• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Leader Member Exchange dan Keadilan Organisasi Terhadap Komitmen Organisasional Karyawan Harian Orbit Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Leader Member Exchange dan Keadilan Organisasi Terhadap Komitmen Organisasional Karyawan Harian Orbit Medan"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH LEADER MEMBER EXCHANGE DAN KEADILAN ORGANISASI TERHADAP KOMITMEN ORGANISASIONAL KARYAWAN

HARIAN ORBIT MEDAN

OLEH

ELSA PRATIWI CHANIAGO 110502164

PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAK

PENGARUH LEADER MEMBER EXCHANGE DAN KEADILAN ORGANISASI TERHADAP KOMITMEN ORGANISASIONAL

KARYAWAN HARIAN ORBIT MEDAN

Semakin banyaknya jumlah surat kabar yang ada ditengah-tengah masyarakat membuat masyarakat memiliki banyak pilihan untuk mendapatkan pelayanan informasi. Oleh karena itu, pimpinan surat kabar dan para bawahannya harus bekerja sama memberikan pelayanan yang maksimal kepada para pembaca. Terjadinya hubungan yang baik antara atasan dan bawahan akan meningkatkan komitmen pada karyawan. Munculnya komitmen juga dapat dibangun melalui keadilan organisasi. Keadilan organisasi merupakan persepsi bagaimana karyawan diperlakukan secara adil oleh pimpinan dan perusahaan. Harian Orbit Medan merupakan salah satu perusahaan penerbit surat kabar yang memberikan sajian berita kepada para pembaca. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan

menganalisis pengaruh leader member exchange dan keadilan organisasi terhadap

komitmen organisasional karyawan Harian Orbit Medan. Populasi pada penelitian ini adalah karyawan yang berkerja di Harian Orbit Medan. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode sampel jenuh atau sensus yaitu semua anggota populasi diobservasi karena populasi kurang dari 100 responden. Untuk menguji hipotesis pada penelitian ini, digunakan metode analisis regresi berganda. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa leader member exchange dan keadilan

organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen organisasional karyawan Harian Orbit Medan.

(3)

ABSTRACT

INFLUENCE OF LEADER MEMBER EXCHANGE AND

ORGANIZATIONAL JUSTICE TO EMPLOYEES’ ORGANIZATIONAL COMMITMENT OF HARIAN ORBIT MEDAN.

The increasing number of newspaper in the middle of community to make people have a lot of option to obtain information services. Therefore, the employers and the employees must collaborate to provide excellent service to their readers. The good relationship between the employers and the employees will help improving

the employees’ organizational commitment. Organizational commitment can alsa be built through organizational justice. Organizational justice is perception of how employees are treated fairly. Harian Orbit Medan is one of newspaper publisher company that provides news to readers. The purpose of research is to determine ande analyze the influence of leader member exchange and organizational justice

to employees’ organizational commitment of Harian Orbit Medan. The population in this study is the employees working in Harian Orbit Medan. The sample were taken by using sensus sampling method, is all members of the population observed for a population of less than 100 respondents. To test the hypothesis in this study used multiple regression method. The result showed that leader member exchange and organizational justice had positive and significant influence on

employees’ organizational commitment of Harian Orbit Medan

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkatnya yang berlimpah kepada

penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Departemen Manajemen

pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dengan judul

“Pengaruh Leader Member Exchange dan Keadilan Organisasi Terhadap

Komitmen Organisasional Karyawan Harian Orbit Medan”.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan,

bimbingan, motivasi, saran, kritik dan doa dari berbagai pihak. Skripsi ini peneliti

persembahkan untuk ayahanda Hasanul Arifin dan ibunda tercinta Suhermi

Chaniago S.Pd yang tidak pernah berhenti untuk memberikan semangat,

motivasi, nasehat, doa dan mencukupi segala kebutuhan materi dan non materi

dalam proses pembuatan skripsi ini. Penulis juga ingin menyampaikan terima

kasih kepada:

1. Bapak Dr. Azhar Maksum, ME.c, Ak, CA selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE., ME., selaku Ketua Departemen Manajemen

dan Ibu Dra. Marhayanie, MSi., ME., selaku sekretaris Departemen

Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE., MSi., selaku Ketua Program Studi

Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan

Ibu Dra. Friska Sipayung, Msi selaku Sekretaris Program Studi

(5)

4. Ibu Dr. Yeni Absah, SE, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan, arahan, saran, dan

masukan selama penulisan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Yulinda M.Si, selaku Dosen Pembanding 1 yang turut

meluangkan waktu dalam memberi kritik, arahan, saran, dan masukan

untuk penyempurnaan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Sumatera Utara untuk segala jasa-jasanya selama masa perkuliahan.

7. Kepada Harian Orbit Medan sebagai tempat penelitian yang telah

memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian.

8. Kepada Ardian, Lydia, Tiza, Umaira, Gifani, Farah, Sausan, Agnes, yang

selalu membantu dan mendukung penulis.

9. Kepada seluruh teman di S1 Manajemen 2011 khususnya Grup C yang

selalu membantu dan mendukung.

Penulis mengucapkan terimakasih dan semoga segala kebaikan yang telah

diberikan kepada penulis dibalas oleh Allah SWT.

Medan, Desember 2015

Penulis,

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK i

ABSTRACT ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 8

1.3 Tujuan Penelitian 8

1.4 Manfaat Penelitian 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10

2.1 Komitmen Organisasional 10

2.1.1 Pengertian Komitmen Organisasional 10

2.1.2 Bentuk-Bentuk Komitemen Organisasional 12

2.1.3 Konsekuensi dari Komitmen Organisasional 13

2.1.4 Cara Menumbuhkan Komitmen 14

2.1.5 Pedoman Peningkatan Komitmen Organisasional 15

2.2 Leader Member Exchange 16

2.2.1 Pengertian Leader Member Exchange 16

2.2.2 Pengaruh Timbal Balik dalam Leader Member

Exchange (Vertical Dyad) 17

2.2.3 Evaluasi dari Teori Leader Member Exchange (in-

group member) 19

2.2.4 Hubungan Leader Member Exchange (in-grroup

member) dan Atribusi Tentang Para Bawahan 20

2.2.5 Dimensi dalam Leader Member Exchange 21

2.3 Keadilan Organisasi 22

2.3.1 Pengertian Keadilan Organisasi 22

2.3.2 Dimensi Keadilan Organisasi 24

2.3.3 Keadilan Distributif dan Perbandingan Sosial 31

2.4 Penelitian Terdahulu 31

2.5 Kerangka Konseptual 34

2.6 Hipotesis 36

BAB III METODE PENELITIAN 37

3.1 Jenis Penelitian 37

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 37

3.3 Batasan Operasional 37

(7)

3.5 Skala Pengukuran 41

3.6 Populasi dan Sampel 42

3.6.1 Populasi 42

3.6.2 Sampel 42

3.7 Jenis data 42

3.8 Metode Pengumpulan Data 43

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas 44

3.9.1 Uji Validitas 44

3.9.2 Uji Reliabilitas 46

3.10 Metode Analisis Data 48

3.10.1 Analisis Deskriptif 48

3.10.2 Analisis Regresi Linear Berganda 49

3.11 Uji Asumsi Klasik 49

3.11.1 Uji Normalitas 50

3.11.2 Uji Heterokedastisitas 50

3.11.3 Uji Multikolinearitas 51

3.12 Uji Hipotesis 52

3.12.1 Uji Signifikan Simultan (Uji-F) 52

3.12.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik t) 52

3.12.3 Uji Koefisien Determinasi (R2) 52

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 54

4.1 Gambaran Umum Perusahaan 54

4.1.1 Sejarah Perusahaan 54

4.1.2 Visi Misi Perusahaan 55

4.1.3 Logo Perusahaan 55

4.1.4 Struktur Organisasi 56

4.2 Analisis Deskriptif 56

4.2.1 Analisis Deskriptif Responden 57

4.2.2 Analisis Deskriptif Variabel 60

4.3 Hasil Uji Asumsi Klasik 69

4.3.1 Uji Normalitas 69

4.3.2 Uji Heterokedasitas 72

4.3.3 Uji Multikolinieritas 74

4.4 Analisis Regresi Linier Berganda 75

4.5 Uji Hipotesis 77

4.5.1 Uji Signifikan Simultan (Uji-F) 77

4.5.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji-t) 78

4.5.2 Koefisien Determinasi (R2) 80

4.6 Pembahasan 81

BAB V KESIMPULAN DAN HASIL 87

5.1 Kesimpulan 87

(8)

DAFTAR PUSTAKA 89

(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Komposisi Jumlah Karyawan Berdasarkan Masa

