SKRIPSI
ANALISIS PERMINTAAN MASYARAKAT TERHADAP PRODUK PERBANKAN SYARIAH (STUDI KASUS : BANK MUAMALAT
KECAMATAN MEDAN MARELAN)
OLEH Cory Br. S. Pandia
11050101127
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi saya
yang berjudul “Analisis Permintaan Masyarakat Terhadap Produk Perbankan
Syariah ( Studi Kasus: Bank Muamalat Kecamatan Medan Marelan)” adalah
benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun untuk memenuhi syarat dalam
menyelesaikan program studi sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara.
Isi dan data pada karya tulis yang saya kutip atau saya peroleh dari
publikasi resmi, sumber tertentu dan hasil karya orang lain telah dituliskan
sumbernya sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila ditemukan pernyataan ini tidak benar di kemudian hari, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan,Agustus 2015
ABSTRAK
ANALASIS PERMINTAAN MASYARAKAT TERHADAP PRODUK PERBANKAN SYARIAH ( BANK MUAMALAT KECAMATAN MEDAN
MARELAN)
Perbankan syariah sebagai bagian dari struktur perbankan di Indonesia, memiliki peran yang sama dengan perbankan umum konvensional lainnya dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan mendorong pembangunan ekonomi nasional yang berkesinambungan. Oleh karenanya sangat dibutuhkan kinerja yang lebih baik lagi oleh perbankan syariah dalam mendukung terciptanya kondisi industri perbankan yang kuat dan memiliki daya saing yang tinggi serta memiliki ketahanan dalam menghadapi resiko. Dengan masih rendahnya pemahaman masyarakat akan masalah perbankan syariah harus terus berkembang dan memperbaiki kinerjanya. Dengan pesatnya pertumbuhan yang ditandai semakin banyaknya bank konvensional yang akhirnya mendirikan unit-unit syariah, ini membuktikan bahwa bank syariah memang mempunyai kompetensi yang tinggi. Perbankan syariah akan semakin tinggi lagi pertumbuhannya apabila masyarakat mempunyai permintaan dan antusias yang tinggi dikarenakan faktor peningkatan pemahaman dan pengetahuan tentang bank syariah.
Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuisioner kepada 94 nasabah Bank Muamalat dengan menggunakan skala likert pada 5 kategori skala.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara permintaan dengan produk musyarakah di bank Muamalat Kecamatan medan Marelan. Hubungan ditunjukkan dengan nilai kolerasi sebesar 0.689 yang termasuk dalam kategori kuat (0.50 – 0.69), terdapat hubungan yang signifikan antara permintaan dengan produk musyarakah di bank Muamalat Kecamatan medan Marelan. Hubungan ditunjukkan dengan nilai kolerasi sebesar 0.888 yang termasuk dalam sangat kuat (0.70 – 0.89), dan terdapat hubungan yang signifikan antara permintaan dengan produk musyarakah di bank Muamalat Kecamatan medan Marelan. Hubungan ditunjukkan dengan nilai kolerasi sebesar 0.730 yang termasuk dalam kategori sangat kuat (0.70 – 0.89).
ABSTRACT
PUBLIC DEMAND ANALYSIS OF ISLAMIC BANKING PRODUCT (CASE STUDY : BANK MUAMALAT DISTRICT MEDAN MARELAN )
Islamic banking as part of the structure of banking in Indonesia, has the same role with other conventional commercial banks in meeting the needs of the community
and encourage sustainable economic development. Therefore urgently needed a better performance by the Islamic banking in the banking industry supports the creation of a strong state and has a high competitiveness and resilient in the face
of risk. With still a lack of understanding of the problems of Islamic banking community must continue to evolve and improve its performance. With the rapid growth that characterized the increasing number of conventional banks are finally
establish sharia units, this proves that Islamic banks do have high competence. Islamic banking growth will be higher again if the community has a high demand
and enthusiasm due to factors increase the understanding and knowledge of Islamic banks.
This research was conducted by distributing questionnaires to 94 customers of Bank Muamalat by using Likert scale on a 5 category scale.
The results showed a significant relationship between demand and Musharaka products in the District Muamalat bank Marelan field. The relationship indicated by the correlation value for 0689 which is included in the strong category (0.50 - 0.69), there is a significant relationship between demand and Musharaka products in the District Muamalat bank Marelan field. The relationship indicated by the correlation value for 0888 which is included in the very strong (0.70 - 0.89), and there is a significant relationship between demand and Musharaka products in the District Muamalat bank Marelan field. The relationship indicated by the correlation value of 0.730 which is included in the category of very strong (0.70 - 0.89).
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Skipsi ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi
sarjana (S1) yaitu program studi Ekonomi Pembangunan di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini adalah skripsi penulis yang
berjudul “Analisis Permintaan Masyarakat Terhadap Produk Perbankan Syariah (
Studi Kasus: Bank Muamalat Kecamatan Medan Marelan).”
Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dengan dukungan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Kedua orang tua, saudara serta keluarga penulis yang telah memberikan
dukungan dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Prof.Dr.Azhar Maksum, SE,M.Ec,Ac,Ak.,selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec., selaku Ketua Departemen Ekonomi
Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.si., selaku Sekretaris Departemen
Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera
5. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D., selaku Ketua Program Studi S1 dan
Bapak Paidi Hidayat, SE, M.si., selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
6. Ibu Ilyda Sudrajat, S.Si, M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang selalu
membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D dan Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.Si.,
selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
8. Seluruh staff administrasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera
Utara yang telah membantu penulis dalam mengurus segala keperluan
administrasi.
9. Teman-teman stambuk 2011 Ekonomi Pembangunan atas motivasi dan
dukungan yang telah diberikan.
Penulis menyadari masih ada kekurangan pada skripsi ini. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk mengembangkan
dan menyempurnakan penelitian ini. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi pembaca.
