• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penilaian Sistem Pengelolaan Kawasan Konservasi Bodogol Berdasarkan Keberadaan Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert, 1798)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penilaian Sistem Pengelolaan Kawasan Konservasi Bodogol Berdasarkan Keberadaan Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert, 1798)"

Copied!
254
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)
(121)
(122)
(123)
(124)
(125)
(126)
(127)
(128)
(129)
(130)
(131)
(132)
(133)

PENILALAN SISTEM PENGELOLAAN KAWASAN

KONSERVASI BODOGOL BERDASARKAN KEBERADAAN

OWA JAWA

(Hylobates moloch

Audebert,

1798)

Oleh

LUSIANA NOGO LADJAR

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN

BOGOR

(134)

LUSIANA NOGO LADJAR. Penilaian Sistem Pengelolaan Kawasan Konservasi Bodogol Berdasarkan Keberadaan Owa Jawa (Hylobates n~oloch Audebert, 1798) Dibawah Bimbingan ProfDr.Ir. Hadi S.Alikodra,MS dan Dr.Ir.Ani Mardiastuti, M.Sc

Penilaian Sistern Pengelolaan Kawasan Konservasi Bodogol

Berdasarkan Keberadaan Owa Jawa (Hylobnres moloch Audebert, 1798)

A B S T R A K

Penelitian meilgenai penilaian sistem pengelolaan pusat pendidikan konservasi alam Bodogol berhjuan untuk: ( 1 ) mengetahui jumlah individu, jumlah kelompok, distribusi, waktu perjumpaan, vokalisasi dan jarak optimum pengamat terhadap keberadaan Owa Jawa di kawasan Bodogol; (2) membuat inodifikasi kriteria penilaian sistein pengelolaan kawasan konservasi berdasarkan kriteria IUCN dan rencana

pengelolaan kawasan yang berhubungan dengan keberadaan Owa Jawa

( 3 ) menerapkan penilaian dengan kriteria yang telah dibuat di kawasan konservasi alam Bodogol terhadap tiga responden (pengelola-pengunjung-masyarakat) yang terlibat dalan pengelolaan kawasan. Metode yang digunakan dalain penelitian adalah: survey terhadap keberadaan Owa Jawa dan pengambilan data k~lisioner yang berhubungan dengan pengelolaan kawasan berdasarkan keterlibatan responden dalam sistem pengelolaan yang diselenggarakan. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat 4 kelompok (13 individu) keluarga Owa Jawa. Peluang perjwnpaan satwa Owa Jawa 1 139 % (n = 69) secara langsung dapat dijumpai pada jam 05.45- 10.15. Vokalisasi dapat didengar antara jam 10.30-14.00. Jarak optimum satwa dengan pengamat 25-45 m pada strata 30-35 m. Kelompok Owa Jawa di lokasi jembatan kanopi sudah terhabituasi dengan kehadiran pengunjung. Kriteria penilaian sistem pengelolaan kawasan yang telah dibuat oleh IUCN dapat digunakan untuk menilai pengelolaan kawasan dengan beberapa penambahan yang dapat disesuaikan menurut rencana, tujuan dan target pengelolaan kawasan yang akan dinilai. Dalam penilaian yang dilakukan terutama pada kriteria pariwisata dan pendidikan konservasi yang menjadi target pengelolaan kawasan Bodogol. Pengelola inenilai kurang baik pada sistem pengelolaan yang diselenggarakan, ha1 ini berhubungan dengan meningkatnya pengetahuan dan kualitas sumberdaya pengelola terl~adap pengelolaan kawasan konservasi. Penilaian yang baik dalam sistem pengelolaan kawasan menurut pengelola termasuk dalam kriteria pariwisata terutama yang berhubungan dengan pengaturan kunjungan wisata terbatas. Pengunjung menilai baik terhadap sistem pengelolaan kawasan yang diselenggarakan pada kriteria dayadukung kawasan hutan yang masih alami dan fasilitas jembatan kanopi yang menarik pengunjung. Penilaian kurang yang diberikan oleh pengunjung terutama untuk kriteria pelayanan secara urnum kepada pengunjung. Masyarakat menilai kurang untuk pengelolaan kawasan konservasi karena pengelola m a i h kurang melibatkan potensi sumberdaya inasyarakat sekitar. Kawasan Bodogol dinilai baik oleh inasyarakat dalam ha1 tneningkatkan pengetahuan d m ketrampilan inasyarakat yang berl~ubungan dengan manfaat kawasan konservasi bagi kehidupan di sekitarnya.

(135)

SURAT

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa tesis yang berjudul :

Penilaian Siste~n Pengelolaan Kawasan Konservasi Bodogol Berdasarkan

Keberadaan Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert, 1798)

Adalah benar hasil karya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua

sumber data dan informasi yang digunakan teiah dinyatakan dengan jelas dan

dapat diperiksa kebenarannya

Bogor, Februani 2002

(136)

PENILALQN SISTEM PENGELOLAAN KAWASAN

KONSERVASI BODOGOL BERDASARKAN KEBERADAAN

0

WA JAWA

(Hylobates moloch

Audebert, 1

798)

Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(137)

Judul Tesis : Penilaian Sistem Pengelolaan Kawasan Konservasi Bodogol Berdasarkan Keberadaan Owa Jawa (Hylohates moloch Audebert, 1 798)

Nama Mahasiswa : Lusiana Nogo Ladjar Nomor Pokok : P10500040

Program S tudi : Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Hadi S. Alikodra, MS Ketua

Anggota

Dr. Ir. Am Mardiastuti. M.Sc Anggota

ogram Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. M. Sri Saeni. y a h d a Manuwoto, M.Sc

(138)

RIWAYAT

HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 24 November 1972 oleh Ibu

Veronica R. Daryani dan Bapak Petrus Laba Ladjar (Alm). Anak ke-2 dari 3

bersaudara Theresia Sri Murni Asih dan Yasinta Maria Desi.

Pada 8 Agustus 1995 penulis memperoleh gelar Sarjana Sains dari

Fakultas Biologi Universitas Nasional di Jakarta. Penulis aktif dalam organisasi

penelitian dibidang biologi dan lingkungan. Bergabung dengan Biological

Science Club (BScC) dan bekerja pada lembaga tersebut sebagai staff penelitian

dan pengembangan. Penulis bekerja sebagai assisten peneliti untuk bidang

biologi konservasi dan lingkungan. Tahun 1996- 1998 bekerja pada Biodiversity

Conservation Project (LIPI-JICA-PHPA) sebagai koordinator lapangan dalam

penelitian kamera trap dan radio tracking untuk mammalia karnivora di Taman

Nasional Gunung Halirnun Jawa Barat. Pada Juli 1998

-

Januari 2000 bekerja

sebagai assisten peneliti pada lembaga penelitian kehutanan internasional CIFOR

untuk project keanekaragaman hayati. Febuari-Agustus 2000 penulis bekerja

untuk sistem manajemen lingkungan dalam pengelolaan hutan lestari pada HPH

PT.Diamond Raya Timber di Pant Sicin, Riau.

Penulis menikah dengan Elvianto Rustam Effendi di Jakarta pada tanggal

20 November 1999. Pada September 2000 penulis mengikuti pendidikan pada

Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, dalam kelompok

bidang studi Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Ekoturisme, Program

(139)

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena kasih dan berkatNya

sel~ingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan baik dan selesai tepat waktu.

Saya mengucapkan terima kasih kepada komisi pembimbing Dr.Ir. Ani

Mardiastuti, M.Sc dan Prof. Dr. Ir. Hadi S. Alikodra, MS penuh perhatian, kasih

dan sabar dalam memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam

penyelesaian tesis. Terirna kasih saya sampaikan kepada Anton Ario, Ssi sebagai

koordinator stasiun penelitian Bodogol, Drs. Edy Hendras sebagai manager

PPKAB, serta Drs. Tatang Mitra Setia MS sebagai direktur ALAMI dan Dr. Jatna

Supriyatna sebagai direktur CI Indonesia.

Kepada Kepala Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

Ir.Wahyu, Ir. Edi Sensudi dan Kepala Resort Bodogol Bapak Tony dan seluruh

staff di Bodogol Bapak Edi Subandi, Bapak Asep, Bapak Jana, Bapak Gatot,

Bapak Oyak, Bapak Ucun dan semua staff di Bodogol yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu. Terima kasih juga kepada Hasby, Akbar dan Volunteer

Eagle: Yopie, Wawan, Ryan, Neng, lip, Yani, Yuli. Terima kasill untuk Pak

Ismail, Iman, Indri dan Sari di Katnpus Fahutan. Terima kasih untuk Yossa, Bang

Ucok, Mas Ivan, Pak Aris, Pak Ronald, Pak Yuri dan rekan pascasarjana PSL-

IPB atas diskusi dan pandangan yang bermanfaat serta Anwar F yang membantu

dalam analisis statistik. Selanjumya terima kasih atas semangat yang diberikan

ole11 bu Ayu, Oly, Lusi Silvi, Aritta, bu Santi dan Duma.

Banyak kasih untuk suami tercinta, oran- keluarga dan semua saudara

atas dorongan semangat dan kasih yang mereka berikan sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis dengan baik dan tepat waktu. Semoga tesis yang dibuat dapat

bermanfaat bagi upaya pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan di

Indonesia, terutama dalam pengelolaan kawasan konservasi. Demikian juga dapat

bermanfaat bagi usaha konservasi sumberdaya alam dan kesejahteraan hidup

masyarakat di sekitar kawasan konservasi.

Bogor, Februari 2002

(140)
(141)

DAFTAR IS1

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... 11

DAFTARISI ... iv

...

DAFTAR TABEL

...

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN ...

I . PENDAHULUAN ...

...

1 . 1 . Latar Belakang

1.2. Pennasalahan Pengelolaan Kawasan ...

...

1.3. Tujuan Penelitian

...

1.4. Manfaat Penelitian

I1 . TINJAUAN PUSTAKA ...

2.1. Pengelolaan Ta~nan Nasional ...

2.2. Zonasi dalam Pengelolaan Taman Nasional ...

2.3. Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert, 1798) ...

2.4. Kriteria Penilaian ...

111 . KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN... ...

3.1. Tarnan Nasional Gunung Gede Pangrango ...

3.2. Sejarah PPKAB ...

...

3.3. Target Program Kegiatan PPKAB

...

3.4. Fasilitas Bangunan

...

3.5. Pengelolaan Pengunjung

(142)

...

.

IV METODE PENELITIAN

...

4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

4.2. Dasar P e h a n ...

4.3. Metode Penelitian ...

4.3.1. Survey Keberadaan Owa Jawa ...

4.3.2. Kuisioner Penilaian Sistem Pengelolaan Kawasan

...

Konservasi

4.4. Analisis Statistik ...

...

V

.

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Keberadaan Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert. 1798) di

...

Kawasan Bodogol

5.2. Penilaian Sistem pengelolaan Berdasarkan keberadaan Owa

...

Jawa

5.3. Penilaian Sistem Pengelolaan Kawasan oleh Responden ...

... 5.3.1. Penilaian ole11 Pengelola

...

5.3.2. Penilaian oleh Pengunjung

... 5.3.3. Penilaian oleh Masyarakat

5.4. Kemiripan Penilaian Sistem Pengelolaan Kawasan oleh

...

Responden

...

5.4.1. Nilai Buruk / Kurang

... 5.4.2. Nilai Baik /Sangat Bak

5.5. Hubungh Kriteria Penilaian Sistem Pengelolaan Kawasan Konservasi ...

...

VI . KESIMPULAN DAN SARAN

...

Kesirnpulan

Saran ...

...

DAFTAR PUSTAKA

(143)

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Kriteria Penilaian Sistem Pengelolaan Kawasan Konservasi 16

Bodogol.. ...

...

2. Personal dan Wewenang Tanggungiawab BPH PPKAB.. 33

3. Keberadaan Owa Jawa di Kawasan Konservasi Bodogol.. ... 4 9

4. Hasil Analisis Cluster menurut Kemiripan Penilaian Baik atau Kurang

...

terhadap Sistem Pengelolaan Kawasan Konservasi Bodogol 64

5 . Hasil Analisis Cluster menurut Kemiripan Penilaian Baik atau Kurang

terhadap Sisteln Pengelolaan Kawasan Konservasi Bodogol.. ... 6 7

6. Nilai Koefisien Korelasi Spearman menurut Kriteria Penilaian Sistem

(144)

DAFTAR GAMBAR

No. Teks

1. Lokasi Bodogol, TN Gunung Gede Pangrango.. . .

Halaman

. . . 19

2. Sketsa Lokasi Kawasan Konsemasi Alarn Bodogol.. . .

.

. . . . .. 20

3. Sistem Pengelolaan Pengunjung di PPKAB.. . .... . .

.

. . .

.

. . . .

.

. .... 2 7

4. Struktur Organisasi BPH PPKAB.. . .

. .

. . . .. . 34

5. Penilaian Sistem Pengelolaan Kawasan Konservasi.. . .

.

. . . 38

6. Diagram Alir Proses Penilaian Sistem Pengelolaan Kawasan

Konservasi .

.

. .

.

. . .

.

. . .

.

. . .

.

. .

.

. .

.

. . .

.

. . .

. .

. .

.

. . .

.

. . .

.

.

.

. . .

.

. . . 45

7. Persentase Penilaian Sistem Pengelolaan Kawasan Konservasi

Bodogol oleh Kelompok Responden Pengelola . .

.

. . . 5 6

8. Persentase Penilaian Sistem Pengelolaan Kawasan Konservasi

Bodogol oleh Kelompok Responden Pengunjung . . .

.

. . .

.

. . . 60

9. Persentase Penilaian Sistem Pengelolaan Kawasan Konsemasi

(145)

DAFTAR

LAMPIRAN

No. Teks Halaman

...

I . Peta Jalur Pengamatan di Kawasan Bodogol.. 8 1

2. Peta Keberadaan Owa Jawa pada Jalur Pengamatan di Kawasan

Bodogol.. ... 82

...

3. Dendogram Analisis Cluster antara Pengelola dengan Pengunjung 83

4. Dendogram Analisis Cluster antara Pengunjung dengan Masyarakat.. . 84

5. Dendogram Analisis Cluster antara Pengelola dengan Pengunjung

yang menilai Baik atau Sangat Baik ... 85

Dendogram Analisis Cluster antara Pehgelola dengan Pengunjung yang menilai Buruk atau Kurang.. ...

Dendogram Analisis Cluster antara Pengunjung dengan Masyarakat yang menilai Baik atau Sangat Baik..

...

Dendogram Analisis Cluster antara Pengunjung dengan Masyarakat yang menilai Buruk atau Kurang.. ...

Matriks Nilai Korelasi Spearman menurut Kriteria Penilaian Oleh Pengelola ...

Matriks Nilai Korelasi Spearman menurut Kriteria Penilaian Oleh Pengunjung ...

Matriks Nilai Korelasi Spearman menurut Kriteria Penilaian Oleh

...

Masyarakat

Nilai Koefisien Korelasi Spearman menurut Ktrteria Penilaian Pengelola. ...

Nilai Koefisien Korelasi Spearman menurut Knteria Penilaian

Pengunj ung ...

(146)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia memiliki 40 spesies primata dari keseluruhan jurnlah spesies

primata di dunia yaitu sekitar 195 spesies (Supriyatna dan Wahyono, 2000).

Sekitar 24 spesies yang dimiliki Indonesia adalah primata endemik, artinya

primata tersebut tidak terdapat di kawasan yang lain. Di dunia ada sekitar

sembilan spesies Hylobatidae, enarn spesies diantaranya tersebar di sebagian

besar Indonesia bagian sebelah barat. Owa Jawa (Hylobates moloch

Audebert, 1798) termasuk kera kecil yang memiliki status endemik dari kelompok

Hylobatidae yang distribusinya terbatas pada sebagian besar kawasan di Jawa

Barat. Owa Jawa adalah kelompok spesies primata yang statusnya terancam

punah (kritis) dan terdaftar dalam appendiks (App) I CITES, sebagai satwa yang

dilindungi dan tidak bolkh diperdagangkan.

Kawasan konservasi merupakan habitat alami Owa Jawa. Distribusi Owa

Jawa di Jawa Barat diantaranya termasuk kawasan konservasi Tarnan Nasional

Gunung Gede Pangrango (TNGP). Khusus pada kawasan Bodogol di zona

pemanfaatan TNGP memiliki 16 individu (4 kelompok) Owa Jawa (Ario et al, 1999). Kemampuan bertahan hidup Owa Jawa di kawasan Bodogol

dimungkinkan karena kondisi kawasan tersebut yang relatif masih baik bagi

spesies Owa Jawa untuk melakukan aktivitas harian, mencari makan dan

berkembangbiak.

Upaya konservasi spesies Owa Jawa yang sudah terancam punah telah

(147)

dilakukan adalah dengan mempertahankan keberadaan Owa Jawa di kawasan

konservasi. Keberadaan Owa Jawa sebagai dasar sistem pengelolaan kawasan

konservasi diharapkan mampu melestarikan hidup satwa tersebut pada habitat

alami yang tersisa yang masih dimiliki. Jumlali individu dalam kelompok, jumlah

kelompok, distribusi pada jalur, waktu perjurnpaan dan vokalisasi Owa Jawa

dapat inemberikan informasi tentang keberadaan Owa Jawa. Informasi

keberadaan Owa Jawa merupakan bagian yang penting untuk melakukan

penilaian sistem pengelolaan kawasan konservasi. Menurut IUCN (2000),

indikator potensial untuk menilai kawasan lindung dapat juga di tinjau dari

kelangsungan hidup satwa penting yang berada di dalam kawasan konservasi.

Satwa arboreal seperti Owa Jawa yang masih tersisa di alam, sebagian

besar menempati habitat hutan. Keberadaan Owa Jawa di hutan dapat dijadikan

indikator bagi keutuhan hutan dengan vegetasi alami dan kanopi

berkesinarnbungan serta komposisi strata pohon yang lengkap. Selain satwa

arboreal sejati dari pergerakan yang dilakukan, Owa Jawa memiliki suara yang

menarik jika dibandingkan satwa primata dari spesies yang lain. Sebagian besar

primata memiliki daya tarik tersendiri dalam pendidikan konservasi alam dan

wisata. Demikian juga kehadiran Owa Jawa pada suatu kawasan dapat menarik

lebih banyak pengunjung. Tingkat keberhasilan menjumpai satwa Owa Jawa di

alam dipengaruhi oleh jumlah individu, jumlah kelompok, daerah jelajah,

distribusi, kualitas dan kuantitas habitat dan keadaan cuaca.

Pengelolaan kawasan konservasi Bodogol salah satunya dapat dilakukan

dengan merninimalkan dampak pengunjung terhadap keberadaan Owa Jawa.

(148)

pengunjung, pengaturan jarak optimal dan jalur kunjungan yang tepat akan sangat

meinbantu pengelola menjalankan tugas pengelolaan. Selain itu pengelolaan

kawasan dengan indikator satwa berarti juga melestarikan habitat dan spesies

Owa Jawa.

Uji coba pengelolaan kawasan konservasi yang dilakukan di Bodogol

karena kawasan tersebut memiiiki sistem pengelolaan kawasan yang unik,

diantaranya dengan inenerapkan kunjungan terbatas dan panduan kunjungan. Uji

coba penerapan sistem pengelolaan menarik untuk diketallui mengingat

keberadaan TNGP sebagai kiblat pengelolaan kawasan konservasi di Indonesia.

Kawasan Bodogol mulai dibangun sejak kebutullan akan sistem pengelolaan yang

dilakukan dianggap masih kurang. Adanya pembangunan di kawasan Bodogol

dikhawatirkan akan memberikan darnpak negatif terhadap sumberdaya alam dan

lingkungan sekitar kawasan.

Pengelola kawasan Bodogol terdiri dari beberapa organisasi independen

yang bergabung dalam konsorsium pengelola kawasan dan merupakan kolaborasi

antara TNGP (Tanan Nasional Gunung Gede Pangrango) -CI (Conservation

International) -Yayasan ALAMI. Pengeloiaan kawasan Bodogol difokuskan pada

pendidikan konservasi alam dan kegiatan ekoturisme. Pada laporan kegiatan

konsorsium tahun 1999-200 1 menunjukan bahwa kegiatan pengelolaan kawasan

belum dilakukan secara maksimal. Inventarisasi data potensi kawasan, survey,

penelitian dan pemantauan belum dilakukan secara intensif.

Melalui keberadaan Owa Jawa dan penilaian sistem pengelolaan yang

dibuat diharapkan pengelola mampu memperbaiki beberapa kesukardegagalan

(149)

melibatkan instansilindividu independen untuk mendukung effektifitas

irnplementasi pengelolaan yang tidak sinkron dan keberhasilan sistem

pengelolaan.

1.2. Permasalahan Pengelolaan Kawasan

Masalah yang dihadapi dalam pengelolaan TNGP adalah adanya

gangguan masyarakat terhadap kawasan. Walaupun secara kuantitas gangguan

tersebut relatif kecil dan frekuensinya semakin menurun tetapi masih merupakan

masalah yang cukup rumit dan berat bagi pengelola. Gangguan yang dilakukan

berupa pencurian hasil hutan, perburuan liar dan perambahan kawasan yang diperuntukan lahan pertanian. Kawasan Bodogol dengan sistem kunjungan

terbatas berhasil meminirnalkan jumlah sampah yang masuk ke dalam kawasan.

Pennasalahan mendasar yang dihadapi oleh TNGP hingga tahun 2001 adalah

sebagai berikut:

a) Status kawasan Taman Nasional yang belum ada penunjukanlpengukuhan

sehingga akan menjadi kendala dalam pelaksanaan penegakan hukum

b) Spesies Owa Jawa dalam kawasan belum diketahui secara pasti temas.uk

dampak pembangunan dalam kawasan dan keberadaan individu.

c) Masih belum optimalnya pengelolaan, meliputi belum mantapnya institusi

terutama di tingkat wilayah, jumlah atau mutu personil belum memadai,

kualitas sarana dan prasarana pengelolaan masih kurang dan peraturan

yang bersifat teknis belum menunjang

(150)

lahan. Dari 70% masyarakat tersebut sekitar 40% adalah buruh tani yang tidak mempunyai lahan garapan dan tergantung pada lahan orang lain.

Disarnping itu, tingkat pernilikan lahan rata-rata per keluarga sangat kecil

(< 0,25 ha). Tingkat pendidikan sebagian masyarakat hanya sekolah dasar

(SD) dan sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP), sehingga sulit untuk

mengaplikasikan teknologi pertanian

e) Rendahnya tingkat kepedulian masyarakat, persepsi tentang hutan sebagai

sumber kelidupan masih rendah terbukti dengan rnasih dijumpai

gangguan seperti garapan lahan, banyaknya sampah dan vandalisme

1 .3. Tuj uan Penelitian

Tujuan penelitian penilaian terhadap sistem pengelolaan pusat pendidikan

k o n s e ~ a s i darn Bodogol adaiah:

a) Mengetahui jumlah individu, jumlah kelompok, distribusi, waktu

perjumpam, vokalisasi dan jarak optimum pengamat terhadap keberadaan

Owa Jawa di kawasan Bodogol

b) Membuat modifikasi kriteria penilaian sistem pengelolaan kawasan konservasi berdasarkan kriteria IUCN dan rencana pengelolaan kawasan

yang berhubungan dengan keberadaan Owa Jawa

c) Menerapkan penilaian dengan kriteria yang telah dibuat di kawasan

konservasi alam Bodogol terhadap tiga responden (pengelola-

(151)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penilaian terhadap sistem pengelolm pusat pendidikan konservasi alarn

Bodogol adalah:

-

Dapat mengetahui jumlah individu, jumlah kelompok, distribusi,

waktu perjumpaan, vokalisasi dan jarak optimum pengamat terhadap

keberadaan Owa Jawa di kawasan Bodogol

-

Dapat menemukan kriteria penilaian sistem pengelolaan kawasan

yang dapat keberl~asilan sistem pengelolaan berdasarkan petunjuk

keberadaan satwa Owa Jawa

-

Dapat menjamin agar sistem pengelolaan kawasan konservasi yang

dilakukan lebih effektif, termasuk menjamin kelestarian satwa Owa

Jawa dan mampu rnenerapkan prinsip pengelolaan kawasan yang

(152)

11.

TINJAUAN

PUSTAKA

2.1. Pengelolaan Taman Nasional

Tarnan Nasional menurut undang-undang No.5 tallun 1990 adalah

kawasan pelestarian alam yang memiliki ekosistem asli, dikelola dengan sistem

zonasi dan dimanfaatkan untuk kepentingan tujuan penelitian, pendidikan,

menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Sistem pengelolaan kawasan

konservasi yang ada di Indonesia berpedoman pada kategori umum pengelolaan

kawasan konservasi yang ditetapkan oleh organisasi intemasional IUCN

(International IJnion for Conservation of Nature and Natural Resources). Kriteria

umum yang termasuk dalam sistem pengelolaan kawasan konservasi di Indonesia

meliputi; Taman Nasional, Suaka Margasatwa, Taman Wisata, Taman Buru dan

Hutan Lindung (MacKinnon, 1993). Pengelolaan kawasan yang dilindungi dapat

dibedakan menjadi sepuluh kriteria sesuai dengan tujuan dan peruntukan kawasan

yang berbeda. Salah satu bentuk kawasan lindung diantaranya adalah Taman

Nasional (TN). Taman Nasional menurut IUCN ( 1978) adalah kawasan lindung

diperuntukan guna melindungi kawasan alami dan berpemandangan indah yang

penting, secara nasional atau internasional s r t a memiliki nilai bagi pemanfaatan

ilmiah, pendidikan dan rekreasi.

Dasar hukum dan perundangan kawasan konservasi di Indonesia mengacu

pada Keppres No.32 tahun 1990 tanggal 25 Juli 1990 tentang kawasan lindung,

(153)

Ketentuan hukum yang berlaku diperkuat dengan ditetapkannya Peraturan

Pemerintah No. 68 tahun 1998 tentang kawasan suaka alam dan kawasan

pelestarian alam serta Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1995 tentang

pengusahaan pariwisata alam dl zona pemanfaatan Taman Nasional, Taman

Hutan Raya dan Taman Wisata (TNGP, 1996).

Menurut Alikodra (1987), empat aspek utama dalaln pencapaian tujuan

pengelolaan taman nasional terutama pada aspek konservasi, penelitian,

pendidikan dan kepariwisataan. Sistem pengelolaan taman nasional lne~niliki

keunggulan dibandingkan dengan sistem lainnya (Abbas, 2000): (1) taman

nasional dibentuk untuk kepentingan masyarakat dan karenanya hams bemanfaat

bagi masyarakat dan didukung oleh masyarakat; (2) konsep pelestarian

didasarkan pada perlindungan ekosistem sehingga mampu menjamin eksistensi

unsure-uusur pembentuknya, dm: (3) taman nasional dapar dimasuki oleh

pengunjung sampai dengan pendidikan cinta alam, kegiatan rekreasi dan fungsi

lain yang dikembangkan secara effektif

2.2. Zonasi dalam Pengelolaan Taman Nasional

Zona dalam taman nasional dihedakan menjadi zona inti, zona

pemanfaatan dan zona penyangga. Zona pemanfaatan adalah suatu daerah dalaln

kawasan taman nasional yang menjadi pusat kegiatan rekreasi. Pengelolaan dan

penggunaan potensi sumberdaya kawasan pada zona pemanfaatan secara optimal

ditujukan untuk kepentingan rekreasi. Pengelolaan zona pemanfaatan yang

berhubungan dengan kepentingan rekreasi dapat melibatkan pengusaha

(154)

nasional yang mutlak dilindungi, kegiatan pengelolaan diarahkan untuk

perlindungan alam serta memelihara proses alamiah agar diperoleh contoh

ekologis lingkungan alam. Kegiatan yang dapat dilakukan pada zona inti adalah

penjagaan dan penelitian yang dilakukan dengan izin khusus, pengelolaan

kawasan ini mudak menjadi tanggungjawab pengelola untuk kepentingan jasa

lingkungan. Zona penyangga adalah kawasan yang berada di luar kawasan taman

nasional yang penggunaan tanahnya terbatas untuk lapisan perliidungan

tambahan bagi kawasan taman nasional dan sekaligus bermanfaat bagi

masyarakat sekitar taman nasional (TNGP, 2000).

Pengelolaan taman nasional mencakup kegiatan yang beragam sehingga

organisasi pengelola memerlukan mitra yang dapat bekerjasama dalam usaha

pengelolaan yang dilakukan. Keberhasilan pengelolaan taman nasional

memerlukan kerjasama dengan masyarakat, organisasi penelitian, lembaga donor

dan organisasi masyarakat yang memiliki tujuan untuk keberhasilan pengelolaan

taman nasional.

2.3. Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert, 1798)

Owa Jawa (Hylobotes moloch) adalah satwa primata endemik yang

menjadi daya tmik utama di Bodogol selain fasilitas bangunan jembatan kanopi.

Menurut Ario et a1 (1999) hasil analisis dampak pengunjung terhadap satwa

primata yang telah dilakukan menunjukan bahwa Owa Jawa memberikan respon

yang cukup baik terhadap wisatawan atau turis yang berkunjung ke Bodogol.

(155)

menjadi target). Kehadiran Owa Jawa sebagai satwa arboreal di alam dapat

dijadikan sebagai indikator keutuhan hutan alami.

Distribusi Owa Jawa meliputi kawasan hutan di Jawa Barat dan sebagian

Jawa Tengah. Umurnnya tersebar dibeberapa !cawasan dilimdungi seperti TN.

Gunung Gede Pangrango, Tn. Ujung Kulon, TN. Gunung Halimun. CA Gunung

Simpang, CA Leuweng Sancang, Kawasan Wisata Cisolok dan Kawasan Gunung

Slamet. Menempati hutan hujan tropis daratan rendah sampai perbukitan pada

ketinggian 1500 meter dpl. (Supriatna dan Tilson, 1994)

Sistem organisasi sosial Owa Jawa adalah kelompok keluarga monogami,

berangotakan 2-6 individu (Tuttle, 1986). Menumt Supriatna dan Tilson, (1994);

Wahyono dan Supriatna, (1999) Owa Jawa sangat selektif dalam mengunakan

habitat sebagai telnpat mencari makan, melakukan aktivitas dan berkembangbiak.

Kondisi habitat satwa primata endemik sangat laitis dan keberadaan spesiesnya

sangat mengkhawatirkan. Upaya konservasi spesies Owa Jawa telah banyak

dilakukan, tinggal bagaimana caranya supaya pengelolaan kawasan konservasi

dapat mempertahankan habitat alami dan populasi satwa primata dihabitat

aslinya.

Kawasan Bodogol sebagai kawasan konservasi alam yang berorientasi

pada program pendidikan wisata telah melakukan penelitian awal mengenai

tentang dampak kehadiran pengunjung terhadap empat jenis primata yang

dijumpai di Bodogol. Hasilnya membuktikan bahwa Owa Jawa memiliki

frekuensi perjunpaan yang cukup sering oleh pengunjung. Frekuensi perjumpaan

(156)

Morfologi Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert, 1798) termasuk jenis prirnata dari suku Hylobatidae yang mempakan kera dengan ukuran tubuh yang kecil. Tungkai tangan lebih panjang dibandingkan dengan tungkai kaki, tidak berekor dan pada bagian pantat terdapat kulit tebal (ischial callosities) yang terpisah. Seluruh tubuh ditutupi oleh rambut dengan w m a bewariasi dari hitam, abu - abu keperakan, coklat kemerahan dan coklat kekuningan. Bagian wajah, telapak tangan dan telapak kaki tidak berrambut dan bemama lutam (Napier dan Napier, 1967). Wama rarnbut Owa Jawa bersifat ~nonokromatik artinya wama rarnbut dari bayi hingga dewasa tidak mengalami pembahan. Hylobates moloch jantan dewasa memiliki berat berkisar antara 4300-7928 gram sedangkan betina dewasa 4100-6800 gram. Panjang badan dan kepala berkisar antara 400-635 mm

untuk jantan dewasa dan 403-622 mm untuk betina dewasa (Napier dan Napier, 1967; Tuttle, 1986)

(157)

Informasi taksonomi selanjutnya pada tahun 1976 oleh Creel dan Preusscholt. kemudian Groves (1972). Distribusi atau daerah sebaran Hylobates moloch

meliputi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, TN.G. Halimun, TN. Ujung Kulon, Gunung Jayanti, Lekong, Gunung Porang, Gunung Salak, Telaga Wama, Cisolok, G. Sanggabuana, sebagian kecil di Jawa Tengah terdapat di G. Lawet Kappeler (1981).

Penggunaan habitat Hylobates moloch menurut hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui Owa Jawa memanfaatkan 38,85% dari total waktu beraktivitas untuk aktivitas makan 31,91% untuk bergerak, 28,43% untuk istirahat dan hanya sekitar 0,8% untuk aktivitas sosial (Ladjar, 1996). Aktivitas harian yang dilakukan sepenuhnya mengandalkan kesinarnbungan kanopi dan struktur tegakan vegetasi hutan. Memanfaatkan lebih dari 35 spesies tumbuhan sebagai sumber makanan. Menempati pohon tidur dengan ketinggian sekitar 47,35111 dengan lebar kanopi 21,53 m dengan tinggi percabangan pertama 23,59 m. Karakter pohon yang dimanfaatkan sebagai pohon tempat tidur salah satunya adalah emergen dengan kanopi yang lebar dan jarang untuk memudahkan memantau predator atau spesies anggota kelompok lain yang berbeda disekitar kelompoknya. Pohon yang serupa juga sering digunakan untuk melakukan vokalisasi, yaitu media komunikasi antar individu dalam spesies atau dengan spesies tetangga yang diserukan untuk penandaan daerah territorial dan tanda bila ada bahaya.

(158)

karyotipe, karakteristik tulang, bentuk dan formulasi gigi, isolasi geografis,

seperti s l a t dan sungai, hybridisasi dan lain sebagainya secara terinci

F i l m

Anak Filum :

Klas

Bangsa

AanakBangsa :

Induk Suku :

Suku Marga Spesies Chordata Vertebrata Mammalia Primata Anthropoidea Homninoidea Hylobatidae Hylobates

Hylobates moloch Audebert, 1798

Menurut Kappeler (198 I), daerah jelajah Hylobates molock di TN. Ujung Kulon 13,4 ha, sementara Ladjar (1996) di TN. G Halimun mencatat bahwa daerah jelajah Hylobates moloch seluas 26,25 ha. Sekitar 60-75% dari

keseluruhan luas jelajah merupakan daerah tenitorial yang sering digunakan

(core area). Penelitian Rinaldi (1999) di TN.Ujung Kulon mencatat bahwa 11

kelompok Owa Jawa di TN. Ujung Kulon rata-rata merniliki luas jelajah 8.53 ha

-

8,82 ha. Fungsi daerah tenitorial untuk penyedia sumber makanan, mengatur

kepadatan populasi sehingga memperhatikan sistem pengaturan yang baik

terhadap tekanan eksploitasi sumber makanan yang dibutuhkan di dalam hutan.

Owa Jawa adalah satwa arboreal yang hidup berkelompok keluarga.

Hidup herkelompok dan bersifat mnonogami, artinya dalam satu kelompok hanya

terdapat sepasang induk jantan dan betina dengan beberapa individu anak. Jumlah

anggota dalam kelompok bervariasi antara 3-6 individu. Matang seksual pada

(159)

kehamilan 7-7,5 bulan dengan interval 2-1 tahun, betina hanya mampu

melahirkan satu anak setiap kali melahirkan (Napier and Napier, 1967).

2.4. Kriteria Penilaian

Penilaian adalah kegiatan yang d~lakukan untuk memberikan tolak ukur

bempa huruf atau angka. Penilaian dapat me~pi3kan sarana pengukuran target

kemajuan dari berbagai kegiatan pengelolaan yang dilakukan. Penilaian sistem

pengelolaan dapat dilakukan sebagai suatu instrumen untuk mengetahui

keberhasilan target, kemajuan, kegagalan pada implementasi kegiatan

pengelolaan. Penilaian yang dilakukan oleh suatu organisasi bermjuan untuk

~nemantapkan sistem manajemen (SNI, 1997). Dasar penilaian pengelolaan

menwut Mitchell (2000) tergantung pada komitmen, perencanaan, implementasi

atau operasional, evaluasi dan usaha perbaikan sistem pengelolaan. Selanjutnya

Rothery (1996) menyatakan bahwa penilaian dapat menjadi sarana untuk

mengidentifikasi kesukaran atau kegagalan pada kegiatan pengelolaan.

Secara resmi belum ada aturan atau petunjuk yang baku mengenai

penilaian sistem pengelolaan kawasan konservasi. Penilaian terhadap sistem

pengelolaan kawasan konservasi di Indonesia, dilakukan oleh departemen

pemerintahan yang membawh kawasan konservasi (Balai Taman Nasional

Gunung Gede Pangrango, 1995; Boo, 1995). Suatu kawasan yang ditetapkan

~nenjadi kawasan lindung bennula dari potensi dan karakteristik yang dimiliki

oleh kawasan. Menurut MacKinnon (1993) alasan utama suatu kawasan

ditetapkan menjadi kawasan lindung diantaranya karena keumkan ekosiste~n

yang dimiliki dan keberadaan spesies tertentu yang diminati, langka dan memiliki

(160)

kondisi landsekap atau ciri geofisik yang bernilai estetik, fungsi perlindungan

hidrologi (tanah, air dan iklim lokal), serta memilib fasilitas untuk rekreasi dam,

wisata, satwaliar dan pemandangan yang menarik. Penilaian effekhvitas

pengelolaan kawasan konservasi dapat pula dinilai melalui indikator tingkat

gangguan disekitar kawasan penyangga kawasan Rruner et a1. (2001). Sedangkan Boo (1995) dan MacKinnon (1993) menyatakan bahwa nilai dan

kepentingan kawasan yang ditetapkan menjadi kawasan konservasi pada tiap-tiap

kawasan adalah berbeda. Kondisi yang berbeda pada kawasan akan

mempengaruhi sistem pengelolaan kawasan yang diterapkan.

Penyusunan kriteria penilaian berpedoman pada prinsip pengelolaan

kawasan lindung internasional dan nasional IUCN yang termasuk ddan kategori taman nasional, kriteria pengelolaan hutan lestari dan rencana pengelolaan taman

nasional. Rencana pengelolaan kawkan TNGP dan rencana pengelolaan Bodogol

yang digunakan sebagai pedoman penyusunan kriteria merupakan pedoman

tambahan. Pedoman tarnbahan tersebut bila ingin diterapkan ditempat lain dapat

disesuaikan menurut rencana pengelolaan kawasan setempat.

Kriteria penilaian yang digunakan untuk menilai sistem pengelolaan

kawasan konservasi dam Bodogol dibedakan menurut keterlibatan responden.

Keterlibatan responden yang memiliki hubungan terhadap sistem pengelolaan

tersebut adalah kriteria penilaian oleh pengelola, pengunjung, dan masyarakat

(161)

Tabel 1. Kriteria Penilaian Sistem Pengelolaan Kawasan Konservasi Bodogol -

I 1. Kriteria Penilaian oleh Pengelola L-

Kriteria

I

Kriteria

1

Perencanaan 11. Rencana pengelolaan

I

. Pentndangan & kebijakan . Pal batas dan zonasi . Organisasi-kelembagaan

I

e

I Opera,jional . lnventarisasi potensi . Keanekaragaman floifa . Penibinaan

. Pemeliharaan Program kerja

Kelengkapan prasarana

i

)

~ o s i a l , 114. Kesempatan kerja

1

'

15. Peningkatan ekonomi

1 Budava

1

~ a s i a r a k a t 116. Bina budaya masyarakat

1

Sumberdaya 11 7. Penyuluhan dan manfaat

?. Kriteria Penilaian oleh Penbwnjung

/

3. Kriteria Penilaian ole11 Masyarakat

Kriteria Indikator

/

Kriteria

I

lndikator

Motivasi Kunjungan Fasilitas Pengelolaan Program Pendidikan Konservasi

1. Wisata pendidikan

2. Rekreasi keluarga & teman 3. Belajar dekat dengan alam 4. Mengetahui kehidupan liar 5. Melihat Owa Jawa

6. Jalan menuju kawasan 7. Transportasi yg digtmakan 8. Fasilitas Bangunan

9. Fasilitas Toilet

10. Jalan setaoak dala~n hutan 11. Jembatan kanopi

12. Papan informasi

13. R. diskusi & perlengkapan 14. Program wisata pendidikan 15. Materi & infonnasi

16. Bahasa intepreter

Lokasi Bodogol Ekonomi Masyarakat Pengenalan Konservasi

1

17. Pengenalan budaya

1. Kawasan wisata

2. Mengetahui hljuan wisata 3. Kesempat kerja di Bodogol 4. Keuntungan yang diperoleh 5. Kerjasama kegiatan wisata 6. Penghasilan dari turis 7. Penyuluhan oleh pengelola 8. Bantuan sosial ekonomi 9. Mengambil hasil hutan

10. Penin~katan

-

ekonomi 1 I. Mengetahui fungsi hutan 12. Manfaat hutan

13. Penanaman kernbali 14. Budaya tradisional

Potensi Desa

[image:161.806.56.742.86.450.2]
(162)

19. Pelatihan dan pendidikan 0. Penghargaan kalya

1 . Pemahaman kawasan 2. Peningkatan pelayanan

Makanan Pariwisata Pemeliharaan Pengelolaan PPKAB Alokasi Dana Penilaian Internal

18. Pennainan dan hiburan 19. Kualitas lntepreter 20. Menu yang disediakan 21. Kualitas-kuantitas makanan 22. Penyajian menu

23. Pe~nesanan tiket masuk 24. Pelayanan secara u m ~ m 25. Pengaturan pengunjung 26. Melihat Owa Jawa (maskot) 27. Ingin datang lagi ke sini 28. Kebersihan lingkungan 29. Pemeliliaraan fasilitas 30. Koordinasi secara m u m 3 1. Kesiapan staf lapangan 23. Pengaturan pengunjung

24. Pengendalian dampak 25. Alokasi dana operasional 26. Alokasi dana perbaikan 27. Penilaian sistem 28. Perbaikan siste~n

Pariwisata

Kebersihan Kesehatan

Pandangan Pengelola

(163)

iiunung Gede

Pangango

[image:163.576.71.459.74.630.2]

Gunung Gede Pangrango,

(164)

KO J d m r m

ne.1

rr**duu D~~~ Lldo

KO Wkrbuml

? P i n t u

3 G e r b a n g

Or

*i. Upanpan P u s a t

-2 Golf P e l a t i h a n

-a

%

U t a r a

N c r t h

PETA LOKASI

[image:164.789.15.696.59.520.2]

PPKAB

J e m b a t a n K a n o p i
(165)

LII.

KEADAAN

UMUM

LOKASI

PENELITIAN

3.1. Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP) memiliki luas

kawasan

+

15.196 ha, TNGP terletak di provinsi Jawa Barat. TNGP ditetapkan

menjadi Taman Nasional sejak tanggal 6 Maret 1980, dan m e ~ p a k a n salah satu

dari lima Taman Nasional (TN) pertama di Indonesia termasuk TN Leuser, TN

Ujung Kulon, TN Baluran dan TN Komodo. Keqekaragaman hayati yang

dimiliki TNGP sangat tinggi sehingga UNESCO menetapkannya menjadi Cagar

Biosfer yang mempakan paru-paru dunia (Balai Taman Nasional Gunung Gede

Pangrango, 1995).

Kawasan Bodogol termasuk bagian dari kawasan Taman Nasional

Gunung Gede Pangrango (TNGP) yang m e ~ p a k a n pintu gerbang sebelah barat

Taman Nasional. Khusus region Bodogol luas

+

300 ha, berada pada koordinat

6" 31' 788"LS dan 106" 49' 727"BT. Kawasan Bodogol pada ketinggian 1473 m

dpl, dan terletak di zona pemanfaatan Taman Nasional (Taman Nasional

Gunung Gede Pangrango, 1996; PPKAB, 2001). Lokasi penelitian berada sekitar

40 menit perjalanan dengan kendaraan dari kota Bogor dan sekitar 120 menit dari Jakarta. Potensi keanekaragaman hayati yang tinggi, aksessibilitas yang mudah,

sarana pendidikan konservasi yang baik, kawasan ekoturisme yang potensial dan

kompleksitas permasalahan yang ada mempakan suatu tantangan dalam

(166)

3.2. Sejamh Pusat Pendidkan Konservasi Alam Bodogol (PPKAB)

Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol diresmikan oleh Menteri

Kehutanan tanggal 1 1 Desember 1998. Peruntukan kunjungan pendidikan

lingkungan baru terbuka bagi pengunjung secara resmi pada bulan Febuari 1999.

Latar belakang berdirinya PPKAB bertujuan untuk memberikan pendidikan

lingkungan hidup dan pelestarian alam (Conservation International, 1998;

Konsorsium PPKAB, 1998; PPKAB, 2000). PPKAB mempakan suatu

konsorsium yang diprakarsai oleh 3 lembaga yaitu; Taman Nasional Gunung

Gede Pangrango, Conservation International Indonesia Program dan Yayasan

Alan Mitra Indonesia. Dari tiga unsur organisasi yang terlibat dalan konsorsiuln

PPKAB diharapkan masing-masing lembaga dapat mengembangkan suatu bentuk

pendidikan konservasi yang tepat dan melahirkan suatu model pengelolaan zona

pemanfaatan Taman Nasional secara berkelanjutan dengan meningkatkan fungsi

lembaga dalam strategi konservasi di Indonesia.

Program pendidikan yang disiapkan di Bodogol mempakan implementasi

dari Memorandum o f 1Jnderstanding antara Conservation International (CI)

dengan Menteri Kehutanan melalui Direktorat Jenderal Pelestarian Hutan dan

Konservasi Alam. Dalam pelaksanaan CI m e ~ p a k a n lembaga yang

bertanggungjawab dalam mencari dukungan dana untuk pembiayaan beberapa

fasilitas dan pengembangan program. Sementara Taman Nasional Gunung Gede

Pangrango (TNGP) memberikan dana pendukung guna membiayai bangunan

pendukung seperti jembatan kanopi dan jalan setapak. Sedangkan Yayasan

ALAMI memberikan dukungan dengan pembiayaan personal dalam proses

(167)

Beberapa tujuan pengelolaan pendidikan konservasi alam diantaranya

adalah; (1) Memperkenalkan, rnempromosikan, dan mengembangkan konsep

pendidikan pelestarian alam yang diselenggarakan di dalam kawasan Taman

Nasional, (2) Menciptakan sebuah model pengelolaan di zona penyangga dalam

Taman Nasional yang berdasarkan prinsip kemandirian, (3) Meningkatkan kesadaran dan pemahaman akan pentingnya melestarikan sumberdaya alam, dan

(4) Menciptakan sebuah model kerjasama antara Lembaga Swadaya Masyarakat,

Pemerintah, Letnbaga Nasional dan Internasional.

Pengembangan resort Bodogol ditujukan pada; promosi kawasan

konservasi, membangun bentuk kerjasama antar lembaga swadaya masyarakat

(LSM) dengan p e m e ~ t a h dan membentuk pendid~kan lingkungan mandiri

dimana profit yang diperoleh ditujukan untuk pengembangan pendidikan

lingkungan (Rencana Karya Lima Tahunan TNGP, 1994; PPKAB, 2000).

3.3. Target Program Kegiatan PPKAB

Target program PPKAB adalah memperkenalkan pendidikan konservasi

untuk tujuan kelestarian. Sasaran program pendidikan yang dilakukan

diperuntukan bagi masyarakat lokal dan pengunjung. Pengelolaan konsorsium

secara dilakukan dengan proaktif mendatangi sekolah-sekolah di sekitar kawasan

Bodogol. Keqasama dengan volunteer dilakukan dengan memberikan pendidikan

mntepretasi dan pendalaman materi yang mendukung proses intepretasi. Semula

volunteer berasal dari peserta kemah konservasi (KEMKON) dan keberadaannya

terpisah dari konsorsium. Bentuk pemanduan dalam program pendidikan

(168)

dilakukan dengan membagi kelompok kunjungan dalam beberapa interval waktu

tertentu.

Program TNGP di resort Bodogol diantaranya adalah :

a) Local communlv visit yaitu mengundang masyarakat lokal untuk

berkunjung ke kawasan secara gratis. Rencana kedepan adalah

mengundang tokoh-tokoh penting di masyarakat seperti lurah, camat,

untuk berkunjung sekaligus belajar pendidikan konservasi alam

b) Pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan ekowisata yaitu sebagai

volunteer

C) Pihak pengelola merencanakan untuk membuat kegiatan semacam kemah

konservasi tanpa biaya khusus

d) Pembudidayaan tanaman obat dengan melibatkan LSM dan masyarakat

setempat

e) TNGP telah membangun kerjasama dengan lembaga lain seperti JICA

(Japan international Coorporation Agency) dan TN. Kinabalu di Malaysia Program kegiatan di resort Bodogol disesuaikan dengan rencana pengelolaan

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (Rencana Karya Lima Tahunan

TNGP, 1994).

Model Pengelolaan PPKAB dilakukan dengan kondisi sebagai berikut;

PPKAB dikelola oleh konsorsium yang terdiri dari tiga lembaga

(169)

Berdasarkan kondisi alam yang ada masukan dari berbagai

stakeholder, PPKAB difokuskan untuk kunjungan terbatas (bukan

mass tourism) dan khusus kunjungan pendidikan konservasi

= Kedatangan pengunjung harus mengikuti aturan yang ada, dan

mengikuti paket yang telah dibuat serta harus didampingi oleh

intepreter (volunteer, pemandu atau petugas) yang telah terlatih dan

atau terdidik mengikuti pelatihan intepreter

Kedatangan pengunjung diharapkan telah mendaftarkan sebelumnya

Pengelolaan dikelola secara mandiri dan akan dicoba selama 5

tahun. Apabila selama 5 tahun dianggap sudah adapat andiri, maka

pengelolaannya diusahakan akan dikelola oleh koperasi.

3.4. Fasilitas Bangunan

Bangunan yang ada di Bodogol mempakan konshibusi bersama dalam

ke jasama pengelolaan; Konstribusi TNGP dalam pembangunan fasilitas Gazebo

dan trail. Konstribusi CI dalam pembuatan asrama, Konstribusi ALAMI bempa

inventarisasi flora-fauna dan pembuatan modul pendidikan lingkungan. Biaya

pemeliharaan dan perbaikan fasilitas sudah termasuk dalam harga tiket

kunjungan. Harga tiket masuk ke resort Bodogol Rp. 15.000 (Rp. 2500 untuk

Taman Nasional dan Rp. 12500 masuk ke konsorsium yang dialokasikan untuk

biaya perawatan fasilitas). Masyarakat sekitar kawasan tidak dikenakan biaya

tetapi masyarakat hams mengatur kunjungan secara bergiliran. lnfomasi

keberadaan Bodogol belum dilakukan secara intensif sehingga masih banyak

(170)

pengembangan wisata di Bodogol tetapi dalam program yang direncanakan

penyampaian informasi Bodogol juga akan melibatkan kerjasama dengan

masyarakat sekitar (PPKAB, 2000).

3.5. Pengelolaan Pengunjung

Jurnlah kunjungan tahun 1999 ke kawasan Bodogol adalah 835

pengunjung, tahun 2000 jumlah pengunjung meningkat menjadi 3.005

pengunjung (2223 pengunjung umum dan 782 siswa sekolah dan perguruan

tinggi). Bila dilihat dari kondisi yang ada pada tahun 2001 pengunjung yang ke

PPKAB terns meningkat.

Kunjungan wisata ke resort Bodogol tidak dipenmtukan untuk mass

tourism, setiap pengunjung selalu didampingi oleh intepreterlpemandu.

Pemaduan dilakukan untuk menghindari pembuangan sampah, vandalisme dan

pemsakan lahan akibat pengunjung. Bentuk pendidikan lingkungan yang

diberikan dalam program kunjungan mengunakan modul permainan kemudian

ekposure ke alam dan disknsi di ruangan dengan metode interaktif.

Kunjungan terbatas diseleksi melalui sistem penerimaan pengunjung. Hal

ini dilakukan untuk menghindari dampak negatif kunjungan terhadap kawasan.

Pengunjung dapat datang langsung ke kawasan atau memesan karcis tanda masuk

terlebih dahulu, kemudian pengelola akan memutuskan diterirna atau tidak.

Selanjutnya pengunjung hams memenuhi ketentuan administrasi dan keuangan.

Sebelum pengunjung mengikuti program kegiatan dilakukan briefing kunjungan

dalam program kegiatan. Selanjutnya dilakukan evaluasi terhadap program yang

(171)

kegiatan dikoordinasikan dengan badan pengurus harian (BPH) untuk di evaluasi

(172)

Reservasi Calon Pengunjung Pengunjung

CI, TNGP, Yayasan AIami

Diterima

K ordinasi BPH PPKAB

8

+

I

Proses Adtninistrasi dan Keuangan

\L

Briefing Kunjungan dan Pembagian Tugas

Program Kegiatan

Q

Evaluasi Program Kegiatan

[image:172.576.80.492.85.635.2]

I

(173)

3.6. Pengelolaan Kawasan Bodogol

Pengelolaan kawasan konservasi di Bodogol termasuk dalam rencana

pengelolaan kawasan TNGP secara keseluruhan. Dalam pelaksanaan di lapangan

pengelolaan kawasan konservasi Bodogol dibawah pirnpinan kepala subseksi

kawasan Bodogol. Tantangan yang besar dalam pengelolaan kawasan perlu

diperhatikan mengingat letak kawasan yang sangat strategis, karena dekat dengan

pusat aktivitas kota dan pemukiman (hanya sekitar 40 menit dari arah Bogor dan

120 menit dari Jakarta).

Pengelolaan kawasan termasuk perencanaan, pengelolaan sumberdaya

dam. pemanfaatan kawasan perlindungan potensi kawasan, penyempurnaan

kelembagaan, penyempumaan kebijakan dan koordinasi, penyempumaan hukum

dan kebijakan, pengembangan sarana dan prasarana, pembinaan partisipasi

masyarakat serta pemantauan dan evaluasi pengelolaan.

Kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP) telah

diumumkan sebagai Taman Nasional sejak tahun 1980, dengan adanya UU No.5

Th.1990 konsekuensinya intensitas pengelolaan ditingkatkan. Sebagai Taman

nasional, TNGP me~pCikaII asset sumberdaya alam nasional sekaligus cagar

biosfer bagi dunia internasional. Dengan aksesibilitas yang tinggi, TNGP dapat

menjadi 'show window' taman nasional di Indonesia. Pemerintah provinsi Jawa

Barat dan daerah tingkat I1 di sekitar kawasan TNGP telah menetapkan kawasan

TNGP sebagai kawasan khusus. Sejak tahun 1984 status UPT TNGP setingkat

dengan Eselon IJlA. Shuktur organisasi sebagai UPT lebih bersifat independen,

sehingga memperbesar peluang kemandirian. Tugas dan fungsi unit pelayanan

(174)

ditetapkan oleh SK Menhut. Jumlah kebutuhan tenaga kerja telah ditetapkan

sesuai dengan struktur organisasi pengelolaan. Struktur organisasi telah

menetapkan adanya tenaga fimgsional untuk menunjang pengelolaan dan

pengembangan kawasan TNGP. Tenaga kerja TNGP secara keseluruhan sekitar

94 orang. Khusus untuk kawasan Bodogol sekitar 16 orang. Dana, sarana dan prasarana pengelolaan kawasan TNGP telah tersedia melalui APBN dan

Departemen Kehutanan. Pedoman pengelolaan pengembangan TNGP memjuk

pada berbagai versi pengelolaan, seperti design, rekayasa (engineering design),

rencana pengelolaan (management plan), design landscape (landscape design),

design fisik, rencana karya lima tahunan (RKL) dan rencana karya tahunan (RKT). Perencanaan yang menetapkan pedoman tata batas kawasan telah

mengatur batas luar kawasan sejak tahun 1981. Penetapan zonasi diperkuat

dengan SK yang dikeluarkan oleh Dijen PHPA. Penelitian tentang kawasan

TNGP telah banyak dilakukan, basil-hasil penelitian berpotensi sebagai sumber

informasi akurat dan mutakhir yang dapat digunakan sebagai acuan dalam

perencanaan pengelolaan kawasan. Potensi kawasan TNGP yang tinggi sebagai

sumber informasi utama tentang sumberdaya alam. Proses pembangunan sarana

dan prasarana menunjukan bahwa TNGP memiliki fungsi yang penting sebagai

penyedia sarana pendidikan dan pariwisata. Demikian juga dengan aksesibilitas

yang tinggi memudahkan kegiatan pembangunan sarana dan prasarana yang

menunjang pengelolaan kawasan.

TNGP memiliki fungsi yang tinggi sebagai sarana pariwisata alam dan

pendidikan lingkungan hidup. Aksesibilitas ke dalam kawasan TNGP yang

(175)

pengembangan kepariwisataan dan pendidikan bina cinta alam. Keterbukaan

masyarakat sekitar TNGP sangat memudahkan pengembangan industri pariwisata

di dalarn kawasan dan daerahdaerah sekitarnya walaupun sarana informasi yang

tersedia di TNGP masih kurang.

Program penelitian dan pengembangan IPTEK di TNGP, meliputi

penelitian mengenai keanekargaman hayati dan ekosistemnya, penelitian

mengenai j u d a h spesies flora-fauna endemik dan langka serta menggali potensi

sebagai bahan baku obat-obatan, tanaman hias dan lain sebagainya. TNGP

merupakan taman nasional dengan aksesibilitas yang dapat dijadikan sebagai

acuan untuk pengelolaan kawasan konservasi yang termasuk didalamnya

pengelolaan konservasi sumberdaya alam hayati. Sedangkan untuk usaha

perlindungan dan keamanan taman nasional dibagi menjadi 10 resort yang tersebar di sekeliling taman nasional. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan

dilakukan dengan memberikan penyuluhan tentang h g s i penting TNGP kepada

masyarakat sekitar.

Ekosistem TNGP memiliki keanekaragaman yang unik. Secara ekologis

kawasan TNGP merupakan penyangga kehidupan dan kelestarian lingkungan, tata air, tanah dan iklun untuk daerah sekitarnya. Ekosistem TNGP merupakan

bagian penting yang memerlukan pengembangan untuk kegiatan wisata dalam

taman nasional. Keanekaragaman flora-fauna endemik dan langka yang tinggi

merupakan daya tarik tinggi bagi ilmuwan dan wisatawan. Karakter geologi yang

khas dengan sistem hidroorologi yang ada di TNGP merupakan asset sumberdaya

dam non hayati yang dirniliki oleh TNGP sebagai penyangga utama bagi

(176)

Tingginya tingkat pertambahan penduduk disekitar kawasan TNGP

merupakan tantangan bagi pengelolaan. Jumlah penduduk yang bertambah akan

menjadi asset tenaga keja yang berkualitas jika sistem pengelolaan yang

diterapkan sudah mantap, sebaliknya akan menjadi sumber ancaman terhadap

keutuhan kawasan bila tidak dilakukan pembinaan dan pemantauan terhadap

masyarakat sekitar. Banyaknya tenaga keja masyarakat di sekitar TNGP

sebagian besar mata pencarian masyarakat di sektor pertanian. Keberadaan

kematan wisata disekitar kawasan dapat menunjang perkembangan perekonomian

masyarakat sekitar, seperti adanya kawasan wisata danau Lido pada lokasi

strategis dekat kawasan taman nasional. Masyarakat sekitar kawasan konservasi

dam Bodogol sebagian besar bekeja di pertanian dari tanah pertanian yang

sebagian besar dimiliki kawasan wisata Lido. Sebagian masyarakat mengelola

lahan pertanian mereka disamping membudidayakan tanaman kumis kucing yang

akan dijual sebagai tanaman obat. Belurn banyak masyarakat sekitar Bodogol

(kampung Ciwaluh, Lengkong Tengah, Lengkong dan Bodogol) yang

mengetahui fungsi hutan bagi kehidupan masyarakat sekitar kawasan TNGP.

Usaha yang dilakukan oleh pengelola masih belum maksimal, tetapi beberapa

usaha yang dilakukan pengelola hanya sebatas diketahui oleh masyarakat tetapi

belum diterapkan sebagai bagian dari aktivitas harian yang dilakukan. Demiloan

juga dengan potensi mayarakat yang termasuk kehidupan sosial dan budaya

tradisional belum mendapat perhatian untuk dikembangkan.

Menurut Miller dalam MacKinnon (1993), rencana pengelolaan

(177)

keterbatasan dan modal; (5) tinjauan hubungan antar wilayah; (5) uraian tujuan kawasan; (6) pembagian kawasan dalam zona pengelolaan; (7) peng!-cajian batas kawasan; (8) desain program kawasan dan (9) kesiapan pengembangan dan unplikasi biaya

Untuk memudahkan tindakan pengelolaan maka dalam pelaksanaan

harian oleh konsorsium PPKAB dituangkan dalam sebuah badan pengurus harian

yang anggotanya terdiri dari tiga unsur organisasi pembentuknya (CI-TNGP-

ALAMI) dengan pembagian ke j a yang secara rinci telah dituangkan dalam suatu

keputusan bersama dewan pembina konsorsium. Wewenang dan tanggungjawab

badan pengurus harian PPKAB yang terdiri dari manajer, bendahara, sekretaris,

divisi pemasaran, divisi program dan divisi secara lebih jelas dapat dilihat pada

tabel wewenang dan tanggungjawab (Tabel 2). Pengembangan Resort Bodogol di

masa depan akan diserahkan pada unit usaha koperasi Edelweis (sekitar tahun

2004) (PPKAB, 2000).

Dalam struktw organisasi konsorsium badan pengurus harian secara

langsung bertanggungjawab kepada dewan pembina konsorsium dan koperasi

yang termasuk

Gambar

Tabel 1. Kriteria Penilaian Sistem Pengelolaan Kawasan Konservasi Bodogol -
Gambar 1. Lokasi Bodogol, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
Gambar 2. Sketsa Lokasi Kawasan Konservasi Alam Bodogol
Gambar 3. Sistem Pegelolaan Pengunjung di P P W  (PPKAB, 2000)
+7

Referensi

Dokumen terkait

3.1 Menerapkan aturan yang berkaitan dengan etika dan moral terhadap perangkat keras dan perang lunak  Menjelaskan tentang. aturan hak cipta 

[r]

Puji syukur Alhamdulilah atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Berdasarkan (a) dan (b) dapat diketahui bahwa M2 sudah mengetahui konsep perkalian yaitu penjumlahan yang berulang (Hino &amp; Kato, 2019; Park &amp; Nunes, 2001). Namun

Tujuan yang akan dicapai pada perangkat lunak pembelajaran ini adalah menghasilkan CD interaktif yang berisikan materi mata kuliah sistem operasi dengan berbasis multimedia

“Pengaruh Penyajian Neraca daerah dan Aksebilitas Laporan Keuangan Terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah”.. Yogyakarta: Universitas

Hasil kajian juga telah menunjukkan bahawa nilai pekali penyerapan bunyi sabut kelapa akan meningkat pada frekuensi-frekuensi rendah apabila dilapisi dengan plat berlubang yang

Pengawasan pelaksanaan program belajar dilakukan untuk mengawasi jalannya program pembelajaran di PKBM agar sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Dari hasil wawancara