• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS GAYA KEPEMIMPINAN DAN KEMATANGAN BAWAHAN TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN CV.SURYA ABADI KENCANA SUMENEP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS GAYA KEPEMIMPINAN DAN KEMATANGAN BAWAHAN TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN CV.SURYA ABADI KENCANA SUMENEP"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS GAYA KEPEMIMPINAN DAN KEMATANGAN

BAWAHAN TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN

CV.SURYA ABADI KENCANA SUMENEP

SKRIPSI

Oleh:

ABDUL RAFIK

08.610.111

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

ii

ANALISIS GAYA KEPEMIMPINAN DAN KEMATANGAN

BAWAHAN TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN

CV.SURYA ABADI KENCANA SUMENEP

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai

Derajat Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

ABDUL RAFIK

08.610.111

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)

xi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbilaalamin,

senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT. yang telah melimpahkan rahmat, nikmat serta hidayat-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Analisis Gaya Kepemimpinan dan

Kematangan Bawahan Terhadap Semangat Kerja Karyawan CV.Surya Abadi

Kencana Sumenep

disusun untuk memenuhi serta melengkapi syarat memperoleh

gelar Kesarjanaan di bidang Ekonomi, program studi Manajemen pada Universitas

Muhammadiyah Malang.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis berusaha memberi sebaik mungkin

namun demikian, penulis menyadari akan kemampuan dan keterbatasan pengetahuan

serta pengalaman penulis. Skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya bantuan

serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih

kepada yang terhormat:

1.

Dr. H. Nazaruddin Malik, SE, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Muhammadiyah Malang.

2.

Dra. Aniek Rumijati, MM, selaku Ketua Jurusan Manajemen Universitas

Muhammadiyah Malang.

3.

Dra. Uci Yuliati, MM selaku Dosen Pembimbing I yang telah sudi meluangkan

(12)

xii

4.

Dra. Sandra Irawati, MM, selaku Dosen Pembimbing II yang penuh kesabaran

telah memberikan bimbingan serta petunjuk hingga selesainya penulisan skripsi

ini.

5.

Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu terselesaikannya skripsi ini baik materiil maupun spirituil.

Akhirnya segala amal baik yang telah mereka berikan kepada penulis semoga

mendapat balasan dari Allah SWT. dan penulis berharap semoga skripsi ini

bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Malang, Oktober 2012

(13)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN... iii

KARTU KENDALI KONSULTASI ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I.

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Penelitian ... 1

B.

Rumusan Penelitian ... 6

C.

Pembatasan Masalah ... 7

D.

Tujuan Penelitian ... 7

E.

Manfaat Penelitian ... 8

BAB II.

TINJAUAN PUSTAKA

1.

Landasan Penelitian Terdahulu ... 9

2.

Landasan Teori ... 10

a.

Pengertian Kepemimpinan ... 10

b.

Pengertian Gaya Kepemimpinan... 11

c.

Pendekatan Kepemimpinan ... 12

3.

Semangat Kerja ... 23

a.

Pengertian Semangat Kerja ... 23

b.

Manfaat Semangat Kerja ... 24

c.

Faktor-Faktor Semangat Kerja ... 24

d.

Cara Meningkatkan Semangat Kerja ... 26

e.

Indikasi Turunnya Semangat Kerja dan Kegairahan Kerja ... 28

4.

Hubungan Gaya Kepemimpinan dan Kematangan Bawahan

Dengan Semangat Kerja Karyawan ... 29

5.

Kerangka Pikir Penelitian ... 31

6.

Hipotesis ... 33

BAB III. METODE PENELITIAN

A.

Lokasi Penelitian ... 34

B.

Jenis Penelitian ... 34

(14)

xiv

D.

Teknik Pengumpulan Data ... 35

E.

Populasi dan Sampling ... 35

F.

Definisi Operasional Variabel ... 36

1.

Variabel Gaya Kepemimpinan dan Kematangan Bawahan

(X) ... 36

2.

Pengukuran Variabel ... 39

G.

Uji Instrumen ... 40

3.

Uji Validitas Data ... 40

4.

Uji Reliabilitas ... 41

H.

Metode Analisis Data ... 42

1.

Rentang Skala... 42

2.

Regresi Linier Berganda ... 44

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.

Gambaran Umum Perusahaan ... 47

1.

Sejarah Perusahaan... 47

2.

Struktur Organisasi ... 48

3.

Produksi ... 51

a.

Mesin dan Peralatan ... 51

b.

Proses Produksi ... 51

4.

Kebijakan Sumber Daya Manusia ... 52

a.

Jumlah dan Klasifikasi Karyawan ... 52

b.

Ketentuan Jam Kerja ... 53

B.

Uji Instrumen ... 54

1.

Uji Validitas ... 54

2.

Uji Reliabilitas ... 57

C.

Gambaran Karakteristik Responden ... 57

1.

Jenis Kelamin Responden ... 58

2.

Tingkat Usia Responden ... 58

3.

Masa Kerja Responden ... 59

4.

Tingkat Pendidikan Terakhir Responden ... 60

D.

Hasil Analisis Data ... 62

1.

Hasil Analisis Rentang Skala ... 62

a.

Variabel Gaya Kepemimpinan Orientasi Tugas ... 62

b.

Variabel Gaya Kepemimpinan Orientasi Hubungan... 64

c.

Variabel Kematangan Bawahan ... 67

d.

Variabel Semangat Kerja Karyawan (Y) ... 69

2.

Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 70

a.

Analisis Koefisien Determinasi (R

2

) ... 70

b.

Persamaan Regresi Linier Berganda ... 71

c.

Pengujian Hipotesis ... 75

1. Analisis Uji F ... 75

2. Analisis Uji t ... 76

(15)

xv

BAB V.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 84

B. Saran ... 85

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1

Model Kepemimpinan Situasional Hersey dan Blanchard ... 18

Gambar 2

Gaya Kepemimpinan dan Kematangan Bawahan Dengan

Semangat Kerja ... 33

Gambar 4.1 Bagan Struktur Organisasi CV. Surya Abadi Kencana Sumenep ... 48

Gambar 4.2 Kurva Penerimaan dan Penolakan Uji F ... 75

Gambar 4.3 Kurva Penerimaan dan Penolakan Uji T Variabel orientasi tugas ... 77

Gambar 4.4 Kurva Penerimaan dan Penolakan Uji T Variabel Orientasi

Hubungan ... 78

(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1

Tingkat Absensi Kerja Karyawan CV. Surya Abadi Kencana Tahun

2011 ... 5

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ... 9

Tabel 2.2 Dimensi Perilaku Tugas dan Perilaku Hubungan ... 14

Tabel 2

Gaya Kepemimpinan dan Kematangan Bawahan Dengan Semangat

Kerja Karyawan ... 43

Tabel 4.1 Jumlah Karyawan CV Surya Abadi Kencana Sumenep ... 53

Tabel 4.2 Tingkat Pendidikan Karyawan CV. Surya Abdi Kencana Sumenep ... 53

Tabel 4.3 Jam Kerja dan Jam Istirahat Karyawan Hari Senin s/d Kamis ... 54

Tabel 4.4 Uji Validitas Variabel Gaya Kepemimpinan Orientasi Tugas ... 55

Tabel 4.5 Uji Validitas Variabel Gaya Kepemimpinan dan Orientasi Hubungan .... 55

Tabel 4.6 Uji Validitas Variabel Kematangan Bawahan ... 56

Tabel 4.7 Uji Validitas Variabel Semangat Kerja Karyawan ... 56

Tabel 4.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 58

Tabel 4.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 59

Tabel 4.10 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja... 60

Tabel 4.11 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 61

Tabel 4.12 Gaya Kepemimpinan Orientasi Tugas ... 62

Tabel 4.13 Gaya Kepemimpinan Orientasi Hubungan ... 65

(18)

xviii

Tabel 4.15 Semangat Kerja Karyawan ... 69

Tabel 4.16 Hasil Nilai Koefisien determinasi (R

2

) ... 71

Tabel 4.17 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 71

Tabel 4.18 Hasil Uji F ... 75

Tabel 4.19 Hasil Uji t ... 76

(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1.

