• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gerakan Sosial HIPPMA ( Himpunan Pensiunan Perkebunan Maju Bersama) Dalam Memperjuangkan Hak-Hak Pensiunan Buruh PTPN II (Studi Deskriptif Desa Tanjung Sari, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gerakan Sosial HIPPMA ( Himpunan Pensiunan Perkebunan Maju Bersama) Dalam Memperjuangkan Hak-Hak Pensiunan Buruh PTPN II (Studi Deskriptif Desa Tanjung Sari, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang)"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

GERAKAN SOSIAL HIPPMA (HIMPUNAN PENSIUNAN PERKEBUNAN MAJU BERSAMA ) DALAM MEMPERJUANGKAN HAK-HAK PENSIUNAN BURUH PTPN II (STUDI DESKRIPTIF DESA TANJUNG SARI, KECAMATAN BATANG KUIS, KABUPATEN DELI SERDANG)

SKRIPSI Diajukan Oleh:

Angela C.Y. Manihuruk

110901048

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

(2)

ABSTRAK

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki buruh dengan jumlah yang besar. Semakin banyaknya jumlah buruh yang ada maka masalah buruh menjadi masalah yang sering terjadi dan tidak pernah selesai hingga saat ini dan bahkan semua negara di dunia mengalami hal yang sama tentang gejolak dari para buruh hingga terjadinya konflik. Konflik yang penulis fokuskan adalah konflik antara pihak perkebunan dan para buruh beserta para pensiunan buruhnya yang hingga tua mereka tidak mendapatkan hak yang seharusnya mereka miliki sebagai seorang tenaga kerja dan sampai sekarang masih tetap berjuang bersama-sama membentuk suatu gerakan sosial demi kesejahteraan bersama. Usia yang tua tidak membuat semangat para pensiunan perkebunan ini menjadi berkurang. Hingga saat ini organisasi HIPPMA tempat para pensiunan membentuk wadah tetap eksis dan memiliki kekuatan untuk menuntut hak-haknya.

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis bagaimana peran dari gerakan sosial HIPPMA sehingga berdampak bagi kesejahteraan para pensiunan buruh dengan usaha mengembalikan hak-hak mereka di Desa Tanjung Sari,Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang. Jenis Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Penelitian sosial dengan format deskriptif bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat sebagai objek penelitian. Pendekatan kualitatif bertujuan untuk memahami secara lebih mendalam permasalahan yang diteliti. Penelitian dengan metode deskriptif dalam tulisan ini mencoba menggambarkan bagaimana gerakan sosial HIPPMA (Himpunan Pensiunan Perkebunan Maju Bersama) dalam memperjuangkan hak-hak pensiunan tersebut. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan observasi serta studi kepustakaan dan diinterpretasikan berdasarkan dukungan kajian pustaka sehingga dapat di ambil suatu kesimpulan.

(3)

HIPPMA memiliki perlindungan dari aparat kepolisian, badan hukum dan pemerintahan dengan mengeluarkan surat-surat yang sah dari pemerintah sehingga para pensiunan perkebunan organisasi HIPPMA sampai sekarang tidak digusur.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Gerakan Sosial HIPPMA ( Himpunan Pensiunan Perkebunan Maju Bersama) Dalam Memperjuangkan Hak-Hak Pensiunan Buruh PTPN II (Studi Deskriptif Desa Tanjung Sari, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang)” disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Secara ringkas skripsi ini menceritakan tentang bagaimana perjuangan para pensiunan perkebunan untuk mendapatkan hak-hak mereka.

(5)

Akhirnya inilah persembahan yang dapat penulis berikan sebagai tanda ucapan terimakasih dan tanda bakti penulis.

Dalam penulisan ini penulis menyampaikan penghargaan yang tulus dan ucapan terimakasih yang mendalam kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si, Selaku ketua Departemen Sosiologi

3. Bapak Muba Simanihuruk, M.Si selaku Sekretaris Departemen yang membantu saya dari awal pengerjaan skripsi.

4. Bapak Dr. Sismudjito, M.Si selaku dosen pembimbing dan selaku dosen wali/pembimbing akademik penulis yang telah banyak memberikan motivasi, mencurahkan waktu, tenaga, ide-ide dan pemikiran dalam membimbing penulis dari awal perkuliahan hingga penyelesaian penulisan skripsi ini.

5. Bapak Junjungan Simanjuntak, M.Si selaku penguji II/ Reader pada sidang skripsi saya, yang telah banyak memberikan saran, serta pemikiran dan masukan hingga penyelesaian penulisan skripsi ini.

6. Segenap dosen, staff, dan seluruh pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Kak Fenni Khairifa, Kak Nurbaiti dan Bapak Abel yang telah cukup banyak membantu penulis selama masa perkuliahan dalam hal administrasi.

(6)

Azriel Manihuruk yang selalu memberikan doa, semangat, nasehat kepada saya dan masukan yang tidak ternilai harganya dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Orang terkasih Hendrikson Siahaan yang selalu membantu mengerjakan skripsi, mengajari penulis, memotivasi, menemani dan mendengarkan setiap keluh kesah penulis selama kuliah hingga bisa menyelesaikan skripsi ini.

9. Saudara-saudara dan sahabat-sahabat baik penulis yang bisa mengerti dan menerima penulis baik dalam keadaan suka maupun duka yang sangat penulis sayangi terutama buat sahabat di Sosiologi 2011 yaitu Emilia Simangunsong, Andriani Ambarita, Sara Purba, Silvia Purba, Wawan Simbolon, Jhon Saragih, Defasari Simbolon, Handy Rio, Carlina Panjaitan, Sri Rizky Zebua, Wahyudi Rambe, Devi Sihotang, Fransisca, Elo, Vera, Katy, Samuel Pasaribu, Antonius Lase dan sahabat-sahabat Sosiologi lainnya.

10.Sahabat-sahabat UMKM KMK UP PEMA FISIP USU terutama buat PKK penulis Kak Elisabet Ambarita, buat sahabat KTB penulis Maiusna Sirait, Era Siagian, Elisabet Rumahorbo dan Katrin yang selalu jadi tempat berbagi dalam setiap keluh kesah dan saling menguatkan selama masa perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.

(7)

12.Sahabat-sahabat SD RK KATOLIK BUDI LUHUR Agnesia Simanjuntak, Elsa Situmorang dan Hani Saragih sebagai teman sepermainan yang selalu bersama dengan penulis dari penulis kecil hingga sampai pada tahap mahasiswa. Persahabatan kita abadi walaupun berbeda lokasi tetapi selalu sempatkan waktu untuk berkumpul.

13.Ibu Sri selaku ketua organisasi HIPPMA (Himpunan Pensiunan Perkebunan Maju Bersama) yang mendampingi dalam penelitian di lapangan dan para informan yang telah banyak membantu memberikan informasi yang sangat dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini. Terimakasih banyak atas waktu dan kesediaan para informan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi terdapat berbagai kekurangan dan keterbatasan, untuk itu penulis mengharapkan masukan dan saran-saran yang sifatnya membangun demi kebaikan tulisan ini. Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi para pembaca dan akhir kata dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini.

Medan, Oktober 2015 Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iii

Daftar Tabel ... iv

Daftar Lampiran ... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

1.5 Defenisi Konsep ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Gerakan Sosial ... 12

2.1.1 Teori Deprivasi Relatif ... 13

2.1.2 Teori Mobilitas Sumber Daya ... 14

2.2 Gerakan Para Buruh di Indonesia ... 15

2.3 Teori Konflik dalam Gerakan Sosial ... 19

BAB III Metode Penelitian 3.1 Jenis Penelitian ... 22

3.2 Lokasi Penelitian ... 22

3.3 Unit Analisis dan Informan ... 22

3.4 Informan ... 23

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 23

(9)

3.5.2 Data Sekunder ... 25

3.6 Interpretasi Data ... 25

3.7 Jadwal Kegiatan ... 26

3.8 Keterbatasan Penelitian ... 26

BAB IV Deskripsi dan Interpretasi Data Penelitian 4.1 Sejarah Munculnya Gerakan Buruh ... 27

4.2 Sejarah Berdirinya Organisasi HIPPMA ... 31

4.2.1 Letak Geografis Desa Tanjung Sari ... 34

4.3 Bergesernya Kedudukan Hak Ulayat di Areal Perkebunan Sumatera Utara ... 39

4.4 Profil Informan ... 42

4.5 Analisis Data ...64

4.5.1 Analisis Kondisi Masyarakat ... 64

4.5.2 Hak- Hak yang Diperjuangkan Oleh Organisasi HIPPMA ... 66

4.5.2.1 Hak Guna Usaha ( HGU ) ... 66

4.5.2.2 Hak Guna Bangunan ( HGB ) ... 68

4.5.2.3 Santunan Hari Tua ( SHT ) ... 70

4.5.2.4 Gaji Pensiunan ... 71

4.5.2.5 Jubelium ... 72

4.5.3 Strategi Gerakan Sosial HIPPMA ... 73

4.5.3.1 Keanggotaan Organisasi HIPPMA ... 73

4.5.3.2 Strategi Gerakan Langsung ( Demo ) ... 76

4.5.3.3 Strategi Gerakan Tidak Langsung ... 78

4.5.4 Hambatan Gerakan Sosial HIPPMA ... 79

4.5.4.1 Hambatan Internal ... 79

4.5.4.2 Hambatan Eksternal.. ... 83

(10)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 89 5.2 Saran ... 91

(11)

DAFTAR TABEL

(12)

ABSTRAK

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki buruh dengan jumlah yang besar. Semakin banyaknya jumlah buruh yang ada maka masalah buruh menjadi masalah yang sering terjadi dan tidak pernah selesai hingga saat ini dan bahkan semua negara di dunia mengalami hal yang sama tentang gejolak dari para buruh hingga terjadinya konflik. Konflik yang penulis fokuskan adalah konflik antara pihak perkebunan dan para buruh beserta para pensiunan buruhnya yang hingga tua mereka tidak mendapatkan hak yang seharusnya mereka miliki sebagai seorang tenaga kerja dan sampai sekarang masih tetap berjuang bersama-sama membentuk suatu gerakan sosial demi kesejahteraan bersama. Usia yang tua tidak membuat semangat para pensiunan perkebunan ini menjadi berkurang. Hingga saat ini organisasi HIPPMA tempat para pensiunan membentuk wadah tetap eksis dan memiliki kekuatan untuk menuntut hak-haknya.

