• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengetahuan Mahasiswi Fakultas Kedokteran Gigi Angkatan 2011 Universitas Sumatera Utara Tentang Pencegahan Kanker Leher Rahim

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tingkat Pengetahuan Mahasiswi Fakultas Kedokteran Gigi Angkatan 2011 Universitas Sumatera Utara Tentang Pencegahan Kanker Leher Rahim"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI FAKULTAS

KEDOKTERAN GIGI ANGKATAN 2011

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TENTANG

PENCEGAHAN KANKER LEHER RAHIM

Oleh :

KESAVANRAJ A/L KONARSIGARAN

NIM :110100410

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI FAKULTAS

KEDOKTERAN GIGI ANGKATAN 2011

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TENTANG

PENCEGAHAN KANKER LEHER RAHIM

Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

KESAVANRAJ A/L KONARSIGARAN

NIM :110100410

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

Kanker serviks merupakan suatu penyakit yang sangat berbahaya dalam dunia. Kanker serviks mencatat tempat ketiga tertinggi pada kasus kanker golongan wanita dalam dunia dengan estimasi 527.624 kasus baru pada tahun 2012. Terdapat dua jenis utama kanker serviks adalah karsinoma sel skuamosa dan adenokarsinoma. Kanker serviks dapat dicegah dengan penggunaan kondom, vaksin Human Papilloma Virus (HPV) dan pap smear. Namun, pengetahuan tentang pencegahan kanker serviks masih kurang di kalangan mahasiswi.

Jenis penelitian adalah deskriptif.Lokasi penelitian di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara pada bulan September-November 2014. Populasi adalah mahasiswi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Angkatan 2011 berjumlah 120 dan jumlah sampel 92 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara consecutive random sampling.Instrumen pengumpulan data dengan menggunakan 26 soal pengetahuan tentang pencegahan kanker leher rahim. Analisis data dilakukan dengan tabel distribusi frekuensi. Data dianalisis menggunakan diskriptif yang tersaji dalam tabel distribusi.

Hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan mahasiswa tentang pencegahan kanker leher rahim dengan kriteria sedang (43,5%), kriteria kurang (34,8%) dan kriteria baik (21,7%).

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah pengetahuan mahasiswa perlu ditingkat lagi agar lebih memahami tentang pencegahan kanker leher rahim sebagai awal deteksi dini kanker leher Rahim.

(5)

ABSTRACT

Cervical cancer is a disease that is very dangerous in the world. Cervical cancer is the third-highest on record a group of female cancer cases in the world with an estimated 527,624 new cases in 2012. There are two main types of cervical cancer are squamous cell carcinoma and adenocarcinoma. Cervical cancer can be prevented with the use of condoms, vaccines Human Papilloma Virus (HPV) and Pap smears. However, the knowledge about cervical cancer prevention is still lacking among female students.

The purpose of research is to determine the level of general knowledge about cervical cancer in female students of the Faculty of Dentistry, University North Sumatra 2011.

This type of research is descriptive .The location of research in the Faculty of Dentistry, University Sumatera Utara in September-November 2014. The population is the female student of the Faculty of Dentistry,University Sumatera Utara in 2011 amounted to 120 and the number of samples of 92 people . The sampling technique was done by consecutive random sampling . Data collection instrument using the 26 questions of knowledge about cervical cancer prevention . Data analysis is done with a frequency distribution table .

The results showed that students' knowledge about cervical cancer prevention with the criteria being moderate ( 43.5 % ), low criteria ( 34.8 % ) and good criteria ( 21.7 % ) .

The conclusion of this study is the female students knowledge need to be improve the understanding level on the prevention of cervical cancer as early as the early detection of cervical cancer.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dalam rangka memenuhi kewajiban untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Rasa hormat, cinta dan terima kasih yang dalam saya persembahkan kepada kedua orang tua saya, doa dan dukungannya selama ini kepada saya selama menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Saya mengucapkan terima kasih kepada dr.Jessy Chrestella, Sp.PA selaku dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah ini yang telah menyediakan waktu, tenaga, pemikiran dan kesabarannya sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik. Dalam penelitian Karya Tulis Ilmiah ini, saya juga mendapatkan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan rasa terima kasih yang sebesarnya kepada :

1. Dosen Penguji seminar proposal dan hasil penelitian dr.Iman Helmi Effendi, SpOG dan dr.Eka Roina Megawati, M.Kes

2. Prof.dr.Gontar A.Siregar, SpPD.KGEH selaku Dekan Fakultas Kedokteran Sumatera Utara.

3. Seluruh dosen dan pegawai di FK USU

4. Mahasiswi Setambuk 2011 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, Medan yang membantu peneliti dalam mengisi kuesioner yang diberikan

5. Jaya Dev, Nadiah Hashim dan Bhavytira yang sudah sangat membantu baik moral atau materi, memberikan masukan serta motivasi demi selesainya Karya Tulis Ilmiah ini.

(7)

Saya menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun bahasanya, “Tak ada gading yang tak retak”. Untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini di masa yang akan datang. Akhirnya peneliti mengharapkan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat membawa manfaat terutama bagi peneliti sendiri dan para pembaca sekalian.

Medan, 22 Desember 2014

(8)

DAFTAR ISI

2.1.9 Gambaran Histopatologi ... 15

2.1.10 Diagnosa ... 19

2.1.11 Tes Pap Smear ... 19

2.1.11a Sitologi konvensional ... 20

2.1.11b Sitologi berbasis cairan ... 20

2.1.11cBagaimana hasil tes Pap dilaporkan ... 21

2.1.11d Kolposkopi ... 23

2.2.3 Radikal trachelectomy ... 29

(9)

2.2.5 Pelvic exenteration ... 30

2.2.6Radioterapi ... 31

2.2.7Kemoterapi ... 32

2.2.8Tindakan Lanjutan ... 32

2.2.9Pencegahan ... 33

2.3.3 Hal - hal Yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 37

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL ... 39

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 39

4.5 Pengolahan dan Analisa Data... 43

4.5.1 Analisis Data ... 43

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

5.1. Hasil Penelitian ... 44

5.1.1 Deskripsi lokasi penelitian ... 44

5.1.2 Gambaran umum responden ... 44

5.2. Pembahasan ... 56

5.2.1 Tingkat pengetahuan mahasiswi tentang pencegahan kanker leher rahim secara umum ... 56

5.2.2 Tingkat pengetahuan mahasiswi tentang pencegahan kanker leher rahim melalui vaksinasi ... 57

(10)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

6.1. Kesimpulan ... 60

6.2. Saran ... 60

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Di Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Medan ... 45 Tabel 5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Tinggal Di

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

Medan ... 45 Tabel 5.3. Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Tinggal Di

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

Medan ... 46 Tabel 5.4. Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Tinggal Di

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

Medan ... 46 Tabel 5.5. Distribusi Responden Berdasarkan Mengikuti Organisasi

Kemasyarakatan Di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Sumatera Utara Medan ... 46 Tabel 5.6. Distribusi Responden Berdasarkan Pernah Merokok Di

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

Medan ... 47 Tabel 5.7. Distribusi Responden Berdasarkan Pernah Divaksin HPV

di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

Medan ... 47 Tabel 5.8. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi

Tentang Kanker Leher Rahim Secara Umum Di Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Medan ... 47 Tabel 5.9. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi

Tentang Vaksin Human Papilloma Virus di Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Medan ... 48 Tabel 5.10. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi

Tentang Pap Smear Di Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara Medan ... 48 Tabel 5.11. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Dari

Guru Di Sekolah di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Sumatera Utara Meda ... 48 Tabel 5.12. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Dari

Guru Di Sekolah Di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Sumatera Utara Medan ... 49 Tabel 5.13. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Dari

Orangtua di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Sumatera Utara Medan ... 49 Tabel 5.14. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Dari

Teman Di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera

(12)

Tabel 5.15. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Dari Media Cetak di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Sumatera Utara Medan ... 50 Tabel 5.16. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Dari

Media Elektronik Di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Medan ... 50 Tabel 5.17. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Dari

Seminat Atau Pelatihan Kespro di Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Sumatera Utara Medan ... 51 Tabel 5.18. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Dari

Seminat Atau Pelatihan Kespro di Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Sumatera Utara Medan ... 51 Tabel 5.19. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Tentang Pencegahan Kanker Leher Rahim Secara Umum di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

Medan ... 52 Tabel 5.20. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Tentang Pencegahan Kanker Leher Rahim Melalui Vaksinasi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Sumatera Utara Medan ... 53 Tabel 5.21. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Tentang Pencegahan Kanker Leher Rahim Melalui Pap Smear di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera

Utara Medan ... 54 Tabel 5.22. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Tingkat

Pengetahuan Tentang Kanker Leher Rahim di Fakultas

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Sistem Reproduksi Wanita ... 5

Gambar 2.2 Perkembangan Epitel Normal Melalui CIN 1, CIN2 dan CIN3 untuk Microinvasive dan Kanker invasive ... 14

Gambar 2.3 Keratinizing invasif karsinoma sel skuamosa ... 16

Gambar 2.4 Karsinoma invasif diferensiasi sel skuamosa ... 17

Gambar 2.5 Karsinoma invasif diferensiasi sel skuamosa ... 17

Gambar 2.6 Nonkeratinizing karsinoma sel skuamosa invasive ... 18

(14)

DAFTAR SINGKATAN

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Riwayat Hidup 2. Ethical Clearance

3. Surat Izin Penelitian di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Medan

(16)

ABSTRAK

Kanker serviks merupakan suatu penyakit yang sangat berbahaya dalam dunia. Kanker serviks mencatat tempat ketiga tertinggi pada kasus kanker golongan wanita dalam dunia dengan estimasi 527.624 kasus baru pada tahun 2012. Terdapat dua jenis utama kanker serviks adalah karsinoma sel skuamosa dan adenokarsinoma. Kanker serviks dapat dicegah dengan penggunaan kondom, vaksin Human Papilloma Virus (HPV) dan pap smear. Namun, pengetahuan tentang pencegahan kanker serviks masih kurang di kalangan mahasiswi.

