TINDAK ADMINISTRATIF KEIMIGRASIAN TERHADAP
ORANG ASING DI INDONESIA DITINJAU DARI
UNDANG - UNDANG NOMOR 6 TAHUN
2011 TENTANG KEIMIGRASIAN
TESIS
OLEH
FACHRUDDIN ROMI NOVIAR SAPUTRA 107005093/HK
PROGRAM PASCASARJANA ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
HALAMAN PENGESAHAN
Nama : Fachruddin Romi Noviar SaputraNIM : 107005093
Program Studi : Ilmu Hukum
Judul Tesis : Tindakan Administratif Keimigrasian Terhadap Orang Asing di Indonesia Ditinjau dari UU No 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasan
Menyetujui
Pembimbing
(Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH)
Pembimbing Pembimbing
(Dr. Mahmul Siregar, S.H, M.Hum) (Dr. Jelly leviza, SH, M.Hum)
Ketua Program Studi D e k a n
(Prof. Dr. Suhaidi, S.H., M.H) (Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum)
Telah diuji pada
Tanggal, 31 Agustus 2012
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Suhaidi, S.H., M.H
Anggota : 1. Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum
2. Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum
3. Prof. Sanwani Nasution, SH
ABSTRAK
Problem migrasi Internasional pada masa sekarang ini telah menjadi persoalan setiap negara, baik negara asal, negara tujuan maupun negara transit. Peningkatan mobilitas orang asing dapat mengandung pengaruh yang merugikan (negatif), yang dapat meluas ke pola kehidupan serta tatanan sosial budaya dan berpengaruh pada aspek pemeliharaan keamanan dan ketahanan nasional secara makro. Bebas Visa Kunjungan Singkat (BVKS) bertujuan dapat mendorong pertumbuhan pariwisata, Visa On Arrival (VoA) memberikan kemudahan kepada warganegara dari beberapa negara yang menjadi subjek VoA dan jumlah Tempat Pemeriksaan Keimigrasian (TPI) di Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan terhadap lalu lintas orang asing merupakan beberapa kebijakan pemerintah yang diharapkan mampu mendorong jumlah kedatangan orang asing ke Indonesia. Akan tetapi dengan adanya kebijakan-kebijakan tersebut, berakibat meningkatnya jumlah pelanggaran keimigrasian di Indonesia.
Masalah utama dalam penelitian tentang Tindakan administratif Keimigrasian terhadap orang asing di Indonesia ditinjau dari Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian ini adalah: Bagaimana pengaturan terhadap orang asing yang melakukan pelanggaran keimigrasian di Indonesia, Apakah Tindakan Administratif Keimigrasian sudah efektif dalam Penegakan Hukum terhadap orang asing yang melakukan Pelanggaran UU Keimigrasian dan Kendala-kendala apa saja yang menghambat Tindakan Administratif Keimigrasian terhadap orang asing yang melakukan pelanggaran Keimigrasian.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif (normative legal research) yang bersifat deskriptif analitis. Penelitian hukum normatif yaitu dengan mempelajari asas hukum, perundangan, pendapat para ahli dan usaha mendekati masalah yang diteliti dengan sifat hukum yang nyata atau sesuai kenyataan yang hidup dalam masyarakat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pengaturan terhadap orang asing belum maksimal karena syarat penindakan belum terwakili, bentuk-bentuk Tindakan Administratif Keimigrasian belum maksimaldan mekanisme penindakan belum tegas. Jila ditinjau dari segi waktu dan biaya, pelaksanaan tindakan Tindakan Administratif Keimigrasian lebih efektif dibandingkan tindakan pro justitia, hanya saja Tindakan Administratif Keimigrasian belum terlaksana secara efektif karena sarana dan prasarana penindakan yang masih kurang memadai serta adanya kendala seperti: Sumber Daya Manusia (SDM), fasilitas operasional, Standard Operational Procedure (SOP) dan Alokasi Sumber Daya Anggaran. Oleh karena itu diperlukan pengaturan, bentuk tindakan dan mekanisme penindakan yang lebih tegas. Perbaikan terhadap sarana prasarana, sementara untuk meningkatkan kinerja petugas imigrasi diperlukan, pelatihan khusus, meningkatkan fasilitas operasional, adanya SOP penindakan, dan Alokasi sumber daya anggaran.
ABSTRACT
Immigration "migratio" means the movement of people from one place to the placAt present, international migration problem has become the problem of every country either the countiy of origin, destination or transit. The increasing mobility of foreigners can have a negative impact that can spread to pattern of life as well as socio— cultural order and can influence the aspect of macro national defense and security maintenance. Short Visit Visa Free intended to encourage the growth of tourism, Visa on Arrival (J/oA) facilitating the citizens of several coimiries that become the subject of VoA, and a number of Immigration Check Points in indonesia aimed at improving service to the traffic of foreigners are several government ‘s policies which are expected to be able to encourage the visit of foreigners to Indonesia. But, these policies have resulted in the increasing number of immigration violations in Indonesia.
The main problems discussed in this study were about the immigration administrative action taken against the foreigners based on Law No.6/2011 on Immigration such as the regulation imposed to the foreigners violating immigration in Indonesia, whether or not the immigration administrative action taken has been effective in enforcing the law against the foreigners who violate the immigration law, and the constraints impeding taking the immigration administrative action against the foreigners who violate the immigration law
This analytical descriptive normative legal study learned the principle of law, laws, opinion of experts and the attempt to approach the problems studied in accordance with the facts existing in society.
The result of this study showed that the regulation system for the foreigners were not maximum yet because the terms of legal action have not been represented, the forms of immigration administrative action were not maximum yet, and the legal action mechanism was not decisive. In terms of time and cost, the implementation of immigration administrative action was more effective compared to pro-justitia action. only the immigration administrative action was nol effectively implemented due to the less adequate facility and infrastructure of legal action and the djfficulties associated with human resources, operational facilities, Standard Operational Procedure (SOP), and budget allocation for resources. Thus, a more decisive regulation, form of action, and mechanism of legal action is needed. Facilities and infrastructure should be improved and special training, operational facility improvement, SOP of legal action, budget allocation for resources are needed to improve (he performance of immigration officers.
Keywords: Immigration Administrative Action, Violation by Foreigner
Key Words: Administrativections
KATA PENGANTAR
Immigration, V
Penulis mengucapkan rasa syukur Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Adapun judul tesis ini “Tindakan Administratif Keimigrasian Terhadap Orang
Asing di Indonesia Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011
tentang Keimigrasian”.
Dalam penulisan tesis ini, penulis telah banyakmemperoleh bimbingan, masukan dan arahan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof.Dr.dr.Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc.(CTM), Sp.A(K) selaku pimpinan tertinggi di Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof.Dr.Runtung, Sh.,M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr.Suhaidi, Sh, MH selaku Ketua Program Studi Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. dan juga selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah memberikan banyak masukan demi penyempurnaan tesis ini.
meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
5. Bapak Prof. Sanwani Nasution, SH dan Dr. Pendastaren Tarigan, SH, MS selaku Dosen Penguji yang sudah banyak memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.
6. Istri (Sunarsih) tersayang serta kedua anakku (Fatima Fatmawati Ronie dan Farah Dina Ronie) tercinta yang dengan penuh kesabaran serta segala bantuan, dukungan moral sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah.
7. Bapak Friement F.S. Aruan,SH.,MH, selaku Kepala Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Medan atas izin dan bantuannya dalam penulisan tesis ini.
8. Bapak/Ibu dosen pada Program Studi Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
9. Rekan-rekan alumni Pendidikan Teknis Keimigrasian (PTK) Angkatan XXIV Direktorat Jenderal Imigrasi
10.Teman-temanku Program Studi Ilmu Hukum yang selalu memberikan perhatian, serta persahabatan kepada penulis selama dibangku kuliah hingga penyelesaian tesis ini.
11.Semua pihak yang telah memberikan bantuan baik secara langsung atau tidak langsung yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
penegakan hukum keimigrasian. Semoga Allah Subhanahuwataalah memberikan yang terbaik kepada kita semua, amin.
Medan, September 2012 Penulis
Fachruddin Romi Noviar Saputra aid population movements between countries, but that is different is how to look at it. When someone is moved to another country, this event is seen as an emigration event, but for the country visited by the person that the events referred to Immigration
Immigration of the population is divided into two types. First, international migration is the movement of people over the edge of a country. Both internal migration is the migration that occurs within the boundary of a country. International migration is migration or migration across the country or from one country to another. The existence of foreigners in a country is the responsibility of the state where the foreigners is in, is the state of Foreigners also have a responsibility to protect its citizens residing in other countries. The existence of foreigners in a country can be seen from the lawfulness of the residence permit held by the foreigns during which the country concerned in International migration problem at the present time has been a every country secure, both countries of origin, destination and transit countries. Foreigners increased mobility can contain any adverse (negative), which may extend to patterns of social life and culture and the influence on the maintenance aspects of national security and the macro. To minimize the negative impacts arising from the Alien comes out, go and live in the area of Indonesia, immigration should have a greater role.
