• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Alat Press untuk Mengurangi Resiko Muskuloskeletal pada Proses Pembuatan Kerupuk pada CV.Sari Raos

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perancangan Alat Press untuk Mengurangi Resiko Muskuloskeletal pada Proses Pembuatan Kerupuk pada CV.Sari Raos"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN ALAT PRESS UNTUK MENGURANGI

RESIKO MUSKULOSKELETAL PADA PROSES

PEMBUATAN KRUPUK PADA CV. SARI RAOS

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Disusun Oleh

RUDI ARI ASLAM

060403003

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)
(3)

PERANCANGAN ALAT PRESS UNTUK MENGURANGI RESIKO

MUSKULOSKELETAL PADA PROSES PEMBUATAN KERUPUK DI CV.

SARI RAOS

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

oleh

RUDI ARI ASLAM

060403003

Disetujui Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

( Ir. Poerwanto, Msc ) ( Ir. Rosnani Ginting, MT )

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(4)

ABSTRAK

CV.Sari Raos merupakan sebuah industri menengah yang memproduksi kerupuk, seperti kerupuk Palembang, kerupuk lipat dan kerupuk begadang. CV.Sari Raos ini mendistribusikan produknya ke wilayah-wilayah sekitar Medan Seperti Berastagi dan Binjai. Proses produksinya dimulai dari pembuatan adonan, pengepressan, pencetakan, perebusan, penjemuran, penggorengan dan pengemasan. Fasilitas kerja pada perusahaan ini belum cukup memadai, peralatan yang digunakan masih bersifat manual sehingga peran sumber daya manusia masih sangat berpengaruh di industri kecil ini. Pada proses mencetak adonan kerupuk dengan menggunakan alat press, operator harus menyesuaikan diri dengan alat press yang tidak sesuai dengan keadaan operator yang mengakibatkan terjadinya resiko Musculoskeletal Disorders (MSDs). Dimulai dengan memasukkan adonan sampai proses press dilakukan banyak terjadi kesalahan postur kerja yang menimbulkan musculoskeletal Disorders (MSDs). Karena tidak tersedianya kursi kerja yang sesuai untuk proses press tersebut sehingga operator harus melakukan pengepressan dengan menggunakan kaki. Hal ini menunjukkan adanya sikap kerja yang tidak ergonomis yang menyebabkan terjadinya keluhan MSDs pada operator. Adapun yang dapat dilakukan untuk mengurangi keluhan operator adalah dengan memperbaiki fasilitas kerja tersebut. Dalam hal ini, fasilitas kerja yang akan dirancang berupa alat press dan kursi kerja yang ergonomis bagi operator. Penelitian ini bertujuan untuk merancang fasilitas kerja yang ergonomis dengan merancang alat press dan kursi kerja yang sesuai dengan antropometri operator. Sikap kerja yang menimbulkan keluhan MSDs pada proses press diketahui dengan hasil pengolahan Standard Nordic Questionnaire (SNQ) yang mengidentifikasi terjadinya keluhan muskuloskeletal pada anggota tubuh tertentu pada operator. Untuk penilaian postur kerja dilakukan dengan metode Rapid Entire Body Assessment (REBA) yang menunjukkan elemen gerakan yang berpotensi menimbulkan keluhan MSDs.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya serta segala nikmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Sarjana ini. Tugas Sarjana merupakan salah satu syarat akademis yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di Departemen Teknik Industri Universitas Sumatra Utara.

Penulis melaksanakan Tugas Sarjana di CV. Sari Raos yang bergerak di bidang produksi kerupuk. Tugas Sarjana ini berjudul “Perancangan Alat Press untuk Mengurangi Resiko Muskuloskeletal pada Proses Pembuatan Kerupuk pada CV.Sari Raos”

Penulis menyadari bahwa laporan Tugas Sarjana ini masih jauh dari kesempurnaan, penulis selalu terbuka untuk saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan tulisan ini ke depan. Semoga tugas sarjana ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan pembaca lainnya.

Medan, Oktober 2012

(6)

UCAPAN TERIMAKASIH

Dalam penulisan Tugas Sarjana ini penulis telah mendapatkan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, baik berupa materil, spiritual, informasi maupun administrasi. Oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibunda tercinta Rhyta Zaimarni dan Ayahanda tercinta Askaroellah Aboet serta saudara-saudara penulis yang telah memberikan semangat, perhatian dan doa kepada penulis.

2. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT. selaku Ketua Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT, selaku koordinator Tugas Akhir Departemen Teknik Industri USU.

4. Bapak Ir. A. Jabbar Rambe, M.Eng, selaku koordinator bidang ergonomi departemen Teknik Industri USU. atas bimbingan, pengarahan, dan motivasi yang telah diberikan yang sangat berharga kepada penulis.

5. Bapak Ir. Poerwanto, MSc, selaku dosen pembimbing I dan ibu Ir. Rosnani Ginting, MT, selaku pembimbing II yang telah meluangkan banyak waktu serta memberikan banyak nasehat dan motivasi dalam penyelesaian tugas akhir ini.

(7)

7. Bapak Abdurrachman selaku pemilik CV. Sari Raos beserta seluruh karyawan yang telah bersedia mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di Perusahaan tersebut.

8. Bang Mijo, Kak Dina, Ibu Ani, Bang Ridho, Bang Bowo, Bang Nurmansyah, atas bantuan dan tenaga yang telah diberikan dalam memperlancar penyelesaian Tugas Sarjana ini.

9. Khairunnisa Ginting atas perhatian, motivasi, serta kesabaran dan pengertiannya kepada penulis dalam penyusunan Tugas Sarjana ini.

10. Sahabatku (Andrico, Said, Joko, Gigih, Fuad, Risky) atas dukungan dan masukan yang telah diberikan dalam penyusunan Tugas Sarjana ini.

11.Teman-teman Teknik Industri stambuk 2006, dan seluruh senior dan junior yang mendukung dan memberi semangat kepada penulis.

12.Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu,

Semoga segala amal baik mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT..

(8)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK . ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

I PENDAHULUAN

(9)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan... II-1 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-2 2.3. Organisasi dan Manajemen ... II-2 2.3.1. Struktur Organisasi ... II-2 2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-3 2.3.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-6 2.3.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas ... II-6 2.4. Proses Produksi ... II-6 2.4.1. Bahan Baku ... II-7 2.4.2. Bahan Tambahan ... II-7 2.4.3. Bahan Penolong ... II-7 2.4.4. Uraian Proses Produksi ... II-8 2.5. Mesin dan Peralatan ... II-9

III LANDASAN TEORI

(10)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.5. Anthropometri ... III-14 3.5.1. Tiga Prinsip Dalam Penggunaan Data Anthropometri ... III-17 3.5.2. Dimensi Tubuh Manusia dalam Perancangan ... III-21 3.7. Perancangan ... III-24 3.8. Alat Press ... III-25

IV METODOLOGI PENELITIAN

(11)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

4.9. Pengolahan Data ... IV-5 4.10. Analisis Pemecahan Masalah ... IV-5 4.11. Kesimpulan dan Saran... IV-5

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Data SNQ ... V-1 5.1.1. Elemen Kegiatan pada Kondisi Aktual ... V-5 5.1.2. Penentuan Data Dimensi Tubuh Operator ... V-7 5.2. Pengolahan Data ... V-8

5.2.1. Penentuan Modus Keluhan Berdasarkan Kuisioner

SNQ ... V-8 5.2.1.1. Perhitungan Persentase Keluhan Bagian Tubuh V-8 5.2.1.2. Penentuan Modus Kuisioner SNQ ... V-8 5.2.2. Penilaian Postur Kerja dengan Metode REBA ... V-10 5.2.2.1. Proses Memasukkan Adonan Ke Alat Press ... V-10 5.2.2.2. Proses Mengunci Alat Press ... V-16 5.2.2.2. Proses Pengepressan ... V-22 5.2.3. Perhitungan Data Anthropometri ... V-28 5.2.3.1. Penentuan Data Dimensi Tubuh Operator ... V-28 5.2.3.2. Penentuan Nilai Rata-rata, Standar Deviasi,

(12)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.2.3.3. Uji Keseragaman Data Anthropometri ... V-31 5.2.3.4. Uji Kecukupan Data Anthropometri ... V-35 5.2.3.5. Uji Kenormalan Data Anthropometri ... V-36