Angket Penelitian

2.

Skor Hasil Penelitian

3.

Hasil Distribusi Frekuensi

(20)

xx

ABSTRACT

The purpose of this study to describe the leadership style when viewed from the

orientation task. To describe the leadership style when viewed from the orientation

relationship. To describe the maturity of subordinates. To describe employee morale.

To analyze the effect of task-oriented leadership style, orientation and maturity

subordinate relationships affect employee morale at the company CV. Surya Abadi

Kencana.

Analysis used in this research is the analysis of a range of scales and multiple linear

regression. Leadership style when viewed from task orientation relationship

orientation on company is the high category. Maturity subordinates is high criteria

and high employee morale. Task-oriented leadership style, orientation and maturity

subordinate relationships affect employee morale at the company, This can be

proofed from the results of the F test that is high than Ftabel.

Suggestions can be submitted in this research, The management is expected to do the

monitoring for any activity or the work achieved by the employee. In order to

improve morale expected to handed over management authority broadly related to

the completion of the work is the responsibility of each employee and always

maintain a level of maturity of the employees working for enterprises.

(21)

xxi

ABSTRAK

ANALISIS GAYA KEPEMIMPINAN DAN KEMATANGAN BAWAHAN

TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN CV.SURYA ABADI

KENCANA SUMENEP

Tujuan penelitian ini 1) Untuk mendeskripsikan gaya kepemimpinan bila dilihat

dari orientasi tugas. 2) Untuk mendeskripsikan gaya kepemimpinan bila dilihat dari

orientasi hubungan. 3) Untuk mendeskripsikan kematangan bawahan. 4) Untuk

mendeskripsikan semangat kerja karyawan. 5) Untuk menganalisis pengaruh gaya

kepemimpinan orientasi tugas, orientasi hubungan dan kematangan bawahan

berpengaruh terhadap semangat kerja karyawan pada perusahaan CV. Surya Abadi

Kencana.Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan

menggunakan analisis rentang skala dan regresi linier berganda.

Gaya kepemimpinan bila dilihat dari orientasi tugas orientasi hubungan pada

perusahaan CV. Surya Abadi Kencana masuk dalam kategori tinggi. Kematangan

bawahan masuk dalam kriteria tinggi dan semangat kerja karyawan masuk dalam

kategori tinggi. Gaya kepemimpinan orientasi tugas, orientasi hubungan dan

kematangan bawahan berpengaruh terhadap semangat kerja karyawan pada

perusahaan CV. Surya Abadi Kencana. Hal tersebut dapat dibuktikan dari hasil uji F

yang diperoleh hasil bahwa nilai F

hitung

> F

tabel

(33,229>3,115)

Saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini yaitu pihak manajemen

diharapkan selalu melakukan monitoring atas segala kegiatan atau hasil kerja yang

dicapai oleh karyawan. Dalam rangka meningkatkan semangat kerja para karyawan

diharapkan pihak manajemen membeirkan wewenang secara luas terkait dengan

upaya penyelesaian pekerjaan yang menjadi tanggungjawab masing-masing karyawan

dan selalu mempertahankan tingkat kematangan para karyawan dalam bekerja

diperusahaan.

(22)

xxii

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Amirullah, Fauziah, 2003,

Perilaku Organisasi

,

Edisi 1, Penerbit Bayumedia,

Malang.

Arikunto, Suharsini, 1998,

Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek

,

Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Gibson, James L, Jhon. M, Ivancevich dan James H. Donnely Jr, 1996,

Organisasi:

Perilaku Struktur, Proses,

Jilid 1, Edisi kedelapan, Penerbit Binarupa Aksara.

Kartono, K. 1992.

Pemimpin dan Kepemimpinan

, CV Rajawali, Jakarta.

Martoyo, Susilo, 1998,

Penilaian Produktivitas Kerja,

Penerbit Gramedia Pustaka

Utama.

Mangkunegara, Anwar Prabu, 2000,

Manajemen Sumber Daya Manusia

Perusahaan,

Cetakan Kedua, PT. Remaja Rosdakarya Offset, Bandung.

Mohyi, Ahmad, 1996,

Teori dan Perilaku Organisasi,

Edisi Pertama, CV. Cahaya

Press Malang.

Nitisemito, Alex, S, 1996,

Manajemen Personalia

, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Robbins, Stephen, 1996,

Teori Organisasi,

Edisi Ketiga, Cetakan Ketiga, Penerbit:

Prentice Hall Inc.

Siagian, S.P., 1988,

Organsasi dan Perilaku Administrasi

,

CV. Haji Masagung,

Jakarta.

Singarimbun, Masri dan Effendi, 1995,

Metode Penelitian Survai,

Edisi Revisi,

Jakarta: LP3S.

Siswanto, Bedjo. 1987.

Manajemen Tenaga Kerja

. Cetakan Pertama. Penerbit Sinar

Baru. Bandung.

Thoha, Miftah, 1990,

Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya

,

Rajawali Jakarta.

(23)

xxiii

Widayat dan Amirullah, 2002,

Riset Bisnis,

Edisi Pertama, Malang: CV. Cahaya

Press.

(24)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting dalam

mempengaruhi prestasi organisasi karena kepemimpinan merupakan aktivitas

yang utama dalam mencapai tujuan (Gitosudarmo dan Sudita, 1997:127-128).

Organisasi tidak dapat mengoptimalkan keuntungan dan produktivitas tanpa

adanya karyawan yang kompeten,mempunyai keahlian, dan berdedikasi

terhadap keinginan perusahaan. Hal ini disebabkan oleh dua alasan

diantaranya sumber daya manusia yang dipengaruhi oleh efesiensi dan

efektivitas organisasi serta sumber daya manusia yang juga merupakan

pengeluaran pokok perusahaan dalam menjalan kan bisnis (Simamora,

1995:02)

Kepemimpinan merupakan pelakasanaan dari fungsi manajemen

yang sangat vital dan menjadi prioritas utama dalam membuat prencanaan

untuk mencapai tujuan, oleh karena itu figur seorang pemimpin yang

memiliki visi dan missi sangat jelas dibutuhkan dalam organisasi.

Keberhasialan sebuah organisasi baik secara keseluruhan atau kelompok

sangat tergantung pada mutu kepemimpinan, yang mencakup persepsi,

wawasan, filsafat, prilaku dan gaya kepemimpinan. Efektifitas kepemimpinan

akan diuji kemampuannya ketika mengambil keputusan yang tepat pada

setiap kondisi yang dihadapi organisasi atau perusahaan.

(25)

2

Seorang pemimpin harus dapat membaca dan memahami keinginan

dari karyawan atau bawahannya dan menciptakan semangat kerja dan rasa

tanggung jawab atas maju mundurnya organisasi dimana karyawan tersebut

bekerja. Pada prinsipnya semangat kerja karyawan terletak pada dua hal,

yaitu antara pemimpin melalui gaya kepemimpinan dan karyawan itu sendiri.

Konsekuensinya, antara kepemimpinan dan semnagat kerja sangat erat

hubungannya.

Menurut Nitisemito (1996:96),” semangat kerja adalah melakukan

pekerjaan secara lebih giat sehingga pekerjaan dapat diharapkan selesai lebih

cepat dan lebih baik”. Karyawan dengan semangat kerja yang tinggi akan

memberikan kontribusi yang lebih besar dan lebih baik dibandingkan dengan

karyawan dengan semangat kerja rendah, karena karyawan dengant

semnagat kerja yang tinggi, akan menunjukkan keinginan yang kuat dalam

bekerja dan menyelesaikan tugasnya dengan baik, dan sebalikanya jika

karyawan memiliki semangat kerja yang rendah, karyawan tersebut akan

bermalas- malasan saat melaksanakan tugasnya sehingga akan menghabiskan

lebih banyak waktu dan biaya. Menurut Nitisemilo (1996 : 261) indikator

turunya semngat kerja karyawan dapat dilihat dari turunya atau rendahnya

produktifitas kerja, tingkat absensi yang tinggi/naik, labor turn over yang

tinggi, tingkat kerusakan yang naik/tinggi,kegelisahan karyawan, tuntutan

yang sering terjadi dan pemogokan.

