SEJARAH BERDIRINYA MASJID RAYA
AL-MASHUN SEBAGAI WARISAN
ARSITEKTUR BELANDA
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi PersyaratanMemperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
OLEH :
UMI KALSUM
NIM : 3111121007
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
UMI KALSUM. NIM 3111121007. SEJARAH BERDIRINYA MASJID RAYA AL-MASHUN SEBAGAI WARISAN ARSITEKTUR BELANDA. SKRIPSI JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH. FAKULTAS ILMU SOSIAL, UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejarah berdirinya Masjid Raya Al-Mashun, kemudian dijelaskan bagaimana arsitektur Masjid Raya Al-Mashun. Mengetahui alasan Masjid Raya Al-Mashun Sebagai Warisan Arsitektur Belanda.Untuk memperoleh data-data tersebut penulis mengadakan penelitian dengan menggunakan jenis penelitian lapangan (Field Research) dan pendekatan kualitatif yaitu peneliti langsung terjun melakukan pengamatan dan penelitian pada suatu objek yang akan diteliti serta menguraikan dan menggambarkan keadaan objek yang dibicarakan berdasarkan data-data yang diperoleh. Dari hasil penelitian yang penulis lakukan menunjukkan Masjid Raya Al-Mashun didirikan pada tahun 1906, dan selesai pada tahun 1909 dengan bantuan seorang arsitek yang bernama T.H.Van Erp. Secara keseluruhan biaya pembangunan masjid ditanggung sendiri oleh Sultan Maamun Al-Rasyid Perkasa Alamsjah IX yang menjadi Sultan ketika itu. Hingga kini, Masjid Raya Al-Mashun tetap menjadi kebangaan terutama.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberi
petunjuk, anugerah, rahmat, rezeki, dan kesehatan jasmani dan rohani atas berkat
dan karunia Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skrispsi ini
dengan baik.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi sebahagian dari
syarat untuk memperoleh gelar sarjana kependidikan di Uniersitas Negeri Medan. Skrpsi ini berjudul “ Sejarah Berdirinya Masjid Raya Al-Mashun Sebagai Warisan Arsitektur Belanda”.
Penulis sadari dalam penulisan skrpsi ini masih jauh dari kata sempurna
serta banyak kesalahan dan kekurangan, dengan segala keterbukaan maka penulis
sangat mengharapkan kitik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis berharap kedepannya
banyak karya-karya yang bermunculan yang lebih baik lagi.
Penyusunan dan penyelesaian skrpsi ini dibantu dan dibimbing oleh
berbagi pihak, baik dukungan moril maupun materi yang di berikan kepada
penulis. Maka dalam kesempatan in penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof.Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas
Negeri Medan beserta stafnya.
2. Bapak Prof.Dr. Biner Ambarita, M.Pd selaku pembantu Rektor III
Bidang Kemahasiswaan dan juga jajaran staf dari PR III, dalam
halnya pengurusa dan keuangan dari Mahasiswa Bidik Misi Unimed.
3. Bapak Dr. Restu, M.S selaku Dekan Fakultas Imu Sosial, dan juga
Pembantu Dekan I Ibu Nurmala Berutu, dan beserta jajaran pegawai
fakultas yang telah mengelola birokrasi kemahasiswaan dengan baik
sehingga proses perkuliahan berjalan dengan lanca.
4. Drs. Flores Tanjung, M.A selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah
yang telah memberikan kelancaran dalam urusan akademik dan juga
bijaknya yang tidak pernah ada kata bosan dalam membimbing
sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sangat baik.
5. Drs. Yushar Tanjung, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan
Sejarah .
6. Dra. Hafnita SD Lubis, M.Si selaku dosen PA yang telah memberikan
kelancaran dalam urusan akademik dan juga merangkap sebagai
Dosen Pembimbing Skripsi atas segala kata-kata bijaknya yang tidak
pernah ada kata bosan dalam membimbing sehingga saya dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan sangat baik.
7. Kepada Dosen-dosen penguji lainnya : Ibu Samsidar Tanjung dan juga
Bapak Tappil Rambe, S.Pd, M.Si yang turut serta dalam
membantu saya menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
11. Bapak di Walikota Medan yang telah membantu saya menyelesaikan
skripsi ini dengan baik.