VI ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisis Tingkat Keluhan Musculoskeletal ... VI-1 6.2. Analisis Postur Kerja Aktual ... VI-2 6.3. Analisis Data Anthropometri ... VI-3 6.4. Analisis Kondisi Aktual Fasilitas Pekerja ... VI-5 6.5. Analisis Perancangan Fasilitas Pekerja ... VI-7 6.6. Rancangan Biaya Untuk Fasilitas Kerja Usulan ... VI-11

VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-2

DAFTAR PUSTAKA

(13)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

(14)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

(15)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.30. Skor Leher REBA ... V-23 5.31. Skor Batang Tubuh REBA ... V-23 5.32. Skor Kaki REBA ... V-23 5.33. Skor Beban REBA ... V-24 5.34. Perhitungan Grup A untuk Kegiatan Pengepressan ... V-24 5.35. Skor Lengan Bawah REBA ... V-25 5.36. Skor Pergelangan Tangan REBA ... V-25 5.37. Skor Lengan Atas REBA ... V-25 5.38. Coupling ... V-26 5.39. Perhitungan Grup B untuk Kegiatan Pengepressan ... V-26 5.40. Perhitungan Metode REBA untuk Pengepressan ... V-27 5.41. Skor Aktivitas ... V-27 5.42. Nilai Tindakan Tingkat REBA... V-28 5.42. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Postur Kerja Dengan Metode REBA

... V-28 5.44. Dimensi Tubuh Operator pada CV. Sari Raos ... V-29 5.45. Hasil Perhitungan X,σ, Xmin dan Xmax pada Dimensi

(16)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.47. Hasil Rekapitulasi Perhitungan Uji Kecukupan Data Dimensi

(17)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

(18)

DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)

GAMBAR HALAMAN

(19)

DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)

GAMBAR HALAMAN

(20)

ABSTRAK

CV.Sari Raos merupakan sebuah industri menengah yang memproduksi kerupuk, seperti kerupuk Palembang, kerupuk lipat dan kerupuk begadang. CV.Sari Raos ini mendistribusikan produknya ke wilayah-wilayah sekitar Medan Seperti Berastagi dan Binjai. Proses produksinya dimulai dari pembuatan adonan, pengepressan, pencetakan, perebusan, penjemuran, penggorengan dan pengemasan. Fasilitas kerja pada perusahaan ini belum cukup memadai, peralatan yang digunakan masih bersifat manual sehingga peran sumber daya manusia masih sangat berpengaruh di industri kecil ini. Pada proses mencetak adonan kerupuk dengan menggunakan alat press, operator harus menyesuaikan diri dengan alat press yang tidak sesuai dengan keadaan operator yang mengakibatkan terjadinya resiko Musculoskeletal Disorders (MSDs). Dimulai dengan memasukkan adonan sampai proses press dilakukan banyak terjadi kesalahan postur kerja yang menimbulkan musculoskeletal Disorders (MSDs). Karena tidak tersedianya kursi kerja yang sesuai untuk proses press tersebut sehingga operator harus melakukan pengepressan dengan menggunakan kaki. Hal ini menunjukkan adanya sikap kerja yang tidak ergonomis yang menyebabkan terjadinya keluhan MSDs pada operator. Adapun yang dapat dilakukan untuk mengurangi keluhan operator adalah dengan memperbaiki fasilitas kerja tersebut. Dalam hal ini, fasilitas kerja yang akan dirancang berupa alat press dan kursi kerja yang ergonomis bagi operator. Penelitian ini bertujuan untuk merancang fasilitas kerja yang ergonomis dengan merancang alat press dan kursi kerja yang sesuai dengan antropometri operator. Sikap kerja yang menimbulkan keluhan MSDs pada proses press diketahui dengan hasil pengolahan Standard Nordic Questionnaire (SNQ) yang mengidentifikasi terjadinya keluhan muskuloskeletal pada anggota tubuh tertentu pada operator. Untuk penilaian postur kerja dilakukan dengan metode Rapid Entire Body Assessment (REBA) yang menunjukkan elemen gerakan yang berpotensi menimbulkan keluhan MSDs.

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Usaha peningkatan produktivitas tidak dapat terlepas dari faktor manusia, masalah cara kerja dan alat-alat kerja yang tidak ergonomis menjadi hal yang tidak diperhatikan dalam industri-industri yang ada di Indonesia khususnya dalam industri yang bersifat rumahan.

(22)

proses pengepressan. Proses tersebut dilakukan berulang oleh operator sebanyak 3 atau 4 kali dalam sehari yang dimulai dari jam 07.00 pagi hingga pukul 18.00. Dari pengamatan yang dilakukan pada proses tersebut banyak terlihat postur kerja yang tidak benar yang dapat menimbulkan resiko Musculoskeletal Disorders pada daerah tubuh mulai dari pinggang sampai kaki. Seperti pada proses press, operator mendorong roda press dengan sudut yang terbentuk antara 30-600 yang dilakukan secara repetitif.

Keluhan musculoskeletal adalah keluhan pada bagian–bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit.Apabila otot menerima beban statis secara berulang dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan Musculoskeletal disorsders (MSDs) atau cedera pada sistem muskuloskeletal. Apabila pekerjaan berulang tersebut dilakukan dengan cara yang nyaman, sehat dan sesuai dengan standar yang ergonomis, maka tidak akan menyebabkan gangguan muskuloskeletal dan semua pekerjaan akan berlangsung dengan efektif dan efisien.

(23)

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dilakukan adalah operator yang menggunakan alat press untuk adonan kerupuk di CV.Sari Raos yang digunakan secara repetitif dapat menimbulkan resiko Musculoskeletal Disorders (MSDs), sehingga perlu dilakukan studi untuk memperbaiki design alat press kerupuk pada CV.Sari Raos agar dapat mengurangi keluhan resiko MSDs pada operator pengepressan di CV.Sari Raos.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus yang antara lain :

a. Tujuan umum

Tujuan umum yang ingin dicapai dari pemecahan masalah ini adalah mendapatkan rancangan fasilitas kerja pengepressan yang ergonomis pada proses pencetakan kerupuk pada CV.Sari Raos.

b. Tujuan khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui keluhan Musculosceletal Disorders (MSDs) berdsasarkan kuisioner SNQ yangdialami operator bagian pengepressan

2. Mengetahui postur kerja pada operator dengan menggunakan metode Rapid Entire Body Assessment (REBA).

(24)

1.4. Asumsi dan Batasan Masalah

Adapun asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1. Pekerja yang diamati adalah pekerja yang sudah terlatih, bekerja secara

normal dan wajar yang tidak lagi membutuhkan penyesuaian pada saat melakukan pekerjaan.

2. Operator bekerja dalam kondisi yang biasanya tanpa ada perubahan sikap kerja dan waktu kerja.

Penelitian dilakukan dalam batasan-batasan tertentu, antara lain: 1. Objek penelitian adalah operator yang bekerja di CV. Sari Raos.

2. Data anthropometri yang digunakan adalah data dimensi tubuh operator yang menggunakan alat press yang ada di CV. Sari Raos.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Meningkatkan kemampuan bagi mahasiswa dalam menerapkan teori dan metode ilmiah yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan dengan mengaplikasikannya di lapangan.

2. Sebagai bahan masukan bagi pihak perusahaan untuk dapat merancang metode dan fasilitas kerja yang benar, sehingga dapat meningkatkan produktifitas perusahaan.

(25)

1.6. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan tugas sarjana ini akan disajikan dalam beberapa bsab sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Menguraikan kondisi yang terjadi pada CV. Sari Raos berupa latar belakang permasalahan yang terdapat pada perusahaan, rumusan permasalahan, tujuan dari penelitian, manfaat dari penelitian, batasan dan asumsi yang digunakan, serta sistematika penulisan tugas akhir.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Menjelaskan secara umum sejarah perusahaan, struktur organisasi dan manajemen, proses produksi serta utilitas pabrik yang terdapat di CV.Sari Raos

BAB III LANDASAN TEORI

Memaparkan tinjauan teori-teori yang berkenaan dengan keluhan Muskuloskeletal, Ergonomi dan antropometri dimensi tubuh manusia dan yang berkenaan dengan perancangan alat.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Memberikan penjelasan jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, kerangka konseptual dalam penelitian, variabel penelitian, metode dan instrument penelitian.

(26)

Mengidentifikasi data untuk penelitian yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pengukuran yang dilakukan di lapangan sebagai bahan untuk melakukan pengolahan data yang digunakan sebagai dasar pada pemecahan masalah.

