbutazone, aminoglutethimide, expectorants yang
mengandung yodium secara berlebih 23
Penggunaan terapi radiasi juga merupakan faktor penyebab struma yang
merupakan salah satu agen kimia karsinoma tiroid. Banyak terjadi pada kasus
anak-anak yang sebelumnya mendapatkan radiasi pada leher dan terapi yodium
radioaktif pada tirotoksikosis berat serta operasi di tempat lain di mana
sebelumnya tidak diketahui. Adanya hipertiroidisme mengakibatkan efek radiasi
setelah 5-25 tahun kemudian.23
c. Environment
Struma endemik sering terdapat di daerah-daerah yang air minumya
kurang sekali mengandung yodium. Daerah-daerah dimana banyak terdapat
struma endemik adalah di Eropa, pegunungan Alpen, pegunungan Andes,
Himalaya di mana iodinasi profilaksis tidak menjangkau masyarakat. Di Indonesia
banyak terdapat di daerah Minangkabau, Dairi, Jawa, Bali dan Sulawesi.34
Berdasarkan penelitian Mafauzy yang dilakukan di Kelantan Malaysia
pada tahun 1993 dari 31 daerah yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu wilayah
dengan usia >15 tahun ditemukan PR GAKY 23 % di wilayah pesisir dengan
kelompok usia terbanyak pada usia 36-45 tahun (33,9 %) , 35,9 % di wilayah
pedalaman pada usia 15-25 tahun (39,6 %) dan 44,9 % diantara pedalaman dan
pesisir pantai pada usia 26-35 tahun (54,3 %).39
Berdasarakan penelitian Juan di Spanyol pada tahun 2004 terhadap 634
orang yang berusia 55-91 tahun diperiksa ditemukan 325 orang (51,3 %)
mengalami goiter multinodular non toxic, 151 orang (23,8 %) goiter multinodular
toxic, 27 orang (4,3%) Graves disease, dan 8 orang (1,3 %) simple goiter.40
2.7. Pencegahan 33,34 2.7.1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah langkah yang harus dilakukan untuk
menghindari diri dari berbagai faktor resiko. Beberapa pencegahan yang dapat
dilakukan untuk mencegah terjadinya struma adalah :
a. Memberikan edukasi kepada masyarakat dalam hal merubah pola
perilaku makan dan memasyarakatkan pemakaian garam yodium
b. Mengkonsumsi makanan yang merupakan sumber yodium seperti ikan
laut
c. Mengkonsumsi yodium dengan cara memberikan garam beryodium
setelah dimasak, tidak dianjurkan memberikan garam sebelum
memasak untuk menghindari hilangnya yodium dari makanan
d. Iodisai air minum untuk wilayah tertentu dengan resiko tinggi. Cara ini
memberikan keuntungan yang lebih dibandingkan dengan garam
dengan yodida diberikan dalam saluran air dalam pipa, yodida yang
diberikan dalam air yang mengalir, dan penambahan yodida dalam
sediaan air minum.
e. Memberikan kapsul minyak beryodium (lipiodol) pada penduduk di
daerah endemik berat dan endemik sedang. Sasaran pemberiannya
adalah semua pria berusia 0-20 tahun dan wanita 0-35 tahun, termasuk
wanita hamil dan menyusui yang tinggal di daerah endemis berat dan
endemis sedang. Dosis pemberiannya bervariasi sesuai umur dan
kelamin.
f. Memberikan suntikan yodium dalam minyak (lipiodol 40%) diberikan
3 tahun sekali dengan dosis untuk dewasa dan anak-anak di atas 6
tahun 1 cc dan untuk anak kurang dari 6 tahun 0,2-0,8 cc.