In this case needs a specific study to determine the Immigration Administrative Actions based Immigration laws About Immigration with normative approach is descriptive and analytical use of legal norms, principles and doctrines.
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Pengesahan
Abstrak ... i
Abstract ... ii
Kata Pengantar ... iii
Riwayat Hidup ... vi
Daftar Isi ... vii
Daftar Tabel ... xi
Daftar Lampiran ... xii
Daftar Singkatan ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 11
C. Tujuan Penelitian ... 11
D. Manfaat Penelitian ... 12
E. Keaslian Penelitian ... 13
F. Kerangka Teori dan Konsep ... 14
1. Kerangka Teori ... 14
2. Konsep ... 24
1. Jenis dan Sifat Penelitian ... 25
2. Sumber Data ... 26
3. Teknik Pengumpulan Data ... 28
4. Analisis Data ... 28
BAB II PENGATURAN TERHADAP ORANG ASING
YANG MELAKUKAN PELANGGARAN
KEIMIGRASIAN DI INDONESIA ... 30
A. Syarat Penindakan Administratif Terhadap Orang Asing Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 ... 30
B. Bentuk Penindakan Administratif Menurut Undang- undang Nomor 6 Tahun 2011 ... 41
1. Pencantuman ke dalam Daftar Pencegahan atau Penangkalan; ... 43
2. Pembatasan, Perubahan atau Pembatalan Izin Tinggal ... 49
3. Larangan untuk berada di satu atau beberapa tempat tertentu di Wilayah Indonesia; ... 52
4. Keharusan untuk Bertempat Tinggal di Suatu Tempat Tertentu di Wilayah Indonesia ... 53
5. Pengenaan Biaya Beban ... 56
C. Mekanisme Penindakan Administratif Terhadap Orang Asing yang Melakukan Pelanggaran Bidang
Keimigrasian ... 58 1. Pembatasan, Perubahan atau Pembatalan Izin
Tinggal ... 64 2. Keharusan untuk bertempat tinggal di suatu tempat
tertentu di wilayah Indonesia ... 67 3. Pengusiran atau deportasi dari wilayah Indonesia
atau penolakanm masuk wilayah Indonesia. ... 70 (a). Pengusiran atau Deportasi dari
Wilayah Indonesia ... 70 (b). Pencegahan atau Penangkalan (Cekal) ... 72
BAB III EFEKTIVITAS TINDAKAN ADMINISTRATIF
KEIMIGRASIAN ATAS PELANGGARAN YANG
DILAKUKAN OLEH ORANG ASING ... 85
A. Ketersediaan Sarana dan Prasarana dalam Penindakan
Administratif Keimigrasian ... 85 B. Efektivitas Tindakan Administratif dalam
Menanggulani
BAB IV KENDALA-KENDALA DALAM PENINDAKAN
ADMINISTRATIF ATAS PELANGGARAN
YANG DILAKUKAN OLEH ORANG ASING ... 102
A. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Pelanggaran Keimigrasian di Indonesia ... 102
B. Kendala-kendala dalam Penindakan Adminsitratif Keimigrasian ... 107
1. Sumber Daya Manusia ... 109
2. Sarana dan Prasarana... 113
3. Standard Operational Procedure (SOP) ... 115
4. Alokasi Sumber Daya Anggaran ... 116
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 118
A. Kesimpulan ... 118
B. Saran ... 119
Daftar Pustaka ... 122
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Rekapitulasi Data Pelanggaran Keimigrasian Per Kebangsaan
Periode Bulan Januari s/d Desember 201 ... 8 Tabel 1.2 Data Pelanggaran Keimigrasian Per Tanggal 13 Desember
2011 ... 9 Tabel 2.1 Rekapitulasi Jumlah Deteni Periode Januari 2011 s.d
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Persetujuan Permohonan Visa Untuk Bekerja Lampiran 2 Putusan MK Nomor 64/PUU-IX/2011
Lampiran 3 Contoh Kasus Pelaksanaan TAK terkait Pelanggaran keimigrasian sebagaimana diatur dalam pasal 71 huruf a Jo. pasal 116 dan pasal 122 UU Keimigrasian warga Negara RRC
Lampiran 4 Contoh Kasus Pelaksanaan Pro Justitia Pelanggaran keimigrasian sebagaimana diatur dalam pasal 71 huruf a Jo. pasal 116 dan pasal 122 UU Keimigrasian warga Negara RRC
Lampiran 5 Rincian Belanja Satuan Kerja
DAFTAR SINGKATAN
BPHN : Badan Pembinaan Hukum Nasional BVW : Bebas Visa Wisata
BVKS : Bebas Visa Kunjungan Singkat DPR : Dewan Perwakilan Rakyat CEKAL : Pencegahan Penangkalan
IOM : International Organization for Migration
Kanim : Kantor Imigrasi
KTP : Kartu Tanda Penduduk
KTUN : Keputusan Tata Usaha Negara
KUHP : Kitab Undang-Undang Hukum Pidana MK :Mahkamah Konstitusi
NKRI : Negara Kesatuan Republik Indonesia OA : Orang Asing
PTUN : Pengadilan Tata Usaha Negara
PT TUN : Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara PBB : Perserikatan Bangsa-Bangsa
RPP : Rancangan Peraturan Pemerintah RRC : Republik Rakyat Cina
SPIP : Sistem Pengendalian Intern Pemerintah SOP : Standard Operational Procedure
TAK : Tindakan Administratif Keimigraian TOC : Transnational Organized Crime
TPI : Tempat Pemeriksaan Imigrasi UUD : Undang-Undang Dasar
UUK : Undang-Undang Keimigrasian VoA : Visa On Arrival
ABSTRAK
Problem migrasi Internasional pada masa sekarang ini telah menjadi persoalan setiap negara, baik negara asal, negara tujuan maupun negara transit. Peningkatan mobilitas orang asing dapat mengandung pengaruh yang merugikan (negatif), yang dapat meluas ke pola kehidupan serta tatanan sosial budaya dan berpengaruh pada aspek pemeliharaan keamanan dan ketahanan nasional secara makro. Bebas Visa Kunjungan Singkat (BVKS) bertujuan dapat mendorong pertumbuhan pariwisata, Visa On Arrival (VoA) memberikan kemudahan kepada warganegara dari beberapa negara yang menjadi subjek VoA dan jumlah Tempat Pemeriksaan Keimigrasian (TPI) di Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan terhadap lalu lintas orang asing merupakan beberapa kebijakan pemerintah yang diharapkan mampu mendorong jumlah kedatangan orang asing ke Indonesia. Akan tetapi dengan adanya kebijakan-kebijakan tersebut, berakibat meningkatnya jumlah pelanggaran keimigrasian di Indonesia.
Masalah utama dalam penelitian tentang Tindakan administratif Keimigrasian terhadap orang asing di Indonesia ditinjau dari Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian ini adalah: Bagaimana pengaturan terhadap orang asing yang melakukan pelanggaran keimigrasian di Indonesia, Apakah Tindakan Administratif Keimigrasian sudah efektif dalam Penegakan Hukum terhadap orang asing yang melakukan Pelanggaran UU Keimigrasian dan Kendala-kendala apa saja yang menghambat Tindakan Administratif Keimigrasian terhadap orang asing yang melakukan pelanggaran Keimigrasian.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif (normative legal research) yang bersifat deskriptif analitis. Penelitian hukum normatif yaitu dengan mempelajari asas hukum, perundangan, pendapat para ahli dan usaha mendekati masalah yang diteliti dengan sifat hukum yang nyata atau sesuai kenyataan yang hidup dalam masyarakat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pengaturan terhadap orang asing belum maksimal karena syarat penindakan belum terwakili, bentuk-bentuk Tindakan Administratif Keimigrasian belum maksimaldan mekanisme penindakan belum tegas. Jila ditinjau dari segi waktu dan biaya, pelaksanaan tindakan Tindakan Administratif Keimigrasian lebih efektif dibandingkan tindakan pro justitia, hanya saja Tindakan Administratif Keimigrasian belum terlaksana secara efektif karena sarana dan prasarana penindakan yang masih kurang memadai serta adanya kendala seperti: Sumber Daya Manusia (SDM), fasilitas operasional, Standard Operational Procedure (SOP) dan Alokasi Sumber Daya Anggaran. Oleh karena itu diperlukan pengaturan, bentuk tindakan dan mekanisme penindakan yang lebih tegas. Perbaikan terhadap sarana prasarana, sementara untuk meningkatkan kinerja petugas imigrasi diperlukan, pelatihan khusus, meningkatkan fasilitas operasional, adanya SOP penindakan, dan Alokasi sumber daya anggaran.