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

Menganalisis dan membahas hasil pengolahan data dengan cara membandingkan dengan teori-teori yang ada, serta memuat tentang kekurangan-kekurangan pada penggunaan fasilitas kerja dan metode kerja yang lama.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

(27)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

CV. Sari Raos ini didirikan oleh bapak Abdurrachman, sebelum mendirikan CV. Sari Raos bekerja sebagai pegawai swasta di daerah Jawa Barat. Bapak abdurrachman bekerja sebagai pegawai kantoran sebelum Indonesia mengalami krisis moneter, pada tahun 1996 bapak Abdurrachman terkena pemberhentian kerja oleh perusahaan ditempatnya bekerja. Akhirnya pada tahun yang sama bapak Abdurrachman memutuskan untuk merantau ke Medan, Sumatera utara untuk mencoba bertahan dari krisis yang terjadi. Berbekal modal yang pas-pasan bapak Abdurrachman merantau bersama 2 orang anggotanya dari Garut, Jawa Barat. Mereka memulai usaha kerupuk Sari Raos ini di jalan Abdul Hakim Pasar 1 Tanjung Sari, Medan. Pada awalnya pak Abdurrachman bersama anggotanya hanya memproduksi satu jenis kerupuk dan masih dalam produksi yang terbatas,dan kemudian memasarkan sendiri produknya ke beberapa toko-toko yang ada disekitar tempat tinggal dan usaha pak Abdurrachman.

(28)

kerupuk begadang. Kerupuk produksi CV. Sari Raos ini dijual ke daerah Medan dan sekitarnya seperti Berastagi, Binjai dan lainnya.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

CV. Sari Raos merupakan sebuah badan usaha yang memproduksi kerupuk. Kerupuk yang dihasilkan oleh CV. Sari Raos ada tiga macam yaitu kerupuk Palembang, kerupuk lipat dan kerupuk begadang. Sistem produksinya adalah make-to-stock.

CV. Sari Raos dapat menghasilkan puluhan bungkus kerupuk siap makan setiap harinya, yang akan dipasarkan untuk wilayah Medan dan sekitarnya seperti Berastagi, Binjai dan wilayah lainnya. Untuk bahan baku yang digunakan CV. Sari Raos tidak pernah kesulitan untuk mendapatkannya sebab semua kebutuhan akan bahan baku tersedia banyak dipasaran.

2.3. Organisasi dan Manajemen

2.3.1. Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan gambaran skematis tentang hubungan-hubungan dan kerjasama diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian yang menggerakkan organisasi untuk mencapai tujuan. Struktur ditentukan atau dipengaruhi oleh badan usaha, jenis usaha, besarnya usaha dan sistem produksi perusahaan tersebut.

(29)

seperti CV. Sari Raos ini., namun perintah tugas dan deskripsi pekerjaan dapat dilihat dengan jelas . CV. Sari Raos memiliki struktur organisasi berbentuk fungsional yaitu bentuk struktur organisasi yang ditunjukkan dengan adanya pembagaian tugas dan wewenang yang jelas pada masing-masing bagian kerja. Struktur organisasi CV. Sari Raos dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Struktur Organisasi CV. Sari Raos

2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

Pembagian tugas pada CV. Sari Raos dibagi menurut fungsi yang telah ditetapkan. Uraian tugas pada CV. Sari Raos adalah sebagai berikut :

1. Pimpinan (Pemilik)

Pimpinan CV. Sari Raos merupakan pemilik usaha tersebut yang merupakan pimpinan tertinggi dalam perusahaan yang memiliki wewenang atau kekuasaan melakukan tindakan untuk perusahaan.

Tugas :

a. Pemimpin dan pemegang tertinggi dalam perusahaan.

b. Melakukan pengawasan dengan mengadakan pemeriksaan serta penilaian seluruh kegiatan perusahaan.

Pimpinan/pemilik

(30)

Tanggung jawab :

a. Memimpin dan mengendalikan semua usaha, kegiatan pekerjaan untuk mencapai tujuan.

b. Mengatur pembelian dan penjualan produk. c. Memberi tugas, memberi hak pekerja.

2. Karyawan Bagian Pengadonan

Tugas karyawan bagian pengadonan adalah sebagai berikut : a. Membuat dan menyiapkan adonan kerupuk

b. Mencampurkan tepung kanji kedalam adonan tepung terigu c. Memberikan pewarna makanan kedalam adonan

3. Karyawan Bagian Pengepressan

Tugas karyawan bagian pengepressan adalah sebagai berikut : a. Mengisi adonan kedalam alat press

b. Mengontrol adonan yang dikeluarkan dari alat press c. Melakukan pengepressan sampai seluruh adonan habis

4. Karyawan Bagian Pencetakan

Tugas karyawan bagian Pencetakan adalah sebagai berikut : a. Menyiapkan alat cetakan

b. Melakukan pola pencetakan

(31)

5. Karyawan Bagian Perebusan

a. Memindahkan tatakan kayu dari tempat pencetakan b. Menyusun tatakan kayu

c. Mengangkat tatakan kayu kedalam kuali d. Mengisi air untuk perebusan

e. Menutup kuali

6. Karyawan Bagian Penjemuran a. Membuka tutup kuali

b. Mengangkat tatakan kayu dari dalam kuali c. Menyusun tatakan kayu untuk dijemur

d. Menyimpan kerupuk yang telah selesai dijemur

7. Karyawan Bagian Penggorengan

a. Menyiapkan kayu bakar sebagai bahan bakar penggorengan b. Menuang minyak goring ke dalam kuali

(32)

2.3.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja

Jumlah tenaga kerja di CV. Sari Raos saat ini berjumlah 13 orang. Perincian jumlah tenaga kerja terbagi atas bagian pengadonan, bagian pengepressan, bagian pencetakan, bagian perebusan, bagian penjemuran dan penggorengan serta beberapa orang yang bekerja sebagai sales.

Hari kerja di CV. Sari Raos dimulai dari hari Senin – Sabtu dengan jam kerja perhari adalah 10 jam yaitu mulai dari pukul 07.00 WIB – 18.00 WIB dengan waktu istirahat selama 1 jam disekitar pukul 12.30 WIB – 13.30 WIB. Penambahan jam kerja dapat dilakukan jika permintaan meningkat.

2.3.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas

Pengupahan karyawan dibayar dengan sistem mingguan berupa upah pokok dan dilakukan penambahan upah jika ada lembur kerja. Karyawan juga diberikan failitas tempat tinggal dan makan yang ditanggung oleh pemilik usaha.

2.4. Proses Produksi

Proses produksi merupakan suatu proses transformasi (mengalami perubahan bentuk secara fisik dan kimia) yang merubah input berupa bahan baku, mesin, peralatan, modal, energi dan tenaga kerja menjadi output sehingga memiliki nilai tambah.

(33)

2.4.1. Bahan Baku

Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam suatu proses produksi, dimana sifat dan bentuknya akan mengalami perubahan fisik maupun kimiawi yang terjadi di dalam proses produksi sampai dihasilkannya barang jadi.

Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan kerupuk di CV. Sari Raos adalah sebagai berikut :

1. Tepung Terigu, bahan utama untuk pembuatan adonan 2. Tepung kanji, untuk pembuatan adonan

3. Pewarna makanan

2.4.2. Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan ke dalam produk jadi sehingga dapat meningkatkan mutu dan kualitas secara lebih baik. Bahan tambahan yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Label / merk kerupuk

2. Kemasan plastik / bungkus kerupuk

2.4.3. Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan-bahan yang dapat menunjang proses produksi yang tidak nampak pada produk akhir. Bahan penolong yang digunakan adalah sebagai berikut :

(34)

2.4.4. Uraian Proses Produksi

Berikut adalah uraian proses produksi pembuatan kerupuk pada CV. Sari Raos :

1. Pengadonan

Pada proses pengadonan ini, bahan baku tepung terigu akan diadon untuk mendapatkan komposisi yang tepat, baik dari kekentalan adonan dan komposisi antara tepung terigu, tepung kanji dan pewarna makanan. 2. Pengepressan

Setelah adonan kerupuk selesai dibuat, akan dilakukan pengepressan. Operator bagian pengepressan mengisi adonan kedalam alat press secukupnya. Kemudian operator memeriksa keluaran adonan dari alat press dan kemudian melakukan pengepressan sampai adonan habis.