2.7.2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya mendeteksi secara dini suatu penyakit,
mengupayakan orang yang telah sakit agar sembuh, menghambat progresifitas
penyakit yang dilakukan melalui beberapa cara yaitu :
a. Diagnosis 22 a.1. Inspeksi
Inspeksi dilakukan oleh pemeriksa yang berada di depan penderita yang
berada pada posisi duduk dengan kepala sedikit fleksi atau leher sedikit terbuka.
Jika terdapat pembengkakan atau nodul, perlu diperhatikan beberapa komponen
pada saat pasien diminta untuk menelan dan pulpasi pada permukaan
pembengkakan.
a.2. Palpasi
Pemeriksaan dengan metode palpasi dimana pasien diminta untuk duduk,
leher dalam posisi fleksi. Pemeriksa berdiri di belakang pasien dan meraba tiroid
dengan menggunakan ibu jari kedua tangan pada tengkuk penderita.
a.3. Tes Fungsi Hormon
Status fungsional kelenjar tiroid dapat dipastikan dengan perantara tes-tes
fungsi tiroid untuk mendiagnosa penyakit tiroid diantaranya kadar total tiroksin
dan triyodotiroin serum diukur dengan radioligand assay. Tiroksin bebas serum
mengukur kadar tiroksin dalam sirkulasi yang secara metabolik aktif. Kadar TSH
plasma dapat diukur dengan assay radioimunometrik.
Kadar TSH plasma sensitif dapat dipercaya sebagai indikator fungsi tiroid.
Kadar tinggi pada pasien hipotiroidisme sebaliknya kadar akan berada di bawah
normal pada pasien peningkatan autoimun (hipertiroidisme). Uji ini dapat
digunakan pada awal penilaian pasien yang diduga memiliki penyakit tiroid. Tes
ambilan yodium radioaktif (RAI) digunakan untuk mengukur kemampuan
kelenjar tiroid dalam menangkap dan mengubah yodida.
a.4. Foto Rontgen leher
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat struma telah menekan atau
a.5. Ultrasonografi (USG)
Alat ini akan ditempelkan di depan leher dan gambaran gondok akan
tampak di layar TV. USG dapat memperlihatkan ukuran gondok dan
kemungkinan adanya kista/nodul yang mungkin tidak terdeteksi waktu
pemeriksaan leher. Kelainan-kelainan yang dapat didiagnosis dengan USG antara
lain kista, adenoma, dan kemungkinan karsinoma.
a.6. Sidikan (Scan) tiroid
Caranya dengan menyuntikan sejumlah substansi radioaktif bernama
technetium-99m dan yodium125/yodium131 ke dalam pembuluh darah. Setengah
jam kemudian berbaring di bawah suatu kamera canggih tertentu selama beberapa
menit. Hasil pemeriksaan dengan radioisotop adalah teraan ukuran, bentuk lokasi
dan yang utama adalh fungsi bagian-bagian tiroid.
a.7. Biopsi Aspirasi Jarum Halus
Dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu keganasan.
Biopsi aspirasi jarum tidak nyeri, hampir tidak menyebabkan bahaya penyebaran
sel-sel ganas. Kerugian pemeriksaan ini dapat memberikan hasil negatif palsu
karena lokasi biopsi kurang tepat. Selain itu teknik biopsi kurang benar dan
pembuatan preparat yang kurang baik atau positif palsu karena salah intrepertasi
oleh ahli sitologi.
b. Penatalaksanaan Medis
Ada beberapa macam untuk penatalaksanaan medis jenis-jenis struma
b.1. Operasi/Pembedahan
Pembedahan menghasilkan hipotiroidisme permanen yang kurang sering
dibandingkan dengan yodium radioaktif. Terapi ini tepat untuk para pasien
hipotiroidisme yang tidak mau mempertimbangkan yodium radioaktif dan tidak
dapat diterapi dengan obat-obat anti tiroid. Reaksi-reaksi yang merugikan yang
dialami dan untuk pasien hamil dengan tirotoksikosis parah atau kekambuhan.
Pada wanita hamil atau wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal (suntik
atau pil KB), kadar hormon tiroid total tampak meningkat. Hal ini disebabkan
makin banyak tiroid yang terikat oleh protein maka perlu dilakukan pemeriksaan
kadar T4 sehingga dapat diketahui keadaan fungsi tiroid.
Pembedahan dengan mengangkat sebagian besar kelenjar tiroid, sebelum
pembedahan tidak perlu pengobatan dan sesudah pembedahan akan dirawat
sekitar 3 hari. Kemudian diberikan obat tiroksin karena jaringan tiroid yang tersisa
mungkin tidak cukup memproduksi hormon dalam jumlah yang adekuat dan
pemeriksaan laboratorium untuk menentukan struma dilakukan 3-4 minggu
setelah tindakan pembedahan.40
b. 2. Yodium Radioaktif
Yodium radioaktif memberikan radiasi dengan dosis yang tinggi pada
kelenjar tiroid sehingga menghasilkan ablasi jaringan. Pasien yang tidak mau
dioperasi maka pemberian yodium radioaktif dapat mengurangi gondok sekitar 50
%. Yodium radioaktif tersebut berkumpul dalam kelenjar tiroid sehingga
memperkecil penyinaran terhadap jaringan tubuh lainnya. Terapi ini tidak
meningkatkan resiko kanker, leukimia, atau kelainan genetik35 Yodium radioaktif
obat ini ini biasanya diberikan empat minggu setelah operasi, sebelum pemberian
obat tiroksin.5
b.3. Pemberian Tiroksin dan obat Anti-Tiroid
Tiroksin digunakan untuk menyusutkan ukuran struma, selama ini diyakini bahwa pertumbuhan sel kanker tiroid dipengaruhi hormon TSH. Oleh
karena itu untuk menekan TSH serendah mungkin diberikan hormon tiroksin (T4)
ini juga diberikan untuk mengatasi hipotiroidisme yang terjadi sesudah operasi
pengangkatan kelenjar tiroid.Obat anti-tiroid (tionamid) yang digunakan saat ini
adalah propiltiourasil (PTU) dan metimasol/karbimasol.5
2.7.3. Pencegahan Tertier 21
Pencegahan tersier bertujuan untuk mengembalikan fungsi mental, fisik
dan sosial penderita setelah proses penyakitnya dihentikan. Upaya yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Setelah pengobatan diperlukan kontrol teratur/berkala untuk memastikan dan
mendeteksi adanya kekambuhan atau penyebaran.
b. Menekan munculnya komplikasi dan kecacatan
c. Melakukan rehabilitasi dengan membuat penderita lebih percaya diri, fisik
segar dan bugar serta keluarga dan masyarakat dapat menerima kehadirannya
melalui melakukan fisioterapi yaitu dengan rehabilitasi fisik, psikoterapi
yaitu dengan rehabilitasi kejiwaan, sosial terapi yaitu dengan rehabilitasi sosia
BAB 3
KERANGKA KONSEP 3.1. Kerangka Konsep
Berdasarkan latar belakang dan studi kepustakaan di atas maka dapat
disusun suatu kerangka konsep penelitian mengenai karakteristik penderita struma
rawat inap di Rumah Sakit Umum Santa Elisabeth Medan tahun 2005-2009,
sebagai berikut :
3.2. Defenisi Operasional Variabel
3.2.1. Penderita struma adalah pasien rawat inap di RS Santa Elisabeth Medan
tahun 2005-2009 yang berdasarkan diagnosa dokter dinyatakan menderita
struma.
