• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kandungan Pb pada Air Sumur Gali Masyarakat di Sekitar Tempat Penimbunan Limbah Padat Industri Timah dari Daur Ulang Aki Bekas Desa Sei Rotan Kecamatan Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Kandungan Pb pada Air Sumur Gali Masyarakat di Sekitar Tempat Penimbunan Limbah Padat Industri Timah dari Daur Ulang Aki Bekas Desa Sei Rotan Kecamatan Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KANDUNGAN Pb PADA AIR SUMUR GALI MASYARAKAT DI SEKITAR TEMPAT PENIMBUNAN LIMBAH PADAT

INDUSTRI TIMAH DARI DAUR ULANG AKI BEKAS DESA SEI ROTAN KECAMATAN SEI TUAN

KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2012

SKRIPSI

Oleh :

NIM. 081000052 WINNI R.E. TUMANGGOR

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS KANDUNGAN Pb PADA AIR SUMUR GALI MASYARAKAT DI SEKITAR TEMPAT PENIMBUNAN LIMBAH PADAT

INDUSTRI TIMAH DARI DAUR ULANG AKI BEKAS DESA SEI ROTAN KECAMATAN SEI TUAN

KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2012

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh

081000052

WINNI R.E. TUMANGGOR

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : ANALISIS KANDUNGAN Pb PADA AIR SUMUR GALI MASYARAKAT DI SEKITAR TEMPAT PENIMBUNAN LIMBAH PADAT INDUSTRI TIMAH DARI DAUR ULANG AKI BEKAS DESA

SEI ROTAN KECAMATAN SEI TUAN

KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2012

Nama Mahasiswa : WINNI R.E. TUMANGGOR No Induk Mahasiswa : 081000052

Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan : Kesehatan Lingkungan Tanggal Lulus : 1 November 2012

Disahkan Oleh Komisi Pembimbing

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

dr. Surya Dharma, MPH. Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS. NIP. 19580404 198702 1 001 NIP. 19650109 199403 2 002

Medan, November 2012 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(4)

ABSTRAK

Air merupakan komponen yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Sarana paling umum sebagai sumber utama air bersih adalah sumur gali. Penurunan kualitas air tanah ditandai dengan kehadiran beberapa polutan diantaranya timbal yang dapat berasal dari pelindian bahan-bahan berbahaya, seperti aki bekas, batu baterai bekas, dan pecahan lampu TL bekas.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan timbal pada air sumur gali masyarakat di sekitar tempat penimbunan limbah padat industri timah dari daur ulang aki bekas.

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif yaitu menggambarkan keadaan konstruksi sumur gali, kandungan timbal pada air sumur gali, dan keadaan tempat penimbunan limbah padat industri timah dari daur ulang aki bekas. Sampel diambil pada 5 titik berdasarkan jarak dari tempat penimbunan, yaitu 25 meter, 50 meter, 100 meter, 150 meter, dan 200 meter. Setiap titik dipilih 2 sumur gali sehingga banyaknya sampel adalah 10. Penelitian ini dilakukan di Desa Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012.

Berdasarkan hasil penelitian, keadaan konstruksi semua sumur gali tidak memenuhi syarat konstruksi. Hasil pemerikasaan laboratorium ditemukan bahwa rata-rata kandungan timbal sebesar 0,12 mg/L dan semua sampel air sumur gali mengandung timbal dan melebihi baku mutu berdasarkan permenkes RI No. 416/ Menkes/ per/ IX/ 1990 yaitu 0,05 mg/L.

Untuk itu, partisipasi masyarakat serta peran pemerintah diperlukan dalam upaya peningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai pencemaran dari penimbunan limbah padat industri timah dari daur ulang aki bekas dan konstruksi fisik sumur gali yang memenuhi syarat melalui pelatihan, penyuluhan dan perbaikan sarana air bersih agar diperoleh air bersih yang memenuhi syarat kesehatan.

(5)

ABSTRACT

Water is the very important component for human life. Dug wells are the most common means used by the people as a major source of clean water. The groundwater quality degradation is characterized by the presence of some pollutants such as lead that can be derived from leaching of hazardous materials, such as ex-storage batteries, ex-inner batteries, and broken fluorescent lamp used.

This research had the purpose to know lead containing in the dug wells’ water of communities around of the solid waste dumping of lead insdustry from battery recycling.

The design of this research was descriptive study. It described that the dug well’s construction, lead containing in the water of dug well and the condition of solid waste dumping of lead industry from battery recycling. The samples of dug wells water were taken from 5 spots distance from waste dumping location, they were 25 metres, 50 metres, 100 metres, 150 metres, and 200 metres. Each spots was choosen 2 dug wells so that totals samples are 10. This research had done in Sei Rotan Village Percut Sei Tuan District Deli Serdang Regency 2012.

The result of the research showed that none was met with health requirements. The results of the laboratory examination found that average of lead content in dug well water was 0.12 mg/L and the all of dug well water samples contained lead and exceed the quality standards established by the Decree of Permenkes No. 416 / Minister / Per / IX / 1990 figure of 0.05 mg / L.

It is recommended that, the participation of community and role of government ware needed to improve public knowledge about the pollution of lead industry from battery recycling and the physical construction of dug well through training, extension and renovation of the water supply facilities in order to obtain clean water that meets health requirements.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : WINNI R.E. TUMANGGOR Tempat/Tanggal Lahir : Perk. Sipare-pare/ 15 April 1990 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Anak ke : 1 dari 5 Bersaudara Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat Rumah : Jl. Murni Gg. Warga Mesjid No. 13 Tanjung Rejo, Medan Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri 016396 Perk. Sipare-pare Kabupaten Batu Bara : 1996 - 2002 2. SLTP Negeri 1 Sei Suka Kabupaten Batu Bara : 2002 - 2005 3. SMA Negeri 1 Air Putih Kabupaten Batu Bara : 2005 - 2008 4. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera : 2008 - 2012 Utara

Riwayat Organisasi :

1. Unit kegiatan Mahasiswa Islam (UKMI) Ad-Dakwah USU : 2008 - 2011

2. Panitia Hari Besar Islam (PHBI) FKM USU : 2009 - 2010 3. Unit Kegiatan Mahasiswa Islam (UKMI) FKM USU :

2011 - 2012

4. Ikatan Mahasiswa Kesehatan Lingkungan (IMAKEL) : 2011

(7)

KATA PENGANTAR

Ba’da tahmid dan sholawat, tiada kata seindah pujian kepada Allah

Rabbul’alamin yang telah banyak memberi nikmat kepada setiap hambaNya. Iringan

salam disampaikan pula kepada Rasulullah SAW yang telah membawa kesempurnaan akhlak, insyaAllah di akhirat nanti kita mendapat syafaatnya.

Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Analisis Kandungan Pb pada Air Sumur Gali Masyarakat di sekitar Tempat Penimbunan Limbah Padat Industri Timah dari Daur Ulang Aki Bekas Desa Rotan Kecamatan Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012”.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Sumatera Utara. Skripsi ini didedikasikan untuk orang tua tercinta, Ayahanda Drs. Darwinson Tumanggor, M.Si., Ayahanda Eddy Sukmana, Ibunda Dra. Suriani Sumadi, dan Ibunda Dewi Hidayati, S.E., orang yang selalu membangkitkan semangat dan inspirasiku. Terima kasih atas doa, kasih sayang, serta dukungan moril maupun materil yang telah ayah bunda berikan setiap saat.

(8)

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ir. Evi Naria, M.Kes, selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Surya Dharma, MPH. selaku Dosen Pembimbing I sekaligus Ketua Penguji yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan saran, bimbingan, dan arahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

4. Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS. selaku Dosen Pembimbing II sekaligus Penguji I yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

5. dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes, selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan bimbingan, saran, serta masukan kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini.

6. Dr. dr. Wirsal Hasan, MPH. selaku Dosen Penguji III yang telah memberikan bimbingan, saran, serta masukan kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini.

7. dr. Heldy B.Z. MPH. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah yang telah memperhatikan penulis selama mengikuti pendidikan di FKM USU.

(9)

9. Kepala Desa Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan beserta para stafnya (kak Wiwik dan lainnya).

10.Staf Laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL-PPM) Medan (pak Noviandi dan lainnya) yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.

11.Teristimewa untuk Keluarga tercinta, Kakek (Sumadi), Nenek (Ngadinem), wak Nain, wak Sum, wak Is, wak Rah, wak Mi, pak Anto, bu Sri, juga adik-adikku tersayang Tanta, Hasya, Fatih, Hangga serta saudara-saudariku dimana pun berada. Terima kasih untuk dukungan doa, kasih sayang, serta semangat yang telah diberikan dalam penyelesaian skripsi ini.

12.Sahabat-sahabat seperjuangan “sejak kecil” (Sri Lestari, Melisah Pitri Siregar, Evi Novrina Runasmi, Sri Ulia Sari, Linda Handayani, Fatiyahtul Khoir, Annisa Surto Siregar). Terima kasih untuk dukungan serta doa-doa kalian.

13.Para pejuang yang istimewa (Sri Lestari, Rahmi Fitri Laoli, Sri Erlina, kak Dina, kak Sukma, kak Nina, bang Faizal, Una, Defi, Hafni, Suli, Isna, Ulfah, Anggi, Siti, Dian, Nura, Sovia, Saadah, Atika, Fira, Dewi, Alfi, Yolanda, dan Ayu)

14.Adik-adik tercinta di FKM (Rizqi, Kiki, Ima, Anes, Dika, Anggi, Lindra, Richi, Icha, Irma, Wida, Fitri, Rahma, Henti, dan lainnya)

(10)

16.Teman-teman stambuk 2008 FKM USU (Rikky, Vonny, Shinta, Mery, Dhani, teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu) dan Ikatan Mahasiswa Kesehatan Lingkungan (IMAKEL FKM USU) tahun 2011. 17.Para kru di lapangan, Jesica, bang Dhani, bang Arif, dan Fitri terima kasih

banyak bantuannya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih ada kekurangan, baik dari segi isi maupun bahasanya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, November 2012

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1. Tujuan Umum ... 6

1.3.2. Tujuan Khusus ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Pengertian Air Bersih dan Air Minum ... 8

2.2. Sumber-sumber Air ... 8

2.2.1. Air Angkasa (Hujan) ... 8

2.2.2. Air Permukaan ... 9

2.2.3. Air Tanah ... 10

2.3. Peranan Air bagi Kehidupan Manusia ... 14

2.4. Peranan Air dalam Penyebaran Penyakit ... 15

2.4.1. Penyakit Menular ... 16

2.4.2. Penyakit tidak Menular ... 17

2.5. Standar Kualitas Air ... 19

2.6. Timbal (Pb) ... 21

2.6.1. Sifat Fisik dan Struktur Kimia ... 21

2.6.2. Kandungan Timbal (Pb) di Alam ... 23

2.6.3. Penggunaan Timbal (Pb) ... 24

2.6.4. Pencemaran Timbal (Pb) terhadap Lingkungan ... 25

2.6.5. Metabolisme Timbal (Pb) dalam Tubuh ... 26

2.6.6. Efek Timbal (Pb) terhadap Kesehatan ... 30

2.7. Daur Ulang Aki ... 31

2.7.1. Uraian Proses Produksi ... 31

2.7.2. Limbah yang Dihasilkan ... 37

2.8. Sumur Gali ... 38

2.9. Tempat Pembuangan Sampah ... 41

(12)

BAB III METODE PENELITIAN ... 44

3.1. Jenis Penelitian ... 44

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 44

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 44

3.2.2. Waktu Penelitian ... 44

3.3.Objek Penelitian ... 45

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 45

3.4.1. Data Primer ... 45

3.4.2. Data Sekunder ... 45

3.5. Pelaksanaan Penelitian ... 46

3.5.1. Pengambilan dan Pengiriman Sampel (Air Sumur Gali) ke Laboratorium ... 46

3.5.2. Pemeriksaan Pb Air Sumur Gali di Laboratorium ... 46

3.5.3. Prosedur Kerja ... 47

3.6. Defenisi Operasional ... 48

3.7. Analisis Data……… 51

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 52

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 52

4.1.1. Gambaran Geografi ... 52

4.1.2. Gambaran Kependudukan ... 52

4.2. Hasil Observasi terhadap Sumur Gali ... 53

4.2.1. Gambaran Konstruksi Sumur Gali ... 54

4.2.2. Keadaan Sumur Gali Berdasarkan Syarat Konstruksi .... 57

4.3. Hasil Pemeriksaan Kandungan Pb pada Air Sumur Gali Masyarakat di Desa Sei Rotan Tahun 2012 ... 58

4.4. Hasil Observasi terhadap Tempat Penimbunan Limbah Padat Industri Daur Ulang Aki... 59

BAB V PEMBAHASAN ... 61

5.1. Kondisi Konstruksi Sumur Gali ... 61

5.2. Jarak Sumur Gali terhadap Tempat Penimbunan Limbah Padat Daur Ulang Aki ... 66

5.3. Pemeriksaan Kandungan Pb pada Air Sumur Gali Masyarakat di Desa Sei Rotan Tahun 2012 ... 66

5.4. Kondisi Tempat Penimbunan Limbah Padat Daur Ulang Aki .. 68

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

6.1. Kesimpulan ... 71

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa di Desa Sei Rotan Tahun 2012 ... 53 Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Sei

Rotan Tahun 2012 ... 53 Tabel 4.3 Keadaan Dinding (Cincin) Sumur Gali Penduduk di Desa Sei

Rotan Tahun 2012 ... 54 Tabel 4.4 Keadaan Bibir Sumur Gali Penduduk di Desa Sei Rotan Tahun

2012 ... 55 Tabel 4.5 Keadaan Lantai Sumur Gali Penduduk di Desa Sei Rotan Tahun

2012 ... 55 Tabel 4.6 Keadaan Tutup Sumur Gali di Desa Sei Rotan Tahun 2012 ... 56 Tabel 4.7 Keadaan Saluran Pembuangan Air Limbah Sumur Gali

Penduduk di Desa Sei RotanTahun 2012 ... 56 Tabel 4.8 Jarak Sumur Gali dengan Sumber-Sumber Pencemaran di Desa

Sei Rotan Tahun 2012 ... 57 Tabel 4.9 Kedalaman Sumur Gali Masyarakat di Desa Sei Rotan Tahun

2012 ... 57 Tabel 4.10 Sumur Gali Berdasarkan Syarat Konstruksi di Desa Sei Rotan

Tahun 2012 ... 58 Tabel 4.11 Kandungan Timbal (Pb) Air Sumur Gali Masyarakat pada Setiap

Jarak yang Ditentukan di Desa Sei Rotan Tahun 2012 ... 59 Tabel 4.12 Hasil Observasi terhadap tempat Penimbunan Limbah Padat

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Perjalanan Timbal yang Berasal dari Lingkungan sampai Masuk ke

dalam Tubuh Manusia ... 27

Gambar 2. Akumulasi Timbal (Pb) dalam Tubuh Manusia ... 29

Gambar 3. Komponen di dalam Aki ... 31

Gambar 4. Skema Proses Elektrokimia ... 33

Gambar 5. Skema Proses Redoks ... 34

Gambar 6. Sketsa Daur Ulang Aki Bekas secara Tradisional... 35

Gambar 7. Modifikasi Kuwen dengan Memasang Cerobong dan Perangkap Debu ... 36

Gambar 8. Skema Daur Ulang Aki dan Cemarannya ... 37

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Survei Pendahuluan dari FKM Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Penelitian dari FKM

Lampiran 3 Lembar Observasi Konstruksi Sumur Gali di Desa Sei Rotan Tahun 2012

Lampiran 4 Lembar Observasi Konstruksi Penimbunan Limbah Padat Daur Ulang Aki di Desa Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian dari Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL & PPM) kelas 1 Medan Lampiran 6 Surat telah Selesai Penelitian dari Balai Teknik Kesehatan Lingkungan

dan Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL & PPM) kelas 1 Medan Lampiran 7 Hasil Pemeriksaan Kandungan Timbal (Pb) dalam Air Sumur Gali

Masyarakat Desa Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

Lampiran 8 Surat Izin Penelitian dari Pemerintah Kabupaten Deli Serdang Kecamatan Percut Sei Tuan Desa Sei Rotan

Lampiran 9 Surat telah Selesai Penelitian dari Pemerintah Kabupaten Deli Serdang Kecamatan Percut Sei Tuan Desa Sei Rotan

Lampiran 10 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih Lampiran 11 Peta Sebaran Sampel

(16)

ABSTRAK

Air merupakan komponen yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Sarana paling umum sebagai sumber utama air bersih adalah sumur gali. Penurunan kualitas air tanah ditandai dengan kehadiran beberapa polutan diantaranya timbal yang dapat berasal dari pelindian bahan-bahan berbahaya, seperti aki bekas, batu baterai bekas, dan pecahan lampu TL bekas.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan timbal pada air sumur gali masyarakat di sekitar tempat penimbunan limbah padat industri timah dari daur ulang aki bekas.

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif yaitu menggambarkan keadaan konstruksi sumur gali, kandungan timbal pada air sumur gali, dan keadaan tempat penimbunan limbah padat industri timah dari daur ulang aki bekas. Sampel diambil pada 5 titik berdasarkan jarak dari tempat penimbunan, yaitu 25 meter, 50 meter, 100 meter, 150 meter, dan 200 meter. Setiap titik dipilih 2 sumur gali sehingga banyaknya sampel adalah 10. Penelitian ini dilakukan di Desa Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012.

Berdasarkan hasil penelitian, keadaan konstruksi semua sumur gali tidak memenuhi syarat konstruksi. Hasil pemerikasaan laboratorium ditemukan bahwa rata-rata kandungan timbal sebesar 0,12 mg/L dan semua sampel air sumur gali mengandung timbal dan melebihi baku mutu berdasarkan permenkes RI No. 416/ Menkes/ per/ IX/ 1990 yaitu 0,05 mg/L.

Untuk itu, partisipasi masyarakat serta peran pemerintah diperlukan dalam upaya peningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai pencemaran dari penimbunan limbah padat industri timah dari daur ulang aki bekas dan konstruksi fisik sumur gali yang memenuhi syarat melalui pelatihan, penyuluhan dan perbaikan sarana air bersih agar diperoleh air bersih yang memenuhi syarat kesehatan.

(17)

ABSTRACT

Water is the very important component for human life. Dug wells are the most common means used by the people as a major source of clean water. The groundwater quality degradation is characterized by the presence of some pollutants such as lead that can be derived from leaching of hazardous materials, such as ex-storage batteries, ex-inner batteries, and broken fluorescent lamp used.

This research had the purpose to know lead containing in the dug wells’ water of communities around of the solid waste dumping of lead insdustry from battery recycling.

The design of this research was descriptive study. It described that the dug well’s construction, lead containing in the water of dug well and the condition of solid waste dumping of lead industry from battery recycling. The samples of dug wells water were taken from 5 spots distance from waste dumping location, they were 25 metres, 50 metres, 100 metres, 150 metres, and 200 metres. Each spots was choosen 2 dug wells so that totals samples are 10. This research had done in Sei Rotan Village Percut Sei Tuan District Deli Serdang Regency 2012.

The result of the research showed that none was met with health requirements. The results of the laboratory examination found that average of lead content in dug well water was 0.12 mg/L and the all of dug well water samples contained lead and exceed the quality standards established by the Decree of Permenkes No. 416 / Minister / Per / IX / 1990 figure of 0.05 mg / L.

It is recommended that, the participation of community and role of government ware needed to improve public knowledge about the pollution of lead industry from battery recycling and the physical construction of dug well through training, extension and renovation of the water supply facilities in order to obtain clean water that meets health requirements.

(18)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar tiga perempat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain itu, air juga dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan membersihkan kotoran yang ada di sekitar rumah. Air juga digunakan untuk keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi, tranportasi, dan lain-lain. Penyakit-penyakit yang menyerang manusia dapat juga ditularkan dan disebarkan melalui air. Kondisi tersebut tentunya dapat menimbulkan wabah penyakit dimana-mana (Azwar, 1996).

Penggunaan air yang sangat penting adalah air minum yang harus tercukupi dalam kehidupan manusia (Mulia, 2005). Sekitar 55-65% berat badan orang dewasa terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65%, dan untuk bayi sekitar 80%. Jika tubuh tidak cukup mendapatkan air atau kehilangan air hanya sekitar 5% dari berat badan maka keadaan ini telah membahayakan kehidupan orang tersebut, yang dalam ilmu kedokteran dikenal sebagai dehidrasi berat (Soemirat, 2006).

(19)

Sumur merupakan sumber air yang banyak dipergunakan masyarakat Indonesia. Agar air sumur memenuhi syarat kesehatan sebagai air rumah tangga, maka air sumur harus dilindungi terhadap bahaya-bahaya pengotoran. Sumur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan tanah yang relatif dekat dari permukaan tanah. Oleh karena itu, sumur gali sangat mudah terkontaminasi melalui rembesan. Umumnya rembesan berasal dari tempat buangan kotoran manusia dan hewan serta dari limbah sumur itu sendiri, baik karena lantainya maupun saluran air limbahnya yang tidak kedap air.

Keadaan konstruksi dan cara pengambilan air sumur dapat juga merupakan sumber kontaminasi. Misalnya sumur dengan konstruksi terbuka dan pengambilan air dengan timba. Sumur mempunyai tingkat perlindungan sanitasi yang baik bila tidak terdapat kontak langsung antara manusia dengan air di dalam sumur (Entjang, 2000).

Jika keadaan kontruksi sumur tidak saniter, maka peluang ternyadinya kontaminasi terhadap air sumur akan besar. Penggunaan air yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan dapat menimbulkan terjadinya gangguan kesehatan. Menurut Mulia (2005), gangguan kesehatan tersebut dapat berupa penyakit menular maupun penyakit tidak menular. Penyakit menular umumnya disebabkan oleh makhluk hidup, sedangkan penyakit tidak menular umumnya bukan disebabkan oleh makhluk hidup.

(20)

Penurunan kualitas air tanah ditandai dengan adanya beberapa polutan, diantaranya timbal (Pb). Kadar Pb dalam air berdasarkan Permenkes RI No 416/ Menkes/ Per/ IX/ 1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air sebesar 0,05 mg/ L. Jika melebihi syarat kualitas air, dampak keracunan timbal dapat mengakibatkan terhambatnya pembentukan hemoglobin, gangguan ginjal, otak, hati, sistem reproduksi, dan sistem saraf sentral (Fardiaz, 1995).

Timbal (Pb) dapat berasal dari proses daur ulang Aki. Aki merupakan komponen pencatu daya dalam kendaraan bermotor. Sampai saat ini komponen utamanya masih terbuat dari logam Pb dan belum ada alternatif yang mampu menggantikannya.

Usaha daur ulang aki bekas telah banyak dilakukan oleh industri rumah tangga dan kecil tersebar di berbagai tempat, biasanya tempat-tempat yang terpencil. Industri daur ulang aki jarang dilakukan oleh industri skala menengah-besar, hal ini dikarenakan usaha menengah ke atas memerlukan biaya mobilisasi pengumpulan aki bekas yang besar untuk memenuhi kapasitasnya sehingga lebih menguntungkan menerima hasil daur ulang setengah jadi industri kecil, untuk diproses lebih lanjut menjadi produk murni, maupun bahan baku impor.

(21)

Menurut informasi yang diperoleh dari salah satu pengusaha daur ulang aki di Desa Sei Rotan, asam sulfat dalam bentuk cairan mereka tampung kemudian mereka jual ke pengusaha pencuci botol. Kotak plastik yang sudah dikosongkan dan dibersihkan mereka jual kembali untuk didaur ulang menjadi pellet plastik. Dan sel aki yang telah diambil timbalnya dari serat-serat fiber mereka daur ulang menjadi logam timah.

Pemisahan atau pengambilan timbal dari sel aki menyisakan serat-serat fiber. Sebelum dibuang fiber tersebut dicuci dengan air untuk menghilangkan logam-logam timbal yang tersisa. Namun, dikhawatirkan serat-serat fiber yang dibuang ke tanah masih mengandung logam timbal yang dapat mencemari lingkungan sekitar.

Pada awalnya pembuangan limbah padat ini dibuang di daerah dekat persawahan penduduk. Limbah padat terus banyak dihasilkan sehingga masih membutuhkan lahan untuk pembuangannya. Salah seorang warga yang memiliki kolam untuk ditimbun meminta pengusaha daur ulang untuk menimbun kolam tersebut sampai rata. Hal ini kemudian dimanfaatkan oleh pengusaha daur ulang aki. Namun, kolam tersebut terletak dekat dengan perumahan warga.

(22)

tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya.

Hasil penelitian Ganefati (2008), leachate TPA Piyungan, DIY, diperoleh rata-rata mengandung 0,630 mg/ L Timbal (Pb). Hal ini dikarenakan, hasil survey yang dilakukan terlihat bahwa masih terdapat bahan-bahan berbahaya yang dibuang bersamaan dengan sampah domestik, seperti aki bekas, batu baterai bekas, dan pecahan lampu TL bekas. Bahan buangan tersebut pada pembuatannya mengandung unsur Timbal (Pb) yang sangat berbahaya bagi manusia.

(23)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas perlu diketahui apakah terdapat kandungan Pb pada air sumur gali masyarakat di sekitar tempat penimbunan limbah padat industri timah dari daur ulang aki bekas Desa Sei Rotan Kecamatan Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui kandungan Pb pada air sumur gali masyarakat di sekitar tempat penimbunan limbah padat industri timah dari daur ulang aki bekas di Desa Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran konstruksi fisik sumur gali masyarakat Desa Sei Rotan.

2. Untuk mengetahui kandungan Pb air sumur gali masyarakat Desa Sei Rotan.

3. Untuk mengetahui jarak penimbunan limbah padat industri timah dari daur ulang aki bekas terhadap sumur gali masyarakat Desa Sei Rotan. 4. Untuk mengetahui gambaran tempat penimbunan limbah padat industri

timah daur ulang aki bekas. 1.4. Manfaat Penelitian

(24)

2. Sebagai informasi bagi pengusaha industri rumah tangga timah dari daur ulang aki agar tidak membuang limbah padatnya di tempat yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat.

3. Sebagai informasi kepada masyarakat tentang bahaya timbal terhadap kesehatan.

4. Memberi informasi kepada peneliti lainnya mengenai kandungan timbal pada air sumur gali masyarakat di sekitar tempat penimbunan limbah padat industri timah dari daur ulang aki bekas Desa Sei Rotan Kecamatan Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Air Bersih dan Air Minum

Berdasarkan Permenkes RI No 416/ Menkes/ Per/ IX/ 1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air bahwa air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Sedangkan air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

Selanjutnya yang dimaksud dengan air adalah air tawar yang tidak termasuk salju dan es. Di Indonesia jumlah dan pemakaian air bersumber pada air tanah, air permukaan, dan air atmosfer, yang ketersediaannya sangat ditentukan oleh air atmosfer atau sering dikenal dengan air hujan (Kusnoputranto, 2000).

2.2. Sumber-sumber Air

Air yang berada di permukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber. Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi air angkasa (hujan), air permukaan, dan air tanah (Chandra, 2007).

2.2.1. Air Angkasa (Hujan)

Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walau pada saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer (Chandra, 2007).

(26)

zat-zat renik dan debu (Sumantri, 2010). Dalam keadaan murni, air hujan sangat bersih, tetapi setelah mencapai permukaan bumi, air hujan tidak murni lagi karena ada pengotoran udara yang disebabkan oleh pengotoran industri/ debu dan lain sebagainya. Maka untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaklah pada waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun, karena masih banyak mengandung kotoran (Sutrisno, 1996).

2.2.2. Air Permukaan

Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengaliran. Dibandingkan dengan sumber lain, air permukaan merupakan sumber air yang tercemar berat. Keadaan ini terutama berlaku bagi tempat-tempat yang dekat dengan tempat tinggal penduduk. Hampir semua air buangan dan sisa kegiatan manusia dilimpahkan kepada air atau dicuci dengan air, dan pada waktunya akan dibuang ke dalam badan air permukaan. Disamping manusia, flora dan fauna juga turut mengambil bagian dalam mengotori air permukaan, misalnya batang-batang kayu, daun-daun, tinja dan lain-lain.

Jadi, air permukaan merupakan badan air yang mudah sekali dicemari terutama oleh kegiatan manusia. Oleh karena itu, mutu air permukaan perlu mendapat perhatian yang seksama kalau air permukaan akan dipakai sebagai bahan bakar air bersih (Kusnoputanto, 2000).

(27)

pencemaran baik oleh tanah, sampah, maupun lainnya (Chandra, 2007). Sama halnya yang termasuk ke dalam kelompok air permukaan adalah air yang berasal dari sungai, rawa, parit, bendungan, danau, laut dan sebagainya (Kusnoputanto, 2000).

Namun menurut Sutrisno (1996), air laut merupakan sumber air yang terpisahkan dari air permukaan. Hal ini dikarenakan air laut jarang digunakan sebagai sumber air minum. Air laut mempunyai sifat asin karena mengandung garam Na Cl. Kadar garam Na Cl dalam air laut 3 %. Dengan keadaan ini, maka air laut tidak memenuhi syarat untuk air minum. Namun demikian, air laut ini juga dipergunakan sebagai air minum di beberapa negara yang sudah tidak mempunyai sumber air yang lebih baik setelah melewati proses desalinasi yang masih sangat mahal biayanya (Sutrisno, 1996).

2.2.3. Air Tanah

Air tanah (ground water) berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanah dan mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang telah dialami air hujan tersebut, di dalam perjalanannya ke bawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih murni dibandingkan air permukaan (Chandra, 2007).

(28)

Air tanah adalah semua air yang terdapat di bawah permukaan tanah pada lajur/ zona jenuh air (zone of saturation). Air tanah terbentuk berasal dari air hujan dan air permukaan, yang meresap (infiltrate) mula-mula ke zona tak jenuh (zone of aeration) dan kemudian meresap makin dalam (percolate) hingga mencapai zona

jenuh air dan menjadi air tanah. Air tanah adalah salah satu fase dalam daur hidrologi, yakni suatu peristiwa yang selalu berulang dari urutan tahap yang dilalui air dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer, penguapan dari darat atau laut atau air pedalaman, pengembunan membentuk awan, pencurahan, pelonggokan dalam tanah atau badan air dan penguapan kembali (Kamus Hidrologi, 1987).

Air tanah dan air permukaan saling berkaitan dan berinteraksi. Setiap aksi (pemompaan, pencemaran dan perlakuan lainnya) terhadap air tanah akan memberikan reaksi terhadap air permukaan, demikian sebaliknya.

Air tanah tidak dijumpai di semua tempat. Keterdapatan air tanah tergantung dari ada tidaknya lapisan batuan yang dapat mengandung air tanah yang disebut akuifer. Akuifer adalah lapisan yang dapat menangkap dan meloloskan air. Menurut Krussman dan Ridder (1970) bahwa macam-macam akuifer sebagai berikut:

(29)

b. Akuifer Tertekan (Confined Aquifer) yaitu akuifer yang seluruh jumlahnya air yang dibatasi oleh lapisan kedap air, baik yang di atas maupun di bawah, serta mempunyai tekanan jenuh lebih besar dari pada tekanan atmosfer.

c. Akuifer Semi tertekan (Semi Confined Aquifer) yaitu akuifer yang seluruhnya air jenuh, dimana bagian atasnya dibatasi oleh lapisan semi lolos air dibagian bawahnya merupakan lapisan kedap air.

d. Akuifer Semi Bebas (Semi Unconfined Aquifer) yaitu akuifer yang bagian bawahnya yang merupakan lapisan kedap air, sedangkan bagian atasnya merupakan material berbutir halus, sehingga pada lapisan penutupnya masih memungkinkan adanya gerakan air. Dengan demikian akuifer ini merupakan peralihan antara akuifer bebas dengan akuifer semi tertekan.

Jumlah air tanah yang dapat diperoleh di suatu daerah tergantung pada sifat-sifat akuifer yang ada di daerah tersebut serta pada luas cakupan dan frekuensi aliran. Kapasitas suatu formasi untuk menampung air diukur dengan porositas, yaitu perbandingan antara volume pori-pori terhadap volume total formasi tersebut (Todd, 1980).

Pori-pori mempunyai perbedaan ukuran yang beraneka ragam, dari yang berupa celah-celah submikroskopis pada lempung dan serpih, hingga yang berupa gua-gua dan terowongan-terowongan pada batu kapur dan lava (Linsley dan Franzini, 1991).

(30)

porositas 80 sampai 90 persen tetapi permeabilitasnya sedemikian rendah sehingga hanya sedikit air yang dapat dijumpai dalam sumur-sumur (Bowless, 1986).

Disamping air tanah bergerak dari atas ke bawah, air tanah juga bergerak dari bawah ke atas (gaya kapiler). Air bergerak horisontal pada dasarnya mengikuti hukum hidrolika, air bergerak horisontal karena adanya perbedaan gradien hidrolik. Gerakan air tanah mengikuti hukum Darcy yang berbunyi “volume air tanah yang melalui batuan berbanding lurus dengan tekanan dan berbanding terbalik dengan tebal lapisan (Krussman dan Ridder, 1970).

(31)

2.3. Peranan Air bagi Kehidupan Manusia

Semua makhluk hidup memerlukan air, karena air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Tidak satupun kehidupan yang ada di dunia ini dapat berlangsung terus tanpa tersedianya air yang cukup. Bagi manusia, kebutuhan akan air ini amat mutlak, karena sebenarnya zat pembentuk tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air, yang jumlahnya sekitar 73 % dari bagian tubuh tanpa jaringan lemak (Azwar, 1996).

Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Penggunaan air yang utama adalah sebagai air minum. Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air di dalam tubuh manusai itu sendiri.

Di dalam tubuh manusia, air diperlukan untuk melarutkan berbagai jenis zat yang diperlukan tubuh untuk melarutkan berbagai jenis zat. Oksigen juga dilarutkan sebelum dapat memasuki pembuluh-pembuluh darah yang ada di sekitar alveoli. Begitu juga zat-zat makanan hanya dapat diserap apabila dapat larut dalam cairan yang meliputi selaput lender usus. Air juga ikut mempertahankan suhu tubuh dengan cara penguapan keringat pada tubuh manusia. Disamping itu juga, transportasi zat-zat makanan dalam tubuh semuanya dalam bentuk larutan dengan pelarut air. Sehingga dapat disimpulkan bahwa air sangat memegang peranan penting dalam setiap aktivitas manusia (Mulia, 2005).

(32)

orang dewasa perlu minum minuman 1,5-2 liter air sehari atau 2200 gram setiap harinya (Soemirat, 2007).

Air yang dibutuhkan oleh manusia untuk hidup sehat harus memenuhi syarat kualitas. Disamping itu harus pula dapat memenuhi secara kuantitas (jumlahnya). Diperkirakan untuk kegiatan rumah tangga yang sederhana paling tidak membutuhkan air sebanyak 100 L/orang/hari. Angka tersebut misalnya untuk :

a. Berkumur, cuci muka, sikat gigi, wudhu : 20L/orang/hari b. Mandi/mencuci pakaian dan alat rumah tangga : 45L/orang/hari c. Masak, minum : 5L/orang/hari

d. Menggolontor kotoran : 20L/orang/hari

e. Mengepel, mencuci kendaraan : 10L/orang/hari

Jumlah air untuk keperluan rumah tangga per hari per kapita tidaklah sama untuk tiap negara. Pada umumnya, dapat dikatakan pada negara-negara yang sudah maju, jumlah pamakaian air per hari per kapita lebih besar dari dari pada negara berkembang. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan air sangatlah bervariasi sehingga rata-rata pemakaian air per orang per hari berbeda untuk satu negara dengan negara lainnya, satu kota dengan kota lainnya, satu desa dengan desa lainnya (Entjang, 2000).

2.4. Peranan Air dalam Penyebaran Penyakit

(33)

oleh makhluk hidup sedangkan penyakit tidak menular umumnya bukan disebabkan oleh makhluk hidup (Mulia, 2005).

Air lingkungan yang kotor karena tercemar oleh berbagai macam komponen pencemar menyebabkan lingkungan hidup menjadi tidak nyaman untuk dihuni. Pencemaran air dapat menimbulkan kerugian yang lebih jauh lagi, yaitu kematian. Kematian dapat terjadi karena pencemaran yang terlalu parah sehingga air telah menjadi penyebab berbagai macam penyakit (Wardana, 2001).

Penyakit yang ditimbulkan oleh pencemaran air ini dapat berupa penyakit menular dan penyakit tidak menular.

2.4.1. Penyakit Menular

Kuman petogen dapat berada dalam air minum untuk manusia dan hewan. Bila air yang mengandung kuman patogen ini terminum maka dapat menjadi penyakit pada yang bersangkutan. Penyakit menular yang disebarkan oleh air secara langsung ini sering kali dinyatakan sebagai penyakit bawaan air atau “Water Borne Disease”. Penyakit-penyakit tersebut diantaranya : kholera, penyakit typhoid, penyakit hepatitis infeksiosa, penyakit disentri basiler.

(34)

2.4.2. Penyakit tidak Menular

Walaupun dikatakan sebagai penyakit tidak menular namun penyakit ini tetap merupakan bahaya besar karena dapat mengakibatkan kematian. Penyakit dapat muncul terutama karena air lingkungan telah tercemar oleh senyawa anorganik yang dihasilkan oleh industri yang banyak menggunakan unsur logam. Selain dari itu senyawa organikpun bisa menyebabkan penyakit tidak menular. Pembuangan limbah industri secara sembarangan ke lingkungan sangat merugikan manusia karena dapat menimbulkan penyakit atau keracunan yang mengakibatkan cacat dan kematian.

Air lingkungan yang telah tercemar dapat menimbulkan berbagai macam penyakit tidak menular. Meskipun penyakit ini tidak menular namun dapat pula menjadi wabah yang menelan banyak korban. Zat anorganik dan organik yang mencemari lingkungan dapat menimbulkan penyakit, mulai dari keracunan yang ringan sampai keracunan berat yang berakhir dengan kematian.

(35)

berubah fungsi menjadi racun. Contoh dari logam berat esensial ini adalah tembaga (Cu), seng (Zn), dan nikel (Ni) (Fardiaz, 1995).

Banyak sekali penyebab terjadinya pencemaran air. Kadmium salah satunya. Keracunan kadmium (Cd) dapat terjadi karena banyak industri yang menggunakan logam dalam proses produksi maupun hasil sampingnya yang dilepaskan ke lingkungan. Industri electroplating dan pabrik pipa plastic PVC memakai Cd sebagai stabilisator. Selain itu, Cd dapat dijumpai sebagai hasil samping kegiatan penambangan logam. Oleh karena itu logam Cd dapat dijumpai di air lingkungan yang menerima buangan limbah industri tersebut. Kasus keracunan Cd yang pernah tercatat sebagai epidemik adalah kejadian yang menimpa sebagian penduduk Toyoma di Jepang. Keracunan ini menyebabkan sebagian penduduk lama semakin parah. Penduduk Toyoma mengeluh sakit pinggang selama bertahun-tahun dan sakit itu semakin lama semakin parah. Disamping itu mereka juga mengeluh sakit pada tulang punggungnya. Kematian yang terjadi antara mereka terutama disebabkan oleh gagal ginjal.

Selain itu, kemajuan industri dan teknologi telah menyebabkan naiknya penggunaan logam Kobalt (Co) pada berbagi bidang. Keracunan kobalt dapat terjadi apabila makanan atau minuman mengandung Co 150 ppm atau lebih. Wabah keracunan Co pernah terjadi di Amerika pada tahun 1964 -1966. Warga kota Nebraska dan Ohama banyak yang menderita penyakit jantung. Hal ini disebabkan mereka meminum bir yang mengandung Co.

(36)

syarat sehingga menyebabkan pencemaran air lingkungan. Kasus ini sangat terkenal karena selama tujuh tahun telah banyak korban yang sebagian besar adalah nelayan. Pada kurun waktu itu lebih dari 100 orang menderita cacat dan 43 diantaranya meninggal. Korban lainnya adalah 119 bayi lahir cacat. Sumber utama keracunan merkuri adalah pembuangan limbah plastik yang dibuang ke laut (Wardana, 2001).

Dan masih banyak lagi penyakit-penyakit tidak menular lain pada manusia yang diakibatkan oleh pencemaran bahan-bahan kimia berbahaya terutama logam B3 pada air dikonsumsi oleh manusia. Zat-zat kimia ini sangat membahayakan kesehatan mahkluk hidup yang mengkonsumsinya dan pada umumnya bersifat kronis.

2.5. Standar Kualitas Air

Dengan adanya standar kualitas orang dapat mengukur kulitas air dari berbagai macam air. Untuk kepentingan masyarakat sehari-hari, persediaan air harus memenuhi standar air minum dan tidak membahayakan kesehatan manusia. Menurut WHO, standar-standar air minum yang harus dipenuhi agar tersedia suatu penyediaan air dapat dinyatakan layak sebagai air minum :

1. Memenuhi persyaratan fisik 2. Memenuhi persyaratan biologis 3. Mengandung zat-zat kimia 4. Mengandung zat radioaktif

(37)

Standar kualitas air bersih dapat diartikan sebagai ketentuan-ketentuan berdasarkan Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 yang biasanya dituangkan dalam bentuk pernyataan atau angka yang menunjukkan persyaratan– persyaratan yang harus dipenuhi agar air tersebut tidak menimbulkan gangguan kesehatan, penyakit, gangguan teknis, serta gangguan dalam segi estetika. Peraturan ini dibuat dengan maksud bahwa air yang memenuhi syarat kesehatan mempunyai peranan penting dalam rangka pemeliharaan, perlindungan, serta mempertinggi derajat kesehatan masyarakat. Dengan peraturan ini telah diperoleh landasan hukum dan landasan teknis dalam hal pengawasan kualitas air bersih.

Kualitas air menyatakan tingkat kesesuaian air terhadap penggunaan tertentu dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, mulai dari air untuk memenuhi kebutuhan langsung yaitu air minum, mandi, cuci, air irigasi atau pertanian, peternakan, perikanan, rekreasi dan transportasi. Dengan berlakunya standar baku air maka dapat dilakukan penilaian kualitas air untuk berbagai kebutuhan, terutama untuk air minum (Sutrisno, 1996).

(38)

2.6. Timbal (Pb)

2.6.1. Sifat Fisik dan Struktur Kimia Timbal (Pb)

Timbal (Pb) atau dalam keseharian lebih dikenal dengan nama timah hitam, dalam bahasa ilmiahnya dinamakan plumbum, dan logam ini disimbolkan dengan Timbal (Pb). Logam ini termasuk kedalam kelompok logam golongan IV-A pada Tabel Periodik unsur kimia. Mempunyai nomor atom (NA) 82 dengan bobot atau berat atom (BA) 207,2 (Palar, 1994). Timbal (Pb) mempunyai berat jenis 11,34, bersifat lunak serta berwarna biru atau silver abu - abu dengan kilau logam, nomor atom 82 mempunyai titik leleh 327,4ºC dan titik didih 1.620ºC (Fardiaz, 1995).

Penyebaran logam Timbal (Pb) di bumi sangat sedikit. Jumlah Timbal (Pb) yang terdapat di seluruh lapisan bumi hanyalah 0,0002% dari jumlah seluruh kerak bumi. Jumlah ini sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah kandungan logam berat lainnya. Di alam sendiri terdapat 4 macam isotop Timbal (Pb) yaitu:

1. Timbal (Pb)-204 atau Timbal (Pb)204, diperkirakan berjumlah sebesar 1,48% dari seluruh isotop Timbal (Pb).

2. Timbal (Pb)-206 atau Timbal (Pb)206, diperkirakan berjumlah sebesar 23,60% dari seluruh isotop Timbal (Pb) yang terdapat di alam.

3. Timbal (Pb)-207 atau Timbal (Pb)207, sebanyak 22,60% dari seluruh isotop Timbal (Pb) yang terdapat di alam.

4. Timbal (Pb)-208 atau Timbal (Pb)208, diperkirakan berjumlah sebesar 52,32% dari seluruh isotop Timbal (Pb) yang terdapat di alam.

(39)

Timbal (Pb) yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan akan mengendap pada jaringan tubuh, dan sisanya akan terbuang bersama bahan sisa metabolisme.

Timbal (Pb) pada perairan ditemukan dalam bentuk terlarut dan tersuspensi. Timbal (Pb) relatif dapat larut dalam air dengan pH < 5 dimana air yang bersentuhan dengan timah hitam dalam suatu periode waktu dapat mengandung > 1 μg Pb/l

sedangkan batas kandungan dalam air minum adalah 50 μg Timbal Pb/l. Kadar dan

toksisitas Timbal (Pb) diperairan dipengaruhi oleh kesadahan, pH, alkalinitas, dan kadar oksigen (Effendi, 2003).

Sifat-sifat Timbal (Pb) menurut Darmono (2001) dan Fardiaz (2005) antara lain:

1. Memilki titik cair rendah sehingga jika digunakan dalam bentuk cair hanya membutuhkan teknik yang cukup sederhana dan tidak mahal.

2. Merupakan logam yang lunak sehingga mudah diubah menjadi berbagai bentuk.

3. Timbal (Pb) dapat membentuk logam campuran (alloy) dengan logam lainnya, dan logam yang terbentuk mempunyai sifat yang berbeda dengan Timbal (Pb) murni.

4. Memiliki densitas yang tinggi dibanding logam lain kecuali emas dan merkuri, yaitu 11,34 gr/cm 3.

(40)

dapat memasuki tubuh melalui udara, air minum, makanan yang dimakan dan tanah pertanian.

2.6.2. Kandungan Timbal (Pb) di Alam

Timbal (Pb) adalah sebuah unsur yang biasanya ditemukan di dalam batu-batuan, tanah, tumbuhan, dan hewan. Timbal (Pb) 95% bersifat anorganik dan pada umumnya dalam bentuk garam anorganik yang umumnya kurang larut dalam air. Selebihnya berbentuk Timbal (Pb) organik. Timbal (Pb) organik ditemukan dalam bentuk senyawa Tetra Ethyl Lead (TEL) dan Tetra Methyl Lead (TML). Jenis senyawa ini hampir tidak larut dalam air, namun dapat dengan mudah larut dalam pelarut organik misalnya dalam lipid. Waktu keberadaan Timbal (Pb) dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti arus angin dan curah hujan. Timbal (Pb) tidak mengalami penguapan namun dapat ditemukan di udara sebagai partikel. Karena Timbal (Pb) merupakan sebuah unsur maka tidak mengalami degradasi (penguraian) dan tidak dapat dihancurkan (Rini S, 1998).

Menurut Mukono (2002), Logam Timbal (Pb) secara alami telah tersebar di alam, yakni:

a. Batuan

Bumi mengandung Timbal (Pb) sekitar 13 mg/kg. Menurut studi Waepohl (1961) dalam Mukono (2002), dinyatakan bahwa kadar Timbal (Pb) pada batuan sekitar 10-20 mg/kg

b. Tanah

(41)

c. Air

Analisis air bawah tanah menununjukkan kadar Timbal (Pb) sebesar 1-60 µg/l, sedangkan analisis air permukaan terutama pada sungai dan danau menunjukkan angka antara 1-10 µg/l. Kadar Timbal (Pb) pada air laut lebih rendah dari yang terdapat di air tawar. Di pantai California (USA) kadar Timbal menunjukkan kadar 0,08-0,41 µg/l.

d. Udara

Dalam keadaan alamiah menurut studi Patterson (1965) dalam Mukono (2002), kadar Timbal (Pb) di udara 0,0006 µg/m3. Sedangkan penelitian di daerah tanpa penghuni di pegunungan California (USA), menunjukkan kadar Timbal (Pb) sebesar 0,008 µg/m3.

e. Tumbuhan

Secara alamiah tumbuhan mengandung Timbal (Pb). Menurut Warren dan Delevault (1962) dalam Mukono (2002), kadar Timbal (Pb) adalah 2,5 mg/kg berat dan kering.

2.6.3. Penggunaan Timbal (Pb)

Timbal (Pb) banyak dimanfaatkan oleh kehidupan manusia seperti sebagai bahan pembuat baterai, amunisi, produk logam (logam lembaran, solder, dan pipa), perlengkapan medis (penangkal radiasi dan alat bedah), cat, keramik, dan peralatan kegiatan ilmiah/praktek (papan sirkuit/CB untuk komputer) untuk campuran minyak bahan-bahan untuk meningkatkan nilai oktan.

(42)

komponen-komponennya. Selain itu Timbal (Pb) juga digunakan untuk produk-produk logam seperti amunisi, pelapis kabel, pipa, solder, bahan kimia dan pewarna (Fardiaz, 1995). Selain itu, Timbal (Pb) juga digunakan sebagai formulasi penyambung pipa sehingga memungkinkan terjadinya kontak antara air rumah tangga dengan Timbal (Pb) (Widowati, 2008).

Penggunaan Timbal (Pb) nonalloy hanya terbatas pada produk-produk yang tahan karat. Misalnya, pipa Timbal (Pb) digunakan untuk mengalirkan bahan-bahan kimia yang korosif (Kristanto, 2002).

2.6.4. Pencemaran Timbal (Pb) terhadap Lingkungan

Pencemaran Timbal (Pb) dapat terjadi di udara, air, maupun tanah. Kandungan Timbal (Pb) dalam tanah rata-rata 16 ppm, tetapi untuk daerah tertentu bisa mencapai ribuan ppm (Fardiaz, 1992). Konsentrasi Timbal (Pb) di udara perkotaan yang padat lalu lintasnya bisa mencapai 5-50 kali dibandingkan dengan udara pegunungan yang masih lestari (Sunu, 2001).

Timbal (Pb) dan persenyawaannya dapat berada di dalam badan perairan secara alamiah dan sebagai dampak dari aktivitas manusia. Secara alamiah, Timbal (Pb) dapat masuk ke badan perairan melalui pengkristalan Timbal (Pb) di udara dengan bantuan air hujan. Di samping itu, proses korosifikasi dari batuan mineral akibat hempasan gelombang dan angin, juga merupakan salah satu jalur sumber Timbal (Pb) yang akan masuk kedalam badan perairan.

(43)

pertambangan bijih timah hitam dan buangan sisa industri baterai. Buangan-buangan tersebut akan jatuh pada jalur-jalur perairan seperti anak-anak sungai untuk kemudian akan dibawa terus menuju lautan. Umumnya jalur buangan dari bahan sisa perindustrian yang menggunakan Timbal (Pb) akan merusak tata lingkungan perairan yang dimasukinya (menjadikan sungai dan alirannya tercemar).

Badan perairan yang telah kemasukan senyawa atau ion-ion Timbal (Pb), sehingga jumlah Timbal (Pb) yang ada di dalam badan perairan melebihi konsentrasi yang semestinya, dapat mengakibatkan kematian bagi biota perairan tersebut (Palar, 1994).

Limbah padat yang mengandung Pb dibuang di tempat pembuangan sampah akan menghasilkan air lindi. Air lindi didefinisikan sebagai suatu cairan yang dihasilkan dari pemaparan air hujan pada timbunan sampah. Selayaknya benda cair, air lindi akan mengalir ke tempat yang lebih rendah. Air lindi ini dapat merembes masuk ke dalam tanah dan bercampur dengan air tanah sampai pada jarak 200 meter, ataupun mengalir di permukaan tanah dan bermuara pada aliran sungai (Mahardika, 2010).

2.6.5. Metabolisme Timbal (Pb) dalam Tubuh

(44)
[image:44.612.127.543.92.470.2]

Gambar 1. Perjalanan timbal yang berasal dari lingkungan sampai masuk ke dalam tubuh manusia (Sumber:Nasional Health and Medical Research Councils (2009) dalam Hasan (2011)

(45)

volume udara yang mampu dihirup pada saat peristiwa bernafas berlangsung. Makin kecil ukuran partikel debu, serta semakin besarnya volume udara yang mampu terhirup, maka akan semakin besar pula konsentrasi Timbal (Pb) yang diserap oleh tubuh.

Timah hitam yang diabsorsi diangkut oleh darah ke organ-organ tubuh sebanyak 95% timbal (Pb) dalam darah diikat oleh eritrosit. Sebagian timbal (Pb) plasma dalam bentuk yang dapat berdifusi dan diperkirakan dalam keseimbangan dengan tubuh lainnya dibagi menjadi dua yaitu ke jaringan lunak (sumsum tulang, sistim saraf, ginjal, hati) dan ke jaringan keras (tulang, kuku, rambut, gigi) (Palar, 2008). Gigi dan tulang panjang mengandung timbal (Pb) yang lebih banyak dibandingkan tulang lainnya. Pada gusi dapat terlihat lead line yaitu pigmen berwarna abu-abu pada perbatasan antara gigi dan gusi (Goldstein & Kipen, 1994 dalam Ardyanto, 2005). Hal itu merupakan ciri khas keracunan timbal (Pb). Pada jaringan lunak sebagian Timbal (Pb) disimpan dalam aorta, hati, ginjal, otak, dan kulit. Timbal (Pb) yang ada di jaringan lunak bersifat toksik.

Pada jaringan dan organ tubuh, logam Timbal (Pb) akan terakumulasi pada tulang karena logam ini dalam bentuk ion Pb 2+ mampu menggantikan keberadaan ion Ca 2+ (Kalsium) yang terdapat dalam jaringan tulang. Di samping itu, pada wanita hamil logam Timbal (Pb) dapat melewati plasenta dan kemudian akan ikut masuk dalam sistem peredaran darah janin dan selanjutnya setelah bayi lahir, Timbal (Pb) akan dikeluarkan bersama air susu.

(46)

Gambar 2. Akumulasi Timbal (Pb) dalam tubuh manusia (Sumber: Depkes RI, 2001)

Dengan demikian untuk mengetahui dan mengukur kadar Timbal (Pb) dalam tubuh manusia dapat dilihat melalui darah, sekreta, jaringan lunak, dan jaringan mineral. Tetapi spesimen biomarker yang mewakili keberadaan Timbal (Pb) adalah darah dan urin.

Ekskresi timbal (Pb) melalui beberapa cara, yang terpenting adalah melalui ginjal dan saluran cerna. Ekskresi timbal (Pb) melalui urin sebanyak 75–80%, melalui feses 15% dan lainnya melalui empedu, keringat, rambut, dan kuku (Palar, 1994). Ekskresi timbal (Pb) melalui saluran cerna dipengaruhi oleh saluran aktif dan pasif kelenjar saliva, pankreas dan kelenjar lainnya di dinding usus, regenerasi sel epitel, dan ekskresi empedu. Sedangkan Proses eksresi Timbal (Pb) melalui ginjal adalah melalui filtrasi glomerulus.

Pada umumnya ekskresi Timbal (Pb) berjalan sangat lambat. Waktu paruh timah hitam di dalam darah kurang lebih 25 hari, pada jaringan lunak 40 hari sedangkan pada tulang 25 tahun. Ekskresi yang lambat ini menyebabkan Timbal (Pb)

(47)

mudah terakumulasi dalam tubuh, baik pada pajanan okupasional maupun non okupasional.

2.6.6. Efek Timbal (Pb) Terhadap Kesehatan

Timbal (Pb) adalah racun sistemik. Keracunan Timbal (Pb) akan menimbulkan gejala yaitu rasa logam di mulut, garis hitam pada gusi, gangguan GI, anorexia, muntah-muntah, kolik, encephalitis, perubahan kepribadian, kelumpuhan, dan kebutaan. Gejala lain dari keracunan ini berupa anemia dan albuminaria (Soemirat, 2007).

Pengaruh toksisitas akut Timbal (Pb) jarang ditemui, tetapi pengaruh toksisitas kronik paling sering ditemukan. Pengaruh toksisitas kronis sering dijumpai pada pekerja tambang dan pabrik pemurnian logam, pabrik mobil (proses pengecatan), penyimpanan bateri, percetakan, pelapisan logam, dan pengecatan sistem semprot (Darmono, 2001).

(48)

2.7. Daur Ulang Aki

2.7.1. Uraian Proses Produksi

Aki merupakan komponen pencatu daya dalam kendaraan bermotor. Sampai saat ini komponen utamanya masih terbuat dari logam Timbal (Pb) dan belum ada alternatif yang mampu menggantikannya. Sebagai pencatu daya, di dalam aki timbul reaksi kimia sebagai berikut :

Anoda : Timbal (Pb)(s) + SO4(aq)2- Timbal (Pb)SO4(s) + 2e

-Katoda : Timbal (Pb)O2(s) + 4H+(aq) + SO4(aq)2-+ 2e-  Timbal (Pb)SO4(s) + 2H2O(l)

[image:48.612.138.519.337.552.2]

Timbal (Pb)(s) + Timbal (Pb)O2(s) + 2H2SO4 (aq) Timbal (Pb)SO4(s) + 2H2O(l)

Gambar berikut menunjukkan susunan bagian dalam aki.

Gambar 3. Komponen di Dalam Aki (Sumber

(49)

pengumpulan aki bekas yang besar untuk memenuhi kapasitasnya sehingga dirasakan lebih menguntungkan menerima hasil daur ulang setengah jadi industri kecil, untuk diproses lebih lanjut menjadi produk murni, maupun bahan baku impor (Kristanto, 2002).

Daur ulang aki ditujukan untuk mengambil logam Timbal (Pb) atau disebut juga ingot dan plastik box, untuk dimanfaatkan kembali. Teknologi yang digunakan juga bermacam-macam dari yang sangat sederhana hingga teknologi tinggi, tetapi pada dasarnya logam timah diambil dengan cara reduksi-oksidasi (redoks) unsur Timbal (Pb) yang ada di dalam.

Dari proses daur ulang tersebut dihasilkan 2 jenis material yaitu : 1 Logam/Ingot Timbal (Pb) dimanfaatkan oleh:

• Pabrik aki sebagai sel aki baru • Pabrik cat

• Pabrik tabung TV

• Keramik dan isolasi radio aktif

2 Plastik box dimanfaatkan oleh: • Pabrik aki

• Pabrik plastik

(50)

a. Elektrokimia

[image:50.612.89.559.275.510.2]

Proses elektrokimia yaitu melakukan leaching segala metal maupun ion Pb menjadi Pb2+ selanjutnya dengan proses elektrolisis Pb2+ diubah menjadi Pb metal. Proses ini jarang dilakukan oleh industri kecil menengah maupun rumah tangga di Indonesia. Hal ini dikarenakan biaya investasi serta operasional yang mahal. Diagram proses elektrokimia adalah sebagai berikut :

Gambar 4. Skema Proses Elektrokimia (Sumber

b. Redoks

Proses redoks dipergunakan reaktor, yang berbentuk kupola maupun rotary kiln. Proses ini menggunakan karbon/arang serta udara sebagai reduktor dan oksidator

(51)

operasi terjadi lebih dari 5000 C. Proses ini banyak dilakukan di Indonesia, baik dengan teknologi yang sangat sederhana maupun yang sudah maju.

[image:51.612.123.508.170.300.2]

Skema proses redoks adalah sebagai berikut :

Gambar.5. Skema Proses Redoks (Sumber

(52)
[image:52.612.168.498.95.347.2]

Sketsa gambar kuwen adalah sebagai berikut :

Gambar 6. Sketsa Daur Ulang Aki Bekas Secara Tradisional (Sumber:

Sketsa gambar diatas terlihat bahwa teknologi tradisional tersebut sangat tidak aman karena polusi udara yang mengandung logam berat (B3) timah sehingga membahayakan bagi para pendaur ulang sendiri maupun lingkungan. Disamping itu gas-gas sisa pembakaran SOx maupun NOx selain mengakibatkan pencemaran udara juga akan menimbulkan bau spesifik sulfur.

(53)
[image:53.612.216.476.117.356.2]

Gambar sketsa cerobong adalah sebagai berikut:

Gambar 7. Modifikasi Kuwen Dengan Memasang Cerobong Dan PerangkapDebu (Sumber

Proses redoks dengan mengguakan kuwen adalah proses batch, apabila menggunakan proses terus menerus maka diperlukan reaktor yang berupa klin maupun kupola. Dengan menggunakan kiln atau kupola memudahkan isolasi debu yang keluar saat pengecoran. Debu keluar bersama-sama dengan gas hasil pembakaran masih mempunyai suhu yang tinggi (+ 4500C), sehingga perlu didinginkan.

(54)

2.7.2 Limbah yang Dihasilkan

[image:54.612.123.550.213.613.2]

Untuk mengetahui limbah yang dihasilkan dapat dipahami melalui proses yang dipergunakan. Di Indonesia industri daur ulang baik skala kecil maupun menengah lebih banyak menggunakan sistem redoks. Secara umum, skema daur ulang aki dan cemaran yang timbul disajikan dalam gambar berikut :

(55)

2.8. Sumur gali

Sumur merupakan jenis sarana air bersih yang banyak dipergunakan masyarakat. Sumur sanitasi adalah jenis sumur yang telah memenuhi persyaratan sanitasi dan terlindung dari kontaminasi air kotor (Chandra, 2007). Sumur sehat minimal harus memenuhi persyaratan sebagai berikut (Entjang, 2000).

[image:55.612.110.497.207.644.2]

Gambar 9. Sumur Gali Tanpa Pompa Tangan (Sumber: Entjang, 2000)

(56)

1) Syarat Lokasi atau Jarak

Agar sumur terhindar dari pencemaran maka harus diperhatikan adalah jarak sumur dengan jamban, lubang galian untuk air limbah (cesspool, seepage pit), dan sumber-sumber pengotoran lainnya. Jarak tersebut tergantung pada keadaan serta kemiringan tanah.

1. Lokasi sumur pada daerah yang bebas banjir.

2. Jarak sumur minimal 10 meter dan lebih tinggi dari sumber pencemaran (Entjang, 2000).

2) Syarat Konstruksi

Syarat konstruksi pada sumur gali tanpa pompa, meliputi dinding sumur, bibir sumur, serta lantai sumur.

a. Dinding sumur gali

1. Jarak kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding sumur gali harus terbuat dibuat dari tembok yang kedap air (disemen). Hal tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi perembesan air / pencemaran oleh bakteri dengan karakteristik habitat hidup pada jarak tersebut. Selanjutnya pada kedalaman 1,5 meter dinding berikutnya terbuat dari pasangan batu bata tanpa semen, sebagai bidang perembesan dan penguat dinding sumur. Kedalaman sumur gali dibuat sampai mencapai lapisan tanah yang mengandung air cukup banyak walaupun pada musim kemarau (Entjang, 2000).

(57)

telah tercemar tidak terjadi. Kedalaman 3 meter diambil karena bakteri pada umumnya tidak dapat hidup lagi pada kedalaman tersebut. Kira-kira 1,5 meter berikutnya ke bawah, dinding ini tidak dibuat tembok yang tidak disemen, tujuannya lebih untuk mencegah runtuhnya tanah (Azwar, 1996). b. Bibir sumur gali.

Untuk keperluan bibir sumur ini terdapat beberapa pendapat antara lain : 1. Di atas tanah dibuat tembok yang kedap air, setinggi minimal 70 cm, untuk

mencegah pengotoran dari air permukaan dan untuk keselamatan (Entjang, 2000).

2. Dinding parapet merupakan dinding yang membatasi mulut sumur dan harus dibuat setinggi 70-75 cm dari permukaan tanah. Dinding ini merupakan satu kesatuan dengan dinding sumur (Chandra, 2007).

c. Lantai sumur gali

Beberapa pendapat konstruksi lantai sumur antra lain :

1. Lantai sumur dibuat dari tembok (kedap air) ± 1,5 m lebarnya dari dinding sumur. Dibuat agak miring dan ditinggikan 20 cm di atas permukaan tanah, bentuknya bulat atau segi empat (Entjang, 2000).

2. Tanah di sekitar tembok sumur atas disemen dan tanahnya dibuat miring dengan tepinya dibuat saluran. Lebar semen di sekeliling sumur kira-kira 1,5 meter, agar air permukaan tidak masuk (Azwar, 1995).

(58)

d. Saluran pembuangan air limbah.

1. Saluran Pembuangan Air Limbah dari sekitar sumur menurut Entjang (2000), dibuat dari tembok yang kedap air dan panjangnya sekurang-kurangnya 10 m.

2. Drainase atau saluran pembuangan air harus dibuat menyambung dengan parit agar tidak terjadi genangan air di sekitar sumur (Chandra, 2007). e. Tutup sumur yang kuat dan rapat

Untuk mencegah pengotoran dan pencemaran maupun kecelakaan pada saat sumur gali tidak digunakan maka sumur gali perlu memiliki tutup sumur yang kuat dan rapat (Pusdiklat Pegawai Departemen Kesehatan RI, 1986). Sedangkan pada sumur gali yang dilengkapi pompa, pada dasarnya pembuatannya sama dengan sumur gali tanpa pompa, namun air sumur diambil dengan mempergunakan pompa. Kelebihan jenis sumur ini adalah kemungkinan untuk terjadinya pengotoran akan lebih sedikit disebabkan kondisi sumur selalu tertutup.

2.9. Tempat Pembuangan Sampah

Dirjen PPM dan PLP Departemen Kesehatan RI (1989), mengemukakan pengertian TPA adalah upaya untuk memusnahkan sampah pada tempat tertentu.