3. Pencetakan

Pencetakan dilakukan dari adonan yang dikeluarkan dari alat press, dengan menggunakan alat yang menyerupai diameter kerupuk, operator pencetakan membuat pola kerupuk.

4. Perebusan

(35)

5. Penjemuran

Setelah selesai perebusan, tatakan kayu tersebut dikeluarkan dan dibawa ke tempat penjemuran. Kerupuk yang telah selesai direbus dipindahkan dari tatakan kayu ke atas nampan penjemuran.

6. Penggorengan

Kerupuk yang telah kering kemudian dipindahkan ke tempat penggorengan untuk selanjutnya digoreng.

2.5. Mesin dan Peralatan

Dalam melaksanakan produksi pembuatan kerupuk, CV. Sari Raos menggunakan beberapa mesin dan peralatan. Mesin dan peralatan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Mesin dan Peralatan Produksi

Nama Fungsi Jumlah

(Unit) Alat Press Merubah bentuk adonan yang kental menjadi lebih

encer

2

Mesin bakar Untuk membuat lipatan pada kerupuk lipat 2

Pisau Memotong hasi rebusan kerupuk 3

Dandang Merebus adonan kerupuk yang telah dicetak 2

Kuali Menggoreng kerupuk 2

Cetakan kerupuk

Sebagai patokan dalam membuat bentuk kerupuk 4

Tatakan kayu Tempat hasil cetakan disusun dan sebagai wadah perebusan

40

(36)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Ergonomi

Ergonomi merupakan suatu cabang ilmu yang secara sistematis memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman, nyaman, sehat dan efisien.

Pada penerapan ergonomi, diperlukan informasi yang lengkap mengenai kemampuan manusia dengan segala keterbatasannya. Salah satu usaha untuk mendapatkan informasi tersebut adalah dengan melakukan penyelidikan-penyelidikan. Berkaitan dengan bidang penyelidikan yang dilakukan, ergonomi dikelompokkan atas 4 bidang penyelidikan yaitu :

1. Penyelidikan tentang tampilan (display)

(37)

2. Penyelidikan tentang kekuatan fisik manusia

Penyelidikan tentang kekuatan fisik manusia dilakukan ketika manusia mulai melakukan aktivitas kerja dan kemudian dipelajari cara mengukur aktivitas-aktivitas tersebut. Penyelidikan ini juga mempelajari perancangan objek serta peralatan yang sesuai dengan kemampuan fisik manusia pada saat melakukan aktivitasnya.

3. Penyelidikan tentang ukuran tempat kerja

Penyelidikan tentang ukuran tempat kerja bertujuan untuk mendapatkan rancangan tempat kerja yang sesuai dengan ukuran (dimensi) tubuh manusia, agar diperoleh tempat kerja yang baik yang sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan manusia.

4. Penyelidikan tentang lingkungan kerja

Penyelidikan tentang lingkungan kerja meliputi kondisi fisik tempat kerja dan fasilitas kerja, seperti pengaturan cahaya, kebisingan, temperatur, getaran, dan lain-lain yang dianggap dapat mempengaruhi tingkah laku manusia.

3.2. Keluhan Musculoskeletal1

Keluhan musculoskeletal adalah keluhan pada bagian–bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit.Apabila otot menerima beban statis secara berulang dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan

1

(38)

tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilakan dengan Musculoskeletal disorsders (MSDs) atau cedera pada sistem muskuloskeletal. Apabila pekerjaan berulang tersebut dilakukan dengan cara yang nyaman, sehat dan sesuai dengan standar yang ergonomis, maka tidak akan menyebabkan gangguan muskuloskeletal dan semua pekerjaan akan berlangsung dengan efektif dan efisien.

Secara garis besar keluhan otot yang terjadi dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:

1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan hilang apabila pembebanan dihentikan.

2. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut.

Studi tentang MSDs pada berbagai jenis industri telah banyak dilakukan dan hasil studi menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot rangka (skeletal) yang meliputi leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan otot-otot bagian bawah. Diantara keluhan otot skeletal tersebut, yang paling banyak dialami oleh pekerja adalah otot bagian pinggang (low back pain = LBP).

(39)

apabila kontraksi otot hanya berkisar antara 15-20%. Peredaran darah ke otot berkurang menurut tingkat kontraksi yang dipengaruhi oleh besarnya tenaga yang diperlukan. Bila suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan sebagai akibatnya terjadi penimbunan asam laktat yang menyebabkan timbulnya rasa nyeri otot.

Peter vi (2000) menjelaskan bahwa, terdapat banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadi keluhan musculoskeletal sebagai berikut :

1. Peregangan otot yang berlebihan

Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya sering dikeluhakan oleh para pekerja dimana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat, menarik, mendorong dan menahan beban yang berat. Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan otot yang diperlukan melampaui kekuatan optimum otot. Apabila hal serupa sering dilakukan, maka dapat mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan terjadinya otot skeletal.

2. Aktivitas berulang

Aktivitas berulang merupakan pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkut dan sebagainya. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi.

3. Sikap kerja tidak alamiah

(40)

terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat dan sebagainya. Semakin jauh posisi tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal.

4. Faktor penyebab sekunder

Faktor penyebab sekunder ini adalah berupa tekanan langsung dari jaringan otot yang lunak atau getaran dengan frekwensi tinggi yang menyebabkan kontraksi otot bertambah.

Ada beberapa cara yang telah diperkenalkan dalam melakukan evaluasi ergonomi untuk mengetahui hubungan antara tekanan fisik dengan resiko keluhan otot skeletal. Pengukuran terhadap tekanan fisik ini cukup sulit karena melibatkan berbagai faktor subjektif seperti kinerja, motivasi, harapan dan toleransi kelelahan. Alat ukur yang digunakan dpat dilakukan dengan berbagai cara mulai metoda yang sederhana sampai menggunakan sistem komputer. Salah satu dari metode tersebut adalah melalui Standard Nordic Questionnaire.

3.3. Standard Nordic Questionnaire (SNQ)

(41)

NO JENIS KELUHAN TINGKAT KELUHAN 0 Sakit kaku di leher bagian atas

1 Sakit kaku di leher bagian bawah

2 Sakit di bahu kiri

3 Sakit di bahu kanan

4 Sakit lengan atas kiri

5 Sakit di punggung

6 Sakit lengan atas kanan

7 Sakit pada pinggang

8 Sakit pada bokong

9 Sakit pada pantat

10 Sakit pada siku kiri

11 Sakit pada siku kanan

12 Sakit pada lengan bawah kiri

13 Sakit pada lengan bawah kanan

14 Sakit pada pergelangan tangan kiri

15 Sakit pada pergelangan tangan kanan

16 Sakit pada tangan kiri

17 Sakit pada tangan kanan

18 Sakit pada paha kiri

19 Sakit pada paha kanan

20 Sakit pada lutut kiri

21 Sakit pada lutut kanan

22 Sakit pada betis kiri

23 Sakit pada betis kanan

24 Sakit pada pergelangan kaki kiri

25 Sakit pada pergelangan kaki kanan

26 Sakit pada kaki kiri

27 Sakit pada kaki kanan

Sumber : Gempur Santoso, Ergonomi : Manusia, Peralatan dan Lingkungan

(42)

3.4. Postur Kerja2

Di dunia industri khususnya industri manufaktur yang banyak menggunakan tenaga manusia (manual work), produktivitas kerja sangat dipengaruhi oleh performansi tenaga kerja. Performansi tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah postur dan sikap/gerakan pada saat melakukan aktivitas kerja. Sikap/gerakan yang salah atau kurang ergonomis selanjutnya dapat mempercepat kelelahan yang berujung pada turunnya produktivitas kerja atau perubahan fisik pada operator sebagai akibat jangka panjang.

3.4.1. REBA (Rapid Entire Body Assessment)

REBA (Rapid Entire Body Assessment) merupakan suatu metode penilaian postur untuk menilai faktor resiko gangguan tubuh keseluruhan. Untuk masing tugas, kita menilai faktor postur tubuh dengan penilaian pada masing-masing grup yang terdiri atas 2 grup yaitu:

1. Grup A yang terdiri dari postur tubuh kiri dan kanan dari batang tubuh (trunk), leher (neck), dan kaki (legs).

2. Grup B yang terdiri atas postur tubuh kanan dan kiri dari lengan atas (upper arm), lengan bawah (lower arm), dan pergelangan tangan (wrist). Pada masing-masing grup diberikan suatu skala postur tubuh dan suatu pernyataan tambahan. Diberikan juga faktor beban/kekuatan dan coupling.