3.2.2. Trend jumlah penderita berdasarkan tahun selama tahun 2005-2009 di
Rumah Sakit Umum Santa Elisabeth Medan Karakteristik Penderita Struma
1. Trend jumlah penderita struma berdasarkan tahun
2. Sosiodemografi Umur
Jenis kelamin Suku Agama Pekerjaan
Satus perkawinan 3. Jenis struma
3.2.3. Sosiodemografi, meliput i :
a Umur adalah usia penderita struma yang dirawat inap di rumah
sakit sesuai dengan yang tercatat di kartu status yang dikategorikan
atas:34
1. < 20 tahun 2. 20-40 tahun 3. 41-60 tahun 4. > 60 tahun
Analisa statistik umur dikategorikan atas : 1. <20 - 40 tahun
2. 41 - > 60 tahun
b. Jenis kelamin adalah jenis kelamin penderita struma, sesuai dengan
yang tercatat di kartu status. Dikategorikan atas :
1. Laki-laki 2. Perempuan
c. Suku adalah etnik penderita struma sesuai dengan yang tercatat
pada kartu status, yang dikategorikan atas :
1. Batak 2. Jawa 3. Aceh 4. Nias 5. Minang
d. Agama adalah kepercayaan yang dianut oleh penderita struma,
sesuai dengan yang tercatat di kartu status, dikategorikan atas :
1. Islam
2. Kristen Katolik 3. Kristen Protestan 4. Hindu
d. Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh penderita
struma, sesuai dengan yang tercatat di kartu status, dikategorikan
1. PNS/TNI/POLRI
2. Pensiunan PNS/TNI/POLRI 3. Wiraswasta
4. Petani
5. Ibu Rumah Tangga (IRT) 6. Pegawai Swasta / Karyawan 7. Pelajar / Mahasiswa
f. Status perkawinan adalah keterangan yang menunjukan ada
tidaknya pasangan hidup penderita struma, sesuai dengan yang
tercatat di kartu status, dikategorikan atas :
1. Menikah
2. Belum Menikah
3.2.4. Jenis struma adalah jenis penyakit struma yang diderita pasien berdasarkan
diagnosa dokter, sesuai dengan yang tercatat di kartu status, dikategorikan
atas :
1. Struma toksik 2. Struma non toksik
3.2.4. Penatalaksanaan medis adalah penanganan yang dilakukan tim medis
kepada penderita struma dalam rangka penyembuhan sesuai dengan yang
tercatat di kartu status, yang dikategorikan atas :
1. Bedah 2. Non Bedah
3.2.5. Lama rawatan rata-rata adalah rata-rata lama hari rawatan semua penderita
struma terhitung dari hari pertama masuk sampai keluar, sesuai dengan
3.2.6. Keadaan sewaktu pulang adalah keadaan penderita struma sewaktu
meninggalkan rumah sakit, sesuai dengan yang tercatat di kartu status,
dikategorikan atas :
1. Pulang Berobat Jalan (PBJ)
BAB 4
METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan
menggunakan desain case series
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
dengan pertimbangan tersedianya data yang dibutuhkan dan belum pernah
dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita struma rawat inap tahun
2005-2009.
4.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juli 2010.
4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh data penderita struma yang dirawat
inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth tahun 2005-2009 yaitu sebanyak 155
penderita.
4.3.2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah data penderita struma yang dirawat inap di
Rumah Sakit Santa Elisabeth tahun 2005-2009. Besar sampel adalah sama dengan
4.4. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan memakai data sekunder yang
diperoleh dari pencatatan kartu status (rekam medik) penderita struma yang
dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth tahun 2005-2009.
4.5. Pengolahan dan Analisis Data
Data yang dikumpulkan, diolah dan dianalisa dengan bantuan komputer
yang menggunakan program SPSS. Data univariat dijelaskan secara deskriptif dan
data bivariat dianalisa dengan uji chi-square, dan Anova dengan Coefidence
Interval 95%. Hasilnya disajikan dalam bentuk narasi, tabel, distribusi proporsi,
BAB 5
HASIL PENELITIAN 5.1 Proporsi Penderita Struma Berdasarkan Tahun
Distribusi proporsi penderita struma rawat inap di RS Santa Elisabeth
[image:41.595.113.515.210.350.2]Medan tahun 2005-2009 berdasarkan tahun dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.1 Distribusi Proporsi Penderita Struma Berdasarkan Tahun yang Rawat Inap di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2005-2009
Tahun f (%)
2005 17 11,0
s2006 28 18,1
2007 34 21,9
2008 36 23,2
2009 40 25,8
Total 155 100,0
Berdasarkan tabel 5.1. dapat dilihat bahwa proporsi penderita struma
rawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tertinggi pada tahun 2009
(25,8%) dan terendah tahun 2005 (11,0%).
