• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEJARAH BERDIRINYA MASJID RAYA AL-MASHUN SEBAGAI WARISAN ARSITEKTUR BELANDA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SEJARAH BERDIRINYA MASJID RAYA AL-MASHUN SEBAGAI WARISAN ARSITEKTUR BELANDA."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

SEJARAH BERDIRINYA MASJID RAYA

AL-MASHUN SEBAGAI WARISAN

ARSITEKTUR BELANDA

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi PersyaratanMemperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH :

UMI KALSUM

NIM : 3111121007

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

UMI KALSUM. NIM 3111121007. SEJARAH BERDIRINYA MASJID RAYA AL-MASHUN SEBAGAI WARISAN ARSITEKTUR BELANDA. SKRIPSI JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH. FAKULTAS ILMU SOSIAL, UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejarah berdirinya Masjid Raya Al-Mashun, kemudian dijelaskan bagaimana arsitektur Masjid Raya Al-Mashun. Mengetahui alasan Masjid Raya Al-Mashun Sebagai Warisan Arsitektur Belanda.Untuk memperoleh data-data tersebut penulis mengadakan penelitian dengan menggunakan jenis penelitian lapangan (Field Research) dan pendekatan kualitatif yaitu peneliti langsung terjun melakukan pengamatan dan penelitian pada suatu objek yang akan diteliti serta menguraikan dan menggambarkan keadaan objek yang dibicarakan berdasarkan data-data yang diperoleh. Dari hasil penelitian yang penulis lakukan menunjukkan Masjid Raya Al-Mashun didirikan pada tahun 1906, dan selesai pada tahun 1909 dengan bantuan seorang arsitek yang bernama T.H.Van Erp. Secara keseluruhan biaya pembangunan masjid ditanggung sendiri oleh Sultan Maamun Al-Rasyid Perkasa Alamsjah IX yang menjadi Sultan ketika itu. Hingga kini, Masjid Raya Al-Mashun tetap menjadi kebangaan terutama.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberi

petunjuk, anugerah, rahmat, rezeki, dan kesehatan jasmani dan rohani atas berkat

dan karunia Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skrispsi ini

dengan baik.

Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi sebahagian dari

syarat untuk memperoleh gelar sarjana kependidikan di Uniersitas Negeri Medan. Skrpsi ini berjudul “ Sejarah Berdirinya Masjid Raya Al-Mashun Sebagai Warisan Arsitektur Belanda”.

Penulis sadari dalam penulisan skrpsi ini masih jauh dari kata sempurna

serta banyak kesalahan dan kekurangan, dengan segala keterbukaan maka penulis

sangat mengharapkan kitik dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis berharap kedepannya

banyak karya-karya yang bermunculan yang lebih baik lagi.

Penyusunan dan penyelesaian skrpsi ini dibantu dan dibimbing oleh

berbagi pihak, baik dukungan moril maupun materi yang di berikan kepada

penulis. Maka dalam kesempatan in penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof.Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas

Negeri Medan beserta stafnya.

2. Bapak Prof.Dr. Biner Ambarita, M.Pd selaku pembantu Rektor III

Bidang Kemahasiswaan dan juga jajaran staf dari PR III, dalam

halnya pengurusa dan keuangan dari Mahasiswa Bidik Misi Unimed.

3. Bapak Dr. Restu, M.S selaku Dekan Fakultas Imu Sosial, dan juga

Pembantu Dekan I Ibu Nurmala Berutu, dan beserta jajaran pegawai

fakultas yang telah mengelola birokrasi kemahasiswaan dengan baik

sehingga proses perkuliahan berjalan dengan lanca.

4. Drs. Flores Tanjung, M.A selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah

yang telah memberikan kelancaran dalam urusan akademik dan juga

(7)

bijaknya yang tidak pernah ada kata bosan dalam membimbing

sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sangat baik.

5. Drs. Yushar Tanjung, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan

Sejarah .