2

(43)

Berikut ini adalah faktor-faktor yang dinilai pada metode REBA. Postur Batang Tubuh REBA dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Grup A:

a. Batang tubuh (trunk)

Gambar 3.2. Postur Batang Tubuh REBA

Sedangkan skor batang tubuh REBA disajikan dalam Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Skor Batang Tubuh REBA

Pergerakan Skor Skor Perubahan

Posisi normal 1 +1 jika batang tubuh

berputar/bengkok/bungkuk 0-200 (ke depan dan belakang) 2

<-200 atau 20-600 3

>600 4

Sumber : Teori REBA

b. Leher (neck)

Postur leher REBA dapat dilihat pada Gambar 3.3.

(44)

Sedangkan skor leher REBA dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Skor Leher REBA

Pergerakan Skor Skor Perubahan

0-200 1 +1 jika leher berputar/bengkok >200-ekstensi 2

Sumber : Teori REBA

c. Kaki (legs)

Postur kaki REBA dapat dilihat pada Gambar 3.3.

Gambar 3.4. Postur Kaki REBA

Sedangkan skor leher REBA dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Skor Kaki REBA

Pergerakan Skor Skor Perubahan

Posisi normal/seimbang (berjalan/duduk)

1 +1 jika lutut antara 30-600 +2 jika lutut >600 Bertumpu pada satu kaki lurus 2

(45)

d. Beban (load)

Skor Beban REBA disajikan dalam Tabel 3.4.

Tabel 3.4. Skor Beban REBA

Pergerakan Skor Skor Pergerakan

<5 kg 0 +1 jika kekuatan cepat

5-10 kg 1

>10 kg 2

Sumber : Teori REBA

Grup B:

a. Lengan atas (upper arm)

Postur lengan atas REBA dapat dilihat pada Gambar 3.5.

Gambar 3.5. Postur Lengan Atas REBA

Sedangkan skor lengan atas REBA dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5. Skor Lengan Atas REBA

Pergerakan Skor Skor Perubahan

200 (ke depan dan belakang) 1 +1 jika bahu naik

+1 jika lengan berputar/bengkok -1 miring, menyangga berat

lengan >200 (ke belakang) atau 20-450 2

45-900 3

>900 4

(46)

b. Lengan bawah (lower arm)

Postur lengan bawah REBA dapat dilihat pada Gambar 3.6.

Gambar 3.6. Postur Lengan Bawah REBA

Sedangkan skor lengan bawah REBA dapat dilihat pada Tabel 3.6

Tabel 3.6. Skor Lengan Bawah REBA

Pergerakan Skor

60-1000 1

<600 atau >1000 2

Sumber : Teori REBA

c. Pergelangan tangan (wrist)

Postur pergelangan tangan REBA dapat dilihat pada Gambar 3.7.

(47)

Sedangkan skor pergelangan tangan REBA dapat dilihat pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7. Skor Pergelangan Tangan REBA

Pergerakan Skor Skor Perubahan

0-150 (ke atas dan bawah) 1 +1 jika pergelangan tangan putaran menjauhi sisi tengah >150 (ke atas dan bawah) 2

Sumber : Teori REBA

d. Coupling

Penilaian skor coupling dapat dilihat pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8. Coupling

Coupling Skor Keterangan

Baik 0 Kekuatan pegangan baik

Sedang 1 Pegangan bagus tapi tidak ideal atau kopling cocok dengan bagian tubuh

Kurang baik 2 Pegangan tangan tidak sesuai walaupun mungkin

Tidak dapat

diterima 3

Kaku, pegangan tangan tidak nyaman, tidak ada pegangan atau kopling tidak sesuai dengan bagian tubuh

Sumber: Teori REBA

Sedangkan skor aktivitas dapat dilihat pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9. Skor Aktivitas

Aktivitas Skor Keterangan

Postur statik +1 1 atau lebih bagian tubuh statis/diam Pengulangan +1 Tindakan berulang-ulang

Ketidakstabilan +1 Tindakan menyebabkan jarak yang besar dan cepat pada postur (tidak stabil)

(48)

Untuk menentukan level tindakan REBA, kita membutuhkan tambahan data apakah akan menggunakan tubuh bagian kiri atau kanan. Berikut ini nilai level tindakan REBA dapat dilihat pada Tabel 3.10.

Tabel 3.10. Nilai Level Tindakan REBA

Skor REBA Level Resiko Level Tindakan Tindakan

1 Dapat diabaikan 0 Tidak diperlukan

2-3 Kecil 1 Mungkin diperlukan

4-7 Sedang 2 Perlu

8-10 Tinggi 3 Segera

11-15 Sangat tinggi 4 Sekarang juga

Sumber : Teori REBA

(49)

Gambar 3.8. REBA Assessments Worksheet

3.5. Antropometri3

Antropometri terdiri dari dua kata yaitu anthro yang berarti manusia dan metri yang berarti ukuran. Antropometri menurut Stevenson dan Nurmianto adalah satu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia ukuran, bentuk, dan kekuatan serta penerapan data untuk

3

(50)

penanganan masalah desain. Singkatnya antropometri dapat diartikan sebagai suatu studi tentang pengukuran dimensi tubuh manusia.

Antropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam proses perencanaan (design) produk maupun sistem kerja yang memerlukan interaksi manusia. Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal :

1. Perancangan areal kerja

2. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas ( tools) dan sebagainya.

3. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian , kursi, meja, komputer dan lain-lain.

4. Perancangan lingkungan kerja fisik.

Antropometri dibagi dalam dua bagian yaitu :

a. Antropometri statis, dimana pengukuran dilakukan pada saat tubuh dalam keadaan diam/posisi diam/ tidak bergerak.

b. Antropometri dinamis, dimana dimensi tubuh diukur dalam berbagai posisi tubuh yang sedang bergerak.

(51)

1. Umur

Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai sekitar 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Ada kecenderungan berkurang setelah 60 tahun.

2. Jenis kelamin

Pria pada umumnya memiliki dimensi tubuh yang lebih besar kecuali bagian dada dan pinggul.

3. Rumpun dan Suku Bangsa

Setiap suku, bangsa ataupun kelompok etni akan memiliki karakteristik fisik yang akan berbeda satu dengan yang lainnya.

4. Posisi Tubuh

Sikap ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh oleh karena itu, posisi tubuh standar harus diterapkan untuk survey pengukuran.

5. Cacat Tubuh

Data antropometri disini akan akan diperlukan untuk rancangan produk bagi orang-orang cacat.

6. Jenis Pekerjaan

(52)

7. Faktor Kehamilan pada Wanita

Kondisi ini jelas akan mempengaruhi bentuk dan ukuran tubuh wanita. Hal tersebut jelas memerlukan perhatian khusus terhadap produk-produk yang dirancang bagi segmentasi seperti itu.

8. Tebal/tipisnya pakaian yang harus dikenakan

Faktor iklim yang berbeda akan memberikan variasi yang berbeda-beda pula dalam bentuk rancangan dan spesifikasi pakaian.

3.5.1. Tiga Prinsip Dalam Penggunaan Data Antropometri

Agar rancangan produk bisa sesuai dengan ukuran tubuh manusia yang akan mengoperasikannya, maka prinsip-prinsip yang harus diambil di dalam aplikasi data anthropometri harus ditetapkan terlebih dahulu yaitu:

1. Prinsip perancangan produk bagi individu dengan ukuran yang ekstrim

Di sini rancangan produk dibuat agar bisa memenuhi dua sasaran produk, yaitu:

a. Bisa sesuai untuk ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrim dalam arti terlalu besar atau kecil bila dibandingkan dengan rata-ratanya.

b. Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain (mayoritas dari populasi yang ada).

(53)

a. Untuk dimensi minimum yang harus ditetapkan dari suatu rancangan produk umumnya didasarkan pada nilai percentile yang terbesar seperti 90-th, 95-th, atau 99-th percentile. Contoh konkrit pada kasus ini bisa dilihat pada penetapan ukuran minimal dari lebar dan tinggi pintu darurat, dan lain-lain.

b. Untuk dimensi maksimum yang harus ditetapkan diambil berdasarkan nilai percentile yang paling rendah (1-th, 5-th, 10-th percentile) dari distribusi data anthropometri yang ada. Hal ini diterapkan dalam contoh penetapan jarak jangkau dari suatu mekanisme kontrol yang harus dioperasikan oleh seorang pekerja.

