• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Perilaku Penghuni Tentang Personal Hygiene, Sanitasi Dasar, Perumahan Sehat Serta Keluhan Kesehatan Kulit Di Asrama Putra USU Medan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Perilaku Penghuni Tentang Personal Hygiene, Sanitasi Dasar, Perumahan Sehat Serta Keluhan Kesehatan Kulit Di Asrama Putra USU Medan."

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PERILAKU PENGHUNI TENTANG PERSONAL HYGIENE SANITASI DASAR PERUMAHAN SEHAT SERTA KELUHAN

KESEHATAN KULIT DI ASRAMA PUTRA USU MEDAN

SKRIPSI

OLEH

AHMAD FAIZAL RANGKUTI

071000161

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

GAMBARAN PERILAKU PENGHUNI TENTANG PERSONAL HYGIENE SANITASI DASAR PERUMAHAN SEHAT SERTA KELUHAN

KESEHATAN KULIT DI ASRAMA PUTRA USU MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh

AHMAD FAIZAL RANGKUTI

071000161

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul

GAMBARAN PERILAKU PENGHUNI TENTANG PERSONAL HYGIENE, SANITASI DASAR, PERUMAHAN SEHAT SERTA KELUHAN

KESEHATAN KULIT DI ASRAMA PUTRA USU MEDAN

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh: AHMAD FAIZAL RANGKUTI

NIM. 071000161

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 26 Januari 2012

Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Ir. Indra Chahaya S, MSi Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS NIP. 196811011993032005 NIP. 19650109 199403 2002

Penguji II Penguji III

dr. Devi Nuraini Santi, MKes dr. Surya Dharma, MPH NIP. 197002191998022001 NIP: 195804041987021001

Medan, Januari 2012 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(4)

ABSTRAK

Perilaku kesehatan adalah respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Perilaku kesehatan tersebut didasarkan pada tiga domain perilaku yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan metode survei. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 136 orang dengan sampel 58 orang. Sampel diambil dengan menggunakan teknik systematic random sampling.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan penghuni asrama putra USU tentang personal hygiene, sanitasi dasar, kondisi kesehatan perumahan serta keluhan kesehatan kulit.

Dari penelitian diketahui bahwa persentase responden yang memiliki pengetahuan baik sebesar 96,4%; responden yang memiliki sikap dengan kategori baik sebesar 100%; responden yang memiliki tindakan baik sebesar 67,2%; responden yang memiliki tindakan kategori sedang sebesar 32,8%; responden yang mengalami keluhan kesehatan kulit sebesar 72,4%; dan responden yang melihat munculnya bintik-bintik merah, bentol-bentol, dan nanah pada permukaan kulit sebesar 50%. Jika dilihat dari kondisi sanitasi dasarnya, secara umum asrama putra belum memenuhi syarat kesehatan, sedangkan komponen fisiknya sudah memenuhi syarat kesehatan.

Diharapkan kepada pengelolah asrama agar menyediakan fasilitas sanitasi dasar yang memenuhi syarat kesehatan untuk mewujudkan kesehatan penghuni asrama yang lebih baik. Diharapkan kepada penghuni asrama untuk selalu memelihara kebersihan diri (personal hygiene) agar terhindar dari penyakit kulit serta menggunakan dan menjaga komponen fasilitas sanitasi dasar asrama dengan baik.

(5)

ABSTRACT

Health behavior is one’s response to the stimulus associated to pain or illness,

health care system, food, and environment. Health behavior is based on three

domains of behaviors they are knowledge, attitude, and action.

This research is descriptive and uses survey method. The Population of this

research are 136 persons with samples amount to 58 persons. The samples are taken

using systematic random sampling technique.

The purpose of this research is to describe the description of knowledge,

attitudes, and actions of USU male dormitory occupants about personal hygiene,

basic sanitation, housing health conditions and skin complaints.

Based on this research, it is found that respondents whose good knowledge

are 96.4%; respondents whose good attitude are 100%; respondents whose good

action are 67.2%; respondents whose actions which belong to medium category are

32.8%; respondents whose skin complaints are 72.4%; and respondents whose

appearance of red spots, bumps, and pus on the skin surface are 50%. When viewed

from the basic sanitary conditions, in general male dormitory do not meet health

requirements, while its physical components already meet the health requirements.

It is expected to the managers of the dormitory to provide basic sanitation

facilities which meet health requirements to implement the better health of occupants.

It is expected to the occupants to always keep personal hygiene to avoid skin diseases

also use and keep the components of dormitory basic sanitation facilities well.

(6)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Gambaran Perilaku Penghuni Tentang Personal Hygiene, Sanitasi Dasar, Perumahan Sehat Serta Keluhan Kesehatan Kulit Di Asrama Putra USU Medan”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyusun skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagi pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada

1. Prof. Dr . dr. Syahril Pasaribu, DTMH, MSc (CTM), Sp.A(K). Selaku Rektor Universitas Sumatera Utara

2. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Ir. Evi Naria, MKes selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Ir. Indra Chahaya S, MSi selaku Dosen Pembimbing I (satu) yang telah banyak memberikan masukan dan arahan kepada penulis sampai skripsi ini dapat diselesaikan.

(7)

6. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, MSi, selaku dosen pembimbing akademik penulis, yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis selama di perkuliahan.

7. Pengurus KKB USU yang telah memberi izin penelitian dan masukan untuk penyempurnaan penulisan skripsi ini.

8. Pegawai Perpustakaan FKM ( Ibu Lili, Kak Juli, Kak Koto dan Fadil “pegawai dadakan”), banyak kesan mengenal kalian. terima kasih atas segala bantuan dan motivasi di berikan.

9. Terkhusus kepada ayah dan bunda ku sayang, orang yang selalu membangkitkan semangat dan inspirasiku. terimaksih atas doa, kasih sayang, serta dukungan moril maupun materil yang telah ayah bunda berikan setiap saat.

10.Bang Sahrum Riadi bersama istri, Kak Lanna Sari bersama suami, Bang Sahrudi bersama istri, Bang M. Rusdi bersama istri dan Kak Yusneli bersama suami. Begitu banyak motivasi dan dukungan yang telah kalian berikan, kalian akan selalu menjadi inspirasiku.

11.Kak Aisyah dan Kak Ida, kalian selalu memotivasi adinda dikala semangat mulai redup, aku kan selalu ingat nasehat-nasehat kalian. Adek-adekku (dek Ridah, dek Midah dan dek Hilma), tanpa kalian sadari abang banyak terinspirasi dari semangat dan pengalaman kalian, semoga cita-cita kita semua dapat di kabulkan oleh Allah.

(8)

13.Sahabat pertamaku di USU (Ridho, Reki, Deni, Khodri, Fauzan, Iqbal D, Kak Vana dkk).“Kumpulan Para Akhwat (KPA)“ FKM (Arinil,Nina,Dina,Sukma, Sri L, Sri E, Rahmi FL, Winni, Suli, Una, Ulfa, Isnaturrahmi, defi, Hapni nst dan Siti Kh), Dakwah itu indah, jalannya panjang, banyak tantangan, dan surga sudah menanti, InsyaAlloh.

14.Seluruh Sahabat di UKMI Ad-Dakwah, PHBI/UKMI FKM, Alkamil USU-Polmed dan IMAKEL FKM USU. Terima kasih atas segala do’a, dorongan dan motivasinya..

15. Teman2 FKM (Fery, ihsan, mustajudin,Taufik, Rina dkk, uut dkk), Adek-adek stambuk 2010 (“cenil group”, dkk), stambuk 2011 (kum, azan, ikhval, ivan, adib, gio, mansyur, dwiki, dkk) serta teman2 peminatan kesehatan lingkungan, Motivasi kalian begitu berharga bagiku, sampai jumpa di pucak kesuksesan.