Jenis penelitian adalah deskriptif.Lokasi penelitian di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara pada bulan September-November 2014. Populasi adalah mahasiswi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Angkatan 2011 berjumlah 120 dan jumlah sampel 92 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara consecutive random sampling.Instrumen pengumpulan data dengan menggunakan 26 soal pengetahuan tentang pencegahan kanker leher rahim. Analisis data dilakukan dengan tabel distribusi frekuensi. Data dianalisis menggunakan diskriptif yang tersaji dalam tabel distribusi.

Hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan mahasiswa tentang pencegahan kanker leher rahim dengan kriteria sedang (43,5%), kriteria kurang (34,8%) dan kriteria baik (21,7%).

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah pengetahuan mahasiswa perlu ditingkat lagi agar lebih memahami tentang pencegahan kanker leher rahim sebagai awal deteksi dini kanker leher Rahim.

(17)

ABSTRACT

Cervical cancer is a disease that is very dangerous in the world. Cervical cancer is the third-highest on record a group of female cancer cases in the world with an estimated 527,624 new cases in 2012. There are two main types of cervical cancer are squamous cell carcinoma and adenocarcinoma. Cervical cancer can be prevented with the use of condoms, vaccines Human Papilloma Virus (HPV) and Pap smears. However, the knowledge about cervical cancer prevention is still lacking among female students.

The purpose of research is to determine the level of general knowledge about cervical cancer in female students of the Faculty of Dentistry, University North Sumatra 2011.

This type of research is descriptive .The location of research in the Faculty of Dentistry, University Sumatera Utara in September-November 2014. The population is the female student of the Faculty of Dentistry,University Sumatera Utara in 2011 amounted to 120 and the number of samples of 92 people . The sampling technique was done by consecutive random sampling . Data collection instrument using the 26 questions of knowledge about cervical cancer prevention . Data analysis is done with a frequency distribution table .

The results showed that students' knowledge about cervical cancer prevention with the criteria being moderate ( 43.5 % ), low criteria ( 34.8 % ) and good criteria ( 21.7 % ) .

The conclusion of this study is the female students knowledge need to be improve the understanding level on the prevention of cervical cancer as early as the early detection of cervical cancer.

(18)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker adalah pertumbuhan abnormal sel-sel yang disebabkan oleh beberapa perubahan dalam ekspresi gen yang menyebabkan keseimbangan disregulasi proliferasi sel dan kematian sel dan akhirnya berkembang menjadi populasi sel yang dapat menyerang jaringan dan bermetastasis ke tempat yang jauh, menyebabkan morbiditas yang signifikan. Jika tidak diobati, menyebabkan kematian tuan rumah(host)(Raymond W. 2007).

Menurut Globocan 2012, ada 6.663.001 kasus kanker baru, 3.548.190 kematian akibat kanker dan 17.182.344 orang yang hidup dengan kanker (dalam waktu 5 tahun dari diagnosis) pada tahun 2012 di seluruh dunia.(Globocan 2012).Kanker serviks mencatat tempat yang ketiga tertinggi pada kasus kanker golongan wanita dengan estimasi 527.624 (7,9%) kasus baru pada tahun 2012. Ada sekitar 265,672 (7,5%) kematian akibat kanker serviks di seluruh dunia pada tahun 2012. Dalam prevalensi 5 tahun yang akan datang, penganggaran kematian akibat kanker serviks untuk golongan wanita di dunia sebanyak 1.547.161 (9,0%) kasus (Globocan 2012).

Di Indonesia diperkirakan ditemukan estimasi kasus kanker serviks sebanyak20.298 kasus pada tahun 2012. Menurut data Globocan 2012, kanker serviks mencatat mortalitas sebanyak 9.498 kasus pada tahun 2012. Prevalensi untuk kasus kanker serviks di Indonesia adalah sebanyak 59.107 kasus dalam masa 5 tahun yang akan datang (Globocan, 2012). Data kanker dari 13 pusat laboratorium patologi, kanker serviks merupakan penyakit kanker yang memiliki jumlah penderita terbanyak di Indonesia, yaitu lebih kurang 36% (Rasjidi, 2009).

(19)

(misalnya vagina) atau ke bagian lain dari tubuh.Dua jenis utama kanker serviks adalah karsinoma sel skuamosa dan adenokarsinoma (Cervical cancer, Cancer Council Victoria, 2013).Gejala kanker serviks adalah perdarahan vagina abnormal yaitu misalnya, pendarahan di antara periode, setelah berhubungan seks atau setelah menopause. Selain itu, gejala yang lain adalah bernoda darah keputihan yang mungkin memiliki bau busuk, serta ketidaknyamanan atau nyeri pada panggul (Irish Cancer Society, 2013).

Penyebab dari kanker ini adalah virus yang dikenal sebagai Human papiloma virus (HPV), yaitu sejenis virus yang menyerang manusia. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), infeksi ini merupakan faktor risiko utama kanker leher rahim. Menurut Dr. Bambang Dwipoyono Sp.Og dari divisi Knaker Ginekologik RS Kanker Dharmais, pasien yang menderita kanker serviks pada stadium lanjut pada tahun 1993-1997 sebanyak 710 kasus baru. Sebesar 65 persen pasien datang pada stadium lanjut (IIB-IV). Angka ketahanan hidup dalam dua tahun stadium lanjut tersebut berkisar 53,2 persen dan untuk stadium awal hampir 90 persen (Prakash, 2007).

Resiko terjadinya kanker leher rahim dapat dilakukan dengan menghindari infeksi HPV seperti penggunaan kondom, vaksin HPV dan pap smear.Penggunaaan kondom dapat memberikan perlindungan terhadap HPV.Satu studi menemukan bahwa ketika kondom diggunakan dengan benar, mereke dapat menurunkan tingkat infeksi HPV pada wanita sekitar 70%.(American Cancer Society, 2013).Vaksin HPV terbukti efektif dalam mencegah infeksi HPV tipe 16 dan 18.Pentingnya penggunaan vaksin sebagai suatu program pencegahan adalah berdasarkan kenyataan bahwa perempuan di negara berkembang tidak dapat melakukan skrinning terhadap kanker leher rahim karena kurang aksesnya terhadap pelayanan kesehatan(Komalasari 2012).Wanita usia di atas 25 tahun, telah menikah dan sudah mempunyai anak digalakkan melakukan pemeriksaan pap smear setahun sekali atau menurut petunjuk dokter. Hal ini karena pemeriksaan pap smear adalah cara untuk mendeteksi dini kanker serviks, serta pemeriksaan ini dapat memberikan hasil yang akurat dan tes-nya dapat dilakukan dengan cepat (Akram,2009).

(20)

berasal dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.Pendidikan juga mempengaruhi pengetahuan terutama tentang kesehatan.Secara umum tingkat pendidikan sudah menggambarkan tingkat pengetahuan responden (Puspasari, 2013).

Saya memilih mahasisiwi Fakultas Kedokteran Gigi USU karena secara sepenuh hanya menyelenggarakan proses belajar mengajar yang berorientasi pada perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan kebutuhan masyarakat dalam bidang kesehatan gigi dan mulut untuk menghasilkan Sarjana Kedokteran Gigi dan Dokter Gigi yang berpengetahuan. Jadi ini memudahkan saya melihat bagaimana pemahaman mahasiswi mengenai kanker leher rahimdan pencegahan kanker leher rahim .

Saya memilih untuk melakukan penelitian ini atas dasar kesadaran saya berkenaan tingginya kasus Penyakit Kanker Serviks di Indonesia ini.Saya juga memilih untuk melakukan penelitian ini untuk melihat tahap kesadaran sekumpulan mahasiswa terhadap pencegahan kanker leher rahim.

1.2 Permasalahan Penelitian

Bagaimana tingkat pengetahuan Mahasiswi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Angkatan 2011 terhadap pencegahan kanker leher rahim.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui tingkat pengetahuan secara umum tentang kanker leher rahim pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Angkatan 2011.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswi tentang pencegahan kanker leher rahim secara umum.

