RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PEMANTAUAN
DAN EVALUASI PELAYANAN KESEHATAN DASAR PADA
IBU BERDASARAK SPM
TUGAS AKHIR
Program Studi: S1 Sistem Informasi
Oleh:
ARDHIYAN PRATAMA 09410100020
FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA
RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PEMANTAUAN
DAN EVALUASI PELAYANAN KESEHATAN DASAR PADA
IBU BERDASARAK SPM
TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Program Sarjana Komputer
Oleh :
Nama : Ardhiyan Pratama
NIM : 09.41010.0020
Program : S1 (Strata Satu)
Jurusan : Sistem Informasi
FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA
INSTITUT BISNIS DAN INFORMATIKA STIKOM SURABAYA
xi
Halaman
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang Masalah... 1
1.2Perumusan Masalah ... 5
1.3Pembatasan Masalah ... 5
1.4Tujuan Penelitian ... 6
1.5 Manfaat Penelitian ... 6
1.6 Sistematika Penulisan ... 6
BAB II LANDASAN TEORI ... 9
2.1Standar Pelayanan Minimal (SPM) ... 9
2.2Monitoring dan Evaluasi ... 9
2.2.1 Monitoring ... 9
2.2.2Formula dan Analisa Indikator ... 11
2.3 Evaluasi………17
2.4 Monitoring dan Evaluasi ... 17
2.5 Sistem Informasi ... 19
xii
2.5.3 Karakteristik Sistem ... 22
2.5.4 Nilai Informasi ... 22
2.5.5 Sumber Informasi ... 22
2.5.6 Kualitas Informasi ... 23
2.6 Website……….25
2.6.1 Web 1.0 ... 25
2.6.2 Web 2.0 ... 26
2.6.3 Web 3.0 ... 26
2.6.4 Perbandingan Web 1.0, 2.0 dan 3.0 ... 27
2.7 Peramalan Siklus Hidup Pengembang Sistem ... 34
2.7.1 Elisitasi Kebutuhan ... 34
2.7.2 Analisis ... 35
2.7.3 Desain ... 37
2.7.4 Construction ... 42
2.7.5 Testing dan Implementasi ... 43
2.7.6 Maintenance ... 44
BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM ... 46
3.1Identifikasi Permasalahan ... 46
3.1.1 Alir Proses Mencatat Data Pasien ... 48
3.1.2 Alir Proses Registrasi Kohort Ibu ... 49
3.1.3 Alir Proses Pemantauan atau Monitoring ... 51
xiii
3.2.1 Analisis pada Proses Mencatat Data Pasien ... 54
3.2.2 Analisis pada Proses Registrasi Kohort Ibu ... 54
3.2.3 Analisis pada Proses Pemantauan atau Monitoring ... 55
3.2.4 Analisis pada Proses Evaluasi ... 55
3.3Solusi Permasalahan ... 55
3.3.1 Kebutuhan Perangkat Lunak (Software Requirement) ... 56
3.3.2 Desain Sistem (Software Design) ... 95
3.3.3 Desain Uji Coba Fungsional ... 198
3.3.4 Desain Uji Coba Non-Fungsional ... 205
3.3.5 Desain Implementasi Data ... 206
3.3.6 Desain Arsitektur ... 213
BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ... 215
4.1 Implementasi………..215
4.2 Penjelasan Penggunaan Aplikasi ... 215
4.2.1 Pengguna Sebagai Bidan Kia Puskesmas ... 218
4.2.2 Pengguna Sebagai Koordinator Bidan Puskesmas ... 225
4.2.2 Pengguna Sebagai Kepala Bidan Puskesmas ... 233
4.2.3 Pengguna Sebagai Koordinator Kia Dinkes ... 237
4.2.4 Pengguna Sebagai Kepala Seksi Kesehatan Dasar Dinkes ... 247
4.3 Uji Coba Fungsional ... 259
4.3.1 Uji Fungsional Bidan Kia Puskesmas ... 259
xiv
4.3.4 Uji Non-Fungsional ... 275
4.4 Evaluasi………..280
4.4.1 Proses monitoring dan evaluasi ... 280
BAB V PENUTUP ... 283
5.1Kesimpulan……….283
5.2 Saran………...284
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Dinas Kesehatan (Dinkes) kota Surabaya adalah suatu instansi pemerintahan kota Surabaya yang bertanggung jawab terhadap kesehatan masyarakat kota Surabaya. Pembangunan kesehatan di arahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Dalam menjalankan tugasnya agar mencapai tujuan, Dinkes Kota Surabaya membaginya ke dalam beberapa seksi. Salah satu seksi tersebut adalah Seksi Kesehatan Dasar. Seksi Kesehatan Dasar adalah seksi yang ada di Dinkes Kota Surabaya yang mempunyai tugas yaitu mengelola pelayanan kesehatan dasar skala kota.
angka kematian pada Ibu yang terjadi di wilayah Surabaya. Berikut ini tabel jumlah ibu hamil dan kematian ibu di wilayah Surabaya pada tahun 2010 sampai dengan 2014.
Tabel 11 Jumlah Ibu Hamil dan Kematian Ibu Hamil
Tahun Jumlah Ibu Hamil Jumlah Kematian Ibu Hamil
2010 43.814 14.896
2011 41.321 15.485
2012 41.121 16.155
2013 48.507 18.515
2014 47.567 20.798
Pada saat ini Dinkes Kota Surabaya sudah menjalankan program Pelayanan Kesehatan Dasar berdasarkan Standar Pelayanan Minimal, dalam menjalankan program yang sudah disesuaikan dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 828/MENKES/SK/IX/2008 dan Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (Pws-Kia). Dinkes Kota Surabaya dibantu oleh puskesmas dan rumah sakit dalam hal operasional pemantauan kesehatan Ibu sehari-hari.
pengolahan data, yang dimulai dari Petugas Sistem Informasi Kesehatan (Sik) melakukan entry data ke dalam aplikasi yang telah disediakan, kemudian dari entry data tersebut barulah koordinator Sie Kesehatan Ibu dan Anak (Kia) melakukan verifikasi atas kelengkapan data yang telah di entry tersebut. Jika tidak ada masalah dengan data tersebut maka koordinator Kesehatan Ibu dan Anak (Kia) akan langsung melakukan analisis terhadap data tersebut, namun jika data yang di entry tidak sesuai dengan harapan koordinator Kesehatan Ibu dan Anak (Kia) maka laporan tersebut dikembalikan lagi ke puskesmas untuk dilakukan pengecekan ulang.
Proses analisis data dilakukan oleh koordinator Kesehatan Ibu dan Anak (Kia) berdasarkan indikator pemantauan yang sudah terdapat dalam Standar Pelayanan Minimal. Jika data tersebut tidak memenuhi standar salah satu indikator yang tercantum dalam Standar Pelayanan Minimal maka koordinator Kia akan melakukan sidak secara langsung ke puskesmas untuk diuji kebenarannya.
Pada penjelasan di atas diketahui bahwa permasalahan yang dihadapi oleh Seksi Kesehatan Dasar adalah sering terjadi keterlambatan dalam proses penerimaan laporan oleh Dinkes, yang seharusnya laporan bisa diterima setiap bulannya akan tetapi pada kenyataannya bisa mengalami keterlambatan antara satu sampai dua bulan sehingga menyebabkan keterlambatan waktu untuk proses pemantauan pelayanan kesehatan dasar pada ibu. Pada saat melakukan pemantauan banyak ditemukan tidak lengkapnya data pada laporan dari pihak puskesmas ke Dinkes Kota Surabaya yang berdampak pada proses perhitungan indikator sehingga terjadi pemborosan waktu kerja. Bentuk penyajiannya tidak bisa dipantau setiap saat. Untuk mengetahui adanya perubahan membutuhkan waktu yang lama dan juga evaluasi tidak dapat dilakukan saat itu juga sehingga tidak bisa mencapai tujuan dari Dinkes.