6. Dra. Hafnita SD Lubis, M.Si selaku dosen PA yang telah memberikan

kelancaran dalam urusan akademik dan juga merangkap sebagai

Dosen Pembimbing Skripsi atas segala kata-kata bijaknya yang tidak

pernah ada kata bosan dalam membimbing sehingga saya dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan sangat baik.

7. Kepada Dosen-dosen penguji lainnya : Ibu Samsidar Tanjung dan juga

Bapak Tappil Rambe, S.Pd, M.Si yang turut serta dalam

membantu saya menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

11. Bapak di Walikota Medan yang telah membantu saya menyelesaikan

skripsi ini dengan baik.

12. Teristimewa untuk kedua orang tua penulis, Ayah : Drs. Zulkifli dan

Ibu : Faridah SPdi atas semua perhatiannya dan dukungan materi

kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

13. Teristimewa buat Nenek : dan Kakek : yang tidak henti-hentinya

mendukung dan membantu saya, serta kepada Ibu : Mismawati dan

Abang : Rudi Nauli Sos yang telah banyak membantu dan mendukung

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dan kakakku : Sri

Ramadhani yang tidak henti-hentinya menyemangati saya.

14. Kepada seluruh sahabat-sahabat Jurusan Pendidikan Sejarah Stambuk

2011, terutama kelas Regular A : Agusvina Sihite, Wike Br

(8)

Melda, serta kelas Extensi: Ilman Santoso, Samsul, Parta, Tri Ananda

Tanjung, Azizah Ningrum, Yeka, Pipit, Erwin, Roy,dan kelas Regular

B : Nere, Talenta, Putri, Ulan, Kus Angelia.

15. Kepada Adikku Jurusan Pendidikan Antroplogi terutama 2012

Novalita Sandi yang sudah mendukung dan membantu saya

menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan kepada adik kandung juga.

16. Kepada teman-teman PPLT Unimed 2011 SMAN 4 Kisaran kalian

juga merupakan keluarga saya disana selama tiga bulan lamanya,

terimakasih atas dukungan dan kebersamaanya selama ini.

17. Kepada Para Informan yang memberikan informasinya kepada penulis

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita

semua, khususnya bagi dunia Pendidikan Sejarah serta siapa saja yang

membacanya. Semoga bantuan yang diberikan kepada penulis selama ini

mendapatkan balasan dari Allah SWT.

Medan, Januari 2016

Penulis

Umi Kalsum

(9)

DAFTAR ISI A.Berdirinya Masjid Raya Al-Mashun ... 20

1.1 Latar Belakang Berdirinya Masjid Raya Al-Mashun ... 20

1.2 Tokoh-tokoh Yang Mempelopori Pembangunan Masjid ... 28

1.3 Arsitek (Biografi Arsitek) ... 35

B. Arsitek Masjid Raya Al-Mashun ... 38

(10)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan………. 62

B. Saran………... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 66

LAMPIRAN

1. Daftar Wawancara 2. Tabel

3. Foto-foto

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli

yang dibangun pada tahun 1906 M, pada masa pemerintahan sultan Maamun

Al-Rasyid Perkasa Alamsjah.Masjid ini selesai dibangun dan dimulai digunakan pada

tahun 1909 M. Hal ini dapat diketahui dari prasasti bertuliskan Arab Melayu,

dipahatkan pada sayap kiri dan kanan pintu gerbang masuk menuju masjid. Mulai

sembahyang di Masjid Raya Al-Mashun pada hari jum’at bulan sha’ban 1327

bertepatan pada 10 september 1909. Masjid Raya Al-Mashun memiliki corak

bangunan yang memperlihatkan komponen-komponen budaya asing.Hal ini dapat

dilihat dari komponen-komponen bangunan yang ada pada kompleks

masjid.Antara lain adanya pintu gerbang, menara yang terpisah agak jauh dari

masjid, bangunan masjid yang memiliki berbagai corak lengkung, tiang, tata hias

lantai, dinding, pintu, dan jendela.Serta memiliki bentuk atap khas yaitu atap yang

berbentuk kubah persegi delapan.Atap masjid terdiri dari satu kubah yang terdapat

ditengah-tengah (ditandai dengan kubah yang besar) dan empat kubah yang ada di

sisi-sisinya dengan ukuran lebih kecil.Keragaman bentuk seni dan ornamentasi

masjid yang menunjukkan ciri-ciri yang menarik.