(21)

3. Mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswi tentang pencegahan kanker leher rahim melalui pap smear.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharap dapat dipergunakan untuk :

1. Sebagai dasar data pertimbangan dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada mahasiswi tentang pencegahan kanker leher Rahim di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kanker Leher Rahim 2.1.1. Anatomi Leher Rahim

Leher rahim adalah bagian dari sistem reproduksi wanita.Lokasi leher rahim adalah di panggul.Leher rahim terletak di bagian bawah, manakala bagian sempit terletak di uterus (rahim).Leher rahim merupakan sebuah lorong di mana leher rahim menghubungkan rahim ke vagina.Selama periode menstruasi, darah mengalir dari rahim melalui leher rahim ke dalam vagina.Vagina mengarah ke luar tubuh.Leher rahim juga membuat lendir. Saat berhubungan seksual, lendir akan membantu sperma bergerak dari vagina melalui leher rahim ke dalam rahim. Selama masa kehamilan, serviks dalam keadaan tertutup rapat untuk membantu menjaga bayi di dalam rahim.Pada saat persalinan, serviks membuka untuk memungkinkan bayi untuk melewati vagina (National Cancer Institute, 2012).

(23)

2.1.2. Sel Kanker

Sebagian besar kanker serviks dimulai pada sel-sel yang melapisi leher rahim.Sel-sel ini tidak tiba-tiba berubah menjadi kanker.Sebaliknya, sel-sel normal dari leher rahim pertama secara bertahap mengembangkan perubahan pra-kanker yang berubah menjadi pra-kanker.Dokter menggunakan beberapa istilah untuk menggambarkan perubahan pra-kanker, termasuk neoplasia serviks intraepithelial (CIN), lesi squamous intraepithelial (SIL), dan displasia.Perubahan ini dapat dideteksi dengan tes Pap dan diobati untuk mencegah kanker dari berkembang.Ada 2 jenis utama kanker serviks karsinoma sel skuamosa dan adenokarsinoma.Sekitar 80% sampai 90% dari kanker serviks adalah karsinoma sel skuamosa.Di bawah mikroskop, kanker jenis ini terdiri dari sel-sel yang seperti sel-sel skuamosa. (American Cancer Society, 2013)

2.1.3 Definisi Kanker Leher Rahim

Kanker leher rahim adalah penyakit di mana sel-sel leher rahim menjadi abnormal dan mulai pertumbuhan tidak terkendali, dan membentuk tumor

(Margaret,2002).

2.1.4 Epidemiologi

Estimasi American Cancer Society untuk kanker serviks di Amerika adalah untuk 2014 :

1. 12.360 kasus baru kanker serviks akan didiagnosis

2. 4.020 wanita akan meninggal akibat kanker serviks. Penelitian WHO tahun 2005 menyebutkan, terdapat lebih dari 500.000 kasus baru, dan 260.000 kasus kematian akibat kanker leher rahim, 90% diantaranya terjadi di negara berkembang.

Angka insidens tertinggi ditemukan di negara-negara Amerika bagian tengah dan selatan, Afrika timur, Asia selatan, Asia Tenggara dan Melanesia. The Cervical Cancer Crisis Card: Death Count mengungkapkan sejumlah besar perempuan yang meninggal di Asia. India sendiri merupakan 26,4% dari semua wanita meninggal karena kanker serviks di seluruh dunia, dengan China, Bangladesh, Pakistan, Indonesia dan Thailand juga menunjukkan kejadian kematian yang tinggi. Jumlah kematian di Indonesia adalah sekitar 7493 menurut

(24)

dengan kanker serviks. Semua sepuluh negara dengan angka kematian kanker serviks tertinggi dapat ditemukan di Afrika. Menurut mortalitas dalam The Cervical Cancer Crisis Card: Death Count, Indonesia mencatat mortalitas sebanyak 700.000 dengan kedudukan ke-27 (Cervical Cancer Global Crisis Card, 2013).

2.1.5 Penyebab Kanker Rahim

Infeksi umum Human Papilloma Virus (HPV) merupakan penyebab sekitar 90% dari semua kanker leher rahim.Ada lebih dari 80 jenis Human Papilloma Virus (HPV).Sekitar 30 jenis ini dapat menular seksual, termasuk yang menyebabkan kutil kelamin (papiloma).Sekitar setengah dari Human Papilloma Virus (HPV) yang menular seksual yang berhubungan dengan kanker leher rahim.Human Papilloma Virus(HPV) "berisiko tinggi" menghasilkan protein yang dapat menyebabkan sel-sel epitel serviks tumbuh tak terkendali.Virus ini membuat protein kedua yang mengganggu penekan tumor yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh manusia.Human Papilloma Virus (HPV)-16 galur diperkirakan menjadi penyebab sekitar 50% kanker leher rahim (Margaret,2002). 2.1.6 Faktor Risiko Kanker Rahim

(25)

faktor-faktor ini untuk mendapatkan Pap Smear secara teratur untuk mendeteksi dini kanker leher rahim (American Cancer Society,2013).

Human Papilloma Virus (HPV)

Human Papilloma Virus (HPV) dapat menginfeksi sel-sel pada permukaan kulit, dan mereka yang melapisi alat kelamin, anus, mulut dan tenggorokan, tapi bukan darah atau organ seperti jantung atau paru-paru.Human Papilloma Virus

(HPV) dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain selama kontak kulit - ke-kulit. Salah satu cara Human Papilloma Virus (HPV) menyebar melalui hubungan seks, termasuk hubungan seks vagina dan anus dan bahkan seks oral (American Cancer Society,2013).

Berbagai jenis Human Papilloma Virus (HPV) menyebabkan kutil di berbagai bagian tubuh. Beberapa menyebabkan kutil umum pada tangan dan kaki; orang lain cenderung menyebabkan kutil pada bibir atau lidah. Beberapa jenis

(26)

Merokok

Ketika seseorang merokok, mereka dan orang-orang di sekitarnya yang terkena bahan kimia penyebab kanker yang mempengaruhi organ-organ selain dari paru-paru.Zat berbahaya ini diserap melalui paru-paru dan dibawa dalam aliran darah ke seluruh tubuh.Wanita yang merokok sekitar dua kali lebih mungkin sebagai bukan-perokok untuk mendapatkan kanker leher rahim.Tembakau oleh-produk telah ditemukan dalam lendir leher rahim wanita yang merokok.Para peneliti percaya bahwa zat ini merusak DNA dari sel-sel leher rahim dan dapat berkontribusi terhadap perkembangan kanker serviks. Merokok juga membuat sistem imun kurang efektif dalam melawan infeksi Human Papilloma Virus(HPV) (American Cancer Society, 2013).

Immunosuppression

Human immunodeficiency virus (HIV), virus penyebab AIDS, kerusakan sistem kekebalan tubuh dan menempatkan perempuan pada risiko tinggi untuk infeksi Human Papilloma Virus (HPV).Hal ini mungkin menjelaskan mengapa wanita dengan AIDS memiliki peningkatan risiko untuk kanker leher rahim.Sistem kekebalan tubuh adalah penting dalam menghancurkan sel-sel kanker dan memperlambat pertumbuhan dan penyebaran mereka.Pada wanita dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV), sebuah pra-kanker leher rahim mungkin berkembang menjadi kanker invasif lebih cepat dari biasanya. Kelompok lain dari wanita berisiko kanker leher rahim wanita yang menerima obat untuk menekan respon kekebalan tubuh mereka, seperti yang sedang dirawat karena penyakit autoimun (dimana sistem imun melihat jaringan tubuh sendiri sebagai benda asing dan menyerang mereka, karena akan kuman ) atau mereka yang telah memiliki transplantasi organ (American Cancer Society, 2013).

Infeksi Chlamydia

Chlamydia adalah jenis yang relatif umum dari bakteri yang dapat menginfeksi sistem reproduksi.Hal ini menyebar melalui kontak seksual.Infeksi

(27)

masa lalu atau saat ini (dibandingkan dengan wanita yang memiliki hasil tes normal). Wanita yang terinfeksi Chlamydia seringkali tidak memiliki gejala Bahkan, mereka mungkin tidak tahu bahwa mereka terinfeksi sama sekali kecuali mereka diuji untuk Chlamydia selama pemeriksaan panggul (American Cancer Society, 2013)

Kontrasepsi Oral (Oral)

Ada bukti bahwa mengambil kontrasepsi oral (oral) untuk waktu yang lama meningkatkan risiko kanker leher rahim.Penelitian menunjukkan bahwa risiko kanker leher rahim naik semakin lama seorang wanita mengambil kontrasepsi oral, tapi risiko kembali turun lagi setelah kontrasepsi oral dihentikan. Dalam sebuah penelitian, risiko kanker leher rahim ditemukan dua kali lipat pada wanita yang mengambil pil KB lebih dari 5 tahun, tetapi risiko kembali normal 10 tahun setelah mereka dihentikan (American Cancer Society,2013).

The American Cancer Society percaya bahwa seorang wanita dan dokter harus mendiskusikan apakah manfaat menggunakan kontrasepsi oral lebih besar daripada potensi resiko. Seorang wanita dengan beberapa mitra seksual harus menggunakan kondom untuk mengurangi resiko nya penyakit menular seksual apa pun lainnya bentuk kontrasepsi dia menggunakan (American Cancer Society, 2013).