Kerja Tahun 2014 3

2.1 Komponan Keadilan Organisasi 30

2.2 Penelitian Terdahulu 32

3.1 Definisi Operasional Variabel 39

3.2 Skala Pengukuran Variabel 41

3.3 Uji Validitas 45

3.4 Uji Reliabilitas 47

3.5 Uji Reliabilitas 48

4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 57

4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 58

4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan 59

4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja 60

4.5 Pendapat Responden Terhadap Leader Member Exchange 61

4.6 Pendapat Responden Terhadap Keadilan Organisasi 64

4.7 Pendapat Responden Terhadap Komitmen Organisasional 68

4.8 Uji Kolmogrov-Smirnov 72

4.9 Uji Glejser 74

4.10 Uji Multikolinieritas 75

4.11 Analisis Regresi Berganda 76

4.12 Uji Simultan (Uji-F) 78

4.13 Uji Parsial (Uji-t) 79

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.2 Kerangka Konseptual 35

4.1 Logo Harian Orbit Medan 55

4.2 Struktur Organisasi 56

4.3 Uji Normalitas dengan Histogram 70

4.4 Uji Normalitas dengan Normal P P-Plot 71

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

1 Kuisioner Penelitian 93

2 Data Butir Kuisioner Uji Validitas Dan Reliablitas 98

3 Hasil Validitas dan Reliabilitas 99

4 Deskriptif Responden 101

5 Data Butir Kuisioner Penelitian 102

6 Deskriptif Variabel 106

7 Hasil Uji Asumsi Klasik 116

(12)

ABSTRAK

PENGARUH LEADER MEMBER EXCHANGE DAN KEADILAN ORGANISASI TERHADAP KOMITMEN ORGANISASIONAL

KARYAWAN HARIAN ORBIT MEDAN

Semakin banyaknya jumlah surat kabar yang ada ditengah-tengah masyarakat membuat masyarakat memiliki banyak pilihan untuk mendapatkan pelayanan informasi. Oleh karena itu, pimpinan surat kabar dan para bawahannya harus bekerja sama memberikan pelayanan yang maksimal kepada para pembaca. Terjadinya hubungan yang baik antara atasan dan bawahan akan meningkatkan komitmen pada karyawan. Munculnya komitmen juga dapat dibangun melalui keadilan organisasi. Keadilan organisasi merupakan persepsi bagaimana karyawan diperlakukan secara adil oleh pimpinan dan perusahaan. Harian Orbit Medan merupakan salah satu perusahaan penerbit surat kabar yang memberikan sajian berita kepada para pembaca. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan

menganalisis pengaruh leader member exchange dan keadilan organisasi terhadap

komitmen organisasional karyawan Harian Orbit Medan. Populasi pada penelitian ini adalah karyawan yang berkerja di Harian Orbit Medan. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode sampel jenuh atau sensus yaitu semua anggota populasi diobservasi karena populasi kurang dari 100 responden. Untuk menguji hipotesis pada penelitian ini, digunakan metode analisis regresi berganda. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa leader member exchange dan keadilan

organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen organisasional karyawan Harian Orbit Medan.

(13)

ABSTRACT

INFLUENCE OF LEADER MEMBER EXCHANGE AND

ORGANIZATIONAL JUSTICE TO EMPLOYEES’ ORGANIZATIONAL COMMITMENT OF HARIAN ORBIT MEDAN.

The increasing number of newspaper in the middle of community to make people have a lot of option to obtain information services. Therefore, the employers and the employees must collaborate to provide excellent service to their readers. The good relationship between the employers and the employees will help improving

the employees’ organizational commitment. Organizational commitment can alsa be built through organizational justice. Organizational justice is perception of how employees are treated fairly. Harian Orbit Medan is one of newspaper publisher company that provides news to readers. The purpose of research is to determine ande analyze the influence of leader member exchange and organizational justice

to employees’ organizational commitment of Harian Orbit Medan. The population in this study is the employees working in Harian Orbit Medan. The sample were taken by using sensus sampling method, is all members of the population observed for a population of less than 100 respondents. To test the hypothesis in this study used multiple regression method. The result showed that leader member exchange and organizational justice had positive and significant influence on

employees’ organizational commitment of Harian Orbit Medan

(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dalam dunia kerja, komitmen seseorang terhadap organisasi atau

perusahaan sering kali menjadi isu yang sangat penting. Karena pentingnya hal

tersebut, sampai-sampai beberapa organisasi sering memakai unsur komitmen

sebagai salah satu syarat untuk memegang suatu jabatan atau posisi yang

ditawarkan dalam iklan-iklan lowongan pekerjaan. Sayangnya meskipun hal ini

sudah sangat umum namun tidak jarang pemimpin maupun pegawai masih belum

memahami arti komitmen secara sungguh-sungguh. Padahal pemahaman tersebut

sangatlah penting agar tercipta kondisi kerja yang kondusif sehingga perusahaan

dapat berjalan secara efisien dan efektif.

Luthans (2012:249) menyatakan komitmen organisasi adalah kesediaan

karyawan untuk memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya

serta berniat untuk memelihara keanggotaannya dalam organisasi tersebut.

Selanjutnya Sopiah (2008:156) mengemukakan bahwa komitmen merupakan

suatu keadaan dimana individu menjadi terikat oleh tindakannya. Melalui

tindakan ini akan menimbulkan keyakinan yang menunjang aktivitas dan

keterlibatannya.

Griffin (2010:113) mengatakan bahwa seorang individu yang memiliki

komitmen yang tinggi kemungkinan akan melihat dirinya sebagai anggota sejati

organisasi. Sebaliknya, seorang individu yang memiliki komitmen rendah lebih

(15)

Seorang karyawan yang berkomitmen mengindikasikan adanya

identifikasi dengan tujuan organisasi, perasaan tentang menjadi bagian dari

perusahaan dan rasa loyalitas. Karyawan yang berkomitmen merasakan nilai dan

pentingnya integrasi tujuan individu dan organisasi. Dalam hal personal, para

karyawan memikirkan tujuan organisasi (Gibson, 2009:315)

Salah satu hal yang penting dalam usaha menangani gejala kerja negatif

adalah dengan cara menumbuhkan dan meningkatkan komitmen karyawan

terhadap perusahaan. Komitmen dikembangkan berdasarkan pada bentuk

hubungan yang bersifat exchange theory, yaitu melihat adanya hubungan timbal

balik antara pemenuhan kebutuhan karyawan yang diterima dari tempat kerja

dengan kontribusi yang telah diberikan karyawan kepada perusaan. Bila karyawan

bersikap loyal terhadap tempat kerja, maka perusahaan wajib memberikan

ganjaran yang sesuai.

Harian Orbit Medan sebagai salah satu penerbit surat kabar harian di Kota

Medan yang memberikan sajian berita terkini untuk para pembaca atau konsumen

yang membutuhkan informasi dan berita dari daerah-daerah seluruh Indonesia,

opni dan tajuk rencana, perekonomian, hingga lifestyle dan lain sebagainya.

Harian Orbit Medan dapat menjadi surat kabar terdepan dan terpercaya,

diharapkan dapat mengutamakan pelayanan prima dan memberikan manfaat

optimal bagi seluruh pembacanya. Karyawan Harian Orbit Medan dalam

mencapai keberhasilan tersebut dituntut memberikan komitmen dalam

(16)

Komitmen organisasi yang rendah di Harian Orbit Medan terlihat pada

karyawan dimana sebagian besar karyawannya memiliki masa kerja yang tidak

lama, seperti yang terlihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1

Komposisi Jumlah Karyawan Berdasarkan Masa Kerja Tahun 2014

Masa Kerja Jumlah Karyawan

(orang)

Persentase (dalam persen %)

1 - 2 Tahun 30 50

3 - 5 Tahun 25 41,7

> 5 Tahun 5 8,3

Total 60 100

Sumber : Bagian Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Harian Orbit Medan

Pada Tabel 1.1, dapat dilihat bahwa 58,3% dari total karyawan, masa

kerjanya dibawah 3 tahun dan hanya 16,7% bekerja lebih dari 5 tahun. Peneliti

menduga bahwa perputaran karyawan yang tinggi di Harian Orbit Medan

menunjukkan karyawan berkomitmen rendah. Griffin (2010 : 16) menyatakan

bahwa karyawan yang merasa lebih berkomitmen pada organisasi memiliki

kebiasaan-kebiasaan yang bisa diandalkan, berencana untuk tinggal lebih lama di

dalam organisasi dan mencurahkan lebih banyak upaya dalam bekerja. Perilaku

tersebut berarti bahwa karyawan yang berkomitmen tinggi memilih untuk lebih

lama tinggal di perusahaan.