Frekuensi kasus dari tahun 2005-2009 meningkat sebanyak 40-17= 23
kasus, dengan simple ratio peningkatan 40/17= 2,4 kali, dan persentase
peningkatan (40-17)/40 x 100%=57,5%.
Trend penderita struma rawat inap di Rumah Sakit Sakit Santa Elisabeth
Medan dengan metode kuadrat terkecil (Least Square) berdasarkan data tahun
5.2 Sosiodemografi Penderita Struma 5.2.1 Umur dan Jenis Kelamin
Distribusi proporsi penderita struma rawat inap di RS Santa Elisabeth
Medan tahun 2005-2009 berdasarkan umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada
[image:42.595.98.531.222.385.2]tabel di bawah ini.
Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita Struma Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin yang Rawat Inap di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2005-2009
Umur Jenis Kelamin Total
Laki-laki Perempuan
f % f % f %
< 20 tahun 0 0,0 2 1,3 2 1,3
20-40 tahun 12 7,7 62 40,0 74 47,7
41- 60 tahun 18 11,6 44 28,4 62 40,0
>60 tahun 1 0,7 16 10,3 17 11,0
Total 31 20,0 124 80,0 155 100,0
Dari tabel 5.2. dapat dilihat bahwa distribusi proporsi penderita struma
berdasarkan sosiodemografi, proporsi umur tertinggi adalah 20-40 tahun 47,7%
(laki-laki 7,7% dan perempuan 40,0%) dan terendah <20 tahun 1,3% (laki-laki 0%
dan perempuan 1,3%). Distribusi proporsi jenis kelamin adalah perempuan
5.2.2 Suku
Distribusi proporsi penderita struma rawat inap di RS Santa Elisabeth
[image:43.595.107.519.173.254.2]Medan tahun 2005-2009 berdasarkan suku dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.3 Distribusi Proporsi Penderita Struma Berdasarkan Suku yang Rawat Inap di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2005-2009
Suku f %
Tercatat 146 94,2
Tidak Tercatat 9 5,8
Total 155 100,0
Berdasarkan tabel 5.3. dapat dilihat berdasarkan suku penderita struma
yang tercatat 94,2% dan tidak tercatat 5,8% .
Proporsi penderita struma berdasarkan suku tercatat yang dirawat inap di
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2005-2009 dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 5.4 Distribusi Proporsi Penderita Struma Berdasarkan Suku Tercatat yang Rawat Inap di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2005-2009
Suku f %
Batak 106 72,6
Jawa 23 15,8
Aceh 3 2,0
Nias 9 6,2
Minang 5 3,4
Total 146 100,0
Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat proporsi penderita struma tertinggi
[image:43.595.111.517.403.549.2]5.2.3 Agama
Distribusi proporsi penderita struma rawat inap di RS Santa Elisabeth
[image:44.595.106.518.174.296.2]Medan tahun 2005-2009 berdasarkan agama dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.5 Distribusi Proporsi Penderita Struma Berdasarkan Agama yang Rawat Inap di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2005-2009
Agama f %
Islam 44 28,4
Kristen Katolik 32 20,6
Kristen Protestan 77 49,7
Hindu 2 1,3
Total 155 100,0
Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat proporsi penderita struma tertinggi
berdasarkan agama adalah Kristen Protestan yaitu 49,7% dan terendah adalah
Hindu 1,3%.
5.2.4 Pekerjaan
Distribusi proporsi penderita struma rawat inap di RS Santa Elisabeth
Medan tahun 2005-2009 berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada tabel di bawah
[image:44.595.100.523.503.602.2]ini.
Tabel 5.6 Distribusi Proporsi Penderita Struma Berdasarkan Pekerjaan yang Rawat Inap di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2005-2009
Pekerjaan f %
Tercatat 143 92,3
Tidak Tercatat 12 7,7
Total 155 100,0
Berdasarkan tabel 5.6. dapat dilihat berdasarkan pekerjaan penderita
struma yang tercatat 92,3%.
Proporsi penderita struma berdasarkan pekerjaan tercatat yang dirawat
inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2005-2009 dapat dilihat pada
Tabel 5.7 Distribusi Proporsi Penderita Struma Berdasarkan Pekerjaan Tercatat yang Rawat Inap di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2005-2009
Pekerjaan f %
PNS/TNI/POLRI 15 10,5
Pensiunan PNS/TNI/POLRI 1 0,7
Wiraswasta 1 0,7
Petani 13 9,1
Ibu Rumah tangga (IRT) 50 34,9
Karyawan/pegawai swasta 57 39,9
Pelajar/Mahasiswa 6 4,2
Total 143 100,0
Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat proporsi penderita struma tertinggi
berdasarkan pekerjaan adalah karyawan/pegawai swasta 57 orang (39,8%) dan
terendah adalah wiraswasta 1 orang (0,7%), dan pensiunan PNS/TNI/POLRI 1
orang (0,7%).
5.2.5 Status Perkawinan Penderita Struma
Distribusi proporsi penderita struma rawat inap di RS Santa Elisabeth
Medan tahun 2005-2009 berdasarkan status perkawinan dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 5.8 Distribusi Penderita Struma Berdasarkan Status Perkawinan yang Rawat Inap di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2005-2009
Status Perkawinan f %
Tercatat 153 98,7
Tidak Tercatat 2 1,3
Total 155 100,0
Berdasarkan tabel 5.8. dapat dilihat berdasarkan status perkawinan
penderita struma yang tercatat 98,7%.
Proporsi penderita struma berdasarkan status perkawinan tercatat yang
dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2005-2009 dapat
[image:45.595.107.517.496.588.2]Tabel 5.9 Distribusi Penderita Struma Berdasarkan Status Perkawinan Tercatat yang Rawat Inap di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2005-2009
Status Perkawinan f %
Menikah 126 98,7
Belum menikah 27 1,3
Total 153 100,0
Berdasarkan tabel 5.9 dapat dilihat status perkawinan penderita struma
adalah menikah 126 orang (98,7%) dan belum menikah 27 orang (1,3%).
5.3 Jenis Struma Penderita Struma
Distribusi proporsi penderita struma rawat inap di RS Santa Elisabeth
Medan tahun 2005-2009 berdasarkan jenis struma dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 5.10 Distribusi Proporsi Penderita Struma Berdasarkan Jenis Struma yang Rawat Inap di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2005-2009
Jenis Struma f %
Struma Toksik 62 40,0
Struma Non Toksik 93 60,0
Total 155 100
Berdasarkan tabel 5.10 dapat dilihat karakteristik penderita struma rawat
inap di RS Santa Elisabeth Medan tahun 2005-2009 berdasarkan jenis struma,
proporsi tertinggi adalah struma non toksik yaitu 60,0% dan proporsi terendah
[image:46.595.104.517.366.464.2]5.4 Penatalaksanaan Medis Penderita Struma
Distribusi proporsi penderita struma rawat inap di RS Santa Elisabeth
Medan tahun 2005-2009 berdasarkan penatalaksanaan medis dapat dilihat pada
[image:47.595.106.520.194.297.2]tabel di bawah ini.
