PENINGKATAN MUTU REPRODUKSI IKAN HIAS
MELALUI PEMBERIAN KOMBINASI ASAM LEMAK
ESENSIAL DAN VITAMIN E DALAM PAKAN PADA
IKAN UJI ZEBRA, Danio rerio
Oleh:
NUR BAMBANG PRIYO UTOMO
B661020011
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi dengan judul PENINGKATAN MUTU REPRODUKSI IKAN HIAS MELALUI PEMBERIAN KOMBINASI ASAM LEMAK ESENSIAL DAN VITAMIN E DALAM PAKAN PADA IKAN UJI ZEBRA. Danio rerio adalah karya saya sendiri dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Bogor, Juli 2009
NUR BAMBANG PRIYO UTOMO
ABSTRACT
NUR BAMBANG PRIYO UTOMO. Improved Reproductive Performance of Ornamental Fish by Combined Effect of Dietary Essential Fatty Acid and Vitamin E Using Zebrafish, Danio rerio as Test Fish. Under the supervision of MUHAMMAD ZAIRIN Jr. As a chairman, TUTY L. YUSUF, MARIA BINTANG, and ING MOKOGINTA as members of the Supervisory Committee.
This research consisted of four experimental phase. A series of experiment had been conducted to determine the dietary essential fatty acid and vitamin E requirement for reproduction of broodstock zebrafish, Danio rerio. The experiments had been carried out at Faculty of Fisheries and Marine Science, Bogor Agricultural University, Bogor .
The objective of the first experiment were conducted to determine the dietary essential fatty acid for reproduction of broodstock zebrafish, Danio rerio. The experiment had been carried out for consecutive seven months. Six isonitrogenous (39%) and isocaloric (3,200 kcal digestible energy/kg diet) practical diets, with different levels of essential fatty acid (0,66% n-3, 1,03% n-3, 1,50% n-3, 2,04% n-3 combined respectively with 1,03% n-6, 1,04% n-6, 1,05% n-6, 1,98% n-6, and 2,04% n-6) were fed to zebrafish broodstock. Fish were fed at satiation using these diets. During feeding period, gonad maturation stages were examined. The dietary with different level of essential fatty acid affected the chemical content, gonad somatic index, fecundity, egg size, hatching rate, fertilization rate, and total number of normal larvae. The results showed that the best test feed; 1,03% n-3 fatty acids in the diet combined respectively with 2,04% n-6 fatty acids; improved reproductive performance of zebrafish.
The second experiment was done to study the dietary vitamin E requirement for reproduction of broodstock zebrafish Danio rerio. Four isonitrogenous (37% crude protein) and isocaloric (3,293 kcal digestible energy/kg diet) practical diets, namely diets A, B, C, and D with different levels of vitamin E were fed to zebrafish broodstock. The broodstock were cultivated in aquaria. Diet A contained low dosage of vitamin E (9 mg vitamin E /kg diet), while diets B (132 mg vitamin E /kg diet), C (258 mg vitamin E /kg diet), and diet D (384 mg vitamin E /kg diet), combined respectively with 1,03 % n-3 fatty acids and 2,04 % n-6 fatty acids. Fish were fed at satiation for 60 days using these diets. During feeding period, gonad maturation
size, chemical content, total number of normal larvae, and survival rate of larvae produced Result of the experiment indicated at dosage 1,03% n-3 fatty acids and 2,04% n-6 fatty acids, zebrafish require 258 mg vitamin E/kg feed in the diet for reproduction. The results showed that the best test feed; 258 mg vitamin E/kg feed in the diet combined respectively with 1,03% n-3 fatty acids and 2,04% n-6 fatty acids; improved reproductive performance of zebrafish.
The third experiment was conducted to determine the dietary vitamin E requirement for reproduction of male broodstock zebrafish Danio rerio. Four isonitrogenous (37% crude protein) and isocaloric (3,293 kcal digestible energy/kg diet) practical diets, namely diets A, B, C, and D with different levels of vitamin E were fed to zebrafish broodstock. The broodstock were cultivated in aquaria. Diet A contained low dosage of vitamin E (9 mg vitamin E /kg diet), while diets B (132 mg vitamin E /kg diet), C (258 mg vitamin E /kg diet), and diet D (384 mg vitamin E /kg diet), combined respectively with 1,03 % n-3 fatty acids and 2,04 % n-6 fatty acids. Fish were fed at satiation for 28 days using these diets. During feeding period, gonad maturation stages were examined. The dietary with different level of vitamin E affected the gonad somatic index, growth rate, and feed efficiency. Result of the experiment indicated at dosage 1,03% n-3 fatty acids and 2,04% n-6 fatty acids, male zebrafish require 258 mg vitamin E/kg feed in the diet for reproduction. The results showed that the best test feed; 258 mg vitamin E/kg feed and 384 mg vitamin E/kg feed in the diet combined respectively with 1,03% n-3 fatty acids and 2,04% n-6 fatty acids; improved reproductive performance of male zebrafish.
essential fatty acid affected the gonad somatic index, fecundity, total number of normal larvae, and survival rate of larvae produced. The results showed that the best test feed; 258 mg vitamin E/kg feed in the diet combined respectively with 1,03% n-3 fatty acids and 2,04% n-6 fatty acids; improved reproductive performance of zebrafish better than commercial feed.
In general, it is concluded that the dietary with different level of essential fatty n-3 and n-6 acid affected the chemical content, gonad somatic index, fecundity, fertilization rate, and total number of normal larvae. The dietary with different level of vitamin E affected the egg size, chemical content, total number of normal larvae, and survival rate of larvae produced. Result of the experiment indicated at dosage 1,03% n-3 fatty acids and 2,04% n-6 fatty acids, zebrafish require 258 mg vitamin E/kg feed in the diet for reproduction.
RINGKASAN
NUR BAMBANG PRIYO UTOMO. Peningkatan Mutu Reproduksi Ikan Hias Melalui Pemberian Kombinasi Asam Lemak Esensial dan Vitamin E dalam Pakan pada Ikan Uji Zebra, Danio rerio. Dibimbing oleh MUHAMMAD ZAIRIN Jr. sebagai Ketua Komisi Pembimbing , TUTY L. YUSUF, MARIA BINTANG, dan ING MOKOGINTA sebagai Anggota Komisi Pembimbing.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kebutuhan asam lemak esensial dan vitamin E dalam proses reproduksi ikan zebra (Danio rerio) yang dilaksanakan dalam empat tahap penelitian yang saling berhubungan. Seluruh rangkaian penelitian dilakukan di Institut Pertanian Bogor.
Penelitian pertama dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui peran asam lemak esensial dalam proses reproduksi ikan zebra, Danio rerio. Penelitian dilakukan selama tujuh bulan. Enam pakan perlakuan yang sama kandungan protein (39%) dan sama kandungan kalori (3200 kkal/k g feed) dengan kandungan asam lemak esensial yang berbeda (0,66% n-3, 1,03% n-3, 1,50% n-3, 2,04% n-3 dikombinasikan dengan 1,03% n-6, 1,04% n-6, 1,05% n-6, 1,98% n-6, dan 2,04% n-6) diberikan kepada induk ikan zebra. Pemberian pakan dilakukan secara at satiation. Selama masa pemeliharaan, stadia kematangan gonad diperiksa secara teratur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pakan dengan kandungan asam lemak esensial yang berbeda mempengaruhi secara statistik kandungan kimia tubuh induk, telur dan larva. Pakan dengan kandungan asam lemak esensial yang berbeda juga berpengaruh terhadap nilai gonado somatik indeks, fekunditas, ukuran dan volume telur, derajat pembuahan, derajat penetasan, dan persentase larva abnormal. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa pakan uji terbaik untuk meningkatkan kinerja reproduksi ikan zebra adalah pakan uji yang mengandung 1,03% asam lemak esensial n-3 dalam pakan yang dikombinasikan 2,04% asam lemak esensial n-6.
perlakuan mempunyai kombinasi asam lemak n-3 berbanding n-6 sebesar 1:2. Ikan diberi pakan secara at satiation selama 60 hari pemeliharaan. Selama masa pemberian pakan, tingkat kematangan gonad diperiksa secara teratur. Perbedaan kandungan vitamin E pada kadar asam lemak 1,03% n-3 dan asam lemak 2,04% n-6 berpengaruh nyata secara statistik terhadap nilai diameter telur, kandungan nutrisi tubuh induk, telur, dan larva, gonado somatik indeks, lama pematangan telur, volume telur, kelangsungan hidup larva serta prosentase larva abnormal. Perbedaan kandungan vitamin E dalam pakan induk tidak berpengaruh secara statistik terhadap fekunditas, laju penyerapan kuning telur, derajat pembuahan telur, derajat penetasan telur, serta lama waktu embriogenesis. Secara umum, ikan zebra prasalin maupun pasca salin membutuhkan 258 mg vitamin E/kg pakan pada pakan dengan asam lemak 1,03% n-3 dan 2,04% n-6 serta kadar lemak total 8,26% untuk menghasilkan kinerja reproduksi yang terbaik.