2. Prinsip perancangan produk yang bisa dioperasikan di antara rentang ukuran tertentu (adjustable)

Di sini rancangan bisa dirubah-rubah ukurannya sehingga cukup fleksibel dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki berbagai macam ukuran tubuh. Contoh yang paling umum dijumpai adalah perancangan kursi mobil yang mana dalam hal ini letaknya bisa digeser maju/mundur dan sudut sandarannya bisa berubah-ubah sesuai dengan yang diinginkan. Dalam kaitannya untuk mendapatkan rancangan yang fleksibel semacam ini maka data anthropometri yang umum diaplikasikan adalah dalam rentang nilai 5-th sampai dengan 95-th percentile.

3. Prinsip perancangan produk dengan ukuran rata-rata

(54)

yang berada dalam ukuran rata-rata. Di sini produk dibuat dan dirancang untuk mereka yang berukuran sekitar rata-rata, sedangkan bagi mereka yang berukuran ekstrim akan dibuatkan rancangan tersendiri.

Untuk memperjelas mengenai data antropometri untuk bisa diaplikasikan dalam berbagai rancangan produk ataupun fasilitas kerja yang memberikan informasi tentang anggota tubuh yang perlu diukur dapat dilihat pada gambar 3.9.

Gambar 3.9. Anthropometri Tubuh Manusia yang Diukur Dimensinya

Keterangan :

1. Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai s/d ujung kepala ) 2. Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak

3. Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak

4. Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus)

(55)

6. Tinggi tubuh dalam posisi duduk (diukur dari alas tempat duduk/pantat sampai dengan kepala ).

7. Tinggi mata dalam posisi duduk 8. Tinggi bahu dalam posisi duduk

9. Tinggi siku dalam posisi duduk ( siku tegak lurus ) 10.Tebal atau lebar paha

11.Panjang paha yang diukur dari pantat s/d ujung lutut

12.Panjang paha yang diukur dari pantat s/d bagian belakang dari lutut/betis 13.Tinggi lutut yang bisa diukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk

14.Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur dari lantai sampai dengan paha 15.Lebar dari bahu (bisa diukur dalam posisi berdiri ataupun duduk )

16.Lebar pinggul/pantat

17.Lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak ditunjukkan dlm gambar ).

18.Lebar perut

19.Panjang siku yang diukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam posisi siku tegak lurus

20.Lebar kepala

21.Panjang tangan diukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari 22.Lebar telapak tangan

(56)

24.Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak, diukur dari lantai sampai dengan telapak tangan yang terjangkau lurus keatas (vertikal)

25.Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak, diukur seperti halnya no 24 tetapi dalam posisi duduk ( tidak ditunjukkan dalam gambar )

26.Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan diukur dari bahu sampai ujung jari tangan

3.5.2. Dimensi Tubuh Manusia dalam Perancangan4

Pada umumnya dimensi tubuh yang diukur dalam melakukan perancangan dapat dilihat pada gambar 3.10. dan gambar 3.11.

Gambar 3.10. Antropometri Posisi Berdiri

(57)

Gambar 3.11. Antropometri Tangan

3.6. Alat Ukur Tubuh

Alat ukur tubuh yang digunakan adalah Martins Human Body Measuring Instrument Model YM-1. Adapun spesifikasinya adalah:

a. Martin Statue –Meter (Meter pengukur tinggi)

Panjang 2 meter, dapat dipisah menjadi empat bagian. Untuk mengukur tinggi, tinggi duduk, tungkai, dan lengan. Alat ini bukan hanya untuk tinggi tubuh manusia tetapi juga untuk panjang atau diameter bagian tubuh lain. Skala pipa baja adalah dari 0-200 mm dan dapat dipisah sesuai dengan keinginan.

b. Skala Pengukur (Lurus)

(58)

c. Skala Pengukur (Kurva)

Alat ini juga dirakit dengan meter pengukur tinggi. Untuk mengukur lebar tubuh dan bagian yang relatif pendek seperti leher, diamater kepala dan panjang kaki.

d. Martin Goniometer

Dua kurva tangan yang disambung pada satu ujung yang dapat dibuka dan ditutup, dilengkapi dengan skala yang digunakan untuk mengukur dari 1 mm – 450 mm. Alat ini digunakan untuk mengukur kepala, lipatan lemak atau bagian kecil tubuh.

e. Metal Penggaris

Metal penggaris berukuran 150 mm dengan minimum skala 1 mm untuk mengukur bagian kecil secara linier.

f. Martin Caliper

(59)

g. Kantong Kapas Alkohol

Letakkan kapas penyerap dan alkohol ke dalam kantong untuk mensterilisasikan ujung alat sebelum pengukuran dilakukan.

h. Pita Pengukur

Alat ini digunakan untuk mengukur keliling dada atau kepala. Terbuat dari metal, pemutaran otomatis. Panjang adalah 2 meter dengan skala pertambahan 1 mm.

3.7. Perancangan5

Perancangan secara umum dapat dapat diartikan sebagai penggambaran, perencanaan, dan pembuatan sketsa atau pengaturan dari beberapa elemen terpisah ke dalam satu kesatuan yang utuh dan berfungsi.

Perancangan dapat dibagi atas:

1. Design by innovation, artinya perancangan dengan menggunakan ide perusahaan sendiri.

2. Design by imitation, artinya perancangan produk yang tidak menggunakan ide perusahaan sendiri, hanya meniru produk lain.

Dalam sebuah kalimat, kata "perancangan" bisa digunakan baik sebagai kata benda. Sebagai kata kerjanya yaitu merancang, dimana memiliki arti proses untuk membuat dan menciptakan objek baru. Perancangan digunakan untuk menyebut hasil akhir dari sebuah proses kreatif, baik itu berwujud sebuah rencana, proposal,

5

(60)

atau berbentuk objek nyata. Proses perancangan pada umumnya memperhitungkan aspek fungsi, estetik dan berbagai macam aspek lainnya, yang biasanya datanya didapatkan dari riset, pemikiran, brainstorming, maupun dari perancangan yang sudah ada sebelumnya.

3.8. Alat Press6

Alat press adalah alat yang menerapkan tekanan tinggi untuk suatu obyek atau materi yang ditempatkan di dalamnya untuk mengubah bentuk atau wujud obyek tersebut. Alat press telah digunakan selama ratusan tahun, jauh sebelum penerapan listrik dan alat-alat hidrolik. Pada zaman dahulu, alat press digunakan untuk mengolah buah-buahan dan sayuran, seperti zaitun dan anggur yang dilakukan secara manual dengan cara menekan sekrup kayu dan perangkat sejenis lainnya yang akan memberikan tekanan yang cukup untuk membuat jus atau minyak. Seperti yang kita ketahui, alat press pada saat sekarang ini dibedakan oleh jenis kontrolnya seperti manual, mekanik, pneumatic dan hidrolik. Alat press banyak sekali digunakan dalam berbagai industri mulai dari industri yang bersifat rumahan sampai industri dalam skala besar. Tidak melihat untuk apa alat press tersebut digunakan tetapi mesin press telah membuktikan sebuah teknologi penting untuk membangun dunia ini.

(61)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini digolongkan sebagai penelitian deskriptif (deskriptif research), yaitu penelitian yang berusaha untuk memaparkan pemecahan masalah yang ada sekarang secara sistematis dan faktual berdasarkan data. Jadi penelitian ini meliputi proses pengumpulan, penyajian, pengolahan data, serta analisis dan interpretasi. Penelitian ini merupakan penelitian survei dimana penelitian ini menggunakan kuesioner untuk mendapatkan informasi secara faktual tentang keluhan para operator

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di CV. Sari Raos sebuah pabrik pembuatan kerupuk yang berada di jalan Abdul Hakim Pasar I Tanjung Sari Medan, Sumatra Utara. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2012.

4.3. Subjek Penelitian

(62)

4.4. Kerangka Konseptual

Gambar kerangka konseptual dapat dilihat pada gambar 4.1.

ANTROPOMETRI

Gambar 4.1. Kerangka Konseptual

4.5. Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1. Variabel bebas (independen variable)

Variabel bebas adalah variabel yang tidak tergantung pada variabel lain yang menjadi pokok permasalahan yang ingin diteliti. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah keluhan musculoskeletal, postur kerja.

2. Variabel terikat (dependent variable)

Variabel terikat adalah variabel yang tergantung pada variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini ialah fasilitas kerja yang ergonomis.

