ii
PENGARUH KOMUNIKASI TERHADAP KINERJA
PEGAWAI DI LINGKUNGAN DINAS TATA KOTA
BANDAR LAMPUNG
Oleh
TENNI OKSOWELA
Komunikasi mampu meningkatkan keharmonisan kerja dalam organisasi dan apabila komunikasi berlangsung tidak efektif maka koordinasi akan terganggu yang mengakibatkan terganggunya kinerja pegawai. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh komunikasi terhadap kinerja pegawai di lingkungan Dinas Tata Kota Bandar Lampung dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh komunikasi terhadap kinerja pegawai di lingkungan Dinas Tata Kota Bandar Lampung.
Penelitian ini dilakukan di Dinas Tata Kota Bandar Lampung dengan menyebarkan kuesioner kepada 64 orang dan observasi langsung ke lapangan. Uji hipotesis menunjukkan bahwa nilai uji t sebesar 9.050 dengan nilai probabilitas (sig) sebesar 0.000 yang menunjukan bahwa komunikasi dan kinerja pegawai berpengaruh positip dan signifikan. Berdasarkan nilai koefesien determinasi (R2) diketahui bahwa 56.2% variasi variabel kinerja dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel komunikasi sedangkan sisanya (43.8%) dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain di luar model. Berdasarkan perhitungan tersebut, maka hipotesis yang menyatakan bahwa komunikasi berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai di lingkungan Dinas Tata Kota Bandar Lampung diterima.
ii
COMMUNICATION EFFECT OF EMPLOYEES IN THE
PERFORMANCE OF PROCEDURES FOR DINAS TATA
KOTA BANDAR LAMPUNG
By
TENNI OKSOWELA
Communication can improve the working harmony within the organization and if the communication is not effective then the coordination will be disrupted resulting in disruption of performance of employees. Issues raised in this study is how the influence of communication on the performance of employees within Dinas Tata Kota Bandar Lampung in order to determine the effect of communication on the performance of employees within Dinas Tata Kota Bandar Lampung.
The research was carried out at Dinas Tata Kota Bandar Lampung by distributing questionnaires to 64 people and direct observation in the field. Hypothesis testing showed that the value of the t test for 9.050 with a probability value (sig) of 0.000 which shows that communication and employee performance has positive and significant. Based on the coefficient of determination (R2) note that 56.2% variation in performance variables can be explained by the variation of the communication variables while the rest (43.8%) is explained by other causes outside the model. Based on these calculations, the hypothesis which states that the communication has a positive effect on the performance of employees within Dinas Tata Kota Bandar Lampung is received.
xi
Halaman
ABSTRAK ...……….……….. i
ABSTRACT ………... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ………... iii
HALAMAN PENGESAHAN ……… iv
LEMBAR PERNYATAAN ……… v
RIWAYAT HIDUP ……… vi
MOTTO ……….. vii
KATA PENGANTAR ……… viii
DAFTAR ISI ……….. x
DAFTAR TABEL ……….. xii
DAFTAR GAMBAR ……….. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ……….. xiv
I PENDAHULUAN ………. 1
1.1 Latar Belakang dan Masalah ……… 1
1.2 Rumusan Masalah ……… 6
1.3 Tujuan Penelitian ………. 6
1.4 Kegunaan Penelitian ……… 6
1.5 Kerangka Pemikiran ……… 7
1.6 Hipotesis ……….. 10
II LANDASAN TEORI ……… 11
xi
2.1.4 Jaringan Komunikasi Formal …..………... 24
2.2 Kinerja ………. 34
2.2.1 Pengertian Kinerja ………... 35
2.2.2 Faktor-Faktor Kinerja ……….. 35
2.2.3 Pengukuran Kinerja ………. 37
2.2.4 Penilaian Kinerja ………. 38
2.3 Penelitian Terdahulu ……… 42
III METODE PENELITIAN ……….. 45
3.1 Jenis Penelitian ……… 45
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ………... 45
3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ………... 46
3.4 Data dan Teknik Pengumpulan Data ………... 47
3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas ………... 48
3.6 Teknik Analisis Data ………... 50
3.7 Alat Analisis Data ……… 52
IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………. 53
4.1 Gambaran Umum Dinas Tata Kota Bandar Lampung …. 53 4.2 Pengujian Validitas dan Reliabilitas ……… 58
4.3 Responden Penelitian ………... 61
4.4 Deskripsi Hasil Penelitian ……… 64
4.5 Hasil dan Analisis Model Regresi Linear ……… 73
V KESIMPULAN DAN SARAN ………. 76
DAFTAR PUSTAKA ………. 78
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Dan Masalah
Sumber daya manusia harus dikelola dengan sebaik-baiknya untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi. Peningkatan sumber daya
manusia dalam setiap sendi organisasi, perusahaan atau pun pemerintahan
menjadi suatu tuntutan yang tidak bisa ditawar lagi apabila ingin mencapai
suatu keberhasilan, mengingat perkembangan pembangunan yang
dilaksanakan juga semakin pesat dan penuh tantangan.
Umumnya setiap pemerintahan selalu menggunakan tenaga kerja
manusia, meskipun pada proses pekerjaannya dibantu dengan mesin-mesin
yang bersifat otomatis seperti komputer, laptop dan alat bantu lainnya.
Kualitas tenaga kerja (sumber daya manusia) merupakan faktor utama yang
mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Kualitas tenaga kerja bukan semata-mata didasarkan pada pandangan yang
kualitatif, dalam arti hanya terbatas pada kualitas yang dapat diukur, yang
biasanya diwujudkan pada tingkat pendidikan yang ditamatkan atau dimiliki
oleh tenaga kerja tersebut. Tetapi lebih luas dari pada itu, kualitas tenaga
kerja dilihat dari segi tingkah laku tenaga kerja itu sendiri yang menyangkut
kebiasaan kerja, adanya motivasi, keinginan untuk terus meningkatkan diri,
bersemangat untuk kerjasama, dan memiliki kinerja yang tinggi. Menurut
Anoraga (1998: 17), ketenangan dan kegairahan kerja dipengaruhi oleh
kepribadian pekerja (motivasi, komunikasi dan yang lainnya), lingkungan
kerja, kesempatan untuk berkembang, fasilitas kerja dan rekan sekerja yang
menyenangkan, kemudian yang terakhir adalah faktor kesejahteraan.
Tingkah laku pegawai dilingkungan kantor harus dibangun melalui
komunikasi yang sehat. Komunikasi diperlukan untuk memelihara
hubungan antar pegawai atau hubungan antara pegawai dengan pimpinan.
Menurut Effendy (2002: 60), komunikasi adalah proses penyampaian suatu
pesan dalam bentuk lambang bermakna sebagai pikiran dan perasaan berupa
ide, informasi, kepercayaan, harapan, himbauan, dan sebagai panduan yang
dilakukan oleh seseorang kepada orang lain, baik langsung secara tatap
muka maupun tidak langsung melalui media, dengan tujuan mengubah
sikap, pandangan atau prilaku. Melalui komunikasi berbagai hal yang
menyangkut kehidupan organisasi dapat disampaikan oleh satu pihak
kepada pihak yang lain. Meskipun suatu organisasi telah menggunakan
alat-alat komunikasi yang mutakhir dan memiliki pimpinan yang pandai
berbicara yang dapat menyampaikan dengan cepat seluruh
instruksi-instruksi, petunjuk, saran dan sebagainya, akan tetapi hal ini belum
menjamin bahwa komunikasi telah dilakukan dengan baik (Nitisemito,
1991: 239). Hal ini memberikan pengertian bahwa meskipun suatu
organisasi telah menggunakan alat-alat komunikasi yang modern dan
memiliki pimpinan yang pandai berbicara masih memungkinkan terjadinya
Organisasi menurut Katz dan Kahn (dalam Muhammad, 1989: 66)
adalah suatu sistem terbuka yang menerima energi dan lingkungannya dan
merubah energi tersebut menjadi produk dari sistem dan mengeluarkan
produk kepada lingkungannya. Maksudnya adalah bahwa organisasi adalah
sebuah proses dimana berkumpulnya satu atau lebih orang untuk mencapai
sebuah tujuan yang ingin dicapai. Dinas Tata Kota Bandar Lampung
merupakan organisasi yang didalamnya terdiri dari sekumpulan unit-unit
kerja yang kesemuanya dituntut untuk melaksanakan tugas masing-masing
sesuai dengan tanggung jawabnya untuk mengembangkan serta memajukan
kualitas dinas. Dinas Tata Kota Bandar Lampung (Distako) sebagai salah
satu perangkat dalam struktur pemerintahan daerah Kota Bandar Lampung
memiliki peran strategis dalam menyusun dan melaksanakan kebijakan
daerah dibidang Perencanaan dan Penataan Ruang Kota. Dalam
melaksanakan perannya tersebut, pegawai yang memiliki kemampuan dan
keahlian dibidangnya menjadi variabel utama dalam melaksanakan tugas
dan fungsi Distako Bandar Lampung. Pegawai di lingkungan Distako
Bandar Lampung berjumlah 64 orang dengan komposisi sebagai berikut :
Tabel 1. Komposisi Pegawai Dinas Tata Kota Bandar Lampung Berdasarkan Eselon Tahun 2012.