Intrauterine Device Use (IUD)

(28)

Multiple Full-Term Pregnancies

Wanita yang telah memiliki 3 atau lebih kehamilan penuh panjang memiliki peningkatan risiko mengembangkan kanker leher rahim.Tidak ada yang tahu mengapa hal ini benar.Satu teori adalah bahwa para wanita harus memiliki hubungan seks tanpa kondom untuk hamil, sehingga mereka mungkin memiliki lebih banyak eksposur terhadap Human Papilloma Virus (HPV).Selain itu, penelitian telah menunjukkan perubahan hormonal selama kehamilan karena mungkin membuat wanita lebih rentan terhadap infeksi Human Papilloma Virus (HPV) atau pertumbuhan kanker. Pikiran lain adalah bahwa wanita hamil mungkin memiliki sistem kekebalan tubuh lemah, memungkinkan untuk infeksi Human Papilloma Virus (HPV) dan pertumbuhan kanker (American Cancer Society, 2013)

Dietilstilbestrol (DES)

(29)

perempuan lama akan tetap beresiko.Daughter's (Putri) Dietilstilbestrol (DES) juga mungkin menghadapi peningkatan risiko mengembangkan kanker sel skuamosa dan pra-kanker leher rahim terkait dengan Human Papilloma Virus

(HPV) (American Cancer Society, 2013). 2.1.7 Patogenesis

(30)

bahwa vaksin ditujukan terhadap papillomaviruses dapat mencegah infeksi dan perkembangan gangguan prakanker (Kumar, 2005).

Intraepithelial Neoplasia Leher Rahim (CIN)

Kanker leher rahim bisaanya memakan waktu bertahun-tahun untuk berkembang. Sebelum itu terjadi, sel-sel pada leher rahim yang sering menunjukkan perubahan yang dikenal sebagai neoplasia leher rahim intraepithelial (CIN) atau, kurang umum, leher rahim intraepithelial neoplasia kelenjar (CGIN) (NHS choices, Cervical Cancer Causes, 2013)

CIN dan CGIN adalah kondisi pra-kanker. Kondisi pra-kanker tidak menimbulkan ancaman langsung terhadap kesehatan seseorang, namun mereka berpotensi dapat berkembang menjadi kanker di masa depan. Namun, bahkan jika anda mengembangkan CIN atau CGIN, kemungkinan itu berkembang menjadi kanker leher rahim sangat kecil dan jika perubahan itu ditemukan selama skrining serviks, pengobatan sangat sukses. Perkembangan dari terinfeksi dengan Human Papilloma Virus (HPV) untuk mengembangkan CIN atau CGIN dan kemudian mengembangkan kanker leher rahim sangat lambat, sering mengambil antara 10 dan 20 tahun (NHS choices, Cervical Cancer Causes, 2013).

(31)

Gambar 2.2 Tampilan grafik dari tahapan perkembangan kanker kanker serviks skuamosa dan menunjukkan perkembangan dari epitel normal melalui CIN 1, CIN2 dan CIN3 untuk microinvasive dan kanker invasive (Cervical Cytology, Leonardo da Vinci, 2013)

Riwayat Keluarga Kanker Leher Rahim

Kanker leher rahim dapat berjalan dalam beberapa keluarga. Jika ibu atau saudara perempuan menderita kanker leher rahim, kemungkinan Anda terserang penyakit itu adalah 2 sampai 3 kali lebih tinggi daripada jika tidak ada orang dalam keluarga memilikinya. Beberapa peneliti menduga bahwa beberapa contoh dari kecenderungan keluarga ini disebabkan oleh kondisi warisan yang membuat beberapa wanita kurang mampu melawan infeksi HPV daripada yang lain. Dalam kasus lain, perempuan dari keluarga yang sama sebagai pasien yang sudah didiagnosis bisa lebih mungkin untuk memiliki satu atau lebih faktor risiko non-genetik lain yang sebelumnya diuraikan dalam bagian ini.(NHS choices, Cervical Cancer Causes,2013)

Kemiskinan

(32)

2.1.8 Gejala Klinis

Tanda adalah sesuatu yang dapat diamati dan diakui oleh dokter atau profesional kesehatan (misalnya, ruam).Gejala adalah sesuatu yang hanya pada orang yang mengalami dapat merasa dan tahu (misalnya, rasa sakit atau kelelahan).Tanda-tanda dan gejala dari kanker serviks juga dapat disebabkan oleh kondisi kesehatan lainnya.Hal ini penting untuk memiliki gejala yang tidak bisaa diperiksa oleh dokter.Tanda-tanda dan gejala dari kanker serviks juga dapat disebabkan oleh kondisi kesehatan lainnya.Hal ini penting untuk memiliki gejala yang tidak bisaa diperiksa oleh dokter. Tanda dan gejala dari kanker serviks tidak normal vagina perdarahan, bercak atau keluarnya bernoda darah dari vagina antara periode, periode sangat panjang atau berat, perdarahan setelah hubungan seksual, pendarahan setelah douching perdarahan atau keluarnya berdarah dari vagina setelah menopause, nyeri selama hubungan seksual, jelas, cairan yang encer dari vagina, peningkatan jumlah keluarnya dari keluarnya vagina dan berbau amis dari vagina. Tanda-tanda lambat terjadi seperti kanker tumbuh lebih besar atau menyebar ke bagian lain dari tubuh, termasuk organ-organ lain nyeri di daerah panggul atau punggung bawah yang mungkin turun kaki, pembengkakan (edema) dari kaki, perubahan dalam kebisaaan kandung kemih, hilangnya kontrol kandung kemih (inkontinensia), darah dalam urin (hematuria), perubahan kebisaaan buang air besar, darah dalam tinja, sembelit, anemia, yang menyebabkan kelelahan, kekurangan energi dan sesak napas serta penurunan berat badan (Canadian Cancer Society,2013).

2.1.9. Gambaran Histopatologi

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengakui dua jenis histologis utama kanker invasive : Karsinoma skuamosa (yang merupakan sekitar 85% dari semua kasus) Adenokarsinoma (yang merupakan sekitar 10-12% dari semua kasus).

(Cervical Cytology, Leonardo da Vinci, 2013).

Karsinoma Skuamosa

(33)

mungkin juga dibedakan atau cukup dibedakan dan terdiri dari sel-sel tumor yang besar.The karsinoma non keratinisasi (karsinoma buruk berdiferensiasi) mungkin sel besar atau jenis sel kecil (Cervical Cytology, Leonardo da Vinci, 2013).

Adenokarsinoma

Adenokarsinoma kurang sering ditemukan dan meskipun masing-masing jenis berbeda secara histologi tidak jarang untuk dua atau lebih bentuk histologis adenokarsinoma untuk hadir dalam tumor tunggal. Frekuensi kewujudan yang sering karsinoma kelenjar dan skuamosa menunjukkan bahwa mereka mungkin memiliki asal mula yang sama di sel cadangan(reserve) serviks serta etiologi umum. Jenis yang paling sering adenokarsinoma dapat ditemukan di leher rahim adalah jenis endoserviks adenokarsinoma mucinous.Tiga nilai karsinoma endoserviks diakui-baik dibedakan, cukup berdiferensiasi dan diferensiasi buruk - tergantung pada kesamaan sel tumor pada lapisan epitel kelenjar endoserviks

(Cervical Cytology, Leonardo da Vinci, 2013).

Gambar 2.3 Keratinizing invasif karsinoma sel skuamosa

(34)

Gambar 2.4 Karsinoma invasif diferensiasi sel skuamosa (histologi).Pandangan daya tinggi dari sekelompok sel-sel kanker.Catatan keratinisasi sel tumor di pusat (->) (Cervical Cytology, Leonardo da Vinci, 2013).

Gambar 2.5 Karsinoma invasif diferensiasi sel skuamosa

(35)

Gambar 2.6 Nonkeratinizing karsinoma sel skuamosa invasif (histologi). (Cervical Cytology, Leonardo da Vinci, 2013).

(36)

2.1.10 Diagnosa

Pemeriksaan diagnostik untuk kanker serviks bisaanya dilakukan bila gejala kanker serviks hadir, seperti perdarahan vagina abnormal.Seterusnya, dokter mencurigai kanker serviks setelah berbicara dengan seorang wanita tentang kesehatan dan menyelesaikan pemeriksaan fisik. Akhir sekali, tes rutin (seperti tes Pap) menunjukkan perubahan abnormal pada sel-sel leher rahim (American Cancer Society,2013)

Pemeriksaan Diagnostik Riwayat medis dan pemeriksaan fisik

Tes Pap Smear

Kolposkopi Biopsi

Staging FIGO

2.1.11. Tes Pap Smear

Kanker serviks pertama kali terdeteksi dengan tes Pap yang dilakukan sebagai bagian dari pemeriksaan panggul rutin.Vagina tersebar dengan logam atau instrumen plastik yang disebut spekulum. Sebuah swab digunakan untuk menghilangkan lendir dan sel-sel dari leher rahim. Sampel ini dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan mikroskopis.Tes Pap adalah alat skrining daripada alat diagnostik.Hal ini sangat efisien dalam mendeteksi kelainan serviks.Bethesda System bisaanya digunakan untuk melaporkan hasil tes Pap.Sebuah tes yang negatif berarti tidak ada kelainan yang hadir dalam jaringan serviks.Sebuah tes Pap positif menggambarkan sel-sel serviks yang abnormal sebagai kelas rendah atau kelas tinggi SIL, tergantung pada tingkat displasia.Sekitar 5-10% dari tes Pap menunjukkan kelainan minimal ringan. Namun, sejumlah faktor lain selain kanker serviks dapat menyebabkan kelainan, termasuk peradangan dari bakteri atau infeksi jamur. Beberapa bulan setelah infeksi diobati, tes Pap diulang (American Cancer Society,2013).

