• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian kualitas tapak hutan tanaman industri hibrid Eucalyptus urograndis sebagai bahan baku industri pulp dalam pengelolaan hutan lestari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian kualitas tapak hutan tanaman industri hibrid Eucalyptus urograndis sebagai bahan baku industri pulp dalam pengelolaan hutan lestari"

Copied!
256
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN KUALITAS TAPAK HUTAN TANAMAN

INDUSTRI HIBRID

Eucalyptus urograndis

SEBAGAI

BAHAN BAKU INDUSTRI PULP DALAM

PENGELOLAAN HUTAN LESTARI

(Studi Kasus di PT Toba Pulp Lestari, Simalungun, Sumatera Utara )

NINA MINDAWATI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Kajian Kualitas Tapak Hutan Tanaman Industri Hibrid Eucalyptus urograndis Sebagai Bahan Baku Industri Pulp Dalam Pengelolaan Hutan Lestari (Studi Kasus di PT Toba Pulp Lestari, Simalungun, Sumatera Utara) adalah karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan sebagian sudah diajukan dalam bentuk tulisan di jurnal ilmiah. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi.

Bogor, Mei 2011

(4)
(5)

ABSTRACT

NINA MINDAWATI. Study on Site Quality of Industrial Plantation Forest of Eucalyptus urograndis hybrid as Raw Materials for Pulp Industry, in Sustainable Forest Management (Case Study in PT Toba Pulp Lestari, Simalungun, North Sumatera). Under academic supervision of ANDRY INDRAWAN, IRDIKA MANSUR and OMO RUSDIANA.

Eucalyptus urograndis (E. urophylla x E. grandis) is a hybrid resulting from cross mating between species E. urophylla S.T. Blake and species E. grandis

W.Hill ex Maid and constitutes one of the fast growing species being used as pulp industry raw materials in Sector of Aek Nauli, PT Toba Pulp Lestari, North Sumatra. With the progressive decrease in length of cutting rotation, it is feared that there would be negative impacts on site quality which will ultimately influence productivity, if there is no proper management. The objective of this research was studying site quality of industrial plantation forests of E. urograndis

hybrid. This research used survey method by collecting field data in first and second rotation (stand ages of 1, 2, 3, 4 and 5 years). Research results showed that up to age of 5 years, stand growth of E. urograndis hybrid at first rotation reached utilizable volume of 159.89 m3/ha, whereas at second rotation the volume acquired 142.49 m3, so there was volume decrease by 10.8 %. Rotation of maximum volume for first rotation occurred at age of 5.4 years with average volume increment of around 31.85 m3/ha/year, and that of second rotation occurred at age of 6 years with average volume increment of 28.80 m3/ha/ year.

There was biomass decrease by 6.3 % for stems with diameter ≥ 5 cm between

first and second rotation. There was decrease in site quality from first to second rotation as reflected by decrease in nutrient content in soil, up to depth of 40 cm by 24% for N, 16% for K, 6% for Ca and 16% for Mg. Nutrient elements P and Ca in soils had positive correlation with dominant height of E. urograndis hybrid. On the basis of results of leaf analysis, it could be shown that nutrient N was highly deficient, whereas nutrients Ca and Mg were categorized as deficient so they constituted the limiting factors for growth of E. urograndis hybrid which were planted in Inceptisol soils. Dynamics of nutrient balance with cutting rotation of 5 years was predicted to have negative balance, since the end of first rotation, up to rotation 5. At cutting rotation of 6 years, nutrient balance of N, K and Ca were positive, only at the end of rotation 1, whereas nutrient balances of P and Mg were still positive up to rotation 2. At cutting rotation of 7 years, nutrient balances of N, K and Ca had been negative since the end of rotation 1, except the nutrient balances of P and Mg which were still positive at the end of rotation 1. Quality of site with rotation of 5 years decreased more rapidly as compared with those with cutting rotation of 6 and 7 years. Fertilizer application and several silvicultural techniques are required for recovery of sites and nutrient balance. On the basis of maximum volume rotation, it could be suggested that the optimum rotation for hybrid of E. urograndis in Inceptisol soils is 6 years.

(6)
(7)

RINGKASAN

NINA MINDAWATI. Kajian Kualitas Tapak Hutan Tanaman Industri Hibrid Eucalyptus urograndis Sebagai Bahan Baku Industri Pulp dalam Pengelolaan Hutan Lestari (Studi Kasus di PT Toba Pulp Lestari, Simalungun, Sumatera Utara). Di bawah bimbingan ANDRY INDRAWAN, IRDIKA MANSUR dan OMO RUSDIANA.

Hibrid Eucalyptus urograndis (E. urophylla x E. grandis) merupakan hasil persilangan dari jenis E. urophylla S.T. Blake x E. grandis W.Hill ex Maid dan salah satu jenis cepat tumbuh yang digunakan sebagai bahan baku industri pulp di Sektor Aek Nauli, PT Toba Pulp Lestari, Sumatera Utara. Pengembangan hibrid

Eucalyptus di Indonesia masih tertinggal dengan negara lain seperti China, Congo, Brazil dan Afrika Selatan yang telah mengusahakan hibrid Eucalyptus

secara komersil dengan perbanyakan vegetatif dan telah menghasilkan pertumbuhan pohon yang spektakuler, seragam dan mempunyai kemampuan pangkas yang tinggi sehingga daur tebang yang digunakan semakin pendek. Dengan semakin pendeknya daur tebang, dikhawatirkan berdampak negatif pada kualitas tapak yang akhirnya akan mempengaruhi produktivitas jika tidak dikelola dengan baik.

Tujuan penelitian adalah mengkaji kualitas tapak hutan tanaman industri hibrid E urograndis sebagai bahan baku industri pulp. Penelitian terdiri dari 3 (tiga) sub kegiatan yang saling berkaitan, yaitu: pertumbuhan dan hasil tegakan, kualitas tapak dan dinamika neraca hara hutan tanaman hibrid E. urograndis. Penelitian menggunakan metode survey dengan pengambilan data di lapangan pada rotasi 1 dan 2 (umur tegakan 1, 2, 3, 4 dan 5 tahun) dan data sekunder berupa dimensi tegakan dari plot contoh permanen.

Berdasarkan persamaan penduga pertumbuhan dan hasil tegakan, sampai umur 5 tahun sebelum tebang, pertumbuhan tegakan hibrid E. urograndis pada rotasi 1mencapai volume termanfaatkan 159,89 m3/ha, sedangkan pada rotasi 2 mencapai volume 142,49 m3/ha sehingga terjadi penurunan volume sebesar 10,8 %. Daur volume maksium rotasi 1 terjadi pada umur 5,4 tahun dengan riap rata-rata volume sekitar 31,85 m3/ha/tahun dan rotasi 2 terjadi pada umur 6 tahun dengan riap rata-rata volume 28,80 m3/ha/tahun. Biomassa total pada tegakan rotasi 1 sebanyak 175,5 ton/ha dan pada tegakan rotasi 2 sebanyak 157 ton/ha sehingga terjadi penurunan sebesar 10,5%. Penurunan terbesar terjadi pada

biomassa batang berdiameter ≥ 5cm sebesar 6,3% dari rotasi 1 dan 2. Biomassa

batang berdiameter ≥ 5cm merupakan biomassa termanfaatkan yang dipanen

sebagai bahan baku industri pulp dan merupakan komponen utama dari total biomassa tegakan sebesar 86-90%.

Berdasarkan hubungan antara peninggi dengan sifat kimia tanah dihasilkan bahwa unsur hara P dan Ca di tanah berkorelasi positif terhadap laju peninggi hibrid E. urograndis. Berdasarkan hasil analisa daun yang dibandingkan dengan tingkat kenormalan dan kekritisan unsur hara untuk hibrid E. urograndis

menunjukkan bahwa hara N sangat kurang dan hara Ca serta Mg katagori kurang sehingga menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan tegakan hibrid E. urograndis

(8)

bahwa semakin tua umur tegakan maka kandungan hara di tegakan semakin meningkat sampai umur 5 tahun, sedangkan kandungan hara di tanah cenderung menurun. Dilihat dari perbandingan kandungan hara makro tanah pasca tebang umur 5 tahun, terjadi penurunan kualitas tapak dari rotasi 1 ke rotasi 2 yang dicerminkan oleh penurunan jumlah kandungan hara dalam tanah sampai kedalaman 40 cm sebesar N 24%, K 16%, Ca 6% dan Mg 16%. Penurunan kandungan hara di tanah disebabkan banyaknya hara yang diserap tegakan untuk tumbuh dan tersimpan dalam biomassa tegakan. Biomassa tegakan umur 5 tahun sebesar 741,8-761,8 kg N/ha (81% N), 114,3-146,8 kg P/ha (73% P), 1288-1319 kg K/ha(86%K), 377-505,6 kg Ca/ha(95% Ca) dan 34-36,7 kg Mg/ha (53% Mg) yang di bawa ke luar lahan sebagai bahan baku industri pulp, sedangkan hara yang keluar melalui kegiatan persiapan lahan, aliran permukaan dan erosi jumlahnya relatif kecil. Jumlah unsur hara yang masuk ke lahan diperoleh dari produksi serasah bervariasi antar umur tegakan sekitar 3,5-6,2 ton/ha/tahun dengan konstanta laju dekomposisi per bulan sekitar 0,129-0,173 pada rotasi 1 dan 0,094-0,145 pada rotasi 2 sehingga memerlukan waktu untuk larut antara 27-49 bulan.