12. Teristimewa untuk kedua orang tua penulis, Ayah : Drs. Zulkifli dan
Ibu : Faridah SPdi atas semua perhatiannya dan dukungan materi
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
13. Teristimewa buat Nenek : dan Kakek : yang tidak henti-hentinya
mendukung dan membantu saya, serta kepada Ibu : Mismawati dan
Abang : Rudi Nauli Sos yang telah banyak membantu dan mendukung
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dan kakakku : Sri
Ramadhani yang tidak henti-hentinya menyemangati saya.
14. Kepada seluruh sahabat-sahabat Jurusan Pendidikan Sejarah Stambuk
2011, terutama kelas Regular A : Agusvina Sihite, Wike Br
Melda, serta kelas Extensi: Ilman Santoso, Samsul, Parta, Tri Ananda
Tanjung, Azizah Ningrum, Yeka, Pipit, Erwin, Roy,dan kelas Regular
B : Nere, Talenta, Putri, Ulan, Kus Angelia.
15. Kepada Adikku Jurusan Pendidikan Antroplogi terutama 2012
Novalita Sandi yang sudah mendukung dan membantu saya
menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan kepada adik kandung juga.
16. Kepada teman-teman PPLT Unimed 2011 SMAN 4 Kisaran kalian
juga merupakan keluarga saya disana selama tiga bulan lamanya,
terimakasih atas dukungan dan kebersamaanya selama ini.
17. Kepada Para Informan yang memberikan informasinya kepada penulis
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita
semua, khususnya bagi dunia Pendidikan Sejarah serta siapa saja yang
membacanya. Semoga bantuan yang diberikan kepada penulis selama ini
mendapatkan balasan dari Allah SWT.
Medan, Januari 2016
Penulis
Umi Kalsum
DAFTAR ISI A.Berdirinya Masjid Raya Al-Mashun ... 20
1.1 Latar Belakang Berdirinya Masjid Raya Al-Mashun ... 20
1.2 Tokoh-tokoh Yang Mempelopori Pembangunan Masjid ... 28
1.3 Arsitek (Biografi Arsitek) ... 35
B. Arsitek Masjid Raya Al-Mashun ... 38
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan………. 62
B. Saran………... 65
DAFTAR PUSTAKA ... 66
LAMPIRAN
1. Daftar Wawancara 2. Tabel
3. Foto-foto
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli
yang dibangun pada tahun 1906 M, pada masa pemerintahan sultan Maamun
Al-Rasyid Perkasa Alamsjah.Masjid ini selesai dibangun dan dimulai digunakan pada
tahun 1909 M. Hal ini dapat diketahui dari prasasti bertuliskan Arab Melayu,
dipahatkan pada sayap kiri dan kanan pintu gerbang masuk menuju masjid. Mulai
sembahyang di Masjid Raya Al-Mashun pada hari jum’at bulan sha’ban 1327
bertepatan pada 10 september 1909. Masjid Raya Al-Mashun memiliki corak
bangunan yang memperlihatkan komponen-komponen budaya asing.Hal ini dapat
dilihat dari komponen-komponen bangunan yang ada pada kompleks
masjid.Antara lain adanya pintu gerbang, menara yang terpisah agak jauh dari
masjid, bangunan masjid yang memiliki berbagai corak lengkung, tiang, tata hias
lantai, dinding, pintu, dan jendela.Serta memiliki bentuk atap khas yaitu atap yang
berbentuk kubah persegi delapan.Atap masjid terdiri dari satu kubah yang terdapat
ditengah-tengah (ditandai dengan kubah yang besar) dan empat kubah yang ada di
sisi-sisinya dengan ukuran lebih kecil.Keragaman bentuk seni dan ornamentasi
masjid yang menunjukkan ciri-ciri yang menarik.
Jika dilihat dari sudut arsitektur, masjid-masjid kuno di Indonesia
menunjukkan kekhasannya yang membedakannya dengan arsitektur
atapnya yang bertingkat, denahnya persegi empat atau bujur sangkar dengan
serambi di depan atau di samping terdapat parit berair (kulah).