Dengan adanya Sistem Informasi Monitoring dan Evaluasi Pelayanan Kesehatan Dasar Pada Ibu Berdasarkan SPM dengan menggunakan media Website diharapkan dapat membantu kinerja Seksi Kesehatan Dasar.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang sedang dihadapi oleh Dinkes Kota Surabaya saat ini, yaitu:
1. Bagaimana membuat Rancang Bangun Sistem Informasi yang dapat mengurangi keterlambatan pelaporan antara puskesmas dengan Dinas Kesehatan Kota Surabaya, sehingga dapat mempercepat proses analisis setiap indikator SPM pada setiap Puskesmas oleh Koordinator Kesehatan Ibu dan Anak.
2. Bagaimana membuat Rancang Bangun Sistem Informasi yang dapat membantu Koordinator Kesehatan Ibu dan Anak (Kia) dan Kepala Seksi Kesehatan Dasar dengan cepat mengambil tindakan evaluasi jika ditemukan indikator SPM yang belum memenuhi target, sehingga dapat memberikan laporan umpan balik yang tepat kepada setiap puskesmas.
1.3 Pembatasan Masalah
Batasan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pada penelitian ini hanya bersangkutan dengan Seksi Kesehatan Dasar khususnya bagian kesehatan Ibu dan Anak di Dinkes Kota Surabaya.
3. Indikator SPM KIA yang digunakan diantaranya: K4, Komplikasi Kebidanan yang ditangani, Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan, dan Pelayanan Ibu Nifas.
4. Sampel data yang digunakan pada penelitian ini diambil dari Puskesmas Tenggilis dan Puskesmas Kebonsari.
5. Acuan kebijakan pada penelitian ini berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 828/MENKES/SK/IX/2008.
6. Acuan kebijakan Standar Pelayanan Minimal pada penelitian ini berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 741/MENKES/PER/VII/2008.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan Rancang Bangun Sistem Informasi Pemantauan dan Evaluasi Pelayanan Kesehatan Dasar Pada Ibu Berdasarkan SPM di Dinkes Kota Surabaya dengan menggunakan media Website. Sehingga proses pemantauan dapat berjalan secara realtime.
1.5 Manfaat Penelitian
1.6 Sistematika Penulisan
Secara garis besar sistematika penulisan pada laporan ini adalah sebagai berikut:
Bab I : PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang permasalahan yang terjadi di Dinkes Kota Surabaya, perumusan permasalahan yang didapat dari latar belakang, pembatasan permasalahan, tujuan dilakukannya penelitian, manfaat yang akan diberikan kepada stakeholder, serta penjelasan mengenai sistematika penulisan pada penelitian ini.
Bab II : LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang mendukung atau digunakan sebagai acuan pada saat atau sebelum melakukan penelitian. Diantaranya menjelaskan tentang standar pelayanan minimal, penjelasan teori mengenai monitoring dan evaluasi, dan formulasi dan analisa indikator yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini.
Bab III : ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM
flow, system flow, data flow diagram, desain ERD baik conceptual data model maupun physical data model, struktur basis data, dan interface.
Bab IV : IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai implementasi program atau aplikasi yang sudah dibuat, berdasarkan hasil analisis hingga perancangan dan akan dilakukan uji coba fungsional maupun non fungsional terhadap perangkat lunak yang dibangun. Tahap akhir adalah melakukan evaluasi terhadap uji coba yang sudah dilakukan.
Bab V : PENUTUP
9
2.1Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 828/MENKES/SK/IX/2008. Standar pelayanan minimal (SPM) adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga Negara secara minimal.
2.2Monitoring dan Evaluasi
2.2.1 Monitoring
Monitoring atau pemantauan adalah kegiatan pemantauan atau pengamatan yang berlangsung selama kegiatan berjalan untuk memastikan dan mengendalikan keserasian pelaksanaan program dengan perencanaan yang telah ditetapkan. (Hedwig, 2007). Monitoring atau pemantauan dilaksanakan secara berkala dan terus menerus, untuk dapat segera mendeteksi bila ada masalah dalam pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan, supaya dapat dilakukan tindakan perbaikan segera. Disini pemantauan kesehatan dasar pada ibu dilakukan sesuai dengan standar pelayanan minimal (SPM) yang berlaku di Dinkes kota Surabaya dengan cara melakukan perhitungan indikator yang terdapat di dalam laporan kohort dari puskesmas yang kemudian dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan pada standar pelayanan minimal (SPM).
2.2.2 Indikator Pemantauan Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 828/MENKES/SK/IX/2008. Indikator pemantauan program kesehatan ibu dan anak (Kia) meliputi indikator yang dapat menggambarkan keadaan kegiatan pokok dalam program kesehatan ibu dan anak (Kia). Sasaran yang digunakan dalam hal ini berdasarkan kurun waktu satu tahun dengan prinsip konsep wilayah. Indikator pemantauan program kesehatan ibu dan anak (Kia) dalam Standar Pelayanan Minimal dibagi menjadi tiga belas indikator, yaitu:
1. Akses pelayanan antenatal (cakupan K1) 2. Cakupan pelayanan ibu hamil (cakupan K4)
3. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani (Pk) 4. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn)
5. Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan (KF3) 6. Cakupan pelayanan neonatus pertama (KN 1)
7. Cakupan pelayanan kesehatan neonatus 0 – 28 hari (KN Lengkap) 8. Deteksi faktor resiko dan komplikasi oleh masyarakat
9. Cakupan penanganan komplikasi Obstetri (PK) 10. Cakupan penanganan komplikasi neonatus
11. Cakupan pelayanan kesehatan bayi 29 hari – 12 bulan (Kunjungan bayi) 12. Cakupan pelayanan anak balita (12 – 59 bulan)
13. Cakupan pelayanan kesehatan anak balita sakit yang dilayani dengan MTBS 14. Cakupan peserta KB aktif (Contraceptive Prevalence Rate)
hanya digunakan untuk pemantauan kesehatan dasar pada ibu berdasarkan standar pelayanan minimal meliputi:
1. Akses pelayanan antenatal (cakupan K1) 2. Cakupan pelayanan ibu hamil (cakupan K4)
3. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani (Pk) 4. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn)
5. Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan (KF3)
2.2.2 Formula dan Analisa Indikator
A. Akses pelayanan antenatal (cakupan K1)
Akses pelayanan antenatal (cakupan K1) adalah sebagai berikut:
1. Definisi Operasional
Adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
2. Fungsi Indikator
Indikator akses ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan program dalam menggerakan masyarakat.
3. Cara Perhitungan Rumus
Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah sebagai berikut:
Keterangan:
b. Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun dapat diperoleh melalui proyeksi, dihitung berdasarkan perkiraan jumlah ibu hamil dengan menggunakan rumus:
Akan tetapi jumlah sasaran ini sudah ditentukan sebelumnya oleh pemerintah pusat, jadi Dinkes hanya tinggal melakukan proses pemantauan saja berdasarkan indikator tersebut.
B. Cakupan pelayanan ibu hamil (cakupan K4)
Cakupan pelayanan ibu hamil (cakupan K4) adalah sebagai berikut:
1. Definisi Operasional
Adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar, paling sedikit empat kali dengan distribusi waktu satu kali pada trimester ke-1, satu kali pada trimester ke-2 dan dua kali pada trimester ke-3 disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
2. Fungsi Indikator
Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan), yang menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di suatu wilayah, di samping menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan program KIA.
3. Cara Perhitungan Rumus
Keterangan:
a. Jumlah kunjungan ibu hamil pertama (K1) yang diambil dari total semua kunjungan ibu hamil pertama (K1) pada kurun waktu tertentu.
b. Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun dapat diperoleh melalui proyeksi, dihitung berdasarkan perkiraan jumlah ibu hamil dengan menggunakan rumus:
Akan tetapi jumlah sasaran ini sudah ditentukan sebelumnya oleh pemerintah pusat, jadi Dinkes hanya tinggal melakukan proses pemantauan saja berdasarkan indikator tersebut.
C. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani (PK)
Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani (PK) adalah sebagai berikut:
1. Definisi Operasional
Adalah cakupan kasus komplikasi/kegawatdaruratan yang mendapat pelayanan kesehatan sampai selesai (tidak termasuk kasus yang dirujuk untuk mendapatkan pelayanan lebih lanjut) kecuali telah dilakukan kunjungan rumah pasca rujukan.