Dinamika neraca hara dianalisa dengan skenario daur tebang (5, 6 dan 7 tahun) dan skenario input hara berdasarkan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang diterapkan perusahaan terutama banyaknya pupuk yang diberikan (96 kgN/ha + 63,18 kgP/ha + 12,45 kgK/ha + 109,16 kgCa/ha) sampai terjadi neraca hara seimbang. Hasil neraca hara menunjukkan bahwa daur tebang 5 tahun diprediksi sejak akhir rotasi pertama sampai rotasi kelima mempunyai neraca hara negatif . Pada daur tebang 6 tahun, neraca hara N, K dan Ca positif hanya pada akhir rotasi 1, sedangkan neraca hara P dan Mg masih positif sampai rotasi 2. Pada daur tebang 7 tahun, neraca hara N, K dan Ca sudah negatif sejak akhir rotasi 1 kecuali neraca hara P dan Mg yang masih positif pada akhir rotasi ke 1. Kualitas tapak pada daur tebang 5 tahun lebih cepat menurun dibanding daur tebang 6 dan 7 tahun. Untuk memulihkan tapak bertegakan hibrid E. urograndis

pasca tebang, pada awal rotasi berikutnya perlu input hara yang lebih banyak dari SOP untuk daur tebang 5 tahun > daur tebang 7 tahun > daur tebang 6 tahun, sehingga penggunaan daur tebang 6 tahun lebih baik dibanding daur 5 tahun dan 7 tahun. Perlakuan pemupukan dan beberapa teknik silvikultur diperlukan untuk pemulihan tapak agar keseimbangan neraca hara terjadi. Berdasarkan aspek ekonomi (daur volume maksimum) dan aspek ekologi (neraca hara) maka daur optimal untuk hibrid E. urograndis yang ditanam pada jenis tanah Inceptisol adalah 6 tahun.

(9)

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2011

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(10)
(11)

KAJIAN KUALITAS TAPAK HUTAN TANAMAN

INDUSTRI HIBRID

Eucalyptus urograndis

SEBAGAI

BAHAN BAKU INDUSTRI PULP DALAM

(Studi Kasus di PT Toba Pulp Lestari, Simalungun, Sumatera Utara).

NINA MINDAWATI

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Program Studi Mayor Silvikultur Tropika

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN

(12)
(13)

Penguji Luar :

Ujian tertutup : 1. Prof. Dr. Hendi Suhaendi 2. Dr.Ir. H. Basuki Wasis, M.Sc.

Ujian terbuka : 1. Dr. Ir. Irsyal Yasman, M.Sc.

(14)
(15)

Judul Disertasi : Kajian Kualitas Tapak Hutan Tanaman Industri Hibrid Eucalyptus urograndis Sebagai Bahan Baku Industri Pulp Dalam Pengelolaan Hutan Lestari (Studi Kasus di PT Toba Pulp Lestari, Simalungun, Sumatera Utara).

Nama Mahasiswa : Nina Mindawati NIM : E. 461070084

Disetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Andry Indrawan, MS. Ketua

Dr. Ir. H. Irdika Mansur, M.For.Sc. Dr. Ir. H. Omo Rusdiana, M.Sc.F.Trop. Anggota Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Silvikultur Tropika

Dr. Ir.H. Sri Wilarso Budi R., MS. Dr. Ir.H. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.

Tanggal Ujian : 18 Mei 2011 Tanggal Lulus :

(16)
(17)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh Subhanahuwataala atas selesainya disertasi ini. Penulisan disertasi merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada Program Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Program Studi Mayor Silvikultur Tropika.

Disertasi berjudul “Kajian Kualitas Tapak Hutan Tanaman Industri Hibrid

Eucalyptus urograndis Sebagai Bahan Baku Industri Pulp Dalam Pengelolaan Hutan Lestari (Studi Kasus di PT Toba Pulp Lestari, Simalungun, Sumatera

Utara)” merupakan suatu seri penelitian yang terdiri dari 3 Sub Bab pada Bab

Hasil dan Pembahasan yaitu : Pertumbuhan dan Hasil Tegakan Hutan Tanaman Hibrid Eucalyptus urograndis; Kualitas Tapak Hutan Tanaman Hibrid

Eucalyptus urograndis; dan Model Dinamika Neraca Hara Hutan Tanaman Hibrid Eucalyptus urograndis. Keseluruhan penelitian ini bertujuan untuk mengungkap kualitas tapak sebagai dampak dari penanaman Hibrid Eucalyptus urograndis, sehingga dapat diperoleh prediksi kondisi tapak ke depan. Sebagian

dari Sub Bab 1 dengan judul “Kajian pertumbuhan tegakan hibrid Eucalyptus

urograndisdi Sumatera Utara” dipublikasikan pada Jurnal Hutan Tanaman Vol. 7 No. 1 Tahun 2010; sebagian Sub Bab 2 dengan judul “Analisis sifat-sifat tanah di bawah tegakan hibrid Eucalyptus urograndis” dipublikasikan pada Tekno Hutan Tanaman Vol, 3 No 1 April 2010; dan sebagian dari Sub Bab 3 judul “Budget Hara Pada Hutan Tanaman Hibrid Eucalyptus urograndis Rotasi 1 dan 2 telah dipresentasikan tahun 2010 dan diterbitkan pada Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia (MAPEKI) XIII Tahun 2011. Penyelesaian disertasi ini tidak terlepas dari bantuan semua pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Andry Indrawan, M.Sc., Dr. Ir.H. Irdika Mansur, M.For.Sc dan Dr. Ir.H. Omo Rusdiana, M.Sc.F.Trop, selaku Komisi Pembimbing.

2. Penguji dari luar komisi pembimbing saat ujian tertutup adalah Prof. Dr. Hendi Suhaendi dan Dr. H. Basuki Wasis, M.Sc dan saat ujian terbuka Dr. Ir. Irsyal yasman, M.Sc dan Prof. Dr. Ir. H. Iskandar Z. Siregar, M. for. Sc. 3. Kementrian Kehutanan, Badan Litbang Kehutanan dan Pusat Penelitian dan

(18)

penulis untuk melanjutkan sekolah program Doktor di IPB melalui jalur

Research School Angkatan 1.

4. Kepada Direktur PT Toba Pulp Lestari, Porsea. Juanda Panjaitan SE dan Ir. Firman Purba, Manager Perencanaan Ir. Oryza S. Simanjuntak dan teman-teman di Porsea atas ijin tempat dan segala fasilitas yang diberikan.

5. Kementrian Riset dan Teknologi atas bantuan sebagian biaya penelitian ini. 6. Lembaga International Tropical Timber Organization (ITTO) atas beasiswa

Ref 142/10S tahun 2010 yang diberikan pada penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.

7. Rektor, Dekan Sekolah Pascasarjana dan beserta segenap civitas akademika IPB atas kesempatan untuk mengikuti program pendidikan S3 di IPB

8. Ketua program studi, Ketua program mayor SVK, segenap staf pengajar dan staf managemen Program Mayor Silvikultur Hutan Tropika (SVK) IPB atas segala ilmu yang telah diberikan dan fasilitas yang diberikan selama menjalankan studi di IPB.

9. Teman-teman semua, baik teman sesama mahasiswa maupun teman sekantor dan seluruh rekan-rekan yang telah membantu selama penulis menyelesaikan studi S3 dan penelitian ini.

10. Ibunda penulis Hj Napsiah dan mertua penulis H. Endin dan Hj. Rasih beserta kakak, adik, adik ipar penulis, terima kasih atas dorongan dan doanya.

11. Suami tercinta Endang Suhendang, anak-mantu tersayang Jati, Suci, Galuh, Rina, Ari dan cucuku yang lucu neng lady, neng Keisha dan neng Naura atas segala pengorbanan, dukungan, kasih sayang, penghiburan, pengertian dan doa yang tak henti.

Akhirnya, semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bagi pengembangan program hutan tanaman di tanah air.

Bogor, Mei 2011

(19)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukabumi 5 Juli 1959 sebagai anak ke empat dari tujuh bersaudara, dari ayah Inan Dahyar (Alm) dan ibu Napsiah. Penulis menikah dengan Prof. Dr. H. Endang Suhendang dan dianugrahi tiga orang anak : Jati Permana Kurniawan Suhendang S.E, Suci Ainni Suhendang S.IP dan Galuh Guna Rimba Suhendang., serta tiga orang cucu: Lady Humairah Permana, Keisha Amanilodya Januar dan Naura Sayyidina Permana.

Pendidikan dimulai di Sekolah Dasar Negeri Benteng III, Sekolah Menengah Pertama PGRI dan Sekolah Menengah Atas Negeri I diselesaikan di Sukabumi, Jawa Barat. Pada tahun 1979 penulis melanjutkan pendidikan di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur “Perintis II” dan memperoleh gelar sarjana kehutanan tahun 1982. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai Pegawai Negeri Spil (PNS) di Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan. Pada tahun 1993 penulis melanjutkan pendidikan program Pascasarjana pada Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan (IPK) di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor dan mendapat gelar Master tahun 1996.

Pada tahun 2006 terjadi pemekaran Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan penulis dipindahtugaskan ke Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman, yang pada tahun 2010 berubah nama menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan, begitu juga Departemen Kehutanan berubah nama menjadi Kementrian Kehutanan.

Selanjutnya, pada Bulan September 2007 penulis mendapat kesempatan melanjutkan pendidikan Doktor di IPB pada program studi mayor Silvikultur Tropika melalui program Research School angkatan I.