Keberhasilan dalam mengelola organisasi ditentukan oleh kegiatan

(26)

3

pemimpin dalam orgnisasi harus mempunyai teknik-teknik untuk dapat

memelihara prestasi dan kepuasan kerja karyawan dengan memberikan

dorongan atau semangat pada bawahannya agar dapat melaksanakan tugas

mereka sesuai aturan dan pengarahan.

Obyek penelitian ini dilakukan disalah satu perusahaan garam yang

terletak di Kabupaten Sumenep yaitu di perusahaan CV. Surya Abadi

Kencana. Untuk itulah, maka perlu menganalisis gaya kepemimpinan dan

dan kematangan bawahan terhadap semangat kerja yang mungkin dapat

meningkatkan produktivitas kerja karyawan di dalam perusahaan. Yang

terjadi di CV. Surya Abadi kencana setelah sekian lama berdiri dan

berkembang sampai saat ini tentunya CV. Surya Abadi kencana tidak hanya

tertuju pada bagaimana dapat mengembangkan usahanya serta dapat

meningkatkan volume penjualannya dimana akan berakhir pada suatu

peningkatan finansial. CV. Surya Abadi Kencana pada saat ini memproduksi

produk berupa garam dapur beryodium dan garam beryodium dengan kadar

garam yang rendah. Di tengah persaingan bisnis garam yang meningkat di

saat sekarang ini, tentunya kebutuhan akan ketersediaan produk garam sangat

tinggi. Dan dalam bisnis garam terdapat persaingan yang sangat ketat

walaupun banyak orang menganggap sepele bisnis tersebut.

Selama ini pimpinan pada CV. Surya Abadi Kencana dalam

menetapkan segala bentuk keputusan melalui beberapa tahap yang didasarkan

atas pertimbangan seluruh elemen yang terdapat diperusahaan. Kenyataan

(27)

4

secara maksimal atas seluruh kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan.

Pimpinan dalam menetapkan kebijakan terkait dengan pekerjaan para

karyawan selalu terfokus dalam upaya pencapaian tujuan yang telah

ditetapkan. Namun demikian kebijakan tersebut dirasakan merugikan bagi

karyawan, dimana para karyawan kurang merasa dihargai keberadaannya di

perusahaan oleh pimpinan, dimana pendapat dan gagasan dari karyawan

kurang dihargai oleh pimpinan atau perusahaan

Dilihat dari proses produksi garam yang begitu berat, perusahaan

harus mampu dan jeli dengan keadaan karyawan. Hal ini tidak lepas dari

peran seorang pemimpin dalam melakukan pendekatan pada karyawan untuk

memberikan motivasi dan semangat kerja agar karyawan mampu

melaksanakan tugasnya dengan baik, karena dengan semangat kerja yang

tinggi diharapkan dapat meningkatkan produktifitas perusahaan dan

karyawan bekerja dengen penuh sukerela. Jika pemimpin mampu

memberikan apa yang menjadi tuntutan bagi karyawan maka karyawan akan

bersemangat dalam bekerja pada perusahaan. yaitu dengan semangat kerja

yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan kinerja dimana akan berakhir

pada mutu atau kualitas produk yang akan dihasilkan. Semangat kerja

karyawan tersebut juga terkait dengan dukungan para karyawan dalam

bekerja di perusahaan. Pada CV. Surya Abadi Kencana dapat diketahui

bahwa selama ini para karyawan memiliki semangat kerja yang tinggi yang

(28)

5

karyawan. Adapun untuk mengetahui tingkat absensi karyawan tahun 2011,

yang secara lengkap disajikan pada tabel 1.

Tabel 1

Tingkat Absensi Kerja Karyawan CV. Surya Abadi Kencana Tahun 2011

(Dalam Orang)

Tahun Jumlah Karyawan Jumlah yang absen

Januari 34 4

Februari 37 3

Maret 35 1

April 34 5

Mei 35 5

Juni 38 0

Juli 37 1

Agustus 35 0

September 35 0

Sumber: CV. Surya Abadi Kencana

Dari tabel 1 dapat dikatakan bahwa pada tahun 2011 tingkat absensi

kerja karyawan menunjukkan adanya penurunan, kondisi tersebut dapat

mengindikasikan adanya peningkatan semangat para karyawan dalam bekerja

di perusahaan. Data pada tabel 1 menunjukkan bahwa pada bulan April dan

Mei jumlah karyawan absen tertinggi dibandingkan dengan bulan-bulan yang

lain. Berdasarkan tingkat absensi kerja menunjukkan bahwa hampir secara

keseluruhan karyawan (sekitar 90%) yang absen dikarenakan adanya

kepentingan keluarga dan hanya sebesar 10% yang tidak masuk kerja tanpa

adanya keterangan yang jelas. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa para

karyawan memiliki dukungan atas upaya untuk mencapai tujuan perusahaan

(29)

6

Selain itu pihak manajemen selalu berupaya memaksimalkan potensi

yang dimiliki oleh karyawan sehingga mendukung proses pencapaian tujuan

perusahaan. Pada dasarnya gaya kepemimpinan dapat memberikan dukungan

secara nyata dalam upaya untuk memberikan jaminan atas semangat kerja

para karyawan dalam bekerja di perusahaan. Melalui analisis terhadap gaya

kepemimpinan dan semangat kerja maka upaya pihak manajemen untuk

menetapkan kebijakan terkait dengan gaya kepemimpan dapat terwujud dan

upaya untuk meningkatkan semangat kerja secara maksimal dapat terwujud.

Berdasarkan uraian tersebut dipilihlah judul penelitian “Analisis Gaya

Kepemimpinan dan Kematangan Bawahan Terhadap Semangat Kerja

Karyawan CV.Surya Abadi Kencana Sumenep’’

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dipaparkan dalam latarbelakang

permasalahan, maka diperoleh rumusan sebagai berikut.

1. Bagaimanakah gaya kepemimpinan bila dilihat dari orientasi tugas pada

perusahaan CV. Surya Abadi Kencana ?

2. Bagaimanakah gaya kepemimpinan bila dilihat dari orientasi hubungan

pada perusahaan CV. Surya Abadi Kencana ?

3. Bagaimanakah kematangan bawahan pada perusahaan CV. Surya Abadi

Kencana ?

4. Bagaimana semangat kerja karyawan pada perusahaan CV. Surya Abadi

(30)

7

5. Apakah gaya kepemimpinan orientasi tugas, orientasi hubungan dan

kematangan bawahan berpengaruh terhadap semangat kerja karyawan

pada perusahaan CV. Surya Abadi Kencana?

C. Pembatasan Masalah

Mengingat permasalahan yang ada sangat luas dan supaya penulis

skripsi lebih terarah maka penelitian ini akan membatasi permasalahan pada:

1. Terbatas pada obyek yang diteliti yaitu karyawan bagian produksi pada

CV.Surya Abadi Kencana Sumenep.

2. Dibatasi pada gaya kepemimpinan menurut elemen-elemen yang diamati

oleh Hersey dan Blanchard dan semangat kerja karyawan

3. Waktu penelitian yaitu pada bulan Juni 2012.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang telah

dijelaskan diatas maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan gaya kepemimpinan bila dilihat dari orientasi

tugas pada perusahaan CV. Surya Abadi Kencana.

2. Untuk mendeskripsikan gaya kepemimpinan bila dilihat dari orientasi

hubungan pada perusahaan CV. Surya Abadi Kencana.

3. Untuk mendeskripsikan kematangan bawahan pada perusahaan CV. Surya

Abadi Kencana.