(9)

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan sehinggga membutuhkan banyak masukan dan kritikan dari berbagai pihak yang sifatnya membangun dalam memperkaya materi skripsi ini. Namun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan berguna bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Medan, Januari 2012

(10)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Ahmad Faizal Rangkuti

Tempat/Tanggal Lahir : Bangun Purba / 23 Agustus 1987

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin Anak ke : 8 dari 11 bersaudara

Alamat Rumah : Jl. Medan – Padang Desa Bangun Purba Kec. Lembah Sorik Marapi Kab. Mandailing Natal Sumatera Utara Riwayat Pendidikan

1. SD Negeri 145611 Bangun Purba, Mandailing Natal : 1994 - 2000 2. SMP Swasta YPI Nurul Ilmi Padang Sidempuan : 2000 - 2003 3. SMA Swasta YPI Nurul Ilmi Padang Sidempuan : 2003 - 2006 4. Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) USU : 2007 - 2011 Riwayat Organisasi

1. Unit Kegiatan Mahasiswa Islam ( UKMI ) Ad-Dakwah : 2007 – 2011 USU

2. Panitia Hari Besar Islam (PHBI) FKM USU : 2009 - 2010 3. Alumni Keluarga Madrasah Nurul Ilmi (ALKAMIL) : 2009

Koms. USU POLMED

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vii

2.1.1. Pengertian Personal Hygiene ... 7

2.1.2. Jenis-Jenis Personal Hygiene ... 8

2.1.3. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene ... 10

2.2. Pengertian Kulit ... 11

2.2.1. Anatomi Kulit ... 12

2.2.2. Fungsi Kulit ... 13

2.2.3. Penyakit Kulit ... 14

2.2.4. Penyebab Penyakit Kulit ... 15

2.2.5. Jenis-jenis Gangguan Kulit ... 16

2.3. Sanitasi Dasar ... 20

2.3.1. Penyediaan Air Bersih ... 20

2.3.2. Pembuangan Kotoran Manusia (Jamban) ... 24

2.3.3. Pembuangan Air Limbah ... 27

2.3.4. Pengelolaan Sampah ... 29

2.4. Perilaku Kesehatan ... 32

2.4.1. Pengetahuan ... 33

2.4.2. Sikap ... 34

2.4.5. Tindakan ... 35

2.5. Rumah Sehat ... 36

2.6. Kerangka Konsep ... 40

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 40

3.1. Jenis Penelitian ... 40

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 40

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 40

(12)

3.3. Populasi dan Sampel ... 41

3.3.1. Populasi ... 41

3.3.2. Sampel ... 42

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 43

3.4.1. Data Primer ... 43

3.4.2. Data Skunder ... 43

3.5. Defenisi Operasional ... 43

3.6. Aspek Pengukuran ... 45

3.7. Teknik Analisa data... 48

BAB 4 HASIL ... 49

4.1. Gambaran umum lokasi penelitian ... 49

4.2. Hasil Penelitian tentang perilaku penghuni tentang personal hygiene dan sanitasi dasar ... 50

4.2.1. Pengetahuan ... 50

4.2.2. Sikap ... 54

4.2.3. Tindakan ... 56

4.3. Gambaran keluhan kesehatan kulit penghuni asrama ... 59

4.4. Gambaran komponen dan sanitasi dasar asrama ... 61

BAB 5 PEMBAHASAN ... 66

5.2.1. Komponen fisik asrama ... 68

5.2.2. Sanitasi dasar asrama ... 70

5.3. Gambaran keluhan kesehatan kulit penghuni asrama ... 72

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

6.1. Kesimpulan ... 74

6.2. Saran ... 74

Daftar Pustaka ... 76 Lampiran :

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Lampiran 2. Master Data Peneltian Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian

Lampiran 4. Surat Ijin Permohonan Penelitian

(13)

Daftar Tabel

Nomor Judul Halaman Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Penghuni

Asrama Putra USU Medan ... 50 Tabel 4.2. Kategori pengetahuan responden tentang personal hygiene

dan sanitasi dasar... 54 Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Penghuni Asrama

Putra USU Medan ... 54 Tabel 4.4. Kategori sikap responden tentang personal hygiene dan

sanitasi dasar ... 56 Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Penghuni Asrama

Putra USU Medan ... 57 Tabel 4.6. Kategori tindakan responden tentang personal hygiene dan

sanitasi dasar ... 58 Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Keluhan Kesehatan Penghuni Asrama

Putra USU Medan ... 59 Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Keluhan Kesehatan di Asrama

Putra USU ...60 Tabel 4.9. Frekuensi Keluhan Kesehatan Kulit Berdasarkan Perilaku ... 60 Tabel 4.10.Hasil Pengamatan Komponen Fisik Asrama dan Fasilitas Sanitasi Dasar

Asrama Putra Usu Medan (Permenkes No. 829/ Menkes/ SK/1989) ...61

(14)

Daftar Gambar

Gambar 1. Pioderma... 16

Gambar 2. Ruam pada Skabies ... 16

Gambar 3. Penyakit kulit panu ... 17

(15)

ABSTRAK

Perilaku kesehatan adalah respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Perilaku kesehatan tersebut didasarkan pada tiga domain perilaku yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan metode survei. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 136 orang dengan sampel 58 orang. Sampel diambil dengan menggunakan teknik systematic random sampling.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan penghuni asrama putra USU tentang personal hygiene, sanitasi dasar, kondisi kesehatan perumahan serta keluhan kesehatan kulit.

Dari penelitian diketahui bahwa persentase responden yang memiliki pengetahuan baik sebesar 96,4%; responden yang memiliki sikap dengan kategori baik sebesar 100%; responden yang memiliki tindakan baik sebesar 67,2%; responden yang memiliki tindakan kategori sedang sebesar 32,8%; responden yang mengalami keluhan kesehatan kulit sebesar 72,4%; dan responden yang melihat munculnya bintik-bintik merah, bentol-bentol, dan nanah pada permukaan kulit sebesar 50%. Jika dilihat dari kondisi sanitasi dasarnya, secara umum asrama putra belum memenuhi syarat kesehatan, sedangkan komponen fisiknya sudah memenuhi syarat kesehatan.

Diharapkan kepada pengelolah asrama agar menyediakan fasilitas sanitasi dasar yang memenuhi syarat kesehatan untuk mewujudkan kesehatan penghuni asrama yang lebih baik. Diharapkan kepada penghuni asrama untuk selalu memelihara kebersihan diri (personal hygiene) agar terhindar dari penyakit kulit serta menggunakan dan menjaga komponen fasilitas sanitasi dasar asrama dengan baik.

(16)

ABSTRACT

Health behavior is one’s response to the stimulus associated to pain or illness,

health care system, food, and environment. Health behavior is based on three

domains of behaviors they are knowledge, attitude, and action.

This research is descriptive and uses survey method. The Population of this

research are 136 persons with samples amount to 58 persons. The samples are taken

using systematic random sampling technique.

The purpose of this research is to describe the description of knowledge,

attitudes, and actions of USU male dormitory occupants about personal hygiene,

basic sanitation, housing health conditions and skin complaints.

Based on this research, it is found that respondents whose good knowledge

are 96.4%; respondents whose good attitude are 100%; respondents whose good

action are 67.2%; respondents whose actions which belong to medium category are

32.8%; respondents whose skin complaints are 72.4%; and respondents whose

appearance of red spots, bumps, and pus on the skin surface are 50%. When viewed

from the basic sanitary conditions, in general male dormitory do not meet health

requirements, while its physical components already meet the health requirements.

It is expected to the managers of the dormitory to provide basic sanitation

facilities which meet health requirements to implement the better health of occupants.

It is expected to the occupants to always keep personal hygiene to avoid skin diseases

also use and keep the components of dormitory basic sanitation facilities well.

(17)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Menurut WHO (1992), sehat dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik , mental, sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Sedangkan menurut Undang - Undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan , kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik , mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesehatan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat , bangsa dan negara Indonesia yang di tandai oleh penduduk yang hidup dengan prilaku dan lingkungan yang sehat. Upaya perbaikan dalam bidang kesehatan masyarakat salah satunya dilaksanakan melalui pencegahan dan pemberantasan penyakit menular.

(18)

orang sehat agar menjadi lebih sehat dan produktif serta tidak jatuh sakit , sedangkan yang sakit dapat pula segera disembuhkan agar menjadi sehat ( Depkes . RI , 2004).

Terwujudnya derajat kesehatan dalam masyarakat dipengaruhi oleh beberapa hal sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Hendrick L. Blum dalam buku Soekidjo (2003). Faktor – faktor yang dimaksud antara lain : faktor keturunan , faktor pelayanan kesehatan, faktor prilaku dan faktor lingkungan. Selain itu kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh tingkat ekonomi, pendidikan , sosial dan budaya.Diantara faktor- faktor tersebut , faktor lingkungan merupakan faktor yang paling dominan memegang peranan dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat (Kusnaedi, 2010).

Masalah kesehatan sangat kompleks dan saling berkaitan dengan masalah-masalah di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan masyarakat tidak hanya dilihat dari segi kesehatan itu sendiri tapi harus dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap kesehatan tersebut (Notoatmodjo, 1997).

Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan kebiasaan untuk menerapkan kebiasaan yang baik, bersih dan sehat secara berhasil guna dan berdaya guna baik di rumah tangga, institusi – institusi maupun tempat- tempat umum. Kebiasaan menyangkut pinjam-meminjam yang dapat mempengaruhi timbulnya penyakit menular seperti baju, sabun mandi, handuk , sisir haruslah dihindari ( Dinkes Prov. NAD, 2005).

(19)

perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya. dengan melihat hal ini ada enam tujuan Personal hygiene yaitu meningkatkan derajad kesehatan seseorang, memelihara kebersihan diri seseorang, memperbaiki Personal hygiene yang kurang, mencegah penyakit, menciptakan keindahan, dan meningkatkan rasa percaya diri.

Kebersihan diri yang buruk atau bermasalah akan mengakibatkan berbagai dampak baik fisik maupun psikososial. Dampak fisik yang sering dialami seseorang tidak terjaga dengan baik adalah gangguan integritas kulit ( Wartonah, 2003).

Kulit merupakan pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan . Salah satu bagian tubuh manusia yang sangat cukup sensitive terhadap berbagai macam penyakit adalah kulit. Lingkungan yang sehat dan bersih akan membawa efek baik bagi kulit. Demikian pula sebaliknya , lingkungan yang kotor akan menjadi sumber munculnya berbagai macam penyakit antara lain penyakit kulit ( Harahap,2000).

Faktor- faktor yang mempengaruhi tingginya prevalensi penyakit kulit adalah iklim yang panas dan lembab yang memungkinkan bertambah suburnya pertumbuhan jamur, kebersihan perorangan yang kurang baik dan faktor sosio-ekonomi yang kurang memadai (Harahap, 2000). Penelitian Tantowi (1990) di lembaga pemasyarakatan di Palembang menunjukkan bahwa penderita dermatofitosis yang mempunyai tingkat kebersihan yang kurang mencapai 83,76 %.

(20)

gangguan kulit, gatal-gatal dan secara permanen dapat menggangu kesehatan dan estetika bagi santri.

Selanjutnya penelitian Nugraheni (2008), menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan kebersihan diri santri terhadap kejadian penyakit scabies di pondok pesantren Al-Muayyad Surakarta, dan secara proporsi 72,9% penderita skabies mempunyai kebiasaan mandi hanya satu kali sehari.

Asrama biasanya merupakan sebuah bangunan dengan kamar-kamar yang dapat ditempati oleh beberapa penghuni di setiap kamarnya. Para penghuninya menginap di asrama untuk jangka waktu yang lebih lama daripada di hotel atau losmen. Alasan untuk memilih menghuni sebuah asrama bisa berupa tempat tinggal asal sang penghuni yang terlalu jauh, maupun untuk biayanya yang terbilang lebih murah dibandingkan bentuk penginapan lain, misalnya apartemen.

USU merupakan salah satu universitas di antara universitas lainnya di Indonesia yang menyediakan asrama bagi mahasiswa dan tentunya dengan biaya yang cukup terjangkau. Asrama ini terdiri dari kamar-kamar yang di huni oleh mahasiswa dari berbagai daerah dan latar belakang yang berbeda-beda. Penghuninya cukup banyak dan hampir tidak ada kamar yang kosong.

1.2 Perumusan Masalah

(21)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan penghuni tentang personal hygiene, sanita dasarnya, kondisi kesehatan perumahan serta keluhan kesehatan kulit di asrama putra USU.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran keluhan kesehatan kulit penghuni asrama putra. 2. Untuk mengetahui gambaran perilaku penghuni asrama putra yang meliputi

pengetahuan, sikap dan tindakan tentang personal hygiene, sanita dasarnya, kondisi kesehatan perumahan serta kaitannya dengan keluhan kesehatan kulit. 3. Untuk mengetahui gambaran sanitasi dasar asrama putra yang meliputi

penyediaan air bersih, jamban, pengelolaan air bersih dan pembuangan sampah.

4. Untuk mengetahui gambaran kondisi fisik asrama apakah sudah sesuai dengan syarat rumah yang sehat.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai Bahan masukan dan sumbangsih pemikiran bagi pengelola asrama putra USU tentang personal hygiene, sanita dasar, kondisi kesehatan asrama serta kaitannya dengan keluhan kesehatan kulit penghuni asrama.

(22)

3. Untuk menambah wawasan bagi penulis tentang personal hygiene, sanita dasar, kondisi kesehatan asrama serta kaitannya dengan keluhan kesehatan kulit.

(23)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Hygiene

Yang dimaksud dengan hygiene ialah usaha kesehatan masyarakat yang mempelajari kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia, upaya mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh lingkungan kesehatan tersebut, serta membuat kondisi lingkungan sedemikian rupa sehingga terjamin pemeliharaan kesehatan. Dalam pengertian ini termasuk pula melindungi, memeliharadan mempertinggi derajat kesehatan manusia ( perorangan dan masyarakat ) sedemikian rupa sehingga faktor lingkungan yang tidak menguntungkan tersebut, tidak sampai menimbulkan gangguan kesehatan.

2.1.1 Pengertian Personal hygiene

Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Hal-hal yang sangat berpengaruh itu di antaranya kebudayaan, sosial, keluarga, pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta tingkat perkembangan.

(24)

2.1.2 Jenis-jenis Personal hygiene Kebersihan perorangan meliputi : a. Kebersihan kulit

Kebersihan kulit merupakan cerminan kesehatan yang paling pertama memberi kesan, oleh karena itu perlu memelihara kulit sebaik-sebaiknya. Pemeliharaan kesehatan kulit tidak dapat terlepas dari kebersihan lingkungan , makanan yang dimakan serta kebiasaan hidup sehari – hari.

Untuk selalu memelihara kebersihan kulit kebiasaan-kebiasaan yang sehat harus selalu memperhatikan seperti :

1. Menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri 2. Mandi minimal 2x sehari

3. Mandi memakai sabun 4. Menjaga kebersihan pakaian

5. Makan yang bergizi terutama sayur dan buah 6. Menjaga kebersihan lingkungan.

b. Kebersihan rambut

Rambut yang terpelihara dengan baik akan membuat membuat terpelihara dengan subur dan indah sehingga akan menimbulkan kesan cantik dan tidak berbau apek. Dengan selalu memelihara kebersihan kebersihan rambut dan kulit kepala, maka perlu diperhatikan sebagai berikut :

1. Memperhatikan kebersihan rambut dengan mencuci rambut sekurang-kurangnya 2x seminggu.

(25)

3. Sebaiknya menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri. c. Kebersihan gigi

Menggosok gigi dengan teratur dan baik akan menguatkan dan membersihkan gigi sehingga terlihat cemerlang.Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kesehatan gigi adalah :

1. Menggosok gigi secara benar dan teratur dianjurkan setiap sehabis makan

2. Memakai sikat gigi sendiri

3. Menghindari makan-makanan yang merusak gigi

4. Membiasakan makan buah-buahan yang menyehatkan gigi 5. Memeriksa gigi secara teratur

d. Kebersihan mata

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kebersihan mata adalah : 1. Membaca di tempat yang terang

2. Memakan makanan yang bergizi 3. Istirahat yang cukup dan teratur

4. Memakai peralatan sendiri dan bersih ( seperti handuk dan sapu tangan) 5. Memlihara kebersihan lingkungan.

e. Kebersihan telinga

Hal yang perlu diperhatikan dalam kebersihan telinga adalah : 1. Membersihkan telinga secara teratur

(26)

f. Kebersihan tangan, kaki dan kuku

Seperti halnya kulit, tangan,kaki dan kuku harus dipelihara dan ini tidak terlepas dari kebersihan lingkungan sekitar dan kebiasaan hidup sehari-hari. Selain indah dipandang mata, tangan, kaki, dan kuku yang bersih juga menghindarkan kita dari berbagai penyakit. Kuku dan tangan yang kotor dapat menyebabkan bahaya kontaminasi dan menimbulkan penyakit-penyakit tertentu.

Untuk menghindari hal tersebut maka perlu diperhatikan sebagai berikut : 1. Membersihkan tangan sebelum makan

2. Memotong kuku secara teratur 3. Membersihkan lingkungan 4. Mencuci kaki sebelum tidur

Faktor hygiene yang mempengaruhi gangguan kulit adalah : 1. Kebersihan kulit

2. Kebersihan tangan, kaki dan kuku 3. Kebersihan rambut .

2.1.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene

Menurut Depkes (2000) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:

1. Citra tubuh ( Body Image)

(27)

2. Praktik Sosial

Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene .

3. Status Sosial Ekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,

shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya. 4. Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.

5. Budaya

Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan. 6. Kebiasaan seseorang

Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.

7. Kondisi fisik atau psikis

Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

2.2 Pengertian Kulit

(28)

pigmenuntuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet matahari. Selain itu kulit juga berfungsi sebagai peraba dan perasa , serta pertahanan terhadap tekanan dan infeksi dari luar (Azhara, 2011).

Kulit sangat kompleks , elastis dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim, umur ,seks, ras dan juga bergantung pada lokasi tubuh. Warna kulit juga berbeda-beda , dari kulit yang berwarna terang ( fair skin ) , pirang dan hitam, warna merah muda pada telapak tangan dan kaki bayi, serta warna hitam kecoklatan pada genitalia orang dewasa.

2.2.1 Anatomi Kulit

Kulit terletak pada bagian tubuh yang paling luar.Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat kira – kira 15% berat badan. Rata – rata tebal kulit 1-2 mm. Paling tebal 6 mm yaitu ada di telapak tangan dan kaki dan yang paling tipis ada di penis . kulit terbagi atas tiga lapisan pokok yaitu epidermis , dermis atau korium dan jaringan subkutan atau subkutis ( Harahap, 2000).

Kulit terbagi atas tiga lapisan pokok yaitu :

a. Epidermis , terbagi atas empat lapisan yaitu basal atau stratum germinativum, lapisan malphigi atau stratum spinosum, lapisan granular atau stratum granulosum dan lapisan tanduk atau stratum korneum.

b. Dermis atau korium merupakan lapisan di bawah epidermis dan di atas jaringan subkutan.

(29)

2.2.2 Fungsi Kulit

Kulit mempunyai mempunyai fungsi yang bermacam- macam untuk menyesuaikan tubuh dengan lingkungan. Fungsi kulit adalah :

1. Pelindung

Jaringan tanduk sel-sel epidermis paling luar membatasi masuknya benda-benda dari luar dan keluarnya cairan berlebihan dari tubuh. Melamin yang memberi warna pada kulit untuk melindungi kulit dari akibat sinar ultraviolet. 2. Pengatur suhu

Di waktu suhu dingin , peredaran darah di kulit berkurang guna mempertahankan suhu badan . Pada waktu suhu panas , peredaran darah di kulit meningkat dan terjadi penguapan keringat dari kelenjar keringat, sehingga tubuh dapat terjaga tidak terlalu panas .

3. Penyerap

Kulit dapat menyerap bahan-bahan tertentu seperti gas dan zat yang larut dalam lemak, tetapi air dan elektrolit sukar masuk melalui kulit. Zat – zat yang larut dalam lemak lebih mudah masuk ke dalam kulit dan masuk peredaran darah ,karena dapat bercampur dengan lemak yang menutupi permukaan kulit.

4. Indra perasa

Indera perasa di kulit terjadi karena rangsangan terhadap saraf sensoris dalam kulit. Fungsi indera perasa yang pokok adalah merasakan nyeri , perabaan , panas dan dingin (Harahap , 2000).

(30)

Kulit diliputi oleh dua jenis pergetahan , yaitu sebum dan keringat. Getah sebum dihasilkan oleh kelenjar sebaseus dan keringat di hasilkan oleh kelenjar keringat. Sebum adalah sejenis zat lemak yang membuat kulit menjadi lentur. 6. Sintesis vitamin D.

7. Berperan penting dalam daya tarik seksual dan interaksi sosial (Graham, 2005).

2.2.3 Penyakit Kulit

Salah satu bagian tubuh yang cukup sensitif terhadap berbagai macam penyakit adalah kulit .Kulit merupakan pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan. Lingkungan yang sehat dan bersih akan membawa efek yang baik bagi kulit. Demikian pula sebaliknya, lingkungan yang kotor akan menjadi sumber munculnya berbagai macam penyakit antara lain penyakit kulit ( Harahap, 2000).

(31)

2.2.4 Penyebab Penyakit Kulit

Menurut Fregert (1988), jumlah agen yang menjadi penyebab penyakit kulit sangat banyak antara lain :

1. Agen-agen fisik, antara lain disebabkan oleh tekanan atau gesekan, kondisi cuaca, panas, radiasi dan serat-serat mineral. Agen-agen fisik menyebabkan trauma mekanik, termal atau radiasi langsung pada kulit. Kebanyakan iritan kulit langsung merusak kulit dengan jalan :

a. Mengubah pHnya

b. Bereaksi dengan protein-proteinnya (denaturasi) c. Mengekstrasi lemak dari lapisan luarnya

d. Merendahkan daya tahan kulit.

2. Agen-agen kimia, terbagi menjadi 4 kategori yaitu :

a. Iritan primer berupa asam, basa, pelarut lemak, deterjen, garam-garam logam. b. Sensitizer berupa logam dan garam-garamnya, senyawa-senyawa yang berasal

dari anilin, derivat nitro aromatik, resin, bahan-bahan kimia karet, obat-obatan, antibiotik,kosmetik, tanam-tanaman, dan lain-lain.

c. Agen-agen aknegenik berupa nafialen dan bifenil klor, minyak mineral, dll d. Photosensitizer berupa antrasen, pitch, derivat asam amni benzoat,

hidrokarbon aromatik klor, pewarna akridin, dll.

(32)

Zat kimia dapat menyebabkan penyakit kulit. Zat kimia tersbut anatar lain adalah kromium, nikel, cobalt, dan merkuri.

2.2.5 Jenis-Jenis Gangguan Kulit

1. Penyakit kulit karena infeksi bakteri adalah skrofuloderma, tuberkolosis kutis verukosa, kusta (lepra), patek. Gangguan kulit karena infeksi bakteri pada kulit yang paling sering adalah pioderma (Harahap, 2000).

Gambar 1. Pioderma

2. Penyakit kulit karena parasit dan insekta adalah scabies, pedikulosis kapitis, pedikulosis korporis, pedikulosis pubis, creeping eruption, amebiasis kutis,

gigitan serangga, trikomoniasis.

(33)

3. Penyakit kulit karena jamur adalah Pitariasis Versikolor (panu), tinea nigra palmaris, tinea kapitis, tinea barbae, tinea korporis, tinea imbrikata, tinea pedis,

tinea manus, tinea kruris, kandidiasis, sporotrikosis, aktinomikosis,

kromomikosis, fikomikosis, misetoma.

Gambar 3. Penyakit kulit panu

Gangguan kulit karena infeksi jamur pada kulit yang paling sering adalah Pitariasis Versikolor (panu) (Harahap, 2000). Penyebab Pitariasis Versikolor (panu)

adalah Malazessia furfur ini akan terlihat sebagai spora yang bundar dengan dinding yang tebal atau dua lapis dinding, ditemukan dalam kelompok bersama pseudohifa yang biasanya pendek seperti gambaran spaghetti dan meatballs. Pitariasis Versikolor (panu) terjadi bila terdapat perubahan keseimbangan hubungan antara

(34)

Lesi Pitariasis Versikolor dijumpai di bagian atas dada dan meluas ke lengan atas, leher dan perut atau tungkai atas/bawah. Lesi khususnya dijumpai pada bagian yang tertutup atau mendapat tekanan pakaian, misalnya pada bagian yang tertutup pakaian dalam. Keluhan Pitariasis Versikolor yang di alami penderita adalah adanya bercak/ macula berwarna putih (hipopigmentasi) atau kecoklatan (hiperpigmentasi) dengan rasa gatal ringan yang munculnya saat berkeringat. Pada kulit hitam atau coklat umumnya berwarna putih sedang pada kulit putih atau terang cenderung berwarna coklat atau kemerahan (Soebono, 2001).

Gangguan kulit karena infeksi bakteri pada kulit yang paling sering adalah dermatofitosis (kurap) (Harahap, 2000). Dermatofitosis (kurap) yang terdiri atas tinea kapitis menyerang kulit kepala, tinea korporis pada permukaan kulit, tinea

kruris pada lipatan kulit, tinea pedis pada sela jari kaki (athlete's foot), tinea manus

pada kulit telapak tangan, tinea imbrikata berupa sisik pada kulit di daerah tertentu, dan Tinea Ungium (pada kuku) (Wed, 2004).