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis bagaimana peran dari gerakan sosial HIPPMA sehingga berdampak bagi kesejahteraan para pensiunan buruh dengan usaha mengembalikan hak-hak mereka di Desa Tanjung Sari,Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang. Jenis Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Penelitian sosial dengan format deskriptif bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat sebagai objek penelitian. Pendekatan kualitatif bertujuan untuk memahami secara lebih mendalam permasalahan yang diteliti. Penelitian dengan metode deskriptif dalam tulisan ini mencoba menggambarkan bagaimana gerakan sosial HIPPMA (Himpunan Pensiunan Perkebunan Maju Bersama) dalam memperjuangkan hak-hak pensiunan tersebut. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan observasi serta studi kepustakaan dan diinterpretasikan berdasarkan dukungan kajian pustaka sehingga dapat di ambil suatu kesimpulan.

(13)

HIPPMA memiliki perlindungan dari aparat kepolisian, badan hukum dan pemerintahan dengan mengeluarkan surat-surat yang sah dari pemerintah sehingga para pensiunan perkebunan organisasi HIPPMA sampai sekarang tidak digusur.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki buruh dengan jumlah yang besar. Semakin berkembangnnya industri dalam suatu negara maka jumlah buruh pun semakin meningkat. Begitu pula dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk maka semakin bertambah pula jumlah buruh. Bur yang menggunakan tenaga dan kemampuannya untuk mendapatkan balasan berupa pendapatan baik berupa uang maupun bentuk lainya kepada pemberi kerja atau

(15)

menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi keperluan masyarakat di dalam undang-undang no.25 tahun 1997 pasal 1, ayat 1, angka 2 (Asri Wijayanti:2009).

Semakin banyaknya jumlah buruh yang ada maka masalah buruh menjadi masalah yang sering terjadi dan tidak pernah selesai hingga saat ini dan bahkan semua negara di dunia mengalami hal yang sama tentang gejolak dari para buruh. Buruh pada dasarnya melakukan pemberontakan ketika ia merasa tidak adil dalam pekerjaannya dan ketika hak-haknya sebagai manusia dan sebagai buruh harus dirampas oleh penguasa ataupun bagi orang-orang yang memiliki kepentingan didalam sistem Kapitalis. Buruh yang sedemikian banyaknya memiliki permasalahan yang berbeda-beda tergantung dengan tidak terealisasinya hak-hak normatif yang dimiliki oleh setiap buruh. Hak normatif buruh tersebut mencakup hak untuk mendapatkan upah seperti upah lembur, UMK, upah hari libur dan upah berkala. Lalu ada hak jaminan kesehatan, jaminan hari tua, cuti haid, cuti melahirkan dan hak untuk berserikat. Hak-Hak normatif tersebut diatur dalam UU no 13 tahun 2003. (Bahder:2004)

(16)

kepemilikan yang ada di Indonesia. Akibat perekonomian yang terus-menerus dikuasai pihak asing menimbulkan sebagian besar rakyat mengalami kelaparan sehingga buruh melakukan mogok. Bersamaan dengan ketidakadilan tersebut, muncullah suatu tindakan yang dilakukan buruh untuk menuntut hak-hak normatif tersebut. Namun semua tuntutan tersebut tidak dapat terwujud apabila hanya diperjuangkan sendiri saja. Hal inilah yang membuat Buruh pun sadar dan memilih membentuk suatu organisasi yang merupakan gerakan sosial sebagai tempat mereka bersatu dan sama-sama menyuarakan apa yang menjadi masalah mereka agar buruh menjadi kuat ketika mereka akan menuntut.

(17)

tetapi terdapat fakta bahwa serikat-serikat pekerja, sebagaimana juga partai politik memiliki agenda-agenda tersembunyi yang tentu aja berujung pada kekuasaan dibalik visi dan misinya untuk memperjuangkan pekerja. Kuatnya suatu organisasi serikat buruh tergantung pada bagaimana para anggotanya peduli dan sadar akan pentingnya suatu organisasi pekerja.

Organisasi pekerja menjadi keberlanjutan dari bentuk perjuangan kaum buruh. Dalam Bahder (2004) serikat pekerja maupun serikat buruh didirikan secara bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab oleh pekerja atau buruh untuk memperjuangkan kepentingan buruh maupun keluarganya. Dalam pembentukan Serikat Pekerja atau Serikat Buruh dapat menggunakan nama yang berbeda seperti perkumpulan pekerja atau perkumpulan buruh, organisasi pekerja atau organisasi buruh sebagaimana diatur dalam ketentuan Undang-Undang. Serikat buruh berfungsi sebagai sarana untuk memperjuangkan, melindungi, membela kepentingan dan meningkatkan kesejahteraan pekerja atau buruh serta keluarganya.

Tujuan dari dibentuknya serikat buruh adalah:

1. Melindungi dan membela hak-hak serta kepentingan pekerja atau buruh. 2. Menghimpun serta mempersatukan kaum pekerja untuk mewujudkan rasa

kesetiakawanan dan tali persaudaraan sesama kaum pekerja atau buruh, dan

(18)

Serikat buruh tersebut merupakan bentuk dari gerakan sosial yang dilakukan oleh buruh. Gerakan sosial buruh merupakan istilah yang digunakan secara luas dalam menjelaskan dinamika organisasi kolektif para buruh dalam rangka menuntut perbaikan nasib mereka kepada para elit penguasa dan kebijakan-kebijakan perburuhan yang pro buruh dan adil. Gerakan sosial buruh memiliki 4 kategori diantaranya:

1. Gerakan sosial buruh yang berorientasi untuk mensejaterahkan para anggotanya sehingga para anggotanya mendapatkan keuntungan.

2. Gerakan sosial buruh yang bertujuan untuk melakukan tawar-menawar secara kolektif sehingga mereka dapat bernegosiasi dengan para pengusaha mengenai upah dan kondisi kerja yang manusiawi.

3. Gerakan sosial buruh yang berorientasi untuk melakukan tindakan perlawanan seperti unjuk rasa,boikot,sabotase dan pemogokan.

4. Gerakan sosial buruh yang berorientasi pada aktivitas politik. Gerakan ini bertujuan untuk mewujudkan legislasi yang adil untuk para buruh. Gerakan ini biasanya berwujud partai politik. (Nanang: 2011)

(19)

dipersatukan dengan membentuk Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI). (Bahder:2004)

Di Sum a te ra Uta ra se nd iri, ko nflik a nta ra b uruh d a n p iha k

p e ng usa ha se ring te rja d i. Pe rke b una n m e rup a ka n sa la h sa tu

w a d a h p e rusa ha a n ya ng se ring te rlib a t ko nflik b a ik itu d a ri se g i

se ng ke ta ta na h m a up un up a h. Ko nflik d ip e rke b una n d id o m ina si

o le h m a sya ra ka t suku Ja w a ya ng d a ta ng ke Sum a te ra

se b a g a i kuli ko ntra k. Da la m jurna l (D.Sya hp a ni,2010 re p o sito ry.usu.a

c .id /b itstre a m /.../3/C ha p te r%20II.p d f , te nta ng d a ta ng nya o ra ng

Ja w a ke Sum a te ra ) te rja d inya a rus m ig ra si p e nd ud uk ya ng d e ra s

d a ri p ula u Ja w a untuk m e nja d i kuli ko ntra k d i Sum a te ra

b e rla ng sung m e nje la ng te rja d inya d e p re si e ko no m i d unia . Pa ra

p e nd ud uk m iskin d i Ja w a ya ng te ruta m a b e ra d a d i d e sa -d e sa

te rp e nc il, d ib a w a ke Sum a te ra untuk d i ja d ika n p e ke rja d i se jum la h

p e rke b una n d i wila ya h te rse b ut. Be rsa m a a n d e ng a n p e sa tnya

p e m b uka a n la ha n b a ru untuk p e rke b una n te m b a ka u, ta hun

1890-1920 a d a la h e ra d im a na m a suknya g e lo m b a ng kuli untuk b e ke rja

d i p e rke b una n te m b a ka u sw a sta m ilik Be la nd a d a ta ng se c a ra

b e sa r-b e sa ra n. Pa ra kuli ya ng d ise b ut kuli ko ntra k a d a la h

ke b a nya ka n d a ri Ja w a . Ke b a nya ka n d a ri m e re ka te rtip u o le h

b ujuka n p a ra a g e n p e nc a ri ke rja ya ng m e ng a ta ka n ke p a d a

m e re ka b a hw a De li a d a la h te m p a t d im a na p o ho n ya ng b e rd a un

(20)

ke nya ta a nnya m e re ka d ija d ika n b ud a k. Se la m a p uluha n ta hun

m e re ka m e nja la ni ke hid up a n ya ng sa ng a t tid a k m a nusia wi, up a h

ya ng sa ng a t re nd a h, p e rla kua n ka sa r m a jika n. O ra ng -o ra ng a sing

b e rlo m b a m e na na m ka n m o d a l ke Sum a te ra Tim ur. O le h ka re na

sulit m e nd a ta ng ka n b uruh C ina d a n Ind ia ke Sum a te ra Tim ur, m a ka

kuli ko ntra k d id a ta ng ka n d a ri Ja w a . Se la in itu, up a h p a ra b uruh

Ja w a le b ih re nd a h d a ri p a d a b uruh C ina ya ng p a d a w a ktu itu jug a

m e rup a ka n kuli ko ntra k.

Ke sa d a ra n a ka n p e rb e d a a n sta tus d a n up a h a nta ra p rib um i

ya itu suku Ja w a d a n no np rib um i ya itu C ina ya ng m e m b ua t

te rja d inya ko nflik b uruh d i p e rke b una n ya ng d id o m ina si o le h suku

Ja w a . Me re ka m e ra sa te rja d i ke tim p a ng a n so sia l se b a g a i WNI

ka re na ke se nja ng a n up a h te rse b ut. Ke sa d a ra n a ka n ke se nja ng a n

inila h ya ng m e m b ua t ko nflik itu m unc ul d a n m e ng ha silka n sua tu

g e ra ka n. Be rd a sa rka n p e ng a m a ta n d ila p a ng a n, p e ne liti le b ih

te rta rik untuk m e ng a m a ti ko nflik ya ng a d a d i PTPN II. Kita d a p a t

m e liha t b a hw a PTPN II m e rup a ka n p e rusa ha a n ya ng b a nya k

m e m iliki ko nflik ya ng te rd a p a t d ib e rb a g a i te m p a t se p e rti d i

Ka b up a te n La ng ka t, Binja i d a n Ka b up a te n De li Se rd a ng . Di

Ka b up a te n De li Se rd a ng se nd iri, ko nflik ya ng p a ling se ring te rja d i

ya itu d i d a e ra h Ta njung Mo ra w a d a n Ba ta ng Kuis. Untuk itula h

m a ka Pe ne liti m e m ilih ka wa sa n Ba ta ng Kuisi se b a g a i o b je k

(21)

Di Batang Kuis merupakan wadah dari gerakan sosial sebagai bentuk perlawanan terhadap PTPN II yaitu HIPPMA ( Himpunan Pensiunan Maju Bersama ). Organisasi ini sama dengan organisasi yang lainnya dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan dan mewujudkan apa yang menjadi hak-hak pekerja. Tetapi perbedaannya adalah dimana organisasi ini berorientasi pada hak pensiunan buruh PTPN II. Ribuan pensiunan PT Perkebunan Nusantara II di Sumatera Utara yang tergabung dalam Himpunan Pensiunan Perkebunan Maju Bersama ( HIPPMA ) menuntut hak kepemilikan rumah, tanah, Santunan Hari Tua ( SHT ), upah dan pekarangan kebun sayur yang puluhan tahun sudah mereka tempati. Mereka berunjuk rasa di Kantor DPRD Sumut, Kantor Gubernur Sumut, dan Kantor PTPN II di Tanjung Morawa. Pensiunan turun ke jalan dipicu surat direksi PTPN II yang meminta pengosongan rumah dinas ditambah ancanam akan dilaporkan kepada yang berwajib. Sebelumnya, pada tahun 2002 PTPN II pernah berjanji untuk mendistribusikan tanah seluas 558,35 hektar untuk pensiunan PTPN II eks PTPN IX, namun hingga kini belum ada realisasinya. Keputusan itu dikuatkan dengan SK BPN nomor 42, 43, 44/HGU/BPN/2002 tanggal 29 November 2002. Kondisi para pensiunan buruh PTPN II ini memang mengkhawatirkan dimana ada 6.070 kepala keluarga yang terancam tergusur dari rumah pondok PTPN II.

(22)

kesepakatan diantara dua pihak.Sampai sekarang organisasi HIPPMA masih terus berjuang untuk mendapatkan hak-hak mereka. Dengan melihat realita ini, penulis tertarik untuk mendeskripsikan tentang peran dari gerakan sosial HIPPMA ini sehingga mampu menjadi pejuang hak pensiunan buruh.

1.2Rumusan Masalah

Dalam sebuah peneilitian harus memiliki batasan-batasan permasalahan yang harus diamati maupun diteliti sehingga penelitian tersebut dapat terfokus dalam suatu permasalahan yang dapat diselesaikandan peneliti tidak lari dari jalur yang telah ditetapkan. Oleh karena itu berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana bentuk strategi gerakan sosial HIPPMA dalam memperjuangkan hak-hak pensiunan PTPN II ?

2. Apa saja yang menjadi kendala maupun hambatan yang diperoleh selama proses gerakan HIPPMA?

3. Apa hasil yang diperoleh dari gerakan sosial tersebut?

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk

(23)

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian merupakan sesuatu yang diharapkan ketika sebuah penelitian telah selesai dilaksanakan. Adapun yang menjadi manfaat dilakukannya penelitian ini adalah:

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan kajian ilmiah bagi mahasiswa khususnya mahasiswa sosiologi dan setiap orang yang membaca hasil penelitian ini memahami bagaimana sebenarnya gerakan sosial pensiunan buruh selama ini, serta dapat menambah referensi hasil penelitian bagi peneliti selanjutnya yang mengkaji persoalan terkait dengan penelitian ini.

1.4.2 Manfaat Praktis

(24)

1.5 Definisi Konsep 1.5.1 Gerakan sosial

Gerakan sosial pada hakekatnya merupakan hasil perilaku kolektif, yaitu sebuah perilaku yang dilakukan bersama-sama oleh sejumlah orang yang tidak bersifat rutin dan perilaku mereka merupakan hasil tanggapan atau respon terhadap rangsangan tertentu. Gerakan sosial ini sifatnya lebih terorganisir dan lebih memiliki tujuan dan kepentingan bersama dalam konteks interaksi yang berkelanjutan dengan kelompok elit, lawan dan penguasa hingga mencapai suatu hak yang sedang diperjuangkan.

1.5.2 Hak

Hak merupakan segala sesuatu yang harus didapatkan oleh setiap orang yang telah ada sejak lahir bahkan sebelum lahir. Hak memiliki pengertian tentang sesatu hal yang benar, milik kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu ( karena telah ditentukan oleh undang-undang, aturan dan sebagainya), kekuasaan yang benar atas sesuatu atau menuntut sesuatu, derajat atau martabat. Tetapi dari pengertian tersebut, hak tidak selalu bersifat absolut karena suatu hak akan kalah oleh alasan atau keadaan tertentu lainnya yang dapat menggugurkan posisi hak tersebut.

(25)
(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Teori Gerakan Sosial

Secara umum, gerakan sosial dimaknai sebagai sebuah gerakan yang lahir dari sekelompok individu untuk memperjuangkan kepentingan, aspirasi atau menuntut adanya perubahan yang ditujukan oleh sekelompok tertentu misalnya pemerintah atau penguasa. Namun, gerakan sosial ini dapat berpihak sebagai kelompok yang pro maupun kontra dengan pemerintah (penguasa). Gerakan sosial merupakan bentuk dari kolektivitas orang-orang didalamnya untuk membawa atau menentang perubahan. Gidden dalam (Putra,dkk,2006) menjelaskan konsep gerakan sosial sebagai suatu upaya kolektif untuk mengejar suatu kepentingan bersama, atau gerakan yang bertujuan untuk mencapai tujuan bersama melalui tindakan kolektif di luar lingkup lembaga-lembaga yang sudah ada.

(27)

Teori gerakan sosial lebih melihat faktor masyarakat daripada individu sebagai pemicu munculnya gerakan sosial. Dengan adanya gerakan sosial, muncullah teori-teori lainnya sebagai akibat dari terjadinya gerakan sosial yaitu:

2.1.1 Teori Deprivasi Relatif (relative deprivation theory)

Deprivasi merupakan perasaan yang timbul bila seseorang menyadari bahwa kondisi hidupnya mengalami kekurangan dalam beberapa hal, hal-hal mana mereka sadari ada pada diri orang lain dan ia merasa bahwa seharusnya hal-hal itu harus juga ia miliki. Deprivasi relatif adalah deprivasi yang dirasakan bila seseorang membandingkan dirinya dengan kelompok tertentu atau generalized other, dengan kata lain hal ini ditentukan oleh pilhan individu tersebut terhadap kelompok yang akan dijadikannya sebagai kelompok referensi komparatifnya. Deprivasi relatif mengandung pengertian tentang ketimpangan sosial dan ketidakadilan sosial. (David Berry:2003)

(28)

Kondisi seperti ini mudah dipicu dan berubah menjadi aksi-aksi kolektif spontan, tidak terorganisir, dan tidak menggunakan saluran-saluran resmi. Dalam bahasa Ted Gurr, misalnya, kekerasan-kekerasan muncul karena terjadinya deprivasi relatif. Perasaan terpinggirkan (deprived) terjadi karena kesenjangan (disparity) antara nilai-nilai expektasi dan nilai-nilai kemampuan. Kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Semakin besar dan serius kesenjangan itu, maka potensi kekerasan semakin besar pula. Singkatnya gerakan sosial muncul sebagai akibat ketidakpuasan. Ia kemudian akan semakin berkembang ketika ketidakpuasan ini meluas dan pada saat yang sama tidak terdapat lagi institusi-institusi yang mampu berperan secara fleksibel yang mampu meresponnya. (Nanang Martono : 2011)

2.1.2 Teori Mobilitas Sumber Daya (Resource Mobilization Theory)

(29)

tepikat oleh manfaat tersebut dan sumber daya penunjang lainnya. (Nanang Martono : 2011)

Pespektif Mobilisasi Sumber Daya melihat bahwa masalah dan ketegangan sosial itu sebagai sesuatu yang nyaris melekat didalam masyarakat. Kenyataan bahwa ketidakpuasan seringkali tidak menimbulkan gerakan sosial dan tidak pada tempatnya bila kita menganggap bahwa ketidakpuasan selalu menghasilkan protes. Karena itu, perspektif mobilisasi sumber daya mengajukan tesis baru bahwa organisasi-organisasi gerakan memberikan struktur mobilisasi yang sangat krusial bagi aksi kolektif dalam bentuk apapun. Dengan kata lain, pendekatan ini menyatakan bahwa gerakan sosial muncul sebagai konsekuensi dari bersatunya para aktor dalam cara-cara yang rasional, mengikuti kepentingan-kepentingan mereka, dan adanya peran sentral organisasi dan para kader dan pemimpin profesional untuk memobilisasi sumber daya pada mereka. (KSPPM:2008)

