STUD1 RASIO KELESTARZAN VOLUME DAN LUAS
DI KPH BALAPULANG
UNIT I PERUM PERHUTANI JAWA TENGAH
oleh
:FAHRII ALFANSI
PUTRA
PANE
JURUSAN M.4NAJEMEN HUTAN
FAk'ULTAS KEHUTANAN
NSTITUT PERTANIAN BOGOR
(Hadradrir
Shah%
'trayat
Imam
Alimai$
Bu&m;
Musfim
dan
Tirmidzrdzr
dan'sbababat
Nabi
Anas
bfn
Malik
r.a.1
Waktu hampir enam tahun mungkin terlalu fama bagi
sebagian orang untuk menjadi sarjana kehutanan,
tetapi pasti
waktu itu terIaIu singkat bagi seorang Fahmi
untuk memahami keberaran AIah
SWT
Fahmi Alfansi Putra Pane (E 29.0723). Studi Rasio Kelestarian Volume
dan ~ u a s d i KPH Balapulang Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah (di bawah
bimbingan Bapak Prof. Dr.
Ir.
H. Dudung Darusman, MA dan 1r.H. Ahmad Hadjib, MS).Pengelolaan hutan jati di Jawa memiliki berbagai hambatan. Seperti masalah
peuggunaan lahan (Wiodannodjo dan Bratamihardja, 1984), tekanan pencurian
kayu (ibid ; Arnold, 1984 ; Simon, 1993), dan penurunan kualitas lahan (Darmono,
1991; Sudiono, 1991). Susunan luas kelas umur (KU) terkonsentrasi pada tegakan
muda (Poedjorahardjo, 1990). Hal ini mengancam kelestarian hasil bempa
pemanenan tahunan yang sama.
Prinsip kelestarian has% yang dalam aplikasi manajemen seumur disebut
hutan normal, bertumpu pada adanya produk yang teratur, kontinu dan optimal
(Osmaston, 1968 ; Chapman, 1950). Riap tahunan tetap (Gross, 1955) sehingga
pemanenan tahunan sama (Leuschner, 1990). Distribusi kelas umur, pertumbuhan,
dan riap normal (ibid ; Meyer, et al, 1961) diperoleh pada tegakan sehat (Leuschner,
1990) serta bonita dan pertumbuhan pada titik maksimal (ibid ; Meyer, et al, 1961)
secara alamiah (Davis dan Johnson, 1987). Hutan normal memang dianggap hutan
sempurna (Osmaston, 1968). Praktisnya, ditentukan umur rotasi, perlakuan
silvikxltur dan metode pengendalian, baik luas maupun volume (Davis dan Johnson,
1987). Pengendalian dilahukan dengan membagi hutan secara hierarkis (Chapman,
1950 ; Meyer, et al, 1961). Konsep iui diliritik karena mengabaikan biaya penataan
liutan pada masa transisi, dan asumsi bahwa ukuran dan hxalitas optimal tercapai,
setelah umur rotasi ditentukan (Leuschner, 1990). Padahal, hams dipertimbangkan
ketidakpastian hasil hutan di masa depan (Weiutraub dan Abramovich, 1995).
Konsep rasio kelestaliall setldiri masili perlu dipublikasikan lebili luas.
Balkan, di Pelu~n Perhutani, khususnya rasio kelestarian luas, memiliki forulula yang
dilahkan selama ini dengan kondisi fahtual rang s e h a ~ ~ n y a diantisipasi. Maka,
ma~lajemen tegakan jati di Jawa perlu merekayasa hutan dengan memasulikan faktor
resiko. Dalam aplikasinya, menanam lebfi besar sesuai tingkat gangguan. Intensitas
tersebut diperoleh melalui nilai rasio kelestarian, baik volume maupun luas.
Parameter yang akan dihitung adalah rasio kelestarian volume (RKV),
kerapatan bidang dasar (KBD) dan derajat kesempurnaan normal (DKN) dari data
primer. Rasio kelestarian lnas (RKL) dihitung dari data sekunder. RKV adalah rasio
volume yang a h a 1 dengan volume normal dari tabel WVW, setelah volume normal
itu dikaliikan dengan falctor koreksi. KBD mempakan rasio luas bidang dasar aktual
dengan luas bidang dasar normal dari tabel WVW. DKN adalah rasio jumlah pohon
pada tegakan aktual dengan jumlah normal pohon pada tabel WvW. RKL mempakan
rasio luas penebangan dengan luas penanaman. Faktor koreksi sendiri merupakan
rasio jumlah volume kayu peltukangan yang dipanen dengan jumlah volume total
pemanenan. Faktor koreksi itu dapat dihitung per bagian hutan atau per KPH.