4. Untuk mendeskripsikan semangat kerja karyawan pada perusahaan CV.

(31)

8

5. Untuk menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan orientasi tugas,

orientasi hubungan dan kematangan bawahan berpengaruh terhadap

semangat kerja karyawan pada perusahaan CV. Surya Abadi Kencana.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi perusahaan

Hasil penelitian dapat dijadikan pertimbangan untuk menetapkan gaya

kepemimpinan yang tepat untuk diterapkan pada perusahaan.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai dasar untuk mengadakan penelitian selanjutnya yang berkaitan

(32)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Landasan Penelian Terdahulu

Sebagai bahan referensi berikut ini disajikan beberapa penelitian

sebelumnya yang memiliki kaitan dengan penelitian yaitu terkait dengan

gaya kepemimpinan. Adapun perbandingan antara hasil penelitian terdahulu

[image:32.612.74.564.320.678.2]

dengan penelitian sekarang yaitu dapat disajikan pada tabel 2.

Tabel 2

Hasil Penelitian Terdahulu

Judul / Peneliti Tujuan Penelitian Metode penelitian Hasil penelitian

Pengaruh Gaya

Kepemimpinan dan Gaya komunikasi terhadap Prestasi kerja pegawai (studi pada PDAM Nganjuk/Usahani (2002)

Untuk mengetahui pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Gaya komunikasi terhadap Prestasi kerja pegawai (studi pada PDAM

1.Variabel penelitian yaitu Gaya Kepemimpinan, Gaya komunikasi dan Prestasi kerja 2.Analisis regresi linier

berganda. 3.Uji F dan uji t.

Pengaruh yang signifikan antara variabel gaya kepemimpinan dan komunikasi terhadap variable prestasi kerja pegawai..

Pengaruh gaya

kepemimpinan situasional dan komunikasi terhadap semangat kerja pegawai PT Bank Indonesia Kantor cabang Tuban Jawa Timur/ Arifin (2003)

Untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan situasional dan komunikasi terhadap semangat kerja pegawai PT Bank Indonesia Kantor cabang Tuban Jawa Timur.

1. Variabel gaya kepemimpinan situasional, Gaya kepemimpinan komunikasi dan Kinerja karyawan.

2. Analisis regresi linier berganda.

3. Uji F dan uji t.

Seacara simultan variable gaya kepemimpinan situasional dan komunikasi berpengaruh secara sinifikan terhadap variabel semangat pegawai.

Analiisi Gaya

Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil Pada Badan Pengawasan Daerah Kab Malang/Djoemhana (2002)

Untuk menganalisis Gaya

Kepemimpinan Terhadap

Kinerja Pegawai Negeri Sipil Pada Badan Pengawasan Daerah Kab Malang

1. Variabel penelitian

yaitu Gaya

Kepemimpinan dan

kinerja

2. Analisis regresi linier berganda.

3. Uji F dan uji t.

Berdasarkan hasil analaisis regresi berganda dapat diketahui bahwa :

1. Secara parsial dan simultan keempat variabel mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.

Analsis gaya kepemimpinan dan kematangan bawahan Terhadap semangat kerja karyawan cv.surya abadi kencana sumenep.

Untuk Untuk menganalisis gaya kepemimpinan dan kematanagan bawahan terhadap semangat kerja karyawan pada perusahaan CV.Surya Abadi Kencana

1. Variabel

Gaya kepemimpinan, kematangan

bawahan

(33)

10

2. Landasan Teori

a. Pengertian Kepemimpinan

Robbins (1996:39) mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan

untuk mempengaruhi sebuah kelompok ke arah tercapainya tujuan. Stoner et

al. (1995:161) mengartikan kepemimpinan sebagai proses mengarahkan dan

mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan dari anggota

kelompok. Selanjutnya Yukl (1998:2) mendefinisikan kepemimpinan adalah

proses pengaruh sosial yang sengaja dijalankan oleh seseorang terhadap orang

lain untuk menstruktur aktivitas-aktivitas serta hubungan-hubungan di dalam

sebuah organisasi. Luthans (2001:575) mendefinisikan kepemimpinan sebagai

suatu interaksi antar anggota suatu kelompok, dimana pemimpin merupakan

agen perubahan dan merupakan orang yang perilakunya akan lebih

mempengaruhi orang lain daripada perilaku orang lain yang mempengaruhi

mereka.

Dari beberapa pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa ada hal yang

dominan dalam pengertian kepemimpinan tersebut, yaitu bahwa pemimpin

mempengaruhi bawahannya, pemimpin mampu menyakinkan mereka bahwa

kepentingan pribadi bawahan menjadi bagian dari visi pemimpin itu, serta

mampu menyakinkan juga bahwa mereka mempunyai andil untuk sama-sama

mengimplementasikannya. Pengaruh yang dijalankan pemimpin terhadap

bawahan mencakup aspek-aspek ide atau gagasan, perasaan, sikap dan

perilaku. Sehingga keberhasilan seorang pemimpin adalah sampai sejauh mana

(34)

11

diinginkan pemimpin terhadap yang dipimpinnya. Menurut Luthans (2001:12),

hal ini memunculkan kebutuhan akan kepemimpinan baru dalam style

(berkaitan dengan gaya pemimpin mempengaruhi bawahan), activities

(berkaitan dengan apa yang dilakukan pemimpin), dan skill (berkaitan dengan

bagaimana pemimpin dapat bekerja secara efektif) untuk menghadapi

perubahan lingkungan yang berlangsung secara cepat.

b. Pengertian Gaya kepemimpinan

Pada dasarnya setiapa kerjasama manusia yang berlangsung secara

formal maupun informal senantiasa membutuhkan kehadiran seorang

pemimpin ( Baihaqi,1998:9). Melalui tanagan seorang pemimpin diharapkan

pemimpin akan mampu mengelola sumberdaya dan potensi yang ada sekaligus

mengarahkan dan membimbing orang-orang yang dipimpin dalam mencapai

tujuan bersama (Baihaqi, 1998:9) kepemimpinan merupakan salah satu aspek

manajerial dalam kehidupan organisasi yang merupakan kunci.

Terry mengartiakan kepemimpinana adalah seluruh aktifitas atau

tindakan yang mempengaruhi serta mengingatkan orang-orang dalam usaha

bersama untuk mencapai tujuan yamng diharapkan. Menurut rahmawati (

2004: 200). Kepemimpinan didefinisikan sebagai suatu proses mempengaruhi

aktivitas individu atau kelompok untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu.

Menurut Nawawi ( 1993 : 9), kepemimpinan adalah kemampuan atau

kecerdasan untuk mendorong sejumlah orang agar bekerjasama dalam

(35)

12

(1992 : 124 ), kepemimpinan adalah suatu cara yang dipengaruhi oleh seorang

pemimpin dalam mempengaruhi prilaku orang lain.

Gaya kepemimpinan adalah sikap atau prilaku seorang pemimpin dalam

memimpi karyawannya yang banyak mempengaruhi prilaku pengikutnya

(Baihaqi, 1998:12). Menurut Toha (1992 : 49) istilah gaya secara kasar adalah

sama dengan cara yang dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi

pengikut-pengikutnya. Sedangkan Hersey dan Blanchard ( 1992 : 114) gaya

kepemimpinan adalah pola perilaku yang diperlihatkan seorang pada saat

mempengaruhi aktivitas orang lain seperti yang dipersepsikan orang lain

tersebut.menurut Nawawi dan Hadari ( 1992 : 133) gaya kepemimpinan adalah

suatu pola perilaku seseorang untuk memotivasi orang lain agar mau bekerja

sama untuk mencapai tujuan. Menrut Susanto dan Setiawan ( 2000 : 31 ),

pemimpin yang lebih berorentasi pada karyawan dalam beberapa hal akan

memberikan hasil-hasil yang lebih efektik. Hal ini tidak berarti pemeimpin

tersebut mengabaikan kebutuhan produksi atau tugas dalam departemennya.

c. Pendeketan Kepemimpinan

Pendekatan kepemimpinan menurut Carrol dan Tosi dalam Mohyi

(1996 : 179) terdapat 3 (tiga) macam pendekatan, antara lain :

a. Pendekatan sifat-sifat

Menurut pendektan ini, seorang menjadi pemimpin karena sifat-sifatnya

yang dibawa sejak lahir, bukan karena dibuat atau dilatih. Keberhasilan

atau kegagalan seseorang pemimpin banyak ditentukan atau dipengaruhi

(36)