Medan, Agustus 2015
Cory Br.S.Pandia
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... ... i
ABSTRAC ... ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBARAN ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
1.4 Tujuan Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Bank Syariah ... 9
2.2 Prinsip dan Fungsi Bank Syariah ... 11
2.3 Produk Bank Syariah ... 14
2.3.1 Al – Musyarakah ... 14
2.3.1.1 Rukun dan syarat pembiayaan ... 14
2.3.1.2 Jenis Musyarakah ... 17
2.3.1.3 Mekanisme pembiayaan ... 18
2.3.2 Al – Mudharabah ... 19
2.3.2.1 Aplikasi Mudharabah ... 20
2.3.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mudharabah .. 23
2.3.2.3 Mekanisme perhitungan Mudharabah dalam bank syari‟ah ... 25
2.3.3 Al – Ijarah ... 26
2.3.4.1 Rukun dan Syarat Ijarah ... 27
2.3.4.2 Menyewakan Barang Sewaan ... 28
2.3.4.3 Aplikasinya di Bank Syari‟ah ... 28
2.3.4.4 Ijarah Muntahiyah bit Tamlik ... 29
2.3.4.5 Aplikasinya di Bank Syariah ... 29
2.3.4 Al- Muzara‟ah ... 30
2.3.5 Al- Musaqah ... 30
2.3.6 Ba‟ial Murabahah ... 30
2.3.7 Bai'as-salam ... 31
2.3.8 Al-Wakalah (Amanat) ... 31
2.3.9 Al-Kafalah (Garansi)... 31
2.3.10 Al-Hawalah ... 32
2.3.11 Ar-Rahn ... 32
2.4 Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional ... 32
2.5 Definisi dan Faktor yang Mempengaruhi Permintaan ... 37
2.7 Fungsi dan Kurva Permintaan ... 40
2.8 Definisi dan Faktor yang Mempengaruhi Penawaran ... 41
2.9 Hukum dan Teori Penawaran ... 43
2.10 Fungsi dan Kurva Penawaran ... 44
2.11 Penelitian Terdahulu ... 45
2.12 Hipotesis ... 47
2.13 Kerangka Konseptual ... 47
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 49
3.2 Lokasi Penelitian ... 49
3.3 Batasan Operasional ... 49
3.4 Definisi Operasional ... 49
3.5 Skala Pengumpulan Variabel ... 51
3.6 Populasi dan Sampel ... 52
3.7 Jenis dan Sumber Data ... 53
3.8 Metode Pengumpulan Data ... 53
3.9 Uji Validitas dan Realibilitas ... 54
3.10 Teknik Analisis Data ... 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Bank Muamalat ... 59
4.2 Uji Validitas dan Realibilitas ... 61
4.2.1 Uji Validitas ... 61
4.2.2 Uji Realibilitas ... 62
4.3 Analisis Deskritif Permintaan Masyarakat Terhadap Produk Perbankan Syariah (Studi Kasus: Bank Muamalat Kecamatan Medan Marelan ... 64
4.3.1 Deskritif Responden ... 64
4.3.2 Pengolahan Data ... 80
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 85
5.2 Saran ... 88
DAFTAR PUSTAKA ... 89
DAFTAR TABEL
2.1 Perbandingan Paradigma Bank Syariah dan Bank
Konvensional ... 36
2.2 Perbedaan Dasar Kegiatan Usaha Perbankan Syariah Dan Perbankan Konvensional ... 37
3.1 Skor Dengan Skala Likert ... 52
3.2 Teknik Analisis Data Yang DiGunakan ... 56
4.1 Uji Validitas ... 61
4.2 Uji Realibilitas ... 63
4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 65
4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 66
4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Mengetahui Produk ... 66
4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 67
4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Tertinggi ... 68
4.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Lamanya Menabung ... 69
4.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan ... 70
4.10 Hubungan Permintaan Masyarakat Terhadap Produk Musyarakah ... 81
4.11 Hubungan Permintaan Masyarakat Terhadap Produk Mudharabah ... 82
DAFTAR GAMBAR
2.1 Kurva Permintaan... ... 41
2.2 Kurva Penawaran ... 45
2.3 Kerangka Konseptual ... 47
4.1 Produk Yang Dipilih Berdasarkan Jenis Kelamin ... 71
4.2 Produk Yang Dipilih Berdasarkan Umur ... 72
4.3 Produk Yang Dipilih Berdasarkan Pendidikan ... 73
4.4 Produk Yang Dipilih Berdasarkan Pekerjaan ... 74
4.5 Produk Yang Dipilih Berdasarkan Lamanya Menabung ... 76
4.6 Produk yang Dipilih Berdasarkan Mengetahui Produk ... 78
DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuisioner Penelitian ... ... 91
2 Data Responden ... ... 93
3 Tabulasi Koresponden ... ... 104
4 Hasil Uji Validitas Dan Uji Realibilitas ... ... 107
5 Hasil Crosstabulation ... ... 110
6 Hasil Frekuensi Pada Pertanyaan ... ... 121
ABSTRAK
ANALASIS PERMINTAAN MASYARAKAT TERHADAP PRODUK PERBANKAN SYARIAH ( BANK MUAMALAT KECAMATAN MEDAN
MARELAN)
Perbankan syariah sebagai bagian dari struktur perbankan di Indonesia, memiliki peran yang sama dengan perbankan umum konvensional lainnya dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan mendorong pembangunan ekonomi nasional yang berkesinambungan. Oleh karenanya sangat dibutuhkan kinerja yang lebih baik lagi oleh perbankan syariah dalam mendukung terciptanya kondisi industri perbankan yang kuat dan memiliki daya saing yang tinggi serta memiliki ketahanan dalam menghadapi resiko. Dengan masih rendahnya pemahaman masyarakat akan masalah perbankan syariah harus terus berkembang dan memperbaiki kinerjanya. Dengan pesatnya pertumbuhan yang ditandai semakin banyaknya bank konvensional yang akhirnya mendirikan unit-unit syariah, ini membuktikan bahwa bank syariah memang mempunyai kompetensi yang tinggi. Perbankan syariah akan semakin tinggi lagi pertumbuhannya apabila masyarakat mempunyai permintaan dan antusias yang tinggi dikarenakan faktor peningkatan pemahaman dan pengetahuan tentang bank syariah.
Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuisioner kepada 94 nasabah Bank Muamalat dengan menggunakan skala likert pada 5 kategori skala.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara permintaan dengan produk musyarakah di bank Muamalat Kecamatan medan Marelan. Hubungan ditunjukkan dengan nilai kolerasi sebesar 0.689 yang termasuk dalam kategori kuat (0.50 – 0.69), terdapat hubungan yang signifikan antara permintaan dengan produk musyarakah di bank Muamalat Kecamatan medan Marelan. Hubungan ditunjukkan dengan nilai kolerasi sebesar 0.888 yang termasuk dalam sangat kuat (0.70 – 0.89), dan terdapat hubungan yang signifikan antara permintaan dengan produk musyarakah di bank Muamalat Kecamatan medan Marelan. Hubungan ditunjukkan dengan nilai kolerasi sebesar 0.730 yang termasuk dalam kategori sangat kuat (0.70 – 0.89).
ABSTRACT
PUBLIC DEMAND ANALYSIS OF ISLAMIC BANKING PRODUCT (CASE STUDY : BANK MUAMALAT DISTRICT MEDAN MARELAN )
Islamic banking as part of the structure of banking in Indonesia, has the same role with other conventional commercial banks in meeting the needs of the community
and encourage sustainable economic development. Therefore urgently needed a better performance by the Islamic banking in the banking industry supports the creation of a strong state and has a high competitiveness and resilient in the face
of risk. With still a lack of understanding of the problems of Islamic banking community must continue to evolve and improve its performance. With the rapid growth that characterized the increasing number of conventional banks are finally
establish sharia units, this proves that Islamic banks do have high competence. Islamic banking growth will be higher again if the community has a high demand
and enthusiasm due to factors increase the understanding and knowledge of Islamic banks.
This research was conducted by distributing questionnaires to 94 customers of Bank Muamalat by using Likert scale on a 5 category scale.
The results showed a significant relationship between demand and Musharaka products in the District Muamalat bank Marelan field. The relationship indicated by the correlation value for 0689 which is included in the strong category (0.50 - 0.69), there is a significant relationship between demand and Musharaka products in the District Muamalat bank Marelan field. The relationship indicated by the correlation value for 0888 which is included in the very strong (0.70 - 0.89), and there is a significant relationship between demand and Musharaka products in the District Muamalat bank Marelan field. The relationship indicated by the correlation value of 0.730 which is included in the category of very strong (0.70 - 0.89).
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laju pertumbuhan perbankan syariah di tingkat global tak diragukan lagi. Aset
lembaga keuangan syariah di dunia diperkirakan mencapai 250 miliar Dollar AS,
tumbuh rata-rata lebih dari 15 persen per tahun. Di Indonesia, volume usaha
perbankan syariah selama lima tahun terakhir rata-rata tumbuh 60 persen per
tahun. Tahun 2005, perbankan syariah Indonesia membukukan laba Rp 238,6
miliar, meningkat 47 persen dari tahun sebelumnya. Meski begitu, Indonesia yang
memiliki potensi pasar sangat luas untuk perbankan syariah, masih tertinggal jauh
di belakang Malaysia.
Tahun lalu, perbankan syariah Malaysia mencetak profit lebih dari satu miliar
ringgit (272 juta dollar AS). Akhir Maret 2006, aset perbankan syariah di negeri
jiran ini hampir mencapai 12 persen dari total aset perbankan nasional. Sedangkan
di Indonesia, aset perbankan syariah periode Maret 2006 baru tercatat 1,40 persen
dari total aset perbankan.
Kehadiran perbankan syariah di Indonesia semakin menambah variasi bagi
perkembangan di dalam sistem perbankan di Indonesia. Munculnya lembaga
keuangan syariah di Indonesia dimulai dengan dikeluarkannya peraturan atau
perundang-undangan oleh Bank Indonesia pada UU No. 7 tahun 1992 tentang
diperbolehkannya bank syariah beroperasi di Indonesia yang menerapkan sistem
dikeluarkannya UU No. 10 tahun 1998, yang semakin memperkuat landasan
hukum bagi keberadaan lembaga keuangan syariah di Indonesia.