Demikian pula halnya dengan pintu dan jendela bangunan Belanda,
bahkan ada diantara pintu-pintu yang bergaya spanyol. Pengaruh Eropa, terutama
Belanda akan lebih ampak pada prasasti marmer didepan tangga yang ditulis
dengan huruf latin berbahasa Belanda. Oleh karena itu ditinjau dari arsitektur
Masjid Raya Al-Mashun termasuk salah satu monumen yang harus dilindungi,
dipelihara, dan dilestarikan agar penerus generasi tidak kehilangan data dalam
merekonstruksi masa lampaunya.Bentuk bangunan masjid merupakan kombinasi
arsitektur Melayu bergaya Arab, India, dan Spanyol.Perpaduan arsitektur
menghasilkan sebuah dimensi nilai bangunan yang artistik serta mengandung nilai
estetika dan etika yang tinggi. Ornamen-ornamen yang menghiasi sisi luar gedung
dengan lima buah kubah berwarna hitam diatasnya menjadikan arsitektur masjid
semakin kelihatan artistik. Bangunan masjid ini sudah menggunakan teknologi
beton bertulang, serta memakai konsep-konsep arsitektur modern.Sementara unsur
klasiknya dapat ditemukan pada pemakaian jendela kaca patri berwarna, ornamen
abstrak geometris dan floralistis, bentuk oktagonal dan bentuk kubah bergaya
klasik dari Moghul.
Kini Masjid Raya Al-Mashun diketuai oleh Tengku Hamdi Osman Deli
Khan atau lebih dikenal dengan julukan Raja Muda. Beliau adalah adik kandung
Sultan Azmi Perkasa Alamsjah XII yang menjadi penguasa Istana Maimun pada
saat ini. Menurut Ketua Umum MUI Medan, K.H.Abd.Aziz Usman yang ikut
terbentuklah sebuah pemukiman baru yang sekarang dikenal dengan nama Kota
Maksum, yang letaknya persis di sebelah Masjid Raya Al-Mashun. Berdasarkan
catatan sejarah, Kota Maksum tempo dulu merupakan wilayah kekuasaan
kesultanan deli.Sejak dibangun sampai saat ini, Masjid Raya Al-Mashun belum
pernah direnovasi.Menurut salah seorang pengelola mesjid, pemerintah daerah
Sumatera Utara pernah merencanakan renovasi bagian-bagian Masjid Raya
Al-Mashun yang telah rusak dimakan usia dan perluasan agar dapat menampung
jamaah lebih banyak. Namun karena ditentang oleh banyak kalangan yang
khawatir nilai-nilai seni dari gaya arsitektur asli bangunan ini hilang, akhirnya
pemerintah daerah hanya menambah sarana penunjang masjid, seperti
penambahan tempat wudhu wanita (1980), tanpa mengotak-atik bangunan
utamanya. Itulah sebabnya, bangunan Masjid tua ini masih tetap utuh seperti
bentuk aslinya ketika dibangun lebih dari seabad silam.
Sekarang ini, keberadaan Masjid Raya Al-Mashun Medan sepenuhnya
menjadi tanggung jawab Pemerintah Kota Medan, baik dari segi pendanaan dan
pengelolaannya.Secara khusus, Masjid Raya Al-Mashun tidak pernah mengalami
perubahan karena masjid ini termasuk situs bersejarah yang dilindungi
Undang-Undang. Berdasarkan Undang-Undang Cagar Budaya No.5 tahun 1992, masjid ini
termasuk peninggalan benda cagar budaya yang perlu dilestarikan, mengingat
juga bahwa bangunan-bangunan di wilayah Kesultanan Deli sudah banyak
mengalami kerusakan dan keruntuhan, contohnya antara lain Balai Kerapatan
Tinggi Kesultanan, Taman/Kolam Raja, Istana Sultan. Selain itu, Masjid Raya
tetap mempertahankan bentuk aslinya.Karena Masjid Raya Al-Mashun
mempunyai peranan penting khususnya di wilayah Kesultanan Deli dan apabila
ditinjau dari sudut arsitekturnya memiliki perpaduan dan berbagai komponen
budaya arsitektur asing dari berbagai kawasan yang berlainan.
Masjid yang menjadi identitas Kota Medan ini memang bukan sekedar
bangunan antik bersejarah biasa, tetapi juga menyimpan keunikan tersendiri mulai
dari gaya arsitektur, bentuk bangunan, kubah, menara, pilar utama hingga
ornamen-ornamen kaligrafi yang menghiasi tiap bagian bangunan tua ini. Masjid
ini dirancang seluas 18.000 meter persegi dengan perpaduan gaya arsitektur Timur
Tengah, India, dan Eropa abad ke-18.Masjid Raya Al-Mashun adalah peninggalan
dari Sultan Maamun Al-Rasyid Perkasa Alamsjah IX, penguasa ke-9 Kerajaan
Melayu Deli yang berkuasa 1873-1924.
Berdasarkan dari hasil uraian di atas, ada persoalan yang menarik
mengenai gaya arsitektur yang bernuansa Eropa. Maka peneliti mengangkat judul
penelitian “Sejarah Berdirinya Masjid Raya Al-Mashun Sebagai Warisan
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas dikemukakan di latar belakang, maka dapat
diidentifikasikan masalah dalam penelitian sebagai berikut:
1. Sejarah berdirinya Masjid Raya Al-Mashun.
2. Ciri Khas Masjid Raya Al-Mashun.
3. Warisan arsitektur BelandaMasjid Raya Al-Mashun.
C. Pembatasan Masalah
Karena Luasnya masalah yang harus diteliti, maka perlu kiranya
membatasi permasalahan penelitian ini, yaitu :Berdirinya Masjid Raya Al-Mashun
Sebagai Warisan Arsitektur Belanda.
D. Rumusan Masalah
Untuk lebih mendekatkan pada tujuan penulis dan mempermudah
pembahasan, maka dirumuskan masalahnya. Oleh karena ituyang menjadi fokus
masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana sejarah berdirinya Masjid Raya Al-Mashun?
2. Bagaimana perpaduan arsitektur Belanda Masjid Raya Al-Mashun dengan
arsitektur Melayu?
3. Bagaimana keberadaan Masjid Raya Al-Mashun sebagai situs sejarah di Kota
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk Mengetahui sejarah berdirinya Masjid Raya Al-Mashun.
2. Untuk mengetahui arsitektur Masjid Raya Al-Mashun.
3. Untuk mengetahui fungsi Masjid Raya Al-Mashun.
F. Manfaat Penelitian
1. Untuk menambah wawasan pengetahuan peneliti tentangSejarah berdirinya
Masjid Raya Al-Mashun sebagai warisan arsitektur Belanda.
2. Memberikan inspirasi dan sebagai bahan bandingan yang ingin meneliti
masalah yang berkaitan dengan topik yang sama.
3. Sebagai bahan pengetahuan dan keterampilan bagi peneliti dalam
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka
diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Masjid Raya Al-Mashun merupakan salah satu bangunan bersejarah
peninggalan Sultan Deli dan masih dipergunakan masyarakat muslim
untuk salat setiap hari. Masjid Raya Al-Mashun yang berjarak 200
meter dari Istana Maimun dibangun pada tahun 1906 M selesai
dibangun dan mulai ditempati pada tahun 1909 M yaitu bertepatan
dengan hari jum’at dan dipergunakan pertama kali pada tanggal 19
September 1909. Hal ini dapat diketahui dari buah berbahasa Arab
Melayu yang terdapat pada sayap kiri dan kanan pintu gerbang. Masjid
Raya Al-Mashun dibangun dengan tenaga seorang arsitek bernama
T.H. Van Erp.
2. Selain menjadi pusat ibadah kaum muslimin, Masjid Raya Al-Mashun
ini juga menjadi obyek wisata yang selalu ramai dikunjungi.
3. Hingga kini, Masjid Raya Al-Mashun tetap menjadi kebanggaan
terutama di Medan. Secara khusus, Masjid Raya Al-Mashun tidak
pernah mengalami perubahan karena masjid ini termasuk situs
bersejarah yang dilindungi undang-undang Cagar Budaya No.5 tahun
4. Masjid Raya Al-Mashun dan lingkungannya menunjukkan adanya
ciri-ciri pola dari suatu kota islam yaitu dengan adanya
komponen-komponen yang terdapat pada pola kota tersebut. Adapun komponen-komponen
tersebut, antara lain terdapat istana kerajaan dibarat, alun-alun di sisi
timur istana, taman dan Balai Kerapatan di sisi utara alun-alun.
5. Pondasi bangunan masjid merupakan pondasi masif dan pejal. Pondasi
memberikan kesan suatu kemegahan juga kekuatan bagi bangunan
sebagaimana yang tercermin pada pada bangunan Masjid Raya
Al-Mashun. Jenis pondasi masif dan pejal diperkirakan merupakan
pondasi yang dipengaruhi oleh pondasi bangunan-bangunan Eropa
yang telah berkembang di Medan sejak masuknya pemerintahan
Belanda.Denah bangunan induk Masjid Raya Al-Mashun memiliki
bujur sangkar yang pada masing-masing sudut sisi terdapat
denah-denah dasar oktagonal (persegi delapan). Begitu juga dengan denah-denah
ruang utama dan denah dasar serambi tenggara, timur laut, barat daya
dan barat laut. Lantai pada bangunan-bangunan di kompleks Masjid
Raya Al-Mashun ditutup oleh tegel-tegel berwarna yang disusun
secara berkombinasi dan tangga naik ke masjid ditutup oleh marmer.
Penggunaan bahan marmer yang terdapat di Masjid Raya Al-Mashun
bertujuan untuk memperkokoh dan memberikan kesan kemegahan
pada bangunan masjid.Serambi terdapat disekeliling bangunan induk
masjid. Serambi timur, selatan, barat dan utara memiliki serambi
mempunyai lengkungan ladam kuda pada sisi-sisi tersebut.Pintu-pintu
yang terdapat pada kompleks masjid (bangunan induk, tempat wudhu,
pintu gerbang dan menara masjid) merupakan pintu-pintu berdaun
ganda yang dibukakan dengan cara menyorongkan daun pintu kea rah
kiri dan kanan secara searah.Bentuk dan hiasan yang terdapat pada
pintu-pintu ini menyesuaikan dengan tempat diletakkannya pintu.
Pintu yang berbentuk ramping, berpanil dan mempunyai hiasan
geometris diletakkan pada bangunan induk masjid yaitu pintu masuk
timur laut (depan), tenggara (samping) dan barat daya (belakang)
sedangkan pintu yang berbentuk agak tambun, berpanil dan
mempunyai hiasan geometris merupakan pintu masuk ke ruang utama
salat. Pintu-pintu yang terdapat pada menara dan pintu gerbang masjid
merupakan pintu yang berpanil tanpa hiasan geometris.Jendela-jendela
yang terdapat di kompleks masjid (bangunan induk, tempat wudhu,
pintu gerbang dan menara masjid), pada umumnya merupakan jendela
yang tidak mempunyai daun jendela. Disamping itu, terdapat juga
jendela berkisi-kisi yang terletak di sayap kiri dan kanan pintu gerbang
masjid.Ragam hias arsitektural yaitu hiasan puncak dinding yang
terdapat pada bangunan induk, pintu gerbang, tempat wudhu’ dan
menara Masjid Raya Al-Mashun merupakan komponen-komponen
B. Saran
Berkaitan dengan tema dan topik penelitian, maka penulis mengemukakan
beberapa saran, yaitu:
1. Masyarakat kota Medan khususnya maupun masyarakat lain pada
umumnya, hendaknya mengetahui sejarah berdirinya Masjid Raya
Al-Mashun
2. Disarankan agar pengelolaan dan perawatan Masjid Raya Al-Mashun
harus terprogram lebih baik lagi. Hal ini bertujuan untuk melindungi
dan menjaga situs bersejarah di kota Medan
3. Disarankan kepada seluruh masyarakat, untuk terut berperan serta
dalam upaya menjaga kelestarian Masjid Raya Al-Mashun
4. Disarankan kepada yang bertanggung jawab sepenuhnya terhadap
Masjid Raya Al-Mashun, agar kiranya melarang pengemis duduk di
DAFTAR PUSTAKA
Ali Sadikin, 1975. Idarah Masjid. Jakarta: Musawarah Masjid.
Basyaruddin, 2011. Peta Dakwah Kota Medan. Medan :Penerbit Perdana Mulya Sarana.
Francis, 2000. Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama.
Hugiono, Poerwantana, 1992. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Imran, dkk, 2011. Manajemen Masjid. Sumatera Utara: Perdana Mulya Sarana.
Kartodirdjo, 1977. Sejarah Nasional Indonesia 3. Jakarta: Penerbit Balai Pustaka
Lexy, 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda karyaiono.
Luekman, Tengku. 2011. Sejarah Medan Tempo Doeloe. Medan : Penerbit Sinar Grup
Nazir, 2011. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia
Pelly, Usman. 2012. Masjid Raya Al-Mashun Medan Tinjauan Arsitektural dan Ornamental. Yogyakarta: Diterbitkan Casa mesra Publisher.
Sugiono, 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Medan: Penerbit Alfabeta
Sofyan, 2001. Pedoman Manajemen Masjid. Jakarta: PT Pustaka Quantum Prima
Soekmono, 1973. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2. Jakarta: Penerbit Kanisius
Soekmono, 1973. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 3. Jakarta: Penerbit Kanisius