13

b. Pendekatan prilaku

Pendekatan prilaku merupakan pendekatan yang berdasarkan pemikiran

bahwa keberhasilan atau kegagalan pemimpin ditentukan oleh sikap dan

gaya kepemimpinan yang dilakukan pemimipin yang bersangkutan,

dimana sikap dan gaya kepemimpinan itu tampak dalam kegiatan

sehari-hari dalam hal bagaimana cara pemimpin itu memberi perintah, membagi

yugas dan wewenang, cara berkomunikasi, cara memotivasi, mengabil

keputusan dan lain-lain.

c. Pendekatan situasional

Pendekatan ini sering disebut pendektan kontingensi ( kemungkinan)

pendekatan ini didasarkan pada asumsi bahwa keberhasilan kepemimpinan

sebuah organisasi atau lembaga tidak hanya bergantung pada atau

dipengaruhi perilaku (gaya) dan sifat-sifat pemimpin saja, tetapi jga

dipengaruhi oleh asumsi.

a) Teori situasional Hersey dan Blanchard

1. Perilaku Hubungan dan Perilaku Tugas

Teori situasional mengusulkan bahwa evektivitas dari suatu

gaya prilaku pemimpin sebaiknya bergantung menyesuaikan dengan

situasi. Dengan berubahnya situasi, gaya yang berbeda menjadi

sesuai. Dalam hubunganya dengan perilaku pemimpin ini, ada dua

hal yang biasa dilakukan olehnya yakni : perilaku mengarahkan

(tugas) dan perilaku mendukung (hubungan). Perilaku mengarahkan

(37)

14

melibatkan dalam komunikasi satu arah yaitu menetapkan peranan

yang seharusnya dilakukan pengikut, memberitahukan pengikut

tentang apa yang seharusnya dikerjakan. Dimana melakukan hal

tersebut, bagaimana melakukanya dan melakukan pengawasan

secara ketat kepada pengikutnya.

Perilaku mendukung (hubungan) adalah sejauh mana

seorang pemimpin melibatkan diri dalam komunikasi dua arah,

misalnya: mendengarkan, menyediakan dukungan dan dorongan,

memudahkan interaksi, dan melibatkan para pengikut dalam

[image:37.612.142.510.387.696.2]

pengambilan keputusan.

Tabel 2.2

Dimensi Perilaku Tugas dan Perilaku Hubungan

Dimensi Perilaku Tugas Indikator Perilaku

Sejauh mana pemimpin…………. Penyusunan tugas Pengorganisasian Menetapkan batas waktu Pengarahan Pengendalian

Menetapkan tujuan yang perlu dicapai orang-orang Mengorganisasi situasi kerja bagi orang-orangnya Menetapkan batas waktu bagi orang-orangnya Memberikan arahan yang spesifik

Menetapkan dan mensyaratkan adanya laporan regular tentang kemajuan pelaksanaan pekerjaan. Dimensi Perilaku

Hubungan

Indikator Perilaku

Sejauh mana pemimpin…………. Memberikan dukungan

Mengkomunikasikan

Memudahkan interaksi Aktif menyimak

Memberikan balikan

Memberikan dukungan dan dorongan. Melibatkan orang-orang dalam diskusi yang bersifat memberikan dan menerima tentang aktiditas kerja.

Memudahkan interaksi di antara orang-orang. Berusaha mencari dan menyimak pendapat dan kerisauan orang-orangnya

Memberikan balikan tentang prestasi orang-orangnya.

(38)

15

Kedua norma perilaku tersebut ditetapkan pada dua poros yang

terpisah dan berbeda seperti dibawah ini, sehingga dengan demikian dapat

diketahui empat gaya dasar kepemimpinan.

a. Dalam gaya 1 (G1), seorang pemimpin menunjukan perilaku yang

banyak memberikan tugas dan sedikit hubungan. Pemimpin ini

memberikan instruksi yang spesifik tentang peranan dan tujuan bagi

pengikutnya dan secara ketat mengawasi pelaksanaan tugas mereka.

Perilaku pemimpin yang tinggi tugas dan rendah hubungan dirujuk

sebagai instruksi (telling) karena gaya ini dicirikan dengan

komunikasi satu arah. Pemimpin memberikan batasan peranan

pengikutnya dan memberi tahukan tentang apa, bagaimana, dan

dimana melaksanakan berbagai tugas. Inisiatif pemecahan masalah

dan pelaksanaanya diawasi secara ketat oleh pemimpin.

b. Dalam gaya 2 (G2), seorang pemimpin menunjukan perilaku yang

banyak tugas dan banyak memberikan hubungan. Pemimpin dalam

gaya ini mau menjelaskan keputusan dan kebijaksanaan yang ia ambil

dan mau menerima pendapat dari pengikutnya. Tetapi pemimpin

dalam gaya ini masih tetap harus memberikan pengawasan dan

pengarahan dalam penyelesaian tugas dan tinggi hubungan (G2)

dirujuk sebagai konsultasi (selling) karena dalam menggunakan gaya

ini, pemimpin masih banyak memberikan pengarahan dan masih

membuat hampir sama dengan keputusan, tetapi dalam hal ini diikuti

(39)

16

hubungan dengan berusaha mendengar perasaan pengikut tentang

keputusan yang dibuat, serta ide-ide dan saran-saran mereka.

Meskipun hubungan ditingkatkan, pengendalian (kontrol) atas

pengambilan keputusan tetap pada pimpinan.

c. Pada gaya 3 (G3), perilaku pemimpin banyak memberikan tinggi

hubungan dan sedikit dalam tugas. Dalam gaya seperti ini pemimpin

menyusun keputusan bersama-sama dengan para pengikutnya dan

mendukung di dalam penyelesaian tugas. Perilaku pemimpin yang

tinggi hubungan dan rendah tugas (G3) dirujuk sebagai partisipasi

(participating), karena posisi kontrol atas pemecahan masalah dan

pembuatan keputusan dipegang secara bergantian. Dengan

menggunakan gaya 3 ini, pemimpin dan pengikut saling

tukar-menukar ide dalam pemecahan masalah dan pembuatan keputusan

sebagian besar berada pada pengikut. Hal ini sewajarnya karena

pengikut memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas dan fungsi

utama pemimpin dalam gaya ini adalah memudahkan dalam

berkomunikasi.

d. Pada gaya 4 (G4), pemimpin memberikan sedikit perilaku hubungan

dan sedikit perilaku tugas. Pemimpin dengan gaya seperti ini

mendelegasikan keputusan-keputusan dan tanggung jawab

pelaksanaan tugas kepada pengikutnya. Perilaku pimpinan yang

rendah hubungan dan rendah tugas (G4) dirujuk sebagai delegasi

(40)

bersama-17

sama dengan bawahan sehingga tercapainya kesepakatan mengenai

definisi masalah yang kemudian proses pembuatan keputusan

didelegasikan secara keseluruhan kepada bawahan. Sekarang

bawahanlah yang memiliki kontrol untuk membuat keputusan

tentang bagaimana cara pelaksanaan tugas. Pemimpin memberikan

kesempatan yang luas bagi bawahan untuk melaksanakan

pertunjukan mereka sendiri karena mereka memiliki kemampuan

dan keyakinan untuk memikul tanggung jawab dalam perilaku

mereka sendiri.