Lokasi untuk penempatan TPA harus memenuhi persyaratan teknis sebagai berikut:

1. Jarak terhadap pemukiman minimal 3 km.

(59)

dekomposisi sampah dapat meresap melalui lapisan tanah dan menimbulkan pencemaran terhadap sumber air tersebut.

3. Tidak terletak pada daerah banjir, hal ini mengingat kemungkinan terbawanya sampah TPA oleh air yang akan mengakibatkan pencemaran terhadap lingkungan.

4. Tidak terletak pada lokasi yang permukaan air tanahnya tinggi, hal ini mengingat bahwa lokasi TPA pada tempat yang air tanahnya tinggi akan berakibat pencemaran air tanah baik kualitas maupun jumlahnya. Bila sampah langsung kontak dengan air tanah, pencemarannya akan meluas dan terjadi dalam waktu yang lama.

5. Jarak tepi paling dekat terhadap jalan besar/umum, sedikitnya 200 meter, hal ini mengingat alasan estetika, tidak terlihat dari jalan umum. Ini bisa dilakukan dengan membangun pagar atau penanaman pepohonan dan sebagainya.

6. Tidak merupakan sumber bau, kecelakaan serta memeperhatikan aspek estetika.

7. Jarak dari bandara tidak dari 5 km.

Pengelolaan sampah di TPA harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : 1. Diupayakan agar lalat, nyamuk, tikus, kecoa tidak berkembang biak dan

tidak menimbulkan bau.

2. Memiliki drainase yang baik dan lancar.

(60)

4. TPA yang digunakan untuk membuang bahan beracun dan berbahaya, lokasinya harus diberi tanda khusus dan tercatat di Kantor Pemda.

5. Dalam hal tertentu jika populasi lalat melebihi 20 ekor per blok garis atau tikus terlihat pada siang hari atau nyamuk Aedes, maka harus dilakukan pemberantasan dan perbaikan cara-cara pengelolaan sampah.

2.10. Kerangka Konsep

(61)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui kandungan Pb pada Air Sumur Gali Masyarakat di sekitar Tempat Penimbunan Limbah Padat Industri Timah dari Daur Ulang Aki Bekas Desa Sei Rotan Kecamatan Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Sei Rotan Kecamatan Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Adapun alasan dipilihnya lokasi tersebut sebagai tempat penelitian adalah karena:

a. Masyarakat di sekitar penimbunan banyak menggunakan air sumur sebagai sumber air minum.

b. Lokasi penimbunan limbah padat industri timah dari daur ulang aki bekas dekat dengan pemukiman penduduk.

c. Belum pernah ada penelitian tentang kandungan Pb air sumur gali masyarakat Desa Sei Rotan

3.2.2. Waktu Penelitian

(62)

3.3. Objek Penelitian

Adapun objek penelitian adalah air sumur gali masyarakat desa Sei Rotan yang berada di dusun VIII merupakan lokasi terdekat dengan penimbunan limbah padat industri timah dari daur ulang aki bekas.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Teknik purposive sampling menurut Sugioyono (2009) adalah

pengambilan sampel yang sumber datanya diambil dengan pertimbangan tertentu. Pengambilan sampel pada sumur dilakukan dengan menentukan jarak titik pengambilan dari tempat penimbunan, yaitu pada jarak 25 meter, 50 meter, 100 meter, 150 meter, dan 200 meter. Setiap jarak yang sudah ditentukan diambil sampel dari 2 buah sumur yang berbeda yaitu konstruksi fisik sumur yang baik dan yang buruk. Jadi, total sampel yang diperoleh adalah sebanyak 10 sampel.

Lokasi pemeriksaan sampel air dilakukan di laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL-PPM) Medan.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data-data yang dikumpulkan diperoleh dari hasil penelitian yaitu berupa: a. Data jarak penimbunan dengan sumur gali

b. Data kandungan Pb dari air sumur gali di lokasi penelitian 3.4.2. Data Sekunder

(63)

3.5. Pelaksanaan Penelitian

3.5.1. Pengambilan dan Pengiriman Sampel (Air Sumur Gali) ke Laboratorium 1. Persiapkan botol sebagai wadah sampel

2. Botol sampel dibilas dengan air sampel

3. Botol sampel yang terbuat dari plastik/kaca dimasukkan ke dalam air 4. Sampel diambil sampai botol terisi penuh

5. Diberi label dan dibawa ke laboratorium 3.5.2. Pemeriksaan Pb Air Sumur Gali di Laboratorium

a. Alat

1. Spektrofotometer DR/2004

2. Kuvet 10 dan 25 ml

3. Erlanmeyer 300 ml

4. Labu ekstraksi 500

5. Gelas ukur 250 ml

6. Beaker glas 50 ml

7. Pipet volum 1 ml, 2 ml, 5 ml, dan 10 ml

8. Masker dan sarung tangan

b. Bahan

1. Larutan NaOH 5 N

2. Larutan ditizon (30 ml chloroform + 1 bungkus divider metal powder pillow

3. Buffer powder pillow citrate type for heavy metal

(64)

5. Air sumur gali

3.5.3. Prosedur Kerja

1. Pastikan analis memakai masker dan sarung tangan.

2. Tekan power pada alat spektrofotometer DR/2400.

3. Pilih program 950 Pb tekan start, pada layar akan muncul 0,00 mg/l Pb.

4. Masukkan sampel uji sebanyak 250 ml kedalam gelas ukur 250 ml.

5. Masukkan sampel uji kedalam labu ekstraksi, tambahkan satu buffer powder

pillow citrate type for heavy metal, aduk didalam labu ekstraksi hingga larut

sempurna. Bukalah sesekali klep pada labu ekstraksi untuk mengeluarkan gas

(udara) yang terperangkap.

6. Siapkan larutan ditizon dengan cara : masukkan 50 ml chloroform kedalam

gelas ukur 50 ml, tambahkan satu divider metal powder pillow, aduk hingga

divider larut merata.

7. Ambil larutan ditizon yang sudah dipersiapkan, masukkan kedalam labu

ekstraksi sebanyak 30 ml.

8. Aduklah larutan itu beberapa kali sambil sesekali bukalah klep pada labu

ekstraksi dengan mencodongkan ujung labu ekstraksi keatas agar udara keluar

sampai tidak ada lagi udara yang terperangkap.

9. Masukkan 50 ml NaOH 5 N kedalam labu ekstraksi, aduk hingga larutan

merata, aduk terus menerus sampai udara yang terperangkap didalam labu

(65)

10. Teruskan dengan penambahan beberapa tetes penambahan NaOH 5 N

(menggunakan pipet tetes) hingga larutan berubah warna dari biru kehijauan

menjadi orange.

11. Tambahkan 1 gram kristal potassium sianida kedalam labu ekstraksi aduk

hingga merata, tunggu 1 menit hingga terjadi pemisahan lapisan didalam

labu ekstraksi.

12. Masukkan sedikit kapas pada ujung labu ekstraksi untuk mengalirkan larutan

chloroform dari hasil ekstraksi.

13. Siapkan kuvet sampel 25 ml dibawah labu ekstraksi, buka kran perlahan –

lahan hingga larutan mengalir perlahan – lahan melalui kapas kedalam kuvet

sampel sampai 25 ml. Isi kuvet sampel 25 ml sebagai blanko dengan larutan

chloroform.

14. Masukkan larutan blanko kedalam alat spektrofotometer, tekan ‘’zero’’ dan

pada layar akan menunjukkan 0,00 mg/l Pb, kemudian keluarkan kuvet

blanko.

15. Masukkan kuvet kedua sebagai sampel kedalam alat spektrofotometer, tekan

tanda “read”, pada layar akan menunjukkan hasil berupa angka (mg/l Pb).

16. Catat hasil analisa yang tertera pada layar.

3.6. Defenisi Operasional

(66)

2. Pemeriksaan laboratorium adalah pemeriksaan parameter kimia dari air sumur gali di laboratorium BTKL (Balai Teknologi Kesehatan Lingkungan) Medan. Untuk pemeriksaan Pb digunakan metode Analisa Spekfotometer.

a. Memenuhi Syarat Kesehatan

Keadaan kualitas air sumur gali yang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Permenkes RI No 416/ Menkes/ Per/ IX/ 1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air, yaitu Pb: 0,05 mg/L.

b. Tidak Memenuhi Syarat Kesehatan

Keadaan kualitas air sumur gali dimana kandungan Pb air sumur gali melewati batas maksimum yang telah ditetapkan.

3. Kandungan Pb

Jumlah/ dosis Pb yang terkandung pada air sumur ga

Gambar

Gambar 1. Perjalanan timbal yang berasal dari lingkungan sampai masuk ke dalam tubuh manusia (Sumber: Nasional Health and Medical Research Councils (2009) dalam Hasan (2011)
Gambar berikut menunjukkan susunan bagian dalam aki.
Gambar 4. Skema Proses Elektrokimia (Sumber: www.scribd.com, 2011)
Gambar.5.  Skema Proses Redoks (Sumber: www.scribd.com, 2011)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penulis mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Penggunaan Model

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa (Allah SWT) berkat rahmat dan karuniaNya penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “ KARAKTERISASI

Penulis mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat karunianya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini sebagai salah satu syarat untuk

Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat serta karuniaNYA, akhirnya Penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi dengan judul:

Dengan mengucapkan puji dan syukur, penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan berkat, rahmat dan karunianya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat dan KaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis

Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa Allah SWT, atas segala berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi