• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh kualitas pelayanan, citra merek dan relationship marketing terhadap kepuasan konsumen serta dampaknya terhadap loyalitas konsumen : Studi kasus pada pengguna kereta api di Statiun Gambir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh kualitas pelayanan, citra merek dan relationship marketing terhadap kepuasan konsumen serta dampaknya terhadap loyalitas konsumen : Studi kasus pada pengguna kereta api di Statiun Gambir"

Copied!
173
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN, CITRA MEREK DAN

RELATIONSHIP MARKETING TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN

SERTA DAMPAKNYA TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN (Studi Kasus pada Pengguna Kereta Api di Statiun Gambir)

Oleh : Inayatun Nisa 1111081000098

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Inayatun Nisa

2. Tempat tanggal lahir : Brebes, 06 Februari 1993

3. Alamat : Jl. Ibnu Khaldun III No.8 RT. 003 RW. 008

Pisangan, Ciputat Timur, Tangerang Selatan

4. Telepon : 085742403076

5. Email : ina.widjanarko@gmail.com

II. PENDIDIKAN

1. SDN 01 BREBES Tahun 2000-2006

2. SMPN 01 BREBES Tahun 2006-2009

3. SMAN 02 BREBES Tahun 2009-2011

4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011-2015

III. PENGALAMAN ORGANISASI

1. OSIS SMPN 1 BREBES 2006-2009

2. OSIS SMAN 2 BREBES 2009-2011

(7)

vi

ABSTRACT

The aim of this research is to analyze the effect of service quality, brand image, relationship marketing, on customers’ satisfaction and its impact on customers’ loyalty on passenger in Gambir station. The data which is used in this research is premier and secondary data from 60 respondents. The sample was selected by using probability sampling technique with simple random sampling, and analyzed by path analysis.

The result of this research show that the structure I, partially there is a significant effect of service quality and relationship marketing on customers’ satisfaction, mean while there isn’t a significant effect on customers’ satisfaction. Simultaneously, there isn’t any effect of service quality, brand image and relationship marketing on customers’ satisfaction was proved. However in the structure II there isn’t a significant effect of service quality and relationship marketing on customers’ loyalty. Determinant coefficient analysis (R2

) in structure I, seen from Rsquare is 55.0%. It means that simultaneously the effect of service quality, brand image, and relationship marketing on customers’ satisfaction is 44.6% and 45.0% (100% - 55%) is affected by other variables. Determinant coefficient analysis (R2) in the structure II, seen from Rsquare is 44.6%. It means that simultaneously there is an effect of service quality, relationship marketing and customers’ satisfaction on customers’ loyalty is 44.6% and 55.4% (100% - 46%) is affected by other variables.

(8)

vii ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kualitas pelayanan, citra

merek, relationship marketing, terhadap kepuasan konsumen dan dampaknya

terhadap loyalitas konsumen pada pengguna kereta api di statiun Gambir. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder yang dikumpulkan dari 60 responden. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

adalah teknik probability sampling dengan metode simple random sampling,

kemudian data di proses menggunakan analisis path.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa dalam struktur I secara parsial kualitas pelayanan dan relationship marketing berpengaruh signifikan terhadap kepuasan konsumen, sedangkan citra merek tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan konsumen. Secara simultan terbukti bahwa pengaruh kualitas pelayanan,

citra merek dan relationship marketing tidak berpengaruh terhadap kepuasan

konsumen. Namun di struktur II variabel kualitas pelayanan dan relationship marketing tidak berpengaruh signifikan terhadap loyalitas konsumen. Analisis koefisien determinan (R2) pada struktur I dilihat dari Rsquare sebesar 55,0%. Angka

tersebut mempunyai maksud bahwa pengaruh kualitas pelayanan, citra merek,

relationship marketing terhadap kepuasan konsumen secara simultan adalah 44,6% sedangkan sisanya sebesar 45,0% (100% - 55,0%) dipengaruhi oleh variabel lain. Analisis koefisien determinan (R2) pada struktur II dilihat dari Rsquare sebesar 44,6%.

Angka tersebut mempunyai maksud bahwa pengaruh kualitas pelayanan, relationship

marketing dan kepuasan konsumen terhadap loyalitas konsumen secara simultan adalah 44,6% sedangkan sisanya sebesar 55,4% (100% - 44,6%) dipengaruhi oleh variabel lain.

(9)

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin, Wa shallallahu wa sallam ‘ala Nabiyyina Muhammadin, Wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in, Amma ba’du.

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah melimpahkan

karunia-Nya atas berkah, anugerah yang tiada akhir sehingga peneliti diberi kemampuan

untuk dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Kualitas pelayanan,

Citra Merek dan Relationship Marketing terhadap Kepuasan Konsumen serta Dampaknya Terhadap Loyalitas Konsumen (Studi Kasus Pada Pengguna PT.KAI di Statiun Gambir)” dengan baik dan lancar.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini penulis mendapat

bantuan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan

hati, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih atas segala bantuan,

bimbingan dan dukungan yang telah diberikan sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan kepada:

1. Kedua orangtua penulis, Ibu Rodiyah dan Bapak Ramono atas doa, dukungan

material dan non-material selama penulis menempuh pendidikan di perguruan

tinggi.

2. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM, selaku Pembimbing I yang senantiasa

meluangkan waktunya memberikan pengarahan serta bimbingan dalam

proses penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir. Semoga Allah SWT

senantiasa melindunginya.

3. Bapak Ade Suherlan MM, MBA, selaku pembimbing II yang senantiasa

meluangkan waktunya memberikan pengarahan serta bimbingan dalam

proses penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi.

4. Ibu Muniaty Aisyah, Dr., Ir., MM, selaku Dosen Pembimbing Akademik dan

Ketua Jurusan Manajemen yang senantiasa meluangkan waktunya untuk

berdiskusi tentang penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh responden penelitian yang telah meluangkan waktunya untuk

(10)

ix

6. Kakakku Eva Yuni R dan Miftakhul Hasan yang membantu dalam

pembuatan abstract.

7. Pamanku Imam Thobroni yang selalu memberikan dorongan dan bantuan

dalam penyusunan skripsi.

8. Adikku Dian Asri Maulidiah dan Ardelia Amanda yang senantiasa

memberikan motivasi, kesenangan, dan doa kepada penulis.

9. Teman- temanku Natasya Nanda L, Khurniasih, Siti Cholilah, Ahmad Mulki,

Monika Citra T.S, Choirunnisa, Syifa Aphrodita dan Harvito yang selalu

memberikan bantuan.

10. Seluruh teman-teman Manajemen angkatan 2011.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh

karena itu, saran dan kritik membangun sangat diharapkan bagi penulis. Akhir kata,

besar harapan bagi penulis agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, Mei 2015

(11)

x DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... i

LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHANSIF ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... iv

(12)

xi

b. Dimensi Kualitas Pelayanan ... 20

c. Model Konseptual Kualitas Pelayanan ... 23

3. Citra Merek ... 24

a. Pengertian Citra Merek... 24

b. Pengukuran Citra Merek Berdasarkan Aspek Sebuah Merek ... 26

4. Relationship Marketing ... 28

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Konsumen ... 37

d. Mengukur Kepuasan Konsumen ... 38

6. Loyalitas Konsumen ... 38

a. Pengertian Loyalitas Konsumen ... 38

b. Atribut-Atribut yang Membentuk Perubahan Perilaku ... 39

c. Membangun Loyalitas Konsumen ... 40

d. Manfaat Loyalitas Konsumen ... 42

e. Karakteristik Konsumen yang Loyal ... 42

B. Hubungan Antar Variabel ... 43

1. Hubungan kualitas layanan terhadap kepuasan konsumen ... 43

2. Hubungan citra merek terhadap kepuasan konsumen ... 44

3. Hubungan relationship marketing terhadap kepuasan konsumen... 44

4. Hubungan kualitas layanan terhadap loyalitas konsumen... 44

5. Hubungan relationship marketing terhadap loyalitas konsumen ... 45

6. Hubungan kepuasan konsumen terhadap loyalitas konsumen ... 45

C. Penelitian Terdahulu ... 46

D. Kerangka Pemikiran ... 48

E. Uji Hipotesis ... 48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 51

(13)

xii

E. Operasional Variabel Penelitian ... 62

(14)

xiii

2. Analisis Struktural II ... 105

3. Analisis Korelasi ... 114

4. Uji Trimming ... 121

5. Perhitungan Pengaruh ... 126

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 129

A. Kesimpulan ... 129

B. Saran ... 130

DAFTAR PUSTAKA ... 133

(15)

xiv

4.7 Karyawan PT KAI memberikan pelayanan yang cepat kepada konsumen 74 4.8 Karyawan PT KAI selalu bersedia untuk membantu konsumen saat dibutuhkanan ... 74