2. Fungsi Indikator
Indikator ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen program kesehatan ibu dan anak (KIA) dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara profesional kepada ibu (hamil, bersalin, nifas) dengan komplikasi.
Rumus yang digunakan adalah:
Keterangan:
a. Jumlah ibu hamil, bersalin, dan nifas dengan komplikasi yang ditangani oleh tenaga kesehatan dalam kurun waktu tertentu.
b. Nilai ini diambil dari 20% dari jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun.
D. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn)
Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn) adalah sebagai berikut:
1. Definisi Operasional
Adalah cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, di suatu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu.
2. Fungsi Indikator
Dengan indikator ini dapat diperkirakan proporsi persalinan yang ditangani oleh tenaga kesehatan dan ini menggambarkan kemampuan manajemen program KIA dalam pertolongan persalinan sesuai standar.
3. Cara Perhitungan Rumus
Rumus yang digunakan sebagai berikut:
a. Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan kompeten disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
b. Jumlah sasaran ibu bersalin dalam 1 tahun dihitung dengan menggunakan rumus:
Akan tetapi jumlah sasaran ini sudah ditentukan sebelumnya oleh pemerintah pusat, jadi Dinkes hanya tinggal melakukan proses pemantauan saja berdasarkan indikator tersebut.
E. Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan (KF3)
Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan (KF3) adalah sebagai berikut:
1. Definisi Indikator
Adalah cakupan pelayanan kepada ibu pada masa 6 jam sampai dengan 42 hari pasca bersalin sesuai standar paling sedikit tiga kali dengan distribusi waktu 6 jam – 3 hari, 8 – 14 hari dan 36 – 42 hari setelah bersalin di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
2. Fungsi Indikator
3. Cara Perhitungan Rumus
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Keterangan:
a. Jumlah ibu nifas yang telah memperoleh tiga kali pelayanan nifas sesuai standar oleh tenaga kesehatan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. b. Jumlah sasaran ibu nifas sama dengan jumlah sasaran ibu bersalin.
Akan tetapi jumlah sasaran ini sudah ditentukan sebelumnya oleh pemerintah pusat, jadi Dinkes hanya tinggal melakukan proses pemantauan saja berdasarkan indikator tersebut.
2.3 Evaluasi
2.4 Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan Evaluasi adalah dua kata yang memiliki aspek kegiatan yang berbeda yaitu kata monitoring dan evaluasi. Monitoring merupakan kegiatan untuk mengetahui apaka program yang dibuat itu berjalan dengan baik sebagaimana mestinya sesuai dengan yang direncanakan, adakah hambatan yang terjadi dan bagaimana para pelaksana program itu mengatasi hambatan tersebut. Monitoring terhadap sebuah hasil perencanaan yang sedang berlangsung menjadi alat pengendalian yang baik dalam seluruh proses implementasi.
“Monitoring lebih menekankan pada pemantauan proses pelaksanaan”
(Departemen Pendidikan Nasional: 2001). Monitoring juga lebih ditekankan untuk tujuan supervisi.
Proses dasar dalam monitoring ini meliputi tiga tahap yaitu: (1) menetapkan standar pelaksanaan; (2) pengukuran pelaksanaan; (3) menentukan kesenjangan (deviasi) antara pelaksanaan dengan standar dan rencana. Menurut Dunn (1981), monitoring mempunya empat fungsi, yaitu:
a) Ketaatan (compliance). Monitoring menentukan apakah tindakan administrator, staf, dan semua yang terlibat mengikuti standar dan prosedur yang telah ditetapkan.
b) Pemeriksaan (auditing). Monitoring menetapkan apakah sumber dan layanan yang diperuntukkan bagi pihak tertentu bagi pihak tertentu (target) telah mencapai mereka.
c) Laporan (accounting). Monitoring menghasilkan informasi yang membantu
“menghitung” hasil perubahan sosial dan masyarakat sebagai akibat
d) Penjelasan (explanation). Monitoring menghasilkan informasi yang membantu menjelaskan bagaimana akibat kebijaksanaan dan mengapa perencaaa dan pelaksanaannya tidak cocok.
Penilaian (Evaluasi) merupakan tahapan yang berkaitan erat dengan kegiatan monitoring, karena kegiatan evaluasi dapat menggunakan data yang disediakan melalui kegiatan monitoring. Dalam merencanakan suatu kegiatan hendaknya evaluasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan, sehingga dapat dikatakan sebagai kegiatan yang lengkap. Evaluasi diarahkan untuk mengendalikan dan mengontrol ketercapaian tujuan. Evaluasi berhubungan dengan hasil informasi tentang nilai serta memberikan gambaran tentang manfaat suatu kebijakan. Istilah evaluasi ini berdekatan dengan penafsiran, pemberian
angka dan penilaian. Evaluasi dapat menjawab pertanyaan “Apa pebedaan yang
dibuat”. (William N Dunn, 2000).
Evaluasi bertujuan untuk mengetahui apakah program itu mencapai sasaran yang diharapkan atau tidak, evaluasi lebih menekankan pada aspek hasil yang dicapai (output). Evaluasi baru bisa dilakukan jika program itu telah berjalan dalam suatu periode, sesuai dengan tahapan rancangan dan jenis program yang dibuat dan dilaksanakan, misalnya disekolah, untuk satu caturwulan atau enam bulan atau satu tahun pelajaran.
2.5 Sistem Informasi
kedalam sebuah informasi, sehingga informasi tersebut dapat digunakan untuk membantu dalam proses peramalan, perencanaan, pengendalian, koordinasi, pembuatan keputusan, dan kegiatan operasional di dalam organisasi. (Bocij, 2008).
2.5.1 Komponen Sistem
Pada point ini dapat dikemukakan bahwa istilah umum dari sistem terdiri dari lima komponen:
1. Input sistem dapat diartikan sebagai masukan dari proses yang akan menghasilkan sebuah output.
2. Proses adalah pengubahan input menjadi sebuah output. 3. Output adalah hasil yang diciptakan oleh sistem.
4. Feedback mechanism adalah ketersediaan informasi pada kinerja sistem yang dapat digunakan untuk mengatur perilaku dari sistem tersebut.
5. Jika perubahan dibutuhkan oleh sistem, maka control mechanism akan melakukan pengaturan yang sesuai. (Bocij, 2008).
2.5.2 Karakteristik Sistem
Berikut akan dijelaskan beberapa dari karakteristik sistem:
1. The component of System work towards a collective goal atau diketahui sebagai tujuan dari sistem. Tujuan sistem secara normal sangat spesifik dan sering ditunjukkan dalam satu kalimat.
luar batas merupakan bagian dari lingkungan sistem, apapun bentuk batasannya merupakan bagian dari sistem itu sendiri. Batasan juga menandakan tampilan antara sistem dan lingkungannya. Tampilan juga menggambarkan pertukaran antara sistem dan sistem yang laen.
3. System can be complex and can be made up of other, smaller system. Atau dikenal dengan subsistem. Sistem tersusun dari satu atau beberapa subsistem yang disebut dengan supra sistem. Tujuan dari subsistem adalah untuk mendukung tujuan suprasistem yang lebih luas. Sistem yang melakukan interaksi dengan lingkungannya disebut dengan sistem terbuka. Sistem terbuka ini mempengaruhi perubahan dari lingkungan sistem tersebut. Kebanyakan sistem informasi adalah sistem terbuka karena sistem informasi menerima masukan dan memberikan reaksi. Hal yang tidak biasa adalah secara keseluruhan sistem tertutup tidak melakukan interaksi dengan lingkungannya. 4. Susbsystsem is an information system interact by exchanging information.
Atau yang dikenal dengan tampilan antar sistem. Untuk sistem informasi dan sistem bisnis mempunyai tampilan yang jelas sehingga penting untuk efisiensi organisasi.
5. The linkage or coupling betwen subsystem varies. Rangkaian ini menggambarkan betapa erat keterkatian antar susbsistem. Hal ini merupakan prinsip fundamental dari teori sistem dan desain sistem informasi bisnis yang susbsistemnya seharusnya serangkaian.
oleh beberapa perusahaan manufaktur juga merupakan ilustrasi dari rangkaian sistem terkait.