ABSTRACT
Immigration "migratio" means the movement of people from one place to the placAt present, international migration problem has become the problem of every country either the countiy of origin, destination or transit. The increasing mobility of foreigners can have a negative impact that can spread to pattern of life as well as socio— cultural order and can influence the aspect of macro national defense and security maintenance. Short Visit Visa Free intended to encourage the growth of tourism, Visa on Arrival (J/oA) facilitating the citizens of several coimiries that become the subject of VoA, and a number of Immigration Check Points in indonesia aimed at improving service to the traffic of foreigners are several government ‘s policies which are expected to be able to encourage the visit of foreigners to Indonesia. But, these policies have resulted in the increasing number of immigration violations in Indonesia.
The main problems discussed in this study were about the immigration administrative action taken against the foreigners based on Law No.6/2011 on Immigration such as the regulation imposed to the foreigners violating immigration in Indonesia, whether or not the immigration administrative action taken has been effective in enforcing the law against the foreigners who violate the immigration law, and the constraints impeding taking the immigration administrative action against the foreigners who violate the immigration law
This analytical descriptive normative legal study learned the principle of law, laws, opinion of experts and the attempt to approach the problems studied in accordance with the facts existing in society.
The result of this study showed that the regulation system for the foreigners were not maximum yet because the terms of legal action have not been represented, the forms of immigration administrative action were not maximum yet, and the legal action mechanism was not decisive. In terms of time and cost, the implementation of immigration administrative action was more effective compared to pro-justitia action. only the immigration administrative action was nol effectively implemented due to the less adequate facility and infrastructure of legal action and the djfficulties associated with human resources, operational facilities, Standard Operational Procedure (SOP), and budget allocation for resources. Thus, a more decisive regulation, form of action, and mechanism of legal action is needed. Facilities and infrastructure should be improved and special training, operational facility improvement, SOP of legal action, budget allocation for resources are needed to improve (he performance of immigration officers.
Keywords: Immigration Administrative Action, Violation by Foreigner
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Lalu lintas atau mobilitas penduduk mempunyai pengertian atau pergerakan penduduk dari suatu negara ke negara lain. Pergerakan tersebut dapat bersifat sementara maupun menetap seperti mobilitas ulang-alik dan migrasi. Migrasi penduduk terbagi menjadi dua jenis. Pertama, migrasi internasional yaitu perpindahan penduduk yang melewati batas suatu negara. Kedua migrasi intern
yaitu migrasi yang terjadi dalam batas wilayah suatu negara. Migrasi Internasional yaitu perpindahan penduduk atau migrasi yang melintasi negaranya atau dari suatu negara ke negara lainnya. Problem migrasi Internasional pada masa sekarang ini telah menjadi persoalan setiap negara, baik negara asal, negara tujuan maupun negara transit.1
Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan perekonomian global, akan semakin banyak pula manusia yang mengadakan perjalanan darat, laut dan udara untuk berbagai kepentingan, baik di tingkat domestik maupun internasional. Akibatnya, mobilitas manusia menunjukkan peningkatan yang cukup besar di saat ini dan di masa mendatang. Asumsi ini tidak berarti bahwa aspek lain, seperti ideologi, politik, sosial budaya, dan keamanan tidak berpengaruh pada mobilitas
1
manusia, tetapi saat ini kecenderungan dunia memang lebih ke arah aspek ekonominya.2
Selain dampak yang menguntungkan, peningkatan mobilitas orang asing (OA) juga dapat mengandung pengaruh yang merugikan (negatif), yang dapat meluas ke pola kehidupan serta tatanan sosial budaya dan berpengaruh pada aspek pemeliharaan keamanan dan ketahanan nasional secara makro. Untuk meminimalisasikan dampak negatif yang timbul akibat orang asing yang keluar, masuk dan tinggal di wilayah Indonesia, keimigrasian harus mempunyai peranan yang semakin besar. 3
Kebijakan Bebas Visa kunjungan Singkat (BVKS) sesuai dengan Keputusan Presiden RI Nomor 15 Tahun 1983 tanggal 9 Maret 1983 tentang kebijakan pengembangan kepariwisataan pada awalnya bertujuan untuk mendorong pertumbuhan pariwisata. Bentuk kebijakan ini merupakan pembebasan dari kewajiban memiliki visa untuk melakukan perjalanan ke Indonesia. Kemudahan ini disadari telah menghambat proses pengawasan terhadap kegiatan dan keberadaan orang asing karena minimnya seleksi terhadap maksud dan tujuan keberadaan orang asing tersebut yang datang ke Indonesia.4
Negara-negara yang menerima fasilitas BVKS sebanyak 15 negara, yaitu: Thailand, Malaysia, Singapura, Brunai Darussalam, Phillipina, Hongkong Special Administration Region (Hongkong SAR), Macao Special Administration Region
2 M. Imam Santoso,
Perspektif Imigrasi Dalam Pembangunan Ekonomi dan Ketahanan Nasional,(Jakarta: UI-press, 2004), hal. 14
3
Ibid, hal. 2-4 4
(Macao SAR), Chili, Maroko, Peru, Vietnam, Ekuador, Kamboja, Laos dan Myanmar.5
Kebijakan BVKS yang semula diharapkan dapat memberikan manfaat dan pengaruh positif terhadap pelaksanaan dan kelancaran pembangunan nasional dan sekaligus dapat meningkatkan pendapatan negara, dalam perkembangannya ternyata menimbulkan ekses yang justru cenderung merugikan kepentingan negara dengan cukup terbukanya bagi pendataan, pekerja, pengusaha asing yang menyalahgunakan fasilitas BVKS.6
Selanjutnya disamping Kebijakan BVKS pemberian fasilitas Visa On Arrival (VoA) juga menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya peningkatan mobilitas orang asing. Visa On Arrival (VoA) bertujuan untuk memberikan kemudahan kepada warganegara dari beberapa negara tertentu (subjek VoA) dalam rangka kunjungan wisata, sosial, kepentingan bisnis atau tugas kepemerintahan sebagai bentuk upaya meningkatkan arus kedatangan wisatawan mancanegara. Selain itu, dengan adanya fasilitas VoA ini diharapkan hubungan antara Indonesia dan beberapa negara tertentu dapat meningkat berdasarkan asas kemanfaatan dan saling menguntungkan.7
Negara-negara yang menjadi subjek VOA adalah: Afrika Selatan, Aljazair, Amerika Serikat, Argentina, Australia, Austria, Bahrain, Belanda, Belgia, Brazil, Bulgaria, Cheko, Cyprus, Denmark, Uni Emirat Arab, Estonia, Fiji, Finlandia, Hongaria, India, Inggris, Iran, Irlandia, Islandia, Italia, Jepang, Jerman, Kamboja,
5
Peraturan Presiden RI Nomor 43 tahun 2011 tentang Perubahan Ketiga atas Keputusan Presiden Nomor 18 tahun 2003 tentang Bebas Visa Kunjungan Singkat.