Eselon Jumlah Pegawai (Orang)
II 1
III 5
IV 15
Non Eselon 43
Total 64
Komunikasi dirasakan sangat penting dalam segala aspek kehidupan.
Komunikasi mampu meningkatkan keharmonisan kerja dalam organisasi
dan sebaliknya apabila komunikasi tidak efektif maka koordinasi akan
terganggu dan mengakibatkan terganggunya proses pencapaian target dan
tujuan dinas. Berdasarkan pengamatan peneliti di Dinas Tata Kota Bandar
Lampung, dapat diketahui bahwa kinerja pegawai di kantor tersebut belum
maksimal. Hal ini terlihat dari beberapa kejadian sebagai berikut :
Tabel 2. Kinerja Pegawai Dinas Tata Kota Bandar Lampung
No Kinerja Pegawai Keterangan
1 Penyelenggaraan administrasi yang kurang maksimal
Seringnya terjadi kehilangan surat penting Dinas yang dibutuhkan sebagai arsip Dinas disebabkan karena rendahnya tingkat pengarsipan surat penting dinas
2 Pegawai melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan persepsinya sendiri
Banyak tugas yang diberikan kepada pegawai yang dikerjakan sesuai dengan pengetahuan pegawai sendiri karena kurangnya rapat koordinasi antar pegawai dan pimpinan
Sumber : Dinas Tata Kota Bandar Lampung, 2012
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa kinerja pegawai Dinas Tata Kota
belum maksimal. Penyelenggaraan administrasi yang kurang baik terlihat
dari sering terjadinya kehilangan surat dinas yang penting sebagai arsip
dinas, dimana dalam sebulan Dinas Tata Kota Bandar Lampung dapat
mengalami kehilangan surat dinas dua hingga tiga kali. Kejadian ini
memperlihatkan bahwa rendahnya tingkat pengarsipan surat penting dinas.
Selanjutnya, seringnya pegawai melaksanakan tugas sesuai dengan
antara pimpinan dan pegawai. Hal ini terlihat dari rendahnya jumlah
pelaksanaan rapat-rapat koordinasi antar pegawai dan pimpinan sehingga
sering terjadinya kesalahan dari tugas yang dikerjakan. Kinerja yang belum
maksimal seperti tersebut diatas memperlihatkan kurangnya komunikasi
antar pegawai untuk mendapatkan hasil kerja yang terbaik.
Dengan adanya efektivitas komunikasi organisasi di Dinas Tata Kota
diharapkan mampu memberikan pengaruh terhadap kinerja pegawai.
Adanya komunikasi yang sehat dan baik antar pegawai diharapkan akan
turut membantu perkembangan kinerja pegawai. Dengan adanya
keterbukaan dan pengertian maka para pegawai akan merasa lebih akrab
dapat dijadikan sebagai teman diskusi. Setiap individu dalam bekerja tidak
hanya menginginkan sekedar gaji dan prestasi, tetapi bekerja juga
merupakan pemenuhan kebutuhan akan interaksi sosial. Pegawai yang
memiliki rekan kerja yang ramah dan mendukung, akan mengantarkan para
pegawai pada hasil kerja yang baik pula.
Berdasarkan uraian di atas, nampak betapa pentingnya faktor
komunikasi dalam meningkatkan kinerja pegawai. Hal ini mendorong
penulis untuk meneliti seberapa besar pengaruh tersebut terhadap kinerja
pegawai dan menuliskan hasilnya dalam tesis berjudul “Pengaruh
Komunikasi Terhadap Kinerja Pegawai Di Lingkungan Dinas Tata Kota
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka
dirumuskan masalah sebagai berikut :
Bagaimana pengaruh komunikasi terhadap kinerja pegawai di lingkungan
Dinas Tata Kota Bandar Lampung ?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
Mengetahui pengaruh komunikasi terhadap kinerja pegawai di lingkungan
Dinas Tata Kota Bandar Lampung
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Akademis
Hasil penelitian diharapkan dapat dipakai sebagai pendalaman tentang
masalah-masalah yang berhubungan dengan sumber daya manusia
khususnya tentang penyampaian informasi (komunikasi) yang tepat bagi
pegawai sehingga kinerjanya sesuai dengan yang diharapkan.
2. Manfaat Bagi Unit Kerja
Diharapkan dapat memberikan gambaran dan rekomendasi bagi
Bandar Lampung dalam menentukan kebijaksanaan dan mengambil
keputusan untuk meningkatkan kinerja para pegawai
3. Manfaat Bagi Penulis
Sebagai upaya lebih memahami masalah-masalah Sumber Daya Manusia
serta mendekatkan antara teori-teori dan praktek di lapangan.
1.5 Kerangka Pemikiran
Dalam pergaulan kehidupan manusia sehari-hari antara individu
dengan individu maupun individu dengan kelompok tidak akan pernah
terlepas dari proses komunikasi. Karena komunikasi adalah hal yang sudah
biasa dilakukan, kebanyakan dari kita tidak menyadari bahwa kita telah
melakukan kesalahan-kesalahan dalam berkomunikasi. Untuk itulah
diperlukannya sebuah komunikasi yang mampu membangun kerjasama
antara satu orang dengan orang lain, yakni dengan berkomunikasi efektif
sehingga antara individu satu dengan yang lainnya akan saling memahami,
saling toleransi, saling mengisi dan saling memberi. Dengan demikian,
maka potensi dari masing-masing individu akan semakin berkembang.
Dalam kehidupannya, individu senantiasa berhubungan dengan
organisasi, bahkan organisasi pun membutuhkan individu-individu untuk
menggerakan organisasi tersebut. Dengan adanya komunikasi yang baik
diyakini suatu organisasi akan berjalan dengan lancar dan berhasil mencapai
tujuannya, begitu juga sebaliknya apabila kurang kondusifnya suasana
dan pencapaian tujuan sebuah organisasi. Organisasi yang berfungsi baik,
ditandai oleh adanya kerjasama yang saling terkait, saling membutuhkan
dan harmonis dari berbagai komponen.
Dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan, seorang pimpinan
dapat melakukan komunikasi mengenai tujuan yang ingin dicapai. Apabila
pegawai mengalami kesulitan dan membutuhkan petunjuk dari pimpinan
maka pegawai juga akan melakukan komunikasi dengan pimpinannya.
Semua komunikasi dalam pelaksanaan kerja ini ditujukan agar tujuan yang
ditetapkan dapat tercapai dengan baik. Hasil dari penelitian Fred T Allen
dan Pitney Bowes (dalam Goldhaber, 1990: 5) mengungkapkan bahwa
pegawai yang memiliki informasi yang lebih baik akan menjadi pegawai
yang baik serta dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik. Berdasarkan
hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa komunikasi yang baik dapat
meningkatkan kinerja organisasi.
Menurut Gibson et al (1997: 57), terdapat tiga jenis komunikasi
formal dalam organisasi yaitu komunikasi horizontal, komunikasi diagonal
dan komunikasi vertikal (komunikasi ke atas dan komunikasi ke bawah).