2.2 Gerakan Para Buruh di Indonesia

(30)

kepentingannya sebagai kelompok. Buruh tidak memiliki rasa kebersamaan sebagai kelompok dan buruh seringkali justru lebih memperhatikan gaya hidup konsumtifnya sendiri. Kedua, organisasi buruh dianggap tetap lemah meskipun telah lahir peraturan yang menyediakan payung bagi lahirnya berbagai serikat buruh. Bukannya membantu lahirnya organisasi buruh yang independen, peraturan seperti itu justru dianggap sebagai pemecah belah gerakan buruh. Kecenderungan ketiga dalam studi perburuhan sebelumnya adalah dengan menunjukkan kegagalan kelompok buruh dalam pertarungan pemilu. Bagi kelompok pengamat ini, buruh dianggap gagal menancapkan pengaruh politiknya pasca Soeharto. Berbeda dengan pandangan pengamat sebelumnya, tulisan ini berupaya menunjukkan bahwa di tengah himpitan pasar kerja fleksibel, kaum buruh masih tetap gencar melakukan perlawanan melalui aksi-aksi jalanan yang mereka gelar. Menguasai jalan-jalan raya, menduduki kantor-kantor publik, menutup jalan tol, memblokade kawasan industri, merupakan berbagai aksi jalanan yang kian banyak dilakukan buruh. Aksi jalanan nampaknya mulai dipilih buruh sebagai reaksi mereka atas kebebalan penguasa yang dirasa makin terabaikan terhadap nasib buruh. Menurut (Muhtar Habibi, 2013. dalam jurnal

buruh pasca Soeharto)

(31)

pekerjaannya sendiri. Problem lainnya adalah rendahnya kesadaran berorganisasi di kalangan buruh dan ini terkait dengan warisan depolitisasi Orde Baru yang cukup lama. Pada saat itu hampir semua sektor di depolitisasi, termasuk sektor buruh sehingga para buruh cenderung menghindari persoalan-persoalan politik yang konkret. Meskipun kebebasan untuk membentuk organisasi telah diatur dalam undang-undang, namun bukan berarti dengan serta merta diiringi oleh kemampuan untuk menata pengorganisasian buruh.

(32)
(33)

2.3 Teori Konflik dalam Gerakan Sosial

Teori konflik adalah salah satu perspektif di dalam sosiologi yang memandang masyarakat sebagai satu sistem yang terdiri dari bagian atau komponen yang mempunyai kepentingan yang berbeda-beda dimana komponen yang satu berusaha menaklukkan kepentingan yang lain guna memenuhi kepentingannya atau memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Karl Marx dalam buku Elly M. Setiadi (2013) memberikan landasan pemikiran tentang kehidupan sosial:

1. Masyarakat sebagai arena yang didalamnya terdapat berbagai bentuk pertentangan .

2. Negara dipandang sebagai pihak yang terlibat aktif dalam pertentangan dengan berpihak pada kekuatan yang dominan.

3. Paksaan dalam wujud hukum dipandang sebagai faktor utama untuk memelihara lembaga-lembaga sosial seperti milik pribadi, perbudakan kapital yang menimbulkan ketidaksaan hak dan kesempatan. Kesenjangan sosial terjadi dalam masyarakat karena bekerjanya lembaga paksaan tersebut yang bertumpu pada cara-cara kekerasan, penipuan dan penindasan dengan demikian titik tumpuh adalah kesenjangan sosial.

4. Negara dan hukum dilihat sebagai alat penindasan yang digunakan oleh kelas yang berkuasa ( kapitalis ) demi keuntungan mereka.

(34)

Sebagaimana dikemukakan oleh Karl Marx yang memandang masyarakat terdiri dari dua kelas yang didasarkan pada kepemilikan sarana dan alat produksi yaitu kelas borjuis dan kelas proletar. Kelas borjuis adalah kelompok yang memiliki sarana dan alat produksi yang dalam hal ini adalah perusahaan sebagai modal dalam produksi atau usaha. Kelas proletar adalah kelas yang tidak memiliki sarana dan alat produksi sehingga dalam pemenuhan akan kebutuhan ekonominya tidak lain adalah hanya menjual tenaganya. Menurut Marx masyarakat terintegrasi karena adanya struktur kelas dimana kelas borjuis menggunakan negara dan hukum untuk mendominasi kelas proletar. Konflik antar kelas sosial terjadi melalui proses produksi sebagai salah satu kegiatan ekonomi dimana dalam proses produksi terjadi kegiatan pengeksploitasian terhadap kelompok proletar oleh kelompok borjuis. ( Elly M. Setiadi : 2013 )

(35)
(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Penelitian sosial dengan format deskriptif bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat sebagai objek penelitian. Pendekatan kualitatif bertujuan untuk memahami secara lebih mendalam permasalahan yang diteliti. Penelitian dengan metode deskriptif dalam tulisan ini mencoba menggambarkan bagaimana gerakan sosial HIPPMA (Himpunan Pensiunan Perkebunan Maju Bersama) dalam memperjuangkan hak-hak pensiunan tersebut di Desa Tanjung Sari,Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang.

3.2Lokasi Penelitian

(37)

3.3 Unit Analisis Data

Unit analisi adalah hal-hal yang diperhitumgkan menjadi subjek penelitian atau keseluruhan unsur yang menjadi fokus penelitian. Adapun yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah pensiunan buruh PTPN 2 yang termasuk dalam gerakan sosial HIPPMA dan yang hak-haknya belum terpenuhi.

3.4Informan

Informan merupakan subjek yang memahami perasaan penelitian sebagai pelaku maupun orang yang memahami permasalahan penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi informan penelitian adalah :

1. Dewan Penasehat HIPPMA 2. Dewan Pimpinan Pusat HIPPMA

3. Pensiunan buruh PTPN 2 yang masuk dalam organisasi HIPPMA

Keempat informan ini merupakan informan yang mampu menjawab rumusan masalah yang telah dibuat dimana informan ini akan memberikan penjelasan tentang awal mula terbentuknya HIPPMA,seperti apa gerakan yang dilakukan baik itu berdasarkan strategi dan melihat hasil-hasil yang diperoleh dari gerakan sosial yang mereka lakukan tersebut. Keempat informan ini merupakan pelaku yang benar-benar mengetahui kondisi disekitar perkebunan tersebut.

3.5Teknik Pengumpulan Data

(38)

3.5.1 Teknik Pengumpulan Data Primer

Merupakan data yang secara langsung diperoleh dari subjek penelitian dengan menggunakan alat pengumpulan data secara langsung. Pengumpulan data primer dapat dilakukan dengan cara:

1. Observasi

Observasi merupakan study yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala alam dengan jalan pengamatan dan pencatatan. Dengan artian bahwa peneliti ikut terjun ke lapangan untuk memahami fenomena yang ada di lapangan. Melalui penelitian ini, peneliti langsung mengamati kondisi pensiunan buruh yang hak-haknya belum di dapat serta bila perlu dapat juga melihat secara langsung bentuk-bentuk gerakan mereka seperti melakukan musyawarah, demo dan semangat perjuangannya sehingga hasil dari observasi ini dapat di deskripsikan dalam hasil penelitian.

2. Wawancara Mendalam

(39)

di fokuskan. Wawancara lebih banyak membantu dalam hal ini dimana peneliti lebih mendapatkan informasi penting.

3.5.2 Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber kedua atau pihak lain terkait dengan permasalahan penelitian. Data ini dapat diperoleh melalu beberapa hal seperti surat kabar, dokumen-dokumen resmi dan jurnal yang terkai dengan topik penelitian yang dianggap memiliki relevansi dengan penelitian yang akan dilakukan.

3.6Interpretasi Data

(40)

3.7 Jadwal Kegiatan

No Kegiatan Bulan Ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra Observasi √

2 Acc Judul Penelitian √

3 PenyusunanProposal Penelitian √ √ √ 4 Seminar Proposal Penelitian √ 5 Revisi Proposal Penelitian √ 6 Penelitian Lapangan dan

Interpretasi data

√ √ √ √

7 Penilisan Laporan Akhir √ √ √

8 Bimbingan √ √ √

9 Sidang Meja Hijau √

3.7 Keterbatasan Penelitian

(41)

BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1 Sejarah Munculnya Gerakan Buruh

Sejak abad XIV Indonesia telah menjadi pusat perhatian dan menarik pedagang-pedagang luar negeri, karena kekayaan Indonesia mengenai hasil rempah-rempah seperti: lada, pala, ketumbar, kayu manis dan sebaginya yang diperdagangkan oleh pedagang-pedagang dari India, Persia, Portugis, Spanyol, Inggris dan Belanda. Untuk mendapatkan kepentingan ekonominya, pedagang-pedagang asing tersebut menggunakan pertentangan-pertentangan yang ada antara raja-raja di wilayah Indonesia. Perpecahan yang ada diantara raja-raja tersebut serta keunggulan teknik yang dimiliki oleh pedagang-pedagang asing itu menyebabkan raja-raja selalu kalah dalam peperangan menghadapi orang-orang asing.

(42)

VOC dibubarkan dan kekuasaannya dialihkan langsung kepada pemerintah Belanda pada tahun 1800. Pada saat itu penjajahan Belanda terhadap Indonesia dengan cara penimbunan modal secara sederhana beserta sistem monopolinya. Dengan ikut sertanya kapital swasta di negeri Belanda dalam penjajahan kolonial terhadap Indonesia itu berarti pengalihan terjadi dari sistem monopoli menjadi sistem persaingan bebas.

Berhubung dengan adanya krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1895, maka sebagian besar kapitalis-kapitalis swasta di negeri Belanda mengalami kehancuran, sehingga tinggal beberapa bagian kapitalis besar yang masih bertahan hidup. Ini menyebabkan ‘kapital finans’ berkuasa sepenuhnya (perpaduan dari kapital bank, kapital industri dan kapital perdagangan). Dengan begitu maka zaman kapital industri yang berdasarkan persaingan bebas berakhir dan segera disusul oleh zaman imperialisme.

Dengan demikian kedudukan Indonesia sejak tahun 1895 di dalam hubungan ekonomi Dunia ialah bahwa Indonesia dijadikan tempat sumber bahan mentah, tempat penanaman modal, tempat pemasaran hasil produksi kapitalis dunia serta sebagai sumber tenaga buruh yang sangat murah. Dengan lahirnya imperialisme Belanda di Indonesia itulah yang membuat munculnya kaum buruh di Indonesia.

(43)

yang baru yaitu “kaum Buruh”, sebagai golongan yang menurut kedudukan sosialnya berkepentingan untuk menghapuskan sistem penjajahan dan penindasan yang dijalankan oleh kaum kapitalis monopoli (imperialis) Belanda. Buruh yang menjual tenaga kerjanya untuk mendapat upah, muncul pada dekade-dekade terakhir abad XIX, terutama di perkebunan swasta yang berkembang di Jawa dan Sumatera.

Penetrasi kapitalisme dalam wilayah pedesaan ditunjukkan dengan hadirnya para petani yang tidak memiliki tanah, dan bekerja pada tanah-tanah sewaan untuk mendapat upah. Sementara itu, di kota-kota besar, seiring dengan perkembangan teknologi yang diberlakukan kolonialisme, muncul pula bidang-bidang pekerjaan baru seperti masinis, sopir, pegawai kantor dan sebagainya. Munculnya buruh upah ini tidak seketika menghadirkan gerakan buruh yang terorganisir dan modern. Perubahan cara pandang, kereta api, surat kabar, dan pendidikan menjadi elemen-elemen penting yang membawa perubahan pada abad XX. Orang-orang pribumi berpendidikan, yang kemudian dikenal sebagai tokoh-tokoh pergerakan, menjadi pemimpin atau penggerak sejumlah organisasi modern seperti Budi Utama, Sarekat Islam, dan sebagainya. Sebaliknya gerakan buruh pada awalnya digerakkan oleh orang-orang Belanda. Di Eropa pada masa itu gerakan buruh sudah dikenal secara luas dalam masyarakat, sehingga bukan hal yang asing lagi jika timbulnya gerakan buruh di Jawa dipelopori oleh orang-orang Eropa.

(44)

buruh tidak lebih dari sekedar klaim. Serikat buruh belum mendapatkan dukungan riil dari anggotanya apalagi secara politik. System organisasi yang masih paternalistic masih mewarnai sebagian besar serikat buruh di Indonesia. Sehingga belum mendukung terhadap pembangunan demokrasi. Pola kerja serikat buruh masih menunggu bola dimana organizer tidak berperan secara aktif hanya bersifat reaktif saja. Hal ini juga tercermin dari cara mereka dalam menyikapi berbagai isu, baik internal perusahaan maupun eksternal perusahaan. Sampai saat ini isu-isu yang diangkat dalam aksi buruh sebagian besar masih seputar isu-isu ekonomi. Sehingga belum terbentuknya keserikatburuhan.

Sikap pemerintah dan pengusaha masih sama sejak zaman penjajahan yaitu represif dan lebih membela kepentingan modal. Tingginya angka pengangguran membuat posisi tawar buruh menjadi lemah. Tahun 2006 angka pengangguran mencapai 11.1 juta jiwa atau 10,4 persen dari total angkatan kerja tahun ini. Sulitnya memperoleh pekerjaan membuat buruh takut untuk kehilangan pekerjaan. Kondisi ini semakin dimanfaatkan oleh pemilik modal untuk menekan upah buruh semurah mungkin, menerapkan sistem kerja yang fleksibel, dengan syarat dan kondisi kerja yang tidak manusiwi.

(45)

masyarakat secara luas. Menanggapi RUUK tersebut serikat buruh yang ada bersikap secara reaktif. Tahun 2006 dimulai aksi-aksi untuk menolak RUUK tersebut hingga puncaknya pada 1 Mei 2006 pada perayaan hari buruh internasional yang juga diberlakukan di Indonesia.

4.2 Sejarah Berdirinya HIPPMA ( Himpunan Pensiunan Perkebunan Maju Bersama )

Pada awal zaman reformasi gerakan masyarakat semakin berkembang yang ditandai dengan adanya otoritarianisme yang dilabelkan sebagai gerakan yang menentang kekuasaan dominan. Setiap gerakan pada umumnya dipicu oleh munculnya suatu ideologi perlawanan yang dijadikan pembenaran dan dirumuskan dalam tujuan-tujuannya dengan maksud agar gerakan tersebut punya landasan yang kuat, motivasi serta aspirasi yang membangkitkan semangat juang masyarakat sebagai guna menghadapi kekuasaan. Sepanjang sejarah dari gerakan masyarakat tidaklah berjalan dengan baik. Banyak yang mengalami nasib buruk berkepanjangan karena ditindas oleh kekuasaan dominan ataupun karena memang tidak pernah diberikan peluang untuk hidup dengan layak.

(46)

Studi Partisipasi Masyarakat ) yang kemudian LSPR bersama para aktivis dan organisasi non pemerintah ( NGO ) tersebut mendirikan AGRESU ( Aliansi Gerakan Rakyar Sumatera Utara ) sebagai suatu wadah repositas membentuk kelompok – kelompok buruh, kelompok lingkungan, kelompok supir, kelompok pedagang kaki lima dan kelompok lainnya. AGRESU kemudian mendampingi berbagai kelompok gerakan masyarakat yang tanggap akan nasib rakyat yang selama 32 tahun tertekan pada masa rezim orde baru yang salah satunya adalah para pensiunan PTPN II Eks PTP IX.

Awal karier perjuangan pensiunan PTPN II ini dimulai tahun 1998 dimana persoalaan dengan PTPN II tidak bisa dilakukan sendiri oleh para pensiunan sehingga para aktivis merasa perlu untuk membantu dan mendirikan suatu lembaga. Gerakan reporma agraria Agresu kemudian merekrut para pensiunan sejak tahun 1995. Sepanjang merekrut anggota, banyak pensiunan yang menolak untuk masuk dalam keanggotaan karena merasa takut dan tidak mau mengambil resiko. Akan tetapi para aktivis tidak berhenti untuk mengunjungi para pensiunan buruh dan melalikan pendekatan secara pelahan-lahan supaya mereka mau untuk terbuka akan hak-hak yang tidak mereka dapatkan dan memotivasi para pensiunan untuk sama-sama berjuang sehingga gerakan para buruh menjadi kuat.

(47)

Dengan awal karier perjuangan yang dikatakan berhasil ini membuat perekrutan para kelompok pensiunan perkebunan berjalan dengan lancar sehingga terjadilah keterbukaan pensiunan lainnya dan terdaftar 19 perkebunan yang ikut serta menyusul masuk dalam keanggotaan pensiunan perkebunan yang dibagi dalam 3 kabupatean yaitu Deli Serdang, Langkat dan Binjai yang diantaranya yaitu kelompok pensiunan perkebunan Tanjung Morawa, Pagar Merbau, Kuala Namu, Helvetia, Seintis, Sampali, Kelambir 5, Kelumpang, Bulu Cina, Kandir, Swisemayang, Patumbak, Marendal, Tendem Hilir, Tendem Hulu, Kuala Bingi, Kuala Madu, Tanjung Jati dan BPTD. Setelah 2 kelompok sebelumnya melakukan gerakan dan berhasil, kemudian 19 kelompok pensiunan perkebunan inipun melakukan gerakan dan pada bulan agustus tahun 2000 akhirnya SHT para pensiunan dibayarkan oleh pihak PTPN II.

(48)

memiliki landasan hukum yang membuat HIPPMA berjalan sesuai dengan UUD dan hukum yang berlaku.Sejarah perjuangan gerakan sosial HIPPMA ini memiliki tugas yang panjang dan tidak ada hentinya karena keanggotaan yang mencapai 6.070 kepala keluarga ini merupakan organisasi yang besar dengan hak-hak yang beraneka ragam. Gerakan HIPPMA yang telah berganti periodesasi 4 kali ini akan terus berjuang sampai pada ahli waris. HIPPMA yang saat ini dipimpin oleh Ibu Sri Rahayu tetap eksis dan mendapat dukungan dari berbagai pihak sehingga sudah 15 tahun perjuangan para pensiunan dan mereka tetap bisa bertahan walaupun rasa jenuh terjadi dalam setiap keberjuangannya hingga sekarang.