6
M. Imam Santoso, Op.cit, hal.211 7
Kanada, Korea Selatan, Kuwait, Laos, Latvia, Libya, Liechtenstein, Lithuania, Luxemburg, Maladewa, Malta, Meksiko, Mesir, Monaco, Norwegia, Oman, Panama, Perancis, Polandia, Portugal, Qatar, China, Rumania, Rusia, Saudi Arabia, Selandia Baru, Slovakia, Slovenia, Spanyol, Suriname, Swedia, Swiss, Taiwan, Tunisia, Turki, Timor Leste dan Yunani.8
Dengan adanya Kebijakan BVKS dan pemberian fasilitas Visa On Arrival (VoA) berakibat semakin terbukanya pintu-pintu kedatangan orang asing yang mempengaruhi peningkatan jumlah Tempat Pemeriksaan Keimigrasian (TPI) di Indonesia yang tidak serta merta didukung peningkatan sumber daya manusia. Sementara pengawasan terhadap orang asing pada saat orang asing tersebut memasuki wilayah Indonesia adalah melalui TPI. Tempat Pemeriksaan Imigrasi di Indonesia, terdiri dari:9
1. Tempat Pemeriksaan Imigrasi di Pelabuhan sebanyak 90 2. Tempat Pemeriksaan Imigrasi di
3. Tempat Pemeriksaan Imigrasi di Tempat-Tempat Lain Tertentu sebanyak 5 Bandar Udara sebanyak 33
Dalam kurun waktu tahun 2011, Imigrasi telah memberikan pelayanan Keimigrasian di 33 (tiga puluh tiga) TPI di seluruh Indonesia baik melalui bandar udara ataupun pelabuhan internasional, kepada orang asing sebanyak 6.293.780 pelayanan.10
8
Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor M.HH-03.GR.01.06 tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor M-HH-01.GR.01.06 tahun 2010 tentang Visa Kunjungan Saat Kedatangan
9
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusi RI No. : M.HH-02.GR.02.01 Tahun 2009 Tentang Tempat Pemeriksaan Imigrasi
Melihat lingkup tugas dan fungsi keimigrasian ada di berbagai bidang seperti politik, ekonomi, sosial budaya, keamanan dan kependudukan (multidimensional). Dalam konteks lalu lintas dan mobilitas manusia yang semakin meningkat, peran dan fungsi imigrasi sebagai penjaga pintu negara menjadi bagian yang penting dan strategis yaitu meminimalisasikan dampak negatif dan mendorong dampak positif yang dapat timbul akibat kedatangan orang asing sejak masuk, selama berada dan melakukan kegiatan di Indonesia sampai ia keluar wilayah negara.11 Keimigrasian merupakan bagian dari perwujudan pelaksanaan penegakan kedaulatan atas Wilayah Indonesia dalam rangka menjaga ketertiban kehidupan berbangsa dan bernegara menuju masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.12
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (selanjutnya disebut UU Keimigrasian) disahkan pada tanggal 5 Mei 2011, menggantikan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian untuk memenuhi berbagai perkembangan kebutuhan pengaturan, pelayanan, dan pengawasan di bidang keimigrasian, yang lebih komprehensif serta mampu menjawab tantangan yang ada.13
Keberadaan orang asing di suatu negara menjadi tanggung jawab dari negara dimana orang asing itu berada, sedang negara dari orang asing tersebut juga mempunyai tanggung jawab melindungi warganya yang berada di negara lain. Keberadaan orang asing di suatu negara dapat dilihat dari sah tidaknya izin tinggal yang dimiliki oleh orang asing tersebut selama yang bersangkutan berada
11
M. Imam Santoso, Op.cit, hal.45-46 12
Konsideran UU Keimigrasian huruf (a) 13
di negara itu. Kegiatan orang asing selama berada di suatu negara lain dapat melakukan kegiatan berupa: 14
1. Kegiatan yang sesuai dengan izin yang diberikan dan sesuai dengan maksud kedatangannya di wilayah negara yang didatangi;
2. Kegiatan yang tidak sesuai dengan izin yang diberikan dan maksud kedatangannya;
3. Kegiatan yang merugikan atau membahayakan negara yang didatangi.
Untuk menjamin kemanfaatan orang asing dalam rangka menunjang tetap terpeliharanya stabilitas dan kepentingan nasional, kedaulatan negara, keamanan dan ketertiban umum serta kewaspadaan terhadap dampak negatif yang timbul akibat perlintasan orang antar negara, keberadaan dan kegiatan orang asing di wilayah Indonesia, dipandang perlu melakukan pengawasan bagi orang asing.15
Orang asing yang masuk, keberadaan, kegiatan dan keluar dari wilayah Indonesia dapat menimbulkan 2 (dua) kemungkinan yakni : Pertama, orang asing mentaati peraturan yang berlaku dan tidak melakukan kegiatan yang berbahaya bagi keamanan dan ketertiban umum, hal ini tidak menimbulkan masalah keimigrasian maupun kenegaraan. Kedua, orang asing tidak mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, hal ini menimbulkan masalah dan dapat dikenakan tindakan hukum.
16
14
Moh.Arif, Keimigrasian di Indonesia, suatu Pengantar, (Jakarta: Pusat Pendidikan dan Latihan Pegawai Departemen Kehakiman, 1997), hal. 104-105
15
Arief Rahman Kunjono, Illegal Migran dan Sistem Keimigrasian Indonesia :Suatu Tinjauan Analisis, (Jakarta: Direktorat Jendral Imigrasi, 2002), hal. 28.
16
Tabel 1.1
Rekapitulasi Data Pelanggaran Keimigrasian
Per Kebangsaan Periode Bulan Januari s/d Desember 2011
Sumber: Dit.Nyidakim, Direktorat Jenderal Imigrasi Jalan H. R. Rasuna Said Kav. 8-9 Jakarta Selatan.
Keimigrasian di Wilayah Republik Indonesia sejumlah 2.423 orang, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.2 berikut:17
Tabel 1.2
Data Pelanggaran Keimigrasian Per Tanggal 13 Desember 2011
No Jenis kasus Jumlah
1 Pelanggaran Keimigrasian 1.730
2 Ilegal Imigran 693
Total 2.423
Sumber: Direktorat Jenderal ImigrasiKementerian Hukum dan HAM RI Jalan H. R. Rasuna Said Kav. 8-9 Jakarta Selatan.
Untuk kepentingan supremasi dan penegakan hukum serta menjaga kewibawaan negara, maka terhadap orang asing yang menyalahgunakan izin keimigrasian dikenakan TAK. Tindakan Administratif Keimigrasian sebagaimana ditegaskan dalam UU Keimigrasian adalah sanksi administratif yang ditetapkan pejabat imigrasi terhadap orang asing di luar proses peradilan. 18
Jika dikaitkan dengan ilmu hukum yang menjadi induknya, hukum keimigrasian adalah bagian dari ilmu hukum kenegaraan, khususnya merupakan cabang dari hukum administrasi negara (administratiefrecht). Hal ini terlihat dari fungsi keimigrasian yang dilaksanakannya, yaitu fungsi penyelenggaraan pemerintahan atau administrasi negara (bestuur) dan pelayanan masyarakat
(publiek dienst); bukan fungsi pembentuk undang-undang (wetgever) dan bukan juga fungsi peradilan (rechtspraak).
19
Masalah keimigrasian merupakan sebagian kebijakan organ administrasi (negara) yang melaksanakan kegiatan pemerintahan (administrasi negara).
18
Pasal 1 Butir 31 UU Keimigrasian. 19
Kebijakan yang dimaksud adalah gambaran dari perbuatan hukum pemerintah (overheids handeling). Yang dilakukan negara dalam keadaan bergerak (staat in beweging). Sebagai contoh adalah kewenangan imigrasi untuk menangkal dan mencegah orang asing yang hendak masuk atau keluar Wilayah Indonesia.20
Tindakan Administratif Keimigrasian dapat berupa:21 a. Pencantuman dalam daftar Pencegahan atau Penangkalan; b. Pembatasan, perubahan, atau pembatalan Izin Tinggal;
c. Larangan untuk berada di satu atau beberapa tempat tertentu di wilayah Indonesia;
d. Keharusan untuk bertempat tinggal di suatu tempat tertentu di Wilayah Indonesia;
e. Pengenaan biaya beban; dan/atau f. Deportasi dari wilayah Indonesia.
Untuk menghadapi ekses dari arus pergerakan manusia lintas negara, Imigrasi sebagai aparatur dalam mengatur lalulintas orang keluar masuk Wilayah Indonesia serta pengawasan terhadap keberadaan dan kegiatan orang asing selama berada di Indonesia, mulai melakukan secara intens dan berkelanjutan tindakan penegakan hukum yang lebih kearah represif dan bukan hanya preventif. 22
Tindakan yang bersifat preventif semata-mata diupayakan pada saat Imigrasi melaksanakan fungsi pelayanan. Namun ketika sedang melaksanakan fungsi keamanan dan penegakan hukum, tidak bisa tidak tindakan represif harus lebih diperkuat meskipun pelaksanaannya tidak dilakukan melebihi wewenang.
20
Ibid, hl. 39 21
Pasal 75 Ayat (2) UU Keimigrasian 22
Tindakan yang bersifat represif dapat dilaksanakan dalam TAK serta tindakan yustisial.23
Oleh karena itu penting untuk dikaji lebih dalam secara hukum, tentang permasalahan TINDAKAN ADMINISTRATIF KEIMIGRASIAN TERHADAP ORANG ASING DI INDONESIA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaturan terhadap orang asing yang melakukan pelanggaran keimigrasian di Indonesia ?
2. Apakah Tindakan Administratif Keimigrasian sudah efektif dalam Penegakan Hukum terhadap orang asing yang melakukan Pelanggaran UU Keimigrasian? 3. Kendala-kendala apa saja yang menghambat Tindakan Administratif
Keimigrasian terhadap orang asing yang melakukan pelanggaran Keimigrasian?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
23
1. Untuk mengetahui pengaturan terhadap orang asing yang melakukan Pelanggaran Keimigrasian di Indonesia ?
2. Untuk mengetahui efektifitas TAK terhadap orang asing yang melakukan pelanggaran Keimigrasian ditinjau dari UU Keimigrasian.
3. Untuk mengetahui kendala-kendala Tindakan Administratif Keimigrasian terhadap orang asing yang melakukan pelanggaran Keimigrasian.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis adalah sebagai berikut :
1. Secara teoritis:
a. Memberikan sumbangan pemikiran terhadap perkembangan ilmu hukum di Indonesia pada umumnya dan hukum Keimigrasian pada khususnya
b. Memberikan kontribusi terhadap peneliti lain yang melakukan penelitian TAK.
c. Sebagai sumbangan bagi pemerintah dalam penyempurnaan peraturan perundang-undangan (Rancangan Peraturan Perundang-undangan) dan peraturan pelaksanaannya.
2. Secara praktis:
b. Bagi pemerintah, menjadi masukan dalam memfasilitasi Direktorat Jenderal Imigrasi khususnya Direktorat Penyidikan dan Penindakan Keimigrasian dalam penegakan hukum keimigrasian khususnya terhadap orang asing.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan pengamatan di kantor Imigrasi dalam kurun waktu dua tahun terakhir ini serta penelusuran kepustakaan di Universitas Sumatera Utara, penelitian yang dengan judul TINDAKAN ADMINISTRATIF KEIMIGRASIAN TERHADAP ORANG ASING DI INDONESIA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN belum pernah dilakukan sebelumnya.
Adapun beberapa penelitian yang berhubungan dengan TAK terhadap orang asing di Indonesia yang sudah dipublikasikan sebelum penelitian ini antara lain:
1. Tesis dengan judul “Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian terhadap Izin Tinggal orang asing di Indonesia (Studi Wilayah Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Medan)” oleh Ratna Wilis di Medan tahun 2009.
2. Tesis dengan judul “Tindakan-tindakan Hukum Keimigrasian dalam Penanggulangan Penyalahgunaan Visa di Medan” oleh Tjatur Soemardiyanto di Medan tahun 2010.
Beberapa penelitian tentang TAK yang ada sebelum penelitian ini, memiliki latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan dan tujuan penelitian yang berbeda dari penelitian ini. Selain itu penelitian dilakukan dengan menjunjung tinggi kode etik penulisan karya ilmiah, dengan demikian penelitian ini benar keasliannya dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan akademis.
F. Kerangka Teori dan Konsep
1. Kerangka Teori
Teori adalah generalisasi yang abstrak mengenai beberapa fenomena. Dalam menyusun generalisasi, teori selalu memakai konsep-konsep. Generalisasi adalah proses melalui mana suatu observasi mengenai satu fenomena tertentu berkembang menjadi suatu observasi mengenai lebih dari suatu fenomena.24 Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis dari para penulis ilmu hukum dibidang hukum yang berkaitan dengan perlindungan hukum dan yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teori yang mungkin disetujui atau tidak disetujui sebagai masukan eksternal dalam penulisan tesis ini.25
Imigrasi berasal dari Bahasa Latin “ migratio” yang artinya perpindahan orang dari suatu tempat atau negara menuju ke tempat atau negara lain. Ada istilah emigratio yang mempunyai arti berbeda, yaitu perpindahan penduduk dari suatu wilayah atau negara ke luar menuju atau negara lain.. Sebaliknya, istilah
24
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Edisi Revisi, Cetakan IV, ( Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010), hal. 43
25
immigratio dalam bahasa Latin mempunyai arti perpindahan penduduk dari suatu negara untuk masuk kedalam negara lain. Pada hakekatnya emigrasi dan
imigrasi itu menyangkut hal yang sama yaitu perpindahan penduduk antar negara, tetapi yang berbeda adalah cara memandangnya. Ketika seseorang pindah ke negara lain, peristiwa ini dipandang sebagai peristiwa Emigrasi, namun bagi negara yang didatangi orang tersebut peristiwa itu disebut Imigrasi26
Oxford Dictionary of Law juga memberikan defenisi imigrasi sebagai berikut: “ Immigration is the act af entering a country other than one’s native country with the intention of living there permanently.” Dari defenisi ini dipahami bahwa perpindahan itu mempunyai maksud yang pasti, yakni untuk tinggal menetap dan mencari nafkah di satu tempat baru. Oleh karena itu orang asing yang bertamasya, atau mengunjungi suatu konferensi internasional, atau merupakan rombongan misi kesenian olahraga, atau juga menjadi diplomat tidak dapat disebut sebagai seorang Imigran.
.
27
Orang asing adalah orang bukan Warga Negara Indonesia.
28
Setiap orang asing yang berada di Wilayah Indonesia wajib memberikan segala keterangan yang diperlukan mengenai identitas diri dan/atau keluarganya serta melaporkan setiap perubahan status sipil, kewarganegaraan, pekerjaan, penjamin, atau perubahan alamatnya kepada Kantor Imigrasi setempat rangka pengawasan keimigrasian29
Pasal 9 UU Keimigrasian, lihat juga Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan
29
Sebagai salah satu institusi atau perpanjangan tangan pemerintah, keimigrasian menjadi bagian dari urusan pemerintahan negara dalam memberikan pelayanan keimigrasian, penegakan hukum, keamanan negara, dan fasilitator pembangunan kesejahteraan masyarakat.30
Apabila membicarakan fungsi keimigrasian maka tidak dapat tidak dikaitkan dengan teori kedaulatan, karena teori ini merupakan landasan dasar bekerjanya fungsi keimigrasian. Negara dikatakan berdaulat karena kedaulatan merupakan suatu sifat atau ciri hakiki negara. Prinsip kedaulatan ini dicantumkan dalam piagam PBB pada pasal 2 ayat (1) yaitu persamaan derajat kedaulatan setiap negara anggota PBB.31
Pada perkembangannya muncul kosep kedaulatan modern yang tidak terbatas pada wilayah suatu negara, membuka kemungkinan perluasan yurisdiksi suatu negara bersinggungan dengan hukum internasional dan dengan yurisdiksi negara lain. Hal ini disadari pada pemahaman bahwa hubungan antar negara atau bangsa berlandaskan atas kemerdekaan dan persamaan dan setiap negara merupakan anggota yang berdaulat. Penjabaran dari teori yurisdiksi ini tidak hanya terbatas pada yurisdiksi teritorial saja tetapi juga yurisdiksi yang menyangkut suatu negara meskipun peristiwanya terjadi di negara lain.32
Kata ‘kedaulatan’ berasal dari bahasa Inggris, yaitu ‘souvereignty’ yang berasal dari kata Latin ‘superanus’ berarti ‘yang teratas’. Kedaulatan berarti kekuasaan tertinggi, suatu sifat atau ciri hakiki sebuah negara. Ruang berlaku
30 Pasal 1 Butir 3 UU Keimigrasian. 31
M. Iman Santoso, Perspektif Imigrasi : Dalam United Nation Convention Against Transnational Organized Crime, (Jakarta: Perum Percetakan Negara RI, 2007), hal.18
32
kekuasaan tertinggi ini dibatasi oleh batas wilayah negara itu, artinya suatu negara hanya hanya memiliki kekuasaan tertinggi di dalam batas wilayahnya. Jadi pengertian kedaulatan sebagai kekuasaan tertinggi mengandung dua pembatasan penting dalam dirinya yaitu:33
1. Kekuasaan terbatas pada batas wilayah negara yang memiliki kekuasaan itu, 2. Kekuasaan ini berakhir ketika kekuasaan suatu lain negara dimulai
Bodin yang merupakan penggagas (founder) doktrin kedaulatan secara ilmiah mengemukakan bahwa kedaulatan negara menunjukkan adanya kekuasaaan legislatif dan negara berbeda dengan komunitas lainnya karena negara mempunyai kekuasaan tertinggi atau disebut summa potestas. Kedaulatan adalah kekuasaan membuat hukum sebagai alat untuk melaksanakan kedaulatan dengan efektif. Pendapat Bodin ini diperkuat oleh Hobbes bahwa tidak ada pembatasan untuk membuat hukum oleh negara yang mempunyai kedaulatan, tidak ada prinsip hukum alam yang ada adalah kemampuan untuk mengatur secara efektif pembatasan kekuasaan mutlak dan penguasa (the ruler). Jadi Bodin dan pengikutnya lebih melihat kedaulatan dari azas ketertiban dalam negeri atau dari aspek intern, yaitu kekuasaan tertinggi negara untuk mengurus wilayah dan rakyatnya. 34
Jean Bodin menyatakan bahwa kedaulatan merupakan atribut dan ciri khusus suatu negara. Dalam perkembangannya, pengertian kedaulatan mengalami berbagai perubahan, dimana negara dikatakan berdaulat apabila negara tersebut
33
Ibid, hal.33-34 34
mampu dan berhak mengatur dan mengurus sendiri kepentingan-kepentingan dalam dan luar negeri dengan tidak bergantung kepada negara lainnya.35
Dalam konteks hubungan internasional, prinsip kedaulatan, prinsip kedaulatan negara (state souvereignty) merupakan salah satu prinsip penting di dalam hukum internasional bahkan termasuk salah satu prinsip atau doktrin jus cogens. Prinsip kedaulatan negara menetapkan bahwa suatu negara memiliki kekuasaan atas suatu wilayah (teritorial) serta hak-hak yang kemudian timbul dari penggunaan kekuasaan teritorial. Kedaulatan mengandung arti bahwa negara mempunyai hak kekuasaan penuh untuk melaksanakan hak teritorialnya dalam batas-bats wilayah negara yang bersangkutan.36
Konsep kedaulatan teritorial yang menandakan bahwa di dalam wilayah kekuasaan ini yurisdiksi dilaksanakan oleh negara terhadap orang-orang dan harta benda yang menyampingkan negara-negara lain. Kedaulatan teritorial dilukiskan oleh Max Huber, Arbitrator dalam Island of Palmas Arbitration, dengan istilah-istilah:
“Kedaulatan dalam hubungan antara negara-negara menandakan kemerdekaan. Kemerdekaan berkaitan dengan suatu bagian dari muka bumi adalah hak untuk melaksanakan di dalamnya, terlepas dari negara lain, fungsi-fungsi suatu negara.”37
35
Suryo Sakti Hadiwijoyo, Perbatasan Negara dalam Dimensi Hukum Internasional, (Jakarta: Graha Ilmu, 2011), hal. 41.
36
M. Iman Santoso, Op.Cit, hal.33 37
Pelaksanaan yurisdiksi oleh suatu negara terhadap harta benda, orang tindakan atau peristiwa yang terjadi di dalam wilayahnya jelas diakui oleh hukum internasional untuk semua negara anggota masyarakat internasional. Prinsip tersebut telah dikemukakan dengan tepat oleh Lord Macmillan:
”Adalah suatu ciri pokok kedaulatan dalam batas-batas ini seperti semua negara merdeka yang berdaulat, bahwa negara harus memiliki yurisdiksi terhadap semua orang dan benda didalam bata-batas teritorialnya dan dalam semua perkara perdata dan pidana yang timbul di dalam batas-batas teritorial ini”.38
Yurisdiksi teritorial suatu negara meliputi kewenangan legislatif, kewenangan administratif dan kewenangan yudisial. Ketiga kewenangan diakui sebagai tiga lingkungan yurisdiksi, yaitu Jurisdiction to prescribe, Jurisdiction to adjudicate, Jurisdiction to enforce. Dalam konteks pemberlakuan UU Keimigrasian perlu dipertimbangkan perluasan yurisdiksi karena sifat-sifat transnasional. Perluasan yurisdiksi UU Keimigrasian akan berbenturan dengan yurisdiksi negara lain, namun demikian Konvensi Transnational Organized Crime (TOC) telah memberikan jalan keluar untuk menghindari hal tersebut yaitu mencantumkan ketentuan tentang kerja sama internasional yang tetap menjungjung tinggi ketentuan mengenai prinsip kedaulatan negara (state sovereignty).39
Istilah Transnational Organized Crimes (TOC) merujuk pada UN Convention against Transnational Organized Crime
38
J.G Starke, Op.Cit, hal 270-271
atau yang juga dikenal dengan Konvensi Palermo dan ketiga protokolnya. Kejahatan yang memenuhi karakteristik TOC adalah dilakukan lebih dari satu negara; dilakukan di satu
39
negara namun bagian penting seperti persiapan, perencanaan, pengarahan dan pengendalian dilakukan di negara lain; dilakukan di satu negara tetapi melibatkan kelompok kriminal yang terlibat dalam kegiatan kriminal di lebih dari satu negara; dilaksanakan di satu negara tetapi berdampak pada negara lain. Berdasarkan parameter dalam konvensi tersebut, beberapa jenis kejahatan yang diakui sebagai kejahatan terorganisir lintas negara adalah: money-laundering (artikel 7), korupsi (artikel 8 dan 9), perdagangan manusia (protokol I), penyelundupan migran (Protokol II) serta produksi dan perdagangan gelap senjata api.40
Masyarakat internasional mengakui bahwa setiap negara mempunyai hak
eksklusif (reserved domain/domestic jurisdiction of state) karena adanya prinsip kedaulatan negara dalam batas wilayah negara yang bersangkutan tanpa ada keterkaitan atau pembatasan dari hukum internasional. Yurisdiksi ini bersumber pada kedaulatan negara yang melahirkan kewenangan/kekuasaan negara berdasarkan hukum internasional untuk mengatur segala sesuatu yang terjadi dalam negara.41
Negara yang berdaulat memiliki hak-hak lain berupa kekuasaan, yaitu:42 a. Kekuasaan eksklusif untuk mengendalikan persoalan domestik;
b. Kekuasaan untuk menerima dan mengusir orang asing; c. Hak-hak istimewa perwakilan diplomatiknya di negara lain; d. Yuridiksi penuh atas kejahatan yang dilakukan dalam wilayahnya.
41
Ibid, hal.42 42
Pengertian kekuasaan sendiri menurut definisi yang telah diterima secara umum adalah kemampuan seseorang/sekelompok orang/suatu badan untuk mempengaruhi orang lain agar bersikap/bertindak sesuai dengan keinginan yang memiliki kemampuan itu. Kekuasaan harus pula dibedakan dengan kewenangan. Kewenangan adalah kekuasaan yang ada pada seseorang/sekelompok orang yang mempunyai dukungan/ mendapat pengakuan dari masyarakat.43
Menurut Bagir Manan, wewenang dalam bahasa hukum tidak sama dengan kekuasaan (macht). Kekuasaan hanya menggambarkan hak untuk berbuat atau tidak berbuat. Dalam hukum, wewenang sekaligus berarti hak dan kewajiban
(rachten en plichten). Kewenangan memiliki kedudukan penting dalam kajian hukum hukum administrasi negara. Begitu pentingnya kedudukan kewenangan ini, sehingga F.A.M Stroink dan J.G. Steenbeek menyebutnya sebagai konsep inti dalam Hukum Administrasi Negara, “ Het begrip bevoegdheid is dan ook een kernbegripin het staats-en administratief recht”.:44
Fungsi Keimigrasian merupakan fungsi penyelenggaraan administrasi negara atau penyelenggaraan administrasi pemerintahan, oleh karena itu sebagai bagian dari penyelenggaraan kekuasaan eksekutif, yaitu fungsi administrasi negara dan pemerintahan, maka hukum keimigrasian dapat dikatakan bagian dari bidang hukum administrasi negara.45
44
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011) ,
Hal.98-99 45
Fungsi yang disebut administrasi negara secara umum merupakan jenis yang sama seperti legislasi dan yurisdiksi, yakni fungsi hukum dalam arti kata yang lebih sempit mengenai penciptaan dan penerapan norma-norma hukum. Fungsi organ administratif tertinggi, yakni pemerintah, adalah berupa partisipasinya yang didelegasikan kepadanya oleh konstitusi dalam pembuatan undang-undang,dalam pemberlakuan kewenangan yang didelegasikan oleh konstitusi untuk menandatangani perjanjian internasional, dalam penyusunan peraturan dan perintah administratif yang ditujukan kepada organ dan subjek administratif dibawahnya. 46
Tindakan paksa dari administratif yang tidak memiliki karakter sanksi ini sebenarnya merupakan fungsi eksekutif yang jelas berbeda dari fungsi yudikatif. Kekhasan dari tindakan paksa ini terletak pada fakta bahwa perbuatan yang diinginkan adalah ditimbulkan dengan jalan mewajibkan kepada organ negara bukan individu perseorangan. Jenis administrasi ini data disebut administrasi langsung sebagai lawan dari administrasi tidak langsung. Tindakan administrasi langsung tidak mesti berupa tindakan paksa, setiap kegiatan apapun bisa terjadi sebagai administrasi langsung oleh negara. Administrasi langsung memiliki fungsi yang pada dasarnya sangat berbeda, sedangkan fungsi administrasi tidak langsung memiliki karakter yang sama seperti yudikatif.47
46
Hans Kelsen, Teori Hukum Murni: Dasar-dasar Ilmu Hukum Normatif, diterjemahkan oleh: Raisul Muttaquien dari Buku Hans Kelsen , Pure Theority of Law, (Berkely University of California Prees, 1978), Cetakan VII (Bandung: Nusa Media, 2010), Hal.290-291
47
Ilmu Administrasi Negara lahir sejak Woodrow Wilson (1887), yang kemudian menjadi presiden Amerika Serikat pada 1913-1921, menulis sebuah artikel yang berjudul “The Study of Administration” yang dimuat di jurnal
Political Science Quarterly. Kemunculan artikel itu sendiri tidak lepas dari kegelisahan Wilson muda akan perlunya perubahan terhadap praktik tata pemerintahan yang terjadi di Amerika Serikat pada waktu itu yang ditandai dengan meluasnya praktik spoil system (sistem perkoncoan) yang menjurus pada terjadinya inefektivitas dan inefisiensi dalam pengelolaan negara.48
Istilah administrasi negara berasal dari bahasa Latin administrate yang dalam bahasa Belanda diartikan sama dengan besturen yang berarti fungsi pemerintah. Ilmu administrasi publik yang terdiri atas : 49
a. Ilmu administrasi negara umum b. Ilmu administrasi daerah
c. Ilmu administrasi negara khusus
Administrasi negara membahas masalah-masalah yang menyangkut asas-asas berikut:50
1. Asas-asas administrasi negara (principles of public administration);
2. Organisasi kepegawaian negeri (civil servant) yang menjadi prasarana dalam administrasi negara;
diakses tanggal 26 Maret 2012 pukul 20.26 wib
50
3. Hukum administrasi negara yang dibutuhkan dalam pengembangan sistem administrasi negara yang tunduk pada hukum.
2. Konsep
Pentingnya defenisi operasional (operational defenition) adalah untuk menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua (dubius) dari suatu istilah yang dipakai.51
1. Tindakan Administratif Keimigrasian adalah sanksi administratif yang ditetapkan pejabat imigrasi terhadap orang asing di luar proses peradilan.
