• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III TINJAUAN PROYEK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB III TINJAUAN PROYEK"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

TINJAUAN PROYEK 3.1 Pengertian Umum

Pengertian proyek secara umum adalah merupakan sebuah kegiatan pekerjaan yang dilaksanakan atas dasar permintaan dari seorang pebisnis atau pemilik pekerjaan yang ingin mencapai suatu tujuan tertentu dan dilaksanakan oleh pelaksana pekerjaan sesuai dengan keinginan dari pada pebisnis atau pemilik proyek dan spesifikasi yang ada. Dalam pelaksanaan proyek pemilik proyek dan pelaksana proyek memiliki hak yang diterima dan kewajiban yang harus dilaksanakan sesuai dengan batasan waktu yang telah disetujui bersama antar pemilik proyek dan pelaksana proyek. Proyek Pembangunan Rumah Sakit Daerah Kota Pekanbaru merupakan salah satu pekerjaan Dinas Kesehatan Pekanbaru. Dalam pembangunan proyek ini, dibutuhkan tenaga ahli dibidangnya serta mampu bersaing secara baik, agar dapat meningkatkan kinerja dengan hasil yang maksimal.

Suatu keberhasilan dalam pembangunan akan dapat tercapai bila didukung dengan sistem organisasi proyek yang baik, karena organisasi proyek merupakan pusat pengendalian serta pengkoordinasian dari suatu proyek pembangunan. Dengan demikian diharapkan segala perencanaan, dan pelaksanaan pembangunan dapat terkoordinir dengan baik serta mengacu pada peningkatan hasil-hasil yang akan dicapai.

3.2 Data Proyek

Data-data proyek dibuat berdasarkan pelaksanaan Proyek Pembangunan Rumah Sakit Daerah Kota Pekanbaru, adapun data-data tersebut adalah sebagai berikut :

3.2.1 Data Umum Proyek (Administrasi)

1. Nama Proyek : Pembangunan Rumah Sakit Daerah Kota Pekanbaru

(2)

3. Pemilik Proyek : Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru 4. Pagu Dana : Rp. 90.000.000.000

5. Sumber Dana : APBD Kota Pekanbaru 2014-2016

Thn 2014 : Rp. 6.300.000.000,- ( 7.00 %) Thn 2015 : Rp. 41.400.000.000,- (46.00 %) Thn 2016 : Rp. 42.300.000.000,- (47.00 %) TOTAL : Rp. 90.000.000.000

6. HPS : Rp.89.827.000.000

7. Nilai Kontrak : Rp.80.903.858.000 (incl PPn)

8. Lingkup Pekerjaan : Struktur, Arsitektur, MEP & Site Development

9. Konsultan Perencana : PT. PANDU PERSADA 10. Konsultan Pengawas : PT. KANTA KARYA UTAMA 11. Kontraktor Pelaksana : PT. PP (PERSERO) Tbk 12. Masa Pelaksanaan : 720 hari kalender

13. Masa Pemeliharaan : 360 hari kalender

14. Jenis Kontrak : Lump sum & Unit Price (Gabungan)

15. NO & Tanggal Kontrak : 01/MY/-RS/DINKES/XII/2014 TGL 23 DESEMBER 2014

16. Batas Lokasi

Sebelah Timur : Lahan Warga Sebelah Barat : Lahan Warga Sebelah Utara : SMK Teknologi Sebelah Selatan : Jalan Garuda Sakti 17. Pimpinan Proyek/PPTK : Ir.Budi Hartono

Lump sum Price adalah kontrak pengadaan barang/jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan tersebut dalam batas waktu tertentu dengan jumlah harga total penawaran yang pasti dan tetap, serta semua resiko yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan tersebut sepenuhnya di tanggung oleh penyedia barang.

(3)
[image:3.595.180.445.85.288.2]

Gambar 3.1 Papan Plang Proyek

Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

Lokasi Proyek Pembangunan Rumah Sakit Daerah Kota Pekanbaru dapat diakses melalui jalan Garuda Sakti, Pekanbaru. Lokasi dan Situasi proyek ini

dapat dilihat pada gambar 3.2 dibawah ini

[image:3.595.123.505.445.674.2]
(4)
[image:4.595.131.499.122.324.2]

Rencana RSUD Kota Pekanbaru dapat dilihat pada Gambar 3.3 di bawah ini.