Umumnya berbentuk sisik kemerahan pada kulit atau sisik putih. Pada kuku, terjadi peradangan di sekitar kuku, dan bisa menyebabkan bentuk kuku tak rata permukaannya, berwarna kusam, atau membiru. Keluhan yang dialami penderita tinea kapitis, tinea korporis, tinea imbrikata, tinea pedis dan tinea kruris adalah rasa

(35)

4. Penyakit kulit alergi adalah dermatitis kontak toksik, dermatitis kontak alergik, dermatitis okupasional, dermatitis atopic, dermatitis stasis, dermatitis numularis,

dermatitis solaris, pompliks, eritema nodosum dan lain-lain. (Harahap, 1990).

Gambar 4. Gangguan kulit karena alergi

Pada umumnya keluhan gangguan pada kulit adalah rasa gatal-gatal (saat pagi, siang, malam, ataupun sepanjang hari), muncul bintik-bintik merah/ bentol-bentol/ bula-bula yang berisi cairan bening ataupun nanah pada kulit permukaan tubuh timbul ruam-ruam (Graham, 2005).

Pada infeksi jamur superfisial, yang terinfeksi adalah kulit (epidermis), selaput lendir mulut dan genitalia, kuku, dan rambut. Seseorang mendapat penyakit ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :

a. Predisposisi b. Pekerjaan

(36)

g. Gangguan hormonal

Sumber penularan bisa dari tanah (geophilic), hewan (zoophilic), atau manusia (antrophilic) (Harahap, 2000).

2.3 Sanitasi Dasar

Sanitasi dasar yaitu sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyehatkan lingkungan pemukiman meliputi penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia (jamban), pembuangan air limbah dan pengelolaan sampah.

2.3.1. Penyediaan Air Bersih

Air merupakan salah satu bahan pokok yang mutlak dibutuhkan oleh manusia sepanjang masa. Sumber air yang banyak dipergunakan oleh masyarakat adalah berasal dari :

1. Air permukaan , yaitu air yang mengalir di permukaan bumi akan membentuk air permukaan . Air ini umumnya mendapat pengotoran selama pengalirannya.

2. Air tanah, secara umum terbagi menjadi : air tanah dangkal yaitu erjadi akibat proses penyerapan air dari permukaan tanah, sedangkan air tanah dalam terdapat pada lapis rapat air yang pertama.

3. Air atmosfer / meteriologi/air hujan, dalam keadaan murni sangat bersih tetapi sering terjadi pengotoran karena industri, debu dan lain sebagainya. ( Waluyo, 2005)

(37)

barang yang mahal karena sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan rumah tangga, limbah dari kegiatan industri dan kegiatan- kegiatan lainnya (Wardhana, 2004).

Ada 4 macam klasifikasi penyakit yang berhubungan dengan air sebagai media penularan penyakit yaitu ( Kusnoputranto, 2000) :

1. Water Born Desease, yaitu penyakit yang penularannya melalui air yang terkontaminasi oleh bakteri pathogen dari pendrita atau karier . Bila air yang mengandung kuman pathogen terminum maka dapat terjadi penjangkitan pada orang yang bersangkutan, misalnya Cholera, Typhoid, Hepatitis dan Dysentri Basiler.

2. Water based Disease, yaitu penyakit yang ditularkan air pada orang lain melalui

persediaan air sebagai pejamu (host) perantara , misalnya Schistosomiasis. 3. Water Washed disease , yaitu penyakit yang disebabkan oleh kurangnya air

(38)

4. Water related insect vectors, vektor-vektor insektisida yang berhubungan dengan air yaitu penyakit yang vektornya berkembang biak dalam air, misalnya malaria, demam berdarah, yellow fever, Trypanosomiasis.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990, yang dimaksud air bersih adalah air yang digunakan unuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air bersih merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk memenuhi standar kehidupan manusia secara sehat. Ketersediaan air yang terjangkau dan berkelanjutan menjadi bagian terpenting bagi setiap individu baik yang tinggal di perkotaan maupun di perdesaan.

Syarat –syarat kualitas air bersih diantaranya adalah sebagai berikut : a. Syarat fisik : tidak berbau , tidak berasa

b. Syarat kimia : kadar besi maksimum yang diperbolehkan 1,0 mg/l, kesadahan maksimal 500 mg/l

c. Syarat mikrobiologis : jumlah total koliform dalam 100 ml air yang diperiksa maksimal adalah 50 untuk air yang berasal dari bukan perpipaan dan 10 untuk air yang berasal dari perpipaan.

(39)

Air sumur merupakan sumber air yang paling banyak dipergunakan masyarakat indonesia. Sumur gali yang dipandang memenuhi syarat kesehatan ialah ( sanropie, 1999):

1. Lokasi

- Jarak minimal 10 meter dari sumber pencemaran misalnya jamban, tempat pembuangan air kotor , lubang resapan , tempat pembuangan sampah, kandang ternak dan tempat – tempat pembuangan kotoran lainnya.

- Pada tempat-tempat yang miring misalnya pada lereng-lereg pegunungan, letak sumur gali di atas sumber pencemaran.

2. Konstruksi

- Dinding sumur harus kedap air sedalam 3 meter dari permukaan tanah untuk mencegah rembesan dari air permukaan.

- Bibir sumur harus kedap air minimal setinggi 0,7 meter dari permukaan tanah untuk mencegah rembesan air bekas pemakaian ke dalam sumur.

- Cara pengambilan air ke dalam sumur sedemikian rupa sehingga dapat mencegah masuknya kembali kotoran kemali melalui alat yang dipergunakan misalnya pompa tangan, timba dengan kerekan dan sebagainya.

- Lantai harus kedap air dengan jarak antara tepi dalam dan tepi luar dinding sumur harus minimal 1 meter dengan kemiringan ke arah tepi lantai.

- Saluran pembuangan air kotor atau bekas harus kedap air sepanjang minimal 10 meter dihitung dari tepi sungai.

(40)

Pengolahan air untuk keperluan rumah tangga dapat dilakukan dengan sederhana dengan cara sebagai berikut ( Azwar, 1995) :

a. Sediakanlah bahan-bahan pasir, arang aktif (dapat dibuat dari batok kelapa, tawas, kaporit dan bubuk kapur)

b. Sediakan pula empat buah kaleng. Kaleng pertama di gunakan untuk menampung air yang akan dibersihkan, dalam proses pengolahan kedalamnya dibubuhi setengah sendok teh kaporit, 2 sendok makan tawas yang telah dilarutkan terlebih dahulu , kemudian semuanya di aduk dalam beberapa menit. Setelah tampak keping-keping bubuhkanlah satu sendok makan bubuk kapur, kemudian aduk lagi, setelah beberpa menit akan tampak kepingan yang lebih besar. Setelah itu endapkan selama setengah jam.

c. Ke dalam kaleng kedua yang berisi pasir dialirkan air dari kaleng pertama.

d. Kaleng ketiga adalah sebagai penampung air yang telah disaring dari kaleng kedua. Air yang mengalir mula-mula keruh, tetapi lama-kelamaan akan jernih. Air dalam kaleng ketiga ini digunakan untuk proses pengendapan sisa kotoran yang mungkin ada.

e. Kaleng keempat diisi dengan arang aktif gunanya ntuk menghilangkan bau khlor yang ada. Air yang keluar dari kaleng keempat ini, telah dapat dipergunakan untuk sumber air bersih.

2.3.2. Pembuangan Kotoran Manusia ( Jamban)

(41)

harus dikeluarkan ini berupa tinja (faeces), air seni (urine), dan CO2 sebagai hasil dari proses pernapasan.

Pembuangan kotoran manusia dalam ilmu kesehatan lingkungan dimaksudkan hanya tempat pembuangan tinja dan urine, pada umumnya disebut latrine, jamban atau kakus (Notoatmodjo,2003).

Penyediaan sarana jamban merupakan bagian dari usaha sanitasi yang cukup penting peranannya. Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan pembuangan kotoran yang tidak saniter akan dapat mencemari lingkungan terutama tanah dan sumber air.

Pembuangan tinja yang tidak saniter akan menyebabkan berbagai macam penyakit seperti : thypus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing ( gelang, kremi, tambang dan pita ), schistosomiasis dan sebagainya.

Kementerian kesehatan telah syarat dalam membuat jamban sehat. Ada 7 kriteria yang harus dipenuhi :

1. Tidak mencemari air

- Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar lubang kotoran tidak mencapai permukaan air tanah maksimum. Jika keadaan terpaksa, dinding dan dasar lubang kotoran harus dipadatkan dengan tanah liat atau diplester.

