PENILALAN SISTEM PENGELOLAAN KAWASAN
KONSERVASI BODOGOL BERDASARKAN KEBERADAAN
OWA JAWA
(Hylobates moloch
Audebert,
1798)
Oleh
LUSIANA NOGO LADJAR
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN
BOGOR
LUSIANA NOGO LADJAR. Penilaian Sistem Pengelolaan Kawasan Konservasi Bodogol Berdasarkan Keberadaan Owa Jawa (Hylobates n~oloch Audebert, 1798) Dibawah Bimbingan ProfDr.Ir. Hadi S.Alikodra,MS dan Dr.Ir.Ani Mardiastuti, M.Sc
Penilaian Sistern Pengelolaan Kawasan Konservasi Bodogol
Berdasarkan Keberadaan Owa Jawa (Hylobnres moloch Audebert, 1798)
A B S T R A K
Penelitian meilgenai penilaian sistem pengelolaan pusat pendidikan konservasi alam Bodogol berhjuan untuk: ( 1 ) mengetahui jumlah individu, jumlah kelompok, distribusi, waktu perjumpaan, vokalisasi dan jarak optimum pengamat terhadap keberadaan Owa Jawa di kawasan Bodogol; (2) membuat inodifikasi kriteria penilaian sistein pengelolaan kawasan konservasi berdasarkan kriteria IUCN dan rencana
pengelolaan kawasan yang berhubungan dengan keberadaan Owa Jawa
( 3 ) menerapkan penilaian dengan kriteria yang telah dibuat di kawasan konservasi alam Bodogol terhadap tiga responden (pengelola-pengunjung-masyarakat) yang terlibat dalan pengelolaan kawasan. Metode yang digunakan dalain penelitian adalah: survey terhadap keberadaan Owa Jawa dan pengambilan data k~lisioner yang berhubungan dengan pengelolaan kawasan berdasarkan keterlibatan responden dalam sistem pengelolaan yang diselenggarakan. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat 4 kelompok (13 individu) keluarga Owa Jawa. Peluang perjwnpaan satwa Owa Jawa 1 139 % (n = 69) secara langsung dapat dijumpai pada jam 05.45- 10.15. Vokalisasi dapat didengar antara jam 10.30-14.00. Jarak optimum satwa dengan pengamat 25-45 m pada strata 30-35 m. Kelompok Owa Jawa di lokasi jembatan kanopi sudah terhabituasi dengan kehadiran pengunjung. Kriteria penilaian sistem pengelolaan kawasan yang telah dibuat oleh IUCN dapat digunakan untuk menilai pengelolaan kawasan dengan beberapa penambahan yang dapat disesuaikan menurut rencana, tujuan dan target pengelolaan kawasan yang akan dinilai. Dalam penilaian yang dilakukan terutama pada kriteria pariwisata dan pendidikan konservasi yang menjadi target pengelolaan kawasan Bodogol. Pengelola inenilai kurang baik pada sistem pengelolaan yang diselenggarakan, ha1 ini berhubungan dengan meningkatnya pengetahuan dan kualitas sumberdaya pengelola terl~adap pengelolaan kawasan konservasi. Penilaian yang baik dalam sistem pengelolaan kawasan menurut pengelola termasuk dalam kriteria pariwisata terutama yang berhubungan dengan pengaturan kunjungan wisata terbatas. Pengunjung menilai baik terhadap sistem pengelolaan kawasan yang diselenggarakan pada kriteria dayadukung kawasan hutan yang masih alami dan fasilitas jembatan kanopi yang menarik pengunjung. Penilaian kurang yang diberikan oleh pengunjung terutama untuk kriteria pelayanan secara urnum kepada pengunjung. Masyarakat menilai kurang untuk pengelolaan kawasan konservasi karena pengelola m a i h kurang melibatkan potensi sumberdaya inasyarakat sekitar. Kawasan Bodogol dinilai baik oleh inasyarakat dalam ha1 tneningkatkan pengetahuan d m ketrampilan inasyarakat yang berl~ubungan dengan manfaat kawasan konservasi bagi kehidupan di sekitarnya.
SURAT
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa tesis yang berjudul :
Penilaian Siste~n Pengelolaan Kawasan Konservasi Bodogol Berdasarkan
Keberadaan Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert, 1798)
Adalah benar hasil karya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua
sumber data dan informasi yang digunakan teiah dinyatakan dengan jelas dan
dapat diperiksa kebenarannya
Bogor, Februani 2002
PENILALQN SISTEM PENGELOLAAN KAWASAN
KONSERVASI BODOGOL BERDASARKAN KEBERADAAN
0
WA JAWA
(Hylobates molochAudebert, 1
798)
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Tesis : Penilaian Sistem Pengelolaan Kawasan Konservasi Bodogol Berdasarkan Keberadaan Owa Jawa (Hylohates moloch Audebert, 1 798)
Nama Mahasiswa : Lusiana Nogo Ladjar Nomor Pokok : P10500040
Program S tudi : Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Menyetujui, Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Hadi S. Alikodra, MS Ketua
Anggota
Dr. Ir. Am Mardiastuti. M.Sc Anggota
ogram Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. M. Sri Saeni. y a h d a Manuwoto, M.Sc
RIWAYAT
HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 24 November 1972 oleh Ibu
Veronica R. Daryani dan Bapak Petrus Laba Ladjar (Alm). Anak ke-2 dari 3
bersaudara Theresia Sri Murni Asih dan Yasinta Maria Desi.
Pada 8 Agustus 1995 penulis memperoleh gelar Sarjana Sains dari
Fakultas Biologi Universitas Nasional di Jakarta. Penulis aktif dalam organisasi
penelitian dibidang biologi dan lingkungan. Bergabung dengan Biological
Science Club (BScC) dan bekerja pada lembaga tersebut sebagai staff penelitian
dan pengembangan. Penulis bekerja sebagai assisten peneliti untuk bidang
biologi konservasi dan lingkungan. Tahun 1996- 1998 bekerja pada Biodiversity
Conservation Project (LIPI-JICA-PHPA) sebagai koordinator lapangan dalam
penelitian kamera trap dan radio tracking untuk mammalia karnivora di Taman
Nasional Gunung Halirnun Jawa Barat. Pada Juli 1998
-
Januari 2000 bekerjasebagai assisten peneliti pada lembaga penelitian kehutanan internasional CIFOR
untuk project keanekaragaman hayati. Febuari-Agustus 2000 penulis bekerja
untuk sistem manajemen lingkungan dalam pengelolaan hutan lestari pada HPH
PT.Diamond Raya Timber di Pant Sicin, Riau.
Penulis menikah dengan Elvianto Rustam Effendi di Jakarta pada tanggal
20 November 1999. Pada September 2000 penulis mengikuti pendidikan pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, dalam kelompok
bidang studi Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Ekoturisme, Program
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena kasih dan berkatNya
sel~ingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan baik dan selesai tepat waktu.
Saya mengucapkan terima kasih kepada komisi pembimbing Dr.Ir. Ani
Mardiastuti, M.Sc dan Prof. Dr. Ir. Hadi S. Alikodra, MS penuh perhatian, kasih
dan sabar dalam memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam
penyelesaian tesis. Terirna kasih saya sampaikan kepada Anton Ario, Ssi sebagai
koordinator stasiun penelitian Bodogol, Drs. Edy Hendras sebagai manager
PPKAB, serta Drs. Tatang Mitra Setia MS sebagai direktur ALAMI dan Dr. Jatna
Supriyatna sebagai direktur CI Indonesia.
Kepada Kepala Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
Ir.Wahyu, Ir. Edi Sensudi dan Kepala Resort Bodogol Bapak Tony dan seluruh
staff di Bodogol Bapak Edi Subandi, Bapak Asep, Bapak Jana, Bapak Gatot,
Bapak Oyak, Bapak Ucun dan semua staff di Bodogol yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu. Terima kasih juga kepada Hasby, Akbar dan Volunteer
Eagle: Yopie, Wawan, Ryan, Neng, lip, Yani, Yuli. Terima kasill untuk Pak
Ismail, Iman, Indri dan Sari di Katnpus Fahutan. Terima kasih untuk Yossa, Bang
Ucok, Mas Ivan, Pak Aris, Pak Ronald, Pak Yuri dan rekan pascasarjana PSL-
IPB atas diskusi dan pandangan yang bermanfaat serta Anwar F yang membantu
dalam analisis statistik. Selanjumya terima kasih atas semangat yang diberikan
ole11 bu Ayu, Oly, Lusi Silvi, Aritta, bu Santi dan Duma.
Banyak kasih untuk suami tercinta, oran- keluarga dan semua saudara
atas dorongan semangat dan kasih yang mereka berikan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis dengan baik dan tepat waktu. Semoga tesis yang dibuat dapat
bermanfaat bagi upaya pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan di
Indonesia, terutama dalam pengelolaan kawasan konservasi. Demikian juga dapat
bermanfaat bagi usaha konservasi sumberdaya alam dan kesejahteraan hidup
masyarakat di sekitar kawasan konservasi.
Bogor, Februari 2002
DAFTAR IS1
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ... 11
DAFTARISI ... iv
...
DAFTAR TABEL
...
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN ...
I . PENDAHULUAN ...
...
1 . 1 . Latar Belakang
1.2. Pennasalahan Pengelolaan Kawasan ...
...
1.3. Tujuan Penelitian
...
1.4. Manfaat Penelitian
I1 . TINJAUAN PUSTAKA ...
2.1. Pengelolaan Ta~nan Nasional ...
2.2. Zonasi dalam Pengelolaan Taman Nasional ...
2.3. Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert, 1798) ...
2.4. Kriteria Penilaian ...
111 . KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN... ...
3.1. Tarnan Nasional Gunung Gede Pangrango ...
3.2. Sejarah PPKAB ...
...
3.3. Target Program Kegiatan PPKAB
...
3.4. Fasilitas Bangunan
...
3.5. Pengelolaan Pengunjung
...
.
IV METODE PENELITIAN
...
4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian
4.2. Dasar P e h a n ...
4.3. Metode Penelitian ...
4.3.1. Survey Keberadaan Owa Jawa ...
4.3.2. Kuisioner Penilaian Sistem Pengelolaan Kawasan
...
Konservasi
4.4. Analisis Statistik ...
...
V
.
HASIL DAN PEMBAHASAN5.1. Keberadaan Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert. 1798) di
...
Kawasan Bodogol
5.2. Penilaian Sistem pengelolaan Berdasarkan keberadaan Owa
...
Jawa
5.3. Penilaian Sistem Pengelolaan Kawasan oleh Responden ...
... 5.3.1. Penilaian ole11 Pengelola
...
5.3.2. Penilaian oleh Pengunjung
... 5.3.3. Penilaian oleh Masyarakat
5.4. Kemiripan Penilaian Sistem Pengelolaan Kawasan oleh
...
Responden
...
5.4.1. Nilai Buruk / Kurang
... 5.4.2. Nilai Baik /Sangat Bak
5.5. Hubungh Kriteria Penilaian Sistem Pengelolaan Kawasan Konservasi ...
...
VI . KESIMPULAN DAN SARAN
...
Kesirnpulan
Saran ...
...
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No. Teks Halaman
1. Kriteria Penilaian Sistem Pengelolaan Kawasan Konservasi 16
Bodogol.. ...
...
2. Personal dan Wewenang Tanggungiawab BPH PPKAB.. 33
3. Keberadaan Owa Jawa di Kawasan Konservasi Bodogol.. ... 4 9
4. Hasil Analisis Cluster menurut Kemiripan Penilaian Baik atau Kurang
...
terhadap Sistem Pengelolaan Kawasan Konservasi Bodogol 64
5 . Hasil Analisis Cluster menurut Kemiripan Penilaian Baik atau Kurang
terhadap Sisteln Pengelolaan Kawasan Konservasi Bodogol.. ... 6 7
6. Nilai Koefisien Korelasi Spearman menurut Kriteria Penilaian Sistem
DAFTAR GAMBAR
No. Teks
1. Lokasi Bodogol, TN Gunung Gede Pangrango.. . .
Halaman
. . . 19
2. Sketsa Lokasi Kawasan Konsemasi Alarn Bodogol.. . .
.
. . . . .. 203. Sistem Pengelolaan Pengunjung di PPKAB.. . .... . .
.
. . ..
. . . ..
. .... 2 74. Struktur Organisasi BPH PPKAB.. . .
. .
. . . .. . 345. Penilaian Sistem Pengelolaan Kawasan Konservasi.. . .
.
. . . 386. Diagram Alir Proses Penilaian Sistem Pengelolaan Kawasan
Konservasi .
.
. ..
. . ..
. . ..
. . ..
. ..
. ..
. . ..
. . .. .
. ..
. . ..
. . ..
..
. . ..
. . . 457. Persentase Penilaian Sistem Pengelolaan Kawasan Konservasi
Bodogol oleh Kelompok Responden Pengelola . .
.
. . . 5 68. Persentase Penilaian Sistem Pengelolaan Kawasan Konservasi
Bodogol oleh Kelompok Responden Pengunjung . . .
.
. . ..
. . . 609. Persentase Penilaian Sistem Pengelolaan Kawasan Konsemasi
DAFTAR
LAMPIRAN
No. Teks Halaman
...
I . Peta Jalur Pengamatan di Kawasan Bodogol.. 8 1
2. Peta Keberadaan Owa Jawa pada Jalur Pengamatan di Kawasan
Bodogol.. ... 82
...
3. Dendogram Analisis Cluster antara Pengelola dengan Pengunjung 83
4. Dendogram Analisis Cluster antara Pengunjung dengan Masyarakat.. . 84
5. Dendogram Analisis Cluster antara Pengelola dengan Pengunjung
yang menilai Baik atau Sangat Baik ... 85
Dendogram Analisis Cluster antara Pehgelola dengan Pengunjung yang menilai Buruk atau Kurang.. ...
Dendogram Analisis Cluster antara Pengunjung dengan Masyarakat yang menilai Baik atau Sangat Baik..
...
Dendogram Analisis Cluster antara Pengunjung dengan Masyarakat yang menilai Buruk atau Kurang.. ...
Matriks Nilai Korelasi Spearman menurut Kriteria Penilaian Oleh Pengelola ...
Matriks Nilai Korelasi Spearman menurut Kriteria Penilaian Oleh Pengunjung ...
Matriks Nilai Korelasi Spearman menurut Kriteria Penilaian Oleh
...
Masyarakat
Nilai Koefisien Korelasi Spearman menurut Ktrteria Penilaian Pengelola. ...
Nilai Koefisien Korelasi Spearman menurut Knteria Penilaian
Pengunj ung ...
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia memiliki 40 spesies primata dari keseluruhan jurnlah spesies
primata di dunia yaitu sekitar 195 spesies (Supriyatna dan Wahyono, 2000).
Sekitar 24 spesies yang dimiliki Indonesia adalah primata endemik, artinya
primata tersebut tidak terdapat di kawasan yang lain. Di dunia ada sekitar
sembilan spesies Hylobatidae, enarn spesies diantaranya tersebar di sebagian
besar Indonesia bagian sebelah barat. Owa Jawa (Hylobates moloch
Audebert, 1798) termasuk kera kecil yang memiliki status endemik dari kelompok
Hylobatidae yang distribusinya terbatas pada sebagian besar kawasan di Jawa
Barat. Owa Jawa adalah kelompok spesies primata yang statusnya terancam
punah (kritis) dan terdaftar dalam appendiks (App) I CITES, sebagai satwa yang
dilindungi dan tidak bolkh diperdagangkan.
Kawasan konservasi merupakan habitat alami Owa Jawa. Distribusi Owa
Jawa di Jawa Barat diantaranya termasuk kawasan konservasi Tarnan Nasional
Gunung Gede Pangrango (TNGP). Khusus pada kawasan Bodogol di zona
pemanfaatan TNGP memiliki 16 individu (4 kelompok) Owa Jawa (Ario et al, 1999). Kemampuan bertahan hidup Owa Jawa di kawasan Bodogol
dimungkinkan karena kondisi kawasan tersebut yang relatif masih baik bagi
spesies Owa Jawa untuk melakukan aktivitas harian, mencari makan dan
berkembangbiak.
Upaya konservasi spesies Owa Jawa yang sudah terancam punah telah
dilakukan adalah dengan mempertahankan keberadaan Owa Jawa di kawasan
konservasi. Keberadaan Owa Jawa sebagai dasar sistem pengelolaan kawasan
konservasi diharapkan mampu melestarikan hidup satwa tersebut pada habitat
alami yang tersisa yang masih dimiliki. Jumlali individu dalam kelompok, jumlah
kelompok, distribusi pada jalur, waktu perjurnpaan dan vokalisasi Owa Jawa
dapat inemberikan informasi tentang keberadaan Owa Jawa. Informasi
keberadaan Owa Jawa merupakan bagian yang penting untuk melakukan
penilaian sistem pengelolaan kawasan konservasi. Menurut IUCN (2000),
indikator potensial untuk menilai kawasan lindung dapat juga di tinjau dari
kelangsungan hidup satwa penting yang berada di dalam kawasan konservasi.
Satwa arboreal seperti Owa Jawa yang masih tersisa di alam, sebagian
besar menempati habitat hutan. Keberadaan Owa Jawa di hutan dapat dijadikan
indikator bagi keutuhan hutan dengan vegetasi alami dan kanopi
berkesinarnbungan serta komposisi strata pohon yang lengkap. Selain satwa
arboreal sejati dari pergerakan yang dilakukan, Owa Jawa memiliki suara yang
menarik jika dibandingkan satwa primata dari spesies yang lain. Sebagian besar
primata memiliki daya tarik tersendiri dalam pendidikan konservasi alam dan
wisata. Demikian juga kehadiran Owa Jawa pada suatu kawasan dapat menarik
lebih banyak pengunjung. Tingkat keberhasilan menjumpai satwa Owa Jawa di
alam dipengaruhi oleh jumlah individu, jumlah kelompok, daerah jelajah,
distribusi, kualitas dan kuantitas habitat dan keadaan cuaca.
Pengelolaan kawasan konservasi Bodogol salah satunya dapat dilakukan
dengan merninimalkan dampak pengunjung terhadap keberadaan Owa Jawa.
pengunjung, pengaturan jarak optimal dan jalur kunjungan yang tepat akan sangat
meinbantu pengelola menjalankan tugas pengelolaan. Selain itu pengelolaan
kawasan dengan indikator satwa berarti juga melestarikan habitat dan spesies
Owa Jawa.
Uji coba pengelolaan kawasan konservasi yang dilakukan di Bodogol
karena kawasan tersebut memiiiki sistem pengelolaan kawasan yang unik,
diantaranya dengan inenerapkan kunjungan terbatas dan panduan kunjungan. Uji
coba penerapan sistem pengelolaan menarik untuk diketallui mengingat
keberadaan TNGP sebagai kiblat pengelolaan kawasan konservasi di Indonesia.
Kawasan Bodogol mulai dibangun sejak kebutullan akan sistem pengelolaan yang
dilakukan dianggap masih kurang. Adanya pembangunan di kawasan Bodogol
dikhawatirkan akan memberikan darnpak negatif terhadap sumberdaya alam dan
lingkungan sekitar kawasan.
Pengelola kawasan Bodogol terdiri dari beberapa organisasi independen
yang bergabung dalam konsorsium pengelola kawasan dan merupakan kolaborasi
antara TNGP (Tanan Nasional Gunung Gede Pangrango) -CI (Conservation
International) -Yayasan ALAMI. Pengeloiaan kawasan Bodogol difokuskan pada
pendidikan konservasi alam dan kegiatan ekoturisme. Pada laporan kegiatan
konsorsium tahun 1999-200 1 menunjukan bahwa kegiatan pengelolaan kawasan
belum dilakukan secara maksimal. Inventarisasi data potensi kawasan, survey,
penelitian dan pemantauan belum dilakukan secara intensif.
Melalui keberadaan Owa Jawa dan penilaian sistem pengelolaan yang
dibuat diharapkan pengelola mampu memperbaiki beberapa kesukardegagalan
melibatkan instansilindividu independen untuk mendukung effektifitas
irnplementasi pengelolaan yang tidak sinkron dan keberhasilan sistem
pengelolaan.
1.2. Permasalahan Pengelolaan Kawasan
Masalah yang dihadapi dalam pengelolaan TNGP adalah adanya
gangguan masyarakat terhadap kawasan. Walaupun secara kuantitas gangguan
tersebut relatif kecil dan frekuensinya semakin menurun tetapi masih merupakan
masalah yang cukup rumit dan berat bagi pengelola. Gangguan yang dilakukan
berupa pencurian hasil hutan, perburuan liar dan perambahan kawasan yang diperuntukan lahan pertanian. Kawasan Bodogol dengan sistem kunjungan
terbatas berhasil meminirnalkan jumlah sampah yang masuk ke dalam kawasan.
Pennasalahan mendasar yang dihadapi oleh TNGP hingga tahun 2001 adalah
sebagai berikut:
a) Status kawasan Taman Nasional yang belum ada penunjukanlpengukuhan
sehingga akan menjadi kendala dalam pelaksanaan penegakan hukum
b) Spesies Owa Jawa dalam kawasan belum diketahui secara pasti temas.uk
dampak pembangunan dalam kawasan dan keberadaan individu.
c) Masih belum optimalnya pengelolaan, meliputi belum mantapnya institusi
terutama di tingkat wilayah, jumlah atau mutu personil belum memadai,
kualitas sarana dan prasarana pengelolaan masih kurang dan peraturan
yang bersifat teknis belum menunjang
lahan. Dari 70% masyarakat tersebut sekitar 40% adalah buruh tani yang tidak mempunyai lahan garapan dan tergantung pada lahan orang lain.
Disarnping itu, tingkat pernilikan lahan rata-rata per keluarga sangat kecil
(< 0,25 ha). Tingkat pendidikan sebagian masyarakat hanya sekolah dasar
(SD) dan sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP), sehingga sulit untuk
mengaplikasikan teknologi pertanian
e) Rendahnya tingkat kepedulian masyarakat, persepsi tentang hutan sebagai
sumber kelidupan masih rendah terbukti dengan rnasih dijumpai
gangguan seperti garapan lahan, banyaknya sampah dan vandalisme
1 .3. Tuj uan Penelitian
Tujuan penelitian penilaian terhadap sistem pengelolaan pusat pendidikan
k o n s e ~ a s i darn Bodogol adaiah:
a) Mengetahui jumlah individu, jumlah kelompok, distribusi, waktu
perjumpam, vokalisasi dan jarak optimum pengamat terhadap keberadaan
Owa Jawa di kawasan Bodogol
b) Membuat modifikasi kriteria penilaian sistem pengelolaan kawasan konservasi berdasarkan kriteria IUCN dan rencana pengelolaan kawasan
yang berhubungan dengan keberadaan Owa Jawa
c) Menerapkan penilaian dengan kriteria yang telah dibuat di kawasan
konservasi alam Bodogol terhadap tiga responden (pengelola-
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat penilaian terhadap sistem pengelolm pusat pendidikan konservasi alarn
Bodogol adalah:
-
Dapat mengetahui jumlah individu, jumlah kelompok, distribusi,waktu perjumpaan, vokalisasi dan jarak optimum pengamat terhadap
keberadaan Owa Jawa di kawasan Bodogol
-
Dapat menemukan kriteria penilaian sistem pengelolaan kawasanyang dapat keberl~asilan sistem pengelolaan berdasarkan petunjuk
keberadaan satwa Owa Jawa
-
Dapat menjamin agar sistem pengelolaan kawasan konservasi yangdilakukan lebih effektif, termasuk menjamin kelestarian satwa Owa
Jawa dan mampu rnenerapkan prinsip pengelolaan kawasan yang
11.
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Pengelolaan Taman Nasional
Tarnan Nasional menurut undang-undang No.5 tallun 1990 adalah
kawasan pelestarian alam yang memiliki ekosistem asli, dikelola dengan sistem
zonasi dan dimanfaatkan untuk kepentingan tujuan penelitian, pendidikan,
menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Sistem pengelolaan kawasan
konservasi yang ada di Indonesia berpedoman pada kategori umum pengelolaan
kawasan konservasi yang ditetapkan oleh organisasi intemasional IUCN
(International IJnion for Conservation of Nature and Natural Resources). Kriteria
umum yang termasuk dalam sistem pengelolaan kawasan konservasi di Indonesia
meliputi; Taman Nasional, Suaka Margasatwa, Taman Wisata, Taman Buru dan
Hutan Lindung (MacKinnon, 1993). Pengelolaan kawasan yang dilindungi dapat
dibedakan menjadi sepuluh kriteria sesuai dengan tujuan dan peruntukan kawasan
yang berbeda. Salah satu bentuk kawasan lindung diantaranya adalah Taman
Nasional (TN). Taman Nasional menurut IUCN ( 1978) adalah kawasan lindung
diperuntukan guna melindungi kawasan alami dan berpemandangan indah yang
penting, secara nasional atau internasional s r t a memiliki nilai bagi pemanfaatan
ilmiah, pendidikan dan rekreasi.
Dasar hukum dan perundangan kawasan konservasi di Indonesia mengacu
pada Keppres No.32 tahun 1990 tanggal 25 Juli 1990 tentang kawasan lindung,
Ketentuan hukum yang berlaku diperkuat dengan ditetapkannya Peraturan
Pemerintah No. 68 tahun 1998 tentang kawasan suaka alam dan kawasan
pelestarian alam serta Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1995 tentang
pengusahaan pariwisata alam dl zona pemanfaatan Taman Nasional, Taman
Hutan Raya dan Taman Wisata (TNGP, 1996).
Menurut Alikodra (1987), empat aspek utama dalaln pencapaian tujuan
pengelolaan taman nasional terutama pada aspek konservasi, penelitian,
pendidikan dan kepariwisataan. Sistem pengelolaan taman nasional lne~niliki
keunggulan dibandingkan dengan sistem lainnya (Abbas, 2000): (1) taman
nasional dibentuk untuk kepentingan masyarakat dan karenanya hams bemanfaat
bagi masyarakat dan didukung oleh masyarakat; (2) konsep pelestarian
didasarkan pada perlindungan ekosistem sehingga mampu menjamin eksistensi
unsure-uusur pembentuknya, dm: (3) taman nasional dapar dimasuki oleh
pengunjung sampai dengan pendidikan cinta alam, kegiatan rekreasi dan fungsi
lain yang dikembangkan secara effektif
2.2. Zonasi dalam Pengelolaan Taman Nasional
Zona dalam taman nasional dihedakan menjadi zona inti, zona
pemanfaatan dan zona penyangga. Zona pemanfaatan adalah suatu daerah dalaln
kawasan taman nasional yang menjadi pusat kegiatan rekreasi. Pengelolaan dan
penggunaan potensi sumberdaya kawasan pada zona pemanfaatan secara optimal
ditujukan untuk kepentingan rekreasi. Pengelolaan zona pemanfaatan yang
berhubungan dengan kepentingan rekreasi dapat melibatkan pengusaha
nasional yang mutlak dilindungi, kegiatan pengelolaan diarahkan untuk
perlindungan alam serta memelihara proses alamiah agar diperoleh contoh
ekologis lingkungan alam. Kegiatan yang dapat dilakukan pada zona inti adalah
penjagaan dan penelitian yang dilakukan dengan izin khusus, pengelolaan
kawasan ini mudak menjadi tanggungjawab pengelola untuk kepentingan jasa
lingkungan. Zona penyangga adalah kawasan yang berada di luar kawasan taman
nasional yang penggunaan tanahnya terbatas untuk lapisan perliidungan
tambahan bagi kawasan taman nasional dan sekaligus bermanfaat bagi
masyarakat sekitar taman nasional (TNGP, 2000).
Pengelolaan taman nasional mencakup kegiatan yang beragam sehingga
organisasi pengelola memerlukan mitra yang dapat bekerjasama dalam usaha
pengelolaan yang dilakukan. Keberhasilan pengelolaan taman nasional
memerlukan kerjasama dengan masyarakat, organisasi penelitian, lembaga donor
dan organisasi masyarakat yang memiliki tujuan untuk keberhasilan pengelolaan
taman nasional.
2.3. Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert, 1798)
Owa Jawa (Hylobotes moloch) adalah satwa primata endemik yang
menjadi daya tmik utama di Bodogol selain fasilitas bangunan jembatan kanopi.
Menurut Ario et a1 (1999) hasil analisis dampak pengunjung terhadap satwa
primata yang telah dilakukan menunjukan bahwa Owa Jawa memberikan respon
yang cukup baik terhadap wisatawan atau turis yang berkunjung ke Bodogol.
menjadi target). Kehadiran Owa Jawa sebagai satwa arboreal di alam dapat
dijadikan sebagai indikator keutuhan hutan alami.
Distribusi Owa Jawa meliputi kawasan hutan di Jawa Barat dan sebagian
Jawa Tengah. Umurnnya tersebar dibeberapa !cawasan dilimdungi seperti TN.
Gunung Gede Pangrango, Tn. Ujung Kulon, TN. Gunung Halimun. CA Gunung
Simpang, CA Leuweng Sancang, Kawasan Wisata Cisolok dan Kawasan Gunung
Slamet. Menempati hutan hujan tropis daratan rendah sampai perbukitan pada
ketinggian 1500 meter dpl. (Supriatna dan Tilson, 1994)
Sistem organisasi sosial Owa Jawa adalah kelompok keluarga monogami,
berangotakan 2-6 individu (Tuttle, 1986). Menumt Supriatna dan Tilson, (1994);
Wahyono dan Supriatna, (1999) Owa Jawa sangat selektif dalam mengunakan
habitat sebagai telnpat mencari makan, melakukan aktivitas dan berkembangbiak.
Kondisi habitat satwa primata endemik sangat laitis dan keberadaan spesiesnya
sangat mengkhawatirkan. Upaya konservasi spesies Owa Jawa telah banyak
dilakukan, tinggal bagaimana caranya supaya pengelolaan kawasan konservasi
dapat mempertahankan habitat alami dan populasi satwa primata dihabitat
aslinya.
Kawasan Bodogol sebagai kawasan konservasi alam yang berorientasi
pada program pendidikan wisata telah melakukan penelitian awal mengenai
tentang dampak kehadiran pengunjung terhadap empat jenis primata yang
dijumpai di Bodogol. Hasilnya membuktikan bahwa Owa Jawa memiliki
frekuensi perjunpaan yang cukup sering oleh pengunjung. Frekuensi perjumpaan
Morfologi Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert, 1798) termasuk jenis prirnata dari suku Hylobatidae yang mempakan kera dengan ukuran tubuh yang kecil. Tungkai tangan lebih panjang dibandingkan dengan tungkai kaki, tidak berekor dan pada bagian pantat terdapat kulit tebal (ischial callosities) yang terpisah. Seluruh tubuh ditutupi oleh rambut dengan w m a bewariasi dari hitam, abu - abu keperakan, coklat kemerahan dan coklat kekuningan. Bagian wajah, telapak tangan dan telapak kaki tidak berrambut dan bemama lutam (Napier dan Napier, 1967). Wama rarnbut Owa Jawa bersifat ~nonokromatik artinya wama rarnbut dari bayi hingga dewasa tidak mengalami pembahan. Hylobates moloch jantan dewasa memiliki berat berkisar antara 4300-7928 gram sedangkan betina dewasa 4100-6800 gram. Panjang badan dan kepala berkisar antara 400-635 mm
untuk jantan dewasa dan 403-622 mm untuk betina dewasa (Napier dan Napier, 1967; Tuttle, 1986)
Informasi taksonomi selanjutnya pada tahun 1976 oleh Creel dan Preusscholt. kemudian Groves (1972). Distribusi atau daerah sebaran Hylobates moloch
meliputi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, TN.G. Halimun, TN. Ujung Kulon, Gunung Jayanti, Lekong, Gunung Porang, Gunung Salak, Telaga Wama, Cisolok, G. Sanggabuana, sebagian kecil di Jawa Tengah terdapat di G. Lawet Kappeler (1981).
Penggunaan habitat Hylobates moloch menurut hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui Owa Jawa memanfaatkan 38,85% dari total waktu beraktivitas untuk aktivitas makan 31,91% untuk bergerak, 28,43% untuk istirahat dan hanya sekitar 0,8% untuk aktivitas sosial (Ladjar, 1996). Aktivitas harian yang dilakukan sepenuhnya mengandalkan kesinarnbungan kanopi dan struktur tegakan vegetasi hutan. Memanfaatkan lebih dari 35 spesies tumbuhan sebagai sumber makanan. Menempati pohon tidur dengan ketinggian sekitar 47,35111 dengan lebar kanopi 21,53 m dengan tinggi percabangan pertama 23,59 m. Karakter pohon yang dimanfaatkan sebagai pohon tempat tidur salah satunya adalah emergen dengan kanopi yang lebar dan jarang untuk memudahkan memantau predator atau spesies anggota kelompok lain yang berbeda disekitar kelompoknya. Pohon yang serupa juga sering digunakan untuk melakukan vokalisasi, yaitu media komunikasi antar individu dalam spesies atau dengan spesies tetangga yang diserukan untuk penandaan daerah territorial dan tanda bila ada bahaya.
karyotipe, karakteristik tulang, bentuk dan formulasi gigi, isolasi geografis,
seperti s l a t dan sungai, hybridisasi dan lain sebagainya secara terinci
F i l m
Anak Filum :
Klas
Bangsa
AanakBangsa :
Induk Suku :
Suku Marga Spesies Chordata Vertebrata Mammalia Primata Anthropoidea Homninoidea Hylobatidae Hylobates
Hylobates moloch Audebert, 1798
Menurut Kappeler (198 I), daerah jelajah Hylobates molock di TN. Ujung Kulon 13,4 ha, sementara Ladjar (1996) di TN. G Halimun mencatat bahwa daerah jelajah Hylobates moloch seluas 26,25 ha. Sekitar 60-75% dari
keseluruhan luas jelajah merupakan daerah tenitorial yang sering digunakan
(core area). Penelitian Rinaldi (1999) di TN.Ujung Kulon mencatat bahwa 11
kelompok Owa Jawa di TN. Ujung Kulon rata-rata merniliki luas jelajah 8.53 ha
-
8,82 ha. Fungsi daerah tenitorial untuk penyedia sumber makanan, mengatur
kepadatan populasi sehingga memperhatikan sistem pengaturan yang baik
terhadap tekanan eksploitasi sumber makanan yang dibutuhkan di dalam hutan.
Owa Jawa adalah satwa arboreal yang hidup berkelompok keluarga.
Hidup herkelompok dan bersifat mnonogami, artinya dalam satu kelompok hanya
terdapat sepasang induk jantan dan betina dengan beberapa individu anak. Jumlah
anggota dalam kelompok bervariasi antara 3-6 individu. Matang seksual pada
kehamilan 7-7,5 bulan dengan interval 2-1 tahun, betina hanya mampu
melahirkan satu anak setiap kali melahirkan (Napier and Napier, 1967).
2.4. Kriteria Penilaian
Penilaian adalah kegiatan yang d~lakukan untuk memberikan tolak ukur
bempa huruf atau angka. Penilaian dapat me~pi3kan sarana pengukuran target
kemajuan dari berbagai kegiatan pengelolaan yang dilakukan. Penilaian sistem
pengelolaan dapat dilakukan sebagai suatu instrumen untuk mengetahui
keberhasilan target, kemajuan, kegagalan pada implementasi kegiatan
pengelolaan. Penilaian yang dilakukan oleh suatu organisasi bermjuan untuk
~nemantapkan sistem manajemen (SNI, 1997). Dasar penilaian pengelolaan
menwut Mitchell (2000) tergantung pada komitmen, perencanaan, implementasi
atau operasional, evaluasi dan usaha perbaikan sistem pengelolaan. Selanjutnya
Rothery (1996) menyatakan bahwa penilaian dapat menjadi sarana untuk
mengidentifikasi kesukaran atau kegagalan pada kegiatan pengelolaan.
Secara resmi belum ada aturan atau petunjuk yang baku mengenai
penilaian sistem pengelolaan kawasan konservasi. Penilaian terhadap sistem
pengelolaan kawasan konservasi di Indonesia, dilakukan oleh departemen
pemerintahan yang membawh kawasan konservasi (Balai Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango, 1995; Boo, 1995). Suatu kawasan yang ditetapkan
~nenjadi kawasan lindung bennula dari potensi dan karakteristik yang dimiliki
oleh kawasan. Menurut MacKinnon (1993) alasan utama suatu kawasan
ditetapkan menjadi kawasan lindung diantaranya karena keumkan ekosiste~n
yang dimiliki dan keberadaan spesies tertentu yang diminati, langka dan memiliki
kondisi landsekap atau ciri geofisik yang bernilai estetik, fungsi perlindungan
hidrologi (tanah, air dan iklim lokal), serta memilib fasilitas untuk rekreasi dam,
wisata, satwaliar dan pemandangan yang menarik. Penilaian effekhvitas
pengelolaan kawasan konservasi dapat pula dinilai melalui indikator tingkat
gangguan disekitar kawasan penyangga kawasan Rruner et a1. (2001). Sedangkan Boo (1995) dan MacKinnon (1993) menyatakan bahwa nilai dan
kepentingan kawasan yang ditetapkan menjadi kawasan konservasi pada tiap-tiap
kawasan adalah berbeda. Kondisi yang berbeda pada kawasan akan
mempengaruhi sistem pengelolaan kawasan yang diterapkan.
Penyusunan kriteria penilaian berpedoman pada prinsip pengelolaan
kawasan lindung internasional dan nasional IUCN yang termasuk ddan kategori taman nasional, kriteria pengelolaan hutan lestari dan rencana pengelolaan taman
nasional. Rencana pengelolaan kawkan TNGP dan rencana pengelolaan Bodogol
yang digunakan sebagai pedoman penyusunan kriteria merupakan pedoman
tambahan. Pedoman tarnbahan tersebut bila ingin diterapkan ditempat lain dapat
disesuaikan menurut rencana pengelolaan kawasan setempat.
Kriteria penilaian yang digunakan untuk menilai sistem pengelolaan
kawasan konservasi dam Bodogol dibedakan menurut keterlibatan responden.
Keterlibatan responden yang memiliki hubungan terhadap sistem pengelolaan
tersebut adalah kriteria penilaian oleh pengelola, pengunjung, dan masyarakat
Tabel 1. Kriteria Penilaian Sistem Pengelolaan Kawasan Konservasi Bodogol -
I 1. Kriteria Penilaian oleh Pengelola L-
Kriteria
I
Kriteria1
Perencanaan 11. Rencana pengelolaanI
. Pentndangan & kebijakan . Pal batas dan zonasi . Organisasi-kelembagaanI
e
I Opera,jional . lnventarisasi potensi . Keanekaragaman floifa . Penibinaan
. Pemeliharaan Program kerja
Kelengkapan prasarana
i
)
~ o s i a l , 114. Kesempatan kerja1
'
15. Peningkatan ekonomi1 Budava
1
~ a s i a r a k a t 116. Bina budaya masyarakat1
Sumberdaya 11 7. Penyuluhan dan manfaat?. Kriteria Penilaian oleh Penbwnjung
/
3. Kriteria Penilaian ole11 MasyarakatKriteria Indikator
/
KriteriaI
lndikatorMotivasi Kunjungan Fasilitas Pengelolaan Program Pendidikan Konservasi
1. Wisata pendidikan
2. Rekreasi keluarga & teman 3. Belajar dekat dengan alam 4. Mengetahui kehidupan liar 5. Melihat Owa Jawa
6. Jalan menuju kawasan 7. Transportasi yg digtmakan 8. Fasilitas Bangunan
9. Fasilitas Toilet
10. Jalan setaoak dala~n hutan 11. Jembatan kanopi
12. Papan informasi
13. R. diskusi & perlengkapan 14. Program wisata pendidikan 15. Materi & infonnasi
16. Bahasa intepreter
Lokasi Bodogol Ekonomi Masyarakat Pengenalan Konservasi
1
17. Pengenalan budaya1. Kawasan wisata
2. Mengetahui hljuan wisata 3. Kesempat kerja di Bodogol 4. Keuntungan yang diperoleh 5. Kerjasama kegiatan wisata 6. Penghasilan dari turis 7. Penyuluhan oleh pengelola 8. Bantuan sosial ekonomi 9. Mengambil hasil hutan
10. Penin~katan
-
ekonomi 1 I. Mengetahui fungsi hutan 12. Manfaat hutan13. Penanaman kernbali 14. Budaya tradisional
Potensi Desa
[image:161.806.56.742.86.450.2]19. Pelatihan dan pendidikan 0. Penghargaan kalya
1 . Pemahaman kawasan 2. Peningkatan pelayanan
Makanan Pariwisata Pemeliharaan Pengelolaan PPKAB Alokasi Dana Penilaian Internal
18. Pennainan dan hiburan 19. Kualitas lntepreter 20. Menu yang disediakan 21. Kualitas-kuantitas makanan 22. Penyajian menu
23. Pe~nesanan tiket masuk 24. Pelayanan secara u m ~ m 25. Pengaturan pengunjung 26. Melihat Owa Jawa (maskot) 27. Ingin datang lagi ke sini 28. Kebersihan lingkungan 29. Pemeliliaraan fasilitas 30. Koordinasi secara m u m 3 1. Kesiapan staf lapangan 23. Pengaturan pengunjung
24. Pengendalian dampak 25. Alokasi dana operasional 26. Alokasi dana perbaikan 27. Penilaian sistem 28. Perbaikan siste~n
Pariwisata
Kebersihan Kesehatan
Pandangan Pengelola
iiunung Gede
Pangango
[image:163.576.71.459.74.630.2]Gunung Gede Pangrango,
KO J d m r m
ne.1
rr**duu D~~~ Lldo
KO Wkrbuml
? P i n t u
3 G e r b a n g
Or
*i. Upanpan P u s a t
-2 Golf P e l a t i h a n
-a
%
U t a r a
N c r t h
PETA LOKASI
[image:164.789.15.696.59.520.2]PPKAB
J e m b a t a n K a n o p iLII.
KEADAAN
UMUM
LOKASI
PENELITIAN
3.1. Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP) memiliki luas
kawasan
+
15.196 ha, TNGP terletak di provinsi Jawa Barat. TNGP ditetapkanmenjadi Taman Nasional sejak tanggal 6 Maret 1980, dan m e ~ p a k a n salah satu
dari lima Taman Nasional (TN) pertama di Indonesia termasuk TN Leuser, TN
Ujung Kulon, TN Baluran dan TN Komodo. Keqekaragaman hayati yang
dimiliki TNGP sangat tinggi sehingga UNESCO menetapkannya menjadi Cagar
Biosfer yang mempakan paru-paru dunia (Balai Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango, 1995).
Kawasan Bodogol termasuk bagian dari kawasan Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango (TNGP) yang m e ~ p a k a n pintu gerbang sebelah barat
Taman Nasional. Khusus region Bodogol luas
+
300 ha, berada pada koordinat6" 31' 788"LS dan 106" 49' 727"BT. Kawasan Bodogol pada ketinggian 1473 m
dpl, dan terletak di zona pemanfaatan Taman Nasional (Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango, 1996; PPKAB, 2001). Lokasi penelitian berada sekitar
40 menit perjalanan dengan kendaraan dari kota Bogor dan sekitar 120 menit dari Jakarta. Potensi keanekaragaman hayati yang tinggi, aksessibilitas yang mudah,
sarana pendidikan konservasi yang baik, kawasan ekoturisme yang potensial dan
kompleksitas permasalahan yang ada mempakan suatu tantangan dalam
3.2. Sejamh Pusat Pendidkan Konservasi Alam Bodogol (PPKAB)
Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol diresmikan oleh Menteri
Kehutanan tanggal 1 1 Desember 1998. Peruntukan kunjungan pendidikan
lingkungan baru terbuka bagi pengunjung secara resmi pada bulan Febuari 1999.
Latar belakang berdirinya PPKAB bertujuan untuk memberikan pendidikan
lingkungan hidup dan pelestarian alam (Conservation International, 1998;
Konsorsium PPKAB, 1998; PPKAB, 2000). PPKAB mempakan suatu
konsorsium yang diprakarsai oleh 3 lembaga yaitu; Taman Nasional Gunung
Gede Pangrango, Conservation International Indonesia Program dan Yayasan
Alan Mitra Indonesia. Dari tiga unsur organisasi yang terlibat dalan konsorsiuln
PPKAB diharapkan masing-masing lembaga dapat mengembangkan suatu bentuk
pendidikan konservasi yang tepat dan melahirkan suatu model pengelolaan zona
pemanfaatan Taman Nasional secara berkelanjutan dengan meningkatkan fungsi
lembaga dalam strategi konservasi di Indonesia.
Program pendidikan yang disiapkan di Bodogol mempakan implementasi
dari Memorandum o f 1Jnderstanding antara Conservation International (CI)
dengan Menteri Kehutanan melalui Direktorat Jenderal Pelestarian Hutan dan
Konservasi Alam. Dalam pelaksanaan CI m e ~ p a k a n lembaga yang
bertanggungjawab dalam mencari dukungan dana untuk pembiayaan beberapa
fasilitas dan pengembangan program. Sementara Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango (TNGP) memberikan dana pendukung guna membiayai bangunan
pendukung seperti jembatan kanopi dan jalan setapak. Sedangkan Yayasan
ALAMI memberikan dukungan dengan pembiayaan personal dalam proses
Beberapa tujuan pengelolaan pendidikan konservasi alam diantaranya
adalah; (1) Memperkenalkan, rnempromosikan, dan mengembangkan konsep
pendidikan pelestarian alam yang diselenggarakan di dalam kawasan Taman
Nasional, (2) Menciptakan sebuah model pengelolaan di zona penyangga dalam
Taman Nasional yang berdasarkan prinsip kemandirian, (3) Meningkatkan kesadaran dan pemahaman akan pentingnya melestarikan sumberdaya alam, dan
(4) Menciptakan sebuah model kerjasama antara Lembaga Swadaya Masyarakat,
Pemerintah, Letnbaga Nasional dan Internasional.
Pengembangan resort Bodogol ditujukan pada; promosi kawasan
konservasi, membangun bentuk kerjasama antar lembaga swadaya masyarakat
(LSM) dengan p e m e ~ t a h dan membentuk pendid~kan lingkungan mandiri
dimana profit yang diperoleh ditujukan untuk pengembangan pendidikan
lingkungan (Rencana Karya Lima Tahunan TNGP, 1994; PPKAB, 2000).
3.3. Target Program Kegiatan PPKAB
Target program PPKAB adalah memperkenalkan pendidikan konservasi
untuk tujuan kelestarian. Sasaran program pendidikan yang dilakukan
diperuntukan bagi masyarakat lokal dan pengunjung. Pengelolaan konsorsium
secara dilakukan dengan proaktif mendatangi sekolah-sekolah di sekitar kawasan
Bodogol. Keqasama dengan volunteer dilakukan dengan memberikan pendidikan
mntepretasi dan pendalaman materi yang mendukung proses intepretasi. Semula
volunteer berasal dari peserta kemah konservasi (KEMKON) dan keberadaannya
terpisah dari konsorsium. Bentuk pemanduan dalam program pendidikan
dilakukan dengan membagi kelompok kunjungan dalam beberapa interval waktu
tertentu.
Program TNGP di resort Bodogol diantaranya adalah :
a) Local communlv visit yaitu mengundang masyarakat lokal untuk
berkunjung ke kawasan secara gratis. Rencana kedepan adalah
mengundang tokoh-tokoh penting di masyarakat seperti lurah, camat,
untuk berkunjung sekaligus belajar pendidikan konservasi alam
b) Pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan ekowisata yaitu sebagai
volunteer
C) Pihak pengelola merencanakan untuk membuat kegiatan semacam kemah
konservasi tanpa biaya khusus
d) Pembudidayaan tanaman obat dengan melibatkan LSM dan masyarakat
setempat
e) TNGP telah membangun kerjasama dengan lembaga lain seperti JICA
(Japan international Coorporation Agency) dan TN. Kinabalu di Malaysia Program kegiatan di resort Bodogol disesuaikan dengan rencana pengelolaan
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (Rencana Karya Lima Tahunan
TNGP, 1994).
Model Pengelolaan PPKAB dilakukan dengan kondisi sebagai berikut;
PPKAB dikelola oleh konsorsium yang terdiri dari tiga lembaga
Berdasarkan kondisi alam yang ada masukan dari berbagai
stakeholder, PPKAB difokuskan untuk kunjungan terbatas (bukan
mass tourism) dan khusus kunjungan pendidikan konservasi
= Kedatangan pengunjung harus mengikuti aturan yang ada, dan
mengikuti paket yang telah dibuat serta harus didampingi oleh
intepreter (volunteer, pemandu atau petugas) yang telah terlatih dan
atau terdidik mengikuti pelatihan intepreter
Kedatangan pengunjung diharapkan telah mendaftarkan sebelumnya
Pengelolaan dikelola secara mandiri dan akan dicoba selama 5
tahun. Apabila selama 5 tahun dianggap sudah adapat andiri, maka
pengelolaannya diusahakan akan dikelola oleh koperasi.
3.4. Fasilitas Bangunan
Bangunan yang ada di Bodogol mempakan konshibusi bersama dalam
ke jasama pengelolaan; Konstribusi TNGP dalam pembangunan fasilitas Gazebo
dan trail. Konstribusi CI dalam pembuatan asrama, Konstribusi ALAMI bempa
inventarisasi flora-fauna dan pembuatan modul pendidikan lingkungan. Biaya
pemeliharaan dan perbaikan fasilitas sudah termasuk dalam harga tiket
kunjungan. Harga tiket masuk ke resort Bodogol Rp. 15.000 (Rp. 2500 untuk
Taman Nasional dan Rp. 12500 masuk ke konsorsium yang dialokasikan untuk
biaya perawatan fasilitas). Masyarakat sekitar kawasan tidak dikenakan biaya
tetapi masyarakat hams mengatur kunjungan secara bergiliran. lnfomasi
keberadaan Bodogol belum dilakukan secara intensif sehingga masih banyak
pengembangan wisata di Bodogol tetapi dalam program yang direncanakan
penyampaian informasi Bodogol juga akan melibatkan kerjasama dengan
masyarakat sekitar (PPKAB, 2000).
3.5. Pengelolaan Pengunjung
Jurnlah kunjungan tahun 1999 ke kawasan Bodogol adalah 835
pengunjung, tahun 2000 jumlah pengunjung meningkat menjadi 3.005
pengunjung (2223 pengunjung umum dan 782 siswa sekolah dan perguruan
tinggi). Bila dilihat dari kondisi yang ada pada tahun 2001 pengunjung yang ke
PPKAB terns meningkat.
Kunjungan wisata ke resort Bodogol tidak dipenmtukan untuk mass
tourism, setiap pengunjung selalu didampingi oleh intepreterlpemandu.
Pemaduan dilakukan untuk menghindari pembuangan sampah, vandalisme dan
pemsakan lahan akibat pengunjung. Bentuk pendidikan lingkungan yang
diberikan dalam program kunjungan mengunakan modul permainan kemudian
ekposure ke alam dan disknsi di ruangan dengan metode interaktif.
Kunjungan terbatas diseleksi melalui sistem penerimaan pengunjung. Hal
ini dilakukan untuk menghindari dampak negatif kunjungan terhadap kawasan.
Pengunjung dapat datang langsung ke kawasan atau memesan karcis tanda masuk
terlebih dahulu, kemudian pengelola akan memutuskan diterirna atau tidak.
Selanjutnya pengunjung hams memenuhi ketentuan administrasi dan keuangan.
Sebelum pengunjung mengikuti program kegiatan dilakukan briefing kunjungan
dalam program kegiatan. Selanjutnya dilakukan evaluasi terhadap program yang
kegiatan dikoordinasikan dengan badan pengurus harian (BPH) untuk di evaluasi
Reservasi Calon Pengunjung Pengunjung
CI, TNGP, Yayasan AIami
Diterima
K ordinasi BPH PPKAB
8
+
I
Proses Adtninistrasi dan Keuangan\L
Briefing Kunjungan dan Pembagian Tugas
Program Kegiatan
Q
Evaluasi Program Kegiatan
[image:172.576.80.492.85.635.2]I
3.6. Pengelolaan Kawasan Bodogol
Pengelolaan kawasan konservasi di Bodogol termasuk dalam rencana
pengelolaan kawasan TNGP secara keseluruhan. Dalam pelaksanaan di lapangan
pengelolaan kawasan konservasi Bodogol dibawah pirnpinan kepala subseksi
kawasan Bodogol. Tantangan yang besar dalam pengelolaan kawasan perlu
diperhatikan mengingat letak kawasan yang sangat strategis, karena dekat dengan
pusat aktivitas kota dan pemukiman (hanya sekitar 40 menit dari arah Bogor dan
120 menit dari Jakarta).
Pengelolaan kawasan termasuk perencanaan, pengelolaan sumberdaya
dam. pemanfaatan kawasan perlindungan potensi kawasan, penyempurnaan
kelembagaan, penyempumaan kebijakan dan koordinasi, penyempumaan hukum
dan kebijakan, pengembangan sarana dan prasarana, pembinaan partisipasi
masyarakat serta pemantauan dan evaluasi pengelolaan.
Kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP) telah
diumumkan sebagai Taman Nasional sejak tahun 1980, dengan adanya UU No.5
Th.1990 konsekuensinya intensitas pengelolaan ditingkatkan. Sebagai Taman
nasional, TNGP me~pCikaII asset sumberdaya alam nasional sekaligus cagar
biosfer bagi dunia internasional. Dengan aksesibilitas yang tinggi, TNGP dapat
menjadi 'show window' taman nasional di Indonesia. Pemerintah provinsi Jawa
Barat dan daerah tingkat I1 di sekitar kawasan TNGP telah menetapkan kawasan
TNGP sebagai kawasan khusus. Sejak tahun 1984 status UPT TNGP setingkat
dengan Eselon IJlA. Shuktur organisasi sebagai UPT lebih bersifat independen,
sehingga memperbesar peluang kemandirian. Tugas dan fungsi unit pelayanan
ditetapkan oleh SK Menhut. Jumlah kebutuhan tenaga kerja telah ditetapkan
sesuai dengan struktur organisasi pengelolaan. Struktur organisasi telah
menetapkan adanya tenaga fimgsional untuk menunjang pengelolaan dan
pengembangan kawasan TNGP. Tenaga kerja TNGP secara keseluruhan sekitar
94 orang. Khusus untuk kawasan Bodogol sekitar 16 orang. Dana, sarana dan prasarana pengelolaan kawasan TNGP telah tersedia melalui APBN dan
Departemen Kehutanan. Pedoman pengelolaan pengembangan TNGP memjuk
pada berbagai versi pengelolaan, seperti design, rekayasa (engineering design),
rencana pengelolaan (management plan), design landscape (landscape design),
design fisik, rencana karya lima tahunan (RKL) dan rencana karya tahunan (RKT). Perencanaan yang menetapkan pedoman tata batas kawasan telah
mengatur batas luar kawasan sejak tahun 1981. Penetapan zonasi diperkuat
dengan SK yang dikeluarkan oleh Dijen PHPA. Penelitian tentang kawasan
TNGP telah banyak dilakukan, basil-hasil penelitian berpotensi sebagai sumber
informasi akurat dan mutakhir yang dapat digunakan sebagai acuan dalam
perencanaan pengelolaan kawasan. Potensi kawasan TNGP yang tinggi sebagai
sumber informasi utama tentang sumberdaya alam. Proses pembangunan sarana
dan prasarana menunjukan bahwa TNGP memiliki fungsi yang penting sebagai
penyedia sarana pendidikan dan pariwisata. Demikian juga dengan aksesibilitas
yang tinggi memudahkan kegiatan pembangunan sarana dan prasarana yang
menunjang pengelolaan kawasan.
TNGP memiliki fungsi yang tinggi sebagai sarana pariwisata alam dan
pendidikan lingkungan hidup. Aksesibilitas ke dalam kawasan TNGP yang
pengembangan kepariwisataan dan pendidikan bina cinta alam. Keterbukaan
masyarakat sekitar TNGP sangat memudahkan pengembangan industri pariwisata
di dalarn kawasan dan daerahdaerah sekitarnya walaupun sarana informasi yang
tersedia di TNGP masih kurang.
Program penelitian dan pengembangan IPTEK di TNGP, meliputi
penelitian mengenai keanekargaman hayati dan ekosistemnya, penelitian
mengenai j u d a h spesies flora-fauna endemik dan langka serta menggali potensi
sebagai bahan baku obat-obatan, tanaman hias dan lain sebagainya. TNGP
merupakan taman nasional dengan aksesibilitas yang dapat dijadikan sebagai
acuan untuk pengelolaan kawasan konservasi yang termasuk didalamnya
pengelolaan konservasi sumberdaya alam hayati. Sedangkan untuk usaha
perlindungan dan keamanan taman nasional dibagi menjadi 10 resort yang tersebar di sekeliling taman nasional. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan
dilakukan dengan memberikan penyuluhan tentang h g s i penting TNGP kepada
masyarakat sekitar.
Ekosistem TNGP memiliki keanekaragaman yang unik. Secara ekologis
kawasan TNGP merupakan penyangga kehidupan dan kelestarian lingkungan, tata air, tanah dan iklun untuk daerah sekitarnya. Ekosistem TNGP merupakan
bagian penting yang memerlukan pengembangan untuk kegiatan wisata dalam
taman nasional. Keanekaragaman flora-fauna endemik dan langka yang tinggi
merupakan daya tarik tinggi bagi ilmuwan dan wisatawan. Karakter geologi yang
khas dengan sistem hidroorologi yang ada di TNGP merupakan asset sumberdaya
dam non hayati yang dirniliki oleh TNGP sebagai penyangga utama bagi
Tingginya tingkat pertambahan penduduk disekitar kawasan TNGP
merupakan tantangan bagi pengelolaan. Jumlah penduduk yang bertambah akan
menjadi asset tenaga keja yang berkualitas jika sistem pengelolaan yang
diterapkan sudah mantap, sebaliknya akan menjadi sumber ancaman terhadap
keutuhan kawasan bila tidak dilakukan pembinaan dan pemantauan terhadap
masyarakat sekitar. Banyaknya tenaga keja masyarakat di sekitar TNGP
sebagian besar mata pencarian masyarakat di sektor pertanian. Keberadaan
kematan wisata disekitar kawasan dapat menunjang perkembangan perekonomian
masyarakat sekitar, seperti adanya kawasan wisata danau Lido pada lokasi
strategis dekat kawasan taman nasional. Masyarakat sekitar kawasan konservasi
dam Bodogol sebagian besar bekeja di pertanian dari tanah pertanian yang
sebagian besar dimiliki kawasan wisata Lido. Sebagian masyarakat mengelola
lahan pertanian mereka disamping membudidayakan tanaman kumis kucing yang
akan dijual sebagai tanaman obat. Belurn banyak masyarakat sekitar Bodogol
(kampung Ciwaluh, Lengkong Tengah, Lengkong dan Bodogol) yang
mengetahui fungsi hutan bagi kehidupan masyarakat sekitar kawasan TNGP.
Usaha yang dilakukan oleh pengelola masih belum maksimal, tetapi beberapa
usaha yang dilakukan pengelola hanya sebatas diketahui oleh masyarakat tetapi
belum diterapkan sebagai bagian dari aktivitas harian yang dilakukan. Demiloan
juga dengan potensi mayarakat yang termasuk kehidupan sosial dan budaya
tradisional belum mendapat perhatian untuk dikembangkan.
Menurut Miller dalam MacKinnon (1993), rencana pengelolaan
keterbatasan dan modal; (5) tinjauan hubungan antar wilayah; (5) uraian tujuan kawasan; (6) pembagian kawasan dalam zona pengelolaan; (7) peng!-cajian batas kawasan; (8) desain program kawasan dan (9) kesiapan pengembangan dan unplikasi biaya
Untuk memudahkan tindakan pengelolaan maka dalam pelaksanaan
harian oleh konsorsium PPKAB dituangkan dalam sebuah badan pengurus harian
yang anggotanya terdiri dari tiga unsur organisasi pembentuknya (CI-TNGP-
ALAMI) dengan pembagian ke j a yang secara rinci telah dituangkan dalam suatu
keputusan bersama dewan pembina konsorsium. Wewenang dan tanggungjawab
badan pengurus harian PPKAB yang terdiri dari manajer, bendahara, sekretaris,
divisi pemasaran, divisi program dan divisi secara lebih jelas dapat dilihat pada
tabel wewenang dan tanggungjawab (Tabel 2). Pengembangan Resort Bodogol di
masa depan akan diserahkan pada unit usaha koperasi Edelweis (sekitar tahun
2004) (PPKAB, 2000).
Dalam struktw organisasi konsorsium badan pengurus harian secara
langsung bertanggungjawab kepada dewan pembina konsorsium dan koperasi
yang termasuk