• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PEMBELAJARAN TARI KIPAS NYAMBAI BEBAI PADA KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SD NEGERI 1 WAY SINDI KARYA PENGGAWA PESISIR BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PEMBELAJARAN TARI KIPAS NYAMBAI BEBAI PADA KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SD NEGERI 1 WAY SINDI KARYA PENGGAWA PESISIR BARAT"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN TARI KIPAS NYAMBAI BEBAI PADA

KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SD NEGERI 1 WAY SINDI

KARYA PENGGAWA PESISIR BARAT

Oleh

Inna Rahmadona

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA ... v

MOTTO ... vi

1.3Tujuan Penelitian………. 9

1.4Manfaat Penelitian………... 9

1.5Ruang Lingkup Penelitian………... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran ……….. ... 11

2.2 Model Pembelajaran ……….. 14

2.3 Model Pembelajaran Kooperatif ... 15

2.4 Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 17

2.5 Ekstrakurikuler ... 21

2.6 Seni Tari ... 22

(3)

3.3.1 Observasi ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 51

4.1.1 Profil Singkat SD Negeri 1 Way Sindi ... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 116

5.2 Saran ... 118

DAFTAR PUSTAKA

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya

mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan dengan

demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk

berfungsi secara adekwat dalam kehidupan masyarakat. Pengajaran bertugas

mengarahkan proses ini agar sasaran dari perubahan itu dapat tercapai sebagaimana

yang diinginkan (Hamalik, 2014 : 3).

Mc.Donald dalam buku Hamalik mengemukakan bahwa “Educational, in the sense

used here, is a process or an activity which is derected at producing desirable

changes in the behavior of human beings” yang artinya pendidikan adalah suatu

proses atau kegiatan yang bertujuan menghasilkan perubahan tingkah laku manusia.

(5)

Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan berbangsa.

Belajar ialah suatu suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

sendiri dan interakti dengan lingkungannya Slameto (2013: 2)

Djamarah dan Zain (2010:38) berpendapat bahwa dalam kegiatan belajar mengajar,

anak adalah sebagai subjek dan sebagai objek dari kegiatan pengajaran. Karena itu,

inti proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar peserta didik dalam mencapai

suatu tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran tentu saja akan dapat tercapai jika peserta

didik berusaha secara aktif untuk mencapainya. Keaktifan peserta didik disini tidak

hanya dituntut dari segi fisik, tetapi juga dari segi kejiwaan. Bila hanya fisik anak

yang aktif, tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar

tujuan pembelajaran tidak akan tercapai. Ini sama halnya dengan peserta didik tidak

belajar, karena peserta didik tidak merasakan perubahan di dalam dirinya. Padahal

belajar pada hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi di dalam diri seseorang

setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar. Walaupun pada kenyataannya tidak

semua perubahan termasuk kategori belajar .

Seni dalam pendidikan pada dasarnya adalah bagaimana seni itu ada dan dimasukkan

(6)

3

bakat seni yang dimilikinya. Di samping itu, bertujuan juga untuk mengembangkan

kreativitas serta membentuk karakter siswa menjadi berbudaya yang luhur.

Pendidikan seni secara umum berfungsi untuk mengembangkan kemampuan setiap

anak (peserta didik) menemukan pemenuhan dirinya dalam hidup untuk

mentransmisikan warisan budaya, memperluas kesadaran sosial dan sebagai jalan

untuk pengetahuan. Dari kedua konsep ini sangat dibutuhkan oleh sekolah, agar

terbentuk atau tercipta siswa yang mampu mengembangkan kreativitasnya sesuai

dengan akal sehat atau jiwa seninya. Selain itu, juga tercipta perilaku yang baik dalam

masyarakat (Mustika, 2013 : 26).

Proses pendidikan seni memiliki tujuan untuk mengembangkan peserta didik. Hal ini

sejalan dengan pendapat Soehardjo bahwa, pendidikan seni adalah usaha sadar untuk

mempersiapkan peserta didik melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan agar

menguasai kemampuan kesenian sesuai dengan peran yang harus dimainkan.

Selanjutnya, dari pengertian diatas memiliki implikasi bahwa pendidikan seni

diharapkan akan menghasilkan kemampuan peserta didik dalam dua hal. Pertama,

kemampuan melakukan kegiatan seni seperti mampu meniru (imitasi) dan

berekspresi. Kedua, agar siswa memiliki kemampuan untuk menghargai buah fikiran

(dalam bentuk karya) serta menghargai karya orang lain dalam bentuk dan jenis karya

seni tari (Mustika, 2013 : 30)

Muatan seni budaya dan prakarya sebagaimana diamanatkan dalam peraturan

(7)

Pendidikan tidak hanya terdapat dalam satu mata pelajaran karena budaya itu sendiri

meliputi segala aspek kehidupan. Pendidikan juga dapat dijadikan sebagai sarana

untuk melestarikan kebudayaan mengingat Indonesia merupakan bangsa dengan

beraneka ragam suku dan kebudayaan. Seni tari sebagai salah satu bagian dari

kebudayaan juga perlu dilestarikan, termasuk tari tradisional daerah yang merupakan

symbol dari kebudayaan daerah. Peran pemerintah dalam upaya untuk terus

melestarikan kebudayaan yang ada di Indonesia juga sangat penting, salah satunya

dengan menjadikan budaya mata pelajaran di sekolah. Mustika (2013: 30)

Seni budaya memberikan sumbangan kepada siswa, agar berani dan bangga akan

budaya bangsa sendiri. Pembelajaran seni budaya khususnya seni tari di sekolah

mengarahkan siswa agar lebih mengenal kebudayaan mengenal kebudayaan mereka

dalam bidang seni tari. Mustika (2013: 31)

Penggunaan metode dan model pembelajaran yang tepat dalam dunia pendidikan

sangat penting. Penggunaan metode pembelajaran yang tepat akan menciptakan

proses pembelajaran dan pengajaran yang baik. Model Pembelajaran kooperatif

merupakan model pembelajaran yang banyak digunakan dan menjadi perhatian serta

dianjurkan oleh para ahli pendidikan. Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Slavin dinyatakan bahwa : (1) penggunaan pembelajaran

kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat

meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai

(8)

5

dalam berfikir kritis, memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan

dengan pengalaman. Dengan alasan tersebut, strategi pembelajaran kooperatif

diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran. (Rusman, 2013 : 205)

Salah satu model yang tepat digunakan dalam pembelajaran tari Kipas Nyambai

Bebai adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merujuk pada

berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi

pelajaran. Kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling

mendiskusikan dan berargumentasi. Untuk mengasah pengetahuan yang mereka

kuasai pada saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.

Tujuan pembelajaran kooperatif menciptakan sebuah situasi, karena satu satunya cara

anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka adalah jika kelompok mereka

sukses. Oleh Karena itu, untuk meraih tujuan personal mereka, anggota kelompok

harus membantu teman satu timnya untuk melakukan apapun guna membuat

kelompok mereka berhasil. Dengan kata lain, penghargaan kelompok yang

didasarkan pada kinerja kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif menciptakan

norma-norma pro-akademik diantaranya para siswa, dan norma-norma pro-akademik

memiliki pengaruh yang amat penting bagi pencapaian siswa (Slavin, 2005:34).

Dipilihnya model pembelajaran kooperatif STAD dalam pembelajaran tari Kipas

(9)

dan pelatih ekstrakurikuler di SD Negeri 1 Way Sindi sebelumnya hanya

menggunakan metode demonstrasi saja sedangkan dalam proses pembelajaran siswi

terlihat kurang aktif dan hal tersebut berpengaruh pada saat pengambilan nilai.

Kemudian peneliti memberikan sebuah referensi sebuah model yang sangat mudah

untuk digunakan yaitu model kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran tari Kipas

Nyambai Bebai dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena siswa termotivasi dan

terlibat secara aktif dalam pembelajaran.