Penelitian diiakukan di KPH Balapulang pada 8 resor polisi hutan di 4 bagian
kesatuan pemangkuan hutan di 3 bagian hutan. Empat bagian hntan (BH) di KPH
Balapulang distratifikasi menjadi tiga strata, yakni strata aman, sedang dan rawan
gangguan. Stratifikasi diiahvkan densan membandingkan nilai rata-rata kerugian
tahunan akibat gangguan di tiap-tiap bagian hutan (X) dengan nilai kerugian KPH di
masing-masing bagian hutan (Y). Strata aman adalah X = 33,33 % urutan Y ,
terendah, strata sedang adalah X = 66,67 % urutan Y terendah, dan strata rawan >
batas maksimum strata sedang. Hasil stratifikasi menunjukkan bahwa strata aman
adalab BH Margasaii strata sedang adalall BH Linggapada, dan strata rawan adalah
BH Larangan dan BH Banjarbarjo. Penelitian dilakukan pada tiga BH, kecuali BH
Larangan. BH Banjarharjo dipilih sebagai data strata rawan, karena melniliki nilai
koefisieu keragaman terkecil dan nilai koefisien Pearson yang memenuhi syarat
sebaran normal (-0,52>0,5).
Hierarki penentuan plot di tiap-tiap strata adalah sebagai b e r i h t : BKPH
-
RPH-
Auak Petak-
Plot. Jumlab plot adalah 2 plot/ KU/ strata. Karena hanya ada 4pada ketinggian sekitar 1,30 meter (setinggi dada). Besar volume dan luas bidaug
dasar diperoleh melalui tabel volume lokal KPH Balapulang untuk masing-masing
bagian hutan.
Pengujian statist& dilah~kan uutuk melihat perbedaan nilai dugaan tiap-tiap
parameter pada ketiga strata. Pengujian juga dilakukan pada tiap-tiap KU.
Sebauyak 66,39 % dari 29.764,70 ha hutan KPH Balapuilang merupakan kawasan produktii dengan luas terbesar pada KU
III.
Hutan KPH Balapulang telah mengalami gangguan yang sangat besar, mulai masa penjajahan Jepang,pemberontakan daerah, gerakaii Dl1
Tn,
hiugga mencapai puncaknya pada pemberoutakan PKI tahun 1965.Dan data tahun 1992-1996, diduga pada tingkat kepercayaan 95 % angka
pencurian adalah 1392-3936 pohod tahuu, dengan angka rata-rata
(A)
2.664 pohodtahun. Akibatnya, diduga pada taraf yang sama, kerugian finansial diderita sebesar
Rp
23.098.333,51 tahun sampai Rp 73.650.066,5/ tahuu, atau h =Rp
48.374.200,-/tahun. Selain akibat pencurian, KPH juga menanggung kerugian akibat kebakaran
hutan dan penggembalaan liar, dengan total (bersama pencurian) menjadi Rp
24.066.377,15/ t&uu sampai Rp 75.156.022,85/ tahun, atau h =
Rp
49.230.000,-/tahuu.
Adanya perbedaan angka pencurian di masing-masing bagian hutan
disebabkan tingkat kesejahteraan penduduk, aksesibilitas penduduk memasuki hutan,
pengawasan petugas dan konfigurasi lapangan. Tingkat kesejahteraan diduga dari
angka pengau&uran di masing-masiug BH.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95 %
dengan memkai fahtor koreksi per ba~iau hutan RKV strata aman berkisar antara
2 , 3 2 %
-
64,65 % atau h = 49,49 '36, strata sedang 31,;s %-
64,07 % atau h = 47,73%, dau strata rawan adalah 28,82 % -65,65 % atau h = 48,24 %. Deugan memakai
faktor koreksi KPH (1,56),
RKV
strata aman adalah 41,59%-
78,33 % atau h = 59,96Oh, strata sedang 40,04 %
-
81,43 96 atau i. = 60,73 %, dau strata rawau adlah 34,OO %Pada tarafyang sama, KBD strata aman berkisar antara 1,619
-
2,071 atau h =1,845, strata sedang antara 1,161
-
2,286 atau h = 1,724, dan strata rawan 0,965-
1,832 atsu h = 1;399. DKN strata aman adalah 0,704
-
1,338 atau11
= 1,021, stratasedang 0,699
-
1,426 atau h = 1,063, dan strata rawan adalah 0,417-
0,676 atau h =0,546. Ketiga nilai itu pada tiugkat kepercayaan 95 %.
RKV
KPH Balapulang adalah 40,24 %-
56,73 % atau h = 48,48 % denganmemakai faktor koreksi per bagian hutan atau 49,16 % -69,23 % atau A = 59,19 %.
KBD KPH Balapulang adalah 1,433
-
1,879 atau h = 1,656. DKN KPH Balapulangadalah 0,705
-
1,048 atau h = 0,877.Pengujian statistik menunjukkan perbedaan nyata antara ketiga strata hanya
pada DKN, yaitu DKN strata rawan berbeda nyata dengan kedua strata lainnya.
Tetapi, DKN strata aman dan sedang tidak berbeda nyata. Pegujian antar KU
menunujukkan bahwa perbedaan DKN terjadi pada selain KU
lV.