Sistem yang tidak terkait merupakan sistem yang tingkat ketergantungannya dengan sistem yang lain lebih sedikit dan lebih mampu beradaptasi dengan situasi yang tidak diinginkan. Beberapa sistem cenderung mempunyai level autonomi yang lebih tinggi, dan lebih memberikan kebebasan untuk merencanakan dan mengendalikan aktivitasnya. Walaupun sistem yang tidak serangkaian lebih fleksibel dan adaptive dari pada sistem yang serangkaian, akan tetapi kebebasan ini meningkatkan kemungkinan terjadinya ketidak efisienan dari sistem tersebut.
System are hierarchical. Hal ini seharunya membuat kita menyadari bahwa bagian dari setiap sistem saling terkait. (Bocij, 2008).
2.5.3 Karakteristik Sistem
Proses data diperlukan untuk menempatkan data-data tersebut ke dalam konteks yang berarti sehingga data-data tersebut dapat lebih mudah untuk dimengerti. Terdapat beberapa proses data yang berbeda yang dapat digunakan untuk melakukan transformasi data kedalam informasi.
Berikut adalah beberapa contoh dari data proses:
1. Classification. Hal ini terdiri dari penempatan data kedalam beberapa kategori. 2. Rearranging/sorting. Hal ini terdiri dari pengumpulan data sehingga item dari
data tersebut dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian. 3. Aggregating. Hal ini terdiri dari ringkasan data.
Selection. Hal ini terdiri dari pemilihan dari data item yang berdasarkan pada kriteria pemilihan. (Bocij, 2008).
2.5.4 Nilai Informasi
Nilai dari sebuah informasi terdiri dari dua hal yaitu:
1. Tangible value yang merupakan nilai atau keuntungan yang dapat diukur secara langsung. Pada dasarnya hal ini berupa nilai finansial. 2. Intangible Value yang merupakan nilai atau keuntungan yang sulit
untuk diukur karena berhubungan dengan nilai kuantitas. (Bocij, 2008).
2.5.5 Sumber Informasi
Informasi dapat dikumpulkan melalui dua hal yakni dengan cara formal communication dan informal communication.
Formal communication terdiri dari informasi yang terdiri dari struktur yang tetap sehingga komunikasi seperti ini sering dianggap kaku. Contoh dari komunikasi ini adalah laporan-laporan perusahaan yang sudah mempunyai format yang tetap.
Informal communication lebih mengambarkan informasi yang didapatkan dari percakapan sehari-hari. (Bocij, 2008).
2.5.6 Kualitas Informasi
buruknya informasi tersebut dapat diidentifikasi sesuai dengan atribut dari kualitas informasi tersebut.
1. Dimensi Waktu
a. Timeliness. Informasi seharusnya tersedia pada saat dibutuhkan.
b. Currency. Informasi seharusnya mampu memberikan data yang terbaru. c. Frequency. Informasi seharusnya tersedia pada waktu yang regular.
d. Time Period. Informasi seharusnya mampu mengcover sesuai dengan periode waktunya.
2. Dimensi konten
a. Accuracy. Informasi yang kesalahanya hanya sebatas pada nilai organisasi. b. Relevance. Informasi yang disupply seharusnya relevant dengan sistuasi
yang ada dan mampu memenuhi kebutuhan informasi pengguna.
c. Completness. Seluruh informasi harus memenuhi kebutuhan informasi pengguna dan seharusnya dapat melengkapi seluruhnya.
d. Conciseness. Hanya informasi yang relevan yang dapat memenuhi kebutuhan informasi pengguna dan seharusnya tersedia dalam bentuk paling sederhana.
e. Scope. Ruang lingkup dari informasi yang disupply seharusnya sesuai dengan informasi yang dibutuhkan oleh pengguna.
3. Dimensi form
a. Clarity. Informasi seharusnya dapat mewakili dalam bentuk yang sesuai dengan tujuan pengguna.
c. Order. Informasi seharusnya tersedia sesuai dengan permintaan pengguna. d. Presentation. Informasi seharusnya dapat mewakili dalam bentuk yang
sesuai dengan tujuan pengguna.
e. Media. Informasi seharusnya dapat terwakili melalui media yang tepat. 4. Karakteristik tambahan
Dari beberapa atribut yang sudah digambarkan di atas, terdapat beberapa karakteristik tambahan antara lain:
a. Bagian penting dari informasi adalah confidence dalam hal sumber dari informasi tersebut didapat. Pengguna akan lebih memilih menerima dan mempercayai informasi yang mereka dapat melalui sumber yang akurat dan dipercaya sebelumnya.
b. Atribut dari kualitas informasi adalah informasi tersebut dapat dipercaya. Informasi seharusnya dapat dikemukakan oleh pengguna tanpa keraguan sehingga informasi tersebut dapat diandalkan dan tersedia saat dibutuhkan dengan konsistensi dan akurasi yang dapat dipercaya.
c. Informasi yang tersedia seharusnya sesuai dengan aktivitas pengguna. d. Informasi seharusnya diterima oleh orang yang memang membutuhkannya
sehingga informasi tersebut bernilai.
Informasi seharusnya dapat ditransmisikan melalui channels yang benar. (Bocij, 2008).
2.6 Website
beberapa dokumen yang dibuat di halaman web dalam bentuk text, grafik, dan elemen lain. (Bocij, 2008).
2.6.1 Web 1.0
Web 1.0 adalah sistem yang saling terkait dari dokumen hypertext yang diakses melalui Internet. Pelaksanaan pertama web merupakan web 1.0, yang menurut Berners-Lee, dianggap sebagai "read-only web." Dengan kata lain, web awal memungkinkan kami untuk mencari informasi dan membacanya. sehingga sangat sedikit interaksi pengguna atau kontribusi konten. Namun, hal ini adalah yang sebagian besar pemilik situs inginkan: Tujuan mereka untuk membuat sebuah situs web adalah untuk mendirikan sebuah kehadiran online dan membuat informasi mereka tersedia bagi siapa saja dan kapan saja. (Getting).
2.6.2 Web 2.0
2.6.3 Web 3.0
Web 3.0 adalah istilah yang telah diciptakan untuk menggambarkan evolusi penggunaan Web dan interaksi yang meliputi transformasi Web ke dalam database. Web 3.0 adalah era di mana kita akan meng-upgrade back-end dari Web, setelah satu dekade fokus pada front-end (Web 2.0 ini terutama adalah tentang AJAX, penandaan, dan front-end user-experience inovasi lainnya). Dengan memperluas penjelasan Tim Berners-Lee, Web 3.0 akan menjadi sesuatu yang mirip dengan "read-write-execute" web. Web 3.0 didefinisikan sebagai penciptaan konten berkualitas tinggi dan jasa yang dihasilkan oleh individu yang berbakat menggunakan teknologi web 2.0 sebagai platform yang memungkinkan.
Web 3.0 adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan berbagai evolusi penggunaan Web dan interaksi bersama dari beberapa jalur. Hal Ini termasuk mengubah Web ke dalam database, bergerak menuju pembuatan konten yang dapat diakses oleh beberapa aplikasi non-browser, dengan Memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan, web Semantic, Web Geospasial, atau web 3D. Web 3.0 adalah web dimana konsep website atau halaman web hilang, dimana data tidak dimiliki perseorangan melainkan bersama, di mana layanan menunjukkan pandangan yang berbeda untuk web / data yang serupa. Layanan tersebut dapat di aplikasikan (seperti browser, dunia maya atau apa pun), perangkat atau lainnya, dan harus berfokus pada konteks dan personalisasi, dan keduanya akan ditempuh dengan menggunakan pencarian vertikal. (getting).