Berdasarkan pengamatan peneliti di objek penelitian (Dinas Tata Kota
Bandar Lampung), komunikasi yang terjadi adalah komunikasi vertikal
yaitu komunikasi yang mengalir dari satu tingkat dalam suatu organisasi ke
suatu tingkat yang lebih tinggi atau lebih rendah secara timbal balik
(Robbins, 1996: 8). Komunikasi vertikal ini secara nyata tampak dalam
struktur organisasi Dinas Tata Kota Bandar Lampung (Gambar 3), dimana
melalui dua arah yaitu dari tingkat yang lebih tinggi ke tingkat yang lebih
rendah dan dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi.
Komunikasi vertikal ini memiliki dua pola yaitu komunikasi ke atas yang
memungkinkan para pegawai mengungkapkan pendapat, ide atau
gagasannya kepada pimpinannya dan komunikasi ke bawah yang
memungkinkan pimpinan memberikan petunjuk atau arahan kepada
pegawainya.
Melalui komunikasi yang efektif, diharapkan kinerja pegawai
organisasi akan semakin baik pula, karena setiap individu dalam bekerja
tidak hanya menginginkan sekedar gaji dan prestasi tetapi bekerja juga
merupakan pemenuhan kebutuhan akan interaksi sosial. Komunikasi yang
efektif, dapat membuat suatu organisasi semakin kokoh dan kinerja pegawai
akan meningkat. Menurut Mangkunegara (2000: 67), kinerja adalah hasil
kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya. Kinerja pegawai dapat diukur dari beberapa komponen yaitu
kuantitas kerja, kualitas kerja, pengetahuan pekerjaan, kreativitas,
kesadaran, inisiatif dan kualitas personal (Gomes, 2001: 142). Berdasarkan
hal tersebut, diduga terdapat pengaruh positif antara komunikasi dengan
kinerja pegawai.
Berdasarkan kerangka berpikir tersebut diatas, maka dapat
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Pengaruh Komunikasi Terhadap Kinerja
Pegawai Dinas Tata Kota Bandar Lampung
Keterangan :
Variabel komunikasi secara individual mempunyai pengaruh positif
terhadap kinerja pegawai
1.6 Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas, maka diajukan hipotesis sebagai berikut :
Komunikasi berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai di lingkungan
Dinas Tata Kota Bandar Lampung
KINERJA a. Kuantitas Kerja b. Kualitas Kerja
c. Pengetahuan Pekerjaan d. Kreativitas
e. Kesadaran f. Inisiatif
g. Kualitas Personal (Gomes, 2001: 142) KOMUNIKASI
a. Bijaksana dan Kesopanan b. Penerimaan Umpan Balik c. Berbagi Informasi
II. LANDASAN TEORI
2.1 Komunikasi
2.1.1 Pengertian Komunikasi
Secara etimologis istilah komunikasi berasal dari bahasa latin communication dan perkataan ini bersumber pada kata communis. Perkataan communis tersebut dalam pembahasan ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan partai komunis yang sering dijumpai dalam kegiatan politik. Arti communis di sini adalah sama dalam arti kata sama makna yaitu sama makna mengenai suatu hal. Kesamaan makna dalam proses komunikasi merupakan faktor penting karena dengan adanya kesamaan makna antara komunikan dan komunikator maka komunikasi dapat berlangsung dan saling memahami.
Effendy (2002: 60), menjelaskan bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambang bermakna sebagai pikiran
dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, himbauan, dan sebagai panduan yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain, baik langsung secara tatap muka maupun tidak langsung melalui media, dengan tujuan mengubah sikap, pandangan atau prilaku.
Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian tersebut, jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Komunikasi yang dimaksudkan di sini adalah komunikasi manusia atau dalam bahasa asing human communication yang sering pula disebut komunikasi sosial atau social communication. Komunikasi manusia sebagai singkatan dari komunikasi antar manusia dinamakan komunikasi sosial atau komunikasi kemasyarakatan karena hanya pada manusia-manusia yang bermasyarakat komunikasi dapat terjadi. Masyarakat terbentuk dari paling sedikit dua orang yang saling berhubungan dengan komunikasi sebagai penjalinnya.
(behaviour change) dan perubahan sosial (social change). Sedangkan tujuan komunikasi menurut Cangara (2002: 22) adalah sebagai berikut :
a. Supaya Yang Disampaikan Dapat Dimengerti,
Seorang komunikator harus dapat menjelaskan kepada komunikan dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga dapat mengikuti apa yang dimaksud oleh pembicara atau penyampai pesan
b. Memahami Orang
Sebagai komunikator harus mengetahui benar aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkannya dan tidak berkomunikasi dengan kemauan sendiri
c. Supaya gagasan dapat diterima orang lain
Komunikator harus berusaha agar gagasan dapat diterima oleh orang lain dengan menggunakan pendekatan yang persuasif bukan dengan memaksakan kehendak
d. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu
efektif maka pesan dalam komunikasi harus berhasil menumbuhkan respon komunikan yang dituju.
Menurut Effendy (2002: 6), terdapat 5 (lima) komponen yang ada dalam komunikasi yaitu : komunikator (orang yang menyampaikan pesan), pesan (pernyataan yang didukung oleh lambang), komunikan (orang yang menerima pesan), media (sarana yang mendukung pesan apabila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya), dan efek (dampak sebagai pengaruh dari pesan). Komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat dalam komunikasi terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Jelasnya, jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang lain kepadanya maka komunikasi berlangsung dan dengan kata lain hubungan antara mereka itu bersifat komunikatif. Sebaliknya jika ia tidak mengerti maka komunikasi tidak berlangsung dan dengan kata lain hubungan antara orang-orang itu tidak komunikatif.
Selanjutnya, Cangara (2006: 115) menggambarkan kaitan antara satu unsur dengan unsur yang lain dalam komunikasi yaitu sebagai berikut :
(Cangara, 2006: 115)
Gambar 2. Unsur-Unsur Komunikasi.
SUMBER PESAN MEDIA PENERIMA
UMPAN BALIK
EFEK
1. Sumber
Sumber sering disebut pengirim pesan atau komunikator. Menurut
Vardiansyah (2004: 19), komunikator adalah manusia berakal budi yang berinisiatif menyampaikan pesan untuk mewujudkan komunikasinya. Sebagai pelaku utama dalam proses komunikasi, komunikator memegang peranan yang sangat penting terutama dalam mengendalikan jalannya komunikasi. Untuk itu, seorang komunikator harus terampil berkomunikasi dan juga kaya ide serta penuh dengan daya kreativitas.
Dilihat dari jumlahnya, komunikator dapat terdiri dari (a) satu orang, (b) banyak orang atau (c) massa. Apabila lebih dari satu orang (banyak orang) dimana mereka relatif saling kenal sehingga terdapat ikatan emosional yang kuat dalam kelompoknya, maka kumpulan banyak orang ini disebut dengan kelompok kecil. Apabila lebih dari satu orang atau banyak orang dan relatif tidak saling kenal secara pribadi sehingga ikatan emosionalnya kurang kuat maka disebut dengan massa (kelompok besar). Namun, apabila banyak orang dengan tujuan yang sama dan untuk mencapai tujuan tersebut terdapat pembagian kerja diantara para anggotanya maka wadah kerja yang terbentuk sebagai kesatuan banyak orang ini lazim disebut dengan organisasi.
2. Pesan
bersifat abstrak dan untuk membuatnya konkret agar dapat dikirim dan diterima oleh komunikan, manusia dengan akal budinya menciptakan
sejumlah lambang komunikasi berupa suara, lambang, gerak-gerik, bahasa lisan dan bahasa tulisan. Suara, lambang dan gerak-gerik lazim digolongkan dalam pesan non-verbal sedangkan bahasa lisan dan bahasa tulisan dikelompokkan dalam pesan verbal (Vardiansyah, 2004: 23).
Hal yang paling penting diperhatikan adalah pesan yang disampaikan dapat dimengerti dan dipahami oleh komunikan. Mengingat hal ini maka yang perlu diperhatikan adalah pemilihan bentuk pesan dan cara penyajian pesan termasuk juga penentuan saluran/media yang harus dilakukan oleh komunikator sebagai penyampai pesan.
3. Media
Media yang dimaksud disini adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat mengenai saluran atau media, ada yang menilai bahwa media bisa bermacam-macam bentuknya misalnya dalam komunikasi antar pribadi panca indera dianggap sebagai media komunikasi. Selain indera manusia, ada juga saluran komunikasi seperti telepon, surat dan telegram yang digolongkan sebagai media komunikasi antar pribadi.