4.2.1 Letak Geografis Desa Tanjung Sari

Secara geografis Desa Tanjung Sari merupakan bagian dari Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Desa Tanjung Sari terletak dibagian Barat Provinsi Sumatera Utara dan berbatasan dengan Selat Malaka. Secara administratif desa ini berbatasan dengan :

a) Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kualanamu Kecamatan

Beringin

b) Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Batu Manimbar Kecamatan Tanjung Morawa

c) Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Tembung Kecamatan Bandar Khalipah

(49)

Tabel 1.1 Keanggotaan HIPPMA

No Perkebunan Jumlah Kepala Keluarga

1 Tanjung Morawa 149 KK

2 Kandir 241 KK

3 Batang Kuis 381 KK

4 Pagar Marbau 280 KK

5 Bandar Kalipah 570 KK

6 Kualanamu 123 KK

7 Saentis 456 KK

8 Sampali 605 KK

9 Marindal 48 KK

10 Patumbak 301 KK

11 Klambir 5 150 KK

12 Klumpang 199 KK

13 Bulu Cina 408 KK

14 Swisemayang 583 KK

15 Tandem Hulu 273 KK

16. Tandem Hilir 268 KK

17 BPTD 214 KK

18 Tanjung Jati 341 KK

19 Kwala Madu 215 KK

20 Kwala Bingai 131 KK

(50)

Jumlah 6.070 KK

Tabel 1.2 Susunan Kepengurusan HIPPMA

Dewan Penasehat

Ketua Wakil Ketua

Sekretaris 1 Sekretaris 2

Bendahara

Seksi- Seksi

Informasi / dakwah Peralatan

(51)

Sistem kepengurusan ini dimiliki oleh HIPPMA Pusat dan pada 21 ranting pensiunan buruh perkebunan. Adapun yang menjadi tugas- tugas dari setiap pengurus:

1. Dewan Penasehat :

• Mendampingi gerakan HIPPMA

• Memberikan gagasan, sumbangsi pemikiran dan konsep dalam

organisasi

• Membawa delegasi

2. Ketua dan Wakil Ketua :

• Menandatangani surat masuk dan surat keluar

• Memutuskan hasil rapat internal

• Membuat keputusan rapat

• Mengecek kebenaran yang dibuat bawahan ( Sekretaris dan

Bendahara )

• Menandatangani surat masuk dari pusat

• Menandatangani surat keanggotaan bila ada formulir Kartu Tanda

Anggota ( KTA )

• Mengecek infentaris dari sekretaris

• Menandatangani kwitansi yang keluar dari bendahara

(52)

3. Sekretaris :

• Menyimpan stempel pada setiap ranting • Mencatat hasil rapat berupa notulen

• Membuat surat keluar, kop surat dan menandatangani

• Mengarsip surat masuk dan surat keluar

• Menyediakan kwitansi dan materai

• Membuat pernyataan surat berupa formulir yang akan

ditandatangani oleh ketua maupun wakil ketua

• Membuat selebaran tentang hasil rapat, keputusan dan untuk keluar

• Hasil rapat dilaporkan ke ketua

• Menyediakan surat-surat untuk keperluan ranting • Memberi stempel surat keluar

• Mendata nama-nama anggota

4. Bendahara :

• Mencatat kas masuk dan keluar • Mengecek pembayaran anggota

• Menyimpan uang anggota

• Mengeluarkan uang izin ketua

• Membuat data yang sifatnya transparan

• Membuat buku kas besar / kecil

• Membuat rekapitulasi pengeluaran • Menyediakan kwitansi transaksi

(53)

5. Humas :

• Membuat selebaran atas izin ketua

• Menyampaikan surat-surat yang ditandatangani ketua

• Memberi informasi kepada anggota • Menerima keputusan surat masuk / keluar

6. Peralatan :

• Siap menyediakan perlengkapan

• Memberikan keterangan kepada ketua bahwa semua telah siap

untuk dilaksanakan 7. Informasi / dakwah :

• Mencari figur ustad untuk ceramah dan melaporkan kepada ketua

• Memberitahukan honor ustazah ketua ataupun bendahara

• Siap dipanggil pengurus untuk kepentingan organisasi

4.3 Bergesernya Kedudukan Hak Ulayat di Areal Perkebunan Sumatera Utara

(54)

pengusaha perkebunan Belanda ke Sumatera Utara yang mendapatkan tanah dengan hak sewa jangka panjang dari sultan. Keadaan ini mulai menggeser kedudukan hak ulayat, karena tanah hak ulayat mereka telah disewakan oleh sultan kepada pihak perkebunan. Tanah yang biasa dipergunakan oleh masyarakat untuk berladang, bertani dan memungut hasil hutan ketika itu telah menjadi perkebunan. Kemudian masyarakat mengenal cara bertani menetap diatas tanah jaluran yang disediakan oleh pihak onderneming dan dijamin dalam akte konsesi.

Pelaksanaan pembagian tanah jaluran telah menimbulkan konflik antara masyarakat dan pihak onderneming, karena pihak onderneming tidak menaati ketentuan dari akte konsensi. Mereka membagikan tanah jaluran kepada pihak pendatang dan buruh perkebunan. Masyarakat penunggu yang berhak atas tanah jaluran menjadi resah dan sejak saat itu pula terjadi konflik dan kedudukan hak ulayat semakin meipis. Sementara itu sultan tidak dapat berbuat banyak untuk melindungi hak ulayat masyarakat bahkan sultan dan para kerabatnya ikut berkoalisi dengan pihak onderneming dalam rangka memanfaatkan tanah jaluran.

(55)

Konflik mengenai hak ulayat ini terus berlangsung dan tidak dapat diselesaikan secara tuntas,sehingga untuk mengantisipasi hal tersebut pemerintah mengeluarkan Peraturan Mentri Agraria/Kepala BPN No.5 tahun 1999, Tentang Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat. Menurut Pemda Tingkat I Sumatera Utara, Peraturan Mentri Agraria /Kepala BPN No.5 tahun 1999, seyogiyanya dapat dijadikan sebagai dasar/toalk ukur untuk berbuat sesuatu dalam penyelesaian masalah tanah hak ulayat khususnya di Sumatera Utara. Konsenkuensi dari pernyataan ini berarti bahwa, apabila di areal PTPN dalam kenyataannya masih terdapat hak ulayat,maka kepada masyarakat adanya harus diberikan recognitie dan apabila HGU dari PTPN itu sudah berakhir maka untuk memperpanjang harus terlebih dahulu dimusyawarahkan kepada masyarakat setempat, sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Begitu juga sebaliknya jika dalam kenyataan hak ulayat sudah tidak ada lagi, maka pemerintah harus menolak dengan tegas segala bentuk gugatan masyarakat yang mengatasnamakan hak ulayat.

(56)

kesamaan dalam hal apapun yang ada sebelum kekeliruan berlangsung. (Syafruddin:2005)

4.4 Profil Informan

Profil informan dalam penelitian ini terdiri dari informan yang aktif terlibat dalam setiap proses gerakan sosial HIPPMA. Para informan memiliki pengetahuan dan wawasan dalam memberikan informasi dan penjelasan tentang gerakan sosial HIPPMA ( Himpunan Pensiunan Perkebunan Maju Bersama ) dalam memperjuangkan hak – hak pensiunan buruh PTPN II.

1. Nama : Ir. Parlin Manihuruk Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 55 tahun

Pendidikan : S1

Pekerjaan : Wiraswasta Jumlah Anak : 5 orang

(57)

gerakan bersama di Sumatera Utara yang kemudian melahirkan berbagai macam kelompok buruh untuk meminimalkan konflik pada masa rezim orde baru tersebut yang salah satunya adalah HIPPMA.

Menjadi seorang tokoh aktivis bukanlah pekerjaan utamanya akan tetapi pak Parlin tetap menyempatkan waktunya untuk memberikan arahan maupun gagasan dan ide-ide saat anggota HIPPMA yang lainnya sedang mengadakan pertemuan dan diskusi. Menjadi salah satu tokoh yang penting dalam perjuangan HIPPMA membuat pak Parlin tidak melepaskan tanggung jawabnya.

“ Saya merasa tetap optimis dalam setiap perjuangan organisasi HIPPMA ini bahwa mereka pasti mendapatkan apa yang menjadi hak dan tujuan bersama. 15 tahun merupakan perjuangan yang panjang dengan banyak masalah didalamnya tetapi anggota HIPPMA ini merasa perjuangannya tidak akan pernah selesai dan akan terus berlanjut walaupun terkadang paraanggota sudah mengalami kejenuhan dan itu bisa dimaklumi.” ( wawancara 13 Juni 2015 )

(58)

2. Nama : Sri Rahayu Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 58 tahun

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Aktivis

Jumlah Anak : 2 orang

Ibu Sri Rahayu yang sering dipanggil dengan Bunda Sri merupakan Ketua HIPPMA pusat Sumatera Utara. Ibu Sri yang memilii jiwa Nasionalisme tinggi memulai kariernya sebagai aktivis lingkungan. Sepanjang menjadi aktivis lingkungan, Ibu Sri memiliki kinerja yang baik sehingga diminta pula oleh Lembaga Agresu ( Aliansi Gerakan Rakyat Sumatera Utara ) untuk mengurusi masalah para pensiunan para buruh PTPN II dimana persoalan tidak bisa diselesaikan sendiri oleh para pensiunan. Tertarik dengan permasalahan para pensunan para buruh membuat Ibu Sri bersemangat untuk ikut serta dan ambil alih dalam setiap perjuangan. Ibu Sri merasa ia perlu untuk membantu memperjuangkan nasib para buruh pensiunan dikarenakan para buruh pensiunan semakin tertindas. Ibu Sri dan anggota Agresu mulai merekrut anggota para pensiunan pada tahun 1995.

(59)

buruh pensiunan agar mau bersatu dan pelahan-lahan para buruh pensiunan mulai terbuka secara pribadi dan mau untuk sama-sama berjuang.

“... mereka yang mau masuk dalam keanggotaan HIPPMA tidaklah dengan keterpaksaan yang kami buat tetapi diberikan kebebasan seluas-luasnya untuk mau bergabung atau tidak. Ketika dia berpikir bahwa organisasi HIPPMA ini merupakan wadah yang tepat baginya untuk bernaung, berlindung dan menyatukan aspirasi maka ia akan masuk keanggotaan HIPPMA tergantung kesadaran masing-masing orangnya.” (wawancara 18 Juni 015)

Pernyatan Ibu Sri menegaskan bahwa keanggotaan HIPPMA ada bukan karena hasil paksaan maupun ancaman tetapi karena adanya kesadaran dari para pensiunan maupun para buruh perkebunan untuk bergabung dalam organisasi HIPPMA. Mereka masuk karena kesadaran untuk bersatu, memiliki wadah tempet perlindungan dan rasa membutuhkan satu dengan yang lainnya.

(60)

Ibu Sri sebagai ketua pusat tidak memiliki kesulitan dalam anggota yang begitu banyak karena Bu Sri sejak awal telah memandirikan anggota-anggotanya dengan mendirikan 21 ranting dan setiap ranting memiliki kepengurusan intinya sendiri sehingga setiap pertemuan dapat dilakukan secara bergilir dan setiap masalah dapat diselesaikan segara tanpa harus mengumpulkan massa terlebih dahulu karena sudah ada yang mengurus, mengatur dan mendampingi para buruh pensiunan.Ibu Sri berharap semangat para pensiunan tetap ada dan kesolidan tetpa terjaga demi menghindari ancaman- ancaman dari luar HIPPMA sendiri.

3. Nama : Mahmudin

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 61 tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan ( sebelum pensiun) : Bagian keuangan

Jumlah Anak : 2 orang

Pendapatan pensiunan : Rp.570.620/bulan

(61)

hak-hak yang tidak terpenuhi itu akhirnya Pak Mahmudin memutuskan untuk masuk dalam organisasi HIPPMA.

Pada awal berdirinya organisasi HIPPMA yaitu tahun 2000, Pak Mahmudin masih enggan untuk masuk dalam keanggotaan, tetapi pelahan-lahan mulailah muncul kesadaran untuk masuk dalam organisasi HIPPMA tepatnya pada tanggal 10 Juli 2009 karena Pak Mahmudin melihat organisasi HIPPMA ini merupakan suatu wadah yang tepat untuk berlindung dan mampu merealisasikan apa yang menjadi tuntutan Pak Mahmudin bagi PTPN II. Pak Mahmudin yang masuk keanggotaan HIPPMA ketika ia masih aktif bekerja di PTPN II ini melihat bahwa struktur kepengurusan organisasi HIPPMA berjalan dengan baik dengan keanggotaan yang sah, lingkungan sosial yang memang sama-sama memperjuangkan hak-hak demi kepentingan bersama serta memiliki badan hukum yang jelas sehingga struktur kepengurusan menjadi terorganisir.

Pak Mahmudin kembali menjelaskan tentang cara pemilihan calon kepengurusan setiap ranting yaitu

(62)

Pak Mahmudin menegaskan bahwa pemilihan calon kepengurusna organisasi HIPPMA yang terdiri dari 21 ranting tersebut dilakukan secara serius dengan cara musyawarah mufakat sehingga setiap orang boleh menyatakan aspirasinya untuk memilih siapa yang tetap untuk menjadi calon kepengurusan organisasi HIPPMA sehingga organisasi HIPPMA lebih baik danmaju lagi.

Menurut Pak Mahmudin perjuangan organisasi HIPPMA sudah mengangkat harkat pensiunan perkebunan yang seakan hak-hak normatif diabaikan oleh pihak PTPN II. Perjuangan tidak akan pernah selesai sampai hak-hak dapat terealisaikan. Hak – hak-hak pensiunan lambat untuk diproses tetapi ketika pihak ketiga datang untuk menawarkan bisnis maka PTPN II cepat melakukan prosesnya. Pak Mahmudin melihat adanya mafia – mafia dibalik PTPN II misalnya adanya kepemilikan tanah negara sebanyak 5 Ha yang dimiliki oleh mantan Dirut PTPN II yang kemudian sekarang ditahan di Polda. Itu semua terdapat mafia- mafia didalamnya yang menggunakan petinggi PTPN II sebagai alat untuk mengambil tanah negara.

Menurut Pak Mahmudin ketidak berpihakan PTPN II terhadap para pekerja maupun para pensiunan perkebunan dapat dilihat dari kejadian yang menimpa salah seorang pensiunan.

(63)

berdiri lebih bagus dari rumah yang sebelumnya. Direksi PTPN II berusaha untuk melawan dan menakuti kami dengan ancaman tetapi setiap anggota tetap bertahan dan mampu untuk melawan pihak direksi.”(wawancara 19 juni 2015)

Pernyataan Pak Mahmudin ini menegaskan kembali bahwa pihak PTPN II tidak memiliki keberpihakan kepada para pekerja maupun pensiunannya. Orientasi hanya berada pada kepentingan ekonomi saja. Ketika para pensiunan perkebunan tetap bertahan untuk melwan pihak PTPN II maka mereka akan bisa tetap tinggal dirumah yang sudah lama mereka tempati tersebut.

Pak Mahmudin menambahkan bahwa masuk dalam keanggotaan HIPPMA memiliki keistimewaan lainnya. Bukan hanya memperjuangkan hak-hak para pensiunan saja, organisasi HIPPMA juga memperjuangan hak-hak para ahli waris. Dimana ahli waris merupakan orang dari anggota keluarga yang mewakili orangtuanya yang telah meninggal untuk meneruskan terwujudnya keinginan pencapaikan hak-hak yang telah diperjuangkan orangtuanya selama masa hidupnya. Itulah beberapa hal yang menjadi keistimewaan organisasi HIPPMA sehingga Pak Mahmudin tetap bertahan dalam kepengurusan. Walaupun ia merasa bahwa mencapai terpenuhinya hak-hak berjalan lambat tetapi pasti masih ada harapan dan tidak akan pernah menyerah.

4. Nama : Nurhayat

Jenis Kelamin : Laki-laki

(64)

Pendidikan : YAIN

Pekerjaan ( sebelum pensiun) : Pendidikan agama islam

Jumlah Anak : 5 orang

Pendapatan pensiunan : Rp.481.000/bulan

Pak Nurhayat merupakan salah satu anggota aktif di organisasi HIPPMA. Tidak hanya sebagai anggota, Pak Nurhayat terpilih sebagai wakil ketua ranting daerah Kandir. Pak Nurhayat selalu mengikuti perkembangan gerakan HIPPMA dan menjadi fasilitator antara ranting Kandir dengan ranting lainnya sehingga Pak Nurhayat juga memiliki peran yang penting untuk meningkatkan HIPPMA menjadi lebih baik. Pak Nurhayat juga merupakan jenjang YAIN yang berprofesi pada bagian umum dari PTPN II yaitu di pendidikan agama islam. Pak Nurhayat menyatakan bahwa ia telah masuk dalam keanggotan HIPPMA sejak tahun 2007. Ia menyatakan bahwa masuk HIPPMA merupakan suatu keputusan yang tepat. Ia merasa bahwa ia perlu untuk bernaung dalam suatu wadah organisasi yang benar-benar memperjuangkan hak-haknya dan juga memperjuangkan kepentingan bersama.

(65)

“bagi yang masih aktif pada waktu itu seperti kami ini banyak yang masuk HIPPMA dengan kesadaran masing-masing bukan dengan paksaan dari berbagai pihak. Kedalam masuk anggota HIPPMA waktu aktif bekerja kena ancam akan mutasi sehingga kami cari solusi yaitu bagi anggota yang masih aktif bekerja tidak boleh dulu ikut melakukan gerakan atau istilahnya kita berperan dibalik layar. Tapi waktu masuk masa MBT ( Masa Bebas Tugas ) nah disitulah kami baru aktif dalam setiap gerakan yang dilakukan HIPPMA. Kami lampiaskan segala kekecewaan dengan bersemangat melakukan gerakan.” (wawancara 19 juni 2015)

Pak Nurhayat menjelaskan bahwa masuk dalam organisasi yang diluar dari PTPN II tidaklah mudah. Ancaman selalu datang sehingga ketika Pak Nurhayat masuk dalam kepengurusan organisasi HIPPMA, ia tidak bisa berperan aktif didalamnya untuk menghindari ancaman yang terjadi. Tetapi ketika ia sudah menjadi pensiunan barulah ia aktif dalam setiap kegiatan.

(66)

5. Nama : Edi Saputra Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 60 tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan ( sebelum pensiun) : Tehnik

Jumlah Anak : 3 orang

Pendapatan pensiunan : Rp.510.000/bulan

Pak Edi merupakan anggota aktif dalam HIPPMA. Ia memiliki peran penting dalam organisasi HIPPMA ranting yaitu sebagai sekretaris organisasi HIPPMA di ranting Kandir. Pak Edi yang selama bekerja memiliki penghasilan Rp.1.800.000 ini merasa gaji yang didapatnya tidaklah cukup apalagi dengan gaji pensiunannya yang hanya Rp.510.000 ini membuatnya bersemangat masuk dalam keanggotaan HIPPMA untuk memperjuangkan hak-haknya. Selain gaji yang rendah ia juga merasa bahwa PTPN II mempersulit kehidupannya karena berusaha menggusurnya dari rumah yang telah ditempatinya selama puluhan tahun. Hal yang sulit itupun tidak hanya dirasakan oleh Pak Edi saja tetapi oleh para anggota organisasi HIPPMA lainnya sehingga mereka sepakat untuk sama-sama berjuang demi kepentingan bersama.

(67)

“.... karena kegigihan dalam perjuangan yang tidak pernah hentinya dan ketidakputusasaan kami inilah makanya kami masih bisa tinggal dirumah kami. Jika tidak berjuangkan sekarang mungkin sudah tidak ada tempat tinggal lagi makanya masuk organisasi HIPPMA menjadikan saya merasa aman jika mau digusur dan saya melihat banyak mafia-mafia dibalik PTPN II sehingga sampai sekarang kami-kami ini selalu dipersulit untuk mendapatkan hak kami.” (wawancara 20 Juni 2015 )

Pak Edi memberikan penjelasan tentang gambaran perjuangan organisasi yang hasilnya sudah dirasakan oleh ia dan keluarganya yang masih bisa tetap menempati rumah sampai dan tidak takut lagi untuk digusur karen sudah berada dalam wadah organisasi HIPPMA.