Gambar 3.3 Rencana RSUD Kota Pekanbaru Sumber : PT Pembangunan Perumahan (PP), 2015 3.2.2 Data Utama Proyek

1. Waktu Pelaksanaan :720 Hari Kalender 2. Luas Lahan : 30.396,01 m2

3. Luas Bangunan : 13.128,51 m2

4. Luas Bangunan yang ditinjau : 2.624,98 m2

5. Tinggi bangunan : Gedung A = 16.6 m Gedung B = 14.2 m Gedung C = 14.2 m Gedung D = 12.8 m Gedung E = 12.8 m Gedung F = 6.6 m Gedung G = 6 m Gedung H = 6 m Gedung I = 8 m 6. Jumlah Lantai : Gedung A = 3 lantai

Gedung B = 3 lantai Gedung C = 3 lantai Gedung D = 3 lantai Gedung E = 3 lantai Gedung F = 1 lantai Gedung G = 1 lantai Gedung H = 1 lantai Gedung I = 1 lantai

(5)

9. Material Struktur a. Beton

Menggunakan Beton Ready Mix yaitu : -Beton Bertulang K-300 GF S/D MEZAIN -Beton Bertulang K-300 LT 1 S/D 12 b. Baja

Mutu baja pada :

- Tulangan ulir BJTU 40 (4000 kg/cm2) - Tulangan polos BJTP 24 (2400kg/cm2). 3.3 Organisasi Proyek

3.3.1 Pengantar Umum

Organisasi adalah bentuk formal dari sekelompok manusia dengan tujuan individualnya masing-masing (gaji, kepuasan kerja, dll) yang bekerjasama dalam suatu proses tertentu untuk mencapai tujuan bersama (tujuan organisasi). Agar tujuan organisasi dari proyek ini dan tujuan individu dapat tercapai secara selaras dan harmonis maka diperlukan kerjasama dan usaha yang sungguh-sungguh dari kedua belah pihak (pengurus organisasi dan anggota organisasi) untuk bersama-sama berusaha saling memenuhi kewajiban masing-masing secara bertanggung jawab, sehingga pada saat masing-masing mendapatkan haknya dapat memenuhi rasa keadilan baik bagi anggota organisasi/pegawai maupun bagi pengurus organisasi/pejabat yang berwenang.

Organisasi proyek bertanggung jawab untuk menyelesaikan suatu tujuan yang ditugaskan sesuai dengan batas atau menurut spesifikasi sumber daya yang ada yaitu dana, waktu, peralatan, teknologi, manusia, dan material untuk mencapai standar kualitas yang disepakati atau yang telah ditentukan sehingga tercapai semua keuntungan bagi semua pihak yang bersangkutan. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dibuatlah suatu sistem hubungan kerja sesuai kondisi pekerjaan dengan berisikan aspek-aspek rencana organisasi sebagai berikut:

1. Tugas pokok dari organisasi.

(6)

Garis Koordinasi : Garis Komando :

Pemilik Proyek

PT. Pekanbaru Permai Propertindo

Kontraktor Pelaksana PT. Pembangunan

Perumahan Yayasan Pengembangan

Sumber Daya Manusia Konsultan Perencana

PT. PANDU PERSADA

4. Tanggung jawab dari tiap-tiap petugas dalam rangka pelaksanaan tugas yang dibebankan kepadanya.

5. Kekuasaan atau wewenang dari tiap-tiap petugas.

6. Pelimpahan tanggung jawab kepada bagian-bagian dalam organisasi. 7. Ukuran yang diperlukan didalam menilai berhasil atau tidaknya

pelaksanaan tugas tiap-tiap petugas dalam organisasi.

Ketentuan-ketentuan demi terjaminnya pelaksanaan organisasi adalah sebagai berikut :

1. Pemberian tanggung jawab yang tegas dan cermat kepada tiap-tiap petugas.

2. Pemberian tanggung jawab harus disertai dengan pelimpahan-pelimpahan wewenang yang memadai.

3. Petugas dalam suatu jabatan tertentu hanya mengenai perintah dari seorang atasan saja.

4. Petugas dalam bagian-bagian tertentu sesuai luasnya tanggung jawab pekerjaan, perlu diberikan tenaga pembantu yang diperlukan.

5. Petugas bagian tertentu hanya mempunyai bawahan secara langsung tidak lebih dari jumlah yang dapat dikuasainya atau diawasinya, dan

6. Pekerjaan tugas harus didasarkan pada analisa tentang aktivitas-aktivitas pekerjaan yang harus dilaksanakan dan kemudian dikelompokkan menjadi satu tim.

3.3.2 Hubungan Kerja Antar Unsur Organisasi Proyek

[image:6.595.112.520.244.753.2]

1. Hubungan Masing-Masing Pihak / Unsur Dalam Proyek

(7)

Organisasi pelaksana proyek / organisasi lapangan adalah suatu kumpulan tim organisasi yang bertugas khusus untuk menjamin kelancaran kegiatan lapangan, yang fungsi pokoknya adalah pengawasan, pelaksanaan dan administrasi.