2.6.4 Perbandingan Web 1.0, 2.0 dan 3.0
Table 2. 1 Perbandingan Web 1.0, web 2.0 dan web 3.0
No. Web 1.0 Web 2.0 Web 3.0
1. 1996 2006 2016
2. web Sosial web Semantik web
3. Tim berners lee Tim o’reilly Sir tim berners lee 4. Read only web Read and write web Read,write, and
execute web 5. Information sharing interaction immersion 6. Million of users Billion of users Trillion of users
Table 2. 2 Perbandingan Web 1.0, web 2.0 dan web 3.0
No. Web 1.0 Web 2.0 Web 3.0
7. Ecosystem Participation Understanding itself 8. Connect information Connect people Connect knowledge 9. Brain and Eyes (=
information)
Brain, Eyes, Ears, Voice, and heart (= passion)
Brain, Eyes, Ears, Voice, Heart, Arms and legs (=freedom) 10. The Hypertext/CGI
Web. (the basics)
The community web (for people : apps/sites connecting them)
No. Web 1.0 Web 2.0 Web 3.0
11. Pushed web,
text/graphics based flash
Two web pages, wikis, video, pod cast, shading, personal publishing, 2D portals
3D portals, avtar representation,
interoperable profits, multi user virtual environment
(MUVes), integrated games, education and business, all media flows in and out of virtual web world
12. Companies publish content that people consume (e.g CNN)
People publish content that other people can consume, companies build platforms that let people publish content for other people (e.g. flickr, you tube, adsense, wikipedia, blogger, myspace, RSS, Digg)
No. Web 1.0 Web 2.0 Web 3.0
maps, my yahoo)
13. In web 1.0 search engines retrieve macro contents. Search is very fast but many times results are inaccurate or more than users can chew.
In web 2.0 search engines retrieve tags with micro contents (furl even retrieves tags with macro contents). The process of tagging is manual, tedious and covers negligible percents of the web 1.0. web 2.0 tags everything: pictures, link, events, news, blogs, audio, video, and so on. google
No. Web 1.0 Web 2.0 Web 3.0 real interaction between readers or publishers or each other.
Web 2.0 is more about 2 way communication trhough siocial networking, blogging, wikis, tagging, user generated content and video. personalized web experience.
15. The web in te beginning when it was first developing web 1.0
New advances that allow
a much more
sophisticated user interaction with web pages – citizen journalism, social networks and wikis are all products of web 2.0
Thought to be the future – where the web is more interactive with users, leading to a kind of artificial intelligance web 3.0
16. Personal web sites blogs Semantic blogs : semiblog, haystack, semblog, structured blogging
No. Web 1.0 Web 2.0 Web 3.0
system semantic media wiki,
semper wiki, platypus, dbpedia, rhizome 18. Altavista, google Google personalized,
dumpfind, hakia
Semantic search : SWSE, Swoogle, intellidimension 19. Citeseer, project
gutenberg
Google scholar, book search
Semantic digital libraries: jeromDL, BRICKS, longwell 20. Message boards Community protals Semantic forums and
community portals: SIOC, open link, data spaces
21. Buddy lists, addres book
Online social networks Semantic social networks : FOAF, people aggregator
22. Semantic social
information spaces : nepomuk, gnowsis
Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham:
1. Deviden, merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Deviden diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin mendapatkan deviden, maka pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan deviden. Deviden yang dibagikan perusahaan dapat berupa deviden tunai – artinya kepada setiap pemegang saham diberikan deviden berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham - atau dapat pula berupa deviden saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan deviden sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian deviden saham tersebut.
2. Capital Gain, merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Misalnya investor membeli saham ABC dengan harga per saham Rp 3.000 kemudian menjualnya dengan harga Rp 3.500 per saham yang berarti pemodal tersebut mendapatkan capital gain sebesar Rp 500 untuk setiap saham yang dijualnya.
1. Capital Loss, merupakan kebalikan dari Capital Gain, yaitu suatu kondisi dimana investor menjual saham lebih rendah dari harga beli. Misalnya saham PT. XYZ yang di beli dengan harga Rp 2.000 - per saham, kemudian harga saham tersebut terus mengalami penurunan hingga mencapai Rp 1.400-per saham. Karena takut harga saham tersebut akan terus turun, investor menjual pada harga Rp 1.400 - tersebut sehingga mengalami kerugian sebesar Rp 600 - per saham.
2. Risiko Likuidasi. Perusahaan yang sahamnya dimiliki, dinyatakan bangkrut oleh Pengadilan, atau perusahaan tersebut dibubarkan. Dalam hal ini hak klaim dari pemegang saham mendapat prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban perusahaan dapat dilunasi (dari hasil penjualan kekayaan perusahaan). Jika masih terdapat sisa dari hasil penjualan kekayaan perusahaan tersebut, maka sisa tersebut dibagi secara proporsional kepada seluruh pemegang saham. Namun jika tidak terdapat sisa kekayaan perusahaan, maka pemegang saham tidak akan memperoleh hasil dari likuidasi tersebut. Kondisi ini merupakan risiko yang terberat dari pemegang saham. Untuk itu seorang pemegang saham dituntut untuk secara terus menerus mengikuti perkembangan perusahaan (PT. Bursa Efek Indonesia, 2010).
2.7 Peramalan Siklus Hidup Pengembang Sistem
sebelumnya (berdasarkan best practice atau cara-cara yang sudah teruji baik) (Chandra, 2012: 13).
2.7.1 Elisitasi Kebutuhan
Elisitasi atau pengumpulan kebutuhan merupakan aktivitas awal dalam proses rekayasa perangkat kebutuhan. Sebelum kebutuhan dapat dianalisis, dimodelkan, atau ditetapkan, kebutuhan harus dikumpulkan melalui proses elisitasi. Elisitasi kebutuhan adalah sekumpulan aktivitas yang ditujukan untuk menemukan kebutuhan suatu sistem melalui komunikasi dengan pelanggan, pengguna sistem dan pihak lain yang memiliki kepentingan dalam pengembangan sistem.
Sejalan dengan proses rekayasa kebutuhan secara keseluruhan, elisitasi kebutuhan bertujuan untuk:
a. Mengetahui masalah apa saja yang perlu dipecahkan dan mengenali batasan-batasan sistem. Proses-proses dalam pengembangan perangkat lunak sangat ditentukan oleh seberapa dalam dan luas pengetahuan developer tentang permasalahan.
Mengenali tujuan dari sistem yaitu sasaran-sasaran yang harus dicapai. Tujuan merupakan sasaran sistem yang harus dipenuhi, penggalian high level goals di awal proses pengembangan sangatlah penting karena brtujuan lebih terfokus pada ranah masalah dan kebutuhan stakeholder dari pada solusi yang dimungkinkan untuk masalah tersebut (Chandra, 2012: 12-14).
2.7.2 Analisis
Analisis adalah penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh kedalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasi permasalahan-permasalahan, kesempatan-kesempatan, hambatan-hambatan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan-perbaikannya.
Tahap analisis sistem dilakukan setelah tahap perencanaan dan sebelum tahap desain sistem. Tahap analisis merupakan tahap yang kritis dan sangat penting karena kesalahan di dalam tahap ini akan menyebabkan juga kesalahan ditahap selanjutnya (Jogiyanto, 2005: 129- 150).
1. Langkah-langkah analisis sistem
Langkah-langkah di dalam tahap analisis sistem hampir sama dengan langkah-langkah yang dilakukan dalam mendefinisikan proyek-proyek sistem yang akan dikembangkan di tahap perencanaan sistem.
Di dalam tahap analisis sistem terdapat langkah-langkah dasar yang harus dilakukan oleh analis sistem sebagai berikut ini:
a. Identify, yaitu mengidentifikasi masalah
c. Analyze, yaitu menganalisis sistem
d. Report, yaitu membuat laporan hasil analisis
2. Mengidentifikasi masalah dan analisis
Merupakan langkah pertama yang dilakukan dalam tahap analisis sistem. Masalah dapat didefinisikan sebagai suatu pertanyaan yang diinginkan untuk dipecahkan. Tugas-tugas yang harus dilakukannya adalah sebagai berikut ini. a. Mengidentifikasi penyebab masalah.
b. Mengidentifikasi titik keputusan.
c. Mengidentifikasi personil-personil kunci.
3. Memahami kerja dari sistem yang ada
Langkah ke dua dari tahap analisis sistem adalah memahami kerja dari sistem yang ada. Langkah ini dapat dilakukan dengan mempelajari secara terinci bagaimana sistem yang ada beroperasi. Untuk mempelajari operasi dari sistem ini diperlukan data yang dapat diperoleh dengan cara melakukan penelitian.