(20)
(21)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ………... xiv

DAFTAR GAMBAR ………... xvi

DAFTAR LAMPIRAN………... xix

PENDAHULUAN ………... 1

Latar Belakang ………... 1

Perumusan Masalah ………... 5

Tujuan Penelitian ………... 6

Hipotesis ………... 8

Manfaat Penelitian ………... 8

TINJAUAN PUSTAKA ………... 9

Pembangunan Hutan Tanaman Industri ………... 9

Karakteristik Tanaman Eucalyptus...………... 11

Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas HTI …... 16

Penentuan Daur Hutan Tanaman Industri ………... 27

Pengelolaan Hutan Tanaman Industri Lestari ………... 30

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN…………... 33

Letak dan Luas ………... 33

Keadaan Fisik Lapangan ………... 34

Keadaan Hutan ………... 35

Preskripsi Teknik Silvikultur Hibrid Eucalyptus urograndis ... 37

METODE PENELITIAN………... 43

Lokasi dan Waktu Penelitian ………... 43

Pelaksanaan, Pengumpulan Data dan Analisa Data ………... 43

Pertumbuhan dan Hasil Tegakan Hutan Tanaman Hibrid Eucalyptus urograndis ... 43

Kualitas Tapak Hutan Tanaman Hibrid Eucalyptus urograndis... 50

Model Dinamika Neraca Hara Hutan Tanaman Hibrid Eucalyptus urograndis ....………... 60

HASIL DAN PEMBAHASAN ..………... 63

(22)

Model PertumbuhanTegakan Hibrid E. urograndis Rotasi 1

dan Rotasi 2 ... 63 Pendugaan Volume dan Daur Volume Maksimum Tegakan

Hibrid E. urograndis ... 67 Produksi Biomassa Tegakan Hibrid E. urograndis ... 72 Kualitas Tapak Tegakan Hutan Tanaman Hibrid Eucalyptus

urograndis ... 79 Status Hara Hutan Tanaman Hibrid E. urograndis ... 79 Hubungan Peninggi Tegakan Hibrid E. urograndis dengan

SifatKimia Tanah ... 94 Potensi Kandungan Hara pada Hutan Tanaman Hibrid E.

urograndis………... 104 Produktivitas dan Laju Dekomposisi Serasah Hibrid E.

urograndis ... 115 Erosi dan Aliran Permukaan di Bawah Tegakan Hibrid

E. urograndis ... 121 Model Dinamika Neraca Hara Hutan Tanaman Eucalyptus

urograndis... 125

Diagram Umpan Balik……….…….. 126

Diagram Alir………... 128

Neraca Hara HTI Hibrid E. urograndis……….... 129 Strategi Pemulihan Kualitas Tapak ... 134

PEMBAHASAN UMUM ..………... 143

SIMPULAN DAN SARAN ………... 151

Simpulan ………... 151

Saran ………...………... 152

DAFTAR PUSTAKA ………... 153

(23)

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Rata-rata dimensi serat dan berat jenis kayu hibrid E. urograndis 15 2 Sifat fisik dan mekanik kayu hibrid E. urograndis ………...….….. 16 3 jala . Gejala dan defisiensi hara pada beberapa jenis Eucalyptus ... 22 4 Rata-rata persen hidup tanaman hibrid E. urograndis... 42 5 Metode analisis sifat-sifat tanah, air dan bagian tanaman ……... 59 6 Model pertumbuhan tinggi (H), diameter (D) dan volume (V)

tegakan hibrid E. urograndis ………...……….... 65 7 Uji kesahihan model pertumbuhan hibrid E. urograndis ………. 66 8 Volume dan riap dugaan tegakan hibrid E. urograndis rotasi 1

dan 2…... 67 9 Rata-rata biomassa (ton/ha) bagian tegakan hibrid E.urograndi.... 72 10 Model penduga biomassa tegakan hibrid E. urograndis rotasi 1.. 77 11 Model penduga biomassa tegakan hibrid E. urograndis rotasi 2... 78 12 Rata-rata nilai pH tanah rotasi 1 dan 2 ...………….... 81 13 Rata-rata kadar unsur hara Nitrogen total tanah pada

rotasi 1 dan 2... 83 14 Rata-rata kadar Fosfor tersedia tanah rotasi 1 dan 2 ... 84 15 Rata-rata kadar Kalium tanah rotasi 1 dan 2 ... 85 16 Rata-rata kadar Calsium tanah rotasi 1 dan 2 ... 86 17 Rata-rata kadar Mg tanah rotasi 1 dan 2 …………... 87 18 Rata-rata kadar C-organik rotasi 1 dan 2 ………... 88 19 Rata-rata berat jenis tanah rotasi 1 dan 2 ………...… 90 20 Rata-rata jumlah ruang pori, air tersedia dan permeabilitas

rotasi 1 dan 2 ………... 90

21 Rata-rata tekstur tanah sampai kedalaman 40 cm pada

rotasi 1 dan 2 ………... 92

22 Rata-rata jumlah mikroorganisme, fungi dan laju respirasi

CO2 tanah rotasi 1 dan 2 ... 93 23 Hubungan peubah bebas terhadap peninggi tegakan hibrid E.

urograndis ..... 95 24 Peubah bebas yang berperan terhadap peninggi tegakan

(24)
(25)

25 Perbandingan kadar hara pada jaringan daun dengan standar

kadar hara normal untuk hibrid E. urograndis ………... 99 26 Jumlah unsur hara dalam tegakan hibrid E. urograndis pada

berbagai umur tegakan ...………... ……… 111

27 Unsur hara yang hilang melalui panen umur 5 tahun ... 112 28 Unsur hara yang masuk ke lahan dari sisa tebangan ... 113 29 Serapan hara kumulatif pada berbagai umur tegakan hibrid

E. urograndis ………....…. 113

30 Jumlah kandungan hara tanah sampai kedalaman 40 cm ... 114 31 Jumlah kandungan hara di bawah tegakan hibrid E. Urograndis... 114 32 Produktivitas dan jumlah kandungan hara pada serasah hibrid

E. urograndis ... 115 33 Masukan unsur hara dari serasah selama umur tegakan hibrid

E. urograndis... 116 34 Laju dekomposisi (k) serasah hibrid E. urograndis ………….….... 119 35 Pelepasan hara selama 4 bulan dekomposisi ………. 121 36 Unsur hara terlarut dari aliran permukaan dan erosi setiap

umur tegakan hibrid E. urograndis... 124 37 Jumlah kumulatif dan unsur hara yang hilang melalui aliran

permukaan dan erosi selama umur tegakan ... 124

(26)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Kerangka pemikiran kualitas tapak hutan tanaman Hibrid

Eucalyptus urograndis.………..… 7

2 Hubungan antara umur dan volume maksimum……… 29 3 Peta lokasi penelitian di Aek Nauli, Simalungun, Sumatera

Utara ………. 33

4 Rata-rata curah hujan, temperatur udara dan kelembaban

relatif di lokasi penelitian (tahun 1967-2009). ……….… 34

5 Penyebaran letak plot penelitian di sektor Aek Nauli. ……….. 44

6 Biomassa batang termanfaatkan (batang berdiameter ≥ 5 cm).. 49

7 Cara pengambilan contoh fisik tanah dengan ring sampel. ….. 51

8 Kondisi lantai hutan tanaman hibrid E. urograndis ………..… 52 9 Alat penampung serasah. ……….…. 53 10 Kantong serasah alat pengukuran dekomposisi di lapangan….. 54 11 Ukuran alat pengukur erosi dan aliran permukaan. ... 55 12 Model konseptual hubungan antar sub model ……….….. 61 13 Kurva hubungan tinggi dengan umur tegakan hibrid

E. urograndis ……... 63 14 Kurva hubungan diameter dengan umur tegakan hibrid

E. urograndis... 64 15 Kurva hubungan volume dengan umur tegakan hibrid

E. urograndis. ... 64 16 Daur volume maksimum rotasi 1 hibrid E. urograndis. ... 68 17 Daur volume maksimum rotasi 2 hibrid E. urograndis... 69 18 Perbandingan MAI (m3/ha/tahun) hutan tanaman hibrid

Eucalyptus urograndis di beberapa negara ………... 71 19 Perbandingan sebaran biomassa (%) umur 1 tahun

rotasi 1 dan 2. ... 74 20 Perbandingan sebaran biomassa (%) bagian tanaman umur 2

tahun antara rotasi 1 dan rotasi 2. ……… 74

21 Perbandingan sebaran biomassa (%) bagian tanaman umur 3

tahun antara rotasi 1 dan rotasi 2. ………. 75

22 Perbandingan sebaran biomassa (%) bagian tanaman umur 4

(27)