Terutama padaKU
Ti
dan Tll, yang sekaligus beraiti tekanan pencurian berada pada kedua KU tersebut.Perbedaan ini karena perbedaan taraf kerawanan petak sampel dan rasio petak
rawan
-
tidak rawan di masing-masing strata. Sampai batas tertentu, pencurianmerupakan penjarangan keras yang akan memperbesar diameter, sehingga
RKV
dan163~
menjadi tidak berbeda nyata.Nilai RKL strata aman adalah 0, strata sedang 0,702 dan strata rawan adalah
0,504. Nilai iui berarti pemanenan harus ditingkatkan. Tetapi, adanya nilai RKV <
1, yaug berarti efektiitas penanaman harang, menyebabkan pencegahan pencurian
Studi Rasio Kelestarian Volume dan Luas
di KPH Balapulang Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah
Karya Ilmiah
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor
oleh :
FAHMI ALFANSI
P u m ~
PANEJURUSAN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANlAN BOGOR
Judul Skripsi : Studi Rasio Kelestarian Volume dan Luas di KPH
Balapulang Perum Perhutani Unit
X
Jawn Tengah Nama Mnhasisw2 : Fahmi A l f ~ n s i Putra PaneN o m a r I'olcok : E 29.0723
blc~r?~ct:rj ui,
1'1-of. ill.. It-. f3. Ijudunz [l:11-trsnr~11. M A [I.. H. ..ltl~nl;~tl 1f:ldiih. B i S
N
t i' : 130 516 435 NIP : !30 516 500Pada tanggal 25 Nopember 1974 di Kisaran. Sumatra Utara dari pasangan Drs.
Siddik A. Pane (ayah) dan Teti A. Siregar (ibu) la& seorang insan yang kemudian
menyelesaikan slcripsi ini. Penulis mempakan putra peltama dan memiliii tiga adii.
Pada tahuu 1980 memasuki jenjang pendidilian sekolah dasar di SDN No.
014610. Kisaran. Kemudian melanjutkau ke sekolah lanjutan pertama di SMPN 2
Kisaran dari tahun 1986 hingga 1989. Dan dari tahun 1989 hingga 1992, studi di
SMAN (kiii SMUN) I Kisaran.
Tahun 1992, melalui program Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) penulis
melanjutkan studi di Tingkat Persiapan Bersama (TPB) IPB, dan rampung tahun
berikutnya. Tahun 1993 diterima di Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan
IPB. Tahun 1995, penulis memilih sub-prosam studi politik, ekonomi dan sosial di
jurusan yang sama.
Tahun 1994, penulis mengikxti praktek umum kehutanan (PUK) selama
sebulan di KPH Madiun, KPH Saradan dan KPH L a w Ds, Perum Perhutani Unit D[
Jawa Timur. Pada tahun berikutnya, di desa Talagajaya, Kecamatan Pakisjaya,
Kabupaten Karawang, Jawa Barat, m e n g h t i p r o s a m kuliah k e j a nyata (KKN)
selama dua bulan. Dan tahun 1996, selama dua bulan pula, mengikuti praktek k e j a
lapang (PKL) di PT iiunung Meranti Raya, sebuah perusahaan hak pengusahaan
hutan (Hl'H), hutan tanaman industri (HTI) dan pengolahan kayu yang memiliki areal
kerja di Kalimantan Tangah dan Selatan. Tahun 1997 melakukan penelitian di KPH
Balapulang, Pemm Perhutani Unit I Jawa Tengah, untuk menyelesaikan skripsi ini.
Selama menjadi mahasinva: penulis ahtif sebagai pengurus teras dalam
berbagai organisasi, mnlai dari Senat Mahasinva Fakultas Kehutanan (1994-1996),
Forest Management Students Club: himpunan profesi di ligkungan Jurusan
Manajemen Hutan (1994-1995): Majelis Ta'lim al Asyjaar di Fakultas Kehutanan
IPB (1994-1995), Badan Kerohauian Islam Mahasiswa (BKIM) IPB (1993-1996) dan
akl~irnya menjadi Presidium Senat Mahasiswa (SM) IPB tahun 1996-1997, bersama
Ii4T.4 PENGANTAR
Alhamdulillah, deugan idzin-Nya tugas akhir penulisau slcripsi ini selesai. di
teugah berbagai tragedi yang melanda uegeri.
K a ~ y a ilmiah mini ini disusuu dengan memaparkan situasi peugelolaan hutau
jati di areal Perum Perhutani, kl~ususnya KPH Balapulang, Jawa Tengah. Adanya
tekanan peucurian yang mepu~uukan potensi hutan diuraikan dengan pengukuran
poteusi itu dan membaudingkalluya dengan kondisi yang diharapkan.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof Dr.
Ir.
H. Dud~lng Darusmau, MA danIr.
H Ahmad Hadjib, MSyang telah bersedia mencurahkan waktu dan tenaga menjadi dosen pembimbing,
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Rudy C. Talumingkeng, MF (Dosen Penguji THJ3) dan Dr. Ir.