Penelitian tahap tiga ditujukan untuk mengetahui kebutuhan vitamin E pada pakan induk jantan ikan zebra (Danio rerio) untuk reproduksi. Empat pakan perlakuan yang iso-protein (37%) dan iso-kalori (3.293 kcal digestible energy/kg pakan), dinamakan pakan A, B, C, dan pakan D dengan kandungan vitamin E yang berbeda diberikan kepada induk ikan zebra yang dipelihara di akuarium. Pakan A mengandung vitamin E terendah (9 mg vitamin E/kg pakan), sedangkan pakan B mengandung 132 mg vitamin E/kg pakan, pakan C asam mengandung vitamin E 258 mg /kg pakan, dan pakan D mengandung vitamin E 384 mg /kg pakan. Semua pakan perlakuan mempunyai kombinasi asam lemak n-3 berbanding n-6 sebesar 1:2. Ikan diberi pakan secara at satiation selama 28 hari pemeliharaan. Selama masa pemberian pakan, tingkat kematangan gonad diperiksa secara teratur. Perbedaan kandungan vitamin E pada kadar asam lemak 1,03% n-3 dan asam lemak 2,04% n-6 berpengaruh nyata secara statistik terhadap nilai gonado somatik indeks (GSI), laju pertumbuhan spesifik dan efisiensi pakan. Secara umum, ikan zebra jantan membutuhkan 258 – 384 mg vitamin E/kg pakan pada pakan dengan asam lemak 1,03% n-3 dan 2,04% n-6 serta kadar lemak total 8,26% untuk menghasilkan kinerja reproduksi yang terbaik.
pembudidaya ikan hias. Pakan komersil yang digunakan adalah pakan udang dan pakan ikan hias. Kandungan asam lemak pakan udang pada penelitian ini adalah 2,81% n-3, 0,85% n-6, vitamin E sebesar 25 mg/kg pakan, sedangkan kandungan asam lemak pakan ikan hias komersil pada penelitian ini adalah 0,75% n-3, 1,06% n-6 dengan kandungan vitamin E sebesar 18 mg/kg pakan. Pakan uji C merupakan pakan dengan kandungan 258 mg vitamin E/kg pakan yang dikombinasikan dengan kandungan 1,03% asam lemak n-3 dan 2,04% asam lemak n-6. Ikan diberi pakan secara at satiation selama 60 hari pemeliharaan. Selama masa pemberian pakan, tingkat kematangan gonad diperiksa secara teratur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan nutrien pada pakan komersial yang umum digunakan sebagai pakan induk hanya sesuai dengan kebutuhan nutrisi ikan zebra untuk pembesaran, sehingga kurang memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai pakan induk. Kinerja reproduksi ikan zebra yang diberi pakan uji dengan kandungan vitamin E sebesar 258 mg/kg dan asam lemak esensial 1,03% n3 dan 2,04% n6 lebih baik dibandingkan dengan kinerja reproduksi ikan zebra yang diberi pelet komersial.
Secara umum penelitian ini membuktikan bahwa kombinasi asam lemak n-3, n-6 dengan vitamin E dalam pakan berperan dalam penyusunan kandungan nutrisi tubuh induk, telur dan larva ikan zebra. Kinerja reproduksi terbaik ikan zebra prasalin dan salin adalah ikan yang diberi pakan dengan vitamin E sebesar 258 mg/kg, asam lemak esensial n-3 sebesar 1,03% dan asam lemak esensial n-6 sebesar 2,04% pada lemak total pakan 8,26% Penelitian ini memperlihatkan bahwa pakan induk ikan zebra dengan kandungan asam lemak esensial n-3 sebesar 1,03% serta n-6 sebesar 2,04% membutuhkan vitamin E sebesar 258 mg/kg pakan.
@ Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2009
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah
b. pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
PRAKATA
Segala puji serta syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan disertasi dengan judul “Peningkatan Mutu Reproduksi Ikan Hias Melalui Pemberian Kombinasi Asam Lemak Esensial dan Vitamin E dalam Pakan pada Ikan Uji Zebra, Danio rerio”. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Prof.Dr. M. Zairin Jr., selaku Ketua Komisi Pembimbing, Prof.Dr. Tuty L. Yusuf, Prof.Dr. Ing Mokoginta, dan Prof.Dr. Maria Bintang sebagai anggota komisi pembimbing yang telah memberikan nasehat, petunjuk, dan bimbingan mulai dari pembuatan proposal, pelaksanaan penelitian sampai dengan penulisan disertasi ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Etty Riyani, MS, sebagai penguji luar komisi pada ujian tetutup, Dr. Zafril Imran Azwar dan Prof.Dr. Komar Sumantadinata selaku penguji luar komisi pada ujian terbuka; yang telah memberikan masukan dan kritikan yang sangat membantu dalam penulisan disertasi ini. Kepada pimpinan IPB, Dekan FKH IPB, Dekan FPIK IPB, Program Studi BRP, Program Studi BDP FPIK IPB; atas segala fasilitas dan kesempatan yang diberikan selama penulis menempuh pendidikan serta menyelesaikan penelitian. Terima kasih saya sampaikan kepada tim manajemen Beasiswa Program Pascasarjana (BPPS), Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional; atas beasiswa yang diberikan. Terima kasih saya sampaikan kepada adik-adik mahasiswa yang terlibat dalam penelitian ini, Lia Nurmalia, Yudhita P., Ahmad Zakaria, Astrid L., Andri H., Ary F. Nasrulloh, Deden D. Ismara, Ela R. Mustika, Nurul Nurjanah, Siti Murniasih, Suci Istiqlal, serta Ni Wayan Widya Astuti.
Penulis persembahkan karya tulis ini untuk isteri Etty Tristiana dan anak-anak tercinta Adhiet Y. Utomo, Annisa R. Utomo, Alysa N. Utomo, serta seluruh keluarga besar Soedarno Hendro Atmodjo dan keluarga besar Soetikno. Mudah-mudahan disertasi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya budidaya perikanan.
Bogor, Juli 2009
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Banyumas, Jawa Tengah pada tanggal 14 Agustus 1965 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari bapak yang bernama Soedarno Hendro Atmodjo dan ibu bernama Soelijah. Pendidikan formal penulis ditempuh di SD Negeri Piasa I, Somagede (tamat tahun 1978), SMP Negeri 1 Banyumas (tamat tahun 1981) dan SMPP Negeri 1 Banyumas (tamat tahun 1984). Gelar Insinyur diperoleh pada tahun 1988 dari Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan IPB. Gelar Magister Sains diperoleh pada tahun 1998 dari Program Studi Biologi, Sekolah Pascasarjana IPB.
Penulis bekerja sebagai supervisor pada perusahaan tambak udang PT. Samudera Farmindo Luas pada bulan Maret 1989, dan pada tahun 1991 penulis dipercaya menjadi superintendent. Penulis diberi tugas oleh perusahaan yang sama untuk mengelola petambak plasma dari tahun 1992-1993. Tahun 1992 penulis mendapat penghargaan dari Bupati Tangerang sebagai pembina plasma terbaik. Pada tahun 1992 penulis menikah dengan Etty Tristiana dan dikaruniai tiga orang anak yaitu Adhiet Y. Utomo, Annisa R. Utomo, serta Alysa N. Utomo
PENINGKATAN MUTU REPRODUKSI IKAN HIAS
MELALUI PEMBERIAN KOMBINASI ASAM LEMAK
ESENSIAL DAN VITAMIN E DALAM PAKAN PADA
IKAN UJI ZEBRA, Danio rerio
NUR BAMBANG PRIYO UTOMO
Disertasi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Program Studi Biologi Reproduksi
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Disertasi : Peningkatan Mutu Reproduksi Ikan Hias Melalui Pemberian Kombinasi Asam Lemak Esensial dan Vitamin E
dalam Pakan pada Ikan Uji Zebra, Danio rerio
Nama : Nur Bambang Priyo Utomo Nomor Pokok : B661020011
Program Studi : Biologi Reproduksi
Menyetujui, 1. Komisi Pembimbing
Prof.Dr.Ir. Muhammad Zairin Jr., MSc. Prof.Dr. Drh. Tuty L. Yusuf, MS
Ketua Anggota
Prof.Dr. Ir. Ing Mokoginta, MS Prof. Dr. Maria Bintang, MS
Anggota Anggota
Diketahui
2. Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana
Biologi Reproduksi
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI i
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 4
Kerangka Pemikiran 5
Tujuan Penelitian 7
Manfaat Penelitian 7
Hipotesis 7
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Ikan Zebra (Danio rerio) 9
Reproduksi Ikan Zebra 10
Nutrisi Reproduksi 12
Kualitas Air 17
PENINGKATAN MUTU REPRODUKSI IKAN HIAS MELALUI PEMBERIAN KOMBINASI ASAM LEMAK ESENSIAL n-3 DAN n-6 DALAM PAKAN PADA IKAN UJI ZEBRA, Danio rerio Abstrak 19
Abstract 20
Pendahuluan 21
Tinjauan Pustaka 23
Metodologi Penelitian 26
Hasil dan Pembahasan 35
ii PENINGKATAN MUTU REPRODUKSI IKAN HIAS MELALUI PEMBERIAN KOMBINASI ASAM LEMAK ESENSIAL DAN VITAMIN E DALAM PAKAN PADA IKAN UJI ZEBRA, Danio rerio
Abstrak 48
Abstract 49
Pendahuluan 50
Tinjauan Pustaka 52
Metodologi Penelitian 57
Hasil dan Pembahasan 66
Kesimpulan dan Saran 75
PENINGKATAN MUTU REPRODUKSI IKAN HIAS MELALUI PEMBERIAN KOMBINASI ASAM LEMAK ESENSIAL DAN VITAMIN E DALAM PAKAN PADA IKAN UJI ZEBRA, Danio rerio JANTAN Abstrak 76
Abstract 77
Pendahuluan 78
Tinjauan Pustaka 80
Metodologi Penelitian 84
Hasil dan Pembahasan 91
Kesimpulan dan Saran 96
PERBANDINGAN KINERJA REPRODUKSI IKAN ZEBRA, Danio rerio, YANG MENGGUNAKAN PAKAN UJI DENGAN IKAN ZEBRA YANG MENGGUNAKAN PAKAN PELET KOMERSIAL Abstrak 97
Abstract 98
Pendahuluan 99
Tinjauan Pustaka 101
Metodologi Penelitian 103
Hasil dan Pembahasan 111
Kesimpulan dan Saran 115
PEMBAHASAN UMUM 116
KESIMPULAN DAN SARAN UMUM 122
DAFTAR PUSTAKA 123
iii
DAFTAR TABEL
Halaman 1. Kebutuhan asam lemak essesial pada beberapa jenis ikan 14 2. Komposisi pakan dari tiap perlakuan 27 3. Komposisi proksimat dan asam lemak n-3 dan asam lemak n-6 pakan
percobaan (% bobot kering) 28 4. Kombinasi asam lemak esensial n-3 dan n-6 tiap perlakuan (%) 28 5. Kandungan lemak, protein dan asam lemak pada tubuh induk, telur, dan larva ikan zebra yang diberi pakan dengan kandungan asam lemak yang berbeda 35 6. Nilai gonado somatik indeks (GSI), gonado somatik indeks salin (GSIS)
dan lama pematangan telur (LPT) ikan zebra yang diberi pakan dengan
kandungan asam lemak yang berbeda 38 7. Fekunditas, volume telur dan laju penyerapan kuning telur (LPKT)
ikan zebra yang diberi pakan dengan kandungan asam lemak yang berbeda 41 8. Derajat pembuahan telur (FR), derajat tetas telur (HR), dan kecepatan
waktu embriogenesis (KWE) ikan zebra yang diberi pakan dengan
kandungan asam lemak yang berbeda 43 9. Tingkat kelangsungan hidup larva (SR3 )dan persentase larva abnormal (PLA)
ikan zebra yang diberi pakan dengan kandungan asam lemak yang berbeda 46 10. Komposisi pakan tiap perlakuan 58 11. Komposisi proksimat pakan dalam persentase bobot kering (%) 58 12. Matrik penelitian 59 13. Kandungan lemak, protein dan vitamin E dari induk, telur, dan larva ikan
zebra yang diberi pakan dengan kandungan vitamin E yang berbeda 66 14. Gonado somatik indeks (GSI), lama pematangan telur (LPT) dan fekunditas ikan zebra yang diberi pakan dengan kandungan vitamin E yang berbeda 68 15. Nilai diameter telur, volume telur, dan laju penyerapan kuning telur (LPKT) ikan zebra yang diberi pakan dengan kandungan vitamin E yang berbeda 70 16. Derajat pembuahan telur (FR), derajat tetas telur (HR), dan kecepatan
waktu embriogenesis (KWE) ikan zebra yang diberi pakan dengan
kandungan vitamin E yang berbeda 72 17. Tingkat kelangsungan hidup larva (SR3 )dan persentase larva abnormal(PLA)
iv
18. Komposisi pakan perlakuan 85
19. Komposisi proksimat pakan dalam persentase bobot kering (%) 85
20. Matrik penelitian 86
21. Kriteria penilaian motilitas spermatozoa 88
22. Gonado somatik indeks (GSI), motilitas sperma,derajat pembuahan telur (FR), laju pertumbuhan spesifik (LPS), serta efisiensi pakan (EP) ikan zebra jantan yang diberi pakan dengan kandungan vitamin E yang berbeda 91
23. Komposisi proksimat pakan perlakuan (% bobot kering) 104
24. Matrik penelitian 105
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Bagan alur penelitian 8
2. Ikan zebra (Danio rerio) 10
3. Histologi gonad. Pewarnaan HE 39
4. Embriogenesis ikan uji zebra yang mendapat perlakuan. 45
5. Larva abnormal pada perlakuan vitamin E. Pewarnaan HE 73
6. Hubungan antara waktu pemeliharaan dengan nilai GSI 92
7. Morfologi sperma pra perlakuan 95
8. Morfologi sperma 15 hari perlakuan 95
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Komposisi vitamin campuran 129
2. Komposisi mineral campuran 130
3. Prosedur analisis proksimat 131
4. Prosedur analisis kualitas air 135
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Budidaya ikan hias merupakan suatu kegiatan usaha perikanan yang mempunyai potensi ekonomi cukup tinggi. Berdasarkan data FAO (2004), produksi serta perdagangan ikan hias dan tanaman hias hasil budidaya air tawar masih memiliki kontribusi yang besar terhadap industri ikan hias dunia. Nilai industri ikan hias dunia diestimasi bervariasi antara 1-5 milyar USD. Sementara itu nilai ekspor ikan hias dan tanaman hias dunia tahun 2003 kurang lebih 200 juta USD atau mengalami peningkatan 7-8% per tahun sejak tahun 1990-an. Produsen ikan hias dunia masih didominasi oleh Asia dengan kontribusi 65%, sedangkan selebihnya disuplai oleh Eropa dengan kontribusi 19%; dan Oceania, Afrika dan Amerika Utara dengan kontribusi sebesar 16%. Perkembangan pasar tujuan menunjukkan bahwa AS masih menjadi pasar utama. Pada tahun 2003, AS mengimpor ikan hias dengan nilai 41 juta USD berasal dari 60 negara eksportir yang didominasi oleh Thailand (18,2%) dan Singapura (18,2%), serta Indonesia (12,2%). Pada tahun 2004, Singapura dengan pangsa pasar 19,4% telah mengungguli Thailand (19,1%), sementara Indonesia mengalami penurunan menjadi 12,1%. Melihat potensi ekonomi ikan hias yang menjanjikan tersebut, maka usaha ikan hias layak untuk dikembangkan menjadi komoditas penting dalam usaha perikanan budidaya di Indonesia.
Salah satu faktor pembatas utama pada pengembangan budidaya ikan hias, khususnya kegiatan budidaya ikan skala massal, adalah ketidaktentuan dan bervariasinya mutu reproduksi induk yang akan mempunyai dampak terhadap mutu dan jumlah benih yang dihasilkan. Kualitas telur dan sperma yang berubah-ubah merupakan faktor pembatas bagi produksi massal benih. Kualitas telur dan sperma induk ikan dibatasi oleh berbagai faktor internal seperti umur, ukuran, serta genetik induk; serta faktor eksternal seperti kualitas pakan, padat penebaran, dan kondisi lingkungan.
2 proses reproduksi sebagaimana di habitat aslinya. Sedangkan aplikasi hormonal pada umumnya dipergunakan untuk merangsang proses reproduksi, menginduksi ovulasi/spermiasi, serta pemijahan. Perbaikan nutrisi pada pakan induk ikan menurut Izquierdo et al. (2001) akan berpengaruh positif tidak hanya pada kualitas telur dan sperma, tetapi juga terhadap mutu dan jumlah benih yang dihasilkan.
Komposisi lemak dan asam lemak pada pakan induk diidentifikasi sebagai faktor utama dalam pakan yang menentukan sukses tidaknya reproduksi dan kelangsungan hidup (survival rate) dari benih yang dihasilkan. Pada beberapa spesies ikan, asam lemak tidak jenuh rantai panjang diketahui berpengaruh, langsung atau melalui metabolitnya; terhadap fekunditas, pematangan telur, fertilisasi (pembuahan) dan steroidogenesis. Penurunan kinerja reproduksi pada ikan juga dapat disebabkan oleh pengaruh dari ketidakseimbangan nutrien pada sistem jalur aksi hormonal atau disebabkan oleh kurangnya ketersediaan komponen biokimia tertentu seperti asam lemak esensial pada salah satu fase proses reproduksi.
Asam lemak esensial dalam pakan ikan merupakan faktor utama yang berperan penting bagi keberhasilan reproduksi dan kelangsungan hidup larva (Meinelt et al., 2004). Asam-asam lemak esensial berperan dalam memelihara struktur dan
fungsi membran sel, selain sebagai sumber energi. Asam lemak linoleat (18:2n-6) dan linolenat (18:2n-3) yang merupakan prekursor yang sangat diperlukan untuk sintetis produk lain, merupakan asam lemak esensial karena tidak dapat disintetis oleh ikan. Kebutuhan akan asam lemak pada masing-masing spesies ikan berbeda, terutama dihubungkan dengan habitatnya. Ikan yang hidup di laut lebih memerlukan asam lemak n-3 dibandingkan ikan yang hidup di air tawar, sedangkan ikan air tawar lebih membutuhkan asam lemak n-6 atau campuran asam lemak n-3 dan n-6. Oleh karena itu, maka jumlah dan pengaturan komposisi kedua jenis asam lemak tersebut di dalam pakan induk diharapkan dapat memperbaiki penampilan reproduksi ikan.
3 terhadap terbentuk atau tidaknya prostaglandin yang pada proses selanjutnya akan mempengaruhi penampilan reproduksi induk ikan.
Kandungan asam lemak esensial dalam pakan maupun dalam tubuh ikan berhubungan erat dengan kandungan vitamin E dalam pakan maupun dalam tubuh ikan. Fungsi yang paling nyata dari vitamin E adalah sebagai antioksidan alami yang akan melindungi asam lemak rantai panjang dalam pakan dan dalam tubuh ikan. Seperti pada kebanyakan vertebrata, kekurangan vitamin E dapat mempengaruhi penampilan reproduksi, penyebab tidak matangnya gonad, rendahnya derajat tetas telur dan kelangsungan hidup benih (Fernandez-Palacios et al., 1995). Walaupun informasi mengenai hubungan antara kebutuhan vitamin E dengan kandungan asam lemak esensial dalam nutrisi induk ikan masih sangat sedikit dan terbatas, tetapi umumnya telah diakui bahwa keberadaan asam lemak tidak jenuh pada pakan maupun tubuh ikan sangat dipengaruhi oleh keberadaan kandungan antioksidan.
Pakan khusus untuk induk ikan hias yang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi untuk reproduksi di Indonesia masih sulit untuk didapatkan, sehingga umumnya pembudidaya ikan hias mempergunakan pakan alami yang ketersediaannya sangat tergantung kepada musim atau bahkan menggunakan pelet udang sebagai pakan induk yang belum diketahui jelas dampaknya terhadap ikan hias. Salah satu upaya awal untuk membuat pakan khusus untuk induk adalah dengan membuat suatu formula dasar pelet induk yang kandungan nutrisinya sesuai dengan kebutuhan reproduksi ikan. Meskipun sudah diketahui bahwa secara umum bahwa induk ikan membutuhkan asam lemak esensial n-3, asam lemak esensial n-6 serta vitamin E, tetapi masih perlu diketahui secara tepat bagaimana hubungan antara peran asam lemak esensial yang ada dalam nutrisi induk dengan peran vitamin E dalam memperbaiki mutu reproduksi ikan zebra betina. Selanjutnya perlu diketahui secara tepat kombinasi dosis asam lemak esensial n-3, n-6 dengan vitamin E dalam pakan yang dapat memperbaiki kinerja reproduksi induk melalui perbaikan nutrisi.
4 konsumsi. Kepopuleran ikan zebra sebagai ikan hias dikarenakan memiliki warna yang menarik yaitu garis-garis longitudinal berwarna biru atau hitam dan emas atau perak yang memanjang sampai sirip ekor, tingkah laku yang tenang, daya tahan tinggi dan memiliki fekunditas yang banyak.
Perumusan Masalah
Potensi ikan hias di Indonesia tersebar di Pulau Jawa, Sumatera, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Jenis ikan hias yang diperdagangkan di dunia tahun 2003 mencapai 8.000 jenis. Sedangkan potensi ikan hias Indonesia yang teridentifikasi mencapai 4.500 jenis, dan yang diekspor baru sekitar 300 sampai 500 jenis. Dari 4.500 jenis ikan hias yang dibudidayakan oleh masyarakat baru sekitar 50 jenis. Indonesia relatif masih tertinggal dari negara-negara lain, baik dari segi teknologi, kelembagaan, sarana dan prasarana pemasaran serta manajemen pengelolaan bisnis ikan hias. Para pembudidaya ikan hias Indonesia dalam melakukan usahanya pada umumnya berskala kecil, jenis ikan terbatas, kualitas produk relatif masih rendah, time of delivery terbatas, dan modal terbatas.
Kualitas produk yang masih rendah serta kontinuitas produksi yang belum terjamin merupakan salah satu faktor pembatas utama terhadap keberhasilan budidaya ikan hias skala massal di Indonesia. Perbaikan nutrisi merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki mutu reproduksi induk ikan. Sebagaimana pada vertebrata tingkat tinggi, perbaikan nutrisi pada pakan induk ikan diharapkan akan berpengaruh positif terhadap mutu dan jumlah benih yang dihasilkan. Perbaikan kinerja reproduksi ikan hias melalui perbaikan nutrisi sulit dilakukan apabila tidak tersedia pakan khusus untuk induk ikan hias yang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi untuk reproduksi. Umumnya pembudidaya ikan hias mempergunakan pakan alami yang ketersediaannya sangat tergantung kepada musim atau bahkan banyak yang menggunakan pelet udang sebagai pakan induk yang belum diketahui jelas dampaknya terhadap ikan hias.
5 proses reproduksi yang optimum. Kebutuhan nutrien esensial untuk induk antara lain tergantung dari jenis ikan, umur induk serta pengalaman memijah induk (prasalin atau salin). Nutrien pada pakan ikan yang berpengaruh positif terhadap penampilan reproduksi ikan antara lain adalah asam lemak esensial dan vitamin E.
Permasalahan yang dihadapi dalam perbaikan nutrisi induk ikan zebra adalah sebagai berikut:
1. Belum diketahui secara tepat hubungan peran asam lemak esensial n-3, n-6, dan vitamin E dalam proses reproduksi ikan.
2. Perlu dikaji dosis yang tepat dari kombinasi asam lemak esensial n-3, n-6 dengan vitamin E dalam pakan untuk dapat memperbaiki kinerja reproduksi induk melalui perbaikan nutrisi.
3. Belum diketahui apakah perbaikan kinerja reproduksi ikan zebra yang menggunakan pakan uji hasil penelitian lebih baik dibandingkan dengan kinerja reproduksi ikan zebra yang menggunakan pelet komersial yang umum dipakai oleh pembudidaya ikan hias.
Kerangka Pemikiran
Hubungan peran asam lemak esensial n-3, n-6, dan vitamin E dalam proses reproduksi ikan dapat diketahui melalui serangkaian penelitian yang disusun untuk mengetahui secara tepat peran dari setiap nutrien tersebut. Asam lemak linoleat dan linolenat yang merupakan prekursor yang sangat diperlukan untuk sintetis produk lain, tidak dapat disintesa oleh ikan (asam lemak esensial) dan dengan demikian di dalam pembuatan pakan ikan (pelet ikan) perlu diperoleh dengan menambahkan dari sumber tanaman dimana pada penelitian ini bersumber dari minyak jagung dan minyak sawit. Setelah masuk dalam tubuh ikan, asam linoleat dapat dirubah menjadi asam linolenat dan arakidonat yang hanya dapat dibuat dari asam linoleat. Molekul ini adalah asam lemak yang sangat penting karena menjadi prekursor esensial pada hampir semua senyawa prostaglandin.
6 penyusun prostaglandin) dalam pakan ikan mempunyai peran penting terhadap terbentuk atau tidaknya prostaglandin yang pada proses selanjutnya akan mempengaruhi penampilan reproduksi ikan.
Kebutuhan ikan akan asam lemak esensial berbeda-beda berdasarkan spesies dan habitatnya. Asam lemak esensial yang dibutuhkan untuk reproduksi juga dapat berbeda untuk induk ikan yang belum pernah memijah (prasalin) maupun untuk induk ikan yang sudah pernah memijah (salin). Vitamin E dan asam lemak esensial dibutuhkan secara bersamaan untuk mendukung proses reproduksi pada ikan. Dosis vitamin E di dalam pakan antara lain akan bergantung kepada kandungan asam lemak esensial yang ada di dalam pakan tersebut. Semakin tinggi kandungan asam lemaknya, maka kebutuhan vitamin E juga semakin tinggi. Dengan demikian perlu diketahui kombinasi dosis yang tepat antara n-3, n-6, dan vitamin E untuk dapat memperbaiki mutu reproduksi melalui perbaikan nutrisi induk.
Setelah kombinasi dosis yang tepat antara n-3, n-6, dan vitamin E diketahui, maka formulasi akhir pakan uji dapat disusun. Kinerja reproduksi ikan zebra yang menggunakan pakan uji hasil penelitian harus dibandingkan terlebih dahulu dengan kinerja reproduksi ikan zebra yang menggunakan pelet komersial yang umum dipakai oleh pembudidaya ikan hias untuk dapat mengetahui apakah pakan uji hasil penelitian dapat memperbaiki kinerja reproduksi induk ikan zebra. Penemuan dosis dan hubungan peran asam lemak esensial n-3, n-6, dan vitamin E dalam proses reproduksi ikan serta dilakukannya uji banding dengan pelet komersial merupakan novelty dari penelitian ini. Bagan alur penelitian penelitian selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 1.
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut di atas, maka penelitian yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan mutu reproduksi ikan hias melalui pemberian kombinasi asam lemak esensial n-3 dan n-6 dalam pakan pada ikan uji zebra, Danio rerio. 2. Peningkatan mutu reproduksi ikan hias melalui pemberian kombinasi asam
7 4. Perbandingan kinerja reproduksi ikan zebra, Danio rerio yang diberi pakan
uji dengan ikan zebra yang diberi pakan pelet komersial.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah, perumusan masalah dan kerangka pemikiran maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengkaji peran asam lemak esensial n-3, n-6 dan vitamin E dalam proses reproduksi ikan zebra.
2. Menentukan dosis optimal kombinasi asam lemak esensial n-3/n-6 dan vitamin E dalam pakan untuk memperbaiki penampilan reproduksi ikan zebra.
3. Membandingkan kinerja reproduksi ikan zebra yang menggunakan pakan uji dengan kinerja reproduksi ikan zebra yang diberi pakan pelet komersial.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai peran asam lemak esensial n-3, n-6 dan vitamin E dalam proses reproduksi serta dosis optimal kombinasi vitamin E dan asam lemak esensial dalam pakan buatan untuk induk ikan zebra. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam pembuatan formulasi pakan induk untuk ikan hias dari jenis Cyprinidae kecil.
Hipotesis
Mengacu pada identifikasi masalah, perumusan masalah dan kerangka pemikiran, serta tujuan penelitian maka diajukan hipotesis sebagai berikut :
1. Asam lemak esensial n-3, n-6 dalam pakan mempunyai hubungan peran dengan vitamin E dalam memperbaiki mutu reproduksi ikan zebra yang belum pernah memijah (prasalin) maupun yang sudah pernah memijah 2. Pakan uji hasil penelitian dapat memperbaiki mutu reproduksi ikan zebra
8 Gambar 1. Bagan alur penelitian
Induk Betina Induk Jantan
Asam lemak n-3 0,66%, 1,03%, 1,50%, 2,04%
Asam lemak n-6 1,03%, 1,04%, 1,05%, 1,98%, 2,04%
Kinerja Reproduksi
Kandungan lemak, protein dan asam lemak, serta GSI, lama pematangan telur, fekunditas, volume telur, laju penyerapan kuning telur, derajat pembuahan telur, derajat tetas telur, kecepatan waktu embriogenesis, tingkatkelangsungan hidup larva dan persentase larva abnormal
Dosis optimal n-3, n-6 dari Penelitian I
Vitamin E
9, 132, 258, 384 mg/kg pakan
+
Kinerja Reproduksi
Kandungan lemak, protein, asam lemak, vitamin E, serta GSI, lama pematangan telur, fekunditas, volume telur, laju penyerapan kuning telur, derajat pembuahan telur, derajat tetas telur, kecepatan waktu embriogenesis, tingkat kelangsungan hidup larva dan persentase larva abnormal, motilitas sperma, efisiensi pakan
Pakan Uji Kombinasi terbaik dosis asam lemak esensial dan vitamin E hasil penelitian I, II, III
Pakan Komersial Pelet udang
Pelet ikan hias
Kinerja Reproduksi
Laju pertumbuhan harian, GSI, lama pematangan telur, fekunditas, diameter telur, volume kuning telur, derajat pembuahan telur, derajat tetas telur, tingkat kelangsungan hidup larva persentase larva abnormal, rematurasi
9
TINJAUAN PUSTAKA
Biologi Ikan Zebra (Danio rerio)
Ikan zebra (Danio rerio) termasuk dalam kelas ikan-ikan telestoi dan termasuk
golongan famili Cyprinidae. Pada literatur lama ikan zebra disebut dengan nama
Brachydanio rerio, sedangkan nama Danio rerio mulai dipakai setelah tahun 1993.
Nama lain dari Danio rerio adalah Cyprinus rerio dan Perilampus striatus (Riehl and
Baensch, 1991). Spesies lain dari genus Danio selain Danio rerio adalah Danio frankei,
Danio albolineatus, serta Danio aequipinnatus. Klasifikasi ikan zebra menurut Meyer et al., (1993) adalah sebagai berikut:
Filum : Chordata
Kelas : Actynopterigii
Ordo : Cypriniformes
Famili : Cyprinidae
Genus : Danio
Spesies : Danio rerio
Ikan zebra merupakan ikan hias yang berasal dari Sungai Gangga yang melintasi
beberapa negara. Ikan ini banyak ditemukan di anak Sungai Gangga, sepanjang daerah
pesisir Coromandel, dari Calcutta sampai Masulipatam, Benggala, Nepal, Pakistan dan
Bangladesh. Ukuran tubuh ikan zebra dapat mencapai 5 cm. Warna tubuhnya biru atau
kuning dengan 4 garis perak sepanjang tubuhnya sampai pangkal sirip ekor. Sirip dorsal
Dorsal= 8-9(2/6-7), Anal= 15-16(2-3/12-13), dan Pectoral= 12-13(1/11-12) (Talwar and
Jhingran, 1991).
Ikan zebra dapat ditemukan pada berbagai habitat, dari perairan yang memiliki
arus tenang sampai perairan yang tidak mengalir, terutama di lahan persawahan. Nilai
pH untuk pertumbuhan dan reproduksi ikan zebra mempunyai kisaran ideal dari 6,5-7,5.
Spesies ini menurut Westerfield (1995) dapat dengan mudah dipelihara pada akuarium
berukuran 10 gallon (45 liter) dengan kisaran suhu antara 250-310C.
Ikan zebra bersifat omnivora serta mau memakan berbagai jenis pakan alami
10 zebra adalah artemia hidup. Selain artemia, ikan zebra juga dapat diberi pakan daphnia,
moina dan larva drosophila. Cacing tubifex umumnya jarang diberikan sebagai pakan
ikan zebra karena berpotensi sebagai pembawa (carrier) penyakit. Pakan buatan dengan
kandungan nutrisi yang sesuai untuk kebutuhan reproduksi ikan zebra juga dapat
diberikan kepada induk ikan zebra (Meinelt et al., 1999). Berbagai bentuk pakan buatan
seperti flakes (serpihan), bubuk, maupun butiran (pelet) juga cocok untuk pemeliharaan
ikan zebra.
Gambar 2. Ikan zebra (Danio rerio)
Reproduksi Ikan Zebra
Ikan jantan memiliki warna yang lebih cerah dan menarik. Ikan betina umumnya
memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan ikan jantan (Axelrod et al.,
1971). Ciri lainnya yaitu terdapat garis berwarna biru pada dubur ikan betina, sedangkan
pada ikan jantan terdapat garis berwarna kuning emas. Ciri ini hanya bisa dibedakan
setelah ikan dewasa.
Ikan zebra biasa digunakan dalam penelitian ekotoksikologi, karena biologi dan
reproduksi ikan zebra (interval generasi pendek, interval pemijahan yang singkat, telur
transparan) cocok sebagai ikan uji untuk penelitian toksikologi (Meinelt et al., 1999).
Ikan ini bersifat parsial spawner. Penelitian Maack (2002) melaporkan ikan zebra
memijah dengan interval 1,9-2,7 hari tetapi terkadang interval pemijahan ikan zebra bisa
11 Perkembangan gonad ikan zebra dapat diamati secara mikroskopis yaitu dengan
histologi gonad, sedangkan secara makroskopis perkembangan gonad dapat ditentukan
dengan mengamati rongga perut ikan. Dalam perkembangan gonadnya ikan zebra
mempunyai siklus yang relatif pendek, yaitu dari stadia larva sampai stadia siap mijah
hanya membutuhkan waktu sekitar 3-4 bulan. Menurut Maack & Segner (2004), ikan
zebra yang berumur 2 minggu gonadnya hanya mengandung primary germ cells (PGC).
Setelah ikan berumur 4 minggu maka ovary mulai dapat ditemukan, sedangkan
persentase ovary tertinggi ditemukan pada minggu ke 6 dan 7. Sekitar setengah dari
jumlah ikan ovary terus berkembang, pada separo ikan lainnya ovary mulai
bertransformasi menjadi testes. Testis ikan zebra pertama kali dapat ditemukan pada saat
ikan berumur 7 minggu. Pematangan gonad akan terus berlangsung sampai ikan zebra
berumur sekitar 3-4 bulan.
Ikan zebra akan bertelur di pagi hari, bahwa dalam sekali pengeluaran induknya
mampu menghasilkan 21-60 butir telur. Jumlah total telur yang dihasilkan dalam sekali
bertelur antara 400-500 butir. Telurnya bersifat non adhesive (tidak merekat) dan
menetas setelah 20-48 jam dari masa pengeluaran. Larvanya mampu bertahan selama 3-4
hari (masa kuning telur sudah habis). Frekuensi pergantian air yang cukup, adanya
beberapa tanaman air atau substrat lain dan tempat pemeliharaan yang cukup menerima
cahaya akan merangsang kegiatan pemijahan.
Effendie (1997) menguraikan tingkat kematangan ovari ikan secara umum, yaitu :
Tingkat 1 : Tahap muda (immature), individu-individu muda belum mempunyai
keinginan reproduksi dan ukuran ovari sangat kecil
Tinkat II : Tahap istirahat (resting stage), ovari belum mulai berkembang dan
ukurannya masih sangat kecil.
Tahap III : Proses pemasakan (maturation), penambahan berat gonad sangat cepat,
ovari berubah dari transparan berwarna pucat. Telur dapat dibedakan
dengan mata.
Tahap IV : Masak (maturity). Produk sexual sudah mencapai berat maksimal tetapi
12 Tahap V : Tahap reproduksi (reproduction). Produk sexual akan keluar bila perut
ditekan perlahan-lahan, berat gonad turun drastis muali dari awal
pemijahan sampai selesai.
Tahap VI : Kondisi salin (spent condition). roduk sexual telah dikeluarkan, lubang
genitalia meradang kemerah-merahan, gonad telah mengempis dan ovari
berisi beberapa telur sisa.
Nutrisi Reproduksi
Semua jenis ikan membutuhkan zat gizi yang baik, yang terdiri dari protein,
lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin serta energi untuk beraktivitas (NRC, 1977).
Pakan merupakan salah satu komponen penting dalam proses pematangan gonad, selain
itu kualitas telur ditentukan oleh kandungan nutrien yang ada dalam pakan, baik kuantitas
maupun kualitasnya.
Asam Lemak Esensial
Lemak dan asam lemak esensial merupakan salah satu nutrien penentu dalam
perkembangan induk agar menghasilkan kuantitas dan kualitas dari telur maupun sperma
yang lebih baik (Watanabe et al., 1988). Omega 3 biasa disebut dengan asam lemak
linolenat dan omega 6 biasa disebut dengan asam lemak linoleat. Kedua asam lemak ini
termasuk ke dalam asam lemak esensial, essential fatty acids (EFAs). EFA ditemukan
dalam lemak tak jenuh rantai banyak. Di dalam tubuh, EFA yang merupakan komponen
fosfolipid berperan penting sebagai struktuk membran sel yang akan mempengaruhi
fluiditasnya yang kemudian akan mempengaruhi pula aktivitas enzim-enzim tertentu
pada membran sel.
Lemak dalam pakan ikan mempunyai peran sangat penting bagi ikan karena
berfungsi sebagai sumber energi dan asam lemak esensial untuk memelihara bentuk dan
fungsi membran serta membantu dalam penyerapan vitamin A, D, E dan K. Asam lemak
esensial merupakan komponen lemak yang tidak dapat disintesis oleh ikan, untuk
mencukupinya maka harus diberikan melalui pakan (Bautisa & De La Cruz, 1998). Setiap
spesies ikan memiliki kebutuhan asam lemak esensial yang berbeda-beda (Furuichi,
1988). Ikan-ikan air tawar mampu mengkonversi asam lemak esensial linoleat (18:2n-6)
13 tidak demikian pada ikan air laut (Sargent et al,. 1999). Dalam tubuh ikan air tawar
tersedia enzim elongase dan desaturase yang dapat memperpanjang dan
mendesaturasikan rantai karbon asam lemak.
Asam lemak esensial pada gonad dapat digunakan untuk perkembangan embrio
hingga menetas menjadi larva. Mokoginta (1986) mengungkapkan bahwa komposisi
asam lemak esensial pada telur dapat mempengaruhi embriogenesis. Menurut Mokoginta
(1986) bahwa asam lemak esensial yang terkandung dalam telur berpengaruh terhadap
stadia awal dari embriogenesis dan akan menentukan apakah embrio tersebut akan
berkembang atau tidak. Daya tetas telur dan daya hidup larva dipengaruhi oleh pemberian
asam lemak esensial dalam pakan induk. Asam lemak esensial pada telur hingga kadar
tertentu dapat meningkatkan daya tetas telur dan daya hidup larva.
Asam lemak esensial berfungsi sebagai prekursor dari senyawa prostaglandin
yang berperan sebagai hormon. Proses pengenalan antar sel dalam telur dipengaruhi oleh
prostaglandin. Jika telur kekurangan asam lemak esensial maka berlangsungnya proses
embriogenesis akan gagal (pada pembelahan sel ke 16, 32 dan organogenesis) dan akan
menghasilkan derajat tetas telur yang rendah (Mokoginta et al.,1992).
Pada ikan red seabream ditemukan bahwa ikan yang diberi pakan mengandung
EFA sebelum 6 bulan masa memijah ternyata total produksi telur dan kemampuan
menetas telur menjadi rendah (Watanabe et al., 1984b). Berdasarkan Fernandez et al.
(1995) mengemukakan bahwa kadar asam lemak n-3 HUFA yang tinggi atau berlebih
dapat menurunkan jumlah telur yang diproduksi oleh induk. Seperti diungkapkan oleh
Mokoginta et al. (2000) bahwa apabila rasio asam lemak n-6/n-3 dalam telur kurang atau
berlebih akan menyebabkan keberhasilan dalam proses embriogenesis menjadi
14 Tabel 1 Kebutuhan asam lemak esensial pada beberapa jenis ikan
Spesies ikan Asam
Lemak Nilai
Kebutuhan
Pustaka
Mas (Cyprinius carpio) n-6 n-3
1 % 1 %
Pertumbuhan Watanabe, 1988
Lele (Clarias batracus) n-6 n-3
1,53 -1,56 % 1 %
Reproduksi Mokoginta, 1986
Bandeng (Chanos chanos) n-6 n-3
0,5 % 0,5 %
Pertumbuhan Bautista and de La Cruz, 1998
Red seabream ( Pagrus major)
n-6 n-3
1 % 0,5 %
Reproduksi Watanabe et al., 1984a
Furuichi (1988) menyatakan bahwa ikan-ikan yang kekurangan asam lemak
esensial kadar air bebas dan lemak tubuhnya meningkat, tetapi kadar protein akan
menurun. Protein merupakan molekul yang bersifat polar dan dapat mengikat molekul
air sedangkan lemak bersifat non polar dan tidak mengikat air. Apabila protein tubuh
rendah, maka molekul air yang terikat menjadi rendah sehingga molekul air bebas
menjadi tinggi (Mokoginta, 1986). Percobaan yang dilakukan oleh Takeuchi &
Watanabe (1979) pada ikan rainbow trout menyimpulkan bahwa jika kandungan asam
lemak linolenat (n-3) yang diberikan 4 kali lebih tinggi dari kebutuhannya, maka
pertumbuhan ikan akan terhambat, konversi pakan meningkat, kandungan air dalam
daging ikan semakin tinggi, menurunnya kadar protein dan lemak. Gejala yang sama
juga ditemui pada ikan lele (Mokoginta, 1986).
Pada hasil penelitian ikan gilthead sea bream peningkatan kadar asam lemak n-3
HUFA akan meningkatkan kadar lemak dalam telur (Fernandez,.et al, 1995). Gejala
kekurangan asam lemak n-3 maupun kelebihan asam lemak n-3 terlihat pada tingginya
kadar air gonad yang menggambarkan rendahnya kadar protein dan lemak gonad. Gejala
yang sama juga ditemukan pada penelitian terhadap kepiting bakau.
Kebutuhan asam lemak esensial dapat dipenuhi melalui pemberian sumber lemak
yang berasal dari lemak nabati dan lemak hewani. Contoh sumber lemak yaitu minyak
kedelai, minyak jagung, minyak ikan, minyak kelapa, minyak kedelai, minyak biji bunga
matahari dan minyak biji kapas. Minyak ikan mempunyai kadar asam lemak n-3 sebesar
36, 4 % (Stickney, 1979). Minyak jagung mengandung asam lemak n-6 sebesar 56,3 %
15 Vitamin E
Salah satu vitamin yang dapat berperan dalam meningkatkan reproduksi ikan
adalah vitamin E. Fungsi yang paling nyata dari vitamin E adalah sebagai antioksidan,
terutama untuk melindungi asam lemak tidak jenuh pada fosfolipid dalam membran sel.
Sementara itu diketahui pula pada ikan atlantik salmon bahwa -tocopherol, nama lain
dari vitamin E, diangkut dari jaringan periferal ke gonad melalui hati bersama lipoprotein
plasma; hal ini menunjukkan adanya peran vitamin E pada proses reproduksi ikan.
Vitamin E diangkut ke hati dalam bentuk kilomikron, dari hati dan seterusnya,
distribusinya mengikuti trigliserida dan lipid lainnya melalui lipoprotein ke jaringan
lemak dan membran intra sel maupun ekstra sel (Linder, 1992).
Selama vitelogenesis, kadar vitamin E dalam tubuh menurun sampai kira-kira
10% hingga tingkat pematangan. Seperti halnya vitamin larut dalam lemak lainnya,
penyerapannya membutuhkan lemak dalam pakan dan aktivitas asam empedu (Linder,
1992). Asam empedu berfungsi untuk merubah lemak menjadi emulsi lemak dengan cara
membentuk komplek asam lemak-asam empedu, sehingga lebih mudah dicerna oleh
enzim lipase sebelum diabsorbsi oleh dinding usus. Selanjutnya dikemukakan lagi bahwa
vitamin A, D, E dan K (vitamin yang larut di dalam lemak) menjadi lebih mudah diserap
oleh mukosa usus dengan adanya asam empedu.
Defisiensi -tocopherol pada hewan dapat menyebabkan lemah otot,
pertumbuhan terhambat, degenerasi embrio, tingkat penetasan telur yang rendah,
degenerasi dan pelepasan sel epitel germinatif dari testis dan terjadinya kemandulan,
menurunkan produksi prostaglandin oleh mikrosom dari testis, otot dan limpa,
menurunkan permeabilitas sel, memacu kematian dan kerusakan syaraf (Lehninger,
2003).
Penelitian ikan atlantik salmon Salmo salar, dengan bobot lebih kurang 16.9 g,
diberi pakan dasar semi murni yang mengandung kasein dan dl- -tocopherol asetat 0 dan
15 mg/kg pakan, menyebabkan tingkat kematiannya 100% dan jika diberi 30 mg/kg
pakan, ikan akan mengalami gejala defisiensi. Ikan yang mengalami defisiensi vitamin E
memperlihatkan kandungan haemoglobin darah rendah, volume dan jumlah sel darah
16 pakan dapat memberikan kelangsungan hidup ikan yang tinggi. Verakunpiriya et al.
(1986) menyatakan vitamin E berperan sangat penting untuk perkembangan gonad.
Kadar vitamin E di telur dari ikan yellow tail yang terbaik adalah 186.6 sampai 243.0
g/g bobot kering telur. Kadar vitamin E dalam telur tersebut berasal dari induk yang
mendapatkan pakan yang mengandung vitamin E 124.1 sampai 471.8 mg/kg pakan.
Vitamin ini juga dapat mempengaruhi komponen kimia lipid telur dan daya apung telur
yellow tail.
Kebutuhan ikan terhadap vitamin E dalam ransum berbeda-beda bergantung
kepada jenis dan umur ikan. Gatlin et al. (1992) menyatakan bahwa untuk jenis-jenis
ikan catfish kebutuhan vitamin E berkisar antara 60-240 mg/kg ransum ikan. Sedangkan
untuk jenis salmonid membutuhkan vitamin E 35 mg/kg hingga 300 mg/kg pakan.
Vitamin E dan asam lemak esensial dibutuhkan secara bersamaan untuk pematangan
gonad ikan, dan dosis vitamin E di dalam pakan akan bergantung kepada kandungan
asam lemak esensial yang ada di dalam pakan tersebut. Semakin tinggi kandungan asam
lemaknya, maka kebutuhan vitamin E juga semakin tinggi (Watanabe et al. 1991).
Protein
Protein merupakan molekul kompleks yang terdiri dari asam-asam amino, baik
esensial maupun non esensial (NRC,1983). Protein dan kandungan asam aminonya
diperlukan untuk pertumbuhan, pemeliharaan jaringan tubuh, pembentukan enzim dan
beberapa hormon serta antibodi dalam tubuh, disamping juga berperan sebagai sumber
energi. Kebutuhan protein berbeda-beda menurut jenis spesiesnya dan umur. Protein
merupakan komponen esensial yang dibutuhkan untuk reproduksi. Protein merupakan
komponen utama dari kuning telur (Kamler, 1992). Pada ikan gillhead seabream, dimana
pakannya mengandung asam amino esensial yang seimbang akan memperbaiki sintesa
vitelogenin. Protein dalam jumlah sedikit dengan kalori yang tinggi pada pakan dapat
menyebabkan penurunan reproduksi pada ikan red seabream (Watanabe et al, 1984b).
Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi, dimana penggunaannya dalam proses
metabolisme dan pencernaannya masih sedikit (NRC, 1977). Karbohidrat pada pakan
17 nutrisi serat kasar rendah. Kemampuan ikan dalam memanfaatkan karbohidrat
bergantung kepada kemampuannya dalam menghasilkan enzim amilase. Umumnya ikan
air tawar memerlukan karbohidrat dalam jumlah lebih besar dari 20 % dan menurut
Furuichi (1988) ikan Ichtalurus punctatus dapat memanfaatkan karbohidat secara
optimum pada kisaran 30-40 %, tetapi lebih sedikit yang dimanfaatkan untuk
perkembangan telur.
Kualitas Air
Beberapa faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kehidupan dan
pertumbuhan ikan adalah kadar oksigen terlarut, suhu, amoniak, pH dan alkalinitas. Suhu
air mempengaruhi laju metabolisme dan pengeluaran energi pada ikan. Jika suhu air
meningkat maka akan diikuti oleh peningkatan laju metabolisme yang disebabkan
meningkatnya konsumsi pakan sehingga pertumbuhan juga meningkat (NRC, 1977).
Ikan zebra dapat tumbuh baik pada kisaran suhu 180-280 C (Hammilton, 2004).
Suhu merupakan salah satu parameter lingkungan yang sangat penting
keberadaannya bagi kehidupan ikan. Hal ini dikarenakan ikan memiliki sifat
poikilotermal dimana tingkat laju metabolismenya dipengaruhi oleh tinggi rendahnya
suhu lingkungan. Peningkatan suhu air sampai pada batas optimum akan berdampak
positif bagi pertumbuhan dan perkembangan ikan. Tang dan Affandi (2001) mengatakan
suhu dan photoperiod dapat mempengaruhi perkembangan gonad pada ikan, perbaikan
mutu telur dan kecepatan penetasan larva. Misalnya pada penetasan telur yang
ditempatkan pada suhu yang relatif tinggi lebih cepat menetas dibandingkan dengan pada
suhu yang rendah.
Perkembangan gonad pada dasarnya merupakan perkembangan sel. Tiap tahap
perkembangan gonad dipengaruhi oleh faktor dalam yaitu umur dan sistem hormonal
juga dipengaruhi oleh faktor luar yaitu suhu dan makanan. Suatu tahapan perkembangan
gonad akan berjalan optimum jika ditunjang oleh faktor pendukungnya, seperti suhu
lingkungan yang optimum. Tang dan Affandi (2001) mengungkapkan bahwa suhu
mempengaruhi fungsi dari sistem reproduksi teleostei seperti laju pengeluaran dari GtH,
respon pituitari GnRH, Gonad binding GtH, siklus harian GtH, sintesis dan katabolisme
18 mengoptimalkan perkembangan gonad agar menghasilkan penampilan reproduksi yang
optimal diperlukan suhu lingkungan yang optimal pada saat pemeliharaan induk ikan.
Oksigen terlarut merupakan komponen yang penting untuk kehidupan hewan air.
Laju konsumsi oksigen oleh ikan tergantung dari jenis, ukuran ikan, suhu dan kualitas
pakan (Boyd, 1982). Kadar oksigen terlarut antara 4,21-5,43 ppm (Hammilton, 2004)
dapat memberikan pertumbuhan dan kelangsungan hidup yang baik. Tercukupinya
oksigen di perairan sangatlah diperlukan, karena kekurangan oksigen akan
mengakibatkan dampak yang negatif pada kesehatan ikan seperti mengakibatkan stress,
anoreksia, hypoxia pada jaringan, ketidak sadaran, mudah diserang penyakit dan parasit
bahkan kematian secara mendadak dan masal. Boyd (1982) mengemukakan bahwa
konsentrasi minimum air terlarut adalah 1 mg/l dan konsentrasi oksigen terlarut tidak
boleh kurang dari 3 mg/l.
Power of hidrogen (pH) didefinisikan sebagai logaritma negatif dari aktivitas ion
hydrogen, pH = -log (H+). Nilai pH dipengaruhi oleh suhu, dimana dengan meningkatnya
suhu maka pH semakin menurun (Boyd, 1990). Nilai pH mempengaruhi daya racun
bahan atau faktor kimia lain misalnya ammonia yang meningkat seiring dengan
meningkatnya nilai pH dan H2S menurun seiring meningkatnya pH. Nilai pH yang baik
menunjang kehidupan ikan zebra berkisar antara 6,5-7 (Sakurai et al., 1992).
Toleransi amoniak dalam media pemeliharaan yang baik untuk kelangsungan
hidup dan pertumbuhan ikan zebra adalah 0,00-0,12 ppm (Hammilton, 2004). Bila
ammonia meningkat, maka ammonia dari ekresi ikan akan menurun sehingga kandungan
ammonia dalam darah dan jaringan menjadi tinggi. Ammonia yang tinggi akan
mempengaruhi permeabilitas ikan terhadap air dan penurunan konsentrasi cairan tubuh,
sehingga meningkatkan konsumsi oksigen pada jaringan dan menyebabkan kerusakan
pada insang serta mengurangi kemampuan darah dalam mentransport oksigen (Boyd,
19 PENINGKATAN MUTU REPRODUKSI IKAN HIAS MELALUI
PEMBERIAN KOMBINASI ASAM LEMAK ESENSIAL n-3 DAN n-6 DALAM PAKAN PADA IKAN UJI ZEBRA, Danio rerio
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui peran asam lemak
esensial dalam proses reproduksi ikan zebra, Danio rerio. Penelitian dilakukan
selama tujuh bulan. Enam pakan perlakuan yang sama kandungan protein (39%) dan
sama kandungan kalori (3200 kkal/kg feed) dengan kandungan asam lemak esensial
yang berbeda yaitu 0,66% n-3, 1,03% n-3, 1,50% n-3, 2,04% n-3 dikombinasikan
dengan 1,03% n-6, 1,04% n-6, 1,05% n-6, 1,98% n-6, dan 2,04% n-6; diberikan
kepada induk ikan zebra. Pemberian pakan dilakukan secara at satiation. Selama
masa pemeliharaan, stadia kematangan gonad diperiksa secara teratur. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pakan dengan kandungan asam lemak esensial yang
berbeda mempengaruhi secara statistik kandungan kimia tubuh induk, telur dan larva.
Pakan dengan kandungan asam lemak esensial yang berbeda juga berpengaruh
terhadap nilai gonado somatik indeks, fekunditas, ukuran dan volume telur, derajat
pembuahan, derajat penetasan, dan persentase larva abnormal. Hasil penelitian ini
memperlihatkan bahwa pakan uji terbaik untuk meningkatkan kinerja reproduksi ikan
zebra adalah pakan uji yang mengandung 1,03% asam lemak esensial n-3 dalam
pakan yang dikombinasikan 2,04% asam lemak esensial n-6.
20 ABSTRACT
A series of experiment had been conducted to determine the dietary essential
fatty acid for reproduction of broodstock zebrafish, Danio rerio. The experiment had
been carried out for consecutive seven months. Six isonitrogenous (39%) and
isocaloric (3,200 kcal digestible energy/kg diet) practical diets, with different levels of
essential fatty acid (0,66% n-3, 1,03% n-3, 1,50% n-3, 2,04% n-3 combined
respectively with 1,03% n-6, 1,04% n-6, 1,05% n-6, 1,98% n-6, and 2,04% n-6) were
fed to zebrafish broodstock. Fish were fed at satiation using these diets. During
feeding period, gonad maturation stages were examined. The dietary with different
level of essential fatty acid affected the chemical content, gonad somatic index,
fecundity, egg size, hatching rate, fertilization rate, and total number of normal larvae.
The results showed that the best test feed; 1,03% n-3 fatty acids in the diet combined
respectively with 2,04% n-6 fatty acids; improved reproductive performance of
zebrafish.
21
PENDAHULUAN
Budidaya perikanan merupakan suatu kegiatan pemeliharaan organisme akuatik dalam lingkungan yang terkontrol dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan. Salah satu faktor pembatas utama pada kegiatan pemeliharaan ikan hias, khususnya kegiatan budidaya perikanan skala massal, adalah ketidaktentuan dan bervariasinya mutu reproduksi induk. Keterbatasan ini dapat diperbaiki dengan melakukan perbaikan pada beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah dengan melalui perbaikan nutrisi induk. Sebagaimana pada vertebrata lain, menurut Izquierdo et al.(2001) perbaikan nutrisi pada pakan induk ikan akan berpengaruh positif tidak hanya pada kualitas telur dan sperma tetapi juga terhadap mutu dan jumlah benih yang dihasilkan.
Salah satu upaya awal untuk membuat pakan khusus untuk induk adalah dengan membuat suatu formula dasar pelet induk yang kandungan nutrisinya sesuai dengan kebutuhan reproduksi ikan. Keberadaan dan komposisi nutrien berupa asam lemak dalam pakan induk merupakan faktor utama yang berperan penting bagi keberhasilan reproduksi dan kelangsungan hidup larva (Meinelt et al., 2004). Asam lemak esensial linoleat (18:2n-6) dan linolenat (18:2n-3) dalam pakan ikan merupakan faktor utama yang berperan penting bagi keberhasilan reproduksi dan kelangsungan hidup larva. Oleh karena itu, maka pengaturan komposisi kedua jenis asam lemak di dalam pakan ini diharapkan dapat memperbaiki mutu reproduksi ikan. Kebutuhan akan asam lemak masing-masing spesies ikan berbeda, terutama dihubungkan dengan habitatnya. Ikan yang hidup di laut lebih memerlukan asam lemak n-3 dibandingkan ikan yang hidup di air tawar. Sedangkan ikan air tawar lebih membutuhkan asam lemak n-6 atau campuran asam lemak n-3 dan n-6.
22 lemak rantai panjang n-3 dan n-6, setelah melewati proses pencernaan antara lain akan menghasilkan prostaglandin (Lehninger, 2003). Prostaglandin yang diturunkan dari asam lemak tidak jenuh tersebut, merupakan salah satu pengatur kerja hormon termasuk diantaranya adalah hormon-hormon reproduksi yang antara lain meliputi produksi hormon-hormon steroid dan perkembangan gonad. Dengan demikian keberadaan asam lemak rantai panjang dalam pakan ikan yang merupakan salah satu bahan penyusun prostaglandin akan sangat berpengaruh terdapat terbentuk atau tidaknya prostaglandin yang pada proses selanjutnya akan mempengaruhi penampilan reproduksi induk ikan.
Penelitian ini menggunakan ikan zebra (Danio rerio) sebagai hewan uji, karena memiliki karakter biologi yang sesuai untuk mendukung penelitian reproduksi, diantaranya interval regenerasi pendek, telur transparan, mudah untuk dipijahkan, serta mudah dalam pemberian pakan (Maack & Segner, 2004). Ikan zebra termasuk dalam famili ikan Cyprinidae, dimana famili Cyprinidae adalah salah satu golongan ikan yang dikenal luas di kalangan pembudidaya ikan, baik sebagai ikan hias maupun ikan konsumsi.
23
TINJAUAN PUSTAKA
Lemak menurut hasil dari berbagai penelitian merupakan komponen yang sangat penting baik bagi pertumbuhan maupun reproduksi. Asam lemak berperan dalam memelihara struktur dan fungsi membran sel, selain sebagai sumber energi. (Watanabe, 1988). Asam lemak esensial adalah bagian lipid yang tidak dapat disintesis oleh tubuh (Hepher, 1990; Lehninger, 2003). Lemak pada pakan berfungsi sebagai sumber energi dan asam lemak esensial, memelihara integritas membran sel, membantu dalam penyerapan vitamin yang larut dalam lemak serta untuk mempertahankan daya apung tubuh (NRC, 1983).
Lemak yang ditambahkan dalam pakan harus mengandung asam lemak yang tidak dapat disintesis tubuh yaitu asam lemak esensial. Pakan induk yang kekurangan asam lemak esensial menghasilkan laju pematangan gonad yang rendah, Watanabe et al. (1984b) mengemukakan bahwa proporsi lemak yang relatif rendah dengan n-3
Highly Unsaturated Fatty Acid (HUFA) tinggi dapat meningkatkan kematangan
gonad. Induk red sea bream diberikan pakan dengan kandungan lemak 10% (18,5% n-3 HUFA), 11%(29,6% n-3 HUFA), dan 16% (22,7% n-3 HUFA). Hasil terbaik didapat pada pemberian lemak 11% (29,6% n-3 HUFA) dengan derajat penetasan
telur terbaik 93,9% dan larva normal 97,6%. Sedangkan nilai terendah diperoleh pada pemberian lemak 16% (22,7% n-3 HUFA).
Asam lemak pada tubuh ikan merupakan salah satu senyawa fosfolipid membran sel. Sifat fluiditas dari membran sel ini dipengaruhi oleh komposisi asam lemak penyusunnya, termasuk keseimbangan antara asam lemak jenuh dan tak jenuh (Bell et al., 1986). Asam lemak esensial, asam lemak non-esensial, gliserol dan fosfat adalah komponen penyusun fosfolipid (Bhagavan, 1982).
24 selain sebagai sumber energi asam lemak esensial mempunyai peranan penting sebagai penyusun struktur membran sel dan prekursor prostaglandin (Leray et al., 1985).
Ikan sparus aurata L. yang diberikan pakan 1,6% n-3 HUFA selama 3
minggu, secara nyata dapat menghasilkan telur dengan kualitas yang lebih baik. Pemberian pakan dengan asam lemak n-3 HUFA dapat meningkatkan kadar C20:5n-3
dalam telur yang selanjutnya meningkatkan jumlah telur yang dibuahi, jumlah telur yang menetas dan kehidupan larva (Palacios et al., 1995).
Semua ikan memerlukan asam lemak esensial dalam jumlah dan jenis yang berbeda-beda (Furuichi, 1988). Berdasarkan habitatnya ikan yang hidup di laut lebih memerlukan asam lemak n-3 terutama dalam bentuk 20:5n-3 dan 22:6n-3. Sedangkan kebutuhan asam lemak esensial pada ikan air tawar daerah tropik dapat dipenuhi dari asam lemak linoleat (18:2 n-6) (Hepher, 1990).
Kebutuhan asam lemak esensial berbeda-beda tergantung kepada jenis ikan dan habitat ikan. Ikan mas membutuhkan 1,0% asam lemak linoleat (18:2 n-6) dan 1,0% asam lemak linolenat (18: 3 n-3) untuk pertumbuhan. Tilapia zillii membutuhkan 1,0% asam lemak linoleat atau 1,0% asam lemak n-6 (20:4n-6), sedangkan Tilapia nilotica hanya membutuhkan asam lemak linoleat sebanyak 0,5% (Furuichi, 1988).
Dari penelitian Meinelt et al. (1999) dapat diketahui bahwa ikan zebra termasuk kedalam tipe ikan air tawar yang membutuhkan n-6 yang lebih besar. Pemberian pakan pada induk ikan zebra yang mengandung 1,58 % n-3 dan 4,19 % n-6 dengan kadar lemak pakan 10,62 %, secara nyata menghasilkan derajat pembuahan telur tertinggi. Selanjutnya dapat dikatakan bahwa beberapa ikan air tawar tropik mempunyai kemampuan untuk mengkonversikan asam-asam lemak tadi menjadi asam lemak berantai karbon panjang C20 dan C22 dengan jalan memperpanjang rantai karbon dan desaturasi (Lovell, 1989).
25 dilakukan. Beberapa sumber lemak nabati dan hewani yang sering digunakan adalah minyak ikan, beef tallow, minyak kedelai, minyak jagung, minyak biji bunga matahari dan minyak kelapa. Minyak yang umumnya dipakai adalah minyak ikan cod, hering, salmon, menhaden, tuna dan caplin. Minyak jagung mengandung asam lemak linoleat yang tinggi yaitu 53%, sedangkan minyak kelapa mengandung asam lemak jenuh yang tinggi yaitu 88% (Linder, 1992).
26