4.9 Karyawan PT KAI selalu sopan dan ramah dalam melayani konsumen 75

4.10 Karyawan PT KAI selalu sungguh-sungguh dalam melayani konsumen 76 4.11 Karyawan PT KAI memberikan perhatian yang tinggi kepada setiap konsumen... 76

4.12 Gerbong kereta PT.KAI memiliki kualitas yang baik ... 77

4.13 Karyawan PT.KAI berpenampilan rapi dan profesional ... 78

4.14 PT.KAI memiliki kelebihan dalan hal pelayanan ... 78

4.15 PT.KAI sudah saya kenal sejak lama ... 79

4.16 Merek PT.KAI mudah diucapkan oleh konsumen ... 80

4.17 Merek PT.KAI mudah diingat oleh konsumen ... 80

(16)

xv

4.19 Warna logo PT.KAI (2 garis warna orange dan 1 garis berwarna lengkung

biru) mudah diingat oleh konsumen ... 82

4.20 Merek PT.KAI memiliki keunggulan dengan kualitasnya ... 82

4.21 PT.KAI memiliki cara penjualan tiket yang unik/mudah didapatkan ... 83

4.22 PT.KAI selalu memelihara hubungan dan komunikasi yang baik dengan

konsumen... 84

4.23 PT.KAI selalu menjaga kepercayaan dan hubungan timbal balik dengan

konsumen... 84

4.24 PT.KAI selalu memberikan kepuasaan hubungan dengan konsumen .... 85

4.25 PT.KAI memberikan akses pemasanan tiket yang mudah didapatkan

(internetreservation) ... 86 4.26 PT.KAI menyediakan fasilitas mesin Cetak Tiket Mandiri (CTM)

dengan baik... 86

4.27 Kualitas KA utama kelas eksekutif/ bisnis yang diberikan oleh PT.KAI

sesuai dengan yang dijanjikan ... 87

4.28 Pelayanan KA utama kelas eksekutif/bisnis yang diberikan sesuai

dengan harapan konsumen ... 88

4.29 Pelayanan yang cepat diberikan oleh PT.KAI saat konsumen

membutuhkan bantuan ... 88

4.30 Konsumen merasa bangga menggunakan jasa KA utama kelas

eksekutif/ bisnis ... 89

4.31 Konsumen merasa percaya diri menggunakan jasa KA utama kelas

eksekutif/ bisnis ... 90

4.32 Harga yang dibayarkan sesuai dengan kualitas pelayanan yang didapat 90

4.33 Harga yang dibayarkan sebanding dengan pelayanan yang didapat ... 91

4.34 Biaya yang dikeluarkan sesuai dengan kualitas pelayanan yang didapat 92

4.35 Konsumen merasa nyaman menggunakan jasa PT.KAI ... 92

4.36 PT.KAI memberikan jaminan keselamatan tinggi, sehingga saya senang

menggunakan KA utama kelas eksekutif/ bisnis ... 93

4.37 Saya selalu melakukan pembelian secara berulang di PT.KAI terutama

(17)

xvi

4.38 Saya selalu merekomendasikan KA utama kelas eksekutif/ bisnis

kepada orang lain ... 94

4.39 Dalam melakukan perjalanan saya selalu mengutamakan KA utama kelas eksekutif/ bisnis ... 95

4.40 Saya merasa sudah setia dan loyal terhadap PT.KAI terutama KA utama kelas eksekutif/ bisnis ... 96

4.41 Kelemahan dan kekurangan produk akan saya langsung beritahu ke PT.KAI tanpa orang lain yang akan tahu ... 96

4.42 Model summary ... 98

4.43 Anova ... 99

4.44 Coefficients ... 101

4.45 Model summary ... 106

4.46 Anova ... 107

4.47 Coefficients ... 109

4.48 Correlations ... 114

4.49 Model Summary ... 121

4.50 Anova ... 121

4.51 Coefficients ... 122

4.52 Model Summary ... 123

4.53 Anova ... 124

4.54 Coefficients ... 124

(18)

xvii

DAFTAR GAMBAR

No Keterangan Halaman

1.1 Alasan Penumpang Memilih Kereta Api untuk Melakukan Perjalanan ... 3

1.2 Realisasi volume Angkutan Penumpang 2009-2013 ... 3

2.1 Model Kerangka Pemikirian Penelitian ... 48

4.1 Diagram jalur untuk model I dan II... 120

4.2 Hasil Perhitungan Diagram Jalur Setelah Trimming Struktur I ... 123

4.3 Hasil Perhitungan Diagram Jalur Setelah Trimming Struktur II ... 125

(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Keterangan Halaman

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 138

Lampiran 2 Hasil Jawaban Responden ... 142

Lampiran 3 Rekapitulasi Jawaban Responden ... 143

Lampiran 4 Hasil Data Statistik SPSS ... 146

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Persaingan bisnis antar perusahaan jasa sangat ketat baik di pasar

domestik maupun di pasar internasional. Perusahaan jasa yang ingin

berkembang harus dapat memberikan jasa yang berkualitas dengan harga

bersaing, pelayanan lebih cepat, dan pelayanan yang lebih baik kepada para

pelanggan daripada pesaingnya. Untuk memenuhi kepuasan pelanggan pada

industri jasa, kualitas pelayanan sangat penting dikelola perusahaan dengan

baik, seperti halnya pada PT Kereta Api Indonesia. (Widyanto, 2009)

Berdasarkan laporan tahunan PT Kereta Api Indonesia (Persero)

pertumbuhan volume penumpang jasa kereta api di Indonesia cukup signifikan.

Menurut laporan tahunan 2013 PT Kereta Api Indonesia mencatat bahwa

jumlah volume penumpang kereta api tahun 2013 mencapai 221 juta

penumpang. Raihan tersebut mengalami kenaikan 9,29% bila dibandingkan

tahun 2012 yang mencapai 202 juta penumpang. Dari volume tersebut

angkutan komersial jarak jauh memberikan kontribusi sebesar 11,93% terhadap

volume angkutan kereta api penumpang di tahun 2013. Tingginya animo

masyarakat terhadap penggunaan jasa transportasi kereta api jelas menandakan

bahwa kereta api masih menjadi alat transportasi andalan yang memberikan

kualitas pelayanan yang baik.

Menurut American Society for Quality Control; kualitas (quality)

(21)

2 kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat.

Sedangkan menurut Lovelock dan Wraight (2007: 96) kualitas pelayanan jasa

merupakan evaluasi kognitif jangka panjang pelanggan terhadap penyerahan

jasa suatu perusahaan.

Kualitas pelayanan yang optimal dapat dijadikan salah satu strategi

perusahaan untuk meningkatkan serta mempertahankan pelanggan. Kualitas

pelayanan yang optimal diharapkan akan mampu memenuhi harapan pelanggan

sehingga akan menciptakan kepuasan dan loyalitas perusahaan. (Kotler, 2009)

Kualitas pelayanan yang baik membuahkan kenyamanan maksimal

untuk customer. Di dalam menilai kualitas pelayanan menurut konsep

manajemen transportasi dalam meningkatkan jasa pelayanan transportasi terdiri

dari beberapa faktor-faktor keamanan dan keselamatan, perjalanan, ketepatan

waktu, kemudahaan pelayanan, kenyamanan dan kecepatan juga tepat dalam

memberikan informasi. (Ilham, 2011)

Berdasarkan laporan tahunan PT Kereta Api Indonesia (Persero), survei

kepuasan pelanggan yang dilakukan tahun 2013 , 51,44% responden memilih

menggunakan moda kereta api karena alasan kenyamanan dan 22,58% karena

alasan kelancaran perjalanan. Berikut alasan penumpang memilih kereta api

(22)

3

Gambar 1.1

Alasan Penumpang Memilih Kereta Api untuk Melakukan Perjalanan

Sumber: Laporan Tahunan 2013 PT Kereta Api Indonesia (PERSERO)

Dengan alasan diatas, pada periode 2011-2013 realisasi volume

angkutan penumpang secara umum meningkat.

Gambar 1.2

Realisasi volume Angkutan Penumpang 2009-2013

(23)

4 Berdasarkan laporan tahunan 2013 PT KAI (Persero), Realisasi

pendapatan Angkutan KA penumpang 2013 sebesar Rp 3,93 triliun atau naik

20,02% dari pendapatan tahun 2012 sebesar Rp 3,27 triliun. Volume

penumpang tercapai 221.729.333 orang atau naik 9,29% dari tahun 2012

sebesar 202.881.026 orang.

Untuk KA utama kelas eksekutif, realisasi volume penumpang

sepanjang 2013 mencapai 6,70 juta. Nilai ini hampir setara dengan pencapaian

tahun 2012 sebesar 6,77 juta penumpang. Realisasi pendapatan sepanjang 2013

sebesar Rp 1,49 triliun atau naik 16,15% bila dibandingkan tahun 2012 sebesar

Rp 1,28 triliun.

Tabel 1.1

Realisasi volume dan Pendapatan KA Utama Kelas Ekskutif

Sumber: Laporan Tahunan 2013 PT Kereta Api Indonesia (PERSERO)

Peningkatan pendapatan tahun 2013 disebabkan oleh pemberlakuan

tarif batas atas ketika week end, long weekend, liburan sekolah, angkutan

Lebaran 1434 H, angkutan Natal dan Tahun Baru.

Untuk KA utama kelas bisnis, volume penumpang sepanjang 2013

mencapai 4,52 juta penumpang atau turun 10,24% dibanding tahun 2012 yang

(24)

5 Rp 633,73 miliar atau turun 12,37% bila dibandingkan tahun 2012 sebesar Rp

805,96 miliar.

Tabel 1.2

Realisasi volume dan Pendapatan KA Utama Kelas Bisnis

Sumber: Laporan Tahunan 2013 PT Kereta Api Indonesia (PERSERO)

Dengan keberhasilan PT Kereta Api Indonesia dalam peningkatan

volume penumpang dan menjalankan transformasi bisnis, serta berbagai

kemajuan dan pencapaian, diharapkan juga akan meningkatkan citra sebuah

merek.

Menurut Aaker (Sondoh, et al, 2007) citra merek merupakan asosiasi serangkaian asosiasi dan biasanya terorganisasi menjadi suatu makna. Citra

atau asosiasi merepresentasikan persepsi yang bisa merefleksikan kenyataan

yang objektif ataupun tidak. Citra yang terbentuk dari asosiasi inilah yang

mendasari dari keputusan membeli bahkan loyalitas merek (brand loyalty) dari

konsumen. PT KAI sebagai salah satu perusahaan jasa pada 14 Novomber

2014 mendapatkan penghargaan kategori “The Best Service of the Year” pada

ajang penganugerahan “Good Business Excellence”. Hal ini menunjukan

berbagai apresiasi yang diterima oleh PT KAI atas keberhasilannya dalam

(25)

6 KAI menerima penghargaan “Best Practice Award 2014” untuk kategori

operations management bidang Customer Service and Contact Center.

Penghargaan yang diterima oleh PT KAI ini diharapkan mampu

meningkatkan citra merek di masyarakat. Menurut Kotler (2009:258) merek

adalah sebuah nama, istilah, tanda, simbol atau kombinasi semuanya, yang

dimaksudkan untuk menyebutkan barang atau jasa seseorang atau sekelompok

penjual dan untuk membedakannya dari barang atau jasa pesaing. Namun

pemberian nama atau merek pada suatu produk hendaknya tidak hanya

merupakan suatu simbol, melainkan atribut, manfaat, nilai, budaya,

kepribadian, dan pemakai.

Pemasar harus selalu mendesain program pembangunan citra merek

(brand image) dalam aktivitas pemasaran dan melakukan kegiatan yang

mendukung pemasaran guna memperkuat merek. Seiring dengan

perkembangan persaingan perusahaan jasa transportasi dengan berbagai

berbagai keunggulan baik dari kualitas pelayanan, citra merek dan menciptakan

loyalitas konsumen.

Selain kualitas pelayanan dan citra merek, relationship marketing juga

sangat berpengaruh terhadap kepuasan konsumen dan loyalitas konsumen.

Karena salah satu sarana untuk mewujudkan loyalitas konsumen tersebut

adalah pengelolaan relationship marketing. Relationship marketing merupakan strategi dan usaha untuk menjalin hubungan dengan pelanggan dan

memberikan pelayanan yang memuaskan bagi pelanggan. Relationship

(26)

7 optimal kepada pelanggan secara langsung melalui pengetahuan kebutuhan

pelanggan dan penyediaan variasi penawaran, pelayanan, program, dan media

yang sesuai dengan permintaan mereka. (Kotler, 2003)

Zeithaml, et al, (2006) relationship marketing (or relationship management) is a philosophy of doing business, a strategic orientation, that

focuses on keeping and improving relationship with current customers and business customers rather than on acquiring new customers. Relationship

marketing adalah filosofi bisnis, orientasi strategi, yang berfokus untuk menjaga dan meningkatkan hubungan dengan pelanggan saat ini daripada

mendapatkan pelanggan baru. Penerapan realitionship marketing oleh PT KAI

saat ini cukup baik dengan diterimanya beberapa penghargaan “The Best Customer Service” dalam ICCA Award 2014. Hal ini membuktikan bahwa PT

KAI memberikan pelayanan dan hubungan yang baik dengan konsumen untuk

mewujudkan kepuasan konsumen dan loyalitas konsumen.

Loyalitas konsumen merupakan asset yang sangat berharga bagi

perusahaan. Agar sebuah perusahaan bias memenangkan persaingan maka

perusahaan itu harus meningkatkan loyalitas konsumen dan harus bias menjalin

sebuah hubungan yang baik dengan konsumennya, selain tetap menjaga

kualitas pelayanan, citra merek dan relationship marketing dengan

konsumennya terus ditingkatkan sehingga dapat menciptkan loyalitas

konsumen. Menurut Kotler (2009) konsumen dikatakan loyal apabila mereka

(27)

8 rutin suatu produk dan ada niat untuk memakai produk tersebut di masa yang

akan datang.

Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin melakukan penelitian pada

pengguna kereta api di Statiun Gambir, Jl. Medan Merdeka Timur No.27

Jakarta Pusat. Dimana pengguna kereta api di statiun Gambir adalah kelas

utama eksekutif dan kelas utama bisnis. Oleh karena itu penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Kualitas Pelayanan, Citra Merek dan Relationship Marketing Terhadap Kepuasan Konsumen serta Dampaknya Terhadap Loyalitas Konsumen (Studi Kasus pada Pengguna Kereta Api di Statiun Gambir).

B.Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang

akan di kaji pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh variabel kualitas pelayanan secara parsial

terhadap variabel kepuasan konsumen?

2. Apakah terdapat pengaruh variabel citra merek secara parsial

terhadap variabel kepuasan konsumen?

3. Apakah terdapat pengaruh variabel relationship marketing secara

parsialterhadap variabel kepuasan konsumen?

4. Apakah terdapat pengaruh variabel kualitas pelayanan, citra merek

dan relationship marketing secara simultan terhadap variabel

(28)

9 5. Apakah terdapat pengaruh variabel kualitas pelayanan secara parsial

terhadap variabel loyalitas konsumen?

6. Apakah terdapat pengaruh variabel relationship marketing secara

parsial terhadap variabel loyalitas konsumen?

7. Apakah terdapat pengaruh variabel kepuasan konsumen secara

parsial terhadap variabel loyalitas konsumen?

8. Apakah terdapat pengaruh variabel kualitas pelayanan, relationship

marketing dan kepuasan konsumen secara simultan terhadap variabel loyalitas konsumen?

9. Apakah terdapat pengaruh variabel kualitas kualitas pelayan, citra

merek dan relationship marketing terhadap variabel loyalitas

konsumen, melalui variabel kepuasan konsumen?

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian

ini adalah :

a. Untuk menentukan apakah terdapat pengaruh variabel kualitas

pelayanan terhadap variabel kepuasan konsumen.

b. Untuk menentukan apakah terdapat pengaruh variabel citra merek

terhadap variabel kepuasan konsumen.

c. Untuk menentukan apakah terdapat pengaruh variabel

(29)

10 d. Untuk menentukan apakah terdapat pengaruh variabel kualitas

pelayanan, citra merek dan relationship marketing terhadap

variabel kepuasan konsumen.

e. Untuk menentukan apakah terdapat pengaruh variabel kualitas

pelayanan terhadap variabel loyalitas konsumen.

f. Untuk menentukan apakah terdapat pengaruh variabel

relationship marketing terhadap variabel loyalitas konsumen. g. Untuk menentukan apakah terdapat pengaruh variabel kepuasan

konsumen terhadap variabel loyalitas konsumen.

h. Untuk menentukan apakah terdapat pengaruh variabel kualitas

pelayanan, relationship marketing dan kepuasan konsumen

terhadap variabel loyalitas konsumen.

i. Untuk menentukan apakah terdapat pengaruh variabel kualitas

kualitas pelayan, citra merek dan relationship marketing terhadap

variabel loyalitas konsumen, melalui variabel kepuasan

konsumen.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Penulis

Sebagai wahana untuk menambah wawasan pengetahuan serta

pemikiran dan dapat menerapkan kebijakan yang berhubungan

(30)

11

b. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukkan dalam

menerapkan strategi yang tepat dalam mengembangkan dan

meningkatkan kualitas pelayanan, citra merek, relationship

marketing, kepuasan konsumen dan loyalitas konsumen.

c. Bagi Pembaca

Diharapkan dari penelitian ini dapat menjadi acuan dan referensi

tambahan informasi mengenai pengaruh dari kualitas pelayanan,

citra merek, relationship marketing, kepuasan konsumen dan

(31)

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Landasan Teori 1. Pemasaran

Pemasaran (marketing) adalah mengidentifikasikan dan memenuhi

kebutuhan manusia dan sosial. Salah satu definisi yang baik dan singkat

dari pemasaran adalah “memenuhi kebutuhan dengan cara yang

menguntungkan”. (Kotler dan Keller, 2009:5)

American Marketing Association (AMA) mendefinisikan pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk

menciptakan, mengkomunikasikan, dan memberikan nilai kepada

pelanggan dan untuk mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang

menguntungkan organisasi dan pemangku kepentingan. (Kotler dan Keller,

2009:5)

a. Manajemen Pemasaran

Manajemen pemasaran (marketing management) adalah seni

dan ilmu memilih pasar dan meraih, mempertahankan, serta

menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menghantarkan, dan

mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul. (Kotler dan Keller,

2009:5)

Adapun menurut Peter dan Donnelly (2004:14) manajemen

pemasaran dapat didefinisikan sebagai proses perencanaan dan

(32)

13 jasa, serta ide-ide untuk menciptakan pembelian dengan tujuan

memenuhi kebutuhan konsumen.

Dari pengertian yang demikian, manajemen pemasaran meliputi

kegiatan perencanaa hingga implementasi dan kontrol guna mencapai

tujuan, yaitu pihak-pihak yang terlibat atau customer satisfaction. Dengan kata lain, manajemen pemasaran berorientasi pada konsumen

atau customer oriented. (Evans dan Berman, 2002:12)

b. Pemasaran Jasa

Definisi jasa menurut Kotler dan Keller (2007:42) jasa adalah

setiap tindakan atau kinerja yang dapat ditawarkan satu pihak kepada

pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan

kepemilikan sesuatu. Produksinya mungkin saja terkait atau tidak

terkait dengan produk fisik. Transaksi jasa tidak akan mengakibatkan

terjadinya perpindahan kepemilikan, dan suatu produk jasa dapat

melibatkan atau tidak melibatkan adanya produk fisik.

Menurut Lovelock dan Gummesson (2011:15), menetapkan

bahwa jasa (service) adalah suatu bentuk sewa-menyewa yang dapat

memberikan suatu manfaat bagi konsumen. Hal yang dihargai oleh

konsumen dan mereka berkenan membayar untuk mendapatkannya

adalah berbagai pengalaman yang diinginkan (desired experience) dan

solusi. Kata sewa digunakana sebagai istilah umum untuk menunjukan

suatu pembayaran yang dilakukan untuk menggunakan atau mengakses

(33)

14 untuk membeli hal tersebut. Kita tidak bisa membeli dan memiliki

seseorang, tapi kita dapat menyewa dan menggunakan keahlian serta

tenaganya.

Menurut Tjiptono (2014:17), jasa (service) dapat diartikan sebagai “melakukan sesuatu bagi orang lain”. Lupiyoadi (20014:7) juga

mendefinisikan jasa pada dasarnya merupakan semua aktifitas ekonomi

yang hasilnya tidak merupakan produk dalam bentuk fisik atau

kontruksi, yang umumnya dikonsumsi pada saat yang sama dengan

waktu dihasilkan dan memberikan nilai tambah (misalnya kenyamanan,

hiburan, kesenangan, atau kesehatan) atau pemecahan masalah yang

dihadapi oleh konsumen. Berdasarkan definisi tersebut, tampak bahwa

di dalam jasa selalu ada aspek interaksi antara pihak konsumen dan

pemberi jasa, meskipun pihak-pihak yang terlibat tidak selalu

menyadarinya. Jasa juga bukan merupakan barang, melainkan sesuatu

proses atau aktivitas di mana berbagai aktivitas tersebut tidak berwujud.

Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa jasa

merupakan aktivitas ekonomi yang ditawarkan oleh produsen kepada

konsumen, yang dapat atau tidak dapat melibatkan unsur-unsur fisik,

namun tidak menyebabkan terjadinya perpindahan kepemilikan dan

dikonsumsi pada saat yang sama dengan waktu saat jasa tercipta untuk

(34)

15 1) Strategi Pemasaran Perusahaan Jasa

Tiga tipe pemasaran jasa yang dikemukakan oleh Gronroos

yaitu :

a) Pemasaran Eksternal

Pemasaran eksternal menggambarkan aktivitas normal yang

digunakan perusahaan dalam mempersiapkan jasa,

menetapkan harga, melakukan distribusi dan

mempromosikan jasa yang bernilai superior pada pelanggan.

Bila ini dilakukan dengan baik, maka pelanggan akan

„terikat‟ dengan perusahaan, sehingga laba jangka panjang

bisa terjamin.

b) Pemasaran Internal

Pemasaran internal menggambarkan tugas yang diemban

perusahaan dalam rangka melatih dan memotivasi para

karyawan agar dapat melayani para pelanggan dengan baik.

Yang tak kalah pentingnya adalah pemberian penghargaan

dan pengakuan yang sepada dan manusiawi. Aspek ini bisa

membangkitkan motivasi, moral kerja, rasa bangga, loyalitas,

dan rasa memiliki setiap orang dalam berorganisasi, yang

pada gilirannya dapat memberikan kontribusi besar bagi

(35)

16 c) Pemasaran Interaktif

Pemasaran interaktif menggambarkan interaksi antara

pelanggan dan karyawan. Diharapkan setiap karyawan yang

loyal, bermotivasi tinggi, dan diberdayakan (empowered)

dapat memberikan total quality service kepada setiap

pelanggan dan calon pelanggan.

2) Karakteristik Jasa

Berbagai riset dan literatur pemasaran jasa mengungkap

bahwa jasa memiliki sejumlah karakteristik unik yang

membedakannya dari barang dan berdampak pada cara

memasarkannya. Secara garis besar, karakteristik tersebut terdiri atas

ingtangibility, inseparability, variability/heterogeneity, perishability,

dan lack of ownership. Tjiptono (2014:28) a) Ingtangibility

Jasa berbeda dengan barang. Bila barang merupakan suatu

objek, alat, atau benda; maka jasa adalah suatu perbuatan,

tindakan, pengalaman, proses, kinerja (performance), atau usaha.

Oleh sebab itu, jasa tidak dapat dilihat, dirasa, dicium, didengar,

atau diraba sebelum dibeli dan dikomsumsi. Bagi para pelanggan,

ketidakpastian dalam pembelian jasa relatif tinggi, karena

(36)

17 Selain itu, jasa biasanya mengandung unsur experience quality dan credence quality yang tinggi. Experience quality

adalah karakteristik-karakteristik yang hanya dapat dinilai

pelanggan setelah pembelian. Sedangkan credence quality

merupakan aspek-aspek yang sulit dievaluasi, bahkan setelah

pembelian dilakukan. Tjiptono (2014:28)

b) Inseparability

Barang biasanya diproduksi, kemudian dijual, lalu

dikonsumsi. Sedangkan jasa umumnya dijual terlebih dahulu,

baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi pada waktu dan tempat

yang sama. Interaksi antara penyedia jasa dan pelanggan

merupakan ciri khusus dalam pemasaran jasa. Keduanya

mempengaruhi hasil (outcome) dari jasa tersebut. Dalam

hubungan penyedia jasa dan pelanggan ini, efektivitas individu

yang menyampaikan jasa (contact personal) merupakan unsur terpenting. Tjiptono (2014:30)

c) Variability/heterogenety

Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan

non-standardized output, artinya banyak variasi bentuk, kualitas jenis,

tergantung kepada siapa, kapan, dan dimana jasa tersebut

diproduksi. Berbeda dengan mesin, orang biasanya tidak bisa

diprediksi dan cenderung tidak konsisten dalam hal sikap dan

(37)

18 yang menyebabkan variabilitas kualitas jasa; yaitu (1) kerja sama

atau partisipasi pelanggan selama penyampaian jasa; (2)

moral/motivasi karyawan dalam melayani pelanggan; dan (3)

beban kerja perusahaan. Kesemuanya ini menyebabkan organisasi

jasa sulit mengembangkan citra merek yang konsisten sepanjang

waktu. Tjiptono (2014:31)

d) Perishability

Perishability berarti, jasa tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Artinya jasa yang dihasilkan akan dimanfaatkan pada

saat konsumsi jasa tersebut berlangsung. Dengan demikian maka

pemanfaatan jasa yang tidak mengenal penyimpanan ini

memerlukan suatu kondisi permintaan jasa yang sedang terjadi.

Jika terdapat permintaan maka jasa tersebut akan ditawarkan dan

permintaan selanjutnya merupakan penawaran jasa berikutnya.

Tjiptono (2014:32)

e) Lack of ownership

Lack of ownership merupakan perbedaan dasar antara

barang dan jasa. Pada pembelian barang, konsumen memiliki hak

penuh atas penggunaan dan manfaat produk yang dibelinya.

Mereka bisa mengkonsumsi, menyimpan, atau menjualnya. Di

lain pihak pada pembelian jasa, pelanggan mungkin hanya

memiliki akses personal atas suatu jasa untuk jangka waktu yang

(38)

19 atau penyewaan item-item tertentu berkaitan dengan jasa yang ditawarkan. Tjiptono (2014:33)

2. Kualitas Pelayanan

a. Pengertian kualitas pelayanan

Kualitas pelayanan merupakan dasar bagi pemasar jasa, karena

inti produk yang dipasarkan adalah suatu kinerja yang berkualitas dan

kinerjalah yang dibeli oleh konsumen. Kualitas pelayanan jasa jauh

lebih sukar didefinisikan, dijabarkan, dan diukur bila dibandingkan

dengan kualitas barang. Bila ukuran kualitas dan pengendalian

kualitas telah lama dikembangkan dan diterapkan untuk

barang-barang berwujud (tangible goods), maka untuk jasa berbagai upaya

justru dikembangkan untuk merumuskan ukuran-ukuran semacam itu.

(Tjiptono, 2014:266)

Menurut Lovelock dan Waright (2007:96) kualitas pelayanan

jasa merupakan evaluasi kognitif jangka panjang pelanggan terhadap

penyerahan jasa suatu perusahaan. Pada umumnya pelayanan yang

diberikan perusahaan baik akan meghasilkan kepuasan yang tinggi

serta pembelian ulang yang sangat tinggi pula.

Pada prinsipnya, kualitas jasa berfokus pada upaya

pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan

penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan. Sedangkan

(39)

20 diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk

memenuhi keinginan pelanggan. (Tjiptono, 2014:268)

b. Dimensi Kualitas Pelayanan

Untuk mempermudah penilaian dan pengukuran kualitas

pelayanan dikembangkan suatu alat ukur kualitas layanan yang

disebut servqual (service quality). Servqual ini merupakan skala item yang dapat digunakan untuk mengukur persepsi pelanggan atas

kualitas layanan yang pada penelitian awalnya meliputi sepuluh

dimensi Parasuraman, et al. (1985) dalam Tjiptono (2014:282), yaitu : 1) Reliabilitas, mencakup dua hal pokok, yaitu konsistensi kerja

(performance) dan kemampuan untuk dipercaya (dependability). 2) Responsivitas atau daya tanggap, yaitu kesediaan atau kesiapan

para karyawan untuk membantu dan melayani para pelanggan

dengan segera.

3) Kompetensi, yaitu penguasaan keterampilan dan pengetahuan

yang dibutuhkan agar dapat melayani sesuai dengan kebutuhan

pelanggan.

4) Akses, meliputi kemudahan untuk dihubungi atau ditemui dan

kemudahan kontak, seperti lokasi mudah dijangkau, komunikasi

tidak susah dihubungi, mengantri tidak terlalu lama dan

(40)

21 5) Kesopanan (courtesy), meliputi sikap sopan santun, respek,

perhatian, dan keramahan yang dimiliki para contact person

(seperti resepsionis, operator telepon, dll).

6) Komunikasi (communication), artinya memberikan informasi

kepada pelanggan dalam bahasa yang mudah mereka fahami,

serta selalu mendengar saran dan keluhan pelanggan.

7) Kredibilitas (credibility), yaitu sifat jujur dan dapat dipercaya.

Kreadibilitas mencakup nama perusahaan, reputasi perusahaan,

karakteristik pribadi karyawan, dan interaksi dengan pelanggan.

8) Keamanan (security), yaitu bebas dari bahaya, resiko, atau keragu

raguan baik didalamnya keamanan secara fisik, keamanan

financial, privasi, dan kerahasiaan.

9) Kemampuan memahami pelanggan, yaitu berupaya memahami

pelanggan dan kebutuhan spesifik mereka, memberikan perhatian

individual, dan mengenal pelanggan regular.

10) Bukti fisik (tangibles), yang dirasakan yaitu bukti fisik dari jasa

berupa fasilitas fisik, peralatan yang dipergunakan, dan

refresentasi fisik dari jasa.

Dalam riset berikutnya di tahun Parasuraman, et al. (1988) dalam

Tjiptono (2014:282) menyempurnakan dan merangkum sepuluh

dimensi tersebut. Kompetensi, kesopanan, kredibilitas, dan keamanan

disatukan menjadi jaminan (assurance). Sedangkan akses,

(41)

22 sebagai empati (empathy). Dengan demikian, terdapat lima dimensi utama:

1) Keandalan (reliability), yakni kemampuan memberikan layanan

yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan. Artinya

para karyawan memberikan pelayanan yang sesuai dengan

harapan pelanggan. Atributnya ketergantungan dalam menangani

masalah layanan pelanggan, melakukan layanan pada saat

pertama, menyediakan layanan pada waktu yang dijanjikan dan

mempertahankan rekor bebas cacat.

2) Daya tanggap (responsiveness), yakni keinginan para staf untuk

membantu para pelanggan dan memberikan layanan dengan

tanggap, yakni motivasi para karyawan dalam memecahkan

masalah yang dihadapi pelanggan dalam menggunakan jasa. Daya

tanggap meliputi layanan yang tepat pada pelanggan,

mengusahakan pelanggan dan kesiapan untuk menanggapi

permintaan pelanggan.

3) Jaminan (assurance), mencakup pengetahuan, kompetensi,

kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki staf. Bebas

dari bahaya risiko atau keraguan yaitu mengenai pengetahuan

baik dari karyawan dalam menanggapi pertanyaan atau keluhan

(42)

23 4) Empati (empathy), meliputi kemudahan dalam menjalin relasi,

komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan pemahaman atas

kebutuhan individual para pelanggan.

5) Bukti fisik (tangibles), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan,

pegawai dan sarana komunikasi. Tampilan fisik yaitu kemampuan

suatu perusahaan dalam menunjukan eksistensinya kepada pihak

eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan prasana fisik

harus dapat diandalkan, keadaan lingkungan sekitarnya adalah

bukti dari pelayanan yang diberikan.

c. Model Konseptual Kualitas Pelayanan (Service Quality)

Menurut Parasuraman, et al,. dalam Tjiptono (2014:271) dalam model servqual, kualitas jasa didefinisikan sebagai “penilai atau sikap

global berkenaaan dengan superioritas suatu jasa”. Definisi ini

didasarkan pada tiga landasan konseptual utama yakni :

1) Kualitas lebih sukar dievaluasi konsumen daripada kualitas

barang.

2) Persepsi terhadap kualitas jasa merupakan hasil dari perbandingan

antara harapan pelanggan dengan kinerja aktual jasa.

3) Evaluasi kualitas tidak hanya dilakukan atas hasil jasa, namun

juga mencakup evaluasi terhadap proses penyampaian jasa.

Model servqual meliputi analisis terhadap enam gap yang

berpengaruh terhadap kualitas. Gap pertama adalah kesenjangan

(43)

24

pelanggan (knowledge gap). Gap kedua berupa perbedaan antara

persepsi manajemen terhadap harapan konsumen dan spesifikasi

kualitas jasa (policy gap). Gap ketiga berupa perbedaan antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaian jasa (delivery gap). Gap

keempat berupa perbedaan antara penyampaian jasa dan komunikasi

eksternal (communication gap). Gap kelima berupa perbedaan antara apa yang konsumen harapkan dengan kenyataan yang diterima

konsumen (perceptions gap). Sedangkan, gap keenam adalah

kesenjangan antara jasa yang dipersepsikan dan jasa yang diharapkan

(service gap) dalam Lovelock dan Wirtz (2011:262).

3. Citra Merek

a. Pengertian Citra Merek

American Marketing Association (Kotler dan Keller, 2009:258) mendefinisikan merek sebagai “nama, istilah, tanda,

lambang, atau desain, atau kombinasinya, yang dimaksudkan untuk

mengidentifikasikan barang atau jasa dari salah satu penjual atau

kelompok penjual dan mendiferensiasikan mereka dari para pesaing”.

Dengan demikian, sebuah merek adalah produk atau jasa penambah

dimensi yang dengan cara tertentu mendiferensiasikannya dari produk

atau jasa lain yang dirancang untuk memuaskan kebutuhan yang sama.

Merek mengidentifikasikasi sumber atau pembuat produk dan

(44)

25 menetapkan tanggung jawab pada pembuat atau distributor tertentu.

Konsumen bisa mengevaluasi produk identik secara berbeda,

tergantung pada bagaimana produk diberi merek. Konsumen belajar

tentang merek melalui pengalaman masa lampau dengan produk dan

program pemasarannya. (Kotler dan Keller, 2009:259)

Dalam publikasinya berjudul “Brand Image, Customer

Satiffaction and Loyality Intention: A Study in the Contextof Cosmetic

Product Among the People of Central India” yang dipublikasikan di EXCEL Journal of Multidisciplinary Management Studies, Walker (1986) mendefiniskan “Brand is a symbol or sign which is helpful for

customer to identify the product, a company which have product with favorable brand image by the public surely gained better position in

the market also can be sustain competitive advantage and increased number of market share” (Merek adalah suatu simbol atau tanda yang

bermanfaat untuk mengidentifikasikan suatu produk, sebuah

perusahaan yang memiliki produk dengan citra merek yang

menguntungkan bagi masyarakat pasti akan mendapatkan posisi yang

lebih baik dipasar dan merek dapat mempertahankan keunggulan

kompetitif dan meningkatkan jumlah pangsa pasar).

Dengan demikian, bagi perusahaan merek menggambarkan

potongan properti hukum yang sangat bernilai yang dapat

mempengaruhi perilaku konsumen, dibeli dan dijual, dan memberikan

(45)

26 Sehingga citra merek bagi perusahaan sangat penting. (Kotler dan

Keller, 2009:260)

Menurut Kotler dan Keller (2009), mendefinisikan citra merek

sebagai seperangkat keyakinan, ide dan kesan yang dimiliki oleh

seseorang terhadap suatu merek. Karena itu sikap dan tindakan

konsumen terhadap suatu merek sangat ditentukan oleh citra merek

tersebut.

Citra merek atau brand image menurut Keller (2013:72) adalah

The perception and beliefs heald by the consumer, as reflected in the

association held in consumer memory”. Berdasarkan pendapat ini

brand image adalah anggapan dan kepercayaan yang dibentuk oleh konsumen seperti yang direfleksikan dalam hubungan yang terbentuk

dalam ingatan konsumen.

b. Pengukuran Citra Merek Berdasarkan Aspek Sebuah Merek

Menurut Keller (2013:77) bahwa pengukuran citra merek

dapat dilakukan berdasarkan pada aspek sebuah merek, yaitu:

strength, favorable dan uniqueness.

1) Kekuatan (Strength of Brand Associations)

Semakin dalam individu berfikir tentang informasi

produk dan menghubungkannya dengan pengetahuan merek

yang ada, maka semakin kuat asosiasi merek yang akan

dihasilkan. Faktor yang mempengaruhi hasil ini adalah program

(46)

27

brand image dalam benak khalayak (personal revelence) dan merupakan program komunikasi pemasaran yang konsisten

(consistency) pada suatu waktu dan sepanajang waktu (Keller 2013:78).

Kekuatan asosiasi merek tergantung pada bagaimana

informasi masuk kedalam ingatan konsumen dan bagaimana

informasi tersebut bertahan sebagai bagian dari brand image. 2) Keunggulan (Favorability of Brand Associations)

Asosiasi yang menguntungkan bagi merek adalah

asosiasi yang diinginkan untuk konsumen, seperti bentuk

kenyamanan, produk yang handal, pesan dapat disampaikan

oleh produk atau program komunikasi pemasaran yang

mendukung. Favorable mengarah pada kemampuan merek

tersebut untuk mudah diingat oleh konsumen. Favorable adalah

asosiasi-asosiasi yang dapat diharapkan oleh khalayak sasaran

(desirable) dan disampaikan (delivered) secara sukses oleh sebuah produk melalui program komunikasi pemasaran yang

mendukung merek produk tersebut. (Keller 2013:78)

Kesuksesan sebuah proses pemasaran sering tergantung

pada proses terciptanya asosiasi merek yang menguntungkan,

dimana konsumen dapat dipercaya pada atribut yang diberikan

(47)

28 3) Keunikan (Uniqueness of Brand Associations)

Inti dari asosiasi ini adalah merek harus memiliki

keunggulan yang berkelanjutan atau memiliki proposisi

penjualan yang unik untuk memberikan alasan mengapa

konsumen harus membelinya. Aspek uniqueness bergantung

pada dua faktor yang dibawakan oleh program komunikasi

pemasaran atau keseimbangan jika dibandingkan dengan

asosiasi merek produk lainnya (point of parity) dan sejauh mana program komunikasi pemasaran memiliki unsur perbedaan

(point of difference) jika dibandingkan dengan asosiasi merek produk lainnya (Keller 2013:78).

Suatu merek harus memiliki keunggulan yang menjadi

alasan bagi konsumen untuk memilih merek tertentu. Keunikan

asosiasi merek dapat berdasarkan atribut produk, fungsi produk

atau citra yang dinikmati konsumen.

4. Relationship Marketing

a. Pengertian Relationship Marketing

Relationship marketing adalah pendekatan pemasaran pada

pelanggannya baik untuk mendorong pertumbuhan perusahaan dalam

jangka panjang juga untuk memaksimumkan kepuasan pelanggan.

Hubungan jangka panjang yang berkesinambungan tentunya harus terus

(48)

29 konsumen yang nantinya akan memberikan value bagi kedua pihak. (Utami, 2013)

Menurut Keegen dan Duncan Relationship marketing is an a

approach to marketing with its customers that promote both the company’s longterm growth and the customer’s maximum satisfaction,

yang memiliki arti bahwa relationship marketing adalah cara usaha pemasaran pada pelanggan yang meningkatkan pertumbuhan jangka

panjang perusahaan dan kepuasan maksimum pelanggan. Pelanggan

yang baik merupakan suatu asset di mana bila ditangani dan dilayani

dengan baik akan memberikan pendapatan dan pertumbuhan jangka

panjang bagi suatu badan usaha. (Peter, 2013)

Relationship marketing menurut Kotler dan Amstrong adalah the

process of the creating, maintaining and enchanging strong, value laden relationships with customers and other stockholder, yang

memiliki arti bahwa relationship marketing adalah proses mencipta, memelihara dan mengalihkan keunggulan, muatan nilai hubungan

antara pelanggan dan pemegang saham lainnya. Jadi setiap badan usaha

atau perusahaan dalam melakukan hubungan dengan pelanggan sangat

membutuhkan proses relationship marketing.

Kalakota dan Robinson (2001), relationship marketing juga dapat diartikan sebagai integrasi dari strategi penjualan, pemasaran, dan

koordinasi pelayanan yang diarahkan pada terbentuknya loyalitas

(49)

30

marketing sebagai sebuah strategi untuk menarik, mempertahankan, dan meningkatkan hubungan dengan pelanggan. (Peter, 2013)

Gronroos memandang relationship marketing sebagai upaya

mengembangkan, mempertahankan, meningkatkan, dan

mengkomersialisisakan relasi pelanggan dalam mewujudkan tujuan

semua pihak yang terlibat. (Zulkifri, 2012)

b. Dimensi Relationship Marketing

Sejumlah riset menunjukan yang antara lain dikemukakan oleh

Palmatier (2006) terdapat tiga dimensi yang digunakan untuk mengukur

variabel relationship marketing, yakni :

1) Komitmen (commitment)

Komitmen yakni keinginan organisasi untuk tetap

memelihara hubungan baiknya dengan para pelanggan dan untuk

mempertahankan hubungan. Hal ini adalah dengan tujuan

memenuhi kebutuhan pelanggan dan berbagi informasi dengan

pelanggan. Komitmen juga merupakan fase dimana ada rasa saling

ketergantungan antara perusahaan dan pelanggan.

Dalam pemasaran-praktek dan penelitian disepakati bahwa

komitmen bersama antara mitra dalam hubungan bisnis

(50)

31 2) Kepercayaan (trust)

Trust yakni kepercayaan dari kedua belah pihak (organisasi

dan pelanggan) untuk menjaga ketahanan dan integritas hubungan

timbal balik (relational exchange). Kepercayaan ini merupakan

elemen yang penting karena merupakan dasar dari hubungan

kerjasama di kemudian hari, dan ketika kepercayaan sudah

tertanam antara satu pihak dengan pihak yang lain maka perusahan

dengan pelanggan dapat memperoleh masing-masing dari

keinginannya. Trust dapat pula di artikan dengan kepercayaan

ataupun keyakinan dari pihak satu dengan pihak yang lain di dalam

mempertahankan suatu hubungan. Trust diartikan sebagai

kesediaan mengandalkan kemampuan, integrias dan motivasi pihak

lain untuk bertindak dalam rangka memuaskan kebutuhan dan

kepentingan seseorang sebagaimana disepakati bersama secara

implisit maupun eksplisit (Sheth dan Mittal, 2004).

Dalam konteks relationship marketing yang digunakan untuk

menentukan sejauh mana yang dirasakan oleh konsumen atas janji

maupun integritas yang ditawarkan oleh perusahaan.

3) Kepuasan Hubungan (relationship satisfaction)

Relationship satisfaction adalah kepuasan dari organisasi dan pelanggannya atas hubungan yang dijalin kedua belah pihak. Pada

hakikatnya, tujuan utama setiap bisnis adalah untuk menciptakan

(51)

32

5. Kepuasan Konsumen

a. Pengertian Kepuasan Konsumen

Menurut Kotler dan Keller (2009:138), kepuasan (satisfaction) adalah senang atau kecewa seseorang yang timbul karena

membandingkan kinerja yang dipresepsikan produk (atau hasil)

terhadap ekspektasi mereka. Jika kinerja gagal memenuhi ekspektasi,

pelanggan akan tidak puas. Jika kinerja sesuai dengan ekspektasi,

pelanggan akan puas atau senang. Penilaian pelanggan atas kinerja

produk tergantung pada banyak faktor, terutama jenis hubungan

loyalitas yang dimiliki pelanggan dengan sebuah merek.

Howard dan Sheth (1969) dalam Tjiptono (2014)

mengungkapkan bahwa kepuasan pelanggan adalah situasi kognitif

pembeli berkenanaan dengan kesepadanan atau ketidaksepadanan

antara hasil yang didapatkan dibandingkan dengan pengorbanan yang

dilakukan. Oliver (1981) mengemukakan bahwa kepuasan pelanggan

merupakan evaluasi terhadap surprise yang inheren atau melekat pada

pemerolehan produk dan/ atau pengalaman konsumsi. Mowen (1995)

merumuskan kepuasan pelanggan sebagai sikap keseluruhan suatu

barang atau jasa setelah perolehan (acquisition) dan pemakaiannya.

Dengan kata lain, kepuasan pelanggan merupakan penilaian evaluatif

purnabeli yang dihasilkan dari seleksi pembelian spesifik. (Tjiptono,

(52)

33 Berbagai studi literatur menunjukan bahwa salah satu definisi

yang banyak diacu dalam literatur pemasaran adalah definisi

berdasarkan disconfirmation paradigm (Oliver, 1997 dalam Tjiptono,

2014). Berdasarkan paradigma tersebut, kepuasan pelanggan

dirumuskan sebagai evaluasi purnabeli, di mana persepsi terhadap

kinerja alternatif produk/ jasa yang dipilih memenuhi atau melebihi

harapan sebelum pembelian. Apabila persepsi terhadap kinerja tidak

bisa memenuhi harapan, maka yang terjadi adalah ketidakpuasan.

Dengan demikian, ketidakpuasan dinilai sebagai bipolar opposite dari

kepuasan. (Tjiptono, 2014:354)

Pada prinsipnya, Hunt (1991) dalam Tjiptono (2014)

mendefinisikan kepuasan pelanggan dapat diklasifikasikan ke dalam

lima kategori pokok, yakni perspektif defisit normatif,

ekuitas/keadilan, standar normatif, keadilan prosedural, dan

atribusional (lihat Tabel 2.1).

Tabel 2.1

Alternatif Definisi Kepuasan Pelanggan Perspektif Definisi Kepuasan Pelanggan Normative deficit

definition

Perbandingan antara hasil (outcome) aktual dengan hasil yang secara kultural dapat diterima.

Equity definition Perbandingan perolehan/keuntungan yang didapatkan dari pertukaran sosial. Bila perolehan

tersebut tidak sama, maka pihak yang dirugikan

akan tidak puas.

(53)

34

Perspektif Definisi Kepuasan Pelanggan Normative

standard definitation

Perbandingan antara hasil aktual dengan

ekspetasi standar pelanggan (yang dibentuk dari

pengalaman dan keyakinan mengenai tingkat

kinerja yang seharusnya ia terima dari merek

tertentu).

Procedural fairness definition

Kepuasan merupakan fungsi dari

keyakinan/persepsi konsumen bahwa ia telah

diperlakukan secara adil.

Attributional definition

Kepuasan tidak hanya ditemukan oleh ada

tidaknya diskonfirmasi harapan, namun juga

oleh sumber penyebab diskonfirmasi.

Sumber: Hunt, (1991: 109-110) dalam Tjiptono (2014:355)

b. Elemen Program Kepuasan Pelanggan

Menurut Tjiptono (2014:358) pada umumnya program kepuasan

pelanggan meliputi kombinasi dari tujuh elemen utama, yakni :

1) Barang dan jasa yang berkualitas

Perusahaan yang ingin menerapkan program kepuasan pelanggan

harus memiliki produk berkualitas baik dan layanan prima.

Biasanya perusahaan yang tingkat kepuasan pelanggannya tinggi

menyediakan tingkat layanan pelayanan yang tinggi pula.

2) Relationship marketing

Kunci pokok dalam setiap program promosi loyalitas adalah

upaya menjalin relasi jangka panjang dengan para pelanggan.

Jalinan relasi dalam relationship marketing berlangsung

(54)

35

transaksi penjualan. Relationship marketing berfokus pada

kepuasan nonekonomis, seperti layanan, waktu pengiriman

produk (penyampaian jasa), dan kepastian mengenai

kesinambungan pasokan. Relationship marketing mengutamakan

peluang untuk menjalin hubungan yang saling menguntungkan

atas dasar kesepakatan yang memuaskan kedua belah pihak.

3) Program promosi loyalitas

Program promosi loyalitas banyak diterapkan untuk menjalin

relasi antara perusahaan dan pelanggan. Biasanya, program ini

memberikan semacam „penghargaan‟ (rewards) khusus (seperti

bonus, diskon, voucher, dan hadiah yang dikaitkan dengan

frekuensi pembelian atau pemakaian produk/jasa perusahaan)

kepada pelanggan kelas kakap atau pelanggan rutin (heavy users)

agar tetap loyal pada produk dari perusahaan bersangkutan.

4) Fokus pada pelanggan terbaik (best customer)

Pelanggan terbaik bukan sekedar mereka yang termasuk heavy users. Tentu saja mereka berbelanja banyak, namun kriteria

lainnya menyangkut pembayaran yang lancar dan tepat waktu,

tidak terlalu banyak membutuhkan layanan tambahan, dan relatif

tidak sensitif terhadap harga.

5) Sistem penanganan komplain secara efektif

Sistem penangan komplain yang efektif membutuhkan beberapa

(55)

36 pelanggan atas ketidaknyamana yang mereka alami; (2) empati

terhadap pelanggan yang marah; (3) kecepatan dalam penanganan

keluhan; (4) kewajaran atau keadilan dalam memecahkan

masalah/keluhan; dan (5) kemudahan bagi konsumen untuk

menghubungi perusahaan dalam rangka menyampaikan komentar,

kritik, saran, pertanyaan, dan/atau komplain.

6) Unconditional guarantes

Unconditional guarantes dibutuhkan untuk mendukung keberhasilan program kepuasan pelanggan. Garansi merupakan

janji eksplisit yang disampaikan kepada para pelanggan mengenai

tingkat kinerja yang dapat diharapkan akan mereka terima.

Garansi ini bermanfaat dalam mengurangi risiko pembelian oleh

pelanggan, memberikan sinyal mengenai kualitas produk, dan

secara tegas menyatakan bahwa perusahaan bertanggung jawab

atas produk/jasa yang diberikannya.

7) Program pay-for-performance

Total customer satisfaction harus didukung dengan total equity

reward yang mengaitkan sistem penilaian kinerja dan kompensasi dengan kontribusi setiap karyawan dalam penyempurnaan

(56)

37

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Konsumen

Menurut Lupiyoadi (2014), ada lima faktor yang harus

diperhatikan oleh perusahaan dalam menentukan tingkat kepuasan

konsumen, diantaranya sebagai berikut.

1) Kualitas produk

Pelanggan akan merasa puas bila hasil evaluasi (setelah membeli

dan menggunakan produk) mereka menunjukan bahwa produk

yang mereka gunakan berkualitas.

2) Kualitas pelayanan

Konsumen akan merasa puas bila mereka mendapatkan pelayanan

yang baik atau sesuai dengan yang diharapkannya baik dari segi

kualitas pelayanan maupun kecepatan pelayanan.

3) Emosional

Perasaan konsumen merasa bangga dan mendapatkan keyakinan

bahwa orang lain kagum kepadanya bila dia memakai produk

dengan merek tertentu.

4) Harga

Penetapan harga pada sebuah produk perusahaan sesuai dengan

kualitas dan kuantitas produk yang didapat dan diharapkan oleh

konsumen.

5) Biaya dan kemudahan dalam mendapatkan produk/jasa

Konsumen tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau

(57)

38 puas terhadap produk dan kemudahaan dalam mendapatkan

produk.

d. Mengukur Kepuasan Pelanggan

Ada empat metode yang digunakan dalam mengukur kepuasan

pelanggan menurut Kotler, yaitu :

1) Sistem keluhan dan saran, seperti kotak saran dilokasi-lokasi

strategis, websites, email, fax, blog, dll.

2) Ghost shopping, salah satu metode untuk memperoleh gambaran

umum mengenai kepuasan pelanggan dengan memperkerjakan

ghost shoppers untuk berperan sebagai pelanggan potensial jasa perusahaan dan pesaing

3) Lost customer analysis, perusahaan seyogyanya menghubungi

para pelanggan yang telah berhenti membeli atau yang telah

beralih pemasok agar dapat memahami mengapa hal ini terjadi

dan supaya dapat mengambil kebijakan perbaikan/

penyempurnaan selanjutnya.

4) Survei kepuasan pelanggan, menggunakan metode survei, baik

via pos, telepon, e-mail, maupun wawancara langsung.

6. Loyalitas Konsumen

a. Pengertian Loyalitas Konsumen

Loyalitas pelanggan merupakan salah satu tujuan inti yang

(58)

39 loyalitas diharapkan perusahaan akan mendapatkan keuntungan

jangka panjang atas hubungan mutualisme yang terjalin dalam kurun

waktu tertentu.

Menurut Hurriyati (2005) dalam Florence (2013) loyalitas

adalah komitmen pelanggan bertahan secara mendalam untuk

melakukan pembelian ulang produk/jasa terpilih secara konsisten di

masa yang akan datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha

pemasaran mempunyai potensi untuk menyebabkan perubahan

perilaku.

Menurut Griffin dalam Dharmayanti (2006), pelanggan yang

loyal adalah mereka yang sangat puas dengan produk atau jasa

tertentu sehingga mempunyai antusiasme untuk memperkenalkannya

kepada siapapun yang mereka kenal.

b. Atribut-Atribut yang Membentuk Perubahan Perilaku

Kotler (2009) mengatakan bahwa terdapat beberapa atribut yang

membentuk perubahan perilaku.

1) Makes regular repeat purchase (melakukan pembelian ulang

secara teratur), menunjukan bahwa seseorang pelanggan yang

setia adalah pelanggan yang melakukan pembelian ulang terhadap

produk perusahaan tertentu dalam periode tertentu.

2) Purchase across product 2 lines (membeli lebih dari 1 produk),

dimasa pelanggan yang setia tidak hanya membeli saatu produk

(59)

40 produk yang lain dan apabila perusahaan tersebut mengeluarkan

produk baru maka pelanggan yang setia akan membeli produk

tersebut juga.

3) Refers others (merekomendasikan kepada orang lain),

menunjukan bahwa pelanggan yang setia akan

merekomendasikan dan menceritakan hal-hal yang positif

mengenai produk-produk badan usaha kepada rekan atau

pelanggan lainnya. Bahkan meyakinkan rekan atau pelanggan lain

agar membeli produk di perusahaan tersebut daripada produk

ditempat lainnya.

4) Demonstates an immunity to the pull of the competition (menolak

untuk berpindah apabila ada pesaing lain), dimana konsumen

yang setia akan menolak untuk mengakui atau menggunakan

produk dari perusahaan lain karena konsumen tersebut yakin

bahwa produk dari perusahaan adalah yang terbaik.

c. Membangun Loyalitas Konsumen

Menciptakan hubungan yang kuat dengan konsumen adalah

mimpi semua pemasar dan hal ini sering menjadi keberhasilan

pemasaran jangka panjang. Perusahaan yang ingin membentuk ikatan

konsumen yang kuat harus memperhatikan sejumlah pertimbangan

yang beragam. Sekelompok peneliti melihat kegiatan membangun

retensi dengan menambah manfaat keuangan, manfaat sosial, atau

(60)

41 yang digunakan perusahaan untuk meningkatkan loyalitas dan retensi.

(Kotler dan Keller, 2009:153)

1) Berinteraksi dengan pelanggan

Mendengarkan pelanggan merupakan hal penting dalam

manajemen hubungan pelanggan. Beberapa perusahaan

menciptakan mekanisme berkelanjutan yang membuat manajer

senior dapat terus terhubung dengan umpan balik pelanggan dari

lini depan.

2) Mengembangkan program loyalitas

Dua program loyalitas pelanggan yang dapat ditawarkan

perusahaan adalah program frekuensi dan program pemasaran

klub.

3) Mempersonalisasikan pemasaran

Personel perusahaan dapat menciptakan ikatan yang kuat dengan

pelanggan melalui pengindividuan dan personalisasi hubungan.

Intinya, perusahaan yang cerdas mengubah pelanggan mereka

menjadi klien.

4) Menciptakan ikatan institusional

Perusahaan yang dapat memasok pelanggan dengan peralatan

khusus atau hubungan komputer yang membantu pelanggan

Gambar

Tabel 2.1 Alternatif Definisi Kepuasan Pelanggan
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Model Kerangka Pemikiran Penelitian
Tabel 3.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Pengaruh Kualitas Pelayanan, Harga, Promosi, Dan Citra Merek Terhadap Kepuasan Konsumen Saudaraku Tour&Travel Umroh

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN PURNA JUAL TERHADAP CITRA MEREK DAN LOYALITAS KONSUMEN

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Liki Zulfiani (2016) Pengaruh kualitas produk dan citra merek terhadap kepuasan konsumen dan dampaknya

Pengaruh Kualitas Produk Dan Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian Smartphone Xiaomi Serta Dampaknya Pada Kepuasan Konsumen (Studi kasus pada mahasiswa fakultas

Citra merek, kualitas produk, dan kepuasan konsumen secara bersama-sama (simultan) berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas konsumen Samsung Galaxy Series pada

Dalam penelitian ini, uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yang terdiri dari Citra Merek (X1), Harga (X2), dan Kualitas Layanan (X3) secara

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis mengambil judul ´$QDOLVLV Pengaruh Kualitas Pelayanan, Harga, dan Citra terhadap Kepuasan Pelanggan dan

Hal ini dapat menunjukkan bahwa keragaman loyalitas pelanggan mampu dijelaskan oleh citra merek, kualitas pelayanan, dan kepuasan konsumen sebesar 63.1%, atau dengan kata lain