4. Menganalisis Hasil Penelitian
5. Membuat Laporan Hasil Analisis
Setelah proses analisis sistem ini selesai dilakukan, tugas berikutnya dari analis sistem dan teamnya adalah membuat laporan hasil analisis. Laporan ini diserahkan kepada steering commitee yang nantinya akan diteruskan ke manajemen. Tujuan utama dari penyerahan laporan ini kepada manajemen adalah: a) Pelaporan bahwa analisis telah selesai dilakukan.
b) Meluruskan kesalah-pengertian mengenai apa yang telah ditemukan dan dianalisis oleh analis sistem tetapi tidak sesuai menurut manajemen.
c) Meminta pendapat-pendapat dan saran-saran dari pihak manajemen.
Meminta persetujuan kepada pihak manajemen untuk melakukan tindakan selanjutnya (dapat berupa meneruskan ke tahap desain sistem atau mengehntikan proyek bila dipandang tidak layak lagi) (Jogiyanto, 2005: 130- 149).
2.7.3 Desain
Menurut John Burch & Gary Grudnitski, desain adalah penggambaran, perencanaan dan pembuatan sketsa atau pengaturan dari beberapa elemen yang terpisah ke dalam satu kesatuan yang utuh dan berfungsi.
Analis sistem dapat mendesain model dari sistem informasi yang diusulkan dalam bentuk physical system dan logical model. Bagan alir sistem (system flowchart) merupakan alat yang tepat digunakan untuk menggambarkan physical system.
1. Flowchart
a. Flow Direction Symbol
Table 2.3 Processing Symbols
Simbol arus / flow, yaitu menyatakan jalannya arus suatu proses
Simbol connector, berfungsi menyatakan sambungan dari proses ke proses lainnya dalam halaman yang sama.
Simbol off-page connector, menyatakan sambungan dari proses ke proses lainnya dalam halaman yang berbeda.
b. Processing Symbols
Table 2.4 Processing Symbols
Simbol process, yaitu menyatakan suatu tindakan (proses) yang dilakukan oleh komputer
Simbol manual, yaitu menyatakan suatu tindakan (proses) yang tidak dilakukan oleh komputer
Simbol decision, yaitu menunjukkan suatu kondisi tertentu yang akan menghasikan dua kemungkinan jawaban : ya / tidak.
pengolahan untuk memberi harga awal
Simbol terminal, yaitu menyatakan permulaan atau akhir suatu program.
Simol offline-storage, menunjukkan bahwa data dalam simbol ini akan disimpan ke suatu media tertentu
Simbol manual-input, memasukkan data secara manual dengan menggunakan online keyboard
c. Input / Output Symbol
Table 2. 5 Input / Output Symbol
Simbol input-output menyatakan proses input atau output tanpa tergantung jenis peralatannya
2. Data Flow Diagram
DFD adalah diagram yang menggunakan notasi-notasi ini untuk menggambarkan arus dari data sistem, sekarang di kenal dengan nama diagram arus data (data flow diagram). DFD sering digunakan untuk menggambarkan suatu sistem yang telah ada atau sistem baru yang akan di kembangkan secara logika tanpa mempertibangkan lingkungan fisik dimana data tersebut mengalir.
a. External entity
External entity merupakan kesatuan di lingkungan luar sistem yang dapat berupa orang, organisasi, atau sistem lainnya yang berada di lingkungan luarnya yang akan memberikan input atau menerima output dari sistem.
Gambar 1.1 Simbol Eksternal Entity
b. Data flow
Data flow menunjukkan arus dari data yang berupa masukan untuk sistem atau hasil dari proses sistem dan dapat berbentuk sebagai berikut ini.
c. Process
Process adalah kegiatan atau kerja yang dilakukan oleh orang, mesin atau komputer dari hasil suatu arus data yang masuk kedalam proses untuk dihasilkan arus data yang akan keluar dari proses.
Gambar 3 Simbol Process
d. Data Store
Data store adalah simpanan dari data yang berupa, suatu file database di sistem komputer, arsip atau catatan manual, dan suatu tabel acuan manual.
Gambar 4 Simbol Data source
2.7.4 Construction
dan juga sebagai masukan dari software testing. Software construction bertipikal memproduksi volume konfigurasi item yang lebih tinggi dan juga dibutuhkan dalam mengelola sebuah software proyek (file sumber, isi, test cases, dll) (England, John Wiley & Sons, 2004: 65-67).
1. Software Contsruction Fundamentals
Pada tahap pertama, dilakukan pendefinisian dasar tetang prinsip-prinsip yang digunakan dalam proses implementasi seperti minimalisasi kompleksitas, mengantisipasi perubahan, dan standar yang digunakan.
2. Managing Costruction
Bagian ini mendefeinisikan tentang model implementasi yang digunakan, rencana implementasi, dan ukuran pencapaian dari implementasi tersebut.
3. Practical Considerations
Bagian ini membahas tentang desain implementasi yang digunakan, bahasa pemrograman yang digunakan, kualitas dari mplementasi yang dilakukan, proses pengetesan dan integritas.
Dalam proses pengimplementasian ini, digunakan beberapa aplikasi pendukung yaitu:
a. Bahasa Pemrograman PHP
Bahasa Pemrograman PHP adalah bahasa pemrograman yang bekerja dalam sebuah webserver. Script-script PHP harus tersimpan dalam sebuah server dan dieksekusi atau diproses dalam server tersebut. Dengan menggunakan program PHP, sebuah website akan lebih interaktif dan dinamis. (Madcoms, 2011:186).
Database MySQL adalah jenis database yang sangat populer dan digunakan pada banyak website di internet sebagai bank data, selain itu Database MySQL juga dapat dijalankan dibeberapa platform, antara lain linux, windows, dan sebagainya (Madcoms, 2011: 215).
2.7.5 Testing dan Implementasi
Tahap ini mendemonstrasikan sistem perangkat lunak yang telah selesai dibuat untuk dijalankan, apakah telah sesuai dengan kebutuhan yang telah dispesifikasikan dan dapat diadaptasi pada lingkungan sistem yang baru. Tahapan ini tertuang dalam suatu dokumen Test Plan, yang dimulai dari membuat Software Testing fundamentals yang berisi tentang penjelasan penting mengenai terminology testing, kemudian selanjutnya merancang Test Levels yang terbagi antara target pengetesan dan objektif dari pengetesan. Pada tahap berikutnya adalah mendefinisikan Test Techniques, yaitu tentang bagaimana teknik yang digunakan termasuk dasar-dasar pengetesan berdasarkan intuisi dan pengalaman serta teknik pengetesan secara teknik coding, teknik kesalahan, teknik penggunaan, dan teknik terkait lainnya. Tahap selanjutnya adalah mendefinisikan Test – Related Measures, yaitu ukuran-ukuran pencapaian testing yang telah dilakukan untuk kemudian dievaluasi kembali. Tahap terakhir adalah mendefinisikan test Process yang berisi tentang aktivitas testing. (England, John Wiley & sons, 2004: 73-74).
2.7.6 Maintenance
termasuk implementasi akhir dan proses peninjauan kembali. Pemeliharaan sistem ini terdiri dari beberapa jenis yaitu:
a. Corrective, yaitu memperbaiki desain dan error pada program.
b. Adaptive, yaitu memodifikasi sistem untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan.
c. Perfective, yaitu melibatkan sistem untuk menyelesaikan masalah baru atau mengambil kesempatan untuk penambahan fitur.
d. Preventive, yaitu menjaga sistem dari kemungkinan masalah di masa yang akan datang.
45
BAB III
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM
Pada bab ini membahas tentang identifikasi permasalahan, analisis permasalahan, solusi permasalahan dan perancangan sistem dalam Rancang Bangun Sistem Informasi Pemantauan dan Evaluasi Pelayanan Kesehatan Dasar Pada Ibu Berdasarkan SPM. Dalam melakukan identifikasi dan analisis permasalahan menggunakan teknik wawancara dan observasi yang dilakukan di Dinas Kesehatan Kota Surabaya. Adapun hasil dari wawancara dan observasi berikut ini.