(37)

rahim untuk pengujian sitologi serviks. Terlebih dahulu, profesional perawat kesehatan memasukkan spekulum ke dalam vagina .Sebuah spekulum adalah logam atau instrumen plastik yang membuat vaginanya terbuka sehingga serviks dapat terlihat dengan jelas.Selanjutnya, dengan menggunakan spatula kecil, sampel sel dan lendir ringan dikorek dari exocervix (permukaan leher rahim yang paling dekat dengan vagina).Sebuah sikat kecil atau kapas-tipped kemudian dimasukkan ke dalam pembukaan serviks untuk mengambil sampel dari endoserviks (dalam bagian dari leher rahim yang terdekat dengan tubuh rahim). Sampel sel tersebut kemudian disusun sehingga mereka dapat diperiksa di bawah mikroskop di laboratorium.Hal ini dilakukan dalam 2 cara utama yaitu sitologi konvensional dan sitologi berbasis cairan (American Cancer Society,2013).

2.1.11.a. Sitologi Konvensional

Salah satu metode adalah untuk mengolesi sampel langsung ke slide mikroskop kaca, yang kemudian dikirim ke laboratorium. Semua sampel sitologi serviks ditangani dengan cara ini minimal 50 tahun. Metode ini bekerja dengan baik dan relatif murah, tetapi memiliki beberapa kekurangan. Satu masalah dengan metode ini adalah bahwa sel-sel dioleskan ke slide kadang-kadang menumpuk satu sama lain, sehingga sulit untuk melihat sel-sel di bagian bawah tumpukan. Selain itu, sel-sel darah putih (nanah), lendir meningkat, sel-sel ragi, atau bakteri dari infeksi atau peradangan dapat menyembunyikan sel-sel serviks. Masalah lain adalah bahwa jika slide tidak diobati (dengan pengawet) segera, sel-sel dapat mengering. Hal ini dapat membuat sulit untuk mengetahui apakah ada sesuatu yang salah dengan sel. Jika sel serviks tidak dapat dilihat dengan baik(karena salah satu masalah ini), tes ini kurang akurat, dan mungkin perlu diulang (American Cancer Society,2013).

2.1.11.b. Sitologi Berbasis Cairan

(38)

Metode ini disebut sitologi berbasis cairan, atau tes Pap berbasis cairan.Cairan membantu menghilangkan beberapa lendir, bakteri, ragi, dan sel nanah dalam sampel. Hal ini juga memungkinkan sel-sel leher rahim yang akan menyebar lebih merata pada slide dan membuat mereka mengering dan menjadi terdistorsi. Sel disimpan dalam kaleng cair juga diuji untuk HPV.Dengan menggunakan pengujian berbasis cairan dapat mengurangi kemungkinan bahwa tes Pap perlu diulang, namun tidak menemukan lebih pra-kanker dari tes Pap teratur.Tes berbasis cairan juga lebih mungkin untuk menemukan perubahan sel yang tidak pra-kanker tetapi yang perlu diperiksa lebih lanjut - yang mengarah ke tes yang tidak perlu. Metode ini juga lebih mahal daripada tes Pap bisa (American Cancer Society,2013).

2.1.11.c. Bagaimana Hasil Tes Pap Dilaporkan

Sistem ini paling banyak digunakan untuk menggambarkan hasil tes Pap adalah The Bethesda System (TBS). Sistem ini telah direvisi dua kali sejak itu dikembangkan pada tahun 1988: pada tahun 1991 dan, terakhir, pada tahun 2001 Informasi berikut ini didasarkan pada versi 2001. The 3 kategori umum adalah:

(American Cancer Society, 2013)

• Negatif lesi intraepitelial atau keganasan • kelainan sel epitel

• neoplasma ganas yang lain

Negatif untuk Lesi Intraepitelial atau Keganasan

(39)

Kelainan sel epitel

Kategori kedua, kelainan sel epitel, berarti bahwa sel-sel yang melapisi leher rahim atau menunjukkan perubahan vagina yang mungkin kanker atau kondisi pra-kanker.Kategori ini dibagi menjadi beberapa kelompok untuk sel skuamosa dan sel-sel kelenjar. Kelainan sel epitel sel skuamosa disebut:

(American Cancer Society, 2013).

• Sel skuamosa atipikal (ASC)

• Lesi squamous intraepithelial (SIL)

• Karsinoma sel skuamosa

• Adenokarsinoma

• Sel glandular atipikal

Sel skuamosa atipikal (ASC):

Kategori ini berisi sel-sel skuamosa atipikal uncertain significance (ASC-US) dan sel skuamosa atipikal, tidak bisa mengecualikan kelas tinggi skuamosa intraepitel lesi (ASC-H).ASC-US adalah istilah yang digunakan ketika ada sel-sel yang terlihat normal, tetapi tidak mungkin untuk mengatakan (dengan melihat sel-sel di bawah mikroskop) jika penyebabnya adalah infeksi atau iritasi, atau jika itu adalah kanker.Hampir sepanjang waktu, sel berlabel ASC-US tidak pra-kanker, tetapi lebih pengujian diperlukan untuk memastikan. Jika hasil tes Pap diberi label ASC-H, itu berarti bahwa SIL bermutu tinggi dicurigai. Hasil tes Pap dari kedua jenis ASC berarti bahwa pengujian lebih diperlukan.Hal ini dibahas dalam bagian, "Work-up dari hasil tes Pap abnormal" (American Cancer Society, 2013).

Lesi squamous intraepithelial (SIL):

(40)

Karsinoma sel skuamosa:

Hasil ini berarti bahwa wanita cenderung memiliki invasif kanker sel skuamosa. Pengujian lebih lanjut akan dilakukan untuk memastikan diagnosis sebelum pengobatan dapat direncanakan. The Bethesda System juga menjelaskan kelainan sel epitel untuk sel glandular (American Cancer Society,2013).

Adenokarsinoma:

Kanker sel kelenjar dilaporkan sebagai adenokarsinoma. Dalam beberapa kasus, ahli patologi memeriksa sel dapat menyarankan apakah adenokarsinoma dimulai pada endoserviks, dalam rahim (endometrium), atau di tempat lain di dalam tubuh (American Cancer Society,2013).

Sel glandular atipikal:

Ketika sel-sel kelenjar tidak terlihat normal, tetapi memiliki fitur yang tidak mengizinkan keputusan yang jelas apakah mereka bersifat kanker, mereka disebut sel glandular atipikal.Pasien harus memiliki lebih banyak menguji apakah hasil sitologi serviksnya menunjukkan sel glandular atipikal (American Cancer Society, 2013).

2.1.11.d. Kolposkopi

(41)

pada leher rahim, biopsi akan dilakukan. Untuk biopsi, sepotong kecil jaringan akan dihapus dari daerah yang terlihat normal. Sampel dikirim ke ahli patologi untuk melihat di bawah mikroskop. Biopsi adalah satu-satunya cara untuk mengetahui secara pasti apakah suatu daerah abnormal pra-kanker, kanker benar, atau tidak. Meskipun prosedur kolposkopi bisaanya tidak menyakitkan, biopsi serviks dapat menyebabkan ketidaknyamanan, kejang, atau bahkan rasa sakit pada sebagian wanita (American Cancer Society, 2013).

2.1.11.e. Kolposkopi Biopsi

Untuk jenis biopsi, pertama serviks diperiksa dengan kolposkop untuk menemukan daerah yang abnormal. Menggunakan forsep biopsi, kecil (sekitar 1/8-inch) bagian dari area yang abnormal pada permukaan leher rahim akan dihapus. Prosedur biopsi dapat menyebabkan kejang ringan, nyeri singkat, dan beberapa perdarahan sedikit sesudahnya.Anestesi lokal kadangkala digunakan untuk mematikan leher rahim sebelum biopsi (American Cancer Society, 2013). Kuretase Endoserviks (Scraping Endoserviks):

Kadang-kadang zona transformasi (daerah berisiko terinfeksi HPV dan pra-kanker) tidak bisa dilihat dengan colposcope. Dalam situasi tersebut, hal lain yang harus dilakukan untuk memeriksa daerah tersebut untuk kanker. Ini berarti mengambil gesekan endoserviks dengan memasukkan instrumen sempit (disebut kuret) ke dalam kanalis endoserviks (bagian yang paling dekat leher rahim ke rahim).Kuret ini digunakan untuk mengikis bagian dalam kanal untuk menghapus beberapa jaringan, yang kemudian dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan. Setelah prosedur ini, pasien mungkin merasakan nyeri kejang, dan mereka juga mungkin memiliki beberapa perdarahan ringan (American Cancer Society,2013). Cone Biopsi:

(42)

biopsi juga dapat digunakan sebagai pengobatan untuk menghapus banyak pra-kanker dan beberapa jenis pra-kanker yang dini.Setelah memiliki biopsi kerucut tidak akan mencegah sebagian besar wanita dari hamil, tetapi jika sejumlah besar jaringan telah dihapus, perempuan mungkin memiliki risiko lebih tinggi melahirkan prematur.Ada 2 metode yang umum digunakan untuk biopsi kerucut: Loop prosedur eksisi electrosurgical (LEEP, juga disebut lingkaran besar eksisi zona transformasi [LLETZ]) dan pisau dingin biopsi kerucut (American Cancer Society,2013).