Media dalam komunikasi massa dapat dibedakan atas dua macam yaitu media cetak dan media elektronik. Selain media komunikasi tersebut,
kegiatan dan tempat tertentu yang banyak ditemui dalam masyarakat pedesaan dapat juga dipandang sebagai media komunikasi sosial, misalnya rumah ibadah, balai desa, arisan, panggung kesenian dan pesta rakyat.
4. Penerima
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih dan juga bisa dalam bentuk kelompok, partai atau negara. Penerima adalah elemen terpenting dalam proses komunikasi karena menjadi sasaran dari komunikasi. Dalam proses komunikasi dapat dipahami bahwa keberadaan penerima adalah akibat adanya sumber.
5. Efek
Efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Efek ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang (Cangara, 2006: 25). Menurut Vardiansyah (2004: 110), efek komunikasi dapat dibedakan atas efek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan konatif (tingkah laku).
karena adanya informasi yang lebih baru. Perubahan sikap ialah adanya perubahan internal pada diri seseorang yang diorganisir dalam
bentuk prinsip sebagai hasil evaluasi yang dilakukannya terhadap suatu objek baik yang terdapat di dalam maupun di luar dirinya. Berbeda dengan perubahan sikap, perubahan perilaku adalah perubahan yang terjadi dalam tindakan.
Dalam komunikasi antar pribadi dan kelompok, efek dapat diamati secara langsung. Sebaliknya dalam komunikasi massa, efek tidak begitu mudah diketahui sebab selain sifat massa tersebar juga sulit dimonitor pada tingkat mana efek tersebut terjadi. Komunikasi massa cenderung lebih banyak mempengaruhi pengetahuan dan tingkat kesadaran seseorang sedangkan komunikasi antar pribadi cenderung berpengaruh pada sikap dan perilaku seseorang.
6. Umpan Balik
7. Lingkungan
Lingkungan adalah faktor-faktor tertentu yang dapat
mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan menjadi empat macam yaitu lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis dan dimensi waktu.
Beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam berkomunikasi yaitu :
a. Respect, merupakan sikap hormat dan menghargai terhadap lawan bicara. Melalui sikap ini, kita belajar untuk berhenti sejenak agar tidak mementingkan diri kita sendiri akan tetapi lebih mengutamakan kepentingan orang lain. Melalui informasi yang telah disampaikan, kita berusaha untuk memahami orang lain dan menjaga sikap bahwa kita memang butuh akan informasi tersebut b. Empati, yaitu kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada
kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Dalam hal ini, kita berusaha untuk memahami sikap seseorang serta ikut dalam kondisi yang sedang dialami oleh orang tersebut sehingga hubungan emosional pun akan lebih mudah terjalin.
c. Audible, yaitu dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Hal yang perlu dilakukan agar pesan yang disampaikan dapat dimengerti adalah sebagai berikut :
- Buat pesan untuk mudah dimengerti - Fokus pada informasi yang penting
- Antisipasi kemungkinan masalah yang akan muncul
d. Clarity, yaitu kejelasan dari pesan yang disampaikan. Kejelasan
dari pesan dibutuhkan melalui symbol, bahasa yang baik, penegasan kata dan sebagainya. Penyampaian pesan tidak bisa hanya sekali saja akan tetapi harus berulang kali karena sifat pesan yang biasanya pesan yang lama akan kalah dengan pesan yang baru dan agar pesan yang lama tidak dilupakan maka perlu diingatkan kembali.
e. Humble, yaitu sikap rendah hati dimana melalui sikap rendah hati, seseorang akan lebih menghargai orang lain baik sikap, tindakan serta perkataannya. Melalui sikap ini, akan lebih memudahkan seseorang untuk menyampaikan pesan karena sikap ini lebih mengutamakan kepentingan orang lain dari pada kepentingan sendiri.
2.1.2 Komunikasi Organisasi
Organisasi juga merupakan suatu kelompok yang mempunyai diferensiasi peranan atau kelompok yang sepakat untuk mematuhi
seperangkat norma-norma. Menurut Pauce dan Faules (dalam Liliweri, 2004: 1), istilah organisasi sosial merujuk kepada pola-pola interaksi sosial seperti frekuensi dan lamanya kontak antara orang-orang, kecenderungan mengawali kontak, arah pengaruh antara orang-orang, derajat kerja sama, perasaan tertarik dan perilaku sosial orang-orang yang disebabkan oleh situasi sosial mereka.
Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia dan dengan adanya komunikasi yang baik maka suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar dan berhasil dan begitu pula sebaliknya apabila kurang atau tidak adanya komunikasi maka organisasi akan macet atau berantakan. Komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan-hubungan hierarkis antara satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan. Komunikasi organisasi terjadi kapan pun juga setidak-tidaknya terdapat satu orang yang menduduki suatu jabatan dalam suatu organisasi yang menafsirkan suatu pertunjukan pesan (Pace dan Don F, 2005: 31).
berubah-ubah. Komunikasi organisasi mempunyai peranan penting dalam memadukan fungsi-fungsi manajemen dalam suatu perusahaan yaitu :
1. Menetapkan dan menyebarluaskan tujuan perusahaan
2. Menyusun rencana untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
3. Melakukan pengorganisasian terhadap sumber daya manusia dan sumber daya lainnya dengan cara efektif
4. Memimpin, mengarahkan, memotivasi dan menciptakan iklim yang menimbulkan keinginan orang untuk memberikan kontribusi
5. Mengendalikan prestasi (dalam Purba, 2006: 112)
Menurut Sriussadaporn-Charoenngam, Nongluck dab Fredric M Jabin (dalam Mas’ud, 2004: 74), terdapat beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur komunikasi dalam organisasi yaitu :
1. Bijaksana dan Kesopanan, yaitu berkomunikasi dengan menggunakan pilihan kata yang tepat dan disampaikan dengan bahasa yang sopan dan halus
2. Penerimaan Umpan Balik, yaitu penerimaan tanggapan dari pesan atau isi pesan yang disampaikan
3. Berbagi Informasi, yaitu memberikan informasi baik informasi kemajuan maupun permasalahan yang ada kepada rekan sekerja maupun pimpinan
5. Mengurangi Ketidakpastian Tugas, yaitu menyampaikan informasi yang jelas dan lengkap mengenai pelaksanaan tugas agar tugas dapat
diselesaikan sesuai dengan yang diharapkan
2.1.3 Komunikasi Organisasi Internal
Komunikasi internal yang berkaitan dengan organisasi didefinisikan oleh Lawrence D Brennan (dalam Effendy, 2003: 122) sebagai pertukaran gagasan diantara para pimpinan dan pegawai dalam suatu organisasi dan lengkap dengan strukturnya yang khas serta adanya pertukaran gagasan secara horisontal dan vertikal di dalam organisasi yang menyebabkan pekerjaan berlangsung.
2.1.4 Jaringan Komunikasi Formal
Organisasi adalah komposisi sejumlah orang yang menduduki posisi atau peranan tertentu. Sejumlah orang tersebut saling bertukar pesan dan pertukaran pesan tersebut dilakukan melalui jalan tertentu yang disebut dengan jaringan komunikasi. Suatu jaringan komunikasi berbeda dalam besar dan strukturnya misalnya mungkin hanya di antara dua orang, tiga atau lebih dan mungkin juga di antara keseluruhan orang dalam organisasi. Menurut Muhammad (2007: 107), jaringan komunikasi organisasi terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Jaringan Komunikasi Formal
Pesan yang mengalir melalui jalan resmi dan ditentukan oleh hierarki resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan, maka pesan tersebut merupakan jaringan komunikasi formal. Terdapat tiga bentuk utama dari arus pesan dalam jaringan komunikasi formal yang mengikuti garis komunikasi yaitu komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi dari atasan kepada bawahan, dan komunikasi sesama karyawan yang sama tingkatnya.
2. Jaringan Komunikasi Informal
Pegawai yang berkomunikasi dengan yang lainnya tanpa
memperhatikan posisi dalam organisasi, maka pengarahan arus informasi bersifat pribadi. Jaringan komunikasi tersebut lebih dikenal dengan desas-desus atau kabar angin. Informasi yang diperoleh dari
yang dikatakan orang dan bukan apa yang diumumkan oleh yang berkuasa.
Pesan yang mengalir melalui jalan resmi yang ditentukan oleh hierarki resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan merupakan pesan dalam jaringan komunikasi formal. Pesan dalam jaringan komunikasi formal biasanya mengalir dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas atau dari tingkat yang sama atau secara horizontal. Menurut Gibson et al (1997: 57), terdapat tiga jenis komunikasi formal dalam organisasi, yaitu :
1. Komunikasi Horizontal (Komunikasi Lateral/Menyamping)
2. Komunikasi Diagonal
Merupakan komunikasi yang berlangsung dari satu pihak kepada pihak
lain dalam posisi yang berbeda, dimana kedua pihak tidak berada pada jalur struktur yang sama. Komunikasi diagonal digunakan oleh dua pihak yang mempunyai level yang berbeda tetapi tidak mempunyai wewenang langsung kepada pihak lain. Komunikasi diagonal merupakan saluran komunikasi yang jarang digunakan dalam organisasi, namun penting dalam situasi dimana anggota tidak dapat berkomunikasi secara efektif melalui saluran-saluran lain. Penggunaan komunikasi ini selain untuk menanggapi kebutuhan dinamika lingkungan organisasi yang rumit juga akan mempersingkat waktu dan
memperkecil upaya yang dilakukan oleh organisasi (Gibson et al, 1997: 59).
3. Komunikasi Vertikal
vertikal sangat penting dalam suatu organisasi. Pada dasarnya, komunikasi vertikal memiliki dua pola, yaitu :
a. Komunikasi Ke Atas (Upward Communication)
Komunikasi ke atas mengacu pada pesan atau informasi yang dikirim dari tingkat bawah ke tingkat atas dalam hirarki organisasi. Para pegawai menggunakan saluran komunikasi ini sebagai kesempatan untuk mengungkapkan ide atau gagasan yang mereka ketahui dan membantu para pegawai untuk menerima jawaban yang lebih baik tentang masalah dan tanggung jawabnya (Mulyana, 2005: 103). Komunikasi ke atas mempunyai beberapa fungsi, yaitu :
1. Pimpinan dapat mengetahui kapan bawahannya siap untuk diberi informasi dan pimpinan dapat mempersiapkan diri menerima apa yang disampaikan bawahannya
2. Pimpinan memperoleh informasi yang berharga dalam pembuatan keputusan
3. Komunikasi ke atas dapat memperkuat apresiasi dan loyalitas pegawai terhadap organisasi dengan jalan memberikan kesempatan kepada pegawai untuk mengajukan pertanyaan, ide dan saran tentang jalannya organisasi
5. Komunikasi ke atas memberikan petunjuk bagi pimpinan apakah pegawainya menangkap arti dari komunikasi ke bawah yang
dilakukannya
6. Komunikasi ke atas membantu pegawai mengatasi masalah-masalah pekerjaan dan memperkuat keterlibatan pegawai dalam tugas-tugasnya dan organisasi (Muhammad, 2007: 117).
Beberapa informasi yang harus diperoleh pimpinan dari pegawainya dalam komunikasi ke atas adalah :
a. Apa yang dilakukan pegawai, bagaimana pekerjaanya, hasil yang dicapainya, kemajuan mereka dan rencana masa yang akan datang
b. Menjelaskan masalah-masalah pekerjaan yang tidak terpecahkan yang mungkin memerlukan bantuan tertentu
c. Menawarkan saran atau ide bagi penyempurnaan unitnya masing-masing ataupun organisasi secara keseluruhan
d. Menyatakan bagaimana pikiran dan perasaan mereka mengenai pekerjaan, teman sekerja dan organisasi (Muhammad, 2007: 118).
Kenyataannya, informasi tersebut di atas tidak disampaikan pegawai kepada pimpinannya. Menurut Sharma (dalam Muhammad, 2007: 118), kesulitan menyampaikan informasi tersebut dikarenakan beberapa hal yaitu :
bahwa mereka akan mendapat kesukaran apabila menyatakan apa yang sebenarnya menurut pikiran mereka, sehingga cara yang
terbaik adalah mengikuti saja apa yang disampaikan pimpinannya
b. Pegawai beranggapan bahwa pimpinan tidak tertarik pada masalah mereka. Pimpinan bisa saja tidak memberikan respon terhadap masalah pegawainya bahkan menahan komunikasi ke atas, hal ini dilakukan agar pimpinan tetap memiliki pandangan yang baik dari atasan yang lebih tinggi
c. Kurangnya penghargaan terhadap pegawai yang melaksanakan komunikasi ke atas. Seringkali pimpinan tidak memberikan penghargaan yang nyata kepada pegawai untuk memelihara keterbukaan komunikasi ke atas
d. Pegawai beranggapan bahwa pimpinan mereka tidak dapat menerima dan merespon terhadap apa yang dikatakan oleh mereka. Pimpinan terlalu sibuk untuk mendengarkan atau pegawai susah untuk menemuinya
a. Komunikasi ke atas lebih mudah digunakan oleh pembuat keputusan pengelolaan apabila pesan tersebut disampaikan tepat
waktu
b. Komunikasi ke atas yang bersifat positif lebih mungkin digunakan oleh pembuat komunikasi yang bersifat negatif
c. Komunikasi ke atas akan lebih mungkin diterima apabila pesan tersebut mendukung kebijaksanaan yang baru
d. Komunikasi ke atas mungkin akan lebih efektif apabila komunikasi itu langsung kepada penerima yang berkaitan dengan pesan yang disampaikan
e. Komunikasi ke atas akan lebih efektif apabila komunikasi tersebut mempunyai daya tarik bagi penerima pesan
b. Komunikasi Ke Bawah (Downward Communication)
Menurut Lewis (dalam Muhammad, 2007: 108), komunikasi ke bawah dilakukan untuk menyampaikan tujuan, untuk merubah sikap, membentuk pendapat, mengurangi ketakutan dan kecurigaan yang timbul karena salah informasi, mencegah kesalahpahaman karena kurang informasi dan mempersiapkan anggota organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan.
1. Instruksi Tugas
Merupakan pesan yang disampaikan kepada bawahan mengenai
apa yang diharapkan dilakukan mereka dan bagaimana melakukannya. Pesan tersebut bervariasi bisa berupa perintah langsung, diskripsi tugas, prosedur manual, program latihan tertentu, alat-alat bantu melihat dan mendengar yang berisi pesan-pesan tugas dan sebagainya.
2. Rasional
Merupakan pesan yang menjelaskan mengenai tujuan aktivitas dan bagaimana kaitan aktivitas tersebut dengan aktivitas lain dalam organisasi. Kualitas dan kuantitas dari komunikasi rasional ditentukan oleh filosofi dan asumsi pimpinan mengenai bawahannya. Apabila pimpinan menganggap bawahannya pemalas atau hanya mau bekerja apabila dipaksakan maka pimpinan memberikan pesan yang bersifat rasional ini sedikit. Tetapi apabila pimpinan menganggap bawahannya merupakan orang yang dapat memotivasi diri sendiri dan produktif maka biasanya diberikan pesan rasional yang banyak.
3. Ideologi
4. Informasi
Pesan informasi dimaksudkan untuk memperkenalkan bawahan
dengan praktik-praktik organisasi, peraturan-peraturan organisasi, keuntungan, kebiasaan dan data lain yang tidak berhubungan dengan instruksi dan rasional. Contoh dari pesan informasi adalah buku handbook.
5. Balikan
Merupakan pesan yang berisi informasi mengenai ketepatan individu dalam melakukan pekerjaannya. Salah satu bentuk sederhana dari balikan ini adalah pembayaran gaji karyawan yang telah siap melakukan pekerjaannya atau apabila tidak ada informasi dari atasan yang mengkritik pekerjaannya berarti pekerjaannya sudah memuaskan. Sebaliknya apabila hasil pekerjaan karyawan kurang baik maka balikan yang diberikan mungkin berupa kritikan atau peringatan terhadap karyawan tersebut.
Menurut Katz dan Kahn (dalam Pace dan Don F, 2005: 185), terdapat lima jenis informasi yang biasa dikomunikasikan kepada
bawahan, yaitu :
1. Informasi bagaimana melakukan pekerjaan
2. Informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan 3. Informasi mengenai kebijakan dan praktik-praktik organisasi 4. Informasi mengenai kinerja pegawai
5. Informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas
Menurut Liliweri (2004: 86), terdapat beberapa masalah yang harus diperhatikan dalam melaksanakan komunikasi ke bawah yaitu : a. Pimpinan tidak terlalu paham mengenai downward
communication sehingga pimpinan memberikan instruksi secara alamiah saja tanpa banyak menjelaskan secara rinci sehingga terjadi umpan balik yang tidak dikehendaki dan hanya didiamkan saja
b. Pesan tidak lengkap dan tidak jelas
c. Kelebihan pesan membuat orang menjadi bingung
d. Pesan melewati banyak bagian yang tidak memiliki persepsi yang sama terhadap pesan
Untuk mengatasi permasalahan tersebut diatas, Davis (dalam Muhammad, 2007: 112) memberikan beberapa saran dalam melaksanakan komunikasi ke bawah, yaitu :
memiliki informasi yang dibutuhkan, pimpinan perlu mengatakan secara terus terang dan berjanji akan mencarikan jawabannya
b. Pimpinan hendaklah membagi informasi yang dibutuhkan oleh pegawainya
c. Pimpinan hendaklah mengembangkan suatu perencanaan komunikasi sehingga pegawai dapat mengetahui informasi yang diharapkannya
d. Pimpinan hendaklah berusaha membentuk kepercayaan diantara pengirim dan penerima pesan. Kepercayaan ini akan mengarahkan kepada komunikasi terbuka yang akan mempermudah adanya persetujuan antara pegawai dan pimpinannya.
2.2 Kinerja
2.2.1 Pengertian Kinerja
Pengertian kinerja atau prestasi kerja diberi batasan oleh Maier (dalam As’ad, 1991: 47) sebagai kesuksesan seseorang di dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Sedangkan Suprihanto (dalam Srimulyo, 1999: 33) mengatakan bahwa kinerja atau prestasi kerja seorang pegawai pada dasarnya adalah hasil kerja seseorang pegawai selama periode tertentu yang dibandingkan dengan kemungkinan misalnya standar, target atau kinerja yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah di sepakati bersama. Kinerja juga dapat didefinisikan sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2000: 67).
2.2.2 Faktor-Faktor Kinerja
Para pimpinan organisasi sangat menyadari adanya perbedaan kinerja antara satu pegawai dengan pegawai lainnya yang berada di bawah pengawasannya. Meskipun pegawai-pegawai bekerja pada tempat yang sama namun produktifitas mereka tidak sama dan secara garis besar
perbedaan kinerja ini disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor individu dan faktor situasi kerja (As’ad: 1991: 49). Selanjutnya, Gibson (dalam Srimulyo, 1999: 39) menyatakan bahwa terdapat tiga perangkat variabel
a. Kemampuan dan keterampilan (mental dan fisik)
b. Latar Belakang (Keluarga, Tingkat Sosial dan Penggajian)
c. Demografis (Umur, Asal-Usul, Jenis Kelamin) 2. Variabel Organisasional, terdiri dari :
a. Sumberdaya b. Kepemimpinan c. Imbalan
d. Struktur dan Desain Pekerjaan 3. Variabel Psikologis, terdiri dari :
a. Persepsi b. Sikap c. Kepribadian d. Belajar e. Motivasi
Selanjutnya, Tiffin dan Me. Cormick (dalam Srimulyo, 1999: 40) terdapat dua variabel yang dapat mempengaruhi kinerja yaitu :
1. Variabel Individual, meliputi sikap, karakteristik, sifat fisik, minat dan motivasi, pengalaman, umur, jenis kelamin, pendidikan serta faktor individual lainnya
2. Variabel Situasional
a. Faktor fisik dan pekerjaan (metode kerja, penataan ruang dan lingkungan fisik)
Sutemeister (dalam Srimulyo, 1999: 40) mengemukakan bahwa kinerja dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu :
1. Faktor Kemampuan
a. Pengetahuan (pendidikan, pengalaman, latihan dan minat) b. Keterampilan (kecakapan dan kepribadian)
2. Faktor Motivasi
a. Kondisi Sosial (organisasi formal dan informal, kepemimpinan dan serikat kerja)
b. Kebutuhan Individu (fisiologis, sosial dan egoistic) c. Kondisi Fisik (lingkungan kerja)
2.2.3 Pengukuran Kinerja
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan kinerja pegawai, maka harus ada pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja tersebut mencakup indikator-indikator pencapaian kinerja. Menurut Faustino Cardoso Gomes (2001: 142), kinerja dapat diukur berdasarkan :
a. Quantity of work (kuantitas kerja), yaitu jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode yang ditentukan
b. Quality of work (kualitas kerja), yaitu kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya
d. Creativeness (kreativitas), yaitu keaslian gagasan yang dimunculkan dan tindakan untuk menyelesaikan persoalan yang timbul
e. Dependability(kesadaran), yaitu kesadaran dan dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan penyelesaian kerja
f. Initiative (inisiatif), yaitu semangat untuk melaksanakan tugas baru dan memperbesar tanggung jawabnya
g. Personal Qualities (kualitas personal), yaitu menyangkut kepribadian, kepemimpinan, keramahtamahan dan integritas pribadi
2.2.4 Penilaian Kinerja
Menurut Mathis dan Jackson (2002: 81), penilaian kinerja pegawai memiliki dua penggunaan yang umum di dalam organisasi dan keduanya
bisa menjadi konflik yang potensial yaitu : a. Penggunaan Administratif
b. Penggunaan Untuk Pengembangan
Penilaian kinerja dapat menjadi sumber informasi utama dan
umpan balik bagi pegawai yang merupakan kunci bagi pengembangan diri pegawai di masa mendatang. Saat pimpinan mengidentifikasi kelemahan, potensi dan kebutuhan pelatihan melalui umpan balik penilaian kinerja, pimpinan dapat member tahu pegawai mengenai kemajuan mereka, mendiskusikan keterampilan apa yang perlu pegawai kembangkan dan melaksanakan perencanaan pengembangan. Peran pimpinan disini adalah sebagai Pembina dan tugas pembina adalah memberikan penghargaan kinerja yang baik berupa pengakuan, menerangkan tentang peningkatan yang diperlukan dan menunjukkan pada pegawai bagaimana caranya meningkatkan diri. Tujuan dari umpan balik pengembangan adalah untuk mengubah atau mendorong tingkah laku seseorang dan bukan membandingkan individu-individu sebagaimana dalam kasus penggunaan administratif untuk penilaian kinerja. Fungsi pengembangan dari penilaian kinerja juga dapat digunakan untuk mengidentifikasikan pegawai mana yang ingin berkembang
1. Rating Scale
Evaluasi hanya didasarkan pada pendapat penilai yang
membandingkan hasil pekerjaan pegawai dengan kriteria yang dianggap penting bagi pelaksanaan pekerjaan
2. Checklist
Metode ini bertujuan untuk mengurangi beban penilai dimana penilai tinggal memilih kalimat atau kata-kata yang menggambarkan kinerja pegawai. Penilai biasanya adalah atasan langsung dan adanya pemberian bobot menyebabkan dapat di skor. Metode ini biasanya memberikan gambaran prestasi kerja secara akurat apabila daftar penilaian berisi item-item yang memadai.
3. Critical Incident Method(Metode Peristiwa Kritis)
Penilaian yang dilakukan berdasarkan catatan-catatan penilai yang menggambarkan perilaku pegawai sangat baik atau jelek dalam kaitannya dengan pelaksanaan kerja. Catatan-catatan ini disebut dengan peristiwa kritis. Metode ini sangat berguna dalam memberikan umpan balik kepada pegawai dan mengurangi kesalahan kesan terakhir.
4. Field Review Method(Metode Peninjauan Lapangan)
kepada kepala personalia untuk di review, perubahan, persetujuan dan serubahan dengan pegawai yang dinilai. Kepala personalia dapat
mencatat penilaian pada tipe formulir penilaian apapun yang digunakan organisasi.
5. Tes dan Observasi Prestasi Kerja
Metode ini dilakukan apabila jumlah pegawai terbatas dan penilaian prestasi kerja bisa didasarkan pada tes pengetahuan dan keterampilan. Tes tersebut dapat dalam bentuk tertulis maupun peragaan keterampilan.
6. Method Ranking
Penilai membandingkan satu pegawai dengan pegawai yang lain siapa yang paling baik dan menempatkan setiap pegawai dalam urutan terbaik sampai terjelek. Kelemahan dari metode ini adalah adanya kesulitan untuk menentukan faktor-faktor pembanding, subjek kesalahan kesan terakhir dan hallo effect. Kebaikan dari metode ini adalah penilai dapat mengevaluasi perbedaan relatif diantara para pegawai meskipun kelemahan berupa subjek kesalahan kesan terakhir dan hallo effect masih ada.
2.3 Penelitian Terdahulu
hasil yang telah diperoleh, apakah masih mempunyai hasil yang sama setelah diuji pada waktu yang berbeda atau mempunyai hasil yang berbeda
sama sekali. Hasil penelitian yang terdahulu dapat dipakai sebagai acuan untuk melaksanakan penelitian selanjutnya meskipun terdapat perbedaan pada objek atau variabel yang diteliti dan tempat yang diteliti. Penelitian terdahulu tersebut dapat dipakai sebagai gambaran bagi peneliti selanjutnya untuk melaksanakan penelitian. Berikut adalah hasil penelitian terdahulu tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai :
Peneliti Judul Variabel Hasil (2005) Terhadap Motivasi
Kerja Karyawan Pada Hotel Royal Palace Bandung
Kepemimpinan Variabel Terikat Motivasi Kerja
Rank Spearman menunjukan bahwa antara variabel gaya kepemimpinan dengan variabel motivasi kerja karyawan mempunyai
45
III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian sensus, menurut Arikunto (1996: 115) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian maka penelitiannya merupakan populasi studi atau juga disebut populasi studi sensus.
3.2 Populasi Dan Sampel Penelitian
Populasi yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai di lingkungan Dinas Tata Kota Bandar Lampung yang berjumlah 64 orang, karena sedikitnya jumlah populasi maka peneliti menggunakan metode total sampling yaitu seluruh populasi menjadi anggota yang akan diamati sebagai sampel. Sampel yang besar cenderung memberikan atau lebih mendekati
46
3.3 Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional dan indikator masing-masing variabel disajikan dalam Tabel 5. Untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi orang atau sekelompok orang digunakan skala Likert. Dengan skala Likert, variabel yang diukur dijabarkan menjadi indikator variabel yang kemudian indikator tersebut dijadikan titik tolak untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini, skala Likert yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. SS (Sangat Setuju) diberi skor 5 b. S (Setuju) diberi skor 4 c. RR (Ragu-ragu) diberi skor 3 d. TS (Tidak Setuju) diberi skor 2 e. STS (Sangat Tidak Setuju) diberi skor 1
Tabel 4. Variabel, Definisi Operasional dan Indikator Variabel.
Variabel Definisi Operasional Indikator Variabel Komunikasi Proses penyampaian suatu pesan
47
Variabel Definisi Operasional Indikator Variabel Kinerja Hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2000: 67)
3.4 Data Dan Teknik Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :
a. Studi Pustaka
Metode studi pustaka dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang relevan dari buku-buku, jurnal, artikel, peraturan perundang-undangan yang terkait dan bahan-bahan lain yang dapat menunjang penelitian.
b. Dokumentasi
Metode dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder yang dilakukan dengan meminta dokumen-dokumen yang dimiliki Dinas Tata Kota Bandar Lampung yang menjadi objek penelitian. Dokumen
48 c. Kuesioner
Metode kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data primer yang
dilakukan dengan memberikan daftar pertanyaan secara tertulis kepada responden. Bentuk kuesioner yang akan digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1.
d. Wawancara
Metode wawancara digunakan untuk mengumpulkan data primer yang dilakukan dengan melakukan tanya jawab secara lisan kepada responden.
3.5 Uji Validitas Dan Reliabilitas
a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Pengujian di sini menggunakan rumus korelasi product moment (Arikunto, 1987: 17) yaitu :
= ∑ − ∑ ∑
n∑X2− ∑X 2 n∑Y2− ∑Y 2
Keterangan :
r = Koefesien korelasi antara variabel X dan Y n = Jumlah sampel
49 Y = Nilai dari variabel dependen Tarif Nyata = 5%
Pengukuran validitas dari masing-masing pertanyaan pada kuesioner, dilakukan dengan jalan mengkorelasikan skor item butir-butir pertanyaan terhadap total skor pada setiap faktor dari masing-masing responden yang diuji coba. Korelasi yang dibentuk kemudian dibandingkan dengan nilai tabel.
Apabila nilai korelasi yang di dapat dari perhitungan lebih besar dari pada nilai korelasi tabel, maka butir pertanyaan yang diuji nilai korelasinya dinyatakan valid dan begitu pula sebaliknya
b. Uji Reliabilitas
Suatu kuesioner dikatakan reliabel apabila jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten dari waktu ke waktu. Pada penelitian ini, koefesien reliabilitas dilihat dengan menggunakan Cronbach Alpha.
50 3.6 Teknik Analisis Data
a. Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif adalah metode analisis yang menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi menggunakan metode-metode tertentu yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian data sehingga membentuk informasi yang berguna.
b. Analisis Kuantitatif
Model Analisa yang digunakan untuk menguji hipotesis tentang pengaruh antara variabel bebas (komunikasi) terhadap variabel terikat (kinerja) digunakan metode regresi linear berganda. Untuk mengetahui pengaruh variabel komunikasi (X) terhadap kinerja (Y), digunakan regresi linear berganda dengan rumus sebagai berikut
Y = a + bX + et Keterangan :
Y = Kinerja X = Komunikasi
a = Intercept
51 Pengujian Hipotesis
a. Uji t
Uji t berfungsi untuk mengetahui pengaruh secara individu antara variable bebas (X) dengan variable terikat (Y). Uji t dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut :
= −
Keterangan :
bi : Nilai koefesien regresi
Bi : Nilai koefesien regresi untuk populasi Sbi : Kesalahan baku koefesien regresi
Setelah dilakukan analisis data dan diketahui hasil perhitungannya, maka langkah selanjutnya adalah membandingkan nilai t hitung dengan t tabel, dimana :
a. Apabila nilai t hitung < t tabel, maka hipotesis nol (Ho) diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak
b. Apabila nilai t hitung > t tabel, maka hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima
Atau dengan melihat nilai signifikan t, yaitu :
a. Signifikansi t > 0.05 maka hipotesis nol (Ho) diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak
52 b. Koefesien Determinasi (R2)
Koefesien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefesien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Dalam kenyataan, nilai adjusted R2 dapat bernilai negatif walaupun yang dikehendaki harus bernilai positip. Menurut Gujarati (2003: 42), jika dalam uji empiris didapat nilai adjusted R2 negatif maka nilai adjusted R2 dianggap bernilai nol.
3.7 Alat Analisis Data
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan uraian hasil analisa kualitatif dan kuantitatif, maka berikut ini
dikemukakan simpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian :
a. Kesimpulan
- Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan program SPSS 16.0 dan
diperkuat dengan hasil tabulasi data kuesioner dapat disimpulkan bahwa
hipotesis yang menyatakan bahwa komunikasi berpengaruh positif
terhadap kinerja pegawai di lingkungan Dinas Tata Kota Bandar Lampung
diterima.
- Kontribusi yang diberikan oleh variabel komunikasi terhadap kinerja
adalah 56.2% dan selebihnya dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain.
b. Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka saran yang dapat diberikan
sebagai alternatif perbaikan di masa yang akan datang adalah sebagai berikut :
1. Pegawai hendaknya selalu memberitahu baik secara lisan maupun tulisan
kepada atasan mengenai kemajuan dan permasalahan yang terjadi dalam
melaksanakan tugas. Hal tersebut perlu dilakukan agar pimpinan dapat
memberikan arahan dan pemecahan permasalahan untuk tugas-tugas
berikutnya.
2. Untuk meningkatkan kinerjanya, pimpinan hendaknya selalu memotivasi
pegawai agar memiliki kemauan untuk menggunakan kemampuan dan
keterampilan yang dimilikinya dalam menyelesaikan pekerjaan. Selain itu,
pegawai hendaknya kreatif dalam memecahkan permasalahan yang ada.