Tabel 5.11 Distribusi Proporsi Penderita Struma Berdasarkan Penatalaksanaan Medis yang Rawat Inap di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2005-2009
Penatalaksanaan medis f %
Bedah 88 56,8
Non bedah 67 43,2
Total 155 100,0
Berdasarkan tabel 5.11 dapat dilihat karakteristik penderita struma rawat
inap di RS Santa Elisabeth Medan tahun 2005-2009 berdasarkan penatalaksanaan
medis, proporsi tertinggi adalah bedah yaitu 56,8% sedangkan proporsi terendah
adalah non bedah yaitu 43,2%.
5.5 Lama Rawatan Rata-rata Penderita Struma
Lama rawatan rata-rata penderita Struma rawat inap di RS Santa Elisabeth
[image:47.595.109.518.504.629.2]Medan tahun 2005- dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.12 Lama Rawatan Rata-rata Penderita Struma yang Rawat Inap di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2005-2009
Lama rawatan (hari)
Mean 7,63
Standard Deviation 3,972
95% CI 7,00-8,63
Coefficient of Variation 52,06%
Minimum Maksimum
1 24
Berdasarkan tabel 5.12 dapat dilihat lama rawatan rata-rata penderita
struma rawat inap di RS Santa Elisabeth Medan tahun 2005-2009 adalah 7,63
yang menunjukkan bahwa lama rawatan rata-rata penderita struma lebih bervariasi
dengan lama rawatan paling singkat 1 hari dan lama rawatan paling lama 24 hari.
5.6 Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Struma
Distribusi proporsi penderita struma rawat inap di RS Santa Elisabeth
Medan tahun 2005-2009 berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat dilihat pada
[image:48.595.103.521.253.367.2]tabel di bawah ini.
Tabel 5.13 Distribusi Proporsi Penderita Struma Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang yang Rawat Inap di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2005-2009
Keadaan sewaktu pulang f %
Pulang berobat jalan 138 89,1
Pulang atas permintaan sendiri 14 9,0
Meninggal 3 1,9
Total 155 100
Berdasarkan tabel 5.13 dapat dilihat karakteristik penderita struma rawat
inap di RS Santa Elisabeth Medan tahun 2005-2009 berdasarkan keadaan sewaktu
pulang, proporsi tertinggi adalah pulang berobat jalan yaitu 89,1% dan terendah
5.7 Analisa Statistik
5.7.1 Umur Berdasarkan Jenis Struma
Distribusi proporsi umur penderita struma yang rawat inap di RS Santa
Elisabeth Medan tahun 2005-2009 berdasarkan jenis struma dapat dilihat pada
[image:49.595.112.531.228.358.2]tabel di bawah ini.
Tabel 5.14 Distribusi Proporsi Umur Penderita Struma Berdasarkan Jenis Struma yang Rawat Inap di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2005-2009
Jenis Struma
Umur (tahun)
Jumlah <20 - 40 41 - >60
f % f % f %
Struma Toksik 30 48,4 32 51,6 62 100,0
Struma Non Toksik 46 49,5 47 50,5 93 100,0
χ2
= 0,017 df = 1 p = 0,896
Berdasarkan tabel 5.14 dapat dilihat bahwa proporsi struma toksik
tertinggi umur 41->60 tahun 51,6%. Proporsi struma non toksik tertinggi umur
41->60 tahun 50,5%.
Berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh nilai p>0,05. Hal ini
menunjukkan tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara umur
5.7.2 Jenis Kelamin Berdasarkan Jenis Struma
Distribusi proporsi jenis kelamin penderita struma rawat inap di RS Santa
Elisabeth Medan tahun 2005-2009 berdasarkan jenis struma dilihat pada tabel di
[image:50.595.111.528.192.328.2]bawah ini.