Loop Prosedur Electrosurgical (LEEP, LLETZ):

Dalam metode ini, jaringan akan dihapus dengan lingkaran kawat tipis yang dipanaskan oleh arus listrik dan bertindak sebagai pisau bedah. Untuk prosedur ini, anestesi lokal digunakan, dan dapat dilakukan di kantor dokter Anda. Yang dibutuhkan hanya sekitar 10 menit. Anda mungkin memiliki kejang ringan selama dan setelah prosedur, dan ringan sampai sedang perdarahan selama beberapa minggu (American Cancer Society, 2013).

Cold Cone Knife Biopsy:

Metode ini menggunakan pisau bedah bedah atau laser bukannya kawat dipanaskan untuk menghilangkan jaringan. Anda akan menerima anestesi selama operasi (baik anestesi umum, di mana Anda sedang tidur, atau anestesi spinal atau epidural, di mana suntikan ke daerah sekitar saraf tulang belakang yang membuat Anda mati rasa di bawah pinggang) dan dilakukan di rumah sakit, namun tidak menginap diperlukan. Setelah prosedur, kejang dan perdarahan dapat berlangsung selama beberapa minggu (American Cancer Society, 2013).

2.1.12 Staging

1. FIGO

(43)

dalam sistem FIGO.( J.L. Benedet, FIGO Committe on Gynecologic Oncology,2000)

Tahap 0 (Tis): Sel-sel kanker hanya dalam sel-sel pada permukaan serviks (lapisan sel yang melapisi leher rahim), tanpa tumbuh menjadi (menyerang) jaringan yang lebih dalam dari leher rahim. Tahap ini juga disebut karsinoma in situ (CIS) yang merupakan bagian dari serviks intraepithelial neoplasia kelas 3 (CIN3).Stadium 0 tidak termasuk dalam sistem FIGO.

Tahap I (T1): Pada tahap ini kanker telah tumbuh menjadi (menyerang) leher rahim, tetapi tidak tumbuh di luar rahim. Kanker belum menyebar ke kelenjar getah bening di dekatnya (N0) atau tempat yang jauh (M0).

Tahap IA (T1a): Ini adalah bentuk paling awal dari tahap I. Ada jumlah yang sangat kecil dari kanker, dan dapat dilihat hanya di bawah mikroskop. Kanker belum menyebar ke kelenjar getah bening di dekatnya (N0) atau tempat yang jauh (M0).

Tahap IA1 (T1a1): Kanker kurang dari 3 mm (sekitar 1/8-inch) mendalam dan kurang dari 7 mm (sekitar 1/4-inch) lebar. Kanker belum menyebar ke kelenjar getah bening di dekatnya (N0) atau tempat yang jauh (M0).

Tahap IA2 (T1a2): Kanker adalah antara 3 mm dan 5 mm (sekitar 1/5-inch) mendalam dan kurang dari 7 mm (sekitar 1/4-inch) lebar. Kanker belum menyebar ke kelenjar getah bening di dekatnya (N0) atau tempat yang jauh (M0).

(44)

Tahap IB1 (T1b1): Kanker dapat dilihat tetapi tidak lebih besar dari 4 cm (sekitar 13/5 inci). Ini belum menyebar ke kelenjar getah bening terdekat (N0) atau tempat yang jauh (M0).

Tahap IB2 (T1b2): Kanker dapat dilihat dan lebih besar dari 4 cm. Hal ini tidak menyebar ke kelenjar getah bening terdekat (N0) atau tempat yang jauh (M0).

Tahap II (T2): Pada tahap ini, kanker telah tumbuh luar serviks dan uterus, namun belum menyebar ke dinding pelvis atau bagian bawah vagina.

Tahap IIA (T2a): kanker belum menyebar ke jaringan di samping leher rahim (disebut parametria tersebut). Kanker mungkin telah tumbuh menjadi bagian atas vagina.Ini belum menyebar ke kelenjar getah bening terdekat (N0) atau tempat yang jauh (M0).

Tahap IIA1 (T2a1): Kanker dapat dilihat tetapi tidak lebih besar dari 4 cm (sekitar 13/5 inci). Ini belum menyebar ke kelenjar getah bening terdekat (N0) atau tempat yang jauh (M0).

Tahap IIA2 (T2a2): Kanker dapat dilihat dan lebih besar dari 4 cm. Hal ini tidak menyebar ke kelenjar getah bening terdekat (N0) atau tempat yang jauh (M0).

Tahap IIB (T2b): Kanker telah menyebar ke jaringan di samping leher rahim (yang parametria). Ini belum menyebar ke kelenjar getah bening terdekat (N0) atau tempat yang jauh (M0).

Tahap III (T3): Kanker telah menyebar ke bagian bawah vagina atau dinding panggul. Kanker mungkin memblokir ureter (tabung yang membawa urin dari ginjal ke kandung kemih).Ini belum menyebar ke kelenjar getah bening terdekat (N0) atau tempat yang jauh (M0).

(45)

Stadium IIIB (T3b):

• Kanker telah tumbuh menjadi dinding panggul dan / atau telah memblokir salah satu atau kedua ureter (suatu kondisi yang disebut hidronefrosis), namun belum menyebar ke kelenjar getah bening atau tempat yang jauh.

ATAU

• Kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di panggul (N1) tapi tidak ke tempat yang jauh (M0). Tumor dapat menjadi ukuran dan mungkin telah menyebar ke bagian bawah vagina atau dinding panggul (T1-T3).

Stadium IV: Ini adalah tahap yang paling maju dari kanker serviks. Kanker telah menyebar ke organ terdekat atau bagian lain dari tubuh. Stadium IVA (T4): Kanker telah menyebar ke kandung kemih atau rektum, yang organ dekat dengan leher rahim (T4). Ini belum menyebar ke kelenjar getah bening terdekat (N0) atau tempat yang jauh (M0).

Tahap IVB (M1): Kanker telah menyebar ke organ jauh di luar daerah panggul, seperti paru-paru atau hati.

2.2 Pengobatan

Pengobatan untuk kanker serviks tergantung pada seberapa jauh kanker telah menyebar. Memutuskan pengobatan yang terbaik untuk Anda sering dapat membingungkan, itulah sebabnya mengapa rumah sakit menggunakan tim multidisiplin (MDTs) untuk mengobati kanker serviks. MDTs terdiri dari sejumlah spesialis yang berbeda yang bekerja sama untuk membuat keputusan tentang cara terbaik untuk melanjutkan dengan pengobatan Anda. Tim kanker Anda akan merekomendasikan apa yang mereka pikir pilihan pengobatan terbaik adalah, tapi keputusan akhir akan menjadi milik Anda (American Cancer Societ,2013)

Dalam kebanyakan kasus, rekomendasi akan :

(46)

• Kanker serviks stadium lanjut - radioterapi dan / atau kemoterapi, meskipun operasi juga kadangkala digunakan.

2.2.1 Biopsi

Jika hasil pemeriksaan Anda menunjukkan bahwa Anda tidak memiliki kanker serviks tetapi ada perubahan biologis yang bisa berubah menjadi kanker di masa depan, sejumlah pilihan pengobatan yang tersedia. Ini termasuk: (American Cancer Society,2013).

• Besar lingkaran eksisi zona transformasi (LLETZ) - sel abnormal dipotong menggunakan kawat halus dan arus listrik.

• Cone biopsi - area jaringan abnormal akan dihapus selama operasi.

• Terapi laser - laser digunakan untuk membakar diri sel-sel abnormal. 2.2.2 Operasi

Ada tiga jenis utama dari operasi untuk kanker serviks. Mereka adalah:

(American Cancer Society,2013)

• Radikal trachelectomy - leher rahim, jaringan sekitarnya dan bagian atas vagina yang dihapus tetapi rahim yang tersisa di tempatnya.

• Histerektomi - leher rahim dan rahim akan dihapus; tergantung pada stadium kanker, mungkin juga diperlukan untuk menghapus ovarium dan tuba fallopi.

Pelvic exenteration - operasi besar di mana leher rahim, vagina, rahim, kandung kemih, ovarium, saluran tuba dan rektum dihapus.