Sebagai tambahan untuk mengetahui tingkat kematangan

seseorang di dalam suatu kelompok, seorang pemimpin barang kali

bisa menilai tingkat kematangan kelompok sebagai suatu kelompok,

terutama sekali jika kelompok tersebut sering melakukan interaksi

bersama. Dengan demikian, kepemimpinan situasional berfokus

pada kesesuaian dan efektifitas gaya kepemimpinan yang sejalan

dengan tingkat kematangan atau pekembangan yang relevan dari

(41)
[image:41.612.126.541.152.482.2]

18

Gambar 3

Model Kepemimpinan Situasional Hersey dan Blanchard

2. Kematangan Pekerjaan dan Psikologis Karyawan

Kematangan yang didefinisikan oleh P. Hersey dan KH

Blanchard sebagai kemampuan dan kemauan orang untuk memikul

tanggung jawab yang mengarahkan tanggung jawab pada perilaku

mereka sendiri. Kematangan bawahan di dalam kepemimpinan

situasional dapat mempengaruhi gaya kepemimpinan seseorang dan

juga kematangan, hendaknya hanya dipertimbangkan didalam TINGKAT KEMATANGAN BAWAHAN

Perilaku mengarahkan Tinggi

Rendah GAYA KEPEMIMPINAN Tinggi Konsultatif Partisipatif Instruktif Delegatif

G3 G2

G1 G4 Tinggi Hubungan dan Rendah Tugas

Tinggi Tugas dan Tinggi Hubungan Tinggi Tugas dan Rendah Rendah Hubungan dan Rendah Mampu dan Mau (M4) Mampu tetapi tidak mau (M3) Tidak mampu tetapi mau (M2) Tidak mampu dan tidak mau (M1)

Sumber : Thoha (1990 : 73)

sangat tinggi tinggi rendah sangat rendah

(42)

19

pelaksanaan tugas. Orang mempunyai kematangan yang

berbeda-beda atau manusia tidak ada yang sama. Potensi kemampuan orang

bersifat relatif. Semua orang mempunyai kecenderungan lebih atau

kurang matang dalam hubunganya dengan tugas, fungsi, atau

sasaran yang spesifik yang diupayakan pemimpin untuk

diselesaikan, hersey berpendapat disamping menilai kematangan

kelompok terutama apabila kelompok itu sering berinteraksi seperti

murid di dalam kelas.

Kematangan pekerjaan, Hersey dan Blanchard (1992:187)

memberikan pennjelasan bahwa kematangan pekerjaan bawahan

dikaitkan dengan kemampuan untuk melakukan sesuatu. Hal ini

berkaitan dengan pengetahuan dan ketrampilan. Orang-orang yang

memiliki kematangan pekerjaan yang tinggi dalam bidang tertentu

memiliki kemampuan dan pengalaman untuk melaksanakan

tugas-tugas tertentu tanpa tanpa arahan dari orang lain.

Kematangan psikologis, dikaitkan dengan kemauan atau

motivasi untuk melakukan sesuatu. Hal ini erat kaitanya dengan

rasa yakin terhadap diri sendiri dan merasa dirinya mampu dalam

aspek pekerjaan tertentu. Mereka tidak membutuhkan dorongan

ekstensi untuk mau melakukan bidang tersebut

3. Gaya Kepemimpinan Versus Kematangan Bawahan

Kurva preskriptif yang terdapat pada gambar 1

(43)

20

dengan tugas dengan gaya kepemimpinan yang sesuai diterapkan

pada saat bergerak dari keadaan tidak matang ke level yang lebih

matang. Masing-masing dari empat gaya kepemimpinan yang

sesuai bagi masing-masing level kematangan mencakup kombinasi

perilaku tugas (direktif) dan perilaku hubungan (suportif) yang

tepat.

a. Memberitahukan adalah bagi tingkat kematangan yang rendah.

Orang-orang yang tidak mampu dan tidak mau (M1) memikul

tanggung jawabuntuk melakukan sesuatu adalah tidak kompeten

atau tidak yakin, ketidak mauan bawahan adalah karena

ketidakyakinan mereka dalam kaitanya dengan pelaksanaan tugas

tertentu. Dengan demikian gaya kepemimpinan G1 yaitu

memberitahukan. Gaya kepemimpianan ini dicirikan oleh oleh

perilaku pemimpin yang menetapkan peranan dan memberitahukan

orang-orangnya tentang apa, bagaimana, kapan dan bagaimana

tentang melakukan berbagai tugas. Dalam gaya ini tercakup pada

perilaku tinggi tugas dan rendah hubungan.

b. Menjajakan adalah bagi tingkat kematangan rendah ke sedang.

Orang-orang yang tidak mampu tetapi mau (M2) memikul

tanggung jawab untuk melakukan sesuatu tugas adalah yakin tetapi

kurang memiliki ketrampilan pada saat sekarang. Gaya

kepemimpinan yang sesuai yaitu menjajakan karena pemimpin

(44)

21

dan penjelasan, pemimpin berusaha agar secara psikologis pengikut

turut andil ikut serta dalam perilaku yang diinginkan. Dalam gaya

kepemimpinan ini mencakup perilaku yang tinggi tugas dan tinggi

hubungan.

c. Mengikutsertakan adalah bagi tingkat kematangan sedang ke

tinggi. Orang-orang pada tingkat kematangan ini mampu tetapi

tidak mau (M3) melakukan hal-hal yang diinginkan pemimpin.

Ketidakmauan mereka seringkali karena kurang yakin atau tidak

merasa aman. Keengganan mereka lebih dikarenakan masalah

motivasi. Gaya kepemimpinan yang sesuai yaitu partisipatif atau

yang biasa disebut dengan mengikutsertakan karena pemimpin dan

pengikut berbagi tanggung jawab dalam pengambilan keputusan

dan peranan pemimpin disini memudahkan dan

mengkomunikasikan. Gaya ini mencakup perilaku tinggi hubungan

dan rendah tugas.

d. Mendelegasikan adalah bagi tingkat kematangan rendah.

Orang-orang dalam tingkat kematangan ini adalah mampu dan mau, atau

yakin, untuk memikul tanggung jawab. Dengan demikian gaya

mendelegasikan (G4) menyediakan arahan atau dukungan yang

rendah, memiliki efektif paling tinggi dengan orang-orang yang

berada pada level kematangan tinggi.

Pada saat menggunakan kependekan G1, G2, G3 dan G4 ini

(45)

22

yang efektif dari model efektivitas tiga dimensi, tetapi apabila

berbicara tentang gaya dasar atau gaya yang tidak efektif, maka hal

itu akan disebut dengan nomor kuadran : K1, K2, K3 dan K4.

Kepemimpinan situasional tidak hanya mengajukan gaya

kepemimpinan yang paling tinggi kemungkinan efektifnya bagi

berbagai level kematangan, tetapi juga menunjukan kemungkinan

berhasilnya dari konfigurasi gaya lainya apabila pemimpin tidak

dapat menerapkan gaya yang diinginkan. Kemungkinan berhasil

dari masing-masing gaya bagi keempat level kematangan itu,

bergantung pada sejauh mana gaya tersebut dari gaya yang

memiliki kemungkinan efektif paling tinggi di sepanjang kurve

preskriptif dalam porsi gaya kepemimpinan pada model tersebut,

sebagai berikut:

1. M1 G1 tinggi, G2 kedua, K3 ketiga, K4 rendah

kemungkinan berhasil

2. M2 G2 tinggi, G1 kedua, G3 kedua, K4 rendah

kemungkinan berhasil

3. M3 G3 tinggi, G2 kedua, G4 ketiga, K3 rendah

kemungkinan berhasil

4. M4 G4 tinggi, G3 kedua, K2 ketiga, K1 rendah

(46)

23

2. Semangat Kerja

a. Pengertian Semangat Kerja

Masalah semangat kerja adalah masalah yang penting dalam setiap

organisasi, semangat kerja yang terdapat pada masing-masing individu dalam

organisasi tidak dapat tumbuh dengan sendirinya oleh karena itu diperlukan

sesuatu untuk menumbuhkan sikap itu. Semangat kerja akan mempengaruhi

pola kerja dan hubungan antar individu dalam melaksanakan tugas, sekaligus

dapat mempengaruhi produktivitas kerja dalam rangka pencapaian tujuan

organisasi.

Ada banyak definisi tentang semangat kerja, salah satunya yang

diungkapkan oleh Nitisemito ( 1996 : 160 ) yang mengatakan bahwa “

semangat kerja adalah melakukan pekerjaan secara giat sehingga dapat

diharapkan lebih cepat dan lebih baik hasilnya”. Hampir sama dengan

pendapat moekjijat yang dikutip oleh Tohardi ( 2002 : 427 ), yang mengatakan

bahwa “ semangat kerja adalah kemampuan sekelompok orang untuk bekerja

sama dengan giat dan konsekuen dalam mengejar tujuan utama”.