Jika dilihat dari sudut arsitektur, masjid-masjid kuno di Indonesia

menunjukkan kekhasannya yang membedakannya dengan arsitektur

(12)

atapnya yang bertingkat, denahnya persegi empat atau bujur sangkar dengan

serambi di depan atau di samping terdapat parit berair (kulah).

Demikian pula halnya dengan pintu dan jendela bangunan Belanda,

bahkan ada diantara pintu-pintu yang bergaya spanyol. Pengaruh Eropa, terutama

Belanda akan lebih ampak pada prasasti marmer didepan tangga yang ditulis

dengan huruf latin berbahasa Belanda. Oleh karena itu ditinjau dari arsitektur

Masjid Raya Al-Mashun termasuk salah satu monumen yang harus dilindungi,

dipelihara, dan dilestarikan agar penerus generasi tidak kehilangan data dalam

merekonstruksi masa lampaunya.Bentuk bangunan masjid merupakan kombinasi

arsitektur Melayu bergaya Arab, India, dan Spanyol.Perpaduan arsitektur

menghasilkan sebuah dimensi nilai bangunan yang artistik serta mengandung nilai

estetika dan etika yang tinggi. Ornamen-ornamen yang menghiasi sisi luar gedung

dengan lima buah kubah berwarna hitam diatasnya menjadikan arsitektur masjid

semakin kelihatan artistik. Bangunan masjid ini sudah menggunakan teknologi

beton bertulang, serta memakai konsep-konsep arsitektur modern.Sementara unsur

klasiknya dapat ditemukan pada pemakaian jendela kaca patri berwarna, ornamen

abstrak geometris dan floralistis, bentuk oktagonal dan bentuk kubah bergaya

klasik dari Moghul.

Kini Masjid Raya Al-Mashun diketuai oleh Tengku Hamdi Osman Deli

Khan atau lebih dikenal dengan julukan Raja Muda. Beliau adalah adik kandung

Sultan Azmi Perkasa Alamsjah XII yang menjadi penguasa Istana Maimun pada

saat ini. Menurut Ketua Umum MUI Medan, K.H.Abd.Aziz Usman yang ikut

(13)

terbentuklah sebuah pemukiman baru yang sekarang dikenal dengan nama Kota

Maksum, yang letaknya persis di sebelah Masjid Raya Al-Mashun. Berdasarkan

catatan sejarah, Kota Maksum tempo dulu merupakan wilayah kekuasaan

kesultanan deli.Sejak dibangun sampai saat ini, Masjid Raya Al-Mashun belum

pernah direnovasi.Menurut salah seorang pengelola mesjid, pemerintah daerah

Sumatera Utara pernah merencanakan renovasi bagian-bagian Masjid Raya

Al-Mashun yang telah rusak dimakan usia dan perluasan agar dapat menampung

jamaah lebih banyak. Namun karena ditentang oleh banyak kalangan yang

khawatir nilai-nilai seni dari gaya arsitektur asli bangunan ini hilang, akhirnya

pemerintah daerah hanya menambah sarana penunjang masjid, seperti

penambahan tempat wudhu wanita (1980), tanpa mengotak-atik bangunan

utamanya. Itulah sebabnya, bangunan Masjid tua ini masih tetap utuh seperti

bentuk aslinya ketika dibangun lebih dari seabad silam.

Sekarang ini, keberadaan Masjid Raya Al-Mashun Medan sepenuhnya

menjadi tanggung jawab Pemerintah Kota Medan, baik dari segi pendanaan dan

pengelolaannya.Secara khusus, Masjid Raya Al-Mashun tidak pernah mengalami

perubahan karena masjid ini termasuk situs bersejarah yang dilindungi

Undang-Undang. Berdasarkan Undang-Undang Cagar Budaya No.5 tahun 1992, masjid ini

termasuk peninggalan benda cagar budaya yang perlu dilestarikan, mengingat

juga bahwa bangunan-bangunan di wilayah Kesultanan Deli sudah banyak

mengalami kerusakan dan keruntuhan, contohnya antara lain Balai Kerapatan

Tinggi Kesultanan, Taman/Kolam Raja, Istana Sultan. Selain itu, Masjid Raya

(14)

tetap mempertahankan bentuk aslinya.Karena Masjid Raya Al-Mashun

mempunyai peranan penting khususnya di wilayah Kesultanan Deli dan apabila

ditinjau dari sudut arsitekturnya memiliki perpaduan dan berbagai komponen

budaya arsitektur asing dari berbagai kawasan yang berlainan.

Masjid yang menjadi identitas Kota Medan ini memang bukan sekedar

bangunan antik bersejarah biasa, tetapi juga menyimpan keunikan tersendiri mulai

dari gaya arsitektur, bentuk bangunan, kubah, menara, pilar utama hingga

ornamen-ornamen kaligrafi yang menghiasi tiap bagian bangunan tua ini. Masjid

ini dirancang seluas 18.000 meter persegi dengan perpaduan gaya arsitektur Timur

Tengah, India, dan Eropa abad ke-18.Masjid Raya Al-Mashun adalah peninggalan

dari Sultan Maamun Al-Rasyid Perkasa Alamsjah IX, penguasa ke-9 Kerajaan

Melayu Deli yang berkuasa 1873-1924.

Berdasarkan dari hasil uraian di atas, ada persoalan yang menarik

mengenai gaya arsitektur yang bernuansa Eropa. Maka peneliti mengangkat judul

penelitian “Sejarah Berdirinya Masjid Raya Al-Mashun Sebagai Warisan

(15)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas dikemukakan di latar belakang, maka dapat

diidentifikasikan masalah dalam penelitian sebagai berikut:

1. Sejarah berdirinya Masjid Raya Al-Mashun.

2. Ciri Khas Masjid Raya Al-Mashun.

3. Warisan arsitektur BelandaMasjid Raya Al-Mashun.

C. Pembatasan Masalah

Karena Luasnya masalah yang harus diteliti, maka perlu kiranya

membatasi permasalahan penelitian ini, yaitu :Berdirinya Masjid Raya Al-Mashun

Sebagai Warisan Arsitektur Belanda.

D. Rumusan Masalah

Untuk lebih mendekatkan pada tujuan penulis dan mempermudah

pembahasan, maka dirumuskan masalahnya. Oleh karena ituyang menjadi fokus

masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana sejarah berdirinya Masjid Raya Al-Mashun?

2. Bagaimana perpaduan arsitektur Belanda Masjid Raya Al-Mashun dengan

arsitektur Melayu?

3. Bagaimana keberadaan Masjid Raya Al-Mashun sebagai situs sejarah di Kota

(16)

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk Mengetahui sejarah berdirinya Masjid Raya Al-Mashun.

2. Untuk mengetahui arsitektur Masjid Raya Al-Mashun.

3. Untuk mengetahui fungsi Masjid Raya Al-Mashun.

F. Manfaat Penelitian

1. Untuk menambah wawasan pengetahuan peneliti tentangSejarah berdirinya

Masjid Raya Al-Mashun sebagai warisan arsitektur Belanda.

2. Memberikan inspirasi dan sebagai bahan bandingan yang ingin meneliti

masalah yang berkaitan dengan topik yang sama.

3. Sebagai bahan pengetahuan dan keterampilan bagi peneliti dalam

(17)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka

diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Masjid Raya Al-Mashun merupakan salah satu bangunan bersejarah

peninggalan Sultan Deli dan masih dipergunakan masyarakat muslim

untuk salat setiap hari. Masjid Raya Al-Mashun yang berjarak 200

meter dari Istana Maimun dibangun pada tahun 1906 M selesai

dibangun dan mulai ditempati pada tahun 1909 M yaitu bertepatan

dengan hari jum’at dan dipergunakan pertama kali pada tanggal 19

September 1909. Hal ini dapat diketahui dari buah berbahasa Arab

Melayu yang terdapat pada sayap kiri dan kanan pintu gerbang. Masjid

Raya Al-Mashun dibangun dengan tenaga seorang arsitek bernama

T.H. Van Erp.

2. Selain menjadi pusat ibadah kaum muslimin, Masjid Raya Al-Mashun

ini juga menjadi obyek wisata yang selalu ramai dikunjungi.

3. Hingga kini, Masjid Raya Al-Mashun tetap menjadi kebanggaan

terutama di Medan. Secara khusus, Masjid Raya Al-Mashun tidak

pernah mengalami perubahan karena masjid ini termasuk situs

bersejarah yang dilindungi undang-undang Cagar Budaya No.5 tahun

(18)

4. Masjid Raya Al-Mashun dan lingkungannya menunjukkan adanya

ciri-ciri pola dari suatu kota islam yaitu dengan adanya

komponen-komponen yang terdapat pada pola kota tersebut. Adapun komponen-komponen

tersebut, antara lain terdapat istana kerajaan dibarat, alun-alun di sisi

timur istana, taman dan Balai Kerapatan di sisi utara alun-alun.

5. Pondasi bangunan masjid merupakan pondasi masif dan pejal. Pondasi

memberikan kesan suatu kemegahan juga kekuatan bagi bangunan

sebagaimana yang tercermin pada pada bangunan Masjid Raya

Al-Mashun. Jenis pondasi masif dan pejal diperkirakan merupakan

pondasi yang dipengaruhi oleh pondasi bangunan-bangunan Eropa

yang telah berkembang di Medan sejak masuknya pemerintahan

Belanda.Denah bangunan induk Masjid Raya Al-Mashun memiliki

bujur sangkar yang pada masing-masing sudut sisi terdapat

denah-denah dasar oktagonal (persegi delapan). Begitu juga dengan denah-denah

ruang utama dan denah dasar serambi tenggara, timur laut, barat daya

dan barat laut. Lantai pada bangunan-bangunan di kompleks Masjid

Raya Al-Mashun ditutup oleh tegel-tegel berwarna yang disusun

secara berkombinasi dan tangga naik ke masjid ditutup oleh marmer.

Penggunaan bahan marmer yang terdapat di Masjid Raya Al-Mashun

bertujuan untuk memperkokoh dan memberikan kesan kemegahan

pada bangunan masjid.Serambi terdapat disekeliling bangunan induk

masjid. Serambi timur, selatan, barat dan utara memiliki serambi

(19)

mempunyai lengkungan ladam kuda pada sisi-sisi tersebut.Pintu-pintu

yang terdapat pada kompleks masjid (bangunan induk, tempat wudhu,

pintu gerbang dan menara masjid) merupakan pintu-pintu berdaun

ganda yang dibukakan dengan cara menyorongkan daun pintu kea rah

kiri dan kanan secara searah.Bentuk dan hiasan yang terdapat pada

pintu-pintu ini menyesuaikan dengan tempat diletakkannya pintu.

Pintu yang berbentuk ramping, berpanil dan mempunyai hiasan

geometris diletakkan pada bangunan induk masjid yaitu pintu masuk

timur laut (depan), tenggara (samping) dan barat daya (belakang)

sedangkan pintu yang berbentuk agak tambun, berpanil dan

mempunyai hiasan geometris merupakan pintu masuk ke ruang utama

salat. Pintu-pintu yang terdapat pada menara dan pintu gerbang masjid

merupakan pintu yang berpanil tanpa hiasan geometris.Jendela-jendela

yang terdapat di kompleks masjid (bangunan induk, tempat wudhu,

pintu gerbang dan menara masjid), pada umumnya merupakan jendela

yang tidak mempunyai daun jendela. Disamping itu, terdapat juga

jendela berkisi-kisi yang terletak di sayap kiri dan kanan pintu gerbang

masjid.Ragam hias arsitektural yaitu hiasan puncak dinding yang

terdapat pada bangunan induk, pintu gerbang, tempat wudhu’ dan

menara Masjid Raya Al-Mashun merupakan komponen-komponen

(20)

B. Saran

Berkaitan dengan tema dan topik penelitian, maka penulis mengemukakan

beberapa saran, yaitu:

1. Masyarakat kota Medan khususnya maupun masyarakat lain pada

umumnya, hendaknya mengetahui sejarah berdirinya Masjid Raya

Al-Mashun

2. Disarankan agar pengelolaan dan perawatan Masjid Raya Al-Mashun

harus terprogram lebih baik lagi. Hal ini bertujuan untuk melindungi

dan menjaga situs bersejarah di kota Medan

3. Disarankan kepada seluruh masyarakat, untuk terut berperan serta

dalam upaya menjaga kelestarian Masjid Raya Al-Mashun

4. Disarankan kepada yang bertanggung jawab sepenuhnya terhadap

Masjid Raya Al-Mashun, agar kiranya melarang pengemis duduk di

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Ali Sadikin, 1975. Idarah Masjid. Jakarta: Musawarah Masjid.

Basyaruddin, 2011. Peta Dakwah Kota Medan. Medan :Penerbit Perdana Mulya Sarana.

Francis, 2000. Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama.

Hugiono, Poerwantana, 1992. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Imran, dkk, 2011. Manajemen Masjid. Sumatera Utara: Perdana Mulya Sarana.

Kartodirdjo, 1977. Sejarah Nasional Indonesia 3. Jakarta: Penerbit Balai Pustaka

Lexy, 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda karyaiono.

Luekman, Tengku. 2011. Sejarah Medan Tempo Doeloe. Medan : Penerbit Sinar Grup

Nazir, 2011. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia

Pelly, Usman. 2012. Masjid Raya Al-Mashun Medan Tinjauan Arsitektural dan Ornamental. Yogyakarta: Diterbitkan Casa mesra Publisher.

Sugiono, 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Medan: Penerbit Alfabeta

Sofyan, 2001. Pedoman Manajemen Masjid. Jakarta: PT Pustaka Quantum Prima

Soekmono, 1973. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2. Jakarta: Penerbit Kanisius

Soekmono, 1973. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 3. Jakarta: Penerbit Kanisius

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa keindahan ornamen-ornamen yang melekat pada masjid Al-Mashun di kota Medan tidak hanya sekedar sebagai nilai visual belaka, tetapi

Baiduri, Ratih, 2012, masjid raya al ma’shun medan , Yogyakarta : Eja Publisher Bangun, Sem C, aplikasi estetika dalam seni rupa , Jakarta : IKIP Jakarta Perss Bastomi,

Universitas Sumatera Utara.. Masjid Azizi di Langkat dan Masjid Raya Al-Mashun di Medan. Masjid Raya Al-Mashun yang terletak di Kelurahan Masjid, Kecamatan Medan Kota, Kota

Penelitian ini menelaah hubungan spasial yang terjalin antara arsitektur masjid dengan kegiatan ritual ibadah berjamaah pada kasus studi terpilih yaitu Masjid

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi karakteristik arsitektur yang terdapat pada Masjid Al – Osmani dan Masjid Azizi yang meliputi bagian bangunan masjid,

Masjid Al Fatih Al Anshar Makassar memiliki bentuk masjid yang unik yang menyerupai Kabbah yang berada pada tanah suci Makkah, yang merupakan karya arsitektur yang

Pengaruh Belanda dalam Arsitektur Masjid Agung di Priangan dapat ditemukan dalam beberapa elemen, mulai dari atap yang berubah menjadi kubah, kolom Yunani, pagar

21 Langgam Arsitektur Masjid Pathok Negoro Sebagai Akulturasi Arsitektur dari Masa Kedatangan Hindu, Budha, Islam Hingga Belanda Desy Ayu Krisnha Murti Universitas Widya Mataram