3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang aspek lain dari hubungan
komunikasi dengan kinerja yang lebih luas baik dalam bentuk, ukuran,
No Resp KOMUNIKASI
1 2 3 4 5 TOTAL
43 3 4 2 4 4 17
44 4 4 2 2 4 16
45 4 4 1 2 4 15
46 4 2 1 2 2 11
47 2 4 1 2 2 11
48 4 5 4 3 4 20
49 3 4 4 4 4 19
50 4 4 4 4 4 20
51 4 5 5 5 5 24
52 5 4 4 4 4 21
53 4 2 2 2 2 12
54 2 4 4 4 4 18
55 4 3 3 3 3 16
56 3 4 4 4 4 19
57 4 4 4 4 4 20
58 4 3 3 5 5 20
59 3 2 1 1 4 11
60 2 3 3 3 3 14
61 3 3 3 4 4 17
62 3 4 4 4 4 19
63 4 4 5 3 4 20
64 1 2 1 1 4 9
TOTAL 231 229 194 194 213
No Resp KINERJA
1 2 3 4 5 6 7 TOTAL
43 4 4 4 2 2 4 4 24
44 4 4 5 5 5 4 4 31
45 4 4 2 1 4 4 4 23
46 3 3 4 4 4 2 1 21
47 4 4 1 4 4 4 1 22
48 3 3 3 3 3 3 4 22
49 4 4 4 4 4 4 4 28
50 4 4 4 4 5 4 4 29
51 5 5 5 5 5 5 5 35
52 4 4 4 4 4 4 2 26
53 2 2 2 2 2 2 2 14
54 4 4 5 4 4 4 4 29
55 3 3 3 3 3 3 3 21
56 4 4 4 2 2 4 4 24
57 4 4 1 4 4 4 4 25
58 3 3 4 3 3 3 5 24
59 1 2 3 4 4 2 1 17
60 3 3 2 3 1 3 3 18
61 3 3 2 3 3 3 4 21
62 4 4 4 4 4 4 4 28
63 2 1 2 5 4 1 5 20
64 1 2 2 4 3 2 1 15
TOTAL 211 230 198 198 236 229 220
93
Valid Laki-Laki 27 42.2 42.2 42.2
Perempuan 37 57.8 57.8 100.0
Total 64 100.0 100.0
Sumber : Data Diolah Menggunakan Program SPSS 16, 2012
Usia
Sumber : Data Diolah Menggunakan Program SPSS 16, 2012
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid SMA 9 14.1 14.1 14.1
STM 4 6.2 6.2 20.3
D3 6 9.4 9.4 29.7
S1 35 54.7 54.7 84.4
S2 10 15.6 15.6 100.0
Total 64 100.0 100.0
Sumber : Data Diolah Menggunakan Program SPSS 16, 2012
Status Perkawinan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Menikah 59 92.2 92.2 92.2
Belum 5 7.8 7.8 100.0
Total 64 100.0 100.0
94
Sumber : Data Diolah Menggunakan Program SPSS 16, 2012
Frequencies
KOM_1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid STS 1 1.6 1.6 1.6
Sumber : Data Diolah Menggunakan Program SPSS 16, 2012
KOM_2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid TS 11 17.2 17.2 17.2
RR 13 20.3 20.3 37.5
S 32 50.0 50.0 87.5
SS 8 12.5 12.5 100.0
Total 64 100.0 100.0
Sumber : Data Diolah Menggunakan Program SPSS 16, 2012
KOM_3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid STS 13 20.3 20.3 20.3
TS 10 15.6 15.6 35.9
RR 11 17.2 17.2 53.1
S 22 34.4 34.4 87.5
SS 8 12.5 12.5 100.0
Total 64 100.0 100.0
Sumber : Data Diolah Menggunakan Program SPSS 16, 2012
KOM_1 KOM_2 KOM_3 KOM_4 KOM_5
N Valid 64 64 64 64 64
Missing 0 0 0 0 0
95
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid STS 6 9.4 9.4 9.4
TS 14 21.9 21.9 31.2
RR 19 29.7 29.7 60.9
S 22 34.4 34.4 95.3
SS 3 4.7 4.7 100.0
Total 64 100.0 100.0
Sumber : Data Diolah Menggunakan Program SPSS 16, 2012
KOM_5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid STS 3 4.7 4.7 4.7
TS 13 20.3 20.3 25.0
RR 12 18.8 18.8 43.8
S 32 50.0 50.0 93.8
SS 4 6.2 6.2 100.0
Total 64 100.0 100.0
96
Sumber : Data Diolah Menggunakan Program SPSS 16, 2012
Frequencies
KIN_1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid STS 6 9.4 9.4 9.4
Sumber : Data Diolah Menggunakan Program SPSS 16, 2012
KIN_2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid STS 1 1.6 1.6 1.6
Sumber : Data Diolah Menggunakan Program SPSS 16, 2012
KIN_3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid STS 11 17.2 17.2 17.2
TS 9 14.1 14.1 31.2
RR 12 18.8 18.8 50.0
S 27 42.2 42.2 92.2
SS 5 7.8 7.8 100.0
Total 64 100.0 100.0
Sumber : Data Diolah Menggunakan Program SPSS 16, 2012
KIN_1 KIN_2 KIN_3 KIN_4 KIN_5 KIN_6 KIN_7
N Valid 64 64 64 64 64 64 64
Missing 0 0 0 0 0 0 0
97
Valid STS 8 12.5 12.5 12.5
TS 12 18.8 18.8 31.2
Sumber : Data Diolah Menggunakan Program SPSS 16, 2012
KIN_5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid STS 5 7.8 7.8 7.8
Sumber : Data Diolah Menggunakan Program SPSS 16, 2012
KIN_6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid STS 1 1.6 1.6 1.6
Sumber : Data Diolah Menggunakan Program SPSS 16, 2012
KIN_7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid STS 4 6.2 6.2 6.2
98
Variables Entered/Removedb
Model Variables Entered Variables Removed Method
1 KOMUNIKASIa . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: KINERJA
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 768.879 1 768.879 81.900 .000a
Residual 582.058 62 9.388
1 (Constant) 7.525 1.837 4.097 .000
KOMUNIKASI .981 .108 .754 9.050 .000
a. Dependent Variable: KINERJA
Lampiran 1. Bentuk Kuesioner Penelitian
Permohonan Menjawab Kuesioner
Penelitian ini ditujukan untuk penyusunan tesis yang merupakan syarat
dalam meraih gelar kesarjanaan untuk jenjang studi S2. Adapun tujuannya adalah
untuk mengetahui pengaruh faktor komunikasi terhadap kinerja pegawai di
lingkungan Dinas Tata Kota Bandar Lampung.
Demi tercapainya tujuan penelitian ini, kami memohon kesediaan
Bapak/Ibu/Saudara untuk membantu penelitian ini dengan memberikan jawaban
pada item-item pertanyaan yang telah disediakan sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya. Cara pengisian jawaban adalah memberi tanda Xpada jawaban yang
sesuai dengan pengalaman responden. Adapun item jawaban yang tersedia adalah
SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju
S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
RR : Ragu-ragu
Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih atas kesediaan
Bapak/Ibu/Saudara untuk membantu penelitian ini dan apabila ada sikap kami
yang kurang berkenan, kami memohon maaf yang sebesar-besarnya
Bandar Lampung, Januari 2012
Peneliti
DAFTAR PERTANYAAN
I. Identitas Responden
Nama Responden : ………
Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan
Usia : ………..
Pendidikan : ………..
Status Perkawinan : Sudah kawin/belum kawin
II. Pengisian Kuesioner
Mohon diisi dengan memberi tanda X pada jawaban yang sesuai dengan
pengalaman anda.
No Pernyataan SS S RR TS STS
KOMUNIKASI
1 Saya berbicara sopan dengan suara yang
santun kepada semua pada tiap tingkatan
organisasi
2 Saya selalu memberikan umpan balik
kepada semua pegawai baik atasan, rekan
sekerja maupun bawahan
3 Saya selalu memberitahu secara lisan
kepada atasan mengenai kemajuan dan
permasalahan yang terjadi dalam tugas
4 Saya dapat menjelaskan permasalahan yang
berkaitan dengan tugas yang saya ketahui
5 Pimpinan selalu mendiskusikan secara rinci