6. Nama : Karsono Edi

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 69 tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan ( sebelum pensiun) : Infeksi Verifikasi

Jumlah Anak : 5 orang

Pendapatan pensiunan : Rp.540.000/bulan

(68)

walaupun jenuh tetap ada tapi itu hanya sementara. Perjuangan bagi Pak Karsono adalah hal yang terpenting karena jika bukan para pensiunan yang berjuang demi kepentingannya lalu siapa lagi yang akan memperjuangkan nasib mereka. Anggota tetap HIPPMA sebagian besar adalah orang yang sudah tua dan rentan terhadap kata jenuh. Walaupun semangat juang tidak begitu stabil tapi Pak Karsono yakin masih ada harapan untuk terwujudnya hak-hak mereka.

Pak Karsono yang tetap bersemangat ini menyatakan bahwa hak atas rumah dan tanah adalah hal yang terpenting karena tempat tinggal yang paling dibutuhkan setiap orang untuk tempatnya berinteraksi dan bisa juga diberikan pada anak cucu untuk tempat tinggal bagi generasi selanjutnya. Pak Karsono menjelaskan keistimewaan masuk dalam organisasi HIPPMA ini adalah solidaritas yang kuat diantara setiap anggotanya. Pak Karsono memberikan contoh kecil yaitu

“.... dimana hak-hak para pensiunan di 21 ranting ini tidak semuanya sama kan. Ada yang belum mendapatkan catu beras, ada yang belum dapatkan jubelium, ada yang mau digusur dan banyak hak lainnya. Tetapi dengan beranekaragaman hak-hak tersebut tidak membuat kami menjadi terpecah-pecah. Malahan kami semakin bersatu demi kepentingan bersama bukan untuk kepentingan pribadi walupun dalam setiap organisasi pasti memiliki hambatan baik dari internal maupun eksternal dari organisasi HIPPMA ini.” ( wawancara 20 Juni 2015 )

(69)

mencapai terpenuhinya hak mereka secara bersama-sama tanpa mempertimbangkan hak siapa yang harus terlebih dahulu diutamakan.

Sebagai anggota yang sudah lama aktif dalam organisasi HIPPMA, Pak Karsono merasa bahwa organisasi HIPPMA bukanlah organisasi yang sembarangan karena memiliki dasar landasan yang kuat yaitu Undang-Undang serta diperketat oleh Badan Hukum yang mendukung kebenaran perjuangan mereka. Menurutnya tidak semua organisasi bisa melakukan hal yang sama sehingga ia menikmati setiap perjuangan yang dilakukan bersama-sama.

7. Nama : Supito

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 74 tahun

Pendidikan : SR

Pekerjaan ( sebelum pensiun) : Mandor

Jumlah Anak : 4 orang

Pendapatan pensiunan : Rp.490.000/bulan

(70)

masalah. Pak Supito masuk dalam organisasi HIPPMA sudah sejak berdirinya organisasi HIPPMA tersebut yaitu sejak tahun 2000.

Pak Supito menjelaskan sudah banyak perjuangan yang dilakukan oleh organisasi HIPPMA ini karena Pak Supito sudah berperan ketika awal keberjuangan HIPPMA. Pak Supito melihat adanya rasa saling memiliki diantara anggota. Ia menjelaskan bahwa para pensiunan masuk ke organisasi HIPPMA karena merasa tidak punya tempat untuk menyampaikan keluh kesahnya. Hal ini didukung dengan pernyataan

“yang memotivasi kami ini masuk HIPPMA ya orang pensiunan ini berfikir kalau tidak ada wadahnya itu sama seperti ayam kehilangan induknya.”(wawancara 10 Juli 2015)

Pernyataan Pak Supito didukung dengan memberikan contoh seperti

“...kita pernah diancam oleh pihak PTPN II tahun 2008 dapat surat pengosongan rumah ya itu jadi masalah buat kita dan berpikir mau kemana kalau diusir. Tapi karena ada rentetan surat-surat kita dari tahun 2000 ada surat kesepakatan yang ditandatangani oleh DPR, pihak pensiunan dan Direksi itulah yang dipertahankan. Maka kalu kami tidak punya wadah saya rasa sudah morat-marit kita ini artinya ga ada yang

mimpin dan ga ada wadahnya dan yang jelas ga ada

kekuatannya.”(wawancara 10 Juli 2015)

(71)

organisasi HIPPMA ini dan adanya dasar-dasar hukum yang membuat mereka menjadi kuat dalam setiap perjuangan untuk mendapatkan haknya.

Dalam setiap organisasi biasanya dipimpin oleh orang-orang yang dinilai memiliki kekuatan yaitu laiki-laki. Streotipe bahwa wanita lemah dan tidak bisa memimpin ternyata dibantah oleh anggota organisasi HIPPMA yang notabet anggotanya adalah laki-laki. Bagi Pak Supito, ketua umum organisasi HIPPMA dipimpin oleh seorang wanita tidaklah menjadi masalah. Ia menyatakan bahwa

“ Kami yakin bahwa Bu Sri mampu untuk memimpin kami walaupun dia seorang perempuan karena sudah ada buktinya. Kalau ga ada buktinya ya orang ga percaya. Waktu kami diteror oleh PTPN II siapa yang nangkis? Ya yang pertama perintah Ibu kumpulkan surat kemudian dibawa Ibu Sri ke kantor DPR dan setelah itu pihak PTPN II dipanggil. DPR bilang kok begini jadinya, harusnya hasilnya sesuai dengan surat kesepakatan tahun 2000 dan terakhit PTPN II mundur. Coba kalau kita tidak punya wadah organisasi udah morat-maritlah ini istilahnya.”

(72)

8. Nama : Yahya Efendi Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 76 tahun

Pendidikan : SR

Pekerjaan ( sebelum pensiun) : Danton Kepala Keamanan Hansip

Jumlah Anak : 3 orang

Pendapatan pensiunan : Rp.230.000/bulan

Pak Yahya merupakan salah satu ketua ranting dari 21 ranting organisasi HIPPMA yaitu di ranting Bulu Cina. Pak Yahya yang pensiun sejak tahun 1966 ini telah bekerja di PTPN II selama 30 tahun. Pak Yahya menyatakan bahwa ia masuk dalam kenaggotaan HIPPMA sejak 15 tahun yang lalu setelah mengenal Ibu Sri Rahayu sejak tahun 1998. Ibu Sri yang pertama sekali memperkenalkan orgaisasi HIPPMA kepada Pak Yahya sehingga ia mau untuk masuk dalam keanggotaan. Sebagai ketua ranting, Pak Yahya berperan untuk melindungi anggota-anggotanya dari ancaman berbagai pihak. Ketika anggotanya diancam untuk digusur maka Pak Yahya yang pergi ke kantor PTPN untuk menyelesaikannya. Pak Yahya juga menambahkan bahwa setiap ranting diupayakan untuk mandiri dalam menyelesaikan masalah. Ketika masalah sudah tidak dapat terselesaikan maka melapor ke ketua umum yang bertempatan di kantor pusat yaitu di Desa Tanjung Sari.

(73)

“...HIPPMA ini kan memperjuangkan orang-orang yang kehilangan haknya dan menampung segala keluh kesah para pensiunan maupun karyawan PTPN II yang bergabung dalam keanggotaan HIPPMA. Awalnya kami menderita betul, kami kesana-kemari dan akhirnya Ibu Sri datang menghimbau kami. Disitulah kami mulai tuntut SHT habis itu rumah dan pekerangan untuk dijadikan hak milik. Ya kalau dibilang 15 tahun ini jatuh bangun.”

Pak Yahya menegaskan bahwa dia dan anggota lainnya telah sepakat akan terus berjuang sampai akhir hayat nantinya. Itu sudah menjadi tekat mereka hingga sekarang. Keberjuangan akan terus berlanjut dan ketika meninggal pun ada ahli waris yang akan sama-sama berjuang untuk meneruskan perjuangan dari orangtua mereka. Dan harapan Pak Yahya tidak banyak hanya masalah kepemilikan tanah dan rumah itu yang terlebih dahulu diselesaikan bersama.

9. Nama : Tumin

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 72 tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan ( sebelum pensiun) : Mandor

Jumlah Anak : 7 orang

Pendapatan pensiunan : Rp.486.000/bulan

Gambar

Tabel 1.1 Keanggotaan HIPPMA
Tabel 1.2 Susunan Kepengurusan HIPPMA

Referensi

Dokumen terkait

Hasil performa itik selama penelitian yang diberi campuran larutan daun sirih (Piper betle Linn) ke dalam pakan meliputi konsumsi pakan, pertambahan bobot badan

Angin pasat yang arahnya tetap, dapat menimbulkan arus tetap yang disebut arus khatulistiwa dan bergerak ke arah barat. Ada lima arus khatulistiwa, yaitu satu di Lautan Hindia, dua

BIDANG DATA, INFORMASI PELAYANAN UMUM, & PENGADUAN DAN BIDANG PENGOLAHAN & PENERBITAN PERIZINAN & NON PERIZINAN NAMA SOP : Pelayanan Tanda Daftar Perusahaan (TDP)1.

In this paper, we present a new automatic LiDAR point cloud segmentation method using suitable seed points for building detection and roof plane extraction.. Firstly, the LiDAR

BIDANG DATA, INFORMASI PELAYANAN UMUM, & PENGADUAN DAN BIDANG PENGOLAHAN & PENERBITAN PERIZINAN & NON PERIZINAN NAMA SOP : Pelayanan Izin Hotel, Home Stay,

Although only multibeam echo sounder system is used in this study, both single beam or multi beam echo sounder systems use SONAR (SOund Navigation And Ranging) for the depth

BIDANG DATA, INFORMASI PELAYANAN UMUM, & PENGADUAN DAN BIDANG PENGOLAHAN & PENERBITAN PERIZINAN & NON PERIZINAN NAMA SOP : Pelayanan Tanda Daftar Gudang (TDG)..

In this study, we focus on the influence of fluctuating sky conditions to the diurnal and daily changes in the forest light environment, and we measure the incident PAR on the top of