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia saat ini semakin dirasakan
oleh masyarakat Indonesia dengan bertambahnya jumlah unit-unit lembaga
keuangan syariah di Indonesia, baik itu yang beroperasi secara single-system
(syariah), maupun secara dual-system (konvensional-syariah). Hingga saat ini,
lembaga keuangan syariah yang beroperasi di Indonesia mencakup: Bank Umum
Syariah (BUS) berjumlah 10 unit, Unit Usaha Syariah (UUS) berjumlah 23 unit,
dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah sebanyak 149 unit. (sumber: Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia, 2010).
Perbankan syariah mempunyai karakteristik tersendiri yang membedakannya
dengan perbankan konvensional, yakni pengelolaan usaha yang beroperasi
berdasarkan prinsip-prinsip syariah Islam. Kehadirannya telah menjadi alternatif
yang semakin dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia akan jasa
perbankan/keuangan yang sesuai syariah, mengingat bahwa masyarakat Indonesia
adalah mayoritas beragama Islam. Kondisi tersebut memberikan dampak positif
bagi perkembangan perbankan syariah di Indonesia.
Selanjutnya Bank Indonesia melalui Arsitektur Perbankan Indonesia (API)
yang merupakan kerangka dasar sistem perbankan di Indonesia, menempuh
kebijakan dual-banking system atau sistem perbankan ganda yang dimana
memperbolehkan lembaga keuangan beroperasi dengan sistem ganda, yakni
menerbitkan “Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia”,
sebagai pedoman pengembangan perbankan syariah di Indonesia.
Perbankan syariah sebagai bagian dari struktur perbankan di Indonesia,
memiliki peran yang sama dengan perbankan umum konvensional lainnya dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat dan mendorong pembangunan ekonomi
nasional yang berkesinambungan. Oleh karenanya sangat dibutuhkan kinerja yang
lebih baik lagi oleh perbankan syariah dalam mendukung terciptanya kondisi
industri perbankan yang kuat dan memiliki daya saing yang tinggi serta memiliki
ketahanan dalam menghadapi resiko.
Bank Syariah dengan sistem bagi hasilnya sebagai alternatif pengganti dari
penerapan sistem bunga ternyata dinilai telah berhasil menghindarkan dampak
negatif dari penerapan bunga, seperti: (a) pembebanan pada nasabah
berlebih-lebihan dengan beban bunga berbunga (compound interest) bagi nasabah yang
tidak mampu membayar pada saat jatuh temponya, (b) timbulnya pemerasan
(eksploitasi) yang kuat terhadap yang lemah, (c) terjadinya konsentrasi kekuatan
ekonomi ditangan kelompok elit, para Bankir dan pemilik modal, (d) kurangnya
peluang bagi kekuatan ekonomi lemah/bawah untuk mengembangkan potensi
usahanya. (Sumber : bi.go.id)
Pemahaman mengenai keunikan produk/jasa bank syaraiah secara umum
masih rendah. Saat ini sebagian besar dari masyarakat hanya melihat bahwa nilai
tambah bank syariah adalah lebih halal dan selamat, lebih menjanjikan untuk
kebaikan akhirat, dan juga lebih berorientasi pada menolong antar sesama
bank syariah memiliki keuntungan duniawi karena produk-produknya tidak kalah
bersaing dengan bank-bank konvensional dan juga bagi hasil yang ditawarkan
tidak kalah menguntungkan dibandingkan dengan bunga.
Dengan masih rendahnya pemahaman masyarakat akan masalah perbankan
syariah harus terus berkembang dan memperbaiki kinerjanya. Dengan pesatnya
pertumbuhan yang ditandai semakin banyaknya bank konvensional yang akhirnya
mendirikan unit-unit syariah, ini membuktikan bahwa bank syariah memang
mempunyai kompetensi yang tinggi. Perbankan syariah akan semakin tinggi lagi
pertumbuhannya apabila masyarakat mempunyai permintaan dan antusias yang
tinggi dikarenakan faktor peningkatan pemahaman dan pengetahuan tentang bank
syariah.
Pemahaman yang rendah terhadap perbankan syariah salah satunya
diakibatkan masih kurangnya iklan yang dilakukan bank syariah. Dengan
demikian hal tersebut mempengaruhi persepsi dan sikap masyarakat terhadap
bank syariah. Maka tugas penting yang harus dilakukan oleh pengelola bank
syariah adalah meningkatkan promosi berupa iklan bank syariah melalui media
massa yang efektif, sehingga pengetahuan masyarakat mengenai bank syariah
tidak hanya terbatas pada bank yang menggunakan sistem bagi hasil.
Tidak sedikit masyarakat yang belum mengetahui dengan jelas mengenai jenis
produk, manfaat dan prinsip kerja bank syariah sehingga mereka merasa bingung
ketika akan menggunakannya atau tidak menggunakan fasilitas yang ada pada
produk karena tidak mengetahuinya. Terlebih lagi istilah-istilah produk dan
penghimpun dana atau tabungan terdapat sistem bagi hasil yang dikenal dengan
istilah mudharabah dan musyarakah, sistem titipan atau deposito dikenal dengan
istilah wadiah. Dalam penyaluran dana terdapat sistem jual beli atau dikenal
dengan nama murabahah, ada pula sistem sewa beli yang dinamakan ijarah wa
iqtina serta ada sistem pinjaman yang disebut dengan qardh.
Perkembangan produk bank syariah juga semakin baik seperti yang penulis
kutip dari Republika. Semakin besarnya minat masyarakat pada produk bank
syariah dan munculnya BUS baru menyebabkan Aset bank syariah secara
keseluruhan selama 2011 mencatatkan pertumbuhan 49% dengan total asset
Rp149 triliun. Aset tersebut masih sekitar empat persen dibandingkan total aset
perbankan nasional. (Sumber : MozaikIslam.com)
Bank Indonesia sebelumnya menargetkan pertumbuhan moderat aset bank
syariah pada 2012 mencapai 44 persen. Realisasi pertumbuhan aset bank syariah,
menurut pengamat ekonomi syariah Euis Amalia, bisa melebihi target tersebut.
Ia menambahkan, pangsa pasar bank syariah dipastikan bakal menembus lima
persen pada 2012. Pendorong pertumbuhan aset berasal dari semakin
bervariasinya produk Bank Syariah saat ini. Produk bank syariah yang inovatif
tersebut terbukti mendapat perhatian dari masyarakat. Salah satu produk bank
syariah yang mendapat momentum pertumbuhan adalah gadai emas. Berdasarkan
catatan BI, nilai pembiayaan gadai emas di bank syariah telah menembus Rp 6,1
triliun.
Inovasi produk tersebut dinilai Euis menjadi faktor pendorong utama bagi
semakin meningkatkan pembiayaan ke sektor mikro. Semakin tingginya
komitmen bank syariah untuk menggarap sektor riil, dinilai Euis, akan
menumbuhkan kepercayaan masyarakat. Tahun ini, Euis memprediksi akan ada
hingga tiga bank umum syariah (BUS) baru. Sejumlah bank, menurutnya, ukan
memisahkan unit usaha syariahnya untuk dijadikan BUS. Dari cacatan BI,
kemungkinan ada dua BUS baru pada 2012 ini yang berasal dari UUS BII dan
Bank BTPN. Selain semakin banyak UUS, Euis mengatakan, akan ada satu bank
syariah yang akan menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Dukungan dari sisi regulasi juga semakin membaik. Dihapuskannya pajak
berganda pada produk pembiayaan syariah dinilai akan semakin mendorong bank
syariah menaikkan portofolio pembiayaan.
Untuk menjaga pertumbuh, bank syariah dinilai harus meningkatkan kualitas
dan layanan dengan pangsa pasar yang relatif kecil, bank syariah harus mampu
berkompetisi dengan bank konvensional. (Sumber : Banksyariah.net)
Bank Muamalat Indonesia yang diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia
(MUI) sebagai pelopor berdirinya perbankan syariah di Indonesia dengan tujuan
mengakomodir berbagai aspirasi dan pendapat di masyarakat terutama masyarakat
Islam yang banyak berpendapat bahwa bunga bank itu haram karena termasuk
riba dan juga untuk mengambil prinsip kehati-hatian.. Seharusnya bisa lebih baik
lagi dalam mensosialisasikan produk produk syariah agar bisa dimengerti dan
digunakan oleh seluruh segmen/lapisan masyarakat. Sehingga, penggunaan
produk produk perbankan syariah didalam masyarakat dapat meningkat seiring
lembaga keuangan syariah yang lain untuk mengatur strategi pemasaran
produk-produk syariah yang ada didalam instansi mereka. Atas latar belakang tersebut,
maka penulis menyusun skripsi ini yang berjudul “ANALISIS PERMINTAAN
MASYARAKAT TERHADAP PRODUK PERBANKAN SYARIAH (STUDI KASUS : BANK MUAMALAT KECAMATAN MEDAN MARELAN).”