3.1 Identifikasi Permasalahan
Identifikasi permasalahan dilakukan pada saat maupun setelah proses wawancara pada perusahaan dilakukan, identifikasi dilakukan yaitu untuk menemukan titik permasalahan yang terjadi pada perusahaan. Analisis yang dilakukan yaitu menggunakan model value chain. Model value chain merupakan model yang akan digunkan untuk menganalisis aktifitas-aktifitas spesifik bisnis yang terjadi yang akan menciptakan nilai dan keuntungan kompetitif bagi organisasi. Pada setiap langkah yang diambil pada suatu segmen, akan berdampak pada keseluruhan proses. Jadi dapat dikatakan bahwa setiap segmen saling memiliki keterkaitan dengan yang lain.
pada saat ini pada Dinkes Kota Surabaya belum tersedia bentuk penyajian monitoring secara realtime sehingga untuk mengetahui adanya perubahan membutuhkan waktu yang lama. Permasalahan lain adalah pada saat melakukan evaluasi tidak dapat segera dilakukan.
Tahapan selanjutnya adalah dengan melakukan analisis permasalahan. Analisis permasalahan digunakan untuk mendefinisikan suatu permasalahan dan cara mengatasi permasalahan tersebut. Dari hasil pengumpulan data yang dilakukan, diketahui beberapa dokumen mengenai peran (role), tanggung jawab (responsibility), aturan (rule), kebijakan (policy) serta stakeholder atau pengguna yang terlibat dengan sistem yang sudah ada saat ini, yaitu Bidan Kia Puskesmas, Koordinator Bidan Puskesmas, Kepala Bidan Puskesmas, Koordinator Kia Dinas Kesehatan, Kepala Seksi Kesehatan Dasar. Untuk penjelasan lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4 Secara garis besar proses bisnis pemantauan dan evaluasi pada Dinas Kesehatan dimulai dari mencatat data pasien dan registrasi kohort ibu yang dilakukan oleh pihak Puskesmas yang dilanjutkan dengan monitoring atau pemantauan data yang dilakukan oleh Koordinator Kia Dinkes Kota Surabaya, dan proses evaluasi yang dilakukan oleh Kepala Seksi Kesehatan Dasar Dinkes Kota Surabaya.
pengguna sistem, dengan tujuan untuk dapat dengan mudah mengetahui proses-proses yang harus dieliminasi, ditambahkan atau diintegrasikan dengan sistem yang baru nantinya, sehingga sistem yang akan dibuat sesuai dengan kebutuhan pengguna.
3.1.1 Alir Proses Mencatat Data Pasien
Berikut ini merupakan alir sistem yang lebih detil untuk Alir Proses Mencatat Data Pasien. Dimana hasilnya dapat dilihat pada gambar 3.1.
Proses Mencatat Data Pasien
Pasien Bidan Kia Puskesmas
Mulai
Form Pasien 1. Mengisi form pasien
Data pasien
Selesai 2. Proses
mencatat data pasien
Adapun penjelasan dari alir proses mencatat data pasien yang sesuai dengan gambar 3.1 dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Penjelasan Alir Proses Mencatat Data Pasien
Phase No. Proses
Nama Proses Input Proses Output
1 1 Mengisi Form
Pasien
Form Pasien
Pada Proses ini dimulai dari mengisi formulir pendaftaran pasien baru dilakukan untuk mencatat data pasien ke dalam catatan milik bidan kia puskesmas
Data Pasien
3.1.2 Alir Proses Registrasi Kohort Ibu
Berikut ini merupakan alir sistem yang lebih detil untuk Alir Proses Registrasi Kohort Ibu. hasilnya dapat dilihat pada gambar 3.2.
Proses Registrasi Kohort Ibu
Bidan/Dokter Bidan Kia Puskesmas Koordinator Bidan
Puskesmas Kepala Bidan Puskesmas
Mulai
Adapun penjelasan dari alir proses mencatat data pasien yang sesuai dengan gambar 3.1 dapat dilihat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2 Penjelasan Alir Proses Registrasi Kohort Ibu
Phase No.
pemeriksaan rutin diberikan oleh dokter atau bidan kepada petugas bidan kia di puskesmas untuk dikakukan registrasi kohort ibu coordinator bidan puskesmas untuk dilakukan pengecekan data
-
Decision Kohort ibu Proses ini menjelaskan
tentang cek
kelengkapan data sebelum dilaporkan ke
kepala bidan
puskesmas untuk disetujui
Kohort ibu
Decision Kohort ibu Proses ini berjalan setelah kohort ibu diverifikasi oleh koordinator puskesmas dan dilakukan pengecekan untuk disetujui kepala bidan puskesmas
Kohort ibu (fix)
3.1.3 Alir Proses Pemantauan atau Monitoring
Proses Pemantauan atau Monitoring
Kepala Bidan Puskesmas Koordinator Kia Dinas Kesehatan
Mulai
1. Proses pemantauan berdasarkan
indikator Kohort ibu
(fix)
Hasil pemantauan
Selesai
Gambar 3.3 Alur Proses Pemantauan atau Monitoring
Adapun penjelasan dari alir proses mencatat form harian yang sesuai dengan gambar 3.3 dapat dilihat pada tabel 3.3.
Tabel 3.3 Penjelasan Alir Proses Pemantauan atau Monitoring
Phase No.
Proses
Nama Proses Input Proses Output
3 1 Proses
pemantauan berdasarkan indikator
Kohort ibu (fix)
Dari kohort ibu (FIX) maka koordinator kia dinkes kota
Surabaya melakukan pemantauan berdasarkan indikator yang ada
3.1.4 Alir Proses Evaluasi
Berikut ini merupakan alir sistem yang lebih detil untuk Alir Proses Pemantauan atau Monitoring. hasilnya dapat dilihat pada gambar 3.4.
Proses Evaluasi
Koordinator Kia Dinas
Kesehatan Kepala Seksi Kesehatan Dasar Dinas Kesehatan Kepala Bidan Puskesmas Mulai
Gambar 3.4 Alur Proses Evaluasi
Tabel 3.4 Penjelasan Alir Proses Evaluasi
Dari hasil pemantauan tiap indikator maka proses selanjutnya adalah menghitung capaian target hasil pemantauan dengan target pemerintah
-
Decision Hasil pemantauan
Pada proses ini dilakukan pengecekan terhadap temuan yang dibawah target dan sudah memenuhi target
-
Proses ini berlangusng setelah hasil pemantauan sudah memenuhi target
Laporan
Proses ini berlangusng jika ada hasil pemantauan yang tidak memenuhi target sistem tersebut maka analisis dilakukan untuk mengetahui kebutuhan dari masing-masing pengguna. Selain itu dari hasil analisis pada setiap alir sistem, dapat diketahui proses yang akan dilakukan eliminasi, proses yang dilakukan integrasi menjadi satu fungsi, atau membangun fungsi baru, hal ini dilakukan untuk membangun fungsi sesuai dengan kebutuhan masing-masing pengguna sistem nantinya.
3.2 Analisis Permasalahan
yang sesuai dengan proses-proses tersebut. Analisis kebutuhan ini diperlukan untuk merancang perangkat lunak yang memiliki fungsi-fungsi yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing pengguna sistem. Analisis ini dilakukan pada setiap pengguna yang secara langsung berinteraksi dengan sistem nantinya. Berikut ini merupakan hasil analisis kebutuhan untuk masing-masing pengguna.
3.2.1 Analisis pada Proses Mencatat Data Pasien
Dalam proses pelaporan yang dilakukan oleh pihak puskesmas yang dikumpulkan pada setiap bulan sering terjadi keterlambatan pengumpulan laporan yang disebabkan oleh pihak puskemas tersebut, hal seperti ini tentu saja akan membutuhkan waktu yang lama dalam pengumpulan data pada dinas kesehatan untuk dijadikan untuk kebutuhan monitoring dan evaluasi.