4.6. Metode dan Instrumen penelitian

Metode danInstrumen/alat yang digunakan pada penelitian adalah: 1. Wawancara

(63)

Instrumennya adalah checklist keluhan. 3. Pengamatan langsung kegiatan pengpressan

Instrumennya adalah kamera untuk melihat kondisi postur kerja operator pengepressan.

4. Pengukuran Langsung a. Data Anthropometri

Instrumennya adalah alat ukur Body Martin

4.7. Pengumpulan Data

Setelah variabel-variabel penelitian ditetapkan, langkah selanjutnya adalah mengumpulkan data yang harus diperoleh. Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder, yaitu :

4.7.1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan dan penelitian secara langsung di lapangan, seperti :

1. Data keluhan musculoskeletal

2. Data postur kerja pekerja bagian pengepressan 3. Data dimensi tubuh pekerja

4.7.2. Data Sekunder

(64)

yang terdahulu atau merupakan data yang tidak langsung diamati oleh peneliti, seperti :

1. Tinjauan pustaka

2. Gambaran umum dan sejarah perusahaan 3. Organisasi dan manajemen perusahaan.

4.8. Populasi dan Sampel Penelitian

4.8.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan operator alat press yang bekerja di CV.Sari Raos yang berada di jalan Abdul Hakim Pasar I Tanjung Sari Medan, Sumatra Utara sebanyak 10 orang.

4.8.2. Teknik Sampling

(65)

4.9. Pengolahan Data

Blok diagram pengolahan data dapat dilihat pada gambar 4.2.

Gambar 4.3. Blok Diagram Pengolahan Data

4.10. Analisis Pemecahan Masalah

Analisa data yang dilakukan adalah mengacu pada analisis dari hasil penilaian postur kerja, Sedangkan analisa dengan metode statistik dilakukan terhadap data antropometri, dengan melakukan uji keseragaman data, kenormalan data dan uji kecukupan data. Data yang telah selesai diolah kemudian dianalisis dan diinterpretasikan. Analisis pemecahan masalah yang dilakukan adalah untuk mengetahui apakah alat press yang digunakan dapat menimbulkan cidera otot pada operator di CV. Sari Raos. Setelah melakukan analisis, maka dilakukan perbaikan alat press untuk adonan kerupuk yang lebih ergonomis.

Penentuan Modus Keluhan Berdasarkan Kuesioner Standard Nordic Quesioner

Penilaian beban pekerja menggunakan REBA

Perhitungan data anthropometri

(66)

4.11. Kesimpulan dan Saran

Pada tahap akhir dari penelitian ini ditarik kesimpulan yang didasarkan pada hasil pengolahan data dan analisis yang dilakukan pada tahap sebelumnya.

(67)

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Data Standard Nordic Questionaire (SNQ)

Standard Nordic Questionaire (SNQ) digunakan untuk mengetahui keluhan yang dialami oleh operator selama melakukan proses pengepressan yang dimulai dari memasukkan adonan kedalam alat press sampai adonan selesai di press. SNQ diberikan kepada 10 orang operator yang menggunakan alat press dan memiliki waktu dan beban kerja yang sama. Data hasil pengisian SNQ diberi penilaian untuk masing-masing kategori dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1. Penilaian Bobot Standard Nordic Questionnaire

No Skor Keterangan

1 0 Tidak Sakit

2 1 Agak Sakit

3 2 Sakit

4 3 Sangat Sakit

Sumber : Teori SNQ

Berikut adalah penilaian untuk setiap kategori:

Tidak sakit : Jika operator merasakan bagian tubuhnya tidak terasa nyeri sedikitpun karena kontraksi otot yang terjadi berjalan normal, biasanya hal ini terjadi jika bagian tubuh tidak langsung bersentuhan dengan benda kerja.

(68)

operator jenuh atau cepat lelah. Operator masih bisa bekerja seperti kondisi semula.

Sakit : Jika operator merasakan bagian tubuhnya nyeri yang cukup hebat dan keadaan ini membuat operator mulai jenuh dan cepat lelah, sehingga operator cenderung mengalami keluhan yang sangat hebat pada bagian tubuh tertentu.

Sangat sakit : Jika operator merasakan bagian tubuhnya nyeri yang sangat luar biasa disertai dengan ketegangan (kontraksi otot yang sangat hebat) sehingga membuat operator merasakan jenuh dan kelelahan yang cukup besar.

(69)

Tabel 5.2. Data Hasil Rekapitulasi Bobot Standard Nordic Questionnaire No. Nama

Operator

Dimensi tubuh TOTAL

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27

1. Operator 1 0 0 1 0 0 1 0 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 2 2 2 1 2 2 3 25

2. Operator 2 0 0 0 1 1 2 0 2 2 1 0 0 0 0 0 1 0 0 2 1 1 1 1 2 2 2 3 2 27

3. Operator 3 1 1 0 1 0 1 0 1 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 3 1 1 2 1 1 2 1 2 1 23

4. Operator 4 1 0 1 0 0 2 0 1 1 2 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 23

5. Operator 5 0 0 1 0 0 2 1 3 1 2 1 0 0 0 0 1 0 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 1 26

6. Operator 6 0 0 0 0 0 1 0 1 2 2 0 0 0 0 0 1 0 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 21

7. Operator 7 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 2 2 1 1 3 1 1 1 2 24

8. Operator 8 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 2 1 1 1 3 2 2 3 1 2 26

9 Operator 9 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 21

10 Operator 10 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 16 Total 3 3 5 4 1 12 2 14 13 15 2 2 1 1 1 4 1 4 14 14 12 12 15 15 14 14 16 18 232

(70)

Ket No. Dimensi Tubuh :

0 : Leher Bag. Atas 10 : Siku Kiri 20 : Lutut Kiri

1 : Leher Bag. Bawah 11 : Siku Kanan 21 : Lutut Kanan

2 : Bahu Kiri 12 : Lengan Bawah Kiri 22 : Betis Kiri

3 : Bahu Kanan 13 : Lengan Bawah Kanan 23 : Betis Kanan

4 : Lengan Atas Kiri 14 : Pergelangan Tangan Kiri 24 : Pergelangan Kaki Kiri

5 : Punggung 15 : Pergelangan Tangan Kanan 25 : Pergelangan Kaki Kanan

6 : Lengan Atas Kanan 16 : Telapak Tangan Kiri 26 : Telapak Kaki Kiri

7 : Pinggang 17 : Telapak Tangan Kanan 27 : Telapak Kaki Kanan

8 : Pinggul ke Belakang 18 : Paha Kiri

(71)

5.1.1. Elemen Kegiatan Pada Kondisi Aktual

Dalam proses pembuatan kerupuk Palembang, terdapat proses pengepressan untuk membuat cetakan kerupuk. Dalam proses pengepressan terdapat beberapa elemen kegiatan yang harus dilakukan operator. Uraian kegiatan operator pada proses pengpressan dengan menggunakan alat press dapat dilihat pada Gambar 5.1 – Gambar 5.3.

1. Operator mengisi adonan

Adonan yang telah dicampur, dimasukkan kedalam alat press. Dapat dilihat pada gambar 5.1.

(72)

2. Operator mengunci alat press

Tahap selanjutnya adalah operator mengunci alat press, dapat dilihat pada Gambar 5.2.

Gambar 5.2. Operator Mengunci Alat Press

3. Operator melakukan pengepressan

(73)

Gambar 5.3. Operator Melakukan Pengepressan

5.1.2 Penentuan Data Dimensi Tubuh Operator

Dimensi tubuh yang diukur dalam perancangan fasilitas kerja pada stasiun pengepressan adalah sebagai berikut.

1. Tinggi Popliteal (TP)

2. Lebar Pinggul Duduk (LPD) 3. Pantat Popliteal (PP)

4. Tinggi Bahu Duduk (TBD) 5. Lebar Bahu (LB)

6. Tinggi Siku Duduk

(74)

Tabel 5.3. Dimensi Tubuh Operator pada CV. Sari Raos

5.2. Pengolahan Data

5.2.1. Penentuan Modus Keluhan Berdasarkan Kuisioner SNQ

5.2.1.1. Perhitungan Persentase Keluhan Bagian Tubuh

Setelah dilakukan rekapitulasi skor pada pengumpulan data kemudian dilakukan perhitungan persentasi keluhan yang dirasakan operator pada masing-masing bagian tubuh operator tersebut. Untuk mendapatkan persentasi tersebut dapat dicari dengan rumus :

%

0 Skorsakitdileherbagianbawah= ×

% 1 =

(75)

Gambar 5.4. Histogram Keluhan Operator

5.2.1.2.Penentuan Modus Keluhan Kuesioner SNQ

Setelah dilakukan perhitungan persentasi keluhan secara keseluruhan, maka diperoleh bahwa rata-rata operator mengalami keluhan terbesar/modus pada bagian tubuh antara lain :

1. Sakit pada kaki kanan (8 %) 2. Sakit pada kaki kiri (7 %)

3. Sakit pada pergelangan kaki kanan (6 %) 4. Sakit pada pergelangan kaki kiri (6 %) 5. Sakit pada betis kanan (6 %)

(76)

5.2.2. Penilaian Postur Kerja dengan Metode REBA

5.2.2.1. Proses Memasukan Adonan ke Alat Pengepresan

Proses Memasukan Adonan ke Alat Pengepresan dapat dilihat pada Gambar 5.5.

Gambar 5.5. Operator Mengisi Adonan

a. Penilaian skor leher REBA

penilaian skor leher REBA dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4. Skor Leher REBA

Pergerakan Skor Skor Perubahan

0-200 1 +1 jika leher

berputar/bengkok >210-ekstensi 2

(77)

b. Penilaian skor batang tubuh REBA

penilaian skor batang tubuh REBA dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5. Skor Batang Tubuh REBA

Pergerakan Skor Skor Perubahan

Posisi normal 1

Penilaian skor kaki REBA dapat dilihat pada tabel 5.6.

Tabel 5.6. Skor Kaki REBA

Pergerakan Skor Skor Perubahan

Posisi normal/seimbang (berjalan/duduk)

1 +1 jika lutut antara 30-600 +2 jika lutut >610 Bertumpu pada satu kaki

lurus

2

Sumber: Hasil Pengamatan

d. Penilaian skor beban REBA

Penilaian skor beban REBA dapat dilihat pada tabel 5.7.

Tabel 5.7. Skor Beban REBA

Pergerakan Skor Skor Pergerakan

<5 kg 0 +1 jika kekuatan cepat

5-10 kg 1

>11 kg 2

(78)

Adapun penilaian untuk Grup A REBA dapat dilihat pada Tabel 5.8.

Tabel 5.8. Perhitungan Grup A untuk Kegiatan Memasukkan Adonan

Leher Kaki Batang Tubuh

1 2 3 4 5

1 1 1 2 2 3 4

2 2 3 4 5 6

3 3 4 5 6 7

4 4 5 6 7 8

2 1 1 3 4 5 6

2 2 4 5 6 7

3 3 5 6 7 8

4 4 6 7 8 9

3 1 3 4 5 6 7

2 3 5 6 7 8

3 5 6 7 8 9

4 6 7 8 9 9

Total Skor A + Skor Beban = 7 + 2 = 9

Sumber: Hasil Perhitungan

e. Penilaian skor lengan bawah REBA

Penilaian skor lengan bawah REBA dapat dilihat pada tabel 5.9.

Tabel 5.9. Skor Lengan Bawah REBA

Pergerakan Skor

60-1000 1

<600 atau >1000 2

(79)

f. Penilaian skor pergelangan tangan REBA

Penilaian skor beban REBA dapat dilihat pada tabel 5.10.

Tabel 5.10. Skor Pergelangan Tangan REBA

Pergerakan Skor Skor Perubahan

0-150 (ke atas dan bawah) 1 +1 jika pergelangan tangan putaran menjauhi

sisi tengah >150 (ke atas dan bawah) 2

Sumber: Hasil Pengamatan

g. Penilaian skor lengan atas REBA

Penilaian skor beban REBA dapat dilihat pada tabel 5.11.

Tabel 5.11. Skor Lengan Atas REBA

Pergerakan Skor Skor Perubahan

200 (ke depan dan belakang) 1 +1 jika bahu naik +1 jika lengan berputar/bengkok

-1 miring, menyangga berat lengan

Penilaian skor coupling REBA dapat dilihat pada tabel 5.12.

Tabel 5.12. Coupling

Coupling Skor Keterangan

Baik 0 Kekuatan pegangan baik

Sedang 1 Pegangan bagus tapi tidak ideal

Kurang baik 2 Pegangan tangan tidak sesuai walaupun mungkin

Tidak dapat diterima 3 Kaku, pegangan tangan tidak nyaman, tidak ada pegangan atau kopling tidak sesuai dengan bagian tubuh

(80)

Adapun penilaian untuk Grup B REBA dapat dilihat pada Tabel 5.13. berikut

Tabel 5.13. Perhitungan Grup B untuk Kegiatan Memasukan Adonan

Lengan

Adapun penilaian untuk skor total REBA dapat dilihat pada Tabel 5.14 berikut

Tabel 5.14. Perhitungan Metode REBA Untuk Memasukan Adonan

Adapun penilaian skor aktivitas REBA dapat dilihat pada Tabel 5.15. berikut

Tabel 5.15. Skor Aktivitas

Aktivitas Skor Keterangan

Postur statik +1 1 atau lebih bagian tubuh statis/diam Pengulangan +1 Tindakan berulang-ulang

Ketidakstabilan +1 Tindakan menyebabkan jarak yang besar dan cepat pada postur (tidak stabil)

(81)

Adapun penilaian nilai level tindakan REBA dapat dilihat pada Tabel 5.16.

Tabel 5.16. Nilai Tindakan tingkat REBA Nilai

REBA

Tingkat Resiko Tindakan

tingkat

Tindakan

1 Dapat diabaikan 0 Tidak diperlukan

2-3 Kecil 1 Mungkin diperlukan

4-7 Sedang 2 Perlu

8-10 Tinggi 3 Segera

11-15 Sangat tinggi 4 Sekarang juga

(82)

5.2.2.2. Proses Mengunci Alat Press

Gambar 5.5. Operator Mengunci Alat Press

a. Penilaian skor leher REBA

Penilaian skor leher REBA dapat dilihat pada tabel 5.17.

Tabel 5.17. Skor Leher REBA

Pergerakan Skor Skor Perubahan

0-200 1 +1 jika leher berputar/bengkok >210-ekstensi 2

(83)

b. Penilaian skor batang tubuh REBA

Penilaian skor batang tubuh REBA dapat dilihat pada tabel 5.18.

Tabel 5.18. Skor Batang Tubuh REBA

Pergerakan Skor Skor Perubahan

Posisi normal 1 + 1 jika batang tubuh

c. Penilaian skor kaki REBA

Penilaian skor kaki REBA dapat dilihat pada tabel 5.19.

Tabel 5.19. Skor Kaki REBA

Pergerakan Skor Skor Perubahan

Posisi normal/seimbang (berjalan/duduk)

1 +1 jika lutut antara 30-600 +2 jika lutut >610

Bertumpu pada satu kaki lurus

2

Sumber: Hasil Pengamatan

d. Penilaian skor beban REBA

Penilaian skor beban REBA dapat dilihat pada tabel 5.20.

Tabel 5.20. Skor Beban REBA

Pergerakan Skor Skor Pergerakan

<5 kg 0 +1 jika kekuatan cepat

5-10 kg 1

>11 kg 2

Gambar

Gambar 3.2. Postur Batang Tubuh REBA
Gambar 3.4. Postur Kaki REBA
Gambar 3.6. Postur Lengan Bawah REBA
Gambar 3.8. REBA Assessments Worksheet
+7

Referensi

Dokumen terkait

The objective of the product is using solid material that is strong to be assembled with other parts, can be used longer and easily manufactured. By studying the advantages

[r]

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 berfokus pada mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi

118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahanb. Undang-Undang Nomor

Pendidikan sebagai fenomena yang melekat dalam kehidupan manusia, di dalamnya senantiasa ada upaya yang bertujuan untuk memanusiakan manusia itu

Prinsip keterbukaan menurut undang-undang nomor 8 tentang pasar odal (UUPM) pasal 1 angka 25, adalah pedoman umum yang mensyaratkan Emiten, Perusahaan Publik dan Pihak

Hariyono (2012) yang menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara stres kerja dengan kelelahan kerja perawat di Rumah Sakit Islam Yogyakarta PDHI dengan taraf signifikan

Analisis data dilakukan secara induktif yang dimulai dari pengumpulan data-data yang berkaitan dengan laba di Perumahan Subsidi Tunas Ilalang, kemudian ditelaah