- Jarak lubang kotoran ke sumur sekurang-kurangnya 10 meter.

- Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air kotor dari lubang tidak kotoran tidak merembes dan mencemari sumur.

(42)

2. Tidak mencemari tanah permukaan

- Tidak buang air besar di sembarang tempat, seperti kebun, pekarangan , dekat sungai, dekat mata air, atau pinggir sungai.

- Jamban yang sudah penuh agar segera disedot untuk dikuras kotorannya , atau dikuras, kemudian kotoran ditimbun di lubang galian.

3. Bebas dari serangga

- Jika menggunakan bak atau penampungan air, sebaiknya dikuras setiap minggu .Hal ini penting untuk mencegah bersarangnya nyamuk demam berdarah.

- Ruangan dalam jamban harus terang. Bangunan yang gelap dapat menjadi sarang nyamuk.

- Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang bisa menjadi sarang kecoa atau serangga lainnya.

- Lantai jamban harus selalu kering dan bersih.

- Lubang jamban, khususnya jamban cemplung, harus tertutup 4. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan

- Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup setiap selesai digunakan.

- Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harus tertutup rapat oleh air

(43)

- Lantai jamban harus kedap air dan permukaan bowl licin. Pembersihan harus dilakukan secara priodik.

5. Aman digunakan oleh pemakainya

- Pada tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding lubang kotoran dengan pasangan bata atau selongsongan anyaman bambu atau bahan penguat lain yang terdapat di daerah setempat.

6. Mudah dibersihkan dan tidak menimbulkan gangguan bagi pemakainya. - Lantai jamban rata dan miring ke arah saluran lubang kotoran

- Jangan membuang plastik, puntung rokok atau benda lain ke saluran kotoran karena dapat menyumbat saluran

- Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran karena jamban akan cepat penuh.

- Hindarkan cara penyambungan aliran dengan sudut mati. Gunakan pipa berdiameter minimal 4 inci.

7. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan - Jamban harus berdinding dan berpintu

- Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainya terhindar dari kehujanan dan kepanasan.

2.3.3. Pembuangan Air Limbah

(44)

a. Air buangan rumah tangga (domestic waste water )

Air buangan dari pemukiman ini umumnya mempunyai komposisi yang terdiri dari ekskreta (tinja dan urin) , air bekas cician , dapur dan kamar mandi , dimana sebagian besar merupakan bahan – bahan oranik.

b. Air buangan kotapraja ( minicipal waste water)

Air buangan ini umumnya berasal dari daerah perkotaan , perdagangan , selokan, tempat ibadah dan tempat-tempat umum lainnya.

c. Air buangan industri (industrial waste water)

Air buangan yang berasal dari berbagai macam industri. Pada umumnya lebih sulit pengolahannya serta mempunyai variasi yang luas. Zat-zat yang terkandung didalamnya misalnya logam berat, zat pelarut, amoniak dan lain-lain ( entjang, 2000).

Dalam kehidupan sehari-hari pengelolaan air limbah dilakukan dengan cara menyalurkan air limbah tersebut jauh dari tempat tinggal tanpa diolah sebelumnya. Air buangan yang dibuang tidak saniter dapat menjadi media perkembangbiakan mikroorganisme pathogen, larva nyamuk ataupun serangga yang dapat menjadi media transmisi penyakit seperti Cholera, Thypus Abdominalis, Dysentri Basiler, dan sebagainya. Menurut Kusnoputranto (2000), pengelolaan air buangan yang tidak baik akan berakibat buruk terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat, yaitu :

1. Terhadap lingkungan

(45)

lainnya . Disamping itu kadang-kadang dapat menimbulkan bau yang tidak enak serta pemandangan yang tidak menyenangkan.

2. Terhadap kesehatan masyarakat

Lingkungan yan tidak sehat akibat tercemar air buangan dapat menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat. Air buangan dapat menjadi media tempat berkembangbiaknya mikroorganisme pathogen, terutama penyakit – penyakit yang penularannya melalui air yang tercemar.

2.3.4. Pengelolaan Sampah

Para ahli kesehatan masyarakat menyebutkan sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia , dan tidak terjadi dengan sendirinya ( Notoatmodjo, 2003).

Berdasarkan bahan asalnya, sampah di bagi menjadi dua jenis, yaitu : 1. Sampah organik

Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Sampah organik sendiri dibagi menjadi sampah organik basah dan sampah organik kering. Istilah sampah organik basah dimaksudkan sampah yang mempunyai kandungan air yang cukup tinggi, contohnya kulit buah dan sisa sayuran. Sementara bahan yang termasuk sampah organik kering adalah organik lain yang kandungan airnya kecil. Contoh sampah organik kering diantaranya kertas, kayu atau ranting pohon dan dedaunan kering.

2. Sampah anorganik

(46)

termasuk ke dalam kategori ini bisa didaur ulang ( recycle) ini misalnya bahan yang terbuat dari plastik dan logam.

Pengelolaan sampah adalah meliputi penyimpanan, pengumpulan dan pemusnahan sampah yang dilakukan sedemikian rupa sehingga sampah tidak menggangu kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup.

a. Penyimpanan sampah

Penyimpanan sampah adalah tempat sampah sementara sebelum sampah tersebut dikumpulkan , untuk kemudian diangkut serta dibuang (dimusnahkan) dan untuk ini perlu disediakan tempat yang berbeda untuk macam dan jenis sampah tertentu. Maksud dari pemisahan dan penyimpanan disini ialah untuk memudahkan pemusnahannya. Syarat-syarat tempat sampah antara lain :

1. Konstruksinya kuat agar tidak mudah bocor, untuk mencegah berseraknya sampah.

2. Mempunyai penutup yang mudah dibuka, dikosongkan isinya serta dibersihkan, sangat dianjurkan agar tutup sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotori tangan.

3. Ukuran tempatnya sedemikian rupa, sehingga mudah diangkut oleh satu orang.

b. Pengumpulan sampah

(47)

pengumpulan sampah tersebut harus diangkat ke tempat penampungan sementara (TPS) sampah, dan selanjutnya ke tempat pembuangan akhir (TPA).

Mekanisme, sistem atau cara untuk daerah perkotaan adalah tanggung jawab pemerintah setempat, yang didukung oleh partisipasi masyarakat yang memproduksi sampah, terutama dalam hal pendanaan. Sedangkan untuk daerah pedesaan pada umumnya sampah dapat dikelola oleh masing-masing keluarga tanpa memerlukan TPS maupun TPA. Sampah rumah tangga daerah pedesaan umumnya dibakar atau dijadikan pupuk (Notoatmodjo, 2003)

c. Pemusnahan sampah

Pemusnahan atau pengelolaan sampah dapat dilakukan melalui berbagai cara , antara lain :

1. Ditanam ( Landfill) yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang diatas tanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan sampah.

2. Dibakar (incenerator) yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar di dalam tungku pembakaran

3. Dijadikan pupuk (Composting) yaitu pengelolaan sampah menjadikan pupuk, khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa makanan dan sampah lain yang dapat membusuk.

(48)

1. Terhadap Kesehatan

Pengelolaan sampah yang tidak baik akan menyediakan tempat yang baik bagi vektor –vektor penyakit yaitu serangga dan binatang-binatang pengerat untuk mencari makan dan berkembang biak dengan cepat sehinga dapat menimbulkan penyakit.

2. Terhadap Lingkungan

- Dapat mengganggu estetika serta kesegaran udara lingkungan masyarakat akibat gas-gas tertentu yang dihasilkan dari proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme.

- Debu-debu yang beterbangan dapat menggangu mata serta pernafasan.

- Bila terjadi proses pembakaran dari sampah maka asapnya dapat menggangu pernafasan, penglihatan dan penurunan kualitas udara karena ada asap di udara.

- Pembuangan sampah ke saluran –saluran air akan estetika terganggu, pendangkalan saluran serta mengurangi kemampuan daya aliran saluran. - Dapat menyebabkan banjir apabila sampah dibuang ke saluran yang daya

serap alirannya sudah menurun.

- Pembuangan sampah ke selokan atau badan air akan menyebabkan terjadinya pengotoran badan air.