Perilaku lain dari karyawan yang menunjukkan rendahnya rasa komitmen

karyawan terhadap perusahaan yaitu masih banyak karyawan yang tidak mencapai

target pekerjaan, dan juga para wartawan dari Harian Orbit Medan sendiri yang

tidak menghasilkan berita-berita yang terbaru sesuai dengan keinginan pimpinan

(17)

dalam memgumpulkan dan menyusun berita sebanyak 10 judul berita selama

sepekandengan kriteria yang sudah ditetapkan oleh redaksi Harian Orbit. Tapi

nyata dari hasil pengamatan, rata-rata wartawan hanya mengumpulkan paling

banyak 6-7 berita per minggu. Hal tersebut menunjukkan kurangnya rasa

komitmen para karyawan di Harian Orbit Medan untuk mencurahkan segala

kemampuannya bagi perusahaan.

Agar perilaku komitmen para anggota organisasi ditunjukkan dengan baik,

maka hubungan antara atasan dan bawahan (Leader Member Exchange) sangatlah

diperlukan. Adanya kaitan antara manusia dan pencapaian tujuan, suatu organisasi

perlu untuk memikirkan aspek pengelolaan manusia yang baik dan pemimpin ikut

berperan dalam pengelolaan manusia tersebut

Menurut Organ (1995:81), leader member exchange (LMX) merupakan

perilaku karyawan terhadap perusahaan yang memiliki peran penting terhadap

keberhasilan sebuah organisasi, dimana perlakuan yang baik dari atasan akan

dapat menciptakan perasaan sukarela dalam diri karyawan untuk dapat berkorban

bagi organisasinya.

Connell (2005:33) menyatakan bahwa LMX tergolong unik karena LMX

berfokus pada hubungan dyadic, antara seorang pemimpin dan bawahannya.

Hubungan dyadic yang dimaksud adalah hubungan antara dua pihak dimana

keduanya memiliki kekuatan untuk mempengaruhi satu dengan lainnya. Dalam

hal ini adalah atasan langsung dan bawahan langsung, dan kekuatan dari

(18)

bersama-sama dalam sebuah hubungan atasan bawahan serta intensitas hubungan

emosional antara keduanya.

Di Harian Orbit Medan, hubungan antara atasan dan bawahan rata-rata

menunjukkan hubungan yang kurang baik. Berdasarkan hasil pra survei, menurut

narasumber, seorang karyawan, pimpinan sering memberikan perilaku

berbeda-beda pada setiap karyawan. Pimpinan lebih cenderung melakukan perilaku “pilih

kasih” kepada beberapa karyawan kesayangannya. Adapun yang dimaksud

dengan karyawan kesayangan disini adalah karyawan yang memiliki ikatan

saudara, memiliki suku yang sama, atau yang memiliki lulusan dari almamater

yang sama dengan pimpinan. Perilaku pimpinan yang seperti inilah yang

membedakan kualitas hubungan antara atasan dan bawahan menjadi kulitas

rendah/out group yaitu karyawan yang kurang mendapat perhatian lebih dari

pimpinan dan kualitas tinggi/in group yaitu karyawan yang selalu mendapat

perhatian lebih dari pimpinan. Dari hasil wawancara singkat dengan karyawan

yang termasuk out group mengatakan bahwa mereka telah berusaha mengikuti

peraturan-pertauran yang berlaku dan bekerja sesuai dengan target yang

ditetapkan tetapi tetap saja pimpinan jarang memuji atau memberikan

penghargaan kepada mereka dan tak jarang pimpinan juga menilai buruk hasil

kinerja mereka. Hal tersebut ditunjukkan dari kinerja beberapa wartawan yang

meliput dan menulis berita, tak jarang pimpinan selalu memilih 2 orang wartawan

yang hasil liputannya selalu diterbitkan. Padahal hasil liputan wartawan lainnya

(19)

Selain aspek LMX, perusahaan juga harus memperhatikan keadilan yang

diterima karyawan di tempat kerjanya. Salah satu hal penting yang dapat

menumbuhkan komitmen karyawan adalah keadilan organisasi. Persoalan

ketidakadilan menyebabkan ketidakpuasan yang apabila tidak segera diselesaikan

dapat menimbulkan perilaku menyimpang di tempat kerja. (Aquino et al.,

1990:1075)

Seperti yang terlihat di kantor Harian Orbit Medan, masih ada ketidak

adilan yang ditunjukkan dalam sistem Pemberhentian Hubungan Kerja (PHK). Di

kantor ini, pernah dilakukannya PHK kepada beberapa karyawan, ketidakadilan

dalam sistem PHK tersebut yaitu hanya dilakukan satu pihak saja, alasan mengapa

PHK dilakukan hanya diberikan melalui memo atau penjelasan singkat dari

manajemen level bawah, tanpa adanya tatap muka dengan para pembuat

keputusan di manajemen level atas, sehingga karyawan tidak memiliki

kesempatan untuk bertanya atau memberikan pendapatnya. Padahal karyawan

telah memberikan kontribusi berupa kerja keras dan keahlian. Hal lain juga

ditunjukkan setelah melakukan PHK kepada karyawannya, manajer juga tidak

memberikan pesangon yang sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 156 ayat (2) UU

Ketenagakerjaan. Sebagian besar karayawan yang telah mengabdi selama 4 tahun

hanya menerima pesangon sebesar 2 bulan gaji/upah, padahal menurut ketentuan

seharusnya mendapatkan pesangon sebesar 5 bulan gaji/upah.

Salah satu peristiwa yang paling menonjol di perusahaan ini adalah protes

karyawan kepada perusahaan karena merasa diperlakukan tidak adil, terutama

(20)

bonus di akhir tahun dan THR pada saat menjelang lebaran. Tetapi pada akhir

tahun lalu, perusahaan tidak membagikan bonus kepada beberapa karyawannya

dengan alasan tidak menunjukkan kinerja yang baik selama satu tahun terakhir.

Dan ada beberapa karyawan lainnya yang menunjukkan kinerja sangat baik tapi

menerima potongan dari bonus yang diterimanya tanpa adanya penjelasan dari

pihak perusahaan mengapa potongan tersebut dilakukan.

Di sisi lain sejak tahun 2007 perusahaan juga menjalankan program

pensiun dini yang dilaksanakan rutin setiap tahunnya guna mendukung

pencapaian efisiensi organisasi, dengan jumlah rata-rata 2-4 orang karyawan

pensiun dini/tahun. Oleh karena itu, beban karyawan yang dimiliki oleh karyawan

aktif akan bertambah seiring dengan adanya fenomena ini.

Beban kerja dan tanggung jawab pekerjaan yang bertambah dengan

adanya program pensiun dini ini tentunya dapat menciptakan persepsi tidak adil

yang dirasakan oleh karyawan. Perusahaan hendaknya memberikan perhatian

terhadap persepsi keadilan yang dirasakan oleh setiap karyawan, karena hal

tersebut akan memicu komitmen karyawan terhadap perusahaan dan memicu

perilaku positif karyawan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan sutau

penelitian yang berjudul “Pengaruh Leader Member Exchange dan Keadilan

Organisasi Terhadap Komitmen Organisasional Karyawan Pada Kantor Harian

(21)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang maka permasalahan yang akan dibahas

dalam penilitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh leader member exchange terhadap komitmen

organisasional karyawan pada kantor Harian Orbit Medan?

2. Bagaimana pengaruh keadilan organisasi terhadap komitmen

organisasional karyawan pada kantor Harian Orbit Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh leader member exchange

terhadap komitmen organisasional karyawan pada kantor Harian Orbit

Medan.

2. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh keadilan organisasi terhadap

komitmen organisasional karyawan pada kantor Harian Orbit Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Penulis

Memberikan kesempatan bagi penulis untuk menerapkan teori yang telah

diperoleh di bangku kuliah dan menambah wawasan dan memperdalam

(22)

2. Bagi Perusahaan

Memberikan informasi sebagai masukan bagi perusahaan mengenai

hubungan antara leader member exchange dan keadilan organisasi dengan

komitmen organisasional karyawan di Harian Orbit Medan.

3. Bagi Pihak Lain

Manfaat penelitian ini bagi pihak lain adalah sebagai bahan referensi dan

bahan perbandingan bagi penulis lain dalam melakukan penelitian sejenis

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komitmen Organisasional

2.1.1 Pengertian Komitmen Organisasional

Komitmen organisasi paling sering didefenisikan yaitu :

1. Keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu

2. Keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi

3. Keyakinan tertentu, penerimaan nilai, dan tujuan organisasi.

Dengan kata lain, ini merupakan sikap yang merefleksikan loyalitas karyawan

pada organisasi dan proses berkelanjutan dimana anggota organisasi

mengekspresikan perhatiannya terhadap organisasi dan keberhasilan serta

kemajuan yang berkelanjutan (Luthans, 2012 : 249)

Griffin (2010 : 15) menyatakan bahwa komitmen organisasi adalah sikap

yang mencerminkan sejauh mana seorang individu mengenal dan terikat pada

organisasinya. Karyawan – karyawan yang merasa lebih berkomitmen pada

organisasi memiliki kebiasaan yang bisa diandalkan, berencana untuk tinggal

lebih lama di dalam organisasi dan mencurahkan lebih banyak upaya dalam

bekerja.