H. Achmad Machmud Thohari, DEA (Dosen Penguji KSH),
3. Seluruh aparat PerumPerhutani di Jakarta, Semarang dan Balapulang,
4. Ketiga adinda tersayang : Andina, Ade dan Oki Pane, dan kedua Ompung di Binjai dan Kisaran,
5: Segenap e b a w a n dan rekan yang telah memberi motivasi, dan segenap pihak
lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu,
Semoga Allah S\VT membalns amnl bnik merekn.
Lebih dari semuanya, ayahanda dan ibunda, yang telah begitu sabar
memberikan hampir apa saja yang dimiliki agar mempunyai putra yang lebih dari
sekedar seorang sa jana kehutanan. Yn AUah, curahknn rahmah bngi keduanya.
Semoga karya yang sangat jauh dari sempurna ini bermanfaat bagi siapa saja
dau diuilai sebagai salah satu amal di sisi Allah. Anmiin.
Bogor, 14 Mei 1998
Tabel V.10. Data Penebangan (m3) di Masing-masing Bagian Hutan KPH Balapulang
TH P MARGASARl LlNGGAPADA LARANGAN BANJARHARJO
I A B+D E L A B,D E L A B,D E L A B+D E L
B
1996 I' 0 323 7258 7581 0 138 1379 1517 914 278 6451 7643 0 262 4840 5102
B 0 3 129,75 132,75 0 0 0 0 3 0 9,75 12,75 0 0 132 132 I: 0 326 7387,75 7713,75 0 138 1379 1517 917 278 6460,75 7655,75 0 262 4972 5234 1995 P 0 110 11269 11379 1367 217 5631 7215 1128 122 6843 8093 2917 155 3903 6975 B 0 0 297,75 297,75 14,25 0 37,5 51,75 38,25 0 75,75 114 45,75 12 168 225,75 I: 0 110 11676,75 11676,75 1381,25 217 5668,5 7266,75 1166,25 122 6918,75 8207 2962,75 167 4071 7200,75 1994 P 0 654 5459 6113 3518 14 2051 5583 891 58 4539 5488 2328 204 2784 5316
B 0 30 364,5 394,5 27 0 62,25 89,25 31,5 126 142,5 300 66,75 0,75 391,5 459 I: 0 684 5823,5 6507,5 3545 14 2113,25 5672;1.5 922,5 184 4681,5 5788 2394,75 204,75 3175,5 5775
1993 P 0 20 4524 4524 4215 0 2412 6627 1719 5 4644 6368 1238 6 4588 5832
B 0 0 579 579 90,75 0 100,5 191,25 73,5 0 ] 12,5 186 30,75 0 661,5 692,25 I: 0 20 5103 5123 4305,75 0 2512,5 6818,25 1792,5 5 4756,5 6554 1268,75 6 5249,5 6524,25
1992
"
0 100 5147 5247 2444 J3 2607 5064 843 73 6)00 7216 0 76 4995 5071 Il 0 1,5 561 562,5 92,25 0 249 341,25 122,25 0 421,5 543,75 0 0 985,5 985.5
I: 0 IOU 5708 5809,5 2536,25 13 2856 5405,25 965,25 73 6721,5 7759,75 0 76 5980,5 6056,5
TOTAL I' 3486,4 26006 34808 28296
HQYYRセ@ Jl 1966,5 673.5 1156.5 24945
1996) I: 36830.5 26679.5 35964.5 307905
-TOTAL I' 123.974
1-:1'11 Jl
-
().29 II: 130.2t15 ,
-Catatan : P adalah JlIllllah kayu pertukangan (m )
STUD1 RASIO KELESTARZAN VOLUME DAN LUAS
DI KPH BALAPULANG
UNIT I PERUM PERHUTANI JAWA TENGAH
oleh
:FAHRII ALFANSI
PUTRA
PANE
JURUSAN M.4NAJEMEN HUTAN
FAk'ULTAS KEHUTANAN
NSTITUT PERTANIAN BOGOR
(Hadradrir
Shah%
'trayat
Imam
Alimai$
Bu&m;
Musfim
dan
Tirmidzrdzr
dan'sbababat
Nabi
Anas
bfn
Malik
r.a.1
Waktu hampir enam tahun mungkin terlalu fama bagi
sebagian orang untuk menjadi sarjana kehutanan,
tetapi pasti
waktu itu terIaIu singkat bagi seorang Fahmi
untuk memahami keberaran AIah
SWT
Fahmi Alfansi Putra Pane (E 29.0723). Studi Rasio Kelestarian Volume
dan ~ u a s d i KPH Balapulang Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah (di bawah
bimbingan Bapak Prof. Dr.
Ir.
H. Dudung Darusman, MA dan 1r.H. Ahmad Hadjib, MS).Pengelolaan hutan jati di Jawa memiliki berbagai hambatan. Seperti masalah
peuggunaan lahan (Wiodannodjo dan Bratamihardja, 1984), tekanan pencurian
kayu (ibid ; Arnold, 1984 ; Simon, 1993), dan penurunan kualitas lahan (Darmono,
1991; Sudiono, 1991). Susunan luas kelas umur (KU) terkonsentrasi pada tegakan
muda (Poedjorahardjo, 1990). Hal ini mengancam kelestarian hasil bempa
pemanenan tahunan yang sama.
Prinsip kelestarian has% yang dalam aplikasi manajemen seumur disebut
hutan normal, bertumpu pada adanya produk yang teratur, kontinu dan optimal
(Osmaston, 1968 ; Chapman, 1950). Riap tahunan tetap (Gross, 1955) sehingga
pemanenan tahunan sama (Leuschner, 1990). Distribusi kelas umur, pertumbuhan,
dan riap normal (ibid ; Meyer, et al, 1961) diperoleh pada tegakan sehat (Leuschner,
1990) serta bonita dan pertumbuhan pada titik maksimal (ibid ; Meyer, et al, 1961)
secara alamiah (Davis dan Johnson, 1987). Hutan normal memang dianggap hutan
sempurna (Osmaston, 1968). Praktisnya, ditentukan umur rotasi, perlakuan
silvikxltur dan metode pengendalian, baik luas maupun volume (Davis dan Johnson,
1987). Pengendalian dilahukan dengan membagi hutan secara hierarkis (Chapman,
1950 ; Meyer, et al, 1961). Konsep iui diliritik karena mengabaikan biaya penataan
liutan pada masa transisi, dan asumsi bahwa ukuran dan hxalitas optimal tercapai,
setelah umur rotasi ditentukan (Leuschner, 1990). Padahal, hams dipertimbangkan
ketidakpastian hasil hutan di masa depan (Weiutraub dan Abramovich, 1995).
Konsep rasio kelestaliall setldiri masili perlu dipublikasikan lebili luas.
Balkan, di Pelu~n Perhutani, khususnya rasio kelestarian luas, memiliki forulula yang
dilahkan selama ini dengan kondisi fahtual rang s e h a ~ ~ n y a diantisipasi. Maka,
ma~lajemen tegakan jati di Jawa perlu merekayasa hutan dengan memasulikan faktor
resiko. Dalam aplikasinya, menanam lebfi besar sesuai tingkat gangguan. Intensitas
tersebut diperoleh melalui nilai rasio kelestarian, baik volume maupun luas.
Parameter yang akan dihitung adalah rasio kelestarian volume (RKV),
kerapatan bidang dasar (KBD) dan derajat kesempurnaan normal (DKN) dari data
primer. Rasio kelestarian lnas (RKL) dihitung dari data sekunder. RKV adalah rasio
volume yang a h a 1 dengan volume normal dari tabel WVW, setelah volume normal
itu dikaliikan dengan falctor koreksi. KBD mempakan rasio luas bidang dasar aktual
dengan luas bidang dasar normal dari tabel WVW. DKN adalah rasio jumlah pohon
pada tegakan aktual dengan jumlah normal pohon pada tabel WvW. RKL mempakan
rasio luas penebangan dengan luas penanaman. Faktor koreksi sendiri merupakan
rasio jumlah volume kayu peltukangan yang dipanen dengan jumlah volume total
pemanenan. Faktor koreksi itu dapat dihitung per bagian hutan atau per KPH.
Penelitian diiakukan di KPH Balapulang pada 8 resor polisi hutan di 4 bagian
kesatuan pemangkuan hutan di 3 bagian hutan. Empat bagian hntan (BH) di KPH
Balapulang distratifikasi menjadi tiga strata, yakni strata aman, sedang dan rawan
gangguan. Stratifikasi diiahvkan densan membandingkan nilai rata-rata kerugian
tahunan akibat gangguan di tiap-tiap bagian hutan (X) dengan nilai kerugian KPH di
masing-masing bagian hutan (Y). Strata aman adalah X = 33,33 % urutan Y ,
terendah, strata sedang adalah X = 66,67 % urutan Y terendah, dan strata rawan >
batas maksimum strata sedang. Hasil stratifikasi menunjukkan bahwa strata aman
adalab BH Margasaii strata sedang adalall BH Linggapada, dan strata rawan adalah
BH Larangan dan BH Banjarbarjo. Penelitian dilakukan pada tiga BH, kecuali BH
Larangan. BH Banjarharjo dipilih sebagai data strata rawan, karena melniliki nilai
koefisieu keragaman terkecil dan nilai koefisien Pearson yang memenuhi syarat
sebaran normal (-0,52>0,5).
Hierarki penentuan plot di tiap-tiap strata adalah sebagai b e r i h t : BKPH
-
RPH-
Auak Petak-
Plot. Jumlab plot adalah 2 plot/ KU/ strata. Karena hanya ada 4pada ketinggian sekitar 1,30 meter (setinggi dada). Besar volume dan luas bidaug
dasar diperoleh melalui tabel volume lokal KPH Balapulang untuk masing-masing
bagian hutan.
Pengujian statist& dilah~kan uutuk melihat perbedaan nilai dugaan tiap-tiap
parameter pada ketiga strata. Pengujian juga dilakukan pada tiap-tiap KU.
Sebauyak 66,39 % dari 29.764,70 ha hutan KPH Balapuilang merupakan kawasan produktii dengan luas terbesar pada KU
III.
Hutan KPH Balapulang telah mengalami gangguan yang sangat besar, mulai masa penjajahan Jepang,pemberontakan daerah, gerakaii Dl1
Tn,
hiugga mencapai puncaknya pada pemberoutakan PKI tahun 1965.Dan data tahun 1992-1996, diduga pada tingkat kepercayaan 95 % angka
pencurian adalah 1392-3936 pohod tahuu, dengan angka rata-rata
(A)
2.664 pohodtahun. Akibatnya, diduga pada taraf yang sama, kerugian finansial diderita sebesar
Rp
23.098.333,51 tahun sampai Rp 73.650.066,5/ tahuu, atau h =Rp
48.374.200,-/tahun. Selain akibat pencurian, KPH juga menanggung kerugian akibat kebakaran
hutan dan penggembalaan liar, dengan total (bersama pencurian) menjadi Rp
24.066.377,15/ t&uu sampai Rp 75.156.022,85/ tahun, atau h =
Rp
49.230.000,-/tahuu.
Adanya perbedaan angka pencurian di masing-masing bagian hutan
disebabkan tingkat kesejahteraan penduduk, aksesibilitas penduduk memasuki hutan,
pengawasan petugas dan konfigurasi lapangan. Tingkat kesejahteraan diduga dari
angka pengau&uran di masing-masiug BH.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95 %
dengan memkai fahtor koreksi per ba~iau hutan RKV strata aman berkisar antara
2 , 3 2 %
-
64,65 % atau h = 49,49 '36, strata sedang 31,;s %-
64,07 % atau h = 47,73%, dau strata rawan adalah 28,82 % -65,65 % atau h = 48,24 %. Deugan memakai
faktor koreksi KPH (1,56),
RKV
strata aman adalah 41,59%-
78,33 % atau h = 59,96Oh, strata sedang 40,04 %
-
81,43 96 atau i. = 60,73 %, dau strata rawau adlah 34,OO %Pada tarafyang sama, KBD strata aman berkisar antara 1,619
-
2,071 atau h =1,845, strata sedang antara 1,161
-
2,286 atau h = 1,724, dan strata rawan 0,965-
1,832 atsu h = 1;399. DKN strata aman adalah 0,704
-
1,338 atau11
= 1,021, stratasedang 0,699
-
1,426 atau h = 1,063, dan strata rawan adalah 0,417-
0,676 atau h =0,546. Ketiga nilai itu pada tiugkat kepercayaan 95 %.
RKV
KPH Balapulang adalah 40,24 %-
56,73 % atau h = 48,48 % denganmemakai faktor koreksi per bagian hutan atau 49,16 % -69,23 % atau A = 59,19 %.
KBD KPH Balapulang adalah 1,433
-
1,879 atau h = 1,656. DKN KPH Balapulangadalah 0,705
-
1,048 atau h = 0,877.Pengujian statistik menunjukkan perbedaan nyata antara ketiga strata hanya
pada DKN, yaitu DKN strata rawan berbeda nyata dengan kedua strata lainnya.
Tetapi, DKN strata aman dan sedang tidak berbeda nyata. Pegujian antar KU
menunujukkan bahwa perbedaan DKN terjadi pada selain KU
lV.
Terutama padaKU
Ti
dan Tll, yang sekaligus beraiti tekanan pencurian berada pada kedua KU tersebut.Perbedaan ini karena perbedaan taraf kerawanan petak sampel dan rasio petak
rawan
-
tidak rawan di masing-masing strata. Sampai batas tertentu, pencurianmerupakan penjarangan keras yang akan memperbesar diameter, sehingga
RKV
dan163~
menjadi tidak berbeda nyata.Nilai RKL strata aman adalah 0, strata sedang 0,702 dan strata rawan adalah
0,504. Nilai iui berarti pemanenan harus ditingkatkan. Tetapi, adanya nilai RKV <
1, yaug berarti efektiitas penanaman harang, menyebabkan pencegahan pencurian
Studi Rasio Kelestarian Volume dan Luas
di KPH Balapulang Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah
Karya Ilmiah
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor
oleh :
FAHMI ALFANSI
P u m ~
PANEJURUSAN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANlAN BOGOR
Judul Skripsi : Studi Rasio Kelestarian Volume dan Luas di KPH
Balapulang Perum Perhutani Unit
X
Jawn Tengah Nama Mnhasisw2 : Fahmi A l f ~ n s i Putra PaneN o m a r I'olcok : E 29.0723
blc~r?~ct:rj ui,
1'1-of. ill.. It-. f3. Ijudunz [l:11-trsnr~11. M A [I.. H. ..ltl~nl;~tl 1f:ldiih. B i S
N
t i' : 130 516 435 NIP : !30 516 500Pada tanggal 25 Nopember 1974 di Kisaran. Sumatra Utara dari pasangan Drs.
Siddik A. Pane (ayah) dan Teti A. Siregar (ibu) la& seorang insan yang kemudian
menyelesaikan slcripsi ini. Penulis mempakan putra peltama dan memiliii tiga adii.
Pada tahuu 1980 memasuki jenjang pendidilian sekolah dasar di SDN No.
014610. Kisaran. Kemudian melanjutkau ke sekolah lanjutan pertama di SMPN 2
Kisaran dari tahun 1986 hingga 1989. Dan dari tahun 1989 hingga 1992, studi di
SMAN (kiii SMUN) I Kisaran.
Tahun 1992, melalui program Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) penulis
melanjutkan studi di Tingkat Persiapan Bersama (TPB) IPB, dan rampung tahun
berikutnya. Tahun 1993 diterima di Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan
IPB. Tahun 1995, penulis memilih sub-prosam studi politik, ekonomi dan sosial di
jurusan yang sama.
Tahun 1994, penulis mengikxti praktek umum kehutanan (PUK) selama
sebulan di KPH Madiun, KPH Saradan dan KPH L a w Ds, Perum Perhutani Unit D[
Jawa Timur. Pada tahun berikutnya, di desa Talagajaya, Kecamatan Pakisjaya,
Kabupaten Karawang, Jawa Barat, m e n g h t i p r o s a m kuliah k e j a nyata (KKN)
selama dua bulan. Dan tahun 1996, selama dua bulan pula, mengikuti praktek k e j a
lapang (PKL) di PT iiunung Meranti Raya, sebuah perusahaan hak pengusahaan
hutan (Hl'H), hutan tanaman industri (HTI) dan pengolahan kayu yang memiliki areal
kerja di Kalimantan Tangah dan Selatan. Tahun 1997 melakukan penelitian di KPH
Balapulang, Pemm Perhutani Unit I Jawa Tengah, untuk menyelesaikan skripsi ini.
Selama menjadi mahasinva: penulis ahtif sebagai pengurus teras dalam
berbagai organisasi, mnlai dari Senat Mahasinva Fakultas Kehutanan (1994-1996),
Forest Management Students Club: himpunan profesi di ligkungan Jurusan
Manajemen Hutan (1994-1995): Majelis Ta'lim al Asyjaar di Fakultas Kehutanan
IPB (1994-1995), Badan Kerohauian Islam Mahasiswa (BKIM) IPB (1993-1996) dan
akl~irnya menjadi Presidium Senat Mahasiswa (SM) IPB tahun 1996-1997, bersama
Ii4T.4 PENGANTAR
Alhamdulillah, deugan idzin-Nya tugas akhir penulisau slcripsi ini selesai. di
teugah berbagai tragedi yang melanda uegeri.
K a ~ y a ilmiah mini ini disusuu dengan memaparkan situasi peugelolaan hutau
jati di areal Perum Perhutani, kl~ususnya KPH Balapulang, Jawa Tengah. Adanya
tekanan peucurian yang mepu~uukan potensi hutan diuraikan dengan pengukuran
poteusi itu dan membaudingkalluya dengan kondisi yang diharapkan.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof Dr.
Ir.
H. Dud~lng Darusmau, MA danIr.
H Ahmad Hadjib, MSyang telah bersedia mencurahkan waktu dan tenaga menjadi dosen pembimbing,
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Rudy C. Talumingkeng, MF (Dosen Penguji THJ3) dan Dr. Ir.
H. Achmad Machmud Thohari, DEA (Dosen Penguji KSH),
3. Seluruh aparat PerumPerhutani di Jakarta, Semarang dan Balapulang,
4. Ketiga adinda tersayang : Andina, Ade dan Oki Pane, dan kedua Ompung di Binjai dan Kisaran,
5: Segenap e b a w a n dan rekan yang telah memberi motivasi, dan segenap pihak
lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu,
Semoga Allah S\VT membalns amnl bnik merekn.
Lebih dari semuanya, ayahanda dan ibunda, yang telah begitu sabar
memberikan hampir apa saja yang dimiliki agar mempunyai putra yang lebih dari
sekedar seorang sa jana kehutanan. Yn AUah, curahknn rahmah bngi keduanya.
Semoga karya yang sangat jauh dari sempurna ini bermanfaat bagi siapa saja
dau diuilai sebagai salah satu amal di sisi Allah. Anmiin.
Bogor, 14 Mei 1998
RINGKASAN
Fabmi Alfansi Putra Pane (E 29.0723). Studi Rasio Kelestarian Volume
dan Luas di KPH Balapulang Perum Perbutani Unit I Jawa Tengab (di bawah
bimbingan Bapak Prof. pro Ir. H. Dudung Darusman, MA dan Ir.H. Abmad Hadjib, MS).
Pengelolaan butan jati di Jawa memiliki berbagai hambatan. Seperti masalah
penggunaan lahan (WiIjodannodjo dan Bratamihardja, 1984), tekanan pencurian
kayn (ibid; Arnold, 1984 ; Simon, 1993), dan penurnnan knalitas lahan (Dannono,
1991; Sudiono, 1991). Susunan luas kelas umur (KU) terkonsentrasi pada tegakan
muda (Poedjorahardjo, 1990). Hal ini mengancam kelestarian hasil bempa
pemanenan tahunan yang sama.
Prinsip kelestarian hasil, yang dalam aplikasi manajemen seumur disebut
hutan nonnal, bertumpu pada adanya produk yang teratur, kontinu dan optimal
(Osmaston, 1968 ; Chapman, 1950). Riap tahunan tetap (Gross, 1955) sehingga
pemanenan tahunan sarna (Lenschner, 1990). Distribusi kelas umur, pertumbuhan,
dan riap nonnal (ibid; Meyer, et al, 1961) diperoleh pada tegakan sehat (Leuschner,
1990) serta bonita dan pertnmbuhan pada titik maksimal (ibid; Meyer, et al, 1961)
secara alamiah (Davis dan Johnson, 1987). Rutan nonnal memang dianggap hutan
sempurna (Osmaston, 1968). Prah.1:isnya, ditentnkan umur rotasi, perlaknan
silvibllmr dan metode pengendalian, baik luas maupun volume (Davis dan Johnson,
1987). Pengendalian dilablkan dengan membagi hutan secara hierarkis (Chapman,
1950 ; Meyer, et al, 1961). Konsep ini dikritik karena mengabaikan biaya penataan
h\ltan pada masa transisi, dan asumsi bahwa uknran dan h."Ualitas optimal tercapai,
ウセエ・ャ。ィ@ umur rotasi ditentukan (Leuschner, 1990). Padahal, hams dipeltimbangkan
ketidakpastian hasil hutan di masa depan (Weintraub dan Abramovich, 1995).
KOllsep rasio kelestaJian selldiri masih perIn dipublikasikan lebih luas.
Ballkau, di Pemm Perhutaui, khllsllsnya rasio kelestarian luas, memiliki formula yang
Judul Skripsi
Nama Mahasiswa
Nomor Pokok
Dosen PCl11bin bing I,
: Studi Rasio Kelestarian Volume dan Luas di KPH
Balapulang Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah
Fahmi Alfansi Putt'a Pane
E 29.0723
I\lcnyctujui,
Dosen Pembimbing
n,
Prof. Dr. Ir. H. Duelung Darusman. MA Nil': 130516498
II". H. Ahmad Haeliib. f"IS NTP: 130516500
Mengetahui,
Tabel V.10. Data Penebangan (m3) di Masing-masing Bagian Hutan KPH Balapulang
TH P MARGASARl LlNGGAPADA LARANGAN BANJARHARJO
I A B+D E L A B,D E L A B,D E L A B+D E L
B
1996 I' 0 323 7258 7581 0 138 1379 1517 914 278 6451 7643 0 262 4840 5102
B 0 3 129,75 132,75 0 0 0 0 3 0 9,75 12,75 0 0 132 132 I: 0 326 7387,75 7713,75 0 138 1379 1517 917 278 6460,75 7655,75 0 262 4972 5234 1995 P 0 110 11269 11379 1367 217 5631 7215 1128 122 6843 8093 2917 155 3903 6975 B 0 0 297,75 297,75 14,25 0 37,5 51,75 38,25 0 75,75 114 45,75 12 168 225,75 I: 0 110 11676,75 11676,75 1381,25 217 5668,5 7266,75 1166,25 122 6918,75 8207 2962,75 167 4071 7200,75 1994 P 0 654 5459 6113 3518 14 2051 5583 891 58 4539 5488 2328 204 2784 5316
B 0 30 364,5 394,5 27 0 62,25 89,25 31,5 126 142,5 300 66,75 0,75 391,5 459 I: 0 684 5823,5 6507,5 3545 14 2113,25 5672;1.5 922,5 184 4681,5 5788 2394,75 204,75 3175,5 5775
1993 P 0 20 4524 4524 4215 0 2412 6627 1719 5 4644 6368 1238 6 4588 5832
B 0 0 579 579 90,75 0 100,5 191,25 73,5 0 ] 12,5 186 30,75 0 661,5 692,25 I: 0 20 5103 5123 4305,75 0 2512,5 6818,25 1792,5 5 4756,5 6554 1268,75 6 5249,5 6524,25
1992
"
0 100 5147 5247 2444 J3 2607 5064 843 73 6)00 7216 0 76 4995 5071 Il 0 1,5 561 562,5 92,25 0 249 341,25 122,25 0 421,5 543,75 0 0 985,5 985.5
I: 0 IOU 5708 5809,5 2536,25 13 2856 5405,25 965,25 73 6721,5 7759,75 0 76 5980,5 6056,5
TOTAL I' 3486,4 26006 34808 28296
HQYYRセ@ Jl 1966,5 673.5 1156.5 24945
1996) I: 36830.5 26679.5 35964.5 307905
-TOTAL I' 123.974
1-:1'11 Jl
-
().29 II: 130.2t15 ,
-Catatan : P adalah JlIllllah kayu pertukangan (m )