Tari Kipas Nyambai Bebai adalah salah satu aset Budaya Lampung yang ditampilkan

saat acara nyambai di Pekon Way Sindi Kabupaten Pesisir Barat. Menurut

wawancara langsung terhadap tokoh adat di Way Sindi Tari Kipas Nyambai Bebai

adalah tari tradisional dari daerah Lampung Pesisir yang beradat Sai Batin. Tari

tradisional merupakan bentuk tarian yang sudah lama ada, secara turun temurun serta

biasanya mengandung nilai filosofis, simbolis, dan religious. Semua aturan ragam

gerak, formasi, busana dan riasnya hingga kini tidak banyak berubah. Tari Kipas

Nyambai Bebai adalah tarian yang dilaksanakan bersamaan dengan kebiasaan

masyarakat untuk meresmikan gelar adat ataupun upacara perkawinan (nayuh). Tari

Kipas Nyambai Bebai ditarikan oleh 4 sampai 6 orang penari perempuan, dalam

pertunjukannya dapat diselenggarakan di ruang-ruang publik maupun dibalai Adat.

Ciri khas tarian ini yaitu penari memakai 2 buah kipas yang masing-masing

diselipkan diantara jemari tangan penari hal ini dikutip dari wawancara langsung

(10)

7

SD Negeri 1 Way Sindi merupakan sekolah yang berada di Kecamatan Karya

Penggawa Kabupaten Pesisir Barat. Dipilihnya SD Negeri 1 Way Sindi karena

sekolah ini merupakan satu-satunya sekolah di Kecamatan Karya Penggawa yang

melestarikan kebudayaan lokal yaitu tari Kipas Nyambai Bebai melalui kegiatan

ekstrakurikulernya dengan adanya pelestarian di daerah tersebut diharapkan adanya

sebuah kemajuan dibidang budaya khususnya di bidang seni tari. Selain itu sekolah

ini memiliki ketersediaan data yang dapat membantu dan mempermudah jalannya

penelitian. SD Negeri 1 Way Sindi telah menerapkan pembelajaran seni budaya dan

prakarya yang terdiri dari seni musik, seni rupa, dan seni tari. Pembelajaran seni

budaya dan prakarya di sekolah ini memiliki keterbatasan waktu sehingga pelajaran

seni tari tidak dimasukkan ke dalam kegiatan intrakurikuler melainkan masuk pada

jam pengembangan diri melalui kegiatan ekstrakurikuler.

Kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan untuk mengembangkan salah satu bidang

pelajaran yang diminati oleh sekelompok siswa, misalnya olahraga, kesenian,

berbagai macam keterampilan dan kepramukaan di laksanakan di sekolah diluar jam

pelajaran. (Suryosubroto, 2009 : 28). Ekstrakurikuler seni tari di SD Negeri 1 Way

Sindi dilaksanakan pada hari jumat dan minggu pukul 14.00-17.00 WIB dengan

pelatih yaitu Santi yang dibimbing oleh ibu Liana Mila di lapangan SD Negeri 1 Way

Sindi Karya Penggawa. Kegiatan ekstrakurikuler seni tari di sekolah ini terdiri dari 20

(11)

Metode yang digunakan dalam proses pembelajaran tari hanya menggunakan metode

demonstrasi saja dan dari 20 siswi hanya 1 kelompok yang terdiri dari 4 siswi yang

mampu menarikan tari Kipas Nyambai Bebai sehingga pencapaian pembelajaran

tidak berhasil selain itu siswi dengan menggunakan metode demonstrasi tidak aktif

dan semangat pada pembelajaran tari Kipas Nyambai Bebai terlihat guru lebih aktif

dalam pembelajaran bukan siswi. Oleh karena itu, dengan penelitian ini

menggunakan model kooperatif tipe STAD diharapkan dapat menjadi referensi

metode dan model pembelajaran dalam pembelajaran seni tari sehingga dapat

meningkatkan minat belajar siswi dan hasil belajar tari Kipas Nyambai Bebai pada

sekolah tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana Penggunaan model Kooperatif tipe STAD dalam proses pembelajaran

tari Kipas Nyambai Bebai pada kegiatan ekstrakurikuler di SD Negeri 1 Way

Sindi ?

2 Bagaimana hasil belajar siswi dalam Penggunaan model Kooperatif tipe STAD

dalam pembelajaran tari Kipas Nyambai Bebai pada kegiatan ekstrakurikuler di

(12)

9

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan Penggunaan model Kooperatif tipe STAD dalam proses

pembelajaran tari Kipas Nyambai Bebai pada kegiatan ekstrakurikuler di SD

Negeri 1 Way Sindi.

2. Mendeskripsikan hasil belajar siswi dalam Penggunaan model Kooperatif tipe

STAD dalam pembelajaran tari Kipas Nyambai Bebai pada kegiatan

ekstrakurikuler di SD Negeri 1 Way Sindi.

1.4 Manfaat Penelitian

Jika tujuan yang sudah dipaparkan di atas dapat tercapai maka manfaat dari penelitian

ini adalah :

1. Diharapkan penelitian ini dapat memperkuat dan mendukung teori terkait dengan

model dan metode pembelajaran. Penguatan dan dukungan terhadap teori tersebut

dapat menjadi landasan untuk dikembangkan oleh peneliti dalam bidang lain.

2. Manfaat bagi peneliti, diharapkan peneliti ini dapat menambah wawasan dan

pengalaman dalam mengembangkan proses pembelajaran seni tari di sekolah.

Penelitian ini juga dapat membantu memberikan gambaran pemilihan materi,

(13)

3. Manfaat bagi guru seni budaya, hasil dari penelitian ini diharapkan menambah

wawasan bagi guru dalam mengelola proses pembelajaran seni tari di sekolah

dengan metode baru, sehingga pembelajaran seni budaya dan prakarya di SD

menjadi menyenangkan.

4. Manfaat bagi mahasiswa pendidikan seni tari diharapkan penelitian ini dapat

memberikan wawasan kepada mahasiswa tentang metode-metode dalam

pembelajaran seni tari dan mengembangkannnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian mencakup :

1. Objek penelitian ini adalah Penggunaan model Kooperatif tipe STAD dalam

pembelajaran tari Kipas Nyambai Bebai pada kegiatan ekstrakurikuler di SD

Negeri 1 Way Sindi .

2. Subjek penelitian

Subjek yang diteliti adalah siswi kelas IV berjumlah 20 siswi yang mengikuti

kegiatan ekstrakurikuler di SD Negeri 1 Way Sindi.

3. Waktu penelitian

Ruang lingkup waktu penelitian ini adalah tanggal 30 Januari sampai 21 Februari

(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembelajaran

Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan

terjadinya proses belajar pada siswa. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh

kelakuan melalui pengalaman. Learning is defined as the modification or streng

thening of behavior through experiencing (Hamalik, 2014:36). Menurut pengertian

diatas, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau

tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari pada itu, yakni

mengalami. Bukti bahwa seseorang telah melakukan kegiatan belajar ialah adanya

perubahan tingkah laku pada orang tersebut, yang sebelumnya tidak ada atau tingkah

lakunya tersebut masih lemah atau kurang.

(Suryosubroto, 2009:16). Pendidikan lebih menitikberatkan pada pembentukan dan

(15)

latihan (training) lebih menekankan pada pembentukan keterampilan (skill). Para

siswa perlu juga memiliki keterampilan, dengan keterampilan yang dia miliki dia

dapat bekerja, berproduksi dan menghasilkan hal-hal untuk memenuhi kebutuhan

banyak orang. Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan formal

dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Dalam PBM (Proses Belajar

Mengajar) sebagian besar hasil belajar peserta didik ditentukan oleh peranan guru.

Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif

dan akan lebih mampu mengelola PBM. Sehingga hasil belajar siswa berada pada

tingkat yang optimal PBM hendaknya selalu mengikutkan siswa secara aktif guna

mengembangkan kemampuan-kemampuan siswa, antara lain kemampuan mengamati,

menginterprestasikan, meramalkan, mengaplikasikan konsep, merencanakan dan

melaksanakan penelitian, serta mengkomunikasikan hasil penemuannya.

(Sudjana dalam Suryosubroto, 2009:30) pelaksanaan proses belajar mengajar

meliputi pentahapan sebagai berikut :

1. Tahap Pra Intruksional

Tahap yang ditempuh pada saat memulai sesuatu proses belajar mengajar :

a. Guru menannyakan kehadiran siswa dan mencatat siswa yang tidak hadir

b. Bertanya kepada siswa tentang materi yang sebelumnya

c. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan tentang materi

yang mereka belum kuasai

d. Mengajukan pertanyaan kepada siswa barkaitan dengan bahan yang

(16)

13

e. Mengulang bahan pelajaran yang lain secara singkat tetapi mencakup

semua aspek bahan.