Malthis dan Jackson (2010 : 99) menyatakan bahwa komitmen organisasi

adalah tingkat kepercayaan dan penerimaan tenaga kerja terhadap tujuan

(24)

Mowday, Porter, dan Steers dalam Munandar (2004 : 75) menyebutkan

bahwa komitmen organisasi adalah sifat hubungan seorang individu dengan

organisasi dengan memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut :

1. Menerima nilai-nilai dan tujuan organisasi

2. Mempunyai keinginan berbuat untuk organisasinya

3. Mempunyai keinginan untuk tetap bersama dengan organisasinya

Griffin & Bateman dalam Munandar (2004:75) menyebutkan bahwa

komitmen organisasi, adalah :

1. Dambaan pribadi untuk mempertahankan keanggotannya dalam organisasi

2. Keyakinan dan penerimaan terhadap nilai dan tujuan organisasi

3. Kemauan secara sadar untuk mencurahkan usaha demi kepentingan

organisasi

Robbins (2008 :140) menyatakan komitmen pada organisasi didefenisikan

sebagai suatu keadaan diaman seorang karyawan memihak pada suatu organisasi

tertentu dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaan dalam

organisasi itu.

Blau dan Global dalam Muchlas (2005 : 161), mendefenisikan komitmen

organisasi sebagai orientasi seorang terhadap organisasi dalam arti kesetiaan,

identifikasi, dan keterlibatan. Dalam hal ini, karyawan mengidentifikasikan secara

khusus organisasi/perusahaan beserta tujuannya dan berharap dapat bertahan

(25)

Komitmen organisasi mencerminkan bagaimana seorang individu

mengidentifikasi dirinya dengan organisasi dan terkait dengan tujuan-tujuannya

(Kreitner dan Kinicki, 2008 : 274).

Komitmen organisasi adalah dimana karyawan itu mengenal,

mengidentifikasi dan memihak pada suatu organisasi, serta berkeinginan untuk

tetap tinggal dan selalu aktif berpartisipasi di dalam organisasi guna mencapai

tujuan organisasi tersebut.

2.1.2 Bentuk-Bentuk Komitmen Organisasi

Allen dan Meyer (Panggabean, 2009:121), mendefenisikan komitemen

organisasi sebagai sebuah konsep yang memiliki 3 dimensi (bentuk) yaitu

affective, normative, dan continuance commitment. Affective commitment adalah

tingkat seberapa jauh seorang karyawan secara emosi terikat, mengenal, dan

terlibat dalam organisasi. Continuance commitment adalah suatu penilaian

terhadap biaya yang terkait dengan meninggalkan organisasi. Normative

commitment merujuk kepeda tingkat seberapa jauh seorang secara psychological

terikat untuk menjadi karyawan dari sebuah organisasi yang didasarkan kepada

perasaan seperti kesetiaan, affeksi, kehangatan, pemilikan, kebanggaan,

kesenangan, kebahagiaan, dan lain-lain.

Sedangkan menurut Greenberg (2008:182), bentuk-bentuk komitmen

organisasi adalah :

a. Affective commitment; the strength of a person’s desire to work for an

(26)

Affective commitment adalah kuatnya keinginan seseorang dalam bekerja

bagi organisasi atau perusahaan disebabkan karena dia setuju dengan

tujuan-tujuan organisasi tersebut dan ingin melakukannya.

b. Continuance commitment; the strength of a person’s to continue working

for an organization because he or she needs to and cannot afford to dod

other wise.

Continuance commitment adalah kuatnya keinginan seseorang dalam

melanjutkan pekerjaannya bagi organisasi disebabkan karena dia

membutuhkan pekerjaan tersebut dan tidak dapat melakukan pekerjaan

yang lain.

c. Normative commitment; the strength of a person’s desire to continue

working for an organization because he or she feels obligation from others

to remain.

Normative commitment adalah kuatnya keinginan seseorang dalam

melanjutkan pekerjaannya bagi organisasi disebabkan karena ia merasa

berkewajiban dari orang lain untuk diperbahankan.

2.1.3 Konsekuensi dari Komitmen Organisasi

Menurut Greenberg (2008:184) konsekuensi dari komimen yaitu :

a. Commited employees are less likely to with draw

Karyawan yang memiliki komitmen mempunyai kemungkinan

lebih kecil untuk mengundurkan diri. Semakin besar komitment karyawan

(27)

diri. Komitmen mendorong untuk tetap mencintai pekerjaannya dan akan

bangga ketika dia sedang berada di sana.

b. Commited employees are less willing sacrifice for an organization

Karyawan yang memiliki komtmen bersedia untuk berkorban demi

organisasinyaa. Karyawan yang memiliki komitment menunjukkan

kesadaran tinggi untuk membagikan dan berkorban untuk kelangsungan

hidup perusahaan.

2.1.4 Cara Menumbuhkan Komitmen

Menurut Luthans (2008:13) komitmen organisasi memiliki tiga aspek

utama yaitu :

1. Identifikasi

Identifikasi terlaksanakan dalam bentuk kepercayaan karyawan terhadap

organisasi jika dilakukan dengan memodifikasi tujuan organisasi.

Sehingga mencakup beberapa tujuan pribadi para karyawan atau

organisasi memasukkan pula kebutuhan dan keinginan mereka dalam

tujuan organisasi. Hal ini dibutuhkan untuk saling mendukung diantara

para karyawanuntuk mencapaitujuan organisasi. Lebih lanjut, suasana

tersebut akan membawa karyawan dengan rela menyumbangkan sesuatu

bagi tercapainya tujuan organisasi karena karyawanyang dipercaya

menerima tujuan organisasi tersebut telah dipilih dan direncanakanuntuk

(28)

2. Keterlibatan

Keterlibatan karyawan dalam semua aktivitas kerja penting untuk

diperhatikan karena adanya keterlibatan karyawanmendorong mereka

saling bekerjasama dengan baik antar sesama rekan kerja. Salah satu cara

yang dapat dipakai untuk melibatkan semuakaryawan adalah dengan

mendorong partisipasi mereka dalam berbagai pembuatan keputusan yang

dapat menimbulkan keyakinan pada karyawan bahwa apa yang telah

diputuskan merupakan keputusan secara bersama.

3. Loyalitas

Loyalitas karyawan terhadap organisasi memiliki makna kesediaan

seseorang untuk mempererat hubungan dengan organisasi, dengan

mengorbankan kepentingan pribadinya tanpa mengharapkan apapun.

Kesediaan karyawan untuk mempertahankan diri bekerja dalam organisasi

merupakan hal yang penting dan menunjang komitmen mereka terhadap

organisasi dimana mereka bekerja. Hal ini dapat dilakukanapabila

karyawan merasakan adanya keamanan dan kepuasan dalam organisasi.

2.1.5 Pedoman Peningkatan Komitmen Organisasi

Menurut Luthans (2008:250) memberikan pedoman khusus untuk

mengimplementasikan sistem manajemen yang mungkin membantu memecahkan

masalah dan meningkatkan komitmen organisasi pada diri karyawan:

1) Berkomitmen pada nilai manusia: Membuat aturan tertulis,

memperkerjakan manajer yang baik, tepat dan mau komunikasi dengan

(29)

2) Memperjelas dan mengkomunikasikan misi:

a. Memperjelas misi, ideologi dan berkharisma.

b. menggunakan praktik perekrutan berdasarkan nilai.

c. menekankan orientasi berdasarkan nilai, pelatihan dan membentuk

tradisi.

3) Menjamin keadilan organisasi: Memiliki prosedur penyampaian keluhan

yang komprehensif dan menyediakan komunikasi dua arah yang ekstensif.

4) Menciptakan rasa komunitas: Membangun homogenitas berdasarkan nilai,

keadilan, menekankan kerja sama, saling mendukung dan kerja tim serta

meruangkan waktu untuk berkumpul bersama.

5) Mendukung perkembangan karyawan: Melakukan aktualisasi,

memberikan pekerjaan menantang pada tahun pertama, memajukan dan

memberdayakan, mempromosikan karyawan dari dalam, menyediakan

aktivitas perkembangan dan menyediakan keamanan kepada karyawan

tanpa jaminan dalam bentuk apapun.