Selain itu Siswanto ( 2002 : 280 ) mendefinisikan “ semangat kerja

atau moral kerja sebagai prilaku individu tenaga kerja dan

kelompok-kelompok yang menimbulkan kesenangan yang mendalam pada diri tenaga

kerja untuk bekerja dengan giat dan konsekuen dalam mencapai tujuan yang

ditetapkan oleh perusahaan”

Dari pendapat-pendapat tersebut diatas dapat disimpulakan bahwa

(47)

24

karyawan untuk melakukan pekerjaan dengan lebih giat untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi. Semangat kerja ini perlu

diperhatikan secara serius karena semangat kerja tinggi akan memberikan hasil

kerja yang optimal. Seperti yang dilakukan oleh Allen yang dikutip oleh

tohardi ( 2002 : 425 ), bahwa “ betapapun sempurnanya rencana-rencana

organisasi dan pengawasan serta penelitiannya, bila mereka tidak dapat

menjalankan dengan minat dan gembira maka suatu perusahaan tidak akan

mencapai sebanyak dan sebenarnya dapat dicapainya”.

b. Manfaat Semangat Kerja

Semangat kerja yang tinggi memberikan banyak keuntungan bagi

organisasi. Seperti yang dikatakan oleh Nitismito ( 1999 : 162 ), dengan

meningkatkan semangat kerja dan kegairahan kerja, pekerjaan akan lebih

cepat diselesaikan, kerusakan akan dapat dikurangi, absensi akan dapat

diperkecil, kemungkinan perindahan perpindahan karyawan dapat diperkecil,

dan sebagainya. Oleh karena itu organisasi perlu untuk memelihara semngat

kerja setiap karyawannya.

c. Faktor-Faktor Semangat Kerja

Menurut Siswanto ( 1987 : 264 ) faktor semangat kerja dapat

dipengaruhi oleh :

1. Kompensasi

Kompensasi merupakan balas jasa yang diberikan oleh perusahaan

(48)

25

mempunyai kecendrungan diberikan secara tetap. Masalah kompensasi

bukan hanya pentingnya tetapi juga merupakan dorongan utama

seseorang untuk menjadi karyawan serta dapat mempengaruhi

semangat kerja karyawan.

2. Pekerjaan

Seorang karyawan akan lebih bersemangat dan bergairah

melaksanakan tugas apabila ia merasa cocock ataupun tertantang

dengan pekerjaan yang dibebankan kepadanya.

3. Pengawasan

Pengawasan secara langsung berpengaruhi semangat kerja dan prestasi

melalui kecermatan dalam mendisiplinkan dan menerapkan

peraturan-peraturan. Pengawasan yang efektif juga membantu produktifitas

melalui penyelenggara kerja yang baik, pemberian petunjuk-petunjuk

yang nyata dan perlengkapan pembekalan yang memadai serta

dukungan-dukunagan lainnya.

4. Promosi

Promosi adalah proses pemindahan karyawan dari satu jabatan ke

jabatan lain yang lebih tinggi. Promosi akan selalu diikuti oleh tugas,

tanggung jawab dan wewenang yang lebih tinggi dari jabatan yang

diduduki sebelumnya. Salah satu faktor yang mempengaruhi semangat

kerja sseorang adalah promosi, karna apabila seseorang dipromosikan

lebih tinggi dari jabatan sebelumnya makakaryawan akan

(49)

26

5. Kelompok kerja

Semangat kerja seseorang karyawan dapat meningkat apabila ia

merasakan dirinya dapat diterima sebagai anggota dari kelompok

dimana ia bekerja. Dengan perasaan menunjukkan perilaku kerja yang

baik.

b. Cara Meningkatkan Semangat Kerja

Setiap organisasi selalu berusaha untuk meningkatkan semangat

kerja semaksimal mungkin dalam batas-batas kemampuan organisasi. Hal

ini penting sebab dengan dana dan kemampuan terbatas organisasi harus

memiliki satu cara yang paling tepat untuk meningkatkan semangat kerja

semaksimal mungkin. Adapun cara-cara meningkatkan semangat kerja,

menurut Nitisemitro ( 1996 : 101 ), antaranya sebagai berikut :

a. Gaji yang cukup

Setiap perusahaan harus dapat memberikan gaji yang cukup kepada

karyawan, karena mempengaruhi semangat kerja karyawan. Semakin

besar gaji yang diberikan semakin tercukupi kebutuhannya, sehngga

mereka mendapatkan ketenangan dalam melaksanakan tugasnya dan

semangat kerja dapat kita harapkan.

b. Sekali-sekali menciptakan suasana santai

Suasan kerja yang rutin sering kali menimbulkan kebosanan dan

ketegangan kerja para karyawan. Untuk menghindari hal itu, sebaiknya

(50)

27

bersama,pertandingan olah raga antar karyawan dan lain-lain. Dengan

adanya suasana santai ini semangat kerja karyawan akan timbul dan

akan merasa satukesatuan dan satu naungan dalam satu perusahaan.

c. Harga diri perlu mendapatkan perhatian

Seorang pemimpin seyogyanya tidak memarahi karyawan didepan

umum, apalagi didepan karyawan lain, karena merasa malu dan

jengkel, dan dapat menurunkan semangat kerja mereka. Sebalikanya,

pemimpin harus hati-hati dalam memuji karyawan berprestasi.

Artinya, pujian yang diberikan harus sesuai dengan prestasinya, bila

berlebihan karyawan merasa terhina karena dianggap anak kecil.

d. Tempatkan para karyawan pada posisi yang tepat.

Setiap perusahaan/organisasi harus menepatkan karyawannya pada

tempat atau posisi yang tepeta artinya tempat kan mereka pada posisi

yang sesuai dengan keahlian masing-masing. Ketidak tepatan

menempatkan posisi karyawan menyebabkan jalannya pekerjaan

kuarang lancar dan tidak memperoleh hasil yang maksiamal karena

semangat kerja menurun.

e. Berikan kesempatan kepada karyawan untuk maju

Semangat kerja akan timbul jika mereka mempunyai harapan untuk

maju. Bagi perusahaan / organisasi yang baik akan mengadakan

program pendidikan tambahan bagi karyawannya,tentu saja harus

disesuiakan dengan masing-masing pekerjaannya.

(51)

28

Perasaan kerja karyawan akan terpuruk jika mereka tidak mempunyai

perasaan aman terhadap masa depan profesi mereka,

perusahaa/organisasi melakukan program pensiun bagi karyawannya,

juga mewajibkan para karyawan untuk menyisihkan sebagian

penghasilan untuk ditabung.

g. Usahakan karyawan mempunyai loyalitas

Loyalitas para karyawan terhadap perusahaan/organisasi dapat

menimbulkan rasa tanggung jawab yang dapat diciptakan semangat

kerja. Untuk itu pemimpin perusahaan mengusahakan agar para

karyawan mersakan senasib dengan karyawan yang akan mempunyai

dampak terhadap kenjuab karyawan dan sebaliknya kehancuran

perusahaan akan mengakibatkan kehancuran bagi dirinya. Sehingga

kemjuan dan kemunduran perusahaan akan dirasakan para karyawan.

c. Indikasi Turunnya semangat Kerja dan Kegairahan Kerja

Setiap perusahaan harus mengetahui indikasi turunnya semangat

dan kegairahan kerja guna mengambil tindakan – tindakan atau pemecahan

masalah terhadap karyawan yang produktivitasnya menurun.