Bentuk organisasi ini disesuaikan dengan jenis konstrusi pekerjaan yang akan dilaksanakan. Adapun susunan struktur organisasi untuk Proyek Pembangunan Rumah Sakit Daerah Kota Pekanbaru adalah sebagai berikut:

PROJECT MANAGER BUDI HARTONO POP FIRDAUS SEM BENONI M SHE MIRASTATI NENGSI SAFETY SUPERVISOR AHMAD NAWAWI QUALITY CONTROL SAIFUL FALAH STAF TEKNIK SAIFUL FALAH DRAFTER SEPRI

LOGISTIK & GUDANG

AZIZ SUTRISNO

PERALATAN

1. SUYONO 2. EKO PRASETIO

SOM METRIONO GSP JANTER SINURAT SP M.SODIK SP ME IRSAN SURVEYOR ARIEANSYAH ASS.SURVEYOR

BAYU TRI S

SAM PIRNO STAF AKUNTANSI EKI BAEHAKI STAF UMUM SIBURIAN OFFICE BOY CACAN SUPRIATNA SECURITY

1. HASAN T 2. GURUH S 3. ARISMAN S

DRIVER

(8)

Gambar 3.5 Struktur organisasi PT. PP Proyek Pembangunan Rumah Sakit Daerah Kota Pekanbaru

Sumber : Data Proyek PT Pembangunan Perumahan (PP), 2015

3.4.1 Project Manager

Project Manager merupakan pimpinan tertinggi di dalam proyek, bertanggung jawab kepada kantor pusat atas segala sesuatu sehubungan dengan proyek tersebut. Tugas dari project manager :

1. Bertindak sebagai wakil perusahaan dalam mengatasi masalah di proyek.

2. Mengkoordinasi semua kegiatan di lapangan.

3. Membuat laporan pertanggung jawaban secara berkala atas penggunaan uang dan bahan kepada kantor pusat.

4. Memberikan pengarahan dan memantau serta mengevaluasi pelaksanaan proyek.

3.4.2 Site Manager

(9)

1. Bertanggung jawab secara keseluruhan terhadap pelaksanaan, dalam rangka mencapai tujuan proyek berupa kualitas yang baik, tepat waktu dengan biaya seefisien mungkin.

2. Mengadakan koordinasi dengan bagian logistik tentang penyediaan barang atau material dan peralatan

3. Menentukan kebijaksanaan seperti metode kerja atau spesifikasi bahan. 4. Menyusun laporan harian, mingguan, dan bulanan. Laporan ini berisi

tentang berapa bayak bahan material yang masuk di lapangan. Laporan mingguan berisi tentang pengevaluasian pekerjaan selama satu minggu, kemajuan pekerjaan, serta rencana kerja satu minggu berikutnya. Laporan bulanan berisi tentang laporan harian, laporan mingguan, dan laporan keuangan. Laporan bulanan ini ditanda tangani oleh Site Manager.

5. Meneliti dan mengesahkan tagihan-tagihan dari suplier dan mandor yang berhubungan dengan volume fisik lapangan dengan harga satuan, nota-nota pembelian alat dan bahan.

3.4.3 Administrasi

Tugas dan tanggung jawab dari adminitrasi antara lain :

1. Menyiapkan urusan administrasi penagihan kepada Pemilik Proyek. 2. Melakukan pencatan administrasi kedalam jurnal (media pembukuan). 3. Melakukan verifikasi seluruh dokumen transaksi pembayaran.

4. Mengurus masalah perpajakan dan asuransi, 5. Membuat laporan keuangan Kontraktor.

3.4.4 Pengawas Lapangan

Pengawas di lapangan terbagi atas 2 (dua) bagian yaitu pengawas sipil dan pengawas baja. Tugas dan tanggung jawab pengawas lapangan antara lain :

(10)

2. Melakukan pengawasan secara berkala terhadap pelaksanaan pekerjaan dilapangan terutama kesesuaian konstruktif dengan rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)

3. Mewakili kepala proyek jika berhalangan di tempat. 4. Melakukan pemeriksaan berkala as bangunan

5. Memantau dan mengevaluasi setiap hasil kemajuan pekerjaan dilapangan.

Mengidentifikasi dan mencari penyelesaian permasalahan yang timbul dilapangan.

3.4.5 Logistik

Tugas dan tanggung jawab logistik antara lain :

1. Mengecek penerimaan/pengiriman barang sesuai order 2. Mengatur lokasi pembongkaran material

3. Mengecek peralatan yang keluar

4. Bertanggung jawab dalam setiap menangani pengangkutan peralatan ke lapangan dan pengangkutannya kembali ke workshop.

5. Mengidentifikasi kerusakan alat dan melakukan tindakan koreksi dan pencegahan terhadap penyebab-penyebab kerusakan alat tersebut agar selalu siap dipakai.

6. Membuat laporan gudang.

7. Mengkoordinasikan kondisi yang ada dengan koordinator pelaksana.

3.4.6 Juru Gambar (Drafter)

Adapun tugas – tugas dan tanggung jawab Juru Gambar (Drafter) adalah antara lain:

1. Menyelenggarakan tersedianya kegiatan penggambaran dan perubahannya.

2. Mengadakan gambar kerja (Shop Drawing)

3. Melaksanakan penggambaran perubahan gambar kerja 4. Mengadakan gambar akhir (as build drawing)

(11)

3.4.7 Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan faktor yang paling menentukan dalam pelaksanaan pembangunan dan mutu hasil kerja yang diperoleh. Disamping itu diperlukan pula suatu penempatan pekerja agar sesuai dengan keahliannya sehingga mutu hasil pekerja dapat maksimal.