Defenisi operasional yang digunakan sebagai berikut :
2. Orang asing adalah orang yang bukan warga Negara Indonesia.
3. Keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia serta pengawasannya dalam rangka menjaga tegaknya kedaulatan negara.
4. Pejabat imigrasi adalah pegawai yang telah melalui pendidikan khusus Keimigrasian dan memiliki keahlian teknis keimigrasian serta memiliki wewenang untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab berdasarkan Undang-Undang ini.
5. Pelanggaran keimigrasian merupakan perbuatan (perkara) yang menyalahi UU Keimigrasian.
51
G. Metode Penelitian
1. Jenis dan Sifat Penelitian
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan normatif, yaitu dengan mempelajari asas hukum, perundangan, pendapat para ahli dan usaha mendekati masalah yang diteliti dengan sifat hukum yang nyata atau sesuai kenyataan yang hidup dalam masyarakat. Penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka, dapat dinamakan penelitian hukum normatif atau penelitian hukum kepustakaan (disamping adanya penelitian hukum sosiologis atau empiris yang terutama meneliti data primer). Penelitian hukum normatif atau kepustakaan tersebut mencakup:52
1. Penelitian terhadap asas-asas hukum 2. Penelitian terhadap sistematik hukum
3. Penelitian terhadap taraf singkronisasi vertikal dan horizontal 4. Perbandingan hukum
5. Sejarah hukum
Penelitian yang digunakan bersifat deskriptif analitis yaitu penelitian yang berusaha untuk menggambarkan dan menguraikan tentang permasalahan yang berkaitan dengan TAK terhadap orang asing di Indonesia. Penelitian deskriptif adalah dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya.53
52
Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, Edisi 12, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010). hal 13-14.
53
2. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yang terdiri dari Bahan Hukum Primer dan Bahan Hukum Sekunder, Bahan Hukum Primer terdiri atas bahan-bahan hukum yang mengikat, terdiri dari norma atau kaidah dasar yaitu Undang-Undang Dasar 1945, peraturan dasar yaitu batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945, Undang-undang (misalnya: UU Keimigrasian), Peraturan Daerah, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden atau peraturan suatu badan atau lembaga negara. Bahan hukum primer disamping perundang-undangan yang memiliki otoritas adalah putusan pengadilan. Putusan pengadilan merupakan konkretisasi dari perundang-undangan. Putusan pengadilan inilah sebenarnya yang merupakan law in Action. 54
Bahan Hukum Sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer misalnya rancangan undang-undang, hasil penelitian hukum, dan hasil karya ilmiah dari kalangan hukum. Bahan hukum tertier yaitu bahan-bahan yang memberi petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, misalnya kamus (hukum), ensiklopedia dan lain-lain.55
Disamping bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, bahan hukum tersier (bahan penunjang) juga merupakan salah satu bahan dasar penelitian hukum normatif, yang mencakup: 56
54
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Cetakan Keenam (Jakarta : Prenada Media Group, 2010), hal 142.
55
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Cetakan Ketiga (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hal. 116-117.
56
1. Bahan - bahan yang memberikan petunjuk terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, yang lebih dikenal dengan nama bahan acuan bidang hukum atau bahan rujukan bidang hukum. Misalnya: Abstrak perundang-undangan, bibliografi hukum, direktori pengadilan, ensiklopedia hukum, indeks majalah hukum, kamus hukum dan seterusnya.
2. Bahan – bahan primer, sekunder dan penunjang diluar bidang hukum, misalnya yang berasal dari bidang sosiologi, ekonomi, ilmu politik, filsafat dan lain sebagainya yang oleh para peneliti hukum dipergunakan untuk melengkapi ataupun menunjang data penelitiannya.
3. Teknik Pengumpulan Data
4. Analisis Data
Analisa data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar.57
Dalam penelitian hukum normatif, untuk memperoleh suatu kesimpulan dengan menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif terlebih dulu harus diketahui konsep ideal atau rumusan-rumusan yang umum dan bersifat ideal, seperti ketentuan-ketentuan perundang-undangan tentang atau teori-teori yang dipahami secara umum sebagai suatu keharusan TAK di Indonesia. Fakta normatif, fakta sosial atau peristiwa yang hendak ditelusuri dalam hal ini adalah TAK. Selanjutnya uraian permasalahan atau yang berbenturan pada bagian konsep ideal atau rumusan-rumusan umum.
Penelitian hukum yang normatif (legal research) biasanya hanya merupakan studi dokumen, yakni menggunakan sumber-sumber data sekunder saja yang berupa peraturan perundang-undangan, keputusan pengadilan, teori hukum, dan pendapat para sarjana/informan. Oleh karena itu digunakan metode analisis secara kualitatif dan diberikan penggambaran mengenai mekanisme TAK di Indonesia.
57
BAB II
PENGATURAN TERHADAP ORANG ASING YANG MELAKUKAN
PELANGGARAN KEIMIGRASIAN DI INDONESIA
A. Syarat Penindakan Administratif Terhadap Orang Asing Menurut
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011
Pergerakan orang di suatu negara pada tahun 1990-an diperkirakan berkisar 750 juta orang meningkat menjadi 1,4 miliar orang di tahun 2005. Pergerakan orang lintas negara yang sedemikian besar menyebabkan diperlukan pengaturan mengenai perlintasan orang. Sudah menjadi suatu kebutuhan yang tidak dapat dihindari bahwa UU Keimigrasian harus mampu mengatur dan menangani setiap permasalahan yang muncul baik secara ex ante maupun secara
ex pose. Peraturan di bidang keimigrasian harus jelas dan padat mengatur sistem mekanisme prosedur yang sederhana namun dapat tuntutan kebutuhan masyarakat modern. Terlebih dalam menghadapi bentuk-bentuk kejahatan yang menonjol dan memerlukan penanganan serius seperti kejahatan yang dilakukan oleh sekelompok kejahatan terorganisasi seperti perdagangan manusia dan penyelundupan migran lintas negara. Oleh karena itu diperlukan upaya pembaruan dalam hukum keimigrasian Indonesia dalam rangka menyelaraskan peraturan keimigrasian dengan konvensi TOC, protokol perdagangan manusia dan protokol penyelundupan migran 58
Istilah hukum keimigrasian dapat ditemukan dalam penjelasan UU Keimigrasian. Hukum keimigrasian adalah himpunan petunjuk yang mengatur tata
58
tertib orang-orang yang berlalu litas di dalam wilayah Indonesia dan pengawasan terhadap orang asing yang berada di wilayah. hukum keimigrasian masuk dalam hukum publik, yaitu hukum yang mengatur hubungan antara individu dengan negara (pemerintah). Dengan adanya pencanangan hukum keimigrasian, bertambahlah khazanah ilmu hukum di Indonesia dan hukum keimigrasian mendapat tempat dalam tata hukum Indonesia, sehingga kedudukan hukum keimigrasian sudah dapat disejajarkan dengan hukum-hukum yang telah lahir terlebih dahulu.59
Demi terlaksananya penegakan hukum di wilayah Negara Republik Indonesia tentunya TAK baik penindakan secara preventif maupun represif harus dijalankan sesuai dengan UU Keimigrasian. Penindakan yang bersifat hukum administratif adalah hal yang memuat tentang pengaturan, pelayanan, perijinan dari aspek-aspek keimigrasian yaitu mengenai masuk dan keluar wilayah Indonesia. Di dalam pengaturan terhadap orang asing yang masuk atau keluar wilayah RI berlaku ketentuan dan peraturan keimigrasia Indonesia, antara lain:
60
1. Setiap orang asing yang masuk dan keluar wilayah negara RI adalah sah apabila mendapat izin masuk atau izin keluar dari Pejabat Imigrasi yang bertugas melakukan pemeriksaan di TPI
2. Setiap orang asing yang masuk atau keluar wilayah negara RI harus mempunyai surat perjalanan atas namanya yang sah dan berlaku
59
Abdullah Sjahriful, Memperkenalkan Hukum Keimigrasian (Jakarta: Ghalia Indonesia, l993), hal. 58
60
3. Pejabat Imigrasi berwenang memeriksa setiap orang asing yang masuk atau keluar wilayah negara RI
4. Pejabat Imigrasi berwenang menolak atau memberi izin masuk atau keluar wilayah negara RI
5. Walaupun telah memenuhi persyaratan, tidak diberikan izin masuk kepada orang asing apabila61
Tidak dikehendaki masuk dan berada di Indonesia; menderita gangguan jiwa atau penyakit menular yang membahayakan kesehatan umum; diduga akan menyelenggarakan perbuatan asusila dan atau perbuatan lain yang bertentangan dengan moral, agama atau kebiasaan di Indonesia; patut diduga tidak dapat meneruskan perjalanan atau tidak akan mendapat izin masuk ke negara lain atau izin kembali ke negara asal tempat tinggalnya; tidak cukup mempunyai biaya hidup bagi diri sendiri dan atau keluarganya selama berada di Indonesia; memberikan keterangan tidak benar untuk memperoleh atau memiliki visa atau surat perjalanan palsu atau dipalsukan; berusaha menghindarkan diri dari hukuman di negara lain karena kejahatan yang juga dapat dipidana menurut hukum di Indonesia.
:
Dalam pelaksanaan TAK, untuk menjamin kepastian hukum dan keadilan bagi orang asing yang terkena tindakan keimigrasian tersebut keputusannya ditetapkan secara tertulis, yang memuat sekurang-kurangnya identitas orang yang
61
terkena TAK, alasan penindakan dan jenis tindakan serta dapat mengajukan keberatan atas tindakan keimigrasian tersebut.62
Tindakan Administratif Keimigrasian diberlakukan terhadap orang asing telah yang melakukan kegiatan yang berbahaya atau patut diduga berbahaya bagi keamanan dan ketertiban umum atau juga karena tidak menghormati atau mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemantauan merupakan salah satu cara atau kegiatan/upaya yang dilakukan untuk mengetahui secara dini setiap peristiwa yang diduga mengandung unsur-unsur pelanggaran/kejahatan, baik mengenai keberadaan maupun kegiatan orang asing.
63
Keberhasilan penyelenggaraan, sangat ditentukan oleh kualitas dan kuantitas pelaksanaan dalam menghadapai jenis dan macam pelanggaran kejahatan seperti halnya bentuk dan sifat pelanggaran di bidang sosial dan budaya, jauh lebih mudah dan ringan dibandingkan pelanggaran politik ataupun pekerjaan terselubung. Oleh karena itu upaya dalam mencari dan menemukan bahan keterangan perlu perencanaan melalui mekanisme adanya perencanaan yang matang , organisasi dan koordinasi dengan memperhatikan situasi dan kondisi medan, sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan cermat dan tepat, berhasil guna dan berdaya guna. 64
62
Wawancara dengan Anggiat Napitupulu (Kasi Penyidikan Wilayah II Direktorat Penyidikan dan Penindakan Direktorat Jenderal Imigrasi, Jakarta), Syarat, Bentuk dan Mekanisme Tindakan Administratif Keimigrasian menurut UU Keimigrasian, 18 Juni 2012
63
Direktur Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Direktorat Jenderal Imigrasi,
Petunjuk Pemantauan Operasional Keimigrasian tentang Keberadaan Orang Asing, (Jakarta: Departemen Kehakiman RI Direktorat Jenderal Imigrasi, 1999), Hal.2-3
64
Tindakan Administratif Keimigrasian dikenakan kepada setiap orang asing di wilayah Indonesia yang: 65
1. Diduga melakukan kegiatan yang berbahaya atau patut diduga akan berbahaya bagi keamanan.
Kegiatan ini dapat berupa: melakukan propaganda atau bersimpati terhadap ideologi dan nilai-nilai yang bertentangan dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; menghalang-halangi orang untuk melakukan ibadah menurut agama yang diakui di Indonesia; merusak dan membahayakan dan tidak sesuai dengan norma kesopanan umum; ejekan-ejekan yang menimbulkan tanggapan keliru terhadap adat-istiadat masyarakat; memberikan gambaran keliru tentang pembangunan sosial dan budaya Indonesia; menyuburkan perbuatan cabul, melalui tulisan, gambaran dan lainnya dan mabuk-mabukan di tempat-tempat umum; tidak mempunyai biaya hidup, melakukan pengemisan baik sendiri atau bersama-sama; merusak atau mengganggu tertib sosial dan masyarakat termasuk di lingkungan pekerjaan; menimbulkan ketegangan kerukunan rumah tangga, atau masyarakat dan merangsang timbulnya kejahatan; mengobarkan semangat atau hasutan yang dapat mendorong sentimen kesukuan, keagamaan, keturunan dan golongan; dan memberikan kesempatan melakukan perjudian, pengadudombaan, di antara sesama rekan atau suku dan golongan; 66
65
Kementerian Hukum dan HAM RI Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum dan HAM Akademi Imigrasi, Kumpulan Peraturan Keimigrasian Edisi 3 Senat Akademi Imigrasi, (Jakarta: Akademi Imigrasi, 2010).Hal.711
66
2. Tidak menaati perundang-undangan yang berlaku.
Misalnya bagi orang asing yang diduga atau patut diduga akan melakukan pelanggaran keimigrasian dan diduga atau patut diduga akan melanggar peraturan perundang-undangan lainnya setelah dikoordinasikan dengan instansi yang berwenang67
Disamping tersebut di atas, TAK juga dapat dikenakan kepada orang asing di wilayah Indonesia yang :
.
68
1. Terdapat cukup bukti bahwa yang bersangkutan bermaksud untuk berada di Indonesia dan apabila diajukan ke pengadilan akan menggunakan upaya hukum mulai dari banding, kasasi dan jika perlu grasi dan atau akan digunakan kesempatan oleh orang asing yang menjadi buronan dari negara sendiri (terlibat kasus-kasus berat atau pelarian dari negara-negara yang sedang bergolak);
2. Menurut pertimbangan politis, ekonomis, sosial dan budaya serta keamanan dipandang lebih efektif dilakukan TAK;
3. Atas pertimbangan dari pejabat yang berwenang memutuskan TAK, bahwa akan lebih efisien dan efektif dilakukan TAK dari pada tindakan yustisial.
Pejabat imigrasi berwenang melakukan TAK terhadap orang asing yang berada di wilayah Indonesia, dimana warga negara tersebut telah melakukan kegiatan berbahaya atau patut diduga membahayakan keamanan dan ketertiban
67
Wawancara dengan Anggiat Napitupulu (Kasi Penyidikan Wilayah II Direktorat Penyidikan dan Penindakan Direktorat Jenderal Imigrasi, Jakarta), Syarat, Bentuk dan Mekanisme Tindakan Administratif Keimigrasian menurut UU Keimigrasian, 18 Juni 2012
68
umum, atau tidak menghormati atau tidak menaati peraturan perundang-undangan yang berlaku. 69 Setiap orang asing yang masuk atau keluar wilayah Indonesia wajib mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku, seperti Izin Tinggal dan penjamin. Pada dasarnya setiap orang asing yang masuk Wilayah Indonesia wajib memiliki Visa. Visa merupakan izin masuk suatu Negara sehingga tidak serta merta orang tersebut mendapatkan izin mendarat. Karena meski telah mendapatkan visa orang tersebut harus melalui proses pemeriksaan imigrasi di TPI untuk mendapatkan izin mendarat dari pejabat berwenang. Visa diterbitkan oleh perwakilan di luar negeri setelah mendapatkan persetujuan dari kantor pusat dan telah memenuhi persyaratan formil. Setelah itu visa diterakan di dalam paspor bentuknya dapat berupa cap, stiker label, data elektoronik atau media lainnya. 70 Berdasarkan Visa tersebut, orang asing diberikan izin tinggal di Wilayah Indonesia, tetapi ketentuan itu tidak diberlakukan terhadap orang asing yang berada di Wilayah Indonesia karena menjadi korban tindak pidana perdagangan orang.71
Orang asing yang masuk, keberadaan, kegiatan dan keluar dari wilayah Indonesia, antara lain dapat menimbulkan 2 kemungkinan yakni : Pertama, orang asing mantaati peraturan yang berlaku dan tidak melakukan kegiatan yang berbahaya bagi keamanan dan ketertiban umum, hal ini tidak menimbulkan masalah keimigrasian maupun kenegaraan. Kedua, orang asing tidak mentaati
69
Redaksi Sinar Grafika, Undang-undang Keimigrasian (UU RI No.6 Th.2011), (Jakarta: Sinar Grafika,2011), Hal. 40
70
Seksi Penyebaran Informasi Direktorat Lintas Batas dan kerjasama Luar Negeri,
Pemeriksaan Paspor, (Jakarta: Direktorat Lintas Batas dan kerjasama Luar Negeri Direktorat Jenderal Imigrasi,2007), Hal. 22-23
71