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan uraian diatas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana Hubungan antara Musyarakah terhadap permintaan masyarakat ?
2. Bagaimana Hubungan antara Mudharabah terhadap permintaan masyarakat ?
3. Bagaimana Hubungan antara Ijarah terhadap permintaan masyarakat ?
1.3Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian perumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan
untuk :
1. Mengetahui Hubungan antara Musyarakah terhadap permintaan masyarakat.
2. Mengetahui Hubungan antara Mudharabah terhadap permintaan masyarakat.
3. Mengetahui Hubungan antara Ijarah terhadap permintaan masyarakat.
1.4Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
2. Bagi Sektor Perbankan, sebagai bahan masukkan dan koreksi bagaimana
untuk meningkatkan sosialisasi dan penjualan produk produk syariah yang
banyak belum dikenal masyarakat secara umum dan luas berdasarkan faktor
faktor yang diteliti oleh penulis.
3. Bagi masyarakat Umum dan mahasiswa/i, sebagai tambahan informasi dan
tambahan literatur bagi masyarakat dan mahasiswa/i untuk melakukan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Bank Syariah
Bank Syariah mulai tahun 1992 . Bank Syariah pertama di Indonesia adalah
BMI (Bank Muamalat Indonesia) yang mulai beroperasi pada tanggal 1 Mei 1992.
Bank syariah ada karena adanya keinginan umat muslim untuk kaffah yaitu
menjalankan aktivitas perbankan sesuai dengan syariah yang diyakini, terutama
masalah larangan riba, serta hal-hal yang berkaitan dengan norma ekonomi dalam
Islam seperti larangan maisyir (judi dan spekulatif), gharar (unsur ketidak
jelasan), jahala dan keharusan memperhatikan kehalalan cara dan objek investasi
Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah Islam, maksudnya adalah bank yang dalam operasinya mengikuti
ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara
bermuamalah secara Islam.
Falsafah dasar beroperasinya bank syariah yang menjiwai seluruh hubungan
transaksinya adalah efesiensi, keadilan, dan kebersamaan. Efisiensi mengacu pada
prinsip saling membantu secara sinergis untuk memperoleh keuntungan sebesar
mungkin.
Keadilan mengacu pada hubungan yang tidak dicurangi, ikhlas, dengan
persetujuan yang matang atas proporsi masukan dan keluarannya. Kebersamaan
mengacu pada prinsip saling menawarkan bantuan dan nasihat untuk saling
meningkatkanproduktivitas.
Kegiatan bank syariah dalam hal penentuan harga produknya sangat berbeda
kesepakatan antara bank dengan nasabah penyimpan dana sesuai dengan jenis
simpanan dan jangka waktunya, yang akan menentukan besar kecilnya porsi bagi
hasil yang akan diterima penyimpan. Berikut ini prinsip-prinsip yang berlaku pada
bank syariah,:.
1. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah).
2. Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah).
3. Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah).
4. Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah).
5. Pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank
Oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).
Dalam rangka menjalankan kegiatannya, bank syariah harus berlandaskan
pada Alquran dan hadis. Bank syariah mengharamkan penggunaan harga
produknya dengan bunga tertentu. Bagi bank syariah, bunga bank adalah riba.
Dalam perkembangannya kehadiran bank syariah ternyata tidak hanya dilakukan
oleh masyarakat muslim, akan tetapi juga masyarakat nonmuslim. Saat ini bank
syariah sudah tersebar di berbagai negara-negara muslim dan nonmuslim, baik di
Benua Amerika, Australia, dan Eropa. Bahkan banyak perusahaan dunia yang
telah membuka cabang berdasarkan prinsip syariah. Contoh Bank Syariah di
Indonesia yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri.
Berkembangnya Bank-bank Syariah di negara-negara Islam (Mesir: Mit Ghamar
Bank, Islamic Development Bank, Faisal Islamic Bank, Kuwait Finance House,
diselenggarakan sampai akhirnya Tim Perbankan MUI menanda tangani Akte
Pendirian PT Bank Muamalat Indonesia pada tanggal 1 November 1991.
Perkembangan Bank syariah pada era reformasi ditandai dengan disetujuinya
UU no 10 tahun 1998.Dalam UU tsb diatur dengan rinci landasan hukum dan
jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh Bank
syariah. UU tsb memberi arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka
cabang syariah/ unit usaha syariah (UUS) atau mengkonversi menjadi bank
syariah. (Sumber : Mozaikislam.com)
2.2 Prinsip dan Fungsi Bank Syariah
Pada dasarnya prinsip bank syariah menghendaki semua dana yang
diperoleh dalam sistem perbankan syariah dikelola dengan integritas tinggi dan
sangat hati-hati. Berikut prinsip prinsip dalam Bank Syariah .
1. Shiddiq, memastikan bahwa pengelolaan bank syariah dilakukan dengan
moralitas yang menjunjung tinggi nilai kejujuran. Dengan nilai ini pengelolaan
diperkenankan (halal) serta menjauhi cara-cara yang meragukan (subhat) terlebih
lagi yang bersifat dilarang (haram).
2. Tabligh, secara berkesinambungan melakukan sosialisasi dan mengedukasi
masyarakat mengenai prinsip-prinsip, produk dan jasa perbankan syariah. Dalam
melakukan sosialisasi sebaiknya tidak hanya mengedepankan pemenuhan prinsip
syariah semata, tetapi juga harus mampu mengedukasi masyarakat mengenai
manfaat bagi pengguna jasa perbankan syariah.
mengelola dana yang diperoleh dari pemilik dana (shahibul maal) sehingga timbul
rasa saling percaya antara pemilik dana dan pihak pengelola dana investasi
(mudharib).
4. Fathanah, memastikan bahwa pegelolaan bank dilakukan secara
professional
dan kompetitif sehingga menghasilkan keuntungan maksimum dalam tingkat
resiko yang ditetapkan oleh bank. Termasuk di dalamnya adalah pelayanan yang
penuh dengan kecermatn dan kesantunan (ri‟ayah) serta penuh rasa tanggung
jawab (mas‟uliyah). (Sumber : MozaikIslam.com)
Dalam Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah,
pasal 4 dijelaskan fungsi bank syariah sebagai berikut:
Bank Syariah dan UUS wajib menjalankan fungsi menghimpun dan
menyalurkan dana masyarakat.
Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk
lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah,
hibah, atau dana sosial lainya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola
zakat.
Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari dana
wakaf uang dan menyalurkanya kepada pengelola wakaf (nadzir) sesuai dengan
kehendak pemberi wakaf (wakif).
Pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
Lebih rinci Wiroso (2009;82-87) membagi fungsi bank syariah ke dalam empat
fungsi utama yaitu:
1. Fungsi manajer investasi. Bank syariah merupakan manajer investasi dari pemilik dana (shahibul maal) dari dana yang dihimpun dengan prinsip
mudharabah, karena besar-kecilnya imbalan (bagi hasil) yang diterima
oleh pemilik dana , sangat tergantung pada hasil usaha yang diperoleh
(dihasilkan) oleh bank syariah dalam mengelola dana.
2. Fungsi Investor. Dalam penyaluran dana, baik dalam prinsip bagi-hasil atau prinsip jual-beli, bank syariah berfungsi sebagai investor (sebagai pemilik
dana). Oleh karena itu sebagai pemilik dana maka dalam menanamkan dana
dilakukan dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan dan tidak melanggar
syariah, ditanamkan pada sektor0sektor produktif dan memiliki resiko yang
minim.
3. Fungsi Jasa Perbankan. Dalam operasionalnya, bank syariah juga memiliki fungsi jasa perbankan berupa layanan kliring, transfer, inkaso,
pembayaran gaji dan lainya yang tidak melanggar prinsip syariah.