2. Tahap Intruksional

Tahap pemberian bahan pelajaran yang dapat diidentifikasi beberapa kegiatan

sebagai berikut :

a. Menjelaskan kepada siswa tujuan pengajaran yang harus dicapai

b. Menjelaskan pokok materi yang akan dibahas

c. Membahas pokok materi yang sudah dituliskan

d. Pada setiap pokok materi yang dibahas sebaiknya diberi contoh-contoh

yang konkret, pertanyaan, tugas

e. Penggunaan alat bantu pengajaran yang memperjelas pembahasan pada

setiap materi pembelajaran

f. Menyimpulkan hasil pembahasan dari semua pokok materi

g. Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut

Tahap ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan tahap intruksional,

kegiatan yang dapat dilakukan pada tahap ini antara lain :

a. Mengajukan pertanyaan kepada kelas atau kepada beberapa murid

mengenai semua aspek pokok materi yang telah dibahas pada tahap

intruksional

b. Apabila pertanyaan yang diajukan belum dapat dijawab siswa (kurang

(17)

c. Untuk memperkaya pengetahuan siswa mngenai materi yang dibahas,

guru dapat memberikan tugas atau PR

d. Akhiri pelajaran dengan menjelaskan atau memberitahukan pokok

materi yang akan dibahas pada pelajaran selanjutnya.

Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di sekolah, terdapat beberapa aspek

kemampuan yang harus dikuasai dan dilakukan oleh guru dalam mengajar, agar

kegiatan belajar mengajar dapat efektif (Norris dikutip dalam Suryosubroto,

2009:11), mengajar yang efektif tergantung pada :

a. Kepribadian guru

b. Metode yang dipilih

c. Pola tingkah laku

d. Kompetensi yang relevan.

2.2 Model Pembelajaran

Model adalah prosedur yang sistematis tentang pola belajar untuk mencapai tujuan

belajar seta sebagai pedoman bagi pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan

aktivitas belajar. Model pembelajaran kerangka konseptual/operasional, yang

melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar

untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para

pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Guna

(18)

15

guru dalam menjalankan proses pembelajaran. Kreativitas guru dapat menjadi entry

point dalam upaya meningkatkan proses pembelajarannya (Hosnan, 2014 : 337)

2.3 Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Pada buku yang dikarang oleh Miftahul Huda ia mengungkapkan pendapat dari Artz

dan Newman (2011) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai small group of

learners working together as a team to solve a problem, complete a task, or

accomplish a common goal (kelompok kecil siswa yang bekerja sama dalam satu tim

untuk mengatasi suatu masalah, menyelesaikan sebuah tugas, atau mencapai satu

tujuan bersama).

Huda pada tahun (2011) juga menjelaskan bahwa dengan demikian pembelajaran

kooperatif berlangsung pada efektivitas kelompok-kelompok siswa tersebut. Pada

proses pembelajaran ini, guru diharapkan mampu membentuk kelompok-kelompok

kooperatif dengan berhati-hati agar semua anggotanya dapat bekerja bersama-sama

untuk memaksimalkan pembelajarannya sendiri dan pembelajaran teman-teman satu

kelompoknya. Masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab memelajari apa

yang disajikan dan membantu teman-teman satu anggota untuk mempelajarinya juga.

Pembelajaran kooperatif biasanya menempatkan siswa pada kelompok-kelompok

kecil selama beberapa minggu atau bulan kedepan kemudian diuji secara individual

pada hari ujian yang telah ditentukan. Sebelumnya kelompok-kelompok siswa ini

(19)

bagaimana memberi penjelasan yang baik, 3) bagaimana mengajukan pertanyaan

dengan baik, 4) bagaimana saling membantu dan menghargai satu dengan yang lain

dengan cara yang baik pula.

A. Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan atau manfaat yang sangat besar dalam

memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih mengembangkan kemampuannya

dalam kegiatan belajar. Hal ini dikarenakan dalam kegiatan pembelajaran kooperatif,

siswa dituntut untuk aktif dalam belajar melalui kegiatan kerja sama dalam

kelompok.

1. Kelebihan Pembelajaran Model Kooperatif

a. Meningkatkan harga diri tiap individu

b. Penerimaan terhadap individu yang lebih besar

c. Konflik antar pribadi berkurang

d. Sikap apatis berkurang

e. Pemahaman yang mendalam

f. Retensi atau penyimpanan lebih lama

g. Meningkatkan kebaikan budi pekerti, kepekaan dan toleransi

h. Mencegah keagresifan siswa dalam sistem kompetisi dan keterasingan dalam

sistem individu tanpa mengorbankan aspek kognitif

i. Meningkatkan kemajuan belajar

(20)

17

k. Meningkatkan motivasi dan percaya diri

l. Menambah rasa senang berada di sekolah serta menyenangi teman-teman

sekelasnya

m.Mudah diterapkan dan tidak mahal. Rusman (2013: 212)

2. Kelemahan Pembelajaran Model Kooperatif

a. Terjadi kekacauan di kelas

b. Ketidakseimbangan dalam pembagian kerja

c. Adanya was-was akan kehilangan keunikan dirinya

d. Menjadi tempat mengobrol

e. Terjadi perdebatan sepele dalam kelompok. Rusman (2013: 213)

2.4 Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar siswa dalam kelompok

tertentu untuk mencapai tujuan belajar yang dirumuskan. Dalam pembelajaran

kooperatif, siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling

membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri atas empat

atau enam orang siswa, dengan kemampuan heterogen. Maksud kelompok heterogen

adalah terdiri atas campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini

bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan cara bekerja dengan teman

yang berbeda latar belakangnya. Pada pembelajaran kooperatif diajarkan

keterampilan-keterampilan khusus agar siswa dapat bekerja sama dengan baik dalam

(21)

pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok,

tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan (Hamdani, 2011:31).

Model pembelajaran STAD atau Student Teams Achievement Division

dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin

dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Guru

yang menggunakan STAD juga mengacu pada belajar kelompok siswa dan

menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu dengan

menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa dalam kelas tertentu dibagi menjadi

kelompok dengan jumlah 4-5 orang. Setiap kelompok harus heterogen, terdiri atas

perempuan dan laki-laki, berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan

rendah.

Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain

untuk menuntaskan materi pelajarannya, kemudian saling membantu satu sama lain

untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, dengan cara berdiskusi.

Secara individual, setiap minggu atau setiap dua minggu, siswa diberi kuis. Kuis

tersebut diberi skor atau setiap siswa diberi skor perkembangan. Skor perkembangan

ini tidak berdasarkan skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan seberapa jauh skor itu

melampaui rata-rata skor yang lalu. Setiap minggu, pada suatu lembar penilaian

singkat atau dengan cara lain, diumumkan tim-tim dengan skor tertinggi, siswa yang

(22)

19

pada kuis-kuis itu. Kadang-kadang, seluruh tim mencapai kriteria tertentu yang

dicantumkan dalam lembar itu. (Hamdani, 2011:35)

Kelebihan dan kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD

a) Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

1. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan

keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.

2. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan

berdiskusi.

3. Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai

individu dan kebutuhan belajarnya.

4. Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran dan lebih aktif dalam

berdiskusi

5. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa

menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang

lain.

6. Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi

norma-norma kelompok.

7. Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama.

8. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan

(23)

9. Interaksi antar-siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam

berpendapat.

b) Kelemahan dalam model pembelajaran kooperatif STAD

Kerja kelompok hanya melibatkan mereka yang mampu memimpin dan mengarahkan

mereka yang kurang pandai.

c) Langkah-langkah penerapan pembelajaran STAD

1. Pengajaran

Tujuan utama dari pengajaran ini adalah guru menyajikan materi pelajaran sesuai

dengan yang direncanakan. Setiap awal dalam pembelajaran kooperatif selalu

dimulai dengan penyajian kelas. Penyajian tersebut mencakup pembukaan,

pengembangan, dan latihan terbimbing dari keseluruhan pelajaran dengan

penekanan dalam penyajian materi pelajaran

2. Belajar kelompok

Selama belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang

diberikan guru dan membantu teman satu kelompok untuk menguasai materi

tersebut. Siswa diberi lembar kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih

keterampilan yang sedang diajarkan untuk mengevaluasi diri mereka dan teman

satu kelompok.