3.2.2 Analisis pada Proses Registrasi Kohort Ibu
Dalam proses registrasi kohort ibu yang dilakukan oleh Bidan KIA Puskesmas akan memakan banyak waktu karena proses entry data yang dilakukan terbilang cukup banyak dan juga rawan terhadap kesalahan memasukkan data pada saat entry data, hal ini juga menyebabkan proses pengecekan kelengkapan data yang dilakukan oleh Koordinator Bidan Puskesmas menjadi terlambat dan jug ajika terjadi kesalahan, Bidan KIA Puskesmas harus melakukan cek data lagi dari awal.
3.2.3 Analisis pada Proses Pemantauan atau Monitoring
setiap puskesmas baru bisa melakukan pemantauan atau monitoring. Dan apabila ditemukan data yang tidak sesuai, maka Koordinator KIA Dinkes Kota Surabaya tidak dapat langsung memberi informasi kepada puskesmas, proses harus diulang lagi ke bagian puskesmas. Hal ini memakan banyak sekali waktu pengerjaan.
3.2.4 Analisis pada Proses Evaluasi
Dalam proses evaluasi ini membutuhkan banyak waktu yang dikarenakan untuk bisa melakukan evaluasi dibutuhkan data dari Bidan KIA Puskesmas dan juga hasil pemantauan dari Koordinator KIA Dinkes. jika terjadi revisi pada Koordinator KIA Dinkes akan saling menunggu data antara Koordinator KIA Dinkes dengan Kepala Seksi Kesehatan Dasar Dinkes, dan Kepala Seksi Kesehatan Dasar Dinkes diharuskan mendapat hasil evaluasi yang tepat sasaran sehingga hal ini akan dibutuhkan data yang benar-benar akurat dari hasil pemantauan yang sudah dikumpulkan oleh Koordinator KIA Dinkes.
3.3 Solusi Permasalahan
kepada Dinkes Kota Surabaya dan juga data yang akurat guna melakukan evaluasi dalam pengembangan program kedepan.
Dalam membangun sebuah aplikasi sebagai solusi pada permasalahan yang ada Dinkes Kota Surabaya yaitu dengan melalui beberapa proses tahapan. Tahapan pengembangan aplikasi tersebut yaitu terdiri dari:
3.3.1 Kebutuhan Perangkat Lunak (Software Requirement)
Langkah awal dalam membangun sebuah aplikasi yaitu dengan menganalisa kebutuhan perangkat lunak, hal ini dilakukan agar aplikasi yang dibangun sesuai dengan kebutuhan pengguna. Dalam melakukan identifikasi kebutuhan perangkat lunak, ada beberapa tahapan yaitu:
A. Elisitasi Kebutuhan (Requirement Elicitation)
Elisitasi kebutuhan atau pengumpulan kebutuhan adalah aktivitas awal untuk proses rekayasa kebutuhan (Requirement Engineering). Proses elisitasi dilakukan yaitu dengan cara wawancara dan observasi awal, namun yang dilakukan wawancara hanya kepada stakeholder yang terkait saja. Sebelum kebutuhan dapat dianalisis, kebutuhan harus dikumpulkan melalui proses elisitasi. Pada tahapan ini dilakukan penyeleksian data yang diperoleh sehingga dapat diketahui data-data yang digunakan dan yang tidak digunakan terkait dengan pengembangan perangkat lunak.
a) Data Pasien
Data Pasien digunakan oleh Bidan KIA puskesmas untuk mendata pasien yang melakukan kunjungan.
Tabel 3.5 Data pasien
b) Data Puskesmas
Data puskesmas digunakan untuk mencatat puskesmas mana saja yang tercatat sebagai pengguna sistem.
c) Data Riwayat Kehamilan Sekarang
Data riwayat kehamilan sekarang digunakan untuk mencatat riwayat kehamilan yang sedang dijalani ibu hamil sekarang, biasanya digunakan untuk data rekam medic pemeriksaan berkala.
Tabel 3.7 Data riwayat kehamilan sekarang
d) Data Pemeriksaan
Tabel 3.8 Data pemeriksaan
e) Data Rencana Persalinan
Data rencana persalinan digunakan untuk pendataan rencana persalinan yang akan digunakan ibu hamil sebelum melahirkan.
f) Data Catatan Persalinan
Data catatan persalinan digunakan untuk mencatat data persalinan ibu setelah melahirkan.
Tabel 3.10 Data Catatan Persalinan
g) Data Kesehatan Ibu Nifas
Data kesehatan ibu nifas digunakan untuk pencatatan rutin kesehatan ibu nifas secara berkala sebelum melahirkan sampai sudah melahirkan.
h) Laporan Pws-KIA (Indikator kesehatan ibu)
Laporan Pws-KIA ini merupakan data laporan hasil rekap jumlah pemeriksaan rutin setiap pasien yang ditangani puskesmas di kota Surabaya.
Tabel 3.12 Laporan Pws-KIA
i) Data Umpan Balik
Data umpan balik digunakan untuk menyimpan umpan balik dari dinkes.
Tabel 3.13 Data Umpan Balik
j) Data Pengguna
Tabel 3.14 Data Pengguna
B. Analisis Kebutuhan (Requirement Analysis)
Sesuai dengan dari hasil elisitasi data-data yang dibutuhkan untuk membangun perangkat lunak, dibutuhkan sistem yang dibangun secara terhubung antara puskesmas dengan Dinkes Kota Surabaya.
B.1 Analisis Kebutuhan Bidan Kia (Puskesmas)
Setelah dilakukan analisis pada tahap yang sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa bidan kia puskesmas membutuhkan peningkatan pemanfaatan informasi yang berhubungan dengan proses pencatatan dan registrasi kohort ibu. Untuk meningkatkan proses yang sudah disebutkan di atas dibutuhkan beberapa data, antara lain:
1. Data pasien 2. Data puskesmas 3. Data pengguna
4. Data riwayat kehamilan sekarang 5. Data data pemeriksaan
Untuk membantu peningkatan pemanfaatan informasi pencatatan dan registrasi kohort ibu, proses yang akan dilakukan yaitu:
a. Bidan Kia puskesmas dapat menyimpan datanya secara terpusat.
b. Proses pencatatan form dapat dilakukan secara komputerisasi dan saling terhubung antar setiap formnya.
c. Sistem akaan secara otomatis memberikan notifikasi atau warning jika terjadi kesalahan pada saat melakukan entry data.
Dengan adanya perubahan tersebut, maka proses kedepannya akan mengalami peningkatan pemanfaatan informasi pada saat proses pencatatan dan registrasi kohort ibu jika dibandingkan pada saat ini.
B.2 Analisis Kebutuhan Koordinator Bidan Puskesmas
Setelah dilakukan pencatatan dan registrasi kohort ibu dari bidan kia puskesmas pada tahap sebelumnya, maka koordinator bidan puskesmas akan melakukan proses verifikasi data pelayanan kesehatan ibu. Adapun data yang dibutuhkan dalam tahap ini antara lain:
1. Data pengguna 2. Data pemeriksaan 3. Data rencana persalinan 4. Data catatan persalinan 5. Data kesehatan ibu nifas
Untuk membantu proses verifikasi data pelayanan kesehatan ibu, proses yang akan dilakukan yaitu:
b. Sistem akan menampilkan data yang akan di verifikasi berdasarkan pengelompokan yang sudah ada.
c. Sistem akan memunculkan warning ketika ada salah data yang tidak sesuai dengan standar pelayanan kesehatan ibu.
Dengan adanya perubahan tersebut, maka proses kedepannya akan mengalami peningkatan pemanfaatan informasi pada saat proses verifikasi data pelayanan kesehatan ibu.
B.3 Analisis Kebutuhan Kepala Bagian Puskesmas
Setelah dilakukan verifikasi data pelayanan kesehatan ibu, Kepala Bagian Puskesmas akan melakukan approval data pelayanan kesehatan ibu, adapun data yang dibutuhkan antara lain:
1. Data pengguna 2. Data pemeriksaan 3. Data catatan persalinan
4. Data riwayat kehamilan sekarang
Untuk membantu proses approval data pelayanan kesehatan ibu, proses yang dilakukan yaitu:
1. Sistem akan menampilkan data yang dibutuhkan untuk di approve atau validasi.
2. Sistem akan menampilkan warning ketika ada data yang tidak sesuai dengan ketentuan validasi.