2.4. Perilaku Kesehatan

(49)

tindakan. Menurut Subchan (2001) bahwa perilaku manusia terhadap sakit dan penyakit yaitu menyangkut dengan reaksinya baik secara passif ( mengetahui, bersikap dan mempersepsikan penyakit yang ada pada dirinya atau diluar dirinya) maupun aktif (tindakan atau praktik) yang dilakukan sehubungan dengan sakit maupun keluhan kesehatan kulit tersebut. Terbentuknya perilaku baru dimulai dari pengetahuan yang kemudian menimbulkan respon yang lebih jauh yaitu tindakan.

Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan yang diuraikan sebagai berikut : a) Perilaku seseorang terhadap sakit atau penyakit yaitu bagaimana manusia

merespon, baik secara passif maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut.

b) Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan adalah respon seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan baik yang tradisional maupun yang modern.

c) Perilaku terhadap makanan adalah respon seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan.

d) Perilaku terhadap lingkungan kesehatan adalah respon terhadap lingkungan sebagai determinan.

2.4.1. Pengetahuan

(50)

perseorangan untuk memelihara kesehatan diri sendiri, memperbaiki nilai kesehatan, serta mencegah timbulnya penyakit. Pengetahuan dalam penelitian ini adalah menyangkut pengetahuan tentang personal hygiene,penyakit kulit, sanitasi dasar, dan bagaiman syarat kesehatan perumahan dan pemukiman.

2.4.2. Sikap

Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap sesuatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak langsung dapat dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang ditutup. dengan kata lain sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Menurut Newcomb yang dikutip Notoatmodjo (2003) , bahwa sikap itu merupakan sikap atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu.

Ada beberapa tingkatan dalam sikap , yaitu : a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan subjek.

b. Merespon (Responding)

(51)

Menghargai orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung . Secara langsung dapat dinyatakan pendapat atau pernyataan respon terhadap sesuatu objek , secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan –pertanyaan hipotesis , kemudian ditanyakan pendapat respon. Sikap dalam penelitian ini adalah respon penghuni asrama terhadap personal hygiene,penyakit kulit, sanitasi dasar, dan bagaiman syarat kesehatan perumahan dan pemukiman.

2.4.3. Tindakan

Domain terakhir dari perilaku kesehatan adalah tindakan. tindakan tersebut didasari pada penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahuinya, kemudian disikapi dan akhirnya mengambil keputusan untuk melakukannya. Tindakan dalam penelitian ini adalah segala bentuk nyata yang dilakukan dalam mencegah dan menanggulangi terjadinya keluhan kesehatan yang berbasis penularan dari air.

Tindakan yang tercakup dalam domain psikomotorik mempunyai empat tingkatan ( Notoatmodjo, 2003) :

(52)

2. Respon terpimpin (guided response ), yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.

3. Mekanisme (mecanism) yaitu apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.

4. Adaptasi (adaptaition), yaitu suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Seseorang sudah dapat memodifikasi tindakan tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

2.5. Rumah Sehat

Rumah merupakan salah satu kebutuhan poko manusia, disamping kebutuhan sandang dan pangan. Rumah berfungsi pula sebagai tempat tinggal serta digunakan untuk berlindung dari gangguan iklim serta makhluk hidup lainnya. Selain itu rumah juga merupakan tempat berkumpulnya anggota keluarga untuk menghabiskan sebagian besar waktunya (Depkes RI ,2002).

Rumah adalah salah satu syarat pokok bagi kehidupan manusia ( Notoatmodjo, 2007). Rumah harus dapat mewadahi kegiatan penghuninya dan cukup luas bagi seluruh pemakainya, sehingga kebutuhan dan aktivitas setiap penghuninya dapat berjalan dengan baik. Rumah sehat dapat sebagai tempat berlindung, bernaung, dan tempat beristirahat, sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani maupun sosial (Sanropie, dkk, 1989).

(53)

1. Dapat memenuhi kebutuhan fisiologis 2. Dapat memenuhi kebutuhan psikologis 3. Dapat menghindarkan terjadinya kecelakaan

4. Dapat menghindarkan terjadinya penularan penyakit.

Hal ini sejalan dengan kriteria rumah sehat menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002, secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Memenuhi fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak yang cukup , terhindar dari kebisingan yang mengganggu.

2. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privasi yang cukup, komunikasi sehat antar angota keluargamdan penhuni rumah.

3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindunginya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup.

4. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan, kostruksi yang kuat, tidak mudah mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.

Dalam pemenuhan kriteria rumah sehat, ada beberapa variabel yang harus diperhatikan :

(54)

a. Lantai yang kedap air dan mudah di bersihkan. Lantai dari tanah lebih baik tidak digunakan lagi. Sebab bila musim hujan akan lembab sehingga dapat menimbulkan gangguan / penyakit terhadap penghuninya. Oleh sebab itu , perlu dilapisi dengan lapisan yang kedap air seperti disemen, dipasang tegel, keramik, teraso dan lain-lain (Notoatmodjo, 2010).

b. Dinding berfungsi sebagai pendukung atau penyangga atap, untuk melindungi ruangan rumah dari gangguan serangga, hujan dan angin, serta melindungi dari pengaruh panas dan angin luar. Bahan dinding yang paling baik adalah bahan yang tahan api yaitu dinding yang dari batu. ( Sanropie, 1999)

c. Langit- langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan.

d. Atap berfungsi untuk melindungi isi ruangan rumah dari gangguan angin , panas dan hujan, juga melindungi isi rumah dari pencemaran udara seperti debu, asap dan lain-lain. Atap yang paling baik adalah atap dari genteng karena bersifat isolator, sejuk di musim panas dan hangat di musim hujan. (Sanropie, 1999).

2. Ventilasi

Menurut sanropie (1999), ventilasi sangat penting untuk suatu rumah tinggal. Hal ini karena ventilasi mempunyai fungsi ganda . fungsi pertama adalah sebagai lubang masuk udara yang bersih dan segar dari luar ke dalam ruangan.

(55)

Berdasarkan Notoatmodjo (2007), ada dua macam cara yang dapat dilakukan agar ruangannya mempunyai sistem aliran udara yang baik, yaitu :

 Ventilasi alamiah, yaitu pintu , lubang angin , lubang-lubang pada dinding

dan sebagainya. Di pihak lain ventilasi alamiah ini tidak menguntungkan, karena juga merupakan jalan masuknya nyamuk dan serangga lainnya ke dalam rumah. Untuk itu harus ada usaha-usaha lain untuk melindungi penghuninya dari gigitan serangga tersebut.

 Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk

mengalirkan udara tersebut , misalnya kipas angin dan mesin pengisap udara.

3. Pencahayaan

Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup. Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam rumah , terutama cahaya matahari , di samping kurang nyaman , juga merupakan media atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit penyakit. Sebaliknya terlalu banyak cahaya dalam rumah akan menyebabkan silau dan akhirnya dapat merusak mata. Ada dua sumber cahaya yang dapat dipergunakan, yakni (i) Cahaya alamiah yaitu matahari . Rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya matahari yang cukup. Sebaiknya jalan masuk cahaya (jendela) luasnya sekurang-kurangnya 15%-20% dari luas lantai yang terdapat dalam ruangan rumah. (ii) Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah, seperti lampu minyak tanah, listrik dan sebagainya. ( Notoatmodjo,2007).

(56)

Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni didalamnya, artinya luas lantai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan kepadatan penghuni (over croded). Hal ini tidak sehat , sebab disamping menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi , akan mudah menular kepada anggota keluarga yang lain. Luas bangunan yang optimum adalah apabila dapat menyediakan 2,5 – 3 m2 untuk setiap orang (tiap anggota keluarga.

(57)

BAB 3

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan bentuk survei utuk mengetahui perilaku penghuni asrama putra USU tentang personal hygiene, sanita dasarnya, kondisi kesehatan perumahan serta kaitannya dengan keluhan kesehatan kulit.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di asrama putra KKB USU dengan pertimbangan sebagai berikut :

1. Belum pernah dilakukan penelitian yang sama di daerah tersebut 2. Penghuni asrama cukup banyak dan padat.

3. Sebagian besar penghuni asrama pernah mengalami gangauan kesehatan kulit.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakasanakan pada bulan November - Desember 2011 3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

(58)

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari seluruh mahasiswa yang tinggal di asrama putra KKB USU.

a. Besar sample

Perhitungan besar sample dalam penelitian ini menggunakan rumus Taro Yamane sebagai berikut : (Notoatmodjo,2005)

Rumus : n = N/1+N(d2)

n = 136/1+136 ( 0,1x0,1)

n = 57,63

n =58 responden

Keterangan : N = Besar Populasi n = Besar Sampel

d = Tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan (0,1) Dari rumus di atas , maka sample yang di butuhkan yaitu 58 responden.

b. Teknik Pengambilan Sampel

Adapun pengambilan sample dilakukan dengan systematic random sampling. Cara pengambilan sample adalah jumlah populasi 136 orang, sample yang

(59)

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh dari observasi dan wawancara langsung dengan mahasiswa yang terpilih yang menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan dan pilihan jawaban yang telah disediakan.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari kantor pegawai penanggung jawab asrama putra KKB USU.