Nitisemito (2000:97) mengemukakan bahwa indikasi – indikasi

turunnya semangat dan kegairahan kerja antara lain :

1) Turunnya / rendahnya produktivitas kerja

2) Tingkat absensi yang naik / tinggi

3) Labour Turn Over yang tinggi

(52)

29

5) Kegelisahan dimana – mana

6) Tuntutan yang Sering terjadi

7) Pemogokan

3. Hubungan Gaya Kepemimpinan dan Kematangan Bawahan Dengan

Semangat Kerja Karyawan

Perilaku seorang pemimpin di dalam mempengaruhi dan

menggerakan bawahanya, berhubungan erat dengan gaya kepemimpinan

yang diterapkan sebagaimana yang dikatakan oleh Gipson, Ivancevish dan

Donely (1992) bahwa “Bagaimana pemimpin mengusahakan supaya

bawahannya memenuhi tugas mereka, hal itu sebagian besar tergantung

pada gaya kepemimpinan yang digunakan”. Untuk itu agar karyawan

menjalankan pekerjaan yang telah dibebankan dengan baik, maka seorang

pemimpin harus dapat memberikan dorongan ataupun semangat dengan

cara pemenuhan kebutuhan-kebutuhan karyawan tersebut. Dalam

perusahaan terdiri dari sekumpulan individu-individu dan sejauh mana

pemimpin dapat memenuhi kebutuhan bawahanya agar dapat

terakomodasi.

Keberhasilan dalam mengelola organisasi ditentukan oleh kegiatan

pengelolaan sumber daya manusia. Dari sini dapatlah dipahami bahwa

pemimpin dalm orgnisasi harus mempunyai teknik-teknik untuk dapat

memelihara prestasi dan kepuasan kerja karyawan dengan memberikan

doronagan atau semangat pada bawahannya agar dapat melksanakan tugas

(53)

30

Adapun kebutuhan dan keinginan yang beraneka ragam dari setiap

karyawan adalah merupakan tugas pemipin dalam menyelaraskan antara

kebutuhan-kebutuhan individu dengan kebutuhan-kebutuhan organisasi.

Sehingga dengan tingkah laku karyawannya dapat didorong dan diarahkan

untuk mencapai tujuan bersama yang dilandasi kerjasama yang baik

diantara pemimpin dan pegawainya. Sebagai mana yang dikemukakan

oleh Koontz dkk ( 1990 : 94 ) yang menyatakan:

“Pada dasarnya seseorang akan mau menuruti kemauan orang lain

yang akan dapat memenuhi kebutuhan, tugas pemimpin adalah mendorong

orang alain untuk bekerja secara efektif guna mencapai tujtuan perusahaan

dapat memuaskan keiningan dan kebutuhan peribadinya”. Seorang

pemimpin harus dapat membaca dan memahami keinginan dari karywan

dalam menciptkan semangat kerja dan rasa tanggung jawab atas maju

mundurnya perusahaan dimana karyawan tersbuat bekerja. Pada

prinsipnya semangat kerja karyawan terletak pada dua hal, yaitu antara

pemimpin melalui gaya kepemimpinan dan karyawan itu sendiri.

Konsekuensinya,kita mengetahui bahwa antara kepemimpinan dan

semangat kerja sangat erat hubungannya.

Kaitan antara keduanya, dapat dikatakan karyawan mungkin

melakukan pekerjaan yang dibebankan kepadanya dengan baik, dan

mungkin pula tidak. Untuk mengatasinya diperlukan kepemimpinan yang

mampu mengarahkan karyawan agar bersemangat bekerja.untuk itu,

(54)

31

karyawannya, berhubungan erat dengan gaya kepemimpinan yang

dieterapkansebagaimana yang dikatakan oleh Gibson, Ivacevus dan

Donely (1992), bahwa: “ bagaimana pemimpin mengusahakan supaya

karyawan memenuhi tugas mereka, hal itu sebagaian besar tergantung

pada gaya kepemimpinan yang digunakan” Agar karyawan menjalankan

pekerjaan yang dibebeankan kepadanya dengan baik, maka sangat

diperlukan adanya suatu dorongan ataupun semangat kerja diri seorang

pemimpin, karena adanya semangat kerja yang tinggi, tentu saja akan

merasa sangat diperlukan dan dipercaya sepenuhnya untuk menjalankan

tugasnya,sehingga mereka akan bekerja keras dengan penuh kemauan

untuk mencapai tujuan bersama.

3. Kerangaka Pikir Penelitian

Kerangka pikir ini dibuat untuk memberikan gambaran penelitian

yang akan dilakukan yaitu mengenai analysis gaya kepemimpinan dan

semangat kerja karyawan di Perusahaan CV. Surya Abadi Kencana

Sumenep. Adanya pengaruh gaya kepemimpinan situasional (Hersey &

Blanchard 183;1992) berupa orientasi perilaku tugas dan orientasi perilaku

hubungan, dari dua perilaku yang ditunjukan pemimpin tersebut akan

menghasilkan gaya kepemimpinan yang terdiri dari empat perilaku yaitu

perilaku instruksi, konsultasi, partisipasi dan delegasi. Adanya keempat

perilaku pemimpin ini akan dipengaruhi oleh kematangan karyawan, yang

(55)

32

kepemimpinan yang diterapkan dalam sebuah organisasi akan memberikan

pengaruh terhadap hasil kerja karyawan berupa kualitas dan kuantitas

pekerjaan serta ketepatan waktu dalam penyelesaian pekerjaan yang telah

diberikan pimpinan.

Semangat kerja yang tinggi memberikan banyak keuntungan bagi

organisasi. Seperti yang dikatakan oleh Nitismito ( 1999 : 162 ), dengan

meningkatkan semangat kerja dan kegairahan kerja, pekerjaan akan lebih

cepat diselesaikan, kerusakan akan dapat dikurangi, absensi akan dapat

diperkecil, kemungkinan perindahan perpindahan karyawan dapat

diperkecil, dan sebagainya.

Kerangka pikir penelitian menunjukkan arah atau alur penelitian

yang akan dilakukan, dalam kerangka pikir penelitian ini akan dilakukan

analisis pengaruh gaya kepemimpinan dan semangat kerja karyawan pada

perusahaan CV. Surya Abadi Kencana dan bagaimana pengaruh antar

keduanya. Adapun secara lengkap kerangka pikir penelitian dapat

[image:55.612.157.494.563.699.2]

disajikan pada gambar 2.

Gambar 2

Gaya Kepemimpinan dan Kematangan Bawahan Dengan Semangat Kerja

Orientasi Tugas (X1)

Orientasi Hubungan (X2)

Kematangan Bawahan (X3)

(56)

33

4. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara yang pelu dilakukan analisis

lebih lanjut. Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu gaya kepemimpinan

orientasi tugas, orientasi hubungan dan kematangan bawahan berpengaruh

terhadap semangat kerja karyawan pada perusahaan CV. Surya Abadi

Gambar

Tabel 1
Tabel 2 Hasil Penelitian Terdahulu
Tabel 2.2
Gambar 3 Model Kepemimpinan Situasional Hersey dan Blanchard
+2

Referensi

Dokumen terkait

Masyarakat modern telah berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih untuk mengatasi berbagai masalah hidupnya, namun pada sisi lain ilmu pengetahuan dan

Apabila evaluasi dokumen dan tinjauan lapangan telah dilakukan dan permohonan izin layak untuk dipenuhi, maka UPP JBH mengajukan Berita Acara untuk diterbitkannya

Pancing tonda merupakan salah satu alat tangkap yang dominan untuk jenis alat tangkap pancing yang digunakan nelayan di Kabupaten Aceh Barat dalam melakukan

Tujuan : Untuk menilai perbandingan penanganan aktif dan konservatif ketuban pecah dini pada kehamilan aterm, pengaruhnya terhadap morbiditas dan mortalitas ibu dan anak serta

Router adalah device yang berfungsi untuk meneruskan paket-paket dari sebuah network ke network yang lainnya (baik LAN ke LAN atau LAN ke WAN) sehingga host-host yang ada pada

Jenis aktivitas banteng yang dominan pada setiap tipe vegetasi relatif berbeda, masing-masing untuk hutan dataran rendah adalah aktivitas istirahat, hutan pantai

karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan disertasi ini yang berjudul “ Rekonstruksi Kebijakan Formulasi Hukum Pidana di Bidang Ketenaganukliran

Kalau dilihat dari data yang ada dapat disimpulkan bahwa tidak ada alasan bagi para pemimpin dan wakil rakyat negara ini untuk memperkedil kedudukan dan kewenangan