Dalam malaksanakan suatu pekerjaan konstruksi, tenaga kerja merupakan faktor penting yang harus diperhitungkan, yaitu harus mengutamakan tenaga kerja yang diseleksi menurut keahlian dan kemampuan dilapangan. Dalam mengarahkan tanaga kerja ini juga harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia mengenai ketenagakerjaan, yaitu tenaga Kerja harus dilengakapi dengan K-3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) dan dilindungi dengan asuransi ketenagakerjaan.

Tenaga kerja yang digunakan pada Proyek Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Pekanbaru adalah sebagai berikut :

1. Tenaga Staf Karyawan

Staf Karyawan pada proyek ini berasal dari PT.Pembangunan Perumahan (PP) yang berjumlah ± 25 orang

2. Tenaga Kerja (Pekerja)

Tenaga kerja yang digunakan dalam Proyek Pembangunan Rumah Sakit Daerah Kota Pekanbaru selama penulis melakukan praktek kerja lapangan sering terjadi penambahan dan pengurangan, maka penulis merata-ratakan jumlah pekerja antara lain :

a. Pembesian

Jumlah Mandor : 1 (orang) Jumlah Pekerja : 37 (orang)

b. Perkayuan

Jumlah Mandor : 1 (orang) Jumlah Pekerja : 25 (orang)

c. Mechanic Electrical

(12)

d. Pengecoran Jumlah Mandor : 0 (orang)

Jumlah Pekerja : 2 (orang)

Jadi rata-rata jumlah tenaga kerja / buruh pada proyek ini adalah berjumlah 71 orang. Jumlah jam kerja bagi pekerja dalam satu hari diproyek ini lebih kurang 8 jam, terhitung dari jam 08.00 – 12.00 WIB dan dilanjutkan ja m 13.00 – 17.00 WIB. Apabila pekerjaan tersebut melebihi jam kerja yang telah ditentukan, maka dihitung sebagai jam kerja lembur.

3.5 Hubunga Kerja Antara Unsur Pengelola Proyek

Untuk terlaksananya suatu proyek pembangunan, maka harus terjadi kerjasama atau hubungan antar unsur pengelola proyek. Hubungan kerja sama antar unsur pengelola proyek adalah sebagai berikut :

1. Hubungan kerja antara Pemberi tugas dan Perencana terikat dalam suatu ikatan kontrak kerja. Pihak pemberi tugas memberikan perintah kepada Konsultan Perencana untuk melakukan suatu pekerjaan dengan memberikan gambaran-gambaran umum dan informasi mengenai proyek yang akan dibangun sedangkan Konsultan Perencana melakukan perencanaan struktural dan arsitektur sesuai dengan permintaan Pemilik Proyek dalam hal ini Konsultan Perencana akan mendapatkan imbalan berupa bayaran untuk hasil perencanaan tersebut dari Pemilik Proyek.

(13)

3.Hubungan kerja antara pemberi tugas dan pelaksana terikat dalam suatu ikatan kontrak kerja. Pihak pemberi tugas akan memberikan biaya pelaksanaan pekerjaan, dan pihak pelaksana akan memberikan hasil pelaksanaan pekerjaan.

4. Hubungan kerja antara pemberi tugas dan pimpro. Pihak pemberi tugas memberi penugasan kepada pimpro dan pimpro bertanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya serta mewakili pemberi tugas dalam memonitoring pada tahap perencanaan.

5. Hubungan kerja antara pimpro dengan perencana, pengawasan dan pelaksana berupa memonitoring dan pengawasan pekerjaan. Pihak perencana, pengawasan dan pelaksana melakukan pekerjaan yang telah diberikan sesuai dengan fungsinya masing-masing.

6.Hubungan kerja antara pengawas dan pelaksana diikat oleh peraturan pelaksanaan pekerjaan. Pihak pengawas memberi persyaratan peraturan pelaksanaan pekerjaan ke pelaksana dan pelaksana merealisasikan peraturan pelaksanaan pekerjaan.

3.5.1 Kedudukan Masing-Masing Pihak Secara Teknis

Adapun kedudukan masing-masing pihak secara teknis ditentukan oleh kedudukan dan peran dari masing-masing unsur proyek yang terkait antara antara lain terdiri dari :

1. Pemilik proyek

Pemilik Proyek adalah pihak yang memiliki proyek tersebut, dengan kata lain sebagai pihak yang berhak memberikan perintah atau komando kepada konsultan perencana, konsultan pengawas, dan pemborong untuk melaksanakan proyek yang dimilikinya.

2. Konsultan Perencana

Konsultan perencana memiliki tugas dalam membuat perencanaan seluruh pekerjaan yang akan dilaksanakan, dan membuat hitungan rencana konstruksi serta gambar-gambar rencana bangunan secara lengkap.

(14)

Konsultan Pengawas bertugas membantu pengelolahan proyek dan melaksanakan pengawasan pada tahap konstruksi fisik serta bertanggung jawab secara aktual kepada pemilik proyek.

4. Kontraktor Pelaksana

Kontraktor pelaksana adalah perusahan yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan untuk melaksanakan kegiatan pembangunan konstruksi fisik suatu bangunan dan mempertanggung jawabkan penyelesaian proyek sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan oleh pemilik proyek.