2.2.3 Radikaltrachelectomy

(47)

2.2.4 Histerektomi

Sebuah histerektomi bisaanya dianjurkan untuk kanker serviks dini. Hal ini dapat diikuti oleh suatu program radioterapi untuk membantu mencegah kanker datang kembali (American Cancer Society,2013)

Dua jenis histerektomi yang digunakan dalam mengobati kanker serviks. Mereka adalah: (American Cancer Society,2013)

• Simple histerektomi - di mana leher rahim dan rahim dikeluarkan dan, dalam beberapa kasus, ovarium dan tuba falopi juga dihapus; ini hanya sesuai untuk tahap awal kanker serviks

• Radikal histerektomi - di mana leher rahim, rahim, jaringan di sekitarnya dan kelenjar getah bening, ovarium dan tuba fallopi semua dihapus; ini adalah pilihan yang disukai dalam stadium lanjut satu dan beberapa tahap awal dua kanker serviks.Komplikasi jangka pendek histerektomi termasuk infeksi, perdarahan, pembekuan darah dan luka karena kecelakaan ke ureter Anda, kandung kemih atau rektum. Risiko komplikasi jangka panjang adalah kecil tetapi mereka dapat mengganggu. Mereka termasuk:

• Vagina dapat menjadi pendek dan kering, yang dapat membuat seks menyakitkan.

• Inkontinensia urin.

• Pembengkakan tangan dan kaki disebabkan oleh penumpukan cairan (limfedema).

• Usus menjadi terhambat karena penumpukan jaringan parut - ini mungkin memerlukan operasi lanjutan untuk memperbaiki.

Sebagai rahim Anda akan dihapus selama histerektomi, Anda tidak akan lagi bisa memiliki anak (American Cancer Society).

2.2.5 Pelvic Exenteration

(48)

• Kanker dihapus, ditambah kandung kemih, rektum, vagina dan bagian bawah usus Anda.

• Dua lubang disebut stoma dibuat di perut - lubang yang digunakan untuk buang air dan kotoran keluar dari tubuh ke dalam koleksi yang disebut kantong tas kolostomi.

Setelah Pelvic exenteration, vagina dapat direkonstruksi dengan menggunakan kulit dan jaringan yang diambil dari bagian lain dari tubuh Anda. Ini berarti bahwa Anda akan dapat melakukan hubungan seks setelah prosedur, meskipun mungkin beberapa bulan sampai Anda merasa cukup sehat untuk melakukannya (American Cancer Society, 2013).

2.2.6 Radioterapi

Radioterapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan operasi untuk tahap awal kanker serviks. Ini dapat dikombinasikan dengan kemoterapi untuk kanker serviks stadium lanjut, di mana dapat digunakan untuk mengontrol perdarahan dan nyeri (American Cancer Society,2013).

Ada dua cara yang radioterapi dapat disampaikan. Ini adalah: (American Cancer Society,2013)

• Eksternal - mesin balok gelombang energi tinggi ke panggul Anda untuk menghancurkan sel-sel kanker

• Secara internal - implan radioaktif ditempatkan di dalam vagina dan leher rahim

Efek samping dari radioterapi yang umum dan dapat termasuk:

• Nyeri saat buang air kecil.

• Diare.

• Pendarahan dari vagina atau dubur.

• Merasa sangat lelah (fatigue).

• Merasa sakit (mual).

• Sakit kulit di daerah panggul mirip dengan sengatan matahari.

• Penyempitan vagina, yang dapat membuat hubungan seks menyakitkan.

• Infertilitas.

• Kerusakan pada ovarium, yang bisaanya akan memicu menopause dini (jika belum mengalaminya).

(49)

2.2.7 Kemoterapi

Kemoterapi dapat dikombinasikan dengan radioterapi untuk mencoba untuk menyembuhkan kanker serviks, atau dapat digunakan sebagai satu-satunya pengobatan untuk kanker stadium lanjut untuk memperlambat perkembangan dan meredakan gejala (kemoterapi paliatif).Kemoterapi melibatkan baik menggunakan obat kemoterapi tunggal yang disebut cisplatin atau kombinasi obat kemoterapi yang berbeda untuk membunuh cells.Chemotherapy kanker bisaanya diberikan menggunakan infus pada pasien rawat jalan, jadi bisa pulang setelah menerima dosis .Seperti dengan radioterapi, obat-obat ini juga dapat merusak jaringan sehat. Efek samping karena itu umum dan bisa mencakup : (American Cancer Society,2013).

• Merasa sakit

• Menjadi sakit (muntah).

• Diare.

• Merasa lelah sepanjang waktu.

• Mengurangi produksi sel darah, yang dapat membuat Anda merasa lelah dan sesak napas (anemia) dan rentan terhadap infeksi karena kurangnya sel darah putih.

• Sariawan.

• Kehilangan nafsu makan.

• Rambut rontok - rambut Anda harus tumbuh kembali dalam waktu tiga sampai enam bulan tentu saja Anda.

• Kemoterapi diselesaikan, meskipun tidak semua obat kemoterapi menyebabkan rambut rontok.

• Dapat merusak ginjal.

2.2.8 Tindakan Lanjutan

(50)

dapat dilakukan.Dalam kasus di mana kanker serviks tidak kembali, ini bisaanya terjadi sekitar 18 bulan setelah pengobatan telah selesai. Tindak lanjut janji bisaanya dianjurkan setiap empat bulan setelah perawatan telah selesai untuk dua tahun pertama, dan kemudian setiap enam sampai 12 bulan selama tiga tahun

(American Cancer Society,2013).

2.2.9 Pencegahan a.Pencegahan Primer

Pencegahan primer adalah pencegahan terhadap penyebab penyakit.Pencegahan primer kanker leher rahim dapat dilakukan dengan menghindari berbagai faktor serta dengan pemberian vaksin pencegah infeksi dan penyakit terkait HPV.Vaksin HPV terbukti efektif dalam mencegah infeksi HPV tipe 16 dan 18.Pentingnya penggunaan vaksin sebagai suatu program pencegahan adalah berdasarkan kenyataan bahwa perempuan di negara berkembang tidak dapat melakukan skrining terhadap kanker leher rahim karena kurangnya akses terhadap pelayanan kesehatan (Komalasari 2012).

b. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder adalah penemuan dini, diagnosis dini dan terapi dini terhadap kanker leher rahim. Pencegahan sekunder termasuk skrining dan deteksi dini, seperti pap smear, kolposkopi, pap net, dan inspeksi visual dengan asam asetat (IVA) (Komalasari 2012).

c.Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier berupaya meningkatkan angka kesembuhan, survival rate, dan kualitas hidup dalam terapi kanker.Perhatian terapi ditujukan pada penatalaksanaan nyeri, paliasi, dan rehabilitasi (Komalasari 2012).

2.2.9a Laki-laki Dianjurkan Bersunat

(51)

kontak dengan daerah tubuh yang terinfeksi HPV.Ini berarti bahwa virus dapat menyebar melalui genital-to-genital kontak terinfeksi HPV.Ini berarti bahwa virus dapat menyebar melalui kontak genital-to-genital.Infeksi HPV tampaknya dapat menyebar dari satu bagian tubuh ke bagian lain. Ini berarti bahwa infeksi mungkin mulai pada leher rahim dan kemudian menyebar ke vagina dan vulva.Ini bisa sangat sulit untuk tidak terkena HPV. Dimungkinkan untuk mencegah infeksi HPV genital dengan tidak membiarkan orang lain untuk memiliki kontak dengan anal atau daerah genital, tetapi bahkan kemudian mungkin ada cara lain untuk menjadi terinfeksi yang belum jelas. Pada wanita, infeksi HPV terjadi terutama pada wanita muda dan kurang umum pada wanita yang lebih tua dari 30 .Alasan untuk hal ini tidak jelas. Beberapa jenis perilaku seksual meningkatkan risiko seorang wanita terkena infeksi HPV genital, seperti berhubungan seks pada usia dini dan memiliki banyak pasangan seksual. Wanita yang memiliki banyak pasangan seksual lebih mungkin untuk terinfeksi dengan HPV, tetapi wanita yang memiliki hanya satu pasangan seksual masih bisa mendapatkan infected.This lebih mungkin jika dia memiliki pasangan yang telah memiliki banyak pasangan seks atau jika pasangannya adalah laki-laki yang tidak disunat.Menunggu berhubungan seks sampai Anda tua dapat membantu Anda menghindari HPV.Hal ini juga membantu untuk membatasi jumlah partner seksual dan untuk menghindari berhubungan seks dengan seseorang yang telah memiliki banyak mitra seksual lainnya. Meskipun virus paling sering menyebar antara seorang pria dan seorang wanita, infeksi HPV dan kanker serviks terlihat pada wanita yang hanya berhubungan seks dengan lainnya women.HPV tidak selalu menyebabkan kutil atau gejala lainnya ; bahkan seseorang terinfeksi HPV selama bertahun-tahun mungkin tidak memiliki gejala. Seseorang dapat memiliki virus dan menyebarkannya tanpa menyadarinya (American Cancer Society, 2013).

2.2.9b HPV dan laki-laki

(52)

dan menularkannya kepada pasangannya.Alasan untuk hal ini tidak jelas.Ini mungkin bahwa setelah sunat, kulit pada kepala penis (penis) pergi throughchanges yang membuatnya lebih tahan terhadap infeksi HPV. Teori lain adalah bahwa permukaan kulup (yang dihapus oleh sunat) lebih mudah terinfeksi oleh HPV. Namun, sunat tidak sepenuhnya melindungi terhadap infeksi HPV - pria yang disunat masih bisa mendapatkan HPV dan menyebarkannya ke risiko partners.The mereka terinfeksi HPV juga sangat terkait dengan memiliki banyak pasangan seksual (selama seumur hidup manusia) (American Cancer Society, 2013).

2.2.9c Kondom

Kondom ("karet") memberikan perlindungan terhadap HPV.Pria yang menggunakan kondom kurang mungkin terinfeksi dengan HPV dan menularkannya kepada pasangan perempuan mereka.Satu studi menemukan bahwa ketika kondom digunakan dengan benar mereka dapat menurunkan tingkat infeksi HPV pada wanita sekitar 70% jika mereka digunakan setiap kali mereka berhubungan seks.Salah satu alasan kondom tidak dapat melindungi sepenuhnya adalah bahwa mereka tidak mencakup setiap daerah terinfeksi HPV kemungkinan tubuh, seperti kulit dari daerah genital atau anal.Namun, kondom memberikan perlindungan terhadap HPV, dan mereka juga melindungi terhadap HIV dan beberapa penyakit menular seksual lainnya.Kondom (bila digunakan oleh pasangan laki-laki) juga tampaknya membantu infeksi HPV dan serviks pra-kanker pergi lebih cepat (American Cancer Society, 2013).

2.3 Pengetahuan 2.3.1. Pengetahuan

(53)

2.3.2 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan atau konjuntif merupakan dominan terbentuknya suatu tindakan seseorang (over behaviors). Pengetahuan yang mencakup dalam dominan kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu : (Puspasari, 2013)

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.Termasuk di dalamnya mengingat (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh rangsangan yang diterima.Oleh sebab itu, “tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya. (Puspasari, 2013).

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang di ketahu, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya sebagai objek yang dipelajari (Puspasari, 2013).

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum- hukum, rumus, metode prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain (Puspasari, 2013).

4. Analisis (analysis)

(54)

5. Sintesis (syntesis)

Sintesis menujukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian- bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi- formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan, dan sebagainya, terrhadap suatu teori atau rumus- rumus yang telah ada (Puspasari, 2013).

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.Penilaian – penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria- kriteria yang telah ada.Misalnya dapat membandingkan, menanggapi, menafsirkan dan sebagainya.Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Puspasari, 2013).

2.3.3 Hal - Hal Yang Mempengaruhi Pengetahuan 1. Usia

Usia adalah lama seseorang hidup sampai ulang tahun terakhir, maka dengan bertambahnya usia pula pengalaman yang diperoleh dan semakin banyak pula yang diamati secara subjektif dan objektif (Puspasari, 2013).

2. Pendidikan

(55)

3. Pekerjaan

Pekerjaan adalah jenis aktifitas yang dilakukan sehari- hari.Hal ini dapat dimengerti bahwa pekerjaan dapat mempengaruhi lingkungan soaial dimana seseorang berinteraksi. Kenyataan ini dapat dikaitan tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan dimana seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih baik akan mendapat pekerjaan yang lebih baik, sehingga akan mempengaruhi terhadap tingkat penghasilan. Dengan tingkat penghasilan yang tinggi seseorang lebih dapat memikirkan kesehatan dibandingkan dengan orang yang berpenghasilan lebih rendah. Secara umum dapat juga dijelaskan bahwa seseorang yang lebih berpenghasilan besar akan memperoleh kesempatan untuk mendapatkan informasi berasaldari berbagai macam media. Seseorang dengan berpenghasilan rendah atau tidak mencukupi akan lebih memikirkan bagaimana menambah penghasilannya daripada mencari informasi yang kurang diperlukan (Puspasari, 2013).

4. Pendapatan Keluarga

(56)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

3.2 Definisi Operasional Variabel

• Tingkat pengetahuan pencegahan kanker leher rahim

• Tingkat pemahaman responden tentang pencegahan kanker leher rahim

• Mahasiswi Fakultas Kedokteran Gigi Angkatan 2011

• Peserta didik yang terdaftar di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Angkatan 2011 yang berumur 18-21 tahun

• Lingkungan pergaulan • Pergaulan responden dengan lingkungan keluarga, kawan, dan masyarakat tentang informasi kanker leher rahim

• Sumber info • Sumber dimana informasi didapati Pendidikan formal :

Faktor-faktor yang mempengaruhi : 1. Umur

(57)

3.2.1 Cara Ukur : Wawancara

3.2.2 Alat Ukur : Kuesioner, pertanyaan yang diajukan sebanyak 26 pertanyaan dengan dua pilihan jawaban dalam bentuk benar atau salah.

• Jawaban yang benar diberi nilai 1 • Jawaban yang salah diberi nilai 0 Kategori :

1. Tingkat pengetahuan pencegahan kanker leher rahim baik apabilaresponden menjawab dengan benar 22-26 pertanyaan.

2. Tingkat pengetahuan pencegahan kanker leher rahim sedang apabila responden menjawab dengan benar 17-21 pertanyaan.

3. Tingkat pengetahuan pencegahan kanker leher rahim kurang apabila responden menjawab dengan benar < 17 pertanyaan

(58)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif.Desain ini dipilih karena tidak melakukan intervensi apapun dan survei hanya dilakukan satu kali.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan September sampai Desember 2014

4.3 Populasi Dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah mahasiswi yang menempuh pendidikan Kedokteran Gigi dengan usia 18-21 tahun.

4.3.1 Sampel Penelitian 4.3.1.1 Besar Sampel

Besar sampel yang akan diambil adalah Mahasiswi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Angkatan 2011.

Keterangan:

n = besar sampel N = besar populasi

(59)

4.3.1.2 Cara Sampling

Penentuan sampel dilakukan secara consecutive random sampling. Pemilihan sekelompok subjek yang dianggap mempunyai sifat-sifat tertentu yang mewakili populasi.

4.3.1.3 Kriteria Inklusi 1. Usia 18-21 tahun

2. Mahasiswi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Angkatan 2011.

3. Bersedia untuk penelitian

4.4 Teknik Pengumpulan Data 4.4.1 Alat Penelitian

Penelitian ini menggunakan kuesioner penelitian Komalasari (2012) yang telah diuji validitasnya dan reliabilitasnya.

4.4.2 Jenis data

Data yang dikumpulkan merupakan data primer yang berasal dari pengisian kuesioner oleh responden.

4.4.3 Cara Kerja

Cara kerja dalam penelitian ini adalah dengan mengukur hasil penelitian dengan skor yang diperoleh dari jawaban responden dalam mengisi kuesioner yang diberikan. Responden diminta langsung untuk mengisi kuesioner secara tertulis. Pengumpulan data dilakukan dengan menyertakan surat pernyataan bahwa identitas responden akan dirahasiakan sehingga diharapkan akan memperoleh jawaban yang sebenarnya dari responden. Kuesioner yang dipergunakan adalah kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti sesuai dengan materi penelitian.

Data mengenai tingkat pengetahuan pencegahan kanker leher rahim diperoleh dari kuesioner yang disusun berdasarkan aspek-aspek pengetahuan kanker leher rahim, yaitu sebanyak 26 soal.

(60)

rahim dilakukan setelah mendapatkan distribusi normal pada uji normalitas skor pengetahuan. Pembagian kategori dilakukan dengan cara jarak antara skor minimum dan skor maksimum. Sehingga dapat dikategorikan tingkat pengetahuan pencegahan kanker leher rahim baik, sedang atau kurang. Tingkat pengetahuan pencegahan kanker leher rahim untuk seluruh aspek dikategorikan sebagai berikut:

1. Tingkat pengetahuan pencegahan kanker leher rahim baik apabila responden menjawab dengan benar 22-26 pertanyaan

2. Tingkat pengetahuan pencegahan kanker leher rahim sedang apabila responden menjawab dengan benar 17-21 pertanyaan.

3. Tingkat pengetahuan pencegahan kanker leher rahim kurang apabila responden menjawab dengan benar < 17 pertanyaan.

4.5 Pengolahan dan Analisa Data

4.5.1 Analisis Data

Gambar

Gambar 2.1 Anatomi Sistem Reproduksi Wanita
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan Irigasi Pekerjaan Gali Waled Dan Pembersihan Saluran DI Asinan Ds Kadibolo Cs..

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kreativitas iklan dan kredibilitas cellebrity endorser (Syahrini) terhadap keputusan pembelian mie sedaap white

Di awal semester, mahasiswa mengisi KRS dan di akhir semester, mahasiswa mengisi kuesioner kinerja dosen untuk tiap-tiap dosen per mata kuliah, LPPM mengirimkan rekap

Kekerasan verbal yang dialami anak akan berdampak secara holistik yaitu dampak psikis yang dirasakan oleh korban antara lain berkeringat, jantung berdetak

Mad Shilah Qashirah adalah apabila ada kata ganti (ha’ dlomir) yang didahului dengan huruf yang berharakat ( ̶ )/ ( ̶ )... Mad

(2)To find out gender affect EFL teachers‟ attitudestowardslanguagelearningthrough internet (social media).The writer collected the data from questioner.The sample of

Adapun manfaat penulisan ini adalah untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat atau pasien penyakit jantung untuk mendapatkan informasi rumah sakit spesialis jantung serta

Sedangkan contoh aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari meliputi robot pembersih ruangan, penjinak bom, kursi roda cerdas (Smart Wheel Chair), Self Parking Car (SPC),