3.5 Definisi operasional

1. Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan pribadinya.

2. Kebersihan kulit adalah cerminan kesehatan yang pertama sekali memberi kesan dan perlu untuk dipeliharadengan cara mengganti pakaian minimal satu kali sehari, menggunakan pakaian / barang keperluan sehari-hari milik sendiri, mandi secara teratur serta menggunakan sabun.

3. Kebersihan tangan ,kaki dan kuku adalah cara perawatan diri manusia dengan selalu memperhatikan kebersihan tangan dan kaki serta memotong kuku secara teratur dan kondisi kuku harus pendek dan bersih .

4. Kebersihan rambut adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara rambut dan kulit kepala dengan mencuci rambut sekurang – kurangnya dua kali seminggu serta menggunakan sampo.

(60)

bintik – bintik merah / bentol – bentol / bula – bula yang berisi cairan bening ataupun nanah serta pada kulit permukaan tubuh timbul ruam – ruam berdasarkan observasi dan wawancara dengan mahasiswa penghuni asrama. 6. Pengetahuan adalah hal-hala yang diketahui penghuni asrama tentang sanitasi

dasar , personal hygiene dan rumah sehat.

7. Sikap yaitu respon yang diberikan penghuni asrama terhadap terhadap sanitasi dasar , personal hygiene dan rumah sehat.

8. Tindakan adalah tindakan yang dilakukan oleh penghuni asrama terhadap sanitasi dasar , personal hygiene dan rumah sehat.

9. Rumah sehat adalah suatu tempat tinggal dimana masing-masing dari komponen sarana rumah , sarana sanitasi dan perilaku penghuni memenuhi syarat kesehatan , yaitu memperoleh skor 628-670.

10.Sanitasi dasar adalah penyediaan air bersih , jamban , pengelolaan air limbah dan pembuangan sampah yang di asrama.

11.Penyediaan air bersih adalah sarana air bersih dan kualitas fisik air yang ada di asrama.

12.Pembuangan kotoran manusia adalah sistem pembuangan tinja yang dipergunakan oleh responden.

13.Pembuangan air limbah adalah sarana pembuangan air limbah yang dipakai oleh responden

(61)

3.6 Aspek Pengukuran 1. Keluhan Penyakit kulit

a. Ada, jika ada keluhan yang dirasakan responden berupa rasa gatal-gatal (pagi, siang, malam ataupun sepanjang hari), muncul bintik – bintik merah / bentol – bentol / bula – bula yang berisi cairan bening ataupun nanah serta pada kulit permukaan tubuh timbul ruam – ruam.

b. Tidak ada, jika tidak ada keluhan yang dirasakan responden berupa rasa gatal-gatal (pagi , siang, malam ataupun sepanjang hari), muncul bintik – bintik merah / bentol – bentol / bula – bula yang berisi cairan bening ataupun nanah serta pada kulit permukaan tubuh timbul ruam – ruam. 2. Perilaku

a. Pengetahuan

Pengetahuan ditentukan berdasarkan jumlah pernyataan dalam instrumen angket yang tersedia lampiran yaitu dengan memilih sejumlah pernyataan dengan pilihan jawaban a,b dan c.

- Jika responden memilih jawaban yang benar (pilihan jawaban a) akan mendapat skor 1, dan

- Jika responden memilih jawaban yang tidak benar ( pilihan jawaban b atau c) akan mendapat skor 0

Berdasarkan total nilai yang diperoleh dari 16 pertanyaan , maka total nilai maksimal adalah 16. Berdasarkan skala likert ( Sugiono, 2007) pengetahuan responden dikategorikan sebagai berikut :

(62)

b. sedang, jika skor yang diperoleh responden 45-74 % atau 7 - 11 c. buruk, jika responden memperoleh nilai < 45 % atau < 7

b. Sikap

Pengukuran sikap dilakukan dengan mengajukan pertanyaan pada responden dengan jumlah pertanyaan sebanyak 16 buah , dengan alternatif jawaban sebanyak 3 pilihan ( setuju, kurang setuju atau tidak setuju ). Adapun sistem pemberian skor sikap adalah sebagai berikut :

- Jika responden memilih jawaban setuju mendapat skor 2

- Jika responden memilih jawaban kurang setuju mendapat skor 1 - Jika responden memilih jawaban tidak setuju mendapat skor 0

Berdasarkan total nilai yang diperoleh dari 16 pertanyaan, maka total nilai maksimal adalah 32. Berdasarkan skala likert ( Sugiono,2007) sikap responden dapat dikategorikan sebagai berikut :

a. baik, jika skor yang diperoleh responden ≥ 75 % atau ≥ 24 b. sedang, jika skor yang diperoleh responden 45-74 % atau 14 - 23 c. buruk, jika responden memperoleh nilai < 45 % atau < 14 c. Tindakan

(63)

ketahui. Jawaban responden tidak mendapatkan sanksi apapun sehingga mereka bisa menjawab yang sejujurnya.

Kuesioner tentang tindakan berisi pertanyaan sebanyak 16 buah, dengan alternatif jawaban sebanyak 3 pilihan ( ya,kadang-kadang atau tidak). Jika responden memilih jawaban ya, untuk variabel tindakan adalah dibuat skorin terhadap beberapa pernyataan dalam instrumen angket dengan 3 pilihan jawaban a,b,c.

- Jika responden memilih jawaban ya, mendapat skor 2

- Jika responden memilih jawaban kadang-kadang mendapat skor 1 - Jika responden memilih jawaban tidak mendapat skor 0

Berdasarkan total nilai yang diperoleh dari 16 pertanyaan, maka total nilai maksimal adalah 32 . Berdasarkan skala likert (Sugiono, 2007) sikap responden dapat dikategorikan sebagai berikut :

a. baik, jika skor yang diperoleh responden ≥ 75 % atau ≥ 24 b. sedang, jika skor yang diperoleh responden 45-74 % atau 14 - 23 c. buruk, jika responden memperoleh nilai < 45 % atau < 14

3. Kondisi komponen fisik dan sanitasi dasar asrama

(64)

3.7. Teknik Analisa Data

(65)

Bab 4

HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran umum lokasi penelitian

Asrama putra berada wilayah komplek Universitas Sumatera Utara yang terletak di Jalan DR Mansyur no 70 , Medan. Asrama ini berbatasan dengan :

- Sebelah Barat dengan Mesjid Dakwah USU - Sebelah Utara dengan jl. Dr. Mansyur - Sebelah Selatan dengan jl. Sei Padang - Sebelah Timur dengan Jl. Sipirok

Asrama putra diresmikan tanggal 9 April 1987. Adapun fasilitas yang terdapat di asrama ini adalah :

a. Gedung asrama : berjumlah tiga buah tetapi yang dapat difungsikan hanya dua gedung.

b. Kamar

1. Gedung 1 : Kamar besar dengan ukuran 3 x 4 m dengan jumlah 36 kamar dan kamar kecil dengan ukuran 3 x 3 m berjumlah 26 kamar.

2. Gedung 3 : kamar besar dengan ukuran 3 x 4 m dengan jumlah 48 kamar dan kamar kecil dengan ukuran 3 x 3 m berjumlah 32 kamar c. Musholla 1 buah

d. Sumber airnya : Air PDAM dan sumur bor. e. Kamar mandi :

Gambar

Gambar 1. Pioderma
Gambar 3. Penyakit kulit panu
Gambar 4. Gangguan kulit karena alergi
Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Penghuni Asrama
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa (Allah SWT) berkat rahmat dan karuniaNya penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “ KARAKTERISASI

Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat dan kasihNya penulis dapat menyelesaikan penulisan

Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat serta karuniaNYA, akhirnya Penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi dengan judul:

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “

Dengan mengucapkan puji dan syukur, penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan berkat, rahmat dan karunianya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan karuniaNya yang telah melimpah kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa Allah SWT, atas segala berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi