• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERIAN KOMBINASI ASAM LEMAK ESENSIAL DAN VITAMIN E DALAM PAKAN PADA IKAN UJI ZEBRA, Danio rerio JANTAN

KESIMPULAN DAN SARAN

PEMBERIAN KOMBINASI ASAM LEMAK ESENSIAL DAN VITAMIN E DALAM PAKAN PADA IKAN UJI ZEBRA, Danio rerio JANTAN

ABSTRAK

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kebutuhan vitamin E pada pakan induk jantan ikan zebra (Danio rerio) untuk reproduksi. Empat pakan perlakuan yang iso-protein (37%) dan iso-kalori (3293 kcal digestible energy/kg pakan), dinamakan pakan A, B, C, dan pakan D dengan kandungan vitamin E yang berbeda diberikan kepada induk ikan zebra yang dipelihara di akuarium. Pakan A mengandung vitamin E terendah (9 mg vitamin E/kg pakan), sedangkan pakan B mengandung 132 mg vitamin E/kg pakan, pakan C asam mengandung vitamin E 258 mg /kg pakan, dan pakan D mengandung vitamin E 384 mg /kg pakan. Semua pakan perlakuan mempunyai kombinasi asam lemak n-3 berbanding n-6 sebesar 1:2. Ikan zebra jantan diberi pakan secara at satiation selama 28 hari pemeliharaan. Selama masa pemberian pakan, tingkat kematangan gonad diperiksa secara teratur. Perbedaan kandungan vitamin E pada kadar asam lemak 1,03% n-3 dan asam lemak 2,04% n-6 berpengaruh nyata secara statistik terhadap nilai gonado somatik indeks (GSI), laju pertumbuhan spesifik dan efisiensi pakan. Secara umum, ikan zebra jantan membutuhkan 258 mg vitamin E/kg pakan pada pakan dengan asam lemak 1,03% n-3 dan 2,04% n-6 serta kadar lemak total 8,26% untuk menghasilkan kinerja reproduksi yang terbaik.

77 ABSTRACT

This experiment was conducted to determine the dietary vitamin E

requirement for reproduction of male broodstock zebrafish Danio rerio. Four

isonitrogenous (37% crude protein) and isocaloric (3,293 kcal digestible energy/kg

diet) practical diets, namely diets A, B, C, and D with different levels of vitamin E

were fed to zebrafish broodstock. The broodstock were cultivated in aquaria. Diet A

contained low dosage of vitamin E (9 mg vitamin E /kg diet), while diets B (132 mg

vitamin E /kg diet), C (258 mg vitamin E /kg diet), and diet D (384 mg vitamin E /kg

diet), combined respectively with 1,03 % n-3 fatty acids and 2,04 % n-6 fatty acids.

Fish were fed at satiation for 28 days using these diets. During feeding period, gonad

maturation stages were examined. The dietary with different level of vitamin E

affected the GSI, growth rate, and feed efficiency. Result of the experiment indicated

at dosage 1,03% n-3 fatty acids and 2,04% n-6 fatty acids, male zebrafish require 258

mg vitamin E/kg feed in the diet for reproduction. The results showed that the best

test feed; 258 mg vitamin E/kg feed in the diet combined respectively with 1,03% n-3

fatty acids and 2,04% n-6 fatty acids; improved reproductive performance of male

zebrafish.

78

PENDAHULUAN

Ikan hias air tawar di Indonesia sangat beraneka ragam jenisnya. Kegiatan pembenihan ikan hias telah banyak dikembangkan baik skala rumah tangga maupun skala besar. Salah satu kendala dalam budidaya ikan hias yaitu terbatasnya ketersediaan induk yang berkualitas sehingga menghambat peningkatan produksi. Untuk itu perlu usaha untuk mendapatkan benih yang bermutu dengan tingkat kelangsungan hidup larva yang tinggi. Pematangan gonad merupakan salah satu fase penting pada siklus reproduksi ikan. Umumnya pematangan gonad induk dapat dipacu dengan manipulasi faktor lingkungan, pakan dan hormon. Pematangan gonad melalui pakan dapat dilakukan dengan jalan memberikan pakan yang cukup mengandung nutrien yang penting dan dibutuhkan untuk reproduksi

Pada umumnya penelitian tentang gonad sangat dominan dilakukan pada induk ikan betina dibandingkan dengan penelitian yang berhubungan dengan induk jantan, yaitu untuk mengetahui seberapa besar kualitas telur yang dihasilkan sehingga menghasilkan benih-benih yang berkualitas. Kualitas reproduksi induk jantan merupakan faktor penting yang dapat menentukan keberhasilan reproduksi, yaitu kemampuan membuahi sel telur. Kualitas sperma sendiri sangat dipengaruhi oleh nutrisi, musim, suhu dan frekuensi pemakaian induk jantan. Keberhasilan proses budidaya untuk menghasilkan generasi yang berkualitas tersebut tentunya harus didukung oleh induk ikan jantan yang berkualitas.

Induk ikan yang memasuki fase pematangan gonad akan dipengaruhi oleh hormon trofik hipotalamus dan kelenjar pituitari. Folikel yang sedang tumbuh mensintesis dan mensekresi hormon steroid kedalam peredaran darah. Salah satu jenis hormon steroid adalah estradiol-17 yang merangsang sintesis dan mengangkut vitelogenin ke gonad. Hubungan vitamin E dengan vitelogenin dalam perkembangan oosit antara lain melalui prostaglandin. Prostaglandin disintesis secara enzimatik dengan menggunakan asam lemak esensial. Vitamin E dipercaya dapat mempertahankan keberadaan asam lemak karena fungsi vitamin E antara lain adalah sebagai antioksidan. Vitamin E dan asam lemak esensial dibutuhkan secara bersama

79 untuk pematangan gonad ikan; dosis vitamin dalam pakan akan bergantung kepada kandungan asam lemak esensial yang berbeda dalam pakan.

Penelitian ini menggunakan ikan zebra (Danio rerio) jantan sebagai hewan uji. Ikan zebra merupakan salah satu ikan hias yang memiliki prospek yang cukup bagus karena ikan zebra mempunyai warna menarik berupa garis-garis longitudinal berwarna biru dan emas yang memanjang sampai sirip ekor, tingkah laku yang tenang, daya tahan tinggi dan memiliki fekunditas yang banyak (Axerold et al., 1971). Ikan ini memiliki selang reproduksi yang pendek dan telurnya yang berwarna transparan membuat ikan ini banyak digunakan sebagai hewan uji dalam penelitian toksikologi.

Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengkaji peran vitamin E dalam proses reproduksi ikan zebra jantan; 2) menentukan dosis optimal kombinasi asam lemak esensial n-3/n-6 dan vitamin E dalam pakan untuk memperbaiki penampilan reproduksi ikan zebra jantan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai peran vitamin E dalam proses reproduksi ikan zebra jantan serta dosis optimal kombinasi vitamin E dan asam lemak esensial dalam pakan buatan untuk induk ikan zebra jantan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam pembuatan formulasi pakan induk jantan untuk ikan hias dari jenis Cyprinidae kecil.

80

TINJAUAN PUSTAKA

Perkembangan gonad pada ikan menjadi perhatian para peneliti reproduksi dimana peninjauan perkembangan gonad dilakukan dari berbagai aspek, termasuk proses-proses yang terjadi di dalam gonad baik terhadap individu maupun populasi. Umumnya pertambahan berat gonad pada ikan betina sebesar 10-25% dari berat tubuh dan pada ikan jantan sebesar 5-10% (Effendie, 1997).

Pada umumnya penelitian tentang gonad sangat dominan dilakukan pada induk ikan betina dibandingkan dengan penelitian yang berhubungan dengan induk jantan, yaitu untuk mengetahui seberapa besar kualitas telur yang dihasilkan sehingga menghasilkan benih-benih yang berkualitas. Menurut Toelihere (1981), kualitas sperma merupakan faktor penting yang dapat menentukan keberhasilan reproduksi, yaitu kemampuan membuahi sel telur. Kualitas sperma itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nutrisi, musim, suhu dan frekuensi pemakaian induk jantan. Keberhasilan proses budidaya untuk menghasilkan generasi yang berkualitas tersebut tentunya harus didukung oleh induk ikan jantan yang berkualitas.

Organ reproduksi ikan jantan pada umumnya merupakan sepasang testis yang memanjang sepanjang rongga badan dan dilengkapi dengan saluran testikuler. Pembungkus testikuler yang mengelilingi testis, secara luas menghubungkan jaringan- jaringan testis. Spermatozoa dihasilkan dalam kista seminiferus yang terletak dalam kantung-kantung pada testis. kista seminiferus dikelilingi oleh sel-sel sertoli yang mempunyai fungsi nutritif, sedangkan pada bagian luar terdapat sel leydig yang mempunyai fungsi endokrin yaitu menghasilkan testosteron.

Cairan sperma adalah larutan spermatozoa yang berada dalam saluran testes dan dihasilkan oleh hidrasi testes (Woynarovich & Horvath, 1980). Campuran antara cairan seminal plasma dengan spermatozoa disebut semen. Sel sperma merupakan sel yang padat dan tidak tumbuh atau membelah diri serta mempunyai peranan hanya untuk membuahi sel telur. Pada umumnya spermatozoa terdiri atas dua bagian, yaitu bagian kepala dan ekor, tetapi ada pula yang terdiri dari tiga bagian yaitu bagian tengah, yang bergabung dengan bagian kepala (Fujaya, 2004). Tiap-tiap bagian memiliki ukuran yang berbeda-beda tergantung jenis ikannya. Kepala spermatozoa

81 secara umum berbentuk oval atau bulat dan mengandung materi inti, kromosom terdiri atas materi inti, kromosom terdiri atas DNA yang bersenyawa dengan protein. Informasi genetika yang dibawa oleh spermatozoa diterjemahkan dan disimpan dalam molekul DNA (Tang dan Affandi, 2001). Pada bagian tengah tersebut terdapat mitokondria yang berfungsi dalam metabolisme sperma. Ekor sperma berfungsi memberi gerak maju kepada spermatozoa dengan gelombang-gelombang yang dimulai di daerah implantasi ekor kepala dan berjalan ke arah distal sepanjang ekor seperti pukulan cambuk (Toelihere, 1981). Spermatozoa ikan-ikan teleostei mempunyai ukuran yang sederhana, dengan ukuran panjang kepala 2-3 µm dan panjang total 40-60 µm.

Sel sperma dihasilkan melalui proses spermatogenesis oleh testes atas pengaruh FSH dan LH yang dihasilkan oleh adenohipofisa (Fujaya, 2004). Diawali dengan terjadinya pembelahan spermatogonia beberapa kali untuk memasuki tahap spermatosit primer. Spermatosit primer selanjutnya akan mengalami pembelahan meiosis dimulai dengan kromosom berpasangan yang diikuti dengan duplikasi membentuk tetraploid (4n). Satu spermatosit primer tetraploid membentuk dua spermatosit sekunder yang diploid (2n). Satu spermatosit sekunder diploid membelah menjadi dua spermatid (n). Selanjutnya spermatid akan mengalami diferensiasi sehingga menjadi spermatozoa, spermia atau sperma. Proses metamorfosis ini sering disebut spermiogenesis.

Menurut Fujaya (2004), pada akhir spermiogenesis, spermatozoa dilepaskan dari kista dan masuk ke dalam lumen. Proses ini disebut spermiasi. Proses spermiasi terjadi akibat kenaikan tekanan hidrostatik di dalam kantung sperma sehingga spermatozoa terdorong ke luar. Proses ini dipengaruhi oleh hormon-hormon yang disekresi oleh sel-sel Sertoli di bawah rangsangan gonadotropin. Spermatozoa didorong ke dalam sistem pengeluaran, disini bercampur dengan plasma semen. Jumlah sperma yang dihasilkan ikan-ikan jantan dalam satu waktu berbeda-beda. Volume semen yang dihasilkan berkaitan dengan beberapa faktor antara lain ukuran tubuh ikan jantan, musim dan frekuensi pemijahan, jumlah telur yang akan dibuahi, jumlah ikan jantan dan betina yang memijah dan kondisi pemijahan.

82 Walaupun ukuran dan bentuk spermatozoa berbeda pada berbagai jenis ikan, namun struktur morfologinya adalah sama (Tang dan Affandi, 2001). Permukaan sperma dibungkus oleh suatu membran lipoprotein. Apabila sel tersebut mati, permeabilitas membrannya meninggi, terutama di daerah kepala dan dalam hal ini merupakan dasar pewarnaan semen yang dapat membedakan sperma yang hidup atau mati. Spermatozoa ikan imotil dalam testes dan pada beberapa ikan imotil pada cairan plasma semennya. S perma akan bergerak aktif dan berenang bila terkena air. Gerakan spermatozoa berbentuk rektilinier, berbelok-belok dan spiral. Sebagian besar spermatozoa ikan air tawar dapat motil di air selama tidak lebih dari 2-3 menit. Stimulasi dan lama pergerakan spermatozoa dipengaruhi oleh umur, kematangan spermatozoa, suhu dan faktor-faktor lingkungan lain seperti kandungan ion-ion, pH dan tekanan osmolalitas (Fujaya, 2004). Spermatozoa yang belum matang memiliki masa pergerakan yang lebih singkat dibandingkan spermatozoa matang.

Kebutuhan dasar vitamin E untuk ikan bervariasi, bergantung pada beberapa faktor yaitu ukuran ikan, umur ikan, suhu air, persentase pertumbuhan dan komposisi pakan. Untuk jenis ikan channel catfish menurut NRC (1983) adalah 50 IU per kg pakan, sedangkan untuk jenis ikan salmonids adalah 30 IU per kg pakan. Satu International Unit (IU) vitamin E setara dengan 1 mg -tocopherol. Gejala defisiensi vitamin E pada ikan antara lain muscular dystrophy, exudative diathesis, hematokrit rendah, depigmentasi kulit, penurunan laju pertumbuhan dan lain-lain. Hipervitaminosis vitamin E dapat menyebabkan laju pertumbuhan yang rendah, reaksi keracunan pada organ hati dan kematian (Halver, 2002).

Vitamin memainkan peranan penting dalam fisiologi reproduksi ikan, burung dan mamalia. Takeuchi et al. (1988) menguji efek kontribusi vitamin E pada tubuh ikan, pemijahan, penetasan telur dan kematian benih. Didapatkan hasil bahwa pada induk yang diberi pakan dengan kadar vitamin yang rendah tidak memijah, sedangkan yang diberi pakan dengan kadar vitamin E yang lebih tinggi induk memijah. Vitamin E juga berfungsi untuk mendukung peran enzim sitokrom P450 mensintesis kolesterol untuk pembentukan hormon reproduksi, dalam hal ini 17 -estradiol. Hormon 17 - estradiol menstimulasi sintesis vitelogenin di hati. Pentingnya peranan vitamin E untuk reproduksi juga ditemukan pada beberapa jenis ikan, seperti carp, rainbow trout

83 dan read seabream (Furuichi, 1988). Umumnya konsentrasi vitamin E dalam telur tinggi dan konsentrasi vitamin E rendah pada jaringan tubuh induk setelah pemijahan, sehingga diduga beberapa fungsi fisiologi terkait dengan vitamin E pada saat pemijahan, pembuahan dan penetasan telur.

Dalam pakan dibutuhkan zat gizi seperti protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin. Secara umum kebutuhan protein ikan berkisar antara 30-40 % (Hepher, 1990). Protein tersusun dari asam-asam amino esensial dan asam amino non-esensial yang bergabung menjadi molekul kompleks (NRC, 1983). Dengan kandungan asam amino ini, protein dibutuhkan untuk pertumbuhan, pemeliharaan jaringan tubuh serta reproduksi; termasuk pematangan gonad (Lovell, 1989). Lemak memegang peranan penting bagi ikan, selain sebagai sumber energi non protein juga berfungsi memelihara struktur dan fungsi membran, sumber energi dan pada organ tubuh ikan tertentu berperan untuk mempertahankan daya apung tubuh. Lemak pakan harus mengandung asam lemak tidak jenuh seperti linoleat dan linolenat (Takeuchi et al., 1988).

84

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai selama lima bulan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Analisis proksimat bahan pakan dan pembuatan pakan dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ikan Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Analisis asam lemak dilakukan di Laboratorium Kimia Terpadu. Analisis vitamin E dilakukan di Laboratorium INMT, Fakultas Peternakan IPB. Pemeliharaan dan pemijahan ikan dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ikan Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Pembuatan preparat histologis dilakukan di Laboratorium Kesehatan Ikan Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Foto perkembangan embrio dilakukan di Laboratorium Pembenihan Ikan Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Analisis kualitas air dilakukan dilakukan di Laboratorium Lingkungan Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Ikan Uji

Ikan yang digunakan dalam penelitian ini sebagai ikan uji adalah ikan zebra jantan umur 40 hari dengan bobot awal bobot tubuh 0,1234 ± 0,1130 g dan padat tebar 25 ekor per akuarium. Ikan uji didatangkan dari petani ikan hias di Depok, Jawa Barat.

Pakan Uji

Pakan yang dipakai dalam penelitian ini terdiri atas empat macam pakan perlakuan yang isoprotein (37%) dan isoenergi (289,93 kkal/100 g) dan memiliki komposisi vitamin E target yang berbeda–beda yaitu 9, 132, 258 dan 384 mg/kg pakan. Vitamin E yang digunakan sebagai perlakuan adalah dalam bentuk tocopherol. Perbandingan antara asam lemak n-3 dan n-6 di dalam pakan tetap yaitu 1:2. Komposisi pakan dapat dilihat di Tabel 18, sedangkan hasil analisis proksimat dan vitamin E pakan dapat dilihat pada Tabel 19.

85 Tabel 18 Komposisi pakan perlakuan

Bahan Pakan Perlakuan Vitamin E (mg/ kg pakan)

A ( 0 mg ) B ( 125 mg ) C ( 250 mg ) D ( 375 mg ) Tepung Ikan 25,0000 25,0000 25,0000 25,0000 Tepung Kedelai 35,7375 35,7375 35,7375 35,7375 Tepung Pollard 24,4384 24,4384 24,4384 24,4384 Minyak Ikan1 1,4390 1,4390 1,4390 1,4390 Minyak Jagung1 3,3373 3,3373 3,3373 3,3373 Vitamin Mix 2 1,5000 1,5000 1,5000 1,5000 Vitamin E 0,0000 0,0250 0,0500 0,0750 Tapioka 5,0475 5.0225 4,0075 4,9725 Mineral Mix3 3,0000 3,0000 3,0000 3,0000 Choline Chloride 0,5000 0,5000 0,5000 0,5000 Total 100,0000 100,0000 100,0000 100,0000 Keterangan:

1. Sumber asam lemak n-3 dan n-6 2. Takeuchi, 1988

3. Takeuchi, 1988

Berdasarkan hasil analisis, ternyata kandungan vitamin E dalam pakan adalah 9 mg vitamin E/kg pakan untuk pakan A, 132 mg vitamin E/kg pakan untuk pakan B, 258 mg vitamin E/kg pakan untuk pakan C, serta 384 mg vitamin E/kg pakan untuk pakan D.

Tabel 19 Komposisi proksimat pakan dalam persentase bobot kering (%) Perlakuan (mg vitamin E/kg pakan)

A (0) B (125) C (250) D (375) Proksimat Protein 37,42 37,72 37,56 37,06 Lemak 8,74 8,22 8,26 8,55 Abu 10,12 9,99 9,88 9,76 Serat Kasar 6,94 6,93 7,69 6,14 BETN 36,75 37,14 36,60 38,49 DE (kkal/100 g pakan)* 293,64 291,47 289,93 295,18 C/P (kkal/ g protein) 7,85 7,73 7,72 7,97 Vitamin E (mg/kg pakan) 9,00 132,00 258,00 384,00 Keterangan: DE = Digestible Energi yang diperhitungkan dari 1 g protein = 3,5 kkal; 1 g lemak = 8,1 kkal; 1 g karbohidrat = 2,5 kkal (NRC, 1983).

86 Rancangan Perlakuan

Percobaan ini merupakan suatu rangkaian penelitian yang dikerjakan untuk mengetahui peran vitamin E dalam memperbaiki penampilan reproduksi ikan zebra jantan. Formula pakan dasar yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pakan terbaik hasil penelitian sebelumnya. Matrik penelitian selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20 Matrik penelitian

Pakan Uji *) Perlakuan

Vitamin E 0 mg/kg pakan Perlakuan A

Vitamin E 125 mg/kg pakan Perlakuan B

Vitamin E 250 mg/kg pakan Perlakuan C

Vitamin E 375 mg/kg pakan Perlakuan D

Keterangan:

*) Jumlah dan perbandingan asam lemak dalam pakan uji sesuai dengan hasil penelitian I dan II

Pemeliharaan Ikan Uji

Induk yang digunakan adalah calon induk ikan zebra berumur 26 hari yang berasal dari petani ikan hias Depok, Jawa Barat. Calon induk tersebut dipelihara dalam 12 buah akuarium berukuran 50x50x50 cm. Setelah dua minggu dipelihara (berumur 40 hari), dilakukan seleksi ikan jantan dan betina sehingga menjadi 25 ekor jantan di setiap akuarium. Agar suhu air konstan maka dipasang pemanas pada masing-masing akuarium dengan suhu ± 28 ºC.

Selama masa pemeliharaan, calon induk ikan zebra tersebut diberi pakan perlakuan sebanyak empat kali sehari yaitu pukul 07.00; 11.00; 14.00 dan 17.00 WIB secara at satiation. Pengamatan terhadap nilai IKG dan perkembangan panjang dan bobot tubuh ikan dilakukan setiap minggu. Sedangkan pembuatan preparat histology gonad jantan dilakukan setiap 15 hari sekali.

Setelah 28 hari perlakuan ketika ikan zebra berumur 68 hari, induk jantan dipindahkan ke akuarium pemijahan. Pemijahan dilakukan satu kali dalam satu hari. Induk dipijahkan dengan rasio jantan betina 1:1 dalam akuarium berukuran 15 x 15 x 20 cm, dengan volume air ± 1,5 l dengan suhu air ± 26 ºC. Dasar akuarium diberi alas berupa hapa untuk memisahkan telur dari induknya. Masing-masing perlakuan

87 dilakukan satu kali ulangan pemijahan yang dilakukan dalam wadah tanpa perlakuan aerasi dan suhu.

Pengamatan pemijahan dilakukan ketika induk jantan mulai mengejar induk betina. Apabila terlihat induk berpijah, maka ditunggu beberapa saat sampai induk betina mengeluarkan telur-telurnya. Setelah induk jantan dan betina berhenti berpijah, induk dipindahkan ke akuarium pemeliharaan dan hapa diangkat. Telur-telur yang berada dalam wadah pemijahan diberikan biru metilen dan dimasukan ke akuarium inkubasi masal yang berukuran 100 x 50 x 50 cm. Pada wadah inkubasi masal, suhu diatur ± 28 ºC agar perkembangan embrio berjalan normal, dilengkapi empat titik aerasi untuk masing-masing perlakuan. Selama inkubasi air tidak diganti dan tidak dilakukan penyifonan. Setelah telur menetas maka larva dibiarkan selama tiga sampai empat hari, setelah itu dipindahkan ke akuarium yang lebih besar.

Pengamatan perkembangan embrio dilakukan hanya satu kali ulangan dari setiap perlakuan. Untuk pengamatan diambil dua sampai sepuluh butir telur yang diletakan di gelas objek cekung. Setiap perkembangan diamati di bawah mikroskop, kemudian diamati dan difoto untuk hasil dari masing-masing bentuk stadia. Stadia utama yang diamati dan difoto adalah stadia satu sel, pembelahan, morula, blastula, gastrula dan organogenesis sampai telur menetas.

Kualitas Air

Analisis kualitas air dilakukan pada awal dan akhir masa pemeliharaan, yaitu akuarium pemeliharaan dan tandon. Analisis kualitas air terdiri atas analisis oksigen terlarut (DO), pH, suhu, amoniak, kesadahan dan alkalinitas. Suhu, DO dan pH diukur langsung dengan menggunakan alat DO meter sedangkan amoniak dan kesadahan diukur menggunakan metode titrasi. Alkalinitas diukur dengan menggunakan spektrofotometer.

88 % 100 (g) tubuh Bobot (g) gonad Bobot (%) GSI = x Parameter Uji

Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah sebagai berikut Gonad Somatik Indeks

Penilaian perkembangan gonad yang hanya berdasarkan pada ciri-ciri morfologi saja adalah subyektif dan kurang informatif karena hanya menerangkan secara kualitatif. Padahal dalam perkembangan gonad tadi selain perkembangan secara mofologi, di dalamnya terdapat perkembangan telur dan sejalan dengan ini terjadi perkembangan berat gonad. Keterangan perkembangan testes dan berat gonad ini dapat memberi informasi tambahan yang dapat dijabarkan secara kuantitatif:

Motilitas Sperma

Motilitas sperma diukur dengan cara semen ikan zebra diteteskan sebanyak satu tetes di atas gelas obyek dibubuhi cairan fisiologis, kemudian ditempelkan gelas penutup. Kepadatan sperma ikan diketahui sekitar 10.000-20.000 juta/CC. Pada tepi gelas penutup diteteskan akuades lalu pergerakan sperma setelah terkena air di bawah mikroskop dilihat dengan perbesaran 10 x 40. Kriteria penilaian motilitas dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21 Kriteria penilaian motilitas spermatozoa

Kriteria Skor

Semua spermatozoa bergerak cepat dengan arah maju

(progressively) dengan pergerakan ekor bervariasi 5

Kebanyakan spermatozoa bergerak arah maju dan beberapa

menunjukan gerakan cepat 3-4

Sedikit atau sangat sedikit spermatozoa menunjukan gerak arah

maju 1-2

Kebanyakan spermatozoa tidak bergerak, kadang-kadang sedikit

gerakan (bergetar) dan sedikit bergerak arah maju 0,50-0,75 Kebanyakan spermatozoa imotil/tidak bergerak, kadang-kadang

terlihat sedikit gerakan/bergetar 0,25

89 Laju Pertumbuhan Spesifik (αααα)

Laju pertumbuhan spesifik dihitung berdasarkan rumus Effendie (1997):

α (%) = t

wo wt

1 x 100%

Keterangan: Wt = Bobot tubuh akhir percobaan (g) Wo = Bobot tubuh awal percobaan (g) t = waktu pemeliharaan (hari)

α = Laju pertumbuhan spesifik (%)

Efisiensi Pemberian Pakan

Perhitungan efisiensi serta konversi pakan dihitung berdasarkan rumus berikut (National Research Council, 1977):

EP (%) = F Wo Wd Wt+ − x 100%

Keterangan: F = Jumlah total pakan (g) Wt = Bobot total ikan akhir (g) Wd = Bobot total ikan mati (g) Wo = Bobot total ikan awal (g)

Derajat Pembuahan Telur

Derajat pembuahan telur adalah persentase jumlah telur yang dibuahi dari jumlah telur yang diinkubasi yang dapat ditentukan pada saat stadium morula, dengan rumus perhitungan sebagai berikut (Woynarovich & Hoart ,1980) :

100% telur total Jumlah dibuahi yang telur Jumlah (%)= × rate ion Fertilizat

Derajat Kelangsungan Hidup Embrio

Derajat kelangsungan hidup embrio (survival rate) adalah persentase jumlah embrio yang hidup dalam waktu tertentu dari jumlah telur yang dibuahi. Tingkat kelangsungan hidup embrio diamati sebelum embrio menetas yaitu pada stadia organogenesis. Dari pengamatan secara visual terlihat bahwa pada embrio yang hidup

90 akan tampak terbentuk organ-organ tubuh serta pergerakan-pergerakan, sedangkan embrio yang mati akan tampak berwarna putih keruh. Perhitungan derajat kelangsungan hidup embrio adalah sebagai berikut:

SRE (%) = dibuahi yang Telur hidup yang Embrio x 100% Analisis Data

Penelitian ini menggunakan desain penelitian Anova dengan empat perlakuan dan tiga ulangan. Apabila ada perbedaan antar perlakuan, dilakukan analisis tingkat