3. Kuis

Kuis dikerjakan siswa secara mandiri. Hal ini bertujuan untuk menunjukan apa

(24)

21

digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan dalam nilai

perkembangan kelompok.

4. Penghargaan kelompok

Langkah pertama yang harus dilakukan pada kegiatan ini adalah menghitung nilai

kelompok dan nilai perkembangan individu dan member sertifikat atau

penghargaan kelompok yang lain. Pemberian penghargaan kelompok berdasarkan

pada rata-rata nilai perkembangan individu dalam kelompoknya. (Cahyo,

2013:298)

2.5 Ekstrakulikuler

Kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan untuk mengembangkan salah satu bidang

pelajaran yang diminati oleh sekelompok peserta didik, misalnya olahraga, kesenian,

berbagai macam keterampilan dan diselenggarakan di sekolah di luar jam pelajaran

biasa. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler antara satu sekolah dengan sekolah yang

lain bisa saling berbeda. Variasinya sangat ditentukanoleh kemampuan guru, siswa

dan kemampuan sekolah (Sutisna dalam Suryosubroto, 2009:286). Kegiatan

ekstrakurikuler sebagai organisasi siswa di sekolah agar dapat melibatkan semua

siswa di sekolah, harus menyelenggarakan jenis kegiatan yang sesuai dengan

kebutuhan siswa dan memiliki kemanfaatan bagi dirinya sebagai sarana pendewasaan

diri dan penyaluran bakat-bakat potensial yang dimiliki siswa, disamping kepala

(25)

diselenggarakan oleh sekolah yang bertujuan untuk mengembangkan program

kegiatan ekstrakurikuler sekolah.

Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah akan memeberikan banyak manfaat

tidak hanya terhadap peserta didik tetapi juga bagi efektivitas penyelenggaraan

pendidikan di sekolah. Begitu banyak fungsi dan makna kegiatan ekstrakurikuler

dalam menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Biasanya mengatur peserta didik

diluar jam-jam pelajaran lebih sulit dari mengatur mereka dalam kelas. Oleh karena

itu, pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler melibatkan banyak pihak, memerlukan

peningkatan administrasi yang lebih tinggi. (Burep dalam Suryosubroto, 2009:30).

2.6 Seni Tari

Tari merupakan salah satu gerak dasar ekspresi, oleh sebab itu gerak ditemui sebagai

ekspresi dari semua pengalaman emosional yang diekspresikan lewat medium yang

tidak rasional (Hadi dalam Mustika, 2013:37). Tari adalah bentuk yang peka dari

perasaan yang dialami oleh manusia sebagai suatu pencurahan kekuatan, meskipun

ekspresi yang berbentuk gerak kadang-kadang secara empirik tidak nampak jelas,

tetapi sebenarnya penari itu dalam dirinya terdapat pula gerakan lewat gerak-gerak

ritmis yang indah yang telah mengalami stilisasi maupun distorsi. Pendidikan seni tari

merupakan salah satu cara untuk mewujudkan salah satu tujuan pendidikan Nasional

(26)

23

Gerak dasar tari terdiri dari gerakan tangan, gerak kaki, gerak kepala, gerak badan.

Tubuh yang menjadi alat utama dan gerak tubuh merupakan media dasar untuk

mengungkapkan ekspresi dalam menari. Aspek gerak secara wujud atau bentuknya

disebut ruang, iramanya disebut waktu, dan tenaganya disebut energi (Mustika,

2013:37).

Proses pendidikan seni memiliki tujuan untuk mengembangkan peserta didik. Hal ini

sejalan dengan pendapat Soehardjo bahwa, pendidikan seni adalah usaha sadar untuk

mempersiapkan peserta didik melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan agar

menguasai kemampuan kesenian sesuai dengan peran yang harus dimainkan.

Selanjutnya, dari pengertian di atas memiliki implikasi bahwa pendidikan seni

diharapkan akan menghasilkan kemampuan peserta didik dalam dua hal. Pertama,

kemampuan melakukan kegiatan seni seperti mampu meniru (imitasi) dan

berekspresi. Kedua, agar siswa memiliki kemampuan untuk menghargai buah fikiran

(dalam bentuk karya) serta menghargai karya orang lain dalam bentuk dan jenis karya

seni tari (Mustika, 2013 : 30)

Gerak dalam tari merupakan bentuk reaksi spontan dan batin manusia yang dapat

membentuk suatu rangkaian gerak, apabila ditata dengan memperhatikan unsur ruang,

waktu, estetika, dan didukung dengan irama musik, maka dapat dibentuk suatu

gerakan tari (Mustika, 2013:39). Tujuan dari mengajarkan kepada anak, baik

disekolah maupun sanggar pada dasarnya adalah tidak untuk mempersiapkan semua

(27)

menghargai kesenian. Dengan demikian, maka pengalaman belajar menari akan

mendorong siswa untuk menjadi apresiator atau penonton yang cinta atau menyukai

seni tari. Pendidikan seni tari disekolah sangat membutuhkan kreatifitas yang sangat

tinggi karena dalam menciptakan suatu gerakan tari haruslah dilakukan secara

pengulangan atau latihan supaya mendapatkan hasil yang maksimal. (Masunah dalam

Mustika, 2013:38)

Seni tari sebagai salah satu kebudayaan juga perlu dilestarikan, termasuk tari

tradisional daerah yang merupakan symbol dari kebudayaan daerah. Peran

pemerintah dalam melestarikan kebudayaan yang ada di Indonesia juga sangat

penting, salah satunya dengan menjadikan seni budaya sebagai mata pelajaran

disekolah dan peserta didik pun bisa menunjukan kreatifitasnya melalui bakat-bakat

yang mereka miliki dalam bidang seni misalnya seni tari. Manfaat pembelajaran

diterapkan dalam pembelajaran adalah :

a. Membantu pertumbuhan dan perkembangan anak

b. Membina perkembangan estetik

c. Membantu menyempurnakan kehidupan (Mustika, 2013:30)

Kreatifitas melibatkan pengungkapan atau pengekspresian gagasan dan perasaan serta

penggunaan berbagai macam cara untuk melakukannya. (Beetlestone, 2012:3).

Kreatifitas melibatkan pembuatan : menggunakan imajinasi, penciptaan, merangkai,

(28)

25

skill-skill teknologis dan keluaran skala besar maupun skala kecil. Kreatifitas dapat

dipandang sebagai sebuah bentuk intelejensi. (Gardner dalam Beetlestone, 2012:28)

Memandang kreatifitas sebagai salah satu dari multiple intelejensi yang meliputi

berbagai macam fungsi otak. Kreatifitias merupakan sebuah komponen penting yang

memang perlu. Tanpa kreatifitas pelajar hanya akan bekerja pada sebuah tingkat

kognitif yang sempit. Kreatifitas dan seni berkaitan erat melalui rangkaian

representasi. Gagasan sebagian besar orang tentang kreatifitas sering kali dituangkan

dalam bentuk gambar, lukisan, tarian serta permainan musik. Sebagian besar

kreatifitas berada dalam kategori “seni” (Beetleestone, 2012:41)

Dalam mempertimbangkan tentang kreatifitas penting untuk membangun pemahaman

bahwa semua anak memiliki hak yang sama untuk menjadi kreatif dan untuk

memiliki akses penuh pada kesempatan dalam bidang-bidang kreatif dalam

kurikulum. (Beetlestone, 2012:56). Mungkin kita tidak selalu memandang semua

anak memiliki bakat yang setara terkait dengan kreatifitas dan mungkin

menghubungkan semua ini dalam perbedaan dalam memandang pemikiran tentang

kemampuan, kelas, ras, gender dan kekuatan fisik.

2.7 Tari Kipas Nyambai Bebai

1. Sejarah

Tari Kipas Nyambai Bebai merupakan salah satu bagian dari tari Nyambai. Tari

(29)

Nyambai Bebai dan tari Kipas Nyambai Bakas. Tari Kipas Nyambai Bebai

diperkirakan lahir bersamaan dengan kebiasaan masyarakat untuk meresmikan gelar

adat, pelaksanaanya diselenggarakan bersamaan dengan upacara perkawinan. Nama

Nyambai diambil dari kata Cambai dalam bahasa Lampung berarti sirih. Sirih

menjadi simbol keakraban bagi masyarakat Lampung pada umumnya. Oleh karena

itu, sirih digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan upacara adat, yang memiliki

makna berbeda-beda tergantung penempatanya pendapat ini di ambil dari wawancara

langsung terhadap pun dari warga way sindi. Tari Kipas Nyambai Bebai dalam

penelitian ini merupakan tarian yang lahir dari adat Sai batin Marga Way Sindi

Kecamatan Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat Krui. Hal ini dikutip dari

wawancara langsung kepada keturunan kerajaan Sai Batin marga Way Sindi yaitu

Pun Panji Wardhana.

(Daryanti dalam mustika, 2013:11) Tari nyambai sudah dipertunjukkan sebelum

Indonesia merdeka namun tidak diketahui secara pasti awal kemunculannya. Tari

nyambai adalah salah satu bentuk seni pertunjukan dalam konteks upacara

perkawinan yang ditarikan oleh putra dan putri dari para ketua adat. Tari ini

dijadikan salah satu sarana untuk tetap mempertahankan darah kebangsawanan adat

Sai Batin. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tari nyambai bagi adat Saibatin

menunjukkan adanya sebuah pertise dan legitimasi seorang ketua adat. Tari nyambai

adalah tari adalah tari adat yang erat kaitannya dengan pertemuan bujang dan gadis

(30)

27

perkembangannya, tari Nyambai ditarikan oleh semua anggota masyarakat, baik yang

sudah menikah maupun yang belum menikah. Namun tempat pertunjukannya dapat

diselenggarakan di ruang-ruang publik maupun dibalai adat, tidak tergantung pada

waktu dalam artian dapat dipentaskan siang ataupun malam hari. Perubahan itu,

menjadikan tari Nyambai tetap eksis di tengah-tengah masyarakat pendukungnya.

2. Jenis dan Fungsi

Menurut bapak peratin pekon Way Sindi yang juga merupakan tokoh adat marga

Way Sindi Kipas Nyambai Bebai ditarikan oleh 4 sampai 6 orang penari perempuan,

tidak ada batasan dalam tarian ini perempuan yang belum menikah maupun yang

sudah menikah boleh menarikan tarian ini. Fungsi tari Kipas Nyambai Bebai adalah

merupakan seni pertunjukkan pada saat acara-acara adat seperti perkawinan,

pemberian gelar adok. Tari Kipas Nyambai Bebai tidak hanya berfungsi sebagai

sarana upacara saja akan tetapi juga cermin tantanan nilai budaya masyarakat, hal ini

tercermin diantaranya pada tradisi upacara perkawinan sebagai sistem kepercayaan

yang melibatkan seni pertunjukan selain itu juga pementasan tari Kipas Nyambai

Bebai merupakan sebuah sarana untuk tetap menjaga keberadaannya baik dalam

(31)

3. Ragam Gerak

Tabel 2.1 Ragam Gerak Tari Kipas Nyambai Bebai

1 Lapah mejong

dengan posisi tangan

membuka kipas.

Posisi badan duduk jongkok, kaki kiri melangkah kedepan dengan posisi tangan membuka kipas.

Posisi badan duduk jongkok, kaki kanan melangkah kedepan dengan posisi kedua tangan membuka kipas.

(32)

29 jongkok, tangan didepan badan ukel dengan memegang kipas

Bergeser ke arah kiri

Bergeser ke arah kiri

Sikap sesayak dengan sempurna menghadap kea rah kiri

jongkok, kedua tangan disamping badan dengan proses ukel, posisi kaki kiri jinjit dibelakang kaki kanan

Proses ke arah kiri

Proses ke arah kiri

(33)

Sesayak Cecok 1-2

3-4

5-6

7-8

Posisi badan duduk jongkok, tangan didepan badan ukel dengan memegang kipas

Proses ke arah kiri

Proses ke arah kiri

Sikap Sesayak cecok

Sempurna dengan

menghadap ke arah kiri

4. Busana

a. Kepala/aksesoris

1) Sanggul belatung tebak

2) Kembang melati

3) Anting

a. Badan

1) Kebaya/baju kurung beludru

2) Tapis Pucuk Rebung/Bitang Perak/Sinjang Betuppal/Tapis Cucuk

Pinggir/Tapis Cetak

3) Bebe Beludru

(34)

31

5) Kalung Papan Jajar

6) Gelang Burung

7) Gelang kano

5. Pendukung Tari

a.Penari

Jumlah penari pada tarian ini berjumlah 4-6 orang.

b.Durasi

Tari Kipas Nyambai Bebai ini membutuhkan waktu 8-13 menit.

c.Peralatan Tari

Tarian ini menggunakan properti Kipas sebanyak 2 buah.

d.Iringan tari

Musik pengiring tarian ini adalah Kulintang, Rebana, Bedug, dan Gong.

(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data

dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu

didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris dan sistematis (Sugiyono,

2013:2)

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk

mendeskripsikan Penerapan Model Kooperatif Tipe STAD Dalam Pembelajaran Tari

Kipas Nyambai Bebai Pada Kegiatan Ekstrakurikuler di SD Negeri 1 Way Sindi

Karya Penggawa.

3.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah guru siswi sejumlah 20 orang terdiri dari

(36)

33

Dipilihnya kelas IV karena antusias belajar peserta didik terhadap kegiatan

ekstrakurikuler tari Kipas Nyambai Bebai yang cukup baik.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan menggunakan

teknik kondisi yang alami, sumber data primer dan lebih banyak pada teknik

observasi, wawancara dan dokumentasi.

3.3.1 Observasi

Dalam buku Sugiyono pada tahun 2013 mengemukakan bahwa observasi merupakan

suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis

dan psikologis. Dua diantaranya yang terpenting adalah proses-proses pengamatan

dan ingatan.

Observasi yang dilakukan peneliti adalah observasi nonpartisipan, yaitu peneliti

terlibat langsung sebagai pengamat dengan aktivitas peserta didik yang sedang

mengikuti pembelajaran tari Kipas Nyambai Bebai.

3.3.2 Wawancara

Wawancara atau interviu (interview) adalah seuatu metode atau cara untuk

mendapatkan jawaban dari responden dengan cara tanya jawab sepihak. Dikatakan

sepihak karena dalam wawancara ini responden tidak diberi kesempatan sama sekali

(37)

Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara mengenai penerapan model

kooperatif tipe STAD kepada guru seni budaya dan pelatih ekstrakurikuler di SD

Negeri 1 Way Sindi. serta melakukan wawancara kepada Pun Panji Wardhana

sebagai keturunan dari kerajaan Sai Batin Marga Way Sindi, tokoh adat, tokoh

masyarakat, dan masyarakat di sekitar Lamban Balak Pekon Way Sindi.

3.3.3 Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis, di dalam

melakukan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti

buku-buku, majalah, dokumen, foto, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan

harian, dan sebagainya (Arikunto, 2010 : 200). Dalam penelitian dokumentasi yang

digunakan berupa foto dan video pada saat proses dan hasil pembelajaran

berlangsung.

3.3.4 Tes Praktik

Perolehan data tentang hasil belajar tari Kipas Nyambai Bebai pada siswi yang

mengikuti ekstrakurikuler digunakan tes praktik pembuatan atau produk gerak-gerak

tari Kipas Nyambai Bebai yang dilakukan siswi sebagai hasil belajar individu sebagai

kelompok, digunakan instrumen yang berupa lembar pengamatan tes praktik, seperti

(38)

35

Tabel 3.1 Lembar pengamatan aktivitas siswi pada setiap pertemuan menggunakan model kooperatif tipe STAD

No

Aspek Deskriptor Skor Kriteria

1 Gerak lapah

b. Siswi memeragakan ragam gerak

lapah mejong akan tetapi masih mengalami 1-2 kali kesalahan

4 Baik

c. Siswi memeragakan ragam gerak

lapah mejong akan tetapi masih mengalami 3-4 kali kesalahan

3 Cukup

d. Siswi memeragakan ragam gerak

lapah mejong akan tetapi masih mengalami 5-6 kali kesalahan

2 Kurang

e. Siswi tidak hafal lapah mejong sehingga siswi terlihat tidak tertib.

b. Siswi memeragakan ragam gerak

nyumbah akan tetapi masih mengalami 1-2 kali kesalahan

4 Baik

c. Siswi memeragakan ragam gerak

nyumbah akan tetapi masih mengalami 3-4 kali kesalahan

3 Cukup

d. Siswi memeragakan ragam gerak

nyumbah akan tetapi masih mengalami 5-6 kali kesalahan

2 Kurang

e. Siswi tidak hafal nyumbah

sehingga siswi terlihat tidak tertib.

1 Gagal

3 Gerak

Ngelik

a. Siswi mampu memeragakan

gerak ngelik tanpa ada kesalahan

5 Baik sekali

b. Siswi memeragakan ragam gerak

ngelik akan tetapi masih mengalami 1-2 kali kesalahan

4 Baik

c. Siswi memeragakan ragam gerak

ngelik akan tetapi masih

(39)

mengalami 3-4 kali kesalahan

d. Siswi memeragakan ragam gerak

ngelik akan tetapi masih

b. Siswi memeragakan ragam gerak

sesayak akan tetapi masih mengalami 1-2 kali kesalahan

4 Baik

c. Siswi memeragakan ragam gerak

sesayak akan tetapi masih mengalami 3-4 kali kesalahan

3 Cukup

d. Siswi memeragakan ragam gerak

sesayak akan tetapi masih mengalami 5-6 kali kesalahan

2 Kurang

e. Siswi tidak hafal sesayak

sehingga siswi terlihat tidak tertib.

b. Siswi memeragakan ragam gerak

ngelik cecok akan tetapi masih mengalami 1-2 kali kesalahan

4 Baik

c. Siswi memeragakan ragam gerak

ngelik cecok akan tetapi masih mengalami 3-4 kali kesalahan

3 Cukup

d. Siswi memeragakan ragam gerak

ngelik cecok akan tetapi masih mengalami 5-6 kali kesalahan

2 Kurang

e. Siswi tidak hafal ngelik cecok sehingga siswi terlihat tidak tertib.

b. Siswi memeragakan ragam gerak

sesayak cecok akan tetapi masih mengalami 1-2 kali kesalahan

(40)

37

c. Siswi memeragakan ragam gerak

sesayak cecok akan tetapi masih mengalami 3-4 kali kesalahan

3 Cukup

d. Siswi memeragakan ragam gerak

sesayak cecok akan tetapi masih mengalami 5-6 kali kesalahan

2 Kurang

e. Siswi tidak hafal sesayak cecok sehingga siswi terlihat tidak tertib.

1 Gagal

Tabel 3.2 lembar pengamatan tes praktik tari Kipas Nyambai Bebai

No Aspek Deskriptor Skor Kriteria

a. Siswi mampu memeragakan

urutan gerak tari Kipas Nyambai Bebai dari awal sampai akhir tanpa kesalahan

b. Siswi memeragakan urutan gerak tari Kipas Nyambai Bebai akan tetapi masih mengalami kesalahan 1-2 kali pada enam ragam gerak.

c. Siswi memeragakan urutan gerak tari Kipas Nyambai Bebai akan tetapi masih mengalami kesalahan 3-4 kali pada enam ragam gerak.

d. Siswi memeragakan urutan gerak tari Kipas Nyambai Bebai akan tetapi masih mengalami kesalahan 5-6 pada enam ragam gerak

e. Siswi tidak hafal urutan gerak tari Kipas Nyambai Bebai sehingga siswi terlihat tidak tertib.

a. Siswi mampu memeragakan

(41)

b. Siswi memeragakan gerak tari Kipas Nyambai Bebai 1-2 kali terlambat atau mendahului music dan tidak sesuai dengan tempo, irama serta hitungan setiap urutan gerak.

c. Siswi memeragakan gerak tari

Kipas Nyambai Bebai 3-4 kali terlambat atau mendahului musik dan tidak sesuai dengan tempo, irama serta hitungan setiap urutan gerak

d. Siswi memeragakan gerak tari

Kipas Nyambai Bebai 5-6 kali terlambat atau mendahului musik dan tidak sesuai dengan tempo, irama serta hitungan setiap urutan gerak tidak senyum.

e. Siswi memeragakan gerak tari

Kipas Nyambai Bebai lebih dari 6 kali terlambat atau mendahului musik dan tidak sesuai dengan tempo, irama serta hitungan setiap urutan gerak.

b. Dari 4 siswi terdapat 1 siswi yang tidak menguasai materi tari Kipas Nyambai bebai mlai dari hafalan urutan gerak maupun ketepatan gerak dengan music sesuai dengan apa yang telah dipelajari

5

4

Baik sekali

(42)

39

Hasil belajar gerak tari Kipas Nyambai Bebai siswi dapat diukur dengan lembar

pengamatan tes praktik dengan total skor keseluruhan berjumlah 15 sehingga hasil

belajar siswi dapat dilihat menggunakan patokan dengan perhitungan nilai untuk

Skala lima, sebagai berikut

c. Dari 4 siswi terdapat 2 siswi yang tidak menguasai materi tari Kipas Nyambai bebai mlai dari hafalan urutan gerak maupun ketepatan gerak dengan musik sesuai dengan apa yang telah dipelajari

d. seluruh siswi dalam kelompok

tidak menguasai materi tari Kipas Nyambai bebai mlai dari hafalan urutan gerak maupun ketepatan gerak dengan music sesuai dengan apa yang telah dipelajari

(43)

Tabel 3.3 Hasil Pengamatan Tes Praktik Individu Berdasarkan Aspek Hafalan Urutan Gerak, Ketepatan Gerak dengan Hitungan dan Kekompakan dalam

Kelompok. Interval

Tingkat

Penguasaan

Gerak lapah mejong dan nyumbah

Frekuensi Rata-rata nilai siswi Kriteria

HUG KGH KK HUG KGH KK HUG KGH KK

Tabel pengamatan 3.3 Untuk memperoleh hasil pada setiap pertemuan dengan ragam

gerak menggunakan aspek Hafalan Urutan Gerak, Ketepatan Gerak dengan Hitungan

dan Kekompakan dalam Kelompo

Tabel 3.4 Penentuan Patokan Nilai untuk Skala Lima

Interval Nilai Tingkat Kemampuan Keterangan

(44)

41

Setelah skor didapat, maka dilakukan perhitungan untuk siswi berdasarkan tiga aspek

yang akan dijadikan indikator penilaian yaitu hafalan ragam gerak, ketepatan gerak

dengan musik dan kekompakan dalam kelompok pada saat siswi menari dengan

pemberian skor yang sudah ditentukan pada tabel lembar pengamatan tek praktik

yang memiliki skor maksimal 15.

Selanjutnya setelah skor siswi diperoleh maka diolah menjadi nilai dengan rumus

berikut.

N =

×

skor ideal

3.3.5 Nontest

Teknik Nontes digunakan untuk memperoleh data penelitian tentang aktivitas siswi

dalam pembelajaran tari Kipas Nyambai Bebai di dalam kelompoknya dan aktivitas

guru dalam mengajar di kelas dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD.

Untuk memperoleh data tentang penggunaan model kooperatif tipe STAD pada

pembelajaran tari Kipas Nyambai Bebai yang diamati pada lembar pengamatan

(45)

Tabel 3.5. Lembar Penilaian Aktivitas Siswi dalam Kelompok

No Aspek Deskriptor Penilaian Skor Kriteria

1 Visual Activities

a. Seluruh siswi dalam kelompok,

memperhatikan guru pada saat guru mendemonstrasikan kemudian siswi mampu menggerakkan atau ikut mendemonstrasikan sesuai dengan apa yang telah dicontohkan oleh guru.

5 Baik

Sekali

b. Dari 4 siswi terdapat 1 siswi yang tidak memperhatikan guru pada saat guru mendemonstrasikan sehingga siswi tidak mampu menggerakkan

atau ikut mendemonstrasikan

bersama teman satu kelompoknya.

4 Baik

c. Dari 4 siswi terdapat 2 siswi yang tidak memperhatikan guru pada saat

gurumendemonstrasikan sehingga

siswi tidak mampu

mendemonstrasikan dengan baik

bersama teman kelompok sesuai dengan apa yang telah dicontohkan oleh guru.