4. Fungsi Sosial. Dalam konsep perbankan syariah mewajibkan bank syariah memberikan layanan sosial melalui dana qard, zakat, dan dana sumbangan
lainya yang sesuai dengan prinsip syariah. Konsep perbankan syariah juga
mengharuskan bank-bank syariah untuk memainkan dan memberikan
kontribusi bagi perlindungan dan pengembangan lingkungan. Fungsi ini juga
merupakan yang membedakan bank syariah dengan bank konvensional, dalam
merupakan identitas khas bank syariah. Bahkan dalam Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian laporan Keuangan Syariah (KDPPLKS) yang
dikeluarkan IAI, bahwa salah satu unsur laporan keuangan bank syaria adalah
komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan syariah , berupa
Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, dan Laporan Sumber dan
Penggunaan Dana Kebajikan. (Sumber : Academia.edu)
2.3 Produk Bank Syariah
2.3.1 Al-musyarakah
Al-musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih
untuk melakukan usaha tertentu. Masing-masing pihak memberikan dana atau
amal dengan kesepakatan bahwa keuntungan atau resiko akan ditanggung
bersama sesuai dengan kesepakatan.
AI-musyarakah dalam praktik perbankan diaplikasikan dalam hal
pembiayaan proyek. Dalam hal ini nasabah yang dibiayai dengan bank
sama-sama menyediakan dana untuk melaksanakan proyek tersebut. Keuntungan dari
proyek dibagi sesuai dengan kesepakatan untuk bank setelah terlebih dulu
mengembalikan dana yang dipakai nasabah. Al-musyarakah dapat pula
dilakukan untuk kegiatan investasi seperti pada lembaga keuangan modal
ventura. (Sumber : Academia.edu)
2.3.1.1 Rukun dan syarat pembiayaan
Dibawah ini adalah beberapa rukun dan syarat dalam pembiayaan
1. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk
menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad),
dengan memperhatikan hal-hal berikut:
a. Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan
tujuan kontrak (akad).
b. Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak.
c. Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau
dengan menggunakan cara-cara komunikasi modern.
2. Pihak-pihak yang berkontrak harus cakap hukum, dan memperhatikan
hal-hal berikut:
a. Kompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan
perwakilan.
b. Setiap mitra harus menyediakan dana dan pekerjaan, dan setiap
mitra melaksanakan kerja sebagai wakil.
c. Setiap mitra memiliki hak untuk mengatur aset musyarakah dalam
proses bisnis normal.
d. Setiap mitra memberi wewenang kepada mitra yang lain untuk
mengelola aset dan masing-masing dianggap telah diberi wewenang
untuk melakukan aktifitas musyarakah dengan memperhatikan
kepentingan mitranya, tanpa melakukan kelalaian dan kesalahan
yang disengaja.
e. Seorang mitra tidak diizinkan untuk mencairkan atau
3. Obyek akad (modal, kerja, keuntungan dan kerugian)
a. Modal
Modal yang diberikan harus uang tunai, emas, perak atau yang
nilainya sama. Modal dapat terdiri dari aset perdagangan, seperti
barang-barang, properti, dan sebagainya. Jika modal berbentuk
aset, harus terlebih dahulu dinilai dengan tunai dan disepakati oleh
para mitra.
Para pihak tidak boleh meminjam, meminjamkan,
menyumbangkan atau menghadiahkan modal musyarakah kepada
pihak lain, kecuali atas dasar kesepakatan.
Pada prinsipnya, dalam pembiayaan musyarakah tidak ada
jaminan, namun untuk menghindari terjadinya penyimpangan, LKS
dapat meminta jaminan.
b. Kerja
Partisipasi para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar
pelaksanaan musyarakah; akan tetapi, kesamaan porsi kerja
bukanlah merupakan syarat. Seorang mitra boleh melaksanakan
kerja lebih banyak dari yang lainnya, dan dalam hal ini ia boleh
menuntut bagian keuntungan tambahan bagi dirinya.
Setiap mitra melaksanakan kerja dalam musyarakah atas nama
pribadi dan wakil dari mitranya. Kedudukan masing-masing dalam
c. Keuntungan
Keuntungan harus dikuantifikasi dengan jelas untuk
menghindarkan perbedaan dan sengketa pada waktu alokasi
keuntungan atau penghentian musyarakah.
Setiap keuntungan mitra harus dibagikan secara proporsional atas
dasar seluruh keuntungan dan tidak ada jumlah yang ditentukan di
awal yang ditetapkan bagi seorang mitra.
Seorang mitra boleh mengusulkan bahwa jika keuntungan
melebihi jumlah tertentu, kelebihan atau prosentase itu diberikan
kepadanya.
Sistem pembagian keuntungan harus tertuang dengan jelas dalam
akad.
d. Kerugian
Kerugian harus dibagi di antara para mitra secara proporsional
menurut saham masing-masing dalam modal.
4. Biaya Operasional dan Persengketaan
a. Biaya operasional dibebankan pada modal bersama.
b. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika
terjadi perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya
dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari‟ah setelah tidak tercapai
kesepakatan melalui musyawarah.
2.3.1.2 Jenis Musyarakah
1. Musyarakah permanen adalah musyarakah dengan ketentuan bagian
dana setiap mitra ditentukan sesuai akad dan jumlahnya tetap hingga
akhir masa akad. Maksud dari musyarakah permanen adalah syirkah
uqud yang terbagi menjadi empat jenis, yaitu:
a. Inan, yaitu Usaha bersama (kongsi) dimana modal dan keahlian yang
diberikan tidak sama
b. Mufawadhah, yaitu Usaha bersama dimana modal dan keahlian yang
diberikan sama jumlah dan kualitasnya
c. Abdan, yaitu Usaha bersama dimana modal yang diberikan adalah
keahlian/ tenaga
d. Wujuh, yaitu Usaha bersama dimana modal yang diberikan adalah
nama baik
2. Musyarakah menurun (musyarakah mutanaqisha) adalah musyarakah
dengan ketentuan bagian dana entitas akan dialihkan secara bertahap
kepada mitra sehingga bagian dana entitas akan menurun dan pada
akhir masa akad mitra akan menjadi pemilik penuh usaha tersebut.
(Sumber : Academia.edu) 2.3.1.3 Mekanisme pembiayaan
Pada sisi pembiayaan, akad musyarakah dapat diterapkan pada beberapa
hal, diantaranya adalah:
1. Musyarakah permanen
a. Pembiayaan proyek
2. Musyarakah Mutanaqisah
a. Pembiayaan real estate. (Sumber : Academia.edu) 2.3.2 AI-mudharabah
Pengertian AI-mudharabah adalah akad kerja sama antara dua pihak,
di mana pihak pertama menyediakan seluruh modal dan pihak lain menjadi
pengelola. Keuntungan dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam
kontrak. Apabila rugi maka akan ditanggung pemilik modal selama kerugian
itu bukan akibat dari kelalaian si pengelola. Apabila kerugian diakibatkan
kelalaian pengelola, maka si pengelolalah yang bertanggung jawab.
a. mudharabah muthlaqah merupakan kerja sama antara pihak pertama
dan pihak lain yang cakupannya lebih luas. Maksudnya tidak dibatasi
oleh waktu, spesifikasi usaha dan daerah bisnis.
b. mudharabah muqayyadah merupakan kebalikan dari mudharabah
muthlaqah di mana pihak lain dibatasi oleh waktu spesifikasi usaha dan
daerah bisnis.
Dalam dunia perbankan Al-mudharabahbiasanya diaplikasikan pada produk
pembiayaan atau pendanaan seperti, pembiayaan modal kerja. Dana untuk
kegiatan mudharabah diambil dari simpanan tabungan berjangka seperti
tabungan haji atau tabungan kurban. Dana juga dapat dilakukan dari
deposito biasa dan deposito spesial yang dititipkan nasabah untuk usaha
2.3.2.1Aplikasi Mudharabah
Mudharabah dalam perbankan syari‟ah biasanya diterapkan pada
produk-produk pembiayaan dan pendanaan. Sedangkan pada sisi
penghimpunan dana mudharabah diterapkan pada
a. Tabungan berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan
khusus, yaitu seperti tabungan haji, dan tabungan kurban, dan
sebagainya;
b. Diposito biasa dan special, diposito special (special investment), dimana
dana yang dititipkan nasabah, khusus untuk bisnis tertentu, misalnya saja
dalam murabahah ataupun ijarah saja.
Sedangkan pada sisi pembiayaan, mudharabah diterapkan untuk :
a. Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa;
b. Investasi khusus, disebut juga mudharabah muqayyadah, dimana sumber
dana khusus dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-syarat yang
telah ditetapkan oleh shahibul maal.
Mudharabah juga dapat dilakukan dengan memisahkan atau
mencampurkan dana mudharabah. Seperti dalam penjelasan dibawah ini,
yaitu :
a. Dana harta-harta lainnya, Pemisahan total antara dana mudharabah
termasuk harta mudharib.
Teknik ini memiliki kelebihan dan kekurangan, kelebihan dari teknik ini
dana dan dapat dihitung dengan tepat. Selain itu, keuntungan atau
kerugian dapat dihitung dan dialokasikan dengan benar. Sedangkan
kekurangan teknik ini terutama menyangkut masalah moral hazard dan
preferensi invertasi seorang mudharib.
b. Dana mudharabah dicampur dan disatukan dengan sumber-sumber dana
lainnya.
System ini menghilangkan munculnya masalah etika dan moral hazard
seperti di atas, namun dalanm system ini pendapatan dan biaya
mudharabah tercampur dengan pendapatan dan biaya lainnya.
Mudharabah dalam bank syari‟ah terdapat manfaat dan risikonya,
manfaat mudharabah tersebut terbagi menjadi lima, yaitu :
1. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha
nasabah semakin meningkat.
2. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan
secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan atau hasil usaha bank
sehingga bank tidak pernah mengalami negative spread.
3. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow atau kas
usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah.
4. Bank akan lebih selktif dan hati-hati dalam mencari usaha yang
benar-benar halal, aman, dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret
dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.
5. Prinsip bagi hasil dalam mudharabah atau musyarakah ini berbeda dengan
dari nasabah satu jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan yang
dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.
Sedangkan resiko dari mudharabah, yaitu :
1. streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut
dalam kontrak;
2. Lalai dan kesalahan yang disengaja;
3. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah jika nasabah tidak jujur.
Selain manfaat dan resiko yang ada pada bank syari‟ah, terdapat
pula permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam pembiayaan
mudharabah. Berdasarkan teori perbankan kontemporer, prinsip
mudharabah dijadikan sebagai alternatif penerapan sistem bagi hasil.
Meskipun demikian, dalam praktiknya ternyata signifikansi bagi hasil
dalam memainkan operasional investasi dana bank peranannya sangat
lemah. Menurut beberapa pengamatan perbankan syari‟ah, hal ini terjadi
karena beberapa alasan, diantaranya :
a. Standar moral
Terdapat anggapan bahwa standar moral ynag berkembang di
kebanyakan komunitas muslim tidak memberi kebebasan penggunaaan
bagi hasil sebagai mekanisme investasi.
b. Ketidakefektifan modal pembiayaan bagi hasil
Pembiayaan bagi hasil (mudharabah) tidak menyediakan berbagai
macam kebutuhan pembiayaan dari ekonomi kontemporer.
Keterkaitan bank dengan pembiayaan sistem bagi hasil untuk membantu
perkembangan usaha lebih banyak melibatkan pengusaha secara
langsung daripada sistem lainnya pada bank konvensional. Bank syari‟ah
memerlukan informasi yang lebih rinci tentang aktivitas bisnis yang
dibiayai dan besar kemungkinan pihak bank turut mempengaruhi setiap
pengambilan keputusan bisnis mitranya.
d. Dari segi biaya
Pemberian pembiayaan berdasrkan sistem bagi hasil memerlukan
kewaspadaan yang lebih tinggi dari pihak bank.
e. Segi teknis
Problem teknis menyangkut penggunaan sistem bagi haasil berkaitan
dengan pihak bank, nasabah, perhitungan keuntungan.bank
membutuhkan pengetahuan yang luas mengenai perilaku aktivitas
ekonomi yang berguna untuk memprediksi keuntungan. Dari sisi
nasabah, kebutahurufan masih menyelimuti dunia muslim.
f. Kurang menariknya sistem bagi hasil dalm aktivitas bisnis
Dalam dunia bisnis dan industri, biaya yang dikeluarkan dari dana-dana
yang diperoleh berdasarkan sistem bagi hasil tidak diketahui secara pasti.
(Sumber : Academia.edu)
2.3.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mudharabah
1. Faktor Langsung
Diantara faktor-faktor langsung yang mempengaruhi perhitungan bagi
hasil adalah investment rate, jumlah dana yang tersedia, dan nisbah bagi
hasil (profit sharing ratio).
a. Investment rate merupakan presentase actual dana yang diinvestasikan
dari total dana, jika bank menentukan investment rate sebesar 80 %, hal
ini berarti 20% dari total dana dialokasikan untuk memenuhi likuiditas.
b. Jumlah dana yang trsedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah dana
dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan. Dana
tersebut dapat dihitung dengan menggunakan salah satu metode dibawah
ini:
1) Rata-rata saldo minimum bulanan
2) Rata-rata total saldo harian.
Investment rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk
diinvestasikan akan menghasilkan jumlah dana actual yang digunakan.
c. Nisbah (profit sharing ratio)
1) Salah satu ciri mudharabah adalah nisbah yang hasur ditentukan dan
disetujui pada awal perjanjian;
2) Nisbah antara satu bank dengan bank lainnya dapat berdeda;
3) Nisbah juga dapat berdeda dari waktu ke waktu dalam satu bank,
misalkan saja deposito 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan;
4) Nisbah juga dapat berbeda antara satu account dengan account lainnya
2. Faktor Tidak Langsung
Faktor tidak langsung yang dapat mempengaruhi bagi hasil, yaitu:
a. Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah
1) bank dan nasabah melakukan share dalam dalam pendapatan dan biaya,
pendapatan yang akan dibagi hasilkan merupakan pendapatan yang
diterima dikurangi biaya-biaya;
2) jika semua biaya ditanggung bank, maka hal ini disebut revenue sharing.
b. Kebijakan akunting (prinsip dan metode akuntansi)
bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya aktivitas yang
diterapkan, terutama sehubungan dengan pengakuan pendapatan dan
biaya. (Sumber : Academia.edu)
2.3.2.3 Mekanisme perhitungan Mudharabah dalam bank syari’ah
Dalam mudharabah istilahprofit and loss sharingtidak tepat
digunakan karena yang dibagi hanya keuntungannya saja (profit), tidak
termasuk kerugiannya (loss). Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi
menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila
rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat
kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena
kecurangan atau kelalaian si pengelola, maka si pengelola harus
bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Dalam mudharabah yang
dibagihasilkan adalah pendapatan. Pendapatan terkecil adalah nol. Maka
dimaksudkan kerugian dalam mudharabah adalah ketidak mampuan
diterimanya, atau jumlah seluruh cicilan lebih kecil dari pembiayaan yang
telah diterimanya. Bila terjadi demikian, kerugian ditanggung oleh bank
syariah, kecuali akibat:
1.nasabah melanggar syarat yang telah disepakati.
2.nasabah lalai dalam menjalankan modalnya.
Perhitungan pada bank syari‟ah, besar kecilnya pendapatan yang diperoleh
deposan bergantung pada:
1)Pendapatan bank
2)Nisbah bagi hasil antara nasabah dengan bank
3)Nominal deposito nasabah
4)Rata-rata deposito untuk jangka waktu yang sama pada bank. (Sumber : Academia.edu)
2.3.3Al-Ijarah (Leasing)
Pengertian Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau
jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan atas barang itu sendiri. Dalam praktiknya kegiatan ini dilakukan
oleh perusahaan leasing, baik untuk kegiatan operating lease maupun
financial lease.
PembagianJenis Ijarah berdasarkan obyeknya terdiri dari :
a. Ijarah dengan obyeknya berupa manfaat dari barang. Seperti sewa
mobil, sewa rumah, dll.
b. Ijarah dengan obyeknya berupa manfaat dari tenaga seseorang.Seperti perawat,
Dalam pengoperasiannya, ijarah dapat dalam bentuk Operating Lease dan
Financial Lease.