2.2 Leader Member Exchange

2.2.1 Pengertian Leader Member Exchange

Ivancevich, et al (2007:90) mengatakan bahwa leader member exchange

(LMX) adalah pendekatan yang mengenali tidak adanya konsisten perilaku atasan

kepada seluruh bawahannya. Atasan membina ikatan dan hubungan pribadi

terhadap masing-masing bawahannya. Yukl (2010:80) menjelaskan bagaimana

atasan dan bawahan mengembangkan hubungan saling mempengaruhi satu sama

(30)

melihat perilaku atasannya saja tetapi menekankan pada kualitas hubungan antara

atasan dan bawahan.Robbins dan Judge (2008:101) membagi bawahan dalam dua

kategori in-group members dan out- group members, yaitu :

1. In-group members

Atasan berpendapat bahwa bawahan yang ada pada kategori ini adalah

bawahan yang dapat diandalkan dalam berpartisipasi dan memberikan usaha yang

lebih dari yang ditetapkan di gambaran pekerjaan (job description). Atasan akan

memperlakukan bawahan dalam kategori ini sebagai bawahan yang memperoleh

penilaian kerja yang lebih tinggi, pergantian yang lebih rendah, dan kepuasan

kerja yang lebih baik karena hubungan ini memiliki kualitas hubungan yang

tinggi.

2. Out-group members

Atasan berpendapat bahwa bawahan dalam kategori ini adalah bawahan

yang melaksanakan tugas -tugasnya sesuai dengan gambaran pekerjaan formal

mereka saja. Atasan akan memperlakukan bawahan dalam kategori ini sebagai

bawahan yang memperoleh lebih sedikit waktu, lebih sedikit penghargaan darinya

dan mendapatkan sedikit dukungan dari atasan karena hubungan ini memiliki

kualitas hubungan yang rendah.

2.2.2 Pengaruh Timbal Balik dalam leader member exchange (Vertical Dyads)

Menurut Griffin (2010: 510) model hubungan atasan dan bawahan (leader

member exchange) (LMX) yang dikembangkan oleh Geoge Graen dan Fred

(31)

masing – masing bawahanya. Tiap pasangan atasan dan bawahan dinamakan

dengan “vertical dyad.”

Menurut Yukl (2010:79) istilah vertical dyad menunjuk kepada hubungan

antara seorang pemimpin dan seorang bawahan saja. Dasar pemikiran teori

vertical dyad adalah bahwa para pemimpin biasanya menetapkan sebuah

hubungan yang istimewa dengan sejumlah bawahan yang dipercayai (kelompok

in-group) yang berfungsi sebagai, misalnya asisten. Hubungan pertukaran yang

dibangun dengan para bawahan yang selebihnya (kelompok ou-group) secaran

berbeda.

Robbins (2008:289) berpendapat bahwa karena tekanan waktu, para

pemimpin membangun suatu hubungan yang istimewa dengan suatu kelompok

kecil bawahan mereka. Yulk (2010:70) mengatakan bahwa seleksi kelompok in

dibuat atas dasar kesesuain pribadi dengan serta kemampuan dan dapat dipercayai

bawahan tersebut. Selang beberapa waktu, pertukaran yang bersifat dyadic dengan

para bawahan dari kelompok in akan mengikuti urutan pengembangan yang

berbeda dari pada pertukaran-pertukaran dengan para bawahan dari kelompok out.

Sedangkan dalam hubungan pertukaran dengan para bawahan dari

kelompok out, terdapat suatu tingkat saling mempengaruhi yang relatif rendah.

Sumber utama pengaruh pemimpin adalah kewenangan sah dikombinasikan

dengan coercive power dan suatu tingkat reward power terbatas. Untuk

memenuhi persyaratan hubungan pertukaran tersebut, para bawahan dari

kelompok out hanya perlu mematuhi persyaratan peran formal (misalnya

(32)

kepatuhan tersebut ada, maka bawahan tersebut akan menerima manfaat-manfaat

standar untuk tugasnya (seperti misanya gaji) (Yulk, 1998:82).

2.2.3 Evaluasi dari Teori leader member exchange (in-group member)

Pada saat ini teori LMX lebih banyak deskriptif dari pada preskriptif.

Teori menjelaskan sebuah proses khas pembuatan peran oleh para pemimpin,

namun tidak memperinci pola hubungan pertukaran ke bawah dengan berbagai

bawahan yang bagaimana adalah optimal bagi efektivitas kepemimpinan

(Robbins, 2007:140).

Sebuah kelompok in yang dibedakan secara tajam kemungkinan akan

menciptakan perasaan benci dan akan merusak identifikasi tim diantara para

bawahan dari kelompok out (Robbins, 2007:43). Permusuhan antara kedua

kelompok tersebut kemungkinan akan merusak kerjasama tim antar keduanya.

Tingkat kepatuhan minimal yang diharapkan dari para bawahan kelompok out

yang merasa benci pada atasannya karena mereka merasa bahwa para “anak mas”

(favorite) dari atasan terebut memperoleh manfaat-manfaat yang lebih banyak dari

pada seharusnya.

Beberapa studi telah mencoba untuk mengidentifikasikan faktor – faktor

yang memprediksi siapa yang akan dipilih sebagai kelompok anggota in (Robbins

dan Judge, 2008:416). Seleksi dapat dipengaruhi oleh atribut dari bawahan

tersebut yang tidak selalu saling berkorelasi, seperti kemampuan melakukan tugas,

(33)

2.2.4 Hubungan leader member exchange (in-group member) dan Atribusi Tentang Para Bawahan

Proses yang mempengaruhi antara atasan dan bawahan adalah ketika

atasan mengetahui bahwa bawahannya bersikap berbeda yaitu dirasa tidak

berkompeten tehadap pekerjaan yang telah diberikan.Teori artibusi adalah sebuah

teori kognitif yang telah digunakan untuk menjelaskan bagaimana seorang

manajer menginterprestasikan informasi mengenai kinerja seorang bawahan dan

memutuskan bagaimana akan beraksi terhadap bawahan tersebut (Yulk, 2010:8).

Yulk (1996) dalam As’ad (2010:104) menyatakan bahwa manajer

menghubungkan sebab – sebab terjadinya kinerja yang jelek dari bawahan

tersebut, yaitu atribusi yang bersifat internal dan atribusi yang bersifat eksternal.

1. Atribusi bersifat internal

a. Tidak ada usaha.

b. Tidak ada kemampuan.

2. Atribusi bersifat eksternal

a. Tugas terebut mempunyai hambatan – hambatan yang memang sudah

ada.

b. Sumber daya – sumber daya yang tidak mencukupi.

c. Tidak cukup informai.

d. Orang lain gagal memberi dukungan yang dibutuhkan atau murni

karena kurang mujur saja.

Sebuah atribusi eksternal akan lebih mungkin terjadi bila (1) bawahan

(34)

tugas-tugas yang sama, (2) bawahan terebut melaksanakan tugas-tugas lain secara

efektif, (3) bawahan terebut melakukan hal yang sama baiknya dengan orang lain

dalam situai yang sama, (4) dampak dari kegagalan – kegagalan atau

kesalahan-kesalahan tidak serius atau bahaya, (5) manajer tersebut tergantung kepada

bawahan bagi keberhasilannya sendiri, (6) bawahan tersebut dianggap mempunyai

kemampuan-kemampuan menembus lainnya (popularitas, keterampilan,

kepemimpinan), (7) bawahan tersebut telah menawarkan maaf, (8) terdapat bukti

sebab-sebab eksternal.

2.2.5 Dimensi dalam leader member exchange (LMX)

Menurut Griffin (2010:56) dijelaskan bahwa LMX adalah multi

dimensional dan memiliki empat dimensi yaitu kontribusi, loyalitas, afeksi dan

respek terhadap profesi, yaitu :

1. Kontribusi

Kontribusi berkaitan dengan kegiatan yang berorientasi pada tugas

ditingkat tertentu antara setiap anggota untuk mencapai tujuan bersama. Hal

penting dalam mengevaluasi kegiatan yang berorientasikan pada tugas adalah

suatu tingkat dimana bawahan bertanggung jawab dan menyelesaikan tugas

melebihi uraian kerja, demikian halnya pada atasan yang menyediakan sumber

daya dan kesempatan untuk melakukan hal tersebut.

2. Loyalitas

Loyalitas adalah ungkapan untuk mendukung penuh tujuan dan sifat

(35)

menyangkut pada kesetiaan penuh terhadap seseorang secara konsisten dari suatu

situasi ke siatuasi lainnya.

3. Afeksi (Pengaruh)

Afeksi adalah perasaan, kepedulian di antara atasan dan bawahannya

terutama yang berdasarkan pada daya tarik antar individu dan bukan hanya pada

pekerjaan atau nilai profesionalnya saja. Bentuk kepedulian yang demikian

mungkin saja dapat ditunjukkan dalam suatu keinginan untuk melakukan

hubungan yang menguntungkan dan bermanfaat, seperti antar sahabat.

4. Respek terhadap profesi

Respek terhadap profesi adalah persepsi mengenai sejauh mana pada

setiap hubungan timbal balik telah memiliki dan membangun reputasi di dalam

dan di luar organisasi, melebihi apa yang telah ditetapkan di dalam pekerjaan.