3 Cukup

d.Dari 4 siswi terdapat 3 siswi yang tidak memperhatikan guru pada saat mendemonstrasikan sehingga siswi tidak mampu mendemonstrasikan

dengan baik bersama teman

kelompok sesuai dengan apa yang telah dicontohkan oleh guru

2 Kurang

e. Seluruh siswi tidak memperhatikan

guru pada saat guru

mendemonstrasikan sehingga siswi tidak mampu mendemonstrasikan

dengan baik bersama teman

mendengarkan materi urutan gerak dan ketepatan gerak dengan musik

(46)

43

yang dijelaskan oleh guru dan

seluruh siswi mampu

mendemonstrasikan sesuai dengan apa yang telah dijelaskan.

sekali

b. Dari 4 siswi terdapat 1 siswi yang tidak mendengarkan materi urutan gerak dan ketepatan gerak dengan musik yang dijelaskan oleh guru dan

seluruh siswi mampu

mendemonstrasikan sesuai dengan apa yang telah dijelaskan.

4 Baik

c. Dari 4 siswi terdapat 2 siswi yang tidak mendengarkan materi urutan gerak dan ketepatan gerak dengan musik yang dijelaskan oleh guru dan

seluruh siswi mampu

mendemonstrasikan sesuai dengan apa yang telah dijelaskan.

3 Cukup

d. Dari 4 siswi terdapat 3 siswi yang tidak mendengarkan materi urutan gerak dan ketepatan gerak dengan musik yang dijelaskan oleh guru dan

seluruh siswi mampu

mendemonstrasikan sesuai dengan apa yang telah dijelaskan.

2 Kurang

e. Seluruh siswi dalam kelompok tidak

mendengarkan materi urutan gerak dan ketepatan gerak dengan musik yang dijelaskan oleh guru dan

seluruh siswi mampu

mendemonstrasikan sesuai dengan apa yang telah dijelaskan.

1 Gagal

3 Motor Activities

a. Seluruh siswi dalam kelompok

memeragakan gerak tari Kipas Nyambai Bebai dengan baik dengan masing-masing kelompoknya sesuai dengan gerakan yang diajarkan oleh guru.

5 Baik

sekali

b. Dari 4 siswi terdapat 1 siswi yang tidak memeragakan gerak tari Kipas Nyambai Bebai dengan baik dalam masing-masing kelompoknya

(47)

c. Dari 4 siswi terdapat 2 siswi yang tidak memeragakan gerak tari Kipas Nyambai Bebai dengan baik masing-masing kelompoknya

3 Cukup

d. Dari 4 siswi terdapat 3 siswi yang tidak memeragakan gerak tari Kipas Nyambai Bebai dengan baik dalam masing-masing kelompoknya

2 Kurang

e. Seluruh siswi tidak memeragakan

gerak tari Kipas Nyambai Bebai dengan masing-masing

kelompoknya

1 Gagal

Total Skor Maksimum 15

Setelah skor aktivitas siswi didapat, maka dilakukan perhitungan untuk

mengetahui nilai aktivitas berdasarkan tiga aspek yang akan dijadikan indikator

penilaian aktivitas siswi yaitu visual activities, listening activities, dan motor

activities pada saat proses pembelajaran di kelas dengan pemberian skor yang

telah ditentukan pada tabel yaitu lembar penelitian aktivitas siswi yang memiliki

skor maksimum 15. Selanjutnya setelah skor aktivitas siswi diperoleh maka

diolah menjadi nilai dengan rumus berikut.

N =

× skor ideal

Lembar pengamatan aktivitas guru digunakan untuk mengecek dan melihat

kegiatan guru di dalam kelas. Guru berperan aktif dalam penggunaan model

(48)

45

Tabel 3.6 Lembar Pengamatan Aktivitas Guru

No Instrumen Kegiatan Guru P.1 P.2 P.3 P.4 P.5 P.6

1. Kemampuan membuka pelajaran

a. Menarik perhatian siswa

b. Memberikan motivasi soal

c. Memberikan apersepsi (kaitan materi

yang sebelumnya dengan materi yang akan disampaikan)

d. Menyampaikan tujuan pembelajaran

yang akan diberikan

e. Memberikan acuan bahan belajar yang akan diberikan

2. Sikap guru dalam proses pembelajaran a. Kejelasan artikulasi suara

b. Variasi gerakan badan tidak

mengganggu perhatian siswa

c. Antusiasme dalam penampilan

d. Mobilitas posisi mengajar

3. Penguasaan bahan mengajar (materi

pelajaran)

a. Bahan belajar disajikan sesuai dengan langkah-langkah yang direncanakan dalam RKH

b. Kejelasan dalam menjelaskan bahan

belajar (materi).

c. Kejelasan dalam memberikan contoh.

d. Memiliki wawasan yang luas dalam

menyampaikan bahan belajar.

4. Kegiatan belajar mengajar (proses

pembelajaran)

a. Kesesuaian metode dengan bahan

belajar yang disampaikan

b. Penyajian bhan belajar sesuai dengan tujuan/indikator yang telah ditetapkan.

c. Memiliki keterampilan dalam

menanggapi dan merespon pertanyaan siswa.

d. Ketepatan dalam penggunaan alokasi

(49)

5. Kemampuan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

a. Membagi kelompok yang tingkat

kemampuan berbeda-beda terdiri dari 4 siswi dalam 1 kelompok

b. Mendemonstrasikan materi pelajaran

tari kipas nyambai bebai yang dilakukan secara klasikal atau audiovisual

c. Membuat para siswi dalam setiap

kelompok untuk mengerjakan tiap materi ragam gerak tari kipas nyambai bebai yang telah diberikan secara

bersama-sama dalam setiap

kelompoknya.

d. Mengevaluasi hasil belajar melalui

pemberian kuis tentang materi tari kipas nyambai bebai yang telah dipelajari.

e. Melakukan penilaian terhadap

penampilan tari kipas nyambai bebai yang telah dipelajari sebagai hasil kerja masing-masing kelompok.

f. Memeriksa hasil kerja siswi dan

diberikan angka rentang 0-100

g. Memberikan penghargaan atas

keberhasilan kelompok

6 Kemampuan menutup kegiatan

pembelajaran

a. Meninjau kembali materi yang telah

disampaikan

b. Memberikan kesempatan untuk bertanya

dan menjawab pertanyaan

c. Memberi kesimpulan kegiatan

pembelajaran (Rusman, 2012 : 99-100)

Keterangan :

P.1 = Pertemuan pertama P.4 = Pertemuan keempat

P.2 = Pertemuan kedua P.5 = Pertemuan kelima

(50)

47

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah peneliti itu sendiri. Hal ini dikarenakan pada

penelitian pengambilan data, observasi dan wawancara dilakukan oleh peneliti itu

sendiri. Dalam instrumen penelitian digunakan panduan observasi, panduan

dokumentasi, catatan harian, tes praktik dan nontes.

1. Panduan observasi

Lembar pengamatan (observasi) digunakan peneliti pada saat pengamatan, tentang

apa saja yang dilihat dan diamati secara langsung.

Tabel 3.7 Jadwal Kegiatan Penelitian Penerapan Model Kooperatif tipe

STAD

Pertemuan Ke- Hal Yang Diamati

1 Observasi ke sekolah SD Negeri 1 Way Sindi Karya

Penggawa

2 Mewawancarai kepala sekolah dan guru seni budaya

serta guru ekstrakulikuler perihal penerapan model koopertif tipe STAD pada tari Kipas Nyambai Bebai di SD Negeri 1 Way Sindi Karya Penggawa

3 Proses penerapan model koopertif tipe STAD dalam

pembelajaran tari Kipas Nyambai Bebai pada kegiatan ekstrakulikuler di SD Negeri 1 Way Sindi Karya Penggawa

4 Proses penerapan model koopertif tipe STAD dalam

pembelajaran tari Kipas Nyambai Bebai pada kegiatan ekstrakulikuler di SD Negeri 1 Way Sindi Karya Penggawa

5 Proses penerapan model koopertif tipe STAD dalam

pembelajaran tari Kipas Nyambai Bebai pada kegiatan ekstrakulikuler di SD Negeri 1 Way Sindi Karya Penggawa

6 Proses penerapan model koopertif tipe STAD dalam

(51)

Penggawa

7 Proses penerapan model koopertif tipe STAD dalam

pembelajaran tari Kipas Nyambai Bebai pada kegiatan ekstrakulikuler di SD Negeri 1 Way Sindi Karya Penggawa

8 Penilaian hasil penerapan model koopertif tipe STAD

dalam pembelajaran tari Kipas Nyambai Bebai pada kegiatan ekstrakulikuler di SD Negeri 1 Way Sindi Karya Penggawa

2. Panduan Pencatatan Lapangan

Panduan catatan lapangan berisi catatan harian yang akan memudahkan

peneliti untuk terus mengikuti arah perkembangan kegiatan penelitiannya,

untuk memperoleh gambaran bagaimana rencana penelitian dengan perolehan

data yang dikumpulkan.

3. Panduan Dokumentasi

Panduan dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data berupa foto-foto

catatan harian yang menggunakan alat bantu kamera foto.

Dalam penelitian ini terdapat beberapa lampiran foto, yaitu :

1. Foto sekolah

2. Foto guru ekstrakurikuler tari

3. Foto siswi pada saat proses penerapan model kooperatif tipe STAD

4. Lembar Pengamatan Tes Praktik

Lembar pengamatan tes praktik, digunakan untuk memperoleh data terhadap

(52)

49

kooperatif tipe STAD. Lembar tes praktik yang digunakan instrumen yang

berupa aspek-aspek penilaian yang sudah ditentukan.

5. Nontes

Teknik nontes digunakan untuk meperoleh data penelitian aktivitas siswi

dalam kegiatan ekstrakurikuler tari Kipas Nyambai Bebai melalui penggunaan

model kooperatif tipe STAD.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga

dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain

(Sugiyono, 2013 :244). Hasil analisis disusun untuk mendeskripsikan Penerapan

Model Kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran tari Kipas Nyambai Bebai pada

kegiatan ekstrakurikuler di SD Negeri 1 Way Sindi Karya Penggawa.

Langkah-langkah analisis data pada penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Mengamati aktivitas siswi selama proses pembelajaran tari Kipas Nyambai

Bebai dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD.

2. Menganalisis hasil tes tari Kipas Nyambai Bebai dengan menggunakan model

kooperatif tipe STAD yang dianalisis menggunakan lembar pengamatan tes

praktik dengan baik dan benar.

3. Memberi nilai hasil tes praktik siswi, dengan menggunakan rumus sebagai

(53)

N =

×

skor ideal

4. Menentukan nilai hasil tes praktik yang diakumulasikan, kemudian diukur

hasil belajar siswi dalam pembelajaran tari Kipas Nyambai Bebai

menggunakan tolak ukur sebagai berikut.

Tabel 3.8 Penentuan Patokan Nilai Untuk Skala Lima

Interval Nilai Tingkat

Kemampuan

Keterangan

80-100

66-79

56-65

40-55

30-39

Baik Sekali

Baik

Cukup

Kurang

Gagal

(Arikunto, 2010 : 246)

5. Mereduksi data dengan cara mengumpulkan, merangkum, dan dipilih hal-hal

yang pokok yang sesuai untuk dianalisis

6. Membuat kesimpulan data dengan cara mengelola dan menganalisis data-data

pada saat observasi, catatan lapangan, dokumentasi, hasil tes praktik serta

(54)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dengan analisis deskriptif kualitatif dan pembahasan,

maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan model kooperatif tipe STAD pada

ekstrakurikuler tari di SD Negeri 1 Karya Penggawa Kab. Pesisir Barat sebagai

berikut.

1. Proses penggunaan model kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran tari Kipas

Nyambai Bebai terlihat guru dan siswi sangat berperan aktif, guru membagi siswi

ke dalam 5 kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswi yang

mempunyai kemampuan gerak yang berbeda. Pada setiap pertemuan guru

memberikan materi tari Kipas Nyambai Bebai dengan tahapan : Pengajaran berupa

ragam gerak lapah mejong, nyumbah, sesayak, ngelik, sesayak cecok dan ngelik

cecok. Setelah pengajaran selesai kemudian siswa diberi waktu selama 15 menit

untuk belajar kelompok, setelah belajar kelompok selesai siswa diberi kuis untuk

(55)

praktik berupa hafalan urutan gerak, ketepatan gerak dengan hitungan dan

kekompakan dalam kelompok dan aktivitas siswa berupa visual activities, listening

activities dan motor activities. Setelah dilakukan kuis guru memberikan

penghargaan kepada satu kelompok yang mendapatkan nilai lebih tinggi

dibandingkan dengan kelompok lainnya serta mampu memeragakan gerak dengan

baik. Model kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran tari Kipas Nyambai Bebai

di SD Negeri 1 Way Sindi dapat menambah minat belajar siswi dan memberikan

kesempatan kepada siswi untuk lebih mempunyai kebebasan berpendapat dan

menyelesaikan masalah serta ditemui kelemahan yaitu pada pembelajaran

menggunakan model STAD ini guru kurang memiliki pendekatan kepada siswi

sehingga pada saat proses pembelajaran siswi kurang memperhatikan pada saat

guru menyampaikan materi pelajaran.

2. Hasil belajar siswi berdasarkan penilaian tes praktik pada pembelajaran tari Kipas

Nyambai Bebai menggunakan model kooperatif tipe STAD di SD Negeri 1 Way

Sindi pada aspek hafalan urutan gerak, ketepatan gerak dengan hitungan dan

kekompakan dalam kelompok seluruh siswi mendapatkan nilai rata-rata 78 dengan

kategori baik. Hasil belajar siswi berdasarkan penilaian aktivitas siswi pada

pembelajaran tari Kipas Nyambai Bebai menggunakan model kooperatif tipe

STAD di SD Negeri 1 Way Sindi pada aspek visual activities, listening activities,

dan motor activities seluruh siswi mendapatkan nilai rata-rata 89 dengan kategori

(56)

118

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dapat disarankan :

1. Bagi guru seni budaya agar dapat mengaplikasikan model kooperatif tipe STAD

ini ke dalam pembelajaran gerak tari di SD Negeri 1 Way Sindi Karya Penggawa

Kab. Pesisir Barat Karena model ini tepat digunakan dalam pembelajaran

khususnya pada pembelajaran tari.

2. Kepada guru sebaiknya melakukan pendekatan kepada siswa untuk mengetahui

karakteristik dan tingkat kecerdasannya, agar tidak ada siswa dengan kecerdasan

rendah semakin tertinggal prestasinya dari siswa lain

3. Untuk selanjutnya hendaknya dibangun suatu aula atau sebuah tempat latihan agar

siswa-siswi dalam mengembangkan bakat kemauan dan kemampuannya dibidang

seni dapat tersalurkan dengan baik.

4. Bagi guru koordinator bidang ekstrakurikuler agar tidak hanya tari Kipas Nyambai

Bebai saja yang dapat dipelajari namun tari-tarian lainnya. sehingga tidak hanya

siswi perempuan saja yang dapat mengikuti ekstrakurikuler tari namun siswa

Gambar

Tabel 2.1 Ragam Gerak Tari Kipas Nyambai Bebai
Tabel 3.1 Lembar pengamatan aktivitas siswi pada setiap pertemuan
Tabel 3.2 lembar pengamatan tes praktik tari Kipas Nyambai Bebai
Tabel 3.3 Hasil Pengamatan Tes Praktik Individu Berdasarkan Aspek Hafalan
+5

Referensi

Dokumen terkait

Malware DNSChanger diam-diam akan mengubah setting-an DNS pada komputer yang terkena, mengarahkan ke DNS server yang dibuat oleh kelompok pelaku cyber crime agar mereka

[r]

47l. Pada praktik di pemerintahan terdapat dana penelitian yang dimiliki oleh suatu instansi tertentu namun dana ini dapat digunakan untuk membiayai penelitian yang

Penetrasi bank asing berpengaruh positif terhadap profitabilitas bank domestik secara parsial, yang artinya bahwa kehadiran bank asing di Indonesia dapat

Dalam teater kontemporer pemain dapat berekspressi menjadi apapun, masuk dari berbagai arah termasuk dari atas maupun bawah panggung maupun dari arah penonton,

Berdasarkan hasil percobaan yang ditabelkan pada tabel 4.1-4.2 maka dapat dibuat analisis yaitu pada ruangan dengan kondisi remang-remang maka kemampuan program

Hubungan gaya hidup dan kelas sosial ini sangat berdekatan, karena terlihat sekali semakin tinggi kelas sosialnya, maka semakin mereka mengoleksi dan membeli benda

Penelitian ini bertujuan untuk : 1) mengetahui potensi dari limbah jagung yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminasia di Desa Braja Harjosari, Kecamatan Braja

Berdasarkan hasil pembahasan, hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kepercayaan diri dengan