3.5.2 Kedudukan Masing-Masing Pihak Secara Hukum

Kedudukan masing-masing pihak secara hukum dimaksudkan bahwa pemilik proyek langsung membawahi kontraktor pelaksana, artinya kontraktor pelaksana langsung bertanggung jawab atas hasil pekerjaan kepada pemilik proyek. Begitu juga dengan Konsultan pengawas, Konsultan perencana mempertanggung jawabkan apa yang telah menjadi tugasnya kepada pemilik proyek.

3.6 Pengadaan Material

Untuk pengadaan material pada proyek ini telah diatur dalam beberapa metode pengadaan terdiri dari :

1. Pengadaan tata letak material di lapangan. 2. Pengecekan jumlah bahan yang masuk.

3. Jalur keluar masuk kendaraan proyek untuk mengangkut material ke lokasi proyek.

3.7 Pekerjaan Persiapan 3.7.1 Papan Nama Proyek

(15)
[image:15.595.180.445.85.288.2]

Gambar 3.6 Papan Plang Proyek

Sumber: Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

Papan nama proyek dibuat dengan ukuran 1x2 m, dan dipasang dilokasi proyek, 1 (satu) minggu setelah kontraktor menerima surat perintah mulai kerja, serta dijaga keberadaanya selama proyek berlangsung.

3.7.2 Mobilitas Bahan Dan Peralatan Proyek

Mobilitas adalah pengerahan bahan, alat-alat kerja, tenaga kerja, dan lain-lain. Pekerjaan ini meliputi penyedian, pengangkutan, peralatan, kendaraan serta pendatangan bahan atau material. Keterlambatan dari salah satu tersebut diatas akan sangat berpengaruh terhadap waktu pelaksanaan pekerjaan, sehingga perlu diupayakan pengkoordinasian yang baik.

3.7.3 Pembersihan Lapangan

(16)

Kontraktor harus membuat bangunan sementara untuk Kantor Pengelola Proyek, barak kerja dan gudang untuk menyimpan bahan bangunan, serta pembuatan KM/WC sementara sebagai pelengkap Direksi Keet dan KM/WC untuk pekerja.

Fungsi dari direksi keet adalah sebagai tempat mengkoordinasikan dan mengawasi semua kegiatan pelaksanaan pekerjaan dilapangan. Bangunan ini berdiri dan dipakai selama berlangsungnya pekerjaan.

1. Pembuatan dan penempatan bangunan sementara sepengetahuan dan seizin Pengelola Proyek.

2. Kualitas dan mutu bangunan harus disetujui Pegelola Proyek.

Bangunan sementara harus mempunyai sirkulasi udara yang baik dengan penerangan secukupnya, tidak gelap dan tidak bocor.

3. Direksi Keet dilengkapi meja kursi rapat, meja kursi tamu, almari, meja kursi kerja, white board serta papan untuk menempelkan gambar dan ditutup dengan plastik bening.

3.7.5 Pengadaan Air Proyek

Air merupakan sarana yang sangat penting dalam pelaksanaan proyek Baik sebagai bahan pencampur beton maupun sebagai pembersih. Kontraktor harus menyediakan air bersih untuk proyek, pengadaan air bersih tersebut dapat dari PAM bilamana mungkin atau dengan membuat sumur gali atau sumur bor atau dari sumber lain yang berdekatan dengan syarat air tersebut harus memenuhi persyaratan untuk pembangunan seperti persyaratan yang tercantum dalam SK. SNI. S-04-1989-F.

3.7.6 Keselamatan Kerja

1. Apabila terjadi kecelakaan kerja dalam suatu proyek, Kontraktor harus segera mengambil tindakan dan memberitahukan kepada Direksi untuk disampaikan ke Pemimpin Proyek.

(17)

3. Kontraktor harus menyediakan obat – obatan yang tersusun menurut syarat – syarat Palang Merah dan setiap kali sehabis digunakan harus dilengkapi lagi.

4. Kontraktor diwajibkan mentaati undang – undang tenaga kerja dan segera mengurus ASTEK (Asuransi Tenaga Kerja).

3.8 Pekerjaan Pengukuran

Pekerjaan pengukuran ini dilaksanakan dari awal hingga seluruh pekerjaan selesai dilaksanankan, serta memerlukan kecermatan, ketelitian, dan ketepatan, karena ketidaktepatan dalam pengukuran akan dapat mengakibatkan berubahnya

rencana dan perhitungan konstruksi. Pekerjaan ini disesuaikan dengan gambar rencana denah, tampak, potongan dan detail. Pada proyek ini pekerjaan pengukuran meliputi:

1. Pamasangan bouwplank

Bouwplank adalah papan ukur, untuk menentukan as, titik duga dan lain-lain sebagainya. bouwplank dibuat dari papan dan kayu dengan ukuran 5/7 (untuk tiang). Beberapa ketentuan lain berkaitan dengan pemasangan bouwplank adalah :

a. Harus dipasang pada patok-patok yang tertancap kuat kedalam tanah dan tidak dapat digerakkan/digeser.

b. Titik-titik as bangunan harus dijaga kebenarannya jangan sampai berubah letaknya.

c. Pemasangan bouwplank harus keliling bangunan dengan jarak 1.5 m.