2.3 Keadilan Organisasi

2.3.1 Pengertian Keadilan Organisasi

Menurut Greenberg (2008:93) keadilan organisasional berpusat pada

dampak dari pengambilan keputusan manajerial, persepsi kualitas, efek keadilan,

hubungan antara faktor individu dan situasional serta menjelaskan persepsi

keadilan individu dalam organisasi. Menurut Robbins dan Judge (2008:303)

Keadilan organisasional dapat mencakup masalah yang berkaitan dengan persepsi

gaji yang adil, kesempatan yang sama untuk mendapatkan promosi kenaikan

jenjang karir dan prosedur seleksi yang benar.

Menurut Luthans (2012:146) mengusulkan dua model faktor keadilan

(36)

Melalui penggunaan model persamaan struktural, Sweenney dan Mc Farlin

mendefinisikan bahwa keadilan distributif berkaitan dengan hasil tingkat

organisasi (membayar kepuasan) sedangkan keadilan prosedural berkaitan dengan

hasil tingkat organisasi (komitmen organisasi).

Keakuratan model dua faktor ditantang oleh penelitian yang menunjukkan

bahwa faktor ketiga (keadilan interaksional) mungkin terlibat. Menurut Robbins

(2008:113) berpendapat bahwa keadilan interaksional berbeda dari keadilan

prosedural karena merupakan komponen pertukaran interaksi sosial dan kualitas

pelakuan, sedangkan keadilan prosedural merupakan proses yang digunakan untuk

sampai ketahap hasil keputusan. Umumnya peneliti dalam perjanjian mengenai

perbedaan antara keadilan prosedural dan distributif selalumendapatkan

kontroversi atas perbedaan antara keadilan interaksional dan keadilan prosedural.

Menurut Pasolang (2008:34) menunjukkan bahwa model empat faktor yaitu

keadilan prosedural, keadilan distributif, keadilan interpersonal dan keadilan

informasional secara signifikan lebih baik daripada model dua atau tiga faktor.

Jadi berdasarkan beberapa pandangan beberapa ahli diatas, maka dapat

disimpulkan keadilan organisasional dampak dari hasil pengambilan keputusan

manajerial, persepsi kualitas, efek keadilan. Hubungan antara faktor individu dan

situasional serta menjelaskan persepsi keadilan individu dalam organisasi, terdiri

dari 3 model faktor yaitu keadilan prosedural, keadilan distributif, keadilan

intraksional, dari ketiga model ini memiliki validitas prediktif yang saling berbagi

(37)

2.4 Dimensi Keadilan Organisasi 1. Keadilan Prosedural

Menurut Leventhal yang dikutip Kozlowski, (2012:528) keadilan

prosedural adalah persepsi mengenai proses keikutsertaan untuk mencapai suatu

hasil dengan menfokuskan beberapa kriteria untuk memenuhi prosedur adil

seperti:

1. Konsistensi

Diterapkan secara konsisten terhadap orang dan waktu.

2. Akurasi

Memastikan bahwa informasi yang akurat dikumpulkan dan digunakan

dalam pengambilan keputusan.

3. Prosedur etis

Sesuai dengan standar pribadi atau sesuai dengan etika dan moralitas.

4. Bebas bias

Memastikan bahwa pihak ketiga tidak memiliki kepentingan dalam

penyelesaian permasalahan dalam bentuk apapun.

Menurut Kreitner dan Kinicki (2008:49) keadilan prosedural adalah

keadilan yang dirasakan dari proses dan prosedur yang digunakan untuk

mengalokasikan keputusan. Sedangkan Ivancevich (2007:24) Persepsi keadilan

prosedural didasarkan pada pandangan karyawan terhadap kewajaran proses

penghargaan dan keputusan hukuman yang dibuat organisasi sifatnya penting

seperti keharusan membayar imbalan/insentif, evaluasi, promosi dan tindakan

(38)

keluaran organisasi yang lebih baik seperti peningkatan komitmen organisasi,

keinginan tetap tinggal dalam organisasi dan peningkatan kinerja.

Jadi berdasarkan beberapa pandangan beberapa ahli diatas, maka dapat

disimpulkan keadilan prosedural adalah persepsi dan pandangan karyawan

terhadap keadilan semua proses, maupun prosedur keputusan dalam organisasi

seperti keharusan membayar imbalan, evaluasi, promosi dan tindakan disipliner.

2. Keadilan Distributif

Menurut Greenberg (2008:46) keadilan distributif didefinisikan sebuah

bentuk keadilan organisasi yang berfokus pada kenyakinan karyawan bahwa

mereka telah menerima jumlah imbalan yang sesuai serta mendapatkan

penghargaan.

1. Imbalan atau kompensasi

Merupakan faktor penting yang mempengaruhi bagaimana dan mengapa

orang-orang bekerja pada suatu organisasi dan bukan pada organisasi yang

lainnya.usahaan harus cukup kompetitif dengan beberapa jenis kompensasi untuk

mempekerjakan, mempertahankan, dan memberi imbalan terhadap kinerja setiap

individu di dalam organisasi. Sistem kompensasi dalam organisasi harus

dihubungkan dengan dengan tujuan dan strategi organisasi serta keseimbangan

antara keuntungan dan biaya pengusaha dengan harapan dari karyawan. Program

kompensasi dalam organisasi harus memiliki empat tujuan, antara lain :

a. terpenuhinya sisi legal, dengan segala peraturan dan hukum yang sesuai

b. efektifitas biaya untuk organisasi

(39)

d. peningkatan keberhasilan kinerja organisasi.

2. Penghargaan

Kegiatan dimana organisasi menilai kontribusi karyawan dalam rangka

untuk mendistribusikan penghargaan moneter dan non moneter cukup langsung

dan tidak langsung dalam kemampuan organisasi untuk membayar berdasarkan

peraturan hukum. penghargaan dibedakan menjadi penghargaan intrinsik

(intrinsic rewards) dan penghargaan ekstrinsik (extrinsic rewards). Penghargaan

ekstrinsik dibedakan menjadi penghargaan ekstrinsik langsung (gaji,upah, imbalan

berdasarkan kinerja) penghargaan ekstrinsik tidak langsung (program proteks

bayaran diluar jam kerja, fasilitas-fasilitas untuk karyawan). Penghargaan intrinsik

adalah penghargaan yang diterima seseorang sebagai imbalan atas pekerjaannya

yang tidak dalam bentuk uang. Biasanya penghargaan tersebut dapat berupa rasa

aman dalam pekerjaan, simbulstatus, penghargaan masyarakat dan harga diri.

Penghargaan ekstrinsik langsung disebut juga penghargaan berupa uang

merupakanimbalan yang diterima seseorang atas jerih payahnya dalam bentuk

uang berupa gaji. Imbalan berdasarkan kinerja dapat berupa pembayaran

lainnyayang berdasarkan hasil produktivitas yang terdiri dari insentif dan bonus.

Selanjutnya, Muchinsky (2005:321) mengatakan bahwa keadilan

distributif dinilai melalui tiga perspektif. Prespektif ini merupakan tambahan dari

pandangan sebelumnya, yaitu :

1. Equity, hasil yang didapat individu harus sesuai dengan kontribusi yang

(40)

diberikan individu. Semakin tinggi produktivitas kerja individu, semakin

tinggi bonus yang didapat.

2. Equality, semua orang yang mempunyai kesempatan yang sama dalam

mendapatkan hasil atau keputusan. Apapun keahlian, lama kerja, jabatan,

prestasi kerja, hasil yang didapat tetap sama. Misalnya semua pegawai

mendapatkan jumlah bonus yang sama di akhir yahun.

3. Need, pengalokasian hasil yang ideal sesuai dengan kebutuhan individu.

Misalnya dalam pembagian bonus, individu yang sedang membutuhkan

bantuan financial mendapat bonus lebih besar.

Teori keadilan distributif menyatakan bahwa individu dalam organisasi

akan mengevaluasi distribusi setiap hasil organisasi dengan memperhatikan

beberapa aturan distribusi dan aturan yang paling sering digunakan yaitu aturan

hak menurut keadilan. Keadilan distributif berfokus pada persepsi keadilan akan

hasil bagi karyawan dalam sebuah organisasi dan didasarkan pada gagasan

ekuitas.

Menurut Colquitt yang dikutip oleh Foster (2010:28) keadilan distributif

mengacu pada keseimbangan distribusi hasil organisasi berupa gaji, tunjangan dan

bonus. Pada saat individu dalam organisasi mempersepsikan bahwa rasio masukan

imbalan yang mereka terima seimbang, mereka akan merasakan kewajaran yang

mengindikasikan adanya keadilan distributif.

Menurut As’ad (2010:204) keadilan distributif tidak hanya berkaitan

(41)

organisasi juga harus diberikan secara adil sesuai dengan perilaku negatif

karyawan.

Menurut Sounders dan Thornlhil yang dikutip oleh Searle dan Skinner

(2011:286). Keadilan distributif merupakan suatu anggapan mengenai keadilan

hasil oleh organisasi dalam hubungannya dengan individu dan input kelompok.

Keadilan ini didominasi oleh teori kesamaan khususnya dalam hal bagaimana

individu mengevaluasi dan bereaksi terhadap perlakuan yang berbeda.

Jadi berdasarkan beberapa pandangan beberapa ahli diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa keadilan distributif merupakan keadilan atas hasil kerja baik

individu maupun kelompok, yang bukan hanya semua karyawan mendapatkan

keadilan imbalan saja, akan tetapi keadilan hukuman juga harus diberlakukan

secara adil bagi mereka.

3 . Keadilan Interaksional

Aspek terakhir dari keadilan organisasional adalah keadilan interaksional

dan mungkin yang paling sederhana diantara ketiga aspek ini (Cropanzano et al.,

2007:35). Menurut Robbins dan Judge (2008:234) mendefinisikan keadilan

interaksional merupakan persepsi individu tentang tingkat sampai dimana seorang

karyawan diperlakukan dengan penuh martabat, perhatian, dan rasa hormat.

Menurut Greenberg (2008:342) terdapat dua aspek dalam keadilan

interaksional, yaitu keadilan informasional dan keadilan interpersonal. Keadilan

informasional adalah persepsi individu tentang keadilan informasional yang

digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan, sedangkan keadilan interpersonal

(42)

Menurut Tyler (Yuwono, dkk, 2005:133) menyebutkan ada tiga hal

penting yang patut diperhatikan dalam membahas keadilan interaksional, yaitu :

1. Penghargaan

Khususnya penghargaan kepada status seorang, hal ini tercermin dalam

bentuk perlakuan atau tindakan dari orang yang berkuasa (pimpinan)

terhadap anggota kelompoknya. Apabila baik kualitas pimpinan terhadap

para anggota maka interkasinya dinilai makin adil oleh anggotanya.

2. Netralitas

Konsep ini berkembang karena butuh keterlibatan dengan pihak keriga

manakala ada masalah hubungan sosial antara suatu pihak dengan pihak

yang lain. Netralitas dalam keputusan atas konflik kedua belah pihak dapat

tercapai manakala dasar-dasar dalam pengambilan keputusan lebih banyak

menggunakan fakta dan bukan opini, apalagi fakta yang ditampilkaan

mempunyai nilai objektivitas yang tinggi juga punya validitas yang tinggi

pula.

3. Kepercayaan

Hal ini banyak dikaji pada aspek interaksional. Kepercayaan sering

didefinisikan sebagai harapan pihak lain dalam melakukan hubungan

sosial, yang didalamnya mencakup resiko yang berkaitan dengan harapan

tersebut.

Menurut Cropanzano et al. (2007:34) menyebutkan bahwa keadilan

(43)

1. Keadilan Interpersonal

Memperlakukan seorang karyawan dengan martabat, perhatian, rasa

hormat

2. Keadilan Informasional

[image:43.595.106.518.267.731.2]

Berbagi informasi yang relevan dengan karyawan

Tabel 2.1

Komponen Keadilan Organisasi

1. Keadilan Distributif: kelayakan imbalan

a. Keadilan: menghargai karyawan berdasarkan kontribusinya.

b. Persamaan: menyediakan kompensasi bagi setiap karyawan yang

secara garis besar sama.

c. Kebutuhan: menyediakan benefit berdasarkan pada kebutuhan

personal seseorang.

2. Keadilan Prosedural: kelayakan proses alokasi

a. Konsisten: semua karyawan diperlakukan sama.

b. Lack of Bias: tidak ada orang atau kelompok yang diistimewakan

atau diperlakukan tidak sama.

c. Keakuratan: keputusan dibuat berdasarkan informasi yang akurat.

d. Pertimbangan Wakil Karyawan: pihak-pihak terkait dapat

memberikan masukan untuk pengambilan keputusan.

e. Koreksi: mempunyai koreksi banding atau mekanisme lain untuk

memperbaiki kesalahan.

f. Etika: norma pedoman professional tidak dilanggar

3. Keadilan Interpersonal:

a. Keadilan interpersonal: memperlakukan seorang karyawan dengan

martabat, perhatian, dan rasa hormat.

b. Keadilan informasional: berbagi informasi yanh relevan dengan

karyawan

(44)

2.3.3 Keadilan Distributif dan Perbandingan Sosial

Teori ini menggali proses psikologi yang berhubungan dengan

pembentukan penilaian keadilan yang fokus pada penilaian keadilan distributif

yaitu equity theory Adams dalam Miner (2007:94). Teori klasik ini menjelaskan

bahwa setiap orang menentukan apakah mereka diperlakukan secara adil atau

tidak dengan membandingkan rasio input yang mereka berikan (waktu dan

sumber daya) dihubungkan dengan apa yang mereka terima (gaji, promosi dan

kesempatan pengembangan diri), selanjutnya perbandingan rasio ini juga

dibandingkan dengan rasio yang sama pada orang lain. Karyawan mengevaluasi

hasil yang diterima dan menilai adanya perlakuan secara tidak adil pada mereka

melalui perbandingan input dan output dengan sesama rekan kerja. Sebagai

contoh, bila beberapa karyawan mendapatkan pekerjaan yang sama dan input serta

output yang mereka hasilkan sama akan tetapi penerimaan hasil mereka terdapat

perbedaan signifikan maka mereka akan menilai adanya ketidakadilan dalam

perlakuan. Rasa ketidakadilan melalui perbandingan ini akan menimbulkan rasa

tidak nyaman dan akan berdampak pada kepuasan kerja karyawan tersebut.

2.4 Penelitian Terdahulu

Berikut ini adalah daftar penelitian yang telah dialkukan oleh bebrapa

peneliti yang mendukung dilakukannya penelitian ini. Untuk mempermudah

(45)
[image:45.595.111.523.126.758.2]

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Judul Penelitian Variabel Teknik

Analisis Data

Hasil Penelitian

1. David

Duwayne Holcomb (2009)

An Extension of Leader Member Exchange (LMX) Beyond The Member to Direct Manager Dyad and Their Correlations To The Member’s Organizational Commitment

Leader Member Exchange (X) Komitmen organisasional (Y) Analisis Regresi Leader Member Exchange berpengaruh terhadap komitmen organisasional dengan nilai β 0,42

2. Hunik Sri

Runing (2011) Jarak Kekuasaan Sebagai Pemoderasi Pengaruh Keadilan Organisasional Terhadap Komitmen Karyawan Pada Supervisor Perusahaan Batik Surakarta Jarak Kekuasaan (X1) Keadilan Organisasi (X2) Komitmen Organisasional (Y) Analisis Regresi Keadilan organisasi (distributif) berpengaruh positif terhadap komitmen organisasional dengan nilai β

0,577 dan

keadilan organisasi (procedural) berpengaruh positif terhadap komitmen organisasional dengan nilai β 0,404

3. Amiruddin

Prasetyadi (2011)

Pengaruh

Leader Member Exchange

Terhadap Komitmen Organisasi PT.

Midian Karya

Pasuruan

Leader Member Exchange (X) Komitmen Afektif (Y)

Analisis Regresi

Hubungan positif antara

(46)

No. Peneliti Judul Penelitian Variabel Teknik Analisis Data

Hasil Penelitian

4. Dorothea

Wahyu Ariani (2012)

Leader Member Exchange as A Mediator of The Effect of Job Satisfaction on Affective

Organizational Commitment: An Empirical Test

Leader Member Exchange (X) Kepuasan Kerja (Y1) Komitmen Organisasi (Y2) Analisis Regresi Leader Member Exchange berpengaruh positif terhadap komitmen organisasional

5. Sentot

Kristanto (2005) Pengaruh Keadilan Organisasional Terhadap

Kepuasan Kerja dan Dampaknya Terhadap

Komitmen dan

Intensi Keluar

Di PT.

Indonesia

Power UBP

Bali Keadilan Organisasi (X) Kepuasan Kerja (Y1) Komitmen Organisasi (Y2) Analisis Regresi Keadilan organisasi (distributif) berpengaruh positif terhadap komitmen organisasional dan keadilan organisasi prosedural berpengaruh positif terhadap komitmen organisasional

6. Erin

Anggreani

dan Eddy

M. Sutanto (2013)

Pengaruh

Leader Member Exchange Terhadap Kepuasan Kerja, Motivasi, dan Komitmen Oragnisasional Karyawan Departemen

Penjualan PT.

Matahari Departemen Store Leader Member Exchange (X) Kepausan Kerja (Y1) Motivasi (Y2) Komitmen Organisasional (Y3) Analisis Regresi Leader Member Exchange berpengaruh positif terhadap kepuasan

kerja dan

(47)

2.5 Kerangka Konseptual

Menurut Griffin (2010:119) Leader Member Exchange (LMX) adalah

hubungan yang variatif antara atasan dengan bawahan. LMX itu terjadi karena

keterbatasan waktu atasan untuk berinteraksi dengan semua bawahan dalam

organisasi tempat bekerja.

Ivancevich et al. (2007:121) menjelaskan Leader Member Exchange

(LMX) mengklasifikasikan bawahannya menjadi anggota in-group dan out-group.

Anggota in-group akan menerima penugasan yang menantang dan menerima

imbalan yang lebih bermakna. Sedangkan anggota out-group menrima tugas yang

lebih tidak menentang, menerima imbalan yang lebih sedikit.

Keadilan organisasi mencerminkan bagaimana mereka diperlukan secara

adil di tempat kerja (Kreitner dan Kinicki, 2008:320). Karena keadilan organisasi

merupakan daya penggerak bagi karyawan dalam meningkatkan kinerja dan

komitmen pada organisasi.

Runing (2011:26) melakukan penelitian berkaitan dengan keadilan

organisasi dan komitmen organisasional. Hasil penelitian menyatakan bahwa

keadilan internal prosedural, keadilan internal distributif, dan keadilan eksternal

secara positif berhubungan dengan komitmen organisasional.

Martin (1981) melaporkan bahwa penilaian terhadap keadilan organisasi

dilakukan ketika orang membandingkan apa yang diterima dengan apa yang

diterima orang lain dengan referensi sama. Proses perbandingan yang dilakukan

Martin (1981) menekankan pada realita kehilangan hak yang dialami seseorang,

(48)

mendapatkan sedikit dibandingkan yang sepantasnya pada pembanding lain.

Perasaan kehilangan hak akan meningkatkan kemangkiran, menurunkan

komitmen terhadap organisasi dan meningkatkan rasa ketidakadilan.

Teori leader member exchange didapatkan pada konsep pembentukan

peran dan social exchange. Komitmen bawahan merupakan bagian penting dalam

proses tersebut. Pimpinan akan menguji dan mengevaluasi kinerja bawahannya.

Bila kinerja pegawai dianggap memuaskan pada tahap tertentu, maka hal tersebut

akan meningkatkan kualitas interaksi atasan bawahan selanjutnya. Proses

penilaian peran juga dilakukan oleh bawahan, dimana seorang bawahan yang

menilai positif pimpinannya akan mempengaruhi interaksi vertikal akan menjadi

lebih baik pula sehingga akan lebih komit terhadap organisasi.

Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini

[image:48.595.116.512.481.585.2]

dapat dijelaskan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Leader Member Exchange (LMX)

(X1)

Komitmen Organisasional (Y)

(49)

2.6 Hipotesis

Sehubungan dengan uraian di atas maka dikemukakan hipotesis penelitian

ini adalah :

H1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara Leader Member Exchange terhadap

Komitmen Organisasional karyawan pada Harian Orbit Medan

H2: Terdapat pengaruh yang signifikan antara Keadilan Organisasi terhadap

Komitmen Organisasional karyawan pada harian Orbit Medan

(50)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Menurut tingkat eksplanasi (level of explanations), maka penelitian ini

adalah penelitian asosiatif (hubungan), yaitu penelitian yang bertujuan untuk

mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Dengan penelitian ini maka

akan dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan,

meramalkan, dan mengontrol suatu gejala. Penelitian menurut tingkat eksplanasi

itu sendiri adalah penelitian yang bermaksud untuk menjelaskan kedudukan

variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antar satu variabel dengan variabel

lain (Sugiono, 2008:7).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Harian Orbit Medan yang berlokasi di Jalan

Asrama Komplek Bumi Asri Blok C No. 61-62 Medan. Waktu penelitian

dilakukan mulai Agustus 2015 sampai Desember 2015.

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional dalam penelitian ini adalah :

a. Variabel Dependen (X), yaitu :

1. Leader Member Exchange (X1)

2. Keadilan Organisasi (X2)

(51)

3.4 Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan petunjuk bagaimana sub variabel diukur

untuk mengetahui baik buruknya pengukuran dalam suatu penelitian. Pada

penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah Leader Member Exchange,

dan Keadilan Organisasi sebagai variabel bebas dan Komitmen Organisasional

sebagai variabel terikat. Variabel-variabel tersebut didefenisikan sebagai berikut :

1. Variabel Bebas (X)

a. Leader Member Exchange (X1)

Leader Member Exchange (LMX) adalah kualitas hubungan antara

supervisor dengan karyawan akan mampu meningkat kerja keduanya.

b. Keadilan Organisasi (X2)

Keadilan organisasi adalah kesamarataan atau keadilan yang berfokus

bagaimana para karyawan menyimpulkan apakah mereka

diperlakukan secara adil dalam pekerjaannya dan bagaimana

kesimpulan tersebut kemudian mempengaruhi variabel-variabel lain

yang berhubungan dengan pekerjaan.

2. Variabel Terikat (Y)

a. Komitmen Organisasional

Komitmen organisasi adalah sikap yang mencerminkan sejauh mana

seorang karyawan mengenal dan terikat pada organisasinya.

Karyawan – karyawan yang merasa lebih berkomitmen pada

(52)

tinggal lebih lama di dalam organisasi dan mencurahkan lebih banyak

upaya dalam bekerja.

Malthis dan Jackson (2001 : 99) menyatakan bahwa komitmen

organisasi adalah tingkat kepercayaan dan penerimaan tenaga kerja

terhadap tujuan organisasi dan mempunyai keinginan untuk tetap ada

[image:52.595.108.519.318.739.2]

di dalam organisasi tersebut.

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Definisi Dimensi Indikator Skala

Leader Member Exchange

Hubungan antara

atasan dan

bawahan yang

terjalin dengan

sangat erat

sehingga atasan

memiliki

pendekatan yang

lebih dengan

kelompok karyawan

Loyalitas 1. Menciptakan

suasana mendukung

2. Saling

membantu dan melindungi

Likert

Kontribusi 1. Perlakuan

khusus yang

positif

2. Terjadinya

diskusi antara

atasan dan

bawahan

Afeksi 1. Menghormati

pendapat

2. Kemampuan

mempengaruhi

3.

Memperlihat-kan sikap

(53)

Variabel Definisi Dimensi Indikator Skala Keadilan

Organisasi

Kesamarataan atau keadilan di tempat

kerja yang

berfokus

bagaimana para

karyawan menyimpulkan

apakah mereka

diperlakukan secara adil dalam pekerjaannya. Keadilan Distributif 1. Menghargai berdasarkan kontribusi 2. Menyediakan kompensasi secara sama 3. Menyediakan benefit berdasarkan kebutuhan Keadilan Prosedural 1. Konsisten

2. Tidak ada

yang dibedakan

3. Keakuratan

4. Pertimbangan

wakil karyawan

5. Koreksi

Norma tidak

dilanggar Keadilan

Interaksional

1. Perlakuan

dengan rasa

hormat 2. Berbagi informasi yang relevan Komitmen Organisasional

Keadaan dimana

seseorang karyawan memihak

(54)

Variabel Definisi Dimensi Indikator Skala Komitmen

Gambar

Tabel 1.1 Komposisi Jumlah Karyawan Berdasarkan Masa Kerja
Tabel 2.1 Komponen Keadilan Organisasi
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peneltian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh leader member exchange, locus of control terhadap kepuasan kinerja dan komitmen organisasional sebagai variabel

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Modal Sosial tidak berpengaruh terhadap Komitmen Organisasional, Leader Member Exchange (LMX) berpengaruh signfikan

Proses yang mempengaruhi antara atasan dan bawahan adalah ketika atasan mengetahui bahwa bawahannya bersikap berbeda yaitu dirasa tidak berkompeten tehadap

Managing Behavior in Organization , Fifth Edition, Prentice Hall, London.. Manajemen Personalia ,

Saya tidak ingin mengecewakan atasan saya dengan melanggar norma-norma yang dianut perusahaan.. Saya bersedia jika diberi sanksi/hukuman jika saya melanggar

Hubungan keadilan organisasional pada komitmen organisasi dapat dimediasi dengan adanya kepuasan kerja karyawan, hal tersebut menunjukkan bahwa keadilan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh antara leader member exchange, locus of control terhadap kepuasan kinerja dengan komitmen organisasional sebagai

Pengaruh Leader-member Exchange dan Quality of Work-Life Terhadap Komitmen Organisasi dengan Mediasi Kepuasan Kerja Irfan Helmy1 1 Universitas Putra Bangsa 1 risetirfan@gmail.com