23 Perbandingan sebaran biomassa (%) bagian tanaman umur 5

tahun antara rotasi 1 dan rotasi 2 ……….. 76

24 Status hara makro Nitrogen daun hibrid E. urograndis .... 100 25 Status hara makro Fosfor daun hibrid E. urograndis …………. 101 26 Status hara makro Kalium daun hibrid E. urograndis ……….... 101 27 Status hara makro Calsium daun hibrid E. urograndis………… 102 28 Status hara makro Magnesium daun hibrid E. urograndis …... 102 29 Kadar unsur hara Nitrogen pada bagian tegakan dan di bawah

tegakan hibrid E. urograndis ………....….. 105 30 Kadar unsur hara Fosfor pada bagian tegakan dan di bawah

tegakan hibrid E. urograndis ……….…………. 105 31 Kadar unsur hara Kalium pada bagian tegakan dan di bawah

tegakan hibrid E. urograndis ……….……. 106 32 Kadar unsur hara Calsium pada bagian tegakan dan di bawah

tegakan hibrid E. urograndis ……….………. 106 33 Kadar unsur hara Magnesium pada bagian tegakan dan di

bawah tegakan hibrid E. urograndis ……….… 107 34 Jumlah kandungan unsur hara Nitrogen yang terkandung pada

bagian tegakan dan di bawah tegakan hibrid E. urograndis ….. 108 35 Jumlah kandungan unsur hara Fosfor yang terkandung pada

bagian tegakan dan di bawah tegakan hibrid E. urograndis ..… 109

36 Potensi jumlah unsur hara Kalium yang terkandung pada bagian tegakan dan di bawah tegakan hibrid E. urograndis ….. 109 37 Potensi jumlah unsur hara Calsium yang terkandung pada

bagian tegakan dan di bawah tegakan hibrid E. urograndis ….. 110 38 Potensi jumlah unsur hara Magnesium yang terkandung pada

bagian tegakan dan di bawah tegakan hibrid E. urograndis ….. 110 39 Hubungan antara produksi serasah dengan curah hujan pada

umur 1 tahun hibrid E. urograndis... 117 40 Hubungan antara produksi serasah dengan curah hujan pada

umur 2 tahun hibrid E. urograndis. ... 117 41 Hubungan produksi serasah dengan curah hujan pada umur 3

tahun E. urograndis. ... 117 42 Hubungan produksi serasah dengan curah hujan pada umur 4

(28)
(29)

43 Hubungan produksi serasah dan curah hujan pada umur 5

tahun hibrid E. urograndis. ... 118 44 Hubungan nilai ratio C/N dengan bobot serasah yang hilang

selama dekomposisi ……….. 120

45 Hubungan laju dekomposisi dengan jumlah mikroorganisme

tanah ……….. 120

46 Jumlah aliran permukaan dan erosi di bawah tegakan hibrid

E.urograndis. ……….. 122

47 Diagram umpan balik neraca hara lahan bertegakan hibrid E.

urograndis ……….….. 127

(30)
(31)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Data curah hujan, temperatur dan kelembaban di sektor Aek

Nauli tahun 1987-2009 ... 167 2 Pertumbuhan tegakan hibrid E. urograndis rotasi 1 dan 2

pada PSP ... 171 3 Rata-rata pertumbuhan hibrid E. urograndis rotasi 1 dan 2

pada TSP ... 173 4 Hasil analisis sifat-sifat kimia tanah ………...…… 178 5 Hasil analisa sifat-sifat fisik Tanah ………...…. 180 6 Hasil analisa sifat biologi tanah ………...…….. 185 7 Hasil analisis unsur hara tegakan, serasah dan humus

rotasi 1 dan 2 ... 186

8 Hasil analisis kadar hara air dan sedimen ………... 194

9 Kandungan hara di lahan bertegakan hibrid E. urograndis… 196 10 Uji beda sifat-sifat tanah ……… 206 11 Uji beda kadar hara pada tegakan, serasah dan humus ... 208 12 Produksi serasah selama 4 bulan pengamatan………. 209 13 Rata-rata penyusutan berat serasah selama 4 bulan... 211 14 Model dinamika neraca hara pada lahan bertegakan

E. urograndis ……… 212

15 Persamaan dan nilai-nilai yang digunakan dalam diagram model dinamika neraca hara lahan bertegakan hibrid

Eucalyptus urograndis ………... 213

16 Prediksi neraca hara dan perbaikan kualitas tapak

(32)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) merupakan upaya strategis dalam mengatasi permasalahan kelangkaan bahan baku industri pengolahan kayu domestik di Indonesia. Tujuan pembangunan HTI adalah untuk peningkatan potensi dan kualitas hutan produksi yang sudah tidak produktif guna memenuhi kebutuhan bahan baku industri kehutanan. Hal ini karena persediaan pasokan bahan baku dari hutan alam produksi semakin menurun. Kebutuhan bahan baku kayu industri perkayuan nasional sekitar 39,2 juta m3 kayu bulat (Simangunsong

et al. 2008), sementara berdasarkan Direktorat Jendral Bina Produksi Kehutanan (2010) jumlah produksi kayu dari hutan alam, hutan tanaman dan sumber lain (hutan rakyat dan kayu perkebunan) mencapai 34,32 juta m3.

Salah satu bentuk HTI yang saat ini memegang peranan penting dalam menunjang pengembangan industri kayu serat domestik adalah HTI kayu serat atau HTI pulp. Pentingnya pembangunan HTI pulp dapat dilihat dari kenyataan besarnya ketergantungan jenis industri ini kepada kayu serat. Pada saat ini lebih dari 90% bahan baku pulp dan kertas berasal dari kayu karena kayu mempunyai sifat unggul, seperti: rendemen yang dihasilkan tinggi, kandungan lignin relatif rendah dan kekuatan pulp dan kertas yang dihasilkan tinggi (Pasaribu dan Tampubolon 2007).

(33)

tanaman yang telah terbangun sekitar 4,3 juta hektar sampai tahun 2008 (Ditjen Bina Produksi Kehutanan 2009).

Pengelolaan HTI pulp ditujukan untuk mendapatkan tegakan hutan kayu serat yang sesuai dengan peruntukan, yaitu yang memiliki ciri-ciri produksi (riap) biomassa tegakan yang tinggi, daur pendek, dan mempunyai sifat-sifat (kimia dan fisika) kayu yang sesuai dengan persyaratan untuk bahan baku industri pulp seperti: panjang serat > 0,8mm, berat jenis sedang sekitar 0,3-0,8; kandungan lignin < 23% dan kandungan selulosa minimal 40-45% (komunikasi pribadi dengan Kartiwa, Ahli Peneliti pada Balai Besar Sellulosa dalam Mindawati, 2009). Selain itu, tegakan hutan yang terbentuk diharapkan bersifat ramah lingkungan sehingga disamping mampu menghasilkan bahan baku yang diinginkan secara optimal, juga dapat berperan dalam mengendalikan erosi tanah, mengatur tata air, memelihara kesuburan tanah dan sampai batas tertentu membantu penyerapan karbon dari udara. Kualitas tegakan hutan HTI pulp dengan ciri-ciri di atas dipengaruhi oleh faktor-faktor : ekologi (lingkungan), sifat genetik pohon, dan tindakan manajemen yaitu teknik silvikultur yang diterapkan.

Kementrian Kehutanan telah mengembangkan jenis-jenis pohon yang tergolong dalam kelompok tumbuh cepat seperti Eucalyptus spp. Acacia mangium, Acacia crassicarpa, Falcataria mollucana dan Gmelina arborea. Daur tebang yang ditetapkan sekitar 8-9 tahun dengan alasan umur tersebut telah cukup menghasilkan ukuran kayu yang cukup tinggi, cocok untuk bahan baku pulp dan relatif aman bagi lingkungan dalam arti dapat menciptakan keseimbangan antara masukan dan keluaran hara tanah, meskipun data dan informasi hasil penelitian tentang neraca hara dari jenis-jenis di atas masih kurang tersedia secara lengkap (Wahyono dkk. 2005).

Indonesia sudah berpengalaman dalam membangun hutan tanaman Jati dan beberapa jenis pohon lain, seperti mahoni, pinus dan damar yang berdaur panjang, sedangkan untuk jenis-jenis tanaman berdaur pendek seperti jenis Eucalyptus

(34)

Eucalyptus spp. seperti jenis E. urophylla, E. grandis dan E. pelita, merupakan jenis cepat tumbuh yang dikembangkan secara luas di PT Toba Pulp Lestari. Salah satu jenis yang sedang dikembangkan dalam skala operasional adalah Eucalyptus hibrid hasil persilangan antara jenis E. urophylla S.T. Blake x E. grandis W.Hill ex Maid yang terkenal dengan nama hibrid E. urograndis ( E. urophylla x E. grandis) hasil seleksi dengan karakter pertumbuhan lebih baik dibanding tanaman tetuanya.

Pengembangan hibrid Eucalyptus di Indonesia masih tertinggal dengan negara lain seperti China, Congo, Brazil dan Afrika Selatan yang telah mengusahakan hibrid Eucalyptus secara komersil dengan perbanyakan vegetatif (Nikles, 1996). Pengembangan hibrid E. urograndis di Brazil telah menghasilkan pertumbuhan pohon yang spektakuler, seragam dan mempunyai kemampuan pangkas yang tinggi. Menurut Gonçalves et al. (1997) pertumbuhan hibrid E. urograndis di Brazil pada tanah Ultisol sangat beragam dengan kisaran riap rata-rata tahunan (Mean Annual Increment, MAI) pada umur 5 tahun sebesar 12–48 m3/ha/tahun, sedangkan di Congo produktivitas hibrid E. urograndis sangat tinggi dan memiliki riap tahunan rata-rata sebesar 70 m3/ha/tahun (Campinhos 1993).

Pertumbuhan yang cepat dari hibrid E. urograndis dan desakan kebutuhan bahan baku industri pulp menyebabkan daur tebang diperpendek oleh perusahaan menjadi 5 tahun. Semakin pendek daur tebang tanaman maka semakin sering dilakukan panen sehingga akan terjadi pengurasan hara berulang-ulang yang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas tapak itu sendiri jika dalam pengelolaannya tidak terencana dengan baik.