2. Katinggian balok

Pengkuran ini dilakukan dengan alat ukur meteran, dengan cara menarik garis vertikal dari posisi as dan elevasi lantai yang bersangkutan.

3. Kerataan plat lantai dasar

(18)

Pelaksanaan pada pengukuran dengan alat meteran dan unting-unting. Setelah terlebih dahulu as kolom diluruskan dengan bantuan meteran. 3.9 Pekerjaan Struktur Bawah

Pekerjaan struktur bawah yaitu pekerjaan yang berada dibawah lantai dasar meliputi :

1. Pekerjaan Tanah (pemadatan)

Setelah pengupasan maupun penimbunan bahan urugan, maka tanah dipadatkan sekurang-kurangnya 90% standart proctor untuk urugan. Pemadatan dilakukan selapis demi selapis.

2. Penggalian Tanah Untuk Pondasi

Pekerjaan galian tanah untuk pondasi harus dilaksanakan hingga mencapai tanah keras sesuai dengan pedoman dalam gambar detail menurut persetujuan pengawas.

3. Pekerjaan Balok Sloof

Sloof adalah struktur yang berfungsi sebagai pengikat kolom dan meratakan beban yang diterima. Balok sloof diberi penulangan sesuai gambar rencana dan shop drawing. Pada sisi kiri dan kanan diberi acuan bekisting.

3.10 Pekerjaan Struktur Atas

Pekerjaan struktur atas meliputi pembuatan lantai kerja sampai kepada pembuatan kuda-kuda atap atau struktur rangka atap plat beton bertulang. Pekerjaan ini terdiri dari pekerjaan pemasangan tiang perancah, pekerjaan penulangan, pekerjaan bekisting, pekerjaan pengecoran, pekerjaan pembongkaran bekisting dan pekerjaan perawatan beton bertulang.

3.10.1 Pekerjaan Pemasangan Tiang Perancah

Pekerjaan pemasangan tiang perancah merupakan pekerjaan yang bertujuan untuk mendukung beban-beban bekisting akibat adukan beton waktu pengecoran sampai beton cukup kuat menahan beban sendiri dan untuk menjaga elevasi balok tetap seperti rencana sampai adukan beton mengeras.

(19)

Pekerjaan penulangan harus dilakukan sebaik mungkin karena peranan tulangan sangat penting dalam struktur beton. Daya dukung yang didapat dari hasil komposit antara beton dengan tulangan. Pekerjaan penulangan ini meliputi pemotongan, pembengkokan, penyambungan dan pemasangan tulangan.

1. Pekerjaan Pemotongan Tulangan

Pekerjaan pemotongan tulangan ini, dilakukan setelah baja tulangan dikelompokan menurut diameternya dan telah dibuatkan daftar pokok panjang tulangan beserta jumlah masing-masing potongan sehingga pemotongan tulangan ini mudah dilaksanakan.

2. Pekerjaan Pembengkokan Baja Tulangan

Pekerjaan pembengkokkan baja tulangan dilakukan setelah tulangan dipotong sesuai ukuran yang telah ditentukan. Pembengkokkan tulangan dengan menggunakan alat Barbender. Sebelum dibengkokkan, tulangan ditandai sesuai dengan ukuran yang direncanakan. Setelah tulangan dipotong dan dibengkokkan maka tulangan dikelompokkan sesuai dengan jenis, ukuran dan bentuk agar mudah dalam pelaksanaan penulangan.

3. Pekerjaan Pengangkutan Tulangan

Pekerjaan pengangkutan tulangan yang sudah mengalami perlakuan pengukuran, pembengkokkan, kemudian dikelompokkan menurut jenisnya. Kemudian seluruh tulangan diangkut bertahap menuju masing-masing lokasi struktur yang akan dibuat dengan menggunakan Tower Crane.

4. Pekerjaan Penyambungan Baja Tulangan 5. Pekerjaan Pemasangan Tulangan

3.10.3 Pekerjaan Bekisting 1. Bekisting Balok

(20)

Bekisting plat lantai ini menggunakan multiplek dengan tebal 9 mm dan dipasang dengan menggunakan paku yang dipakukan pada balok memanjang dan melintang. Pada permukaan bekisting plat lantai diolesi minyak pelumas (oli bekas) agar nantinya akan memudahkan dalam proses pembongkaran bekisting. 3. Bekisting Kolom

Pemasangan bekisting kolom dilakukan setelah pekerjaan penulangan kolom selesai dan telah dilakukan pengecekan letak, dimensi, dan elevasi. Papan bekisting menggunakan multiplek tebal 9 mm yang telah diolesi dengan minyak pelumas pada bagian dalamnya. Bekisting ini setelah dipakai akan digunakan kembali untuk bekisting kolom. Setelah tulangan siap, bekisting yang telah dibuat dipasang pada kolom. Sebagai pendukung bekisting pada tiap sisi kolom dipasang batang diagonal yang ditumpu pada perletakan yang telah dibuat sebelumnya. Agar kedudukan bekisting sesuai dengan perencanaan maka pada bekisting dipasang dua buah unting-unting pada setiap sisi bekisting.