Tabel 5.15 Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Struma Berdasarkan Jenis Struma yang Rawat Inap di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2005-2009
Jenis Struma
Jenis Kelamin
Jumlah Laki-Laki Perempuan
f % f % f %
Struma Toksik 17 27,4 45 72,6 62 100,0
Struma Non Toksik 14 15,1 79 84,9 93 100,0
χ2
= 3,555 df = 1 p = 0,059
Berdasarkan tabel 5.15 dapat dilihat bahwa proporsi struma toksik
tertinggi pada perempuan 72,6%. Proporsi struma non toksik tertinggi pada
perempuan 84,9%.
Berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh nilai p>0,05. Hal ini
menunjukkan tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara jenis kelamin
berdasarkan jenis struma.
5.7.3Status Perkawinan Berdasarkan Jenis Struma
Status perkawinan penderita struma rawat inap di RS Santa Elisabeth
Medan tahun2005-2009 berdasarkan jenis struma dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 5.16 Status Perkawinan Penderita Struma Berdasarkan Jenis Struma yang Rawat Inap di RS Santa Elisabeth MedanTahun 2005-2009
Jenis Struma
Status Perkawinan
Jumlah Menikah Belum menikah
f % f % f %
Struma Toksik 47 77,0 14 23,0 62 100,0
Struma Non Toksik 79 85,9 13 14,1 93 100,0
χ2
[image:50.595.113.528.619.750.2]Berdasarkan tabel 5.16 dapat dilihat bahwa proporsi struma toksik
tertinggi pada status menikah 77,0%. Proporsi struma non toksik tertinggi pada
status menikah 85,9%.
Berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh nilai p>0,05. Hal ini
menunjukkan tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara status
perkawinan penderita berdasarkan jenis struma.
5.7.4 Jenis Struma Berdasarkan Penatalaksanaan Medis
Jenis struma penderita struma rawat inap di RS Santa Elisabeth Medan
tahun 2005-2009 berdasarkan penatalaksanaan medis dapat dilihat pada tabel di
[image:51.595.114.533.363.494.2]bawah ini.
Tabel 5.17 Penatalaksanaan Medis Penderita Struma Berdasarkan Jenis Struma yang Rawat Inap di RS Santa Elisabeth MedanTahun 2005-2009
Penatalaksanaan Medis
Jenis Struma
Jumlah Struma Toksik Struma Non Toksik
f % f % f %
Bedah 22 36,1 39 63,9 62 100,0
Non Bedah 64 69,6 28 30,4 93 100,0
χ2
= 16,723 df = 1 p = 0,000
Berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh nilai p<0,05. Hal ini
menunjukkan ada perbedaan proporsi yang bermakna antara penatalaksanaan
medis penderita struma berdasarkan jenis struma.
Proporsi penatalaksanaan medis bedah secara bermakna lebih tinggi pada
struma non toksik sedangkan non bedah secara bermakna lebih tinggi pada struma
5.7.5 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Lama rawatan rata-rata penderita struma rawat inap di RS Santa Elisabeth
Medan tahun 2005-2009 berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat dilihat pada
[image:52.595.116.531.197.337.2]tabel di bawah ini.
Tabel 5.18 Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Struma Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang yang Rawat Inap Di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2005-2009
Keadaan Sewaktu Pulang Lama Rawatan (hari)
n Mean SD
PBJ 138 7,75 3,498
PAPS 14 7,14 4,258
Meninggal 3 4,33 3,215
F= 1,208 df = 2 p=0,302
Berdasarkan tabel 5.18 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata
penderita struma yang pulang berobat jalan adalah 7,75 hari (8 hari), lama rawatan
rata-rata penderita struma yang pulang atas permintaan sendiri adalah 7,14 hari (7
hari), dan lama rawatan rata-rata penderita struma yang meninggal adalah 4,43
hari (4 hari).
Berdasarkan hasil test of homogeneity of variances diperoleh p=0,302
berarti memiliki varians yang sama sehingga dapat dilakukan analisis selanjutnya.
Dari hasil uji Anova diperoleh nilai p>0,05. Hal ini menunjukkan tidak ada