1. Operating Lease : Pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui
pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan.
2. Financial Lease : Perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa atau
lebih tepatnya akad sewa yng diakhiri dengan kepemilikan barang di
tangan si penyewa disebut juga (Al-Ijarah Al Muntahia Bit-Tamlik).
Pada umumnya bank lebih banyak menggunakan Ijarah Muntahiyah Bit
Tamlik karena lebih sederhana pembukuannya dan tidak mengurus
pemeliharaan asset baik ketika saat disewa atau pun setelah akad berakhir.
2.3.4.1 Rukun dan Syarat Ijarah
Adapun beberapa rukun dalam menjalankan ijarah pada perbankan
syariah adalah sebagai berikut
1. Mua‟jir (pengupah/menyewakan) dan Musta‟jir (upahan/penyewa) ,
yaitu orang yang melakukan akad sewa-menyewa atau upah mengupah.
Syaratnya baligh, berakal, cakap mengendalikan harta dan saling
meridhoi.
2. Shighat ijab kabul.
3. Ujrah (ongkos sewa) disyaratkan diketahui jumlahnya oleh kedua
belah pihak.
4. Barang yang disewakan atau sesuatu yang dikerjakan dalam upah
mengupah mempunyai syarat sbb:
b. Dapat diserahkan berikut kegunaannya (khusus untuk barang
sewaan)
c. Manfaat benda adalah tidak haram.
d. Benda bersifat kekal sampai waktu akad selesai.
2.3.4.2Menyewakan Barang Sewaan
Penyewa (Musta‟jir) diperbolehkan menyewakan kembali barang yang
disewanya kepada orang lain, dengan syarat penggunaan barang itu sesuai
dengan yang dijanjikan ketika akad.
Contohnya adalah menyewa mobil untuk bisnis travel, kemudian mobil
tersebut disewakan kembali dan timbul musta‟jir kedua, maka mobil itu pun
harus digunakan untuk bisnis travel pula. Keuntungan yang didapat tidak
dibatasi, bisa lebih kecil atau lebih besar.
Bila ada kerusakan pada barang yang disewa maka menjadi tanggung
jawab pemilik barang dengan syarat bukan disebabkan oleh kelalaian dari
penyewa.
2.3.4.3 Aplikasinya di Bank Syari’ah
Beberapa aplikasi ijarah dalam perbankan syariah adalah sebagai berikut :
a. Bank Muamalat membiayai jasa tenaga kerja bangunan untuk pembangunan rumah pada tahun 1999.
2.3.4.4 Ijarah Muntahiyah bit Tamlik
Sifat pemindahan kepemilikan membuat Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik
berbeda dengan ijarah biasa. Ijarah ini memiliki banyak bentuk, tergantung
kesepakatan antara kedua belah pihak. Misalnya, al-ijarah dan janji menjual;
nilai sewa yang mereka tentukan dalam al ijarah; harga barang dalam
transaksi jual; dan kapan kepemilikan dipindahkan. (Sumber : Academia.edu) 2.3.4.5Aplikasinya di Bank Syariah
Ijarah Muntahiyah bit Tamlik (IMBT)dalam prakteknya dapat dilakukan
dengan cara-cara sebagai berikut :
1. IMBT melalui hibah (pemindahan hak milik sah tanpa imbalan). Hak milik
sah lalu secara otomatis berpindah tanpa perlu melakukan akad baru dan tanpa
pembayaran tambahan selain dari jumlah yang dibayaroleh lesse di dalam
penyelesaian cicilan.
2. IMBT melalui perpindahan hak milik sah (penjualan) pada akhir sewa
melalui suatu imbalan simbolis. Jika jangka waktu ijarah sudah habis maka akad
ijarah akan batal dan dibuat suatu janji untuk melakukan akad penjualan . Bisa
dilaksanakan apabila penyewa menginginkan hal tersebut dan membayar imbalan
simbolis.
3. IMBT melalui perpindahan hak secara sah (penjualan) pada akhir sewa
sejumlah yang ditentukan di dalam persewaan. Kesepakatan ini juga merupakan
suatu akad yang mencakup akad ijarah dan suatu janji untuk melakukan suatu
akad penjualan. Akad ini menyangkut jumlah aset yang dijual yang harus dibeli
4. IMBT melalui perpindahan hak secara sah (penjualan) sebelum akhir jangka
waktu persewaan, dengan harga yang equivalen dengan cicilan yang tersisa
apabila ada keinginan untuk membeli.
5. IMBT melalui perpindahan bertahap hak milik sah (penjualan) aset yang
disewakan. Tetapi perlu akad penjualan untuk setiap bagian yang dijual kepada
penyewa. (Sumber : Academia.edu) 2.3.4 Al-muzara'ah
Pengertian AI-muzara'ah adalah kerja sama pengolahan pertanian
antara pemilik lahan dengan penggarap. Pemilik lahan menyediakan lahan
kepada penggarap untuk ditanami produk pertanian dengan imbalan bagian
tertentu dari hasil panen. Dalam dunia perbankan kasus ini diaplikasikan
untuk pembiayaan bidang plantation atas dasar bagi hasil panen. (Sumber : Academia.edu)
2.3.5 Al-musaqah
Pengertian AI-musaqah merupakan bagian dari al-muza'arah yaitu
penggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan
dengan menggunakan dana dan peralatan mereka sendiri. Imbalan tetap
diperoleh dari persentase hasil panen pertanian. Jadi tetap dalam konteks
adalah kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dengan
penggarap. (Sumber : Academia.edu) 2.3.6 Bai'al Murabahah
Pengertian Bai'al-Murabahah merupakan kegiatan jual beli pada harga
harus terlebih dulu memberitahukan harga pokok yang ia beli ditambah
keuntungan yang diinginkannya. (Sumber : Academia.edu) 2.3.7 Bai'as-salam
Bai'as-salam artinya pembelian barang yang diserahkan kemudian hari,
sedangkan pembayaran dilakukan di muka. Prinsip yang harus dianut adalah
harus diketahui terlebih dulu jenis, kualitas dan jumlah barang dan hukum
awal pembayaran harus dalam bentuk uang. (Sumber : Academia.edu) 2.3.8 Bai'Al istishna'
Bai' Al istishna' merupakan bentuk khusus dari akad Bai'assalam, oleh
karena itu ketentuan dalam Bai` Al istishna' mengikuti ketentuan dan aturan
Bai'as-salam. Pengertian Bai' Al istishna' adalah kontrak penjualan antara
pembeli dengan produsen (pembuat barang). Kedua belah pihak harus saling
menyetujui atau sepakat lebih dulu tentang harga dan sistem pembayaran.
Kesepakatan harga dapat dilakukan tawar-menawar dan sistem pembayaran
dapat dilakukan di muka atau secara angsuran per bulan atau di belakang.
(Sumber : Academia.edu)
2.3.9 Al-Wakalah (Amanat)
Wakalah atau wakilah artinya penyerahan atau pendelegasian atau
pemberian mandat dari satu pihak kepada pihak lain. Mandat ini harus
dilakukan sesuai dengan yang telah disepakati oleh si pemberi mandat.
(Sumber : Academia.edu)
2.3.10Al-Kafalah (Garansi)
pula diartikan sebagai pengalihan tanggung jawab dari satu pihak kepada
pihak lain. Dalam dunia perbankan dapat dilakukan dalam hal pembiayaan
dengan jaminan seseorang. (Sumber : Academia.edu) 2.3.11 Al-Hawalah
Al-Hawalah merupakan pengalihan utang dari orang yang berutang
kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Atau dengan kata lain
pemindahan beban utang dari satu pihak kepada lain pihak. Dalam dunia
keuangan atau perbankan dikenal dengan kegiatan anjak piutang atau
factoring. (Sumber : Academia.edu) 2.3.12 Ar-Rahn
Ar-Rahn merupakan kegiatan menahan salah satu harta milik si peminjam
sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Kegiatan seperti ini
dilakukan seperti jaminan utang atau gadai. (Sumber : Academia.edu) 2.4 Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
Perbedaan yang mendasar antara bank syariah dengan bank konvensional,
antara lain :
1. Perbedaan Falsafah
Perbedaan pokok antara bank konvensional dengan bank syariah terletak pada
landasan falsafah yang dianutnya. Bank syariah tidak melaksanakan sistem bunga
dalam seluruh aktivitasnya sedangkan bank kovensional justru kebalikannya. Hal
inilah yang menjadi perbedaan yang sangat mendalam terhadap produk-produk
yang dikembangkan oleh bank syariah, dimana untuk menghindari sistem bunga
dilaksanakan dalam bentuk bagi hasil. Dengan demikian sebenarnya semua jenis
transaksi perniagaan melalu bank syariah diperbolehkan asalkan tidak
mengandung unsur bunga (riba). Riba secara sederhana berarti sistem bunga
berbunga atau compound interest dalam semua prosesnya bisa mengakibatkan
membengkaknya kewajiban salah satu pihak seperti efek bola salju pada cerita di
awal artikel ini. Sangat menguntungkan saya tapi berakibat fatal untuk banknya.
Riba, sangat berpotensi untuk mengakibatkan keuntungan besar disuatu pihak
namun kerugian besar dipihak lain, atau malah ke dua-duanya.
2. Konsep Pengelolaan dana nasabah
Dalam sistem bank syariah dana nasabah dikelola dalam bentuk titipan
maupun investasi. Cara titipan dan investasi jelas berbeda dengan deposito pada
bank konvensional dimana deposito merupakan upaya mem-bungakan uang.
Konsep dana titipan berarti kapan saja si nasabah membutuhkan, maka bank
syariah harus dapat memenuhinya, akibatnya dana titipan menjadi sangat likuid.
Likuiditas yang tinggi inilah membuat dana titipan kurang memenuhi syarat suatu
investasi yang membutuhkan pengendapan dana. Karena pengendapan dananya
tidak lama alias cuma titipan maka bank boleh saja tidak memberikan imbal hasil.
Sedangkan jika dana nasabah tersebut diinvestasikan, maka karena konsep
investasi adalah usaha yang menanggung risiko, artinya setiap kesempatan untuk
memperoleh keuntungan dari usaha yang dilaksanakan, didalamnya terdapat pula
risiko untuk menerima kerugian, maka antara nasabah dan banknya sama-sama
3. Perbedaan Fungsi Bank Sebagai Intermediary
Sesuai dengan fungsi bank sebagai intermediary yaitu lembaga keuangan
penyalur dana nasabah penyimpan kepada nasabah peminjam, dana nasabah yang
terkumpul dengan cara titipan atau investasi tadi kemudian, dimanfaatkan atau
disalurkan ke dalam traksaksi perniagaan yang diperbolehkan pada sistem syariah.
Hasil keuntungan dari pemanfaatan dana nasabah yang disalurkan ke dalam
berbagai usaha itulah yang akan dibagikan kepada nasabah. Hasil usaha semakin
tingi maka semakin besar pula keuntungan yang dibagikan bank kepada dan
nasabahnya. Namun jika keuntungannya kecil otomatis semakin kecil pula
keuntungan yang dibagikan bank kepada nasabahnya. Jadi konsep bagi hasil
hanya bisa berjalan jika dana nasabah di bank di investasikan terlebih dahulu
kedalam usaha, barulah keuntungan usahanya dibagikan. Berbeda dengan
simpanan nasabah di bank konvensional, tidak peduli apakah simpanan tersebut di
salurkan ke dalam usaha atau tidak, bank tetap wajib membayar bunganya.
Dengan demikian sistem bagi hasil membuat besar kecilnya keuntungan yang
diterima nasabah mengikuti besar kecilnya keuntungan bank syariah. Semakin
besar keuntungan bank syariah semakin besar pula keuntungan nasabahnya.
Berbeda dengan bank konvensional, keuntungan banknya tidak dibagikan kepada
nasabahnya. Tidak peduli berapapun jumlah keuntungan bank konvesional,
4. Kewajiban Mengelola Zakat
Bank syariah diwajibkan menjadi pengelola zakat yaitu dalam arti wajib
membayar zakat, menghimpun, mengadministrasikannya dan
mendistribusikannya. Hal ini merupakan fungsi dan peran yang melekat pada
bank syariah untuk memobilisasi dana-dana sosial (zakat. Infak, sedekah)
5. Struktur Organisasi
Di dalam struktur organisasi suatu bank syariah diharuskan adanya Dewan
Pengawas Syariah (DPS). DPS bertugas mengawasi segala aktifitas bank agar
selalu sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. DPS ini dibawahi oleh Dewan
Syariah Nasional (DSN). Berdasarkan laporan dari DPS pada masing-masing
lembaga keuangan syariah, DSN dapat memberikan teguran jika lembaga yang
bersangkutan menyimpang. DSN juga dapat mengajukan rekomendasi kepada
lembaga yang memiliki otoritas seperti Bank Indonesia dan Departemen
Keuangan untuk memberikan sangsi.
6. Bagaimana Nasabah Mendapat Keuntungan
Jika bank konvensional membayar bunga kepada nasabahnya, maka bank
syariah membayar bagi hasil keuntungan sesuai dengan kesepakatan. Kesepakatan
bagi hasil ini ditetapkan dengan suatu angka ratio bagi hasil atau nisbah. Nisbah
antara bank dengan nasabahnya ditentukan di awal, misalnya ditentukan porsi
masing-masing pihak 60:40, yang berarti atas hasil usaha yang diperolah akan
didisitribusikan sebesar 60% bagi nasabah dan 40% bagi bank. Angka nisbah ini
atau datang langsung dan melihat papan display “ Perhitugan dan Distribusi Bagi
Hasil” yang ada di cabang bank syariah. (Kusuma Asda Sandra). (Sumber :
Academia.edu)
Secara garis besar terdapat beberapa perbedaan paradigma diantara Bank Syariah dan Bank Konvensional Penulis Jelaskan dalam table dibawah ini:
Tabel 2.1
Perbandingan Paradigma Bank Syariah dan Bank Konvensional
FAKTOR
BANK KONVENSIONAL
BANK SYARIAH
Hubungan bank dengan nasabah Investor dengan investor Kreiditur dan debitur
Sistem pendapatanusaha Bunga, Fee Bagi hasil, Marjin, Fee
Organisasi
Tidak terdapat struktur pengawasan syariah
Terdapat struktur pengawasan syariah yaitu Badan Pengawas Syariah
Penyaluran Pembiayaan Liberal untuk tujuan keuntungan
Adanya batasan-batasan, memperhatikan unsur moral dan lingkungan.
Tingkat risiko umum dalam usaha
Risiko menengah-tinggi karena adanya transaksi spekulasi
Risiko menengah-rendah karena malarang transaksi spekulasi
Penanggung resikoinvestasi Satu sisi hanya pada bank
Dua sisi yaitu bank dan nasabah (deposan maupun debitur).
Sumber : Gunawan (1999:2)
Selain perbedaan paradigma, terdapat pula perbedaan dasar kegiatan usaha
Tabel 2.2
Perbedaan Dasar Kegiatan Usaha Perbankan Syariah dan Konvensional
Dasar Kegiatan usaha
Bank
Konvensional Bank SyariahKeterangan
Kredit (bunga) √
Penyaluran kredit atau peneneman dana lainnya.
Pembiayaan (bagi hasil) √
Prinsip mudharabah dan musyarakah
Jual Beli √ Prinsip bai / salam
Sewa-beli √ Prinsip ijarah
Simpanan dana (bunga) √ Deposito, tabungan, atau giro
Investasi dana (bagi hasil) √
Investasi tidak terbatas, deposito, tabungan , giro.
Investasi terbatas/khusus √
Prinsip mudharabah
muqayadah „1‟
Jasa perbankan √ √
Prinsip ujrah (bank
syariah), fee base income(bank konvensional)
1. akad mudharabah yang dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, atau tempat usaha.Disebut juga restricted mudharabah. (Antonio,2001:97)
2.5 Definisi dan Faktor yang mempengaruhi Permintaan
Permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang pada berbagai
tingkat harga selama periode waktu tertentu. Singkatnya permintaan adalah
banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat
harga tertentu pada tingkat pendapatan tertentu dan dalam periode tertentu.