3.10.4 Pekerjaan Pengecoran

Sebelum dilakukan pengecoran, terlebih dahulu diperhatikan hal-hal berikut : 1. Pekerjaan Persiapan

 Sebelum pengecoran acuan harus bersih dari segala kotoran, pasir, bekas serutan, sisa potongan-potongan kayu dan reruntuhan lainnya yang dapat melekat atau mengotori beton.

 Sebelum pengecoran, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran letaknya, kekuatannya agar tidak terjadi penurunan dan pengembangan pada saat beton dituang.

 Pekerjaan peralatan, alat bantu dan alat-alat yang sesuai dengan kebutuhan seperti vibrator, concrete mixer, concrete pump dan lainnya.  Pengecoran hanya boleh dilakukan apabila acuan telah dinyatakan baik

dan disetujui oleh panasehat teknis. 2. Pengadukan Beton

(21)

kosong sebelum menerima bahan-bahan dari adukan selanjutnya, dan harus dicuci bila tidak digunakan lebih dari 30 menit.

3. Pengangkutan

Pengangkutan dari pabrik beton ke lokasi proyek dapat memakai truck mixer dan isinya 5-7 m3.

4. Pengecoran

Pengisian acuan dengan beton harus dikerjakan dalam waktu yang singkat, karena hal ini merupakan suatu pekerjaan yang kritis. Ketika pengecoran harus dilakukan maka perlu penjagaan yang cukup, karena apabila terjadi suatu kesalahan maka tindakan biaya perbaikannya sangat tinggi dan besar, serta kualitas pekerjaan beton juga sangat mengecewakan. Penuangan spesi beton ke lokasi bangunan menggunkan alat concrete bucket atau concrete pump.

5. Pemadatan Beton

Pada daerah pembesian yang penuh (padat) harus digetarkan dengan alat penggetar (vibrator) agar terjamin pengisian beton dan pemadatan yang baik. Penggetaran beton harus dilaksanakan oleh tenaga kerja yang ahli dan terlatih. 6. Pembongkaran Bekisting

Pembongkaran bekisting dilakukan apabila bagian struktur tersebut telah mampu memikul berat sendiri dan beban-beban pelaksanan yang bekerja padanya.

a. Pembongkaran Bekisting Balok

Pembongkaran bekisting balok dilakukan setelah beton berusia 28 hari. Pembongkaran bekisting balok diawali dengan pembongkaran steger yang menjadi penopang balok maupun plat lantai. Selanjutnya dilakukan pembongkaran bekisting dengan cara melepas mencongkel bekisting balok dengan menggunakan penyongkel besi.

(22)

Pembongkaran bekisting plat lantai dilakukan dengan cara mencongkel bekisting plat dengan menggunakan besi atau linggis

c. Pembongkaran Bekisting Kolom

Pembongkaran bekisting kolom harus disetujui oleh pengawas lapangan dan kontraktor yang bertanggung jawab sepenuhnya. Pembongkaran bekisting dapat dilakukan sekurang-kurangnya 48 jam setelah pengecoran. Pembongkaran dimulai dengan pelepasan bekisting secara keseluruhan dengan cara di pukul hingga beton tidak menempel ke bekisting dan mudah untuk di buka.

7. Perawatan dan Perbaikan Beton

Perawatan beton bertujuan untuk menjaga kelembaban permukaan beton agar tidak terjadi retak atau pecah sebelum beton tersebut mengalami pengerasan. ketika beton mulai mengeras, maka diperlukan perawatan agar mendapatkan pengerasan yang optimal, untuk menghindari dari :

Kehilangan zat cair yang banyak ketika pengerasan beton pada jam awal. penanggulangan kehilangan zat cair :

1). Dibiarkan didalam bekisting 2). Menutupi dengan lembar plastik 3). Menutupi dengan goni basah

4). Menggenangi dengan air (bagian datar)

5). Menyemprot dengan air secara terus menerus pada permukaan betonnya. Penguapan air yang banyak pada pengerasan beton hari pertama

Perbedaan temperatur dalam beton yang mengakibatkan retakan pada beton. 3.11 Pekerjaan Instalasi Air

Pekerjaan ini meliputi pengadaan, pemasangan, penyetelan dan pemasangan dari semua peralatan dan material yang telah disebarkan dalam spesifikasi

pekerjaan, juga meliputi :

1. Pengadaan, pemasangan instalasi air

(23)

3.12 Perkerjaan Elektrikal

Pekerjaan elektirckal meliputi :

1. Pengadaan dan pemasangan kabel feader dari meter PLN ke panel 2. Pengadaan dan pemasangan kabel-kebel untuk instalasi penerangan 3. Pengadaan dan pemasangan lampu

4. Pengadaan dan pemasangan alat-alat bantu instalasi

5. Pengadaan dan pemasangan panel-penel dan almari KWH sesuai dengan gambar

6. Pengadaan dan pemasangan kabel feader dari MDP, SDP ke almari KWH meter

7. Pengadaan dan pemasangan KWH meter 8. Pengadaan Alat Sistem Anti Petir

9. Hasil akhir dari pemasangan instalasi harus sudah siap untuk diadakan penyambungan daya.

3.13 Pekerjaan Finishing

Pekerjaan finishing merupakan kegiatan akhir yang membutuhkan ketelitian yang cukup tinggi, karena kerja tahap ini yang akan tampak apabila pekerjaan selesai.

Pekerjaan finishing meliputi : 1. Pekerjaan Plesteran 2. Pekerjaan Pengecatan 3. Pekerjaan Pembersihan. 3.14 Time Schedule

(24)

Apabila keterlambatan ini terjadi, maka akan menyebabkan kerugian bagi kontraktor. Untuk mengatasi hal ini perlu dibuat rencana kerja atau time schedule yang benar. Perencanaan jadwal pelaksanaan (time schedule) ini, mengacu kepada batas waktu penyelesaian yang dituangkan dengan kontrak. Berlandaskan pada waktu penyelesaian tersebut, maka disusunlah time schedule yang pada umumnya berupa bar chart yang dilengkapi dengan kurva S. Time schedule berisi tentang paket-paket pekerjaan yang saling berurutan atau bertahap meliputi pekerjaan-pekerjaan yang ada dalam kontrak yang dilaksanakan.

Adapun fungsi dari time schedule adalah :

1. Sebagai pedoman dan penuntun bagi kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan.

2. Sebagai dasar untuk membuat berita acara kemajuan proyek.

3. Sebagai kontrol bagi pengawas proyek dalam menilai prestasi kerja. 3.15 Masalah-Masalah Dalam Pelaksanaan Proyek

Selama pelaksanaan kerja praktek dalam proyek ini, penulis mengamati bahwa dalam pelaksanaan proyek ini terdapat beberapa hal yang bagi penulis merupakan suatu masalah.

Besi untuk tulangan penempatannya ditempat terbuka. Seharusnya besi tulangan diletakkan pada tempat yang tertutup agar terlindung dari terik matahari dan hujan. Karena jika dibiarkan ditempat terbuka maka dapat mengurangi dari mutu besi tulangan itu sendiri. Karena cuaca di tempat proyek selalu mengalami perubahan suhu dan cuaca.

Pekerja/tukang masih ada tidak menggunakan alat safety seperti tidak menggunakan Safety Helmet, Safety Boot, sarung tangan, kacamata safety. Hal itu disebabkan oleh pendapat pekerja/tukang merasa tidak nyaman, terganggu, tidak leluasa saat mengerjakan pekerjaannya dan kurang tegasnya petugas K3 tentang pelanggaran aturan safety tersebut.

(25)

yang mengakibatkan agregat jatuh terlebih dahulu dari pada adonan beton tersebut dan hasil beton tersebut buruk.

[image:25.595.208.435.207.377.2]

Masih ada kesalahan pada pemasangan bekisting balok yang tidak rapat dan rapi sehingga saat pengecoran beton tumpah dan sedikit mengalami kehilangan volume.

Gambar 3.7 Pekerja Tidak Menggunakan Safety Helmet Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

[image:25.595.199.426.454.627.2]
(26)

Gambar

Gambar 3.1 Papan Plang Proyek
Gambar 3.3 Rencana RSUD Kota Pekanbaru
Gambar 3.4 Hubungan KerjaYayasan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Gambar 3.6 Papan Plang ProyekSumber: Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Kontraktor melaksanakan proyek sesuai dengan perencanaan yang telah. dibuat oleh

Dalam tugas akhir ini membahas mengenai faktor-faktor, dampak serta cara mengatasi kegagalan pada proyek konstruksi berdasarkan tiga pihak yaitu kontraktor,

Pada bab ini akan memaparkan gambaran umum mengenai proses manajemen konstruksi, keterlambatan pada pekerjaan konstruksi, memberikan definisi keterlambatan proyek dari

Pemilik proyek atau owner adalah seseorang atau instansi yang memiliki proyek atau pekerjaan dan memberikanya kepada pihak lain yang mampu melaksanakanya sesuai

Manajemen Kontruksi Pengawas adalah suatu tim yang ditunjuk oleh pemberi tugas untuk bertindak sebagai pengawas pada proyek yang sedang berlangsung, dalam Proyek

a) Melaksanakan pembangunan proyek sesuai dengan kontrak dan hasil perhitungan dari pihak perencana. b) Membuat atau mengerjakan pekerjaan sesuai dengan peraturan dan

Pemberi tugas dalam surat perjanjian pemborongan adalah sebagai pihak pertama dan dapat mengambil keputusan sepihak untuk mengambil alih pekerjaan yang dilakukan, dengan cara

Untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor, umumnya owner akan menunjuk badan atau perseorangan sebagai konsultan pengawas proyek agar segala pekerjaan yang