Beberapa pakar beranggapan bahwa jenis cepat tumbuh Eucalyptus spp. dan

(35)

meningkatkan kehilangan air dari sistem hidrologi dan mengurangi kesuburan tanah. Menurut Dell et al. (2003) pada umumnya tegakan Eucalyptus di Indonesia kekurangan unsur hara makro N total, P tersedia, K dan Mg yang mengakibatkan daun gugur sebelum waktunya dan penurunan volume kayu yang dihasilkan, sedangkan Bouillet dan Reversat (2001) menyatakan bahwa umumnya terjadi penurunan Ca dan N tanah di bawah tegakan Eucalyptus dan Pinus jika ditanam secara monokultur. Hasil penelitian lain menyebutkan bahwa pada rotasi ke 2 dan ke 3 pertumbuhan Eucalyptus lebih rendah di banding rotasi pertama (Campinhos dan Brassnet 1958 dalam Chijicke 1980). Menurut Napitupulu (1995) yang meneliti kualitas tapak jenis E. urophylla di sektor Aek Nauli terjadi pemiskinan hara P dan Mg setelah jenis tersebut ditebang.

Agar hutan tanaman lestari, maka produktivitas harus dipertahankan bahkan ditingkatkan dari periode tebang yang satu ke periode tebang berikutnya (Nambiar 2003). Kelestarian hutan tanaman sangat ditentukan oleh keeratan korelasi antar parameter yang saling mempengaruhi, yaitu kemampuan dari kondisi ekologis tapak, intensitas manajemen termasuk perlakuan silvikultur yang dilaksanakan, dampak pada tanah di bawahnya dan nilai lingkungan serta manfaat sosial ekonomi yang didapat (Nambiar dan Brown 1997). Oleh karena itu, untuk mencapai kelestarian hasil maka hubungan antara produktivitas, faktor kelestarian lingkungan dan sosial ekonomi harus diperhitungkan dan dipelajari.

(36)

Perumusan Masalah

Pembangunan HTI di Indonesia bertujuan untuk penyediaan bahan baku industri kehutanan, baik untuk tujuan kayu pertukangan maupun untuk tujuan bahan baku industri pulp dan kertas. Menurut Peraturan Pemerintah No.6 tahun 2007, lahan yang dicanangkan untuk pengembangan HTI adalah lahan yang telah terdegradasi atau lahan kritis dengan tingkat kesuburan tanah yang relatif rendah atau marginal (Ditjen Bina Produksi Kehutanan 2008). Selain itu, dalam pengembangan HTI untuk tujuan bahan baku pulp dan kertas, pemerintah menetapkan pengembangan jenis-jenis cepat tumbuh dengan daur tebang pendek sekitar 8-9 tahun.

Sampai saat ini hasil tegakan HTI belum sesuai dengan produktivitas hasil yang diharapkan. Hal ini disebabkan jenis yang dikembangkan pada lahan marginal di atas pada umumnya jenis cepat tumbuh yang memerlukan hara dalam jumlah banyak. Produktivitas akan semakin rendah jika dalam pengembangan jenis cepat tumbuh tersebut menggunakan bibit yang tidak unggul secara genetik. Menurut Kramer dan Kozlowski (1960) pertumbuhan pohon sangat ditentukan oleh interaksi antara faktor keturunan/genetik, lingkungan/ekologi dan teknik silvikultur/budidaya yang diterapkan karena ketiga faktor tersebut akan menentukan proses fisiologis dalam pohon dan mempengaruhi produktivitas.

Peningkatan produktivitas akan tercapai bila dalam pengembangan hutan tanaman digunakan bibit unggul secara genetik dan perlakuan manipulasi lingkungan sehingga kualitas tempat tumbuh lebih dapat menunjang pertumbuhan pohon yang diusahakan. Penggunaan bibit unggul hibrid E. urograndis

(37)

tebang selama ini ditetapkan selalu hanya berdasarkan volume kayu maksimal yang dapat dihasilkan tanpa melihat kondisi tapak pasca tebang. Agar kelestarian tercapai, maka penentuan daur tebang optimal harus berdasarkan aspek ekonomi dan aspek ekologi.

Permasalahan utama yang dicari solusinya dalam penelitian ini adalah mempelajari karakteristik kualitas tapak meliputi aspek pertumbuhan dan hasil, aspek kualitas tapak serta model dinamika neraca hara hutan tanaman hibrid E. urograndis.

Beberapa pertanyaan yang dijawab dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah benar terjadi perbedaan pertumbuhan (volume dan biomassa) tegakan hibrid E. urograndis rotasi 1 dengan rotasi 2 per satuan waktu? 2. Berapa daur tebang optimal hibrid E. urograndis ?

3. Sifat kimia tanah atau unsur-unsur hara apakah yang berperan penting dalam laju pertumbuhan hutan tanaman hibrid E. urograndis?

4. Apakah benar hibrid E. urograndis banyak mengabsorbsi unsur-unsur hara dari dalam tanah untuk pertumbuhannya sehingga terjadi penurunan kualitas tanah pasca tebang?

5. Bagaimana model dinamika neraca hara pada lahan bertegakan hibrid E. urograndis?

Landasan atau kerangka pikir yang holistik dan sistematis untuk menjawab permasalahan-permasalahan di atas, dituangkan dalam bentuk tahapan-tahapan kegiatan yang akan dilakukan dalam penelitian kajian kualitas tapak hutan tanaman hibrid E. urograndis, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 1.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kualitas tapak hutan tanaman industri hibrid E. urograndis pada rotasi 1 dan rotasi 2 ( umur 1,2,3,4 dan 5 tahun) sebagai bahan baku industri pulp. Adapun sasaran tahapan kegiatan penelitian yang mendukung tujuan tersebut adalah :

(38)

2. Menganalisis daur tebang optimal berdasarkan volume maksimal yang dicapai dan neraca hara hibrid E. urograndis .

3. Menganalisis kualitas tapak dari parameter sifat-sifat tanah dan hara tegakan hibrid E. urograndis pada rotasi 1 dan 2 .

4. Menganalisis unsur hara makro yang berperan penting dalam menentukan laju pertumbuhan hibrid E. urograndis.

[image:38.595.83.508.142.731.2]

5. Mengetahui dinamika neraca hara tanah pada hutan tanaman hibrid E. urograndis.

Gambar 1 Kerangka pemikiran kualitas tapak hutan tanaman hibrid E. urograndis.

GENETIK/SUMBER BENIH UNGGUL

(hibrid E. urograndis) LINGKUNGAN

TINDAKAN

SILVIKULTUR

PRODUKTIVITAS

Daur teknik

Daur Volume Maksimum

(MAI = CAI)

Daur tebang optimal

Kelestarian Produktivitas lahan Hutan Tanaman hibrid E.urograndis

Pertumbuhan

 Diameter  Tinggi  Volume  Biomassa

Kualitas tapak

 Sifat kimia  Sifat fisika  Sifat biologi

 Neraca hara

(39)

Hipotesis

Beberapa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Produktivitas tegakan hibrid E. urograndis pada rotasi 1 lebih besar dibanding rotasi 2.

2. Daur volume maksimum tegakan hibrid E. urograndis rotasi 1 lebih cepat dibanding rotasi 2.

3. Terjadi penurunan kualitas tapak hibrid E. urograndis dari rotasi 1 ke rotasi 2. 4. Semua unsur hara makro berkorelasi positif terhadap peninggi tegakan

hibrid E. urograndis

5. Terjadi ketidakseimbangan neraca hara pada lahan bertegakan hibrid E. urograndis setelah tebang

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat dalam perencanaan pengelolaan hutan tanaman di Indonesia secara umum dan secara khusus untuk HTI hibrid E. urograndis, terutama sebagai masukan penting pada:

1. Konsekuensi pemilihan hibrid E.urograndis untuk meningkatkan produktivitas HTI.

2. Penentuan manajemen hara yang tepat untuk kelestarian hasil dan kesuburan tapak.

(40)

TINJAUAN PUSTAKA

Pembangunan Hutan Tanaman Industri

Pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) dimulai dengan terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) No.7 tahun 1990 tentang Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI). Dalam Peraturan Pemerintah tersebut, yang dimaksud dengan HTI adalah hutan tanaman yang dibangun dalam rangka meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur intensif untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri hasil hutan. Pembangunan HTI bertujuan untuk :

1. Meningkatkan produktivitas, potensi dan kualitas kawasan hutan produksi yang tidak produktif,

2. Memenuhi kebutuhan bahan baku industri,

3. Menunjang pengembangan industri hasil hutan guna meningkatkan nilai tambah dan devisa,

4. Memperbaiki mutu lingkungan hidup,

5. Memperluas kesempatan kerja dan kesempatan usaha,

Selanjutnya berdasarkan PP No. 6 Tahun 1999 dinyatakan bahwa tujuan pembangunan hutan tanaman adalah untuk memperbaiki potensi hutan yang terlanjur rusak dan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri, sehingga membangun HTI sama dengan merehabilitasi kawasan hutan produksi yang kritis dan tidak produktif. Dalam PP No. 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan disebutkan bahwa sasaran pembangunan hutan tanaman adalah pada kawasan hutan produksi yang tidak produktif seperti lahan kosong, padang alang-alang dan hutan rawang (potensi kurang dari 20 m3 dan tidak produktif).

(41)

produktif tersebut pada umumnya mempunyai tingkat kesuburan rendah sehingga produktivitas hutan tanaman akan sulit maksimal jika pengelolaannya tidak intensif (Mindawati 1996).

Dalam pembangunan HTI di Indonesia, banyak kendala dan permasalahan yang muncul selain lahan yang tidak produktif yaitu sering terjadi kebakaran hutan, ada kebijakan penghentian penggunaan Dana Reboisasi (DR) untuk HTI dan maraknya konflik lahan di lapangan sehingga mengakibatkan realisasi jauh dari target yang dicanangkan sebesar 9 juta hektar sampai tahun 2014 (Dirjen Bina Produksi Kehutanan 2007).

Sampai tahun 2008, pembangunan HTI secara keseluruhan sudah mencapai luas sekitar 4,3 juta hektar dengan nilai investasi HTI US $ 3 Milyar dan menyerap 135.000 tenaga kerja. Khusus HTI pulp yang mendukung industri pulp dan kertas dengan kapasitas produksi ± 8,2 juta ton kertas per tahun dan ± 5,5 juta ton pulp per tahun memerlukan nilai investasi sebesar US $ 16 Milyar dan menyerap tenaga kerja 178.000 orang. Devisa negara dari industri pulp dan kertas dapat mencapai US $ 5 Milyar per tahun (Departemen Kehutanan 2007; Pasaribu 2008; Ditjen Bina Produksi Kehutanan 2009).

Untuk mempercepat pencapaian target HTI, pemerintah membuat langkah strategis yaitu menyempurnakan peraturan yang ada melalui penerbitan Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2007 Jo PP No. 3 Tahun 2008 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan. Beberapa perubahan mendasar terkait ketentuan HTI dalam peraturan di atas antara lain (Pasaribu, 2008):

1. Hutan tanaman dibangun pada kawasan hutan produksi yang tidak produktif. 2. Adanya ketentuan tentang Hutan Tanaman Hasil Reboisasi (HTHR) yang

memberikan landasan hukum pemanfaatan kayu hasil program reboisasi dan rehabilitasi.

(42)

4. Perolehan perizinan IUPHHK-HTR dilaksanakan melalui permohonan, tidak lagi melalui pelelangan.

5. Dapat diterapkan satu atau lebih sistem silvikultur pada satu areal IUPHHK-HT sehingga menambah alternatif dan fleksibilitas sistem silvikultur (THPB, TPTI, TPTJ) yang dapat diterapkan sesuai kondisi areal.

6. Mengamanatkan kepada pemerintah membentuk lembaga keuangan guna mendukung kegiatan HTI.

7. Untuk lebih meningkatkan kepastian usaha hutan tanaman, dilaksanakan melalui pengaturan Menteri Perdagangan atas usulan Menteri Kehutanan.

Karakteristik Tanaman Eucalyptus

Ciri dan Persyaratan Tumbuh

Eucalyptus L. Merit termasuk dalam family Myrtaceae dan merupakan sebuah marga besar yang terdiri dari sekitar 500 jenis tanaman dan 138 varietas.

Eucalyptus merupakan tumbuhan endemik Australia kecuali jenis E. urophylla

dan E. deglupta yang berasal dari Indonesia yaitu dari kepulauan sebelah Utara Timor, Irian dan Maluku (Boland et al. 1989). Jenis Eucalyptus yang tumbuh secara alami di Indonesia adalah jenis E. urophylla, E. alba,E. deglupta (Ditjen Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan 1986; Koranto 2003) serta E. pellita yang berada secara alami di Merauke (Papua) tepatnya antara Kecamatan Bupul dengan Carios dan Muting( Kijkar 1981; Leksono 1999).

Taksonomi Eucalyptus adalah sebagai berikut ( Eldridge et al. 1993) : Divisio : Spermathophyta

Sub Divisio : Angiospermae Class : Dikotyledon Ordo : Myrtales Family : Myrtaceae Genus : Eucalyptus

Species : Eucalyptus sp.

(43)

potensi adaptasi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan yang berbeda (Campinhos et al. 1993).

Persyaratan tumbuh, baik keadaan tanah maupun lingkungan berbeda-beda tergantung jenis E. urophylla merupakan jenis yang tumbuh alami di bagian Timur Indonesia yaitu di Nusa Tenggara Timur, tepatnya di Gunung Mutis Soe. Jenis ini menyukai kawasan yang beriklim kering dengan type hujan C, D dan E dari Schimdt dan Ferguson, tumbuh tersebar pada ketinggian 200-1500 m di atas permukaan laut (dpl) dan masih dijumpai di daerah tertentu pada ketinggian sampai 2300 m dpl dengan curah hujan 1300-2400 mm/tahun. Tumbuh baik pada tanah alluvial dan sarang, tanah berdrainase baik dan bersifat toleran terhadap tanah padat dan asam, tanah miskin zat mineral dan kandungan air kurang serta relatif tahan terhadap api. Musim bunga jenis ini berlangsung antara bulan Januari hingga Maret, buah masak yang siap dipanen biasanya pada bulan Juni hingga September dan pembuahan terjadi setiap tahun secara periodik (Yulianti dan Kurniawati 2003).

Jenis E. grandis menghendaki iklim C dan D, ketinggian tempat sekitar 0- 800 m dpl, curah hujan tahunan rata-rata 1000-3500 mm dengan temperatur maksimum sekitar 24-300C. Tumbuh baik pada lahan datar atau dengan kemiringan yang tidak curam, serta tumbuh pada tanah alluvial di tempat-tempat dekat air tetapi tidak tergenang air dan mengandung lempung. Musim berbunga dan berbuah jenis ini antara bulan Januari sampai Agustus (Boland et al. 1989).

Hibrid E. urograndis merupakan hasil persilangan antara E. urophylla

S.T.Blake dan E. grandis W.Hill ex Maid, sehingga hibrid E. urograndis

(44)

kayu yang super sehingga diharapkan hibrid E. urograndis menghasilkan volume kayu yang lebih besar, resisten kanker dan berat jenis kayu yang sesuai untuk bahan baku pulp dibanding tetuanya (Campinhos et al. 1998).

Hibrid E. urograndis hasil persilangan di daerah Aek Nauli, Sumatera Utara tumbuh baik pada daerah dengan ketinggian sekitar 250-1700 m di atas permukaan laut yang beriklim basah (type A) menurut Schmidt dan Ferguson (1951), curah hujan rata-rata tahunan 2824 mm dengan rata-rata bulanan 235 mm. Suhu udara berkisar 18,7- 21,1oC dengan suhu rata-rata tahunan 19,9oC dan suhu tanah rata-rata tahunan 22,9oC serta jenis tanah termasuk group Inceptisol (TPL 2010).

Di Brazil hibrid E. urograndis tumbuh baik pada tanah jenis Ultisol dan Oxisol yang bersolum dalam dan memiliki kapasitas menyimpan air sedang pada curah hujan rata-rata 900 - 1500 mm per tahun dan akan lebih baik tumbuh pada curah hujan di atas 1200 mm per tahun, meskipun kadar unsur haranya rendah terutama Fosfor (P) dan kation basa. Hibrid E. urograndis tumbuh baik pada ketinggian tempat antara 0-3000 m dari permukaan laut dengan suhu rata-rata 25°C, suhu maksimum 29°C dan suhu minimum sekitar 20°C (Gonçalves et al.

1997; Stape et al. 1997 dalam Fisher dan Binkley 2000). Hama dan penyakit

Jenis hama yang biasa menyerang tanaman Eucalyptus secara umum adalah hama penggerek batang jenis Zeuzera coffei, penghisap cairan daun Helopeltis

sp., ulat gulung pemakan daun Pyralidae dan serangga perusak akar dari rayap

Macrotermes malaccensis, Schedorhinotermes malaccensis dan Microtermes insperatus. Penyakit Eucalyptus adalah bercak daun (leaf spot), embun jelaga disebabkan oleh Meliola sp., kanker batang disebabkan oleh Nectria sp. dan busuk akar disebabkan oleh Pythium, Phytopthora sp., Cylindrocladium sp., dan

(45)

dengan intensitas tinggi maka klon tersebut akan dieliminasi melalui seleksi yang ketat sehingga tidak akan dikembangkan lagi secara luas.

Pertumbuhan

Hibrid Eucalyptus urograndis telah dikembangkan secara luas di Afrika Selatan dan Congo. Produktivitas hibrid E. urograndis sangat tinggi dan memiliki riap tahunan rata-rata dapat mencapai sebesar 70 m3 per ha per tahun (Campinhos 1993). Di Brazil hibrid E. urograndis menghasilkan riap rata-rata tahunan (MAI) dengan kisaran 12-48 m3/ha/tahun. Produktivitas hibrid E. urograndis sangat ditentukan oleh jenis tanah dan besarnya curah hujan tahunan (Gonçalves et al. 1997). Hal ini terlihat dari hasil penelitian tegakan hibrid E. urograndis di Bahia, Brazil yang ditanam pada ketinggian 0 - 300 meter dari permukaan laut, mempunyai riap rata-rata sekitar 30 m3/ha yang ditanam pada lahan dengan curah hujan <1000 mm/tahun pada 3 jenis tanah (Oxisol berpasir, Ultisol berpasir dan Ultisol berlempung). Pada areal dengan curah hujan antara 1000-1200 mm/tahun riap rata-rata tahunan dapat mencapai sekitar 37 m3/ha pada jenis tanah Ultisol berlempung, riap rata-rata tahunan mencapai 34 m3/ha pada tanah Ultisol berpasir dan sekitar 30 m3/ha pada tanah Oxisol berpasir. Pada areal yang mempunyai curah hujan > 1200 mm/tahun riap rata-rata tahunan menjadi sekitar 58 m3/ha pada tanah Ultisol berlempung, sekitar 47 m3/ha pada tanah Ultisol berpasir dan sekitar 38 m3/ha pada tanah Oxisol berpasir (Stape et al.

1997).

Pemanfatan dan sifat dasar kayu hibrid Eucalyptus urograndis

Saat ini kayu hibrid E. urograndis baik di Indonesia maupun di dunia pemanfaatannya digunakan sebagai bahan baku industri pulp dan kertas. Berdasarkan Coledette et al. (2008) menyatakan bahwa sekitar 40% kertas dunia menggunakan bahan baku dari kayu Eucalyptus termasuk dari kayu hibrid E. urograndis. Bubur kertas (pulp) dari kayu Eucalyptus di dunia digunakan untuk produksi kertas tissu sebanyak 8% dan kertas cetak dan tulis sebanyak 32%. Selain sebagai bahan baku industri pulp dan kertas, kayu hibrid E. urograndis

(46)

Menurut Alrasyid (1984) dan FAO (1979), kayu Eucalyptus cocok digunakan sebagai bahan baku pulp dan rayon kelas kualitas I karena mempunyai karakteristik sebagai berikut :

a. Cepat tumbuh dengan riap volume rata-rata 30 – 40 m3/ha/tahun, b. Berat jenis 0.4 – 0.99,

c. Mempunyai panjang serat 0.6 mm – 1.44 mm,

d. Kandungan sellulosa 40% - 60%, hemisellulosa 22% - 25% dan kandungan lignin 15% - 22%.

Menurut Quilho et al. (2006), umur tegakan hibrid E. urograndis hanya berpengaruh sedikit terhadap berat jenis dan dimensi serat. Di Brazil kayu hibrid

E. urograndis dari tegakan berumur 6-8 tahun yang bibitnya berasal dari klon (vegetatif) mempunyai nilai panjang serat, lebar serat, tebal dinding serat dan berat jenis yang lebih tinggi dibanding kayu hibrid E. urograndis yang bibitnya berasal dari biji (generatif). Rata-rata nilai dimensi serat kayu hibrid E. urograndis dapat dilihat pada Tabel 1. Selain itu, di Brazil hibrid E. urograndis

mengandung sellulosa sekitar 47- 49 %, kandungan lignin berkisar antara 27-31% dan kandungan zat ekstraktif sebanyak 2-4 % sehingga rendemen yang dihasilkan berkisar 51-53% (Coledette et al. 2008).

Tabel 1 Rata-rata dimensi serat dan berat jenis kayu hibrid E. urograndis

Asal bibit Panjang serat (mm)

Lebar serat (µm)

Tebal dinding serat (µm)

Berat jenis (kg/m3) Biji

Klon

0,955 1,064

18,0 20,0

3,6 4,4

424 491 Sumber : Quilho et al. (2006)

Di Indonesia, menurut Hajib (2000) hibrid E. urograndis masih masuk pada katagori kayu kurang dikenal karena kegunaannya masih sangat terbatas. hibrid E. urograndis mempunyai sifat fisik dan mekanik kayu yang baik dan dapat dilihat pada Tabel 2.

Berdasarkan klasifikasi kekuatan kayu Indonesia, kayu hibrid E. urograndis

(47)

sehingga dapat dipertimbangkan sebagai salah satu tanaman pada HTI penghasil kayu pertukangan (Wulandari 2002 dalam Dwianto dan Marsoem 2008).

Tabel 2 Sifat fisik dan mekanik kayu hibrid E. urograndis

Parameter Umur 2 tahun Umur 3 tahun

Berat jenis (specific gravity) Keteguhan patah dalam basah (MOR in wet), kg/cm2

Keteguhan patah dalam kering (MOR in dry),kg/cm2

0,451-0,612 454,10-713,50

548,16-953,28

0,521-0,700 502,54-872,78

702,15-1074,07

Sumber : Hajib 2000.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas HTI

Kramer dan Kozlowski (1960) menyatakan bahwa pertumbuhan pohon sangat ditentukan oleh interaksi antara tiga faktor yaitu faktor keturunan/genetik, faktor lingkungan dan faktor teknik budidaya atau silvikultur yang diterapkan. Sedangkan menurut Soepardi (1992), faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah faktor genetik dan faktor kualitas tapak, khususnya kualitas tanah yang keduanya dapat dimanipulasi atau dirubah secara buatan. Faktor genetik dapat dimanipulasi melalui kegiatan pemuliaan tanaman, sedangkan faktor tanah dapat dimanipulasi melalui kegiatan silvikultur.

Faktor Genetik

Peningkatan produktivitas tegakan perlu dibarengi dengan peningkatan mutu genetik. Mutu genetik dapat dicapai melalui pemuliaan dengan modal utama keragaman genetik untuk tujuan pengembangan jenis dengan sifat unggul. Seleksi dilakukan dalam rangka memilih sifat-sifat yang diinginkan dari suatu pohon, seperti kecepatan pertumbuhan, kecepatan adaptasi lingkungan, dan adaptasi atau resisten hama dan penyakit dan lain-lain (Zobel dan Talbert 1984).

(48)

“gen” nya. Hibrida-hibrida hasil persilangan mendapat warisan sifat-sifat pohon parental atau tetuanya. Oleh karena itu, jika persilangan ditujukan untuk menghasilkan pertumbuhan yang baik atau untuk hibrida yang tahan serangan penyakit maka pohon induk asal yang akan disilangkan harus mempunyai sifat yang diinginkan tersebut (Zobel dan Talbert 1984).

Banyak hibrid di kehutanan yang terjadi secara alami (open pollination) dan sulit dibedakan di lapangan apalagi bila kedua tetua mirip, namun ada juga yang mudah dikenali karena munculnya karakter intermediate, terutama bila tetuanya mempunyai perbedaan yang besar (Zobel dan Talbert 1984). Hibridisasi antara tetua yang berkerabat jauh akan menghasilkan heterosis yang lebih besar daripada hibrid antara tetua yang berkerabat dekat atau asalnya sama.

Menurut Hardiyanto (2004) tidak semua hibrid F1 menunjukan pertumbuhan yang lebih baik dibanding dengan kedua induknya, hibrid dapat pula tumbuh lebih buruk daripada induknya. Oleh karena itu perlu strategi pemuliaan yang disusun dengan baik. Strategi pengembangan hibrid dapat sangat sederhana atau dapat sangat komplek. Strategi sederhana berupa seleksi hibrid alami pada pertanaman komersial, sedangkan strategi yang lebih kompleks meliputi hibridisasi alami dan hibridisasi terkendali yang dilakukan pada individu terpilih dari masing-masing jenis (Mulawarman 2003). Jadi untuk mendapatkan hibrid unggul, sebaiknya hibridisasi dilakukan antar individu terseleksi pada tiap-tiap jenis yang akan disilangkan.

(49)

Hibridisasi buatan genus Eucalyptus melalui penyerbukan terkendalibanyak dikembangkan dan memiliki keuntungan dibandingkan dengan tetuanya yang ditanam secara murni. Jenis E. urophylla merupakan jenis yang adaptif terhadap banyak lokasi dan produktif, sedangkan jenis E. grandis merupakan jenis kurang adaptif terhadap lokasi tetapi termasuk jenis produktif (Souvannavong 1992 dalam Koranto 2003).

Program hibridisasi Eucalyptus merupakan salah satu strategi yang sangat sukses dalam pembangunan hutan tanaman. Hibrid E. urograndis (E. urophylla x

E. grandis) telah berhasil dikembangkan secara luas di beberapa Negara. Hibrid

E. urograndis merupakan perpaduan sifat dari E. urophylla yang mempunyai pertumbuhan diameter besar namun bercabang dan lebih resisten terhadap penyakit kanker dengan sifat dari E. grandis yang mempunyai pertumbuhan tinggi yang lurus dengan bebas cabang yang tinggi, bentuk tajuk baik dan sifat kayu yang super sehingga diharapkan hibrid E. urograndis menghasilkan volume kayu yang lebih besar, resisten kanker dan berat jenis kayu yang sesuai untuk bahan baku pulp dibanding tetuanya (Campinhos et al. 1998). Sejak tahun 1956 di Congo telah melakukan pengujian 63 species Eucalyptus dari 350 provenan untuk mengetahui produktivitas, adaptasi dan kemungkinan dijadikan tetua dalam program hibridisasi. Salah satu yang sukses hasil penyilangan adalah hibrid E. urograndis dantelah dikembangkan secara luas dalam skala operasional di Afrika Selatan dan Congo. Produktivitas hibrid E. urograndis sangat tinggi dan memiliki riap tahunan rata-rata sebesar 70 m3 per ha per tahun (Campinhos 1993), demikian juga hibrid Pinus elliotii x Pinus caribaea di Queensland memiliki pertumbuhan dan adaptabilitas yang lebih baik dibandingkan dengan kedua jenis tetuanya (Nikles 1996).

(50)

tinggi dan memungkinkan produksi tanaman dengan kombinasi karakter yang menguntungkan secara ekonomi.

Faktor Kualitas Tapak

Kualitas tapak atau tempat tumbuh adalah totalitas faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tegakan dan menunjukkan kapasitas produksi tanah dalam menghasilkan masa kayu untuk jenis tertentu (Kramer dan kozlowski 1860). Menurut Daniel et al. (1997) kualitas tempat tumbuh merupakan jumlah total faktor-faktor lingkungan (tanah, iklim mikro, kelerengan dan lain-lain) yang merupakan fungsi sejarah geologis, fisiografi, iklim mikro dan perkembangan suksesi. Faktor tempat tumbuh tegakan adalah totalitas dari peubah keadaan tempat tegakan, mencakup bentuk lapangan, sifat-sifat tanah dan iklim yang memiliki tingkat keeratan hubungan yang cukup tinggi dengan dimensi tegakan (Suhendang 1990).

Cara mengukur kualitas tempat tumbuh dapat melalui pengukuran satu atau lebih sifat-sifat vegetasi yang mencerminkan pengaruh dari faktor lingkungan, melalui pengukuran faktor lingkungan yang berasosiasi dengan pertumbuhan atau melalui penggunaan indikator peninggi. Keadaan tempat tumbuh dicirikan oleh keadaan atau sifat-sifat tanah (Suhendang 1990; Daniel et al. 1997).

Tanah merupakan faktor edafis penting untuk pertumbuhan tanaman karena tanah merupakan perantara penyedia faktor-faktor suhu, udara, air dan unsur-unsur hara yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman (Wasis 2005). Pembangunan hutan tanaman industri memerlukan tanah yang subur agar hasil tanaman dapat optimum. Produktivitas suatu ekosistem dapat dipertahankan jika tanah dapat melakukan fungsinya secara optimal. Tanah merupakan salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan dapat dimanipulasi melalui teknik silvikultur dalam rangka perbaikan kesuburan tanah. Adapun fungsi tanah adalah: menunjang akar; menyerap, menyimpan dan menyediakan air; menyimpan dan menyediakan unsur-unsur hara mineral bagi tanaman; mendorong pertukaran gas terutama O2 dan CO2 secara teratur;

(51)

Definisi kualitas tanah dalam suatu ekosistem adalah kemampuan suatu tanah untuk dapat berfungsi agar diperoleh produktivitas tanaman yang berkesinambungan (Doran dan Parkin 1994; USDA 2001), sedangkan menurut Setiadi dkk. (1992), kualitas tanah yang subur atau kesuburan tanah diartikan sebagai tingkat kesuburan kimiawi, fisik dan biologi yang memungkinkan suatu pohon atau tegakan tumbuh dengan baik dan dapat menghasilkan produk kayu.

Berdasarkan pada sifat kepermanennya, Islam dan Weil (2000) mengkelasifikasikan sifat-sifat tanah yang memiliki kontribusi terhadap kualitas tanah adalah: berubah dalam jangka waktu harian akibat suatu pengelolaan ( kadar air, respirasi tanah, pH, N mineral, K tersedia, P tersedia dan berat jenis tanah), berubah dalam tahunan akibat suatu pengelolaan (agregat tanah, biomassa mikroba, respirasi), dan permanen atau tidak berubah (kedalaman tanah, kelerengan, iklim, tekstur, batuan dan mineralogi). Kesuburan tanah dapat dilihat dari berbagai parameter sifat-sifat tanah, sebagai berikut:

Sifat kimia tanah. Beberapa sifat kimia tanah yang penting dan berpengaruh terhadap pertumbuhan suatu tanaman adalah: reaksi (pH) tanah, bahan organik tanah; unsur hara dan kapasitas tukar kation (KTK). Nilai pH tanah yang merupakan indikator kualitas tanah terbaik adalah antara pH 6-pH 7 karena sebagian unsur hara menjadi tersedia (USDA 1998). Indikator lainnya adalah kandungan bahan organik tanah karena mempunyai fungsi sebagai: sumber karbon dan sumber energi bagi jasad renik tanah, stabilisasi agregat, penyokong tanaman, menyimpan dan memindahkan udara dan air, sumber unsur hara, menaikkan KTK, menurunkan berat jenis tanah serta dapat mengurangi efek pestisida, logam berat dan pollutan (USDA 1996). Unsur hara makro (N, P, K, Ca dan Mg) merupakan unsur kimia yang dapat dijadikan sebagai indikator kesuburan suatu tapak karena merupakan unsur hara yang secara fundamental dibutuhkan dan diserap tanaman untuk proses pertumbuhan dan proses metabolisme.

(52)

kandungan C organik, kandungan N total, kandungan K, kandungan Ca, kandungan Mg, kapasitas tukar kation, kandungan liat pada horizon A dan sub soil, kandungan pasir dan debu pada horizon A dan sub soil dan reaksi tanah atau pH (Suhendang 1990).

Siklus nutrisi di hutan digambarkan dalam bentuk diagram yang terdiri dari input, simpanan sumber dan output hara. Input terdiri dari masukan hara ke tanah dapat dari air hujan, serasah yang jatuh, tanaman bawah yang mati dan sisa panenan yang ditinggal di lahan, sedangkan output hara dapat dari hasil panen yang dibawa ke luar lahan, erosi, aliran permukaan, pencucian hara (leaching), sedangkan simpanan sumber adalah ketersediaan hara di tanah pada waktu tertentu (Mackensen 2000b).

Konsentrasi hara tanah di bawah tegakan E. urophylla umur 7 tahun di Aek Nauli mencapai : 0,71% N; 6,88 ppm P; 0,99 me/100 g K; 0,01 me/100g Ca dan 0,17 me/100 g Mg. Konsentrasi ini lebih baik jika dibanding dengan hara tanah di bawah tegakan P. merkusii karena pengembalian hara ke tapak E. urophylla

melalui serasah lebih besar dari hara yang disumbangkan serasah P. merkusii ke tanah (Napitupulu 1995).

Tegakan hibrid Eucalyptus di India yang berumur 14 tahun dapat menyerap hara sebesar 43,8 kg N/ha; 37,2 kg K/ha dan 120 kg Ca/ha, sementara tegakan tersebut menghasilkan hara dari serasah yang jatuh, sebesar 11,8 kg N/ha; 5,8 kg K/ha dan 13,8 kg Ca/ha dan dari aliran batang menghasilkan sebesar 0,2 kg N/ha; 3,9 kg K/ha dan 3,8 kg Ca/ha (Negi 1984 dalam Fisher dan Binkley 2000). Bernhard-Reversat dkk. (2001) melakukan penelitian input hara dari serasah jenis

E. urograndis umur 8 tahun pada rotasi 1 di Congo menghasilkan rata-rata hara sekitar 58 kg N/ha; 7 kg P/ha; 8 kg K/ha; 26 kg Ca/ha dan 25 kg Mg /ha dengan produksi serasah sebesar 6,8 ton/ha/tahun.

(53)

Pengukuran sederhana konsentrasi unsur hara pada daun cukup memadai untuk mengidentifikasi ada tidaknya faktor pembatas unsur hara untuk tanaman tumbuh normal. Berdasarkan Dell et al. (2003) tingkat kecukupan hara daun tanaman hibrid E. urograndis di lapangan sebesar 18-29 mg N/g; 1,2-2,6 mg P/g; 9-15 mg K/g; 2,1-7,5 mg Ca/g dan 1,1-3,6 mg Mg/g, sedangkan tingkat kekritisan (defisiensi)nya adalah: 8-13 mg N/g; 0,8-1,0 mg P/g; 2-6 mg K/g dan 0,2-0,4 mg Mg/g. Konsentrasi kritis unsur hara pada daun jenis E. grandis di Afrika Selatan adalah : 12,5 mg N/kg; 1 mg P/kg; 3,6 mg K/kg; 5,6 mg Ca/kg dan 3,5 mg Mg/kg, sedangkan untuk jenis E. maculata di Australia : 12 mg N/kg; 0,4 – 0,5 mg P/kg; 4 mg K/kg; 1,5 – 2 mg Ca/kg dan 0,5 mg Mg/kg (Fisher dan Binkley 2000). Tabel 3 Gejala dan defisiensi hara pada beberapa jenis Eucalyptus (Dell 1997

dalam Fisher dan Binkley 2000)

Umur daun Gejala Kekurangan nutrisi

Daun tua

Daun yang baru berkembang

Perubahan warna daun merata dari hijau menjadi kuning dan bercak kecil kemerahan.

Perubahan warna daun merata, bercak kemerahan, daun berubah dari ungu menjadi merah.

Perubahan warna berpola, terjadi klorosis.

Perubahan warna berpola, bagian tepi berkarat.

Mati pucuk, nodus normal dan daun menggulung

Nitrogen

Fospor

Magnesium Kalium Calsium

Sifat fisika tanah. Sifat fisik tanah merupakan komponen yang sangat penting dalam mempengaruhi kesuburan tanah yang pada akhirnya akan menunjang pertumbuhan tegakan hutan, bahkan lebih penting pengaruhnya dibanding dengan sifat kimia dan biologi tanah (Soedomo 1984; Wasis 2005).

Gambar

Gambar 1  Kerangka pemikiran kualitas tapak hutan tanaman hibrid
tabel berarti terdapat
Gambar 2. Cara pengambilan contoh fisik tanah.
Gambar  8  Kondisi lantai hutan tanaman hibrid E. urograndis.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Teori ini menyatakan bahwa jika suatu pernyataan sesuai dengan fakta, maka pernyataan itu benar, jika tidak maka pernyataan itu salah menerangkan bahwa

Secara singkat, tulisan ini akan menyajikan pokok-pokok pemikiran mengenai keaneka- ragaman kebudayaan yang menjadi isi utama dari lambang negara dan bangsa kita bhinneka

Sehingga dengan melihat fenomena yang ada perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia

Data ini penulis peroleh dari hasil penelitian kepustakaan yaitu berupa putusan- putusan Mahkamah Konstitusi, Peraturan Perundang-Undangan, dan buku-buku atau

Metode: Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif observasional studi kasus, menggunakan variabel independen bekatul dan variabel dependen kadar kolesterol

menunjukkan terjadinya peningkatan gugus asetil pada CMCts yang berasal dari monokloroasetat yang ditambahkan pada proses esterifikasr' Mengingat suhu dapat berperan

[r]

Dalam pidato Dies Maulidiyah yang ke IV ini, sengaja saya ingin menggambarkan suasana psikologis warga kampus sejak berubah dari Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang menjadi